itp uns semester 2 laporan kimtik acara 6 kromatografi

25
ACARA VI KROMATOGRAFI KERTAS A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum Acara VI Kromatografi Kertas adalah: a. Untuk mengetahui nilai Rf dari masing-masing sampel baik pada metode kromatografi kertas maupun kromatografi lapis tipis. b. Untuk mengetahui apakah sampel bahan makanan mengandung pewarna makanan, pewarna alami, atau pewarna tekstil. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu memerlukanperhatian yang lebih besar daripada aditif lunak(bland) seperti emulsifier.Pewarna panganalami adalah diekstraksi dan diisolasi dari277tanaman dan hewan yang berbeda yang tidakmemberikan efek yang membahayakan sehingga mereka dapat digunakan dalam beberapa pangandalam jumlah tertentu.Pewarna ini memilikikestabilan yang rendah, kurang cerah dan tidakmerata, namun sangat murah.Namun, pewarnasintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam jumlah besar memungkinkantoksik dan menyebabkan kanker, deformasi danlain- lain (Sumarlin, 2010). Pewarna sintetik untuk tekstil untuk mewarnai bahan pangan karena harga zat pewarna untuk tekstil jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan.Selain itu warna dari zat pewarna tekstil biasanya lebih menarik. Di Indonesia, dari hasil uji beberapa jenis bahan makanan oleh BPOM telah ditemukan kandungan bahan berbahaya dalam bahan makanan, antara lain rhodamin B (pewarna tekstil, kertas, dan cat) dan methanol yellow. Penggunaan pewarna tekstil pada makanan atau minuman jelas merugikan kesehatan.Hal ini dikarenakan adanya

Upload: fransiska-puteri

Post on 03-Jul-2015

6.439 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

ACARA VI

KROMATOGRAFI KERTAS

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Acara VI Kromatografi Kertas adalah:

a. Untuk mengetahui nilai Rf dari masing-masing sampel baik pada metode

kromatografi kertas maupun kromatografi lapis tipis.

b. Untuk mengetahui apakah sampel bahan makanan mengandung pewarna

makanan, pewarna alami, atau pewarna tekstil.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu

memerlukanperhatian yang lebih besar daripada aditif lunak(bland) seperti

emulsifier.Pewarna panganalami adalah diekstraksi dan diisolasi

dari277tanaman dan hewan yang berbeda yang tidakmemberikan efek

yang membahayakan sehingga mereka dapat digunakan dalam beberapa

pangandalam jumlah tertentu.Pewarna ini memilikikestabilan yang rendah,

kurang cerah dan tidakmerata, namun sangat murah.Namun,

pewarnasintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam jumlah

besar memungkinkantoksik dan menyebabkan kanker, deformasi danlain-

lain (Sumarlin, 2010).

Pewarna sintetik untuk tekstil untuk mewarnai bahan pangan

karena harga zat pewarna untuk tekstil jauh lebih murah dibandingkan

dengan harga zat pewarna untuk pangan.Selain itu warna dari zat pewarna

tekstil biasanya lebih menarik. Di Indonesia, dari hasil uji beberapa jenis

bahan makanan oleh BPOM telah ditemukan kandungan bahan berbahaya

dalam bahan makanan, antara lain rhodamin B (pewarna tekstil, kertas,

dan cat) dan methanol yellow. Penggunaan pewarna tekstil pada makanan

atau minuman jelas merugikan kesehatan.Hal ini dikarenakan adanya

Page 2: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

residu logam berat dalam makanan atau minuman tersebut

(Liedyawati, 2013).

Pemakaian zatwarna yang berasal dari tanaman dan hewan ini

telahbanyak dilakukan oleh para pengrajin tenun ikat, namunyang paling

banyak digunakan adalah yang berasal daridaun tanaman yang diperoleh

dari hutan.Pemanfaatan pewarna alami dalam pembuatan kain tenun ikat

ini lebihdigemari daripada pewarna sintetik karena dapatmemberikan

keistimewaan tersendiri.Selain itu,penggunaan pewarna alami dapat

memberikanbeberapa keuntungan, karena tidak toksik terhadap kulit,lebih

murah dan tahan lama(Ati, 2006).

Warna merupakan salah satu unsur sensoris yang penting untuk

makanan.Pada pengolahan bahan makanan, pewarna sering ditambahkan

untuk memperkuat warna asli makanan.Pewarna makanan yang digunakan

sebaiknya adalah pewarna alami. Berkaitan dengan perlunya pemakaian

pewarna makanan alami, tim pengabdian kepada masyarakat turut

berperan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan

pewarna makanan alami dan mengajarkan cara-cara membuat pewarna

alami (Alaudin, 2005).

2. Tinjauan Teori

Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling

murah dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis

preparatif (KLTP).Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam

jumlah gram, sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram.

KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai

dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam, terutama dari

laboratorium yang tidak dilengkapi dengan cara pemisahan modern.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memeriksa pengaruh ketebalan

penyerap terhadap kualitas pemisahan tetapi ketebalan yang paling sering

dipakai ialah 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x 20 cm

atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat sudah

tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP.

Page 3: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

Penyerap yang paling umum ialah silika gel dan dipakai untuk pemisahan

campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil.Untuk

pembuatan lapisan tanpa retak dianjurkan memakai penyerap niaga yang

tersedia. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran

tingkat mutu KLT. Pelat KLTP dapat dibuat sendiri atau dibeli dengan

sudag terlapisi penyerap (biasanya disebut pelat siap pakai atau pelat

pralapis).Keuntungan membuat pelat sendiri ialah bahwa ketebalan dan

susunan lapisan dapat kita atur sendiri.Pelarut yang baik ialah pelarut atsiri

(heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri

terjadi pelebaran pita.Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5-10%.Cuplikan

ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan

bergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan tangan

(pipet) tetapi lebih baik dengan penotol otomatis (camag, desaga, dsb).

Untuk pita terlalu lebar, dapat dilakukan pemekatan dengan cara

pengembangan memakai pelarut polar sampai kira-kira 2 cm di atas

tempat penotolan. Kemudian pelat dikeringkan dan dielusi dengan pelarut

yang diinginkan.Pelat pralapis khusus dengan daerah pemekatan dapat

dibeli (Hostettmann, dkk, 1995).

Teori kolom kromatografi cair secara kualitatif akan membantu

dalam mengoptimumkan pemisahan. Penguasaan teori kolom KC akan

bermanfaat pula dalam memahami pentingnya beberapa ciri rancangan dan

pertelaan yang mencirikan alat kromatografi. Pemisahan secara

kromatografi yang berhasil baik berkaitan dengan mengkompromikan

daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis atau

kecepatan seperti digambarkan dalam segitiga kromatografiwan.Tujuan

kromatografi ialah memisahkan komponen cuplikan dalam waktu yang

masuk akal, menjadi pita atau puncak, ketika cuplikan itu bergerak melalui

kolom. Daya pisah, R, antara dua puncak dapat diukur secara kuantitatif

seperti:

R = =

Page 4: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

(Johnson dan Stevenson, 1991).

Pemisahan suatu campuran ke dalam komponen-komponen mereka

penting dalam semua cabang kimia dan tak kalah penting dalam banyak

bidang lain dimana teknik-teknik kimia dipergunakan dalam memecahkan

masalah-masalah yang sangat beraneka. Dengan memanfaatkan metode

kromatografi, pemisahan dalam banyak kasus dicapai dengan jauh lebih

cepat dan efektif daripada sebelumnya, dan banyak pemisahan berhasil

secara rutin yang tak akan pernah diusahakan dengan teknik lain

sebelumnya (Day, 2005).

Kromatografi lapis tipis digunakan secara luas untuk analisa

kualitatif atau pemisahan campuran dalam jumlah yang kecil. Analisa ini

bekerja berdasarkan pada distribusi fasa cair-padat. Sebagai fasa padat

berupa lapisan tipis bubur alumina atau silica gel yang menempel pada

permukaan selembar lempeng kaca, sedangkan sebagai fasa cairnya adalah

eluen yang digunakan untuk membawa zat yang diperiksa bergerak

melalui fasa padat (Husni, dkk, 2008).

Kromatografilapis tipis (KLT) adalah teknikkromatografiyang

digunakanuntuk memisahkan campuran. Kromatografi lapis tipisdilakukan

padaselembar kaca, plastik, atau aluminiumfoilyangdilapisi dengan

lapisantipis bahanadsorben, biasanya gel silika, aluminiumoksida, atau

selulosa(kertaspenghisap tinta). Lapisanadsorben inidikenal sebagaifase

diam. Setelahsampeltelah diterapkandi piring,

campuranpelarutataupelarut(dikenalsebagai fase gerak)

piringdisusunmelaluikapiler.Karenaanalit yang berbedaTLCnaikpelatpada

tingkat yang berbeda, pemisahantercapai.Kromatografi lapis

tipismenggunakanpiringkaca tipisdilapisi denganaluminiumoksida

ataubaiksilikagelsebagaifase padat. Fase gerakadalah pelarutyang

dipilihsesuai dengansifat-sifat komponendalam campuran.

PrinsipTLCadalah distribusisenyawaantara fasetetappadat (lapisan

tipis)diterapkan padagelas ataupiring plastikdanfase gerakcair (pelarut

eluting) yang bergerakselamafase padat. Sejumlah kecilsenyawaatau

Page 5: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

campuran iniditerapkan padatitik awaltepat di atasbagian bawah

piringTLC. NilaiRƒ:Perilakusenyawaindividu dalamTLCditandai

dengankuantitas. Dikenal sebagaiRƒdan dinyatakansebagaipecahan

desimal. Rƒdihitungdengan membagijaraktempuhsenyawadariposisi

semuladengan jarakpelarutperjalanan dariposisi semula(depan pelarut).

Rƒ =

(Bele, dkk, 2011)

Pada kromatografi lapis tipis atau Thin Layer Chromatography

(TLC), fase diam mempunyai peranan penting pada analisis, baik

kuantitaif maupun kualitatif.Keseragaman dan ukuran partikel adsorben

sangat menentukan keberulangan data analisis kuantitatif.Karakteristik

kromatografi ditentukan terutama oleh parameter fisika.Oleh sebab itu,

lempeng TLCdengan ukuran partikel kecil dan keseragaman ukuran

partikel baik, diperlukan untuk mendapatkan hasil analisis yang baik.Ada

dua macam TLC yang beredar di pasaran, yaitu TLC konvensional dan

HPTLC (Wulandari, 2007).

Kromatografiadalahistilah kolektifuntuk satu setteknik

laboratoriumuntuk pemisahancampuran. Campurandilarutkan dalam

cairanyang disebut"fase gerak", yang membawanya melaluistruktur

holdingbahanlain yang disebut"fase diam".

Berbagaikonstituendariperjalanancampuranpada kecepatan yang berbeda,

menyebabkan merekauntuk memisahkan. Pemisahanini didasarkan

padapartisiyang berbeda antarafasemobile dan stasioner. Perbedaan yang

halus dalammenghasilkan koefisienpartisisenyawa

dalamretensidiferensialpadafasestationer dan dengan

demikianmengubahpemisahan.Kromatografimungkinpreparatifatauanalitis

. Tujuan darikromatografipreparatifadalahuntuk memisahkan

komponendari campuranuntuk digunakan lebih lanjut(demikian

merupakanbentukpemurnian). Kromatografianalitisdilakukansecara

normaldenganjumlah yang lebih kecildaribahandanuntuk

Page 6: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

mengukurproporsi relatifanalitdalam campuran. Keduanyatidak saling

eksklusif. Integritaskimiakomponensampelsensitifdapat

dipertahankanbahkan dengan

penggunaanaktifadsorbensilika gel (Kulkarni, 2011).

Kromatografi kertas pertama kali diperkenalkan oleh Consden,

Gordon, dan Martin pada tahun 1941.Pada kromatografi kertas, campuran

sampel diteteskan pada kertas dan batas migrasi pelarut ditandai.Setelah

kertas dikeringkan, posisi senyawa-senyawa yang ada dalam sampel

dilihat dengan reaksi pewarnaan yang sesuai. Nilai Rf pada kromatografi

kertas adalah rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang

ditempuh oleh pelarut. Nilai Rf kurang lebih konstan untuk senyawa

tertentu, sistem pelarut, dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat

terlarut, suhu, dan pH yang terkontrol dengan baik (Bintang, 2010).

C. Metodologi

1. Alat

a. Kertas kromatografi (Whatman No.1 dan TLC) berukuran 5 x 10 cm

b. Wadah/bejana kromatografi dan tutupnya

c. Pipet tetes

d. Gelas ukur

e. Penggantung atau pengait kertas

f. Gunting kertas

g. Pensil

h. Penggaris

2. Bahan

a. Pewarna makanan

b. Pewarna tekstil

c. Pewarna alami

d. Bahan makanan

e. Larutan etanol

f. Aquades

Page 7: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

3. Cara kerja

a. Persiapan kertas kromatografi atau spotting

Kertas dipotong sesuai dengan ukuran (5 x 10 cm).

Kertas diberi penggantung/pengait.

Diberi nomor titik disebelah luar kertas.

Ditandai beberapa titik tints dengan pipet tetes/syringe (besarnya

tidak boleh melebihi 2 mm) berjarak 1 cm satu sama lain atau tarik

garis hitam dengan spidol diatas garis pensil. Spotting dapat

dilakukan berkali-kali dengan mengeringkan spot sebelumnya

terlebih dahulu.

Ditarik satu garis lurus sejajar berjarak 2 cm dari salah satu sisi

kertas tersebut menggunakan pensil hitam.

Page 8: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

b. Developing

Pelarut sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam wadah/bejana

kromatografi kemudian ditutup untuk menunggu sampai seluruh

bejana jenuh oleh pelarut.

Ditandai batas tertinggi aliran pelarut dan gerakan sampel tinta

hitam dengan pensil.Kertas dibiarkan sampai mongering.

Setelah pelarut mencapai ketinggian ¾ kertas, kertas dikeluarkan

dari wadah/bejana.

Wadah/bejana ditutup dengan kertas alumunium foil dan dibiarkan

beberapa saat sampai pelarut menyentuh ¾ bagian kertas.Amati

pergerakan pelarut dan sampel tinta.

Kertas kromatografi kemudian dimasukkan ke dalam wadah/bejana

kromatografi dengan bagian ujung yang telah diberi titik/spot tinta

dibagian bawah.Perbukaan larutan dalam wadah/bejana harus

berada dibawah garis tempat kedudukan titik/spot.Kertas dalam

posisi lurus (tidak melengkung) yang dapat ditahan dengan

penggantung.

Page 9: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Percobaan

Tabel6.1 Hasil Pengukuran Kromatografi Kertas Lapis Tipis

Kel. Warna Jenis Sampel

Jarak

Sampel

(cm)

Jarak

Pelarut

(cm)

Rf

1 Hijau Pewarna Makanan 2,5 5,5 0,4545

Hijau Pewarna Tekstil 4,7 5,5 0,8545

Kuning Pewarna Alami

(Kunyit) 0 5,5 0

Merah Bahan Makanan

(Kerupuk A) 5 5,5 0,9090

3 Kuning Pewarna Makanan 1,2 5,3 0,2264

Kuning Pewarna Tekstil 3,8 5,3 0,7169

Kuning Pewarna Alami

(Kunyit) 3 5,3 0,5660

Merah Bahan Makanan

(Kerupuk B) 4,2 5,3 0,7924

5 Merah Pewarna Makanan 0 5,5 0

Hijau Pewarna Tekstil 5,2 5,5 0,9454

Merah

Ungu

Pewarna Alami

(Buah Bit) 5,2 5,5 0,9454

Kuning Bahan Makanan

(Sirup Lemon A) 3,9 5,5 0,7090

7 Ungu Pewarna Makanan 3,3 5,5 0,6000

Merah Pewarna Tekstil 5 5,5 0,9090

Merah

Ungu

Pewarna Alami

(Buah Bit) 4,7 5,5 0,8545

Kuning Bahan Makanan

(Sirup Lemon B) 4,1 5,5 0,7454

9 Hijau

(Daun Suji)

Pewarna Makanan 1,5 5,5 0,2727

Kuning Pewarna Tekstil 3,8 5,5 0,6909

Kuning Pewarna Alami

(Kunyit) 0 5,5 0

Hijau Bahan Makanan

(Sirup Hijau A) 4,8 5,5 0,8727

11 Hijau Pewarna Makanan 2,4 5,4 0,4444

Merah Pewarna Tekstil 4,4 5,4 0,8148

Merah

Ungu

Pewarna Alami

(Buah Bit) 4,5 5,4 0,8333

Hijau Bahan Makanan 3,8 5,4 0,7037

Page 10: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

(Sirup Hijau A)

Sumber: Laporan Sementara

Kromatografi kertas pertama kali diperkenalkan oleh Consden,

Gordon, dan Martin pada tahun 1941.Pada kromatografi kertas, campuran

sampel diteteskan pada kertas dan batas migrasi pelarut ditandai.Setelah

kertas dikeringkan, posisi senyawa-senyawa yang ada dalam sampel

dilihat dengan reaksi pewarnaan yang sesuai. Nilai Rf pada kromatografi

kertas adalah rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang

ditempuh oleh pelarut. Nilai Rf kurang lebih konstan untuk senyawa

tertentu, sistem pelarut, dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat

terlarut, suhu, dan pH yang terkontrol dengan baik (Bintang, 2010).

Pengaruh nilai Rf terhadap sampel dapat dilihat pada hasil jarak

sampel yang terbentuk pada kertas kromatografi lapis tipis. Jarak sampel

yang terbentuk ini tergantung dari kelarutan sampel terhadap pelarut yang

digunakan. Jika sampel tersebut juga merupakan larutan yang polar maka

akan larut sangat baik dalam pelarut etanol yang merupakan pelarut polar.

Jika sampel bukan merupakan larutan yang polar maka pelarut akan sulit

untuk melarutkan sampel dan menarik pelarut sampai pada ¾ bagian

kertas semaksimal mungkin. Semakin besar jarak sampel yang didapatkan

maka nilai Rf akan semakin besar pula. Sesuai dengan teori dari

(Bele, 2011) bahwa Rf = Jarak sampel dari titik awal / jarak pelarut dari

titik awal, menunjukkan bahwa nilai Rf sebanding dengan jarak sampel.

Besarnya jarak sampel juga dipengaruhi dari warna sampel yang

tergambar dalam kertas kromatografi.Warna sampel sebelum dan sesudah

yang secara signifikan menunjukkan perubahan terpada pada sampel

pewarna tekstil dan pewarna alami.Pada sampel pewarna alami warnanya

lama-kelamaan menjadi pudar.Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh sifat

pewarna alami yang berupa pigmen mudah larut dalam pelarut non

polar.Pada pewarna tekstil warna awal dan warna hasil akhir sangat

berbeda sekali.Kemungkinan karena penguraian warna akibat pemberian

pelarut etanol pada sampel tersebut.Pada Jurnal milik (Putri, 2011)

Page 11: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

dikatakan bahwa pewarna alami misalnya klorofil dapat mengalami

penurunan nilai kecerahan filtrat yang dihasilkan. Hal ini terjadi

dikarenakan dengan menggunakan larutan pengekstrak alkohol 85% akan

menyebabkan peningkatan konsentrasi warna gelap sebagai akibat

peningkatan total klorofil terekstrak dalam ekstrak daun suji. Klorofil

memiliki kemudahan terekstrak dengan pelarut organik seperti aseton,

alkohol, metanol, etil asetat, piridin dan dimetilformamid.Dari jurnal ini

dapat diketahui bahwa alkohol dapat menyebabkan hal yang sama pada

pewarna alami yang lain seperti pewarna almi kunyit dan buah bit.

Penguraian warna pada sampel pewarna tekstil dan alami ini juga diikuti

dengan besarnya jarak sampel dari titik awalnya yang menyebabkan nilai

Rf juga besar. Kemungkinan ini disebabkan oleh larutnya sampel pada

pelarut etanol yang digunakan dalam percobaan.

Nilai Rf pada masing-masing sampel pada kromatografi lapis tipis

menunjukkan perbedaaan yang tergantung pada jenis sampelnya.Nilai Rf

dari sampel pewarna makanan dari kelompok 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 secara

berturut-turut sebesar: 0,4545; 0,2264; 0; 0,6000; 0,2727; dan 0,444. Nilai

Rf dari sampel pewarna tekstil dari kelompok 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 secara

berturut-turut sebesar: 0,8545; 0,7169; 0,9454; 0,9090; 0,6909; dan

0,8148. Nilai Rf dari sampel pewarna alami dari kelompok 1, 3, 5, 7, 9,

dan 11 secara berturut-turut sebesar: 0; 0,5660; 0,9454; 0,8545; 0; dan

0,8333. Nilai Rf dari sampel bahan makanan dari kelompok 1, 3, 5, 7, 9,

dan 11 secara berturut-turut sebesar: 0,9090; 0,7924; 0,7090; 0,7454;

0,8727; dan 0,7037. Pada sampel pewarna makanan nilai Rf relatif kecil.

Pada sampel pewarna tekstil nilai Rf relatif paling tinggi diantara sampel

yang lain. Hal ini disebabkan karena pada pewarna tekstil jarak sampel

dari titik awalnya lebih besar dari pewarna yang lain sehingga dapat

menghasilkan nilai Rf yang lebih tinggi dari yang lain. Pada sampel

pewarna alami nilai Rf paling kecil diantara sampel yang lain.Hal ini

disebabkan karena pada pewarna alami jarak sampel dari titik awalnya

lebih kecil dari pewarna yang lain sehingga dapat menghasilkan nilai Rf

Page 12: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

yang lebih kecil pula dari yang lain. Pada Jurnal milik (Ati, 2006)

dikatakan bahwa metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang

menggunakan fase diam polar dan fase gerak dominansinonpolar akan

menyebabkan pewarna alami bersifatnonpolar bergerak mengikuti fase

gerak sehinggamemiliki nilai Rf lebih tinggi, sedangkan pewarna alai

polarcenderung memiliki afinitas yang kuat terhadap fasediam dan

bergerak lebih lambat, sehingga memiliki Rfrendah.Pada sampel bahan

makanan nilai Rf lebih tinggi dari pewarna makanan dan pewarna alami.

Nilai Rf bahan makan hampir sama dengan nilai Rf pewarna

tekstil. Nilai bahan makanan dapat diindikasikan menggunakan pewarna

tekstil karena nilaiRf nya hampir sama. Pada Jurnal (Liedyawati, 2013)

dicontohkan bahwa Rhodamin B merupakan pewarna tekstil yang

disalahgunakan sebagai pewarnaan kerupuk, terasi, dan jajanan lain yang

bewarna terang. Jadi kemungkinan bahan makanan yang digunakan dalam

kerupuk A, kerupuk B, sirup lemon A, sirup lemon B, dan sirup hijau A

menggunakan pewarna tekstil karena nilai Rf nya hampir sama.

Nilai Rf yang dihasilkan pada percobaan Acara VI dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jenis adsorben, fase

gerak, temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel, dan teknik

kromatografi. Perbedaan jenis adsorben akan menghasilkan nilai Rf yang

berbeda pula. Kemurnian pelarut harus pada fase gerak harus terkontrol

karena hal ini akan mempengaruhi nilai Rf. Selanjutnya, pengaturan

temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel, dan memperhatikan teknik

kromatografi juga dapat mempengaruhi nilai Rf yang dihasilkan

(Bele, 2011).

Fungsi penambahan etanol pada percobaan adalah untuk

mendisosiasi sampel agar sampel dapat terpartisi dengan baik.Sampel

mudah terpartisi karena sampel-sampel tersebut mudah terdissosiasi oleh

pelarut, selain itu kepolaran antara sampel dan pelarut juga mempengaruhi.

Semakin dekat kepolaran antara sampel dan pelarut maka sampel akan

semakin mudah terpartisi.

Page 13: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

Perbedaan kromatografi TLC dan kromatografi kertas menurut

sumber internet (Koi, 2012)yakni pada teknik TLC/KLT fasa diam

(terutama silika, alumina, dan selulosa) dilapiskan di permukaan sebuah

plat pendukung (umumnya dibuat dari bahan kaca atau lembaran logam

Al). Bila noda telah kering plat diletakkan secara vertikal dalam bejana

yang sesuai dengan tepi yang di bawah dicelupkan dalam fasa bergerak

yang terpilih, maka pemisahan kromatografi penaikan akan diperoleh.

Sedangkan pada kromatografi kertas termasuk dalam kelompok

kromatografi planar, dimana pemisahannya menggunakan medium

pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu bentuk

kertas.Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan

atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak(cairan atau

gas).Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-

komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang

berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.Selain itu, perbedaan

penggunaan kertas ini menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan

waktu pemisahan larutan pada kedua kertas tersebut.Kecepatan pemisahan

larutan pada kertas whatman lebih cepat dibanding kecepatan pemisahan

larutan pada kertas TLC.Warna sampel ketika pemisahan dengana kertas

TLC lebih sukar hilang dibanding dengan menggunakan kertas whatmann.

Nilai Rf dengan menggunakan kertas whatmann lebih besar dari kertas

TLC karena pori-pori dari kertas whatmann lebih besar disbanding kertas

TLC sehingga penyerapan alkohol lebih cepat dan lebih melarutkan

sampel-sampelnya.

Page 14: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

Tabel 6.2 Hasil Pengukuran Kromatografi Kertas TLC

Kel. Warna Jenis Sampel

Jarak

Sampel

(cm)

Jarak

Pelarut

(cm)

Rf

2 Hijau Pewarna Makanan 2,6 5,5 0,4727

Hijau Pewarna Tekstil 5 5,5 0,9090

Kuning Pewarna Alami

(Kunyit) 3,8 5,5 0,6909

Merah Bahan Makanan

(Kerupuk A) 4,7 5,5 0,8545

4 Kuning Pewarna Makanan 1,9 5,5 0,3454

Kuning Pewarna Tekstil 4,8 5,5 0,8727

Kuning Pewarna Alami

(Kunyit) 3,8 5,5 0,6909

Merah Bahan Makanan

(Kerupuk B) 3,7 5,5 0,6727

6 Merah Pewarna Makanan 3,3 5,5 0,6000

Hijau Pewarna Tekstil 4,3 5,5 0,7818

Merah Ungu Pewarna Alami

(Buah Bit) 4,4 5,5 0,8000

Kuning Bahan Makanan

(Sirup Lemon A) 3,6 5,5 0,6545

8 Ungu Pewarna Makanan 4,3 5,5 0,7818

Merah Pewarna Tekstil 5,1 5,5 0,9272

Merah Ungu Pewarna Alami

(Buah Bit) 4,8 5,5 0,8727

Kuning Bahan Makanan

(Sirup Lemon B) 4,1 5,5 0,7454

10 Hijau (Daun

Suji)

Pewarna Makanan 3,2 5,5 0,5818

Kuning Pewarna Tekstil 3,8 5,5 0,6909

Kuning Pewarna Alami

(Kunyit) 2,9 5,5 0,5272

Hijau Bahan Makanan 3,5 5,5 0,6363

Page 15: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

(Sirup Hijau A)

Sumber: Laporan Sementara

Kromatografi TLC adalah teknik kromatografi yang digunakan

untuk memisahkan larutan.Kromatografi pertama kali ditemukan oleh

M.Tswett pada tahun 1906. TLC di gunakan pada selembar gelas, plastik,

atau alumunium foil yang dilapisi dengan lapisan tipis material absorben.

Material absorben tersebut biasanya berupa silica gel, alumunium oksida

atau selulosa (blotter paper).Fase pergerakan TLC adalah saat pelarut

dipilih berdasarkan komposisi dari komponen dalam larutan.Prinsip TLC

adalah distribusi komponen antara fase padat tetap (lapisan tipis)

digunakan pada gelas atau piring plastik dan fase pergerakan cairan yang

berpindah melewati fase padat (Bele, 2011).

Pengaruh nilai Rf terhadap sampel dapat dilihat pada hasil jarak

sampel yang terbentuk pada kertas kromatografi lapis tipis. Jarak sampel

yang terbentuk ini tergantung dari kelarutan sampel terhadap pelarut yang

digunakan. Jika sampel tersebut juga merupakan larutan yang polar maka

akan larut sangat baik dalam pelarut etanol yang merupakan pelarut polar.

Jika sampel bukan merupakan larutan yang polar maka pelarut akan sulit

untuk melarutkan sampel dan menarik pelarut sampai pada ¾ bagian

kertas semaksimal mungkin. Semakin besar jarak sampel yang didapatkan

maka nilai Rf akan semakin besar pula.

Besarnya jarak sampel juga dipengaruhi dari warna sampel yang

tergambar dalam kertas kromatografi.Warna sampel sebelum dan sesudah

yang secara signifikan menunjukkan perubahan terpada pada sampel

pewarna tekstil dan pewarna alami.Pada sampel pewarna alami warnanya

lama-kelamaa menjadi pudar.Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh sifat

pewarna alami yang berupa pigmen mudah larut dalam pelarut non

polar.Pada pewarna tekstil warna awal dan warna hasil akhir sangat

berbeda sekali.Kemungkinan karena penguraian warna akibat pemberian

pelarut etanol pada sampel tersebut. Penguraian warna pada sampel

pewarna tekstil dan alami ini juga diikuti dengan besarnya jarak sampel

Page 16: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

dari titik awalnya yang menyebabkan nilai Rf juga besar. Kemungkinan ini

disebabkan oleh larutnya sampel pada pelarut etanol yang digunakan

dalam percobaan.

Nilai Rf pada masing-masing sampel pada kromatografi TLC

menunjukkan perbedaaan yang tergantung pada jenis sampelnya.Nilai Rf

dari sampel pewarna alami dari kelompok 2, 4, 6, 8, dan 10 secara

berturut-turut sebesar: 0,6909; 0,6909; 0,8000; 0,8727; dan 0,5272. Nilai

Rf dari sampel pewarna tekstil dari kelompok 2, 4, 6, 8, dan 10 secara

berturut-turut sebesar: 0,9090; 0,8727; 0,7818; 0,9272; dan 0,6909. Nilai

Rf dari sampel pewarna makanan dari kelompok 2, 4, 6, 8, dan 10 secara

berturut-turut sebesar: 0,4727; 0,3454; 0,6000; 0,7818; dan 0,5818. Nilai

Rf dari sampel bahan makanan dari kelompok 2, 4, 6, 8, dan 10 secara

berturut-turut sebesar: 0,8545; 0,6727; 0,6545; 0,7454; dan 0,6363. Pada

sampel pewarna makanan nilai Rf relatif kecil. Pada sampel pewarna

tekstil nilai Rf relatif paling tinggi diantara sampel yang lain. Pada sampel

pewarna alami nilai Rf relatif tinggi. Pewarna alami merupakan pewarna

yang bersifat polar sedangkan pewarna tekstil merupakan pewarna yang

bersifat non polar.Pada Jurnal milik (Ati, 2006) dikatakan bahwa metode

KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang menggunakan fase diam polar dan

fase gerak dominansinonpolar akan menyebabkan pewarna alami

bersifatnonpolar bergerak mengikuti fase gerak sehinggamemiliki nilai Rf

lebih tinggi, sedangkan pewarna alami polarcenderung memiliki afinitas

yang kuat terhadap fasediam dan bergerak lebih lambat, sehingga memiliki

Rfrendah.Pada sampel bahan makanan nilai Rf relatif kecil. Nilai Rf bahan

makanan hampir sama dengan nilai Rf pewarna alami. Sehingga dapat

diindikasikan bahwa bahan makanan mengandung pewarna alami.

Pada percobaan Acara VI yang dilakukan oleh kelompok 6,

digunakan sampel pewarna makanan (merah), pewarna tekstil (hijau),

pewarna alami (ekstrak buah bit), dan bahan makanan (sirup lemon A).

Dari keempat sampel tersebut didapat urutan nilai Rf dari yang terbesar ke

yang terkecil adalah sebagai berikut: pewarna alami > pewarna tekstil >

Page 17: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

bahan makanan > pewarna makanan. Adapun nilai Rf dari pewarna

makanan, pewarna tekstil, pewarna alami, dan bahan makanan secara

berturut-turut adalah 0,6000; 0,7818; 0,8000; dan 0,6545.

Pada jurnal (Putri, 2011) sampel pada pewarna alami dapat

mengalami perubahan warna karena pengekstrakandengan aseton 85 %

dan alkohol 85 %, diduga dengan menggunakan pelarut ekstrak alkohol

dan aseton akan menyebabkan terjadinya denaturasi protein yang mengikat

warna dalam sel sehingga warna dapat lepas dari ikatan dengan protein

dan ikut terekstrak dalam pelarut. Selain itu, penggunaan larutan alkohol

85% dan aseton 85% menyebabkan terjadinya penurunan nilai kecerahan

filtrat yang dihasilkan. Hal ini terjadi dikarenakan dengan menggunakan

larutan pengekstrak alkohol 85% dan aseton 85% akan menyebabkan

peningkatan konsentrasi warna gelap sebagai akibat peningkatan total

klorofil terekstrak dalam ekstrak daun suji.

Nilai Rf yang paling tinggi dari percobaan ini adalah Rf pewarna

tekstil. Pada jurnal (Liedyawati, 2013) nilai Rf dari pewarna tekstil

(Rhodamin B) sebesar 0,5567 dan pada pewarna tekstil methanil yellow

nilai Rf sebesar 0,7616. Jadi kemungkinan pewarna tekstil yang digunakan

dalam percobaan ini adalah methanil yellow.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan diatas mengenai Acara VI

Kromatografi Kertas dapat disimpulkan bahwa:

a. Kromatografi adalah suatu cara pemisahan senyawa berdasarkan

perbedaan derajat kelarutan dalam dua macam pelarut atau lebih.

b. Nilai Rf adalah rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang

ditempuh oleh pelarut.

c. Nilai Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis adsorben, fase

gerak, temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel, dan teknik

kromatografi.

Page 18: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

d. Dengan menggunakan kertas lapis tipis Whatmann No.1 diketahui

bahwa bahan makanan memiliki Rf yang hampir sama dengan pewarna

tekstil.

e. Dengan menggunakan kertas TLC diketahui bahwa bahan makanan

memiliki Rf yang hampir sama dengan pewarna alami.

f. Larutan alkohol dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerahan dari

warna filtrat yakni perubahan warna pada sampel.

Page 19: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

DAFTAR PUSTAKA

Aludin, M. 2005. Sosialisasi Pembuatan Ekstrak Pewarna Alami Bagi Ibu-Ibu

PKK Desa Sukorejo Kecamatan Gunung Pati Semarang. Jurnal Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang. 2005. Semarang.

Ati, Neltji Herlina, dkk. 2006. The Composition and The Content of Pigments

From Some Dyeing Plant For Ikat Weaving in Timorrese Regency, East

Nusa Tenggara. Indo Journal of Chemistry. 2006. Vol. 6, No.3, hal: 325-

331. Salatiga.

Bele, Arcana A, dkk. 2011. An Overview On Thin Layer Chromatography.

International Jornal Of Pharmaceutical Sciences and Research, Vol. 2, No.2,

256-267. India.

Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga.Jakarta.

Day, RA. 2005. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga.Jakarta.

Hostettmann, K, dkk. 1995. Cara Kromatografi Preparatif Penggunaan pada

Isolasi Senyawa Alam.ITB Press.Bandung.

Husni, Elidahanum. 2008. Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan

Siap Saji Sosis.Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, 1-

6. Padang.

Johnson, Edward dan Robert Stevenson. 1991. Dasar-Dasar Kromatografi Cair.

ITB Press.Bandung.

Koi. 2012. http://foodandsnack.wordpress.com/2012/01/18/identifikasi-nilai-rf-

pada-analisa-warna-dengan-kromatografi-lapis-tipis-dan-kromatografi-

kertas/ .Diakses pada hari senin 20 Mei 2013 pukul 19.25.

Kulkarni, Naval, dkk. 2011. Centrifugal Thin Layer Chromatography. Asian

Journal of Pharmacy and Life Science Vol. 1 (3), July-Sept, 2011.

Liedyawati, Wenny. 2013. Penentuan Kelayakan Edar Es Lilil Tidak Bermerk

dan Tidak Berlabel di Kecamatan “X” Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan Pemanis dan Pewarna yang Digunakan. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya.Vol.2, No.1. 2013. Surabaya.

Putri, Widya Dwi Rukmi, dll. 2011. Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji Kajian

Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Jurnal Teknologi

Pertanian. Vol. 4, No.1, Hal 13-24. Malang.

Page 20: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

Sumarlin, 2010.Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar

di Jakarta dan Ciputat. Jurnal FST UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Wulandari, Lestyo. Evaluasi Lempeng HPTLC Daur Ulang untuk Analisis

Kualitatif dan Kuantitatif. Jurnal SIGMA, Vol. 10, No.2, Juli 2007: 105-109.

Jember

LAMPIRAN

Analisis Hasil Percobaan

1. Pengukuran Kromatografi Kertas Lapis Tipis

a. Kelompok 1

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,4545

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,8545

c) Pewarna Alami

Rf = = 0

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,9090

b. Kelompok 3

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,2264

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,7169

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,5660

Rf =

Page 21: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,7924

c. Kelompok 5

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,9454

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,9454

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,7090

d. Kelompok 7

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,6000

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,9090

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,8545

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,7454

e. Kelompok 9

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,2727

b) Pewarna Tekstil

Page 22: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

Rf = = 0,6909

c) Pewarna Alami

Rf = = 0

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,8727

f. Kelompok 11

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,4444

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,8148

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,8333

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,7037

2. Pengukuran Kromatografi Kertas TLC

a. Kelompok 2

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,4727

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,9090

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,6909

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,8545

b. Kelompok 4

Rf =

Page 23: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,3454

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,8727

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,6909

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,6727

c. Kelompok 6

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,6000

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,7818

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,8000

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,6545

d. Kelompok 8

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,7818

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,9272

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,8727

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,7454

Page 24: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

e. Kelompok 10

a) Pewarna Makanan

Rf = = 0,5818

b) Pewarna Tekstil

Rf = = 0,6909

c) Pewarna Alami

Rf = = 0,5272

d) Bahan Makanan

Rf = = 0,6363

Page 25: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi

Gambar 6.1 Macam-macam Sampel Gambar 6.2 Warna Awal Sampel

Yang Diteteskan Pada

Absorben

Gambar 6.3 Warna Akhir Sampel

dalam Absorben