iv hasil dan pembahasan 4.1 analisa bahan baku tabel 4.1...
TRANSCRIPT
-
30
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Bahan Baku
Pembuatan kecap menggunakan bahan baku ampas tahu. Dan
parameter yang dianalisa yaitu kadar air, dan kadar protein. Komposisi kimia dari
ampas tahu hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Komposisi Kimia Ampas Tahu Basah
Parameter Komposisi (%)
Kadar air 90
Protein 2,3
Komposisi kimia ampas tahu sesuai untuk dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan kecap. Kandungan protein ampas tahu hasil analisa mencapai
2,3 %, dan kadar air sebesar 90%. Komposisi kimia ampas tahu akan berperan
penting dalam pembentukan flavor, aroma, dan cita rasa dari kecap.
4.2 Karakteristik Kimia Produk Kecap Ampas Tahu
4.2.1 Protein
Lama fermentasi bahan baku kecap mempengaruhi hasil analisa kadar
protein kecap . Kenaikan kadar protein pada hasil analisa protein dapat dijadikan
indikator keberhasilan proses fermentasi bahan baku kecap. Pertumbuhan
kapang Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim
proteolitik yang akan mengurai protein menjadi asam-asam amino selama proses
fermentasi. Penguraian protein menjadi asam-asam amino meningkatkan kadar
nitrogen terlarut pada bahan baku kecap. Hasil analisa protein kecap ampas tahu
dapat dilihat pada Gambar 4.1
-
31
Gambar 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Protein KecapManis Ampas
Tahu
Rerata kadar protein hasil penelitian setelah proses fermentasi selama
empat minggu 2,61 %, lima minggu 2,37 %, enam minggu 6,83 %, dan tujuh
minggu 2,98 %.dari semua perlakuan lama fermentasi, jika dibandingkan dengan
kecap control memiliki nilai kadar protein yang lebih besar yaitu 1,67 %. Hasil
analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar protein kecap ampas tahu.
Peningkatan protein kecap ampas tahu terjadi setelah proses fermentasi
selama empat hingga enam minggu. Kadar protein kecap ampas tahu menurun
setelah proses fermentasi selama tujuh minggu.
Peningkatan kadar protein pada perlakuan empat hingga enam minggu
akibat penguraian molekul protein kompleks menjadi asam amino selama proses
fermentasi. Lama fermentasi enam minggu menghasilkan asam amino yang lebih
banyak dari lama fermentasi empat dan lima minggu karena enzim protease
yang dihasilkan oleh bakteri halotoleran mendapat waktu lebih banyak untuk
melakukan pemecahan protein. Peningkatan jumlah massa mikroba selama
proses fermentasi diduga juga dapat meningkatkan kadar protein hasil analisa.
Nuryanti (2001) menyatakan peningkatan jumlah massa mikroba akan
menyebabkan meningkatnya kandungan produk fermentasi sehingga kandungan
protein merupakan refleksi dari jumlah massa sel.
Kadar protein pada perlakuan tujuh minggu lebih rendah dari kadar
protein pada perlakuan empat hingga enam minggu. Penurunan kadar protein
pada perlakuan tujuh minggu diduga berkaitan dengan fase pertumbuhan bakteri
halotoleran yang telah mencapai fase stasioner. Populasi mikroba mencapai titik
1.67 ± 0.064
2.61 ± 0.9552.37 ± 0.431
6.83 ± 4.271
2.98 ± 0.431
0
2
4
6
8
10
12
kontrol 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu
Kad
ar P
rote
in (
%)
Lama Fermentasi
-
32
maksimal pada fase stasioner. Jumlah massa mikroba pada fase stasioner telah
mencapai ambang batas daya dukung nutrisi terhadap pertumbuhan populasi.
Populasi mikroba pada perlakuan tujuh minggu diduga menggunakan lebih
banyak asam amino sebagai sumber energi sehingga kadar protein hasil analisa
menurun. Ganjar dan Steinkraus (1972) menyatakan aktivitas konsumsi asam
amino lebih tinggi dari degadrasi protein menjadi protein terlarut oleh enzim
protease dapat menurunkan kadar protein.
Aktivitas kapang akan menghasilkan enzim protease selama proses
perendaman. Enzim protease berfungsi memecah molekul protein komplek
menjadi asam amino (Rahayu dkk, 2005). Kandungan protein kecap ampas tahu
akan dipecah menjadi asam-asam amino oleh enzim protease selama proses
perendaman.
Kadar protein kecap manis dalam penelitian ini memenuhi syarat mutu
SNI. Kecap ampas tahu dengan lama fermentasi empat, lima, dan tujuh minggu
termasuk dalam mutu II. Kecap ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi
enam minggu termasuk dalam mutu I. SNI 1-3543-1999 menetapkan kadar
protein kecap manis mutu I minimal 6% dan mutu II minimal 2 %.
4.2.2 Total Gula
Moromi mangandung rerata total gula 5,27% - 11.69%. Moromi ampas
tahu dengan lama fermentasi empat minggu mempunyai rerata total gula paling
tinggi, sedangkan moromi ampas tahu dengan lama fermentasi tujuh minggu
mempunyai rerata total gula paling rendah. Hasil analisa ragam menunjukkan
bahwa akibat perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar total
gula moromi kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa
tiap perlakuan lama fermentasi menunjukkan beda nyata. Hasil analisa total gula
moromi ampas tahu dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Proses fermentasi menurunkan kadar total gula. Penurunan kadar total
gula diduga akibat aktivitas mikroba memanfaatkan gula sebagai sumber energi
selama proses fermentasi. Penelitian terdahulu menyatakan tahap fermentasi
melibatkan pemecahan gula menjadi senyawa asam laktat oleh bakteri asam
laktat serta menjadi alkohol dan CO2 oleh Sacharomyces rouxii,
Zygosacharomyces, maupun Hansenula. Kapang dan bakteri fermentasi
-
33
menghasilkan enzim amilase dan invertase untuk menghidrolisis gula, sehingga
kadar total gula pada akhir produksi akan berkurang.
Gambar 4.2 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Total Gula Moromi
Filtrat hasil fermentasi moromi dimasak pada suhu 90ºC selama 30 menit
dengan penambahan gula. Penambahan gula saat proses pemasakan
mempengaruhi kadar total gula pada produk kecap. Pengaruh proses
pemasakan terhadap total gula dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Pengaruh Pemasakan Terhadap Total Gula Kecap Manis Ampas
Tahu
11.70 ± 0.336 a
8.90 ± 0.372 b
6.88 ± 1.239 c
5.27 ± 0.372 d
0
2
4
6
8
10
12
14
4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu
Tota
l Gu
la (
%)
Lama Fermentasi
47.62 ± 3.295 a
43.19 ± 0.212 b
42.40 ± 0.159 b
41.64 ± 1.345 b39.94 ± 0.460 c
0
10
20
30
40
50
60
kontrol 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu
Tota
l Gu
la (
%)
Lama Fermentasi
-
34
Proses pemasakan meningkatkan kadar total gula pada produk kecap.
Rerata total gula pada produk kecap berkisar antara 39,94 % - 43,19%. Rerata
total gula paling tinggi adalah moromi ampas tahu dengan lama fermentasi
empat minggu (43.19%) dan yang paling rendah adalah moromi ampas tahu
dengan lama fermentasi tujuh minggu (39,94%). Dari semua perlakuan nilai total
gula lebih kecil jika dibandingkan dengan kecap kontrol yaitu sebesar 47,62 %.
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi
berpengaruh nyata terhadap kadar total gula kecap ampas tahu. Dapat dilihat
pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi empat hingga
enam minggu tidak berbeda nyata, sedangkan untuk kontrol, empat hingga
enam, dan tujuh minggu berbeda nyata. Peningkatan kadar total gula pada
produk kecap terjadi karena penambahan gula saat proses pemasakan filtrat
moromi menjadi kecap manis. Santoso (1994) yang menyatakan bahwa jumlah
gula yang ditambahkan untuk pembuatan kecap manis juga akan mempengaruhi
kadar total gula. Semakin banyak gula yang ditambahkan, kadar total gula juga
semakin tinggi.
4.2.3 Total Padatan Terlarut
Rerata total padatan terlarut produk kecap berkisar antara 40,5 % -
41,5%. Rerata total padatan terlarut paling rendah terdapat pada kecap dengan
perlakuan fernentasi moromi empat minggu sebesar 40,5 %, sedangkan rerata
total padatan terlarut paling tinggi terdapat pada perlakuan lama fermentasi tujuh
minggu sebesar 42,5%. Hasil analisa total padatan terlarut moromi dapat dilihat
pada Gambar 4.4
-
35
Gambar 4.4 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Total Padatan Terlarut Kecap
Manis Ampas Tahu
Kecap ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi empat minggu
mempunyai kadar total padatan terlarut sebesar 40,5 % , lama fermentasi lima
minggu sebesar 41,5 %, lama fermentasi enam minggu sebesar 41,8 %, dan
lama fermentasi tujuh minggu sebesar 42,5 %. Hasil analisa ragam menunjukkan
bahwa akibat perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar total
padatan terlarut kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05)
bahwa perlakuan lama fermentasi lima, enam, dan tujuh minggu tidak berbeda
nyata, sedangkan perlakuan lama fermentasi 4 minggu berbeda nyata dengan
ketiga perlakuan tersebut. Total padatan terlarut menunjukkan jumlah partikel
padatan yang terlarut dalam air. Komponen yang terukur sebagai total padatan
terlarut adalah asam-asam organic, sukrosa, dan gula reduksi, oligosakarida,
dan garam-garam. Stevens (1985) menyatakan kandungan total padatan terlarut
dalam suatu bahan meliputi asam-asam organik, gula, vitamin dan protein.
Ranken dan Kill (1997) menyatakan komponen-komponen yang terukur sebagai
total padatan terlarut adalah asam-asam organic, sukrosa, gula reduksi, garam
dan protein. Steinkuraus (1989) menyatakan total padatan terlarut dapat
mengalami peningkatan dari 13% menjadi 28% setelah fermentasi berlangsung
sekitar 72 jam.
Setelah proses fermentasi (moromi) dilakukan proses pemasakan untuk
dijadikan produk kecap, suhu yang digunakan untuk pemasakan an 90ºC selama
30 menit dan dilakukan pengadukan sesering mungkin. Hasil analisa total
padatan terlarut kecap dapat dilihat pada Gambar 4.5
40.5 ± 0.707 b 41.5 ± 0.283 a 41.8 ± 0.707 a42.5 ± 0.707 a
19
24
29
34
39
44
49
4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 MingguTo
tal P
adat
an T
erl
aru
t (%
)
Lama Fermentasi
-
36
Gambar 4.5 Pengaruh Pemasakan Terhadap Total Padatan Terlarut Kecap
Manis Ampas Tahu
Rerata total padatan terlarut kecap manis ampas tahu pada lama
fermentasi empat minggu sebesar 45,8 %, lama fermentasi lima minggu sebesar
46,8 %, lama fermentasi enam minggu sebesar 48,8 %, dan lama fermentasi
tujuh minggu sebesar 49 %. Dari semua sampel jika dibandingkan dengan
kontrol memiliki nilai total padatan terlarut lebih rendah yakni sebesar 49 %,
kecuali pada lama fermentasi tujuh minggu memiliki nilai total padatan terlarut
yang sama. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama
fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan terlarut kecap ampas
tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi
tujuh minggu, enam minggu dan kecap kontrol tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lama fermentasi empat dan lima minggu, perlakuan lama fermentsi
empat minggu juga tidak berbeda nyata dengam perlakuan lama fermentasi lima
minggu, namun perlakuan lama fermentasi empat dan lima berbeda nyata
dengan perlakuan lama fermentasi enam minggu, tujuh minggu dan kontrol.
Kadar total padatan terlarut produk kecap manis ampas tahu pada semua
perlakuan telah memenuhi standar SNI. SNI menetapkan kadar total padatan
terlarut minimum pada kecap manis adalah 10%.
Kadar total padatan terlarut dalam kecap manis dipengaruhi oleh jumlah
komponen yang digunakan dalam proses produksi. Penambahan air dan gula
saat pemasakan mempengaruhi hasil akhir total padatan terlarut produk kecap
manis. Volume air yang digunakan pada proses pemasakan berbanding terbalik
dengan kadar total padatan terlarut produk kecap manis, sedangkan jumlah gula
yang digunakan berbanding lurus dengan kadar total padatan terlarut produk
49 ± 1.414 a
45.8 ± 0.283 b
46.8 ± 1.131 b
48.8 ± 1.131 a 49 ± 1.414 a
0
10
20
30
40
50
60
Kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu
Tota
l Pad
atan
Te
rlar
ut
(%)
Lama Fermentasi
-
37
kecap manis. Padatan terlarut juga berhubungan dengan tingkat kekeruhan atau
kecerahan dan viskositas kecap manis.
4.2.4pH
Analisa pH dilakukan untuk mengetahui tingkat aktifitas mikroba.
Parameter pH dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan asam-asam
organik hasil metabolisme mikroba. Judoamidjojo (1990) dalam Ika (2014)
meyatakan derajat keasaman memegang peranan penting karena dapat
menunjukkan semakin meningkatnya kandungan asam organik maupun asam
amino pada proses fermentasi. Grafik perubahan pH moromi terlihat pada
Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap pH moromi
Rerata pH moromi hasil fermentasi selama empat minggu sebesar 5,25,
lama fermentasi lima minggu sebesar 5,15, lama fermentasi enam minggu
sebesar 4,75 dan lama fermentasi tujuh minggu sebesar 4,65. Hasil analisa
ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata
terhadap kadar total padatan terlarut kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada
notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi empat minggu tidak
berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi lima minggu, dan perlakuan
lama fermentasi enam minggu tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama
fermentasi tujuh minggu. sedangkan kedua perlakuan empat hingga lima minggu
berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi enam hingga tujuh minggu.
5.25 ± 0.071 a 5.15 ± 0.071 a4.75 ± 0.071 b 4.65 ± 0.071 b
0
1
2
3
4
5
6
7
4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu
pH
Lama Fermentasi
-
38
Terjadi penurunan pH pada moromi jika difermentasi dengan waktu lebih
lama. Penurunan pH disebabkan proses pemanfaatan gula oleh mikroorganisme
yang berperan dalam proses fermentasi sehingga dihasilkan asam-asam organik
sebagai metabolit. Pembentukan asam-asam organik menyebabkan penurunan
pH pada moromi empat, lima, enam, dan tujuh minggu. Hesseltine (1988)
menyatakan penurunan pH juga disebabkan peranan BAL dan khamir dalam
proses fermentasi. BAL dan khamir akan mengubah gula menjadi asam-asam
organik seperti asam asetat, asam laktat, dan asam suksinat saat fermentasi
kecap.
Poesponegoro (1975) menyatakan bahwa senyawa nitrogen seperti
asam-asam amino dan peptida-peptida yang terbentuk pada akhir fermentasi
dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH produk fermentasi. Penurunan pH
dengan perlakuan lama fermentasi hingga tujuh minggu diduga juga
berhubungan dengan peningkatan jumlah mikroba pada akhir fermentasi.
Mikroba akan melakukan metabolisme dan menghasilkan asam-asam organik
seperti asam laktat, asam asetat dan asam suksinat selama proses fermentasi.
Asam-asam organik hasil metabilsme mikroba akan berpengaruh terhadap
penurunan pH.
Moromi Hasil fermentasi dimasak pada suhu 90ºC selama 30 menit
dengan pengadukan sesering mungkin. Hasil analisa pH kecap setelah proses
pemasakan dapat dilihat pada Gambar 4.7
Gambar 4.7 Pengaruh Pemasakan terhadap pH Produk Kecap Ampas Tahu
4.75 ± 0.071 c
5.75 ± 0.071 a5 ± 0 b 5 ± 0 b 5.25 ± 0 b
0
1
2
3
4
5
6
7
Kontrol 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu
pH
Lama Fermentasi
-
39
Rerata pH kecap manis ampas tahu pada lama fermentasi empat minggu
sebesar 5,75, lama fermentasi lima minggu sebesar 5, lama fermentasi enam
minggu sebesar 5, dan lama fermentasi tujuh minggu sebesar 5,25. Dan untuk
kecap kontrol sebesar 4,75 Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat
perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan
terlarut kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa
perlakuan lama fermentasi lima, enam , dan tujuh minggu tidak berbeda nyata,
sedangkan perlakuan lama fermentasi ketiganya berbeda nyata dengan
perlakuan lama fermentasi empat dan kontrol.
Peningkatan pH setelah proses pemasakan diduga akibat penambahan
air dan gula. Penambahan air dan gula dapat memberikan efek pengenceran
pada moromi selama proses pemasakan. Asam amino yang mempunyai rantai
samping gugus basa dapat menyebabkan kenaikan nilai pH kecap ampas tahu.
Asam amino tersebut merupakan basa konjugat (akseptor proton) dari asam
yang bersesuaian (Graner et al., 2003). Kerusakan enzim yang terdapat pada
kecap karena proses pemanasan juga dapat meningkatkan nilai pH. Peningkatan
nilai pH kecap ampas tahu juga dapat dipengaruhi penambahan bahan bersifat
alkali seperti gula. Spiegel dan Huss (2001) menyatakan penambahan bahan
yang bersifat alkali dapat meningkatkan nilai pH kecap. Forrest, et al (1975) juga
berpendapat proses pemasakan akan diikuti dengan peningkatan pH produk
kecap.
4.2.5 TPC
Analisa perhitungan total mikroba bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan mikroba pada saat proses fermentasi. Jumlah mikroba
berdasarkan hasil analisa total mikroba mengalami peningkatan selama proses
fermentasi. Hasil analisa total mikroba moromi dapat dilihat pada Gambar 4.8
-
40
Gambar 4.8 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Mikroba Moromi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rerata jumlah mikroba selama
fermentasi pada lama fermentasi empat minggu sebesar 6.2x104 cfu/ml, lama
fermentasi lima minggu sebesar 8.9x105 cfu/ml, lama fermentasi enam minggu
sebesar 9.9x106 cfu/ml, dan lama fermentasi tujuh minggu sebesar 9x107 cfu/ml.
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi
berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan terlarut kecap ampas tahu.
Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi
empat dan lima minggu tidak berbeda nyata, sedangkan dari kedua perlakuan
tersebut berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi enam minggu dan
tujuh minggu.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin lama fermentasi, maka
total mikroba semakin meningkat. Peningkatan jumlah mikroba tersebut
disebabkan mikroba mengalami pertumbuhan berupa pertambahan jumlah sel.
Mikroba memanfaatkan nutrisi (karbohidrat) yang telah dipecah menjadi gula
sederhana untuk melakukan aktifitas pertumbuhan sehingga pertumbuhan
mikroba meningkat.
Setelah proses fermentasi (moromi) dilakukan proses pemasakan untuk
dijadikan produk kecap, dimana suhu yang digunakan adalah 90ºC selama 30
menit dan dilakukan pengadukan sesering mungkin. Hasil analisa jumlah
mikroba produk kecap dapat dilihat pada Gambar 4.9
3,75x102 ±7.071 a
-
41
Gambar 4.9 Pengaruh Pemasakan Terhadap Jumlah Mikroba Produk Kecap Ampas Tahu
Rerata jumlah mikroba produk kecap pada lama fermentasi empat
minggu sebesar 5 cfu/ml, lama fermentasi lima minggu sebesar 1x101 cfu/ml,
lama fermentasi enam minggu sebesar 1,5x101 cfu/ml, dan lama fermentasi tujuh
minggu sebesar 2x101cfu/ml. sedangkan untuk kecap control sebesar 3,8 x 102. .
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi
berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan terlarut kecap ampas tahu.
Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi
empat, lima, enam dan tujuh minggu tidak berbeda nyata, sedangkan dari
masing-masing perlakuan lama fermentasi berbeda nyata dengan kontrol.
Dari hasil analisa proses pemasakan dapat menurunkan jumlah mikroba
pada produk kecap. Hal ini diduga karena adanya proes pemanasan. Hal ini
didukung oleh (Nunomura dan Sasaki, 1992) yang menyatakan bahwa selain
untuk meningkatkan kualitas kecap terutama dari segi warna dan flavor,
pemasakan juga bertujuan untuk membunuh sel mikroba seperti kapang,
Lactobacillus, khamir dan spora bakteri tahan panas.
4.3 Karakteristik Fisik Produk Kecap Ampas Tahu
4.3.1 Tingkat Kecerahan Warna
Tingkat kecerahan warna (L) dari hasil penelitian berkisar antara 21,4-
24,6. L menyatakan tingkat gelap terang dengan kisaran 0-100, dimana makin
besar nilainya berarti makin terang (Pomeranz dan Meloan, 1994). Dapat dilihat
5 ±7.071 b
5 ±14.142 b
15 ±7.071 b
20 ±14.142 b
-
42
pada Gambar 4.10 sampel kecap manis yang paling gelap adalah kecap manis
ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi tujuh minggu.
Gambar 4.10 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Tingkat Kecerahan Warna
(L) Kecap Manis Ampas Tahu
Berdasarkan hasil analisa, dapat dilihat sampel kecap manis ampas tahu
dengan perlakuan lama fermentasi empat minggu, lima minggu, enam minggu,
dan tujuh minggu tidak jauh berbeda dengan sampel kecap yang beredar di
pasaran (kontrol). Hasil analisa didapatkan nilai 23,8 pada kontrol. Dan pada
perlakuan lama fermentasi empat minggu sebesar 24,6, lama fermentasi lima
minggu sebesar 22,6, lama fermentasi enam minggu sebesar 22,3, dan lama
fermentasi tujuh minggu sebesar 22. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa
akibat perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan
warna kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap
perlakuan lama fermentasi menunjukkan beda nyata.
Warna kecap manis ini dapat dipengaruhi oleh bahan baku, gula kelapa
yang digunakan, dan reaksi Maillard yang terjadi selama proses fermentasi
sehingga menyebabkan browning. Selain itu warna coklat kehitaman pada kecap
juga disebabkan karena adanya penambahan kluwak.Hasil reaksi Maillard
menghasilkan bahan berwarna coklat, yang sering dikehendaki atau kadang
malah menjadi pertanda penurunan mutu. Pada pembuatan kecap manis, reaksi
ini sangat diharapkan (Winarno, 2004).
24.3 ± 0.566 a
24.65 ± 0.071 a
22.65 ± 0.919 b
22.35 ± 0.071 c22 ± 1.131 d
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu
Tin
gkat
a K
ece
rah
an (
L)
Lama Fermentasi
-
43
4.3.2 Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu hambatan yang menahan aliran
zat cair molekuler yang disebabkan oleh gerakan acak dari molekuler zat cair
tersebut (Yuwono dan Santoso, 2001).Kekentalan kecap merupakan suatu tanda
dari banyaknya padatan sebagai hidrolisis komponen substrat seperti
protein, karbohidrat, lemak dan bumbu yang ditambahkan.
Kecap yang dianggap berkualitas adalah kecap yang memiliki tingkat
kekentalan tertentu Kecap manis yang terlalu encer dianggap berkualitas rendah
oleh konsumen (Suprapti, 2005).Hasil analisa viskositas dapat dilihat pada
Gambar 4.11.Dari hasil analisa viskositas, diperoleh rerata nilai viskositas pada
sampel yang berkisar antara 54,27 dP sampai 94,89 dP. Viskositas yang paling
tinggi adalah kecap manis ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi empat
minggu yaitu sebesar 94,89 dP dan viskositas paling rendah adalah kecap manis
ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi tujuh minggu yaitu sebesar 54,27
dP. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi
berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna kecap ampas tahu. Dapat
dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi lima dan
enam minggu tidak berbeda nyata, sedangkan kedua perlakuan tersebut
berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi empat minggu , tujuh minggu,
dan kontrol.
Gambar 4.11 Viskositas Kecap Manis Ampas Tahu
Kekentalan kecap manis dapat dilihat dari nilai viskositasnya. Jika nilai
viskositas semakin tinggi, maka kecap manis tersebut semakin kental. Tidak ada
15.22 ± 0.26 d
94.89 ± 0.73 a
72.9 ± 5.66 b 70.49 ± 1.29 b
54.27 ± 1.74 c
0
20
40
60
80
100
120
Kontrol 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu
Vis
kosi
tas
(dP
as)
Lama Fermentasi
-
44
standar yang menentukan nilai viskositas kecap manis. Viskositas merupakan
salah satu parameter bagi konsumen untuk memilih kecap manis. Viskositas
kecap manis dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan seperti gula
dan air, selain itu juga dapat dipengaruhi oleh jumlah padatan terlarut. Menurut
Suprapti (2005), selain berfungsi sebagai pemanis, gula juga berfungsi sebagai
pengental.
Nilai viskositas juga berhubungan dengan total padatan terlarut pada
kecap manis. Semakin tinggi nilai padatan terlarutnya, maka viskositas kecap
manis akan semakin tinggi. Menurut Bourne (1982), viskositas dipengaruhi oleh
bebrapa factor, salah satunya adalah total padatan. Fennema (1996)
menambahaka bahwa viskositas dipengaruhi oleh suhu, tekanan, berat molekul,
konsentrasi larutan, dan jumlah bahan yang ada dalam system tersebut.
Endapan yang terbentuk adalam kecap setelah disimpan lama dapat
menurunkan kualitas kecap tersebut.Kecap dengan kualitas tinggi tidak memiliki
endapan walaupun dismpan dalam waktu lama. Untuk mencegah terbentuknya
endapan, diperlukan penambahan bahan berupa penstabil suspense (stabilizer)
atau pengental yang bias berupa papaya matang, cmc, atau agar-agar
(anonymous, 2010).
4.4 Karakteristik Organoleptik
4.4.1 Rasa
Uji rasa organoleptik dimaksudkan untuk mengetahui rerata skor
kesukaan panelis terhadap rasa kecap. Parameter uji rasa ini adalah sangat
tidak suka (1) hingga sangat suka (4). Rasa makanan atau minuman adalah
turunan dari sebagian komponen pangan yang terlarut dalam air liur selama
makanan dicerna secara mekanis di dalam mulut (Moehyl, 1992). Rasa terbentuk
saat proses fermentasi moromi yaitu tahap fermentasi dalam larutan garam 20%
(Koswara, 1997). Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu
produk pangan.
Rasa akan timbul setelah difermentasi dalam larutan garam dengan
waktu yang ditentukan. Penambahan garam dalam proses fermentasi moromi
-
45
berfungsi untuk menarik senyawa nitrogen terlarut yang ada dalam koji ke dalam
larutan garam supaya kecap yang dihasilkan enak (Rahayu dkk, 2005). Rerata
penilaian panelis terhadap kecap bekisar antara 1,53 (sangat tidak suka) sampai
3,6 (sangat suka). Kecenderungan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa kecap
dapat dilihat pada Gambar 4.12
Gambar 4.12 Pengaruh Lama Fermnentasi Kecap Manis Ampas Tahu pada
Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Kecap
Rerata kesukaan panelis cenderung lebih menyukai kontrol 3,6 (sangat
suka) kemudian perlakuan lama fermentasi enam minggu 2.65 (suka), empat
minggu 2,45 (tidak suka), lima minggu 2,15 (tidak suka), dan tujuh minggu 1,53
(tidak suka). Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama
fermentasi berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna kecap ampas
tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap perlakuan lama
fermentasi menunjukkan beda nyata.
Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas rasa kecap yaitu proses
fermentasi kapang, karena pada proses ini kapang akan mengeluarkan enzim
yang memecah substrat menjadi senyawa terlarut. Kadar senyawa terlarut
tersebut menentukan rasa kecap (Rahayu dkk, 2005).Fermentasi moromi pada
pembuatan kecap mempengaruhi rasa. Menurut judoamidjojo et al, 1989,
menyatakan bahwa pada fermentasi moromi diharapkan akan menghasilkan
asam amino, peptide dan asam organic yang berperan dalam memperkaya flavor
dan aroma.
4.4.2 Aroma
3.6 ± 0.545 a
2.45 ± 0.876 c
2.15 ± 0.770 d2.65 ± 0.662 b
1.53 ± 0.679 e
0
1
2
3
4
5
kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu
RA
SA
-
46
Uji aroma organoleptik dimaksudkan untuk mengetahui rerata skor
kesukaan panelis terhadap aroma kecap.Parameter uji aroma ini adalah sangat
tidak suka (1) hingga sangat suka (4). Aroma makanan merupakan salah satu
factor yang sangat penting dalam membantu persepsi indra kita tentang cita rasa
suatu makanan. Rerata penilaian panelis terhadap aroma kecap berkisar antara
1,90 (tidak suka) sampai 3,48 (suka). Kecenderungan tingkat kesukaan panelis
terhadap aroma kecap dapat dilihat pada Gambar 4.13
Gambar 4.13 Pengaruh Lama Fermentasi Kecap Manis Ampas Tahu pada
Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Kecap
Rerata kesukaan panelis cenderung lebih menyukai kontrol 3,48 (sangat
suka), kemudian perlakuan lama fermentasi enam minggu 2,80 (suka), lama
fermentasi lima minggu 2,60 (suka), empat minggu 2,58 (suka) dan tujuh minggu
yaitu 1,90 (tidak suka). Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat
perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna
kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap
perlakuan lama fermentasi menunjukkan beda nyata.
Aroma pada kecap disebabkan proses fermentasi pada bahan pembuat
kecap sehingga menimbulkan aroma yang khas. Pada tahap fermentasi garam
(moromi) akan tumbuh jenis-jenis bakteri dan khamir yang akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang menyebabkan kecap berbau khas (Yulinery dan Rostiati,
1993). Lamanya proses fermnetasi mempengaruhi aroma khas pada kecap.
Semakin lama proses fermenatasi aroma semakin baik (Rahayu dkk, 2005).
3.48 ± 0.640 a
2.58 ± 0.712 d2.60 ± 0.672 c
2.80 ± 0.608 b
1.90 ± 0.778 e
0
1
2
3
4
5
kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu
Aro
ma
-
47
4.4.3 Warna
Uji warna organoleptik dimaksudkan untuk mengetahui rerata skor
kesukaan panelis trehadap warna kecap. Parameter uji aroma ini adalah sangat
tidak suka (1) hingga sangat suka (4).warna merupakan salah satu factor yang
dapat menentukan nilai mutu suatu produk, karena suatu produk yang dinilai
bergizi, enak, dan teksturnya baik tidak akan menarik konsumen apabila memiliki
warna yang tidak sedap dipandang mata. Rerata penilaian panelis terhadap
warna kecap bekisar antara 2,28 (tidak suka) sampai 3,75 (sangat suka). Rerata
skor penilaian panelis dapat dilihat pada Gambar 4.14
Gambar 4.14 Pengaruh Lama Fermentasi Kecap Manis Ampas Tahu pada
Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Warna Kecap
Rerata kesukaan panelis cenderung lebih menyukai kontrol 3,73 (sangat
suka), kemudian lama fermentasi tujuh minggu 2,88 (suka), enam minggu 2,85
(suka), lima minggu 2,33 (tidak suka), dan empat minggu yaitu 2,28 (tidak suka).
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi
berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna kecap ampas tahu. Dapat
dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap perlakuan lama fermentasi
menunjukkan beda nyata.
Kesukaan panelis terhadap warna kecap cenderung sama pada semua
lama fermentasi kecap. Hal ini dikarenakan warna dari produk kecap didapatkan
dari penambahan bumbu yakni kluwak. Selain itu juga diduga adanya reaksi
Maillard pada saar fermentasi. Reaksi Maillard merupakan rekasi yang terjadi
antara gugus amino dari suatu amino bebas, residu rantai peptide atau protein
dengan gugus karbonil dari suatu karbohidrat apabila keduanya dipanaskan atau
disimpan pada waktu yang lama (Yokotsuka, 1998). Menurut Husaini (2000),
3.73 ± 0.452 a
2.28 ± 0.751 e 2.33 ± 0.797 d2.85 ± 0.736 c
2.88 ± 0.833 b
0
1
2
3
4
5
kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu
War
na
-
48
perubahan warna juga disebabkan reaksi antara asam amino dan gula sebagai
hasil dari aktifitas enzim amylase dalam menghidrolisis karbohidrat ampas tahu
dimana pada akhirnya reaksi ini menyebabakan pencoklatan dan mempengaruhi
warna. Selain itu penambahan gula kelapa menyebabkan warna coklat caramel
yang merupakan sifat spesifik kecap tradisional.
4.4.4 kekentalan
Uji kekentalan atau viskositas organoleptik dimaksudkan untuk
menegetahui rerata skor kesukaan panelis terhadap viskositas kecap.Parameter
uji aroma ini adalah sangat tidak suka (1) hingga sangat suka (4).Viskositas atau
kekentalan makanan terutama kecap merupakan salah satu factor yang sangat
penting dalam membantu presepsi indra kita tentang cira rasa suatu makanan.
Criteria kecap manis yang disukai oleh konsumen adalah kecap manis dengan
kekentalan tertentu. Rerata penilaian panelis terhadap kekentalan kecap berkisar
antara 2,20 (tidak suka) sampai 3,5 (sangat suka). Kecenderungan tingkat
kesukaan panelis terhadap kekentalan kecap dapat dilihat pada Gambar 4.15
Gambar 4.15 Pengaruh Lama Fermentasi Kecap Manis Ampas Tahu pada
Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Kekentalan Kecap
Rerata kesukaan panelis cenderung lebih menyukai kontrol 3,5 (sangat
suka), kemudian lama fermentasi enam minggu 2,75 (suka), lima minggu 2,40
(tidak suka), tujuh minggu 2,30 (tidak suka) dan empat minggu yaitu 2,20 (Tidak
suka). Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama
fermentasi berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna kecap ampas
tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap perlakuan lama
fermentasi menunjukkan beda nyata. Menurut Widyastuti dkk, (2011),
penambahan gula mempunyai kontribusi terhadap total gula, viskositas dan
3.5 ± 0.555 a
2.20 ±0.791 e2.40 ± 0.810 c
2.75 ± 0.776 b2.30 ± 0.823 d
0
1
2
3
4
5
kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu
Ke
ken
tala
n
-
49
warna produk.Viskositas (kekentalan) terjadi karena adanya penambahan gula
yang menyebabkan terbentuknya gel kaerena gula dicampur dengan air maka
terjadinya pelelehan.
Kekentalan adalah suatu hambatan yang menahan aliran zat cair secara
molekuler yang disebabkan oleh gerak acak dari molekul zat cair tersebut
(Yuwono dan susanto, 2001). Diduga lamanya perlakuan proses fermentasi
mempengaruhi kekentalan pada kecap.
4.5 Penentuan Perlakuan Terbaik
Pemilihan perlakuan terbaik didasarkan pada perhitungan dan
pembobotan terhadap parameter fisik, kimia, dan organoleptik yang ditentukan
oleh panelis (Lampiran 16).Perlakuan dengan nilai tertinggi merupakan
perlakuan terbaik. Menurut De Garmo et.,al., (1984), perlakuan terbaik dipilih
berdasarkan perlakaun yang memiliki nilai produk tertinggi berdasarkan pada
penilaian panelis terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik.
Tabel 4.2 Pemilihan Perlakuan Terbaik Kecap Manis Ampas Tahu
Parameter Bobot 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu
NE NP NE NP NE NP NE NP
Organoleptik rasa 0.32 1.08 0.35 1.12 0.36 1.68 0.54 0.87 0.28
Organoleptik warna 0.25 0.47 0.12 0.68 0.17 2.11 0.52 1.58 0.39
Organoleptik aroma 0.26 0.00 0.00 0.08 0.02 0.95 0.24 1.00 0.26
Organoleptik kekentalan 0.18 0.00 0.00 0.36 0.06 1.00 0.18 0.18 0.03
Protein 0.16 0.05 0.01 0.00 0.00 1.00 0.16 0.13 0.02
Total Gula 0.14 1.00 0.14 0.76 0.10 0.52 0.07 0.00 0.00
Total Padatan Terlarut 0.15 0.00 0.00 0.31 0.05 0.94 0.14 1.00 0.15
Total Mikroba 0.15 0.00 0.00 0.50 0.08 0.80 0.12 1.00 0.15
pH 0.12 1.00 0.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.04
viskositas (dP) 0.29 1.00 0.29 0.46 0.13 0.40 0.11 0.00 0.00
Total
1.01
0.97
*2.09
1.32
Keterangan: tanda * menunjukkan perlakuan terbaik
Penentuan perlakuan terbaik dari perlakuan lama fermentasi moromi
berdasarkan pada metode indeks efektifitas yaitu dengan menentukan bobot
untuk tiap parameter, yang terdiri dari nilai efektifitas atau NE dan nilai produk
atau NP.Selanjutnya nilai produk tiap parameter dijumlahkan untuk mendapatkan
-
50
perlakuan terbaik. Penilaian parameter tersebut meliputi organoleptik rasa,
aroma, warna, kekentalan, parameter kimia protein, total gula, total padatan
terlarut, pH, TPC, serta parameter fisik viskositas. Cole and Lawrie (1975)
menyatakan bahwa tingkat penerimaan konsumen lebih banyak ditentukan oleh
kenampakan fisik daripada komposisi kimia.penentuan perlakuan terbaik tersaji
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.3.Penilaian Perlakuan Terbaik Parameter Fisik, Kimia, dan Organoleptik Kecap Manis Ampas Tahu
Parameter Perlakuan
Terbaik Kontrol* SNI 1-3543-1999
Protein (%) 6.83 1.6 Minimum 2.5
Total Gula (%) 41.64 58.01 Minimum 40
Total Padatan Terlarut (%) 48.8 49 Minimum 10
Total Mikroba (cfu/ml) 1.5x101 3.7x102 Maksimum 102
pH 5 4.75 -
viskositas (dP) 70.49 15.22 -
Rasa 2.65(suka) 3.6(sangat suka) -
Warna 2.8(suka) 3.72(sangat suka) -
Aroma 2.85(suka) 3.48(sangat suka) -
Kekentalan 2.75(suka) 3.5(sangat suka) -
Keterangan: kontrol * mrupakan kontrol kecap yang beredar dipasaran
Berdasarkan kriteria pemilihan perlakuan terbaik fisik, kimia, dan
organoleptik (Tabel), bahwa nilai produk tertinggi diperoleh pada perlakuan lama
fermentasi 6 minggu. Penilaian perlakuan terbaik untuk parameter fisik kimia dan
organoleptik kecap manis ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Berdasarkan Tabel 4.3 menununjukkan bahwa kecap dengan perlakuan
lama fermentasi 6 minggu memiliki kadar protein, TPC, pH, dan viskositas yang
relatif sama bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan kecap control. Adapun total
gula dan total padatan terlarut yang nilainya ada di bawah nilai kecap control
kemungkinan dapat disebabkan oleh perbedaan bahan baku yang digunakan.
Bahan utama yakni ampas tahu dan gula merah yang berbeda dapat
menyebabkan terjadinya perbedaan kendungan dan komposisi kecap.Perbedaan
dapt juga dikarenakan banyaknya bumbu dan bahan yang ditambahkan pad
pemasakan kecap dapt mempengaruhi nilai tital gula dan total padatan terlarut.
-
51
4.6 Perencanaan Produksi
4.6.1 Perencanaan Proses Produksi
Proses pembuatan kecap manis ampas tahu direncanakan berdasarkan
pemilihan perlakuan terbaik dalam skala laboratorium untuk dikembangkan
menjadi skala industri. Proses produksi berlangsung selama 19 kali dalam satu
bulan, sehingga proses produksi disesuaikan dengan hari kerjadalam satu
minggu dimana dalam satu kali proses akan menghasilkan 19,950 Liter.
4.6.2 Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Pengadaan bahan baku dan bahan pembantu perlu direncanakan agar
proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa terjadi kekurangan
persediaan atau kebutuhan persediaan yang terlalu besar. Perencanaan
kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu dapat dilihat pada Lampiran 20
halaman 99.
4.6.3 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja
Usaha produksi kecap manis ampas tahu direncanakan dalam skala
rumah tangga, sehingga tenaga kerja yang digunakan sifatnya masih memiliki
hubungan kekeluargaan. Kebutuhan tenaga kerja yang direncanakan
disesuaikan dengan skala usaha dan kebutuhan jam kerja. Kebutuhan per
proses dapat dipenuhi oleh 4 orang tenaga kerja langsung, 1 tenaga kerja
pemasaran, 1 tenaga kerja administrasi.Kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat
pada Lampiran 20 halaman 99.
4.6.4 Perencanaan Kebutuhan Mesin dan Peralatan
Pertimbangan mesin dari peralatan yang dipakai industri rumah tangga
yaitu menggunakan teknologi yang sederhana, kapasitas produksi yang relatif
kecil, dapat ditangani dengan mesin yang sederhana dan ditentukan oleh
-
52
keterampilan tenaga kerja yang memadai.Kebutuhan peralatan pada industri ini
dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 98.
4.6.5 Analisa Kelayakan Finansial
Analisa finansial dilakukan untuk mengetahui apakah limbah padat atau
ampas tahu dapat digunakan sebagai usaha pembuatan produk kecapserta
tingkat kelayakan industri yang akan didirikan. Analisa ini didukung dengan
perhitungan modal tetap yang dapat dilihat pada Lampiran 21 halaman 100.
Biaya tidak tetap selama 1 tahun yang dapat dilihat pada Lampiran 22 halaman
101. Rincian biaya tetap selama 1 tahun yang dapat dilihat pada Lampiran 23
halaman 101, serta biaya Penyusutan yang dapat dilihat pada Lampiran 24
halaman 102. Analisis finansial yang dilakukan meliputi analisa biaya modal,
biaya operasional, harga pokok produksi (HPP) dan Break Event Point (BEP).
Kapasitas produksi per tahun sebesar 30.324 botol dengan harga pokok produksi
(HPP) kecap manis ampas tahu kemasan 150 ml per botol yaitu Rp 1.106,00.
Rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 20. Dari HPP tersebut dengan
laba yang diinginkan sebesar 20% didapatkan harga jual Rp 2.520,00 per botol.
Harga yang ditawarkan hampir sama dengan harga kecap manis dipasaran.
Jumlah produk yang terjual diasumsikan sebanyak 90% dari total produksi, sisa
10% merupakan produk cacat. Penentuan harga pokok penjualan (HPP) dan
break event point (BEP) dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Penentuan Harga Pokok Penjualan dan Break Event Point (BEP)
No Jenis Biaya Jumlah
1 Biaya tetap selam 1 tahun (Rp) 15.878.000
2 Biaya tidak tetap selama 1 tahun (Rp) 17.673.648
3 Total biaya Produksi selama 1 tahun (Rp) 33.551.648
4 Jumlah Produksi selama1 tahun (botol) 30.324
5 HPP (Rp) 1.106
6 Harga jual per botol (1 botol = 150ml) 2.520
7 BEP (unit) 8.196 8 BEP(Rp) 20.654.843
-
53
Hasil analisa BEP menunjukkan bahwa kapasitas produksi yang
ditetapkan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dengan kapasitas
produksi 30.324 botol per tahun didapat titik impas dengan memproduksi kecap
manis ampas tahu sebanyak 8.196 botol atau sebesar Rp
20.654.483,00.NiliaiBEP sebesar Rp 20.654.483,00 juga menunjukkan
kelayakan usaha karena nilainya lebih kecil daripada total biaya selama selama
satu tahun sebesar Rp 33.551.684,00. Perhitungan dapat disajikan sebagai
berikut:
HPP = Total Biaya 1 tahun
total produksi 1 tahun
= 33.551.648
30.324
= 1.106
Mark Up ={(0,20 x total biaya 1 tahun)+ biaya tetap
biaya tidak tetap}
= (0.20 x 33.551.648)+ 15.878.000
17.673.648
= 22.588.330
17.673.648
= 1,28
Harga jual = (mark up x HPP) + HPP
= (1,28 x 1.106) + 1.106
= 1415,68 + 1.106
= 2.520
BEP (unit) = biaya tetap
harga jual-(biaya tidak tetap
unit)
= 15.878.000
2520−17.673.648
30.324
= 15.878.000
1937
= 8196
BEP (Rp) = biaya tetap
1-(biaya tetap/unit
harga jual)
= 15.878.000
1−(15.878.000/30324
2.520)
-
54
= 15.878.000
1−0,21
= 20.654.843
𝐵𝐸𝑃(%) = 𝐵𝐸𝑃 (𝑢𝑛𝑖𝑡)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑥 100%
= 8.196
30.324 𝑥 100%
= 0,02%
Payback Period =Biaya Tetap selam 1 Tahum (Rp)
Laba Bersih (Rp)
= 15.878.000
26.990.374
= 0,59
Tabel 4.5 Perbandingan Harga Produk Kecap dipasaran dengan Kecap Ampas
Tahu
No Merk Kecap Jenis Kemasan Harga
1 ABC Botol Rp 5.300 ,-/140ml
2 Sedaap Botol Rp 3.100,-/135ml
3 Lezat Botol Rp 2.700,-/ 135ml
4 Bango Botol Rp 3.400,-/135ml
5 Kecap Ampas Tahu Botol Rp 2.520,-/150ml
Sumber: survei pasar
Perbandingan harga kecap manis dipasaran dengan kecap manis ampas
tahu dapat dilihat pada Tabel 4.5. Kecap ampas tahu dengan kemasan
150ml/botol memiliki harga paling murah dibandingkan dengan kecap ABC,
Sedaap, Lezat dan Bango. Sehingga dapat dikatakan kecap ampas tahu mampu
bersaing dengan kecap dipasaran.