jam vol 12 no 2 agustus 2001.pdf

86
ISSN 0853-1269 - Akreditasi No. 118/DIKTI/Kep/2001 Rp4.000,- A 1 G 0 U 0 S 2 T U S Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi Probabilitas Kebangkrutan Bank Eko Widodo Lo 1 Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk Mendeteksi Earnings Management Yavida Norim dan Indra Wijaya 13 Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan Intern Dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Terhadap Keefektifan Pengendalian Anggaran: Suatu Studi Empiris Hiras Pasaribu 27 Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan Akan Standar Laporan Keuangan Dan Jasa Jaminan Lingkungan Inge Gunawan 41 Mengenal Pasar Modal Dan Analisis Teknikal Agus Subardi dan Lita Kusumasari 51 Hubungan Variabel Pembentuk Minal Berperilaku Menggunakan Forecast Reporting Untuk Keputusan Investasi Pada Sekuritas: Studi Pada Wakil Penjamin Emisi Efek Parwoto Wignjohartojo 59 Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta Iswardono dan Sunaryadi 73

Upload: hoangxuyen

Post on 28-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

ISSN 0853-1269 - Akreditasi No. 118/DIKTI/Kep/2001 Rp4.000,-

A

1G 0U 0S 2 TUS

Penggunaan Rasio Keuangan Untuk PrediksiProbabilitas Kebangkrutan Bank Eko Widodo Lo 1

Penggunaan Variabel Akuntansi UntukMendeteksi Earnings Management Yavida Norim dan Indra Wijaya 13

Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan InternDan Pelaporan Hasil PemeriksaanTerhadap Keefektifan Pengendalian Anggaran:Suatu Studi Empiris Hiras Pasaribu 27

Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: KebutuhanAkan Standar Laporan KeuanganDan Jasa Jaminan Lingkungan Inge Gunawan 41

Mengenal Pasar ModalDan Analisis Teknikal Agus Subardi dan Lita Kusumasari 51

Hubungan Variabel Pembentuk MinalBerperilaku Menggunakan Forecast ReportingUntuk Keputusan Investasi Pada Sekuritas:Studi Pada Wakil Penjamin Emisi Efek Parwoto Wignjohartojo 59

Kinerja Pemasaran Usaha KecilDi Daerah Istimewa Yogyakarta Iswardono dan Sunaryadi 73

Page 2: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

SUSUNAN REDAKSI

JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

STIE YKPN YOGYAKARTA

PelindungKetua STIE YKPN

Pemimpin Umum/RedaksiDr. Djoko Susanto, M.S.A., Akt.

Redaktur PelaksanaDra. Sinta Sudarini, M.S., Akt.

Redaktur AhliDrs. Al. Haryono Jusup, M.B.A., Akt.

Prof. Dr. Arief Suadi, M.B.A.Dr. Djoko Susanto, M.S.A., Akt.

Dr. Harsono, M.Sc.Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Akt.

Dr. Arief Ramelan Karseno, M.A.Dr. Soeratno, M.Ec.

Dr. Su’ad Husnan, M.B.A.Dr. Basu Swatha Dharmmesta, M.B.A.

Dr. Tandelilin Eduardus, M.B.A.Dr. Marwan Asri, M.B.A.

Dr. Mardiasmo, M.B.A., Akt.Dr. Suwardjono, M.Sc., Akt.

Dr. Indra Wijaya Kusuma, M.B.A., Akt.Dr. Jogiyanto H.M., M.B.A., Akt.

Dr. Gudono, M.B.A., Akt.Dra. Enny Pudjiastuti, M.B.A., Akt.

Sekretaris RedaksiDrs. Rudy Badrudin, M.Si.

Jurnal Akuntansi dan Manajemen diterbitkan olehPusat Penelitian STIE YKPN Yogyakarta dengan ISSN: 0853-1269,

Akreditasi No. 118/DIKTI/Kep/2001�

Pendapat yang dinyatakan dalam jurnal ini sepenuhnya pendapat pribadi,tidak mencerminkan pendapat redaksi atau penerbit.

Surat menyurat mengenai permohonan ijin untuk menerbitkan kembali ataumenterjemahkan artikel dan sebagainya dapat dialamatkan kepada redaksi.

Harga Jurnal Akuntansi dan Manajemen (JAM)Rp5.000,- (lima ribu rupiah) per eksemplar.

Alamat Redaksi:Pusat Penelitian STIE YKPN Yogyakarta

Jl. Seturan, Yogyakarta 55281Telp. 62-274-486160, 486321 Fax. 62-274-486081

Page 3: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

Pembaca yang terhormat

Mulai edisi Agustus 2001, Jurnal Akuntansi &Manajemen STIE YKPN Yogyakarta telah Terakredi-tasi berdasarkan Surat Keputusan Direktur JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 118/DIKTI/Kep/2001tanggal 8 April 2001. Dengan telah Terakreditasinyajurnal ini, maka Jurnal Akuntansi & Manajemen STIEYKPN Yogyakarta telah memenuhi persyaratan mutuyang ditetapkan berdasarkan hasil penilaian yangdilaksanakan oleh Komisi Khusus Publikasi IlmiahMajelis Penelitian Perguruan Tinggi (MPPT)Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Hasil Akreditasijurnal ini bukanlah semata-mata upaya dari kami saja,melainkan hasil sinergi bersama: para Penulis naskah(artikel), Pembaca, dan Pengelola.

Dalam edisi bulan Agustus 2001 ini, JurnalAkuntansi & Manajemen menyajikan topik-topiksebagai berikut: Penggunaan Rasio Keuangan UntukPrediksi Probabilitas Kebangkrutan Bank, PenggunaanVariabel Akuntansi Untuk mendeteksi Earnings

DARI REDAKSI

Management, Pengaruh Profesionalisme SatuanPengawasan Intern Dan Pelaporan Hasil PemeriksaanTerhadap Keefektifan Pengendalian PelaksanaanAnggaran: Suatu Studi Empiris, AkuntansiPertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan Akan StandarLaporan Keuangan Dan Jasa Jaminan Lingkungan,Mengenal Pasar Modal Dan Analisis Teknikal,Hubungan Variabel Pembentuk Minat BerperilakuMenggunakan Forecast Reporting Untuk KeputusanInvestasi Pada Sekuritas: Studi Pada Wakil PenjaminEmisi Efek, dan Kinerja Pemasaran Usaha Kecil DiDaerah Istimewa Yogyakarta.

Harapan kami mudah-mudahan artikel-arikeltersebut dapat memberikan tambahan informasikhususnya bidang Akuntansi dan Manajemen bagi parapembaca. Selamat menikmati sajian kami pada edisiini dan sampai jumpa pada edisi berikutnya denganartikel-artikel yang lebih menarik.

Redaksi.

Page 4: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

1

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

PENDAHULUAN

Penelitian mengenai prediksi kebangkrutan bank dapatbermanfaat bagi pihak-pihak yang berhubungandengan bank. Pihak-pihak yang dapat memanfaatkansuatu model prediksi kebangkrutan bank adalah paranasabah bank, investor bank, dan pemerintah terutamaBank Indonesia. Nasabah bank dapat memanfaatkanmodel prediksi kebangkrutan bank untuk membuatkeputusan apakah akan menyimpan atau menarikuangnya di bank. Apabila bank diprediksi akanbangkrut, nasabah bank tersebut dapat segeramengamankan uangnya dengan menarik uangnya daribank tersebut atau memindahkan uangnya ke bank lainyang lebih aman.

Model prediksi kebangkrutan bank dapatdigunakan investor bank dalam membuat keputusaninvestasi pada bank tertentu. Bank go public yangdiprediksi akan mengalami kebangkrutan atau dalamkesulitan keuangan dapat diduga harga sahamnya akanturun. Apabila investor memiliki saham bank yangdiduga akan bangkrut dapat segera menjual sahamperusahaan tersebut. Bank Indonesia sebagai pengaturdan pengendali lembaga perbankan dapatmemanfaatkan model prediksi kebangkrutan bankuntuk melakukan pembinaan terhadap bank-bank yangdiprediksi akan bangkrut atau mengalami kesulitan.Dengan menggunakan hasil prediksi, Bank Indonesiadapat secepatnya menempuh langkah-langkah yangdiperlukan untuk menyelematkan yang bersangkutan.

Teknik analisis diskriminan dan analisis logitdapat digunakan untuk membuat model prediksi

kebangkrutan. Analisis diskriminan merupakan teknikanalisis yang populer digunakan untukmelakukanprediksi kebangkrutan. Penelitian-penelitian yang telahmenggunakan analisis diskriminan untuk melakukanprediksi kebangkrutan perusahaan adalah Altman(1968), Deakin (1972), Edmister (1972), Altman,Haldeman, dan Narayanan (1977), Dambolena danKhoury (1980), serta Lincoln (1984). Analisis logitdigunakan dalam penelitian prediksi kebangkrutanoleh Ohlson (1980) dan untuk prediksi perusahaantarget akuisisi oleh Palepu (1986).

Beberapa penelitian mengenai kebangkrutanbank telah dilakukan di Indonesia. Surifah (1999) telahmelakukan analisis kegagalan bank denganmenggunakan analisis logit. Surifah menguji kegunaanrasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan bankdengan menggunakan model CAMEL sesuai denganSurat Edaran BI No. 30/11/KEP/DIR tertanggal 30April 1997. Wilopo (2000) menyampaikan bahwaSurifah tidak membagi sampel menjadi sampelestimasi dan sampel validasi dan menggunakan ukuransampel yang sama untuk bank yang bangkrut dan bankyang tidak bangkrut. Wilopo juga menggunakananalisis logit untuk melakukan prediksi kebangkrutanbank. Wilopo membagi sampel menjadi sampelestimasi dan sampel validasi dan menggunakan ukuransampel yang berbeda antara perusahaan yang tidakbangkrut. Kedua penelitian tersebut menggunakananalisis logit tapi tidak menjelaskan titik probabilitascutoff prediksi kebangkrutan yang digunakan.Penentuan titik probabilitas cutoff prediksi tersebut

PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK PREDIKSIPROBABILITAS KEBANGKRUTAN BANK

Eko Widodo Lo 1)

1) Drs. Eko Widodo Lo, M.Si., Akt., Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta

Page 5: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

2

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

sangat penting karena menentukan tingkat ketepatanprediksi. Penelitian ini juga menggunakan analisis logituntuk pembuatan model prediksi kebangkrutan bankkarena tidak mensyaratkan asumsi distribui normaluntuk variabel-variabel independen sehinggamemungkinkan penggunaan variabel independenberskala nonmetriks dalam analisis. Perbedaanpenelitian ini dengan kedua penelitian tersebut adalahpenelitian ini akan menentukan titik probabilitas cut-off untuk melakukan prediksi kebangkrutan denganmenggunakan distribusi frekuensi probabalitas bankbangkrut dan distribusi frekuensi probabilitas bankyang tidak bangkrut (Palepu, 1986). Sampel penelitianakan dibagi menjadi sampel estimasi dan sampelvalidasi dengan ukuran sampel yang berbeda sesuaidengan jumlah observasi yang berhasil diperoleh.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan melakukan analisis rasiokeuangan bank untuk membuat model prediksiprobabilitas kebangkrutan bank dengan teknik analisislogit.

POKOK MASALAH

Penelitian ini meneliti manfaat informasi akuntansikeuangan bank untuk pembuatan keputusan olehpemakai misalnya nasabah, investor, dan Bank Indo-nesia yaitu dengan mempelajari kemampuan rasiokeuangan yang dibuat berdasarkan laporan keuanganbank untuk melakukan prediksi kebangkrutan bank.Model prediksi yang dihasilkan oleh penelitiandiharapkan dapat digunakan oleh para stakeholdersbank untuk membuat keputusan ekonomi.

PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN

Penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan banksebagai variabel independen untuk memprediksikebangkrutan bank. Barnes (1987) mengemukakanterdapat dua alasan utama pengunaan rasio keuangan,yaitu:1. Untuk mengendalikan pengaruh ukuran pada

variabel keuangan yang diteliti. Penggunaanrasio keuangan memungkinkan perbandingankondisi keuangan di antara perusahaan yang

berbeda ukurannya.2. Untuk mengendalikan faktor industy-wide.

Rasio membantu membandingkan antaraperusahaan dengan industrinya. Dalam analisiskeuangan mungkin diperlukan perbandinganantara perusahaan dengan industrinya, dalamhal ini dapat digunakan perbandingan rasiokeuangan perusahaan dengan mean atau me-dian rasio keuangan industri.

METODOLOGI PENELITIAN

Sampel Penelitian

Metode pengambilan sampel yang digunakanadalah metode purposive sampling. Sampel penelitiandiperoleh dari majalah Swa Sembada 10/XII/11-31 Juli1996 yang berisi data keuangan 229 bank untuk per31 Desember 1995 dan Swa Sembada 13/XIII/17-30Juli 1997 yang berisi data keuangan 217 bank per 31Desember 1996. Data keuangan yang digunakan untukpenelitian adalah tujuh rasio keuangan bank yangdicantumkan pada kedua tanggal penerbitan tersebut.Data bank yang dilikuidasi dan bank beku operasidiperoleh dari daftar pemilik, komisaris, dan direksidari bank yang dilikuidasi dan bank beku operasi padatahun 1997, yang dimuat oleh majalah Infobank edisiSeptember No. 229/1998, yang berisi data 23 bankyang dilikuidasi dan 3 bank beku operasi.

Penelitian ini membuat dua model estimasidengan menggunakan sampel estimasi dari tahun 1995-dua tahun sebelum kebangkrutan- dan tahun 1996 -satu tahun sebelum kebangkrutan. Sampel estimasiyang pertama menggunakan data keuangan bank per31 Desember 1995 terdiri atas 20 bank yang bangkrutkarena dilikuidasi atau beku operasi dan 209 bank yangtidak bangkrut. Sampel estimasi yang keduamenggunakan data keuangan bank per 31 Desember1996 yang terdiri atas 18 bank yang bangkrut karenadilikuidasi atau beku operasi dan 199 bank yang tidakbangkrut.

Setiap sampel estimasi akan dibagi menjadi duauntuk membuat dua sampel validasi untuk pengujianmodel prediksi yang dihasilkan oleh sampel estimasiyang merupakan keseluruhan sampel. Cara pembagiansampel estimasi menjadi dua sampel validasi dilakukanberdasarkan urutan nilai aktiva bank -terdiri atas 3

Page 6: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

3

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

kelompok- dan urutan skor rating yang diberikan olehmajalah Swa Sembada untuk setiap bank dalam setiapkelompok tersebut. Sampel estimasi dan kedua sampelvalidasi akan dianalisis dengan menggunakan analisislogit. Model prediksi yang dihasilkan oleh sampelestimasi akan dibandingkan dengan model prediksiyang dihasilkan oleh kedua sampel validasi.

Variabel Penelitian

Pembentukan model prediksi dalam penelitianini menggunakan satu variabel dependen berskalanonmetriks dan delapan variabel independen dengantujuh variabel berskala metriks dan 1 variabelnonmetriks. Variabel dependen adalah kondisi bankyang dinyatakan dalam dua kategori yaitu bank yangbangkrut -dinyatakan dengan angka 1- dan bank yangtidak bangkrut -dinyatakan dengan angka 0. Bank yangdinyatakan bangkrut adalah bank yang dilikuidasi ataubank beku operasi. Ketujuh variabel independenberskala metriks terdiri atas tujuh rasio keuangan bank(Swa Sembada, 10/XII/11-31 Juli 1996) sebagaiberikut:1. Return on risked assets (RORA) yaitu rasio laba

sebelum pajak terhadap aktiva berisiko. Aktivaberisiko adalah penjumlahan kredit yangdiberikan dan penempatan pada surat-suratberharga. Rasio ini menunjukkan kemampuanbank dalam memanfaatkan aktiva untukmenghasilkan laba sebelum pajak.

2. Net revenue from fund (NRFF) adalah selisihantara rasio pendapatan bunga terhadap jumlahkredit, penempatan di BI, bank lain, dan suratberharga, dengan rasio biaya bunga dari seluruhdana pihak ketiga termasuk surat berharga yangditerbitkan dan pinjaman yang diterima. NRFFmenunjukkan marjin yang sebenarnya diterimaoleh bank. Apabila NRFF lebih kecil daripadaselisih antara tingkat bunga kredit dengantingkat bunga deposito, dapat menjadi indikatorbahwa bank mempunyai hambatan ataukemacetan kredit.

3. Fee based income (FBI) adalah rasio pen-dapatan nonbunga (fee based income) terhadapseluruh pendapatan bank. FBI menunjukkankemampuan bank dalam memperolehpendapatan selain dari penyaluran kredit.

4. Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasiomodal terhadap aktiva tertimbang menurutrisiko (ATMR). Perhitungan ATMR dalampenelitian ini mengikuti cara perhitungan yangdilakukan oleh Swa yang sedikit berbedadengan rumusan BI, yaitu penjumlahan aktivadengan 20% nilai kegiatan off-balanced sheet.

5. Loan to core deposit ratio (LCDR) adalah rasiojumlah kredit terhadap jumlah dana darimasyarakat -giro, tabungan, dan deposito.LDCR yang rendah berarti banyak danamasyarakat yang tidak dimanfaatkan dalampenyaluran kredit. LDCR yang tinggimenunjukkan ketergantungan bank pada danaberisiko tinggi -misalnya, call money- yangapabila berkelanjutan dapat menimbulkan mis-match dalam pendanaan.

6. Hasil Kredit (HS) adalah rasio pendapatanbunga terhadap jumlah kredit ditambahpenempatan di BI, bank lain, dan suratberharga. Pendapatan kredit yang terlalu rendahmungkin berarti banyak kredit bermasalah ataubanyak dana yang ditanamkan di luar kredityang memberikan bunga rendah. Pendapatankredit terlalu tinggi mungkin menunjukkanbank terlalu berani menempuh risiko dalampenyaluran kredit yaitu meminta bunga kredittinggi dengan persyaratan pemberian kredityang lunak.

7. Produktivitas tenaga kerja (PTK) adalah rasiolaba sebelum pajak terhadap biaya tenaga kerja.PTK yang tinggi berarti produktivitas tenagakerja bank adalah tinggi, dan sebaliknya.

Satu variabel independen berskala nonmetriksadalah variabel ukuran bank berdasarkan nilai aktivayang dimiliki yang terdiri atas 3 kelompok yaitukelompok bank dengan nilai aktiva lebih dari 10 triliunrupiah -dinyatakan dengan angka 1-, kelompok bankdengan nilai aktiva dari 1 triliun s.d. 10 triliun rupiah-dinyatakan dengan angka 2-, dan kelompok bankdengan nilai aktiva kurang dari 1 triliun rupiah -dinyatakan dengan angka 3.

Page 7: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

4

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

Teknik Analisis dan Model Penelitian

Model prediksi yang dibuat menggunakanteknik analisis logit karena model yang dibentuk terdiriatas satu variabel dependen berskala nonmetriksdengan delapan variabel independen yang terdiri atastujuh variabel berskala metriks dan satu variabelberskala nonmetriks. Analisis logit digunakan untukpembentukan model dan bukannya analisisdiskriminan untuk menghindari beberapa masalahdalam analisis diskriminan (Ohlson, 1980). Modelprediksi kebangkrutan dengan analisis logit disajikansebagai berikut:

)( 87654321011)( PTKHSLCDRCARFBINRFFRORAUkurane

BP βββββββββ ++++++++−+=

Keterangan:P(B) = Probabilitas bangkrute = Bilangan eksponensialß0 = Konstantaßn = Koefisien logitUkuran = Ukuran aktivaRORA = Return on risked assetsNRFF = Net revenue from fundFBI = Fee based incomeCAR = Capital adequacy ratioLCDR = Loan to core deposit ratioHS = Hasil kreditPTK = Produktivitas tenaga kerja

Titik probabilitas cutoff untuk prediksi kebang-krutan menggunakan distribusi frekuensi probabilitasbank bangkrut dan distribusi frekuensi probabilitasbank yang tidak bangkrut (Palepu, 1986). Titikprobabilitas cutoff adalah pada titik perpotongan antaradistribusi frekuensi probabilitas kelompok bank yangbangkrut dengan kelompok bank yang tidak bangkrut.

Model prediksi dibuat dengan analisis sampelestimasi yang merupakan keseluruhan sampel. Modelprediksi dari sampel estimasi akan diuji denganmembandingkannya dengan model logit yang dihasil-kan oleh kedua sampel validasi. Pengujian modelprediksi dilakukan dengan membandingkan tandakoefisien regresi logit, pengaruh variabel independenterhadap variabel dependen, tingkat persentase akurasiprediksi, dan tingkat signifikansi model.

HASIL ANALISIS DATA

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN MODELPREDIKSI: DATA DUA TAHUN SEBELUMKEBANGKRUTAN

Model Prediksi Dengan Data Dua Tahun SebelumKebangkrutan

Model prediksi pertama dibuat dengan meng-gunakan rasio keuangan bank tahun 1995 untukkeseluruhan sampel yang merupakan sampel estimasi.Hasil analisis data untukpembentukan model prediksitahun 1995 disajikan sebagai berikut:

Model: Logistic regression (logit) N of 0's:209 1's:20Dep. var: BANGKRUT Loss: Max likelihoodFinal loss: 49.792789529 Chi²(8)=36.134 p=.00002

Estimation terminated at iteration number 7 becauseLog Likelihood decreased by less than .01 percent. -2 Log Likelihood 99.586 Goodness of Fit 141.291 Cox & Snell - R^2 .146 Nagelkerke - R^2 .326

Chi-Square df Significance Model 36.134 8 .0000 Block 36.134 8 .0000 Step 36.134 8 .0000

---------- Hosmer and Lemeshow Goodness-of-Fit Test----------- BANGKRUT = .00 BANGKRUT = 1.00Group Observed Expected Observed Expected Total 1 23.000 22.999 .000 .001 23.000 2 23.000 22.976 .000 .024 23.000 3 23.000 22.915 .000 .085 23.000 4 23.000 22.749 .000 .251 23.000 5 22.000 22.402 1.000 .598 23.000 6 21.000 21.817 2.000 1.183 23.000 7 22.000 21.171 1.000 1.829 23.000 8 21.000 20.138 2.000 2.862 23.000 9 20.000 18.453 3.000 4.547 23.000 10 11.000 13.381 11.000 8.619 22.000 Chi-Square df Significance1Goodness-of-fit test 3.6788 8 .8849

--------------------- Variables in the Equation ---------------------Variable B S.E. Wald df Sig R Exp(B)UKURAN .2078 .4882 .1812 1 .6703 .0000 1.2310RORA -64.2951 40.6786 2.4982 1 .1140 -.0606 .0000NRFF -38.3638 18.0733 4.5058 1 .0338 -.1359 .0000FBI -11.3279 8.1587 1.9278 1 .1650 .0000 .0000CAR -24.5936 9.2739 7.0327 1 .0080 -.1926 .0000LCDR -1.7850 .9622 3.4415 1 .0636 -.1031 .1678HS 10.4282 5.6252 3.4367 1 .0638 .1029 33799.459PTK .9627 .5240 3.3751 1 .0662 .1007 2.6188Constant 1.8467 1.8263 1.0225 1 .3119

Page 8: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

5

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

Penentuan Titik Cutoff Model Prediksi Dua TahunSebelum Kebangkrutan

Probabilitas kebangkrutan tertinggi dalamsampel estimasi adalah 0,69. Distribusi frekuensiprobabilitas kebangkrutan dibuat dalam rentang antara0,00 s.d. 0,42 karena banyaknya observasi denganprobabilitas di atas 0,42 hanya 6 observasi. Distribusifrekuensi probabilitas kebangkrutan untuk modelprediksi dengan sampel estimasi tahun 1995 disajikansebagai berikut:

Estimasi Prob. Bangkrut Bank Bangkrut Bank tdk BangkrutRange Nilai- Jum. % f1(p) Jum. % f2 (p) f1(p)/f2(p)

Mid0,000-0,070 0.035 3 15.00% 141 67.46% 0.222

0,071-0,140 0.105 3 15.00% 33 15.79% 0.950

0,141-0,210 0.175 1 5.00% 16 7.66% 0.653

0,211-0,280 0.245 4 20.00% 9 4.31% 4.644

0,281-0,350 0.315 5 25.00% 4 1.91% 13.063

0,351-0,420 0.385 3 15.00% 1 0.48% 31.350

>0,420 1 5.00% 5 2.39% 2.090

20 100.00% 209 100.00%

Grafik fungsi densitas probabilitas empiris dariprobabilitas kebangkrutan dengan sampel estimasitahun 1995:

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui perpotongankedua distribusi probabilitas pada nilai probabilitas18% yang merupakan titik cutoff penentuan prediksikebangkrutan bank.

Classification Table for BANGKRUTThe Cut Value is .18 Predicted

.00 1.00 Percent Correct 0 1Observed .00 0 188 21 89.95%

1.00 1 6 14 70.00%

Overall 88.21%

Pengujian Model Prediksi Dengan Data Dua TahunSebelum Kebangkrutan

Analisis Sampel Validasi Pertama: Data Tahun1995. Hasil analisis logit terhadap sampel validasi yangpertama-115 observasi terdiri atas 106 bank tidakbangkrut dan 9 bank bangkrut- untuk pengujian modelestimasi tahun 1995, disajikan sebagai berikut:

Model: Logistic regression (logit) N of 0's:106 1's:9Dep. var: BANGKRUT Loss: Max likelihoodFinal loss: 14.792699661 Chi²(8)=33.550 p=.00005

Estimation terminated at iteration number 9 becauseLog Likelihood decreased by less than .01 percent. -2 Log Likelihood 29.585 Goodness of Fit 150.298 Cox & Snell - R^2 .253 Nagelkerke - R^2 .599

Chi-Square df Significance Model 33.550 8 .0000 Block 33.550 8 .0000 Step 33.550 8 .0000

Classification Table for BANGKRUTThe Cut Value is .18 Predicted

.00 1.00 Percent Correct 0 1Observed .00 0 98 8 92.45%

1.00 1 1 8 88.89%

Overall 92.17%

------------------ Variables in the Equation -------------------

Variable B S.E. Wald df Sig R Exp(B)UKURAN -.5683 .8806 .4164 1 .5187 .0000 .5665RORA -245.616 135.1192 3.3043 1 .0691 -.1437 .0000NRFF -127.024 57.1735 4.9360 1 .0263 -.2156 .0000FBI -3.9788 13.6318 .0852 1 .7704 .0000 .0187CAR -13.4059 14.0964 .9044 1 .3416 .0000 .0000LCDR -1.5935 3.5371 .2029 1 .6524 .0000 .2032HS 93.8407 43.4736 4.6594 1 .0309 .2052 5.682E+40PTK 2.0658 1.4640 1.9911 1 .1582 .0000 7.8914Constant -6.1451 6.5387 .8832 1 .3473

Page 9: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

6

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

Analisis Sampel Validasi Kedua: Data Tahun 1995.Hasil analisis logit terhadap sampel validasi

yang kedua -114 observasi terdiri atas 103 bank tidakbangkrut dan 11 bank bangkrut- untuk pengujianmodel estimasi tahun 1995, disajikan sebagai berikut:

Model: Logistic regression (logit) N of 0's:103 1's:11Dep. var: BANGKRUT Loss: Max likelihoodFinal loss: 25.358714007 Chi²(8)=21.628 p=.00566

Estimation terminated at iteration number 7 becauseLog Likelihood decreased by less than .01 percent. -2 Log Likelihood 50.717 Goodness of Fit 58.772 Cox & Snell - R^2 .173 Nagelkerke - R^2 .368

Chi-Square df Significance Model 21.628 8 .0057 Block 21.628 8 .0057 Step 21.628 8 .0057

------ Hosmer and Lemeshow Goodness-of-Fit Test--------- BANGKRUT = .00 BANGKRUT = 1.00Group Observed Expected Observed Expected Total 1 11.000 11.000 .000 .000 11.000 2 11.000 10.993 .000 .007 11.000 3 11.000 10.951 .000 .049 11.000 4 11.000 10.852 .000 .148 11.000 5 11.000 10.730 .000 .270 11.000 6 11.000 10.532 .000 .468 11.000 7 10.000 10.227 1.000 .773 11.000 8 10.000 9.832 1.000 1.168 11.000 9 9.000 8.869 2.000 2.131 11.000 10 8.000 9.013 7.000 5.987 15.000

Chi-Square df SignificanceGoodness-of-fit test 1.3656 8 .9947--------------------------------------------------------

Classification Table for BANGKRUTThe Cut Value is .18 Predicted

.00 1.00 Percent Correct 0 1Observed .00 0 90 13 87.38%

1.00 1 2 9 81.82%

Overall 86.84%

--------------------- Variables in the Equation ---------------------Variable B S.E. Wald df Sig R Exp(B)UKURAN .8458 .8577 .9725 1 .3241 .0000 2.3298RORA -103.317 64.4258 2.5717 1 .1088 -.0889 .0000NRFF -24.5402 22.3535 1.2052 1 .2723 .0000 .0000FBI -15.0301 11.1751 1.8089 1 .1786 .0000 .0000CAR -40.9770 15.7713 6.7506 1 .0094 -.2563 .0000LCDR -1.9520 1.3136 2.2080 1 .1373 -.0536 .1420HS 5.8132 6.7854 .7340 1 .3916 .0000 334.6804PTK .8085 .8791 .8458 1 .3577 .0000 2.2445Constant 2.1426 3.0107 .5065 1 .4767

Perbandingan model probabilitas logit yang dihasilkanoleh sampel estimasi dengan dua sampel validasidengan menggunakan data (tahun 1995) dua tahunsebelum kebangkrutan disajikan sebagai berikut:Perbandingan ketiga model yang dibuat berdasarkan

Sampel Estimasi Sampel Validasi I Sampel Validasi IIKoef. Sig. R Koef. Sig. R Koef. Sig. R

Variabel:Ukuran 0,2078 0,6703 0,00 -0,5683 0,5187 0,000 0,8456 0,3241 0,000RORA -64,2951 0,1140 -0,060 -245,616 0,0691 -0,144 -103,317 0,1088 -0,089NRFF -38,3638 0,0338 -0.136 -127,024 0,0263 -0,216 -24,5402 0,2723 0,000FBI -11,3279 0,1650 0,000 -3,9788 0,7704 0,000 -15,0301 0,1786 0,000CAR -24,5936 0,080 -0,193 -13,4059 0,3416 0,000 -40,9770 0,094 -2,563LCDR -1,7850 0,0636 -0,103 -1,5935 0,6524 0,000 -1,9520 0,1373 -0,536HS 10,4282 0,0638 0,103 93,8407 0,0309 0,2052 5,8132 0,3916 0,000PTK 0,9625 0,0662 0,101 2,0658 0,1582 0,000 0,8085 0,3577 0,000Konstanta 1,8467 0,3119 - -6,1451 0,3473 - 2,1426 0,4767 -

Chi kuadrtat 36,134 33,550 21,628Siginifikansi model 0,00002 0,00005 0,00566% Akurasi prediksi - 88,21% 92,17% 86,84%(cutoff 18%)

Page 10: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

7

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

data rasio keuangan bank dua tahun sebelumkebangkrutan (1995) memberikan temuan sebagaiberikut:1. Terdapat konsistensi tanda koefisien regresi

logit untuk ketiga model tersebut yaitu:a. Tanda koefisien negatif untuk variabel

RORA, NRFF, FBI, CAR, LCDR.b. Tanda koefisien positif untuk variabel HS

dan PTK.2. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

besarnya probabilitas prediksi kebangkrutan,yang ditunjukkan oleh R tidak sama dengan 0,adalah RORA untuk ketiga model dan NRFF,CAR, LDCR, serta HS untuk dua model.

3. Ketiga model adalah signifikan dan modelestimasi adalah yang paling signifikan. Ketigamodel mempunyai persentase akurasi yangcukup tinggi di atas 50%. Berdasarkan hasiltersebut model estimasi tahun 1995 dapatdipertimbangkan sebagai model prediksi.

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN MODELPREDIKSI: DATA SATU TAHUN SEBELUMKEBANGKRUTAN

Model Prediksi Dengan Data Satu Tahun SebelumKebangkrutan

Pembuatan model prediksi kebangkrutan keduadengan menggunakan rasio keuangan bank tahun 1996untuk keseluruhan sampel yang merupakan sampelestimasi. Hasil analisis data untuk pembentukan modelprediksi tahun 1996 disajikan sebagai berikut:

Model: Logistic regression (logit) N of 0's:199 1's:18Dep. var: BANGKRUT Loss: Max likelihoodFinal loss: 45.931188009 Chi²(8)=32.224 p=.00009

Estimation terminated at iteration number 9 becauseLog Likelihood decreased by less than .01 percent.

-2 Log Likelihood 91.862 Goodness of Fit 123.111 Cox & Snell - R^2 .138 Nagelkerke - R^2 .317

Chi-Square df Significance Model 32.224 8 .0001 Block 32.224 8 .0001 Step 32.224 8 .0001

----- Hosmer and Lemeshow Goodness-of-Fit Test----- BANGKRUT = .00 BANGKRUT = 1.00Group Observed Expected Observed Expected Total 1 22.000 21.999 .000 .001 22.000 2 22.000 21.980 .000 .020 22.000 3 22.000 21.859 .000 .141 22.000 4 22.000 21.621 .000 .379 22.000 5 22.000 21.206 .000 .794 22.000 6 21.000 20.865 1.000 1.135 22.000 7 20.000 20.508 2.000 1.492 22.000 8 20.000 19.718 2.000 2.282 22.000 9 16.000 17.992 6.000 4.008 22.000 10 12.000 11.249 7.000 7.751 19.000

Chi-Square df SignificanceGoodness-of-fit test 2.9461 8 .9377

------------------ Variables in the Equation -------------------

Variable B S.E. Wald df Sig R Exp(B)UKURAN -.3779 .5836 .4194 1 .5172 .0000 .6853RORA -27.9175 56.1104 .2476 1 .6188 .0000 .0000NRFF -89.4136 26.8936 11.0537 1 .0009 -.2701 .0000FBI 2.6546 6.4029 .1719 1 .6784 .0000 14.2188CAR -11.3869 9.0506 1.5829 1 .2083 .0000 .0000LCDR -.7021 .9283 .5720 1 .4495 .0000 .4956HS 36.0916 12.7207 8.0499 1 .0046 .2208 4.725E+15PTK .2841 .4168 .4646 1 .4955 .0000 1.3286Constant -2.8573 2.3578 1.4686 1 .2256

Penentuan Titik Cutoff Model Prediksi Satu TahunSebelum Kebangkrutan

Probabilitas kebangkrutan tertinggi dalamsampel estimasi tahun 1996 adalah 0,6468. Distribusifrekuensi probabilitas kebangkrutan dibuat dalamrentang antara 0,00 s.d. 0,56 karena banyaknyaobservasi dengan probabilitas di atas 0,56 hanyasebanyak 5 observasi. Distribusi frekuensi probabilitaskebangkrutan untuk model prediksi dengan sampelestimasi tahun 1996 disajikan sebagai berikut:

Estimasi Prob. Bangkrut Bank Bangkrut Bank tdk BangkrutRange Nilai- Jum. % f1(p) Jum. % f2 (p) f1(p)/f2(p)

Mid0,000-0,070 0.035 3 16.67% 143 71.86% 0.232

0,071-0,140 0.105 2 11.11% 32 16.08% 0.691

0,141-0,210 0.175 5 27.78% 10 5.03% 5.528

0,211-0,280 0.245 3 16.67% 6 3.02% 5.528

0,281-0,350 0.315 1 5.56% 1 0.50% 11.056

0,351-0,420 0.385 1 5.56% 1 0.50% 11.056

0,421-0,490 0.455 1 5.56% 2 1.01% 5.528

0,491-0,560 0.525 1 5.56% 0 0.00% Tak terhingga

>0,560 1 5.56% 4 2.01% 2.764

18 100.00% 199 100.00%

Page 11: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

8

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

Grafik fungsi densitas probabilitas empiris dariprobabilitas kebangkrutan dengan sampel estimasitahun 1996:

0

0.2

0.4

0.6

0.8

0.035 0.105 0.175 0.245 0.315 0.385 0.455 0.525

Prob. Kebangkrutan

Frek

uens

i

Bank BangkrutBank Tidak Bangkrut

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui perpotongankedua distribusi probabilitas pada nilai probabilitas12% yang merupakan titik cutoff penentuan prediksikebangkrutan bank apabila menggunakan sampelestimasi tahun 1996.

Classification Table for BANGKRUTThe Cut Value is .12 Predicted

.00 1.00 Percent Correct 0 1Observed .00 0 168 31 84.42%

1.00 1 4 14 77.78%

Overall 83.87%

Pengujian Model Prediksi Dengan Data Satu TahunSebelum Kebangkrutan.Analisis Sampel Validasi Pertama: Data Tahun1996. Hasil analisis logit terhadap sampel validasi yangpertama -109 observasi terdiri atas 100 bank tidakbangkrut dan 9 bank bangkrut- untuk pengujian modelestimasi tahun 1996, disajikan sebagai berikut:

Model: Logistic regression (logit) N of 0's:100 1's:9Dep. var: BANGKRUT Loss: Max likelihoodFinal loss: 11.349161229 Chi²(8)=39.431 p=.00000Estimation terminated at iteration number 9 becauseLog Likelihood decreased by less than .01 percent.

-2 Log Likelihood 22.698 Goodness of Fit 37.506 Cox & Snell - R^2 .304 Nagelkerke - R^2 .699

Chi-Square df Significance Model 39.431 8 .0000 Block 39.431 8 .0000 Step 39.431 8 .0000

------ Hosmer and Lemeshow Goodness-of-Fit Test--------- BANGKRUT = .00 BANGKRUT = 1.00Group Observed Expected Observed Expected Total 1 11.000 11.000 .000 .000 11.000 2 11.000 11.000 .000 .000 11.000 3 11.000 11.000 .000 .000 11.000 4 11.000 11.000 .000 .000 11.000 5 11.000 11.000 .000 .000 11.000 6 11.000 10.991 .000 .009 11.000 7 11.000 10.920 .000 .080 11.000 8 10.000 10.699 1.000 .301 11.000 9 10.000 9.028 1.000 1.972 11.000 10 3.000 3.362 7.000 6.638 10.000

Chi-Square df SignificanceGoodness-of-fit test 2.4041 8 .9661--------------------------------------------------------

Classification Table for BANGKRUTThe Cut Value is .12 Predicted

.00 1.00 Percent Correct 0 1Observed .00 0 89 11 89.00%

1.00 1 1 8 88.89%

Overall 88.99%

--------------------- Variables in the Equation ---------------------Variable B S.E. Wald df Sig R Exp(B)UKURAN .2907 1.0507 .0765 1 .7820 .0000 1.3373RORA 56.0228 162.4173 .1190 1 .7301 .0000 2.140E+24NRFF -460.944 188.0144 6.0105 1 .0142 -.2541 .0000FBI 2.5621 13.0065 .0388 1 .8438 .0000 12.9635CAR -72.3533 37.8728 3.6497 1 .0561 -.1630 .0000LCDR 1.7831 3.9891 .1998 1 .6549 .0000 5.9481HS 190.7266 82.9535 5.2863 1 .0215 .2300 6.784E+82PTK -.1257 1.4519 .0075 1 .9310 .0000 .8819Constant -14.9012 8.8631 2.8266 1 .0927

Analisis Sampel Validasi Kedua: Data Tahun 1996.Hasil analisis logit terhadap sampel validasi yangkedua -108 observasi terdiri atas 99 bank tidak bang-krut dan 9 bank bangkrut- untuk pengujian modelestimasi tahun 1996, disajikan sebagai berikut:

Model: Logistic regression (logit) N of 0's:99 1's:9Dep. var: BANGKRUT Loss: Max likelihoodFinal loss: 23.568249761 Chi²(8)=14.820 p=.06278Estimation terminated at iteration number 10 becauseLog Likelihood decreased by less than .01 percent.

-2 Log Likelihood 47.136Goodness of Fit 75.103Cox & Snell - R^2 .128Nagelkerke - R^2 .294

Chi-Square df Significance Model 14.820 8 .0627 Block 14.820 8 .0627 Step 14.820 8 .0627

Page 12: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

9

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

------ Hosmer and Lemeshow Goodness-of-Fit Test--------- BANGKRUT = .00 BANGKRUT = 1.00Group Observed Expected Observed Expected Total

1 11.000 11.000 .000 .000 11.0002 11.000 10.977 .000 .023 11.0003 11.000 10.834 .000 .166 11.0004 11.000 10.716 .000 .284 11.0005 10.000 10.596 1.000 .404 11.0006 10.000 10.482 1.000 .518 11.0007 11.000 10.292 .000 .708 11.0008 10.000 9.786 1.000 1.214 11.0009 9.000 8.952 2.000 2.048 11.000

10 5.000 5.364 4.000 3.636 9.000

Chi-Square df SignificanceGoodness-of-fit test 2.7289 8 .9502--------------------------------------------------------

Classification Table for BANGKRUTThe Cut Value is .12 Predicted .00 1.00 Percent Correct 0 1Observed .00 0 82 17 82.83% 1.00 1 2 7 77.78%

Overall 82.41%

--------------------- Variables in the Equation ---------------------Variable B S.E. Wald df Sig R Exp(B)UKURAN -.6537 1.0945 .3567 1 .5503 .0000 .5201RORA -70.5396 74.8401 .8884 1 .3459 .0000 .0000NRFF -85.6217 37.6549 5.1704 1 .0230 -.2262 .0000FBI .1130 1.3939 .0066 1 .9354 .0000 1.1196CAR -13.9076 12.7862 1.1831 1 .2767 .0000 .0000LCDR -1.3067 1.4067 .8629 1 .3529 .0000 .2707HS 33.8499 15.2572 4.9223 1 .0265 .2172 5.021E+14PTK .0485 .7682 .0040 1 .9497 .0000 1.0497Constant -.9180 3.3553 .0749 1 .7844

Perbandingan model probabilitas logit yang dihasilkanoleh sampel estimasi dengan dua sampel validasidengan menggunakan data (tahun 1996) satu tahunsebelum kebangkrutan disajikan sebagai berikut (lihatpada tabel di bawah):

Perbandingan ketiga model yang dibuat berdasarkandata rasio keuangan bank satu tahun sebelum kebang-krutan (1996) memberikan temuan sebagai berikut:1. Terdapat konsistensi tanda koefisien regresi

logit untuk ketiga model tersebut yaitu:a. Tanda koefisien negatif untuk variabel

NRFF dan CAR.b. Tanda koefisien positif untuk variabel

FBIdan HS.2. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

besarnya probabilitas prediksi kebangkrutan,yang ditunjukkan oleh R tidak sama dengan 0,adalah NRFF dan HS untuk ketiga model.

3. Model estimasi tahun 1996 dan model validasiI adalah signifikan di bawah 0,05 sedangkanmodel validasi kedua adalah signifikan dibawah 0,10. Ketiga model mempunyaipersentase akurasi yang cukup tinggi di atas50%. Berdasarkan hasil tersebut model estimasitahun 1996 dapat dipertimbangkan sebagaimodel prediksi.

Sampel Estimasi Sampel Validasi I Sampel Validasi IIKoef. Sig. R Koef. Sig. R Koef. Sig. R

Variabel:Ukuran -0,3779 0,5172 0,000 0,2907 0,7820 0,000 -0,6537 0,9503 0,000RORA -27,9175 0,6188 0,000 56,0228 0,7301 0,000 -70,5396 0,3459 0,000NRFF -89,4136 0,0009 -0,270 -460,944 0,0142 -0,254 -85,6217 0,0230 -0,226FBI 2,6546 0,6784 0,000 2,5621 0,8438 0,000 0,1130 0,9354 0,000CAR -11,3869 0,2083 0,000 -72,3533 0,5610 -0,163 -13,9076 0,2767 0,000LCDR -0,7021 0,4495 0,000 1,7831 0,6549 0,000 -1,3067 0,3529 0,000HS 36,0916 0,0046 0,221 190,7266 0,0215 0,230 33,8499 0,0265 0,217PTK 0,2841 0,4955 0,000 -0,1257 0,9310 0,000 0,0485 0,9497 0,000Konstanta -2,8573 0,2256 - -14,9012 0,0927 - -0,9180 0,7844 -

Chi kuadrtat 32,224 39,431 14,820Siginifikansi model 0,00009 0,00000 0,06278% Akurasi prediksi 83,87% 88,99% 82,41%(cutoff 12%)

Page 13: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

10

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh,beberapa kesimpulan dapat dibuat sebagai berikut:1. Tanda koefisien regresi logit yang konsisten di

antara kedua data sampel tahun 1995 (tigamodel) dan tahun 1996 (tiga model) adalah:a. Tanda negatif untuk variabel NRFF dan

CAR.b. Tanda positif untuk variabel HS.

2. Variabel yang secara konsisten berpengaruhterhadap probabilitas kebangkrutan di antarakedua data sampel tahun 1995 (tiga model) dantahun 1996 (tiga model) adalah variabel NRFFuntuk keenam model dan HS untuk lima model.

3. Model estimasi tahun 1995 maupun 1996 dapatdipertimbangkan sebagai model prediksi karenakeduanya signifikan secara statistika dan

mempunyai persentase akurasi yang cukuptinggi namun model estimasi tahun 1995 lebihdisarankan untuk digunakan karena mempu-nyai tingkat akurasi yang lebih tinggi dan lebihkonsisten. Model estimasi denganmenggunakan data tahun 1995 (lebih lama)menghasilkan akurasi prediksi yang lebih tinggidaripada data tahun 1996 diduga karena bank-bank yang merasa kondisi keuangannya burukpada tahun 1995 menjadi panik dan melakukanmanipulasi angka-angka keuangannya agartampak lebih baik pada tahun berikutnya.Manipulasi angka-angka keuangan tersebutdapat menimbulkan distorsi dalam analisis yangmenyebabkan perubahan akurasi prediksiterhadap bank yang bangkrut maupun tidakbangkrut.

Page 14: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

11

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Edward I. "Financial Ratios, Discrimi-nant Analysis, and the Prediction of Cor-porate Bankruptcy". The Journal of Fi-nance (23:4, 1968): hal. 589-609.

Altman, Edward I., Robert G. Haldeman, danP. Narayan. "Zeta Analysis: A NewModel to Identify Bankruptcy Risk ofCorporation". The Journal of Bankingand Finance (1:1, 1977): hal. 29-54.

Barnes, Paul. "The Analysis and Use of Finan-cial Ratios: A Review Article". Journalof Business Finance and Accounting(14: 4, 1987): hal. 449-461.

Dambolena, Ismael G, dan Sarkis J. Khoury."Ratio Stability and Corporate Failure".The Journal og Finance (35: 4, 1980):hal. 1017-1026.

Deakin, Edward B. "A Discriminant Analysisof Predictors of Business Failure". TheJournal of Accounting Reasearch (10:1,

1972): hal. 167-179.

Edmister, Robert O. "An Empirical Test of Fi-nancial Ratios Analysis for Small Busi-ness Failure Prediction". The Journalof Financial and Quantitative Analysis(7:2, 1972): hal. 1477-1493.

Lincoln, Mervyn. "An Empirical Study of theUsefulness of Accounting Ratios toDescribe Levels of Insolvency Risk".The Journal of Banking and Finance (8:2, 1984): hal. 321-340.

Ohlson, James A. "Financial Rastios and theProbabilistic Prediction of Bankruptcy".Journal of Accounting Research: Vol.18, 1980.

Palepu, Krishna G. "Predicting Takeover Tar-get: A Methodological and EmpiricalAnalysis". Journal of Accounting andEconomics: 8, 1986: hal. 3 - 35.

Wilopo. "Prediksi Kebangkrutan Bank". SNA,2000.

Page 15: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

12

Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Prediksi ......

Page 16: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

13

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

ABSTRACT

Earnings, published by management, is usedto measure management performance. Earnings is cal-culated based on accruals accounting. The problem ishow to the detect earnings manipulation towards ac-cruals or earnings management.In previous research, earnings detection used discre-tionary accruals calculation (abnormal accruals). Thismethod has its weakness, therefore the use of othermethods is expected to be powerful in detecting earn-ings management.

This research’s objective is to give an alterna-tive, other than discretionary accruals, as a method indetecting earnings management. This method usesaccounting variables that can give signals on the fu-ture prospect.

Tha result suggest that this method is not pow-erful in detecting earnings management. The result alsoindicates the various types of earnings management(minimizing earnings, maximizing earnings, incomesmoothings, or taking a bath), so it is hard to predictearnings management behavior.

Key Words: Earnings management, discretionary ac-cruals, accounting variables, earnings manipulation,non discretionary accruals

LATAR BELAKANG

Earnings sebagai alat untuk mengukur kinerjaperusahaan, memberikan informasi berkaitan dengantanggung jawab manajemen dalam pengelolaansumber daya yang dipercayakan kepada mereka.Implikasinya, earnings diterbitkan oleh manajemenyang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan(sesuai SFAC). Kondisi tersebut diprediksi olehDechow (1994) akan menimbulkan masalah karenamanajemen sebagai pihak yang memberikan informasitentang kinerja perusahaan sekaligus dievaluasi dandihargai berdasarkan laporan tersebut.Manajemen menetapkan earnings berdasarkan accru-als, berarti manajemen memiliki kesempatan untukmenetapkan beberapa kebijakan melalui accruals.Kebijakan tersebut digunakan sebagai usaha memaksi-malkan utilitas manajemen yang berkaitan denganrencana kompensasi (Holthausen et al., 1995 dan Gaveret al., 1995), penurunan kinerja (Pourciau, 1993,Murphy dan Zimmerman, 1993, dan Perry danGrinaker, 1994), perjanjian utang (DeAngelo et al.,1994, DeFond dan Jiambalvo, 1994, dan Bowen et al.,1995).

Masalah yang kemudian muncul adalahbagaimana mendeteksi adanya manipulasi dalam ear-nings yang disebut earnings management. Earnings

PENGGUNAAN VARIABEL AKUNTANSI UNTUKMENDETEKSI EARNINGS MANAGEMENT

Yavida Nurim *)Indra Wijaya Kusuma **)

*) Yavida Nurim, SE., M.Si., Akt., Alumnus Program Magister Sains Akuntansi UGM**) Dr. Indra Wijaya Kusuma, M.B.A., Dosen Fakultas Ekonomi UGM

Page 17: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

14

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

Management adalah suatu usaha untuk mempengaruhilaba yang dilaporkan dalam jangka pendek, denganharapan manajer dapat mempengaruhi investor dansebagai alat untuk mencapai beberapa keuntunganpribadi manajemen (Schroeder dan Clark, 1995).Perilaku tersebut telah diprediksi oleh teori keagenanmelalui hipotesisnya yaitu manajemen berusahamemaksi-malkan kesejahteraannya. Tujuannya adalahuntuk menyempurnakan kinerja melalui peningkatanlaba dengan segera, tetapi bukan dengan usaha dalamrentang waktu yang lebih lama (sesuai proses yangwajar), sedangkan hal ini tidak selalu sesuai dengankepentingan pemegang saham (Wolk dan Tearney,1997). Menurut Healy (1985), perilaku tersebut terjadikarena manajer memiliki informasi tentang earningssebelum melakukan manipulasi dan pihak luar tidakmemiliki kesempatan mempelajari earnings.

Perilaku di atas mengakibatkan terjadinyainformasi yang asimetris antara manajemen denganpihak luar yang selanjutnya mendorong kebutuhanuntuk mendeteksi guna mengidentifikasi adanyamanipulasi. Deteksi manipulasi merupakan sesuatuyang penting, karena berkaitan dengan faktor-faktoryang mendorong manajer untuk mengelola laba bersih(net income) yang dilaporkan. Dengan demikian dapatdiketahui kebijakan yang digunakan manajemenadalah sinyal atas informasi tertentu (khusus) yangcenderung mengambil kesempatan untukmemanipulasi earnings jika terjadi penurunan kinerja(Dechow, 1994).

Berbagai penelitian telah dilakukan untukmendeteksi adanya earnings management yangmemfokuskan pada penggunaan discretionary accru-als (abnormal accruals). Model yang dapat digunakanuntuk mengukur discretionary accruals antara lain:model Healy, model DeAngelo, model Jones, dan lain-lain. Model tersebut mengukur discretionary accru-als melalui penetapan total accruals atau memisahkantotal accruals menjadi discretionary accruals dannondiscretionary accruals.

Akan tetapi, menurut Dechow (1994), penggu-naan teknik tersebut tidak mendapatkan buktisistimatik yang mengindikasikan adanya Earningsmanagement. Dengan kata lain, model tersebut tidakdapat diharapkan menghasilkan pengujian yang po-werful terhadap besaran earnings management.

Menurut Young (1999), hal lain yang mungkin

terjadi adalah peneliti telah diarahkan untuk melakukanpenyusunan kembali total accruals menjadi elemendiscretionary dan non discretionary. Padahal modeltersebut tidak efisien dalam mengisolasi elemen-elemen discretionary dari total accruals, meskipun disatu sisi, sangatlah penting mendeteksi Earnings man-agement didasarkan pada accruals. Akibatnya, penelitidipaksa menggunakan prosedur yang menghasilkanpengukuran discretionary accruals yang berisikomengalami kesalahan prediksi pengukuran padatingkat yang signifikan. Hal tersebut terjadi karenaadanya pengakuan accruals yang tidak sepenuhnyamenggambarkan terjadinya earnings management.

Dengan demikian terjadi kesalahan penggunaanvariabel-variabel untuk memprediksi accruals, sebagaiobyek yang dikelola oleh manajemen. Padahal,variabel-variabel tersebut tidak berkaitan dengan ac-cruals. Selanjutnya, variabel-variabel yang seharusnyadigunakan sebagai obyek untuk dideteksi, menjadivariabel yang terlepas dari deteksi terjadinya earningsmanagement (Kang dan Shivaramakrishnan, 1995).Kesalahan lain yang dapat terjadi adalah kesalahanmodel dalam mengklasifikasikan nondiscretionaryaccruals, sehingga nondiscretionary accrualsdiklasifikasikan sebagai discretionary accruals.Apabila hal tersebut digunakan untuk menilai kinerjamanajemen, akan menghasilkan koefisien positif atasdiscretionary accruals. Discretionary accruals positifberarti memberikan informasi adanya jumlah yangsangat besar atas earnings (Bernard dan Skinner,1996).

Meskipun model accruals menghasilkankesalahan spesifikasi dan memiliki kelemahan dalamdeteksi earnings management, secara keseluruhanmodel Jones menghasilkan kesalahan pengukuranterkecil (Dechow et al., 1995: Young, 1999). MenurutJeter dan Shivakumar (1999) kesalahan pengukurandapat diturunkan dengan mengukur abnormal accru-als secara cross sectional sesuai sektor industri, gunamendapatkan parameter yang sama dalam mengukurabnormal accruals. Kesamaan parameter tersebutdapat digunakan untuk menetapkan mean abnormalaccruals, sebagai dasar deteksi earnings management.

Beneish (1999) menyarankan penggunaanvariabel-variabel akuntansi yang dipertimbangkanmemiliki sinyal akan prospek masa mendatang sebagaiteknik untuk deteksi adanya manipulasi atas earnings

Page 18: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

15

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

serta untuk melengkapi teknik deteksi yang telah ada.Teknik tersebut didasarkan pada pemikiran akanpentingnya informasi suatu perusahaan yang dapatmenangkap hakekat operasi atau aktivitas perusahaansecara ekonomis (Schroeder dan Clark, 1995) ataumemiliki kemampuan deteksi yang masuk akal secaraekonomis (Dechow, 1994).

Penelitian ini memfokuskan pada kemampuanvariabel akuntansi untuk mendeteksi Earnings man-agement. Tujuannya memberikan alternatif lain deteksiEarnings management selain metoda accruals yaitudengan menggunakan variabel akuntansi. Penelitianini diharapkan dapat digunakan pihak luar perusahaan,seperti investor dan pemegang saham, dasarpengambilan keputusan berkaitan dengan investmentdan stewardship focus.

TINJAUAN LITERATUR

PENELITIAN DETEKSI EARNINGSMANAGEMENT

Deteksi earnings management adalah suatucara untuk memprediksi kualitas suatu earningsberkaitan dengan kemampuannya menghasilkan cashflow di masa mendatang. Kualitas earnings didefinisi-kan sebagai tingkat hubungan antara laba akuntansiperusahaan dengan laba ekonomi. Hal ini berkaitandengan tujuan utama pelaporan laba yaitu untukmengetahui kemampuan perusahaan dalammenghasilkan cash flow masa mendatang (Schroederdan Clark, 1995).

Munculnya perilaku earnings managementdidorong oleh perubahan penguasaan perusahaan.Perusahaan terdiri manajemen (agen) yang ditunjukatau diberi delegasi oleh pemegang saham (prinsipal)untuk membuat keputusan. Keduanya berusahamemak-simalkan utilitasnya tetapi manajemenmemiliki kesempatan yang lebih banyak untukmemaksimalkan utilitasnya.

Earnings Management dalam Contracting View

Pada teori property rights yang menekankanpada hak dengan adanya perjanjian, bahwa akuntansiadalah bagian integral dari perjanjian (formal/infor-

mal) diwujudkan dalam perusahaan (Watts danZimmerman: 1986). Perjanjian terjadi karenaketerbatasan setiap individu terhadap kecukupanmodal serta kemampuan. Lebih dari itu, jika setiapindividu menginvestasikan seluruh kesejahteraannyadalam perusahaan akan mendapatkan keuntungandalam skala ekonomi, serta menerima biaya keagenanatas risiko yang dapat menurunkan utilitasnya.Akibatnya setiap individu akan menjual sebagian dariperusahaan, sehingga dapat menurunkan risiko secaraportofolio. Dengan demikian, menurut Watts danZimmerman, perusahaan dipandang sebagai sebuahtim yang terdiri dari individu dengan berbagaikepentingan. Mereka mengakui bahwa kesejahtera-annya tergantung pada kesuksesan perusahaan dalambersaing dengan perusahaan lain.

Proses selanjutnya adalah setiap individuberusaha membandingkan kontribusi yang diberikanpada perusahaan dalam proses produksinya. Setiapindividu juga mengakui bahwa individu lain akanberperilaku untuk memaksimalkan utilitasnya sendiribukan utilitas individu lain. Akibatnya, timbullahkebutuhan untuk melakukan perjanjian diantara pihakyang berkepenti-ngan tersebut. Perjanjian tersebuttidak menjamin pelaksanaan perjanjian yang optimal,meski ada usaha yang optimal, karena terdapat pihakluar (pemegang saham, kreditur, pemerintah) yangtidak dapat mengobservasi perilaku pihak dalamperusahaan.

Fakta menyatakan perusahaan publik dimilikioleh pemegang saham, tetapi dikelola oleh individuyang memiliki sebagian kecil dari saham yang beredar.Diasumsikan masing-masing akan memaksimalkanutilitasnya yang mendorong terjadi konflik karenaperilaku manajer memaksimalkan utilitasnya tanpamemaksimalkan utilitas yang diharapkan pemegangsaham (Watts dan Zimmerman, 1986).

Perilaku manajemen tersebut diteliti olehWarfield, Wild, dan Wild (1995), yang mengujipengaruh pemisahan kepemilikan dan pengendalianperusahaan terhadap keakuratan earnings melaluipemilihan metode akuntansi oleh manajer. Penelitiandidasarkan pada teori bahwa jika penguasaan atasekuitas perusahaan semakin kecil prosentasenya, makamanajer terdorong memaksimalkan perilaku yang tidakmemiliki nilai tambah bagi perusahaan. Hasil me-nyatakan biaya keagenan semakin meningkat dengan

Page 19: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

16

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

adanya penurunan kesejahteraan (rendahnyakepemilikan) owner managers melalui peningkatanpenyesuaian accrual yang dilakukan manajemen.

Pengauditan dan sistem kontrol yangmempunyai peran dalam perjanjian ini ternyata tidakdapat mengeliminasi perilaku manajemen. PenelitianEvans dan Sridar (1996) dapat membuktikan haltersebut dengan menguji hubungan antara sistempelaporan keuangan dan sistem perjanjian pada modelprinsipal-agen. Penelitian tersebut menyatakan bahwasistem pelaporan keuangan yang tidak fleksibel (tidakmengijinkan manajer melakukan kebijakan dalampelaporan earnings) akan menghasilkan pelaporanyang overstates sebagai respon terhadap perjanjian.Akibatnya manajer dapat memanipulasi pelaporanEarnings dengan tujuan peningkatan kompensasinya,karena kompensasi tergantung pada pelaporan ear-nings. Perilaku earnings management yang bertujuanmemaksimalkan utilitas manajemen berkaitan dengancontracting view dibagi menjadi tiga yaitu ber-hubungan dengan peningkatan kompensasi, perjanjianutang, dan biaya politis.

Perataan laba sebagai Earnings management

Perataan laba (income smoothing) didefinisikansebagai suatu alat yang digunakan oleh manajemenuntuk menurunkan variabilitas aliran sejumlah angkadalam laba yang dilaporkan, relatif terhadap targetaliran yang dipersepsikan, melalui manipulasi atasvariabel-variabel akuntansi atau transaksi (Koch,1981). Hal-hal yang dikategorikan sebagai perilakuperataan laba adalah pertama, perencanaan waktuketerjadian dan atau pengakuan suatu peristiwa denganmemanfaatkan aturan akuntansi yang mengaturpengakuan kejadian secara akuntansi. Kedua,kebijakan yang mengendalikan penentuan periodeyang dapat dipengaruhi oleh peristiwa tertentuberkaitan dengan keterjadian dan pengakuan suatuperistiwa. Ketiga, klasifikasi di antara items dalamlaporan laba untuk menurunkan variabilitas padaperiode tertentu (Barnea et al., 1976).

Perataan laba, menurut Wolk dan Tearney(1997), selain untuk menurunkan varians earnings daritahun ke tahun, juga bertujuan mempengaruhi persepsipasar modal yang naïve karena tidak dapatmengintepretasi data akuntansi secara tepat. Hal ini

konsisten dengan bentuk semi kuat dari hipotesis pasarefisien. Hipotesis pasar efisiensi berkaitan dengankecepatan sekuritas dalam pasar modal meresponinformasi baru yang dipublikasikan. Salah satu bentukhipotesis tersebut adalah bentuk semi kuat yaitu hargasekuritas merefleksikan seluruh informasi yangtersedia di masa lalu dan masa sekarang yang telahdipublikasikan. Implikasinya terdapat hubungan positifantara perubahan earnings yang dilaporkan denganpergerakan harga sekuritas.

Secara empiris Bloomfield (1996) telah mem-buktikan dengan pengujian secara eksperimen penga-ruh tingkat keefisienan pasar modal terhadap penggu-naan kebijakan dalam pelaporan manajer. Hasil me-nyatakan bahwa manajer berusaha membuat danmenyajikan informasi yang menguntungkan kepadainvestor pada pasar yang kurang efisien, tetapi tidakpada pasar yang lebih efisien.

Meskipun perilaku perataan laba sebagai responterhadap atau untuk mempengaruhi persepsi pasarmodal, tetapi terdapat faktor-faktor yang mendorongterjadinya perilaku perataan laba. Dorongan tersebutmenciptakan suatu kondisi yang merugikanmanajemen berkaitan dengan persepsi pasar modal,sehingga sesuai teori keagenan, manajemen akanberusaha memaksimalkan utilitasnya. Faktor- faktortersebut adalah: (1) ukuran perusahaan karena perusa-haan besar menjadi subyek perhatian masyarakatketimbang perusahaan yang lebih kecil, (2) tingkatkemampuan dalam menghasilkan laba yang rendahkarena fluktuasi dalam aliran laba sangat berpengaruhterhadap perusahaan yang hanya mampu menghasilkanlaba rendah, (3) perbedaan industri karena meng-indikasikan adanya perbedaan ketidak-pastianlingkungan serta adanya struktur yang membatasikesempatan, (4) negara sebagai tempat beroperasinyaperusahaan karena setiap negara memiliki karateristikdan struktur ekonomi serta politik yang berbeda yangmempengaruhi penerapan prinsip-prinsip akuntansi-nya (Ashari et al., 1994).

Selain keempat faktor diatas, menurut Koch(1981), faktor skema kompensasi perusahaan dantingkat kepemilikan perusahaan menjadi pendorongperilaku perataan laba. Skema kompensasi perusahaanberkaitan dengan kemampuan pertumbuhan atas labaperusahaan, yang mengindikasikan adanya keefisienandan keefektifan berkaitan dengan hubungan keagenan.

Page 20: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

17

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

Tingkat kepemilikan perusahaan mempengaruhitingkat pengendalian manajer, sehingga perilakuperataan laba lebih besar terjadi pada perusahaan yangkomposisi kepemilikan lebih tersebar dibandingkanperusahaan yang dikuasai oleh sedikit pemegangsaham.

Pemahaman metode atau tehnik yang diguna-kan untuk perataan laba sangat penting, disampingfaktor-faktor tersebut, yaitu (1) menggu-nakanfleksibilitas yang diberikan oleh Prinsip-prinsipAkuntansi Berterima Umum (PABU) untuk mengubahearnings yang dilaporkan tanpa mengubah cash flows,misal penyesuaian cadangan persediaan dan kerugianpiutang, (2) perubahan operasi yang mendasari cashflow, misal skedul pengiriman, mempercepat ataumemperlambat perbaikan aktiva perusahaan.

Pengukuran Earnings Management

Penelitian yang berkaitan dengan deteksiperilaku Earnings management selain bertujuan untukmemahami dorongan yang mendasari perilakutersebut, juga memahami tehnik yang dapat digunakanuntuk mendeteksi perilaku tersebut. Pada kenyataanperusahaan yang terdaftar (diperdagangkan) di pasarmodal tidak seluruhnya bebas dari earnings manage-ment, meskipun perusahaan tersebut telah diaudit olehauditor independen. Apalagi dengan adanya kebebasanyang diberikan Prinsip-Prinsip Akuntansi BerterimaUmum (PABU), maka perusahaan dapat berdalihmenggunakan suatu fasilitas atas manipulasi yangdilakukan.

Penelitian yang berkaitan dengan metodadeteksi earnings management antara lain dilakukanoleh Dechow et al, (1995), yang mengevaluasiberbagai alternatif model untuk deteksi earnings ma-nagement berdasarkan accruals. Perbandingandilakukan terhadap lima model yaitu: model Healy,model DeAngelo, model Jones, model Modified Jones,model industri. Pengujian dilakukan untuk mengetahuikemampuan model dengan menerapkan pengujianstatistik.

Jika Dechow et al, (1995) membandingkanmodel, selanjutnya Kang dan Sivaramakrishnan (1995)mengkhususkan pada estimasi komponen discretion-ary accruals yang dimanipulasi, karena pihak luarorganisasi hanya mampu melakukan penjumlahan atas

angka akuntansi yang tidak dimanipulasi(nondiscretionary) dan dimanipulasi. Penelitimenawarkan sebuah model berdasarkan model instru-mental variable yang dapat memprediksi accrualsyang tidak dimanipulasi. Model tersebut dibentuksecara simulasi dengan berbagai cara, tetapi tetapmenggunakan model Jones sebagai perbandingan.

Berkaitan dengan pengujian Dechow et al.(1995) yang menyimpulkan seluruh model yangmenggunakan prosedur discretionary accrualsmenghasilkan kekuatan pengujian yang rendah, makaYoung (1999) mengevaluasi discretionary accrualsyang diestimasikan melalui lima metoda alternatif.Pengujian diharapkan dapat menyediakan informasiberkaitan dengan tingkat dan sumber kesalahanpengukuran secara sistimatik, pengendalian atasvarians yang potensial terjadi pada perilaku earningsmanagement.

Berbagai penelitian diatas menitikberatkanpada pengujian metoda atau model melalui perban-dingan model tersebut. Penelitian yang dilakukan olehBeneish (1999) difokuskan pada pembentukan modeluntuk mendeteksi adanya manipulasi earnings.

METODA PENELITIAN

Hipotesis

Earnings merefleksikan kemampuan perusa-haan yang ditetapkan dengan dasar accruals. SFAC 6menyatakan bahwa akuntansi accrual adalah sebagaiberikut:

Attempts to record the financial effects on anentity of transactions and other events that havecash consequences for the entity in the periodsin which those transaction, events, andcircumstantes occur rather than only in peri-ods in which cash received or paid by the en-tity.

Attempts to recognize noncash events and cir-cumstances as they occur and involves not onlyaccruals but also deferrals, includings alloca-tions and amortizations.

Page 21: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

18

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

Pengujian adanya earnings managementdengan model Jones (1991) seperti halnya Gaver etal. (1995), sebagai model yang paling bagus yangtersedia untuk mendeteksi adanya manipulasi melaluiaccruals (Holthausen et al., 1995) dan strategi yangmemiliki potensi pengungkapkan dengan cermatberkaitan dengan pengakuan penghasilan dan biaya(DeAngelo, 1986). Model ini menurunkan varianskesalahan pengukuran dalam nondiscretionary accru-als yang akan menghasilkan pengujian earnings man-agement yang lebih powerful (Young, 1999).

Deteksi adanya earnings managementdilakukan dengan mengukur abnormal accruals (dis-cretionary accruals) masing-masing perusahaandibandingkan dengan mean abnormal accruals dalamsektor industri yang sama. Penetapan mean abnormalaccruals, menurut Jeter dan Shivakumar (1999),memiliki asumsi bahwa tidak terdapat Earnings man-agement yang sistimatik karena tidak terdapat kejadianspesifik yang mendorong dilakukan Earnings manage-ment. Dengan demikian mean abnormal accruals darimodel tersebut dapat diintepretasikan sebagai abnor-mal accruals relatif.

Asumsi lain adalah industri pada sektor yangsama sebagai subyek atas faktor ekonomi dan kompe-tisi yang sama, sehingga dapat diperbandingkan ataskesempatan operasi, investasi, dan pendanaan (Perrydan Williams, 1994). Selanjutnya apabila suatuperusahaan memiliki abnormal accruals yang berbedadari mean abnormal accruals di antara perusahaansejenis (relatif terhadap industri), maka terjadi ear-nings management. Perbedaan dapat berarti lebih kecildari mean atau lebih besar dari mean. Jika lebih kecildikatakan perusahaan melakukan understated danapabila lebih besar perusahaan melakukan overstated(Jeter dan Shivakumar, 1999). Hal itu dilakukan karenapada kenyataannya, sangatlah sulit memahami perilakumanajer dengan mengklasifikasikan perilaku manajerpada tingkat di atas atau di bawah batas rencanakompensasi seperti yang dilakukan Healy (1985) danScott (1997). Masalah yang dihadapi adalah bagaimanamengetahui posisi manajer pada saat sekarang danapakah mereka meningkatkan atau menurunkankinerja keuangan untuk mencapai bonus maksimum(Holthausen, et al., 1995).

Earnings merefleksikan kemampuan perusa-haan dalam meraih keuntungan selama periode

tertentu, oleh karena itu earnings harus dapatmemenuhi dua hal yaitu memiliki nilai bagipemakainya sebagai dasar pengambilan keputusan danmemiliki informasi tentang perilaku manajemenberkaitan dengan tugas yang dilimpahkan dengantujuan pengendalian atas perilaku manajemen tersebut(Gjesdal, 1981). Dengan demikian penting untukmengetahui faktor-faktor yang dapat memprediksikemampuan atau kinerja earnings di masa mendatang.Apabila faktor tersebut dapat memberikan sinyal atasprospek masa mendatang maka tidak tertutup kemung-kinan manajemen menggunakannya sebagai obyekmanipulasi. Dengan demikian, metoda atau teknikyang memiliki kemampuan menangkap sinyal atasprospek mendatang, yang seharusnya diterapkan untukmendeteksi adanya manipulasi pada earnings.

Sehubungan dengan pentingnya suatu metodayang dapat merefleksikan kemampuan atau kinerjaperusahaan, maka penelitian ini menggunakan variabelyang telah diteliti oleh Beneish (1999). PenelitianBeneish (1999) bertujuan menetapkan model untukmendeteksi manipulasi. Selanjutnya Beneish (1999)menyimpulkan variabel Day’s sales in receivable in-dex (DSRI), Gross margin index (GMI), Assets qual-ity index (AQI), dan Sales growth index (SGI),memiliki rata-rata lebih besar secara signifikan padaperusahaan yang melakukan manipulasi daripada tidakmelakukan manipulasi.

Pertimbangan Beneish (1999) menggunakanvariabel tersebut, karena memiliki sinyal tentangprospek masa mendatang (seperti yang dikemukakandalam literatur akademik dan praktisi) dan tidak adanyateori ekonomi atas manipulasi. Berikut ini uraian atasvariabel yang dikemukakan oleh Beneish (1999):1. Day’s sales in receivable index (DSRI) yaitu

rasio jumlah hari penjualan dalam piutang padatahun pertama terjadinya manipulasi dalamEarnings (tahun t) terhadap pengukuran tahunt – 1. Variabel tersebut mengukur piutang danlaba apakah pada posisi seimbang atau tidakpada dua tahun berturut – turut. Dengan demiki-an peningkatan jumlah hari penjualan dalampiutang dapat diartikan terdapat peru-bahankebijakan kredit untuk meningkatkan penjualandengan adanya peningkatan kompeti-si. Akantetapi peningkatan piutang dengan cara tidaktepat dapat menurunkan penghasilan.

Page 22: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

19

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

Selanjutnya peningkatan DSRI berkaitandengan tingginya penghasilan dan tingginyaearnings karena terjadi overstated. PenelitianDeAngelo et al. (1994) menggunakan kinerjapenjualan untuk menghitung abnormal accru-als pada perusahaan yang mengalami masalah,karena penjualan digunakan untuk meresponadanya penurunan permintaan produk. Selainitu penjualan kredit dan pengumpulan kasmempengaruhi laba dan neraca (Kang danSivaramakrishnan, 1995).

2. Gross margin index (GMI) yaitu rasio grossmargin dalam tahun t – 1 terhadap gross mar-gin tahun t. Jika GMI lebih besar dari 1 makaterjadi penurunan pada gross margin dan buktiadanya sinyal buruk atas perusahaan. Dengandemikian terdapat hubungan positif antara GMIdan probabilitas terjadinya manipulasi dalamEarnings jika kinerja perusahaan menurun(lihat Hall dan Stammerjohan, 1997).

3. Assets quality index (AQI) yaitu rasio noncur-rent assets (tidak termasuk property, plant, danequipment) terhadap total assets, yangmengukur proporsi total assets terhadap ke-untungan di masa mendatang yang kurangmemiliki kepastian. Dengan demikian AQImengukur risiko dari assets pada tahun tterhadap tahun t – 1, jika AQI lebih besar dari1 maka potensial terjadi peningkatan cost de-ferral. Akibatnya AQI memiliki hubunganpositif dengan kemungkinan terjadinyamanipulasi dalam earnings (lihat Sweeney,1994: Hall dan Stammerjohan, 1997).

4. Sales growth index (SGI) yaitu rasio penjualantahun t terhadap penjualan t – 1. Pertumbuhantidak mengindikasikan adanya manipulasi,akan tetapi pertumbuhan yang diikuti denganpenurunan harga saham akan mendorongperusahaan melakukan manipulasi terhadapearnings.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesispenelitiannya adalah:H1a: Rata-rata DSRI under abnormal accruals <

mean abnormal accruals < over abnormal ac-cruals.

H1b: Rata-rata GMI under abnormal accruals <mean abnormal accruals < over abnormal

accruals.H1c: Rata-rata AQI under abnormal accruals < mean

abnormal accruals < over abnormal accruals.H1d: Rata-rata SGI under abnormal accruals < mean

abnormal accruals < over abnormal accruals.

Pengukuran Abnormal Accruals

Pengukuran earnings management dengan ab-normal accruals (discretionary accruals) memilikiformula total accruals dikurangi expected accruals(nondiscretionary accruals). Sesuai model Jones,regresi dilakukan atas expected accruals untukmemperoleh parameter yang sama dalam sektorindustri yang sama, sekaligus berfungsi sebagaivariabel pengendali terjadinya perubahan dalamnondiscretionary accruals berkaitan dengan kondisiekonomi periode tersebut. Bentuk spesifik dari modelexpected accruals adalah:

TAit/Ait-1 = xi [1/Ait-1]+β1i [ΔREVit/Ait-1]+β2i [PPEit-1/Ait-1]+εi t

(persamaan 1)

TAit = total accruals in year t for firm i,δREVit = revenue t minus revenue t-1 for firm i,PPEit-1 = gross property, plant, and equipment at end of

year t-1 for firm i,Ait-1 = total assets at end of year t-1 for firm i,εit = error term in year t for firm i,i = 1,…, N firms,t = 1,…, T years

Regresi dilakukan untuk mengestimasikan ai,b1i, b2i, yang berguna untuk menetapkan parameter yangsama dalam model. Seluruh variabel dalam regresidiskala dengan assets pada awal tahun untuk menghin-dari heteroscedasticity. Berdasarkan expected accru-als dari persamaan diatas, maka abnormal accrualsdidefinisikan sebagai berikut:

AAip = TAip/Aip-1-(ai [1/Aip-1]+b1i [ΔREVip/Aip-1]+b2i [PPEip-1/Aip-1])

(persamaan 2)

AAip = abnormal accruals for firm i in hypothesizedmanipulation year p,

ai , bji = estimated coefficients (j=1,2) for expectedaccruals for firm i,

p = 1,…,P predicted manipulation years

Page 23: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

20

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

Pengujian Variabel Akuntansi

Formula yang ditawarkan oleh Beneish (1999) yangdapat memberikan sinyal atas prospek masa mendatangditetapkan sebagai berikut:

Receivables t / Sales tDSRI = (persamaan 3)

Receivables t-1 / Sales t-1

(Sales t-1 - Cost of Goods Sold t-1) / Sales t-1GMI =

(Sales t – Cost of Goods Sold t) / Sales t

(1 - Current Assets t + PP&E t) / Total Assets tAQI =

(1 - Current Assets t-1 + PP&E t-1) / Total Assets t-1

Sales tSGI =

Sales t-1

Pengujian model dilakukan secara time series,alasannya adalah manajer akan memilih untukmembagi earnings yang dilaporkan dalam periodemendatang terhadap periode sekarang (lihat DeFonddan Jiambalvo, 1994: Bartov, 1993: Maydew, 1997),dan earnings management dalam satu periode selalumembentuk pelaporan earnings yang overreporting(Evan III dan Sridar, 1996).

Pengujian Statistik

Penelitian ini menggunakan pengujianANOVA yang bertujuan untuk mengetahui apakah adabeda rata-rata atas variabel DSRI, GMI, AQI, dan SGIpada kategori under, mean, dan over dari uabnormalaccruals sesuai sektor industrinya. Pengujian bedarata-rata dilakukan terhadap rata-rata DSRI, GMI,AQI, dan SGI pada kategorikan under, mean, dan overdari abnormal accruals sesuai sektor industrinya.

Pengumpulan Data dan Sampel

Proses pengumpulan data dan sampel dalam penelitianini adalah sebagai berikut:1. Data adalah seluruh perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1994 sampaidengan 1999.

2. Pengujian dalam penelitian ini membutuhkanperusahaan yang memiliki data laporankeuangan berurutan selama 6 tahun maka datayang diambil dari tahun 1994 sampai 1999.Menurut Koch (1981) yang menggunakanrentang waktu 4 sampai 6 tahun untukmenurunkan kesalahan klasifikasi perusahaansebagai smoother dan nonsmoother. Perry danWilliams (1994) menekankan pada periodeyang berurutan karena terdapat buktimanipulasi discretionary accruals diprediksiberkaitan dengan tahun-tahun sebelum sesuatuterjadi dalam perusahaan.

3. Pengujian diterapkan pada kategori sektorindustri yang sama. Perusahaan yang memilikikesamaan industri menghadapi faktor-faktorekonomi dan kompetisi yang sama, sehinggadapat diperbandingkan berkaitan denganserangkaian kesempatan operasi, investasi, danpendanaan. Selain itu industri yang samadiharapkan memiliki kebijakan yang sama padaperiode tertentu sebagai respon terhadap peru-bahan ekonomi secara makro (lihat Sweeney,1994 dan Schroeder dan Clark, 1995). Sampelpenelitian diambil dari tiga jenis industri yaitu(1) consumer goods industry sebanyak 36perusahaan, (2) miscellaneous industrysebanyak 39 perusahaan, dan (3) basic indus-try and chemicals sebanyak 37 perusahaan.

HASIL EMPIRIS

Hasil Pengukuran Abnormal Accruals

Secara keseluruhan hasil regresi signifikan padaa = 0.05 dan a = 0.1. Dengan demikian regresi dapatdigunakan sebagai parameter spesifik dari tiap sektorindustri (lihat tabel 1). Selanjutnya berdasarkan ac-tual accruals setiap sektor industri dalam tiap-tiapperiode dari 1994/1995 sampai 1998/1999 maka dapatditentukan abnormal accruals masing masingperusahaan (persamaan 2).

Langkah selanjutnya adalah melakukan rata-rata tiap-tiap sektor industri dalam tiap-tiap periode

Page 24: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

21

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

untuk menentukan mean abnormal accruals yangmerupakan abnormal accruals relative tiap sektorindustri. Dengan demikian dapat ditentukan under danover abnormal accruals (lihat tabel 2). Berdasarkanpengukuran abnormal accruals dari tiap-tiap sektorindustri dari tahun periode 1994/1995 sampai 1998/1999 maka didapat sampel perusahaan menurutkategori sektor sebagai berikut (lihat tabel 3).

TABEL 1(hasil regresi)

(a) Sektor industri Consumer Goods

Periode R.Square F test F table Sig. n

1994/1995 0.284 4.361 2.92 0.011 36

1995/1996 0.461 9.403 2.92 0.000 36

1996/1997 0.391 7.048 2.92 0.001 36

1997/1998 0.160 2.096 2.92 0.120 36

1998/1999 0.115 1.433 2.92 0.251 36

(b) Sektor industri Miscellaneous

Tahun R. Square F test F table Sig. n

1994/1995 0.321 5.677 2.92 0.003 39

1995/1996 0.949 223.235 2.92 0.000 39

1996/1997 0.303 5.215 2.92 0.004 39

1997/1998 0.527 13.752 2.92 0.000 39

1998/1999 0.326 5.803 2.92 0.002 39

(c) Sektor industri Basic Industry and Chemicals

Tahun R. Square F test F hitung Sig. n

1994/1995 0.165 2.023 2.92 0.129 37

1995/1996 0.134 1.755 2.92 0.179 37

1996/1997 0.304 4.956 2.92 0.006 37

1997/1998 0.181 2.503 2.92 0.076 37

1998/1999 0.293 4.702 2.92 0.007 37

TABEL 2(hasil pengelompokkan dalam kriteria

abnormal accruals)

(a) Sektor industri Consumer Goods

Periode Under Ab. Mean Ab. Over Ab. Rata-rata Ab.

1994/1995 -0.78 s.d. -0.1 -0.06 s.d. -0.01 0.01 s.d. 0.54 -0.01

1995/1996 -0.34 s.d. -0.03 0.01 s.d. 0.05 0.1 s.d. 0.27 0.02

1996/1997 -0.9 s.d. -0.11 -0.05 s.d. -0.01 0.0 s.d. 0.43 -0.03

1997/1998 -1.72 s.d. -0.2 -0.15 s.d. -0.12 -0.07 s.d. 0.57 -0.013

1998/1999 -0.39 s.d. -0.1 0.0 s.d. 0.09 0.1 s.d. 0.67 0.03

(b) Sektor industri Miscellaneous

Tahun Under Ab. Mean Ab. Over Ab. Rata-rata

1994/1995 -0.35 s.d.0.00 0.01 s.d. 0.09 0.15 s.d. 0.37 0.01

1995/1996 -0.25 s.d. -0.01 0.02 s.d. 0.09 0.12 s.d. 0.41 0.04

1996/1997 -0.68 s.d. -0.12 -0.05 s.d. –0.02 0.00 s.d. 0.77 -0.02

1997/1998 -0.57 s.d. 2.8 3.07 s.d. 3.17 3.21 s.d. 17.25 3.15

1998/1999 -0.39 s.d. 0.00 0.01 s.d. 0.09 0.1 s.d. 0.35 0.01

(c) Sektor industri Basic Industry and Chemicals

Tahun Under Ab. Mean Ab. Over Ab. Rata-rata

1994/1995 -0.39 s.d. -0.01 0.01 s.d. 0.09 0.11 s.d. 0.73 0.04

1995/1996 -0.73 s.d. -0.01 0.01 s.d. 0.08 0.14 s.d. 2.63 0.01

1996/1997 -4.54 s.d. -0.10 -0.09 s.d. -0.02 0.00 s.d. 0.93 -0.01

1997/1998 -1.29 s.d. -0.22 -0.12 s.d. -0.10 0.00 s.d. 2.09 -0.10

1998/1999 -0.74 s.d. –0.01 0.01 s.d. 0.08 0.1 s.d.0.67 0.03

TABEL 3(jumlah sampel berdasarkan kriteria

abnormal accruals)

Consumer Basicgoods Miscellaneous industry and

Kategori industry industry chemicalsUnder 60 91 68

Mean 39 38 32

Above 81 66 85

Page 25: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

22

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

secara keseluruhan hasil tidak dapat menolak H0a,H0b, H0c, dan H0d, kecuali pada sektor basic indus-try and chemicals atas variabel DSRI yang dapatmenolak H0a.

Analisis

Berkaitan dengan hasil pengujian diatas,berikut beberapa penjelasan atas hasil tersebut:(1) Hasil pengujian yang menyatakan rata-rataDSRI, GMI, AQI, dan SGI tidak berbeda secarasignifikan dan pola abnormal accruals yang tidaksesuai dengan hipotesis nol yang ditetapkan,dimungkinkan model tersebut tidak powerful untukmengestimasikan sinyal prospek masa mendatang.(2) Rata-rata DSRI, GMI, AQI, dan SGI yangberbeda pada tiap kategori abnormal accruals tetapipolanya tidak sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan,maka terdapat beberapa kemungkinkan yang dapatterjadi:Pertama, menurut penelitian Holthausen et al. (1995)bahwa pihak luar perusahaan tidak dapat melakukanobservasi terhadap kepentingan manajemen apakahmelakukan peningkatan atau penurunan accruals.Dengan demikian tidak diketahui apakah manajemenpada saat ini berada pada posisi meningkatkan ataumenurunkan kinerja untuk mencapai bonus maksi-mum. Menurutnya, tidak terdapat bukti jika earnings

TABEL 4(Rata-rata DSRI, GMI, AQI, dan SGI)

Consumer Goods Miscellaneous Basic Industry and Chemicals

DSRI GMI AQI SGI DSRI GMI AQI SGI DSRI GMI AQI SGI

Under 0.99 1.12 0.62 1.25 1.02 1.38 0.33 1.23 0.89 6.98 0.78 1.42

Mean 1.07 1.12 0.51 1.27 1.14 1.18 1.22 1.19 1.07 1.31 1.30 1.44

Above 0.99 1.16 5.83 1.29 1.01 0.90 1.04 1.62 1.11 1.09 1.01 1.36

Pengujian Variabel Akuntansi

Berdasarkan pengukuran abnormal accrualsdapat diketahui perusahaan yang melakukan earningsmanagement. Melalui persamaan 3 yaitu DSRI, GMI,AQI, serta SGI pada tiap-tiap kategori abnormal ac-cruals dalam tiap-tiap sektor industri, sehinggadiperoleh rasio DSRI, GMI, AQI, SGI serta rata-rataDSRI, GMI, AQI, dan SGI sesuai kategori abnormalaccruals dalam setiap sektor industri (lihat tabel 4).

Pengujian homogenitas data atas sampel tiapsektor industri diterapkan untuk mengetahui apakahdapat dilakukan uji beda rata-rata atas ketiga kriteriaabnormal accruals. Berdasarkan uji Levine yangmenunjuk-kan bahwa data homogen, maka uji bedarata-rata dapat diterapkan pada data tersebut. Pengujiannormalitas data dengan Kolmogorov-Smirnovmenunjukkan, sample secara keseluruhan memilikinilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka dikatakandata tidak normal. Dengan demikian penelitian inimenggunakan pengujian non-parametrik untukmenguji beda rata-rata dari kategori abnormal accru-als.

Uji Kruskal-Wallis ANOVA diterapkan untukmengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antarakategori under, mean, dan over abnormal accruals daritiap kategori industri (lihat tabel 5). Kesimpulan yangdapat diambil dari pengujian tersebut adalah bahwa

TABEL 5(Hasil Pengujian Kruskal Wallis atas rata-rata DSRI,GMI,AQI, dan SGI)

Consumer Goods Miscellaneous Basic Industry and Chemicals

DSRI GMI AQI SGI DSRI GMI AQI SGI DSRI GMI AQI SGI

CSq 0.2 1.1 3.2 0.6 5.4 15.9 2.5 11.4 7.00 3.00 0.02 6.5

Sig 0.907 0.588 0.205 0.630 0.069 0.000 0.285 0.003 0.030 0.229 0.991 0.039

Page 26: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

23

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

di bawah batas terendah untuk memperoleh bonus(low) maka CEO lebih terdorong menurunkan discre-tionary accruals, daripada di antara batas terendah danteratas untuk memperoleh bonus yang direncana-kan(mid). Bahkan terdapat kecenderungan untukmenaikkan sebagai cara menghindari kehilanganjabatan dengan adanya kinerja yang buruk ataumemaksimalkan bonus yang akan diterima.Kedua, pola di atas juga dapat terjadi berkaitan denganperataan laba. Menurut Gaver et al. (1995) earningsmanagement seharusnya tidak hanya dikaitkan denganrencana bonus tetapi juga dengan perataan laba (in-come smoothing), karena target manajer melakukanperataan laba untuk mendapatkan bonus.Ketiga, pola tersebut dapat terjadi berkaitan denganrencana bonus yang ditetapkan bagi manajemen.Keterkaitan tersebut diteliti oleh Healy (1985) denganhipotesis yang menyatakan bahwa manajer perusahaanakan memaksimalkan earnings yang dilaporkan sesuaiketetapan rencana bonus.

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan melakukan deteksi atasmanipulasi yang dilakukan oleh manajemen ataudisebut earnings management. Manajemen menggu-nakan akuntansi accruals sebagai alat manipulasi.Selama ini, usaha untuk mendeteksi manipulasidilakukan dengan menerapkan pengujian model Jones(1991) seperti halnya Gaver et al, (1995) dan Young(1999).

Usaha mendeteksi manipulasi terhadap Earn-ings dapat pula menggunakan variabel-variabel

akuntansi yang dipertimbangkan memiliki sinyal akanprospek masa mendatang yaitu Day’s sales in receiv-able index (DSRI), Gross margin index (GMI), Assetsquality index (AQI), dan Sales growth index (SGI).Berdasarkan rata-rata tiap variabel pada tiap kategoriabnormal accruals dalam tiap sektor industri sertanormalitas data, dilakukan uji Kruskal Wallis ANOVAsebagai usaha menerima/menolak hipotesis nol yangditetapkan.

Secara umum kesimpulan penelitian adalahtidak dapat menolak H0, karena model tidak powerfuldalam mengestimasikan sinyal prospek masamendatang dan juga terdapat berbagai kemungkinanterjadinya perilaku manipulasi seperti yang telahdisimpulkan penelitian sebelumnya. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa diperlukan model yang tidakhanya dapat membuktikan adanya manipulasi, tetapijuga powerful dalam mengestimasikan properti dalammodel (Young, 1999).

Keterbatasan yang terjadi dalam penelitianadalah bahwa kemungkinan manajer dalam melakukanmani-pulasi tidak menerapkan teknik yang samaterhadap keempat variabel akuntansi. Manajer dapatmenerap-kan teknik memaksimalkan, meminimalkan,perataan, atau taking a bath, pada saat yang bersamaan.Diharapkan pada penelitian masa mendatang dilakukanpengujian yang memfokuskan pada usaha mem-bandingkan berbagai metoda pengukuran manipulasibeserta prediksi kesalahan pengukuran berbagaimetode tersebut, dengan menyertakan asumsi atasposisi yang telah dicapai manajer untuk memaksimal-kan kompensasinya. Ketepatan prediksi posisi manajersangat penting sebagai dasar untuk memprediksiketepatan pengukuran besaran manipulasi.

Page 27: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

24

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, N. et. al. (1994).”Factors Affecting In-come Smoothing among Listed Compa-nies in Singapore”. Accounting andBussiness Research. Vol. 24 No. 96.291-301.

Barnea, A,. J. Ronen, dan S. Sadan (1976).“Classificatory Smoothing of Incomewith Extraordinary Items”. The Ac-counting Reviw. January. 110-122.

Bartov, E. (1993) “The Timing of Asset Salesand Earnings Manipulation” The Ac-counting Review. Vol. 68 No. 4.Oktober. 840-855.

Beneish, M.D. (1999). “The Detection of Earn-ings Manipulation”. Financial AnalystsJournal. Septemeber/October. 24-36.

Bernard, V.L. dan D.J. Skinner (1996). “WhatMotivates Managers’ choice of Discre-tionary Accruals?”. Journal of Account-ing and Economics. 22. 313-325.

Bloomfield (1996). “The Interdependence ofReporting Discretion and InformationalEfficiency in Laboratory Markets”. TheAccounting Review. Vo. 71. No. 4 Oc-tober. 493-511.

Bowen, R.M., L. Ducharme, dan D. Shores(1995). “Stakeholders’ Implicit Claimand Accounting Method Choice”. Jour-nal of Accounting and Economics. 20.255-295.

Cahan, S.F. (1992). “The Effect of Antitrust In-vestigations on Discretionary accruals:A Refined Test of the Political CostHypothesis”. The Accounting Review.Vol. 67 No. 1. January. 77-95.

De Angelo, H. L. Angelo dan D.J. Skinner(1994). “Accounting Choice inTroubled Company”. Journal of Ac-counting & Economics. 17. 113-143.

De Fond, M.L. dan J. Jiambalvo (1994). “DebtCovenent Violation and Manipulationof Accruals”. Journal of Accounting andEconomics. 8. 3-42.

Dechow. P.M. (1994). “Accounting Earningsand Cash Flow as Measures of Firm Per-formance The Role of Accounting Ac-cruals”. Journal of Accounting & Eco-nomics. 17. 113-143.

Dechow, P.M., R.G. Sloan, dan A.P. Sweeny(1995). “Detecting Earning Manage-ment”. The Accounting Review. Vol. 70No. 2 April. 193-225.

Denis, D. J. dan D.K. Denis (1995). “Perfor-mance Changes Following Top Man-agements Dismissals”. The Journal ofFinance. Vol. L. No. 4. September.1029-1057.

Evans, J.H. dan S.S.S. Sridar (1996). “MultipleControl Systems, Accual Accounting,and Earnings Management”. Journal ofAccounting Research. Vol. 34 No.1. 43-65.

FASB (1991/1992). “Statement of FinancialAccounting Concepts: Accounting Stan-dards”. 1991/1992 Edition. IRWIN.Homewood. Illinois 60430.

Gaver J.J., K.M. Gaver, dan J.R. Austin (1995).“Additional Evidence on Bonus Plansand Income Management”. Journal ofAccounting and econamicsI. 19. 3-28.

Gjesdal, F (1981). “Accounting for Steward-

Page 28: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

25

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

ship”. Journal of Accounting Reserch.Vol. 19 No. 1 Spring. 208-231.

Hall, S.C. dan W.W. Stammerjohan (1997). “Damage Award and Earnings Manage-ment in the Oil Industry”. The Account-ing Review. Vol. 72 No. 1. January. 47-65.

Healy, P (1985). “The effect of Bonus Schemesof Accounting Decisions” dalam Scot,W.R. (1997). “Financial AccountingTheory”. Prentice Hall International Inc.

Holthausen, R.W., D.F. Larcker, dan R.G.Sloan (1995). “Annual Bonus Schemesand The Manipulation of Earning”.Journal of Accounting and Economics.19. 29-74.

Jeter, D.C. dan L. Shivakumar (1999). “ CrossSectional Estimation of AbnormalAccuals Using Quarterly and AnnualData: Effectiveness in Detecting Event-specific Earnings management”. Ac-counting and Bussiness Research. Vol.29 No. 4. 299-319.

Jones, J.J. (1991). “Earnings Management dur-ing Import Relief Investigation.” dalamDechow. P.M. (1994). “AccountingEarngs and Cash Flow as Measures ofFirm Performance The Role of Account-ing Accruals”. Journal of Accounting &Economics. 17. 113-143.

Kang, S.H. dan K. Sivaramakrishnan (1995).“Issue in Testing Earnings Managementand an Instrumental Variable Ap-proach”. Journal of Accounting Re-search. Vol. 33 No. 2. Autumn. 353-367.

Koch, B (1981). “Income Smoothing: An Ex-periment”. The Accounting Review. Vol.

LVI No. 3 July. 574-586.

Liberty, S.E. dan J.L. Zimmerman (1986). “La-bor Union Contract Negotiation and Ac-counting Choices”. The Accounting Re-view. Vol. LXI No. 4 Oct. 692-712.

Maydew, E.L. (1997). “Tax-Induced Earningsmanagement By Firm With Net Oper-ating Losses”. Journal of AccountingResearch. Vol. 35 No.1. 83-96.

Murphy, K. J. dan J. L. Zimmerman (1993).“Financial Performance SurroundingCEO Turnover”. Journal of Accountingand Economics. 16. 273-315.

Paton, W. A. dan A. C. Littleton (1967). AnIntroduction to Corporate AccountingStandards. Thirteenth Printing. Ameri-can Accounting Association.

Perry, S. dan R. Grinaker (1994). “Earning Ex-pectations and Discretionary Researchand Development Spending”. Account-ing Horizons. Vol. 8 No. 4. December.43-51.

Perry, S.E. dan T.H. Williams (1994). “Earn-ings Management Preceeding Manage-ment Buyout Offers”. Journal of Ac-counting and Economics. 18. 157-179.

Pourciau, S (1993). “Earning Management andNon-routine Executive Changes”. Jour-nal of Accounting and Economics. 16.317-336.

Schroeder, R. G. dan M. Clark (1995). Account-ing Theory. Fifth Edition. Johm Wiley& Sons, Inc.

Scott, W.R. (1997). “Financial AccountingTheory”. Prentice Hall International Inc.

Page 29: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

26

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim & Indra Wijaya Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk ....

Sweeney, A. P. (1994). “ Debt Covenant Vio-lations and Managers Accounting Re-sponse”. Journal of Accounting andEconomics. 17. 281-308.

Warfield, TD, J.J. Wild dan K.L. Wild (1995).“Managerial Ownership, AccountingChoices, and Informativeness of Earn-ings”. Journal of Accounting and Eco-nomics. 20. 61-91.

Watts, R.L. dan J.L. Zimmerman (1986). “Posi-tive Accounting Theory”. Prentice HallInc.

Wolk, H. I. dan M. G. Tearney (1997). ‘Ac-counting Theory: A Conceptual and In-stitutional Approach”. Fourth Editions.South Western College Publishing.

Young, S. (1999). “Systemetic MeasurementError in The Estimation of Discretion-ary Accruals: An Evaluation of Alter-native Modelling Procedures” Journalof Bussiness Finance and Accounting.26 (7) & (8). Sept./Oct. 833-862.

Page 30: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

27

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

PENDAHULUAN

Perkembangan Perum Pegadaian empat tahunterakhir ini menunjukkan peningkatan yang positif.Dilihat dari perkembangan nasabah, jumlah pinjamanyang diberikan, pendapatan usaha dan laba bersih yangdiperoleh dari tahun 1995 sampai tahun 1998 terusmeningkat setiap tahunnya seperti terlihat padatabel 1.

Kredit yang disalurkan Perum Pegadaian padatahun 1996 meningkat sebesar 123% dari tahun 1995,

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh profesionalisme Satuan Pengawasan In-tern (SPI) dan pelaporan hasil pemeriksaan terhadap keefektifan pengendalian pelaksanaan anggaran operasi padaPerum Pegadaian di Indonesia. Untuk memperoleh data penelitian digunakan metode survei pada 14 KantorDaerah (Kanda) Perum Pegadaian di Indonesia.

Seluruh anggota populasi dijadikan sebagai objek penelitian. Jumlah responden terdiri dari 43 orang, terdiridari 1 Kepala SPI, 28 Staf SPI, 14 Kantor Daerah (Kanda). Data yang dikumpulkan dianalisis secara serempakdengan teknik statistik analisis jalur (Path Analysis), dan secara parsial menggunakan teknik Kendall’s CorrelationCoefficient (tau).

Hasil penelitian menunjukkan, secara bersama-sama, profesionalisme SPI berpengaruh positif terhadappelaporan hasil pemeriksaan sebesar 23,23%. Pengaruh langsung searah antara profesionalisme SPI terhadapkeefektifan pengendalian pelaksanaan anggaran adalah 66,75%, baik dilihat dari pengaruh langsung dan tidaklangsung atau melalui variabel antara menunjukkan sebesar 69,90%. Pelaporan hasil pemeriksaan berpengaruhpositif tetapi relatif kecil terhadap keefektifan pengendalian pelaksanaan anggaran sebesar 0,22%. Bila dilihat daripengaruh bersama-sama antara profesionalisme SPI dan pelaporan hasil pemeriksaan menunjukkan 70,60%. Secaraparsial, terdapat korelasi positif antara pembentuk profesionalisme, dan pelaporan hasil pemeriksaan intern dengankeefektifan pengendalian pelaksanaan anggaran

tahun 1997 peningkatan sebesar 149% dari tahun 1995,dan tahun 1998 terjadi peningkatan yang semakinbesar, yaitu 224% dari tahun 1995. Seiring denganitu laba yang dicapai tahun 1998 adalah 309%daritahun 1995. Walaupun aktivitas Perum Pegadaiansemakin meningkat, pelayanan kepada masyarakattetap terpelihara dan ditingkatkan seperti adanyapersyaratan mudah dalam pemberian kredit. Namunkemudahan ini bisa saja disalah gunakan oleh nasabahataupun kalangan pegawai pegadaian, sehingga akanmerugikan pegadaian. Nasabah bisa saja memanfaat-

PENGARUH PROFESIONALISMESATUAN PENGAWASAN INTERN DAN PELAPORANHASIL PEMERIKSAAN TERHADAP KEEFEKTIFAN

PENGENDALIAN PELAKSANAAN ANGGARAN:Suatu Penelitian Empiris

Hiras Pasaribu 8)

*) Drs. Hiras Pasaribu, M.Si., Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Yogyakarta.

Page 31: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

28

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

kan kelemahan yang dimiliki oleh pihak pegadaian itusendiri, misalnya lolosnya barang palsu. Kelemahantersebut disebabkan ketidakcermatan atau kecerobohandalam menguji, dan barang tersebut lolos karena sulitdideteksi tanpa menggunakan alat yang layak yangtidak tersedia di perusahaan. Kelemahan lain sangatberkaitan erat dengan perkembangan teknologi yangsemakin canggih.

Dikhawatirkan pegawai menyalahgunakantugas yang digariskan oleh manajemen, misalnyaantara petugas pegadaian dan nasabah melakukantransaksi diluar aktivitas Perum Pegadaian ataumemperkecil harga barang yang dilelang setelah adakesepakatan antara petugas Pegadaian dengan yangmembayar lelang. Selain itu pelanggaran terhadapsistem pencatatan, pengklasifikasian dan pelaporan.Hal demikian tentu mempengaruhi terhadapkeefektifan pelaksanaan anggaran.

Untuk menghindari praktik-praktik demikian,Satuan Pengawasan Intern (SPI) perlu meningkatkanpengawasan terhadap pelaksanaan anggaran baiksecara harian maupun secara periodik. Pengawasanakan berhasil apabila SPI memiliki profesionalismemelaksanakan tugas pemeriksaan, yaitu dapat menilaisemua kegiatan perusahaan guna membantumanajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.Profesionalisme akan tercermin dalam laporan hasilpemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan intern harusmemenuhi kriteria yang ditetapkan manajemen,sehingga dapat memberikan manfaat bagi manajemenuntuk melakukan koreksi perbaikan terhadapkeefektifan pengendalian pelaksanaan anggaran.Hubungan tersebut terlihat pada gambar 1 berikut:

Gambar 1: Hubungan Pembentuk Profesionalismedengan Keefektifan PengendalianPelaksanaan Anggaran

Pembentukan SPI pada perusahaan bertujuanuntuk membantu manajemen dalam fungsipengendalian. SPI tidak akan berfungsi apabila tidakada peningkatan kemampuan profesionalisme dantidak mampu menjalankan profesinya sesuai standaryang ditetapkan dalam pemeriksaan. Pada hal untukmendapatkan kepercayaan manajemen terhadap SPItergantung apakah SPI mematuhi Kode Etik auditorinternal yang ditetapkan dalam praktik pemeriksaan.Kode etik merupakan standar profesi yang disepakatibersama oleh para anggota Perhimpunan Auditor In-ternal Indonesia (PAII) dalam melaksanakan tugaspemeriksaan pada suatu perusahaan. Dengan demikianpengaruh profesionalisme SPI terhadap keefektifanpengendalian pelaksanaan anggaran operasi padaPerum Pegadaian perlu diteliti untuk mendapatkanpengujian secara empiris.

Tabel 1:Perkembangan Perum Pegadaian di Indonesia

Nasabah Pinjaman yang Pendapatan Laba bersihTahun (Orang) diberikan Usaha (dalam juta Rp)

(dalam juta Rp)

1995 4.457.964 1.401.166 127.456 17.2041996 5.030.276 1.723.580 160.937 33.9641997 5.305.095 2.088.250 194.424 34.8171998 9.757.187 3.131.320 334.731 53.117

Sumber: Kantor Pusat Perum Pegadaian, Agustus 1999

PROFESIONALISMESPI

(Faktor pembentukprofesionalisme

LAPORAN HASILPEMERIKSAAN

KEEFEKTIFAN PENGENDALIANPELAKSANAAN ANGGARAN

Page 32: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

29

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yangmenjadi masalah adalah:1. Seberapa besar pembentuk profesionalisme SPI

mempengaruhi laporan hasil pemeriksaan ?2. Seberapa besar pembentuk profesionalisme SPI

mempengaruhi keefektifan pengendalianpelaksanaan anggaran operasi perusahaan ?

3. Seberapa besar laporan hasil pemeriksaanmempengaruhi keefektifan pengendalianpelaksanaan anggaran operasi perusahaan ?

4. Apakah terdapat korelasi secara parsial antarafaktor pembentuk profesionalisme SPI danpelaporan hasil pemeriksaan dengan keefek-tifan pengendalian pelaksanaan anggaranoperasi perusahaan ?

Tujuan Penelitian

Sesuai masalah yang telah dikemukakan, pene-litian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:1. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh

pembentuk profesionalisme SPI terhadap lapo-ran hasil pemeriksaan pada Perum Pegadaiandi Indonesia.

2. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruhpembentuk profesionalisme SPI terhadap ke-efektifan pengendalian pelaksanaan anggaranoperasi pada Perum Pegadaian di Indonesia.

3. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruhlaporan hasil pemeriksaan terhadap keefektifanpengendalian pelaksanaan anggaran operasipada Perum Pegadaian di Indonesia.

4. Untuk mendapatkan bukti empiris secaraparsial korelasi antara faktor pembentukprofesionalisme SPI dan pelaporan hasilpemeriksaan dengan keefektifan pengendalianpelaksanaan anggaran Perum Pegadaian di In-donesia.

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitianini adalah:1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh

Perum Pegadaian untuk meningkatkanprofesionalisme auditor internal, sehinggakualitas SPI semakin baik terutama untukmengendalikan pelaksanaan anggaran. Apabilapelaksanaan anggaran semakin efektif, maka

akan mendorong kinerja perusahaan yangsemakin baik pula.

2. Memberikan pemikiran bagi peneliti yang inginmengembangkan ilmu akuntansi khususnyaaudit internal dan anggaran perusahaan, melaluipengujian empirik tentang pengaruhprofesionalisme SPI terhadap keefektifanpelaksanaan anggaran.

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

Christiawan (1994:44-47) mengartikanprofesionalisme sebagai sikap dan perilaku seseorangdalam melakukan profesi tertentu. Ia menyebutkanbahwa seorang yang profesional, disamping mempu-nyai keahlian dan kecakapan teknis, harus mempunyaikesungguhan dan ketelitian bekerja, mengejarkepuasan orang lain, keberanian menang-gung resikoketekunan dan ketabahan hati, integritas tinggi,konsistensi dan kesatuan pikiran, kata dan perbuatan.Robbin dalam alih bahasa Pujaatmaka (1996:168)mendefinisikan “kemampuan atau profesionalisme,sebagai keahlian yang dimiliki pada kapasitas seorangindividu untuk mengerjakan tugas dalam suatupekerjaan”. Dengan demikian profe-sionalisme me-rupakan keahlian yang dimiliki pada kapasitas seorangindividu untuk mengerjakan berbagai tugas dalamsuatu pekerjaan sesuai sikap dan perilaku yang sesuaidengan profesinya.

Menurut Ratliff et. al. (1988:59) terdapat limapersyaratan atau kriteria yang harus dipenuhi olehauditor internal atau SPI:1) Compliance with standard of conduct, 2) Knowl-edge, skills and disciplines, 3) Human relation andcommunication, 4) Continuance education, dan 5)Due professional care. Kelima persyaratan tersebutmerupakan dimensi untuk mengukur profesionalismeSPI. Semakin baik kelima syarat tersebut, makakemampuan atau profesionalisme SPI akan semakinbaik pula. Masing-masing syarat tersebut dijelaskandi bawah ini.

Compliance with standard of conduct(kesesuaian sikap dengan standar profesi). Kode etikmerupakan standar profesi dan menetapkan dasar bagiSPI untuk melaksanakan pemeriksaan pada suatuorganisasi. Kode etik menghendaki standar yang tinggi

Page 33: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

30

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

bagi loyalitas, sikap obyektif, kejujuran, yang harusdipenuhi oleh anggota SPI.

Knowledge, skills and disciplines. Pengetahuan,kecakapan dan disiplin ilmu yang sesuai merupakandasar yang harus dimiliki oleh SPI dalam pelaksanaanpemeriksaan.

Human relation and communication.Kemampuan untuk menghadapi orang lain dan ber-komunikasi secara efektif. Pelaporan hasil pemerik-saan SPI dengan temuan-temuannya, harus disampai-kan kepada atasan mereka beserta rekomendasi untukperbaikan. Dalam laporan mungkin banyak terdapatobjek tidak efektif, tidak efisien, dan hal ini tidaklahmudah untuk dimengerti dan bahkan mungkin sebagaisuatu yang potensial akan terjadinya konflik antarpribadi.

Continuance education (pendidikan ber-kelanjutan). Anggota SPI berkewajiban menerus-kanpendidikannya dengan tujuan meningkatkankeahliannya. Mereka harus berusaha memperolehinformasi tentang kemajuan dan perkembangan barudalam standar, prosedur, dan teknik-teknik audit. HiroTugiman dalam bukunya Standar Profesional AuditInternal (1997:31), menyebutkan pendidikanberkelanjutan dapat diperoleh:

Melalui keanggotaan dan partisipasi dalamperkumpulan profesi, keahlian dalam berbagaikonferensi, seminar, kursus-kursus yang diadakan olehsuatu Universitas, program latihan yang dilaksanakanoleh organisasi (in-house training program) danpartisipasi dalam proyek penelitian.

Selain itu pada pasal 8 Kode Etik PAIIdisebutkan, para anggota harus secara terus-menerusberusaha meningkatkan keahlian dan keefektifandalam melakukan pekerjaanya.

Due professional care (ketelitian melaksanakantugas secara profesional). Anggota SPI hendaklahmelaksanakan tugas secara profesional yangsepantasnya dalam melaksanakan pemeriksaan. HiroTugiman (1979:32), menyebutkan: “SPI harusmewaspadai berbagai kemungkinan terjadinyapelanggaran ataupun kecurangan yang dilakukandengan sengaja, kesalahan, kelalaian, ketidak efisienandan konflik kepentingan”. SPI dituntut menghindarkandiri dari pengendalian yang lemah danmerekomendasikan perbaikan untuk menciptakankesesuaian dengan berbagai prosedur dan praktek yang

sehat.Apabila kelima syarat tersebut terpenuhi maka

kemampuan atau profesionalisme SPI akan semakintinggi. Hal ini akan memberikan kontribusi yang besarguna membantu manajemen dalam pengendalian in-tern (internal control). Dalam hal ini profesionalismemerupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan SPIuntuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan.

Bilamana kriteria atau faktor yang membentukprofesionalisme SPI tersebut terpenuhi, maka seorangSPI akan memiliki perilaku dan pandangan profesi-onalisme, sehingga dalam melaksanakan fungsipemeriksaan dilakukan secara frofesional, yang padaakhirnya akan menghasilkan hasil pemeriksaan ataulaporan hasil pemeriksaan yang baik

Tinggi rendahnya profesionalisme SPIditentukan lima faktor pembentuk profesionalismetersebut, semakin tinggi profesionalisme SPI, makaakan semakin baik hasil pemeriksaan atau laporan hasilpemeriksaan. Hal ini ada hubungan antara profesio-nalisme dengan laporan hasil pemeriksaan. Hubungantersebut perlu dijelaskan, bahwa semakin tinggikesungguhan anggota SPI untuk menyesuaikan sikapdengan standar profesi, maka akan menghasilkanpemeriksaan yang lebih baik. Demikian pula penge-tahuan, kecakapan dan disiplin yang semakinditingkatkan secara berkesinambungan maka kemam-puan untuk melakukan pemeriksaan akan semakin baikdan akan menghasilkan pemeriksaan yang lebih baikdari sebelumnya. Kemampuan mengkomunikasikanhasil pemeriksaan sangat penting kepada atasan mere-ka, sehingga sasaran hasil pemeriksaan yang dilapor-kan dalam laporan hasil pemeriksaan mendapat tang-gapan yang sesuai dari manajemen dan terhindar darikonflik antara pihak yang diperiksa dengan anggotaSPI. Pendidikan berkelanjutan sangat penting untukmeningkatkan keahlian dan keefektifan pemeriksaanyang ideal, sehingga dapat meningkatkan mutu hasilpemeriksaan yang disajikan dalam laporan hasilpemeriksaan. Ketelitian anggota SPI melaksanakantugas secara profesional sangat membantu kinerjaanggota SPI melaksanakan tugas pemeriksaan secaraefisien dan efektif, sehingga data hasil pemeriksaanyang dilaporkan dalam laporan hasil pemeriksaan lebihdipercaya.

Baik tidaknya laporan hasil pemeriksaan akanditentukan oleh kemampuan profesionalisme anggota

Page 34: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

31

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

SPI, semakin tinggi atau semakin baik kemampuanprofesionalisme SPI, maka kemampuan untukmelaksanakan fungsi pemeriksaan akan semakin baikpula dan akan berpengaruh terhadap hasil pemeriksaansemakin baik. Hasil pemeriksaan yang semakin baikakan dicerminkan dalam laporan hasil pemeriksaanyang semakin baik pula. Berdasarkan uraian di atasdapat disimpulkan, bahwa masing-masing faktorpembentuk profesionalisme SPI tersebut ada hubungandengan laporan hasil pemeriksaan.

Courtemanche, Gil. (1986:191) memberikan 4kriteria mendasar, yang menyangkut laporan hasilpemeriksaan yang baik, yaitu objektivitas, kewibawa-an, keseimbangan, dan penulisan yang profesional.

Objektivitas, isi laporan pemeriksaan tidakboleh dikaitkan dengan pihak yang diperiksa selakupribadi, akan tetapi anggota SPI harus mengetahuitugasnya sebagai pemeriksa untuk melakukanpenilaian dan bersedia tetap patuh pada prinsipnya,serta dapat mengatasi keadaan yang dapat menyeretnyakeluar dari objektivitasnya. Anggota SPI tidak bolehmenonjolkan diri sebagai pengawas internal,menggerakkan ataupun menyinggung perasaan pihakyang diperiksa. Kewibawaan (authoritativeness)berawal dari pernyataan yang jelas tentang tujuan danlingkup pemeriksaan, fakta dan hasil observasi yangkuat, kriteria pengevaluasian yang pantas, relevansidan waktu pemeriksaan serta rekomendasi yang layak.Keseimbangan merupakan keadilan memberikangambaran tentang organisasi atau aktivitas yangditinjau secara wajar dan realistik, serta adanyakeadilan dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan.Keseimbangan memperlakukan pihak yang diperiksa(auditee) sebagaimana SPI yang ingin diperlakukanseandainya mereka bertukar peran. Cara penulisanyang profesional, laporan yang didistribusikan kepadasejumlah pembaca yang heterogen harus dibuatsedemikian rupa, sehingga jelas dan dipahami olehpembuat keputusan yang paling berpengaruh dalammenanggapi temuan audit. Walaupun pembuatkeputusan tersebut mungkin bukan merupakan orangyang secara langsung menerima laporan hasilpemeriksaan, ia harus dianggap sebagai pembacalaporan yang sesungguhnya. Semakin baik laporanhasil pemeriksaan yang dilakukan oleh SPI, maka akanmembantu organisasi untuk mengambil langkah-langkah perbaikan maupun koreksi apabila ada

indikasi penyimpangan pelaksanaan anggaran operasi.Hal ini akan memberikan keefektifan terhadappengendalian pelaksanaan anggaran operasi.

Beberapa penelitian empiris menunjukkanbahwa profesionalisme akan berpengaruh positifterhadap kinerja. Hal ini dibuktikan oleh penelitianyang dilakukan Kalbers dan Forgaty (1995), yangdikutip oleh Tugiman (1997:53). Jumlah sampel yangdiambil cukup besar yaitu 498 responden dari 13organisasi yang terdiri atas 5 perusahaan manufaktur,3 bank, 2 perusahaan jasa publik, 1 perusahaan minyak,1 perusahaan asuransi dan 1 organisasi pemerintah.Untuk memperoleh data dikumpulkan melalui kuesio-ner yang disebar ke 13 organisasi tersebut. Kalbersdan Forgaty menggunakan lima variabel profesionalis-me, yaitu: (1) Afiliasi masyarakat profesional, (2)Kewajiban sosial, (3) Keyakinan pada regulasi audi-tor internal sendiri (4) Dedikasi pada profesi, dan (5)Permintaan terhadap otonomi. Kalbers dan Forgatymenghubungkan setiap dimensi profesionalismedengan konsekuensi kerja. Konsekuensi kerja terdiriatas kepuasan kerja, dorongan untuk beralih kerja,kinerja tugas, dan komitmen organisasional baikkomitmen efektif maupun komitmen berkesinambu-ngan. Hasil penelitiannya menunjukkan: (1) pengala-man auditor internal berpengaruh positif terhadapafiliasi kominitas profesional, dan komitmen organisasiberkelanjutan, (2) pengalaman auditor internalberkorelasi negatif dengan dorongan berpindahpekerjaan. Hal ini berarti semakin berpengalaman,maka semakin rendah dorongan berpindah pekerjaan,(3). afiliasi komunikasi profesional berpengaruh positifterhadap kinerja auditor internal berdasarkan penilaiansendiri dan kepuasan kerja serta berkorelasi negatifdengan dorongan beralih posisi didalam perusahaan,(4) permintaan terhadap keotonomian berpengaruhpositif terhadap kinerja auditor internal berdasarkanpenilaian sendiri. (5) keyakinan terhadap pengaturansendiri profesi berpengaruh positif terhadap kinerjaauditor internal berdasarkan penilaian atasan auditor.(6) dedikasi terhadap profesi berpengaruh positifterhadap komitmen organisasi. Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan kembali, bahwa profesionalis-me auditor internal atau SPI bepengaruh terhadapkinerja auditor internal. Variabel profesionalisme yangdilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitianKalbers dan Forgaty di atas.

Page 35: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

32

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

Semakin baik kemampuan profesionalismeSPI, maka secara langsung akan semakin baik laporanhasil pemeriksaan dan secara tidak langsung akanmeningkatkan keefektifan pelaksanaan anggaranoperasi, dengan demikian hipotesis penelitian iniadalah:1. Pembentuk Profesionalisme SPI berpengaruh

positif terhadap hasil pemeriksaan atau laporanhasil pemeriksaan pada Perum Pegadaian.

2. Pembentuk profesionalisme auditor internalberpengaruh positif terhadap keefektifanpelaksanaan anggaran operasi pada PerumPegadaian.

3. Laporan hasil pemeriksaan berpengaruh positifterhadap keefektifan pengendalian pelaksanaananggaran operasi pada Perum Pegadaian.

4. Terdapat korelasi secara parsial antara faktorpembentuk profesionalisme SPI dan pelaporanhasil pemeriksaan dengan keefektifanpengendalian pelaksanaan anggaran.

METODE RISET

Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada Perum Pegadaian In-donesia. Untuk memperoleh data, penelitian inimenggunakan metode survei. Populasi dalampenelitian ini terdiri 14 Kantor Daerah terdiri dari645 cabang Perum Pegadaian di Indonesia. Staf SPIyang bertugas untuk seluruh kantor daerah tahun 1999terdapat 14 orang terdiri pemeriksa madya dan utama.Data dalam penelitian ini adalah data primer dan datasekunder. Data primer diperoleh dari responden terdiridari 1 Kepala SPI, 14 Staf SPI yang sedang bertugastahun 1999 pada Kantor Daerah Pegadaian di Indone-sia. Data sekunder diperoleh dari Kantor Pusat PerumPegadaian Jakarta yang terkait laporan keuangan setiapkantor daerah.

Survei dilakukan dengan kuesioner yangdisusun dalam bentuk summated rating model Likertdengan skala 1 sampai 5. Jumlah pertanyaan yangberkaitan langsung dengan profesionalisme SPI (X1)sebanyak 74 butir, sehingga skor yang dapat diperolehminimal 2072 (skor terendah), dan maksimal 10360(skor tertinggi). Laporan hasil pemeriksaan (X2)

sebanyak 4 butir, sehingga skor yang dapat diperolehminimal 112, dan maksimal 560. Keefektifanpelaksanaan anggaran (Y), digunakan klasifikasi limakategori dengan interval masing-masing dihitung darirasio pendapatan operasi tertinggi dikurangi rasioterendah, dibagi 5 kategori. Klasifikasi rasiopendapatan operasi terendah dimulai dengan sangattidak efektif, tidak efektif, cukup efektif, efektif dansangat efektif, dan klasifikasi rasio biaya operasiterendah dimulai dengan sangat efektif, efektif, cukupefektif, tidak efektif, dan sangat tidak efektif. Jumlahpertanyaan yang berkaitan dengan keefektifanpengendalian pelaksanaan anggaran operasi terdiri dari2 butir, yaitu yang berkaitan dengan anggaran danrealisasi pendapatan operasi, serta anggaran danrealisasi biaya operasi, sehingga sekor yang diperolehminimal 28 dan maksimal 140 dari seluruh responden.

Pengukuran Variabel

Secara operasional indikator dari masing-masing sub variabel X1, X2 dan Y dijabarkan sebagaiberikut:

- Profesionalisme SPI (X1):a. Kesesuaian sikap dengan standar profesi:

diukur dari loyalitas, sikap objektif, kejujuran,kesesuaian dengan peraturan dan ketekunan.

b. Pengetahuan serta kecakapan dan disiplinilumu: diukur dari pendidikan formal dankeahlian dalam teknik akuntansi/prinsip-prinsipakuntansi dan pemeriksaan, kecakapan, danpemahaman dasar-dasar ilmu pengetahuan.

c. Hubungan dan komunikasi antar pribadi:diukur dari hubungan pada tingkat mana-jemen, tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan,waktu penyampaian informasi, dukunganpimpinan, dan kecermatan dan kebenaraninformasi.

d. Pendidikan berkelanjutan: diukur dari mem-peroleh informasi baru, keikut sertaan dalamorganisasi profesi, aktif mengikuti berbagaipelatihan atau seminar, partisipasi dalampenelitian ataupun penulisan artikel atau ilmiah.

e. Ketelitian melaksanakan tugas secaraprofesional: diukur dari ketelitian yang tidakmemihak, dapat meningkatkan keefektifan dan

Page 36: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

33

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

efisiensi, terhindar dari konflik, dapatmelaksanakan tugas yang berkualitas dan padawaktu yang tepat.

- Laporan hasil pemeriksaan (X2), diukur dariobjektivitas, berwibawa, keseimbangan,penulisan yang profesional.

- Keefektifan Pengendalian Pelaksanaan AnggaranOperasi (Y)

Keefektifan adalah suatu ukuran seberapa baikatau seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, danwaktu) telah tercapai. Keefektifan pelaksanaananggaran adalah suatu ukuran seberapa baik atauseberapa jauh sasaran pelaksanaan anggaran telahtercapai. Ravianto,(1988:1.30) menyebutkan nilaikeefektifan dicerminkan oleh perbandingan nilaikeluaran aktual (Output) dengan keluaran yangditargetkan (Input). Indikator yang digunakanmengukur keefektifan pengendalian pelaksanaananggaran adalah:

a. Perbandingan antara pendapatan operasi aktualdengan pendapatan yang dianggarkan(dinyatakan dalam rasio)

b. Perbandingan antara rasio biaya operasi aktualdengan rasio biaya operasi yang dianggarkan.Rasio Biaya operasi aktual dihitung dariperbandingan biaya operasional aktual denganpendapatan operasi aktual. Rasio Biayaoperasi dianggarkan dihitung dari biayaoperasi dianggarkan dengan pendapatan operasidianggarkan.

Metode Analisis

Pengumpulan data dalam penelitian inidilakukan dengan menggunakan kuesioner, sehinggakesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting. Untukmengatasi hal tersebut diperlukan dua macampengujian yaitu test of validity (uji validitas) dan testof reliability (uji keandalan), guna menguji kesung-guhan jawaban responden. Setelah data yang diperolehdapat dianggap cukup memadai dari segi validitas danreliabilitasnya, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data.Data dianalisis dengan teknik statistik namun

di dalamnya terdapat analisis deskrifrif kualitatif.Teknik statistik yang digunakan untuk mengujihipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalahAnalisis Jalur (Path Analisis) dan uji asosiasi nonparametrik Kendall’s. Path Analisis akan digunakanuntuk menghitung pengaruh secara serempak antaraX1 terhadap X2 dan Pengaruh antara X2 terhadap Yserta pengaruh X1 terhadap Y. Non parametrikKendall’s akan digunakan untuk menghitung korelasiantara faktor-faktor pembentuk profesionalismedengan pelaporan hasil pemeriksaan dan keefektifanpengendalian pelaksanaan anggaran.

Analisis jalur memerlukan skala pengukuraninterval, maka pengukuran data ordinal perluditingkatkan menjadi interval, melalui method of Suc-cessive Interval. Berdasarkan hipotesis yang diajukanmaka paradigma kerangka konseptual penelitianadalah:

Struktur 1

X1 X2PX2X1

Gambar 2: Substruktur 1

Variabel bebas = X1; Variabel tak bebas =X2.

Keterangan:rX2X1: Parameter struktural yang menggambarkan

besarnya pengaruh antara X1 terhadap X2

Struktur 2X2

ρρρρρ X2X1

X1 ρρρρρY2Y1

ρρρρρYX1 ρρρρρYe εY

Gambar 3: Struktur 2(Paradigma hubungan struktural

antar variabel X1, X2 dan Y)

Page 37: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

34

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

Variabel bebas = X1 dan X2, tidak bebas = YKeterangan:X1 : Kemampuan profesionalisme auditor internalX2 : Laporan hasil pemeriksaanY : Keefektifan pelaksanaan anggaran operasiρρρρρYX2 : Parameter struktural yang menggambarkan

besarnya pengaruh antara X2 terhadap YρρρρρYX1 : Parameter struktural yang menggambarkan

besarnya pengaruh antara X1 terhadap Yεεεεε : Variabel lain yang berpengaruh terhadap

keefektifan pelaksanaan anggaran.

Hipotesis konseptual pertama diubah dalamhipotesis operasional yang bentuknya:

H0 : ρρρρρX2X1 ≤ 0H1 : ρρρρρX2X1 > 0

Hipotesis di atas diuji melalui Modifikasi Al Rasyid(Sitepu,1994) yaitu:

Keterangan:ρρρρρX1X2 merupakan koefisien korelasi antara X1 dengan X2s PX2X1 merupakan koefisien jalur variabel X1 terhadapX2 yang dihitung berdasarkan rumus: PX2X1 = ρρρρρX1X2Dengan alasan substruktur ini hanya sebuah variabelbebas dan hanya sebuah variabel terikat. Dipandangdari sudut regresi substruktur ini tidak lain dari strukturlinier sederhana.Hipotesis konseptual yang kedua dan ketiga diubahdalam hipotesis operasional yang bentuknya:

Ho : PYXi ≤ 0 untuk i = 1 dan 2H1 : PYXi > 0

Hipotesis di atas diuji melalui modifikasi Al Rasyid(Stepu,1994) yaitu:

Keterangan:ρρρρρYXi merupakan koefisien korelasi antara Xi dengan YPYXi merupakan koefisien jalur dari variabel Xi terhadapvariabel Y yang dihitung berdasarkan rumus:

PYXi = rYXiDengan alasan bahwa substruktur ini hanya ada sebuahvariabel bebas dan terikat. Dipandang dari sudut regresisubstruktur ini tidak lain dari struktur linier sederhana.Sedangkan untuk mencari koefisien jalur variabellainnya dapat ditentukan melalui:

PYe = 1- R2YXiSedangkan R2YX1X2 = SPYXi . ρρρρρYXi; i=1, 2, ……., kPengaruh R2YX1X2 = SPYX1. ρρρρρYX1 + PYX2 . ρρρρρYX2.

ANALISIS DATA

Pengembalian Kuesioner dan DemografiResponden

Kuesioner diserahkan kepada responden tahappertama pada bulan september 1999 dan kedua bulanOktober 1999, seluruhnya telah dilengkapi dan diteri-ma kembali oleh peneliti. Apabila kuesioner tahappertama ada sebagian jawaban tidak dilengkapi, makatahap kedua akan diserahkan kembali untuk dilengkapisehingga kuesioner dapat diterima sepenuhnya. Totalkuesioner yang telah dikirimkan kepada respondenadalah 42 buah, dengan rincian 14 kuesioner ditujukankepada Kepada SPI yang berkaitan dengan penilaianterhadap masing-masing Staf SPI yang bertugas diKantor Daerah (Kanda) Perum Pegadaian di Indone-sia, 14 kuesioner kepada Staf SPI yang bertugas diKanda Perum pegadaian pada tahun 1998, dan 14kuesioner untuk Kepala Kanda yang berkaitan dengankeefektifan pelaksanaan anggaran operasi. Berhubungalaporan keuangan tahun 1999 sudah tersedia di Kantor

N N N NΣXi1Xi2 - (ΣXi1) (ΣXi2) i=1 i=1 i=1 ρX2X1 = N N N N [NΣXi1

2 – (ΣXi1)

2] [NΣXi22 – (ΣXi2)

2] i=1 i=1 i=1 i=1

N N N NΣXiY - (ΣXi) (ΣY) i=1 i=1 i=1 ρYXi = N N N N [NΣXi

2 – (ΣXi)

2] [NΣY2 – (ΣY)2] i=1 i=1 i=1 i=1

Page 38: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

35

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

Pusat, maka data tersebut langsung diperoleh darikantor pusat. Dengan demikian unit responden setiapKantor Daerah adalah 3 orang dan respondenkeseluruhan adalah 29 orang.

Pengujian Kualitas Data

Uji Kesahihan (Validity Test)Uji validitas dilakukan untuk mengetahui

apakah alat ukur yang disusun benar-benar mengukurapa yang perlu diukur. Dalam uji validitas ini,dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masingskor jawaban butir pertanyaan/ pernyataan darikeseluruhan responden dengan total skor jawaban butirpertanyaan/pernyataan dengan menggunakan teknikkorelasi Rank Spearman. Apabila r hitung > 0 berartipertanyaan/pernyataan tersebut valid dan layak masukdalam pengolahan data. Apabila r hitung < 0 berartipertanyaan/pernyataan tersebut tidak valid dan tidaklayak masuk dalam pengolahan data. Dari 80 butirpertanyaan yang disusun dalam suatu instrumen,pertanyaan butir 61 terdapat nilai korelasinya rs < 0,yaitu – 0,14381, dengan demikian dapat dikatakanbahwa pertanyaan/pernyataan nomor 61 adalah gugurdan tidak layak masuk dalam pengolahan dataselanjutnya. Pertanyaan lainnya berkorelasi positifterhadap skor total dengan signifikasi pada level 0,01

Uji kehandalan (Reliability test)Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapatdiandalkan. Mengingat jumlah pertanyaan/pernyataandalam instrumen ini cukup banyak lebih dari 50pertanyaan/pernyataan maka digunakan teknik belahdua. Pada teknik belah dua ini dari seluruh rangkaianpertanyaan/pernyataan yang valid, dibelah menjadi duabelahan, yaitu butir pertanyaan/pernyataan ganjilmasuk pada belahan pertama dan butir pertanyaan/pernyataan genap masuk pada belahan kedua. Skorbelahan pertama dikorelasikan dengan skor belahankedua dengan menggunakan korelasi RankSpearman(rs). Menghitung angka reliabilitas untukkeseluruhan pertanyaan/ pernyataan tanpa dibelahialah dengan mengkoreksi angka korelasi yangdiperoleh dengan memasukkan ke dalam rumus: r.tot= 2(r.tt) dibagi dengan 1 + r.tt., dimana:

r.tot = Angka reliabilitas keseluruhanr.tt = Angka korelasi belah pertama dan kedua

Setelah diketahui angka reliabilitas keseluruhanpertanyaan/pernyataan (r.tot), selanjutnya r.totdibandingkan dengan angka korelasi belah pertamadan kedua (r.tt). Jika angka korelasi reliabilitaskeseluruhan pertanyaan/pernyataan (r.tot) lebih besardaripada angka korelasi belah pertama dan kedua (r.tt),maka seluruh rangkaian pertanyaan/pernyataan padainstrumen dinyatakan andal (reliabel).

Hasil uji reliabilitas dari kelima variabelkemampuan profesional dan keefektifan pelaksanaananggaran operasi diuraikan pada tabel 2 berikut:

Tabel 2:Uji Reliabilitas metode belah dua- Spearman brown

Variabel(butir) r.tt r.tot Keputusan

X1 (01-20) 0,71837 0,83610 AndalX1 (21-38) 0,76854 0,86912 AndalX1 (39-51) 0,53318 0,69552 AndalX1 (52-64) 0,77717 0,87461 AndalX1 (65-74) 0,77717 0,66909 AndalX2 (75-78) 0,720 0.837 AndalY (79-80) 0,38378 0,55469 Andal

Dengan demikian tabel 2 menunjukkan, bahwa semuavariabel X1, variabel X2 dan variabel Y adalah andal,karena r.tot (angka reliabilitas keseluruhan) lebih besardari r.tt (angka korelasi belah pertama dan kedua).

Pembahasan

Analisis Terhadap Total Skor PertanyaanDi dalam penelitian ini ada 3 buah variabel,

yaitu:a. Profesionalisme SPI (X1)b. Laporan hasil pemeriksaan (X2)c. Keefektifan pengendalian pelaksanaan

anggaran (Y3)

Setiap variabel memiliki indikator yang men-dukungnya. Dilihat dari skor keseluruhan responden

Page 39: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

36

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

atas pembentuk profesionalisme SPI yang diperolehmenunjukkan 8399 atau 82,18% dari skor maksimalsebesar 10.220. Jika dibandingkan dengan rata-rataskor untuk setiap unit responden SPI Perum Pegadaianadalah 299,57 ini menunjukkan bahwa tingkatkemampuan atas profesionalisme SPI adalah cukuptinggi (dari skor terendah 240 dan skor maksimal 334)

Skor Pelaporan hasil pemeriksaan menunjuk-kan 453 atau 80,89% dari skor maksimal sebesar 560.Jika dibandingkan dengan rata-rata skor untuk setiapresponden Kanda Perum Pegadaian adalah 16,18. Inimenunjukkan, bahwa kualitas pelaporan hasilpemeriksaan yang dilakukan oleh SPI PerumPegadaian adalah cukup tinggi (dari skor terendah 12dan skor tertinggi 20).

Skor Keefektifan pengendalian pelaksanaananggaran operasi diperoleh 113 atau 80,71% dari skormaksimal 140. Jika dibandingkan dengan skor rata-rata keefektifan pengendalian pelaksanaan anggaranoperasi setiap Kanda Perum Pegadaian adalah 8,07berarti tingkat keefektifan pelaksanaan anggaranoperasi adalah tinggi atau berada pada tahap yangsangat efektif (dari skor terendah 4 dan tertinggi 10).

Dengan demikian berdasarkan skor rata-rata,maka tingkat kemampuan profesionalisme SPI terdapat17 responden staf SPI mencapai sama dan di atas rata-rata dan 11 responden staf SPI di bawah rata-rata.Tingkat keefektifan pelaksanaan anggaran operasiyang dicapai masing-masing Kanda Perum Pegadaianmenunjukkan 5 Kanda mencapai skor di atas rata-rata,dan 9 Kanda mencapai skor di bawah rata-rata.

Analisis Hipotesis PenelitianBerhubung koefisien jalur dalam substruktur-

substruktur untuk pengujian hipotesis diperolehmelalui sensus (complete enumeration), maka tidakdilakukan test of signifikan. Untuk memperolehgambaran tujuan penelitian ini, di bawah ini akandilakukan pengujian hipotesis yang diajukan.

Pengaruh profesionalisme SPI terhadap laporanhasil pemeriksaan pada Perum Pegadaian.

Uji hipotesis pertama, tentang pengaruhvariabel profesionalisme SPI (X1) terhadap variabelpelaporan hasil pemeriksaan (X2) dinyatakan dalamgambar 3 koefisien jalur substruktur 1 sebagai berikut:

0,482X1 X2

Gambar 3: Koefisien Jalur Substruktur 1

Koefisien jalur antara pelaporan hasil peme-riksaan (X2) atas profesionalisme SPI (X1) berdasarkanhasil perhitungan adalah 0,482 (ρ X2X1)= 0,482. Hasilperhitungan tersebut menunjukkan, bahwa terdapatpengaruh positif antara profesionalisme SPI terhadaplaporan hasil pemeriksaan, pengaruh tersebutmerupakan pengaruh tidak langsung terhadapkeefektifan pelaksanaan anggaran.

Pengaruh Profesionalisme SPI dan Pelaporan hasilpemeriksaan terhadap keefektifan pengendalianpelaksanaan anggaran operasipada Perum Pegadaian.

Uji hipotesis kedua, tentang pengaruhprofesionalisme SPI (X1) terhadap keefektifanpengendalian pelaksanaan anggaran (Y), tampak padagambar 4 koefisien jalur substruktur 2 sebagai berikut:

X2

0,482

X1 0,0470,817 Y 0,542 ε

Gambar 4: Koefisien Jalur Substruktur 2

Pengaruh profesionalisme SPI terhadapkeefektifan pengendalian pelaksanaan anggaranoperasi, dinyatakan oleh nilai koefisien jalur antarakeefektifan pengendalian pelaksanaan anggaranoperasi atas profesionalisme SPI (ρYX1) sebesar 0,817.Uji hipotesis ketiga, tentang pengaruh pelaporan hasilpemeriksaan (X2) terhadap keefektifan pengendalianpelaksanaan anggaran operasi (Y), tampak padagambar 4 Koefisien jalur substruktur 2. Hasilperhitungan menunjukkan bahwa pengaruh pelaporanhasil pemeriksaan terhadap keefektifan pengendalianpelaksanaan anggaran opersi dinyatakan oleh nilai

Page 40: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

37

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

koefisien jalur (ρYX2) sebesar 0,047. Hasil perhitungankoefisien determinasi multiplenya adalah R2YX1X2 =0,706. Pengaruh variabel-variabel lain yang tidakdiukur dalam penelitian ini adalah 0,542, yang didapatdari ρYε = Ö 1- 0,706.

Dari gambar struktur hubungan kausal antaravariabel-variabel dengan nilai struktur di atas, makadapat ditentukan pengaruh dari suatu variabel kevariabel lainnya, baik langsung atau tak langsung.

Untuk variabel Profesionalisme SPI (X1) adalah:

1). Pengaruh langsung

Y X1 Y = rYX1. rYX1= 0,817 x 0,817= 0,66749

2). Pengaruh tidak langsung

Y X1 X2 Y = PYX1. PX2X1. PYX2= 0,817 x 0,482 x 0,047= 0,03149

3). Jumlah pengaruh secara langsung dan tidaklangsung dari X1 terhadap Y sebesar 0,69898

Untuk variabel Pelaporan hasil pemeriksaan (X2)adalah:

1). Pengaruh langsung

Y X2 Y = rYX2. rYX2= 0,047 x 0,047= 0,002209

2). Pengaruh tidak langsung sama dengan variabel X1,yaitu sebesar 0,03149

3). Jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung dariX2 terhadap Y adalah 0,03370.

Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesisdapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3Parameter Struktural

Antar Variabel Koefisien Koefisien TingkatKorelasi Jalur Pengaruh

X1 terhadap X2 0,482 0,482 23,23%

X1 terhadap Y - 0,817 66,75%

X1 melalui X2 terhadap Y - - 3,15%

Total X1 terhadap Y - - 69,90%

X2 terhadap Y - 0,047 0,22%

X2 melalui X1 terhadap Y - - 3,15%

Total X2 terhadap Y - - 3,37%

X1, X2 bersama-sama terhadap Y - 0,706 70,60%

e (faktor lain) terhadap Y - 0,542 29,40%

Analisis korelasi secara parsial antara profesio-nalisme SPI dan laporan hasil pemeriksaan dengankeefektifan pengendalian pelaksanaan anggaran.

Uji Hipotesis keempat, tentang korelasi secaraparsial antara pembentuk profesionalisme auditor in-ternal dan pelaporan hasil pemeriksaan dengankeefektifan pengendalian pelaksanaan anggaran dapatdilihat dari hasil pengujian hipotesis yang ditunjukkandalam tabel 3.

Tabel 3:Nilai rs , Taksiran Koefisien Korelasi oleh Guillford

dan taksiran hubungan

Korelasi X Dengan Nilai tau Taksiran hubungan(Y) dengan Y

X1-1 0,7946 Cukup tinggiX1-2 0,8104 TinggiX1-3 0,7908 Cukup tinggiX1-4 0,4500 SedangX1-5 0,7283 Cukup tinggiX2 0,3999 Rendah

Sumber: Data Primer,1999

Pada tabel 3 ditunjukkan bahwa nilai korelasi(tau) dari masing-masing variabel X1-1 – X1-5 dan X2dengan Y lebih besar dari 0. Hal ini menunjukkanbahwa secara parsial terdapat korelasi positif antarakesesuaian sikap SPI dengan Kode Etik, pengetahuan

Page 41: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

38

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

serta kecakapan dan disiplin ilmu, hubungan antarapribadi dan keahlian berkomunikasi, ketelitianmelaksanakan tugas dan pelaporan hasil pemeriksaandengan keefektifan pengendalian pelaksanaananggaran Perum Pegadaian.

KESIMPULAN

Sesuai analisis yang dilakukan guna menjawabhipotesis penelitian ini, maka disimpulkan sebagaiberikut:a. Profesionalisme SPI berpengaruh positif secara

serempak terhadap pelaporan hasil pemeriksaansebesar 23,23%

b. Profesionalisme SPI berpengaruh positif secaraserempak terhadap keefektifan pengendalianpelaksanaan anggaran cukup besar yaitu66,75%. Baik dilihat dari pengaruh langsung,pengaruh tidak langsung menunjukkan sebesar69,90%. Jika dibandingkan pengaruh variabellain yang tidak diukur dalam penelitian inirelatif lebih kecil, yaitu 29,40%.

c. Pelaporan hasil pemeriksaan berpengaruhrelatif lebih kecil terhadap keefektifanpengendalian pelaksanaan anggaran sebesar0,22%, baik dilihat dari pengaruh tidaklangsung hanya sebesar 3,15%, maupun daritotal pengaruhnya hanya 3,37%.

d. Secara parsial menggunakan uji asosiasi nonparametrik Kendall’s Tau menunjukkan, bahwakesesuaian sikap SPI dengan Kode Etik,pengetahuan serta kecakapan dan disiplin ilmu,hubungan antar pribadi dan keahlian berkomu-nikasi, dan ketelitian melaksanakan tugas danpelaporan hasil pemeriksaan berkorelasi positifdengan keefektifan pengendalian pelaksanaananggaran. Pendidikan berkelanjutan danpelaporan hasil pemeriksaan terdapat korelasiyang sangat rendah dengan keefektifanpengendalian pelaksanaan anggaran.

e. Hasil penelitian ini dilakukan berdasarkanasumsi bahwa profesionalisme SPI perlu diting-katkan secara bertahap melalui pendidikan danpelatihan yang berkelanjutan sesuai kebutuhan,sehingga dapat menigkatkan pembentukprofesionalisme SPI sesuai standar profesi.

Asumsi hasil penelitian ini berhasildikonfirmasi karena pengaruh profesionalismeterhadap pelaporan hasil pemeriksaan agakrendah.. Pelaporan hasil pemeriksaan internakan berguna bagi manajemen apabila disusundengan baik oleh SPI yang memiliki profesi-onalime yang tinggi. Dilain pihak faktor lainperlu diperhatikan seperti penempatan pegawaiyang sesuai dengan keahlian.

KETERBATASAN DAN IMPLIKASIPENELITIAN

Hasil penelitian ini perlu mempertimbangkanaspek lain yang mungkin mempengaruhi penilaianprofesionalisme auditor internal. Dalam penelitian ini,profesionalisme SPI hanya dinilai oleh atasanlangsung, yaitu Kepala SPI. Untuk menghindaripenilaian sepihak, maka selain penilai Kepala SPI perlujuga dinilai oleh objek yang diperiksa (auditee) dalamhal ini oleh Kepala Kanda Pegadaian, karena kepalaKanda Perum Pegadaian dapat melihat secara langsungbagaimana pemeriksaan dilakukan oleh Staf SPI kantorpusat yang bertugas pada Kanda Perum Pegadaian.Dengan demikian Kepala Kanda Perum Pegadaianlayak untuk menilai kemampuan profesional Staf SPIyang sedang bertugas di Kanda Perum Pegadaian.

Faktor lain secara tidak langsung berhubungandengan keefektifan pelaksanaan anggaran operasiantara lain, ditinjau dari fungsi SPI Perum Pegadaian,diantaranya tindak lanjut dari temuan hasil audit in-tern, seperti adanya perbaikan yang lebih dini sertaganti rugi bagi yang menyalahgunakan anggaran dantindakan hukuman disiplin bagi yang tidak mentaatiaturan yang ditetapkan dalam anggaran. Faktordukungan pimpinan puncak terhadap independensiSPI sangat diperlukan untuk memberikan kewenanganmemeriksa hal apapun dan pada saat apapun serta dapatmenyatakan sesuatu seperti apa adanya, sehinggapengawas internal dapat memberikan penilaian yangtidak memihak dan tanpa prasangka dari berbagaipihak. Faktor pengawasan melekat sangat berperanuntuk memberikan pengawasan setiap saat terhadapbawahannya, sehingga terhindar dari penyimpanganpelaksanaan anggaran yang sudah ditetapkan.

Faktor lain yang secara langsung berhubungan

Page 42: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

39

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

dengan keefektifan pelaksanaan anggaran adalahfaktor motivasi para pelaksana anggaran (antara lain,tingkat kesulitan pencapaian anggaran, partisipasimanajemen puncak, kewajaran/keadilan, dan

keberadaan laporan). Faktor ini merupakan faktorpenentu untuk menentukan keefektifan pelaksanaananggaran. Oleh karena itu penelitian ini membukapeluang bagi peneliti selanjutnya.

Page 43: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

40

Jam STIE YKPN - Hiras Pasaribu Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawasan .......

DAFTAR REFERENSI

Anthony, Robert and Vijay Govindarajan ,1998. Management Control System.Ninth Edition, Homewood Illionis:Richard D. Irwin,Inc.

Ancok, Djamaluddin. 1995. Metode PenelitianSurvey. Editor Masri SingarimbundanSofyan. Jakarta:LP3S.

Arens, Alvin A., and James K. Loebbecke.1997. Auditing. Seventh Edition, NewJersey: Prentice Hall International, Inc.

Arikunto, Suharsimi.1990. ManajemenPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

________1993. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

Atkinson, Anthony A., Rajiv D. Banker, Rob-ert S. Kaplan, and S. Mark Young.1997. Management Accounting. Sec-ond Edition, London: Prentice Hall In-ternational, Inc.

Azwar, Saiffuddin. 1997. Reliabilitas danValiditas. Edisi ketiga, Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar.

Brink Victor Z. and Herbert Witt. 1982. Mod-ern Internal Auditing, Appraising Op-erational and Controls. Fourth Edition,New York: John Wiley and Sons.

Christiawan (1994). “Profesionalisme DalamEra Industrialisasi”, MajalahManajemen & Usahawan Indonesia.No. 03TH. XXIII : 44.

Courtemanche, Gil.1997. The New InternalAuditing, (Saduran Hiro Tugiman),Yogyakarta: Kanisius

Cushing, Barry E. and Marchal B. Romney.1994. Accounting Information System.Sixth Edition, New York: Addison &

Wesley Publishing Company.Harahap, Sofyan Syafri. 1996. Budgeting

(Penganggaran, PerencanaanLengkap). Edisi Pertama, Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.

Horngren, Charles T., Garry L. Sundem andWilliam O. Strattion. 1996. Introduc-tion To Management Accounting.Tenth Edition, New Jersey: PrenticeHall International, Inc.

Ikatan Akuntan Indonesia. 1994. StandarProfesional Akuntan Publik.Yogyakarta: STIE-YKPN.

Mulyono Djokosantoso (1997). “Peranan In-ternal Auditor adalah Penting, danKerjasama yang Harmonis antaraDireksi dan Audit Kommitee dalamPengawasan Perusahaan”. Media In-ternal Audit, Media Komunikasi danInformasi Internal Auditor. No. 3:13-15.

Ratliff, L. Richard, Wanda A. Wallance, JamesK. Loebbecke and W.G. McFarland.1988. Internal Auditing, Principles andTechniques. First Edition, Florida: TheInstitute Of Internal Auditors.

Ravianto Putra, J. 1988. Dasar-DasarProduktivitas. Jakarta: Karunia Jakarta.

Robbin, Stephen P.1996. Perilaku Organisasi.,(Alih bahasa Pujaatmaka, Hadyana),Jakarta: Prenhallindo.

Sawyer, Lawrence B. 1996. Pemeriksaan In-tern (Disadur oleh PPA-STAN).Jakarta: STAN.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik NonparametrikUntuk Ilmu-Ilmu Sosial, (TerjemahanZanzawi Suyuti dan LandungSimatupang). Jakarta: Gramedia.

Tugiman, Hiro. 1997. Standar ProfesionalAudit Internal. Yogyakarta: Kanisius.

Page 44: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

41

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

ABSTRACT

Many companies are becoming more responsive toinvestors’ concerns about the environment by volun-tarily compiling and issuing periodic environmentalreports that are essentially independent of the annualfinancial reports. Until now, the environmental reportsare still a disclosure, without verification that assuresits credibitily. The need for external verification ofenvironmental reports may create the primary chal-lenges: the absence of environmental reporting stan-dards, the absence of standards for verification of en-vironmental reports, and the very scant of public ac-countants that are empowered to have kualification tooffer a needed assurance service and verification.

PENDAHULUAN

Sejak pertengahan tahun 1970-an banyakperusahaan industri yang berjuang dengan konseppelaporan keuangan berkaitan dengan lingkungan.Beberapa perusahaan berusaha untuk peduli terhadaplaporan keuangan berkaitan dengan biaya lingkungan,sementara beberapa lainnya bersikap pasif, bahkandapat dikatakan cenderung untuk menghindari biayalingkungan tersebut.

Dewasa ini, tuntutan akan tanggung jawablingkungan semakin berkembang. Hampir semuaperusahaan industri wajib membayar biaya lingkungantersebut jika tidak mau dikenai klaim berkaitan dengan

limbah yang dikeluarkannya. Yang menjadi masalahadalah sampai saat ini belum ada standar laporankeuangan berkaitan dengan lingkungan. Akibatnya,perusahaan tidak tahu bagaimana cara melaporkannyaatau bagaimana perlakuan akuntansi biaya lingkungantersebut. Selain itu, laporan keuangan yang adamenjadi berbeda-beda sehingga tidak dapat diperban-dingkan satu sama lain.

Tujuan tulisan ini untuk melihat praktik danaturan akuntansi berkaitan dengan lingkungan yangtelah ada, sekaligus melihat adanya kebutuhan akanstandar laporan keuangan berkaitan dengan lingkungandan suatu jasa jaminan (asuransi) lingkungan yangmelakukan verifikasi terhadap laporan keuangan ling-kungan tersebut. Di samping itu, tujuan tulisan iniadalah untuk melihat cost and benefit bagi perusahaanatau industri yang membuat laporan keuanganberkaitan dengan lingkungan.

Beberapa perusahaan menjadi lebih responterhadap pihak luar (eksternal) khususnya investormengenai lingkungan. Di samping itu berbagai pihak,baik intern maupun ekstern membuat keputusanberdasarkan laporan keuangan. Tetapi sampai saat inistandar laporan keuangan berkaitan dengan lingkunganbelum ada, sehingga kredibilitas laporan keuangantersebut dipertanyakan. Sementara laporan-laporanyang dibuat berkaitan dengan lingkungan masih berupadisclosure tanpa penilaian yang menjamin kredibi-litasnya.

Laporan keuangan berkaitan dengan ling-kungan tidak memiliki kredibilitas jika tidak diverifi-kasi secara independen oleh pihak ketiga.

1) Inge Gunawan, SE., Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL:KEBUTUHAN AKAN STANDAR LAPORAN KEUANGAN

DAN JASA JAMINAN LINGKUNGAN

Inge Gunawan 1)

Page 45: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

42

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

Meningkatnya tuntutan terhadap laporan keuanganberkaitan dengan lingkungan, telah memberikantempat bagi kantor akuntan publik untukmengembangkan keahlian dalam hal memberikanpenilaian dan verifikasi terhadap laporan keuanganlingkungan.

Praktik dan Aturan Akuntansi Berkaitan denganLingkungan yang Telah Ada

Banyaknya pertanyaan dan ketidakpastianmengenai biaya lingkungan telah menantang paraakuntan dan badan-badan pembentuk standar. Namundemikian, sampai saat ini, masih sedikit sekali literaturpetunjuk yang diotorisasi untuk mengatur akuntansiberkaitan dengan biaya lingkungan tersebut.

Pada tahun 1975, FASB menerbitkan Statementon Financial Accounting Standards (SFAS) No.5mengenai “accounting for contingencies”, yangmencoba membantu para akuntan mengetahui biaya-biaya masa mendatang yang berpotensi, sepertiperbaikan lingkungan (Schmidt Richard J, Dr., 1997).Rugi kontijensi harus dilaporkan dalam laporankeuangan jika di dalamnya mengandung peristiwamasa datang yang mengakibatkan utang dan jumlahrugi tersebut dapat diperkirakan. Walaupun SFAS No.5merupakan statement yang berhubungan denganrisiko-risiko lingkungan, tetapi statement ini tidakkhusus berbicara mengenai laporan keuanganlingkungan.

Ada dua alasan yang membuat SFAS No.5 tidakmemadai untuk dijadikan standar akuntansi berkaitandengan lingkungan (diadopsi dari Johnson L. Todd,1993). Alasan pertama, statement ini tidak jelas/samar-samar dalam memberikan petunjuk mengenaiakuntansi lingkungan dan juga sangat terbuka untukinterpretasi yang subyektif. Alasan kedua adalah utangakibat biaya lingkungan tidak terjadi setelah adanyasuatu kecelakaan/musibah, yang mengakibatkanterjadinya pendekatan reaktif lebih daripadapendekatan proaktif.

Pada tahun 1976, sebuah interpretasi FASB“Reasonable Estimation of the Amount of a Loss”,menunjukkan bahwa salah satu kalimat dalam SFASNo.5 yang berbunyi “jumlah rugi harus memilikialasan untuk diperkirakan” tidak menyediakan dasarkebenaran untuk menunda pencatatan biaya perbaikan

lingkungan yang diperkirakan (diadopsi dari SchmidtRichard J, Dr., 1997). Ketertarikan secara nasionaldalam hal pembersihan limbah telah meningkatkantekanan untuk adanya pemecahan/solusi secara hukum.Sebagai respon Pemerintah, dikeluarkan ResourceConservation and Recovery Act of 1976. Tetapi masihbanyak perusahaan yang tidak mencantumkan disclo-sure untuk akuntansi pertanggungjawaban sosial. Olehkarena itu, dikeluarkanlah hukum federal yang keduayaitu Comprehensive Environmental Response, Com-pensation, and Liability Act of 1980 (CERCLA), yangmenyediakan $1,6 milyar dana untuk menutup biaya-biaya berkaitan dengan limbah, yang kemudian dikenaldengan istilah “superfund” (diadopsi dari Wood Dor-othy, 1998).

Langkah berikutnya adalah membentuk agenevaluasi federal yang bertanggung jawab yaitu Envi-ronmental Protection Agency (EPA) yang membuatprosedur berbadan hukum untuk pelaporan praktik-praktik pembuangan limbah perusahaan yangkemudian dijadikan analisis lingkungan. Pada awaltahun 1981, EPA telah mengidentifikasi lebih dari30.000 tempat untuk diinvestigasi (Schmidt RichardJ, Dr., 1997). Proses yang dilakukan EPA termasukpenilaian risiko dari kuantitas dan identitas substansilimbah di setiap tempat. Perusahaan-perusahaan yangmemiliki nilai tinggi akan dimasukkan ke dalam Na-tional Priorities List (NPL) untuk tindakan perbaikanterhadap lingkungan. NPL membuat perusahaan sulituntuk lari dari kewajibannya terhadap biayalingkungan, tetapi sayangnya tidak ada pinalti/hukuman untuk perusahaan-perusahaan yang tidakmencantumkan disclosure informasi lingkungan dalamlaporan keuangannya. Tetap belum terbentuk standar,bahkan terjadi kebebasan dalam pelaporan disclosure.

Pada tahun 1993, Financial Accounting Stan-dard Board (FASB) melalui Emerging Issues TaskForce (EITF) menerbitkan Accounting for Environ-mental Liabilities. EITF mencapai konsensus bahwabiaya-biaya utang perbaikan lingkungan seharusnyaberdasar pada suatu rencana khusus yang sudahdipersiapkan untuk perbaikan akibat kontaminasi(diadopsi dari Johnson L. Todd, 1993). Hampirbersamaan dengan EITF, pada tahun 1994, The Ameri-can Institute of Certified Public Accountants (AICPA)melalui Statement of Position, mengeluarkan Disclo-sure of Certain Significant Risk and Uncertainty, yang

Page 46: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

43

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

berisi (1) perkiraan/estimasi akan berubah pada masayang akan datang, dan (2) pengaruh perubahan akansangat material untuk laporan keuangan (Schmidt Ri-chard J, Dr., 1997). Tetapi secara keseluruhan,pelaporan keuangan hasil aturan atau discosure initidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan danarah yang jelas bagi akuntan untuk membuat laporankeuangan berkaitan dengan lingkungan.Bagaimanapun usaha-usaha untuk membuat standarpelaporan keuangan berkaitan dengan lingkungan yangakan memaksa perusahaan bertanggung jawab ataslingkungannya, harus terus dilakukan akibat makinbanyaknya limbah dan pencemaran lingkungan.

Pada bulan Juni 1993, the Securities and Ex-change Commission (SEC) menerbitkan Staff Account-ing Bulletin 92 (SAB 92) yang menegaskan kebutuhanadanya disclosure yang lebih matang dan berkembanguntuk laporan keuangan berkaitan dengan lingkungan(diadopsi dari Chadick Bill, Rouse Robert W., danSurma John, 1993). Tetapi satu tahun kemudianditemukan bahwa lebih dari sepertiga perusahaanpublik di US tidak melaporkan utang berkaitan denganlingkungan pada laporan tahunan mereka. Akibatkepedulian SEC tersebut, AICPA menerbitkan State-ment of Position 96-1 pada bulan Oktober 1996. State-ment ini berusaha menyediakan klarifikasi bagiakuntan publik dan klien mereka suatu disclosuremengenai utang perbaikan lingkungan yang memadai.Pada bulan Februari 1997, AICPA kembalimengklarifikasi situasi dengan menerbitkan Statementof Position on Environmental Remediation Liabilities.Statement ini tidak menyediakan petunjuk untukkontrol polusi yang sedang terjadi atau restorasi limbahdi masa mendatang, tetapi fokusnya pada perbaikansebelum terlambat (diadopsi dari Beets S. Douglas danSouther Christopher C., 1999). Statement ini hanyaberedar di US.

Tekanan untuk membuat disclosure yang lebihbaik, datang dari EPA pada tahun 1998. Pada awaltahun 1998, EPA mulai memberikan syarat tambahanberkaitan dengan biaya lingkungan, berupa disclosuremelalui internet bagi lima industri besar yaitu industriminyak, baja, besi, otomobil, dan kertas (Beets S.Douglas dan Souther Christopher C., 1999).Sebenarnya mulai tahun 1990-an, EPA mulai memberipinalti bagi perusahaan yang berusaha menghindaribiaya lingkungan. Tetapi pada tahun 1996, EPA

memutuskan untuk mengurangi bahkan berusahamenghilangkan pinalti bagi tanggung jawabperusahaan untuk membentuk audit internal secaraperiodik, mengkoreksi masalah yang ditemukan, danmelaporkan secara sukarela informasi mengenai biayalingkungan.

Di Indonesia, laporan keuangan berkaitandengan lingkungan belum diatur dengan jelas dantegas. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yangmengatur laporan keuangan di Indonesia melaluiPSAK No.8 berusaha mengatur laporan keuanganberkaitan dengan lingkungan tersebut. PSAK No.8berbicara mengenai Kontinjensi dan Peristiwa SetelahTanggal Neraca. Dalam PSAK No.8 dikatakan bahwa“Kontinjensi merupakan suatu kondisi atau situasi,dengan hasil akhir berupa keuntungan atau kerugian,yang baru dapat dikonfirmasikan setelah terjadinyaatau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa yangtidak pasti terjadi di masa depan”. Walaupun utangbiaya lingkungan dapat dikategorikan dalamkontinjensi, tetapi PSAK No.8 tidak mengatur laporankeuangan berkaitan dengan lingkungan tersebut secaraspesifik.

Kebutuhan akan Suatu Standar dan Verifikasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehKreuze pada tahun 1996, dikatakan bahwa jumlahinvestasi lebih didasarkan pada kriteria etika,lingkungan, dan politik. Banyak investor danpemegang saham membuat keputusan berdasarkaninformasi laporan keuangan berkaitan denganlingkungan yang diterbitkan oleh perusahaan.Konsekuensinya, publikasi laporan keuangan haruskomprehensif, akurat, dan reliabel. Untuk itu, laporantersebut harus dijamin oleh verifikasi profesionaleksternal. Sektor industri yang berkembang, percayabahwa fungsi jaminan verifikasi laporan keuanganberkaitan dengan lingkungan didukung dandiselesaikan oleh profesi akuntan publik.

Kebutuhan akan verifikasi secara eksternaldidukung oleh beberapa tuntutan utama. Pertama,ketika standar pelaporan berkaitan dengan lingkungandirasakan penting, verifikasi eksternal akan memaksaperubahan pelaporan berkaitan dengan lingkungantersebut sesuai kriteria yang ditetapkan. Kedua,verifikasi eksternal laporan-laporan berkaitan dengan

Page 47: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

44

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

lingkungan secara periodik akan menjadi jaminan dankredibilitas tambahan bagi laporan keuangan tahunanperusahaan, dengan pertimbangan, masalah ling-kungan tersebut cukup significant (berarti). Ketiga,ancaman kesalahpahaman pengambilan keputusanoleh pemegang saham dan pemerintah yang dapatmengakibatkan proses pengadilan, dapat dikurangibahkan dihilangkan dengan adanya verifikasi daripihak ketiga yang independen. Masalah serius dapatdisebabkan oleh isu-isu lingkungan, dari masalahperusahaan terkena pinalti sampai perusahaan tersebutbangkrut. Verifikasi eksternal dapat menjagaperusahaan dari pembuatan disclosure yang tidakmemadai atau tidak akurat dan sekaligus menjaminterbentuknya disclosure yang reliabel. Keempat, tanpakredibilitas yang direkomendasi melalui verifikasieksternal yang kompeten, banyak investor hanyamempertimbangkan publikasi laporan berkaitandengan lingkungan yang dikatakan “bersih”. Beberapaahli lingkungan mengatakan bahwa publikasi laporansecara cerdik telah mengemas kembali data lingkunganyang telah tersedia dan mengambil kemungkinanterbaik untuk dimasukkan dalam publikasi laporanberkaitan dengan lingkungan tersebut. Beberapa studimengenai preferensi dan tingkah laku investor,mengatakan bahwa makin banyak investor yang pedulidengan masalah lingkungan dan memutuskaninvestasinya dengan melihat catatan mengenailingkungan yang baik.

Ketika kebutuhan akan verifikasi eksternallaporan-laporan berkaitan dengan lingkungan muncul,tantangan-tantangan utama juga muncul yaitu belumadanya standar berkaitan dengan laporan keuanganlingkungan, belum adanya standar berkaitan denganverifikasi laporan-laporan lingkungan, dan sangatjarangnya akuntan publik yang memiliki kualifikasiuntuk melakukan jasa penilaian dan verifikasi tersebut.Pada tahun 1996, the Global Environmental Manage-ment Initiative (GEMI), suatu organisasi bisnis yangproaktif terhadap lingkungan, menerbitkan hasil studimengenai laporan-laporan lingkungan (diadopsi dariBeets S. Douglas dan Souther Christopher C., 1999).Studi tersebut termasuk wawancara dengan ahlilingkungan, investor, media, pembuat aturan, danperusahaan-perusahaan. Hasil wawancara menunjuk-kan bahwa pihak ketiga dalam laporan lingkungan,dalam hal ini akuntan publik, masih memiliki nilai yang

kecil karena tidak adanya petunjuk dan standarberkaitan dengan laporan dan verifikasinya.Selanjutnya hasil wawancara tersebut menyarankanbahwa standar yang dibutuhkan seharusnya meliputilingkup, keterbatasan, dan isi dari verifikasi danlaporan pihak ketiga menuju pola pengesahanakuntansi yang berterima umum.

Profesi akuntansi di US harus belajar mengenaitantangan-tantangan utama yang dihadapi dari praktikverifikasi lingkungan di Eropa. Pada tahun 1993, theEuropean Council dari Uni Eropa mengadopsi the Eco-Management and Audit Scheme (EMAS), suatu rencaraaturan yang ditujukan untuk promosi perubahan dalamperfomance lingkungan industri (diadopsi dari BeetsS. Douglas dan Souther Christopher C., 1999). Denganadanya standar khusus dan verifikasi eksternal,laporan-laporan berkaitan dengan lingkungan yangdipersiapkan di bawah EMAS lebih berguna dan lebihreliabel dari pada yang terjadi di US. Walaupun EMAShanya memiliki pengaruh dalam waktu relatif singkat,tetapi terbukti bahwa EMAS tersebut sukses danditerima oleh komunitas bisnis di Eropa.

Ketika verifikasi eksternal dari program danlaporan lingkungan tidak dilakukan di US, beberapaperusahaan secara sukarela menjalani pengujianberkaitan dengan lingkungan yang dilakukan olehpihak eksternal. Tetapi sedikit sekali perusahaan yangmelampirkan hasil laporan berkaitan denganlingkungan tersebut. Salah satu alasan utama tidakdibuatnya disclosure oleh perusahaan-perusahaantersebut adalah tidak adanya standar pelaporanberkaitan dengan lingkungan. Tetapi beberapaperusahaan, bagaimanapun, percaya bahwa denganmenerbitkan laporan berkaitan dengan lingkunganyang diverifikasi akan membangun kepercayaanpublik.

Untuk menghadapi tantangan dalam mengem-bangkan standar pelaporan dan verifikasi berkaitandengan lingkungan, beberapa langkah telah diambiloleh organisasi-organisasi yang beragam jenisnya.Selain GEMI yang telah disebutkan di atas, beberapaorganisasi lain seperti, International Standards Orga-nization (ISO), the Coalition for Environmentally Re-sponsible Economics, dan the Council on EconomicsPriorities telah mengembangkan standar dan prinsipyang berguna, walaupun partisipasi dalam hal ini masihbersifat sukarela, dan sebagai konsekuen-sinya, belum

Page 48: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

45

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

ada dampak dalam bentuk peraturan.Salah satu dari standar berkaitan dengan

lingkungan secara sukarela yang lebih ekstensif adalahISO 14000, yang diperkenalkan pertama kali padatahun 1996 oleh ISO. Standar ini memampukanperusahaan untuk membuat design, mengimplemen-tasikan, dan memonitor sistem manajemen lingkungan.Standar ISO 14000 juga menyediakan cara yangobyektif untuk memverifikasi laporan performancelingkungan perusahaan.

Pentingnya Standar Pelaporan Lingkungan

Standar pelaporan lingkungan yang diakui danditerapkan secara luas akan memampukan perusahaanuntuk mendefinisikan tanggung jawab merekasekaligus memampukan mereka untuk menyampaikanlaporan yang bermanfaat yang dibutuhkan, di lainpihak juga membantu manajemen perusahaanmempertimbangkan masalah lingkungan dalamoperasi mereka. Beberapa kriteria berdasarkan laporanjuga memampukan manajemen perusahaan untukmembandingkan usaha-usaha mereka dalam meng-hadapi masalah lingkungan dengan usaha-usaha yangdilakukan oleh pesaing mereka. Tetapi sampai saat ini,perusahaan yang proaktif terhadap lingkungan masihmemiliki perbedaan yang kecil (tidak menonjol)dibanding perusahaan lain yang tidak proaktif terhadaplingkungan karena tidak adanya standar pelaporanlingkungan.

Standar pelaporan lingkungan juga mengun-tungkan investor dan pemegang saham lain dengancara membuat laporan tersebut lebih konsisten dandapat diperbandingkan. Karena adanya perbedaanyang ekstrim dan laporan lingkungan periodik yangtelah ada tidak dapat diperbandingkan, investormengalami kesulitan dalam menggunakan laporantersebut untuk menentukan perusahaan mana yanglebih berorientasi pada lingkungan. Akibat tidakadanya standar, laporan perusahaan berkaitan denganlingkungan dapat berupa disclosure, tetapi sampai saatini perusahaan masih bebas memilih informasi danformat laporan tersebut.

Pentingnya Standar Verifikasi Lingkungan danKeahlian Akuntan Publik

Akibat belum terbentuknya standar laporankeuangan berkaitan dengan lingkungan, perusahaandan industri membuat dan menyajikan disclosure, yangsampai saat ini masih bebas baik isi maupun formatnya.Oleh karena itu, diperlukan verifikasi terhadap disclo-sure berkaitan dengan lingkungan tersebut dari pihakketiga yang independen. Profesi akuntansi harusmempelajari dan mempertimbangkan isu-isu yangberhubungan dengan lingkungan untukmengembangkan guidelines (petunjuk) verifikasilingkungan ekternal. Utang biaya lingkungan harusdicantumkan baik dalam laporan keuangan perusahaanmaupun dalam laporan khusus lingkungan. Pihakketiga yang melakukan verifikasi harus memberikanpenilaian terhadap disclosure yang dibuat olehkliennya mengenai utang kontinjensi lingkungan danrisiko-risiko yang terkait di dalamnya.

Tantangan utama lain untuk melakukanverifikasi terhadap laporan lingkungan adalah sangatjarangnya ahli verifikasi lingkungan dalam profesiakuntan publik. Para akuntan publik mungkin tertarikdalam mengembangkan jasa penjaminan ataupengesahan berkaitan dengan laporan-laporanlingkungan perusahaan, tetapi kualifikasi untukpenyediaan jasa tersebut harus dipertanyakan. Padatahun 1997, dua organisasi yang berusaha menanggapitantangan ini yaitu Environmental Auditing Roundtabledan the Institute of Internal Auditor (IIA) membentukthe Board of Environmental Auditor Certifications(BEAC), sebuah organisasi independen, non laba, yangmenyediakan sertifikasi auditor lingkungan. Akuntanpublik yang ingin mendapat BEAC 14000 plussertifikasi harus berhasil menyelesaikan ujian danmemiliki pendidikan yang memadai, serta memilikipengalaman melakukan audit lingkungan.

Area Baru Bagi Akuntan Publik

Peran akuntan publik dalam masyarakat dewasaini berkembang dengan cepat dengan munculnya jasajaminan yang semakin memperluas profesi akuntanke dalam dimensi jasa klien yang belum pernahditawarkan sebelumnya. Kredibilitas informasilingkungan perusahaan sangat penting, karena mampumempengaruhi keputusan investasi, di samping ituorang-orang yang berkecimpung dalam bidang

Page 49: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

46

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

akuntansi, bisnis, dan komunitas lingkungan percayabahwa akuntan publik seharusnya memiliki perandalam mengesahkan disclosure berkaitan denganlingkungan. Dengan menyediakan jasa jaminanterhadap laporan lingkungan, akuntan publik telahmembantu investor dalam mengambil keputusan dansekaligus mengembangkan jasa baru yang berpotensibagi klien.

Akibat pengalaman menggunakan jasa akuntanpublik di masa lalu, maka banyak perusahaan yangbersikap skeptis terhadap kompetensi akuntan publikdalam menyediakan jasa jaminan yang memenuhipengetahuan dan keahlian dalam menilai disclosureperusahaan berkaitan dengan lingkungan. Pertanyaanserupa juga muncul berkaitan dengan kompetensi Cer-tified Public Accountants (CPA). Oleh karena itu,dalam rangka menyusun kembali jasa jaminan yangditawarkan oleh akuntan publik dan usaha-usaha untukmencapai kompetensi dalam penyediaan jasa tersebut,AICPA mengembangkan program serupa denganBEAC 14000 (diadopsi dari Johnson L. Todd, 1993).Perusahaan akuntansi (akuntan publik) yang tertarikmemasuki pasar verifikasi lingkungan harusmengembangkan hubungan kerjasama denganperusahaan konsultan lingkungan.

Tergantung pada tersedianya keahlian danpengalaman verifikasi mengenai lingkungan,perusahaan akuntansi yang menyediakan jasa jaminanlingkungan perusahaan bisa sama atau bisa juga tidaksama dengan perusahaan yang melakukan auditterhadap laporan keuangan klien. Tetapi bagaimana-pun, perusahaan yang mengontrak satu perusahaanakuntansi yang menyediakan jasa jaminan baik untuklaporan lingkungan maupun untuk laporan keuanganperusahaan akan mengurangi biaya jasa, sekaligusmemperluas hubungan antara perusahaan akuntansitersebut dengan kliennya.Telah dikatakan sebelumnya, isu-isu yang terusberkembang mengenai verifikasi laporan lingkunganadalah definisi kriteria atau standar yang dapatditerapkan. Walaupun kemudian beberapa kriteriatelah dikembangkan, nilai pengesahan laporan (dis-closure) masih terus dipertanyakan. Akibat lemahnyakriteria berterima umum dari laporan lingkunganperusahaan, telah menempatkan akuntan publik padakondisi yang tidak menguntungkan di antaraperusahaan konsultan yang tidak mau diikat dengan

standar manapun. Tekanan pembuatan laporanlingkungan bagi perusahaan atau industri harus diikutidengan pembentukan standar yang berterima umumdan kualifikasi akuntan publik yang melakukanverifikasi terhadap laporan lingkungan tersebut.

Cost and Benefit Pembuatan Laporan Lingkungan

Cost and benefit pembuatan laporan lingkunganmelahirkan apa yang dinamakan hak dan kewajiban.Perusahaan, misalnya, berhak memakai sumber dayamasyarakat, dan sebaliknya, memiliki kewajiban untukmempertanggungjawabkan semua akibat yang timbul.Pembicaraan mengenai adanya hubungan di atasdiwarnai adanya perdebatan antara Ramanathan danTipgos. Ramanathan menggunakan istilah perjanjiansosial, sedangkan Tipgos menyebutnya proses sosial.

Perjanjian sosial, menurut Ramanathan terjadiantara masyarakat dan perusahaan. Perjanjian inisecara tidak langsung mengakui bahwa kedudukanantara masyarakat dan perusahaan sama tingginya.Masyarakat memiliki kewajiban memberikandukungan kepada perusahaan untuk berdiri danberoperasi. Sebaliknya perusahaan mempunyaikewajiban untuk menghasilkan sesuatu yangmemberikan manfaat ekonomi, sosial, dan politik bagimasyarakat.

Di lain pihak, Tipgos beranggapan bahwakedudukan perusahaan dan masyarakat tidak samatinggi. Masyarakat memiliki kedudukan yang lebihtinggi dari perusahaan. Tipgos berpendapat,perusahaan tidak diciptakan melalui perjanjian sosial,melainkan melalui proses sosial. Masyarakat dapatmenuntut perusahaan untuk berperan aktif membantumemecahkan masalah yang dihadapi masyarakat,meskipun peran itu bukan tujuan yang ingin dicapaiperusahaan tersebut. Walaupun pandanganRamanathan dan Tipgos ini berbeda, namun dapatdisimpulkan bahwa pada dasarnya perusahaan tetapharus mempertanggungjawabkan semua sumber dayayang diperolehnya atau yang dipercayakan kepadanya,baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik(Usmansyah, 1989).

Ada beberapa faktor yang menekan perusahaanatau industri untuk membuat laporan berkaitan denganlingkungan. Pertama, faktor sosial, perusahaan adakarena diakui keberadaannya oleh masyarakat.

Page 50: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

47

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

Pengakuan itu bisa berupa kepercayaan masyarakatuntuk membeli produk perusahaan atau untukmenanamkan modal dalam operasi perusahaan.Kesemuanya itu tidak dapat diperoleh secara gratis darimasyarakat. Sebagai imbalannya, perusahaan memilikitanggung jawab untuk melaporkan apa saja yang telahdiperbuatnya atas kepercayaan tersebut. Masyarakatmengharapkan sesuatu yang lebih dari perusahaan.Memang tidak ada kesepakatan mengenai apa yangdituntut masyarakat secara tepat, namun tuntutantersebut makin hari makin meningkat. Walaupunperusahaan bukan satu-satunya penyebab pencemaranlingkungan, tetapi perusahaan dianggap penyebabutama pencemaran lingkungan tersebut. Ada hargayang harus dibayar oleh perusahaan berkaitan denganlingkungan.

Kedua, adanya peraturan pemerintah, kontrakantara perusahaan dengan negara. Peraturanpemerintah, entah proses legalisasinya melaluiparlemen atau dalam bentuk peraturan yang ditetapkanpemerintah, merupakan satu hal yang sifatnyamemaksa. Oleh karena itu, perusahaan mau tidak mauharus mengikutinya. Salah satu kemungkinan yangakan dilakukan oleh pemerintah jika perusahaan tidakmelaporkan tanggung jawab lingkungannya adalahmeningkatkan pembatasan-pembatasan melaluihukum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Ketiga, adanya tekanan dari interest group. Adabanyak organisasi yang dipakai untuk menekanperusahaan membuat laporan lingkungan. Sebagianbesar tekanan dari interest group dilakukan melaluibadan yang mengelola pasar modal. Di pasar modal-lah, perusahaan-perusahaan melakukan go public,sehingga pembuatan dan verifikasi disclosuredirasakan sangat penting. Perusahaan dapat mening-katkan performance melalui disclosure yang telahdiverifikasi oleh pihak ketiga. Badan yang mengelolapasar modal contohnya SEC, sedangkan di Indonesia,tekanan membuat laporan lingkungan dilakukan olehBapepam.

Keempat, faktor yang terkait dengan hirarkikebutuhan Maslow, bahwa kebutuhan merupakanfungsi dari pencapaian tingkat ekonomi. Sebab,organisasi menyerupai individu dalam halperkembangan dan pertumbuhannya. Ketikakebutuhan mendasar telah terpenuhi, individu atauorganisasi akan mencoba memenuhi kebutuhan sosial

dan pengakuan diri yang lebih tinggi.Faktor terakhir, tetapi tidak berarti tidak

penting, adalah kesadaran perusahaan. Para manajermerasa bahwa tanggung jawab terhadap lingkunganakan meringankan kepentingan mereka sendiri.Mereka beranggapan bahwa memperhatikanlingkungan yang berarti memperhatikan kepentinganmasyarakat, akan memberikan iklim usaha yang lebihkuat dan lebih menghasilkan laba daripada melakukansebaliknya. Berdasarkan perspektif ekonomi-politikperusahaan akan bersikap proaktif untuk merumuskanpandangannya mengenai konstituen sosial danpolitiknya. Dengan demikian, perusahaan mengharap-kan akan memperoleh image positif dari masyarakat.

Dari berbagai faktor yang membuat perusahaanmembuat laporan berkaitan dengan lingkungan,perusahaan memperoleh hak dan banyak keuntungan.Perusahaan dapat meningkatkan kepercayaanmasyarakat, sekaligus meningkatkan imageperusahaan di mata masyarakat yang akan membeliproduk perusahaan atau menanamkan modal dalamoperasi perusahaan. Perusahaan juga dapatmenghindari pinalti atau hukuman dari pemerintahdengan membuat laporan lingkungan tersebut.Demikian juga perusahaan dapat menghindari pinaltidari interest group yang dipakai untuk memaksaperusahaan membuat laporan lingkungan. Denganmenerima tanggung jawab lingkungan, perusahaantelah mencoba memenuhi kebutuhan sosial danpengakuan diri yang lebih tinggi. Di samping itu,tanggung jawab lingkungan mengakibatkanmeningkatnya kesadaran diri perusahaan, yang berartiperusahaan akan memperoleh image positif darimasyarakat.

KESIMPULAN

Tuntutan akan tanggung jawab lingkungansemakin berkembang. Hampir semua perusahaanindustri dipaksa untuk membayar biaya lingkungandan mempertanggungjawabkan biaya tersebut melaluilaporan lingkungan. Yang menjadi masalah adalahsampai saat ini belum ada standar pelaporan keuanganberkaitan dengan lingkungan. Akibatnya, laporankeuangan yang ada menjadi berbeda-beda sehinggatidak dapat diperbandingkan satu sama lain. Di

Page 51: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

48

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

samping itu, kredibilitas laporan keuangan lingkungandipertanyakan. Sementara laporan-laporan lingkunganyang dibuat masih berupa disclosure tanpa penilaianyang menjamin kredibilitasnya. Laporan keuanganberkaitan dengan lingkungan tidak memilikikredibilitas jika tidak diverifikasi secara independenoleh pihak ketiga.

Publikasi laporan keuangan haruskomprehensif, akurat, dan reliabel. Untuk itu, laporantersebut harus dijamin oleh verifikasi profesionaleksternal. Sektor industri yang berkembang, percayabahwa fungsi jaminan verifikasi laporan keuanganberkaitan dengan lingkungan didukung dandiselesaikan oleh profesi akuntan publik. Peranakuntan publik dalam masyarakat dewasa iniberkembang dengan cepat dengan munculnya jasajaminan yang semakin memperluas profesi akuntanpublik. Kredibilitas informasi lingkungan perusahaan

sangat penting, karena mampu mempengaruhikeputusan investasi, di samping itu orang-orang yangberkecimpung dalam bidang akuntansi, bisnis, dankomunitas lingkungan percaya bahwa akuntan publikseharusnya memiliki peran dalam mengesahkan dis-closure berkaitan dengan lingkungan.

Cost and benefit pembuatan laporan lingkunganmelahirkan apa yang dinamakan hak dan kewajiban.Perusahaan, misalnya, berhak memakai sumber dayamasyarakat, dan sebaliknya, memiliki kewajiban untukmempertanggungjawabkan semua akibat yang timbul.Ada berbagai faktor yang menekan perusahaan untukmelakukan kewajibannya, membayar harga dalammemenuhi tanggung jawab lingkungan, tetapisebaliknya, ada berbagai faktor keuntungan bagiperusahaan yang telah melakukan tanggung jawablingkungan.

Page 52: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

49

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

DAFTAR ACUAN

Beets S. Douglas dan Souther Christopher C.,“Corporate Environmental Reports: TheNeed for Standards and an Environmen-tal Assurance Service”, American Ac-counting Association, Accounting Ho-rizons, 1999.

Chadick Bill, Rouse Robert W., dan SurmaJohn, “Perspectives on EnvironmentalAccounting”, the CPA Journal, January,1993.

Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar AkuntansiKeuangan Per 1 Juni 1999”, Buku Satu,Penerbit Salemba Empat, 1999.

Johnson L. Todd, “Research on Environmen-tal Reporting”, American AccountingAssociation, Accounting Horizons,1993.

Kreuze Jerry G., CPA., Newell Gale E.,CMA.,dan Newell Stephen J., “Environmen-tal Disclosure: What Companies AreReporting”, Management Accounting(NAA), 1996.

Plishner Emily S., “Environmental FinancialDisclosure”, Chemicalweek, 1993.

Reinstein Alan, CPA., DBA., Ellis Jeffrey,CPA., dan Wierda Jon, CPA., “Report-ing Environmental Remediation Liabili-ties”, the Ohio CPA Journal, January-March, 1998.

Schmidt Richard J., Dr., “Disclosing Past Sins:Financial Reporting of EnvironmentalRemediation”, NPA, 1997.

Stanko Brian B. dan Zeller Thomas L., “Envi-ronmental Liability in Financial Report-ing”, Business & Economic Review(BER), 1995.

Usmansyah, “Telaah Alternatif PenerapanAkuntansi Pertanggungjawaban Sosial diIndonesia”, Media Akuntansi, 1989.

Williams Georgina, CPA., dan Phillips ThomasJ, CPA., “Cleaning Up Our Act: Ac-counting for Environmental Liabilities”,Management Accounting (NAA), 1994.

Wood Dorothy, “Environmental Liabilities – Isa Standar Needed?”, Australian CPA(AAA), 1998.

Page 53: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

50

Jam STIE YKPN - Inge Gunawan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial: Kebutuhan ....

Page 54: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

51

Jam STIE YKPN - Agus Sabardi dan Lita Kusumasari Mengenal Pasar Modal dan Analisis Teknikal

The investors turn to stock market due to the low re-turn on interest deposits and still have to pay tax. Thestock market promises a high return for the investorswho know how to play. To deal with the stock marketwill need knowledge of it. The paper discussesIndonesian’s stock market that has a primary marketand secondary market (non-regular market, cash mar-ket, and regular market). To place an order inIndonesian’s stock market will need to know the trad-ing regulation and the structure of Indonesian’s stockmarket. The players in stock market use many meth-ods to analyze the price in stock market. They can usethe fundamental method or the technical method. Inpractice, many players use the technical method dueto the easiness. The history of technical method beganwith Candlestick method, Dow Jones Index, and DowTheory, and Elliot Wave Theory. Today, the using oftechnical method expands because of the growing upin personal computer and especially in Indonesia fromusing the Jakarta Automated Trading System, Infor-mation Market Quote, and Real Time Information.

PENDAHULUAN

Perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta(BEJ) sekarang ini semakin marak dengan semakinbanyaknya investor dalam negeri yang menginves-tasikan modalnya ke BEJ. Apalagi dengan semakinkecilnya bunga deposito dan semakin besarnya pajakbunga deposito, banyak deposan mengalihkan uangnya

ke pasar modal. Investasi di pasar modal lainnyaberusaha mendapatkan return terbaik dari investasinyadengan membuka diri dari setiap metoda untukdigunakan mengurangi risiko kehilangan uang danmeningkatnya kesempatan meraih keuntungan yangbesar.

Para investor besar, dalam bertransaksi sahamkebanyakan menggunakan fund manager untukmengelola modal mereka, sedangkan investor kecilmengelola sendiri modalnya karena tidak sanggupmembayar fund manager. Sebagian investor cukupmemahami seluk beluk pasar modal dan beberapametoda serta teknik yang harus digunakan dalamstrategi bertransaksi, namun sebagian lainnya belumcukup memahami bahkan ada yang tidak mengenalalat-alat analisis yang harus digunakan. Oleh karenaitu, dalam artikel ini akan dibahas tentang pasar modalIndonesia dan sejarah singkat analisis teknikal yangsemakin populer digunakan oleh para pelaku di BEJ.

PASAR MODAL

Pasar modal adalah pasar bagi instrumen finansial(misal obligasi dan saham) jangka panjang (lebih darisatu tahun jatuh temponya). Terdapat dua macam pasarmodal yaitu, pasar modal perdana (primary market)dan pasar sekunder (secondary market). Surat berhargabaru, harus dijual melalui penawaran perdana ke publik(initial public offering atau IPO), bagi perusahaan yangpertama kali menerbitkan surat berharga setelah diberiijin emisi oleh Bapepam sampai dengan saat pencatatan

MENGENAL PASAR MODALDAN ANALISIS TEKNIKAL

Agus Sabardi *)

Lita Kusumasari **)

*) Drs. Agus Sabardi, M.M., Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta**) Lita Kusumasari, M.S.A., Akt., Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta

Page 55: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

52

Jam STIE YKPN - Agus Sabardi dan Lita Kusumasari Mengenal Pasar Modal dan Analisis Teknikal

di bursa. Perusahaan juga dapat menjual tambahansurat berharga baru ke publik (right issues), bilaperusahaan tersebut sudah pernah mengeluarkan suratberharga yang dijual ke publik. Surat berharga tersebut,pertama kali harus dijual melalui pasar perdana.Selanjutnya, surat berharga yang telah dimiliki olehpara pemodal (publik) dapat dijual-belikan melaluipasar sekunder.

Jadi, pasar perdana adalah tempat penjualansurat berharga baru dari perusahaan (emiten) kepadamasyarakat melalui sindikasi penjaminan, sebelumsurat berharga tersebut diperdagangkan di Bursa Efek.Sedangkan pasar sekunder adalah tempat perdagangansurat berharga yang sudah beredar. Pasar sekunderdilaksanakan di Bursa Efek, harga ditentukan secaralelang kontinyu (continous auction system), transaksidilaksanakan oleh wakil perantara pedagang efek(WPPE) yang disebut Securities Dealer-BrokerRepresentative.Perdagangan di BEJ menggunakansistem otomatisasi atau Jakarta Automated TradingSystem (JATS). Pasar sekunder terdiri dari pasar non-regular, pasar tunai dan pasar regular.

PASAR NON REGULAR

Transaksi pasar non regular menggunakansistem negosiasi, terdiri dari pasar odd lot, pasar tutupsendiri, pasar block sale dan pasar porsi asing. Pasarodd lot adalah transaksi perdagangan saham yangkurang dari satu lot. Diketahui untuk industri nonperbankan 1 lot = 500 lembar dan industri perbankan1 lot = 5000 lembar. Pasar tutup sendiri adalah transaksisaham yang baik penjual dan pembeli menggunakanbroker yang sama untuk melaksanakan transaksinya.Pasar block sale adalah transaksi perdagangan sahamdengan minimum 400 lot atau 200.000 lembar. Pasarporsi asing adalah transaksi perdagangan saham khususbagi pemodal asing.

PASAR TUNAI

Transaksi perdagangan saham menggunakan sistemnegosiasi dengan pembayaran tunai dan penyerahanphisik saham dilakukan saat itu juga. Hal ini dilakukanuntuk mengatasi kegagalan penyelesaian transaksi.Sejak tahun 2001, tidak perlu penyerahan phisik sahamkarena semua sudah melakukan perdagangan tanpa

warkat.

PASAR REGULAR

Di dalam pasar reguler, tawar menawar dan peng-alokasian transaksi memperhatikan price priority dantime priority. Price priority artinya order pada hargaterbaik yang akan memiliki prioritas untukdialokasikan lebih dahulu, sedangkan time priorityartinya pada harga yang sama, order yang lebih dahulumemiliki prioritas untuk didahulukan.

Ukuran satuan perdagangan saham dan warandilakukan dalam bentuk satuan lot, untuk industri nonperbankan 1 lot = 500 lembar dan perbankan 1 lot =5000 lembar. Di dalam pasar modal untuk perdagangansaham ada tiga fraksi harga yang digunakan yaitu Rp5, Rp 25, dan Rp 50. Saham dengan harga Rp 500 kebawah fraksinya Rp 5, dengan setiap kali perubahanmaksimum Rp 50. Untuk saham dengan harga di atasRp 500 sampai dengan Rp 5.000, fraksinya Rp 25.Golongan saham ini setiap kali perubahan maksimumRp 250. Terakhir untuk saham dengan harga di atasRp 5.000, fraksinya Rp 50 dengan setiap kaliperubahan maksimum Rp 500.

Waran memiliki fraksi harga empat golonganyaitu Rp1, Rp5, Rp10, dan Rp25. Fraksi tersebutdigunakan dengan ketentuan sebagai berikut: warandengan harga kurang dari Rp 100 ditetapkan fraksinyaRp 1, dengan setiap kali perubahan maksimum Rp 10.Harga waran di atas Rp 100 sampai dengan Rp 1.000fraksinya Rp 5, dengan setiap kali perubahanmaksimum Rp 50. Waran dengan rentang harga Rp1.000 sampai dengan Rp 5.000 ditetapkan fraksinyaRp 10, dengan setiap kali perubahan maksimum Rp100. Untuk waran harga Rp 5.000 ke atas, fraksinyaRp 25 dengan setiap kali perubahan maksimum Rp250.

PROSES PERDAGANGAN

Untuk dapat melakukan transaksi perdagangan saham,pemodal harus melakukan hal-hal sebagai berikut:pemodal membuka rekening di perusahaan pialangatau anggota bursa (AB), kemudian mengisi formulirpembukaan rekening, menandatangani perjanjianrekening, fotokopi KTP atau paspor dan depositsebagai jaminan transaksi. Setelah tahap pertama maka

Page 56: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

53

Jam STIE YKPN - Agus Sabardi dan Lita Kusumasari Mengenal Pasar Modal dan Analisis Teknikal

kemudian pemodal akan diminta untuk memberikanamanat atau order beli/jual secara jelas, kode saham,harga, jumlah, tanggal. Nama pemodal dan paraf.

Pada saat dilakukannya transaksi, ABmenerima order kemudian diteruskan ke bursa dandiproses ke JATS, kemudian trader di bursa memberi-kan hasil transaksi. Selanjutnya AB memberikankonfirmasi perdagangan saham kepada pemodalmaksimal T+1.

PROSES PENYELESAIAN TRANSAKSI

Penyelesaian transaksi dilakukan sesuai dengankonfirmasi dari AB, kemudian pemodal menyerahkanuang kepada AB maksimal T+4. Setelah menerimauang dari pemodal, AB menyerahkan uang ke KliringPenjaminan Efek Indonesia (KPEI) maksimal T+4 ataumenerima uang dari KPEI maksimal T+5. Setelah ituAB menyerahkan uang ke pemodal maksimal T+6.Penyerahan atau penerimaan phisik saham dariKustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) setelahperdagangan tanpa warkat tidak diperlukan lagi.

Penawaran Umum (Public Offering)

Sesudah EmisiEmisiSebelum Emisi

InternPerusahaan

PasarPrimer

BAPEPAMPasar

Sekunder Pelaporan

1. Rencana Go Public2. RUPS3. Penunjukan:

- Underwriter- Profesi Penunjang- Lembaga Penunjang

4. Mempersiapkan dokumen-dokumen5. Konfirmasi sebagai agen penjual

oleh penjamin emisi6. Kontrak Pendahuluan dengan bursa efek7. Penandatanganan perjanjian-perjanjian8. Public expose

1. Penawaran oleh sindikasi penjaminemisi dan agen penjual

2. Penjatahan kepada pemodal olehSindikasi Penjamin Emisi dan Emisten

3. Penyerahan efek kepada Pemodal

1. Emiten menyampaikan pernyataanpendaftaran

2. Ekspose terbatas di BAPEPAM3. Tanggapan atas:

- Kelengkapan dokumen- Kecakupan dan Kejelasan Informasi- Keterbukaan (dari aspek hukum,

akuntansi, keuangan danmanajemen)

4. Komentar tertulis dalam waktu 45 hari5. Pernyataaan pendaftaran dinyatakan

efektif

1. Emiten mencatatkan Efeknya di Bursa2. Perdagangan efek di bursa

1. Laporan Berkala, misalnya LaporanTahunan dan Laporan Tengah Tahunan

2. Laporan Kejadian Penting dan Relevan,misalnya Akusisi, Pergantian Direksi

Page 57: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

54

Jam STIE YKPN - Agus Sabardi dan Lita Kusumasari Mengenal Pasar Modal dan Analisis Teknikal

Struktur Pasar Modal di Indonesia

Sebelum Emisi

BadanUsaha

BAPEPAM

Perusahaan EfekLembaga

PenunjangPasar Modal

Bursa EfekJakarta

Bursa EfekSurabaya

KDEI

PEFINDO

Perusahaan EfekLembaga

PenunjangPasar Modal

ProfesiPenunjang

ProfesiPenunjang

ProfesiPenunjang

ProfesiPenunjang

ProfesiPenunjang

ProfesiPenunjang

Efek

Modal

Pasar SekunderPasar Perdana

Struktur Pasar Modal di Indonesia

ProfesiPenunjang

LembagaPenunjang

Penawaran Umum(Penawaran Perdana)

PasarSekunder

Bursa EfekJakarta

BAPEPAM

E M

I

T

E N

1. Profesi dan Lembaga Penunjang Pasar Modalmembantu Emiten dalam menyiapkankelengkapan dokumen.

2. Emiten mengajukan permohonan Kontrakpendahuluan

3. Kontrak pendahuluan antara Emiten denganBursa Efek ditandatangani

4. Emiten mengajukan pernyataan pendaftaranefektif

5. BAPEPAM mengeluarkan pernyataanpendaftaran efektif

6. Emiten dan Lembaga Penunjang Pasar Modalmelakukan Penawaran Umum

7. Emiten mengajukan permohonan pencatatandi bursa efek

8. Persetujuan Pencatatan dan Pengumuman diBursa

9. Perdagangan Efek di Pasar Sekunder (BursaEfek Jakarta)

1

6

4

5

2

8 73

9

Page 58: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

55

Jam STIE YKPN - Agus Sabardi dan Lita Kusumasari Mengenal Pasar Modal dan Analisis Teknikal

Perdagangan Efek di Indonesia

Saham, bukti right, waran, obligasi dan obligasikonversi adalah jenis-jenis efek yang diperdagangkandi BEJ. Kegiatan perdagangan atau transaksi efekdilakukan di lantai Gedung Bursa Efek Jakarta, Jl.Jendral Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. Kantormanajemen PT BEJ terdapat di lantai 4 gedung yangsama. Bagi para pengunjung yang ingin mengamatilangsung kegiatan transaksi di lantai bursa dapatmengunjungi Galeri di lantai 1. Pemodal dapatmengikuti langsung transaksi yang menampilkan dataseketika BEJ (Real Time Information) di kantor-kantorperusahaan pialang atau melalui Pusat Informasi PasarModal (PIPM) yang ada. Waktu pelaksanaan transaksiefek di BEJ dilakukan pada hari-hari yang disebutdengan hari Bursa, yaitu:

Senin – Kamis Sesi I Jam 09.30 - 12.00 WIBSesi II Jam 13.30 - 16.00 WIB

Jumat Sesi I Jam 09.30 - 11.30 WIBSesi II Jam 14.00 - 16.00 WIB

SEJARAH SINGKAT ANALISIS TEKNIKAL

Analisis teknikal lahir di Jepang dalam abad18. Untuk pertama kalinya harga-harga dicatat untukmeramalkan harga di waktu mendatang. Pada waktuitu komoditas kunci adalah beras, dan pertama kalipertukaran untuk masa mendatang terjadi sekitar tahun1700, memperdagangkan beras di waktu mendatangdikenal sebagai keranjang kosong. Seorang pedagangdan rentenir sukses dari keluarga Honma bernamaMunehisma bersama keponakannya bernamaMitsuoka sangat populer karena meramalkan hargadengan metoda Candlestick. Caranya adalah denganmengeplot harga-harga menjadi grafik pergerakanharga dan meramalkan harga di waktu mendatang.

Metoda tersebut dikenal di luar Jepang sekitartahun 1889/1890, pada saat Steve Nison seorang analisAmerika Serikat secara sukses memperkenalkan tekniktersebut di pasar saham Amerika (Reuter, 1999, hal.9). Kemudian Charles Dow memperkenalkan DowJones Index dan Dow Theory sebagai grafik moderndan analisis teknikal. Charles Dow juga sebagai pendiri

The Wall Street Journal, dia sangat peduli terhadappasar modal sampai akhir hayatnya pada tahun 1902.Sekitar tahun 1950 W.D. Gann seorang pemain sahamdari Amerika Serikat mampu meraih keuntungan $50juta dengan menggunakan analisis teknikal denganteori putarannya. Ralph Nelson Elliot (1940-1955)memperkenalkan dengan sukses Elliot Wave Theory(Sabardi, 2000, JAM Edisi Februari, hal. 29).

Awal tahun 1960 merupakan periode sulit bagipara analis teknikal karena adanya teori efisiensi pasar.Teori tersebut menjadi pegangan kaum fundamentalis(pemakai analisis fundamental), menurut merekapergerakan harga di pasar terjadi secara random dantidak dapat diramalkan. Pasar valuta asing yangsebelumnya cukup tenang, pada akhir tahun 1971situasinya berubah secara drastis. Secara temporerukuran pengendalian nilai tukar mata uang asing danpengendalian hambatan perdagangan internasionalgagal, dan pada musim semi tahun 1971 AmerikaSerikat melakukan suspend terhadap standar emas.Kemudian disetujui tingkat pertukaran mata uang asingyang mengambang, merupakan era baru bagiperdagangan valuta asing. Hasilnya, nilai tukar matauang asing sangat tidak stabil, sehingga perusahaan-perusahaan menyadari perlunya melindungi investasi(hedge).

International Monetary Market (IMM)dibentuk sebgai cabang the Chicago Mercantile Ex-change (CME), berhubungan dengan finansial di masamendatang dan mulai kontrak sertifikat deposito.Akhirnya mereka menggunakan prinsip-prinsipanalisis teknikal untuk kegiatan transaksi mereka,sehingga sekarang merkea sangat ahli dalam analisisteknikal.

Pada tahun 1976, pertama kali diperkenalkanpersonal computer di UK-the Commodore Pet sampaiIBM memperkenalkan PC-nya pada tahun 1981 dandijadikan standar bagi semua orang. Komputer dapatmenyimpan data yang besar dan memporses dengancepar serta memanfaatkan data tersebut ke berbagaiperhitungan matematika yang kompleks. Hal inilahyang mengorbitkan analisis teknikal secara cepat keseluruh dunia. Kebutuhan memahami pergerakanharga di pasar adalah cukup sulit karena meningkatnyavolatility. Oleh karena itu, para teknisian meyakinibahwa alat analisis mereka sanat ideal dengan personalcomputer. Tidaklah berlebihan bila dengan adanya

Page 59: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

56

Jam STIE YKPN - Agus Sabardi dan Lita Kusumasari Mengenal Pasar Modal dan Analisis Teknikal

personal computer tersebut telah terjadi revolusianalisis teknikal. Sejak tahun 1980 para analis tenikalmulai menggunakan analisis teknikal lanjutan untukstrategi transaksi mereka.

Sejak tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakartamenggunakan sistem otomatisasi dalam transaksisaham, dikenal dengan nama Jakarta Automated Trad-ing System (JATS). JATS sebagai suatu sistem mampumengolah data besar dan mengirimkan ke komputerbroker secara cepat (broker harus menggunakan In-formation Market Quote (IMQ) atau Real Time Infor-mation (RTI). Oleh karena itu, para pemain di BEJsangat mudah untuk menggunakan analisis teknikaldalam strategi transaksi mereka.

PENUTUP

Setelah cukup mengenal pasar modal dananalisis teknikal yang penggunaannya relatif cukupmudah karena tersedianya personal computer, JATS,IMQ, dan RTI, diharapkan semua partisipan di pasarmodal lebih mampu mendalami berbagai teknik danmetoda analisis teknikal. Analisis teknikal lanjutanyang sering digunakan untuk pedoman transaksi sahamadalah indikator momentum atau oskilator. Indikatorini terdiri dari tiga jenis yaitu Relative Strength Index(RSI), Stochastic, dan Moving Average ConvergenceDivergence (MCAD). Diharapkan para akademisi jugamau mengembangkan analisis teknikal tersebut danmenyebarluaskan kepada masyarakat.

Page 60: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

57

Jam STIE YKPN - Agus Sabardi dan Lita Kusumasari Mengenal Pasar Modal dan Analisis Teknikal

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, A.W. (1984) How to Lise the Three-Point Reversal Method of Point and Fig-ure Stock Market Trading, Larchmont,NY: Chartcraft.

Colby, Robert M. and Thomas A.. Meyers(1988). The Encyclopedia of TechnicalMarket Indicators. Homewood, IL:Dow Jones Irwin.

Edwards, Robert D. and John Magee (1981).Technical Analysis of Stock Trends.Boston, MA: John Magee, Inc.

Fosbeck, Norman G. (1976). Stock MarketLogic. Fort Lauderdale: The Institute forEconomic Research.

Frost, AJ. And Prechter, Robert (1990). ElliotWave Principle. USA: Probus PublisingCo.

Jakarta Stock Exchange, Fact Book 1995, spe-cial edition 1995.

Laing, Jonathan R. (1998). Ride that Wave.Barron’s vol. 78, 26 October.

Meyers, Thomas A. (1992) The TechnicalAnalysis Course. Tokyo: Toppan Co.Ltd.

Murphy, John J. (1986). The Technical Analy-sis of the Futures Markets. New York:New York Intstitute of Finance.

Prechter, Robert (1998). Track of the Bear: ThePost-Crash Rally, Says a Technician: isEnding. Barron’s vol. 68. 31 October,p:16-18.

Pring, Martin J. (1985). Technical Analysis Ex-plained. New York: McGraw-Hill.

“……………..” (1999). Introduction to Tech-nical Analysis, International Edition,Singapore: McGraw-Hill.

Reksohadiprodjo, Sukanto (1996). PerananPasar Modal Dalam PJPT II, EdisiRevisi. Yogya: Program MagisterManajemen, UGM.

Reuter Limited, (1999). An Introduction toTechical Analysis, Singapore: JohnWiley & Sons Pte. Ltd.

Sabardi, Agus dan Primidya K. Miranda (2000).Analisis Teknikal di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Akuntansi dan Manajemen STIEYKPN, Februari.

Page 61: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

58

Jam STIE YKPN - Agus Sabardi dan Lita Kusumasari Mengenal Pasar Modal dan Analisis Teknikal

Page 62: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

59

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

ABSTRACT

This study was conducted to measure the causal rela-tionship among components building the intention offinancial analyst working as an underwriter in usingforecast reporting as additional information on finan-cial statements to make investment decision on secu-rities.

Survey research was applied. Questionnaireswere used to measure and collect data. The classicalpath analysis was employed. The result of the studyshows that attitude has a positive and significant ef-fect toward intention of financial analyst working asan underwriter using forecast reporting in investmentdecision making on securities. However, the study alsoshows insignificant causal relationships between be-lief and attitude, between normative belief and sub-jective norm, between subjective norm and intention.

Keywords : Belief, Attitude, and Intention, ForecastReporting.

PENDAHULUAN

Laporan keuangan suatu perusahaan dipandangsebagai sumber informasi penting dan relevan untukmembuat keputusan investasi (Paton and Littleton,1940 : 1; American Accounting Association, 1966 : 1;Accounting Principles Board, 1970: para. 9; Finan-

HUBUNGAN VARIABEL PEMBENTUK MINATBERPERILAKU MENGGUNAKAN FORECAST REPORTING

UNTUK KEPUTUSAN INVESTASI PADA SEKURITASStudi Pada Wakil Penjamin Emisi Efek

Parwoto Wignjohartojo1

cial Accounting Standard Board, 1978:viii; KomitePAI, 1994: paras 12-21). Analisis historis atas laporankeuangan dilaksanakan untuk mempelajari kekuatandan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi arah danperkembangan, mengevaluasi efisiensi operasional,dan memahami sifat serta operasi perusahaan.Beberapa peneliti juga menyatakan bahwa investormenggunakan informasi akuntansi untuk keputusaninvestasi pada sekuritas (Chang, Most, and Brain,1983; Susanto, 1992:106; Yunus, 1992 : 1065). Tetapilaporan keuangan yang diterbitkan setiap perusahaanmengandung keterbatasan (APB, 1970: paras. 22-35;FASB, 1978: paras. 17-23). Di antara keterbatasantersebut ialah bahwa laporan keuangan mengandunginformasi historis, sedangkan keputusan investasimempertimbangkan keadaan masa yang akan datang.Di samping adanya keterbatasan laporan keuangantersebut, pada sisi yang lain telah terjadipengembangan pelaporan keuangan (development infinancial reporting) yang dapat mengkompensasiberkurangnya manfaat informasi keuangan akibatketerbatasan laporan keuangan (Lee, 1986:vii-viii).Pengembangan pelaporan keuangan tersebut antaralain ialah forecast reporting.

Pada aspek lain, terdapat pendekatan perilakudalam akuntansi yang mempelajari perilaku pemakailaporan keuangan dalam hubungan denganpenggunaan informasi akuntansi. Dari segipengembangan akuntansi pendekatan perilaku ini akanmengarahkan penilaian dan pemilihan teknik-teknik

1 Dr. Parwoto Wignjohartojo, Akt., Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.

Page 63: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

60

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

akuntansi yang mengacu pada tujuan dan perilakupemakai informasi akuntansi. Pendekatan perilakudalam akuntansi ini memandang penggunaan informasiakuntansi dan manfaatnya sebagai obyek minatberperilaku, sedangkan minat berperilaku terbentukoleh beberapa varaibel pembentuk minat berperilaku.

Fishbein dan Ajzein (1975, 1980) melalui teoritindakan yang beralasan (theory of reasoned action)menjelaskan adanya empat konsep pembentuk minatberperilaku dan hubungan ke empat konsep tersebutdalam suatu kerangka konseptual yang dapatdigunakan sebagai model pengukuran konsep tersebut,Secara garis besar hubungan tersebut dapatdiklasifikasi, (1) hubungan antara keyakinan dan sikap,(2) hubungan keyakinan normatif dan norma subyektif,(3) hubungan antara sikap dan norma subyektif denganminat berperilaku dan (4) hubungan antara minatberperilaku dan perilaku.

Rangkaian beberapa variabel pembentuk minatberperilaku menggunakan pengembangan laporankeuangan di satu pihak dan pengembangan laporankeuangan yang dapat mengkompensasi berkurangnyamanfaat informasi akuntansi akibat keterbatasanlaporan keuangan, mengandung permasalahan yangcukup penting untuk dikaji, yang akan dapatmemberikan sumbangan pada keputusan investasipada sekuritas yang lebih baik.Rumusan Masalah

Pada penelitian ini masalah yang akan ditelitiialah: (1) Bagaimana hubungan antara keyakinan dansikap Wakil Penjamin Emisi Efek terhadappenggunaan Forecast Reporting, (2) Bagaimanahubungan antara Keyakinan Normatif dan NormaSubyektif Wakil Penjamin Emisi Efek terhadappenggunaan Forecast Reporting, (3) Bagaimanahubungan antara sikap dan minat berperilaku WakilPenjamin Emisi Efek terhadap penggunaan ForecastReporting, (4) Bagaimana hubungan antara NormaSubyektif dan Minat Berperilaku Wakil PenjaminEmisi Efek terhadap penggunaan Forecast Reporting.Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini ialah mengkaji hubungankausal antara Keyakinan, Sikap, Keyakinan Normatif,Norma Subyektif, dan Intensi atau Minat berperilakuWakil Penjamin Emisi Efek terhadap penggunaan fore-cast reporting. Adapun manfaat penelitian inidiharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

pada pengembangan pendekatan perilaku dalamakuntansi dan untuk mengetahui apakah model yangdigunakan cocok, untuk mencari bukti empiris bahwaforecast reporting bermanfaat bagi pemakainya.

TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL,DAN HIPOTESIS

Studi ini termasuk dalam bidang behavioralaccounting research. Studi semacam ini memberikantekanan pada relevansi aspek perilaku pemakaiinformasi akuntansi dengan informasi akuntansi yangdikomunikasikan kepadanya. Aspek perilaku yangmenjadi variabel studi ialah komponen-komponenpembentuk minat berperilaku penggunaan forecastreporting. Menurut Mar’at (1984 : 13) dan Azwar(1988 : 17), dilihat dari segi strukturnya, komponenpembentuk minat berperilaku terdiri dari : pertama,komponen kognitif (cognitive) yang berhubungandengan beliefs, ide, dan konsep. Kedua, komponenafektif (affective) yang berhubungan dengan kehidupanemosional seseorang. Ketiga, komponen konatif (con-ative) merupakan kecenderungan atau niat untukbertindak. Studi yang akan dilakukan meminjam modelpsikologi itu yang dapat mengkaji variabel-variabelpembentuk minat berperilaku penggunaan forecastreporting. Ancok (1993 : 1) menjelaskan hubunganantara pengetahuan, sikap, intensi dan tindakan. Diamenyatakan bahwa dalam bidang pengetahuanpsikologi telah banyak dikaji oleh ahli-ahli yangbersangkutan tentang hubungan antara empat konsepyaitu pengetahuan, sikap, intensi dan tindakan.Masalah yang menyangkut hubungan empat konseptersebut banyak dibahas dalam konteks keikutsertaanseseorang dalam suatu aktivitas tertentu. Para ahliberanggapan bahwa pengetahuan seseorang atasmanfaat suatu aktivitas akan menimbulkan keyakinanorang tersebut pada manfaat aktivitas yangbersangkutan dan pada giliran berikutnya keyakinanitu akan menimbulkan sikap seseorang atas manfaataktivitas tersebut. Selanjutnya sikap tersebut akanmempengaruhi intensi yaitu niat untuk ikut dalamaktivitas tersebut. Intensi untuk ikut serta dalamkegiatan sangat tergantung pada arah sikap terhadapkegiatan tersebut. Bila sikap yang timbul positif danterdapat konsistensi antara sikap dan intensi, maka

Page 64: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

61

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

intensi akan positif terhadap kegiatan tersebut. Intensiini merupakan kecenderungan untuk bertindak. Intensiini akan mempengaruhi aktivitas dimaksud yangmerupakan tindakan yang ditampakkan seseorangdalam aktivitas tersebut.

Model psikologi yang menjelaskan hubunganantara empat konsep seperti telah diuraikan di atasrelevan dan sesuai untuk dijadikan model pengkajianuntuk studi yang dilaksanakan ini, sesuai pula dalammelakukan behavioral accounting research, teori yangdigunakan masih banyak meminjam dari disiplin lain,di antaranya banyak menggunakan model-modelpsikologi. Bila model psikologi di atas dipinjam untukmenjelaskan hubungan antara variabel-variabel yangdikaji dalam studi ini, maka model tersebut akan jugamenjelaskan hubungan antara variabel-variabel yangdikaji tersebut.

Fishbein dan Ajzen (1980 : 8) mengemukakanteori tindakan yang beralasan (theory of the reasonedaction) yang menjelaskan hubungan antara empatkonsep seperti diuraikan di atas (keyakinan yangtimbul dari pengetahuan, sikap, intensi dan tindakan)seperti pada Gambar 1.Hubungan antara empat konsep dalam model inidijelaskan berikut ini. Keyakinan pada akibat tindakan

terbentuk dari pengetahuan tentang x. Sikap ini dapatpositif atau negatif tergantung pada segi positif atausegi negatif dari komponen pengetahuan yangmembentuk keyakinan. Bila komponen pengatahuanmakin positif, maka sikap yang terbentuk juga positifterhadap tindakan x. Begitu sebaliknya, bila komponenpengetahuan negatif, maka sikap yang terbentuk juganegatif.

Keyakinan normatif pada tindakan x jugamerupakan komponen pengetahuan. Berbeda dengankeyakinan yang diuraikan terdahulu, maka keyakinannormatif ini merupakan komponen pengetahuantentang tindakan x yang merupakan pandanganorang-orang lain yang berpengaruh terhadapkehidupan seseorang. Pandangan orang lain ini tentangkeharusan atau tidak keharusan seseorang ikut sertadalam tindakan x. Dalam pelaksanaan studi, pandanganini hanya sekedar persepsi responden tentangbagaimana pandangan orang lain terhadap keikutsertaan seseorang dalam tindakan x. Norma subyektifterhadap tindakan x merupakan keputusan seseorangsetelah mempertimbangkan pandangan orang-orangyang mempengaruhi norma subyektif terhadaptindakan x. Seseorang dapat terpengaruh olehpandangan orang lain, dan dapat pula tidak

Gambar1Model Hubungan Keyakinan, Sikap, Intensi, dan Tindakan dalam

Teori Tindakan yang Beralasan (theory of the reasoned action)

KeyakinanNormatif terhadap

Tindakan X

KeyakinanAkibat Tindakan

XSikap terhadap

Tindakan X

Norma Subyektifterhadap

Tindakan X

Intensi terhadapTindakan X Tindakan X

x adalah komponen yang berisikan pengetahuantentang x, termasuk pengetahuan tentang akibat positifmaupun akibat negatif yang terjadi karena keikutsertaan dalam tindakan x. Sikap terhadap tindakan x

terpengaruh. Sejauh mana seseorang akan terpengaruhatau tidak terngaruh, sangat tergantung pada kekuatankepribadian seseorang yang bersangkutan dalammenghadapi kehendak orang lain.

Page 65: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

62

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

Intensi untuk melakukan tindakan x merupakanniat untuk melakukan tindakan x. Secara teoretisterbentuknya intensi ditentukan oleh interaksi antarakedua komponen yang mendahuluinya yaitu sikapterhadap tindakan x dan norma subyektif terhadaptindakan x. Ketidak serasian antara kedua komponenitu dapat terjadi, misalnya sikap positif sedang normasubyektif negatif. Dalam keadaan demikian, apakahseseorang akan mempunyai niat untuk melakukantindakan x, sangat tergantung kepribadian orangtersebut. Bila dia berani menentang kehendakorang-orang di lingkungannya, maka ia akan tetapmempunyai niat untuk ikut melakukan tindakan x.

Tindakan x merupakan tindakan yang nyata-nyata dilakukan. Jadi tindakan x merupakan niat yangsudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yangtampak. Tindakan ini timbulnya dipengaruhi olehintensi, tetapi bukan hanya intensi saja yangmenentukan terjadinya tindakan, melainkan masihbanyak faktor-faktor lain baik yang berada di dalammaupun di luar individu yang bersangkutan.

Studi ini juga akan meminjam model pengu-kuran sikap seperti telah diuraikan di atas, tetapi denganmodifikasi sedikit yaitu tidak menggunakan seluruhkomponen dalam model tersebut. Komponen yangtidak digunakan ialah hubungan antara intensi dengantindakan, mengingat adanya banyak faktor di luarintensi baik yang berada di dalam maupun di luarseseorang yang berpengaruh untuk terjadinyatinadakan. Faktor-faktor lain tersebut berada di luarlingkup studi ini.

Penyimpulan atau inferensi sikap subyek tidakdapat langsung dilakukan dengan hanya melihatlangsung perilaku subyek, karena hubungan antarasikap dan perilaku bukanlah hubungan langsung yangsistematis. Karena itu, perilaku tidak selalu dapatdijadikan indikator sikap sesungguhnya. Menanyakanlangsung pada sikap individu ternyata juga bukanmetode pengungkapan sikap yang dapat selaludipercaya. Suatu metode pengungkapan sikap yanghingga kini dapat dianggap terandalkan adalah denganmenggunakan skala sikap (Azwar, 1988 : 12).

Skala sikap merupakan kumpulan per-nyataan-pernyataan sikap terhadap obyek sikap.Jawaban subyek terhadap skala sikap tersebut dapatdisimpulkan mengenai karakteristik sikap yang berupaarah, intensitas, luasnya dan konsistensi sikap subyek.

Arah menunjukkan sikap yang positif atau negatif.Intensitas menunjukkan sikap yang lebih positif ataulebih negatif. Keluasan sikap menunjukkan luasnyacakupan obyek sikap yang dimintakan respon.Konsistensi menunjukkan tidak adanya kebimbangandalam bersikap. Karakteristik sikap ini menjadi bagianpenting dalam menyusun instrumen untukpengumpulan data tentang sikap, di samping variabelyang terkait, yang dalam studi ini ialah variabel aspekperilaku dan variabel akuntansi. Pengukuran sikapseharusnya mencakup semua karakteristik sikap yangdiuraikan di atas.

Aspek informasi akuntansi dalam studi inimerupakan obyek sikap. Berbagai aspek tentangmanfaat informasi akuntansi untuk investormemberikan indikasi bahwa para investor atau caloninvestor dan para analis keuangan yang membantumereka akan menggunakan informasi akuntansi untukkepentingan membuat keputusan investasi pada sahamdengan berbagai variasinya. Hal ini relevan denganstudi ini yang ingin mengetahui minat berperilakupenggunaan forecast reporting.

Akuntansi keuangan berorientasi ke masa lalu.Tekanannya pada kinerja keuangan dan posisikeuangan masa lalu. Laporan keuangan mencerminkancatatan historis aktivitas perusahaan yang telah lalu.Karakteristik ini merupakan keterbatasan laporankeuangan bila dikaitkan dengan kebutuhan informasiakuntansi para pemakai untuk membuat keputusaninvestasi pada saham, karena keputusan investorberorientasi ke masa yang akan datang. Sampaiseberapa jauh forecast reporting dapat melengkapiinformasi akuntansi akibat keterbatasan laporankeuangan, berbagai bukti teoretis maupun empirisdapat memberikan argumentasi untuk maksud ini.

Argumentasi baik teoritis (AICPA dalamTrueblood Report, 1973: 15-46; FASB dalam SFAC,1978; ASC, 1975: 56; IAI. 1994; Bapepam, 1992:198-211) maupun empiris (Foster. 1973, Dev danWebb, 1972; Dev, 1973; Ferris, 1975; Ferris, 1976}menyatakan bahwa laporan ramalan mempunyaimanfaat bagi pemakai informasi akuntansi untukmembuat keputusan investasi pada saham. Pengambilkeputusan memperhatikan data baik yang terjadi dimasa lalu maupun yang akan terjadi di masa yang akandatang. Ramalan harus disediakan bila dikehendakibahwa laporan keuangan menyajikan informasi yang

Page 66: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

63

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

akan meningkatkan prediksi para pemakainya. Buktiempiris juga menunjukkan bahwa terdapat kenaikanvolume transaksi perdagangan saham dan terjadiperubahan harga saham yang abnormal selama minggupengumuman laporan ramalan, dan cenderung mene-gaskan hipotesis bahwa para investor meman-dangramalan manajerial mempunyai kandungan informasi.

Bila laporan ramalan perusahaan yangdipublikasikan bermanfaat untuk membuat keputusan,maka informasi tersebut harus menstimulasi beberapajenis tindakan yang dapat diobservasi. Sesuai dengantujuan studi yang ingin mengetahui respon subyekyang diteliti terhadap laporan ramalan untukmemperluas kandungan informasi akuntansi laporankeuangan akibat sifat historis laporan keuangan untukkepentingan membuat keputusan investasi pada saham,maka penjelasan di atas tepat untuk dimintakan responpara responden dalam studi ini. Di samping itu,gambaran tentang isi laporan ramalan seperti diatur diUK, dapat menjadi bahan untuk pengumpulan datatentang penggunaan laporan ramalan dalam studi ini.Pengaturan ini menyatakan bahwa pelaporan ramalandapat disajikan dengan berbagai cara, namun minimalperlu menyajikan informasi tentang tingkat laba yangakan datang, tingkat dan prospek ketenaga kerjaanyang akan datang, tingkat investasi yang akan datang,asumsi-asumsi pokok yang mendasari laporan tentangprospek perusahaan yang bersangkutan.

Studi ini akan meminjam model pengukuranminat berperilaku seperti pada bidang psikologi denganmodifikasi yang disesuaikan dengan lingkup dantujuan studi. Model yang telah dimodifikasi inidimaksudkan sebagai kerangka konseptual yang

menunjukkan kerangka berpikir yang logis untukmenggambarkan proses penalaran ilmiah dalammelaksanakan studi.

Modifikasi yang dimaksud ialah bahwa dalammodel untuk studi ini tidak memasukkan hubunganantara intensi dan tindakan, dengan pertimbangankarena terjadinya tindakan tidak hanya ditentukan olehintensi melainkan juga oleh banyak faktor-faktor lainbaik yang berada di dalam maupun di luar diri individu.Faktor-faktor di luar intensi tersebut tidak beradadalam lingkup studi ini dan studi ini juga tidak bertuju-an untuk mengukur faktor-faktor tersebut, melainkanhanya akan meminjam model yang telah biasadigunakan untuk mengukur sikap. Berdasar kristalisasiteori yang relevan dan penting serta alur pikir sepertidiuraikan di atas, maka kerangka konseptual untukstudi ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.

HIPOTESIS

Hipotesis untuk penelitian ini dirumuskansebagai berikut: (1) Keyakinan berpengaruh positifpada sikap Wakil Penjamin Emisi Efek terhadappenggunaan Forecast Reporting, (2) KeyakinanNormatif berpengaruh positif pada Norma SubyektifWakil Penjamin Emisi Efek terhadap penggunaanForecast Reporting, (3) Sikap berpengaruh positif padaminat berperilaku Wakil Penjamin Emisi Efek terhadappenggunaan Forecast Reporting, (4) Norma subyektifberpengaruh positif pada minat berperilaku WakilPenjamin Emisi Efek terhadap penggunaan ForecastReporting.

Gambar 2Model Hubungan Keyakinan, Sikap, Keyakinan Normatif, Norma Subyektif,

dan Intensi Penggunaan Forecast Reporting

Keyakinan Normatifterhadap Penggunaan

Forcast Reporting

Keyakinan terhadapPenggunaan

Forcast Reporting

Sikap terhadapPenggunaan

Forcast Reporting

Norma terhadapterhadapPenggunaan

Forcast Reporting

Intensi terhadapPenggunaan

Forcast Reporting

Page 67: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

64

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Dari permasalahannya, penelitian ini bersifatcausal relationship yang berusaha menguji hubungankausal antara variabel keyakinan, sikap untukberperilaku, keyakinan normative, norma subyektif,serta intensi atau minat untuk berperilaku yangberpijak pada theory of reasoned action atau teoritindakan yang beralasan seperti yang dikemukakanFishbein dan Ajzen (1975, 1980) para Wakil PenjaminEmisi Efek dalam menggunakan forecast reporting. Dari data yang dianalisis, penelitian ini merupakanpenelitian observasional, dengan rancangan data cross-sectional. Dari analisis datanya penelitian inimerupakan penelitian analitis, yang menggunakanstatistik induktif untuk menganalisis data sampel yangdigeneralisasikan menuju populasi.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhanwakil penjamin emisi efek yang merupakan para analiskeuangan yang bekerja untuk kepentingan penjaminemisi efek dengan karakteristik telah lulus sertamendapat sertifikat analis keuangan, telah mendapatizin praktik dan terdaftar di Bapepam, bukan merupa-kan warga negara asing yang belum lancar berbahasaIndonesia, dan tidak merangkap sebagai penasihatInvestasi. Jumlah keseluruhan wakil pen-jamin emisiefek yang mejadi elemen populasi 200 orang.Karena sifat elemen populasi relatif homogen sertauntuk menjaga agar sampel yang dipilih representa-tive sehingga dapat digeneralisir metode pengambilansampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahsimple random sample. Jumlah sampel yang akandiambil dengan mempertimbangkan model analisisyang akan digunakan yakni classical path analysis,sebagaimana yang disarankan Bentler (1993) ukuransampel minimalnya adalah 5 kali parameter yangdiestimasi. Parameter yang diestimasi dalam penelitianini pada dasarnya seperti yang terdapat dalam hipotesisyakni 4 (empat) sehingga sampel minimal 20. Untukmenjaga normalitas sebaran, data harus di atas 30(Hadi, 1987, Siegel, 1986). Dengan mempertimbang-kan pula saran dari Hair (1992) bahwa dalam struc-

tural equation modeling sampel minimalnya sebaiknyadi atas 50. Kemudian karena data akan diambil denganmenggunakan kuesioner yang dikirimkan denganmenggunakan pos pada umumnya memiliki tingkatkembalian 50 persen (Kerlinger, 1986 : 13) makakuesioner yang dikirimkan harus 2 kali 30. Untukmenjaga risiko tidak kembalinya kuesioner sepertiyang diperkirakan Kerlinger penelitian ini akanmenggunakan kuesioner sebanyak 80 buah yangdikirimkan lewat pos. Pengambilan data dilakukanpada tahun 1995 yang dipandang masih relevan, karenapenelitian ini pada dasarnya merupakan pengem-bangan dari penelitian yang dilakukan Wignjohartojo(1995). Penelitian sebelumnya tersebut hanyamengukur arah, intensitas, dan keluasan dari minatserta variabel-variabel pembentuknya dalam kerangkateori tindakan yang beralasan tanpa menguji kejelasanhubungan antar variabelnya.

Variabel dan Pengukuran

Variabel dalam penelitian ini merupakanvariabel-variabel yang akan diuji hubungan kausalnya,baik independent variable atau exogenous dalamkerangka analisis jalur, variabel intervening (antara),maupun dependend variable atau endogenous dalankerangka analisis jalur. Keseluruhan variabel tersebutadalah keyakinan terhadap penggunaan forecast re-porting, keyakinan normative terhadap penggunaanforecast reporting sebagai variabel independen,kemudian variabel sikap terhadap penggunaan fore-cast reporting dan norma subyektif terhadappenggunaan forecast reporting sebagai variabel inter-vening, dan intensi untuk menggunakan forecast re-porting sebagai variabel independen.Definisi dari masing-masing variabel yang ditelitiadalah sebagai berikut :Keyakinan terhadap penggunaan forecast report-ing: merupakan keyakinan para Wakil Penjamin EmisiEfek bahwa penggunaan forecast reporting akanmenimbulkan akibat tertentu baik positif maupunnegatif.Sikap terhadap penggunaan forecast reporting:merupakan hasil evaluasi perasaan para WakilPenjamin Emisi Efek (afeksi) yang ditunjukkan dengansetuju atau tidak setuju terhadap penggunaan forecastreporting.

Page 68: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

65

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

Keyakinan normative: merupakan keyakinan paraWakil Penjamin Emisi Efek bahwa individu ataukelompok tertentu yang menjadi referensinya berpikirapakah seyogyanya mereka menggunakan forecastreporting atau tidak, dan motivasinya untuk mengikutianjuran tersebut.Norma subyektif: merupakan keputusan para WakilPenjamin Emisi Efek tentang apa yang diinginkanindividu atau kelompok lain yang menjadi referensinyatentang apakah harus menggunakan forecast report-ing atau tidak.Intensi dalam penggunaan forecast reporting:merupakan intensi atau minat para Wakil PenjaminEmisi Efek terhadap penggunaan forecast reporting.Forecast Reporting: merupakan salah satupengembangan laporan keuangan yang memberikaninformasi tentang estimasi kinerja dan posisi keuanganmasa yang akan datang, estimasi peningkatan kapasitasperusahaan masa yang akan dating, estimasi volumeaktivitas perusahaan yang dicerminkan dalampenjualan masa yang akan datang, estimasi laba danlaba per lembar saham masa yang akan dating, danasumsi-asumsi yang realistis sebagai dasar yangrasional membuat forecast reporting

Pengukuran seluruh variabel yang ditelitimeng-gunakan skala Likert dengan pernyataan positifdan negatif . Kategori respon terhadap pernyataan yangdiajukan terdiri dari enam tingkatan, yakni (sangattidak setuju, tidak setuju, kurang setuju, agak setuju,setuju, dan sangat setuju). Tingkatan skala atas respontersebut adalah 1,2,3,4,5,6 untuk pernyataan positif

dan 6,5,4,3,2,1 untuk pernyataan negatif. Skala Likert,yang digunakan pengukuran variabel memang dapatdikatakan ordinal, namun demikian seperti yangdijelaskan Kerlinger (1986 : 401) bahwa skala ordinaldalam penelitian behavioral dan psikologi cukupmendekati skala pengukuran interval. Dengandemikian statistik parametrik termasuk regresi dapatdigunakan untuk analisis.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan datadalam penelitian ini adalah kuesioner yang dikirimkanlewat pos. Untuk menjaga reliabilitas kuesioner danvaliditas data yang diperoleh sebelum digunakan diujicobakan terlebih dahulu kepada calon responden danpihak-pihak yang dianggap memahami indikator yangdigunakan. Pengujian terhadap validitas datamenggunakan teknik Hoyt, dan uji reliabilitas denganmenggunakan teknik Cronbach alpha.

Model dan Teknik Analisis Data

Model yang akan digunakan untuk menjawab masalahserta menguji hipotesis yang diajukan sesuai dengankerangka konseptualnya adalah classical path analy-sis. Prosesdur analisisnya adalah : mengembangkandiagram jalur (path diagram) yang menujukkanhubungan kausal sesuai dengan kerangka konsep-tualnya sebagai berikut :

Gambar 3Diagram Jalur Hubungan antara Keyakinan, Sikap, Keyakinan Normatif, Norma Subyektif,

dan Intensi Wakil Penjamin Emisi Efek Terhadap Penggunaan Forecast Reporting

KYPFR

KNPFR

SKPFR

NSPFR

ITPFR

Er2

Er3

Er4

Er1

Er5

Page 69: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

66

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

Spesifikasi dari diagram jalur di atas adalah :

KYPFR : Keyakinan terhadap penggunaan forecastreporting

SKPFR : Sikap terhadap penggunaan forecast reporting

KNPFR : Keyakinan normatif terhadap pengguna-an forecast reporting

NSPFR : Norma Subyektif terhadap penggunaanforecast reporting

ITPFR : Intensi penggunaan forecast reportingEr 1,2,3,4,5 : Residual

: Arah pengaruh (hubungan kausal) yangditunjukkan oleh koefisien jalur yangditaksir dengan koefisien regresiterstandar (Beta)

Untuk menguji model diagram jalur tahapberikutnya dilakukan uji asumsi normalitas data,multikolinieritas, dan uji asumsi klasik lainnya. Bilaterjadi pelanggaran dilakukan tindakan perbaikanseperlunya. Tahap berikutnya adalah menguji hipotesismodel antara lain dengan Chi-Square, RMSEA, GFI,CFI, dan TLI. Apabila hipotesis model yang diajukantidak diterima atau tidak sesuai dengan data, tahapberikutnya adalah melakukan modifikasi berdasarkanmodification index dan dukungan teori.

Setelah model memiliki kesesuaian dengan databerikutnya dilakukan intepretasi sesuai dengan masa-

lah dan hipotesis yang diajukan. Besarnya hubungankausal pengaruh antar variabel akan dilihat darikoefisien jalur (regresi terstandar), kemudian jalurdianggap signifikan apabila nilai t hitung lebih besardaripada t table. Intepretasi berikutnya berdasarkanhubungan kausal, yakni efek langsung, efek tidaklangsung, serta efek total antar variabel.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakanbantuan beberapa paket program komputer statistik,yakni SPS-2000, SPSS Release 10,1, dan AMOS(Analysis of Moment Structure) Version 4 for Windows.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Jalur

Dari 80 kuesioner yang dkirimkam lewat posternyata hanya kembali sebanyak 59 buah. Jumlah inimemenuhi syarat untuk dianalisis karena telah lebihdari 5 kali parameter yang diestimesi seperti yangdianjurkan Bentler (1993), lebih dari 50 seperti yangdianjurkan oleh Hair (1992). Setelah asumsi norma-litas data, multikolinieritas, dan asumsi penting lainnyaterpenuhi berikutnya dari hasil analisis dengan pro-gram AMOS 4, dihasilkan koefisien jalur antar varia-bel yang ditunjukkan oleh regresi terstandar dan hasiluji hipotesis model seperti tampak pada gambar 4.

Gambar 4Hasil Jalur Hubungan antara Keyakinan, Sikap, Keyakinan Normatif, Norma Subyektif,

dan Intensi Wakil Penjamin Emisi Efek Terhadap Penggunaan Forecast Reporting

KYPFR

KNPFR

SKPFR

NSPFR

ITPFR

Er2

Er3

Er4

Er1

Er5

.19

.07

.58

.02

Uji Hipotesis ModelChi-Square=7.398Probability=.286RMSEA=.063GFI=.951AGFI=.878TLI=.903CFI=.942

Page 70: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

67

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

Untuk menguji apakah model gambar 4 memi-liki kesesuaian dengan data, digunakan beberapakriteria Goodness of Fit Indices yang sesuai dengan

terstandar), nili t hitung serta t tabelnya. Kriteriasignifikan apabila nilai t hitung lebih besar daripadat tabel.

Tabel 1Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indicate

Kriteria Hasil Nilai Kritis *) Evaluasi ModelChi-Square 7,39 Relatif Kecil BaikProbability 0,285 ³ 0,05 Baik

RMSEA 0,063 £ 0,08 BaikGFI 0,951 ³ 0,90 BaikTLI 0,903 ³ 0,95 MarginalCFI 0,942 ³0,95 Marginal

Sumber : *) Hair (1992), Arbukle (1997), Muller (1996)

jumlah sampel maupun tujuan analisis yang diingin-kan. Beberapa kriteria, nilai kritis, serta kesimpulanyang bisa diambil disajikan pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwamodel yang diajukan menunjukkan adanya kesesuaiandengan antara model yang dikembangkan dengan dataterbukti dari adanya nilai Chi-Square yang relatif kecildan tidak signifikan (nilai p ³ 0,05) dan RMSEA lebihkecil dari 0,08. Kondisi tersebut menunjukkan tidakadanya perbedaan antara besaran dalam sampel (co-variance sample) dan parameter populasi yangdiestimasi (covariance poulasi) . GFI (Goodness ofFit) juga di atas 0,90 meskipun TLI dan CFI denganpenerimaan marginal, maka model ini relatif dapatditerima dan sesuai dengan data.Untuk menguji hipotesis yang diajukan disajikan Tabel2 yang menunjukkan besarnya koefisien jalur (regresi

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dikemukakanbahwa hipotesis alternatif 1 (satu) yang diajukanbahwa keyakinan berpengaruh terhadap sikap wakilpenjamin emisi efek terhadap penggunaanpengembangan laporan keuangan forecasting tidaksignifikan atau ditolak, karena nilai t hitung lebih kecildaripada t table pada tingkat kesalahan (a) 5 persendan DF 6. Namun hanya bisa diterima pada peluangkesalahan 14 persen (nilai probability). Untukhipotesis 2 (dua) yang menyatakan bahwa keyakinannormative berpengaruh terhadap norma subyektifwakil penjamin emisi efek terhadap penggunaanpengembangan laporan keuangan forecasting jugatidak signifikan karena t hitung lebih kecil dari t table,dan hanya dapat diterima pada peluang kesalahan yangtinggi yakni 60 persen. Berdasarkan hipotesis 3 (tiga)yang menyatakan bahwa sikap berpengaruh terhadap

Tabel 2Koefisien Jalur (Regresi terstandar) Hubungan Antarvariabel

Koefisien T hitung T table ProbabilityJalur Jalur (α =5%) (p) Keterangan

KYPFR>SKPFR 0,186 1,443 1,94 0,14 Tidak SignifikanKNPFR>NSPFR 0,067 0,513 1,94 0,60 Tidak SignifikanSKPFR>ITPFR 0,582 5,457 1,94 0,00 SignifikanNSPFR>ITPFR 0,016 0,188 1,94 0,85 Tidak Signifikan

Page 71: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

68

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

intensi wakil penjamin efek dalam menggunakanpengembangan laporan keuangan forecasting diterima,terlihat dari nilai t hitung lebih besar daripada t tabledan nilai p = 0. Berdasarkan Tabel 1 juga dapatdisimpulkan bahwa hipotesis 4 (empat) yangmenyatakan bahwa norma subyektif berpengaruhterhadap intensi wakil penjamin emisi efek tidakditerima, karena t hitung lebih kecil daripada t tabel.Hubungan kausal antar variabel yang ditelitiberikutnya dapat diamati dari efek langsung, efek tidaklangsung, dan efek total yang distandarisir dari masing-masing variabel seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Keyakinan wakil penjamin emisi efek hanyamemiliki pengaruh langsung pada sikap terhadappenggunaan forecast reporting dengan nilai 0,19, danpengaruh tidak langsung terhadap intensimenggunakan pengembangan laporan keuanganmelalui sikap sebesar 0,11. Kemudian keyakinan nor-mative hanya memiliki pengaruh langsung kepadanorma subyektif sebesar 0,07 dan efek tidak langsungterhadap intensi menggunakan pengembangan laporankeuangan forecasting melalui norma subyektif sebesar0,001.

hubungan lainnya antara keyakinan dengan sikap,keyakinan normatif dan norma subyektif, dan antaranorma subyektif dengan intensi menunjukkanpengaruh yang tidak signifikan.

Hasil pembuktian empiris tersebut dapat dikait-kan dengan kenyataan bahwa memang ada berbagaipendekatan tentang teori sikap dan perilaku. Buktiempiris dalam penelitian ini , bisa terjadi wakilpenjamin emisi efek sebagai praktisi analis keuanganyang bekerja pada underwriter, sikapnya terhadappenggunaan forecast reporting lebih didominasi olehpengalaman praktiknya dan bukan ditentukan olehpengetahuan yang mendasari keyakinannya. Sehinggadalam hal ini sikap lebih mantap daripada pengetahuanserta keyakinannya. Minat mereka terhadap penggu-naan forecast reporting juga lebih banyak ditentukanoleh sikapnya, bukan oleh pengaruh orang maupunkelompok lain.

Apabila dilihat dari pengujian terdahulu(Wignjohartojo, 1995) tampak bahwa para wakil pen-jamin emisi efek memiliki sikap positif serta memilikiminat untuk menggunakan forecast reporting untuk

Tabel 3Rekap Efek Langsung, Efek Tidak Langsung, dan Efek Total Antarvariabel

Variabel KNPFR NSPFR KYPFR SKPFR

Terikat EL ETL ET EL ETL ET EL ETL ET EL ETL ET

NSPFR 0,07 0,00 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

SKPFR 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,19 0,00 0,19 0,00 0,00 0,00

ITPFR 0,00 0,001 0,001 0,02 0,00 0,02 0,00 0,11 0,11 0,58 0,00 0,58

Sumber : Lampiran

Keterangan : EL = Efek Langsung ETL = Efek Tidak Langsung ET = Efek Total

Pembahasan

Berdasarkan Gambar 4 dan Tabel 2 beserta inte-pretasinya, ternyata hubungan kausal antara sikap danintensi wakil penjamin emisi efek terhadappenggunaan forecast reporting yang signifikan, yaitusikap berpengaruh positif terhadap intensi, sedangkan

menganalisis dalam mengambil keputusan investasi.Dengan demikian dua hasil pengujian ini konsisten,serta memiliki implikasi bahwa me-ningkatnya minatpenggunaan forecast reporting pada wakil penjaminemisi efek akan banyak ditentukan oleh sikap positifmereka.

Page 72: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

69

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dapat diberikanbeberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Argumentasi teoritis dan hasil penelitian

empiris sebelumnya menyatakan bahwa fore-cast reporting memiliki kandungan informasiyang bermanfaat untuk mengambil keputusaninvestasi pada sekuritas. Pernyataan di atasdidukung oleh penelitian Wignjohartojo (1995)dan hasil pengujian ini bahwa pada hakekatnyamemberikan bukti empiris bahwa wakilpenjamin emisi efek sebagai analis keuanganyang bekerja pada underwriter mempunyaisikap positif yang ternyata juga konsistendengan minat mereka untuk menggunakanforecast reporting dalam mengambil keputusaninvestasi pada sekuritas.

2. Adanya hubungan kausal yang tidak signifikanantara keyakinan dan sikap, keyakinan normatifdan norma subyektif, serta norma subyektif danintensi, karena para wakil penjamin emisi efeksebagai praktisi analis keuangan yang bekerjapada underwriter kemantapan sikapnyabarangkali lebih banyak ditentukan olehpengalaman praktiknya.

IMPLIKASI

Dari argumentasi teoritis, penelitian empiristerdahulu serta bukti empiris dari hasil penelitian ini,dapat dikemukakan beberapa implikasi sebagaiberikut:1. Badan Pengawas Standar Akuntansi untuk

menyusun aturan yang memasukkan forecastreporting sebagai produk dari akuntansikeuangan.

2. Lembaga pendidikan akuntansi untukmemasukkan forecast reporting dalam materipendidikan.

3. Untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjuttentang variabel pembentuk minat, dapatdilakukan pengembangan penelitian denganmemasukkan variabel pengalaman seperti yangdiduga dari hasil penelitian ini. Sebagaialternatif model dapat digunakan pengem-bangan dari model theory of resoned action,yakni theory of planned behavior yangdikembangkan oleh Ajzen (1985) yangmemang memasukkan pengalaman.Pengembangan penelitian juga diharapkandapat lebih memperbaruhi data.

Page 73: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

70

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

DAFTAR PUSTAKA

Accounting Principles Board, 1970. Basic Con-cepts and Accounting Principles Under-lying Financial Statements of BusinessEnterprices. APB Statement No. 4.American Institute of Certified PublicAccountants, USA.

Accounting Standards Committee. The Corpo-rate Report, ASC, 1975.

Ajzen I, 1985. “From Intention to Action : ATheory of Planned Behavior,” dala J.Kuhl and Beckmann (Eds), Action-con-trol : From Cognition to behavior.Springer. Heidelberg

American Accounting Associstion, 1966. AStatement of Basic Accounting Theory.American Accounting Association,USA.

American Institute Of Certified Public Accoun-tants, 1973. Objective of FinancialStatement. American Institute of Certi-fied Public Accountnts, Inc.

Ancok, Djamaludin. 1993. Teknik PenyusunanSkala Pengukur. Pusat PenelitianKependudukan Gajah Mada,Yogyakarta.

Arbuckle JL, 1999. Amos 4 User Guide.Smallwaters Corporation. Chicago

Azwar, Saifuddin, 1998. Sikap Manusia - Teoridan Pengukurannya. Liberty,Yogyakarta.

Bentler P, 1993. EQS : Structural EquationProgram Manual. Los Angeles : Scien-tific Software International

Bapepam, 1992. Peraturan Pasar Modal. Edisi

1992, Penerbit Yayasan Mitradana,Jakarta, April.

Chang, Lucia S., Kenneth S. Most, Carlos W.Brain, (1983). The Untility of AnnualReports: An International Study. Jour-nal of International Business Studies,Spring/summer, 63-84.

Dev, S., 1973. Problem in Interpreting ProfitForecasts. Accounting and BusinessResearch, Spring, 110-116.

__________ and M. Webb, 1972. The Accu-racy of Company Profit Forecasts. Jour-nal of Business finance, Autum, 26-39.

Ferris, K.R., 1975. Profit forecasts Disclosure:The Effect on Managerial Behaviour.Accounting and Business Research,Spring, 133-139.

__________, 1976. The Apparent Effect ofProfit Forecast Disclosure on Manage-rial Behavior: An Empirical Examina-tion. Journal of Business Finance andAccounting, Vol.3 No.3, 53-56.

Financial Accounting Standard Board, 1978.Objectives of Financial Reporting byBusiness Enterprises. Statement of Fi-nancial Accounting Concept No. 1.FASB, Stamford, Connecticut, Novem-ber.

Fishbein M, dan Ajzen I, 1975. Belief, Attitude,Intention and Behavior. Reading,Addison-Wesley. Massachusett

__________, 1980. Understanding Attitudesand Predicting Social Behavior. NewYork. Prentice-Hall

Foster, G, 1973. Stock Market Reaction to Es-timates of Earnings per Share by Com-pany Officials. Journal of Accounting

Page 74: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

71

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

Research, Spring, 25-37.

_________, 1977. Quaterly Accounting data:Time-Series Properties and Predictive-Ability Results. The Accounting Review,Jaunuary, 1-21.

Gray, Sidney J., 1981. Segmental or Disaggre-gated Financial Statements, in ThomasLee (Ed.) Development in Financial re-porting, Philip Allan Publishers Limited,(Reprinted 1984, 1986).

Hadi, Sutrisno, 1987. Metodologi Research.Jilid 3. Yayasan Penerbitan FakultasPsikologi Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.

Hair Joseoh H, Ralph E. Anderson, Tathan R,dan William C. Black, 1992. Multivari-ate Data Analysis. New York :Macmillan Publishing Company.

Kerlinger Fred N, 1986. Multiple Regressionin Behavioral Research. Holt, Richart& Winston, Inc. New York

Komite PAI, 1994. Standar Akuntansi Indone-sia. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Lee, Thomas A., 1986. Developments in Finan-cial Reporting. Philip Allan Publishers,Southampton, Great Britain.

Mar’at, 1984. Sikap Manusia - Perubahan sertaPengukurannya. Ghalia Indonesia,Jakarta.

Muller Ralp O, 1996. Basic Principles of Struc-tural Equation Modelling. An Introduc-

tion to Lisrel and EQS. New York :Springer

Nazir M, 1988. Metode Penelitian. Jakarta :Ghalia Indonesia.

Paton, W.A. and A.C. Littleton, 1940. An In-troduction To Corporate AccountingStandards. American Accounting Asso-ciation, (Twenth-First Printing, 1992).

Sekaran U, 2000. Research Methods for Busi-ness : A Skill-Building Approach. JohnWiley & Sons. New York

Siegel, S, 1986. Terjemahan, Zanzawi Suyutidan Landung Simatupang. StatistikNonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,PT. Gramedia, Jakarta.

Susanto, Djoko, 1992. An Empirical Investi-gation of The Extent of Corporate Dis-closure in Annual Reports of Compa-nies Listed on The Jakarta Stock Ex-change. Unpublished Doctoral Disser-tation, University of Arkansas.

Wignjohartojo, Parwoto, 1995. Sikap AkuntanPendidik dan Pemakai LaporanKeuangan terhadap PenggunaanPengembangan Laporan Keuanganuntuk Membuat Keputusan Investasipada Saham. Disertasi Doktor. Univer-sitas Airlangga. Surabaya.

Yunus, Hadori, 1992. External Financial Re-porting In Indonesia And Its InplicationsFor Accounting Development. Unpub-lished Doctoral Dissertation, The Uni-versity of Hull, U.K.

Page 75: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

72

Jam STIE YKPN - Parwoto Wignjohartojo Hubungan Variabel Pembentuk Minat ....

Page 76: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

73

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

ABSTRAKSI

Pengembangan usaha kecil menjadi tema sentral dalamrangka memberdayakan ekonomi rakyat, tak terkecualidi Yogyakarta. Dalam pengembangan tersebut masihbanyak mengalami hambatan. Perspektif masyarakatmasih beranggapan bahwa pengembangan usaha kecilyang terpenting adalah modal. Apabila diamati lebihjauh, modal hanyalah salah satu bagian pengembanganusaha kecil. Justru hal terpenting dan krusial adalahpemasaran tetapi hal tersebut masih mendapatkan suaraminor dari pengusaha kecil. Padahal, pasar merupakanujung tombak dalam usaha. Untuk itulah artikel inimencoba mengedepankan aspek pemasaran dalampengembangan usaha kecil yang ada di Yogyakarta.Maksudnya, agar pengembangan usaha kecil tersebutdapat diketahui kinerja pemasarannya, yang nantinyadapat dijadikan bahan pertimbangan dalammenentukan pola pembinaan terhadap usaha kecil yangada di Yogyakarta.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan usaha kecil yang ada diYogyakarta sejak tahun 1986 sampai tahun 1996mencapai 3,43%. Hal ini menunjukkan bahwa usahakecil merupakan sektor yang masih banyak diminatioleh masyarakat. Pemerintah sebagai penyelenggarapublik perlu merespon kondisi tersebut. Apalagi jika

KINERJA PEMASARAN USAHA KECILDI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Iswardono S.P 1 )

Sunaryadi 2 )

dikaitkan dengan kondisi krisis sekarang ini, realitasmenunjukkan bahwa usaha kecil mampu membuktikansebagai sektor yang kuat. Posisi tersebut akan lebihsolid jika ditopang oleh kebijakan yang kondusif.Wujud dari kebijakan ini adalah keberpihakan yangmemberikan keleluasaan perkembangan usaha kecil.

Selama ini, kebijakan perekonomian Orde Barulebih banyak dinikmati oleh konglomerat. Hal inimenyebabkan usaha kecil berkembang hanya sesuaidengan kekuatan yang dimiliki. Hikmah yang bisadipetik adalah usaha kecil tidak tergantung padafasilitas pemerintah dan tahan banting pada gejolakperekonomian. Selama ini memang sudah banyakkebijakan yang menguntungkan pengusaha kecil,tetapi tidak sebesar apa yang diberikan padakonglomerat. Dengan demikian, reorientasi terhadapkebijakan usaha kecil sekarang ini merupakan hal yangmutlak diperlukan. Dasar orientasi tersebut adalahkinerja perekonomian agar tidak mengulangi kesalahandalam pembuatan kebijakan baru.

Berbagai macam tanggapan terhadap usahakecil merupakan awal keberpihakan terhadap kebija-kan yang ada. Tanggapan tersebut dimaksudkan untukmemberi masukan terhadap pengambil kebijakan.Dalam hal ini respon pemerintah sangat dibutuhkandalam rangka mengembangkan usaha kecil.

Salah satu kunci pengembangan usaha keciladalah pemasaran. Tetapi, berkaitang dengan risetpemasaran ini usaha kecil banyak mengalami ham-batan untuk melakukan sendiri. Hal ini disebabkan oleh

1 Drs. Iswardono S.P., MA., Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta2 Sunaryadi, SE., Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra Yogyakarta

Page 77: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

74

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

kemampuan, waktu yang tidak ada, atau bahkankurangnya kepedulian. Dengan demikian perananpemerintah maupun swasta diperlukan yangkapasitasnya sebagai konsultan. Selama ini keputusanpengusaha kecil dalam membuka usaha danberproduksi acuan pasarnya stereotip (baca: melihatpengalaman milik pihak lain). Jika usaha pihak laintersebut bagus maka mereka akan membuat keputusanberusaha seperti milik pihak lain tersebut. Hal inilahyang menyebabkan pengusaha kecil kurang responsifterhadap terhadap pasar. Responsifitas tersebut dapatdikembangkan jika arahan dan kebijakan terhadapusaha kecil kondusif.

Secara umum ada dua hal yang menjadi kendaladalam pengembangan pemasaran usaha kecil, yaknikesadaran usaha kecil terhadap pengetahuan dankebijakan yang tidak kondusif. Kelemahan tersebutharus diselesaikan secara simultan, baik yang berasaldari dalam maupun luar pengusaha kecil. Apabilakedua hal tersebut bisa berjalan serentak makakeputusan terhadap pengembangan usaha kecilmenjadi aplikatif dan sustainable. Hal yang dimaksudadalah sesuai dengan kondisi usaha kecil dan akhirnyamereka mampu menindaklanjuti sendiri.

Pemasaran usaha kecil sendiri masih banyakmenyimpan persoalan. Hal ini membutuhkan perhatianyang khusus agar kinerja pemasaran tersebutmendapatkan arahan kebijakan yang aplikatif daripemerintah. Tetapi perlu disadari, pemikiran tersebutperlu mendapatkan bantuan dari pihak-pihak terkaitagar usaha kecil yang selama ini menjadi obyekmampu menjadi subyek yang mandiri.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sikapdari pengusaha kecil yang selama ini bersikap ‘apriori’terhadap pengetahuan pemasaran. Kondisi inimenyebabkan kebijakan terhadap kinerja pemasarantidak bisa tertransfer secara baik. Kebanyakan merekamengatakan modal menjadi kesulitan utama.Kreatifitas terhadap segmentasi dan orientasi pasarkurang diperhatikan oleh mereka, yang diakibatkanoleh kesadaran pengetahuan.

Belajar dari pengalaman, biasanya Depkop danPPK maupun lembaga lain sering mengadakan train-ing dan diklat pemasaran terhadap usaha kecil, tetapikebanyakan tidak mendapatkan tanggapan yang baik,adapun biasanya alasannya adalah hanya menghabis-kan waktu alias tidak berguna. Bahkan, ada pameran

atau work shop pun tidak banyak mendapatkan respon.Hal inilah yang sering menjadi tantangan dalampengembangan pemasaran usaha kecil.

Kondisi-kondisi di atas menyebabkan kebera-daan pemasaran usaha kecil menjadi sesuatu yangserba sulit dan membingungkan, jika hal tersebut tidakdiamati secara menyeluruh. Pengamatan ini menjadipenting agar kebijakan yang sudah dilakukan perludiganti atau diteruskan, agar kebijakan terhadap usahakecil menjadi lebih handal. Pada akhirnya, suara-suarayang sumbang terhadap pengembangan usaha kecilmenjadi lebih merdu yang didasarkan permasalahanriil yang dihadapi. Maksud dari tulisan ini adalahmengamati dari dekat tentang permasalahan pemasaranusaha kecil untuk periode akhir tahun 1998 sampaidengan 1999. Harapan dari tulisan ini adalah referensikebijakan bagi instansi terkait ataupun sumberinformasi bagi pelaku bisnis.

METODOLOGI

Metodologi yang dipakai dalam mengamatikinerja pemasaran usaha kecil yang ada di Yogyakartaadalah metode pengambilan sampel dan alat analisis.Penjelasan metodologi ini dimaksudkan sebagaibentuk batasan permasalahan sekaligus pendekatanpemecahan permasalahan. Sumber data yangdikumpulkan adalah merupakan data primer melaluiwawancara dengan responden. Data tersebut diambildari lima Dati II yang tersebar di Yogyakarta. Jumlahsampel sampel tiap Dati II tidak sama tergantung sektorbasis (keunggulan komparatif) daerah tersebut.

Adapun data tersebut merupakan hasilpenelitian bersama antara PAU-SE (Pusat Antar Uni-versitas dan Studi Ekonomi UGM) dengan Bank In-donesia Yogyakarta, yakni sebanyak 585 (lima ratusdelapan puluh lima) responden yang tersebar di seluruhwilayah Yogyakarta. Responden yang dimaksudadalah pengusaha kecil yang ada di Yogyakarta dengankriteria omset Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)per tahun.

Metode pengambilan sampel tersebut meng-gunakan konsep LQ (location Quentient). Analisis inidigunakan untuk mengetahui sektor basis di dati II.Secara matematis alat anlisis tersebut adalah sebagaiberikut:

Page 78: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

75

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

Q(x) Kabupaten : PDRB KabupatenLQ (x) Kabupaten =

Q(x) Propinsi : PDRB Propinsi

Di mana:LQ (x) Kabupaten = angka LQ sektor x di kabupatenQ(x) Kabupaten = nilai tambah bruto sektor x

di kabupatenPDRB Kabupaten = PDRB kabupatenQ(x) Propinsi = nilai tambah bruto sektor x

di kabupatenPDRB Propinsi = PDRB propinsi

Bila angka LQ suatu sektor lebih dari satu makasektor ini merupakan sektor basis di dati II yangbersangkutan. Sebaliknya jika angkanya kurang darisatu maka sektor tersebut bukan merupakan sektorunggulan di daerah tersebut. Dengan demikian,semakin angka LQ tersebut semakin tinggi keunggulankomparatif dari daerah yang bersangkutan pada sektortersebut.

Penjumlahan sampel ditetapkan bukan berdasarrandom sampling akan tetapi didasarkan pada sampelyang bersifat purposive sampling methode. Metode inimengacu pada keunggulan dari sektor basis yang telahditentukan dalam LQ. Dengan demikian jumlah sampelmenyesuaikan dengan banyaknya sektor unggulan.

Adapun metode analisis yang dipakai adalahsistim modus yang ditabulasikan dari hasil wawancaradengan responden. Modus tersebut didapatkan dariskor yang didapatkan dari kriteria pemasaran usahakecil. Adapun hasil skor tersebut sebagai berikut:

1 (kurang baik), 2 (cukup baik), 3 (baik). Skor tersebutmemperlihatkan baik/tidaknya kinerja pemasaranusaha kecil. Dalam hal penggunaan alat analisis,metode modus lebih baik dibandingkan dengan metoderata-rata, karena tidak ada angka yang pecahan. Karenapendekatan rata-rata didapatkan angka yang pecahansehingga sulit pendekatan ke atas dan ke bawah.

Kesulitan lain pendekatan rata-rata adalahadanya deviasi standar. Hal ini ahkan menyebakanketidakakurasian dalam analisis. Permasalahan deviasistandar ini akibat bilangan yang pecahan sehinggamempersulit pendekatan ke atas maupun kebawah.Apabila hal tersebut dipaksakan maka pada analisisdata menyebabkan kesalahan dalam estimasi.

Variabel pengamatan pemasaran usaha kecilyang ada di Yogyakarta secara garis besar ada 3 hal,yakni: (a) sistem distribusi usaha kecil, (b) carapromosi usaha kecil, (c) keterpaduan usaha kecil.Ketiga variabel utama tersebut bukan merupakanvariabel yang berdiri sendiri, akan tetapi ada variabelpenentu yang mempengaruhi variabel tersebut.Adapun kerangka kinerja pemasaran usaha kecil dapatdilihat dari tabel berikut ini:

Kerangka pikir skor diatas merupakan konsepyang dijadikan acuan dalam memahami pemasaranusaha kecil di Yogyakarta. Acuan di atas sangat ketat,apabila dijadikan pengamatan terhadap kinerja usahakecil, yang sebagian besar masih jago kandang bahkanlokal dan masih subsisten. Adanya pengamatanterhadap usaha kecil secara ketat diharapkanmenjadikan usaha kecil siap mengahadapi pasarnasional bahkan global.

Page 79: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

76

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel 1.Variabel kinerja pemasaran usaha kecil di Yogyakarta

Kurang Baik Cukup baik Baiktidak memanfaatkan 1kadang memanfaatkan 2selalu memanfaatkan 3Lokal 1

lingkup pemasaran Nasional 2Ekspor 3tidak tahu 1

pengetahuan ekspor tidak tahu prosedur 2tahu sedikit 3(0%-5%) harga jual 1

kemampuan trade margin (5%-10%) harga jual 2(10%-25%) harga jual 3kurang 1

persediaan produk cukup 2lebih dari permintaan 3pendapatan rendah 1

konsumen akhir pendapatan sedang 2pendapatan tinggi 3pimpinan 1

pelaksana penjualan staf pimpinan 2tenaga penjualan 3ikut pameran 1

cara promosi kerjasama 2sendiri 3tidak tercapai 1

efektifitas promosi agak tercapai 2tercapai 3bagian pemasaran 1

keterlibatan bagian pemasaran dan bagian yang lain 2semua 3terlambat 1

respon konsumen agak lambat 2cepat 3tidak tepat 1

ketepatan penjualan kadang-kadang tepat 2selalu tepat 3kontan 1

sistem penjualan kredit 2kontan dan kredit 3rendah 1

pertumbuhan penjualan sedang 2tinggi 3

Sumber: Kuesioner Bank Indonesia Yogyakarta kerjasama dengan PAU-SE UGM

VariabelUtama

Skor

pemanfaatansaluran distribusi

Variabel Penjelas Variabel Pengamatan Skor

Sist

em D

istr

ibus

iCa

ra P

rom

osi

Kete

rpad

uan

Penj

uala

n

Page 80: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

77

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

PEMBAHASAN

Pengamatan terhadap usaha kecil di Yogyakartalebih banyak didasarkan pada kinerja dari dalam usahakecil sendiri. Artinya, selama ini sudah seberapa jauhusaha kecil memperjuangkan kinerja pemasarannyadan memanfaatkan peluang yang ada dalam usaha keciltersebut. Hal ini membutuhkan pengamatan yang jelidalam memahami kinerja tersebut.

Harus disadari bahwa pengamatan terhadapusaha kecil yang didasarkan pada metodologi tersebuttidak mampu menganalisis secara keseluruhanterhadap permasalahan pemasaran usaha kecil yangdihadapi. Akan tetapi, paling tidak metodologi tersebutbisa dijadikan acuan dalam kinerja usaha kecil.

Berdasarkan pengamatan terhadap usaha kecildilihat gambaran usaha kecil adalah sebagai berikut:

Saluran Distribusi

Secara umum saluran distribusi usaha kecilyang ada di Yogyakarta memperlihatkan skor yangkurang baik (1). Adapun gambaran tersebut dapatdilihat dari tabel 2 di bawah ini :

indikator yang dimaksud pertama adalah pemanfaatandistribusi. Berdasarkan indikator pemanfaatandistribusi ini, sebagian besar usaha kecil yang ada diYogyakarta tidak memanfaatkan saluran distribusiyang formal. Bahkan mempunyai kecenderunganmengandalkan penjualan yang seadanya dengantingkat fluktuatif usaha besar. Adapun kondisi usahakecil yang termasuk dalam kategori seperti ini terletakdi Dati II Gunung Kidul dan Sleman dengan jumlahpersentase terhadap total usaha kecil masing-masing72,13% dan 57,61%. Sedangkan Dati II yang sudahmemanfaatkan saluran distribusi formal adalah Kodya,Bantul, dan Kulon Progo. Adapun persentase usahakecilnya masing-masing 40% (Kodya), Bantul(44,33%), dan 47,22% (Kulon Progo).

Permasalahan lain dalam sistem Distribusiadalah wilayah pemasaran. Berdasarkan tabel di atasmenunjukkan bahwa sebagian besar usaha kecil yangada di Yogyakarta pemasaran produknya masih lokal(satu kabupaten). Hal ini dapat dilihat dari skor usahayang menunjukkan angka 1 (kurang baik). AdapunDati II yang masih menunjukkan lingkuppemasarannya paling sempit adalah Gunung Kidul. Halini menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan

Berdasarkan tabel tersebut memperlihatkanbahwa saluran distribusi usaha kecil di Yogyakartabelum optimal. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besarmodus indikator sistem distribusi tersebut, yangmemperlihatkan skor kurang baik (1). Adapun

daerah yang paling terisolir. Berdasarkan total jumlahusaha kecil yang ada di daerah tersebut sebanyak83,61% hanya mengandalkan pemasaran tingkatkabupaten sendiri. Keberadaan ini berkebalikandengan yang terjadi di Kabupaten Bantul. Wilayah ini

Tabel 2.Saluran distribusi usaha kecil di Yogyakarta

Bantul Gunung Kidul Kulon Progo Sleman KodyaM % M % M % M % M %

Sistem Distribusi 1 1 1 2 21 Pemanfaatan distribusi 1 44,33 1 72,13 1 47,22 1 57,61 1 40,002 Lingkup pemasaran 1 53,61 1 83,61 1 58,33 1 64,13 1 64,213 Pengetahuan ekspor 1 35,05 1 44,26 1 40,28 1 25,00 1 30,514 Cara ekspor 1 22,68 2 11,48 2 18,08 3 8,70 2 8,425 Kemampuan trade margin 1 36,08 3 47,54 3 52,78 2 22,83 2 30,536 Jaminan tersedia prod. 2 48,45 3 49,18 2 47,22 2 58,70 2 66,327 Gol. Konsumen akhir 2 63,92 2 57,58 3 54,17 2 44,55 2 66,26

Sumber: Baseline Economic Survey, PAU-SE UGM dan Bank Indonesia Yogyakarta, 1999, diolah.

No Kinerja Saluran Distribusi

Page 81: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

78

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

berkaitan dengan wilayah pemasaran, jumlahpengusaha kecilnya paling banyak, yakni mencapai45,39%. Adapun Dati II yang lain besarnya pemasaranlokal secara relatif masing-masing adalah Kulon Progo(58,33%), Sleman (64,13%), Kodya (64,21%). Halyang unik adalah Kodya, wilayah pemasarannyamerupakan rangking kedua terburuk setelah GunungKidul.

Kategori sistem distribusi yang lain adalahpeluang ekspor. Beradasarkan tabel di atas berkaitandengan peluang ekspor usaha kecil yang ada diYogyakarta sebagian besar belum mengetahui dantidak tahu prosedur. Hal ini terlihat jelas dari skorkurang baik (1). Hal ini menunjukkan bahwa sebagianbesar usaha kecil yang ada di Yogyakarta tidak kreatifdalam memperluas pangsa pasarnya. Tetapi ada DatiII yang sebagian besar mengetahui pleuang ekspor,yakni Sleman. Daerah ini jumlah pengusaha kecil yangtidak mengetahui peluang ekspor sama sekali hanya25%, Tetapi yang patut di sayangkan walaupun merekamengetahui peluang ekspor tetapi tidak tahuprosedurnya. Dati II yang lain yang tidak mengetahuipeluang ekspor masing-masing adalah: Kodya(30,51%), Bantul (35,05%), Kuon Progo (40,28%),dan Gunung Kidul (44,26%).

Berikutnya adalah tata cara ekspor yangdilakukan oleh pengusaha kecil di Yogyakarta.Berdasarkan kategori ini ekspor yang dilakukan olehpengusaha kecil yang paling rendah skornya adalahKabupaten Bantul. umumnya ekspor yang dilakukanmasih menggunakan tenaga pengumpul lokal, yaknisebanyak 22,68%. Adapun Dati II lain yang paling baiktata cara ekspornya adalah Sleman. kabupaten ini telahmampu mengadakan ekspor secara langsung sebanyak8,7%. Adapun Dati II yang lain kebanyakan ekspornyamasih menggunakan jasa eksportir dan pedagangbesar. Adapun besaran relatif masing-masing adalah:Kulon Progo (18,08%), Gunung Kidul (11,48%), danKodya (8,42%).

Kategori lain sistem distribusi adalahrentabilitas usaha kecil. Semakin besar rentabilitasmaka kategorinya semakin baik. Rentabilitas usahakecil Dati II berdasarkan tabel di atas yang tergolongbaik (skor 3) adalah Kabupaten Kulon Progo danGunung Kidul. Hal ini memperlihatkan bahwa keduakabupaten tersebut mempunyai trade margin sebesarantara 10% – 25% terhadap nilai penjualan. Adapun

jumlah usaha kecil di kedua daerah tersebut yangmampu menghasilkan trade margin itu adalah KulonProgo 52,78% dan Gunung Kidul 47,54%. Kemampu-an trade margin yang cukup baik ada di dua Dati II,yakni Sleman dan Kodya. Kedua daerah ini mampumengahsilkan trade margin berkisar antara 5% - 10%.Tingkat rentabilitas terkecil terletak di KabupatenBantul, ini merupakan rentabilitas yang tergolongkurang baik (skor 1). Adapun persentase jumlah usahakecil yang menghasilkan trade margin sebesar ituadalah 36,08%.

Ketersediaan produk bagi usaha kecil menun-jukkan kesesuaian antara produksi dengan konsumen.Secara umum ketersediaan produksi usaha kecil dapatterpenuhi. Dengan demikian pelayanan terhadapkonsumen cukup baik. hal ini dapat dilihat dari skorketersediaan produk cukup baik (2). Dati II yangmampu menyediakan produk yang sesuai denganpermintaan (skor 3), hanyalah di Gunung Kidul.Wilayah ini konsumen hampir tidak pernah mengalamikekurangan barang, bahkan dapat dikatakan melimpah.Adapun jumlah usaha kecil yang termasuk kategoriini mencapai 49,18%. Sedangkan Dati II yang lainketersediaan produksinya hanya termasuk kategoricukup. Dati II yang dimaksud adalah Bantul, KulonProgo, Sleman, dan Kodya. Adapun jumlah pengusahakecil persentasenya masing-masing adalah: 48,45%;47,22%; 22,83%; 66,23%.

Konsumen akhir pengusaha kecil yang ada diYogyakarta umumnya hanya terdiri dari dua kategori,yakni berpendapatan sedang dan tinggi. Hal inimenunjukkan bahwa pengusaha kecil di daerahtersebut menunjukkan kondisi yang cukup baik danbaik. Hal ini cukup masuk akal jika produknya mampumemberikan trade margin yang tidak mengecewakan.Konsumen masyarakat berpenghasilan menengah dantinggi merupakan masyarakat yang mementingkanmutu. Dengan demikian mutu dari usaha kecil yangada di Yogyakarta dapat menjadi daya tarik tersendiri.Dati II yang konsumen akhirnya adalah masyarakatberpenghasilan tinggi adalah Kulon Progo. Hal initerlihat dari skor baik (3). Adapun jumlah usahakecilnya mencapai 54,17%. Sedangkan Dati II yanglain konsumennya sebagian besar adalah golonganmenengah. Kondisi ini dapat dilihat berdasarkan tabeldi atas dengan skor 2 (cukup baik). Adapun jumlahpengusaha kecilnya adalah Kodya (66,26%), Bantul

Page 82: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

79

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

(63,92%), Gunung Kidul (57,38%), Sleman (44,55%).

Cara Promosi Usaha Kecil

Promosi merupakan salah satu komponen yangsangat penting bagi pengusaha kecil dalammemasarkan produknya. Secara umum, kondisi carapromosi usaha kecil baik paling tidak di tiga wilayahDati II, yakni Gunung Kidul, Sleman, dan Kodya. Halini dapat dilihat dari skor yang nialainya adalah 3.Adapun Dati II yang termasuk kategori kurang baik(1) adalah Bantul. Sedangkan Kabupaten Kulon Progotermasuk dalam kategori cukup baik (2). Penilaian inididasarkan pada pada kategori: penjualan produksi,cara pelaksanaan promosi, dan efektifitas promosi.Adapun hasil kategori cara promosi usaha kecil yangada di Yogyakarta dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwacara pelaksnaan penjualan usaha kecil di Yogyakartamenunjukkan kategori baik (skor 3), hanya terdapatdi dua wilayah Dati II, yakni Sleman dan Kodya. dengndemikian kedua Dati II tersebut sudah menggunakantenaga penjualan khusus. Adapun persentase jumlahusaha kecil yang sudah menggunakan tenaga penjualankhusus tersebut mencakup 18,84% (Sleman) dan34,74% (Kodya). Sedangkan Dati II yang lain yangmeliputi Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progopelaksan penjualan sebagian besar adalah pemilik/pemimpin. Hal ini dapat dilihat dari skor pelaksanapenjualan yang masih menunjukkan kurang baik (2).Adapun jumlah persentase usaha kecil yang termasukdalam kategori ini adalah Bantul (63,92%), GunungKidul (81,97%), dan Kulon Progo (56,94%).

Kategori berikutnya adalah cara yang dilakukanoleh usaha kecil dalam promosi. Berdasarkan tabel 3.

di atas menunjukkan bahwa tiga wilayah Dati II sudahtermasuk dalam kategori baik (skor 3). Adapun ketigaDati II tersebut adalah Kodya, Sleman, dan GunungKidul. Kategori tersebut menunjukkan bahwa ketigadaerah tersebut sudah melakukan promosi secaramandiri (menyelengarakan sendiri). Adapunpersentase jumlah usaha kecil yang sudahmenyelenggarakan pameran sendiri Kodya (43,16%),Sleman (34,78%), dan Gunung Kidul ((37,7%).Sedangkan Kabupaten Kulon Progo cara promosimasih menggunakan cara kerjasama denganperusahaan lain. Cara promosi yang paling konservatifdilakukan oleh usaha kecil adalah pameran. Hal inimenunjukkan promosi yang dilakukan oleh usaha keciltidak pro aktif. Kategori cara promosi usaha kecilseperti ini banyak terdapat di Kabupaten Bantul.

Kategori cara promosi yang ketiga adalahefektifitas pelaksanaan promosi. Usaha kecil diYogyakarta secara umum promosi yang dilakukansudahtermasuk kategori efektif. Hal ini dapat dilihatdari tabel 3. di atas yang sebagian besar Dati II sudahmenunjukkan skor baik (3), hanya satu yangmenunjukkan skor cukup baik (2), yakni KodyaYogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa keempatKabupaten, yakni Kulon Progo, Sleman, Bantul, danGunung Kidul promosi yang dilakukan oleh usahakecil sudah mencapai target. Adapun untuk wilayahKodya Yogyakarta hanya termasuk agak tercapaisasaran (skor 2).

Keterpaduan Penjualan

Keterpaduan penjualan usaha kecil secaraumum di Yogyakarta baik (skor 3). Kategori ini palintidak terdapat di empat Dati II, yakni Bantul, Gunung

Tabel 3.Cara promosi usaha kecil di Yogyakarta

Bantul Gunung Kidul Kulon Progo Sleman KodyaM % M % M % M % M %

Cara Promosi 1 3 2 3 31 Pelaksana penjualan 1 63,92 1 81,97 1 56,94 3 18,84 3 34,742 Cara Promosi 1 32,99 3 37,70 2 29,17 3 34,78 3 43,163 Efektifitas promosi 3 32,99 3 34,43 3 38,89 3 36,96 2 42,11

Sumber: Baseline Economic Survey, PAU-SE UGM dan Bank Indonesia Yogyakarta, 1999, diolah.

No Katagori Cara Promosi

Page 83: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

80

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

Kidul, Sleman, dan Kodya. Hanya terdapat satu DatiII yang termasuk dalam kategori cukup bail (skor 2),yakni Kulon Progo. Keterpaduan ini dapat dilihat dariketerlibatan karyawan dan pimpinan dalam pemasaran,respon terhadap konsumen, sistem penjualan,ketepatan memenuhi pesanan, dan volume penjualan.Kelemahan yang ada pada pengusaha kecil berkaitandengan keterpaduan ini adalah sistem penjualan danpertumbuhan volume usaha yang diakibatkan olehkrisis ekonomi. Adapun keterpaduan penjualan lebihterperinci dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Berdasarkan tabel 4. di atas menunjukkanbahwa keterlibatan penjualan pengusaha kecil yangada di Yogyakarta sudah menunjukkan skor yang baik(3). Hal ini mengindikasikan semua tenaga kerja usahakecil tersebut terlibat dalam pemasaran. Adapunjumlah persentase usaha kecil yang termasuk dalamkategori ini di masing-masing Dati II adalah Bantul(45,36%), Gunung Kidul (37,70%), Kulon Progo(47,22%), Sleman (46,74%), dan Kodya Yogyakarta(52,63%). Dengan demikian ada pengusaha kecil yangpenjualannya hanya melibatkan bagian pemasaransaja.

Berkaitan dengan respon usaha kecil terhadapkonsumen sebagian besar belum menunjukkan cepattanggap. Respon yang paling cepat terdapat diKabupaten Gunung Kidul. Hal ini ditunjukkan olehtabel 4. diatas yang skornya adalah baik (3). SedangkanDati II yang lain respon tersebut hanya ditunjukkandengan cukup baik (2). Kategori ini menunjukkan

respon terhadap konsumen yang tidak stabil kadangcepat tetapi kadang tidak.

Sistem pejualan produk usaha kecil kebanyakanmenggunakan sistem kontan. Hal ini dipandangsebagai kelemahan karena kurang memperhitungkankepuasan konsumen, yang berbeda-beda. Hal lainseringkali usaha kecil kurang berhubungan denganbank, sehingga jarang sekali yang pembayarannyamelalui bank yang relatif aman terhadap resikokehilangan uang terutama transaksi yang berjumlahbesar. Besarnya jumlah persentase usaha kecil yangpembayarannya menggunakan sistem kontan di DatiII Yogyakarta adalah Bantul (53,61%), Gunung Kidul(67,21%), Kulon Progo (54,17%), Sleman (50,00%),dan Kodya (54,74%).

Berkaitan dengan ketepatan memenuhipesanan, sebagian usaha kecil di Yogyakarta sudahmenunjukkan skor yang baik (3). Hal ini ditunjukkanoleh empat Dati II dengan besaran persentase usahakecil yang cukup meyakinkan, yakni Bantul (70,10%),Gunung Kidul (81,89%), Sleman (59,78%), dan Kodya(48,21%). Kategori semacam ini berarti empat wilayahDati II tersebut sudah menunjukkan ketepatan dalampesanan. Adapun Kabupaten Kulon Progo belummenunjukkan ketepatan secara penuh dalammemenuhi pesanan, dengan jumlah usaha kecil secarapersentase yang termasuk kategri ini (skor 2/cukupbaik) adalah 56,94%.

Pertumbuhan penjualan produksi usaha kecildi Yogyakarta fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh

Tabel 4.Keterpaduan penjualan usaha kecil di Yogyakarta

Katagori Keterpaduan Penjualan Bantul Gunung Kidul Kulon Progo Sleman KodyaNo. Keterpaduan M % M % M % M % M %

1 3 2 3 31 Keterlibatan pemasaran 3 45,36 3 37,70 3 47,22 3 46,74 3 52,632 Respon terhadap konsumen 2 54,64 3 62,30 2 47,22 2 45,65 2 54,743 Sistem penjualan 1 53,61 1 67,21 1 54,17 1 50,00 1 54,744 Ketepatan penjualan 3 70,10 3 81,89 2 56,94 3 59,78 3 48,425 Pertumbuhan penjualan 2 52,56 2 42,62 1 44,44 2 40,22 1 44,21

Sumber: Baseline Economic Survey, PAU-SE UGM dan Bank Indonesia Yogyakarta, 1999, diolah.

Page 84: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

81

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

kondisi ekonomi yang kurang stabil. Bahkan di duadati II, yakni Kulon Progo dan Kodya mengalami vol-ume penjualan yang menurun. Sedangkan di tiga datiII yang lain pertumbuhannya relatif tetap, yakni Bantul,Sleman, dan Gunung Kidul. Dengan demikian padamasa krisis jarang ditemukan usaha kecil yangpenjualannya mengalami kenaikan.

KESIMPULAN

Secara umum, kondisi pemasaran usaha kecilyang ada di Yogyakarta belum menunjukkan kondisiyang baik. Hal ini disebabkan oleh faktor internalmaupun faktor eksternal. Adapun kondisi pemasaranusaha kecil yang ada di Yogyakarta secara terperincidapat disimpulkan sebagai berikut:1. Saluran distribusi memperlihatkan kondisi yang

kurang baik. Hal ini disebabkan oleh kurangmemanfaatkan saluran distribusi, sempitnyalingkup pemasaran dan kurangnya pengetahuanekspor.

2. Cara promosi memperlihatkan kondisi yangcukup baik, tetapi kurang optimal. Hal iniditunjukkan oleh pelaksanaan promosi yangsudah melibatkan semua tenaga kerja, promosisudah dilakukan, tetapi yang masih belum op-timal hasil dari promosi (terkadang kurangefektif).

3. Keterpaduan penjualan usaha kecil sudah baik.Hal ini didukung oleh keterlibatan semua unsurtenaga kerja dalam penjualan, respon terhadapkonsumen yang baik, sistem pembayaran, danketepatan penjualan.Kelemahan internal mendasar yang dialami

oleh pengusaha kecil adalah tampil apa adanyasehingga kurang kerja keras untuk mencapai kemajuan.Selain itu mereka kurang responsif dan kreatifitasnyadalam mengembangkan pemasaran. Penyebab lainadalah kurang mengharagai ilmu pengetahuan danlebih mengedepankan faktor modal. Akibatnya usahakecil tampil subsisten.

Kendala eksternal disamping faktor krisisadalah lemahnya pola kebijakan yang berkaitan denganpemasaran usaha kecil. Pola kebihjakan tersebutkurang acceptable, accountable yang diakibatkan olehkurang informasi fakta lapangan. Hal ini mengaki-batkan usaha kecil ‘apriori’ terhadap kebijakanpemerintah.

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Permasalahan pemasaran usaha kecil memer-lukan kebijakan yang menyeluruh dan membumi.Dasar kebijakan tersebut mengacu pada realitas dankebijakan yang sudah ada dan mengamati kembalipermasalahan yang ada pada pengusaha kecil sehinggadapat direkomendasikan sebagai berikut:1. Perubahan struktur pemasaran usaha dari top

down menuju bottom up, dengan kolaborasiantara policy maker, konsultan, dan pengusahakecil.

2. Reorientasi pola kebijakan pemasaran danmodal dengan bobot 80% dan 20%. Sifat keduakebijakan tersebut merupakan gabungan yangharus dilakukan bersamaan. Adapun dasarkebijakan ini adalah daya tarik dan pemahamanterhadap pola kebijakan.

3. Diversifikasi yang mengacu pada permasalahanpemasaran yang ada pada masing-masing DatiII.

4. Khusus berhubungan dengan ekspor, polakebijakan pemerintah harus pro aktif dalammengembangkan kerjasama antara usaha kecildan usaha besar, pameran dagang, sertapembukaan kran ekspor sebagai peluang usahakecil.

5. Pembentukan tim asistensi teknis untuk usahakecil.Implementasi kebijakan di atas membutuhkan

kesabaran mengingat kondisi sosial, budaya, danpendidikan usaha kecil.

Page 85: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

82

Jam STIE YKPN - Iswardono - Sunaryadi Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Di Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

BI dan PAU-SE UGM, Prioritas Pengemba-ngan Usaha Kecil di Yogyakarta, 1999

BI, Sejarah Peranan BI dalam pengembanganUsaha Kecil, 1997

BPS Kantor Statistik Yogyakarta, SensusEkonomi 1996, 1997

Kadin, Peta Potensi Ekonomi Yogyakarta, 1998

Loekman Soetrisno, Memberdayakan EkonomiRakyat dan Ekonomi Indonesia, PAU-SE UGM, 1996

Sutojo, Heru dkk, Profil Usaha Kecil danKebijakan Kredit Perbankan di Indone-sia, Lemabaga manajemen, Jakarta,1994

Page 86: JAM Vol 12 No 2 Agustus 2001.pdf

KEBIJAKAN EDITORIAL

Jurnal Akuntansi & Manajemen

Format Penulisan

1. Naskah adalah hasil karya penulis yang belum pernah dipublikasikan di media lain.

2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar.

3. Naskah diketik di atas kertas ukuran kwarto (8.5 x 11 inch.) dengan jarak 2 spasi pada satu permukaan dan

diberi nomor untuk setiap halaman.

4. Naskah ditulis dengan menggunakan batas margin minimal 1 inch untuk margin atas, bawah, dan kedua sisi.

5. Halaman pertama harus memuat judul, nama penulis (lengkap dengan gelar kesarjanaan yang disandang),

dan beberapa keterangan mengenai naskah dan penulis yang perlu disampaikan (dianjurkan dalam bentuk

footnote).

6. Naskah sebaiknya diawali dengan penulisan abstraksi berbahasa Indonesia untuk naskah berbahasa Inggris,

dan abstraksi berbahasa Inggris untuk naskah berbahasa Indonesia. Abstraksi berisi keyword mengenai

topik bahasan, metode, dan penemuan.

7. Penulisan yang mengacu pada suatu referensi tertentu diharuskan mencantumkan bodynote dalam tanda

kurung dengan urutan penulis (nama belakang), tahun, dan nomor halaman. Contoh penulisan:

a Satu referensi:

(Kotler 1997, 125)

b. Dua referensi atau lebih:

(Kotler & Armstrong 1994, 120; Stanton 1993, 321)

c. Lebih dari satu referensi untuk penulis yang sama pada tahun terbitan yang sama:

(Jones 1995a, 225) atau (Jones 1995b, 336; Freeman 1992a, 235)

d. Nama pengarang telah disebutkan dalam naskah:

(Kotler (1997, 125) menyatakan bahwa .......

e. Referensi institusi:

(AICPA Cohen Commission Report, 1995) atau (BPS Statistik Indonesia, 1995)

8. Daftar pustaka disusun menurut abjad nama penulis tanpa nomor urut. Contoh penulisan daftar pustaka:

Kotler, Philip and Gary Armstrong, Principles of Marketing, Seventh Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,

1996

Indriantoro, Nur. “Sistem Informasi Strategik; Dampak Teknologi Informasi terhadap Organisasi dan Keunggulan

Kompetitif.”KOMPAK No. 9, Februari 1996; 12-27.

Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig.”Computer-Aided Architects: A Case Study of IT and

Strategic Change.”Sloan Management Review (Summer 1994): 57-67.

Paliwoda, Stan. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince., 1994.

Prosedur Penerbitan JAM

1. Naskah dikirim dalam bentuk print-out untuk direview oleh Redaktur Ahli JAM.

2. Editing terhadap naskah hanya akan dilakukan apabila penulis mengikuti kebijakan editorial di atas.

3. Naskah yang sudah diterima/disetujui akan dimintakan file naskah dalam bentuk disket kepada penulis untuk

dimasukkan dalam penerbitan JAM.

4. Koresponden mengenai proses editing dilakukan dengan Redaktur Pelaksana.