its-paper-22479-2f508100061-paper

Upload: joko-siwantono

Post on 10-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper

    1/5

    1

    Pada industri makanan lebih rentan kemungkinan

    terjadinya permasalahan dalam aliran rantai pasoknyaseperti kontaminasi, masa kadaluarsa, dan mudah

    rusaknya produk selama penyimpanan dan

    pendistribusian. Karena itu, diperlukan adanya treatment

    khusus untuk penyimpanan produk serta keamananmakanan (food safety) menjadi faktor yang harus

    diperhatikan dalam proses bisnis dan rantai pasok. PT. SI

    yang merupakan perusahaan yang bergerak di industri

    pangan yang mengolah bahan-bahan roti untuk dijadikan

    produk yang harus melakukan penerapan keamanan

    makanan untuk menjamin kualitas dari produk yang

    dihasilkan.

    Dalam aliran rantai pasok PT. SI dapatmemunculkan peluang terjadinya risiko-risiko di setiap

    proses bisnisnya. Penerapansupply chain risk management

    diharapkan dapat mengidentifikasi peluang risiko yang

    terjadi di dalam rantai pasok dan dapat dilakukan

    penanganan yang baik terhadap peluang risiko tersebutagar aktivitas rantai pasok dapat berjalan optimal dan

    sesuai rencana manajemen. Identifikasi proses bisnis PT.

    SI menggunakan model SCOR. Aktivitas-aktivitas di

    dalam model SCOR digunakan sebagai tahapan dalam

    melakukan penilaian risiko menggunakan metode

    FMECA (Failure Modes and Effect Criticality Analysis).Dari hasil FMECA didapatkan 53 risiko dan dapat

    diketahui nilai rangking serta kategori risiko pada masing-

    masing potensial risiko yang teridentifikasi pada setiap

    aktivitas dalam model SCOR. Tahapan selanjutnya adalah

    membangun model simulasi kondisi eksisting dan kondisi

    terdapat risiko pada proses bisnis untuk melihat seberapa

    besar pengaruh risiko terhadap waktu. Dari hasil simulasidiketahui waktu sistem perusahaan menjadi lebih lama

    apabila terdapat risiko denganoutput entitas lebih sedikit.

    Hasil akhir dari penelitian ini adalah perancang mitigasi

    dengan mempertimbangkan ranking dan kategori risiko,

    serta selisih waktu yang terjadi untuk penanganan danmemperbaiki proses bisnis perusahaan.

    Kata Kunci : Keamanan Makanan, Penilaian risiko,

    FMECA, Proses Bisnis

    I. PENDAHULUANRantai pasok merupakan jaringan perusahaan yang secara

    bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

    suatu produk (Pujawan, 2010). Pada rantai pasok terdapat

    aliran rantai pasok. Salah satu aliran rantai pasok yang terjadi

    pada perusahaan manufaktur yakni aliran barang yangmengalir dari hulu ke hilir. Dimana aliran rantai pasok yangterjadi adalah bahan baku dikirim dari pemasok ke pabrik,

    produk jadi yang telah diproduksi akan dikirim ke distributor,

    lalu ke pengecer atau ritel[1]. Perusahaan manufaktur

    khususnya yang bergerak di industri makanan, rantai pasok

    produk sangat penting dalam pemenuhan permintaan

    konsumen. Mudah rusaknya produk dan adanya treatment

    khusus untuk penyimpanan produk yang dikirimmempengaruhi pentingnya penanganan rantai pasok produk

    makanan. Dalam proses rantai pasok baik mulai dari bahan

    baku dari pemasok hingga distribusi produk makanan ke ritel

    banyak kemungkinan terjadi risiko-risiko yang mempengaruhi

    kecepatan dan ketepatan rantai pasoknya. Karena itu,perusahaan industri makanan perlu mengetahui permasalahan

    atau risiko yang dapat terjadi pada aliran rantai pasoknya.

    Penerapan rantai pasok yang baik dapat meminimalisir

    terjadinya risiko. Sedangkan, hubungan supply yang baik

    antara pemasok, manufaktur, dan ritel sangat penting untuk

    memperbaiki sistem. Pengertian risiko adalah ancaman yangmungkin terjadi untuk mengacaukan aktivitas normal atau

    menghentikan sesuatu yang telah direncanakan (Walters,

    2006). Pada perusahaan industri makanan, sangat rawan

    kemungkinan terjadinya risiko. Risiko yang dapat terjadi

    seperti, mudah rusaknya makanan segar atau makanan

    terkontaminasi karena proses distribusi. Di Negara Inggris,

    publik memiliki persepsi risiko dan kekhawatiran tentangkemanan makanan yang ada di Inggris. Persepsi tersebut

    mengakibatkan perubahan dalam food safety managementdi

    rantai pasok makanan dan peraturan lingkungan dimana

    industri makanan beroperasi (Kuznesof dan Brennan, 2004).

    Berdasarkan kondisi tersebut, rantai pasok makanan menjadihal yang harus diperhatikan agar permintaan konsumen dapat

    terpenuhi dan meminimalisir terjadinya risiko.

    Konsumen juga dapat berkontribusi terjadinya risiko.

    Konsumen dalam hal ini dapat diartikan sebagai ritel atau

    perusahaan manufaktur yang membeli bahan baku dari

    pemasok. Semua bentuk perilaku konsumen digambarkan

    Pengelolaan Risiko Menggunakan Metode

    FMECA (Failure Modes and Effects Criticality

    Analysis) dan Simulasi Berbasis Proses Bisnis

    Pada Rantai Pasok MakananDhina Yuskartika, Iwan Vanany, dan Dody Hartanto

    Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper

    2/5

    2

    sebagai perilaku pengambilan risiko konsekuensi dari setiap

    pembelian (Bauer, 1967). Karena itu, diperlukan identifikasi

    risiko yang mungkin terjadi di perusahaan industri makanan

    agar perusahaan dapat melakukan tindakan selanjutnya untukmengatasi risiko tersebut. Sistem rantai pasok yang

    diidentifikasi adalah sistem outbond dan inbound, operasi

    dalam pemasok, proses manufaktur, dan konsumen akhir

    dalam hal ini adalah ritel.

    PT. SI merupakan perusahaan yang bergerak di industripangan yang mengolah bahan-bahan roti untuk dijadikan

    produk bread improver dan premix bread. Improver adalah

    produk bahan tambahan dalam pembuatan roti untuk

    menghasilkan roti yang lebih baik dalam volume, kelembutan,

    visual dan rasa. Sedangkan premix adalah produk bahan roti

    yang telah jadi, yakni merupakan tepung instant dimana

    pembuatannya tinggal dicampur dengan air. Produk-produkdari PT. SI dipasarkan baik pasar lokal maupun eksport. Untuk

    menghasilkan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar

    dibutuhkan bahan baku. Karena itu pengadaan bahan baku

    merupakan faktor yang penting. Dalam proses pengadaan PT.SI memiliki beberapa kendala. Bahan baku utama dari roti

    adalah tepung terigu atau wheat flourdimana tepung memiliki

    jangka waktu simpan yang pendek yakni selama 6 bulan.Tepung terigu juga harus disimpan di ruang dingin dengan

    temperatur 80 s/d 140 C untuk mencegah tumbuhnya tribolium

    (kutu tepung). Karena itu faktor pengadaan perlu diperhatikan

    karena mencangkup umur produk. Kendala lainnya dalamperusahaan adalah penentuan kapasitas rencana produksi yang

    optimal. Perusahaan memproduksi berdasarkan data historis

    pengalaman masa lalu permintaan dari bagian marketing.

    Karena itu perusahaan terkadang mengalami kekurangan ataukelebihan bahan baku tepung terigu.

    Selain itu, pengendalian keamanan merupakan faktor

    terpenting dalam rantai pasok di industri makanan. Keamanan

    makanan berkaitan dengan jaminan dari kualitas produk yang

    dihasilkan. Pada manajemen industri pengolahan makananseperti PT. SI memiliki kerumitan dibandingkan dengan

    perusahaan manufaktur lainnya. Perusahaan harus

    memperhatikan hal-hal seperti GMP (Good Manufacturing

    Practice), HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point),food safety, food security, dan sertifikasi halal khususnya

    dalam proses pengadaan, produksi, dan distribusi produk[3].

    Karena itu perusahaan perlu memperhatikan kendala-kendalayang terjadi terutama yang berkaitan dengan keamanan

    makanan. Untuk mengetahui penanganan yang tepat dalam

    mengatasi kendala-kendala perusahaan diperlukan identifikasi

    permasalahan atau risiko yang ada dalam rantai pasok

    perusahaan. Pada aliran pasok dari hulu ke hilir mulai dari

    pengiriman bahan baku dari pemasok hingga produk dikirimke tangan konsumen dapat terjadi mengandung di dalamnya

    khususnya terkait keamanan dari produk. PT. SI belummemiliki manajemen risiko yang terstruktur untuk

    mengidentifikasi risiko yang terjadi dan mitigasi yang

    diperlukan perusahaan untuk menangani kendala yang ada.Identifikasi dan analisa risiko merupakan tahapan dalam

    manajemen risiko. Salah satu metode pada manajemen risiko

    yang didalamnya terdapat proses identifikasi dan analisa risiko

    pada rantai pasok perusahaan industri makanan menggunakan

    FMECA (Failure Modes and Effects Criticality Analysis).

    Pendekatan FMECA merupakan metode yang digunakan

    untuk mengkuantitatifkan dan menganalisa risiko yang terjadi

    pada perusahaan produk maupun jasa . Outputyang dihasilkan

    FMECA adalah daftar critical risks factor yang dapat

    digunakan untuk menentukan langkah mitigasi risiko[5].

    Setelah dilakukan identifikasi dan pengukuran risiko-risiko,

    selanjutnya dilakukan pemodelan risiko-risiko yang ada di

    rantai pasok berbasis proses bisnis perusahaan dengan

    menggunakan simulasi.

    II. METODOLOGIPENELITIANII.1 Tahap Identifikasi Rantai Pasok

    Tahap identifikasi rantai pasok dilakukan untukmengetahui proses-proses rantai pasok yang terjadi di

    perusahaan. Identifikasi ini menggunakan pendekatan SCOR

    (Supply Chain Operations Reference) dimana membagiproses-proses rantai pasok menjadi 4 proses inti yaitu source,

    make, deliver, dan return. Identifikasi proses memudahkan

    untuk melakukan identifikasi risiko yang terjadi di setiap

    proses rantai pasok perusahaan. Pada tahap identifikasi rantai

    pasok, data-data yang didapatkan berasal dari pengumpulan

    data obyek amatan. Hasil pengumpulan data tersebut

    digunakan untuk mengidentifikasi risiko. Data yangdikumpulkan sebagai berikut:

    Kondisi perusahaan; Proses bisnis perusahaan; Data historis perusahaan:

    Anggota rantai pasok yang ada di perusahaan.

    II.2 Tahap Identifikasi RisikoTahapan identifikasi risiko merupakan bagian dari

    manajemen risiko yang dilakukan. Pada tahapan ini dilakukan

    penilaian kuantitatif risiko dan penjabaran risiko-risiko apa

    saja yang terjadi pada obyek amatan. Identifikasi risikodilakukan untuk mengetahui ruang lingkup dari penilaian

    risiko penelitian.

    II.3 Tahap Penilaian RisikoTahap selanjutnya adalah penilaian risiko (risk

    assessment). Dalam melakukan penilaian risiko, terlebih

    dahulu mengembangkan kriteria risiko yang menjelaskan

    risiko apa yang terjadi. Penilaian risiko berdasarkan nilai

    masing-masing dampak dari risiko (severity), peluangterjadinya risiko (occurrences), dan tingkat pendeteksian atau

    kontrol risiko (detection). Tahap penilaian risiko untuk

    masing-masing nilai didapatkan dengan cara melakukan studi

    literatur, pengumpulan data, survey, dan wawancara dengan

    manajer rantai pasok untuk menetapkan nilai risiko dalam

    rantai pasok. Hasil dari penilaian risiko adalah ranking ataunilai prioritas dari risiko yang teridentifikasi.

    II.4 Tahap PemodelanDari permasalahan yang ada di dalam perusahaan

    obyek amatan dilakukan identifikasi dan penilai risiko-risiko

    yang ada dalam rantai pasok kemudian dilakukan tahap

    pemodelan dengan simulasi. Pemodelan dilakukanberdasarkan proses exiting dari perusahaan industri makanan

    dan proses bisnis yang memiliki risiko yang telah

    teridentifikasi.

  • 7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper

    3/5

    3

    II.4.1 Fitting DataFitting data dilakukan untuk mengetahui pola

    distribusi data yang telah dikumpulkan. Fitting data yang

    dilakukan menggunakan input analyzer. Data yang di fittingadalah data kedatangan bahan baku dan data pengiriman

    bahan baku.

    II.4.2 Verifikasi.ModelVerifikasi merupakan pemeriksaan program simulasi

    apakah berjalan sesuai dengan yang diinginkan (Hoover danPerry, 1989). Verifikasi dilakukan dengan melihat apakah

    terdapat error atau tidak dalam model Arena. Berikut ini

    verifikasi yang menunjukkan bahwa model yang dibangun

    tidak terdapat errordi dalamnya[4].

    II.4.3 Validasi ModelValidasi yang dilakukan bertujuan untuk menguji dan

    membandingkan apakah model simulasi yang dibuat samadengan kondisi real system[4]. Validasi dilakukan dengan

    menggunakan metode perbandingan dua alternatif welch

    confidence interval for comparing two systems. Berikut ini

    perumusan welch confidence interval for comparing two

    systems :

    Melakukan Hipotesa H0 : 1 - 2 = 0H1 : 1 - 2 0

    = 121 + 2

    222

    (1 1 )21 1 + (2 2 )22 1

    = ,/2121 + 22

    2(1 2 ) 1 2 (1 2 ) + Dimana, apabila nilai hw berada di dalam interval, model

    dapat dikatakan valid.Keterangan:

    s1 = Standar deviasi model simulasi

    s2 = Standar deviasi real sistemn2 = Jumlah replikasi model simulasi

    n2 = Jumlah pengamatan real sistem1 = Rata-ratamodel simulasi2 = Rata-rata real sistemII.4.4 Replikasi Data

    Replikasi dilakukan untuk mengetahui berapa banyakrunning yang dilakukan untuk mendapatkan data dari simulasi

    yang dapat mewakili populasi yang ada[4]. Berikut ini tahapan

    dalam melakukan replikasi:a. Menentukan jumlah replikasi awal.

    b. Menentukan nilai erroryang akan ditanggung.c. Menghitung banyaknya replikasi (n) dengan rumus: = tn1,/2x s

    hw

    Keterangan:

    n = jumlah replikasi

    s = standar deviasi modelhw = nilai error yang diinginkan

    II.5 Tahap Mitigasi RisikoPada tahap mitigasi risiko dilakukan perencanaan

    langkah-langkah yang dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terindetifikasi. Mitigasi risiko hanya sebatas

    rekomendasi perbaikan terhadap permasalahan perusahaanberdasarkan hasil analisis risiko. Mitigasi risiko yang

    dilakukan sesuai dengan nilai dan ranking risiko yang telah

    dilakukan pada tahap sebelumnya

    II.6 Tahap Analisa dan KesimpulanSetelah dilakukan identifikasi risiko, penilaian risiko

    (risk assessment), pemodelan proses bisnis perusahaan, hinggadilakukannya mitigasi risiko, tahap selanjutnya adalah analisis

    hasil penelitian. Analisis yang dilakukan dengan menganalisa

    hasil simulasi model proses bisnis yang telah dibuat

    berdasarkan kondisi perusahaan obyek amatan. Selain itu juga

    dilakukan analisis dampak risiko yang terjadi danimplikasinya terhadap proses bisnis perusahaan serta analisis

    hasil mitigasi risiko..

    III. HASILDANDISKUSIModel simulasi yang dibangun adalah proses bisnis dari PT.SI. Simulasi dimulai dari kedatangan bahan baku dari

    pemasok. Setelah bahan baku data, dilakukan inspeksi yang

    selanjutnya akan masuk ke gudang. Bahan baku yang masuk

    di gudang di gunakan untuk memproduksi produk. Kapasitas

    maksimal dalam proses produksi sebesar 400 kg. Setiap proses

    berjalan konstan sesuai dengan SOP. Setelah produk jadi,

    proses selanjutnya adalah pengiriman produk dari pabrik.Pengiriman dibagi menjadi dua yaitu pengiriman ke gudang

    finish product dan pengiriman ke distributor/ konsumen.

    Produk yang dikirim ke gudang sejumlah setengah dari jumlah

    produk yang dikirim ke konsumen.

    Identifikasi proses bisnis yang dilakukan berdasarkan

    aktivitas-aktivitas pada model SCOR. Identifikasi proses

    bisnis perusahaan dengan model SCOR didapatkan 3 aktivitasdalam return, 5 aktivitas dalam make, 4 aktivitas dalam

    deliver, dan 2 aktivitas dalam return pada level 1. Aktivitas

    PT. SI yang ada pada level 1dalam SCOR sebagai berikut.

    Tabel 1SCOR Level 1

    Level 0 Level 1

    SOURCE S1- Komunikasi dengan pemasok

    S2- Pengiriman bahan baku dari pemasok

    S3- Pengecekan bahan baku dari pemasok

    MAKE M1- Kegiatan proses produksi sesuai deganprosedur yang telah ditetapkan

    M2- Pembagian proses produksi berdasarkan

    ukuran pak produk

    M3- Proses vacum & pengemasan produk

    M4- Inspeksi kualitas produk

    M5- Penyimpanan ke gudang

    DELIVERD1- Komunikasi dengan konsumen/

    distributor

  • 7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper

    4/5

    4

    Level 0 Level 1

    D2- Pengiriman produk sesuai permintaan

    D3- Pemilihan perusahaan jasa transportasi

    D4- Penanganan kegiatan pergudangan

    finished goods

    RETURN R1- Pengembalian produk ke pemasok

    R2- Pengembalian produk dari customer

    Dari masing-masing proses diidentifikan potential failure yang

    dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Risiko-risiko yang

    telah terindentifikasi selanjutnya diberi penilaian berdasarkantingkat severity, occurence, dan detection. Dari ketiga

    parameter itu didapatkan nilai RPN (Risk Priority Number)

    yang merupakan ranking dari kepentingan risiko[2]. Berikut

    merupakan rumus dari RPN:

    RPN= Severity x Occurence x Detection

    Risiko-risiko yang telah memiliki nilai RPN diperingkatkan

    berdasarkan kategori risiko. Penentuan kategori risiko denganmelihat nilai dari RPN. Pengkategorian risiko sebagai berikut:

    Tabel 2Identifikasi Potential Failure dan Kategorinya

    Potential Failure

    Risk

    Priority

    Number

    (RPN)

    Kategori

    Produk belum tersortir 200

    Tinggi

    Terjadinya bencana alam/

    kecelakaan pada saatpengiriman produk

    100

    Terjadinya kontaminasi pada

    saat pemindahan produk ke

    alat yang berbeda

    100

    Kesalahan dalam pemberian

    coding100

    Terjadinya bencana alam/

    kecelakaan pada saatpengiriman produk

    100

    Adanya kerusakan padasupport product

    84

    Menengah

    Kesalahan dalam komunikasi

    penentuan jenis bahan baku

    yang akan dipesan perusahaan

    80

    Adanya sisa produk di bawahribbon blender 64

    Kualitas raw material yangdipesan perusahaan tidak

    sesuai

    56

    Penundaan produksi karena

    mesin tidak dapat berjalan/

    mengalami kerusakan

    50

    Kesalahan dalam penjadwalantanggal pengirimanfinish

    productke konsumen

    50

    Risiko yang termasuk kategori tinggi sebagai inputan dalam

    simulasi proses bisnis perusahaan. Simulasi dilakukan untuk

    mengetahui berapa pengaruh risiko apabila terjadi di dalamproses bisnis perusahaan terhadap waktu proses keseluruhan.

    Pengaruh risiko terhadap waktu dapat dilihat dari hasil

    perbandingan output simulasi antara kondisi eksisting

    perusahaan dengan kondisi adanya risiko. Berikut ini

    perbandingan waktu antar dua skenario.Tabel 3

    Perbandingan Output Simulasi

    Replikasi

    Eksisting Risiko

    Selisih (Jam)Rata-rataWaktu (Jam)

    Rata-rataWaktu (Jam)

    1 48,776 57,112 8,336

    2 43,093 51,591 8,498

    3 43,094 57,412 14,318

    4 42,094 48,696 6,602

    5 42,788 51,149 8,361

    Mean 43,969 53,192 9,223

    Stdev 2,718 3,877 2,953

    Variansi 7,388 15,031 8,721

    Dari hasil rekapan pada tabel diatas, terdapat perbedaan waktuyang cukup signifikan antara dua model simulasi. Pada model

    simulasi risiko replikasi 1, penggunaan total waktu entity lebih

    lama dibandingkan dengan kondisi eksisting dengan selisih

    sebesar 8,336 jam. Artinya dengan adanya kemungkinan

    terjadi risiko di dalam proses bisnis perusahaan maka

    berdampak pada bertambahnya waktu proses sehingga proses

    berjalan lebih lama dan tidak efektif.

    Penambahan waktu pada model simulasi risiko disebabkankarena risiko yang terjadi menghambat aliran proses bisnis

    perusahaan. Aliran proses tidak dapat berjalan dengan lancarkarena terjadinya proses berdampak pada keseluruhan sistem

    rantai pasok. Adanya risiko juga mengakibatkan perusahaantidak dapat memproduksi produk dengan optimal. Rata-rata

    selisih waktu sistem antara kondisi eksisting dan kondisi

    terdapat risiko sebesar 9,223 jam. Total real proses produksi

    untuk memproduksi produk vacum dengan kapasitas pabrik

    sebanyak 400 kilogram adalah 4,87 jam. Artinya apabila

    kemungkinan terjadi risiko didalamnya maka waktu produksi

    akan berjalan lebih lambat dan perusahaan dapat mengalami

    kerugian hampir dua kali lipat dari waktu standar produksi

    pabrik.

    III. KESIMPULANKesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

    adalah pertama, identifikasi proses bisnis perusahaan dengan

    menggunakan model SCOR dimana aktivitas-aktivitas dalam

    SCOR yang didentifikasi adalah aktivitas source, make,deliver, return. Dari hasil identifikasi proses bisnis pada

    masing-masing aktivitas SCOR dapat diidentifikasi risiko.

    Didapatkan risiko sebanyak 53 risiko teridentifikasi. Pada

    aktivitas source identifikasi risiko sebanyak 15 risiko,

  • 7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper

    5/5

    5

    aktivitas make sebanyak 22 risiko teridentifikasi, aktivitasdeliver sebanyak 8 risiko teridentifikasi, aktivitas return

    sebanyak 8 risiko teridentifikasi.

    Kedua, dari masing-masing risiko yang telahteridentifikasi dalam model SCOR dilakukan penilaian

    menggunakan metode FMECA (Failure Modes and Effects

    Criticality Analysis). Penilaian dilakukan berdasarkan

    kuisioner bobot dampak risiko, penyebab risiko, dan kontrol

    risiko yang dilakukan. Dari kuisioner FMECA didapatkannilai RPN yang merupakan tingkat kritis suatu risiko. Evaluasi

    risiko dilihat berdasarkan nilai RPN. Risiko di setiap proses

    bisnis dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan nilai RPN

    yaitu: (1) sebanyak 5 risiko termasuk kategori tinggi dengan

    nilai RPN 100, (2) sebanyak 6 risiko termasuk kategori

    menengah dengan nilai RPN diantara 50 sampai dengan 99,

    (3) sebanyak 42 risiko termasuk kategori rendah dengan nilaiRPN < 50

    Ketiga, mitigasi yang dilakukan lebih menekankan

    pada risiko kategori tinggi dimana dampak yang diakibatnya

    mempengaruhi proses bisnis secara signifikan. Aksi mitigasiyang dilakukan antara lain: menerima risiko, transfer risiko,

    menghindari risiko, dan menangani risiko.

    Terakhir, model risiko simulasi yang dibangun adalahrisiko yang termasuk kategori tinggi dengan nilai total RPN

    sebesar 400. Rata-rata waktu proses dalam sistem yang

    mengandung probabilitas risiko sebesar 9,223 jam lebih lama

    dibandingkan dengan kondisi eksisting perusahaan. Semakin

    besar probabilitas terjadinya risiko, maka semakin besar waktu

    yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan prosesbisnisnya.

    UCAPANTERIMAKASIH

    Pada penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih

    kepada seluruh pihak karyawan PT. SI yang telah memberikan

    masukan dan membantu penulis demi kelancaranterselesaikannya penelitian. Serta kepada dosen pembimbing

    dan ko-pembimbing yang telah mendukung dan banyak

    membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA[1] Pujawan, IN & Mahendrawati 2010, Supply chain

    Management, Guna Widya, Surabaya.

    [2] Tuncel, G., & Alpan, G. (2010). Risk Assessment and

    Management for Supply Chain Network: A Case Study.Computer in Industry , 250-259.

    [3] Gaspersz, V. (2002). Pedoman Implementasi Program Six

    Sigma Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA,

    dan HACCP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.[4] Pelatihan software. (2011). Modul Training With Arena.

    Laboratorium Komputasi dan Optimasi Jurusan TeknikIndustri ITS

    [5] Villacourt, M. (1992). Failure Mode and Effects Analysis

    (FMEA): A Guide for Continuous Improvement for the

    Semiconductor Equipment Industry.