iv hasil dan pembahasan 4.1 analisa bahan baku tabel 4.1...

25
30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Bahan Baku Pembuatan kecap menggunakan bahan baku ampas tahu. Dan parameter yang dianalisa yaitu kadar air, dan kadar protein. Komposisi kimia dari ampas tahu hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Komposisi Kimia Ampas Tahu Basah Parameter Komposisi (%) Kadar air 90 Protein 2,3 Komposisi kimia ampas tahu sesuai untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kecap. Kandungan protein ampas tahu hasil analisa mencapai 2,3 %, dan kadar air sebesar 90%. Komposisi kimia ampas tahu akan berperan penting dalam pembentukan flavor, aroma, dan cita rasa dari kecap. 4.2 Karakteristik Kimia Produk Kecap Ampas Tahu 4.2.1 Protein Lama fermentasi bahan baku kecap mempengaruhi hasil analisa kadar protein kecap . Kenaikan kadar protein pada hasil analisa protein dapat dijadikan indikator keberhasilan proses fermentasi bahan baku kecap. Pertumbuhan kapang Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim proteolitik yang akan mengurai protein menjadi asam-asam amino selama proses fermentasi. Penguraian protein menjadi asam-asam amino meningkatkan kadar nitrogen terlarut pada bahan baku kecap. Hasil analisa protein kecap ampas tahu dapat dilihat pada Gambar 4.1

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 30

    IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisa Bahan Baku

    Pembuatan kecap menggunakan bahan baku ampas tahu. Dan

    parameter yang dianalisa yaitu kadar air, dan kadar protein. Komposisi kimia dari

    ampas tahu hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 4.1

    Tabel 4.1 Komposisi Kimia Ampas Tahu Basah

    Parameter Komposisi (%)

    Kadar air 90

    Protein 2,3

    Komposisi kimia ampas tahu sesuai untuk dimanfaatkan sebagai bahan

    baku pembuatan kecap. Kandungan protein ampas tahu hasil analisa mencapai

    2,3 %, dan kadar air sebesar 90%. Komposisi kimia ampas tahu akan berperan

    penting dalam pembentukan flavor, aroma, dan cita rasa dari kecap.

    4.2 Karakteristik Kimia Produk Kecap Ampas Tahu

    4.2.1 Protein

    Lama fermentasi bahan baku kecap mempengaruhi hasil analisa kadar

    protein kecap . Kenaikan kadar protein pada hasil analisa protein dapat dijadikan

    indikator keberhasilan proses fermentasi bahan baku kecap. Pertumbuhan

    kapang Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim

    proteolitik yang akan mengurai protein menjadi asam-asam amino selama proses

    fermentasi. Penguraian protein menjadi asam-asam amino meningkatkan kadar

    nitrogen terlarut pada bahan baku kecap. Hasil analisa protein kecap ampas tahu

    dapat dilihat pada Gambar 4.1

  • 31

    Gambar 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Protein KecapManis Ampas

    Tahu

    Rerata kadar protein hasil penelitian setelah proses fermentasi selama

    empat minggu 2,61 %, lima minggu 2,37 %, enam minggu 6,83 %, dan tujuh

    minggu 2,98 %.dari semua perlakuan lama fermentasi, jika dibandingkan dengan

    kecap control memiliki nilai kadar protein yang lebih besar yaitu 1,67 %. Hasil

    analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi tidak

    berpengaruh nyata terhadap kadar protein kecap ampas tahu.

    Peningkatan protein kecap ampas tahu terjadi setelah proses fermentasi

    selama empat hingga enam minggu. Kadar protein kecap ampas tahu menurun

    setelah proses fermentasi selama tujuh minggu.

    Peningkatan kadar protein pada perlakuan empat hingga enam minggu

    akibat penguraian molekul protein kompleks menjadi asam amino selama proses

    fermentasi. Lama fermentasi enam minggu menghasilkan asam amino yang lebih

    banyak dari lama fermentasi empat dan lima minggu karena enzim protease

    yang dihasilkan oleh bakteri halotoleran mendapat waktu lebih banyak untuk

    melakukan pemecahan protein. Peningkatan jumlah massa mikroba selama

    proses fermentasi diduga juga dapat meningkatkan kadar protein hasil analisa.

    Nuryanti (2001) menyatakan peningkatan jumlah massa mikroba akan

    menyebabkan meningkatnya kandungan produk fermentasi sehingga kandungan

    protein merupakan refleksi dari jumlah massa sel.

    Kadar protein pada perlakuan tujuh minggu lebih rendah dari kadar

    protein pada perlakuan empat hingga enam minggu. Penurunan kadar protein

    pada perlakuan tujuh minggu diduga berkaitan dengan fase pertumbuhan bakteri

    halotoleran yang telah mencapai fase stasioner. Populasi mikroba mencapai titik

    1.67 ± 0.064

    2.61 ± 0.9552.37 ± 0.431

    6.83 ± 4.271

    2.98 ± 0.431

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    kontrol 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu

    Kad

    ar P

    rote

    in (

    %)

    Lama Fermentasi

  • 32

    maksimal pada fase stasioner. Jumlah massa mikroba pada fase stasioner telah

    mencapai ambang batas daya dukung nutrisi terhadap pertumbuhan populasi.

    Populasi mikroba pada perlakuan tujuh minggu diduga menggunakan lebih

    banyak asam amino sebagai sumber energi sehingga kadar protein hasil analisa

    menurun. Ganjar dan Steinkraus (1972) menyatakan aktivitas konsumsi asam

    amino lebih tinggi dari degadrasi protein menjadi protein terlarut oleh enzim

    protease dapat menurunkan kadar protein.

    Aktivitas kapang akan menghasilkan enzim protease selama proses

    perendaman. Enzim protease berfungsi memecah molekul protein komplek

    menjadi asam amino (Rahayu dkk, 2005). Kandungan protein kecap ampas tahu

    akan dipecah menjadi asam-asam amino oleh enzim protease selama proses

    perendaman.

    Kadar protein kecap manis dalam penelitian ini memenuhi syarat mutu

    SNI. Kecap ampas tahu dengan lama fermentasi empat, lima, dan tujuh minggu

    termasuk dalam mutu II. Kecap ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi

    enam minggu termasuk dalam mutu I. SNI 1-3543-1999 menetapkan kadar

    protein kecap manis mutu I minimal 6% dan mutu II minimal 2 %.

    4.2.2 Total Gula

    Moromi mangandung rerata total gula 5,27% - 11.69%. Moromi ampas

    tahu dengan lama fermentasi empat minggu mempunyai rerata total gula paling

    tinggi, sedangkan moromi ampas tahu dengan lama fermentasi tujuh minggu

    mempunyai rerata total gula paling rendah. Hasil analisa ragam menunjukkan

    bahwa akibat perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar total

    gula moromi kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa

    tiap perlakuan lama fermentasi menunjukkan beda nyata. Hasil analisa total gula

    moromi ampas tahu dapat dilihat pada Gambar 4.2.

    Proses fermentasi menurunkan kadar total gula. Penurunan kadar total

    gula diduga akibat aktivitas mikroba memanfaatkan gula sebagai sumber energi

    selama proses fermentasi. Penelitian terdahulu menyatakan tahap fermentasi

    melibatkan pemecahan gula menjadi senyawa asam laktat oleh bakteri asam

    laktat serta menjadi alkohol dan CO2 oleh Sacharomyces rouxii,

    Zygosacharomyces, maupun Hansenula. Kapang dan bakteri fermentasi

  • 33

    menghasilkan enzim amilase dan invertase untuk menghidrolisis gula, sehingga

    kadar total gula pada akhir produksi akan berkurang.

    Gambar 4.2 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Total Gula Moromi

    Filtrat hasil fermentasi moromi dimasak pada suhu 90ºC selama 30 menit

    dengan penambahan gula. Penambahan gula saat proses pemasakan

    mempengaruhi kadar total gula pada produk kecap. Pengaruh proses

    pemasakan terhadap total gula dapat dilihat pada Gambar 4.3

    Gambar 4.3 Pengaruh Pemasakan Terhadap Total Gula Kecap Manis Ampas

    Tahu

    11.70 ± 0.336 a

    8.90 ± 0.372 b

    6.88 ± 1.239 c

    5.27 ± 0.372 d

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu

    Tota

    l Gu

    la (

    %)

    Lama Fermentasi

    47.62 ± 3.295 a

    43.19 ± 0.212 b

    42.40 ± 0.159 b

    41.64 ± 1.345 b39.94 ± 0.460 c

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    kontrol 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu

    Tota

    l Gu

    la (

    %)

    Lama Fermentasi

  • 34

    Proses pemasakan meningkatkan kadar total gula pada produk kecap.

    Rerata total gula pada produk kecap berkisar antara 39,94 % - 43,19%. Rerata

    total gula paling tinggi adalah moromi ampas tahu dengan lama fermentasi

    empat minggu (43.19%) dan yang paling rendah adalah moromi ampas tahu

    dengan lama fermentasi tujuh minggu (39,94%). Dari semua perlakuan nilai total

    gula lebih kecil jika dibandingkan dengan kecap kontrol yaitu sebesar 47,62 %.

    Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi

    berpengaruh nyata terhadap kadar total gula kecap ampas tahu. Dapat dilihat

    pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi empat hingga

    enam minggu tidak berbeda nyata, sedangkan untuk kontrol, empat hingga

    enam, dan tujuh minggu berbeda nyata. Peningkatan kadar total gula pada

    produk kecap terjadi karena penambahan gula saat proses pemasakan filtrat

    moromi menjadi kecap manis. Santoso (1994) yang menyatakan bahwa jumlah

    gula yang ditambahkan untuk pembuatan kecap manis juga akan mempengaruhi

    kadar total gula. Semakin banyak gula yang ditambahkan, kadar total gula juga

    semakin tinggi.

    4.2.3 Total Padatan Terlarut

    Rerata total padatan terlarut produk kecap berkisar antara 40,5 % -

    41,5%. Rerata total padatan terlarut paling rendah terdapat pada kecap dengan

    perlakuan fernentasi moromi empat minggu sebesar 40,5 %, sedangkan rerata

    total padatan terlarut paling tinggi terdapat pada perlakuan lama fermentasi tujuh

    minggu sebesar 42,5%. Hasil analisa total padatan terlarut moromi dapat dilihat

    pada Gambar 4.4

  • 35

    Gambar 4.4 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Total Padatan Terlarut Kecap

    Manis Ampas Tahu

    Kecap ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi empat minggu

    mempunyai kadar total padatan terlarut sebesar 40,5 % , lama fermentasi lima

    minggu sebesar 41,5 %, lama fermentasi enam minggu sebesar 41,8 %, dan

    lama fermentasi tujuh minggu sebesar 42,5 %. Hasil analisa ragam menunjukkan

    bahwa akibat perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar total

    padatan terlarut kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05)

    bahwa perlakuan lama fermentasi lima, enam, dan tujuh minggu tidak berbeda

    nyata, sedangkan perlakuan lama fermentasi 4 minggu berbeda nyata dengan

    ketiga perlakuan tersebut. Total padatan terlarut menunjukkan jumlah partikel

    padatan yang terlarut dalam air. Komponen yang terukur sebagai total padatan

    terlarut adalah asam-asam organic, sukrosa, dan gula reduksi, oligosakarida,

    dan garam-garam. Stevens (1985) menyatakan kandungan total padatan terlarut

    dalam suatu bahan meliputi asam-asam organik, gula, vitamin dan protein.

    Ranken dan Kill (1997) menyatakan komponen-komponen yang terukur sebagai

    total padatan terlarut adalah asam-asam organic, sukrosa, gula reduksi, garam

    dan protein. Steinkuraus (1989) menyatakan total padatan terlarut dapat

    mengalami peningkatan dari 13% menjadi 28% setelah fermentasi berlangsung

    sekitar 72 jam.

    Setelah proses fermentasi (moromi) dilakukan proses pemasakan untuk

    dijadikan produk kecap, suhu yang digunakan untuk pemasakan an 90ºC selama

    30 menit dan dilakukan pengadukan sesering mungkin. Hasil analisa total

    padatan terlarut kecap dapat dilihat pada Gambar 4.5

    40.5 ± 0.707 b 41.5 ± 0.283 a 41.8 ± 0.707 a42.5 ± 0.707 a

    19

    24

    29

    34

    39

    44

    49

    4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 MingguTo

    tal P

    adat

    an T

    erl

    aru

    t (%

    )

    Lama Fermentasi

  • 36

    Gambar 4.5 Pengaruh Pemasakan Terhadap Total Padatan Terlarut Kecap

    Manis Ampas Tahu

    Rerata total padatan terlarut kecap manis ampas tahu pada lama

    fermentasi empat minggu sebesar 45,8 %, lama fermentasi lima minggu sebesar

    46,8 %, lama fermentasi enam minggu sebesar 48,8 %, dan lama fermentasi

    tujuh minggu sebesar 49 %. Dari semua sampel jika dibandingkan dengan

    kontrol memiliki nilai total padatan terlarut lebih rendah yakni sebesar 49 %,

    kecuali pada lama fermentasi tujuh minggu memiliki nilai total padatan terlarut

    yang sama. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama

    fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan terlarut kecap ampas

    tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi

    tujuh minggu, enam minggu dan kecap kontrol tidak berbeda nyata dengan

    perlakuan lama fermentasi empat dan lima minggu, perlakuan lama fermentsi

    empat minggu juga tidak berbeda nyata dengam perlakuan lama fermentasi lima

    minggu, namun perlakuan lama fermentasi empat dan lima berbeda nyata

    dengan perlakuan lama fermentasi enam minggu, tujuh minggu dan kontrol.

    Kadar total padatan terlarut produk kecap manis ampas tahu pada semua

    perlakuan telah memenuhi standar SNI. SNI menetapkan kadar total padatan

    terlarut minimum pada kecap manis adalah 10%.

    Kadar total padatan terlarut dalam kecap manis dipengaruhi oleh jumlah

    komponen yang digunakan dalam proses produksi. Penambahan air dan gula

    saat pemasakan mempengaruhi hasil akhir total padatan terlarut produk kecap

    manis. Volume air yang digunakan pada proses pemasakan berbanding terbalik

    dengan kadar total padatan terlarut produk kecap manis, sedangkan jumlah gula

    yang digunakan berbanding lurus dengan kadar total padatan terlarut produk

    49 ± 1.414 a

    45.8 ± 0.283 b

    46.8 ± 1.131 b

    48.8 ± 1.131 a 49 ± 1.414 a

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu

    Tota

    l Pad

    atan

    Te

    rlar

    ut

    (%)

    Lama Fermentasi

  • 37

    kecap manis. Padatan terlarut juga berhubungan dengan tingkat kekeruhan atau

    kecerahan dan viskositas kecap manis.

    4.2.4pH

    Analisa pH dilakukan untuk mengetahui tingkat aktifitas mikroba.

    Parameter pH dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan asam-asam

    organik hasil metabolisme mikroba. Judoamidjojo (1990) dalam Ika (2014)

    meyatakan derajat keasaman memegang peranan penting karena dapat

    menunjukkan semakin meningkatnya kandungan asam organik maupun asam

    amino pada proses fermentasi. Grafik perubahan pH moromi terlihat pada

    Gambar 4.6.

    Gambar 4.6 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap pH moromi

    Rerata pH moromi hasil fermentasi selama empat minggu sebesar 5,25,

    lama fermentasi lima minggu sebesar 5,15, lama fermentasi enam minggu

    sebesar 4,75 dan lama fermentasi tujuh minggu sebesar 4,65. Hasil analisa

    ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata

    terhadap kadar total padatan terlarut kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada

    notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi empat minggu tidak

    berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi lima minggu, dan perlakuan

    lama fermentasi enam minggu tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama

    fermentasi tujuh minggu. sedangkan kedua perlakuan empat hingga lima minggu

    berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi enam hingga tujuh minggu.

    5.25 ± 0.071 a 5.15 ± 0.071 a4.75 ± 0.071 b 4.65 ± 0.071 b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu

    pH

    Lama Fermentasi

  • 38

    Terjadi penurunan pH pada moromi jika difermentasi dengan waktu lebih

    lama. Penurunan pH disebabkan proses pemanfaatan gula oleh mikroorganisme

    yang berperan dalam proses fermentasi sehingga dihasilkan asam-asam organik

    sebagai metabolit. Pembentukan asam-asam organik menyebabkan penurunan

    pH pada moromi empat, lima, enam, dan tujuh minggu. Hesseltine (1988)

    menyatakan penurunan pH juga disebabkan peranan BAL dan khamir dalam

    proses fermentasi. BAL dan khamir akan mengubah gula menjadi asam-asam

    organik seperti asam asetat, asam laktat, dan asam suksinat saat fermentasi

    kecap.

    Poesponegoro (1975) menyatakan bahwa senyawa nitrogen seperti

    asam-asam amino dan peptida-peptida yang terbentuk pada akhir fermentasi

    dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH produk fermentasi. Penurunan pH

    dengan perlakuan lama fermentasi hingga tujuh minggu diduga juga

    berhubungan dengan peningkatan jumlah mikroba pada akhir fermentasi.

    Mikroba akan melakukan metabolisme dan menghasilkan asam-asam organik

    seperti asam laktat, asam asetat dan asam suksinat selama proses fermentasi.

    Asam-asam organik hasil metabilsme mikroba akan berpengaruh terhadap

    penurunan pH.

    Moromi Hasil fermentasi dimasak pada suhu 90ºC selama 30 menit

    dengan pengadukan sesering mungkin. Hasil analisa pH kecap setelah proses

    pemasakan dapat dilihat pada Gambar 4.7

    Gambar 4.7 Pengaruh Pemasakan terhadap pH Produk Kecap Ampas Tahu

    4.75 ± 0.071 c

    5.75 ± 0.071 a5 ± 0 b 5 ± 0 b 5.25 ± 0 b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    Kontrol 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu

    pH

    Lama Fermentasi

  • 39

    Rerata pH kecap manis ampas tahu pada lama fermentasi empat minggu

    sebesar 5,75, lama fermentasi lima minggu sebesar 5, lama fermentasi enam

    minggu sebesar 5, dan lama fermentasi tujuh minggu sebesar 5,25. Dan untuk

    kecap kontrol sebesar 4,75 Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat

    perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan

    terlarut kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa

    perlakuan lama fermentasi lima, enam , dan tujuh minggu tidak berbeda nyata,

    sedangkan perlakuan lama fermentasi ketiganya berbeda nyata dengan

    perlakuan lama fermentasi empat dan kontrol.

    Peningkatan pH setelah proses pemasakan diduga akibat penambahan

    air dan gula. Penambahan air dan gula dapat memberikan efek pengenceran

    pada moromi selama proses pemasakan. Asam amino yang mempunyai rantai

    samping gugus basa dapat menyebabkan kenaikan nilai pH kecap ampas tahu.

    Asam amino tersebut merupakan basa konjugat (akseptor proton) dari asam

    yang bersesuaian (Graner et al., 2003). Kerusakan enzim yang terdapat pada

    kecap karena proses pemanasan juga dapat meningkatkan nilai pH. Peningkatan

    nilai pH kecap ampas tahu juga dapat dipengaruhi penambahan bahan bersifat

    alkali seperti gula. Spiegel dan Huss (2001) menyatakan penambahan bahan

    yang bersifat alkali dapat meningkatkan nilai pH kecap. Forrest, et al (1975) juga

    berpendapat proses pemasakan akan diikuti dengan peningkatan pH produk

    kecap.

    4.2.5 TPC

    Analisa perhitungan total mikroba bertujuan untuk mengetahui

    pertumbuhan mikroba pada saat proses fermentasi. Jumlah mikroba

    berdasarkan hasil analisa total mikroba mengalami peningkatan selama proses

    fermentasi. Hasil analisa total mikroba moromi dapat dilihat pada Gambar 4.8

  • 40

    Gambar 4.8 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Mikroba Moromi

    Dari hasil penelitian diketahui bahwa rerata jumlah mikroba selama

    fermentasi pada lama fermentasi empat minggu sebesar 6.2x104 cfu/ml, lama

    fermentasi lima minggu sebesar 8.9x105 cfu/ml, lama fermentasi enam minggu

    sebesar 9.9x106 cfu/ml, dan lama fermentasi tujuh minggu sebesar 9x107 cfu/ml.

    Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi

    berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan terlarut kecap ampas tahu.

    Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi

    empat dan lima minggu tidak berbeda nyata, sedangkan dari kedua perlakuan

    tersebut berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi enam minggu dan

    tujuh minggu.

    Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin lama fermentasi, maka

    total mikroba semakin meningkat. Peningkatan jumlah mikroba tersebut

    disebabkan mikroba mengalami pertumbuhan berupa pertambahan jumlah sel.

    Mikroba memanfaatkan nutrisi (karbohidrat) yang telah dipecah menjadi gula

    sederhana untuk melakukan aktifitas pertumbuhan sehingga pertumbuhan

    mikroba meningkat.

    Setelah proses fermentasi (moromi) dilakukan proses pemasakan untuk

    dijadikan produk kecap, dimana suhu yang digunakan adalah 90ºC selama 30

    menit dan dilakukan pengadukan sesering mungkin. Hasil analisa jumlah

    mikroba produk kecap dapat dilihat pada Gambar 4.9

    3,75x102 ±7.071 a

  • 41

    Gambar 4.9 Pengaruh Pemasakan Terhadap Jumlah Mikroba Produk Kecap Ampas Tahu

    Rerata jumlah mikroba produk kecap pada lama fermentasi empat

    minggu sebesar 5 cfu/ml, lama fermentasi lima minggu sebesar 1x101 cfu/ml,

    lama fermentasi enam minggu sebesar 1,5x101 cfu/ml, dan lama fermentasi tujuh

    minggu sebesar 2x101cfu/ml. sedangkan untuk kecap control sebesar 3,8 x 102. .

    Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi

    berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan terlarut kecap ampas tahu.

    Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi

    empat, lima, enam dan tujuh minggu tidak berbeda nyata, sedangkan dari

    masing-masing perlakuan lama fermentasi berbeda nyata dengan kontrol.

    Dari hasil analisa proses pemasakan dapat menurunkan jumlah mikroba

    pada produk kecap. Hal ini diduga karena adanya proes pemanasan. Hal ini

    didukung oleh (Nunomura dan Sasaki, 1992) yang menyatakan bahwa selain

    untuk meningkatkan kualitas kecap terutama dari segi warna dan flavor,

    pemasakan juga bertujuan untuk membunuh sel mikroba seperti kapang,

    Lactobacillus, khamir dan spora bakteri tahan panas.

    4.3 Karakteristik Fisik Produk Kecap Ampas Tahu

    4.3.1 Tingkat Kecerahan Warna

    Tingkat kecerahan warna (L) dari hasil penelitian berkisar antara 21,4-

    24,6. L menyatakan tingkat gelap terang dengan kisaran 0-100, dimana makin

    besar nilainya berarti makin terang (Pomeranz dan Meloan, 1994). Dapat dilihat

    5 ±7.071 b

    5 ±14.142 b

    15 ±7.071 b

    20 ±14.142 b

  • 42

    pada Gambar 4.10 sampel kecap manis yang paling gelap adalah kecap manis

    ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi tujuh minggu.

    Gambar 4.10 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Tingkat Kecerahan Warna

    (L) Kecap Manis Ampas Tahu

    Berdasarkan hasil analisa, dapat dilihat sampel kecap manis ampas tahu

    dengan perlakuan lama fermentasi empat minggu, lima minggu, enam minggu,

    dan tujuh minggu tidak jauh berbeda dengan sampel kecap yang beredar di

    pasaran (kontrol). Hasil analisa didapatkan nilai 23,8 pada kontrol. Dan pada

    perlakuan lama fermentasi empat minggu sebesar 24,6, lama fermentasi lima

    minggu sebesar 22,6, lama fermentasi enam minggu sebesar 22,3, dan lama

    fermentasi tujuh minggu sebesar 22. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa

    akibat perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan

    warna kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap

    perlakuan lama fermentasi menunjukkan beda nyata.

    Warna kecap manis ini dapat dipengaruhi oleh bahan baku, gula kelapa

    yang digunakan, dan reaksi Maillard yang terjadi selama proses fermentasi

    sehingga menyebabkan browning. Selain itu warna coklat kehitaman pada kecap

    juga disebabkan karena adanya penambahan kluwak.Hasil reaksi Maillard

    menghasilkan bahan berwarna coklat, yang sering dikehendaki atau kadang

    malah menjadi pertanda penurunan mutu. Pada pembuatan kecap manis, reaksi

    ini sangat diharapkan (Winarno, 2004).

    24.3 ± 0.566 a

    24.65 ± 0.071 a

    22.65 ± 0.919 b

    22.35 ± 0.071 c22 ± 1.131 d

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    Kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu

    Tin

    gkat

    a K

    ece

    rah

    an (

    L)

    Lama Fermentasi

  • 43

    4.3.2 Viskositas

    Viskositas atau kekentalan adalah suatu hambatan yang menahan aliran

    zat cair molekuler yang disebabkan oleh gerakan acak dari molekuler zat cair

    tersebut (Yuwono dan Santoso, 2001).Kekentalan kecap merupakan suatu tanda

    dari banyaknya padatan sebagai hidrolisis komponen substrat seperti

    protein, karbohidrat, lemak dan bumbu yang ditambahkan.

    Kecap yang dianggap berkualitas adalah kecap yang memiliki tingkat

    kekentalan tertentu Kecap manis yang terlalu encer dianggap berkualitas rendah

    oleh konsumen (Suprapti, 2005).Hasil analisa viskositas dapat dilihat pada

    Gambar 4.11.Dari hasil analisa viskositas, diperoleh rerata nilai viskositas pada

    sampel yang berkisar antara 54,27 dP sampai 94,89 dP. Viskositas yang paling

    tinggi adalah kecap manis ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi empat

    minggu yaitu sebesar 94,89 dP dan viskositas paling rendah adalah kecap manis

    ampas tahu dengan perlakuan lama fermentasi tujuh minggu yaitu sebesar 54,27

    dP. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi

    berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna kecap ampas tahu. Dapat

    dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa perlakuan lama fermentasi lima dan

    enam minggu tidak berbeda nyata, sedangkan kedua perlakuan tersebut

    berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi empat minggu , tujuh minggu,

    dan kontrol.

    Gambar 4.11 Viskositas Kecap Manis Ampas Tahu

    Kekentalan kecap manis dapat dilihat dari nilai viskositasnya. Jika nilai

    viskositas semakin tinggi, maka kecap manis tersebut semakin kental. Tidak ada

    15.22 ± 0.26 d

    94.89 ± 0.73 a

    72.9 ± 5.66 b 70.49 ± 1.29 b

    54.27 ± 1.74 c

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Kontrol 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu

    Vis

    kosi

    tas

    (dP

    as)

    Lama Fermentasi

  • 44

    standar yang menentukan nilai viskositas kecap manis. Viskositas merupakan

    salah satu parameter bagi konsumen untuk memilih kecap manis. Viskositas

    kecap manis dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan seperti gula

    dan air, selain itu juga dapat dipengaruhi oleh jumlah padatan terlarut. Menurut

    Suprapti (2005), selain berfungsi sebagai pemanis, gula juga berfungsi sebagai

    pengental.

    Nilai viskositas juga berhubungan dengan total padatan terlarut pada

    kecap manis. Semakin tinggi nilai padatan terlarutnya, maka viskositas kecap

    manis akan semakin tinggi. Menurut Bourne (1982), viskositas dipengaruhi oleh

    bebrapa factor, salah satunya adalah total padatan. Fennema (1996)

    menambahaka bahwa viskositas dipengaruhi oleh suhu, tekanan, berat molekul,

    konsentrasi larutan, dan jumlah bahan yang ada dalam system tersebut.

    Endapan yang terbentuk adalam kecap setelah disimpan lama dapat

    menurunkan kualitas kecap tersebut.Kecap dengan kualitas tinggi tidak memiliki

    endapan walaupun dismpan dalam waktu lama. Untuk mencegah terbentuknya

    endapan, diperlukan penambahan bahan berupa penstabil suspense (stabilizer)

    atau pengental yang bias berupa papaya matang, cmc, atau agar-agar

    (anonymous, 2010).

    4.4 Karakteristik Organoleptik

    4.4.1 Rasa

    Uji rasa organoleptik dimaksudkan untuk mengetahui rerata skor

    kesukaan panelis terhadap rasa kecap. Parameter uji rasa ini adalah sangat

    tidak suka (1) hingga sangat suka (4). Rasa makanan atau minuman adalah

    turunan dari sebagian komponen pangan yang terlarut dalam air liur selama

    makanan dicerna secara mekanis di dalam mulut (Moehyl, 1992). Rasa terbentuk

    saat proses fermentasi moromi yaitu tahap fermentasi dalam larutan garam 20%

    (Koswara, 1997). Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam

    menentukan keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu

    produk pangan.

    Rasa akan timbul setelah difermentasi dalam larutan garam dengan

    waktu yang ditentukan. Penambahan garam dalam proses fermentasi moromi

  • 45

    berfungsi untuk menarik senyawa nitrogen terlarut yang ada dalam koji ke dalam

    larutan garam supaya kecap yang dihasilkan enak (Rahayu dkk, 2005). Rerata

    penilaian panelis terhadap kecap bekisar antara 1,53 (sangat tidak suka) sampai

    3,6 (sangat suka). Kecenderungan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa kecap

    dapat dilihat pada Gambar 4.12

    Gambar 4.12 Pengaruh Lama Fermnentasi Kecap Manis Ampas Tahu pada

    Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Kecap

    Rerata kesukaan panelis cenderung lebih menyukai kontrol 3,6 (sangat

    suka) kemudian perlakuan lama fermentasi enam minggu 2.65 (suka), empat

    minggu 2,45 (tidak suka), lima minggu 2,15 (tidak suka), dan tujuh minggu 1,53

    (tidak suka). Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama

    fermentasi berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna kecap ampas

    tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap perlakuan lama

    fermentasi menunjukkan beda nyata.

    Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas rasa kecap yaitu proses

    fermentasi kapang, karena pada proses ini kapang akan mengeluarkan enzim

    yang memecah substrat menjadi senyawa terlarut. Kadar senyawa terlarut

    tersebut menentukan rasa kecap (Rahayu dkk, 2005).Fermentasi moromi pada

    pembuatan kecap mempengaruhi rasa. Menurut judoamidjojo et al, 1989,

    menyatakan bahwa pada fermentasi moromi diharapkan akan menghasilkan

    asam amino, peptide dan asam organic yang berperan dalam memperkaya flavor

    dan aroma.

    4.4.2 Aroma

    3.6 ± 0.545 a

    2.45 ± 0.876 c

    2.15 ± 0.770 d2.65 ± 0.662 b

    1.53 ± 0.679 e

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu

    RA

    SA

  • 46

    Uji aroma organoleptik dimaksudkan untuk mengetahui rerata skor

    kesukaan panelis terhadap aroma kecap.Parameter uji aroma ini adalah sangat

    tidak suka (1) hingga sangat suka (4). Aroma makanan merupakan salah satu

    factor yang sangat penting dalam membantu persepsi indra kita tentang cita rasa

    suatu makanan. Rerata penilaian panelis terhadap aroma kecap berkisar antara

    1,90 (tidak suka) sampai 3,48 (suka). Kecenderungan tingkat kesukaan panelis

    terhadap aroma kecap dapat dilihat pada Gambar 4.13

    Gambar 4.13 Pengaruh Lama Fermentasi Kecap Manis Ampas Tahu pada

    Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Kecap

    Rerata kesukaan panelis cenderung lebih menyukai kontrol 3,48 (sangat

    suka), kemudian perlakuan lama fermentasi enam minggu 2,80 (suka), lama

    fermentasi lima minggu 2,60 (suka), empat minggu 2,58 (suka) dan tujuh minggu

    yaitu 1,90 (tidak suka). Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat

    perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna

    kecap ampas tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap

    perlakuan lama fermentasi menunjukkan beda nyata.

    Aroma pada kecap disebabkan proses fermentasi pada bahan pembuat

    kecap sehingga menimbulkan aroma yang khas. Pada tahap fermentasi garam

    (moromi) akan tumbuh jenis-jenis bakteri dan khamir yang akan menghasilkan

    senyawa-senyawa yang menyebabkan kecap berbau khas (Yulinery dan Rostiati,

    1993). Lamanya proses fermnetasi mempengaruhi aroma khas pada kecap.

    Semakin lama proses fermenatasi aroma semakin baik (Rahayu dkk, 2005).

    3.48 ± 0.640 a

    2.58 ± 0.712 d2.60 ± 0.672 c

    2.80 ± 0.608 b

    1.90 ± 0.778 e

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu

    Aro

    ma

  • 47

    4.4.3 Warna

    Uji warna organoleptik dimaksudkan untuk mengetahui rerata skor

    kesukaan panelis trehadap warna kecap. Parameter uji aroma ini adalah sangat

    tidak suka (1) hingga sangat suka (4).warna merupakan salah satu factor yang

    dapat menentukan nilai mutu suatu produk, karena suatu produk yang dinilai

    bergizi, enak, dan teksturnya baik tidak akan menarik konsumen apabila memiliki

    warna yang tidak sedap dipandang mata. Rerata penilaian panelis terhadap

    warna kecap bekisar antara 2,28 (tidak suka) sampai 3,75 (sangat suka). Rerata

    skor penilaian panelis dapat dilihat pada Gambar 4.14

    Gambar 4.14 Pengaruh Lama Fermentasi Kecap Manis Ampas Tahu pada

    Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Warna Kecap

    Rerata kesukaan panelis cenderung lebih menyukai kontrol 3,73 (sangat

    suka), kemudian lama fermentasi tujuh minggu 2,88 (suka), enam minggu 2,85

    (suka), lima minggu 2,33 (tidak suka), dan empat minggu yaitu 2,28 (tidak suka).

    Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama fermentasi

    berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna kecap ampas tahu. Dapat

    dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap perlakuan lama fermentasi

    menunjukkan beda nyata.

    Kesukaan panelis terhadap warna kecap cenderung sama pada semua

    lama fermentasi kecap. Hal ini dikarenakan warna dari produk kecap didapatkan

    dari penambahan bumbu yakni kluwak. Selain itu juga diduga adanya reaksi

    Maillard pada saar fermentasi. Reaksi Maillard merupakan rekasi yang terjadi

    antara gugus amino dari suatu amino bebas, residu rantai peptide atau protein

    dengan gugus karbonil dari suatu karbohidrat apabila keduanya dipanaskan atau

    disimpan pada waktu yang lama (Yokotsuka, 1998). Menurut Husaini (2000),

    3.73 ± 0.452 a

    2.28 ± 0.751 e 2.33 ± 0.797 d2.85 ± 0.736 c

    2.88 ± 0.833 b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu

    War

    na

  • 48

    perubahan warna juga disebabkan reaksi antara asam amino dan gula sebagai

    hasil dari aktifitas enzim amylase dalam menghidrolisis karbohidrat ampas tahu

    dimana pada akhirnya reaksi ini menyebabakan pencoklatan dan mempengaruhi

    warna. Selain itu penambahan gula kelapa menyebabkan warna coklat caramel

    yang merupakan sifat spesifik kecap tradisional.

    4.4.4 kekentalan

    Uji kekentalan atau viskositas organoleptik dimaksudkan untuk

    menegetahui rerata skor kesukaan panelis terhadap viskositas kecap.Parameter

    uji aroma ini adalah sangat tidak suka (1) hingga sangat suka (4).Viskositas atau

    kekentalan makanan terutama kecap merupakan salah satu factor yang sangat

    penting dalam membantu presepsi indra kita tentang cira rasa suatu makanan.

    Criteria kecap manis yang disukai oleh konsumen adalah kecap manis dengan

    kekentalan tertentu. Rerata penilaian panelis terhadap kekentalan kecap berkisar

    antara 2,20 (tidak suka) sampai 3,5 (sangat suka). Kecenderungan tingkat

    kesukaan panelis terhadap kekentalan kecap dapat dilihat pada Gambar 4.15

    Gambar 4.15 Pengaruh Lama Fermentasi Kecap Manis Ampas Tahu pada

    Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Kekentalan Kecap

    Rerata kesukaan panelis cenderung lebih menyukai kontrol 3,5 (sangat

    suka), kemudian lama fermentasi enam minggu 2,75 (suka), lima minggu 2,40

    (tidak suka), tujuh minggu 2,30 (tidak suka) dan empat minggu yaitu 2,20 (Tidak

    suka). Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa akibat perlakuan lama

    fermentasi berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan warna kecap ampas

    tahu. Dapat dilihat pada notasi BNT (α = 0,05) bahwa tiap perlakuan lama

    fermentasi menunjukkan beda nyata. Menurut Widyastuti dkk, (2011),

    penambahan gula mempunyai kontribusi terhadap total gula, viskositas dan

    3.5 ± 0.555 a

    2.20 ±0.791 e2.40 ± 0.810 c

    2.75 ± 0.776 b2.30 ± 0.823 d

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    kontrol 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu

    Ke

    ken

    tala

    n

  • 49

    warna produk.Viskositas (kekentalan) terjadi karena adanya penambahan gula

    yang menyebabkan terbentuknya gel kaerena gula dicampur dengan air maka

    terjadinya pelelehan.

    Kekentalan adalah suatu hambatan yang menahan aliran zat cair secara

    molekuler yang disebabkan oleh gerak acak dari molekul zat cair tersebut

    (Yuwono dan susanto, 2001). Diduga lamanya perlakuan proses fermentasi

    mempengaruhi kekentalan pada kecap.

    4.5 Penentuan Perlakuan Terbaik

    Pemilihan perlakuan terbaik didasarkan pada perhitungan dan

    pembobotan terhadap parameter fisik, kimia, dan organoleptik yang ditentukan

    oleh panelis (Lampiran 16).Perlakuan dengan nilai tertinggi merupakan

    perlakuan terbaik. Menurut De Garmo et.,al., (1984), perlakuan terbaik dipilih

    berdasarkan perlakaun yang memiliki nilai produk tertinggi berdasarkan pada

    penilaian panelis terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik.

    Tabel 4.2 Pemilihan Perlakuan Terbaik Kecap Manis Ampas Tahu

    Parameter Bobot 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu

    NE NP NE NP NE NP NE NP

    Organoleptik rasa 0.32 1.08 0.35 1.12 0.36 1.68 0.54 0.87 0.28

    Organoleptik warna 0.25 0.47 0.12 0.68 0.17 2.11 0.52 1.58 0.39

    Organoleptik aroma 0.26 0.00 0.00 0.08 0.02 0.95 0.24 1.00 0.26

    Organoleptik kekentalan 0.18 0.00 0.00 0.36 0.06 1.00 0.18 0.18 0.03

    Protein 0.16 0.05 0.01 0.00 0.00 1.00 0.16 0.13 0.02

    Total Gula 0.14 1.00 0.14 0.76 0.10 0.52 0.07 0.00 0.00

    Total Padatan Terlarut 0.15 0.00 0.00 0.31 0.05 0.94 0.14 1.00 0.15

    Total Mikroba 0.15 0.00 0.00 0.50 0.08 0.80 0.12 1.00 0.15

    pH 0.12 1.00 0.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.04

    viskositas (dP) 0.29 1.00 0.29 0.46 0.13 0.40 0.11 0.00 0.00

    Total

    1.01

    0.97

    *2.09

    1.32

    Keterangan: tanda * menunjukkan perlakuan terbaik

    Penentuan perlakuan terbaik dari perlakuan lama fermentasi moromi

    berdasarkan pada metode indeks efektifitas yaitu dengan menentukan bobot

    untuk tiap parameter, yang terdiri dari nilai efektifitas atau NE dan nilai produk

    atau NP.Selanjutnya nilai produk tiap parameter dijumlahkan untuk mendapatkan

  • 50

    perlakuan terbaik. Penilaian parameter tersebut meliputi organoleptik rasa,

    aroma, warna, kekentalan, parameter kimia protein, total gula, total padatan

    terlarut, pH, TPC, serta parameter fisik viskositas. Cole and Lawrie (1975)

    menyatakan bahwa tingkat penerimaan konsumen lebih banyak ditentukan oleh

    kenampakan fisik daripada komposisi kimia.penentuan perlakuan terbaik tersaji

    pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.3.Penilaian Perlakuan Terbaik Parameter Fisik, Kimia, dan Organoleptik Kecap Manis Ampas Tahu

    Parameter Perlakuan

    Terbaik Kontrol* SNI 1-3543-1999

    Protein (%) 6.83 1.6 Minimum 2.5

    Total Gula (%) 41.64 58.01 Minimum 40

    Total Padatan Terlarut (%) 48.8 49 Minimum 10

    Total Mikroba (cfu/ml) 1.5x101 3.7x102 Maksimum 102

    pH 5 4.75 -

    viskositas (dP) 70.49 15.22 -

    Rasa 2.65(suka) 3.6(sangat suka) -

    Warna 2.8(suka) 3.72(sangat suka) -

    Aroma 2.85(suka) 3.48(sangat suka) -

    Kekentalan 2.75(suka) 3.5(sangat suka) -

    Keterangan: kontrol * mrupakan kontrol kecap yang beredar dipasaran

    Berdasarkan kriteria pemilihan perlakuan terbaik fisik, kimia, dan

    organoleptik (Tabel), bahwa nilai produk tertinggi diperoleh pada perlakuan lama

    fermentasi 6 minggu. Penilaian perlakuan terbaik untuk parameter fisik kimia dan

    organoleptik kecap manis ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 4.3.

    Berdasarkan Tabel 4.3 menununjukkan bahwa kecap dengan perlakuan

    lama fermentasi 6 minggu memiliki kadar protein, TPC, pH, dan viskositas yang

    relatif sama bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan kecap control. Adapun total

    gula dan total padatan terlarut yang nilainya ada di bawah nilai kecap control

    kemungkinan dapat disebabkan oleh perbedaan bahan baku yang digunakan.

    Bahan utama yakni ampas tahu dan gula merah yang berbeda dapat

    menyebabkan terjadinya perbedaan kendungan dan komposisi kecap.Perbedaan

    dapt juga dikarenakan banyaknya bumbu dan bahan yang ditambahkan pad

    pemasakan kecap dapt mempengaruhi nilai tital gula dan total padatan terlarut.

  • 51

    4.6 Perencanaan Produksi

    4.6.1 Perencanaan Proses Produksi

    Proses pembuatan kecap manis ampas tahu direncanakan berdasarkan

    pemilihan perlakuan terbaik dalam skala laboratorium untuk dikembangkan

    menjadi skala industri. Proses produksi berlangsung selama 19 kali dalam satu

    bulan, sehingga proses produksi disesuaikan dengan hari kerjadalam satu

    minggu dimana dalam satu kali proses akan menghasilkan 19,950 Liter.

    4.6.2 Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Pembantu

    Pengadaan bahan baku dan bahan pembantu perlu direncanakan agar

    proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa terjadi kekurangan

    persediaan atau kebutuhan persediaan yang terlalu besar. Perencanaan

    kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu dapat dilihat pada Lampiran 20

    halaman 99.

    4.6.3 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja

    Usaha produksi kecap manis ampas tahu direncanakan dalam skala

    rumah tangga, sehingga tenaga kerja yang digunakan sifatnya masih memiliki

    hubungan kekeluargaan. Kebutuhan tenaga kerja yang direncanakan

    disesuaikan dengan skala usaha dan kebutuhan jam kerja. Kebutuhan per

    proses dapat dipenuhi oleh 4 orang tenaga kerja langsung, 1 tenaga kerja

    pemasaran, 1 tenaga kerja administrasi.Kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat

    pada Lampiran 20 halaman 99.

    4.6.4 Perencanaan Kebutuhan Mesin dan Peralatan

    Pertimbangan mesin dari peralatan yang dipakai industri rumah tangga

    yaitu menggunakan teknologi yang sederhana, kapasitas produksi yang relatif

    kecil, dapat ditangani dengan mesin yang sederhana dan ditentukan oleh

  • 52

    keterampilan tenaga kerja yang memadai.Kebutuhan peralatan pada industri ini

    dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 98.

    4.6.5 Analisa Kelayakan Finansial

    Analisa finansial dilakukan untuk mengetahui apakah limbah padat atau

    ampas tahu dapat digunakan sebagai usaha pembuatan produk kecapserta

    tingkat kelayakan industri yang akan didirikan. Analisa ini didukung dengan

    perhitungan modal tetap yang dapat dilihat pada Lampiran 21 halaman 100.

    Biaya tidak tetap selama 1 tahun yang dapat dilihat pada Lampiran 22 halaman

    101. Rincian biaya tetap selama 1 tahun yang dapat dilihat pada Lampiran 23

    halaman 101, serta biaya Penyusutan yang dapat dilihat pada Lampiran 24

    halaman 102. Analisis finansial yang dilakukan meliputi analisa biaya modal,

    biaya operasional, harga pokok produksi (HPP) dan Break Event Point (BEP).

    Kapasitas produksi per tahun sebesar 30.324 botol dengan harga pokok produksi

    (HPP) kecap manis ampas tahu kemasan 150 ml per botol yaitu Rp 1.106,00.

    Rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 20. Dari HPP tersebut dengan

    laba yang diinginkan sebesar 20% didapatkan harga jual Rp 2.520,00 per botol.

    Harga yang ditawarkan hampir sama dengan harga kecap manis dipasaran.

    Jumlah produk yang terjual diasumsikan sebanyak 90% dari total produksi, sisa

    10% merupakan produk cacat. Penentuan harga pokok penjualan (HPP) dan

    break event point (BEP) dapat dilihat pada Tabel 4.4

    Tabel 4.4 Penentuan Harga Pokok Penjualan dan Break Event Point (BEP)

    No Jenis Biaya Jumlah

    1 Biaya tetap selam 1 tahun (Rp) 15.878.000

    2 Biaya tidak tetap selama 1 tahun (Rp) 17.673.648

    3 Total biaya Produksi selama 1 tahun (Rp) 33.551.648

    4 Jumlah Produksi selama1 tahun (botol) 30.324

    5 HPP (Rp) 1.106

    6 Harga jual per botol (1 botol = 150ml) 2.520

    7 BEP (unit) 8.196 8 BEP(Rp) 20.654.843

  • 53

    Hasil analisa BEP menunjukkan bahwa kapasitas produksi yang

    ditetapkan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dengan kapasitas

    produksi 30.324 botol per tahun didapat titik impas dengan memproduksi kecap

    manis ampas tahu sebanyak 8.196 botol atau sebesar Rp

    20.654.483,00.NiliaiBEP sebesar Rp 20.654.483,00 juga menunjukkan

    kelayakan usaha karena nilainya lebih kecil daripada total biaya selama selama

    satu tahun sebesar Rp 33.551.684,00. Perhitungan dapat disajikan sebagai

    berikut:

    HPP = Total Biaya 1 tahun

    total produksi 1 tahun

    = 33.551.648

    30.324

    = 1.106

    Mark Up ={(0,20 x total biaya 1 tahun)+ biaya tetap

    biaya tidak tetap}

    = (0.20 x 33.551.648)+ 15.878.000

    17.673.648

    = 22.588.330

    17.673.648

    = 1,28

    Harga jual = (mark up x HPP) + HPP

    = (1,28 x 1.106) + 1.106

    = 1415,68 + 1.106

    = 2.520

    BEP (unit) = biaya tetap

    harga jual-(biaya tidak tetap

    unit)

    = 15.878.000

    2520−17.673.648

    30.324

    = 15.878.000

    1937

    = 8196

    BEP (Rp) = biaya tetap

    1-(biaya tetap/unit

    harga jual)

    = 15.878.000

    1−(15.878.000/30324

    2.520)

  • 54

    = 15.878.000

    1−0,21

    = 20.654.843

    𝐵𝐸𝑃(%) = 𝐵𝐸𝑃 (𝑢𝑛𝑖𝑡)

    𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑥 100%

    = 8.196

    30.324 𝑥 100%

    = 0,02%

    Payback Period =Biaya Tetap selam 1 Tahum (Rp)

    Laba Bersih (Rp)

    = 15.878.000

    26.990.374

    = 0,59

    Tabel 4.5 Perbandingan Harga Produk Kecap dipasaran dengan Kecap Ampas

    Tahu

    No Merk Kecap Jenis Kemasan Harga

    1 ABC Botol Rp 5.300 ,-/140ml

    2 Sedaap Botol Rp 3.100,-/135ml

    3 Lezat Botol Rp 2.700,-/ 135ml

    4 Bango Botol Rp 3.400,-/135ml

    5 Kecap Ampas Tahu Botol Rp 2.520,-/150ml

    Sumber: survei pasar

    Perbandingan harga kecap manis dipasaran dengan kecap manis ampas

    tahu dapat dilihat pada Tabel 4.5. Kecap ampas tahu dengan kemasan

    150ml/botol memiliki harga paling murah dibandingkan dengan kecap ABC,

    Sedaap, Lezat dan Bango. Sehingga dapat dikatakan kecap ampas tahu mampu

    bersaing dengan kecap dipasaran.