skripsirepository.utu.ac.id/400/1/bab i_v.pdf8. teristimewa untuk keluarga yang selalu memberikan...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS PERAN TUHA PEUT SEBAGAI PERANGKATPEMERINTAHAN GAMPONG DI GAMPONG UJONG
TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT
(Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003Tentang Pemerintahan Gampong)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas danMemenuhi syarat-syarat guna memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
Oleh :
ZULFIKARNIM : 08C2-0201034
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS TEUKU UMAR
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAMEULABOH-ACEH BARAT
TAHUN 2014
-
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur sama-sama kita panjatkan kehadiran Allah SWT,
dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, atas segala Qudrah dan
hidayah-Nya telah menunjukan jalan bagi penulis dalam menyusun skripsi,
sebagaimana telah diwajibkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Teuku Umar, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
dalam jurusan Ilmu Administrasi Negara. Adapun judul skripsi yang penulis
bahas adalah tentang “Analisis Peran TuhaPeut Sebagai Perangkat Pemerintahan
Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten
Aceh Barat (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang
Pemerintahan Gampong).
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak untuk itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Rektor Universitas Teuku Umar.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
4. Bapak Sudarman Alwy, S. Ag M. Ag, selaku dosen bimbingan I yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran-saran dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Yunus Bidin, SH, selaku dosen bimbingan II yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran-saran dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
-
ii
6. Bapak/Ibu dosen dan semua staf pengajar di jurusan ilmu Administrasi
Negara.
7. Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda
8. Teristimewa untuk keluarga yang selalu memberikan semagat, dorongan,
dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Rekan-rekan jurusan Ilmu Administrasi Negara yang ikut memberikan
saran, masukan dan semagat selama penulis menyelesaikan skripsi
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
ikut memberikan petunjuk, saran, masukan, dukungan moral dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT
membalas jasa baik bapak dan ibu serta rekan-rekan semua. Amin.
Disadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi materi maupun teknis penulisannya masih
terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaannya.
Akhirya hanya kepada Allah SWT jualah kami berserah diri,
semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan juga manfaat bagi yang
membutuhkan, Amin.
Alue Peunyareng, 23 September 2014
Penulis
ZULFIKAR
-
iii
ABSTRAK
Zulfikar. Analisis Peran Tuha Peut sebagai Perangkat Pemerintahan Gampong diGampong Ujong Tanoh Darat (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003tentang Pemerintahan Gampong). Di bawah bimbingan Sudarma Alwy dan M.Yunus Bidin.
Lembaga Tuha Peut merupakan salah satu lembaga adat dalam masyarakat Acehyang memiliki otoritas dalam menjaga eksistensi hukum adat secara turuntemurun. Lembaga Tuha Peut terdiri dari empat unsur di dalamnya yaitu unsurulama, unsur adat, unsur cerdik pandai, dan unsur tokoh masyarakat. Peranlembaga Tuha Peut antara lain mengangkat dan memberhentikan keuchik, danmenyelesaikan sengketa yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini denganjudul Analisis Peran Tuha Peut sebagai Perangkat Pemerintahan Gampong diGampong Ujong Tanoh Darat” (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003tentang Pemerintahan Gampong). Adapun permasalahan dalam penelitian iniadalah bagaiman peran Tuha Peut sebagai perangkat pemerintahan di GampongUjong Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentangpemerintahan Gampong dan Apa saja yang menjadi penghambat Tuha Peut dalammenjalankan perannya sebagai perangkat pemerintahan gampong di GampongUjong Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentangpemerintahan Gampong. Metode penelitian yang digunakan adalah metodedeskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang diperoleh adalah datasekunder dan data primer. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancaradan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data berupa reduksi data, penyajiandata dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan maka dapat direpresentasikan bahwa pelaksanaan peran Tuha Peutsebagai perangkat Pemerintahan Gampong di Gampong Tanoh Darat, masihkurang efektif sebagaimana yang diamanatkan dalam Qanun Nomor 5 Tahun2003 Tentang pemerintahan Gampong. Hal ini karena anggota Tuha Peut kurangmemahami tugas dan fungsi sebagaimana yang diuraikan di dalam Qanun tersebutserta dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Adapun penghambat TuhaPeut dalam menjalankan perannya masih rendahnya pemahaman mengenai perandan fungsi serta tugas yang harus dijalankan sebagaimana yang diatur dalamQanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang pemerintahan Gampong.
Kata Kunci : Peran, Tuha Peut, Pemerintahan Gampong, Qanun Nomor 5 Tahun2003 tentang Pemerintahan Gampong
-
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................iLEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. iiiABSTRAK .............................................................................................................ivDAFTAR ISI...........................................................................................................vDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viiDAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 11.1.Latar Belakang Masalah ........................................................................ 11.2.Rumusan Masalah .................................................................................. 41.3.Tujuan Penelitian.................................................................................... 41.4.Manfaat Penelitian.................................................................................. 51.5.Sistematika Penulisan............................................................................. 6
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 72.1. Penelitian Terdahulu.............................................................................. 7
2.1.1Penelitian Andri Kurniawan (2010).............................................. 72.1.2 Penelitian Eko Tri Utami (2007).................................................. 7
2.2.Analisis Peran......................................................................................... 82.3.Pengertian Gampong .............................................................................. 92.4 Pemerintah Gampong ........................................................................... 10
2.4.1.Kedudukan Pemerintah Gampongt ............................................ 102.4.2.Perangkat Gampong................................................................... 11
2.5 Bentuk Dan Susunan Pemerintahan Gampong..................................... 122.6 Kewenangan Tuha Peut Dalam Pemerintahan Gampong .................... 142.7 Kedudukandan Peran Tuha Peut dalam Pemeritahan Gampong.......... 17
2.7.1.Kedudukan Tuha Peutdalam Pemerintahan Gampong .............. 172.7.2.Peran Tuha Peut dalam Pemerintahan Gampong....................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 203.1.Metode Penelitian................................................................................. 203.2.Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 20
3.2.1.Sumber Data............................................................................... 203.3.2.Teknik Pengumpulan Data......................................................... 21
3.3.Teknik Pemilihan Informan.................................................................. 223.4.Instrumen Penelitian..............................................................................233.5.Teknik Analisis Data .............................................................................243.6.Pengujian Kredibilitas Data ..................................................................263.7. Lokasi Penelitian ..................................................................................303.8. Jadwal Penelitian ..................................................................................30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................314.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................31
4.1.1. Kondisi Geografis ......................................................................31
-
vi
4.1.2. Kondisi Demografis ...................................................................324.1.3. Mata Pencaharian.......................................................................334.1.4. Aspek SosialBudaya ..................................................................344.1.5. Fasilitas Gampong Ujong Tanoh Darat .....................................34
4.2.Hasil Penelitian ......................................................................................354.2.1. Peran Tuha Peut di Gampong Ujong Tanoh Darat Menurut
Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang PemerintahanGampong .................................................................................. 35
4.2.2.Hambatan Tuha Peut dalam menjalankan perannya sebagaiperangkat pemerintahan gampong di Gampong UjongtanohDarat Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 TentangPemerintahan Gampong ........................................................... 42
4.3. Pembahasan ..........................................................................................474.3.1. Peran Tuha Peut di Gampong UjongTanoh Darat Menurut
Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang PemerintahanGampong .................................................................................. 47
4.3.2. Hambatan Tuha Peut dalam Menjalankan Perannya SebagaiPerangkat Pemerintahan Gampong di Gampong UjongTanohDarat Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 TentangPemerintahan Gampong ........................................................... 50
BAB V Penutup ....................................................................................................575.1. Kesimpulan...........................................................................................575.2. Saran .....................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................59
-
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keputusan (SK) Pembimbing
Lampiran 2 : Pemohonan Penelitian Lapangan
Lampiran 3 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Wawancara
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara
Lampiran 6 : Surat pernyataan pernah diwawancarai sebagai Informan
Lampiran 7 : Foto Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8 : Struktur Perintahan Ganpong Ujong Tanoh Darat
Lampiran 9 : Struktur Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat
Lampiran 10 : Riwayat Hidup Penulis
-
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat berdasarkan dusun
Tabel 4.2 : Tingkat Pendidikan Penduduk GampongUjong Tanoh Darat.
Tabel 4.3 : Mata Pencarian Penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat
Tabel 4.4 : Daftar fasilitas Gampong Ujong Tanoh Darat
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Provinsi Aceh merupakan satuan pemerintah daerah yang diberi status
oleh pemerintah pusat otonomi khusus (lex spesialis), yang selanjutnya diatur
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh.
Tentu kewenangan serta pengelolaan pemerintahanya berbeda jika
dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, hal tersebut jelas
terimplementasi dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
keistimewaan Aceh. Keistimewaan yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan
dan pemberlakuan syariat Islam secara kaffah, kemudian pada aspek
pelaksanaan pendidikan, serta penyelenggaraan adat istiadat.
Tindak lanjut dari ke Istimewaan tersebut tentu dapat terlihat dalam
istilah-istilah serta aplikasi pelaksanaan pemerintahan di Aceh, yaitu tentang
pemerintahan gampong dan mukim yang merupakan jenjang hirarki dalam
struktur pemerintahan secara umum di Aceh. Keberadaan nama lembaga
tersebut sudah ada sejak dulu dan terus dilestarikan, serta dijaga dan dipelihara
keberadaannya. Hal ini tentu sebagai bentuk kearifan lokal di Aceh, dalam
rangka kelangsungan hidup masyarakat berbangsa dan bernegara dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Negara tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat, beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
-
2
2
dengan perkembangan masyarakatdan prinsip negara kesatuan Republik
Indonesia, hal itu dijelaskan dalam konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.
Selanjutnya menurut penjelasan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang
Pemerintahan Gampong, yang dimaksud dengan gampong adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung berada di bawah mukim, yang menempati wilayah tertentu, yang
dipimpin oleh seorang keuchik, berhak menyelenggarakan urusan rumah
tangganya sendiri.
Pada pasal 2 dan 3 Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan
Gampong, bahwa gampong merupakan organisasi pemerintahan terendah yang
berada di bawah mukim dalam struktur organisasi pemerintahan di Provinsi
Aceh. Gampong berfungsi serta diberikan kewenangan untuk
menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, membina
masyarakat dan meningkatkan pelaksanaan syariat Islam, sebagaimana yang
telah diamanahkan dalam ketentuan perundang-undangan, khususnya di Aceh.
Penyelenggaraan pemerintahan gampong tidak terlepas dari peran
lembaga Tuha Peut dalam mengawasi proses pelaksanaan pemerintahan
gampong, yang dilaksanakan oleh keuchik. Segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan pemerintahan harus mendapat persetujuan dari Tuha Peut
gampong.
Tuha Peuet dibentuk untuk menjadi sarana dalam mewujudkan
demokrasi, keterbukaan dan partisipasi masyarakat dalam sistem
penyelenggaraan pemerintahan gampong. Di samping itu, Tuha Peuet juga
berfungsi sebagai pemberi nasehat dan pertimbangan kepada keuchik dalam
-
3
3
bidang hukum adat, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat (M. Nur
Daud, 2003: h. 635).
Sebagai penasehat keuchik, Tuha Peuet dalam menganalisa setiap
persoalan dan masalah yang timbul dalam masyarakat harus memberikan
nasehat, saran dan pertimbangan kepada keuchik baik diminta maupun tidak.
Dengan demikian, maka suatu keputusan dan kebijakan gampong yang belum
diketahui Tuha Peuet belum sempurna dan pelaksanaannya akan kurang
berwibawa, keputusan yang demikian akan hambar dalam pelaksanaannya dan
dalam penerapannya (Juned, 2003: h. 46).
Keberadaan lembaga Tuha Peut di Gampong Ujong Tanoh Darat,
belum memberikan kontribusi secara maksimal, hal ini berdasarkan
pengamatan serta diskusi yang penulis lakukan dengan masyarakat setempat,
bahwa pelaksanaan fungsi dan tugas Tuha Peut belum maksimal dilaksanakan,
tidak sebagaimana yang dijelaskan dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang
pemerintahan gampong serta Peraturan Gubernur Aceh Nomor 25 Tahun 2011
Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintah Gampong.
Menurut pemahaman penulis serta pendapat Informan, belum
maksimalnya peran tuha peut dalam pelaksanaan tugas pemerintahan gampong
karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman menyangkut fungsi dan
tugasnya Tuha Peut baik secara personal maupun secara kelembagaan.
Kemudian ketika memilih dan menyusun struktur Tuha Peut kurang
mempertimbangkan aspek kompetensi, bisa dikatakan pelengkap struktur saja
pada hal pemahaman dan pengetahuan tersebut sangat penting, dalam rangka
mengwujudkan gampong yang maju dan sejahtera (Wawancara Tanggal
-
4
4
tanggal 1 Juli 2013. Tentu menjadi harapan masyarakat untuk masa yang akan
datang, yang menjadi anggota Tuha Peut gampong benar-benar mampu
melaksanakan fungsi dan perannya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa perlu
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Peran Tuha Peut sebagai
perangkat Pemerintahan Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat” (Menurut
Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat penulis rumuskan
beberapa masalah dalam pembahasan skripsi ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Tuha Peut sebagai perangkat pemerintahan di
Gampong Ujong Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun
2003 Tentang pemerintahan Gampong?
2. Apa saja yang menjadi hambatan Tuha Peut dalam menjalankan
perannya sebagai perangkat pemerintahan gampong di Gampong Ujong
Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang
pemerintahan Gampong?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan dan penelitian skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peran Tuha Peut sebagai perangkat pemerintahan di
Gampong Ujong Tanoh Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun
2003 Tentang pemerintahan Gampong.
-
5
5
2. Untuk mengetahui hambatan Tuha Peut dalam menjalankan perannya
sebagai perangkat pemerintahan gampong di Gampong Ujong Tanoh
Darat menurut tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang
pemerintahan Gampong.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik
secara personal maupun secara umum . Adapun manfaatnya adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Yaitu untuk menambah khasanah berpikir serta pengetahuan umum
yang sifatnya ilmiah dalam studi ilmu Adminitrasi Negara sebagai ilmu sosial
dan dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang sama
dengan penelitian penulis.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. Dapat dijadikan sebagai sebuah refrensi atau landasan terhadap
pemecahan masalah terutama menyangkut fungsi dan tugas Tuha Peut
gampong.
b. Secara subjektif diharapkan penelitian ini sebagai suatu tahapan untuk
melatih diri dalam mengembangkan paradigma berpikir secara ilmiah
yang berguna bagi orang lain.
-
6
6
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini,
maka sistematika skripsi ini ditulis dengan struktur berikut ini:
Bab I: Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan Pustaka
Bab ini memuat tentang teori-teori yang mendukung penelitian
Bab III: Metodologi Penelitian
Pada bab ini berisi tentang metodologi penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan
pengujian kredibilitas data.
Bab IV: Hasil dan Pembahasan
Memuat tentang uraian laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.Yakni deskripsi dari interprestasi data-data yang diperoleh.
Bab V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1.1 Penelitian Andri Kurniawan (2010)
Penelitian dengan judul Tugas dan Fungsi Keuchik, Tuha Peut Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong Lampisang Kecamatan Peukan Bada
Kabupaten Aceh Besar Berdasarkan Qanun Nomor 8 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Gampong. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh Tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian Andri Kurniawan bahwa
tugas dan fungsi keuchik tuha peut dalam menyelenggaraan pemerintahan
gampong Lampisang Kecamatan Peukan Bada, belum sepenuhnya berjalan
dengan efektif, karena disebabkan oleh faktor tidak berjalannya hubungan
fungsional antara lembaga gampong dalam menjalankan roda pemerintahan dan
pembangunan gampong. Adapun persamaan penelitian yang dilakukan penulis
adalah sama-sama membahas tentang tugas tuha peut dalam penyelenggaran
pemerintahan gampong. Adapun perbedaan penelitian ini adalah peneliti hanya
berfokus pada peran tuha peut dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong
dan tidak ada kaitannya dengan peran keuchik.
2.1.3 Penelitian Eko Tri Utami (2007)
Penelitian dengan judul Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Deskriptif tentang proyek Desa melalui
APBD di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan). Skripsi Mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara. Medan tahun 2007.
-
8
8
Berdasarkan hasil penelitian bahwa peranan badan Permusyawatan desa
dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali sangat besar. Merekalah
yang menyerap aspirasi masyarakat tentang hal-hal apa yang lebih dipentingkan
oleh masyarakat di dalam pembangunan desa. Bahkan boleh dibilang merekalah
yang menjadi pelaksana tunggal penyerapan aspiran di desa.
Adapun permasamaan yang dimiliki dengan penelitian penulis adalah
sama-sama meneliti tentang peran Tuha Peut atau Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Sedangkan penelitian perbedaan penelitian ini ialah peneliti hanya
berfokus pada peran tuha peut dalam sebagai perangkat Gampong Menurut
Tinjauan Qanun nomor 5 Tahun 2013 Tentang Pemerintahan Gampong.
2.2 Analisis Peran
Peran/Role merupakan segi dinamis dari status. Di dalam hidup
bermasyarakat, individu menerima suatu status dan mendudukinya di dalam
hubungan dengan status-status lainya. Apabila ia melaksanakan hak-hak dan
kewajiban yang melekat pada status itu atau mewujudkannya, maka berarti ia
melakukan sebuah peran.
Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan oleh seseorang,
pengharapan semacam itu merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan
terjadinya suatu peranan. Pada tingkat organisasi berlaku bahwa semakin kita
dapat memahami tepatnya keselarasan atau integrasi antara tujuan dan misi
organisasi.
Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki
oleh yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007, h. 845) “Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilksanakan”.
-
9
9
Sedangkan peranan menurut Poerwadarminta (2005: h. 751) adalah “tindakan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”.
Menurut Soerjono Soekanto ( 2006: h. 243 ) “Peranan merupakan aspek
dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan’.
Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan
orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan
perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang
berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan
pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
2.3 Pengertian Gampong
Menurut Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong
menjelaskan, yang dimaksud dengan gampong adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah dan langsung berada
di bawah Mukim, atau nama lain yang memiliki wilayah tertentu, yang dipimpin
oleh seorang Keuchik dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya
sendiri.
Kemudian pada defenisi lain disebutkan gampong adalah kesatuan
masyarakat hukum yang berda dibawah Mukim dan di pimpin oleh seorang
keuchik atau nama lain yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga
sendiri. (Peraturan Gubernur Aceh Nomor 25 Tahun 2011, tentang pedoman
Umum Penyelenggaraan Pemerintah Gampong).
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, desa atau gampong adalah kesatuan masyarakat hukum
-
10
10
yang memiliki batas-batas setempat, bedasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat, yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional, dan
berada di kabupaten dan kota, sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Memang agak sulit sedikit menentukan defenisi tunggal mengenai
perdesaan atau gampong, apalagi konteks kekinian menunjukan perbedaan kota
dan desa tidak lagi setajam masa awal serta pra modernisasi, dari sisi ekonomi
misalnya tidak sedikit warga desa atau gampong yang tak lagi bertumpu pada
sektor pertanian begitu juga dalam sisi interkasi sosial.
Selanjutnya pada pengertian lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
desa atau gampong adalah tempat yang berpenghuni kurang dari dua ribu lima
ratus orang, begitupun sebaliknya. Untuk keperluan analisis psikologi sosial, desa
merupakan tempat yang memiliki tempat keakraban yang tinggi serta informalitas
menandai hubungan antar anggotanya.
2.4 Pemerintah Gampong
2.4.1 Kedudukan Pemerintah Gampong
Pemerintah gampong berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan gampong, bersama-sama dengan tuha peut gampong,
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan gampong.
Pemerintah gampong terdiri atas keuchik dan badan permusyawaratan gampong
yang disebut tuha peut, atau nama lain. Dalam melaksanakan tugasnya kechik
dibantu perangkat gampong yang terdiri atas sekretaris gampong dan perangkat
gampong lainnya (Peraturan Gubernur Aceh 25 Tahun 2011).
-
11
11
Selanjutnya di Pasal 11 Qanun Nomor 5 tahun 2003 dijelaskan pula bahwa
keuchik adalah kepala badan eksekutif gampong dalam penyelenggaraan
pemerintahan gampong, dengan sistem pemerintahan gampong, sistem demokrasi
dari bawah (bottom-up) benar-benar dapat dilaksanakan. Dalam pemerintahan
gampong, bidang eksekutif gampong dilaksanakan oleh keuchik dan Teungku
Imuem Meunasah dengan urusan yang berbeda. Di gampong, pimpinan
keagamaan adalah Teungku Imuem Meunasah (Sulaiman Tripa, 2003).
2.4.2 Perangkat Gampong
Perangkat desa atau gampong, terdiri dari sekretaris dan perangkat lainnya.
Sekretaris desa atau gampong di isi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi
persyaratan. Sementara itu, sekretaris desa yang sudah ada sebelum berlaku
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Gampong, di isi
oleh bukan dari pegawai negeri sipil, namun secara bertahap akan diangkat
menjadi pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Abdullah, 2005: h. 13)
Dalam Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pemerintah Gampong, perangkat gampong
berkedudukan sebagai unsur pembantu dan bertangung jawab kepada keuchik.
Dalam melaksanakan tugasnya keuchik dibantu oleh perangkat gampong yang
terdiri dari sekretariat gampong, pelaksana teknis dilapangan dan unsur
kewilayahan. Pearangkat gampong terdiri dari :
1. Sekretaris gampong berkeudukan sebagai unsur staf, memimpin sekretariat
gampong untuk membantu keuchik dalam rangka menjalankan
pemerintahan gampong.
-
12
12
2. Unsur staf sekretariat gampong, penataan unsur staf sekretariat gampong
harus mencerminkan katagori fungsi staf dalam mengelola adminitrasi
pemerintahan gampong, sehinga nomen klatur yang dapat digunakan
adalah “kepala urusan”, namun dapat pula menggunakan nomen klatur lain
sesuai sistem nilai adat istiadat.
2.5 Bentuk dan Susunan Pemerintahan Gampong
Dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong, pada
Bab IV, tentang bentuk dan susunan pemerintahan gampong, pasal 9 dijelaskan
bahwa, di gampong dibentuk pemerintahan gampong dan Tuha Peut gampong
yang secara bersama-sama menyelenggarakan pemerintahan gampong. Kemudian
selanjutnya pada pasal 10 dijelaskan lagi pemerintahan gampong terdiri dari
Imuem Meunasah beserta perangkat gampong lainnya.
Kemudian pada pasal 11 Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang
pemerintahan gampong dijelaskan pula bahwa Keuchik adalah Kepala Badan
Eksekutif Gampong dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong. Dengan
sistem pemerintahan gampong yaitu sistem demokrasi dari bawah (bottom-up)
benar-benar dapat dilaksanakan. Dalam pelaksanaan pemerintahan gampong,
bidang eksekutif gampong dilaksanakan oleh Keuchik dan Teungku Imuem
Meunasah dengan urusan yang berbeda pula. Sedangkan yang melaksanakan
aspek keagamaan adalah Teungku Imuem Meunasah (Sulaiman Tripa, 2003: h.
60).
Kemudian posisi Imuem Meunasah setara atau setingkat dengan Keuchik
walau pun masing-masing memiliki urusan yang berbeda, begitu juga dengan
bidang legislatif, dalam gampong secara tegas dibatasi bahwa unsur legislatif
adalah di luar badan eksekutif.
-
13
13
Kemudian konsep pemerintahan gampong, struktur kepemimpinannya
terdiri dari atas keuchik, tuha peut dan teungku Imum atau teungku sagoe, dalam
perkembangan dinamika kehidupan masyarakat dan tata pemerintahan, akibat
modernisasi dan globalisasi, maka pada masing-masing unit tersebut dibentuk
Sekretaris gampong yang kemudian lebih disempurnakan menjalankan berbagai
urusan pemerintahan.
Salah satu perangkat kelembagaan struktur gampong adalah tuha peut,
tuha peut sebagai sub perangkat kelembagaan gampong, memiliki makna, fungsi,
peran dan kewenangan tersendiri untuk memperkuat fungsi dan tugas kewenangan
keuchik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi selaku pemimpin gampong.
Keuchik adalah pemimpin atau “ku/ bapak” gampong, sedangkan teungku
diibaratkan sebagai “ma/Ibu” atau kaitan adat dan agama (Ismail, 2009: h. 67).
Keuchik sebagai pemimpin gampong dari aspek kultur keacehan pada
dirinya melengkat fungsi “mono trias functions “artinya tiga fungsi kekuasaan
dalam ketunggalan, yaitu fungsi eksekutif, legislatif dan yudukatif, dengan tugas
pokok” keureuja hudeip, keureuja mate”. Keuchik dalam menjalankan tugas
pokoknya dibantu dan didukung oleh teungku dan ureung tuha/ tuha peut. ureung
tuha adalah kaum yang berpengalaman bijaksana dan sopan santun,
berpengetahuan adat dalam satu gampong (boleh tua atau muda). Jumalah anggota
dewan orang tua tidak tentu dan diangkat atas kesepakatan bersama(tidak dipilih
dan boleh secara diam-diam). Demikian dari aspek budaya adat tentang struktur
gampong (Ismail, 2009: h. 56).
Kemudian pada Pasal 1 Ayat 7 Qanun Nomor 5 tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa tuha peuet gampong atau nama lain adalah badan perwakilan
-
14
14
gampong yang terdiri dari unsur ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat dan
cerdik pandai yang ada di gampong. Jadi, tuha peut gampong biasanya dipilih dari
berbagai unsur. Unsur pemerintahan diambil biasanya orang yang sudah menjabat
sebagai keuchik atau orang yang sudah pernah terlibat dalam pemerintahan
gampong. Demikian halnya dengan pertanggungjawaban. Dalam kepemimpinan
Keuchik, pertanggungjawaban dilakukan kepada masyarakat. Dalam kenyataan,
biasanya hal itu dilaksanakan melalui tuha peut. (www.acehtraffic.com/2011/).
2.6 Kewenangan Tuha Peut Dalam Pemerintahan Gampong
Tuha peut adalah lembaga adat yang berwenang sebagai lembaga legislatif
gampong yang membuat aturan hukum di gampong. Tuha peut mempunyai fungsi
dan kewenangan yang berbeda dengan keuchik namun saling berhubungan satu
sama lainnya. Selain itu, tuha peuet dan keuchik juga menjadi hakim perdamaian
antara penduduk gampong, dan apabila ada perselisihan antar warga gampong
kedua lembaga ini harus bermusyawarah bersama sehingga persoalan yang ada
bisa terselesaikan dan tercipta keharmonisan dalam hidup di gampong.
Dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 pada Bab I pasal 1 dijelaskan, yang
dimaksud dengan tuha peut adalah badan perwakilan gampong yang terdiri dari
unsur ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat dan cerdik pandai yang ada di
gampong.
Terkait fungsi sebagai badan perwakilan gampong, tuha peut dibentuk
untuk menjadi wahana dalam mewujudkan demokrasi, keterbukaan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. Dalam Pasal 31 Qanun Nomor 5 Tahun 2003
tentang pemerintahan gampong, bahwa tuha peut terdiri dari beberapa unsur,
yaitu:
-
15
15
a. Unsur ulama gampong
b. Tokoh masyarakat termasuk pemuda dan perempuan
c. Pemuka adat
d. Cerdik pandai/ cendikiawan.
Tuha peut sebagai lembaga adat sekaligus lembaga pemerintahan gampong
memiliki peran-peran penting dalam mewujudkan cita-cita pembangunan
gampong. Tuha peut berfungsi sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 35
Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong yaitu sebagai
berikut:
a. Meningkatkan upaya-upaya pelaksanaan Syari'at Islam dan adat dalam
masyarakat.
b. Memelihara kelestarian adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan budaya
setempat yang memiliki asas manfaat.
c. Melaksanakan fungsi legislasi, yaitu membahas/merumuskan dan
memberikan persetujuan terhadap penetapan Keuchik.
d. Melaksanakan fungsi anggaran, yaitu membahas/merumuskan dan
memberikan persetujuan terhadap rancangan anggaran pendapatan dan
belanja gampong sebelum ditetapkan menjadi anggaran pendapatan dan
belanja gampong.
e. Meaksanakan fungsi pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap
pelaksanaan reusam gampong, pelaksanaan keputusan dan kebijakan
lainnya dari keuchik.
f. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah
gampong.
-
16
16
Di samping itu, tuha peut juga mempunyai wewenang dalam
penyelenggaraan pemerintahan gampong, adapun wewenang tuha peut tersebut
yaitu:
1) Meningkatkan proses pemilihan keuchik melalui pembentukan panitia
pemilihan.
2) Mengusungkan pengangkatan atas keuchik terpilih dalam Pilciksung
kepada Bupati / Walikota melalui Camat.
3) Mengusulkan pemberhentian keuchik karena habis masa jabatan dan hal-
hal lain yang melanggar ketentuan, hingga seorang Keuchik tidak dapat
memenuhi persyaratan sebagai keuchik kepada Bupati / Walikota melalui
camat.
4) Mengusulkan pejabat keuchik sementara dan mengusulkan pengesahan
kepada Bupati / Walikota melalui Camat.
5) Bersama dengan keuchik menetapkan peraturan gampong.
6) Bersama dengan keuchik menetapkan anggaran pendapatan dan belanja
gampong (APBG) dalam peraturan gampong.
7) Memberikan persetujuan kerja sama dengan gampong lain dan atau
dengan pihak ketiga.
8) Memberikan saran dan pertimbangan kepada keuchik terhadap
penyelesaian masalah-masalah dan kebijakan-kebijakan gampong.
9) Mengawasi kinerja pelaksanaan Pemerintahan Gampong.
10) Memberikan persetujuan terhadap pembentukan, penggabungan dan
penghapusan gampong (Djuned, 2003: h. 15).
-
17
17
Kedudukan tuha peut di gampong melakukan tugas-tugas pembinaan
masyarakat menggunakan sarana-sarana dan perangkat pendukung seperti mesjid
dan meunasah tempat menyelesaikan masalah. Lembaga mesjid dan Meunasah di
gampong di Aceh dulunya berfungsi sebagai tempat musyawarah dalam
menyelesaikan berbagai sengketa/tempat untuk mengambil keputusan “Cok
Peunutoh” dan tempat pelaksanaan eksekusi terhadap keputusan damai.
2.7 Kedudukan dan Peran Tuha Peut dalam Pemerintahan Gampong
2.7.1 Kedudukan Tuha Peut dalam Pemerintahan Gampong.
Kedudukan tuha peut dalam pemerintahan gampong adalah sejajar dengan
keuchik dan menjadi mitra kerja dari pemerintahan gampong. Hal ini ditegaskan
dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh dan
peraturan Gubernur Aceh Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pedoman
penyelenggaraan pemerintahan gampong, dijelaskan bahwa pemerintah gampong
adalah pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintah gampong dan badan
perwakilan gampong.
Dalam pengertian tuha peut merupakan salah satu unsur pemerintahan
gampong yang melaksanakan kegiatan pemerintah bersama-sama dengan unsur
pemerintan gampong. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur pemerintahan
gampong adalah geuchik dan perangkat gampong (sekretaris, kepala urusan,
pelaksana teknis, dan kepala dusun).
Di samping itu, kesetaraan tuha peut dengan unsur pemerintahan gompong
secara tegas tampak pada proses pembuatan reusam gampong. Prinsip ini telah
disebutkan dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan
Aceh dan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong bahwa
-
18
18
peraturan-peraturan gampong (reusam) adalah semua ketentuan yang bersifat
mengatur yang telah ditetapkan oleh keuchik setelah mendapat persetujuan dari
tuha peut.
Dengan kedudukannya yang sejajar dapat dipahami bahwa usulan
rancangan reusam gampong dilakukan oleh keuchik/inisiatif tuha peut dengan
ketentuan kedua belah pihak terlebih dahulu mengadakan musyawarah guna
memperoleh persetujuan dari masing-masing pihak dalam penerapan reusam
gampong tersebut.
Kedudukan tuha peut yang sejajar dengan pemerintahan gampong sebagai
konsekwensinya adalah tertutup kemungkinan adanya tumpang tindih antara
unsur tuha peut dan unsur pemerintahan gampong. Mengingat kedua unsur ini
sama-sama mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mengatur sistem
kehidupan masyarakat gampong. Bahkan tuha peut atau unsur tuha peut dilarang
rangkap jabatan menjadi aparat pemerintahan gampong.
2.7.2 Peran Tuha Peut Dalam Pemerintahan Gampong
Lembaga tuha peut merupakan salah satu lembaga adat dalam masyarakat
Aceh yang memiliki otoritas dalam menjaga eksistensi hukum adat secara turun
temurun. Lembaga ini terdiri dari empat unsur di dalamnya yaitu unsur ulama,
unsur adat, unsur cerdik pandai, dan unsur tokoh masyarakat. Otoritas lembaga
tuha peut antara lain mengangkat dan memberhentikan geuchik, dan
menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam masyarakat. Disfungsionalisasi
lembaga tuha peut akan mudah terjadi sengketa/konflik secara berkesinambungan
dalam masyarakat, seperti terjadi sengketa tapal batas lahan pertanian, sengketa
batas desa/gampong, masalah pembagian air sawah, etika masuk sebuah gampong
-
19
19
dan lain sebagainya. Kemudian tidak sedikit juga terlihat sengketa masyarakat
seperti sengketa antarwarga, sengketa keluarga, dan sengketa tanah. Namun
demikian sengketa-sengketa itu selama ini telah diselesaikan melalui kebijakan
para ”ureung tuha gampong” secara adat gampong. Penyelesaian sengketa
dilakukan melalui beberapa pendekatan di antaranya; nasehat, pemumat jaroe,
pesijuek, dan doa.
Selama ini kita melihat lembaga adat gampong dalam masyarakat Aceh
tidak difungsikan dengan baik, padahal lembaga ini memiliki pengaruh yang besar
bagi kemaslahatan masyarakat. Indikator ini tidak terlepas dari beberapa hal
berikut, salah satu faktor yang paling dominan adalah dampak dari Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2006 Tentang Pemerintahan Gampong. Oleh sebab itu
revitalisasi kerjasama serta koordinasi yang intens dan kontinyu antara pemerintah
dan lembaga adat tuha peut merupakan sebuah kemutlakan yang harus dijalin.
Peran dan fungsi lembaga ini perlu dikembangkan dan diberikan apresiasi dengan
memberikan dukungan moril dan material oleh pemerintah.
Ketika melihat lembaga adat gampong di Aceh berfungsi dengan baik
maka masyarakat akan hidup damai penuh dengan keakraban antara mereka
sebagaimana diamanatkan dalam UUPA dan MoU Helsinki beberapa tahun yang
yang lalu. Kedamaian dan kesajahteraan masyarakat merupakan dambaan
masyarakat Aceh dan pemerintah Aceh.
-
20
20
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam
Moleong, 2002: h. 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bertujuan
untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data sedalam-dalamnya. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe
deskripsi kualitatif, dimana peneliti mendeskripsikan wawancara mendalam dan
penyebaran angket terhadap subjek penelitian.
Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu
menggambarkan peran Tuha Peut sebagai perangkat Pemerintahan Gampong di
Gampong Ujong Tanoh Darat (Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003
tentang Pemerintahan Gampong).
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Adapun Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Merupakan sumber data adalah sumber-sumber dasar yang merupakan
bukti saksi utama dari kejadian yang lalu, contohnya ialah catatan resmi yang
dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu keterangan oleh saksi mata,
-
21
keputusan-keputusan rapat, foto-foto, dan sebagainya (Moh. Nazir, 2005: h. 51).
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian langsung di
lapangan yang bersumber pada penelitian wawancara dan observasi. Data primer
dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dengan Keuchik
Gampong, Masyarakat, dan beberapa orang aparatur gampong.
2. Data Sekunder
Menurut Hasan (2002: h. 82) data sekunder adalah data yang diperoleh
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. data
sekunder merupakan data yang didapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran,
internet yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh penulis. Untuk
melengkapi data penelitian, maka data sekunder juga diperoleh dari dokumen
RPJMG gampong, seperti data jumlah penduduk, luas wilayah, dan fasilitas
ekonomi dan sosial.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan suatu objek,
secara sistematik yang diselediki. Observasi dapat dilakukan sesuai atau
berulangkali (Sukandarrumidi, 2008: h. 35). Dalam obervasi melibatkan dua
komponen, yaitu pelaku observasi (disebut sebagai observer), dan objek yang
diobservasi (disebut sebagai observee).
2. Wawancara
Menurut Soehartono (2008: h. 67) wawancara adalah pengumpulan data
dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewancara (pengumpulan
-
22
data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam
dengan alat perekam (tape recorder). Teknik wawancara dapat digunakan pada
responden yang btu huruf atau tidak terbiasa membaca dan menulis, termasuk
anak-anak. Wawancara dapat dilakukan dengan telepon.
3. Dokumentasi
Menurut Soehartono (2008: h. 70) studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.
Dokumen yang diteleti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen
resmi. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika dokumen ini
ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa, dan dokumen
sekunder, jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis
oleh orang ini.
Dokumen dapat berupa buku harian, surat probadi, laporan, notulen rapat,
catatan kasus (case record) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Akan
tetapi, perlu diingat bahwa dokumen-dokumen ini ditulis tidak untuk tujuan
penelitian sehingga penggunaannya memerlukan kecermatan penelitian. Adapun
dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumen tertulis seperti buku RPJMG
dan dokumen foto-foto kegiatan penelitian.
3.3 Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap
mempunyai informasi (Key-informam) yang dibutuhkan di wilayah penelitian.
Cara yang digunakan untuk menentukan informasi kunci tersebut maka penulis
menggunakan “purposive sampling” atau sampling bertujuan, yaitu teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
-
23
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009: h.
128).
Untuk pengecekan tentang kebenaran hasil wawancara yang didapat dari
informan, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Keuchik,
Kaur Pemerintahan, Sekdes, Tuha peut Kadus dan Masyarakat. Penentuan
informan berdasarkan maksud dan tujuan penulis, tujuan yang diambil mereka
sebagai informan, karena mereka dapat memberikan informasi yang jelas serta
mengetahui bagaimana kondisi lapangan.
3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Suyanto & Sutinah (2006: h. 59) mengemukakan bahwa
Instrumen penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari
responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei.
Instrument penelitian ilmu sosial umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman
pertanyaan (interview guide). Semua jenis instrumen penelitian ini berisi
rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu permasalahan yang menjadi
tema pokok penelitian
Adapun instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas
penelitian baik atau sebaliknya. Adapun penelitian ini menggunakan instrumen
penelitian dengan cara peneliti terlebih dahulu mencari permasalahan awal,
selanjutnya peneliti mengembangkan penelitian dengan menerapkan instrumen
sederhana yaitu dengan melakukan perbandingan data melalui observasi dan
wawancara.
-
24
3.5 Teknik Analisa Data
Di dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa
secara kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk kata-
kata lisan maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian. Serta hasil-hasil penelitian
baik dari hasil studi lapangan maupun studi literatur untuk kemudian
memperjelas gambaran hasil penelitian yang berkenaan dengan peran tuha peut
sebagai perangkat pemerintahan gampong.
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2002: h. 103). Analisis data
menggunakan metode deskriptif kualitatif, di mana pembahasan penelitian serta
hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif,
maka analisis data yang digunakan non statistik.
Menurut (Miles, 2007: h. 15-19) Analisis data dalam penelitian kualitatif
berlangsung secara interaktif, di mana pada setiap tahapan kegiatan tidak
berjalan sendiri-sendiri. Meskipun tahap penelitian dilakukan sesuai dengan
kegiatan yang direncanakan, akan tetapi kegiatan ini tetap harus dilakukan secara
berulang antara kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta
verifikasi atau penarikan suatu kesimpulan. Untuk menganalisis data dalam
penelitian ini, digunakan langkah langkah atau alur yang terjadi bersamaan yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
alur verifikasi data
-
25
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan
yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007: h. 17). Reduksi data ini
bertujuan untuk menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data agar diperoleh kesimpulan yang dapat
ditarik atau verifikasi. Dalam penelitian ini, proses reduksi data dilakukan
dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
kemudian dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
2. Penyajian Data
Menurut Miles dan Huberman (2007: h. 18) penyajian data adalah
pengumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam hal ini, data yang telah
dikategorikan tersebut kemudian diorganisasikan sebagai bahan penyajian data.
Data tersebut disajikan secara deskriptif yang didasarkan pada aspek yang teliti.
3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna -
makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya,
kekokohannya dan kecocokannya (Miles dan Huberman, 2007: h. 19). Penarikan
kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan
dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada
pokok permasalahan yang diteliti.
Menurut Miles dan Huberman (2007: h. 36) ada tiga komponen analisis
yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Aktivitas ketiga
-
26
komponen dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai suatu proses siklus. Peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen
analisis tersebut sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan
memanfaatkan waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini.
Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan dalam
skema sebagai berikut:
Gambar 3.1 Gambar analisis data kualitatif (Miles dan Huberman, 2007: h. 36)
3.6 Pengujian Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan
member check. Pengujian kredibilitas data digunakan untuk mendapatkan data
yang lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugiyono, 2011: h. 270).
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekukan dalam penelitian, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan memberchcek
(Sugiyono, 2011, h. 270).
Agar lebih jelas pengujian kredibilitas data maka dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikankesimpulan/verifikkasi
-
27
PerpanjanganPengamatan
PeningkatanKetukunan
Triangulasi
Diskusi dengan TemanSejawat
Analisis Kasus Negatif
PerpanjanganPengamatan
Uji Kredibilitas Data
Gambar : 3. 2 Uji Kredibilitas Data dalam penelitian Kualitatif
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang
memadai. Menurut Moleong (2002: h. 327) perpanjangan pengamatan berarti
peneliti tinggal di lapangan tempat melakukan penelitian sampai kejenuhan
pengumpulan data tercapai. Dalam pengumpulan data, pengamatan yang
dilakukan tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat melainkan
memerlukan perpanjangan pengamatan dengan keikutsertaan pada latar belakang
penelitian. Perpanjangan pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan cara
sering melakukan hubungan interaksi dengan masyarakat dan aparat gampong
serta sering melakukan pengamatan di lapangan.
-
28
2. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan
dilakukan dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang
terkait dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data
apakah benar dan bisa dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Analisa Triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk mengatasi
masalah akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu macam data atau
satu metode penelitian saja. (Sugiyono, 2011: h. 225). Triangulasi dapat diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Menurut
Sugiyono (2011: h. 273) terdapat minimal tiga macam triangulasi, yaitu:
a. Triangulasi sumber data
Pada triangulasi sumber data, data dicek kredibilitasnya dari berbagai
sumber data yang berbeda dengan teknik yang sama misalnya, mengecek sumber
data antara bawahan, atasan dan teman. Analisis triangulasi sumber data
ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 3.3. Triangulasi Sumber Data
TemanPemimpin
Masyarakat
-
29
b. Triangulasi teknik pengumpulan data
Pada triangulasi teknik pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya
dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan sumber data yang
sama. Truangulasi Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada gambar di bawah
ini :
Gambar 3.4. Triangulasi Teknik Pengumpulan data
c. Triangulasi waktu pengumpulan data
Pada triangulasi waktu pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya
dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan teknik yang
sama. Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi
lebih konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data (Sugiyono,
2011: h. 241). Triangulasi waktu pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Gambar 3.5. Triangulasi Waktu Pengumpulan Data
4. Pemeriksaan Teman Sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
ObservasiWawancara
Dokumen
SoreSiang
Pagi
-
30
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang
berguna untuk proses penelitian.
5. Analisis Kasus Negatif
Menurut Sugiyono (2011: h. 275) melakukan analis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan.
6. Member Check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara
mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan
data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.
3.7 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian skripsi ini dilakukan di Gampong Ujong Tanoh
Darat kecamantan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
3.8 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dimulai dari tanggal 12 Februari 2014 sampai dengan
15 Juli 2014.
Tabel Jadwal Penelitian
WaktuKegiatan
Feb2014
Mar2014
Apr2014
Mei2014
Juni2014
Juli2014
Tahap Pesiapan :1. Penjajakan ke lokasi2. Usulan Penelitian
3. 3. Penyusunan pedomanWawancara.
Tahap pengumpulan data
Tahap pengeloahan data
Tahap penulisan ataupenyusunanSidang
-
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis
Gampong Ujong Tanoh Darat memiliki wilayah yang strategis untuk areal
pertanian, perkebunan dan perikanan. Gampong Ujong Tanoh Darat berada di
Kecamatan Meureubo dan berada dalam wilayah kabupaten Aceh Barat. Pusat ibu
kota kecamatan terletak di Meureubo, dengan luas wilayah ± 17,8 Km² yang
terbagi dalam 3 Jurong atau dusun, dengan jumlah penduduk 1,111 jiwa dari 241
Kepala Keluarga (KK), yang tersebar ke dalam 3 jurong tersebut. Gampong Ujong
Tanoh Darat memiliki jarak ke ibu kota kabupaten + 6 Km dan ke ibu kota
kecamatan + 4 km dengan melewati dua jalur alternatif yaitu melewati kampus
Universitas Teuku Umar dan juga bisa dilewati melalui simpang Meureubo.
Kedua jalur tersebut bisa dilewati dengan mengunakan kendaraan roda
empat dan roda dua. Secara Topografi Gampong Ujong Tanoh Darat dikelilingi
oleh perkebunan dan persawahan rakyat. Jika dilihat dari letak topografi Gampong
Ujong Tanoh Darat ini dominannya lebih banyak daerah lembah dan rawa.
Adapun secara administratif, wilayah Gampong Ujong Tanoh Darat
berbatasan sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Pasie Aceh Baroeh.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Buloh.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Ranub Dong.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Mesjid Tuha..
-
32
32
4.1.2 Kondisi Demografis
Untuk mengetahui jumlah penduduk bedasarkan alternatif jawaban dan
dusun, bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel: 4.1 Jumlah Penduduk Gampong Ujong Tanoh Daratberdasarkan dusun
No Dusun Jumlah(KK)
Jenis kelaminJumlah jiwaLaki-
lakiperempuan
1 Suka Damai 80 224 170 3942 Ingin Jaya 61 102 134 2363 Makmu Beusaree 100 275 206 481
Total 241 601 510 1111Sumber: Profil Gampong Ujong Tanoh Darat tahun 2013
Sedangkan komposisi penduduk menurut pendidikan, dapat diketahui
jumlah penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat dari tingkat dasar (SD), sampai
jenjang Perguruan Tinggi (PT). Tingkat Pendidikan penduduk dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel: 4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat.
No Tingkat Pendidikan Jumlah1 Perguruan Tinggi 10 Orang2 SMA 35 Orang3 SMP 45 Orang4 SD 98 Orang5 Belum Sekolah 20 Orang6 Putus Sekolah dan Tidak pernah sekolah 138 Orang7 Buta Huruf 68 Orang
Sumber: Profil Gampong Ujong Tanoh Darat tahun 2013
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 98 orang pada tingkat Sekolah
Dasar (SD), 45 orang pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), 35 orang
pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), 10 orang pada tingkat Perguruan
-
33
33
Tinggi (PT) dan 20 Orang Belum Sekolah dan 138 putus sekolah dan tidak pernah
sekolah 68 orang lainnya masih buta huruf.
4.1.3 Mata Pencaharian
Sedangkan kehidupan masyarakat Gampong Ujong Tanoh Darat, bermata
pencarian yang mayoritasnya sebagai petani, peternak dan dagang. Hanya
sebagian kecil yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan profesi lainnya,
untuk jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel : 4.3 Mata Pencarian Penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat
No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase (%)
1 Petani dan Pekebunan 273 24,62 Peternak 93 8,43 Pedagang 78 7,04 Nelayan 30 2,75 Pegawai Negeri Sipil 11 1,06 TNI / Polri 5 0,57 Wiraswasta 90 8,18 Usaha Industri Rumah Tangga 11 1,0
9 Belum bekerja 520 46,8Sub Total 1111 100
Sumber: Profil Gampong Ujong Tanoh Darat tahun 2013
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Gampong
Ujong Tanoh Darat bermata pencarian sebagai petani yaitu sebanyak 273 jiwa
(24,6%) dari jumlah keseluruhan penduduk Gampong Ujong Tanoh Darat.
Sedangkan peternak hanya 93 jiwa (8,4%), wiraswasta 90 jiwa (8,1%) dan
pedagang 78 jiwa (7,0%) serta 520 jiwa (46,8%) belum bekerja sedangkan
selebihnya adalah PNS, TNI/POLRI dan pekerja lepas atau yang tidak tetap.
Gampong Ujong Tanoh Darat mempuyai sektor pertanian yang luas dan
memadai terutama di sektor karet dan sawit sehingga pertumbuhan ekonomi
Gampong Ujong Tanoh Darat bejalan dengan baik dan optimal.
-
34
34
4.1.4 Aspek Sosial budaya
Kondisi Sosial budaya masyarakat Gampong Ujung Tanoh Darat
merupakan sistem sosial budaya kebersamaan yang bernuansa Islami. Hal ini
terlihat dengan masih tergalaknya kegiatan Sosial seperti gotong royong,
organisasi kepemudaan, olah raga, kelompok wirit yasin, majelis ta’lim,
kelompok PKK dan masyarakat Gampong Ujung Tanoh Darat masih menjaga
serta melestarikan budaya leluhur seperti, Dalail khairat, meudike, debus, tarian
meusekat, rapa’i saman dan ritual tolak bala.
4.1.5. Fasilitas Gampong Ujung Tanoh Darat
Adapun fasilitas yang ada di Gampong Ujung Tanoh Darat dapat di lihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel: 4.4. Daftar fasilitas Gampong Ujong Tanoh Darat
No Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Penggunaan1. Fasilitas Agama
- Mesid Baitul Amillim- Meunasah- Balai Pengajian
1 Masih Aktif1 Masih Aktif1 Masih Aktif
2. Fasilitas Pemerintahan- Kantor Desa 1 Tidak Aktif
3. Fasilitas Olah Raga- Lapangan Bola Kaki- Lapangan Bola Volly
1 Masih Aktif3 Masih Aktif
4. Fasilitas Pendidikan- Tk Ar-Rahman- Gedung MIN- SLTP
1 Masih Aktif1 Masih Aktif1 Masih Aktif
5. Fasilitas lainnya- Posyandu- Rumah Pekan- Balai Pertemuan- Saluran Air
1 Masih Aktif1 Masih Aktif1 Masih Aktif1 Masih Aktif
Sumber: Profil Gampong Ujong Tanoh Darat tahun 2009-2013
-
35
35
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Peran Tuha Peut Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat
(Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003) Tentang
Pemerintahan Gampong
Penataan kehidupan masyarakat maupun pemerintahan, masing-masing
gampong telah memilih tuha peut selaku pemerintahan gampong untuk
menjalankan roda pemerintahan dalam sebuah gampong. Masing-masing
pemerintahan gampong sudah diatur tugas, fungsi dan wewenangnya, namun
dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong ada hal-hal yang tidak sesuai
dengan yang diamanatkan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan
Gampong, terutama menyangkut tugas dan fungsi keuchik dan Tuha Peut,
sehingga hubungan fungsional yang terjalin tidak maksimal.
Meski kedua lembaga ini punya kelorasi yang lebih erat dalam
menjalankan roda pemerintahan gampong akan tetapi peranan keuchik lebih
dominan karena banyak kebijakan dan keputusan yang langsung diputuskan tanpa
meminta persetujuan dari tuha peut. Misalnya dalam hal melaksanakan
pembangunan gampong, sebenarnya keuchik terlebih dahulu harus mengadakan
musyawarah dengan anggota Tuha Peut, begitu juga dengan proses perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan gunan gampong. Hal ini jelaskan bahwa keuchik
lebih besar perannya dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong, meski
lembaga tuha peut memiliki tugas dan fungsi yang telah diamanatkan dalam
qanun.
Bahwa berdasarkan hasil penelitian lapangan ditemukan beberapa orang
yang menempati jabatan sebagai anggota Tuha Peut di Gampong Ujong Tanoh
Darat dalam melaksanakan perannya kurang maksimal dan tidak terakomodir,
-
36
36
sebagaimana yang terkandung dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang
pemerintahan gampong, hal tersebut terlihat dan terungkap dalam penelelitian
lapangan.
Menurut Bapak Azhar, salah seorang anggota tuha peut Ujong Tanoh
Darat, mengatakan bahwa:
“Lembaga tuha peut aktif dan berperan sebagaimana yangdiharapkan diantranya, melakukan pengawasan terhadap jalannyapemerintah gampong, mengawasi semua peraturan gampong,kemudian ditambahkannya lagi, angota tuha peut gampong UjongTanoh Darat melakukan peranya sebagaimana dalam ketentuanyang berlaku. Selanjutnya ia mengungkapkan bahwa lembaga tuhapeut tersebut memiliki peran untuk menetapkan peraturan-peraturan yang ada, menurutnya, tidak semua peraturan yang telahdibuat tersebut berjalan sebagaimana yang diharapkan”.(Wawancara kamis tanggal 12 September 2013).
Kemudian Bapak Azhar dalam wawancara dengan beliau memberikan
contoh, yaitu sebagai berikut:
“Baru-baru ini telah menetapkan reusam tentang ternak berkeliaranpada malam hari, jika masuk dalam sawah khusus ternak kerbau,maka akan dikenakan sangsi atau denda sesuai dengan jumlahnya.Menurutnya, sering sekali peraturan atau reusam yang telah dibuattersebut dianggap spele atau tidak dihiraukan oleh masyarakatseperti, baru-baru ini terjadi pada salah seorang peternak kerbauyang tidak mau melaksanakan sangsi atau denda dimaksud, dimanahewan ternaknya masuk dalam sawah pada malam hari ketikamusim turun kesawah. Menurunya hal-hal seperti ini lah yangmembuat lembaga tuha peut tidak berwibawa dimata masyarakat.(Wawancara kamis tanggal 12 September 2013).
Kemudian selanjutnya Bapak M. Hasan, selaku Ketua Tuha Peut
Gampong Ujong Tanoh Darat, mengatakan:
“Struktur kelembagaan tuha peut gampong berperan aktifsebagaimana yang diharapkan misalnya, seperti sering adanyakegiatan rapat bersama dengan unsur pemerintahan gampong,
-
37
37
kemudian ikut menyelesaikan perdamaian dalam gampong ketikaada terjadi masalah dalam masyarakat, dan melaksanakan gotongroyong. Apa yang dilaksanakan oleh tuha peut sudah tepat dansesuai dengan apa yang di intruksikan dalam aturan”. (Wawancarakamis tanggal 12 September 2013).
Selanjutnya Bapak M. Hasan selaku Ketua Tuha Peut Gampong
Ujong Tanoh Darat menambahkan, bahwa:
“Unsur tuha peut sering terlibat aktif dalam penyelesaian masalahdi gampong, seperti contoh, baru -baru ini terjadi perkelahiansesama masyarakat, tuha peut bersama guechik terus mengambilinisiatif dalam penyelesaian masalah tersebut dengan membuatpendekatan-pendekatan secara kekeluargaan, artinya mendamaikankedua belah pihak, walaupun salah satu pihak tidak maumelaksanakan sangsi tersebut, sehingga persoalannya menjadimengambang begitu saja, hal seperti ini sangat dikwatirkanpersoalan yang sama akan bergejolak kembali”. (Wawancara kamistanggal 12 September 2013).
Berdasarkan wawacara di atas maka dapat dipahami bahwa peran lembaga
tuha peut sebagai perangkat gampong khususnya dalam pengambilan keputusan
sering terjadi perdebatan sengit baik sesama anggota tuha peut maupun dengan
unsur pemerintahan gampong lainnya, menurutnya, hal tersebut tidak masalah,
karena untuk mencari kebenaran dan menegakkan nilai-nilai keadilan dalam
masyarakat. Anggapan negatif oleh masyarakat juga sering terjadi pada anggota
tuha peut, anggota sangat memaklumi kondisi seperti ini, memang sulit mengurus
orang banyak, ini adalah konsekuensi atau resiko dari jabatan yang dijalankannya.
Selanjutnya Ibuk Aminah, anggota tuha peut Ujong Tanoh Darat dari
kalangan kaum perempuan, mengatakan:
“Tuha peut secara kelembagaan aktif, yang salah satu tugasnyaadalah menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat, yang
-
38
38
selanjutnya akan disampaikan kepada geuchik selaku pengendalipemerintahan di gampong. Ia menambahkan kelembagaan tuhapeut tersebut berjalan dengan lancar sebagaimana yang ditegaskandalam aturan. Menurutnya salah satu peran tuha peut adalahmelaksanakan pengawasan terhadap jalannya pemerintahangampong. (Wawancara Jumat tanggal 13 September 2013).
Selanjutnya Bapak Anwar sebagai anggota Tuha Peut Ujong Tanoh Darat
menambahkan, bahwa:
“Peran tuha peut disamping melakukan pengawasan pemerintahan
gampong, juga ikut serta menfasilitasi perdamaian konfik dalan
masyarakat serta ikut membuat aturan ketertiban dalam gampong
bersama dengan unsur geuchik. Kemudian ia juga menjelaskan
sering terjadi perdebatan dalam memutuskan dan mengambilan
keputusan jika sesuatu terjadi digampong, menurutnya hal tersebut
lumrah terjadi sebagai bentuk proses musyawarah agar keputusan
yang diambil betul-betul bermanfaat bagi kepentingan masyarakat
untuk masa yang akan datang. (Wawancara Jumat tanggal 13
September 2013).
Kemudian wawacara dengan Tgk Hasan, anggota Tuha Peut Gampong
Ujong Tanoh Darat, yaitu:
“Setahu saya Lembaga tuha peut berfungsi dan aktif. Keuchik pun
selalu melibatkan tuha peut dalam berbagai hal terutama
memecahkan persoalan gampong, peran tuha peut yang dilakukan
tersebut sudah sesuai dengan Qanun Nomor 5 tahun 2003 (tentang
pemerintahan gampong). Namun belum semuanya terlaksana
sebagaimana dalam qanun, ia menambahkan tuha peut secara
kelembagaan dan personal punya keterbatasan, terutama
menyangkut tingkat pendidikan dan pengalaman yang masih
minim. (Wawancara Jumat tanggal 13 September 2013).
-
39
39
Selanjutnya Bapak Anwar selaku anggota Tuha Peut Gampong Ujong
Tanoh Darat menambahkan, yaitu:
“Lembaga Tuha Peut merupakan badan perwakilan gampong yangsalah satu peranya adalah membuat reusam gampong bersamakeuchik, dan masih banyak tugas-tugas yang lain, menurutpendapatnya peran tuha peut sangat besar, persis sama sepertilembaga legislatif di pemerintahan kabupaten, provinsi dan pusat,dan ia menambahkan setiap masalah yang terjadi dimasyarakatselama ini dapat terselesaikan. Menurutnya dalam mewujudkanpembangunan gampong, bukan hanya tanggung jawab keuchiksemata, tetapi secara bersama-sama dengan berbagai macamkomponen yang ada, ia menambahkan kekompakan tuha peut terusdijaga untuk masa yang akan datang”. (Wawancara Jumat tanggal13 September 2013).
Selanjutnya Tgk. Hasan, anggota Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat
mengatakan:
“Lembaga tuha peut aktif dan berperan seperti apa adanya, karenaia sering terlibtat dalam musyawarah bersama dengan unsurpemerintahan gampong lainnya, teruma menyangkut persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan misalnya, penentuan jadwalpelaksana Maulid Nabi Muhammad SAW, pelaksanaan peringatanIsrak dan Mijrad, penyelesaian konflik atau sengketa antarmasyarakat. Menurutnya peran yang di lakukan tersebut belumseberapa masih banyak hal-hal lain yang akan dilaksanakan,terutama mendorong dan memaksimalkan pelaksanaan syariatIslam di gampong”. (Wawancara Jumat tanggal 13 September2013).
Berdasarkan uraian wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa
lembaga tuha peut adalah unsur wakil masyarakat yang ikut terlibat dalam badan
musyawarah gampong, yang salah satu perannya ikut membuat peraturan dalam
gampong bersama keuchik serta memutuskan segala persoalan di dalam gampong.
Tugas Tuha Peut sangat besar jika betul-betul dimaksimalkan perannya dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat, oleh karena itu menurutnya, tuha peut itu
-
40
40
harus menjadi tauladan bagi masyarakat yang lain. Setiap masalah yang terjadi di
masyarakat dapat diselesaiakan, akan tetapi ada masyarakat yang merasa puas ada
yang tidak, inilah namanya gampong tingkat pendidikan dan pengalamanya
rendah, mungkin berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat yang lain seperti
di kota.
Lembaga Tuha Peut gampong bersama dengan keuchik juga membuat
reusam tentang pengaturan sawah dan hewan ternak dalam rangka ketertiban
sosial masyarakat, menurut keterangan yang diperoleh dari penelitian bahwa
belum semuanya masyarakat mau mentaati aturan tersebut, sehingga kadang-
kadang aturan yang telah dibuat kurang bermakna. Keberadaan Tuha Peut juga
sering mencari kelemahan kinerja keuchik sehingga berujung pada ketidak
harmonisnya hubungan keduanya.
Kemudian selanjutnya, Bapak Tarmizi, Keuchik Gampong Ujong Tanoh
Darat menjelaskan bahwa:
“Kelembagaan tuha peut berfungsi, permasalahannya sering terlibatmusyawarah dengan unsur pemerintahan gampong, yang palingberperan aktif tuha peut adalah dalam penyelesaian masalahdimasyarakat yang sedang bersengketa, dan pengawasanpembangunan lainnya. Menurut saya semuanya peran tuha peutkurang berjalan secara maksimal, karena tidak semua anggota tuhapeut paham tentang peran dan tugas apa yang harus dilaksanakantuha peut sebagaimana dalam Qanun Nomor 5 tahun 2003. Tuhapeut tidak banyak memiliki peran dalam pemerintahan gampong,sehingga segalah hal yang dilaksanakan dalam pemerintahangampong kurang maksimal”. (Wawancara Jumat tanggal 13September 2013).
Hasil wawancara dengan Bapak Anwar, SH, selaku sekretaris Kecamatan
Meureubo, mengungkapkan:
“Kelembagaan tuha peut disetiap gampong dalam kecamatanMeureubo berjalan dan aktif, tetapi tidak semua peran danfungsinya berjalan. Ia mengakui tidak maksmialnya peran dan
-
41
41
fungsi tuha peut tersebut karena berbicara tingkat pendidikan danpengalaman sehingga berakibat pada pelaksanaan peran menjaditidak maksimal sebagaimana yang dijelaskan dalam Qanun Nomor5 Tahun 2003. Menurutnya, mengenai kurangnya pemahamanperan sebagai tuha peut memang menjadi sebuah masalah dantantangan kedepan, padahal pihak kecamatan sering mengundangtuha peut dalam rangka pelatihan dan pembakalan tuha peut di aulakantor camat Meureubo”. (Wawancara Jumat tanggal 13 September2013).
Lebih Lanjut Bapak Anwar, SH selaku sekretaris Kecamatan Meureubo,
mengungkapkan:
“Ketika diundang banyak juga yang tidak datang, bisa jadi karenakesibukan, pekerjaan masing-masing. Materi isi Qanun Nomor 5Tahun 2003 sudah diedarkan melalui keuchik, mungkin tuha peutitu sendiri tidak membacanya khusus tentang perannya. Pada akhirbulan september 2013 pihak kecamatan Meureubo jugamengundang pihak tuha peut yang ada dalam kecamatanMeureubo, dalam rangka pemantapan peran dan fungsi tuha peut,sehingga diharapkan kendepan tuha peut dalam melaksanakanperan lebih maksimal khususnya di kecamatan Meureubo.(Wawancara Jumat tanggal 13 September 2013).
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa peran tuha
peut di Gampong Ujong Tanoh Darat secara keseluruhan belum aktif, karena
dalam pelaksanaan perannya sebagai anggota Tuha Peut tidak mengentatahui
tugas dan fungsi masing-masing sebagaimana yang diamanatkan dalam Qanun
Nomor 5 tahun 2003 tentang pemerintahan gampong.
Selama pengamatan penulis terhadap lembaga Tuha Peut di Gampong
Ujong Tanoh Darat dalam masyarakat gampong belum difungsikan dengan baik,
padahal lembaga Tuha Peut memiliki peran yang besar bagi kemaslahatan
masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari penjelasan dalam Qanun Nomor 5
tahun 2003 tentang pemerintahan gampong. Oleh sebab itu, untuk masa yang akan
datang kerjasama serta koordinasi Tuha Peut dengan keuchik harus harmonis dan
berkelanjutan.
-
42
42
4.2.2 Hambatan Tuha Peut dalam Menjalankan Perannya Sebagai
Perangkat Pemerintahan Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat
Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003 Tentang
Pemerintahan Gampong
Tuha peut sebagai lembaga legislatif dalam menjalankan roda-roda
pemerintahan harus saling bekerja sama dengan lembaga eksekutif yaitu keuchik
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kedua lembaga ini saling berkaitan
satu sama lain. Di mana keuchik sebagai pelaksana penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan gampong, sedangkan Tuha Peut sebagai wadah
perwujudan pelaksanaan demokrasi, keterbukaan dan partisipasi rakyat dan
berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintahan Gampong.
Oleh karena itu, Tuha Peut yang dipilih dan diangkat haruslah dapat
memahami seluruh ketentuan-ketentuan yang berlaku dan harus memenuhi
persyaratan sebagaimana yang telah ditentukan. Sesuai dengan Qanun Nomor 5
Tahun 2004 tentang Pemerintahan gampong, memiliki hak dan kekuasaan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dan lingkungannnya guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Maka sebagai lembaga legislatif
gampong dalam menyelenggarakan pemerintahan gampong, serta dalam
menjalankan peran dan kedudukan sebagai perangkat gampong. Dalam
menjalankan perannya sebagai perangkat gampong atau sebagai lembaga legislatif
gampong tentu memiliki hambatan-hambatan dalam melaksanakan tugasnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Azhar, selaku anggota Tuha Peut
Gampong Ujong Tanoh Darat mengatakan bahwa:
“Menurut saya terdapat juga hambatan dalam menjalankan peranselaku anggota tuha peut, sebab selama kami menjabat tidak adapembinaan dan pemahaman masalah tugas apa yang akan kamijalankan. Selama menjadi anggota tuha peut, juga pernah dijumpai
-
43
43
hambatan yang berarti dalam menajalankan peran dan fungsi tuhapeut. Peran sebagai anggota tuha peut saya tahu, tetapi tidakmungkin disebutkan satu persatu di sini, salah satunya adalahmengawasi semua fasilitas gampong atau hal-hal lainya”.(Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).
Lebih lanjut Bapak Azhar, selaku anggota Tuha Peut Gampong Ujong
Tanoh Darat mengatakan bahwa:
“Salah satu hambatan dalam melaksanakan tugas tuha peut adalahmasyarakat, karena mengurus orang banyak susah untuk di ajakmengerti tentang keadaan yang ada, sehingga ada beberapa yangtelah diputuskan tidak berjalan sebagaimana yang telah diputuskanbersama dengan unsur pemerintahan gampong lainya. Selanjutnyauntuk ke depan anggota tuha peut masih sanggup untukmenjalankan tugas sebagaimana yang diharapkan. Kalauditanyakan masalah tentang Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentangpemerintahan gampong, saya tidak tahu tentang qanun tersebut.(Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).
Kemudian Bapak M. Hasan Ketua Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh
Darat menambahkan, bahwa:
“Dalam melaksanakan tugasnya tidak ada kendala yang signifikansehingga tidak berakibat pada mandeknya peran sebagai unsur tuhapeut di Gampong Ujong Tanoh Darat. Selama menjadi anggotaTuha Peut tidak ada kendala apapun sampai dengan. Yang menjadihambatan dalam melakansakan peran tuha peut adalah mengerusrumah tangga anggota masyarakat, dengan beraneka ragammasalah yan memang agak rumit sedikit. Saya sendiri tahu peransebagai tuha peut, tetapi yang bersangkuatan tidak menjelaskanseperti apa perannya, selanjutnya ia mengatakan ketidak tahuannyatentang Qanun yang mengatur tentang pemerintahan gampong.Salah satu peran sebagai unsur tuha peut adalah membahaskendala-kendala yang ada dalam gampong, selanjutnya iamenambahkan tentang kesanggupanya menjalankan peran sebagaianggota tuha peut, seperti yang sudah berjalan sekitar enam tahunlalu. (Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).
Hasil wawancara dengan Ibuk Aminah selaku anggota Tuha Peut Gampong
Ujong Tanoh Darat, mengatakan bahwa:
“Dalam melaksnanakan peran sebagai tuha peut tidak ada kendalayang bearti, selama ini lancar-lancar aja, Kalau menurut saya tidak
-
44
44
kendala sampai dengan saat ini dalam menjalankan peran sebagaianggota tuha peut. Dalam melaksanakan perannya sebagai tuhapeut yang agak menjadi hambatan adalah mengerus kepentinganorang banyak, tetapi ini baban yang harus dipikul sebagai tuha peutyang dipilih oleh rakyat. Selanjutnya ia menambahkan bahwasanyaia tahu peran sebagai tuha peut karena sering ikut pelatihan diKecamatan Meureubo”. (Wawancara Sabtu tanggal 14 September2013).
Lebih lanjut ibuk Aminah Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat
mengungkapkan bahwa:
“Peran sebagai tuha peut adalah menampung aspirasi masyarakatdalam berbagai hal, terutama dalam bidang agama dan adat istiadat,dan dalam bidang-bidang lain dalam kehidupan sosialbermasyarakat, kemudian tidak ada hambatan dalam dalammelaksanakan perannya selama ini. Selanjutnya kesanggupanyauntuk melaksanakan tugasnya tuha peut untuk masa yang akandatang. Adapun pemahaman tentang Qanun Nomor 5 tahun 2003tentang pemerintahan gampong saya tidak tahu isi qanun tersebutmengenai aturan perangkat gampong. (Wawancara Sabtu tanggal14 September 2013).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka jelas bahwa dalam
melaksanakan perannya, tuha peut mendapatkan kendala berupa kurangnya
pemahaman mereka mengenai tugas dan tanggung jawab sebagai perangkat
gampong. Misalnya peran tuha peut sebagai badan perwakilan masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan gampong bersama dengan unsur pemerintahan
gampong lainnya kurang memahami apa tugas yang harus dilaksanakan dalam
pembangunan gampong.
Selain tugas-tugas utama sebagaimana dalam qanun, tuha peut juga ikut
berpatisipasi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat melalui
pendekatan sosial dan adat, dengan mendamaikan kedua belah pihak yang
bersengketa.
-
45
45
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan bahwa selama
menjabat sebagai anggota tuha peut mendapat hambatan dalam menjalan
tugasnya, masalah pro kontra setuju dan tidak setuju, biasa dalam kehidupan
berdemokrasi. Kemudian masalah Qanun yang mengatur tentang pemerintahan
gampong juga kurang dipahami. Kesanggupanya untuk melaksanakan peran
sebagai tuha peut untuk masa yang akan datang, jika sekiranya dipercaya lagi,
untuk menempati posisi anggota tuha peut.
Tgk. Hasan selaku anggota Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat
menambahkan, bahwa:
“Dalam melaksanakan perannya sebagai tuha peut sedikitpun tidakada kendala, menurutnya ia juga tidak memahami semuanya fungsidan peran tuha peut, yang jelas hanya badan perwakilan masyarakatgampong yang ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan dansosial kemasyarakatan dan hal-hal lain terutama yang ada digampong bersama dengan komponen lainnya. Penyelesaianmasalah di masyarakat dengan mengunakan pendekatan adatistiadat Aceh yang sudah berlaku sejak zaman dahulu yang terusdilestarikan”. (Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).
Lebih lanjut Tgk. Hasan Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat,
mengatakan bahwa:
“Selama saya menjabat sebagai anggota tuha peut pernahmendapatkan hambatan dalam melaksanakan tugas artinya apatidak sosialisasi dari pihak kecamatan mengenai tugas dan perantuha peut dalam melaksanakan perannya seabagaimana diaturdalam Undang-undang. Sudah hampir enam tahun menjabatsebagai tuha peut, saya sanggup untuk melaksanakan peran dantugas yang harus dilaksanakan. Sebagai anggota tuha peuthendaknya bermanfaat untuk kemaslahatan umat untuk masa yangakan datang, kalau seandainya dipercaya kembali oleh masyarakatuntuk menempati posisi sebagai tuha peut gampong Ujong TanohDarat. (Wawancara Sabtu tanggal 14 September 2013).
Hasil wawancara dengan Bapak Azwar selaku Tuha Peut Gampong Ujong
Tanoh Darat mengatakan bahwa:
-
46
46
“Satahu saya, tidak terlalu sulit dalam menjalan peran sebagai tuhapeut gampong. Memang kalau setiap jabatan dan kedudukan yangkita jalani sudah tentu ada hambatannya, selama kita masihmemegang jabatan tersebut terutama jabatan tuha sudah tentu adahambatan. Kalau ditanyai kepada saya masalah hambatannyaadalah kurangnya pemahaman kami mengenai tugas dan fungsisebagaimana diatur dalam undang-undang pemerintahan Aceh.Lagipu tingkat pendidikan kami sangat rendah. (Wawancara Sabtutanggal 14 September 2013).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa anggota
Tuha Peut Gampong Ujong Tanoh Darat dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai perangkat gampong tentu mendapat mendapatkan kendala
terutama dalam hal pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, sebab tingkat
pendidikan yang terndah dan pemahaman mereka mengenai qanun yang mengatur
tentang pelaksanaan pemerintahan gampong sangat minim. Tuha peut adalah
sebuah lembaga adat gampong atau lembaga perwakilan masyarakat gampong
yang merupakan perwakilan dari segenap unsur masyarakat, maka oleh sebab itu
anggota yang dipilih dari oleh masyarakat adalah perwakilan dari masyarakat
yang tentunya memiliki pendidikan yang rendah serta pemahaman mengenai tugas
yang dijalankan tentu kurang efektif.
Di samping itu, contoh lain mengenai kesetaraan tuha peut dengan unsur
pemerintahan gompong secara tegas tampak pada proses pembuatan reusam
gampong juga mendapat kendala, karena anggota tuha peut sama sekalai tidak
memahami cara penyusunan reusam gampong. Ketentuan ini telah disebutkan
dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan gampong, bahwa
peraturan-peraturan gampong (reusam) adalah semua ketentuan yang bersifat
mengatur yang telah ditetapkan oleh keuchik setelah mendapat persetujuan dari
tuha peut, namun yang membuatnya tetap anggota tuha peut.
-
47
47
Adapun peran tuha peut Gampong Ujong Tanoh Darat, dalam beberapa
tahun terakhir ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun reusam tentang larangan ke sawah tiga hari berturut-turut pada
saat setelah selesainya kanduri sawah. Ketika padi sedang gadis/ dara
(sudah ada sejak lama).
2. Menyusun reusam tentang pengurungan hewan ternak pada malam hari,
pada saat musim tanam padi (bentuknya tidak tertulis) tahun 2011.
3. Penyelesaian sengketa tanah kebun karet masyarakat dengan mantan
pejabat Aceh Barat tahun 2007.
4. Penyelesaian perdamaian konflik masyarakat dengan masyarakat yang
sudah mengarah pada tidak pidana.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Peran Tuha Peut Gampong di Gampong Ujong Tanoh Darat(Menurut Tinjauan Qanun Nomor 5 Tahun 2003) TentangPemerintahan Gampong
Tuha Peut Tuha Peut adalah badan perwakilan gampong yang terdiri dari,
unsur Agama, Pemimpin Adat, Cerdik Pandai, Pemuda dan Perempuan, yang
berada di Gampong yang memiliki peran dan fungsi memberikan nasehat kepada
keuchik dalam bidang Pemerintahan, Hukum Adat, Adat Istiadat dan kebiasaan-
kebiasaan masyarakat serta menyelesaikan segala sengketa yang terjadi di
gampong.
Di dalam peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2011 tentang pedoman
penyelenggaran pemerintahan gampong dan Qanun Provinsi NAD Nomor 5
Tahun 2002 tentang pemerintahan gampong, secara tegas menyatakan bahwa
sebagai perwujudan demokrasi di gampong dibentuk tuha peut atau sebutan lain
-
48
48
yang sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang di gampong yang
bersangkutan. Berbeda dengan lembaga musyawarah desa yang bersifat umum
sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemer