its undergraduate 13297 paper

Upload: arfadzani-adha

Post on 17-Jul-2015

134 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2011 MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG TANAMAN DUA SPESIES GENUS CYMBOPOGON, FAMILI GRAMINEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI DAN ANTIBAKTERIRegalado Arswendiyumna*, Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan1. Dra. Yulfi Zetra,MS2 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember ___________________________________________________________________________ABSTRAK Minyak atsiri dari dua spesies genus Cymbopogon yaitu Cymbopogon nardus dan Cymbopogon citratus didapatkan dengan proses destilasi dengan peralatan hidrodestilasi. Minyak atsiri tersebut di identifikasi komponen senyawanya dengan menggunakan Kromatografi Gas Spektrometri Massa ( KG-SM). Komoponen mayor pada minyak atsiri Cymbopogon nardus adalah sitronellal ( 30,58%) sedangkan pada Cymbopogon citratus adalah geranial (42,11%). Minyak atsiri dari kedua spesies ini aktif sebagai antibakteri dan insektisida. Hal ini diketahui dengan nilai LC50 yang rendah (LC50 200 ppm (Meyer dan Ferrigini, 1982). Minyak atsiri tipe A dan minyak atsiri tipe B mempunyai nilai LC50 500 ppm yaitu 315,24 ppm dan 270,93 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe B bersifat lebih aktif dibandingkan dengan minyak atsiri tipe A. Minyak atsiri tersusun dari berbagai senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut ada yang bersifat aktif dan tidak aktif. Nilai LC50 tersebut dapat digunakan untuk mengetahui urutan aktifitas kedua minyak tersebut. Minyak atsiri tipe B memiliki LC50 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan minyak atsiri tipe A.

Sifat antitoksik dari minyak atsiri umumnya dipengaruhi oleh kompenen mayornya. Menurut penelitian terdahulu oleh Fandohan, dkk, komponen mayor minyak atsiri Cymbopogon citratus yang berperan sebagai antitoksik adalah neral, geranial dan mirsen, dan pada minyak atsiri Cymbopogon citratus (tipe B) dalam penelitian ini memiliki komponen mayor yang sama, sehingga dapat dimungkinkan komponen minyak atsiri tipe B yang berperan sebagai antitoksik adalah senyawa tersebut, sedangkan pada minyak atsiri Cymbopogon nardus (tipe A), meskipun dalam genus yang sama tetapi memiliki komponen mayor yang berbeda yaitu sitronellal, sitronellol, dan geraniol, dan komponen minyak atsiri tipe A yang berperan sebagai antitoksik adalah senyawa tersebut. perbedaan nilai LC50 ini disebabkan prosentase luas area yang berbeda dari komponen mayor masing-masing spesies. Geranial dan neral yang merupakan komponen mayor minyak tipe B mempunyai prosentase area yaitu 42,11% dan 34,78%, sedangkan sitronellal yang merupakan senyawa mayor minyak tipe A memiliki prosentase area sebesar 30,58%. Dari data diatas menunjukkan bahwa keduanya bersifat aktif dan memiliki sifat bioaktivitas tinggi, yang artinya pada konsentrasi yang kecil sudah bersifat toksik dan mematikan terhadap udang. 3.3.2. Uji Insektisida Menggunakan Larva Instar III Nyamuk Aedes aegypti Uji insektisida menggunakan larva instar III nyamuk Aedes aegypti dilakukan terhadap minyak atsiri hasil destilasi dari spesies Cymbopogon nardus (tipe A) dan Cymbopogon citratus (tipe B). Bredasarkan data yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas udang laut (Artemia salina L.) dan ditunjukkan pada gambar 4.4 dan 4.5.

Gambar 4.5 Grafik hubungan antara (konsentrasi)1/2 dengan % mortalitas larva instar III nyamuk A.aegypti. Persamaan regresi polinomial yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y = 0,044x2 + 2,778x 25,67. Berdasarkan persamaan regresi polinomial tersebut, dapat dihitung nilai LC50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe A memiliki nilai LC50 sebesar 422,30 ppm.

Gambar 4.6 Grafik hubungan antara (konsentrasi)1/2 dengan % mortalitas larva instar III nyamuk A.aegypti. Persamaan regresi polinomial yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y= -0,030x2 + 5,702x 42,66. Berdasarkan persamaan regresi polinomial tersebut, dapat dihitung nilai LC50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe B memiliki nilai LC50 sebesar 321,92 ppm. Suatu senyawa dikatakan aktif pada uji toksisitas menggunakan metode BSLT dengan konsentrasi maksimal yang digunakan 1000 ppm, jika memiliki harga LC50 500 ppm dan dikatakan tidak aktif jika memiliki harga LC50 > 500 ppm, sedangkan senyawa murni dikatakan aktif dan mempunyai sifat bioaktifitas jika memiliki harga LC50 200 ppm dan tidak aktif jika LC50 > 200 ppm

(Meyer dan Ferrigini, 1982). Minyak atsiri tipe A dan minyak atsiri tipe B mempunyai nilai LC50 500 ppm yaitu 422,30 ppm dan 321,92 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe B bersifat lebih aktif dibandingkan dengan minyak atsiri tipe A. Minyak atsiri tersusun dari berbagai senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut ada yang bersifat aktif dan tidak aktif. Nilai LC50 tersebut dapat digunakan untuk mengetahui urutan aktifitas kedua minyak tersebut. Minyak atsiri tipe B memiliki LC50 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan minyak atsiri tipe A. Sifat antitoksik dari minyak atsiri umumnya dipengaruhi oleh kompenen mayornya. Menurut penelitian terdahulu oleh Fandohan, dkk, komponen mayor minyak atsiri Cymbopogon citratus yang berperan sebagai antitoksik adalah neral, geranial dan mirsen, dan pada minyak atsiri Cymbopogon citratus (tipe B) dalam penelitian ini memiliki komponen mayor yang sama, sehingga dapat dimungkinkan komponen minyak atsiri tipe B yang berperan sebagai antitoksik adalah senyawa tersebut, sedangkan pada minyak atsiri Cymbopogon nardus (tipe A), meskipun dalam genus yang sama tetapi memiliki komponen mayor yang berbeda yaitu sitronellal, sitronellol, dan geraniol, dan komponen minyak atsiri tipe A yang berperan sebagai antitoksik adalah senyawa tersebut. perbedaan nilai LC50 ini disebabkan prosentase luas area yang berbeda dari komponen mayor masing-masing spesies. Geranial dan neral yang merupakan komponen mayor minyak tipe B mempunyai prosentase area yaitu 42,11% dan 34,78%, sedangkan sitronellal yang merupakan senyawa mayor minyak tipe A memiliki prosentase area sebesar 30,58%. Dari data diatas menunjukkan bahwa keduanya bersifat aktif dan memiliki sifat bioaktivitas tinggi, yang artinya pada konsentrasi yang kecil sudah bersifat toksik dan mematikan terhadap larva instar III nyamuk A.aegypti. 4. Kesimpulan Minyak atsiri genus Cymbopogon tipe A dan tipe B dapat diperolah dengan metode hidrodestilasi. Minyak atsiri tipe A berwarna kuning kecoklatan sedangkan minyak atsiri tipe B berwarna kuning kehijauan jernih dan mempunyai rendemen masing- masing adalah sebesar 1.14 % dan 0,46%.

Hasil dari data kromatogram KG-SM minyak atsiri tipe A diketahui ada 20 macam senyawa dan tipe B ada 12 macam senyawa. Komponen mayor dari minyak atsiri tipe A adalah sitronellal (30,58%), geraniol (25,45%) dan sitronellol (13,19%), sedangkan komponen mayor minyak atsiri tipe B adalah geranial (42,11%), neral (34,78%), dan mirsen (13,70%). Minyak atsiri tipe A dan tipe B samasama memiliki aktivitas sebagai antimikroba, larvasida, hanya berbeda keaktivannnya. Minyak atsiri tipe B lebih aktif sebagai antimikroba dan larvasiada dibandingkan dengan minyak tipe A, hal ini dikarenakan nilai LC50 dari minyak tipe B lebih kecil daripada tipe A, yaitu 270,93 ppm (tipe B) dan 315,24 ppm (tipe A) untuk antimikroba. Pada uji larvasida nilai LC50 untuk minyak tipe A sebesar 422,30 ppm dan untuk minyak tipe B sebesar 321,92 ppm, sehingga dapat disimpulakan bahwa minyak atsiri dari kedua spesies tersebut aktif sebagai antimikroba dan larvasida karena memilki nilai LC50