iv. hasil dan pembahasan a. teknologi proses pembuatan ... · selai pada penelitian ini dilakukan...
TRANSCRIPT
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Teknologi Proses Pembuatan Selai Nenas
1. Persiapan bahan
Dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan bahan baku yaitu nanas Gati yang sudah masak optimum,
segar dan tidak busuk atau lembek dan nanas Gati yang setengah matang.
Keadaan buah yang digunakan sangat menentukan dalam pembuatan
selai. Buah yang akan dijadikan selai dipilih yang bermutu baik, belum
busuk dan sudah cukup tua. Nanas Gati yang masak optimum memiliki
ciri-ciri yaitu seluruh mahkota buah terbuka, tangkai buah mengkerut,
mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat, warna bagian
dasar buah kuning atau keseluruhan warna kulit telah menjadi kuning,
timbul aroma nanas yang harum dan khas. Nanas Gati yang setengah
matang memiliki warna kulit yang mulai kuning di sebagian tempat,
aroma khas nanas belum ada, seluruh mahkota buah terbuka (Gambar 3).
Menurut Fachruddin (1997), agar diperoleh selai yang aromanya harum
dan konsistensinya (kekentalan) sebaiknya digunakan campuran buah
setengah matang dan buah yang matang penuh atau optimal. Buah
setengah matang akan memberi pektin dan asam yang cukup, sedangkan
buah yang matang penuh akan memberikan aroma yang baik.
(a) (b)
Gambar 3. Buah nanas Gati setengah matang (a) dan matang optimum (b)
19
Langkah selanjutnya menyiapkan bahan-bahan tambahan seperti
gula pasir, pengental (nutrijel), sari jeruk, cengkeh, kayu manis dan
garam. Komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan selai
nanas organik dapat dilihat pada Tabel 2. Buah nanas terlebih dahulu
dicuci dengan air mengalir agar kotoran-kotoran seperti tanah dan
sebagainya yang menempel di kulit buah nanas terbuang dengan tujuan
meminimalkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, lalu dikeringkan
atau diangin-anginkan, setelah itu buah nanas dikupas dengan pisau
stainless steel. Bagian buah yang tidak dapat dimanfaatkan seperti biji,
kulit, mahkota buah dan bagian tengah buah (hati) dibuang. Nanas yang
telah dikupas lalu diparut menjadi bubur nanas.
Tabel 2. Komposisi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat selai nanas organik dalam 1000 gram bubur nanas.
2. Pemasakan
Semua bahan-bahan tambahan (gula, pengental, sari jeruk,
cengkeh dan kayu manis) dicampurkan ke dalam bubur nanas lalu diaduk
sampai semua bahan tercampur rata. Bubur nanas yang telah tercampur
rata dimasak dengan menggunakan api sedang, diaduk (menggunakan
sendok kayu) terus sampai bubur nanas mengental. Menurut Fachruddin,
(1997) Pengadukan selai jangan terlalu cepat karena akan menimbulkan
gelembung udara yang akan merusak tekstur dan penampakan akhir.
Pada saat bubur nanas mulai mendidih, ditambahkan garam lalu
diaduk kembali hingga tercampur sempurna. Pada saat bubur nanas sudah
mulai mengental, api dikecilkan agar tidak gosong (browning).
Pemasakan selai membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dan selama
penyimpanan masih mempertahankan struktur gel serta tidak berkristal.
Nama Bahan Satuan Jumlah % Bubur nanas g 1000 0,709 Gula pasir g 350 0,248 Pengental g 5 0,004 Sari jeruk peras g 50 0,035 Cengkeh g 2 0,001 Kayu manis g 2 0,001 Garam g 2 0,001
20
Pemanasan diperlukan untuk menghomogenkan campuran buah serta
menguapkan sebagian air sehingga diperoleh struktur gel. Pembuatan
selai pada penelitian ini dilakukan pada titik didih 1010C - 1020C. Akan
tetapi, titik didih ini dapat bervariasi menurut buah atau perbandingan
gula dan lain-lain. Menurut Satuhu (2004), proses pemasakan
memerlukan kontrol yang baik karena pemasakan berlebihan
menyebabkan tekstur selai yang keras dan terbentuk kristal gula
sedangkan pemasakan yang kurang akan menghasilkan selai yang encer
sehingga kurang bagus.
Menurut Suryani et al. (2004), pada saat pemasakan selai sering
terbentuk gelembung atau busa. Hal ini juga terjadi pada saat pembuatan
selai nanas organik. Busa yang terbentuk ini harus disingkirkan supaya
selai yang dihasilkan bersih. Menurut Buckle et al. (2007) pembentukan
gel hanya mungkin terjadi pada pH 3,2 - 3,4. Dengan semakin
menurunnya pH, ketegaran gel yang terbentuk akan semakin meningkat.
Hasil selai yang dibuat pada penelitian memiliki pH 3,38 sehingga bisa
dikatakan telah sesuai dengan teori yaitu terbentuknya ketegaran gel yang
bagus.
Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan air dan
pektin yang ada. Buah yang kandungan pektinnya rendah seperti nanas
(0,06 - 0,16%), maka penambahan gula sebaiknya lebih rendah dari 55
bagian, karena buahnya sendiri telah mengandung sejumlah gula yang
perlu diperhitungkan. Sebaliknya, buah yang kandungan pektinnya tinggi
seperti cempedak dan apel, maka penambahan gula sebaiknya lebih
banyak. Kandungan gula yang ideal pada produk selai berkisar 60 - 65%
(Fachruddin, 1997).
Ciri selai yang sudah masak adalah cairannya sudah kental dan
sudah membalut punggung sendok kayu. Untuk menguji tingkat
kematangannya dapat dilakukan dengan cara, yaitu sendok dicelupkan ke
dalam bubur nanas yang mulai mengental, lalu jatuhkan selai yang ada di
sendok, jika jatuhnya terputus-putus atau tidak mengucur maka selai
dianggap sudah masak.
21
3. Pengemasan
Sebelum selai dikemas maka terlebih dahulu kemasan disterilkan
terutama untuk kemasan gelas jar. Kemasan gelas jar disterilkan dalam
oven bersuhu 1200C selama 30 menit dan merebus tutup-tutup botolnya
selama 30 menit. Gelas jar akan dikeluarkan dari oven jika akan
melakukan pengemasan, sehingga gelas jar tidak tercemar kembali oleh
udara dari luar serta menghambat atau mencegah pertumbuhan kapang
dan mikroba. Tutup jar yang telah direbus harus dikeringkan dengan lap
bersih sebelum menutup jar. Menurut Suryani et al., (2004) proses
pengisian produk ke dalam kemasan merupakan faktor penting untuk
menunjang keawetan produk. Pengisian hendaknya dilakukan dalam
kondisi steril. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi produk yang dapat menyebabkan produk jadi mudah
berjamur. Proses penutupan wadah yang benar juga bertujuan untuk
menghindari kontaminasi produk
Setelah proses pembuatan selai selesai, selanjutnya selai
dimasukkan kedalam wadah. Kemasan yang digunakan untuk mengemas
selai nanas adalah gelas jar 350 g dan plastik polypropilen 0,8.
Pertumbuhan kapang dan mikroba dicegah dengan memasukkan segera
selai yang masih panas dengan suhu 75 - 850C ke dalam jar yang masih
panas atau disebut sebagai pengisian panas (hot filling), kemudian gelas
jar ditutup rapat. Sama halnya dengan kemasan gelas jar, selai yang
masih panas segera dimasukan ke dalam kemasan plastik polypropilen
kemudian diseal dengan menggunakan sealer. Setelah semua kemasan
gelas jar dan plastik polypropilen terisi selai maka langkah selanjutnya
dilakukan pengukusan selama 15 menit dengan suhu antara 63 - 820C.
Pengukusan atau pasteurisasi dilakukan agar dapat menghambat
pertumbuhan kapang, khamir dan mikroba. Kemasan yang telah dikukus
lalu didinginkan di suhu ruang.
22
B. Karakteristik Produk
Selai nanas organik yang dibuat pada penelitian ini menggunakan
nanas yang ditanam secara alami tanpa menggunakan pupuk kimia ataupun
pestisida serta tanpa penambahan bahan-bahan kimia. Adapun analisis
proksimat selai nanas organik sebelum penyimpanan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Analisis proksimat selai nanas organik
Analisis Hasil analisis (%) Kadar Air 34,40 Kadar Abu 0,73 Kadar Protein 0,88 Kadar Lemak 0,58 Karbohidrat 63,41
Air yang teranalisis pada penetapan kadar air adalah air bebas yang
ada dalam bahan. Dalam hal ini termasuk juga air yang terikat secara fisik,
yaitu air yang terkurung diantara misel-misel hidrokoloid. Berdasarkan SNI
No.173.78-1995, mensyaratkan kadar air selai maksimum 35% karena
merupakan makanan semi basah. Kadar air selai ditetapkan maksimum 35%
kemungkinan berhubungan dengan keteguhan (kemampuan untuk
mempertahankan bentuk) dari selai dimana pada kadar air lebih dari nilai
tersebut selai kurang stabil. Hasil proksimat menunjukan selai memiliki
kadar air 34,40 %, nilai tersebut termasuk dalam range kadar air pada SNI
sehingga bisa dikatakan selai nanas pada penelitian ini telah sesuai dengan
standar SNI yang berlaku.
Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya
kandungan mineral yang terdapat dalam selai nanas. Menurut Sagara et al.
(1989), abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang
terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang
dihasilkan. Kadar abu yang dihasilkan 0,73%, artinya selai nanas memiliki
sedikit kandungan mineral sehingga menurut Sudarmadji et al. (1989) bisa
dikatakan selai nanas yang dibuat sedikit mengandung mineral dan proses
pengolahannya bersih dari biji atau mata nanas. Semakin tinggi kadar abu
23
maka produk kurang bersih dalam pengolahannya. Rendahnya kadar abu ini
menunjukan bahwa kandungan mineral dan ion-ion organik yang terkandung
dalam nanas yang menjadi komponen utama produk tersebut tergolong
rendah. Kadar abu yang rendah juga disebabkan oleh kandungan mineral
dari bahan-bahan yang ditambahkan dalam formulasi produk rendah
Kadar protein yang terkandung dalam produk selai nanas organik
adalah sebesar 0,88%. Protein merupakan substrat yang dapat digunakan
langsung oleh mikroorganisme sebagai media pertumbuhannya. Selain itu,
kadar protein juga menentukan mutu suatu bahan pangan. Hal ini
dikemukakan oleh Winarno et al. (1980) yang menyatakan bahwa pada
umumnya kadar protein di dalam bahan pangan menentukan mutu bahan
pangan itu sendiri.
Kadar lemak produk selai nanas organik berdasarkan hasil pengujian
menunjukan nilai 0,58%. Rendahnya kadar lemak ini dikarenakan selai
nanas organik bukanlah produk berlemak, sehingga lemak yang didapat di
dalam selai nanas organik ini kecil. Meski dinilai kecil, adanya kandungan
lemak dapat menyebabkan penurunan mutu selama penyimpanan di
antaranya terjadinya penyimpangan bau dan rasa.
Kadar karbohidrat by difference selai nanas organik setelah dihitung
adalah 63,41%. Menurut Winarno (1997), karbohidrat memiliki peranan
penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa,
warna, tekstur, dan lainnya. Besarnya kandungan karbohidrat yang terdapat
pada selai nanas organik dapat menyebabkan penurunan mutu selai nanas
organik, salah satunya adalah terjadi perubahan warna pada selai yang
disebabkan oleh reaksi oksidasi. Menurut Stuckey (1981), pada karbohidrat
reaksi oksidasi biasanya menimbulkan perubahan warna dan cita rasa.
Perubahan warna terjadi, biasanya menjadi coklat atau coklat kemerahan.
Proses pembuatan selai nanas organik tidak begitu berbeda dengan
pembuatan selai pada umumnya, yaitu terbuat dari buah-buahan dengan
penambahan gula, asam dan pengental. Perbedaan selai nanas organik
dengan selai nanas pada umumnya, yaitu terletak pada pemakaian bahan-
bahan bakunya. Selai nanas organik dibuat dengan menggunakan bahan baku
24
nanas organik (buah nanas yang ditanam tanpa menggunakan pupuk kimia
atau pestisida) dan bahan-bahan tambahan alami yaitu pengental (nutrijel),
sari jeruk, gula, kayu manis, cengkeh dan garam, sedangkan selai nanas yang
ada dipasaran untuk mendapatkan konsistensi yang baik, umumnya dalam
pembuatan selai ditambahkan bahan-bahan tambahan, seperti carboxy methyl
cellulose (CMC) yang berfungsi sebagai pengental, natrium benzoate
sebagai pengawet, color agent ditambahkan untuk mendapatkan warna buah
yang diinginkan, dan lain-lain. Sayangnya bahan-bahan tersebut merupakan
bahan kimia yang dapat terakumulasi dalam tubuh.
Gula yang digunakan dalam pembuatan selai nanas berupa sukrosa
karena sukrosa yang lebih dikenal dengan gula pasir memiliki keuntungan
seperti murah dan mudah didapat. Tujuan penambahan gula dalam
pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan dan rasa
‘flavor’ yang ideal. Menurut Muchtadi (1997), gula dapat berfungsi sebagai
pengawet. Pada konsistensi tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut),
larutan gula dapat mencegah pertumbuhan bakteri, ragi, dan kapang atau
biasa disebut sebagai fungsi humektan. Mekanismenya, gula menyebabkan
dehidrasi sel mikroba sehingga sel mengalami plasmolisis dan terhambat
siklus perkembangbiakan disertai tingkat keasaman yang rendah dan
pasteurisasi atau dengan kata lain sebagian air yang ada terikat oleh gula
sehingga menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan
aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang. Padahal mikroorganisme
memiliki kebutuhan aw minimum untuk pertumbuhannya.
Penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel yang
terbentuk. Gula akan menurunkan kekentalan, hal ini disebabkan gula akan
mengikat air, sehingga pembengkakan butir-butir karagenan terjadi lebih
lambat, akibatnya suhu gelatinisasi lebih tinggi. Menurut winarno (1997),
adanya gula akan menyebabkan gel lebih tahan terhadap kerusakan
mekanik.
Sari buah jeruk peras (Citrus sinensis Osbeck) digunakan dalam
pembuatan selai nanas organik sebagai peningkat rasa asam sehingga
terbentuk gel dengan struktur yang kuat dan memberikan flavor dalam selai.
25
Penambahan asam (sari buah jeruk) bertujuan untuk menurunkan pH bubur
buah karena struktur gel hanya terbentuk pada pH rendah dan menghindari
terjadinya pengkristalan gula. Menurut Arthey dan Ashurst (1996) bila
tingkat keasaman buah rendah, penambahan asam dapat meningkatkan
jumlah gula yang mengalami inversi. Jumlah gula yang mengalami inversi
selama pendidihan sangat penting untuk menghindari terjadinya
pengkristalan gula. Hal ini disebabkan, jika jumlah gula inversi semakin
banyak maka molekul glukosa yang kurang melarut kemudian akan
mengkristal. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung dari keasaman buah
dan pH akhir selai yang dikehendaki. Asam pada konsentrasi yang cukup
dapat menyebabkan kerusakan protein, yang disebut denaturasi. Oleh karena
sel mikroba terbentuk dari protein, maka pemberian asam pada bahan
pangan dapat menghambat pertumbuhannya. Garam dalam pengolahan
digunakan dalam jumlah sedikit, berfungsi sebagai penambah cita rasa.
Penambahan kulit kayu manis (Cinnamomun burmanni) pada
pembuatan selai berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma. Selain itu,
kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung
asam benzoat. Penambahan cengkeh (Syzygium aromaticum,(Linn.) Merr.)
yang merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman
cengkeh dalam pembuatan selai ini berfungsi sebagai penambah aroma.
Pada penelitian ini, pembentuk gel atau pengental yang digunakan
adalah produk nutrijel. Nutrijel merupakan merek dagang, dimana
keunggulan dari nutrijell tersebut dilihat dari komposisinya yaitu campuran
antara karagenan dengan konyaku akan menghasilkan gel yang lebih elastis.
Selain itu konyaku mengandung serat tinggi, rendah lemak dan kalori.
Nutrijell digunakan pada pembuatan selai ini karena mudah didapat serta
harganya relatif lebih murah.
Selanjutnya selai nanas disimpan dalam inkubator pada suhu 25, 35
dan 45°C, dalam dua jenis kemasan yaitu plastik polypropilen 0,8 dan gelas
jar. Analisis yang dilakukan selama penyimpanan yaitu kadar air, total asam,
pH dan warna.
26
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Kada
r Ai
r (%
)
JAR 25 JAR 35 JAR 45
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Kad
ar A
ir (%
)
PP 25 PP 35 PP 45
1. Kadar air
Hasil pengamatan kadar air selama penyimpanan untuk kemasan
polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran 2.
(a)
(b)
Gambar 4. Perubahan kadar air selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar
Pada Gambar 4 (a). menunjukkan bahwa perubahan kadar air selai
nanas selama penyimpanan dalam kemasan polypropilen meningkat
dengan segera setelah penyimpanan (pengukuran minggu pertama),
selanjutnya cenderung turun, naik atau relatif tetap pada kisaran 26 – 32
persen. Begitu juga dengan kemasan gelas jar, terlihat dari gambar 4 (b),
terjadi kenaikan pada minggu pertama penyimpanan, selanjutnya
cenderung naik, turun atau relatif tetap pada kisaran 26 – 35 persen.
27
Perubahan tersebut terjadi secara spontan, hal ini terjadi karena selama
penyimpanan selai akan menyeimbangkan kandungan airnya dengan
kelembaban udara di lingkungan, sehingga jika kelembaban udara nisbi
lebih besar dari kadar airnya, maka terjadi penyerapan uap air dari udara
yang mengakibatkan kadar air selai meningkat.
Perubahan kadar air bahan juga dipengaruhi oleh permeabilitas
kemasan. Permeabilitas tiap-tiap kemasan berbeda dan akan berpengaruh
pada laju transmisi uap air. Semakin kecil laju transmisi uap air suatu
kemasan menunjukan semakin sedikit jumlah uap air yang mampu
menembus bahan. Laju transmisi uap air pada kemasan plastik
polypropilen lebih besar dibandingkan dengan laju transmisi uap air pada
kemasan gelas jar sehingga uap air mudah masuk dan keluar. Hal ini
menyebabkan perubahan kadar air yang dikemas dengan plastik
polypropilen lebih besar dibandingkan dengan yang dikemas pada gelas
jar. Akan tetapi, pada penelitian ini perubahan kadar air selai yang
dikemas plastik polypropilen dengan semakin tingginya suhu
penyimpanan menyebabkan kandungan kadar air lebih kecil dibandingkan
dengan selai yang dikemas pada gelas jar. Hal ini disebabkan akibat
peningkatan suhu yang mempengaruhi pemuaian gas sehingga terjadi
perbedaan konstanta permeabilitas. Keberadaan air akan menimbulkan
perenggangan pada pori-pori film sehingga meningkatkan permeabilitas.
Kemasan gelas yang bersifat kedap seharusnya dapat mempertahankan
kadar air selai nanas yahg dikemas di dalamnya. Akan tetapi, peningkatan
kadar air selai nanas yang dikemas pada gelas jar pada penelitian ini justru
paling tinggi. Hal ini dikarenakan terdapat rongga pada penutup ulir gelas
jar, sehingga udara luar dapat memasuki kemasan. Hal ini dapat
diminimalisasi dengan menggunakan cupsealling pada tutup.
2. Total asam
Asam yang banyak dikandung oleh nanas adalah asam sitrat dan
asam malat. Buah-buahan pada umumnya memiliki frekuensi kadar asam
yang relatif tinggi. Semua buah-buahan mengandung asam organik
28
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Tota
l Asa
m (g
r/100
gr)
PP25 PP35 PP45
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Tota
l Asa
m (g
r/100
gr)
JAR25 JAR35 JAR45
terutama pada buah yang masih muda (belum matang). Asam organik
tersebut antara lain asam asetat, asam format, asam malat dan asam sitrat.
Hasil pengamatan total asam selama penyimpanan untuk kemasan pastik
polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran 3.
(a)
(b)
Gambar 5. Perubahan total asam selai nanas organik selama
penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar
Total asam produk yang teranalisis berupa asam-asam organik yang
berasal dari selai. Kecenderungan total asam yang didapat selama
penyimpanan jika dilihat dari gambar 5 (a) dan (b), maka didapat grafik
yang cenderung linier. Pada Gambar 5 (b), terlihat bahwa pada minggu
pertama penyimpanan total asam pada kemasan gelas jar cenderung naik
lalu kemudian turun atau relatif tetap pada kisaran 0,9 - 1,1 g/100g. Hal
29
ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kemungkinan adanya reaksi kimia
pada produk (pembentukan aldehid dari asam amino) dan pertumbuhan
jumlah kapang yang menghasilkan etil alcohol, asam asetat, diacetyl dan
asam laktat D-L. Selain itu pada Gambar 5 (a), pada kemasan
polypropilen pada minggu pertama penyimpanan total asam cenderung
turun lalu naik atau relatif tetap pada kisaran 0,9 - 1,1 g/100g. Hal ini
disebabkan oleh adanya penambahan gula pasir ke dalam selai nanas,
juga dipicu oleh adanya kontak dengan suhu tinggi baik saat pemasakan
maupun saat penyimpanan berlangsung sehingga terjadi hidrolisis dan
mengubah gula menjadi gula invert. Suhu tinggi akan semakin
meningkatkan aktivitas enzim askorbat oksidase yang dapat
mengoksidasi asam-asam organik dalam buah-buahan.
3. pH
Salah satu faktor pada pangan yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba adalah pH, yaitu suatu nilai yang menunjukan keasaman atau
kebasaan. Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH netral, dan
pH 4,6 - 7,0 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri,
sedangkan kapang dan kamir dapat tumbuh pada pH yang lebih rendah.
Penurunan pH merupakan salah satu prinsip pengawetan pangan untuk
mencegah pertumbuhan kebanyakan mikroba. Prinsip ini dapat dilakukan
dengan cara menambahkan asam ke dalam makanan.
Hasil pengamatan pH selama penyimpanan untuk kemasan plastik
polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran 4. Jika dilihat dari
Gambar 6. terlihat bahwa nilai pH sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan berkisar antara 3,38 - 3,67. Nilai pH yang didapat telah
sesuai dengan teori Suryani et al., (2004), yaitu untuk mendapatkan gel
dan aroma selai yg baik pada batasan pH antara 3,0 - 3,7. Kecenderungan
nilai pH yang didapat selama penyimpanan jika dilihat dari Gambar 6.
didapat grafik yang cenderung datar atau linier.
30
0,00,51,01,52,02,53,03,54,0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
pHPP25 PP35 PP45
0,00,51,01,52,02,53,03,54,0
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
pH
JAR25 JAR35 JAR45
(a)
(b)
Gambar 6. Perubahan total asam selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar
Pada Gambar 6 (a) dan (b) terlihat bahwa kenaikan suhu
penyimpanan untuk kemasan polypropilen tidak terlalu ada perubahan
yang signifikan pada pH yang dihasilkan begitu juga dengan kemasan
gelas jar. Walaupun ada sedikit kenaikan pH pada kedua kemasan selama
penyimpanan, hal ini disebabkan terjadinya proses inversi atau
pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa karena adanya panas,
asam dan adanya kenaikan kadar air selama penyimpanan, yang
31
kemudian dapat meningkatkan kelarutan sukrosa. Kedua jenis kemasan
dan suhu penyimpanan tidak memberikan perbedaan perubahan pH
Pengukuran pH penting dilakukan karena pH mempengaruhi
tekstur selai, serta retensi flavor dan warna produk buah-buahan. Nilai pH
mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba. Selain mengatur atau
membatasi pertumbuhan mikroba, pengontrolan pH bertujuan pula untuk
mengatur aktivitas enzimatis.
Untuk mencegah terjadinya kristalisasi selama penyimpanan, selai
mempunyai kisaran pH normal 3,4 - 3,7 (Suryani et al., 2004). Teori
tersebut terbukti pada penelitian ini, dimana selai nanas selama
penyimpanan memiliki pH berkisar antara 3,38 - 3,67. Bila peningkatan
nilai pH dihubungkan dengan peningkatan jumlah mikroba, maka diduga
bahwa peningkatan nilai pH disebabkan oleh mikroba penghidrolisa
pektin dan pengoksidasi asam-asam organik menjadi karbonat.
4. Warna
Analisis terakhir yaitu pengujian warna selama penyimpanan.
Warna adalah hasil persepsi dari pemantulan cahaya setelah berinteraksi
dengan suatu objek. Warna dari suatu objek dapat diartikan dalam tiga
dimensi, yaitu derajat hue, yang merupakan persepsi konsumen terhadap
warna dari suatu objek, kecerahan, dan saturasi yang merupakan tingkat
kemurnian dari suatu warna. Tingkat kecerahan menunjukan hubungan
antara cahaya yang dipantulkan dan yang diserap dari suatu objek.
Warna merupakan atribut utama pada penampakan produk pangan
dan merupakan karakteristik yang penting pada kualitasnya. Beberapa
alasan mengenai keutamaannya adalah warna digunakan sebagai standar
dari suatu produk, penggunaannya sebagai penentu kualitas, warna
digunakan juga sebagai indikator kerusakan biologis dan atau fisiko
kimia, dan penggunaan warna untuk memprediksi karakteristik parameter
kualitas lainnya (Soekarto, 1981).
Pengujian terhadap warna produk selai nanas organik ini
dilakukan untuk melihat pengaruh waktu penyimpanan terhadap warna
32
0
10
20
30
40
50
60
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Kec
erah
an
PP 25 PP 35 PP 45
0
10
20
30
40
50
60
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Kec
erah
an
JAR 25 JAR 35 JAR 45
produk. Pengujian dengan menggunakan Colorimeter memberikan
tingkat kecerahan produk yang dibaca sebagai nilai L. Perubahan tingkat
kecerahan (nilai L) selai nanas organik pada kemasan gelas jar dan plastik
polypropilen dengan suhu penyimpanan 25, 35 dan 450C dapat dilihat
pada Gambar 7. Data nilai warna selama penyimpanan dapat dilihat pada
Lampiran 5.
(a)
(b)
Gambar 7. Perubahan warna (L) selai nanas organik selama penyimpanan : (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar
Berdasarkan grafik pada Gambar 7 (a) dan (b), dapat dilihat
bahwa nilai kecerahan selai nanas organik cenderung turun pada semua
jenis kemasan dan suhu penyimpanan selama waktu penyimpanan.
33
Semakin tinggi suhu penyimpanan, maka tingkat penurunan nilai
kecerahan selai nanas organik juga semakin tinggi (perhitungan laju
penurunan kecerahan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7). Hal ini
disebabkan, adanya reaksi pencoklatan nonenzimatis yang sering terjadi
selama penyimpanan bahan pangan yang juga dikenal sebagai reaksi
Maillard. Reaksi ini merupakan suatu hasil sejumlah reaksi yang cukup
kompleks yang biasanya terjadi antara pereaksi gula reduksi dan gugus
amino dari asam amino atau protein. Akibat reaksi tersebut adalah
perubahan baik sifat-sifat kimiawi dan fisiologi protein. Sehingga
mempengaruhi nilai gizi bahan pangan pada warna dan tekstur. Baik suhu
dan kadar air mempunyai pengaruh khusus pada reaksi pencoklatan
nonenzimatis.
Reaksi pencoklatan nonenzimatis akan terjadi apabila tersedia
bahan-bahan pereaksinya yaitu gula-gula pereduksi dan gugus reaktif
asam amino. Seringkali reaksi ini dapat juga terjadi walau secara
langsung tidak ditemukan gula pereduksi dalam sistem. Misalnya hanya
ditemukan sukrosa yang ternyata dalam kenyataannya dapat terhidrolisis
menjadi gula-gula pereduksi glukosa dan fruktosa, sehingga tingkatan
hidrolisis ini menjadi batasan reaksi pencoklatan nonenzimatis (Purnomo,
1995)
C. Pendugaan Umur Simpan
Selai nanas merupakan bahan makanan yang mudah rusak akibat
pengaruh lingkungan. Menurut Singh (1994), faktor luar yang dapat memicu
terjadinya reaksi yang akan menurunkan mutu makanan adalah suhu,
kelembaban, oksigen dan cahaya. Dalam berbagai literatur dikatakan bahwa
suhu memainkan peranan yang sangat penting terutama dalam hal
penyimpanan. Semakin tinggi suhu penyimpanan menyebabkan peningkatan
laju penurunan mutu yang terdapat pada makanan tersebut.
Dalam penelitian ini dilakukan pendugaan umur simpan selai nanas
dengan menggunakan metode akselerasi (penyimpanan yang dipercepat)
34
dengan cara menaikan suhu penyimpanan yang diharapkan akan
menurunkan mutu selai nanas sehingga dapat mempercepat penentuan masa
simpan.
Penentuan parameter kritis didasarkan pada penurunan mutu produk
selama masa penyimpanan. Beberapa parameter mutu yang diamati, yaitu
kadar air, warna produk, total asam dan pH. Pemilihan parameter kritis
produk ditentukan oleh parameter mutu yang paling berpengaruh dalam
menyebabkan kerusakan produk sehingga mempengaruhi penerimaan
konsumen terhadap produk tersebut. Parameter mutu yang dijadikan sebagai
parameter kritis dalam pendugaan umur simpan selai nanas organik ini adalah
parameter kadar air. Kadar air merupakan parameter penting yang sangat
berpengaruh pada mutu produk pangan semi basah. Selai nanas organik
termasuk dalam produk pangan semi basah. Oleh karena itu, kadar air
digunakan sebagai parameter kritis dalam pendugaan umur simpan selai
nanas organik. Kadar air pada produk pangan semi basah akan berpengaruh
pada parameter mutu yang lain. Kadar air digunakan sebagai parameter
karena kadar air dapat merusak kriteria penerimaan konsumen terhadap
produk. Semakin tinggi kadar air yang dikandung selai nanas, maka produk
ini akan semakin jauh dari kriteria mutu selai yang diinginkan. Selain itu,
kadar air yang semakin meningkat akan menyebabkan peningkatan laju
kerusakan akibat adanya pertumbuhan kapang.
Menurut Winarno et al. (1980), pengaruh kadar air sangat penting
untuk menentukan masa simpan makanan, karena kadar air mempengaruhi
sifat-sifat fisik (kekerasan dan kekeringan) dan sifat-sifat fisiko-kimia,
perubahan kimia (browning nonenzimatis), kerusakan mikrobiologis dan
perubahan enzimatis terutama pada makanan yang belum diolah.
Parameter yang digunakan dalam penentuan umur simpan harus
mempunyai titik kritis, dimana pada titik ini produk tidak dapat diterima lagi
oleh konsumen. Penentuan titik kritis dapat dilakukan dengan penelitian atau
berdasarkan sumber pustaka yaitu SNI 01-3746-1995. Pada penelitian ini titik
kritis menggunakan acuan dari SNI 01-3746-1995. Nilai maksimal kadar air
untuk selai nanas pada SNI 01-3746-1995 adalah 35%. Pendugaan umur
35
y = 0,0686x + 27,802
y = 0,8228x + 28,132
y = 0,0913x + 27,761
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Kad
ar A
ir (%
)
JAR 25 JAR 35 JAR 45Linear (JAR 25) Linear (JAR 35) Linear (JAR 45)
simpan selai nanas organik pada masing-masing kemasan adalah sebagai
berikut:
1. Kemasan gelas jar
Selama penyimpanan, kadar air selai nanas mengalami perubahan
seperti yang terlihat pada Lampiran 8. Langkah selanjutnya dalam
pendugaan umur simpan adalah membuat analisis regresi linier perubahan
mutu kadar air dari kemasan gelas jar dan lama penyimpanan seperti yang
terlihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik regresi linier kadar air pada kemasan gelas jar Setelah semua kadar air diplot seperti yang terlihat pada Gambar 8.
maka didapat persamaan sebagai berikut:
- Suhu 250C, y = 0,0686X + 27,8022 , dimana k = 0,0686 dan r = 0,8540
- Suhu 350C, y = 0,0828X + 28,1322, dimana k = 0,0828 dan r = 0,8427
- Suhu 450C, y = 0,0913X + 27,7611, dimana k = 0,0913 dan r = 0,8542
Dari persamaan regresi linear diatas didapatkan nilai k seperti yang
tertulis dalam Tabel 4.
Tabel 4. Nilai k dan ln k pada kemasan gelas jar
Suhu a k lnk 1/T 25 0,0686 0,0686 -2,680 0,0034 35 0,0828 0,0828 -2,492 0,0032 45 0,0913 0,0913 -2,393 0,0031
36
Chart Title
y = -1362,8x + 1,9062R2 = 0,9743
-3,0
-2,5
-2,0
-1,5
-1,0
-0,5
0,00,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034
1/T
lnk
JAR Linear (JAR)
Setiap nilai ln k diplotkan sebagai absis terhadap suhu dalam satuan
Kelvin sehingga diperoleh kurva seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. Kurva hubungan ln k dengan 1/T pada kemasan gelas jar
Berdasarkan kurva pada Gambar 9. dapat diperoleh persamaan
regresi linier baru yaitu :
Y = -1362,8X + 1,9062 (R2 = 0,9743)
Nilai derajat kemiringan dari persamaan garis tersebut merupakan
nilai –Ea/R dari persamaan Arrhenius sehingga dapat diperoleh nilai
energi aktivasi yaitu sebagai berikut :
-Ea/R = -1362,8K
R = 1,986 kal/mol K, maka
Ea = 2708,5 kal/mol
Nilai intersep merupakan nilai ln ko dari persamaan Arrhenius, sehingga
diperoleh nilai ko yang merupakan konstanta yang tidak bergantung
terhadap suhu sebesar 6,7275. Dengan menggunakan persamaan
Arrhenius maka diperoleh :
K = ko e –Ea/RT
K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T)
37
Setelah persamaan di atas diperoleh, maka laju perubahan kadar air
selai nanas dalam kemasan jar dapat ditentukan sebagai berikut :
Suhu 250C atau 298 K K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T)
K = 6,7275 x e -1362,8 (1/298)
K = 0,0695 Suhu 350C atau 308 K K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T)
K = 6,7275 x e -1362,8 (1/308)
K = 0,0806 Suhu 450C atau 318 K K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T)
K = 6,7275 x e -1362,8 (1/318)
K = 0,0926
Setelah mendapatkan laju perubahan kadar air selai nanas,
selanjutnya pendugaan umur simpan selai nanas pada tiap-tiap suhu dapat
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Umur simpan = Kadar air kritis – Kadar air awal
Laju perubahan kadar air
Suhu 250C atau 298 K = 117,55 hari atau 3,92 bulan
Suhu 350C atau 318 K = 101,33 hari atau 3,38 bulan
Suhu 450C atau 308 K = 88,17 hari atau 2,94 bulan
2. Plastik polypropilen
Selama penyimpanan, kadar air selai nanas mengalami perubahan
seperti yang terlihat pada Lampiran 9. Langkah selanjutnya dalam
pendugaan umur simpan adalah membuat analisis regresi linier perubahan
mutu kadar air dari kemasan plastik polypropilen dan lama penyimpanan
seperti yang terlihat pada Gambar 10.
38
y = 0,0775x + 27,574
y = 0,0881x + 26,320
y = 0,0930x + 25,576
05
10152025303540
0 20 40 60 80
Lama Penyimpanan (Hari)
Kad
ar A
ir (%
)PP 25 PP 35 PP 45Linear (PP 25) Linear (PP 35) Linear (PP 45)
Gambar 10. Grafik regresi linier kadar air pada kemasan plastik polypropilen
Setelah semua kadar air diplot seperti yang terlihat pada Gambar
10. maka didapat persamaan sebagai berikut:
- Suhu 250C, y = 0,0775X + 27,5740, dimana k = 0,0775 dan r = 0,7510
- Suhu 350C, y = 0,0881X + 26,3198, dimana k = 0,0881 dan r = 0,8370
- Suhu 450C, y = 0,0930X + 25,5760, dimana k = 0,0930 dan r = 0,7800
Dari persamaan regresi linear diatas didapatkan nilai k seperti yang
tertulis dalam Tabel 5.
Tabel 5. Nilai k dan ln k pada kemasan plastik polypropilen
Suhu a k lnk 1/T 25 0,0775 0,078 -2,557 0,0034 35 0,0881 0,088 -2,430 0,0032 45 0,0930 0,093 -2,375 0,0031
Setiap nilai ln k diplotkan sebagai absis terhadap suhu dalam
satuan Kelvin sehingga diperoleh kurva seperti pada Gambar 11.
39
Chart Title
y = -866,14x + 0,3603R2 = 0,9576
-3,0
-2,5
-2,0
-1,5
-1,0
-0,5
0,00,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034
1/Tln
k
PP Linear (PP)
Gambar 11. Kurva hubungan ln k dengan 1/T pada kemasan
plastik polypropilen
Berdasarkan kurva pada Gambar 11. dapat diperoleh persamaan
regresi linier baru yaitu :
Y = -866,14X + 0,3603 (R2 = 0,9576)
Nilai derajat kemiringan dari persamaan garis tersebut merupakan
nilai –Ea/R dari persamaan Arrhenius sehingga dapat diperoleh nilai
energi aktivasi yaitu sebagai berikut :
-Ea/R = -866,14 K
R = 1,986 kal/mol K, maka
Ea = 1720,15 kal/mol
Nilai intersep merupakan nilai ln ko dari persamaan Arrhenius, sehingga
diperoleh nilai ko yang merupakan konstanta yang tidak bergantung
terhadap suhu sebesar 1,4338. Dengan menggunakan persamaan
Arrhenius maka diperoleh :
K = ko e –Ea/RT
K = 1,4338 x e -866,14 (1/T)
Setelah persamaan di atas diperoleh, maka laju perubahan kadar
air selai nanas dalam kemasan plastik polypropilen dapat ditentukan
sebagai berikut :
40
Suhu 250C atau 298 K K = 1,4338 x e -866,14 (1/T)
K = 1,4338 x e -866,14 (1/298)
K = 0,0783
Suhu 350C atau 308 K K = 1,4338 x e -866,14 (1/T)
K = 1,4338 x e -866,14 (1/308)
K = 0,0861 Suhu 450C atau 318 K K = 1,4338 x e -866,14 (1/T)
K = 1,4338 x e -866,14 (1/318)
K = 0,0941
Setelah mendapatkan laju perubahan kadar air selai nanas,
selanjutnya pendugaan umur simpan selai nanas pada tiap-tiap suhu dapat
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Umur simpan = Kadar air kritis – Kadar air awal
Laju perubahan kadar air
Suhu 250C atau 298 K = 104,20 hari atau 3,47 bulan
Suhu 350C atau 318 K = 94,80 hari atau 3,16 bulan
Suhu 450C atau 308 K = 86,77 hari atau 2,89 bulan
Berdasarkan perhitungan umur simpan di atas, kemasan gelas jar
memiliki umur simpan lebih lama dibandingkan plastik polypropilen.
Selai nanas organik dalam kemasan gelas jar yang disimpan pada suhu
250C memiliki umur simpan 117 hari, 101 hari pada suhu 350C dan 88
hari pada suhu 450C. Sedangkan selai nanas organik dalam kemasan
plastik polypropilen yang disimpan pada suhu 250C memiliki umur
simpan 104 hari, 95 hari pada suhu 350C dan 87 hari pada suhu 450C.