jaringan komunikasi pada kelompok wanita tani sido …repository.ub.ac.id/5424/1/rahayu,...

97
JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO LESTARI DALAM PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI DUSUN GONDANG LEGI, KECAMATAN SUTOJAYAN, KABUPATEN BLITAR SKRIPSI WENDY RAHAYU JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI

SIDO LESTARI DALAM PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN

LESTARI (KRPL) DI DUSUN GONDANG LEGI, KECAMATAN

SUTOJAYAN, KABUPATEN BLITAR

SKRIPSI

WENDY RAHAYU

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan
Page 3: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan
Page 4: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan

hasil penelitian saya, dengan bimbingan para pembimbing saya. Skripsi ini tidak

pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dalam naskah ini sudah jelas

ditunjukkan rujukannya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2017

Wendy Rahayu

Page 5: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blitar pada tanggal 19 Juli 1994 sebagai putri ketiga

dari tiga bersaudara Bapak Pardiono dan Ibu Bibit Sumiarsih. Penulis menempuh

pendidikan dasar di SDN 3 Sutojayan pada tahun 2001 hingga 2007. Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP di SMPN 1 Sutojayan pada

tahun 2007 hingga 2010. Pada tahun 2010 hingga 2013 penulis melanjutkan

pendidikan pada tingkat SLTA di SMAN 1 Sutojayan. Setelah lulus dari bangku

SLTA penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan terdaftar sebagai

mahasiswi Pogram Studi Agribisnis FAkultas Pertanian Universitas Brawijaya,

Malang angakatan 2013 melalui jalur peneimaan SNMPTN. Untuk menempuh

tugas akhir perkuliahan penulis melaksanakan kegiatan magang kerja di PT.

Kampung Coklat Blitar dan melakukan penelitian skripsi pada Kelompok Wanita

Tani (KWT) Sido Lestari di Dusun Gondang Legi, Kecamatan Sutojayan,

Kabupaten Blitar.

Page 6: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

لِ ّ (Alhamdulillah)ِالَْحَمْدلُِل

Selesainya tugas akhir ini adalah perjuangan yang saya jalankan

dengan berbagai dukungan:

Untuk kedua dosen pembimbing saya Mas Ayu Ambayoen, SP., M. Si. dan Dr. Ir. Yayuk Yuliati, MS. penghargaan setinggi-tinginya atas

bimbingan dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua (Bpk Pardiono & Ibu Bibit Sumiarsih), kakak (Bambang & Arif beserta ipar), dan keluarga besar

yang telah menemani, mendukung dan mendoakan, bahkan ketika masa sulit bagi saya

harus mengulang penelitian (akibat data hilang)

Untuk keluarga Malang Bpk Budi (Ibu Hani, Kiki, Feby Syeril)

yang telah memberikan kenyaman seperti keluarga saya sendiri

Untuk jajaran informan Disperta Kab.Blitar, BP4K Kec.Sutojayan, KWT

Sido Lestari, semoga proses ini dapat menjadi batu loncatan untuk saya bergabung kembali

suatu saat nanti seperti apa yang telah diharapkan

Rekan dan sahabat tercinta “Kelompok Magang” (Adit, Yosi, Fajar, Reni, Bibit), “Kontrakan Pondok Alam (Boim & Irham)”, “Keluarga Belinda (Bito, Baskoro, Bang Brian, Nobita, Lily)”, “Donatur Keyboard” dan terakhir saya

menyebutnya

“Keluarga Kedua”

(Nopin, Kak Alex, Kak Kul, Kak Hen, Kak Arip, Kak Raka, Kak Hadex, Kak Aris, Kak Ib)

pikniknya skripsiku hampa tanpa kalian

Page 7: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

RINGKASAN

WENDY RAHAYU. (135040101111121). Jaringan Komunikasi pada Kelompok

Wanita Tani Sido Lestari dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) di Dusun Gondang Legi, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Di

bawah bimbingan Mas Ayu Ambayoen, SP., M.Si. dan Dr. Ir. Yayuk Yuliati,

MS.

Salah satu upaya dalam peningkatan ketahanan pangan di Indonesia adalah

pengembangan lahan pertanian dengan pemanfaatan lahan pekarangan melalui

program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) provinsi Jawa Timur (2015),

wilayah Jawa Timur memiliki potensi pekarangan yang cukup luas sebesar

± 626.740 hektar dengan jumlah total Kepala Keluarga (KK) sebanyak

10.385.261 KK. Pengembangan program KRPL di Jawa Timur khususnya

Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar dipelopori oleh Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari selama dua periode berturut-turut yaitu pada tahun 2015 dan

2016. Selama berjalannya program tersebut terdapat kecenderungan yaitu hanya

beberapa tokoh yang berperan aktif dalam mengakses informasi dan melakukan

komunikasi dengan pihak-pihak terakit di luar kelompok seperti PPL, penyedia

sarana dan produksi (saprodi) pertanian dan saluran pemasaran. Hal ini

mengakibatkan terjadinya pemusatan arus komunikasi hanya pada tokoh-tokoh

tertentu, sehingga berjalannya informasi kurang merata dan menjangkau

anggota KWT secara keseluruhan.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis pola jaringan komunikasi

yang terbentuk pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program

KRPL, 2) Mengidentifikasi peran tokoh dalam jaringan komunikasi Kelompok

Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL, dan 3) Mengidentifikasi

aktor yang menjadi tokoh sentral dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita

Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan memfokuskan penelitian jaringan komunikasi pada

level deskriptif. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan

pertimbangan KWT Sido Lestari merupakan pioner pelaksana program KRPL di

Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Informan yang digunakan dalam

penelitian ini kelompok kecil yaitu seluruh anggota kelompok terlibat sebagai

informan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2017. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara,

observasi dan dokumentasi. Analisis yang digunakan dalam mengolah data antara

lain analisis sosiometri dan sentralitas dengan pengujian keabsahan data uji

kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas dan uji konformabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola yang terbentuk pada jaringan

komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari dalam program Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah roda (wheel) dan jaringan bebas (all

channel). Pola jaringan komunikasi roda (wheel) terbentuk dari interaksi yang

terjadi antara Ibu Rini dalam proses penyampaian informasi yang diperoleh dari

Petugas Penyuluh Lapang (PPL) kepada aktor yang menjadi node pusat pada

masing-masing klik yang terbentuk, sementara itu pola jaringan bebas (all

channel) terjadi pada kelompok-kelompok kecil atau klik yang terdapat dalam

Page 8: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

KWT Sido Lestari. Hasil identifikasi peran tokoh dalam jaringan komunikasi

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari dalam program Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL) menunjukkan bahwa terdapat beberapa tokoh yang

memegang peran tersebut meliputi: opinion leader (tokoh yang menjadi pemuka

pendapat) dan gate keeper (pengontrol informasi) diperankan oleh Ibu Rini,

cosmopolite (tokoh yang menghubungkan kelompok dengan lingkunganny)

dan bridge(tokoh yang menghubungkan kelompoknya dengan kelompok lain)

diperankan oleh Ibu Rini, Ibu Purwanti, Ibu Giarti, Ibu Yuli dan Ibu Haryati, dan

peran sebagai liaison (penghubung antar kelompok) dan cosmopolite (tokoh

yang memiliki kontak minimal) tidak ditemukan. Berdasarkan hasil analisis

sentralitas dengan tiga kategori yang berbeda dapat diketahui bahwa tokoh sentral

dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada

pelaksanaan program KRPL adalah Ibu Purwanti dengan nilai sentralitas

tertinggi diantara aktor yang lain yaitu dengan nilai sentralitas tingkatan

(degree centrality) outdegree sebesar 20,000, sentralitas kedekatan (closeness

centrality) outclose sebesar 56,00 dan inclose sebesar 187,00, dan sentralitas

keperantaraan (betweennes centrality) sebesar 548,00. Hasil ini menunjukkan

bahwa terdapat kecenderungan peran tokoh pada aktor-aktor tertentu.

Saran yang dapat diberikan adalah perluanya pembenahan jaringan

komunikasi pada kelompok tersebut dengan melibatkan lebih banyak aktor

sebagai penerima maupun penyalur informasi sehingga peran-peran sebagai

opinion leader, gate keeper, brigde dan liaison dapat terdistribusi lebih merata

di antara anggota KWT dalam jaringan agar penyebaran informasi dapat berjalan

lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan pelaksanaan program KRPL dalam

kelompok tersebut.

Page 9: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

SUMMARY

WENDY RAHAYU. (135040101111121). Communication Network of KWT

Sido Lestari in Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Program in Gondang

Legi village, Sutojayan district, Blitar Regency. Under the guidance of Mas Ayu

Ambayoen, SP., M.Si. And Dr. Ir. Yayuk Yuliati, MS.

One of the efforts in increasing food security in Indonesia is the

development of agricultural land with the utilization of yard land through the

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) program. According to Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) of East Java (2015), East Java has

wide potential of ± 626,740 hectares with total head of household (KK) of

10,385,261. The development of KRPL program in East Java, especially

Sutojayan District in Blitar Regency was spearheaded by Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari for two consecutive periods in 2015 and 2016. During the

course of the program there was a tendency that only a few figures actively

participate in accessing information and communicating with outside parties such

as PPL, providers of agricultural materials and marketing channels. This resulted

in the centralization of the flow of communication only on certain characters, so

that the information runs less evenly and reach the members of the KWT as a

whole.

This study aims to: 1) Analyze the pattern of communication networks

formed in KWT Sido Lestari in the KRPL program, 2) to identify the role of

figures in the communication network of Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido

Lestari on KRPL program, and 3) to identify the actor who became the central

figure in the communication network of Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido

Lestari on KRPL program. This research uses qualitative approach by focusing

the research of communication network at descriptive level. The selection site of

research conducted deliberately with the consideration of KWT Sido Lestari is a

pioneer implementing KRPL program in Sutojayan District, Blitar regency. The

informants used in this study were small groups that all members of the group

were involved as informants. The study was conducted in March-April 2017. Data

collection techniques used in this study include interviews, observation and

documentation. The analysis used in data processing include sociometric and

centrality analysis with validity testing of credibility test data, transferability test,

dependability test and conformability test.

The result of the research shows that the pattern that is formed in the

communication network of Kelompok Wanita Tani (KWT) of Sido Lestari in the

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) is wheel (wheel) and all channel. The

wheel communication network pattern is formed from the interaction that occurs

between Mrs. Rini in the process of delivering information obtained from the PPL

to the actor who becomes the central node on each click formed, while the free

network pattern (all channel ) occurs in small groups or clicks contained in KWT

Sido Lestari. The result of identification of the role of figure in the

communication network of Kelompok Wanita Tani (KWT) of Sido Lestari in the

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) program shows that there are some

figures that hold the role include: opinion leader and gate keeper played by Mrs.

Page 10: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

Rini, cosmopolite (the person who connects the group to the environment) and the

bridge (the person who connects the group with the other group) is played by Mrs.

Rini, Mrs. Purwanti, Mrs. Giarti, Mrs. Yuli and Mrs. Haryati, and the role of

liaison and cosmopolites (figures with minimal contact) were not found. Based on

the results of centrality analysis with three different categories it can be seen that

the central figure in the communication network of Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari on the implementation of KRPL program is Mrs. Purwanti

with the highest centrality among the other actors that is with the centrality level

degree (degree centrality) outdegree by 20,000, closeness centrality of outclose

56.00 and inclose of 187.00, and 544.00 intermediate intermediateness center.

These results indicate that there is a tendency of character roles in certain actors.

Suggestions can be given is the improvement of communication network in

the group by involving more actors as recipients and distributors of information so

that the roles as opinion leader, gate keeper, brigde and liaison can be distributed

more evenly among KWT members in the network so that the dissemination of

information can run better so as to achieve the objectives of the implementation of

the program KRPL in the group.

Page 11: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul pada Kelompok Wanita Tani Sido Lestari

dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Dusun Gondang Legi,

Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Penyusunan skripsi ini didasarkan dari

hasil yang sudah didiskusikan dan memperoleh izin dari berbagai pihak terkait.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak akan berjalan lancar

tanpa bantuan berbagai pihak tersebut. Oleh karena itu penulis memberikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Mas Ayu Ambayoen, SP., M.Si. dan Dr. Ir. Yayuk Yuliati, MS. selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta motivasi penyusunan

skripsi

2. Mangku Purnomo, SP., M.Si., Ph. D. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

3. BKP3 Kecamatan Sutojayan dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari

yang telah memberikan izin tuk melakukan penelitian terkait topik yang telah

dicantumkan dalam skripsi.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca agar menjadikan skripsi ini lebih baik.

Malang, Agustus 2017

Penulis

Page 12: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ............................................................................................ i

SUMMARY ............................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1.5 Kegunaan Penelitian............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ................................................................. 9

2.2 Teori ...................................................................................................... 9

2.2.1 Tinjauan Tentang Pengertian Jaringan Komunikasi ..................... 9

2.2.2 Tinjauan Tentang Pola Jaringan Komunikasi ............................... 11

2.2.3 Tinjauan Tentang Peran-peran dalam Jaringan Komunikasi ........ 16

2.2.4 Tinjauan Tentang Analisis Jaringan Komunikas .......................... 19

2.2.5 Tinjauan Tentang Kelompok Wanita Tani .................................... 28

2.2.6 Tinjauan Tentang Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)) ...... 31

2.3 Kerangka pemikiran ............................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 38

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 38

3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 38

3.3 Teknik Penentuan Informan .................................................................. 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 39

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 41

3.6 Keabsahan Data ..................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 49

4.1 Gambaran Umum .............................................................................. ….49

4.1.1 Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani Sido Lestari .......... ….49

4.1.2 Pelaksanaan KRPL pada KWT Sido Lestari ................................. 50

4.1.3 Kharakteristik Responden ......................................................... ….53

4.2 Hasil dan Pembahasan....................................................................... ….55

4.2.1 Pola Jaringan Komunikasi pada KWT Sido Lestari dalam program

KRPL ........................................................................................ ….55

Page 13: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

4.2.2 Peran tokoh dalam Jaringan Komunikasi pada KWT Sido Lestari

pada program KRPL ................................................................. ….62

4.2.3 Tokoh Sentral dalam Jaringan Komunikasi Kelompok Wanita Tani

(KWT) ....................................................................................... ….72

BAB V KESIMPULAN ........................................................................ … 78

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... … 78

5.2 Saran .................................................................................................. … 79

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 80

LAMPIRAN ............................................................................................... 83

Page 14: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1 Perbedaan one mode dan two mode ........................................................ 12

2 Perbedaan directed dan undirected ......................................................... 13

3 Perbedaan simetris dan asimetris ............................................................ 13

4 Perbedaan valued dan unvalued .............................................................. 14

5 Model rantai dalam jaringan komunikasi ................................................ 15

6 Model roda dalam jaringan komunikasi ................................................. 15

7 Model lingkaran dalam jaringan komunikasi .......................................... 16

8 Model jaringan bebas dalam jaringan komunikasi.................................. 16

9 Model huruf Y dalam jaringan komunikasi ............................................ 17

10 Struktur Jaringan ..................................................................................... 17

11 Kerangka pemikiran jaringan komunikasi pada KWT Sido Lestari dalam

Program KRPL ....................................................................................... 37

12 Analisis data interaktif ............................................................................ 41

13 Alur identifikasi sosiometri ..................................................................... 42

14 Denah penyebaran tempat tinggal anggota KWT Sido Lestari ............... 48

15 Struktur organisasi KWT Sido Lestari .................................................... 49

16 Diagram distribusi anggota KWT Sido Lestari berdasarkan usia ........... 53

17 Diagram distribusi anggota KWT Sido Lestari berdasarkan tingkat

pendidikan............................................................................................... 53

18 Sosiogram jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada pelaksanaan

KRPL ...................................................................................................... 56

19 Pola jaringan roda (wheel) pada jaringan komunikasi KWT Sido

Lestari pada program KRPL ................................................................... 57

20 Pola All Channel pada salah satu klik jaringan komunikasi KWT Sido

Lestari pada program KRPL ................................................................... 58

Page 15: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1 Jenis Perhitungan Pada Jaringan Utuh ................................................ 21

2 Jenis Perhitungan Pada Jaringan Ego .................................................. 26

3 Pelaku dan Peran Elemen KRPL......................................................... 35

4 Matriks data relasional ........................................................................ 43

5 Daftar anggota klik pada jaringan komunikasi KWT Sido Lestari

pada program KRPL ........................................................................... 57

6 Peran aktor dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada

program KRPL .................................................................................... 60

7 Identifikasi tokoh yang berperan sebagai bridge dalam jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL ......................... 68

8 Hasil analisis sentralitas tokoh dalam jaringan komunikasi KWT

Sido Lestari pada program KRPL ....................................................... 71

Page 16: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemantapan ketahanan pangan masih menjadi isu yang tetap diangkat pada

program-program pemerintahan baik secara lokal maupun nasional. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Menteri Pertanian yang dikutip dari Kebijakan Strategis

Pangan dan Gizi (KSPG) 2015-2019 bahwa program mengenai ketahanan pangan

harus dijalankan oleh seluruh stakeholder di provinsi dan kabupaten atau kota

sesuai dengan potensi dan kondisi wilayahnya masing-masing. UU No.18 Tahun

2012 memaparkan ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana setiap individu

dan rumah tangga memiliki akses secara fisik, ekonomi dan ketersediaan pangan

yang cukup, aman serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan

seleranya bagi kehidupan yang aktif dan sehat. Pengadaan pangan yang terbatas

dan tidak stabil dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat menjadi

pendorong untuk diadakannya berbagai upaya penanggulangan terhadap

ketahanan pangan.

Peningkatan alih fungsi lahan dari pertanian menjadi non pertanian

merupakan salah satu hal yang dapat mengganggu kestabilan ketahanan pangan di

Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Nur et al (2015), bahwa setiap tahun

diperkirakan 80 ribu hektar lahan pertanian atau setara 22 hektar setiap harinya

berubah fungsi ke sektor lain, namun tuntutan akan pangan dari tahun ketahun

terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini mendorong

penggunaan lahan dengan luasan yang terbatas untuk dimanfaatkan secara optimal

dalam upaya menjaga kestabilan ketahanan pangan. Menurut data Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) provinsi Jawa Timur (2015),

wilayah Jawa Timur memiliki potensi pekarangan yang cukup luas sebesar

± 626.740 hektar dengan jumlah total Kepala Keluarga (KK) sebanyak 10.385.261

KK. Jumlah KK yang memanfaatkan pekarangan untuk pengembangan usaha di

bidang pertanian masih relatif kecil. Berdasarkan potensi tersebut, Menteri

Pertanian melakukan kontrak kerja sama dengan Presiden selama lima tahun yang

disebut sebagai Empat Sukses Pertanian pada tahun 2009-2015. Salah satu

Page 17: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

2

implementasi dari kerja sama tersebut adalah melalui pengembangan program

Kawasan Rumah Pangan Lestari (Badan Ketahanan Pangan Jatim, 2012).

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) menjadi salah satu bentuk

pemberdayaan rumah tangga secara lestari dalam satu kawasan dengan tujuan

menyediakan pangan keluarga yang beragam, bergizi seimbang dan aman melalui

pemanfaatan teknologi inovatif, diantaranya pengolahan limbah (kotoran) ternak

untuk pupuk, penggunaan sampah rumah tangga menjadi Mikro Organisme Lokal

(MOL) (Departemen Pertanian, 2011). Pelaksanaan KRPL melibatkan beberapa

elemen masyarakat dan instansi, baik ditingkat pusat maupun daerah yang

masing-masing bertanggung jawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan.

Kelompok sasaran kegiatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui

KRPL yaitu kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang

berdomisili berdekatan dalam satu desa (Permentan P2KP, 2016). Setidaknya

terdapat empat kelompok Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam program

KRPL yaitu petugas dari instansi terkait, baik di tingkat provinsi maupun

kabupaten, petugas pendamping di lapangan, local campion dan ibu-ibu para

pelaku KRPL setempat.

Banyaknya elemen yang berperan dalam mendukung berjalannya program

KRPL membutuhkan strategi koordinasi yang tepat, mengingat sasaran pelaksana

kegiatannya adalah kelompok khususnya kelompok wanita. Hal ini tentu berkaitan

dengan proses penyampaian informasi melalui komunikasi yang terjadi di dalam

kelompok itu sendiri. Kelancaran arus informasi ini merupakan hal yang perlu

diperhatikan karena program KRPL melibatkan banyak pihak terkait serta bersifat

keberlanjutan dalam beberapa tahap kegiatan dari awal hingga program KRPL

berakhir.

Penelitian-penelitian yang dilakukan terkait program pembangunan

ketahanan pangan khususnya KRPL pada umumnya menyinggung berbagai

macam sisi namun belum banyak mengarah pada permasalahan kelancaran arus

informasi dan komunikasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Putu et al.

(2015) dan Ratna et al. (2015) mengenai analisis program KRPL dari segi

partisipasi dan presepsi anggota Kelompok Wanita Tani dalam menunjang

keberhasilan program. Peraturan Menteri Pertanian mengenai Percepatan Program

Page 18: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

3

Ketahanan Pangan (P2KP) (2016) menjelaskan bahwa salah satu upaya penting

yang harus dilakukan dalam menunjang keberhasilan program KRPL adalah

sosialisasi dan penyebarluasan informasi. Hal ini akan mendorong terjadinya

perubahan sikap dan perilaku untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber

gizi keluarga dalam pola hidup yang sehat, aktif dan produktif.

Salah satu penelitian yang dapat dilakukan untuk mengetahui kelancaran

arus informasi dan komunikasi pada sebuaah kelompok adalah analisis jaringan

komunikasi. Studi mengenai jaringan komunikasi menggambarkan relasi antar

aktor (orang, lembaga, perusahaan dan sebagainya) satu dengan lainnya dalam

struktur sosial tertentu. Keberadaan jaringan komunikasi ini merupakan hal yang

cukup penting dalam kelompok yang menjalankan program secara bersama-sama,

hal ini dikemukakan oleh Eriyanto (2014) bahwa pentingnya jaringan dalam suatu

organisasi adalah untuk melihat keberhasilan atau kesuksesan mengenai isu dan

gerakan yang dilakukan secara bersama-sama. Namun, pada pelaksaan program

KRPL oleh sebuah Kelompok Wanita Tani (KWT) terjadi pemusatan arus

komunikasi pada tokoh-tokoh tertentu sehingga berpengaruh terhadap

keberhasilan atau kesusksesan program tersebut. Berdasarkan permasalahan

tersebut maka penting dilakukan penelitian mengenai jaringan komunikasi pada

KWT dalam pelaksanaan program KRPL.

1.2 Rumusan Masalah

Analisis jaringan komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat

digunakan dalam melihat interaksi individu di dalam kelompok serta melihat

kualitas hubungan diantara unit sosial tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh

Rogers dan Kincaid dalam Sulistyawati (2014), bahwa analisis jaringan

komunikasi merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi

struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus

komunikasi dianalisis menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai

unit analisis. Berjalannya program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) perlu

didukung oleh banyak pihak yang saling bekerjasama. Hal ini disebabkan karena

dalam pelaksanaannya program ini memerlukan informasi yang didapatkan dari

interaksi dan relasi yang terdapat pada pelaku sehingga membentuk jaringan.

Page 19: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

4

Pelaksanaan program KRPL oleh KWT Sido Lestari telah melampaui dua tahapan

yaitu penumbuhan dan pengembangan. Selama berjalannya program tersebut

terdapat kecenderungan yaitu hanya beberapa tokoh yang berperan aktif dalam

mengakses informasi dan melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terakit di

luar kelompok seperti PPL, penyedia sarana dan produksi (saprodi) pertanian dan

saluran pemasaran. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemusatan arus komunikasi

hanya pada tokoh-tokoh tertentu, sehingga berjalannya informasi kurang merata

dan menjangkau anggota KWT secara keseluruhan. Mengingat pentingnya

keberadaan jaringan dalam berjalnnya program serta analisis mengenai jaringan

komunikasi dalam program KRPL masih jarang dilakukan, maka penting untuk

melakukan analisis jaringan komunikasi pada Kelompok Wanita Tani (KWT)

Sido Lestari yang menjadi pioner penumbuhan program KRPL di wilayah

Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar yang tersususun ke dalam beberapa

rumusan masalah berikut:

1. Bagaimana pola jaringan komunikasi yang terbentuk pada Kelompok Wanita

Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL?

2. Bagaimana peran tokoh dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari pada program KRPL?

3. Siapakah aktor yang menjadi tokoh sentral dalam jaringan komunikasi

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian yang dilakukan harus mengacu pada satu topik yang sudah

ditentukan oleh karena itu diperlukan batasan masalah agar hasil yang dicapai

tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditetapkan. Batasan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jaringan komunikasi

mengenai pola jaringan, peran tokoh dan tokoh sentral dalam level analisis

jaringan utuh (Complete Network) dan sentralitas level aktor

2. Analisis jaringan komunikasi hanya dilakukan terhadap program KRPL pada

tahap pengembangan yang dijalankan oleh Kelompok Wanita Tani Sido Lestari

di Dusun Gondang Legi Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar.

Page 20: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

5

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan sejumlah perumusan masalah di atas, secara garis besar

penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jaringan komunikasi KWT Sido

Lestari pada program KRPL. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pola jaringan komunikasi yang terbentuk pada Kelompok

Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL

2. Mengidentifikasi peran tokoh dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita

Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL

3. Mengidentifikasi aktor yang menjadi tokoh sentral dalam jaringan komunikasi

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan secara akademis maupun praktis. Adapun

kegunaan dari penelitian ini antara lain:

1. Kegunaan Akademis

Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan awal bagi bahan kajian lebih lanjut mengenai studi jaringan komunikasi

pada program yang sama maupun objek lainnya. Bagi peneliti dapat memperkaya

pengetahuan dan pengalaman utamanya mengenai analisis jaringan komunikasi

2. Kegunaan Praktis

Bagi kalangan penentu kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat

membantu perumus kebijakan dan pelaksana program pembangunan pertanian

dengan memberikan informasi tentang pola dan struktur jaringan komunikasi

yang dapat digunakan dalam diseminasi informasi di kalangan para pelaku

program pembangunan pertanian. Bagi kalangan pelaksana program

pembangunan pertanian dalam hal ini Kelompok Wanita Tani penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi terutama

mengenai pembentukan jaringan komunikasi dalam melaksanakan program

pembangunan pertanian lainnya.

Page 21: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai jaringan komunikasi dewasa ini mulai banyak

dilakukan pada berbagai objek. Pada umumnya penelitian jaringan komunikasi

dilakukan pada suatu kelompok atau organisasi tertentu mengenai suatu fenomena

atau kegiatan yang sedang berjalan. Berbeda dengan hal itu penelitian terkait

program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) lebih banyak dilakukan sejak

dimulainya program tersebut pada tahun 2012 di berbagai wilayah Indonesia.

Pada umumnya penelitian mengenai program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) ini menganalisis mengenai berjalannya program terhadap masyarakat

sebagai pelaku baik tentang presepsi maupun dampaknya.

Sulistyawati (2014) melakukan suatu penelitian dengan judul Analisis

Jaringan Komunikasi dan Evaluasi Jaringan Kepemimpinan dalam “Gabungan

Kelompok Tani (Studi Kasus di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten

Bogor, Provinsi Jawa Barat)” yang bertujuan untuk menganalisis peran jaringan

komunikasi dan evaluasi jaringan kepemimpinan dalam gapoktan terhadap

program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasional yaitu

menyatakan suatu hubungan dengan unit analisis yang terdiri dari unit analisis

individu yang berjumlah 102 orang, serta unit analisis kelompok yang terdiri dari

empat kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Tani Berkah Desa Laladon,

Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Metode pengolahan data dilakukan dengan

memanfaatkan perangkat UCINET VI dalam mengidentifikasi jaringan

komunikasi, serta analisis korelasi dengan menggunakan analisis korelasi Rank

Spearman melalui SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Struktur

jaringan komunikasi yang terbentuk dalam gapoktan tani berkah membentuk

struktur roda (wheel). (2) Variabel karakteristik sumberdaya individu yang

berhubungan secara nyata dengan derajat sentralitas meliputi umur, skala usaha

dan tingkat kepemilikan media massa. (3) Variabel karakteristik sumberdaya

individu yang berhubungan nyata dengan tingkat kedekatan, meliputi umur

dan tingkat kepemilikan media massa. (4) Variabel karakteristik sumberdaya

Page 22: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

7

individu yang berhubungan nyata dengan tingkat kebersamaan antara lain,

umur, tingkat pendidikan formal dan tingkat kepemilikan media massa. Variabel

karakteristik kelompok yang memiliki korelasi yang kuat dengan variabel jaringan

komunikasi tingkat kelompok.

Rangkuti (2007) melakukan penelitian jaringan komunikasi dengan judul

“Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian pada

Proses Adopsi Inovasi” yang bertujuan untuk melakukan analisis dan

mengeksplorasi jaringan komunikasi petani yang menggunakan traktor tangan

serta pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan inovasi traktor tangan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis yang bersifat deskriptif korelasional,

dimana analisis jaringan komunikasi menggunakan pendekatan sosiometri

terhadap kelompok tani dan untuk membantu pengujian statistik menggunakan

regresi linier berganda dengan bantuan program Statistical Program for Social

Science (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan komunikasi dalam

adobsi inovasi penggunaan traktor tangan cenderung terbuka membentuk bintang

atau roda. Hasil uji regresi pengaruh faktor-faktor internal terhadap jaringan

komunikasi dan tingkat adopsi inovasi traktor tangan menunjukkan ada hubungan

yang nyata antara karakteristik petani, karakteristik usahatani, dan ciri-ciri inovasi

terhadap jaringan komunikasi dan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan.

Berbeda dengan itu Bulkis (2015) melakukan penelitian mengenai jaringan

komunikasi pada tingkat yang lebih luas namun menggunakan analisis yang

cukup sederhana dengan judul “Analisis Jaringan Komunikasi Petani Tanaman

Sayuran (Kasus Petani Sayuran di Desa Egon, Kecamatan Waigette, Kabupaten

Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur)”. Tujuan dari penelitiannya adalah

menggambarkan jaringan komunikasi diantara petani sayuran dan menjelaskan

hubungan antara karakteristik petani dengan jaringan komunikasi. Penelitian ini

menggunakan metode sensus serta menggunakan data berupa data primer dan

sekunder. Analisis sosiometri digunakan untuk melihat jaringan komunikasi yang

terjadi di antara petani sayuran. Struktur jaringan komunikasi dianalisis dengan

menggunakan UCINET VI. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

program excel dan SPSS for windows, yaitu analisis korelasi Person dan Rank

Spearman. Hasil yang diperoleh: (1) jaringan komunikasi usahatani petani sayuran

Page 23: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

8

yang terbentuk adalah jaringan personal radial dan jaringan personal memusat (2)

terdapat hubungan antara pendidikan non formal, pengalaman bertani, tingkat

kosmopolitan, luas lahan, status kepemilikan lahan dengan jaringan komunikasi.

Penelitian mengenai program Kawasan Rumah Pangan Lestari cukup

banyak dilakukan selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Nurjannah et al. (2015)

melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok

Wanita Tani dalam Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)

di Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak” yang bertujuan

mengidentifikasi tingkat partisipasi anggota dan permasalahan yang dihadapi oleh

Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam M-KRPL di Desa Tualang Kecamatan

Tualang Kabupaten Siak. Tingkat partisipasi dan permasalahan yang dihadapi

dalam berpartisipasi pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Hasil

penelitian menjelaskan perolehan skor tingkat partisipasi anggota KWT secara

keseluruhan 3,88 yang menunjukkan bahwa partisipasi anggota KWT dalam

program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Desa Tualang

Kecamatan Tualang Kabupaten Siak berada pada kategori penilaian partisipasi

tinggi. Selain itu didapatkan permasalahan dalam program tersebut antara lain

sarana produksi, kurangnya sumber air, ketiadaannya keterbukaan, partisipasi

anggota KWT dalam perencanaan program, dan partisipasi anggota dalam

pelaksanaan program.

Pranita (2015) melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Keberlanjutan

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Desa Girimoyo, Kecamatan

Karangploso Malang” yang bertujuan untuk mengevaluasi keberlanjutan program

(KRPL) di Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso, Malang. Metode yang

dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei yaitu dengan kuisioner, proses

wawancara, pengumpulan data dan mengikuti semua kegiatan masyarakat

setempat, serta kajian literatur. Metode analisis keberlanjutan Kawasan Rumah

Pangan Lestari di Desa Girimoyo dilakukan dengan pendekatan Multideminsional

Scalling (MDS) dengan menggunakan software RAPFISH. Berdasarkan hasil

analisis dengan MDS Kawasan Rumah Pangan Lestari Desa Girimoyo,

Karangploso, Malang berada dalam tingkat indeks keberlanjutan 63,84 %

dengan status keberlanjutan cukup berkelanjutan.

Page 24: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

9

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya

memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan antara penelitian

Sulistyawati (2014), Rangkuti (2009) dan Bulkis (2015) adalah menganalisis

jaringan komunikasi namun ketiganya memiliki objek yang berbeda. Selain itu

metode yang digunakan juga memiliki perbedaan yang terletak pada bagian

analisis data yang digunakan. Sementara itu Nurjannah et al (2015) dan Pranita

(2015) melakukan penelitian mengenai program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) dari sisi analisis yang berbeda yaitu tingkat partisispasi dan evaluasi

keberlanjutan program. Berdasarkan uraian diatas belum ditemukan kajian

mengenai analisis jaringan komunikasi dalam program KRPL, oleh karena itu

dirasa perlu untuk mengangkat topik jaringan komunikasi pada program Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) dengan sasaran Kelompok Wanita Tani Sido

Lestari Dusun Gondang Legi Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian-

penelitian sebelumnya. Persamaannya adalah penelitian ini memiliki topik yang

sama yaitu menganalisis jaringan komunikasi dengan bantuan software UCINET.

Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan analisis jaringan komunikasi pada

lingkup pertanian dengan menggunakan petani sebagai objek penelitian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian jaringan komunikasi sebelumnya

adalah tidak adanya analisis korelasi maupun regresi dalam mencapai tujuan

penelitian, sehingga alat analisis yang digunakan hanya sosiometri menggunakan

software UCINET. Selain itu pada penelitian ini dilakukan analisis tambahan

berupa sentralitas untuk mengetahui tokoh sentral dalam jaringan komunikasi

program KRPL yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani.

2.2 Teori

2.2.1 Tinjauan Tentang Pengertian Jaringan Komunikasi

Effendy (2013) menjelaskan komunikasi sebagai suatu proses penyampaian

pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan). Sementara itu, Wood (2013) berpendapat bahwa komunikasi

merupakan sebuah proses sistematis dimana orang berinteraksi dengan dan

melalui simbol untuk menciptakan dan menafsirkan makna. Jaringan komunikasi

Page 25: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

10

dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator menyampaikan pesan

kepada komunikan yang tersusun dalam suatu sistem. Jaringan komunikasi adalah

penggambaran dari pernyataan “how say to whom” (siapa berbicara kepada siapa)

dalam suatu sistem sosial. Jaringan komunikasi menggambarkan komunikasi

interpersonal, dimana terdapat pemuka-pemuka opini dan pengikut yang saling

memiliki hubungan komunikasi pada suatu topik tertentu, yang terjadi dalam

suatu sistem sosial tertentu seperti sebuah desa, sebuah organisasi, ataupun sebuah

perusahaan Gonzales dalam Hadi (1999).

Pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers dan Kincaid (1981) adalah

suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan, yang

dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Knoke dan Kuklinski dalam

Hadi (1999) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu jenis hubungan yang

secara khusus merangkai individu-individu, obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa.

Apabila dua orang atau lebih ikut serta dalam proses pengiriman atau penerimaan

pesan, maka terlibat dalam suatu jaringan (Lin dalam Zulfikar, 2013). Rogers dan

Kincaid (1981) mengemukakan bahwa dalam menjalin hubungan sosial pada

jaringan komunikasi setiap aktor membawa ciri-ciri kepribadiannya sendiri,

sehingga konfigurasi masuknya atau keluarnya seorang aktor dalam jaringan

hubungan sosial akan mempengaruhi struktur interaksi yang diciptakan. Eriyanto

(2014) menjelaskan bahwa jaringan secara sederhana bisa didefinisikan sebagai

seperangkat aktor yang mempunyai relasi dengan aktor lain dalam tipe relasi

tertentu. Studi jaringan komunikasi menggambarkan relasi aktor (bisa orang

lembaga, perusahaan, negara, dan sebagainya) satu dengan lainnya dalam struktur

sosial tertentu.

Littlejohn dan Foss (2009) mengemukakan tentang cara-cara jaringan

bekerja dalam suatu organisasi antara lain: (1) mengatur arus informasi, (2)

menyatukan orang-orang dengan minat yang sama, (3) membentuk penafsiran

yang sama, (4) meningkatkan pengaruh sosial, dan (5) memungkinkan adanya

pertukaran sumberdaya. Sehubungan dengan itu, sistem organisasi terdiri atas

banyak sekali mata rantai yang membagi orang-orang ke dalam kelompok-

kelompok dan menghubungkannya dengan organisasi. Sebuah mata rantai dapat

didefinisikan dengan maksud atau tujuannya, bagaimana tujuan atau maksud

Page 26: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

11

tersebut dibagi, dan fungsi mata rantai tersebut dalam organisasi. Serrat dalam

Schmitt (2012) memaparkan bahwa jaringan tersusun atas sejumlah aktor atau

node dan hubungan sosial atau ikatan (ties) yang menghubungkan individu yang

satu dengan yang lainnya. Hubungan sosial ini dapat diidentifikasi sebagai

hubungan pertemanan, keluarga dan hubungan kerja.

Berdasarkan sejumlah definisi jaringan yang dikemukakan oleh para ahli di

atas, secara ringkas jaringan dapat diartikan sebagai gabungan atau kumpulan

individu yang membentuk struktur yang terpola. Adapun komunikasi berarti

proses pertukaran informasi dari para pelaku komunikasi untuk mencapai tujuan

bersama. Apabila dikaitkan antara kedua konsep tersebut, maka jaringan

komunikasi dapat diartikan sebagai kumpulan individu yang saling berinteraksi,

berbagi pesan dan informasi untuk mencapai tujuan bersama melalui arus

komunikasi yang terpola. Selanjutnya, di dalam jaringan ini dapat diidentifikasi

karakteristik struktural serta peran atau posisi individu yang menjadi anggota di

suatu jaringan.

2.2.2 Tinjauan Tentang Pola Jaringan Komunikasi

Sebelum membahas mengenai pola-pola dalam jaringan komunikasi

Kadhusin dalam Eriyanto (2014) menjelaskan bahwa ada dua bagian penting dari

analisis jaringan. Jaringan (network) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

seperangkat hubungan/relationship di antara aktor-aktor sosial. Dari definisi ini

ada dua bagian penting dari analisis jaringan, yakni aktor dan hubungan di antara

aktor. Aktor (node) tidak selalu individu (orang). Aktor juga bisa organisasi,

negara, institusi, perusahaan, dan sebagainya (Scott et al dalam Eriyanto, 2014).

Sementara relasi (link) adalah relasi diantara aktor yang dilambangkan dalam satu

garis yang menghubungkan antara aktor yang satu dan aktor lain. Adanya garis di

antara aktor menunjukkan adanya relasi, sebaliknya jika antara aktor tidak ada

garis bisa dibaca tidak ada relasi (Eriyanto, 2014).

Page 27: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

12

Menurut Eriyanto (2014) tipe-tipe relasi ini dikelompokkan menjadi

beberapa kategori sebagai berikut:

a. One Mode dan Two Mode

Gambar 1. Perbedaan one mode dan two mode (Eriyanto, 2014)

Berdasarkan kategori aktor yang melakukan relasi dalam jaringan dapat

dibedakan menjadi satu tipe (one mode) dan dua tipe (two mode). Jaringan satu

tipe adalah jaringan dimana aktor (node) punya tipe yang sama. Misalnya antar

orang, antar elemen, dan antar perusahaan. sementara jaringan dua tipe (two

mode) adalah jaringan dimana aktor (node) mempunyai tipe yang berbeda Pryke

dalam Eriyanto (2014). Misalnya ada yang berupa orang, lembaga dan

perusahaan.

b. Directed dan Undirected

c.

d.

Gambar 2. Perbedaan Directed dan Undirected (Eriyanto, 2014)

Relasi antar aktor bisa mempunyai arah (directed) dan tidak mempunyai

arah (undirected). Pada relasi yang mempunyai arah (directed) ada pengirim dan

penerima, ada subjek dan objek dan ditandai dengan adanya garis anak panah.

Page 28: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

13

Sementara dalam relasi yang tidak mempunyai arah (undirected) tidak ada

pengirim dan penerima, kedua aktor sama-sama mempunyai peran yang sama

yang ditandai dengan garis tanpa anak panah (D’andria et al. dalam Eriyanto,

2014)

e. Simetris dan Asimateris

Gambar 3. Perbedaan Simetris dan Asimateris (Eriyanto, 2014)

Relasi dapat dibedakan berdasarkan hubungan satu arah dan dua arah.

Relasi dua arah (simetris) yakni relasi dimana dua aktor saling bersama-sama

terlibat relasi tersebut. Aktor-aktor mempunyai kontribusi atau peran yang sama,

jika aktopr yang satu dihilangkan maka tidak akan terjadi relasi (Kadusin, 2012).

Sementara relasi satu arah (asimatris) adalah relasi dimana ada satu pihak yang

mempunyai peran dan pihak lain tidak mempunyai peran, pihak satu dominan dan

pihak lain tidak dominan, pihak lain member pihak lain menerima dan seterusnya.

f. Valued dan Unvalued

Gambar 4. Perbedaan Valued dan Unvalued (Eriyanto, 2014)

Relasi antar aktor juga bisa dibedakan berdasarkan intensitas relasinya.

Peneliti bisa menyajikan relasi dengan mennyertakan nilai intensitas (valued) dan

Page 29: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

14

tidak (unvalued). Sebagai contoh mengenai jaringan peminjaman buku di antara

mahasiswa. Relasi ini dapat ditampilkan bentuk nilai yaitu intensitas peminjaman

buku antara mahasiswa satu kepada mahasiwa lainnya.

Keefektifan sebuah kelompok dapat dianalisis melalui faktor situasionalnya.

Salah satu faktor situasional yang mempengaruhi adalah karakteristik kelompok

adalah mengenai jaringan komunikasi. Ruslan dalam Zulfikar (2013)

mengemukakan bahwa terdapat lima model jaringan komunikasi kelompok, yaitu:

a. Model Rantai (Chain)

Dalam struktur rantai dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan

ke bawah (downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis

langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu

penyimpangan. Sistem komunikasi dalam struktur rantai sama dengan struktur

lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat

berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terjadi disini.

Orang yang berada di tengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka

yang berada di posisi lain. Dalam struktur ini, sejumlah saluran terbuka dibatasi,

orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.

Satu anggota hanya dapat berkomunikasi dengan satu anggota lain lalu

anggota lain tersebut dapat menyampaikan pesan tersebut pada anggota

lainnya lagi begitu seterusnya.

Gambar 5. Model rantai dalam jaringan komunikasi (Zulfikar, 2013)

b. Model Roda (Wheel)

Dalam model roda, sebuah organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu

posisinya di pusat. Struktur ini memasukkan satu orang yang berkomunikasi

dengan masing-masing orang dari sejumlah orang lainnya, satu orang tersebut

adalah pemimpin. Pemimpin ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim

dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota

ini berkomunikasi dengan anggota lain maka pesannya harus disampaikan

melalui pemimpinnya. Pemimpin mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh

untuk mempengaruhi anggotanya. Sistem jaringan komunikasi di sini menjadikan

semua laporan, instruksi, perintah kerja dan kepengawasan terpusat satu orang

Page 30: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

15

yang memimpin dengan empat bawahan atau lebih dan tidak terjadi interaksi

(komunikasi) antara satu bawahan dengan bawahan yang lain. Pada jaringan

komunikasi roda, ada seorang pemimpin yang menjadi fokus perhatian. Ia

dapat berhubungan dengan seluruh anggota kelompok, tetapi setiap anggota

kelompok hanya dapat berhubungan dengan pemimpinnya.

Gambar 6. Model roda dalam jaringan komunikasi (Zulfikar, 2013)

c. Model Lingkaran (Circle)

Dalam struktur lingkaran, sebuah organisasi tidak memiliki pemimpin,

semua anggota posisiya sama, mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang

sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap orang hanya dapat

berkomunikasi dengan dua orang disamping kiri dan kanannya. Model

jaringan komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota atau staf bisa terjadi

interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarki tetapi tanpa ada kelanjutannya pada

tingkatan yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap level. Misalnya,

komunikasi terjadi secara interaksi antar sesama bawahan dengan atasannya

langsung (komunikasi berjenjang).

Gambar 7. Model lingkaran dalam jaringan komunikasi (Zulfikar, 2013)

d. Model Jaringan Bebas (All-channel)

Model jaringan komunikasi sistem ini merupakan pengembangan model

lingkaran (Circle). Di dalam model ini semua tingkatan dalam jaringan tersebut

dapat melakukan interaksi timbal balik tanpa melihat siapa yang menjadi tokoh

sentralnya sehingga setiap anggota dapat berkomunikasi dan melakukan timbal

balik dengan semua anggota kelompok yang lain. Semua jaringan komunikasi

antar tingkatan jenjang hirarkinya tidak dibatasi dan setiap staf atau bawahan

Page 31: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

16

bebas melakukan interaksi dengan berbagai pihak termasuk pimpinan atau

sebaliknya.

Gambar 8. Model jaringan bebas dalam jaringan komunikasi (Zulfikar, 2013)

e. Model Huruf (Y)

Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding karakteristik individu dan

perilaku komunikasi dalam struktur roda. Akan tetapi, lebih tersentralisasi

dibanding dengan pola lainnya. Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang

menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu

pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan rantai, sejumlah saluran

terbuka dibatasi dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Orang

hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja. Dalam

struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas, tetapi semua anggota lain berperan

sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirim dan menerima pesan dari

dua orang lainnya, sedangkan ketiga anggota lainnya terbatas hanya dengan satu

orang saja.

Gambar 9. Model huruf Y dalam jaringan komunikasi (Zulfikar, 2013)

2.2.3 Tinjauan Tentang Peran-peran dalam Jaringan Komunikasi

Terdapat beberapa istilah peran yang digunakan dalam jaringan komunikasi,

yaitu:

a. Opinion leader merupakan individu yang dapat mempengaruhi pendapat,

kepercayaan, motivasi dan perilaku orang lain. Mereka adalah seorang

pemuka pendapat dan agen pembaharu yang relatif sering dapat mempengaruhi

sikap dan tingkah laku orang lain untuk bertindak dalam cara tertentu. (Rogers

dan Kincaid, 1981)

b. Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota

organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan satu

Page 32: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

17

pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Cara

ini dapat menolong anggota penting dalam organisasi untuk menghindari

informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi

yang penting terhadap mereka. (Muhammad, 2004).

c. Cosmopolite adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan

lingkungannya. Mereka mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang

ada dalam lingkungan dan memberi informasi mengenai organisasi kepada

kelompok dalam suatu lingkungan (Muhammad, 2004).

d. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi yang

menghubungkan kelompoknya dengan anggota dari kelompok lain (Rogers

dan Kincaid, 1981). Menurut Muhammad (2004) individu ini membantu saling

memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan mengkoordinasi

kelompok.

e. Liaison adalah sama perannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri

bukanlah anggota dari satu kelompok tapi penghubung di antara satu

kelompok dengan kelompok yang lainnya. Individu ini juga membantu dalam

membagi informasi yang relevan di antara kelompok-kelompok organisasi

(Muhammad, 2004).

f. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan

orang lain dalam suatu organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dari

lingkungannya (Muhammad, 2004).

Eriyanto (2014) menegaskan bahwa seebuah jaringan, selain terdiri atas

aktor-aktor (node) dan link juga mempunyai beberapa elemen sebagai berikut:

Gambar 10. Struktur Jaringan (Eriyanto, 2014)

Page 33: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

18

a. Komponen

Komponen adalah pengelompokan aktor (node) yang sekurangnya

mempunyai satu link dalam jaringan. Ketika aktor mempunyai link, meskipun

hanya satu, dilihat sebagai bagian dari komponen. Pada gambar ilustrasi ini,

terdapat tiga komponen dalam gambar jaringan tersebut. Komponen pertama,

kumpulan dari aktor A hingga P. Komponen kedua, adalah kumpulan aktor Q

hingga S dan komponen ketiga T meskipun aktor P hanya mempunyai satu link

yakni dengan O, ia dianggap sebagian dari komponen pertama.

b. Klik

Klik merupakan pengelompokan aktor yang lebih ketat dibandingkan

dengan komponen. Klik ditandai oleh adanya relasi antar aktor secara lengkap

dan maksimal. Disebut lengkap jika anggota dari aktor saling memiliki relasi

(link) satu sama lain. Pada ilustrasi ini terdapat tiga klik. Klik pertama (B-C-

D), klik kedua (D-E-F), dan klik ketiga (G-L-M-K). Aktor G-H-K tidak bisa

disebut klik karena ketiga aktor tidak saling memiliki link, dalam hal ini tidak

ada link antara G dan H.

c. Bridges

Jembatan (bridge) adalah link yang menghubungkan dua kelompok terpisah

dalam suatu jaringan. Ciri bridge yaitu tanpa link ini maka kedua kelompok

akan terpisah menjadi komponen tersendiri. Pada ilustrasi ini, link antara F dan

H disebut sebagai bridge karena menghubungkan sekumpulan aktor disebelah

kiri (A hingga E) dan aktor sebelah kanan (I hingga P), tanpa jembatan (bridge)

tersebut, maka sekumpulan aktor tersebut tidak tersambung menjadi suatu

jaringan.

d. Hubs

Hubs merujuk kepada aktor (node) yang mempunyai koneksi paling banyak

dalam jaringan (Golbeck dalam Eriyanto, 2014). Ilustrasi ini menunjukkan

bahwa aktor (node) K adalah sebuah hubs. Aktor ini mempunyai lima link (J,

G, L, M dan H). Aktor D di bawah K, hanya memiliki empat link.

e. Cutpoints

Cutpoints adalah aktor (node) yang menjadi perekat dari jaringan, dimana

tanpa kehadiran aktor tersebut maka jaringan akan terpecah (Borgatti and

Page 34: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

19

DeJody dalam Eriyanto, 2014) cutpoint mirip dengan bridge yang

menghubungkan aktor-aktor, bedanya bridge merupakan link dari dua aktor

sementara cutpoint merujuk kepada aktor (node). Ilustrasi ini menunjukkan

bahwa aktor D adalah cutpoint. Aktor ini merupakan perekat bagi A, B, C, E

dan F. Jika D tidak ada, maka jaringan yang menghubungkan antara A dengan

F akan terpisah.

f. Pemencil

Pemencil (isolate) adalah aktor (node) yang tidak mempunyai satupun link

dengan aktor lain dalam jaringan. Pada ilustrasi ini, aktor T adalah pemencil.

Aktor ini terpisah dengan jaringan, karena tidak satupun mempunyai link

dengan aktor lain. Aktor P dan Q, A dan S tidak bisa disebut sebagai pemencil,

meskipun hanya mempunyai satu link dengan aktor lain dalam jaringan.

1.2.4 Tinjauan Tentang Analisis Jaringan Komunikasi

A. Jenis Penelitian

Menurut Babbie dalam Eriyanto (2014), penelitian sosial secara umum bisa

dibagi ke dalam tiga tipe atau jenis. Tipe ini juga berlaku pada penelitian jaringan

komunikasi karena dalam metode analisisnya menggambarkan relasi antar aktor

satu dengan lainnya dalam struktur sosial tertentu. Jenis-jenis penelitian dalam

analisis jaringan komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Eksploratif

Eriyanto (2014) menjelaskan penelitian jaringan komunikasi dengan tipe

eksploratif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk melakukan penjajakan atas

suatu topik atau fenomena yang sebelumnya tidak pernah diteliti. Karena bersifat

eksploratif, studi ini umumnya tidak dalam. Arti penting dari studi eksploratif

diukur dari kebaruan topik yang sebelumnya belum pernah diteliti atau bisa

menjawab pertanyaan, asumsi, atau dugaan yang berkembang dalam masyarakat.

Studi jaringan dengan tipe penelitian eksploratif mengeksplorasi pola jaringan

tertentu yang belum pernah diteliti.

2. Deskriptif

Penelitian jaringan komunikasi dengan tipe deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail struktur dan aktor-aktor dalam

jaringan. Berbeda dengan penelitian eksploratif yang hanya melakukan

Page 35: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

20

penjajakan, penelitian deskriptif memilih suatu topik dan mendeskripsikan topik

tersebut. Penelitian tipe ini menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) (Eriyanto,

2014).

3. Eksplanatif

Penelitian tipe eksplanatif dalam studi jaringan menjawab pertanyaan

“mengapa” (why). Peneliti tidak lagi melakukan penjajakan (eksploratif),

menggambarkan secara detail struktur jaringan dari suatu objek (deskriptif), tetapi

lebih jauh bisa menjelaskan penyebab munculnya suatu struktur jaringan tertentu,

atau akibat dari struktur jaringan tertentu, atau apa akibat dari struktur tertentu

terhadap komunitas atau masyarakat. Penelitian deskriptif hanya menggambarkan

secara detail struktur jaringan, tetapi tidak bisa menjawab pertanyaan, mengapa

struktur jaringan itu yang terbentuk.

B. Level Analisis

Menurut Eriyanto (2014) jaringan komunikasi menghasilkan berbagai jenis

data mengenai karakteristik dan struktur dari suatu jaringan. Dari berbagai jenis

analisis data mengenai jaringan komunikasi komunikasi bisa dibedakan menjadi

dua katagori. Pertama, perbedaan berdasarkan studi yaitu melihat struktur jaringan

komunikasi secara utuh (complete network) atau memusatkan perhatian pada aktor

atau ego (node). Kedua, level analisis yaitu mengenai studi jaringan komunikasi

yang berfokus pada aktor (individu), kelompok (group) atau jaringan secara

keseluruhan.

Page 36: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

21

1. Berdasarkan Studi

A. Jaringan Utuh

Tabel 1. Jenis Perhitungan Pada Jaringan Utuh

Level analisis Desain studi

Aktor 1. Sentralitas tingkatan (degree centrality)

2. Sentralitas kedekatan (closeness centrality)

3. Sentralitas keperantaraan (betweennes centrality)

Kelompok

(group)

1. Komponen

2. K-Core

3. Klik

4. N-Clique

5. K-Plexes

Sistem 1. Ukuran (size)

2. Kepadatan (density)

3. Resiprositas (reciprocity)

4. Diameter dan jarak (distance)

5. Sentralisasi (centralization)

Sumber : Eriyanto, 2014

a. Level Aktor

1) Sentralitas tingkatan (degree centrality)

Tingkatan (degree) memperlihatkan popularitas aktor dalam jaringan sosial.

Tingkatan (degree) adalah jumlah link dari dan ke aktor. Dalam jaringan yang

directed (mempunyai arah), degree ini bisa berupa indegree (jumlah link yang

mengarah ke aktor) dan outdegree (jumlah link yang keluar dari aktor). Secara

teoritis, jumlah maksimal sentralitas tingkatan (degree) bagi aktor yakni N-1. Jika

di dalam populasi terdapat 100 orang maka maksimal link bagi aktor adalah 99,

ini artinya aktor tersebut menghubungi (outdegree) dan dihubungi (indegree)

semua aktor dalam jaringan.

Perhitungan sentralitas tingkatan biasanya dilambangkan dengan angka 0

dan 1, dimana 0 berarti tidak ada link atau tidak ada satupun yang menghubungi

dan 1 ada link. Baik dihubungi atau menghubungi. Berapapun jumlah populasi

angka sentralitas tingkatan berada pada kisaran 0 hingga 1. Jika dilambangkan

dengan rumus, sebagai berikut (Valente dan Prell dalam Eriyanto, 2014 ):

Page 37: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

22

Dimana adalah sentralitas tingkatan, d adalah jumlah link dari dan ke

aktor dan N adalah jumlah anggota populasi jaringan.

2) Sentralitas kedekatan (degree centrality)

Sentralitas kedekatan menggambarkan seberapa dekat aktor (node dengan

semua aktor lain di dalam jaringan. Kedekatan disini diukur dari berapa langkah

seorang aktor bisa menghubungi atau dihubungi oleh aktor lain dalam jaringan.

Sentralitas kedekatan diperoleh dengan membagi jumlah jalur terpendek aktor

satu dengan aktor lain dalam suatu jaringan. Rumus menghitung sentralitas

kedekatan adalah sebagai berikut (Valente dan Prell dalam Eriyanto, 2014):

Dimana Cc adalah sentralitas kedekatan (cloceness centrality), d adalah

jalur terpendek ke aktor lain, dan N adalah jumlah anggota populasi.

3) Sentralitas keperantaraan (betweennes centrality)

Sentralitas keperantaraan memperlihatkan posisi seorang aktor sebagai

perantara (betweenness) dari hubungan aktor satu dengan aktor lain dalam suatu

jaringan. Apakah aktor (node) untuk menghubungi aktor lain bisa secara langsung

ataukah harus melewati aktor tertentu. Sentralitas keperantaraan penting karena

berkaitan dengan kontrol dan manipulasi informasi. Aktor yang mempunyai

posisis sebgai perantara aktor lain bisa menentukan keanggotaan aktor dalam

jaringan. Menghitung sentralitas keperantaraan dilakukan dengan beberapa

langkah. Pertama, membuat pasangan aktor-aktor dalam jaringan. Kedua,

menentukan apakah jalur terpendek antara aktor satu dengan lainnya melewati

aktor tertentu atau tidak. Jka tidak nilainya 0 jika iya nilainya, jika ada

kemungkinan dua jalur nilainya 0,5. Rumus sentralitas keperantaraan normal

sebagai berikut (Valente dan Prell dalam Eriyanto, 2014):

Dimana Cb adalah keperantaraan (betweenness centrality), giPk adalah

jumlah tahap terpendek dari aktor, dan gi adalah jumlah jalur dalam jaringan.

Sementara n2-3n+2 nilai maksimum. Nilai sentralitas keperantaraan normal adalah

0-1, dimana yang mendekati 1 semakin bagus.

Page 38: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

23

b. Level Kelompok

1) Komponen

Dasar dari komponen adalah aktor yang mempunyai link dengan jaringan,

bisa dikategorikan sebagai kelompok karena aktor tersebut bisa dijangkau oleh

aktor lain meski dengan tahapan yang panjang. Lawan dari komponen adalah

isolate, yakni aktor yang tidak terhubung atau tidak mempunyai link dengan

jaringan. Komponen bisa dibagi ke dalam dua jenis (Prell dalam Eriyanto, 2014).

Pertama, komponen kuat (strong component) yang ditandai oleh adanya hubungan

langsung antara aktor. Kedua, komponen lemah (weak component) yang ditandai

oleh hubungan tidak langsung diantara aktor dengan kata lain harus melewati

aktor lain ketika hendak menghubungi sasaran.

2) K-Core

K-core adalah suatu pendekatan dimana peneliti menetapkan batas tertentu

jumlah link dari satu aktor untuk bisa disebut sebagai bagian anggota komponen

(Hanneman and Riddle dalm Eriyanto, 2014 ). Jika dipakai 2-core, maka satu

aktor baru bisa disebut bagian dari anggota komponen jika mempunyai jumlah

link sekurangnya 2, tanpa melihat kepada aktor mana link tersebut. Jika dipakai 3-

core, jumlah link yang harus dipenuhi oleh aktor untuk bisa masuk dalam

komponen yaitu 3 link, dan begitu seterusnya.

3) Klik

Klik adalah pengelompokan aktor (node) di dalam suatu jaringan dimana

memasukkan maksimal semua bentuk hubungan dari aktor, dan aktor-aktor

tersebut saling berinteraksi satu sama lain dengan semua anggota. Dengan

demikian ada dua ciri dari klik (Hannamen and Riddle, dalam Eriyanto, 2014).

Pertama, saling keterbukaan di antara sesame aktor. Kedua, memasukkan semua

hubungan atau interaksi maksimal.

4) N-Clique

N-clique adalah perpanjangan dari konsep klik dalam N-clique peneliti

memperluas definisi klik itu sendiri menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan

pertama adalah “teman”. Tingkatan kedua (2-clique) adalah “temannya teman”,

jika diperluas lagi akan menjadi (3-clique) yaitu “temannya teman teman”.

Sejumlah ahli menyarankan agar N-clique dipakai, maksimal 2-clique. Artinya

ada dua tahapan dalam penentuan anggota kelompok.

Page 39: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

24

5) K-Plexes

K-Pelxes adalah suatu pengelompokan dalam jaringan dimana kator saling

berinteraksi dengan sesame aktor lain kecuali aktor K dalam K-Plexes peneliti

bisa memasukkan aktor-aktor dalam suatu klik, meskipun aktor tersebut tidak

berinteraksi. Untuk menentukan K-Plexes peneliti harus menentukan terlebih

dahulu “K” dan jumlah (m) ukuran kelompok. Minimal “K” yang harus dipilih

adalah 2, jadi peneliti bisa memilih 2K, 3K, 4K dan seterusnya. Jumlah aktor yang

saling berinteraksi di dalam kelompok adalah n dikurangi K (Carolan dalam

Eriyanto, 2014 ).

c. Level sistem

1) Ukuran (Size)

Ukuran berkaitan dengan jumlah anggota dari jaringan. Jaringan dengan

ukuran kecil, antar aktor lebih kohesif dibandingkan dengan jaringan dengan

ukuran besar. Struktur relasi di antara aktor juga berbeda anatara jaringan dengan

ukuran kecil dan besar (Carolan dalam Eriyanto, 2014). Intensitas komunikasi dari

jaringan dengan ukuran kecil pasti lebih sering dengan jaringan dengan ukuran

besar.

2) Kepadatan (Density)

Kepadatan (densitas) adalah perbandingan jumlah link yang ada dalam

jaringan denganjumlah link yang mungkin muncul. Kepadatan memperlihatkan

intensitas antar anggota jaringan dalam berkomunikasi. Jaringan dengan

kepadatan tinggi adalah jaringan dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama

lain begitu juga sebaliknya. Rumus menentukan kepadatan adalah sebagai berikut

(Carolan dalam Eriyanto, 2014)

Dimana D adalah kepadatan, l adalah jumlah link aktual dalam jaringan

komunikasi, N adalah ukuran jaringan (jumlah aktor dalam jaringan). Angka

kepadatan adalah 0 sampai 1 dimana makin besar nilai menunjukkan tingginya

kepadatan.

3) Resiprositas

Resiprositas atau mutualitas adalah rasio dari link dua arah dengan total

jumlah link dalam jaringan. Ukuran ini menggambarkan apakah relasi anggota

Page 40: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

25

jaringan berlangsung dua arah atau satu arah. Apakah aktor saling berinteraksi

secara aktif ataukah hanya searah (Monge and Contractor dalam Eriyanto, 2014).

Resiprositas juga memperlihatkan ketimpangan yang ada dalam jaringan, ketika

ada aktor yang disukai dan yang tidak disukai. Ada aktor yang dipilih tetapi tidak

memiliki balik aktor yang memilih, sebaliknya ia memilih aktor lain dalam

jaringan. Rumus menentukan resiprositas adalah sebagai berikut (Carolan dalam

Eriyanto, 2014):

Dimana R adalah Resiprositas, Ai adalah link dari aktor satu ke aktor lain.

Angka Resiprositas dari 0 hingga 1 dimana 1 memperlihatkan resiprositas

sempurna dimana masing-masing aktor saling memilih atau saling beinteraksi.

4) Diameter dan jarak

Diameter adalah jarak terjauh di antara dua aktor dalam suatu jaringan

(Carolan dalam Eriyanto, 2013). Dua buah jaringan bisa jadi mempunyai ukuran

dan kepadatan yang sama, tetapi berbeda dalam diameter. Sementara yang

dimaksud dengan jarak berapa rata-rata langkah yang dibutuhkan oleh semua

aktor untuk saling berinetraksi.

5) Sentralisasi

Sentralisasi merujuk kepada seberapa memusat suatu jaringan pada

beberapa aktor (node). Apakah relasi di dalam suatu jaringan menyebar ke banyak

orang ataukah memusat ke beberapa aktor. Apakah relasi di dalam suatu jaringan

menyebar ke banyak orang ataukah memusat ke beberapa orang saja. Suatu

jaringan disebut tersentralisasi jika alur hanya menyertakan beberapa orang,

sebaliknya suatu jaringan disebut terdesentralisasi jika link mengarah kepada

banyak orang. Rumus untuk menentukan sentralisasi suatu jaringan. Sebagai

berikut:

Dimana CD adalah sentralisasi, ∑max CDi adalah skor sentralitas tingkatan

maksimal dari aktor, CDi adalah skor sentralitas tingkatan dari masing-masing

aktor dan n adalah ukuran jaringan.

Page 41: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

26

B. Jaringan Berpusat pada Ego (Ego networks)

Tabel 2. Jenis perhitungan pada jaringan ego

Level analisis Desain studi

Aktor tunggal 1. Ketertutupan jaringan (network closure)

2. Celah Struktur (structural holes)

3. Kekuatan ikatan (tie strenght)

Kelompok

(group)

1. Broker (brokerage)

2. Analisis Homofili (homopily)

3. Kesetaraan posisi ( structural equivalent)

Sistem 1. Ukuran (size)

2. Kepadatan (density)

3. Diameter dan jarak (distance)

Sumber : Eriyanto, 2014

a) Level Aktor

1) Ketertutupan jaringan (network closure)

Ukuran ini berkaitan dengan posisi ego dan alter, dan relasi di antara alter-

alter lain. Aktor ego bisa berada dalam suatu jaringan tertutup atau terbuka.

Jaringan tertutup ditandai oleh kohesivitas di antara aktor dalam jaringan ego.

Dalam jaringan ini tidak hanya ditandai oleh adanya relasi alter ego tetapi juga

relasi di antara alter-alter jaringan undirect.

2) Celah Struktur (structural holes)

Celah struktur juga berkaitan dengan posisi aktor dengan alter seperti hal-

hal ketertutupan jaringan. Celah struktur bisa didefinisikan sebagai ruang kososng

di antara struktur sosial (Burt dalam Eriyanto, 2014). Ruang tatau celah kosong ini

lahir ketika aktor tidak mempunyai ikatan dengan aktor lain. Celah ini

memberikan kesempatan kepada aktor yang berada di tengah di antara celah

kosong tersebut. Celah terjadi ketika kontak ego dengan alter tidak berulang

(nonredundant contacs)

3) Kekuatan ikatan (tie strenght)

Kekuatan ikatan ini terbagi ke dalam dua jenis yaitu ikatan kuat dan ikatan

lemah. Ikatan kuat ditandai oleh intensitas komunikasi yang tinggi dengan alter.

Sebaliknya ikatan lemah ditandai oleh intensitas komunikasi yang minim. Ada

empat indikator yang umumnya dipakai untuk mengukur kekuatan suatu ikatan

(Granovotter dalam Eriyanto, 2014) yaitu waktu, intensitas emosional, keakraban,

dan layanan personal.

Page 42: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

27

b) Level Kelompok

1) Broker (brokerage)

Analisis broker terutama menggambarkan posisi unik apa dari aktor ego

ketika berhadapan dengan aktor lain. Sementara analisis broker menitikberatkan

pada posisi ego di antara aktor lain dalam kelompok, apakah aktor lain tersebut

berada pada kelompok yang sama dengan ego ataukah berbeda. Menurut

Fernandez and Gould dalam Eriyanto (2014) terdapat lima kemungkinan ego

sebagai broker yaitu broker koodinator, broker konsultan, broker perwakilan,

broker penjaga gerbang, dan broker penghubung.

2) Analisis homofili (homopily)

Analisis homofili berusaha untuk mengidentifikasi tingkat kesamaan antara

ego dengan alter. Apakah ego mempunyai kesamaan atribut dengan alter ataukah

berbeda. Analisis homofili penting karena bisa menjelaskan apakah jaringan ego

terdiri atas aktor dengan karakteristik yang sama ataukah tidak.

3) Kesetaraan posisi (structural equivalent)

Ukuran kesetaraan posisi mirip dengan analisis homofili. Pengukuran ini

untuk mengidentifikasi persamaan antara aktor ego dengan alter. Yang

membedakan dalam homofili yang dilihat adalah persamaan atribut seperti jenis

kelamin, suku, agama, etnis, atau karakter lain yang relevan. Sementara

kesetaraan posisi melihat kesamaan posisi dalam jaringan komunikasi (Scott

dalam Eriyanto, 2014).

c) Level Sistem

1) Ukuran (size)

Ukuran jaringan ego adalah jumlah alter di sekitar ego. Semakin banyak

maka semakin besar pula ukuran jaringan ego. Ukuran bisa dihitung dengan

mudah dengan jalan menghitung berapa banyak link antara ego dan alter (Carolan

dalam Eriyanto, 2014).

2) Kepadatan (density)

Jika ukuran hanya menghitung jumlah link antara aktor maka kepadatan

menghitung semua link di antara semua alter mengukur kepadatan dalam jaringan

ego sama dengan jaringan utuh.

Page 43: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

28

3) Jarak dan diameter.

Prinsip dari menghitung jarak dan diameter pada jaringan ego sama dengan

jaringan utuh. Jarak adalah berapa rata-rata semua aktor baik ego dan alter bisa

saling mengontak satu sama lain. Pada jaringan dengan kepadatan sempurna

(density=100%) maka jaraknya adalah 1. Sedangkan diameter adalah jarak terjauh

aktor bisa mengontak aktor lain.

1.2.5 Tinjauan Tentang Kelompok Wanita Tani

A. Kelompok dan Komunikasi Kelompok

Menurut Wonodiharjo (2014) kelompok adalah sekelompok orang yang

anggota–angotanya merasa terikat dengan kelompok (sense of belonging) yang

tidak dimiliki oleh anggota yang bukan kelompok, serta mereka merasa saling

bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil

yang lain. Dari persepsi psikologi dan juga sosiologi, menurut Riswandi (2009)

kelompok dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu kelompok primer

dan sekunder, ingroup dan outgroup, kelompok keanggotaan dan kelompok

rujukan, serta kelompok deskriptif dan preskriptif.

Sebuah kelompok memiliki karakteristik yang meliputi adanya: (1)

komunikasi, secara teratur, kesempatan berkomunikasi yang sama, (2) tujuan,

anggota mempunyai tujuan atau minat berkelompok yang sama, (3) ukuran,

jumlah anggota kelompok: relatif sedikit, memungkinkan dan memudahkan

komunikasi antar anggota terjadi secara tatap muka karenanya proses komunikasi

dalam kelompok selalu bersifat dinamis, dipengaruhi antara lain: oleh faktor

seperti kepribadian anggota, jumlah anggota, kepemimpinan, keterampilan

berkomunikasi, maksud dan tujuan kelompok (Hubeis, 2014).

Menurut Huraerah & Purwanto (2006) komunikasi kelompok adalah

komunikasi tatap muka dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk

mencapai tujuan bersama. Menurut Saleh (2014) komunikasi kelompok adalah

komunikasi antar seorang dengan orang-orang lain dalam kelompok, berhadapaan

satu sama lain sehingga memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi setiap orang

dalam kelompok untuk memberikan tanggapan secara verbal. Menurut

Roudhonah (2007) komunikasi kelompok biasanya dilakukan dalam

kelompok atau antar kelompok. Karakteristik komunikasi kelompok, yaitu:

Page 44: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

29

1. Komunikasi kelompok bersifat formal, artinya pelaksanaannya direncanakan

terlebih dahulu sesuai dengan komponen-komponennya.

2. Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu orang-orang yang tergabung dalam

kelompok mempunyai peranan dan tanggung jawab masing-masing dalam

pencapaian tujuan.

3. Komunikasi kelompok terlembaga dalam arti ada aturan mainnya.

4. Komunikator dalam kelompok ini haruslah:

a. Mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan mudah dimengerti

dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara stimultan.

b. Menggunakan beberapa istilah yang memudahkan untuk mengorganisir

pengamatan.

B. Kelompok Wanita Tani

Pusat Penyuluhan Pertanian dalam Manoppo (2009) berpendapat bahwa

wanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian

yang dibagi kedalam dua bagian, yakni wanita tani menurut statusnya dalam

keluarga dan wanita tani menurut fungsinya dalam usahatani. Apabila dilihat dari

statusnya dalam keluarga, wanita tani terdiri dari :

a. Kepala keluarga, yaitu wanita tani pada kondisi: wanita janda (ditinggal suami

karena bercerai atau meninggal) atau wanita tidak menikah yang hidup

mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan sering juga mempunyai

tanggungan.

b. Istri petani, yaitu wanita yang menjadi isteri petani, hidup satu rumah sebagai

suami istri yang sah.

c. Wanita dewasa anggota keluarga, yaitu wanita yang berumur diatas 30 tahun

atau yang sudah pernah menikah dan tinggal bersama seorang petani (ibu,

mertua, saudara, ipar, anak, kemenakan, dan lain-lain).

d. Pemuda tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun dan belum pernah

menikah, yang tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan, dan

lainnya).

e. Taruna tani wanita, yaitu wanita remaja berumur dibawah 16 tahun dan belum

pernah menikah yang tinggal dan menjadi tanggungan seorang petani.

Page 45: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

30

Sementara itu, apabila dilihat dari fungsinya dalam usahatani, wanita tani

terdiri dari :

1. Petani wanita, yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya

secara mandiri. Petani wanita dapat berstatus sebagai :

c. Kepala keluarga yang hidup atau mencukupi nafkah keluarganya dari

usahatani.

d. Isteri petani, seorang suami tidak berfungsi sebagai pencari nafkah utama

atau bekerja di luar usahatani keluarga.

e. Wanita dewasa anggota keluarga atau pemuda tani wanita yang bertindak

sebagai pengelola usahatani secara mandiri.

2. Mitra atau pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu

pengusaha tani dalam keluarganya, tanpa pemberian upah atau pembagian

hasil secara ekonomi. Mitra usaha petani tersebut berstatus sebagai :

a. Istri petani

b. Wanita dewasa anggota keluarga

c. Pemuda atau taruna tani wanita

Menurut Jokopusphito (2006), ciri-ciri kelompok wanita tani yaitu (1)

seluruh anggotanya adalah wanita, (2) memiliki tujuan atau kepentingan yang

sama, (3) adanya dorongan (motif) yang sama, (4) mempunyai reaksi-reaksi dan

kecakapan yang berbeda, (5) mempunyai struktur organisasi yang jelas, (6)

mempunyai norma-norma pedoman tingkah laku yang jelas, (7) adanya interaksi

diantara sesama anggota, dan (8) adanya kegiatan kelompok yang nyata.

Sementara itu, kelompok wanita tani juga memiliki peran terhadap para

anggotanya sebagai: (1) kelas belajar, setiap anggota dapat berinteraksi satu

sama lain guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam

meningkatkan kemmapuannya untuk menjadi pribadi yang lebih produktif, (2)

wahana kerjasama, tempat untuk memperkuat antar anggota dalam kelompok

wanita tani atau kerjasama dengan kelompok wanita tani lain dalam rangka

pertukaran informasi, dan (3) unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit

produksi, unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa penunjang.

Page 46: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

31

1.2.6 Tinjauan Tentang Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

A. Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Sejak tahun 2010 Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan

telah melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

(P2KP) yang juga merupakan perwujudan dari Peraturan Presiden Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Berbasis Sumber Daya Lokal. Program-program yang merupakan bentuk

keberlanjutan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)

Berbasis Sumber Daya Lokal diimplementasikan melalui kegiatan: (1)

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan

Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta

(3) Sosialisasi dan Promosi P2KP. Secara umum tujuan kegiatan P2KP adalah

untuk memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan

masyarakat yang B2SA yang diindikasikan dengan meningkatnya skor Pola

Pangan Harapan (PPH). (Permentan P2KP, 2016)

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah konsep

penumbuhan dan pemanfaatan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan

dan gizi keluarga secara diversifikasi yang berbasis sumber daya lokal, ramah

lingkungan, dan berkelanjutan dalam satu kawasan (BPTP Jatim, 2012). Seperti

yang dicantumkan dalam Permentan (P2KP) (2016), Kawasan Rumah Pangan

Lestari (KRPL) adalah sebuah konsep lingkungan perumahan penduduk yang

secara bersama-sama mengusahakan pekarangannya secara intensif untuk

dimanfaatkan menjadi sumber pangan secara berkelanjutan dengan

mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi warga setempat.

Konsep dan batasan yang tercakup dalam Program KRPL adalah (Badan Litbang

Pertanian, 2011): (1) Rumah pangan lestari, (2) Penataan pekarangan, (3)

Pengelompokan lahan pekarangan terdiri atas lahan pekarangan perkotaan dan

perdesaan, (4) Pemilihan komoditas, (5) Diversifikasi pangan berbasis

sumberdaya lokal, dan (6) Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL).

Selanjutnya dikemukakan bahwa Rumah Pangan Lestari didefinisikan sebagai

rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan

sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan

Page 47: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

32

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan

keanekaragamannya.

Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) Badan

Litbang Pertanian (2011), menjelaskan bahwa tujuan pengembangan KRPL,

antara lain: (1) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat

melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; (2) Meningkatkan

kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di

perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran

dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), pemeliharaan ternak dan ikan,

pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; (3)

Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan

pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan;

dan (4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang

bersih dan sehat secara mandiri.

B. Tahapan Pelaksanaan Program KRPL

Perencanaan dan Pelaksanaan Model KRPL untuk merencanakan dan

melaksanakan pengembangan Model KRPL, dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan

kegiatan seperti telah dituangkan dalam Pedoman Umum Model KRLPL

(Kementerian Pertanian, 2011), yaitu:

a. Persiapan: (1) pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan

kelompok sasaran, (2) pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari

kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3)

koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Dinas terkait lainnya di

Kabupaten/Kota, (4) memilih pendamping yang menguasai teknik

pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

b. Pembentukan Kelompok: Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau

kelompok rumahtangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu

dusun. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan

kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa.

c. Sosialisasi: Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat

kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan

Page 48: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

33

sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta

petugas pelaksana instansi terkait.

d. Penguatan Kelembagaan Kelompok: hal ini dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan kelompok: (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui

musyawarah; (2) mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama;

(3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk

bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) mampu untuk

bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompokkelompok masyarakat

lainnya.

e. Perencanaan Kegiatan: Melakukan rancang bangun pemanfaatan lahan

pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat

keluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,

pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta

pengelolaan limbah rumah tangga.

f. Pelatihan: Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan

yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan, buah dan

sayuran, TOGA, teknik budidaya ikan dan ternak, perbenihan dan pembibitan,

pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah

tangga.

g. Pelaksanaan: pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan

pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh

Penyuluh dan Petani Andalan.

h. Pembiayaan: bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah

daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta

dan dana lain yang tidak mengikat.

i. Monitoring dan Evaluasi, dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan

pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan

dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok. Evaluator dapat

juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok.

Kegiatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dengan konsep

KRPL dilaksanakan dalam 2 (dua) tahapan yaitu:

Page 49: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

34

A. Tahap Penumbuhan

Pada tahap I (penumbuhan) optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan

dengan konsep KRPL minimal beranggotakan 15 rumah tangga dengan

kegiatannya meliputi:

1. Sosialisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui pendampingan dan pelatihan

2. Pembuatan demplot kelompok sebagai laboratorium lapangan

3. Pembuatan kebun bibit

4. Pengembangan pekarangan anggota

5. Pendampingan dan Penyuluhan pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan

Aman (B2SA)

B. Tahap Pengembangan

Pada tahap II (pengembangan) optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan

dengan konsep KRPL jumlah anggota telah bertambah atau lebih dari 15

rumah tangga yang kegiatannya meliputi:

1. Pengembangan demplot kelompok

2. Pengembangan kebun bibit

3. Pengembangan pekarangan anggota

4. Praktek/demonstrasi penyediaan menu Beragam, Bergizi Seimbang, dan

Aman (B2SA)

5. Pengolahan hasil KRPL

Pelaksanaan evaluasi merupakan salah satu upaya untuk menentukan

keberlanjutan suatu kelompok penerima kegiatan untuk masuk ke tahap

selanjutnya. Penentuan kelanjutan tersebutberdasarkan pada beberapa kriteria

baik secara teknis maupun non teknis. Kriteria evaluasi secara teknis untuk

kelompok dapat melanjutkan kegiatan KRPL ke tahap selanjutnya yaitu:

1. Sudah membangun kebun bibit;

2. Sudah membuat demplot;

3. Sudah mengembangkan lahan pekarangan minimal di 15 rumah tangga;

4. Terjadi penambahan jumlah anggota kelompok.

Untuk kriteria non teknis, satu kelompok tidak dapat melanjutkan kegiatan

KPRL ke tahap selanjutnya jika pada akhir tahun berjalan anggaran yang

dialokasikan masih terdapat sisa di rekening kelompok. Dana bantuan pemerintah

Page 50: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

35

tersebut harus dikembalikan ke kas negara pada akhir tahun anggaran tersebut.

Oleh karena itu pelaku program KRPL harus mengelola anggaran dengan baik

sesuai dengan kebutuhan selama kegiatan.

Pada tahun 2016 kegiatan optimalisasi lahan pekarangan dikembangkan

melalui pemberdayaan masyarakat, khususnya wanita, dengan teknik yang tepat

dalam pelaksanaannya. Mekanisme pengembangan optimalisasi lahan pekarangan

dilakukan melalui beberapa tahapan berikut: (1) pembentukan kelompok

pelaksana kegiatan, (2) identifikasi kebutuhan, (3) penyusunan rencana kegiatan,

(4) pendampingan dan pelatihan, (5) pembuatan dan pengelolaan kebun bibit, (6)

pengembangan demplot kelompok dan (7) penataan kawasan.

C. Pelaku dan Peran Elemen KRPL

Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat

dan instansi terkait pusat dan daerah, yang masing-masing bertanggungjawab

terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan. Secara rinci, peran setiap elemen

tersebut dapat disimak pada tabel berikut:

Tabel 3. Pelaku dan peran Elemen KRPL

No. Pelaksana Tugas/peran dalam kegiatan

1. Masyarakat

- Kelompok sasaran

- Pamong Desa (RT, RW, Kadus)

dan Tokoh masyaraka

- Pelaku utama

- Pendamping

- Monitoring dan Evaluasi

2. Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura,

Dinas Perikanan, Kantor Kecamatan,

Kantor Kelurahan dan lembaga

terkait lainnya)

- Pembinaan dan pendampingan

kegiatanoleh petugas lapang

- Penanggung jawab

keberlanjutan kegiatan

- Replikasi kegiatan ke lokasi

lainnya

3. - Pokja 3, PKK

- Kantor Ketahanan Pangan

Koordinator lapangan

4. Ditjen Komoditas/Badan lingkup

Kementerian Pertanian

Pengembangan model sesuai

tupoksi instansi

5. Badan Litbang Pertanian - Membangun model KRPL

- Narasumber dan pengawalan

inovasi teknologi dan

kelembagaan

6. PerguruanTinggi/Swasta/LS Dukungan dan pengawalan

7. Pengembang perumahan Fasilitasi pemanfaatan lahan

kosong di kawasan perumahan

Sumber: Pedoman Umum Model KRPL, Kementerian Pertanian, 2011

Page 51: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

36

1.3 Kerangka Pemikiran

Berjalannya program KRPL pada Kelompok Wanita Tani Sido Lestari

sudah melewati tahap kedua yaitu pengembangan. Pada tahap pengembangan

terdapat beberapa hal yang harus dicapai pada pelaksanaan program KRPL

meliputi: 1) Pengembangan demplot kelompok, 2) Pengembangan kebun bibit, 3)

Pengembangan pekarangan anggota, 4) Praktek atau demonstrasi penyediaan

menu beragam, bergizi seimbang, dan Aman (B2SA), 5) Pengolahan hasil KRPL.

Berdasarkan banyaknya kegiatan yang harus dilakukan selama tahap

pengembangan ini maka KWT Sido Lestari melakukan koordinasi antar anggota

mengenai berbagai informasi yang dibutuhkan berkaititan dengan program KRPL,

yang perlu dianalisis melalui jaringan komunikasi.

Analisis jaringan komunikasi pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido

Lestari dalam program KRPL terdiri dari tiga macam analisis sesui dengan tujuan

penelitian yaitu mengetahui pola jaringan komunikasi, peran aktor dalam jaringan

serta tokoh sentral dalam pelaku program. Analisis jaringan komunikasi yang

pertama adalah mengetahui pola jaringan komunikasi yang terbentuk. Hal ini

dapat dilihat dari hasil analisis sosiometri yang terbentuk dari data jaringan

komunikasi yang tersedia. Hal ini juga berkaitan dengan tujuan analisis jaringan

komunikasi yang kedua yang dapat dianalisis menggunakan sosiometri yaitu

mengetahui peran aktor yang terdapat pada KWT Sido Lestari pada program

KRPL yang terdiri dari beberapa macam peran antara lain Opinion Leader, Gate

Keeper, Cosmopolite, Liaison, Bridge dan Isolate. Analisis jaringan komunikasi

yang ketiga adalah mengetahui tokoh sentral pada KWT Sido Lestari dalam

pelaksanaan program KRPL. Hal ini dapat dilihat dari tiga macam analisis

sentralitas yaitu Sentralitas tingkatan (degree centrality), Sentralitas kedekatan

(closeness centrality), dan sentralitas keperantaraan (betwenness centrality . Hasil

dari seluruh analisis jaringan komunikasi pada Kelompok Wanita Tani (KWT)

Sido Lestari ini diharapkan dapat menunjang tercapainya keluaran dari program

KRPL yaitu terwujudnya konsumsi pangan masyarakat yang Beragam, Bergizi,

Seimbang dan Aman (B2SA).

Page 52: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

37

Berikut merupakan kerangka pemikiran penelitian jaringan komunikasi pada

Kelompok Wanita Tani sido Lestari dalam program KRPL:

Keterangan:

Alur pemikiran

Alat analisis

Gambar 11. Kerangka pemikiran jaringan komunikasi pada KWT Sido Lestari

dalam program KRPL

1. Sentralitas

tingkatan

2. Sentralitas

kedekatan 3. Sentralitas

keperantaraan

Analisis sosiometri

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Pelaksanaan program:

Tahap Pengembangan

1. Pengembangan demplot

kelompok

2. Pengembangan kebun bibit

3. Pengembangan pekarangan

anggota

4. Praktek/demonstrasi

penyediaan menu Beragam,

Bergizi Seimbang, dan

Aman (B2SA)

5. Pengolahan hasil KRPL

Peran aktor dalam

jaringan

Pola jaringan komunikasi

Tokoh Sentral pelaku

program KRPL

Jaringan

komunikasi

Terwujudnya konsumsi pangan masyarakat yang B2SA

1. Opinion leader

2. Gate keeper

3. Cosmopolite 4. Liaison 5. Bridge 6. Isolate

Analisis sentralitas

Page 53: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

38

III. METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif.

Catherine dalam Sarwono (2006) memaparkan bahwa penelitian kualitatif

merupakan suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang

lebih mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Pengertian ini

sejalan dengan objek yang diambil dalam penelitian ini yaitu mengenai jaringan

komunikasi yang berisi interaksi antar aktor dalam suatu kelompok. Selain itu

penentuan jenis penelitian pada jaringan komunikasi didudung oleh proses

analisis data yang dieksplorasi dengan menggunakan data hasil wawancara

mendalam dan observasi kualitatif terhadap para partisipan (Sulistyawati, 2014).

Penelitian jaringan komunikasi ini difokuskan pada tipe deskriptif yaitu

mendeskripsikan pola jaringan komunikasi, peran-peran aktor dalam jaringan,

serta aktor-aktor yang menjadi tokoh sentral dalam jaringan pada KWT Sido

Lestari dalam program KRPL

3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari yang

anggotanya berdomisili di Dusun Gondang Lagi dan tersebar dalam 3 Rukun

Tetangga (RT) pada RW 6 yaitu RT (01, 02, 04) serta satu RT pada RW 07

(RT/01), Kelurahan Sutojayan Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar Jawa

Timur. Penentuan lokasi ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

yaitu KWT Sido Lestari menjadi pioner pelaksana program Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL) di Kecamatan Sutojayan dan telah menjalankan program

tersebut selama dua periode berturut-turut dari tahap penumbuhan hingga

pengembangan, namun masih terjadi pemusatan arus komunikasi pada tokoh-

tokoh tertentu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017.

1.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitan menggunakan jenis kelompok

kecil yaitu mengambil seluruh anggota sebuah kelompok sebagai informan dalam

Page 54: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

39

penelitian jaringan komunikasi. Langkah yang dilakukan pada teknik ini adalah

mengambil satu kelompok yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari

dengan jumlah anggota sebesar 34 orang dan mengambil semua anggota dari

kelompok tersebut sebagai informan dalam penelitian. Selain itu terdapat

informan lain di luar anggota KWT yaitu PP, dan saluran pemasaran hasil panen

dari program KRPL (Bapak Yudi, Ibu Reni dan Ibu Karti). Hal ini disebabkan

karena seluruh anggota KWT dan pihak-pihak yang berhubungan dengan

kelompok tersebut dapat menggambarkan secara lengkap relasi-relasi dari seluruh

aktor yang terhubung dalam analisis sosiometri untuk menghasilkan sosiogram.

Menurut Eriyanto (2014) penarikan sampel atau partisipan yang banyak dipakai

dalam studi jaringan yakni kelompok kecil yang menjadi alternatif terbaik dalam

penarikan sampel untuk metode jaringan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data kualitatif mengenai jaringan komunikasi yang

digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa macam cara yaitu:

1. Wawancara

a. Terstruktur

Wawancara secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan bantuan

kuisioner. Menurut Eriyanto (2014) wawancara terstruktur dilakukan dengan cara

mengidentifikasi aktor yang terlibat kemudian menanyakan kepada masing-

masing aktor dan relasinya dengan aktor lain menggunakan kuisioner. Kelebihan

dari data jaringan yang diperoleh lewat yaitu wawancara yang menggunakan

kuisioner yaitu kemungkinan didapat informasi yang lengkap dan relevan dengan

tujuan penelitian. Data mengenai jaringan (aktor dan relasi antar aktor) dapat

diperoleh dengan cara menanyakan langsung kepada aktor. Wawancara ini

dilakukan terhadap seluruh anggota KWT Sido Lestari sebagai aktor jaringan

komunikasi pada program KRPL secara terstruktur dengan menggunakan

kuisioner.

b. Tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur memiliki proses yang sama dengan wawancara

terstruktur namun, yang membedakan dalam wawancara tidak terstruktur tidak

Page 55: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

40

menggunakan bantuan kuisioner. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan

terbuka kemudian dilakukan identifikasi relasi dari hasil wawancara di antara

masing-masing aktor. Eriyanto (2014) menjelaskan bahwa pada teknik ini bisa

menjamin hasil yang lebih dalam dibandingkan dengan wawancara menggunakan

kuisioner. Kelemahan dari teknik wawancara teknik ini yaitu kemungkinan proses

yang lama dan kesulitan memindahkan hasil wawancara ke dalam relasi antar

aktor. Penggunaan teknik wawancara tidak terstruktur ini dilakukan untuk

mengetahui informasi yang lebih dalam dan subjektif misalnya mengenai alasan

memilih relasi dengan aktor tertentu.

Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan kepada beberapa anggota KWT

Sido Lestari dengan pertimbangan tertentu misalnya pada anggota yang cukup

berperan aktif dan kurang aktif dalam kegiatan KRPL. Selain itu wawancara tidak

terstruktur perlu dilakukan pada anggota yang memiliki pendapat atau jawaban

yang berbeda atau menyimpang dari responden lainnya. Wawancara tidak

terstruktur pada penelitian ini dilakukan kepada tokoh-tokoh tertentu dalam

anggota KWT Sido Lestari seperti pengurus dan tokoh yang berperan sebagai

perantara pesan pada tiap kelompok kecil dalam KWT, Petugas Penyuluh Lapang

(PPL), dan pedagang yang menjadi saluran pemasaran dari hasil produksi program

KRPL.

2. Observasi

Data mengenai jaringan bisa diperoleh dengan jalan pengamatan. hal ini

dilakukan dengan cara mengamati aktor-aktor yang terlibat dan relasi di antara

aktor-aktor tersebut. Kelebihan dari data observasi yaitu kemungkinan data relasi

yang lebih menggambarkan situasi sesungguhnya. Menurut Eriyanto (2014),

kelemahan teknik wawancara seperti responden yang menutupi jawaban yang

sebenarnya bisa dihindari melalui observasi. Tetapi kelemahan dari pengumpulan

data melalui observasi yaitu menghabiskan banyak waktu dan biaya yang lebih

besar. Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi pada kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh aktor-aktor KWT Sido Lestari dalam program KRPL seperti

kegiatan pertemuan rutin serta pembinaan oleh penyuluh.

Page 56: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

41

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dapat menggunakan arsip atau dokumen dalam penelitian

jaringan komunikasi, asalkan dalam arsip tersebut terdapat informasi aktor dan

relasi di antara aktor. Ada banyak arsip yang bisa dimanfaatkan dalam studi

jaringan, di antaranya kliping berita media, risalah rapat, putusan pengadilan,

database perusahaan, biografi, dan sebagainya. Peneliti menggunakan bahan yang

terdokumentasikan (tertulis atau dalam bentuk gambar) dan di dalam dokumen

tersebut terdapat data mengenai aktor (node) dan relasi di antara aktor. Kelebihan

data dokumen adalah dapat menggambarkan kembali pola jaringan untuk

peristiwa yang terjadi di masa lampau (Eriyanto, 2014). Pada penelitian ini

peneliti melakukan kegiatan pengambilan dokumentasi secara langsung pada

lokasi penelitian serta dokumkentasi yang sudah tersimpan mengenai rangkaian

kegiatan yang sudah dijalankan oleh KWT Sido lestari pada program KRPL KWT

Sido Lestari.

1.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model interaktif Miles, Huberman, dan Saldana (2014) sebagai berikut:

Gambar 12. Analisis data interaktif

(Sumber: Miles, Huberman dan saldana, 2014)

1. Pengumpulan data (Data Collection)

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada seluruh anggota KWT

Sido Lestari sebagai informan. Selain itu untuk mendukung hasil penelitan

Data

Collection

Data

Condentation

Data

Display

Conclusions:

drawing/verifying

Page 57: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

42

wawancara juga dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL diantaranya pedagang sayur

sebagai saluran pemasaran dan PPL. Pengambilan data juga didukung dengan

kegiatan observasi selama penelitian dan studi dokumentasi seperti laporan

pertanggungjawaban program KRPL dan agenda rapat anggota KWT Sido

Lestari.

2. Kondensasi data (Data Condentation)

Kondensasi data mengacu pada proses memilih, menyederhanakan, dan

mentransfer data yang didapatkan dari lapang secara tertulis, baik transkrip

wawancara, dan dokumen-dokumen lainnya. Setelah memproses data, selanjutnya

yang dilakukan dalam kondensasi data adalah menulis ringkasan, melakukan

koding, mengembangkan tema, mengembangkan kategori, dan menulis memo

analitik. Kegiatan kondensasi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

mentransfer hasil wawancara ke dalam tabel matriks relasional dan melakukan

analisis data tersebut menggunakan software UCINET VI untuk menghasilkan

gambar sosiogram jaringan komunikasi KWT Sido Lestari dalam program KRPL.

3. Penyajian data (Data Display)

Penyajian data merupakan proses mengorganisir dan menyatukan data-data

yang telah dipilih sehingga dapat dimengerti dan memudahkan dalam penarikan

kesimpulan. Pada penyajian data dapat membantu dalam memahami kejadian

yang terjadi, termasuk analisis yang lebih mendalam atau mengambil aksi

berdasarkan pemahaman. Tahap penyajian data pada penelitian ini dilakukan

dengan menampilkan hasil analisis sosiometri yaitu sosiogram yang memuat pola

serta struktur peran dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada program

KRPL. Selain itu hasil analisis sentralitas juga ditampilkan pada masing-masing

aktor untuk melihat tokoh sentral pada jaringan komunikasi tersebut.

4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Drawing and Verifying Conclusion)

Tahapan penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan penarikan

kesimpulan dari data yang telah dianalisis dan diuji kebenarannya. Kesimpulan

yang telah diverifikasi merupakan sebuah hasil analisis dan kesimpulan final tidak

muncul hingga pengumpulan data berakhir. Penarikan kesimpulan yang dilakukan

pada penelitian ini adalah dengan menentukan pola serta tokoh-tokoh yang

Page 58: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

43

berperan dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL.

Selain itu dengan hasil perhitungan analisis sentralitas juga dapat ditentukan tokoh

sentral dalam jaringan tersebut.

Teknis analisis data jaringan komunikasi pada penelitian ini dilakukan

dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Sosiometri

Analisis sosiometri pada jaringan komunikasi dilakukan secara kualitatif.

Teknik ini digunakan dalam analisis mengenai pola yang terbentuk dari hasil

sosiometri mengenai jaringan komunikasi pada KWT Sido Lestari dalam program

KRPL. Analisis sosiometri dilakukan secara bertahap melalui beberapa langkah

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi name generator, name interpreter dan name interrelaters

Gambar 13. Alur identifikasi analisis sosiometri

(Sumber: Eriyanto, 2014)

name generator : mengidentifikasi nama-nama aktor dalam jaringan

name interpreter : mencatat relasi (siapa berhubungan dengan siapa)

name interrelaters: mengidentifikasi relasi di setiap aktor (ada atau tidak)

b. Membuat data relasional dalam bentuk matriks

Melakukan input data relasional ke dalam bentuk matriks dalam tabel

sebagai berikut:

(0) = tidak terdapat relasi

(1) = terdapat relasi (melakukan interaksi 1-2 kali dalam seminggu)

(2) = terdapat relasi (melakukan interaksi 3-4 kali dalam seminggu)

(3) = terdapat relasi (melakukan interaksi 5-6 kali dalam seminggu)

(4) = terdapat relasi (melakukan interaksi 7 kali dalam seminggu)

Name generator Name interpreter Name interrelaters

Page 59: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

44

Tabel 4. Matriks data relasional

Sumber: Eriyanto, 2014

c. Gambar Sosiometri

Data relasional yang sudah diubah dalam bentuk matriks akan diproses

menjadi gambar sosiometri dengan bantuan software UCINET versi 6.0. Data

yang didapatkan dari responden akan diolah dalam sosiometri akan membentuk

garis-garis relasi sehingga membentuk pola tertentu. Pola-pola ini merupakan

objek pengamatan secara kualitatif sehingga dapat dianalisis pola jaringan

komunikasi yang dominan.

Sosiogram adalah diagram yang menunjukkan hubungan atau interaksi

individual dengan sebuah kelompok atau lingkungan. Dari data sosiometri yang

telah disusun secara matriks dapat dibuat menjadi sosiogram. Anthy (2002)

menjelaskan bahwa sosiogram digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan

peran-peran komunikasi individual spesifik (seperti opinion leader, bridge,

liaison, dan isolate). Tahapan dalam melakukan analisis sosiogram adalah sebagai

berikut:

1) Mengidentifikasi gambar yang dihasilkan dari analisis sosiometri mengenai

aktor-aktor yang menjadi pilihan terbanyak

2) Memberikan tanda berupa bentuk-bentuk (shape) tersendiri bagi kelompok-

kelompok kecil yang memiliki aktor dengan dengan pilihan terbanyak.

3) Menentukan aktor-aktor yang berperan dalam jaringan komunikasi sesuai

dengan pembagian peran yang terdapat pada jaringan komunikasi. Peran-peran

ini terbagi menjadi beberapa macam yaitu Opinion Leader, Gate Keeper,

Bridge, Liaison, Cosmopolite dan Isolate.

Pembagian peran tokoh dalam jaringan komunikasi ini dapat dianalisis

secara kualitatif dengan cara mengamati berbagai interaksi yang terbentuk antar

anggota, sehingga dapat diidentifikasi masing-masing peran yang terbentuk.

nama

responden A B C D E dst

A 0

B 0

C 0

D 0

E 0

dst 0

Page 60: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

45

Kegiatan identifikasi ini dapat dilakukan melalui proses observasi dengan jalan

terlibat secara langsung pada peristiwa tertentu dan ditunjang oleh kegiatan

wawancara secara mendalam terhadapa anggota. Hal ini sesuai dengan pemaparan

(Sarwono, 2006) bahwa jika dilakukan pendekatan kualitatif dalam penelitian,

maka yang bersangkutan akan menggunakan teknik observasi terlibat langsung

atau riset partisipatori. Selain itu penenetuan peran-peran tokoh dalam jaringan

juga dapat dianalisis secara kualitatif dari hasil wawancara tidak trstruktur

mengenai peran masing-masing tokoh.

2. Analisis Sentralitas

Analisis data secara kuantitatif digunakan dalam menentukan tokoh sentral

dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL. Analisis

mengenai tokoh sentral ini dilakukan menggunkan perhitungan sentralitas tokoh

pada level analisis jaringan utuh (complete network) dengan unit analisis aktor

(tunggal). Menurut Eriyanto (2014) analsisis sentralitas pada level aktor (tunggal)

terbagi ke dalam empat macam sentralitas sebagai berikut:

a. Sentralitas tingkatan (degree centrality)

Tingkatan (degree) memperlihatkan popularitas aktor dalam jaringan sosial.

Tingkatan (degree) adalah jumlah link dari dan ke aktor. Dalam jaringan yang

directed (mempunyai arah), degree ini bisa berupa indegree (jumlah link yang

mengarah ke aktor) dan outdegree (jumlah link yang keluar dari aktor). Secara

teoritis, jumlah maksimal sentralitas tingkatan (degree) bagi aktor yakni N-1. Jika

di dalam populasi terdapat 100 orang maka maksimal link bagi aktor adalah 99,

ini artinya aktor tersebut menghubungi (outdegree) dan dihubungi (indegree)

semua aktor dalam jaringan.

Perhitungan sentralitas tingkatan biasanya dilambangkan dengan angka 0

hingga 1, dimana 0 berarti tidak ada link atau tidak ada satupun yang

menghubungi dan 1-4 terdapat link sesuai intensitas baik dihubungi atau

menghubungi. Berapapun jumlah populasi angka sentralitas tingkatan berada pada

kisaran 0 hingga 1. Jika dilambangkan dngan rumus, sebagai berikut (Valente dan

Prell dalam Eriyanto, 2014):

Page 61: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

46

Dimana adalah sentralitas tingkatan, d adalah jumlah link dari dan ke aktor

dan N adalah jumlah anggota populasi jaringan.

b. Sentralitas kedekatan (degree centrality)

Sentralitas kedekatan menggambarkan seberapa dekat aktor (node dengan

semua aktor lain di dalam jaringan. Kedekatan disini diukur dari berapa langkah

seorang aktor bisa menghubungi atau dihubungi oleh aktor lain dalam jaringan.

Sentralitas kedekatan diperoleh dengan membagi jumlah jalur terpendek aktor

satu dengan aktor lain dalam suatu jaringan. Rumus menghitung sentralitas

kedekatan adalah sebagai berikut (Valente dan Prell dalam Eriyanto, 2014):

Dimana Cc adalah sentralitas kedekatan (cloceness centrality), d adalah jalur

terpendek ke aktor lain, dan N adalah jumlah anggota populasi.

c. Sentralitas keperantaraan (betweennes centrality)

Sentralitas keperantaraan memperlihatkan posisi seorang aktor sebgai

perantara (betweenness) dari hubungan aktor satu dengan aktor lain dalam suatu

jaringan. Apakah aktor (node) untuk menghubungi aktor lain bisa secara langsung

ataukah harus melewati aktor tertentu. Sentralitas keperantaraan penting karena

berkaitan dengan kontrol dan manipulasi informasi. Aktor yang mempunyai posisi

sebagai perantara aktor lain bisa menentukan kenaggotaan aktor dalam jaringan.

Menghitung sentralitas keperantaraan dilakukan dengan beberapa langkah.

Pertama, membuat pasangan aktor-aktor dalam jaringan. Kedua, menentukan

apakah jalur terpendek antara aktor satu dengan lainnya melewati aktor tertentu

atau tidak. Jka tidak nilainya 0 jika iya nilainya, jika ada kemungkinan dua jalur

nilainya 0,5. Rumus sentralitas keperantaraan normal sebagai berikut (Valente dan

Prell dalam Eriyanto, 2014):

Dimana Cb adalah keperantaraan (betweenness centrality), giPk adalah

jumlah tahap terpendek dari aktor, dan gi adalah jumlah jalur dalam jaringan.

Sementara nilai maksimum. Nilai sentralitas keperantaraan normal

adalah 0-1, dimana yeng medekati 1 semakin bagus.

Page 62: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

47

Analisis sentralitas dari masing-masing tokoh akan menghasilkan nilai yang

berbeda-beda. Untuk melihat siapa tokoh sentral yang berperan dalam jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL maka dapat dilihat dari hasil

nilai sentralitas itu sendiri. Tokoh yang memiliki nilai sentralitas tertinggi dan

mendominasi dari hasil perhitungan ketiga sentralitas diatas merupakan aktor

yang menjadi tokoh sentral.

1.6 Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif perlu dilakukan untuk mencapai

hasil yang akurat dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Uji keabsahan

data pada penelitian kualitatif terdiri dari uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji

depenabilitas dan uji konformabilitas.

1. Uji Kredibilitas

Menurut Sugiyono (2015), pengujian kredibilitas data atau kepercayaan

terhadap data hasil penelitian kulaitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan

teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck. Salah satu uji kredibiltas

yang dilakukan pada penelitian ini adalah triangulasi sumber data yaitu dengan

melakukan perbandingan data yang diperoleh dari beberapa informan antara lain

pengurus dan anggota KWT Sido Lestari serta penyuluh yang berasal dari BP4K

Kecamatan Sutojayan sebagai pendamping program KRPL. Selain itu triangulasi

juga dilakukan pada teknik pengumpulan data yaitu membandingkan pernyataan

yang didapatkan dari hasil wawancara informan dengan observasi dan

dokumentasi mengenai program KRPL di lokasi penelitian.

2. Uji Transferabilitas

Uji transferabilitas menurut Sugiyono (2015), merupakan validitas eksternal

yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke

populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu hasil penelitian harus

disusun secara jelas, rinci dan sistematis sehingga pembaca dapat memutuskan

dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut. Jika pembaca

dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian maka hasil

tersebut telah memenuhi standar transferabilitas. Uji transferabilitas yang

Page 63: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

48

dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menyusun hasil penelitian secara

rinci dan sistematis serta mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.

3. Uji Depenabilitas

Sugiyono (2015) menjelaskan, uji depenabilitas dilakukan dengan

melakukan dan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Uji dependabilitas

disebut reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Uji tersebut dilakukan dalam

mengaudit beberapa rangkaian kegiatan yang dimulai dari perumusan masalah,

penentuan tujuan, analisis data hasil penelitian, penyajian data hasil penelitian

hingga penarikan kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di

lapang.

4. Uji konfrrmabillitas

Konfirmabilitas disebut juga sebagai uji obyektifitas penelitian. Proses ini

merujuk pada menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan,

dalam arti bahwa bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian

yang dilakukan maka penelitian telah memenuhi standar konformabilitas

(Sugiyono, 2015). Pengujian konfirmabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan

cara melihat kesesuaian antara hasil penelitian dengan tujuan penelitian melalalui

metode analisis data yang tepat.

Page 64: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

49

48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani Sido Lestari

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari telah dibentuk pada 23 Juli

2013 terletak di wilayah Dusun Gondang Legi Kelurahan Sutojayan Kecamatan

Sutojayan Kabupaten Blitar. Pembentukan KWT Sido Lestari ini kemudian

dilanjutkan dengan pengukuhan secara resmi oleh Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Blitar pada 24 Pebruari

2014. Total luas lahan pekarangan yang dimiliki oleh KWT Sido Lestari sebesar

4 hektar. Luasan ini merupakan akumulasi dari lahan pekarangan yang dimiliki

oleh seluruh anggota. Saat ini jumlah anggota KWT Sido Lestari adalah 41 orang

yang seluruhnya terdiri dari ibu rumah tangga. Anggota Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari berdomisili pada empat Rukun Tetangga dan dua Rukun

Warga dengan persebaran sebagai berikut: RT 01/RW 06 (5 orang), RT 02/RW 06

(16 orang), RT 04/RW 06 (8 orang), RT 01/RW 07 (5 orang)

Gambar 14. Denah penyebaran anggota KWT Sido Lestari

Kepengurusan dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari dibentuk

secara mandiri oleh anggota ketika awal pembentukan kelompok. Peran sebagai

ketua dijabat oleh Ibu Rini yang memiliki tugas memimpin dan mengoordinir

anggota dalam melakukan kegiatan. Kedudukan sebagai sekretaris dimiliki oleh

Ibu Ita Purwati yang bertugas membantu pengurusan administrasi dalam kegiatan

atau program dalam KWT Sido Lestari. Jabatan sebagai bendahara dipegang oleh

Ibu Purwanti yang bertugas melakukan pendataan terhadap keuangan kelompok

Page 65: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

49

baik terkait simpanan wajib, arisan, anggaran kegiatan maupun simpan

pinjam anggota. Kepengurusan Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari

digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 15. Struktur Organisasi KWT Sido Lestari

KWT Sido Lestari memiliki agenda pertemuan rutin yaitu hari Rabu pada

minggu terakhir setiap bulannya. Sesuai dengan kesepakatan seluruh anggota

kelompok, pada KWT Sido Lestari diadakan kegiatan simpan pinjam dengan

iuran wajib sebesar Rp 40.000,00 pada awal pembentukan kelompok serta iuran

rutin sebesar Rp 1.000,00 pada setiap minggu. Dana yang telah terkumpul dapat

digunakan sebagai simpan pinjam anggota kelompok. Anggota KWT yang

meminjam dari simpan pinjam ini akan dibebankan bunga sebesar 2% pada setiap

bulan. Selain itu KWT Sido Lestari juga mengadakan kegiatan arisan sebesar Rp

10.000,00 setiap bulan. Selain dapat membantu kebutuhan anggota, kegiatan

tersebut dapat mendorong keaktifan anggota dalam mengikuti pertemuan dan

kegiatan yang diadakan oleh kelompok.

4.1.2 Pelaksanaan KRPL pada KWT Sido Lestari

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari telah menerima dan

melaksanakan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dari Badan

Ketahanan Pangan Kabupaten Blitar selama dua periode. KWT Sido Lestari

merupakan pioner pelaksanaan program KRPL di Kecamatan Sutojayan.

Pemilihan ini merupakan usulan yang disarankan oleh Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kecamatan Sutojayan

kepada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Blitar. Program ini telah dijalankan

secara berurutan yaitu tahap Penumbuhan pada tahun 2015 dan tahap

Pengembangan pada tahun 2016.

Page 66: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

50

Setiap tahap program KRPL memiliki rangkaian kegiatan yang dijalankan

secara runtut diantaranya sebagai berikut:

1. Tahap Penumbuhan:

a. Sosialisasi pemanfaatan pekarangan melalui pendampingan dan pelatihan

Kegiatan sosialisasi ini dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan

kegiatan dalam program KRPL dan membuat kesepakatan awal untuk rencana

tindak lanjut yang akan dilakukan dalam kelompok. Sosialisasi ini dilakukan oleh

Badan Ketahanan Pangan beserta BP4K Kecamatan Sutojayan kepada KWT Sido

lestari.

b. Pembuatan demplot kelompok sebagai laboratorium lapangan

Pembuatan demo plot (demplot) pada program KRPL yang dilakukan oleh

KWT Sido Lestari dilakukan di pekarangan milik salah satu anggota yaitu Ibu

Purwanti. Pemilihan lokasi ini dilakukan berdasarkan pertimbangan luasnya lahan

pekarangan sehingga dapat menjadi demplot kelompok. Pelaksanaan pembuatan

demplot ini dilakukan oleh anggota KWT Sido Lestari yang didampingi oleh

penyuluh dari BP4K Kecamatan Sutojayan.

c. Pembuatan kebun bibit

Lokasi pembuatan kebun bibit kelompok dilakukan di pekarangan milik

salah satu anggota KWT Sido Lestari yaitu Ibu Giarti. Pemilihan lokasi ini

berdasarkan pertimbangan dekatnya dengan sumber air. Selain itu lokasi berada

pada titik tengah dari tempat tinggal anggota sehingga memudahkan dalam

pendistribusian bibit.

d. Pengembangan pekarangan anggota

Kegiatan pengembangan pekarangan anggota dilakukan setelah pembuatan

demplot dan pembuatan kebun bibit kelompok. Masing-masing anggota

menyiapkan pekarangannya untuk menanam bibit tanaman yang sudah disemai

pada kebun bibit kelompok. Kegiatan perawatan selanjutnya akan dilakukan

secara mandiri olah masing-masing anggota KWT Sido Lestari.

e. Pendampingan dan penyuluhan pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman

(B2SA)

Pendampingan dan penyuluhan mengenai menu B2SA ini dilakukan pada

saat mendekati masa panen komoditas yang ditanam oleh kelompok. Biasanya

Page 67: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

51

kegiatan dilakukan di rumah ketua kelompok yaitu Ibu Rini. Kegiatan ini

dilakukan untuk mempersiapkan pengetahuan dan kemampuan anggota KWT

Sido Lestari dalam mengolah hasil panen program KRPL pada tahap selanjutnya.

2. Tahap Pengembangan

a. Pengembangan demplot kelompok

Pengembangan demplot kelompok pada tahap pengembangan dilakukan

salah satunya dengan cara menambah varian komoditas tanaman. Selain itu

pengembangan juga dapat dilakukan dengan perubahan pola tanam seperti

vertikultur dan pemanfaatan barang-barang bekas sebagai pengganti polibag.

Pendampingan pada kegiatan ini memiliki intensitas yang lebih rendah

dibandingkan dengan tahap sebelumnya.

b. Pengembangan kebun bibit

Kegiatan pengembangan kebun bibit dilakukan dengan menambah varian

komoditas sesuai dengan kesepakatan kelompok. Selain itu kegiatan juga

dilakukan dengan memperbaiki bagian kebun bibit yang rusak agar kondisinya

tetap mendukung dalam proses pembibitan. Kegiatan ini dilakukan oleh anggota

kelompok secara mandiri secara gotong-royong.

c. Pengembangan pekarangan anggota

Pengembangan pekarangan anggota pada program KRPL tajap

pengembangan hampir sama dengan tahap penumbuhan. Hanya saja ketrampilan

anggota pada tahap ini dapat dikatakan lebih mumpuni bila dibandingkan dengan

tahap penumbuhan. Kegiatan perawatan tanaman dilakukan secara mandiri oleh

anggota KWT pada pekarangannya masing-masing.

d. Praktek atau demonstrasi penyediaan menu Beragam, Bergizi Seimbang, dan

Aman (B2SA)

Kegiatan praktek penyediaan menu B2SA dilakukan bersama dengan

penyuluh sebagai pendamping. Penyuluh bersama dengan anggota KWT Sido

Lestari menyediakan olahan makanan yang berasal dari hasil panen program

KRPL. Kegiatan penyediaan menu B2SA ini diharapkan dapat diterapkan pada

rumah tangga masing-masing anggota KWT Sido Lestari.

Page 68: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

52

e. Pengolahan hasil KRPL.

Pengolahan hasil KRPL dilakukan di rumah Ibu Rini sebagai ketua

kelompok. Kegiatan ini diisi dengan mengolah hasil panen program KRPL

menjadi produk usus pepaya dan tepung mokav. Hasil dari kegiatan pengolahan

ini tidak dipasarkan melainkan untuk konsumsi anggota KWT Sido Lestari

sendiri.

Pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) oleh

Kelompok Wanita Tani Sido Lestari melibatkan beberapa pihak di luar anggota

kelompok itu sendiri. Keterlibatan ini dibutuhkan untuk mendukung berjalannya

program KRPL dari tahap sosialisasi hingga pengolahan pascapanen dan

pemasaran hasil produksi. Pihak-pihak tersebut antara lain Petugas Penyuluh

Lapang (PPL) yang tergabung dalam Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian

Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Blitar, toko sarana dan produksi

(saprodi) pertanian serta pedagang pengepul sayur sebagai saluran pemasaran

hasil produksi program KRPL. Seluruh elemen tersebut saling bekerja sama untuk

membantu berjalannya program KRPL sesuai dengan tahapan kegiatan yang telah

tersusun sebelumnya.

4.1.3 Karakteristik Responden

Menurut hasil penelitian keseluruhan anggota yang tergabung dalam

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari saat ini berjumlah 34 orang yang

berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Seluruh anggota tersebut bergabung ke

dalam KWT Sido Lestari selama kurang lebih empat tahun dihitung dari awal

pembentukan kelompok pada tahun 2013. Distribusi anggota KWT Sido Lestari

menurut golongan usia disajikan dalam gambar diagram berikut :

Gambar 16. Diagram distribusi anggota KWT Sido Lestari berdasarkan usia

Page 69: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

53

Berdasarkan gambar diagram di atas dapat diketahui bahwa setengah dari

jumlah anggota Kelompok Wanita Tani Sido Lestari berusia diantara 30-40 tahun.

Jumlah tersebut kemudian disusul oleh anggota yang berusia diantara 51-60 tahun

sebesar 26,47%. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan anggota KWT Sido

Lestari yang berusia antara 41-50 tahun yaitu 14,70%. Golongan usia dengan

jumlah paling sedikit pada anggota KWT Sido Lestari adalah usia diantara 61-70

tahun yaitu sebesar 8,83%, dengan kata lain jumlah anggota yang berusia lanjut

sangat kecil sisanya didominasi oleh usia di bawah 50 tahun.

Gambar 17. Diagram distribusi anggota KWT Sido Lestari berdasarkan tingkat

pendidikan

Berdasarkan gambar diagram diatas dapat dilihat bahwa tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh anggota Kelompok Wamita Tani (KWT) Sido

Lestari didominasi oleh tamatan SD dan SMP dengan jumlah yang sama yaitu

masing-masing 41,17%. Jumlah ini jauh lebih besar dari anggota yang memiliki

tingkat pendidikan lulusan SMA sederajat yaitu sebesar 14,70%. Sementara itu,

diantara anggota KWT Sido Lestari terdapat satu anggota yang memiliki tingkat

pendidikan lebih tinggi yaitu Diploma 3 (D3) dengan presentase 2,96%. Jumlah

ini sangat kecil dibandingkan dengan ketiga tingkat pendidikan anggota lainnya.

Karakteristik golongan usia dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

anggota KWT Sido Lestari sebagai responden memiliki keterkaitan dengan tujuan

analisis jaringan komunikasi khususnya peran aktor dalam jaringan. Keterkaitan

ini dapat dilihat dari hasil distribusi peran-peran dalam jaringan komunikasi yang

memusat pada golongan-golongan tertentu misalnya sesuai tingkat pendidikan

anggota KWT Sido Lestari. Selain itu karakteristik yang dimiliki oleh masing-

masing anggota juga dapat dikaitkan dengan dipilihnya salah satu anggota KWT

Page 70: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

54

Sido Lestari dari golongan tertentu sebagai tokoh sentral dalam menjalankan

program KRPL.

1.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Pola Jaringan Komunikasi pada KWT Sido Lestari dalam Program

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Analisis pola jaringan komunikasi pada penelitian ini dilakukan pada

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari dengan jumlah anggota 34 orang

serta pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan program KRPL. Anggota-anggota

dalam jaringan ini berperan sebagai aktor (node) yang akan saling terhubung

membentuk relasi (link). Kumpulan dari relasi antar aktor tersebut kemudian

berkembang menjadi sebuah jaringan yang menunjukkan terjadinya interaksi dan

komunikasi. Analisis pola jaringan komunikasi yang terbentuk pada Kelompok

Wanita Tani (KWT) Sido Lestari dapat dilihat melalui analisis sosiometri.

Sebelum melakukan analisis sosiometri, dilakukan identifikasi terhadap seluruh

aktor dalam jaringan secara terperinci untuk mengurangi risiko adanya aktor yang

tidak tergabung dalam jaringan komunikasi.

Hasil identifikasi aktor-aktor pada jaringan komunikasi Kelompok Wanita

Tani Sido Lestari dalam program KRPL kemudian dimasukkan ke dalam tabel

matriks yang akan disesuaikan dengan intensitas interaksi masing-masing seperti

yang tersedia pada Lampiran 5. Tahap selanjutnya adalah melakukana analisis

sosiometri terhadap data aktor (node) dan relasi (link) yang terbentuk di dalam

jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program

KRPL dengan bantuan software UCINET VI, dengan hasil gambar sosiogram

sebagai berikut:

Page 71: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

55

Gambar 18. Sosiogram jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL

(Sumber: Analisis data primer, 2017)

55

Page 72: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

48

Sosiogram pada Gambar 18. menggambarkan pola interaksi yang terjadi

diantara aktor-aktor yang tergabung dalam jaringan komunikasi Kelompok

Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL. Berdasarkan gambar

sosiogram tersebut, terlihat bahwa pola jaringan komunikasi yang terbentuk

bersifat memusat, karena terdapat aktor-aktor yang berada di pusat jaringan.

Adapun struktur jaringan yang memusat ini disebut DeVito dalam Sulistyawati

(2011) sebagai struktur roda (wheel) seperti gambar berikut:

Gambar 19. Pola jaringan roda (wheel) pada jaringan komunikasi KWT Sido

Lestari pada program KRPL

Pola jaringan komunikasi roda ini dapat dilihat dari interaksi yeng terjadi

antara Ibu Rini sebagai ketua kelompok dalam proses penyampaian informasi

yang diperoleh dari Petugas Penyuluh Lapang (PPL) sebagai sumber informasi

dan kepada aktor yang menjadi node pusat pada masing-masing klik yang

terbentuk. Struktur ini memasukkan satu orang yang berkomunikasi dengan

masing-masing orang dari sejumlah orang lainnya, satu orang tersebut adalah

pemimpin (Zulfikar, 2013). Pola roda (wheel) dalam jaringan ini menjelaskan

bahwa Ibu Rini sebagai ketua kelompok merupakan aktor yang menjadi satu-

satunya pusat informasi dan menyampaikan pesan kepada aktor-aktor yang

dipilihnya dalam memimpin masing-masing klik. Hal ini juga menunjukkan

bahwa setiap aktor yang menjadi node pusat dalam memimpin masing-masing

klik juga dapat menyampaikn informasi kepada Ibu Rini.

Selain pola jaringan komunikasi roda (wheel) pada Kelompok Wanita Tani

juga terdapat pola jaringan bebas (All Channel). Pola ini dapat dilihat pada

jaringan komunikasi di dalam kelompok kecil (klik) yang terbentuk. Seluruh

anggota di dalam klik bebas melakukan komunikasi kepada anggota lainnya tanpa

Rini

Yuli

Haryati

Purwanti

Giarti

Page 73: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

49

batasan tertentu. Sebuah klik tidak dibatasi oleh jabatan atau kekuasaan tertentu

mengenai pelaksanaan program KRPL. Dikutip dari Zulfikar (2013), di dalam

model ini semua tingkatan dalam jaringan tersebut dapat melakukan interaksi

timbal balik tanpa melihat siapa yang menjadi tokoh sentralnya, sehingga setiap

anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain. Setelah

Ibu Rini sebagai pusat informasi menyampaikan pesan kepada masing-masing

node pusat yang mewakili klik-klik tersebut maka, interaksi yang terjadi di dalam

masing-masing klik yang terbentuk pada jaringan komunikasi KWT Sido Lestari

dilakukan secara bebas (All Channel) oleh seluruh anggota kepada anggota

lainnya mengenai informasi yang terkait dengan program KRPL salah satu klik

berikut berikut:

Gambar 20. Pola All Channel pada salah satu klik jaringan komunikasi KWT Sido

Lestari pada program KRPL

Terdapat empat macam warna dan simbol pada hasil sosiogram jaringan

komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program KRPL,

meliputi:

1. Simbol bulatan berwarna kuning, memiliki arti aktor atau tokoh yang menjadi

node pusat pada kelompok-kelompok tertentu di dalam jaringan. Simbol

berwarna kuning dengan ukuran besar menggambarkan tokoh utama yang

menjadi pusat dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari secara

keseluruhan yaitu ketua kelompok. Simbol berwarna kuning dengan ukuran

kecil menggambarkan node pusat atau tokoh utama pada masing-masing klik

yang terbentuk dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari.

2. Simbol bulatan berwarna biru menunjukkan anggota dari kelompok-kelompok

kecil (klik) yang dipimpin oleh node berwarna kuning.

Page 74: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

50

3. Simbol bulatan berwarna merah menunjukkan pihak-pihak yang terkait dengan

jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL namun berada di

luar anggota KWT itu sendiri.

4. Simbol garis berwarna hitam, menunjukkan adanya relasi atau link yang

menghubungkan satu aktor dengan aktor lain di dalam jaringan komunikasi

KWT Sido Lestari pada program KRPL. Ukuran panjang pendeknya garis ini

menunjukkan intensitas interaksi yang terjadi antar tokoh. Semakin panjang

garis maka semakin kecil intensitas interaksi begitu juga sebaliknya.

Jaringan komunikasi pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari

merupakan jaringan memusat yang dapat dilihat dari adanya dengan node pusat

berwarna kuning. Titik-titik ini disebut dengan klik dalam analisis jaringan

komunikasi pada level kelompok. Seperti yang dijelaskan oleh Eriyanto (2014),

klik adalah pengelompokan aktor (node) di dalam suatu jaringan dimana

memasukkan maksimal semua bentuk hubungan dari aktor, dan aktor-aktor

tersebut saling berinteraksi satu sama lain dengan semua anggota.

Jaringan komunikasi pada Kelompok Wanita Tani Sido Lestari dalam

program KRPL tersusun dari lima klik. Terbentuknya klik ini disesuaikan dengan

pengelompokan kedekatan jarak lokasi tempat tinggal anggota KWT Sido Lestari

yang satu dengan lainnya. Masing-masing klik memiliki node pusat yang menjadi

titik disampaikannya informasi pertama kali untuk disebarkan kepada anggota

lainnya. Node pusat ini dipilih oleh Ibu Rini untuk menyampaikan pesan kepada

anggota pada kliknya masing-masing. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan

beberapa alasan antara lain kemudahan dalam menghubungi dan memiliki

mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan anggota yang lain sehingga

memudahkan untuk proses penyampaian informasi. Selain itu node pusat dalam

klik sering kali menjadi wakil dalam penyaluran pesan dari anggota di dalam klik

kepada ketua kelompok mengenai usulan pendapat atau saran yang terkait

program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Anggota-anggota yang

tergabung pada masing-masing klik jaringan komunikasi KWT Sido Lestari

dalam program KRPL disajikan dalam tabel berikut:

Page 75: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

51

Tabel 5. Daftar anggota klik pada jaringan komunikasi KWT Sido Lestari dalam

program KRPL

No. Klik Jumlah

aktor

Node Pusat Nama anggota

1. Klik I 7 Ibu Rini Paniem, Jamilatun, Nyariwati,

Tarmiati, Wiwik, Jaitun, Sunarsih.

2. Klik II 11 Ibu Purwanti Rodiyah, Sunarti A, Sunarti B,

Marseh, Sujarseh, Jeminah,

Maesaroh, Tatik, Ita Purwati,

Wahyu, Sulis

3. Klik III 4 Ibu Giarti Tikah, Kamsini, Mujiati,

Murtiningsih.

4. Klik IV 4 Ibu Yuli Tuminem, Amin, Dwin, Sri Utami

5. Klik V 3 Ibu Haryati Nitri, Titik, Suci

Sumber: Analisis data primer, 2017

Gambaran mengenai masing-masing klik yang terdapat dalam jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Klik pertama memiliki node pusat bernama Ibu Rini yang memegang

kedudukan sebagai ketua dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari.

Selain itu Ibu Rini juga merupakan aktor utama yang dihubungi oleh PPL

mengenai informasi yang terkait dengan program KRPL. Setelah menerima

informasi tersebut, Ibu Rini menghubungi keempat aktor sebagai node pusat

pada klik-klik yang terbentuk antara lain Ibu Purwanti, Ibu Giarti, Ibu Yuli dan

Ibu Haryati. Selain itu Ibu Rini sendiri juga menjadi node pusat bagi anggota di

wilayah kelompok tempat tinggalnya. Klik pertama memiliki anggota

berjumlah tujuh orang yang tinggal di wilayah yang berdekatan yaitu di

RT 04/RW 06 berderet ke arah selatan. Anggota tersebut meliputi Ibu Paniem,

Ibu Jamilatun, Ibu Nyariwati, Ibu Tarmiati, Ibu Wiwik, Ibu Jaitun dan Ibu

Sunarsih. Anggota-anggota tersebut juga saling berinteraksi satu sama lain

mengenai informasi yang terkait dengan program KRPL

2. Klik kedua memiliki node pusat bernama Ibu Purwanti yang memiliki

kedudukan sebagai bendahara dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido

Lestari. Klik kedua memiliki anggota paling banyak dengan jumlah 11 orang

pada wilayah RT 02/RW 6 dan RT 04/RW 6 kearah timur. Anggota tersebut

antara lain Ibu Rodiyah, Ibu Sunarti A, Ibu Sunarti B, Ibu Marseh, Ibu

Page 76: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

52

Sujarseh, Ibu Jeminah, Ibu Maesaroh, Ibu Tatik, Ibu Ita Purwati, Ibu Wahyu

dan Ibu Sulis. Ibu Purwanti memiliki pekarangan paling luas diantara anggota

Kelompok Wanita Tani yang lain, oleh sebab itu tempat tinggalnya digunakan

sebagai area demo plot (demplot) kelompok dalam program Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL). Berkaitan dengan kedudukannya sebagai bendahara,

anggota KWT Sido Lestari melakukan interaksi dan komunikasi dengan Ibu

Purwanti mengenai simpan pinjam dan arisan setiap bulan. Seringkali mereka

juga membahas informasi yang berkaitan dengan budidaya tanaman sesuai

dengan demplot yang disosialisasikan oleh PPL dengan mengunjungi langsung

lokasi demplot yang berada pada pekarangan tempat tinggal Ibu Purwanti.

3. Klik ketiga memiliki node pusat bernama Ibu Giarti dengan empat anggota

yang berdomisili di RT 01/RW 06. Anggota-anggota tersebut antara lain Ibu

Tikah, Ibu Kamsini, Ibu Mujiati dan Ibu Murtiningsih. Selain menjadi node

pusat Ibu Giarti sebagai pemilik pekarangan yang digunakan sebagai kebun

bibit KWT Sido Lestari untuk program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL). Oleh sebab itu pada klik ini informasi yang banyak dibahas adalah

mengenai kebun bibit seperti kegiatan perawatan. Komunikasi ini biasanya

dilakukan ketika mereka berkumpul untuk melakukan perawatan bibit dan

kegiatan keseharian sehari-hari.

4. Klik ke empat memiliki node pusat bernama Ibu Yuli dengan empat anggota

yang berdomisili di RT 02/RW 06 bagian timur. Anggota-anggota tersebut

antara lain adalah Ibu Tuminem, Ibu Amin, Ibu Dwin dan Ibu Sri Utami.

Keempat anggota tersebut seringkali menanyakan informasi mengenai

kegiatan-kegiatan dalam program KRPL kepada Ibu Yuli. Jika terjadi kurang

jelasnya informasi maka Ibu Yuli akan menanyakannya kepada Ibu Rini

sebagai node pusat utama pada jaringan komunikasi untuk disampaikan

kembali kepada anggotanya. Mereka tinggal dalam satu deret tempat tinggal

dalam gang yang sama. Namun, seringkali Ibu Yuli juga menyampaikan

informasi kepada Ibu Wiwik yang menjadi anggota pada jaringan pusat Ibu

Rini. Hal ini disebabkan karena tempat tinggal Ibu Yuli berada di belakang

tempat tinggal Ibu Wiwik. Selain itu dalam keseharian mereka melakukan

Page 77: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

53

interaksi dengan intensitas yang cukup tinggi, terlebih lagi Ibu Wiwik sering

menitipkan cucunya pada Ibu Yuli.

5. Klik kelima memiliki node pusat bernama Ibu Haryati dengan jumlah anggota

paling sedikit yaitu tiga orang. Anggota tersebut adalah Ibu Nitri, Ibu Titik dan

Ibu Suci. Kelompok ini merupakan kelompok yang memiliki tempat tinggal

dengan jarak paling jauh dari Sekretariat KWT Sido Lestari dan anggota

lainnya, yaitu di RT 01/RW 07. Hal ini menimbulkan tingginya intensitas

komunikasi antar anggota kelompok pada node pusat Ibu Haryati.

Berdasarkan analisa dari kelima klik yang terbentuk pada jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL dapat dikatakan bahwa klik

yang memiliki jaringan interpersonal tertinggi adalah klik keempat. Scoot dalam

Sulistyawati (2014) menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi indikator utama

dalam mengukur jaringan interpersonal di dalam klik adalah intensitas

komunikasi. Anggota-anggota yang tergabung dalam klik dengan jumlah lima

orang yaitu Ibu Yuli, Ibu Tuminem, Ibu Dwin, dan Ibu Sri Utami memiliki

intensitas komunikasi tertinggi diantara anggota di dalam klik lainnya yaitu

sebanyak 7 kali dalam seminggu dengan nilai skor 4 pada matriks relasional. Hal

ini menunjukkan bahwa intensitas komunikasi yang terjadi pada klik keempat

memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan klik yang lain sehingga mendorong

terbentuknya informasi yang lebih banyak mengenai program KRPL yang

dijalankan oleh KWT Sido Lestari.

4.2.2 Peran tokoh dalam Jaringan Komunikasi pada KWT Sido Lestari pada

program KRPL

Prell dalam Sulistyawati (2014) memaparkan bahwa memahami peranan

individu dalam jaringan menjadi bagian penting dalam analisis jaringan sosial

karena dapat membantu mengidentifikasi individu-individu yang dianggap

paling penting di dalam jaringan. Rogers dan Kincaid dalam Sulistyawati (2014)

mengidentifikasi peranan khusus individu dalam jaringan misalnya sebagai

opinion leader, liaisons, bridges, atau isolated. Merujuk pada pendapat-pendapat

tersebut dapat ditelaah lebih lanjut bahwa salah satu fungsi dari analisis jaringan

komunikasi antara lain dapat mengidentifikasi individu-individu yang memiliki

Page 78: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

54

peranan khusus di dalam jaringan. Sehubungan dengan itu, analisis peran aktor

dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL dapat

dijelaskan pada tabel beikut:

Masing-masing peran aktor yang terdapat dalam jaringan komunikasi KWT

Sido Lestari pada program KRPL dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 6. Peran aktor dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada program

KRPL

Sumber: Analisis data primer, 2017

1. Opinion Leader

Berdasarkan analisis sosiometri pada Gambar 18, dapat diidentifikasi bahwa

tokoh yang memiliki peran sebagai opinion leader atau pemuka pendapat adalah

Ibu Rini. Sebagaimana dikemukakan Rogers dan Kincaid (1981) merupakan

individu yang dapat mempengaruhi pendapat, kepercayaan, motivasi dan perilaku

orang lain. Mereka adalah seorang pemuka pendapat dan agen pembaharu yang

relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain untuk

bertindak dalam cara tertentu.

Ibu Rini sebagai opinion leader merupakan pimpinan dalam KWT Sido

Lestari dan memiliki pengaruh penting dalam menentukan sikap anggotanya.

Peran sebagai opinion leader yang dimiliki oleh Ibu Rini didukung oleh

kebiasaannya yang sering kali dihubungi oleh anggota Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari lainnya untuk menanyakan pendapat atau saran untuk

menentukan tindakan yang akan dilakukan. Hal ini biasanya terjadi ketika anggota

No. Peran Tokoh Jabatan dalam KWT

1. Opinion leader Ibu Rini Ketua

2. Gate keeper Ibu Rini Ketua

3. Cosmopolite Ibu Rini

Ibu Purwanti

Ibu Giarti

Ibu Yuli

Ibu Haryati

Ketua

Bendahara

Anggota

Anggota

Anggota

4. Bridge Ibu Rini Ketua

Ibu Purwanti Bendahara

Ibu Giarti Anggota

Ibu Yuli Anggota

Ibu Haryati Anggota

5. Liaison tidakditemukan -

6. Isolate tidak ditemukan -

Page 79: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

55

KWT memiliki usulan atau pendapat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan dalam program KRPL, misalnya usulan pola tanam, pengendalian Hama

dan Penyakit Tanaman (HPT), saluran pemasaran baru, perubahan jadwal

pertemuan, dll. Penyampaian usulan atau pendapat ini biasanya disampaiakan

secara langsung ketika pertemuan rutin. Selain itu biasanya anggota KWT

menyampaikannya kepada masing-masing node pusat dalam kliknya untuk

dilanjutkan kepada Ibu Rini. Hal ini juga didukung berdasarkan pernyataan salah

satu anggota KWT Sido Lestari yaitu Ibu Giarti sebagai berikut:

“Biasane lek enek opo-opo sing dituju pertama pasti Bu Rini mbak, misal

enek usulan anggota, arep ngenekne acara ngenekne kunjungan nang

Kelompok Wanita Tani liane usule mae Bu Rini. Dadine lek enek keluh

kesahe anggota disampekne nang Bu Rini disik baru dilanjutne nang

penyuluh utowo dinas”

“(Biasanya kalau ada apa-apa yang dituju pertama pasti Bu Rini mbak,

misalnya ada usulan dari anggota, mau mengadakan acara mengadakan

kunjungan ke Kelompok Wanita Tani yang lain, usulnya ke Bu Rini. Jadi,

kalau ada keluh kesah anggota disampaikan ke Bu rini dahulu baru

dilanjutkan ke penyuluh atau dinas)”

Valente (2010) mengemukakan mengenai karakteristik yang biasa dimiliki

oleh seorang opinion leader antara lain tingkat pendidikan yang tinggi

dibandingkan dengan anggotanya, tingkat kepemilikan lahan yang luas serta akses

yang tinggi terhadap media massa, namun karakteristik tersebut tidak sepenuhnya

ditemukan padapenelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, Ibu Rini yang

memegang peran sebagai opinion leader dalam jaringan komunikasi KWT Sido

Lestari dalam program KRPL bukan merupakan anggota yang memiliki

pendidikan paling tinggi dan lahan paling luas serta akses yang lebih tinggi

terhadap media masa. Hal lain yang mendukung penempatan Ibu Rini sebagai

opinion leader dalam jaringan tersebut yaitu keikutsertaannya di dalam

kepengurusan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani Kecamatan

Sutojayan. Selain sebagai ketua KWT Sido Lestari, Ibu Rini juga menjabat

sebagai sekretaris Gapoktan Rukun Tani. Hal ini memberikan kesempatan kepada

Ibu Rini untuk memiliki pengalaman tentang pertanian dan keorganisasian yang

lebih tinggi dibandingkan dengan anggota KWT lainnya. Selain itu kedudukan ini

juga memberikan akses yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan Petugas

Page 80: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

56

Penyuluh Lapang (PPL) ketika terjadi pertemuan dengan pengurus Gapoktan

Rukun Tani maupun KWT Sido Lestari.

2. Gate keeper

Berdasarakan analisis sosiometri pada gambar 18, dapat diketahui bahwa

aktor yang berperan sebagai gate keeper adalah Ibu Rini. Muhammad (2004)

menjelaskan bahwa gate keeper adalah individu yang mengontrol arus informasi

di antara anggota organisasi. Menurut Sulistyawati (2014) anggota ini berperan

sebagai penerima dan penyalur informasi dalam jaringan komunikasi. Selain

sebagai opinion leader Ibu Rini memegang peran lain sebagai gate keeper dalam

jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido lestari kaitannya

dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Hal ini ditunjukkan

oleh kedudukannya sebagai penerima informasi pertama dari sumber informasi

yaitu Petugas Penyuluh Lapang (PPL) terkait program KRPL. Informasi yang

diterima oleh Ibu Rini kemudian disampaikan kepada anggotanya dengan kalimat

yang lebih sederhana dan mudah dipahami tanpa mengubah konteks dari pesan

tersebut.

Selain itu sebagai ketua KWT Ibu Rini juga memilah pesan-pesan yang

akan disampaikan kepada pengurus, anggota, maupun keduanya. Hal ini

disebabkan karena tidak semua informasi disampaikan dengan isi yang sama

untuk seluruh anggota KWT. Beberapa informasi yang disampaikan oleh PPL

kepada Ibu Rini selaku ketua KWT Sido Lestari harus diolah dan dipilah-pilah

terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada anggotanya, misalnya informasi

mengenai adanya kunjungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Blitar di wilayah

pengembangan program KRPL, maka informasi mengenai persiapan administrasi

disampaikan hanya kepada pengurus seperti sekretaris dan bendahara, sedangkan

persiapan pekarangan disampaikan kepada seluruh anggota melalui node pusat

pada masing-masing klik. Peran Ibu Rini sebagai gate keeper didikung oleh

pernyataannya pada wawancara sebagai berikut:

“Misal ada informasi terbaru dari Dinas Pertanian atau dari penyuluh

biasanya saya tampung dulu, nanti saya sampaikan kepada anggota lain

dengan bahasa yang lebih mudah dipahami, soalnya biasanya banyak

yang bingung dan kurang paham apalagi anggota yang usianya sudah

lanjut”

Page 81: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

57

Selain itu peran gate keeper ini juga didukung oleh pernyataan koordinator

penyuluh dari BP4K Kecamatan Sutojayan Bapak Nawirin berikut:

“Biasanya kami menyampaikan informasi tentang program KRPL baik

rencana kegiatan ataupun berita-berita terbaru terkait program kepada

Ibu Rini sebagai ketua kelompok. Kalau pas ada waktu biasanya kami

bertemu atau bisa lewat telepon kalau tidak ada waktu.”

Keberadaan gate keeper dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari pada program KRPL cukup penting. Gate keeper dapat

menolong anggota untuk menghindari terjadinya multitafsir yang diakibatkan oleh

banyaknya informasi yang diterima. Seorang gate keeper berada di tengah suatu

jaringan dan menyampaikan satu pesan dari satu orang kepada orang lain. Cara ini

dapat menolong anggota organisasi dalam menghadapi informasi yang terlampau

banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting kepada mereka

(Muhammad, 2014). Adanya Ibu Rini dalam menerima dan menyalurkan pesan

yang disampaikan oleh Petugas Penyuluh Lapang (PPL) kepada anggotanya

memberikan dampak positif yaitu mengurangi terjadinya keberagaman

pemahaman atau multitafsir. Pesan yang telah diolah dan dipilah menjadi kalimat

yang lebih sederhana akan lebih mudah dipahami ketika disampaikan sehingga

mengoptimalkan keseragaman pemahaman oleh anggota. Peran gate keeper ini

tidak berlaku jika terjadi penyampaian pesan secara langsung oleh PPL kepada

seluruh anggota ketika pertemuan berlangsung. Hal ini disebabkan karena ketika

seluruh anggota KWT Sido Lestari dan Petugas Penyuluh Lapang (PPL) bertemu

secara langsung, maka pesan yang diterima oleh semua anggota adalah sama, dan

jika terjadi kurang pemahaman pada anggota akan ditanyakan langsung kepada

PPL sebagai sumber informasi.

3. Cosmopolite

Peran sebagai cosmopolite dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita

Tani (KWT) Sido Lestari pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

dimiliki oleh beberapa tokoh. Cosmopolite adalah individu yang menghubungkan

organisasi dengan lingkungannya. Mereka mengumpulkan informasi dari sumber-

sumber yang ada dalam lingkungan dan memberi informasi mengenai organisasi

kepada kelompok dalam suatu lingkungan (Muhammad, 2004). Beberapa tokoh

yang memegang peran sebagai cosmopolite dalam jaringan komunikasi KWT

Page 82: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

58

Sido Lestari pada program KRPL dibagi berdasarkan pihak-pihak terkait yang

berada di luar kelompok. Terdapat tiga pihak yang terkait dengan jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL yang ditunjukkan dengan

simbol bulatan berwarna merah antara lain Petugas Penyuluh Lapang (PPL), toko

sarana dan produksi (saprodi) pertanian “Cahaya Tani” dan saluran pemasaran

hasil panen yaitu Bapak Yudi (Pengepul sayur), Ibu Reni (Penjual Mie Ayam) dan

Karti (Pedagang sayur keliling).

Pihak pertama di luar jaringan yang berhubugan dengan Kelompok Wanita

Tani (KWT) Sido Lestari dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) adalah Petugas Penyuluh Lapang (PPL). Selama program KRPL

berlangsung terdapat dua tokoh di dalam KWT Sido Lestari yang paling banyak

berhubungan dengan PPL yaitu Ibu Rini sebagai ketua. Petugas Penyuluh Lapang

(PPL) akan menghubungi Ibu Rini pertama kali ketika terdapat informasi terkait

program KRPL. Proses penyampaian informasi ini biasanya dilakukan melalui

media telepon genggam. Jika terjadi gangguan dalam menghubungi Ibu Rini maka

PPL akan beralih kepada Ibu Purwanti yang menjabat sebagai bendahara dalam

KWT Sido Lestari, untuk kemudian disampaikan kepada Ibu Rini. Hal ini juga

berlaku sebaliknya yaitu ketika terdapat informasi di dalam kelompok maka akan

disampaikan oleh Ibu Rini dan Ibu Purwanti kepada PPL, kecuali ketika terdapat

pertemuan secara langsung antara anggota KWT dengan PPL.

Pihak kedua di luar jaringan yang berhubungan dengan dengan Kelompok

Wanita Tani (KWT) Sido Lestari dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) adalah toko sarana dan produksi (saprodi) pertanian “Cahaya Tani”. Toko

ini merupakan satu-satunya tempat pembelian saprodi untuk memenuhi kebutuhan

program KRPL dalam KWT Sido Lestari. Biasanya saprodi yang dibeli dari toko

Cahaya Tani antara lain benih sayuran, cangkul, pupuk, polybag, dan sekop.

Terdapat tiga angggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari yang

berhubungan dengan toko Cahaya Tani yaitu Ibu Rini, Ibu Purwanti dan Ibu

Giarti. Ibu Rini sebagai ketua KWT biasanya mengoordinir keperluan saprodi

yang dibutuhkan oleh kelompok selama program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) berlangsung. Selain itu anggota KWT lain yang membantu untuk

membeli saprodi pertanian dari toko tersebut adalah Ibu Purwanti dan Ibu Giarti.

Page 83: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

59

Hal ini berkaitan dengan letak pos demplot kelompok dan kebun bibit program

KRPL pada pekarangan mereka. Ibu Purwanti merupakan anggota yang

pekarannya digunakan sebagai lokasi demo plot (demplot) KWT Sido Lestari

pada program KRPL. Biasanya Ibu Purwanti akan melihat bagian-bagian yang

kurang dalam demplot tersebut seperti penggantian atau penyulaman tanaman,

penambahan pupuk, penambahan jenis tanaman, dll. Hal-hal yang berkaitan

dengan penyulaman dan penambahan jenis tanaman biasanya Ibu Purwanti

berkoordinasi dengan Ibu Giarti sebagai pemilik lahan pekarangan yang

digunakan sebagai kebun bibit dalam program KRPL. Mereka akan berkoordinasi

untuk membeli benih sesuai dengan kebutuhan di toko Cahaya Tani. Ketiga tokoh

tersebut juga sering kali menjadi koordinator yang menampung segala kebutuhan

saprodi untuk anggota KWT Sido Lestari lainnya untuk dibelikan secara kolektif

atau berkelompok.

Pihak ketiga di luar Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari yang

berhubungan dalam menjalankan program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) adalah saluran pemasaran hasil panen. Terdapat tiga pedagang yang

menjadi saluran pemasaran hasil panen program KRPL yang dilaksanakan oleh

KWT Sido Lestari. Saluran pemasaran pertama adalah Bapak Yudi yang memiliki

profesi sebagai pengepul sayuran untuk dijual kembali di pasar tradisional. Bapak

Yudi bersedia untuk menampung segala jenis hasil panen dari program KRPL

seperti sayuran buah, daun, batang maupun umbi-umbian. Biasanya anggota KWT

menyetorkan hasil panen setiap hari secara bergantian dengan harga yang telah

ditetapkan dipasaran. Saluran pemasaran kedua adalah Ibu Karti yang berprofesi

sebagai pedagang sayur keliling. Ibu Karti hanya menerima hasil panen sayuran

dengan jumlah yang sedikit yaitu maksimal 2 kg, hal ini disebabkan karena

kapasitas dagangannya sebagai penjual sayur keliling hanya terbatas dan tidak

memiliki sasaran konsumen yang luas. Biasanya anggota KWT Sido Lestari

menjual hasil panen kepada Ibu Karti khusus untuk sayuran daun seperti bayam,

kenikir, dan daun singkong. Saluran pemasaran ketiga yang berhubungan dengan

jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari adalah Ibu Reni

yang berprofesi sebagai pedagang mie ayam. Hasil panen yang dijual kepada Ibu

Reni hanya dua macam yaitu sawi dan daun bawang. Hal ini disebabkan karena

Page 84: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

60

hanya dua macam sayuran tersebut yang dibutuhkan untuk diolah sebagai

campuran pada makanan yang dijualnya.

Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari biasanya menjual

hasil panen kepada saluran pemasaran secara kolektif. Umumnya anggota-anggota

KWT Sido Lestari mengumpulkan hasil panennya pada leader dari kliknya

masing-masing yaitu Ibu Rini, Ibu Yuli, Ibu Haryati dan Ibu Purwanti kecuali Ibu

Giarti. Biasanya anggota yang tergabung dalam klik yang dipimpin oleh Ibu Giarti

menjual hasil panennya melalui Ibu Rini. Hal ini disebabkan karena Ibu Rini

mampu menampung hasil panen dengan jumlah yang lebih banyak dan jarak

rumahnya berdekatan dengan pengepul sayur.

4. Bridge

Peran sebagai bridge dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

dimiliki oleh beberapa tokoh. Bridge adalah aktor yang menghubungkan

kelompoknya dengan kelompok lain dalam suatu jaringan. Muhammad (2004)

menjelaskan bahwa brigde adalah anggota kelompok dalam suatu organisasi yang

menghubungkan kelompok itu dengan kelompok lain. Individu ini membantu

untuk saling member informasi di antara kelompok-kelompok dan mengoordinasi

kelompok. Peran ini berkaitan dengan terbentuknya kelompok-kelompok di dalam

jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL yang disebut dengan

klik. Masing-masing tokoh yang menjadi leader dalam klik tersebut berperan

sebagai bridge dalam menghubungkan satu kelompok dengan kelompok lainnya

dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari yaitu Ibu Rini, Ibu Purwanti, Ibu

Yuli, Ibu Giarti dan Ibu Haryati. Hal ini didukung oleh pernyataan Ibu Rini

sebagai berikut:

“Untuk mempermudah koordinasi kelompok, saya biasanya menghubungi

beberapa anggota saja untuk menyebarkan informasi. Ada Mbak Yuli,

Mbak Giarti, Mbak Purwanti, dan Mbak Haryati. Baru mareka

menyampaikan informasinya kepada masing-masing anggota yang berada

di sekitar wilayahnya masing-masing.”

Tokoh-tokoh yang menjadi bridge dalam jaringan komunikasi Kelompok

Wanita Tani (KWT) Sido Lestari memiliki peran tersendiri dalam membantu

penyebaran informasi terkait program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Page 85: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

61

Peran ini sangat membantu dalam proses penyampaian pesan atau informasi yang

diperoleh dari Petugas Penyuluh Lapang (PPL) sebagai sumber informasi yang

terkait dengan program KRPL. Informasi ini disampaikan oleh PPL kepada Ibu

Rini selaku ketua atau Ibu Purwanti yang memegang kedudukan sebagai

bendahara KWT Sido Lestari. Informasi ini kemudian disampaikan melalui bridge

dari masing-masing klik sehingga dapat menghubungkan seluruh anggota untuk

menerima informasi. Selain itu peran brigde ini juga menjadikan kelompok lebih

mudah untuk berkoordinasi karena terdapat penghubung diantara anggota KWT

Sido Lestari. Identifikasi tokoh yang berperan sebagai bridge dalam jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 7. Identifikasi tokoh yang berperan sebagai bridge dalam jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL

No. Tokoh yang

berperan

Jumlah

Anggota

Kelompok Nama anggota

1. Ibu Rini 7 Klik I Paniem, Jamilatun,

Nyariwati, Tarmiati, Wiwik,

Jaitun, Sunarsih.

2. Ibu Purwanti 11 Klik II Rodiyah, Sunarti A, Sunarti

B, Marseh, Sujarseh,

Jeminah, Maesaroh, Tatik,

Ita Purwati, Wahyu, Sulis

3. Ibu Giarti 4 Klik III Tikah, Kamsini, Mujiati,

Murtiningsih.

4. Ibu Yuli 4 Klik IV Tuminem, Amin, Dwin, Sri

Utami

5. Ibu Haryati 3 Klik V Nitri, Titik, Suci

Sumber: Analisis data primer, 2017

Masing-masing brigde memegang memiliki jumlah anggota yang berbeda

dalam menghubungkan kelompoknya dengan kelompok lain. Ibu Rini menjadi

bridge pada kelompok klik pertama dengan jumlah anggota tujuh orang yaitu Ibu

Paniem, Ibu Jamilatun, Ibu Nyariwati, Ibu Tarmiati, Ibu Wiwik, Ibu Jaitun, dan

Ibu Sunarsih. Peran brigde pada kelompok klik kedua diduduki olah Ibu Purwanti

dengan jumlah anggota 11 orang yaitu Ibu Rodiyah, Ibu Sunarti A, Ibu Sunarti B,

Ibu Marseh, Ibu Sujarseh, Ibu Jeminah, Ibu Maesaroh, Ibu Tatik, Ibu Ita Purwati,

Ibu Wahyu, dan Ibu Sulis. Kelompok klik ketiga dihubungkan oleh Ibu Giarti

dengan jumlah anggota empat orang yaitu Ibu Tikah, Ibu Kamsini, Ibu Mujiati,

Page 86: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

62

dan Ibu Murtiningsih. Bridge pada kelompok klik keempat adalah Ibu Yuli

dengan jumlah anggota empat orang yaitu Ibu Tuminem, Ibu Amin, Ibu Dwin,

dan Ibu Sri Utami. Tokoh terakhir yang memegang peran sebagai bridge dalam

jaringan komunikasi KWT Sido Lestari adalah Ibu Haryati dengan jumlah

anggota kelompok paling sedikit yaitu tiga orang yaitu Ibu Suci, Ibu Nitri dan Ibu

Titik. Seluruh tokoh yang berperan menjadi bridge dalam jaringan ini saling

berkomunikasi untuk menghubungkan kelompoknya dengan kelompok lain

selama program KRPL berlangsung agar informasi dapat tersampaikan secara

menyeluruh kepada semua naggota dengan langkah yang lebih sederhana yaitu

melalui penghubung antar kelompok.

5. Liaison

Berdasarkan hasil penelitian peran sebagai liaison tidak ditemukan dalam

jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program

KRPL. Peran sebagai liaison hampir sama dengan bridge, yang membedakan

adalah seorang bridge merupakan penghubung antar kelompok dalam jaringan

sementara ia sendiri masuk ke dalam kelompok tersebut, sedangkan liaison tidak

masuk ke dalam kelompok manapun. Muhammad (2004) menjelaskan bahwa

liaison merupakan penghubung antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Peran ini tidak terdapat dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada

program KRPL karena keseluruhan tokoh yang menjadi penghubung antar

kelompok tergabung ke dalam kelompok itu sendiri, dengan kata lain mereka

berperan sebagai bridge.

6. Isolate

Hasil penelitian pada jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT)

Sido Lestari dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) tidak

ditemukan adanya peran sebagai isolate. Muhammad (2004) menjelaskan bahwa

isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang

lain dalam suatu organisasi. Peran sebagai isolate dalam jaringan komunikasi

disebut juga sebagai pemencil. Pemencil adalah aktor (node) yang tidak

mempunyai satupun link dengan aktor lain dalam jaringan. Berdasarkan hasil

analisis sosiometri jaringan komunikasi KWT Sido Lestari dalam program KRPL

seluruh aktor yang terdapat di dalamnya memiliki ikatan (link) dengan aktor lain.

Page 87: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

63

Ikatan ini menandakan bahwa seluruh anggota dalam jaringan melakukan

interaksi dengan aktor baik di dalam maupun di luar Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari.

Tidak adanya isolate atau pemencil dalam jaringan komunikasi Kelompok

Wanita Tani (KWT) Sido Lestari memberikan dampak positif bagi berjalannya

program KRPL. Hal ini disebabkan karena dengan tidak adanya isolate dalam

jaringan maka seluruh anggota dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan

aktor lain sehingga proses penyampaian informasi dapat berjalan dengan lancar

dan tersebar secara menyaluruh. Tersebarnya informasi secara menyeluruh ini

akan memberikan tingkat penerimaan informasi yang lebih merata pada anggota

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari dari disampaikannya informasi

tersebut dari Petugas Penyuluh Lapang (PPL). Keadaan ini akan berdampak pada

kelancaran berjalannya program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

mengingat di dalamnya terdapat beberapa rangkaian kegiatan dari perencanaan

hingga pasca panen dan pemasaran.

4.2.3 Tokoh Sentral dalam Jaringan Komunikasi Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL)

Dilihat dari banyaknya interaksi antar tokoh yang terjadi pada jaringan

komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari dalam melaksanakan

program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) terdapat beberapa aktor yang

menjadi tokoh sentral dengan keriteria tertentu. Tokoh sentral tersebut dapat

ditentukan melalui tiga macam kategori yang termasuk ke dalam analisis

sentralitas yaitu sentralitas tingkatan (degree centrality), sentralitas kedekatan

(closeness centrality), dan sentralitas keperantaraan (betweennes centrality). Hasil

analilis sentralitas jaringan komunikasi KWT Sido Lestari dalam program KRPL

secara keseluruhan terdapat dilihat pada lampiran 5 sementara tokoh terpilih

dengan peringkat tertinggi disajikan pada tabel berikut:

Page 88: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

64

Tabel 8. Hasil analisis sentralitas tokoh dengan nilai tertinggi dalam jaringan

komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL

Sentralitas tingkatan

(degree centrality)

Sentralitas kedekatan

(closeness centrality) Sentralitas keperantaraan

(betweennes centrality) Outdegree Indegree Outclose Inclose

Ibu Purwanti

(20,000)

Ibu Rini

(13,00)

Purwanti

(56,00)

Purwanti

(187,00)

Ibu Purwanti

(548,00)

Sumber: Analisis data primer, 2017

Berdasarkan hasil analisis sentralitas dengan tiga kategori yang berbeda

meliputi sentralitas tingkatan (degree centrality), sentralitas kedekatan (closeness

centrality), dan sentralitas keperantaraan (betweennes centrality) dapat diketahui

bahwa tokoh sentral dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT)

Sido Lestari pada pelaksanaan program KRPL adalah Ibu Purwanti. Terdapat nilai

yang berbeda pada masing-masing analisis sentralitas namun, Ibu Purwanti

memiliki nilai yang dominan pada seluruh analisis. Seperti pada analisis tingkatan

(degree centrality) terdapat dua kategori nilai yang dihasilkan yaitu outdegree

dengan tokoh Ibu Purwanti dan indegree dengan tokoh Ibu Rini. Berbeda dengan

hasil tersebut kedua analisis lainnya yaitu sentralitas kedekatan (closeness

sentrality) dan sentralitas keperantaraan (betweenness centrality) menghasilkan

nilai tertinggi dengan tokoh yang sama yaitu Ibu Purwanti. Ulasan mengenai hasil

analisis sentralitas secara terperinci akan dijelaskan sebabagai berikut:

1. Sentralitas Tingkatan (degree centrality)

Dapat dilihat pada tabel 12 bahwa analisis sentralitas tingkatan (degree

centrality) menghasilkan dua nilai dari kategori yang berbeda yaitu pada

outdegree dan indegree. Analisis sentralitas tingkatan dilakukan untuk

mengetahui tingkat popularitas seorang aktor dalam jaringan komunikasi.

Eriyanto (2014) memaparkan dalam jaringan komunikasi yang memiliki arah

(directed) terdapat dua macam kategori yaitu outdegree yakni jumlah link yang

keluar dari aktor dan indegree yakni link yang mengarah masuk ke aktor. Analisis

outdegree menunjukkan nilai tertinggi sebesar 20,000 yang dimiliki oleh Ibu

Purwanti. Angka ini menunjukkan bahwa Ibu Purwanti adalah aktor atau tokoh

paling populer dalam jaringan dengan makna ia adalah aktor yang paling sering

menjalin kontak dengan aktor lain dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari

pada program KRPL. Berdasarkan jumlah aktor sebesar 39 yang terdapat pada

jaringan komunikasi KWT Sido Lestari pada program KRPL, jumlah maksimal

Page 89: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

65

aktor yang dapat dihubungi oleh seorang aktor adalah 38 orang. Jumlah ini

dipenuhi oleh Ibu Purwanti dengan melakukan kontak dengan aktor lain sebesar

20 orang. Angka ini merupakan angka tertinggi diantara aktor jaringan

komunikasi yang lain.

Tingginya jumlah aktor yang dihubungi oleh Ibu Purwanti disebabkan

karena ia menjalin interaksi dengan lebih dari setengah jumlah aktor dalam

jaringan komunikasi baik di dalam maupun di luar KWT Sido Lestari. Ibu

Purwanti memiliki hubungan dalam klik yang ia pimpin dengan jumlah anggota

11 orang. Selain itu sebagai leader dari sebuah klik Ibu Purwanti juga aktif

berkomunikasi dengan sesame leader klik yang lainnya. Ibu Purwanti juga

menjalin hubungan secara langsung dengan ketiga pedagang yang menjadi saluran

pemasaran hasil panen dari program KRPL yang dijalankan oleh KWT Sido

Lestari. Dilihat dari aktivitas sehari-hari Ibu Purwanti sebagai bendahara banyak

melakukan interaksi dengan anggota KWT lainnya terutama dalam hal

pembayaran arisan atau iuran simpanan. Selain itu tempat tinggal Ibu Purwanti

berada pada area strategis yang berdekatan dengan sebagian besar tempat tinggal

anggota KWT lainnya sehingga memungkinkan untuk berinteraksi dengan

intensitas yang lebih banyak. Terlebih lagi tempat pekarangan milik Ibu Purwanti

dijadikan sebagai wilayah demo plot (demplot) kelompok dalam pelaksanaan

program KRPL sehingga banyak informasi yang disampaikan dengan anggota

KWT lainnya mengenai perawatan tanaman.

Selain memegang peran sebagai bendahara dalam kepengurusan Kelompok

Wanita tani (KWT) Sido Lestari Ibu Purwanti juga seringkali menjadi wakil dari

Ibu Rini yang menjabat sebagai ketua kelompok. Jabatan sebagai sekretaris

Gapoktan Rukun Tani membuat Ibu Rini memiliki tingkat mobilitas dan

kesibukan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena tuntutan kewajiban Ibu

Rini sebagai ketua KWT Sido Lestari terbagi dengan kepengurusannya dalam

Gapoktan Rukun Tani. Oleh karena itu seringkali kegiatan-kegiatan yang tidak

bisa ia laksanakan dalam KWT dilimpahkan kepada Ibu Purwanti. Pelimpahan

kewajiban ini memiliki pertimbangan yaitu Ibu Purwanti sering diikutsertakan

dalam kegiatan-kegiatan di luar kelompok seperti pelatihan dan studi banding

bersama leader klik yang lain sehingga memiliki pengalaman dan pengetahuan

Page 90: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

66

yang lebih tinggi mengenai keorganisasian khususnya dalam bidang pertanian.

Selain itu Ibu Purwanti memiliki usia yang cukup muda dibandingkan dengan

leader klik yang lain dan dirasa mampu berkomunikasi dengan baik oleh ketua

KWT dalam mewakili kegiatannya sewaktu-waktu saat dibutuhkan.

Analisis indegree menunjukkan nilai tertinggi sebesar 13,000 dimiliki oleh

Ibu Rini. Angka ini menunjukkan bahwa Ibu Rini memiliki menghubungi aktor

lain sebesar 13 orang baik di dalam jaringan. Jumlah ini dapat dilihat dari

interaksinya dalam menghubungi aktor-aktor dalam kelompoknya yang terdiri

dari anggota dalam kliknya, leader klik, saluran pemasaran, toko saprodi dan

Petugas Penyuluh Lapang (PPL). Meskipun menjabat sebagai ketua Kelompok

Wanita Tani (KWT) Sido Lestari Ibu Rini tidak menyampaikan informasi atau

pesan secara langsung kepada anggotanya secara langsung keculai ketika

pertemuan kelompok berlangsung. Hal ini disebabkan karena Ibu Rini memilih

untuk menyampaikan pesannya melalui para bridge yang diperankan oleh masing-

masing leader klik untuk disalurkan kepada anggota KWT Sido Lestari secara

menyeluruh. Penyampaian ini dirasa akan lebih cepat dan sederhana mengingat

anggota KWT Sido Lestari tersebar dalam beberapa RT dan RW sehingga sulit

untuk menjangkau seluruhnya.

2. Sentralitas Kedekatan (Closeness Centrality)

Berdasarkan hasil analisis sentralitas kedekatan (closeness centrality) dalam

jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari pada program

KRPL dapat diketahui bahwa aktor yang memiliki sentralitas tertinggi adalah Ibu

Purwanti dengan nilai outclose sebesar 56,00 dan inclose sebesar 187,00. Eriyanto

(2014) menjelaskan bahwa sentralitas kedekatan menggambarkan seberapa dekat

seorang aktor terhadap aktor lainnya. Hasil analisis inclose menunjukkan seberapa

dekat seorang aktor dapat dihubungi oleh aktor lain, sedangkan outclose

menunjukkan kedekatan aktor tersebut dapat menghubungi aktor lain. Tingkat

kedekatan ini ditunjukkan dengan jumlah berbagai macam langkah atau tahap

yang digunakan seorang aktor dalam menghubungi atau dihubungi oleh aktor

lainnya. Semakin rendah nilai yang dihasilkan dari analisis sentralitas kedekatan

akan semakin baik karena memperlihatkan jarak yang dekat dari seorang aktor

untuk berhubungan dengan aktor lain.

Page 91: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

67

Sebagai tokoh yang memiliki nilai sentralitas kedekatan terendah

menandakan bahwa Ibu Purwanti merupakan aktor yang paling dekat dengan

anggota lainnya dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido

Lestari pada pelaksanaan program KRPL. Nilai inclose sebesar 187,00

menunjukkan nilai kedekatan aktor lain untuk menghubungi Ibu Purwanti.

langkah untuk menghubunginya, sebaliknya nilai outclose sebesar 56,00

menunjukkan kedekatan Ibu Purwanti untuk menghubungi aktor lain dalam

jaringan. Tingginya tingkat kedekatan Ibu Purwanti dengan anggota lainnya

dalam jaringan komunikasi KWT Sido Lestari akan berdampak pada terjalinnya

hubungan yang lebih erat sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih

besar. Selain itu tingginya sentralitas kedekatan menjadikan Ibu Purwanti sebagai

tokoh yang paling sering dihubungi atau menghubungi anggota KWT Sido Lestari

lainnya dalam melaksanakan rangkaian kegiatan program KRPL.

3. Sentralitas keperantaraan (betweennes centrality)

Berdasarkan hasil analisis sentralitas keperantaraan, aktor yang menjadi

tokoh sentral dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido

Lestari pada program KRPL adalah Ibu Purwanti. Data keperantaraan

(betweenness) memperlihatkan derajat seorang aktor berperan sebagai perantara

dari relasi atau hubungan antar aktor. Semakin tinggi nilai keperantaraan, maka

semakin penting posisi seorang aktor karena menunjukkan aktor satu harus

melewati aktor tersebut agar bisa berhubungan dengan aktor lain (Eriyanto, 2014).

Ibu Purwanti memiliki nilai sentralitas keperantaraan tertinggi dalam

jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani Sido Lestari pada pelaksanaan

program KRPL yaitu sebesar 546,750. Angka ini menunjukkan tingginya

kedudukan Ibu Purwanti sebagai penghubung satu tokoh dengan tokoh yang lain

dalam jaringan. Hal ini dapat terlihat dari kedudukannya sebagai bridge yang

menghubungkan anggota-anggota dalam kliknya dengan anggota KWT lainnya.

Selain itu Ibu Purwanti juga menjadi perantara para anggota KWT untuk

berhubungan dengan PPL, toko saprodi dan saluran pemasaran. Kedudukan

sebagai perantara ini dapat memuat berbagai pesan atau informasi yang berkaitan

dengan program KRPL seperti usulan anggota terhadap pelaksanaan program

kepada ketua KWT, penyampaian informasi terbaru dari PPL kepada anggota,

Page 92: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

68

penyaluran hasil produksi pertanian kepada saluran pemasaran dll. Akibat

seringnya Ibu Purwanti dijadikan sebagai perantara ini menimbulkan tingkat

interaksi yang lebih tinggi antara ia dengan aktor lain dalam jaringan komunikasi

lainnya sehingga kedudukannya menjadi pusat atau sentral dalam pelaksanaan

program KRPL.

Page 93: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

77

V. KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari di Dusun Gondanglegi, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten

Blitar mengenai jaringan komunikasi dalam pelaksanaan program Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pola yang terbentuk pada jaringan komunikasi Kelompok Wanita Tani

(KWT) Sido Lestari dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

adalah roda (wheel) dan jaringan bebas (all channel). Pola jaringan

komunikasi roda (wheel) terbentuk dari interaksi yang terjadi antara Ibu Rini

dalam proses penyampaian informasi yang diperoleh dari Petugas Penyuluh

Lapang (PPL) kepada aktor yang menjadi node pusat pada masing-masing

klik yang terbentuk, sementara itu pola jaringan bebas (all channel) terjadi

pada kelompok-kelompok kecil atau klik yang terdapat dalam KWT Sido

Lestari.

2. Hasil identifikasi peran tokoh dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita

Tani (KWT) Sido Lestari dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) menunjukkan bahwa terdapat beberapa tokoh yang memegang peran

tersebut meliputi: opinion leader (tokoh yang menjadi pemuka pendapat) dan

gate keeper (pengontrol informasi) diperankan oleh Ibu Rini, cosmopolite

(tokoh yang menghubungkan kelompok dengan lingkunganny) dan bridge

(tokoh yang menghubungkan kelompoknya dengan kelompok lain)

diperankan oleh Ibu Rini, Ibu Purwanti, Ibu Giarti, Ibu Yuli dan Ibu Haryati,

dan peran sebagai liaison (penghubung antar kelompok) dan cosmopolite

(tokoh yang memiliki kontak minimal) tidak ditemukan.

3. Berdasarkan hasil analisis sentralitas dengan tiga kategori yang berbeda dapat

diketahui bahwa tokoh sentral dalam jaringan komunikasi Kelompok Wanita

Tani (KWT) Sido Lestari pada pelaksanaan program KRPL adalah Ibu

Purwanti dengan nilai sentralitas tertinggi diantara aktor yang lain yaitu

dengan nilai sentralitas tingkatan (degree centrality) outdegree sebesar

Page 94: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

78

20,000, sentralitas kedekatan (closeness centrality) outclose sebesar 56,00

dan inclose sebesar 187,00, dan sentralitas keperantaraan (betweennes

centrality) sebesar 548,00.

1.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang diringkas dalam kesimpulan penelitian

yang dilakukan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Lestari di Dusun

Gondanglegi, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar mengenai jaringan

komunikasi dalam pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

dapat disarankan perluanya pembenahan jaringan komunikasi pada kelompok

tersebut dengan melibatkan lebih banyak aktor sebagai penerima maupun

penyalur informasi sehingga peran-peran sebagai opinion leader, gate keeper,

brigde dan liaison dapat terdistribusi lebih merata di antara anggota KWT dalam

jaringan agar penyebaran informasi dapat berjalan lebih baik sehingga dapat

mencapai tujuan pelaksanaan program KRPL dalam kelompok tersebut. Penelitian

selanjutnya diharapkan dapat memperluas jangkauan level analisis jaringan

komunikasi pada level kelompok atau sistem sehingga dapat menjadi referensi

yang lebih beragam untuk peneliti-peneliti jaringan komunikasi selanjutnya.

Page 95: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

79

DAFTAR PUSTAKA

Anthy, K. 2002. Hubungan antara Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani

terhadap SUTPA/Sistem Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis

(Kasus 2 Kelompok Tani pada Sebuah Desa di Kecamatan Ciranjang,

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Aziz, Abdul. 2002. Analisis Jaringan Komunikasi dalam Masyarakat Tradisional

Kampung Naga. (Kasus dalam Usahatani Padi). Tesis. Program Pascasarjana.

Institut Pertanian Bogor.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan

Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

BKP. 2012. Pembangunan Lumbung Pangan dan Lantai Jemur. Badan Ketahanan

Pangan Kabupaten Banyu Asin. Banyu Asin.

Bulkis. 2015. Analisis Jaringan Komunikasi Petani Tanaman Sayuran (Kasus

Petani Sayuran di Desa Egon, Kecamatan Waigette, Kabupaten Sikka,

Provinsi Nusa Tenggara Timur). Jurnal Matematika. Vol 16 (2) hal. 28-29

Departemen Pertanian (Deptan). 2011. Kawasan Rumah Pangan lestari

Memperkuat Ketahanan Pangan dan Penyediaan Nutrisi Masyarakat

Berkelanjutan. Jakarta: Deptan

Effendy, Onong U. 2013. Ilmu Komunikasi dan Teori Praktek.. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Eriyanto, 2014. Analisis Jaringan Komunikasi: Strategi Baru dalam Penelitian

Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenamedia Group.

Hadi, Agus Purbathin. 1999. Analisis Jaringan Komunikasi pada Kelompok

Wanita Tani Mekarsari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Program

Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP). Program

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Hubeis, A.V. 2014. Sejarah Komunikasi dan Dasar-dasar Komunikasi.

Bogor:Sains KPM IPB Press

Huraerah, A dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok : Konsep dan Aplikasi.

PT. Refika Aditama. Bandung.

Jokopusphito S. 2006. Hubungan Antara Perilaku Komunikasi dengan Tingkat

Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan dan Gizi pada Kelompok Wanita Tani

(Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani di Kecamatan Pundong Kabupaten

Bantul Daerah Istimewa Yogjakarta. Tesis. Bogor:Institut Pertanian Bogor.

Page 96: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

80

Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi (KSPG) 2015-2019. 2015. Dewan

Ketahanan Pangan. Republik Indonesia.

Kementrian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan

Lestari. Jakarta.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Provinsi Jatim. 2015.

Pemantapan Ketersediaan Pangan Ditingkat Rumah Tangga dengan

program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah.

Littlejohn, S.W dan Foss. 2009. Teori Komunikasi (theories of human

communication). Jakarta:Salemba Humanika.

Manoppo C.N. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita

Tani dala Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten

Donggala Provinsi Sulawesi Tengah). Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Miles, M. B, Huberman, A. M. dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis, A

Methodes Sourcebook Edition 3. USA: Sage Publication.

Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta:Bumi Aksara

Nurjannah et al. 2015. Persepsi Anggota Kelompok Wanita Tani Terhadap

Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kabupaten

Siak. Jurusan Angribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau. Vol 2 No 1

hal.2

Permentan Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan (P2KP). 2016. Keputusan Menteri Pertanian. Republik Indonesia.

Pranita, Nilam. 2015. Evaluasi Keberlanjutan Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) Di Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso, Malang. Jurnal Produksi

Tanaman. Vol.3 (4) 1

Putu, et al. 2015. Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani Pangan Sari pada

Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (Studi kasus di Dusun Cengkilung,

Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar).

Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Bali. Vol. 4 (5) Hal.1

Rangkuti, P. A. 2007. Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi

Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari,

Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat). Tesis.

Institut Pertanian Bogor.

Page 97: JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK WANITA TANI SIDO …repository.ub.ac.id/5424/1/Rahayu, Wendy.pdf · program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Menurut data Laporan Penyelenggaraan

81

Ratna et al. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Program Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL) di Desa Sebani, Kecamatan Tarik, Kabupaten

Sidoarjo, Jawa Timur. Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISH, UNESA.

Surabaya.

Riswandi. 2009. Ilmu komunikasi. Jakarta:Graha Ilmu

Rogers EM, Kincaid DL. 1981. Communication networks: toward a new

paradigm for research: Free Pr.

Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta:UIN Jakarta Press

Saleh. 2014. Komunikasi Kelompok. Hubeis AV, editor. Bogor: Sains KPM IPB

Press.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Jogjakarta: Graha Ilmu.

Schmitt E. 2012. The Importance of Social Network to Inform and Support

Farmers About Adaptation Strategies Regarding Climate Change in Cote

d‟Ivoire. [Master Thesis]. Zurich (CH): Swiss Federal Instutute of

Technology Zurich.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sulistyawati, Asri. 2014. Analisis Jaringan Komunikasi dan Evaluasi Jaringan

Kepemimpinan dalam Gabungan Kelompok Tani. Tesis. Sekolah Pascasarjana.

Institut Pertanian Bogor.

UU No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. Pengertian Ketahanan Pangan.

Wonodiharjo. F. 2014. Komunikasi Kelompok yang Memhubungani Konsep Diri

dalam Komunitas Cosplay “COSURA” Surabaya. Jurnal E-Komunikasi, vol.2

(3) hal.1-3. (online). http://studentjornal.petra.ac.id/ diakses 20 januari 2017

Wood, Julia T. 2013. Komunikasi Teori dan Praktik. (Komunikasi dalam

Kehidupan Kita). Jakarta: Salemba Humanika

Zulfikar, 2013. Pola Jaringan Komunikasi Kelompok dalam Menumbuhkan

Solidaritas Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa di Kota Makasar. Program

pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makasar.