its undergraduate 12957 paper

12
1 PENENTUAN KOMPOSISI ALAT ANGKUT PERTAMBANGAN (DUMP TRUCK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI (STUDI KASUS : PT.UNITED TRACTORS SEMEN GRESIK, TUBAN) Hilman Fakhruzy, Patdono Suwignjo, dan Stefanus Eko Wiratno Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] ABSTRAK PT. United Tractors Semen Gresik (PT.UTSG) adalah salah satu anak perusahaan PT. Semen Gresik (PT.SG) yang bergerak di bidang pertambangan. Kegiatan utama dari PT.UTSG sendiri adalah menambang batu kapur (Limestone) sebagai bahan baku utama dalam pembutan semen. Untuk menjaga kontinuitas pasokan batu kapur, PT.UTSG dituntut untuk selalu siap di dalam menyediakan peralatan utama pertambangannya yaitu alat gali muat (Excavator) dan alat angkut (Dump Truck). Penentuan jumlah dan jenis peralatan utama pertambangan tersebut khususnya dump truck merupakan hal yang sulit untuk dilakukan karena pola demand batu kapur dari SG yang berfluktuatif di setiap harinya dan juga operasi kerja dari crusher sendiri yang tidak tetap pada setiap shiftnya dalam satu hari. Selain itu kondisi sistem pertambangan yang bersifat probablistik membuat penentuan peralatan utama pertambangan menjadi lebih kompleks. Untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan penentuan jumlah dan jenis peralatan utama pertambangan yang lebih baik menggunakan model simulasi dengan bantuan software ARENA. Model simulasi ini dapat menggambarkan variabel-varibel yang bersifat probabilistik yang ada di area pertambangan sehingga dengan model yang telah mendekati sitem riilnya dan dengan dilakukannya beberapa skenario eksperimen akan di dapatkan jumlah dan jenis peralatan utama pertamabangan yang lebih baik dari sebelumnya untuk mencapai target produksi yang diinginkan.Berdasarkan hasil simulasi dari beberapa eksperimen skenario yang dilakukan di dapatkan hasil komposisi jumlah dump truck dengan kapasitas 30 ton sebanyak 32 unit dan dump truck berkapasitas 20 unit sebanyak 50 unit telah mampu memenuhi demand tahunan batu kapur yang diminta PT.SG. Total biaya dari kombinasi dump truck ini jauh lebih hemat dibandinkan total biaya pada eksperimen skenario lainnya. Kata kunci: peralatan utama pertambangan batu kapur, model simulasi, konsep biaya ABSTRACT PT. United Tractors Semen Gresik (PT.UTSG) is a subsidiary company of PT.Semen Gresik (SG PT.) which is engaged in mining industry.The main activities of PT.UTSG itself is mined limestone (Limestone) as the main raw material in cement production.To maintain continuity of supply of limestone, PT.UTSG is demanded to always be ready at the mines that provide the major equipment digger (excavator) and conveyances (Dump Truck).Determination of the number and type of major equipment such mining dump truck is especially difficult thing to do because the demand pattern of SG limestone is fluctuates on a daily basis and also operation of the crusher itself is not fixed on its every shift in one day.Besides mining system conditions that are probabilistic, making the determination of the main mining equipment becomes more complex. Therefore in this research will be conducted to determine the number and types of mining equipment using a simulation model with the help of ARENA software. This simulation model can describe probabilistic variable nature of existing in a mining area with a model that has similarity to the real system and by doing some experimentation scenarios will then obtained the number and type of major mining equipment that is better than ever before to achieve the desired production target .Based on the simulation results of some experiments carried out in scenarios results indicate the composition of the number of dump trucks with a capacity of 30 tons 32 units and 20 units of dump trucks with a capacity of 50 units has been able to meet the annual demand of limestone requested PT.SG.The total cost of the dump truck combination is far more economical with total cost of the experiment compared to other scenarios. Keywords: limestone mining main tools, simulation models, the concept of cost

Upload: chandra-aji-saputra

Post on 13-Sep-2015

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

transportasi

TRANSCRIPT

  • 1

    PENENTUAN KOMPOSISI ALAT ANGKUT PERTAMBANGAN (DUMP TRUCK)

    DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI (STUDI KASUS : PT.UNITED

    TRACTORS SEMEN GRESIK, TUBAN)

    Hilman Fakhruzy, Patdono Suwignjo, dan Stefanus Eko Wiratno

    Jurusan Teknik Industri

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

    Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

    Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

    ABSTRAK

    PT. United Tractors Semen Gresik (PT.UTSG) adalah salah satu anak perusahaan PT.

    Semen Gresik (PT.SG) yang bergerak di bidang pertambangan. Kegiatan utama dari PT.UTSG

    sendiri adalah menambang batu kapur (Limestone) sebagai bahan baku utama dalam pembutan

    semen. Untuk menjaga kontinuitas pasokan batu kapur, PT.UTSG dituntut untuk selalu siap di

    dalam menyediakan peralatan utama pertambangannya yaitu alat gali muat (Excavator) dan alat

    angkut (Dump Truck). Penentuan jumlah dan jenis peralatan utama pertambangan tersebut

    khususnya dump truck merupakan hal yang sulit untuk dilakukan karena pola demand batu kapur

    dari SG yang berfluktuatif di setiap harinya dan juga operasi kerja dari crusher sendiri yang tidak

    tetap pada setiap shiftnya dalam satu hari. Selain itu kondisi sistem pertambangan yang bersifat

    probablistik membuat penentuan peralatan utama pertambangan menjadi lebih kompleks. Untuk

    itu pada penelitian ini akan dilakukan penentuan jumlah dan jenis peralatan utama pertambangan

    yang lebih baik menggunakan model simulasi dengan bantuan software ARENA. Model simulasi

    ini dapat menggambarkan variabel-varibel yang bersifat probabilistik yang ada di area

    pertambangan sehingga dengan model yang telah mendekati sitem riilnya dan dengan

    dilakukannya beberapa skenario eksperimen akan di dapatkan jumlah dan jenis peralatan utama

    pertamabangan yang lebih baik dari sebelumnya untuk mencapai target produksi yang

    diinginkan.Berdasarkan hasil simulasi dari beberapa eksperimen skenario yang dilakukan di

    dapatkan hasil komposisi jumlah dump truck dengan kapasitas 30 ton sebanyak 32 unit dan dump

    truck berkapasitas 20 unit sebanyak 50 unit telah mampu memenuhi demand tahunan batu kapur

    yang diminta PT.SG. Total biaya dari kombinasi dump truck ini jauh lebih hemat dibandinkan

    total biaya pada eksperimen skenario lainnya.

    Kata kunci: peralatan utama pertambangan batu kapur, model simulasi, konsep biaya

    ABSTRACT

    PT. United Tractors Semen Gresik (PT.UTSG) is a subsidiary company of PT.Semen Gresik (SG PT.) which is engaged in mining industry.The main activities of PT.UTSG itself is mined limestone (Limestone) as the main raw material in cement production.To maintain continuity of supply of limestone, PT.UTSG is demanded to always be ready at the mines that provide the major equipment digger (excavator) and conveyances (Dump Truck).Determination of the number and type of major equipment such mining dump truck is especially difficult thing to do because the demand pattern of SG limestone is fluctuates on a daily basis and also operation of the crusher itself is not fixed on its every shift in one day.Besides mining system conditions that are probabilistic, making the determination of the main mining equipment becomes more complex.

    Therefore in this research will be conducted to determine the number and types of mining

    equipment using a simulation model with the help of ARENA software. This simulation model can describe probabilistic variable nature of existing in a mining area with a model that has similarity

    to the real system and by doing some experimentation scenarios will then obtained the number and type of major mining equipment that is better than ever before to achieve the desired

    production target .Based on the simulation results of some experiments carried out in scenarios

    results indicate the composition of the number of dump trucks with a capacity of 30 tons 32 units and 20 units of dump trucks with a capacity of 50 units has been able to meet the annual demand of limestone requested PT.SG.The total cost of the dump truck combination is far more economical with total cost of the experiment compared to other scenarios.

    Keywords: limestone mining main tools, simulation models, the concept of cost

  • 2

    1. Pendahuluan

    Batu kapur merupakan jenis bahan galian non

    logam yang menjadi bahan baku utama di

    dalam pembuatan semen (Departemen

    Perindustrian,2009). Proses penambangan batu

    kapur sendiri tediri dari beberapa tahapan

    proses yang diawali dengan proses peledakan

    (Blasting), pemecahan bongkahan (Breaking),

    pengambilan material (Loading), pemuatan

    material (Hauling) dan pembuangan material

    (Dumping) ke dalam crusher.

    Kegiatan penambangan batu kapur di PT.

    Semen Gresik (PT.SG) tidak dilakukan sendiri

    oleh perusahaan tetapi disubkontrakan ke anak

    perusahaannya yaitu PT. United Tractors

    Semen Gresik (PT.UTSG) yang bergerak di

    bidang pertambangan. PT.UTSG dituntut

    menjaga kontinuitas penyediaan pasokan batu

    kapur (Limestone) oleh karena itu kesiapan di

    dalam penyediaaan peralatan operasional

    pertambangan harus diperhatikan.

    Peralatan utama pertambangan yang digunakan

    PT.UTSG terdiri atas alat gali muat

    (Excavator) dan alat angkut (Dump Truck)

    untuk melakukan aktifitas penambangan

    dimana tidak seluruhnya milik PT.UTSG akan

    tetapi beberapa diantaranya merupakan alat

    sewa dari jasa rental.

    Penentuan jumlah dan jenis alat angkut

    pertambangan merupakan hal yang sulit untuk

    dilakukan. Hal tersebut dikarenakan pola

    demand dari PT.SG yang berfluktuatif di setiap

    harinya seperti yang ditunjukan pada gambar

    1.1 berikut ini

    Gambar 1.1 Grafik produksi batu kapur pada bulan

    September 2009

    (Sumber : UTSG, 2009)

    Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa

    setiap harinya volume kebutuhan batu kapur

    (garis biru) yang diminta oleh pihak PT.SG

    sangat berfluktuatif. Sedangkan material batu

    kapur sendiri tidak dapat disimpan sebagai

    inventory untuk menekan permintaan yang

    berfluktuasi tersebut karena kualitas

    (kandungan air dalam batu kapur) yang

    dihasilkan akan berbeda jika dilakukan sistem

    inventory dan juga akan ada penambahan biaya

    akibat adanya dua kali pemindahan batu kapur

    (Double Handling).

    Selain dari jumlah volume kebutuhan batu

    kapur yang berbeda, operasi kerja crusher

    sendiri yang tidak konsisten dikarenakan

    beberapa kondisi diantaranya pile batu kapur

    telah terisi penuh, adanya ketidakpastian waktu

    down time pada crusher, dan over haul.

    Keadaan tersebut menjadikan kebutuhan alat

    angkut tidak dapat diprediksi. Permasalahan

    diatas menunjukan bahwa penetuan alat angkut

    pertambangan menjadi lebih sulit dan

    kompleks disamping keadaan tambang yang

    probabilistik.

    Beberapa penelitian telah dilakukan untuk

    menyelesaikan permasalahan di dalam

    penetuan jumlah peralatan utama

    pertambangan. Said dan Rand (1991)

    menggunakan pendekatan heuristik dengan

    mempertimbangkan rute perjalanan (routing)

    dan biaya alat angkut dengan kapasitas yang

    berbeda sehingga didapatkan kombinasi yang

    optimal. Burt (2006) menggunakan model Mix

    Integer Linier Programing (MILP) dengan

    penaksiran fungsi biaya yang linier dengan

    mengasumsikan bahwa produktivitas dari

    shovel terhadap truck akan selalu sama.

    Marcello (2008) mengkombinasikan model

    optimasi dan simulasi yang dijalankan secara

    bersamaan guna mendapatkan solusi yang

    lebih baik dalam penentuan komposisi alat

    pertambangan pada area pertambangan biji

    besi. Namun demikian, penelitian-penelitian

    tersebut masih menggunakan asumsi bahwa

    alat utama pertambangan adalah homogen dan

    pola demand yang relatif stabil, cycle time dari

    alat operasional pertambangan yang

    deterministik, produktifitas alat yang konstan,

    serta kerja crusher yang diasumsikan konstan.

    Selain itu belum ada penelitian untuk

    menentukan jumlah dan jenis alat angkut

    pertambangan pada tambang batu kapur untuk

    memasok pabrik semen.

    Terkait dengan permasalahan yang telah

    diuraikan di atas maka perlu diadakannya

    suatu kajian yang detail mengenai

    bagaimanakah menetukan jumlah dan jenis alat

  • 3

    angkut pertambangan (Dump truck) untuk

    penyediaan bahan baku batu kapur di PT.SG

    menggunakan model simulasi. Simulasi itu

    sendiri merupakan suatu proses meniru dengan

    merancang model dari suatu sistem nyata dan

    pelaksanaan eksperimen dengan model ini

    bertujuan untuk memahami dan menganalisa

    tingkah laku sistem yang nantinya akan

    digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis

    alat angkut pertambangan, melakukan

    eksperimen untuk menghitung jumlah dan

    jenis alat angkut dan memberikan rancangan

    perbaikan kepada perusahaan.

    2. Metodologi Penelitian

    Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi

    sistem pertambangan yang ada di PT.UTSG.

    Dari hasil identifikasi tersebut akan di

    dapatkan bisnis proses penyediaan batu kapur.

    Langkah berikutnya adalah melakukan

    pengambilan data yang diperlukan di dalam

    pembuatan model baik model konseptual

    maupun model simulasi pertambangan batu

    kapur. Data yang diambil merupakan data

    waktu siklus alat angkut pertambangan yang

    dimana data tersebut akan di lakukan uji

    distribusi dengan bantuan software input

    analyzer sebagai input waktu model simulasi

    nantinya. Selain itu juga dilakukan

    pengambilan data biaya-biaya yang berkaitan

    dengan pengoperasian alat angkut

    pertambangan tersebut.

    Langkah selanjutnya adalah pembuatan model

    konseptual menggunakan Activity Cycle

    Diagram (ACD). Model ACD ini akan

    menjelaskan sistem yang menjadi objek

    penelitian atau simulasi. Model ACD ini akan

    dibandingkan dengan kondisi riil untuk

    tahapan verifikasi. Jika telah sesuai,

    selanjutnya dilakukan pembuatan model

    simulasi dengan bantuan software ARENA

    5.0, dimana pembuatan modul di dalam

    software disamakan dengan model konseptual

    sebelumnya. Setelah model simulasi selesai

    maka modul tersebut diverifikasi kembali

    untuk melihat apakah model simulasi telah

    sesuai dengan model konseptual. Jika tidak

    terdapat error pada model, maka model

    simulasi dapat di running sesuai dengan

    kondisi eksisting. Setelah di running maka

    didapatkan output batu kapur selama satu

    tahun dengan 10 replikasi pada software.

    Output simulasi tersebut akan dibandigkan

    dengan output kondisi eksisting untuk

    dilakukan uji validasi dengan menggunakan

    Welch Confidence Interval, dengan = 0.5. jika hasilnya terima Ho maka model simulasi

    sistem pertambangan batu kapur dapat

    dinyatakan valid (tidak jauh berbeda dengan

    kondisi eksisting).

    Kemudian dilakukan beberapa skenario untuk

    menentukan jumlah dan jenis alat angkut

    pertambangan yang sesuai untuk memenuhi

    kebutuhan batu kapur selama satu tahun

    dengan mempertimbangkan total biaya

    penggunaan alat angkut yang paling minimum.

    3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

    Pengumpulan dan pengolahan data merupakan

    langkah awal dalam memperoleh gambaran

    kondisi sistem nyata yang dijadikan sebagai

    objek penelitian. Data yang diperoleh dari

    penelitian ini berasal dari pengamatan

    langsung, pengumpulan data skunder, dan

    wawancara pada pihak-pihak yang terkait di

    PT. United Tractors Semen Gresik

    (PT.UTSG).

    3.1 Operasi Penambangan Batu Kapur

    Gambar 3.1Operasi Penambangan Batu Kapur

    Operasi penambangan batu kapur dimulai dari

    proses peledakan (Blasting). Proses blasting ini

    dilakukan untuk melepaskan batuan dari

    induknya. Proses blasiting menggunakan

    bantuan alat peledak elektrik Setelah batu

    kapur terlepas maka buldozer akan merapikan

    batuan yang berserakan akibat proses blasting.

    Jika batu kapur telah dirapikan pada area

    tertentu maka excavator akan bersiap

    mengambil tempat (loading point) untuk

    memulai pengangkutan. Setelah excavator siap

    pada tempatnya maka proses pemuatan batu

    kapur kedalam bak angkut dump truck dimulai.

    Setelah bak dump truck penuh maka dump

    Excavator

    melakukan Loading

    Blasting Hasil Blasting Bulldozer merapikan batuan

    kapur

    Pemencahan

    Material

    Dump Truck

    Hauling

    Dumping Material

    Dump Truck Hauling

  • 4

    truck tersebut segera berangkat menuju stasiun

    crusher. Perjalanan dump truck dari area

    tambang menuju crusher atau kebalikannya

    disebut juga dengan istilah hauling. Pada

    stasiun crusher, dump truck akan melakukan

    proses pembuanagan material atau disebut juga

    dengan proses dumping. Dump truck akan

    melakukan dumping material hingga batu

    kapur yang ada di dalam bak kosong. Setelah

    bak kosong maka dump truck akan melakukan

    hauling menuju area pertambangan untuk

    dimuati kembali.

    3.2 Karakteristik Batu Kapur

    Berdasarkan kadarnya, batu kapur yang berada

    di temandang dapat dibedakan menjadi 3

    macam, yaitu :

    1. Batu kapur jenis High Grade (HG) dengan kadar CaO > 51%

    2. Batu kapur jenis Medium Grade (MG) dengan kadar CaO antara 49% - 51 %

    3. Batu Kapur jenis Low Grade (LG) dengan kadar CaO < 49%

    Mutu batu kapur nomor 1 dan 2 telah

    memenuhi syarat sebagai bahan baku semen

    dengan kadar SiO2 yang tinggi. Batuan kapur

    nomor 2 merupakan batuan dengan kandungan

    medium tidak akan terlalu mempengaruhi

    mutu semen. Sedangkan batu kapur nomor 3

    dengan kadar CaO < 49% ditemukan batu

    kapur dolomitan dengan kadar MgO antara 4 18% sehingga batuan ini hanya menjadi

    campuran dari batu kapur nomor 1 dan 2.

    Prosentase pengambilan batu kapur jenis MG

    dan HG lebih banyak dilakukan dibandingkan

    dengan batu kapur jenil LG. Prosentase

    pengambilan jenis batuan tersebut dapat dilihat

    pada tabel 3.1 berikut ini

    Tabel 3.1 Jenis Batuan Kapur dalam Satu Tahun

    Periode 2009

    3.3 Pemodelan dan Simulasi

    Permodelan sistem pada pengamatan ini

    digambarkan dengan software Arena 5.0

    dengan tujuan untuk mendapatkan model

    kondisi sistem pada proses penambangan batu

    kapur. Hal ini bertujuan pula untuk

    menganalisa kondisi eksisting sistem

    pertambangan batu kapur guna memudahkan

    penelitian terhadap sistem dan memperbaiki

    sistem pertambangan yang ada.

    3.3.1 Pembuatan model konseptual ACD (Activity Cycle Diagram)

    ACD merupakan salah satu model yang

    menggambarkan aktivitas atau interaksi dari

    sebuah sistem dengan siklus yang berulang.

    Pembuatan ACD ini berdasarkan pengamatan

    langsung pada area tambang batu kapur di

    PT.UTSG yang ditunjukan pada gambar 3.2

    berikut ini

    Gamabar 3.2 ACD Pertambangan Kapur PT.UTSG

    Tuban 1 Tuban 2 Tuban 3

    HG 48% 52% 51%

    MG 29% 26% 27%

    LG 1% 1% 1%

    Dolomit 8% 5% 2%

    Padel 14% 16% 19%

    KANDUNGANPROSENTASE 1 TAHUN

    Proses Loading

    Oleh Excavator

    Proses hauling

    menuju crusher oleh

    dump truck

    Proses dumping

    oleh dump truck

    Truck kosong

    menunggu

    kembali ke Blok

    tambang

    Kembali menuju area

    tambang

    Crusher Idle

    Truck

    bermuatan antri

    dumping

    Truck

    bermuatan batu

    kapur

    menunggu

    hauling

    Batu kapur

    Menunggu

    loading

    Idle Excavator

    Truck antri

    menunggu

    loading

    Batu Kapur Terminate

    Perbaikan Crusher

    Crusher

    menunggu

    dperbaiki

    Kerusakan

    crusher

    Tim Perbaikan

    Crusher

  • 5

    Sistem yang menjadi objek amatan pada

    penelitian ini dimulai dari area pertambang

    batu kapur. Pada area ini batu kapur yang

    masih solid atau hasil dari proses peledakan

    (Blasting) menunggu untuk dilakukan proses

    pengambilan (loading) oleh excavator.

    Excavator akan melakukan proses

    pengambilan (Loading) untuk diisi ke dalam

    bak dump truck. Setelah proses pengisian batu

    kapur (Loading) ke dalam bak selesai, maka

    dump truck yang telah bermuatan batu kapur

    siap untuk membawa muatannya (Hauling)

    menuju stasiun crusher. Setelah dump truck

    yang bermuatan batu kapur tiba pada stasiun

    crusher, maka dump tuck bermuatan tersebut

    antri menunggu giliran untuk melakukan

    proses pembuangan batu kapur (dumping) ke

    dalam crusher. Setelah sampai di depan

    crusher maka dump truck siap untuk

    melakukan proses dumping material. Setelah

    proses dumping selesai maka muatan dump

    truck kembali kosong, kemudian dump truck

    akan melakukan perjalanan (hauling) menuju

    blok pertambangan semula untuk dilakukan

    proses pemutan batu kapur kembali oleh

    excavator.

    Untuk batu kapur yang telah di dumping oleh

    dump truck akan masuk ke dalam crusher

    untuk dilakukan proses penghalusan dan

    kemudian batu kapur dinyatakan selesai

    (terminate) dalam sistem yang menjadi objek

    amatan. Jika di dalam proses dumping terjadi

    kerusakan pada crusher, maka crusher akan

    berhenti sejenak untuk dilakukan perbaikan

    oleh tim mekanik crusher sehingga proses

    dumping diberhentikan terlebih dahulu. Hal

    tersebut membuat dump truck harus menunggu

    beberapa saat sebelum dilakukan dumping

    maerial. Setelah crusher berfungsi kembali,

    maka dump truck diijinkan untuk melakukan

    proses dumping muatan.

    3.3.2 Pengolahan Data Simulasi

    Setelah dilakukannya pengumpulan data di

    lapangan, maka langkah selanjutnya adalah

    melakukan pengolahan data dengan fitting

    distribution untuk setiap aktivitas tersebut.

    Uji Distribusi Data Input Simulasi

    Pada tahap ini akan dilakukan uji statistik

    distribusi data guna mendapatkan input model

    simulasi. Contoh hasil fitting distribution

    dengan menggunakan input analyzer dapat

    dilihat seperti gambar berikut ini :

    Gambar 3.3 Contoh Garfik Hasil Fitting

    Distribution Data Waktu dump Truck positioning

    mundur ke arah crusher

    Pada tahap ini data yang diuji adalah data yang

    telah berhasil dikumpulkan berupa data waktu

    setiap aktivitas kerja pada areal pertambangan

    batu kapur dari proses loading hingga proses

    dumping ke dalam crusher yang menjadi fokus

    amatan. Hasil fitting distribution data waktu

    secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel

    berikut

    Table 3.2 Distribusi Data Aktivitas Penambangan Batu

    Kapur

    3.3.3 Simulasi Arena

    Setelah melalui proses uji distribusi, model

    simulasi yang dibuat dapat di-running dengan

    durasi satu tahun dengan dengan waktu 13 jam

    dan jumlah replikasi awal yang digunakan

    adalah 10 replikasi. Untuk input pada waktu

    running model pada software Arena 5.0 di

    areal pertambangan dapat dilihat pada gambar

    3.4 berikut ini :

    No Aktivitas Ekspresi distribusi

    1 Waktu kedatangan batu kapur NORM(35.6, 2.33)

    2 Waktu dump Truck positioning maju (Crusher area ) 8.5 + 10 * BETA(1.95, 2.95)

    3 Waktu dump Truck positioning mundur ke arah crusher NORM(21.1, 2.99)

    4 Waktu dumping dump truck TRIA(16.5, 32.5, 41)

    5 Waktu loading Pc 400 ke CWB (20 ton) TRIA(61.5, 107, 157)

    6 Waktu loading Pc 400 ke Scannia (30 Ton) TRIA(108, 120, 284)

    7 Waktu loading Pc 650/750 ke CWB (20 ton) NORM(87.4, 20.1)

    8 Waktu loading Pc 650/750 ke Scannia (30 Ton) TRIA(126.5, 264, 331)

    9 Waktu hauling jarak 500 meter UNIF(67.5, 89.5)

    10 Waktu hauling jarak 1000 meter UNIF(120, 151)

    11 Waktu hauling jarak 1500 meter NORM(187, 8.11)

    12 Waktu hauling jarak 2000 meter UNIF(243, 287)

    13 Waktu hauling jarak 2500 meter UNIF(300, 351)

    14 Waktu hauling jarak 3000 meter UNIF(375, 411)

    15 Waktu hauling jarak 3500 meter UNIF(432, 501)

    16 Waktu hauling jarak 4000 meter UNIF(510, 581)

    17 Waktu hauling jarak 4500 meter UNIF(600, 651)

    18 Waktu hauling jarak 5000 meter UNIF(659, 706)

    19 Waktu antar kerusakan -0.001 + WEIB(30.6, 0.697)

    20 Waktu perbaikan kerusakan 0.999 + LOGN(27.6, 78.3)

  • 6

    Gambar 3.4 Setup Simulasi

    Verifikasi

    Model simulasi yang telah dibuat diverifikasi

    apakah tidak terjadi error. Bila terjadi error,

    maka logika modul dari simulasi yang dibuat

    belum sepenuhnya benar. Proses verifikasi

    juga dilakukan dengan menganalisa apakah

    modul yang ada di dalam simulasi telah sama

    dengan model konseptual. Adapun hasil

    running yang telah dibuat, ditunjukkan bahwa

    model tersebut bebas error. Hal ini

    ditunjukkan pada gambar 3.5 seperti berikut ini

    :

    Gambar. 3.5 Hasil Checking Error Model Simulasi

    Validasi

    Model dikatakan valid apabila hasil

    perbandingan menunjukkan bahwa kedua

    alternatif (model dan real system) tidak

    berbeda secara signifikan. Berikut merupakan

    data output existing batu kapur yang terproses

    di dalam crusher yang berhasil didapatkan dari

    pengamatan lapangan pada tabel 3.3.

    Table 3.3 Jumlah outputan exsisting batu kapur

    untuk 1 crusher

    Sedangkan outputan batu kapur yang

    didapatkan dari output simulasi menggunakan

    model Arena pada tabel 3.4sebagai berikut :

    Tabel 3.4 Hasil Output Simulasi

    Hari Jumlah Batu Kapur Keluar (ton)

    1 10779150

    2 10915350

    3 10808400

    4 10370700

    5 10999800

    6 11020950

    7 10855950

    8 10678350

    9 10845450

    10 10563750

    Karena jumlah n1 n2, maka metode yang digunakan untuk pengujian validasi model ini

    adalah metode Welch Confidence Interval.

    Dimana :

    Hipotesa :

    1 2 = 0 1 2 0 Jumlah sampel pada masing-masing

    populasi (n1) dan (n2) tidak harus sama.

    Variansi antar populasi 1 dengan populasi 2 tidak harus sama 12 22

    Berikut ini penentuan validasi dengan

    perhitungan welch confidence interval.

    Tabel 3.5 Perbandingan Output Real Sistem dan

    Output Arena

    = 0.05

    1

    2/1 + 22/2

    2

    12/1 2/ 1 1 + 2

    2/2 2/ 2 1

    Tahun Jumlah Batu Kapur Keluar (ton)

    1 9619233

    2 10337501

    3 10848153

    Replikasi Eksisting (Ton) Arena (Ton)

    1 10337501 10779150

    2 10848153 10915350

    3 9619233 10808400

    4 10370700

    5 10999800

    6 11020950

    7 10855950

    8 10678350

    9 10845450

    10 10563750

    Rata-Rata 10268295,67 10783785

    Standar Deviasi 617375,9999 200007,77

    Variansi 3,81153E+11 40003107250

    n 3 10

    n - 1 2 9

  • 7

    381153125221,3/3 + 40003107250/10 2

    127051041740,448 2/ 2 + 40003107250 2/ 9

    1,71744569830231

    8,07098360 + 17780539885055600002

    2,12745

    Didapatkan dari tabel bahwa ,/2 = 4,3026

    = ,/2 1

    2

    1+

    22

    2

    = 4,3026 127051041740,448

    3+

    40003107250

    10

    = 1557603,982

    Sehingga, confidence interval-nya adalah :

    1 2 1 2 1 2 +

    = 1

    515489,33 1557603,982 1 2

    515489,33 + 1557603,982

    = 1 2073093 1 2 1042115

    Dari hasil tersebut dapat ditarik keputusan

    terima Ho, karena nilai 0 berada pada rentang

    1 2. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan

    yang signifikan antara output model simulasi

    dengan kondisi real system.

    Perhitungan jumlah replikasi

    Berikut adalah penentuan banyaknya replikasi

    dengan metode absolute dengan error yang

    akan ditanggung sebesar nilai half width-nya

    dan selang kepercayaan 95%.

    Table 3.6 Output Simulasi dengan Replikasi Awal

    Sebanyak 10 Kali

    n = 10 (replikasi awal)

    n-1 = 9

    = 0.05

    1,/2 = 2,262125

    = 1,/2

    =2.262125 200007,768

    10

    =452449

    3,1622

    = 143076,9

    =

    = /2

    2

    = 1.96 200007,768

    143076,9

    2

    = 392015

    143076,9

    2

    = 2,739891 2 = 7,507 = 8

    Dari hasil perhitungan di atas maka dapat

    diketahui bahwa jumlah replikasi simulasi

    untuk pertambangan batu kapur adalah 8

    replikasi.

    3.4 Penentuan jumlah dan jenis Dump Truck

    Penentuan jumlah dan jenis dump truck yang

    dimilik dan disewa bergantung dari nilai biaya

    yang dikeluarkan berikut akan dijelaskan

    komponen biaya yang terkain di dalam

    penentuan jumlah dan jenis dump truck

    3.4.1 Komponen Biaya

    Komponen biaya merupakan biayabiaya yang terkait di dalam penentuan jumlah dan

    komposisi unit dump truck yang seharusnya

    dimiliki maupun di sewa oleh perusahaan.

    komponen biaya ini terbagi atas dua biaya

    yaitu biaya penyediaan alat dan biaya

    Replikasi Replikasi

    1 10779150

    2 10915350

    3 10808400

    4 10370700

    5 10999800

    6 11020950

    7 10855950

    8 10678350

    9 10845450

    10 10563750

    Rata-Rata 10783785

    Standar Deviasi 200007,768

    Variansi 40003107250

  • 8

    kekurangan alat. Berikut penjelasan mengenai

    komponen biaya tersebut.

    Biaya Penyediaan Alat Milik Biaya yang dibebankan kepada perusahaan

    atas alat angkut yang dimilik oleh perusahaan.

    Biaya penyediaan alat ini jika menggunakan

    alat lama maka biaya yang dikeakan hanya

    biaya operasional saja, sedangkan jika alat

    baru maka biaya yang dikenakan biaya

    kepemilikan dan biaya operasional. Berikut

    ditunjukan pada tabel 3.7 dan 3.8 untuk biaya

    penyediaan alat baru dan lama.

    Table 3.7 Biaya Kepemilikan dan Operasional

    Dump Truck Kondisi Baru Milik Perusahaan

    Table 3.8 Biaya Kepemilikan dan Operasional

    Dump Truck Kondisi Lama milik Perusahaan

    Biaya Penyewaan Alat Biaya penyewaan alat merupakan biaya yang

    dibebankan oleh perusahaan kepada penyedia

    alat (jasa rental alat) atas alat yang disewa

    perusahaann. Berikut biaya yang dibebankan

    perusahaan jika menggunakan jasa sewa alat

    baik alat lama maupun baru seperti yang

    ditunjukan pada tabel 3.9 dan 3.10

    Table 3.9 Biaya Kepemilikan dan Operasional

    untuk Dump Truck Sewa Kondisi Baru

    Table 3.10 Biaya Kepemilikan dan Operasional

    Dump Truck Sewa Kondisi Lama

    Biaya kekurangan PT.SG jika mereka tidak dapat mencapai

    demand yang telah ditentukan akan mengalami

    opportunity loose sebesar keuntungan

    menghasilkan satu ton semen yaitu Rp.

    284.586/ton. angka tersebut juga dikalikan

    dengan indeks sebesar 0,84674 yang

    merupakan konversi dari satu ton semen per

    batu kapur yang diperlukan untuk membuat

    satu ton semen (dalam ton).

    Total Biaya Total biaya (Tc) merupakan biaya dari

    keseluruhan alat baik yang dimiliki perusahaan

    maupun alat sewa ditambah dengan biaya yang

    terjadi akibat adanya kebutuhan demand yang

    tidak terpenuhi oleh perusahaan (biaya

    kekurangan). Persamaan Tc adalah sebagai

    berikut :

    Tc= [(Biaya penyediaan alat) + (Biaya

    kekurangan)]

    Tc= [{(Biaya alat milik) + (Biya alat sewa)} +

    {(Biaya kekurangan/ton) x (Total

    Kekurangan dalam ton) + (indeks)}]

    3.4.2 Penentuan Jumlah Alat Milik dan Sewa

    Keputusan untuk menentukan berapa jumlah

    dan komposisi alat yang seharusnya dimiliki

    oleh perusahaan dan berapa yang harus disewa

    oleh perusahaan dari hasil outputan skenario

    ekisting didasarkan pada nilai total biaya (Tc)

    yang paling minimum. Karena alat yang

    digunakan pada skenario pertama merupakan

    alat lama, maka biaya yang dibebankan

    perusahaan hanya biaya operasional alat saja.

    Berikut perhitungan nilai Tc untuk skenario

    eksisting perusahaan dalam 1 tahun.

    Dump truck kapasitas 20 ton sebanyak 28 unit sehingga

    Biaya operasional = 28 x Rp. 234.167 x 4355

    = Rp. 28.554.349.831

    Dump truck kapasitas 30 ton sebanyak 19 unit sehingga

    Biaya operasional = 19 x Rp. 204.664 x 4355

    = Rp. 16.884.295.151

    No.

    Jenis

    Dump

    Truck

    Operasi 1

    Tahun

    (jam)

    Biaya O&O

    per jam (Rp)

    Biaya O&O 1

    tahun (Rp)

    1CWB 20

    Ton4355 Rp312.988,73 Rp1.363.065.908

    2Scannia 30

    Ton4355 Rp297.335,49 Rp1.294.896.052

    Rp2.657.961.960

    MILIK PT. UTSG (barang baru)

    TOTAL KESELURUHAN

    No.

    Jenis

    Dump

    Truck

    Operasi 1

    Tahun

    (jam)

    Biaya

    Operasional

    per jam (Rp)

    Biaya O&O 1 tahun

    (Rp)

    1CWB 20

    Ton4355 Rp234.167 Rp1.019.797.285

    2Scannia 30

    Ton4355 Rp204.052 Rp888.646.460

    Rp1.908.443.745

    MILIK PT. UTSG (barang lama)

    TOTAL KESELURUHAN

    No.

    Jenis

    Dump

    Truck

    Operasi 1

    Tahun

    (jam)

    Biaya O&O

    per jam Rp

    Biaya O&O 1

    tahun (Rp)

    1CWB 20

    Ton3600 Rp375.586,47 Rp1.352.111.302

    MILIK Rental (barang baru)

    No

    Jenis

    Dump

    Truck

    operasi 1

    tahun

    (jam)

    Biaya

    operasional

    per jam (Rp)

    Biaya operasional

    1 tahun

    1CWB 20

    Ton3000 Rp180.000 Rp540.000.000

    MILIK Rental

  • 9

    Biaya dump truck milik PT.UTSG Biaya alat milik = dump truck 20 ton + dump

    truck 30 ton

    = Rp.28.554.349.831+Rp.16.884.295.151

    = Rp. 45.438.644.983

    Biaya dump truck sewa (1 unit) Biaya sewa = Jumlah unit sewa x Biaya sewa x

    jam/ tahun

    = 1x Rp. 180.000 x 3000 jam

    = Rp. 540.000.000

    Biaya kekurangan Kombinasi awal hanya mampu menghasilkan

    5.334.900 ton batu kapur. jika mengacu pada

    demand per tahun PT.SG periode 2009 yang

    mencapai 10.848.154 juta ton per tahun maka

    biaya kekurangan yang besarnya dapat dilihat

    pada perhitungan berikut :

    Biaya kehilangan = biaya kekurangan x Total

    kekurangan x indeks

    = Rp. 284.586 x 5513254 x 0,847

    = Rp 1.328.530.823.746

    Dari hasil perhitungan di atas didapatkan Tc

    untuk komposisi dump truck 47 unit milik

    PT.UTSG dan tidak menggunakan sewa

    sebesar :

    Tc = Biaya penyediaan alat + Biaya

    kekurangan

    Tc = (Rp.45.438.644.983 + Rp.0) +

    Rp.1.328.530.823.746

    Tc = Rp. 1.373.969.468.729

    Berikut ini adalah grafik kurva pergerakan

    nilai Tc dari kombinasi jumlah dump truck

    yang ada pada skenario pertama

    Gambar. 3.6 Grafik Perhitungan Total Cost setiap

    Penambahan Unit Dump Truck pada Skenario

    Pertama

    4. Analisa dan Pembahasan

    4.1 Analisa Skenario Pertama

    Pada skenario pertama dengan komposisi

    dump truck 28 unit 20 ton dan 19 unit 30 ton

    dalam waktu satu hari mampu menghasilkan

    25.311 ton batu kapur. Jika disimulasikan

    selama satu tahun komposisi ini hanya mampu

    memenuhi 5.334.900 ton batu kapur masih

    jauh dari target produksi perusahaan sebesar

    10.848.000 ton. Sehingga kekurangan tonase

    tersebut dapat dipenuhi dengan adanya

    penambahan alat angkut (sewa) sebanyak 52

    unit dump truck berkapasitas 20 ton.

    Dengan adanya penambahan tersebut

    perusahaan mampu menghasilkan 10.991.625

    ton batu kapur dalam kurun waktu satu tahun.

    Total biaya yang dikeluarkan perusahaan

    dengan 47 unit alat angkut milik sendiri dan

    penambahan 52 unit alat angkut (dapa dilihat

    pada gambar grafik 3.6) mencapai

    Rp.77.911.293.750 per tahunnya.

    4.2 Analisa Skenario Kedua

    Pada skenario dua ini dilakukan penambahan

    unit dump truck 20 ton yang awalnya 28 unit

    menjadi 35 unit. Penambahan tersebut

    didasarkan pada kesiapan alat yang pada

    kondisi eksisting yang berkisar 80% dinaikan

    menjadi 100%. Dari hasil tersebut perlu

    dilakukan penambahan 7 unit dump truck

    berkapasitas 20 ton.

    Dengan kombinasi pada skenario dua ini (35

    unit 20 ton dan 19 unit 30 ton) mampu

    menghasilkan 6.392.812 ton batu kapu selama

    satu tahun. Perolehan tersebut masih kurang

    dari target produksi sehingga dilakukan

    penambahan hingga mencapai 46 unit alat

    angkut 20 ton seperti yang ditunjukan pada

    gambar 4.1 berikut.

    Gabar 4.1 Diagram pemenuhan demand batu kapur

    terhadap penambahan unit dump truck pada skenario

    kedua

    Penambahan alat angkut ini dalam satu tahun

    mampu menghasilkan 10.991.625 ton batu

    kapur.

    Penentuan untuk jumlah dump truck yang

    dimilik dan disewa maka dilakukan

    perhitungan Tc dari setiap penambahan dump

  • 10

    truck. Berikut merpakan hasil perhitungan nilai

    Tc terhadap penambahan dump truck pada

    skenario kedua yang ditunjukan gambar 4.2

    berikut

    Gambar. 4.2 Hasil perhitungan total cost tiap

    penambahan unit dump truck pada skenario kedua

    Dari grafik tersebut nilai Tc minimum

    didapatkan sebesar Rp.81.269.881.208 dengan

    penambahan alat angkut sebanyak 45 unit 20

    ton. Jika dibandingkan dengan skenario

    pertama maka skenario dua tidak lebih baik

    dari skenari pertama, hal tersebut dikarenakan

    nilai Tc skenario pertama lebih minimum

    diandingkan dengan nilai Tc skenario kedua.

    Tabel 4.1 Total biaya jumlah alat angkut pada tiga

    skenario

    Skenario dua akan menjadi opsional

    perusahaan jika biaya yang digunakan tidak

    mengikuti biaya eksisting (umur ekonomis alat

    habis) tetapi menggunakan alat baru. Jika

    diasumsikan alat baru maka nilai Tc skenario

    pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel 4.2

    berikut

    Tabel 4.2 Total biaya jumlah alat angkut pada tiga

    skenario (alat baru)

    Dari tabel 4.2 tersebut didapatkan bahwa total

    biaya pada skenario dua sedikit lebih rendah

    dibandingkan skenario pertama. Dengan alat

    yang diasumsikan baru maka skenario dua

    dapat menjadi pilihan.

    Pertimbangan tersebut didasarkan pada biaya

    penyediaan alat. Pada skenario pertama

    perusahaan dibebankan biaya alat milik

    sebesar Rp. 54.619.276.695 dan biaya alat

    sewa sebesar Rp.73.718.638.531. Sedangkan

    dengan kombinasi dump truck pada skenario

    kedua perusahaan akan dibebankan biaya alat

    milik sebesar Rp.74.280.637.717 dan biaya

    alat sewa sebesar Rp.63.794.975.652.

    Hasil dari perhitunagan biaya alat milik pada

    skenario pertama lebih rendah dibandingkan

    dengan biaya alat milik pada skenario dua.

    Walaupun begitu biaya alat sewa yang

    dibebankan perusahaan jauh lebih besar pada

    skenario satu. Sehingga lebih baik perusahaan

    menggunakan skenario kedua karena

    penggunaan dump truck sewa tidak melebihi

    biaya alat milik sendiri karena penggunaan

    dump truck sewa itu sendiri yang tidak selalu

    kontinyu.

    4.3 Analisa Skenario Tiga

    Pada skenario ini mengganti komposisi alat

    angkut menjadi 32 unit kapasitas 30 ton dan 10

    unit 20 ton. Penggunaan dump truck mayoritas

    berkapasitas 30 ton ini dikarenakan dump truck

    tersebut lebih efisien dibandingkan dump truck

    20 ton (3 unit 20 ton sebanding dengan 2 unit

    30 ton). Selain itu biaya operasional dump

    truck 30 ton sedikit lebih rendah dibandingkan

    dump truck 20 ton.

    Dengan kombinasi dump truck pada skenario

    tiga ini produksi yang mampu dihasilkan

    sebesar 5.220.000 ton batu kapur per tahunnya.

    Pencapaian tersebut masih kurang dari target

    perusahaan sehingga dilakukan penambahan

    unit dump truck sebanyak 41 unit 20 ton

    seperti yang ditunjukan gambar 4.3 berikut

    Gabar 4.3 Pemenuhan demand batu kapur terhadap

    penambahan unit dump truck pada skenario ketiga

    Penambahan alat angkut ini dalam satu tahun

    mampu menghasilkan 11.132.662 ton batu

    kapur.

    Penentuan untuk jumlah dump truck yang

    dimilik dan disewa maka dilakukan

    perhitungan Tc dari setiap penambahan dump

    truck. Berikut merpakan hasil perhitungan nilai

    Skenario 1 Skenario 2

    Milik 28 Unit 35 Unit

    Sewa 52 Unit 45 Unit

    Milik 19 Unit 19 Unit

    Sewa 0 Unit 0 Unit

    Rp.77.911.293.750 Rp.81.269.881.208

    Keterangan

    30 Ton

    20 Ton

    Total Biaya

    Skenario 1 Skenario 2

    Milik 28 Unit 35 Unit

    Sewa 52 Unit 45 Unit

    Milik 19 Unit 19 Unit

    Sewa 0 Unit 0 Unit

    Rp.142.730.563.994 Rp.142.468.262.136

    Keterangan

    30 Ton

    20 Ton

    Total Biaya

    Keterangan Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

    Beli 28 Unit 35 Unit 10 Unit

    Sewa 52 Unit 45 Unit 40 Unit

    Beli 19 Unit 19 Unit 32 Unit

    Sewa 0 Unit 0 Unit 0 Unit

    Rp138.337.915.227 Rp138.075.613.369 Rp112.434.837.161

    Rp4.392.648.767 Rp4.392.648.767 Rp1.874.508.462

    Rp142.730.563.994 Rp142.468.262.136 Rp114.309.345.623

  • 11

    Tc terhadap penambahan dump truck pada

    skenario kedua yang ditunjukan gambar 4.4

    berikut

    Gambar. 4.4 Hasil perhitungan total cost tiap

    penambahan unit dump truck pada skenario ketiga

    Dari grafik tersebut nilai Tc minimum

    didapatkan sebesar Rp.62.109.198.169 dengan

    penambahan alat angkut sebanyak 40 unit 20

    ton. Jika dibandingkan dengan skenario

    pertama dan kedua maka skenario ketiga jauh

    lebih baik, hal tersebut dikarenakan nilai Tc

    skenario ketiga lebih minimum diandingkan

    dengan nilai Tc dua skenario sebelumnya

    Tabel 4.3 Hasil komposisi jumlah alat angkut pada

    tiga skenario

    Jika diasumsikan menggunakan alat angkut

    baru baik alat sewa maupun milik maka nilai

    Tc dari ketiga skenari tersebut dapat dilihat

    pada tabel 4.4 berikut

    Tabel 4.4 Total biaya dump truck untuk tiga

    skenario (alat baru)

    Dari tabel tersebut dapat dilihat jika

    diasumsikan alat angkut baru maka nilai Tc

    yang minimum masih ditunjukan oleh skenario

    tiga dengan nilai Tc sebesar 114.306.345.623.

    Sehingga dari beberapa skenario yag telah

    dilakukan maka skenario tiga dengan

    komposisi dump truck mayoritas menggunakan

    30 ton masih lebih baik dibandingakn dua

    skenario awal.

    Pada kondisi riilnya dalam waktu satu tahun,

    demand batu kapur sangat berfluktuatif

    sehingga jika ada demand yang berada diluar

    jangkauan dari kombinasi tiga skenario di

    awal maka demand yang tinggi tersebut tidak

    dapat tercapai sehingga menimbulkan adanaya

    gap pemenuhan kebutuhan. Oleh sebab itu

    perusahaan akan melakukan penambahan

    jumlah dump truck jika sewaktu-waktu timbul

    adanya gap pemenuhan kebutuhan.

    Dalam kondisi ketiga skenario ini

    penambahan jumlah dump truck tersebut

    dianggap sebagai sewa. Hal tersebut

    dikarenakan penambahan jumlah dump truck

    tidak digunakan untuk jangka yang panjang

    akan tetapi hanya digunakan jika terjadi

    adanya gap. Selain itu diputuskannya sewa

    karena dari segi biaya operasionalnya dump

    truck dengan kondisi sewa jauh lebih murah

    biaya operasionalnya. Sehingga berapa pun

    jumlahnya lebih baik perusahaan mengambil

    keputusan untuk menyewa dump truck sebagai

    langkah mengantisipasi adanya gap tersebut.

    5. Kesimpulan

    Dari pengolahan data dan analisis dapat

    disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

    1. Model simulasi yang telah dibuat dapat digunakan untuk menentukan jumlah dan

    komposisi dari alat angkut pertambangan

    (Dump Truck) yang ada di PT.UTSG

    2. Kondisi eksisting pada perusahaan dengan kombinasi alat angkut sejumlah 28 unit

    dump truck berkapasitas 20 ton dan 19

    unit dump truck berkapasitas 30 ton

    mampu menghasilkan tonase batu kapur

    sebesar 5.334.900. Oleh sebab itu untuk

    memenuhi demand tahunan PT.SG

    sejumlah 10.848.000 ton dibutuhkan

    penambahan unit dump truck berkapasitas

    20 ton sejumlah 53 unit. Sehingga jumlah

    total alat angkut yang digunakan

    PT.UTSG untuk memenuhi demand satu

    tahun sejumlah 100 unit dengan 81 unit

    dump truck berkapas 20 ton dan 19 unit

    dump truck berkapasitas 30 ton.

    3. Hasil analisis pengaruh ongkos sewa jika alat yang digunakan alat lama, maka

    kombinasi skenario pertama masih lebih

    baik dibandingkan skenario kedua.

    Karena total biaya yang dihasilkan lebih

    baik skenario pertama sejumlah

    Rp.77.911.293.750. Akan tetapi jika

    kedua skenario dibandingkan dengan

    skenario ketiga maka kombinasi skenario

    ketiga masih lebih baik dari keduannya

    dengan total biaya Rp.62.109.198.169.

    kombinasi dump truck pada skenario tiga

    Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

    Milik 28 Unit 35 Unit 10 Unit

    Sewa 52 Unit 45 Unit 40 Unit

    Milik 19 Unit 19 Unit 32 Unit

    Sewa 0 Unit 0 Unit 0 Unit

    Rp.77.911.293.750 Rp.81.269.881.208 Rp.62.109.198.169

    Keterangan

    30 Ton

    20 Ton

    Total Biaya

    Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

    Milik 28 Unit 35 Unit 10 Unit

    Sewa 52 Unit 45 Unit 40 Unit

    Milik 19 Unit 19 Unit 32 Unit

    Sewa 0 Unit 0 Unit 0 Unit

    Rp.142.730.563.994 Rp.142.468.262.136 Rp.114.306.345.623

    Keterangan

    30 Ton

    20 Ton

    Total Biaya

    Keterangan Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

    Beli 28 Unit 35 Unit 10 Unit

    Sewa 52 Unit 45 Unit 40 Unit

    Beli 19 Unit 19 Unit 32 Unit

    Sewa 0 Unit 0 Unit 0 Unit

    Rp138.337.915.227 Rp138.075.613.369 Rp112.434.837.161

    Rp4.392.648.767 Rp4.392.648.767 Rp1.874.508.462

    Rp142.730.563.994 Rp142.468.262.136 Rp114.309.345.623

  • 12

    adalah 30 ton sejumlah 32 unit dan dump

    truck 20 ton sejumlah 50 unit..

    4. Hasil analisis pengaruh ongkos sewa jika diasumsikan alat baru, maka kombinasi

    skenario kedua masih lebih baik

    dibandingkan skenario pertama. Karena

    total biaya yang dihasilkan lebih baik

    skenario kedua sejumlah

    Rp.142.468.262.136. Akan tetapi jika

    kedua skenario dibandingkan dengan

    skenario ketiga maka kombinasi skenario

    ketiga masih lebih baik dari keduannya

    dengan total biaya Rp.114.309.345.623.

    5. Alat angkut pertambangan dengan kapasitas 30 ton jauh lebih efisien

    dibandingkan dengan penggunaan dump

    truck 20 ton. Dari segi besarnya muatan

    dan efisiensi biaya operasional alat angkut

    30 ton jauh lebih efisien.

    6. Dengan kondisi eksisting saat ini, komposisi jumlah dan jenis alat angkut

    pertambagan yang dimiliki PT. dengan 28

    unit dump truck berkapasitas 20 ton dan

    19 unit dump truck berakapasitas 30 ton

    telah mampu untuk memenuhi demand

    rata-rata batu kapur per hari yang diminta

    PT.SG. Akan tetapi jika terjadi

    peningkatan demand, PT.UTSG harus

    menyediakan cadangan rata-rata 53 unit

    dump truck 20 ton untuk mengantisipasi

    terjadinya gap. Selain itu karena biaya alat

    sewa jauh lebih murah maka perusahaan

    memutuskan untuk lebuh baik menyewa

    alat karena penambahan dump truck

    hanya kerika terjadi adanya gap saja

    6. Daftar Pustaka

    Arifin, Miftahol (2009). Simulasi Sistem

    Industri. Graha Ilmu, Yogyakarta

    C.,Burt dkk. (2006). Models For Mining

    Equipment Selection.Curtin University

    Of Technolgy,Perth Australia

    Crawford,T.,J. & Hustrulid,A.,W.(1979).Open

    Pit Mine Planning And Design.

    American Institute Of

    Mining,Metallurgical, and Petroleum

    Engineers Inc. New York

    Fioroni,M.,M., dkk.(2008). Concurrent

    Simulation And Optimization Models

    For Mining Planning. Proceeding Of

    The 2008 Winter Simulation Conference

    Groover, Mikell P. (2008). Automation,

    Production Systems, and Computer

    Integrated Manufacturing, Third

    Edition.New Jersey : Prentice Hall

    Karamah,F.,E. (2006). Depresiasi. (23 januari

    2010)..Teknik Kimia

    Universitas Indonesia

    Komatsu.(2007).Specification And Application

    Hand Book Edition 28.

    Law, A., W. Kelton. (2000). Simulation

    Modeling and Analysis 3rd. McGraw-

    Hill

    Salhi,S., & Rand,K.,G.(1991).Incorporating

    Vehicle Routing Into The Vehicle Fleet

    Composition Problem. European Journal

    Of Operational Research. North Holland

    Samuelson.A.,P., &

    Nordhaus,D.,W.(2001).Economics 4th

    Edition.

    Saputro,Agung.(2005). Depresi dan

    Deplesi.(23 januari 2010).