issn 0853 v i s i oktober2016.pdf · issn 0853 – 0203 stt no. 1541/sk/ditjen ppg/stt/1990 ......

154
ISSN 0853 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 V I S I Volume 24 Nomor 3 Oktober 2016 Analisis Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani Kopi di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Erika Pardede Peran Bhayangkari, Latar Belakang Pendidikan POLRI, dan Satuan Kerja Dalam Meningkatkan Pendapatan (Studi Kasus Pada Pama dan Pamen Polda Sumut) Mei Hotma Mariate Munte Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor Pemilihan Profesi (Studi Emperis pada Mahasiswa Akuntansi di Perguruan Tinggi di Medan-Sumatera Utara) Herti Diana Hutapea Pengaruh Waktu Electroplating dengan Chrom Pada Baja Karbon Rendah Terhadap Kekerasan, laju Korosi dan Tebal Lapisan Sutan LMH Simanjuntak 1) Parulian Siagian. 2) Analisis Kinerja Dan Daya Saing Perekonomian Sumatera Utara Memasuki Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Jongkers Tampubolon 1 ), Albina br. Ginting 2 ) Analisis Daya Saing Komoditi Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Hotden L. Nainggolan 1, ), Johndikson Aritonang 2 ) Determination the Location and Size of Each Zona of Regional Water Conservation Area in Central Tapanuli Distric Pohan Panjaitan Analisa Waktu Pemesinan Pada Proses Pembubutan Nelson Manurung Majalah Ilmiah Universitas HKBP Nommensen

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990

V I S IVolume 24 Nomor 3 Oktober 2016

Analisis Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani Kopi diKecamatan Pollung – Kabupaten Humbang Hasundutan

Erika PardedePeran Bhayangkari, Latar Belakang Pendidikan POLRI, dan

Satuan Kerja Dalam Meningkatkan Pendapatan(Studi Kasus Pada Pama dan Pamen Polda Sumut)

Mei Hotma Mariate MuntePersepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai

Faktor-Faktor Pemilihan Profesi(Studi Emperis pada Mahasiswa Akuntansi di Perguruan Tinggi di

Medan-Sumatera Utara)Herti Diana Hutapea

Pengaruh Waktu Electroplating dengan Chrom Pada Baja Karbon RendahTerhadap Kekerasan, laju Korosi dan Tebal Lapisan

Sutan LMH Simanjuntak1) Parulian Siagian.2)

Analisis Kinerja Dan Daya Saing Perekonomian Sumatera UtaraMemasuki Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Jongkers Tampubolon 1), Albina br. Ginting 2)Analisis Daya Saing Komoditi Kopi di

Kabupaten Humbang HasundutanHotden L. Nainggolan 1,), Johndikson Aritonang 2)

Determination the Location and Size of Each Zona of Regional WaterConservation Area in Central Tapanuli Distric

Pohan PanjaitanAnalisa Waktu Pemesinan Pada Proses Pembubutan

Nelson Manurung

Majalah IlmiahUniversitas HKBP Nommensen

Page 2: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

V I S IMajalah Ilmiah

Universitas HKBP Nommensen

Izin Penerbitan dari Departemen Penerangan Republik IndonesiaSTT No. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990

7 Pebruari 1990

Penerbit:Penasehat:

Pembina:

Ketua Pengarah:

Ketua Penyunting:

Anggota Penyunting:

Lay out:Tata Usaha:

Universitas HKBP NomensenKetua BPH YayasanRektorPembantu Rektor IPembantu Rektor IVKetua Lembaga Penelitian dan PengabdianMasyarakatProf.Dr.Monang Sitorus, M.Si

Prof.Dr. Monang Sitorus, M.SiIr. Rosnawyta Simanjuntak, MPDr. Richard Napitupulu, ST.,MTDr. Jadongan Sijabat, SE.,M.SiJunita Batubara, S.Sn.,M.Sn.,PhDProf. Dr. Hasan Sitorus, MSDr. Budiman Sinaga, SH.,MHDr. Sondang Manik, M.HumAlida Simanjuntak, S.PdRonauli Panjaitan, A.Md

Alamat Redaksi:

Majalah Ilmiah “VISI”Universitas HKBP NommensenJalan Sutomo No.4A Medan 20234

Sumatera Utara – Medan

Majalah ini diterbitkan tiga kali setahun: Pebruari, Juni dan OktoberBiaya langganan satu tahun untuk wilayah Indonesia

Rp 30.000 dan US$ 5 untuk pelanggan luar negeri (tidak termasuk ongkos kirim)Biaya langganan dikirim dengan pos wesel, yang ditujukan kepada Pimimpin Redaksi

Petunjuk penulisan naskah dicantumkan pada halaman dalamSampul belakang majalah iniE-mail : visi @ yahoo.co.id

Page 3: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990

V I S I_____________________________________________________________Volume 24 Nomor 3 Oktober 2016____________________________________________________________________________________________

Erika Pardede

Mei Hotma MariateMunte

Herti Diana Hutapea

Sutan LMHSimanjuntak,Parulian Siagian

Jongkers Tampubolon,Albina Br. Ginting

Hotden L. NainggolanJohndikson Aritonang

Pohan Panjaitan

Nelson Manurung

Analisis Ketahanan Pangan RumahtanggaPetani Kopi di Kecamatan Pollung –Kabupaten Humbang Hasundutan

Peran Bhayangkari, Latar BelakangPendidikan POLRI, dan Satuan Kerja DalamMeningkatkan Pendapatan (Studi KasusPada Pama dan Pamen Polda Sumut)

Persepsi Mahasiswa Akuntansi MengenaiFaktor-Faktor Pemilihan Profesi(StudiEmperis pada Mahasiswa Akuntansi diPerguruan Tinggi di Medan-Sumatera Utara)

Pengaruh Waktu Electroplating denganChrom Pada Baja Karbon Rendah TerhadapKekerasan, laju Korosi dan Tebal Lapisan

Analisis Kinerja Dan Daya SaingPerekonomian Sumatera Utara MemasukiEra Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Analisis Daya Saing Komoditi Kopi diKabupaten Humbang Hasundutan

Determination the Location and Size ofEach Zona of Regional Water ConservationArea in Central Tapanuli Distric

Pada Proses Pembubutan

2685-2693

2694-2714

2715-2742

2743-2766

2767-2781

2782-2800

2801-2811

2812-2833

Majalah IlmiahUniversitas HKBP Nommensen

Page 4: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh kasih dan ridhoNya majalahilmiah Universitas HKBP Nommensen “VISI” Volume 24, Nomor 3, Oktober 2016dapat terbit.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Saudara yangtelah mengirimkan artikel untuk dimuat di majalah ini. Dalam rangka pengembangankualitas tulisan dan penerbitan serta terjalinnya komunikasi dalam pertukaraninformasi ilmiah, kami akan senang hati apabila Saudara berkenan memberikanmasukan dan mengirimkan tulisannya untuk dimuat pada edisi selanjutnya.

Akhirnya, kami berharap semoga tulisan-tulisan yang dimuat pada edisi inibermanfaat bagi para pembaca.

Pro Deo et PatriaRedaksi

Page 5: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL

Majalah Ilmiah “Visi”, UHN adalah salah satu sarana/media bagi ilmuan dalammenyebarluaskan ilmu pengetahuan, baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan itu sendirimaupun untuk kepentingan pembangunan secara umum. Redaksi mengundang ilmuan dariberbagai bidang ilmu pengetahuan untuk berperan serta dalam mengisi majalah ini. Naskah yang dikirim ke redaksi ditulis mengikuti tata cara penulisan ilmiah yang baku

secara umum, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, dengan spesifikasi:- Ukuran kertas : A4 atau letter- Ketikan : 2 spasi- Jumlah halaman : maksimum 24 halaman, dan- Software : Microsoft Words

Format dan Pedoman PenulisanJudulNama PenulisAbstrak (maksimum ¾ halaman). Memuat tujuan, metode dan kesimpulan hasilpenelitian, disertai kata kunci. Abstrak dalam bahasa Inggris bila naskah dalam bahasaIndonesia atau sebaliknya.I. Pendahuluan (maks. 4 hal.), memuat latar belakang, masalah, tinjauan pustaka,

tujuan dan hipotesis (bila ada).II. Metodologi penelitian (maks. 3 hal), memuat tempat dan waktu penelitian, bahan

dan alat atau objek penelitian, perlakuan (bila ada) dan metode (mis.: kriteria sampel,uji statistik).

III. Hasil penelitian dan Pembahasan (maks. 12 halaman). Memuat hasil penelitian dankemukakan secara menarik dan mudah dimengerti, hindari tabel lampiran.Pembahasan memuat interpretasi hasil yang didukung oleh tinjauan pustaka, dan bilaperlu pembahasan kelemahan dan kekuatan metode (penelitian) yang digunakan.

IV. Kesimpulan dan saran (maks. 2 halaman). Memuat kesimpulan yang relevan denganjudul dan saran (bila ada) yang relevan dengan penelitian.

Daftar Pustaka (maks. 2 halaman). Memuat daftar pustaka secara alfabetis dan hanyayang dikutip saja, dengan susunan.

Untuk buku: nama belakang. Nama depan (tahun), Judul, kota tempat penerbitan.Penerbit.Untuk penerbitan periodikal: nama belakang, nama depan, (tahun). Judul tulisan,Nama Periodikal, Vol. (nomor), nomor halaman.

Prosedur pengiriman naskah:- Kirimkan 1 (satu) eksemplar manuskrip naskah, file naskah dalam disket 31/2, serta

riwayat hidup penulis ke alamat Redaksi Majalah VISI UHN.- Naskah belum pernah diterbitkan atau sedang dalam proses penerbitan pada media

lain.- Naskah yang dikrim ke redaksi sepenuhnya menjadi milik redaksi.

Redaksi berwewenang menyunting artikel tanpa mengubah isi dan tujuannya.

Page 6: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2685

ISSN 0853 - 0203

Analisis Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani Kopi di KecamatanPollung – Kabupaten Humbang Hasundutan

Erika Pardede1

1Pogram Studi Teknologi Hasil Pertanian - Fakultas Pertanian –Universitas HKBP Nommensen, Medan - Indonesia

Abstrak.

Budidaya kopi merupakan penyumbang terbesar (44,4%) terhadappendapatan petani di kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan.Usaha tani lainnya seperti padi sawah, palawija dan kemenyan menyumbang41%. Status ketahanan pangan rumahtangga petani kopi Pollung didominasioleh kategori rentan pangan, dengan menggunakan indikator proporsipengeluaran untuk belanja pangan yang dikombinasikan dengan kecukupanenergi rumahtangga (Household Consumption and Expenditure Survey;HCES). Prevalensi rumahtangga yang tahan, rentan, kurang dan rawanpangan berturut-turut 23,3%, 50%, 13,3%, 13,3%. Rumahtangga petani kopidi Pollung mengandalkan nasi beras sebagai sumber utama energi dan ikanasin sumber utama protein. Separuh rumahtangga mengalami defisiensienergi dan 63,5% mengalami defisiensi protein. Selain dengan peningkatanpendapatan, penganekaragaman sumber energi seperti umbi-umbian dansumber protein seperti telur diharapkan dapat memperbaiki status ketahananpangan rumahtangga petani kopi di Pollung.

Keywords: Ketahanan pangan; petani kopi; proporsi belanja pangan;kecukupan energi

1. Pendahuluan

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampaidengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam dan bergizi, merata, danterjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budayamasyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan(Undang –Undang Republik Indonesia No 18 tahun 2012 tentang Pangan).Senada dengan pendefinisian oleh FAO (1996), dimana ketahanan pangan

Page 7: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2686

ISSN 0853 - 0203

dicapai ketika tersedia cukup bahan pangan baik tingkat global, nasional,masyarakat maupun tingkat rumah tangga, sepanjang waktu, dan terdapatakses fisik maupun ekonomis untuk mendapatkan kebutuhan pangan sesuaiyang diinginkan untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan aktif.

Tergambar bahwa terdapat empat aspek utama dalam ketahanan pangan, yakniaspek ketersediaan, akses, utilitas dan stabilitas. Meskipun demikian banyaknegara yang hanya menekankan tingkat pemenuhan kebutuhan, yakni ketikasuatu negara dapat memproduksi bahan pangan dalam jumlah yang cukupuntuk memenuhi kebutuhan jumlah penduduknya (Pinstrup-Andersen, 2009).

Terdapat berbagai metoda yang digunakan dalam mengevaluasi ketahananpangan rumah tangga dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda.Metoda-metoda seperti Coping Stategies Index (CSI), Reduced CopingStategies Index (rCSI), Household Food Insecurity Access Scale (HFIAS), TheHousehold Hunger Scale (HHS), Food Consumption Score (FCS), HouseholdDietary Diversity Scale (HDDS), A self-assesed Measure of Food Security,dan Household Consumption and Expenditure Survey (HCES) (Maxwell dkk.,2013; Smith and Subandoro, 2007) telah banyak sebagai alat untuk menilaistatus ketahanan pangan baik tingkat rumahtangga maupun tingkat negara.Pendekatan yang berbeda pada meoda yang berbeda tentu saja dapatmenghasilkan penilaian status ketahanan pangan suatu rumah tangga berbeda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketahanan pangan rumahtanggapetani kopi yang berdomisili di Kecamatan Pollung – Kabupaten HumbangHasundutan, dengan menggunakan metoda Household Consumption andExpenditure Survey (HCES), yakni metoda yang menerapkan pendekatan yangmengkombinasikan jumlah proporsi pengeluaran untuk belanja pangan (aspekakses) dengan kecukupan energi rumahtangga (aspek utilitas).

2. Metoda PenelitianPenelitian dilakukan di Kecamatan Pollung - Kabupaten HumbangHasundutan, Provinsi Sumatera Utara, menggunakan metode kuantitatif yaknimetode survey ketahanan pangan dengan Household Consumption andExpenditure Survey (HCES). Penetapan kecamatan sampel dilakukan denganmetode purposive sampling, yakni daerah dimana petani kopi juga sekaligusmelakukan budidaya padi sawah. Sehingga terpilihlah Pollung sebagaikecamatan sampel, dengan jumlah responden 30 rumahtangga. Penetapankelompok tani terpilih tersebut dilakukan dengan metode Simple Random

Page 8: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2687

ISSN 0853 - 0203

Sampling (Stukel dkk, 2012). Data diperoleh melalui wawancara, observasi,dan pencatatan.

Data umum yang dikumpulkan berupa profil rumahtangga yakni usia, jumlahdan jenis kelamin anggota rumahtangga. Jumlah pendapatan dan pengeluaranrumah tangga diperoleh dari angka rata-rata pendapatan dan pengeluaran setiapbulannya. Konsumsi energi rumah tangga diperoleh melalui pencatatan balik(recall) kondisi 1 x 24 jam, dimana angka asupan energi total dihitung melaluikonversi jumlah setiap jenis makanan ke nilai energi yang dikandungnya.Dalam hal ini, semua jenis bahan yang dimasak/dipersiapkan dianggap habisdikonsumsi.

Patokan dasar pada metoda ini adalah jumlah pengeluaran rumahtangga yangdibelanjakan untuk pangan. Maxwell dkk. (2013) belanja rata-ratarumahtangga masyarakat Indonesia untuk pangan adalah < 60% dari totalpengeluaran. Angka ini dijadikan dasar utama untuk membedakanrumahtangga yang kategori tahan dan tidak tahan pangan. Pengukuran inidikolaborasikan dengan penilaian atas kecukupan gizi masing-masingkeluarga, dalam hal ini menggunakan angka kecukupan energi (AKE) danangka kecukupan protein (AKP) untuk orang Indonesia seperti ditetapkandalam Widya Karya Pangan Nasional. Berdasarkan rasio jumlah energi yangdikonsumsi semua anggota keluarga terhadap kebutuhan total AKE darirumahtangga tersebut, rumahtangga dapat dikategorikan cukup ataumengalami defiensi energi. Ketika suatu rumah tangga mengkonsumsi energi≥ 80% dari AKE rata-rata rumahtangga, maka rumahtangga dimaksud dapatdikategorikan tahan, dan konsumsi < 80% dari AKE mengindikasikanketidaktahanan pangan (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Untuk penetapanstatus ketahanan pangan rumahtangga digunakan kriteria pada tabel berikut.

Table 1. Kriteria Ketahanan Pangan menurut HCESStatus KetahananPangan

Indikator

Tahan Pangan Pengeluaran untuk pangan < 60% pengeluarantotal; Asupan energi ≥ 80% dari AKE rata-rata rumahtangga

Rentan Pangan Pengeluaran untuk pangan ≥ 60% pengeluarantotal; Asupan energi ≥ 80% dari AKE rata-rata rumahtangga

Page 9: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2688

ISSN 0853 - 0203

Kurang Pangan Pengeluaran untuk pangan < 60% pengeluarantotal; Asupan energi < 80% dari AKE rata-rata rumahtangga

Rawan Pangan Pengeluaran untuk pangan ≥ 60% pengeluarantotal; Asupan energi < 80% dari AKE rata-rata rumahtangga

Diadopsi dari: Smith dan Subandoro (2007) dan Kementerian KesehatanRI, 2016

3. Hasil dan Pembahasan

Rumahtangga petani kopi di Pollung memiliki rata-rata 6 anggota keluarga.Sebanyak 63,3 % kepala keluarga berusia 30-50 tahun, sisanya 36,7% berusiadi atas 50 tahun. Pendidikan tertinggi kepala keluarga berturut-turut untuk SD,SLTP, SLTA adalah 17,2%, 37,9%, dan 44,8%.

Pendapatan rata-rata rumahtangga petani kopi di Pollung per bulan adalahsebesar Rp. 2.132.917,- , dimana hampir separuhnya disumbang oleh hasilpertanian kopi (Tabel 2). Petani kopi juga mengusahai budidaya pertanianlainnya yakni sawah, atau tanaman palawija, atau menjadi petani (penderes)kemenyan. Hasil usaha pertanian di luar kopi menyumbang 43,3% terhadappendapatan. Di luar dugaan semula, pendapatan dari kemenyan berkontribusi18,4%, angka yang lebih tinggi dari kontribusi padi sawah.

Table 2. Rata-rata pendapatan rumahtangga petani kopi di kecamatan Pollungper bulan

Sumber pendapatan Pendapatan (Rp/bulan) Persentase (%)Usaha tani kopi 947.693 44,4Usaha tani sawah 315.972 14,8Usaha tani lainnya 558.750 26,2Non Usaha Tani 310.556 14,6TOTAL 2.132.917 100

Petani kopi Pollung membelanjakan rata-rata 44,1% pengeluarannya untukpangan dengan nilai rata-rata Rp. 1.501.633 per bulan, dan 55,9% untukbelanja non pangan dengan nilai rata-rata Rp. 1.906.475,- per bulan. Dengannilai rata-rata pengeluaran sebesar Rp. 3.408.108,- maka terdapat nilai defisit.Di lain pihak, nilai proporsi belanja pangan terhadap total pengeluaran hanya

Page 10: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2689

ISSN 0853 - 0203

44,1% yang mengindikasikan rumahtangga dengan kondisi baik. Kondisiyang kontradiktif ini menunjukkan adanya adanya perbedaan pendapatan danpengeluaran yang cukup besar antar rumahtangga. Dari hasil wawancaraditemukan fakta bahwa terdapat keluarga yang sampai harus meminjam untukdapat memenuhi kebutuhan pengeluaran rumahtangga. Fakta lainnya adalahterkait biaya pendidikan, khususnya bagi rumahtangga yang memiliki anggotakeluarga yang menempuh pendidikan tinggi, dimana biaya untuk pendidikanmenyebabkan angka belanja non pangan menjadi cukup tinggi. Hal inididukung hasil analisis lanjutan di tingkat rumahtangga yang menunjukkanbahwa hanya 36,7% rumahtangga petani yang belanja pangannya <60% daritotal pengeluaran, dan pada 63,3% rumahtangga lainnya proporsi pengeluaranuntuk pangan >60% dari total pengeluaran.

Dalam penetapan ketahanan pangan rumahtangga dalam metoda HCES,kondisi kecukupan asupan energi rumahtangga menjadi faktor tambahan yangdigunakan untuk melihat apakah pangan yang dibelanjakan sudah mencukupiAKE dari seluruh anggota rumahtangga. Ratio asupan energi dan proteinrumahtangga ketika terhadap AKE/AKP rumahtangga yang bersangkutandijadikan dasar pengkategorian kondisi kecukupan energi dan proteinrumahtangga (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Rumahtangga petani kopi diPollung tersebar dalam kategori defisiensi berat hingga berkelebihan, sepertidigambarkan dalam grafik dalam gambar 1 berikut.

10.0

40.0

16.7 16.7 16.716.720.0

23.326.7

13.3

Kelebihan Normal Defesiensiringan

Defesiensisedang

Defisiensi berat

AKE AKP

Page 11: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2690

ISSN 0853 - 0203

Gambar 1: Ratio Kecukupan Energi dan Protein terhadap AKE/AKPRumahtangga Petani Kopi di Pollung.

Dengan melihat angka kecukupan energi yang diasup oleh rumahtanggaberdasarkan jumlah pangan yang dipersiapkan, yang diasumsikan semuanyahabis dikonsumsi oleh anggota rumahtangga secara merata, ditemukan bahwahanya 40% rumahtangga yang asupan energinya dikategorikan normal (asupanenergi 90 -119 % dari AKE rata-rata rumahtangga). Separuh rumahtanggapetani berada dalam status defisiensi energi, yang tersebar secara merata untukdefisiensi ringan, sedang dan berat. Di lain pihak, terdapat 10% rumahtanggayang asupan energinya berkelebihan. Kecukupan protein menunjukkan halyang berbeda, dimana 63,3% rumahtangga kekurangan energi protein danhanya 20% yang mampu mencukupi kebutuhan protein secara normal. Asupanprotein yang berkelebihan dialami 16,7% rumahtangga.

Rumahtangga petani kopi di daerah Pollung cenderung mengkonsumsi berassebagai sumber energi utama, sementara ikan asin menjadi lauk yang menjadisumber utama protein rumahtangga. Sumber energi lainnya berupa umbi-umbian dikonsumsi dalam jumlah yang relatif kecil. Sumber energi asalhewani berupa daging, ikan dan telur juga dikonsumsi dalam jumlah sangatminim. Terungkap dalam wawancara, petani mengandalkan penyediaanpangan melalui pasar besar yang berlangsung sekali sepekan, sehingga ketikapersediaan habis mereka cenderung menunggu hingga pekan berikutnya.Terdapat juga indikasi bahwa pengetahuan dan kesadaran akan gizirumahtangga belum memadai, sehingga perlu analisis lebih lanjut.

Dalam indikator ketahanan pangan, digunakan angka 80% dari AKE sebagaipembatas untuk menunjukkan kecenderungan ke arah tahan atau rawanpangan, yakni dengan mengikutsertakan kelompok defisiensi energi ringansebagai kelompok yang masih di dalam batas tahan pangan. Pada rumahtanggapetani kopi di Pollung, sebanyak 33,3% rumahtangga hanya mengkonsumsi<80% AKE rumahtangganya.

Dengan menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk pangan dankecukupan energi pada metoda HCES (Smith and Subandoro, 2007),prevalensi ketahanan pangan petani kopi di Pollung untuk setiap kategoritersaji pada gambar-2 berikut.

Page 12: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2691

ISSN 0853 - 0203

Gambar 2: Prevalensi ketahanan pangan petani kopi di Kecamatan Pollung

Sebanyak 50% rumahtangga petani kopi di Pollung dalam status rentanpangan. Status ini menunjukkan pola konsumsi yang sudah mampu memenuhikebutuhan energi, akan tetapi dengan menggunakan >60% dari totalpengeluaran rumahtangga. Kondisi seperti ini dapat berubah dengan cepatmenjadi kurang tahan bahkan rawan pangan ketika pendapatan rumahtanggamenurun, misalnya ketika panen kopi atau padi menurun. Kemungkinanlainnya adalah apabila terjadi faktor-faktor yang menyebabkan hargakebutuhan non pangan naik, sehingga proporsi untuk pangan semakin kecil.

Di lain pihak, rumahtangga yang kurang tahan pangan mengalokasikan >60%pendapatan untuk pangan, dan ternyata dengan proporsi sedemikian besarjumlah dan jenis pangan yang dibelanjakan masih belum cukup untukmemenuhi kecukupan gizi total keluarga sesuai AKE. Kondisi rawan panganterdapat pada 13,3% petani kopi responden. Kelompok ini mengalokasikan>60% pengeluaran untuk pangan tetapi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan energi seluruh anggota keluarga.

Diperlukan usaha untuk meningkatan pendapatan untuk meningkatkan akseskeluarga dalam rangka pemenuhan gizi keluarga. Selain itupenganekaragaman pangan menjadi suatu alternatif lain untuk meningkatkanketahanan pangan keluarga petani kopi di Pollung mengingat sumber energi

Tahanpangan Rentan

pangan Kurangtahan

pangan

Rawanpangan

23.3

50.0

13.3 13.3

Page 13: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2692

ISSN 0853 - 0203

keluarga masih bertumpu pada nasi, sementara sumber energi berupa umbi-umbian yang harganya relatif lebih murah belum menjadi pilihan.

4. Kesimpulan

Status ketahanan pangan rumahtangga petani kopi di Kecamatan Pollung –Kabupaten Humbang Hasundutan didominasi rumahtangga yang rentanpangan (50%). Prevalensi rumahtangga yang kurang tahan dan rawan panganmasing-masing 13,3%, sementara untuk rumahtangga yang tahan panganhanya 23,3%.

Selain usaha peningkatan pendapatan, ketahanan pangan rumahtangga petanikopi di Pollung dapat ditingkatkan melalui peningkatan kecukupan energimelalui penganekaragaman sumber energi, yakni dengan mengurangikonsumsi beras dan mensubsitusi dengan sumber energi seperti ubi-ubianyang relatif lebih murah.

Daftar KepustakaanFAO. 1996. World Food Summit, 13-17 November 1996. Rome, Italy: Foodand Agriculture

Organisation of the United Nations.

Maxwell, D, Coates, J. dan Vailla, B. 2013. How Do Different Indicators odHousehold Food

Security Compare? Empirical Evidence from Tigray. FeinsteinInternational Centre,

Tufts University: Medford, USA

Pinstrup-Andersen, P. 2009. Food Security: definition and measurement. FoodSecurity 1: 5-7

Smith, L.C. dan Subandoro, A. 2007. Measuring Food Security UsingHousehold Expenditure

Survey. Food Series in Practice Service. Washington, D.C.:International Food Policy Research Institute

Stukel, D. and Deitchler, M. 2012. Addendum to FANTA Sampling Guide byRobert

Page 14: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2685-2693

2693

ISSN 0853 - 0203

Magnani (1997): Determining the Number of Households That Needto be Contacted.

http://www.fantaproject.org/publications/sampling.shtml

_____ Statistik Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, 2015. Badan PusatStatistik

Kabupaten Humbang Hasundutan.

_____ Undang –Undang Republik Indonesia No 18 tahun 2012 tentangPangan

_____ Situasi Gizi di Indonesia 2016. Infodatin: Pusat Data dan InformasiKementerian

Kesehatan RI: ISSN 2442-7659

Page 15: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2694ISSN 0853 - 0203

Peran Bhayangkari, Latar Belakang Pendidikan POLRI, danSatuan Kerja Dalam Meningkatkan Pendapatan

(Studi Kasus Pada Pama dan Pamen Polda Sumut)

Mei Hotma Mariate Munte(Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen)

[email protected]

ABSTRAK

This research aims to determine the role Bhayangkari, the educationalbackground of the national police, and its working units in the revenue. Some peopleperceive increasingly active wife of the police participated in the Bhayangkari, wouldbe good to their husbands. As with the two other variables, namely the educationalbackground of the national police and its working units. Police Academy will occupya definite position is more likely to earn a lot compared to the Police Officer.

Respondents who used as many as 33 people who rank from Ipda to theCommissioner. The data analysis method used is the classical assumption, hypothesistesting and regression analysis with the computer program SPSS 17.0 version.

The survey results revealed, partially Bhayangkari, educational backgroundand work unit of the national police negatively affect earnings. However, after thesimultaneous testing of all three results obtained simultaneously affect revenue witha probability of 0.024 smaller than the significance level used.

Kata kunci: Bhayangkari, Officer, Police Academy, Propam, Income

PENDAHULUANPertama-tama, orang harus memahami bahwa setiap istri polisi sudah otomatis

tergabung ke dalam keanggotaan Bhayangkari. Peranan utama mereka sebagaianggota bhayangkari adalah memberikan masukan serta dorongan kepada para suamiyang berstatus sebagai abdi negara. Singkat kata, peranan istri, anggota bhayangkarimenitikberatkan dukungan kepada suami-suami mereka yang merupakan anggotaKepolisian Negara Republik Indonesia, dalam menjalankan tugas sebagai pelayan,pelindung dan pengayom masyarakat. Bhayangkari memiliki peran penting sebagaimotivator keluarga, pendamping dan penyemangat suami, dalam melaksanakantugas-tugas kepolisian. Bhayangkari juga harus memiliki mental yang seimbangantara iman dan ketaqwaan sebagai anak bangsa.

Bhayangkari Propam Polda Sumut adalah istri para anggota Polri yang sedangbertugas di Propam Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Bhayangkari Propammeliputi bhayangkari satuan Paminal, satuan Provost dan satuan Wafrop.Bhayangkari yang memiliki pendamping atau suami bertugas di Propam menganggapbahwa bhayangkari lain yang suaminya bertugas di satuan lain memiliki pendapatanlebih banyak. Pemikiran seperti ini dapat menimbulkan kecemburuan di tengah-tengah bhayangkari. Hubungan bhayangkari dengan suaminya juga dapat

Page 16: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2695ISSN 0853 - 0203

dipengaruhi oleh anggapan-anggapan seperti ini, yang pada akhirnya akan menuntutsuami untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak tepat lagi. Padahal sebagaipendamping suami yang tugasnya adalah melayani, melindungi dan mengayomimasyarakat, bhayangkari harus dapat menciptakan suasana yang nyaman sehinggasuami dapat menjalankan tugas dengan baik. Bhayangkari sebagai pendamping Polri,diharapkan bisa menunjang efektifitas pekerjan suami dan menjadi pendorong agarpara suami bisa bekerja dengan baik dan mendorong para suami untuk selalumeningkatkan kemampuannya di bidang pendidikan kepolisian.

Pendidikan merupakan sarana strategis menyiapkan SDM polisi yang bertugassarat dengan muatan perubahan. Pendidikan polisi memerlukan sikap dasar ‘sadarperubahan’. Hal ini dapat diperoleh dari proses belajar di pendidikan tinggi. Ambilcontoh Polisi di AS, mereka terus didukung untuk mendapatkan pendidikan tinggikarena diyakini dengan standar kualitas intelek yang tinggi dapat meningkatkankepekaan mereka terhadap warga negara, bertindak lebih adil, jujur, dan berintegritas.Saat ini terdapat 4,8 juta pemuda Indonesia yang tengah mengenyam pendidikantinggi. Namun sangat sedikit dari mereka yang berminat menjadi polisi. Sudahsaatnya para pemuda bangsa berkualitas ini mampu menjawab persoalan ini denganberjuang dari dalam sistem demi mendorong penegakan hukum di Indonesia.

Pendidikan Polri sangat penting dipikirkan sehingga kasus-kasus yang semakintinggi angkanya dapat diungkap dengan dengan cepat dan tepat. Tentu sajadibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus di bidang kepolisian agar kasus jenisapapun dapat diselesaikan dengan baik tanpa harus menunggu ada uang masuk barudikerjakan tetapi kalau tidak ada uang masuk maka kasus ”ditidurkan” saja. Polriyang memiliki kecerdasan intelektual dipastikan dapat mengemban tugas dantanggung jawabnya dengan baik.

Latar belakang pendidikan Polri terdiri atas BINTARA dan AKPOL (AkademiKepolisian). Untuk menjadi BINTARA, jalurnya hanya satu yaitu lewat SPN(Sekolah Polisi Negara). Pendidikan yang harus dijalani oleh para siswa lamanyakurang lebih 7 bulan. Sedangkan untuk menjadi PERWIRA, jalurnya adalahAKPOL. Dari umum langsung jadi PERWIRA hanya satu, yaitu melalui AkademiKepolisian (AKPOL) di Semarang Jawa Tengah dengan masa pendidikan kuranglebih 3,5 tahun, dengan gelar setara D3. Jalan masuk menjadi AKPOL dari SMA, dariBINTARA junior, atau dari SARJANA. Lulus AKPOL akan mendapat pangkatIPDA.

Latar belakang pendidikan BINTARA dan AKPOL menjadi perbedaan yangsangat menyolok di tengah-tengah Polri. Bagaimana tidak, Polri yang berasal dari dualatar belakang pendidikan yang berbeda ini seperti ditempatkan pada dua kasta yangberbeda. AKPOL berada di kasta yang lebih tinggi dan BINTARA berada di kastayang lebih rendah. Kondisi ini diperparah dengan menularnya suasana “perkastaan”tersebut bahkan sampai ke tengah-tengah bhayangkari sebagai istri dan pendampingPolri. Istri AKPOL merasa bahwa komunitas istri BINTARA bukan merupakankomunitas yang pantas untuk mereka masuki sehingga mereka hanya bersosialisasidengan komunitas sesama istri AKPOL.

Barangkali Negara juga harus ikut bertanggung jawab atas terciptanya “gap”ini. Karena Polri yang berasal dari BINTARA seperti kurang diperhitungkan untukditempatkan di posisi-posisi penting di Kepolisian. Padahal, harus diakui bahwa Polri

Page 17: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2696ISSN 0853 - 0203

dari BINTARA banyak yang memiliki kecerdasan tinggi dan layak untuk menempatiposisi-posisi penting di Kepolisian. Negara menyediakan posisi yang jauh lebih baikkepada Polri yang berasal dari AKPOL, meski bukan jaminan lulusan AKPOL pastilebih baik daripada lulusan BINTARA. Lihat saja kasus yang terjadi akhir-akhir ini,anggota Polri nekat melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Dan mereka itu,pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan Polri dari BINTARA. Patutdipertanyakan mengapa hal ini sampai menimpa Polri khususnya dari kalanganBINTARA.

Oleh karena posisi-posisi penting ini pada umumnya dipegang oleh lulusanAKPOL, kemungkinan tingkat ekonomi BINTARA dan AKPOL pun akan berbedasangat jauh. Sehingga, suasana “kastanisasi” dan kecemburuan sosial akan semakinmelekat di lingkungan kerja Polri. Satuan kerja tertentu yang diprediksi menjanjikanpendapatan lebih baik (hanya diperuntukkan bagi lulusan AKPOL) dibandingkandengan satuan kerja lainnya yang lebih banyak diduduki oleh Polri dari BINTARA.Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, yang menjadiperumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Bhayangkari, LatarBelakang Pendidikan Polri, dan Satuan Kerja secara parsial dan simultan berperandalam meningkatkan pendapatan anggota Propam Polda Sumut yang berpangkatPerwira Pertama (Pama) dan Perwira Menengah (Pamen)?

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan usulan kepada Negara danpimpinan Polri: a) Kepada pimpinan Polri, agar menata kegiatan bhayangkarimenjadi lebih baik dan bermanfaat sehingga peran sebagai pendamping Polri berjalandengan tepat. b) Kepada pengurus baik pusat, daerah, cabang sampai rantingagar mengingatkan bhayangkari untuk bersatu dan wajib mendukung tugas suamidengan mengedepankan pengabdian. c) Kepada Negara, agar memberi kesempatankepada Polri dengan latar belakang pendidikan BINTARA untuk menempati posisipenting di tubuh Polri. d) Kepada Negara, agar memberi kesempatan yangsama kepada Polri BINTARA dan Polri AKPOL.

TINJAUAN PUSTAKA1. Pendapatan

Pendapatan dan tunjangan Polisi dipandang besar oleh kebanyakan masyarakatsehingga tergiur untuk menjadi pegawai pertahanan ini. Polisi merupakan bentukprofesi yang memiliki resiko dan tanggung jawab tinggi atas tugas yangdilakukannya. Maka dengan sepantasnya pemerintah memberikan gaji dan tunjanganyang sesuai. Pendapatan yang diperoleh oleh seorang Polri itu meliputi pendapatanyang teratur dan pendapatan tidak teratur. Pendapatan yang tidak teratur merupakanpendapatan yang tergantung pada satuan kerja polisi tersebut. Untuk pendapatanteratur (pemberian gaji), seorang Polri menerima gaji menurut ketentuan PP No. 32Tahun 2015 tentang Peraturan Gaji Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.Selain gaji, pemerintah juga memberikan tunjangan kepada Polri seperti tunjanganistri atau suami, dan tunjangan anak yang dihitung masing-masing 10% dan 2%.Tunjangan lain yang diberikan kepada Polri adalah tunjangan medis, sandi,Babinkamtibmas, tunjangan untuk Polwan sebesar Rp 50.000, tunjangan Papua jikaPolri ditugaskan di Papua, tunjangan daerah jika Polri ditempatkan di daerahperbatasan yang ditetapkan menurut indeks daerah perbatasan, tunjangan beras 18

Page 18: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2697ISSN 0853 - 0203

kg/Polri, tunjangan umum sebesar Rp 75.000 untuk Polri yang tidak termasuk dalamjabatan struktural. Uang lauk pauk (ULP) diberikan menyatu dengan gaji yaituRp 45.000/hari dikali dengan 30 hari sehingga jumlah ULP yang diterima adalahRp 1.350.000 dan pajak ULP ini ditanggung oleh pemerintah. Selain itu yangtermasuk dalam pendapatan teratur adalah tunjangan fungsional yang diberikankepada anggota yang menduduki jabatan struktural dan tunjangan kinerja. Jadi jikadijumlahkan pendapatan Polri itu bisa mencapai 4jt-19jt tergantung pada posisi ataujabatan yang didudukinya. Berikut daftar gaji yang diperoleh personil Polri menurutPP No. 32 Tahun 2015 untuk golongan I sampai golongan IV mulai pangkat BharadaDua sampai Jenderal.

Pendapatan tidak teratur seorang Polri berasal dari tugas yang diberikan disamping tugas utamanya. Pendapatan tersebut sesuai dengan kegiatan operasionalyang diberikan. Uang saku dan uang makan diberikan jika Polri melakukan kegiatankemitraan untuk meningkatkan pelayanan dan keamanan masyarakat. Tentu sajapemberian pendapatan tambahan ini juga ditentukan menurut satuan fungsi dan kerjadi mana Polri yang bersangkutan ditempatkan. Pengertian uang saku dan uangmakan di sini adalah hak seorang Polisi ketika melaksanakan kegiatan untukmendukung tupoksi dalam rangka pembinaan kemitraan dengan masyarakat maupunpemeliharaan keamanan dan ketertiban. Uang makan bisa diberikan dalam bentuknatura atau nominatif. Kegiatan ini sangat tergantung pada satker atau satuan fungsidi mana anggota ditugaskan.

Pendapatan tidak teratur tergantung pada satuan kerja atau satuan fungsi dimana seorang anggota Polri bertugas disamping intensitas kegiatannya. Satuan kerja(Satker) seperti Sat Reskrimum, Sat Lantas, Sat Intelkam, Sat Sabhara dan lain-lainberada di tingkat Mabes dan Polda sedangkan satuan fungsi dibawah kendali Polresyakni fungsi Reskrim, Intel, Lantas. Satker dan Satfung secara tupoksi sebenarnyasama, perbedaannya terletak pada satuan yang menaunginya. Kegiatan Kepolisianyang dibiayai negara berpedoman pada Standar Biaya Keluaran (SBK) di lingkunganPolri yang disebut Norma Indeks. SBK ini mengatur indeks semua kegiatan termasukjuga harga materiil, biaya sidik lidik dan lain-lain. Semua kegiatan baik rutin maupunoperasional Kepolisian sudah ditentukan indeks biaya beserta peruntukannya. Adakomponen biaya yang merupakan hak bagi anggota Polri seperti uang saku dan uangmakan. Ada pula kegiatan yang tidak mencantumkan secara spesifik komponenbiayanya dengan hanya mencantumkan indeks per giat (OG). Sebagai contoh padafungsi Intelkam ada kegiatan persiapan pengamanan/Intelijen atau kegiatan sidiklidik di Reskrimum yang indeksnya ditentukan berdasarkan sangat sulit, sulit, sedangdan mudah. Kegiatan seperti ini bersifat at cost, artinya penggunaannya harusdidukung bukti seperti kwitansi/ bukti pendukung lainnya yang sah. Bagi anggotayang mendapatkan sprin (surat perintah) kegiatan akan mendapatkan uang pejalanandinas (jaldis) sesuai indeks di luar indeks giat.

Intinya, penghasilan tidak teratur di atas hanya perkiraan denganmemperhatikan intensitas kegiatan sepanjang tahun. Setiap satker atau satwil diKepolisian mendapatkan dana dukungan operasional/Duk Opsnal yang dialokasikandalam DIPA jumlahnya bisa puluhan juta sampai ratusan juta bahkan milyaran pertahun tergantung kesatuannya. Pengelolaannya dibawah kendali Kasatker/wildengan tetap melalui mekanisme APBN.

Page 19: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2698ISSN 0853 - 0203

2. BhayangkariOrganisasi merupakan alat atau wadah yang statis. Setiap orang tentunya

pernah ataupun sedang berada di dalam sebuah organisasi. Secara sederhana dapatdikatakan bahwa organisasi yang terkecil adalah sebuah keluarga dan tentunya setiaporang dilahirkan dalam sebuah keluarga.

Bhayangkari adalah (www.Bhayangkari.com) suatu Organisasi para IstriPolri yang telah lahir atas gagasan Ny. HL. SOEKANTO pada tanggal 17 Agustus1949 di Yogyakarta. Pada tanggal 19 Oktober 1952 dilaksanakan konferensi IstriPolri yang dihadiri oleh 27 perwakilan daerah, dengan didapatkan keputusan bahwapara Istri Polri wajib untuk bersatu didalam gerakan perjuangan melalui sebuahwadah tunggal organisasi Persatuan Istri Polri yang diberi nama Bhayangkari dantanggal tersebut juga ditetapkan pula sebagai Hari Anak-Anak Kepolisian RI.Bhayangkari adalah organisasi persatuan istri anggota Polri yang merupakan badanekstra struktural Polri yang mempunyai ruang lingkup nasional dengan tujuanmembantu meningkatkan dan memelihara kesejahteraan keluarga Polri. Agar suatuorganisasi dapat berjalan dengan baik, diperlukan suatu prinsip – prinsip tertentu yangharus dianut sebagai pedoman agar kegiatan organisasi dapat berjalan dengan lancar.

Secara umum Prinsip tujuan organisasi merupakan keadaan atau tujuan yangingin dicapai oleh organisasi di waktu yang akan datang melalui kegiatan organisasi.

Prinsip – prinsip tersebut yaitu: 1.Perumusan tujuan dengan jelas (Formulationof the objective). 2. Pembagian tugas pekerjaan (Division of works). 3.Pendelegasianwewenang (Delegation of Authority). 4. Rentang kekuasaan (Span of control). 5.Tingkat pengawasan (Level of controlling). 6. Kesatuan perintah dan tanggung jawab(Unity of command and responbility). 7. Koordinasi (Coordination).

Konflik dapat timbul di dalam organisasi, sehingga hubungan antara orang-orang di dalam organisasi semakin lama akan semakin memburuk yang dapatberujung pada berakhirnya persatuan dan kesatuan di antara sesama anggotaorganisasi. Konflik merupakan bentuk perselisihan yang timbul karena perbedaanpendapat, perselisihan, sikap ingin mempertahankan pendapat, persaingan dankecemburuan sosial. Di dalam sebuah organisasi, konflik sangat mungkin timbulkarena setiap orang yang bergabung di dalam sebuah organisasi memilikikepentingan yang berbeda dalam hal nilai, tujuan dan persepsi.

3. Latar Belakang Pendidikan PolriMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), latar belakang adalah motif

atau keterangan mengenai suatu peristiwa guna melengkapi informasi yang tersiarsebelumnya. Latar belakang pendidikan merupakan suatu motif atau peristiwa yangdilakukan dengan sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui pengajaran bagiperanannya di masa yang akan datang. Latar belakang pendidikan merupakan tingkatatau jenjang pendidikan yang pernah ditempuh atau diambil seseorang yang nantinyadiharapkan bermanfaat dalam menghadapi pekerjaan di masa yang akan datang.

Akademi Kepolisian atau sering disingkat Akpol adalah sebuah lembagapendidikan untuk mencetak perwira Polri. Akpol adalah unsur pelaksana pendidikanpembentukan Perwira Polri yang berada di bawah Kalemdikpol. BerdasarkanPeraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Akpol bertujuan menyelenggarakan

Page 20: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2699ISSN 0853 - 0203

pendidikan pembentukan Perwira Polri tingkat Akademi. Lama pendidikan ± 3,5tahun dengan output pangkat Inspektur Dua Polisi. Pendekatan pendidikan melaluimetode pembelajaran, pelatihan dan pengasuhan. Bintara adalah golongan pangkatketentaraan dan kepolisian yang lebih rendah dari Letnan Dua/Inspektur Polisi Dua,dan lebih tinggi dari Kopral Kepala/Ajun Brigadir Polisi. Bintara merupakan tulangpunggung Kesatuan atau sebagai penghubung antara Perwira dengan Tamtama atausebaliknya. Menjadi Polisi dengan jalur seleksi ini, memiliki jenjang kepangkatandan jabatan yang berbeda dengan Akpol. Lulusan Bintara diperuntukan bagi tenagaoperasional dan teknis di lapangan. Untuk menjadi BINTARA, jalurnya hanya satuyaitu lewat SPN (Sekolah Polisi Negara), pendidikan kurang lebih 7 bulan. Sistempenempatan BINTARA secara umum menggunakan prinsip, “Local boy for localjob,” yang artinya orang lokal untuk tugas lokal. Implementasinya jika mendaftar diJawa, penempatan tidak akan jauh dari Jawa (kecuali mendadak dibutuhkan di luardaerah).

4. Satuan KerjaSatuan kerja adalah kelompok orang yang melakukan suatu kegiatan yang

sama. Polri memiliki banyak satuan kerja, diantaranya Div Propam. Divisi Profesidan Pengamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia - (Div Propram) adalahsalah satu wadah organisasi POLRI berbentuk Divisi yang bertanggungjawab kepadamasalah pembinaan profesi dan pengamanan dilingkungan internalorganisasi POLRI yang disingkat Div Propam POLRI. Div Propam POLRI sebagaisalah satu unsur pelaksana staf khusus POLRI di tingkat Markas Besar yang beradalangsung di bawah Kapolri. Tugas Div Propam secara umum adalah membina danmenyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internaltermasuk penegakan disiplin dan ketertiban dilingkungan POLRI dan pelayananpengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan anggota/pns POLRI.

Berdasarkan penjelasan teoritis di atas, kerangka berpikir sebagai dasarpenetapan model penelitian dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Latar BelakangPendidikan Polri (X2)

Satuan Kerja(X3)

Pendapatan (Y)-Teratur-Tidak teratur

Bhayangkari(X1)

Page 21: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2700ISSN 0853 - 0203

METODE PENELITIANDalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh anggota Polri yang

sedang bertugas di Propam Polda Sumut yaitu sebanyak 124 personil.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

sampel dengan kriteria tertentu (purposive sampling). Penentuan sampel dengan caraini dilakukan dengan beberapa kriteria seperti (1) Sampel berpangkat IPDA(Inspektur Polisi Dua), IPTU (Inspektur Polisi Satu) dan AKP (Ajun KomisarisPolisi) untuk perwira pertama (Pama) dan KOMPOL (Komisaris Polisi), AKBP(Ajun Komisaris) Besar Polisi dan KOMBES (Komisaris Besar) untuk perwiramenengah (Pamen); dan (2) Sampel telah bertugas di Propam Polda Sumut selama 6bulan. (3) Polri yang berangkutan merupakan Polri dari BINTARA dan dari AKPOL.Dengan demikian jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 33 orang, 24 orangmerupakan Pama dan 9 orang merupakan Pamen. Pemilihan sampel tidakdimungkinkan dilakukan secara proporsional mengingat jumlah Pama dan Pamenyang sedang bertugas di Propam Polda Sumut pada saat penelitian ini dilakukanjumlahnya tidak sama. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ujivaliditas, reliabilitas, normalitas, heterokedastisitas, multikolinearitas, regresi linierberganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menentukan model peranbhayangkari, latar belakang pendidikan polri dan satuan kerja terhadap pendapatan.Menguji kelayakan model regresi digunakan perhitungan ANOVA menggunakanSPSS 17. Berdasarkan pemikiran tersebut, diturunkan hipotesis sebagai berikut:H1: Bhayangkari mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatananggota Polri Pada Pama dan Pamen Propam Polda SumutH2: Latar Belakang Pendidikan Polri mempunyai pengaruh positif dan signifikanterhadap pendapatan anggota Polri Pada Pama dan Pamen Propam Polda SumutH3: Latar Belakang Pendidikan Polri mempunyai pengaruh positif dan signifikanterhadap pendapatan anggota Polri Pada Pama dan Pamen Propam Polda SumutH4: Bhayangkari, Latar Belakang Pendidikan Polri dan Unit Kerja mempunyaipengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan anggota Polri Pada Pama danPamen Propam Polda Sumut

ANALISISResponden yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini adalah semua

anggota Polri yang pada saat penelitian ini dilakukan sedang bertugas di BidpropamPolda Sumut. Keseluruhan jumlah responden yang diperoleh adalah sebanyak 33orang. Seluruh responden bersedia mengisi, namun responden yang mengembalikankuesioner adalah sebanyak 32 responden. Berdasarkan data yang terkumpul melaluikuesioner dan sumber data lainnya, peneliti mengetahui informasi seperti latarbelakang pendidikan Polri, pangkat dan jabatan.

Tabel 1 Data Responden Menurut Latar Belakang Pendidikan PolriLatar Belakang Pendidikan Polri

JumlahBINTARA AKPOL

30 2 32

Sumber: Kasubbagrenmin Propam

Page 22: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2701ISSN 0853 - 0203

Tabel 2 Data Responden Menurut PangkatNo Pangkat Jumlah1 AKBP 32 KOMPOL 83 AKP 94 IPTU 75 IPDA 5

Total 32Sumber: Kasubbagrenmin Propam

Tabel 3 Data Responden Menurut JabatanNo Jabatan Jumlah1 KASUBBID 32 KASUBBAG 23 KAUR 94 PAUR 45 KANIT 46 PANIT 97 PAMIN 1

Total 32Sumber: Kasubbagrenmin Propam

Tabel 4 Hasil Uji Validitas Butir Instrumen variabel BhayangkariItem Pertanyan Bhayangkari Validitas Data

12345

0,6000,4300,6090,5850,611

ValidValidValidValidValid

Sumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Dari hasil uji kevaliditasan terhadap variabel bhayangkari dapat dikatakanbahwa dari lima pertanyaan yang diajukan kepada responden dari mulai item pertamasampai dengan item yang kelima tidak ditemukan item yang tidak valid. Nilaiterendah terdapat pada item kedua (0,430) dan nilai tertinggi terdapat pada item yangkelima (0,611).

Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Butir Instrumen variabel BhayangkariReliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's AlphaBased on

StandardizedItems N of Items

,786 ,789 5Sumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Dari hasil pengolahan data sebagaimana ditunjukkan di atas diperoleh hasilbahwa item-item pada variabel bhayangkari adalah reliabel dengan nilai alpha 0,789.Sehingga setiap pertanyaan pada variabel dapat dipakai untuk pengukuranselanjutnya.

Page 23: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2702ISSN 0853 - 0203

Tabel 6 Hasil Uji Validitas Butir Instrumen variabel Latar Belakang Pendidikan Polri (X2)Item Pertanyan X2 Validitas Data

12345

0,7000,7410,6220,6420,682

ValidValidValidValidValid

Sumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Dari hasil uji kevaliditasan terhadap variabel latar belakang pendidikan polri dapatdikatakan bahwa dari lima pertanyaan yang diajukan kepada responden dari mulaiitem pertama sampai dengan item yang kelima tidak ditemukan item yang tidak valid.Nilai terendah terdapat pada item ketiga (0,622) dan nilai tertinggi terdapat pada itemyang kedua (0,741).

Tabel 7 Hasil Uji Reliabilitas Butir Instrumen variabel Latar Belakang Pendidikan PolriReliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's AlphaBased on

StandardizedItems N of Items

,858 ,859 5Sumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Dari hasil pengolahan data sebagaimana ditunjukkan di atas diperoleh hasilbahwa item-item pada variabel latar belakang pendidikan polri adalah reliabel dengannilai alpha 0,859. Sehingga setiap pertanyaan pada variabel dapat dipakai untukpengukuran selanjutnya.

Tabel 8 Hasil Uji Validitas Butir Instrumen variabel Satuan Kerja (X3)Item Pertanyan X3 Validitas Data

12345

0,4510,3150,6760,5220,497

ValidValidValidValidValid

Sumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Dari hasil uji kevaliditasan terhadap variabel satuan kerja dapat dikatakanbahwa dari lima pertanyaan yang diajukan kepada responden dari mulai item pertamasampai dengan item yang kelima tidak ditemukan item yang tidak valid. Nilaiterendah terdapat pada item dua (0,315) dan nilai tertinggi terdapat pada item yangketiga (0,676).

Selanjutnya hasil uji reliabilitas untuk variabel satuan kerja ditunjukkan dibawah ini.

Page 24: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2703ISSN 0853 - 0203

Tabel 9 Hasil Uji Reliabilitas Butir Instrumen variabel Satuan KerjaReliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's AlphaBased on

StandardizedItems N of Items

,723 ,722 5Sumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Dari hasil pengolahan data sebagaimana ditunjukkan di atas diperoleh hasilbahwa item-item pada variabel satuan kerja adalah reliabel dengan nilai alpha 0,722.Sehingga setiap pertanyaan pada variabel dapat dipakai untuk pengukuranselanjutnya.

Tabel 10 Hasil Uji Validitas Butir Instrumen variabel YItem Pertanyan Y Validitas Data

1234567

0,4780,5310,7220,5580,5000,5500,736

ValidValidValidValidValidValidValid

Sumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Dari hasil uji kevaliditasan terhadap variabel pendapatan dapat dikatakanbahwa dari tujuh pertanyaan yang diajukan kepada responden dari mulai itempertama sampai dengan item yang ketujuh tidak ditemukan item yang tidak valid.Nilai terendah terdapat pada item satu (0,478) dan nilai tertinggi terdapat pada itemyang ketujuh (0,736).

Selanjutnya hasil uji reliabilitas untuk variabel pendapatan ditunjukkan dibawah ini.

Tabel 11. Hasil Uji Reliabilitas Butir Instrumen variabel PendapatanReliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's AlphaBased on

StandardizedItems N of Items

,831 ,832 7Sumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Dari hasil pengolahan data sebagaimana ditunjukkan di atas diperoleh hasilbahwa item-item pada variabel pendapatan adalah reliabel dengan nilai alpha 0,832.Sehingga setiap pertanyaan pada variabel dapat dipakai untuk pengukuranselanjutnya.Uji normalitas ini dilakukan melalui analisis grafik, yaitu dengan melihat grafikhistogram dan grafik normal P-P Plot of regression standardized-smirnov.

Page 25: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2704ISSN 0853 - 0203

Gambar 2. Histogram

Gambar 3. Grafik normal P-P Plot

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot dapatdinyatakan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal.Sedangkan pada grafik p-plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal.Kedua grafik ini menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas.Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebarbaik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat dikatakan bahwa tidakterjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakaiuntuk memprediksi PENDAPATAN berdasarkan masukan variabel independenBHAYANGKARI, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN POLRI, dan SATUANKERJA.

Page 26: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2705ISSN 0853 - 0203

Gambar 4. Scatterplot

Tabel 12. Hasil Uji MultikolinearitasCoefficient Correlationsa

Model Satker Bhayangkari Ltr Blkg Pndidikan1 Correlations Satker 1,000 -,145 -,395

Bhayangkari -,145 1,000 -,373

LtrBlkgPndidikan -,395 -,373 1,000

Covariances Satker ,130 -,018 -,053

Bhayangkari -,018 ,124 -,049

LtrBlkgPndidikan -,053 -,049 ,141

a. Dependent Variable: PendapatanSumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Tabel 13 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.

CollinearityStatistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) 44,223 8,329 5,310 ,000

Bhayangkari -,365 ,352 -,191 -1,038 ,308 ,760 1,316LtrBlkgPndidikan -,600 ,376 -,316 -1,598 ,121 ,655 1,526Satker -,289 ,361 -,149 -,802 ,429 ,745 1,342

a. Dependent Variable: PendapatanSumber: Diolah berdasarkan data primer 2016

Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak bahwavariabel SATUAN KERJA dan LATAR BELAKANG PENDIDIKAN POLRImempunyai korelasi -0,395 atau 39,5%.

Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabelindependen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak adakorelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungannilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak adasatu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi, dapatdisimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen denganmodel regresi.Alat uji yang digunakan untuk analisis penelitian ini adalah Uji Regresi LinierBerganda (Multiple regression analysis) untuk melihat pengaruh Bhayangkari, LatarBelakang Pendidikan Polri, dan Satuan Kerja terhadap Pendapatan. Regresi ini untukmenjawab H1 sampai dengan H3. Berikut adalah hasil regresi tersebut.

Page 27: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2706ISSN 0853 - 0203

Tabel 14. Hasil RegresiCoefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 44,223 8,329 5,310 ,000

Bhayangkari -,365 ,352 -,191 -1,038 ,308LtrBlkgPndidikan -,600 ,376 -,316 -1,598 ,121Satker -,289 ,361 -,149 -,802 ,429

a. Dependent Variable: PendapatanSumber: Diolah berdasarkan data 2016

Berdasarkan nilai konstanta dan koefisien regresi pada Tabel 4.13 di atas,diketahui persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 44,223 – 0,365X1 – 0,600X2 – 0,289X3

Tabel 15 Hasil Perhitungan R dan R2

Model Summaryb

ModelR R Square

Adjusted RSquare

Std. Error of theEstimate

1 ,530a ,281 ,204 4,13637a. Predictors: (Constant), Satker, Bhayangkari, LtrBlkgPndidikanb. Dependent Variable: Pendapatan

Sumber: Diolah berdasarkan data 2016

Nilai Adjusted R Square (R2) adalah 0,204, hal ini berarti 20,4% variasiPendapatan dapat dijelaskan oleh variabel independen Bhayangkari, Latar BelakangPendidikan Polri, dan Satuan Kerja. Sedangkan sisanya (100% - 20,4% = 79,6%)dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Standar Error of the Estimate (SEE) 4,13637 ribu rupiah. Makin kecil nilaiSEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabeldependen.Berdasarkan hasil analisis uji t pada Tabel 4.13 diperoleh nilai thitung dari setiapvariabel bebas dalam penelitian ini. Nilai thitung dari setiap variabel independen akandibandingkan dengan nilai ttabel dengan menggunakan tingkat kepercayaan(confidence interval) 95% (0,05).

Tabel 16 Hasil Perhitungan Nilai Intercept dan Slope Hubungan Bhayangkari, Latar BelakangPendidikan Polri, dan Satuan Kerja terhadap Pendapatan

Coefficientsa

Model UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.

CollinearityStatistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) 44,223 8,329 5,310 ,000

Bhayangkari -,365 ,352 -,191 -1,038 ,308 ,760 1,316LtrBlkgPndidikan -,600 ,376 -,316 -1,598 ,121 ,655 1,526Satker -,289 ,361 -,149 -,802 ,429 ,745 1,342

a. Dependent Variable: PendapatanSumber: Diolah berdasarkan data 2016

Page 28: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2707ISSN 0853 - 0203

Dari ketiga variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi,variabel Bhayangkari, Latar Belakang Pendidikan Polri, dan Satuan Kerja secarapartial tidak berpengaruh signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitassignifikansi untuk Bhayangkari 0,308, untuk Latar Belakang Pendidikan Polri 0,121dan untuk Satuan Kerja 0,429 di mana ketiganya jauh di atas 0,05. Dengan demikianH1, H2, dan H3 ditolak.

Tabel 17 Hasil Uji FANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 187,401 3 62,467 3,651 ,024a

Residual 479,068 28 17,110

Total 666,469 31

a. Predictors: (Constant), Satker, Bhayangkari, LtrBlkgPndidikanb. Dependent Variable: Pendapatan

Sumber: Diolah berdasarkan data

Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 3,651 denganprobabilitas 0,024. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka model regresidapat digunakan untuk memprediksi PENDAPATAN atau dapat dikatakan bahwaBHAYANGKARI, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN POLRI, dan SATUANKERJA secara bersama-sama berpengaruh terhadap PENDAPATAN. BerdasarkanHipotesis yang telah diajukan sebelumnya dapat dikatakan bahwa H4 diterima.

PEMBAHASAN1. Peran Bhayangkari Dalam Meningkatkan Pendapatan

Berdasarkan hasil pengujian yang ditampilkan pada Tabel 16 yangmenunjukkan bahwa secara parsial variabel organisasi Bhayangkari bukanmerupakan faktor yang dapat menentukan naik turunnya pendapatan anggota Polrisekalipun para istri mereka mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan olehBhayangkari. Kegiatan-kegiatan yang biasanya diikuti oleh bhayangkari antara lainkegiatan sosial, kegiatan organisasi, mendampingi suami jika ada upacara pentingseperti kenaikan pangkat, perayaan HUT Bhayangkara, perayaan HUT RI, dan lain-lain. Ada bhayangkari yang mengikuti kegiatan tersebut secara lengkap namun adajuga yang tidak dapat mengikutinya dengan alasan tertentu. Untuk bhayangkari yangtidak dapat mengikuti kegiatan tersebut secara lengkap, tidak akan menerima sanksiapapun apalagi jika sanksi tersebut harus berefek kepada suami sebagai Polri. Tugasbhayangkari hanya merupakan pendamping agar suami menjalankan tugas negaradengan baik. Tugas pokok bhayangkari adalah 1. Menghayati, mengamalkan,memasyarakatkan dan mengamankan Pancasila. 2. Membina dan meningkatkankondisi mental dan fisik serta kesejahteraan keluarga Polri. 3. Membantu Polri dalammelaksanakan tugas dan kewajibannya. 4. Meningkatkan dan memeliharakesejahteraan, persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan. 5. Membinaanggota Bhayangkari dalam melaksanakan kegiatan sosial politik .

Berbagai kegiatan yang dilakukan bhayangkari harus selalu mengacu danmengikuti apa yang menjadi kebijakan pimpinan Polri. Kepada seluruh anggota

Page 29: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2708ISSN 0853 - 0203

Bhayangkari diminta untuk memiliki komitmen yang kuat untuk bersama-samamembangun dan mengembangkan organisasi Bhayangkari baik di lingkungankeluarga besar Polri maupun masyarakat. Komitmen ini dapat terwujud jika orang-orang yang terikat dalam organisasi bhayangkari menyadari prinsip-prinsiporganisasi, diantaranya (1) perumusan tujuan dengan jelas. Bhayangkari didirikandengan tujuan membantu meningkatkan dan memelihara kesejahteraan keluargaPolri. (2) pembagian tugas. Pembagian tugas kepada bhayangkari perlu dilakukandengan baik dan jelas sehingga tiap-tiap orang yang bergabung di dalam organisasiini paham apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.(3) pendelegasian wewenang.Yang menjadi pimpinan di dalam bhayangkari suatu daerah adalah istri pimpinanPolri di daerah bersangkutan. Kadang-kadang karena keterbatasan waktu, danpengetahuan pimpinan di dalam bhayangkari boleh mendelegasikan tugas danwewenang kepada bhayangkari lain. Tetapi karena pada hakekatnya Bhayangkariberada di bawah pembinaan Kepala Kepolisian Negara RI, sudah tentu pendelegasianwewenang juga mengikuti institusi Polri yang menyesuaikan dengan hirarkikepangkatan. Oleh sebab itu, kepada pimpinan bhayangkari perlu memahamitingkatan pendelegasian wewenang agar tidak sampai melangkahi gari-gariskomando. (4) rentang kekuasaan. Bagi anggota bhayangkari yang menjadi pimpinanhanyalah pendamping bagi anggota Polri. Kekuasaan yang dimiliki hanya berada dilingkungan bhayangkari, dan tidak diperbolehkan melewati organisasi bhayangkari.(5) tingkatan pengawasan. Jenjang kepangkatan di tubuh Polri berlaku juga bagi istri.Jika pangkat suami berada di bawah pangkat suami bhayangkari lain, makabhayangkari dengan pangkat suami lebih rendah tersebut, wajib menghormatibhayangkari yang suaminya berpangkat lebih tinggi. Dan istri pimpinan Polri di suatudaerah secara otomatis menjadi pimpinan di tubuh bhayangkari, sehingga tugaspengawasan berada di tangan istri pimpinan. (6) kesatuan perintah. Pangkat suamibhayangkari lebih rendah tidak memiliki hak untuk memerintahkan bhayangkari lainyang berpangkat lebih tinggi. (7) koordinasi. Meskipun masing-masing bhayangkaridibatasi oleh hirarki sebagaimana yang berlakuk di tubuh Polri, saling koordinasiharus tetap berjalan sehingga persatuan organisasi dapat terjaga.

Konflik dapat timbul di dalam organisasi, jika prinsip-rinsip yang sudahdiuraikan di atas tidak dapat dilaksanakan dengan tepat. Konflik yang timbulberpotensi merusak hubungan antara orang-orang di dalam organisasi. Konflik yangmuncul seperti, bhayangkari yang menganggap berkuasa memindahkan anggota Polriapabila istri yang bersangkutan kurang aktif mengikuti seluruh kegiatan bhayangkari.Atau, bhayangkari yang merasa lebih dekat dengan istri pimpinan menganggapmemiliki hak untuk memerintahkan bhayangkari lain dengan pangkat suami lebihtinggi. Dan masih banyak contoh-contoh konflik yang dapat timbul.

Pada saat konflik timbul, hal ini dapat menimbulkan kemarahan, permusuhan,disuniform bahkan kekerasan. Situasi seperti ini akan berdampak destruktif baikdalam kelompok maupun antar kelompok. Konflik bukanlah suatu situasi yangmuncul dengan tiba-tiba melainkan telah melalui sebuah proses. Konflik bisa berasaldari individu yang berada di dalam organisasi maupun dari lingkungan sekitarorganisasi. Perlu diingat, dari manapun konflik bersumber, persyaratan utama yangwajib diperlukan adalah bagaimana mengelola konflik dengan baik sehingga konfliktidak menimbulkan perpecahan di antara sesama anggota organisasi melainkan

Page 30: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2709ISSN 0853 - 0203

sebaliknya pengelolaan konflik dengan benar akan mengakibatkan semakin eratnyapersatuan sesama individu di dalam organisasi.

2. Peran Latar Belakang Pendidikan PolriVariabel kedua yang dipakai dalam penelitian ini adalah Latar Belakang

Pendidikan Polri. Latar Belakang Pendidikan, yang dalam penelitian ini dibagimenjadi dua bagian yaitu Bintara dan Akpol juga bukan merupakan faktor yang dapatmempengaruhi Pendapatan. Meskipun dalam kegiatan sehari-hari, terlihat bahwaPolri yang berasal dari Akpol seolah-olah memiliki “level” yang lebih tinggidibandingkan dengan Polri yang berasal dari Bintara.

Namun, kenaikan jenjang kepangkatan untuk lulusan BINTARA sangatberbeda dengan lulusan AKPOL. Lulusan AKPOL langsung menyandang pangkatInspektur Polisi Dua atau Perwira Pertama yang secara kepangkatan jauh diataslulusan Sekolah Polisi Negara yang mencetak Bintara – Bintara. Sekolah PolisiNegara yang mencetak Polri BINTARA hanya menyandang pangkat Brigadir PolisiDua atau Bripda. Untuk menjadi Inspektur Dua, Seorang polisi berpangkat BrigadirDua harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melewati berbagai jenjangkarir lagi diatasnya seperti, Brigadir Satu, Brigadir, Brigadir Kepala, Ajun InspekturDua, Ajun Inspektur Satu untuk selanjutnya menjadi Inspektur Dua. Sedangkanmelalui AKPOL, seorang polisi berpangkat IPDA hanya tinggal beberapa langkahsaja menuju karir kepemimpinan yang cemerlang di institusi sipil bersenjata ini.

Lamanya waktu yang harus dilalui oleh Polri BINTARA supaya sampai padapangkat IPDA adalah 19 tahun dan harus melanjutkan tingkat pendidikan keSECAPA (Sekolah Calon Perwira) atau SAg (Sekolah Alih Golongan). Padahal jikaditempuh lewat jalur AKPOL hanya dibutuhkan waktu 3,5 tahun untuk menjadiIPDA. Lamanya waktu yang dihabiskan oleh Polri BINTARA membuat merekasudah menginjak usia tua pada saat berhasil lulus mengikuti pendidikan SECAPAatau SAg. Tidak demikian halnya dengan Polri AKPOL. Pada saat lulus dari AKPOLdan berpangkat IPDA, umur mereka masih di kisaran 21-22 tahun (usia normal lulusSMU langsung melanjut ke AKPOL). Pada saat berpangkat IPDA, gaji seorang PolriAKPOL dengan usia yang masih sangat muda dan masa kerja 0 tahun adalah Rp2.604.600. Sedangkan Polri BINTARA berpangkat yang sama namun masa kerja 19tahun dan umur sudah tua, hanya menerima gaji sebesar Rp 3.497.400. perbedaangaji yang diterima ini tidak berlangsung dalam waktu yang lama, sebab untuk beradadi pangkat yang lebih tinggi, waktu yang harus dilewati oleh Polri AKPOL lebihsingkat daripada Polri BINTARA. Tabel berikut ini menunjukkan hal tersebut, dimana Polri AKPOL sudah berada di pangkat AKP dengan usia yang masih muda jikadibandingkan dengan Polri BINTARA yang sudah menginjak usia 52 tahun denganpangkat yang sama.

Page 31: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2710ISSN 0853 - 0203

Tabel 18. Data NRPNo Pangkat NRP1 KOMBES 630709092 AKBP 760709463 AKBP 651204054 AKBP 641001765 KOMPOL 620305836 KOMPOL 631101697 KOMPOL 620802068 KOMPOL 640702599 KOMPOL 73110630

10 KOMPOL 6309056511 KOMPOL 6802007212 KOMPOL 7811114813 AKP 6912022514 AKP 6509048915 AKP 6911015916 AKP 8208141517 AKP 6704019818 AKP 5906013619 AKP 6305025520 AKP 7510004121 AKP 7809004122 IPTU 7208039023 IPTU 7304015824 IPTU 7701030525 IPTU 6207067926 IPTU 6501051327 IPTU 6603028728 IPTU 6312038229 IPDA 6710011030 IPDA 6712004331 IPDA 6801002932 IPDA 7312018433 IPDA 69040122

Sumber: Kasubbagrenmin Propam

3. Peran Satuan Kerja Dalam Meningkatkan PendapatanVariabel pertama dan kedua diketahui tidak memiliki peran dalam

meningkatkan pendapatan (setelah dilakukan pengujian). Sama hal yang terjadidengan variabel ketiga yaitu Satuan Kerja. Variabel ketiga ini juga diketahui tidakberperan dalam meningkatkan pendapatan. Demikian halnya dengan bidPropamyang mendeskripsikan pendapatan tinggi ternyata juga tidak berpengaruh terhadappendapatan Polri. Pendapatan yang diperoleh oleh seorang Polri itu meliputipendapatan yang teratur dan pendapatan tidak teratur. Pendapatan tidak teraturmerupakan pendapatan yang tergantung pada satuan kerja polisi tersebut. Untukpendapatan teratur (pemberian gaji), seorang Polri menerima gaji menurut ketentuanPP No. 32 Tahun 2015 tentang Peraturan Gaji Anggota Kepolisian Negara RepublikIndonesia. Selain gaji, pemerintah juga memberikan tunjangan kepada Polri sepertitunjangan istri atau suami, dan tunjangan anak yang dihitung masing-masing 10%dan 2%. Tunjangan lain yang diberikan kepada Polri adalah tunjangan medis, sandi,

Page 32: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2711ISSN 0853 - 0203

Babinkamtibmas, tunjangan untuk Polwan sebesar Rp 50.000, tunjangan Papua jikaPolri ditugaskan di Papua, tunjangan daerah jika Polri ditempatkan di daerahperbatasan yang ditetapkan menurut indeks daerah perbatasan, tunjangan beras 18kg/Polri, tunjangan umum sebesar Rp 75.000 untuk Polri yang tidak termasuk dalamjabatan struktural. Uang lauk pauk (ULP) diberikan menyatu dengan gaji yaituRp 45.000/hari dikali dengan 30 hari sehingga jumlah ULP yang diterima adalahRp 1.350.000 dan pajak ULP ini ditanggung oleh pemerintah. Selain itu yangtermasuk dalam pendapatan teratur adalah tunjangan fungsional yang diberikankepada anggota yang menduduki jabatan struktural dan tunjangan kinerja. Jadi jikadijumlahkan pendapatan Polri itu bisa mencapai 4jt-19jt tergantung pada posisi ataujabatan yang didudukinya.

Pendapatan tidak teratur seorang Polri berasal dari tugas yang diberikan disamping tugas utamanya. Pendapatan tersebut sesuai dengan kegiatan operasionalyang diberikan. Uang saku dan uang makan diberikan jika Polri melakukan kegiatankemitraan untuk meningkatkan pelayanan dan keamanan masyarakat. Tentu sajapemberian pendapatan tambahan ini juga ditentukan menurut satuan fungsi dan kerjadi mana Polri yang bersangkutan ditempatkan. Pengertian uang saku dan uangmakan di sini adalah hak seorang Polisi ketika melaksanakan kegiatan untukmendukung tupoksi dalam rangka pembinaan kemitraan dengan masyarakat maupunpemeliharaan keamanan dan ketertiban. Uang makan bisa diberikan dalam bentuknatura atau nominatif. Kegiatan ini sangat tergantung pada satker atau satuan fungsidi mana anggota ditugaskan. Contoh dibawah ini merupakan kegiatan rutin maupunops yang didukung uang saku dan uang makan: Giat Bintibmas (bimbingan dan penyuluhan Kamtibmas), anggota Polri yang

paling terlibat giat ini satker/fungsi Binmas. Uang saku Rp 20.000 per giat ,uang makan Rp 18.000 – 25.000 per giat tergantung Wilayahnya.

Operasi Kepolisian seperti Operasi Pengamanan, Operasi Lilin, Operasi Zebradan sebagainya. Uang saku Rp 23.000–Rp 50.000, uang makan Rp 42.000-Rp60.000. Masing-masing per hari tergantung indeks wilayah. Jenis kegiatanseperti ini biasanya melibatkan sebagian besar anggota Polri tergantungskalanya.

Kegiatan fungsi Sabhara seperti pengamanan unjuk rasa, pelayanan kegiatanmasyarakat, mendapat uang saku dan uang makan dengan total Rp 30.000–45.000. Sedangkan kegiatan turjawali (pengaturan, penjagaaan, pengawalandan patroli) yang juga dilaksanakan fungsi lantas hanya berhak atas uang saku17.000, kecuali patroli ditambah uang makan Rp 15.000 – 25.000 per giat.

Pengamanan obyek vital uang saku Rp 17.000-20.000, uang makan Rp 15.000– Rp 25.000. Biasanya fungsi Pamobvit dan Brimob yang sering dilibatkandalam giat ini.Penghasilan tidak teratur di atas adalah perkiraan dengan memperhatikan

intensitas kegiatan sepanjang tahun. Setiap satker atau satwil di Kepolisianmendapatkan dana dukungan operasional/Duk Opsnal yang dialokasikan dalamDIPA jumlahnya bisa puluhan juta sampai ratusan juta bahkan milyaran per tahuntergantung kesatuannya. Pengelolaannya dibawah kendali Kasatker/wil dengantetap melalui mekanisme APBN.

Page 33: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2712ISSN 0853 - 0203

Tabel 19. Berikut ditampilkan DIPA BIDPROPAM Polda Sumut T.A. 2016

No Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

1 HAR RANMOR R4 2 UNIT 13.000.000 26.000.000

2 HAR RANMOR R2 6 UNIT 3.096.000 18.579.000

3 HAR INVENTARIS KANTOR 102 OT 50.000 5.100.000

4 HAR KOMPUTER 25 UNIT 420.000 10.500.000

5 HAR PRINTER 15 UNIT 450.000 6.750.000

6 HAR AC 10 UNIT 345.600 3.456.000

7 GAJI & TUNJANGAN 12 BLN - 7.043.892.000

8 RAKOR FGS PROPAM 1 PKT 192.800.000 192.800.000

9 HONOR OP. SIMAK 12 OB 150.000 1.800.000

10 HONOR OP. SAKPA 12 OB 150.000 1.800.000

11 HONOR OP. RKA-KL 12 OB 150.000 1.800.000

12 HONOR SIMAP 12 OB 150.000 1.800.000

13 KEPERLUAN SEHARI-HARI KANTOR 193 OT 1.400.000 270.200.000

14 DUK.OPS KASATKER 1 PKT 550.000.000 550.000.000

15 UANG MAKAN PIKET9 org x365 giat 15.000 49.275.000

16 SIDANG DISIPLIN 60 SDG 2.500.000 150.000.000

17 SIDANG KKEP 60 SDG 3.000.000 180.000.000

18 SIDANG KOMISI BANDING 20 SDG 3.000.000 60.000.000

19 AUDIT INVESTIGASI 36 KSS 3.500.000 126.000.000

20 DUKGAR PEMBINAAN PROVOS 1 PKT 119.500.000 119.500.000

21 DUKGAR GIAT SUBBAGRENMIN 1 PKT 32.000.000 32.000.000

22 PENYELIDIKAN PAMINAL 150 KSS 950.000 142.500.000

23 MONITORING QUICK WINS 1 PKT 25.000.000 25.000.000

JUMLAH 9.018.752.000

Jika dibandingkan dengan beberapa satuan kerja lain yang ada di Polda,Propam tergolong satuan kerja dengan giat yang tidak sering. Sehingga diduga,variabel ini tidak berpengaruh terhadap pendapatan karena hal tersebut. Sebab, padapembahasan tentang pendapatan teratur dan tidak teratur jelas dikatakan bahwabesarnya nominal kedua jenis pendapatan Polri ini sangat tergantung atas satuankerja. Hal ini sekaligus menjadi masukan kepada peneliti selanjutnya untuk memakairesponden di satuan kerja yang berbeda.

Namun, setelah dilakukan pengujian secara bersama-sama di mana dari ujiANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 3,651 dengan probabilitas 0,024.Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwaBHAYANGKARI, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN POLRI, dan SATUANKERJA berpengaruh terhadap PENDAPATAN.

Page 34: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2713ISSN 0853 - 0203

KESIMPULANMemperhatikan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, ditarik kesimpulan

sebagai berikut: (1) Peranan istri, anggota bhayangkari menitikberatkan dukungankepada suami-suami mereka yang merupakan anggota Kepolisian Negara RepublikIndonesia, dalam menjalankan tugas sebagai pelayan, pelindung dan pengayommasyarakat. Aktif tidaknya istri Polri dalam kegiatan Bhayangkari tidak dapatmeningkatkan Pendapatan suaminya sebagai anggota Polri. (2)Latar BelakangPendidikan Polri tidak memberi jaminan akan meningkatnya pendapatan Polri.(3)Satuan Kerja di lingkungan Kepolisian Republik Indonesia tidak dapatmempengaruhi peningkatan pendapatan Polri. (4) Namun, secara bersama-samaketiga hal di atas berdasarkan hasil pengujian terhadap jawaban-jawaban respondendapat dikatakan bahwa ketiganya berpengaruh terhadap pendapatan.Sedangkan yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah jumlah responden yangdigunakan antara Bintara dan Akpol tidak berimbang. Begitupun dengan satuan kerjayang dipakai hanya Propam. Jadi dua hal ini diduga menjadi penyebab tidak adasatupun variabel penelitian yang berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan.Oleh karena itu diharapkan kepada peneliti berikutnya, supaya menggunakan jumlahresponden yang berimbang dan satuan kerja yang berbeda dan lebih dari satu satuankerja.

DAFTAR PUSTAKABintari dan Suprihatin. Ekonomi dan Koperasi. Bandung: Ganesa Exact. 1984.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BadanPenerbit Undip, Semarang, 2001.

Hasibuan S.P.Melayu H., Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi : BumiAksara, Jakarta, 2001.

Hery. “Teori Akuntansi Suatu Pengantar”. Edisi Pertama. Lembaga Penerbit FakultasEkonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. 2013

Jasin, Moehammad.2012. Memoar JASIN SANG POLISI PEJUANG. MeluruskanSejarah Kelahiran Polisi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.ISBN 978-979-22-5177-7.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994. ISBN 979-407-182-X.

Mangkunegara, Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan ke-2. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset. 2011.

Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2015 Tentang Peraturan Gaji Anggota KepolisianRepublik Indonesia

Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Tahun 2010.

Page 35: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2693-2714

2714ISSN 0853 - 0203

Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 21 Tahun 2010, TentangSusunan Organisasi

Remaja Rosda Karya, Bandung.Surayin, Kamus Besar Bahasa Indonesia: YramaWidya, Bandung, 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keenambelas: Alfabeta, Bandung.2008

Soekidjo Notoatmodjo, “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”, Jakarta: PT. RinekaCipta, 2003.

https://id.wikipedia.org/wiki/Akademi_Kepolisianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesiawww.Bhayangkari.comhttp://www.wikiapbn.org/https://id.wiktionary.org/wiki/satuan_kerja

Page 36: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2715ISSN 0853 -0203

Persepsi Mahasiswa Akuntansi MengenaiFaktor-Faktor Pemilihan Profesi

(Studi Emperis pada Mahasiswa Akuntansi di Perguruan Tinggidi Medan-Sumatera Utara)

Herti Diana Hutapea, SE, MSi, AktDosen Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen

Email : [email protected]

ABSTRACT

The aim of this research is to identify the perception of accountingstudents about the factors which differentiate of career selection as publicaccountant, company accountant, government accountant, teachersaccountant. The factors used as variabel is financial reward (salary),professional training, professional recognition, social values, workenvironment, labor market considerations, personality, family and friends andto know what types of careers are much in demand by accounting students inNorth Sumatra, Medan.

Samples criteria were universities in North Sumatra accounting studyprogram are accredited minimum B are HKBP Nommensen University(UHN), North Sumatra University (USU), Medan State University(UNIMED), Methodis University, Muhammadyah North Sumatra University(UMSU), Dharmawangsa University, Panca Budi University, Medan AreaUniversity (UMA). With this method of sampling is sampling quotas, the quotaby the amount of 20 respondents in each university and the total respondentswere 160 respondents. Analysis using Kruskal-Wallis method.

The results shows that the differences between accounting studentperception about factor which influencing career choice are financial reward(salary), professional training, social values and personality. On the other nodifferences perception about factor are professional training, workenvironment, labor market considerations, family and friend. And theprofession's favorite choice of student for the overall university is agovernment accountant is because the future is more assured. Followed by thecompany's accountants and the next public accountants and the last one is ateachesr accountant.

Keywords: Financial reward (salary), professional training, professionalrecognition, social values, work environment, labor market considerations,personality, family and friends.

Page 37: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2716ISSN 0853 - 0203

PENDAHULUAN1. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat,perkembangan profesi di bidang akuntansi juga mengalamiperkembangan.Perkembangan profesi di bidang akuntansi saat ini, bisamenjadi peluang kerja yang sangat besar tetapi sekaligus juga menjadi sebuahtantangan bagi lulusan jurusan akuntansi.Tuntutan dunia bisnis saat ini yangsangat membutuhkan lulusan yang berkualitas dan siap pakai, disamping itumunculnya berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Peluang atau tantangan perkembangan dunia bisnis bagi sarjanaekonomi khususnya dari jurusan akuntansi baik dari universitas negerimaupun universitas swasta harus selalu didukung dengan pendidikanakuntansi agar dapat menghasilkan lulusan sarjana yang berkualitas dan siapuntuk bersaing di dunia kerja, oleh karena itu diperlukan desain pendidikanakuntansi yang relevan terhadap dunia kerja, dalam hal ini dunia kerja bagisarjana ekonomi jurusan akuntansi.

Model pendidikan yang diterima mahasiswa akuntansi selama diperguruan tinggi sangat berperan membentuk mereka menjadi angkatan kerjayang memiliki daya saing, berkualitas, dan profesional. Karena keterampilandan pengetahuan yang mereka peroleh merupakan gambaran dari hasilpengalaman pendidikan mereka. Universitas merupakan salah satu bentuklembaga pendidikan perguruan tinggi yang menghasilkan para lulusan sarjanasalah satunya sarjana ekonomi jurusan akuntansi. Perencanaan karirmerupakan hal yang sangat penting untuk mencapai sukses. Oleh karena itudiperlukan suatu stimulasi yang membuat mahasiswa mulai memikirkansecara serius tentang karir yang diinginkannya sejak masih di bangku kuliahagar dapat memanfaatkan waktu dan fasilitas kampus secara optimal. Makaperan seorang akuntan pendidik sebagai stimulator untuk hal ini sangatlahpenting.

Dalam menentukan pilihan profesi akuntansi tersebut, seorang calonsarjana ekonomi jurusan akuntansi harus mempertimbangkan berbagai faktor-faktor yang membuatnya tertarik atau tidak tertarik terhadap pilihan profesitersebut.Maka dengan mengetahui persepsi dan minat mahasiswa akuntansimengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mereka dalam pemilihan profesi,maka setiap mahasiswa akuntansi yang akan terjun ke dunia kerja akan dapattepat memilih profesi yang akan mereka jalani dan pendidikan akuntansi jugadapat merencanakan kurikulum yang sesuai dan relevan sesuai tuntutan duniakerja, sehingga mahasiswa akuntansi yang lulus dan siap terjun ke dalam dunia

Page 38: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2717ISSN 0853 - 0203

kerja lebih mudah menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dengan tuntutandunia kerja.

Faktor penghargaan financial atau gaji merupakan hal yang sangatpenting karena merupakan balas jasa atas kinerja dari seorang karyawansehingga karyawan membutuhkan gaji yang memadai. Faktor pelatihanprofessional sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan dan keahliankhusus karyawan (Rahayu, 2003). Faktor pengakuan professionalberhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi pekerjaaan (Rahayu, 2003).Pengakuan profesional meliputi kesempatan untuk berkembang, pengakuanterhadap prestasi, cara untuk kenaikan pangkat, dan keahlian khusus untukmencapai sukses (Merdekawati, 2010).

Faktor nilai-nilai sosial meliputi kesempatan untuk melakukankegiatan sosial, kesempatan menjalankan hobi, perhatian terhadap perlakuanindividu dan bekerja dengan orang lain. Lingkungan kerja meliputi pekerjaanrutin, pekerjaan yang lebih cepat dapat diselesaikan, lingkungan kerja yangmenyenangkan, pekerjaan yang atraktif (banyak tantangan), sering lembur,tingkat kompetisi antar karyawan dan tekanan kerja. Faktor pertimbanganpasar kerja berhubugan dengan tersedianya lapangan kerja dilapangan. Faktorpersonalitas berhubungan dengan kesesuaian pekerjaan dan sifat ataukepribadian yang dimiliki oleh seseorang (Andersen, 2012). Faktor keluargaatau teman berhungan dengan pengaruh dalam pemilihan profesi akuntan.

Penelitian Averus (2015) menyatakan bahwa ada perbedaan persepsimahasiswa mengenai pemilihan profesi ditinjau dari faktor gaji, pelatihanprofesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja,personalitas. Sedangkan ditinjau dari faktor pertimbangan pasar kerja dankebanggaan tidak ada perbedaan persepsi mahasiswa dengan sampel dengansampel 150 orang mahasiswa di kota semarang.

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Averus tahun 2015,perbedaan utama penelitian ini adalah ruang lingkup penelitian. PenelitianAverus (2015) mencoba mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi dalampemilihan profesi di beberapa universitas di Semarang Jawa Tengah,sedangkan penelitian ini mencoba menguak persepsi mahasiswa dalampemilihan profesi dengan sampel mahasiswa akuntansi di beberapa universitasdi Medan-Sumatera Utara dan menambah satu variabel penelitian yaitukeluarga dan teman karena menurut Winkel (2012) menyatakan bahwa salahsatu dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karirindividu dimana perkembangan karir akan menentukan kematangan kariradalah keluarga dan teman. Khamiah (2012) menyatakan bahwa pengaruhorang tua sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.Dan Purwanta(2012) menyimpulkan bahwa persepsi aspirasi orang tua terhadap perilakuekplorasi karir dan prestasi akademik siswa sangat berpengaruh.

Page 39: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2718ISSN 0853 - 0203

2. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa mengenai faktor-faktoryang berpengaruh dalam pemilihan profesi ditinjau dari penghargaanfinancial (gaji), pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilaisosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, personalitas, keluargadan teman?

2. Jenis profesi apa yang banyak diminati oleh mahasiswa akuntansi diMedan-Sumatera Utara?

3. Tujuan PenelitianPenelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis persepsi

mahasiswa akuntansi dalam pemilihan profesi sebagai akuntan publik,akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, akuntan pendidik ditinjau daripenghargaan financial (gaji), pelatihan profesional, pengakuan profesional,nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, personalitas,keluarga dan teman dan untuk mengetahui jenis karir apa yang banyakdiminati oleh mahasiswa akuntansi di Medan-Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA1. Faktor-Faktor Pemilihan Profesi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa mengenaipemilihan profesi adalah penghargaan finansial merupakan reward dalambentuk nilai mata uang yang biasanya diberikan sebagai bentuk imbalan timbalbalik atas pemberian jasa, tenaga, usaha, dan manfaat seseorang dalam suatuikatan pekerjaan. Faktor yang kedua adalah pelatihan professional.Merdekawati (2011) menyatakan bahwa Pelatihan profesional meliputipelatihan sebelum mulai bekerja, adanya pelatihan profesional (latihanekstern), pelatihan kerja rutin dan pengalaman kerja yang bervariasi.. Faktoryang ketiga adalah pengakuan professional. Pengakuan profesional meliputikesempatan untuk berkembang, pengakuan terhadap prestasi, cara untukkenaikan pangkat, dan keahlian khusus untuk mencapai sukses (Wijayanti,2001 dalam Merdekawati,2011). Faktor selanjutnya adalah factor nilai-nilaisosial. Pekerjaan akuntan membutuhkan lingkungan dan situasi sekitar yangbaik.Nilai-nilai sosial mendorong pekerjaan akuntan lebih dihargai danmendapat tempat distrata sosial masyarakat. Kepedulian dan perhatian padasekitar oleh seorang akuntan akan meningkatkan nilai instrinsik dan nilai jualakuntan.faktor selanjuntnya adalah factor lingkungan kerja yang meliputipekerjaan rutin, pekerjaan yang lebih cepat dapat diselesaikan, lingkungankerja yang menyenangkan, pekerjaan yang atraktif (banyak tantangan), sering

Page 40: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2719ISSN 0853 - 0203

lembur, tingkat kompetisi antar karyawan dan tekanan kerja. Faktorselanjutnya adalah faktor pertimbangan pasar kerja. Pertimbangan pasar kerjamerupakan pandangan seseorang dilihat dari berbagai aspek atas seberapabaik nilai dan peluang yang ada dari suatu pekerjaan. Dan factor selanjuntanyapersonalitas yang merupakan salah satu determinan yang potensial terhadappelaku individu saat berhadapan dengan situasi/ kondisi tertentu. Dan faktoryang keluarga dan teman. Keluarga/orang tua dan teman merupakan orangterdekat dari mahasiswa jurusan akuntansi dalam menjadi kehidupan sehari –hari di lingkungannya. Pengaruh keluarga dan teman yang dimaksud adalahdalam bentuk rujukan yang diberikan kepada mahasiswa akuntansi. Rujukanyang bersifat ke arah positif ataupun negatif dari keluarga dan temankemungkinan dapat membentuk perilaku dari mahasiswa itu sendiri.

2. Profesi Akuntan di IndonesiaProfesi akuntan di Indonesia menurut Averus (2015) dapat

dikelompokkan menjadi menjadi 4 yaitu yang pertama Akuntan Publik yaituJenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik. Keduaadalah profesi Akuntan Perusahaan yaitu akuntan yang bekerja dalam suatuperusahaan.Ketiga adalah Akuntan Pendidik atau dosen mempunyai tugasmendidik pendidikan akuntansi yaitu mengajar, menyusun kurikulumpendidikan akuntansi, dan melakukan penelitian dibidang akuntansi. Dan yangterakhir adalah Akuntan Pemerintah yaitu akuntan yang bekerja pada badanbadan pemerintah.

3. Kerangka PemikiranPenelitian ini ingin menganalisis hubungan antar variabel penghargaan

financial (gaji), pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilaisosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, personalitas, keluarga danteman dalam pemilihan profesi sebagai sebagai akuntan publik, akuntanmanajemen, akuntan pemerintah maupun akuntan pendidik.

Widyasari (2010) menganalisis faktor-faktor yang memiliki pengaruhdalam pemilihan profesi akuntan publik dan non akuntan publik bagimahasiswa jurusan akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan secarakeseluruhan ada perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi yang dilihat darikeinginan karir akuntan yang ditinjau dari gaji/penghargaan finansial,pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungankerja dan pertimbangan pasar kerja, serta dari personalitas disimpulkan bahwasecara keseluruhan tidak ada perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi.Penelitian ini melibatkan Sampel yang digunakan sebanyak 96 responden.

Andersen (2012) menghasilkan kesimpulan bahwa pada faktor gajiresponden memilih menjadi akuntan perusahaan.Berdasarkan faktor pelatihan

Page 41: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2720ISSN 0853 - 0203

dan pengakuan profesional, responden memilih untuk menjadi akuntanpublik.Berdasarkan nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasarkerja dan kesetaraan gender, responden memilih untuk menjadi akuntanpendidik. Serta tidak ditemukannya perbedaan persepsi antara respondenmahasiswa dan mahasiswi mengenai profesi akuntan, baik akuntan publik,akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik yangdilakukan pada pada mahasiswa akuntansi UNDIP, UNIKA UNNES,UNISULLA, UDINUS, UNISBANK, STIE TOTAL WIN dan mahasiswaPPA UNDIP.Jumlah mahasiswa akuntansi yang menjadi objek penelitiansebanyak 440 orang.

Kerangka pemikiran yang digunakan untuk merumuskan hipotesisdalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kerangka Pemikiran

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:Hipotesis 1 :Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih

profesi antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktorpenghargaan financial/gaji.

Hipotesis 2 :Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilihprofesi antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktorpelatihan Profesional.

Hipotesis 3 :Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilihprofesi antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,

PenghargaanFinancial/Gaji

Pertimbangan PasarKerja

Lingkungan Kerja

Pelatihan Profesional

PengakuanProfesional

Nilai-Nilai Sosial

Personalitas

Keluarga dan Teman

Profesi Akuntan:– Akuntan Publik– Akuntan Manajemen– Akuntan Pemerintah– Akuntan Pendidik.

Page 42: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2721ISSN 0853 - 0203

akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktorpengakuan profesional.

Hipotesis 4 :Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilihprofesi antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktornilai-nilai sosial.

Hipotesis 5 :Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilihprofesi antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktorlingkungan kerja.

Hipotesis 6 :Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilihprofesi antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktorpertimbangan pasar.

Hipotesis 7 :Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilihprofesi antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktorpersonalitas.

Hipotesis 8 :Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilihprofesi antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau dari faktorkeluarga dan teman.

METODE PENELITIAN1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 akuntansidi beberapa Universitas di medan Sumatera Utara, yaitu Universitas HKBPNommensen (UHN), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas NegeriMedan (UNIMED), Universitas Methodis Indonesia (UMI), UniversitasMuhammadyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas Dharmawangsa,Universitas Panca Budi, Universitas Medan Area (UMA). Metodepengambilan sampling adalah sampling kuota. Sampel dipilih dengan ciri –ciri sampel adalah mahasiswa S1 jurusan akuntansi semester 6 hingga akhir(angkatan tahun 2011 – angkatan tahun 2012), dengan alasan dipilihnyapopulasi tersebut karena mahasiswa dianggap sudah memiliki pengetahuandan telah mengikuti mata kuliah mengenai bidang–bidang akuntansi, sepertiakuntansi keuangan, akuntansi biaya, akuntansi manajemen, akuntansipemerintahan, auditing 1 dan juga mata kuliah praktikum baik praktikumakuntansi keuangan, biaya, dan audit. Selain itu mahasiswa pada tingkattersebut mungkin telah memiliki rencana pemilihan profesi yang akan merekatekuni setelah lulus dari universitas. Ukuran sampel dengan penentuan kuota

Page 43: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2722ISSN 0853 - 0203

yang diinginkan sebanyak 160, dengan masing – masing 20 sampel pada tiapuniversitas.

Alasan dipilihnya universitas tersebut dalam pengambilan sampeladalah bahwa program studi akuntansi untuk setiap universitas diatasberakreditasi B (Akreditasi PTN/PTS BAN PT) dan program studi yangberakreditasi”B” lah yang mampu bersaing dalam bursa kerja. Alasan lainnyaadalah mungkin ada perbedaan persepsi atau pendapat antara mahasiswauniversitas swasta dan negeri dalam memilih karir dibidang akuntansi, danjuga untuk memperluas wilayah pengambilan sampel yang tidak hanya dalamsatu jenis universitas saja.

2. Definisi Operasional VariabelAdapun definisi operasional Varabel dalam penelitian ini adalah :

VariabelPenelitian

DefinisiOperasional

Indikator SkalaPengukuran

Profesi Akuntan(Y)

Profesi sebagaiAkuntan publik,Akuntan Pendidik,Akuntan perusahaandan Akuntanpemerintah

1. Akuntan publik adalah akuntan yangbekerja di kantor akuntan publik danmerupakan profesi akuntansi yangmelalui Ujian Sertifikasi AkuntanPublik (USAP).

2. Akuntan pendidik merupakan profesiakuntansi yang menghasilkan sumberdayamanusia yang berkarir pada tigabidang akuntansi lainnya

3. Akuntan perusahaan adalah akuntanyang bekerja di perusahaan.

4. Akuntan pemerintah adalah akuntanyang bekerja di instansi pemerintah.

Likert

PenghargaanFinancial/Gaji(X1)

PenghargaanFinansial atau gajimerupakan sebuahkompensasi ataubalas jasa ataskinerja yangdilakukan olehseorang karyawanterhadapperusahaan atauinstansi tempat iabekerja.

1. Besarnya gaji awal.2. Dana pensiun.3. Kenaikan Gaji yang cepat.

Likert

Page 44: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2723ISSN 0853 - 0203

PelatihanProfesional (X2)

Pelatihanprofesionalmerupakanpelatihanpeningkatankemampuan yangberhubungandengan keahliankhusus suatuprofesi.

1. Pelatihan sebelum memulai kerja.2. Ujian sertifikasi.3. Pelatihan kerja rutin.4. Pengalaman kerja.

Likert

Pengakuanprofessional(X3)

Pengakuanprofesionalmerupakan hal–halyang berhubungandengan pengakuanterhadap prestasiatas pekerjaan.

1. Lebih banyak memberikankesempatan berkembang.

2. Ada pengakuan apabila berprestasi.3. Memerlukan banyak cara untuk naik

pangkat.4. Memerlukan keahlian untuk mencapai

sukses.

Likert

Nilai-nilai sosial(X4)

Nilai-nilai sosialberkaitan denganpandanganmasyarakatterhadap karir yangdipilih mahasiswa

1. Kesempatan melakukan kegiatanSosial.

2. Kesempatan untuk berinteraksidengan orang lain.

3. Kesempatan untuk menjalankan hobi.4. Memperhatikan individu lain.5. Pekerjaan yang bergengsi.6. Kesempatan untuk bekerja dengan

ahli dibidang lain.

Likert

Lingkungankerja (X5)

Lingkungan kerjamerupakan suasanakerja (rutin, atraktif,sering lembur),tingkat persainganantara karyawandan tekanan kerja.

1. Pekerjaan rutin.2. Pekerjaan lebih cepat dapat

diselesaikan.3. Pekerjaan lebih banyak tantangan.4. Lingkungan kerja yang

menyenangkan.5. Sering lembur.6. Tingkat kompetisi antar karyawan

yang tinggi.7. Ada tekanan kerja untuk mencapai

hasil yang sempurna.

Likert

Pertimbanganpasar kerja(X6)

Pertimbangan pasarkerja meliputikeamanan kerja dantersedianyalapangan kerja ataukemudahanmengakseslapangan pekerjaan.

1. Keamanan kerja lebih terjamin.2. Lapangan kerja yang ditawarkan

mudah diketahui.3. Pekerjaan yang mudah didapat dan

diperoleh.

Likert

Page 45: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2724ISSN 0853 - 0203

Personalitas(X7)

Personalitasmerupakan salahsatu determinanyang potensialterhadap perilakuindividu saatberhadapan dengansituasi atau kondisitertentu

Personalitas berpengaruh terhadapperilaku seseorang

Likert

Keluarga danteman (X8)

Keluarga/orang tuadan temanmerupakan orangterdekat darimahasiswaakuntansi dalammenjadi kehidupansehari – hari dilingkungannya

1. Dukungan Keluarga & orang tua2. Latar belakang sosial ekonomi3. Cara orang tua mendidik4. Teman sebaya adalah teman sekelas

atau mahasiswa akuntansi lain yangmemahami dan mempelajariakuntansi (satu profesi)

Likert

3. Pengujian Kualitas Dataa. Uji Validitas

Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui sah atau validtidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaanpada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur olehkuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan r table maka butir pertanyaan dinyatakan valid(Ghozali, 2006).b. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorangterhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu.Pengukuran reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu OneShot (pengukuran sekali saja). Suatu variabel dikatakan reliabel jikamemberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1960, dalam Ghozali2006)4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan denganmenggunakan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis.Uji Kruskal-Wallismerupakan uji nonparametrik yang dikembangkan oleh William Kruskal danW. Allen Wallis.Uji Kruskal-Wallis merupakan perluasan dari ujinonparametrik Mann-Whitney.Uji Kruskal-Wallis merupakan alternative dariuji parametrik analisis variansi satu arah.Uji Kruskal-Wallis merupakan ujinonparametrik yang digunakan unttuk menguji tiga atau lebih sampelindependen. Uji statistik yang digunakan pada uji Kruskal-Wallis adalah ujistatistik chi kuadrat. Nilai dari uji statistik chi kuadrat digunakan untukmenentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak adalah sebagai berikut :

Page 46: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2725ISSN 0853 - 0203

a. Jika hasilnya <0.05 maka signifikan maka hipotesis diterima. Karena itumenyatakan variance yang tidak sama (berbeda).

b. Apabila >0.05 maka hasilnya tidak signifikan maka hipotesis ditolak.Karena menandakan variance yang sama.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN1. Jenis Profesi Pilihan Mahasiswa

Distribusi hasil profesi pilihan mahasiswa disajikan ditabel 1 berikut :

Tabel 1. Jenis Profesi Pilihan Mahasiswa

UniversitasJenis Profesi

TotalAkuntanPublik

AkuntanManajemen

AkuntanPemerintah

AkuntanPendidik

UHN 5 6 8 1 20USU 1 4 14 1 20UNIMED 3 1 16 - 20UMI 2 4 14 - 20UMSU 3 6 8 3 20UniversitasDharmawangsa

- 3 17 - 20

Universitas Panca Budi 1 2 17 - 20UMA 6 4 10 - 20Total 21 30 104 5 160

Sumber : Data Primer yang telah diolah, tahun 2016

Dari tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pilihan profesi mahasiswamenunjukkan bahwa profesi favorit pilihan mahasiswa adalah akuntanpemerintah untuk keseluruhan universitas dengan jumlah 104 orang atausebanyak 65% dari seluruh responden, menurut peneliti bahwa alasanresponden lebih banyak memilih akuntan pemerintah adalah karena masadepan terjamin. Disusul akuntan perusahaan sebanyak 30 orang atau 18,75%dan selanjutnya akuntan publik sebanyak 21 orang atau 13,12% dan yangterakhir adalah akuntan pendidik sebanyak 5 orang atau sebanyak 3.14%

2. Uji Kualitas dataa. Uji Validitas

Pengujian validitas penelitian dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:

Page 47: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2726ISSN 0853 - 0203

Tabel 2. Hasil Pengujian ValiditasVariabel r Hitung r Tabel Keterangan

PerhargaanFinancial/Gaji(X1)

X1.1 0.805 0.154 ValidX1.2 0.748 0.154 ValidX1.3 0.866 0.154 Valid

PelatihanProfesional(X2)

X2.1 0.685 0.154 ValidX2.2 0.863 0.154 ValidX2. 3 0.822 0.154 ValidX2.4 0.738 0.154 Valid

PengakuanProfesional(X3)

X3.1 0.658 0.154 ValidX3.2 0.755 0.154 ValidX3.3 0.763 0.154 ValidX3.4 0.792 0.154 Valid

Nilai-NilaiSosial (X4)

X4.1 0.615 0.154 ValidX4.2 0.731 0.154 ValidX4.3 0.734 0.154 ValidX4. 4 0.757 0.154 ValidX4.5 0.613 0.154 ValidX4.6 0.693 0.154 Valid

LingkunganKerja (X5)

X5.1 0.712 0.154 ValidX5.2 0.516 0.154 ValidX5.3 0.706 0.154 ValidX5.4 0.456 0.154 ValidX5.5 0.534 0.154 ValidX5.6 0.713 0.154 ValidX5.7 0.667 0.154 Valid

PertimbanganPasar (X6)

X6.1 0.909 0.154 ValidX6.2 0.893 0.154 Valid

Personalitas(X7)

X7.1 1.000 0.154 Valid

Keluarga danTeman (X8)

X8.1 0.936 0.154 ValidX8.2 0.936 0.154 ValidX8.3 0.798 0.154 ValidX8.4 0.854 0.154 Valid

Sumber : Data Primer yang diolah, tahun 2016

Dari tabel 2 diatas dapat diperoleh bahwa dari tidak satupun indikatorindicator yang dinilai gugur dalam menjelaskan suatu variabel. Hal ini dapatdidentifikasi dari nilai r hitungnya lebih besar dari r table.Dengan Demikian,item-item pada masing-masing variable; tersebut layak digunakan sebagai alatukur dalam pengujian statistik.

b. Uji ReliabilitasHasil pengujian reliabilitas disajikan pada tabel 3 berikut ini:

Page 48: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2727ISSN 0853 - 0203

Tabel 3. Hasil Pengujian Reliabilitas

VariabelCronbach's

AlphaBatasan Keteraangan

Perhargaan Financial/Gaji 0,794 0,6 ReliabelPelatihan Profesional 0,781 0,6 ReliabelPengakuan Profesional 0,729 0,6 ReliabelNilai-Nilai Sosial 0,782 0,6 ReliabelLingkungan Kerja 0,733 0,6 ReliabelPertimbangan Pasar 0,781 0,6 ReliabelPersonalitas 1.000 0,6 ReliabelKeluarga dan Teman 0,904 0,6 Reliabel

Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2016Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa masing-masing

variabel menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha berada diatas 0.6 dengandemikian masing-masing variabel reliable dan layak digunakan sebagai alatukur dalam pengujian statitik.

3. Uji HipotesisPengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Uji Kruskal Wallis. Berikut diuraikan pengujian perbedaanpersepsi mahasiswa akuntansi dalam pemilihan profesi sebagai akuntan.

a. Penghargaan Financial atau GajiUntuk menguji hipotesis pertama dianalisis dengan tiga pertanyaan

yaitu gaji awal yang tinggi (X1.1), tersedianya dana pensiun (X1.2) dankenaikan gaji yang lebih (X1.3). Hasil analisis disajikan pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil Pengujian Perbedaaan PersepsiBerdasarkanPenghargaan Financial atau Gaji

PernyataanMean Rank

KruskalWallis Sig.Akuntan

PublikAkuntan

PerusahaanAkuntanPendidik

AkuntanPemerintah

X1.1 89.48 76.84 97.80 78.95 8.922 0.030

X1.2 89.05 77.56 77.60 79.80 0.894 0.827

X1.3 99.90 73.92 80.90 54,94 8.912 0.030

Total X1 92.81 76.10 85.43 79.37 8.776 0.032

Sumber: Data Primer yang telah diolah tahun 2016

Page 49: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2728ISSN 0853 - 0203

Berdasarkan data pada tabel 4 bahwa nilai kruskal wallis untuk pernyataangaji awal yang tinggi (X1.1) sebesar 8,922 dengan signifikansi 0,030 lebihkecil dari alpha 5% atau 0,05 sehingga signifikan. Berarti terdapat perbedaanpersepsi yang signifikan dilihat dari gaji awal yang tinggi antara mahasiswayang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntanpemerintah dan akuntan pendidik.

Nilai kruskal wallis untuk dana pensiun (X1.2) sebesar 0,894 dengansignifikansi 0,827 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Berarti tidakterdapat perbedaan persepsi yang signifikan mengenai tersedianya danapensiun antara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik,akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, dan akuntan pendidik. Nilai kruskalwallis untuk kenaikan gaji lebih cepat (X1.3) sebesar 8,912 dengansignifikansi 0,030 lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan. Berarti terdapatperbedaan persepsi yang signifikan dilihat dari kenaikan gaji antaramahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik.

Secara keseluruhan hasil pengujian berdasarkan penghargaan financialatau gaji menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikandiantara profesi akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, danakuntan pendidik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,032lebih kecil dari 0,05 berarti signifikan. Dengan demikian Hipotesis 1diterima.b. Pelatihan Profesional

Untuk pengujian hipotesis kedua diuji dengan empat pernyataanadanya pelatihan kerja sebelum mulai bekerja(X2.1), sering mengikutipelatihan diluar lembaga(X2.2),sering mengikuti pelatihan didalamlembaga(X2.3), memperoleh pengalaman kerja yang bervariasi(X2.4). Hasilanalisis disajikan pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Pengujian Perbedaaan PersepsiBerdasarkan Pelatihan Profesional

PernyataanMean Rank

KruskalWallis Sig.

AkuntanPublik

AkuntanPerusahaan

AkuntanPendidik

AkuntanPemerintah

X2.1 94.64 93.94 68.70 73.95 7.967 0.047X2.2 84.74 75.38 74.50 81.53 0.777 0.855X2.3 84.76 66.67 69.10 84.52 4.687 0.196X2.4 108.83 66.52 107.00 77.75 14.023 0.003

Total X2 93.24 75.62 79.82 79.43 4.435 0.218

Sumber: Data Primer yang telah diolah tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 5 bahwa, nilai kruskal wallis untuk adanyapelatihan kerja sebelum mulai bekerja (X2.1) sebesar 7,967 dengan

Page 50: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2729ISSN 0853 - 0203

signifikansi 0,047 lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan hal ini berartibahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan mengenai pelatihansebelum kerja antara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik,akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, dan akuntan pendidik.

Nilai kruskal wallis untuk sering mengikuti pelatihan diluar lembaga(X2.2) sebesar 0.777 dengan signifikansi 0,855 lebih besar dari 0,05 sehinggatidak signifikan. Dan nilai kruskal wallis untuk sering mengikuti pelatihandidalam lembaga (X2.3) sebesar 0.777 dengan signifikansi 4.687 lebih besardari 0.196 sehingga tidak signifikan. Berarti terdapat tidak perbedaan persepsiyang signifikan dilihat dari indikator sering mengikuti pelatihan diluarmaupun didalam lembaga untuk meningkatkan profesional antara mahasiswayang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntanpemerintah dan akuntan pendidik.

Berdasarkan data pada tabel 5 bahwa, nilai kruskal wallis untukmemperoleh pengalaman kerja yang bervariasi (X2.4) sebesar 14.023 dengansignifikansi 0,003 lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan hal ini berartibahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan mengenai pelatihansebelum kerja antara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik,akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, dan akuntan pendidik.

Secara keseluruhan hasil pengujian perbedaan persepsi berdasarkanpelatihan profesional diantara akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntanpemerintah, dan akuntan pendidik menunjukkan bahwa tidak terdapatperbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansisebesar 0.218 lebih besar dari 0,05 berarti tidak signifikan. Dengan demikianhipotesis 2 ditolak.c. Pengakuan Profesional

Pengakuan Profesional dianalisis dengan empat pernyataan yaitu lebihbanyak memberikan kesempatan untuk berkembang (X3.1), adanyapengakuan apabila berprestasi (X3.2), memerlukan banyak cara untuk naikpangkat (X3.3), memerlukan keahlian tertentu untuk mencapai sukses (X3.4).Tabel 6 menunjukkan hasil perhitungan uji beda dari masing-masing indikatordan total keseluruhan dalam variabel pengakuan profesional.

Page 51: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2730ISSN 0853 - 0203

Tabel 6. Pengujian Perbedaaan PersepsiBerdasarkan Pengakuan Profesional

Sumber: Data Primer yang telah diolah tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 6 bahwa nilai kruskal wallis untuk X3.1sebesar 7,967 dengan signifikansi 0,047 lebih kecil dari 0,05 sehinggasignifikan. Berarti ada perbedaan persepsi yang signifikan dilihat dariindikator lebih banyak memberikan kesempatan untuk berkembang antaramahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah, dan akuntan pendidik.

Nilai kruskal wallis untuk X3.2 sebesar 0,777 dengan signifikansi0,855 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallisuntuk sebesar 4.687 dengan signifikansi 0.196 lebih besar dari 0,05 sehinggatidak signifikan. Berarti tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan dilihatdari indikator memerlukan banyak cara untuk naik pangkat dan memerlukankeahlian tertentu untuk mencapai sukses antara mahasiswa yang memilihprofesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah danakuntan pendidik.

Nilai kruskal wallis untuk X3.4 sebesar 14,023 dengan signifikansi0,003 lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan. Berarti ada perbedaan persepsiyang signifikan dilihat dari indikator memerlukan keahlian tertentu untukmencapai sukses antara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntanpublik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik.

Secara keseluruhan pengujian persepsi mengenai pengakuan profesionalmenunjukkan adanya perbedaan persepsi yang signifikan diantara mahasiswayang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntanpemerintah dan akuntan pendidik. Hal ini ditunjukkan dengan nilaisignifikansi sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikianhipotesis ketiga diterima.

PernyataanMean Rank

KruskalWallis Sig.Akuntan

PublikAkuntan

PerusahaanAkuntanPendidik

AkuntanPemerintah

X3.1 94.64 93.94 68.70 73.95 7.967 .047

X3.2 84.74 75.38 74.50 81.53 .777 .855

X3.3 84.76 84.76 69.10 84.52 4.687 .196

X3.4 108.83 66.52 107.00 77.75 14.023 .003

Total X3 93.24 80.15 79.83 79.44 14.381 .002

Page 52: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2731ISSN 0853 - 0203

d. Nilai-Nilai SosialNilai sosial dianalisis dengan enam pernyataan yaitu memberikan

kesempatan untuk melakukan kegiatan social (X4.1), memberikankesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain (X4.2), memerlukankesempatan untuk menjalankan hobi (X4.3), memperhatikan perilaku individu(X4.4), pekerjaan lebih bergengsi (X4.5), dan memberikan kesempatan untukbekerja dengan ahli dibidang lain (X4.6). Tabel 7 menunjukkan hasilperhitungan hasil uji beda masing-masing indikator maupun keseluruhan darivariabel nilai-nilai sosial.

Tabel 7. Pengujian Perbedaaan Persepsi BerdasarkanNilai-Nilai Sosial

PernyataanMean Rank

KruskalWallis Sig.

AkuntanPublik

AkuntanPerusahaan

AkuntanPendidik

AkuntanPemerintah

X4.1 100.21 78.61 98.30 76.16 6.675 .083X4.2 99.31 80.81 101.90 75.48 6.934 074X4.3 98.81 87.48 98.70 73.65 7.715 .052X4.4 100.29 78.22 90.50 76.65 5.502 .139X4.5 86.48 80.61 76.80 79.42 .468 .926X4.6 102.50 79.30 100.70 75.36 7.731 .052

Total X4 97.93 80.84 94.48 76.12 9.618 .022

Sumber: Data Primer yang telah diolah tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 7 bahwa nilai kruskal wallis untuk X4.1sebesar 6.675 dengan signifikansi 0,083 lebih besar dari 0,05 sehingga tidaksignifikan. Nilai kruskal wallis untuk X4.2 sebesar 6,934 dengan signifikansi0,074 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallisuntuk X4.3 sebesar 7,715 dengan signifikansi 0,052 lebih besar dari 0,05sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallis untuk X4.4 sebesar 5,502dengan signifikansi 0,139 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilaikruskal wallis untuk X4.5 sebesar 0.468 dengan signifikansi 0,926 lebih besardari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallis untuk X4.6 sebesar7,731 dengan signifikansi 0,052 lebih besar dari 0,05 sehingga tidaksignifikan. Berarti tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan dilihat darisemua indikator antara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntanpublik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik.

Secara keseluruhan pengujian perbedaan persepsi berdasarkan nilai-nilai sosial menunjukkan adanya perbedaan persepsi yang signifikan diantaramahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Hal ini ditunjukkan dengan nilaisignifikansi sebesar 0,022 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikianhipotesis 4 diterima.

Page 53: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2732ISSN 0853 - 0203

e. Lingkungan KerjaFaktor lingkungan kerja dianalisis dengan tujuh pernyataan yaitu

pekerjaan rutin(X5.1), pekerjaannya lebih cepat dapat diselesaikan(X5.2),pekerjaannya lebih banyak tantangan(X5.3), lingkungan kerjanyamenyenangkan(X5.4), sering lembur(X5.5), tingkat kompetisi antar karyawantinggi(X5.6), ada tekanan kerja untuk mencapai hasil yang sempurna(X5.7).Tabel 8 menunjukkan hasil perhitungan masing-masing indikator dan totalkeseluruhan dari variabel lingkungan kerja.

Tabel 8. Pengujian Perbedaaan PersepsiBerdasarkan Lingkungan Kerja

PernyataanMean Rank

KruskalWallis Sig.

AkuntanPublik

AkuntanPerusahaan

AkuntanPendidik

AkuntanPemerintah

X5.1 101.2 75.20 87.40 77.56 6.058 .109X5.2 95.17 82.11 91.20 76.45 3.653 .301X5.3 83.33 75.64 82.20 81.36 .534 .911X5.4 84.55 71.52 88.40 81.36 1.691 .639X5.5 90.79 84.67 109.60 75.65 4.758 .190X5.6 96.57 75.67 103.90 77.56 5.083 .166X5.7 93.90 76.00 95.90 77.57 3.229 358

Total X5 92.22 77.26 94.09 78.22 7.623 .054

Sumber: Data Primer yang telah diolah tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 8 bahwa nilai kruskal wallis untuk X5.1sebesar 6,058 dengan signifikansi 0,109 lebih besar dari 0,05 sehingga tidaksignifikan. Nilai kruskal wallis unuk X5.2 sebesar 3,653 dengan signifikansi0,301 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallisuntuk X5.3 sebesar 0,534 dengan signifikansi 0,911 lebih besar dari 0,05sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallis untuk X5.4 sebesar 1,691dengan signifikansi 0,639 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilaikruskal wallis untuk X5.5 sebesar 4,758 dengan signifikansi 0,190 lebih besardari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallis untuk X5.6 sebesar5,083 dengan signifikansi 0,166 lebih besar dari 0,05 sehingga tidaksignifikan. Nilai kruskal wallis untuk X5.7 sebesar 3,329 dengan signifikansi0,358 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Secara keseluruhanpengujian perbedaan berdasarkan lingkungan kerja menunjukkan tidakterdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa yang memilihprofesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah danakuntan pendidik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,054 yanglebih besar dari 0,05. Dengan demikian hipotesis 5 ditolak.

Page 54: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2733ISSN 0853 - 0203

f. Pertimbangan Pasar KerjaPertimbangan pasar kerja dianalisis dengan tiga pernyataan yaitu

keamanan kerjanya lebih terjamin(X6.1), lapangan kerja yang ditawarkanmudah diketahui(X6.2), pekerjaan yang mudah didapat dan diperoleh(X6.3).Tabel 9 menunjukkan hasil perhitungan uji beda dari masing-masing indikatordan total keseluruhan dari variabel pertimbangan pasar kerja.

Tabel 9. Pengujian Perbedaaan Persepsi BerdasarkanPertimbangan Pasar Kerja

PernyataanMean Rank

KruskalWallis Sig.

AkuntanPublik

AkuntanPerusahaan

AkuntanPendidik

AkuntanPemerintah

X6.1 101.1 75.55 73.90 78.13 5.495 .139X6.2 92.10 76.91 99.40 77.50 3.101 .376X6.3 96.60 76.23 98.90 77.10 3.240 .245

Total X6 96.60 76.23 86.65 77.82 4.189 .242

Sumber: Data Primer yang telah diolah tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 9 bahwa nilai kruskal wallis untuk X6.1sebesar 5,495 dengan signifikansi 0,139 lebih besar dari 0,05 sehingga tidaksignifikan. Nilai kruskal wallis untuk X6.2 sebesar 3.101 dengan signifikansi0,376 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallisuntuk X6.3 sebesar 1,866 dengan signifikansi 0,601 lebih besar dari 0,05sehingga tidak signifikan. Secara keseluruhan pengujian berdasarkanpertimbangan pasar kerja menunjukkan tidak terdapat perbedaan persepsiyang signifikan antara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntanpublik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Halini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,242 yang lebih besar dari0,05. Dengan demikian hipotesis 6 ditolak.

g. PersonalitasPersonalitas dianalisis dengan satu pertanyaan yaitu profesi

mencerminkan personalitas seorang yang bekerja secara professional. Tabel10 menunjukkan bahwa nilai kruskal wallis untuk X7 sebesar 10,030 dengansignifikansi 0,018 lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan. Berarti terdapatperbedaan persepsi yang signifikan dilihat dari indikator profesimencerminkan personalitas seorang yang bekerja secara professional antaramahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik.

Page 55: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2734ISSN 0853 - 0203

Tabel 10. Pengujian Perbedaaan Persepsi Berdasarkan Personalitas

PernyataanMean Rank Kruskal

Wallis Sig.AkuntanPublik

AkuntanPerusahaan

AkuntanPendidik

AkuntanPemerintah

X7 107.1 70.06 85.30 78.06 10.030 .018

Sumber: Data Primer yang telah diolah tahun 2016

h. Keluarga atau TemanKeluarga dan teman dianalisis dengan 4 pernyataan yaitu dukungan

keluarga atau orang tua (X8.1), dipengaruhi latar belakang ekonomi (X8.2),dipengaruhi cara mendidik anak oleh orangtua (X8.3) dan Teman sebayaadalah teman sekelas atau mahasiswa akuntansi lain yang memahami danmempelajari akuntansi atau satu profesi (X8.4). Tabel 11 menunjukkan hasilperhitungan uji beda masing-masing indikator dan total keseluruhan darivariabel keluarga atau teman.

Tabel 11. Pengujian Perbedaaan PersepsiBerdasarkan Keluarga dan Teman

Pernyataan

Mean Rank

KruskalWallis Sig.Akuntan

PublikAkuntan

PerusahaanAkuntanPendidik

AkuntanPemerintah

X8.1 87.43 79.52 77.70 79.52 .593 .898

X8.2 87.43 79.52 77.70 79.52 .593 .898

X8.3 94.14 69.23 114.10 79.58 6.938 .074

X8.4 73.36 80.39 76.10 82.22 .734 .865

Total X8 85.59 77.17 86.40 80.21 .593 .898

Sumber: Data Primer yang telah diolah tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 11 bahwa nilai kruskal wallis untuk X8.1sebesar 0.593 dengan signifikansi 0,898 lebih besar dari 0,05 sehingga tidaksignifikan. Nilai kruskal wallis untuk X8.2 sebesar 0.593 dengan signifikansi0,898 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallisuntuk X8.3 sebesar 6.938 dengan signifikansi 0,074 lebih besar dari 0,05sehingga tidak signifikan. Nilai kruskal wallis untuk X8.4 sebesar 0.734dengan signifikansi 0,865 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan.Secara keseluruhan hasil pengujian perbedaan persepsi berdasarkan keluargaatau teman menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang signifikanantara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan

Page 56: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2735ISSN 0853 - 0203

perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Hal ini ditunjukkandengan nilai signifikansi sebesar 0,898 yang lebih besar dari 0,05. Dengandemikian hipotesis 8 ditolak.

Hasil pembahasan dalam penelitian ini akan diuraikan satu persatusebagai berikut:1. Penghargaan Financial atau Gaji

Secara keseluruhan hasil pengujian berdasarkan penghargaan financialatau gaji menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikandiantara profesi akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, danakuntan pendidik. Hal ini sama dengan penelitian Rahayu (2005) yangmenyatakan bahwa adanya perbedaan pandangan diantara mahasiswa dalampemilihan karir sebagai akuntan dan didukung juga dengan penelitianWijayanti (2001) menyatakan bahwa adanya perbedaan pandangan diataramahasiswa dalam pemilihan karir sebagai akuntan perusahaan, akuntanpublik, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik.

Penghargaan financial atau gaji dianalisis dengan tiga pertanyaan yaitugaji awal yang tinggi, tersedianya dana pensiun dan kenaikan gaji yang lebih. Dan untuk indikator gaji awal yang tinggi dapat dilihat dari hasil uji bedabahwa mahasiswa menganggap akuntan pendidik memberikan gaji awal yangtinggi. Untuk indikator tersedianya dana pensiun dapat dilihat dari hasil ujibeda mahasiswa beranggapan bahwa karir sebagai akuntan publik lebihmemberikan jaminan di hari tua kelak. Dan untuk indikator kenaikan gajimahasiswa beranggapan bahwa akuntan publik lebih dapat memberikankenaikan gaji yang lebih cepat2. Pelatihan Profesional

Secara keseluruhan hasil pengujian perbedaan persepsi berdasarkanpelatihan profesional diantara akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntanpemerintah, dan akuntan pendidik menunjukkan bahwa tidak terdapatperbedaan yang signifikan. Hal ini didukung oleh penelitian YuanitaWidyasari (2010) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan pandangandiatara mahasiswa dalam pemilihan karir sebagai akuntan perusahaan,akuntan publik, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik dalam hal pelatihanprofessional.

Pelatihan profesional dianalis dengan empat pertanyaan. Untukpelatihan sebelum bekerja, dapat dilihat dari hasil uji beda, pelatihan sebelumbekerja dianggap mahasiswa lebih dibutuhkan oleh akuntan publik karenamahasiswa beranggapan karir akuntan publik akan menghadapi masalah yangbermacam-macam dan pelatihan sebelum bekerja diperlukan untukmenghadapi masalah-masalah tersebut.

Untuk indikator sering mengikuti latihan di luar lembaga untukmeningkatkan professional dapat dilihat dari hasil uji beda bahwa profesi

Page 57: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2736ISSN 0853 - 0203

akuntan publik dianggap mahasiswa perlu sering mengikuti latihan di luarlembaga seperti seminar-seminar untuk meningkatkan profesional danpelatihan rutin yang diadakan secara periodik oleh pihak perusahaan gunameningkatkan kemampuan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yangada.

Dan untuk sering mengikuti pelatihan rutin di dalam lembaga, dapatdilihat dari hasil uji beda bahwa mahasiswa menganggap profesi akuntanpublik lebih memperoleh pengalaman kerja yang bervariasi dibandingkankarir akuntan pendidik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah hal inidikarenakan akuntan publik akan menghadapi berbagai macam jenis kliendengan karakter yang berbeda-beda dan permasalahan yang kompleks.3. Pengakuan Profesional

Secara keseluruhan pengujian persepsi mengenai pengakuanprofesional menunjukkan adanya perbedaan persepsi yang signifikan diantaramahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Dengan demikian hipotesis ketigaditerima. Hal ini didukung oleh penelitian Rahayu (2005), Widyasari (2010),Putra (2011), Andersen (2012) yang menyatakan bahwa adanya perbedaanpersepsi diantara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik,akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik.

Pengakuan profesional dianalisis dengan empat pertanyaan. Padaindikator lebih banyak memberikan kesempatan berkembang, hasil uji bedamahasiswa beranggapan bahwa akuntan publik lebih memberikan kesempatanberkembang dalam pemilihan karir akuntan publik daripada sebagai akuntanpendidik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah karena akuntan publikakan menghadapi berbagai macam permasalahan yang sehingga akuntanpublik lebih dapat mengembangkan diri. Untuk indikator ada pengakuanapabila berprestasi pada hasil uji beda menunjukkan bahwa akuntan publikdianggap lebih memberikan pengakuan apabila berprestasi dibandingkandengan karir sebagai akuntan publik, sebagai akuntan pendidik, dan akuntanpemerintah mungkin itu karena cara tersebut dapat digunakan atasan untukmemacu kinerja karyawannya agar lebih baik lagi.

Untuk indikator memerlukan banyak cara untuk naik pangkat, hasil ujibeda menunjukkan bahwa mahasiswa beranggapan bahwa memilih karirsebagai akuntan publik lebih memerlukan banyak cara untuk naik pangkat danmemerlukan keahlian tertentu untuk mencapai sukses mungkin karena untukmenjadi akuntan publik dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya tiga tahunbekerja di KAP dan mempunyai reputasi yang baik di bidang audit.4. Nilai-nilai Sosial

Secara keseluruhan pengujian perbedaan persepsi berdasarkan nilai-nilai sosial menunjukkan adanya perbedaan persepsi yang signifikan diantara

Page 58: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2737ISSN 0853 - 0203

mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Penelitian Merdekawati danSulistyawati (2011), Putra (2011) yang mendukung bahwa adanya perbedaanpandangan mahasiswa akuntansi yang karir akuntan yang dilihat darikeinginan ditinjau nilai-nilai sosial.

Nilai-nilai sosial dianalisis dengan menggunakan enam indikator.Untuk indikator lebih memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatansosial, dapat dilihat dari hasil uji beda bahwa akuntan publik dianggap lebihbanyak memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan social. Untukindikator lebih memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain,dapat dilihat dari hasil uji beda bahwa akuntan pendidik dianggap lebihbanyak memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang laindaripada akuntan publik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah hal inimungkin karena bekerja sebagai akuntan pendidik pasti bertemu denganbanyak mahasiswa saat mengajar sehingga memungkinkan untuk berinteraksidengan banyak orang.

Untuk indikator lebih memerlukan kesempatan untuk menjalankanhobi, dari hasil uji beda bahwa akuntan pendidik dianggap lebih banyakmemerlukan kesempatan untuk menjalankan hobi karena mungkin mahasiswaberanggapan bahwa profesi akuntan pendidik mempunyai banyak waktu yangluang di luar pekerjaannya untuk menjalankan hobinya. Untuk indikator lebihmemperhatikan perilaku individu, dapat dilihat dari hasil uji beda bahwaakuntan publik dianggap lebih memperhatikan perilaku individu karenamahasiswa beranggapan akuntan publik sering berhubungan denganorangorang di luar instansi yang mempunyai hubungan pekerjaan dengannya.

Indikator pekerjaannya lebih bergengsi dibanding karir yang lain,dapat dilihat dari hasil uji beda bahwa akuntan publik dianggap karir yanglebih bergensi karena mungkin mahasiswa beranggapan bahwa akuntan publikbiasanya melakukan audit dan hasil audit mereka adalah hasil yang dipercayaoleh public sebagai pihak yang independen. Untuk indikator lebih memberikesempatan untuk bekerja dengan ahli di bidang yang lain, dapat dilihat darihasil uji beda bahwa akuntan publik dianggap lebih memberi kesempatanuntuk bekerja dengan ahli di bidang yang lain karena mungkin profesi akuntanpublik slebih ebelum mengeluarkan hasil audit harus lebih atau bekerjasamadengan ahli di bidang yang lain.5. Lingkungan Kerja

Secara keseluruhan pengujian perbedaan berdasarkan lingkungankerja menunjukkan tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antaramahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Penelitian Andersen (2012) juga

Page 59: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2738ISSN 0853 - 0203

mendukung penelitian ini yang menyatakan bahwa tidak perbedaanpandangan mahasiswa akuntansi ditinjau lingkungan kerja.

Variabel lingkungan kerja dianalisis dengan tujuh pertanyaan. Untukindikator pekerjaan rutin, dapat dilihat dari hasil uji beda bahwa akuntanpublik dianggap lebih mempunyai pekerjaan rutin hal ini mungkindikarenakan akuntan publik mempunyai jadwal rutin dan targetmenyelesaikan hasil audit. Untuk indikator pekerjaannya lebih cepat dapatdiselesaikan, dapat dilihat dari hasil uji beda bahwa akuntan publik dianggappekerjaannya lebih cepat hal ini dikarenakan target tersebutlah mendoronguntuk tidak menunda pekerjaan. Untuk indikator pekerjaannya lebih banyaktantangan, dapat dilihat dari hasil uji beda bahwa akuntan publik dianggappekerjaannya lebih banyak tantangan, hal itu karena harus siap ditempatkankarena pada saat melakukan audit, akuntan public diperhadapkan denganberbagai jenis perusahaan dengan berbagai karakter yang akan dihadapidisetiap perusahaan.

Untuk indikator lingkungan kerjanya menyenangkan, dapat dilihat darihasil uji beda bahwa akuntan pendidik dianggap memiliki lingkungankerjanya menyenangkan karena berhubungan dengan mahasiswa yang masihmuda secara usia. Untuk indikator sering lembur dapat dilihat dari hasil ujibeda bahwa mahasiswa menganggap akuntan pendidik dianggap pekerjaanyang sering mendapatkan lembur, hal itu mungkin karena mungkin seringmendapatkan jadwal mengajar kuliah pada malam hari.

Untuk indikator tingkat kompetisi antar karyawan tinggi dapat dilihatdari hasil uji beda bahwa mahasiswa menganggap akuntan pendidik adalahpekerjaan yang tingkat kompetisi antar karyawannya tinggi itu mungkinkarena akuntan pendidik harus berusaha melanjutkan pendidikan ke jenjangyang lebih tinggi agar bisa menduduki suatu jabatan. Untuk indikator adatekanan kerja untuk mencapai hasil yang sempurna menunjukkan akuntanpendidik dianggap lebih mendapatkan tekanan kerja untuk mencapai hasilyang sempurna mungkin karena akuntan pendidik harus berusaha meng-update pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman.6. Pertimbangan Pasar Kerja

Secara keseluruhan pengujian berdasarkan pertimbangan pasar kerjamenunjukkan tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antaramahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan,akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Penelitian Widiatami (2013) yangmendukung penelitian ini yang menyatakan bahwa tidak perbedaan persepsimahasiswa akuntansi dalam memilih profesi antara sebagai akuntan publik,akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik ditinjau darifaktor lingkungan kerja.

Page 60: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2739ISSN 0853 - 0203

Variabel pertimbangan pasar kerja dianalisis dengan tiga indikator.Dari hasil uji beda terlihat bahwa mahasiswa yang memilih karir sebagaiakuntan publik bahwa menganggap kemanan kerjanya lebih terjamin karenamungkin jauh dari PHK. Untuk indikator lapangan kerja yang ditawarkanmudah diketahui, terlihat bahwa mahasiswa yang memilih karir sebagaiakuntan pendidik menganggap akses lapangan kerja yang ditawarkan mudahdiketahui. Dan indikator yang ketiga adalah pekerjaan yang mudah didapatatau diperoleh adalah akuntan pendidik, hal ini mungkin karena aksesinformasi tentang pekerjaan dapat diperoleh di kampus.7. Personalitas

Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan dilihat dari indikatorprofesi mencerminkan personalitas seorang yang bekerja secara professionalantara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntanperusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Hal ini didukung olehRahayu dkk, 2003, Averus (2015), yang menyatakan bahwa tidak perbedaanpersepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih profesi antara sebagai akuntanpublik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidikditinjau dari faktor personalitas. Mahasiswa menganggap bahwa karir yangdipilih mencerminkan personalitas seseorang yang bekerja secaraprofessional.8. Keluarga Atau Teman

Secara keseluruhan hasil pengujian perbedaan persepsi berdasarkankeluarga atau temanmenunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi yangsignifikan antara mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik,akuntan perusahaan, akuntan pemerintah dan akuntan pendidik.

Variabel keluarga dan teman dianalisis dengan empat indikator. Darihasil uji beda terlihat bahwa mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntanpublik menganggap bahwa dukungan keluarga dan teman sangat dibutuhkan,hal ini mungkin karena jam kerja sebagai akuntan publik sangat tinggidibanding akuntan yang lain. Indikator latar belakang ekonomi terlihat bahwamahasiswa yang memilih akuntan publik menganggap bahwa latar belakangekonomi menjadi faktor pemilihan profesi. Indikator cara mendidik anak olehorang tua terlihat bahwa akuntan pendidik menganggap bahwa sebagai figureseorang dosen hampir sama dengan seorang orang tua yang mendidikanaknya. Dan indikator teman sebaya terlihat bahwa akuntan pemerintahmenganggap bahwa pemilihan karir sebagai akuntan pemerintah dipengaruhioleh teman sebaya yang sudah lebih dahulu memilih karir sebagai akuntanpemerintah.

Page 61: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2740ISSN 0853 - 0203

KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data diatas, maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut:1. Berdasarkan faktor penghargaan financial atau gaji terdapat perbedaan

persepsi mahasiswa yang signifikan dalam memilih profesi sebagaiakuntan.

2. Berdasarkan faktor pelatihan profesional tidak terdapat perbedaan persepsimahasiswa yang signifikan dalam memilih profesi sebagai akuntan.

3. Berdasarkan faktor pengakuan profesional terdapat perbedaan persepsimahasiswa yang signifikan dalam memilih profesi sebagai akuntan.

4. Berdasarkan faktor nilai-nilai sosial terdapat perbedaan persepsimahasiswa yang signifikan dalam memilih profesi sebagai akuntan.

5. Berdasarkan faktor lingkungan kerja tidak terdapat perbedaan persepsimahasiswa yang signifikan dalam memilih profesi sebagai akuntan.

6. Berdasarkan faktor pertimbangan pasar kerja tidak terdapat perbedaanpersepsi mahasiswa yang signifikan dalam memilih profesi sebagaiakuntan.

7. Berdasarkan faktorpersonalitas terdapat perbedaan persepsi mahasiswayang signifikan dalam memilih profesi sebagai akuntan.

8. Berdasarkan faktor keluarga dan teman tidak terdapat perbedaan persepsimahasiswa yang signifikan dalam memilih profesi sebagai akuntan

9. Profesi favorit pilihan mahasiswa untuk keseluruhan universitas adalahakuntan pemerintah karena masa depan lebih terjamin. Disusul akuntanperusahaan dan selanjutnya akuntan publik dan yang terakhir adalahakuntan pendidik.

2. SaranSaran yang dapat dikemukakan sebagai tindak lanjut dari hasil

penelitian bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar menambah variabellainnya yang berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi pemilihanprofesi sebagai akuntan dan juga menambahruang lingkup penelitian bukanhanya di Medan saja. Dan instrument yang dipakai dalam penelitian hanyamenggunakan kuesioner, sehingga kesimpulan yang diambil hanyaberdasarkan data-data yang dikumpulkan melalui kuesioner tersebut, sehinggadisarankan penelitian selanjutnya sebaiknya dilengkapi dengan wawancarasehingga data yang diperoleh akan lebih akurat.

Page 62: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2741ISSN 0853 - 0203

DAFTAR PUSTAKAAndersen, Analisis persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih profesi

sebagai akuntan, skripsi, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UniversitasDiponegoro Semarang.2012

Averus.Analisis Persepsi Mahasiswa Akuntansi Dalam Memilih Karir,skripsi, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas DiponegoroSemarang.(Studi Empiris Mahasiswa Akuntansi S1 di Perguruan Tinggidi Semarang), 2015

Dian Putri Merdekawati dan Ardiani Ika Sulistyawati.“Faktor-Faktor yangMempengaruhi Pemilihan Karir Akuntan Publik dan Non AkuntanPublik.”, 2011.

Ghozali, Imam.“Aplikasi Analisis Multivariate Dengan ProgramSPSS”.Semarang : Badan Penerbit Undip.2006

Khamiah, Keberhasilan anak ditangan orang tua, Jakarta, Media Komputindo,2012Putra, Analisis Perbedaan persepsi Mahasiwa Akuntansi Universitas Jambi

mengenai Faktor-Faktor Pemilihan Karir, Jurnal Investasi, UniversitasJambi, Jambi, 2011.

Purwanto, Faktor yang mempengaruhi ekplorasi karir siswa SLTP, universitasNegeri Jogjakarta, Cakrawala Pendidikan, Juni 2012.

Rahayu, Sri, Eko Arief Sudaryono, Doddy Setiawan.“Persepsi MahasiswaAkuntansi Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PemilihanKarir”. Simposium Nasional Akuntansi VI.Surabaya, 2003.

Rahmad, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan KarirMahasiswa Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Akuntansi diPerguruan Tinggi di Semarang) skripsi, Fakultas Ekonomika Dan BisnisUniversitas Diponegoro Semarang.2013.

Yuanita Widyasari, Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktoryang membedakan pemilihan karir (Studi pada universitas Diponegorodan Unika Soegijapranata), universitas Diponegoro Semarang, 2010

Page 63: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 2715-2742

2742ISSN 0853 - 0203

Widyastuti, Widyawati,dkk dan Juliana, Pengaruh Motivasi Terhadap MinatMahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.Simposium Nasional Akuntansi VII.2004.

Widyasari, Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor YangMembedakan Pemilihan Karir (Studi pada Universitas Diponegoro danUNIKA Soegijapranata), skripsi, Fakultas Ekonomika Dan BisnisUniversitas Diponegoro Semarang.2010.

Widiatami, Determinan Pilihan Karir Pada Mahasiswa Akuntansi (StudiEmpiris pada Mahasiswa Akuntansi S1 Universitas Diponegoro, skripsi,Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang,2013.

Winkel, W.S. & M.M, Sri Hastuti. Bimbingan Dan Konseling Di InstitutPendidikan. Yogyakarta : Media Ab, 2012.

Page 64: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2743ISSN 0853 - 0203

Pengaruh Waktu Electroplating dengan Chrom Pada Baja KarbonRendah Terhadap Kekerasan, laju Korosi dan Tebal Lapisan

Oleh:.Sutan LMH Simanjuntak1) Parulian Siagian.2)

Dosen Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen

ABSTRAC

Electrically plating or electroplating is one method used to beautify looks fineand also to improve the mechanical properties of the metal.The teksperiment is performed by preparing specimens have been measured

with different variations in time for electroplating with a current of 10amperes at 12 Volts.The results show that the corrosion test specimen electroplating results withthe arrest of 0.1889847379 mpy 40 minutes, 30 minutes of 0.1771731918 mpy,20 minutes by 0.1417385534 mpy, and without coating 0.93298832 mpy.Judging from the results on each specimen corrossion the safest coatingcoatings with detention is 20 minutes and is the fastest corroded specimenswithout coating. Hardware test results from each specimen tested showedrising violence in the area coated by electroplating. The test results showed athick layer on the detention of 40 minutes is the result of sedimentary layersthicker than the initial 30 minutes and 20 minutes.

Keywords: Electroplating, hardness, corrossion rate and thickness

1.1.Pendahuluan

Electroplating merupakan proses pelapisan logam melaluipenggunaan arus listrik searah (DC) dan larutan kimia (elektrolit) yangberfungsi sebagai media penyuplai ion-ion logam membentuk endapan(lapisan) pada elektroda katoda.

Elektroplating pada baja pada dasarnya dilakukan dengan caramengalirkan arus listrik melalui larutan antara logam atau material lain yangkonduktif. Dua buah plat logam merupakan anoda dan katoda dihubungkanpada kutup positif dan negatif terminal sumber arus searah (DC). Logam yangterhubung dengan kutup positif sumber arus disebut anoda dan yang terhubungdengan kutup negatif sumber arus searah disebut katoda.

Dalam pelaksanaan proses electroplating ada beberapa hal yang perludiperhatikan yaitu arus yang dibutuhkan untuk melapis (rapat arus),

Page 65: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2744ISSN 0853 - 0203

temperatur larutan, waktu pelapisan dan tegangan (V).Distribusi perpindahanion-ion logam selama proses pelapisan berlangsung akan dipengaruhi olehbesarnya arus, luas permukaan bahan yang dilapis, temperatur larutan, derajatkesamaan (PH) dan kekentalan atau konsentrasi larutan.

1.2. Tujuan1. Untuk mengetahui tebal lapisan baja karbon rendah dari hasil

electroplating, dengan melakukan variasi waktu2. Untuk mengetahui dan membandingkan laju korosi dan kekerasan

1.3. Manfaat

1. Untuk menghasilkan pelapisan yang efektif dalam pelapisan Chrompada baja karbon rendah dengan mengatur arus yang digunakansehingga didapatkan ketebalan lapisan yg diinginkan.

2. Sebagai acuan untuk mengetahui pelapisan dengan melakukanpengujian berbagai variasi waktu.

3. Sebagai refrensi awal dalam pengembangan usaha pelapisan logamsecara electroplating.

1.4 Batasan Masalah

1. Melakukan pelapisan secara listrik (electroplating) dengan bahanpelapis Chrom.

2. Logam induk yang akan dilapis adalah baja karbon rendah dengandimensi ; P = 60 mm, L= 20 mm, T= 3 mm.

Gambar 1.1. Dimensi logam Induk

20 mm

3 mm

60 mm

Page 66: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2745ISSN 0853 - 0203

2.. TINJAUAN PUSTAKA2.1.Pelapisan Secara Listrik (Electroplating)

Pelapisan secara listrik atau electroplating merupakan proses pelapisan suatulogam melalui penggunaan arus listrik searah (DC) dan larutan kimia(elektrolit) yang berfungsi sebagai media penyuplai ion-ion logam membentukendapan (lapisan) pada elektroda katoda.Elektroplating dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik melalui larutanantara logam atau material lain yang konduktif. Dua buah plat logammerupakan anoda dan katoda dihubungkan pada kutup positif dan negatifterminal sumber arus searah (DC). Logam yang terhubung dengan kutuppositif sumber arus disebut anoda dan yang terhubung dengan kutup negatifsumber arus searah disebut katoda.Dalam pelaksanaan proses electroplating ada beberapa hal yang perludiperhatikan yaitu arus yang dibutuhkan untuk melapis (rapat arus),temperatur larutan, waktu pelapisan dan tegangan (V).Distribusi perpindahanion-ion logam selama proses pelapisan berlangsung akan dipengaruhi olehbesarnya arus, luas permukaan bahan yang dilapis, temperatur larutan, derajatkesamaan (PH) dan kekentalan atau konsentrasi larutan.

Gambar 2.1 Rangkaian Proses Electroplating

2.2.Prinsip Dasar ElektroplatingElektroplating merupakan teknik pelapisan secara elektrodeposisi, yaitu

proses pengendapan pelapis logam secara elektrokimia. Cara pelapisan inimemerlukan arus listrik searah (DC). Bila listrik mengalir antara anoda dankatoda, didalam larutan konduktor/larutan elektrolit, maka akan terjadi reaksikimia pada permukaan logam tersebut. Pada sistem demikian, bila diberitegangan atau beda potensial, ion-ion bergerak menuju elektroda. Kation

Page 67: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2746ISSN 0853 - 0203

bergerak menuju katoda dan anion menuju anoda. Masing-masing mempunyailaju yang khas (konduktivitas ion spesifik). Konduktivitas total larutan tertentumerupakan penjumlahan dan konduktivitas ion individu segenap ion yangdikandungnya.

ELEKTRODAElektroda merupakan kutub atau lempeng pada suatu sel elektrolitik ketika

arus listrik memasuki atau meninggalkan sel. Elektroda dimana proses reduksiberlangsung disebut sebagai katoda yang merupakan kutub negatif(penarikelektron), sedangkan elektron dimana proses oksidasi berlandsung disebutanoda yang merupakan kutub positif (pelepas elektron).

Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-elektron dari atom-atom logam netral untuk membentuk ion-ion bersangkutan. Berbagai anodadipergunakan pada elektroplating. Ada anoda inert, ada anoda aktif(terkorosi). Anoda dapat merupakan logam murni, dapat pula sebagai alloy.Katoda biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin menderitakerusakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Dalam larutan, ion-ion positifbergerak ke katoda dan ion-ion negatif bergerak ke anoda. Adapun logam yangbiasa digunakan sebagai elektroda adalah logam yang tidak larut dalam larutanelektrolit yang digunakan sebagai pelapis.

2.3. Laju KorosiKorosi adalah degradasi atau penurunan kualitas dari suatu material

akibat terjadinya reaksi kimia antara logam dengan lingkungannya. Padadasarnya korosi adalah peristiwa pelepasan elektron-elektron dari logam yangberada dalam larutan elektronik seperti air laut, sedangkan atom-atom yangbermuatan positif (Fe2+) akan bereaksi dengan ion hidroksil (OH) akanmembentuk ferid hidroksida Fe (OH), yang dikenal sebagai hasil korosi.

Oleh sebab itu korosi tidak dapat dihilangkan tetapi korosi dapatdicegah dengan mengendalikan atau memperlambat proses pengerusakanpada peralatan atau struktur konstruksi logam.

Korosi dapat juga diartikan sebagai proses balik dari pemurnian logamatau ekstrasi. Logam yang terdapat dialam umumnya berbentuksenyawa,seperti senyawa oksida,sulfida,karbonat dan silikat. energi logamdalam bentuk senyawa adalah sangat rendah,sedangkan dalam unsur tunggal,logam mempunyai ketidsak stabilan sehingga energinya sangat besar.unsurunsur logam bersenyawa dengan unsur lain untuk mencapai kestabilan dengan

Page 68: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2747ISSN 0853 - 0203

melepaskan energi. Dengan demikian keadaan unsur besi mempunyai energiyang tinggi.oleh karena itu secara spontan logam besi akan bereaksi kembalidengan oksigen yang terdapat didalam membentuk besi oksida.1.Metoda kehilangan berat

Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi denganmengukur kekurangan berat akibat korosi yang terjadi. Metode inimenggunakan jangka waktu penelitian hingga mendapatkan jumlahkehilangan akibat korosi yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlahkehilangan berat akibat korosi yang digunakan rumus sebagai berikut :

Laju korosi (mpy) =.. .

Dimana : W = pengurangan berat (mg)

A = Luas pnampang (in2)

T = Waktu (jam)

D = Density Specimen (gr/cm3)

Mpy = Mils per year

534 = Konstanta bila laju korosi dinyatakan = mpy

1 mils = 0,0254 mm

Maka : 1 mpy = 0,0254 mmpy

Metode ini adalah mengukur kembali berat dari benda uji, kekuranganberat dari pada berat awal merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan beratdikmbalikan ke dalam rumus untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya.

2.4. Uji Keras VickersPengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode penekanan yaitu metode Vickers. Pada pengukurankekerasan menurut Vickers sebuah intan yang berbentuk limas (piramid),

Page 69: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2748ISSN 0853 - 0203

kemudian intan tersebut ditekankan pada benda uji dengan suatu gaya tertentu,maka pada benda uji terdapat bekas injakan dari intan ini. Bekas injakan iniakan lebih besar apabila benda uji tersebut semakin lunak dan bila bebanpenekanan bertambah berat.

Gbr 2.2. Uji Vickers

Perhitungan kekerasan didasarkan pada panjang diagonal segi empatbekas injakan dan beban yang digunakan.Nilai kekerasan hasil pengujianmetode Vickers disebut juga dengan kekerasan HV atau VHN (VickersHardness Numbers)yang besarnya.

Dimana : P = Beban tekan yang diberikan (kgf)d = Panjang diagonal bekas injakan (mm)θ = Sudut puncak penetrator (136o)

Adapun keuntungan dari metode pengujian Vickers adalah :a. Dengan pendesak yang sama, baik pada bahan yang keras maupun

lunak nilai kekerasan suatu benda uji dapat diketahui.

d1

d2

d1d2

Page 70: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2749ISSN 0853 - 0203

b. Penentuan angka kekerasan pada benda-benda kerja yang tipis ataukecil dapat diukur dengan memilih gaya yang relatif kecil.

Pengujian mikro Vickers adalah metode pengujian kekerasan denganpembebanan yang relatif kecil yang sulit dideteksi oleh metode makro Vickers.Pada penelitian ini menggunakan metode mikro Vickers karena untukmengetahui seberapa besar nilai kekerasan pada permukaan benda uji hasildari proses heat treatment, sehingga pembebanan yang dibutuhkan juga relatifkecil yaitu berkisar antara 10 sampai 1000 gf.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :A. Baja Karbon Rendah.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah(strip) yang diperoleh dari pasaran kemudian dipotong atau dibentuk.

1. Menyediakan LarutanLarutan berfungsi sebagai media penghantar ion-ion chrommembentuk lapisan chrom pada elektroda katoda.

2. ChromChrom berfungsi sebagai bahan pensuplai ion bahan pelapisdipermukaan katoda (baja karbon rendah /strip yang telah dilapisiChrom).

3.2. Lokasi dan Alat PenelitianLokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik metalurgi Fakultas Teknik

Universitas HKBP Nommensen Medan

Alat1. Gergaji Besi, Mesin Bor, Mesin Polish (gambar 3.1), Timbangan, Wadah

atau Bak, Mesin Uji Keras Mikro, Rectifier

Page 71: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2750ISSN 0853 - 0203

Gambar 3.1.Mesin Polish

Rectifier berfungsi sebagai sumber daya penghantar untuk memindahkan,menarik ion – ion positif dari anoda.

Gambar 3.2. Rectifier

3.3 Unsur-Unsur Pokok Proses ElectroplatingRectifier

Arus listrik berfungsi sebagai sumber daya penghantar untukmemindahkan,menarik ion-ion positif dari anoda. Arus listrik yangdigunakan pada proses electroplating adalah arus searah atau DC.Untukmendapatkan arus tersebut diatas digunakan rectifier dimana arus yangdikeluarkan oleh rectifier ini

Larutan ElektrolitLarutan adalah suatu sistem campuran yang homogen yang

mengandung dua atau lebih zat.Dihasilkan bila zat cair, gas atau padatdilarutkan didalam suatu bahan pelarut.Umumnya jumlah zat yang sedikitdisebut zat pelarut (solute) dan zat yang jumlahnya lebih besar disebut yangterlarut (solven). Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan disebutkonsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarutmembentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Sedangkan elektrolit adalah

Page 72: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2751ISSN 0853 - 0203

suatu zat yang akan terurai menjadi ion-ion positif atau negatif bila dilarutkandidalam air dan bersifat penghantar listrik.

Zat yang digunakan sebagai elektrolit dilarutkan ke dalam air dan akanterurai menjadi ion-ion (terionisasi) sehingga larutan ini dapat menghantarkanarus listrik. Ion listrik positif akan tertarik menuju elektroda negatif (katoda),sedangkan ion negatif akan menuju elektroda positif (anoda). Elektrolit kuatakan terionisasi seluruhnya atau sebagian besar menjadi ion-ion, sedangkanelektrolit lemah hanya sebagian terionisasi menjadi ion di dalam larutan.

Istilah-istilah elektrolit kuat dan elektrolit lemah diambil dari dayahantar listriknya.Elektrolit kuat sudah tau mempunyai daya hantar yang kuatkarena mengandung jumlah ion yang lebih besar/banyak bila dibandingkandengan elektrolit lemah.Memang tidak mudah membedakan apakah suatularutan elektrolit yang terionisasi termasuk elektrolit yang lemah ataupasangan ion.Hal ini harus dari interaksi ion dan ion dengan bahan pelarutnya.

AnodaAnoda adalah suatu terminal positif dalam larutan elektrolit. Fungsi

dari anoda adalah sebagai sumber bahan baku yang akan dibawa melaluielektrolit kepada permukaan katoda. Anoda biasanya dipilih dari logam murniyaitu untuk menjamin kebersihan elektrolit pada saat proses electroplating.Adanya arus listrik (DC) yang mengalir melalui larutan elektrolit diantaraanoda dan katoda, maka pada anoda akan terjadi pelepasan ion-ion logam danoksigen (reduksi), selanjutnya ion-ion logam tersebut diendapkan pada katoda.

KatodaKatoda adalah elektroda negatif dalam larutan elektrolit dimana pada

katoda ini terjadi penempelan ion-ion yang tereduksi dari anoda. Pada proseselectroplating katoda dapat diartikan sebagai benda kerja yang akan dilapis,katoda bertindak sebagai logam yang dilapisi atau produk yang bekerjamenerima ion. Katoda dihubungkan ke kutub negative dari arus listrik. Katodaharus bersifat konduktor supaya proses electroplating dapat berlangsung danlogam pelapis menempel pada katoda.

Bak PlatingBak Plating harus terbuat dari bahan yang tahan dengan larutan

elektrolit yang digunakan. Umumnya terbuat dari PVC atau PP. Untuk ukuran

Page 73: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2752ISSN 0853 - 0203

yang besar bisa menggunakan besi atau semen yang dilapisi PVC atau PP.Ukuran bak menentukan ukuran dan jumlah barang yang bisa diproses.

Lapisan logamLapisan logam yang terbentuk mempunyai karakteristik yang khusus.

Tergantung dari kadar kandungan bahan kimia dalam elektrolit,kondisi proses, dan kualitas arus listrik. Diperlukan pengetahuan yang lebihdalam tentang elektroplating untuk bisa menghasilkan lapisan logam dengankarakteristik yang sesuai dengan kebutuhan.Lapisan logam ini dalam satuan micron, dan bisa diukur dengan menggunakanthickness meter..

Volt meterVolt meter disini untuk mengukur Volt yang sedang digunakan dalam

proses Plating. Volt diatur untuk mendapatkan ampere yang diinginkan atausesuai dengan perhitungan standar. Pengaturan Volt yang tidak tepat akanmempengaruhi kualitas lapisan dan lamanya proses kerja.

Ampere meterAmpere meter untuk mengukur ampere dari arus listrik selama proses

Plating. Ampere ini sangat penting, karena bisa digunakan untukmenghitung jumlah logam yang melapisi, sehingga bisa digunakan untukmenghitung biaya produksi.Ampere meter idealnya yang digital agar lebihakurat dalam pembacaannya. Ampere ini juga sebagai parameter standar dariPlating, sebab setiap proses Plating mempunyai standar ampere per-desimeterpersegi yang berbeda-beda.

TembagaTembaga untuk penghantar listrik dari Rectifier ke anoda atau katoda.

Ukuran dari tembaga disesuaikan dengan ampere yang digunakan. Sebisamungkin jangan banyak sambungan, karena dapat memperburuk aliran aruslistrik. Setiap sambungan yang ada harus sering di cek dan dibersihkan agararus listrik tetap lancar.

3.4. Prosedur PenelitianMempersiapkan specimen , adapun ukuran specimen adalah sebagai berikut.

Page 74: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2753ISSN 0853 - 0203

- Panjang = 60 mm- Lebar = 20 mm- Tebal = 3 mm

1. Pembersihan secara mekanikProses ini bertujuan untuk menghaluskan permukaan danmenghilangkan goresan-goresan serta geram-geram yang masihmelekat pada spesimen. Untuk menghilangkan goresan-goresan dangeram-geram dilakukan dengan mesin polish sedangkan untukmenghaluskan dilakukan dengan buffing.

2. Pengeringan (Drying)Proses ini bertujuan untuk mengeringkan specimen sebelum dilakukanproses elektroplating.

3. Proses ElektroplatingSetelah specimen bebas dari kotoran-kotoran, maka specimen sudahsiap untuk dilapis. Adapun cara pelaksanaan pelapisan chrom adalahsebagai berikut :

Gambar 3.3.Rangkaian Proses Elektroplating

Proses pelapisan Chrom :a. Masukkan specimen kedalam larutan.

- Asam Chromat ( CrOH 42).....................= 300 gram.

- Asam Sulphate ( SOH 42)...................= 2,5 cc.

- Aqua( H2O) ........................= 970 cc.- Panaskan air pada suhu = 50 0C.- Masukan Asam Chromat ke air sedikit demi sedikit sambil diaduksampai tercampur.- Masukan Asam Sulphate sambil diaduk sampai tercampur.

Page 75: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2754ISSN 0853 - 0203

b. Hubungkan khrom (anoda) ke tutup posiitif, sedangkan spesimen(katoda) kekutup negtif sumber arus searah (rectifier).

c. Atur kuat arus sesuai dengan variabel yang direncanakan (10 Amper)dengan tegangan listrik 12 Volt.

d. Setelah rangkaian siap, maka stop kontak dihidupkan.e. Lama waktu proses elektroplating yang direncanakan adalah 20,30,40

menit.f. Waktu yang direncanakan tercapai maka stop kontak dimatikan.g. Angkat spesimen lalu dibilas dengan air bersih dan selanjutnya

dikeringkan.

4. Penimbangan spesimen

Setelah proses pelapisan selesai dilakukan, maka dilakukan prosespenimbangan pada specimen yaitu untuk mengetahui berat nikel yang terlapispada baja.

5. Proses pengkorosianProses pengkorosian dilakukan untuk mengetahui dan

membandingkan laju korosi dari spesimen yang tidak mendapat pelindungdengan specimen lain yang mendapat perlindungan yaitu logam pelapis(chrom) dengan variable kuat arus yang berbeda. Sebelum dan sesudah prosespengkorosian dilakukan, specimen harus ditimbang. Hal ini untuk mengetahuiberat awal dan berat specimen setelah mengalami proses pengkorosian.

Proses korosi dilakukan dengan metode kehilangan berat denganmedia larutan NaCl 0,5 %.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PenelitianDari hasil penelitian diperoleh data-data uji laju korosi, uji keras dan

uji tebal lapisan dari baja yang telah mengalami proses electroplating sepertipada uraian berikut.

4.2 Uji KorosiHasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 Data Uji Korosi Dengan

Menggunakan Metode kehilangan berat. Distribusi laju korosi yangdiperlihatkan sebagai fungsi waktu pelapisan, dimana Tanpa pelapisan

Page 76: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2755ISSN 0853 - 0203

memiliki laju korosi yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan tehadapspesimen yang telah dilapisi lapisan Nikel. Laju korosi terlihat menurun padawaktu pelapisan 20 menit dimana laju korosi terendah adalah 0,1417385534mpy, sedangkan laju korosi akan meningkat kembali jika waktu pelapisandinaikkan ( 30 dan 40 menit ).

Laju korosi =.. .

=. ,, . , .

=,,

= 0,93298832 mpy

Tabel 4.1 Data Uji Laju Korosi Dengan Menggunakan Metode kehilangan

berat

LamaPenahan

Pengurangan berat(mg)

Berat Jenis( gr/cm3 )

Laju Korosi( mpy )

Tanpa pelapisan 6,9 7,85 0,9329883220 menit 1,2 7,85 0,141738553430 menit 1,5 7,85 0,177173191840 menit 1,6 7,85 0,1889847379

Gambar 4.1 Pengaruh waktu pelapisan terhadap laju korosi

4.3 Uji KerasPengujian kekerasan dilakukan dengan metode Vickers pada beban 1

kgf. Tiap specimen dilakukan 5 kali pengujian yaitu dari titik terluar specimenmenuju kedalam (inti). Data – data hasil pengujian Vickers dapat dilihat padatabel 4.2. dibawah ini:

0,93298832

0,14173855

0,17717319

0,188984740

0.5

1

0 10 20 30 40 50

Page 77: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2756ISSN 0853 - 0203

1. Tabel 4.2 kekerasan spesimen posisi tegak sebelum pelapisan

Spesimen Titik P (kgf) d1 (µm) d2 (µm) d Rata-rata VHNVHNRata-Rata

1

1

1

25.5015 25.8007 25.6511 2817.7194

2719.0908

2 26.794 26.7897 26.7919 2582.88063 26.8057 26.615 26.7104 2598.66664 26.3797 25.9755 26.1776 2705.51585 25.245 25.4057 25.3254 2890.672

2. Tabel 4.3 Kekerasan dengan Posisi Datar Sebelum Pelapisan.

Spesimen Titik P (kgf)d1 (µm) d2 (µm) d Rata-rata VHN

VHNRata-Rata

1

1

1

25.1965 25.9545 25.5755 2834.4021

2657.8226

2 25.556 25.3727 25.4644 2859.200

3 26.7065 26.3065 26.5065 2638.79084 26.667 26.4065 26.5368 2632.77815 27.4972 27.9225 27.7099 2414.57886 27.2435 27.5915 27.4175 2466.34617 27.1621 27.9242 27.5432 2443.89488 26.9527 26.8032 26.8780 2566.35929 25.4047 25.951 25.6779 2811.851710 25.015 25.467 25.2410 2910.0243

Contoh perhitungan uji keras :

VHN= , .P = Beban (gr)

=, ., = 2817.7194 (gr/ μm d = Diagonal Penekanan

(μm)

3. Tabel 4.4 Kekerasan dengan posisi tegak pada sampel pelapisan 20

Menit

Spesimen Titik d1 ( ) d2 ( ) dRata-rata ( ) VHN VHNRata – Rata

1

1 25.8015 25.5007 25.6511 2817.7194

2732.09832 26.8940 26.5897 26.7418 2592.55793 26.8057 26.6150 26.7103 2598.67644 25.3797 26.7755 26.0776 2726.30535 25.2450 25.1057 25.1753 2925.2327

Page 78: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2757ISSN 0853 - 0203

2

1 25.4687 25.4082 25.4384 2865.0364

2615.0437

2 27.5897 26.8620 27.2258 2501.20013 28.6502 27.1645 27.9073 2380.53244 27.3175 26.0435 26.6805 2604.4846

5 26.4065 25.7712 26.0888 2723.9650

3

1 26.5897 25.9830 26.2863 2683.1862

2458.11352 30.1895 29.6752 29.9323 2069.32903 28.5897 27.3175 27.9536 2372.65314 27.7107 26.9225 27.3166 2484.59985 26.6165 25.9795 26.2980 2680.7992

Gambar 4.2 Grafik Kekerasan dengan Posisi Tegak pada sampel Pelapisan 20Menit

Tabel 4.5 Kekerasan dengan posisi datar pada sampel pelapisan 20 Menit

Spesimen Titik P (kgf)d1 (µm) d2 (µm) d Rata-rata VHN

VHNRata-Rata

1

1

1

25.8922 25.3762 25.6342 2821.4359

2553.7113

2 25.8905 25.6787 25.7846 2788.6174

3 26.4670 27.1342 26.8006 2581.1943

4 27.8905 27.1342 27.5123 2449.3787

5 28.8922 27.346 28.1182 2344.9560

6 28.7090 28.6805 28.6947 2251.6784

7 27.8300 28.9510 28.3905 2300.1897

8 27.3460 27.9805 27.6632 2422.7293

9 26.2250 26.6820 26.4535 2649.3751

10 25.1947 25.1360 25.1653 2927.5580

0500

100015002000250030003500

0 0,75 1,50 2,25 3,00

VH

N

Jarak Titik Spesimen

Page 79: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2758ISSN 0853 - 0203

2

1

1

25.8335 25.7712 25.8023 2784.7928

2522.5970

2 26.7922 26.2207 26.5064 2638.8107

3 26.9090 26.9552 26.9321 2556.0497

4 27.6502 27.1040 27.3771 2473.6306

5 28.9527 28.9830 28.9678 2209.4221

6 28.8922 28.4990 28.6956 2251.5371

7 27.8620 27.4670 27.6645 2422.5016

8 27.2570 27.4367 27.3468 2479.1152

9 26.6502 26.4367 26.5434 2631.4591

10 25.8620 25.7997 25.8308 2778.6511

3

1

1

25.7695 26.5275 26.1485 2711.5410

2359.0551

2 26.0685 27.6752 26.8718 2567.5341

3 27.3762 27.6787 27.5274 2446.6922

4 27.6182 28.5577 28.0879 2350.0180

5 30.1947 29.6787 29.9367 2068.7208

6 30.8852 31.5810 31.2331 1900.5511

7 28.8417 29.9510 29.3963 2145.4796

8 28.1610 28.0097 28.0853 2350.4531

9 27.9510 27.1947 27.5728 2438.6417

10 26.3745 26.9207 26.6476 2610.9198

Gambar 4.3 Grafik Kekerasan dengan Posisi Datar pada sampel pelapisan denganWaktu 20 Menit

0

1000

2000

3000

4000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

VHN

Jarak Titik Spesimen

Sempel 1

Page 80: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2759ISSN 0853 - 0203

4. Tabel 4.6 Kekerasan dengan posisi tegak pada sampel pelapisan 30 Menit

Spesimen Titik d1 ( ) d2 ( ) dRata-rata

( )VHN VHN

Rata –Rata

4

1 25.0787 26.5897 25.8342 2777.9197

2636.57512 26.1040 26.7410 26.4225 2655.59553 27.1325 28.1022 27.6173 2430.78924 27.6362 27.6985 27.6673 2422.01135 25.7712 25.5577 25.6645 2814.7888

5

1 25.6485 26.5830 26.1158 2718.3459

2602.56272 26.8905 26.8300 26.8602 2569.75223 27.8905 27.4990 27.6947 2417.22124 27.5275 26.9527 27.2401 2498.5747

5 25.9795 25.4030 25.6913 2808.9193

6

1 25.5275 26.4392 25.9834 2746.1196

2552.48622 27.0132 26.6275 26.8203 2577.40383 29.0435 28.8602 28.9518 2211.86494 27.3710 27.8887 27.6298 2428.59035 25.2535 26.2250 25.7393 2798.4526

Gambar 4.4 Grafik Kekerasan dengan Posisi Tegak pada sampel Pelapisan denganWaktu 30 Menit

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

0 0,75 1,50 2,25 3,00

VH

N

Jarak Titik Spesimen

Sempel 1

Sempel 2

Sempel 3

Page 81: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2760ISSN 0853 - 0203

5. Tabel 4.7 Kekerasan dengan posisi datar pada sampel pelapisan 30 Menit

Spesimen Titik P (kgf)d1 (µm) d2 (µm) d Rata-rata VHN

VHNRata-Rata

4

1

1

25.1965 25.9545 25.5755 2835.1665

2662.8424

2 25.5560 25.3727 25.4643 2859.98243 26.4065 26.4065 26.4065 2659.53164 26.467 26.4065 26.4367 2653.45885 27.4972 27.9225 27.7098 2415.23876 27.0435 27.5915 27.3175 2485.10617 27.1600 26.9242 27.0421 2535.98118 26.9527 26.8032 26.8779 2567.06099 26.4047 25.9510 26.1778 2706.204110 25.0150 25.4670 25.2415 2910.6938

5

1

1

26.4510 25.2535 25.8522 2774.8009

2557.8680

2 26.9850 26.0580 26.5215 2636.51763 27.7450 26.3960 27.0705 2530.66284 27.0185 27.5310 27.2747 2492.91165 28.7375 30.8550 29.7962 2088.83956 27.9847 27.4687 27.7267 2412.29537 27.0737 27.5275 27.3006 2488.18388 26.9780 26.9527 26.9653 2550.44719 26.7357 25.8852 26.3104 2678.995210 25.6182 24.7410 25.1796 2925.0223

6

1

1

25.1360 25.5897 25.3628 2882.919

2514.4110

2 25.7125 25.4082 25.5603 2838.53953 26.1040 26.9510 26.5275 2635.32514 27.5275 26.8620 27.1947 2507.60025 27.7997 27.5577 27.6787 2420.66936 28.1057 27.0452 27.5754 2438.83947 30.0632 29.2750 29.6691 2106.77478 28.2837 28.4350 28.3593 2305.87539 27.8905 27.7695 27.8354 2393.491610 26.2872 26.9830 26.6351 2614.0758

0500

100015002000250030003500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

VH

N

Jarak Titik Spesimen

Sempel 1Sempel 2

Page 82: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2761ISSN 0853 - 0203

Gambar 4.5 Grafik Kekerasan denganPosisi Datar pada sampel Pelapisan denganWaktu 30 Menit

6. Tabel 4.8 Kekerasan dengan posisi tegak pada sampel pelapisan waktu 40 Menit

Spesimen Titik d1 ( ) d2 ( ) dRata-rata

( )VHN VHN

Rata – Rata

7

1 25.1947 25.6022 25.3984 2874.0678

2612.87612 26.6217 25.4402 26.0309 2736.09623 27.4082 27.8620 27.6351 2427.65884 27.6502 27.2570 27.4536 2459.86425 25.8620 26.8905 26.8762 2566.6934

8

1 25.4065 25.4687 25.9376 2755.8156

2497.60632 27.8637 26.8940 27.3789 2473.31443 29.4955 29.7672 29.6314 2111.5767

4 28.4012 27.9172 28.1592 2338.1324

5 25.7635 25.6165 25.6900 2809.1926

9

1 25.8940 25.9830 25.9385 2529.0835

2424.28392 26.4385 27.7121 27.0753 2529.08363 29.5897 28.9527 29.2712 2163.85764 28.7055 29.9475 29.3265 2155.70475 25.3285 25.6612 25.9949 2743.6904

Gambar 4.6 Grafik Kekerasan dengan Posisi Tegak pada Sampel Pelapisan denganWaktu 40 Menit

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0 0,75 1,50 2,25 3,00

VH

N

Jarak Titik Spesimen

Sempel 1

Sempel 2

Sempel 3

Page 83: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2762ISSN 0853 - 0203

7. Tabel 4.9 Kekerasan dengan posisi datar pada sampel pelapisan dengan 40 Menit

Spesimen Titik P (kgf)d1 (µm) d2 (µm) d Rata-rata VHN

VHNRata-Rata

7

1

1

25.3442 25.3122 25.3282 2890.0215

2512.7635

2 26.2250 25.8637 26.0443 2733.28143 27.0225 26.773 26.8977 2562.59184 27.9435 27.9527 27.9481 2373.5875 28.4367 29.2267 28.8317 2230.33056 29.5595 28.62 29.0897 2190.94387 27.378 27.749 27.5635 2440.28758 27.6787 27.441 27.5598 2440.94289 26.346 26.8922 26.6191 2616.513610 26.1522 26.7572 26.4547 2649.1347

8

1

1

25.1342 26.5602 26.8472 2572.2415

2451.0769

2 27.1342 26.9687 27.0514 2533.55443 27.4905 27.7712 27.6308 2428.41454 27.8552 27.983 27.9191 2378.52055 28.2552 28.015 28.1351 2342.13976 29.8602 30.2872 30.0737 2049.91577 27.5947 28.5897 28.0922 2349.29868 27.1275 27.104 27.1157 2521.55299 26.3762 26.983 26.6796 2604.660410 25.5275 26.588 26.0577 2730.471

9

1

1

25.7677 27.7375 27.2526 2496.2832

2374.3227

2 27.9207 27.4350 27.6778 2420.1743 28.5845 28.4030 28.4937 2283.55794 29.0737 29.2267 29.1502 2181.85895 29.8567 29.6752 29.7659 2092.5316 28.7980 29.4350 29.1165 2186.91247 28.7980 28.0702 28.4341 2293.1418 27.8317 27.7712 27.8014 2398.70269 26.862 26.1645 26.5132 2637.457310 26.0755 25.8310 25.9527 2752.6097

Page 84: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2763ISSN 0853 - 0203

Gambar 4.7 Grafik Kekerasan dengan Posisi Datar pada sampel Pelapisan denganWaktu 40 Menit

8. Tabel 4.10 Tebal Lapisan

NO Waktu penahanan Laju korosi (mpy) Tebal lapisan (mm/s)

1 20 0,1417385534 0,02883477

2 30 0,1771731918 0,05315196

3 40 0,1889847379 0,0755939

4.4 Hasil Uji Ketebalan Lapisan

Penelitian uji tebal lapisan ini dilakukan dengan cara menggunakan

metode dimensi vs berat.

Tabel 4.12 Sebelum pelapisan dan sesudah pelapisan.

NO Sebelum pelapisan(gr) Sesudah Pelapisan (gr)

1 32,8 33,42 33,2 33,73 32,8 33,54 34,0 34,65 33,8 34,46 33,8 34,87 35,0 35,68 33,9 34,59 34,6 34,0

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

HVN

Jarak Titik Spesimen

Sempel 1

Sempel 2

Sempel 3

Page 85: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2764ISSN 0853 - 0203

Uji tebal lapisan ini dilakukan dengan cara menggunakan metode dimensi vs

berat dan menggunakan rumus seperti di bawah ini :

Msebelum = Vsebelum x ρ => ρ = Msebelum / Vsebelum

Vsebelum = p x l x t

M sesudah = vsesudah / ρ => ρ = Msesudah / Vsesudah

V sesudah = pi x li x ti

= (p0 + Δt) x (l0 + Δt) x (t0 + Δt)

Pada temperatur 20 menit.

Vsebelum = 60 x 20 x 3

= 3600 mm

M sebelum = 98,8 : 3600

= 0,027444 mm

M sesudah = 98,8 : 0,027444

= 3600,0028 mm

Vsesudah = (p0 + Δt) x (l0 + Δt) x (t0 + Δt)

= Δt + (p0. l0. t0)

3600,00028 = Δt + (3600)

Δt = 3600,0028 – 3600

= 0,028 mm

NO Waktupenahanan

Tebal lapisan(mm)

1 20 0,028

2 30 0,058

3 40 0,076

4.5 PembahasanHasil uji korosi menunjukan bahwa spesimen hasil electroplating

dengan penahanan 40 menit sebesar 0,1889847379 mpy; 30 menit sebesar0,1771731918 mpy; 20 menit sebesar 0,1417385534 mpy, dan tanpapelapisan 0,93298832 mpy. Dilihat dari hasil pengkorosian pada setiap

Page 86: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2765ISSN 0853 - 0203

spesimen maka pelapisan yang paling aman adalah pelapisan denganpenahanan 20 menit.

Hasil uji keras dari setiap spesimen yang diuji menunjukkan naiknyakekerasan pada daerah yang terlapisi oleh electroplating.

Hasil uji tebal lapisan menunjukkan pada penahanan 40 menitmerupakan hasil lapisan yang lebih tebal dibandingkan dengan penahanan 30menit dan 20 menit.

Ketahanan korosi dapat dilihat pada waktu pelapisan, dimana padawaktu pelapisan dengan waktu 20 Menit laju korosinya lebih rendahdibandingkan pelapisan pada waktu 30 Menit dan 40 Menit. Kemungkinan halini dipengaruhi karena, larutan elektrolitnya sudah digunakan berkali-kalipada saat pelapisan sebelumnya.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Hasil uji tebal lapisan menunjukkan pada spesimen 20 menit memiliki

tebal lapisan sebesar 0,02883477 mm/s; 30 menit memiliki teballapisan sebesar 0,05315196 mm/s; spesimen 40 menit sebesar0,0755939 mm/s.

Hasil uji korosi menunjukan bahwa spesimen hasil electroplatingdengan penahanan 40 menit sebesar 0,1889847379 mpy; 30 menitsebesar 0,1771731918 mpy; 20 menit sebesar 0,1417385534 mpy, dantanpa pelapisan 0,93298832 mpy.Nilai kekerasan pada tabel uji keras. Pada tabel tersebut menunjukkanbahwa kekerasan spesimen yang terlapis tidak memiliki perbedaanyang sangat segnifikan

5.2 Saran1. Sebelum melakukan proses electroplating hendaknya spesimen

terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran – kotoran, karena kualitas darihasil electroplating sangat tergantung dari kebersihan spesimen.

2. Bahan pelapis (anoda) hendaknya dipilih dari logam murni yaitu untukmenjamin kualitas lapisan dan kebersihan elektrolit pada saat proseselektroplating .

3. Untuk mengukur ketebalan hendaknya menggunakan metode dimensivs berat.

Page 87: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2743-2766

2766ISSN 0853 - 0203

DAFTAR PUSTAKA

Ir.Azhar A.saleh,”Pelapisan Logam” Balai besar Pengembangan IndustriLogam Dan mesin.

Kenneth R.Trethewey dan John Chamberlain,”Korosi UntukMahasiswa Dan Rekayasawan” PT.GRAMEDIA PUSTAKAUTAMA, jakarta 2002.

Asm and Hand Book 2,Metalsn hand book, 8 Edition,1964

Mars G.Fontana,1987,Corrosion Enginering,Third Edition, McGraw HillBook Company, Singapure

http://yusupmaulananm.blogspot.com/2010/06/pelapisan-elektroplating.html

https://ecovolutiontoday.wordpress.com/http://riskanurzamza.blogspot.co.id/2012/12/elektroplating.html

journal.uinjkt.ac.id › Home › Jurnal Valensi Volume 3//No.1//Mei2013 ›

Page 88: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2767

ISSN 0853 - 0203

Analisis Kinerja Dan Daya Saing Perekonomian Sumatera UtaraMemasuki Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Jongkers Tampubolon 1), Albina br. Ginting 2)

1,2) Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas HKBP Nommensen

email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dan daya saing eksporSumatera Utara sebelum implimentasi MEA. Penelitian ini menggunakanmetode deskriptif kuantitatif dan analisis revealid comparative advantage(RCA) untuk menganalisis kinerja dan daya saing ekspor non migas SumateraUtara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; a) perekonomian SumateraUtara menunjukkan ekonomi yang semakin terbuka dengan kontribusiperdagangan internasional diatas rata-rata Indonesia dengan kontribusi nilaiekspor antara 36 - 43 % dan impor antara 25 – 37% terhadap PDRB, b)Volume dan nilai ekspor Sumatera Utara meningkat pesat selama 13 tahunterakhir (2002 – 2014), diikuti dengan peningkatan surplus neracaperdagangan, c) pertumbuhan tertinggi ekspor Sumatera Utara terjadi padakelompok barang minyak dan lemak nabati diikuti karet mentah, sintesis danpugaran, d) Sumatera Utara memiliki daya saing yang kuat di kawasanASEAN khususnya di negara Singapura dengan nilai RCA > 2 dalam 10 tahunterakhir. e) Singapura sebagai negara tujuan ekspor akan mengekspor lebihlanjut produk asal Sumatera Utara ke negara-negara industri yang akanmenjadikannya bahan baku untuk menghasilkan barang olahan dan barangkonsumsi (final/consumption good), f) Sumatera Utara memiliki posisi yangsangat bagus dalam menghadapi MEA dan berpeluang sebagai pemenangdalam pasar bebas ASEAN. Sesuai dengan hasil penelitian disarankan; a)Pemerintah Sumatera Utara agar meningkatkan pemberdayaan perkebunansawit dan karet rakyat agar mampu meningkatkan produktivitasnya, b)mendorong investasi di industri pengolahan produk-produk berbahan bakuminyak dan lemak nabati maupun karet/lateks karena pengembangan industridomestik akan meningkatkan permintaan lokal, sehingga volume ekspormeningkat.

Kata Kunci : daya Saing, ekspor, impor, PDRB.

Page 89: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2768

ISSN 0853 - 0203

PENDAHULUANLatar Belakang

Sumatera Utara merupakan salah satu pintu keluar dan masuk dari danke Indonesia dalam hubungan perdagangan internasional oleh karena itudampak kesepakatan perdagangan antara Indonesia dengan negara lain didunia, khususnya negara-negara ASEAN akan segera terlihat bagiperekonomian Sumatera Utara. Komoditi unggulan ekspor Indonesia kenegara-negara ASEAN adalah komoditi yang memberikan kontribusi eksporyang diproduksi di Sumatera Utara seperti karet, produk hutan, udang, coklatdan kopi (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2013).

Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 23,18% terhadapProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan dengannilai Rp. 104.269,61 miliyar (BPS Sumatera Utara, 2014) yang bersumberdari perikanan, pertanian kehutanan sehingga berpengaruh terhadapperekonomian daerah. Pertanyaan yang mengemuka terkait diberlakukannyamasyarakat ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community(AEC) adalah “seberapa siapkah Sumatera Utara memasuki MasyarakatEkonomi ASEAN?, dimana secara kuantitatif, kesiapan suatu perekonomian(secara nasional maupun perekonomian daerah) dapat diukur dari daya saingperekonomian dimaksud.

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditas untuk memasukipasar luar negeri dan bertahan dalam pasar tersebut. Daya saing diukurberdasarkan perbandingan pangsa pasar komoditas tersebut pada kondisi pasaryang tetap. World Bank (2001) menyampaikan beberapa indikator daya saingantara lain neraca perdagangan, nilai tukar, upah, ekspor, aliran FDI dan biayatenaga kerja. Tingkat daya saing industri atau daya saing suatu komoditasekspor dapat diketahui melalui analisis revealed comparative advantage(RCA), dimana daya saing didasarkan atas kondisi bahwa keunggulankomparatif tercapai apabila suatu negara melakukan perdagangan dengan cara(a) membandingkan bagian relatif (market share) dari ekspor suatu negara dipasar dunia, dan (b) menunjukkan perubahan bagian relatif sepanjang waktu.Indeks RCA dapat diukur dengan menghitung perbandingan antara pangsapasar ekspor komoditas atau sekelompok komoditas suatu negara terhadappangsa ekspor komoditas tersebut dari seluruh dunia (Tambunan, 2001).

Tujuan Penelitian

Page 90: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2769

ISSN 0853 - 0203

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka tujuanpenelitian adalah untuk mengetahui kinerja dan daya saing ekspor SumateraUtara sebelum implimentasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

METODE PENELITIANLokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara yangditentukan secara secara sengaja (purposive)sesuai dengan keinginan penelitidengan pertimbangan khusus (Kuncoro, 2009).

Sumber dan Pengumpulan DataAdapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder (2000-2014) yang terdiri atas data ekspor dan impor SumateraUtara yang bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) SumateraUtara, Bank Indonesia serta Dinas Perdagangan dan Perindustrian SumateraUtara.

Teknik Analisis DataAnalisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

deskriptif kuantitatif dan analisis Revealid Comparative Advantage (RCA).Analisis deskriptif untuk membuat deskripsi, gambaran secara sitematis,faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 1989). Analisis RCA digunakan untukmenganalisis daya saing ekspor Sumatera Utara. Tambunan (2003)menyampaikan analisis daya saing khususnya analisis keunggulankomparatif dapat menggunakan Revealid Comparative Advantage (RCA).RCA adalah indeks yang menyatakan keunggulan komparatif yangmerupakan perbandingan antara pangsa ekspor suatu komoditi dalamekspor total negara tersebut dibandingkan dengan pasar ekspor komoditiyang sama dalam total ekspor dunia.

Dalam penelitian ini, rumus RCA dinamis yang mengacu padaEdwards/Schoer (2001) dihitung menggunakan formula di bawah ini:

Page 91: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2770

ISSN 0853 - 0203

)1...........................................................

.

.

.

.

.

.

.

.

jjm

jm

jjm

jm

jji

ji

jji

ji

j

jj

X

X

X

X

X

X

X

X

RCA

RCADRCA

dimana:DRCAj = Indicator RCA dinamisXi, j = Ekspor komoditas j negara i ke pasar tujuan (ASEAN atau Negara

Anggota)Xm, j = Ekspor komoditas j negara ASEAN ke pasar tujuan (ASEAN atau

Negara anggota)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera UtaraASEAN merupakan wilayah tujuan utama ekspor Sumatera Utara.

Hampir dua pertiga dari nilai ekspor Sumatera Utara tahun 2010 diperoleh dariASEAN, meskipun sesungguhnya negara mitra dagang yang paling dominanadalah Singapura diikuti oleh Malaysia dan Thailand. Kedua negara terakhirini menyumbang sekitar 10 % dari total nilai ekspor Sumatera Utara. SelainASEAN, negara dan kawasan yang menjadi tujuan ekspor Sumatera Utaraadalah Jepang, Uni Eropah, USA dan Cina. 87 % ekspor Sumatera Utaramengalir ke enam kawasan dan negara ini dan hanya 13 % yang ditujukanpada puluhan negara/kawasan lain di seluruh dunia. Distribusi tujuan eksporSumatera Utara tahun 2010 disajikan pada Gambar 1.

Page 92: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2771

ISSN 0853 - 0203

Gambar 1. Negara/ Kawasan Tujuan Ekspor Sumatera Utara Tahun 2010(dalam %),

(Data Sekunder, diolah, 2016)

Analisa data time series menunjukkan bahwa pangsa ekspor SumateraUtara ke ASEAN meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun, sementaraekspor ke Amerika Serikat, Uni Eropah dan Jepang bersifat fluktuatip dengankecenderungan menurun pada tingkat yang rendah (umumnya dibawah 10 %).Sedangkan ekspor ke Cina bersifat fluktuatip dengan kecenderunganmeningkat tetapi juga pada tingkat yang rendah. Perkembangan eksporSumatera Utara ke negara/kawasan mitra dagang utamanya tahun 2001 – 2010dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Nilai Ekspor Sumatera Utara Ke Negara/KawasanMitra Dagang Utama Tahun 2001-2010 (Ribu USD).

ASEAN64%

USA5%

Jepang8%

Cina4%

Uni Eropah6% RoW

13%

Page 93: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2772

ISSN 0853 - 0203

Sumber: Data Sekunder, diolah 2016.

Perkembangan Nilai Impor Sumatera Utara

Berbeda dengan ekspor, Impor Sumatera Utara berasal dari beragamnegara/kawasan. Peranan ASEAN sebagai sumber impor mengalamipenurunan drastis dari 80 % tahun 2001 menjadi hanya 19 % tahun 2012.Sebaliknya, impor dari Cina mengalami peningkatan yang sangat pesat dari0.07 % tahun 2001 menjadi 25 % tahun 2012. Di internal ASEAN sendiri,peranan Singapura sebagai sumber komoditi impor tidak terlalu berarti dengankontribusi impor hanya 2 % tahun 2012 sedangkan pangsa impor dariMalaysia 11 % pada tahun yang sama. Impor yang berasal dari luar kelimanegara/kawasan tujuan impor, yaitu ASEAN, Uni Eropah, Amerika Serikat,Cina dan Jepang justru stabil berada pada proporsi sekitar 30 % yangmerupakan akumulasi dari puluhan negara, diantaranya yang menonjol adalahIndia, Korea Selatan dan Taiwan, tetapi pangsa impor dari negara-negara inimasih dibawah 5 % setiap tahunnya. Perkembangan pangsa impor SumateraUtara tahun 2001 - 2012 disajikan pada Gambar 2.

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010Amerika Serikat 138.201 139.269 113.071 141.721 236.027 268.059 332.917 394.030 332.501 451.364ASEAN 1.088.972 1.287.928 1.300.942 2.140.495 2.398.322 2.894.639 3.916.279 5.551.753 4.032.720 5.535.0141. Malaysia 128.308 128.158 134.174 283.370 301.769 509.374 515.177 426.735 461.888 529.7042. Singapura 904.390 1.119.225 1.130.392 1.802.329 1.998.064 2.260.381 3.229.966 4.872.988 3.313.139 4.719.0053. Thailand 46.734 32.725 28.926 44.839 82.431 102.995 143.621 208.548 216.776 228.446Jepang 318.206 280.861 274.447 402.581 423.907 539.705 709.867 768.087 487.955 712.851RRC 21.836 16.730 110.235 104.111 204.616 356.024 370.104 614.516 253.618 300.440Uni Eropa 311.517 292.942 272.379 444.729 544.952 589.248 670.208 708.986 414.337 504.004Lain-lain (RoW) 286.162 397.059 267.201 505.493 553.981 532.597 816.016 932.583 807.350 1.103.763Total Nilai 2.155.354 2.406.969 2.330.825 3.729.173 4.345.747 5.158.383 6.787.876 8.926.473 6.287.564 8.549.577

Amerika Serikat 6,41% 5,79% 4.85 3.80 5.43 5.20 4.90 4.41 5.29 5.28ASEAN 50.52 53.51 55.81 57.40 55.19 56.12 57.70 62.19 64.14 64.741. Malaysia 5.95 5.32 5.76 7.60 6.94 9.87 7.59 4.78 7.35 6.202. Singapura 41.96 46.50 48.50 48.33 45.98 43.82 47.58 54.59 52.69 55.203. Thailand 2.17 1.36 1.24 1.20 1.90 2.00 2.12 2.34 3.45 2.67Jepang 14.76 11.67 11.77 10.80 9.75 10.46 10.46 8.60 7.76 8.34RRC 1.01 0.70 4.73 2.79 4.71 6.90 5.45 6.88 4.03 3.51Uni Eropa 14.45 12.17 11.69 11.93 12.54 11.42 9.87 7.94 6.59 5.90Lain-lain (RoW) 13.28 16.50 11.46 13.56 12.75 10.32 12.02 10.45 12.84 12.91Total Nilai 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Proporsi (%)

Negara TujuanNilai Ekspor Sumatera Utara

Page 94: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2773

ISSN 0853 - 0203

Gambar 2. Perkembangan Proporsi Impor Sumatera Utara dari BerbagaiNegara/Kawasan

Tahun 2001-2012 (dalam %), (Data Sekunder, diolah, 2016)

Negara asal komoditi impor yang sangat beragam, juga tergambardalam komoditi impor Sumatera Utara yang sangat bervariasi dan tidakdidominasi oleh kelompok barang tertentu. Pupuk kimia buatan pabrik,makanan ternak, biji logam, besi dan baja yang menjadi komoditi imporutama, masing-masing hanya membukukan proporsi nilai impor dibawah 9 %.Secara umum, komoditi impor Sumatera Utara hanya terdiri dari bahan bakuindustri (termasuk peralatan) dan produk hasil olahan (final goods).Mengingat kode barang ekspor dan impor yang berbeda, dapat disimpulkanbahwa pola perdagangan internasional Sumatera Utara bersifat inter industrialtrade yang berdasarkan keunggulan komparatif. Meskipun Sumatera Utaramengekspor buah-buahan dan sayur-sayuran dan pada saat yang samamengimpor buah-buahan dan sayur-sayuran, dapat dipastikan bahwa jenisbuah dan sayur yang diekspor berbeda dengan yang diimpor yang dicirikanoleh produk daerah tropis ditukar dengan produk daerah sub-tropis. ImporSumatera Utara berdasarkan kelompok barang dapat dilihat pada Tabel 2.

0102030405060708090

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

ASEAN USA Cina Jepang Uni Eropah RoW

Page 95: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2774

ISSN 0853 - 0203

Tabel 2. Impor Non-migas Sumatera Utara Berdasarkan Kelompok Barang(SITC Dua Digit) 2010.

Kelompok BarangNilai(RibuUSD)

Proporsi (%)

1. Bijih Logam dan Sisa-sisa Logam (28) 201,433 7.582. Pupuk Kimia Buatan Pabrik (56) 237,789 8.953. Makanan Ternak (08) 236,690 8.904. Besi dan Baja (67) 143,066 5.385. Mesin Industri dan Perlengkapannya (74) 168,305 6.336. Gandum dan Olahan Gandum (04) 128,821 4.857. Mesin Industri Tertentu/Khusus (72) 122,857 4.628. Bahan Kimia Lainnya (59) 83,092 3.139. Kimia Organis (51) 67,683 2.5510. Mesin Pembangkit Tenaga (71) 106,256 4.0011. Kimia Inorganis (52) 53,768 2.0212. Tembakau dan Olahan Tembakau (12) 35 0.0013. Gula,Olahan Gula dan Madu (06) 37,564 1.4114. Pupuk dan Mineral Alam Lainnya (27) 45,299 1.7015. Barang-Barang Dari Mineral BukanLigam(66) 69,503 2.6116. Logam Tidak Mengandung Besi (68) 35,276 1.3317. Mesin Listrik, Aparat dan Alat-Alatnya (77) 76,209 2.8718. Bahan Plastik (57) 98,008 3.6919. Buah-buahan dan Sayur-sayuran (05) 54,788 2.0620. Barang-Barang Logam Lainnya (69) 76,186 2.8721. Lain – lain 615,517 23.16

JUMLAH 2,658,145 100.00Sumber: Data Sekunder, diolah (2016)

Kinerja Ekspor Netto Nonmigas Sumatera Utara Terhadap EksporIndonesia

Produk ekspor Sumatera Utara didominasi oleh hasil perkebunan, baikdalam bentuk bahan mentah ataupun setengah jadi yang membutuhkanpengolahan lebih lanjut. Dengan demikian dapat dipastikan, Singapurasebagai negara tujuan ekspor akan mengekspor lebih lanjut produk asalSumatera Utara ke negara-negara industri yang akan menjadikannya bahan

Page 96: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2775

ISSN 0853 - 0203

baku untuk menghasilkan barang olahan (final/consumption good). Ekspornon migas Sumatera Utara berdasar kelompok barang dapat dilihat pada Tabel3.

Tabel 3. Ekspor Non-migas Sumatera Utara Berdasarkan Kelompok Barang(SITC Dua Digit) 2010.

Kelompok Barang Nilai Proporsi

(Ribu USD) (%)

1. Minyak dan Lemak Nabati (42) 3,406,452 39.84

2. Karet Mentah, Sintetis dan Pugaran (23) 1,756,174 20.54

3. Logam Tidak Mengandung Besi (68) 328,897 3.85

4. Barang-Barang Kayu dan Gabus (63) 159,309 1.86

5. Ikan,Kerang-kerangan,Moluska dan Olahannya (03) 223,471 2.61

6. Kopi,Teh,Coklat,Rempah-Rempah (07) 43,486 0.51

7. Pakaian (84) 228,935 2.68

8. Olahan Minyak dan Lemak Nabati dan Hewani (43) 56,694 0.66

9. Minyak Atsiri dan Bahan Wangi-Wangian (55) 185,012 2.16

10. Tembakau dan Olahan Tembakau (12) 203,613 2.38

11. Buah-buahan dan Sayur-sayuran (05) 105,163 0.07

12. Perabotan (82) 6,393 0.07

13. Hasil Olahan Makanan Lainnya (09) 244,671 2.86

14. Kimia Organis (51) 41,467 0.49

15. Makanan Ternak (08) 64,739 0.76

16. Kayu dan Gabus (24) 34,925 0.41

17. Pulp dan Kertas (25) 92,177 1.08

18. Barang-Barang Karet (62) 88,365 1.03

19. Hasil Industri Lainnya (89) 30,525 0.36

20. Aparat Fotografi dan Perlengkapan dsb (88) 5,582 0.07

21. Lain – lain 421,413 4.93

JUMLAH 8,549,577 100.00Sumber: Data Sekunder, diolah (2016)

Page 97: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2776

ISSN 0853 - 0203

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebesar 61 % ekspor Sumatera Utaraterdiri dari minyak nabati dan karet beserta turunannya dalam proporsi yangsangat kecil. Selanjutnya produk perikanan dan produk makanan danminuman hasil olahan menyumbang 5.5 % terhadap nilai ekspor diikuti olehminyak atsiri dan tembakau dan hasil olahannya dengan proporsi yang tidakterlalu jauh berbeda pada tingkat 5 %.

Adanya penurunan ekspor yang sangat tajam pada tahun 2011 berasaldari turunnya ekspor minyak dan lemak nabati dari hampir 4 juta ton pada2010 menjadi hanya 853 ribu ton 2011 dan kemudian meningkat menjadi 4,7juta ton tahun 2012. Perkembangan ekspor tiga kelompok barang utamaSumatera Utara disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Perkembangan Ekspor Kelompok Barang Utama Sumatera UtaraTahun 2002 – 2014 (dalam 000 Ton), Sumber: Data Sekunder, diolah (2016)

Daya Saing Ekspor Sumatera Utara Sebelum Implimentasi MEAPerkembangan ekspor Indonesia di Kawasan Asean, Jepang, dan RRC

Tahun 2001-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

- 500

1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Minyak Nabati Barang Kayu Pakan Ternak

Page 98: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2777

ISSN 0853 - 0203

Tabel 4. Rata-rata Perkembangan Ekspor Indonesia di Kawasan ASEAN,Jepang dan RRC Tahun 2001 – 2010 (dalam juta US$)

Sumber: Data Sekunder, diolah (2016)

Hasil penelitian pada Tabel 4 menjelaskan bahwa rata-rataperkembangan ekspor Indonesia ke tiga negara yang menjadi mitra dagangyakni negara kawasan ASEAN adalah sebesar 14,1%, negara Jepang sebesar8.8%, dan negara RRC sebesar 7,2%. Tiga negara ASEAN yang menjaditujuan ekspor Indonesia terdiri dari negara Malaysia, Singapura, dan Thailand.Rata-rata perkebangan ekspor Indonesia ke negara Malaysia adalah sebesar18,5 %, negara Singapura sebesar 11,0%, dan negara Thailand sebesar 16,7%. Sementara itu, rata-rata perkembangan Ekspor Sumatera Utara ke negaramitra dagang tersebut diuraikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Utara di Kawasan ASEAN,Jepang dan RRC Tahun 2001 – 2010 (dalam juta US$)

Sumber: Data Sekunder, diolah (2016)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010ASEAN 9.507,1 9.933,5 10.725,4 12.997,5 15.824,9 18.483,1 22.292,1 27.170,8 24.624,0 33.347,5 '+/- Ekspor ke Asean 0,00% 4,49% 7,97% 21,18% 21,75% 16,80% 20,61% 21,89% -9,37% 35,43% 14,1%1. Malaysia 1.778,6 2.029,9 2.363,9 3.016,0 3.431,3 4.110,8 5.096,1 6.432,5 6.811,8 9.362,3 '+/- Ekspor ke Malaysia 0,00% 14,13% 16,45% 27,59% 13,77% 19,80% 23,97% 26,22% 5,90% 37,44% 18,5%2. Singapura 5.363,9 5.349,1 5.399,7 6.001,2 7.836,6 8.929,8 10.501,6 12.862,0 10.262,7 13.723,3 '+/- Ekspor ke Singapura 0,00% -0,28% 0,95% 11,14% 30,58% 13,95% 17,60% 22,48% -20,21% 33,72% 11,0%3. Thailand 1.063,6 1.227,4 1.392,6 1.976,2 2.246,5 2.701,5 3.054,3 3.661,3 3.233,8 4.566,6 '+/- Ekspor ke Thailand 0,00% 15,40% 13,46% 41,91% 13,68% 20,25% 13,06% 19,87% -11,68% 41,21% 16,7%Jepang 13.010,2 12.045,1 13.603,5 15.962,1 18.049,1 21.732,1 23.632,8 27.743,9 18.574,7 25.781,8 '+/- Ekspor ke Jepang 0,00% -7,42% 12,94% 17,34% 13,07% 20,41% 8,75% 17,40% -33,05% 38,80% 8,8%RRC 1.290,3 1.242,3 1.183,3 1.387,5 1.492,3 1.703,2 1.687,5 1.808,8 2.111,8 2.501,4 '+/- Ekspor ke RRC 0,00% -3,72% -4,75% 17,26% 7,55% 14,13% -0,92% 7,19% 16,75% 18,45% 7,2%

Negara TujuanNilai Ekspor Indonesia (Juta US$) Rata-

rata +/-

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010ASEAN 9.507,1 9.933,5 10.725,4 12.997,5 15.824,9 18.483,1 22.292,1 27.170,8 24.624,0 33.347,5 '+/- Ekspor ke Asean 0,00% 4,49% 7,97% 21,18% 21,75% 16,80% 20,61% 21,89% -9,37% 35,43% 14,1%1. Malaysia 1.778,6 2.029,9 2.363,9 3.016,0 3.431,3 4.110,8 5.096,1 6.432,5 6.811,8 9.362,3 '+/- Ekspor ke Malaysia 0,00% 14,13% 16,45% 27,59% 13,77% 19,80% 23,97% 26,22% 5,90% 37,44% 18,5%2. Singapura 5.363,9 5.349,1 5.399,7 6.001,2 7.836,6 8.929,8 10.501,6 12.862,0 10.262,7 13.723,3 '+/- Ekspor ke Singapura 0,00% -0,28% 0,95% 11,14% 30,58% 13,95% 17,60% 22,48% -20,21% 33,72% 11,0%3. Thailand 1.063,6 1.227,4 1.392,6 1.976,2 2.246,5 2.701,5 3.054,3 3.661,3 3.233,8 4.566,6 '+/- Ekspor ke Thailand 0,00% 15,40% 13,46% 41,91% 13,68% 20,25% 13,06% 19,87% -11,68% 41,21% 16,7%Jepang 13.010,2 12.045,1 13.603,5 15.962,1 18.049,1 21.732,1 23.632,8 27.743,9 18.574,7 25.781,8 '+/- Ekspor ke Jepang 0,00% -7,42% 12,94% 17,34% 13,07% 20,41% 8,75% 17,40% -33,05% 38,80% 8,8%RRC 1.290,3 1.242,3 1.183,3 1.387,5 1.492,3 1.703,2 1.687,5 1.808,8 2.111,8 2.501,4 '+/- Ekspor ke RRC 0,00% -3,72% -4,75% 17,26% 7,55% 14,13% -0,92% 7,19% 16,75% 18,45% 7,2%

Negara TujuanNilai Ekspor Indonesia (Juta US$) Rata-

rata +/-

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010ASEAN 1.088.972 1.287.928 1.300.942 2.140.495 2.398.322 2.894.639 3.916.279 5.551.753 4.032.720 5.535.014 '+/- Ekspor ke Asean 0,00% 18,27% 1,01% 64,53% 12,05% 20,69% 35,29% 41,76% -27,36% 37,25% 20,4%1. Malaysia 128.308 128.158 134.174 283.370 301.769 509.374 515.177 426.735 461.888 529.704 '+/- Ekspor ke Malaysia 0,00% -0,12% 4,69% 111,20% 6,49% 68,80% 1,14% -17,17% 8,24% 14,68% 19,8%2. Singapura 904.390 1.119.225 1.130.392 1.802.329 1.998.064 2.260.381 3.229.966 4.872.988 3.313.139 4.719.005 '+/- Ekspor ke Singapura 0,00% 23,75% 1,00% 59,44% 10,86% 13,13% 42,89% 50,87% -32,01% 42,43% 21,2%3. Thailand 46.734 32.725 28.926 44.839 82.431 102.995 143.621 208.548 216.776 228.446 '+/- Ekspor ke Thailand 0,00% -29,98% -11,61% 55,01% 83,84% 24,95% 39,44% 45,21% 3,95% 5,38% 21,6%Jepang 318.206 280.861 274.447 402.581 423.907 539.705 709.867 768.087 487.955 712.851 '+/- Ekspor ke Jepang 0,00% -11,74% -2,28% 46,69% 5,30% 27,32% 31,53% 8,20% -36,47% 46,09% 11,5%RRC 21.836 16.730 110.235 104.111 204.616 356.024 370.104 614.516 253.618 300.440 '+/- Ekspor ke RRC 0,00% -23,38% 558,91% -5,56% 96,54% 74,00% 3,95% 66,04% -58,73% 18,46% 73,0%

Negara TujuanNilai Ekspor Sumatera Utara (Juta US$) Rata-

rata +/-

Page 99: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2778

ISSN 0853 - 0203

Tabel 5 menjelaskan bahwa rata-rata perkembangan ekspor SumateraUtara dari tahun 2001 sampai tahun 2010 yaitu sebesar 73,0 % ke negara RRC,kemudian sebesar 20% ke negara kawasan ASEAN, dan sebesar 11,5% kenegara Jepang. Sementara itu rata-rata perkembangan ekspor Sumatera Utarake tiga negara kawasan ASEAN yang terdiri negara Thailand sebesar 21,6%,negara Singapura sebesar 21, 2 %, dan negara Malaysia sebesar 19,8%.

Dari uraian hasil penelitian yang dijelaskan pada tabel 4 dan 5 makadapat dianalisis daya saing ekonomi Sumatera Utara menjelang implementasiMEA tahun 2015. Tingkat daya saing ekspor Sumatera Utara dapat diketahuidengan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) dimana daya saingdidasarkan atas kondisi bahwa keunggulan komparatif tercapai apabila suatunegara melakukan perdagangan dengan cara (a) membandingkan bagianrelatif (market share) dari ekspor suatu negara di pasar dunia, dan (b)menunjukkan perubahan bagian relatif sepanjang waktu. Indeks RCA sendiridiukur dengan menghitung perbandingan antara pangsa pasar eksporkomoditas atau sekelompok komoditas suatu negara terhadap pangsa eksporkomoditas tersebut dari seluruh dunia. Hasil RCA untuk analisis daya saingSumatera Utara dijelaskan pada Tabel 6.

Tabel 6. Daya Saing Ekonomi Sumatera Utara di Kawasan Asean, Jepang danRRC Tahun 2001 – 2010.

Hasil analisis pada Tabel 6 menjelaskan bahwa sejak tahun 2001sampai dengan 2010 Sumatera Utara memiliki kinerja daya saing yangberbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor permintaaan danpenawaran termasuk faktor non ekonomi lainnya. Adapun nilai RCA terhadap3 (tiga) negara tujuan ekspor menunjukkan bahwa Sumatera Utara memilikidaya saing yang cukup kuat di negara kawasan ASEAN dari tahun 2001sampai tahun 2010. Hal ini ditunjukkan dari nilai RCA>1. Namun di negaraRRC posisi daya saing Sumatera Utara hanya terjadi pada tahun 2003-2008.Sementara itu, posisi daya saing Sumatera utara di negara Jepang dalam kurunwaktu 10 tahun tersebut cukup lemah.

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010ASEAN 1,462 1,440 1,412 1,425 1,370 1,355 1,310 1,308 1,226 1,2321. Malaysia 0,921 0,701 0,661 0,813 0,795 1,072 0,754 0,425 0,508 0,4202. Singapura 2,152 2,324 2,436 2,599 2,304 2,190 2,294 2,426 2,417 2,5533. Thailand 0,561 0,296 0,242 0,196 0,332 0,330 0,351 0,365 0,502 0,371Jepang 0,312 0,259 0,235 0,218 0,212 0,215 0,224 0,177 0,197 0,205RRC 0,216 0,150 1,084 0,649 1,239 1,809 1,636 2,176 0,899 0,892

NegaraTujuan

Daya Saing Perekonomian Sumatera Utara di Pasar Asean, Jepang dan RRC (Nilai RCA)

Page 100: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2779

ISSN 0853 - 0203

Namun begitu, dapat diketahui bahwa Sumatera Utara memilikikekuatan daya saing di kawasan ASEAN terutama di negara Singapura yangditunjukkan dengan nilai RCA selama 10 tahun yaitu lebih besar dari 2 (dua).

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapakesimpulan sebagai berikut :1. Perekonomian Sumatera Utara menunjukkan ekonomi yang semakin

terbuka dengan kontribusi perdagangan internasional yang relatip tinggi(jauh diatas rata-rata Indonesia), kontribusi nilai ekspor berkisar antara 36- 43 % PDRB dengan impor antara 25 – 37 % PDRB.

2. Volume dan nilai ekspor Sumatera Utara meningkat dengan pesat dalam13 tahun terakhir (2002 – 2014), dan diikuti dengan peningkatan surplusdalam neraca perdagangan.

3. Peranan ASEAN sebagai mitra dagang utama Sumatera Utara semakinmeningkat baik dari sisi tujuan ekspor dan sumber surplus dalam neracaperdagangan.

4. Pertumbuhan tertinggi ekspor Sumatera Utara dialami oleh kelompokbarang minyak dan lemak nabati diikuti oleh Karet Mentah, Sintesis danPugaran. Dua pertiga dari nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun 2010berasal dari kedua kelompok barang ini. Selain itu, kedua kelompokbarang ini juga menunjukkan trend pertumbuhan yang tinggi.

5. Meski penyumbang terbesar terhadap nilai ekspor, tetapi hasil olahanminyak dan lemak nabati dan hewan tidak menunjukkan perkembanganyang signifikan dalam 13 tahun terakhir (2002 – 2014). Hal inimenunjukkan tidak berkembangnya industri hilir minyak dan lemak nabatidi Sumatera Utara.

6. Sumatera Utara memiliki daya saing yang cukup kuat di negara kawasanASEAN khususnya di negara Singapura dengan nilai RCA selama 10tahun yaitu lebih besar dari 2.

7. Singapura sebagai negara tujuan ekspor akan mengekspor lebih lanjutproduk asal Sumatera Utara ke negara-negara industri yang akanmenjadikannya bahan baku untuk menghasilkan barang olahan(final/consumption good).

8. Sumatera Utara memiliki posisi yang sangat bagus dalam menghadapiMEA dan Propinsi ini akan menjadi pemenang dalam pasar bebasASEAN.

Page 101: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2780

ISSN 0853 - 0203

SaranSebagai gerbang Indonesia ke negara luar Propinsi Sumatera Utara

sejauh ini telah dapat memainkan perannya dalam perdagangan internasionalkhususnya dengan Negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura danThailand. Posisinya yang secara historis merupakan wilayah yang memilikicomparative advantage untuk produksi tanaman perkebunan khususnya kelapasawit dan karet tercermin dari kontribusi kedua kelompok komoditi initerhadap nilai ekspor dan selanjutnya. Tetapi, comparative advantage dalamindustri hulu belum termanfaatkan dalam produksi di sektor hilir hingga padaconsumer good (final product). Untuk itu hasil penelitian ini menyarankan duahal berikut; a) Pemberdayaan perkebunan rakyat agar mampu meningkatkanproduktivitasnya, b) Mendorong investasi di industri hilir pengolahan produk-produk berbahan baku minyak dan lemak nabati maupun karet/lateks.Pengembangan industri domestik akan meningkatkan permintaan lokal,sehingga volume ekspor dapat terkendali untuk menjaga harga yangmenguntungkan secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2013: Menuju ASEANEconomic Community 2015. Direktorat Jenderal KerjasamaPerdagangan Internasional, Depdag RI, Jakarta.

Edwards and Schoer, 2001: The Structure and Competitiveness of SouthAfrican Trade, Trade and Industrial Policy Strategy, Annual Forum,Muldersdrift.

Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Jakarta:Erlangga.

Nazir, M. 1989. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tambunan, T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesiabeberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tambunan, 2001 : Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran,Penerbit PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Page 102: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (20160 24(3) 2767-2781

2781

ISSN 0853 - 0203

Widyasanti, Amalia Adininggar. 2010. Do Regional Trade Areas ImproveExport Competitiveness ? A Case of Indonesia. Bulletin of Monetary,Economics and Banking. Juli.

World Bank Institute, 2010: World Trade Indicators 2009/2010 - User Guideto Trade Data, The World Bank, Washiongton DC.

Page 103: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2782ISSN 0853 - 0203

Analisis Daya Saing Komoditi Kopi diKabupaten Humbang Hasundutan

Hotden L. Nainggolan 1,), Johndikson Aritonang 2)

1,2) Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas HKBP Nommensen

Jl. Sutomo No. 4A Medan, email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; a) daya saing komoditi kopi diKabupaten Humbang Hasundutan, b) pengaruh luas lahan, modal usahatani,pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja terhadap pendapatan petani dan dayasaing komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian inimenggunakan metode analisis deskriptif analitis, analisis revealidcomparative advantage dan analisis jalur (path analisis) dengan bantuanprogram statistical product and service solution. Hasil penelitianmenunjukkan; a) secara simultan pupuk dan obat-obatan (X3), modalusahatani (X2), luas lahan (X1) berpengaruh 94,50% terhadap penggunaantenaga kerja usahatani kopi (X4) di Kabupaten Humbang Hasundutan, b)secara simultan tenaga kerja (X4), pupuk dan obat-obatan (X3), modalusahatani (X2), luas lahan (X1) berpengaruh 94% terhadap pendapatan petanikopi (Y1) di Kabupaten Humbang Hasundutan, c) secara simultan pendapatanpetani (Y1), tenaga kerja (X4), pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani(X2) luas lahan (X1) berpengaruh 90,1% terhadap daya saing komoditi kopi(Y2) di Kabupaten Humbang Hasundutan, d) pendapatan petani memberikankontribusi 10,30 %, tenaga kerja memberikan kontribusi 2,40%, pupuk danobat-obatan memberikan kontribusi 1,44 %, terhadap daya saing komoditikopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, e) modal usahatani memberikankontribusi 2,10%, luas lahan memberikan kontribusi 2,56 %, terhadap dayasaing komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Berdasarkan hasilpenelitian disarankan agar; a) petani di Kabupaten Humbang Hasundutanmenggunakan faktor produksi usahatani yang maksimal, b) pemerintah daerahmelakukan penyuluhan tentang pemanfaatan faktor produksi usahatani kopidengan optimal untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani, sertameningkatkan daya saing komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kata kunci : daya saing, komoditi kopi, pendapatan petani.

Page 104: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2783ISSN 0853 - 0203

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian dituntut untuk terus memberikan kontribusi dalamperekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto(PDB), dan perekonomian daerah melalui pembentukan PDRB, perolehandevisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasankemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatanmasyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memilikikontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier effect),yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi.

Peningkatan nilai tambah atas produk pertanian merupakan upayayang harus dilakukan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas olahan produkpertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Peningkatankualitas produk pertanian diukur dari peningkatan kuantitas produk pertanianyang mendapat sertifikasi jaminan mutu. Dalam menghadapi persaingan yangsemakin kompetitif, produk yang dihasilkan produsen diharuskan dapatmemenuhi keinginan konsumen, agar dapat bersaing di pasar, baik domestikataupun global dan perlu adanya peningkatan kualitas sehingga diminatikonsumen. Produsen dapat memilih cara bersaing dengan baik, yaitu denganharga yang kompetitif atau dengan produk yang berkualitas. Jika produk yangdihasilkan oleh produsen sulit bersaing dalam harga, maka kualitas produkatau kualitas layanan harus ditingkatkan untuk memenangkan persaingan(Zeithaml dan Bitner, 1990).

Peningkatan ekspor merupakan upaya yang dilakukan untukmendukung peningkatan daya saing produk-produk pertanian. Peningkatanekspor ini difokuskan pada produk yang punya daya saing di pasarinternasional (Widyasanti, 2010), baik segar maupun olahan. Indikatornyaadalah pertumbuhan volume ekspor. Sasaran strategis pengembanganpengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang ingin dicapai adalah: 1)meningkatnya kapasitas, kemampuan dan kemandirian petani dan pelakubisnis lainnya dalam usaha agroindustri, 2) menurunnya tingkat kehilanganhasil pertanian, tercapainya kemandirian dan ketahanan pangan denganharga yang terjangkau, 3 ) meningkatnya nilai tambah dan daya saing produkpertanian, 4) meningkatnya daya serap pasar domestik dan devisa negaradari ekspor produk pertanian, 5) meningkatnya keragaman produk olahanhasil pertanian, 6) meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani.

Dalam meningkatkan daya saing produk pertanian perlu dilakukanupaya-upaya diantaranya; menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dalamrangka meningkatkan kualitas dan daya saing produk pertanian. Dan sangatpenting dilakukan kerjasama dengan instansi yang bisa menghasilkan bibit

Page 105: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2784ISSN 0853 - 0203

tanaman yang berkualitas dan bersertifikat, serta kerja sama dalam halpengelolaan lahan seperti; cara bertanam dan pola tanam, disamping itudiperlukan upaya untuk mengembalikan kualitas tanah yang sudah marginaldengan melakukan pola pemupukan yang baik dan berimbang.

Propinsi Sumatera Utara sebagai sentra penghasil produk pertanian diwilayah barat Indonesia, termasuk sebagai pasar yang menggiurkan baginegara-negara di Asia Tenggara, namun hal ini belum dioptimalkan karenaproduk yang dihasilkan belum memiliki daya saing terutama dalam pasarglobal. Propinsi Sumatera Utara sebagai daerah pertanian merupakan salahsatu pasar untuk produk sektor pertanian yang pasarnya akan mengalamiserbuan lebih hebat lagi dengan adanya kesepakatan antara Indonesia dannegara-negara ASEAN atau lebih dikenal dengan era komunitas ASEAN.

Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada pada dataran tinggisehingga potensi untuk pengembangan komoditi pangan, holtikultura,komoditas sayur-mayur hingga perkebunan rakyat seperti kopi, karet dankemenyan. Maka peran pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor-sektor unggulan diwilayahnya dalam rangka meningkatkan daya saing,merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu kunci utama dalammenyukseskan pembangunan daerah.

Kohari, dkk (2005) menyampaikan, adanya perbedaan daya saingpada suatu komoditas dapat digunakan untuk menentukan skala prioritaspengembangan komoditas bersangkutan yaitu; a) komoditas yang memilikidaya saing sangat tinggi sangat diprioritaskan untuk dikembangkan, b)komoditas yang memiliki daya saing tinggi masih diprioritaskan untukdikembangkan, namun lebih diprioritaskan komoditas yang memiliki dayasaing sangat tinggi, c) komoditas yang berdaya saing sedang memiliki duakemungkinan, yaitu dapat dikembangkan atau tidak dapat dikembangkan,tergantung telaah di lapang apakah karena terdapat distorsi kebijakanatau kegagalan pasar, d) semantara itu, bagi komoditas yang memiliki dayasaing rendah atau sangat rendah tidak perlu dikembangkan.

Sektor pertanian bagi Kabupaten Humbang Hasundutan hingga saat inimerupakan penggerak perekonomian rakyat dan tulang punggung peningkatanpendapatan daerah, pada tahun 2009 sektor ini memberikan kontribusi sebesar59,08% bagi PDRB kabupaten Humbang Hasundutan (BPS. HumbangHasundutan, 2010). Selain sebagai sumber penghasilan masyarakat bahwasektor ini juga merupakan penghasil nilai tambah bagi pembangunan wilayah.Bagi Kabupaten Humbang Hasundutan, komoditi kopi merupakan komoditiperkebuan rakyat unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan karenamemberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat danpendapatan daerah.

Page 106: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2785ISSN 0853 - 0203

Potensi pengembangan komoditi kopi di Kabupaten HumbangHasundutan dapat dilihat dari potensi luas lahan dan produksi komoditi kopiyang sangat baik yang mengalami peningkatan secara signifikan setiaptahunnya. Data BPS (2013) menunjukkan pada tahun 2010, KecamatanDoloksanggul memiliki luas lahan kopi seluas 3.218 ha dengan produksi1.208,5 ton, disusul dengan Kecamatan Lintong Nihuta dengan luas 3.019 hadengan produksi mencapai 1.428 ton. Kemudian pada tahun 2014 luas lahankopi di Kecamatan Doloksanggul 3.122 ha dengan produksi mencapai1.466,5 ton dan di susul oleh Kecamatan Lintong Nihuta dengan luas lahanmencapai 2.974 ha dengan produksi mencapai 1.504, 5 ton (BPS, HumbangHasundutan Dalam Angka, 2013). Melihat potensi luas lahan dan produksikomoditi kopi ini maka sangat penting diketahui bagaimana daya saingnyadiwilayah ini, sehingga diharapkan komoditi ini memberikan dampak yangsignifikan bagi perekonomian masyaakat dan pembangunan wilayah ini.Upaya peningkatan daya saing dilakukan dengan berbagai cara dan akandifokuskan pada pengembangan produk berbasis sumberdaya local untuk;1) meningkatkan pemenuhan permintaan untuk konsumsi dalam negeri; dan(2) mengurangi ketergantungan impor (substitusi impor), dengan demikianpenelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing komoditi kopi diKabupaten Humbang Hasundutan.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah; a) bagaimana daya saing komoditikopi di Kabupaten Humbang Hasundutan ?, b) bagaimana pengaruh luaslahan, modal usahatani, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja terhadappendapatan petani dan daya saing komoditi kopi di Kabupaten HumbangHasundutan ?.

1.3 Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

diuraikan maka tujuan penelitian ini adalah; a) untuk mengetahui daya saingkomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, b) untuk mengetahuipengaruh luas lahan, modal usahatani, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerjaterhadap pendapatan petani dan daya saing komoditi kopi di KabupatenHumbang Hasundutan.

BAB II METODE PENELITIAN2.1. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian adalah secara non-probability denganmemilih lokasi penelitian secara sengaja sesuai dengan keinginan peneliti

Page 107: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2786ISSN 0853 - 0203

dengan pertimbangan khusus (Kuncoro, 2009), penelitian ini dilakukan diKabupaten Humbang Hasundutan karena daerah ini merupakan sentrakomoditi kopi dengan skala ekspor.

2.2. Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengelola usahatani

kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan dengan jumlah 13.582 kk (BPS,Humbang Hasundutan, 2015). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak30 responden yang ditentukan secara purposive pada 9 kecamatan. Jumlahsampel per kecamatan ditentukan secara proporsional dengan perincian;Kecamatan Pakkat dengan populasi 1.456 kk dengan 3 responden, KecamatanOnan Ganjang dengan populasi 2.541 kk dengan 6 responden, KecamatanSijamapolang dengan populasi 797 kk dengan 2 responden, Kecamatan DolokSanggul dengan 3.250 kk dengan 7 responden, Kecamatan Lintong Nihutadengan populasi 1.460 kk dengan 3 responden, Kecamatan Paranginan denganresponden 190 kk dengan 1 responden, Kecamatan Baktiraja dengan populasi1.062 kk dengan 2 responden, Kecamatan Pollung dengan populasi 1.576 kkdan Kecamatan Parlilitan dengan populasi 1.250 kk dengan sampel masing-masing 3 responden.

2.3. Sumber dan Pengumpulan DataData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara danBadan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Humbang Hasundutan dan publikasi-publikasi resmi lainnya yang berkaitan. Dan data primer yang diperoleh darilapangan melalui wawancara terhadap petani kopi sebagai responden.

2.4. Teknik Analisis DataAnalisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

analitis dan analisis revealid comparative advantage (RCA) untukmenganalisis daya saing komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.RCA adalah indeks yang menyatakan keunggulan komparatif (Tambunan,2003). Dalam penelitian ini analisis RCA menggunakan nilai ekonomi pasaryang merupakan hasil perkalian produksi komoditi wilayah dengan harga padatingkat produsen dengan formula:

)1....................................................................................................................

XwXiw

XjXij

C

Page 108: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2787ISSN 0853 - 0203

dimana :C = Nilai indeks RCAXij = Nilai ekonomi pasar komoditi kopi yang dianalisis dari Kabupaten

Humbang HasundutanXj = Nilai ekonomi komoditi perkebunan total Kabupaten Humbang

HasundutanXiw = Nilai ekonomi komoditi kopi yang dianalisis Sumatera UtaraXw = Nilai ekonomi komoditi perkebunan total Sumatera Utara

Jika nilai indeks RCA < 1 menunjukan bahwa Kabupaten HumbangHasundutan, untuk komoditi pertanian keunggulan komperatifnya rendah(dibawah rata-rata Sumatera Utara), Jika nilai indeks RCA > 1 menunjukanbahwa Kabupaten Humbang Hasundutan untuk komoditi pertaniandikatakan mempunyai keunggulan komparatif (diatas rata-rata SumateraUtara).

Untuk menganalisis pengaruh luas lahan, modal usahatani, pupuk danobat-obatan, tenaga kerja terhadap pendapatan petani dan daya saingkomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan digunakan analisis jalur(path analisis) dengan bantuan program statistical product and servicesolution (SPSS). Variabel penelitian terdiri atas variabel endogen yaitu dayasaing komoditi kopi dan beberapa variabel eksogen yaitu pendapatan petani,modal usahatani, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja, yang digambarkanmelalui persamaan substruktural berikut :

X2= pX1.Y.1+ eX3= pX2.Y.1+ pX1.Y.1+ eX4= pX3.Y.1+ pX2.Y.1+ pX1.Y.1+ eY1 = pX4.Y.1+ pX3.Y.1+ pX2.Y.1+ pX1.Y.1+ eY2 = pY1.Y2 + pX4.Y.1+ pX3.Y.1+ pX2.Y.1+ pX1.Y.1+ e

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Daya Saing Komoditi Kopi Kabupaten Humbang HasundutanKomoditi kopi merupakan komoditi perkebunan rakyat yang penting

di Kabupaten Humbang Hasundutan disamping karena komoditi ini jugamemiliki nilai ekonomis yang tinggi. Komoditi ini sangat potensial untukdikembangkan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Hasil analisis datamenunjukkan bahwa komoditi kopi memiliki daya saing yang sangat baik jikadibandingkan dengan komoditi perkebunan rakyat lainnya di KabupatenHumbang Hasundutan sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Page 109: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2788ISSN 0853 - 0203

Tabel 1. Daya Saing Komoditi Perkebunan Rakyat Kabupaten HumbangHasundutan Tahun 2011-2014.

Sumber : Data Sekunder, Diolah 2016

Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana disajikan pada Tabel1 dapat dilihat bahwa komoditi kopi merupakan komoditi yang memiliki dayasaing tertinggi di Kabupaten Humbang Hasundutan, setelah komoditikemenyan. Daya saing komoditi kopi ini ditunjukkan oleh nilai RCA > 1secara berturut-turut mulai tahun 2010-2014 dengan nilai RCA; 8,883; 7,428;9,294; 9,004; 8,204.

Hasil penelitian Asmarantaka (2011), menyampaikan secara umumkomoditi kopi Indonesia memiliki daya saing yang sangat tinggi yangditunjukkan oleh nilai RCA mencapai 6,55 dengan menggunakan data timeseries 1989 sampai 2008. Hasil penelitian Meryana (2007) yang menganalisisdaya saing kopi robusta Indonesia di pasar internasional dengan menggunakanRevealed Comparative Advantage (RCA) yang menunjukkan bahwa industrikopi nasional memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan dengan nilaiRCA yang lebih besar dari satu.

Sebagai komoditi yang memiliki daya saing yang tinggi, komoditikomoditi ini ternyata sangat potensial di kembangkan hampir pada semuakecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini dapat dilihat dariperkembangan luas lahan yang dikelola masyarakat sebagaimana disajikanpada Tabel 2.

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 20141 Karet 10.338.825,0 11.273.058,0 14.071.725,0 12.132.099,0 12.956.743,8 0,650 0,550 0,667 0,576 0,5392 Kelapa 534.539,3 585.161,0 705.601,5 680.340,0 1.335,0 0,132 0,112 0,151 0,145 0,0003 Kelapa Sawit 315.487,5 255.427,5 288.060,5 303.100,0 303.469,7 0,006 0,005 0,006 0,005 0,0054 Aren 1.204.320,0 1.429.047,2 1.521.767,0 1.540.750,0 1.504.920,0 3,399 2,726 3,510 3,189 2,9385 Kopi 26.980.475,0 38.812.414,8 20.636.589,0 29.064.347,5 33.297.770,0 8,883 7,438 9,294 9,044 8,2046 Kakao/Coklat 684.517,0 1.017.439,5 1.087.800,0 1.458.431,4 2.649.075,0 0,693 0,702 1,057 0,953 3,6087 Kemenyan 41.169.675,0 39.467.610,0 45.181.500,0 46.660.533,0 48.799.720,0 15,314 12,216 15,508 15,158 13,873

No Jenis Komoditi Nilai Ekonomi Perkebunan Rakyat Humbang Hasundutan (Rp.000) Daya Saing (Nilai RCA) Humbang Hasundutan

Page 110: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2789ISSN 0853 - 0203

Tabel 2. Perkembangan Luas Lahan Komoditi Per Kecamatan Kopi diKabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2009 -2014.

Sumber : Data Sekunder, Diolah 2016

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa luas lahan komoditi kopitahun 2009-2014 mengalami perkembangan yang signifikan di KabupatenHumbang Hasundutan. Namun jika dilihat perkecamatan luas lahan komoditiini mengalami perkembangan yang fluktuatif. Berdasarkan Tabel 2 lahankomoditi kopi yang paling luas terdapat di Kecamatan Doloksanggul yangdisusul Kecamaran Lintong Nihuta. Tahun 2013 luas lahan komoditi kopi diKecamatan Doloksanggul adalah 3.090 ha, meningkat 1,0% tahun 2014menjadi 3.122 ha. Kecamatan Lintong Nihuta memiliki luas lahan 2.971 hatahun 2013 dan meningkat 0,1% menjadi 2.974 ha tahun 2014. Kemudianlahan kopi yang paling kecil terdapat di Kecamatan Parlilitan yaitu 257 hatahun 2013 dan turun 0,2% menjadi 256,50 ha pada tahun 2014. Disampingperkembangan luas lahan kopi, pada Tabel 3 disajikan perkembanganproduksi komoditi kopi per kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditi Kopi Per Kecamatan di KabupatenHumbang Hasundutan Tahun 2009 -2014.

Sumber : Data Sekunder, Diolah 2016

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi komoditi kopi diKabupaten Humbang Hasundutan mengalami perkembangan yang fluktuatifpada tahun 2009-2014, dimana pada tahun 2013 produksi kopi diwilayah ini

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2009/10 2010/11 2011/12 2012/13 2013/141 Pakkat 306,00 322,00 330,00 330,00 329,00 329,00 5,2% 2,5% 0,0% -0,3% 0,0%2 Onan Ganjang 936,50 1.137,50 1.137,50 1.150,50 1.157,50 1.160,50 21,5% 0,0% 1,1% 0,6% 0,3%3 Sijamapolang 564,00 621,00 701,00 721,00 719,00 718,00 10,1% 12,9% 2,9% -0,3% -0,1%4 Doloksanggul 1.485,00 3.218,00 3.088,00 3.078,00 3.090,00 3.122,00 116,7% -4,0% -0,3% 0,4% 1,0%5 Lintong Nihuta 1.620,00 3.019,00 2.949,00 2.956,00 2.971,00 2.974,00 86,4% -2,3% 0,2% 0,5% 0,1%6 Paranginan 987,00 1.654,30 1.650,00 1.648,30 1.647,30 1.645,30 67,6% -0,3% -0,1% -0,1% -0,1%7 Baktiraja 219,00 250,00 262,00 263,00 261,00 260,00 14,2% 4,8% 0,4% -0,8% -0,4%8 Pollung 709,00 859,50 854,50 852,00 851,00 851,50 21,2% -0,6% -0,3% -0,1% 0,1%9 Parlilitan 180,00 229,50 249,00 249,00 257,00 256,50 27,5% 8,5% 0,0% 3,2% -0,2%

7.006,50 11.310,80 11.221,00 11.247,80 11.282,80 11.316,80 61,4% -0,8% 0,2% 0,3% 0,3%

No KecamatanLuas lahan (ha) % +/- luas lahan

Total

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2009/10 2010/11 2011/12 2012/13 2013/141 Pakkat 236,00 218,50 217,50 219,50 219,40 20,80 -7,42% -0,46% 0,92% -0,05% -90,52%2 Onan Ganjang 640,50 676,30 678,30 686,30 687,50 692,50 5,59% 0,30% 1,18% 0,17% 0,73%3 Sijamapolang 390,20 409,80 408,80 414,80 415,75 417,60 5,02% -0,24% 1,47% 0,23% 0,44%4 Doloksanggul 1.120,70 1.208,50 1.353,53 1.373,53 1.458,50 1.466,50 7,83% 12,00% 1,48% 6,19% 0,55%5 Lintong Nihuta 1.410,10 1.426,10 1.467,91 1.474,91 1.499,50 1.504,50 1,13% 2,93% 0,48% 1,67% 0,33%6 Paranginan 835,50 859,50 931,61 933,61 955,61 956,50 2,87% 8,39% 0,21% 2,36% 0,09%7 Baktiraja 182,80 180,70 180,56 181,00 178,50 180,10 -1,15% -0,08% 0,24% -1,38% 0,90%8 Pollung 588,50 587,20 572,91 575,20 578,50 579,20 -0,22% -2,43% 0,40% 0,57% 0,12%9 Parlilitan 102,00 113,50 123,50 125,47 125,55 125,80 11,27% 8,81% 1,60% 0,06% 0,20%

5.506,30 5.680,10 5.934,62 5.984,32 6.118,81 5.943,50 3,16% 4,48% 0,84% 2,25% -2,87%Total

% +/- produksiNo Kecamatan

Produksi (ton)

Page 111: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2790ISSN 0853 - 0203

6.118,8 ton dan mengalami penurunan sebesar 2,87 % menjadi 5.943 ton padatahun 2014.

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi komoditi kopi yang palingtinggi terdapat di Kecamatan Lintong Nihuta dan disusul KecamatanDoloksanggul. Pada tahun 2013 produksi komoditi kopi di KecamatanLintong Nihuta adalah 1.499,50 ton dan meningkat 0,33% tahun 2014menjadi 1.504,50 ton. Kemudian disusul Kecamatan Doloksanggul denganproduksi 1.458,50 ton pada tahun 2013 dan meningkat 0,55 % menjadi 1.466,50 ton pada tahun 2014. Produksi komoditi kopi yang paling rendah terdapatdi Kecamatan Parlilitan yaitu 125,55 ton pada tahun 2013 dan naik sebesar0,20% menjadi 125,80 ton pada tahun 2014.

Data BPS (2013) sebagaimana disajikan pada tabel 3, menunjukkanterdapat 3 (tiga) kecamatan yang memberikan kontribusi terbesar bagiproduksi komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, yaitu;Kecamatan Lintong Nihuta memberikan kontribusi sebesar 24,5%,Kecamatan Doloksanggul memberikan kontribusi 23,8% dan KecamaranParanginan memberikan kontribusi 15,6% terhadap produksi total komoditikopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kemudian tahun 2014 Kecamatan Lintong Nihuta memberikankontribusi sebesar 25,3%, Kecamatan Doloksanggul dengan kontribusi 24,7%dan Kecamatan Paranginan dengan kontribusi 16,1 % terhadap produksi totalkomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, sementara ini kontribusiterkecil di sumbangkan Kecamatan Parlilitan 2,1% pada tahun 2013 danKecamatan Pakkat sebesar 0,3% pada tahun 2014.

Adanya perbedaan yang signifikan atas luas lahan dan produksi kopiperkecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan tersebut, juga berpengaruhterhadap tingkat daya saing komoditi tersebut di wilayah ini. Sehingga dayasaing komoditi kopi antar kecamatan mengalami perbedaan sebagaimanadisajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Daya Saing (Nilai RCA) Komoditi Kopi per Kecamatan diKabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2009 -2014.

Sumber : Data Sekunder, Diolah 2016

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2009 2010 2011 2012 2013 20141 Pakkat 236,00 218,50 217,50 219,50 219,40 20,80 0,05 0,07 0,02 0,01 0,03 0,042 Onan Ganjang 640,50 676,30 678,30 686,30 687,50 692,50 1,13 0,97 0,87 1,02 1,08 1,063 Sijamapolang 390,20 409,80 408,80 414,80 415,75 417,60 0,07 0,04 0,03 0,08 0,09 0,054 Doloksanggul 1.120,70 1.208,50 1.353,53 1.373,53 1.458,50 1.466,50 2,10 2,31 2,21 2,30 2,40 2,475 Lintong Nihuta 1.410,10 1.426,10 1.467,91 1.474,91 1.499,50 1.504,50 2,60 2,45 2,67 2,78 2,53 2,586 Paranginan 835,50 859,50 931,61 933,61 955,61 956,50 1,21 1,23 1,16 1,18 1,32 1,327 Baktiraja 182,80 180,70 180,56 181,00 178,50 180,10 0,31 0,31 0,32 0,31 0,31 0,318 Pollung 588,50 587,20 572,91 575,20 578,50 579,20 1,23 0,97 0,87 0,98 0,79 1,029 Parlilitan 102,00 113,50 123,50 125,47 125,55 125,80 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

No KecamatanProduksi Kopi per Kecamatan di Humbang Hasundutan (ton) Daya Saing (Nilai RCA) Kopi per Kecamatan

Page 112: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2791ISSN 0853 - 0203

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa daya saing komoditi kopisebagai komoditi perkebunan rakyat yang potensial di Kabupaten HumbangHasundutan memiliki perbedaan yang signifikan antar kecamatan.Berdasarkan daya saing yang ditunjukkan oleh nilai RCA, menunjukkanbahwa pengelolaan komoditi ini berbeda antar kecamatan. Pada beberapawilayah kecamatan produktifitasnya masih sangat rendah hal ini menunjukkanbahwa pengelolaan komoditi kopi ini belum menerapkan teknik budidayayang baik serta belum menerapkan manajemen usaha yang efisien.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa di beberapakecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan masih dikelola secaratradisional. Petani masih menggunakan bibit yang diperoleh dari tanamanyang dianggap baik tanpa teknologi dan proses pembibitan yang memadai,sehingga produktifitasnya rendah.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kecamatan yang memilikidaya saing yang paling tinggi adalah Kecamatan Lintong Nihuta yangditunjukkan dengan nilai RCA secara berturut-turut 2,78 (2012); 2,53(2013); 2,58 (2014) dan disusul Kecamatan Dolok Sanggul yang ditunjukkandengan nilai RCA secara berturut-turut 2,30(2012); 2,40 (2013); 2,47 (2014)dan pada urutan ketiga adalah Kecamatan Paranginan yang ditunjukkandengan nilai RCA secara berturut-turut 1,18 (2012); 1,32 (2013); 1,32 (2014)dan urutan keempat adalah Kecamatan Onan Ganjang yang ditunjukkandengan nilai RCA secara berturut-turut 1,02 (2012); 1,08 (2013); 1,06 (2014).

3.2. Pengaruh Luas Lahan, Modal, Pupuk dan Obat-obatan dan TenagaKerja Terhadap Pendapatan Petani dan Daya Saing Komoditi Kopidi Kabupaten Humbang Hasundutan.

Untuk mengetahui pengaruh variabel; luas lahan, modal usahatani,pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja terhadap pendapatan petani dan dayasaing komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan digunakan analisisjalur (path analisis) dengan bantuan program SPSS. Variabel penelitianterdiri atas variabel endogen yaitu daya saing komoditi kopi dan beberapavariabel eksogen yaitu pendapatan petani, modal usahatani, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil sebagaiberikut :

Page 113: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2792ISSN 0853 - 0203

a. Hasil analisis data dengan persamaan substruktur 1.

Tabel 5.Hasil analisis data dengan persamaan substruktural 1 melalui pathanalysis dengan bantuan SPSS :

No Variabel Koefisien jalur t hitung

1 Luas lahan (X1) (pX2X1) = 0,935 4,5312 Modal usahatani (X2)

Sumber: Data Primer, diolah 2016.

Berdasarkan hasil output regresi sebagaimana pada Tabel 5,diperoleh koefisien jalur (pX2X1) = 0,935 dengan harga t hitung = 4,531, danharga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinyakoefisien jalur signifikan. Berdasarkan hasil pengolahan data dapatdiinterpretasikan bahwa luas lahan (X1) berpengaruh positif terhadapmodal usahatani (X2), artinya jika luas lahan yang dikelola petanibertambah maka jumlah modal yang dibutuhkan petani akan bertambah.Nilai koefisien jalur 0,935, dapat dijelaskan bahwa luas lahan memberikankontribusi terhadap kebutuhan modal usahatani sebesar 87,42% (0,935 x0,935 x 100%), dan sisanya 12,58% dipengaruhi oleh faktor lain yangtidak dimasukkan dalam model estimasi. Pengaruh kausal empiris antaravariabel luas lahan (X1) dan jumlah modal usahatani (X2), digambarkanmelalui persamaan sub struktural sebagai beerikut; X2 = pX2X1+e

b. Hasil analisis data dengan persamaan substruktur 2.Tabel 6.Hasil analisis data dengan persamaan substruktural 2 melalui path

analysis dengan bantuan SPSS :No Variabel Koefisien jalur t hitung

1 Luas lahan (X1) (pX3X1) = 0,375 4,1702 Modal usahatani (X2) (pX3X2) = 0,431 4,9123 Pupuk dan obat-obatan

(X3)Sumber: Data Primer, diolah 2016.

Berdasarkan hasil output regresi sebagaimana pada Tanel 6diperoleh koefisien jalur (pX3X2 = 0,431) dengan harga t hitung = 4,912,sedangkan harga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > ttabel artinya koefisien jalur signifikan. Berdasarkan hasil pengelolahan data,ditemukan koefisien jalur (pX3X1 = 0,375), dengan harga t hitung = 4,17,sedangkan harga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > ttabel artinya koefisien jalur signifikan.

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diinterpretasikan secarasimultan modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1) berpengaruh terhadap

Page 114: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2793ISSN 0853 - 0203

pupuk dan obat-obatan (X3), dengan besaran pengaruh simultan 80,60%,artinya variabel modal usaha (X2) dan luas lahan (X1) berkontribusisebesar 80,60% terhadap persediaan pupuk dan obat-obatan padausahatani komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien jalur pX3X2

= 0,431 dapat dijelaskan modal usahatani memberikan kontribusi terhadaptingkat penyediaan pupuk dan obat-obatan pada usahatani komoditi kopidi Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 18,57 % (0,431 x 0,431x100%), dan 80,03 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkandalam model estimasi.

Nilai koefisien jalur pX3X1 diperoleh = 0,375 dapat dijelaskanbahwa luas lahan memberikan kontribusi terhadap persedian pupuk padausahatani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 16,16 %(0,375 x0,375 x 100%), dan 83,84 % dipengaruhi oleh faktor lain yangtidak dimasukkan dalam model estimasi, artinya jika luas lahan yang akandikelola oleh petani mengalami peningkatan maka kebutuhan akan pupukdan obat-obatan akan meningkat. Hal ini menjelaskan luas lahan (X1) danmodal usahatani (X2) dapat mempengaruhi tingkat ketersediaan pupukdan obat-obatan (X3) pada usahatani kopi di Kabupaten HumbangHasundutan. Pengaruh kausal empiris antara variabel modal usahatani(X2) dan luas lahan (X1) digambarkan dengan persamaan sub strukturalsebagai berikut; X3 = pX3X2+ pX3X1+ e

c. Hasil analisis data dengan persamaan substruktur 3.Tabel 7. Hasil analisis data dengan persamaan substruktural 3 melalui path

analysis dengan bantuan SPSS :No Variabel Koefisien jalur t hitung

1 Luas lahan (X1) (pX4X1) = 0,212 3,2802 Modal usahatani (X2) (pX4X2) = 0,321 3,5703 Pupuk dan obat-obatan

(X3)(pX4X3) = 0,412 2,653

4 Tenaga kerja (X4)Sumber: Data Primer, diolah 2016.

Berdasarkan hasil output regresi sebagaimana pada Tabel 7diperoleh koefisien jalur (pX4X3 = 0,412) dengan harga t hitung = 2,653, danharga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinyakoefisien jalur signifikan. Berdasarkan hasil pengelolahan data ditemukankoefisien jalur (pX4X2 = 0,321), dengan harga t hitung = 3,57, sedangkanharga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinyakoefisien jalur signifikan. Berdasarkan hasil pengelolahan data ditemukan

Page 115: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2794ISSN 0853 - 0203

koefisien jalur (pX4X1 = 0,212), dengan harga t hitung = 3,28, sedangkanharga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinyakoefisien jalur signifikan.

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diinterpretasikan bahwasecara simultan pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) danluas lahan (X1) berpengaruh sebesar 94,50% terhadap penggunaan tenagakerja pada usahatani kopi (X4), artinya variabel pupuk dan obat-obatan(X3), modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1) berkontribusi sebesar94,50 % terhadap kebutuhan tenaga kerja pada usahatani kopi diKabupaten Humbang Hasundutan.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien jalurpX4X3 = 0,412 dapat dijelaskan bahwa luas lahan memberikan kontribusiterhadap kebutuhan tenaga kerja usahatani kopi di Kabupaten HumbangHasundutan sebesar 16,97 % (0,412 x 0,412 x 100%), dan 83,03 %dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Nilai koefisien jalur pX4X2 diperoleh = 0,321 dapat dijelaskanbahwa modal usahatani memberikan kontribusi terhadap kebutuhan tenagakerja dalam usahatani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar10,30 % (0,321 x 0,321 x 100%), dan 89,7 % dipengaruhi oleh faktor lainyang tidak dimasukkan dalam model estimasi, artinya jika modal usahatayang dimiki oleh petani mengalami peningkatan dapat berdampak padapeningkatan penggunaan tenaga kerja pada usatani komoditi kopi diKabupaten Humbang Hasundutan.

Kemudian nilai koefisien jalur pX4X1 diperoleh = 0,212 dapatdijelaskan bahwa luas lahan memberikan kontribusi terhadap kebutuhantenaga kerja dalam usahatani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutansebesar 0,45 % (0,212 x 0,212 x 100%), dan 99,55 % dipengaruhi olehfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi, artinya jika luaslahan yang dimiki oleh petani mengalami peningkatan, akan berdampakpada peningkatan penggunaan tenaga kerja usatani komoditi kopi diKabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini menjelaskan penggunaanpupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1)dapat mempengaruhi tingkat kebutuhan akan tenaga kerja pada usahatanikopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pengaruh kausal empirisvariabel pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) dan luas lahan(X1) digambarkan melalui persamaan sub struktural sebagai berikut; X4= pX4X3+ pX4X2 + pX4X1+ e.

d. Hasil analisis data dengan persamaan substruktur 4.

Tabel 8. Hasil analisis data dengan persamaan substruktural 4 melalui pathanalysis dengan bantuan SPSS :

Page 116: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2795ISSN 0853 - 0203

No Variabel Koefisien jalur t hitung

1 Luas lahan (X1) (pY1X1) = 0,215 3,5432 Modal usahatani (X2) (pY1X2) = 0,314 3,5233 Pupuk dan obat-obatan

(X3)(pY1X3) = 0,201 2,645

4 Tenaga kerja (X4) (pY1X4) = 0,210 3,5845 Pendapatan Petani (Y1)

Sumber: Data Primer, diolah 2016.

Berdasarkan hasil output regresi sebagaimana pada Tabel 8,diperoleh koefisien jalur (pY1X4 = 0,210) dengan harga t hitung = 3,584,dan harga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel

artinya koefisien jalur signifikan. Berdasarkan hasil output regresidiperoleh koefisien jalur (pY1X3 = 0,201) dengan harga t hitung = 2,645,sedangkan harga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > ttabel artinya koefisien jalur signifikan.

Berdasarkan hasil output regresi diperoleh koefisien jalur (pY1X2

= 0,314) dengan harga t hitung = 3,523, dan harga t tabel = 1,648, fakta inimengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinya koefisien jalur signifikan.Berdasarkan hasil output regresi, diperoleh koefisien jalur (pY1X1 =0,215) dengan harga t hitung = 3,543, sedangkan harga t tabel = 1,648, faktaini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinya koefisien jalur signifikan.

Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada Tabel 8dapat diinterpretasikan secara simultan tenaga kerja (X4), pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1) berpengaruhsebesar 94% terhadap pendapatan petani (Y1), artinya variabel tenagakerja (X4), pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) dan luaslahan (X1) berkontribusi sebesar 94 % terhadap pendapatan petani kopidi Kabupaten Humbang Hasundutan.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien jalurpY1X4 = 0,210 dapat dijelaskan bahwa penggunaan tenaga kerjamemberikan kontribusi terhadap pendapatan petani kopi di KabupatenHumbang Hasundutan sebesar 0,44 % (0,210 x 0,210 x 100%), dan99,56% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam modelestimasi. Nilai koefisien jalur pY1X3 diperoleh = 0,201 dengan demikiandapat dijelaskan bahwa pupuk dan obat-obatan memberikan kontribusiterhadap pendapatan petani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutansebesar 0,40 % (0,201 x 0,201 x 100%), dan 99,6 % dipengaruhi olehfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Kemudian nilai koefisien jalur pY1X2 = 0,314, dapat dijelaskanbahwa modal usahatani memberikan kontribusi terhadap pendapatan

Page 117: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2796ISSN 0853 - 0203

petani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 9,85 % (0,314 x0,314 x 100%), dan 90,14 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidakdimasukkan dalam model estimasi. Nilai koefisien jalur pY1X1 diperoleh= 0,215, dapat dijelaskan bahwa luas lahan memberikan kontribusiterhadap pendapatan petani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutansebesar 4,62 % (0,215 x 0,215 x 100%), dan 95,38 % dipengaruhi olehfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan tenaga kerja (X4),penggunaan pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) dan luaslahan (X1) dapat mempengaruhi tingkat pendapatan petani usahatanikomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pengaruh kausalempiris variabel penggunaan tenaga kerja (X4), pupuk dan obat-obatan(X3), modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1) digambarkan melaluipersamaan sub struktural sebagai berikut; Y1 = pY1X4 + pY1X3+ pY1X2

+ pY1X1+ e.

e. Hasil analisis data dengan persamaan substruktur 5.Tabel 9. Hasil analisis data dengan persamaan substruktural 5 melalui path

analysis dengan bantuan SPSS :No Variabel Koefisien jalur t hitung

1 Luas lahan (X1) (pY2X1) = 0,160 2,5542 Modal usahatani (X2) (pY2X2) = 0,145 3,4523 Pupuk dan obat-obatan

(X3)(pY2X3) = 0,120 2,850

4 Tenaga kerja (X4) (pY2X4) = 0,155 3,4555 Pendapatan Petani (Y1) (pY2Y1) = 0,321 3,8546 Daya saing (Y2)

Sumber: Data Primer, diolah 2016.

Berdasarkan hasil output regresi sebagaimana pada Tabel 9,diperoleh koefisien jalur (pY2Y1 = 0,321) dengan harga t hitung = 3,854,dan harga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel

artinya koefisien jalur signifikan. Berdasarkan hasil output regresi,diperoleh koefisien jalur (pY2X4 = 0,155) dengan harga t hitung = 3,455,sedangkan harga t tabel = 1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > ttabel artinya koefisien jalur signifikan.

Berdasarkan hasil output regresi diperoleh koefisien jalur (pY2X3

= 0,120) dengan harga t hitung = 2,850, dan harga t tabel = 1,648, fakta inimengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinya koefisien jalur signifikan.Berdasarkan hasil output regresi, diperoleh koefisien jalur (pY2X2 =0,145) dengan harga t hitung = 3,452, sedangkan harga t tabel = 1,648, fakta

Page 118: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2797ISSN 0853 - 0203

ini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinya koefisien jalur inisignifikan. Berdasarkan hasil output regresi, diperoleh koefisien jalur(pY2X1 = 0,160) dengan harga t hitung = 2,554, sedangkan harga t tabel =1,648, fakta ini mengungkapkan bahwa t hitung > t tabel artinya koefisien jalursignifikan.

Berdasarkan hasil pengolahan data ini sebagaimana pada Tabel 9,dapat diinterpretasikan secara simultan pendapatan petani (Y1), tenagakerja (X4), pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) dan luaslahan (X1) berpengaruh sebesar 90,1% terhadap daya saing komoditi kopi(Y2) di Kabupaten Humbang Hasundutan. Dapat diartikan bahwa variabelpendapatan petani (Y1), tenaga kerja (X4), pupuk dan obat-obatan (X3),modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1) berkontribusi sebesar 90,1 %terhadap daya saing komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien jalurpY2Y1 diperoleh =0,321, dapat dijelaskan bahwa tingkat pendapatanpetani kopi memberikan kontribusi terhadap daya saing komoditi kopi diKabupaten Humbang Hasundutan sebesar 10,30 % (0,210 x 0,210 x100%), dan 89,69% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkandalam model estimasi.

Kemudian nilai koefisien jalur pY2X4 diperoleh = 0,155 dengandemikian dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja memberikan kontribusiterhadap daya saing komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutansebesar 2,40 % (0,155 x 0, 155 x 100%), dan 97,59 % dipengaruhi olehfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Nilai koefisien jalur pY2X3 diperoleh = 0,120, dapat dijelaskanbahwa pupuk dan obat-obatan memberikan kontribusi terhadap daya saingkomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan 1,44 % (0,120 x0,120 x 100%), dan 98,56 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidakdimasukkan dalam model estimasi. Kemudian terdapat nilai koefisien jalurpY2X2 diperoleh = 0,145 dengan demikian dapat dijelaskan bahwa modalusahatani memberikan kontribusi terhadap daya saing komoditi kopi diKabupaten Humbang Hasundutan 2,10 % (0,145 x 0,145 x 100%), dan97,89 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam modelestimasi.

Selanjuntya nilai koefisien jalur pY2X1 diperoleh = 0,160, dapatdijelaskan bahwa luas lahan memberikan kontribusi terhadap daya saingkomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 2,56 % (0,160x 0,160 x 100%), dan 97,44 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidakdimasukkan dalam model estimasi.

Hal ini menjelaskan bahwa pendapatan petani (Y1), penggunaantenaga kerja (X4), penggunaan pupuk dan obat-obatan (X3), modal

Page 119: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2798ISSN 0853 - 0203

usahatani (X2) dan luas lahan (X1) dapat mempengaruhi daya saingkomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pengaruh kausalempiris variabel pendapatan petani (Y1) penggunaan tenaga kerja (X4),pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1)digambarkan melalui persamaan sub struktural berikut ini Y2 = pY2Y1+pY2X4+ pY2X3+ pY2X2+ pY2X1+ e.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan;1. Berdasarkan perhitungan RCA, bahwa komoditi kopi merupakan

komoditi yang memiliki daya saing yang tinggi di Kabupaten Humbanghasundutan yang ditunjukkan oleh nilai RCA > 1 secara berturut-turutmulai tahun 2010-2014 dengan nilai RCA; 8,883; 7,428; 9,294; 9,004;8,204.

2. Luas lahan (X1) berpengaruh positif terhadap modal usahatani (X2),Modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1) berpengaruh secara simultansebesar 80,60% terhadap penggunaan pupuk dan obat-obatan (X3) padausahatani komoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Secara simultan pupuk dan obat-obatan (X3), modal usahatani (X2) danluas lahan (X1) berpengaruh secara simultan sebesar 94,50% terhadappenggunaan tenaga kerja pada usahatani kopi (X4 dalam usahatanikomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

4. Secara simultan tenaga kerja (X4), pupuk dan obat-obatan (X3), modalusahatani (X2) dan luas lahan (X1) berpengaruh terhadap pendapatanpetani (Y1). Besaran pengaruh simultan sebesar 94 %, terhadappendapatan petani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

5. Pupuk dan obat-obatan memberikan kontribusi terhadap pendapatanpetani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 0,40 %, Modalusahatani memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani kopi diKabupaten Humbang Hasundutan sebesar 9,85 %, Luas lahanmemberikan kontribusi terhadap pendapatan petani kopi di KabupatenHumbang Hasundutan sebesar 4,62 %.

6. Secara simultan pendapatan petani (Y1), tenaga kerja (X4), pupuk danobat-obatan (X3), modal usahatani (X2) dan luas lahan (X1) berpengaruhterhadap daya saing komoditi kopi (Y2) di Kabupaten HumbangHasundutan secara simultan sebesar 90, 1%.

7. Pendapatan petani kopi memberikan kontribusi terhadap daya saingkomoditi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 10,30 %,Tenaga kerja memberikan kontribusi terhadap daya saing komoditi

Page 120: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2799ISSN 0853 - 0203

kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 2,40 %, Pupuk danobat-obatan memberikan kontribusi terhadap daya saing komoditikopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 1,44 %.

8. Modal usahatani memberikan kontribusi terhadap daya saing komoditikopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 2,10 %, Luas lahanmemberikan kontribusi terhadap daya saing komoditi kopi di KabupatenHumbang Hasundutan sebesar 2,56 %.

4.2. SaranBerdasarkan hasil penelitian maka disarankan;

1. Agar petani di Kabupaten Humbang Hasundutan mengelola usahatanikopi dengan lebih dengan menggunakan faktor produksi usahatani yangmaksimal.

2. Agar pemerintah daerah melakukan penyuluhan tentang informasipenggunaan faktor produksi usahatani kopi seoptimal mungkin untukmeningkatkan produksi usahatani kopi dan pendapatan petani itu sendiri,serta meningkatkan daya saing komoditi kopi di Kabupaten HumbangHasundutan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmarantaka R.W, 2011. Analisis Dayasaing Ekspor Kopi Indonesia. Didalam : Baga L.M, Fariyanti A, Jahroh S. Kewirausahaan dan DayaSaing Agribisnis. Bogor : Institute Pertanian Bogor.

BPS. 2013. Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2013. Medan.

BPS. 2010. Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka Tahun 2010.Doloksanggul.

BPS. 2015. Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka Tahun 2015.Doloksanggul.

BPS. 2015. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten HumbangHasundutan 2015. Doloksanggul

Kohari, K., Ma’sum, M. dan Windiastuti, D. 2005. Dampak Kebijakan danPemasaran Terhadap Daya Saing Usahatani Kentang di KecamatanKejajar Kabupaten Wonosobo. Laporan Penelitian. Purwokerto:Fakultas Pertanian UNSOED.

Page 121: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2782-2800

2800ISSN 0853 - 0203

Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Jakarta:Erlangga.

Meryana, E. 2007. Analisis Dayasaing Kopi Robusta Indonesia di PasarInternasional. Skripsi. Program Sarjana Manajemen Agribisnis,Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tambunan, T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesiabeberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Widyasanti, Amalia Adininggar. 2010. Do Regional Trade Areas ImproveExport Competitiveness ? A Case of Indonesia. Bulletin of Monetary,Economics and Banking. Juli.

Zeithaml, V.A., M. J. Bitner. 1990. Service Marketing, New Jersey: TheMcGraw-HillCompanies, Inc.

Page 122: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 123: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 124: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 125: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 126: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 127: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 128: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 129: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 130: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 131: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 132: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)
Page 133: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2812-2833

2812

ISSN 0853 - 0203

Analisa Waktu Pemesinan Pada Proses Pembubutan

Nelson ManurungStaf Pengajar Jurusan Teknik Mesin

Politeknik Negeri Medan

ABSTRAK

Lathing process is a process of formation of components and equipment suchas solid shaft, hollow shaft, a threaded shaft, and other forms of actioncutting.The aim of this study was to analyze the differences between thecutting time cutting time theory and practice in the process of turning.Techniques used in analyzing data is a time difference of cutting (cutting time)the results of experiments using statistical methods. Data processing using thedistribution of student "t" by taking a significance level ά = 0.05 (1-t) = 95%.From experimental cuts to the depth of cut thin (taken 1 mm), that the resultof calculation of cutting time 69.4 seconds. While the practice of cutting time(trial) was 71 125 seconds, or difference 2:39%. For a depth of cut thick (taken4 mm), the cutting time result of calculation of 42.6 seconds and the cuttingtime is 43.45 seconds or practice the difference is 1.96%. The result of thecalculation of the distribution of student "t" in the amount of 26.87 secondsand 23.78 is much larger than t (0.95) of 1.71. Thus the hypothesis which statesthat the practice of cutting time longer than the cutting time can theoreticallybe accepted as true.

Keywords: turning, time, analysis, deduction, calculation

Page 134: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2813-2833

2813

ISSN 0853 - 0203

Pendahuluan:Proses pembubutan adalah suatu proses pembentukan komponen mesin danperalatan seperti poros pejal, poros berongga, poros berulir, dan bentuklainnya dengan aksi pemotongan. Untuk proses produksi dengan mesinperkakas salah satu faktor yang perlu diketahui adalah waktu pemesinan(machining time), faktor ini berpengaruh terhadap jumlah produksi dankalkulasi ongkos (biaya), selain waktu setting dan biaya-biaya lainnya.Dengan mengetahui waktu pemesinan maka dapat ditentukan jumlah produksidalam satuan waktu, sehingga memudahkan untuk menentukan ongkosproduksi yang akurat.Waktu untuk menghasilkan produk atau waktu yang diperlukan untukmenyelesaikan suatu pekerjaan (memotong bagian tertentu produk) dengancara yang tertentu (menggunakan suatu jenis pahat) adalah merupakanvariabel yang penting dalam rangka penentuan kondisi pemesinan optimum.Untuk jumlah produk yang cukup besar maka secara kasar dapat ditentukanwaktu pemesinan rata-rata untuk mengerjakan satu produk, yaitu dengan caramembagi seluruh waktu yang digunakan dengan jumlah produk yangdihasilkan. Akan tetapi, cara ini tidak baik untuk dilaksanakan karena tidakmemberikan informasi yang jelas mengenai komponen waktu (bagian waktutotal) yang berkaitan dengan setiap langkah pengerjaan dalam prosespermesinan.

Perumusan Masalah :

Rumusan teoritis untuk waktu pemesinan telah direkomendasikan, terdapatperbedaan antara rumusan teoritis tersebut dengan pelaksanaan prakteknya.Untuk membuktikan kebenaran dan sejauh mana perbedaannya makadiperlukan pengujian dan pengkajian yang akan dilakukan dalam penelitianini. Permasalahan yang akan di ungkap dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa lama waktu pemesinan yang dibutuhkan pada prosespembubutan benda kerja

2. Seberapa besar perbedaan waktu pemesinan antara teori denganprakteknya.

Tinjauan Pustaka :Proses Bubut (Turning)

Proses pembubutan adalah suatu proses pemotongan logam denganmenggunakan alat potong tunggal (single point tool), dimana gerakan utamaporos berputar pada sumbunya dan alat potong bergerak sepanjang benda

Page 135: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2814-2833

2814

ISSN 0853 - 0203

kerja, sehingga terjadi serpihan-serpihan yang dinamakan geram. Secaraumum proses pembubutan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Proses pembubutan memanjang adalah proses pembubutan searah dengansumbu utama mesin

2. Proses pembubutan melintang adalah proses pembubutan yang tegak lurusterhadap sumbu utama mesin.

3. Proses pembubutan konis adalah proses pembubutan yang bersudutterhadap sumbu utama.

Kecepatan Potong

Kecepatan Potong adalah suatu kecepatan berbanding lurus dengan gerakanutama, jika benda berputar satu kali perputaran pada panjang tertentu yangdilalui oleh sisi potong dari alat potong, akan berhubungan dengan kelilingdari benda kerja tersebut. Maka kecepatan potong adalah jarak yang didapatkarena putaran benda kerja dalam satuan waktu. Hubungan antara benda kerjayang tersayat dalam kelilingnya sebagaimana gambar berikut :

Gambar 1. Penampang potong dari keliling benda kerja

Dari gambar 1 diatas bahwa, bila benda kerja membuat putaran satu menitmaka panjang tatal (chip) yang tersayat dalam satu menit adalah keliling daribenda kerja tersebut, yaitu:

C = ת x d C = keliling benda kerjad = diameter benda kerja

Bila benda kerja membuat n putaran dalam satu menit, maka panjang geramyang tersayat dalam satu menit adalah :l = ת x d x n l = panjang geram

n = putaranPanjang geram ini biasanya diukur dalam satuan meter tiap menit ( V =m/menit ). Jadi kecepatan potong adalah panjang pemotongan dalam meter /menit. Maka besarnya kecepatan potong dapat dinotasikan seperti rumusberikut :

Page 136: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2815-2833

2815

ISSN 0853 - 0203

V = ת x d x n ( meter/menit) .......... 2.1dimana, d = diameter rata-rata

n = putaran mesin (rpm)Dari rumus diatas, besarnya kecepatan potong berbanding lurus dengan besardiameter benda kerja dan putaran mesin. Tetapi dalam beberapa literatur, besarkecepatan potong yang diizinkan telah ditentukan sesuai dengan jenis alatpotong dan material yang digunakan.

Disamping itu kecepatan potong tergantung dari beberapa faktor :

a. Bahan dari pada benda kerja

Bahan-bahan yang keras menghasilkan lebih banyak panas yang lebih besardari pada baja kecepatan tinggi (HSS). Oleh karena itu diperlukan kecepatanpotong tinggi

b. Bahan dari alat potong

Bahan dari cemeted karbid dapat menahan panas lebih besar dari pada bajakecepatan tinggi (HSS). Oleh karena itu alat potong ini mempunyai kecepatanpotong yang lebih tinggi

c. Penampang dari beram (serpihan)Pemotongan beram yang tipis bisa diambil kecepatan yang lebih tinggi daripada pemotongan beram yang tebal.

d. PendinginKecepatan potong yang tinggi dapat dipakai bila menggunakan cairanpendingin selama proses pembubutan

e. Bentuk dari mesinMesin yang besar mempunyai kapasitas untuk menentukan kecepatan potongyang tinggi dari pada mesin yang berukuran kecil.

Putaran mesin

Salah satu faktor yang menentukan hasil pemotongan adalah tersedianyaputaran mesin yang sesuai dengan kondisi pemotongan. Dimana untuk jenisdan besarnya diameter membutuhkan putaran yang berbeda. Putaran mesintersebut dapat kita tentukan dari rumus kecepatan potong, yaitu :

V = ת x d x n maka , n = 1000. V 1000 ת x d (put/menit) ..........2.2

Dari rumus diatas bahwa besarnya putaran berbanding lurus dengankecepatan potong dan besar diameter kerja.

Page 137: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2816-2833

2816

ISSN 0853 - 0203

Pemakanan dan Dalamnya Pemotongan

Disamping memilih putaran mesin yang benar, proses pembubutan jugatergantung pada pemakan (feed) dan dalamnya pemotongan (depth of cut).Pemakan adalah pergerakan alat potong dalam satu kali perputaran dari bendakerja dalam pembubutan arah memanjang atau arah melintang. Sedangkandalamnya pemakan adalah masuknya alat potong kedalam benda kerja.

Untuk menganalisa pamakanan dan dalamnya pemotongan dapat dilihat padagambar 2. Dari gambar tersebut sudut potong utama adalah Kr, yaitu sudutantara mata potong (S) dengan arah kecepatan makan vf. Besar dari sudutditentukan oleh geometri pahat dan cara pemasangan pahat pada mesinperkakas.

Gambar 2. Geometri pemakanan dan dalamnya pemakanan

Ketebalan geram sebelum terpotong dipengaruhi oleh beberapa parameter

pemotongan lainnya. Gambar 3 akan dipakai sebagai acuan untuk

menguraikan lebih lanjut tentang ketebalan geram sebelum terpotong ini.

Page 138: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2817-2833

2817

ISSN 0853 - 0203

Gambar 3 Penentuan Ketebalan Geram Sebelum Terpotong

Untuk harga a dan f yang sama, sudut ini menetukan besarnya lebarpemotongan b dan lebar geram yang terpotong h sebagai berikut :- lebar pemotongan : b = a/sin Kr dalam mm- tebal beram : h = f . sin Kr dalam mmMaka penampang geram yang terpotong adalah : a = b . h (mm2)

Besarnya kedalaman pemotongan dapat dicapai dengan pengaturan yangsesuai dengan kondisi pemotongan yang diinginkan. Dengan kata lain bahwadalamnya pemotongan pada proses pembubutan memanjang berartipengurangan garis tengah, yaitu:a = D0 - dm (mm)

2Jika untuk menyelesaikan pekerjaan diperlukan beberapa kali pemotongan ( i), maka kedalaman pemotongan adalah :a = D0 - dm (mm)

2 . iWaktu Pemotongan

Parameter waktu pemotongan cukup penting diketahui dalam proses produksipembubutan, karena dengan menghitung faktor ini dapat diketahui beberapalama proses berlangsung. Dengan demikian dapat ditentukan besarnya ongkospemakaian mesin/ongkos produksi. Untuk mendapatkan waktu yangdibutuhkan dalam proses produksi pembubutan, terdiri dari:

a. waktu persiapan (setting time)b. waktu tambahan (auxiliary time)c. waktu pemesinan (machining time)

Page 139: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2818-2833

2818

ISSN 0853 - 0203

a. Waktu persiapan (setting time)Adalah waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan mesin, peralatan, alatukur yang diperlukan dan pembacaan gambar kerja.

b. Waktu tambahan (auxiliary time)

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk memasang benda kerja, menyetel alatpotong, pengukuran dan pemeriksaan hasil pemesinan. Besarnya waktupersiapan dan waktu tambahan tidak dapat ditentukan, tergantung darikesiapan peralatan dan kecakapan/pengalaman operator.

c. Waktu pemesinan (Machining time)

Tentang waktu pemesinan pada mesin bubut, jutz & scharcus mengatakan :The machining ( turning ) time is the periode in which the machine performsThe actual turning operation ( Jutz & scharcus, hal . 107 )Waktu pemesinan (pembubutan) adalah perioda dimana mesin melakukanproses pembubutan sebenarnyaAdapun rumusan waktu pemesinan berdasarkan literatur adalah sebagaiberikut :tc = L ( menit) .......... 2.3

f x n( Jutz & scharcus, hal. 102 )

Dimana :tc = waktu pemesinan untuk satu kali pemotongan (menit)L = panjang benda kerja yang dipotong (mm)f = pemakanan ( mm/putaran )n = putaran mesin ( rpm )

2. tc = Lt ( menit) .......... 2.4f x n

(Heinrich gerling, hal . 45 )Dimana :tc = waktu pemesinan untuk satu kali pemotongan ( menit )Lt = panjang pembubutan (la + li + l)la = awal kedudukan pahat (mm)li = akhir kedudukan pahat (mm)l = panjang sebenarnya benda kerja yang dipotong ( mm )f = pemakanan ( mm/putaran )n = putaranmesin(putaran/menit)Lt

Page 140: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2819-2833

2819

ISSN 0853 - 0203

Gambar 4. Kedudukan awal alat potong

Dari kedua rumus tersebut terdapat perbedaan dalam menentukan titik awalpemotongan, dimana menurut “Heinrich gerling” ada penambahan pada awaldan akhir pemotongan sebesar la + li. Hal ini untuk memudahkan dalam awalpemotongan dan akhir pemotongan, terutama untuk operator yang belumberpengalaman.

Pahat Bubut

Untuk membubut material benda kerja, maka material pahat bubut yang sesuaiadalah HSS (High Speed Steel) dan SC (Semented Carbide). HSS digunakanuntuk material benda kerja baja karbon sedang dengan kecepatan potong 155m/min, dan mampu mempertahankan kekerasannnya sampai temperatur 6000C, sedangkan pahat bubut SC dapat digunakan hinggga kecepatanpemotongan 4 kali dari kecepatan potong yang dicapai oleh pahat HSS, danSC mampu mempertahankan kekerasannnya sampai suhu disekitar 800 0C.

Tujuan Penelitian :

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :1. Untuk mengetahui perbedaan antara waktu pemesinan teoritis dengan

waktu pemesinan praktik2. Untuk mendapatkan informasi yang jelas berkaitan dengan waktu

yang dibutuhkan dalam proses pembubutan memanjang (longitudinalturning).

3. Untuk mendapatkan standard waktu pengerjaan benda kerja yangnantinya berguna untuk menentukan ongkos produksi.

Manfaat Penelitian :

Page 141: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2820-2833

2820

ISSN 0853 - 0203

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh :Instruktur bengkel Teknik Mesin dalam menentukan waktu pemotongan padaproses pembubutan untuk masing-masing latihan.

Perbengkelan /Industri manufaktur, dalam menentukan waktu produksi danongkos produksi permesinan

Metode Penelitian :

Metode penelitian ini dimulai dengan studi pustaka dengan menggunakanbeberapa literatur, diantaranya buku, jurnal, artikel, dan lain-lain. Setelah studipustaka, dilakukan analisa terhadap data waktu permesinan teoritis dan praktik. Setelah analisa selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah menarikkesimpulan dan membuat laporan.

Persiapan Hasil Pengujian Mesin Pengujian dibengkel Mesin

bahan data

peralatan olah data

Mulai

Pemeriksaan uji pemotongan

test kajian pustaka

Gambar 5 Fishbon diagram metode pelaksanaan penelitian

Data Waktu PemotonganPenelitian dilaksanakan di Workshop Teknik Mesin Polmed. Data bersumberdari percobaan pembubutan terhadap baja permesinan St 50 dengan ukuranbahan ¢ 25 x 125 (mm) sebanyak 24 buah sampel. Sedangkan ukuran diameterbahan dalam percobaan adalah ¢ 24 dan ¢ 23 mm. Kedalaman potong (depthof cut) ditentukan, yaitu 1 dan 4 mm. Alat yang digunakan adalah :Mesin bubut maximat V13, panjang bed 1.5 mAlat potong baja kecepatan tinggi (HSS), merek DIAMOND (made in Cina)Jam henti (Stop Watch)Parameter Kerja Kerja Waktu pemotongan

Hasil

Page 142: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2821-2833

2821

ISSN 0853 - 0203

Sebagaimana dijelaskan pada bab 2, bahwa parameter pemotongan logampada mesin perkakas merupakan besaran-besaran kinematik yang besarnyadapat diatur meliputi:Gerakan pemakanan (feeding ), f (mm/ put )Kedalaman pemotongan (depth of cut ), a (mm)Putaran mesin, n (rpm )Parameter kerja tersebut harus ditentukan terlebih dahulu sesuai dengankondisi pemotongan (tingkat kualitas) yang diinginkan. Pada percobaan inibesaran kinematika ditentukan, untuk matrial baja 50 dengan alat potong BajaKecepatan Tinggi (HSS), maka diambil :1. Untuk pembubutan dengan kedalaman potong, a = 1 mm

- diameter bahan, d = 24 mm- gerakan pemakanan (feeding), f =0.2 mm/putaran- kecepatan potong (cutting speed), v = 44 m/menit

2. Untuk pembubutan dengan kedalaman potong, a = 4 mm- diameter bahan, d = 23 mm- gerakan pemakanan (feeding), f = 0.4 mm/ putaran- kecepatan potong (cutting speed), V =32 m/menit

Putaran mesin ( n ) didapat dengan menghitung sesuai dengan rumus berikut :

n =xd

xV

1000

(rpm)

Maka untuk kedalaman potong ( a) = 1 mm, kecepatan potong(V) = 44 m/ menit, putaran mesin (n1) adalah :

n1 =24

441000

x

x

= 561 rpm

Putaran 561 tidak tersedia pada mesin, maka diambil putaran yang mendekatisesuai dengan yang tertera pada tabel mesin yaitu 540 rpm.

Untuk kedalaman potong (a) = 4 mm, kecepatan potong(V) = 32 m/menit, putaran mesin (n4) adalah :

n4 =23

321000

x

x

= 443 rpm

Putaran 443 tidak tersedia pada mesin, maka diambil putaran yang mendekatisesuai dengan yang tertera pada tabel mesin yaitu 440 rpm.

Prosedur PercobaanProsedur percobaan adalah prosedur pengambilan data Waktu Pemotongan

Page 143: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2822-2833

2822

ISSN 0853 - 0203

Persiapkan Mesin dan PeralatanUkur benda kerja berupa diameter dan panjang, berikan nomor urut masing-masing specimen dan bagi dalam 6 sub group.Pasang alat potong (pahat bubut)Cekam benda kerja diantara 2 senterAtur posisi pemotongan, kedudukan pahat tepat pada ujung sebelah kanan daribenda kerjaAtur putaran mesin, kedalaman potong dan kecepatan pemakanan.Hidupkan mesin, periksa putaran dengan tacho meter dan matikan setelahpemeriksaan.Persiapkan alat pencatat waktu, atur pada posisi nol.Hidupkan mesin dan gerakan tuas otomatis bersamaan dengan menekantombol jam henti (stop watch )Amati proses pemotongan sampai batas pemotongan.1. Gerakan tuas otomatis ke posisi nol setelah pembubutan sampai batas

yang ditentukan, bersamaan dengan itu tekan tombol henti jam ukur.2. Catat waktu pemotongan3. Matikan mesin setelah pengujian selesai4. Ulangi dengan cara yang sama untuk benda uji berikutnya.

Data Hasil PercobaanSetelah melakukan percobaan pembubutan terhadap spesimen, makadiperoleh data-data seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1 Data waktu pemotongan baja 50 , a = 1 mm

No Sampel Waktu (t), detik(x) (x2)

010203040506070809101112

71.471.271.471.571.370.971.171.270.871.271.471.3

5097.965069.445097.965112.255083.695026.815055.215069.445012.645069.445012.645069.44

Page 144: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2823-2833

2823

ISSN 0853 - 0203

131415161718192021222324

71.470.870.571.171.371.470.971.470.970.771.471.2

5097.965012.644970.255055.215083.695069.445026.815097.965026.814998.495097.965069.44

5.1707X 2X

=121458

Tabel 2 Data waktu pemotongan baja 50 , a = 1 mm

x NoSampel

Waktu (t), detik(x)

(x2)

0102030405060708091011121314151617181920

44.443.243.444.543.343.944.144.243.843.244.443.343.442.842.944.143.343.242.943.4

1971.361866.241883.561980.251874.891927.211944.811953.641918.441866.241971.361874.891927.561831.841840.411944.811874.891866.241840.411927.56

Page 145: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2824-2833

2824

ISSN 0853 - 0203

21222324

42.942.743.442.2

1840.411823.291927.561780.84

9.1042X 2X

=45408.71

Pembahasan Dan Analisa DataHasil perhitungan teoritis dianalisa sesuai dengan rumusan yang di tetapkan.Sedangkan data hasil percobaan dilakukan pengujian secara statistiksebagaimana yang dijelaskan pada bab sebelumnya.Perhitungan Waktu PemotonganWaktu pemotongan menurut Jutz & Scharcus

Tcl =1nxf

L(menit) > L =125 mm

=5402.0

125

x> f = 0.2 mm/put

= 1.15 menit > n1=540 rpm= 69.4 detik

Tc4 =4nxf

L(menit) > L = 125mm

=4404.0

125

x> f = 0.4 mm/put

= 0.71 menit > n4 = 440 rpm= 42.6 detik

Waktu pemotongan Menurut Heinrich Gerling

Tc1 =1nxf

Lt(menit) > Lt = 1+1a +1i

= 125 + 5 + 5= 135 mm

=5402.0

135

x=1.25 menit= 75 detik

Tc4 =4nxf

Lt(menit) > Lt = 1+1a +1i

Page 146: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2825-2833

2825

ISSN 0853 - 0203

= 125 + 5 + 5= 135 mm

=4404.0

135

x= 0.76 menit = 46 detik

Dari kedua metoda analisa di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan waktupemotongan antara metoda Jutz & Scharcus dan metoda Heinrich gerling.Besar perbedaan, yaitu Tc1 = 75 detik - 69.4 detik= 5.56 detik= 7.41 %Tc4 = 46 detik - 42.6 detik

= 3.41 detik= 7.41%Dari analisa di atas metoda Jutz & Scharcus lebih menguntungkan untukdipakai dalam proses pemotongan, bila operator sudah cukup memahamioperasi pembubutan.

Analisa Data Percobaan Pemotongana. Uji Normalitas Data Kelompok ADalam uji normalitas data kelompok A, data yang bersumber dari tabel 1dibentuk menjadi 6 (enam) sub grup seperti pada tabel berikut :

Tabel 3 Data sub grup waktu pemotonganSub grup

KeWaktu Pengukuran

(Xi)Harga Rata-rataSub grup ( Xr)

123456

71.4, 71.2, 71.4, 71.571.3, 70.9, 71.1, 71.270.8, 71.2, 71.4, 71.371.4, 70.8, 70.5, 71.171.3, 71.4, 70.9, 71.470.9, 70.7, 71.4, 71.2

71.30071.12571.17570.95071.25071.050

Jumlah Xr =426.750

Harga rata-rata dari rata-rata sub grup :

X =k

Xr >k =banyak sub grup

(Sutalaksana, hal.25)Maka,

X =6

750.426=71.125

Page 147: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2826-2833

2826

ISSN 0853 - 0203

Standard deviasi sebenarnya :

1

)(1

2

N

XXin

i...Sutalaksana, hal.30

dimana :N= Jumlah sampel yang diukur

= 24Xi= Waktu pemotongan yang diamatiSehingga :

)124(

)125.712.71....()125.712.71()125.714.71( 222

= 0.3175

Maka standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup adalah :

X =k

= standard deviasi sebenarnya (Sutalaksana, hal.35)

k= banyak sub grup

X =6

3157.0

= 0.128

Untuk mengetahui apakah sub grup berada dalam batas kontrol danberdistribusi normal dapat dikoreksi di antara batas kontrol atas (bka) danbatas kontrol bawah (bkb)BKA=X+3 XBKB=X-3 X(Sutalaksana, hal.140)Selanjutnya Sutalaksana mengatakan, batas kontrol inilah yang merupakanbatas, apakah suatu sub grup seragam atau tidak seragam. Jika semua rata-rata sub grup berada dalam batas-batas tersebut, maka data tersebutdikatakan seragam (normal). Demikian pula sebaliknya, jika ada rata-ratasub grup berada diluar batas kontrol, maka data tersebut dikatakan tidaknormal (tidak seragam).BKA = 71. 125 + 3 x 0.128

= 71.509BKB = 71. 125 - 3 x 0.128

Page 148: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2827-2833

2827

ISSN 0853 - 0203

= 70.741

Gambar 6 Diagram Kontrol Rata-Rata Sub Grup A

Dari diagram kontrol di atas terlihat bahwa harga rata-rata dari data kelompokA berada dalam batas kontrol, maka data kelompok A berdistribusi normal.

Uji Normalitas Data Kelompok BSebagaimana uji normalitas kelompok A, uji normalitas kolompok B padaprinsipnya sama. Data yang didapat dari hasil percobaan di bentuk sepertitabel berikut :

Tabel 4 Data sub grup Waktu PemotonganSub grupKe

Waktu Pengukuran(Xi)

Harga Rata-rataSub grup (Xr)

123456

44.4, 43.2, 43.4, 44.543.3, 43.9, 44.1, 44.243.8, 43.2, 44.4, 43.343.4, 42.8, 43.9, 44.143.3, 43.2, 42.9, 42.442.9, 42.7, 43.4, 42.2

43.87543.87543.67543.30043.20042.800

Jumlah

725.260Xr

71,125 Center

70,741

71,509 BKA

BKB

Page 149: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2828-2833

2828

ISSN 0853 - 0203

Harga rata-rata dari rata-rata sub grup :

X =k

Xr> k = banyak sub grup ….. (Sutalaksana, hal.25)

Maka,

X =6

725.260=43.45

Standard deviasi sebenarnya :

1

)(1

2

N

XXin

i ......Sutalaksana, hal.30

dimana :N = Jumlah sampel yang diukur

= 24Xi = Waktu pemotongan yang diamatiSehingga :

)124(

)45.432.44....()45.432.43()45.434.44( 222

= 0.603Maka standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup adalah :

X =k

> =standard deviasi sebenarnya

(Sutalaksana, hal.35) k=banyak sub grup

X =6

603.0

= 0.246Untuk mengetahui apakah sub grup berada dalam batas kontrol danberdistribusi normal dapat dikoreksi di antara batas kontrol atas (bka) danbatas kontrol bawah (bkb).BKA = X+3 XBKB = X-3 X (Sutalaksana, hal.140)Selanjutnya sutalaksana mengatakan, batas kontrol inilah yang merupakanbatas, apakah suatu sub grup seragam atau tidak seragam. Jika semua rata-rata sub grup berada dalam batas-batas tersebut, maka data tersebutdikatakan seragam (normal). Demikian pula sebaliknya, jika ada rata-ratasub grup berada diluar batas kontrol, maka data tersebut dikatakan tidaknormal (tidak seragam).

BKA = 43.45+ 3 . 0.246 = 44.188BKB = 43.45 - 3 . 0.246 = 42.712

Page 150: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2829-2833

2829

ISSN 0853 - 0203

Gambar 7 Diagram Kontrol Rata-Rata Sub Grup B

Dari diagram kontrol di atas terlihat bahwa harga rata-rata dari data kelompokB berada dalam batas kontrol, maka data kelompok B berdistribusi normal.Uji HipotesisDalam pengujian hipotesis dikenal dengan 3 macam pengertian, yaitupengertian sama atau tidak memiliki perbedaan disebut hipotesis nol (H0)melawan hipotesis tandingan (H1) yang mengandung pengertian tidak sama,lebih kecil atau lebih besar. Jika hipotesis tandingan (H1) mempunyairumusan tidak sama, maka distribusi statistik yang digunakan adalah distribusinormal untuk “z”, distribusi student untuk “t” dan seterusnya, maka didapat“z” daerah kritis atau daerah penolakan pada tiap ujung adalah sebesar /2(hal ini disebut pengujian dua arah atau dua pihak).Jika H1 mempunyai rumusan lebih besar, maka diperoleh daerah kritis sebelahkanan sebesar . Kriteria yang dipakai adalah tolak Ho jika statistik yangdihitung berdasarkan sampel tidak kurang (lebih besar) dari daerah kritis.Untuk hal lainnya terima Ho.Maka pasangan hipotesis adalah :untuk kel. A untuk kel. BH0 : = 69.4 H0 : =42.6H1 : > 69.4 H1 : > 42.6Karena simpangan baku tidak diketahui, maka distribusi yang digunakanadalah distribusi student, yaitu :

43,45

BKB

44,19

42,71

BKA

Center

Page 151: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2830-2833

2830

ISSN 0853 - 0203

t=

ns

oX ………..(Sujana, hal.227)

dimana :X= harga rata-rata su grup waktu pemotong prakteko = harga waktu pemotongan standart / teoritiss= standart deviasi waktu pemotongann= jumlah pengukuran

Maka distribusi student :

ta=

243175.0

4.69125.71

= 26.87

tb=

24603.0

0.4245.43

= 23.78Dari daftar distribusi student t 0.95, = 0.05 dengan derajat kebebasan (dk)= n-1 =24-1 =23, didapat t =1.71. Sehingga kriteria pengujian adalah :Tolak Ho jika t hitung lebih besar atau sama dengan 1.71, terima Ho untuk halsebaliknya. Sedangkan hasil penelitian diperoleh ta=26.87 dan tb=23.78 jatuhpada daerah penolakan Ho. Jadi hipotesis Ho ditolak, maka hipotesis H1diterima.Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa waktu pemotonganpraktek lebih lama dari waktu pemotongan teoritis dapat diterimakebenarannya.Selanjutnya akan di uji apakah waktu pembubutan untuk kedalaman potong4.0 mm dengan feeding 0.4 lebih lama dari waktu pembubutan 1.0 mm.Untuk pengujian ini pasangan hipotesis digunakan :Ho : 1 = 2H1 : 1 2 (Sujana, hal.239)dimana : 1 = rata-rata waktu pemotongan untuk kedalaman potong 1.0 mm 2 = rata-rata waktu pemotongan untuk kedalaman potong 4.0 mmKarena 1 2 dan data kelompok A dan B berdistribusi normal, makarumus statistik yang digunakan :

t’=

22

11

2122

nS

nS

XX

(Sujana, hal.241)

Page 152: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2831-2833

2831

ISSN 0853 - 0203

Kriteria pengujian adalah : terima H0 jika :

-21

2.21.1

WW

tWtW

< t! <21

2.21.1

WW

tWtW

dimana :W1 = S12/n1 = (0.3175)2/24 = 0.004153W2 = S22/n2 = (0.603)2/24 = 0.004347t1 = t(1-0.5 ), (n1-1)t2 = t(1-0.5 ), (n2-1)s1 = standar deviasi data kelompok As2 = standar deviasi data kelompok B

n1,n2= jumlah sampel data kelompok A,Bmaka harga t’ adalah :

t’ =)24/)603.0()24/)3157.0(

45.43125.7122

=12263.0

555.27

= 22.47Sehingga :t1=t2 = t(1-0.5 ) = 22.47 x (1-0.5*0.05) =21.91

21

2.21.1

WW

tWtW

=00434.0004153.0

)91.21).(00434.0()91.21).(004153.0(

= 21.91Kriteria pengujian adalah : Terima H0 jika -21.91 < t’ <21.91 dan tolak H0dalam hal lainnya. Dari perhitungan di atas didapat harga t’ =22.47 diluardaerah penerimaan H0. Jadi H0 ditolak pada taraf = 0.05Akibatnya hipotesis alternatif H1 diterima, yang berarti hipotesis penelitianyang menyatakan bahwa waktu pemotongan untuk kedalaman yang tebal tidaksama dengan waktu pemotongan untuk kedalaman yang tipis mengandungkebenaran .

Kesimpulan:

Dari percobaan pembubutan dan hasil analisa, dapat diambil beberapakesimpulan sebagai berikut :Analisa statistik terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa waktupemotongan praktek lebih lama dari waktu pemotongsn teoritis ( rumusanteoritis ) benar mengandung kebenaran.

Page 153: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2832-2833

2832

ISSN 0853 - 0203

Dari percobaan pemotongan untuk kedalaman potong yang tipis (diambil 1mm ), bahwa waktu pemotongan hasil perhitungan sebesar 69.4 detik.Sedangkan waktu pemotongan praktek ( percobaan ) adalah 71.125 detik atauperbedaannya 2.39 %. Untuk kedalaman potong yang tebal ( diambil 4 mm ),waktu pemotongan hasil perhitungan sebesar 42.6 detik dan waktupemotongan praktek adalah 43.45 detik atau perbedaannya 1.96 %.Berdasarkan literatur , bahwa penyimpangan maksimum adalah 6 %. Makapenyimpangan tersebut masih dalam batas yang ditentukan untuk mesin yangsudah relatif lama digunakan ( masa pakai diatas 5 tahun ).Hasil perhitungan distribusi student “ t “ yaitu sebesar 26.87 detik dan 23.78jauh lebih besar dari t(0.95) sebesar 1.71, sehingga hipotesis H pada tarafsignifikasi =0.05. Jadi seandainya dilakukan penelitian ulang sebanyak 100kali terhadap kebenaran hipotesis ini, maka hasilnya akan memberikan palingsedikit 95 kali sama dengan hasil penelitian ini dan paling besar 5 kali untuksebaliknya.4. Hipotesis yang menyatakan bahwa waktu pemotongan lebih lama untukkedalaman potong yang lebih besar ( dalam hal ini 1.0 mm dengan 4.0 mm ),ternyata mengandung kebenaran.5. Dari hasil perhitungan t’ Sebesar 22.47 lebih besar dari t1 dan t2 = 21.91.Sehingga Hipotesis Ho ditolak dan hipotesis H1 diterima pada taraf signifikan = 0.05. Sehingga mendukung kebenaran dari hipotesis diatas.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pembubutan bendakerja dan umur pahat dalam proses pembubutan antara lain :a. Material (jenis benda kerja)b. Kecepatan pemotonganc. Kedalaman pemotongand.Sudut geram ( rake angle )e. Gerak makanf. Jenis dan ketajaman pahat

Saran :Geometri pahat bubut yang sesuai dengan proses pemesinan material tertentusangat menentukan hasil benda kerja yang akan diperoleh. Maka pemilihanpahat yang sesuai harus diperhatikan agar didapat optimasi proses pemesinan.Dalam menentukan waktu permesinan (waktu potong) baik untuk keperluanproduksi maupun praktik dapat ditambahkan sebesar 6 % dari perhitunganteori

Daftar Pustaka :

E. Paul De Garmo, 1979, Materials and Processes in Manufacturing ,Collier Machmillian Publisher, London

Page 154: ISSN 0853 V I S I Oktober2016.pdf · ISSN 0853 – 0203 STT NO. 1541/SK/DITJEN PPG/STT/1990 ... Format dan Pedoman Penulisan Judul Nama Penulis Abstrak (maksimum ¾ halaman)

VISI (2016) 24(3) 2833-2833

2833

ISSN 0853 - 0203

Emco, 1981, Instruction Book, Maximat V13, AustriaHerman Jutz And Scharcus, 1982 ,Westerman Tables For MetalTrade, Willey Eastern Limited, New Delhi, India

Heinrich Gerling, 1982, All About Machine Tools, Willey Eastern Limited,New Delhi, India

Lasco And Potter, 1978, Machine Shop, American Technical Society, TheUnited State

Syamsir A. Muin, 1986, Dasar-Dasar Perancangan Perkakas Dan Mesin-Mesin Perkakas , Rajawali Pres, Jakarta.

Sudjana, 1989, Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sutalaksana, 1985, Teknik Tata Cara Kerja, Teknik Industri ITB, Bandung

Taufiq Rochim, 1985, Teori Dan Teknologi Proses Permesinan,Laboratorium Teknik Produksi Teknik Mesin ITB, Bandung 1985