issn: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “pendidikan, ekonomi,...

62

Upload: phungdieu

Post on 05-Jun-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel
Page 2: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

ISSN: 1693 - 313

JURNAL IPTEKSNEW MEDIA

VOLUME 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Ipteks “New Media” Volume 7 Nomor 2 September 2016 merupakanedisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur danTeknologi Infomasi”.

Edisi ini diawali dengan artikel yang berjudul tentang Isu dan PermasalahanPermukiman di DAS (Daerah Aliran Sungai) Tukad Badung Denpasar oleh I DewaGede Putra, S.T.,M.T., Artikel kedua oleh I Made Yoga Wicaksana dengan judulPengaruh Penerapan Logika Matematika Kontekstual Dalam Pembelajaran MatematikaTerhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Eksperimen DiKelas V Sd Gugus 9 Kecamatan Buleleng). Artikel ketiga Transformasi Pasca ErupsiMerapi Dalam Landscape Photography oleh Ramanda Dimas Suryadinata, S.Sn., M.Sn.Artikel keempat dengan judul Peran Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual oleh A.A Sagung Intan Pradnyanita, S.Sn.,M.Sn. Dan yang terakhir adalah artikel dari KetutBayu Yogha Bintoro, dengan judul Klasifikasi Bio-Inspired Algorithm DalamPerspektif Teori Complex Adaptive System.

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada New Media atas motivasi danmasukkannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika NewMedia atas kekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran gunakesempurnaan selanjutnya sangat kami harapkan dan kepada semua yang telahmembantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca yang budiman, kami ucapkanterimakasih.

RedaksiAlamat Redaksi

NEW MEDIAJl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar

Telp. (0361) 8955649 Fax: (0361) 246342email: [email protected]

website: http://www.newmed.ac.id

Page 3: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

ISSN: 1693 - 313

JURNAL IPTEKS

NEW MEDIAVOLUME 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016

Pelindung dan Penanggung Jawab :Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Penasehat :Dr. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, MA.

Ketua Dewan Redaksi :Putu Astri Lestari, S.E., Ak., M.M.

Mitra Bestari :Prof. Dr. Shane Greive (Architect and Urban Specialist, Curtin University of

Technology)

Dewan Editor :Freddy Hendrawan, S.T., M.T.

Putu Astri Lestari, S.E., Ak., M.M.I Wayan Edi Gunawan, S.Kom

Redaktur Pelaksana:Gede Parwatha

Inten Pertiwi, S.I.P., M.M.

Desain Cover:Kadek Angga Dwi Astina, S.Ds

Alamat Redaksi : NEW MEDIAJl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar

Telp. (0361) 8955649 Fax: (0361) 246342email: [email protected] Website: http://www.newmed.ac.id

JURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun 2010 adalah wahana informasi di bidang ilmupengetahuan, teknologi informasi, ekonomi, bisnis, sinema, seni grafis dan arsitektur. Artikel berupa hasil penelitian, tulisan ilimahpopuler, studi kepustakaan, review buku maupun tulisan ilmia h terkait lainnya. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untukdimuat, dengan frekuensi terbit secara berkala 2 (dua) kali setahun yaitu September dan Maret. Naskah yang dimuat merupakanpandangan dari penulis dan Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubahsubstansi naskah.

Page 4: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

ISSN: 1693 - 313

JURNAL IPTEKSNEW MEDIA

VOLUME 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016

PETUNJUK PENGIRIMAN NASKAHTATA TULIS NASKAH :1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah populer

(aplikasi, ulasan, opini) dan diskusi.2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran A-4,

spasi Single, dengan batas atas, bawah, kanan dan kiri masing-masing 2,5 cm dari tepi kertas.3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum 5

halaman.4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, huruf Times New

Romans 16 pt, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas(nama penulis naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki).

5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asalpenulis dan alamat email dibawah nama.

6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftarkata kunci (keyword) diletakkan setelah abstrak.

7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring, 1spasi. Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi.

8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf capital, huruf Times New Romans12 pt

9. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafik, dantabel tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm).

10. Nomor dan judul untuk gambar, grafik, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas denganhuruf kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkanuntuk nomor dan judul gambar, grafik dan foto diletakkan di bawah gambar, grafik dan fotoyang bersangkutan.

11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan catatankaki yang berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip).Rumus-rumus hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pengetikan.Ukuran huruf dalam rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf ratarata 1,6 mm).

12. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftarnotasi diletakkan sebelum daftar pustaka.

13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 1,5 spasi dan diurutkan menurut abjad.Penulisannya harus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. tahun. judul. kota:penerbit. Judul dicetak miring.

KETERANGAN UMUM :1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan

naskah bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi

kriteria yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskankepada penulis naskah untuk ditanggapi.

Page 5: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

ISSN: 1693 - 313

JURNAL IPTEKSNEW MEDIA

VOLUME 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016

DAFTAR ISI

Isu dan Permasalahan Permukiman di DAS (Daerah Aliran Sungai)Tukad Badung DenpasarI DEWA GEDE PUTRA, ST.,MT.

1 - 11

Pengaruh Penerapan Logika Matematika Kontekstual DalamPembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir KritisSiswa Sekolah Dasar (Penelitian Eksperimen Di Kelas V Sd Gugus 9Kecamatan Buleleng)I MADE YOGA WICAKSANA

12 - 26

Transformasi Pasca Erupsi Merapi Dalam Landscape PhotographyRAMANDA DIMAS SURYADINATA, S.SN., M.SN.

27 - 35

Peran Tipografi dalam Desain Komunikasi VisualA. A. SAGUNG INTAN PRADNYANITA, S.SN.,M.SN.

36 - 45

Klasifikasi Bio-Inspired Algorithm Dalam Perspektif Teori ComplexAdaptive SystemKETUT BAYU YOGHA BINTORO

46 - 56

Page 6: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

1

ISU DAN PERMASALAHAN PERMUKIMAN DI DAS(DAERAH ALIRAN SUNGAI) TUKAD BADUNG DENPASAR

I Dewa Gede Putra, ST.,MTDosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

Email : [email protected]

ABSTRAK

Urbanisasi adalah bagian yang mempengaruhi bentuk kota Denpasar kini.Berkembang pesatnya Kota Denpasar menuntut ketersediaan lahan yang lebihbanyak dengan lebih padatnya jumlah penduduk kini, termasuk juga pada DaerahAliran Sungai (DAS) Tukad Badung. Lahan semakin mahal dan sulit untuk dibeli.Ruang kawasan tepi air (sungai) yang seharusnya bisa dijadikan ruang terbuka,malah dipadati oleh berbagai fasilitas, seperti fasilitas komersial dan permukiman.Hal tersebut merupakan permasalahan jika tidak dilakukan sesuai denganketentuan yang berlaku dan pertimbangan aspek lingkungan. Kesadaranmasyarakat yang minim menyebabkan masyarakat kurang memperhatikankelestarian lingkungan. Pelanggaran tersebut seperti adanya bangunan yang kurangmemperhatikan jarak antara bangunan ke tepi sungai, pondasi bangunan-bangunanya melewati tepian sungai, bahkan terkena air. Jarak yang sangat dekattersebut tentu saja dapat membahayakan penduduk sekitar dan pengguna bangunantersebut apabila terjadi pengikisan pada pondasi.. Dampak yang terjadi daripelanggaran aturan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungandi sepanjang aliran Tukad Badung dengan pembuangan limbah rumah tangga kesungai.

Keyword: permukiman, daerah aliran sungai, tukad badung, Denpasar

1. PENDAHULUAN

Di tengah arus modernisasi dan

pertumbuhan penduduk yang terus

meningkat, pembangunan juga mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Hal itu

dilakukan untuk menampung segala

aktifitas manusia dalam meningkatkan taraf

hidup yang lebih baik.Dalam pembangunan

di sekitar kawasan tepi air haruslah ada

keselarasan antara fungsi dan penataan

karena kawasan tepi air memiliki potensi

yang sangat besar dalam aspek kehidupan

manusia. Potensi kawasan tepi air tersebut

antara lain sebagai kawasan komersial,

wisata, permukiman, dan sebagainya.

Penggunaan potensi- potensi tersebut jika

dikelola dan dimanfaatkan dengan baik

tentu akan memberikan dampak positif bagi

kehidupan manusia dan bagi kelestarian

lingkungan itu sendiri, karena antara

manusia dan lingkungannya memiliki

hubungan timbal balik yang sangat erat.

Jurnal ini akan membahas mengenai

karakteristik dan permasalahan kawasan

tepi air khususnya tepi Tukad Badung di

Kota Denpasar. Tukad Badung merupakan

Page 7: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

2

sebuah sungai yang membagi Kota

Denpasar, yaitu bagian barat dan timur.

Sama halnya dengan sungai-sungai di Bali

pada umumnya, sungai Badung bermanfaat

besar pada kehidupan masyarakat di Kota

Denpasar, seperti sebagai daerah aliran air

hujan untuk menghindari banjir ataupun

sebagai sumber air, dengan berbagai

peranannya. Dengan tumbuhnya aktivitas

kota, pertambahan jumlah penduduk dari

tahun ke tahun maka peranan tepi Sungai

Badung pun terus mengalami

perkembangan menjadi daerah komersial.

Ini tentu beralasan karena dunia pariwisata

akan melahirkan masyarakat industiri

dimana peranan materi sangat penting di

mata masyarakat, cenderung

mengutamakan pendekatan ekonomis

dalam berbagai kegiatannya. Hal ini

dipertegas oleh Marx yang menyatakan

bukan kesadaran manusia yang menentukan

kondisi mereka, tapi kondisi sosial-lah yang

menentukan kesadaran mereka. (Marx

dalam Barker.2004:51). Pengaruh kondisi

social di masyarakat yang tidak memiliki

kesadaran tinggi tentang lingkungan

menjadi persepsi luas yang saling

mempengaruhi. Inilah yang menyebabkan

kadang-kadang pembangunan di tepi

sungai, khususnya Tukad Badung kurang

memperhatikan kelestarian lingkungan.

Urbanisasi sebagai bagian yang

mempengaruhi bentuk kota Denpasar kini

termasuk juga pada sekitaran Tukad

Badung. Berkembang pesatnya Kota

Denpasar menuntut ketersediaan lahan yang

lebih banyak dengan lebih padatnya jumlah

penduduk. Akibatnya lahan semakin mahal

dan sulit untuk dibeli. Ruang kawasan tepi

air (sungai) yang seharusnya bisa dijadikan

ruang terbuka, malah dipadati oleh berbagai

fasilitas, seperti fasilitas komersial dan

permukiman. Hal ini tidak akan menjadi

masalah jika dilakukan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dan menghrmati

lingkungan.

Namun, terkadang pembangunan

tersebut kurang memperhatikan aspek

lingkungan berkaitan dengan kelestarian

dan pengelolaannya sehingga dapat

meniimbulkan hal yang mengkhawatirkan

seperti pencemaran dan kerusakan terhadap

kawasan tepi air. Maka dari itu diperlukan

adanya pemahaman terhadap pengertian

kawasan tepi air agar dapat dimanfaatkan

bagi kehidupan masyarakat.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data untuk menyusun laporan

ini yaitu: Studi Literatur. Beberapa data

maupun materi yang kami tampilkan di

dalam paper ini, ada yang bersumber dari

literatur – literatur, diantaranya berupa

buku, maupun data dari internet. Kedua,

observasi lapangan, metode ini dilakukan

dengan terjun langsung ke lapangan untuk

mengamati secara langsung dan mengambil

Page 8: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

3

data sesuai situasi yang ada di lapangan.

Analisa dilakukan dengan identifikasi

permasaalhan dan menganalisa dengan

mengacu pada aturan dan kajian relevan

dalam pengelolaan lingkungan

permukiman.

3. TINJAUAN TEORI

Pengertian Kawasan Tepi Air

Kawasan Tepi Air ialah suatu lahan

atau area yang terletak berbatasan dengan

air, terutama merupakan bagian kota yang

menghadap ke laut, sungai, danau, dan

sejenisnya yang dapat dijadikan sebagai

bagian dari upaya pengembangan wilayah

perkotaan, dimana yang menjadi pokok

perhatian disini ialah daerah tempat

aktivitas manusia yang berhubungan

dengan lingkungan darat dan air yang

sesungguhnya menawarkan dan

menciptakan suatu lingkungan yang unik

dan lestari.

Sungai merupakan salah satu bagian

dari siklus hidrologi. Air dalam sungai

umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti

hujan, embun, mata air, limpasan bawah

tanah, dan di beberapa negara tertentu air

sungai juga berasal dari lelehan es/ salju.

Selain air, sungai juga mengalirkan

sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar

sebuah sungai adalah untuk irigasi

pertanian, bahan baku air minum, sebagai

saluran pembuangan air hujan dan air

limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk

dijadikan objek wisata sungai (Wikipedia,

2011).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari

kawasan tepi air ialah mengenai kondisi

kehidupan yang terdapat di sana, baik

lingkungan biotik maupun lingkungan

abiotik. Lingkungan biotik dapat berupa

tumbuh-tumbuhan, hewan laut dan

manusia, sedangkan lingkungan abiotik

dapat berupa benda-benda mati yang

terdapat di sepanjang tepi sungai, seperti

misalnya sampah, kerikil-kerikil, dan

bangunan-bangunan yang terdapat di

sepanjang tepi sungai.

Jadi, pada umumnya, hal yang dapat

kita temukan di kawasan tepi air, dalam hal

ini kawasan tepi sungai ialah mahluk hidup

beserta lingkungan tempat tinggalnya,

sekaligus juga sebagai tempat beraktivitas

bagi manusia.Kawasan Sempadan Sungai

adalah kawasan sepanjang tepi kanan dan

kiri sungai, meliputi sungai alam dan

buatan, kanal dan saluran irigasi primer.

Sarana dan Prasarana pada Kawasan

Tepi Air

Sebagai suatu kawasan yang diperuntukkan

untuk melakukan berbagai jenis kegiatan,

Waterfront dilengkapi dengan berbagai

macam sarana penunjang yang dapat

berfungsi untuk mewujudkan kemudahan-

kemudahandalam melakukan aktivitas pada

kawasan tersebut, adapun sarana-sarana

tersebut adalah sebagai berikut: 1) Fasilitas

Page 9: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

4

pertemuan, pameran, rekreasi air, taman,

pusat hiburan, perhotelan, permukiman,

jalur pejalan kaki, jalur kendaraan, runang

terbuka hijau, jembatamn rekreasi, ruko,

perdagangan dan lain-lain. 2)Prasarana

transportasi, marina dan segala fasilitasnya,

pusat perdagangan, pusat perindustrian,

perkotaan, perumahan, apartemen, sarana

pendidikan, sarana kesehatan, sarana

peribadatan, restoran, area rekreasi, water

park, kolam mancing, fasilitas nelayan,

pasar malam, sport club, cagar alam dan

lain-lain. 3) Sarana dan Prasarana Kawasan

tepi air (Waterfront) dapat dibagi menjadi 4

tipe: Tipe 1 : Kawasan nelayan, kawasan

persawahan, kawasan tambak, kawasan

perkebunan dan sebagainya. Tipe 2 :

Kawasan perkotaan, pelabuhan, kawasan

rekreasi, wisata. Tipe 3 : Kawasan pabrik-

pabrik. Tipe 4 : Kawasan kegiatan ekonomi

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali

Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Bali, Kawasan

Lindung, dijelaskan bahwa:

Kriteria penetapan sempadan sungai

mencakup :

a. Pada kawasan perkotaan tanpa bahaya

banjir, lebar sempadan sungai:

1. 3 meter untuk sungai bertanggul

2. 10 meter untuk kedalaman lebih dari 3

meter

3. 15 meter untuk kedalaman 3 sampai

20 meter

4. 30 meter untuk kedalaman lebih dari

20 meter

b. Pada kawasan perkotaan dengan bahaya

banjir, lebar sempadan sungai:

1. 3 meter untuk sungai bertanggul

2. 25 meter untuk banjir ringan

3. 50 meter untuk banjir sedang

4. 100 meter untuk banjir besa

c. Pada kawasan perdesaan tanpa bahaya

banjir, lebar sempadan sungai:

1. 3 meter untuk sungai bertanggul

2. 10 meter untuk kedalaman lebih dari 3

meter

3. 15 meter untuk kedalaman 3 sampai

20 meter

4. 30 meter untuk kedalaman lebih dari

20 meter

d. Pada kawasan perdesaan dengan bahaya

banjir, lebar sempadan sungai:

1. 5 meter untuk sungai bertanggul

2. 50 meter untuk banjir ringan

3. 100 meter untuk banjir sedang

4. 150 meter untuk banjir besar

Kawasan sempadan sungai adalah

kawasan sepanjang tepi kanan dan kiri

sungai, meliputi sungai alam dan buatan,

kanal dan saluran irigasi primer. Jarak

sempadan sungai meliputi jarak sekurang-

kurangnya 50 meter di kiri dan kanan

sungai tidak bertanggul, dan 5 meter di kiri

kanan sungai bertanggul, berlaku untuk di

sungai-sungai di luar kawasan permukiman,

sedangkan untuk sungai didalam kawasan

Page 10: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

5

permukiman sekurang-kurangnya 10 meter

dikiri dan kanan sungai tidak bertanggul

dan 3 meter di kanan dan kiri sungai untuk

sungai bertanggul. (Suryanata. 2007; 26).

Urbanisasi sebagai Pembentuk Wajah

Kota

Urbanisasi terdiri dari dua aspek

besar yaitu Aspek fisik (terbangun dengan

alam) sebagai wujud ruang dengan elemen-

elemennya. Aspek manusia sebagai subjek

pembangunan dan pengguna ruang kota.

Kedua hal tersebut merupakan aspek yang

tidak dapat dilepaskan. Kota adalah tempat

bermukim manusia dengan segala

kehidupannya, maka kota adalah bagian

dari Human Settlement. Human Settlement

are, by definition, settlement inhabited by

Man. (Doxiadis, dalam Soetomo,2009: 35)

Human Settlement terdiri dari

Content yaitu manusia dan Container yaitu

wadah, baik buatan manusia atau alam.

Human Settlement dalam batas geografis

adalah bumi itu sendiri.

1. Shells atau ruang bangunan dari

bangunan gedung hingga kelompok

yang mencaai skala permukiman,

kampong, kota dan aglomerasi fisik

wilayah, tempat tinggal manusia.

2. Network atau jaringan yang meliputi

prasarana tempat manusia

berkomunikasi dan jaringan utilitas

tempat jaringan materi mengalir

(transportasi, air, listrik, dll).

3. Nature atau alam sebagai natural

environment terdiri dari elemen biotik

dan abiotik.

4. Man, manusia sebagai makhluk

individu dengan segala kepribadian dan

identitasnya sebgai jagad kecil yang

kompleks.

5. Society. Masyarakat atau kumpulan

manusia dari keluarga, neigbourhood,

hingga warga dunia, dengan segala

hubungan yang kompleks dalam

kehidupan social, ekonomi, budaya dan

politik.

Bentuk fisik ruang perkotaan yang

kita sebut morfologi kota merupakan hasil

bentukan kehidupan social, ekonomi,

budaya dan keputusan politik. Bentukan

ruang tersebut berada di dalam wadah ruang

alam (fisik natural) yang ditempatinya.

Wadah alam dan wadah buatan (natural

HUMANSETTLEMENT

CONTAINER1. Shells2. Network3. Nature

CONTENTS4. Man5. Society

Nature

ManNetwork

SocietyShell

Page 11: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

6

and man made) oleh Doxiadis disebut

sebagai Container dan kehidupan

manusianya disebut contents. Yang pertama

merupakan bentukan atau konsekuensi dari

yang kedua, dan kedua hal tersebut saling

berkaitan. (Soetomo,2009:198)

Urbanisasi atau proses peng’kota’an

sangat jelas mempengaruhi bentuk kota.

Dengan kompleksitas kegiatan masyarakat

perkotaaan menimbulkan ruang-ruang

tertentu dengan fungsi berbeda yang

memiliki ketergantungan.

TINJAUAN OBJEK

Secara Geografis Denpasar terletak

pada 80 35’ 31” –80 44’49” lintang selatan

dan 1150 10’23” – 1150 16’27” bujur timur.

Secara regional penyebab bertambahnya

penduduk Kota Denpasar karena Denpasar

merupakan kota provinsi dimana hampir

seluruh kegiatan ekonomi, pendidikan dan

pemerintahan terfokus di Kota Denpasar.

Secara historis masyarakat Kota Denpasar

yang sebagian besar memeluk agama

Hindu, masih memegang teguh budaya dan

adat istiadat yang dilandasi oleh ajaran

agama Hindu. Secara umum masyarakat

Kota Denpasar dalam kehidupan sehari-

harinya memiliki dan menjalankan konsep

Tri Hita Karana yang mempunyai

pengertian tiga penyebab kesejahteraan

yang bersumber pada keharmonisan

hubungan antar sesama manusia, manusia

dengan lingkungannya, manusia dengan

Tuhan Yang Maha Esa.

Jumlah penduduk tentu membawa

dampak yang signifikan dalam pola

pembangunan dan pertumbuhan Kota

Denpasar. Terjadi permasalahan

permukiman kumuh dan permsalahan

lingkungan yang tak pernah terselesaikan.

Menurut data dari Dinas Tata Ruang dan

Perumahan, ada sekitar ± 81 titik rumah

kumuh di Kota Denpasar. Salah satu lokasi

yang dapat dengan mudah ditemui adalah

permukiman kumuh yang terletak di sekitar

Tukad Badung, Denpasar.

Lokasi Tukad Badung Kota Denpasar

Dalam penyusunan laporan ini data

diperoleh sekitar pasar Badung tepatnya di

kawasan Jalan Gajah Mada, Jalan

Hasanudin dan sekitarnya

Page 12: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

7

Kondisi Air Tukad Badung

Pencemaran air Tukad Badung oleh

sampah dan limbah cair diakibatkan oleh

adanya pembuangan domestik/ rumah

tangga dan limbah industri. Upaya yang

dapat dilakukan untuk mengatasi

pencemaran Tukad Badung ialah dengan

membuat jaring-jaring penangkap sampah,

serta membuat sistem pengelolaan limbah

komunal maupun sistem pengelolaan secara

biologi. Peran serta masyarakat sangat

diperlukan didalam membantu mengatasi

masalah pencemaran air di Tukad Badung.

Air Tukad Badung tidak hanya digunakan

untuk mengaliri daerah irigasi di sekitar

Tukad Badung tetapi Tukad Badung

digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan

air baku di Denpasar Selatan dan Badung

Selatan.

Limbah rumah tangga yang berasal

dari permukiman penduduk di sekitar

Nampak begitu saja dibuang ke aliran

sungai tanpa ada pengolahan sedikit pun.

Dekatnya jarak antar bangunan dengan tepi

air ini memberikan kemudahan pada

penduduk sekitar untuk membuang limbah

sembarangan. Dengan pola pembangunan

seperti ini sangat merugikan aspek

lingkungan yang berpengaruh bagi kualitas

air dan biota di dalamnya.

PEMBAHASAN

Peraturan dan Fakta Sempadan Tukad

Badung

Dari segi peraturan sudah ditetapkan

bahwa kawasan sempadan sungai

merupakan kawasan sepanjang tepi kanan

dan kiri sungai, meliputi sungai alam dan

buatan, kanal dan saluran irigasi primer.

Jarak sempadan sungai meliputi jarak

sekurang-kurangnya 50 meter di kiri dan

kanan sungai tidak bertanggul, dan 5 meter

di kiri kanan sungai bertanggul, berlaku

untuk di sungai-sungai di luar kawasan

permukiman, sedangkan untuk sungai

Page 13: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

8

didalam kawasan permukiman sekurang-

kurangnya 10 meter dikiri dan kanan sungai

tidak bertanggul dan 3 meter di kanan dan

kiri sungai untuk sungai bertanggul.

Masalahnya, beberapa bangunan

yang ada di tepi Sungai Badung dalam

pembangunannya kurang memperhatikan

jarak antara bangunan ke tepi sungai,

bahkan di kawasan jembatan Jalan

Hasanudin pondasi bangunan-bangunanya

melewati tepian sungai. Jarak yang sangat

dekat tersebut bahkan pondasinya terkena

aliran air sungai. Tentu saja ini dapat

membahayakan penduduk sekitar dan

pengguna bangunan tersebut apabila terjadi

pengikisan pada pondasi sedangkan

bangunan tersebut sebagian besar bangunan

bertingkat. Jadi, dapat diketahui

pembangunan disana belum sepenuhnya

mengikuti aturan yang berlaku dalam

pengelolaan pembangunannya.

Belum adanya sanksi yang tegas

dari pemerintah bagi oknum yang

melakukan pencemaran terhadap

lingkungan mungkin dapat meningkatkan

jumlah pencemaran. Memang masalah

tentang pentingnya kelestarian lingkungan

semakin mengemuka di mata masyarakat

namun wujud nyata dari pencegahan

pengrusakan lingkungan masih sangat

minim.

Karakter Pembangunan Tepi Tukad

Badung

Tata Guna Lahan Tepi Tukad Badung di

Kota Denpasar

Tukad Badung yang merupakan

salah satu kawasan tepi air yang berada di

pusat Kota Denpasar memiliki dapat di

fungsikan sebagai:

Kawasan Komersial (Commercial

Waterfront) :

Kawasan tepi Tukad Badung mampu

menarik pengunjung yang akan

memanfaatkan potensi kawasan tepi sebagai

tempat bekerja, belanja dan lainnya karena

lokasinya mudah untuk dijangkau dan

berada di pusat Kota Denpasar. Contoh-

contoh tempat komersial yang bisa

dijumpai adalah, Pasar Badung, kawasan

penjualan kain sepanjang Jalan Sulawesi,

bank dan hotel.

Page 14: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

9

Kawasan Permukiman (Residential

Waterfront) :

Perkembangan tepi Tukad Badung

dengan meningkatnya aktivitas masyarakat

tumbuh menjadi daerah pemukiman. Jalan

Sulawesi yang menjadi kawasan komersial

juga berkembang menjadi kawasan

permukiman bangunan bertingkat. Di

kawasan Jalan Hasanudin juga terdapat

fasilitas hotel kota sebagai penunjang dari

aktifitas kota.

Urbanisasi atau proses peng’kota’an

sangat jelas mempengaruhi bentuk kota dan

bagian-bagian kota Denpasar termasuk

kawasan tepi air Tukad Badung. Pola

masyarakat yang cenderung berpikir

praktis, individualis sangat jauh dengan

upaya pendekatan lingkungan. Masyarakat

kota ini cenderung tumbuh hanya

mementingkan pendekatan ekonomi dan

mengabaikan pendekatan lingkungan dan

social yang menjadi syarat dalam suatu

pembangunan berkelanjutan. Dengan

kompleksitas kegiatan masyarakat

perkotaaan menimbulkan gesekan antara

kepentingan pribadi dan kepantingan yang

lebih luas tentang kualitas lingkungan.

Dampak yang Terjadi Akibat

Pelanggaran Peraturan

Berdasarkan fakta-fakta yang ada di

lapangan, banyak ditemukan pelanggaran-

pelanggaran yang terjadi di kawasan tepi

Tukad Badung di Kota Denpasar. Aturan

yang ada seolah-olah tidak dihiraukan lagi,

bagi orang-orang yang intens terhadap

masalah lingkungan permasalahan ini tentu

dapat memberikan preseden tidak baik bagi

pemerintah. Hal ini tentu beralasan karena

peran pemerintah sebagai pengelola

masalah masyarakat tidak mampu

dijalankan dengan baik dalam hal ini

masalah lingkungan. Padahal, letak sungai

Badung melewati Kota Denpasar yang

seharusnya bebas dari pencemaran agar

tidak memperburuk tampilan wajah Kota

Denpasar.

Kesadaran masyarakat yang minim

menyebabkan masyarakat kurang

memperhatikan kelestarian lingkungan.

Pelanggaran tersebut seperti adanya

bangunan yang kurang memperhatikan

jarak antara bangunan ke tepi sungai,

pondasi bangunan-bangunanya melewati

tepian sungai, bahkan terkena air. Jarak

yang sangat dekat tersebut tentu saja dapat

membahayakan penduduk sekitar dan

pengguna bangunan tersebut apabila terjadi

pengikisan pada pondasi sedangkan

bangunan tersebut sebagian besar bangunan

bertingkat.

Contoh lain, walaupun di daerah

pasar Badung sudah disediakan tempat-

tempat sampah nampaknya tidak

mengurangi niat pedagang ataupun pembeli

membuang sampah ke Sungai Badung.

Karena lebih praktis dan tidak akan ada

oknum yang melarang.Hal ini dibuktikan

Page 15: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

10

dengan masih banyaknya sampah-sampah

mengapung di tepian sungai Badung,

terutama sampah-sampah anorganik. Jika

hal ini terus dibiarkan tanpa adanya peran

serta dari pemerintah untuk menjalanka

peratuan secara tegas, tumpukan sampah-

sampah kemungkinan akan dapat

menghambat aliran air sungai ketika hujan.

Bukan yang hal yang tidalk mugkin akan

menyebabkan terjadinya banjir.

Permasalahan lain yang timbul dari

pelanggaran aturan tersebut adalah

pencemaran yang disebabkan oleh limbah-

limbah rumah tangga. Karena sebagian

besar pipa-pipa pembuangan dialirkan ke

sungai terutama bagian belakang ruko di

kawasan Jalan Sulawesi. Hal ini bukan

hanya akan merusak kehidupan biota sungai

di kawasan tersebut tetapi sepanjang aliran

sungai Badung terutama bagian hilir akan

semakin tercemar.

PENUTUP

Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan

sepanjang tepi kanan dan kiri sungai,

meliputi sungai alam dan buatan, kanal dan

saluran irigasi primer. Jarak sempadan

sungai dituangkan dalam peraturan

pemerintah yang jaraknya sudah ditentukan

berdasarkan jenis sungainya. Karakter

pembangunan kawasan tepi air di kota

Denpasar sebagian besar melanggar aturan-

aturan mengenai sempadan sungai. Hal ini

terlihat banyaknya bangunan yang tepat

berada di atas tepi sungai bahkan

pondasinya mengenai aliran sungai, serta

pembuangan limbah rumah tangga yang

dibuangke sungai. Dampak yang terjadi

dari pelanggaran aturan tersebut dapat

menyebabkan terjadinya pencemaran di

sepanjang aliran Tukad Badung yang dapat

merusak kehidupan biota sungai.

Saran

Beberapa saran yang perlu dilaksanakan

dalam pengelolaan kawasan tepi Tukad

Badung di Kota Denpasar adalah : 1) Perlu

adanya kesadaran dari masyarakat sekitar

Sungai Badung di Kota Denpasar agar

kelestariannya dapat tetap terjaga dan dapat

dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan

arah pengembangannya.

2). Aturan-aturan yang telah dibuat dan

disepakati harus dapat dijalankan dengan

baik sebagai kontrol terhadap prilaku

manusia, dan harus ada ketegasan dari

pemerintah apabila terjadi pelanggaran-

pelanggaran terhadap aturan tersebut. 3).

Pengelolaan dan pengembangan tepi

Sungai Badung di Kota Denpasar harus

dilakukan dengan baik dan terprogram

karena kawasan tepi air Sungai Badung

memiliki potensi yang sangat penting

khususnya bagi masyarakat Denpasar.

Page 16: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

11

Daftar Pustaka

Barker, Chris. 2000. Culture Studies.Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Karyono, Tri Harso. 2005. Arsitektur KotaTropis Dunia Ketiga. Jakarta :Tehaka Arkita.

Muyandari, Hestin. 2011. PengantarArsitektur Perkotaan. Yogyakarta :Andi.

Penjelasan Peraturan Pemerintah DaerahPropinsi Daerah Tingkat I BaliNomor 4 Tahun 1996. TentangRencana Tata Ruang WilayahPropinsi Tingkat I Bali.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3Tahun 2005 tentang Rencana TataRuang Wilayah Provinsi Bali,Kawasan Lindung.

Suryanata, Indra. 2007. Objek RekreasiTepi Air di Hilir Tukad Badung.Denpasar.

Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi danMorfologi Kota. Yogyakarta : GrahaIlmu.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Yogyakarta

http://www.walhi.or.id/kampanye/pela/060812_skwalikota37105_li/

Page 17: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

12

PENGARUH PENERAPAN LOGIKA MATEMATIKAKONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISSISWA SEKOLAH DASAR

(PENELITIAN EKSPERIMEN DI KELAS V SD GUGUS 9KECAMATAN BULELENG)

I Made Yoga WicaksanaDosen AMIK New Media

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan post test onlycontrol group design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan logikamatematika kontekstual dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kritissiswa sekolah dasar. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD gugus 9 KecamatanBuleleng pada semester genap tahun 2011/2012. Sampel ditentukan dengan teknik randomsampling dan diperoleh kelas VB SD No. 3 Banjar Jawa sebagai kelas eksperimen sedangkankelas VB SD No. 1 Banjar Jawa sebagai kelas kontrol. Data mengenai kemampuan berpikirkritis siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis. Dari hasil testersebut diperoleh rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebesar54,47, sedangkan rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol sebesar 38,65.Hasil tersebut dianalisis dengan uji-t dua ekor pada taraf signifikansi 5% dan diperoleh thitung =2,59 yang lebih dari ttabel = 1,99 dengan derajat kebebasan 82. Berdasarkan hasil tersebutdapat disimpulakan bahwa penerapan logika matematika kontekstual dalam pembelajaranmatematika berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata kunci: logika matematika, logika matematika kontekstual, berpikir kritis,pembelajaran matematika

PENDAHULUAN

Proses transformasi area terbangun

Matematika sebagai ratu sekaligus pelayan

ilmu pengetahuan mengandung arti bahwa

matematika merupakan sumber dari displin

ilmu lainnya. Berbagai bidang ilmu

memanfaatkan matematika dalam

penemuan dan pengembangannya. Selain

sebagai ratu ilmu pengetahuan seperti

uraian di atas, tersirat bahwa matematika

itu sebagai suatu ilmu yang memiliki

fungsi untuk melayani ilmu pengetahuan.

Matematika tumbuh dan berkembang

untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu.

Begitu pentingnya peranan matematika di

berbagai disiplin ilmu sehingga

matematika wajib untuk dipahami.

Dalam dunia pendidikan,

matematika memiliki manfaat yang sangat

besar sebagai alat dalam perkembangan

pendidikan dan kecerdasan akal.

Matematika merupakan alat utama untuk

memberikan cara berpikir, yaitu menyusun

pemikiran yang jelas, tepat, teliti, dan taat

Page 18: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

13

azaz (Hudojo, 2003). Potensi ini terwujud

apabila pendidikan matematika berhasil

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,

sistematis, logis, dan kreatif terhadap

perubahan dan pembangunan. Untuk

perkembangan selanjutnya matematika

diharapkan mampu memberikan nilai guna

yang tinggi dalam mengembangkan

pemikiran kritis, sistematis, logis, dan

keterampilan berpikir rasional.

Berpikir kritis merupakan

keterampilan universal. Kemampuan

berpikir kritis sepatutnya telah diberikan

pada anak sejak dini, selain untuk

mempersiapkan mereka di masa dewasa,

juga untuk membiasakan keterbukaan

terhadap berbagai informasi yang

diterimanya. Selain itu, kemampuan

berpikir kritis diperlukan untuk

meyelesaikan suatu permasalahan.

Kemampuan berpikir kritis dapat dicapai

apabila terjadi perubahan struktur kognitif

melalui penalaran atau logika terhadap

suatu analisis permasalahan yang disajikan.

Menurut Yuwan (2011:1), salah satu acuan

untuk melatih kemampuan berpikir kritis

yaitu dengan menggunakan berbagai

prinsip pembuktian kebenaran dari suatu

pernyataan dan penarikan kesimpulan

dalam logika.

Logika adalah ilmu yang

mempelajari masalah penalaran berpikir.

Ada banyak manfaat yang diperoleh

dengan mempelajari logika, antara lain

mempertinggi kemampuan menyatakan

gagasan secara jelas dan berbobot,

meningkatkan keterampilan menyusun

definisi, serta memperluas kemampuan

berargumentasi dan memberikan analisis

secara kritis (Sudiarta, 2004). Orang yang

berpikir secara kritis, yaitu orang yang

memperhatikan segala informasi,

mempertimbangkan juga segala sesuatu

yang akan terjadi akibat dari keputusan

yang diambil.

Logika matematika atau sering

disebut logika materiil, karena nilai

kebenarannya hanya ditentukan oleh

kebenaran proposisi penyusunnya, dan

tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari. Oleh karena itu logika matematika

sangat tergantung pada kemampuan

penalaran deduktif yang bersifat abstrak.

Hal ini menjadi pertimbangan mengapa

logika matematika dianggap belum tepat

diajarkan di sekolah-sekolah rendah,

seperti di sekolah dasar (Sudiarta, 2004).

Namun di lain sisi, kemampuan penalaran

logis, baik deduktif maupun induktif perlu

dikembangan pada peserta didik sejak dini,

walaupun dalam bentuk yang sederhana

dan tentu sesuai dengan tingkat

perkembangan kemampuan berpikir siswa

(Sudiarta, 2004). Untuk membelajarkan

siswa sekolah dasar dengan menerapkan

prinsip-prinsip logika, perlu

memperhatikan perkembangan kognitif

siswa. Menurut Piaget (dalam Suherman,

Page 19: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

14

2003:36), perkembangan kognitif siswa

sekolah dasar (umur 7-11 tahun) tergolong

pada tahap operasi konkretsehingga dalam

proses pembelajaran dengan menerapkan

logika matematika di sekolah dasar

menggunakan pendekatan kontekstual.

Dari hal tersebut, terdapat

kesenjangan antara kenyataan dan harapan.

Pada kenyataannya, logika matematika

tidak diajarkan di sekolah dasar atau paling

tidak prinsip-prinsip logika matematika

secara sadar dan intensif belum diterapkan

di sekolah dasar. Di samping itu, belum

ada penelitian ilmiah yang signifikan

terhadap kemungkinan penerapan logika

matematika di sekolah dasar. Namun

harapannya, prinsip-prinsip logika

matematika dalam bentuk sederhana sesuai

dengan tingkat perkembangan siswa

seharusnya diperkenalkan pada siswa

sekolah dasar untuk meningkatkan

kemampuan berpikir logis, induktif,

deduktif, dan kritis pada siswa.

2. Kajian Literatur dan Pembahasan

2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika

di Sekolah Dasar Berdasarkan

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

Matematika mempunyai peranan

yang sangat penting dalam berbagai ilmu

pengetahuan dan memajukan daya pikir

manusia. Untuk menguasai dan

menciptakan teknologi di masa depan,

diperlukan penguasaan matematika sejak

dini.Matematika adalah alat untuk

mengembangkan cara berpikir. Oleh

karena itu, mata pelajaran matematika

perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai sekolah dasar untuk membekali

peserta didik dengan kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.

Kompetensi tersebut diperlukan agar

peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan

hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti dan kompetitif.

Perlu adanya perhatian dalam

menanamkan konsep matematika pada

jenjang Sekolah Dasar (SD) karena cara

berpikir siswa SD masih pada tahapan

operasi konkret. Sehingga dalam

pengajarannya di SD, pembelajaran

matematika itu sendiri harus dikaitkan

dengan benda-benda konkret yang ada di

sekitar siswa. Pembelajaran matematika di

sekolah dasar memiliki beberapa tujuan.

Tujuan mata pelajaran matematika yang

tercantum dalam KTSP pada SD/MI

(Depdiknas, 2006) adalah sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien

dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika

Page 20: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

15

dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau

masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan

minat dalam mempelajari matematika

serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Adapun ruang lingkup materi atau

bahan kajian matematika di SD/MI

mencakup: (a) bilangan, (b) geometri dan

pengukuran, dan (c) pengolahan data. Pada

penelitian ini, materi yang akan dijadikan

fokus pembelajaran adalah materi kelas V

semester genap yaitu memahami sifat-sifat

bangun dan hubungan antarbangun.

2.2 Logika dan Logika Matematika

Logika adalah salah satu cabang

filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut

dengan logike episteme (Latin: logica

scientia) atau ilmu logika (ilmu

pengetahuan) yang mempelajari kecakapan

untuk berpikir secara lurus, tepat, dan

teratur. Ilmu disini mengacu pada

kemampuan rasional untuk mengetahui

dan kecakapan mengacu pada kesanggupan

akal untuk mewujudkan pengetahuan ke

dalam tindakan.

Logika mempelajari masalah

penalaran.Kegiatan penalaran dalam logika

disebut juga dengan penalaran logis.

Penalaran adalah proses dari akal manusia

yang berusaha untuk menimbulkan suatu

keterangan baru dari beberapa keterangan

yang sudah ada sebelumnya. Dalam logika,

keterangan yang mendahului disebut

premis, sedangkan keterangan yang

diturunkan disebut kesimpulan. Ada

beberapa kegunaan logika, Sudiarta (2004)

menyatakan sebagai berikut.

1. Membantu setiap orang untuk berpikir

secara rasional, kritis, lurus, tetap,

tertib, metodis dan koheren.

2. Meningkatkan kemampuan berpikir

secara abstrak, cermat, dan objektif.

3. Menambah kecerdasan dan

meningkatkan kemampuan berpikir

secara tajam dan mandiri.

4. Memaksa dan mendorong orang untuk

berpikir sendiri dengan menggunakan

asas-asas sistematis.

5. Meningkatkan cinta akan kebenaran

dan menghindari kesalahan-kesalahan

berpikir, kekeliruan serta kesesatan.

6. Mampu melakukan analisis terhadap

suatu kejadian.

7. Meningkatkan citra diri seseorang.

Page 21: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

16

Di samping kegunaan di atas,

logika juga dapat memberikan berbagai

manfaat di mana logika sebagai ilmu

banyak menyajikan dalil-dalil, hukum

berpikir logis, dengan demikian logika

mengajarkan tentang berpikir yang

seharusnya serta akal semakin tajam dan

kemampuan berpikir kritis semakin tinggi

dalam hal imajinasi logis.

Logika matematika merupakan

pokok bahasan yang sangat penting karena

berhubungan dengan kemampuan berpikir

secara logis. Berpikir secara logis sangat

diperlakukan dalam setiap aspek

kehidupan sehari-hari karena merupakan

pendukung keberhasilan suatu tindakan,

misalnya dalam pengambilan keputusan.

Berikut sekilas tentang materi logika

matematika yang disajikan di sekolah.

a) Kalimat Tertutup, sebuah kalimat yang

memiliki nilai logika (kebenaran) benar

atau salah, tetapi tidak sekaligus benar

dan salah.

b) Kalimat Terbuka, suatu kalimat yang

belum dapat ditentukan nilai

kebenarannya karena masih memuat

variabel.

c) Kata Hubung Logika dan Negasi

Jika terdapat dua pernyataan atau lebih,

kita dapat membentuk sebuah

pernyataan baru dengan menggunakan

kata hubung logika. Nilai kebenaran

pernyataan majemuk hanya ditentukan

oleh nilai kebenaran komponen-

komponen pembentuknya dan tidak

diharuskan adanya hubungan

antarkomponen pembentuknya.

Pernyataan-pernyataan majemuk

yang kita pelajari adalah sebagai berikut.

1. Konjungsi, kalimat majemuk dengan

kata hubung “dan”.

2. Disjungsi, kalimat majemuk dengan

kata hubung “atau”.

3. Implikasi, kalimat majemuk dengan

kata hubung “jika ... maka ...”

4. Biimplikasi, kalimat majemuk dengan

kata hubung “... jika dan hanya jika ...”

Selain menggunakan kata hubung

logika, suatu pernyataan baru dapat

dibentuk dari pernyataan semula dengan

menggunakan ingkaran (negasi).

Pernyataan-pernyataan baru yang

merupakan ingkaran atau negasi dari

pernyataan semula dengan menambahkan

kata “tidak” atau “tidak benar bahwa” di

tempat yang sesuai pada pernyataan

tersebut menurut aturan tata bahasa yang

benar.

2.3 Logika Matematika Kontekstual

dalam Pembelajaran Matematika di

Sekolah

Sudiarta (2004) menekankan bahwa

betapa pentingnya pembelajaran logika

matematika diberikan sejak dini yaitu

sekolah dasar, walaupun dalam bentuk

yang sederhana, dan tentu sesuai dengan

tingkat perkembangan kemampuan

Page 22: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

17

berpikir siswa. Dalam penelitian ini logika

matematika kontekstual dibatasi pada

logika matematika yang meliputi negasi,

konjungsi, disjungsi, implikasi, dan

biimplikasi yang diterapkan pada siswa

sekolah dasar secara sederhana dengan

pendekatan induktif dan kontekstual.

Pendekatan induktif dan kontekstual yang

dimaksud adalah metode penyajian hanya

sebatas contoh-contoh dan disesuaikan

dengan pokok bahasan atau materi yang

relevan serta berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari siswa. Pada pelaksanaannya,

penerapan logika matematika kontekstual

dalam pembelajaran disesuaikan dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang ada serta tidak keluar dari kurikulum

yang telah ditetapkan.

2.4 Prototipe Logika Matematika

Kontekstual dalam Pembelajaran

Matematika di Sekolah

Menurut Sudiarta (2004) logika

matematika hendaknya dapat diajarkan

secara lebih induktif-informal yang

dimulai dengan setting yang lebih

kontekstual. Dengan ide ini, maka tidak

tertutup kemungkinan bahwa logika

matematika dapat diajarkan dan sebaiknya

mulai diperkenalkan di sekolah dasar

dalam bentuk-bentuk yang sederhana dan

kontekstual. Dalam hal ini, akan disajikan

beberapa contoh sebagai berikut.

a. Negasi.

Negasi secara sederhana artinya

bukan atau tidak. Contoh menerapkan

prinsip negasi adalah siswa sering

diajarkan menyebutkan contoh bangun

ruang. Siswa mungkin menjawab kubus,

balok, limas, dan sebagainya. Jika

perintahnya “sebutkan contoh bangun

ruang!”, tentu belum mengajarkan negasi.

Tapi negasi bisa diajarkan dengan

mengubah pertanyaan menjadi “ berikan

contoh bukan bangun ruang!” atau “

gambarkan beberapa contoh bukan jaring-

jaring kubus!”. Dalam hal ini, inti

mengajarkan negasi adalah siswa

mengetahui contoh dan bukan contoh. Hal

ini sangat penting dan menjadi cikal bakal

pengembangan kemampuan berpikir kritis.

b. Konjungsi

Contoh menerapkan prinsip

konjungsi, misalnya siswa diajak untuk

menggambarkan suatu bangun ruang

dengan sifat: sisi alas dan sisi atas berupa

segiempat yang kongruen dan sejajar; dan

memiliki 6 buah sisi yang berbentuk

persegi; dan sisi-sisi tegaknya saling tegak

lurus dengan sisi alas; dan memiliki 12

rusuk sama panjang; danmemiliki 8 titik

sudut. Dari sifat-sifat yang diberikan,

bangun ruang yang memenuhi sifat

tersebut adalah kubus.

Page 23: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

18

c. Disjungsi

Contoh menerapkan prinsip

disjungsi, misalnya siswa diajak untuk

menggambarkan bentuk jaring-jaring

kubus. Siswa dapat menggambar jaring-

jaring dengan bentuk.

Gambar 2.1 Jaring-Jaring Kubus

Dari kegiatan tersebut, siswa tidak

mungkin dari sebuah kubus dapat dibuat

dua atau lebih sekaligus bentuk jaring-

jaring kubus. Jadi penerapan prinsip

disjungsi dapat diterapkan dalam

pembelajaran, khususnya pembelajaran

matematika.

d. Implikasi

Contoh implikasi pada

pembelajaran bangun ruang. Jika balok

memiliki 12 rusuk yang sama panjang

maka balok akan berbentuk kubus. Pada

kalimat tersebut “balok memiliki 12 rusuk

yang sama panjang” disebut premis,

kemudian “balok akan berbentuk kubus”

disebut konsekuen atau akibat.

e. Biimplikasi

Contoh biimplikasi dalam

pembelajaran bangun ruang. Misalkan

dengan menggunakan media yang ada

disekitar siswa. Perhatikan sebuah lemari

(berbentuk balok). Pernyataan “ lemari

berbentuk kubus jika dan hanya jika lemari

tersebut memiliki rusuk-rusuk yang sama

panjang”. Pada pernyataan tersebut jika

diubah ke bentuk (p ⇒ q)⋀(q ⇒ p) maka

menjadi “ Jika lemari berbentuk kubus

maka lemari tersebut memiliki rusuk-rusuk

yang sama panjang dan jika lemari tersebut

memiliki rusuk-rusuk yang sama panjang

maka lemari berbentuk kubus”.

Secara garis besar perbedaan antara

pembelajaran dengan penerapan logika

matematika kontekstual dengan

pembelajaran konvensional dapat dilihat

pada tabel 2.1 di bawah ini.

atau

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

18

c. Disjungsi

Contoh menerapkan prinsip

disjungsi, misalnya siswa diajak untuk

menggambarkan bentuk jaring-jaring

kubus. Siswa dapat menggambar jaring-

jaring dengan bentuk.

Gambar 2.1 Jaring-Jaring Kubus

Dari kegiatan tersebut, siswa tidak

mungkin dari sebuah kubus dapat dibuat

dua atau lebih sekaligus bentuk jaring-

jaring kubus. Jadi penerapan prinsip

disjungsi dapat diterapkan dalam

pembelajaran, khususnya pembelajaran

matematika.

d. Implikasi

Contoh implikasi pada

pembelajaran bangun ruang. Jika balok

memiliki 12 rusuk yang sama panjang

maka balok akan berbentuk kubus. Pada

kalimat tersebut “balok memiliki 12 rusuk

yang sama panjang” disebut premis,

kemudian “balok akan berbentuk kubus”

disebut konsekuen atau akibat.

e. Biimplikasi

Contoh biimplikasi dalam

pembelajaran bangun ruang. Misalkan

dengan menggunakan media yang ada

disekitar siswa. Perhatikan sebuah lemari

(berbentuk balok). Pernyataan “ lemari

berbentuk kubus jika dan hanya jika lemari

tersebut memiliki rusuk-rusuk yang sama

panjang”. Pada pernyataan tersebut jika

diubah ke bentuk (p ⇒ q)⋀(q ⇒ p) maka

menjadi “ Jika lemari berbentuk kubus

maka lemari tersebut memiliki rusuk-rusuk

yang sama panjang dan jika lemari tersebut

memiliki rusuk-rusuk yang sama panjang

maka lemari berbentuk kubus”.

Secara garis besar perbedaan antara

pembelajaran dengan penerapan logika

matematika kontekstual dengan

pembelajaran konvensional dapat dilihat

pada tabel 2.1 di bawah ini.

atau

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

18

c. Disjungsi

Contoh menerapkan prinsip

disjungsi, misalnya siswa diajak untuk

menggambarkan bentuk jaring-jaring

kubus. Siswa dapat menggambar jaring-

jaring dengan bentuk.

Gambar 2.1 Jaring-Jaring Kubus

Dari kegiatan tersebut, siswa tidak

mungkin dari sebuah kubus dapat dibuat

dua atau lebih sekaligus bentuk jaring-

jaring kubus. Jadi penerapan prinsip

disjungsi dapat diterapkan dalam

pembelajaran, khususnya pembelajaran

matematika.

d. Implikasi

Contoh implikasi pada

pembelajaran bangun ruang. Jika balok

memiliki 12 rusuk yang sama panjang

maka balok akan berbentuk kubus. Pada

kalimat tersebut “balok memiliki 12 rusuk

yang sama panjang” disebut premis,

kemudian “balok akan berbentuk kubus”

disebut konsekuen atau akibat.

e. Biimplikasi

Contoh biimplikasi dalam

pembelajaran bangun ruang. Misalkan

dengan menggunakan media yang ada

disekitar siswa. Perhatikan sebuah lemari

(berbentuk balok). Pernyataan “ lemari

berbentuk kubus jika dan hanya jika lemari

tersebut memiliki rusuk-rusuk yang sama

panjang”. Pada pernyataan tersebut jika

diubah ke bentuk (p ⇒ q)⋀(q ⇒ p) maka

menjadi “ Jika lemari berbentuk kubus

maka lemari tersebut memiliki rusuk-rusuk

yang sama panjang dan jika lemari tersebut

memiliki rusuk-rusuk yang sama panjang

maka lemari berbentuk kubus”.

Secara garis besar perbedaan antara

pembelajaran dengan penerapan logika

matematika kontekstual dengan

pembelajaran konvensional dapat dilihat

pada tabel 2.1 di bawah ini.

atau

Page 24: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

19

2.5 Kemampuan Berpikir Kritis

Dalam beberapa dekade terakhir,

istilah berpikir kritis sangat popular dalam

dunia pendidikan. Karena banyak alasan,

para pendidik menjadi lebih tertarik untuk

mengajarkan keterampilan berpikir kritis

(Fisher, 2001). Definisi berpikir kritis telah

mengalami perubahan selama beberapa

tahun terakhir. Salah satu ahli filsafat yang

mengemukakan pendapatnya tentang

pengertian berpikir kritis adalah Robert

Ennis. Ennis mendefinisikan berpikir kritis

sebagai berikut.”Critical thinking is

reasonable, reflective thinking that is

focused on deciding what to believe or do”

(Ennis, 1991:6).

Menurut Ennis, berpikir kritis

adalah suatu proses berpikir yang bertujuan

untuk membuat keputusan yang rasional

yang diarahkan untuk memutuskan apakah

menyakini atau melakukan sesuatu. Dari

definisi Ennis dapat diungkapkan beberapa

hal penting. Berpikir kritis difokuskan ke

dalam suatu pengertian yang penuh

kesadaran dan mengarah pada suatu tujuan.

Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk

mempertimbangkan dan mengevaluasi

informasi yang pada akhirnya

memungkinkan kita untuk membuat

keputusan.

Sudiarta (2005) mengungkapkan

bahwa matematika secara natural

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran dengan Penerapan Logika Matematika

Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional

Aspek Pembelajaran dengan Penerapan Logika

Matematika Kontekstual

Pembelajaran

Konvensional

Tujuan Mencapai indikator-indikator yang sesuaidengan standar kompetensi dan kompetensidasar serta melatih kemampuan berpikirkritis siswa.

Mencapai indikator-indikator yang sesuaidengan standarkompetensi dankompetensi dasar.

DeskripsiMateri

Materi diuraikan sesuai dengan standarkompetensi dan kompetensi dasar,namundisajikan sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip logika matematika dapatdiakomodasi secara implisit.

Materi diuraikan sesuaidengan standarkompetensi dankompetensi dasar.

Metode Diskusi kelompok dan pemberian suplemenmateri, di mana suplemen materi iniberisikan materi yang sesuai dengan standarkompetensi dan kompetensi dasar yangrelevan dan mengakomodasi prinsip-prinsiplogika matematika secara implisit.

Diskusi kelompok

Manfaat Diharapakan meningkatkan prestasi danmotivasi belajar siswa serta meningkatkankemampuan berpikir kritis siswa.

Diharapkan meningkatkanprestasi dan motivasibelajar siswa.

Page 25: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

20

merupakankegiatan mental, sehingga

konsep berpikir kritis hendaknya

dipandang sebagai kegiatan mental yang

menuntut kedisiplinan dan konsistensi

dalam mengevaluasi setiap argumentasi,

maupun proposisi yang berkaitan dengan

masalah matematika yang akan

dipecahkan.

Berikut disajikan indikator-

indikator dalam rangka mengembangkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik

pada table 2.2

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah

No. Kemampuan Berpikir Kritis Indikator1. Investigasi konteks dan spektrum

masalahMenghasilkan berbagai pengandaian,permisalan, kategori, dan persepsi untukmemperluas/mempersempit spektrum idemasalah

2. Merumuskan masalah matematika Merumuskan pertanyaan-pertanyaan yangmemberikan arah pemecahan untukmengkonstruksi berbagai kemungkinanjawabannya

3. Mengembangkan konsep jawabandan argumentasi yang reasonable

Menyusun berbagai konsep jawaban,merumuskan argumen-argumen yang masukakal, menunjukkan perbedaan danpersamaannya

4. Melakukan deduksi dan induksi Mendeduksi secara logis, memberikanasumsi logis, membuat proposisi, hipotesis,melakukan investigasi/ pengumpulan data,membuat generalisasi dari data, membuattabel dan grafik, melakukan interpretasiterhadap pernyataan

5. Melakukan evaluasi Melakukan refleksi dan interpretasi kembaliterhadap hasil dan proses pemecahanmasalah yang telah dilakukan, untuk melihatsekali lagi lebih mendalam dan menemukankemungkinan ide dan perspektifpenyelesaian alternatif

(Sudiarta, 2015)

Page 26: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

21

3. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen semu (quasi experiment)

dengan rancangan posttest only control

group design yang menggunakan dua

kelas sampel. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus 9

Kecamatan Buleleng tahun ajaran

2011/2012. Anggota populasi dalam

penelitian ini tersebar pada tujuh sekolah

dasar dengan jumlah siswa keseluruhan

adalah 293 orang. Dalam penelitian ini,

sampel diambil dengan teknik random

sampling. Kelas-kelas yang ada tersebut

kemudian diuji kesetaraannya kemudian

dirandom dengan cara melakukan

pengundian untuk menentukan dua kelas

yang akan digunakan untuk penelitian.

Ada dua jenis variabel yang terlibat

dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas

(independent variable) berupa kemampuan

berpikir kritis siswa dan variabel terikat

(dependent variable) berupa pembelajaran

dengan penerapan logika matematika

kontekstual, dan model pembelajaran

konvensional.

Data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa kemampuan berpikir

kritis siswa yang dikumpulkan dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa

tes kemampuan berpikir kritis. Tes

kemampuan berpikir kritis yang akan

digunakan berupa tes uraian dengan jumlah

5 soal di mana setiap soal mengukur

kompetensi berpikir kritis yang berbeda.

Data hasil tes kemampuan berpikir

kritis pada penelitian ini dianalisis

menggunakan uji-t dua ekor. Pengujian

asumsi dilakukan untuk mengetahui

apakah data yang tersedia dapat dianalisis

dengan statistik parametrik atau tidak.

Berkaitan dengan statistik yang digunakan

untuk analisis data dalam penelitian ini, uji

asumsi yang dilakukan meliputi uji

normalitas dan uji homogenitas varians.

Pengujian normalitas dilakukan untuk

meyakinkan bahwa sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal,

sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Uji

normalitas sebaran data dalam penelitian

ini menggunakan uji Chi-Square.

Sedangkan untuk uji homogenitas varians

dianalisis meng-gunakan uji F. Jika kedua

asumsi terpenuhi, maka data dianalisis

menggunakan uji-t dua ekor. Sedangkan

bila data tidak memenuhi kedua asumsi

tersebut, teknik analisisnya meng-gunakan

uji Mann-Whitney yang merupakan salah

satu uji pada prosedur nonparametrik.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

Data tentang kemampuan berpikir

kritis siswa diperoleh melalui post test

untuk kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Rangkuman analisis terhadap data

kemampuan berpikir kritis siswa pada

Page 27: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

22

Tabel 4.1 Rangkuman Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No StatistikKemampuan Berpikir Kritis

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

1 N 47 37

2 54,47 38,65

Keterangan:N :Banyak siswa setiap kelas,

:Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa.

kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol sebagai berikut :

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat

bahwa untuk rata-rata skor kemampuan

berpikir kritis siswa kelompok eksperimen

yang mendapatkan pembelajaran dengan

penerapan logika matematika kontekstual

lebih dari rata-rata skor kemampuan

berpikir kritis siswa kelompok kontol

dengan pembelajaran konvesional.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian,

kelompok siswa yang mendapatkan

perlakuan berupa pembelajaran dengan

penerapan logika matematika kontekstual

memiliki kemampuan berpikir kritis yang

lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok siswa yang belajar dengan

pembelajaran konvesional.Berdasarkan

tabel 4.1, dapat dilihat bahwa rata-rata skor

kemampuan berpikir kritis siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan

penerapan logika matematika kontekstual

adalah 54,47 sedangkan rata-rata skor

kemampuan berpikir kritis siswa dengan

pembelajaran konvesional adalah 38,65.

Berdasarkan uji hipotesis

menggunakan uji-t dua ekor pada taraf

signifikansi 5% untuk skor kemampuan

berpikir kritis siswa diperoleh nilai statistik

thitung = 2,59 lebih dari ttabel = 1,99 dengan

derajat kebebasan 82. Nilai statistik ini

memiliki makna bahwa kemampuan

berpikir kritis siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan penerapan logika

matematika kontekstual lebih baik

daripada kemampuan berpikir kritis siswa

dengan pembelajaran konvensional. Hasil

ini sesuai dengan Sudiarta (2004) yang

menyatakan bahwa logika memiliki

berbagai manfaat yaitu, 1) membantu

setiap orang yang mempelajari logika

untuk berpikir kritis, rasional, sistematis,

dan tertib, 2) meningkatkan kemampuan

berpikir secara abstrak, cermat, dan

objektif, 3) menambah kecerdasan dan

meningkatkan kemampuan berpikir lebih

kritis, 4) memaksa dan mendorong orang

Page 28: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

23

untuk berpikir sendiri dengan

menggunakan asas-asas sistematis, 5)

meningkatkan cinta akan kebenaran dan

menghindari kesalahan-kesalahan berpikir,

kekeliruan serta kesesatan, 6) mampu

melakukan analisis terhadap suatu

kejadian, 7) apabila sudah mampu berpikir

kritis, rasional, sistematis, dan tertib maka

akan meningkatkan citra diri seseorang.

Kondisi siswa pada saat

pembelajaran terlihat sangat antusias, aktif,

dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

karena penyampaian materi dengan

penerapan logika matematika kontekstual

menjadi pengalaman baru bagi siswa.

Kalimat-kalimat logika matematika yang

diakomodasikan dan disajikan sesuai

dengan materi, membuat siswa melatih

kemampuan berpikirnya, khususnya

kemampuan berpikir kritis. Meskipun pada

awalnya, ada beberapa siswa yang

mengalami kesulitan dalam menerima

materi tetapi dapat diatasi dengan metode

diskusi kelompok sehingga siswa dapat

bertukar pikiran dan berargumen yang

logis dari permasalahan yang diberikan.

Pada saat pembelajaran, materi

disajikan dalam format yang

mengakomodasi logika matematika

disesuaikan dengan standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang ada. Misalnya

pada materi sifat-sifat bangun ruang yaitu

kubus. Siswa diarahkan untuk menjabarkan

sifat-sifat kubus dengan kata hubung “dan”

(menerapkan prinsip konjungsi). Kata

“dan” pada penjabaran sifat-sifat kubus

menandakan bahwa semua sifat harus

terpenuhi. Jika salah satu dari sifat tersebut

ditiadakan maka bangun tersebut tidak

dapat dikatakan sebuah kubus. Siswa

diarahkan untuk lebih teliti dan kritis

dalam mengidentifikasi sifat-sifat kubus.

Pada penerapannya, pembelajaran

dengan penerapan logika matematika

kontekstual mengarahkan siswa untuk

lebih teliti dalam menerima informasi

sehingga siswa mampu memperoleh suatu

permasalahan yang relevan dari informasi

tersebut. Siswa diarahkan untuk lebih

berani menyampaikan argumen atau

pendapat yang logis mengenai

pembelajaran atau permasalahan yang

diberikan. Selain itu, siswa juga dituntun

untuk lebih mencermati langkah-langkah

dan menyelesaikan masalah sehingga

siswa mampu mengevaluasi atau

memeriksa kembali dari langkah-langkah

yang telah dilakukan.

Dalam pelaksanaannya, ditemui

beberapa kendala pada saat penerapan

logika matematika kontekstual dalam

pembelajaran. Adapun kendala-kendala

tersebut adalah 1) masih ada siswa yang

kurang berani mengajukan pertanyaan,

mengemukakan pendapat, dan menanggapi

jawaban temannya, dan kegiatan

pembelajaran masih didominasi oleh siswa

yang berkemampuan tinggi. Untuk

Page 29: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

24

mengatasi kendala ini dapat memberikan

motivasi kepada siswa untuk aktif memberi

tanggapan, berpendapat, dan bertanya; 2)

siswa mengalami kesulitan dalam

mencermati suatu kalimat yang

mengakomodasi implikasi dan biimplikasi.

Kondisi ini dapat diatasi dengan

memberikan penjelasan kepada siswa

makna dari kalimat yang berbentuk

implikasi atupun biimplikasi merupakan

kalimat sebab akibat serta memberikan

contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari

siswa; 3) waktu pembelajaran matematika

di kelas yang terbatas, untuk mengatasi hal

tersebut dapat dengan memberikan

beberapa masalah untuk dikerjakan sebagai

latihan di rumah; 4) kemampuan

memahami masalah matematika yang

dimiliki siswa masih kurang. Banyak siswa

yang tidak mengerti dengan permasalahan

yang diberikan dalam bentuk soal cerita.

Untuk mengatasi hal itu, siswa lebih

banyak diberikan arahan, motivasi, dan

bimbingan yang lebih intensif sehingga

siswa lebih mudah memahami tugas yang

harus dikerjakan; 5) kurangnya sikap siswa

terhadap pelajaran matematika

menyebabkan siswa enggan mengerjakan

tugas atau menyelesaikan masalah

matematika yang diberikan. Kondisi ini

dapat diatasi dengan memberikan motivasi

bahwa pembelajaran bermanfaat dalam

kehidupan mereka sehari-hari.Walaupun

memiliki beberapa kendala, namun dengan

menerapkan logika matematika kontestual

dalam pembelajaran maka kemampuan

berpikir kritis siswa terlatih dan menjadi

lebih baik.Uraian tersebut memberikan

gambaran bahwa penerapan logika

matematika kontekstual dalam

pembelajaran matematika membawa

pengaruh positif terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, maka simpulan yang didapat

adalah ada pengaruh yang signifikan antara

pembelajaran dengan penerapan logika

matematika kontekstual terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa di mana

kemampuan berpikir kritis siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan

penerapan logika matematika kontekstual

lebih tinggi dibandingkan dengan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan

pembelajaran konvensional.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh, peneliti melalui tulisan ini

mengajukan beberapa saran sebagai

berikut.

1. Penelitian ini dilakukan pada populasi

yang terbatas. Untuk itu disarankan

kepada para peneliti mencoba

Page 30: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

25

menerapkannya pada populasi yang

lebih besar.

2. Penelitian ini terbatas pada pokok

bahasan memahami sifat-sifat bangun

dan hubungan antar bangunsehingga

untuk para peneliti selanjutnya

disarankan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut terhadap materi

matematika yang lain.

3. Kepada praktisi pendidikan khususnya

guru matematika untuk dapat

menerapkan logika matematika

kontekstual dalam pembelajaran di

kelas sebagai salah satu alternatif untuk

melatih kemampuan berpikir siswa,

khususnya kemampuan berpikir kritis

siswa.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2002a. Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

-------. 2002b. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

-------. 2002c. Manajemen Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta.

Candiasa. 2010. Pengujian InstrumenPenelitian Disertai AplikasiITEMAN dan BIGSTEPS.Singaraja: Universitas PendidikanSingaraja.

Daniel, W. W. 1989. Statistika NonParametrik Terapan. Jakarta: PT.Gramedia.

Depdiknas. 2006. Standar KompetensiMata Pelajaran Matematika SDdan MI. Jakarta: Depdiknas.

Ennis, R. H. 1991. Critical Thinking : AStreamlined Conception. TeachingPhilosophy.

http:// faculty.ed.uiuc.edu/rhennis/(diaksestanggal 22 Desember 2011).

Fisher, A. 2001. Critical Thinking AnIntrodution.Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Hudoyo, H. 2003. PengembanganKurikulum dan pembelajaranMatematika. Malang : IMSTEP.

Kartini, dkk. 2005. Matematika untukKelas X Jilid 1b SMA. Klaten : PT.Intan Pariwara.

Markaban. 2004. Logika Matematika.Yogyakarta. Direktorat PendidikanDasar dan Menengah. DepartemenPendidikan Nasional.

Primadani, N.P.A. 2011. Kajian LogikaKontekstual dan Penerapannya diSekolah. Singaraja. MakalahSeminar Matematika (TidakDiterbitkan). Jurusan PendidikanMatematika.Universitas PendidikanGanesha.

Septiani, N.M.A. 2010. Penerapan ModelPembelajaran I-IMPROVEberbantuan Microsoft Excel dalamUpaya Meningkatkan Motivasi danPemahaman Konsep MatematikaSiswa Kelas X5 SMA Negeri 4Singaraja. Skripsi (tidakditerbitkan). Jurusan PendidikanMatematika. UniversitasPendidikan Ganesha : Singaraja.

Sudjana. 1996. Metode Statistika.Bandung: Tarsito.

Sudiarta, I.G.P 2005. PengembanganKompetensi Berpikir Divergen danKritis Melalui Pemecahan MasalahMatematika Open-Ended. JurnalPendidikan dan Pengajaran IKIPNegeri Singaraja No. 3.

-------. 2007. Paradigma BaruPembelajaran MatematikaMembangun Kompetensi Berpikir

Page 31: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

26

Kritris melalui Pendekatan Open-Ended. Singaraja: PenerbitUniversitas Pendidikan Ganesha.

-------. 2008. Membangun KompetensiKrtis Melalui Pendekatan Open-Ended. Singaraja : UniversitasPendidikan Ganesha.

--------. 2007. Pengantar DasarMatematika. UniversitasPendidikan Ganesha : Singaraja

Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses danHasil Belajar Matematika. Jakarta:Depdikbud

-------. 2003. Strategi PembelajaranMatematika Kontemporer.Universitas Pendidikan Indonesia.

Yuwan, R. 2011. Keterampilan BerpikirKritis dengan Prinsip Logika.Program Studi Teknik Informatika.Institut Teknologi Bandung:Bandung

Page 32: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

27

TRANSFORMASI PASCA ERUPSI MERAPIDALAM LANDSCAPE PHOTOGRAPHY

Ramanda Dimas Surya Dinata, S.Sn., [email protected]

ABSTRAK

Berbicara mengenai landscape photography tidak semua fotonya menampilkankeindahan alam. Dalam kacamata sang fotografer termasuk penulis sendiri kerusakan hutan,padang tandus, bencana alam yang berefek pada kehancuran lingkungan juga bisa diabadikandan foto tersebut menjadi indah dalam konteks seni. Dalam dunia fotografi yang terpentingadalah bagaimana cara memandang suatu objek oleh sang fotografer dengan keinginannyamaka karya tersebut menjadi karya yang obyektif. Sebuah foto tidak hanya berorientasidokumentatif semata melainkan dapat sebagai luapan ekspresi senimannya. Dalam hal iniyang menjadi daya tarik adalah erupsi merapi. Letusan yang terjadi pada tahun 2010, efeknyaadalah seluruh area disekeliling gunung tersebut mengalami bencana panas yang cukup parah.Foto-foto yang ditampilkan memberi kesan estetis tersendiri dalam karyanya. Pemotret harusmengetahui metode atau tips bagaimana menghasilkan foto landscape dengan baik. Peralatankamera yang memadai baik kamera maupun pemilihan lensa sangat penting dalam prosespemotretan. Landscape photography dipilih karena dalam menampilkan sebuah pemandanganharus ditampilkan secara luas, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat lebih jelas.

Kata kunci: Erupsi merapi, landscape photography

PENDAHULUAN

Pada hakekatnya manusia dengan

akal dan pikirannya secara sadar telah

banyak memanfaatkan alam untuk

kebutuhannya. hasrat manusia untuk

mengontrol lingkungannya mengetahui

peluang-peluang yang ada untuk

dimanfaatkan, memelihara dan

mendokumentasikan sebuah objek yang

dianggapnya indah. Alam telah

menyediakan semua yang manusia

butuhkan khususnya dalam dunia fotografi

dan tergantung kemampuan sang

fotografer melihat objek tersebut sebagai

sasaran bidikannya agar mampu

mengangkatnya menjadi representasi alam

itu sendiri yang dihadirkan secara indah

dan menarik. Keindahan panorama alam

baik itu pesisir pantai, air terjun, padang

rumput hijau yang luas, pepohonan, bentuk

awan serta efek warna langit sunrise dan

sunset telah banyak menarik minat

fotografer untuk mengabadikannya dengan

berbagai teknik fotografi di dalamnya.

Karya tersebut dikenal dengan nama

landscape photography atau fotografi

pemandangan.

Berbicara mengenai landscape

photography tidak semua fotonya

menampilkan keindahan alam. Dalam

Page 33: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

28

kacamata sang fotografer termasuk penulis

sendiri kerusakan hutan, padang tandus,

bencana alam yang berefek pada

kehancuran lingkungan sekitarnya juga

bisa diabadikan dengan tema landscape

photography karena yang utama adalah

objek utama dalam foto tersebut yaitu

keadaan sebuah lingkungan alam yang

memang ingin ditampilkan atau menjadi

objek utama dalam karyanya. Karya yang

akan dibahas adalah mengenai keadaan

pasca erupsi merapi yang dihadirkan

penulis dalam karya landscape

photography. Gunung merapi merupakan

salah satu gunung teraktif di Indonesia.

Diantara gunung-gunung yang lain gunung

merapi adalah gunung yang paling

terkenal. Banyak aspek yang membuat

gunung api ini menarik selain yang

pertama tentu saja aktivitas vulkaniknya

dan juga merapi terletak di bagian tengah

pulau Jawa tepat berada di jantung budaya

Jawa yang kental sehingga aspek kultural,

mitologi dan aspek sosialnya juga menarik.

Merapi adalah gunung yang sering

mengalami erupsi yaitu kira-kira empat

sampai enam tahun sekali sejak tahun 1548

dan sudah meletus sebanyak 68 kali.

Letusan yang terjadi pada tahun 2010

membuat gunung ini sebagai gunung yang

paling diwaspadai saat ini. Akibat letusan

tersebut gunung merapi mengeluarkan

erupsi awan panas dan juga abu vulkanik

yang menyebabkan wilayah disekitar

merapi mengalami kehancuran yang tidak

sedikit. Banyak korban manusia yang telah

berjatuhan khususnya penduduk yang

bertempat disekitar lereng merapi tepatnya

daerah kecamatan Cangkringan kabupaten

Sleman. Hamparan pasir dan abu merapi

menyelimuti sebagian besar daerah

Cangkringan dan daerah lainnya yang

berada dekat lereng gunung. Longsoran

membuat sebagian bukit gundul dan

membuat jurang yang terjal. Hal tersebut

membuat karakteristik dari panorama yang

unik dan menarik perhatian penulis untuk

memvisualisasikan kedalam karya

fotografi. Tatkala proses yang dilalui

kadang menemui masalah antara lain

kondisi tempat yang berbahaya sehingga

mengancam nyawa sampai kondisi cuaca

yang tidak bersahabat. Tetapi dibalik itu

semua keinginan untuk mencari keindahan

itu bagi sang fotografer hal tersebut tidak

akan sebanding dengan perasaan senang

dan bangga ketika karya tersebut menjadi

karya yang indah dan luar biasa nantinya.

Tinjauan Pustaka

Begitu banyak panorama alam yang

indah tersedia di alam ini dan tidak akan

pernah habis untuk dijelajahi seumur hidup

sekalipun. Pemandangan alam menyajikan

keindahan yang berbeda di setiap waktu

dan akan sangat bermanfaat ketika alam ini

mampu menyentuh perasaan kemudian

divisualisasikan melalui sebuah kamera.

Page 34: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

29

Keindahan adalah the property of

any object that gives us the disinterested

pleasure we can derive from simply

comtemplating or apprehending that

individual object as such atau sifat dari

suatu benda yang memberi kita kesenangan

yang tidak berkepentingan yang kita bisa

peroleh semata-mata dari memikirkan atau

melihat benda individual itu sebagaimana

adanya (adler, 2002: 55). Keterkaitan yang

begitu erat antara manusia dan alamnya

tidak akan terlepas dalam dari bagian

kelangsungan hidup manusia di bumi ini.

Pengabadian sebuah karya yang indah

khususnya dalam karya landscape

photography memberi kepuasan tersendiri

untuk pemotretnya karena proses yang

dialami memiliki pengalaman empiris

tertentu dari setiap tempat yang

dikunjunginya.

Dalam dunia fotografi yang

terpenting adalah bagaimana cara

memandang suatu objek oleh sang

fotografer dengan keinginannya maka

karya tersebut menjadi karya yang

obyektif. Artinya karya itu seni karena tiga

hal yaitu sang pemotret yang mengatakan

itu seni, yang kedua karena karya tersebut

dipamerkan, dan yang terakhir adanya

interaksi dari penikmatnya maka karya

tersebut bisa dikatakan seni. Obyektivitas

adalah esensi fotografi, obyektivitas adalah

sumbangan sekaligus batas-batasnya.

Kejujuran, yang tidak lebih merupakan

intensitas dari penglihatan adalah prasarat

sebuah ekspresi yang hidup (Seno, 2007:

19).

Setiap orang memiliki sudut

pandang yang berbeda dalam melihat

kerusakan dari sebuah bencana atupun

yang lain, memang tidak semua orang

menyukai kehancuran apalagi akibat yang

ditimbulkan akan menyebabkan hal-hal

yang tidak diinginkan. Tetapi dari sudut

pandang penulis kehancuran tidak

selamanya bermakna keburukan, tetapi

pasti menyimpan sesuatu yang bisa

diangkat dalam kapasitas berkesenian

dalam ruang lingkup seni. Karena seni

tidak memandang kejelekan atau

keburukan. Seni diciptakan dalam sebuah

imajinasi pada manusia yang bersifat

abstraksi karena semua di dunia ini bersifat

abstrak. Penulis menangkap hal tersebut

sebagai suatu kebebasan dalam

berimajinasi, karena hal tersebut awal dari

sebuah ide.

Sebagaimana Susanne K. Langer

mengemukakan bahwa seni diatas segala-

galanya adalah komunikasi dari

“perasaan”, yakni segala hal yang dapat

dirasakan. Maka manakala terdapat suatu

efek bagi seseorang merasakan suatu

fenomena, maka dapat dikatakan bahwa

komunikasi tersebut lebih dari sekedar

dokumentasi tetapi sebuah ungkapan

perasaan. Kerusakan yang terjadi memang

sangat memprihatinkan tetapi akibat

Page 35: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

30

peristiwa tersebut membentuk sebuah

panorama yang menurut penulis bukan

sebagai kerusakan yang tidak memiliki arti

tetapi menghasilkan sebuah karakteristik

yang menarik saat penulis mengamatinya.

Sebenarnya gambar-gambar atau bentuk-

bentuk indah dari sebuah objek sudah ada

sebelum ia dipotret. Jadi objek itu ada

setelah kita mengamati lebih dalam dalam

sebuah observasi atau pengamatan dari

objek tersebut seperti yang dipaparkan oleh

Dr. Dwi Marianto, MFA.

Pemikir kebudayaan, Mudji

Sutrisno dalam Bing, “Siasat Kreatif

Seniman” (Gong Edisi 110/X/2009)

berpendapat bahwa :

“Setiap manusia (seniman)memiliki cara pandang berbedaterhadap estetikanya. Seluruhnyatidak lepas dari pengalaman subjekdalam menjalani proses-proseskeindahan. Tergantung di manasubjek ketika menjalani masa-masapendalaman terhadap rasa indahitu”.

Pohon-pohon yang berjejer dengan

warna sephia kehitam-hitaman beserta

bebatuan yang menghiasi menghidupi

imajinasi penulis dalam mengambil sebuah

gambar. Pengambilan gambar yang

diambil lebih pada panorama atau

landscape dengan objek pohon, batu,

tanah, dan hal-hal akibat dari erupsi

tersebut.

Pembahasan

Berkonsep pada “Transformasi

Pasca Erupsi” karya yang dibuat akan

diberi efek hitam putih untuk mendapatkan

kesan dramatis dan klasik. Keindahan alam

dapat mencangkup banyak hal dan juga

teknik pengambilannya. Suasana masing-

masing tempat tentunya mempunyai ciri

khas atau keunikan tersendiri. Dengan

mengetahui banyak tempat dan memahami

karakter tempat tersebut dapat

memudahkan dalam menuangkan ide-ide

ke dalam karya foto. Pengambilan gambar

baik komposisi, pencahayaan dan waktu

tergantung pada kesan apa yang ingin

ditampilkan atau bisa saja berkaitan

dengan perasaan si pemotret. Kadang tidak

mudah mendapatkan foto yang bagus

karena kondisi alam tidak bisa diprediksi,

ini membuat proses pemotretan menjadi

menarik meskipun kadang ada rasa

kecewa. Kondisi alam yang berubah-ubah

membutuhkan kejelian si pemotret untuk

bisa memprediksi keadaan sebelum

memotret. Tidak jarang para pemburu foto

landscape mendapatkan hasil foto yang

bagus secara tidak disengaja. Yang paling

utama tentu saja mempersiapkan kamera

DSLR dan tripod agar mempermudah

memotret pagi maupun malam hari sesuai

dengan keinginan fotografer. Ada beberapa

tips yang bisa dipakai saat memotret

landscape yaitu:

Page 36: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

31

1. Depth of field (dof)

Depth of field (dof) atau disebut

ruang ketajaman dalam sebuah foto bisa

menggunakan arperture (bukaan

diafragma) ditandai dengan tanda f pada

kamera. Semakin besar angka yang

digunakan seperti f14, f16, f18, f22, dan

seterusnya semakin kecil lubang

diafragmanya membuat ruang ketajaman

semakin besar yaitu semua objek yang

terdapat pada sebuah foto akan fokus

semua. Sedangkan jika memakai angka

kecil seperti f1,4 f2,8 f3,5 f5,6 dan

seterusnya ruang ketajaman akan semakin

sedikit dan foto yang dihasilkan biasanya

akan tampak beberapa bagian blur atau

tidak fokus.

Tetapi dalam foto landscape

memaksimalkan diafragma dengan bukaan

angka besar sangat dianjurkan karena

pengambilan objek lebih ke panorama atau

pengambilan sudut lebar atau luas. Lensa

yang dipakai adalah lensa wide atau lebar

agar foto dapat memperlihatkan

pemandangan yang luas. Sebenarnya tidak

hanya dengan pengaturan diafragma saja

untuk mengatur ruang ketajaman pada

objek foto tetapi jarak pemotretan seperti

semakin jauh objek makin luas ruang

tajamnya ataupun sebaliknya. Panjang

fokus lensa juga bisa menjadi faktor

pendukung, makin panjang lensa semakin

sedikit ruang tajam, sedangkan semakin

pendek panjang fokus maka semakin luas

ruang tajam.

2. Focal point atau Titik fokus

Titik fokus yang dimaksud bukan

titik fokus pada kamera melainkan lebih

pada point of interest (POI) objek yang

menjadi point dalam sebuah foto. Hampir

semua foto yang menarik atau bagus

memiliki POI mengapa penting ?, karena

pada saat kita melihat sebuah foto kita

ingin yang memandang memiliki sesuatu

yang dituju ketika pertama kali melihatnya.

Sebuah foto landscape memutuhkan POI

di dalamnya. POI bisa berupa bangunan,

pohon, batu, yang jelas sesuatu yang

menarik atau berbeda dari objek

disekitarnya.

3. Capture Moment

Capture Moment atau merekam

moment tidak hanya menangkap keindahan

langit, gunung, atau elemen alam yang lain

tetapi sebuah foto yang menarik saat kita

bisa peka melihat suatu peristiwa yang

jarang dilihat atau didapatkan contohnya

kerusakan hutan, maupun bencana alam

karena keadaan yang tidak indah pun bisa

disajikan secara indah dan berkesan untuk

orang yang melihatnya. Peristiwa tersebut

membawa esensi foto landscape memiliki

konteks yang luas dalam pengertiannya.

Page 37: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

32

4. Golden Hours

Sebuah pemandangan dapat

berubah dengan cepat, oleh karena itu

menetukan waktu yang tepat sangatlah

penting. Kadang mendapatkan

pemandangan yang terbaik atau menarik

justru bukan pada saat cuaca cerah atau

langit yang biru melainkan pada saat akan

hujan atau setelah hujan, langit dan awan

akan terlihat indah dan menarik. Bentuk

awan yang mendung memperkuat tekstur

awan dan membuat foto khususnya dengan

format hitam putih lebih terlihat dramatis.

Saat terbaik memotret (golden hours)

adalah 1 sampai 2 jam sebelum matahari

terbenam (sunset) atau 30 menit setelah

matahari terbit (sunrise).

5. Penggunaan Peralatan Bantu

Masih banyak yang berfikir bahwa

jika memotret foto landscape lebih bagus

memakai lensa wide padahal itu tidak

benar karena tidak hanya memakai lensa

wide lensa tele pun dapat digunakan. Lensa

apapun dapat dipakai tergantung situasi di

lapangan. Contoh jika memakai lensa wide

kita dapat merangkum sebuah

pemandangan seluas-luasnya dengan

memasukan objek yang banyak baik objek

yang dekat maupun jauh, sedangkan

dengan memakai lensa tele atau lensa jarak

jauh bisa mengisolasi pemandangan

dengan lebih detail, simple, dan focus. Saat

berada dilokasi usahakan mencoba

berbagai lensa yang dibawa jangan terpaku

pada satu lensa saja dan cobalah memotret

berulang-ulang sampai mendapatkan angle

(sudut pandang) yang unik dengan

menggunakan lensa yang tepat.

Beberapa alat bantu yang lain

adalah penggunaan filter pada lensa. Ada

beberapa jenis filter antara lain filter CPL

(circular polarizer) bentuknya yang

bundar dan bagian ring kaca filter dapat

diputar-putar yang berfungsi membelokan

cahaya sehingga dapat menaikan warna

dan kontras yang lebih baik.

Foto 1. Filter CPL(Sumber : http://www.lensam42.com)

Kemudian ada juga filter ND

(neutral density) dengan bentuk bundar

maupun kotak yang berfungsi menurunkan

f-stop itensitas cahaya mulai dari 1 stop, 2

stop dan seterusnya, untuk mendapatkan

teknik slow speed. Permasalahan yang

sering terjadi adalah jika pemotret ingin

mendapatkan teknik slow speed pada siang

hari, dengan itensitas cahaya yang besar

maka hal tersebut sangatlah sulit

mendapatkan. Oleh karena itu dengan

Page 38: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

33

memakai filter ND pemotret dapat

menggunakan shutter speed yang rendah,

sehingga objek air yang mengalir akan

terlihat seperti awan walaupun memotret

pada siang hari.

Foto 2. Filter ND dan GND(http://www.lensagaul.com/wp-

content/uploads)

Selain filter ND filter GND

(gradual neutral density) menjadi alternatif

lainnya. Karakternya yang bergradasi

dengan terbagi menjadi 2 bagian yaitu

setengah gelap dan setengah terang yang

berfungsi membuat itensitas cahaya lebih

seimbang. Contoh jika memotret sunrise

maupun sunset ketika ingin mendapatkan

warna langit yang merah yang sering

terjadi adalah bagian bawah akan terlihat

gelap maka jika memakai filter ini dapat

mendapatkan keduanya dengan langit yang

merah atau biru dan daratan yang terang

tanpa kekurangan cahaya atau gelap.

a. Proses Pemotretan Pasca Erupsi

Tahap pertama yang dilakukan

ialah tahap pengamatan atau observasi

dalam proses pemotretan. Tahap tersebut

harus dilakukan berulang kali agar

terciptanya sebuah ide penciptaan baik dari

komposisi, objek yang diambil, dan hal-hal

menarik yang ditemukan. Cuaca

merupakan faktor yang paling penting

yang harus diperhatikan sebelum memulai

proses pemotretan, karena dengan cuaca

yang buruk secara langsung meminimalis

cahaya yang dihasilkan sehingga hasil dari

pemotratan akan tidak maksimal. Cuaca

dan medan yang sulit dijangkau serta abu

vulkanik yang berbahaya bagi pernapasan

merupakan kesulitan-kesulitan yang sering

dihadapi dalam membuat karya dan hal

tersebut tidak menyurutkan niat untuk

mengambil gambar.

Tempat tersebut masih menjadi

tempat yang berbahaya bagi pengunjung

karena jurang yang terjal beserta asap

belerang masih keras tercium, sehingga

harus diwaspadai. Karena hal tersebut

cuaca dan suhu ditempat tersebut masih

terasa panas disretai panas terik yang

begitu menyengat membuat tidak bisa

berlama-lama memotret. Penulis harus

memakai masker untuk melindungi

pernapasan. Abu yang terbang bersama

angin juga berbahaya terhadap kamera

yang penulis bawa, sehingga penulis harus

berhati-hati dan selalu membersihkan

kamera sesudah memotret.

Kamera yang digunakan adalah

kamera Nikon D80 dengan lensa 18-135

mm, lensa 80-200mm, dan tripot dengan

merek SLIK. Pemotretan dilakukan pada

siang hari menjelang sore hari dan pagi

Page 39: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

34

hari sampai siang hari, waktu tidak

menentu tergantung kondisi dan cuaca

pada saat itu.

b. Proses Seleksi Foto

Setelah proses pemotretan

selanjutnya ialah tahap seleksi foto,

dimana ratusan foto yang diambil

dievaluasi dan diseleksi. Foto-foto yang

dianggap menarik dipisahkan dari foto-foto

yang lain. Foto-foto terpilih selanjutnya

dibawa ke pogram photoshop CS3 yang

dimaksudkan mengedit sebatas cropping,

mengatur ukuran, dan mengatur kontras

pada foto.

Karya Transformasi Pasca ErupsiMerapi Dalam Landscape Photography

Page 40: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

35

Kesimpulan

Kerusakan yang diakibatkan dari

erupsi menggambarkan kita sebagai

manusia hanya setitik kecil dari alam

semesta yang luas tak terhingga. Sebagai

seorang seniman khususnya seorang

fotografer mengabadikan sebuah moment

adalah instingnya dan fotografi tidak

semata-mata berbicara mengenai

dokumentasi saja melainkan sebagai

wadah untuk berekspresi dan berkreasi

sebagai gambaran luapan perasaan

pemotretnya. Landscape photography

sebagai bagian dari dunia fotografi adalah

salah satu tema yang memiliki

karakteristiknya tersendiri dengan

penampilannya yang menitik beratkan

pada keindahan alam. Mendapatkan foto

yang menarik dan luar biasa tergantung

dari kejelian yang memotret saat

mengemasnya ke dalam karya landscape

photography. Perkembangan dunia

fotografi yang pesat dan semakin canggih

mempermudah untuk menghasilkan foto

yang baik. Pentingnya bekerjasama dengan

alam membaca situasi, memprediksi

sampai mempelajari berbagai komposisi,

teknik-teknik fotografi, dan tata cahaya

adalah kunci kesuksesan pemotret

menghadirkannya menjadi karya foto yang

luar biasa dan dapat dinikmati oleh

penikmat atau pecinta fotografi.

Daftar Pustaka

Encyclopedia of Photography. (1984), APound Prees Book. CrownPublisher, New York.

Jauhari. 2010. Solo-Jogja Dalam Fotografi360 derajat. Penanggungjawabantertulis (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fotografi, ProgramPascasarjana Institut Seni IndonesiaYogyakarta.

Liang Gie, The. (1983), Garis BesarEstetika, Yogyakarta : Supersukses.

. (2004), Filsafatkeindahan. Yogyakarta : PUBIB.

Soedjai Kartasasmita. (2008). Di BelantaraFotografi Indonesia. Yogyakarta:LPP.

Suzanne K. Langer. (1957), Problems OfArt. Charles Scribner’s Sons, NewYork.

Soedjono, Soeprapto. (2006), Pot-PourriFotografi, Universitas Trisakti,Jakarta.

Page 41: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

36

PERAN TIPOGRAFIDALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

A. A. Sagung Intan Pradnyanita, S.Sn.,M.Sn.email : [email protected]

ABSTRAK

Desain Komunikasi Visual adalah suatu sarana untuk menyampaikan gagasan, konsep,maupun pesan kepada audien atau masyarakat melalui media-media yang dapat dilihat olehindra penglihatan. Desain komunikasi visual merupakan media yang bertujuan untukmengkomunikasikan pesan kepada masyarakat, yang terdiri dari elemen-elemen visual,seperti ilustrasi, teks, tipografi dan warna. Tipografi merupakan salah satu unsur visual yangberperan penting dalam media komunikasi visual untuk mengkomunikasikan ide atauinformasi kepada masyarakat. Dalam perancangan media komunikasi visual, pemilihantipografi yang tepat sangat diperlukan, baik dalam pemilihan bentuk huruf, mengetahui danmemahami karakter huruf, serta memanfaatkan potensi kekuatan huruf dalam perancanganmedia komunikasi visual. Peran tipografi dalam desain komunikasi visual, tentunya bukanhanya sekedar elemen bacaan, tetapi sebagai penyampai pesan, sebagai penyampai informasiatau petunjuk, bakhan tipografi sebagai ilustrasi dengan menampilkan komposisi dengan nilaiestetis.

Kata kunci : peran tipografi, desain komunikasi visual

PENDAHULUAN

Media komunikasi visual

tentunya sangat diperlukan hampir di

semua sektor, baik itu yang berkaitan

dengan bidang komersil, maupun non

komersil sebagai media penyampai

informasi. Salah satu unsur visual yang

memegang peranan penting dalam media

komunikasi visual adalah tipografi.

Tipografi telah mengakar sebagai seni dan

teknologi yang dianggap memiliki peran

penting dalam sejarah yang berkaitan

dengan dokumentasi dan pencetakan

naskah. Jadi tipografi bukan hanya sekedar

elemen bacaan, tapi juga memiliki unsur

seni yang luar biasa. Tipografi memiliki

peran dalam mengkomunikasikan ide atau

informasi melalui media komunikasi visual

baik cetak ataupun elektronik.

Tipografi merupakan representasi

visual dari komunikasi verbal, dan menjadi

unsur visual yang efektif dalam

menyampaikan suatu pesan. Huruf dan

tipografi dalam media komunikasi visual

memiliki kekuatan yang dapat

mengaktifkan gerak mata, dan dalam

penggunaannya harus memperhatikan

estetika, kenyamanan keterbacaan huruf,

serta interaksi huruf terhadap ruang dan

elemen visual lainnya. Dalam media

komunikasi visual, tipografi tentunya

Page 42: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

37

memiliki peran yang sangat penting dalam

penyampaian informasi baik itu untuk

mempromosikan produk maupun jasa.

Dalam perancangan media komunikasi

visual, pemilihan tipografi yang tepat

sangat diperlukan, baik dalam pemilihan

bentuk huruf, mengetahui dan memahami

karakter huruf, serta memanfaatkan potensi

kekuatan huruf dalam perancangan media

komunikasi visual.

1. Huruf dan Tipografi

Sebelum mengenal huruf, awalnya

manusia membuat catatan dengan gambar,

yang kemudian dikenal dengan istilah

pictogram yaitu gambar untuk

menerangkan sebuah objek. Pictogram

kemudian berkembang menjadi ideogram

(simbol yang menerangkan gagasan) dan

phonogram (simbol yang mewakili bunyi).

Seiring dengan perkembangan waktu,

sistem huruf dan tulisan kemudian makin

canggih dan terus berkembang sehingga

terbentuklah alphabet.

Berdasarkan arti kata, tipografi

berasal dari bahasa Yunani yaitu : tupos

(yang diguratkan) dan graphoo (tulisan).

Pada awalnya tipografi dikenal sebagai

ilmu cetak-mencetak, dan orang yang

bergelut dengan tipografi disebut dengan

tipografer, yaitu orang yang memiliki

pengetahuan dan keahlian untuk men-

setting huruf untuk dicetak. Tipografi

merupakan ilmu yang mempelajari segala

sesuatu tentang huruf, ataupun font. Dalam

hal ini, tipografi lebih lekat pada seni dan

teknik dalam merancang serta menata

huruf. Pada tahun 1960an, tipografi di

Indonesia masih dikenal dengan istilah

lettering, yaitu merancang huruf dengan

tangan (hand draw lettering). Namun

pengaruh perkembangan teknologi saat ini,

membuat istilah tipografi dan lettering

menjadi suatu hal yang berbeda. Tipografi

saat ini dikenal dengan segala sesuatu yang

berkenaan dengan huruf dan

pencetakannya, sedangkan lettering

merupakan teknik membuat huruf dengan

tangan dan alat-alat seperti pahat, pena,

kuas dan tidak untuk diproduksi secara

masal. Namun pada dasarnya tipografi

merupakan sarana untuk memvisualkan

kata-kata yang diungkapkan secara lisan ke

dalam bentuk yang dapat dilihat atau

dibaca.

Jenis Tipografi

Tipografi merupakan disiplin ilmu

yang berkenaan dengan cara memilih dan

mengelola huruf, mempelajari spesifikasi

dan karakteristik huruf, bagaimana

memilih dan mengelola huruf. Tipografi

dapat dikelompokkan berdasarkan struktur

anatominya menjadi 4 kelompok , yaitu :

serif, sans serif, sript dan dekoratif.

a. Serif : merupakan kelompok huruf

yang memiliki kait pada ujungnya,

huruf ini biasanya memberi kesan

Page 43: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

38

formal, klasik, elegan, mewah, dan

anggun. Dengan adanya serif, huruf

mampu membimbing mata untuk

mengikuti alur suatu teks dan memberi

kesan keesatuan dalam sebuah kata.

Huruf serif sering digunakan pada

media cetak seperti koran, majalah,

brosur.

Contoh : Times New Roman,

Bodoni, Century, dll.

b. Sans Serif : merupakan huruf tanpa

serif atau tidak memiliki kait, huruf ini

sifatnya kurang formal, sederhana dan

mudah dibaca. Huruf ini cenderung

digunakan pada media elektronik

seperti headline website, cd interaktif,

dll.

Contoh : Arial, Calibri, Gill Sans,

dll.

c. Script : merupakan jenis huruf yang

bentuknya didesain menyerupai tulisan

tangan, ada yang seperti goresan kuas

atau pena kaligrafi. Huruf ini didesain

untuk digunakan dalam teks yang

memadukan huruf kapital dan huruf

kecil. Huruf ini sifatnya anggun,

eksklusif, romantic, tradisional,

informal, namun tidak terlalu mudah

dibaca, sehingga tidak cocok sebagi

bodyteks. Huruf ini cenderung

digunakan untuk media cetak seperti

undangan pernikahan, upacara

tradisional.

Contoh : Brus Script , Lucida Handwriting ,

Mistral , dll.

d. Dekoratif : Kelompok huruf

bergaya display yang awalnya

digunakan dalam dunia periklanan

untuk menarik perhatian pembaca.

Huruf dekoratif dibuat dalam

ukuran besar, didesain sangat

detail, kompleks, dan biasanya

diberi ornament-ornamen yang

menarik, sehingga dapat memberi

kesan mewah, tradisional. Yang

menjadi prioritas pada huruf ini

adalah keindahannya. Huruf

dekoratif umumnya memiliki

bentuk yang rumit, dan hanya

cocok untuk dipakai secara

terbatas, misalnya untuk headline

(tidak cocok untuk body teks).

Contoh : Rosewood Std

Regular, Chiller,

Perkembangan tipografi yang diterapkan

dalam sebuah layout, teks yang berfungsi

untuk menarik perhatian pembaca, masuk

dalam display type, sedangkan teks yang

fungsinya sebagai body teks, disebut

dengan teks type. Berikut adalah perbedaan

antara display type dengan teks type :

a. Display Type

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

38

formal, klasik, elegan, mewah, dan

anggun. Dengan adanya serif, huruf

mampu membimbing mata untuk

mengikuti alur suatu teks dan memberi

kesan keesatuan dalam sebuah kata.

Huruf serif sering digunakan pada

media cetak seperti koran, majalah,

brosur.

Contoh : Times New Roman,

Bodoni, Century, dll.

b. Sans Serif : merupakan huruf tanpa

serif atau tidak memiliki kait, huruf ini

sifatnya kurang formal, sederhana dan

mudah dibaca. Huruf ini cenderung

digunakan pada media elektronik

seperti headline website, cd interaktif,

dll.

Contoh : Arial, Calibri, Gill Sans,

dll.

c. Script : merupakan jenis huruf yang

bentuknya didesain menyerupai tulisan

tangan, ada yang seperti goresan kuas

atau pena kaligrafi. Huruf ini didesain

untuk digunakan dalam teks yang

memadukan huruf kapital dan huruf

kecil. Huruf ini sifatnya anggun,

eksklusif, romantic, tradisional,

informal, namun tidak terlalu mudah

dibaca, sehingga tidak cocok sebagi

bodyteks. Huruf ini cenderung

digunakan untuk media cetak seperti

undangan pernikahan, upacara

tradisional.

Contoh : Brus Script , Lucida Handwriting ,

Mistral , dll.

d. Dekoratif : Kelompok huruf

bergaya display yang awalnya

digunakan dalam dunia periklanan

untuk menarik perhatian pembaca.

Huruf dekoratif dibuat dalam

ukuran besar, didesain sangat

detail, kompleks, dan biasanya

diberi ornament-ornamen yang

menarik, sehingga dapat memberi

kesan mewah, tradisional. Yang

menjadi prioritas pada huruf ini

adalah keindahannya. Huruf

dekoratif umumnya memiliki

bentuk yang rumit, dan hanya

cocok untuk dipakai secara

terbatas, misalnya untuk headline

(tidak cocok untuk body teks).

Contoh : Rosewood Std

Regular, Chiller,

Perkembangan tipografi yang diterapkan

dalam sebuah layout, teks yang berfungsi

untuk menarik perhatian pembaca, masuk

dalam display type, sedangkan teks yang

fungsinya sebagai body teks, disebut

dengan teks type. Berikut adalah perbedaan

antara display type dengan teks type :

a. Display Type

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

38

formal, klasik, elegan, mewah, dan

anggun. Dengan adanya serif, huruf

mampu membimbing mata untuk

mengikuti alur suatu teks dan memberi

kesan keesatuan dalam sebuah kata.

Huruf serif sering digunakan pada

media cetak seperti koran, majalah,

brosur.

Contoh : Times New Roman,

Bodoni, Century, dll.

b. Sans Serif : merupakan huruf tanpa

serif atau tidak memiliki kait, huruf ini

sifatnya kurang formal, sederhana dan

mudah dibaca. Huruf ini cenderung

digunakan pada media elektronik

seperti headline website, cd interaktif,

dll.

Contoh : Arial, Calibri, Gill Sans,

dll.

c. Script : merupakan jenis huruf yang

bentuknya didesain menyerupai tulisan

tangan, ada yang seperti goresan kuas

atau pena kaligrafi. Huruf ini didesain

untuk digunakan dalam teks yang

memadukan huruf kapital dan huruf

kecil. Huruf ini sifatnya anggun,

eksklusif, romantic, tradisional,

informal, namun tidak terlalu mudah

dibaca, sehingga tidak cocok sebagi

bodyteks. Huruf ini cenderung

digunakan untuk media cetak seperti

undangan pernikahan, upacara

tradisional.

Contoh : Brus Script , Lucida Handwriting ,

Mistral , dll.

d. Dekoratif : Kelompok huruf

bergaya display yang awalnya

digunakan dalam dunia periklanan

untuk menarik perhatian pembaca.

Huruf dekoratif dibuat dalam

ukuran besar, didesain sangat

detail, kompleks, dan biasanya

diberi ornament-ornamen yang

menarik, sehingga dapat memberi

kesan mewah, tradisional. Yang

menjadi prioritas pada huruf ini

adalah keindahannya. Huruf

dekoratif umumnya memiliki

bentuk yang rumit, dan hanya

cocok untuk dipakai secara

terbatas, misalnya untuk headline

(tidak cocok untuk body teks).

Contoh : Rosewood Std

Regular, Chiller,

Perkembangan tipografi yang diterapkan

dalam sebuah layout, teks yang berfungsi

untuk menarik perhatian pembaca, masuk

dalam display type, sedangkan teks yang

fungsinya sebagai body teks, disebut

dengan teks type. Berikut adalah perbedaan

antara display type dengan teks type :

a. Display Type

Page 44: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

39

Display Type

Berfungsi untuk menarik perhatian

pembaca

Biasanya berukuran besar (di atas

12 point)

Menggunakan typeface dengan

desain yang menarik, dan bisa

menggunakan semua jenis huruf

(serif, sans serif, script, dan

dekoratif)

Jumlah kata tidak banyak/ singkat,

seperti digunakan pada Judul, sub

judul, deck (gambaran singkat

tentang topik/ pengantar sebelum

orang membaca isi teks), pull quote

(garis besar dari isi).

Tingkat keterbacaan huruf

(legibility) tidak harus tinggi

Contoh : Bauhaus 93, Lucida

Handwriting, Rockwell, dll

b. Teks Type

Fungsinya untuk isi naskah atau

penjabaran pesan.

Biasanya berukuran kecil (12 point

ke bawah)

Typeface dengan tingkat

keterbacaan (legibility) tinggi, dan

huruf yang digunakan dengan jenis

serif dan sans serif.

Jumlah kata banyak/ panjang, dan

diterapkan pada bodyteks (bagian

isi teks)

Tingkat keterbacaan teks dan huruf

(legibility dan readability) harus

tinggi.

Contoh : Times New Roman,

Maiandra, Myriad Pro, dll.

Dalam merancang media

komunikasi visual, hal yang tidak kalah

penting dalam penggunaan tipografi adalah

kepekaan dalam menganalisa hubungan

antara bentuk visual huruf (fisik) dengan

kepribadian (non fisik) dari huruf itu

sendiri, seperti pada contoh di bawah :

Analisa fisik : huruf tersebut ternasuk

dalam display type/ dekoratif, stroke

berupa garis lengkung, legibility dan

readability rendah.

Analisa non fisik : berkesan feminine,

cantik, kekanakan, tidak bisa diam,

periang, apa adanya, positif,

menyenangkan, polos, bebas, ringan,

tidak kaku, bersahabat.

Display Type

Text Type Text Type

Text Type

Page 45: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

40

Analisa fisik : Slab serif, dengan stroke

geometris, legibility dan readability

cukup.

Analisa non fisik : berkesan maskulin,

berwibawa, dewasa, serius, teratur,

berat, gelap, kaku, tegas, akurat, kuat,

kokoh, tegap, penuh keyakinan.

Analisa fisik : menyerupai tulisan

tangan (Scriprt), semua huruf miring,

legibility dan readability rendah.

Analisa non fisik : berkesan bijaksana,

berkarisma, tua, tenang, serius, teratir,

ringan, artistic, apa adanya, penuh

pemikiran, berhati-hati, bernilai tinggi.

Analisa fisik : huruf tersebut ternasuk

dalam display type/ dekoratif, denga

stroke berupa goresan-goresan garis

manual, legibility dan readability

rendah.

Analisa non fisik : berkesan kacau,

sembarangan, dinamis, menyalahi

aturan, spontan, frustasi, kemarahan,

negative, pemberontakan, keburukan,

blak-blakan, agresif.

2. Desain Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual secara

etimologi terdiri dari tiga kata, yaitu : (1)

Desain yang artinya merencanakan atau

merancang, (2) Komunikasi artinya

menyampaikan pesan dari komunikator

kepada komunikan, dan (3) visual yang

berarti segala sesuatu yang dapat direspon

atau dilihat oleh mata. Jadi desain

komunikasi visual adalah seni dalam

menyampaikan pesan dengan

menggunakan bahasa rupa yang bertujuan

untuk menyampaikan informasi dari

komunikator kepada komunikan. Dengan

kata lain, desain komunikasi visual

merupakan suatu sarana untuk

menyampaikan gagasan, konsep maupun

informasi melalui media-media yang dapat

dilihat oleh mata, dan informasinya dapat

diterima dengan baik oleh masyarakat atau

audien.

Desain komunikasi visual memiliki

peran penting dalam menyampaikan pesan

atau informasi dari komunikator kepada

komunikan dengan menggunakan kekuatan

visual atau yang dapat dilihat dengan mata.

Unsur-unsur visual dalam desain

komuikasi visual yaitu : tipografi, ilustrasi,

warna, garis, bahkan sampai pada

pengaturan tata letak atau layout.

Desain komunikasi Visual

termasuk dalam kategori commercial art,

yang merupakan perpaduan antara seni

rupa (visual art) dan ketrampilan

komunikasi untuk tujuan bisnis atau yang

Page 46: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

41

Gambar 1. Contoh Keseimbangan SimetrisSumber : id.pinteres.com

dikenal dengan istilah advertising. Desain

Komunikasi Visual terus mengalami

perkembangan, yang secara tidak langsung

menyita perhatian masyarakat melalui

media-media seperti : cover majalah,

brosur, iklan majalah, poster indoor, kartu

nama, kemasan produk dan barang cetak

lainnya. Selain itu juga ada media outdoor

berupa poster, billboard, videotron,

spanduk, baliho, papan nama, dll. Semua

iklan tersebut berlomba-lomba untuk

menarik perhatian konsumen melalui

elemn-elemen visual, baik itu dari

penggunaan tipografi, ilustrasi, logo, dan

warna.

Desain yang baik, tidak hanya

didukung dengan ilustrasi, pemilihan

tipografi serta unsur-unsur visual yang

menarik dan berkualitas, tetapi juga harus

memenuhi prinsip dasar desain, yaitu :

a. Prinsip Keseimbangan :

adalah adanya keseimbangan dalam

bobot. Keseimbangan sangat penting

untuk diterapkan agar memiliki nilai

estetis dan enak dilihat. Keseimbangan

ada yang termasuk dalam

keseimbangan simetris, ada juga yang

asimetris.

1. Keseimbangan simetris adalah

keseimbangan antara ruang sebelah

kiri dan ruang sebelah kanan sama

persis, baik itu dalam besarnya

ukuran, arah, warna, dll. Contoh :

2. Sedangkan komposisi asimetris atau

bisa juga disebut keseimbangan

tersembunyi, yaitu keseimbangan

antara ruang sebelah kiri dan ruang

sebelah kanan meskipun keduanya

memiliki besaran yang tidak sama.

Contoh Keseimbangan Asimetris :

b. Prinsip Titik Fokus :

Merupakan fokal point atau pusat

perhatian dalam sebuah komposisi,

yaitu bagian yang pertama kali

ditangkap oleh pandangan mata. Titik

fokus dapat dicapai melalui perbedaan

yang kontras, seperti : perbedaan

ukuran, warna, tekstur, bentuk, arah

Gambar 2. Contoh Keseimbangan AsimetrisSumber : id.pinteres.com

Page 47: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

42

Gambar 4. Contoh Hirarki VisualSumber : id.pinteres.com

garis, dll. Seperti contoh di bawah,

prinsip titik fokus diterapkan dengan

adanya perbedaan ukuran, angka 5

dibuat dengan ukuran yang jauh lebih

besar, serta tekstur yang berbeda,

sehingga mata akan langsung tertuju

pada angka 5, sebagai titik fokus pada

komposisi tersebut.

c. Prinsip Hirarki Visual :

Merupakan prinsip yang mengatur

elemen-elemen visual, mengikuti

perhatian yang berhubungan langsung

dengan titik fokus. Titik fokus

merupakan perhatian pertama,

kemudian baru diikuti perhatian yang

lainnya. Jadi dalam prinsip tersebut,

mengarahkan atau menuntun pembaca

melalui kerangka informasi yang

disusun berdasarkan tingkat

kepentingan. Tiga pertanyaan penting

mengenai hirarki visual yaitu :

- Mana yang Anda lihat pertama?

- Mana yang Anda lihat kedua?

- Mana yang Anda lihat ketiga ?

d. Prinsip Ritme :

Ritme juga disebut irama, yang

merupakan pola yang diciptakan

dengan mengulang atau membuat

variasi elemen visual, beberapa atau

seluruhnya secara konsisten.

e. Prinsip Kesatuan :

prinsip mengorganisasikan seluruh

elemen visual dalam satu tampilan atau

komposisi. Kesatuan merupakan

keterpaduan yang berarti tersusunnya

beberapa unsur menjadi satu kesatuan

yang utuh dan serasi. Untuk mencapai

kesatuan desainer haruslah mengerti

tentang garis, bentuk, warna, tekstur,

kontars nilai, keseimbangan, titik fokus

dan ritme. Seperti pada contoh di

bawah, adanya kesatuan unsur visual,

baik itu pemilihan warna, huruf, garis,

maupun teksturnya.

Gambar 3. Contoh Titik FokusSumber : id.pinteres.com

Gambar 5. Contoh RitmeSumber : Suyanto, 2004

Page 48: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

43

Gambar 8. Contoh Peran Tipografi dalam IklanSumber : google.co.id

Gambar 7. Contoh Tampilan Bila Tanpa TeksSumber : google.co.id

3. Peran Tipografi dalam Desain

Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual

merupakan proses penyampaian pesan

kepada klayak atau masyarakat melalui

media yang dapat dilihat oleh indra

penglihatan.

Salah satu elemen penting dalam

desain komunikasi visual adalah tipografi,

yang fungsinya untuk menginformasikan

idea atau informasi kepada masyarakat.

Secara tidak langsung masyarakat selalu

berhadapan dengan tipografi di setiap

aktifitasnya, baik itu pada saat membaca

koran, majalah, merk kendaraan, bahkan

iklan-iklan outdoor yang dipajang di

pinggir jalan.

Masyarakat tentunya sudah tidak

asing lagi dengan iklan-iklan, baik itu iklan

yang ada di media elektronik, maupun

media cetak. Tipografi disini tentunya

memiliki peran yang sangat penting,

khususnya pada iklan dengan media cetak.

Misalnya pada sebuah iklan, kopi “Luwak

White Coffee” yang diperankan oleh

bintang iklan Lee Minho, jika tanpa ada

teks “Luwak White Coffee” atau

keterangan lainnya, tentu masyarakat tidak

mengetahui tentang iklan tersebut, atau

bisa saja masyarakat akan berpendapat

bahwa iklan tersebut sedang

mempromosikan bintang iklannya. Seperti

pada gambar 7 dan 8 :

Dari contoh di atas, terlihat peran

penting dari tipografi, dengan adanya teks

pada iklan tersebut, desainer komunikasi

visual dapat menyamakan persepsinya

dengan masyarakat yang melihat iklan,

karena media komunikasi visual harus

dapat berkomunikasi dengan masyarakat

yang melihat iklan.

Sebagai elemen desain komunikasi

visual, tipografi berperan sebagai : type as

text, type as information delivery, type as

image.

Gambar 6. Contoh KesatuanSumber : id.pinteres.com

Page 49: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

44

Gambar 9. Contoh Type as TextSumber : google.co.id

Gambar 10. Contoh Type as Information DeliverySumber : google.co.id

Gambar 11. Contoh Type as Information DeliverySumber : dokumentasi penulis, 2016

Gambar 12. Contoh Type as ImageSumber : id.pinteres.com

a. Type as Text

Type as Text : teks sebagai penyampai

pesan dari penulisnya, dan biasanya teks

dengan informasi yang cukup banyak.

Teks disini harus memperhatikan factor-

faktor optis. Di sini teks harus

mempertimbangkan legibility (keterbacaan

huruf) dan readability (keterbacaan teks),

karena menyangkut tentang kenyamanan

seseorang dalam membaca teks yang

cukup banyak. Contohnya : artikel

majalah, koran, tabloid, dll. Biasanya

komposisi tipografi tersebut diawali oleha

sebuah judul dengan ukuran lebih besar

untuk menarik perhatian pembaca. Selain

ukuran, pemilihan sifat huruf juga

memiliki peran dalam penentuan nilai

estetis dalam suatu desain.

b. Type as Information Delivery

Type as Information Delivery : tipografi

berfungsi sebagai penyampai informasi,

label tanda pengenal dan penunjuk arah.

Karena perannya sebagai penyampai

informasi, maka legibility dan readability

menjadi hal yang sangat penting bagi si

pembaca teks, sehingga pemilihan dan

pengaturan huruf harus diperhitungkan

dengan baik

c. Type as Image

Type as Image : Tipografi berperan

sebagai penyampai pandangan, sikap

dan ekspresi kreatif. Disini tipografi

tidak hanya sebagai teks, tapi juga bisa

dikomposisikan sebagai ilustrasi,

sehingga legibility dan readability

tidak menjadi prioritas, karena lebih

menekankan nilai estetisnya.

Page 50: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

45

Gambar 13. Contoh Type as ImageSumber : google.co.id

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas,

maka dibuat simpulan bahwa penggunaan

atau pemilihan tipografi yang tepat dalam

media komunikasi visual, akan

mempengaruhi keberhasilan dari desain

tersebut dalam menyampaikan informasi

kepada masyarakat. Tipografi dalam media

komunikasi visual tidak hanya sekedar teks

bacaan, tetapi juga berfungsi untuk

menginformasikan ide atau informasi

kepada masyarakat. Pemilihan tipografi

dalam sebuah desain, hendaknya

disesuaikan dengan pesan apa yang ingin

disampaikan dan dapat memberikan

kenyamanan kepada audiens pada saat

membaca teks yang terdapat dalam suatu

desain.

Tipografi merupakan bentuk visual

dari suatu komunikasi, yang memiliki

peran penting dalam desain komunikasi

visul untuk menyampaikan pesan kepada

audien. Tipografi sendiri memiliki

beberapa peran, yaitu sebagai penyampai

pesan, sebagai penyampai informasi, di

mana pemilihan font yang jelas dan

keterbacaan teks di sini sangat diperlukan.

Selain itu tipografi juga berperan sebagai

image atau gambar, dengan menampilkan

komposisi yang menarik dan estetis.

Daftar Pustaka

Rustan, Surianto. 2011. Huruf FontTipografi. Jakarta : PT GramediaPustaka Utama.

Rustan, Surianto. 2014. LAYOUT, Dasardan Penerapannya. Jakarta : PTGramedia Pustaka Utama.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirmana :Elemen-Elemen Seni dan Desain.Yogyakarta : Jalasutra.

Supriyono, Rakhmat. 2010. DesainKomunikasi Visual – Teori danAplikasi. Yogyakarta : ANDI.

Suyanto. 2004. Aplikasi Desain Grafisuntuk Periklanan. Yogyakarta :ANDI.

Page 51: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

46

KLASIFIKASI BIO-INSPIRED ALGORITHMDALAM PERSPEKTIF TEORI COMPLEX ADAPTIVE SYSTEM

Ketut Bayu Yogha BintoroTeknik Informatika, Universitas Trilogi

Alamat :Jln. TMP Kalibata Jakarta SelatanEmail :[email protected]

ABSTRACT

This Paper briefly describes the bio-inspired algorithm that can be viewed from theperspective of complex adaptive system. Some algorithms in bio-inspired algorithm canelaborate the understanding of complex adaptive system. In a field of artificial intelligencescience, Complex adaptive systems is a difficult problem to understand and model it.Swarming behavior of some living creature isa good fundamental reference source inunderstanding the complex adaptive system. This paper proposes classification of bio-inspiredalgorithm complexity in terms of quantity and quality as well as some examples of nature.

ABSTRAK

Paper ini menjelaskan secara ringkas bahwa bio-inspired algorithm dapat dilihat darisudut pandang complex adaptive system. Beberapa algoritma dalam bio-inspired algorithmdapat memperdalam pemahaman tentang complex adaptive system. Dalam rumpun ilmukecerdasan buatan, Complex adaptive system merupakan masalah yang sulit dimodelkan sertamemiliki pendekatan / metode tersendiri dalam memahami dan memodelkannya. Perilakuberkelompok beberapa mahluk hidup dapat menjadi sumber referensi fundamental dalammemahami complex adaptive system. Paper ini mengusulkan klasifikasi bio-inspiredalgorithm dilihat dari mekanisme kompleksitasnya yaitu dari sisi kuantitas dan kualitas sertabeberapa contoh alaminya.

Kata Kunci : Bio-inspired Algorithm, Complex Adaptive System, Klasifikasi

I. PENDAHULUAN

Dalam teori kompleksitas, jenis

komleksitas dapat dipandang dari dua

sudut pandang, yaitu kompleksitas secara

kuantitas (quantity of complexity) dan

kompleksitas secara kualitas (quality of

complexity). Menurut Standish (2008),

kompleksitas dipandang sebagai sebuah

class dari sistem yang sulit untuk dipelajari

atau dipahami menggunakan pendekatan

analisis tradisional. Kesulitan analisis

menjadi salah satu penyebab mengapa

hingga saat ini sulit mengukur tingkat

kompleksitas dari suatu sistem[10].

Mekanisme alam merupakan

contoh sistem kompleks yang banyak

menginspirasi para peneliti dalam

menemukan model matematis dan

algoritma untuk menyelesaikan kasus

tertentu dalam dunia nyata. Sebagai contoh

algoritma semut diciptakan untuk

mengatasi masalah optimalisasi pencarian

Page 52: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

47

jalur terpendek yang dapat diaplikasikan

pada routing jaringan, TSP, dan lain

sebagainya.

Dalam rumpun ilmu kecerdasan

buatan, Complex adaptive system

merupakan masalah yang sulit dimodelkan

serta memiliki pendekatan / metode

tersendiri dalam penanganannya, walaupun

demikian masalah tersebut sangat menarik

dan merupakan representasi kasus di dunia

nyata yang paling sering di temui sehingga

diperlukan kreativitas dan inovasi dalam

mengembangkan.

Berbagai jenis pendekatan untuk

mengatasi permasalahan tersebut, salah

satunya adalah menggunakan algoritma

yang terinspirasi dari perilaku mahluk

hidup atau mekanisme alami yang terjadi

di alam.

Bagian pertama paper akan

menjelaskan tentang latar belakang

permasalahan kemudian di bidang bahasan

akan dijabarkan algoritma yang terinspirasi

dari alam baik yang berasal dari perilaku

mahluk hidup ataupun fenomena alam,

pada tahap ini penulis mengusulkan

struktur klasifikasi algoritma-algoritma

yang terinspirasi dari alam dengan sudut

pandang Complex adaptive system beserta

beberapa contohnya. Bagian penutup

berupa kesimpulan dan kelanjutan

penelitian berikutnya.karena paper ini

merupakan paper awal dari pengayaan

materi complex adaptive system.

II. BAHASAN

Pada paper ini, fokus utama adalah

pada algoritma yang terinspirasi dari

mahluk hidup (Biological Inspired

Algorithm), meskipun demikian penulis

juga akan memberikan klasifikasi beberapa

algoritma yang terinspirasi dari fenomena

alam (Non - Biological Inspired

Algorithm).

Contoh-contoh akan diberikan

untuk memberikan gambaran lebih jelas

algoritma tertentu dan pendekatan

menitikberatkan pada hubungan perspektif

dengan teori adaptif kompleks sistem

(complex adaptive system).

Gbr 1. Klasifikasi Natural Inspired Algorithm

Gambar 1 merupakan deskripsi

klasifikasi algoritma yang terinspirasi dari

kejadian alam yang penulis usulkan.

Berdasarkan Gambar 1, jika dilihat dari

Page 53: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

48

sumber inspirasi, Algoritma yang

terinspirasi dari alam terbagi menjadi 2

kategori yatu inspirasi yang berasal dari

mahluk hidup dan bukan dari mahluk

hidup. Inspirasi yang berasal dari mahluk

hidup biasanya berupa hasil pengamatan

perilaku (behavior) baik binatang maupun

tumbuhan, yang dapat disebut mahluk

hidup dapat berupa mahluk hidup sel

tunggal hingga mahluk hidup multi sel

baik di dunia hewan maupun tumbuhan[8].

Contohnya antara lain :

1. Perilaku berbagai jenis serangga seperti

lebah, laron, semut, dan lain

sebagainya

2. Sekawanan burung

3. Sekawanan ikan

4. Sekawanan kunang-kunang dan lain

sebagainya.

Pada umumnya algoritma yang

dibentuk memodelkan perilaku spesifik

dari suatu mahluk hidup seperti perilaku

pencarian makanan pada semut, proses

pemilihan sarang pada lebah madu, proses

pergerakan sekawanan ikan, migrasi

burung dan lain sebagainya.

A. Non-Biological Inspired Algorithm

Algoritma yang terinspirasi bukan

dari mahluk hidup pada umumnya

berhubungan dengan proses fisika ataupun

kimiawi yang mendasari fenomena alam

seperti fenomena gravitasi, formasi aliran

sungai, musik dan lain sebagainya[3].

Hukum- hukum fisika atau kimia yang

melandasi terjadinya fenomena tersebut

pada umumnya menjadi pondasi dasar dari

algoritma yang ditemukan.

B. Biological Inspired Algorithm

Berdasarkan Gambar 1 , jika dilihat

dari sisi kuantitasnya, dapat terbagi

menjadi algoritma terinspirasi individu

atau yang berbasis koloni. Jika basisnya

merupakan individu maka titik beratnya

adalah pada kemampuan suatu individu

(baik hewan, manusia atau tumbuhan)

dalam beradaptasi dengan lingkunganya,

bagaimana memanfaatkan indra-indra yang

terdapat pada individu secara optimal

untuk beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan disekitarnya.

Sebagai contoh, teknik apa yang

digunakan lumba-lumba dalam mendeteksi

calon mangsanya [3], bagaimana strategi

ikan salmon dalam menghindari pemangsa,

bagaimana memodelkan teknik

brainstorming dalam menyelesaikan

permasalahan optimasi, dan lain

sebagainya [3].

Dalam beradaptasi tentu saja setiap

individu mengembangkan mekanisme atau

teknik-teknik khusus, jika dilihat dari

perbedaan strategi mekanisme atau teknik

yang digunakan maka beberapa algoritma

menggunakan teknik iterasi dan beberapa

terinspirasi dari mekanisme evolusi

mahluk hidup sebagai contoh mekanisme

Page 54: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

49

alami yang kemudian dimodelkan secara

matematis oleh peneliti.

Algoritma Genetika [11] merupakan

salah satu metode popular yang terinspirasi

proses evolusi mahuk hidup sebagai

model. Metode ini pada umumnya

digunakan untuk menyelesaikan masalah

optimasi [11]. Evolusi terjadi pada

kromosom individu yang merupakan

representasi dari solusi yang dihasilkan .

Evolusi kromosom individu

berkembang melalui mekanisme

persilangan (crossover) dan atau proses

mutasi pada salah satu sel kromosom

individu yang outputnya berupa populasi

kumpulan individu baru yang

merepresentasikan kumpulan solusi yang

dihasilkan dari proses persilangan.

Algoritma genetika merupakan salah satu

contoh proses komputasi yang berjalan

secara terpusat (centralized), proses

tercapainya solusi yang dihasilkan terjadi

pada satu rangkaian tunggal dalam tahap

evolusi [11]. Individu (kromosom) tidak

bertindak sebagai agent yang memiliki

otonomi tetapi lebih pada representasi

masalah – solusi yang akan dihitung dalam

satu proses komputasi tunggal yaitu

evolusi.

Gbr 2. Tahapan – tahapan dalam AlgoritmaGenetika[11]

Proses Evolusi pada algoritma

genetika tidak dapat dikaitkan secara

langsung dengan proses evolusi individu

lainnya karena perbedaan representasi

masalah – solusi (dalam hal ini

representasi kromosom) sehingga

kompleksitas komputasi suatu evolusi

tergantung dari banyaknya representasi

variabel yang dihitung pada satu proses

evolusi yang tidak bergantung / terkait

pada proses evolusi pada individu lainnya.

Contoh demikian merupakan kompleksitas

dari sisi kuantitas yang didapatkan dari

banyaknya iterasi dalam mencapai solusi.

Contoh lain algoritma yang menunjukkan

kompleksitas kuantitas adalah strategi

berburu dari lumba-lumba dalam

memanfaatkan sonar untuk melihat

Page 55: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

50

mangsa, mekanisme ini dikenal dengan

dolphin echolocation [8].

Gbr 3. Analogi echo lokasi pada lumba-lumba [8]

Gbr 4. Mekanisme Algoritma Echo lokasi padaLumba-lumba [8]

Proses alami perilaku berburu pada

lumba-lumba (Gambar 3) kemudian

dibuatkan model algoritmanya (Gambar 4),

model ini merupakan contoh dari algoritma

yang terinspirasi mahluk hidup dilihat dari

sisi kemampuan/perilaku individual.

C. Group Based Algorithm

Selain terinspirasi dari mahluk

hidup secara individual, Banyak algoritma

juga ditemukan dan berkembang

terinspirasi dari mahluk hidup yang

bergerak dalam kelompok atau grup [8].

Proses klasifikasi dalam hewan atau

mahluk hidup merupakan seuah fenomena

alami dimana sejumlah individu terlibat

dalam mekanisme pergerakan sebagai

sebuah grup [4].

Ciri khas dari algoritma ini antara lain :

a. Komputasi sederhana di levelindividual / agent, komputasi kompleksdi level grup[6].

b. Proses iterasi yang dalam mencapaisolusi terjadi di level individu dan levelkelompok.

c. Adanya mekanisme komunikasi secaralangsung ataupun tidak langsungdiantara anggota grup.

d. Tidak ada individu yang menjadipengatur pergerakan individu lainnya(self-organization)[6].

e. Pada Umumnya interaksi berlangsungpada individu dalam spesies yangsama.

f. Perilaku sistem sering kali tidak dapatdi prediksi.

Munculnya pergerakan bersama

dari sekelompok individu agent tanpa

adanya mekanisme koordinasi terpusat

didefinisikan sebagai mekanisme Self-

organization.Self-organization merupakan

pendekatan yang sangat powerful untuk

mendekripsikan complex system [4].

Menurut Visser et al., 2004 :

“defines self-organization as the evolution

Page 56: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

51

of a system into an organized form in the

absence of an external supervisor, where

"A system can be defined as a group of

interacting agents that is functioning as a

whole and distinguishable from its

surroundings by its behavior" and "An

organization is an arrangement of selected

parts so as to promote a specific

function"[15] .

Menurut Gatti (2008) : “Self-

organization is a dynamic and adaptive

process where components of a system

acquire and maintain information about

their environment and neighbors without

external control. A fundamental

engineering issue when designing self-

organizing emergent multi-agent systems

(MASs) is to achieve required macroscopic

properties by manipulating the

microscopic behavior of locally interacting

agents.”[4].

Pergerakan bersama dalam sebuah

grup terseut memunculkan beberapa

Terminologi untuk membedakan

pergerakan mahluk hidup dilihat dari jenis

hewannya, beberapa diantaranya antara

lain :

a. Swarm : Pergerakan grup dari spesies

yang sama pada serangga dan

zooplankton [4,5]

b. Schools : Pergerakan di level grup dari

spesies ikan dan binatang laut lainnya.

Pergerakan bersama sekelompok ikan

tanpa adanya koordinasi tunggal dan

hanya melihat pergerakan ikan / individu lain

yang terdekat [9].

c. Flocks : Pergerakan di level grup dari spesies

burung. Secara konsep hamper menyerupai

schools tetapi terdapat parameter tambahan

yaitu kesamaan kecepatan terbang dan arah

terbang dari kerumuman burung tersebut[8].

d. Herds : Pergerakan di level grup dari mamalia

[7].

Perbedaan yang paling terlihat dari

Individual based algorithm adalah

mekanisme komunikasi yang terjadi secara

langsung (individu ke individu) ataupun

secara langsung (individu – lingkungan –

individu) Komunikasi inilah peranan

penting terjadinya suatu pola interaksi

diantara individu dalam lingkungannya

yang menjadikan interaksi diantara spesies

yang satu dengan yang lainnya menjadi

unik disamping secara prinsip menghadapi

permasalahan yang berbeda. Jika pada

Individual based algorithm iterasi terjadi

pada terjadi pada seluruh proses didalam

sistem, maka tidak halnya dengan group

based algorithm, pada umumnya iterasi

yang dimaksud adalah penguatan pola

komunikasi dari satu individu terhadap

individu lainya.

Penguatan pola komunikasi akan

memperlihatkan pola kerjasama dan

kemungkinan solusi yang dihasilkan,

sebagai contoh Semut menggunakan

feromon sebagai media komunikasi antar

semut dalam proses pencarian jalur

terpendek dalam mencari makanan[2].

Page 57: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

52

Gbr 5. Pencarian jalur terpendek oleh spesiessemut dari sarang ke sumber makanan [11]

Interaksi diantara individu melalui

pola komunikasi tertentu secara langsung

atau stidak langsung akan mempengaruhi

lingkungan sekitarnya. Pada prinsipnya

Input dan Output proses interaksi tersebut

berasal dari lingkungan karena pergerakan

bersama individu tidak lain adalah untuk

menyesuaikan diri / beradaptasi terhadap

perubahan lingkungan yang terjadi

disekitar individu tersebut.

Adaptasi merupakan penyesuaian

yang dilakukan individu dalam suatu

sistem dengan tujuan untuk meningkatkan

nilai kesuksesan dalam bertahan hidup

dalam sistem lingkungan yang berbeda-

beda [4].

Sebagai contoh, kerumunan rayap

berinteraksi satu dengan lainnya untuk

membangun mekanisme pertukaran udara

di dalam sarang agar seluruh koloni dapat

hidup [13]. Modifikasi sarang diperlukan

rayap untuk menjaga suhu dan tekanan

angin di dalam sarang tetap optimal dan

tidak membahayakan koloni raya terutama

ratu rayap[14].

Gbr 6. Struktur kompleks sarang rayap [14]

Output atau solusi dari pola

interaksi ini dapat bersifat positif atapun

negatif bagi grup hewan itu sendiri.

Definisi positif dan negatif dapat

dipandang dari nilai solusi yang dihasilkan

grup tersebut apakah dapat mencapai

tujuan akhirnya atau justru mengarahkan

grup kearah yang tidak menguntungkan.

Solusi negatif sangat mungkin terjadi

karena grup bergerak berdasarkan

pergerakan majemuk tanpa koordinasi

sentral sehingga setiap individu di dalam

grup dapat mempengaruhi arah solusi yang

dihasilkan tanpa ada mekanisme kontrol

selain pola komunikasi yang dimiliki oleh

suatu species.

Sebagai contoh semut merah

seringkali bergerak ke peralatan elektronik

untuk mencari tempat perlindungan,

dengan menggunakan feromon sebagai

media komunikasi, sebagian anggota

kelompok lainnya yang menerima feromon

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

52

Gbr 5. Pencarian jalur terpendek oleh spesiessemut dari sarang ke sumber makanan [11]

Interaksi diantara individu melalui

pola komunikasi tertentu secara langsung

atau stidak langsung akan mempengaruhi

lingkungan sekitarnya. Pada prinsipnya

Input dan Output proses interaksi tersebut

berasal dari lingkungan karena pergerakan

bersama individu tidak lain adalah untuk

menyesuaikan diri / beradaptasi terhadap

perubahan lingkungan yang terjadi

disekitar individu tersebut.

Adaptasi merupakan penyesuaian

yang dilakukan individu dalam suatu

sistem dengan tujuan untuk meningkatkan

nilai kesuksesan dalam bertahan hidup

dalam sistem lingkungan yang berbeda-

beda [4].

Sebagai contoh, kerumunan rayap

berinteraksi satu dengan lainnya untuk

membangun mekanisme pertukaran udara

di dalam sarang agar seluruh koloni dapat

hidup [13]. Modifikasi sarang diperlukan

rayap untuk menjaga suhu dan tekanan

angin di dalam sarang tetap optimal dan

tidak membahayakan koloni raya terutama

ratu rayap[14].

Gbr 6. Struktur kompleks sarang rayap [14]

Output atau solusi dari pola

interaksi ini dapat bersifat positif atapun

negatif bagi grup hewan itu sendiri.

Definisi positif dan negatif dapat

dipandang dari nilai solusi yang dihasilkan

grup tersebut apakah dapat mencapai

tujuan akhirnya atau justru mengarahkan

grup kearah yang tidak menguntungkan.

Solusi negatif sangat mungkin terjadi

karena grup bergerak berdasarkan

pergerakan majemuk tanpa koordinasi

sentral sehingga setiap individu di dalam

grup dapat mempengaruhi arah solusi yang

dihasilkan tanpa ada mekanisme kontrol

selain pola komunikasi yang dimiliki oleh

suatu species.

Sebagai contoh semut merah

seringkali bergerak ke peralatan elektronik

untuk mencari tempat perlindungan,

dengan menggunakan feromon sebagai

media komunikasi, sebagian anggota

kelompok lainnya yang menerima feromon

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

52

Gbr 5. Pencarian jalur terpendek oleh spesiessemut dari sarang ke sumber makanan [11]

Interaksi diantara individu melalui

pola komunikasi tertentu secara langsung

atau stidak langsung akan mempengaruhi

lingkungan sekitarnya. Pada prinsipnya

Input dan Output proses interaksi tersebut

berasal dari lingkungan karena pergerakan

bersama individu tidak lain adalah untuk

menyesuaikan diri / beradaptasi terhadap

perubahan lingkungan yang terjadi

disekitar individu tersebut.

Adaptasi merupakan penyesuaian

yang dilakukan individu dalam suatu

sistem dengan tujuan untuk meningkatkan

nilai kesuksesan dalam bertahan hidup

dalam sistem lingkungan yang berbeda-

beda [4].

Sebagai contoh, kerumunan rayap

berinteraksi satu dengan lainnya untuk

membangun mekanisme pertukaran udara

di dalam sarang agar seluruh koloni dapat

hidup [13]. Modifikasi sarang diperlukan

rayap untuk menjaga suhu dan tekanan

angin di dalam sarang tetap optimal dan

tidak membahayakan koloni raya terutama

ratu rayap[14].

Gbr 6. Struktur kompleks sarang rayap [14]

Output atau solusi dari pola

interaksi ini dapat bersifat positif atapun

negatif bagi grup hewan itu sendiri.

Definisi positif dan negatif dapat

dipandang dari nilai solusi yang dihasilkan

grup tersebut apakah dapat mencapai

tujuan akhirnya atau justru mengarahkan

grup kearah yang tidak menguntungkan.

Solusi negatif sangat mungkin terjadi

karena grup bergerak berdasarkan

pergerakan majemuk tanpa koordinasi

sentral sehingga setiap individu di dalam

grup dapat mempengaruhi arah solusi yang

dihasilkan tanpa ada mekanisme kontrol

selain pola komunikasi yang dimiliki oleh

suatu species.

Sebagai contoh semut merah

seringkali bergerak ke peralatan elektronik

untuk mencari tempat perlindungan,

dengan menggunakan feromon sebagai

media komunikasi, sebagian anggota

kelompok lainnya yang menerima feromon

Page 58: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

53

tersebut mengikuti arah feromon tersebut

sambil terus menerus memperkuat jejak

feromon yang dilewatinya[2,10].

Jejak feromon dengan kuantitas

banyak akan menarik lebih banyak semut

untuk mengikutinya tanpa mengetahui

hasil akhir yang dicapai jika mengikuti

jejak tersebut[2,10]. Hasilnya banyak

anggota grup berkumpul dan membuat

sarang di peralatan elektronik, saat

peralatan tersebut diaktifkan banyak

anggota grup yang akhirnya tersengat arus

listrik atau terjebak dalam sistem mekanik

yang ada di perangkat tersebut.

Sebaliknya solusi positif dapat

dihasilkan dari hasil interaksi diantara

anggota grup tersebut seperti semut

menemukan jalur terpendek dari sarangnya

untuk mendapatkan makanan potensial dari

banyaknya kombinasi jalan yang mungkin

dilalui.

Selain adanya penguatan

komunikasi dalam interaksi diantara

anggota grup, salah satu karakteristik

lainnya adalah proses komputasi yang

berjalan secara terdistribusi. Setiap

individu didalam kelompok disebut

sebagai agent, dari sudut pandang

pendekatan agent, agent merupakan suatu

entitas yang memiliki otonomi sendiri

dalam menghasilkan suatu keputusan saat

menerima input dari lingkungan sekitarnya

[1] Dalam sebuah sistem yang kompleks,

agent harus berimplikasi terhadap

lingkungannya seperti mendapatkan

informasi dari agent lainnya dan

mempengaruhi perilaku agent lainnya

melalui kemampuan belajar dan

otonomidalam memaksimalkan fungsinya

dalam berbagai situasi [4].

Sifat otonomi membuat agent

dapat mengambil keputusan tanpa secara

langsung dipengaruhi oleh agent lainnya ,

karena dasar itulah setiap agent memiliki

mekanisme komputasi mandiri. Jika dilihat

dari sudut pandang kelompok, komputasi

otonom pada individu bukan merupakan

bagian dari konstruksi komputasi

kelompok sehingga mekanisme tersebut

mekanisme komputasi terdistribusi[1].

Komunikasi menjadi unsur penting

dalam input variabel perhitungan agar

tercipta pola interaksi diantara agent dalam

kelompok agent [13], komunikasi juga

menjadi pemicu emergence behavior

dalam pola interasi kelompok.

Dalam konsep kecerdasan

kelompok, proses komputasi di level agent

pada umumnya sederhana dan setiap agent

dalam kelompok yang sama memiliki

mekanisme komputasi yang sama[1].

Komputasi sederhana dilevel individual ini

merupakan pondasi dari terbentuknya pola

komputasi yang lebih kompleks di level

kelompok [13].

Solusi atau orientasi berada pada

level kelompok karena dengan

kesederhaan komputasi yang dimiliki

Page 59: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

54

individu agent tidak dapat mengatasi

proses adaptasi yang sangat dinamis di

lingkungan sekitarnya, untuk itulah

dibutuhkan interaksi antar agent sehingga

meningkatkan tingkat keberhasilan dalam

tahap adaptasi terhadap lingkungan sekitar

(i) (ii)Gbr 7. (i) mekanisme jembatan semut [2], (ii)

schooling pada kelompok ikan

Gambar7.memperlihatkan beberapa

interaksi yang muncul dari komunikasi

internal diantara anggota kelompok,

kerjasama antar kelompok memperbesar

kemungkinan adaptasi terhadap lingkungan

ataupun pemangsa.

Interaksi yang muncul dari tersebut

membentuk pola-pola unik tanpa

koordinasi tunggal di level kelompok atau

grup yang dikenal dengan istilah

emergence [4,13]. Seakan-akan pergerakan

di level kelompok tersebut

merepresentasikan keseragaman kondisi di

internal individu di dalamnnya, padahal

sebaliknya tidak ada keseragaman kondisi

/state internal yang secara implisit terlihat

di dalam individu [13].

State yang pada level individu

tidaklah harus sama untuk menghasilkan

pergerakan yang sama di level kelompok

[1,13], hal itulah yang menyebabkan

peristiwa emergence tersebut sukar di

prediksi dan diseragamkan, peristiwa yang

memicunya-pun sering kali tidak diketahui

secara pasti[1].

Peristiwa emergence tersebut yang

merepresentasikan kompleksitas secara

kualitas (Complexity in quality)[10].

Beberapa litarasi menyebutnya dengan

perilaku kolektif (collective behavior)[7].

Demikian dengan group based

algorithm, solusi yang dicapai dengan

menggunakan algoritma jenis ini selalu

dipandang dari level kelompok/grup,

iterasi-iterasi terjadi di level individual /

agent yang berkontribusi terhadap solusi

yang dihasilkan di level kelompok.

Tidaklah mudah intuk mengukur

peranan satu agent terhadap kontribusinya

terhadap pola yang ditimbulkan di level

kelompok, pola-pola tersebut seolah-olah

terjadi begitu saja, tidak dapat di prediksi,

tidak terstruktur dan tdak diketahui posisi

awal dan akhirnya. Pola Interaksi tersebut

menimbulkan adanya tingkat kompleksitas

(level of complexity)[4].

Page 60: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

55

Gbr 8. Arsitektur Skala Kompleksitas [4]

Level kompleksitas dapat bergerak

naik (semakin kompleks) ataupun turun

(semakin sederhana) dikarenakan adanya

pemicu, pemicu tersebut dikenal dengan

istilah emergence behavior[4]. Dengan

kata lain, emergence behavior

mempengaruhi dinamika pada level

kompleksitas sistem [4] Gambar 8

mendeskripsikan posisi emergence

behavior terhadap level kompleksitas.

III. KESIMPULAN

Paper awal ini dapat menjelaskan

secara ringkas bahwa Biological Inspired

Algorithm dapat dilihat dari sudut pandang

complex adaptive system. Kompleksitas

terbentuk dari adanya komunikasi diantara

agent ataupun agent dengan lingkungannya

yang kemudian menciptakan interaksi

dengan pola tertentu, proses interaksi

tersebut sebenarnya merupakan proses

adaptasi mahluk hidup dalam

menyesuaikan diri didalam lingkungannya

tetapi dilihat dari level grup/kelompok

(emergence behavior).

Perilaku berkelompok beberapa

mahluk hidup tersebut merupakan dasar

dari pemahaman fundamental complex

adaptive system yang beberapa diantaranya

dapat dimodelkan secara matematis untuk

menyelesaikan masalah yang relevan

dengan sumber inspirasinya, sebagai

contoh masalah optimalisasi dan

pendekatan berbasis agent.

Paper berikutnya akan membahas

secara mendalam algoritma-algoritma

berbasis individual agent dan algoritma-

algoritma berbasis group agent dan potensi

aplikasinya pada masalah optimalisasi

REFERENSI

Dessalles. Jean. L, Ferber. Jacques, Phan.Dennis, 2008, Emergence in Agent-Based Computational SocialScience : Conceptual, Formal, andDiagrammatic Analysis, IntelligentComplex Adaptive Systems, IGIPUBLISHING, 701 E. ChocolateAvenue, Suite 200, Hershey PA17033-1240, USA.

Dorigo. M, Stutze.T, 2004, Ant ColonyOptimization, MIT Press, ISBN 0-262-04219-3, England

Fister . I. Jr, Yang2. Xin-She, Fister. I,Brest. J, Fister. D, 2013, A BriefReview of Nature-InspiredAlgorithms for Optimization,ELEKTROTEHNIˇSKI VESTNIK80(3): 1–7, Slovenia.

Gatti.M.A, Lucena. C, Alencar. P, Cowan.D, 2008, Self-Organization andEmergent Behavior in Multi-

Page 61: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56

56

Agents Systems: a Bio-inspiredMethod and Representation Model,Monografias em Ciência daComputação, No. 19/08, ISSN:0103-9741, Brazil.

Holland. J.H, 1992, Genetics Algorithm,Scientific American, ed.July 1992.

Ismail.A, Herdjunanto. S, Priyatmadi. P,2012, Penerapan Algoritma AntSystem Dalam Menemukan JalurOptimal Pada Travelling SalesmanProblem (TSP) dengan KekanganKondisi Jalan, JNTETI, Vol.1 no.3,Yogyakarya

Jorge A. Ruiz-Vanoye, Ocotlán Díaz-Parra, Felipe Cocón, Andrés Soto,et.al, 2007, “Meta-[5]HeuristicsAlgorithms based on the Groupingof Animals by Social Behavior forthe Traveling Salesman Problem”,International Journal ofCombinatorial OptimizationProblems and Informatics, Vol. 3,No. 3, Sep-Dec 2012, pp. 104-123.ISSN: 2007-1558.

Kaveh. A., Farhoudi. N., 2013, A newoptimization method: Dolphinecholocation, Advances inEngineering Software p53-70,journal homepage:www.elsevier.com/locate/advengsoft.

Marsh. L, Onof. C, 2007, Stigmergicepistemology, stigmergic cognition,Cognitive Systems Research,doi:10.1016/j.cogsys.2007.06.009,Elsevier.

Standish. K.R, 2008, Concept andDefinition of Complexity, ComplexAdaptive Systems, IGIPUBLISHING, 701 E. ChocolateAvenue, Suite 200, Hershey PA17033-1240, USA

Somantri. O, Supriyanto. C. 2016,Algoritma Genetika UntukPredikasi peningkatan KebutuhanPermintaan Energi Listrik,JNTETI, Vol.5, no.2, Yogyakarta

Theraulaz. G, Bonabeau. E, 1999, A BriefHistory of Stigmergy, ArtificialLife 5: 97–116, MassachusettsInstitute of Technology, USA.

Tschke. G. S. N, Schut. M. C., ben. A. E.E, 2008, Emergent Specializationin Biologically Inspired CollectiveBehavior Systems, IntelligentComplex Adaptive Systems, IGIPUBLISHING, 701 E. ChocolateAvenue, Suite 200, Hershey PA17033-1240, USA.

Turner. J. S, 2010, Termites as models ofswarm cognition, 5: 19–43 DOI10.1007/s11721-010-0049-1,Springer Science + BusinessMedia.

Visser. A.G. Pavlin. S.P, van Gosliga,Maris. M, 2004 "Self-organizationof multiagent systems", Proc. of theInternational workshop MilitaryApplications of Agent Technologyin ICT and Robotics, The Hague,the Netherlands.

Page 62: ISSN: 1693 - 313 - std-bali.ac.id .pdf · edisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur dan Teknologi Infomasi”. Edisi ini diawali dengan artikel

ISSN: 1693 - 313

Isu dan Permasalahan Permukiman di DAS (Daerah Aliran Sungai)Tukad Badung Denpasar

I DEWA GEDE PUTRA, ST.,MT.

Pengaruh Penerapan Logika Matematika Kontekstual Dalam PembelajaranMatematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar(Penelitian Eksperimen Di Kelas V Sd Gugus 9 Kecamatan Buleleng)

I MADE YOGA WICAKSANA

Transformasi Pasca Erupsi Merapi Dalam Landscape PhotographyRAMANDA DIMAS SURYADINATA, S.SN., M.SN.

Peran Tipografi dalam Desain Komunikasi VisualA. A. SAGUNG INTAN PRADNYANITA, S.SN.,M.SN.

Klasifikasi Bio-Inspired AlgorithmDalam Perspektif Teori Complex Adaptive System

KETUT BAYU YOGHA BINTORO

Jurnal NewMedia Vol. VII No. 2 September 2016 ISSN : 1693 – 313