jasman proposal+angket
DESCRIPTION
Proposal PenelitianTRANSCRIPT
PENGARUH MEDIA FILM DOKUMENTER IPS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN
IPS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TAPALANG BARAT, KECAMATAN TAPALANG BARAT, KABUPATEN MAMUJU,
PROPINSI SULAWESI BARAT
PROPOSALTESIS
Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh :JASMAN
NPM.140599010178
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANGTAHUN 2015
TESIS
PENGARUH MEDIA FILM DOKUMENTER IPS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN
IPS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TAPALANG BARAT, KECAMATAN TAPALANG BARAT, KABUPATEN MAMUJU,
PROPINSI SULAWESI BARAT
Oleh :JASMAN
NPM.140599010178
Telah dipertahankan di depan PengujiPada tanggal ……………………………..
Dinyatakan telah memenuhi syarat
Komisi Pembimbing,
............................................... ………………………….Ketua Anggota
Malang, ....................................Universitas Kanjuruhan Malang
Program Pasca SarjanaDirektur,
Prof. Dr. H.M. Tauchid Noor, SH., MH., M.Pd.NIP. 19510909 198203 1 002
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga Proposal Tesis dengan judul: “Pengaruh Media Film
Dokumenter IPS Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata
Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan
Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat” dapat di
selesaikan dengan baik.
Tujuan penulisan Proposal Tesis ini adalah untuk memenuhi tugas
sebagai salah satu syarat meraih gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada
Program Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang.
Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terim kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Pieter Sahertian, M.Si. selaku Rektor Universitas
Kanjuruhan Malang;
2. Bapak Prof. Dr. H.M. Tauchid Noor SH., MH., M.Pd. selaku Direktur
Program Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang yang telah
begitu banyak meluangkan waktu, memberi petunjuk dan tuntunan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya;
3. Ibu Joice Soraya, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Direktur Program
Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang
4. Segenap Dosen Pengajar Program Pasca Sarjana Universitas
Kanjuruhan Malang, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menempuh kuliah di Program Pasca Sarjana
Universitas Kanjuruhan Malang;
5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
penulisan proposal tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Dengan iringan do’a semoga Alloh SWT senantiasa memberikan
limpahan rahmat dan hidayah kepada kita semua. Dalam hal ini penulis
menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan karena masih terdapat kelemahan dan kekurangan, oleh
karena itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan penulisan proposal Tesis ini.
Akhirnya semoga penulisan proposal tesis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, untuk menambah wawasan khususnya bagi
mahasiswa di Program Pasca Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang.
Malang, …………………………
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ...............................................................1B. Rumusan Masalah ........................................................................12C. Tujuan Penelitian ..........................................................................12D. Manfaat Penelitian ........................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Empiris ...........................................................................15B. Tinjauan Teoritik ...........................................................................17C. Kerangka Berpikir .........................................................................52D. Hipotesis .......................................................................................54
BAB III METODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian................................................................
57B. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................
591. Populasi Penelitian..............................................................
592. Sampel Penelitian................................................................
59C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................
611. Metode Kuesioner................................................................
612. Metode Dokumen................................................................
61D. Validitas dan Reliabilitas............................................................
62
1
1. Uji Validitas..........................................................................62
2. Uji Reliabilitas......................................................................63
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran..........................................641. Variabel Penelitian...............................................................
64a. Variabel Bebas............................................................64b. Variabel Terikat...........................................................64
2. Pengukuran.........................................................................64
F. Analisa Data...............................................................................651. Uji Asumsi Klasik.................................................................
65a. Uji Normalitas..............................................................66b. Uji Linieritas.................................................................66c. Uji Multikolinieritas.......................................................66
2. Analisis Regresi Linier Berganda.........................................68
3. Uji Hipotesis Penelitian........................................................69
a. Uji t (Parsial)................................................................69b. Uji F (Simultan)............................................................69c. Koefisien Determinasi Simultan...................................69
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan
yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus
2
dijawab oleh dunia pendidikan. Jika praktek-praktek pengajaran dan
pendidikan di Indonesia tidak dirubah, maka bangsa Indonesia akan
ketinggalan oleh negara-negara lain. Pada abad 21 ini, praktek-praktek
pembelajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah perlu diperbaharui.
Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik agar optimal
dalam kehidupan bermasyarakat, maka proses, model pembelajaran serta
penggunaan media pembelajaran perlu terus diperbaharui dan di lengkapi.
Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung
jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami
oleh anak didik secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran
ditentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode, model
pembelajaran dan media pembelajaran dengan baik. IPS adalah mata
pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa
tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2003).
Pelajaran IPS perlu difungsikan sebagai wahana untuk
menumbuhkembangkan kecerdasan, kemampuan dan keterampilan siswa
karena mata pelajaran IPS merupakan pembelajaran yang berhubungan
langsung dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Sesuai
dengan tujuan utama Pendidikan IPS pada dasarnya adalah
mempersiapkan siswa sebagai warga negara agar dapat mengambil
keputusan secara reflektif dan partisipasi sepenuhnya dalam kehidupan
3
sosialnya sebagai pribadi, warga masyarakat, bangsa dan dunia (Pargito,
2010:44 ).
Peran lembaga pendidikan atau sekolah menjadi sangat penting,
sekolah sebagai lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan
proses edukasi yakni proses pendidikan, proses sosialisasi dan
transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah
yang mampu berperan sebagai proses edukasi yakni proses pendidikan,
proses sosialisasi yaitu proses bermasyarakat bagi anak didik dan wadah
transformasi yakni proses perubahan tingkah laku ke arah lebih baik dan
lebih maju. Dalam proses pendidikan ada dua komponen yang sangat
berperan membantu dan mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan
yakni komponen instrumental dan komponen environmental. Komponen
instrumental meliputi guru dan non guru, materi, metode/strategi, media,
biaya, dan sebagainya. Adapun komponen environmental meliputi
lingkungan fisik, sosial dan psikis. Setiap komponen environmental saling
berkaitan dan berperan sesuai dengan fungsinya untuk mencapai hasil
belajar yang maksimal.
Komponen instrumental yang meliputi guru, hendaknya selalu
berusaha untuk mengembangkan diri dengan melakukan inovasi-inovasi
dalam melakukan proses pembelajaran. Guru harus memiliki kreatifitas
dan mampu merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Selain harus memiliki strategi pembelajaran, media pembelajaran juga
mempunyai kontribusi dalam meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar.
Pembelajaran dengan media pembelajaran yang tepat dalam
4
pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,
membangkitkan aktifitas dan rangsangan dalam belajar. Karenanya
diharapkan guru mampu mengubah paradigma pembelajaran
konvensional yang selama ini digunakan serta mampu menyetting
pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran.
Komponen instrumental lainnya yaitu materi dalam pembelajaran
IPS khususnya pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
pada Kelas VIII.A SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat,
Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat masih dianggap materi yang
sulit untuk dipahami. Berdasarkan hasil observasi tahun pelajaran
2014/2015 bahwa dalam praktek pembelajaran selama ini khususnya di
sekolah dasar untuk mata pelajaran IPS masih terdapat banyak hambatan
diantaranya masalah media pembelajaran yang masih sangat minim
sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar tidak maksimal namun
pada tahun pelajaran 2014/2015 masalah tersebut sudah mulai dibenahi
dan dilengkapi secara bertahap.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka
mengaku kesulitan untuk memahami materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan sebab pembelajaran selama ini hanya sekedar menghafal
saja sehingga mereka tidak mengetahui secara konkret peristiwa dan
kejadian apa yang sudah terjadi.
Padahal pada jenjang sekolah dasar tingkat kemampuan berfikir
anak masih konkret dan sulit di kembangkan sehingga menuntut guru
5
lebih aktif dan kreatif dalam melakukan pembelajaran di kelas. Pada saat
ini pembelajaran IPS cenderung di dominasi oleh guru dan hanya terpaku
oleh buku teks pelajaran sehingga siswa tidak tahu secara konkret tentang
materi yang di sampaikan, Selain itu guru juga belum atau bahkan tidak
membuat suatu perencanaan pembelajaran dengan baik. dalam hal ini
peran aktif siswa dalam pembelajaran sangat kurang partisipatif dan hasil
belajar yang kurang maksimal.
Untuk mengetahui gambaran awal tentang pembelajaran IPS,
maka peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran IPS dalam
proses pembelajaran. Dalam proses observasi yang sudah dilakukan
selama ini yang diperoleh dari data hasil ulangan harian siswa Kelas VIII.A
semester genap SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat,
Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat tahun pelajaran 2014/2015
dimana guru sulit melakukan kegiatan pembelajaran IPS dan sekaligus
memperoleh hasil belajar yang baik. Menurut siswa untuk memahami
pelajaran IPS sangat sulit hal karena dalam mata pelajaran IPS banyak
mengandung suatu pemahaman tentang suatu peristiwa dan kejadian
tertentu pada masa lalu, sedangkan media pembelajaran yang disediakan
sekolah sangat minim.
Hal tersebut menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam
memahami pelajaran IPS sehingga hasil belajar siswa masih rendah.
Berdasarkan hasil observasi selama ini dalam kegiatan belajar mengajar
bahwa rendahnya aktivitas dan hasil belajar disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
6
1. Banyak siswa memandang pelajaran IPS sebagai pelajaran yang
kurang menarik, karena banyak cenderung menghafal.
2. Siswa banyak yang bermain dan mengobrol pada saat berlangsung
proses kegiatan belajar mengajar.
3. Keinginan untuk belajar rendah.
4. Siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar.
Berikut ini adalah data hasil observasi aktivitas yang dilakukan
siswa dalam kegiatan pembelajaran pada tahun pelajaran 2010/2011
antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.A SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat
No Indikator aktivitas Frekuensi % Rata-rata1. Bertanya 1 2,85 32,562. Mencatat 15 42,853. Mendengarkan 13 37,144. Mengerjakan lembar tugas 15 42,855. Memperhatikan penjelasan guru 13 37,14
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran antara lain bertanya 2,85%, mencatat
42,85%, mendengarkan 37,14%, mengerjakan lembar tugas 42,85% dan
memperhatikan penjelasan guru 37,14% sehingga dalam kegiatan
pembelajaran sebagian besar siswa belum melakukan aktivitas seperti
yang ditunjukkan pada kolom indikator.
7
Berdasarkan data tersebut peneliti berupaya menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif dengan melibatkan peserta didik dan
memberdayakan peserta didik dalam proses pembelajaran dan
menggunakan peralatan yang ada di sekolah secara maksimal sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara maksimal dan meningkatkan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah tabel
perolehan nilai ulangan harian siswa Kelas VIII.A pada mata pelajaran IPS
tahun pelajaran 2010/2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2 Data hasil ulangan harian siswa Kelas VIII.A SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai <
60 sebanyak 22 siswa atau 62,86 % dari 35 siswa, dan siswa mendapat
nilai ≥ 60 sebanyak 13 siswa atau 37,14 % dari 35 siswa, dengan standar
kriteria ketuntasan minimal belajar di Kelas VIII.A untuk mata pelajaran
IPS SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten
Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat adalah 60. Berdasarkan kondisi yang
ada yang ada di Kelas VIII.A maka perlu dilakukan suatu perbaikan dalam
proses pembelajaran. Komponen lain yang sangat menentukan dalam hal
keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan dasar yang dimiliki siswa.
Menurut Piaget perkembangan kognitif dibagi menjadi empat tahapan,
yaitu : (1) tahap sensori motoris, (2) tahap pra operasional, (3) tahap
operasioanal konkret dan (4) tahap operasional formal.
8
Empat tahapan diatas, yaitu : tahap sensori motoris dialami pada
usia 0-2 tahun, anak pada ini dalam masa pertumbuhan yang ditandai
dengan kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas.
Pada tahap pra operasional berlangsung pada usia 2-7 tahun dan disebut
dengan tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan
kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif dalam arti semua
perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur
perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-
orang bermakna dan lingkungan sekitar. Kemudian pada tahap
operasional konkret antara usia 7-11 tahun dimana anak mulai
menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah mulai
berkembangnya rasa ingin tahu. Pada tahap ini juga anak sudah mulai
memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba
permasalahan. Cara berfikir anak yang masih bersifat konkret
menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau
melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Berdasarkan uraian
tersebut siswa SD Kelas VIII dikategorikan dalam tahap operasional
konkret karena rata-rata siswa SD Kelas VIII.A berumur antara 10-11
tahun.
Karakteristik siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan
Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat pada tahap
operasional konkret dimana siswa belum dapat menangkap pembelajaran
yang bersifat abstrak. Latar belakang keluarga yang berasal dari kelas
menengah kebawah dan kondisi orang tua yang masih jauh dari
9
kesejahteraan menjadikan siswa sangat sulit menerima pelajaran dengan
baik, karena pada sisi ini anak tidak diseimbangkan dengan pola asuh
yang baik dalam keluarga. Ditambah dengan kebiasaan masyarakat
sekitar yang menjadikan sekolah hanya sebagai suatu rutinitas untuk
bermain dan berkumpul dengan teman.
Rendahnya minat siswa untuk belajar dan menerima pelajaran di
sekolah menjadikan salah satu faktor pemilihan penggunaan media film
dokumenter dalam pembelajaran IPS di kelas tersebut. Berdasarkan
penelitian terdahulu bahwa pembelajaran dengan menggunakan media
film dokumenter dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa
sehingga menjadi suatu pemikiran untuk dapat mengatasi masalah
pembelajaran selama ini untuk dapat mengoptimalkan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran dan menjadikan suasana pembelajaran lebih
nyaman, menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih betah dalam
proses pembelajaran.
Dengan digunakannya media film dokumenter diharapkan akan
berdampak baik kepada siswa dalam menerima pelajaran dan tingkat
berfikir anak menjadi lebih konkret dengan melihat melihat media yang
telah disajikan. Pemilihan media film dokumenter pada penelitian ini
diharapkan guru dapat berkreasi dan berinovasi dalam menggunakan
media pembelajaran untuk mendukung berlangsungnya pembelajaran
yang lebih bermakna dan menjadikan siswa lebih nyaman dan senang
dalam belajar. Salah satu indikator keberhasilan mutu proses dalam hasil
belajar siswa selain guru dapat mengembangkan materi, sumber belajar,
10
metode, strategi, evaluasi dan penggunaan media tentunya dapat
mencapai hasil belajar yang baik dan optimal.
Media pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam
menunjang pembelajaran. Pemilihan media film dokumenter dijadikan
sebagai media pembelajaran didasarkan pada hasil wawancara langsung
dengan beberapa siswa tentang pengetahuan mereka tentang perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dalam hal ini mengenai berbagai
peristiwa dan kejadian yang terjadi pada masa kemerdekaan.
Pembelajaran dengan menggunakan media film dokumenter diharapkan
siswa mampu memahami materi yang berkaitan dengan berbagai
peristiwa yang terjadi masa kemerdekaan.
Aktivitas siswa pada pembelajaran sebelumnya juga menunjukkan
belum tumbuhnya motivasi belajar pada siswa sehingga pembelajaran
tampak tidak antusias dan pasif. Hal ini dimungkinkan belum
dimanfaatkan media pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat dan
motivasi siswa. Peran media sangat penting dalam pembelajaran karena
media adalah alat perantara informasi, membantu siswa mempercepat
pemahaman materi pelajaran. Media merupakan jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar, alat-alat
ini dipakai dalam pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara
berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan media
pembelajaran guru dan siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan lebih
terarah.
11
Menurut Sumatmaja (1984 : 116) Media merupakan alat dari segala
benda yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar . Dilihat
dari macamnya media pembelajaran terdiri dari gambar-gambar, foto,
grafik, poster, papan panel, visual, hingga benda asli seperti laboratorium,
narasumber dan lain-lain. Begitu pula dengan media film merupakan salah
satu alat yang ampuh di tangan orang yang mempergunakannya secara
efektif untuk sesuatu maksud terutama terhadap anak-anak yang memang
lebih banyak menggunakan aspek emosinya dibanding aspek rasionalnya,
dan langsung berbicara ke dalam hati sanubari penonton secara
meyakinkan. Film juga sangat membantu dalam proses pembelajaran,
apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat
dan lebih mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca saja atau
hanya didengar saja.
Demikian pula dilihat dari keefektifan bagi guru dengan
menggunakan media film dokumenter dapat membantu dalam
menyampaikan pesan materi secara lebih mudah kepada siswa. Begitu
pentingnya mata pelajaran IPS dalam kehidupan sehari-hari maka
diharapkan proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah dapat
berjalan dengan optimal maka diperlukan media pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang merupakan indikator
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan media
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran IPS akan mengaktifkan
siswa serta menyadarkan siswa bahwa IPS tidak selalu membosankan.
12
Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan
pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan.
Akan tetapi kendala di lapangan guru-guru IPS belum terbiasa
menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran.
Padahal idealnya untuk menarik perhatian dan minat peserta didik
terhadap pembelajaran IPS harus dibuat tampilan media pembelajaran
yang unik, menarik, baik warna, teks, bentuk dan ilustrasinya.
Pembelajaran dengan menggunakan media film dokumenter sebagai alat
bantu pembelajaran memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar.
Keterbatasan para guru dalam menggunakan media pembelajaran
berdampak pada lemahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Upaya
mengatasi masalah dalam pembelajaran IPS peneliti menggunakan media
film dokumenter dalam proses pembelajaran. Solusi penggunaan media
film dokumenter dalam pembelajaran ini diharapkan mampu
meningkatkan aktivitas belajar siswa kemudian selanjutnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan
media film dokumenter diharapkan mampu merangsang kinerja otak
sehingga terekam dalam memori siswa dapat mengetahui secara jelas
tentang apa yang disampaikan oleh guru.
Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa SMPN 2 Tapalang
Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi
Barat maka peneliti berupaya untuk menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan media film dokumenter sebagai salah satu alternatif
13
pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Maka berdasarkan permasalahan
diatas peneliti mengambil inisiatif untuk mengadakan suatu penelitian
dengan judul “Pengaruh Media Film Dokumenter dan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII.A SMPN 2 Tapalang
Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi
Barat Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan
masalah penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh media film dokumenter IPS terhadap prestasi belajar
mata pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat,
Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi
Barat?
2. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata
pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan
Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat?
3. Adakah pengaruh interaksi penayangan film dokumenter IPS dan
motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar mata
pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan
Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat?
C. Tujuan Penelitian
14
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui pengaruh media film dokumenter IPS terhadap
prestasi belajar mata pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang
Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi
Sulawesi Barat.
2. Untuk pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata
pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan
Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.
3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi penayangan film dokumenter IPS
dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar
mata pelajaran IPS siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat,
Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi
Barat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS.
2. Bagi Guru
Memperbaiki kualitas pembelajaran khususnya menggunakan Media
film dokumenter sebagai pola dan strategi pembelajaran yang tepat.
Selain itu guru memiliki gambaran mengenai pembelajaran yang efektif,
15
dapat mengidentifikasi permasalahan belajar yang ada di dalam kelas
dan dapat mencari solusi untuk pemecahan tersebut.
3. Bagi sekolah
Menjadi masukan bagi sekolah untuk mengembangkan dan
meningkatkan mutu sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
lulusan sekolah.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Empirik
1. Penelitian oleh Nelson, C.M, dengan Judul Effectiveness Of
Motivation In Teaching A Unit On Sulphur In High School Chemistry
School Science And Mathematics (1952) dikutip oleh Gene L
Wilkinson (1984 :16) mencobakan mengajar kimia, dua bagian
diajarkan dengan cara mengkombinasikan ceramah, diskusi dan film,
sedangkan delapan bagian diajarkan hanya dengan ceramah dan
diskusi, pada waktu ujian terbukti yang menggunakan ceramah,
diskusi dan film secara signifikan lebih baik dibanding dengan yang
hanya menggunakan ceramah dan diskusi, selain itu kelompok yang
menggunakan film ternyata lebih baik dalam mengingat pelajaran
setelah lima minggu pelajaran diberikan. Dengan cara
mengkombinasikan dengan ceramah dan diskusi mendapat
kesimpulan bagian yang diajarkan hanya dengan ceramah dan
diskusi pada bagian akhir kelompok yang menggunakan film terbukti
secara signifikan lebih baik dibanding dengan kelompok yang tidak
menggunakan film. Penggunaan film sebagai media dapat
memperjelas materi karena siswa selain mendengar, melihat dapat
memunculkan imaginasi bahwa dirinya yang melakukan.
Relevansinya dengan penelitian ini adalah hasil penelitian tentang
pengaruh film dapat memperjelas pemberian materi pembelajaran
17
siswa. Perbedaannya penelitian terdahulu untuk sarana
pembelajaran materi kimia. Sedangkan penelitian ini adalah
penelitian materi sejarah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Pipit Agustina Garnasih ( 2009 )
dengan Judul: Pemanfaatan Media Film Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Dalam Menulis Hanzi Di Kelas Bahasa SMPN
1 Karanganom. Membuktikan pemanfaatan media film efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menulis hanzi juga
banyak siswa yang tertarik dan mendorong motivasi untuk belajar
bahasa Mandarin. Relevansinya dengan penelitian ini bahwa media
film dapat dimanfaatkan untuk peningkatan prestasi belajar siswa.
Perbedaannya penelitian terdahulu digunakan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam menulis huruf hanzi sedangkan
penenilitan bertujuan untuk mencari tahu pengaruh dalam
pembelajaran IPS.
3. Penelitian Bitty Susanti (2008) : Muatan Dakwah Film Dokumenter
Belajar dari Alam Karya Harun Yahya. Menyimpulkan Film
Dokumenter tentang alam karya Harun Yahya dapat dijadikan sarana
dakwah. Relevansinya dengan penelitian ini adalah penayangan film
dokumenter dapat dijadikan media meningkatkan tujuan
pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian terdahulu film
dokumenter dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan dakwah,
Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini mencari tahu pengaruh
film dokumenter terhadap prestasi belajar sejarah.
18
B. Tinjauan Teoritik
1. Motivasi Belajar
Motivasi sangat penting dalam proses belajar karena motivasi
merupakan kondisi psikologi yang mendorong atau memberi hasrat,
menimbulkan semangat, keinginan untuk belajar, hal ini berarti bahwa
motivasi dapat berfungsi pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu (Hamzah B. Uno, 2008: 23).
Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku pada umumnya, dengan beberapa indikator meliputi : (1) Adanya
hasrat dan keinginan berhasil, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar, (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) Adanya
penghargaan dalam belajar, (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar, dan (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan seseorang siswa belajar dengan baik (Hamzah B Uno,
2008:31).
Siswa yang telah termotivasi dapat belajar dari media apa saja
asalkan media itu dipakai menurut kemampuannya dan disesuaikan
dengan kebutuhannya (Wilkinson ,Gene, L .1984:16). Menurut Oemar
Hamalik (1994:21), motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam
19
diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Mohammad Asrory (2007: 183) mengatakan motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari atau
tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu dan
usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan.
Sedangkan Winkel, (1987:70) memberikan pengertian motivasi adalah
daya penggerak yang telah terjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu bila dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang sangat dirasakan
atau dihayati.
Menurut Slameto (1995:70) memberikan pengertian motivasi
sebagai berikut : suatu proses yang menentukan tingkat kegiatan
intensitas, konsistensi serta arah umum dari tingkah laku manusia,
merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain
seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Sardiman (2001:73)
memandang motivasi sebagai : serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila tidak ia mengesampingkan perasaan tidak suka.
Motivasi muncul karena seseorang mempunyai keinginan untuk
terpenuhinya kebutuhan dan diperlukan dalam proses pembelajaran.
Peranan motivasi penting dalam proses pencapaian hasil. Seorang siswa
yang memiliki motivasi tinggi, pada umumnya mampu meraih keberhasilan
dalam pembelajaran.
20
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah. Bentuk untuk menumbuhkan motivasi
belajar yakni: (a) memberi angka, (b) hadiah, (c) saingan atau kompetisi,
(d) membuat ulangan, (e) mengetahui hasil, (f) pujian, (g) hukuman, (h)
hasrat untuk belajar, (i) tujuan yang diakui (Slameto, 995:31). Cara
menumbuhkan motivasi yakni (1) membangkitkan minat adanya suatu
kebutuhan; (2) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
(3) menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Dalam
pembelajaran diharapkan hukuman sebagai salah satu bentuk untuk
menumbuhkan motivasi sedapat mungkin dihindari, hukuman dapat
menimbulkan akibat kurang baik atau kurang mendidik bagi siswa.
De Cocco dan Crauford (dalam Oemar Hamalik, 1994:116)
menjelaskan upaya-upaya meningkatkan motivasi belajar dengan cara: (a)
menggerakkan motivasi, (b) upaya pemberian harapan, (c) pemberian
intensif, (d) upaya penyatuan tingkah laku. Indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil,
(b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (c) adanya harapan
dan cita-cita masa depan, d) adanya penghargaan dalam belajar, (e)
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (f) adanya lingkungan yang
kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik
(Hamzah B Uno, 2008:23).
Dalam pembelajaran antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain mempunyai motivasi yang tidak sama. Ada siswa yang mempunyai
motivasi tinggi dan ada yang motivasinya masih rendah dalam belajar.
21
Oleh karena itu siswa yang motivasi belajar masih rendah perlu adanya
perbaikan misalnya dengan memberikan motivasi, sanjungan, hadiah,
penghargaan.
Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi tinggi : (1) Tekun
menghadapi tugas; (2) Berprestasi tinggi; (3) Senang bekerja mandiri; (4)
Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini; (5) Mempunyai tanggung
jawab yang besar atas perbuatannya /pekerjaannya. Ciri motivasi rendah:
(1) Lekas putus asa; (2) Prestasi rendah; (3) Kurang kreatif; (4) Kurang
minat terhadap apa yang dihadapi (Sardiman, 2001:81).
Dari konsep-konsep motivasi tersebut dapat disimpulkan motivasi
merupakan daya penggerak untuk tercapainya sesuatu. Dalam
hubungannya dengan belajar, maka motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak yang terhimpun dalam diri seseorang secara sadar aktif
memberikan dorongan belajar.
Pengembangkan motivasi belajar siswa selain dilakukan oleh guru,
dapat juga dilakukan oleh siswa sendiri dengan menggunakan latihan
motivasi diri, siswa dituntut mengembangkan motivasi belajar sendiri
melalui aktivitas sendiri dan dipantau sendiri. Kegiatan latihan memotivasi
diri menuntut keaktifan dan kejujuran terhadap diri sendiri, sebab apabila
tidak maka tidak akan memperoleh keberhasilan memotivasi dirinya.
Motivasi dapat mendorong adanya prestasi.
a. Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah upaya memperoleh kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap-sikap (Sagala, 2005:13). Sedangkan menurut
22
Sujana (2000:19) belajar adalah interaksi stimulus dengan respon,
merupakan hubungan dua arah antara belajar dan lingkungan. Selain itu
menurut Wina Sanjaya (2005 : 89) Belajar dianggap sebagai proses
perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Dan
menurut Sadiman (2003:99) Belajar adalah berbuat dan sekaligus
merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif. Dari beberapa
pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa Belajar merupakan suatu
proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek
atau pengalaman tertentu.
Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap
dalam berfikir, merasa dan melakukan. Perubahan tersebut terjadi
sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan. Jadi belajar
menghasilkan perubahan perilaku peserta didik, perubahan tingkah laku
inilah sebagai cerminan hasil belajar. Belajar dikatakan berhasil apabila
seseorang mampu mengulang kembali materi yang telah dipelajari.
Belajar diperlukan aktivitas, karena pada prinsipnya belajar adalah
berbuat (Learning by doing), berbuat untuk mengubah tingkah laku
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, oleh
karena itu aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam
interaksi pembelajaran. Oleh karena itu di dalam belajar siswa harus aktif
agar potensinya berkembang.
Pengertian pembelajaran menurut Hanafiah (2009:207) adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Selain itu menurut Winataputra (2008:11)
23
pembelajaran diartikan sebagai suatu konsep pedagogik sebagai upaya
sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada
berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan guru
dalam lingkungan belajar untuk mengembangkan potensi siswa.
b. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik (Budiningsih, 2005: 20) dijelaskan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu bila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya dari
tidak mengerti menjadi mengerti. Jadi yang terpenting adalah input atau
masukan berupa stimulus dan output atau keluaran berupa respon. Teori
ini didasarkan pada prinsip bahwa pembelajaran seharusnya didesain
untuk menghasilkan tingkah laku peserta didik yang dapat diobservasi.
Dengan kata lain, perubahan tingkah laku dalam teori ini dapat diukur dan
perubahan yang dapat dilihat secara jelas. Seperti peserta didik yang
tadinya tidak mengetahui dan tidak mampu mengerjakan sesuatu, setelah
melalui proses pembelajaran ia menjadi tahu dan dapat mengerjakan
sesuatu. Secara rinci aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran
meliputi beberapa langkah berikut ini (Budiningsih, 2005: 29) : (a)
menentukan tujuan-tujuan pembelajaran; (b) menganalisis lingkungan
kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi kemampuan awal (entry
24
behavior) peserta didik; (c) menentukan materi pelajaran; (d)
memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok
bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya; (e) menyajikan
materi pelajaran; (f) memberikan stimulus, baik berupa pertanyaan
langsung secara lisan, tes/kuis, latihan, dan tugas-tugas; (g) mengamati
dan mengkaji respon yang diberikan peserta didik; (h) memberi penguatan
(reinforcement), bisa dalam bentuk penguatan positif maupun negatif,
ataupun hukuman; (i) memberikan stimulus baru; (j) mengamati dan
mengkaji respon yang diberikan peserta didik; (k) memberikan penguatan
lanjutan ataupun hukuman; (l) demikian seterusnya; dan (m) evaluasi hasil
belajar.
Penggunaan media dalam pembelajaran mengandung makna
penting yaitu metode belajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah
satu metode pembelajaran tentu mempengaruhi media pembelajaran
yang akan digunakan. Penggunaan media pembelajaran hendaknya harus
memperhatikan beberapa unsur seperti tujuan pembelajaran, respon
siswa maupun karakteristik siswa itu sendiri. Penggunaan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan
keinginan dan minat siswa sehingga berpengaruh baik terhadap perilaku
maupun psikologi anak. Penggunaan media film dokumenter dalam hal ini
berkaitan dengan teori belajar behavioristik yang menjelaskan bahwa
belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dinilai secara konkret.
25
Perubahan terjadi melalui rangsangan yang menimbulkan respon.
Rangsangan yang dimaksud adalah lingkungan belajar anak baik internal
maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon
adalah akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap rangsangan.
Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih
kompleks sampai pada yang lebih tinggi.
Bahan pelajaran disusun dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
Perilaku yang dinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang
kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga
kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku. Teori ini mengatakan bahwa
pembelajaran akan berjalan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ada dikehidupannya.
Sesuai dengan pendapat Bruner yang melihat perkembangan
seseorang melalui tiga tahapan yaitu :
1. Tahap enactive, seseorang melakukan aktivitas dalam upaya
memahami lingkungan sekitar.
26
2. Tahap iconic, seseorang memahami objek melalui gambar dan
visualisasi verbal.
3. Tahap symbolic, seseorang telah memiliki ide atau gagasan abstrak
yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan logika.
Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia
(Budiningsih, 2005 : 27). Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah
objek, pasti, tetap dan tidak berubah. Fungsi pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir
yang dapat dianalisa dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari
proses berfikir ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada
di dunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa harus
dihadapkan pada aturan-aturan jelas dan ditetapkan dulu secara ketat.
Teori behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-
unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan, dan
sebagainya, contohnya percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olah raga dan sebagainya. Teori ini
juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
27
seperti pujian. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan
pada penambahan pengetahuan sedangkan belajar sebagai aktivitas yang
menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes (Budiningsih, 2005:28).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori
behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu mementingkan
pengaruh lingkungan, mementingkan bagian-bagian elementalistik,
mementingkan peranan reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya
hasil belajar melalui prosedur stimulus respon, mementingkan peranan
kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya, mementingkan
pembentukan kebiasaan melalui latihan atau pengulangan dan hasil
belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang dinginkan. Selain itu
menurut Smith (2009 : 77) menjelaskan bahwa Behaviorisme berdasarkan
pada perubahan perilaku yang bisa diamati. Behaviorisme memfokuskan
diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi sampai ia menjadi
automatis. Teori Behaviorisme mengonsentrasikan pada kajian tentang
perilaku-perilaku yang nyata yang bisa diteliti dan diukur dan memandang
pikiran sebagai kotak hitam dalam pengertian bahwa respon terhadap
stimulus bisa diamati secara kuantitatif yang secara total mengabaikan
kemungkinan proses pemikiran yang terjadi dalam pikiran. Selain itu
dijelaskan bahwa belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon, seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pembelajar sedangkan respon berupa reaksi
28
atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Faktor lain yang dianggap penting adalah faktor penguatan
(reinforcement), bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon juga akan semakin kuat . Selain itu dijelaskan bahwa dalam
teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah
dianggap belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku.
Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Sehingga
dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar sangat
mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan peranan reaksi,
mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus dan respon, mementingkan pembentukan pembiasaan melalui
latihan dan pengulangan dan hasil belajar yang dicapai adalah munculnya
perilaku yang dinginkan.
c. Teori Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
29
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Satu prinsip yang paling
penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa harus membangun
sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan
memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi
siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga
tersebut. Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan
pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang
dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya
meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya.
Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang.
Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada melainkan suatu
proses yang berkembang terus-menerus, dalam proses itu keaktifan
seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya
(Herpratiwi, 2009:72).
Sedangkan menurut Smith (2009 : 88) teori konstruktivisme
mempercayai bahwa pembelajar mengonstruksi realitasnya sendiri atau
30
paling tidak menafsirkannya berdasarkan pada persepsi-persepsi
pengalaman mereka sehingga pengetahuan individu menjadi sebuah
fungsi dari pengalaman, struktur mental dan keyakinan-keyakinan
seseorang sebelumnya yang digunakan untuk menafsirkan objek dan
peristiwa. Apa yang seseorang tahu didasarkan pada persepsi dari
pengalaman fisik dan sosial yang dipahami oleh pikiran. Menurut Pranata
dalam Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang
subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya
dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek
menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh
realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh
subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan
disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang
berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui
proses rekonstruksi.
Hal penting dalam pendekatan konstruktivisme adalah bahwa
dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan
penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan
mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus
bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa
secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan
membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu
merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret di
31
laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian
dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si
pendidik melainkan pada pembelajar. Beberapa hal yang mendapat
perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu (1) mengutamakan
pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2)
mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks
pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya
mengkonstruksi pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa akan berhasil
membentuk pengetahuannya melalui aktivitas dan terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman belajarnya.
Selain itu dijelaskan bahwa teori konstruktivisme didefinisikan
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif yaitu tindakan mencipta
sesuatu makna dari apa yang dipelajari, memahami belajar sebagai
kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan
memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran siswa,
artinya siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya,
dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang
siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak
guru. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
yaitu tindakan mencipta sesuatu dari apa yang dipelajari, peran guru
32
dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan lebih memfokuskan
pada aktivitas kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka dalam belajar.
d. Aktivitas Belajar
Belajar adalah proses perubahan yang melibatkan faktor interaksi
subjek dengan lingkungan. Sebagai suatu proses dalam belajar dituntut
adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa, pengertian
aktivitas belajar menurut Winkel (1983:48) bahwa “aktivitas belajar adalah
setiap macam kegiatan belajar yang menghasilkan suatu perubahan yang
khas yaitu belajar ”Dengan demikian aktivitas belajar adalah suatu
kegiatan yang direncanakan dan didasari untuk mencapai suatu tujuan
belajar, yaitu perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada siswa yang
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Nasution (1986 : 88)
mengatakan bahwa “aktivitas adalah azas yang terpenting oleh sebab
belajar sendiri merupakan suatu kegiatan”. Sedangkan menurut Rohani
(2004:16) belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas
yaitu sebagai berikut:
a. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang tampak yaitu saat peserta didik
melakukan percobaan, membuat kontruksi model dan lain-lain.
b. Aktivitas Psikis
Aktivitas psikis adalah kegiatan yang tampak apabila peserta didik
sedang mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan persoalan
dan mengambil keputusan.
33
Dari konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
adalah setiap kegiatan yang dilakukan siswa yang bersifat praktek untuk
mencapai tujuan belajar yang lebih baik. Banyak sekali aktivitas belajar
yang dapat dilakukan siswa untuk menghasilkan hasil belajar siswa.
Adapun jenis-jenis aktivitas belajar menurut Rohani (2004:131) adalah
sebagai berikut :
a. Mendengar
b. Memandang
c. Meraba, membaur dan mencicipi/mengecap
d. Menulis atau mencatat
e. Membaca
f. Membuat ringkasan
g. Menyusun paper/kertas kerja
h. Mengingat, berfikir
i. Latihan atau praktek
Sedangkan menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman
(2007:101) ada beberapa jenis aktivitas siswa melalui :
a. Visual activities seperti: membaca, melihat gambar, mengamati,
eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat.
c. Listening activities seperti : mendengarkan usulan, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
34
d. Writing activities seperti: menulis cerita, karangan, laporan, test angket,
menyalin.
e. Drawing activities seperti: menggambar, membuat grafik, diagaram,
peta, pola.
f. Motor activities seperti: melakukan percobaan, membuat kontruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.
g. Mental activities seperti: menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira
berani, tenang, gugup.
e. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri
siswa perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hamalik (2007:155) mengatakan bahwa “hasil belajar
tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang
dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan”. Sedangkan menurut Winkel (1983:150) berpendapat
bahwa “hasil belajar adalah usaha-usaha yang telah dicapai melalui
pengalaman belajar.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil usaha yang dicapai siswa melalui pengalaman belajar
berupa perubahan tingkah laku. Menurut Hamalik (2007:32) hasil belajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
35
a. Faktor intern, meliputi:
Tujuan, minat, aktivitas, kecakapan serta penguasaan bahan pelajaran.
b. Faktor ekstern meliputi:
1) Faktor lingkungan sekolah, berupa cara memberi pelajaran dan
bahan-bahan, alat peraga dan sebagainya.
2) Faktor lingkungan keluarga, meliputi: perhatian orang tua, sarana
dan prasarana belajar di rumah.
3) Faktor lingkungan masyarakat, meliputi: tempat tinggal siswa dan
lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa hasil
belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekstern dan faktor
intern.
f. Karakteristik Siswa SD ( 6 -12 tahun )
Berdasarkan teori perkembangan yang dikemukakan Piaget yang
dikutip Herpratiwi (2009:30) menyatakan bahwa pada tahap ini pada
umumnya anak-anak sudah memiliki kemampuan memahami konsep
konservasi (concept of conservasi), yaitu meskipun suatu benda berubah
bentuknya, namun masa, jumlah atau volumenya adalah tetap. Anak juga
sudah mampu melakukan observasi, menilai dan mengevaluasi sehingga
mereka tidak se-egosentris sebelumnya.
Kemampuan berfikir anak pada tahap ini masih dalam bentuk
konkret, mereka belum mampu berfikir abstrak, sehingga mereka juga
hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat konkret.
Aktifitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman
36
langsung sangat efektif dibandingkan dengan penjelasan guru dalam
bentuk verbal (kata-kata). Contoh, dalam pembelajaran IPS, misalnya,
siswa akan lebih mudah memahami konsep arah mata angin/kompas
barat, timur, utara dan selatan jika guru membawa Peta atau bola dunia
ke dalam kelas daripada menjelaskan bahwa pulau Kalimantan terletak di
sebelah utara pulau Jawa.
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari kata latin, yang merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah antara dua
pihak atau suatu alat (Sri Anitah, 2008 : 1). Selain itu menurut Tabrani
Rusyan (1993 : 189) ada beberapa ahli yang berpendapat tentang Media
antara lain :
a. Gagne berpendapat bahwa Media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan peserta didik untuk belajar.
b. Brown berpendapat bahwa Media adalah segala yang digunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat
mempengaruhi keefektifan program intruksional.
c. Wong berpendapat bahwa Media adalah berbagai alat atau mekanisme
untuk menyalurkan pesan kepada peserta didik.
d. Lembaga persatuan Pendidikan di Amerika yang tergabung dalam
wadah Association for Education and Communication Technology
(AECT) berpendapat bahwa Media adalah segala bentuk yang
dipergunakan untuk proses penyaluran informasi.
37
e. National Education Association (NEA) berpendapat bahwa Media
adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar,
dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan untuk
kegiatan tersebut.
Dari beberapa pendapat tersebut menurut Tabrani Rusyan
(1993:189-190) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang
berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga
tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna.
2. Media berpesan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan
motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih
tujuan-tujuan belajar.
3. Apapun yang disampaikan oleh guru mesti menggunakan Media, paling
tidak yang digunakannya adalah Media verbal, yaitu berupa kata-kata
yang diucapkannya dihadapan peserta didik.
4. Segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekolah, baik berupa
manusia ataupun bukan manusia yang pada permulaannya tidak
dilibatkan dalam proses belajar mengajar, setelah dirancang dan
dipakai dalam kegiatan tersebut lingkungan itu berstatus Media sebagai
alat perangsang belajar.
Dengan kata lain alat itu baru disebut Media jika dirancang dan
dipakai dalam proses belajar mengajar. Menurut Sumaatmaja (1984 :117)
mengemukakan media pengajaran secara keseluruhan adalah segala
benda dan alat yang digunakan untuk membantu pelaksanaan PBM IPS,
38
seperti slide, epidiaskup, proyektor, peta, globe, grafik, diagram, potret,
gambar, maket, diorama, film, tape recorder, video tape recorder, radio
dan lain-lain. Menurut Gagne yang dikutip oleh Arief Sadiman (2003: 6)
menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk dapat belajar.
Sementara itu Briggs (1970) dalam Arief Sadiman (2003: 7) berpendapat
bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah
contoh-contohnya.
Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan
diantaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Jadi secara
luasnya media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa
yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran
guru. Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media tetapi dituntut
untuk tampil memilih, menggunakan media yang tepat, kalau
memungkinkan guru memiliki kemampuan untuk merancang dan
membuat media sendiri. Memilih dan menggunakan media perlu
memperhatikan aspek tujuan, materi, metode dan evaluasi. Penggunaan
39
media bukan semata-mata melaksanakan salah satu komponen
pengajaran, tetapi dengan media benar-benar berguna untuk
memudahkan penguasaan siswa dalam belajar. Upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran pendidikan IPS sangat terkait dengan kemampuan
guru dalam memanfaatkan media yang tersedia untuk kebutuhan
siswanya, siswa dilatih menjadi terampil dan penuh pengalaman dalam
menggunakan media. Proses pembelajaran yang didukung oleh media
secara lengkap dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
Mengenai tujuan belajar dapat diwujudkan dalam bentuk :
1. Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar.
2. Memperbaiki berfikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuan, kerjasama,
harga diri dan rasa percaya pada diri sendiri khususnya dalam
menghadapi kehidupan akademik.
3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar.
4. Mengembangkan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi
dilingkunganya khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan
sosial teknologi (Sumantri ,1999 : 21).
Selanjutnya menurut Sumantri (1999 : 181) mengemukakan
prinsip-prinsip dalam memilih media yaitu :
1. Memilih media harus berdasarkan tujuan pengajaran dan bahan
pengajaran yang akan disampaikan.
2. Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru baik dalam
penggunaannya dan pengadaannya.
40
3. Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
4. Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada
waktu, tempat dan situasi yang tepat.
5. Memilih media harus memahami karakteristik dari media itu sendiri.
Sedangkan manfaat media bagi siswa memungkinkan dapat
mencapai peristiwa yang langka dan sukar dicapai. Misalnya Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 akan sulit
disaksikan. Tetapi dengan adanya foto-foto peristiwa berlangsung dapat
merasa lebih dekat, seolah-olah menyaksikan sendiri dengan lebih mudah
melakukan.
Contohnya pengamatan suatu wilayah sukar memberikan
gambaran yang menyeluruh, karena wilayah tersebut terlalu luas untuk
diamati secara langsung. Dengan menggunakan media peta dapat
memperoleh gambaran secara keseluruhan tentang wilayah yang diteliti.
Penggunaan media yaitu suatu proses pengambilan keputusan secara
sistematis berdasarkan spesifikasi desain pembelajaran yang akan
ditempuh dengan memperhatikan prinsip-prinsip pemanfaatan media yang
dikaitkan dengan karakteristik peserta didik (Sadiman, 2008:39). Menurut
Sadiman (2008:18) kegunaan Media pembelajaran adalah untuk:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2. Mengatasi ruang, waktu dan daya indera.
3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan variatif dapat
mengatasi sikap pasif anak.
41
4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda.
c. Pengertian Media Film Dokumenter
Film merupakan salah satu alat yang ampuh di tangan orang yang
mempergunakannya secara efektif untuk sesuatu maksud terutama
terhadap masyarakat kebanyakan dan juga anak-anak yang memang
lebih banyak menggunakan aspek emosinya dibanding aspek rasionalnya,
dan langsung berbicara ke dalam hati sanubari penonton secara
meyakinkan.
Film juga sangat membantu dalam proses pembelajaran, apa yang
terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih
mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca saja atau hanya
didengar saja. Saat ini dengan berkembangnya teknologi, peralatan film
sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan
teknologi perfilman yang serba digital, telah memberikan kemudahan
kepada kita sebagai praktisi pendidikan, untuk meningkatkan dan
mengembangkan pemanfaatan film-film pendidikan yang lebih kreatif dan
inovatif. Dalam tesis ini, akan dibahas mengenai pengertian film,
kegunannya dalam pendidikan, kelebihan dan kelemahan film sebagai
media pembelajaran, dan jenis-jenis film yang digunakan dalam
pendidikan.
Menurut Heinrich yang dikutip (Nur laila, 2010) film dokumenter
adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula
memfiksikan yang fakta. Pola penting dalam film ini menurutnya, adalah
42
menggambarkan permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang
ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya.
Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah
manusia. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap sosial
budaya di suatu daerah atau negara, film tentang sejarah kemerdekaan
Indonesia.
Film secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang
dituturkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. Film
atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana
frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Sama halnya dengan film,
video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama
dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Selanjutnya Fungsi film
dalam proses pembelajaran terkait dengan tiga hal, yaitu untuk tujuan
kognitif, untuk tujuan psikomotor, dan untuk tujuan afektif. Dalam
hubungannya dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan untuk:
1. Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak
yang relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak, dan sebagainya.
2. Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan
ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. Misalnya
untuk mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya.
3. Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang
menunjukkan interaksi manusia.
43
Dalam hubungannya dengan tujuan psikomotor, film digunakan
untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat
memperlambat atau mempercepat gerak, mengajarkan cara
menggunakan suatu alat, cara mengerjakan suatu perbuatan, dan
sebagainya. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik tertunda
kepada siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan
mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu
kemudian. Dengan hubungannya dengan tujuan afektif, film dapat
mempengaruhi emosi dan sikap seseorang, yakni dengan menggunakan
berbagai cara dan efek. Ia merupakan alat yang cocok untuk
memperagakan informasi afektif, baik melalui efek optis maupun melalui
gambaran visual yang berkaitan. Beberapa kelebihan film sebagai media
dalam pendidikan yaitu:
1. Film sangat bagus untuk menjelaskan suatu proses. Misalnya proses
penciptaan alam semesta.
2. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali
kejadian-kejadian sejarah yang lampau.
3. Film dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
4. Film dapat memikat perhatian anak.
5. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya
sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas.
6. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan).
7. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.
8. Film dapat digunakan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.
44
9. Film dapat menyampaikan suara seseorang ahli sekaligus melihat
penampilannya.
10. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
Kelemahan film sebagai media pendidikan antara lain:
1. Harga atau biaya produksi relatif mahal.
2. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan
melalui film tersebut.
3. Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar yang diinginkan, kecuali film itu dirancang dan diproduksi
khusus untuk kebutuhan sendiri.
Dalam menilai baik tidaknya sebuah film, bahwa film yang baik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dapat menarik minat siswa.
2. Up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan.
3. Sesuai dengan tingkatan kematangan audiens.
4. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar.
5. Kesatuan dan sequence-nya cukup teratur.
6. Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup
memuaskan.
Jenis-jenis film untuk konteks pembelajaran diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Film Dokumenter
45
Film dokumenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan
fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Pola penting dalam film ini
menurutnya, adalah menggambarkan permasalahan kehidupan manusia
meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain
sebagainya. Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting
dari sejarah manusia. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap
sosial budaya di suatu daerah atau negara, film tentang sejarah
kemerdekaan Indonesia.
b. Docudrama
Docudrama yaitu film dokumenter yang membutuhkan
pengadegan. Kisah-kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang
diangkat dari kisah nyata dari kehidupannyata, bisa diambil dari sejarah.
Misalnya, kisah teladan para Nabi dan Rasul.
c. Film Drama atau Semidrama
Film drama atau semidrama keduanya melukiskan human relation.
Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga tidak dari kisah nyata,
yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah
cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, dan
sebagainya. Selain itu pengertian Film dokumenter menurut (Mudarwan,
2010), Film dokumenter adalah rekaman yang diambil langsung dari suatu
kejadian. Jadi film dokumenter tidak mengandung unsur skenario. Jadi
kesimpulanya adalah, media film dokumenter adalah suatu media
pembelajaran dalam bentuk rekaman film yang diambil secara langsung
yang bersifat dokumenter.
46
Beberapa keunggulan menggunakan film dokumenter, antara lain:
a. Merupakan media pembelajaran yang cukup terjangkau. Harga VCD
dan DVD dokumenter semakin terjangkau dan dapat digunakan
berulang kali (sebagai inventaris sekolah).
b. Dapat digunakan oleh hampir semua mata pelajaran (bidang studi),
IPA (Biologi, Fisika, Kimia), IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi), Bahasa,
Kesenian, PKn, dan lain-lain.
c. Peristiwa dan kejadian adalah kejadian yang sebenarnya (secara apa
adanya) “based on true story“
d. Mampu menghadirkan suasana dan kejadian seperti kejadian yang
sebenarnya tanpa membahayakan nyawa manusia, misalnya
menyaksikan peristiwa letusan gunung api. Akan sangat berbahaya
jika kita berada langsung di tempat kejadian letusan gunung api. Atau
dapat menghemat pembiayaan di dalam pembelajaran, misalnya saat
belajar tentang negara Afrika Selatan, kita tidak perlu ke sana, tetapi
dapat menyaksikan Afrika Selatan dalam tayangan dokumenter.
e. Peserta didik dapat mengingat materi pembelajaran dengan lebih baik,
karena dalam film terkandung unsur visual, audio, dan dramatik
(menggugah perasaan). Diharapkan film dokumenter dipilih secara
seksama dan jika film tersebut cukup panjang durasinya, maka dapat
diambil potongan (klip-nya) agar dapat mengefektifkan penggunaan
waktu belajar.
Penggunaan media film, film yang akan digunakan dalam
pembelajaran harus sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Film
47
sangat menarik sekali sebagai suatu media atau alat pembelajaran dan
hendaknya mendapat perhatian yang lebih banyak. Bila suatu sekolah
mempunyai proyektor film, maka guru harus mengenal film yang tersedia
dan lebih dulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi mata
pelajaran. Media film termasuk golongan audio-visual yang sebenarnya
adalah alat- alat yang dapat menghasilkan suara atau rupa dalam satu
unit. Film disini yang dimaksud adalah film sebagai alat audiovisual untuk
pengajaran, penerangan dan penyuluhan.
Kelebihan Media Film antara lain :
1) Memiliki semua kemampuan yang dimiliki oleh media audio, visual dan
gerak.
2) Memiliki efek menarik yang tidak dimiliki oleh media lain.
3) Dapat menyajikan pesan yang sukar dan langka karena telah direkam
terlebih dahulu.
d. Langkah-langkah menggunakan Media Film Dokumenter
Langkah-Langkah Pemanfaatan Film Dokumenter antara lain :
a) Langkah Persiapan Guru
Menyiapkan unit pelajaran, memilih film yang tepat untuk mencapai
tujuan pengajaran. Pertimbangan dalam memilih film : Panjangnya film,
tingkat rekomendasi film, tahun produksi, deskripsi dari film tersebut.
b) Mempersiapkan kelas
Audien dipersiapkan terlebih dahulu dan menjelaskan bagian-bagian
yang harus mendapat perhatian khusus sewaktu menonton film.
48
c) Langkah penyajian
Dalam penyajian ini harus dipersiapkan perlengkapan yang diperlukan,
antara lain : proyektor / LCD, layar, pengeras suara dan film.
d) Aktivitas lanjutan
Aktivitas lanjutan berupa tanya jawab guna mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan oleh film tersebut
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan .Menurut Blomm yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
(1999 :130) hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu : aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat
dicapai pada saat atau periode tertentu.
Menurut Cronbach yang dikutip Imam Syafii (2007:29) belajar
ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil
pengalaman. Disimpulkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Depdiknas
(2003:234): Dalam belajar paling tidak ada perubahan pengalaman dan
dianggap sebagai faktor-faktor dasar dalam belajar, sebagai berikut : (a)
pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku,
diakibatkan dari perpasangan rangsangan tak terkondisikan dengan suatu
rangsangan terkondisi, sebagai suatu fungsi pengalaman, rangsangan
49
terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk
mengeluarkan respon terkondisi.
Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk
memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi
sekolah atau bidang-bidang studi, (b) belajar kontigunitas, yaitu
bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu
waktu, dan hal ini banyak dialami. Dilihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari ‘drill’ dan belajar strereotipe- stereotipe, (c)
belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku apakah perilaku itu akan
diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu, (d) pengalaman
belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. belajar
dari model-model dan masing-masing dimungkinkan menjadi suatu model
bagi orang lain dalam belajar observasional, (e) belajar kognitif terjadi
dalam pikiran dengan melihat dan memahami peristiwa-peristiwa sekitar,
dan dengan belajar menyelami pengertian.
Belajar sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap
informasi dan pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat
dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring
dengan persepsi, pikiran atau pengetahuan awal, dan perasaan siswa.
Belajar bukanlah proses penyerapan pengetahuan yang dapat ditentukan
oleh guru. Hal ini terbukti hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal
pengajaran sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama, cara
perlakuan sama.
50
Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun
pemahaman, maka partisipasi guru diharapkan jangan sampai merebut
otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Siswa harus
diberi kebebasan memberikan makna/pendapat atas materi yang
disampaikan guru, guru hanyalah membimbing mengarahkan apabila
pendapat siswa tadi menyimpang dari kebenaran atau maksud yang ingin
dicapai (Sardiman, 2001:17).
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan. Menurut Blomm yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
(1999 :130) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Aspek kognitf meliputi: pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan
dengan penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi dan
internalisasi. Aspek psikomotor berkenaan dengan hasil belajar
ketrampilan dan kemampuan bertindak. Prestasi merupakan kecakapan
atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu.
Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil
yang telah dicapai siswa dalam proses belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar
(Slameto, 1995:54-72). Faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi
belajar antara lain: (1) Latar pendidikan orang tua, semakin tinggi
pendidikan orang tua, maka anak dituntut harus berprestasi dengan
berbagai cara ditempuh untuk pengembangan prestasi belajar anak; (2)
51
Status ekonomi sosial orang tua, keadaan ekonomi keluarga erat
hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, jika tidak maka dalam belajar akan
terganggu, jika misalnya anak dalam keluarga miskin kebutuhan pokoknya
tidak terpenuhi kesehatan terganggu akibatnya belajar anak terganggu;
(3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah, sarana
prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan sebagai tempat
yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar. Di
rumah diperlukan tempat belajar, bermain agar anak dapat berkreasi
sesuai apa yang diinginkan, sedangkan di sekolah harus mempunyai
ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman, ruang kepala dan lain
sebagainya supaya terjadi pembelajaran yang memadai, semuanya untuk
memberikan pelayanan kepada anak didik; (4) Media yang dipakai guru,
keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya media
yang digunakan dalam pendidikan yang dirancang; (5) Kompetensi guru
adalah cara guru dalam pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa
dengan metode atau program tertentu. Metoda atau program dijalankan
demi kemajuan pendidikan, keberhasilan pendidikan di sekolah
tergantung baik buruknya metoda atau program yang dirancang. Faktor
dari dalam yang mempengaruhi belajar yakni : (1) Kesehatan jasmani dan
rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, siswa
yang kesehatan baik akan mudah dalam belajar sehingga hasil belajarnya
akan baik dibanding dengan siswa yang kondisi kesehatannya kurang
baik; (2) Kecerdasan besar pengaruhnya dalam menentukan sesorang
52
dalam mencapai keberhasilan, seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi
akan lebih cepat dalam menghadapi dan memecahkan masalah,
dibandingkan dengan orang yang memiliki kecerdasan rendah. Siswa
yang mempunyai kecerdasan tinggi prestasi belajarnya akan tinggi
sementara siswa yang kecerdasannya rendah maka prestasi yang
diperoleh juga rendah; (3) Cara belajar seseorang mempengaruhi
pencapaian hasil belajarnya, belajar tanpa memperhatikan teknik dan
faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil
yang kurang memuaskan; (4) Bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang, siswa yang belajar sesuai bakatnya akan lebih berhasil
dibandingkan dengan orang yang belajar di luar bakatnya; (5) Minat
seorang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka hasil yang
akan dicapai lebih baik dibanding dengan siswa yang kurang berminat
dalam belajar; (6) Motivasi, sebagai faktor dari dalam berfungsi
menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan
adanya motivasi maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula
siswa yang motivasi rendah prestasinya kurang baik.
Mata pelajaran sejarah adalah, mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan atau peristiwa-peristiwa penting di masa lampau dan memiliki
pengaruh besar dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan sendi-sendi
kehidupan lainnya dalam masyarakat. Salah satu fungsi utama mata
pelajaran sejarah adalah mengabdikan pengalaman-pengalaman
masyarakat di waktu lampau yang sewaktu-waktu bisa menjadi
53
pertimbangan bagi masyarakat itu dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi (I Gde Widja, 1989: 46). Tujuan luhur dari mata pelajaran
sejarah adalah menanamkan kebangsaan cinta tanah air, bangsa dan
negara serta sadar untuk menjawab untuk apa dilahirkan.
Polybius yang dikutip dalam Dadang Supardan (2008:64)
mengatakan bahwa sejarah adalah philosophy teaching by example,
semua orang memiliki dua cara untuk menjadi baik yaitu berasal dari
pengalaman dirinya sendiri dan berasal dari pengalaman orang lain.
Dalam hal ini film dokumenter tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia
sesuai Kompetensi Dasar Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17
Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia, yang
ditayangkan di Kelas VIII SD. Sebagai media pembelajaran IPS film ini
diharapkan dapat memberi motivasi siswa terhadap mata pelajaran
sejarah, Dengan motivasi belajar yang tinggi diharapkan prestasi belajar
tinggi.
C. Kerangka Berpikir
Menurut Arikunto (2006:102) penelian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu dan
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di
kelas dengan melihat kondisi siswa. Penelitian tindakan kelas sebagai
bentuk penelitian reflektif untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran
sehingga menjadi lebih efektif. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebas (X) adalah media film dokumenter sedangkan aktivitas dan hasil
54
belajar merupakan variable terikat (Y). Kerangka pikir adalah hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat dalam rangka memberi jawaban
sementara tentang masalah yang akan diteliti sehingga memperjelas
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kerangka pikir ini terdapat
hubungan yang erat antara variabel bebas dan variabel terikat. Untuk
meningkatkan proses pembelajaran IPS di kelas diperlukan media
pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,
aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka
mencapai tujuan belajar, aktivitas siswa akan lebih meningkat apabila
kegiatan pembelajaran menggunakan media film dokumenter memberi
manfaat kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan tingkat
berfikir menjadi lebih konkrit.
Berdasarkan kerangka pikir diatas, disusun kerangka analitik
sebagai berikut :
Media film dokumenter(X1)
Motivasi belajar (X2)
Prestasi belajar (Y)
55
Kerangka analitik di atas menunjukkan bahwa proses belajar
mengajar sangat berkaitan dengan media film dokumenter dan aktivitas
dan hasil belajar. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta yang harus
dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber belajar utama
pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama dalam strategi
belajar. Untuk itu diperlukan strategi belajar baru yang lebih yang
memberdayakan siswa lebih aktif dengan menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan berbagai media pembelajaran khususnya media
film dokumenter. Jadi media film dokumenter sangat menunjang dan
meningkatkan dalam proses pembelajaran IPS serta untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
D. Hipotesis
1. Ada pengaruh penggunaan media film dokumenter IPS terhadap
peningkatan prestasi belajar IPS pada Siswa Kelas VIII SMPN 2
Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju,
Propinsi Sulawesi Barat.
2. Ada pengaruh motivasi belajar IPS terhadap prestasi belajar IPS pada
Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat,
Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.
3. Ada pengaruh interaksi antara penggunaan media film dokumenter IPS
dalam pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS
56
pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang
Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.
57
BAB III
METODEI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode
eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh, dengan memberikan treatment (perlakuan) tertentu.
Eksperimen bersifat validation atau menguji pengaruh satu atau lebih
variabel terhadap variabel lain. Variabel-variabel yang ada termasuk
variabel bebas atau independent variable dan variabel terikat atau
dependent variable, sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti
(Sukardi, 2008: 178). Dalam penelitian dibedakan 2 kelompok, yaitu
kelompok yang dalam pembelajaran tidak menggunakan media film
dokumenter IPS dengan pembelajaran yang menggunakan media film
dokumenter IPS. Variabel bebas terdiri atas variabel media film
dokumenter dan motivasi belajar siswa dengan variabel terikat prestasi
belajar sejarah siswa.
Penelitian ini, terdiri dari dua variabel bebas yaitu penayangan film
dokumenter dan motivasi belajar. Satu variabel terikat yaitu prestasi
belajar. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2x2.
Variabel bebas pertama (X1) yaitu pembelajaran IPS menggunakan
media film dokumenter dalam dan motivasi belajar (X2) merupakan
variabel aktif yaitu variabel dimanipulasi yang akan dikembangkan dan
ingin diketahui keefektifannya untuk pembelajaran. Kelompok siswa yang
58
diberi perlakuan dengan media film dokumenter IPS adalah kelompok
eksperimen, dilaksanakan di SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan
Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat, sedangkan
yang tidak menggunakan media film dokumenter IPS, dilaksanakan di
SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten
Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat sebagai kelompok kontrol. Variabel
terikatnya (Y) adalah prestasi belajar sejarah siswa. Rancangan penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2:
Faktor A Media pembelajaran
Faktor B
Media film dokumenter IPS (a1)
Tidak menggunakan Media media film dokumenter IPS (a2)
Motivasi belajar
Tinggi (b2) a1b1 a1b2
Rendah (b2) a2b1 a2b2
Keterangan
a1b1 : Kelompok siswa yang menggunakan media film dokumenter
IPS yang memiliki motivasi tinggi.
a2b1 : Kelompok siswa yang menggunakan media film dokumenter
IPS yang memiliki motivasi rendah.
a1b2 : Kelompok siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran
film dokumenter IPS memiliki motivasi tinggi.
a2b2 : Kelompok siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran
film dokumenter IPS memiliki motivasi rendah.
a1 : Pembelajaran menggunakan tayangan film dokumenter.
a2 : Pembelajaran tanpa menggunakan tayangan film documenter.
59
b1 : Motivasi belajar tinggi.
b2 : Motivasi belajar rendah.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2008:117). Menurut Siswandari (2009: 5),
populasi adalah “himpunan sampel atau anggota yang akan diamati.
Menurut Ary dkk yang dikutip oleh Sukardi ( 2009: 53) population is all
members of well defined class of people.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah keseluruhan subyek yang mempunyai kualitas atau cirri-
ciri yang telah ditetapkan dan menjadi sasaran penelitian untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang
Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi
Barat.
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:118) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Suharsimi Arikunto
(1998:117) menjelaskan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
60
reprensentative atau mewakili populasi. Sampling adalah teknik
pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian. Dasar pengambilan sampel yaitu: Apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian total populasi. Selanjutnya apabila jumlah
subyeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20 -
25% atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti (Arikunto , 1998:120).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah multistage sampling dan purposive sampling yakni sampel secara
bertahap dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti.
Tahapan pengambilan sampel adalah sebagai berikut: di SMPN 2
Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi
Sulawesi Barat ada 11 SMP yang berstatus negeri, dari 11 SMP negeri
diambil 2 sekolah yakni SMP 1 dengan SMP 7 secara purposive, dengan
pertimbangan SMP 1 dan SMP 7 mempunyai kesamaan : (1) Berada di
Mamuju; (2) Status sekolah tersebut sama-sama Negeri; (2) Seleksi
masuk melalui usia anak dan tempat tinggal; (3) Masa kerja guru rata-rata
sama: (4) Guru sudah bersertifikasi pendidik.
Dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMPN 2 Tapalang
Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi
Barat, dipilih SMPN sebagai kelompok kontrol. Kelas VIII SMPN 2
Tapalang Barat, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi
Sulawesi Barat kelompok eksperimen. Penelitian dilakukan dengan
61
menggunakan kaidah kuantitatif dengan menjawab pilihan ganda
sederhana untuk data prestasi, menjawab angket untuk data motivasi.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah
tertentu (Qonita Alya,2011:29). Metode pengumpulan data dengan
memberikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi
dari responden (Arikunto, 1993:124). Menurut Walgito Bimo (2000:60),
angket adalah merupakan suatu daftar berisi pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang akan diselidiki. Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pengaruh media film
dokumenter IPS dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata
pelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat, Kecamatan
Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.
2. Metode Dokumen
Menurut Suharmi Arikunto (1998: 158) dokumentasi berasal dari
kata dokumen yang berarti barang-barang yang tertulis, misal: buku-buku,
majalah, dokumen peraturan, catatan-catatan dan sebagainya. Dokumen
juga bisa berupa barang-barang yang tidak tertulis, seperti: kaset, video,
film, dan Iain-lain. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan
untuk mendapatkan data-data mengenai nama siswa yang menjadi
sampel.
62
D. Validitas dan Reliabilitas
Sebelum pengumpulan data yang sebenarnya, instrument
penelitian perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu, agar mendapatkan data
yang benar-benar sahih dan dapat diandalkan. Pengujian ini untuk
mengetahui validitas maupun reabilitas setiap item butir
pertanyaan/pernyataan melalaui cara tertentu.
Uji coba dilakukan kepada 40 subyek yang memenuhi karakteristik
sama dengan subyek yang diteliti. Dalam hal ini pada kelas VIII SMPN
termasuk populasi namun tidak menjadi obyek penelitian. Sebelum tes
digunakan untuk menguji subyek penelitian, tes tersebut diujicobakan
terlebih dahulu pada siswa Kelas VIII SMPN di kelas yang tidak termasuk
sebagai subyek penelitian. Soal yang digunakan sebagai alat pengumpul
data tersebut sebelum digunakan dilakukan uji coba, dengan langkah
sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Instrumen tes Menguji validitas butir soal, dengan rumus korelasi
product moment dari Pearson :
rxy = N∑ XY−(∑ X )(∑ Y )
√ {N∑ X2−(∑ X
2 )}{N∑ Y2−(∑Y
2 )}( Suharsimi Arikunto,
1998 : 162)
Keterangan :
rxy : koefisien Validitas
N : Jumlah responden.
ΣX : Jumlah skor setiap butir pertanyaan.
63
ΣY : Jumlah skor total.
ΣXY : Jumlah butir dikalikan skor.
Pengujian hasil validitas dilakukan pada tingkat signifikansi 5%
yaitu dengan membandingkan koefisien validitas dengan r tabel. Butir soal
dapat dinyatakan valid jika nilai koefisien validitas > r tabel, dan gugur jika
koefisien validitas < r tabel. Dari 50 item pertanyaan yang diuji diperoleh
40 butir valid dan 10 butir soal dapat dinyatakan gugur.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat
ukur dapat diandalkan atau untuk mengukur tingkat kepercayaan
instrument, sehingga apabila digunakan lebih dari satu kali memiliki hasil
tetap. Bila alat pengukur yang dipakai dua kali untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukurannya relatif konsisten, maka alat tersebut
reliabel. Uji reliabel menggunakan rumus Alpha Cronbach
(Suharsimi,1998:192).
Rumus r11 = ( kk−1 )(1∑ σb
2
σ 12 )
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ σb2 = Jumlah varian butir
= varian total.
64
Hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,948. Jadi r11 > 0,600,
menunjukkan instrumen motivasi belajar adalah reliabel.
E. Variabel dan Pengukuran
a. Variabel Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis
penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1.. Variabel bebas : media film dokumenter IPS, motivasi belajar
2. Variabel terikat : Prestasi Belajar
b. Pengukuran
Agar konsep-konsep dapat diteliti, maka harus dioperasikan dengan
cara menjabarkan variabel-variabel tertentu. Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah variabel bebas (independence variabel) yang terdiri
dari tentang media film dokumenter IPS (X1) dan motivasi belajar (X2)
terhadap prestasi belajar IPS (Y) Kelas VIII SMPN 2 Tapalang Barat,
Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi
Barat.
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen PENGARUH MEDIA FILM DOKUMENTER IPS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN 3 GUMIRIH KECAMATAN SINGOGURUH BANYUWANGI
No Variabel Indikator Item1 Pengaruh Film
Dokumenter IPS (X1)1. Pembelajaran media film
dokumenter yang dilaksanakan menarik.
1 – 3
4 – 6
65
No Variabel Indikator Item2. Pembelajaran media film
dokumenter menyenangkan.3. Pembelajaran media film
dokumenter mudah dimengerti
4. Pembelajaran mendorong Anda untuk bekerja sama dengan teman n
5. Media yang digunakan dapat membantu untuk memahami materi yang dijelaskan.
7 – 9
13 – 15
50
2 Motivasi Belajar (X2) 1. menyelesaikan tugas IPS tepat waktu
2. Segera menyelesaikan tugas IPS yang diberikan guru
3. berusaha mengerjakan tugas IPS dengan sungguh-sungguh
4. senang mengerjakan tugas IPS walaupun mengalami kesulitan.
5. mengerjakan tugas IPS walaupun tidak dikumpulkan
1 – 33 – 67 – 9
10 – 1213 – 15
3 Prestasi Belajar (Y) 1. Kemampuan menyusun program pengajaran
2. Kemampuan menyajikan program pengajaran
3. Kemampuan menganalisis hasil belajar
4. Kemampuan menyusun program perbaikan dan pengayaan
5. Kemampuan menyusun program bimbingan dan menindak lanjutinya.
1 – 3
4 – 6
7 – 9
10 – 12
13 – 15
F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisa regresi berganda. Analisis regresi merupakan salah satu teknik
analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji
hubungan antara beberapa variabel dan meramal suatu variabel (Kutner,
Nachtsheim dan Neter, 2004).
66
Istilah “regresi” pertama kali dikemukakan oleh Sir Francis Galton
(1822-1911), seorang antropolog dan ahli meteorologi terkenal dari
Inggris. Dalam makalahnya yang berjudul “Regression towards mediocrity
in hereditary stature”, yang dimuat dalam Journal of the Anthropological
Institute, volume 15, hal. 246-263, tahun 1885. Galton menjelaskan bahwa
biji keturunan tidak cenderung menyerupai biji induknya dalam hal
besarnya, namun lebih medioker (lebih mendekati rata-rata) lebih kecil
daripada induknya kalau induknya besar dan lebih besar daripada
induknya kalau induknya sangat kecil (Draper dan Smith, 1992).
1. Uji Asumsi Klasik
Sehubungan dengan penggunaan statistik parametrik dalam rangka
pengujuan hipotesis, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi
yang dipersyaratkan bagi terknik analisis yang digunakan. Uji persyaratan
yang harus dipenuhi untuk teknik analisis regrasi ganda meliputi (a) uji
normalitas, (b) uji linieritas, dan uji multikolinieritas (Santoso : 203 – 219)
a. Uji Normalitas.
Pada dasarnya penarikan sampel penelitian telah melalui prosedur
sampling yang tepat, namun tidak tertutup kemungkinan adanya
penyimpangan. Oleh karena itu terhadap sampel yang diambil terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program computer SPSS versi 10 dengan melihat harga
kemiringan (skewness) dan tinggi rendahnya atau runcing datanya
67
berbentuk kurva (kurtosis). Kriteria untuk menentukan normal tidaknya
distribusi skor,digunakan batas toleransi kemiringan yang dikembangkan
oleh Person, yaitu nilai skewness (kemiringan) hasil perhitungan berada
antara -0,5 sampai 0,5 (Sujana, 1992).
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk melihat linieritas hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu metode kolaborasi (X1), dan
gaya belajar (X2) dengan prestasi belajar siswa (Y). Kaidah yang
digunakan adalah jika p lebih besar 0,05 maka sebarannya dinyatakan
linier, dan sebaliknya jika p lebih kecil atau sama dengan 0,05 (Sutrisno
Hadi, 1994;118)
Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier atau tidak. Untuk uji
linieritas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program
SPSS 10 (Santoso,2000:214)
c. Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas didasarkan pada
perhitungan koefisien korelasi antara variabel bebas. Perhitungan uji
multikolinieritas dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi
10. Pedoman yang dipergunakan untuk menentukan multikolinieritas
antara variabel adalah dengan melihat nilai korelasi antara variabel bebas.
Jika koefisien korelasi antara variabel bebas ≥ 0,85 (Edwards, 1999),
berarti terjadi multikolinieritas antara veriabel bebas. Sebaliknya jika
68
koefisien korelasi antara veriabel ≥ 0,85, maka tidak terjadi
multikolinieritas antara variabel bebas.
Dalam mengkaji hubungan antara beberapa variabel menggunakan
analisis regresi, terlebih dahulu peneliti menentukan satu variabel yang
disebut dengan variabel tidak bebas dan satu atau lebih variabel bebas.
Jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh satu variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model
regresi linier sederhana. Kemudian Jika ingin dikaji hubungan atau
pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas,
maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier berganda
(multiple linear regression model). Kemudian untuk mendapatkan model
regresi linier sederhana maupun model regresi linier berganda dapat
diperoleh dengan melakukan estimasi terhadap parameter-parameternya
menggunakan metode tertentu. Adapun metode yang dapat digunakan
untuk mengestimasi parameter model regresi linier sederhana maupun
model regresi linier berganda adalah dengan metode kuadrat terkecil
(ordinary least square/OLS) dan metode kemungkinan maksimum
(maximum likelihood estimation/MLE) (Kutner et.al, 2004).
Pada pelatihan ini dikaji analisis regresi linier berganda atau sering
juga disebut dengan regresi klasik (Gujarati, 2003). Kajian meliputi kajian
teori dan aplikasinya pada studi kasus disertai dengan teknik analisis dan
pengolahan datanya dengan bantuan software SPSS under windows versi
15.0.
69
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Alasan menggunakan regresi linear ganda karena penelitian ini
bertujuan unluk mencari benluk hubungan (relasi) linear antara satu
variabel terikal Y dan variabel bebas X. (Budiyono. 2004: 275).
Agar supaya regresi yang diperoleh dapal dipakai unluk
melakukan prediksi secara cermat, koefisien-koefisien regresinya (yailu
bb b2, b3) perlu diuji keberartiannya.
Untuk menguji keberartian koefisien regresi bi digunakan siatislik uji
dengan menggunakan rumus sebagai berikul (Budiyono, 2004: 286): yaitu
variabel random berdisiribusi t dengan derajat kebebasan n-k-1.
Perhitungan nilai t tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SPSS.
3. Uji Hipotesis Penelitian
Untuk menguji hipotesis nomor satu sampai empat dengan
menggunakan analisis Anova satu jalur dengan bantuan komputer
program versi 10 (Santoso, 2000 : 261), analisa regresi linier ganda
dengan rumus sebagai berikut :
a. Uji t (parsial):
Bentuk umum model regresi linier berganda dengan p variabel
bebas adalah seperti pada persamaan berikut (Kutner, Nachtsheim dan
Neter, 2004).
70
Yi = 0 + 1Xi1 + 2Xi2 + … + p - Xi, p – 1 + i
dengan:
Yi adalah variabel tidak bebas untuk pengamatan ke-i, untuk i = 1, 2, …, n.
0, 1, 2, … p – 1 adalah parameter.
Xi1 , Xi2, … Xip– 1adalah variabel bebas.
I adalah sisa (error) untuk pengamatan ke-i yang diasumsikan
berdistribusi normal yang saling bebas dan identik dengan rata-rata 0 (nol)
dan variansi 2.
b. Uji F (Simultan)
Analisis secara bersama-sama digunakan Linier berganda dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh keseluruhan variabel bebas terhadap
variabel terikat, dengan melihat signifakansi perolehan r2 dengan bantuan
komputer program SPSS 16,0 (Santoso, 2007 : 324)
Uji hipotesis dengan uji F digunakan untuk mengetahui apakah
variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat
dengan tingkat kepercayaan alpha = 0,05. Hasil dari perhitungan uji F
dibandingkan dengan nilai yang terdapat pada tabel F. sedangkan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh masing – masing variabel bebas
terhadap variabel terikat, maka dilakukan pengujian koefisien regresi (Uji
F) dengan tingkat kepercayaan alpha = 0,05
c. Koefisien Determinasi Simultan.
Keofisien determinasi simultan pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi simultan adalah antara nol dan satu. Nilai R2
71
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen sangat
terbatas. Kelemahan koefisen determinasi simultan adalah adanya bias
terhadap sejumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model.
Oleh karena itu, lebih baik menggunakan Adjusted R2. Apabila adjusted
R2 bernilai negatif maka nilai adjusted R2 dianggap nol.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suharjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Anitah, Sri. 2008. Media Pembelajaran. Solo: UNS Press.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali pers.
Bruce Joyce, Marsha Weil & Emily Calhoun. 2011. Models of Theaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
DePorter Bobbi & Mike Hernacki, 2000. Quantum Learning. Bandung : Kaifa. DEPDIKNAS , 2003. Undang-undang Sistem pendidikan Nasional No.20 . Jakarta
Diyanasosant, 2011. Media Pembelajaran Berbasis Film. [online]. Tersedia: http://diyanasosant.wordpress.com/2011/12/01/metode-penelitian-kuantitatif/ [18 Februari 2012].
Draper, N. dan Smith, H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Edisi Kedua. Terjemahan Oleh Bambang Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : P.T. Refika Aditama
Gujarati, N.D. 2003. Basic Econometrics. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hanafiah, Nanang. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Rineka Aditama.
Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung : Universitas Lampung
Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
73
Mangkoesapoetra, Arief achmad. 2005. Pembelajaran Pendidikan IPS di tingkat SekolahDasar. [online].Tersedia:http://re-searchengines.com/0805arief7.html. [15 mei 2012].
Mudarwan, 2010. Film Dokumenter sebagai media Belajar. [Online ]. Tersedia : http://mudarwan.wordpress.com/2010/06/20/film-dokumenter-sebagai-media- belajar/. [ 18 Februari 2012 ]
Nasution. 1986. Berbagai Pendekatan Dalam proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
NCSS. 2002. Strategies for Integrating Media Literacy Into the Social Studies Curriculum.[Online].Tersedia :http://www.mediad.org/studyguides/Strategies for Integrating Media Literacy/html. [10 November 2011]
NCSS. 2003. Curriculum Standard for Social Studies. [Online]. Tersedia : http://www.ncss.org/. [14 februari 2012]
Nur Laila, 2010. Film Sebagai Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://elachan87.blogspot.com/2010/01/film.html [ 18 Februari 2012]
Olson, Matthew H & Hergenhahn. 2010. Theories Of Learning. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Pargito, 2010. Dasar-dasar Pendidikan IPS. Bandar Lampung : Program Pasca Sarjana Pendidikan IPS Universitas Lampung ---------. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung : Anugrah Utama Raharja.
Pranata. 2008. Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia : http://puslit.petra.ac.id/journals/interior. [1 April 2011]
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Rusyan, A. Tabrani. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta : Bina Budhaya Bandung.
Sadiman, Arif. 2003. Media Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sagala, Saiful. 2005. Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Salma Prawiradilaga, Dewi. 2007. Prinsip Disain pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana
74
Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sapriya. 2009. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung : P.T.Remaja Rosdakarya. Sumaatmaja, Nursid. 1996. Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung : Bumi Akasara
Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Smith, Mark K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Mirza Media Pustaka.
Suciati & Prasetya Irawan. 2001. Teori belajar dan motivasi . Pusat antar Universitas untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Jakarta: Depdiknas Ditjen Pendidikan Tinggi.
Sudjiono, Anas. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2008. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : PT. Alfabeta.
Sujana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.
Sukmadinata. 2006. Metode penelitian pendidikan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia PT. Remaja Rosdakarya.
Sumantri, Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud : PPGSD
Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : P.T.Remaja Rosda Karya.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher Sekretariat Negara. (UU RI No.20 Th.2003). Jakarta : Sinar Grafika.
Wardahani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.
75
Lampiran 1 Angket untuk Siswa
Angket Respon Siswa Terhadap Media Film Dokumenter
Petunjuk1. Isilah kuesioner ini secara jujur dan sesuai dengan fakta. Pengisian kuisioner
ini tidak ada hubungannya dengan nilai.2. Bacalah setiap pertanyaan dan pilihlah jawaban “Ya” atau “Tidak” dengan
memberi tanda centang (V) pada kolom yang disediakan.
No Pertanyaan S ST R TS STS1 Apakah pembelajaran media film dokumenter
yang dilaksanakan menarik?2 Apakah pembelajaran media film dokumenter
menyenangkan?3 Apakah pembelajaran media film dokumenter
mudah dimengerti?4 Apakah Anda termotivasi untuk belajar media
film dokumenter?5 Apakah pembelajaran mendorong Anda untuk
bekerja sama dengan teman?6 Apakah pembelajaran mendorong Anda dalam
kemandirian?7 Apakah media yang digunakan menarik?8 Apakah media yang digunakan dapat membantu
untuk memahami materi yang dijelaskan?9 Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS
membantu Anda dalam belajar?10 Apakah bahan ajar yang tertulis dalam LKS
mudah dipahami?11 Apakah tugas-tugas dalam LKM memberi
tantangan belajar?12 Apakah asesmen dan evaluasi dilaksana secara
transparan?13 Apakah asesmen sesuai dengan materi yang
dibelajarkan?14 Apakah instrumen asesmen mudah dipahami
maksudnya?15 Apakah menurut Anda soal-soal dalam tes sesuai
dengan kompetensi yang dituntut?Angket Motivasi Belajar
76
No Pertanyaan SS S R TS STS1 Saya menyelesaikan tugas IPS tepat
waktu2 Saya ingin sesegera mungkin
menyelesaikan tugas IPS yang diberikan guru
3 Saya berusaha mengerjakan tugas IPS dengan sungguh-sungguh
4 Saya senang mengerjakan tugas IPS walaupun mengalami kesulitan
5 Saya tetap mengerjakan tugas IPS walaupun tidak dikumpulkan
6 Saya tetap mengerjakan tugas yang diberikan meskipun tidak menarik
7 Saya tidak akan berhenti mengerjakan tugas IPS sebelum selesai
8 Apabila tugas yang diberikan sulit, saya merasa tertantang
9 Saya senang membaca pelajaran/ pengetahuan IPS sendiri meski belum diajarkan guru
10 Saya mengerjakan tugas IPS sendiri tanpa bantuan teman
11 Apabila ada tugas IPS, saya mengerjakannya di sekolah sebelum pelajaran di mulai bersama teman-teman
12 Saya mengerjakan soal-soal yang ada dibuku meskipun tidak ditugaskan guru
13 Saya bosan dengan tugas-tugas yang diberikan guru karena terlalu mudah
14 Saya senang jika guru memberikan tugas yang bervariasi
15 Pada saat diskusi IPS di kelas, saya berusaha mempertahankan pendapat saya
16 Apabila jawaban saya benar, saya mempertahankan jawaban saya dihadapanguru
17 Saya berargumentasi ketika diskusi IPS di kelas
18 Saya berhasil mempertahankan argumentasi saya di kelas
19 Saya tidak dapat mempertahankan
77
No Pertanyaan SS S R TS STSpendapat saya ketika diskusi tugas IPS di kelas
20 Selain mengerjakan soal-soal IPS dari sekolah, saya juga mencari soal-soal di buku/sumber lain dan berusaha memecahkannya
21 Jika saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal IPS, saya berusaha mencari pemecahan dari buku/sumber lain
22 Saya malas mempelajari IPS dari buku/sumber lain
23 Saya bertanya pada orang yang lebih tahu jika menemui kesulitan dalam memecahkan soal-soal IPS
78