skripsirepository.utu.ac.id/400/1/bab i_v.pdf8. teristimewa untuk keluarga yang selalu memberikan...

69
ANALISIS PERAN TUHA PEUT SEBAGAI PERANGKAT PEMERINTAHAN GAMPONG DI GAMPONG UJONG TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Sosial Oleh : ZULFIKAR NIM : 08C2-0201034 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA MEULABOH-ACEH BARAT TAHUN 2014

Upload: others

Post on 16-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS PERAN TUHA PEUT SEBAGAI PERANGKATPEMERINTAHAN GAMPONG DI GAMPONG UJONG

    TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT

    (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003Tentang Pemerintahan Gampong)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas danMemenuhi syarat-syarat guna memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial

    Oleh :

    ZULFIKARNIM : 08C2-0201034

    KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS TEUKU UMAR

    PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAMEULABOH-ACEH BARAT

    TAHUN 2014

  • i

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur sama-sama kita panjatkan kehadiran Allah SWT,

    dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, atas segala Qudrah dan

    hidayah-Nya telah menunjukan jalan bagi penulis dalam menyusun skripsi,

    sebagaimana telah diwajibkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Teuku Umar, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

    dalam jurusan Ilmu Administrasi Negara. Adapun judul skripsi yang penulis

    bahas adalah tentang “Analisis Peran TuhaPeut Sebagai Perangkat Pemerintahan

    Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten

    Aceh Barat (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang

    Pemerintahan Gampong).

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan

    bimbingan dari berbagai pihak untuk itu, pada kesempatan ini penulis

    menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

    1. Rektor Universitas Teuku Umar.

    2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

    3. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

    4. Bapak Sudarman Alwy, S. Ag M. Ag, selaku dosen bimbingan I yang

    telah banyak memberikan bimbingan, saran-saran dan mengarahkan

    penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5. Bapak Yunus Bidin, SH, selaku dosen bimbingan II yang telah banyak

    memberikan bimbingan, saran-saran dan mengarahkan penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

  • ii

    6. Bapak/Ibu dosen dan semua staf pengajar di jurusan ilmu Administrasi

    Negara.

    7. Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda

    8. Teristimewa untuk keluarga yang selalu memberikan semagat, dorongan,

    dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    9. Rekan-rekan jurusan Ilmu Administrasi Negara yang ikut memberikan

    saran, masukan dan semagat selama penulis menyelesaikan skripsi

    10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

    ikut memberikan petunjuk, saran, masukan, dukungan moral dan motivasi

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT

    membalas jasa baik bapak dan ibu serta rekan-rekan semua. Amin.

    Disadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan, baik dari segi materi maupun teknis penulisannya masih

    terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala

    kerendahan hati diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak

    demi kesempurnaannya.

    Akhirya hanya kepada Allah SWT jualah kami berserah diri,

    semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan juga manfaat bagi yang

    membutuhkan, Amin.

    Alue Peunyareng, 23 September 2014

    Penulis

    ZULFIKAR

  • iii

    ABSTRAK

    Zulfikar. Analisis Peran Tuha Peut sebagai Perangkat Pemerintahan Gampong diGampong Ujong Tanoh Darat (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003tentang Pemerintahan Gampong). Di bawah bimbingan Sudarma Alwy dan M.Yunus Bidin.

    Lembaga Tuha Peut merupakan salah satu lembaga adat dalam masyarakat Acehyang memiliki otoritas dalam menjaga eksistensi hukum adat secara turuntemurun. Lembaga Tuha Peut terdiri dari empat unsur di dalamnya yaitu unsurulama, unsur adat, unsur cerdik pandai, dan unsur tokoh masyarakat. Peranlembaga Tuha Peut antara lain mengangkat dan memberhentikan keuchik, danmenyelesaikan sengketa yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini denganjudul Analisis Peran Tuha Peut sebagai Perangkat Pemerintahan Gampong diGampong Ujong Tanoh Darat” (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003tentang Pemerintahan Gampong). Adapun permasalahan dalam penelitian iniadalah bagaiman peran Tuha Peut sebagai perangkat pemerintahan di GampongUjong Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentangpemerintahan Gampong dan Apa saja yang menjadi penghambat Tuha Peut dalammenjalankan perannya sebagai perangkat pemerintahan gampong di GampongUjong Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentangpemerintahan Gampong. Metode penelitian yang digunakan adalah metodedeskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang diperoleh adalah datasekunder dan data primer. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancaradan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data berupa reduksi data, penyajiandata dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan maka dapat direpresentasikan bahwa pelaksanaan peran Tuha Peutsebagai perangkat Pemerintahan Gampong di Gampong Tanoh Darat, masihkurang efektif sebagaimana yang diamanatkan dalam Qanun Nomor 5 Tahun2003 Tentang pemerintahan Gampong. Hal ini karena anggota Tuha Peut kurangmemahami tugas dan fungsi sebagaimana yang diuraikan di dalam Qanun tersebutserta dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Adapun penghambat TuhaPeut dalam menjalankan perannya masih rendahnya pemahaman mengenai perandan fungsi serta tugas yang harus dijalankan sebagaimana yang diatur dalamQanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang pemerintahan Gampong.

    Kata Kunci : Peran, Tuha Peut, Pemerintahan Gampong, Qanun Nomor 5 Tahun2003 tentang Pemerintahan Gampong

  • v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR.............................................................................................iLEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. iiiABSTRAK .............................................................................................................ivDAFTAR ISI...........................................................................................................vDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viiDAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

    BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 11.1.Latar Belakang Masalah ........................................................................ 11.2.Rumusan Masalah .................................................................................. 41.3.Tujuan Penelitian.................................................................................... 41.4.Manfaat Penelitian.................................................................................. 51.5.Sistematika Penulisan............................................................................. 6

    BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 72.1. Penelitian Terdahulu.............................................................................. 7

    2.1.1Penelitian Andri Kurniawan (2010).............................................. 72.1.2 Penelitian Eko Tri Utami (2007).................................................. 7

    2.2.Analisis Peran......................................................................................... 82.3.Pengertian Gampong .............................................................................. 92.4 Pemerintah Gampong ........................................................................... 10

    2.4.1.Kedudukan Pemerintah Gampongt ............................................ 102.4.2.Perangkat Gampong................................................................... 11

    2.5 Bentuk Dan Susunan Pemerintahan Gampong..................................... 122.6 Kewenangan Tuha Peut Dalam Pemerintahan Gampong .................... 142.7 Kedudukandan Peran Tuha Peut dalam Pemeritahan Gampong.......... 17

    2.7.1.Kedudukan Tuha Peutdalam Pemerintahan Gampong .............. 172.7.2.Peran Tuha Peut dalam Pemerintahan Gampong....................... 18

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 203.1.Metode Penelitian................................................................................. 203.2.Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 20

    3.2.1.Sumber Data............................................................................... 203.3.2.Teknik Pengumpulan Data......................................................... 21

    3.3.Teknik Pemilihan Informan.................................................................. 223.4.Instrumen Penelitian..............................................................................233.5.Teknik Analisis Data .............................................................................243.6.Pengujian Kredibilitas Data ..................................................................263.7. Lokasi Penelitian ..................................................................................303.8. Jadwal Penelitian ..................................................................................30

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................314.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................31

    4.1.1. Kondisi Geografis ......................................................................31

  • vi

    4.1.2. Kondisi Demografis ...................................................................324.1.3. Mata Pencaharian.......................................................................334.1.4. Aspek SosialBudaya ..................................................................344.1.5. Fasilitas Gampong Ujong Tanoh Darat .....................................34

    4.2.Hasil Penelitian ......................................................................................354.2.1. Peran Tuha Peut di Gampong Ujong Tanoh Darat Menurut

    Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang PemerintahanGampong .................................................................................. 35

    4.2.2.Hambatan Tuha Peut dalam menjalankan perannya sebagaiperangkat pemerintahan gampong di Gampong UjongtanohDarat Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 TentangPemerintahan Gampong ........................................................... 42

    4.3. Pembahasan ..........................................................................................474.3.1. Peran Tuha Peut di Gampong UjongTanoh Darat Menurut

    Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang PemerintahanGampong .................................................................................. 47

    4.3.2. Hambatan Tuha Peut dalam Menjalankan Perannya SebagaiPerangkat Pemerintahan Gampong di Gampong UjongTanohDarat Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 TentangPemerintahan Gampong ........................................................... 50

    BAB V Penutup ....................................................................................................575.1. Kesimpulan...........................................................................................575.2. Saran .....................................................................................................58

    DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................59

  • vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Surat Keputusan (SK) Pembimbing

    Lampiran 2 : Pemohonan Penelitian Lapangan

    Lampiran 3 : Surat Balasan Izin Penelitian

    Lampiran 4 : Surat Keterangan Wawancara

    Lampiran 5 : Pedoman Wawancara

    Lampiran 6 : Surat pernyataan pernah diwawancarai sebagai Informan

    Lampiran 7 : Foto Dokumentasi Penelitian

    Lampiran 8 : Struktur Perintahan Ganpong Ujong Tanoh Darat

    Lampiran 9 : Struktur Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat

    Lampiran 10 : Riwayat Hidup Penulis

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat berdasarkan dusun

    Tabel 4.2 : Tingkat Pendidikan Penduduk GampongUjong Tanoh Darat.

    Tabel 4.3 : Mata Pencarian Penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat

    Tabel 4.4 : Daftar fasilitas Gampong Ujong Tanoh Darat

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Provinsi Aceh merupakan satuan pemerintah daerah yang diberi status

    oleh pemerintah pusat otonomi khusus (lex spesialis), yang selanjutnya diatur

    dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh.

    Tentu kewenangan serta pengelolaan pemerintahanya berbeda jika

    dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, hal tersebut jelas

    terimplementasi dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang

    keistimewaan Aceh. Keistimewaan yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan

    dan pemberlakuan syariat Islam secara kaffah, kemudian pada aspek

    pelaksanaan pendidikan, serta penyelenggaraan adat istiadat.

    Tindak lanjut dari ke Istimewaan tersebut tentu dapat terlihat dalam

    istilah-istilah serta aplikasi pelaksanaan pemerintahan di Aceh, yaitu tentang

    pemerintahan gampong dan mukim yang merupakan jenjang hirarki dalam

    struktur pemerintahan secara umum di Aceh. Keberadaan nama lembaga

    tersebut sudah ada sejak dulu dan terus dilestarikan, serta dijaga dan dipelihara

    keberadaannya. Hal ini tentu sebagai bentuk kearifan lokal di Aceh, dalam

    rangka kelangsungan hidup masyarakat berbangsa dan bernegara dalam

    bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan

    Undang-Undang Dasar 1945.

    Negara tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

    hukum adat, beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai

  • 2

    2

    dengan perkembangan masyarakatdan prinsip negara kesatuan Republik

    Indonesia, hal itu dijelaskan dalam konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.

    Selanjutnya menurut penjelasan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang

    Pemerintahan Gampong, yang dimaksud dengan gampong adalah kesatuan

    masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah

    langsung berada di bawah mukim, yang menempati wilayah tertentu, yang

    dipimpin oleh seorang keuchik, berhak menyelenggarakan urusan rumah

    tangganya sendiri.

    Pada pasal 2 dan 3 Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan

    Gampong, bahwa gampong merupakan organisasi pemerintahan terendah yang

    berada di bawah mukim dalam struktur organisasi pemerintahan di Provinsi

    Aceh. Gampong berfungsi serta diberikan kewenangan untuk

    menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, membina

    masyarakat dan meningkatkan pelaksanaan syariat Islam, sebagaimana yang

    telah diamanahkan dalam ketentuan perundang-undangan, khususnya di Aceh.

    Penyelenggaraan pemerintahan gampong tidak terlepas dari peran

    lembaga Tuha Peut dalam mengawasi proses pelaksanaan pemerintahan

    gampong, yang dilaksanakan oleh keuchik. Segala sesuatu yang berhubungan

    dengan kegiatan pemerintahan harus mendapat persetujuan dari Tuha Peut

    gampong.

    Tuha Peuet dibentuk untuk menjadi sarana dalam mewujudkan

    demokrasi, keterbukaan dan partisipasi masyarakat dalam sistem

    penyelenggaraan pemerintahan gampong. Di samping itu, Tuha Peuet juga

    berfungsi sebagai pemberi nasehat dan pertimbangan kepada keuchik dalam

  • 3

    3

    bidang hukum adat, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat (M. Nur

    Daud, 2003: h. 635).

    Sebagai penasehat keuchik, Tuha Peuet dalam menganalisa setiap

    persoalan dan masalah yang timbul dalam masyarakat harus memberikan

    nasehat, saran dan pertimbangan kepada keuchik baik diminta maupun tidak.

    Dengan demikian, maka suatu keputusan dan kebijakan gampong yang belum

    diketahui Tuha Peuet belum sempurna dan pelaksanaannya akan kurang

    berwibawa, keputusan yang demikian akan hambar dalam pelaksanaannya dan

    dalam penerapannya (Juned, 2003: h. 46).

    Keberadaan lembaga Tuha Peut di Gampong Ujong Tanoh Darat,

    belum memberikan kontribusi secara maksimal, hal ini berdasarkan

    pengamatan serta diskusi yang penulis lakukan dengan masyarakat setempat,

    bahwa pelaksanaan fungsi dan tugas Tuha Peut belum maksimal dilaksanakan,

    tidak sebagaimana yang dijelaskan dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang

    pemerintahan gampong serta Peraturan Gubernur Aceh Nomor 25 Tahun 2011

    Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintah Gampong.

    Menurut pemahaman penulis serta pendapat Informan, belum

    maksimalnya peran tuha peut dalam pelaksanaan tugas pemerintahan gampong

    karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman menyangkut fungsi dan

    tugasnya Tuha Peut baik secara personal maupun secara kelembagaan.

    Kemudian ketika memilih dan menyusun struktur Tuha Peut kurang

    mempertimbangkan aspek kompetensi, bisa dikatakan pelengkap struktur saja

    pada hal pemahaman dan pengetahuan tersebut sangat penting, dalam rangka

    mengwujudkan gampong yang maju dan sejahtera (Wawancara Tanggal

  • 4

    4

    tanggal 1 Juli 2013. Tentu menjadi harapan masyarakat untuk masa yang akan

    datang, yang menjadi anggota Tuha Peut gampong benar-benar mampu

    melaksanakan fungsi dan perannya.

    Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa perlu

    melakukan penelitian dengan judul “Analisis Peran Tuha Peut sebagai

    perangkat Pemerintahan Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat” (Menurut

    Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong).

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat penulis rumuskan

    beberapa masalah dalam pembahasan skripsi ini yaitu sebagai berikut:

    1. Bagaimana peran Tuha Peut sebagai perangkat pemerintahan di

    Gampong Ujong Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun

    2003 Tentang pemerintahan Gampong?

    2. Apa saja yang menjadi hambatan Tuha Peut dalam menjalankan

    perannya sebagai perangkat pemerintahan gampong di Gampong Ujong

    Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang

    pemerintahan Gampong?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penulisan dan penelitian skripsi ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Untuk mengetahui peran Tuha Peut sebagai perangkat pemerintahan di

    Gampong Ujong Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun

    2003 Tentang pemerintahan Gampong.

  • 5

    5

    2. Untuk mengetahui hambatan Tuha Peut dalam menjalankan perannya

    sebagai perangkat pemerintahan gampong di Gampong Ujong Tanoh

    Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang

    pemerintahan Gampong.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik

    secara personal maupun secara umum . Adapun manfaatnya adalah sebagai

    berikut :

    1. Manfaat Teoritis

    Yaitu untuk menambah khasanah berpikir serta pengetahuan umum

    yang sifatnya ilmiah dalam studi ilmu Adminitrasi Negara sebagai ilmu sosial

    dan dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang sama

    dengan penelitian penulis.

    2. Manfaat Praktis

    Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan

    manfaat sebagai berikut:

    a. Dapat dijadikan sebagai sebuah refrensi atau landasan terhadap

    pemecahan masalah terutama menyangkut fungsi dan tugas Tuha Peut

    gampong.

    b. Secara subjektif diharapkan penelitian ini sebagai suatu tahapan untuk

    melatih diri dalam mengembangkan paradigma berpikir secara ilmiah

    yang berguna bagi orang lain.

  • 6

    6

    1.5 Sistematika Penulisan

    Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini,

    maka sistematika skripsi ini ditulis dengan struktur berikut ini:

    Bab I: Pendahuluan

    Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

    Bab II: Tinjauan Pustaka

    Bab ini memuat tentang teori-teori yang mendukung penelitian

    Bab III: Metodologi Penelitian

    Pada bab ini berisi tentang metodologi penelitian, sumber data, teknik

    pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan

    pengujian kredibilitas data.

    Bab IV: Hasil dan Pembahasan

    Memuat tentang uraian laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil

    penelitian.Yakni deskripsi dari interprestasi data-data yang diperoleh.

    Bab V : Penutup

    Berisi kesimpulan dan saran.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penelitian Terdahulu

    2.1.1 Penelitian Andri Kurniawan (2010)

    Penelitian dengan judul Tugas dan Fungsi Keuchik, Tuha Peut Dalam

    Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong Lampisang Kecamatan Peukan Bada

    Kabupaten Aceh Besar Berdasarkan Qanun Nomor 8 Tahun 2004 Tentang

    Pemerintah Gampong. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala,

    Banda Aceh Tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian Andri Kurniawan bahwa

    tugas dan fungsi keuchik tuha peut dalam menyelenggaraan pemerintahan

    gampong Lampisang Kecamatan Peukan Bada, belum sepenuhnya berjalan

    dengan efektif, karena disebabkan oleh faktor tidak berjalannya hubungan

    fungsional antara lembaga gampong dalam menjalankan roda pemerintahan dan

    pembangunan gampong. Adapun persamaan penelitian yang dilakukan penulis

    adalah sama-sama membahas tentang tugas tuha peut dalam penyelenggaran

    pemerintahan gampong. Adapun perbedaan penelitian ini adalah peneliti hanya

    berfokus pada peran tuha peut dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong

    dan tidak ada kaitannya dengan peran keuchik.

    2.1.3 Penelitian Eko Tri Utami (2007)

    Penelitian dengan judul Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam

    Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Deskriptif tentang proyek Desa melalui

    APBD di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan). Skripsi Mahasiswa Fakultas

    Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara. Medan tahun 2007.

  • 8

    8

    Berdasarkan hasil penelitian bahwa peranan badan Permusyawatan desa

    dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali sangat besar. Merekalah

    yang menyerap aspirasi masyarakat tentang hal-hal apa yang lebih dipentingkan

    oleh masyarakat di dalam pembangunan desa. Bahkan boleh dibilang merekalah

    yang menjadi pelaksana tunggal penyerapan aspiran di desa.

    Adapun permasamaan yang dimiliki dengan penelitian penulis adalah

    sama-sama meneliti tentang peran Tuha Peut atau Badan Permusyawaratan Desa

    (BPD). Sedangkan penelitian perbedaan penelitian ini ialah peneliti hanya

    berfokus pada peran tuha peut dalam sebagai perangkat Gampong Menurut

    Tinjauan Qanun nomor 5 Tahun 2013 Tentang Pemerintahan Gampong.

    2.2 Analisis Peran

    Peran/Role merupakan segi dinamis dari status. Di dalam hidup

    bermasyarakat, individu menerima suatu status dan mendudukinya di dalam

    hubungan dengan status-status lainya. Apabila ia melaksanakan hak-hak dan

    kewajiban yang melekat pada status itu atau mewujudkannya, maka berarti ia

    melakukan sebuah peran.

    Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan oleh seseorang,

    pengharapan semacam itu merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan

    terjadinya suatu peranan. Pada tingkat organisasi berlaku bahwa semakin kita

    dapat memahami tepatnya keselarasan atau integrasi antara tujuan dan misi

    organisasi.

    Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki

    oleh yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

    (2007, h. 845) “Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilksanakan”.

  • 9

    9

    Sedangkan peranan menurut Poerwadarminta (2005: h. 751) adalah “tindakan

    yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”.

    Menurut Soerjono Soekanto ( 2006: h. 243 ) “Peranan merupakan aspek

    dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan

    kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan’.

    Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan

    orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan

    perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang

    berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan

    pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

    2.3 Pengertian Gampong

    Menurut Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong

    menjelaskan, yang dimaksud dengan gampong adalah kesatuan masyarakat

    hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah dan langsung berada

    di bawah Mukim, atau nama lain yang memiliki wilayah tertentu, yang dipimpin

    oleh seorang Keuchik dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya

    sendiri.

    Kemudian pada defenisi lain disebutkan gampong adalah kesatuan

    masyarakat hukum yang berda dibawah Mukim dan di pimpin oleh seorang

    keuchik atau nama lain yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga

    sendiri. (Peraturan Gubernur Aceh Nomor 25 Tahun 2011, tentang pedoman

    Umum Penyelenggaraan Pemerintah Gampong).

    Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah, desa atau gampong adalah kesatuan masyarakat hukum

  • 10

    10

    yang memiliki batas-batas setempat, bedasarkan asal usul dan adat istiadat

    setempat, yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional, dan

    berada di kabupaten dan kota, sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945.

    Memang agak sulit sedikit menentukan defenisi tunggal mengenai

    perdesaan atau gampong, apalagi konteks kekinian menunjukan perbedaan kota

    dan desa tidak lagi setajam masa awal serta pra modernisasi, dari sisi ekonomi

    misalnya tidak sedikit warga desa atau gampong yang tak lagi bertumpu pada

    sektor pertanian begitu juga dalam sisi interkasi sosial.

    Selanjutnya pada pengertian lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

    desa atau gampong adalah tempat yang berpenghuni kurang dari dua ribu lima

    ratus orang, begitupun sebaliknya. Untuk keperluan analisis psikologi sosial, desa

    merupakan tempat yang memiliki tempat keakraban yang tinggi serta informalitas

    menandai hubungan antar anggotanya.

    2.4 Pemerintah Gampong

    2.4.1 Kedudukan Pemerintah Gampong

    Pemerintah gampong berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

    pemerintahan gampong, bersama-sama dengan tuha peut gampong,

    menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan gampong.

    Pemerintah gampong terdiri atas keuchik dan badan permusyawaratan gampong

    yang disebut tuha peut, atau nama lain. Dalam melaksanakan tugasnya kechik

    dibantu perangkat gampong yang terdiri atas sekretaris gampong dan perangkat

    gampong lainnya (Peraturan Gubernur Aceh 25 Tahun 2011).

  • 11

    11

    Selanjutnya di Pasal 11 Qanun Nomor 5 tahun 2003 dijelaskan pula bahwa

    keuchik adalah kepala badan eksekutif gampong dalam penyelenggaraan

    pemerintahan gampong, dengan sistem pemerintahan gampong, sistem demokrasi

    dari bawah (bottom-up) benar-benar dapat dilaksanakan. Dalam pemerintahan

    gampong, bidang eksekutif gampong dilaksanakan oleh keuchik dan Teungku

    Imuem Meunasah dengan urusan yang berbeda. Di gampong, pimpinan

    keagamaan adalah Teungku Imuem Meunasah (Sulaiman Tripa, 2003).

    2.4.2 Perangkat Gampong

    Perangkat desa atau gampong, terdiri dari sekretaris dan perangkat lainnya.

    Sekretaris desa atau gampong di isi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi

    persyaratan. Sementara itu, sekretaris desa yang sudah ada sebelum berlaku

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Gampong, di isi

    oleh bukan dari pegawai negeri sipil, namun secara bertahap akan diangkat

    menjadi pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku (Abdullah, 2005: h. 13)

    Dalam Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pedoman

    Umum Penyelenggaraan Pemerintah Gampong, perangkat gampong

    berkedudukan sebagai unsur pembantu dan bertangung jawab kepada keuchik.

    Dalam melaksanakan tugasnya keuchik dibantu oleh perangkat gampong yang

    terdiri dari sekretariat gampong, pelaksana teknis dilapangan dan unsur

    kewilayahan. Pearangkat gampong terdiri dari :

    1. Sekretaris gampong berkeudukan sebagai unsur staf, memimpin sekretariat

    gampong untuk membantu keuchik dalam rangka menjalankan

    pemerintahan gampong.

  • 12

    12

    2. Unsur staf sekretariat gampong, penataan unsur staf sekretariat gampong

    harus mencerminkan katagori fungsi staf dalam mengelola adminitrasi

    pemerintahan gampong, sehinga nomen klatur yang dapat digunakan

    adalah “kepala urusan”, namun dapat pula menggunakan nomen klatur lain

    sesuai sistem nilai adat istiadat.

    2.5 Bentuk dan Susunan Pemerintahan Gampong

    Dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong, pada

    Bab IV, tentang bentuk dan susunan pemerintahan gampong, pasal 9 dijelaskan

    bahwa, di gampong dibentuk pemerintahan gampong dan Tuha Peut gampong

    yang secara bersama-sama menyelenggarakan pemerintahan gampong. Kemudian

    selanjutnya pada pasal 10 dijelaskan lagi pemerintahan gampong terdiri dari

    Imuem Meunasah beserta perangkat gampong lainnya.

    Kemudian pada pasal 11 Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang

    pemerintahan gampong dijelaskan pula bahwa Keuchik adalah Kepala Badan

    Eksekutif Gampong dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong. Dengan

    sistem pemerintahan gampong yaitu sistem demokrasi dari bawah (bottom-up)

    benar-benar dapat dilaksanakan. Dalam pelaksanaan pemerintahan gampong,

    bidang eksekutif gampong dilaksanakan oleh Keuchik dan Teungku Imuem

    Meunasah dengan urusan yang berbeda pula. Sedangkan yang melaksanakan

    aspek keagamaan adalah Teungku Imuem Meunasah (Sulaiman Tripa, 2003: h.

    60).

    Kemudian posisi Imuem Meunasah setara atau setingkat dengan Keuchik

    walau pun masing-masing memiliki urusan yang berbeda, begitu juga dengan

    bidang legislatif, dalam gampong secara tegas dibatasi bahwa unsur legislatif

    adalah di luar badan eksekutif.

  • 13

    13

    Kemudian konsep pemerintahan gampong, struktur kepemimpinannya

    terdiri dari atas keuchik, tuha peut dan teungku Imum atau teungku sagoe, dalam

    perkembangan dinamika kehidupan masyarakat dan tata pemerintahan, akibat

    modernisasi dan globalisasi, maka pada masing-masing unit tersebut dibentuk

    Sekretaris gampong yang kemudian lebih disempurnakan menjalankan berbagai

    urusan pemerintahan.

    Salah satu perangkat kelembagaan struktur gampong adalah tuha peut,

    tuha peut sebagai sub perangkat kelembagaan gampong, memiliki makna, fungsi,

    peran dan kewenangan tersendiri untuk memperkuat fungsi dan tugas kewenangan

    keuchik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi selaku pemimpin gampong.

    Keuchik adalah pemimpin atau “ku/ bapak” gampong, sedangkan teungku

    diibaratkan sebagai “ma/Ibu” atau kaitan adat dan agama (Ismail, 2009: h. 67).

    Keuchik sebagai pemimpin gampong dari aspek kultur keacehan pada

    dirinya melengkat fungsi “mono trias functions “artinya tiga fungsi kekuasaan

    dalam ketunggalan, yaitu fungsi eksekutif, legislatif dan yudukatif, dengan tugas

    pokok” keureuja hudeip, keureuja mate”. Keuchik dalam menjalankan tugas

    pokoknya dibantu dan didukung oleh teungku dan ureung tuha/ tuha peut. ureung

    tuha adalah kaum yang berpengalaman bijaksana dan sopan santun,

    berpengetahuan adat dalam satu gampong (boleh tua atau muda). Jumalah anggota

    dewan orang tua tidak tentu dan diangkat atas kesepakatan bersama(tidak dipilih

    dan boleh secara diam-diam). Demikian dari aspek budaya adat tentang struktur

    gampong (Ismail, 2009: h. 56).

    Kemudian pada Pasal 1 Ayat 7 Qanun Nomor 5 tahun 2003 yang

    menyebutkan bahwa tuha peuet gampong atau nama lain adalah badan perwakilan

  • 14

    14

    gampong yang terdiri dari unsur ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat dan

    cerdik pandai yang ada di gampong. Jadi, tuha peut gampong biasanya dipilih dari

    berbagai unsur. Unsur pemerintahan diambil biasanya orang yang sudah menjabat

    sebagai keuchik atau orang yang sudah pernah terlibat dalam pemerintahan

    gampong. Demikian halnya dengan pertanggungjawaban. Dalam kepemimpinan

    Keuchik, pertanggungjawaban dilakukan kepada masyarakat. Dalam kenyataan,

    biasanya hal itu dilaksanakan melalui tuha peut. (www.acehtraffic.com/2011/).

    2.6 Kewenangan Tuha Peut Dalam Pemerintahan Gampong

    Tuha peut adalah lembaga adat yang berwenang sebagai lembaga legislatif

    gampong yang membuat aturan hukum di gampong. Tuha peut mempunyai fungsi

    dan kewenangan yang berbeda dengan keuchik namun saling berhubungan satu

    sama lainnya. Selain itu, tuha peuet dan keuchik juga menjadi hakim perdamaian

    antara penduduk gampong, dan apabila ada perselisihan antar warga gampong

    kedua lembaga ini harus bermusyawarah bersama sehingga persoalan yang ada

    bisa terselesaikan dan tercipta keharmonisan dalam hidup di gampong.

    Dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 pada Bab I pasal 1 dijelaskan, yang

    dimaksud dengan tuha peut adalah badan perwakilan gampong yang terdiri dari

    unsur ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat dan cerdik pandai yang ada di

    gampong.

    Terkait fungsi sebagai badan perwakilan gampong, tuha peut dibentuk

    untuk menjadi wahana dalam mewujudkan demokrasi, keterbukaan dan

    menyalurkan aspirasi masyarakat. Dalam Pasal 31 Qanun Nomor 5 Tahun 2003

    tentang pemerintahan gampong, bahwa tuha peut terdiri dari beberapa unsur,

    yaitu:

  • 15

    15

    a. Unsur ulama gampong

    b. Tokoh masyarakat termasuk pemuda dan perempuan

    c. Pemuka adat

    d. Cerdik pandai/ cendikiawan.

    Tuha peut sebagai lembaga adat sekaligus lembaga pemerintahan gampong

    memiliki peran-peran penting dalam mewujudkan cita-cita pembangunan

    gampong. Tuha peut berfungsi sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 35

    Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong yaitu sebagai

    berikut:

    a. Meningkatkan upaya-upaya pelaksanaan Syari'at Islam dan adat dalam

    masyarakat.

    b. Memelihara kelestarian adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan budaya

    setempat yang memiliki asas manfaat.

    c. Melaksanakan fungsi legislasi, yaitu membahas/merumuskan dan

    memberikan persetujuan terhadap penetapan Keuchik.

    d. Melaksanakan fungsi anggaran, yaitu membahas/merumuskan dan

    memberikan persetujuan terhadap rancangan anggaran pendapatan dan

    belanja gampong sebelum ditetapkan menjadi anggaran pendapatan dan

    belanja gampong.

    e. Meaksanakan fungsi pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap

    pelaksanaan reusam gampong, pelaksanaan keputusan dan kebijakan

    lainnya dari keuchik.

    f. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah

    gampong.

  • 16

    16

    Di samping itu, tuha peut juga mempunyai wewenang dalam

    penyelenggaraan pemerintahan gampong, adapun wewenang tuha peut tersebut

    yaitu:

    1) Meningkatkan proses pemilihan keuchik melalui pembentukan panitia

    pemilihan.

    2) Mengusungkan pengangkatan atas keuchik terpilih dalam Pilciksung

    kepada Bupati / Walikota melalui Camat.

    3) Mengusulkan pemberhentian keuchik karena habis masa jabatan dan hal-

    hal lain yang melanggar ketentuan, hingga seorang Keuchik tidak dapat

    memenuhi persyaratan sebagai keuchik kepada Bupati / Walikota melalui

    camat.

    4) Mengusulkan pejabat keuchik sementara dan mengusulkan pengesahan

    kepada Bupati / Walikota melalui Camat.

    5) Bersama dengan keuchik menetapkan peraturan gampong.

    6) Bersama dengan keuchik menetapkan anggaran pendapatan dan belanja

    gampong (APBG) dalam peraturan gampong.

    7) Memberikan persetujuan kerja sama dengan gampong lain dan atau

    dengan pihak ketiga.

    8) Memberikan saran dan pertimbangan kepada keuchik terhadap

    penyelesaian masalah-masalah dan kebijakan-kebijakan gampong.

    9) Mengawasi kinerja pelaksanaan Pemerintahan Gampong.

    10) Memberikan persetujuan terhadap pembentukan, penggabungan dan

    penghapusan gampong (Djuned, 2003: h. 15).

  • 17

    17

    Kedudukan tuha peut di gampong melakukan tugas-tugas pembinaan

    masyarakat menggunakan sarana-sarana dan perangkat pendukung seperti mesjid

    dan meunasah tempat menyelesaikan masalah. Lembaga mesjid dan Meunasah di

    gampong di Aceh dulunya berfungsi sebagai tempat musyawarah dalam

    menyelesaikan berbagai sengketa/tempat untuk mengambil keputusan “Cok

    Peunutoh” dan tempat pelaksanaan eksekusi terhadap keputusan damai.

    2.7 Kedudukan dan Peran Tuha Peut dalam Pemerintahan Gampong

    2.7.1 Kedudukan Tuha Peut dalam Pemerintahan Gampong.

    Kedudukan tuha peut dalam pemerintahan gampong adalah sejajar dengan

    keuchik dan menjadi mitra kerja dari pemerintahan gampong. Hal ini ditegaskan

    dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh dan

    peraturan Gubernur Aceh Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pedoman

    penyelenggaraan pemerintahan gampong, dijelaskan bahwa pemerintah gampong

    adalah pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintah gampong dan badan

    perwakilan gampong.

    Dalam pengertian tuha peut merupakan salah satu unsur pemerintahan

    gampong yang melaksanakan kegiatan pemerintah bersama-sama dengan unsur

    pemerintan gampong. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur pemerintahan

    gampong adalah geuchik dan perangkat gampong (sekretaris, kepala urusan,

    pelaksana teknis, dan kepala dusun).

    Di samping itu, kesetaraan tuha peut dengan unsur pemerintahan gompong

    secara tegas tampak pada proses pembuatan reusam gampong. Prinsip ini telah

    disebutkan dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan

    Aceh dan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong bahwa

  • 18

    18

    peraturan-peraturan gampong (reusam) adalah semua ketentuan yang bersifat

    mengatur yang telah ditetapkan oleh keuchik setelah mendapat persetujuan dari

    tuha peut.

    Dengan kedudukannya yang sejajar dapat dipahami bahwa usulan

    rancangan reusam gampong dilakukan oleh keuchik/inisiatif tuha peut dengan

    ketentuan kedua belah pihak terlebih dahulu mengadakan musyawarah guna

    memperoleh persetujuan dari masing-masing pihak dalam penerapan reusam

    gampong tersebut.

    Kedudukan tuha peut yang sejajar dengan pemerintahan gampong sebagai

    konsekwensinya adalah tertutup kemungkinan adanya tumpang tindih antara

    unsur tuha peut dan unsur pemerintahan gampong. Mengingat kedua unsur ini

    sama-sama mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mengatur sistem

    kehidupan masyarakat gampong. Bahkan tuha peut atau unsur tuha peut dilarang

    rangkap jabatan menjadi aparat pemerintahan gampong.

    2.7.2 Peran Tuha Peut Dalam Pemerintahan Gampong

    Lembaga tuha peut merupakan salah satu lembaga adat dalam masyarakat

    Aceh yang memiliki otoritas dalam menjaga eksistensi hukum adat secara turun

    temurun. Lembaga ini terdiri dari empat unsur di dalamnya yaitu unsur ulama,

    unsur adat, unsur cerdik pandai, dan unsur tokoh masyarakat. Otoritas lembaga

    tuha peut antara lain mengangkat dan memberhentikan geuchik, dan

    menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam masyarakat. Disfungsionalisasi

    lembaga tuha peut akan mudah terjadi sengketa/konflik secara berkesinambungan

    dalam masyarakat, seperti terjadi sengketa tapal batas lahan pertanian, sengketa

    batas desa/gampong, masalah pembagian air sawah, etika masuk sebuah gampong

  • 19

    19

    dan lain sebagainya. Kemudian tidak sedikit juga terlihat sengketa masyarakat

    seperti sengketa antarwarga, sengketa keluarga, dan sengketa tanah. Namun

    demikian sengketa-sengketa itu selama ini telah diselesaikan melalui kebijakan

    para ”ureung tuha gampong” secara adat gampong. Penyelesaian sengketa

    dilakukan melalui beberapa pendekatan di antaranya; nasehat, pemumat jaroe,

    pesijuek, dan doa.

    Selama ini kita melihat lembaga adat gampong dalam masyarakat Aceh

    tidak difungsikan dengan baik, padahal lembaga ini memiliki pengaruh yang besar

    bagi kemaslahatan masyarakat. Indikator ini tidak terlepas dari beberapa hal

    berikut, salah satu faktor yang paling dominan adalah dampak dari Undang-

    Undang Nomor 11 tahun 2006 Tentang Pemerintahan Gampong. Oleh sebab itu

    revitalisasi kerjasama serta koordinasi yang intens dan kontinyu antara pemerintah

    dan lembaga adat tuha peut merupakan sebuah kemutlakan yang harus dijalin.

    Peran dan fungsi lembaga ini perlu dikembangkan dan diberikan apresiasi dengan

    memberikan dukungan moril dan material oleh pemerintah.

    Ketika melihat lembaga adat gampong di Aceh berfungsi dengan baik

    maka masyarakat akan hidup damai penuh dengan keakraban antara mereka

    sebagaimana diamanatkan dalam UUPA dan MoU Helsinki beberapa tahun yang

    yang lalu. Kedamaian dan kesajahteraan masyarakat merupakan dambaan

    masyarakat Aceh dan pemerintah Aceh.

  • 20

    20

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

    dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam

    Moleong, 2002: h. 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

    dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bertujuan

    untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan

    data sedalam-dalamnya. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe

    deskripsi kualitatif, dimana peneliti mendeskripsikan wawancara mendalam dan

    penyebaran angket terhadap subjek penelitian.

    Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu

    menggambarkan peran Tuha Peut sebagai perangkat Pemerintahan Gampong di

    Gampong Ujong Tanoh Darat (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003

    tentang Pemerintahan Gampong).

    3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

    3.2.1 Sumber Data

    Adapun Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah:

    1. Data primer

    Merupakan sumber data adalah sumber-sumber dasar yang merupakan

    bukti saksi utama dari kejadian yang lalu, contohnya ialah catatan resmi yang

    dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu keterangan oleh saksi mata,

  • 21

    keputusan-keputusan rapat, foto-foto, dan sebagainya (Moh. Nazir, 2005: h. 51).

    Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian langsung di

    lapangan yang bersumber pada penelitian wawancara dan observasi. Data primer

    dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dengan Keuchik

    Gampong, Masyarakat, dan beberapa orang aparatur gampong.

    2. Data Sekunder

    Menurut Hasan (2002: h. 82) data sekunder adalah data yang diperoleh

    oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. data

    sekunder merupakan data yang didapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran,

    internet yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh penulis. Untuk

    melengkapi data penelitian, maka data sekunder juga diperoleh dari dokumen

    RPJMG gampong, seperti data jumlah penduduk, luas wilayah, dan fasilitas

    ekonomi dan sosial.

    3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Observasi

    Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan suatu objek,

    secara sistematik yang diselediki. Observasi dapat dilakukan sesuai atau

    berulangkali (Sukandarrumidi, 2008: h. 35). Dalam obervasi melibatkan dua

    komponen, yaitu pelaku observasi (disebut sebagai observer), dan objek yang

    diobservasi (disebut sebagai observee).

    2. Wawancara

    Menurut Soehartono (2008: h. 67) wawancara adalah pengumpulan data

    dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewancara (pengumpulan

  • 22

    data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam

    dengan alat perekam (tape recorder). Teknik wawancara dapat digunakan pada

    responden yang btu huruf atau tidak terbiasa membaca dan menulis, termasuk

    anak-anak. Wawancara dapat dilakukan dengan telepon.

    3. Dokumentasi

    Menurut Soehartono (2008: h. 70) studi dokumentasi merupakan teknik

    pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.

    Dokumen yang diteleti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen

    resmi. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika dokumen ini

    ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa, dan dokumen

    sekunder, jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis

    oleh orang ini.

    Dokumen dapat berupa buku harian, surat probadi, laporan, notulen rapat,

    catatan kasus (case record) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Akan

    tetapi, perlu diingat bahwa dokumen-dokumen ini ditulis tidak untuk tujuan

    penelitian sehingga penggunaannya memerlukan kecermatan penelitian. Adapun

    dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumen tertulis seperti buku RPJMG

    dan dokumen foto-foto kegiatan penelitian.

    3.3 Teknik Penentuan Informan

    Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap

    mempunyai informasi (Key-informam) yang dibutuhkan di wilayah penelitian.

    Cara yang digunakan untuk menentukan informasi kunci tersebut maka penulis

    menggunakan “purposive sampling” atau sampling bertujuan, yaitu teknik

    sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-

  • 23

    pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009: h.

    128).

    Untuk pengecekan tentang kebenaran hasil wawancara yang didapat dari

    informan, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Keuchik,

    Kaur Pemerintahan, Sekdes, Tuha peut Kadus dan Masyarakat. Penentuan

    informan berdasarkan maksud dan tujuan penulis, tujuan yang diambil mereka

    sebagai informan, karena mereka dapat memberikan informasi yang jelas serta

    mengetahui bagaimana kondisi lapangan.

    3.4 Instrumen Penelitian

    Menurut Suyanto & Sutinah (2006: h. 59) mengemukakan bahwa

    Instrumen penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari

    responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei.

    Instrument penelitian ilmu sosial umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman

    pertanyaan (interview guide). Semua jenis instrumen penelitian ini berisi

    rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu permasalahan yang menjadi

    tema pokok penelitian

    Adapun instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas

    penelitian baik atau sebaliknya. Adapun penelitian ini menggunakan instrumen

    penelitian dengan cara peneliti terlebih dahulu mencari permasalahan awal,

    selanjutnya peneliti mengembangkan penelitian dengan menerapkan instrumen

    sederhana yaitu dengan melakukan perbandingan data melalui observasi dan

    wawancara.

  • 24

    3.5 Teknik Analisa Data

    Di dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa

    secara kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk kata-

    kata lisan maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

    yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian. Serta hasil-hasil penelitian

    baik dari hasil studi lapangan maupun studi literatur untuk kemudian

    memperjelas gambaran hasil penelitian yang berkenaan dengan peran tuha peut

    sebagai perangkat pemerintahan gampong.

    Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

    kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

    dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2002: h. 103). Analisis data

    menggunakan metode deskriptif kualitatif, di mana pembahasan penelitian serta

    hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh.

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif,

    maka analisis data yang digunakan non statistik.

    Menurut (Miles, 2007: h. 15-19) Analisis data dalam penelitian kualitatif

    berlangsung secara interaktif, di mana pada setiap tahapan kegiatan tidak

    berjalan sendiri-sendiri. Meskipun tahap penelitian dilakukan sesuai dengan

    kegiatan yang direncanakan, akan tetapi kegiatan ini tetap harus dilakukan secara

    berulang antara kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta

    verifikasi atau penarikan suatu kesimpulan. Untuk menganalisis data dalam

    penelitian ini, digunakan langkah langkah atau alur yang terjadi bersamaan yaitu

    pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau

    alur verifikasi data

  • 25

    1. Reduksi Data

    Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

    penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan

    yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007: h. 17). Reduksi data ini

    bertujuan untuk menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang

    tidak perlu dan mengorganisasikan data agar diperoleh kesimpulan yang dapat

    ditarik atau verifikasi. Dalam penelitian ini, proses reduksi data dilakukan

    dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi

    kemudian dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.

    2. Penyajian Data

    Menurut Miles dan Huberman (2007: h. 18) penyajian data adalah

    pengumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya

    penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam hal ini, data yang telah

    dikategorikan tersebut kemudian diorganisasikan sebagai bahan penyajian data.

    Data tersebut disajikan secara deskriptif yang didasarkan pada aspek yang teliti.

    3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan

    Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna -

    makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya,

    kekokohannya dan kecocokannya (Miles dan Huberman, 2007: h. 19). Penarikan

    kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan

    dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada

    pokok permasalahan yang diteliti.

    Menurut Miles dan Huberman (2007: h. 36) ada tiga komponen analisis

    yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Aktivitas ketiga

  • 26

    komponen dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data

    sebagai suatu proses siklus. Peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen

    analisis tersebut sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan

    memanfaatkan waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini.

    Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan dalam

    skema sebagai berikut:

    Gambar 3.1 Gambar analisis data kualitatif (Miles dan Huberman, 2007: h. 36)

    3.6 Pengujian Kredibilitas Data

    Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

    kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

    ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan

    member check. Pengujian kredibilitas data digunakan untuk mendapatkan data

    yang lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugiyono, 2011: h. 270).

    Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan

    perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekukan dalam penelitian, triangulasi,

    diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan memberchcek

    (Sugiyono, 2011, h. 270).

    Agar lebih jelas pengujian kredibilitas data maka dapat dilihat pada

    gambar di bawah ini :

    Pengumpulan Data

    Reduksi Data

    Sajian Data

    Penarikankesimpulan/verifikkasi

  • 27

    PerpanjanganPengamatan

    PeningkatanKetukunan

    Triangulasi

    Diskusi dengan TemanSejawat

    Analisis Kasus Negatif

    PerpanjanganPengamatan

    Uji Kredibilitas Data

    Gambar : 3. 2 Uji Kredibilitas Data dalam penelitian Kualitatif

    Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:

    1. Perpanjangan Pengamatan

    Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan

    pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang

    memadai. Menurut Moleong (2002: h. 327) perpanjangan pengamatan berarti

    peneliti tinggal di lapangan tempat melakukan penelitian sampai kejenuhan

    pengumpulan data tercapai. Dalam pengumpulan data, pengamatan yang

    dilakukan tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat melainkan

    memerlukan perpanjangan pengamatan dengan keikutsertaan pada latar belakang

    penelitian. Perpanjangan pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan cara

    sering melakukan hubungan interaksi dengan masyarakat dan aparat gampong

    serta sering melakukan pengamatan di lapangan.

  • 28

    2. Peningkatan Ketekunan

    Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

    mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan

    dilakukan dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang

    terkait dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data

    apakah benar dan bisa dipercaya atau tidak.

    3. Triangulasi

    Analisa Triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk mengatasi

    masalah akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu macam data atau

    satu metode penelitian saja. (Sugiyono, 2011: h. 225). Triangulasi dapat diartikan

    sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Menurut

    Sugiyono (2011: h. 273) terdapat minimal tiga macam triangulasi, yaitu:

    a. Triangulasi sumber data

    Pada triangulasi sumber data, data dicek kredibilitasnya dari berbagai

    sumber data yang berbeda dengan teknik yang sama misalnya, mengecek sumber

    data antara bawahan, atasan dan teman. Analisis triangulasi sumber data

    ditunjukan pada gambar berikut :

    Gambar 3.3. Triangulasi Sumber Data

    TemanPemimpin

    Masyarakat

  • 29

    b. Triangulasi teknik pengumpulan data

    Pada triangulasi teknik pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya

    dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan sumber data yang

    sama. Truangulasi Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada gambar di bawah

    ini :

    Gambar 3.4. Triangulasi Teknik Pengumpulan data

    c. Triangulasi waktu pengumpulan data

    Pada triangulasi waktu pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya

    dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan teknik yang

    sama. Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi

    lebih konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data (Sugiyono,

    2011: h. 241). Triangulasi waktu pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di

    bawah ini:

    Gambar 3.5. Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

    4. Pemeriksaan Teman Sejawat

    Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil

    temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan

    ObservasiWawancara

    Dokumen

    SoreSiang

    Pagi

  • 30

    mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang

    berguna untuk proses penelitian.

    5. Analisis Kasus Negatif

    Menurut Sugiyono (2011: h. 275) melakukan analis kasus negatif berarti

    peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang

    telah ditemukan.

    6. Member Check

    Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara

    mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan

    data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.

    3.7 Lokasi Penelitian

    Adapun lokasi penelitian skripsi ini dilakukan di Gampong Ujong Tanoh

    Darat kecamantan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

    3.8 Jadwal Penelitian

    Jadwal penelitian dimulai dari tanggal 12 Februari 2014 sampai dengan

    15 Juli 2014.

    Tabel Jadwal Penelitian

    WaktuKegiatan

    Feb2014

    Mar2014

    Apr2014

    Mei2014

    Juni2014

    Juli2014

    Tahap Pesiapan :1. Penjajakan ke lokasi2. Usulan Penelitian

    3. 3. Penyusunan pedomanWawancara.

    Tahap pengumpulan data

    Tahap pengeloahan data

    Tahap penulisan ataupenyusunanSidang

  • 31

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    4.1.1 Kondisi Geografis

    Gampong Ujong Tanoh Darat memiliki wilayah yang strategis untuk areal

    pertanian, perkebunan dan perikanan. Gampong Ujong Tanoh Darat berada di

    Kecamatan Meureubo dan berada dalam wilayah kabupaten Aceh Barat. Pusat ibu

    kota kecamatan terletak di Meureubo, dengan luas wilayah ± 17,8 Km² yang

    terbagi dalam 3 Jurong atau dusun, dengan jumlah penduduk 1,111 jiwa dari 241

    Kepala Keluarga (KK), yang tersebar ke dalam 3 jurong tersebut. Gampong Ujong

    Tanoh Darat memiliki jarak ke ibu kota kabupaten + 6 Km dan ke ibu kota

    kecamatan + 4 km dengan melewati dua jalur alternatif yaitu melewati kampus

    Universitas Teuku Umar dan juga bisa dilewati melalui simpang Meureubo.

    Kedua jalur tersebut bisa dilewati dengan mengunakan kendaraan roda

    empat dan roda dua. Secara Topografi Gampong Ujong Tanoh Darat dikelilingi

    oleh perkebunan dan persawahan rakyat. Jika dilihat dari letak topografi Gampong

    Ujong Tanoh Darat ini dominannya lebih banyak daerah lembah dan rawa.

    Adapun secara administratif, wilayah Gampong Ujong Tanoh Darat

    berbatasan sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Pasie Aceh Baroeh.

    2. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Buloh.

    3. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Ranub Dong.

    4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Mesjid Tuha..

  • 32

    32

    4.1.2 Kondisi Demografis

    Untuk mengetahui jumlah penduduk bedasarkan alternatif jawaban dan

    dusun, bisa dilihat pada tabel berikut.

    Tabel: 4.1 Jumlah Penduduk Gampong Ujong Tanoh Daratberdasarkan dusun

    No Dusun Jumlah(KK)

    Jenis kelaminJumlah jiwaLaki-

    lakiperempuan

    1 Suka Damai 80 224 170 3942 Ingin Jaya 61 102 134 2363 Makmu Beusaree 100 275 206 481

    Total 241 601 510 1111Sumber: Profil Gampong Ujong Tanoh Darat tahun 2013

    Sedangkan komposisi penduduk menurut pendidikan, dapat diketahui

    jumlah penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat dari tingkat dasar (SD), sampai

    jenjang Perguruan Tinggi (PT). Tingkat Pendidikan penduduk dapat dilihat pada

    tabel berikut:

    Tabel: 4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat.

    No Tingkat Pendidikan Jumlah1 Perguruan Tinggi 10 Orang2 SMA 35 Orang3 SMP 45 Orang4 SD 98 Orang5 Belum Sekolah 20 Orang6 Putus Sekolah dan Tidak pernah sekolah 138 Orang7 Buta Huruf 68 Orang

    Sumber: Profil Gampong Ujong Tanoh Darat tahun 2013

    Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 98 orang pada tingkat Sekolah

    Dasar (SD), 45 orang pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), 35 orang

    pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), 10 orang pada tingkat Perguruan

  • 33

    33

    Tinggi (PT) dan 20 Orang Belum Sekolah dan 138 putus sekolah dan tidak pernah

    sekolah 68 orang lainnya masih buta huruf.

    4.1.3 Mata Pencaharian

    Sedangkan kehidupan masyarakat Gampong Ujong Tanoh Darat, bermata

    pencarian yang mayoritasnya sebagai petani, peternak dan dagang. Hanya

    sebagian kecil yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan profesi lainnya,

    untuk jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

    Tabel : 4.3 Mata Pencarian Penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat

    No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase (%)

    1 Petani dan Pekebunan 273 24,62 Peternak 93 8,43 Pedagang 78 7,04 Nelayan 30 2,75 Pegawai Negeri Sipil 11 1,06 TNI / Polri 5 0,57 Wiraswasta 90 8,18 Usaha Industri Rumah Tangga 11 1,0

    9 Belum bekerja 520 46,8Sub Total 1111 100

    Sumber: Profil Gampong Ujong Tanoh Darat tahun 2013

    Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Gampong

    Ujong Tanoh Darat bermata pencarian sebagai petani yaitu sebanyak 273 jiwa

    (24,6%) dari jumlah keseluruhan penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat.

    Sedangkan peternak hanya 93 jiwa (8,4%), wiraswasta 90 jiwa (8,1%) dan

    pedagang 78 jiwa (7,0%) serta 520 jiwa (46,8%) belum bekerja sedangkan

    selebihnya adalah PNS, TNI/POLRI dan pekerja lepas atau yang tidak tetap.

    Gampong Ujong Tanoh Darat mempuyai sektor pertanian yang luas dan

    memadai terutama di sektor karet dan sawit sehingga pertumbuhan ekonomi

    Gampong Ujong Tanoh Darat bejalan dengan baik dan optimal.

  • 34

    34

    4.1.4 Aspek Sosial budaya

    Kondisi Sosial budaya masyarakat Gampong Ujung Tanoh Darat

    merupakan sistem sosial budaya kebersamaan yang bernuansa Islami. Hal ini

    terlihat dengan masih tergalaknya kegiatan Sosial seperti gotong royong,

    organisasi kepemudaan, olah raga, kelompok wirit yasin, majelis ta’lim,

    kelompok PKK dan masyarakat Gampong Ujung Tanoh Darat masih menjaga

    serta melestarikan budaya leluhur seperti, Dalail khairat, meudike, debus, tarian

    meusekat, rapa’i saman dan ritual tolak bala.

    4.1.5. Fasilitas Gampong Ujung Tanoh Darat

    Adapun fasilitas yang ada di Gampong Ujung Tanoh Darat dapat di lihat

    pada tabel di bawah ini :

    Tabel: 4.4. Daftar fasilitas Gampong Ujong Tanoh Darat

    No Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Penggunaan1. Fasilitas Agama

    - Mesid Baitul Amillim- Meunasah- Balai Pengajian

    1 Masih Aktif1 Masih Aktif1 Masih Aktif

    2. Fasilitas Pemerintahan- Kantor Desa 1 Tidak Aktif

    3. Fasilitas Olah Raga- Lapangan Bola Kaki- Lapangan Bola Volly

    1 Masih Aktif3 Masih Aktif

    4. Fasilitas Pendidikan- Tk Ar-Rahman- Gedung MIN- SLTP

    1 Masih Aktif1 Masih Aktif1 Masih Aktif

    5. Fasilitas lainnya- Posyandu- Rumah Pekan- Balai Pertemuan- Saluran Air

    1 Masih Aktif1 Masih Aktif1 Masih Aktif1 Masih Aktif

    Sumber: Profil Gampong Ujong Tanoh Darat tahun 2009-2013

  • 35

    35

    4.2 Hasil Penelitian

    4.2.1 Peran Tuha Peut Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat

    (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003) Tentang

    Pemerintahan Gampong

    Penataan kehidupan masyarakat maupun pemerintahan, masing-masing

    gampong telah memilih tuha peut selaku pemerintahan gampong untuk

    menjalankan roda pemerintahan dalam sebuah gampong. Masing-masing

    pemerintahan gampong sudah diatur tugas, fungsi dan wewenangnya, namun

    dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong ada hal-hal yang tidak sesuai

    dengan yang diamanatkan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan

    Gampong, terutama menyangkut tugas dan fungsi keuchik dan Tuha Peut,

    sehingga hubungan fungsional yang terjalin tidak maksimal.

    Meski kedua lembaga ini punya kelorasi yang lebih erat dalam

    menjalankan roda pemerintahan gampong akan tetapi peranan keuchik lebih

    dominan karena banyak kebijakan dan keputusan yang langsung diputuskan tanpa

    meminta persetujuan dari tuha peut. Misalnya dalam hal melaksanakan

    pembangunan gampong, sebenarnya keuchik terlebih dahulu harus mengadakan

    musyawarah dengan anggota Tuha Peut, begitu juga dengan proses perencanaan

    dan pelaksanaan pembangunan gunan gampong. Hal ini jelaskan bahwa keuchik

    lebih besar perannya dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong, meski

    lembaga tuha peut memiliki tugas dan fungsi yang telah diamanatkan dalam

    qanun.

    Bahwa berdasarkan hasil penelitian lapangan ditemukan beberapa orang

    yang menempati jabatan sebagai anggota Tuha Peut di Gampong Ujong Tanoh

    Darat dalam melaksanakan perannya kurang maksimal dan tidak terakomodir,

  • 36

    36

    sebagaimana yang terkandung dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang

    pemerintahan gampong, hal tersebut terlihat dan terungkap dalam penelelitian

    lapangan.

    Menurut Bapak Azhar, salah seorang anggota tuha peut Ujong Tanoh

    Darat, mengatakan bahwa:

    “Lembaga tuha peut aktif dan berperan sebagaimana yangdiharapkan diantranya, melakukan pengawasan terhadap jalannyapemerintah gampong, mengawasi semua peraturan gampong,kemudian ditambahkannya lagi, angota tuha peut gampong UjongTanoh Darat melakukan peranya sebagaimana dalam ketentuanyang berlaku. Selanjutnya ia mengungkapkan bahwa lembaga tuhapeut tersebut memiliki peran untuk menetapkan peraturan-peraturan yang ada, menurutnya, tidak semua peraturan yang telahdibuat tersebut berjalan sebagaimana yang diharapkan”.(Wawancara kamis tanggal 12 September 2013).

    Kemudian Bapak Azhar dalam wawancara dengan beliau memberikan

    contoh, yaitu sebagai berikut:

    “Baru-baru ini telah menetapkan reusam tentang ternak berkeliaranpada malam hari, jika masuk dalam sawah khusus ternak kerbau,maka akan dikenakan sangsi atau denda sesuai dengan jumlahnya.Menurutnya, sering sekali peraturan atau reusam yang telah dibuattersebut dianggap spele atau tidak dihiraukan oleh masyarakatseperti, baru-baru ini terjadi pada salah seorang peternak kerbauyang tidak mau melaksanakan sangsi atau denda dimaksud, dimanahewan ternaknya masuk dalam sawah pada malam hari ketikamusim turun kesawah. Menurunya hal-hal seperti ini lah yangmembuat lembaga tuha peut tidak berwibawa dimata masyarakat.(Wawancara kamis tanggal 12 September 2013).

    Kemudian selanjutnya Bapak M. Hasan, selaku Ketua Tuha Peut

    Gampong Ujong Tanoh Darat, mengatakan:

    “Struktur kelembagaan tuha peut gampong berperan aktifsebagaimana yang diharapkan misalnya, seperti sering adanyakegiatan rapat bersama dengan unsur pemerintahan gampong,

  • 37

    37

    kemudian ikut menyelesaikan perdamaian dalam gampong ketikaada terjadi masalah dalam masyarakat, dan melaksanakan gotongroyong. Apa yang dilaksanakan oleh tuha peut sudah tepat dansesuai dengan apa yang di intruksikan dalam aturan”. (Wawancarakamis tanggal 12 September 2013).

    Selanjutnya Bapak M. Hasan selaku Ketua Tuha Peut Gampong

    Ujong Tanoh Darat menambahkan, bahwa:

    “Unsur tuha peut sering terlibat aktif dalam penyelesaian masalahdi gampong, seperti contoh, baru -baru ini terjadi perkelahiansesama masyarakat, tuha peut bersama guechik terus mengambilinisiatif dalam penyelesaian masalah tersebut dengan membuatpendekatan-pendekatan secara kekeluargaan, artinya mendamaikankedua belah pihak, walaupun salah satu pihak tidak maumelaksanakan sangsi tersebut, sehingga persoalannya menjadimengambang begitu saja, hal seperti ini sangat dikwatirkanpersoalan yang sama akan bergejolak kembali”. (Wawancara kamistanggal 12 September 2013).

    Berdasarkan wawacara di atas maka dapat dipahami bahwa peran lembaga

    tuha peut sebagai perangkat gampong khususnya dalam pengambilan keputusan

    sering terjadi perdebatan sengit baik sesama anggota tuha peut maupun dengan

    unsur pemerintahan gampong lainnya, menurutnya, hal tersebut tidak masalah,

    karena untuk mencari kebenaran dan menegakkan nilai-nilai keadilan dalam

    masyarakat. Anggapan negatif oleh masyarakat juga sering terjadi pada anggota

    tuha peut, anggota sangat memaklumi kondisi seperti ini, memang sulit mengurus

    orang banyak, ini adalah konsekuensi atau resiko dari jabatan yang dijalankannya.

    Selanjutnya Ibuk Aminah, anggota tuha peut Ujong Tanoh Darat dari

    kalangan kaum perempuan, mengatakan:

    “Tuha peut secara kelembagaan aktif, yang salah satu tugasnyaadalah menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat, yang

  • 38

    38

    selanjutnya akan disampaikan kepada geuchik selaku pengendalipemerintahan di gampong. Ia menambahkan kelembagaan tuhapeut tersebut berjalan dengan lancar sebagaimana yang ditegaskandalam aturan. Menurutnya salah satu peran tuha peut adalahmelaksanakan pengawasan terhadap jalannya pemerintahangampong. (Wawancara Jumat tanggal 13 September 2013).

    Selanjutnya Bapak Anwar sebagai anggota Tuha Peut Ujong Tanoh Darat

    menambahkan, bahwa:

    “Peran tuha peut disamping melakukan pengawasan pemerintahan

    gampong, juga ikut serta menfasilitasi perdamaian konfik dalan

    masyarakat serta ikut membuat aturan ketertiban dalam gampong

    bersama dengan unsur geuchik. Kemudian ia juga menjelaskan

    sering terjadi perdebatan dalam memutuskan dan mengambilan

    keputusan jika sesuatu terjadi digampong, menurutnya hal tersebut

    lumrah terjadi sebagai bentuk proses musyawarah agar keputusan

    yang diambil betul-betul bermanfaat bagi kepentingan masyarakat

    untuk masa yang akan datang. (Wawancara Jumat tanggal 13

    September 2013).

    Kemudian wawacara dengan Tgk Hasan, anggota Tuha Peut Gampong

    Ujong Tanoh Darat, yaitu:

    “Setahu saya Lembaga tuha peut berfungsi dan aktif. Keuchik pun

    selalu melibatkan tuha peut dalam berbagai hal terutama

    memecahkan persoalan gampong, peran tuha peut yang dilakukan

    tersebut sudah sesuai dengan Qanun Nomor 5 tahun 2003 (tentang

    pemerintahan gampong). Namun belum semuanya terlaksana

    sebagaimana dalam qanun, ia menambahkan tuha peut secara

    kelembagaan dan personal punya keterbatasan, terutama

    menyangkut tingkat pendidikan dan pengalaman yang masih

    minim. (Wawancara Jumat tanggal 13 September 2013).

  • 39

    39

    Selanjutnya Bapak Anwar selaku anggota Tuha Peut Gampong Ujong

    Tanoh Darat menambahkan, yaitu:

    “Lembaga Tuha Peut merupakan badan perwakilan gampong yangsalah satu peranya adalah membuat reusam gampong bersamakeuchik, dan masih banyak tugas-tugas yang lain, menurutpendapatnya peran tuha peut sangat besar, persis sama sepertilembaga legislatif di pemerintahan kabupaten, provinsi dan pusat,dan ia menambahkan setiap masalah yang terjadi dimasyarakatselama ini dapat terselesaikan. Menurutnya dalam mewujudkanpembangunan gampong, bukan hanya tanggung jawab keuchiksemata, tetapi secara bersama-sama dengan berbagai macamkomponen yang ada, ia menambahkan kekompakan tuha peut terusdijaga untuk masa yang akan datang”. (Wawancara Jumat tanggal13 September 2013).

    Selanjutnya Tgk. Hasan, anggota Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat

    mengatakan:

    “Lembaga tuha peut aktif dan berperan seperti apa adanya, karenaia sering terlibtat dalam musyawarah bersama dengan unsurpemerintahan gampong lainnya, teruma menyangkut persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan misalnya, penentuan jadwalpelaksana Maulid Nabi Muhammad SAW, pelaksanaan peringatanIsrak dan Mijrad, penyelesaian konflik atau sengketa antarmasyarakat. Menurutnya peran yang di lakukan tersebut belumseberapa masih banyak hal-hal lain yang akan dilaksanakan,terutama mendorong dan memaksimalkan pelaksanaan syariatIslam di gampong”. (Wawancara Jumat tanggal 13 September2013).

    Berdasarkan uraian wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa

    lembaga tuha peut adalah unsur wakil masyarakat yang ikut terlibat dalam badan

    musyawarah gampong, yang salah satu perannya ikut membuat peraturan dalam

    gampong bersama keuchik serta memutuskan segala persoalan di dalam gampong.

    Tugas Tuha Peut sangat besar jika betul-betul dimaksimalkan perannya dalam

    berbagai aspek kehidupan masyarakat, oleh karena itu menurutnya, tuha peut itu

  • 40

    40

    harus menjadi tauladan bagi masyarakat yang lain. Setiap masalah yang terjadi di

    masyarakat dapat diselesaiakan, akan tetapi ada masyarakat yang merasa puas ada

    yang tidak, inilah namanya gampong tingkat pendidikan dan pengalamanya

    rendah, mungkin berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat yang lain seperti

    di kota.

    Lembaga Tuha Peut gampong bersama dengan keuchik juga membuat

    reusam tentang pengaturan sawah dan hewan ternak dalam rangka ketertiban

    sosial masyarakat, menurut keterangan yang diperoleh dari penelitian bahwa

    belum semuanya masyarakat mau mentaati aturan tersebut, sehingga kadang-

    kadang aturan yang telah dibuat kurang bermakna. Keberadaan Tuha Peut juga

    sering mencari kelemahan kinerja keuchik sehingga berujung pada ketidak

    harmonisnya hubungan keduanya.

    Kemudian selanjutnya, Bapak Tarmizi, Keuchik Gampong Ujong Tanoh

    Darat menjelaskan bahwa:

    “Kelembagaan tuha peut berfungsi, permasalahannya sering terlibatmusyawarah dengan unsur pemerintahan gampong, yang palingberperan aktif tuha peut adalah dalam penyelesaian masalahdimasyarakat yang sedang bersengketa, dan pengawasanpembangunan lainnya. Menurut saya semuanya peran tuha peutkurang berjalan secara maksimal, karena tidak semua anggota tuhapeut paham tentang peran dan tugas apa yang harus dilaksanakantuha peut sebagaimana dalam Qanun Nomor 5 tahun 2003. Tuhapeut tidak banyak memiliki peran dalam pemerintahan gampong,sehingga segalah hal yang dilaksanakan dalam pemerintahangampong kurang maksimal”. (Wawancara Jumat tanggal 13September 2013).

    Hasil wawancara dengan Bapak Anwar, SH, selaku sekretaris Kecamatan

    Meureubo, mengungkapkan:

    “Kelembagaan tuha peut disetiap gampong dalam kecamatanMeureubo berjalan dan aktif, tetapi tidak semua peran danfungsinya berjalan. Ia mengakui tidak maksmialnya peran dan

  • 41

    41

    fungsi tuha peut tersebut karena berbicara tingkat pendidikan danpengalaman sehingga berakibat pada pelaksanaan peran menjaditidak maksimal sebagaimana yang dijelaskan dalam Qanun Nomor5 Tahun 2003. Menurutnya, mengenai kurangnya pemahamanperan sebagai tuha peut memang menjadi sebuah masalah dantantangan kedepan, padahal pihak kecamatan sering mengundangtuha peut dalam rangka pelatihan dan pembakalan tuha peut di aulakantor camat Meureubo”. (Wawancara Jumat tanggal 13 September2013).

    Lebih Lanjut Bapak Anwar, SH selaku sekretaris Kecamatan Meureubo,

    mengungkapkan:

    “Ketika diundang banyak juga yang tidak datang, bisa jadi karenakesibukan, pekerjaan masing-masing. Materi isi Qanun Nomor 5Tahun 2003 sudah diedarkan melalui keuchik, mungkin tuha peutitu sendiri tidak membacanya khusus tentang perannya. Pada akhirbulan september 2013 pihak kecamatan Meureubo jugamengundang pihak tuha peut yang ada dalam kecamatanMeureubo, dalam rangka pemantapan peran dan fungsi tuha peut,sehingga diharapkan kendepan tuha peut dalam melaksanakanperan lebih maksimal khususnya di kecamatan Meureubo.(Wawancara Jumat tanggal 13 September 2013).

    Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa peran tuha

    peut di Gampong Ujong Tanoh Darat secara keseluruhan belum aktif, karena

    dalam pelaksanaan perannya sebagai anggota Tuha Peut tidak mengentatahui

    tugas dan fungsi masing-masing sebagaimana yang diamanatkan dalam Qanun

    Nomor 5 tahun 2003 tentang pemerintahan gampong.

    Selama pengamatan penulis terhadap lembaga Tuha Peut di Gampong

    Ujong Tanoh Darat dalam masyarakat gampong belum difungsikan dengan baik,

    padahal lembaga Tuha Peut memiliki peran yang besar bagi kemaslahatan

    masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari penjelasan dalam Qanun Nomor 5

    tahun 2003 tentang pemerintahan gampong. Oleh sebab itu, untuk masa yang akan

    datang kerjasama serta koordinasi Tuha Peut dengan keuchik harus harmonis dan

    berkelanjutan.

  • 42

    42

    4.2.2 Hambatan Tuha Peut dalam Menjalankan Perannya Sebagai

    Perangkat Pemerintahan Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat

    Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang

    Pemerintahan Gampong

    Tuha peut sebagai lembaga legislatif dalam menjalankan roda-roda

    pemerintahan harus saling bekerja sama dengan lembaga eksekutif yaitu keuchik

    untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kedua lembaga ini saling berkaitan

    satu sama lain. Di mana keuchik sebagai pelaksana penyelenggaraan

    pemerintahan dan pembangunan gampong, sedangkan Tuha Peut sebagai wadah

    perwujudan pelaksanaan demokrasi, keterbukaan dan partisipasi rakyat dan

    berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintahan Gampong.

    Oleh karena itu, Tuha Peut yang dipilih dan diangkat haruslah dapat

    memahami seluruh ketentuan-ketentuan yang berlaku dan harus memenuhi

    persyaratan sebagaimana yang telah ditentukan. Sesuai dengan Qanun Nomor 5

    Tahun 2004 tentang Pemerintahan gampong, memiliki hak dan kekuasaan dalam

    mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dan lingkungannnya guna

    meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Maka sebagai lembaga legislatif

    gampong dalam menyelenggarakan pemerintahan gampong, serta dalam

    menjalankan peran dan kedudukan sebagai perangkat gampong. Dalam

    menjalankan perannya sebagai perangkat gampong atau sebagai lembaga legislatif

    gampong tentu memiliki hambatan-hambatan dalam melaksanakan tugasnya.

    Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Azhar, selaku anggota Tuha Peut

    Gampong Ujong Tanoh Darat mengatakan bahwa:

    “Menurut saya terdapat juga hambatan dalam menjalankan peranselaku anggota tuha peut, sebab selama kami menjabat tidak adapembinaan dan pemahaman masalah tugas apa yang akan kamijalankan. Selama menjadi anggota tuha peut, juga pernah dijumpai

  • 43

    43

    hambatan yang berarti dalam menajalankan peran dan fungsi tuhapeut. Peran sebagai anggota tuha peut saya tahu, tetapi tidakmungkin disebutkan satu persatu di sini, salah satunya adalahmengawasi semua fasilitas gampong atau hal-hal lainya”.(Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).

    Lebih lanjut Bapak Azhar, selaku anggota Tuha Peut Gampong Ujong

    Tanoh Darat mengatakan bahwa:

    “Salah satu hambatan dalam melaksanakan tugas tuha peut adalahmasyarakat, karena mengurus orang banyak susah untuk di ajakmengerti tentang keadaan yang ada, sehingga ada beberapa yangtelah diputuskan tidak berjalan sebagaimana yang telah diputuskanbersama dengan unsur pemerintahan gampong lainya. Selanjutnyauntuk ke depan anggota tuha peut masih sanggup untukmenjalankan tugas sebagaimana yang diharapkan. Kalauditanyakan masalah tentang Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentangpemerintahan gampong, saya tidak tahu tentang qanun tersebut.(Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).

    Kemudian Bapak M. Hasan Ketua Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh

    Darat menambahkan, bahwa:

    “Dalam melaksanakan tugasnya tidak ada kendala yang signifikansehingga tidak berakibat pada mandeknya peran sebagai unsur tuhapeut di Gampong Ujong Tanoh Darat. Selama menjadi anggotaTuha Peut tidak ada kendala apapun sampai dengan. Yang menjadihambatan dalam melakansakan peran tuha peut adalah mengerusrumah tangga anggota masyarakat, dengan beraneka ragammasalah yan memang agak rumit sedikit. Saya sendiri tahu peransebagai tuha peut, tetapi yang bersangkuatan tidak menjelaskanseperti apa perannya, selanjutnya ia mengatakan ketidak tahuannyatentang Qanun yang mengatur tentang pemerintahan gampong.Salah satu peran sebagai unsur tuha peut adalah membahaskendala-kendala yang ada dalam gampong, selanjutnya iamenambahkan tentang kesanggupanya menjalankan peran sebagaianggota tuha peut, seperti yang sudah berjalan sekitar enam tahunlalu. (Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).

    Hasil wawancara dengan Ibuk Aminah selaku anggota Tuha Peut Gampong

    Ujong Tanoh Darat, mengatakan bahwa:

    “Dalam melaksnanakan peran sebagai tuha peut tidak ada kendalayang bearti, selama ini lancar-lancar aja, Kalau menurut saya tidak

  • 44

    44

    kendala sampai dengan saat ini dalam menjalankan peran sebagaianggota tuha peut. Dalam melaksanakan perannya sebagai tuhapeut yang agak menjadi hambatan adalah mengerus kepentinganorang banyak, tetapi ini baban yang harus dipikul sebagai tuha peutyang dipilih oleh rakyat. Selanjutnya ia menambahkan bahwasanyaia tahu peran sebagai tuha peut karena sering ikut pelatihan diKecamatan Meureubo”. (Wawancara Sabtu tanggal 14 September2013).

    Lebih lanjut ibuk Aminah Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat

    mengungkapkan bahwa:

    “Peran sebagai tuha peut adalah menampung aspirasi masyarakatdalam berbagai hal, terutama dalam bidang agama dan adat istiadat,dan dalam bidang-bidang lain dalam kehidupan sosialbermasyarakat, kemudian tidak ada hambatan dalam dalammelaksanakan perannya selama ini. Selanjutnya kesanggupanyauntuk melaksanakan tugasnya tuha peut untuk masa yang akandatang. Adapun pemahaman tentang Qanun Nomor 5 tahun 2003tentang pemerintahan gampong saya tidak tahu isi qanun tersebutmengenai aturan perangkat gampong. (Wawancara Sabtu tanggal14 September 2013).

    Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka jelas bahwa dalam

    melaksanakan perannya, tuha peut mendapatkan kendala berupa kurangnya

    pemahaman mereka mengenai tugas dan tanggung jawab sebagai perangkat

    gampong. Misalnya peran tuha peut sebagai badan perwakilan masyarakat dalam

    melaksanakan pembangunan gampong bersama dengan unsur pemerintahan

    gampong lainnya kurang memahami apa tugas yang harus dilaksanakan dalam

    pembangunan gampong.

    Selain tugas-tugas utama sebagaimana dalam qanun, tuha peut juga ikut

    berpatisipasi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat melalui

    pendekatan sosial dan adat, dengan mendamaikan kedua belah pihak yang

    bersengketa.

  • 45

    45

    Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan bahwa selama

    menjabat sebagai anggota tuha peut mendapat hambatan dalam menjalan

    tugasnya, masalah pro kontra setuju dan tidak setuju, biasa dalam kehidupan

    berdemokrasi. Kemudian masalah Qanun yang mengatur tentang pemerintahan

    gampong juga kurang dipahami. Kesanggupanya untuk melaksanakan peran

    sebagai tuha peut untuk masa yang akan datang, jika sekiranya dipercaya lagi,

    untuk menempati posisi anggota tuha peut.

    Tgk. Hasan selaku anggota Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat

    menambahkan, bahwa:

    “Dalam melaksanakan perannya sebagai tuha peut sedikitpun tidakada kendala, menurutnya ia juga tidak memahami semuanya fungsidan peran tuha peut, yang jelas hanya badan perwakilan masyarakatgampong yang ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan dansosial kemasyarakatan dan hal-hal lain terutama yang ada digampong bersama dengan komponen lainnya. Penyelesaianmasalah di masyarakat dengan mengunakan pendekatan adatistiadat Aceh yang sudah berlaku sejak zaman dahulu yang terusdilestarikan”. (Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).

    Lebih lanjut Tgk. Hasan Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat,

    mengatakan bahwa:

    “Selama saya menjabat sebagai anggota tuha peut pernahmendapatkan hambatan dalam melaksanakan tugas artinya apatidak sosialisasi dari pihak kecamatan mengenai tugas dan perantuha peut dalam melaksanakan perannya seabagaimana diaturdalam Undang-undang. Sudah hampir enam tahun menjabatsebagai tuha peut, saya sanggup untuk melaksanakan peran dantugas yang harus dilaksanakan. Sebagai anggota tuha peuthendaknya bermanfaat untuk kemaslahatan umat untuk masa yangakan datang, kalau seandainya dipercaya kembali oleh masyarakatuntuk menempati posisi sebagai tuha peut gampong Ujong TanohDarat. (Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).

    Hasil wawancara dengan Bapak Azwar selaku Tuha Peut Gampong Ujong

    Tanoh Darat mengatakan bahwa:

  • 46

    46

    “Satahu saya, tidak terlalu sulit dalam menjalan peran sebagai tuhapeut gampong. Memang kalau setiap jabatan dan kedudukan yangkita jalani sudah tentu ada hambatannya, selama kita masihmemegang jabatan tersebut terutama jabatan tuha sudah tentu adahambatan. Kalau ditanyai kepada saya masalah hambatannyaadalah kurangnya pemahaman kami mengenai tugas dan fungsisebagaimana diatur dalam undang-undang pemerintahan Aceh.Lagipu tingkat pendidikan kami sangat rendah. (Wawancara Sabtutanggal 14 September 2013).

    Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa anggota

    Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat dalam melaksanakan tugas dan

    fungsinya sebagai perangkat gampong tentu mendapat mendapatkan kendala

    terutama dalam hal pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, sebab tingkat

    pendidikan yang terndah dan pemahaman mereka mengenai qanun yang mengatur

    tentang pelaksanaan pemerintahan gampong sangat minim. Tuha peut adalah

    sebuah lembaga adat gampong atau lembaga perwakilan masyarakat gampong

    yang merupakan perwakilan dari segenap unsur masyarakat, maka oleh sebab itu

    anggota yang dipilih dari oleh masyarakat adalah perwakilan dari masyarakat

    yang tentunya memiliki pendidikan yang rendah serta pemahaman mengenai tugas

    yang dijalankan tentu kurang efektif.

    Di samping itu, contoh lain mengenai kesetaraan tuha peut dengan unsur

    pemerintahan gompong secara tegas tampak pada proses pembuatan reusam

    gampong juga mendapat kendala, karena anggota tuha peut sama sekalai tidak

    memahami cara penyusunan reusam gampong. Ketentuan ini telah disebutkan

    dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong, bahwa

    peraturan-peraturan gampong (reusam) adalah semua ketentuan yang bersifat

    mengatur yang telah ditetapkan oleh keuchik setelah mendapat persetujuan dari

    tuha peut, namun yang membuatnya tetap anggota tuha peut.

  • 47

    47

    Adapun peran tuha peut Gampong Ujong Tanoh Darat, dalam beberapa

    tahun terakhir ini adalah sebagai berikut:

    1. Menyusun reusam tentang larangan ke sawah tiga hari berturut-turut pada

    saat setelah selesainya kanduri sawah. Ketika padi sedang gadis/ dara

    (sudah ada sejak lama).

    2. Menyusun reusam tentang pengurungan hewan ternak pada malam hari,

    pada saat musim tanam padi (bentuknya tidak tertulis) tahun 2011.

    3. Penyelesaian sengketa tanah kebun karet masyarakat dengan mantan

    pejabat Aceh Barat tahun 2007.

    4. Penyelesaian perdamaian konflik masyarakat dengan masyarakat yang

    sudah mengarah pada tidak pidana.

    4.3 Pembahasan

    4.3.1 Peran Tuha Peut Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat(Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003) TentangPemerintahan Gampong

    Tuha Peut Tuha Peut adalah badan perwakilan gampong yang terdiri dari,

    unsur Agama, Pemimpin Adat, Cerdik Pandai, Pemuda dan Perempuan, yang

    berada di Gampong yang memiliki peran dan fungsi memberikan nasehat kepada

    keuchik dalam bidang Pemerintahan, Hukum Adat, Adat Istiadat dan kebiasaan-

    kebiasaan masyarakat serta menyelesaikan segala sengketa yang terjadi di

    gampong.

    Di dalam peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2011 tentang pedoman

    penyelenggaran pemerintahan gampong dan Qanun Provinsi NAD Nomor 5

    Tahun 2002 tentang pemerintahan gampong, secara tegas menyatakan bahwa

    sebagai perwujudan demokrasi di gampong dibentuk tuha peut atau sebutan lain

  • 48

    48

    yang sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang di gampong yang

    bersangkutan. Berbeda dengan lembaga musyawarah desa yang bersifat umum

    sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

    pemer