jam vol 21 no 2 agustus 2010.pdf

124
VOL. 21, NO. 2, AGUSTUS 2010 VOL. 21, NO. 2, AGUSTUS 2010: 105 - 216 JAM VOL. 21 NO. 2 Hal 105-216 AGUSTUS 2010 ISSN: 0853-1259 VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM Rowland Bismark Fernando Pasaribu POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA Hestu Prasasti Baldric Siregar KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR” SLEMAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2001-2005 Retno Susiati PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Sarwoko PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF, DAN SELF EFFICACY TERHADAP ESKALASI KOMITMEN PROYEK INVESTASI YANG TIDAK MENGUNTUNGKAN Farida Eveline ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN, DAN INDIKASI MANAJEMEN LABA Dwi Asih Wahyuningrum JAM JAM

Upload: vobao

Post on 27-Jan-2017

270 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

VOL. 21, NO. 2, AGUSTUS 2010

VO

L. 2

1, N

O. 2

, AG

US

TU

S 2

01

0: 1

05

- 21

6

JAM VOL. 21 NO. 2 Hal 105-216 AGUSTUS 2010 ISSN: 0853-1259

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAMRowland Bismark Fernando Pasaribu

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIAHestu PrasastiBaldric Siregar

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR” SLEMAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN

SLEMAN TAHUN 2001-2005Retno Susiati

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIASarwoko

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF, DAN SELF EFFICACY TERHADAP ESKALASI KOMITMEN PROYEK INVESTASI

YANG TIDAK MENGUNTUNGKANFarida Eveline

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN, DAN INDIKASI MANAJEMEN LABA

Dwi Asih Wahyuningrum

JAMJAM

Page 2: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

JURNAL AKUNTANSI & MANAJEMENEDITOR IN CHIEF

Djoko SusantoSTIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL BOARD MEMBERS

Baldric Siregar HarsonoSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Dody Hapsoro SoeratnoSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Eko Widodo Lo Wisnu PrajogoSTIE YKPN Yogyakarta STIE YKPN Yogyakarta

MANAGING EDITORSSinta Sudarini

STIE YKPN YogyakartaEnny Pudjiastuti

STIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL SECRETARYRudy Badrudin

STIE YKPN Yogyakarta

PUBLISHERPusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1406 Fax. (0274) 486155

EDITORIAL ADDRESSPusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155

http://www.stieykpn.ac.id e-mail: [email protected] Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 – 0095042814

Jurnal Akuntansi & Manajemen (JAM) terbit sejak tahun 1990. JAM merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh PusatPenelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta.Penerbitan JAM dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di bidangakuntansi dan manajemen. Setiap naskah yang dikirimkan ke JAM akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai.Daftar nama MITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima limaeksemplar cetak lepas (off print) setelah terbit.JAM diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan April, Agustus, dan Desember. Harga langganan JAM Rp7.500,- ditambahbiaya kirim Rp12.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikankemudahan bagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat pada JAMdengan cara mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 3: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

DAFTAR ISI

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAMRowland Bismark Fernando Pasaribu

105-127

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIAIka Hestu Prasasti

Baldric Siregar129-151

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR” SLEMANTERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2001-2005

Retno Susiati153-170

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIASarwoko171-179

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF, DAN SELF EFFICACYTERHADAP ESKALASI KOMITMEN PROYEK INVESTASI YANG TIDAK MENGUNTUNGKAN

Farida Eveline181-198

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN,DAN INDIKASI MANAJEMEN LABA

Dwi Asih Wahyuningrum199-216

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 4: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

105

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)Vol. 21, No. 2, Agustus 2010Hal. 105-127

ABSTRACT

This paper examines the effects of liquidity on stockand portfolio risk measure by Value at Risk (VaR). Us-ing daily stock return and firm market capitalization,empirical calculation confirmed that VaR not yet suc-ceeded to prove pattern of relation between risk andliquidity both in level stock individually and portfolio.This study also clarified that portfolio stockdiversivication yet achieve risk reduce.

Keywords: Value at Risk, Stock, Portfolio, Liquidity

PENDAHULUAN

Teori keuangan menyarankan bahwa likuiditas sahamberhubungan positif terhadap harga ekuitas. Likuiditasyang semakin meningkat akan menurunkan biaya modalekuitas dengan mengurangi kompensasi yang dimintainvestor untuk atas susahnya untuk menjual sahamyang dimilikinya tersebut (Amihud dan Mendelson,1986). Bukti empiris akan premi likuiditas dalam tingkatpengembalian saham dapat dilihat pada penelitianBrennan, Chordia, dan Subrahmanyam (1998); Datar,Naik, dan Radcliffe (1998); Sanger dan Peterson (1990);serta Amihud, Mendelson, dan Lauterback (1997).

Dalam mempertimbangkan keuntungan bagipara pemegang saham yang likuid, Amihud danMendelson (1988) menyarankan agar manajer mencari

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM

Rowland Bismark Fernando PasaribuAsian Banking Finance and Informatics Institute of Perbanas

Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta 12940Telepon +62 21 527 8788 ext. 33, Fax. +62 21 522 2645

E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

cara yang inovatif dan kreeatif untuk meningkatkanlikuiditas sahamnya. Temuan lainnya, terdapat sedikitbukti yang secara langsung menunjukkan bahwalikuiditas saham adalah hal penting bagi para manajerkorporat. Biaya modal yang rendah tidak hanya akanmeningkatkan present value dari asset yang ada,sebagaimana dikemukakan Amihud dan Mendelson(1986, 1988), tetapi juga akan memperluas sumberpeluang investasi yang profitable. Hedge danMcDermott (2003) menyatakan bahwa kenaikanlikuiditas saham diikuti oleh peningkatan indeks hargasaham gabungan. Hasil penelitiannya menyatakanbahwa peningkatan likuiditas saham diikuti denganpenurunan rentang bid-ask untuk perusahaan yangtergabung dalam indeks S&P 500 periode 1993 dan 1998.Bukti yang sama juga dinyatakan dalam Chordia (2002)yang menggunakan proksi likuiditas termasuk turn-over, volume perdagangan, perbedaan hargapembukaan-harga penutupan untuk peningkatanindeks periode 1977-1997.

Pada saat yang sama, sejumlah kajian teoritikaljuga memprediksi bahwa premi atas likuiditasseharusnya tidak terlalu besar. Constantinides (1986)dan Vayanos (1998) berpendapat bahwa biaya transaksiyang proporsional seharusnya memiliki pengaruhterhadap frekuensi perdagangan, dan hanyaberpengaruh kecil terhadap harga saham. Lo,Mamaysky dan Wang (2001) menghasilkan modeldiskon harga yang moderat terhadap ilikuiditas, tetapipremi tingkat pengembalian yang dihasilkan juga cukuprendah. Huang (2003) juga menyatakan bahwa premi

Page 5: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

106

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

likuiditas tidak memiliki pengaruh yang cukupsignifikan.

Prediksi teoritikal untuk premi likuiditas yangrendah tidaklah mengejutkan jika memahami intuisi adadi belakang pernyataan tersebut. Premi likuiditas dalammodel pada penelitian terdahulu hanya terdiri dari duafaktor, yaitu pemilihan portofolio dan periodeperdagangan dimana keduanya menempati posisisebagai variabel endogen. Intuisi kenapa endogenisasiseleksi portofolio dapat mengurangi premi likuiditastergantung hanya kepada preferensi investor jangkapanjang. Investor jangka pendek hanya akan memilihasset yang sangat likuid, sedangkan investor jangkapanjang memilih asset yang likuiditasnya rendah adalahfenomena yang dikatakan Amihud dan Mendelson(1986) “clientele effects”. Investor jangka panjangmampu untuk mengamortisasi “biaya gerbang tol”istilah lain yang digunakannya dalam menganalogikanaspek biaya administasi jual-beli saham. Bahkan biayatransaksi sebesar 5% hanya merepresentasikanfluktuasi 16 basis point dilihat dari tingkatpengembalian tahunan bagi investor dengan horizonwaktu 30 tahun. Kalau investor jangka panjang hanyabutuh kompensasi dalam bentuk tingkat pengembalianyang lebih tinggi, maka cukup baginya melakukan re-diversifikasi dalam kepemilikkan saham yanglikuiditasnya tinggi dan rendah, ceteris paribus.Selanjutnya premi tingkat pengembalian yangdihasilkan saham yang illikuid adalah rendah. Intuisiendogenisasi periode perdagangan saham mampumengurangi premi likuiditas bahkan lebih sederhana.Saham yang likuiditasnya rendah lebih sulit untuk dijual,tetapi kondisi ini ipso facto, mengarahkan investoruntuk memilih menjual saham yang illikuid dalam jumlahyang sedikit tetapi tidak sering dilakukan. Menjualsaham yang tidak likuid dalam frekuensi yang rendahadalah salah satu cara mitigasi biaya yang ditimbulkanillikuiditas saham itu sendiri. Melakukan transaksi jual-beli pada saham yang tidak likuid secara optimal dapatmengurangi premi yang diperlukan untuk membuatseorang investor melakukan re-diversifikasipembentukan portfolio antara terus menyimpan sahamyang tidak likuid dan komparasi pada saham yang likuid.

Sebagai alternatif prediksi teoritikal tersebut,muncul eksistensi premi likuiditas yang signifikan.P’astor dan Stambaugh (2003) memberikan usulanbahwa pada beberapa saham, ilikuiditas dalam dimensi

yang disebut sensitivitas terhadap risiko likuiditascenderung untuk memiliki tingkat pengembalian yangrendah pada saat likuiditas pasar secara aggregatmeningkat, yang mana juga merupakan timing bagi in-vestor untuk menilai tingkat pengembalian secaratinggi. Kalau tingkat pengembalian saham yang rendahdikaitkan dengan pergeseran yang kurang baik dalamkesejahteraan investor, seharusnya saham tersebutdijual dengan diskon. Kalau tingkat pengembaliansaham yang illikuid berkorelasi negatif dengan denganharga saat ini, maka investor akan menuntutkompensasi yang lebih tinggi dari tingkat pengembalianrata-rata. Acharya dan Pedersen (2003) telahmempertimbangkan jenis korelasi ini secara teoritis.Mereka secara eksplisit mempertimbangkan korelasiantara biaya transaksi, yang mana akan mempengaruhinet return, dan tingkat pengembalian pasar, sebagaiproksi untuk harga pasar saat ini dalam kerangka kerjaasset pricing. Lustig (2001) juga melakukan hal yangsama, yakni mempertimbangkan likuiditas premi yangdihasilkan dari kovarian antara tingkat pengembaliansaham dan harga pasar dalam model equilibrium dimanakovarian meningkat sebagai hasil tampilan hambatansolvensi. Dalam kerangka kerja ini mereka menghasilkanpremi likuiditas yang signifikan. Modelnyamengasumsikan bahwa para investor melikuidasiseluruh portfolio mereka setiap hari.

Berk (1995) berpendapat bahwa ukuranperusahaan yang kecil bukanlah penyebab padatingginya tingkat pengembalian yang diharapkan, tetapilebih kepada pengungkapan asset terhadap risikoperdagangan yang lebih besar pada saat diskon, ipsofacto, menghasilkan tingkat pengembalian yangdiharapkan lebih tinggi. Jika pada satu sisi ukuranperusahaan yang lebih kecil bukan merupakanproksimasi -akibat pada tingginya tingkat pengembalianyang diharapkan, maka yang timbul adalah co-insidensikarena exposure terhadap risiko mengarahkan secarasekaligus terhadap ukuran perusahaan yang kecil dantingginya tingkat pengembalian yang diharapkan.

Marx (2004), menyatakan bahwa eksistensipremi likuiditas lebih merupakan suatu puzzle, karenapremi likuiditas telah diinterpretasikan sebagai premikompensasi untuk menyimpan saham yang rendahlikuiditasnya. Saham yang illikuid tidak membayartingkat pengembalian yang tinggi dibanding sahamyang likuid karena investor menuntut kompensasi

Page 6: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

107

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

untuk exposure terhadap illikuiditas.Untuk di Indonesia, penelitian mengenai

likuiditas saham dan risiko saham belum terlalu banyakkarena sebahagian besar mengkaitkannya dengan re-turn saham atau indikator pasar lainnya. Dalam hal iniAriyanto (2005) melakukan penelitian yangmenganalisis keterkaitan likuiditas saham dengan Valueat Risk sebagai proksi resiko saham individual danrisiko portofolio. Berdasarkan kondisi tersebut,penelitian ini mencoba untuk mereplikasi penelitianAriyanto dengan perluasan periode penelitian dan levelprobabilitas VaR itu sendiri (95% dan 99%). Penelitianini berusaha menguji kaitan likuiditas saham terhadaprisikonya baik secara individual saham dan portofolioyang terbentuk, selanjutnya adalah klarifikasi mengenaikemampuan diversifikasi portofolio dalam mengurangirisiko yang ada.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Saham likuid adalah saham yang mudah untuk dijadikanatau ditukarkan dengan uang. Saham yang tidak likuidmenyebabkan hilangnya kesempatan untukmendapatkan keuntungan. Semakin besar volumeperdagangan dibandingkan dengan jumlah seluruhsaham yang diterbitkan maka semakin likuid sahamtersebut. Dalam penelitian ini, likuiditas saham diartikanmerupakan ukuran jumlah transaksi suatu sahamtertentu dengan volume perdagangan saham di pasarmodal dalam periode tertentu. Jadi semakin likuid sahamberarti jumlah atau frekuensi transaksi semakin tinggi,hal tersebut menunjukkan minat investor untuk memilikisaham tersebut juga tinggi. Minat yang tinggidimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggimemberikan kemungkinan lebih tinggi untukmendapatkan return dibandingkan saham yanglikuiditasnya rendah, sehingga tingkat likuiditas sahambiasanya akan mempengaruhi harga saham yangbersangkutan.

Suatu saham dikatakan likuid jika sahamtersebut tidak mengalami kesulitan dalam membeli ataumenjual kembali. Jika suatu saham likuid, bagi pihakinvestor akan menguntungkan karena mudahditransaksikan sehingga terbuka peluang untukmendapatkan capital gain. Sedangkan bagiperusahaan akan menguntungkan karena apabilaperusahaan menerbitkan saham baru akan cepat

terserap pasar, selain itu memungkinkan perusahaanterhindar dari ancaman terkena delisting dari pasarmodal. Begitu pentingnya likuiditas saham bagiperusahaan yang telah go public maupun bagipemodal, di Bursa Efek Indonesia dibuat peringkatuntuk 45 buah perusahaan yang memiliki likuiditastertinggi yang dikenal dengan peringkat LQ 45.

Pengukuran likuiditas saham dilakukan denganmelihat Trading Volume Activity (TVA). Trading Vol-ume Activity (TVA) merupakan suatu instrumen yangdapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadapsuatu informasi melalui parameter pergerakan aktivitasvolume perdagangan di pasar modal dikarenakan nilaiTVA berbanding lurus dengan likuiditas saham,semakin tinggi nilai TVA sebuah saham mempunyaimakna bahwa suatu saham dapat dijual dengan mudahkarena banyak yang bersedia membeli saham tersebutsehingga saham tersebut mudah dikonversikanmenjadi uang kas. Perhitungan TVA dilakukan denganmembandingkan jumlah saham yang diperdagangkandalam satu periode tertentu dengan keseluruhan jumlahsaham beredar di perusahaan tersebut pada kurunwaktu yang sama.

Risiko memiliki dua komponen utama yaituketidakpastian dan exposure. Jika salah satu komponenini tidak ada, maka tidak ada risiko (Ghozali, 2007).Secara statistik, risiko merupakan volatilitas dari sesuatuyang dapat berupa pendapatan, laba, biaya, danseterusnya. Volatilitas merupakan ukuran dispersi yangdalam statistik diukur dengan variance (ó²) atau standardeviasi (ó). Semakin besar nilai variance atau standardeviasi, maka semakin besar risikonya. Dua investasiyang memiliki standard deviasi yang sama dapatmemiliki distribusi tingkat pengembalian yang secarakeseluruhan berbeda. Investasi yang satu memilikidistribusi normal, Sementara investasi yang lainnyamenghasilkan karakteristik seperti kurtosis dan skew-ness. Skewness mengukur asimetris pada suatudistribusi. Dengan kata lain, pola historikal pada tingkatpengembalian tidak mengikuti distribusi normal. Skew-ness yang negatif terjadi pada saat nilai yang lebih kecildari nilai rata-rata lebih sedikit tapi lebih jauh dari rata-rata dibanding nilai yang lebih besar dari rata-rata. Halyang sama terjadi untuk nilai skewness positif. Studiperilaku keuangan menemukan bahwa secara umum,para investor lebih menyukai asset dengan nilai skew-ness positif. Hal ini didasari oleh kemauannya untuk

Page 7: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

108

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

menerima tingkat pengembalian yang diharapkanrendah atau bahkan negatif pada saat asset beradadalam posisi nilai skewness yang positif.

Kurtosis mengukur tingkatan dimana nilaipenerimaan yang semakin tinggi atau semakin rendahdari nilai rata-rata yang sering terjadi (kurtosis yangtinggi) atau jarang terjadi (kurtosis rendah) dibandingdalam distribusi normal. Kurtosis yang tinggi dihasilkandalam nilai penerimaan yang disebut “fat-tail” yangmengindikasikan persentase yang lebih tinggi padatingkat pengembalian yang sangat rendah atau sangattinggi daripada yang diharapkan dengan distribusinormal.

Penting bagi para investor untuk memahamibahwa pada saat skewness dan kurtosis terjadidistribusi tingkat pengembalian tidak normal, investoryang hanya melihat standar deviasi tingkatpengembalian dapat menerima gambaran yang keliruterhadap tingkat risiko asset. Hasil ini menimbulkanpermasalahan bagi para investor dalam menggunakanmodel efficient frontier dalam membantu menentukanalokasi asset yang benar dan sangat efisien. Alasannyaadalah karena model efficient-frontier berdasarkananalisis mean-variance, yang mengasumsikan bahwapara investor hanya peduli mengenai tingkatpengembalian yang diharapkan dan standar deviasi.Dengan kata lain, mereka tidak peduli apakah suatuasset menunjukkan skewness atau kurtosis. Kalauasumsi tersebut benar, maka analisis mean-variancedapat berfungsi optimal. Tetapi asumsi ini terlalumenyederhanakan, sehingga dapat disimpulkan bahwapara investor peduli mengenai skewness. Kalau tingkatpengembalian menunjukkan distribusi yang tidak nor-mal, analisis mean-varian hanya perkiraan awal resikoyang baik, tetapi tidak secara menyeluruh merefleksikanpreferensi riil investor sehingga cenderungmenghasilkan analisis risiko yang underestimate dansebagai hasilnya adalah alokasi yang berlebihanterhadap jenis asset.

Permasalahan lain dengan standar deviasisebagai ukuran risiko adalah investor dalam praksisnyasecara umum lebih perhatian terhadap downside-vola-tility pada saat tingkat pengembalian di atas rata-rata.Karenanya investor mau mempertimbangkan apa yangdisebut semivariance negatif. Semivariance positifatau negatif dihitung menggunakan deviasi positif ataunegatif dari nilai rata-rata.

Ukuran populer terhadap risiko adalahvolatilitas, namun demikian masalah utama denganvolatilitas adalah tidak memperhitungkan arah daripergerakan investasi. Suatu saham mungkin saja sangatvolatile karena secara mendadak harganya berfluktuasinaik. Bagi seorang investor, risiko adalah oddskehilangan uang dan Value at Risk didasarkan terhadaphal ini. Dengan menganggap bahwa investor sangatpeduli terhadap odss kerugian besar, maka denganmenggunakan VaR, para investor dapat menentukankebijakan investasinya, baik yang bersifat pasif (VaRsebagai laporan rutin), defensif (VaR digunakan untukalat kontrol risiko ), maupun pendekatan aktif, dimanalaporan VaR dapat digunakan untuk mengendalikanrisiko dan maksimisasi profit seperti alokasi modal, danainvestasi, dan lain sebagainya.

Kalkulasi VaR dalam periode harian harusmenggunakan besaran tingkat pengembalian danstandar deviasi harian. Untuk menghitung besaran VaR,dapat digunakan tiga metode (Crouchy, Galai, dan Mart,2001) yaitu variance-covariance, historical simula-tion, dan monte carlo simulation. Dalam penelitian iniakan digunakan metode variance-covariance dalamkalkulasi VaR. Rumus yang digunakan untuk kalkulasirisiko menggunakan VaR adalah:

Skenario 1VaR individu saham = 1,65σ x Nilai nominal investasiVaR Portfolio Saham = 1,65 x pppppXt.Σt+1.X tSkenario 2VaR individu saham = 2,33σ x Nilai nominal investasiVaR Portfolio Saham = 2,33 x pppppXt.Σt+1.X tDimana:Besaran 1,65 adalah indikator α sebesar 5%Besaran 2,33 adalah indikator α sebesar 1%Xt adalah jumlah investasi atau posisi nominal investasiΣt+1 adalah estimasi terhadap matriks variance-covari-ance return saham dalam portfolio

Bentuk-reduksi konvensional pada definisilikuiditas adalah gap antara nilai fundamental sekuritasdan harga pada saat sekuritas tersebut ditransaksikan.Likuiditas yang tinggi ditandai dengan gap yang kecil,dan vice versa. Selama 20 tahun para peneliti telahmembentuk model teoritikal likuiditas. Penelitian inifokus pada literatur struktur mikro pasar, yang secaragaris besar terbagi menjadi dua, yaitu model biaya

Page 8: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

109

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

informasi dan model biaya persediaan. Model yangberdasarkan informasi, tergantung pada biayaperdagangan versus trader yang memiliki informasiguna menghasilkan bid-ask spread. Copeland dan Galai(1983) adalah yang pertama kali membahasnya dalamkerangka kerja one-trade (Bagehot, 1971). Pendekatanini kemudian diperluas pada model trade in-order yangtelah dilakukan oleh Glosten dan Milgrom (1985) sertaEasley dan O’Hara (2001, 2002). Hasil penelitian Kyle(1985) memperluas topik ini dengan menggabungkanperilaku strategik pada trader yang memiliki informasi.Selanjutnya penelitian Admati dan Pfeiderer (1988,1989), Foster dan Viswanathan (1990), serta Seppi (1990)memperluas topik literatur dengan mempertimbangkanperilaku trader yang tidak terinformasi (atau likuid).

Penelitian pertama yang mempertimbangkanbiaya persediaan adalah Garman (1976). Selanjutnya,Amihud dan Mendelson (1980) mengembangkan modelGarman dengan menggabungkan persediaan danvariasi waktu dalam persediaan dan keterkaitannyaterhadap perubahan harga saham. Selain menggunakanpendekatan permasalahan dengan menganalisis fungsiobjektif dealer, Stoll (1978) serta Ho dan Stoll (1981)secara khusus me-model-kan dealer sebagai penyediaimmediasi dan fokus terhadap kompensasi yangdibutuhkan terhadap jasanya sebagai immediator.

Isu empiris mengenai likuiditas telah banyakdilakukan, baik itu di pasar modal atau obligasi. Dalampenelitian ini hasil empiris terdahulu yang dikemukakanadalah di pasar modal. Pada pasar modal, isu ini terbagimenjadi dua tema sentral, yakni: 1) apakah perbedaanlikuiditas menjelaskan variasi tingkat pengembaliansaham secara cross-section; 2) apakah risiko likuiditasdihargai (risiko likuiditas adalah ketidakpastian padaSeberapa besar atau kecil gap yang terjadi antara nilaifundamental dan harga transaksi pada sebuah sahampada periode tertentu. Bagi investor, risiko likuiditasadalah potensi risiko dan risiko saat ini yang harusdihadapi dan mungkin memiliki harga kalau memilikikomponen sistematik. Setiap transaksi secara esensialadalah NPV negatif proyek bagi investor buy-side;karena dilakukan pada harga yang tidak sesungguhnyadibanding nilai fundamental saham. Selanjutnya kalauinvestor mengetahui sampai seberapa negatif nilai NPVproyek, maka hal tersebut bukanlah suatu risiko lagikarena secara sederhana investor dapat melakukanoptimisasi alokasi asset dengan melakukan factoring

dalam biaya transaksi. Risiko likuiditas datang dari tidakdiketahuinya sampai seberapa jauh investor akanmelakukan transaksi dalam kaitannya dengan nilai fun-damental pada saham yang ia jual atau beli)

Hasil penelitian Amihud dan Mendelson (1986),Brennan dan Subrahmanyam (1996), Brennan, Chordiadan Subrahmanyam (1998), Datar, Naik, dan Radcliffe(1998), Chordia, Roll, dan Subrahmanyam (2000),menyatakan terdapat hubungan positif antara tingkatpengembalian saham dan likuiditas yang diukur denganspreads, depth, dan volume. Sementara Chordia,Subrahmanyam dan Anshuman (2001) menyatakanhubungan yang negatif antara likuiditas dan tingkatpengembalian saham yang diharapkan. Amihud (2002)menunjukkan bahwa terdapat premi illikuiditas dalamtingkat pengembalian saham sebagai illikuiditas pasaryang berhubungan dengan stock excess return. Hasilpenelitian Hasbrouck dan Seppi (2001) justrumenyatakan tidak terdapat hubungan di antarakeduanya. Terakhir, Huberman dan Halka (2001) sertaPastor dan Stambaugh (2003) yang mengklarifikasirisiko likuiditas sebagai bagian komponen risikosistematik.

Blease dan Paul (2003) menyatakan bahwaterdapat hubungan yang positif antara likuiditas sahamdan pengeluaran modal dan premi likuiditas dan tingkatpengembalian saham yang diharapkan mempengaruhikebijakan investasi korporat. Hasil penelitiannyasejalan dengan Chordia (2002) bahwa peningkatandalam likuiditas yang diikuti dengan peningkatanindeks memiliki hubungan dengan penurunan dalamtingkat pengembalian yang diharapkan. Hubunganantara investasi modal dan likuiditas saham inimemberikan masukan yang berguna mengenaibagaimana friksi dalam lingkungan perdagangan sahamperusahaan dapat menghambat peluang investasiperusahaan itu sendiri. Hasil penelitian ini mendukungrekomendasi Amihud dan Mendelson (1988) bahwamanajer harus mencari cara untuk meningkatkanlikuiditas sahamnya, karena hal tersebut adalah pentingdalam valuasi pasar asset riil. Untuk di Indonesia,penelitian mengenai hal ini juga telah dilakukan olehAriyanto (2005). Hasil penelitiannya menunjukkanbahwa kalkulasi VaR portofolio saham high liquid relatiflebih rendah dibanding VaR portfolio saham low liq-uid.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh

Page 9: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

110

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

perusahaan manufaktur go public di Bursa EfekIndonedia. Sedangkan sampel penelitian adalah emitenyang pernah dan sedang tergabung dalam indeks LQ-45 periode 2004-2007. Penentuan anggota sampel dalampenelitian ini dilakukan dengan metode purposive sam-pling. Dalam rangka pengolahan data berikut disajikanprosedur perhitungan variabel, yaitu 1) Return Pasar =Ln(IHSGt/IHSGt-1); 2) Return Saham = Ln(ISHit/ ISHit-1); 3) Beta Saham = Ri = αi + βiRM; 4) Varian ReturnSaham = σi² = βi².σm²+σei²; 5) Resiko Saham =σi=pppppσi²; dan 6) Varians residual saham = σei² = Ri - αi- (βi.Rm). Untuk klasifikasi saham high-liquid dan low-liquid digunakan data harian harga penutupan saham,frekuensi perdagangan saham harian, dan indeks hargasaham gabungan harian periode (2004-2007). Datadiperoleh dari beberapa database perusahaan sekuritasnasional, dan internet (reuters, yahoo finance). Tahapan analisis data adalah 1) Data hargasaham dan indeks harga saham gabungan dalamperiode harian akan diolah untuk menghasilkan actualreturn; 2) Dengan menggunakan market model akandihitung beta individual dan varians residual saham;3) Proses seleksi saham yang akan digunakan untukpembentukkan portofolio adalah yang memenuhikriteria BLUE: F-test, t-test, adjR2 dan Durbin-Watsonstat; 4) Mengestimasi matrik variance-covariancedengan menggunakan beta dan variance residual yangdihasilkan point b.; 5) Menghitung nilai kapitalisasipasar emiten yang memenuhi kriteria BLUE; 6) Nilaimedian kapitalisasi pasar digunakan sebagai klasifikasiemiten kedalam grup low liquid dan high liquid; 7)Alokasi nilai nominal investasi dilakukan secaraberimbang (equal weighted) dimana langkah inidibutuhkan untuk nilai kalkulasi VaR; dan 8) KomparasiVaR portofolio saham high liquid dan low liquid.

HASIL ANALISIS

Berdasarkan hasil deskripsi statistik (Tabel 1) dapatdiperoleh dua informasi berikut: 1) jumlah emiten yangmenjadi pembentuk portfolio, meningkat hampir 25%dalam kurun waktu 4 tahun, yakni dari 45,71% padatahun 2004, menjadi 71,73% di tahun 2007; 2) jumlahemiten yang loss menurun drastis hampir 39% selamaperiode penelitian, yakni dari 43,75% tahun 2004 menjadihanya 4% pada tahun 2007, hal ini menandakan bahwakinerja saham secara rata-rata harian telah mampu

memberikan keuntungan bagi pemegang sahamnya.Untuk tahun 2004 misalnya, dari jumlah sampel 35saham, 16 diantaranya tidak memenuhi kriteria BLUE,sehingga tidak diikutsertakan dalam pembentukan port-folio. Berdasarkan jumlah emiten yang terpilih, 7 diantaranya mengalami loss. Kondisi mengalamiperkembangan positif terutama pada tahun 2006,dimana dari sisi jumlah emiten pembentuk portfoliomemang mengalami penurunan, yakni dari 60% tahunsebelumnya menjadi 57,14% periode 2006. Tetapi dalamhal jumlah emiten pembentuk portofolio yangmengalami loss terjadi peningkatan, yakni mengalamipenurunan sebesar 28,1% dibanding tahunsebelumnya. Tahun 2007, terjadi peningkatan padakeduanya (dalam hal jumlah emiten pembentuk portfo-lio, dan yang mengalami loss). Jumlah emitenpembentuk portofolio meningkat sebesar 14,2% yaitudari 57,14% periode sebelumnya menjadi 71,43% tahun2007. Berdasarkan jumlah tersebut emiten yangmengalami loss menurun 6%, yaitu dari 10% tahun 2006menjadi hanya 4% tahun 2007.

Berdasarkan kriteria nilai median dari jumlah rata-rata harian maka diperoleh klasifikasi emiten pembentukportfolio low liquid dan high liquid. Tahun 2004, emitenyang pembentuk portfolio low liquid adalah BLTA,BHIT, BRPT, CMNP, TKIM, CTRA, LSIP, dan TSPC,sementara emiten pembentuk portfolio high liquidadalah ANTM, ELTY, KLBF, TINS, TLKM, BDMN,INKP, dan ISAT. Nama pembentuk portfolio tahunlainnya dapat dilihat pada matrik varian-kovarianmasing-masing tahun per klasifikasi portofolio (Tabel4). Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat hasil simpulanregresi market model emiten yang memenuhi kriteriaBLUE: a) memiliki signifikansi F dan t < α 0.05; b) tidakterjadi autokorelasi (koefisien d-hitung > d-tabel).Berdasar Tabel 3 tersebut juga diperoleh nilai residualvarian masing-masing saham.

Data dan informasi beta serta varian sahamselanjutnya digunakan untuk pembentukan estimasimatrik varian-kovarian untuk masing-masing portfolio(low liquid dan high liquid). Estimasi matrik dapatdilihat pada Tabel 4 untuk masing-masing tahun perkategori portofolio. Dalam menghitung besaran VaR(95% dan 99%), baik portofolio maupun individual,proporsi alokasi dana dilakukan berdasarkan asumsiequally weighted yang sama besar yaitu per sahamRp 100 juta. Hasil kalkulasi VaR dapat dilihat pada Tabel

Page 10: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

111

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

5.

PEMBAHASAN

Pada tahun 2004, nilai individual VaR terbesar untukmasing-masing kategori portofolio adalah saham BLTA(low liquid) dan ISAT (high liquid). Hasil ini agakjanggal, dimana untuk kategori portofolio high liquid,saham ISAT memiliki nilai kapitalisasi pasar keduaterbesar (rata-rata Rp 42,85 milyar) setelah sahamTLKM. Sementara kategori portofolio low liquid,saham BLTA juga memiliki nilai rata-rata kapitalisasipasar yang cukup besar (Rp 2,78 milyar per hari). Hasilempiris 2005 kembali mengkonfirmasi kerancuan sepertipada tahun sebelumnya mengenai pola hubunganlikuiditas dan individual VaR. Pada kategori portofoliolow liquid, justru saham yang berkapitalisasi terendah(BMTR, rata-rata Rp 374 juta) memiliki nilai VaR yangcukup rendah apabila dibandingkan dengan sahamPTBA (nilai individual VaR memang terendah, tetapikapitalisasi pasarnya cukup besar apabila dibandingkansaham BMTR, yaitu rata-rata Rp 14,88 milyar). Padatahun 2006, VaR cukup representatif dalammendeskripsikan pola hubungan likuiditas dan resikosaham. Nilai VaR tertinggi pada kedua jenis portofoliomemang diwakili oleh saham dengan kapitalisasi yangrendah untuk masing-masing kategori. Pada kategoriportofolio low liquid misalnya, nilai tertinggi individualVaR dihasilkan saham BHIT yang memiliki nilai rata-rata kapitalisasi terendah (Rp 997 juta), sementara untukkategori high liquid, individual VaR terbesar dihasilkanoleh saham CTRA dengan besaran Rp 7,4 juta dan rata-rata nilai kapitalisasinya yang memang cukup rendah(urutan ketiga terendah) yaitu Rp 20,49 milyar. Hal yangsama dengan nilai individual VaR terendah yangdihasilkan oleh emiten dengan nilai kapitalisasi besarpada masing-masing kategori portofolio (TLKM untukhigh liquid, dan INKP untuk low liquid).

Untuk tahun 2007, nilai VaR sebesar Rp 41 jutadan Rp 59 juta untuk portofolio low liquidmenggambarkan potential loss yang dapat terjadidalam periode harian dengan probabilitas masing-masing 95% dan 99%. Dengan indikator VaR yang sama,dapat disimpulkan bahwa terdapat 5% dan 1%probabilitas tingkat kerugian akan melebihi Rp 41 jutadan Rp 59 juta dalam periode harian. Di sisi lain untukportofolio high liquid, nilai VaR sebesar Rp 40 juta dan

Rp 57 juta mencerminkan potential loss dalam periodeharian dengan probabilita sebesar 95% dan 99%.Besaran tersebut juga mengindikasikan terdapat 5%dan 1% probabilitas kerugian yang akan melebihi Rp41 juta dan Rp 59 juta dalam periode harian.

Berdasarkan hasil kalkulasi ternyata VaRportofolio high likuid relatif lebih rendah dibandingVaR portofolio low likuid (baik probabilitas 95% atau99%). Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas sahammemiliki korelasi negatif dengan risiko saham. Temuanempiris ini mendukung beberapa hasil penelitiansebelumnya yang menyatakan hubungan negatif antaralikuiditas dengan tingkat pengembalian saham.Berdasarkan hasil kalkulasi VaR individual, TINS (highliquid) dan BRPT (low liquid) memiliki nilai kontribusiterbesar terhadap total VaR. Hal tersebut merupakanhasil yang sedikit mixed, dimana TINS merupakansaham dengan nilai kapitalisasi terbesar terbesar ketiga(Rp 130 milyar). Tidak demikian halnya dengan BRPT,yang juga merupakan saham dengan rata-ratakapitalisasi pasar terbesar (Rp 38 milyar)

Hasil yang serupa juga diperoleh untuk sahamdengan individual VaR yang terkecil. Saham TLKMmemiliki individual VaR terkecil untuk kelompok highliquid dengan nilai rata-rata kapitalisasi pasar Rp 240milyar. Jumlah tersebut adalah nilai terbesar keduasetelah BUMI (Rp 337 milyar). Namun, untuk portofoliolow liquid, saham KLBF memiliki individual VaR terkecildengan nilai rata-rata kapitalisasi pasar Rp 22 milyar.Nilai ini bukanlah merupakan nilai kapitalisasi pasaryang terendah untuk kelompok portofolio low liquid.Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwapendekatan individual VaR belum berhasil membuktikanpola hubungan risk dan likuiditas untuk tiap saham.Diduga bahwa dampak kurang likuidnya saham BRPTdibanding tingginya kontribusi saham tersebutterhadap total VaR terjadi akibat faktor premi likuiditas(dimana investor menghendaki premi return sebagaikompensasi risiko likuiditas). Sementara untuk ketigasaham lainnya TINS, TLKM, dan KLBF faktor premilikuiditas diduga kurang signifikan peranannya.

Dengan membandingkan besaran jumlah indi-

Page 11: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

112

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

vidual VaR dengan VaR portofolio, dapat diestimasibahwa diversifikasi portofolio dapat menurunkantingkat resiko rata-rata 44,50% untuk portofolio lowliquid dan 41,52% untuk portofolio high liquid periode2004-2007. Secara parsial, risk reduce terbesar padadua portofolio terjadi pada tahun 2004, dimana besaranuntuk portofolio high liquid hampir 50%, sementarauntuk portofolio low liquid 47,36%. Untuk tahun 2007risk reduce berkisar 40,7% untuk portofolio low liquiddan 34,18% pada portofolio high-liquid.

Berdasarkan Tabel 5, juga dapat disimpulkanmengenai besaran VaR portofolio (probabilitas 95% dan99%) pada kategori high-liquid dan low liquid, yaituVaR untuk portofolio high liquid lebih besar dibandingportofolio low liquid pada periode 2004 dan 2005,sementara hasil sebaliknya dimana VaR portofolio lowliquid lebih besar dibanding VaR portofolio high liq-uid terjadi pada tahun 2006 dan 2007. Dengan kata lain,hasil perhitungan untuk 2006 dan 2007 mengindikasikanbahwa memang portofolio saham yang low liquidmemiliki risiko yang lebih tinggi daripada portofoliosaham high liquid. Sebaliknya terjadi pada hasilperhitungan 2004 dan 2005, dimana risiko portofoliosaham yang low liquid justru lebih rendah dibandingrisiko portofolio saham yang high liquid. Dalambeberapa hal, khususnya hasil perhitungan tahun 2006dan 2007, penelitian ini mendukung hasil penelitianyang dilakukan Amihud dan Mendelson (1986),Brennan dan Subrahmanyam (1996), Brennan, Chordiadan Subrahmanyam (1998), Datar et.al (1998), Chordia,Roll, dan Subrahmanyam (2000), serta Ariyanto (2005).Sementara hasil perhitungan tahun 2004 dan 2005mendukung hasil penelitian Chordia, Subrahmanyam,dan Anshuman (2001)

Berdasarkan Tabel 6, dengan mengasumsikan

hasil perbedaan antara VaR portofolio low liquid danhigh liquid sebagai premi likuiditas [(jumlah nominalVaR portofolio yang besar - jumlah nominal VaRportofolio yang kecil)/jumlah VaR portofolio yang kecil],dapat disimpulkan selain tahun 2007, premi likuiditasdi Bursa Efek Indonesia cukup besar dimana yangtertinggi terjadi pada periode 2005 (60,12%), menurunpada 2006 (11,75%), dan premi terus menurun menjadisebesar 2,51% pada tahun 2007. Khusus tahun 2007,hasil penelitian ini mendukung penelitian yangdilakukan Constantinides (1986), Vayanos (1998), Lo,Mamaysky dan Wang (2001), Huang (2003), dan Marx(2004) yang menyatakan bahwa premi atas likuiditasseharusnya tidak terlalu besar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuanValue at Risk sebagai pengukuran risiko untuk tingkatsaham dan portofolio emiten LQ-45 periode tahun 2004-2007 dikaitkan dengan likuiditas saham. Metode VaRyang digunakan adalah metrik varian-kovarian.Pembentukan portofolio low liquid dan high liquidmengacu pada nilai median jumlah rata-rata kapitalisasipasar emiten pertahun. Hasil empiris menunjukkanbahwa pendekatan individual VaR belum berhasilmembuktikan pola hubungan risiko dan likuiditas untuktiap saham; b) diversifikasi portofolio dapatmenurunkan tingkat risiko individual di atas 50% (rata-rata 77,39% untuk portofolio low liquid dan 64,21%untuk portofolio high liquid). Kecuali tahun 2007, premilikuiditas di Bursa Efek Indonesia cukup besar selamaperiode penelitian.Saran

Tabel 6Komparasi VaR dan Risk Reduce

Periode Portfolio ÓVaR Individual VaR Portfolio Risk Reduce

2004 Low Liquid 47,642,483 25,079,722 47.36%High Liquid 67,541,446 33,828,902 49.91%

2005 Low Liquid 61,028,797 34,369,422 43.68%High Liquid 39,431,539 21,464,993 45.56%

2006 Low Liquid 47,686,555 25,644,774 46.22%High Liquid 45,065,670 28,657,972 36.41%

2007 Low Liquid 70,610,876 41,869,223 40.70%High Liquid 62,054,918 40,843,800 34.18%

Page 12: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

113

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

Untuk penelitian selanjutnya mungkin dapatmemperluas metode penelitian ini dalam hal periodepembentukan portofolio yang lebih pendek jangkawaktunya (triwulan, kwartal, semester) sertamenambahkan proksi skewness sebagai tambahankriteria BLUE untuk pengujian normalitas data.

DAFTAR PUSTAKA

Admati, A. dan P. Pfleiderer. 1988. “A Theory of IntradayPatterns: Volume and Price Variability”. Reviewof Financial Studies, 1, 3-40.

Admati, A. dan P. Pfleiderer. 1989. “Divide and Con-quer: A Theory of Intraday and Day-of-the-WeekMean Effects”. Review of Financial Studies, 2,189-224.

Acharya, Viral V., dan Lasse Heje Pedersen. 2003. AssetPricing and Liquidity Risk. Working Paper.

Amihud, Yakov. dan H. Mendelson. 1980. “DealershipMarket: Market Making with Inventory”. Jour-nal of Financial Economics, 8, 31-53.

Amihud, Yakov. dan H. Mendelson. 1988. “Liquidityand Asset Prices: Financial Management Impli-cations”. Financial Management, Spring, 1-15.

Amihud, Yakov, dan Haim Mendelson. 1986. “AssetPricing and the Bid-Ask Spread”. Journal ofFinancial Economics, 17, 223-249.

Amihud, Yakov, dan Haim Mendelson; dan B.Lauterback. 1997. “Market Microstructure andSecurities Value: Evidence from Tel Aviv StockExchange”. Journal of Financial Economics,45, 365-390.

Amihud, Yakov, 2002, “Illiquidity and Stock Returns:Cross-Section and Time-Series Effects”. Jour-nal of Financial Markets 5, 31-56.

Ariyanto, Taufik. 2005. “Likuiditas Saham dan EfeknyaTerhadap Risiko Portfolio; Sebuah AplikasiSederhana Konsep Value at Risk (VaR)”.Perbanas Finance and Banking Journal, Vol.

7, No. 1, Juni: 9-24.

Bagehot, W. 1971. “The Only Game in Town”. Finan-cial Analysts Journal, 27, 12–14, 22.

Berk, Jonathan. 1995. “A Critique of Size Relate Anoma-lies”. Review of Financial Studies, 8, 275-286.

Blease, John R. Becker dan Donna L. Paul. 2003. StockLiquidity and Investment Opportunities: Evi-dence from Index Addition. Working Paper,Whittemore School of Business and Econom-ics, University of New Hampshire dan BabsonCollege.

Brennan, Michael J., dan Avanidhar Subrahmanyam.1996. “Market Microstructure and Asset Pric-ing: On the Compensation for Illiquidity in StockReturns”. Journal of Financial Economics, 41,441-464.

Brennan, M., T. Chordia, dan A. Subrahmanyam. 1998.“Alternative Factor Specifications, SecurityCharacteristics and the Cross-Section of Ex-pected Stock Returns”. Journal of FinancialEconomics, 49, 345-373.

Chordia, T., R. Roll, dan A. Subrahmanyam. 2000. “Com-monality in Liquidity”, Journal of FinancialEconomics, 56, 3-28.

Chordia, T., A. Subrahmanyam, V. Anshuman. 2001.“Trading Activity and Expected Stock Returns”.Journal of Financial Economics, 59, 3-32.

Chordia, T. 2002. Liquidity and Returns: The Impact ofInclusion into S&P 500 Index. Unpublishedpaper, Emory University.

Copeland, T. dan D. Galai. 1983. “Information Effectsand the Bid- Ask Spread”. Journal of Finance,38, 1457-1469.

Constantinides, George M. 1986. “Capital Market Equi-librium with Transaction Costs”. Journal ofPolitical Economy, 94, 842-862.

Crouchy, Michael; Dan Galai; dan Robert Mark. 2001.Risk Management. New York: Mc-Graw Hill.

Page 13: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

114

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

Datar, V., N. Naik, R. Radcliffe. 1998. “Liquidity andStock Returns: An Alternative Test”. Journalof Financial Markets, 1, 203-219.

Easley, D. and M. O Hara. 2001. Information and theCost of Capital, Working Paper, Cornell Uni-versity.

Easley, David, Soeren Hvidkjaer, dan Maureen O’Hara.2002. “Is Information Risk a Determinant ofAsset Returns”, Journal of Finance, 57, 2185-2221.

Foster, F.D. dan S. Viswanathan. 1990. “A Theory ofIntraday Variations in Volume, Variance, andTrading Costs in Securities Markets”. Reviewof Financial Studies, 3, 593-624.

Garman, M. 1976. “Market Microstructure”, Journal ofFinancial Economics, 3, 257-275.

Glosten, L. dan P. Milgrom. 1985. “Bid, Ask, and Trans-action Prices in a Specialist Market with Het-erogeneously Informed Traders”. Journal ofFinancial Economics, 14, 71-100.

Ghozali, Imam. 2007. Manajemen Resiko Perbankan;Pendekatan Kuantitatif Value at Risk. BPUNDIP, Semarang.

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. 4th ed:New York, McGraw-Hill.

Hasbrouck, J. dan D. Seppi. 2001. “Common Factors inPrices, Order Flows, and Liquidity”. Journal ofFinancial Economics, 59, 383-411.

Hedge, S.P., dan J.B. McDermott. “The Liquidity Ef-fects of Revisions to S&P 500 Index: An empiri-cal analiysis”. Journal of Financial Markets,6, 413-459.

Heaton, John, dan Deborah J. Lucas. 1996. “Evaluat-ing the Effects of Incomplete Markets on RiskSharing and Asset Pricing”. Journal of Politi-cal Economy, 104, 443-487.

Ho, T. dan H. Stoll. 1981. “Optimal Dealer Pricing Un-der Transactions and Return Uncertainty”.

Journal of Financial Economics, 9, 47-73

Huang, Ming. 2003. “Liquidity Shocks and EquilibriumLiquidity Premia”. Journal of Economic Theory,109, 104-121.

Huberman, G. dan D. Halka. 2001. “Systematic Liquid-ity”. Journal of Financial Research, 24, 161-178.

Kyle, Albert S. 1985. “Continuous Auctions and In-sider Trading”. Econometrica 53, 1315-1336.

Lo, Andrew W., Harry Mamaysky and Jiang Wang.2001. Asset Prices and Trading Volume UnderFixed Transaction Costs. NBERWorking Paper.

Lustig, Hanno. 2001. The Market Price of AggregateRisk and the Wealth Distribution. WorkingPaper.

Marx, Robert Novy. 2004. On the Excess Returns toIlliquidity, Working Papers, University of Chi-cago.

P´astor, ¡ Lubo¡s, dan Robert F. Stambaugh. 2003. “Li-quidity Risk and Expected Stock Returns”. Jour-nal of Political Economy, 111, 642-685.

Sanger, G. C., dan J.D. Peterson. 1990. “An EmpiricalAnalysis of Common Stock Delistings”. Jour-nal of Financial and Quantitative Analysis,25, 261-272.

Seppi, D. 1990. “Equilibrium Block Trading and Asym-metric Information”. Journal of Finance, 45, 73-94

Stoll, H. 1978. “The Supply of Dealer Services in Secu-rities Markets”. Journal of Finance, 33, 1133-1151.

Vayanos, Dimitri. 1998. “Transaction Costs and Assetprices: A Dynamic Equilibrium Model”. Reviewof Financial Studies, 11, pp. 1-58.

Page 14: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

115

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

Tabel 1Deskriptif Statistik

2004Saham N Min Max Mean Std. Deviation VarianceANTM 241 -0.15 0.10 -0.04% 3.22% 0.0010BLTA 241 -0.67 0.14 -0.15% 5.32% 0.0028BHIT 241 -0.08 0.09 -0.12% 2.47% 0.0006BRPT 241 -0.20 0.33 0.21% 5.23% 0.0027CMNP 241 -0.07 0.14 0.33% 2.90% 0.0008ELTY 241 -0.30 0.41 0.71% 6.85% 0.0047KLBF 241 -0.69 0.10 -0.25% 5.55% 0.0031TINS 241 -0.12 0.14 -0.09% 2.92% 0.0009TKIM 241 -0.23 0.18 0.57% 4.21% 0.0018TLKM 241 -0.71 0.09 -0.14% 5.16% 0.0027BDMN 241 -0.08 0.11 0.32% 2.64% 0.0007CTRA 241 -0.13 0.29 0.06% 3.66% 0.0013INKP 241 -0.23 0.14 0.24% 3.95% 0.0016ISAT 241 -1.61 0.08 -0.40% 10.64% 0.0113LSIP 241 -0.12 0.19 0.13% 3.32% 0.0011TSPC 241 -0.09 0.06 0.11% 1.77% 0.0003

2005Saham N Min Max Mean Std. Deviation VarianceANTM 243 -0.08 0.15 0.29% 2.80% 0.0008ASGR 243 -0.17 0.21 -0.03% 3.35% 0.0011BBCA 243 -0.06 0.07 0.05% 1.77% 0.0003BLTA 243 -0.10 0.09 0.16% 2.42% 0.0006BMTR 243 -0.08 0.14 0.04% 2.64% 0.0007BRPT 243 -0.17 0.34 0.08% 5.61% 0.0031BUMI 243 -0.07 0.07 -0.02% 1.97% 0.0004CMNP 243 -0.18 0.17 -0.03% 2.89% 0.0008ELTY 243 -0.23 0.29 -0.22% 4.64% 0.0021MEDC 243 -0.17 0.16 0.20% 3.15% 0.0010PNBN 243 -0.11 0.09 0.00% 2.90% 0.0008PTBA 243 -0.11 0.06 0.07% 2.09% 0.0004SULI 243 -0.07 0.26 0.27% 2.89% 0.0008TKIM 243 -0.16 0.10 0.13% 3.20% 0.0010TLKM 243 -0.06 0.06 0.08% 2.01% 0.0004BDMN 243 -0.07 0.10 0.03% 2.19% 0.0005CTRA 243 -0.16 0.26 -0.18% 3.75% 0.0014INDF 243 -0.09 0.08 0.05% 2.69% 0.0007INKP 243 -0.15 0.15 0.02% 2.88% 0.0008ISAT 243 -0.07 0.06 -0.01% 2.03% 0.0004SMCB 243 -0.14 0.09 -0.08% 3.04% 0.0009

Page 15: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

116

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

2006Saham N Min Max Mean Std. Deviation VarianceBLTA 242 -0.14 0.10 0.21% 2.60% 0.0007BHIT 242 -0.10 0.17 0.38% 3.80% 0.0014BRPT 242 -0.13 0.16 0.06% 3.24% 0.0011CMNP 242 -0.08 0.22 0.31% 3.27% 0.0011ELTY 242 -0.13 0.18 0.07% 3.71% 0.0014KLBF 242 -0.10 0.08 0.08% 2.19% 0.0005MEDC 242 -0.10 0.08 0.02% 2.40% 0.0006PNBN 242 -0.07 0.07 0.13% 2.21% 0.0005PTBA 242 -0.16 0.10 0.28% 2.94% 0.0009SULI 242 -0.08 0.10 0.51% 2.41% 0.0006TINS 242 -0.11 0.19 0.37% 3.30% 0.0011TKIM 242 -0.10 0.07 -0.24% 2.10% 0.0004TLKM 242 -0.05 0.10 0.22% 2.07% 0.0004UNSP 242 -0.13 0.13 0.35% 3.08% 0.0009BDMN 242 -0.11 0.07 0.15% 2.58% 0.0007CTRA 242 -0.23 0.19 0.38% 4.52% 0.0020INKP 242 -0.07 0.08 -0.06% 2.07% 0.0004ISAT 242 -0.08 0.06 0.08% 2.32% 0.0005LSIP 242 -0.13 0.11 0.33% 2.62% 0.0007SMCB 242 -0.08 0.13 0.14% 2.78% 0.0008

2007Saham N Min Max Mean Std. Deviation VarianceBLTA 246 -0.16 0.11 0.17% 2.90% 0.0008BHIT 246 -0.14 0.26 0.32% 3.52% 0.0012BNBR 246 -0.11 0.12 0.25% 3.28% 0.0011BNII 246 -0.11 0.11 0.07% 2.85% 0.0008BRPT 246 -0.36 0.24 0.60% 6.28% 0.0039BUMI 246 -0.10 0.15 0.77% 3.45% 0.0012CMNP 246 -0.12 0.14 0.12% 3.55% 0.0013ELTY 246 -0.15 0.15 0.47% 4.06% 0.0017KLBF 246 -0.07 0.07 0.02% 1.76% 0.0003MEDC 246 -0.10 0.12 0.15% 3.09% 0.0010PNBN 246 -0.11 0.11 0.06% 2.70% 0.0007PTBA 246 -0.10 0.15 0.50% 3.45% 0.0012SULI 246 -0.13 0.15 0.07% 3.62% 0.0013TINS 246 -0.17 0.24 0.76% 4.52% 0.0020TLKM 246 -0.07 0.06 0.00% 2.02% 0.0004UNSP 246 -0.11 0.10 0.35% 3.14% 0.0010UNTR 246 -0.08 0.08 0.21% 2.47% 0.0006BDMN 246 -0.09 0.11 0.07% 2.72% 0.0007CTRA 246 -0.18 0.14 0.06% 3.30% 0.0011INDF 246 -0.08 0.10 0.26% 2.70% 0.0007

Page 16: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

117

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

INKP 246 -0.13 0.22 -0.05% 2.91% 0.0008ISAT 246 -0.08 0.13 0.10% 2.57% 0.0007KIJA 246 -0.15 0.14 0.16% 4.05% 0.0016LSIP 246 -0.10 0.10 0.19% 2.17% 0.0005SMCB 246 -0.11 0.17 0.39% 3.31% 0.0011

Tabel 2Kapitalisasi Pasar Emiten (Juta Rp)

2004Date ANTM BLTA BHIT BRPT CMNP ELTY KLBF TINS

1/30/2004 7,286 1,991 384 135 273 14,582 3,289 10,4462/27/2004 3,865 1,693 27 394 509 0 1,728 2,2763/31/2004 3,656 510 626 77 183 10,847 9,043 5,0284/30/2004 11,051 1,258 349 1,290 0 3,151 3,649 8,3085/31/2004 10,246 396 345 114 207 732 9,278 2,9576/30/2004 5,338 1,039 7 773 2,433 4,408 12,093 7687/30/2004 246 215 141 73 106 610 2,276 6218/31/2004 13,068 716 0 335 133 36 4,622 17,4149/30/2004 2,031 7,190 19 28,175 3,609 412 1,344 782

10/29/2004 9,335 1,577 44 2,134 254 990 8,527 5,70111/30/2004 5,850 8,805 34 156 1,094 1,229 2,156 6,22812/30/2004 7,053 456 43 2,318 229 1,328 16,602 745Rata-rata 11,835 2,787 257 3,056 766 6,845 8,834 6,876

Date TKIM TLKM BDMN CTRA INKP ISAT LSIP TSPC

1/30/2004 259 82,050 1,438 744 2,823 32,881 4,312 2802/27/2004 18,338 126,859 38,885 2,716 26,374 33,653 15,025 1,4043/31/2004 777 100,863 7,978 72 6,035 48,851 1,137 4654/30/2004 1,078 136,113 64,218 175 4,528 112,753 7,189 10,2965/31/2004 183 15,744 2,695 26 185 14,388 3,325 3966/30/2004 2,285 68,117 14,660 4,098 5,595 48,777 0 1,7927/30/2004 791 108,171 5,923 657 4,985 9,764 700 08/31/2004 336 145,239 10,424 193 1,497 40,175 1,661 239/30/2004 5,774 35,630 5,908 132 870 7,565 1,774 0

10/29/2004 1,414 106,453 20,617 530 2,177 25,312 2,313 20911/30/2004 3,219 94,098 59,052 746 161,753 23,814 8,870 1,50012/30/2004 19,043 37,847 4,145 1,258 24,573 15,841 1,523 220Rata-rata 4,251 96,154 23,444 1,898 14,251 42,851 6,762 2,409

Page 17: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

118

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

2005

Peri

ode

AN

TMA

SGR

BBC

ABL

TABM

TRBR

PTBU

MI

CM

NP

ELTY

MED

CPN

BN

1/31

/200

511

,189

.08

216.

0939

,639

.60

2,03

1.71

1,01

7.60

1,52

8.56

58,4

01.1

43,

620.

1691

2.26

18,6

44.6

081

6.57

2/28

/200

528

,578

.06

1,63

5.97

82,4

42.2

55,

943.

3814

4.45

22,2

72.6

314

1,37

0.30

2,99

9.59

253.

946,

818.

355,

911.

103/

31/2

005

20,0

86.3

85,

361.

1728

2,66

1.58

28,6

09.6

244

2.80

5,21

1.00

283,

979.

2818

,116

.01

15,7

19.8

22,

227.

056,

058.

234/

29/2

005

1,70

0.85

286.

1386

,039

.06

12,4

49.8

00.

0018

8.50

48,2

55.4

45,

440.

503,

344.

183,

513.

592,

635.

855/

31/2

005

15,1

55.1

584

0.52

33,1

08.0

535

,918

.81

203.

281,

378.

3015

0,89

2.76

10,8

62.8

77,

424.

164,

662.

0011

,199

.60

6/30

/200

52,

666.

2914

5.24

8,75

7.85

2,78

7.04

11.5

030

8.43

10,9

46.4

612

,489

.00

231.

211,

525.

103,

875.

397/

29/2

005

7,89

6.00

13,2

74.1

67,

617.

942,

178.

5660

.50

1,67

2.05

56,8

33.0

13,

801.

224,

333.

0692

,412

.80

43,5

18.6

08/

31/2

005

10,4

40.4

07,

103.

5581

,455

.63

16,7

14.3

00.

004,

030.

7933

,505

.29

6,79

2.31

5,54

4.00

57,0

73.6

336

,172

.65

9/30

/200

532

,954

.85

792.

9648

,281

.70

6,62

8.28

1,94

8.00

6,32

1.85

151,

369.

6515

,215

.60

826.

4932

,942

.19

13,8

07.9

510

/31/

2005

6,59

3.03

100.

7935

,700

.75

15,1

47.0

417

0.13

400.

0512

,841

.53

109.

2013

2.16

10,4

74.5

43,

225.

7511

/30/

2005

48,0

85.3

586

.13

17,4

65.2

521

,257

.20

5.19

1,06

8.86

60,5

25.7

746

1.25

272.

8014

,954

.19

15,8

26.5

012

/29/

2005

25,2

86.6

566

.15

4,86

0.00

10,2

36.7

23,

789.

1937

3.73

9,86

8.22

410.

4164

4.41

3,19

6.13

6,15

5.52

Rat

a-ra

ta15

,355

.67

1,99

0.16

53,9

95.9

817

,952

.90

373.

814,

481.

3657

,022

.84

7,26

7.35

5,69

5.45

19,3

49.6

412

,078

.13

Peri

ode

PTBA

SULI

TKIM

TLK

MB

DM

NC

TRA

IND

FIN

KP

ISAT

SMC

B1/

31/2

005

28,7

71.8

818

.23

289.

0513

1,82

9.60

18,5

16.1

382

0.46

15,0

81.4

56,

480.

6367

,681

.80

8,56

4.71

2/28

/200

55,

503.

7319

2.14

2,33

4.31

81,9

53.2

146

,429

.71

574.

5721

,212

.84

42,5

10.6

393

,870

.00

10,0

54.3

03/

31/2

005

21,3

35.4

883

.22

14,0

17.6

863

,509

.20

76,3

25.3

85,

249.

7310

8,28

3.68

133,

744.

3869

,407

.81

3,45

4.74

4/29

/200

538

,688

.00

0.00

1,98

6.60

58,5

14.0

63,

043.

4321

2.85

15,3

67.8

324

,681

.88

12,2

13.8

03,

936.

535/

31/2

005

26,0

20.0

23,

593.

599,

243.

6013

8,01

6.65

26,0

52.5

90.

0039

,729

.60

52,8

57.2

358

,912

.43

23,0

88.0

96/

30/2

005

4,92

4.23

2,33

7.95

8,75

0.00

28,9

55.0

027

,787

.63

123.

6962

,326

.00

45,6

12.4

53,

852.

753,

270.

097/

29/2

005

45,1

50.8

53,

993.

507,

451.

3355

,758

.08

15,7

89.2

014

8.50

13,6

26.0

97,

120.

6430

,455

.80

4,08

0.24

8/31

/200

551

,912

.03

1,52

0.10

69,4

97.8

419

0,70

9.65

43,1

32.5

01,

647.

2891

,680

.29

92,7

18.7

255

,461

.85

15,0

25.8

99/

30/2

005

24,8

70.5

41,

832.

6023

,544

.00

228,

782.

0551

,097

.38

116.

8031

,740

.40

21,2

72.7

074

,981

.75

7,64

7.27

10/3

1/20

053,

597.

3812

4.25

587.

6094

,490

.00

1,69

3.64

103.

1316

,907

.17

2,83

2.22

51,8

28.5

62,

457.

9111

/30/

2005

13,6

13.8

050

5.53

2,48

1.70

110,

959.

7513

,092

.30

433.

3012

,098

.05

1,34

2.03

13,0

35.2

84,

257.

2112

/29/

2005

6,19

4.70

0.00

7,00

7.18

61,6

01.9

04,

391.

3832

6.10

2,51

4.33

24,1

44.4

821

,839

.25

650.

28R

ata-

rata

14,8

79.7

81,

318.

9512

,032

.38

100,

993.

6820

,739

.63

1,60

6.88

32,9

42.5

849

,697

.27

50,7

11.2

69,

951.

39

Page 18: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

119

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

2006

Peri

ode

BLTA

BHIT

BRPT

CM

NP

ELTY

KLB

FM

EDC

PNB

NPT

BASU

LI1/

30/2

006

4,00

2.54

0.00

430.

7277

1.93

53.2

043

,529

.20

1,05

3.00

1,94

6.88

5,60

2.66

0.00

2/28

/200

66,

038.

1656

.44

1,48

4.59

1,85

3.46

12,0

96.3

624

,376

.64

20,3

79.5

65,

504.

4910

,867

.05

1,44

8.00

3/29

/200

626

,392

.12

32.1

847

9.36

4,40

2.32

1,38

8.65

4,69

7.44

11,0

76.3

522

,866

.75

15,7

04.0

347

7.36

4/28

/200

626

,824

.66

0.41

4,76

2.96

6,06

0.42

2,65

6.80

108,

249.

8419

,322

.40

13,9

90.8

665

,223

.00

2,99

2.94

5/31

/200

617

0,84

2.40

181.

4473

8.74

1,14

2.75

6,44

8.82

14,3

39.9

235

,967

.79

23,8

03.7

377

,597

.73

8,46

4.22

6/30

/200

651

,348

.13

8.25

297.

181,

521.

005,

232.

3422

,052

.50

39,1

64.6

51,

621.

8126

,641

.13

8,23

6.05

7/31

/200

668

,457

.91

209.

3927

3.80

592.

5019

2.97

6,00

3.60

30,5

27.3

05,

042.

6110

,519

.30

12,4

53.6

58/

31/2

006

47,9

80.8

965

.41

340.

595,

826.

921,

022.

2617

,105

.20

19,0

02.6

06,

299.

9314

,342

.90

3,37

4.80

9/29

/200

619

,937

.81

760.

482,

374.

884,

407.

484,

221.

0812

,284

.58

42,4

48.8

68,

885.

5921

,755

.25

9,36

0.00

10/3

1/20

0640

,592

.09

87.5

927

3.91

7,03

6.04

245.

0340

,336

.92

12,3

00.8

431

,369

.50

29,2

47.3

811

,285

.63

11/3

0/20

0644

,697

.12

774.

001,

819.

3531

,018

.77

1,44

5.45

15,6

88.1

019

,087

.25

14,7

32.5

512

,275

.25

11,8

86.6

012

/28/

2006

61,8

42.2

17,

983.

3613

,745

.92

81,2

14.6

516

,090

.43

23,7

22.6

520

,913

.05

14,6

44.4

215

6,39

0.15

13,9

61.5

4

Peri

ode

TIN

STK

IMTL

KM

UN

SPB

DM

NC

TRA

INK

PIS

ATLS

IPSM

CB

1/30

/200

63,

275.

5299

8.89

117,

202.

0513

2.30

827.

704,

396.

825,

446.

448,

540.

501,

218.

2696

2.73

2/28

/200

637

,048

.63

749.

2598

,973

.70

7,08

5.61

16,4

56.6

124

6.75

3,75

7.71

49,9

69.5

01,

378.

256,

239.

373/

29/2

006

936.

561,

510.

5014

7,18

3.90

3,16

8.46

28,6

68.0

042

6.74

9,09

2.68

58,9

31.4

58,

290.

355,

896.

964/

28/2

006

5,93

6.40

6,73

3.91

150,

716.

8833

,346

.74

11,1

54.9

014

,818

.44

12,3

41.0

711

1,36

9.60

5,84

2.20

3,15

4.86

5/31

/200

683

8.59

1,87

3.80

245,

763.

0021

,558

.72

8,84

3.50

14,5

77.2

93,

661.

7741

,230

.00

8,11

6.78

7,09

9.68

6/30

/200

674

3.85

1,16

4.83

262,

277.

4022

,576

.63

40,6

04.6

33,

624.

724,

963.

2046

,347

.41

7,25

9.28

1,74

5.52

7/31

/200

660

.90

71.5

015

0,12

8.68

5,12

0.49

38,2

41.5

018

,730

.28

4,35

6.55

45,3

15.0

07,

419.

551,

282.

408/

31/2

006

127.

022,

656.

5512

2,85

6.85

45,6

05.2

832

,611

.95

36,1

31.3

13,

835.

4850

,624

.20

12,9

16.8

02,

345.

259/

29/2

006

846.

0667

5.07

50,6

11.2

811

,631

.40

8,94

9.05

45,2

35.1

64,

252.

5071

,945

.50

5,13

7.43

9,92

1.42

10/3

1/20

0628

,303

.20

3,75

3.55

205,

023.

0031

,775

.28

97,3

12.2

58,

065.

1913

,332

.96

39,6

96.8

039

,929

.94

3,58

2.37

11/3

0/20

0613

,505

.60

785.

3321

4,71

1.20

10,6

41.1

234

,465

.63

11,4

01.9

83,

585.

6386

,339

.13

4,10

8.80

1,25

3.07

12/2

8/20

0611

5,83

7.65

204.

7022

8,90

6.40

26,2

19.1

021

,492

.00

40,5

46.7

69,

887.

8613

8,24

6.75

10,4

14.8

02,

943.

65

Page 19: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

120

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

2007

Perio

deBL

TABH

ITBN

BRBN

IIBR

PTBU

MICM

NPEL

TYKL

BFME

DCPN

BNPT

BASU

LI1/3

1/200

715

,885

9,370

49,82

012

,095

54,23

548

,263

3,733

1,112

23,05

254

,884

5,538

12,76

910

,336

2/28/2

007

34,55

910

1,277

111,1

4245

,949

43,09

217

0,009

20,99

259

,257

29,49

867

,384

16,57

415

1,198

9,392

3/30/2

007

12,86

032

,302

23,94

93,5

523,4

5331

1,082

563

18,63

758

,632

13,26

03,0

9919

5,527

16,20

24/3

0/200

784

,860

57,75

127

,456

27,88

35,3

0560

,579

8,062

9,518

33,28

988

,987

10,51

241

,991

22,12

55/3

1/200

714

7,984

4,479

123,2

8513

,377

11,60

935

2,411

3,941

202,0

9617

,705

8,292

12,11

122

2,773

15,37

36/2

9/200

729

,654

36,86

982

,959

7,438

35,91

129

8,978

1,727

37,71

96,0

4645

,220

8,332

69,47

911

,292

7/31/2

007

15,13

63,2

4415

6,728

19,66

340

,926

289,7

672,5

9483

,776

25,43

479

,513

10,49

736

,731

50,09

68/3

1/200

727

,182

7,986

84,58

015

2,844

1,943

604,7

9594

048

,114

2,470

17,85

420

,597

24,85

48,9

179/2

8/200

728

,629

16,17

061

,845

34,89

67,4

7532

7,987

480

220,8

215,2

0010

8,464

4,967

20,81

946

,382

10/31

/2007

22,13

413

,312

38,43

959

,848

10,32

894

1,292

6,609

44,14

515

,862

119,2

527,9

4616

3,009

50,68

811

/30/20

0785

,408

1,034

28,60

911

8,757

66,32

61,2

38,19

211

419

6,074

36,28

111

1,146

5,279

202,8

322,1

8412

/28/20

0726

,773

1,710

98,82

63,3

7622

,736

305,9

5587

29,02

47,2

1738

,774

1,383

79,16

47,4

58Ra

ta-ra

ta30

,690

29,70

081

,758

43,96

338

,051

337,4

455,8

6991

,172

22,10

176

,830

11,67

311

8,232

16,69

0

Perio

deTI

NSTL

KMUN

SPUN

TRBD

MNCT

RAIN

DFIN

KPIS

ATKI

JALS

IPSM

CB1/3

1/200

732

4,947

273,2

186,8

5757

,294

40,05

228

,329

47,78

59,0

4011

,472

13,62

026

,972

2,835

2/28/2

007

324,1

0670

8,778

37,21

997

,265

70,90

029

,137

61,02

68,9

3784

,048

34,31

720

,475

11,43

93/3

0/200

727

9,441

215,4

9311

,006

24,56

854

,201

3,697

5,144

1,118

98,26

313

,271

12,92

163

24/3

0/200

772

,286

127,0

1329

,464

24,73

529

,812

12,50

731

,181

27,72

755

,743

19,51

882

,573

7,269

5/31/2

007

44,55

517

8,423

8,361

62,50

616

,289

9,600

39,93

510

,377

19,15

75,4

3741

,369

13,65

46/2

9/200

77,8

0618

8,608

11,35

915

7,884

44,87

45,4

9915

,928

12,40

713

2,347

1,266

5,028

11,76

17/3

1/200

726

8,379

367,8

3014

4,736

46,03

637

,083

4,873

29,79

817

,848

24,94

072

,717

49,49

012

,071

8/31/2

007

115,7

9814

0,160

67,97

422

,275

53,15

05,2

7638

,226

3,136

34,92

431

,598

29,35

121

,893

9/28/2

007

46,07

022

9,086

51,69

287

,178

11,14

192

,762

28,07

610

,963

579,9

6419

,543

18,04

619

,583

10/31

/2007

111,0

531,7

37,21

119

9,882

104,9

6112

,573

4,116

121,7

574,0

7617

8,459

7,931

41,50

510

6,855

11/30

/2007

75,07

536

7,506

66,88

674

,289

39,87

314

,704

33,99

54,3

4647

,725

7,498

32,21

939

,457

12/28

/2007

62,40

813

1,772

42,43

022

,062

14,21

231

,549

17,17

31,4

5130

,383

18,24

330

,289

30,78

3Ra

ta-ra

ta13

0,004

240,6

6855

,651

51,08

128

,193

22,15

650

,280

19,11

356

,344

24,07

818

,889

17,63

1

Page 20: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

121

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

Tabel 3Hasil Regresi Market Model Emiten

2004Saham F t Adj R² βββββ StDev.Residual Variance Residual DWANTM 13.69 3.70 0.0502 0.54 0.0313 0.0010 2.08BLTA 12.97 3.60 0.0475 0.87 0.0518 0.0027 1.89BHIT 7.96 2.82 0.0282 0.32 0.0243 0.0006 1.97BRPT 24.58 4.96 0.0895 1.15 0.0498 0.0025 1.82CMNP 9.92 3.15 0.0358 0.42 0.0284 0.0008 2.06ELTY 59.13 7.69 0.1950 2.19 0.0614 0.0038 1.90KLBF 15.30 3.91 0.0562 0.98 0.0538 0.0029 1.60TINS 66.81 8.17 0.2152 0.98 0.0259 0.0007 2.09TKIM 55.35 7.44 0.1846 1.31 0.0379 0.0014 2.02TLKM 46.25 6.80 0.1586 1.49 0.0472 0.0022 2.05BDMN 186.79 13.67 0.4363 1.26 0.0198 0.0004 1.96CTRA 68.31 8.27 0.2190 1.24 0.0323 0.0010 1.90INKP 117.36 10.83 0.3265 1.63 0.0323 0.0010 2.06ISAT 5.24 2.29 0.0174 1.12 0.1053 0.0111 2.11LSIP 60.23 7.76 0.1979 1.07 0.0297 0.0009 1.83TSPC 83.99 9.16 0.2570 0.65 0.0152 0.0002 1.74

2005Saham F t Adj R² βββββ StDev.Residual Variance Residual DWANTM 6.62 2.57 0.0227 0.40 0.0276 0.00076 1.87ASGR 5.25 2.29 0.0173 0.43 0.0332 0.00110 2.10BBCA 7.57 2.75 0.0264 0.27 0.0174 0.00030 1.91BLTA 88.88 9.43 0.2664 1.10 0.0207 0.00043 2.22BMTR 14.62 3.82 0.0533 0.55 0.0256 0.00066 1.51BRPT 68.67 8.29 0.2185 2.32 0.0495 0.00245 1.78BUMI 90.95 9.54 0.2710 0.90 0.0168 0.00028 2.06CMNP 106.71 10.33 0.3040 1.41 0.0241 0.00058 2.08ELTY 69.88 8.36 0.2216 1.93 0.0408 0.00167 1.97MEDC 41.22 6.42 0.1425 1.06 0.0291 0.00085 2.12PNBN 101.26 10.06 0.2929 1.38 0.0243 0.00059 1.97PTBA 117.72 10.85 0.3254 1.05 0.0171 0.00029 1.74SULI 16.89 4.11 0.0616 0.65 0.0279 0.00078 1.79TKIM 162.83 12.76 0.4007 1.79 0.0247 0.00061 2.07TLKM 211.97 14.56 0.4657 1.21 0.0146 0.00021 1.94BDMN 133.34 11.55 0.3535 1.15 0.0176 0.00031 1.95CTRA 82.73 9.10 0.2525 1.66 0.0324 0.00105 1.90INDF 133.87 11.57 0.3544 1.41 0.0215 0.00046 2.05INKP 144.58 12.02 0.3724 1.55 0.0228 0.00052 2.16ISAT 127.27 11.28 0.3429 1.05 0.0164 0.00027 1.81SMCB 157.52 12.55 0.3928 1.68 0.0236 0.00056 2.01

Page 21: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

122

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

2006Saham F t Adj R² â StDev.Residual Variance Residual DWBLTA 46.76 6.84 0.1596 0.79 0.024 0.00057 2.04BHIT 46.72 2.16 0.0150 0.40 0.038 0.00142 2.17BRPT 46.24 6.80 0.1580 0.98 0.030 0.00088 1.87CMNP 46.31 6.81 0.1583 0.99 0.030 0.00090 2.19ELTY 54.49 7.38 0.1816 1.21 0.034 0.00112 2.19KLBF 96.13 9.80 0.2830 0.88 0.018 0.00034 2.04MEDC 123.92 11.13 0.3378 1.06 0.019 0.00038 2.02PNBN 99.25 9.96 0.2896 0.90 0.019 0.00035 2.10PTBA 145.99 12.08 0.3756 1.37 0.023 0.00054 2.09SULI 14.52 3.81 0.0531 0.43 0.023 0.00055 1.61TINS 38.86 6.23 0.1358 0.93 0.031 0.00094 1.68TKIM 159.56 12.63 0.3968 1.00 0.016 0.00026 2.20TLKM 335.48 18.32 0.5812 1.19 0.013 0.00018 2.12UNSP 58.79 7.67 0.1934 1.03 0.028 0.00076 1.98BDMN 202.42 14.23 0.4553 1.32 0.019 0.00036 1.87CTRA 71.61 8.46 0.2266 1.64 0.040 0.00158 2.03INKP 125.84 11.22 0.3412 0.92 0.017 0.00028 2.14ISAT 161.61 12.71 0.3999 1.11 0.018 0.00032 2.03LSIP 61.34 7.83 0.2002 0.89 0.023 0.00055 1.78SMCB 75.76 8.70 0.2368 1.03 0.024 0.00059 2.18

2007Saham F t Adj R² â StDev.Residual Variance Residual DWBLTA 150.04 12.25 0.3782 1.20 0.0228 0.00052 2.16BHIT 49.82 7.06 0.1662 0.97 0.0321 0.00103 1.81BNBR 143.44 11.98 0.3676 1.33 0.0260 0.00068 1.91BNII 115.62 10.75 0.3187 1.08 0.0234 0.00055 1.86BRPT 23.74 4.87 0.0849 1.25 0.0600 0.00360 1.79BUMI 133.51 11.55 0.3510 1.37 0.0278 0.00077 1.89CMNP 55.62 7.46 0.1823 1.02 0.0320 0.00103 1.87ELTY 139.50 11.81 0.3611 1.64 0.0324 0.00105 2.08KLBF 118.80 10.90 0.3247 0.67 0.0144 0.00021 2.08MEDC 162.80 12.76 0.3977 1.31 0.0240 0.00057 1.87PNBN 233.47 15.28 0.4869 1.26 0.0193 0.00037 2.20PTBA 182.50 13.51 0.4256 1.51 0.0261 0.00068 1.83SULI 79.33 8.91 0.2423 1.20 0.0314 0.00099 1.83TINS 116.55 10.80 0.3205 1.72 0.0372 0.00139 1.68TLKM 306.05 17.49 0.5546 1.00 0.0134 0.00018 1.86UNSP 110.63 10.52 0.3091 1.17 0.0261 0.00068 1.97UNTR 127.37 11.29 0.3403 0.97 0.0200 0.00040 1.89BDMN 201.15 14.18 0.4496 1.22 0.0202 0.00041 2.06CTRA 117.02 10.82 0.3214 1.25 0.0271 0.00074 2.08INDF 145.57 12.07 0.3711 1.10 0.0213 0.00046 1.96

Page 22: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

123

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

INKP 94.04 9.70 0.2752 0.91 0.0218 0.00048 2.00ISAT 94.04 9.70 0.2752 0.91 0.0218 0.00048 2.00KIJA 101.93 10.10 0.2918 1.47 0.0340 0.00115 2.06LSIP 54.29 7.37 0.1787 0.62 0.0196 0.00039 1.91SMCB 81.03 9.00 0.2462 1.10 0.0287 0.00082 2.09

Tabel 4Matriks Varians Kovarian

2004Matriks Varians Kovarians Low Liquid Portfolio

BLTA BHIT BRPT CMNP TKIM CTRA LSIP TSPCBLTA 0.0028 0.0001 0.0004 0.0001 0.0002 0.0002 0.0001 0.0001BHIT 0.0001 0.0006 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001BRPT 0.0004 0.0001 0.0027 0.0002 0.0006 0.0005 0.0004 0.0001CMNP 0.0001 0.0001 0.0002 0.0008 0.0002 0.0001 0.0002 0.0001TKIM 0.0002 0.0001 0.0006 0.0002 0.0018 0.0004 0.0003 0.0002CTRA 0.0002 0.0001 0.0005 0.0001 0.0004 0.0013 0.0004 0.0002LSIP 0.0001 0.0001 0.0004 0.0002 0.0003 0.0004 0.0011 0.0002TSPC 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0002 0.0002 0.0003

Matriks Varians Kovarians High Liquid Portfolio ANTM ELTY KLBF TINS TLKM BDMN INKP ISATANTM 0.0009 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0002 0.0001 0.0002ELTY 0.0001 0.0046 0.0004 0.0004 0.0006 0.0005 0.0011 0.0004KLBF 0.0001 0.0004 0.0031 -0.0002 0.0002 0.0003 0.0000 0.0000TINS 0.0001 0.0004 -0.0002 0.0009 0.0003 0.0002 0.0005 0.0000TLKM 0.0000 0.0006 0.0002 0.0003 0.0027 0.0003 0.0004 0.0004BDMN 0.0002 0.0005 0.0003 0.0002 0.0003 0.0007 0.0004 0.0003INKP 0.0001 0.0011 0.0000 0.0005 0.0004 0.0004 0.0015 0.0006ISAT 0.0002 0.0004 0.0000 0.0000 0.0004 0.0003 0.0006 0.0113

Page 23: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

124

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

2006

2005

 ASGR BMTR BRPT CMNP ELTY PNBN PTBA SULI TKIM CTRA SMCB

ASGR 0.0011 0.0000 0.0002 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 -1E-06BMTR 0.0000 0.0007 0.0001 0.0002 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 4.3E-05BRPT 0.0002 0.0001 0.0031 0.0005 0.0006 0.0005 0.0004 0.0003 0.0006 0.0005 0.00056CMNP 0.0000 0.0002 0.0005 0.0008 0.0005 0.0003 0.0002 0.0001 0.0004 0.0004 0.00034ELTY 0.0001 0.0002 0.0006 0.0005 0.0021 0.0004 0.0003 0.0002 0.0007 0.0008 0.00062PNBN 0.0000 0.0001 0.0005 0.0003 0.0004 0.0008 0.0002 0.0001 0.0004 0.0003 0.00032PTBA 0.0000 0.0001 0.0004 0.0002 0.0003 0.0002 0.0004 0.0001 0.0003 0.0002 0.00029SULI 0.0000 0.0001 0.0003 0.0001 0.0002 0.0001 0.0001 0.0008 0.0002 0.0001 0.00016TKIM 0.0001 0.0001 0.0006 0.0004 0.0007 0.0004 0.0003 0.0002 0.0010 0.0005 0.00054CTRA 0.0001 0.0002 0.0005 0.0004 0.0008 0.0003 0.0002 0.0001 0.0005 0.0014 0.00045SMCB 0.0000 0.0000 0.0006 0.0003 0.0006 0.0003 0.0003 0.0002 0.0005 0.0004 0.0009

ANTM BBCA BLTA BUMI MEDC TLKM BDMN INDF INKP ISATANTM 0.0008 0.0002 0.0001 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0001BBCA 0.0002 0.0003 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001BLTA 0.0001 0.0000 0.0006 0.0001 0.0002 0.0001 0.0002 0.0002 0.0003 0.0001BUMI 0.0000 0.0001 0.0001 0.0004 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001MEDC 0.0001 0.0000 0.0002 0.0002 0.0010 0.0002 0.0001 0.0002 0.0002 0.0001TLKM 0.0001 0.0000 0.0001 0.0001 0.0002 0.0004 0.0001 0.0001 0.0002 0.0002BDMN 0.0001 0.0000 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0005 0.0002 0.0002 0.0001INDF 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001 0.0002 0.0001 0.0002 0.0007 0.0004 0.0001INKP 0.0000 0.0000 0.0003 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0004 0.0008 0.0001ISAT 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0004

Matriks Varians Kovarians Low Liquid Portfolio

Matriks Varians Kovarians High Liquid Portfolio

 BHIT BRPT CMNP ELTY PNBN SULI TINS TKIM INKP SMCB

BHIT 0.0014 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001BRPT 0.0000 0.0010 0.0003 0.0003 0.0001 0.0001 0.0004 0.0002 0.0002 0.0003CMNP 0.0000 0.0003 0.0011 0.0003 0.0002 0.0002 0.0001 0.0002 0.0002 0.0002ELTY 0.0001 0.0003 0.0003 0.0014 0.0002 0.0001 0.0003 0.0003 0.0003 0.0004PNBN 0.0001 0.0001 0.0002 0.0002 0.0005 0.0001 0.0002 0.0001 0.0002 0.0002SULI 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001 0.0001 0.0006 0.0001 0.0001 0.0000 0.0001TINS 0.0000 0.0004 0.0001 0.0003 0.0002 0.0001 0.0011 0.0002 0.0002 0.0002TKIM 0.0000 0.0002 0.0002 0.0003 0.0001 0.0001 0.0002 0.0004 0.0003 0.0003INKP 0.0001 0.0002 0.0002 0.0003 0.0002 0.0000 0.0002 0.0003 0.0004 0.0003SMCB 0.0001 0.0003 0.0002 0.0004 0.0002 0.0001 0.0002 0.0003 0.0003 0.0008

BLTA KLBF MEDC PTBA TLKM UNSP BDMN CTRA ISAT LSIPBLTA 0.0007 0.0002 0.0002 0.0003 0.0001 0.0003 0.0002 0.0003 0.0001 0.0002KLBF 0.0002 0.0005 0.0002 0.0003 0.0001 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002MEDC 0.0002 0.0002 0.0006 0.0003 0.0002 0.0003 0.0002 0.0004 0.0002 0.0002PTBA 0.0003 0.0003 0.0003 0.0009 0.0002 0.0004 0.0003 0.0006 0.0003 0.0003TLKM 0.0001 0.0001 0.0002 0.0002 0.0004 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002UNSP 0.0003 0.0002 0.0003 0.0004 0.0002 0.0009 0.0002 0.0004 0.0002 0.0004BDMN 0.0002 0.0002 0.0002 0.0003 0.0002 0.0002 0.0007 0.0003 0.0003 0.0002CTRA 0.0003 0.0002 0.0004 0.0006 0.0002 0.0004 0.0003 0.0020 0.0004 0.0003ISAT 0.0001 0.0002 0.0002 0.0003 0.0002 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0002LSIP 0.0002 0.0002 0.0002 0.0003 0.0002 0.0004 0.0002 0.0003 0.0002 0.0007

Matriks Varians Kovarians Low Liquid Portfolio

Matriks Varians Kovarians High Liquid Portfolio

Page 24: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

125

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

2007

BLTA BHIT BRPT CMNP KLBF PNBN SULI BDMN CTRA INKP KIJA LSIP SMCBBLTA 0.0008 0.0004 0.0003 0.0003 0.0002 0.0004 0.0003 0.0003 0.0004 0.0003 0.0005 0.0002 0.0003BHIT 0.0004 0.0012 0.0005 0.0005 0.0002 0.0003 0.0004 0.0002 0.0003 0.0003 0.0004 0.0002 0.0002BRPT 0.0003 0.0005 0.0039 0.0004 0.0003 0.0005 0.0005 0.0004 0.0004 0.0003 0.0007 0.0001 0.0004CMNP 0.0003 0.0005 0.0004 0.0013 0.0002 0.0003 0.0003 0.0002 0.0003 0.0003 0.0006 0.0002 0.0002KLBF 0.0002 0.0002 0.0003 0.0002 0.0003 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0001 0.0003 0.0001 0.0002PNBN 0.0004 0.0003 0.0005 0.0003 0.0002 0.0007 0.0003 0.0004 0.0004 0.0003 0.0005 0.0001 0.0004SULI 0.0003 0.0004 0.0005 0.0003 0.0002 0.0003 0.0013 0.0004 0.0003 0.0002 0.0005 0.0001 0.0003BDMN 0.0003 0.0002 0.0004 0.0002 0.0002 0.0004 0.0004 0.0007 0.0004 0.0003 0.0004 0.0002 0.0003CTRA 0.0004 0.0003 0.0004 0.0003 0.0002 0.0004 0.0003 0.0004 0.0011 0.0003 0.0007 0.0002 0.0003INKP 0.0003 0.0003 0.0003 0.0003 0.0001 0.0003 0.0002 0.0003 0.0003 0.0008 0.0004 0.0002 0.0004KIJA 0.0005 0.0004 0.0007 0.0006 0.0003 0.0005 0.0005 0.0004 0.0007 0.0004 0.0016 0.0002 0.0005LSIP 0.0002 0.0002 0.0001 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0005 0.0002SMCB 0.0003 0.0002 0.0004 0.0002 0.0002 0.0004 0.0003 0.0003 0.0003 0.0004 0.0005 0.0002 0.0011

BNBR BNII BUMI ELTY MEDC PTBA TINS TLKM UNSP UNTR INDF ISATBNBR 0.0011 0.0004 0.0005 0.0008 0.0004 0.0006 0.0005 0.0002 0.0005 0.0004 0.0004 0.0002BNII 0.0004 0.0008 0.0002 0.0005 0.0003 0.0003 0.0004 0.0002 0.0003 0.0002 0.0003 0.0002BUMI 0.0005 0.0002 0.0012 0.0005 0.0004 0.0007 0.0007 0.0002 0.0005 0.0003 0.0003 0.0002ELTY 0.0008 0.0005 0.0005 0.0016 0.0005 0.0007 0.0005 0.0003 0.0005 0.0004 0.0004 0.0003MEDC 0.0004 0.0003 0.0004 0.0005 0.001 0.0005 0.0005 0.0002 0.0005 0.0002 0.0004 0.0003PTBA 0.0006 0.0003 0.0007 0.0007 0.0005 0.0012 0.0007 0.0003 0.0005 0.0003 0.0004 0.0002TINS 0.0005 0.0004 0.0007 0.0005 0.0005 0.0007 0.002 0.0004 0.0005 0.0004 0.0004 0.0003TLKM 0.0002 0.0002 0.0002 0.0003 0.0002 0.0003 0.0004 0.0004 0.0002 0.0002 0.0002 0.0003UNSP 0.0005 0.0003 0.0005 0.0005 0.0005 0.0005 0.0005 0.0002 0.001 0.0002 0.0003 0.0002UNTR 0.0004 0.0002 0.0003 0.0004 0.0002 0.0003 0.0004 0.0002 0.0002 0.0006 0.0002 0.0002INDF 0.0004 0.0003 0.0003 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0002 0.0003 0.0002 0.0007 0.0003ISAT 0.0002 0.0002 0.0002 0.0003 0.0003 0.0002 0.0003 0.0003 0.0002 0.0002 0.0003 0.0007

Matriks Varians Kovarians Low Liquid Portfolio

Matriks Varians Kovarians High Liquid Portfolio

Page 25: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

126

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 105-127-

LOW LIQUID PORTFOLIO HIGH LIQUID PORTFOLIO 2004

VaR 95%

Individual VaR 95%

VaR 99%

Individual VaR 99% . . VaR

95% Individual VaR 95%

VaR 99%

Individual VaR 99%

BLTA 0.0877 8,771,646 0.1239 12,386,627 ANTM 0.0532 5,315,473 0.0751 7,506,093 BHIT 0.0407 4,074,709 0.0575 5,753,983 ELTY 0.1131 11,307,416 0.1597 15,967,442 BRPT 0.0864 8,636,323 0.1220 12,195,534 KLBF 0.0915 9,149,440 0.1292 12,920,118 CMNP 0.0478 4,784,200 0.0676 6,755,871 TINS 0.0483 4,825,743 0.0681 6,814,534 TKIM 0.0694 6,938,580 0.0980 9,798,116 TLKM 0.0852 8,515,009 0.1202 12,024,224 CTRA 0.0604 6,036,947 0.0852 8,524,900 BDMN 0.0436 4,355,834 0.0615 6,150,966 LSIP 0.0548 5,482,355 0.0774 7,741,750 INKP 0.0652 6,516,833 0.0920 9,202,558 TSPC 0.0292 2,917,723 0.0412 4,120,179 ISAT 0.1756 17,555,698 0.2479 24,790,773 VaR Portfolio 25,079,722 35,415,608 VaR Portfolio 33,828,902 47,770,510

2005 ASGR 0.0554 5,535,063 0.0782 7,816,180 ANTM 0.0462 4,615,972 0.0652 6,518,312 BMTR 0.0435 4,353,724 0.0615 6,147,985 BBCA 0.0291 2,912,546 0.0411 4,112,868 BRPT 0.0925 9,249,465 0.1306 13,061,366 BLTA 0.0399 3,992,239 0.0564 5,637,525 CMNP 0.0477 4,769,050 0.0673 6,734,476 BUMI 0.0324 3,244,274 0.0458 4,581,308 ELTY 0.0765 7,648,822 0.1080 10,801,064 MEDC 0.0520 5,198,902 0.0734 7,341,479 PNBN 0.0478 4,779,306 0.0675 6,748,959 TLKM 0.0331 3,311,438 0.0468 4,676,151 PTBA 0.0344 3,440,795 0.0486 4,858,820 BDMN 0.0362 3,620,008 0.0511 5,111,889 SULI 0.0477 4,767,981 0.0673 6,732,968 INDF 0.0443 4,434,478 0.0626 6,262,021 TKIM 0.0528 5,284,396 0.0746 7,462,208 INKP 0.0475 4,751,008 0.0671 6,708,999 CTRA 0.0619 6,188,568 0.0874 8,739,009 ISAT 0.0335 3,350,675 0.0473 4,731,559 SMCB 0.0501 5,011,627 0.0708 7,077,025 VaR Portfolio 34,369,422 48,533,790 VaR Portfolio 21,464,993 30,311,171

LOW LIQUID PORTFOLIO HIGH LIQUID PORTFOLIO

VaR 95%

Individual VaR 95%

VaR 99%

Individual VaR 99% VaR

95% Individual VaR 95%

VaR 99%

Individual VaR 99%

2006 BHIT 0.0627 6,267,047 0.0885 8,849,830 BLTA 0.0429 4,291,059 0.0606 6,059,495 BRPT 0.0535 5,346,757 0.0755 7,550,269 KLBF 0.0361 3,605,971 0.0509 5,092,068 CMNP 0.0539 5,393,112 0.0762 7,615,728 MEDC 0.0395 3,952,061 0.0558 5,580,789 ELTY 0.0613 6,127,892 0.0865 8,653,326 PTBA 0.0485 4,853,065 0.0685 6,853,116 PNBN 0.0365 3,650,434 0.0515 5,154,855 TLKM 0.0341 3,412,495 0.0482 4,818,857 SULI 0.0397 3,974,893 0.0561 5,613,031 UNSP 0.0508 5,076,819 0.0717 7,169,084 TINS 0.0545 5,450,726 0.0770 7,697,085 BDMN 0.0426 4,255,227 0.0601 6,008,897 TKIM 0.0347 3,465,682 0.0489 4,893,963 CTRA 0.0746 7,463,690 0.1054 10,539,635 INKP 0.0342 3,422,162 0.0483 4,832,507 ISAT 0.0383 3,831,677 0.0541 5,410,793 SMCB 0.0459 4,587,851 0.0648 6,478,602 LSIP 0.0432 4,323,604 0.0611 6,105,454

VaR Portfolio 25,644,774 36,213,529 VaR Portfolio 28,657,972 40,468,531

Page 26: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

127

VALUE AT RISK PORTOFOLIO DAN LIKUIDITAS SAHAM............... (Rowland Bismark Fernando Pasaribu)

2007 BLTA 0.0479 4,790,485 0.0676 6,764,745 BNBR 0.0540 5,404,827 0.0763 7,632,271 BHIT 0.0582 5,815,535 0.0821 8,212,240 BNII 0.0470 4,696,395 0.0663 6,631,879 BRPT 0.1037 10,365,140 0.1464 14,636,834 BUMI 0.0570 5,697,254 0.0805 8,045,213 CMNP 0.0586 5,858,397 0.0827 8,272,767 ELTY 0.0671 6,705,786 0.0947 9,469,383 KLBF 0.0291 2,906,445 0.0410 4,104,253 MEDC 0.0510 5,103,073 0.0721 7,206,158 PNBN 0.0445 4,451,081 0.0629 6,285,465 PTBA 0.0570 5,698,725 0.0805 8,047,290 SULI 0.0597 5,969,718 0.0843 8,429,966 TINS 0.0747 7,465,068 0.1054 10,541,581 BDMN 0.0449 4,493,004 0.0634 6,344,667 TLKM 0.0333 3,329,947 0.0470 4,702,289 CTRA 0.0544 5,444,422 0.0769 7,688,183 UNSP 0.0518 5,183,644 0.0732 7,319,933 INKP 0.0480 4,801,228 0.0678 6,779,916 UNTR 0.0408 4,080,905 0.0576 5,762,732 KIJA 0.0667 6,674,880 0.0943 9,425,740 INDF 0.0445 4,447,411 0.0628 6,280,283 LSIP 0.0358 3,582,812 0.0506 5,059,365 ISAT 0.0424 4,241,883 0.0599 5,990,053 SMCB 0.0546 5,457,729 0.0771 7,706,975

VaR Portfolio 41,869,223 59,124,418 VaR Portfolio 40,843,800 57,676,396

Page 27: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

129

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)Vol. 21, No. 2, Agustus 2010Hal. 129-151

ABSTRACTNarrative accounting is part of annual report thatproved widely read and influence decisions by share-holders. Report to the shareholders has the potentialto be manipulated to manage the impression, one wayto do self-serving bias. Board of Commissioners reportand Board of Directors report from 158 of annual re-ports in 2007 analyzed the number of attribution usingcontent analysis. Internal and external attribution testedto prove the existence of self-serving attribution. Thenumber of attribution tested to prove the function ofthe independent auditor in the press bias. The resultsshowed that self-serving remarks came in a speechboard of commissioners and board of directors. Attri-bution patterns tend to be used to manage impres-sions. In addition the use of independent auditors thatare affiliated big 4 proved to be ineffective pressingthe number of bias in the report to shareholders.

Keywords: attribution, self-serving, letter to stakeholder

PENDAHULUAN

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan suatuhubungan keagenan sebagai suatu kontrak satu orangatau lebih (prinsipal) untuk meminta orang lain (agen)

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

Ika Hestu PrasastiPT. Arista Mitra Lestari

Jalan Syech Quro Nomor 21, Johar – Karawang 41314E-mail: ika.prasasti86&yahoo.com

Baldric SiregarSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta, Jalan Seturan

Yogyakarta 55281, Telepon +62 274 486160, 486321, Fax +62 274 486155E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

melakukan pekerjaan sesuai kepentingan prinsipal.Teori keagenan mengatakan bahwa dalam bentuk hukumsuatu organisasi, pemegang saham menyerahkanseluruh pengendalian atas operasional harianorganisasi kepada karyawan perusahaan (Berle &Means, 1932). Pembagian wewenang antara pemegangsaham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agendapat menimbulkan masalah. Eisenhardt (1989)mengatakan masalah antara agen dan prinsipal terjadiketika 1) Muncul konflik kepentingan, agen danprinsipal memiliki kepentingan yang berbeda. Pihakprinsipal termotivasi mengadakan kontrak untukmensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yangselalu meningkat. Agen termotivasi untukmemaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi danpsikologinya, antara lain dalam hal memperolehinvestasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi dan2) Muncul asimetri informasi, prinsipal tidak dapatmengontrol informasi penting untuk meyakinkan bahwaagen telah bertindak sesuai kepentingan prinsipal. Agenmempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitasdiri, lingkungan kerja, dan perusahaan secarakeseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanyaketidakseimbangan informasi yang dimiliki olehprinsipal dan agen. Teori keagenan mengasumsikan,dalam kondisi demikian, agen bersifat oportunis, yaitumengutamakan kepentingan mereka melebihikepentingan prinsipal. Sehingga tidak jarang manajemen

Page 28: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

130

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

melakukan upaya-upaya manipulasi untuk tujuantersebut.

Untuk menjembatani masalah-masalah tersebutprinsipal biasanya akan membentuk dewan komisarisyang diyakini akan berperan penting dalam pengelolaanperusahaan, khususnya dalam memonitor manajemenpuncak (Fama dan Jansen, 1983). Struktur organisasiyang demikian sering disebut dengan two tier boardsystem. Two tier board system menunjukan bahwadewan komisaris dan direksi mempunyai tugas, fungsidan wewenang pengelolaan perusahaan yang terpisahdari pengawas perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007tentang Perseroan Terbatas Bab I Pasal 1 menyatakanbahwa organ perseroan adalah Rapat Umum PemegangSaham, Direksi, dan Dewan Komisaris. Pasal inimenujukkan bahwa perusahaan-perusahaan publik diIndonesia wajib menggunakan two tier board system.Oleh karena konflik kepentingan yang muncul tersebutdibutuhkan suatu pertanggungjawaban dari agenkepada prinsipal atas wewenang yang dipercayakan.Meskipun komisaris dan manajemen memiliki fungsidan wewenang yang berbeda, namun keduanyaberkewajiban untuk memberikan pertanggungjawabankepada investor. Suatu bentuk pertanggungjawabankomisaris dan manajemen kepada pemegang saham ataskinerjanya selama suatu periode salah satunya adalahmelalui laporan tahunan.

Laporan tahunan diterbitkan setiap tahunsebagai sarana komunikasi utama bagi perusahaankepada publik, investor dan pengguna lainnya.Laporan ini tidak hanya menyajikan hasil kinerja selamasatu tahun tetapi juga usaha untuk memaparkan tentangkeberhasilan atau kegagalannya. Laporan tahunanmerupakan sumber informasi kuantitatif dan kualitatifmengenai hasil kinerja dan berbagai hal yang berkaitandengan perusahaan. Informasi-informasi kuantitatifantara lain laporan-laporan keuangan seperti neraca,laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahanekuitas, dan lain-lain. Sedangkan informasi kualitatifantara lain laporan kepada pemegang saham, diskusidan analisis, tanggungjawab perusahaan, strukturorganisasi, penjelasan laporan keuangan, dan lain-lain.Epstein dan Pava (1993) menunjukan bahwa naratifakuntansi, terutama laporan direksi dan sejenisnya,adalah sangat berguna dan bagian penting dalamlaporan tahunan. Lee dan Tweedia (1981) melakukan

penelitian mengenai kegunaan informasi oleh penggunaseperti analis investasi dan investor institusional,menunjukan bahwa bagian naratif dari laporan tahunanmerupakan pertimbangan penting dalam membuatkeputusan investasi.

Bartlett dan Chandler (1997) mereplikasipenelitian yang dilakukan oleh Lee dan Tweedie untukmenguji apakah perubahan lingkungan pelaporanmempengaruhi cara perusahaan membuat laporan yangdibaca oleh para pemegang saham. Tujuan utama daripenelitian ini adalah untuk mengukur tingkat pemegangsaham membaca laporan tahunan. Bartlett dan Chan-dler (1997) menyatakan bahwa lebih dari 17 bagian darilaporan tahunan, laporan direksi adalah bagian yangpaling sering dibaca (dibaca secara menyeluruh oleh48% dari pembaca) dan menempati peringkat ke duadalam bagian penting untuk pengambilan keputusaninvestasi menurut pemegang saham privat.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atasdapat dipahami bahwa laporan kepada pemegang sahammerupakan salah satu sumber informasi yang pentinguntuk dibaca. Laporan kepada pemegang saham berisipenjelasan-penjelasan mengenai pencapaian atauketidakpuasan kinerja yang terjadi pada periodetersebut, perkiraan tentang kinerja di masa depan, danberbagai informasi lain mengenai harapan perusahaanyang ingin disampaikan. Laporan ini ditandatanganioleh presiden direktur perusahaan tersebut, namunlaporan ini merupakan laporan organisasional bukanmerupakan komunikasi individual. Seperti dicatat dalamartikel Wall Street Journal (1982), “laporan kepadapemegang saham menghasilkan satu atau dua tandatangan, tetapi merupakan rancangan dari komite.Konsultan atau staf-staf publik relation merupakanorang yang menulis konsep laporan, kemudian salinanlaporan tersebut akan ditinjau oleh CEO, CFO, dewandireksi, dan legal department.” Oleh karena itu,penjelasan-penjelasan dan pengintepretasian dalamlaporan kepada pemegang saham dapat dipandangsebagai seperangkat penjelasan yang ditampilkan olehCEO tetapi merupakan laporan yang disampaikan olehpelaku-pelaku yang berperan penting dalam suatuperusahaan. Berdasarkan susunan organisasiperusahaan publik di Indonesia, laporan pemegangsaham dalam laporan keuangan terdiri atas 2 laporanyaitu, laporan dewan komisaris dan laporan dewandireksi.

Page 29: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

131

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

Terkait dengan pertanggungjawabanmanajemen dalam laporan tahunan, manajemenberusaha membuat laporan yang menunjukkan bahwamereka telah melakukan tugas sesuai kepentinganprinsipal. Informasi kuantitatif dapat diaudit dandiperiksa keandalannya oleh auditor, namun informasinaratif akuntansi jarang sekali ditinjau dan diaudit. Halini memberikan kesempatan bagi manajemen untukmenseleksi, mendiskusikan dan memaparkan kinerjakeuangan perusahaan dalam rangka mengatur kesandengan mempengaruhi persepsi pengguna.

Dalam praktik, pengaturan kesan banyakdipaparkan dalam berbagai isu penelitian akuntansiseperti: profesi akuntansi (Neu, 1991; Neu dan Wright,1992); manipulasi laba (Watt dan Zimmerman, 1986,1990; Scipper, 1989; Philips dan Drew, 1991; Smith 1992);gambar (Steinbart, 1989; Beattie dan Jones, 1992; 1997;1998) dan foto (McKinstry, 1996; Graves et al., 1996;Preston et al., 1996). Praktik pengaturan kesan inimenjadi sangat penting ketika proses ini dapatmempengaruhi pemegang saham dalam mengambilkeputusan investasi. Segala bentuk informasi yangdihasilkan perusahaan seyogyanya disajikan sesuaidengan kenyataan yang terjadi, namun tidak dapatdipungkiri bahwa manajemen akan melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan investor mereka. Hal iniyang menyebabkan munculnya bias dalam laporan darimanajemen. Untuk menjamin kredibilitas laporankeuangan biasanya perusahaan menempatkan auditorindependen. Peneliti tertarik untuk menguji apakanpenempatan auditor independen ini juga efisien untukmenekan atribusi self-serving1.

Penelitian ini akan melakukan pengujian untukmembuktikan secara empiris apakah manajemenperusahaan secara sistematik mengatribusikan hasilyang baik kepada internal2 dan mengatribusikan hasilyang kurang baik kepada eksternal3. Mengambil idepokok dari penelitian Betman dan Weitz (1983) yangtelah direplikasi oleh Tsang (2002), dalam penelitian iniberusaha membuktikan apakah pola atribusi ini munculdalam kedua jenis laporan yaitu sambutan dewankomisaris dan sambutan dewan direksi dimana terdapatperbedaan fungsi yaitu komisaris sebagai pengendalikerja manajemen dan direksi sebagai pelaksana kegiatanoperasional perusahaan. Berikutnya peneliti akanmenguji apakah terdapat perbedaan jumlah rata-rataatribusi antara perusahaan dengan auditor yang

berafiliasi dengan big 4 dan perusahaan yang diauditoleh kantor akuntan publik yang tidak berafiliasi denganbig 4 dalam rangka membuktikan efektifitas auditordalam mengurangi bias dalam laporan tahunanperusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

Terkait dengan pertanggungjawabanmanajemen dalam laporan tahunan, manajemenberusaha membuat laporan yang menunjukan bahwamereka telah melakukan tugas sesuai kepentinganprinsipal. Informasi kuantitatif dapat diaudit dandiperiksa keandalannya oleh auditor, namun informasinaratif akuntansi bukanlah objek pengauditan. Hal inimemberikan kesempatan bagi manajemen untukmenseleksi, mendiskusikan dan memaparkan kinerjakeuangan perusahaan dalam rangka mengelola kesandengan mempengaruhi persepsi pengguna. Laporankepada pemegang saham adalah sarana yang biasanyadigunakan manajemen untuk melakukan atribusi dimanaseseorang menjelaskan pengalaman pribadinya atausuatu peristiwa yang dilihatnya dengan maksudpengelolaan kesan tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan 1)memperoleh bukti empiris bahwa terjadi pola atribusiself-serving dalam sambutan dewan komisarisperusahaan-perusahaan publik di Indonesia; 2)memperoleh bukti empiris bahwa terjadi pola atribusiself-serving dalam sambutan dewan direksiperusahaan-perusahaan publik di Indonesia; dan 3)memperoleh bukti empiris bahwa atribusi self-servingakan lebih kecil pada perusahaan dengan auditorberafiliasi big 4 dibanding perusahaan dengan auditornon afiliasi big 4. Penelitian dengan topik atribusibanyak dilakukan di negara-negara belahan duniabagian barat, sedangkan sangat jarang dilakukan dinegara-negara belahan dunia bagian timur terutama diIndonesia. Bukti empiris dari penelitian psikologidengan jelas menunjukan bahwa terdapat perbedaanbudaya yang signifikan dalam causal attribution (Choiet al., 1999). Oleh karena itu peneliti tertarik untukmendapatkan bukti empiris apakah pola atribusi jugaterjadi di perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

MATERI DAN METODE PENELITAN

Teori atribusi menggambarkan proses dimanaseseorang menjelaskan pengalaman pribadinya atausuatu peristiwa yang dilihatnya. Atribusi menyediakan

Page 30: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

132

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

hubungan suatu peristiwa dan penyebab yangmendasarinya, menghubungkan keberhasilan ataukegagalan dengan faktor-faktor yang menghasilkanakibat (Heider, 1958). Weiner (1972) memperluaspenelitian Heider menjadi teori motivasi dan emosi.Didiskripsikan oleh Weiner, hasil dari keberhasilan dankegagalan mendorong pencarian faktor-faktoratribusional yang menyebabkan suatu hasil. Faktor-faktor diidentifikasikan sebagai penyebab yangmendatangkan reaksi emosional. Penelitiannyamengungkapkan bahwa individu memunculkan pilihanmengenai penyebab keberhasilan atau kegagalannyayang menjaga dan meningkatkan self-esteem sebagaibagian dari intepretasi atau penyimpulan mengenaipersepsi diri.

Penelitian Weiner (1995) mendokumentasikanbahwa individu cenderung untuk mengatribusikan hasilpositif kepada faktor disposisional, hal ini berhubungandengan individual itu sendiri, seperti usaha dankemampuan. Sedangkan untuk hasil negatifdiatribusikan kepada faktor situasional seperti tugasdan keberuntungan. Kecenderungan ini disebutattributional egotism, dan atribusi ini disebut self-serv-ing atau hedonic atau motivational attribution.Atribusi hasil positif kepada penyebab internaltermasuk dalam self-enhancing dan atribusi hasilnegatif kepada penyebab eksternal termasuk dalam self-protective.

Dalam konteks organisasi, perusahaan akanmengatribusikan keberhasilan kinerjanya pada faktor-faktor yang dimilikinya seperti ketepatan dalam memilihstrategi perusahaan, karakteristik produk yang baik,potensi karyawan yang baik dan aksi manajemen,sedangkan kegagalan kinerjanya pada faktor-faktorseperti aksi pemerintah, penurunan permintaan, kondisiperekonomian global, aksi pesaing, dan sebagainya.Keberadaan dari atribusi self-serving dapatmengindikasikan distorsi penyebab mengenai kinerjaperusahaan yang akan mengarahkan kepada responstrategi yang tidak efektif. Seseorang memilikikemungkinan untuk salah mempersepsikan kinerjasuatu perusahaan karena kinerja perusahaan yangburuk diatribusikan kepada faktor-faktor eksternal.Akibatnya perusahaan tidak melakukan perubahanterhadap strateginya yang selama ini kurang efektif.Terdapat suatu kontroversi mengenai bagaimana self-serving ini terjadi yaitu antara motivasional dan

informasional. Perspektif motivasional mengatakanbahwa atribusi self-serving muncul dari rasionalitasego-defensive (Staw, 1980). Mereka mengijinkanindividu atau organisasi berkesempatan untukmeningkatkan self-esteem ketika mengalamikeberhasilan dan bertahan atau melindungi diri sendiriterhadap kegagalan. Beberapa peneliti menyatakanpenjelasan motivasional bahwa orang mengatribusikeberhasilan lebih ke faktor internal karena merekatermotivasi untuk mempertahankan harga diri,memelihara rasa penguasaan terhadap lingkungan, ataumengharap gambaran diri yang baik dari pihak lain(Schlenker, 1980). Berdasarkan sudut pandang ini,atribusi self-serving timbul karena keinginan oranguntuk membuat diri sendiri dan pihak lain berpersepsipositif terhadap tindakan dan diri seseorang(Zukerman, 1979). Beberapa peneliti lain berpendapatbahwa self-serving muncul karena didorong olehinformasional (Brandley, 1978; Snyder et al., 1978).Penelitian yang dilakukan Ross (1997) menyatakanbahwa individu cenderung menghubungkankeberhasilan dengan usaha pribadi berdasarkanpengalaman sebelumnya. Berdasarkan perspektif ini,bias self-serving timbul dari struktur kognitif yangterbentuk saat individu berkembang dan terbiasamenerima tanggung jawab pribadi atas keberhasilan.

Terdapat 3 dimensi yang digunakan untukmeneliti atribusi self-serving (Weiner, 1979), yaitu 1)Locus of causality yang didefinisikan sebagai sumberdari penyebab, mencerminkan persepsi manajemenbahwa penyebab hasil kinerja dapat berupa eksternalatau internal. Dikatakan penyebab dari ekternal jikapenyebab bersumber dari tempat lain dalam suatulingkungan. Atribusi eksternal meliputi keadaanekonomi, tindakan pesaing, tindakan pemerintah,kelangkaan bahan, perubahan teknologi, tindakankelompok konsumen, pergeseran demografi, dan cuaca.Atribusi internal jika penyebab bersumber dari indi-vidual atau organisasi dimana perilaku akan diuji.Atribusi internal meliputi strategi, usaha penjualan,pengembangan produk dan proses, pengendaliankualitas, efisiensi produk, keahlian manajemen, danketerampilan karyawan (Bettman dan Weitz, 1983);2) Stability of causal sebagai kontinum yang berkisardari sementara ke permanen, yang menunjukan durasirelatif yang dilekatkan oleh manajemen kepadapenyebab. Penyebab dikatakan stabil bila terjadi secara

Page 31: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

133

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

berulang ulang dan terus menerus sepanjang waktudan dikatakan tidak stabil bila tidak sering terjadi.Penilaian terhadap stabilitas akan mempengaruhimotivasi manajemen untuk berubah. Apabila seseorangmencapai keberhasilan (atau kegagalan) dan apabilakondisi atau penyebabnya dipersepsi tidak akanberubah, maka keberhasilan (atau kegagalan) akandiantisipasi dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi;dan 3) Controlability sebagai kontinum yangmencerminkan persepsi manajemen mengenaikemampuannya untuk mempengaruhi secara langsungpenyebab kinerja (Weiner, 1979). Penyebab dikatakanterkendali jika individu atau organisasi dimana perilakudiuji memiliki kemampuan untuk mengubah penyebabtersebut. Penyebab yang terkendali meliputi tingkatusaha. Penyebab dikatakan tidak terkendali bilaindividu atau organisasi tidak dapat melakukan apapununtuk mengatasinya. Penyebab tidak terkendali meliputikebetulan (misalnya cuaca), keterbatasan kemampuan(misal pengetahuan), tindakan pihak lain (misalnyatindakan pemerintah).

Kinerja adalah kemampuan kerja yangditunjukkan dengan hasil kerja. Hawkins (The OxfordPaperback Dictionary, 1979) mengemukakanpengertian kinerja sebagai berikut: performance is 1)the process or manner of performing dan 2) a notabelaction or achievement. Kinerja perusahaan merupakansesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalamperiode tertentu dengan mengacu pada standar yangditetapkan. Kinerja juga merupakan cerminan darikemampuan perusahaan dalam mengelola danmengalokasikan sumber dayanya. Kinerja perusahaandapat diukur dan menggambarkan kondisi suatuperusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati atausering disebut target.

Untuk mengetahui kinerja yang dicapai makadilakukan penilaian kinerja. Tujuan pokok penilaiankinerja adalah memotivasi para karyawan dalammencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhistandar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya,agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan.Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholderdigunakan sebagai salah satu dasar pengambilankeputusan yang berhubungan dengan kepentinganmereka terhadap perusahaan.

Istilah kinerja perusahaan sering dikaitkandengan kondisi keuangan perusahaan. Sesuai dengan

tujuan umum perusahaan yaitu mencari laba, ukuranyang biasa dipakai perusahaan untuk menilai kinerjaadalah dengan ukuran keuangan. Meskipun demikiankinerja perusahaan dapat diukur dengan ukurankeuangan dan non keuangan. Ukuran kinerja dalamukuran keuangan antara lain laba, penjualan, laba persaham, rasio-rasio keuangan, dan lain-lain. Ukuran nonkeuangan antara lain kepuasan pelanggan,kepercayaan rekan kerja, produktivitas, efektifitasproses bisnis, dan lain-lain. Penelitian ini akanmenggunakan laba bersih sebagai ukuran kinerja. Lababersih dipilih karena seringnya laba dipakai untukmenunjukan hasil perusahaan selama suatu periode.Selain itu bagi pemegang saham maupun masyarakatawam pengguna laporan tahunan, laba merupakanukuran umum yang mudah dipahami dandiperbandingkan. Oleh karena itu perubahan laba dariperiode ke periode berikutnya merupakan topik pentingyang banyak dibahas dalam laporan kepada pemegangsaham.

Wikipedia mendefinisikan auditor sebagaiseseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalammelakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatansuatu perusahaan atau organisasi. Auditor dapatdibedakan menjadi tiga jenis, yaitu 1) Auditorpemerintah adalah auditor yang bertugas melakukanaudit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah;2) Auditor intern merupakan auditor yang bekerja padasuatu perusahaan dan oleh karenanya berstatussebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugasutamanya ditujukan untuk membantu manajemenperusahaan tempat dimana ia bekerja; dan 3) Auditorindependen atau akuntan publik adalah auditor yangmelakukan fungsi pengauditan atas laporan keuanganyang diterbitkan oleh perusahaan.

Pengauditan ini dilakukan pada perusahaanterbuka, yaitu perusahaan yang go publik, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil sertaorganisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencarilaba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melaluisuatu Kantor Akuntan Publik (KAP). Auditor dalampenelitian ini adalah auditor independen dan dibedakanmenjadi 2 yaitu auditor independen yang berafiliasidengan auditor Big 4 dan auditor ekternal yang tidakberafiliasi dengan auditor big 4. Auditor big 4 adalahperusahaan yang bergerak di bidang konsultan,akuntansi dan audit internasional terbesar di dunia,

Page 32: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

134

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

auditor-auditor ini antara lain KAP Deloitte & Touche,KAP Ernst & Young, KAP KPMG dan KAPPricewaterhouseCoopers. Auditor afiliasi Big 4 danauditor non afiliasi Big 4 digunakan sebagai proksidari kualitas audit dan dimaksudkan untuk membedakandan membuktikan efektifitas 2 kelompok auditor inidalam menekan bias dalam laporan kepada pemegangsaham.

Hasil-hasil penelitian psikologi yang menelititentang pengatribusian suatu penyebab mencatatadanya bias self-serving yaitu bahwa individucenderung mengatribusikan hasil yang baik ataumenyenangkan kepada penyebab internal sedangkanuntuk hasil-hasil yang buruk atau tidak menyenangkancenderung diatribusikan kepada penyebab eksternal.Pola atribusi ini diteliti pada level individual. Penelitianini akan menguji pola atribusi ini pada level organisasidimana organisasi merupakan cerminan dari individu-individu yang ada di dalamnya. Oleh karena itu,memungkinkan bila perusahaan juga melakukan polaatribusi self-serving di dalam perusahaan.

Menurut Statement of Financial AccountingConcept (SFAC) No. 1. informasi laba merupakanperhatian utama untuk menaksir kinerja ataupertanggungjawaban manajemen. Oleh karena itu,manajemen mempunyai kecenderungan untukmelakukan tindakan yang dapat membuat laporanmenjadi tampak baik. Salah satu tindakan yang biasadilakukan manajemen adalah mengelola kesan denganatribusi self-serving.

Bettman dan Weitz (1983) melakukan penelitianpada 181 laporan keuangan yang diterbitkan tahun 1972dan 1974. Data ini digunakan untuk menganalisis sifatdari atribusi self-serving dan fenomena atribusi lainnya,serta faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknyapenjelasan kausal. Hasilnya menunjukan bahwa hasilyang tidak menguntungkan (unfavorable outcome)diatribusikan lebih kepada penyebab eksternal,penyebab yang tidak stabil dan penyebab yang tidakbisa dikontrol dibanding dengan hasil yangmenguntungkan (favorable outcome). Penelitian inijuga memberikan hasil bahwa penyebab kausal banyakterjadi ketika perusahaan melakukan kesalahan danhasilnya tidak sesuai harapan. Perusahaan akan lebihbanyak menjelaskan mengenai hasil yang tidakmenguntungkan tersebut.

Salancik dan Meindl (1984) menguji jawaban

yang diberikan CEO untuk menjelaskan kinerjaperusahaannya dalam laporan kepada pemegangsaham tahunan dan membandingkan antara perusahaandengan kinerja yang stabil dan tidak stabil. Salancikdan Meindl berpendapat bahwa manajemen dalamperusahaan yang tidak stabil, terdapat kekuranganpengendalian terhadap hasil organisasional, sehinggasecara strategis memanipulasi atribusi kausal untukmengatur kesan mengenai pengendalian mereka. Hasilyang diperoleh menunjukan bahwa semua manajermenunjukan kecenderungan kuat untukmembanggakan dirinya sendiri untuk hasil yang positifdan menyalahkan dampak negatif pada lingkungan.Telah dijelaskan bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan publik Indonesia menggunakan strukturorganisasi two tier board system. Hal ini menyebabkanlaporan kepada pemegang saham terdiri atas dua bagianyaitu sambutan dari dewan komisaris dan sambutandari dewan direksi. Berdasarkan penjelasan tersebut,maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:H1a: Dalam sambutan dewan komisaris, perusahaan

melakukan atribusi internal lebih besar ketikakinerja baik

H1b: Dalam sambutan dewan komisaris, perusahaanmelakukan atribusi eksternal lebih besar ketikakinerja buruk

H2a: Dalam sambutan dewan direksi, perusahaanmelakukan atribusi internal lebih besar ketikakinerja baik

H2b Dalam sambutan dewan direksi, perusahaanmelakukan atribusi eksternal lebih besar ketikakinerja buruk

Penerbitan laporan audit memberikan nilaitambah informasi mengenai kesehatan keuangandari klien kepada para investor. Auditor yangmelakukan tingkat pemonitoran dengan cukup kuatakan memaksa manajemen untuk menerbitkan informasiyang terpercaya dan berkualitas tinggi, sehingga in-vestor dapat menggunakan informasi bernilai tambahini untuk membuat keputusan alokasi modal (Fuermandan Kraten, 2009). Laporan keuangan yang berkualitasdan bisa dipercaya merupakan sesuatu hal yang sulitdiukur. Salah satu cara yang biasa digunakan peneliti-peneliti untuk mengukurnya yaitu dengan melihatapakah terdapat praktek manajemen laba yangdilakukan oleh pihak manajemen di dalam penyusunanlaporan keuangannya, yang diproksi dengan discre-

Page 33: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

135

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

tionary accrual (Xie et al. (2001), Chtourou et al. (2001),Bradbury et al. (2004))

Francis et al. (1999) meneliti apakahpenggunaan auditor big 6 akan meningkatkankesempatan perusahaan untuk melakukan manajemenlaba dan apakah auditor big 6 akan membatasi perilakumanajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.Francis et al. (1999) menggunakan data-dataperusahaan yang diaudit oleh big 6 yang terdapat diNASDAQ. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwaperusahaan yang diaudit oleh big 6 memiliki tingkattotal accrual yang lebih tinggi namun jumlah estimasidiscretionary accrual yang lebih rendah. Penemuanini mengindikasikan bahwa dengan digunakannya au-ditor big 6 akan menekan pelaporan accrual yangberpotensi untuk tujuan oportunistik.

Becker et al. (1998) mendokumentasikan bahwamanajemen melakukan praktik manajemen laba denganpola peningkatan laba pada perusahaan-perusahaanyang diaudit oleh KAP non big 5 dibanding denganyang diaudit KAP big 5. Hal ini ditunjukan denganadanya peningkatan laba akrual diskresionar yang lebihbesar bagi perusahaan-perusahaan yang diaudit olehKAP non big dibanding KAP big. Auditor big 4 adalahauditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang tinggidibanding auditor non big 4. Oleh karena itu, auditorbig 4 berusaha secara sungguh-sungguh untukmempertahankan pangsa pasar, kepercayaanmasyarakat, dan reputasinya dengan cara memberiperlindungan kepada publik. Langkah untukmempertahankan kesemuanya itu adalah denganmemberikan kualitas audit yang baik.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan olehGeneral Accounting Office of the United States, bahwaopini audit dari big 4 memberikan label yang efektifmengenai kualitas, dimana kebanyakan non big 4kurang memiliki pengetahuan industri, keberadaangeografis, dan reputasi untuk menawarkan keberhasilan(Frieswick, 2003). Dengan kata lain General Account-ing Office menegaskan bahwa laporan audit yangditerbitkan oleh big 4 merupakan label kualitas yangcukup untuk memberi informasi kepada investormengenai kualitas pengauditan. Selain itu jugamenegaskan bahwa auditor menjamin laporan keuanganberisi informasi-informasi yang terpercaya danberkualitas.

Menurut SFAC No. 2 informasi yang berkualitas

harus memenuhi 2 karakteristik pokok yaitu informasiharus relevan dan andal. Informasi harus relevan yaituinformasi dapat digunakan oleh berbagai pihak untukmengambil keputusan, sedangkan informasi yang andalmengandung pengertian bahwa informasi dapatdipercaya atau tidak bias sehingga dapat memberikankeyakinan kepada para penggunanya. Auditordengan jaminan kualitas (big 4) akan menekanmanajemen untuk menyajikan laporan-laporan yangdapat dipertanggung-jawabkan, dengan kata lain akanmenekan juga banyaknya bias yang sering muncul baiksecara nominal seperti manajemen laba maupun naratifseperti bias self-serving. Berdasarkan penjelasan itu,peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:H3: Rata-rata atribusi dalam perusahaan dengan au-

ditor afiliasi big 4 berbeda denganrata-rataatribusi dalam perusahaan dengan auditor nonafiliasi big 4.

Sampel yang digunakan dalam penelitian iniadalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia yang kemudian akan dipilih dengan metodepurposive sampling. Purposive sampling adalahmetode pemilihan sampel atas dasar kesesuaiankarakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampelyang ditentukan. Kriteria-kriteria yang digunakan dalampenelitian ini adalah sebagai berikut 1) Perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia; 2) Perusahaan yangmenerbitkan laporan tahunan untuk periode yangberakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan telahdiaudit. Tahun 2007 dipilih karena pada tahun 2007kondisi perekonomian relatif stabil sehingga cukuptepat untuk melakukan penelitian akuntansikeperilakuan dimana tidak banyak faktor yang dapatmempengaruhi terjadinya perilaku; dan 3) Perusahaanyang menulis laporan kepada pemegang saham dalamlaporan tahunannya dan terdiri atas sambutan dewankomisaris dan sambutan dewan direksi.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian inimerupakan data sekunder. Data yang dibutuhkandiambil dari laporan tahunan masing-masingperusahaan publik yang tersimpan dalam data baseBursa Efek Indonesia dan telah tercantum dalamwww.idx.co.id pada saat penelitian dilakukan. Bagianlaporan tahunan yang digunakan dalammengidentifikasi atribusi self-serving adalah laporankepada pemegang saham baik sambutan dewankomisaris maupun laporan direksi atau sambutan dewan

Page 34: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

136

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

direksi. Laporan direksi dipilih sebagai sumber datakarena laporan ini yang paling mencerminkan laporandari manajemen yang melakukan pengelolaan terhadapperusahaan kepada pemegang saham. Peneliti jugamenguji laporan dewan komisaris karena adanyaperbedaan fungsi komisaris dan direksi dimanakomisaris bertugas mengawasi kinerja operasionalmanajemen, sedang di sisi lain mereka sama-samaberkewajiban untuk memberikan pertangungjawabankepada pemegang saham. Data-data keuangandiperoleh dari laporan laba rugi tahun 2006 dan 2007yang digunakan untuk melihat perubahan laba bersih.Analisis konten dari laporan tahunan dapat menjadisumber data yang sangat baik dalam perusahaanmaupun industri. Analisis konten yaitu suatu tekniksistematik untuk menganalisis makna pesan dan carapengungkapan pesan. Analisis pada dokumen tertulisseperti laporan tahunan melibatkan pengkodean kata-kata, ungkapan dan kalimat terhadap skema khususdari kepentingan (Bowman, 1984). Analisis konten akandigunakan untuk pengukuran variabel-variabelpenelitian ini. Analisis konten yang dilakukan dalampenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanyaatribusi internal dan eksternal dalam sambutan dewankomisaris maupun sambutan dewan direksi. Salah satumasalah sulit dalam analisis konten adalah dalammengidentifikasi pernyataan kausal. Meskipunpedoman umum untuk memberi kode sudahdikembangkan, masalah dapat timbul karena katamemiliki arti mendua dan ketidakjelasan definisi kategori(Weber, 1987). Masalah juga timbul, karena di dalamlaporan kepada pemegang saham, pembahasanterhadap kinerja tidak selalu jelas dalam mengaitkanantara hasil dan penyebab. Pembahasan hasil biasanyadisatukan dalam suatu alinea dan dideskripsi danmengaitkan secara mekanistik antara hasil tertentudengan hasil yang lain. Penjelasan terhadap faktor-faktor penyebab hasil juga tersebar dalam alinea yanglain dan tidak selalu berhubungan dengan hasil tertentu.Bahkan terdapat beberapa hasil tertentu tidak dijelaskanfaktor penyebabnya.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel,variabel yang dipergunakan untuk hipotesis 1a, 1b, 2a,dan 2b adalah proporsi atribusi baik internal maupuneksternal. Peneliti akan mengidentifikasi setiap kalimatdalam sambutan dewan komisaris maupun sambutandewan direksi yang diatribusikan sebagai penyebab

suatu kinerja. Tiga dimensi seharusnya diidentifikasi,apakah manajemen menyatakan penyebab itu berasaldari internal atau eksternal, stabil atau tidak stabil,dan terkontrol atau tidak terkontrol. Seperti telahdijelaskan bahwa terdapat kesulitan dalammengidentifikasi karena tidak semua kalimatmengandung tiga dimensi tersebut secara lengkap,maka dalam penelitian ini faktor-faktor spesifik yangdiatribusi oleh direktur sebagai penyebab kinerjadiidentifikasi tanpa dikaitkan dengan hasil-hasilspesifik.

Setiap penyebab internal dan eksternal dalammasing-masing laporan kepada pemegang saham akandiidentifikasi. Sebagai contoh, berikut ini kutipan darisalah satu sambutan dewan komisaris yang menjadisampel:

Memasuki tahun 2007, kami memberikantantangan yang sama yaitu “mempertahankankeuntungan” kepada Dewan Direksi dan para karyawan.Target-target yang disepakati untuk tahun tersebutlebih rendah dari yang kami capai di tahun 2006. Kamimengantisipasi sebuah perubahan dari beberapaprinsipal kami dan bersiap-siap akan kemungkinankenaikan harga bahan baku impor dan dampak negatifsusulan atas semakin melemahnya nilai tukar mata uangasing. Berlatar belakang pertimbangan akan tekanandari kompetisi penjualan, kami mengambil pendekatankonservatif terhadap kenaikan harga. Denganberjalannya tahun, kami dihadapkan dengan situasiyang membuat kami kehilangan target-target kami secarabersamaan. Satu yang sangat terlihat adalahberkurangnya kinerja dari salah satu prinsipal utamakami. Hal ini diperburuk dengan harga bahan baku imporyang naik diluar estimasi kami dan nilai tukar mata uanglokal yang turun jauh dari yang kami perkirakan.

Sebagai hasilnya, kami gagal untuk mencapaiobyektif utama kami. Namun, diluar itu kami dengansenang hati ingin melaporkan bahwa kami berhasilmencapai target laba bersih setelah pajak. Hal initercapai karena kami memiliki sebuah organisasi yangterus berkembang dan mendorong kemampuannyauntuk fokus dalam meningkatkan laba dan mengurangibiaya-biaya. Kami juga dengan senang hati inginmelaporkan bahwa bisnis utama kami yang mengambilbagian sebesar hampir 80% dari total penjualan telahmencatat tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dariindustri. Kami telah mencapai sebuah tahap dimana

Page 35: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

137

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

kami memiliki keyakinan lebih terhadap diri sendiriuntuk mempertahankan pertumbuhan.

Selama Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan(RUPST) yang diadakan pada bulan Juni 2007, kamimengumumkan kepada para pemegang saham bahwaPerseroan tidak akan membagikan dividen. Kamimembutuhkan sejumlah dana yang signifikan untukmendukung obyektif jangka panjang dalammenumbuhkan bisnis dari sisi produk dan pasar dimanakami berpartisipasi; kemudian untuk memperluas itusemua serta meningkatkan posisi Perseroan untukmenjadi salah satu pemimpin pasar di industri”

Di rapat yang sama, kami menunjuk kembaliBapak Manuel P. Engwa untuk waktu lima tahun sebagaiPresiden Direktur, memberikan tugas yang berat dalammembawa Perseroan ke puncak yang baru. Kamimemiliki sebuah organisasi yang telah menunjukkankemampuannya untuk beradaptasi terhadap kondisibisnis yang berubah-ubah. Kami sekarang perlumengisinya dengan semangat bisnis bersamaan dengankami menjalani petunjuk strategis yang baru danagresif. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepadapara pemegang saham kami yang setia, atas dukungandan keyakinan yang terus menerus diberikan. Kami jugaberterima kasih kepada Dewan Direksi dan paraKaryawan atas usaha, dedikasi dan kesetiaannya.

Berdasarkan kutipan sambutan komisaristersebut dapat diidentifikasi adanya pernyataan-pernyataan yang mengaitkan hasil dengan faktor-faktor internal dan eksternal. Dalam bagian kutipanyang dicetak miring, perusahaan mengungkapkanusaha-usaha perusahaan serta strategi yang telahdilakukan. Hal-hal tersebut dapat diasumsikan sebagaiatribusi internal. Dalam kutipan yang digarisbawahi,perusahaan mengungkapkan adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mengakibatkan tidaktercapainya hasil sesuai target, antara lain pihak-pihak diluar perusahaan, meningkatnya harga bahanbaku, dan nilai tukar mata uang. Beberapa kalimattersebut dapat diasumsikan bahwa perusahaanmengatribusikan kepada faktor-faktor eksternal.

Setiap kalimat yang didentifikasi sebagai atribusiinternal dan eksternal dihitung jumlahnya. Jumlahtersebut akan diubah dalam bentuk proporsi dengancara membaginya dengan jumlah kalimat dalam masing-masing laporan.

Proporsi atribusi eksternal :

Proporsi atribusi internal :

Berdasarkan sambutan komisaris di atas dapatdilakukan perhitungan sebagai berikut:

Proporsi atribusi eksternal : = 0,158

Proporsi atribusi internal : = 0,158

Sebagai ukuran kinerja digunakan laba bersihdibandingkan dengan laba bersih tahun sebelumnya.Apabila laba bersih tahun 2007 naik dibanding lababersih 2006, maka diasumsikan bahwa kinerjaperusahaan pada tahun 2007 baik, sebaliknya bila lababersih tahun 2007 turun dibanding laba bersih 2006,maka diasumsikan bahwa kinerja perusahaan padatahun 2007 buruk.

Hipotesis 3 menggunakan variabel perusahaandengan auditor afiliasi big 4 dan perusahaan denganauditor non afiliasi big 4. Laporan kepada pemegangsaham yang tersedia diidentifikasi, dipisahkan sertadikelompokan menjadi 2 yaitu laporan milik perusahaandengan auditor afiliasi big 4 dan laporan milikperusahaan dengan auditor non afiliasi big 4. Nama-nama KAP yang berafiliasi dengan big 4 adalah sebagaiberikut: 1) Sidharta&Sidharta yang berafiliasi denganKPMG; 2) Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja yangberafiliasi dengan Ernest and Young; 3) HansTuanakotta dan Mustofa yang berafiliasi denganDeloitte Touche & Tohmatsu; dan 4) Hadi Sutanto yangberafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers.

Setelah data terkumpul, peneliti akan melakukanuji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang akan dilakukanadalah uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk mengetahuiapakah data-data yang terkumpul berdistribusi normalatau tidak. Uji normalitas ini perlu dilakukan karena akanmenentukan dengan alat uji statistik apa data-datatersebut akan diuji hipotesis. Apabila data berdistribusinormal, maka pengujian hipotesis akan dilakukan

Page 36: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

138

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

dengan alat statistik independent sample t-test.Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal, makaalat uji statistic yang akan digunakan adalah MannWhitney Test.

Pengujian hipotesis 1a, 1b, 2a, dan 2b dalampenelitian ini menggunakan t-test. T-test dimaksudkanuntuk menguji apakah terdapat perbedaan rata-rataatribusi. Konsistensi hasil pengujian tersebut kemudiandi analisis untuk membuktikan keberadaan pola atribusiself-serving dalam laporan kepada pemegang saham.Hal serupa juga dilakukan untuk pengujian hipotesis3. Variabel yang akan diuji adalah antara banyaknyaatribusi dalam perusahaan dengan auditor afiliasi big4 dan banyaknya atribusi dalam perusahaan denganauditor tidak berafiliasi big 4. T-test dalam pengujianini dimaksudkan untuk membuktikan apakah terdapatperbedaan rata-rata atribusi antara perusahaan-perusahaan tersebut.

HASIL PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakandata sekunder yang diperoleh dari www.idx.com berupalaporan-laporan tahunan perusahaan publik di Indo-nesia tahun 2007. Berdasarkan pemilihan sampel yangdilakukan dengan metode purposive samplingdiperoleh sampel berjumlah 160. Di antara 160 sampeltersebut, 2 perusahaan tidak menyajikan laporan dewankomisaris dan laporan dewan direksi secara terpisah,sehingga tidak dapat digunakan dalam penelitian ini.Oleh karena itu data yang memenuhi syarat dan dapatdiolah untuk penelitian ini adalah sebanyak 158 laporantahunan. Dalam pengujian hipotesis 3 jumlah sampelyang digunakan adalah 157 laporan tahunan, penelitimengurangi 1 perusahaan dari sampel yang ada karenapeneliti tidak menemukan informasi mengenai auditorindependen perusahaan tersebut.Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian iniadalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untukmenguji apakah data yang digunakan berdistribusinormal atau tidak normal. Uji ini dilakukan jugabertujuan untuk menentukan alat statistik yang akandigunakan dalam pengujian hipotesis. Berikut iniadalah hasil uji normalitas menggunakan alat statistikOne Sample Kolmogorov Smirnov dari 5 kelompok datayang akan diuji hipotesis:

Tabel 1Hasil Uji Normalitas

Kelompok Data Sig Variabel 1 Sig Variabel 1Komisaris – positif 0,000 0,000Komisaris – negatif 0,259 0,387Direksi – positif 0,030 0,000Direksi – negatif 0,054 0,071Auditor Independen 0.013 0,031

Data dikatakan berdistribusi normal apabilahasil uji normalitas menunjukan tingkat signifikansi >0,05. Hasil di atas menunjukan bahwa kelompok datadireksi – negatif dan kelompok data komisaris – negatifmemiliki signifikansi di atas 0,05 yang artinya databerdistribusi normal, sehingga pengujian hipotesis akandilakukan dengan alat uji independent t-test. Berbedadengan 3 kelompok data lainnya, hasil yang didapatmenunjukkan signifikansi di bawah 0.05 yang artinyabahwa data-data dalam 3 kelompok tersebut tidakberdistribusi normal. Dengan data yang demikian makaalat uji yang akan digunakan dalam pengujian hipotesisadalah Mann Whitney Test. Dalam penelitian inidiidentifikasi faktor-faktor yang diatribusi sebagaipenyebab kinerja. Selain melakukan perhitunganterhadap proporsi atribusi, peneliti juga mencatatfrekuensi faktor-faktor tersebut digunakan sebagaiatribusi.

Tabel 2 menyajikan 15 faktor yang terdiri atas 6faktor internal dan 9 faktor eksternal yang diatribusisebagai penyebab kinerja baik dalam laporan dewankomisaris.

Page 37: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

139

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

Tabel 2Faktor Penyebab Kinerja Baik dalam Laporan

Dewan Komisaris

No Keterangan FrekuensiAtribusi Internal

1 Manajemen 752 Strategi perusahaan 493 Komisaris 144 Aksi perusahaan 125 Produk 26 Usaha 2

Total 154Atribusi Eksternal

1 Ekonomi makro 382 Kondisi industri 203 Inflasi 194 Suku bunga SBI 185 Harga minyak 116 Kebijakan pemerintah 77 Pasar saham 58 Nilai tukar rupiah 49 Bencana 3

Total 125

Berbagai macam kalimat dipakai untukmengatribusikan kinerja baik kepada faktor-faktor in-ternal perusahaan, antara lain 1) Manajemen, secarakeseluruhan Dewan Komisaris merasa puas bahwaDireksi telah merumuskan strategi pertumbuhan yangtepat dan menjalankannya secara konsisten sehinggaberhasil mencapai hasil-hasil positif di tahun 2007 yangtelah meningkatkan nilai bagi pemegang sahamPerseroan.”; 2) Strategi Manajemen, penerapan daristrategi yang tepat antara selain menghasilkan kinerjakeuangan yang sehat juga memperoleh pengakuan dariberbagai pihak independen; 3) Komisaris, kutipanberikut menunjukan bahwa dalam kondisi labaperusahaan meningkat, dewan komisaris jugamenceritakan apa yang telah mereka lakukan. Berikutini contoh kutipan dalam laporan dewan komisaris.“Dewan komisaris bertanggung jawab memastikan agarlangkah-langkah yang dilakukan manajemen sejalandengan kebijakan dan sasaran yang telah dirumuskan”;4) Aksi perusahaan, perubahan menjadi perusahaanterbuka ini membawa dampak yang sangat berartikarena menghasilkan dana sebesar Rp 400,4 miliar dalam

bentuk modal disetor dan Agio saham, sehinggaperseroan dapat melunasi seluruh pinjaman Bank danmempercepat perluasan toko, baik di Jakarta maupunkota-kota lainnya; 5) Produk, keragaman produk yangditawarkan baik untuk perumahan ataupun komersialyang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dariberbagai tingkatan juga merupakan salah satu kuncikeberhasilan Perusahaan; dan 6) Usaha, keberhasilankami mempertahankan pertumbuhan usaha adalahdengan menjaga kekuatan utama bisnis Perusahaan.”

Pernyataan-pernyataan yang digunakan untukmengatribusikan kegagalan kinerja antara lain tercermindalam kutipan-kutipan berikut: 1) Ekonomi makro, tahun2007 merupakan tahun yang baik bagi perekonomianIndonesia dimana pada tahun tersebut stabilitasmakroekonomi tetap terkendali dan pertumbuhanekonomi mengalami kenaikan sebesar 6,3%. Hal ini tentusaja memberikan dampak yang sangat positif bagiPerseroan yang bergerak dalam bidang investasi; 2)Kondisi industri, keberhasilan kinerja keuanganterutama didorong oleh lonjakan pertumbuhan jumlahpelanggan dan ekspansi perusahaan ke 17 kota barusetelah mendapatkan lisensi nasional pada tahun 2006lalu; 3) Tingkat inflasi dan suku bunga, tahun 2007merupakan tahun yang baik bagi industry properti,terutama dengan penurunan suku bunga dan tingkatinflasi yang relatif stabil; 4) Harga minyak, lonjakanharga minyak melambungkan biaya produksi banyakindustri dan laju pertumbuhannya; 5) Kebijakanpemerintah, pengaruh dari kebijakan pemerintahmenaikan harga BBM lebih dari 100% pada bulanOktober 2005 diluar perkiraan semua pihak yang secaralangsung membawa dampak kepada tingkat daya belimasyarakat; 6) Pasar saham, pada tahun 2007 perseroankembali mencatatkan laba bersih tertinggi sejakberdirinya perseroan yakni Rp.11 milyar atau meningkat33% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal inidisebabkan oleh dukungan faktor eksternal dan inter-nal. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalahpeningkatan nilai transaksi di bursa efek sebesar 136%menjadi Rp2.100 triliun bila dibandingkan dengan tahunlalu; 7) Nilai tukar Rupiah, laju inflasi berhasil dibatasisesuai target, nilai tukar mata uang Rupiah cenderungmenguat dan stabil, serta tingkat suku bunga Bank In-donesia terus turun bertahap mencapai 8% pada akhirtahun. Hal ini berdampak pada penurunan suku bungapinjaman bank, termasuk kredit pemilikan rumah, yang

Page 38: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

140

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

pada gilirannya berimbas positif pada pasar properti diIndonesia; dan 8) Bencana, karena pada tahun 2007Kepualauan Sumatra kembali terkena bencana alamgempa bumi yang cukup besar yang berpusat di daerahBengkulu dengan 6,6 scala richter dan beberapa kaligempa susulan, maka siklus perekonomian di SumatraBarat mengalami penurunan dibanding tahunsebelumnya”

Tabel 3 menyajikan 16 faktor yang terdiri atas 4faktor internal dan 10 faktor eksternal yang diatribusisebagai penyebab kinerja buruk dalam laporan dewankomisaris.

Tabel 3Faktor Penyebab Kinerja Buruk dalam Laporan

Dewan Komisaris

No Keterangan FrekuensiAtribusi Internal

1 Strategi perusahaan 182 Manajemen 173 Komisaris 14 Sarana 1

Total 37Atribusi Eksternal

1 Ekonomi makro 192 Kondisi industri 113 Harga minyak 104 Inflasi 105 Nilai tukar rupiah 86 Kebijakan pemerintah 67 Suku bunga SBI 58 Iklim dan bencana 39 Pesaing 210 Aset 1

Total 75

Beberapa contoh pernyataan-pernyataan yangmengindikasikan pengatribusian ke faktor-faktor inter-nal disajikan dalam kutipan-kutipan berikut: 1) Strategiperusahaan, hal ini tercapai karena kami memiliki sebuahorganisasi yang terus berkembang dan mendorongkemampuannya untuk fokus dalam meningkatkan labadan mengurangi biaya-biaya; 2) Sarana dan manajemen,hal ini dicapai selain karena manajemen yang bagusjuga berkat kinerja alat bongkar muat peti kemas yang

maksimal dan operator alat yang handal; 3) Komisaris,dewan komisaris telah melakukan tugas, tanggungjawab, dan wewenang sesuai dengan ketentuanAnggaran Dasar Perseroan dan Keputusan RUPS sejaktanggal 31 Mei 2007.

Banyak faktor dari luar perusahaan yang mampumempengaruhi hasil kinerja. Faktor-faktor inidiungkapkan dalam laporan komisaris, antara lainmelalui beberapa contoh kutipan berikut: 1) Kondisiindustri, meningkatnya kegiatan ekonomi tersebutmeningkatkan aktivitas bisnis dan perjalanan, hal iniakan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagisubsektor hotel dan restoran. Terlebih lagi, adanya pro-gram pemerintah Visit Indonesia Year 2008; 2) Hargaminyak, inflasi, suku bunga bank dan nilai tukar ru-piah, sebagaimana yang diketahui bersama, melonjanyaharga minyak mentah dunia hingga melewati angkapsikologis US$100 per barel dan kepastian melambatnyapertumbuhan ekonomi Amerika Serikat memicukekhawatiran merosotnya kinerja bisnis properti di In-donesia. Kekhawatiran ini beralasan karena kenaikanharga minyak bahwa menjelang penutupan akhir tahun2007 mengakibatkan Indonesia kembali mengalamiinflasi yang mengakibatkan kenaikan harga-harga dipasaran. Suku bunga bank juga turut mengalamikenaikan dibandingkan tahun sebelumnya ditambahlagi dengan nilai tukar rupiah yang fluktuatif. Dalammasa seperti ini, semua pihak baik pengusaha, inves-tor maupun masyarakat sangat berhati-hati dan sangatselektif dalam menggunakan dana yang dimilikinyasehingga tercipta suasana yang kurang kondusif bagidunia usaha nasional; 3) Nilai tukar, hal ini diperburukdengan harga bahan baku impor yang naik diluarestimasi kami dan nilai tukar mata uang lokal yang turunjauh dari yang kami perkirakan, 4) Kebijakanpemerintah, akan tetapi bagi kami yang bergerak disektor industri dan perdagangan, kebijakan-kebijakandiberlakukan oleh pemerintah masih belum sepenuhnyadapat kami rasakan dampak positifnya. Sehingga,ditengah persaingan perdagangan komoditas hasilbumi dan kelautan di pasar dunia yang semakin ketatmembuat manajemen harus berjuang lebih keras lagiuntuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, 5) Iklimdan bencana, dengan kembali terjadi bencana banjiryang yang melanda kota Jakarta dan sekitarnya di awaltahun 2007 ini, demikian juga kota Solo akibatmeluapnya sungai Bengawan Solo di penghujung

Page 39: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

141

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

tahun 2007, membuat tingginya beban klaim yangdibukukan Perusahaan sehingga mengakibatkan hasilunderwriting tidak mencapai harapan; 6) Pesaing,penjualan kami mengalami penurunan dan jugakeuntungan menurun karena kami menjadi lebih selektif,karena setiap kali kami meminya pembayaran di mukaatau pembayaran uang muka, maupun jangka waktukredit yang dipersingkat, hal ini membuat kita kurangkompetitif dibandingkan dengan masuknya pemainbaru; dan 7) Aset, dewan komisaris memahami bahwaaset produktif berupa gedung yang disewakan dansupermarket telah berusia cukup tua. Hal ini berimbaspada semakin menurunnya hasil sewa gedung dan hasilswalayan.

Tabel 4 menyajikan 13 faktor yang terdiri atas 4faktor internal dan 9 faktor eksternal yang diatribusisebagai penyebab kinerja baik dalam laporan dewandireksi.

Tabel 4Faktor Penyebab Kinerja Baik dalam Laporan

Dewan Direksi

No Keterangan FrekuensiAtribusi Internal

1 Strategi perusahaan 652 Manajemen 473 Aksi perusahaan 184 Produk 6

Total 136Atribusi Eksternal

1 Ekonomi makro 342 Kondisi industri 193 Suku bunga SBI 194 Inflasi 175 Nilai tukar rupiah 126 Harga minyak 87 Iklim dan bencana 38 Pasar saham 39 Kebijakan pemerintah 2

Total 117

Faktor-faktor penyebab dari dalam perusahan banyakdiceritakan ketika hasil kinerja direksi baik. Contohkutipan pernyataan tersebut antara lain: 1) Strategiperusahaan, hal ini tidak terlepas dari kesungguhan

usaha yang dilakukan secara berkesinambungan olehsegenap jajaran manajemen dan karyawan Perseroanditambah dengan penerapan strategi pemasaran yangfleksibel dan tepat dengan selalu mengutamakanefisiensi di segala bidang; 2) Manajemen dan aksiperusahaan, berkat kinerja yang baik serta berbagaikemajuan penting yang dicapai, Perseroan telahsemakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satupemain utama di industri pengembangan properti diIndonesia, dimana nilai kapitalisasi pasar Perseroan saatini mewakili 15% dari keseluruhan sektor properti diBursa Efek Indonesia; dan 3) Produk, dengan produkdan jasa yang lengkap dalam industri interior danfurnitur, Perseroan menawarkan produk yang lebihinovatif dan dikerjakan dengan penerapan sistemmanajemen proyek yang sesuai dengan kebutuhanpelanggan, sehingga Perseroan dapat meningkatkankinerjanya.

Dalam kondisi kinerja baik, direksi jugamengungkapkan faktor-faktor eksternal yangmempengaruhinya. Kutipan pernyataan-pernyataanyang digunakan antara lain: 1) Ekonomi makro, inflasi,dan suku bunga SBI, hal ini tentunya tidak lepas darikondisi dan stabilitas makroekonomi di Indonesia yangmeningkat pada tahun 2007 sehingga memberikan anginsegar pada iklim investasi serta bisnis keuangan ditanah air. Pada tahun tersebut perekonomian Indone-sia menunjukan pertumbuhan sebesar 6,3%, laju inflasitetap terjaga sebesar 6,6%, suku Bunga Bank Indone-sia turun menjadi 8% dan pada akhir tahun 2007 IndeksHarga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencapai level2.746 atau meningkat 52% jika dibandingkan denganpenutupan tahun sebelumnya pada level 1.806; 2)Kondisi industri, industri internet yang berkembangbegitu pesat, ternyata juga diimbangi oleh besarnyapertumbuhan pasar di Indonesia. Meskipun saat inibanyak operator seluler yang masuk ke dalam pangsapasar internet retail yang membuat persaingan diindustri Internet Service Provider semakin ketat,namun dalam persaingan yang ketat perseroan masihmendapatkan porsi pasar untuk mempertahankan danmeningkatkan pendapatannya; 3) Nilai tukar rupiah,penurunan laba lebih disebabkan karena kenaikan biayapenyusutan sehubungan dengan selesainya segmenproyek SSWJ tersebut dan faktor eksternal yaituvolatilitas nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uangasing yang menyebabkan kerugian akibat selisih

Page 40: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

142

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

translasi kurs yang cukup besar; 4) Harga minyak,kendala-kendala yang dihadapi perusahaan adalahterjadinya fluktuasi harga minyak dunia, naiknya hargapangan dunia yang dikhawatirkan akan memicuperlambatan ekonomi dunia yang pada akhirnyamempengaruhi kondisi perusahaan; 5) Iklim danbencana, beban klaim meningkat 17,2%, salah satupenyebab terbesar berasal dari klaim akibat bencanabanjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya pada bulanPebruari 2007; 6) Pasar modal, peningkatan pendapatanusaha antara lain disebabkan oleh meningkatnyapendapatan komisi perdagangan efek sebesarRp8.223.456.219, pendapatan bunga sebesarRp663.302.013 dan keuntungan dari perdagangan efeksebesar Rp338.686.022 dari tahun 2006. Hal inimenyebabkan laba usaha pada tahun 2007 jugamengalami peningkatan yang signifikan sebesarRp6.211.530.729 dari rugi usaha sebesar Rp(283.854.556)pada tahun 2006 menjadi Rp5.927.676.164 di tahun 2007;dan 7) Kebijakan pemerintah, situasi keamanan yangcukup kondusif disertai dengan berbagai upayaPemerintah untuk mengembalikan citra pariwisata In-donesia menyebabkan peningkatan jumlah wisatawanmancanegara pada tahun 2007. Hal ini berdampakpositif bagi kinerja Perseroan dan anak perusahaan.”Tabel 5 menyajikan 17 faktor yang terdiri atas 5 faktorinternal dan 12 faktor eksternal yang diatribusi sebagaipenyebab kinerja buruk dalam laporan dewan direksi.

Tabel 5Faktor Penyebab Kinerja Buruk dalam Laporan

Dewan Direksi

No Keterangan FrekuensiAtribusi Internal

1 Strategi perusahaan 202 Manajemen 113 Aksi perusahaan 64 Produk 25 Modal 1

Total 40Atribusi Eksternal

1 Kondisi industri 192 Ekonomi makro 133 Kebijakan pemerintah 64 Harga minyak 65 Nilai tukar rupiah 6

6 Pesaing 47 Iklim dan bencana 48 Suku bunga SBI 39 Inflasi 310 Pihak ketiga 211 Transportasi 112 Bahan baku 1

Total 68

Faktor-faktor internal tampak pada kutipan-kutipan kalimat dalam laporan dewan direksi berikut: 1)Strategi perusahaan, kami terus mengembangkanstrategi untuk memanfaatkan prospek bisnis propertiyang masih menjanjikan; 2) Manajemen, sepanjangtahun 2007 unit-unit usaha di bawah Grup Astra berhasilmenunjukkan kinerja yang sangat mengesankan,sehingga pendapatan bersih konsolidasian Astrameningkat 26,0%, dari Rp 55,7 triliun menjadi Rp 70,2triliun; 3) Aksi perusahaan, semua perkembangantersebut menunjukan bahwa keputusan mengakuisisiBali Interaktif adalah keputusan bisnis yang tepat; 4)Produk, penyebabnya terutama karena produk baruyang ditunjukan kepada pasar retail membutuhkanwaktu yang lebih lama sebelum mampu memberikankontribusi premi seperti yang diharapkan; dan 5) Modal,tentu saja modal yang demikian memberikan keyakinanyang kuat untuk memprediksikan bahwa momentumini akan berhasil dipertahankan secara berkelanjutandalam jangka panjang.

Kutipan-kutipan berikut ini merupakan contohkalimat yang digunakan sebagai faktor penyebab ketikakinerja perusahaan buruk. Kutipan tersebut antara lain:1) Kondisi industri, bagi perseroan tahun 2007 ditandaidengan persaingan usaha yang semakin berat,pendapatan usaha mengalami penurunan sebesar 6,4%dari sebesar Rp 36,149 miliar pada tahun 2006 menjadiRp 33,823 miliar; 2) Ekonomi makro, lesunyapertumbuhan ekonomi pasar ternyata terus sajaberdampak pada dunia usaha tanpa terkecuali padabisnis pelabuhan; 3) Kebijakan pemerintah, kebijakanpemerintah dalam menanggulangi defisit APBN yangberdampak pada pengurangan subsidi BBMmenimbulkan berbagai pengaruh di segala sektorindustri termasuk tingginya biaya transportasi antarpulau, sulitnya pasokan solar industri hinggamempengaruhi aspek harga pokok produksi maupun

Page 41: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

143

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

jumlah beban usaha Perseroan; 4) Harga minyak dansuku bunga, perseroan yang bergerak di bidang jasaangkutan laut tentu tidak terlepas dari fluktuasi siklusindustri, naik turunnya tingkat suku bunga, maupungejolak harga bahan bakar yang merupakan komponenpenting biaya usaha; 5) Nilai tukar, hal ini berikutmeningkatnya harga-harga bahan baku impor yangsemakin menjadi karena tingginya nilai tukar mata uangasing, telah memberikan dampak pada kinerja lababersih kami; 6) Pesaing, sedangkan penurunan padabahan kimia dibanding tahun 2006 terjadi karenamasuknya beberapa merk baru dengan harga yang lebihkompetitif; 7) Iklim dan bencana, hal ini juga disebabkanoleh pengaruh iklim yang kurang bersahabat sehinggamengganggu produktivitas dan kualitas panen komoditiyang diperdagangkan oleh Perseroan; 8) Inflasi, tekananinflasi ini menjadi masalah makro ekonomi yangberkepanjangan bagi negara ini. Harga akan terussemakin membumbung tinggi dan daya beli masyarakatbisa menurun seiring kenaikan bahan pokok makanandan bahan bakar; 9) Pihak ketiga, kinerja penjualan dariunit bisnis utama Ethical, Obat Bebas, Toll Manufac-turing & Ekspor tertahan oleh memburuknya kinerjadari bisnis prinsipal pihak ketiga kami; 10) Transportasi,agak terganggunya pasokan pengadaan bahan bakudan harga yang fluktuatif mempengaruhi tingginyaharga pokok produksi disamping aspek – aspek yanglain. Dampak dari hal ini semua mengakibatkanPerseroan mengalami penurunan laba bersih yangcukup signifikan; dan 11) Bahan baku, hal ini berikutmeningkatnya harga-harga bahan baku impor yangsemakin menjadi karena tingginya nilai tukar mata uangasing, telah memberikan dampak pada kinerja lababersih kami.

Pengujian hipotesis yang pertama melibatkandata komisaris – positif. Data ini berisi 2 kelompok dataproporsi atribusi internal dan eksternal yang telahdiidentifikasi dari laporan dewan komisaris perusahaan-perusahaan yang diasumsikan berkinerja baik.Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, datadalam kelompok ini tidak berdistribusi normal sehinggauntuk menguji signifikansi statistik perbedaan atribusiinternal dan eksternal digunakan pengujiannonparametrik Mann Whitney Test. Hasil uji beda antaraproporsi internal dan eksternal disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6Hasil Pengujian Hipotesis 1a

Variabel N Rata-rata KoefisienInternal 110 134,04Eksternal 110 86,96 -5,527***

Pada Tabel 6 tampak hasil rata-rata dari 2kelompok variabel internal dan eksternal. Rata-rataproporsi internal sebesar 134,04 lebih besardibandingkan rata-rata proporsi internal sebesar 86,96dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil signifikansi inilebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan olehpeneliti sebesar 5%, artinya bahwa rata-rata internalberbeda secara signifikan terhadap rata-rata eksternal.Hal ini sesuai dengan hipotesis 1a yang menyatakanbahwa dalam sambutan dewan komisaris, perusahaanmelakukan atribusi internal dengan proporsi lebih besarketika kinerja baik, artinya hipotesis 1a terdukung.Pengujian hipotesis 1b masih menggunakan sumberdata laporan dewan komisaris. Dua kelompok proporsiinternal dan eksternal perusahaan-perusahaanberkinerja buruk akan diuji beda. Berdasarkan ujinormalitas untuk kelompok data komisaris – negatif,hasil yang diperoleh menunjukan data berdistribusinormal sehingga alat uji yang akan digunakan adalahindependent sample t-test. Hasil yang diperolehditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7Hasil Pengujian Hipotesis 1b

Variabel N Rata-rata KoefisienInternal 48 0,080 -2,240***Eksternal 48 0,120

Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa rata-rata internal lebih kecil sebesar 0,080 dibandingkan rata-rata eksternal sebesar 0,120 dengan nilai signifikansi0,027. Signifikansi ini juga lebih kecil dari 5% sehinggadapat dikatakan bahwa rata-rata internal berbeda secarasignifikan dibandingkan dengan rata-rata eksternal.Hasil ini mendukung hipotesis 1b yang menyatakanbahwa dalam sambutan dewan komisaris, perusahaanmelakukan atribusi eksternal lebih besar ketika kinerjaburuk.

Page 42: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

144

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

Serupa dengan pengujian yang dilakukan terhadap datadari laporan dewan komisaris, kelompok data direksi –positif digunakan untuk pengujian hipotesis 2a.Kelompok data ini berisi 2 kelompok yang berisiproporsi-proporsi atribusi internal dan eksternal hasilpengidentifikasian laporan dewan direksi padaperusahaan-perusahaan yang diasumsikan berkinerjabaik. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan,data dalam kelompok ini tidak berdistribusi normalsehingga untuk menguji signifikansi statistik perbedaanatribusi internal dan eksternal digunakan pengujiannonparametrik Mann Whitney Test. Hasil uji beda antaraproporsi internal dan eksternal disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8Hasil Pengujian Hipotesis 2a

Variabel N Rata-rata KoefisienInternal 110 137,09 -6,267***Eksternal 110 83,91

Berdasarkan hasil ini tampak bahwa rata-ratainternal sebesar 137,09 lebih besar dari rata-rataeksternal sebesar 83,91 dengan nilai signifikansi 0,000.Hasil signifikansi ini lebih kecil dari tingkat signifikansiyang ditentukan oleh peneliti sebesar 5%, artinyabahwa rata-rata internal berbeda secara signifikanterhadap rata-rata eksternal. Dengan kata lain hipotesis2a yang menyatakan bahwa dalam sambutan dewandireksi, perusahaan melakukan atribusi internal lebihbesar ketika kinerja baik, terdukung.

Pengujian hipotesis 2b menggunakan kelompokdata direksi – negatif berisi data proporsi internal daneksternal perusahaan yang berkinerja buruk. Data inijuga akan diuji menggunakan alat uji independentsample t-test. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalamTabel 9.

Tabel 9Hasil Pengujian Hipotesis 2b

Variabel N Rata-rata KoefisienInternal 48 0,085 -0,532Eksternal 48 0,095

Hasil pada Tabel 9 ini menunjukkan bahwa rata-rata proporsi internal sebesar 0,085 lebih kecildibandingkan rata-rata proporsi eksternal sebesar0,095. Berbeda dengan hasil sebelumnya nilaisignifikansi hasil ini sebesar 0,602 lebih besar dari 5%sehingga hipotesis 2b yang menyatakan dalamsambutan dewan direksi, perusahaan melakukanatribusi eksternal lebih besar ketika kinerja buruk tidakterdukung secara signifikan.

Kelompok yang terakhir adalah kelompok dataauditor independen. Kelompok data ini berisi dataproporsi atribusi secara keseluruhan baik internalmaupun eksternal. Berbeda dengan kelompok data yanglain dimana data dibagi dalam 2 kelompok yaitu inter-nal dan eksternal, dalam kelompok data ini data terbagimenjadi 2 antara atribusi pada perusahaan yangberauditor independen non big 4 dan atribusi padaperusahaan yang berauditor independen big 4. Dataini juga tidak berdistribusi normal sehingga untukmenguji hipotesis digunakan Mann-Whitney Test. Hasilpengujian tersebut disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10Hasil Pengujian Hipotesis 3

Variabel N Rata-rata KoefisienInternal 101 77,08 -0,709Eksternal 56 82,46

Berdasarkan hasil pada Tabel 10 rata-rata nonbig4 yaitu sebesar 77,08 lebih kecil dari rata-rata big4sebesar 82,46. Kedua hasil ini tidak berbeda secarasignifikan karena nilai signifikansi jauh lebih besar dari5% yaitu sebesar 0,478. Artinya hipotesis 3 yangmenyatakan bahwa rata-rata atribusi dalam perusahaandengan auditor afiliasi big 4 berbeda dengan rata-rataatribusi dalam perusahaan dengan auditor non afiliasibig 4, tidak terdukung.

PEMBAHASAN

Hasil dari pengujian-pengujian statistik hipotesis dalampenelitian ini telah dipaparkan diatas, secara ringkashasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 43: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

145

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

Tabel 11Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Signifikansi KeputusanHipotesis 1a 0,000 DiterimaHipotesis 1b 0,027 DiterimaHipotesis 2a 0,000 DiterimaHipotesis 2b 0,602 DitolakHipotesis 3 0,478 Ditolak

Hasil pengujian statistik hipotesis 1amembuktikan bahwa dalam kondisi kinerja perusahaanbaik atau laba yang meningkat dari tahun lalu, komisarislebih banyak menceritakan hal-hal internal khususnyakinerja manajemen. Bila dibandingkan dengan faktoreksternal, rata-rata internal lebih banyak 1,54x dibandingrata-rata eksternal. Kondisi seperti ini yang disebutbahwa komisaris melakukan atribusi self-enhancing.Hasil pengujian statistik hipotesis 1b juga membuktikanbahwa dalam kondisi kinerja perusahaan buruk,komisaris banyak memaparkan faktor-faktor eksternalyang mempengaruhi hasil kinerja tersebut. Proporsifaktor ekternal yang dipaparkan lebih besar secarasignifikan bila dibanding faktor internal, inilah yangdisebut dengan atribusi self-protective.

Kedua hasil ini konsisten dengan teori atribusiself-serving yang mengatakan bahwa dalam kondisibaik, seseorang akan mengatribusikan kepada faktor-faktor internal dan dalam kondisi buruk akanmengatribusikan kepada faktor-faktor eksternal.Terbukti bahwa dalam laporan dewan komisarisperusahaan-perusahaan publik di Indonesia fenomenaatribusi self-serving ini ada. Hasil ini juga membuktikanbahwa bias “actor-observer differences”6 (Brown, 1984)tidak muncul dalam laporan dewan komisaris meskipunposisi komisaris adalah sebagai pengendalikerja(observer) dari direksi(actor). Setelah melakukanpenelitian ini peneliti melihat adanya kemiripan dalamlaporan dewan komisaris dan laporan dewan direksihal ini dapat mengindikasikan adanya salingketerkaitan antara komisaris dan direksi dalam prosespembuatan kedua laporan ini. Tidak adanya bias ac-tor-observer differences dapat dimungkinkan karenaadanya pengaruh keterkaitan tersebut. Keterkaitan jugatampak dari adanya komisaris dan direksi yang memilikihubungan khusus, hubungan darah misalnya. Secara

awam hubungan darah dapat tampak dari nama, sebagaicontoh, pada PT Ace Hardware Indonesia Tbk.komisaris dijabat oleh Ijek Widyakrisnadi, sedangkandirektur utama dijabat oleh Prabowo Widyakrisnadi.Pada PT Panorama Transportasi Tbk. komisaris utamadijabat oleh Budijanto Tirtawisata, komisaris dijabatoleh Dharmayanto Tirtawisata, sedangkan direkturutama dijabat oleh Satrijanto Tirtawisata. Pada PT AKRCorporindo Tbk. komisaris utama dijabat oleh SoegiartoAdikoesoemo sedangkan direktur utama dijabat olehHaryanto Adikoesoemo. Kesamaan nama belakang inikemungkinan besar merupakan nama keluarga dengankata lain adanya hubungan khusus antara komisarisdan direksi. Hal seperti ini dapat berpengaruh kepadakebebasan komisaris dalam memberikan laporan kepadapemegang saham. Dimungkinkan juga munculnyaatribusi self-serving karena adanya kesamaankepentingan dalam mempertahankan kepercayaan in-vestor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilgen et al.(1981) menunjukan bahwa ketergantungan antara ac-tor dan observer memiliki pengaruh penting dalamperumusan pernyataan kausal.

Pengujian hipotesis 2a dan 2b didasarkan padalaporan dewan direksi. Hasil pengujian hipotesis 2asecara signifikan membuktikan bahwa dalam kondisilaba perusahaan meningkat, direksi banyak melaporkanmengenai strategi yang telah dilakukan dan kinerjamereka. Sama seperti yang dilakukan oleh komisarisdalam laporannya, direksi juga melakukan self-enhanc-ing. Proporsi rata-rata atribusi internal lebih banyak1.63x dari atribusi ekternal. Bila diperbandingkanproporsi yang dilakukan oleh komisaris, direksi lebihbanyak melakukan self-enhancing. Hasil ini sangatwajar terjadi karena direksi berperan sebagai pelakukegiatan utama perusahaan sehingga mereka mampumengungkapkan usaha dan strategi yang telahdilakukan sepanjang tahun dengan lebih detail.

Hasil pengujian berikutnya menunjukkan bahwahipotesis 2b ditolak. Ini berarti bahwa ketika laba turunperusahaan mengatribusikan kinerja sama banyaknyaantara internal dan eksternal. Hasil pengujian yang tidaksignifikan ini dapat dikarenakan direksi juga banyakmenceritakan mengenai usaha-usaha yang telah merekalakukan sepanjang tahun tersebut. Tampak darifrekuensi atribusi internal, dimana 20 perusahaanmenceritakan mengenai strategi yang telah merekalakukan bahkan lebih sering dibanding menceritakan

Page 44: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

146

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

kondisi industri sebagai atribusi eksternal. Namunapabila kita cermati banyaknya proporsi atribusieksternal lebih banyak dibanding dengan atribusi in-ternal meski tidak secara signifikan. Dua hasil inimembuktikan bahwa adanya bias self-serving dalamlaporan dewan direksi meski tidak sangat tampak sepertidalam laporan dewan komisaris.

Pengujian terhadap hipotesis 1a, 1b, 2a, dan 2bini bertujuan untuk semakin menguatkan teori-teoriatribusi yang telah diteliti sebelumnya dengan bukti-bukti yang berasal dari perusahaan publik di Indone-sia. Peneliti berhasil membuktikan bahwa bias self-serv-ing tidak hanya terjadi pada perusahaan yangmenganut one tier board system seperti dalampenelitian-penelitian yang telah dilakukan di negara-negara di Eropa dan Amerika, namun juga terjadi padaperusahaan yang menganut two tier board systemseperti Indonesia. Perbedaan fungsi antara komisarissebagai pengendali dan direksi sebagai pengelola tidakmenunjukan pola atribusi yang berbeda. Perilakudimana kondisi baik diatribusikan kepada faktor inter-nal dan kondisi buruk kepada faktor eksernal terbuktimuncul pada kedua jenis laporan ini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasilpenelitian atribusi yang diteliti oleh Staw et al. (1983)menguji keberadaan atribusi self-serving dalaminformasi pelaporan kinerja dalam organisasi-organisasi. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwaadanya atribusi self-serving dalam laporan kepadapemegang saham. Clapham and Schwenk’s (1991) jugamembukukan hasil yang sama bahwa eksekutifcenderung untuk mengakui hasil yang baik danmeletakan kesalahan kepada lingkungan ketika hasilyang diperoleh buruk. Semakin didukung lagi denganpenelitian berikutnya yang dilakukan oleh Pagliarussiet al. (2008). Mereka menggunakan 49 perusahaansebagai sampel dan melakukan penelitian terhadaplaporan kepada pemegang saham pada tahun 2002sebagai tahun buruk dan 2003 sebagai tahun baik. Hasilyang diperoleh dari penelitian mereka adalah bahwaterbukti secara signifikan terdapat atribusi self-servingpada bagian naratif dari laporan tahunan di Brazil.

Dengan tujuan mempertajam analisis dari hasilpengujian hipotesis, peneliti melakukan pengujianlebih dalam. Peneliti membagi data menjadi beberapakelompok baru. Dengan asumsi bahwa databerdistribusi normal, hasil pengujian tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 12Hasil Pengujian untuk Hasil Positif

Variabel N Rata-rata KoefisienInternal 220 0,151 3,733***Eksternal 220 0,063

Tabel 13Hasil Pengujian untuk Hasil Negatif

Variabel N Rata-rata KoefisienInternal 96 0,084 -0,743Eksternal 96 0,095

Hasil yang diperoleh ini berasal dari datapenggabungan proporsi atribusi dalam laporan dewankomisaris dan proporsi atribusi dalam laporan dewandireksi. Variabel yang diuji antara atribusi internal danatribusi eksternal. Hasil diatas serupa dengan hasilpengujian 2a dan 2b. Hasil pengujian menunjukanbahwa secara bersamaan pun mengindikasikan adanyaatribusi self-serving, dapat dilihat dari hasil rata-rataatribusi. Ketika kinerja baik (positif) rata-rata atribusiinternal lebih besar dibanding atribusi eksternalsedangkan ketika kinerja buruk (negatif) rata-rataatribusi ekternal lebih besar, meskipun tidak secarasignifikan berbeda. Hasil ini semakin mempertegasbahwa memang terdapat bias dalam laporan kepadapemegang saham perusahaan-perusahaan publik diIndonesia.

Pengujian berikutnya peneliti tertarik untukmembuktikan dugaan terdapat keterkaitan antarakomisaris dan direksi seperti telah diulas pada analisishipotesis 1a dan 1b. Peneliti menguji denganmemisahkan data atribusi internal menjadi dua kelompokyaitu atribusi internal dalam laporan dewan komisarisdan laporan dewan direksi. Demikian pula dilakukanpada data atribusi eksternal. Tanpa mengabaikankondisi kinerja peneliti melakukan uji beda. Hasilpengujian ditampilkan dalam Tabel 14, Tabel 15, Tabel16, dan Tabel 17.

Page 45: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

147

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

Tabel 14Hasil Pengujian Atribusi Internal

antara Komisaris dan Direksi Saat Kinerja Positif

Variabel N Rata-rata KoefisienKomisaris 110 0,199 2,125**Direksi 110 0,103

Tabel 15Hasil Pengujian Atribusi Eksternal

antara Komisaris dan Direksi Saat Kinerja Positif

Variabel N Rata-rata KoefisienKomisaris 110 0,078 2,421**Direksi 110 0,049

Tabel 16Hasil Pengujian Atribusi Internal

antara Komisaris dan Direksi Saat Kinerja Negatif

Variabel N Rata-rata KoefisienKomisaris 48 0,080 -0,262Direksi 48 0,084

Tabel 17Hasil Pengujian Atribusi Eksternal

antara Komisaris dan Direksi Saat Kinerja Negatif

Variabel N Rata-rata KoefisienKomisaris 48 1,120 1,170Direksi 48 0,095

Tabel 14 dan Tabel 15 menyajikan hasil uji bedapada kelompok perusahaan yang berkinerja baik. Duatabel ini memberikan hasil yang serupa yaitu keduavariabel berbeda secara signifikan. Hasil inimenggambarkan bahwa dalam kondisi perusahaanmengalami peningkatan laba, terdapat perbedaan rata-rata atribusi yang dilakukan komisaris dan direksi.

Berbeda dengan hasil yang ditampilkan dalamTabel 16 dan Tabel 17 Kedua tabel ini menyajikan ujibeda proporsi atribusi pada laporan dewan komisaris

dan laporan dewan direksi ketika kinerja negatif. Hasilmenunjukan bahwa banyaknya proporsi atribusi yangdipakai dalam laporan dewan komisaris dan laporandewan direksi adalah tidak berbeda secara signifikan.Persamaan proporsi ini terjadi tidak hanya pada atribusiinternal melainkan pada atribusi eksternal juga.

Hasil ini semakin menguatkan dugaan bahwaterdapat keterkaitan antara komisaris dan direksi. Penelitimenduga ketika laba perusahaan mengalami penurunanterdapat koordinasi antara komisaris dan direksi.Mereka bekerja sama dalam membuat laporanpertanggungjawaban agar tampak mereka telah bekerjasecara maksimal. Koordinasi demikian tidak munculketika laba meningkat karena tentu tidaklah sulit untukmempertanggungjawabkan kinerja yang baik terlebihdengan laba yang meningkat. Secara tidak langsunghasil-hasil ini juga memberikan gambaran bahwa adanyaupaya komisaris dan direksi untuk mengelola kesanpara pemakai laporan tahunan.

Hasil hipotesis 3 ini juga menunjukan hasil yangtidak signifikanya sehingga hipotesis ditolak, yangartinya bahwa tidak ada perbedaan mengenaibanyaknya atribusi antara perusahaan yang diauditoleh auditor big 4 dan perusahaan yang diaudit olehauditor non big 4. Dengan kata lain, adanya auditorindependen besar seperti big 4 tidak berperan efektifdalam menekan banyaknya atribusi dalam laporankepada pemegang saham, dimana atribusi ini dapatmenimbulkan bias dalam pengintepretasian hasil kinerjaperusahaan. Ada kecenderungan bahwa perusahaanjustru memanfaatkan semaksimal mungkin laporan iniuntuk mempercantik dan mengelola kesan parapemegang saham. Tampaknya manajer mengetahuibahwa tidak semua investor memiliki kemampuan ini,sehingga besar kemungkinan laporan kepadapemegang saham digunakan untuk mengelola kesankarena laporan naratif memiliki kelebihan yaitu ringkas,mudah dibaca dan dipahami dibanding laporankeuangan.

Hasil ini diperkuat dengan penelitian Salancik& Meindl (1984) yang membuktikan bahwa ketikapengendalian terhadap hasil organisasi menurun,manajer perusahaan secara strategis memanipulasipenyebab kausal untuk mengelola kesan mengenaipengendaliannya. Hasil penelitian ini juga sejalandengan hasil penelitian Suripto (2007). Suriptomelakukan pengujian mengenai atribusi kinerja oleh

Page 46: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

148

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

manajemen dalam industri yang diregulasi. Penelitianini menggunakan industri perbankan di Indonesiasebagai sampelnya. Hasilnya, penelitian ini mendukungpenjelasan bahwa atribusi direktur terhadap kinerjamerupakan usaha yang dilakukan untuk mengelolakesan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perusahaan adalah sekumpulan individu-individu yangsaling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.Berbagai fenomena dalam kehidupan manusia terjadipula dalam perusahaan karena perusahaan cerminanindividu-individu di dalamnya. Literatur psikologi telahmembuktikan fenomena atribusi self-serving dalam polaperilaku manusia. Penelitian ini memberikan bukti darisudut pandang dunia bisnis. Penelitian-penelitianpsikologi sosial telah membukukan bahwa adanyaperilaku manusia yang mengatribusikan suatu hasilyang baik kepada penyebab-penyebab internalsedangkan hasil yang buruk kepada penyebab-penyebab eksternal. Penelitian-penelitian mengenaipola atribusi self-serving telah banyak diteliti di Amerikadan Inggris, sehingga peneliti berupaya untukmelengkapi penelitian-penelitian tersebut dengan datayang berasal dari negara di belahan dunia yang berbedakhususnya Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengujiada tidaknya bias atribusi self-serving dalam konteksperusahaan-perusahaan publik yang ada di Indonesia.Hasil penelitian ini mengungkap keberadaan atribusiself-serving dalam laporan kepada pemegang sahamperusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Bahkandi kedua jenis laporan yaitu sambutan dewan komisarisdan sambutan dewan direksi. Meski komisaris dandireksi memiliki wewenang dan kewajiban yangberbeda, namun dalam pelaporan pertanggungjawabankinerja mereka menunjukan pola yang sama denganmelakukan pengatribusian internal ketika labaperusahaan meningkat dari laba tahun lalu danmengatribusikan kepada eksternal ketika laba turun.Hasil penelitian ini juga memberikan bukti bahwaadanya usaha dari dalam perusahaan untuk mengelolakesan prinsipal yaitu pemegang saham. Digunakanyaauditor independen besar seperti big 4 terbukti tidak

efektif dalam menekan bias yang muncul dalampelaporan. Terlebih karena laporan kepada pemegangsaham tidak menjadi objek pengauditan.

Laporan naratif merupakan laporan yang sangatmudah dipahami dan sering dibaca. Tampaknyamanajemen sangat memahami kondisi ini sehingga halini dimanfaatkan semaksimal mungkin untukmempercantik laporan keuangan dan mempengaruhipenilaian pemegang saham mengenai kinerja mereka.Oleh karena itu penelitian ini memberikan gambaransecara tidak langsung pentingnya para pemegangsaham untuk memiliki pengetahuan mengenai usahadimana mereka berinvestasi, serta pentingnya analisiskeuangan untuk mengetahui secara persisperkembangan perusahaan tersebut. Pengetahuan inisangat diperlukan karena adanya bias yang munculdalam laporan ditambah dengan pengetahuan yangkurang dapat mengakibatkan kesalahan dalampengambilan keputusan.

Intepretasi terhadap hasil riset ini harusmempertimbangkan kelemahan -kelemahan yangmelekat, antara lain: 1) Analisis konten yang dilakukandalam penelitian ini hanya dilakukan oleh satu orangyaitu peneliti sendiri. Oleh karena itu memungkinkanadanya subyektivitas peneliti dalam melakukananalisis; 2) Sample riset hanya dibatasi pada laporantahunan perusahaan publik yang tersedia diwww.idx.co.id pada saat riset dilakukan. Hal tersebutmembatasi generalisasi hasil penelitian; dan 3)Penelitian ini melibatkan analisis konten. Dalammengidentifikasi atribusi yang terdapat dalam laporan,peneliti menghitung jumlah atribusi kalimat demikalimat. Peneliti merasakan adanya kekurangan dalammetode ini karena dalam 1 kalimat laporan mampumengandung isi dan jumlah kata yang berbeda-beda.Terdapat 1 kalimat laporan yang hanya terdiri atas 5 –10 kata, terdapat pula 1 kalimat yang terdiri atas lebihdari 10 kata. Demikian pula dengan isi, dalam 1 kalimatdapat mengandung 1 hal yang diceritakan namun dapatjuga menguraikan lebih dari 1 hal. Oleh karena itu,kelemahan ini dapat kurang mencerminkan proporsijumlah atribusi yang ada.

Saran

Mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yangada peneliti memberikan saran untuk perbaikan

Page 47: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

149

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

penelitian berikutnya, sebagai berikut 1) Dalampenelitian ini dimungkinkan adanya subjektivitas akibatanalisis konten yang dilakukan oleh peneliti, maka akanlebih baik apabila analisis konten dilakukan oleh 2 ataulebih orang dan bukan peneliti itu sendiri agar hasilidentifikasi menjadi lebih objektif dan 2) Analisis kontenyang telah dilakukan mengidentifikasi kalimat demikalimat. Hal ini kurang mencerminkan banyaknyaatribusi yang muncul, pengidentifikasian atribusi barisdemi baris dalam laporan akan memberikan hasil yanglebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Bartlett, S. A. and Chandler, R. A. (1997). ‘The Corpo-rate Report and the Private Shareholder; Leeand Tweedie twenty years on’. British Account-ing Review, 29; 245-261.

Beattie, V. A. and Jones, M. J. (1992). ‘The use andabuse of graphs in annual reports; a theoreticalframework and empirical study’. Accountingand Business Research, 22(88); 297-305.

Beattie, V. A. and Jones, M. J. (1997). ‘A comparativestudy of the use of fmancial graphs in the cor-porate annual reports of major US and UK com-panies’. Journal of International FinancialManagement and Accounting 8(1); 33-68.

Beattie, V. A. and Jones, M. J. (1998). Graphical Re-porting Choices: Communication or Manipu-lation. London; ACCA.

Becker, C. L., DeFond, M. L., Jiambalvo, J. danSubramanyam, K. R., (1998) The effect of auditquality on earnings amangement, Contempo-rary Accounting Research, 15 (1): pp.1-24.

Berle, A., & Means, G. (1932). The modern corpo-ration and private property. New York;Macmillan.

Bettman, J. R. and B. A. Weitz (1983). ‘Attribution inthe Boardroom: Causal Reasoning in Corporate

Annual Reports’, Administrative Science Quar-terly, 28, pp. 165-183.

Bradbury, M. E., Mak, Y. T. dan Tan, S. M. (2004). “BoardCharacteristics, Audit Committee Characteris-tics and Abnormal Accruals”. Working Paper.Unitec New Zealand dan National Universityof Singapore.

Brandley, G. W. (1978). ‘Self-serving Biases in the Attri-bution Process: A Reexamination of the Fact orFiction Question’. Journal of Personality andSocial Psychology, 36, 56–71.

Brown, K. A. (1984). ‘Eksplaining Group Poor Perfor-mance: An Attribution Analysis’. Academy ofManagement Review, Vol. 9, No.1, pp. 54-63

Choi, I., Nisbett, R. E. and Norenzayan, A. (1999).‘Causal attribution across cultures: variationand universality’. Psychological Bulletin, 125,47–63.

Chtourou, Sanda Marrakchi, Jen Bedard, and LucieCourteau. (2001). Corporate Governance andEarning Management. Working Paper.Universite Laval, Canada.

Eisenhardt. K. M. (1989). Agency theory: An assess-ment and review. Academy of Management Re-view, 14: 57-74.

Epstein, M. J. and Pava, M. L. (1993). The Sharehold-ers’ Use of Corporate Annual Reports. Green-wich, Connecticut; JAI Press.

Fama, E. F., Jensen, M. C., (1983). Separation of owner-ship and control. Journal of Law and Econom-ics 26, 301-325.

Frieswick, K. 2003. The Big, Bad Big Four. CFO Maga-zine: October 1, 2003.

Fuerman, R. & Kraten, M. (2009). The Big Four AuditReport: Should the Public Perceive It as a Labelof Quality? Accounting and the Public Inter-est.

Page 48: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

150

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 129-151

Francis, J. R., Edward L. Maydew, and H. Charles Spark.(1999). The Role of Big 6 Auditors in CredibleReporting of Accruals. Auditing: A Journal ofPractice and Theory, 8: 17-34.

Graves, O. E, Flesher, D. L. and Jordon, R. E. (1996).‘Pictures and the bottom line; the television epis-temology of US annual reports’. Accounting,Organizations and Society, 21(1); 57-88.

Heider, F. (1958). The Psyshology of Interpersonal Re-lations. Willey, New York, pp. 89-108.

Ilgen, D. R., Mitchel, T. R., & Fredrichson, J. W. (1981).‘Poor performers: Supervisors’ and subordi-nates’ responses’. Organization Behavior andHuman Performance, 27, 386-410.

Jensen, M.C., and W.H. Meckling (1976), “Theory ofthe firm: managerial behavior, agency costs andownership structure”, Journal of FinancialEconomics, 3:305"360.

Lee. T. A. and Tweedie, D. P. (1981). The InstitutionalInvestor and Financial Information. London;The Institute of Chartered Accountants in En-gland and Wales.

McKinstry, S. (1996). ‘Designing the annual reports ofBurton PLC from 1930 to 1994’. Accounting, Or-ganizations and Society, 21(1); 89- 111.

Neu, D. (1991). ‘Impression management and the publikaccounting profession’.

Critical Perspectives on Accounting, 2: 295-313

Neu, D. and Wright, M. (1992). ‘Bank failures, stigmamanagement and the accounting establish-ment’.

Pagliarussi, Marcelo S., Tessarolo, Izabella F. and Luz,Antonio Thadeu M., (2008). “AttributionalStatement in Annual Report Narratives: TheJustification of Organizational Performance”.Working Paper.

Phillips and Drew (1991). Accounting for Growth. Lon-don; Phillips and Drew.

Preston, A. M., Wright, C, and Young, J. J. (1996).‘lmag[in]ing annual reports’. Accounting, Or-ganizations and Society, 2l{\): 113-137.

Ross, L, (1977). ‘The Intuitive Psicologist and HisShortcomings: Distortion in the Attribution Pro-cess.’ In L. Berkowitz (ed.), Advances in Ex-perimental Social Psychology, Vol. 10. Aca-demic Press, New York: 269-301.

Salancik, G. R.; Meindl, J. R. (1984) Corporate attribu-tions as strategic illusions ofmanagement con-trol, Administrative Science Quarterly, 29,(2),pp. 238-254.

Schlenker, B. R. (1980). Impression Management: TheSelf Concept, Social Identity, and Interper-sonal Relations. Brooks-Cole, Monterey, CA.

Schipper, K. (1989). ‘Commentary on earnings manage-ment’. Accounting Horizons, December; 91-102.

Smith, S. T. (1992). Accounting for Growth: Strippingthe Camouflage from Company Accounts. Lon-don; Century Business.

Snyder, Melvin L., Walter G. Stephan, and DavidRosenfield. (1978) “Attributionalegotism.” In J.H. Harvey, W. J. Ickes, and R. F. Kidd (eds.),

New Directions in Attribution Research, 2: 91 - 117.Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

Staw, B. M. (1980). ‘Rationality and justification in or-ganizational life’. In Staw, B. M. and Cummings,L. L. (Eds), Research in Organizational Behav-ior, Vol. 2. Greenwich, CT: JAI Press, 45–80.

Steinbart, P. J. (1989). ‘The auditor’s responsibility forthe accuracy of graphs in annual reports; someevidence of the need for additional guidelines’.Accounting Horizons September; 60-70.

Page 49: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

151

POLA ATRIBUSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA............ (Ika Hestu Prasasti dan Baldric Siregar)

Suripto, B. (2007). ‘Atribusi Kinerja oleh Manajemendalam Industri yang Diregulasi: PengujianEmpiris Teori Atribusi Dalam Laporan TahunanIndustri Perbankan di Indonesia’. JurnalAkuntansi dan Manajemen, Vol. 18, No. 3,Desember 2007: 223-236.

Tsang, E. W. K. (2002) Self-serving attributions in cor-porate annual reports: A replicated study. Jour-nal of Management Studies, 39, (1), pp. 51–65.

Weber, R. (1985). Basic Content Analysis, Sage Publi-cation, Beverly Hills, CA.

Weiner, B. (1972). Attribution Theory, AchievementMotivation, and the Educational Process. Re-view of Education Reseach. Pp. 42, 203-215.

Weiner, B. (1995). Attribution Theory in OrganizationalBehavior: A Relationship of Mutual Benefit.St Luis Press, pp 3-6.

Wall Street Journal 1982 “Double Talk Grips BusinessReports as Firms Try to Sugarcoat Bad News.”March 31: 29.

Watts, R. L. and Zimmerman, J. L. (1986). Positive Ac-counting Theory. Englewood Cliffs, NJ; PrenticeHall.

Watts, R. L. and Zimmerman, J. L. (;i990). ‘Positive ac-counting theory; a ten year perspective’. TheAccounting Review, 65{\): 131-56.

Weber, R. (1985). Basic Content Analysis, Sage Publi-cation, Beverly Hills, CA.

Xie, Biao, Wallace N. Davidson III, and Peter J. Dadalt.(2003) . Earning Management and CorporateGovernance: The Role of Board and the AuditCommittee. Journal of Corporate Finance, 9(3): 295-316.

Zuckerman, M. (1979). ‘Attribution of Success andFailure Revisited, or: The Motivational Bias isAlive and Well in Attribution Theory’. Journalof Personality, 47, 245–87.

Page 50: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

153

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)Vol. 21, No. 2, Agustus 2010Hal. 153-170

ABSTRACT

Capital enclosing from Sleman Regency Governmentis done to enhance revenue that comes from the bank’sinterest. The contribution to Local Original Revenuefrom such capital enclosing in the past five years; in2002 was 2.01% from Rp40,795,122,803.56, in 2003 was0.68% from Rp50,457,136,041.85, in 2004 was 1.26% fromRp58,402,599,877.07, in 2005 was 0.95% fromRp79,581,477,340.31, and in 2006 was 1.16% fromRp86,640,745,946.80. The amount of revenue in LocalOriginal Revenue comes from the part of benefit, whichwas gained in the previous years, as the increasedamount according to the amount of capital enclosing.The result of this research can be considered as thestandard of capital adequacy analysis in the Bank ofPasar Sleman in order to know how much the capital isneeded to gain optimum benefit, which in turn will en-hance the Local Original Revenue of Sleman RegencyGovernment.

Keywords: Capital Enclosing, Local Original Revenue

PENDAHULUAN

Penerapan otonomi daerah membawa konsekuensi bagidaerah untuk menyelenggarakan pemerintahan di

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITANRAKYAT “BANK PASAR” SLEMAN TERHADAP PENDAPATAN

ASLI DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SLEMANTAHUN 2001-2005

Retno SusiatiBagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman

Jalan Parasamya, Beran, Sleman, Yogyakarta 55511Telepon +62 274 868405 Fax +62 274 868945

E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

daerah secara mandiri. Penyelenggaraan pemerintahanyang mandiri ini berimplikasi pada kemampuan daerahdalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerahtersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, daerahmempunyai sumber pendapatan daerah yang terdiri daripendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sebagai salah satupendapatan daerah, pendapatan asli daerah merupakansumber keuangan daerah yang digali dari daerah yangbersangkutan yang terdiri dari pajak daerah, retribusidaerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan lain-lain pendapatan yang sah.

Pajak daerah dan retribusi daerah sudah sangatsulit ditingkatkan karena hanya akan membebanimasyarakat dengan pajak dan retribusi yang tinggi,sedangkan dana perimbangan yang diterima olehpemerintah daerah sebagian besar atau bahkan hampirseluruhnya terserap pada biaya untuk penggajianpegawai. Oleh karena itu, pemerintah daerah perluuntuk mengembangkan sumber-sumber pendapatandaerah yang lain. Peluang yang paling memungkinkanuntuk mengembangkan sumber pendapatan daerahadalah pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkanberupa penyertaan modal pada Badan Usaha MilikDaerah (BUMD) yang dalam terminologi regulasisebelumnya disebut perusahaan daerah. Bagian labadari BUMD akan menjadi sumber pendapatan alternatifbagi pemerintah daerah.

Page 51: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

154

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

Dalam regulasi terbaru yang diamanatkan padapasal 177 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah dapatmembentuk BUMD dengan ketentuan pembentukan,penggabungan, pelepasan kepemilikan dan/ataupembubarannya diatur dalam peraturan daerah yangberpedoman dengan peraturan perundang-undangan.Pasal ini mempertegas keberadaan BUMD sebagaisebuah lembaga yang diperlukan oleh pemerintahdaerah sebagai sumber pendapatan alternatif bagipemerintah daerah. Dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang PerusahaanDaerah, disebutkan bahwa modal perusahaan daerahterdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian darikekayaan daerah yang dipisahkan. Oleh karena itu,sebagaimana pemerintah daerah yang lain yang memilikiperusahaan daerah/BUMD, Pemerintah KabupatenSleman menyertakan modal kepada perusahan yangdidirikan.

BUMD yang seluruh modalnya berasal darikekayaan daerah yang dipisahkan, berimplikasi padapengalokasian sebagian dana APBD untuk penyertaanmodal. Pendanaan BUMD sangat tergantung daribesaran modal yang disertakan oleh pemerintah daerah,sehingga pemerintah daerah wajib memberikanpenyertaan modal yang cukup untuk pengelolaanBUMD hingga menghasilkan laba yang ditargetkan.Tanpa adanya dukungan modal yang cukup,dikhawatirkan BUMD hanya akan menjadikan bebanbagi pemerintah daerah. Sumber-sumber keuangandaerah sangat terbatas memunculkan sebuah dilema.Hal ini dikarenakan di satu sisi kebutuhan dana untukpenyelenggaraan pemerintahan tetap harusmendapatkan prioritas, sedangkan di sisi lainpemerintah daerah dituntut untuk mengembangkanBUMD sebagai sumber pendapatan alternatif.

Salah satu tren yang dilakukan sejak dulu olehpemerintah daerah adalah membentuk BUMD yangbergerak dalam bidang keuangan. Demikian juga yangdilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman yangpada tahun 1970 membentuk Perusahaan Daerah BankPasar Sleman.

Perusahaan Daerah (PD) Bank PerkreditanRakyat (BPR) Bank Pasar Kabupaten Sleman sebagaisalah satu BUMD Kabupaten Sleman mendapatkanpenyertaan modal yang disetor secara bertahap. Modalini telah disetor sejak pendirian PD Bank Pasar dengan

jumlah modal yang meningkat setiap tahunnya.Berdasarkan Laporan Tahunan Tahun 2005 PD BPRBank Pasar Kabupaten Sleman, hingga tahun 2005besarnya penyertaan modal dari Pemerintah KabupatenSleman telah mencapai Rp5.054.241.450,00 dan mampumendapatkan bagian laba bersih sebesarRp5.965.765.103,00. Dalam perkembangannya, PD BPRBank Pasar Kabupaten Sleman semakin diterima olehmasyarakat sehingga untuk pengucuran dananyasemakin besar. Dengan demikian, PemerintahKabupaten Sleman perlu memberikan modal tambahanuntuk pengembangan PD. BPR Bank Pasar KabupatenSleman.

Tabel 1Perkembangan Kredit yang Diberikan BPR Bank

Pasar Kabupaten SlemanTahun 2001-2005

No Tahun Jumlah (dalam jutaan rupiah)1 2001 Rp19.3572 2002 Rp21.6803 2003 Rp29.0464 2004 Rp42.0745 2005 Rp63.653

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman.

Dengan adanya tambahan modal dasar tersebutdiharapkan akan ada peningkatan pengucuran kreditsehingga meningkatkan pendapatan PD BPR BankPasar Kabupaten Sleman dan pada akhirnya akanmeningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)Kabupaten Sleman. Berdasarkan uraian tersebut makadiperlukan penelitian untuk menganalisis penyertaanmodal yang dilakukan oleh Pemerintah KabupatenSleman pada Perusahaan Daerah BPR Bank PasarKabupaten Sleman. Analisis tersebut akan mengupaspenyertaan modal tersebut bagi peningkatanpendapatan PD Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar,yang selanjutnya akan meningkatkan PAD KabupatenSleman.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Untuk menjalankan usaha, setiap perusahaanmembutuhkan dana yang diperoleh dari pemilik

Page 52: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

155

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)

perusahaan maupun dari utang. Dana yang diterimaperusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetapuntuk memproduksi barang atau jasa. Konsekuensinyaadalah bahwa untuk membentuk suatu perusahaandiperlukan adanya dana atau modal untuk menunjangoperasional perusahaan. Modal secara klasik diartikansebagai hasil produksi yang digunakan untukmemproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya,pengertian modal mulai bersifat non-physical oriented.Pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli, dankekuasaan memakai, atau menggunakan barang-barangmodal.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut makamodal dapat diartikan sebagai kekuasaan penggunaanbarang-barang modal yang ada dalam perusahaan danbelum digunakan berupa barang-barang konkrit dalamperusahaan maupun daya beli atau nilai tukar barang-barang itu. Apabila dilihat dari neraca sebuahperusahaan, maka selain menggambarkan adanya modalkongkrit dan modal abstrak, juga akan tampak duagambaran modal menurut bentuknya dan menurutsumbernya, yaitu modal yang menunjukkan bentuknyadisebut modal aktif sedangkan yang menunjukkansumber atau asalnya disebut modal pasif. Modal aktiftermasuk pada pengertian modal kongkrit, sedangkanmodal pasif termasuk dalam pengertian modal abstrak.Berdasarkan lamanya perputaran, modal aktif ataukekayaan suatu perusahaan dapat dibedakan menjadiaktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalahaktiva yang habis dalam satu kali putaran prosesproduksi. Proses perputarannya dalam jangka waktuyang pendek, umumnya kurang dari 1 tahun. Sedangkanaktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang tidakatau yang secara berangsur-angsur habis dalam prosesproduksi. Aktiva lancar misalnya berupa piutang daninventori, sedangkan aktiva tetap misalnya tanah,bangunan, dan kendaraan.

Berdasarkan asal modal, modal pasif dapatdibedakan antara modal sendiri dan modal asing, ataumodal badan usaha dan modal kreditur/utang. Modalsendiri yang sering disebut modal badan usaha adalahmodal yang berasal dari perusahaan itu sendiri(cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian,peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, danlain-lain). Modal inilah yang menjadi tanggunganterhadap keseluruhan risiko perusahaan dan secarayuridis modal inilah sebagai jaminan bagi para kreditur.

Sedangkan modal asing atau sering disebut juga modalkreditur adalah modal yang berasal dari kreditur, yangmerupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan.Perusahaan daerah adalah salah satu bentuk BadanUsaha Milik Daerah yang diamanatkan pada pasal 177Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangNomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah yang telah ditetapkan dengan Undang-UndangNomor 8 Tahun 2005 yang berbunyi Pemerintah daerahdapat memiliki BUMD yang pembentukan,penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/ataupembubarannya ditetapkan dengan Perda yangberpedoman pada peraturan perundang-undangan.Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Pasal7, modal perusahaan daerah terdiri untuk seluruhnyaatau untuk sebagian dari kekayaan daerah yangdipisahkan. Hal ini menunjukkan bahwa modalperusahaan daerah harus dipenuhi oleh pemerintahdaerah dalam bentuk penyertaan modal dari kekayaanpemerintah daerah yang dipisahkan.

Pelaksanaan otonomi daerah menempatkanKabupaten/Kota sebagai daerah yang diberi otonomisecara luas dan utuh menjadi tantangan bagi daerahuntuk mengembangkan dan memaksimalkan potensisehingga nantinya terwujud kemandirian daerah.Kemandirian dalam pengelolaan keuangan daerahmenjadi isu krusial saat ini, harapannya daerah akanmampu menggali sumber keuangan sendiri. Dukungankeuangan dari pemerintah pusat nantinya bukan lagimenjadi sumber utama pendanaan penyelenggaraanpemerintah daerah Kabupaten/Kota. Penyelenggaraantugas pemerintah daerah didanai dari APBD, yangsumber pendapatannya diperoleh dari 1) PendapatanAsli Daerah dengan komponen PAD terdiri dari pajak,retribusi, laba BUMD, dan lain-lain pendapatan yangsah; 2) Bagi Hasil dengan komponen bagi hasil berasaldari bagi hasil pajak dan bagi hasil non pajak; dan 3)Subsidi Umum terdiri dari Subsidi Khusus dan PinjamanDaerah.

Sumber pendapatan daerah secara tegasdisebutkan dalam UU Nomor 32 tahun 2004 berasaldari PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatandaerah yang sah. PAD menjadi penting karenapendapatan ini sebagai upaya murni pemerintah daerah

Page 53: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

156

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

dalam mengelola keuangannya. Komposisi pendapatandaerah sampai saat ini masih bertumpu padapendapatan non-PAD, sehingga ke depan menjaditantangan bagi daerah untuk mewujudkan PADsebagai komponen yang lebih berperan dalamperolehan pendapatan daerah. PAD menjaditanggungjawab daerah dalam pencapaiannya dan dapatdijadikan tolok ukur kinerja pemerintah daerah dalammenjalankan perannya. Usaha peningkatan PADmenjadi wacana menarik dan menjadi prioritas daerahpada saat ini, sehingga daerah berlomba bagaimanacara untuk mengoptimalkan PAD. Dalam usahapeningkatan PAD ada beberapa aspek yang menjadikewenangan daerah, dimana memungkinkan daerahuntuk mengatur dan merealisasikannya. Penggaliandana daerah sebagai sumber penerimaan PAD menurutUU Nomor 32 tahun 2004 dapat dilakukan denganberbagai cara, yaitu dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah,Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan Lain-lain PAD yang sah.

Penelitian sebelumnya yang berhubungandengan kinerja perbankan telah banyak dilakukan.Sutanta R. (1996) dengan tujuan penelitian menilai kinerjaBRI unit desa dalam kaitannya dengan provitabilitas,efisiensi usaha, dan risiko usaha. Penelitian inimenganalisis sejauh mana kinerja BRI unit desa ditinjaudari rentabilitas, efisiensi, dan resiko usaha setelahberbagai paket deregulasi yang dikeluarkan olehpemerintah, sehingga dapat dipakai sebagai bahanpertimbangan dalam menentukan langkah yangsebaiknya diambil terutama dalam merencanakanstrategi keuangan. Subagyono (1996) dengan tujuanpenelitian menganalisis penerapan analisis rasio dalaminterpretasi informasi akuntansi sebagai alat bantumanajemen Bank BPD Lampung. Penelitian inimenganalisis apakah laporan keuangan yang disajikantelah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yangtercantum dalam Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan Nomor 31 tahun 1994 dan untuk mengetahuikegunaan analisis rasio dan interpretasi terhadaplaporan keuangan dalam mengambil keputusan dalammanajemen. Heliati (1997) dengan tujuan penelitianmengevaluasi laba BUMD Bank Karya Produksi DesaKabupaten Tingkat II Bandung. Penelitian inimenganalisis kinerja bank, perkembangan laba, danprospeknya, serta ada tidaknya hubungan faktornasabah, peminjam, volume kredit dengan laba bank.

Hendriawan (1998) dengan tujuan penelitian mengetahuiperkembangan kinerja BPR Bandar Lampung menelitiapakah telah sesuai dengan ketentuan-ketentuanperbankan, mengetahui berapa besar pengaruhpenyertaan modal terhadap kinerja BPR serta untukmengetahui apakah prinsip kehati-hatian digunakanoleh manajemen BPR untuk mengambil keputusan dalammengelola dananya. Metode analisis yang digunakanadalah perhitungan rasio berdasarkan Surat KeputusanDireksi Bank Indonesia Nomor 30/12/Kep/DIR danSurat Edaran Bank Indonesia Nomor 30/03/UPPBtanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian TingkatKesehatan Bank Perkreditan Rakyat. Hasil penelitianHendriawan menunjukan bahwa kinerja BPR kurangsehat, pengaruh penyertaan modal Pemda signifikanpositif serta manajemen BPR menggunakan prinsipkehati-hatian dalam mengambil keputusan.

HASIL PENELITIAN

Perkembangan Neraca BPR Bank Pasar KabupatenSleman dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini:

Page 54: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

157

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)

Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 A. AKTIVA 1. Kas 585.420 554.285 377.903 701.952 751.307 2. Sertifikat Bank Indonesia - - - - - 3. Antar-Bank Aktiva 907.401 4.626.802 15.718.501 19.417.125 8.161.340 4. Kredit yang diberikan 17.171.429 19.679.619 24.099.393 36.557.027 60.695.485 5. Penyisihan penghapusan aktiva produktif -/- (368.327) (1.714.388) (254.250) (370.551) (594.677) 6. Aktiva tetap dan Inventaris Kantor a. Tanah dan Gedung 474.966 473.028 473.028 473.028 473.027 b. Akumulasi Penyusutan Gedung -/- (219.895) (239.950) (260.846) (279.382) (291.264) c. Inventaris Kantor 645.056 677.192 1.140.015 1.221.651 1.521.199 d. Akumulasi Penyusutan Inventaris -/- (400.888) (461.941) (528.653) (718.005) (855.985)

7. Antar Kantor Aktiva - - - - - 8. Rupa-rupa Aktiva 780.173 613.409 836.189 844.228 723.491 JUMLAH AKTIVA 19.575.335 24.208.056 41.601.280 57.847.073 70.583.923

B. PASIVA 1. Kewajiban segera yang dapat dibayar 46.210 39.562 64.412 54.840 61.169 2. Tabungan 7.377.132 10.781.393 22.844.612 36.437.686 43.340.453 3. Deposito berjangka 2.493.420 3.890.620 7.191.470 8.617.520 12.116.670 4. Rupa-rupa Pasiva 842.488 299.133 723.839 779.160 1.005.446 5. Modal a. Modal dasar 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 b. Modal Yang Belum Disetor -/- (7.516.186) (6.791.186) (6.445.759) (5.695.759) (4.945.759)

6. Cadangan a. Cadangan Umum 2.357.894 2.768.450 2.844.237 2.845.801 3.222.486 b. Cadangan Bertujuan 1.921.598 2.356.517 2.537.871 2.924.398 3.270.293

7. Laba / Rugi i. Laba 2.052.779 863.567 1.840.598 1.883.427 2.513.164 ii. Rugi -/- - - - - - JUMLAH PASIVA 19.575.335 24.208.056 41.601.280 57.847.073 70.583.923

Tabel 2Perkembangan Neraca BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman

Tahun 2001 – 2005 (dalam ribuan rupiah)

Sumber: Laporan Tahunan BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman tahun 2005.

Perkembangan laporan laba/rugi BPR Bank PasarKabupaten Sleman tahun 2001 sampai dengan tahun2005 ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini:

Page 55: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

158

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

Tabel 3Perkembangan Laba/Rugi BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman

Tahun 2001-2005 (dalam ribuan rupiah)

Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 A. PENDAPATAN OPERASIONAL 5.273.788 5.680.618 7.554.776 9.005.349 12.068.035 1. Bunga a. Dari bank-bank lain i. Giro 1.137 764 1.297 4.845 710 ii. Tabungan 64.640 145.576 187.563 231.226 315.435 iii. Deposito berjangka 7.168 73.311 646.647 379.824 973.179 b. Dari pihak ketiga bukan bank 4.700.916 4.917.751 5.981.525 7.324.241 9.190.933 2. Provisi dan Komisi a. Provisi dan Komisi Kredit 479.339 534.363 723.199 1.047.866 1.560.266 b. Lainnya - - - 9.011 7.495 3. Lainnya 20.588 8.853 14.545 8.336 20.017 B. BEBAN OPERASIONAL 2.567.161 4.518.945 4.989.207 6.310.957 8.590.713

1. Bunga Kepada pihak ketiga bukan bank a. Tabungan 754.777 909.437 1.346.807 1.811.331 2.735.900 b. Deposito berjangka 255.567 477.398 855.715 857.357 1.437.133 2. Premi Asuransi 23.927 27.926 38.428 44.667 49.344 3. Tenaga kerja a. Gaji, upah dan honorarium 708.109 888.897 1.573.250 1.754.841 2.054.516 b. Biaya pendidikan 23.602 18.693 37.553 55.762 89.430 c. Lainnya 101.211 137.641 179.290 364.988 374.961 4. Sewa - - - - - Pajak-pajak (tidak termasuk pajak 3.074 5.211 5.266 12.062 20.179 5. Pemeliharaan dan perbaikan 41.838 46.998 51.726 59.630 119.972 6. Penyusutan / penghapusan a. Aktiva produktif - 1.337.203 127.292 98.000 209.808 b. Aktiva tetap dan inventaris 109.227 97.316 87.608 207.888 217.403 7. Barang dan jasa pihak ketiga 312.671 337.048 412.847 618.559 773.614 8. Lainnya 233.158 235.177 273.425 425.872 508.453

C. 1. Laba Operasional 2.706.627 1.161.673 2.565.569 2.694.392 3.477.322 2. Rugi Operasional - - - - -

D. Pendapatan Non Operasional 188.640 1.027 747 246 44.830 E. Beban Non Operasional - - 1.879 32.051 62.107 F. 1. Laba Non Operasional 188.640 1.027 - - - 2. Rugi Non Operasional - - (1.132) (31.805) (17.277)

G. 1. Laba Tahun Berjalan 2.895.267 1.162.700 2.564.437 2.662.587 3.460.045 2. Rugi Tahun Berjalan - - - - -

H. Taksiran Pajak Penghasilan 842.488 299.133 723.839 779.160 946.881 I. 1. Jumlah Laba 2.052.779 863.567 1.840.598 1.883.427 2.513.164

2. Jumlah Rugi - - - - - Sumber: Laporan Tahunan BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman 2005.

Page 56: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

159

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)

Perusahaan Daerah BPR Bank Pasar KabupatenSleman yang didirikan oleh Pemerintah KabupatenSleman pada tahun 1970 mengalami berbagai dinamikadan perkembangan. Salah satu dinamika adalah modaldisetor yang pada awal pendirian sebesarRp1.000.000,00 kemudian berkembang sampai dengantahun 2005 menjadi Rp.5.000.000.000,00 dari ketentuanmodal dasar yang harus dipenuhi sebesarRp10.000.000.000,00. Besaran modal dasar iniditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten SlemanNomor 30 tahun 1995 tentang Perusahaan Daerah BPRBANK PASAR Kabupaten Sleman, sebagai regulasiterbaru yang mengatur Bank Pasar Sleman.

Eksistensi Bank Pasar Sleman saat ini telahmengakar kuat pada masyarakat Sleman baik padanasabah perorangan maupun Usaha Kecil danMenengah (UKM) yang banyak merasakan manfaatBank Pasar Sleman, karena sesuai dasar pemikiran padaawal pendiriannya yang berusaha melindungimasyarakat Sleman dari berbagai praktik keuangan yangtidak sehat, seperti banyak beroperasinya lintah daratyang menjerat masyarakat dan pengusaha skala kecildan menengah yang ada di Kabupaten Sleman. Dengandemikian, diharapkan akan tumbuh iklim perekonomianyang sehat sehingga akan mendorong pertumbuhanekonomi di Kabupaten Sleman.

Berdasarkan sisi Pemerintah Kabupaten Sleman,keberadaan Bank Pasar Sleman diharapkan menjadisalah satu alternatif sumber penerimaan dalamkomponen PAD, sejalan dengan nuansa otonomidaerah yang berkembang saat ini dimana daerah diberikeleluasaan untuk mengelola potensi bagi kepentinganmasyarakat dan pemerintah daerah. Pengelolaan BankPasar Sleman secara profesional tentunya menjadikeinginan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman yangpada gilirannya akan memberikan kontribusi yangsignifikan pada PAD Kabupaten Sleman .

Eksistensi Bank Pasar Kabupaten Sleman sangattergantung pada ketersediaan modal untuk operasionalperbankan. Ketersediaan modal pada Bank PasarKabupaten Sleman masih mengandalkan padapenyertaan modal yang dilakukan oleh PemerintahKabupaten Sleman sebagai pemilik. Ketergantunganpada penyertaan modal dari Pemerintah KabupatenSleman karena Bank Pasar Sleman belum dapatsepenuhnya mengandalkan operasional perbankannyadari penarikan dana nasabah baik dari deposito maupun

tabungan karena besaran dana yang dapat ditarik belumsecara signifikan dapat memenuhi kebutuhan kredityang dikucurkan. Selain itu, unsur keamanan likuiditasjuga menjadi salah satu alasan dengan penyertaanmodal dari Pemerintah Kabupaten Sleman makakemungkinan terjadi penarikan dana nasabah secarabesar-besaran dapat diatasi, berbeda apabila danadihimpun murni dari nasabah, kemungkinan terjadinyahal tersebut sangat mungkin terjadi karena adanyaperubahan regulasi makro yang sering terjadi padapengaturan perbankan. Untuk menjaga keamanan daneksistensi Bank Pasar Sleman ke depan maka penyertaanmodal menjadi kebijakan yang akan terus dilakukanoleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

Penyertaan modal oleh Pemerintah KabupatenSleman pada Bank Pasar Sleman dari sisi manajemenBank Pasar Sleman dianggap sebagai alternatif terbaikuntuk penambahan modal, karena akan menjagakeamanan likuiditas Bank Pasar Sleman. Penyertaanmodal dari Pemerintah Kabupaten Sleman tetapdiharapkan untuk terus dilakukan dengan besaranmenyesuaikan dengan kondisi faktual Bank PasarSleman saat ini, sehingga akan menjaga eksistensi BankPasar Sleman dan meningkatkan daya saing dengankompetitor. Penyertaan modal dari PemerintahKabupaten Sleman pada Bank Pasar akan terusdilakukan juga karena berdasar pada tujuan awalpembentukannya untuk melindungi masyarakat Slemandari berbagai praktik kegiatan keuangan yang sangatmerugikan masyarakat, di antaranya adalah untukmengantisipasi praktek lintah darat yang sering terjadipada masyarakat tingkat bawah. Bank Pasar KabupatenSleman dibentuk sebagai salah satu wujudtanggungjawab Pemerintah Kabupaten Sleman untukmelindungi masyarakatnya dari berbagai praktikkegiatan keuangan yang sangat merugikan masyarakatdan menghambat pertumbuhan perekonomian.

Beberapa alasan dilakukannya penyertaanmodal Pemerintah Kabupaten Sleman pada Bank PasarSleman adalah 1) Wujud tanggungjawab PemerintahKabupaten Sleman; 2) Menjaga keberlangsungan BankPasar Kabupaten Sleman; 3) Peningkatan sumber PAD;4) Kebutuhan pasar; dan 5) Kecukupan modal. Secarasubstansial penyertaan modal tersebut adalah sebagaiwujud tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Slemanuntuk menjaga kelangsungan PD BPR Bank PasarKabupaten Sleman. Penyertaan modal dilakukan untuk

Page 57: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

160

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

menjamin agar Bank Pasar Kabupaten Sleman tetapeksis. Suntikan dana Pemerintah Kabupaten Slemanakan menjaga kelangsungan operasional Bank Pasar.Hal tersebut dilakukan sebagai wujudpertanggungjawaban pemerintah daerah yangmembentuknya. Bahkan apabila perlu penambahanmodal dapat terus dilakukan meskipun modal dasartelah terpenuhi kalau dipandang hal tersebut dapatmeningkatkan performa perbankan dari Bank Pasar.Dengan demikian, keberadaan Bank Pasar Sleman dapatmemberikan manfaat dan nilai lebih bagi PemerintahKabupaten Sleman dan masyarakat.

Tujuan penyertaan modal yang lain adalahuntuk menjaga kelangsungan Bank Pasar KabupatenSleman. Keberadaan Bank Pasar Kabupaten Slemansangat tegantung pada kebijakan PemerintahKabupaten Sleman, sehingga dari sisi permodalanPemerintah Kabupaten Sleman perlu menjaga cash flowBank Pasar Kabupaten Sleman agar tetap dapatberoperasi secara optimal. Pada dasarnya, pembentukanBank Pasar Kabupaten Sleman adalah untuk menjagakelangsungan usaha kecil dan menengah (UKM) yangada di Kabupaten Sleman, sehingga keberadaan BankPasar Kabupaten Sleman sangat diperlukan untukmelindungi pengusaha kecil dan menengah sertamasyarakat Kabupaten Sleman. Perlindungan kepadaUKM ini pada gilirannya akan menghidupkan rodaperekonomian rakyat yang selanjutnya dapatmendorong perkembangan perkonomian masyarakatbawah. Dengan demikian, keberadaan Bank PasarKabupaten Sleman harus dijaga keberlangsungannyadengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman. Salahsatu kebijakan yang ditempuh untuk tetap menjagaeksistensi dan mengembangkan Bank Pasar KabupatenSleman adalah dengan tetap memberikan penyertaanmodal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa salahsatu tujuan penyertaan modal Pemerintah KabupatenSleman pada Bank Pasar Sleman adalah untuk menjagakeberlangsungan operasional Bank Pasar KabupatenSleman, sehingga dapat beroperasi secara optimal danbisa mendorong perekonomian masyarakat Sleman.

Tujuan penyertaan modal lainnya adalah untukmeningkatkan penerimaan PAD. Sejalan dengansemangat penyelenggaraan otonomi daerah,pemerintah daerah dituntut untuk dapatmengeksplorasi potensi sumber PAD. Salah satu upayayang kemudian dilakukan adalah menggali potensi dari

hasil laba perusahaan daerah yang dimiliki. KabupatenSleman sebagai pemilik Bank Pasar Sleman jugamengharapkan adanya kontribusi dari Bank PasarSleman ini bagi peningkatan penerimaan PAD.Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai pemilik BankPasar Kabupaten Sleman tentunya mengharapkankontribusi berupa penerimaan PAD dari laba bersih BankPasar Sleman dari penyertaan modal yang diberikanpada Bank Pasar Sleman. Kebijakan yang dilakukanoleh Pemerintah Kabupaten Sleman saat ini dari lababersih yang diperoleh dari Bank Pasar Sleman adalahmengkonversi laba bersih tersebut sebagai penyertaanmodal pada tahun berikutnya. Bagian laba bersih yangdiperoleh Pemerintah Kabupaten Sleman dari BankPasar Sleman tahun 2001 sampai dengan tahun 2005adalah Rp821.111.763,00 (2001), Rp345.427.038,00(2002); Rp736.238.961,00 (2003); Rp753.370.629,00(2004); dan Rp1.005.265.563,00 (2005). Pemenuhanmodal dasar tersebut akan mengoptimalkan operasionalBank Pasar Kabupaten Sleman sehingga diharapkanterdapat peningkatan laba bersih yang nantinya akanmenambah penerimaan PAD dari sumber laba BankPasar Kabupaten Sleman. Secara normatif pemenuhanmodal dasar ini dilakukan karena ketentuan yangtertuang dalam Peraturan Daerah yang mengatur BankPasar Sleman. Dengan demikian, salah satu tujuan daripenyertaan modal Pemerintah Kabupaten Sleman padaBank Pasar Sleman adalah untuk meningkatkanpenerimaan PAD dari sumber laba bersih Bank PasarSleman. Imbal balik dari penyertaan modal tersebutadalah adanya penerimaan laba bersih yang akan masukmenjadi sumber penerimaan PAD Kabupaten Sleman.

Sejalan dengan pertumbuhan Bank PasarKabupaten Sleman yang semakin dapat diterima olehmasyarakat, maka kebutuhan masyarakat akankeberadaan Bank Pasar Kabupaten Sleman semakintinggi. Artinya ketika eksistensi Bank Pasar KabupatenSleman semakin diakui oleh masyarakat makaberimplikasi pada semakin banyaknya transaksi yangdilakukan oleh masyarakat baik sebagai penabung,deposan, maupun kreditur. Untuk mengantisipasi haltersebut perlu adanya penambahan modal yang dapatdigunakan untuk meningkatkan operasional Bank PasarKabupaten Sleman untuk menjawab kebutuhan pasar.Bank Pasar Sleman mempunyai pangsa pasar yang samadengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) lain, sehinggakompetitor utama Bank Pasar Sleman saat ini adalah

Page 58: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

161

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)

BPR yang menjamur di wilayah Kabupaten Sleman dansekitarnya dengan segmen pasar adalah masyarakatdan pengusaha skala kecil dan menengah. Penyertaanmodal mestinya dapat dimanfaatkan untuk mencukupikebutuhan pasar, dengan melihat segmentasinya,sehingga penyaluran dana dari Bank Pasar Slemanharus melihat kekuatan pasar.

Kekuatan pasar dari Bank Pasar Sleman lebihpada segmen masyarakat bawah dan usaha kecilmenengah yang bukan menjadi konsentrasi pasar BankUmum. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakatpada keberadaan BPR secara umum menjadi sebuahpotensi yang dapat diraih Bank Pasar Sleman. Untukmerespon kebutuhan pasar tersebut maka ketersediaanmodal sangat diperlukan untuk memenuhi tuntutanpasar, penyertaan modal dari Pemerintah KabupatenSleman pada Bank Pasar Sleman akhirnya menjadipenting dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasarriil tersebut. Untuk memperkuat posisi Bank PasarKabupaten Sleman dalam persaingan dengan lembagaperbankan lainnya ke depan Pemerintah KabupatenSleman akan terus menyertakan modal meskipun modaldasar telah tercapai. Berdasarkan kebutuhan pasarsecara riil tersebut maka Pemerintah Kabupaten Slemanakan tetap menyertakan modal pada Bank PasarKabupaten Sleman untuk memperkuat posisi BankPasar Kabupaten Sleman agar dapat meresponkebutuhan pasar.

Respon pada kebutuhan pasar tersebut jugadapat dilihat dari jumlah loket pembantu untuk layanannasabah. Pada awal berdirinya pada tahun 1970 BankPasar Sleman hanya memiliki 4 cabang pembantu untukmelayani kredit di Pasar Prambanan, Pasar Pakem, PasarGodean dan Pasar Tempel. Kondisi saat ini terdapat 19loket pembantu. Sebelumnya, pernah ada 22 loketpembantu, tetapi kemudian terdapat tiga loket

pembantu yang digabungkan untuk efisiensi yaitu loketpembantu pasar Colombo pada loket pembantu pasarGentan, loket pembantu pasar Bibis pada loketpembantu pasar Gamping dan Godean, serta loketpembantu pasar Potrojayan pada loket pembantu pasarPrambanan dan Tegalsari. Perkembangan loketpembantu untuk layanan nasabah ini menunjukkanbahwa keberadaan Bank Pasar Sleman semakin diterimamasyarakat, sehingga perlu direspon denganmemperbanyak loket pembantu untuk mendekatkanlayanan pada nasabah. Penambahan loket pembantuini tentunya juga terkait dengan kebutuhanpenambahan modal untuk operasionalnya, sehinggapenambahan modal dari penyertaan modal PemerintahKabupaten Sleman sangat perlu dilakukan.

Penambahan jumlah loket pembantu ini diikutidengan penambahan jumlah pegawai Bank Pasar Slemanuntuk menunjang operasionalnya. Perkembanganjumlah pegawai sebanding dengan jumlah loketpembantu yang dibuka untuk mengcover operasionalKantor Pusat dan Loket Pembantu. Demikian jugadengan kualitas pegawai yang semakin membaik dilihatdari tingkat pendidikan pegawai. Komposisi pegawaiBank Pasar Sleman adalah sebagai berikut:

Berdasarkan data pada Tabel 4 terlihat adapeningkatan jumlah pegawai dari tahun 2001 sebanyak54 pegawai menjadi 62 pegawai pada tahun 2005,kualifikasi pendidikan pegawai juga ada kecenderunganmeningkat, serta komposisi pegawai didominasipegawai usia 31 tahun sampai usia 45 tahun, sehinggapotensi untuk meningkatkan performa perusahaan daripotensi sumberdaya manusia di Bank Pasar Slemansangat dimungkinkan. Hal tersebut dapat dijadikanupaya untuk menjawab kebutuhan pasar yang semakinmeningkat, artinya eksistensi Bank Pasar Sleman yangsudah diterima masyarakat juga harus diimbangi

No Tahun Jumlah Pegawai

Tingkat Pendidikan Tingkat Usia SD SLTP SLTA Dipl S1 S2 20-30 31-35 36-40 41-45 46-

1. 2001 54 1 6 26 9 11 1 16 13 13 7 5 2. 2002 52 1 6 23 9 12 1 11 16 13 9 3 3. 2003 53 1 6 23 9 13 1 9 17 15 8 4 4. 2004 54 1 3 26 9 14 1 11 13 15 8 7 5. 2005 62 1 2 30 10 19 - 13 15 12 14 8

Tabel 4Komposisi Pegawai BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman. Data diolah.

Page 59: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

162

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

dengan performa perusahaan yang semakin semakinbaik. Dilihat dari potensi sumberdaya manusia yangdimiliki oleh Bank Pasar Sleman memungkinkan untukmeningkatkan performa untuk mengantisipasikebutuhan masyarakat.

Penyertaan modal yang diberikan pada BankPasar Sleman oleh Pemerintah Kabupaten Slemandilakukan untuk memenuhi kecukupan modal yangdiperlukan untuk operasional perbankan di Bank PasarSleman. Modal yang harus dimiliki Bank Pasar Slemandapat diketahui dari kekuatan pasar, seberapa besarsegmen pasar yang dapat diraih oleh Bank PasarSleman. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran nasabah,besaran kredit yang dikucurkan dengan melihatperkembangan dari tahun-ketahun, serta memprediksiperkembangan beberapa tahun kedepan.Perkembangan tersebut dilihat dari perkembanganperekonomian lokal dan kucuran kredit yang diberikanpada masyarakat. Perkembangan tren pasar tersebutdapat dilihat dari data mengenai perkembangan

nasabah dan kredit yang dikucurkan oleh Bank PasarSleman seperti pada Tabel 5 berikut ini:

Perkembangan penyaluran kredit dan besarandana yang dikucurkan dapat dilihat pada Tabel 5.Nampak dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005terjadi tren peningkatan jumlah nasabah terutama dariKredit Karyawan (KK) dan terlihat bahwa segmen pasarterbesar dari Bank Pasar Sleman adalah PNS, TNI,POLRI, dan Pegawai Swasta dengan kredit yangdikucurkan juga mengalami peningkatan setiap tahun.Sedangkan untuk Kredit Umum (KU) juga mengalamipeningkatan jumlah nasabah maupun besarankreditnya, meskipun secara kuantitatif sangat jauhberbeda dengan segmen Kredit Karyawan (KK). KreditUmum bagi pedagang, pengrajin, industri, dansebagainya ternyata bukan menjadi market share utamadari Bank Pasar Sleman. Perkembangan deposito dandeposan di Bank Pasar Sleman dapat dilihat pada Tabel6 berikut ini:

No. Tahun Nominal (ribuan rupiah) Deposan (orang) 1. 2001 2.493.420 298 2. 2002 3.890.620 346 3. 2003 7.191.470 398 4. 2004 8.617.520 469 5. 2005 12.116.670 601

Tabel 5Perkembangan Nasabah BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman

Tahun 2001 – 2005

Tabel 6Perkembangan Deposito BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman

Tahun 2001 – 2005

Sumber: Laporan Tahunan BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman 2005.

No Jenis Kredit

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005

Rek ( org )

OSC ( 000 )

Rek ( org )

OSC ( 000 )

Rek ( org )

OSC ( 000 )

Rek ( org )

OSC ( 000 )

Rek ( org )

OSC ( 000 )

1.

2.

KK

KU

5.225

304

12.438.967

1.279.689

4.949

333

14.384.319

1.355.622

5.065

348

19.857.781

1.751.495

5.268

390

31.588.898

2.299.392

6.073

473

54.283.518

3.451.843

Total 5.529 13.718.656 5.282 15.739.941 5.413 21.609.276 5.658 33.888.290 6.546 57.735.361

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten SlemanKeterangan: Kredit Karyawan (KK): melayani PNS, TNI/POLRI, dan Pegawai Swasta Kredit Umum (KU): melayani

pedagang, pengrajin, pengusaha, industri, pertanian, kelompok, dan usaha-usaha lain.

Page 60: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

163

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)

Perkembangan deposan maupun nominaldeposito di Bank Pasar Sleman menunjukkanpeningkatan cukup besar tiap tahunnya. Hal inimenunjukkan semakin dipercayanya Bank Pasar Slemanoleh para nasabah sehingga semakin meningkatkankepercayaan nasabah untuk menempatkan dananya diBank Pasar Sleman. Berdasar perkembangan Bank PasarSleman dari pertumbuhan jumlah nasabah dan kredityang dikucurkan maupun dari jumlah deposan sertadeposito di Bank Pasar Sleman, serta kekuatan pasarpada segmen kredit karyawan untuk PNS, TNI/POLRI,dan Karyawan Swasta, maka penyertaan modal olehPemerintah Kabupaten Sleman diperlukan untukmenambah kecukupan modal guna mengantisipasi trenpasar, kekuatan pasar, dan perkembangan ekonomi lokalyang akan meningkatkan perkembangan Bank PasarSleman. Peningkatan kapasitas modal di Bank PasarSleman akan lebih mengoptimalkan operasionalnya danpada gilirannya juga akan meningkatkan pendapatandari Bank Pasar Sleman.

Sejak didirikan pada tahun 1970 dengan dasarPeraturan Daerah Nomor 3 tahun 1962 tanggal 19 Mei1962 tentang Mengadakan Bank Pasar, kemudianditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati SlemanNomor 6/K/1969 tanggal 21 Januari 1969 tentangPenetapan Bank-bank Pasar, dan Keputusan BupatiSleman Nomor 3/K/1970 tanggal 24 Maret 1970 tentangpedoman Pelaksanaan Bank Pasar Daerah KabupatenSleman. Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut,Bank Pasar Kabupaten Sleman mulai beroperasi sejaktahun 1970 hingga sekarang. Pada awal operasionalnyaPemerintah Kabupaten Sleman menyertakan modalsebesar Rp1.000.000,00. Kemudian dalamperkembangannya dengan Peraturan DaerahKabupaten Sleman Nomor 30 tahun 1995 tentangPerusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank PasarKabupaten Sleman ditentukan modal dasar yang harusdipenuhi oleh Pemerintah Kabupaten Sleman menjadiRp10.000.000.000,00. Sampai dengan tahun 2005 modaldisetor pada Bank Pasar Kabupaten Sleman telahmencapai Rp5.054.241.000,00. Perkembangan modaldisetor sampai dengan tahun 2005 ditunjukkan padaTabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7Jumlah Modal Disetor BPR Bank Pasar

Kabupaten SlemanTahun 2001-2005

No. Tahun Jumlah Setoran (Rp)1. 2000 400.000.000,002. 2001 625.000.000,003. 2002 725.000.000,004. 2003 345.427.038,005. 2004 750.000.000,006. 2005 750.000.000,00

Jumlah 5.054.241.450,00

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman.Data diolah.

Bagian laba Bank Pasar Sleman ke PemerintahKabupaten Sleman adalah 40% dari laba bersih setelahpajak. Percepatan pemenuhan modal dasar ini dilakukankarena untuk mendorong peningkatan pendapatan daribagian laba bersih Bank Pasar Sleman. Dalamperhitungan besaran keuntungan yang akan diperoleh,dibandingkan dengan apabila dana tersebutdiwujudkan dalam bentuk deposito hanya akanmemperoleh bunga antara 8% sampai dengan 13%pertahun, sedangkan apabila dimasukkan dalampenyertaan modal pertambahannya mencapai 24%pertahun. Dengan demikian, akan sangatmenguntungkan apabila dana yang dimiliki olehPemerintah Kabupaten Sleman dialokasikan untukpenyertaan modal dibanding apabila didepositokan.Keuntungan lainnya adalah dengan penyertaan modaltersebut akhirnya akan meningkatkan likuiditas BankPasar Sleman sehingga dapat mengoptimalkan kinerjaperbankannya dan terjadi penambahan keuntungan.

PEMBAHASAN

Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Sleman padaBank Pasar Sleman yang dilakukan sejak awal pendiriansampai dengan saat ini, tentunya dengan harapanadanya kontribusi untuk penerimaan dalam PADsebagai sumber pendapatan yang dapat terusdikembangkan. Kontribusi jangka panjang dengankontinuitas operasional Bank Pasar Sleman menjadisalah satu tujuan penyertaan modal, sehingga

Page 61: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

164

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

penerimaan daerah dari laba Bank Pasar Sleman jugaterjaga dalam waktu lama. Skema penyertaan modal inikemudian akan dilakukan kajian apabila telah terjadioptimalisasi keuntungan dari besaran modal yangdisetor. Kebijakan yang dilakukan saat ini adalahPemerintah Kabupaten Sleman akan tetap menyertakanmodal untuk memenuhi ketentuan modal dasar, dansampai setelah modal dasar terpenuhi tetap akanmenyertakan modalnya untuk meningkatkan kapasitasmodal Bank Pasar Sleman yang pada saatnya nantikeuntungan dari laba Bank Pasar Sleman dapatmeningkat yang akhirnya akan meningkatkanpenerimaan dalam PAD Kabupaten Sleman.

Penyertaan modal oleh Pemerintah KabupatenSleman sangat diperlukan, karena kebutuhanoperasional perbankan Bank Pasar Sleman meningkatpesat. Kebutuhan untuk pengucuran kredit meningkatsetiap tahunnya, sebaran nasabahpun saat ini semakinmeluas tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Sleman,tetapi sekitar 40% nasabah berasal dari luar masyarakatSleman, dengan pangsa pasar utama adalah kreditkaryawan. Untuk memperoleh modal dapat jugadilakukan dengan mencari pinjaman dari bank lain,tetapi hal ini kurang menguntungkan bagi PemerintahKabupaten Sleman karena laba Bank Pasar Sleman akanbanyak terserap untuk pembayaran bunga pinjaman.Artinya apabila Pemerintah Kabupaten Sleman tidakmenambah penyertaan modalnya maka akan kehilanganpotensi pendapatannya dari laba Bank Pasar Sleman.

Berdasar perkembangan tentang neraca daritahun 2001 sampai dengan tahun 2005 dapat terlihatbahwa laba Bank Pasar Sleman secara umum mengalamikenaikan sebanding dengan besarnya modal yangdimiliki. Pada tahun 2002 besaran laba menurun, dariRp2.052.779.000,00 pada tahun 2001 menjadiRp863.567.000,00 pada tahun 2002 karena penyisihanpenghapusan aktiva produktif sangat besar yakniRp1.714.388.00,00. sehingga sangat mempengaruhi lababersih yang diperoleh. Apabila dilihat dari kredit yangdikucurkan pada nasabah terjadi peningkatan yangcukup besar. Pada tahun 2002 terjadi penurunan laba,kondisi tersebut terjadi karena tingginya Non Perform-ing Loan (NPL) atau kredit macet yang terjadi di BankPasar Sleman, sehingga kemudian ada penyusutan/penghapusan aktiva produktif yang cukup besar yaknisenilai Rp1.337.203.000,00. Nilai penyusutan/penghapusan ini sangat besar sehingga mempengaruhi

besaran laba yang diperoleh Bank Pasar Sleman.Setoran bagian laba Bank Pasar Sleman kepada

Pemerintah Kabupaten Sleman dari tahun 2001 sampaidengan tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 8 berikutini:

Tabel 8Bagian Laba Diterima Pemerintah Kabupaten

SlemanTahun 2001-2005

No. Tahun Jumlah Setoran Laba (Rp)1. 2001 725.448.450,002. 2002 821.111.763,003. 2003 345.427.038,004. 2004 736.238.961,005. 2005 753.370.629,006. 2006 1.005.265.563,00

Jumlah 6.971.030.666,00

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman. Data diolah.

Dilihat dari Tabel 8, setoran laba Bank PasarSleman pada Pemerintah Kabupaten Sleman dari tahun2001 sampai 2005 terjadi fluktuasi besaran laba yangditerima, akan tetapi setiap tahunnya ada trenpeningkatan besaran laba yang diterima olehKabupaten Sleman. Fluktuasi penerimaan bagian labaPemerintah Kabupaten Sleman tersebut tergantung darilaba yang di peroleh Bank Pasar Sleman. Besaran labayang diperoleh Bank Pasar Sleman tergantung darikeuntungan operasional perbankannya yangdipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara luas dankebijakan perbankan yang diterapkan pemerintah.Untuk mengetahui perkembangan modal disetor danpersentase perkembangannya dapat dilihat pada Tabel9 berikut ini:

Page 62: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

165

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)

Pada tahun 2001 Pemerintah Kabupaten Slemantidak menambahkan penyertaan modal, karena padawaktu itu ada kebijakan yang memprioritaskan padapeningkatan layanan publik, sehingga bagian laba dariBank Pasar Sleman dialihkan alokasinya tidakditambahkan pada penyertaan modal tetapi dialihkanpada kegiatan-kegiatan yang berhubungan denganpeningkatan layanan dasar kepada masyarakat. Bagianlaba pada tahun 2001 yang diperoleh dari hasiloperasional Bank Pasar Sleman tahun 2000 sebesarRp563.869.620,00 tidak dimasukkan sebagai penyertaanmodal seperti pada tahun-tahun sebelumnya.Penambahan penyertaan modal dilakukan lagi padatahun 2002 dengan mengkonversi bagian laba yangdiperoleh pada tahun 2001 untuk dijadikan modaldisetor pada Bank Pasar Sleman.

Berdasarkan pada data tersebut terlihat adanyapeningkatan persentase jumlah modal disetor setiap

tahunnya. Sampai tahun 2005 persentase jumlah modaldisetor menjadi 50,54% dari modal dasar. Berdasarkanperkembangan tersebut terlihat ada upaya dariPemerintah Kabupaten Sleman untuk memenuhi modaldasar yang ditetapkan, dengan pemenuhan modal dasartersebut diharapkan akan meningkatkan jumlah kredityang dikucurkan. Dengan peningkatan jumlah kredittersebut akan meningkatkan pendapatan Bank PasarSleman yang pada gilirannya juga akan meningkatkanbagian laba yang diperoleh Pemerintah KabupatenSleman.

Penyertaan modal dari Pemerintah KabupatenSleman sebagai salah satu sumber likuiditas untukoperasional perbankan Bank Pasar Sleman, sampai saatini cukup memberikan arti bagi peningkatan jumlahkredit yang dikucurkan, kondisi ini dapat terlihat dariTabel 10 berikut ini:

Tahun Tambahan Modal (Rp)

Jumlah Modal Disetor (Rp)

Persentase Modal Disetor dari

Modal Dasar (%)

Peningkatan Modal Disetor

(%)

2001 0 2.483.814.000,00 24,84 0

2002 725.000.000,00 3.208.814.000,00 32,09 7,25

2003 345.427.000,00 3.554.241.000,00 35,54 3,45

2004 750.000.000,00 4.304.241.000,00 43,04 7,50

2005 750.000.000,00 5.054.241.000,00 50,54 7,50

Tabel 9Perkembangan Modal Disetor BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman

Tahun 2001 – 2005

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman. Data diolah.

Tabel 10Perkembangan Jumlah Kredit Tahun 2001 - 2005

Tahun Modal Disetor Jumlah Kredit PeningkatanJumlah Kredit (%)

2001 2.483.814.000,00 17.171.429.000,00 12,982002 3.208.814.000,00 19.679.619.000,00 14,612003 3.554.241.000,00 24.099.393.000,00 22,462004 4.304.241.000,00 36.557.027.000,00 51,692005 5.054.241.000,00 60.695.485.000,00 66,03

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman. Data diolah.

Page 63: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

166

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

Menurut data pada Tabel 10, jumlah kredit yangdikucurkan Bank Pasar Sleman meningkat setiaptahunnya. Dengan adanya penambahan jumlah modaldisetor akan meningkatkan jumlah kredit yang dapatdikucurkan oleh Bank Pasar Sleman. Peningkatanjumlah kredit yang dikucurkan Bank Pasar Sleman selaindari penambahan modal disetor tentunya juga berasaldari dana nasabah dan dana pinjaman pihak ketiga.Secara jelas terlihat dari data tersebut bahwa peningka-tan jumlah modal disetor sangat berpengaruh padapeningkatan jumlah kredit yang bisa diberikan.

Sebanding dengan peningkatan kredit yangdikucurkan akan meningkatkan pendapatan Bank PasarSleman yang akhirnya juga akan meningkatkan bagianlaba yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Sleman.Perkembangan laba tersebut akan terlihat pada Tabel11 berikut ini:

Berdasarkan data pada Tabel 11, terlihatfluktuasi laba yang diperoleh Bank Pasar Sleman.

Besaran jumlah kredit yang dikucurkan tidakberpengaruh langsung pada besaran laba yangdiperoleh, laba yang diperoleh ditentukan oleh faktorsuku bunga yang menjadi kebijakan pemerintah atauadanya kondisi lain yang turut menentukan perolehanlaba. Penurunan laba yang cukup besar disebabkankarena tingginya NPL yang berakibat pada penyusutanaktiva produktif dan mengurangi cadangan modal,akibatnya perolehan laba juga mengalami penurunandrastis. Dampak dari penurunan laba yang diperolehBank Pasar Sleman tersebut akan mengurangi bagianlaba yang akan diterima oleh Pemerintah kabupatenSleman. Bagian laba yang akan diperoleh PemerintahKabupaten Sleman tergantung pada besaran laba yangdiperoleh Bank Pasar Sleman.

Perkembangan bagian laba yang diperolehPemerintah kabupaten Sleman dapat dilihat dari Tabel12 berikut ini:

Tabel 11Perkembangan Laba Tahun 2001 – 2005

Tabel 12Perkembangan Bagian Laba Pemerintah Kabupaten Sleman

dari Modal Disetor, Tahun 2001 – 2005

Tahun Jumlah Kredit (Rp) Laba Bank Pasar (Rp) Perkembangan Laba (%)2001 17.171.429.000,00 2.052.779.000,00 45,622002 19.679.619.000,00 863.567.000,00 -57,932003 24.099.393.000,00 1.840.598.000,00 113,142004 36.557.027.000,00 1.883.427.000,00 2,332005 60.695.485.000,00 2.513.164.000,00 33,44

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman. Data diolah.

Bagian Laba Persentase Bagian labaTahun Modal Disetor Kabupaten Sleman dari Modal Disetor (%)2001 2.483.814.000,00 821.111.763,00 33,062002 3.208.814.000,00 345.427.038,00 10,762003 3.554.241.000,00 736.238.961,00 20,712004 4.304.241.000,00 753.370.629,00 17,502005 5.054.241.000,00 1.005.265.563,00 19,89

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman. Data diolah.

Page 64: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

167

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)

Bagian laba yang diperoleh PemerintahKabupaten Sleman dari modal disetor pada Bank PasarSleman cukup besar yaitu berkisar antara 10% sampaidengan 19% dari jumlah modal yang disetor. Kisaranini cukup besar apabila dibandingkan dengan bentukinvestasi lain misalnya dalam bentuk deposito. BagiPemerintah Kabupaten Sleman meskipun laba yangdiperoleh dari Bank Pasar Sleman fluktuatif tetapi masihcukup menguntungkan bagi pendapatan dalam PADPemerintah Kabupaten Sleman. Sampai dengan tahun2005 bagian laba yang diperoleh Pemerintah KabupatenSleman masih cukup besar dan dianggap cukupmenguntungkan, sehingga penyertaan modal ke BankPasar Sleman masih tetap perlu dilakukan.

Perkembangan bagian laba PemerintahKabupaten Sleman dari jumlah kredit yang dikucurkanBank Pasar Sleman terlihat pada Tabel 13 berikut ini:

Perkembangan modal disetor, jumlah kredit, labaBank Pasar, dan bagian laba diterima PemerintahKabupaten Sleman Pertahun (2001 – 2005) secarakomprehensif dapat dilihat dari Tabel 14 sebagai berikut:

Apabila dilihat dari peningkatan jumlah kredityang dikucurkan terjadi peningkatan sangat besarsampai 66,03 % dari tahun sebelumnya, tetapipendapatan laba Bank Pasar Sleman tidak menunjukkanangka sebanding. Hal tersebut terjadi karena adanyakebijakan perbankan yang ditetapkan oleh pemerintahmelalui Bank Indonesia yang menetapkan suku bungatinggi pada tabungan dan deposito, sehinggapendapatan dari operasional Bank Pasar Sleman banyakdialokasikan untuk memberikan bunga bagi dananasabah yang disimpan dalam bentuk tabunganmaupun deposito. Pendapatan yang diperoleh BankPasar Sleman baik pengucuran kredit maupun

Tabel 13Perkembangan Laba Diperoleh dengan Jumlah Kredit

Tahun 2001- 2005

Tabel 14Perkembangan Modal Disetor, Jumlah Kredit, Laba Bank Pasar, dan

Bagian Laba diterima Pemerintah Kabupaten Sleman, Tahun 2001 – 2005

Bagian Laba Persentase Bagian labaTahun Modal Disetor Kabupaten Sleman (Rp) dari Modal Disetor (%)2001 17.171.429.000,00 821.111.763,00 4,782002 19.679.619.000,00 345.427.038,00 1,752003 24.099.393.000,00 736.238.961,00 3,062004 36.557.027.000,00 753.370.629,00 2,062005 60.695.485.000,00 1.005.265.563,00 1,66

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman. Data diolah.

Bagian LabaTahun Modal Disetor (%) Jumlah Kredit (%) Laba Bank Pasar (%) Kabupaten Sleman (%)

2001 2.483.814.000,00 0 17.171.429.000,00 12,98 2.052.779.000,00 45,62 821.111.763,00 45,622002 3.208.814.000,00 29,19 19.679.619.000,00 14,61 863.567.000,00 -57,93 345.427.038,00 -57,932003 3.554.241.000,00 10,76 24.099.393.000,00 22,46 1.840.598.000,00 113,14 736.238.961,00 113,142004 4.304.241.000,00 21,10 36.557.027.000,00 51,69 1.883.427.000,00 2,33 753.370.629,00 2,332005 5.054.241.000,00 17,42 60.695.485.000,00 66,03 2.513.164.000,00 33,44 1.005.265.563,00 33,44

Sumber: BPR Bank Pasar Kabupaten Sleman. Data diolah.

Page 65: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

168

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

pendapatan lainnya banyak terserap untuk pemberianbunga bagi nasabah sehingga akan mengurangi jumlahpendapatan yang diterima Bank Pasar Sleman. Besaranpendapatan yang diperoleh Bank Pasar Slemanmempengaruhi penerimaan Pemerintah KabupatenSleman dari bagian laba, sehingga besaran yang akanditerima Pemerintah Kabupaten Sleman tergantungpada pendapatan yang diperoleh Bank Pasar Sleman.

Meskipun apabila dilihat dari persentase labayang diterima sangat fluktuatif dan bahkan terkadangmenurun. Nominal pendapatan yang diterimaPemerintah Kabupaten Sleman apabila diamati pertahunterjadi trend peningkatan, berapapun besaran laba yangditerima Pemerintah Kabupaten Sleman dari data limatahun terakhir ini masih sangat menguntungkan bagiPemerintah Kabupaten Sleman, dibandingkan apabiladana yang ada tersebut disimpan dalam bentuk depositomaupun tabungan, sehingga penyertaan modal padaBank Pasar Sleman masih perlu dilakukan. Pendapatandari laba Bank Pasar Sleman tersebut masih menjadisalah satu sumber penerimaan PAD Kabupaten Slemandan masih dapat dioptimalkan, seiring denganpeningkatan kinerja perbankan dari Bank Pasar Sleman.

Penyertaan Modal yang dilakukan olehPemerintah Kabupaten Sleman pada Bank Pasar Slemandisamping untuk alasan yang telah dielaborasi diatasjuga karena keinginan dari Pemerintah KabupatenSleman untuk memperoleh pendapatan dari bagian labayang diperoleh Bank Pasar Sleman sebagai salah satusumber penerimaan dalam PAD. Besaran kontribusibagian laba Bank Pasar Sleman bagi PAD KabupatenSleman adalah sebagai berikut:

Apabila dilihat dari besaran persentasepenerimaan Pemerintah Kabupaten Sleman dari labaBank Pasar Sleman jika dibandingkan dengan PADKabupaten Sleman, masih sangat kecil, selama tahun2002 sampai dengan 2006 kontribusi yang diberikandari penerimaan laba Bank Pasar Sleman berada dalamkisaran terendah 0,95 % sampai tertinggi 2,01 %. Tetapibesaran kontribusi penerimaan laba ini sangattergantung pada besaran PAD, karena sumberpenerimaan PAD Kabupaten Sleman lebih banyakberasal dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah.Sampai saat ini kontribusi penerimaan PAD KabupatenSleman dari hasil kekayaan yang dipisahkan sepertihalnya dalam Bank Pasar Sleman maupun BUMDlainnya memang belum menunjukkan angka yang besar.

Meskipun jika dilihat dari persentase, kontribusipada PAD masih sangat kecil, tetapi secara akumulatifbila dibandingkan antara modal yang disetor denganperolehan laba menunjukkan jumlah nominal yangcukup besar. Akumulasi modal disetor sampai tahun2005 sebesar Rp5.054.241.000,00 sedangkan akumulasiperolehan laba sampai tahun 2005 yang disetor tahun2006, mencapai Rp6.971.030.666,00. Berdasarkan haltersebut terlihat ada selisih keuntungan sebesarRp1.916.789.666,00 atau ada peningkatan 137,92 % dariakumulasi modal disetor. Akumulasi penerimaan inidihitung sejak tahun 1970 sampai dengan tahun 2005.Besaran penerimaan laba ini cukup besar dan telahmelampaui besaran modal disetor.

Dalam perkembangan sekarang, adakecenderungan peningkatan besaran penerimaan setiaptahunnya sejalan dengan jumlah modal disetor.

Tabel 15Kontribusi Bagian Laba Bank Pasar Sleman pada

PAD Kabupaten Sleman, Tahun 2002-2006

Tahun Bagian Laba PAD Persentase2001 821.111.763,00 40.795.122.803,56 2,012002 345.427.038,00 50.457.136.041,85 0,682003 736.238.961,00 58.402.599.877,07 1,262004 753.370.629,00 79.581.477.340,31 0,952005 1.005.265.563,00 86.640.745.946,80 1,16

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

Page 66: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

169

KONTRIBUSI PENYERTAAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT “BANK PASAR”............... (Retno Susiati)

Penambahan modal disetor tersebut akan meningkatkanoperasional perbankan. Peningkatan jumlah kreditdikucurkan tersebut berjalan seiring denganpenambahan modal disetor, artinya kenaikan modaldisetor akan menaikkan jumlah kredit. Berdasarkenaikan jumlah kredit tersebut selanjutnya akanmeningkatkan pendapatan Bank Pasar Sleman.Peningkatan pendapatan tersebut pada gilirannya akanmeningkatkan pendapatan Pemerintah KabupatenSleman yang berasal dari pembagian laba.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penyertaan modal dilakukan sebagai wujudpertanggungjawaban Pemerintah Kabupaten Slemanuntuk menjaga kelangsungan Bank Pasar Sleman agardapat terus beroperasi sehingga tujuan pembentukanBank Pasar Sleman untuk melindungi masyarakatSleman terutama usaha kecil dan menengah dariberbagai praktik keuangan yang tidak sehat dapatterwujud. Di samping itu, penyertaaan modal dapatmendorong pertumbuhan perekonomian di KabupatenSleman sekaligus berperan menjadi sumber penerimaanPAD bagi Pemerintah Kabupaten Sleman. Penyertaanmodal oleh Pemerintah Kabupaten Sleman pada BankPasar Sleman dilakukan untuk menjawab kebutuhanpasar, karena dalam perkembangannya Bank PasarSleman semakin diterima dan dibutuhkan olehmasyarakat, sehingga untuk meningkatkan eksistensiBank Pasar Sleman agar dapat memenuhi kebutuhanmasyarakat dengan peningkatan pengucuran kreditdiperlukan suntikan modal. Eksistensi Bank PasarSleman semakin menguat dengan market share yangmelampaui batas administratif Kabupaten Sleman. BankPasar Sleman dapat memberikan kontribusi padapenerimaam PAD Pemerintah Kabupaten Slemandengan cukup besar sebanding dengan penyertaanmodal yang diberikan. Pembagian laba dari Bank PasarSleman cukup berarti sebagai salah satu sumberpenerimaan PAD yang dapat dikembangkan lebih lanjut,karena adanya tren semakin meningkatnya kinerja BankPasar Sleman tersebut. Eksistensi Bank Pasar Slemanyang semakin diterima dan dipercaya masyarakatSleman dan sekitarnya bisa menjadi potensi besar untukdikembangkan dan nantinya dapat dijadikan alternatif

utama untuk meraup penerimaan PAD PemerintahKabupaten Sleman dari komponen hasil pengelolaankekayaan daerah yang dipisahkan.

Saran

Perlunya dilakukan analisis kecukupan modal untukmengetahui seberapa besar modal yang diperlukanhingga tercapai titik optimal dalam perolehan laba.Analisis ini dapat dilakukan dengan melihat kekuatanpasar, segmen pasar, tren pasar, dan sumberdaya yangdapat digunakan untuk mengoptimalkan keberadaanBank Pasar Sleman.

DAFTAR PUSTAKA

Heliati, Ratni. (1997). Tesis: Evaluasi Laba BUMD BankKarya Pruduksi Desa Kab. Dati II Bandung.Yogyakarta: MEP UGM.

Hendriawan. (1998). Tesis: Pengaruh PenyertaanModal Pemda Terhadap Kinerja BPRKotamadya Bandar Lampung. Yogyakarta:MEP UGM

Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis danEkonomi. Jakarta: Erlangga.

Laporan Tahunan Tahun 2005 (2005). PD BPR “BankPasar” Kabupaten Sleman.

Nick Devas dkk. (1998). Keuangan Pemerintah Daerahdi Indonesia, Jakarta: UI Press.

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 30 Tahun1995 tentang Perusahaan Daerah BankPerkreditan Rakyat “Bank Pasar” KabupatenDaerah Tingkat II Sleman.

Pratikno. (2002). Silabus dan Pointer; KeuanganDaerah. Yogyakarta: MEP UGM.

Rangkuti, Freddy. (2003). Riset Pemasaran. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama dan Sekolah TinggiEkonomi IBII

Page 67: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

170

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 153-170

Riwu Kaho, Josef. (1998). Prospek Otonomi Daerah diNegara RI. Jakarta: Rajawali Pers.

Subagyono, Untung. (1996). Skripsi: PenerapanAnalisis Rasio Dalam Interprestasi InformasiAkuntansi Sebagai Alat Bantu ManajemenBank. Bandar Lampung: FE UBL.

Sutanta, R. Sri. (1996). Skripsi: Penilaian Kinerja BRIUnit Desa Dalam Kaitannya DenganProfitabilitas, Efisiensi Usaha, dan ResikoUsaha. Yogyakarta: FE UGM.

Taswan. (2006). Manajemen Perbankan Konsep,Teknik, dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP STIMYKPN.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentangPerusahaan Daerah.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentangPerbankan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah.

Page 68: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

171

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA............... (Sarwoko)Vol. 21, No. 2, Agustus 2010Hal. 171-179

ABSTRACT

This paper investigate the co-movement and the causalrelationship among GDP, Tourism Receipts, and Ex-change Rate in a multivariate model using annual dataspanning 1970-2008. To test the unit root, we employedADF test and PP test. To test cointegration we usedJohansen dan Joselius model (1990). The results ofGranger causality test from the ECM shows that Tour-ism Receipt has Granger-cause movements in GDP, butnot on contrary. Exchange Rate also has Granger-causemovements in GDP, but on contrary.

Keywords: GDP, Tourism, Exchange Rate, ECM

PENDAHULUAN

Sektor pariwisata telah banyak menghasilkan devisamaupun menciptakan kesempatan kerja baik padanegara-negara industri maupun negara-negaraberkembang. Secara global, pada tahun 2007 jumlahwisatawan internasional mencapai 903 juta orang, naik350 juta orang (63%) dari tahun 1994 atau setiap tahunnaik rata-rata 5%. Para wisatawan internasional tersebutmembelanjakan uangnya sebanyak US$ 856 trilliun,lebih banyak US$ 502 trilliun (142%) daripada tahun1994, atau rata-rata naik 11% setiap tahun dalam kurunwaktu tersebut. Pada tahun 2006 dimana penerimaandevisa kurang lebih sebanyak US$ 680 trilliun, hampir

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAPPEREKONOMIAN INDONESIA

SarwokoSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi BBANK Yogyakarta

Jalan. Magelang KM 8 Nomor.10C, Jombor Yogyakarta 55284Telepon +62 274 866800, Fax. +62 274 866800

E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

setengahnya, $326 billion diterima oleh negara-negaradi kawasan Eropa, sementara hampir seperempatnya,$157 trilliun diterima oleh negara-negara di kawasanAsia-Pasific, (World Tourism Organization, WTO 2007).Sejak tahun 1970 sektor pariwisata telah banyakmemberikan sumbangan yang tidak kecil padaperekonomian nasional seperti yang terlihat dalamGambar 1 berikut ini:

Gambar 1Penerimaan Devisa

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa adakecendurungan bahwa penerimaan devisa mengalamikenaikan sejak tahun 1970-2008. Secara absolut,

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005

DVISA

Page 69: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

172

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 171-179

penerimaan devisa terbesar terjadi pada tahun 1996 yaitusebesar $6,31 milyar dengan jumlah kunjungan 5.034.472orang. Secara relatif, pertumbuhan terbesar penerimaandevisa terjadi pada tahun 1996 juga, yaitu 64,06%. Rata-rata pertumbuhan penerimaan devisa pada kurun waktu1970-2008 lebih daripada 25%. (Depparsenbud, 1998;P2DSJ, 2007).

Dalam posisi penerimaan devisa nasional,pariwisata tahun 2008 menempati posisi ketiga setelahminyak dan gas bumi, kelapa sawit; tahun 2007 posisikelima setelah minyak dan gas bumi, minyak kelapasawit, karet olahan, dan pakaian jadi. Tahun 2006posisinya berada di tingkat keenam. Tahun 2007menunjukkan dampaknya berupa nilai produksi totalRp362,10 triliun, yang berarti 4,62% dari total produksinasional yang sebesar Rp7.840,57 trilliun, menghasilkannilai tambah sektoral Rp169,67 triliun atau 4,29% dariProduk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang sebesarRp3.957,40 trilliun, mempekerjakan 5,22 juta orang atausama dengan 5,22% dari lapangan kerja nasional yangsebesar 99,93 juta orang, menghasilkan upah dan gajisebesar Rp53,88 trilliun atau sama dengan 4,43% daritotal upah nasional yang sebesar Rp1.216,83 trilliun,dan menghasilkan pajak sebesar Rp6,31 trilliun atausama dengan 4,09% dari total penerimaan pajak nasionalyang sebesar Rp154,31 trilliun (Hutabarat, 2009).

Walaupun sektor pariwisata tumbuh dengancepat di Indonesia, tetapi masih sangat sedikit penelitiyang mengangkat topik tentang pengaruh sektorpariwisata terhadap perekonomian Indonesia. MuhittinKaplan dan Tuncay Celik (2008), Kasman dan Kasman’s(2004), serta Gundus dan Hatemi’s (2005) melakukanpenelitian dengan topik tersebut di negara Turki. Hasildari berbagai penelitian tersebut menyatakan bahwahipotesis tourism-led growth (TGL) valid di negaraTurki. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis peranansektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Berlawanan dengan hasil penelitian tentang hipotesisexport-led growth (EGL) yang menyatakan bahwaterdapat hubungan kausal antara ekspor barang-barangdagangan dengan pertumbuhan ekonomi (Emilio J.Medina-Smith, 2001, Per-Ola Maneschiold, 2008, AndréC. Jordaan, 2007), penelitian tentang hubungan kausalantara ekspor barang-barang bukan dagangan seperti

hubungan antara pariwisata dengan pertumbuhanekonomi jumlahnya masih sangat terbatas dan hasilnyabelum tentu valid dan tidak valid. Banyak peneliti yangmendukung hipotesis tourism-led growth, 3 diantaranya adalah Balaquer dan Cantavella-Jorda(2002), Dristakis (2004), serta Muhittin Kaplan danTuncay Çelik (2008) yang masing-masing untuk negaraYunani, Spanyol, dan Turki dengan menganggap bahwasektor pariwisata sebagai penentu pertumbuhanekonomi di negara-negara tersebut.

Balaquer dan Cantavella-Jorda (2002), dalampenelitiannya di Spanyol, menggunakan sampel datatime series antara tahun 1975-1997 menguji hipotesistersebut dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwahipotesis tourism-led growth terbukti di Spanyol danmenunjukkan bahwa sektor pariwisata berpengaruhlangsung terhadap pertumbuhan ekonomi di Spanyol.Dristakis(2004), dengan topik penelitian yang hampirsama, melakukan penelitian efek jangka panjang sektorpariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Yunanimeliputi periode antara tahun 1960-2000. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa terdapat ko-integrasiGross Domestic Product (GDP), nilai tukar rill, danpendapatan devisa dari wisatawan internasional keYunani, tetapi ada kausalitas dua arah antarapenerimaan devisa dengan pertumbuhan ekonomi danantara pertumbuhan ekonomi dengan nilai tukar.Dristakis (2004) menyimpulkan bahwa di Yunaniberlaku hipotesis tourism-led growth dan hipotesisgrowth-led tourism.

Muhittin Kaplan dan Tuncay Çelik (2008)menganalisis hubungan jangka panjang antaraperkembangan pariwisata dengan kinerja ekonomi Turkipada periode 1963-2006. Analisis empiris denganprosedur Vector Autoregressive (VAR) menunjukkanadanya satu kointergrasi di antara variabel-variabeloutput riil, penerimaan riil sektor pariwisata, dan nilaitukar riil. Hasil uji kausalitas menunjukkan adanyasatu arah kausalitas bahwa penerimaan sektorpariwisata dan nilai tukar berpengaruh terhadap out-put riil di Turki.

Peneliti yang berlawanan dengan pendapat diatas adalah Surachai Chancharat (2008), Oh. C.O. (2005),dan Kim dkk. (2006). Surachai Chancharat (2008)melakukan penelitian tentang gerak bersama danhubungan jangka panjang antara GDP riil,pengembangan pariwisata, dan nilai tukar di Thailand

Page 70: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

173

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA............... (Sarwoko)

dengan model multivariat menggunakan data tahun1979-2007. Dengan uji Gregory dan Hansen (1996)meliputi uji structural break memberikan bukti yanglemah tentang adanya hubungan antarapengembangan pariwisata dengan pertumbuhanekonomi di Thailand. Oh (2005) berpendapat bahwaapakah hipotesis tourism-led growth berlaku di sebuahnegara yang sumbangan sektor pariwisata terhadapGDP relatif sangat besar berdasarkan data tahun 1975-2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adahubungan jangka panjang antara pertumbuhanekonomi dan pariwisata. Di samping itu, hasil penelitianmemberikan bukti bahwa pertumbuhan ekonomimenyebabkan perkembangan pariwisata daripadasebaliknya. Kim dkk.(2006) meneliti apakah pendapatOh (2005) dapat digeneralisir untuk Taiwan dalamperiode 1956-2002. Peneliti menganalisis hubunganjangka panjang antara pertumbuhan ekonomi danpariwisata dan menguji arah kausalitas antara duavariabel itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat hubungan jangka panjang antara pertumbuhanekonomi dan pariwisata dan terdapat hubungan duaarah antara dua variabel itu.

Secara umum, bukti empiris menyatakan bahwapariwisata memiliki pengaruh jangka panjang terhadappertumbuhan ekonomi untuk negara-negara dimanasumbangan pariwisata terhadap GDP relatif tinggi. Halitu menunjukkan bahwa pariwisata berpengaruhterhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang setelahmencapai pada suatu ambang batas tertentu. Penelitianini menggunakan data sekunder yang meliputi dataGDP riil nasional, penerimaan devisa dari sektorpariwisata, dan nilai tukar mata uang rupiah terhadapUS$. Data sampel digunakan tahun 1970-2008. Sumberdata untuk variabel-variabel GDP dan nilai tukar dariInternational Financial Statistic (IFS), sementaravariabel penerimaan sektor pariwisata dari DepartemenPariwisata, Seni dan Budaya, buku Pariwisata dalamangka Oktober 1998, Pusat Pengelolaan Data dan SistemJaringan (P2DSJ), buku Statistik Kebudayaan danPariwisata 2007, dan berbagai terbitan lainnya.

Fungsi permintaan jasa pariwisata dapatdirumuskan sebagai berikut:

Gdp = f( Dvisa, Kurs)

Sementara bentuk fungsi yang digunakan adalahbentuk log-linier.

LGdpji = βββββ0 + βββββ1 Ldvisaij + βββββ2 Lkursij + u (1)

dimana:Gdpij = Produk Domestik Bruto riil nasional dalam

jutaan US$Dvisaij = Penerimaan devisa nasional dalam jutaan US$Kursij = Kurs rupiah terhadap US$

Persamaan tersebut kemudian diestimasidengan menggunakan metode Ordinary Least Square(OLS). Oleh karena dalam analisis ini menggunakan dataruntut waktu, maka agar hasil regresi tidak mengalamiregresi lancung (spurious regrestion), maka beberapateknik statistik dan langkah-langkah tertentu harusdilakukan. Untuk menguji stasionaritas, semua variabeldiuji dengan uji akar-akar unit yang dikembangkan olehDickey-Fuller, Augmented Dickey-Fuller (1981), Phillips-Perron (1988).Pertama, uji akar-akar unit menggunakan AugmentedDickey-Fuller (ADF test) adalah sebagai berikut:

nΔYt = α1 + α2t + ρYt-1 + δi —”Yt-i + ε1t (2)

i=1dimana :εεεεε1t adalah variabel pengganggu yang bersifat whitenoise.Yt adalah variabel yang ingin diperiksa stasionaritasnya(variabel-variabel dependen maupun independen)ΔYt = (Yt – Yt-1) adalah operator beda pertamai adalah waktu kelambanan ke udik (lag length)t adalah variabel time trend.ΣΔYtt-i adalah jumlah optimal kelambanan (optimal laglength) dari selisih atau beda pertama pada variabel Yyang ditentukan dengan menggunakan kriteriainformasi Schwartz (Schwartz Information Criteria,SIC) atau kriteria informasi Akaike (Akaike Informa-tion Criteria, AIC).

Jika hipotesis nol ditolak (Ho: ρ=0), maka dapatdisimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut stasioner.Uji akar-akar unit dari Augmented Dikey-Fuller (ADFunit root test) menguji setiap variabel time series apakahvariabel-variabel tersebut berintegrasi. Uji ADF inimenghasilkan sebuah parameter yang akan

Page 71: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

174

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 171-179

mengkoreksi korelasi serial dengan mengasumsikanvariabel-variabel Yt mengikuti proses autoregressiveke i. Apabila variabel-variabel time series memilikihigher order serial correlation, maka asumsi whitenoise akan melonggar. Untuk uji hipotesis nol non-stationarity ini digunakan statistik-t dengan nilai kritisyang dikembangkan oleh MacKinnon(1991).Kedua, uji akar-akar unit menggunakan Phillip-Peron(PP test) adalah sebagai berikut:

nΔYt = β1 + β2t + ρYt-1 + ϕi ΣΔYt-i + ε2t (3) i=1

Phillip-Peron, yang pada dasarnyamenggunakan standar uji ADF, menawarkan cara yangberbeda dari Augmented Dikey-Fuller untuk mengatasikorelasi serial. Metode yang ditawarkan adalah metodenon-parametric, yaitu dengan memodifikasi rasio tsehingga korelasi serial tidak mempengaruhi distribusiyang bersifat asymptotic pada statistik t. Hipotesis nolbahwa Gdp, Dvisa, dan Kurs adalah tidak stasioner(Ho: ρ1 = 0). Untuk uji hipotesis nol non-stationarity inidigunakan statistik-t dengan nilai kritis yangdikembangkan oleh MacKinnon(1991). Jikamengandung akar-akar unit, dilakukan uji derajatintergrasi. Tujuan untuk mengetahui pada derajatkeberapa data yang diamati itu akan stasioner.

Uji Kointergrasi dilakukan untuk melihat apakahvariabel-variabel yang terkait berkointegrasi atau tidak.Syarat variabel-variabel berkointegrasi apabila variabel-variabel tersebut memiliki integrasi pada derajat yangsama. Untuk menguji kointegrasi dalam penelitian ini,digunakan prosedur yang dikembangkan olehJohansen(1988) serta Johansen dan Joselius(1990)sebagai berikut:

k-1ΔYt = δ + ΠΥt-k + ΣΓi ΔYt-I +μt (4)

i=1

dimana:Yt vector kolom dari n variabelΠ dan Ãi adalah matrik-matrik koefisienΔ adalah operator bedak menunjukkan panjangnya waktu kelambanan ke udik(the lag length)

δ adalah konstanta.

Matrik Π membawa informasi tentang hubungan jangkapanjang antara variabel-variabel Yt, dan matrik rank padaΠ merupakan jumlah kombinasi linier yang bersifatstasioner dan independen dari variabel-variabel yangdipelajari. Jika Π memiliki rank nol, maka tidak adakombinasi linier yang stasioner. Dengan kata lain,variabel-variabel Y tidak berkointegrasi. Jika matrik rankr pada Π lebih besar nol, terdapat kemungkinan rkombinasi-kombinasi linier yang stasioner. Pendekatanmaksimum likelihood dapat digunakan untuk mengujihipotesis r kointegrasi di antara variabel-variabel Y.Hipotesis nol dinyatakan sebagai tidak terdapathubungan kointegrasi di antara variabel-variabel yangdipelajari (Ho: r = 0). Untuk menentukan jumlahpersamaan kointegrasi, metode maksimum likelihooddari Johansen memberikan nilai-nilai statistik Tracemaupun Eigen. Statistik-statistik Eigenvalue danTracevalue adalah sebagai berikut:

ëmax(r,r+1) = -TIn (1- λr+1) (5) k

ëtrace(r) = - T Δ In(1- λi), r = 0,1,2,3, …… n-1 (6) i=r+1

Hasil berkointegrasi tidak dapat melihat arah kausalitasdi antara variabel-variabel time series itu. Oleh karenaitu, digunakan uji kausalitas Granger (1988) untukmelihat apakah terdapat kausalitas satu arah atau duaarah dari ke tiga variabel time series tersebut, yaitusebagai berikut:

n mLxt = β0 + Σ β1i Lxt-j + Σβ2i Lyt-j + ut (7) i=1 i=1

n mLyt = α0 + Σ α1i Lyt-j + Σ α2i Lxt-j + vt (8) i=1 i=1

dimana ut dan vt adalah time series error term yangtidak saling berhubungan dan memiliki sifat white noise.Kausalitas antarvariabel ditentukan denganmengestimasi persamaan 7 dan 8 dan menguji hipotesis

Page 72: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

175

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA............... (Sarwoko)

nol Σβ2i = 0 dan Σα2i = 0 disandingkan denganhipotesis alternatif Σβ2i = 0 dan Σα2i = 0. Jika koefisien-koefisien â2i signifikan sementara á2i tidak signifikan,maka dapat dikatakan xt disebabkan oleh yt. Halsebaliknya, α2i signifikan sementara β2i tidaksignifikan. Jika β2i dan α2i kedua-duanya signifikan,maka terjadi kausalitas dua arah.

Secara tradisionil, uji kausalitas Grangermenggunakan statsitik F. Penggunaan uji kausalitasGranger tradisionil telah diidentifikasi oleh beberapapeneliti seperti Toda Yamamooto (1995), Gunaratne B.Wickremasinghe dan Ranjith Ihalanayake (2006),Samina Khalil at al. (2006) dan tidak cukup jika variabel-variabel yang diamati memiliki derajat integrasi satu I(1) dan berkointegrasi. Dengan demikian, jika variabel-variabel time series yang dilibatkan dalam analisismemiliki derajat intergrasi satu I(1) dan berkointegrasi,maka uji kausalitas Granger tradisionil tidak dapatdigunakan, dan statistik inferensi yang lebih tepat dapatdiperoleh dengan menggunakan model koreksikesalahan Error Correction Model (ECM). Estimasipersamaan ECM dapat dituliskan sebagai berikut:

n mDLxt = â0 + “ â1i DLxt-j + “ â2i DLyt-j + äect1t-1 + ut (9) i=1 i=1

n mDLyt = á0 + “ á1i DLyt-j + “ á2i DLxt-j + èect2t-1 + vt (10) i=1 i=1

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 menunjukkan hasil-hasil uji akar-akar unitmenggunakan pendekatan ADF maupun PP terhadapvariabel-variabel time series GDP, Dvisa Pariwisata, danKurs. Hasil-hasil uji ADF maupun uji PP pada tingkatlevel dibandingkan dengan nilai-nilai kritis dari Mckinon(1991).

Tabel 2 menunjukkan hasil uji kointegrasidengan menggunakan pendekatan Johansen danJoselius (1990) yang mengindikasikan bahwa hipotesisnol yang menyatakan tidak terdapat kointegrasi, r = 0di antara variabel-variabel yang diamati dibadingkanhipotesis alternatif, r > 0 dengan nilai kritis pada levelsignifikan 5% atau tingkat keyakinan 95% dari nilai-nilai statistik Eigen maupun Trace.

ADF test Level First Diff

C C & T C C & T LGdp -1.798234 -2.538701 -5.528150* -5.597865* Ldevisa -1.719541 -1.004706 -4.573250* -5.105043* Lkurs -0.587177 -2.709936 -6.129520* -6.041372* PP test

Level First Diff C C & T C C & T

LGdp -1.798234 -2.553586 -5.515939* -5.599206* Ldevisa -2.779022 -1.056174 -4.578732* -5.016999* Lkurs -0.482485 -2.800214 -6.307304* -6.196270*

Tabel 1Hasil Uji Akar-Akar Unit

*menunjukkan penolakan hipotesis nol dari akar unit pada level signifikan, α = 1%.

Page 73: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

176

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 171-179

Peran pariwisata terhadap perekonomiannasional dapat dilihat dari uji kausal Granger,sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3ECM

Dlgdp Dldvisa

Koefisien ECT -0,895495 0,270235Deviasi standard (0,30622) (0,34886)Statistik t -2,92434 0,77463

Dlgdp DlkursKoefisien ECT -0,489518 -1,216087Deviasi standard (0,23363) (0,048244)Statistik t -2,09528 -2,52068

PEMBAHASAN

Tabel 1 menunjukkan hasil uji akar-akar unit untukvariabel time series Produk Domestik Kotor (LGdp),Penerimaan devisa dari sektor pariwisata (Ldvisa), danNilai Tukar Rupiah terhadap US$ (Lkurs). Tabel tersebutmengungkapkan bahwa menurut uji ADF pada tingkatlevel semua variabel tidak ada yang stasioner. Denganmenggunakan beda pertama menunjukkan bahwasemua variabel-variabel time series tersebut stasionerpada taraf signifikan 1%. Dengan demikian, semua datapada variabel-variabel time series berintegrasi padaorder satu, I (1). Sementara menurut uji PP, baik padatingkat level maupun beda pertama posisinya samadengan hasil-hasil uji ADF. Dengan demikian, semua

variabel-variabel time series yang diamati memilikiderajat integrasi satu, I (1).

Setelah mengetahui bahwa semua variabel-variabel time series memiliki derajat integrasi satu, I (1),maka variabel-variabel tersebut memiliki kointegrasi,artinya terdapat satu atau lebih kombinasi linier diantara variabel-variabel tersebut. Jika variabel-variabeltime series memiliki kointegrasi, maka variabel-variabeltersebut memiliki hubungan jangka panjang yang stabilatau memiliki keseimbangan linier di antara variabel-variabel tersebut. Beberapa teknik menguji kointegrasitersedia dalam analisis time series, antara lain prosedurStock and Watson (1988), uji the Engel-Grager (1987),uji Johansen (1988), dan uji Johansen dan Joselius(1990). Uji kointegrasi untuk data ini digunakan ujiJohansen dan Joselius (1990).

Tabel 2 mengindikasikan bahwa hipotesis-hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapatkointegrasi, r = 0 di antara variabel-variabel yang diamatiditolak pada level signifikan 5% atau tingkat keyakinan95%. Hal ini dinyatakan oleh nilai maksimum Eigen24,80670 yang lebih besar daripada nilai kritisnya22,29962. Demikian juga nilai Trace 41,66502 yang lebihbesar daripada nilai kritisnya 35,19275. Dengandemikian, berdasarkan hasil-hasil yang diberikan olehuji-uji nilai Eigen dan nilai Trace dapat disimpulkanterdapat satu nilai kointegrasi.

Peran pariwisata terhadap perekonomiannasional dapat dilihat dari uji kausal Granger. Olehkarena masing-masing variabel yang diamati memilikiderajat integrasi satu I (1). maka untuk menguji arahkausalitas digunakan pendekatan model ECM. Hasiluji kausalitas Granger dengan menggunakan model

Maximum Eigen Value Hip.Nol Hip.Alt. Nilai Statistik 95% CL Probab.

r = 0 r ≤ 1 r ≤ 2

r = 1 r ≥ 2 r ≥ 3

24.80670* 13.08216 3.776159

22.29962 15.89210 9.164546

0.0000 0.2836 0.4323

Trace Value Hip.Nol Hip.Alt. Nilai Statistik 95% CL Probab.

r = 0 r ≤ 1 r ≤ 2

r = 1 r ≥ 2 r ≥ 3

41.66502* 16.85832 3.776159

35.19275 20.26184 9.164546

0.0000 0.2592 0.4323

Tabel 2Uji Kointegrasi variabel-variabel: Lgdp, Ldevisa dan Lkurs

*signifikan pada taraf 5%

Page 74: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

177

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA............... (Sarwoko)

koreksi kesalahan ditunjukkan pada Tabel 3. Hasilestimasi ECM pada Tabel 3 menunjukkan bahwakoefisien vektor koreksi, ect memiliki arah negatif dansignifikan dengan nilai 0,89. Hal ini menunjukkan bahwa89% dari ketidakseimbangan akan dikoreksi dalamjangka pendek, kurang dari satu tahun dan hubunganjangka panjang antara PDB (GDP) dengan penerimaandevisa adalah stabil dan memiliki arah hubungan yaitupenerimaan devisa berperan kausal terhadap GDP,bukan sebaliknya. Sementara untuk nilai tukar, koefisienect adalah 0,49 yang berarti 49% dari ketidakseimbanganakan dikoreksi dalam jangka pendek kurang dari satutahun dan hubungan jangka panjang antara PDB (GDP)dengan nilai tukar mata uang adalah stabil dan memilikiarah hubungan kausal timbal balik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tulisan ini mencoba meneliti gerak selaras danhubungan sebab-akibat antara PDB (GDP), penerimaandevisa dari sektor pariwisata (dvisa), dan nilai tukarrupiah terhadap US$ (kurs). Data yang digunakanmeliputi tahun 1970-2008. Untuk uji akar-akar unitdigunakan uji-uji ADF dan PP sedang untuk ujikointegrasi digunakan model Johansen dan Joseliusserta uji kausal Granger dengan model VECM. Hasil ujikausal menunjukkan bahwa penerimaan devisa darisektor pariwisata berperan kuat terhadap gerak PDB,bukan sebaliknya. Temuan ini menunjukkan bahwasektor pariwisata memiliki kontribusi riil terhadapperekonomian Indonesia.

Saran

Oleh karena sektor pariwisata memiliki kontribusi riilterhadap perekonomian Indonesia, maka implikasiterhadap kebijakan pemerintah adalah pemerintahseharusnya mengarahkan kebijakan-kebijakan ekonomiterhadap pengembangan pariwisata, karena sektor initerbukti sebagai sumber devisa negara yang stabil,sedang nilai tukar (kurs) berperan kuat terhadap gerakPDB (GDP) dan juga sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Akaike, H. (1973). “Information Theory and an Exten-sion of the Maximum Likelihood Principle inLiew”. Venus Khim-Sen (2004) Which LengthLag Selection Criteria Should We Employ. Eco-nomics Bulletin, Vol. 3, No. 33 pp. 1-9.

Ahmad, J.and Harnhirun, S. (1996). “Cointegration andCausality Between Exports and EconomicGrowth: Evidence from the ASEAN Countries”.The Canadian Journalof Economics, 29 (Spe-cial issue, part 2): S413-S416.

Badan Pusat Statistik. (1985 s/d 2008) StatistikKunjungan Tamu Asing. Badan Pusat Statistikberbagai penerbitan, Jakarta.

Brida, J.G., Edgar J.S.C. and W. Adrian Risso, (2008).“Tourism’s Impact on Long-Run Mexican Eco-nomic Growth”.URL http://economicsbulletin.vanderbilt. edu/2008/ vol-ume 3/EB-07C20155A.pdf.

Balaquer dan Cantavella-Jorda (2002), Tourism as along-run Economic Growth Factor: The Span-ish Case.

Chancharat Surachai, (2008). Structural Breaks, Tour-ism Development and Economic Growth: Evi-dence from Thailand. Centre for Asia-PacificTourism Research Faculty of Management Sci-ences Khon Kaen University Khon Kaen, Thai-land 40002.

Depparsenbud, (1998). Pariwisata dalam angkaOktober 1998. Departemen Pariwisata, Seni danBudaya. Jakarta.

Dritsakis, N. (2003). Cointegration analysis of Ger-man and British tourism demand for Greece.Department of Applied Informatics, Economics,and Social Sciences, University of Macedonia.

Dickey D.A. and W.A. Fuller (1979). “Distribution oftha Estimator for Autoregressive Time Serieswith a Unit Root”. Journal of the American Sta-

Page 75: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

178

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 171-179

tistical Association, 74 : pp. 427-431.

Eviews 5.0. Quantitative Micro Software. Irwin, C.A.

Engle, R.F. and C.W.J. Granger, (1987).”Co-integrationand error Correction Model: Representation,Estimating and Testing”. Econometrica, 55: 251-276.

Gunduz dan Hatemi’s (2005). “Is the Tourism-LedGrowth Hypothesis valid for Turkey?,” AplliedEconomics Letter, Vol. 12, pp. 499-504.

Hutabarat, Arifini, 2009. Ekonomi Pariwisata, Sektoratau Sub-sektor. Travel Tourism Indonesia.TTIspot#more-1495.htm.

Jordaan André C. and Joel Hinaunye Eita, 2007. Test-ing the Export-Led Growth Hypothesis forBotswana. Working Paper. University ofPretoria.

Johansen, S. (1988). “Statistical Analysis ofCointegration Vector”. Journal of Economic Dy-namics and Control, Vol. 12, pp. 231-254.

___________ (1991). “Estimation and Hypothesis ofCointergration Vector in Gaussian VectorAutoregressive Models”. Econometrica, 56(6),pp. 1551-1580.

___________ (1995). Likelihood-based Inference inCointegrated Vector Autoregressive Models.Oxford Unversity Press, Oxford.

Johansen dan Joselius(1990). “Maximum LikelihoodEstimation and Inference on Cointegration-With Application to the Demand for Money”.Oxford Bulletin of Economics and Statistics,52(2), pp. 169-210.

Kasman dan Kasman’s (2004). “Cointegration and Cau-sality between Tourism dan Economic Growth(in Turkish)”. Iktisat/Isletme ve Finans, 220(7):122-134.

Kim H.J at al(2006). “Tourism Expantion and EconomicDevelopment: The case of Taiwan”. TourismManage. 27(5): 925-933.

Kaplan, M. and Tuncay Celik (2008). “The Impact ofTourism on Economic Performance: The Caseof Turkey”. The International Journal of Ap-plied Economics and Finance. 2(1): 13-18.

Khalil, Samina. at al. (2006). Role of Tourism in Eco-nomic Growth: Empirical Evidence from Pa-kistan Economy. Applied Economics ResearchCentre, University of Karachi.

Medina, Emilio J.-Smith, (2001). Is the Export-LedGrowth Hypothesis valid for Developing Coun-tries? A Case Study of Costa Rica. Policy Issuein International Trade and Commodities StudySeries No. 7. United Nations Publication.

McCarville, M. and E. Nnadozie (1995), “Causality testsof export-led growth: the case of Mexico”. At-lantic Economic Journal, 23: 140-5.

MacKinnon(1991). Critical Value for CointegrationTest. Chapter 13 in Long-run Economic Rela-tionship: Reading in Cointegration. Edited byR.F. Engle and C.W.J. Granger, Oxford Univer-sity Press.

Maneschiold, Per-Ola (2008). “A Note on the Export-Led Growth Hypothesis: A Time Series Ap-proach”. Cuadernos de Economía, Vol. 45(Noviembre), pp. 293-302.

Oh, C.O.(2005). “The Contribution of Tourism to Eco-nomic Growth in the Korean Economy”. Tour-ism Manage, 26 (1): 39-44.

Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan (P2DSJ),(2007). Statistik Kebudayaan dan Pariwisata2007. Jakarta.

Phillip, P.C.B. and Perron, P. (1988). “Testing for a UnitRoot in Time Series Regression”. Biometrica.75, 335-346.

Page 76: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

179

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA............... (Sarwoko)

Salman, A.K. (2003).”Estimating Tourism Demandthrough cointegration analysis: Swedish data”.Current Issue in Tourism: 323-338.

Toda, H.Y. and Yamamoto, T.(1995). “Statistical Infer-ence in Vector Autoregressions with PossiblyIntegrated Processes”. Journal of Economet-rics. Vol. 66, pp. 225-50.

World Tourism Organization (2007). About United Na-tion World Trade Organization.Tourism. http://www.unwto.org.

Wickremasinghe, Gunaratne B dan Ranjith Ihalanayake(2006). The Causal Relationship between Tour-ism and Economic Growth in Sri Langka:Some Emipirical Evidence. Working SeriesPaper School of Apllied Economics.

Page 77: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

181

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)Vol. 21, No. 2, Agustus 2010Hal. 181-198

ABSTRACT

The objective of this research is to obtain empiricalevidence regarding influence of adverse selection,negative framing, interaction of adverse selection andnegative framing, and self efficacy on investmentproject evaluation decisions. This research is con-ducted by using laboratory experiment approach. Sixty-nine students are participate in this experiment. Hy-potheses testing in this research use Two Way Anovafor experiment 1 and One Way Anova for experiment 2.Overall can be concluded that this research analysisresult fully support proposition that escalation of com-mitment decision are affected by adverse selection,negative framing, interaction of adverse selection andnegative framing, and self efficacy. P-value of adverseselection (0.004), negative framing (0.012), interactionof adverse selection and negative framing (0.017), andself efficacy (0.000) each lower than 0.05. Four hypoth-eses that proposed in this research are successfullyproved.

Keywords: Adverse Selection, Negative Framing, SelfEfficacy, Escalation of Commitment, Investment ProjectEvaluation Decisions

PENDAHULUAN

Keputusan alokasi sumber daya dalam organisasimerupakan suatu hal yang sangat penting. Hasil dari

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,DAN SELF EFFICACY TERHADAP ESKALASI KOMITMENPROYEK INVESTASI YANG TIDAK MENGUNTUNGKAN

Farida EvelineE-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

keputusan tersebut tidak hanya berdampak untukjangka pendek, tetapi berdampak juga pada masa yangakan datang. Bahkan keputusan yang salah dapatmengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Oleh karenaitu, sebelum mengambil keputusan, organisasisebaiknya menganalisis setiap alternatif keputusanagar mendapatkan hasil yang optimal. Pendekatan yanglazim digunakan untuk menganalisis proyek investasiantara lain payback period, accounting rate of return,net present value, dan internal rate of return.Pendekatan tersebut membandingkan antara aliran kasmasuk dan aliran kas keluar. Apabila aliran kas masuklebih besar daripada aliran kas keluar maka proyekinvestasi tersebut diterima, dan sebaliknya. Pendekatanlain yang digunakan adalah pendekatan tradisional.Pendekatan tradisional merupakan pendekatan yangberasal dari teori ekonomi yang menyatakan bahwamanajer akan mengambil keputusan yangmemaksimalkan keuntungan perusahaan. Manajersebaiknya mengalokasikan sumber daya pada proyekinvestasi yang memberikan keuntungan terbesar bagiperusahaan dan secara periodik mengevaluasi kinerjadari proyek tersebut. Menurut Horngren dan Foster(1991), manajer sebaiknya melanjutkan proyek investasiyang diprediksi menguntungkan dan mencegahkerugian dengan menghentikan proyek yang diprediksitidak menguntungkan.

Keputusan untuk tetap melanjutkan suatuproyek investasi, walaupun informasi menyatakanbahwa proyek tersebut akan gagal atau tidakmenguntungkan disebut sebagai eskalasi komitmen.

Page 78: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

182

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

Eskalasi komitmen berhubungan dengan perilaku.Dalam konteks proyek, pembuat keputusan akanmelakukan eskalasi komitmen, jika pembuat keputusansecara terus menerus memilih untuk mengalokasikansumber daya pada proyek investasi walaupun terdapatbukti bahwa tujuan operasional tidak akan pernah dapattercapai. Oleh karena itu, eskalasi komitmen seringkalidisebut sebagai throwing good money after bad ataumengalokasikan sumber daya tambahan pada proyekyang gagal. Apabila dipikir dengan akal sehat eskalasiyang dilakukan oleh pembuat keputusan pada proyekinvestasi yang gagal bukan merupakan keputusanyang rasional, karena pembuat keputusan seringdipengaruhi oleh sunk cost dalam membuat keputusan.Sunk cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidakdapat dikembalikan. Individu yang memiliki investasidengan sunk cost yang besar cenderung untukmenambah alokasi sumber daya sebagai usaha untukmencegah sumber daya yang telah dialokasikansebelumnya diabaikan atau dibuang.

Menurut Brockner (1992); Staw dan Ross (1987)terdapat tiga karakteristik dalam situasi eskalasikomitmen, yaitu besarnya sumber daya yang meliputiuang, waktu, dan usaha yang telah terlanjurdiinvestasikan. Tindakan yang telah dilakukan tidakberhasil (adanya umpan balik negatif). Pembuatkeputusan diperbolehkan untuk membuat keputusanapakah akan melanjutkan proyek dengan menambahalokasi sumber daya sebagai usaha untuk menutupbiaya yang telah terjadi sebelumnya atau memutuskanuntuk menghentikan proyek. Manajer yangmengusulkan proyek dan di kemudian hari mengetahuibahwa proyeknya gagal, maka akan cenderungmelakukan eskalasi komitmen terhadap proyekinvestasi yang gagal. Jika manajer meninggalkanproyek tersebut reputasi manajer sebagai manajer yangkompeten akan rusak, sehingga manajer berusahamelindunginya dengan melakukan eskalasi komitmen.Demikian pula, jika manajer memiliki informasi pribadiyang tidak dimiliki oleh pihak lain, manajer akanmelakukan eskalasi komitmen pada proyek yang gagal.

Salah satu teori yang dapat digunakan untukmenjelaskan fenomena eskalasi komitmen adalah teorikeagenan. Teori keagenan berasumsi bahwakepentingan manajer dan pemilik perusahaan berbeda.Manajer, sebagai agen dari pemegang saham membuatkeputusan yang akan memaksimalkan kekayaan pribadi

mereka, dan bukannya kekayaan perusahaan. Teorikeagenan memprediksi bagaimana ketersediaaninformasi dan incentive to shirk mempengaruhikeputusan manajer. Manajer yang memiliki informasipribadi (informasi mengenai kinerja proyek yang akandatang) dan motivasi untuk melakukan kecuranganakan bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri.Eskalasi juga dapat dijelaskan menggunakan teoriprospek. Dalam teori prospek, setiap keputusan dibuatsetelah informasi disaring melalui bingkai pembuatkeputusan. Konsekuensi dari pembingkaian adalahpilihan risiko. Manajer akan bersikap risk taking apabilahasilnya rugi (pembingkaian negatif) untuk mencegahkerugian, dan bersikap risk averse apabila hasilnya laba(pembingkaian positif).

Selain teori keagenan dan teori prospek, faktorkepribadian self efficacy juga dapat digunakan untukmenjelaskan eskalasi komitmen. Teori keyakinan dirimenyatakan bahwa individu yang memiliki keyakinandiri tinggi lebih cenderung untuk melakukan eskalasidaripada individu yang memiliki keyakinan diri rendah.Individu dengan keyakinan diri rendah akan menarikdiri dari proyek yang gagal karena individu tersebuttidak percaya akan kemampuan yang dimilikinya danmudah berkecil hati menghadapi kegagalan.

Ide penelitian ini muncul dari penelitiansebelumnya yaitu penelitian Sharp dan Shalter (2004).Dalam penelitian eksperimen tersebut, merekamenggunakan manajer Amerika Serikat dan Kanada.Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pengaruhkeagenan dan pembingkaian negatif secara signifikanmenjelaskan eskalasi komitmen. Penelitian ini akanmenambahkan satu variabel yaitu keyakinan diri,dengan alasan karena keyakinan diri menyangkutkeberanian seseorang menghadapi risiko sesuai dengankemampuan yang dimilikinya. Penelitian ini mencobamengungkapkan faktor-faktor tersebut dengan tujuanuntuk memperoleh bukti secara empiris mengenaipengaruh adverse selection terhadap keputusanevaluasi proyek investasi. memperoleh bukti secaraempiris mengenai pengaruh pembingkaian negatifterhadap keputusan evaluasi proyek investasi.memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruhinteraksi adverse selection dan pembingkaian negatifterhadap keputusan evaluasi proyek investasi, danmemperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruhkeyakinan diri terhadap keputusan evaluasi proyek

Page 79: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

183

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)

investasi.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Pembuat keputusan sering mengalami dilema ketikaharus membuat keputusan untuk menghentikan suatuproyek dan menggantikannya dengan proyek lain atauhanya sekedar menghentikannya saja. Dilema terjadikarena adanya ketidakpastian dan menjadi berpikir “apayang sebaiknya harus dilakukan”. Satu jenis keputusanyang dihasilkan dari keadaan tersebut dalam perilakuorganisasi, manajemen stratejik, dan psikologi dikenalsebagai fenomena eskalasi. Eskalasi yang disebut jugasebagai eskalasi komitmen adalah keadaan di manapembuat keputusan mengalokasikan tambahan sumberdaya pada tindakan yang gagal (Staw, 1976, 1981).

Menurut Brockner (1992), eskalasi komitmenadalah melanjutkan komitmen walaupun terdapatinformasi negatif yang berkaitan dengan ketidakpastianpencapaian tujuan. Kanodia et al. (1989) menjabarkaneskalasi komitmen sebagai keputusan manajer yangtidak rasional karena meskipun tidak sadar secaralangsung maupun tidak langsung manajer cenderungmengabaikan kepentingan perusahaan dan lebihmengutamakan kepentingan ekonomi pribadinya.Adanya asimetri informasi antara manajer denganperusahaan mengakibatkan manajer yang mengusulkansuatu proyek melanjutkan proyeknya, meskipun proyektersebut tidak menguntungkan. Hal ini disebabkankarena manajer menginginkan hasil akhir dari proyek,manajer merasa memiliki ikatan emosional denganproyek, dan takut kredibilitasnya menurun apabilaproyek tersebut dihentikan (Harrel dan Harrison, 1994;Ross dan Staw, 1993).

Dalam literatur organisasi dan psikologi yangmenjelaskan fenomena eskalasi komitmen, menyatakanbahwa individu yang telah mengalokasikan sumberdaya dalam jumlah yang tidak sedikit pada proyekinvestasi, cenderung untuk melanjutkan alokasi sumberdaya yang di luar dugaan, di mana manfaat sama denganbiaya. Begitu pula dengan individu yang berada dalamkondisi tertentu, individu akan cenderung untukmelanjutkan alokasi sumber daya dengan jumlah yanglebih besar pada proyek, apabila individu tersebutmenerima umpan balik yang menyatakan bahwaproyeknya gagal daripada umpan balik yangmenyatakan bahwa proyeknya berhasil (Staw, 1981,

1982).Berdasarkan Staw (1981, 1982), pengaruh

eskalasi komitmen meliputi kecenderungan menjadiovercommitted dalam tindakan, “terkunci” yangdisebut oleh Staw sebagai “syndrome of decision er-rors”. Namun hal ini ditentang oleh Bowen (1987) yangmenyatakan bahwa komitmen untuk investasiselanjutnya terjadi karena keadaan yang tidak pastibukan karena overcommitment dalam keputusanproyek yang gagal. Brockner (1992) menyatakan bahwasebagian besar penjelasan eskalasi komitmen masukke dalam dua kategori dasar aspek sifat manusia, yangterdiri dari dari teori pengharapan dan pembenaran diri.Teori pengharapan menyatakan bahwa individucenderung menambah alokasi sumber daya padaproyek yang gagal karena berharap proyek tersebutakan berubah menjadi berhasil. Tambahan alokasisumber daya digunakan untuk mencapai tujuan,sehingga individu berharap dengan semakin banyaknyasumber daya yang dialokasikan pada proyek yanggagal maka kinerja proyek juga akan meningkat. Teoripembenaran diri menyatakan bahwa individu cenderungmelakukan eskalasi komitmen pada proyek investasiyang gagal karena pembenaran diri atas tindakan dimasa lalu. Individu tidak suka apabila keputusan masalalunya salah, sehingga adanya umpan balik negatifatas investasi mesa lalu membuatnya merasa terancam.Individu berusaha mengembalikan rasionalitasnya ataskeputusan masa lalu dengan meningkatkan alokasidana, usaha, dan waktu atas investasi tersebut.

Lain halnya dengan pendapat Staw dan Rose(1987) yang mengusulkan suatu rerangka eskalasikomitmen yang memberikan dasar teoritis untukmempelajari situasi eskalasi komitmen. Semua situasieskalasi komitmen memiliki beberapa faktor yang dapatberdiri sendiri, yaitu semua situasi menimbulkan biayaatau kerugian sebagai akibat dari tindakan awal,keadaan sulit berlanjut sepanjang waktu, keputusanuntuk berhenti bukanlah solusi yang tepat, pembuatkeputusan harus memilih apakah tetap bertahan atauberhenti (Brockner, 1992), dan umpan balik yang tidakambigu dari keputusan sebelumnya (Bowen, 1987).

Sasaran utama adalah atribut-atribut yangmelekat pada proyek investasi, yaitu manfaat dan biayadari proyek (Brockner, 1992). Proyek akan terusberlanjut dengan komitmen yang tinggi apabila proyektersebut merupakan investasi jangka panjang dengan

Page 80: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

184

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

pelunasan yang besar dan struktur pelunasan jangkapanjang (Sabherwal et al., 1994). Komitmen yang tinggijuga mungkin terjadi apabila biaya untuk menghentikanproyek tinggi dan nilai sisa rendah (Staw dan Ross,1987).

Teori keagenan mendeskripsikan bahwa dalamperusahaan terdapat penumpukan kontrak, di satu pihak(principal) mendelegasikan tugas kepada pihak lainyaitu agen untuk menyelesaikan tugas tersebut. Situasikeagenan terjadi ketika pemilik perusahaan ataupemegang saham yang bertindak sebagai principalmerekrut manajer yang bertindak sebagai agen untukmengelola perusahaan. Namun kepentingan antaramanajer dan pemilik perusahaan berbeda. Manajersebagai agen dari pemegang saham akan membuatkeputusan yang akan memaksimalkan kekayaan pribadimereka, bukan kekayaan perusahaan. Berdasarkanmodel principal-agen maka agen akan bertindak untukkepentingannya sendiri, terjadi konflik tujuan antaraprincipal dan agen, hasil keputusan manajer dapatdiukur dengan mudah, agen lebih risk averse daripadaprincipal.

Sharp dan Salter (1997) menyatakan bahwamanajer akan lebih mengutamakan kepentingannyadaripada kepentingan pemilik perusahaan ketika beradadalam kondisi asimetri informasi dan motivasimelakukan kecurangan. Kondisi asimetri informasiterjadi ketika manajer (agen) memiliki informasi yanglebih banyak daripada pemilik perusahaan (principal),sehingga pemilik perusahaan tidak sepenuhnyamengetahui keadaan proyek. Motivasi melakukankecurangan terjadi ketika kepentingan ekonomi manajerberbeda dengan kepentingan pemilik perusahaan,sehingga manajer terdorong untuk mengabaikankepentingan pemilik perusahaan. Manajer akanmendapatkan penghargaan yang lebih besar apabilamelakukan eskalasi komitmen pada proyek yang gagaldaripada tidak melanjutkan proyek tersebut.

Teori keagenan mempertimbangkan bagaimanainsentif dan ketersediaan informasi mempengaruhihubungan antara principal dan agen. Duainformasi yang berbeda mungkin saja terjadi di dalamsuatu perusahaan. Jika principal mempunyai informasiyang lengkap, maka principal dapat memantau tindakanagen. Semua informasi yang ada bersifat publik yaitudapat diketahui oleh semua pihak baik principalmaupun agen sehingga di antara keduanya terdapat

simetri informasi. Dalam kondisi ini, manajer proyekdengan motivasi untuk melakukan kecurangan tidakdapat melakukan niatnya karena principal mengetahuibahwa agen akan melakukan kecurangan. Agen tidakdapat melanjutkan proyek yang gagal karena princi-pal juga mengetahui bahwa proyek tersebut gagal.Ketika agen memiliki informasi pribadi mengenaiproyeksi masa depan kinerja proyek maka principaltidak dapat sepenuhnya memantau tindakan agen.Adanya asimetri informasi antara manajer dengan prin-cipal mengakibatkan munculnya konflik tujuan di antarakeduanya. Manajer akan mengambil keputusan yangmemaksimumkan kepentingan ekonomi pribadinya danmengabaikan kepentingan principal.

Menurut Harrison dan Harrel (1994) dalamkondisi ini, agen akan memaksimalkan kepentinganekonomi pribadinya dengan menggunakan dana dariprincipal. Harrison dan Harrel (1994) juga memprediksibahwa ketika berada dalam dua kondisi yaitu motivasiuntuk melakukan kecurangan dan asimetri informasi,agen mungkin melihat bahwa tindakan yangdilakukannya adalah rasional, sedangkan bagipandangan principal tidak rasional. Manajer yang daripermulaan telah memiliki tanggung jawab atas suatuproyek akan cenderung untuk melanjutkan proyektersebut meskipun proyek tersebut tidakmenguntungkan. Menghentikan proyek yang tidakmenguntungkan akan merusak reputasi dan peluangkarir masa depan agen.

Whyte (1986) menyatakan bahwa teori prospekmenyediakan penjelasan menyangkut eskalasikomitmen. Teori prospek menyediakan suatu rerangkadalam memahami bias kognitif yang mempengaruhipengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastiandan berisiko (Kahneman dan Tversky, 1979; Tverskydan Kahneman, 1981). Individu akan bersikapmenghindari risiko atau menyukai risiko tergantungpada masalah yang dihadapi. Teori prospekberpendapat bahwa individu akan memberikan bobotyang berlebihan terhadap hasil yang pasti daripadahasil yang belum pasti. Kecenderungan inimenimbulkan perilaku menghindari risiko dalam kondisipasti untung (pembingkaian positif). Dalampembingkaian positif, individu menunjukkan penurunanpreferensi risiko. Individu lebih berhati-hati di dalammengambil keputusan. Di samping itu, juga adapreferensi menyukai risiko dalam kondisi pasti rugi

Page 81: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

185

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)

(pembingkaian negatif). Individu akan memperlihatkanperilaku mencari risiko dalam memilih dua alternatifnegatif, terutama ketika kedua-duanya benar-benar rugi,yaitu investasi awal yang mengalami kerugian dankemungkinan kerugian yang lebih besar dikombinasikandengan kesempatan untuk mencapai titik impas.

Teori prospek juga menjelaskan pengaruh sunkcost di dalam mengambil keputusan. Pembuatkeputusan lebih cenderung untuk “throw good moneyafter bad”. Sunk cost adalah biaya yang telah terjadi,tidak dapat dikembalikan, dan tidak relevan untukkeputusan di masa yang akan datang. Sunk costmempengaruhi pembuat keputusan dalam kondisipembingkaian negatif, sehingga mendorong berperilakumenyukai risiko yang mengarah kepada eskalasikomitmen terhadap tindakan yang telah gagal (Whyte,1993; Keil et al., 2000). Dengan melakukan eskalasikomitmen pembuat keputusan berharap dapat menutupkerugian investasi yang telah dilakukan sebelumnya.Walaupun probabilitas untuk dapat menutup kerugianinvestasi sebelumnya kurang dari nol.

Keyakinan diri merupakan suatu bentukkepercayaan yang dimiliki seseorang terhadapkapabilitas masing-masing untuk meningkatkan prestasikehidupannya. Keyakinan diri dapat berupa bagaimanaperasaan seseorang, cara berpikir, motivasi diri, dankeinginan memiliki terhadap sesuatu. Individu yangtidak percaya akan kemampuannya maka individutersebut akan mudah berkecil hati ketika hasilnya tidaksesuai dengan yang diharapkan, sebaliknya individuyang percaya akan kemampuannya untuk mencapaitujuan maka individu tersebut akan meningkatkanusahanya ketika hasilnya gagal untuk mencapai tujuandan tetap bertahan sampai keberhasilan diraih. Bandura(2000) mendefinisikan keyakinan diri sebagai rasakepercayaan bahwa seseorang dapat menunjukkanperilaku yang dituntut dalam suatu situasi yangspesifik. Individu dengan keyakinan diri tinggi akanberusaha lebih keras dan mempunyai daya tahan yangkuat dalam mengerjakan tugas dibandingkan denganindividu yang memiliki keyakinan diri rendah.Keyakinan diri lebih mengarah pada penilaian individuakan kemampuannya. Individu dengan keyakinan diritinggi akan lebih ulet dan tahan menghadapi situasi disekitarnya.

Individu dengan keyakinan diri tinggi dalammembuat keputusan berisiko akan lebih sering

melakukan eskalasi komitmen terhadap proyek yanggagal, mengalokasikan sumber daya yang lebih banyak,mengambil risiko yang lebih besar untuk menolongproyek yang gagal, dan lebih mampu bertahan karenakeyakinan mereka bahwa dengan bertahan akanmenghasilkan keberhasilan. Sebaliknya, individudengan keyakinan diri rendah dalam membuatkeputusan berisiko kurang sering melakukan eskalasikomitmen terhadap proyek yang gagal, mengalokasikansumber daya yang lebih sedikit, dan menarik diri darisituasi yang gagal karena tidak percaya akankemampuan yang dimilikinya dan mudah menyerahmenghadapi kegagalan.

Keyakinan diri memiliki beberapa indikator(Steers dan Porter, 1996), yaitu 1) Orientasi padatujuan. Perilaku seseorang dengan keyakinan diri tinggiadalah positif, mengarahkan pada keberhasilan, danberorientasi pada tujuan. Penetapan tujuan pribadidipengaruhi oleh penilaian diri seseorang akankemampuannya. Semakin kuat keyakinan diri yangdirasakan, semakin tinggi tujuan yang ingin dicapai; 2)Orientasi kendali kontrol. Letak kendali individumencerminkan tingkat di mana seseorang percayabahwa perilakunya mempengaruhi apa yang terjadipadanya. Beberapa orang percaya bahwa menguasaitakdirnya sendiri dan menerima tanggungjawab pribaditerhadap apa yang terjadi padanya. Ketika menyerahkanseseorang untuk membuat tujuan dan mengembangkanrencana untuk mencapai tujuan secara umum, makaakan membangun rasa keyakinannya bahwa dirinyadapat berprestasi dalam suatu situasil; 3) Berapabanyak usaha yang dikembangkan dalam suatu situasi.Keyakinan seseorang terhadap kemampuannyamenentukan tingkat motivasi seseorang dengankeyakinan yang kuat terhadap kemampuannya,menunjukkan usaha yang lebih besar untukmenghadapi tantangan; dan 4) Berapa lama seseorangakan bertahan dalam menghadapi hambatan. Semakinkuat keyakinan seseorang terhadap kemampuannya,semakin besar dan tekun usaha mereka.

Kanodia, Bushman, dan Dickhaut (1989) mengujimasalah adverse selection dalam konteks evaluasiproyek. Dalam modelnya, manajer memilih untukmelanjutkan dan tidak melanjutkan suatu proyektergantung pada informasi pribadi yang diperolehnya.Mereka berpendapat bahwa ketika manajer tidakmelanjutkan proyek yang gagal, maka akan merusak

Page 82: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

186

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

reputasi dan peluang karir agen di masa yang akandatang. Harrison dan Harrel (1993) melakukaneksperimen laboratorium dengan menggunakanmahasiswa MBA di Amerika sebagai subyeknya.Hasilnya menunjukkan bahwa subyek cenderungmelanjutkan proyek yang gagal ketika subyekdimanipulasi untuk percaya bahwa subyek memilikiinformasi pribadi dan keputusan untuk meninggalkanproyek akan mempengaruhi reputasi dan karirnya. Hasilyang sama juga ditemukan oleh Harrison dan Harrel(1994) serta Rutledge dan Karim (1999) yang melakukaneksperimen laboratorium. Hasilnya juga mendukungteori keagenan dan teori pengembangan moral dalamkeputusan evaluasi proyek. Sharp dan Salter (1997)melakukan eksperimen laboratorium denganmenggunakan manajer Amerika, Kanada, Hongkong,dan Singapura sebagai subyeknya. Hasilnyamenunjukkan bahwa kondisi keagenan mempengaruhieskalasi proyek. Berdasarkan uraian tersebut penelitimenyusun hipotesis bahwa:H1: Manajer yang berada dalam kondisi adverse se-

lection akan melakukan eskalasi komitmen proyekinvestasi yang tidak menguntungkan.

Rutledge dan Harrel (1993) melakukaneksperimen laboratorium dan menemukan hasil bahwakeputusan eskalasi komitmen dipengaruhi olehpembingkaian negatif dan tanggungjawab awal, namunpembingkaian negatif lebih dominan dalammeningkatkan keputusan eskalasi komitmen. Rutledgedan Harrel (1994) kembali melakukan eksperimenlaboratorium dengan menggunakan 213 profesionalbisnis yang mengambil program MBA dan menemukanhasil bahwa pembingkaian negatif menyebabkanpengambilan keputusan evaluasi proyek yang berisiko,terutama di dalam grup. Tanggungjawab awal jugamenyebabkan pengambilan keputusan yang berisiko,terutama di dalam grup. Interaksi antara tanggungjawabawal dan pembingkaian negatif menyebabkanpengambilan keputusan yang berisiko, terutama didalam grup.

Sharp dan Salter (2004) melakukan eksperimenlaboratorium dengan menggunakan manajer di AmerikaSerikat dan Kanada dan menemukan hasil bahwapembingkaian negatif meningkatkan kemungkinaneskalasi komitmen. Rutledge (1995) melakukaneksperimen laboratorium dengan menggunakanmanajer. Manajer tersebut dibagi ke dalam grup-grup.

Hasilnya menyatakan bahwa tanggungjawab awal danpembingkaian negatif cenderung mendorong grupuntuk melanjutkan proyek yang gagal. PenelitianBiyanto (1999) dan Hariyanto (2000) juga menemukanhasil yang sama. Biyanto (1999) dan Hariyanto (2000)menggunakan desain kuasi eksperimen, hasilnyamenyatakan bahwa pembingkaian negatif yangdisajikan kepada subyek dengan keadaan yang samamenyebabkan pengambilan keputusan berisiko,terutama di dalam grup dibandingkan individu. Whyte(1993) menggunakan mahasiswa Kanada sebagaisubyeknya dan hasilnya menyatakan bahwa sunk costmeningkatkan eskalasi komitmen. Berdasarkan uraiantersebut peneliti menyusun hipotesis bahwa:H2: Manajer yang berada dalam kondisi

pembingkaian negatif akan melakukan eskalasikomitmen proyek investasi yang tidakmenguntungkan.

Berdasarkan hipotesis 1 dan 2, peneliti juga inginmengetahui apakah manajer yang berada dalam kondisiadverse selection dan disajikan informasi yangdibingkai secara negatif akan melakukan eskalasikomitmen sebagai suatu kesempatan untukmendapatkan keuntungan di masa yang akan datangsehingga dapat menutup kerugian investasi awal. SanyDwita (2007) melakukan eksperimen laboratoriummenggunakan mahasiswa MM dan Maksi UGMsebagai subyeknya. Hasilnya menyatakan bahwainteraksi adverse selection dan pembingkaian negatiftidak mempengaruhi manajer untuk mengambilkeputusan eskalasi komitmen. Hal tersebut bertolakbelakang dengan penelitian Salter et al. (2004). Salteret al. (2004) menggunakan mahasiswa MBA Amerikadan Meksiko. Hasilnya menyatakan bahwa interaksiadverse selection dan pembingkaian negatif secarasignifikan mempengaruhi eskalasi komitmen.Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyusunhipotesis bahwa:H3: Manajer yang berada dalam kondisi adverse se-

lection dan pembingkaian negatif akan melakukaneskalasi komitmen proyek investasi yang tidakmenguntungkan.

Whyte, Saks, dan Hook (1997) melakukaneksperimen laboratorium untuk menguji keyakinan diridalam eskalasi komitmen tindakan yang gagal.Eksperimen dilakukan dengan menggunakan 132mahasiswa Universitas Kanada. Hasilnya menyatakan

Page 83: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

187

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)

bahwa subyek yang berada pada kondisi keyakinandiri tinggi akan lebih cenderung melakukan eskalasikomitmen, mengambil kemungkinan terbesar, danmenginvestasikan lebih banyak untuk mengubahkondisi yang gagal, sedangkan subyek pada kondisikeyakinan diri rendah cenderung kurang seringmelakukan eskalasi komitmen. Berdasarkan uraiantersebut peneliti menyusun hipotesis bahwa:H4: Manajer yang memiliki keyakinan diri tinggi akan

melakukan eskalasi komitmen proyek investasiyang tidak menguntungkan.

Terdapat dua tahap pengujian dalam penelitianini. Pengujian pertama adalah menguji pengaruh ad-verse selection, pembingkaian negatif, dan interaksiadverse selection, dan pembingkaian negatif terhadapkeputusan evaluasi proyek investasi. Pengujian keduaadalah menguji pengaruh keyakinan diri terhadapkeputusan evaluasi proyek investasi. Kedua pengujiantersebut akan dilakukan pada eksperimen. Eksperimen1 dirancang untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3 denganmenggunakan desain faktorial 2 x 2 antar subyek.Eksperimen 2 dirancang untuk menguji hipotesis 4dengan menggunakan desain faktorial 1 x 2 antarsubyek.

Penelitian ini menggunakan 69 mahasiswasebagai subyek penelitian. Subyek yang dipilih adalahmahasiswa STIE YKPN Maksi, Magister ManajemenMM, dan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA). Subyekdipilih sebagai proksi manajer proyek sebagian besarmahasiswa Maksi, MM, dan Pendidikan ProyekAkuntansi. A merupakan calon manajer. Setiap subyekdisajikan secara acak (random assignment) ke salahsatu dari empat kasus keputusan evaluasi proyek.Subyek akan diberikan insentif berupa buku agendaatas ketersediaannya meluangkan waktu untukberpartisipasi dalam eksperimen ini.

Pengujian hipotesis dilakukan denganeksperimen. Eksperimen didesain dengan menggu-nakan desain penelitian 2 x 2 antarsubyek. Desainpenelitian secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel1. Dalam eksperimen ini, treatment diterapkan denganmenggunakan metode antarsubyek. Setiap subyekdiacak ke dalam 1 dari 4 kondisi treatment yangdirancang. Empat kondisi treatment yang dirancangdidasarkan pada manipulasi 2 variabel independen yaituadverse selection (ada atau tidak ada) danpembingkaian negatif (ada atau tidak ada). Penempatan

acak (random assignment) subyek pada setiap treat-ment dilakukan dengan tujuan agar masing-masingindividu dapat dibandingkan dengan variabeldependen.

Tabel 1Desain Penelitian 2 x 2 Faktorial

Treatments Adverse SelectionTidak ada Ada

Pembingkaian Tidak ada Kasus 1 Kasus 2Negatif Ada Kasus 3 Kasus 4

Subyek disajikan 1 dari 4 versi kasus yangtersedia. Kasus 1 (tidak ada adverse selection dan tidakada pembingkaian negatif), kasus 2 (ada adverse se-lection dan tidak ada pembingkaian negatif) sehinggadisebut juga sebagai manipulasi adverse selection,kasus 3 (tidak ada adverse selection dan adapembingkaian negatif) disebut juga sebagai manipulasipembingkaian negatif, dan kasus 4 (ada adverse selec-tion dan ada pembingkaian negatif). Selain itu, subyekjuga diminta untuk mengisi kuesioner mengenai datadiri seperti nama, jenis kelamin, umur, dan jurusan yangdiambil.

Penelitian ini mengadopsi dan memodifikasiinstrumen yang dikembangkan Sharp dan Shalter(2004). Dalam eksperimen ini, semua subyekdiasumsikan mempunyai peran sebagai manajer proyekyang mempunyai masalah yaitu harus memutuskanapakah menghentikan atau melanjutkan proyekinvestasi yang sedang ditanganinya. Subyek dimintauntuk menyatakan pilihannya dalam membuatkeputusan evaluasi proyek investasi pada skala 10 poin(Harrison dan Harrel, 1993). Angka terendah yaitu 1menyatakan bahwa proyek akan dihentikan dan angkatertinggi 10 menyatakan bahwa proyek akandilanjutkan atau dengan kata lain subyek berkomitmenkuat pada pilihannya. Semua kasus mendeskripsikanbahwa dana Rp2 milyar telah diinvestasikan dalam risetdan pengembangan suatu proyek tetapi tidak adamanfaat yang didapat dari dana yang sudah terlanjurdiinvestasikan tersebut. Subyek diminta untukmemutuskan apakah akan melanjutkan proyek denganmenginvestasikan tambahan dana sebesar Rp1 milyar

Page 84: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

188

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

pada proyek tersebut atau memilih untuk tidakmelanjutkan proyek. Subyek juga diinformasikan bahwadengan menginvestasikan tambahan dana sebesar Rp1milyar terdapat 1/3 kemungkinan bahwa produk baruyang sedang dikembangkan dapat memulihkan Rp3milyar investasi yang telah terjadi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2faktor eksperimen. Pada eksperimen 1, faktor-faktor danpenjelasan bagaimana faktor tersebut dimanipulasiadalah 1) adverse selection, yaitu kondisi ada adverseselection dimanipulasi dalam kasus 2 dan 4, sedangkankondisi tidak ada adverse selection dimanipulasi dalamkasus 1 dan 3. Subyek dalam kondisi ada adverse se-lection informasi mengenai kinerja proyek tidak tersediauntuk orang lain baik dalam perusahaan maupunindustri dan keputusan untuk tidak melanjutkan proyekakan diketahui oleh orang lain dalam perusahaan danindustri bahwa proyek tersebut gagal. Hal tersebut akanmerusak reputasi manajer sebagai manajer yangbertalenta dan juga menyebabkan perusahaan pesaingmembatalkan untuk menawarkan pekerjaan baru dengangaji yang lebih tinggi (incentive to shirk). Subyekdalam kondisi tidak ada adverse selection apabilainformasi mengenai kinerja proyek tersedia untuk or-ang lain baik dalam perusahaan maupun industri dankeputusan untuk tidak melanjutkan proyek tidak akanmerusak reputasi manajer sebagai manajer yangbertalenta; 2) pembingkaian negatif, yaitu kondisi adapembingkaian negatif dimanipulasi dalam kasus 3 dan4 dengan kata-kata yang menggambarkan kerugian.Subyek dalam kondisi ada pembingkaian negatifdideskripsikan bahwa keputusan untuk menghentikanproyek menyebabkan kerugian dan keputusan eskalasikomitmen sebagai suatu kesempatan untuk mencegahkerugian yang telah terjadi. Kondisi tidak adapembingkaian negatif dimanipulasi dalam kasus 1 dan2 dengan kata-kata yang menggambarkan penghematanpotensial. Subyek dalam kondisi tidak ada pembingkaiannegatif dideskripsikan bahwa keputusan untukmenghentikan proyek dapat menghemat danatambahan dan keputusan eskalasi komitmen sebagaisuatu cara untuk menghemat atau memulihkan investasiyang telah terjadi sebelumnya.

Pada setiap kasus, subyek disajikan pertanyaansebagai manipulation check. Manipulation checkdilakukan untuk menguji apakah subyek benar-benarmemahami kasus yang diberikan. Manipulation check

dalam penelitian ini yaitu apakah informasi tentangkegagalan proyek diketahui secara luas oleh orang laindi dalam perusahaan (ya atau tidak).

Pada eksperimen 2, pengujian hipotesisdilakukan menggunakan desain penelitian 1 x 2antarsubyek. Desain penelitian secara keseluruhandapat dilihat dalam Tabel 2. Dalam eksperimen ini, treat-ment diterapkan dengan menggunakan metodeantarsubyek. Setiap subyek diacak ke dalam 1 dari 2kondisi treatment yang dirancang. Dua kondisi treat-ment yang dirancang didasarkan pada manipulasivariabel independen yaitu keyakinan diri (tinggi ataurendah). Penempatan acak subyek pada setiap treat-ment dilakukan dengan tujuan agar masing-masingindividu dapat dibandingkan dengan variabeldependen.

Tabel 2Desain Penelitian 1 x 2 Faktorial

Treatments Keyakinan DiriRendah Tinggi

Skenario Kasus 1 Kasus 2

Subyek disajikan 1 dari 2 versi kasus yangtersedia. Kasus 1 yaitu subyek berada dalam kondisikeyakinan diri rendah dan kasus 2 yaitu subyek beradadalam kondisi keyakinan diri tinggi. Selain itu, subyekjuga diminta untuk mengisi kuesioner mengenai datadiri seperti, jenis kelamin, umur, dan jurusan yangdiambil.

Penelitian ini mengadopsi dan memodifikasiinstrumen Whyte, Saks, dan Hook (1997). Dalameksperimen ini, semua subyek diasumsikan mempunyaiperan sebagai seorang manajer pengembangan produksuatu perusahaan yang mempunyai tanggungjawabuntuk mengalokasikan dana pada proyek yang gagal.Dalam kondisi keterbatasan sumber daya keuangan,manajer mempunyai kewenangan untuk menghentikanatau melanjutkan proyek tersebut. Subyek dimintauntuk menyatakan pilihannya dalam membuatkeputusan evaluasi proyek investasi pada skala 10 poin(Harrison dan Harrel, 1993). Angka terendah yaitu 1menyatakan bahwa proyek akan dihentikan dan angkatertinggi 10 menyatakan bahwa proyek akandilanjutkan atau dengan kata lain subyek berkomitmen

Page 85: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

189

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)

kuat pada pilihannya.Semua kasus mendeskripsikan bahwa dana Rp4

milyar telah diinvestasikan dalam riset danpengembangan suatu proyek tetapi tidak ada manfaatyang didapat dari dana yang sudah terlanjurdiinvestasikan tersebut. Subyek diminta untukmemutuskan apakah akan melanjutkan proyek denganmenginvestasikan tambahan dana sebesar Rp2 milyarpada proyek tersebut atau memilih untuk tidakmelanjutkan proyek. Dalam penelitian ini, penelitimenggunakan 1 faktor eksperimen. Penjelasanbagaimana faktor tersebut dimanipulasi adalah 1)kondisi keyakinan diri rendah dimanipulasi dalam kasus1. Subyek dalam kondisi keyakinan diri rendahdideskripsikan bahwa subyek memiliki track recordyang buruk dalam membuat keputusan investasiberisiko serta keahlian dan kemampuannya masihdipertanyakan; 2) kondisi keyakinan diri tinggidimanipulasi dalam kasus 2. Subyek dalam kondisikeyakinan diri tinggi dideskripsikan bahwa subyekmemiliki keahlian yang dibutuhkan, kemampuan, dantrack record yang bagus dalam membuat keputusanberisiko. Pada setiap kasus, subyek disajikanpertanyaan sebagai manipulation check. Manipula-tion check dilakukan untuk menguji apakah subyekbenar-benar memahami kasus yang diberikan. Manipu-lation check dalam penelitian ini yaitu apakah andayakin dapat membuat proyek yang gagal menjadiberhasil (ya atau tidak).

Pilot test dilakukan sebelum eksperimensesungguhnya dilakukan. Pilot test dilakukan untukmengetahui apakah subyek memahami kasus yangdisajikan. Pilot test dilaksanakan pada tanggal 28 Sep-tember 2009 jam 13.00 di Student Lounge PascasarjanaSTIE YKPN dengan melibatkan dua belas mahasiswaPascasarjana dan delapan orang manajer perusahaan.Dua belas mahasiswa tersebut terdiri dari limamahasiswa program Maksi dan tujuh mahasiswa pro-gram MM yang tidak termasuk sampel penelitian.

Variabel independen dalam eksperimen 1adalah adverse selection dan pembingkaian negatif.Adverse selection diukur dengan menggunakanvariabel dummy, angka 1 apabila ada adverse selectiondan angka 0 apabila tidak ada adverse selection.Pembingkaian negatif juga diukur denganmenggunakan variabel dummy, angka 1 apabila adapembingkaian negatif dan angka 0 apabila tidak ada

pembingkaian negatif. Variabel independen dalameksperimen 2 adalah keyakinan diri, karena data jugabersifat kualitatif maka menggunakan variabel dummi.Angka 0 apabila keyakinan diri rendah dan angka 1apabila keyakinan diri tinggi.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalahkeputusan evaluasi proyek investasi. Keputusanevaluasi proyek investasi diukur dengan menggunakanskala 10 poin (Harrison dan Harrel, 1993). Skala dibagipada titik tengah (5,5). Angka terendah 1 menyatakanbahwa proyek akan dihentikan dan angka tertinggi 10menyatakan bahwa proyek akan dilanjutkan ataudengan kata lain subyek berkomitmen kuat padapilihannya.

Pengujian hipotesis dalam penelitian inimenggunakan Two Way Anova untuk eksperimen 1 danOne Way Anova untuk eksperimen 2. Anovadimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel ad-verse selection, pembingkaian negatif, dan keyakinandiri mempengaruhi keputusan subyek dalam melakukaneskalasi komitmen proyek investasi yang tidakmenguntungkan. H1, H2, H3, dan H4 didukung apabilap-value lebih kecil dari 0,05.

HASIL PENELITIAN

Hasil pilot test eksperimen 1 pada Tabel 3 menunjukkanbahwa semua subyek yang terdiri dari mahasiswaPascasarjana memilih untuk melakukan eskalasikomitmen pada proyek investasi. Rata-rata keputusanevaluasi proyek investasi untuk setiap treatmentberkisar antara 7,33 sampai dengan 9,67. Berdasarkan12 subyek yang mengikuti pilot test, 10 subyekmenjawab manipulation check dengan benar dan 2subyek menjawab manipulation check dengan salah.Adanya kesalahan dalam menjawab manipulationcheck karena subyek kurang berkonsentrasi dalammembaca kasus yang diberikan.

Page 86: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

190

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

Tabel 4 hampir sama dengan Tabel 3 yangmenjelaskan hasil pilot test eksperimen 1. Pada Tabel 4subyeknya terdiri dari mahasiswa Pascasarjana.Delapan manajer berpartisipasi dalam pilot test.Berdasarkan data 8 manajer, 6 manajer menjawab ma-nipulation check dengan benar, sedangkan 2 manajermenjawab manipulation check dengan salah.Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa hampirsemua subyek yang terdiri dari mahasiswa Pascasarjanadan manajer memutuskan untuk melakukan eskalasikomitmen. Hanya 1 subyek yang memutuskan untuktidak melakukan eskalasi komitmen. Rata-rata keputusanevaluasi proyek investasi untuk setiap treatmentberkisar antara 6,60 sampai dengan 9,20.

Eksperimen 2 dilakukan untuk menguji hipotesis4 yang menyatakan bahwa manajer yang memilikikeyakinan diri tinggi akan melakukan eskalasi komitmenproyek investasi yang tidak menguntungkan. Namunsebelum eksperimen sesungguhnya dilakukan, maka

terlebih dahulu dilakukan pilot test untuk memastikanbahwa manajer perusahaan maupun mahasiswaPascasarjana STIE YKPN memahami kasus yangdisajikan. Tabel 5 merupakan hasil pilot test yangsubyeknya terdiri dari mahasiswa Pascasarjana STIEYKPN. Dua belas mahasiswa turut serta dalam pilottest. Proporsi subyek yang menjawab ya dalam ma-nipulation check yaitu 50% untuk keyakinan dirirendah dan 83% untuk keyakinan diri tinggi, sedangkanproporsi subyek yang menjawab tidak dalam manipu-lation check yaitu 50% untuk keyakinan diri rendahdan 17% untuk keyakinan diri tinggi. Rata-ratakeputusan evaluasi proyek untuk keyakinan diri rendahdan keyakinan diri tinggi adalah 5,67 dan 7,33.Berdasarkan data 12 subyek yang mengikuti pilot test,4 subyek memutuskan untuk tidak melakukan eskalasikomitmen dan 8 subyek memutuskan untuk melakukaneskalasi komitmen.

Tabel 3Data Pilot Test Eksperimen 1

Tabel 4Data Pilot Test Eksperimen 1

KeputusanTidak Evaluasi

Eskalasi Eskalasi ProyekTreatments Komitmen Komitmen Total Investasi

Pria Wanita Mean Sd1 1 2 0 3 3 7,33 0,5772 1 2 0 3 3 9,33 0,5773 2 1 0 3 3 9,67 0,5774 2 1 0 3 3 8,33 1 ,528

TOTAL 6 6 0 12 1250% 50% 100%

KeputusanTidak Evaluasi

Eskalasi Eskalasi ProyekTreatments Komitmen Komitmen Total Investasi

Pria Wanita Mean Sd1 2 3 1 4 5 6,60 2,7022 3 2 0 5 5 9,20 0,8373 4 1 0 5 5 9,20 1,3044 4 1 0 5 5 7,80 1,483

TOTAL 13 7 1 19 2065% 35% 100%

Page 87: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

191

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)

Tabel 6 merupakan hasil pilot test yangsubyeknya terdiri dari mahasiswa Pascasarjana danmanajer perusahaan. Total subyek yang mengikuti pi-lot test adalah 20, terdiri dari 12 mahasiswaPascasarjana dan 8 manajer perusahaan. Proporsisubyek yang menjawab ya dalam manipulation checkyaitu 40% untuk keyakinan diri rendah dan 90% untukkeyakinan diri tinggi, sedangkan proporsi subyek yangmenjawab tidak dalam manipulation check yaitu 60%untuk keyakinan diri rendah dan 10% untuk keyakinandiri tinggi. Berdasarkan data 20 subyek, 7 subyekmemutuskan untuk tidak melakukan eskalasi komitmendan 13 subyek memutuskan untuk melakukan eskalasikomitmen. Rata-rata keputusan evaluasi proyekinvestasi sebesar 4,50 untuk keyakinan diri rendah dan7,90 untuk keyakinan diri tinggi.

Eksperimen 1 dan eksperimen 2 diadakan padatanggal 9 November 2009. Sebanyak 69 mahasiswa STIEYKPN yang terdiri dari mahasiswa Maksi, MM, danPPA berpartisipasi dalam eksperimen ini. Berdasarkandata 69 subyek, banyaknya subyek pria adalah 39 or-ang dan banyaknya subyek wanita adalah 30 orang.

Karakteristik umur subyek berkisar antara 21 tahunsampai dengan 34 tahun. Rata-rata umur subyek adalah23,58.

Berdasarkan Tabel 7. jumlah subyek yang beradadalam treatment 1 adalah 18 subyek, treatment 2 adalah17 subyek, treatment 3 adalah 17 subyek, dan treat-ment 4 adalah 17 subyek. Tabel 8 menjelaskan datademografi untuk eksperimen 2. Jumlah subyek yangberada dalam treatment 1 adalah 35 subyek dan 34subyek dalam treatment 2. Berdasarkan rata-rata umuruntuk setiap treatment dalam Tabel 7 dan Tabel 8 dapatdisimpulkan bahwa random assignment berhasilditerapkan kepada subyek.

Tujuan statistik deskriptif adalah memberikangambaran tentang suatu data, seperti rata-rata, standardeviasi, maksimum, dan minimum. Tabel 9 menyajikanstatistik deskriptif yang berkaitan dengan variabelindependen dan variabel dependen eksperimen 1sedangkan Tabel 10 menyajikan statistik deskriptifeksperimen 2. Rata-rata keputusan evaluasi proyekinvestasi pada eksperimen 1 adalah 7,55 dan 6,26 padaeksperimen 2.

Tabel 5Data Pilot Test Eksperimen 2

Tabel 6Data Pilot Test Eksperimen 2

KeputusanTidak Evaluasi

Eskalasi Eskalasi ProyekTreatments Komitmen Komitmen Total Investasi

Pria Wanita Mean Sd1 2 4 3 3 6 5,67 2,6582 4 2 1 5 6 7,33 2,582

TOTAL 6 6 4 8 1250% 50% 100%

KeputusanTidak Evaluasi

Eskalasi Eskalasi ProyekTreatments Komitmen Komitmen Total Investasi

Pria Wanita Mean Sd1 5 5 6 4 10 4,50 2,9912 8 2 1 9 10 7,90 2,132

TOTAL 13 7 7 13 2065% 35% 100%

Page 88: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

192

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

Tabel 11 menyajikan statistik deskriptif untuksetiap treatment pada eksperimen 1. Berdasarkan Tabel11 dapat disimpulkan bahwa subyek yang memutuskanuntuk tidak melakukan eskalasi komitmen pada treat-ment 1 sebanyak 10 subyek dan yang memutuskanuntuk melakukan eskalasi komitmen sebanyak 8 subyek.Rata-rata dan standar deviasi keputusan evaluasiproyek investasi pada treatment 1 adalah 5,89 dan1,997. Enam belas subyek memutuskan untuk melakukan

eskalasi komitmen pada treatment 2 dan hanya 1 subyekyang memutuskan untuk tidak melakukan eskalasikomitmen. Rata-rata keputusan evaluasi proyekinvestasi adalah 8,18 dengan standar deviasi sebesar1,776.

Jumlah subyek yang memutuskan untuk tidakmelakukan eskalasi komitmen dan yang melakukaneskalasi komitmen pada treatment 3 sama denganjumlah pada treatment 2. Rata-rata dan standar deviasi

Jumlah Jenis Umur Treatments Kelamin

Sampel

Pria Wanita Mean Sd

1 18 10 8 23,33 2,196 2 17 11 6 23,65 3,020 3 17 10 7 24,24 3,632 4 17 8 9 23,12 1,364

69 39 30 23,58 2,659

Tabel 7Data Demografi Sampel Eksperimen 1

Tabel 8Data Demografi Sampel Eksperimen 2

Jumlah Jenis Umur

Treatments Kelamin

Sampel

Pria Wanita Mean Sd

1 35 18 17 22,83 1,098

2 34 21 13 24,32 3,496

69 39 30 23,58 2,659

Tabel 9Statistik Deskriptif Variabel Independen dan Variabel Dependen Eksperimen 1

Tabel 10Statistik Deskriptif Variabel Independen dan Variabel Dependen Eksperimen 2

Page 89: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

193

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)

keputusan evaluasi proyek investasi pada treatment 3adalah 8,00 dan 1,871. Pada treatment 4, semua subyekmemutuskan untuk melakukan eskalasi komitmen. Rata-rata keputusan evaluasi proyek investasi adalah 8,24dengan standar deviasi sebesar 1,147.

Tabel 12 menyajikan statistik deskriptif untuksetiap treatment pada eksperimen 2. Berdasarkan Tabel12 dapat disimpulkan bahwa subyek yang memutuskanuntuk tidak melakukan eskalasi komitmen pada treat-ment 1 sebanyak 25 subyek dan yang memutuskanuntuk melakukan eskalasi komitmen sebanyak 10subyek. Rata-rata dan standar deviasi keputusanevaluasi proyek investasi pada treatment 1 adalah 5,06

dan 2,485. Subyek yang memutuskan untuk tidakmelakukan eskalasi komitmen pada treatment 2sebanyak 4 subyek sedangkan subyek yangmemutuskan untuk melakukan eskalasi komitmensebanyak 30 subyek. Rata-rata keputusan evaluasiproyek investasi adalah 7,50 dengan standar deviasisebesar 1,830.

Berdasarkan subyek, yang menjawab manipu-lation check eksperimen 1 dengan benar sebanyak 51subyek dan 18 subyek menjawab manipulation checkdengan salah. Hal ini disebabkan karena subyek tidakberkonsentrasi dalam membaca kasus yang disajikan.Dalam eksperimen 2, proporsi subyek yang menjawab

Tabel 11Statistik Deskriptif untuk Setiap Treatment Eksperimen 1

Tabel 12Statistik Deskriptif untuk Setiap Treatment Eksperimen 2

Tabel 13Hasil Uji Normalitas

Tidak Eskalasi Keputusan EvaluTreatments Eskalasi Total Proyek InvestaKomitmen Komitmen Mean Sd

1 10 8 18 5,89 1,992 1 16 17 8,18 1,773 1 16 17 8,00 1,874 0 17 17 8,24 1,14

TOTAL 12 57 69 17% 83% 100%

Tidak Eskalasi Keputusan Evaluasi

Treatments Eskalasi Total Proyek Investasi

Komitmen

Komitmen Mean Sd

1 25 10 35 5,06 2,485

2 4 30 34 7,50 1,830

TOTAL 29 40 69

42% 58% 100%

Kolmogorov Asymp. Sig. (2 sisi) Keterangan Ho

Smirnov Z

Eksperimen 1 1,167 0,131 > 0,05 Diterima

Eksperimen 2 1,148 0,143 > 0,05 Diterima

Page 90: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

194

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

ya dalam manipulation check yaitu 34% untukkeyakinan diri rendah dan 88% untuk keyakinan diritinggi, sedangkan proporsi subyek yang menjawabtidak dalam manipulation check yaitu 66% untukkeyakinan diri rendah dan 12% untuk keyakinan diritinggi.

Uji normalitas data diperlukan untukmengetahui pola distribusi dari data yang digunakan.Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan denganone sample kolmogorov smirnov. Kriteria pengujiannyayaitu jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka databerdistribusi normal. Jika signifikansi lebih kecil dari0,05 maka data tidak berdistribusi secara normal. Hasiluji normalitas dapat dilihat pada Tabel 14.

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwaKolmogorov Smirnov Z eksperimen 1 adalah 1,167dengan signifikansi (Asymp Sig) sebesar 0,131.Kolmogorov Smirnov Z eksperimen 2 adalah 1,148dengan signifikansi (Asymp Sig) sebesar 0,143. Karenasignifikansi lebih besar daripada 0,05 maka dapatdisimpulkan bahwa distribusi populasi keputusanevaluasi proyek investasi eksperimen 1 maupun

eksperimen 2 adalah normal. Di samping uji normalitas,levene’s test juga dilakukan untuk menguji salah satuasumsi Anova. Tujuan levene’s test adalah untukmengetahui apakah varian kelompok data sama atauhomogen. Kriteria pengujiannya yaitu jika signifikansilebih kecil daripada 0,05 maka varian kelompok datatidak sama. Sebaliknya, jika signifikansi lebih besardaripada 0,05 maka varian kelompok data sama.Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa tingkatsignifikansi eksperimen 1 maupun eksperimen 2 lebihbesar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwavarian kelompok data eksperimen 1 maupun eksperimen2 adalah sama atau homogen.

Pengujian hipotesis dalam penelitian inimenggunakan Two Way Anova untuk eksperimen 1 danOne Way Anova untuk eksperimen 2. Adapun tingkatsignifikansi yang digunakan adalah 0,05. H1, H2, H3,dan H4 didukung apabila p-value lebih kecil daripada0,05. Hasil pengujian Anova dapat dilihat pada Tabel14 berikut ini:

Tabel 14Hasil Uji Normalitas

Tabel 15Hasil Levene’s Test

KolmogorovSmirnov Z Asymp. Sig. (2 sisi) Keterangan Ho

Eksperimen 1 1,167 0,131 > 0,05 DiterimaEksperimen 2 1,148 0,143 > 0,05 Diterima

Tabel 16Hasil Pengujian Hipotesis

Asymp. Sig. (2 sisi) Keterangan HoEksperimen 1 0,101 > 0,05 DiterimaEksperimen 2 0,197 > 0,05 Diterima

Asymp. Sig. (2 sisi) Keterangan HoAdverse Selection 0,004 < 0,05 DitolakPembingkaian Negatif 0,012 < 0,05 DitolakInteraksi Adverse Selectiondan Pembingkaian Negatif 0,017 < 0,05 DitolakKeyakinan Diri 0,000 < 0,05 Ditolak

Page 91: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

195

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)

Berdasarkan Tabel 14 maka dapat disimpulkanbahwa p-value dari adverse selection, pembingkaiannegatif, interaksi adverse selection dan pembingkaiannegatif, dan keyakinan diri lebih kecil daripada 0,05.Hal ini berarti bahwa Ha diterima. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa H1, H2, H3, dan H4 didukung.Harrison dan Harrel (1993) membuktikan bahwa subyekcenderung melanjutkan proyek yang gagal ketikamereka dimanipulasi untuk percaya bahwa memilikiinformasi pribadi dan keputusan untuk meninggalkanproyek akan mempengaruhi reputasi dan karirnya. Hasilyang sama juga ditemukan oleh Harrison dan Harrel(1994); Rutledge dan Karim (1999) yang melakukaneksperimen laboratorium. Hasilnya mendukung teorikeagenan dalam keputusan evaluasi proyek. Kanodia,Bushman, dan Dickhaut (1989) menguji masalah ad-verse selection dalam konteks evaluasi proyek. Dalammodelnya, manajer memilih untuk melanjutkan dan tidakmelanjutkan suatu proyek tergantung pada informasipribadi yang diperolehnya. Mereka membuktikanbahwa ketika manajer tidak melanjutkan proyek yanggagal maka akan merusak reputasi dan peluang kariragen di masa yang akan datang. Sharp dan Salter (1997)melakukan eksperimen laboratorium dan berhasilmembuktikan bahwa kondisi keagenan mempengaruhieskalasi komitmen.

Berdasarkan hasil pengujian Two Way Anovadiketahui bahwa p value = 0,004 lebih kecil dari 0,05. Iniberarti bahwa hipotesis pertama yang menyatakanbahwa manajer yang berada dalam kondisi adverse se-lection akan melakukan eskalasi komitmen proyekinvestasi yang tidak menguntungkan terbukti. Haltersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sejalandengan penelitian-penelitian sebelumnya. Rutledgedan Harrel (1993) melakukan eksperimen laboratoriumdan menemukan hasil bahwa keputusan eskalasikomitmen dipengaruhi oleh pembingkaian negatif dantanggungjawab awal, namun pembingkaian negatif lebihdominan dalam meningkatkan keputusan eskalasikomitmen. Rutledge dan Harrel (1994) kembalimelakukan eksperimen laboratorium menggunakanprofesional bisnis. Mereka membuktikan bahwapembingkaian negatif menyebabkan pengambilankeputusan evaluasi proyek yang berisiko, terutama didalam grup. Rutledge (1995) melakukan eksperimenlaboratorium dengan membagi manajer ke dalam grup-grup, hasilnya menyatakan bahwa tanggungjawab awal

dan pembingkaian negatif cenderung mendorong grupuntuk melanjutkan proyek yang gagal. PenelitianBiyanto (1999) dan Hariyanto (2000) membuktikanbahwa pembingkaian negatif menyebabkanpengambilan keputusan berisiko. Sharp dan Salter(2004) juga berhasil membuktikan bahwa pembingkaiannegatif meningkatkan kemungkinan eskalasi komitmen.Berdasarkan hasil pengujian Two Way Anova diketahuibahwa p value = 0,012 lebih kecil daripada 0,05. Iniberarti bahwa hipotesis kedua yang menyatakan bahwamanajer yang berada dalam kondisi pembingkaiannegatif akan melakukan eskalasi komitmen proyekinvestasi yang tidak menguntungkan terbukti. Haltersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian inimendukung temuan penelitian yang telah dilakukansebelumnya.

Salter et al. (2004) melakukan eksperimenlaboratorium dengan menggunakan mahasiswa MBAdi Amerika dan Meksiko. Hasilnya menyatakan bahwainteraksi adverse selection dan pembingkaian negatifsecara signifikan mempengaruhi eskalasi komitmen.Temuan tersebut bertolak belakang dengan penelitianyang dilakukan oleh Sany Dwita (2007) yangmenyatakan bahwa interaksi adverse selection danpembingkaian negatif tidak mempengaruhi manajeruntuk mengambil keputusan eskalasi komitmen. SanyDwita (2007) menduga hal ini disebabkan karena subyektidak memahami kasus yang diberikan sehingga treat-ment eksperimen tidak berhasil diterapkan pada subyek.Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa p value= 0,017 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis ketigayang menyatakan bahwa manajer yang berada dalamkondisi adverse selection dan pembingkaian negatifakan melakukan eskalasi komitmen proyek investasiyang tidak menguntungkan terbukti. Temuan ini sejalandengan Salter et al. (2004) dan bertentangan denganhasil penelitian Sany Dwita (2007).

Whyte, Saks, dan Hook (1997) melakukaneksperimen laboratorium dengan menggunakanmahasiswa Kanada. Mereka berhasil membuktikanbahwa subyek yang berada pada kondisi keyakinandiri tinggi akan lebih cenderung melakukan eskalasikomitmen, mengambil kemungkinan terbesar, danmenginvestasikan lebih banyak untuk mengubahkondisi yang gagal sedangkan subyek pada kondisikeyakinan diri rendah cenderung kurang seringmelakukan eskalasi komitmen. Berdasarkan hasil

Page 92: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

196

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

pengujian One Way Anova diketahui bahwa p value =0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesiskeempat yang menyatakan bahwa manajer yangmemiliki keyakinan diri tinggi akan melakukan eskalasikomitmen proyek investasi yang tidak menguntungkanterbukti. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasilpenelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan empat hipotesis yang diajukan dalampenelitian ini, semua hipotesis berhasil dibuktikan.Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperolehkesimpulan bahwa manajer yang berada dalam kondisiadverse selection akan melakukan eskalasi komitmenproyek investasi yang tidak menguntungkan. Dengankata lain, kondisi adverse selection berpengaruhterhadap keputusan eskalasi komitmen. Keputusanuntuk menghentikan proyek yang tidakmenguntungkan akan merusak reputasi dan peluangkarir masa depan manajer. Berdasarkan pengujian yangsama diperoleh keyakinan bahwa manajer yang beradadalam kondisi pembingkaian negatif akan melakukaneskalasi komitmen proyek investasi yang tidakmenguntungkan. Dengan kata lain, kondisipembingkaian negatif berpengaruh terhadap keputusaneskalasi komitmen. Adanya sunk cost mempengaruhisubyek yang diproksikan sebagai manajer untukmengambil risiko sehingga mengarah kepada eskalasikomitmen terhadap tindakan yang telah gagal. Denganmelakukan eskalasi komitmen subyek berharap dapatmenutup kerugian investasi yang telah dilakukansebelumnya. Selain itu, interaksi adverse selection danpembingkaian negatif juga memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap keputusan eskalasi komitmenproyek investasi yang tidak menguntungkan. Manajeryang berada dalam kondisi adverse selection disajikaninformasi yang dibingkai secara negatif maka manajertersebut terdorong untuk melakukan eskalasi komitmensebagai suatu kesempatan untuk mendapatkankeuntungan di masa yang akan datang sehingga dapatmenutup kerugian investasi awal. Variabel terakhirdalam penelitian ini adalah keyakinan diri. Berdasarkanpengujian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwamanajer yang memiliki keyakinan diri tinggi akan

melakukan eskalasi komitmen proyek investasi yangtidak menguntungkan. Dengan kata lain, keyakinan diriberpengaruh terhadap keputusan eskalasi komitmen.

Implikasi Penelitian

Implikasi hasil penelitian ini memberikan kontribusiyang penting dalam dunia bisnis. Keputusan untukmelakukan eskalasi komitmen merupakan suatukesalahan. Namun manajer tetap melanjutkan proyekyang secara logika seharusnya dihentikan untukmencegah kerugian perusahaan. Eskalasi komitmenakan menyebabkan kerugian yang sangat besar bagiperusahaan atau bahkan dapat menyebabkanperusahaan mengalami kebangkrutan. Hal ini terjadikarena manajer lebih mengutamakan kepentingannyadaripada kepentingan perusahaan. Sebaiknya princi-pal turut serta melakukan penilaian dan pengawasanuntuk setiap keputusan investasi yang dilakukan olehmanajer. Selain itu, secara periodik principal juga turutserta mengevaluasi kinerja dari proyek tersebut.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan.Adapun keterbatasan penelitian yang diungkapkanadalah 1) penelitian ini hanya menggunakan sampelmahasiswa yang diproksikan sebagai manajer proyek,(2) penelitian ini hanya menggunakan kasus yangdisajikan dalam bentuk abstraksi dan merupakanpenyederhanaan dari permasalahan dunia nyata.

Saran

Hal-hal yang dapat dikembangkan dan diperbaiki daripenelitian ini adalah 1) penelitian selanjutnyahendaknya menggunakan sampel manajer perusahaansehingga hasil penelitiannya dapat digeneralisasi, 2)penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan kasusyang lebih kompleks dan realistis sehingga lebih dapatmenangkap kasus-kasus nyata yang terjadi dilapangan, dan 3) penelitian selanjutnya dapatmenambahkan variabel pemonitoran principal dantanggung jawab untuk menjelaskan pengaruhnyaterhadap fenomena eskalasi komitmen.

Page 93: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

197

PENGARUH ADVERSE SELECTION, PEMBINGKAIAN NEGATIF,............... (Farida Eveline)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert (1977). “Self Efficacy: Toward a Unify-ing Theory of Behavioral Change”. Psychologi-cal Review, Vol. 84, No. 2: 191-215.

Biyanto, Frasto (1999). “Hubungan PembingkaianInformasi Anggaran, Tanggung Jawab, danPengalaman Terhadap Pilihan Keputusan padaInvestasi Berisiko”. Program PascasarjanaUGM. Tesis.

Bowen, Michael G. (1987). “The Escalation Phenom-enon Reconsidered: Decision Dilemmas or De-cision Errors?” The Academy of ManagementReview, Vol. 12, No. 1, January: 52-66.

Brockner, Joel (1992). “The Escalation of Commit-ment to a Failing Course of Action: TowardTheoretical Progress”. The Academy of Man-agement Review, Vol. 17, No. 1, January: 39-61.

Brockner, Joel; Houser, Robert; Birnbaum, Gregg;Lloyd, Katty; Deitcher, Janet; Natanshon,Sinaia; dan Rubbin, Jeffrey Z. (1986).“Escalation of Commitment to an IneffectiveCourse of Action: The Effect of Feedback Hav-ing Negative Implications for Self Identity”.Administrative Science Quarterly, Vol. 31, No.1,March: 109-126.

Dwita, Sany (2007). “The Influence of Adverse Selec-tion and Negative Framing on Escalation ofCommitment in Project Evaluation Decision”.Simposium Nasional Akuntansi X.

Goedono, Mohamad dan Heibatollah, Sami (2003).“Managers Adverse Selection in Resource Al-location: A Laboratory Experiment”. Advancesin Management Accounting: 225-249.

Haddad, Kamal; Harrison, Paul D.; dan Chow, Chee W.“The Role of Self Interest and Ethical Reason-ing on Project Continuation Decision: A Com-parison of Mexican and US Nationals”. Publi-cation No.104, San Diego State University.

Harrison, Paul D. dan Harrell, Adrian (1993). “The Im-pact of Adverse Selection on Manager’s ProjectEvaluation Decision”. The Academy of Man-agement Journal, Vol. 36, No. 3, June: 635-643.

Haunschild, Pamela R.; Blake, Alison D.; dan Fichman,M. (1994). “Managerial Overcommitment inCorporate Acquisition Processes”. Organiza-tion Science, Vol. 5, No. 4, November: 528-540.

Horngren, C. dan Foster, G. (1991). “Cost Accounting:A Managerial Emphasis”. Englewood Cliffs.New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Husnatarina, Fitria (2007). “Influence of InformationFrame to Group and Individual Decision Mak-ing: Hypothetical and Real”. SimposiumNasional Akuntansi X.

Kanodia, Chandra; Bushman, Robert; dan Dickhaut,John (1989). “Escalation Errors and the SunkCost Effects: An Explanation Based on Reputa-tion and Information Asymmetries”. Journal ofAccounting Research, Vol. 27, No. 1, Spring:59-77.

Keil, M. (1995). “Pulling the Plug: Software ProjectManagement and the Problem of Project Esca-lation”. Working Paper. Georgia State Univer-sity, Atlanta.

Keil, Mark; Mann, Joan; dan Rai, Arun (2000). “WhySoftware Projects Escalate: An Empirical Analy-sis and Test of Four Theoretical Models”. MISQuarterly, Vol. 24, No. 4, December: 631-664.

Mahlendorf, Mathias D. (2007). “High Risk InvestmentProject”. Paper for the Reseach Forum at the2007 ABO Research Conference. September.

Nulden, Urban (1996). “Escalating? Who? Me?”Unpublished. Goteborg University, Sweden.

Nulden, Urban (1996). “Failing Projects: Harder toAbandon than to Continue”. Unpublished.Goteborg University, Sweden.

Page 94: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

198

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 181-198

Nulden, Urban (1996). “Escalation in IT Projects: CanWe Afford to Quit or Do We Have to Continue?”Unpublished. Goteborg University, Sweden.

Priyatno, Duwi (2008). “5 Jam Belajar Olah Data denganSPSS 17.” Penerbit Andi, Yogyakarta.

Rutledge, R. dan Harrel, Adrian M. (1994). “The Impactof Responsibility and Framing on BudgetaryInformation on Group Shifts”. Behavioral Re-search in Accounting: 92-109.

Sabherwal, Rajiv dan Sein, Maung K. (1994). “WhyOrganization Increase Commitment to a FailingInformation Systems Projects”. Unpublished.

Salter, Stephen B. dan Sharp, David J. (2004). TheDeterminants of Escalation Commitment: Na-tional Culture and Experience Effects”. Unpub-lished, University of Cincinnati.

Santoso, Singgih (2005). Buku Latihan SPSS StatistikParametrik. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sharp, David J. dan Salter, Stephen B. (1997).“Project Escalation and the Sunk Cost: A Testof International Generalizability of Agencyand Prospect Theories.” Journal of Interna-tional Business Studies, Vol. 28, No. 1: 101-121.

Staw, Barry M. (1981). “The Escalation of Commit-ment to Course of an Action”. The Academyof Management Review, Vol. 6, No. 4, October:577-587.

Tversky, A. dan Kahneman, D. (1981). “The Framing ofDecisions and the Psychology of Choice”. Sci-ence, Vol. 211: 453-458.

Whyte, Glen; Saks, Alan M.; dan Hook, Sterling(1997). “When Success Breeds Failure: TheRole of Self Efficacy in Escalating Commit-ment to a Losing Course of Action”. Journalof Organizational Behaviour, Vol. 18, No. 5,September: 415-432.

Page 95: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

199

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)Vol. 21, No. 2, Agustus 2010Hal. 199-216

ABSTRACT

Earnings management is the moral hazard problem ofmanager that arises due to the conflict of interest be-tween the manager as an agent and the shareholderand the owner as a principal. The indication of earn-ings management is explained by agency theory andpositive accounting theory. The objective of this re-search is to examine the influence of corporate gover-nance mechanism consisting of number of board ofdirectors, number of board of commissioners, cross-directorships and the indication of earnings manage-ment (measured as the value of discretionary accrual).The research sample was the firm listed in The Indone-sian Institute for Corporate Governance (IICG) in 2001,excluding banking sectors and insurance for periodsof 2001-2004. The other sample criterion is that the firmmust have the data of number of board of directors andthe number of board of commissioners. By using themethod of regression analysis, the result of this re-search showed that the number of board of directorshad a negative relationship with earnings management.On other hand number of board of commissioners hada positive and significant relationships with earningsmanagement and cross-directorship had a negative sig-nificant relationships with earnings management.

Keywords: Corporate Governance, Earnings Man-agement, Agency Theory, Positive AccountingTheory

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS,CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN, DAN

INDIKASI MANAJEMEN LABA

Dwi Asih WahyuningrumE-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

PENDAHULUAN

Corporate governance menjadi isu yang menarik dinegara maju dan negara berkembang. Di Inggris, cor-porate governance muncul pada tahun 1950-an karenaskandal yang mengindikasikan lemahnya pengelolaanperusahaan-perusahaan. Kemudian disusul oleh kasusEnron, Wordcom, Xerox, dan Walt Disney di AmerikaSerikat dan negara-negara lain seperti Jerman, Perancis,Rusia, Italia, dan Australia (Darwati et al., 2005).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ADBterhadap negara-negara Asia Timur dikatakan bahwapenyebab krisis di Asia cenderung disebabkan olehbeberapa hal (Herwidiyatmo dalam Riyanto danKusumawati, 2005), yaitu krisis terjadi akibat adanyakepemilikan perusahaan yang terkonsentrasi,mekanisme pengawasan dewan komisaris tidakberfungsi secara efektif dan melindungi kepentingansemua pemegang saham, pasar belum berperan sebagaipengontrol perusahaan yang sehat, 70% pendanaanperusahaan diperoleh dari pendanaan eksternal(pinjaman bank), dan dominasi pendanaan eksternaltersebut belum diimbangi oleh adanya pengawasanyang cukup oleh kreditur. Berdasarkan hasil penelitiantersebut terlihat bahwa perusahaan di Asia Timur padaumumnya belum mempunyai profesionalisme dalammengelola (govern) perusahaannya.

Penerapan corporate governance di Indone-sia masih dinilai belum baik. Penelitian yang melakukanpenilaian terhadap pelaksanaan corporate governancesecara mikro pada perusahaan masih belum banyak.

Page 96: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

200

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

Majalah SWA adalah salah satu yang sudah melakukanpemeringkatan corporate governance secarakuantitatif terhadap sebagian perusahaan publik.Kurniawan dan Indriantoro (2000) mengidentifikasikanberbagai isu tentang corporate governance di Indo-nesia dan ditemukan hasil bahwa 1) strukturkepemilikan yang masih didominasi keluargamenyebabkan perlindungan terhadap investor kecilmasih lemah; 2) fungsi dewan komisaris dalam membawaaspirasi kepentingan pemegang saham non-mayoritasmasih lemah; 3) belum adanya kewajiban membentukaudit comittee sehingga informasi keuangan yangdisampaikan diragukan kualitasnya; 4) praktik fair busi-ness yang masih lemah; 5) transparansi dan disclosureyang masih rendah; 6) praktik manajemen risiko yangbelum baik; dan 7) perlindungan terhadap kreditur yangmasih lemah.

Tuntutan adanya corporate governance yangbaik mengugah banyak negara untuk mengembangkanpedoman maupun peraturan bagi perusahaan publikterhadap good corporate governance. Di Asia,penerapan corporate governance merupakan bagianpenting dari pembaharuan ekonomi (FCGI, 2002).Pemerintah Indonesia juga mendukung upaya tersebutdengan membentuk Komite Nasional tentangKebijakan Corporate Governance (KNKCG) melaluiSurat Keputusan Menteri Koordinator Bidang EkonomiKeuangan dan Industri (EKUIN) Kep-10/M.EKUIN/08/1999 tentang Komite Nasional tentang Kebijakan Cor-porate Governance yang bertujuan supaya duniabisnis memiliki acuan dasar yang memadai mengenaikonsep serta pola pelaksanaan good corporate gover-nance yang disesuaikan dengan pola internasional daniklim Indonesia. Penerapan corporate governance diIndonesia diharapkan tidak hanya dapat menarikkembali minat para investor pasca krisis ekonomi tetapijuga untuk mendorong penggunaan sumber dayaperusahaan agar pertumbuhan dan kesejahteraanpemilik terjaga.

Corporate governance menyangkut masalahpengendalian perilaku para eksekutif puncakperusahaan untuk melindungi kepentingan pemilikperusahaan/pemegang saham. Masalah mulai munculkarena adanya pemisahan antara pemilik danpengelolaan perusahaan. Jensen dan Meckling (1976)memandang baik pemilik perusahaan (principal) danpengelola perusahaan/manajer (agent) merupakan

pemaksimum kesejahteraan, sehingga ada kemungkinanbesar bahwa manajer tidak selalu bertindak demikepentingan terbaik dari pemilik perusahaan. Konflikini tidak terlepas dari kecenderungan manajer untukmencari keuntungan sendiri karena perubahankemakmuran manajer lebih kecil daripada pemilikperusahaan (Jensen dan Murphy, 1990).

Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawaldari konflik kepentingan ini dapat diminimumkan denganmonitoring yang bertujuan untuk menyelaraskankepentingan yang berbeda tersebut. Pertama, denganmemperbesar kepemilikan saham perusahaan olehmanajemen (Jensen dan Meckling, 1976), sehinggakepentingan pemilik dapat disejajarkan dengankepentingan manajer. Kedua, kepemilikan saham olehinvestor institusional. Ketiga, melalui peran monitor-ing dewan direksi (Dechow et al., 1996). Penelitianmengenai corporate governance dan manajemen labatelah banyak dilakukan. Walfield et al. (1989) menelitipengaruh mekanisme corporate governance, yaitukepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dandewan direksi terhadap tindakan manajemen laba.Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan negatifantara kepemilikan manajerial dengan discretionaryaccrual sebagai ukuran dari manajemen laba danhubungan positif antara kepemilikan manajerial dengankandungan informasi dalam laba. Pratana (2003)melakukan penelitian mengenai pengaruh mekanismecorporate governance dan manajemen laba danhasilnya menunjukkan adanya korelasi positif antarakepemilikan institusional dan kepemilikan manajerialterhadap penurunan manajemen laba yang padaakhirnya akan meningkatkan kualitas laba yangdilaporkan. Rajgofal et al., (1999) juga menyimpulkanbahwa kepemilikan institusional mampu menjadikonstrain bagi perilaku manajemen laba dan adanyahubungan negatif antara nilai absolut dari discretion-ary accrual dengan tingkat kepemilikan institusional.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitiantentang corporate governance dan manajemen laba,dengan data indeks persepsi corporate governanceyang dilakukan majalah SWA dan Indonesian Instituteof Corporate Governance (IICG) untuk menganalisispengaruh struktur dewan direksi, dewan komisaris,cross-directorships dewan, dan indikasi adanyamanajemen laba. Aktivitas manajemen laba diproksikandengan discretionary accrual dengan menggunakan

Page 97: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

201

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)

model Jones modifikasian (1991). Penelitian inidiharapkan dapat memberikan tambahan keyakinanbahwa penerapan corporate governance mewujudkanmonitoring yang efektif sehingga mendukungperusahaan untuk menggunakan sumber daya secaraefisien.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Manajemen laba terjadi ketika para manajermenggunakan pendapatnya dalam pelaporankeuangan dengan tujuan untuk menyesatkan berbagaipihak yang terkait dengan kegiatan operasionalisasiperusahaan mengenai kinerja ekonomi perusahaan yangbersangkutan atau untuk mempengaruhi hasilperjanjian yang bersangkutan pada angka-angkaakuntansi (Healy dan Wahlen, 1999). Perilakumanajemen laba dapat dijelaskan melalui teori keagenandan teori akuntansi positif. Dalam perekonomian yangmodern, manajemen dan pemilik perusahaan semakinbanyak dipisahkan. Teori keagenan ditekankan untukmengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalamhubungan keagenan (Eisenhardt, 1989). Pertama,masalah keagenan yang timbul pada saat keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari pemilik danmanajemen berlawanan dan merupakan suatu hal yangsulit atau mahal bagi pemilik untuk melakukan verifikasitentang apa yang benar-benar dilakukan olehmanajemen. Kedua, masalah pembagian risiko yangtimbul pada saat pemilik dan manajemen memiliki sikapyang berbeda terhadap risiko.

Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi(Eisenhardt, 1989). Asumsi-asumsi tersebut dibedakanmenjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia,asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsisifat manusia menekankan bahwa manusia mempunyaisifat mementingkan diri sendiri, memiliki keterbatasanrasionalitas, dan tidak menyukai risiko. Asumsikeorganisasian adalah adanya konflik antaranggotaorganisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, danadanya asimetri informasi antara pemilik perusahaandengan manajemen. Dalam asumsi informasi, informasiadalah barang komoditi yang dapat diperjualbelikan.Tujuan teori keagenan adalah agar pemilik perusahaanmemperoleh keuntungan yang maksimal dengan biayayang seefisien mungkin dengan dikelolanyaperusahaan oleh tenaga-tenaga professional. Namun

sisi negatif dari pemisahan ini adalah adanyakeleluasaan manajemen dalam mengelola perusahaanakan membuat kecenderungan untuk mengambilkeuntungan pribadi (moral hazard), tingkat asimetriyang tinggi, dan motif-motif tertentu serta adanyapengakuan dalam akuntansi biaya bahwa angka-angkadalam laporan keuangan mengandung komponenakrual, memperbesar kemungkinan manajemenmemanfaatkan pos-pos akrual guna menyajikan labayang sesuai dengan kepentingan pemilik, pemegangsaham, atau pemberi pinjaman. Pemilik dapat membatasiatau mengontrol penyimpangan yang terjadi dalamperusahaan dengan memberikan hal-hal yang bersifatmendorong bagi manajer dan melakukan supervisiuntuk mengawasi manajemen dan kemungkinan akanmelakukan penyimpangan terhadap peraturan-peraturan yang ada.

Konflik kepentingan antara manajer danpemegang saham dapat dihilangkan dengan dua cara(Denis et al., 1997). Pertama, manajer mungkin diberikaninsetif untuk melakukan tindakan yang sesuai dengankepentingan pemegang saham. Kedua, tindakanmanajer dapat dimonitor oleh dewan direksi ataupemegang saham sendiri. Mekanisme monitoring initidak dapat sempurna karena tidak semua tindakanmanajer dapat diobservasi. Upaya untuk mengurangimasalah keagenan ini akan menimbulkan kos keagenanyang akan ditanggung baik oleh pemilik maupunmanajemen. Jensen dan Mecking (1976) membagi koskeagenan ini menjadi tiga, yaitu monitoring cost, bond-ing cost, dan residual loss. Monitoring cost adalahkos yang timbul dan ditanggung oleh pemilik untukmemonitor perilaku manajemen, yaitu untuk mengukur,mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Contoh kosini adalah kos audit dan kos untuk menetapkan rencanakompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan operasi. Bonding cost merupakan kos yangditanggung oleh manajemen untuk menetapkan danmematuhi mekanisme yang menjamin bahwamanajemen akan bertindak untuk kepentingan pemilik.Contoh, kos yang dikeluarkan oleh manajer untukmenyediakan laporan keuangan kepada pemegangsaham. Pemegang saham hanya akan mengijinkan kosjaminan terjadi jika kos tersebut dapat mengurangi kospengawasan. Sedangkan residual loss adalahkemakmuran dalam nilai mata uang yang turun sebagaiakibat perbedaan kepentingan antara manajemen dan

Page 98: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

202

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

pemilik. Penurunan kemakmuran ini terjadi karenaperbedaan antara keputusan manajemen dankeputusan-keputusan yang akan memaksimumkankemakmuran pemilik.

Beberapa alternatif untuk mengurangi agencycost, yaitu dengan menurunkan agency cost dari freecash flow akan mengurangi sumber-sumber discretion-ary, khususnya aliran kas di bawah kontrol manajemen(Jensen, 1986), meningkatkan pendanaan denganutang, dan meningkatkan kepemilikan saham olehmanajemen (Jensen dan Mackling, 1976). Proporsikepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapatmempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikanmanajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemendan pemegang saham, sehingga akan memperolehmanfaat langsung dari keputusan yang diambil sertamenanggung kerugian sebagai konsekuensi daripengambilan keputusan yang salah.

Menurut teori akuntansi positif (Watts andZimmerman, 1990) terdapat tiga bentuk hubungankeagenan, yaitu antara pemilik dengan manajemen (bo-nus plan hypothesis), kreditur dengan manajemen(debt/equity hypothesis), dan pemerintah denganmanajemen (political cost hypothesis) sehingga secaraluas principal bukan hanya pemilik perusahaan tetapijuga dapat berupa pemegang saham, kreditur, maupunpemerintah. Tiga hipotesis teori akuntansi positif yangdapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemenlaba adalah 1) The Bonus Plan Hypothesis, padaperusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus,manajer perusahaan akan lebih memilih metodeakuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depanke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini.Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberianupah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrakbonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat labaterendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkatlaba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, tidakada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika lababerada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bo-nus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey,manajer cenderung memperkecil laba dengan harapanmemperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya,demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanyajika laba bersih berada diantara bogey dan cap, manajerakan berusaha menaikkan laba perusahaan; 2) The Debtto Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis),

pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to eq-uity tinggi, manajer perusahaan cenderungmenggunakan metode akuntansi yang dapatmeningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaandengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalamikesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihakkreditor bahkan perusahaan terancam melanggarperjanjian utang; dan 3) The Political Cost Hypoth-esis (Size Hypothesis, pada perusahaan besar yangmemiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilihmetoda akuntansi yang menangguhkan laba yangdilaporkan dari periode sekarang ke periode masadatang sehingga dapat memperkecil laba yangdilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakanprofitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarikperhatian media dan konsumen.

Definisi corporate governance menurut FCGIadalah seperangkat peraturan yang mengaturhubungan antara pemegang saham, pengurus(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,karyawan, serta para pemegang kepentingan intern danekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dankewajiban mereka (FCGI, 2002). Dalam corporate gov-ernance, terdapat empat unsur penting yang harusdiperhatikan yaitu (FCGI, 2001), yaitu 1) Fairness,menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham,termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan parapemegang saham asing, serta menjamin terlaksananyakomitmen para investor; 2) Transparancy, mewajibkanadanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, danjelas, serta dapat diperbandingkan yang menyangkutkeadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dankepemilikan perusahaan; 3) Accountability,menjelaskan peran dan tanggungjawab sertamendukung usaha untuk menjamin penyeimbangankepentingan manajemen dan pemegang saham,sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris; dan4) Responsibility, memastikan dipatuhinya peraturanserta ketentuan yang berlaku sebagai cerminandipatuhinya nilai-nilai sosial.

Corporate governance timbul sebagai akibatpihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan mempunyaikepentingan yang berbeda-beda. Corporate gover-nance merupakan suatu mekanisme yang digunakanuntuk memastikan bahwa supplier keuangan, misalnyapemegang saham dan pemberi pinjaman dariperusahaan memperoleh pengembalian dari kegiatan

Page 99: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

203

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)

yang dijalankan oleh manajer atau dengan kata lainbagaimana supplier keuangan perusahaan melakukankontrol terhadap manajer (Schleifer dan Vishny, 1997),yang meliputi mekanisme internal, seperti strukturdewan direksi, struktur dewan komisaris, kepemilikanmanajerial, dan kompensasi eksekutif; dan mekanismeeksternal, seperti pasar untuk kontrol perusahaan,kepemilikan institusional, dan tingkat pendanaandengan hutang (Bamhart, dan Rosenstein, 1998).

Perusahaan modern semakin banyak yangtergantung pada modal eksternal, baik dalam bentuksekuritas maupun hutang, sehingga perusahaan perlumeyakinkan pihak pemberi dana eksternal tersebutbahwa dana-dana yang telah mereka pinjamkan telahdigunakan secara tepat dan seefisien mungkin, sertamemastikan bahwa manajemen bertindak yang terbaikuntuk kepentingan perusahaan. Kepastian tersebutdiberikan oleh sistem corporate governance yang baik,yang memberikan perlindungan efektif kepada parapemegang saham dan kreditur, sehingga yakin bahwareturn terhadap investasinya akan bernilai tinggi(FCGI, 2002).

Pedoman corporate governance dapatditemukan dalam berbagai codes of corporate gover-nance seperti KNKCG yang ada di Indonesia. KNKCG(2001) mengemukakan bahwa pedoman corporate gov-ernance yang disusun bertujuan untuk 1)Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang sahamdengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab danadil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat,baik secara nasional maupun internasional dengandemikian menciptakan iklim yang mendukung investasi;2) Mendorong pengelolaan perseroan secaraprofesional, transparan dan efisien, sertamemberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirianDewan Komisaris, Dewan Direksi, dan Rapat UmumPemegang Saham; dan 3) Mendorong agar pemegangsaham, anggota Dewan Komisaris, dan anggota DewanDireksi dalam membuat keputusan dan menjalankantindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhanterhadap peraturan perundang-undangan yang berlakuserta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosialperseroan terhadap pihak yang berkepentinganmaupun kelestarian lingkungan di sekitar perseroan(KNKCG, 2001).

Penerapan corporate governance memberikan

empat manfaat (FCGI, 2002), yaitu 1) Meningkatkankinerja perusahaan melalui terciptanya prosespengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkanefisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkanpelayanan kepada stakeholders; 2) Mempermudahdiperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dantidak rigit (karena faktor kepercayaan) yang padaakhirnya akan meningkatkan corporate value; 3)Mengembalikan kepercayaan investor untukmenanamkan modalnya di Indonesia; dan 4) Pemegangsaham akan merasa puas dengan kinerja perusahaankarena sekaligus akan meningkatkan shareholders’svalues dan dividen

Salah satu prinsip corporate governancemenurut Organization for Economic Co-operationand Development (OECD) adalah menyangkut peranandewan komisaris. Bentuk Dewan Komisaris tergantungpada sistem hukum yang dianut. Terdapat dua sistemyang berbeda, yaitu Anglo Saxon dan KontinentalEropa (FCGI, 2002). Dalam sistem hukum Anglo Saxon,sistem yang dianut adalah sistem satu tingkat atau onetier system. Pada sistem satu tingkat, perusahaanmempunyai satu dewan direksi sebagai kombinasiantara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif)dan direktur independen yang bekerja dengan prinsipparuh waktu (direktur non eksekutif). Negara-negarayang menerapkan ini adalah Amerika Serikat danInggris. Sistem hukum Kontinental Eropa menganutsistem dua tingkat atau two tier system. Pada sistemdua tingkat, perusahaan mempunyai dua badanterpisah, yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dandewan manajemen (dewan direksi). Dewan direksibertugas mengelola dan mewakili perusahaan sesuaidengan pengarahan dan pengawasan dewan komisaris.Dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat digantioleh badan pengawas (dewan komisaris). Tugas utamadewan komisaris adalah bertanggungjawab mengawasitugas-tugas manajemen. Indonesia termasuk negarayang mengadopsi sistem dua tingkat ini.

Mekanisme corporate governance yang efektifdapat mengurangi praktik manajemen laba. Kepemilikanmanajerial dan institusional dapat mengurangi konflikkepentingan antara manajer dengan berbagai pihakyang berkepentingan yang akhirnya berdampak padapengurangan masalah keagenan (Pratana, 2002). Dalampenelitian Teoh, Welch, dan Wong (1998) discretion-ary accrual sebelum IPO berhubungan dengan stock

Page 100: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

204

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

return underperformance karena sebagian investortidak dapat memperhitungkan adanya manajemen labadalam menyusun ekspetasi mengenai kas yang akanditerima di masa yang akan datang. Mengutippenelitian-penelitian sebelumnya, Dechow et al., 1995;dan Beasley, 1996) antara peran direksi denganpelaporan keuangan mempunyai hubungan yangsignifikan. Dalam temuannya disebutkan bahwa ukurandan independensi dewan direksi mempengaruhikemampuannya dalam memonitoring proses pelaporankeuangan.

Dalam Penelitian Haniffa dan Cooke (2002) yangmenguji pengaruh beberapa variabel corporate gover-nance, budaya dan karakteristik spesifik perusahaanterhadap tingkat pengungkapan sukarela di laporantahunan Malaysia. Faktor corporate governance yangdigunakan dalam penelitian tersebut adalah komposisidewan, cross-directorships, dualitas peranan,keanggotaan keluarga dalam dewan, komisariskeuangan dalam dewan, ketua dewan yang cross-di-rectorships, serta jumlah dewan non-eksekutif. Variabelyang terbukti signifikan dalam mempengaruhi tingkatpengungkapan sukarela adalah variabel keanggotaankeluarga dan jumlah dewan non-eksekutif.

Penelitian ini akan membahas hubungan antaracorporate governance dengan manajemen laba.Variabel corporate governance dalam penelitian iniakan lebih dikhususkan pada karakteristik dewan. Halini didasarkan pada hasil survei yang dilakukan olehVan den Berge dan Ridder (1999) yang menyatakanbahwa sebagian besar codes dan best practices yangberhubungan dengan corporate governance lebihfokus pada komposisi serta fungsi dewan. Selain itu,karakteristik dewan merupakan variabel yang palingdapat diterapkan untuk kasus corporate governancedi Indonesia dibandingkan dengan variabel corporategovernance yang lain. Karakteristik dewan yang akandigunakan dalam penelitian ini adalah dewan direksi,dewan komisaris, dan cross-directorships dewan.

Dewan direksi merupakan mekanismepengendalian internal utama yang memonitor manajer(Fama, 1980). Tiga karakteristik yang mempengaruhimonitoring adalah ukuran dewan direksi, komposisidewan direksi, dan struktur kepemilikan (Jensen, 1993).Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanyapengaruh ukuran dan komposisi dewan direksi dalamkegiatan perusahaan. Menurut Pfefer (1973) dan Pearce

dan Zahra (1992) bahwa peningkatan ukuran dandiversitas dari dewan direksi akan memberikan manfaatbagi perusahaan karena terciptanya network denganpihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaansumberdaya.

Penelitian Chrourou et al. ( 2001) menemukanbahwa ukuran dewan direksi berhubungan negatifdengan manajemen laba. Hasil ini mengindikasikanbahwa ukuran dewan direksi yang besar dapatmemonitor proses pelaporan keuangan dengan lebihefektif dibandingkan ukuran dewan direksi kecil.Beasley (1996) menguji hubungan antara dewan direksiperusahaan dengan kemungkinan kecurangan laporankeuangan dan menemukan hubungan negatif antarapersentase anggota non-eksekutif dalam dewan direksidengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan.

Beberapa peneliti yang lain mempunyai argumenyang berbeda, jumlah dewan direksi yang besar kurangefektif dalam memonitor manajemen (Shaw 1981; Jewaldan Reitz 1981; Olson 1982; Gladstein 1984; Lipton danLorsch 1992; Jensen dan Meckling 1976). Hal tersebutdudukung oleh penelitian Yermacrk (1996) danEisenberg et al. (1998) yang menyatakan bahwa jumlahdewan direksi yang kecil meningkatkan kinerjaperusahaan. Fama (1980), Fama dan Jensen (1983)menyatakan bahwa outside director akan lebih efektifdalam memonitor manajemen selain itu outside jugalebih banyak memberikan expert knowledge dan nilaitambah bagi perusahaan. Hal tersebut didukung olehCoughlan dan Schmidt (1985), Hermalin dan Weisbach(1988) yang menyatakan bahwa outside director selainlebih efektif dalam memonitor manajemen jugamerupakan sarana untuk mendisiplinkan manajer.

Meskipun bukti empiris masih menunjukkanhasil yang berbeda tentang ukuran dan komposisidewan direksi, namun yang perlu ditekankan bahwaoutside director dapat memberikan kontribusi terhadapnilai perusahaan melalui aktivitas evaluasi dankeputusan strategis (Brickley dan James 1987; Byrddan Hickman 1992: Lee et al., 1992) serta penguranganinefisiensi dan kinerja yang rendah (Weisbach, 1988).Berdasarkan hal itu, maka disusun hipotesis penelitiansebagai berikut:H1: Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif

terhadap discretionary accrualDewan komisaris menggambarkan puncak dari

sistem pengendalian pada perusahaan besar, yang

Page 101: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

205

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)

memiliki peran ganda yaitu peran untuk memonitor dansebagai pengesahan (ratification). Agar pelaksanaanratifikasi efektif, dewan komisaris melibatkan manajerinternal dengan keahlian tertentu, sedangkan agarpelaksanaan pengawasan efektif maka dewan komisarismemasukkan anggota manajemen dari luar yangindependen. Dewan komisaris harus memantauefektivits praktek pengelolaan korporasi yang baik(good corporate governance) yang diterapkanperseroan bilamana perlu melakukan penyesuaian.Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupasehingga memungkinkan pengambilan keputusan yangefektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak secaraindependen.

Dewan komisaris diyakini memiliki peran pentingdalam pengelolaan perusahaan, khususnya dalammemonitor manajemen puncak (Fama dan Jensen, 1983).Keberadaan dewan komisaris dan komite audit dalamperusahaan mampu mengurangi aktivitas manajemenlaba. Ada beberapa hasil penelitian mengenaikecenderungan manajemen laba yang semakin rendahketika kepemilikan manajemen dan kepemilikan pemilikdibatasi oleh makin tingginya jumlah kepemilikansaham manajerial. Beasley (1996) meneliti hubunganantara proporsi dewan komisaris dan kecurangan(fraud) laporan keuangan dan membuktikan bahwaperusahaan yang melakukan kecurangan mempunyaipersentase dewan komisaris eksternal yang signifikanlebih rendah daripada perusahaan yag tidak melakukankecurangan. Chrourou et al., (1996) meneliti mengenaiperusahaan yang menjadi subyek penerapan akuntansiyang diduga melanggar GAAP sehingga menyebabkanadanya overstatement pada laba yang dilaporkan danhal itu menjadi bukti bahwa struktur corporate gover-nance mempunyai peranan penting dalam membatasiaktivitas manajemen laba.

Dewan komisaris memberikan 2 fungsi, yaitufungsi jasa dan fungsi kontrol. Dalam fungsi jasa dewankomisaris dapat memberikan konsultasi dan nasehatkepada manajemen (dan direksi). Penelitian Lorsch danMacIver (1989) yang berbasis wawancara dalamKusumawati (2004) menemukan bahwa perananpemberian saran (advisory) mendominasi aktivitasangota dewan (Young et al., 2001). Dengan fungsi iniperanan keahlian anggota dewan tersebut merupakanjasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaanyang tidak dapat diberikan oleh pasar (Dalton dan Daily,

1999). Anggota dewan komisaris yang mempunyaikeahlian dalam bidang tertentu dapat memberikannasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi danpenyelenggaraan perusahaan (Fama dan Jensen, 1983).Sedangkan fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewankomisaris diambil dari teori agensi. Mekanisme internaluntuk mengontrol perilaku opportunistik manajemendimiliki oleh dewan komisaris sehingga dapatmenyelaraskan kepentingan pemegang saham danmanajer (Jensen, 1993).

Pendapat lain menyatakan bahwa dewankomisaris merupakan salah satu mekanismepengendalian, melihat bahwa dewan komisaris sebagaisalah satu solusi yang efektif untuk masalah keagenanyang timbul antara manajer dan pemegang saham. Bukti-bukti penelitian empiris yang ada saat ini, mendukungprediksi bahwa kemampuan dewan komisaris untukmengawasi merupakan fungsi yang positif dari proporsidan independensi dari dewan komisaris eksternal(Weisbach, 1998). Penelitian ini mengadopsi hubungannegatif seperti yang dikemukakan oleh Fama dan Jensen(1983). Berdasarkan hal itu, maka disusun hipotesispenelitian sebagai berikut:H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif

terhadap discretionary accrualAlasan peneliti mengapa karakteristik dewan

dalam hal ini proporsi anggota dewan direksi dankomisaris (cross-directorsips) perusahaan dapatmembatasi manajemen laba karena cross-directorshipssulit ditiru perusahaan lain sehingga menjadikeunggulan kompetitif (Barney, 1991 dalam Young etal., 2001). Cross-directorships dewan berarti bahwaseorang anggota dewan komisaris atau dewan direksijuga mempunyai jabatan sebagai anggota komisaris ataudireksi di perusahaan publik yang lain. Ada duapendapat yang bertentangan atas variabel ini. Satupendapat menyatakan bahwa cross-directorships akanmembantu dalam membuat informasi agar lebihtransparan karena direksi atau komisaris dapatmembandingkannya dengan perusahaan lain (Dahyaet al., 1996 dalam Haniffa dan Cooke,2002). Pendapatlain mengatakan bahwa hal ini justru akan menempatkanperusahaan dalam kerugian kompetitif dan akanmembuat direksi atau komisaris tersebut kurangindependen (Davis, 1993 dalam Haniffa dan Cooke,2002). Hal itu menyebabkan manajer lebih leluasamemegang kendali perusahaan. Penelitian ini

Page 102: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

206

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

mengadopsi hubungan positif seperti yang digunakanDavis et al., 1993 dalam Haniffa dan Cooke (2002)karena literatur yang mendukung hubungan negatifcenderung dilakukan sebelum tahun 1990-an. Literaturterkini lebih mendukung dan memberikan bukti adanyahubungan positif. Berdasarkan hal itu, maka disusunhipotesis penelitian sebagai berikut:H3: Cross-directorships dewan berpengaruh positif

terhadap discretionary accrualPenelitian ini mengunakan sampel perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI). Perusahaan yang menjadi sampel dipilihberdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive ran-dom sampling) yang memenuhi kriteria, yaitu 1)Perusahaan yang terdaftar di BEI yang masuk dalampemeringkatan penerapan corporate governance yangdilakukan The Indonesian Institute for Corporate Gov-ernance (IICG) di tahun 2001. Periode pengamatan datapool dilakukan mulai tanggal 1 Januari 2001 sampaidengan 31 Desember 2004. Alasan mulai 1 Januari 2001adalah pada tahun tersebut perekonomian Indonesiamulai stabil setelah melewati masa krisis. Selain itu,konsep corporate governance di Indonesia barudisosialisasikan pada tahun 2001; 2) Bukan perusahaanyang berada dalam kelompok industri perbankan danasuransi. Pembatasan ini dilakukan karena perusahaanini memiliki regulasi tersendiri yang akan mempengaruhipelaporan keuangannya; 3) Menerbitkan laporankeuangan selama periode pengamatan penelitian danlaporan keuangan tidak dalam mata uang asing; 4)Mempunyai dewan direksi dan dewan komisaris. Datatersebut digunakan untuk menentukan perusahaanyang melakukan cross-directorships dewan. Data yangdigunakan adalah data sekunder. Data jumlah dewankomisaris, dewan direksi, dan data untuk menghitungdiscretionary accrual diperoleh dari laporan tahunanperusahaan yang dimuat dalam Indonesian CapitalMarket Directory, database BEI, dan Magister SainsFakultas Ekonomi UGM.

Variabel dependen penelitian ini adalah discre-tionary accrual. Discretionary accrual adalah suatucara untuk mengurangi pelaporan laba yang sulitdideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yangberkaitan dengan akrual, misalnya dengan caramenaikkan biaya amortisasi dan depresiasi, mencatatkewajiban yang besar atas jaminan produk (garansi),kontinjensi dan potongan harga, dan mencatat

persediaan yang sudah usang. Akrual adalah semuakejadian yang bersifat operasional pada suatu tahunyang berpengaruh terhadap arus kas. Perubahanpiutang, hutang, dan persediaan merupakan akrual.Biaya depresiasi merupakan akrual negatif. Akuntanmemperhitungkan akrual untuk menandingkan biayadengan pendapatan, melalui perlakuan transaksi yangberkaitan dengan laba bersih, akuntan dapat mengaturlaba bersih sesuai dengan yang diharapkan (Scoot,2000).

Dalam penelitian ini current accrual dihitungdengan menggunakan formulasi yang digunakan olehmodel Jones yang dimodifikasi (1991). Penelitimengukur discretionary accrual denganmenggunakan model Jones yang dimodifikasi, karenadianggap model ini paling baik di antara model lainyang sama-sama digunakan untuk mengukurmanajemen laba (Dechow et al, 1995; Bartov dan Gul,2000; Lobo dan Zhou, 2001). Subramanyam (1996) telahmembuktikan bahwa discretionary accrual yangdiestimasi dengan model ini adalah yang palingdirespon oleh pasar. Koefisien pada discretionary ac-crual lebih rendah dalam besaran daripada koefisienterhadap laba non-discretionary accrual. Hal inimenunjukkan bahwa discretionary accrual dianggapsebagai komponen laba yang kurang reliabel, sehinggaada kemungkinan besar discretionary accrualmerupakan subyek manipulasi yang dilakukan olehmanajer. Oleh karena itu, komponen ini dianggap validsebagai pengukur dari manajemen laba.

Menghitung nilai discretionary accruals (DA)masing-masing perusahaan sampel untuk tahun tdengan rumus yang digunakan oleh Healy (1985) danJones (1991) atau menggunakan model ModifikasiJones dengan langkah-langkah penghitungan sebagaiberikut:DAit = TAit - NDAit (1)Untuk menghitung total accruals digunakan rumus:TAit = NI – CFO (2)Untuk menghitung persamaan regresi akanmenggunakan rumus:TAit/Ait-1 = á1 (1/Ait-1) + á2 (ÄREVt / Ait-1 –ÄRECt / Ait-1) + á3 (PPEt / Ait-1) + åit (3)Dari persamaan regresi diatas, akan diperoleh param-eter untuk menghitung nilai non-discretionary accru-als, yang digunakan rumus:

Page 103: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

207

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)

NDAit = á1 (1/Ait-1) + á2 (ÄREVt / Ait-1 -ÄRECt / Ait-1) + á3 (PPEt / Ait-1) (4)

dimana:DAit = discretionary accruals pada perusahaan i

dalam periode tTAit = total accruals perusahaan i dalam periode tNI = net income perusahaan i dalam periode tCFO = cash flow perusahaan i dalam periode tNDAit = non-discretionary accruals pada

perusahaan i dalam periode tAit = total aktiva perusahaan i dalam periode tΔREVt = perubahan pendapatan perusahaan i dalam

periode tΔRECt = perubahan piutang perusahaan i dalam

periode tPPEt = saldo aktiva tetap perusahaan i dalam

periode tα1, α2, α3= parameter yang diperoleh dari regresi

persamaan (3)

Apabila discretionary accruals positif makaterdapat indikasi manajemen laba dengan menaikkanangka laba, apabila discretionary accruals nol makatidak terdapat indikasi manajemen laba, dan apabiladiscretionary accruals negatif maka ada indikasimanajemen laba yang dilakukan dengan menurunkanangka laba.

Variabel independen dalam penelitian ini adalahcorporate governance. Komponen corporate gover-nance tersebut adalah 1) Ukuran Dewan Direksi (DIR)adalah jumlah dewan direksi perusahaan; 2) UkuranDewan Komisaris (KOM) adalah jumlah dewankomisaris perusahaan; dan 3) Cross-directorshipdewan (CROSS) adalah ada tidaknya anggota komisarisdan direksi yang menjabat sebagai dewan komisarisatau dewan direksi perusahaan lain.

Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrolyaitu ukuran perusahaan, pertumbuhan, leverage, danexprf. Variabel kontrol berfungsi untuk melihat apakahdengan dimasukkannya ukuran perusahaan,pertumbuhan, leverage dan exprf ke dalam modelregresi, variabel independensi secara signifikan menjadilebih kuat, sehingga mampu mengurangi error term.Ukuran Perusahaan (SIZE), merupakan variabel yangdiproksi dengan logaritma natural dari total aset.

Pemilihan metode akuntansi merupakan fungsi dariukuran perusahaan. Discretionary accrualmerefleksikan pemilihan metode akuntansi. Variabelukuran perusahaan diharapkan berkorelasi negatifdengan manajemen laba. Perusahaan besar memilikikemampuan untuk mensinkronkan pendapatan danlaba dengan melakukan discretionary accrual untukakun-akun yang tidak terjadi berulang-ulang (Calsondan Bathala, 1997).

Leverage (LEV) diperoleh dari total hutangdibagi total aset. Digunakan sebagai variabel kontrolkarena merupakan salah satu mekanisme yang dapatdigunakan untuk mengurangi perilaku oportunistikmanajamen (DeAnggelo et al., 1994; dan DeFond danJiambalvo, 1994). Hutang perusahaan merupakan suatumekanisme untuk menyatukan kepentingan manajerdengan pemegang saham dan hutang juga memberikansinyal tentang status kondisi keuangan perusahaanuntuk memenuhi kewajibannya (Jensen,1986). Semakintinggi proporsi leverage yang dimiliki oleh suatuperusahaan maka semakin tinggi kecenderunganmanajemen laba yang dilakukan. Dengan demikian, le-verage perusahaan diprediksi memiliki berhubunganpositif dengan manajemen laba.

Pertumbuhan (GROWTH) dalam perusahaansenantiasa mengindikaskan perbaikan dalam penerapancorporate governance untuk mengurangi manajemenlaba. Growth diprediksi berhubungan negatif denganmanajemen laba. Growth dihitung dengan membagipertumbuhan aktiva dan pertumbuhan ekuitas. EXPRFdigunakan untuk mengontrol pengaruh discretionaryaccrual perusahaan. Variabel ini bernilai 1 (0) jika earn-ings yang dibagi total aset bernilai positif (negatif).Variabel ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalammenghasilkan laba. Semakin tinggi penurunan labayang dilakukan manajer, semakin banyak diskresi yangdilakukan manajer.

LN_DAit = γ0 + γ1DIRit +γ2KOMit +γ3CROSSit +γ4LEVit

+γ5GROWTHit+ γ6SIZEit + γ7 EXPRFit+ γit

Keterangan:LN_DAit : merupakan logaritma natural dari dis-cretionary accrual yang dihitung menggunakan modelJones Modifikasi (1991) perusahaan i pada tahun t

Page 104: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

208

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

DIRit : ukuran dewan direksi perusahaan i padatahun t

KOMit : ukuran dewan komisaris perusahaan ipada tahun t

SIZEit : ukuran perusahaan i pada tahun tCROSSit : cross-directorships dewan perusahaan

i pada tahun tLEVit : leverage perusahaan i pada tahun tGROWTHit : pertumbuhan perusahaan i pada tahun tEXPRFit : bernilai 1(0) jika earnings dibagi total as

set bernilai positif (negative)

Setelah melakukan regresi maka akan diperolehkoefisien dari masing-masing variabel bebas(independen). Seperti diketahui bahwa regresi yangdilakukan di atas adalah peregresian sampel, maka yangmenjadi permasalahan adalah sejauh mana ketepatanperegresian sampel tersebut sebagai penduga regresipopulasi. Untuk itu maka diperlukan pengujian terhadapasumsi klasik, dengan tujuan mengukur tingkatsignifikasi dari koefisien-koefisien regresi yang didapat.Uji asumsi meliputi normalitas, multikolinearitas, ujiheterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan program SPSS for windowsversi 14 untuk memperoleh semua nilai yang diinginkanpada model analisis regresi dan pengujian secara

statistik. Sampel yang berhasil dikumpulkan adalahsebanyak 43 perusahaan selama periode pengamatan2001-2004. Sedangkan statistik deskriptif sampelpenelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

PEMBAHASAN

Uji multikolinearitas bertujuan menguji ada tidaknyakorelasi antarvariabel independen. Multikolinearitasmuncul jika terdapat hubungan linear yang sempurnadi antara beberapa variabel atau semua variabel darimodel yang ada. Jika dalam model terdapatmultikolearitas, maka akan berakibat koefisien regresiyang diperoleh tidak tertentu atau kesalahanstandarnya tidak terhingga sehingga menimbulkan biasdalam spesifikasi. Multikolinearitas dapat dideteksi daribesaran variance inflasion factor/VIF (Hair et al., 1995).Model regresi tidak terdapat multikolinearitas jika tol-erance value di atas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10.Berdasarkan hasil perhitungan SPSS dapat disimpulkanbahwa model regresi tersebut bebas multikolinearitas,ditunjukkan dengan semua variabel independen yangmempunyai tolerance di atas 0,1 atau nilai VIF di bawah10 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LNDA 135 -4.797 1.335 -1.60372 1.01169 KOM 135 3 13 5.67 2.31 DIR 135 3 12 5.99 1.90 CROSS 135 0 1 .30 .46 LEV 135 .057 4687.180 58.47618 482.99738 GROWTH 135 -52.103 148.148 1.67531 18.14238 SIZE 135 6.624 17.881 14.86173 1.96985 EXPRF 135 0 1 .88 .32 Valid N (listwise) 135

Tabel 1Statistik Deskriptif

Page 105: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

209

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)

Tabel 2Hasil Uji Multikolinearitas

Model Variabel Collinearity StatisticsTolerance VIF

1 KOM .534 1.871DIR .734 1.362CROSS .804 1.244LEV .623 1.604GROWTH .920 1.087SIZE .498 2.009EXPRF .917 1.091

a Dependent Variable: LNDA

Pengujian autokorelasi dilakukan untukmembuktikan apakah dalam model regresi linear terdapatkorelasi antara residual pada periode t dengankesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Jika terdapatkorelasi antara residual maka terjadi masalahautokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebasautokorelasi. Pada Tabel 3a diketahui nilai statistikDurbin Watson (dhitung) sebesar 1,384. Karena nilaistatistik Durbin Watson (dhitung) berada pada interval 0< dhitung < 1,528 maka disimpulkan terjadi penyimpanganasumsi autokorelasi.

Untuk mengatasi atau memperbaiki pelanggaranuji asumsi autokorelasi, dilakukan denganmentransformasi data dalam bentuk persamaan sebagaiberikut:

(Yt - ñYt - 1) = â1(1 - ñ) + â2(Xt - ñXt - 1) + å t

Persamaan tersebut diartikan dengan melakukanregresi dengan menggunakan data awal dimana setiapobservasi (t) masing-masing variabel dikurangi denganobservasi sebelumnya (t – 1), biasanya disebut first-order difference yang dikalikan dengan ñ, yaitukoefisien autokorelasi yang diperoleh dengan rumusberikut:

21 d−=ρ)

Nilai d diambil dari hasil uji Durbin Watson, yaitusebesar 1,384. Seperti pada umumnya transformasi first-order difference, hasil transformasi akan kehilangandata pada observasi pertama. Hasil pengujian padatahap first-order difference diperoleh nilai statistikDurbin Watson (dhitung) sebesar 1,898. Nilai DurbinWatson (d) tabel ditentukan dari derajat bebas k=7,n=135 dengan tingkat signifikasi sebesar 5%.

Model R R square Adjusted R Square

Std. Errorof the Estimate Durbin-Watson

1 .493(a) .243 .202 .90400 1.384

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .555(a) .308 .270 .85110 1.898

Tabel 3aHasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Tabel 3bHasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

a Predictors: (Constant), EXPRF, CROSS, LEV, GROWTH, DIR, SIZE, KOMb Dependent Variable: LNDA

a Predictors: (Constant), EXPRF, LEV, CROSS, GROWTH, DIR, KOM, SIZEb Dependent Variable: LNDA

Page 106: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

210

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

Berdasarkan batas-batas nilai Durbin Watson (d) tabeltersebut diperoleh kriteria pengujian Durbin Watsonsebagai berikut berada pada interval 1,826 < dhitung <2,174 maka tidak autokorelasi dalam model regresiseperti yang ditunjukkan pada Tabel 3b.

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakahresidual berdistribusi normal, agar dihasilkan estimasiyang tidak bias. Uji normalitas ini mengunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Pengujian One-SampleKolmogorov-Smirnov tersebut menunjukkan bahwaresidual dari hasil regresi berdistribusi normal. Residualdisebut berdistribusi normal jika angka signifikasi(Asymp.Sig) lebih besar dari angka derajat keyakinan(a = 0,05) seperti ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Keterangan Standardized ResidualN 135Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation .9735303Most Extreme Differences Absolute .106

Positive .059Negative -.106

Kolmogorov-Smirnov Z 1.231Asymp. Sig. (2-tailed) .096

a Test distribution is Normalb Calculated from data

Pengujian heterokedastisitas dilakukan untukmembuktikan apakah dalam model regresi terdapatketidaksamaan varian dari residual satu pengamatanke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalahmodel yang tidak terjadi heterokedastisitas. Deteksi adatidaknya variabel yang heterokedastisitas dapat di ujimenggunakan uji White. Pengujian ini dilakukan denganmeregres residual kuadrat (U2-t) dengan variabelindependen. Berdasarkan persamaan regresi akandidapatkan nilai R2 untuk menghitung besarnya c2

hitung, dimana c2 = n x R2 (Gujarati, 2003). Nilai c2 hitungdibandingkan dengan c2 tabel. Jika c2 hitung < c2 tabelmaka terdapat heterokedastisitas. Berdasarkan Tabel5 diketahui nilai c2 hitung adalah 8,628 (135 x 0,063913).Sedangkan c2 tabel dengan tingkat signifikasi 5 %, df(12) adalah 5,22603. Hasil uji White menunjukkanbahwa tidak terdapat heterokedastisitas karena nilai c2

hitung > c2 tabel.Pengujian terhadap hipotesis pertama

membuktikan bahwa dewan direksi menunjukkanhubungan negatif dan tidak signifikan. Berdasarkanbukti tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian inimenolak H1 (Tabel 6). Hasil penelitian ini tidakmendukung penelitian Shaw (1981), Jewal dan Reitz(1981), Olson (1982), Gladstein (1984), Lipton dan Lorsch(1992), Jensen dan Meckling (1976), Yermarck (1996)dan Eisenberg et al (1998). Penelitian ini mendukungpenelitian Prefer (1973), Pearce dan Zahra (1992) danChrourou et al. (2001) bahwa ukuran dewan direksi yangbesar dapat memonitor proses pelaporan keuangandengan lebih efektif dibandingkan dewan direksi kecil.Korelasi negatif ini dapat diterangkan melalui teorikeagenan bahwa semakin besar jumlah dewan direksidalam perusahaan, semakin kecil kemungkinan manajermelakukan manajemen laba melalui dasar akrual. Dapatdisimpulkan bahwa peningkatan ukuran dewan direksimemberikan manfaat bagi perusahaan karenaterciptanya network denagn pihak luar perusahaan danmenjamin ketersediaan sumberdaya. Hubungan yangtidak signifikan ini disebabkan karena faktor lain darikarakteristik dewan selain ukuran dewan sepertikomposisi, independensi, kompetensi, dan motivasidewan direksi. Ukuran atau jumlah dewan direksi sajamungkin tidak dapat mengukur efektivitas fungsikontrol dari dewan direksi secara komprehensif karenaukuran dewan direksi hanya merupakan salah satubagian dari dewan direksi secara keseluruhan.

Pengujian terhadap hipotesis keduamembuktikan bahwa dewan komisaris berhubunganpositif dan signifikan pada a = 0.05, maka penelitian inimenolak H2 (Tabel 6). Hukum perusahaan Indonesiamenganut Two Tier System untuk struktur dewankomisaris dalam perusahaan yang bertanggungjawabatas kualitas laporan keuangan yang disajikan danmengawasi manajemen serta menjamin terlaksananyaakuntabilitas (Yermarck 1996 dalam Pratana). Namunindependensi dewan komisaris menjadi diragukankarena hubungan dengan pemegang saham mayoritasataupun hubungan dengan dewan direksi, sertakurangnya integritas dan kemampuan dari dewankomisaris itu sendiri. Peran dewan komisaris hanyadianggap sebagai fungsi jasa yang mendominasisebagai pemberi nasehat dalam berbagai penyusunanstrategi perusahaan dan tidak secara langsung turut

Page 107: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

211

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)

tangan menangani kegiatan dan operasi perusahaan.Adanya upaya untuk memperkuat struktur perusahaanmelalui pemberdayaan dewan komisaris denganmeningkatkan keanggotaan dewan komisaris. Semakinbesar ukuran dewan komisaris maka semakin rendahfungsi kontrol yang dapat dilakukan dewan komisaris.Hal ini disebabkan karena jumlah dewan komisaris yangbesar akan menyulitkan dalam hal koordinasi,komunikasi, dan pembuatan keputusan. Situasi ini

memungkinkan manajer untuk melakukan tindakanuntuk kepentingan pribadinya, salah satunya adalahpraktik manajemen laba. Berdasarkan teori keagenanmengenai sifat manusia-self interest, Dewan komisarisyang idependen sekalipun adalah manusia yang yangsecara psikologis mempunyai sifat yang sama. Hasilpenelitian ini mendukung hubungan positif daripenelitian Weisbach, 1998. Korelasi positif ini dapatditerangkan dengan teori political cost hypothesis/size

Tabel 5 White Heteroskedasticity Test

F-statistic 0.694148 Probability 0.754521 Obs*R-squared 8.628263 Probability 0.734311 Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/12/07 Time: 15:29 Sample: 1 135 Included observations: 135

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.869580 4.053188 -0.707981 0.4803 X1 0.075652 0.246230 0.307243 0.7592 X1^2 -0.005732 0.017893 -0.320327 0.7493 X2 0.447069 0.344836 1.296468 0.1973 X2^2 -0.025352 0.025156 -1.007753 0.3156 X3 -0.362103 0.289782 -1.249569 0.2138 X4 -0.000295 0.001468 -0.200985 0.8410 X4^2 2.98E-08 3.25E-07 0.091648 0.9271 X5 0.001026 0.012549 0.081762 0.9350 X5^2 -3.06E-05 9.95E-05 -0.307637 0.7589 X6 0.391168 0.560917 0.697371 0.4869 X6^2 -0.018280 0.020955 -0.872363 0.3847 X7 0.189714 0.363527 0.521871 0.6027 R-squared 0.063913 Mean dependent var 0.768697 Adjusted R-squared -0.028161 S.D. dependent var 1.253919 S.E. of regression 1.271452 Akaike info criterion 3.409535 Sum squared resid 197.2240 Schwarz criterion 3.689302 Log likelihood -217.1436 F-statistic 0.694148 Durbin-Watson stat 1.961643 Prob(F-statistic) 0.754521

Page 108: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

212

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

hypothesis seperti dijelaskan sebelumnya. Semakintinggi biaya politik, semakin besar kemungkinanmanajer melakukan manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis ketigamembuktikan bahwa cross-directorships dewanmenunjukkan hasil secara statistik berhubungan negatifdan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian inimenolak H3 (Tabel 6). Hasil penelitian ini mendukungpenelitian sebelumnya, yaitu penelitian Barney 1991dalam Young et al., 2001 dan penelitian Dahya 1996dalam Haniffa dan Cooke, 2002 yang memberikan buktibahwa cross-directorships dewan adalah keunggulankompetitif bagi perusahaan yang sulit ditiru olehperusahaan lain. Informasi yang tersedia lebihtransparan dan terbuka. Hal ini akan membatasitindakan manajemen untuk memanipulasi laporankeuangan. Hubungan yang negatif dari cross-direc-torships dewan dapat dijelaskan melalui teori keagenanbahwa dalam asumsi informasi, informasi perusahaansangat penting nilainya bahkan dapat diperjualbelikan.Manajer sebagai pihak yang memiliki informasi lebihdibanding pihak lain memiliki bargaining power yangbesar untuk melakukan moral hazard, adanya cross-directorships dapat membatasi tindakan tersebut.

Variabel kontrol terdiri dari 4 variabel, yangpertama adalah leverage memiliki nilai t-hitungnyasebesar 2.317 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,979dan p-value 0.022 < 0.05, artinya leverage perusahaanmempengaruhi dewan direksi, dewan komisaris, cross-directorships dewan terhadap manajemen laba secara

positif signifikan. Hasil penelitian ini sama denganpenelitian DeAnggelo et al.,(1994) dan DeFond danJiambalvo (1994) yang menyatakan bahwa rasio lever-age berpengaruh secara signifikan terhadap manajemenlaba yang dilakukan perusahaan. Sedangkan variabelkontrol kedua yaitu growth nilai t-hitungnya adalah -0.974 lebih besar dari nilai t-tabel -1,979 dan p-value0.332 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhanperusahaan tidak mempengaruhi secara signifikandewan direksi, dewan komisaris, cross-directorshipsdewan terhadap manajemen laba. Dapat dikatakan pula,bahwa pertumbuhan tidak dapat meningkatkan aktiva.Variabel kontrol ketiga adalah size yang merupakanproksi dari ukuran perusahaan, pada tabel tampakbahwa nilai t-hitungnya sebesar -2.470 lebih kecil darit-tabel -1.979 dan p valuenya 0.015 < 0.05. Hal inimenunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhidewan direksi, dewan komisaris, cross-directorshipsdewan terhadap manajemen laba secara negatifsignifikan. Penelitian ini telah didukung sebelumnyaoleh Calson dan Bathala (1997) yang menyimpulkanbahwa ukuran perusahaan juga turut mempengaruhimanajemen laba. Selanjutnya, exprf sebagai variabelkontrol yang terakhir menunjukkan nilai t-hitungsebesar 0.6350 lebih kecil dari t-tabel 0.979 dengan pvaluenya sebesar 0.727 > 0.005, yang berarti bahwaexprf tidak mempengaruhi dewan direksi, dewankomisaris, cross-directorships dewan terhadapmanajemen laba secara positif signifikan. Nilai inimenunjukkan kemampuan perusahaan dalam

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) -.0502 .481 -.104 .917 KOM .1653 .042 .398 3.932 .000 DIR -.0862 .044 -.171 -1.976 .050 CROSS -.5590 .167 -.277 -3.349 .001 LEV .0004 .000 .217 2.317 .022 GROWTH -.0040 .004 -.075 -.974 .332 SIZE -.1257 .051 -.259 -2.470 .015 EXPRF .0809 .231 .027 .350 .727

Tabel 6Hasil Uji Hipotesis

a Dependent Variable: LNDA

Page 109: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

213

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)

menghasilkan laba. Perusahaan dengan exprf yangtinggi maka laba perusahaan cenderung tinggi dansebaliknya. Hal ini akan memicu praktik manajemenlaba jika laba yang diperoleh tidak sesuai denganharapan manajer.

SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DANSARAN

Simpulan

Dewan direksi yang besar dalam perusahaanmemberikan kesempatan untuk melakukan manajemenlaba karena dewan direksi belum efektif dalam memonitorkinerja manajemen. Dewan komisaris yang besarmemungkinkan praktik manajemen laba karenakurangnya integritas, kemampuan dan peran dari dewankomisaris itu sendiri Adanya Cross-directorhips dewanmerupakan keunggulan kompetitif perusahaan yangdapat membatasi praktik manajemen laba dalamperusahaan.

Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian ini yang masih perlumenjadi bahan revisi penelitian selanjutnya antara lain1) penelitian sampel tidak memasukkan industriperbankan, keuangan, dan asuransi. Keadaan inimenyebabkan belum dapat digeneralisasi pengaruhcorporate governance terhadap praktik manajemanlaba pada semua jenis industri di Indonesia; 2) penelitianini menggunakan laporan keuangan selama empattahun (2001-2004). Hal ini merupakan suatuketerbatasan, karena dengan digunakannya waktupengamatan yang lebih panjang akan mencerminkankondisi yang mendekati kenyataan; 3) variabel ukuranatau jumlah dewan direksi dan dewan komisaris yangmewakili karakteristik dewan direksi dan dewankomisaris merupakan salah satu dari beberapakarakteristik dewan direksi dan dewan komisaris; dan4) penggunaan variabel dewan direksi, dewankomisaris, dan cross-directorships dewan hanyamemenuhi sebagian kecil dari elemen corporate gov-ernance. Hal ini disebabkan karena belum semuaperusahaan menerapkan elemen corporate gover-nance.

Saran

Saran bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian iniadalah 1) jumlah sampel yang diambil dengan periodepengamatan yang lebih panjang, sehingga dataobservasi akan lebih banyak; 2) penelitian selanjutnyadapat menggunakan data perusahaan yang melakukanafiliansi untuk mengetahui lebih lanjut adanya cross-directorships dewan; 3) penelitian selanjutnya dapatmenggunakan karakteristik dewan direksi yang lainseperti komposisi, independensi, kompetensi, danmotivasi dewan direksi. Untuk hasil yang lebihsempurna dengan membagi dewan direksi dalam out-side director atau inside director; 4) penelitian tentangdewan komisaris diperluas dengan membagi komisarisdalam komisaris internal dan eksternal supaya hasilnyalebih spesifik; 5) penelitian mengenai discretionaryaccrual dapat menggunakan alat dan metodepengukuran yang lain; dan 6) penelitian selanjutnyadapat menggunakan elemen-elemen corporate gover-nance lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bathala, C. T, K.P Moon, and R. P. Rao. 1994, Manage-rial Ownership, Debt Policy, and the Impact ofInstitutional Holdings: An Agency Perspective,Financial Management, Autmun, 23: 38-50.

Barontini, R., & Caprio, L. 2005, “The Effect of FamilyControl on Firm Value and Performance: Evi-dence from Continental Europe”. SSRN Work-ing Paper.

Brickley,J., dan James, C. 1987. “The Takeover Market,Corporate Board Composition and OwnershipStructure: The Case of Banking”. Journal ofLaw and Economics, 30: 161-180.

Byrd, J dan Hickman, K.1992. “Do Outside DirectorsMonitor Managers? Evidence from Tender andBids”. Journal of Financial Economics, 93:1155-1177.

Page 110: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

214

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

Beasley, M., 1996. “An Empirical analysis of The Rela-tion Between the Board of Director Composi-tion and Financial Statement Fraud”. Account-ing Review. 71: 443-465.

Berghe,L.V., dan Ridder, L. D. 1999. International Stan-dardization of Good Corporate Governance:Best Practices for the Board of Directors. Bos-ton: Kluwer Academic Publishers.

Bernard, V., 1987. “Cross-sectional Dependence andProblems in Inference in Market- based Ac-counting Research”. Journal of AccountingResearch: 1-48.

Bushee, B., 1998. “Institutional Investors, Long TermInvestment, and Earnings Management”. Ac-counting Review. 305-333.

Cahan, S., 1992, “The Effect of Antitrust Investigationon Discretionary Accruals: a Refined Test ofThe Political Cost Hypothesis”. AccountingReview, 65: 77--95.

Carlson, Steven J. dan C.T. Bathala, 1997, “OwnershipDifferences and Firm Income Smoothing Behav-ior”. Journal of Business Finance & Account-ing, 24: 179--196.

Chlourou S. M., J Bedard, dan L. Courteau, 2001. Cor-porate Governance and Earnings Management.Working Paper Universite Laval, Quebec City,Canada.

Coughlan, A dan Schmidt, R. 1985. “Executive Com-pensation, Management Turnover, and FirmPerformance: An Empirical Investigation”. Jour-nal of Accounting and Economy, 7:43-66.

Dalton, D.R., J.L. Johnson; dan A.E.Ellstrand. 1999.“Number of directors and financial performance:A Meta Analysis”. Academy of ManagementJournal, Vol. 01, No. 6: 42.

Dechow, P., 1995. “Accounting Earnings and CashFlows as a Measures of Firm Performance: theRole of Accounting Accruals”. Journal of Ac-

counting and Economics: 111-139.

Dechow, R., R. Sloan, dan A Sweeny, 1995, “DetectingEarnings Management”. The Accounting Re-view, 70: 193-225.

DeFond, M. L., dan Jiambalvo, 1994. “Debt CovenantViolation and Manipulation of Accruals”. Jour-nal of Political Economy, 93:1155-1177.

Denis, D. J., Diane K. D., dan Autlya S.1997. “AgencyProblems, Equity Ownership, and CorporateDiversification”. Journal of Finance, 52 (1):135-160.

Eisenberg, T., Sundgren, S., dan Wells, M.1998. “LargerBoard Size and Decresing firm Value in SmallFirm. Journal of Financial Economics, 48:35-54.

Eisenhardt, Kathleen M. 1989. “Agency Theory: AnAssesment and Review”. Academy of Manage-ment Review, Vol. 14. No.1.

Faisal. 2005. “Analisis Agency Cost, StrukturKepemilikan dan Mekanisme Corporate Gover-nance”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 8:175-190.

Fama, E., F.1980. “Agency Problems and The Theoryof The Firm”. Journal of Political Economy,88: 288-307.

Fama, E dan Jensen, M.1983. “Agency Problems andResidual Claims”. Journal of Law and Econom-ics, 26: 327-350.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI).2002. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Gov-ernance). The Essence of Good CorporateGovernance. Konsep dan ImplementasiPerusahaan Publik dan Korporasi Indonesia.Jakarta: Yayasan Pendidikan Pasar Modal In-donesia dan Sinergy Communication.

Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate denganprogram SPSS. Badan Penerbit Universitas

Page 111: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

215

ANALISIS DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, CROSS-DIRECTORSHIPS DEWAN.............. (Dwi Asih Wahyuningrum)

Diponegoro.

Gladstein, D.J. 1984. “Group in Context: A Model ofTask Group Effectiveness”. Administrative Sci-ence Quarterly, 29: 499-517.

Graves et aI, 1988, “Institutional Ownership and Cor-porate R & D In The Computer Industry”. Acad-emy of Management Journal, 31: 417-428.

Gujarati, D., 2003. Basic Econometrics. McGraw-Hill:New York.

Hair, Joseph F.,JR., Rolph E. Anderson, Ronald L.Tatham, dan Willian C.Black. 1998. Multivari-ate Data Analysis. Prentice-Hall International,Inc 5th ed.

Haniffa, R. M., dan T. F. Cooke. 2002. “Culture, Corpo-rate Governance, and Disclosure in MalaysianCorporations”. ABACUS, 38: 317-349.

Healey, P. M., dan K.G. Palepu. 1993, “The Effect ofFirm’s Disclosure Strategies on Stock Prices”.Accounting Horizon, 1-11.

Healey, P. M.dan J. M. Wahlen. 1999. “A Review of TheEarnings Management Literature and Its Impli-cations for Standard Setting”. Accounting Ho-rizon 13 December: 365-383.

Healey, P.M., 1985. “The Effect of Bonus Schemes onAccounting Decisions”. Journal of Account-ing and Economics. 7:85-107.

Healy, P.M., dan K.G. Palepu. 2001. “A Review of TheEmpirical Disclosure Literature”. Journal ofAccounting Economics: 31.

Jensen, M.C. dan William H.M. 1976. “Theory of theFirm: Managerial Behavior, Agency Costs, andOwnership Structure”. Journal of FinancialEconomics: 305-360.

Lee, C, Rosentein, S, Rangan, N dan Davidson III,W.N.1992. “Board Composition and Share-holder Wealth: The Case of Management

Buyout”. Financial Management, 21:58-72

Jensen, Michael. C., dan Kevin Murphy. 1990. “Perfor-mance pay and top management Incentive”.Journal of Political Economy, 98.225-263.

Jewall, L.N., dan Reitz, H.J.1981.Group Effectiveness inOrganizations, Scott- foresman, Gleinview, Illi-nois.

Julian, Rick dan Larry Rieger. 2003. “The Missing Linkin Corporate Governance”. Risk Management,(Apr): 32-36.

Jones, J.J., 1991. “Earnings Management During Im-port ReliefInvestigations”. Journal of Account-ing Research: 193-228.

Kurniawan, M Dudi dan Nur Indriantoro (2000), TheRole of Disclosure in Strengthening Corpo-rate Governance and Acountability, The Sec-ond Asian Roundtable on Corporate Gover-nance, Hong Kong 31 May-2 June 2000.

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance(KNKCG). 2001. Pedoman Good CorporateGovernance: Ref 4.0.

Lipton, M., dan Lorsch, J.1992. “A Modest proposalfor Improved Corporate Governance”. BusinessLawyer, 48:59-77.

Majalah SWA. No. 19/XVII/20 September-3 Oktober2001.

Murphy, K. J. dan J. Zimmerman. 1993. “Financial Per-formance Surrounding CEO Turnover”. Jour-nal of Accounting Economics. 273-315.

Midiastuty. Pratana Puspa. 2002. Analisis HubunganCorporate Governance dengan ManajemenLaba (Earnings Management) dan KualitasLaba. Unpublised Thesis. Universitas GadjahMada.

OECD.1999.0ECD Principles of Corporate Governance.

Page 112: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

216

JAM, Vol. 21, No. 2, Agustus 2010: 199-216

Olson, M. 1982. The Rise and Decline of Nations: Eco-nomics Growth, Stagflation and SocialRigdities. Yale University Press. New Haven.CT.

Pearce, J., dan Zahra, S. 1992. “Board Composition fromStrategic Contigency Perspective”. Journal ofManagement Studies, 29: 411-438.

Pfeffer, 1. 1973. “Size Composition and Functions ofHospital Boards of Directors: A Study of Orga-nization Environment Linkage”. AdministrativeScience Quarterly, 18: 349-364.

Riyanto, B., dan D.N. Kusumawati. 2005. CorporateGovernance dan Kinerja: Analisis PengaruhCompliance Reporting dan Struktur Dewanterhadap Kinerja. Simposium NasionalAkuntansi VIII.

Rajgofal S., M. Venkatachalam, dan J. Jiambalvo, 1999.“Is Institutional Ownership Associated withEarnings Management and The Extent to WhichStock Price Reflect Future Earnings?”. Work-ing Paper University of Washington Seattle.

Santoso, Singgih. SPSS Versi 14: Menguasai Statistikdi Era Informasi dengan SPSS14. PT Elex MediaKomputindo, 2006.

Shaw, M. E. 1981. Group Dynamics: The Psychologyof Small Group Behavior. Me Grawhill, NewYork.

Watts, R., dan Zimmerman, J.L., 1990. “Positive Ac-counting Theory: a Ten Years Perspective”.Accounting Review, 65:131-156.

Shleifer, A. dan R.W.Vishny. 1997. “A Survey of Corpo-rate Governance.” Journal of Finance, 52,hal.737-783.

Scott, WR. 2000. Financial Accounting Theory. Sec-ond Edition. Prentice Hall: Kanada.

Schipper, K., 1989. “Earnings Management”. Account-ing Horizons, 3: 91-102.

Sugiri, S., 1998. Earnings Management: Teori, Model,dan Bukti Empiris. Telaah: 1--15.

Teoh, Welch, dan Wong (1998). “Earning Managementand The Long-Run Market Performance of Ini-tial Public Offerings”. The Journal of Finance,December, pp.1935-1974.

Trueman, B., dan S. Titman, 1988. “An Explanation forAccounting Income Smoothing”. Journal ofAccounting Research, 26 (Supplement): 127-139.

Watts, R., dan Zimmerman, J.L., 1990. “Positive Ac-counting Theory: a Ten Years Perspective”.Accounting Review, 65:131-156.

Weisbach, M., 1988. “Outside Directors and CEO Turn-over”. Journal of Financial Economics, 20:423-460.

Yermack, D., 1996. “Higher Market Valuation of, Com-panies with a Small Board of Directors”. Jour-nal of Financial Economics, 40:185-211.

Young, M. M., D. Ahlstrom, G.D. Bruton, dan E. S. Chan.2001. “The Resource Dependence, Service, andControl Functions of Boards of Directors inHong Kong and Taiwanese Firms”. Asia Pa-cific Journal of Management 18: 223--224.

Page 113: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

INDEKS PENULIS DAN ARTIKELJURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN

Vol. 16, No. 1, April 2005

Lo, Eko Widodo, pp. 1-10, Penjelasan Teori Prospek Terhadap Manajemen Laba

Tjahyono, Heru Kurnianto, pp. 11-24, Peran Kepemimpinan Sebagai Variabel Pemoderasian HubunganBudaya Organisasional dengan Keefektifan Organisasional (Studi pada Perguruan Tinggi Swasta diPropinsi DIY)

Astuti, Sri dan M. Hanad Hainafi, pp. 250-34, Pengaruh Laporan Auditor Dengan Modifikasi GoingConcern Terhadap Abnormal Accrual

Siregar, Baldric dan Twenty Selvia Sari Sianturi, pp. 35-49, ; Reaksi Pasar Modal Terhadap Hasil PemilihanUmum dan Pergantian Pemerintahan Tahun 2004

Prajogo, Wisnu, pp. 51-65, Pengaruh Pemediasian Trust Dalam Hubungan Kepemimpinan Transformasionaldan Organizational Citizenship Behavior

Widiastuti, Sri Wahyuni dan Sri Suryaningrum, pp. 67-77, Pengaruh Motivasi Terhadap Minat MahasiswaAkuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA)

Vol. 16, No. 2, Agustus 2005

Heriningsih, Sucahyo, Sri Suryaningrum, Windyastuti, pp. 79-91, Pengaruh Kecerdasan Emosionalpada Pemahaman Pengetahuan Akuntansi di Tingkat Pengantar dengan Penalaran dan PendekatanSistem

Susanto, Djoko dan Baldric Siregar, pp. 93-105, Peran Saling Melengkapi Laba dan Arus Kas Operasidalam Menjelaskan Variasi Return Saham

Rahdi, Fahmy, pp. 107-119, Industry Policy and Technology Transfer: Review and Analysis of TheIndonesian Automotive Industry During New Orde Era

Yudiarti, Fr. Ninik dan Eko Widodo Lo, pp. 121-127, Pengaruh Framing; Pertanggungjawaban, danJenis Kelamin dalam Keputusan Investasi Tambahan: Keputusan Individual dan Grup

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 114: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Asakdiyah, Salamatun, pp. 129-139, Analisis Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan KepuasanPelanggan dalam Pembentukan Intensi Pembelian Konsumen Matahari Group di Daerah IstimewaYogyakarta

Saputro, Julianto Agung, pp. 141-152, Konsep dan Pengukuran Investment Opportunity Set SertaPengaruhnya pada Proses Kontrak

Vol. 16, No. 3, Desember 2005

Ciptono, Wakhid Slamet, pp. 153-171, The Critical Success Factors Of Tqm Underlying The DemingManagement Method: Evidence From The Indonesia’s Oil and Gas Industry

Lo, Eko Widodo, pp. 173-181, Manajemen Laba: Suatu Sistesa Teori

Sanjaya, I Putu Sugiartha, pp. 183-193, Analisis Pengaruh Akrual Diskresioner Terhadap ReturnSaham Bagi Perusahaan-Perusahaan yang Diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four danNon-Big Four

Sudarini, Sinta dan Silisia Mita Alloy, pp. 195-207, Penggunaan Rasio Keuangan Dalam MemprediksiLaba Pada Masa yang Akan Datang (Studi Kasus di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BursaEfek Jakarta)

Winarso, Beni Suhendra, pp. 209-218, Analisis Empiris Perbedaan Kinerja Keuangan AntaraPerusahaan yang Melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock SplitPengujian The Signaling Hypothesis

Siregar, Baldric, pp. 219-230, Hubungan antara Dividen, Leverage Keuangan, dan Investasi

Vol. 17, No. 1, April 2006

Nurim, Yavida, pp. 1-10, Pengaruh Karakteristik Pembuat Judgment dalam Prediksi Failure Perusahaan

Kusuma, Deden Iwan, pp. 11-24, Studi Empiris Pemilihan Metode Akuntansi pada Perusahaan yangMelaksanakan Akuisisi di Indonesia

Yunani, Akhmad, pp. 25-40, Perancangan Model Sales Force Automation (SFA) dalam RangkaMenunjang Customer Relationship Management (CRM): Studi Kasus pada PT Pos Indonesia (Persero)

Suripto, Bambang, pp. 41-56, Praktik Pelaporan Keuangan dalam Web Site Perusahaan Indonesia

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 115: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Khasanah, Mufidhatul, pp. 57-78, Kajian Usaha Ternak Kambing dalam Rangka MeningkatkanKesejahteraaan Masyarakat Kabupaten Sleman

Dongoran, Johnson, pp. 79-92, Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Kinerja pada Hotel Bintang di JawaTengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol. 17, No. 2, Agustus 2006

Sri Darma. Gede, pp. 93-117, Employee Perception of The Impact of Information Technology Investmentin Organizations: A Survey of The Hotel Industry

Hapsoro, Dody, pp. 119-135, Pengaruh Transparansi Terhadap Konsekuensi Ekonomik: Studi Empirisdi Pasar Modal Indonesia

Indahwati, Weliana dan Erni Ekawati, pp. 137-152, Relevansi dan Reliabilitas Nilai Informasi AkuntansiGoodwill di Indonesia

Rahmawati, pp. 153-169, Hubungan Nonlinier antara Earnings dan Nilai Buku dengan Kinerja Saham

Siswanti, Yuni, pp. 171-180, Alliance Experience, Alliance Capability, Function Alliance Dedicateddan Alliance Learning dalam Aliansi Strategik untuk Meraih Kesuksesan Jangka Panjang di EraKompetisi Global

Widjaya, NH Setiadi, pp. 181-196, Pengaruh Komponen Komitmen Organi-sasional pada HubunganPersepsi Kaitan Kinerja-Gaji dan Organizational Citizenship Behavior

Vol. 17, No. 3, Desember 2006

Arsyad, Lincolin, pp. 197-218, A Process of Creating Business Plan for Microfinance Institution: CaseStudy of LPD Mas, Gianyar, Bali

Hapsoro, Dody, pp. 219-234, Pengaruh Struktur Pengelolaan Korporasi Terhadap Transparansi: StudiEmpiris di Pasar Modal Indonesia

Sri Darma, Gede, pp. 235-255, The Impact of Information Technology Investment on The HospitalityIndustry

Sulistiyani, Tina, pp. 257-267, Analisis Perilaku Brand Switching Produk Air Minum Mineral di DaerahIstimewa Yogyakarta

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 116: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Siregar, Baldric, pp. 269-282, Determinan Risiko Ekspropriasi

Bawono, Icuk Rangga, dkk., pp. 283-294, Persepsi Mahasiswa S1 Akuntansi Reguler Tentang PendidikanProfesi Akuntansi (PPA) (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Negeri di Purwokerto, Jawa Tengah)

Vol. 18, No. 1, April 2007

Kartikasari, Lisa, pp. 1-9, Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Risiko Sistematik pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di BEJ

Norpratiwi, Agustina M.V., pp. 9-22, Analisis Korelasi Investment Opportunity Set terhadap ReturnSaham pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan

Rahmawati, pp. 23-34, Model Pendeteksian Manajemen Laba pada Industri Perbankan Publik diIndonesia dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perbankan

Dewi, Sherly Friska dan Eko Widodo Lo, pp. 35-42, Hubungan Sinyal-Sinyal Fundamental denganHarga Saham

Khasanah, Mufidhatul, pp. 43-50, Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD): KasusAPBD Kabupaten Sleman dan Kulonprogo Tahun 2004 dan 2005

Suranto, Anto, pp. 51-64, Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Pejabat Public Relations denganEfeknya dalam Kinerja (Studi Hubungan antara Sikap Terhadap Penerapan Budaya Korporat danPerilaku Penerapan Budaya Korporat dengan Efeknya dalam Kinerja Pejabat Public RelationsPerbankan Swasta Nasional Anggota Perbanas

Vol. 18, No. 2, Agustus 2007

Hapsoro, Dody, pp. 65-85, Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Transparansi: Studi Empiris diPasar Modal Indonesia

Ningsih, Dwi Astuti dan Wakhid Slamet Ciptono, pp. 87-98, Going Beyond Corporate Social Responsi-bility: The Critical Factors of Corporate Social Innovation—An Empirical Study

Lako, Andreas, pp. 99-113, Relevansi Nilai Informasi Akuntansi untuk Pasar Saham: Problema danPeluang Riset

Tjahjono, Heru Kurnianto, pp. 115-125, Validasi Item-Item Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural:Aplikasi Structural Equation Modeling dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 117: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Indriyo, St. Mahendra Soni, pp. 127-134, Reorientasi Kepentingan Korporasi dari Share-holders keStakeholders untuk Menjawab Tantangan Globalisasi di Masa Depan

Rahardja, Conny Tjandra dan N.H. Setiadi Widjaya, pp. 135-148, Manajemen Stres: BagaimanaMenghidupi Stres untuk Mencapai Keefektifan Organisasi

Vol. 18, No. 3, Desember 2007

Hery dan Merrina Agustiny, pp. 149-161, Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi Terhadap PengambilanKeputusan Akuntan Publik (Auditor)

Suhartini dan Putri Yusiyanti, pp. 163-177, Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja KaryawanPDAM Tirtamarta Yogyakarta (Pendekatan Teori Ekspektansi Victor Vroom)

Supriyanto, Y., pp. 179-198, Kritik Terhadap Kinerja Pendekatan Profitability Index dan PendekatanNet Present Value untuk Memilih Sejumlah Proyek Independen dalam Capital Rationing

Khasanah, Mufidhatul, pp. 199-208, Analisis Ekonomi-Politik Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD) Kabupaten Sleman dan Bantul Tahun 2004 dan 2005

Sani, Usman dan Istiqomah Istiqomah, pp. 209-221, Analisis Experiential Marketing Sabun Lux “BeautyGives You Super Powers”

Suripto, Bambang, pp. 223-236, Atribusi Kinerja oleh Manajemen dalam Industri yang Diregulasi: PengujianEmpiris Teori Atribusi dalam Laporan Tahunan Industri Perbankan di Indonesia

Vol. 19, No. 1, April 2008

Afifurrahman, Wahid dan Dody Hapsoro, pp. 1-14, Pengaruh Pengungkapan Sukarela Melalui Web Siteterhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Fachrunnisa, Olivia, pp. 15-23, Perbedaan Gender dalam Penggunaan Gaya KepemimpinanTransformasional: Suatu Pengujian dari Perspektif Atasan, Bawahan, Rekan Kerja, dan Diri Sendiri

Prajogo, Wisnu, pp. 25-38, Pengaruh Kepemimpinan dan Kepribadian pada Modal Sosial serta Dampaknyapada Kinerja

Djamaluddin, Subekti dan Rahmawati, pp. 39-50, Kandungan Informasi Komponen-Komponen Laba

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 118: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Fajar, Siti Al, pp. 51-62, Kepemimpinan Transformasional: Keterkaitannya dengan Tipe KepribadianBerupa Behavioral Coping dan Emotional Coping

Hery, pp. 63-70, Peran Normatif dan Upaya Peningkatan Citra Auditor Internal, serta Keikutsertaannyadalam Penerapan Prinsip Good Corporate Governance

Vol. 19, No. 2, Agustus 2008

Hadi, Pramono, pp. 71-77, An Economic Valuation Of Turtle Conservation Efforts In Riau Case OnTambelan Island At 2006-2007

Noormansyah, Irvan, pp. 79-87, Studies In Management Accounting Control Systems In Less Devel-oped Countries

Giri, Efraim Ferdinan, pp. 89-102, Pengaruh Kebijakan Pembayaran Dividen Terhadap Informasi Asimetridi Bursa Efek Indonesia

Nugraha, Albert Kriestian Novi Adhi, pp. 103-111, The External Variables, Perceived Ease of Use andPerceived Usefulness Toward The Use of Sikasa 2.0 Software: A Survey of Employees in Satya WacanaChristian University

Utomo, Semcesen Budiman dan Baldric Siregar, pp. 113-125, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,dan Kontrol Kepemilikan terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia (BEI)

Hardani, Rahmat Purbandono, pp. 127-137, Pengaruh Strategi dan Taktik terhadap Kesuksesan TahapOperasionalisasi Proyek

Vol. 19, No. 3, Desember 2008

Djamaluddin, Subekti, Rahmawati, dan Handayani Tri Wijayanti, pp. 139-153, Analisis Perubahan AktivaPajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan untuk Mendeteksi Manajemen Laba

Hapsoro, Dody, pp. 155-172, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan:Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia

Wulandari, Cynthia dan Shanti, pp. 173-183, Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasipada Perusahaan Perbankan yang Go Public di PT. Bursa Efek Indonesia

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 119: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Kristina, Batsyeba Maria dan Baldric Siregar, pp. 185-196, Pengaruh Manajemen Laba Nyata terhadapKinerja.

Bawono, Icuk dan Rangga, pp. 197-207, Persepsi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan PembantuPemegang Uang Muka Kerja (PPUMK) terhadap Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Langsung (LS):Studi pada Pendidikan Tinggi Negeri Universitas Jenderal Soedirman

Adhilla, Fitroh, pp. 209-228, Analisis Manfaat Sosial dan Fungsional yang Diperoleh Konsumen dariHubungan yang Terjalin dengan Pramuniaga

Vol. 20, No. 1, April 2009

Setyomurni, Retno dan Tony Wijaya, pp. 1-11, Pengaruh Computer Anxiety terhadap Keahlian NoviceAccountant dalam Menggunakan Komputer: Gender dan Locus Of Control sebagai Faktor Moderasi

Hapsoro, Dody, pp. 13-24, Pengaruh Transparansi terhadap Nilai Perusahaan: Studi Empiris di PasarModal Indonesia

Noormansyah, Irvan, pp. 25-34, Management Control Systems and The Deregulation In The HigherEducation Sector: A Review of Literature

Suryawati, pp. 35-46, Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Tekstil dan Pakaian Jadi di ProvinsiDIY

Pramuka, Bambang Agus dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah, pp. 47-60, Persepsi Pengguna terhadap MutuLayanan Perpustakaan (Libqual) Perguruan Tinggi di Kabupaten Banyumas

Yuliana, Christina, pp. 61-67, Kajian Pustaka terhadap Teori Agensi dan Akuntansi Manajemen

Vol. 20, No. 2, Agustus 2009

Nursiah dan Fahmy Radhi, pp. 69-77, Pengaruh Penerapan Strategi Inovasi Terhadap Kinerja Operasional

Atuti, Sri, pp. 79-87, Independensi Auditor Setelah Pemberlakuan Sarbanes-Oxley Act Di PerusahaanManufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Eefek Jakarta (BEI)

Giri, Efraim Ferdinan, pp. 89-106, Pelaporan Laba Komprehensif Dan Implikasinya Dalam Praktik

Kiswara, Endang, pp. 107-117, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela OlehPerusahaan Multinasional Di Indonesia

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 120: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Kusreni, Sri dan Didin Fatihudin, pp. 119-132, Pergeseran Penyerapan Tenaga Kerja Pasca LapindoSidoarjo Dan Upaya Penyelesaiannya

Fajar, Siti Al, pp. 1330-139, Penerapan Total Quality Service Sebagai Upaya Mencapai Loyalitas Cus-tomer

Vol. 20 No. 3, Desember 2009

Wijaya, Okie Indra, Yasmin Umar Assegaf, dan Rahmawati, pp. 141-156, Pengaruh Kualitas Audit DanProxy Going Concern Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Non Regulasi Di BursaEfek Indonesia (BEI)

Wardani, Rima Aguatania Kusuma dan Baldric Siregar, pp. 157-174, Pengaruh Aliran Kas Bebas TerhadapNilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan Investasi Dan Dividen Sebagai Variabel Moderator

Alogifari, pp. 175-182, Inflasi Kelompok Bahan Makanan Dengan Metode Box-Jenkins: Kasus Indone-sia, 2006:1 – 2009:8

Sarwoko, pp. 183-193, Model Estimasi Permintaan Pariwisata Ke Indonesia Dengan Pendekatan Co-Integration Dan Error Correction Model

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, pp. 195-218, Estimasi Harga Opsi Saham Di Bursa Efek Indonesia(BEI): Studi Kasus Saham LQ-45

Wijaya, Tony, pp. 219-229, Hubungan Atribut Iklan Bersambung Ponds Flawless White Di TelevisiDengan Respon Pemirsa

Vol. 21 No. 1, April 2010

Pangeran, Perminas, pp.1-16 Pemilihan Sekuritas Dan Arah Kebijakan Struktur Modal: Pecking OrderAtaukah Static-Tradeoff?.

Budiyanti, Maria Susilowati, pp. 17-29, Pengaruh Investasi, Kepemilikan Manajerial, Dan Leverage OperasiTerhadap Hubungan Interdependensi Antara Kebijakan Dividen Dengan Kebijakan Leverage Keuangan.

Safithri, Anny Laila dan Baldric Siregar, pp. 31-43 Herding Pada Keputusan Struktur Modal.

Shanti, J.C. pp. 45-58 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Sebelum Dan Sesudah Pembayaran Dividen Kas.

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 121: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Setiawan dan Rudy Badrudin, pp. 59-79 Kontribusi Industri Telekomunikasi Selular Terhadap PerekonomianNegara.

Astuti, Tri, pp. 81-104 Analisis Pengaruh Pengumuman Laporan Keuangan Terhadap Return Saham DiBursa Efek Jakarta (BEJ).

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 122: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

PEDOMAN PENULISANJURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN

Ketentuan Umum1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan.2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut

kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpanama dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail.

3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataantertulis yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan.Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.

4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial SecretaryJurnal Akuntansi & Manajemen (JAM)Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155e-mail: [email protected]

Standar Penulisan1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 2

spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan,dan bawah masing-masing 3 cm.

2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama padalembar terpisah di bagian akhir naskah.

3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Romanberukuran 10 point.

4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.

Urutan Penulisan Naskah1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,

Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,

Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata.

Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis denganhuruf kapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi, dan terletakdi tengah-tengah tanpa titik.

4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang dilengkapidengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan e-mail.

Page 123: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrakmengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yangditulis dalam satu spasi.

6. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.7. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat

orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004).8. Materi dan Metode ditulis lengkap.9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas.10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian

hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu.11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian dapat

dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.13. Ilustrasi:

a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat tetapijelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times NewRoman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal katamenggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi

b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Romanberukuran 10 point jarak satu spasi.

c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,) danuntuk bahasa Inggris digunakan titik (.).

d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).

14. Daftar Pustakaa. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan

huruf awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semuapenulis, tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkannama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jikamengambil artikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku,penerbit, dan tempat.

b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal80%.

c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:

JurnalYetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: ACase Study of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.

BukuPaliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince.

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Page 124: JAM Vol 21 No 2 Agustus 2010.pdf

ProsidingPujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasidengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk MendukungPembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (LustrumVIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. FakutasPeternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60.

Artikel dalam BukuLeitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of The Rat.In: G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., NewYork.

Skripsi/Tesis/DisertasiAssih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasionaldan Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta.

InternetHargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries,Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005.

Dokumen[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.

Mekanisme Seleksi Naskah1. Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan.2. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki.3. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah diterima

atau ditolak.4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah

(MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit.5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial Board Mem-

bers dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima dengan revisi kecil(minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi setelah revisi), dan tidakditerima/ditolak).

6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadiketidaksesuaian di antara MITRA BESTARI.

7. Keputusan penolakan Editorial Board Members dikirimkan kepada penulis.8. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali ke penulis untuk perbaikan.9. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan oleh Editorial Board Members ke Managing

Editors.10. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapatkan persetujuan.11. Naskah siap dicetak dan cetak lepas (off print) dikirim ke penulis.

Vol. 21, No. 2, Agustus 2010

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN