jalan terjal jadi penulis

55
Ahmad Rifa’i Rif’an Jalan Terjal Jadi Penulis

Upload: anon628725995

Post on 13-Apr-2016

41 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

buku yang bagus untuk penulis pemula

TRANSCRIPT

Page 1: Jalan Terjal Jadi Penulis

Ahmad Rifa’i Rif’an

Jalan Terjal

Jadi Penulis

Page 2: Jalan Terjal Jadi Penulis

Buku ini saya bagikan secara

gratis. Silakan bagikan

kepada siapa pun dengan

gratis pula. Semoga bisa

mengalirkan kebaikan bagi

sebanyak mungkin sesama.

Page 3: Jalan Terjal Jadi Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Benar, ebook ini revisi dari ebook Perjalanan

Menulisku. Namun untuk edisi terbaru ini, saya

sudah menambahkan beberapa informasi yang

saya rasa pada edisi 1 dan 2 belum saya bahas.

***

Guru saya mengajarkan, jangan pernah menjadi

kacang yang lupa pada kulitnya. Ketika engkau

telah berhasil meraih yang kau impikan,

renungkan kembali bahwa kesuksesanmu

bukanlah hasil jerih payahmu sendiri. ada banyak

yang berperan dalam hidupmu sehingga

perjalananmu sampai pada yang kau tuju.

Pertama tentu rasa syukur harus saya panjatkan

kepada Allah Subhanallahu Ta’ala, atas semua

karunia tanpa jeda. Tanpa kerunia, petunjuk, dan

Page 4: Jalan Terjal Jadi Penulis

kekuatan dari-Nya, saya tak akan bisa melakukan

apapun dalam hidup ini.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah

kepada Rasulullah, manusia teladan yang seluruh

akhlaknya sangat layak kita jadikan teladan

dalam rangka meraih kesuksesan di dunia hingga

di akhirat nanti. Semoga kelak kita diakui sebagai

umat beliau dan semoga kita juga menadapatkan

syafaat dari Rasulullah.

Terimakasih kepada seluruh keluarga di rumah

yang terus mencurahkan kasih sayang tanpa

henti; bapak, ibu, adik, istri, mbah kung, mbah

uti, pakdhe, budhe, paman, bibi, keponakan, serta

anak-anakku di rumah, jazakumullah khairan katsir.

Terimakasih juga saya sampaikan kepada

Gramedia, Elex Media, Qultum Media, Koran

Tempo, Kompas, Republika, Mizan, Quanta, Az-

ahra Media, Harian Kabar Jawa Barat, Koran

Surabaya Post, Koran Surya, Sby-TV, Riau Post,

Radio Pro-2 Jakarta, Majalah Itspoint, Majalah

New Cakrawala, Majalah Pegon, Ismail Network,

Page 5: Jalan Terjal Jadi Penulis

serta media lain yang telah membantu

menyebarluaskan karya kami.

Terimakasih kepada para sahabat di Komunitas

Pecinta Pena Jatim, Tim Marsua Media, LAZIM,

Jepits, dan Indonesian Moslem of Student Movement,

Young Motivator, Forum Entrepreneur, Fresh

Author, Sahabat Pena Nusantara, dan komunitas

lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Tak boleh saya lupakan, seluruh kawan-kawan

yang selama ini sudah membaca karya-karya saya.

Saya hanya berharap semoga ilmu, wawasan,

pengalaman, serta hikmah yang tak seberapa itu

bisa menyumbangkan inspirasi bagi kawan-

kawan semua. Semoga menjadi ilmu yang barokah

dan manfaat, sehingga tetap bisa mengalirkan

pahala saat saya di alam barzah. Aamiin.

Page 6: Jalan Terjal Jadi Penulis

“Hidup kita hanya sekali, maka

jangan sampai ada dan tiadanya kita

di dunia ini tak ada bedanya. Tulis

nama kita di panggung sejarah.

Jadilah penulis. Serta jadilah pribadi

yang namanya layak ditulis.”

- Ahmad Rifa’i Rif’an -

Page 7: Jalan Terjal Jadi Penulis

TAK PERNAH BERCITA JADI PENULIS

Sejak kecil, kata “penulis” tak pernah menjadi

jawaban ketika saya ditanya mengenai cita-cita.

Saat masih mengenyam pendidikan di Madrasah

Ibtidaiyah Islamiyah, saya bercita-cita jadi ulama’.

Keinginan menebarkan ilmu agama sangat besar.

Mungkin latar belakang pendidikan yang sarat

nuansa religi serta puluhan kaset ceramah agama

yang ada di rumah, menjadikan masa kecil saya

memiliki keinginan untuk bisa seperti para

ustadz, kiai, ulama’ yang mengajarkan agama

kepada umat. Itulah sebabnya saat kelas 6, tak

ada keinginan untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan formal yang favorit, saya hanya ingin

masuk pesantren.

Tetapi sayang, keinginan itu gugur. Setahun

setelah ayah saya meninggal, ibu menikah lagi dan

Page 8: Jalan Terjal Jadi Penulis

tinggal bersama ayah dan adik. Sementara saya

menemani nenek yang tinggal sendiri. Jika saya

tetap masuk pesantren, saya tidak akan bisa

belajar dengan tenang. Karena pasti bakal

memikirkan nenek yang tinggal sendirian di

rumah. Maka saya terpaksa menunda keinginan

saya untuk belajar di pesantren. Saya pun masuk

ke SMP umum, yang kita tahu bersama porsi

pelajaran agamanya minim sekali.

Saat SMP, cita-cita saya berubah. Saya ingin

menjadi guru. Entah apa yang menginspirasi saya.

Namun seingat saya, saat itu yang terbayang

dalam benak saya, guru adalah sebuah profesi

yang mulia dan bermanfaat bagi banyak orang.

Betapa banyak orang besar yang lahir dari peran

para guru. Saya ingin menjadi bagian dari

pembibitan orang-orang besar yang kelak lahir

mengisi sejarah.

Saat SMA, cita-cita saya berubah lagi. Saya ingin

jadi insinyur. Saya bercita demikian karena hasil

pembelajaran saya di SMA yang lebih kuat di

fisika, mekanika, dan matematis. Saat SMA saya

Page 9: Jalan Terjal Jadi Penulis

berulangkali menjuarai olimpiade Fisika

Mekanika. Itu yang kemudian membuat saya

optimis dan yakin saya bisa menjalani profesi

insinyur dengan baik.

Lulus dari SMA, saya pun masuk ke ITS Surabaya,

ambil jurusan Teknik Mesin.

Nah, di sinilah perjalanan itu dimulai.

Page 10: Jalan Terjal Jadi Penulis

PERJALANAN BUKU PERTAMAKU

Pertengahan kuliah, saya iseng-iseng membuat

sebuah blog. Awalnya saya terinspirasi dari

seorang dosen ITS yang saat itu sedang kuliah di

Taiwan. Entah dulu saya sedang browsing

tentang apa hingga saya bisa nyampe di blog

beliau. Begitu membuka blog beliau untuk

pertama kalinya, saya sangat menikmati tulisan-

tulisannya. Beliau cerita tentang pengalaman,

ilmu, wawasan, serta apa saja yang beliau ingin

tuliskan. Nah, di blog itu beliau juga menulis

tentang cara membuat blog gratisan hanya dalam

waktu 15 menit saja.

Saya pun berpikir, kayaknya asyik juga kalau saya

bikin blog. Saya bisa berbagi tentang apa saja

melalui tulisan dan bisa dibaca oleh siapa pun di

seluruh dunia.

Page 11: Jalan Terjal Jadi Penulis

Singkat cerita, saya pun membuat sebuah blog

untuk yang pertama kalinya pada tahun 2008.

Nama blognya rifay.wordpress.com yang masih bisa

diakses hingga hari ini. Tetapi isinya sekarang

tinggal sinopsis beberapa buku saja. Karena

artikel-artikelnya kebanyakan sudah saya hapus.

Artikel yang saya rasa jelek, saya delete.

Sementara artikel yang menarik, saya masukkan

ke beberapa buku.

Entah mengapa, sejak punya blog tersebut saya

sangat termotivasi untuk menulis hampir tiap

hari. Saya tidak tahu tulisan yang saya posting di

blog itu ada yang membaca atau tidak, tapi saya

terus saja menulis hampir tiap hari. Hingga

beberapa minggu setelah saya bikin blog, saya

akhirnya tahu ternyata kita bisa lihat berapa

jumlah pengunjung blog kita.

Ketika tahu blog saya ada yang baca, semangat

menulis makin meningkat. Apalagi saat ada satu

dua komentar dari pembaca yang menyampaikan

bahwa tulisan saya menarik. Di sela kesibukan

Page 12: Jalan Terjal Jadi Penulis

kuliah, saya makin rutin memposting tulisan di

blog.

Aktivitas itu berlangsung hampir setahun, baru

kemudian saya mendapat tawaran dari sebuah

penerbit untuk menerbitkan salah satu tulisan

saya menjadi sebuah buku.

Buku pertama saya judulnya “9 Rahasia Doa Lulus

Ujian”. Hingga sekarang saya beneran nggak pede

tiap mendapat pertanyaan, “Mas Rifa’i, judul

buku pertamanya apa ya?” Karena nggak ada

keren-kerennya, hehe. Jujur aja deh, apa yang

terbayang dalam benak kawan-kawan saat

pertama kali lihat ada buku berjudul “9 Rahasia

Doa Lulus Ujian”? Mistik? Nggak rasional? Atau

isinya cuma kumpulan doa?

Tapi penerbit menilai, judul ini layak jual. Apalagi

saat itu momentumnya tepat banget, yakni

berdekatan dengan ujian nasional SD, SMP, dan

SMA. Artinya, target market utama memang anak

sekolah.

Page 13: Jalan Terjal Jadi Penulis

BERDIRILAH PENERBIT MARSUA MEDIA

Akhirnya apa yang saya lakukan? Saat itu saya

mengambil keputusan yang hingga hari ini sangat

saya syukuri, yakni saya menerbitkan buku itu

sendiri. Tidak melalui penerbit besar. Alasan saya

saat itu, saya sedang pingin-pinginnya punya

usaha sendiri. Itulah pertama kalinya saya

bergelut dalam bidang perbukuan. Saya tulis

buku sendiri, saya cetak sendiri, saya jual-jual

sendiri.

Bagaimana saya belajar tentang bisnis penerbitan?

Jujur saja, saat itu semangat saya luar biasa tinggi

untuk bisa secepatnya menguasai bidang bisnis

ini. Saya browsing banyak artikel tentang

penerbitan, saya beli buku-buku yang

menjelaskan liku-liku perbukuan, saya kunjungi

Page 14: Jalan Terjal Jadi Penulis

beberapa tokoh yang saya rasa sudah

berpengalaman dalam usaha ini.

Saya pun memutuskan untuk terjun langsung

merintis bisnis penerbitan. Inilah awal dari

berdirinya Penerbit Marsua Media yang masih

eksis hingga hari ini.

Ketika hendak mencetak buku pertama, saya

keliling ke beberapa percetakan untuk

membandingkan harga cetak. Ternyata saya

mendapati info bahwa kita bisa mencetak buku

dengan oplah minimal 500 eksemplar. Di bawah

oplah itu, akan sangat sulit sekali bersaing dalam

harga. Karena di bawah angka itu harga

produksinya sangat tinggi.

Jadilah saya mencetak 500 eksemplar. Modalnya

dari mana? Beruntung di sekitar saya ada banyak

sahabat yang bersedia menyisihkan uang saku

mereka untuk saya jadikan modal. Saya pinjam ke

teman kost, teman organisasi, teman di jurusan,

berapa pun yang mereka punya. Ada yang

minjemin seratus, dua ratus, sejuta, saya tampung

Page 15: Jalan Terjal Jadi Penulis

semua. Akhirnya terkumpullah sejumlah modal

yang saya butuh. Saya janji kepada mereka, “Bulan

depan insyaAllah uang sudah saya kembalikan.”

Mengapa saya janji demikian? Agar semangat saya

benar-benar terjaga. Dengan target satu bulan

uang harus kembali, saya berharap punya

motivasi tinggi untuk menjual buku pertama itu

secepat mungkin.

Setelah saya cetak, saya pun memasarkan buku-

buku itu ke puluhan sekolah dan kampus. Karena

target market utamanya memang pelajar dan

mahasiswa. Saya pasang muka tebal, nggak peduli

sama sekali omongan dari orang lain yang bilang

saya penjual buku, toh emang saat itu saya kan

emang penjual buku, meskipun itu buku saya

sendiri. Jadi kenapa harus malu?

Betapa terkejutnya saya, dalam waktu kurang

dari satu bulan, cetakan pertama ludes. Saya pun

memprioritaskan untuk melunasi hutang ke

teman-teman, baru sisanya saya gunakan untuk

cetak ulang. Alhamdulillah laba saya gulung

Page 16: Jalan Terjal Jadi Penulis

terus-menerus hingga bisa mencetak lebih banyak

buku pada bulan-bulan berikutnya.

Betapa bersyukurnya saya, Penerbit Marsua

Media yang pada saat berdirinya masih

menjadikan kamar kost sebagai kantor, lalu

perlahan bisa menyewa rumah kontrakan,

alhamdulillah saat ini Marsua Media dikaruniai

gedung dua lantai untuk tim kami bekerja dan

berkarya.

Page 17: Jalan Terjal Jadi Penulis

PERTAMA MASUK PENERBIT MAYOR

Setelah buku pertama terbit melalui penerbitan

sendiri, saya pun lanjut ke buku kedua yang

berjudul “Sukses Tanpa Sarjana”. Buku kedua

juga saya terbitkan sendiri melalui Penerbit

Marsua Media. Baru buku ketiga, “The Power of

Muslim” coba saya tawarkan ke penerbit.

Hasilnya? Tak ada satu pun yang nerima naskah

saya.

Karena selain saya tidak yakin dengan hasilnya,

saya pun merasa untuk naskah ini modal

cetaknya cukup besar sehingga saya tidak ingin

mengambil resiko dengan mencetak dengan dana

sendiri.

Akhirnya saya menggunakan sebuah strategi

dengan mencoba menawarkan kepada penerbit

kampus, yakni ITS-Press. Mengapa saya kirim ke

Page 18: Jalan Terjal Jadi Penulis

penerbit kampus? Karena sebelumnya saya sudah

mengantongi testimoni dari rektor. Saya pun

berasumsi, masak sih redaksi mengabaikan sebuah

naskah yang sudah dapat testimoni dari rektor.

Tebakan saya tepat. Cukup dilihat sekilas,

redaksi bilang akan memelajari naskahnya dan

segera menginfokan diterima tidaknya. Singkat

cerita, buku itu akhirnya dicetak ribuan

eksemplar dan masuk ke toko buku.

Sejak saat itu saya merasa punya modal untuk

masuk ke penerbit mayor yang lain. Hampir tidak

ada kendala yang berarti. Naskah demi naskah

pun terbit. Alhamdulillah, sebagian besar

penerbit menerima dengan baik naskah yang saya

kirim.

Page 19: Jalan Terjal Jadi Penulis

ROYALTI PERTAMA

Berapa royalti pertama yang saya dapat dari

penerbit mayor? Jawabannya nol rupiah. Kok

bisa? Karena saat masuk penerbit mayor untuk

yang pertama kalinya, penjualan buku saya luar

biasa jeblok. Berbulan-bulan penjualan tidak

terangkat, hingga terpaksa beberapa buku saya

diretur dari toko buku.

Tapi saya tetap tak kehilangan semangat untuk

menerbitkan ke penerbit mayor. Naskah

berikutnya berjudul “From School To Heaven”

akhirnya lolos ke Penerbit Pro-U Media. Betapa

bangganya saya. Karena sebelumnya saya cukup

tertarik dengan kisah sukses penerbit ini dalam

menerbitkan buku-buku motivasi dan dakwah

yang sebagian besar best seller. Rasanya wajar

jika saya pun punya ekspektasi tinggi bahwa

Page 20: Jalan Terjal Jadi Penulis

penerbit inilah yang akan membuat buku saya

best seller.

Setelah menunggu beberapa bulan, buku saya tak

kunjung diterbitkan. Kata penerbit masih

menunggu momentum yang tepat. Hingga suatu

hari keluarga kami mendapati ujian. Ibu saya

sakit pada saluran pencernaan dan harus segera

operasi.

Kami berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-

pasan. Maka peristiwa ini menjadi sebuah ujian

yang tidak mudah bagi kami. Uang beasiswa saya

menipis, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-

hari. Akhirnya dengan sangat terpaksa, saya

beranikan diri menghubungi salah satu owner

sebuah penerbit, untuk minta uang royalti.

Padahal buku saya saat itu belum mereka

terbitkan.

Itulah hasil pertama kalinya saya menulis di

penerbit mayor, yakni royalti hutang. Maka

ketika saya membimbing peserta kursus nulis,

selalu saya sampaikan bahwa jangan puas dulu

Page 21: Jalan Terjal Jadi Penulis

ketika buku kita sudah diterbitkan, karena itu

bukan jaminan buku kita akan laku dan

menghasilkan. Pastikan buku kita best seller.

Page 22: Jalan Terjal Jadi Penulis

BEDAH BUKU PERTAMA

Saya baru mendapatkan undangan bedah buku

dengan jumlah peserta yang besar, yaitu ketika

menerbitkan buku “Izrail Bilang Ini Ramadhan

Terakhirku”. Begitu terbit, buku itu menyita

perhatian banyak kalangan. Diulas di beberapa

koran dan majalah nasional, saya diundang oleh

televisi nasional, serta diminta untuk membedah

buku ini di salah satu perusahaan besar di

Jakarta.

Itulah bedah buku saya untuk yang pertama

kalinya. Ketika panitia menghubungi, “Mas Rifai

ke Jakarta naik pesawat?”, Dengan polosnya saya

menjawab, “Tidak, saya naik kereta saja.” Panitia

kaget, “Lho, apa nggak terlalu lama mas? Bisa

seharian perjalanan dari Surabaya.” Saya jawab,

“Nggak apa-apa mbak, pingin menikmati

Page 23: Jalan Terjal Jadi Penulis

Ramadhan di kereta api.” Padahal itu alasan saja,

sebenarnya saat itu saya tidak berani naik

pesawat karena belum pernah sama sekali, hehe.

Tiba di Pasar Senen, saya dijemput oleh salah

seorang sahabat yang bekerja di Jakarta. Saya ikut

nginap di tempat tinggalnya di daerah Bintaro.

Saya tiba di Jakarta sehari sebelum acara sehingga

masih bisa santai dulu.

Pada hari-H, saya berangkat menuju lokasi acara

tidak dijemput oleh panitia. Saya berangkat ke

lokasi acara di pagi hari, padahal acara bedah

bukunya masih menjelang maghrib. Karena saya

takut nyasar. Saya ke lokasi acara naik angkot, bis

kota, taksi, terakhir naik ojek, karena terjebak

macet.

Nyampe lokasi acara saya sudah ngos-ngosan.

Begitu tiba, ternyata peserta sudah duduk rapi

berderet. Bukan hanya pada tingkatan staf,

ternyata manajer pun hadir.

Apakah saya saat itu grogi? Banget. Saya

gemeteran di depan, keringetan, dan rasanya

Page 24: Jalan Terjal Jadi Penulis

ingin segera melarikan diri. Saya yang masih dua

puluhan tahun, bicara di depan peserta bedah

buku yang mayoritas seusia dengan orangtua

saya.

Semua materi yang sudah saya pikirkan satu per

satu rontok. Saya pun lebih banyak membaca

buku yang saya pegang serta melihat slide

presentasi yang sudah saya siapkan.

Setelah kehabisan bahan untuk saya bahas, saya

pun bilang, “Cukup sekian pemaparan dari saya,

karena sudah mendekati waktu berbuka, mari

kita akhiri acara kita kali ini.”

Tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Mas Rifa’i, di sini

waktu maghribnya masih lama, beda dengan di

Surabaya.” Saya makin tegang, “Oh, gitu ya. Kalo

gitu kita isi dengan diskusi aja.”

Sejak hari itu saya belajar public speaking dengan

intens. Saya bertekad harus bisa bicara di

panggung dengan lancar. Saya harus mengatasi

penyakit demam panggung ini.

Page 25: Jalan Terjal Jadi Penulis

Bagaimana cara saya mengatasi itu? Saya sudah

mengupasnya di buku “Confidence: 50 Cara

Mengatasi Keminderan dan Mendongkrak

Percaya Diri.”

Page 26: Jalan Terjal Jadi Penulis

APAKAH BISA HIDUP DARI MENULIS?

Saya belajar dari pengalaman saya selama

bertahun-tahun, hingga saya pun memutuskan

untuk menjadikan menulis sebagai salah satu

aktivitas yang akan saya tekuni sepanjang hidup.

Apapun profesi dan kesibukan saya, saya akan

tetap nulis buku.

Alhamdulillah, hingga saat ini saya

diperkenankan oleh Allah untuk menulis sekitar

tujuh puluhan judul buku yang saat ini sudah

menyebar di toko buku seluruh Indonesia, serta

diterjemahkan ke beberapa negara.

Ada yang nanya, apakah kita bisa hidup dari

menulis? Maaf jika harus saya katakan, orang

yang sering nanya, "Apa kita bisa hidup hanya

dari menulis?" hampir bisa dipastikan dia bukan

penulis best seller. Mengapa? Karena penulis best

Page 27: Jalan Terjal Jadi Penulis

seller pasti sudah menemukan jawabannya, dan

jawabannya adalah bisa banget.

Saya alumni Teknik Mesin ITS. Lulus dari ITS

saya kerja di perusahaan sebagai Mechanical

Engineer. Di kantor duduk depan komputer

seharian, dari jam 8 sampai jam 4 sore, Senin

sampai Jumat, tapi penghasilannya ternyata kalah

dengan royalti satu buku saya yang best seller.

Serius.

Beberapa buku saya yang best seller adalah Man

Shabara Zhafira, God, I Miss You, The Perfect Muslimah,

serta Tuhan, Maaf, Kami sedang Sibuk. Sejak 2011

sampai hari ini saya terus menerima royalti dari

buku itu. Dan royaltinya tiap bulan lebih dari gaji

saya waktu masih kerja kantoran. Artinya,

umpama sejak 2011 sampai hari ini saya tidur di

rumah tanpa kerja apapun, insyaAllah saya masih

bisa menafkahi keluarga dari satu buku itu.

Karena royalti dari penjualan buku tersebut terus

mengalir ke rekening saya meskipun saya sedang

tertidur pulas.

Page 28: Jalan Terjal Jadi Penulis

Alhamdulillah, sejak kuliah saya tidak minta

orangtua. Royalti nulis cukup saya gunakan

untuk biaya nikah, bangun rumah, beli mobil,

jalan-jalan, menafkahi istri, orangtua, anak-anak,

serta sebagian besar diinvestasikan dan untuk

membuka bisnis-bisnis baru.

Saya pun berani bilang, andaikan cuma demi

uang, maka cukup sisakan waktu 2-3 bulan untuk

menulis satu buku best seller, lalu silakan tidur

selama bertahun-tahun, insyaAllah hidup temen-

temen akan tercukupi dari royalti itu.

Tak sedikit penulis yang royaltinya puluhan

bahkan ratusan juta per bulan. Maka saya dengan

sangat yakin mengatakan kepada kawan-kawan,

jika memang tujuannya finansial, insyaAllah

menulis bisa untuk biaya hidup.

Tapi yang saya sarankan sebaiknya jangan jadikan

uang sebagai motivasi nulis. Karena itu niat yang

dampaknya hanya dunia. Betapa bijaknya jika

target nulis kita untuk menebar inspirasi

Page 29: Jalan Terjal Jadi Penulis

kebaikan, karena itu yang nantinya terus

mengalirkan pahala hingga kita di barzah.

Page 30: Jalan Terjal Jadi Penulis

TAHAPAN JADI PENULIS

Ketika jalan-jalan ke toko buku, nggak sedikit

calon penulis yang tiba-tiba pesimis, “Jumlah

buku udah segini banyaknya, siapa yang mau

beli?” Akhirnya minder, awalnya pingin banget

nama terpampang di cover depan sebuah buku,

akhirnya menyerah hanya karena melihat

kenyataan banyaknya buku yang mangkrak.

Tiap bulan ada ribuan buku baru yang terbit.

Berapa yang best seller? Dikiit banget. Sisanya

hanya numpang nampang beberapa minggu di rak

toko buku, setelah itu terpaksa diretur ke gudang

penerbit karena penjualan yang kurang baik.

Maka kepada peserta kursus nulis selalu saya

ingatkan, sebagai penulis, jangan asal buku kita

terbit, beredar di Gramedia se-Indonesia, lalu

puas banget dengan hasil itu. Jangan sampe.

Page 31: Jalan Terjal Jadi Penulis

Bukankah percuma buku udah terlanjur beredar

tapi nggak ada peminat?

Karena sekarang nerbitin buku mudah banget,

asal tahu caranya. Gak sesulit dulu. Penerbit

sekarang juga gak seketat dulu dalam menilai

sebuah naskah buku. Saya melihatnya editor

makin mudah saja meloloskan naskah buku.

Sehingga bisa kita lihat, buku dengan isi yang

biasa saja banyak memenuhi rak toko buku besar

di Indonesia.

Maka tahapannya seperti ini:

1. Asal nulis

2. Asal jadi satu buku

3. Asal terbit

4. Asal best seller

Yang sekarang belum suka nulis, segera naik ke

tangga 1, tulis apa aja, yang penting terus

mengasah diri dalam hal menulis. Bisa diposting

di blog, facebook, serta komunitas yang diikuti di

media sosial.

Page 32: Jalan Terjal Jadi Penulis

Yang sekarang sudah di tangga 1, segera naik ke

tangga 2, tulis dan selesaikan buku perdanamu,

apapun temanya, yang penting jadi satu buku.

Yang sekarang di tahap 2, segera naik ke tangga 3,

tulis buku yang layak terbit. Kalau bisa ke

penerbit besar dulu untuk tahu buku kita udah

layak terbit atau belum.

Setelah buku udah terbit dan beredar, targetkan

buku kita harus best seller.

Page 33: Jalan Terjal Jadi Penulis

TANYA JAWAB

Page 34: Jalan Terjal Jadi Penulis

Sebelumnya terima kasih banyak kak Rifa’i segala

doa tercurahkan untuk kakak dan keluarga. Saya

ingin menjadi penulis dikarenakan tujuan awalnya

supaya mendapatkan penghasilan tambahan dari

menulis supaya uangnya dapat saya pergunakan

untuk biaya kuliah saya. Saya seorang mahasiswa

baru sekaligus seorang karyawan swasta, kak.

Sebelumnya saya ingin sharing saja dengan kakak,

seperti yang sudah kakak jelaskan, kalau ingin

menjadi penulis itu harus percaya diri, sebenarnya

saya malu dan merasa tidak layak menulis buku

dengan tema buku yang akan saya buat. Ilmu dan

pengalaman saya tidak sebanyak kakak. Mohon

bimbingannya ya kak.

Untuk masalah minder dengan ilmu dan

wawasan yang kita punya, rasanya wajar ya.

Apalagi kalau kita selalu membandingkan

dengan orang lain. Namun menurut saya, yang

penting kita menulis dengan niat berbagi.

Berbagi yang kita tahu, yang kita alami, yang

kita pahami, yang kita rasakan. Kita bukan

Page 35: Jalan Terjal Jadi Penulis

sedang menggurui pembaca. Kita sedang

sama-sama belajar dengan para pembaca.

Bedanya, kita belajar sambil berbagi dengan

menulis. Itu saja.

Mas, saya mau tanya, bagaimana jika buku kita tema

beserta isinya secara kebetulan ada kesamaan dengan

karya orang lain, padahal kita tidak bermaksud

menjiplak karya orang lain. Saya takut buku yang

saya tulis sama dengan orang lain. Bagaimana mas

caranya agar kita tahu bahwa karya kita memang

belum ada yang sama dengan karya siapa pun?

Selama kita tidak menjiplak, jangan takut

tulisan kita sama dengan orang lain. Karena

pasti tidak akan sama. Jika ada dua orang

diminta membahas topik yang sama, maka

pasti cara mereka membahas akan berbeda.

Karena tiap orang punya kekhasan dalam

berbahasa. Tidak akan sama persis. Baik cara

penyampaiannya, susunan kalimatnya, serta

sense berbahasanya, pasti beda kok. Asal satu

Page 36: Jalan Terjal Jadi Penulis

yang harus kita pegang betul, jangan sampai

menjiplak karya orang lain. Karena

dampaknya luar biasa nantinya. Kalau pun

terpaksa mengutip, jangan lupa untuk

mencantumkan sumbernya. Tapi kalau kita

ngarang sendiri, ya udah, jangan takut kalimat

yang kita tulis itu sama. Karena tidak

mungkin pernah sama persis.

Mas, gimana cara memilih judul buku yang baik?

Menurut saya baiknya kita memiliki beberapa

pilihan judul buku, tidak hanya satu opsi.

Kalau bisa 5 sampai 10 judul gitu. Kemudian

judul-judul itu bisa disampaikan kepada

target pembaca, bisa melalui media sosial atau

melalui teman-teman di sekitar kita, mana

diantara seluruh judul itu yang menurut

mereka paling menarik. Nah, dari sana nanti

diharapkan bisa ketemu judul buku yang

paling menarik untuk dijadikan judul buku.

Page 37: Jalan Terjal Jadi Penulis

Bagaimana memilih tema buku yang paling tepat

untuk kita jadikan tema buku pertama kita?

Untuk tema buku yang akan kita tulis,

baiknya memang tema yang kita benar-benar

kuasai, atau bahkan mengalami langsung, agar

dalam proses menulis nantinya tidak hambar.

Karena membahas berdasar teori dengan

berdasar pengalaman tentu berbeda. Biasanya

kalau kita asal nulis tanpa benar-benar

paham, yang kita bahas pun hanya pada

permukaan saja, tidak menyentuh substansi.

Akhirnya buku kita hambar, tidak ngena ke

pembaca. Maka baiknya apa yang kita

rasakan, kita alami, kita kuasai itulah yang

kita tuliskan. Dengan mengambil tema itu

insyaAllah saat menulis kita bisa lebih

nyaman dan lancar.

Page 38: Jalan Terjal Jadi Penulis

Mengenai pengajuan naskah, saya belum begitu paham

apa saja yang kita kirim kepada redaksi di penerbitan?

Kalau naskah yang kita tulis sudah tuntas,

tinggal kirim saja ke email penerbit yang kita

tuju. Pastikan di naskah sudah lengkap: Judul,

kata pengantar, daftar isi, isi buku, daftar

pustaka, profil penulis. Sertakan juga no.HP

yang bisa dihubungi sewaktu-waktu. Dan

yang terpenting adalah etika dalam mengirim

naskah. Jangan lupa perkenalkan diri dulu

dengan santun.

Endorsment atau testimoni dari tokoh itu cara

mintanya bagaimana ya, Kak?

Tinggal hubungi tokoh yang kita tuju,

perkenalkan diri, sampaikan tujuan kita,

kalau mereka bersedia, kirim deh naskah

buku kita.

Page 39: Jalan Terjal Jadi Penulis

Boleh nggak kita kirim ke lebih dari penerbit

sekaligus?

Kalau bisa hindari hal tersebut, karena

menurut saya kurang etis. Khawatir nantinya

kalau semua penerbit yang kita tuju itu

meloloskan naskah kita. Nama kita bisa di-

blacklist oleh penerbit.

Boleh nggak kita memilih buku yang sensasional,

tetapi tidak sesuai dengan isi buku yang kita tulis?

Nggak boleh lah. Judul harus sesuai isi. Nggak

boleh beda. Agar pembaca tidak merasa

terbohongi. Kalau pembaca sudah merasa

kecewa, bersiaplah kita akan menerima

akibatnya pada karya-karya berikutnya.

Page 40: Jalan Terjal Jadi Penulis

Saya ingin jadi penulis, apa langkah pertama yang

harus saya lakukan?

Segera nulis apa saja mulai sekarang, sampai

apa yang kita tuliskan sudah sesuai dengan

apa yang kita pikirkan. Coba beranikan diri

untuk posting di blog, Facebook, share di

WA, BBM, dan media yang lain untuk

mengetahui komentar orang lain terhadap

tulisan kita. Dengan begitu kita bisa

memerbaiki apa kekurangannya.

Kalau saya sudah punya banyak tulisan dan ingin

segera menerbitkannya, bagaimana caranya?

Tidak semua tulisan kita layak untuk dicetak

dalam bentuk buku. Maka tentukan tema

buku yang hendak kita tulis, lalu seleksi,

mana koleksi tulisan kita yang sesuai dengan

tema. Trik lengkapnya sudah saya bahas

dalam ebook Dijamin Nulis Satu Buku Per Bulan

pada bab Nulis dengan Metode Puzzle.

Page 41: Jalan Terjal Jadi Penulis

Diantara semua buku yang mas Rifa’i tulis, mana

yang paling best seller?

Jujur sampai hari ini masih buku Tuhan, Maaf,

Kami sedang Sibuk. Beberapa hari yang lalu saya

masih dapat kabar buku ini masih masuk Top

Ten buku terlaris di Gramedia se-Indonesia.

Ada nggak buku yang penjualannya paling cepat?

Untuk paling cepat masih dipegang oleh buku

Allah, Inilah Proposal Cintaku For Girls yang

langsung cetak ulang hanya dalam hitungan

hari.

Bagaimana dulu mas Rifa’i membagi waktu untuk

kuliah, menulis, berwirausaha, atau saat ini sudah ada

keluarga juga?

Page 42: Jalan Terjal Jadi Penulis

Panjang nih jawabannya. Lengkapnya bisa

dibaca di buku TIME : 50 Cara Mengatur Waktu

Agar Hidup Produktif.

Ah, mas Rifa’i ngiklan terus.

Hehe, harus itu, gimana calon pembaca kita

tahu tentang buku kita kalau kita ngenalin aja

canggung.

Udah ya, terimakasih sudah membaca tulisan

sederhana ini. Semoga pengalaman sederhana

itu bisa bermanfaat bagi kawan-kawan.

Mas, saya dengar mas Rifa’i pernah ngadain kursus

nulis buku?

Bukan hanya pernah, tapi udah nyampe

angkatan 8. Alhamdulillah, dari sana lahir

penulis-penulis baru. Saat ini buku-buku

mereka banyak yang terbit. Terakhir

Page 43: Jalan Terjal Jadi Penulis

angkatan 8 sebagian malah sudah tahap

produksi.

Kapan mas dibuka lagi pendaftaran untuk kursus ini?

Ada nggak perubahan dari angkatan sebelumnya?

InsyaAllah Februari sudah dibuka

pendaftaran untuk angkatan yang ke-9.

Untuk angkatan ke-9 ini spesial. Kami

melakukan banyak perbaikan dari

pembelajaran di angkatan sebelumnya. Misal,

jika di angkatan sebelumnya kursus

berlangsung sampai buku tiap peserta terbit,

di angkatan 9 ini kami bakal ngajarin juga

gimana bikin penerbitan sendiri, dengan

modal nol, tapi berpotensi jadi besar. Rahasia

berdirinya Marsua Media bakal kita bongkar

dalam kursus terbaru ini.

Page 44: Jalan Terjal Jadi Penulis

Cara daftarnya, harganya, dan info lengkapnya bisa

dilihat di mana mas?

Lihat di halaman belakang ebook ini ya.

Naah, ketahuan deh bikin e-book ini buat promosi?

Yee, siapa yang promo. Saya cuma mau

nginfoin buat yang pingin belajar nulis aja.

Karena saya cuma mau nerima maksimal 15

peserta doang.

Kok dikit amat mas?

Soalnya kalau banyak-banyak malah nggak

fokus. Bisa membantu lahirnya 15 penulis

baru aja udah seneng banget.

Page 45: Jalan Terjal Jadi Penulis

TENTANG PENULIS

Ahmad Rifa’i Rif’an merupakan

penulis kelahiran Lamongan,

Jawa Timur. Pendidikan

formalnya dimulai dari R.A

Assa’adah, MI Islamiyah, SMPN

1 Turi, dan SMAN 1 Lamongan.

Lulus SMA ia mengambil S1-nya

di Mechanical Engineering ITS

Surabaya. Saat ini di sela

aktivitasnya yang padat, ia terus

berkarya dalam bentuk buku. Kini di usianya yang ke-27

tahun, ia telah menerbitkan lebih dari 60 judul buku.

Karya-karyanya yang best seller antara lain: Tuhan, Maaf,

Kami sedang Sibuk, Allah, Inilah Proposal Cintaku For

Girls, Akhirnya Kita Menikah, The Perfect Muslimah, dan

lain-lain

Pin BB : 57448495

Email : [email protected].

Twitter : @ahmadrifairifan,

Facebook : Ahmad Rifai Rifan.

Page 46: Jalan Terjal Jadi Penulis

KURSUS NULIS

BUKU SAMPAI

BUKU PERTAMAMU

TERBIT

MAU?

Page 47: Jalan Terjal Jadi Penulis

KURSUS ONLINE NULIS BUKU SAMPAI

BUKUMU TERBIT

Setelah mengevaluasi kursus nulis buku online

dari angkatan 1 sampai angkatan 8 yang kami

selenggarakan sampai saat ini, untuk angkatan 9

ini Penerbit Marsua Media bekerjasama dengan

Ahmad Rifa'i Rif'an kembali membuka kursus

untuk angkatan ke-9. Tidak tanggung-tanggung,

untuk kursus kali ini seluruh peserta akan

dibimbing sampai bukunya terbit dan materi

tambahan “Cara Mendirikan Penerbitan dari

Nol.”

APA KEUNTUNGANNYA?

1. Langsung dibimbing oleh Ahmad Rifai Rifan,

penulis nasional best seller yang telah menulis

lebih dari 80 judul buku. Selama kursus, seluruh

peserta akan berkomunikasi langsung via email

Page 48: Jalan Terjal Jadi Penulis

dan Whatsapp dengan beliau, baik saat

penyampaian materi maupun saat tanya jawab.

2. Proses pembelajaran tidak dilakukan dalam

forum, tapi berlangsung secara personal. Sehingga

materi yang diberikan bisa disesuaikan dengan

latar belakang dan kemampuan masing-masing

peserta.

3. Seluruh peserta mendapat materi praktis

teknik menulis yang lebih menekankan pada

praktek. Materi yang terlalu teoritis sengaja

dipangkas untuk menghemat waktu

pembelajaran.

4. Dari seluruh pendaftar, kami akan menyeleksi

peserta. Jadi tidak semua pendaftar akan

diloloskan. Agar proses pembelajaran bisa lebih

fokus dengan jumlah peserta yang terbatas.

Peserta yang lolos hanyalah yang dirasa memiliki

semangat untuk belajar dengan konsisten dan

fokus.

Page 49: Jalan Terjal Jadi Penulis

5. Seluruh peserta harus bersedia meluangkan

waktu selama satu sampai dua jam setiap hari

untuk menyelesaikan tugas harian dari kami

sehingga pada hari terakhir buku siap untuk

dicetak dan diterbitkan. Untuk waktunya sangat

fleksibel dan bisa didiskusikan menyesuaikan

dengan kesibukan peserta dan pemateri.

6. Semua peserta akan mendapatkan lima modul

pembelajaran sebagai bekal awal untuk menjadi

penulis buku.

Modul 1 : Langkah Awal Jadi Penulis

Modul 2 : Teknik Mudah untuk Nulis Cepat

Modul 3 : Agar Naskah Diterima Penerbit Besar

Modul 4 : Agar Buku Perdanamu Best Seller

Modul 5 : Langkah Mendirikan Penerbit Buku

Page 50: Jalan Terjal Jadi Penulis

CARA DAFTARNYA?

Cara pendaftaran, cukup kirimkan:

1. Nama :

2. Alamat :

3. No. Hp dan Whatsapp :

4. Facebook / Twitter :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Pendidikan atau Profesi Saat Ini :

7. Blog atau Tulisan yang Pernah Dibuat: (Jika

ada)

8. Genre Buku yang Diminati:

(Motivasi/Keislaman/Lainnya)

9. Motivasi jadi penulis : (Tolong jawab dg jujur)

10. Tema dan Judul buku pertama yang ingin

ditulis:

Lalu kirimkan ke email: [email protected].

Hanya pendaftar yang mendapat konfirmasi

balasan dari kami yang dipersilakan untuk

melakukan pembayaran dan dinyatakan diterima

sebagai peserta yang lolos.

Page 51: Jalan Terjal Jadi Penulis

Harap form pendaftaran di atas diisi dengan

jawaban yang sebenar-benarnya. Karena materi

yang diterima nanti akan disesuaikan dengan

latar belakang peserta, sehingga nantinya materi

bisa diterima dengan baik.

BERAPA BIAYANYA?

Dengan manfaat yang besar itu, dengan jaminan

buku diterbitkan dalam waktu secepat itu,

peserta cukup menginvestasikan Rp. 2.450.000.

Kok mahal?

Anda tahu, itu harga yang sama pada angkatan

sebelumnya. Tidak kami naikkan sama sekali.

Kami rasa harga tersebut sangat murah

dibandingkan kursus-kursus sejenis, apalagi

dengan jaminan buku perdanamu terbit. Setelah

bukumu telah terbit, investasi tersebut

Page 52: Jalan Terjal Jadi Penulis

berpeluang kembali berkali lipat dalam bentuk

royalti yang kamu dapatkan.

MAU HARGA SPESIAL?

Khusus untuk pendaftar pada bulan Ramadhan,

kami memberi potongan sebesar Rp. 1.000.000.

sehingga hanya membayar sebesar Rp. 1.450.000.

Pendaftaran dengan harga diskon kami buka

sampai 10 Februari 2016.

Segera daftarkan dirimu. Semoga tahun ini

impian lamamu untuk punya buku sendiri bisa

terwujud. Mungkin ini jalanmu untuk jadi

penulis.

Page 53: Jalan Terjal Jadi Penulis

KARYA AHMAD RIFAI RIFAN YANG TIDAK BEREDAR SMS : NAMA_ALAMAT LENGKAP_JUDUL YANG DIPESAN.

LALU KIRIM KE 085648922360 (Penerbit Marsua)

-----------------------------------------------------------------------

Akhirnya Kita Menikah, Ahmad Rifa’i Rif’an & Ary Mita C, Rp. 35.000

Buku ini isinya 100 % cerita. Cerita nyata tentang perjuangan kedua penulis dalam membangun rumah tangga. Bagaimana kehidupan sederhana yang mereka jalani pada tahun awal pernikahan. Berasal dari diary pribadi yang akhirnya mereka bukukan agar lebih manfaat.

Aku Mencintaimu Karena Allah, Rp. 25.000

Banyak yang menjadikan kalimat itu sebagai topeng untuk menutupi niat buruknya, lalu bagaimana cara membedakan antara cinta dan nafsu, bagaimana cara membedakan antara sekadar simpati dan cinta, bagaimana agar jatuh cinta tak bercampur nafsu, bagaimana mencintai orang yang benar, bagaimana sikap yang tepat ketika ada yang mengungkapkan cinta? Life Is Never Flat, Rp. 25.000

Buku yang menegaskan kepada kita bahwa setiap manusia yang hidup pasti memiliki masalahnya masing-masing. Karena kehidupan adalah perjalanan dari kesulitan satu menuju kesulitan yang lain. Hidup adalah ujian. Maka kesulitan dan masalah hidup tak boleh membuat kita berputus asa dan menyerah.

Siapa Bilang Nulis Buku Susah? Rp. 35.000

Mengungkap rahasia mudah menulis dari nol, cara menghasilkan buku best seller, bagaimana menguasai teknik menulis cepat, cara agar naskah buku diterima oleh penerbit, bagaimana mengatasi kebuntuan ide, bagaimana agar konsisten menulis, menulis buku tanpa tergantung mood, apa rahasia agar ide mengalir deras?

Ketika Mencintai Tak Bisa Memiliki, Rp. 30.000 Jangan terlalu dalam menjatuhkan cintamu pada orang yang belum tentu jodohmu. Karena perasaan cinta sebelum nikah, seringkali berujung kecewa ketika di ujung cerita ternyata tidak dipersatukan di pernikahan. Puluhan kisah dalam buku ini membuktikan perpisahan itu melahirkan manusia-manusia yang tegar. Allah, I Need You, Rp. 25.000

Mungkin suatu saat kau kesulitan mencari pundak untukmu bersandar. Tapi ingatlah, selalu ada lantai untukmu bersujud. Ketika kita sudah sangat letih dengan persoalan hidup yang kita hadapi, maka serahkan semuanya pada-Nya. Menangislah di hadapan-Nya. Dialah pemberi penyelesaian sejati dalam hidup kita. Bukan yang lain.

Page 54: Jalan Terjal Jadi Penulis

Allah, Mengapa Engkau Pisahkan Kami, Rp. 25.000 Tak akan hadir rasa kehilangan jika dalam jiwamu tak pernah hadir rasa memiliki. Bukankah tak bijak ketika kita merasa sedih, kecewa, bahkan putus asa ketika sang pemilik mengambil sesuatu yang dimilikinya? Jangan sampai cinta kepada makhluk mengalahkan cintamu kepada Sang Khalik. Terlalu cinta kepada makhluk pasti berakhir dengan kekecewaan, karena tiap pertemuan pasti berujung perpisahan.

Tuhan Memberi yang Kita Butuhkan, Bukan yang Kita Inginkan, Rp. 25.000 Tuhan lebih tahu dengan yang kita butuh? Allah memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Karena yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan.Bisa jadi ketika impian kita terwujud, masalah besar justru hadir di hadapan kita. Maka silakan kita tuliskan impian hidup sehebat mungkin, tapi tetap serahkan penghapusnya kepada Allah. Biarlah Dia yang mengganti

Ketika Muslimah Jatuh Cinta, Rp. 25.000 Bagaimana sikap yang tepat ketika muslimah jatuh cinta? Apakah benar nekad mengungkapkan cinta adalah cara terbaik? Apakah menunggu dalam diam termasuk tak berikhtiar? Bagaimana menyikapi cinta yang tak berujung di pintu nikah? Apakah boleh wanita menolak pinangan lelaki yang baik? Bolehkah wanita menunda nikah karena pendidikan dan karir? Bagaimana mengetahui lelaki yang sesuai dengan kepribadian kita?

TIME: 50 Cara Mengatur Waktu, Rp. 50.000 Buku itu mengungkap bagaimana: Rahasia produktifitas dari Ahmad Rifa’i Rif’an. Cara penulis mengatur waktunya. Berkarya di tengah padatnya sekolah dan kuliah. Berkarya di tengah kesibukan kerja. Cara berprestasi di usia muda. Jadwal harian yang diterapkan penulis sejak muda. Tidur singkat tapi tetap menyehatkan

Suskes Tanpa Sarjana, Rp. 25.000

Sesungguhnya sukses itu hak semua orang. Semua manusia dibekali oleh Tuhan sejak lahir untuk bisa meraih prestasi tertingginya. Sukses bukan hanya milik sarjana. Buku ini sangat layak untuk menjadi salah satu bacaan, karena buku ini menyentuh sisi motivasi pembaca untuk berprestasi tanpa menunggu lulus sarjana. Kalau sebelum wisuda bahkan tanpa kuliah sudah bisa sukses, mengapa harus menunggu hingga lulus sarjana?.

Allah, Inilah Proposal Cintaku FG, Rp. 30.000 Bagaimana cara membedakan antara cinta dan nafsu? Bagaimana cara

membedakan antara sekadar simpati dan cinta? Apa saja rahasia sukses dari orang yang berhasil nikah di usia muda? Rahasia mengapa orang yang membuat Proposal Cinta rata-rata akhirnya sukses menikah kurang dari satu tahun? Mengapa pasangan muda yang memulai hubungan tanpa pacaran rumah tangganya lebih bahagia? Adakah bukti ilmiah kedahsyatan Proposal Cinta dalam mempercepat pernikahan pasangan muda?

Page 55: Jalan Terjal Jadi Penulis

Shalihah, Cerdas, Gaul, Rp. 25.000 Bagaimana ikhtiar yang tepat untuk menjadi seorang muslimah yang cerdas secara intelektual? Bagaimana kriteria seorang muslimah yang sukses? Bagaimana muslimah menyikapi cinta dengan benar? Bagaimana tip untuk menjadi muslimah yang mandiri secara finansial? Bagaimana menjadi muslimah yang gaul, apa relevansinya, dan mengapa gaul dibutuhkan oleh muslimah? Bagaimana muslimah bisa tetap tampil trendy, fashionable, tanpa meninggalkan tuntunan syar’i? Bagaimana agar menjadi muslimah yang namanya diabadikan dengan tinta emas oleh sejarah?

Jangan Manja! Hidup Emang Nggak Mudah, 120 Hlmn, Rp. 35.000 Orang kuat menyikapi masalah dengan kesabaran, sedangkan orang manja menyikapi masalah dengan keluhan. Orang tangguh melihat kesulitan sebagai batu loncatan, sedangkan orang manja menganggapnya sebagai batu sandungan. Orang kuat menganggap masalah sebagai tantangan, sedang orang manja menganggapnya sebagai ancaman. Buku ini berisi puluhan cerita tentang perjuangan menggapai mimpi.

Confidence! 50 Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri, Rp. 50.000 Bagaimana agar seorang yang dulunya pemalu bisa berdiri di depan puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang dengan percaya diri? Bagaimana seorang yang awalnya pendiem bisa ngomong di depan forum, menjelaskan materi dengan panjang lebar sampai berjam-jam tanpa henti? Bagaimana seorang yang pada mulanya peminder akhirnya bisa tampil di hadapan banyak orang tanpa canggung dan grogi?

25 Kebiasaan Anak Muda Berprestasi, 65 Hlmn, Rp. 25.000 Bagaimana anak-anak muda berprestasi mengisi hari-harinya? Bagaimana para intelektual mengisi waktu malamnya? Bagaimana pengaruh musik terhadap prestasi seseorang?Buku ini akan menjawab semua persoalan itu beserta beberapa strategi untuk menjadi anak muda berprestasi.

Ya Allah, Aku Ingin Curhat, 65 Hlmn, Rp. 25.000 Betapa beruntung orang yang diberi kesempatan oleh Allah menikmati kesyahduan itu. Bangun di sepertiga malam terakhirnya, lalu mencurhatkan segala yang ia rasa. Curhat bukan sekadar curhat, tapi curhat kepada yang Kuasa menyelesaikan masalahnya.

Izinkan Anakmu Memilih Jalan Hidupnya, 65 Hlmn, Rp. 25.000 Jika dia memilih jalan hidup yang dicintainya dan itu tak melanggar norma, mengapa dipaksa menuruti keinginan kita yang belum tentu itu terbaik bagi masa depannya? Anakmu bukan milikmu. Dia adalah titipan Tuhan yang punya kehidupannya sendiri. Kau penasehat, pendidik, dan pengajar baginya. Bukan pemaksa bagi masa depannya.