jagung transgenik dalam konteks bioetika

9
TANAMAN TRANSGENIK DALAM KONTEKS BIOETIKA A. Pengertian Transgenik Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain. Tanaman transgenik diperoleh dengan menyisipkan gen-gen tertentu baik berasal dari tanaman, hewan atau mikroorganisme ke dalam DNA tanaman. Adanya gen baru yang disisipkan akan merubah sifat tanaman sesuai yang diinginkan atau memberikan kemampuan pada tanaman untuk memproduksi substansi baru yang diperlukan untuk tujuan tertentu. Tanaman yang mempunyai sifat baru seperti tahan hama dan penyakit dan menghasilkan senyawa baru yang penting baik untuk tanaman itu sendiri maupun kepentingan manusia. B. Proses Transgenik Teknologi rekayasa genetik merupakan teknologi transfer gen dari satu spesies ke spesies lain, di mana gen interes berupa suatu fragmen DNA (donor gen) ditransformasikan ke dalam sel atau tanaman inang (akspetor gen) untuk menghasilkan tanaman transgenik yang mempunyai sifat baru. Terdapat dua metode dalam pemanfaatan teknologi transfer gen, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode transfer gen secara langsung diantaranya adalah:

Upload: andri-adi-mustika

Post on 12-Dec-2014

114 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jagung Transgenik Dalam Konteks Bioetika

TANAMAN TRANSGENIK DALAM KONTEKS BIOETIKA

A. Pengertian Transgenik

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen

asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.

Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-

sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu

rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta

kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. Gen yang ditransfer

dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman

lain.

Tanaman transgenik diperoleh dengan menyisipkan gen-gen tertentu baik

berasal dari tanaman, hewan atau mikroorganisme ke dalam DNA tanaman. Adanya

gen baru yang disisipkan akan merubah sifat tanaman sesuai yang diinginkan atau

memberikan kemampuan pada tanaman untuk memproduksi substansi baru yang

diperlukan untuk tujuan tertentu. Tanaman yang mempunyai sifat baru seperti

tahan hama dan penyakit dan menghasilkan senyawa baru yang penting baik untuk

tanaman itu sendiri maupun kepentingan manusia.

B. Proses Transgenik

Teknologi rekayasa genetik merupakan teknologi transfer gen dari satu

spesies ke spesies lain, di mana gen interes berupa suatu fragmen DNA (donor gen)

ditransformasikan ke dalam sel atau tanaman inang (akspetor gen) untuk

menghasilkan tanaman transgenik yang mempunyai sifat baru. Terdapat dua

metode dalam pemanfaatan teknologi transfer gen, yaitu secara langsung dan tidak

langsung. Metode transfer gen secara langsung diantaranya adalah:

a. Elektroforasi (electroporation)

Metode ini menggunakan protoplas sebagai inang. Dengan bantuan polyetilen

glikol (PEG), DNA interes terpresipitasi dengan mudah dan kontak dengan

protoplas. Setelah dilakukan elektroforasi dengan voltase yang tinggi

permeabilitas protoplas menjadi lebih tinggi, sehingga DNA melakukan penetrasi

ke dalam protoplas.

b. Penembakan partikel (Particle bombardment)

Page 2: Jagung Transgenik Dalam Konteks Bioetika

Metode ini meruapakan metode penembakan partikel atau gen gun. DNA yang

melapisi partikel ditembakkan secara langsung ke dalam sel atau jaringan

tanaman. Partikel yang mengandung DNA tersebut menembus dinding sel dan

membran, kemudian DNA berdifusi dan menyebar di dalam sel secara

independen. Metode transformasi dengan penembakan partikel pertama kali

diaplikasikan pada jagung oleh Gordon-Kamm dan berhasil mendapatkan jagung

transgenik yang fertil.

c. Karbid silikon (silicon carbide)

Teknik ini merupakan teknologi transfer gen di mana suspensi sel tanaman

inang dicampur dengan serat karbid silikon yang mengandung DNA plasmid dari

gen interes, kemudian dimasukkan ke dalam tabung mikro dan dilakukan

pemutaran dengan vortex. Serat silikon karbida berfungsi sebagai jarum injeksi

mikro (micro injection) untuk memudahkan perpindahan DNA ke dalam sel

tanaman. Metode ini telah digunakan dan menghasilkan tanaman jagung

transgenik yang fertile.

Transfer gen secara tidak langsung, yaitu transfer gen yang dilakukan

melalui bantuan bakteri Agrobacterium (tidak langsung ditransfer ke sel atau

tanaman). Gen yang berupa fragmen DNA disisipkan pada plasmid Ti (tumor

inducing) dari bakteri Agrobacterium. Melalui bekteri tersebut Ti yang mengandung

fragmen DNA diinfeksi ke dalam inti sel dan berintegrasi dalam genom tanaman.

Metode ini menghasilkan jagung transgenik yang fertil dan efisien.

Page 3: Jagung Transgenik Dalam Konteks Bioetika

C. Manfaat Tanaman Transgenik

Manfaat dari tanaman transgenik:

1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber yang

lebih sedikit.

2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan

memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.

3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.

4. Di bidang pertanian, dengan proses transgenik dapat diperoleh sejumlah

tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya perlambatan kematangan

buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu.

5. Biaya pemeliharaan jagung transgenik juga lebih murah karena jenis ini lebih

tangguh terhadap serangan hama dan pengaruh pestisida

6. Mengurangi resiko kehilangan panen

Selain membawa manfaat, teknik transgenik juga membawa dampak yang

buruk, seperti:

Page 4: Jagung Transgenik Dalam Konteks Bioetika

a. Dari aspek etika dan estetika, penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi

gen tertentu yang akan diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya

industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak

mengonsumsi pangan tersebut.

b. Aspek ekonomi dapat mengakibatkan kerugian bagi pabrik atau industri yang

menggunakan bahan alami.

c. Dari aspek kesehatan, transgenik dapat menimbulkan potensi toksisitas bahan

pangan, dapat menimbulkan penyakit baru yang menjadi faktor pemicu bagi

penyakit lain.

d. Dari aspek lingkungan, dapat menyebabkan potensi erosi plasma nutfah,

pergeseran gen, pergeseran ekologi, terbentuknya barrier species, dan mudah

diserang penyakit.

Kontroversi Tanaman Transgenik

Dari segi kesehatan manusia

Dari segi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa

yang menimbulkan alergi) baru bagi manusia. Untuk menanggapi hal tersebut, para

peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik diproduksi secara

massal, akan melakukan berbagai pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk

menjamin agar produk tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi. Apabila

berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman transgenik tersebut tidak akan

dikembangkan lebih lanjut. Kekhawatiran lain yang timbul di masyarakat adalah

kemungkinan gen asing pada tanaman transgenik dapat berpindah ke tubuh

manusia apabila dikonsumsi. Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh para

ilmuwan karena makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan terurai

menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif.

Dari segi ekologi

Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul karena dianggap

berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah

terbentuknya hama atau gulma super (yang lebih kuat atau resisten) di lingkungan.

Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki

racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu

tertentu. Ada kemungkinan hama yang ingin dibunuh dapat beradaptasi dengan

tanaman tersebut dan menjadi hama yang lebih tahan atau resisten terhadap racun

Page 5: Jagung Transgenik Dalam Konteks Bioetika

Bt. Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan merupakan hama jagung, ikut

terkena dampak berupa peningkatan kematian akibat memakan daun tumbuhan

perdu (Asclepias) yang terkena serbuk sari dari jagung Bt. Namun, penelitian

mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang

menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati karena habitatnya dirusak dan hal ini

tidak berhubungan sama sekali dengan jagung Bt. Di sisi lain, penggunaan

tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida

secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke lingkungan. Selain itu,

petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian

pestisida.

Kontroversi lain yang berkaitan dengan isu ekologi adalah timbulnya

perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain

di alam melalui penyerbukan (polinasi).[Serbuk sari dari tanaman transgenik dapat

terbawa angin dan hewan hingga menyerbuki tanaman lain. Akibatnya, dapat

terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi

merugikan lingkungan. Sebagai tindakan pencegahan, beberapa tanaman yang

disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti:

alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk

dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah

penghalang.[Hal itu dilakukan untuk menekan perpindahan serbuk sari ke tanaman

lain, terlebih gulma. Apabila gulma memiliki gen tersebut maka pertumbuhannya

akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak berbagai daerah

pertanian di sekitarnya.

Dari segi etika dan agama

Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap

bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman merupakan tindakan yang tidak

menghormati penciptaan Tuhan. Perubahan sifat tanaman dengan penambahan

gen asing juga dianggap sebagai tindakan "bermain sebagai Tuhan" karena

mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.

Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi

Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa

makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan bersifat halal dan

dapat dikonsumsi oleh umat Islam. Sementara untuk tanaman yang disisipi gen dari

Page 6: Jagung Transgenik Dalam Konteks Bioetika

binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan disebut Masbuh, yang

berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya. Sertifikasi

makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis

Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia,

Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.

Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen

dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya merupakan hal yang alamiah dan

biasa terjadi di alam sejak pertama kali berlangsungnya kehidupan. Mereka juga

berargumen bahwa persilangan berbagai jenis padi yang dilakukan untuk

mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dilakukan para petani sejak dahulu.

Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang

ada di tanaman tersebut. Para ilmuwan hanya mempercepat proses transfer gen

tersebut secara sengaja dan sistematis.

Sebuah kesimpulan pada tulisan ini , transgenik merupakan salah satu cara

pemanfaatan perkembangan teknologi dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup

(pangan) manusia. Selain melihat dari segi keilmuan dan tujuan ekonomisnya,

penggunaan teknik transgenic hendaknya juga mempertimbangkan kaidah agama,

etika, sosial, dan juga dampaknya pada lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Transgenik dan Permasalahannya. http://indonesiaindonesia.com/f/6108-

transgenik-permasalahannya/. [online]. Diakses tanggal 09 Desember 2011.

Anonim. 2010. Tanaman Transgenik, Peluang Sekaligus Ancaman.

http://irwinseptian.wordpress.com/2010/03/25/tanaman-transgenik-peluang-

sekaligus-ancaman/. [online]. Diakses tanggal 09 Desember 2011.

Page 7: Jagung Transgenik Dalam Konteks Bioetika

Kasim, N. 2011. Jagung Transgenik. http://laelakasim.blogspot.com/2011/04/jagung-

transgenik.html. [online]. Diakses tanggal 09 Desember 2011.

Khomsan, A. 2011. Dampak Pangan Transgenik Pada Gizi dan Kesehatan.

http://sepatumerah87.wordpress.com/2011/05/15/dampak-pangan-transgenik-

pada-gizi-dan-kesehatan-pada/. [online]. Diakses tanggal 08 Desember 2011.

Prabowo, dkk. 2010. Jagung Transgenik yang Mengandung Gen Bt (Makalah

Pengantar Bioteknologi dalam Proteksi Tanaman). Departemen Proteksi

Tanaman Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sustiprijatno. 2010. Jagung Transgenik dan Perkembangan Penelitian di Indonesia.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Genetik Pertanian. Bogor.

Utama,S. 2008. Manfaat Mengadopsi Jagung Transgenik. http://www.agrina-

online.com/show_article.php?rid=10&aid=1633. [online]. Diakses tanggal 09

Desember 2011.

Wikipedia. Tanaman Transgenik. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik.

[online]. Diakses tanggal 08 Desember 2011.

Adanya tanaman transgenik mengundang kontroversi dalam masyarakat. Bagi

kelompok yang setuju mereka menilai produk transgenik dinilai dapat memberi

Page 8: Jagung Transgenik Dalam Konteks Bioetika

keuntungan. Dari harga benih yang murah, jumlah panen yang lebih besar,

mudahnya pemasaran, sampai dapat dijadikan sebagai obat penyakit diabetes.

Sementara yang menolak, produk transgenik dinilai merugikan ekologi karena

menyebabkan hama serangga lebih resisten, bisa bermutasi dan ditakutkan

dapat masuk ke peredaran darah manusia. Dari aspek lingkungan. Tanaman

rekayasa genetik berpotensi merusak keseimbangan lingkungan di sekitarnya.

Hama dan penyakit tanaman akan lari ke ladang-ladang konvensional. Sehingga

mau tidak mau, petani tersebut harus beralih menjadi pengguna benih rekayasa

genetik yang harganya mahal.