its-paper-22479-2f508100061-paper
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper
1/5
1
Pada industri makanan lebih rentan kemungkinan
terjadinya permasalahan dalam aliran rantai pasoknyaseperti kontaminasi, masa kadaluarsa, dan mudah
rusaknya produk selama penyimpanan dan
pendistribusian. Karena itu, diperlukan adanya treatment
khusus untuk penyimpanan produk serta keamananmakanan (food safety) menjadi faktor yang harus
diperhatikan dalam proses bisnis dan rantai pasok. PT. SI
yang merupakan perusahaan yang bergerak di industri
pangan yang mengolah bahan-bahan roti untuk dijadikan
produk yang harus melakukan penerapan keamanan
makanan untuk menjamin kualitas dari produk yang
dihasilkan.
Dalam aliran rantai pasok PT. SI dapatmemunculkan peluang terjadinya risiko-risiko di setiap
proses bisnisnya. Penerapansupply chain risk management
diharapkan dapat mengidentifikasi peluang risiko yang
terjadi di dalam rantai pasok dan dapat dilakukan
penanganan yang baik terhadap peluang risiko tersebutagar aktivitas rantai pasok dapat berjalan optimal dan
sesuai rencana manajemen. Identifikasi proses bisnis PT.
SI menggunakan model SCOR. Aktivitas-aktivitas di
dalam model SCOR digunakan sebagai tahapan dalam
melakukan penilaian risiko menggunakan metode
FMECA (Failure Modes and Effect Criticality Analysis).Dari hasil FMECA didapatkan 53 risiko dan dapat
diketahui nilai rangking serta kategori risiko pada masing-
masing potensial risiko yang teridentifikasi pada setiap
aktivitas dalam model SCOR. Tahapan selanjutnya adalah
membangun model simulasi kondisi eksisting dan kondisi
terdapat risiko pada proses bisnis untuk melihat seberapa
besar pengaruh risiko terhadap waktu. Dari hasil simulasidiketahui waktu sistem perusahaan menjadi lebih lama
apabila terdapat risiko denganoutput entitas lebih sedikit.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah perancang mitigasi
dengan mempertimbangkan ranking dan kategori risiko,
serta selisih waktu yang terjadi untuk penanganan danmemperbaiki proses bisnis perusahaan.
Kata Kunci : Keamanan Makanan, Penilaian risiko,
FMECA, Proses Bisnis
I. PENDAHULUANRantai pasok merupakan jaringan perusahaan yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan
suatu produk (Pujawan, 2010). Pada rantai pasok terdapat
aliran rantai pasok. Salah satu aliran rantai pasok yang terjadi
pada perusahaan manufaktur yakni aliran barang yangmengalir dari hulu ke hilir. Dimana aliran rantai pasok yangterjadi adalah bahan baku dikirim dari pemasok ke pabrik,
produk jadi yang telah diproduksi akan dikirim ke distributor,
lalu ke pengecer atau ritel[1]. Perusahaan manufaktur
khususnya yang bergerak di industri makanan, rantai pasok
produk sangat penting dalam pemenuhan permintaan
konsumen. Mudah rusaknya produk dan adanya treatment
khusus untuk penyimpanan produk yang dikirimmempengaruhi pentingnya penanganan rantai pasok produk
makanan. Dalam proses rantai pasok baik mulai dari bahan
baku dari pemasok hingga distribusi produk makanan ke ritel
banyak kemungkinan terjadi risiko-risiko yang mempengaruhi
kecepatan dan ketepatan rantai pasoknya. Karena itu,perusahaan industri makanan perlu mengetahui permasalahan
atau risiko yang dapat terjadi pada aliran rantai pasoknya.
Penerapan rantai pasok yang baik dapat meminimalisir
terjadinya risiko. Sedangkan, hubungan supply yang baik
antara pemasok, manufaktur, dan ritel sangat penting untuk
memperbaiki sistem. Pengertian risiko adalah ancaman yangmungkin terjadi untuk mengacaukan aktivitas normal atau
menghentikan sesuatu yang telah direncanakan (Walters,
2006). Pada perusahaan industri makanan, sangat rawan
kemungkinan terjadinya risiko. Risiko yang dapat terjadi
seperti, mudah rusaknya makanan segar atau makanan
terkontaminasi karena proses distribusi. Di Negara Inggris,
publik memiliki persepsi risiko dan kekhawatiran tentangkemanan makanan yang ada di Inggris. Persepsi tersebut
mengakibatkan perubahan dalam food safety managementdi
rantai pasok makanan dan peraturan lingkungan dimana
industri makanan beroperasi (Kuznesof dan Brennan, 2004).
Berdasarkan kondisi tersebut, rantai pasok makanan menjadihal yang harus diperhatikan agar permintaan konsumen dapat
terpenuhi dan meminimalisir terjadinya risiko.
Konsumen juga dapat berkontribusi terjadinya risiko.
Konsumen dalam hal ini dapat diartikan sebagai ritel atau
perusahaan manufaktur yang membeli bahan baku dari
pemasok. Semua bentuk perilaku konsumen digambarkan
Pengelolaan Risiko Menggunakan Metode
FMECA (Failure Modes and Effects Criticality
Analysis) dan Simulasi Berbasis Proses Bisnis
Pada Rantai Pasok MakananDhina Yuskartika, Iwan Vanany, dan Dody Hartanto
Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper
2/5
2
sebagai perilaku pengambilan risiko konsekuensi dari setiap
pembelian (Bauer, 1967). Karena itu, diperlukan identifikasi
risiko yang mungkin terjadi di perusahaan industri makanan
agar perusahaan dapat melakukan tindakan selanjutnya untukmengatasi risiko tersebut. Sistem rantai pasok yang
diidentifikasi adalah sistem outbond dan inbound, operasi
dalam pemasok, proses manufaktur, dan konsumen akhir
dalam hal ini adalah ritel.
PT. SI merupakan perusahaan yang bergerak di industripangan yang mengolah bahan-bahan roti untuk dijadikan
produk bread improver dan premix bread. Improver adalah
produk bahan tambahan dalam pembuatan roti untuk
menghasilkan roti yang lebih baik dalam volume, kelembutan,
visual dan rasa. Sedangkan premix adalah produk bahan roti
yang telah jadi, yakni merupakan tepung instant dimana
pembuatannya tinggal dicampur dengan air. Produk-produkdari PT. SI dipasarkan baik pasar lokal maupun eksport. Untuk
menghasilkan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar
dibutuhkan bahan baku. Karena itu pengadaan bahan baku
merupakan faktor yang penting. Dalam proses pengadaan PT.SI memiliki beberapa kendala. Bahan baku utama dari roti
adalah tepung terigu atau wheat flourdimana tepung memiliki
jangka waktu simpan yang pendek yakni selama 6 bulan.Tepung terigu juga harus disimpan di ruang dingin dengan
temperatur 80 s/d 140 C untuk mencegah tumbuhnya tribolium
(kutu tepung). Karena itu faktor pengadaan perlu diperhatikan
karena mencangkup umur produk. Kendala lainnya dalamperusahaan adalah penentuan kapasitas rencana produksi yang
optimal. Perusahaan memproduksi berdasarkan data historis
pengalaman masa lalu permintaan dari bagian marketing.
Karena itu perusahaan terkadang mengalami kekurangan ataukelebihan bahan baku tepung terigu.
Selain itu, pengendalian keamanan merupakan faktor
terpenting dalam rantai pasok di industri makanan. Keamanan
makanan berkaitan dengan jaminan dari kualitas produk yang
dihasilkan. Pada manajemen industri pengolahan makananseperti PT. SI memiliki kerumitan dibandingkan dengan
perusahaan manufaktur lainnya. Perusahaan harus
memperhatikan hal-hal seperti GMP (Good Manufacturing
Practice), HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point),food safety, food security, dan sertifikasi halal khususnya
dalam proses pengadaan, produksi, dan distribusi produk[3].
Karena itu perusahaan perlu memperhatikan kendala-kendalayang terjadi terutama yang berkaitan dengan keamanan
makanan. Untuk mengetahui penanganan yang tepat dalam
mengatasi kendala-kendala perusahaan diperlukan identifikasi
permasalahan atau risiko yang ada dalam rantai pasok
perusahaan. Pada aliran pasok dari hulu ke hilir mulai dari
pengiriman bahan baku dari pemasok hingga produk dikirimke tangan konsumen dapat terjadi mengandung di dalamnya
khususnya terkait keamanan dari produk. PT. SI belummemiliki manajemen risiko yang terstruktur untuk
mengidentifikasi risiko yang terjadi dan mitigasi yang
diperlukan perusahaan untuk menangani kendala yang ada.Identifikasi dan analisa risiko merupakan tahapan dalam
manajemen risiko. Salah satu metode pada manajemen risiko
yang didalamnya terdapat proses identifikasi dan analisa risiko
pada rantai pasok perusahaan industri makanan menggunakan
FMECA (Failure Modes and Effects Criticality Analysis).
Pendekatan FMECA merupakan metode yang digunakan
untuk mengkuantitatifkan dan menganalisa risiko yang terjadi
pada perusahaan produk maupun jasa . Outputyang dihasilkan
FMECA adalah daftar critical risks factor yang dapat
digunakan untuk menentukan langkah mitigasi risiko[5].
Setelah dilakukan identifikasi dan pengukuran risiko-risiko,
selanjutnya dilakukan pemodelan risiko-risiko yang ada di
rantai pasok berbasis proses bisnis perusahaan dengan
menggunakan simulasi.
II. METODOLOGIPENELITIANII.1 Tahap Identifikasi Rantai Pasok
Tahap identifikasi rantai pasok dilakukan untukmengetahui proses-proses rantai pasok yang terjadi di
perusahaan. Identifikasi ini menggunakan pendekatan SCOR
(Supply Chain Operations Reference) dimana membagiproses-proses rantai pasok menjadi 4 proses inti yaitu source,
make, deliver, dan return. Identifikasi proses memudahkan
untuk melakukan identifikasi risiko yang terjadi di setiap
proses rantai pasok perusahaan. Pada tahap identifikasi rantai
pasok, data-data yang didapatkan berasal dari pengumpulan
data obyek amatan. Hasil pengumpulan data tersebut
digunakan untuk mengidentifikasi risiko. Data yangdikumpulkan sebagai berikut:
Kondisi perusahaan; Proses bisnis perusahaan; Data historis perusahaan:
Anggota rantai pasok yang ada di perusahaan.
II.2 Tahap Identifikasi RisikoTahapan identifikasi risiko merupakan bagian dari
manajemen risiko yang dilakukan. Pada tahapan ini dilakukan
penilaian kuantitatif risiko dan penjabaran risiko-risiko apa
saja yang terjadi pada obyek amatan. Identifikasi risikodilakukan untuk mengetahui ruang lingkup dari penilaian
risiko penelitian.
II.3 Tahap Penilaian RisikoTahap selanjutnya adalah penilaian risiko (risk
assessment). Dalam melakukan penilaian risiko, terlebih
dahulu mengembangkan kriteria risiko yang menjelaskan
risiko apa yang terjadi. Penilaian risiko berdasarkan nilai
masing-masing dampak dari risiko (severity), peluangterjadinya risiko (occurrences), dan tingkat pendeteksian atau
kontrol risiko (detection). Tahap penilaian risiko untuk
masing-masing nilai didapatkan dengan cara melakukan studi
literatur, pengumpulan data, survey, dan wawancara dengan
manajer rantai pasok untuk menetapkan nilai risiko dalam
rantai pasok. Hasil dari penilaian risiko adalah ranking ataunilai prioritas dari risiko yang teridentifikasi.
II.4 Tahap PemodelanDari permasalahan yang ada di dalam perusahaan
obyek amatan dilakukan identifikasi dan penilai risiko-risiko
yang ada dalam rantai pasok kemudian dilakukan tahap
pemodelan dengan simulasi. Pemodelan dilakukanberdasarkan proses exiting dari perusahaan industri makanan
dan proses bisnis yang memiliki risiko yang telah
teridentifikasi.
-
7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper
3/5
3
II.4.1 Fitting DataFitting data dilakukan untuk mengetahui pola
distribusi data yang telah dikumpulkan. Fitting data yang
dilakukan menggunakan input analyzer. Data yang di fittingadalah data kedatangan bahan baku dan data pengiriman
bahan baku.
II.4.2 Verifikasi.ModelVerifikasi merupakan pemeriksaan program simulasi
apakah berjalan sesuai dengan yang diinginkan (Hoover danPerry, 1989). Verifikasi dilakukan dengan melihat apakah
terdapat error atau tidak dalam model Arena. Berikut ini
verifikasi yang menunjukkan bahwa model yang dibangun
tidak terdapat errordi dalamnya[4].
II.4.3 Validasi ModelValidasi yang dilakukan bertujuan untuk menguji dan
membandingkan apakah model simulasi yang dibuat samadengan kondisi real system[4]. Validasi dilakukan dengan
menggunakan metode perbandingan dua alternatif welch
confidence interval for comparing two systems. Berikut ini
perumusan welch confidence interval for comparing two
systems :
Melakukan Hipotesa H0 : 1 - 2 = 0H1 : 1 - 2 0
= 121 + 2
222
(1 1 )21 1 + (2 2 )22 1
= ,/2121 + 22
2(1 2 ) 1 2 (1 2 ) + Dimana, apabila nilai hw berada di dalam interval, model
dapat dikatakan valid.Keterangan:
s1 = Standar deviasi model simulasi
s2 = Standar deviasi real sistemn2 = Jumlah replikasi model simulasi
n2 = Jumlah pengamatan real sistem1 = Rata-ratamodel simulasi2 = Rata-rata real sistemII.4.4 Replikasi Data
Replikasi dilakukan untuk mengetahui berapa banyakrunning yang dilakukan untuk mendapatkan data dari simulasi
yang dapat mewakili populasi yang ada[4]. Berikut ini tahapan
dalam melakukan replikasi:a. Menentukan jumlah replikasi awal.
b. Menentukan nilai erroryang akan ditanggung.c. Menghitung banyaknya replikasi (n) dengan rumus: = tn1,/2x s
hw
Keterangan:
n = jumlah replikasi
s = standar deviasi modelhw = nilai error yang diinginkan
II.5 Tahap Mitigasi RisikoPada tahap mitigasi risiko dilakukan perencanaan
langkah-langkah yang dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terindetifikasi. Mitigasi risiko hanya sebatas
rekomendasi perbaikan terhadap permasalahan perusahaanberdasarkan hasil analisis risiko. Mitigasi risiko yang
dilakukan sesuai dengan nilai dan ranking risiko yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya
II.6 Tahap Analisa dan KesimpulanSetelah dilakukan identifikasi risiko, penilaian risiko
(risk assessment), pemodelan proses bisnis perusahaan, hinggadilakukannya mitigasi risiko, tahap selanjutnya adalah analisis
hasil penelitian. Analisis yang dilakukan dengan menganalisa
hasil simulasi model proses bisnis yang telah dibuat
berdasarkan kondisi perusahaan obyek amatan. Selain itu juga
dilakukan analisis dampak risiko yang terjadi danimplikasinya terhadap proses bisnis perusahaan serta analisis
hasil mitigasi risiko..
III. HASILDANDISKUSIModel simulasi yang dibangun adalah proses bisnis dari PT.SI. Simulasi dimulai dari kedatangan bahan baku dari
pemasok. Setelah bahan baku data, dilakukan inspeksi yang
selanjutnya akan masuk ke gudang. Bahan baku yang masuk
di gudang di gunakan untuk memproduksi produk. Kapasitas
maksimal dalam proses produksi sebesar 400 kg. Setiap proses
berjalan konstan sesuai dengan SOP. Setelah produk jadi,
proses selanjutnya adalah pengiriman produk dari pabrik.Pengiriman dibagi menjadi dua yaitu pengiriman ke gudang
finish product dan pengiriman ke distributor/ konsumen.
Produk yang dikirim ke gudang sejumlah setengah dari jumlah
produk yang dikirim ke konsumen.
Identifikasi proses bisnis yang dilakukan berdasarkan
aktivitas-aktivitas pada model SCOR. Identifikasi proses
bisnis perusahaan dengan model SCOR didapatkan 3 aktivitasdalam return, 5 aktivitas dalam make, 4 aktivitas dalam
deliver, dan 2 aktivitas dalam return pada level 1. Aktivitas
PT. SI yang ada pada level 1dalam SCOR sebagai berikut.
Tabel 1SCOR Level 1
Level 0 Level 1
SOURCE S1- Komunikasi dengan pemasok
S2- Pengiriman bahan baku dari pemasok
S3- Pengecekan bahan baku dari pemasok
MAKE M1- Kegiatan proses produksi sesuai deganprosedur yang telah ditetapkan
M2- Pembagian proses produksi berdasarkan
ukuran pak produk
M3- Proses vacum & pengemasan produk
M4- Inspeksi kualitas produk
M5- Penyimpanan ke gudang
DELIVERD1- Komunikasi dengan konsumen/
distributor
-
7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper
4/5
4
Level 0 Level 1
D2- Pengiriman produk sesuai permintaan
D3- Pemilihan perusahaan jasa transportasi
D4- Penanganan kegiatan pergudangan
finished goods
RETURN R1- Pengembalian produk ke pemasok
R2- Pengembalian produk dari customer
Dari masing-masing proses diidentifikan potential failure yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Risiko-risiko yang
telah terindentifikasi selanjutnya diberi penilaian berdasarkantingkat severity, occurence, dan detection. Dari ketiga
parameter itu didapatkan nilai RPN (Risk Priority Number)
yang merupakan ranking dari kepentingan risiko[2]. Berikut
merupakan rumus dari RPN:
RPN= Severity x Occurence x Detection
Risiko-risiko yang telah memiliki nilai RPN diperingkatkan
berdasarkan kategori risiko. Penentuan kategori risiko denganmelihat nilai dari RPN. Pengkategorian risiko sebagai berikut:
Tabel 2Identifikasi Potential Failure dan Kategorinya
Potential Failure
Risk
Priority
Number
(RPN)
Kategori
Produk belum tersortir 200
Tinggi
Terjadinya bencana alam/
kecelakaan pada saatpengiriman produk
100
Terjadinya kontaminasi pada
saat pemindahan produk ke
alat yang berbeda
100
Kesalahan dalam pemberian
coding100
Terjadinya bencana alam/
kecelakaan pada saatpengiriman produk
100
Adanya kerusakan padasupport product
84
Menengah
Kesalahan dalam komunikasi
penentuan jenis bahan baku
yang akan dipesan perusahaan
80
Adanya sisa produk di bawahribbon blender 64
Kualitas raw material yangdipesan perusahaan tidak
sesuai
56
Penundaan produksi karena
mesin tidak dapat berjalan/
mengalami kerusakan
50
Kesalahan dalam penjadwalantanggal pengirimanfinish
productke konsumen
50
Risiko yang termasuk kategori tinggi sebagai inputan dalam
simulasi proses bisnis perusahaan. Simulasi dilakukan untuk
mengetahui berapa pengaruh risiko apabila terjadi di dalamproses bisnis perusahaan terhadap waktu proses keseluruhan.
Pengaruh risiko terhadap waktu dapat dilihat dari hasil
perbandingan output simulasi antara kondisi eksisting
perusahaan dengan kondisi adanya risiko. Berikut ini
perbandingan waktu antar dua skenario.Tabel 3
Perbandingan Output Simulasi
Replikasi
Eksisting Risiko
Selisih (Jam)Rata-rataWaktu (Jam)
Rata-rataWaktu (Jam)
1 48,776 57,112 8,336
2 43,093 51,591 8,498
3 43,094 57,412 14,318
4 42,094 48,696 6,602
5 42,788 51,149 8,361
Mean 43,969 53,192 9,223
Stdev 2,718 3,877 2,953
Variansi 7,388 15,031 8,721
Dari hasil rekapan pada tabel diatas, terdapat perbedaan waktuyang cukup signifikan antara dua model simulasi. Pada model
simulasi risiko replikasi 1, penggunaan total waktu entity lebih
lama dibandingkan dengan kondisi eksisting dengan selisih
sebesar 8,336 jam. Artinya dengan adanya kemungkinan
terjadi risiko di dalam proses bisnis perusahaan maka
berdampak pada bertambahnya waktu proses sehingga proses
berjalan lebih lama dan tidak efektif.
Penambahan waktu pada model simulasi risiko disebabkankarena risiko yang terjadi menghambat aliran proses bisnis
perusahaan. Aliran proses tidak dapat berjalan dengan lancarkarena terjadinya proses berdampak pada keseluruhan sistem
rantai pasok. Adanya risiko juga mengakibatkan perusahaantidak dapat memproduksi produk dengan optimal. Rata-rata
selisih waktu sistem antara kondisi eksisting dan kondisi
terdapat risiko sebesar 9,223 jam. Total real proses produksi
untuk memproduksi produk vacum dengan kapasitas pabrik
sebanyak 400 kilogram adalah 4,87 jam. Artinya apabila
kemungkinan terjadi risiko didalamnya maka waktu produksi
akan berjalan lebih lambat dan perusahaan dapat mengalami
kerugian hampir dua kali lipat dari waktu standar produksi
pabrik.
III. KESIMPULANKesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini
adalah pertama, identifikasi proses bisnis perusahaan dengan
menggunakan model SCOR dimana aktivitas-aktivitas dalam
SCOR yang didentifikasi adalah aktivitas source, make,deliver, return. Dari hasil identifikasi proses bisnis pada
masing-masing aktivitas SCOR dapat diidentifikasi risiko.
Didapatkan risiko sebanyak 53 risiko teridentifikasi. Pada
aktivitas source identifikasi risiko sebanyak 15 risiko,
-
7/22/2019 ITS-paper-22479-2f508100061-Paper
5/5
5
aktivitas make sebanyak 22 risiko teridentifikasi, aktivitasdeliver sebanyak 8 risiko teridentifikasi, aktivitas return
sebanyak 8 risiko teridentifikasi.
Kedua, dari masing-masing risiko yang telahteridentifikasi dalam model SCOR dilakukan penilaian
menggunakan metode FMECA (Failure Modes and Effects
Criticality Analysis). Penilaian dilakukan berdasarkan
kuisioner bobot dampak risiko, penyebab risiko, dan kontrol
risiko yang dilakukan. Dari kuisioner FMECA didapatkannilai RPN yang merupakan tingkat kritis suatu risiko. Evaluasi
risiko dilihat berdasarkan nilai RPN. Risiko di setiap proses
bisnis dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan nilai RPN
yaitu: (1) sebanyak 5 risiko termasuk kategori tinggi dengan
nilai RPN 100, (2) sebanyak 6 risiko termasuk kategori
menengah dengan nilai RPN diantara 50 sampai dengan 99,
(3) sebanyak 42 risiko termasuk kategori rendah dengan nilaiRPN < 50
Ketiga, mitigasi yang dilakukan lebih menekankan
pada risiko kategori tinggi dimana dampak yang diakibatnya
mempengaruhi proses bisnis secara signifikan. Aksi mitigasiyang dilakukan antara lain: menerima risiko, transfer risiko,
menghindari risiko, dan menangani risiko.
Terakhir, model risiko simulasi yang dibangun adalahrisiko yang termasuk kategori tinggi dengan nilai total RPN
sebesar 400. Rata-rata waktu proses dalam sistem yang
mengandung probabilitas risiko sebesar 9,223 jam lebih lama
dibandingkan dengan kondisi eksisting perusahaan. Semakin
besar probabilitas terjadinya risiko, maka semakin besar waktu
yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan prosesbisnisnya.
UCAPANTERIMAKASIH
Pada penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak karyawan PT. SI yang telah memberikan
masukan dan membantu penulis demi kelancaranterselesaikannya penelitian. Serta kepada dosen pembimbing
dan ko-pembimbing yang telah mendukung dan banyak
membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA[1] Pujawan, IN & Mahendrawati 2010, Supply chain
Management, Guna Widya, Surabaya.
[2] Tuncel, G., & Alpan, G. (2010). Risk Assessment and
Management for Supply Chain Network: A Case Study.Computer in Industry , 250-259.
[3] Gaspersz, V. (2002). Pedoman Implementasi Program Six
Sigma Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA,
dan HACCP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.[4] Pelatihan software. (2011). Modul Training With Arena.
Laboratorium Komputasi dan Optimasi Jurusan TeknikIndustri ITS
[5] Villacourt, M. (1992). Failure Mode and Effects Analysis
(FMEA): A Guide for Continuous Improvement for the
Semiconductor Equipment Industry.