isu isu etika dalam praktek perpajakan

Upload: blackguard-wealthy-mw

Post on 11-Feb-2018

563 views

Category:

Documents


72 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    1/11

    ISU-ISU ETIKA DALAM PRAKTIK PERPAJAKAN

    Pengertian Akuntansi Pajak

    Akuntansi pajak adalah akuntansi untuk keperluan pajak.akuntan Pajak dapat membuat beberapa

    uang yang cukup besar tergantung di mana Anda bekerja dan siapa Anda bekerja.

    Tanggung Jawab Akuntan Pajak

    Direktur praktik IRS, Leslie Shapiro dalam Armstrong (1993 : 85) lebih menegaskan bahwa

    ketika secara umum menyetujui bahwa praktisi pajak mempunyai kewajiban atas kemampuan,loyalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak

    yang baik. Tanggung jawab terakhir adalah pentingnya pervasive (peresapan).Dalam hubungan

    antara praktisi dan klien yang normal, kedua tanggung jawab dikenali dan dilaksanakan.Namun,

    situasi ini adalah sulit.Dalam beberapa situasi praktisi diperlukan untuk memutuskan kewajibanyang berlaku dan dalam pelaksanaannya dapat disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak

    yang tertinggi.IRS bersandar pada praktisi pajak untuk membantu dalam mengatur hukum pajakdengan jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan kepercayaan klien dalam integritasdan kepatuhan terhadap sistem pajak.

    Menurut William L. Raby dalam Armstrong (1993 : 85) sistem pajak yang mendukung IRS akanmenimbulkan perdebatan pajak. Oleh karena itu,praktisi lebih baik melayani publik dengan

    mengadopsi suatu sikap. Argumennya adalah aturan etika yang fundamental dalam praktik

    perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus mengijinkan klien untukmembuat keputusan final.Praktisi tidak berhak mengganti skala nilai kliennya.Disamping itu

    praktisi harus bertanggung jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk

    pemerintah.Seorang auditor pajak bertanggung jawab mengaudit pajak penghasilan dari wajib

    pajak untuk menentukan apakah mereka telah memenuhi undang-undang perpajakan yangberlaku. Audit yang dilakukan oleh auditor pajak termasuk jenis audit kepatuhan.

    Etika Akuntansi Perpajakan

    Ada beberapa standar yang harus dipenuhi oleh akuntan perpajakan untuk menunjukkan

    keprofesionalannya. Ada 6 standarisasi yang dipersembahkan oleh SSTs, yang menjadi tujuankita ;

    1.

    Seorang akuntansi pajak seharuasanya tiadak merekomendasikan suatu keadaan atauposisi jika posisi tersebut tidak pantas

    2. Seorang akuntan pajak seharusnya tidak mempersiapkan atau menandai penghasilan jikahal ini merupakan suatu keadaan dimana seorang tidak bisa merekomendasikan no.1

    3. Seorang akuntan pajak bisa merekomendasikan yang mana dia dapat menyimpulkansuatu keadaan tersebut dengan tidak tergesa-gesa

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    2/11

    4. Seorang akuntan pajak mempunyai kewajiban untuk memberikan nasehat kepadakliennya tentang hukuman yang dapat di berikan karena beberapa keadaan dan sekaligus

    pemecahan masalahnya.5. Seorang akuntan pajak seharusnya tidak merekomendasikan suatu keadaan dimana dapat

    bertindak secara tidak adil terhadap audit pemilihan proses oleh IRS

    6.

    Melayani keadaan dimana orang hanya beragumen saja tanpa adanya praktek.Tetapi ada beberapa area dari akuntansi pajak yang belum jelas dan sangatproblematik.Hal ini adalah area tempat dari exploitation dari sistem pajak.

    Ada lima standar yang mengatakan bahwa akuntansi pajak tidak merekomendasikan posisi yang

    eksploitasi pada proses audit IRS. tetapi lebih tepatnya perhitungan mengeksploitasi. Sebagai

    contohnya, apakah etika dari skema penghindaran pajak, dan apakah ada area lain dimana

    akuntan dapat membantu klien mengeksploitasi sistem pajak dan menghindari kewajiban pajaksesungguhnya. Dalam mengambil keputusan tentang penyisihkan aktivitas, sangat penting untuk

    diingat STRP statement, penilaian kita terhadap sistem pajak dapat berfungsi efisien jika

    pembayar pajak melaporkan pendapatan mereka yang sebenarnya dalam keuntungan pajak,

    dengan benar dan secara komplit posisi ini dikatakan oleh opini Justice Burgers dalamlandmark kasus Arthur Young. Sistem kita yang komprehensif dan kompleks dari pajak federal,

    mengandalkan penilaian dan pelaporan kita, semua pembayar pajak diminta untuk melakukanketerbukaan dalam pengungkapan dari relevan informasi pada autoritas pajak. Tanpapengungkapan tersebut dan kekuatan dari pemerintah untuk memaksa pengungkapan, beban

    pajak nasional kita tidak akan merata dengan adil.

    Sebuah sistem yang bergantung pada penilaian sendiri dan pelaporan meletakkan seseorang

    dalam tipe pikiran dari operasi yang membuat golf seperti honorable game. Peraturan golf ini ada

    tergantung jika terjadi sesuatu- sebagai contohnya, jika bola melewati daerah.Hal ini menjadikewajiban bagi pemain golf untuk menghukum dia dalam satu pukulan. Hampir sama dengan

    pajak. Tergantung dari seberapa besar penilaian dan pelaporannya. Dalam konteks tersebut hal

    yang adil untuk semua orang adalah untuk melindungi diri mereka. Kehidupan sosial kita

    didasari oleh sistem penghargaan yang besar. Dapat kita tulis kesimpulan, siapa saja yangmengambil keuntungan dari sistem disebut free riders. Beberapa Orang beranggapan bahwa

    suksesnya Opini Justice Burgers tidak hanya terletak pada kehormatan dan penghargaan seperti

    pada kekuasaan pemerintah untuk memaksa dari pengungkapan. Tapi hal ini tidak berarti karenapemerintah tidak dapat menangkap orang yang mencoba untuk menyampingkan Keadilan dan

    beban pajak seseorang. Oleh karena itu mengapa dalam lima standar berpendapat, akuntansi

    Pajak seharusnya tidak merekomendasikan posisi yang mengeksploitasi proses audit IRS danstandar Yang ke Enam, hanya berfungsi sebagai perdebatan posisi. Walaupun demikian

    beberapa orang berpendapat dari perspective Justice Burgers, seperti skema yang terakhir

    mungkin dengan jalan surat dari hukum, mereka tidak mengerti dengan semangat dari hukum,

    yang sangat membutuhkan beban pajak nasional kita didistribusikan secara adil dan merata. Apayang mungkin kita dapat dari sini adalah hubungan antara ketidak etisan yang jelas dan praktek

    illegal, praktek yang dapat menjadi legal atau sah tetapi tidaketis, dan praktek yang secara etika

    diterima dan dianggalp legal. Aktivitas seperti dijuluki hustling dengan kritik yang diharapkan

    dari praktek. Forbes Magazine melaporkan bahwa Deloitte dan Touche telah terlibat dalamstrategi penjualan yang disebut The Hustling of Rated Shelters. The Hustling consists, menurut

    Abraham J.Briloff, pajak jalan kehormatan professional dan klien perusahaan yang terhormat

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    3/11

    mengeksploitasi keuangan perusahaan modern untuk memuaskan diri dalam skema

    penghindaran dalam pemborosan pajak. Akuntan dan perusahaan akuntansi perlu menjaga

    tanggung jawab social mereka, meskipun akan memungkinkan timbulnya kewajiban pada klien.Namun, hal ini bisa saja menghancurkan persaingan mereka di mata klien.Jika kita beranggapan

    bahwa hal ini adalah yang dikerjakan sukarela, maka sangat naf.Jika kita menginginkan sangsi

    dari IRS untuk menanggulangi kode pajak bukan untuk meningkatkan semangat pajak. Biarpunbegitu, tidak adanya gangguan dari IRS, dapat menimbulkan anggapan bahwa akuntan memilikiobligasi etika untuk memperangai rancangan pajak yang agresif atas nama klien untuk klien dari

    kesejahteraan secara umum. Secara garis besar, akuntan dan perusahaan mereka membutuhkan

    ketekunan, karena harus profesional dalam batasan etika. Pada artikel, The tax Adviser, Yetmar,Cooper, and Frank address terdapat dua pertanyaan: apa yang dapat membantu penasihat untuk

    beretika? Tantangan mereka dalam beretika?Pimpinan membantu nilai moral personal dan nilai

    standar budaya dalam perusahaan dimana tidak mengajak melakukan perjanjian nilai etika untuk

    mencapai tujuan organisasi.Jadi, hukum pajak dan permintaan dari klien adalah kesempatanpotensi yang besar untuk perilaku yang beretika dalam akuntansi pajak. Crenshaw dalam

    artikelnya menyebutkan empat alasan mengapa dibutuhkan tempat perlindungan pajak:

    1. manajemen perusahaan mencari cara baru untuk memaksimalkan laba dan aliran arus kas2. meningkatkan kompleksitas baik dari kode pajak dan keuangan, membuat hal itu lebih

    mudah dalam realita ekonomi3. persepsi tentang investasi bank dan mewujudkan keinginan produk pajak4. risiko yang kecil

    Fungsi Pajak

    Fungsi Pajak terdiri dari dari dua fungsi yaitu:

    1.

    Fungsi Budgetair

    Fungsi Budgetair disebut fungsi utama atau fungsi fiscal yaitu suatu fungsi dalam mana pajak

    dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas Negara berdasarkanundangundang perpajakan yang berlaku.

    1. Fungsi RegulerendFungsi Regulerend disebut juga fungsi tambahan karena hanya sebagai pelengkap dari fungsi

    utama yaitu budgetair. Dalam hal ini, pajak berfungsi sebagai alat yang digunakan pemerintahuntuk mencapai tujuan tertentu.Contoh : pemerintah ingin memberantas/mengurangi kebiasaan

    mabuk-mabukan dikalangan generasi muda maka pemerintah mengenakan pajak atas minuman

    keras dengan demikian harga menjadi mahal dan diharapkan konsumsi minuman keras menjadi

    berkurang

    Kompleksitas Aturan Perpajakan vs Tuntutan Klien

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    4/11

    Pajak secara klasik memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi bujeter.Kedua, fungsi

    reguleren.Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2, disebutkan bahwa segala

    pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. Dari hal tersebut dapat disimpulkanbahwa pajak memiliki fungsi yang luas antara lain sebagai sumber pendapatan negara yang

    utama, pengatur kegiatan ekonomi,pemerataan pendapatan masyarakat, dan sebagai sarana

    stabilisasi ekonomi. Kalau kita lihat APBN, pajak selalu dituntut untuk bertambah danbertambah.Pemerintah harus memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara. Dalamstruktur anggaran negara, seperti halnya negara kita bisa mencapai 75% diperoleh dari pajak.

    Kondisi inilah yang memicu pemerintah untuk membuat aturan-aturan perpajakan.Aturan

    perpajakan merupakan masalah yang sebaiknya menjadi prioritas bagi pemerintah supaya tidakterjadi tax evasion/tax avoidance.

    Berikut ini disajikan kasus yang mencerminkan kompleksitas aturan perpajakan vs tuntutanklien:

    1. Jeratan Pajak Ganda pada DividenSecara teori Indonesia menganut klasikal sistem. Artinya, ada pembedaan subyek pajak.Yaitu

    subyek pajak badan dan subjek pajak perseorangan.Yang bermasalah dalam pajak devidenadalah terjadi economic double taxation.Pengertiannya, sebelum dividen dibagi kepada

    pengusaha, dia merupakan laba perusahaan yang dikenakan pajak, atau disebut pajak

    korporat.Namun, ketika dibagi lagi kepada pemegang saham di korporat, pemegang saham ituharus dikenakan pajak lagi.Inilah yang disebut sebagai pajak ganda.Sebagai perbandingan,

    Malaysia dan Singapura tidak lagi menggunakan pajak atas dividen.Mereka menggunakan kredit

    sistem.Yakni, pajak yang bisa dikreditkan kepada para pemegang saham di korporat.Sehingga,

    korporat hanya dimaknai sebagai sarana.Subyek pajak tetap melekat pada pribadi.Tak ada lagipajak ganda yang membebani.

    1. Sengketa PajakKalau terjadi dispute, yakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas pajak berbeda. Pada UUKUP 2000 kewenangan aparat Fiscus terlalu luas. Jika terjadi sengketa SPT, maka apapun yang

    akan dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus dibayar lebih dahulu oleh WP

    sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak sebelum bisa dibawa kepada pengadilan pajak.Kalau hitungan WP yang dinyatakan pengadilan benar maka WP berhak menerima

    restitusi.Malangnya, uang restitusi itu kenyataannya tidak segera dibayarkan oleh Fiscus. Jika

    uang restitusi jumlahnya milyaran jelas saja mengganggu cash flow para pengusaha. Inilah

    persoalan yang menjadi momok dalam dispute antara WP dengan aparat pajak.Untungnya, dalamUU KUP 28/2007 perhitungan SPT ditentukan secara bersama-sama.Jika ada perbedaan klaim

    angka, maka yang lebih dahulu dipakai adalah klaim WP.Sebelum masuk ke pengadilan pajak,

    WP hanya cukup membayar sebesar 50 persen dari klaim hitungan WP sendiri.

    1. Tarif Pajak yang tinggiKetua Tax Centre UI, Tafsir Nurchamid dan pengusaha Anton J Supit mengatakan bahwa tarif

    yang tinggi kalau diturunkan punya dampak pada seretnya penerimaan negara. Padahal disaat

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    5/11

    yang sama pendapatan negara itu sebagian besar ditujukan untuk membayar hutang dan obligasi

    rekap. Meskipun semestinya menurut Anton J Supit penerimaan dari pajak itu digunakan untuk

    membangun infrastruktur. Banyak kalangan perpajakan seperti Permana Agung, Gunadi, danHaula Rusdiana mengatakan sebaiknya ada kebijakan untuk membuat tarif menjadi lebih rendah.

    Selain lebih kompetitif bagi dunia usaha, pajak yang rendah dianggap justru akan meningkatkan

    penerimaan negara karena semakin banyaknya potensi pajak yang terjaring. Satu triliun dariseratus orang jauh lebih baik ketimbang satu triliun hanya dari sepuluh pembayar pajak. Tarifyang tinggi membuat yang bayar menjadi sedikit. Sehingga membuat banyak orang yang lain

    lebih sering menghindar dan kucing-kucingan dengan petugas pajak. Dalam pikiran mereka,

    sekali Anda punya NPWP sampai mati Anda akan dikejar oleh aparat pajak. Prinsip ini membuatmereka kalau bisa selalu baku atur atau main belakang dengan fiscus.

    Etika dalam Perencanaan Perpajakan

    Setiap sistem perpajakan tergantung pada tingkat substansial kepatuhan dari wajib pajak. tetapijangan berhenti pada pertimbangan etis mematuhi surat hukum pajak, atau mereka akan

    mengambil sikap yang lebih kritis dan tanggung jawab sosialnya terhadap penghindaran pajakserta pengelakan? Dr Alan Stainer adalah Kepala Manajemen Rekayasa di Middlesex University,

    Bounds Green Road, N11 london 2NQ dan pendiri Direktur Masyarakat Internasional untuk

    Produktivitas & Kualitas Penelitian: Lorice Stainer adalah Senior Dosen Etika Bisnis diUniversitas Hertfofdshire Business School dan Bisnis Etika konsultan dan Alexandra Segal

    adalah Chartered Accountant, Perpajakan Manager dengan Keeling Akuntan Chartered, London

    dan Konsultan Perpajakan.

    Salah satu masalah yang paling remeh dan menarik dari bisnis modern adalah dimensi etika

    perpajakan suatu perencanaan pajak. Hal ini dikarenakan kebanyakan bisnis menganggap pajaksebagai permasalahan terbesar mereka. Sedikit mengherankan karena permasalahan ini telahditulis atau diteliti pada subjek sejauh ini, dan namun mencakup dua pilar utama bisnis

    kontemporer: profitabilitas dan moralitas. Bisnis keunggulan dan etika bisnis harus sejalan

    sebagai contoh dalam pemeriksaan oleh Keogh (1988) yang menunjukkan bagaimana bisnisRoundtable, sebuah kelompok yang terdiri dari pejabat eksekutif kepala organisasi yang

    bermarkas di AS terbesar, menyimpulkan bahwa ada keyakinan mendalam bahwa reputasi bisnis

    yang adil dan jujur merupakan aset perusahaan yang utama dimana seluruh karyawan harusmemelihara dengan baik.

    Etika Perpajakan

    Walters(1990) mengemukakan pernyataan yang sama mengenai profesi akuntansi. Berkaitan

    dengan keterkaitan antara isu etika dan khususnya perpajakan Dox (1992) percaya bahwapelaksana perpajakan sekarang ini harus dapat menghadapi permasalahan dengan cerdas, dapat

    menyeimbangkan banyak pandangan dan tuntutan mengenai perpajakan. Mereka

    memperlakukan tuntutan pajak yang bermacam-macam dari klien dan wewenang perpajakan danpada waktu yang sama patuh terhadap kode professionalitas mereka. The Institute of Chartered

    Accountants in England & Wales (ICAEW) (1995) pada publikasinya Professional Conduct in

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    6/11

    Relation to Taxation memberikan seperangkat peraturan etis untuk pelaksana perpajakan. Hal

    ini berhubungan luas dengan pertanyaan berapa banyak yang butuh untuk diungkapkan pada

    wewenang perpajakan. Mereka juga harus berpendirian bahwa konsultan pajak adalah seorangagen yang berkewajiban untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang terbaik bagi klien dan

    bukan untuk seluruh masyarakat. Implikasinya, kemampuan pajak klien diminimalisir subyeknya

    untuk memaksa bertindak jujur. Kata kejujuran sangatlah subyektif dan akan menimbulkanmakna yang berbeda bagi tiap orang. Kebalikannya, Hanson et al (1992) percaya bahwameminimalisir kemampuan pajak tidak cukup sesuai dengan mengikuti perilaku professional dan

    etika.

    Lynch (1995) membenarkan pendapat, praktek perpajakan tidak jauh berbeda dari mencoba

    untuk berlaku professional, yang harus disesuaikan dengan standar etika tertinggi. Dibalik

    aplikasi yang dipertimbangkan dengan tingkatan ketrampilan,pengetahuan dan kemampuannya.Hal yang sangat vital jika membicarakan mengenai etika untuk meyakinkan bahwa difinisi yang

    paling jelas telah digunakan. Hal ini dikarenakan beberapa penulis dapat bingung dengan

    keberlangsungannya karena kurangnya pemahaman mengenai proses strategi bisnis.

    Perencanaan perpajakan didesian untuk menyusun baik perorangan atau organisasi yang

    berkaitan dengan memaksimalkan pendapatan setelah pajak. Tidak perlu dijelaskan bahwakegiatan bisnis pada hakikatnya dinilai dari prestasinya, yang berkaitan dengan pendapatan

    setelah pajak mereka bahkan laba berkaitan dengan keadaan bagaimana perilaku untuk

    meminimalisir kemampuan pajak. Saat perpajakan dan perencanaannya didiskusikan, secara

    langsung interpretasi maknanya bahwa mereka terkait dengan tingkat pengelakan ataupenghindaran pajak. Secara definisi, pengelakan adalah illegal dan tidak etis. Pada intinya

    penghindaran dapat diterima, selama mengurangi kempuan pajak dengan cara-cara yang

    mungkin dilegalkan dan dapat diterima secara etika. Para pendahulu dapat memastikanpengusutan dan hukuman penjara selagi pengikutnya sering mencerminkan perasaan bersalah

    dari klien. Tapi, menurut Lynch (1995) mengklaim bahwa hidup, dan yang pasti pajak tidak akan

    semudah itu. James dan Nobes (1996) mempertahankan bahwa pada satu pihak, ada tingkatan

    dari kesalahan dalam pengelakan pajak, sedang pada penghindaran pajak kadangada perbedaan antara keringanan yang dilakukan dengan jujur dan rencana kompleks yang

    dibuat untuk meminimalkan pembayaran pajak. Belakangan cara cara penghindaran pajak

    sering tidak disukai oleh klien. Turunan dari kata avoision mengimplikasikan bahwa keduanya,antara pengelakan paak dan penghindaran pajak berada pada satu keadaan yang tidak dapat

    dibedakan, karena tidak hanya ada garis lurus antara penghindaran dan pengelakan, tapi

    merupakan sebuah area yang bau-abu. Akibat terkhir adalah tidak dapat dihindarkan hilangnyapendapatan untuk wewenang pajak dan sebagai konsekuensi untuk masyarakat luas.

    Beberapa ide yang dikemukakan oleh Jackson (1996) pada hubungannya dengan etika dan

    perpajakan, dapat ditentang. Dia mengemukakan bahwa membayar pajak tenaga ahli untukkonsultan pajak dengan cara yang legal mengurangi kemampuan pajak termasuk strategi bisnis

    dan cukup beretika baik. Dengan cara ini tidak ada penyalahgunaan kepercayaan pada bisnis

    selain pemberian legalitas yang sangat dibutuhkan. Dia percaya bahwa jika ada celah diabaikanoleh legislator mereka, mereka tugasnya untuk menghapus mereka dan bahwa tidak perlu bagi

    orang bisnis yang jujur merasa kewajiban apapun untuk memperhatikan celah ini. Namun, ia

    menganjurkan bahwa pertimbangan harus cukup berbeda jika sebuah organisasi, melalui celah

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    7/11

    yang, secara hukum pembuangan limbah beracun yang membahayakan pematauan terhadap

    keadaan dan keamanan masyarakat. Namun, Steiner dan Steiner (1993) mengklaim, harus ada

    keseimbangan antara bisnis dengan hukum, menguntungkan dan etis, di mana hukum harusmenjadi penyebut terendah perilaku etis dapat diterima. menurut Machintosh (1995), itu adalah

    perilaku sosial diterima, sindrom yang terjalin dengan etika yang disebut manipulasi laba. Oleh

    karena itu, tentu, dasar perilaku etis harus seragam apapun keadaan, dan tanggung jawab sosialseharusnya tidak hanya berhubungan dengan isu-isu tertentu, seperti keamanan dan kesehatan,tapi setiap aspek bisnis

    Apa yang benar-benar diperlukan dalam diskusi bisnis yang etis adalah filosofi stakeholder.

    Penyelidikan RSA ke dalam Perusahaan Tomorrows (1995) mendukung pandangan ini dan

    merekomendasikan pendekatan inklusif, yang berarti mengakui pengakuan stakeholder dan

    hubungan bersama. Evers (1996) mencatat, seperti pengakuan mendasari banyak pemikirandalam etika bisnis, mempromosikan apa yang digambarkan oleh Mahoney (1995) sebagai

    kualitas etika bisnis. Stainer dan Stainer (1996) menganjurkan nilai pendekatan berbasis kinerja

    bisnis melalui Nilai Indexfo Bisnis Excellence (VIBE). Indeks ini mencakup lima elemen kunci

    untuk sukses: kepuasan pelanggan, efektivitas pasar, efektivitas sumber daya, efektivitas sosialdan kepuasan kerja. metodologi ini stakeholder jelas kontras dengan yang Stanberg (1994) yang,

    membahas suatu tujuan bisnis etika bisnis, menyatakan bahwa tujuan utama adalahmemaksimalkan nilai pemilik.

    Perencanaan perpajakan dalam konteks

    Pada dasarnya, perpajakan adalah transfer kesejahteraan dari saku orang ke keuangan negara.

    Pendapatan setelah pajak ditentukan oleh tarif pajak dan efisiensi sistem pemungutan pajak.

    Pendapatan ini mengatur standar hidup untuk individu dan menciptakan peluang untuk bisnis.Perencanaan perpajakan seharusnya memandang dari sudut pandang bermasyarakat seperti

    halnya salah satu dari kepentingan pribadi.

    Penghindaran pajak, yang berkonotasi katidakberuntungan, terutama manipulasi yang sah

    menurut hukum. Pengelakan pajak, yang digambarkan oleh Tamari (1995) sangat berkaitan

    dengan ketamakan manusia, adalah sisi yang gelap dari manipulasi itu. Para akuntan danpraktisi pajak mengacu pada penghindaran yang mengarahkan perencanaan pajak atau

    peringanan pajak menekankan legalitasnya dan karenanya penerimaan etis dirasakannya.

    Bagaimanapun, stanford (1973) menekankan bahwa istilah penghindaran seharusnyadigunakan untuk mengartikan sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan yang memenuhi

    sasaran pre-tax. James dan nobes (1996) mengemukakan pandangan mengenai penghindaran

    atau pengelakan dan bahwa tidak ada perkiraan kuantitatif yang akurat. Namun otoritas pajak

    secara terus menerus merasa cemas dengan kondisi ini dan pencarian untuk kesalahan pajak akanterus dilakukan. Nampak bahwa jika ada pengurangan dari penghindaran pajak, itu mungkin

    bukan dalam kaitan pengekangan etis pada wajib pajak tetapi lebih mirip dengan suatu hasil

    pengembangan dan perbaikan dari prinsip Ramsay (1982), yang mencari kenyataan dalam

    undang-undang disusun secara artifisial bahwa mereka mungkin terlihat seperti pengelakan.

    Ada beberapa pendapat mengapa penghidaran dan pengelakan pajak berlangsung, meliputi tarifpajak yang tinngi, hukum yang kurang tepat dan kurangnya penghalang mengenai penghindaran

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    8/11

    pajak. Dengan tarif pajak yang tinggi, suatu organisasi atau orang pribadi mungkin dapat

    menemukan kebermanfaatan untuk menghabiskan waktu dan uang yang lebih dalam nasihat,

    melaksanakan manufer yang lebih kompleks dan mengambil resiko yang tinggi, dalampermintaan untuk menghindari kewajiban pajak. Karenanya, salah satu pendapat fiskal yang

    didukung oleh pemerintah adalah tarif pajak yang rendah sehingga penghindaran atau

    pengelakan pajak akan berkurang. Dalam buhungannya dengan hukum yang kurang tepat, akanselalu ada, dengan kecepatan menemukan kesalahan sering mengganggu pembuat undang-undang. Penghalang juga sama untuk terdiri dari mengesankan secara relatif hubungan dan

    membedakan minat, dan yang sering dirasa adalah hubungan kecil keuntungan potensial dari non

    compliance.

    Berdasarkan deklarasi Punch (1996), pengelakan pajak dan penghindaran pajak oleh individu

    dan perusahaan terjadi dalam skala yang besar dan kerusakan yang besar pada keuangan.Pendapatan pada umumnya memberikan contoh dari proses regulasi yang kekuatan sangat luas

    yang meskipun demikian menggunakan pemilihan dan dengan kehati-hatian. Di UK pendapatan

    dalam negeri jarang dilakukan penuntutan kecuali jika kasusnya adalah serius dan pemeriksaan

    pendahuluan telah memimpin hanya untuk presistent, pengingkaran. Hukuman sosial akanterjadi, dengan publisitas kurang baik yang mungkin, bisa menjadi penghalang yang paling kuat.

    Keburukan sosial yaitu pengelakan pajak sangat berfariasi antar negara. Sebagai contoh di ASmereka dihormati sebagai national sport dan di Itali sebagai tugas moral. Oleh karena itu,bagaimana mungkin organisasi mengetahui permintaan pajak pada negara-negara ketika

    pangelakan pajak adalah penuh? Berdasarkan poin-poin Argandona (1994), manajer bisnis etis

    mengharapkan pembayaran pajak sejak dari permulaan dan mempersiapkan rencana merekasedemikian rupa sehingga fiskal adalah bukan suatu beban tetapi merupakan suatu euntungan..

    meskipun, jika proses perpajakan di dalam suatu negara biasanya dianggap sebagai tidak efisien

    atau tidak wajar, ini bisa mendorong kearah suatu keinginan ditingkatkan untuk menghindari

    atau menghindarkan pajak. Aktivitas tersebut secara perpajakan bisa diterima.

    Di tahun terakhir praktisi pajak telah mengalami banyak perubahan standar dan hukum mengenai

    perpajakan. Lebih dari itu, penekanan positif pada isu-isu masyarakat dan etika berangsunr-angsur berkembang. Sekarang ini para akuntan tidak perlu hanya untuk memelihara keterampilan

    profesional dan teknis mereka, melainkan juga memahami isu etis potensial. Tantangan

    mengenai etika bisnis terlalu penting untuk dilewatkan atau dikeluarkan dari suatu sisi.Pertimbangan moral harus yang tidak bisa dipaksakan dalam kultur bisnis. Organisasi dan

    individu harusnya berkewajiban lebih dari yang hanya diperlukan didepan hukum sampai

    tercipta efisiensi ekonomi.

    Dimensi Etika

    Menurut Prodhan (1994), etika dapat didefinisikan sebagai cara manusia bertingkah laku

    dengan menyertakan norma-norma, baik buruk, hak, dan pilihan dalam berkesepakatan dengan

    yang lain. Keuangan sering dianggap sebagai nilai disiplin positif yang netral, yang merujuk

    pada efisiensi tanpa memandang konsekuensi-konsekuensi sosial yang mengiringi. Boone danKurtz (1987) meyakini bahwa bisnis menghadapi banyak isu etika setiap harinya, dan dalam

    hubungannya dengan investor dan kefinansialan, terdapat kemungkinan dimana moralitas bisnis

    tidak mendapat tempat. Para eksekutif diharapkan untuk dapat menunjukkan standard tertinggi

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    9/11

    perilaku yang beretika menyangkut praktik-praktik keuangan agar dapat membenarkan

    kepercayaan publik yang ditempatkan padanya. Begitu pula Hosmer (1991) mengatakan bahwa

    seharusnya ada suatu tanjakan yang berjenjang pada hierarki piramida tanggung jawabmanajerial dari operasional, hingga fungsional, teknikal, konseptual, dan akhirnya pada etika.

    Kunci dari kinerja bisnis yang baik menurut Creelman (1996) adalah menemukan bagaimana

    manusia, aset organisasional, dan intelektual pelanggan dapat diseimbangkan sehingga dapatterkombinasi dengan baik untuk menciptakan suatu nilai.

    Perencanaan Pajak, yang identik dengan penghindaran pajak, membawa reaksi-reaksi danpenilaian yang berbeda dari berbagai kalangan. Terdapat tiga tonggak batas yudisial dalam

    perencanaan pajak yang mencerminkan perkembangan historis:

    1. Diktum dari Lord Clyde (1929), bahwa pembayar pajak adalah, digelari sebagai orangyang cerdik dan lihai sejauh mana dia dapat berlaku jujur dalam mencegah pengurangan

    kekayaan pada pendapatan.

    2. Pernyataan Lord Tomlin (1936) bahwa 3.

    Pendapat dari Lord Simon dari Glaisdale (1974) bahwa,

    Dengan demikian dapat dilihat bahwa etika dan perencanaan pajak adalah persoalankontroversial, bahkan dari sisi yuridis. Dan jika dilihat pada isu etika dari kinerja praktik

    perpajakan Dox (1992) menyatakan bahwa saat ini para praktisi pajak dihadapkan dengan

    banyak sekali konflik/pertentangan keinginan sedemikian dengan banyaknya sangsi dari pihakyang berwewenang. Alasan dari persoalan ini adalah bahwa beberapa klien dengan sukarela

    melangkah ke area abu-abu. Akan tetapi, para praktisi pajak harus memiliki level yang dapat

    diterima, baik itu pada strategi pajak maupun atas respon klien sebelum merekomendasikan

    suatu langkah perencanaan pajak.

    Lynch (1995) mengindikasikan bahwa akuntan seharusnya memberikan saran dan menekankansebagaimana kewajiban mereka bahwa adanya risiko dan ketidakpastian saling terkait, begitujuga perubahan undang-undang mungkin saja mengingkari mereka, tanpa mendukung mereka,

    atau mempengaruhi klien. Hal ini karena jika kesepakatan gagal, maka hubungan antara akuntan

    dan klien akan dipengaruhi secara kuat. Anggapan moralitas seperti ini seharusnya menjadisebuah pertanyaan bagi pembayar pajak, bukan pada ahli perpajakannya.

    Beberapa studi telah mengangkat isu-isu etika dalam perpajakan dan menyoroti hubungannya

    dengan ahli perpajakan maupun pembayar pajaknya. Hasil empiris Finn (1988) yang

    mempelajari bahwa masalah etik di Amerika yang ditemukan oleh para CPA adalah klien

    meminta agar mereka merubah pajaknya dan bertindak fraud perpajakan, serta untuk mengubahlaporan keuangannya sebagaimana konflik kepentingan dan independensi dapat berubah.

    Topolnicki (1994) melaporkan hasil survey yang diadakan oleh ICR Survey Research Group,

    yang dilakukan di Amerika, menunjukkan bahwa sepertiga warga Amerika mengakali pajak

    penghasilan mereka dan dua dari lima objek yang diteliti, menggunakan broker komoditas tidaksah demi mendapatkan ekstra dolar. Longenecker (1989A) mengkomunikasikan hasil survey

    mengenai etika bisnis manajerial dan profesional dengan menggunakan 2156 responden. Salah

    satu kesimpulan yang menarik adalah bahwa responden yang masih muda yakni berusia kurangdari 40 tahun, lebih mudah menoleransi seperti dalam pandangan mereka mengenai etika pada

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    10/11

    berbagai situasi. Hal ini termasuk kasus-kasus yang melibatkan penghindaran pajak, dan para

    pelaku sama sekali tidak keberatan untuk bertindak tidak etis. Longenecker (1989B) juga melihat

    adanya perbedaan perilaku etika di antara bisnis besar dan bisnis kecil. Perusahaan kecilcenderung lebih ketat menyangkut etika, seperti tidak menghendaki adanya investasi yang keliru,

    pengelakan pajak (tax evasion), kolusi dalam insider trading.

    Reckers (1994) menunjukkan bahwa perkembangan model pembuatan keputusan di bidang pajak

    banyak berfokus pada ekonomi dan faktor perilaku yang mempengaruhi kepatuhan, sedangkan

    etika perpajakan justru menjadi faktor terabaikan. Hasilnya juga mengindikasikan bahwa etikapajak secara signifikan terkait dengan keputusan pengelakan pajak (tax evasion) dan menjadi

    satu variabel yang hilang dalam model pembuatan keputusan perpajakan. Erard dan Feinstein

    juga mengatakan bahwa model konvensional dari kepatuhan pajak menekankan pada fakta

    bahwa pembayar pajak membuat laporan pajak strategis dengan menilairendahkan penghasilan.Berlawanan dengan hal ini, bukti empiris mereka mengatakankan bahwa banyak pembayar pajak

    yang jujur dalam melaporkan penghasilannya dan tidak menoleransi adanya penipuan. Sebuah

    modelgame-theoretic disajikanberkaitan dengan kepatuhan pajak ini dengan memasukkan fakor

    kejujuran dan ketidakjujuran pembayar pajak. Faktor signifikan lain yang dapat mempengaruhikeputusan dalam pelaporan adalah: persepsi pembayar pajak mengenai kewajaran sistem

    perpajakan; dan reaksi pembayar pajak terhadap aktivitas, kebijakan, dan para personnelpemerintah.

    Pandangan dari negara Eropa, Sorell dan Hendry (1994) menjelaskan suatu contoh praktik

    perpajakan di Italia di mana tindakan utilitarianisme lebih berhasil daripada peraturanutilitarianisme itu sendiri.

    Argandona (1994) meneliti pada tahun 1991 banyak terdapat organisasi besar di Spanyol digugatkarena menggunakan faktur yang salah untuk menghindari value added tax (VAD). Masalah

    etika muncul pada motivasi dari perusahaan yang tergugat bukanlah pengelakan VAT namununtuk membuktikan pembayaran penting yang sebelumnya tidak bis dibuktikan oleh auditor. Halini terjadi karena pembayaran tersebut ditujukan untuk kepentingan politis untuk memenangkan

    perhatian publik dan akuisisi kontrak publik. Letak dilema etika pada faktanya perusahaan

    seharusnya membayar sejumlah persentase tertentu dari kontrak publik kepada pihak politis,bukan untuk memenangkan kontrak secara ilegal, tetapi hanya untuk dihargai bahwa mereka

    memenangkan kontrak secara wajar. Hal itu kemudian menjadi suatu kasus pemerasan, tetapi

    secara khusus pada kontribusi secara tidak langsung kepada publik, dan hal tersebut merupakan

    tindakan semi korupsi.

    Di Inggris, praktik penghindaran pajak mengenai kesangsian etika secara umum dapat diterima.

    Terdapat suatu kritik bahwa sistem perpajakan di Inggris menjadi regresif, seperti yangdilaporkan oleh Institute of Fiscal Studies (IFS) (1997). Untuk meringankan keregresifan,

    perusahaan maka mereka harus membayar pajak lebih banyak dan mengurangi usaha

    penghindaran pajak. Pajak regresif adalah pajak dimana tarif marjinal lebih rendah dari tarif rata-

    rata, sehingga proporsi penghasilan yang diambil dalam pajak sebagai peningkatan penghasilan.Contoh penting dalam hal ini adalah poll tax (pajak untuk mendapatkan hak memilih) pajak

    regresif yang paling menonjol yang diabaikan karena dianggap tidak adil. Heady (1993)

    menekankan bahwa banyak saran untuk reformasi pajak, seperti poll tax sering dinilai oleh para

  • 7/23/2019 Isu Isu Etika Dalam Praktek Perpajakan

    11/11

    ahli ekonomi dalam hal efisiensi ekonomi versus keadilan. Contoh lain dari pajak regresif ini

    adalah pengenaan pajak pada tembakau dan bir, dimana antara mereka konsumen yang miskin

    maupun kaya dikenakan pajak yang sama atas barang tersebut. Akan tetapi, justru kaummiskinlah yang lebih banyak menghabiskan penghasilannya untuk konsumsi atas produk

    tersebut. Hal ini berlawanan dengan konsep yang diberikan oleh Adam Smith sekitar lebih dari

    200 tahun yang lalu yang mengatakan bahwa pembayaran pajak seharusnya proporsional denganpendapatan masing-masing individu.

    Karena terdapat banyak tekanan dari parastakeholder, kebanyakan konsep etika pada perusahaanakan menghasilkan isu-isu yang dialamatkan dan selanjutnya membutuhkan perhatian yang

    serius. Akuntan pajak akan selalu dipengaruhi oleh kode-kode dan standard profesional,

    kebijakan perusahaan, dan integritas masing-masing individu. The Institute of Chartered

    Accountants in England and Wales (ICAEW) (1996) pada Guide to Professional Ethicsmenyatakan bahwa integritas tidak hanya mengimplikasikan kejujuran tetapi juga kewajaran

    yang berkaitan dengan kebenaran. Etika adalah faktor kunci bisnis bagi profitabilitas yang terus

    membaik dan kebaikan reputasi.