jalan terjal jadi penulis
DESCRIPTION
buku yang bagus untuk penulis pemulaTRANSCRIPT
Ahmad Rifa’i Rif’an
Jalan Terjal
Jadi Penulis
Buku ini saya bagikan secara
gratis. Silakan bagikan
kepada siapa pun dengan
gratis pula. Semoga bisa
mengalirkan kebaikan bagi
sebanyak mungkin sesama.
UCAPAN TERIMA KASIH
Benar, ebook ini revisi dari ebook Perjalanan
Menulisku. Namun untuk edisi terbaru ini, saya
sudah menambahkan beberapa informasi yang
saya rasa pada edisi 1 dan 2 belum saya bahas.
***
Guru saya mengajarkan, jangan pernah menjadi
kacang yang lupa pada kulitnya. Ketika engkau
telah berhasil meraih yang kau impikan,
renungkan kembali bahwa kesuksesanmu
bukanlah hasil jerih payahmu sendiri. ada banyak
yang berperan dalam hidupmu sehingga
perjalananmu sampai pada yang kau tuju.
Pertama tentu rasa syukur harus saya panjatkan
kepada Allah Subhanallahu Ta’ala, atas semua
karunia tanpa jeda. Tanpa kerunia, petunjuk, dan
kekuatan dari-Nya, saya tak akan bisa melakukan
apapun dalam hidup ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada Rasulullah, manusia teladan yang seluruh
akhlaknya sangat layak kita jadikan teladan
dalam rangka meraih kesuksesan di dunia hingga
di akhirat nanti. Semoga kelak kita diakui sebagai
umat beliau dan semoga kita juga menadapatkan
syafaat dari Rasulullah.
Terimakasih kepada seluruh keluarga di rumah
yang terus mencurahkan kasih sayang tanpa
henti; bapak, ibu, adik, istri, mbah kung, mbah
uti, pakdhe, budhe, paman, bibi, keponakan, serta
anak-anakku di rumah, jazakumullah khairan katsir.
Terimakasih juga saya sampaikan kepada
Gramedia, Elex Media, Qultum Media, Koran
Tempo, Kompas, Republika, Mizan, Quanta, Az-
ahra Media, Harian Kabar Jawa Barat, Koran
Surabaya Post, Koran Surya, Sby-TV, Riau Post,
Radio Pro-2 Jakarta, Majalah Itspoint, Majalah
New Cakrawala, Majalah Pegon, Ismail Network,
serta media lain yang telah membantu
menyebarluaskan karya kami.
Terimakasih kepada para sahabat di Komunitas
Pecinta Pena Jatim, Tim Marsua Media, LAZIM,
Jepits, dan Indonesian Moslem of Student Movement,
Young Motivator, Forum Entrepreneur, Fresh
Author, Sahabat Pena Nusantara, dan komunitas
lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Tak boleh saya lupakan, seluruh kawan-kawan
yang selama ini sudah membaca karya-karya saya.
Saya hanya berharap semoga ilmu, wawasan,
pengalaman, serta hikmah yang tak seberapa itu
bisa menyumbangkan inspirasi bagi kawan-
kawan semua. Semoga menjadi ilmu yang barokah
dan manfaat, sehingga tetap bisa mengalirkan
pahala saat saya di alam barzah. Aamiin.
“Hidup kita hanya sekali, maka
jangan sampai ada dan tiadanya kita
di dunia ini tak ada bedanya. Tulis
nama kita di panggung sejarah.
Jadilah penulis. Serta jadilah pribadi
yang namanya layak ditulis.”
- Ahmad Rifa’i Rif’an -
TAK PERNAH BERCITA JADI PENULIS
Sejak kecil, kata “penulis” tak pernah menjadi
jawaban ketika saya ditanya mengenai cita-cita.
Saat masih mengenyam pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah, saya bercita-cita jadi ulama’.
Keinginan menebarkan ilmu agama sangat besar.
Mungkin latar belakang pendidikan yang sarat
nuansa religi serta puluhan kaset ceramah agama
yang ada di rumah, menjadikan masa kecil saya
memiliki keinginan untuk bisa seperti para
ustadz, kiai, ulama’ yang mengajarkan agama
kepada umat. Itulah sebabnya saat kelas 6, tak
ada keinginan untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan formal yang favorit, saya hanya ingin
masuk pesantren.
Tetapi sayang, keinginan itu gugur. Setahun
setelah ayah saya meninggal, ibu menikah lagi dan
tinggal bersama ayah dan adik. Sementara saya
menemani nenek yang tinggal sendiri. Jika saya
tetap masuk pesantren, saya tidak akan bisa
belajar dengan tenang. Karena pasti bakal
memikirkan nenek yang tinggal sendirian di
rumah. Maka saya terpaksa menunda keinginan
saya untuk belajar di pesantren. Saya pun masuk
ke SMP umum, yang kita tahu bersama porsi
pelajaran agamanya minim sekali.
Saat SMP, cita-cita saya berubah. Saya ingin
menjadi guru. Entah apa yang menginspirasi saya.
Namun seingat saya, saat itu yang terbayang
dalam benak saya, guru adalah sebuah profesi
yang mulia dan bermanfaat bagi banyak orang.
Betapa banyak orang besar yang lahir dari peran
para guru. Saya ingin menjadi bagian dari
pembibitan orang-orang besar yang kelak lahir
mengisi sejarah.
Saat SMA, cita-cita saya berubah lagi. Saya ingin
jadi insinyur. Saya bercita demikian karena hasil
pembelajaran saya di SMA yang lebih kuat di
fisika, mekanika, dan matematis. Saat SMA saya
berulangkali menjuarai olimpiade Fisika
Mekanika. Itu yang kemudian membuat saya
optimis dan yakin saya bisa menjalani profesi
insinyur dengan baik.
Lulus dari SMA, saya pun masuk ke ITS Surabaya,
ambil jurusan Teknik Mesin.
Nah, di sinilah perjalanan itu dimulai.
PERJALANAN BUKU PERTAMAKU
Pertengahan kuliah, saya iseng-iseng membuat
sebuah blog. Awalnya saya terinspirasi dari
seorang dosen ITS yang saat itu sedang kuliah di
Taiwan. Entah dulu saya sedang browsing
tentang apa hingga saya bisa nyampe di blog
beliau. Begitu membuka blog beliau untuk
pertama kalinya, saya sangat menikmati tulisan-
tulisannya. Beliau cerita tentang pengalaman,
ilmu, wawasan, serta apa saja yang beliau ingin
tuliskan. Nah, di blog itu beliau juga menulis
tentang cara membuat blog gratisan hanya dalam
waktu 15 menit saja.
Saya pun berpikir, kayaknya asyik juga kalau saya
bikin blog. Saya bisa berbagi tentang apa saja
melalui tulisan dan bisa dibaca oleh siapa pun di
seluruh dunia.
Singkat cerita, saya pun membuat sebuah blog
untuk yang pertama kalinya pada tahun 2008.
Nama blognya rifay.wordpress.com yang masih bisa
diakses hingga hari ini. Tetapi isinya sekarang
tinggal sinopsis beberapa buku saja. Karena
artikel-artikelnya kebanyakan sudah saya hapus.
Artikel yang saya rasa jelek, saya delete.
Sementara artikel yang menarik, saya masukkan
ke beberapa buku.
Entah mengapa, sejak punya blog tersebut saya
sangat termotivasi untuk menulis hampir tiap
hari. Saya tidak tahu tulisan yang saya posting di
blog itu ada yang membaca atau tidak, tapi saya
terus saja menulis hampir tiap hari. Hingga
beberapa minggu setelah saya bikin blog, saya
akhirnya tahu ternyata kita bisa lihat berapa
jumlah pengunjung blog kita.
Ketika tahu blog saya ada yang baca, semangat
menulis makin meningkat. Apalagi saat ada satu
dua komentar dari pembaca yang menyampaikan
bahwa tulisan saya menarik. Di sela kesibukan
kuliah, saya makin rutin memposting tulisan di
blog.
Aktivitas itu berlangsung hampir setahun, baru
kemudian saya mendapat tawaran dari sebuah
penerbit untuk menerbitkan salah satu tulisan
saya menjadi sebuah buku.
Buku pertama saya judulnya “9 Rahasia Doa Lulus
Ujian”. Hingga sekarang saya beneran nggak pede
tiap mendapat pertanyaan, “Mas Rifa’i, judul
buku pertamanya apa ya?” Karena nggak ada
keren-kerennya, hehe. Jujur aja deh, apa yang
terbayang dalam benak kawan-kawan saat
pertama kali lihat ada buku berjudul “9 Rahasia
Doa Lulus Ujian”? Mistik? Nggak rasional? Atau
isinya cuma kumpulan doa?
Tapi penerbit menilai, judul ini layak jual. Apalagi
saat itu momentumnya tepat banget, yakni
berdekatan dengan ujian nasional SD, SMP, dan
SMA. Artinya, target market utama memang anak
sekolah.
BERDIRILAH PENERBIT MARSUA MEDIA
Akhirnya apa yang saya lakukan? Saat itu saya
mengambil keputusan yang hingga hari ini sangat
saya syukuri, yakni saya menerbitkan buku itu
sendiri. Tidak melalui penerbit besar. Alasan saya
saat itu, saya sedang pingin-pinginnya punya
usaha sendiri. Itulah pertama kalinya saya
bergelut dalam bidang perbukuan. Saya tulis
buku sendiri, saya cetak sendiri, saya jual-jual
sendiri.
Bagaimana saya belajar tentang bisnis penerbitan?
Jujur saja, saat itu semangat saya luar biasa tinggi
untuk bisa secepatnya menguasai bidang bisnis
ini. Saya browsing banyak artikel tentang
penerbitan, saya beli buku-buku yang
menjelaskan liku-liku perbukuan, saya kunjungi
beberapa tokoh yang saya rasa sudah
berpengalaman dalam usaha ini.
Saya pun memutuskan untuk terjun langsung
merintis bisnis penerbitan. Inilah awal dari
berdirinya Penerbit Marsua Media yang masih
eksis hingga hari ini.
Ketika hendak mencetak buku pertama, saya
keliling ke beberapa percetakan untuk
membandingkan harga cetak. Ternyata saya
mendapati info bahwa kita bisa mencetak buku
dengan oplah minimal 500 eksemplar. Di bawah
oplah itu, akan sangat sulit sekali bersaing dalam
harga. Karena di bawah angka itu harga
produksinya sangat tinggi.
Jadilah saya mencetak 500 eksemplar. Modalnya
dari mana? Beruntung di sekitar saya ada banyak
sahabat yang bersedia menyisihkan uang saku
mereka untuk saya jadikan modal. Saya pinjam ke
teman kost, teman organisasi, teman di jurusan,
berapa pun yang mereka punya. Ada yang
minjemin seratus, dua ratus, sejuta, saya tampung
semua. Akhirnya terkumpullah sejumlah modal
yang saya butuh. Saya janji kepada mereka, “Bulan
depan insyaAllah uang sudah saya kembalikan.”
Mengapa saya janji demikian? Agar semangat saya
benar-benar terjaga. Dengan target satu bulan
uang harus kembali, saya berharap punya
motivasi tinggi untuk menjual buku pertama itu
secepat mungkin.
Setelah saya cetak, saya pun memasarkan buku-
buku itu ke puluhan sekolah dan kampus. Karena
target market utamanya memang pelajar dan
mahasiswa. Saya pasang muka tebal, nggak peduli
sama sekali omongan dari orang lain yang bilang
saya penjual buku, toh emang saat itu saya kan
emang penjual buku, meskipun itu buku saya
sendiri. Jadi kenapa harus malu?
Betapa terkejutnya saya, dalam waktu kurang
dari satu bulan, cetakan pertama ludes. Saya pun
memprioritaskan untuk melunasi hutang ke
teman-teman, baru sisanya saya gunakan untuk
cetak ulang. Alhamdulillah laba saya gulung
terus-menerus hingga bisa mencetak lebih banyak
buku pada bulan-bulan berikutnya.
Betapa bersyukurnya saya, Penerbit Marsua
Media yang pada saat berdirinya masih
menjadikan kamar kost sebagai kantor, lalu
perlahan bisa menyewa rumah kontrakan,
alhamdulillah saat ini Marsua Media dikaruniai
gedung dua lantai untuk tim kami bekerja dan
berkarya.
PERTAMA MASUK PENERBIT MAYOR
Setelah buku pertama terbit melalui penerbitan
sendiri, saya pun lanjut ke buku kedua yang
berjudul “Sukses Tanpa Sarjana”. Buku kedua
juga saya terbitkan sendiri melalui Penerbit
Marsua Media. Baru buku ketiga, “The Power of
Muslim” coba saya tawarkan ke penerbit.
Hasilnya? Tak ada satu pun yang nerima naskah
saya.
Karena selain saya tidak yakin dengan hasilnya,
saya pun merasa untuk naskah ini modal
cetaknya cukup besar sehingga saya tidak ingin
mengambil resiko dengan mencetak dengan dana
sendiri.
Akhirnya saya menggunakan sebuah strategi
dengan mencoba menawarkan kepada penerbit
kampus, yakni ITS-Press. Mengapa saya kirim ke
penerbit kampus? Karena sebelumnya saya sudah
mengantongi testimoni dari rektor. Saya pun
berasumsi, masak sih redaksi mengabaikan sebuah
naskah yang sudah dapat testimoni dari rektor.
Tebakan saya tepat. Cukup dilihat sekilas,
redaksi bilang akan memelajari naskahnya dan
segera menginfokan diterima tidaknya. Singkat
cerita, buku itu akhirnya dicetak ribuan
eksemplar dan masuk ke toko buku.
Sejak saat itu saya merasa punya modal untuk
masuk ke penerbit mayor yang lain. Hampir tidak
ada kendala yang berarti. Naskah demi naskah
pun terbit. Alhamdulillah, sebagian besar
penerbit menerima dengan baik naskah yang saya
kirim.
ROYALTI PERTAMA
Berapa royalti pertama yang saya dapat dari
penerbit mayor? Jawabannya nol rupiah. Kok
bisa? Karena saat masuk penerbit mayor untuk
yang pertama kalinya, penjualan buku saya luar
biasa jeblok. Berbulan-bulan penjualan tidak
terangkat, hingga terpaksa beberapa buku saya
diretur dari toko buku.
Tapi saya tetap tak kehilangan semangat untuk
menerbitkan ke penerbit mayor. Naskah
berikutnya berjudul “From School To Heaven”
akhirnya lolos ke Penerbit Pro-U Media. Betapa
bangganya saya. Karena sebelumnya saya cukup
tertarik dengan kisah sukses penerbit ini dalam
menerbitkan buku-buku motivasi dan dakwah
yang sebagian besar best seller. Rasanya wajar
jika saya pun punya ekspektasi tinggi bahwa
penerbit inilah yang akan membuat buku saya
best seller.
Setelah menunggu beberapa bulan, buku saya tak
kunjung diterbitkan. Kata penerbit masih
menunggu momentum yang tepat. Hingga suatu
hari keluarga kami mendapati ujian. Ibu saya
sakit pada saluran pencernaan dan harus segera
operasi.
Kami berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-
pasan. Maka peristiwa ini menjadi sebuah ujian
yang tidak mudah bagi kami. Uang beasiswa saya
menipis, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-
hari. Akhirnya dengan sangat terpaksa, saya
beranikan diri menghubungi salah satu owner
sebuah penerbit, untuk minta uang royalti.
Padahal buku saya saat itu belum mereka
terbitkan.
Itulah hasil pertama kalinya saya menulis di
penerbit mayor, yakni royalti hutang. Maka
ketika saya membimbing peserta kursus nulis,
selalu saya sampaikan bahwa jangan puas dulu
ketika buku kita sudah diterbitkan, karena itu
bukan jaminan buku kita akan laku dan
menghasilkan. Pastikan buku kita best seller.
BEDAH BUKU PERTAMA
Saya baru mendapatkan undangan bedah buku
dengan jumlah peserta yang besar, yaitu ketika
menerbitkan buku “Izrail Bilang Ini Ramadhan
Terakhirku”. Begitu terbit, buku itu menyita
perhatian banyak kalangan. Diulas di beberapa
koran dan majalah nasional, saya diundang oleh
televisi nasional, serta diminta untuk membedah
buku ini di salah satu perusahaan besar di
Jakarta.
Itulah bedah buku saya untuk yang pertama
kalinya. Ketika panitia menghubungi, “Mas Rifai
ke Jakarta naik pesawat?”, Dengan polosnya saya
menjawab, “Tidak, saya naik kereta saja.” Panitia
kaget, “Lho, apa nggak terlalu lama mas? Bisa
seharian perjalanan dari Surabaya.” Saya jawab,
“Nggak apa-apa mbak, pingin menikmati
Ramadhan di kereta api.” Padahal itu alasan saja,
sebenarnya saat itu saya tidak berani naik
pesawat karena belum pernah sama sekali, hehe.
Tiba di Pasar Senen, saya dijemput oleh salah
seorang sahabat yang bekerja di Jakarta. Saya ikut
nginap di tempat tinggalnya di daerah Bintaro.
Saya tiba di Jakarta sehari sebelum acara sehingga
masih bisa santai dulu.
Pada hari-H, saya berangkat menuju lokasi acara
tidak dijemput oleh panitia. Saya berangkat ke
lokasi acara di pagi hari, padahal acara bedah
bukunya masih menjelang maghrib. Karena saya
takut nyasar. Saya ke lokasi acara naik angkot, bis
kota, taksi, terakhir naik ojek, karena terjebak
macet.
Nyampe lokasi acara saya sudah ngos-ngosan.
Begitu tiba, ternyata peserta sudah duduk rapi
berderet. Bukan hanya pada tingkatan staf,
ternyata manajer pun hadir.
Apakah saya saat itu grogi? Banget. Saya
gemeteran di depan, keringetan, dan rasanya
ingin segera melarikan diri. Saya yang masih dua
puluhan tahun, bicara di depan peserta bedah
buku yang mayoritas seusia dengan orangtua
saya.
Semua materi yang sudah saya pikirkan satu per
satu rontok. Saya pun lebih banyak membaca
buku yang saya pegang serta melihat slide
presentasi yang sudah saya siapkan.
Setelah kehabisan bahan untuk saya bahas, saya
pun bilang, “Cukup sekian pemaparan dari saya,
karena sudah mendekati waktu berbuka, mari
kita akhiri acara kita kali ini.”
Tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Mas Rifa’i, di sini
waktu maghribnya masih lama, beda dengan di
Surabaya.” Saya makin tegang, “Oh, gitu ya. Kalo
gitu kita isi dengan diskusi aja.”
Sejak hari itu saya belajar public speaking dengan
intens. Saya bertekad harus bisa bicara di
panggung dengan lancar. Saya harus mengatasi
penyakit demam panggung ini.
Bagaimana cara saya mengatasi itu? Saya sudah
mengupasnya di buku “Confidence: 50 Cara
Mengatasi Keminderan dan Mendongkrak
Percaya Diri.”
APAKAH BISA HIDUP DARI MENULIS?
Saya belajar dari pengalaman saya selama
bertahun-tahun, hingga saya pun memutuskan
untuk menjadikan menulis sebagai salah satu
aktivitas yang akan saya tekuni sepanjang hidup.
Apapun profesi dan kesibukan saya, saya akan
tetap nulis buku.
Alhamdulillah, hingga saat ini saya
diperkenankan oleh Allah untuk menulis sekitar
tujuh puluhan judul buku yang saat ini sudah
menyebar di toko buku seluruh Indonesia, serta
diterjemahkan ke beberapa negara.
Ada yang nanya, apakah kita bisa hidup dari
menulis? Maaf jika harus saya katakan, orang
yang sering nanya, "Apa kita bisa hidup hanya
dari menulis?" hampir bisa dipastikan dia bukan
penulis best seller. Mengapa? Karena penulis best
seller pasti sudah menemukan jawabannya, dan
jawabannya adalah bisa banget.
Saya alumni Teknik Mesin ITS. Lulus dari ITS
saya kerja di perusahaan sebagai Mechanical
Engineer. Di kantor duduk depan komputer
seharian, dari jam 8 sampai jam 4 sore, Senin
sampai Jumat, tapi penghasilannya ternyata kalah
dengan royalti satu buku saya yang best seller.
Serius.
Beberapa buku saya yang best seller adalah Man
Shabara Zhafira, God, I Miss You, The Perfect Muslimah,
serta Tuhan, Maaf, Kami sedang Sibuk. Sejak 2011
sampai hari ini saya terus menerima royalti dari
buku itu. Dan royaltinya tiap bulan lebih dari gaji
saya waktu masih kerja kantoran. Artinya,
umpama sejak 2011 sampai hari ini saya tidur di
rumah tanpa kerja apapun, insyaAllah saya masih
bisa menafkahi keluarga dari satu buku itu.
Karena royalti dari penjualan buku tersebut terus
mengalir ke rekening saya meskipun saya sedang
tertidur pulas.
Alhamdulillah, sejak kuliah saya tidak minta
orangtua. Royalti nulis cukup saya gunakan
untuk biaya nikah, bangun rumah, beli mobil,
jalan-jalan, menafkahi istri, orangtua, anak-anak,
serta sebagian besar diinvestasikan dan untuk
membuka bisnis-bisnis baru.
Saya pun berani bilang, andaikan cuma demi
uang, maka cukup sisakan waktu 2-3 bulan untuk
menulis satu buku best seller, lalu silakan tidur
selama bertahun-tahun, insyaAllah hidup temen-
temen akan tercukupi dari royalti itu.
Tak sedikit penulis yang royaltinya puluhan
bahkan ratusan juta per bulan. Maka saya dengan
sangat yakin mengatakan kepada kawan-kawan,
jika memang tujuannya finansial, insyaAllah
menulis bisa untuk biaya hidup.
Tapi yang saya sarankan sebaiknya jangan jadikan
uang sebagai motivasi nulis. Karena itu niat yang
dampaknya hanya dunia. Betapa bijaknya jika
target nulis kita untuk menebar inspirasi
kebaikan, karena itu yang nantinya terus
mengalirkan pahala hingga kita di barzah.
TAHAPAN JADI PENULIS
Ketika jalan-jalan ke toko buku, nggak sedikit
calon penulis yang tiba-tiba pesimis, “Jumlah
buku udah segini banyaknya, siapa yang mau
beli?” Akhirnya minder, awalnya pingin banget
nama terpampang di cover depan sebuah buku,
akhirnya menyerah hanya karena melihat
kenyataan banyaknya buku yang mangkrak.
Tiap bulan ada ribuan buku baru yang terbit.
Berapa yang best seller? Dikiit banget. Sisanya
hanya numpang nampang beberapa minggu di rak
toko buku, setelah itu terpaksa diretur ke gudang
penerbit karena penjualan yang kurang baik.
Maka kepada peserta kursus nulis selalu saya
ingatkan, sebagai penulis, jangan asal buku kita
terbit, beredar di Gramedia se-Indonesia, lalu
puas banget dengan hasil itu. Jangan sampe.
Bukankah percuma buku udah terlanjur beredar
tapi nggak ada peminat?
Karena sekarang nerbitin buku mudah banget,
asal tahu caranya. Gak sesulit dulu. Penerbit
sekarang juga gak seketat dulu dalam menilai
sebuah naskah buku. Saya melihatnya editor
makin mudah saja meloloskan naskah buku.
Sehingga bisa kita lihat, buku dengan isi yang
biasa saja banyak memenuhi rak toko buku besar
di Indonesia.
Maka tahapannya seperti ini:
1. Asal nulis
2. Asal jadi satu buku
3. Asal terbit
4. Asal best seller
Yang sekarang belum suka nulis, segera naik ke
tangga 1, tulis apa aja, yang penting terus
mengasah diri dalam hal menulis. Bisa diposting
di blog, facebook, serta komunitas yang diikuti di
media sosial.
Yang sekarang sudah di tangga 1, segera naik ke
tangga 2, tulis dan selesaikan buku perdanamu,
apapun temanya, yang penting jadi satu buku.
Yang sekarang di tahap 2, segera naik ke tangga 3,
tulis buku yang layak terbit. Kalau bisa ke
penerbit besar dulu untuk tahu buku kita udah
layak terbit atau belum.
Setelah buku udah terbit dan beredar, targetkan
buku kita harus best seller.
TANYA JAWAB
Sebelumnya terima kasih banyak kak Rifa’i segala
doa tercurahkan untuk kakak dan keluarga. Saya
ingin menjadi penulis dikarenakan tujuan awalnya
supaya mendapatkan penghasilan tambahan dari
menulis supaya uangnya dapat saya pergunakan
untuk biaya kuliah saya. Saya seorang mahasiswa
baru sekaligus seorang karyawan swasta, kak.
Sebelumnya saya ingin sharing saja dengan kakak,
seperti yang sudah kakak jelaskan, kalau ingin
menjadi penulis itu harus percaya diri, sebenarnya
saya malu dan merasa tidak layak menulis buku
dengan tema buku yang akan saya buat. Ilmu dan
pengalaman saya tidak sebanyak kakak. Mohon
bimbingannya ya kak.
Untuk masalah minder dengan ilmu dan
wawasan yang kita punya, rasanya wajar ya.
Apalagi kalau kita selalu membandingkan
dengan orang lain. Namun menurut saya, yang
penting kita menulis dengan niat berbagi.
Berbagi yang kita tahu, yang kita alami, yang
kita pahami, yang kita rasakan. Kita bukan
sedang menggurui pembaca. Kita sedang
sama-sama belajar dengan para pembaca.
Bedanya, kita belajar sambil berbagi dengan
menulis. Itu saja.
Mas, saya mau tanya, bagaimana jika buku kita tema
beserta isinya secara kebetulan ada kesamaan dengan
karya orang lain, padahal kita tidak bermaksud
menjiplak karya orang lain. Saya takut buku yang
saya tulis sama dengan orang lain. Bagaimana mas
caranya agar kita tahu bahwa karya kita memang
belum ada yang sama dengan karya siapa pun?
Selama kita tidak menjiplak, jangan takut
tulisan kita sama dengan orang lain. Karena
pasti tidak akan sama. Jika ada dua orang
diminta membahas topik yang sama, maka
pasti cara mereka membahas akan berbeda.
Karena tiap orang punya kekhasan dalam
berbahasa. Tidak akan sama persis. Baik cara
penyampaiannya, susunan kalimatnya, serta
sense berbahasanya, pasti beda kok. Asal satu
yang harus kita pegang betul, jangan sampai
menjiplak karya orang lain. Karena
dampaknya luar biasa nantinya. Kalau pun
terpaksa mengutip, jangan lupa untuk
mencantumkan sumbernya. Tapi kalau kita
ngarang sendiri, ya udah, jangan takut kalimat
yang kita tulis itu sama. Karena tidak
mungkin pernah sama persis.
Mas, gimana cara memilih judul buku yang baik?
Menurut saya baiknya kita memiliki beberapa
pilihan judul buku, tidak hanya satu opsi.
Kalau bisa 5 sampai 10 judul gitu. Kemudian
judul-judul itu bisa disampaikan kepada
target pembaca, bisa melalui media sosial atau
melalui teman-teman di sekitar kita, mana
diantara seluruh judul itu yang menurut
mereka paling menarik. Nah, dari sana nanti
diharapkan bisa ketemu judul buku yang
paling menarik untuk dijadikan judul buku.
Bagaimana memilih tema buku yang paling tepat
untuk kita jadikan tema buku pertama kita?
Untuk tema buku yang akan kita tulis,
baiknya memang tema yang kita benar-benar
kuasai, atau bahkan mengalami langsung, agar
dalam proses menulis nantinya tidak hambar.
Karena membahas berdasar teori dengan
berdasar pengalaman tentu berbeda. Biasanya
kalau kita asal nulis tanpa benar-benar
paham, yang kita bahas pun hanya pada
permukaan saja, tidak menyentuh substansi.
Akhirnya buku kita hambar, tidak ngena ke
pembaca. Maka baiknya apa yang kita
rasakan, kita alami, kita kuasai itulah yang
kita tuliskan. Dengan mengambil tema itu
insyaAllah saat menulis kita bisa lebih
nyaman dan lancar.
Mengenai pengajuan naskah, saya belum begitu paham
apa saja yang kita kirim kepada redaksi di penerbitan?
Kalau naskah yang kita tulis sudah tuntas,
tinggal kirim saja ke email penerbit yang kita
tuju. Pastikan di naskah sudah lengkap: Judul,
kata pengantar, daftar isi, isi buku, daftar
pustaka, profil penulis. Sertakan juga no.HP
yang bisa dihubungi sewaktu-waktu. Dan
yang terpenting adalah etika dalam mengirim
naskah. Jangan lupa perkenalkan diri dulu
dengan santun.
Endorsment atau testimoni dari tokoh itu cara
mintanya bagaimana ya, Kak?
Tinggal hubungi tokoh yang kita tuju,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan kita,
kalau mereka bersedia, kirim deh naskah
buku kita.
Boleh nggak kita kirim ke lebih dari penerbit
sekaligus?
Kalau bisa hindari hal tersebut, karena
menurut saya kurang etis. Khawatir nantinya
kalau semua penerbit yang kita tuju itu
meloloskan naskah kita. Nama kita bisa di-
blacklist oleh penerbit.
Boleh nggak kita memilih buku yang sensasional,
tetapi tidak sesuai dengan isi buku yang kita tulis?
Nggak boleh lah. Judul harus sesuai isi. Nggak
boleh beda. Agar pembaca tidak merasa
terbohongi. Kalau pembaca sudah merasa
kecewa, bersiaplah kita akan menerima
akibatnya pada karya-karya berikutnya.
Saya ingin jadi penulis, apa langkah pertama yang
harus saya lakukan?
Segera nulis apa saja mulai sekarang, sampai
apa yang kita tuliskan sudah sesuai dengan
apa yang kita pikirkan. Coba beranikan diri
untuk posting di blog, Facebook, share di
WA, BBM, dan media yang lain untuk
mengetahui komentar orang lain terhadap
tulisan kita. Dengan begitu kita bisa
memerbaiki apa kekurangannya.
Kalau saya sudah punya banyak tulisan dan ingin
segera menerbitkannya, bagaimana caranya?
Tidak semua tulisan kita layak untuk dicetak
dalam bentuk buku. Maka tentukan tema
buku yang hendak kita tulis, lalu seleksi,
mana koleksi tulisan kita yang sesuai dengan
tema. Trik lengkapnya sudah saya bahas
dalam ebook Dijamin Nulis Satu Buku Per Bulan
pada bab Nulis dengan Metode Puzzle.
Diantara semua buku yang mas Rifa’i tulis, mana
yang paling best seller?
Jujur sampai hari ini masih buku Tuhan, Maaf,
Kami sedang Sibuk. Beberapa hari yang lalu saya
masih dapat kabar buku ini masih masuk Top
Ten buku terlaris di Gramedia se-Indonesia.
Ada nggak buku yang penjualannya paling cepat?
Untuk paling cepat masih dipegang oleh buku
Allah, Inilah Proposal Cintaku For Girls yang
langsung cetak ulang hanya dalam hitungan
hari.
Bagaimana dulu mas Rifa’i membagi waktu untuk
kuliah, menulis, berwirausaha, atau saat ini sudah ada
keluarga juga?
Panjang nih jawabannya. Lengkapnya bisa
dibaca di buku TIME : 50 Cara Mengatur Waktu
Agar Hidup Produktif.
Ah, mas Rifa’i ngiklan terus.
Hehe, harus itu, gimana calon pembaca kita
tahu tentang buku kita kalau kita ngenalin aja
canggung.
Udah ya, terimakasih sudah membaca tulisan
sederhana ini. Semoga pengalaman sederhana
itu bisa bermanfaat bagi kawan-kawan.
Mas, saya dengar mas Rifa’i pernah ngadain kursus
nulis buku?
Bukan hanya pernah, tapi udah nyampe
angkatan 8. Alhamdulillah, dari sana lahir
penulis-penulis baru. Saat ini buku-buku
mereka banyak yang terbit. Terakhir
angkatan 8 sebagian malah sudah tahap
produksi.
Kapan mas dibuka lagi pendaftaran untuk kursus ini?
Ada nggak perubahan dari angkatan sebelumnya?
InsyaAllah Februari sudah dibuka
pendaftaran untuk angkatan yang ke-9.
Untuk angkatan ke-9 ini spesial. Kami
melakukan banyak perbaikan dari
pembelajaran di angkatan sebelumnya. Misal,
jika di angkatan sebelumnya kursus
berlangsung sampai buku tiap peserta terbit,
di angkatan 9 ini kami bakal ngajarin juga
gimana bikin penerbitan sendiri, dengan
modal nol, tapi berpotensi jadi besar. Rahasia
berdirinya Marsua Media bakal kita bongkar
dalam kursus terbaru ini.
Cara daftarnya, harganya, dan info lengkapnya bisa
dilihat di mana mas?
Lihat di halaman belakang ebook ini ya.
Naah, ketahuan deh bikin e-book ini buat promosi?
Yee, siapa yang promo. Saya cuma mau
nginfoin buat yang pingin belajar nulis aja.
Karena saya cuma mau nerima maksimal 15
peserta doang.
Kok dikit amat mas?
Soalnya kalau banyak-banyak malah nggak
fokus. Bisa membantu lahirnya 15 penulis
baru aja udah seneng banget.
TENTANG PENULIS
Ahmad Rifa’i Rif’an merupakan
penulis kelahiran Lamongan,
Jawa Timur. Pendidikan
formalnya dimulai dari R.A
Assa’adah, MI Islamiyah, SMPN
1 Turi, dan SMAN 1 Lamongan.
Lulus SMA ia mengambil S1-nya
di Mechanical Engineering ITS
Surabaya. Saat ini di sela
aktivitasnya yang padat, ia terus
berkarya dalam bentuk buku. Kini di usianya yang ke-27
tahun, ia telah menerbitkan lebih dari 60 judul buku.
Karya-karyanya yang best seller antara lain: Tuhan, Maaf,
Kami sedang Sibuk, Allah, Inilah Proposal Cintaku For
Girls, Akhirnya Kita Menikah, The Perfect Muslimah, dan
lain-lain
Pin BB : 57448495
Email : [email protected].
Twitter : @ahmadrifairifan,
Facebook : Ahmad Rifai Rifan.
KURSUS NULIS
BUKU SAMPAI
BUKU PERTAMAMU
TERBIT
MAU?
KURSUS ONLINE NULIS BUKU SAMPAI
BUKUMU TERBIT
Setelah mengevaluasi kursus nulis buku online
dari angkatan 1 sampai angkatan 8 yang kami
selenggarakan sampai saat ini, untuk angkatan 9
ini Penerbit Marsua Media bekerjasama dengan
Ahmad Rifa'i Rif'an kembali membuka kursus
untuk angkatan ke-9. Tidak tanggung-tanggung,
untuk kursus kali ini seluruh peserta akan
dibimbing sampai bukunya terbit dan materi
tambahan “Cara Mendirikan Penerbitan dari
Nol.”
APA KEUNTUNGANNYA?
1. Langsung dibimbing oleh Ahmad Rifai Rifan,
penulis nasional best seller yang telah menulis
lebih dari 80 judul buku. Selama kursus, seluruh
peserta akan berkomunikasi langsung via email
dan Whatsapp dengan beliau, baik saat
penyampaian materi maupun saat tanya jawab.
2. Proses pembelajaran tidak dilakukan dalam
forum, tapi berlangsung secara personal. Sehingga
materi yang diberikan bisa disesuaikan dengan
latar belakang dan kemampuan masing-masing
peserta.
3. Seluruh peserta mendapat materi praktis
teknik menulis yang lebih menekankan pada
praktek. Materi yang terlalu teoritis sengaja
dipangkas untuk menghemat waktu
pembelajaran.
4. Dari seluruh pendaftar, kami akan menyeleksi
peserta. Jadi tidak semua pendaftar akan
diloloskan. Agar proses pembelajaran bisa lebih
fokus dengan jumlah peserta yang terbatas.
Peserta yang lolos hanyalah yang dirasa memiliki
semangat untuk belajar dengan konsisten dan
fokus.
5. Seluruh peserta harus bersedia meluangkan
waktu selama satu sampai dua jam setiap hari
untuk menyelesaikan tugas harian dari kami
sehingga pada hari terakhir buku siap untuk
dicetak dan diterbitkan. Untuk waktunya sangat
fleksibel dan bisa didiskusikan menyesuaikan
dengan kesibukan peserta dan pemateri.
6. Semua peserta akan mendapatkan lima modul
pembelajaran sebagai bekal awal untuk menjadi
penulis buku.
Modul 1 : Langkah Awal Jadi Penulis
Modul 2 : Teknik Mudah untuk Nulis Cepat
Modul 3 : Agar Naskah Diterima Penerbit Besar
Modul 4 : Agar Buku Perdanamu Best Seller
Modul 5 : Langkah Mendirikan Penerbit Buku
CARA DAFTARNYA?
Cara pendaftaran, cukup kirimkan:
1. Nama :
2. Alamat :
3. No. Hp dan Whatsapp :
4. Facebook / Twitter :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pendidikan atau Profesi Saat Ini :
7. Blog atau Tulisan yang Pernah Dibuat: (Jika
ada)
8. Genre Buku yang Diminati:
(Motivasi/Keislaman/Lainnya)
9. Motivasi jadi penulis : (Tolong jawab dg jujur)
10. Tema dan Judul buku pertama yang ingin
ditulis:
Lalu kirimkan ke email: [email protected].
Hanya pendaftar yang mendapat konfirmasi
balasan dari kami yang dipersilakan untuk
melakukan pembayaran dan dinyatakan diterima
sebagai peserta yang lolos.
Harap form pendaftaran di atas diisi dengan
jawaban yang sebenar-benarnya. Karena materi
yang diterima nanti akan disesuaikan dengan
latar belakang peserta, sehingga nantinya materi
bisa diterima dengan baik.
BERAPA BIAYANYA?
Dengan manfaat yang besar itu, dengan jaminan
buku diterbitkan dalam waktu secepat itu,
peserta cukup menginvestasikan Rp. 2.450.000.
Kok mahal?
Anda tahu, itu harga yang sama pada angkatan
sebelumnya. Tidak kami naikkan sama sekali.
Kami rasa harga tersebut sangat murah
dibandingkan kursus-kursus sejenis, apalagi
dengan jaminan buku perdanamu terbit. Setelah
bukumu telah terbit, investasi tersebut
berpeluang kembali berkali lipat dalam bentuk
royalti yang kamu dapatkan.
MAU HARGA SPESIAL?
Khusus untuk pendaftar pada bulan Ramadhan,
kami memberi potongan sebesar Rp. 1.000.000.
sehingga hanya membayar sebesar Rp. 1.450.000.
Pendaftaran dengan harga diskon kami buka
sampai 10 Februari 2016.
Segera daftarkan dirimu. Semoga tahun ini
impian lamamu untuk punya buku sendiri bisa
terwujud. Mungkin ini jalanmu untuk jadi
penulis.
KARYA AHMAD RIFAI RIFAN YANG TIDAK BEREDAR SMS : NAMA_ALAMAT LENGKAP_JUDUL YANG DIPESAN.
LALU KIRIM KE 085648922360 (Penerbit Marsua)
-----------------------------------------------------------------------
Akhirnya Kita Menikah, Ahmad Rifa’i Rif’an & Ary Mita C, Rp. 35.000
Buku ini isinya 100 % cerita. Cerita nyata tentang perjuangan kedua penulis dalam membangun rumah tangga. Bagaimana kehidupan sederhana yang mereka jalani pada tahun awal pernikahan. Berasal dari diary pribadi yang akhirnya mereka bukukan agar lebih manfaat.
Aku Mencintaimu Karena Allah, Rp. 25.000
Banyak yang menjadikan kalimat itu sebagai topeng untuk menutupi niat buruknya, lalu bagaimana cara membedakan antara cinta dan nafsu, bagaimana cara membedakan antara sekadar simpati dan cinta, bagaimana agar jatuh cinta tak bercampur nafsu, bagaimana mencintai orang yang benar, bagaimana sikap yang tepat ketika ada yang mengungkapkan cinta? Life Is Never Flat, Rp. 25.000
Buku yang menegaskan kepada kita bahwa setiap manusia yang hidup pasti memiliki masalahnya masing-masing. Karena kehidupan adalah perjalanan dari kesulitan satu menuju kesulitan yang lain. Hidup adalah ujian. Maka kesulitan dan masalah hidup tak boleh membuat kita berputus asa dan menyerah.
Siapa Bilang Nulis Buku Susah? Rp. 35.000
Mengungkap rahasia mudah menulis dari nol, cara menghasilkan buku best seller, bagaimana menguasai teknik menulis cepat, cara agar naskah buku diterima oleh penerbit, bagaimana mengatasi kebuntuan ide, bagaimana agar konsisten menulis, menulis buku tanpa tergantung mood, apa rahasia agar ide mengalir deras?
Ketika Mencintai Tak Bisa Memiliki, Rp. 30.000 Jangan terlalu dalam menjatuhkan cintamu pada orang yang belum tentu jodohmu. Karena perasaan cinta sebelum nikah, seringkali berujung kecewa ketika di ujung cerita ternyata tidak dipersatukan di pernikahan. Puluhan kisah dalam buku ini membuktikan perpisahan itu melahirkan manusia-manusia yang tegar. Allah, I Need You, Rp. 25.000
Mungkin suatu saat kau kesulitan mencari pundak untukmu bersandar. Tapi ingatlah, selalu ada lantai untukmu bersujud. Ketika kita sudah sangat letih dengan persoalan hidup yang kita hadapi, maka serahkan semuanya pada-Nya. Menangislah di hadapan-Nya. Dialah pemberi penyelesaian sejati dalam hidup kita. Bukan yang lain.
Allah, Mengapa Engkau Pisahkan Kami, Rp. 25.000 Tak akan hadir rasa kehilangan jika dalam jiwamu tak pernah hadir rasa memiliki. Bukankah tak bijak ketika kita merasa sedih, kecewa, bahkan putus asa ketika sang pemilik mengambil sesuatu yang dimilikinya? Jangan sampai cinta kepada makhluk mengalahkan cintamu kepada Sang Khalik. Terlalu cinta kepada makhluk pasti berakhir dengan kekecewaan, karena tiap pertemuan pasti berujung perpisahan.
Tuhan Memberi yang Kita Butuhkan, Bukan yang Kita Inginkan, Rp. 25.000 Tuhan lebih tahu dengan yang kita butuh? Allah memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Karena yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan.Bisa jadi ketika impian kita terwujud, masalah besar justru hadir di hadapan kita. Maka silakan kita tuliskan impian hidup sehebat mungkin, tapi tetap serahkan penghapusnya kepada Allah. Biarlah Dia yang mengganti
Ketika Muslimah Jatuh Cinta, Rp. 25.000 Bagaimana sikap yang tepat ketika muslimah jatuh cinta? Apakah benar nekad mengungkapkan cinta adalah cara terbaik? Apakah menunggu dalam diam termasuk tak berikhtiar? Bagaimana menyikapi cinta yang tak berujung di pintu nikah? Apakah boleh wanita menolak pinangan lelaki yang baik? Bolehkah wanita menunda nikah karena pendidikan dan karir? Bagaimana mengetahui lelaki yang sesuai dengan kepribadian kita?
TIME: 50 Cara Mengatur Waktu, Rp. 50.000 Buku itu mengungkap bagaimana: Rahasia produktifitas dari Ahmad Rifa’i Rif’an. Cara penulis mengatur waktunya. Berkarya di tengah padatnya sekolah dan kuliah. Berkarya di tengah kesibukan kerja. Cara berprestasi di usia muda. Jadwal harian yang diterapkan penulis sejak muda. Tidur singkat tapi tetap menyehatkan
Suskes Tanpa Sarjana, Rp. 25.000
Sesungguhnya sukses itu hak semua orang. Semua manusia dibekali oleh Tuhan sejak lahir untuk bisa meraih prestasi tertingginya. Sukses bukan hanya milik sarjana. Buku ini sangat layak untuk menjadi salah satu bacaan, karena buku ini menyentuh sisi motivasi pembaca untuk berprestasi tanpa menunggu lulus sarjana. Kalau sebelum wisuda bahkan tanpa kuliah sudah bisa sukses, mengapa harus menunggu hingga lulus sarjana?.
Allah, Inilah Proposal Cintaku FG, Rp. 30.000 Bagaimana cara membedakan antara cinta dan nafsu? Bagaimana cara
membedakan antara sekadar simpati dan cinta? Apa saja rahasia sukses dari orang yang berhasil nikah di usia muda? Rahasia mengapa orang yang membuat Proposal Cinta rata-rata akhirnya sukses menikah kurang dari satu tahun? Mengapa pasangan muda yang memulai hubungan tanpa pacaran rumah tangganya lebih bahagia? Adakah bukti ilmiah kedahsyatan Proposal Cinta dalam mempercepat pernikahan pasangan muda?
Shalihah, Cerdas, Gaul, Rp. 25.000 Bagaimana ikhtiar yang tepat untuk menjadi seorang muslimah yang cerdas secara intelektual? Bagaimana kriteria seorang muslimah yang sukses? Bagaimana muslimah menyikapi cinta dengan benar? Bagaimana tip untuk menjadi muslimah yang mandiri secara finansial? Bagaimana menjadi muslimah yang gaul, apa relevansinya, dan mengapa gaul dibutuhkan oleh muslimah? Bagaimana muslimah bisa tetap tampil trendy, fashionable, tanpa meninggalkan tuntunan syar’i? Bagaimana agar menjadi muslimah yang namanya diabadikan dengan tinta emas oleh sejarah?
Jangan Manja! Hidup Emang Nggak Mudah, 120 Hlmn, Rp. 35.000 Orang kuat menyikapi masalah dengan kesabaran, sedangkan orang manja menyikapi masalah dengan keluhan. Orang tangguh melihat kesulitan sebagai batu loncatan, sedangkan orang manja menganggapnya sebagai batu sandungan. Orang kuat menganggap masalah sebagai tantangan, sedang orang manja menganggapnya sebagai ancaman. Buku ini berisi puluhan cerita tentang perjuangan menggapai mimpi.
Confidence! 50 Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri, Rp. 50.000 Bagaimana agar seorang yang dulunya pemalu bisa berdiri di depan puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang dengan percaya diri? Bagaimana seorang yang awalnya pendiem bisa ngomong di depan forum, menjelaskan materi dengan panjang lebar sampai berjam-jam tanpa henti? Bagaimana seorang yang pada mulanya peminder akhirnya bisa tampil di hadapan banyak orang tanpa canggung dan grogi?
25 Kebiasaan Anak Muda Berprestasi, 65 Hlmn, Rp. 25.000 Bagaimana anak-anak muda berprestasi mengisi hari-harinya? Bagaimana para intelektual mengisi waktu malamnya? Bagaimana pengaruh musik terhadap prestasi seseorang?Buku ini akan menjawab semua persoalan itu beserta beberapa strategi untuk menjadi anak muda berprestasi.
Ya Allah, Aku Ingin Curhat, 65 Hlmn, Rp. 25.000 Betapa beruntung orang yang diberi kesempatan oleh Allah menikmati kesyahduan itu. Bangun di sepertiga malam terakhirnya, lalu mencurhatkan segala yang ia rasa. Curhat bukan sekadar curhat, tapi curhat kepada yang Kuasa menyelesaikan masalahnya.
Izinkan Anakmu Memilih Jalan Hidupnya, 65 Hlmn, Rp. 25.000 Jika dia memilih jalan hidup yang dicintainya dan itu tak melanggar norma, mengapa dipaksa menuruti keinginan kita yang belum tentu itu terbaik bagi masa depannya? Anakmu bukan milikmu. Dia adalah titipan Tuhan yang punya kehidupannya sendiri. Kau penasehat, pendidik, dan pengajar baginya. Bukan pemaksa bagi masa depannya.