islam sebagai agama dakwah

11
A. Islam sebagai Agama Dakwah Dewasa ini kita telah mengenal pembagian agama dakwah dan agama nondakwah dari enam agama besar yang ada di dunia. Tolak ukur dalam melakukan pengklasifikasian ini adalah berdasarkan pada ada atau tidaknya tuntutan untuk menyebarkan ajaran agama dalam doktrinnya. Menurut Thomas W. Arnold, agama dakwah ialah agama yang memiliki kepentingan suci untuk menyebarkan kebenaran dan menyadarkan orang kafir sebagaimana dicontohkan sendiri oleh penggagas agama itu dan diteruskan oleh para penggantinya 1 . Agama Islam, Kristen, dan Budha termasuk dalam agama dakwah, sedangkan Agama Yahudi, Majusi, dan Hindu termasuk agama nondakwah. Doktrin dakwah dalam Islam diungkapkan dalam al-Qur’an dan dibuktikan melalui jejak rekam sejarah Rasulullh SAW, para sahabat, dan para ulama. Dalam literature-literatur dakwah, argument tekstual yang merujuk pada hal tersebut dimuat dalam bahasan mengenai kajian dakwah. Dalam Al-qur’an misalnya, menyuruh umat Islam untuk menyiapkan komite khusus yang berprofesi sebagai Da’I, atau mensyaratkan dakwah sebagai jalan untuk mewujudkan sebuah masyarakat ideal. Di sisi lain, hidup Rasulullah dibaktikan untuk mengajak orang masuk islam (beriman, dan mengimani kenabian Muhamad), atau setidaknya mereka bersikap Islam (hidup secara damai). Selanjutnya, kehidupan para sahabat dan ulama setelahnya 1 A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, M.A, Filsafat Dakwah, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011), hal 11.

Upload: meutiaputri

Post on 15-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

dakwah

TRANSCRIPT

Page 1: Islam Sebagai Agama Dakwah

A. Islam sebagai Agama Dakwah

Dewasa ini kita telah mengenal pembagian agama dakwah dan agama nondakwah

dari enam agama besar yang ada di dunia. Tolak ukur dalam melakukan

pengklasifikasian ini adalah berdasarkan pada ada atau tidaknya tuntutan untuk

menyebarkan ajaran agama dalam doktrinnya. Menurut Thomas W. Arnold, agama

dakwah ialah agama yang memiliki kepentingan suci untuk menyebarkan kebenaran dan

menyadarkan orang kafir sebagaimana dicontohkan sendiri oleh penggagas agama itu dan

diteruskan oleh para penggantinya1. Agama Islam, Kristen, dan Budha termasuk dalam

agama dakwah, sedangkan Agama Yahudi, Majusi, dan Hindu termasuk agama

nondakwah.

Doktrin dakwah dalam Islam diungkapkan dalam al-Qur’an dan dibuktikan

melalui jejak rekam sejarah Rasulullh SAW, para sahabat, dan para ulama. Dalam

literature-literatur dakwah, argument tekstual yang merujuk pada hal tersebut dimuat

dalam bahasan mengenai kajian dakwah. Dalam Al-qur’an misalnya, menyuruh umat

Islam untuk menyiapkan komite khusus yang berprofesi sebagai Da’I, atau mensyaratkan

dakwah sebagai jalan untuk mewujudkan sebuah masyarakat ideal. Di sisi lain, hidup

Rasulullah dibaktikan untuk mengajak orang masuk islam (beriman, dan mengimani

kenabian Muhamad), atau setidaknya mereka bersikap Islam (hidup secara damai).

Selanjutnya, kehidupan para sahabat dan ulama setelahnya juga dibaktikan untuk

menanamkan gagasan –gagasan Islam, baik melalui kebijakan politik, budaya, maupun

intelektual.2

Para ilmuwan umumnya membahas aktivitas dakwah diawali dari periode Nabi

Muhammad SAW, kalaupun ada, para ilmuwan hanya menekankan pada kajian dakwah

sebelum Rasulullah yang bersifat parsial dan lebih banyak berdasarkan informasi yang

diberikan Al-Qur’an.3

Dalam surat Yusuf (108), ditegaskan secara jelas bahwa Nabi Muhammad

merupakan pioneer dan tokoh sentral dalam penyebaran Islam. Dalam bahasa Ahmad

1 A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, M.A, Filsafat Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011), hal 11.2 A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, M.A, Filsafat Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011), hal 12.3 Abdul basit, Filsafat Dakwah, (Depok:PT Raja Grafindo Persada), hal 16.

Page 2: Islam Sebagai Agama Dakwah

Sakr, seorang pemimpin Liga Dunia Muslim Amerika dan pendiri the American Islamic

collage di Chicago bahwa, “Allah commanded the prophet Muhammad to start making

da’wa from the first day he was entrusted with the mission of Islam”

Nabi Muhammad menerima tugas sebagai sebagai Rasul sejak usia 40 tahun dan

wahyu pertama yang beliau terima adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, yang intinya

memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca dengan menyebut nama Tuhan yang

telah menciptakan manusia dan diperintahkan untuk memuliakan Tuhan yang telah

mengajarkan manusia tentang segala sesuatu yang belum diketahui oleh manusia. Setelah

menerima wahyu pertama, Rasulullah melakukan dakwan secara sembunyi-sembunyi

selama tiga tahun. Selanjutnya turun surat Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan untuk

melakukan dakwah secara terang-terangan.

Dakwah Islam bukan sebuah propaganda , baik dalam niat, cara maupun

tujuannya. Niat dakwah adalah ikhlas, tulus karena Allah, serta bebas dari unsure-unsur

subjektivitas. Dakwah tidak boleh dikotori oleh kepentingan-kepentingan yang

tersembunyi, seperti kepentingan politik. Hal ini berdasarkan pada pemikiran one God for

all , satu Tuhan untuk seluruh manusia, sehingga niat dakwah yang tidak didasari oleh

keuniversalan tuhan menjadi tidak relevan dengan niat awalnya.

Dakwah tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Dakwah

harus disampaikan secara jujyr, terbuka, dan bebas. Kata jujur dalam dakwah setara

dengan kata al-ballagh dalam al-Qur’an, yaitu menyampaikan kebenaran secara

transparan, apa adanya, tanpa unsure kebohongan dan manipulasi. Adapun makna

terbuka dalam dakwah, mengacu pada sikap rendah hati atau tawadlu’ , mengakui

keterbatasan, bersedian menerima kritikan dan perbaikan dari luar.4 Pada prinsipnya,

kebenaran itu sangan jelas dan jiwa manusia condong kepada kebenaran. Dakwah pada

kebenaran harus didasarkan pada optimisme, bahwa kebenaran ini hanya dapat diterima

manusia dalam keadaan bebas dari paksaan dan bertanggung jawab, karena kebenaran

yang dipaksakan hanya akan menjadi kepura-puraan dalam bersikap dan beragama.

Pada hakikatnya, tujuan dakwah adalah mencapai kebenaran tertinggi, yakni

beriman dan berserah diri secara total kepada kehendak Allah (Islam). Kebenaran yang

dituju dakwah adalah kebenaran yang teranam sebagai bawaan sejak manusia terlahir ,

4 A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, M.A, Filsafat Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011), hal 13.

Page 3: Islam Sebagai Agama Dakwah

yang inheren dan intrinsic dalam diri setip orang. Dakwah lebih berorientasi pada lahir

dan terbentuknya sikap manusia yang fitri dan azali. Agama sejatinya merupakan

kelanjutan dari sikap hidup yang fitri dan untuk memperkuat dan mengukuhkannya.

Inilah substansi yang diserukan dan didakwahkan Islam sejak awal kelahirannya.

Kala itu, konteks dunia Islam diliputi oleh fenomena dekadensi moral ( sikap jahiliah),

karenanya Rasulullah diutus untuk berdakwah , membangun dan memperbaiki akhlak

manusia, . kejahiliahan dan kemerosotan moral sangat tidak sesuai dengan sikap hidup

yang fitri. Jadi, Islam tidak lain adalah sikap hidup yang mengacu pada kebenaran dan

kemanusiaan.

Inilah yang pada akhirnya dapat dipahami makna Islam sebagai agama dakwah,

yang sejalan dan merupakan implementasi dari klaim Islam sendiri yang sejak awal

mendeklarasikan diri sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.5

B. Islam rahmatan lil ‘alamin

Dalam pengertian esensial, Islam adalah sebuah sikap hidup yang berpihak pada

kebenaran dan keluhuran budi pekerti. Sebagai agama yang membawa kebenaran dan

nilai-nilai universal (umum), Islam bersifat terbuka , dan sangat diharapkan menjadi

rahmat bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. Inilah salah satu makna dari

keuniversalan Islam yang ternyata tak hanya bersifat keluar tetapi juga bersifat kedalam.

Pada hakikatnya, inti dari semua agama langit(samawi) adalah sama, yakni

mengajarkan sikap untuk patuh pada Allah sang Maha Pencipta. Karena itu, dalam al-

Qur’an ditegaskan bahwa agama yang dibawa oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad

adalah Islam. Hal yang mendasari konsep universalisme Islam adalah pengakuan tentang

keesaan Tuhan dan kesatuan ajaran para Rasul-Nya.6

Penerapan Islam sangatlah beraneka ragam, mengikuti zaman dan tempat. Meski

begitu, keragaman penerapan Islam disatukan oleh komitmen untuk berbakti kepada

wujud yang satu, Allah SWT dengan sikap patuh terhadap perintahnya.

5 A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, M.A, Filsafat Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011), hal 156 A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, M.A, Filsafat Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011), hal 16

Page 4: Islam Sebagai Agama Dakwah

Islam sangat universal, karena merupakan titik temu dari semua ajaran agama

yang benar. Tugas Nabi Muhammad dalam konteks keuniversalam Islam menurut Al-

Qur’an adalah menjadi penengah dan saksi (al-syuhada) atas sekalian umat manusia.

Umat Nabi Muhammad menjadikan sikap Islam yang universal menjadi nama bagi

agama mereka, sebagai sebuah niat yang tulus dan ikhlas untuk berkoomitmen

kepadanya.

Makna lain dari universalisme islam dapat ditelusuri dari watak kelunturan ajaran

islam sendiri. Ajaran islam mengklaim ;sebagai yang melampaui jangkauan teritoreal dan

waktu. Adapun ;yang sering dingunakan untuk menjelaskan ini adalah al-islamu shalih

likulli zaman wa makan (islam itu layak untuk semua waktu dan tempat). dasar dari

keyakinan ini adalah kenyataan bahwa al-qur’an hanya member ketentuan-ketentuan

yang bersifat umum dan global atas persoalan kemanusian yang selalu berubah. Menurut

para ahli, maksud dari penjelasan al-qur’an itu adalah memberikan ruang kepada akal

manusia untuk memikirkannnya lebih jauh melalui lembaga ijtihad, sesuai dengan kontek

situasi tempat dan zaman yang terus berubah.

Untuk menjadi agama universal, islam harus dapat berkomunikasi dan berdialok

dengan agama-agama lain di dunia, dengan mengedepankan, seperti dipesankan al-

qur’an, aspek-aspek kesamaan ajaran dasar, dan membuang jauh-jauh fanatisme sempit

yang menceraiberaikan universalitas kemanusiaan, menerut ismail alfaruqi, 1 dari 3

hakikat dakwah isalam adalah universalisme. Disebut demikian karna objek dakwah

adalah semua manusia, tampa mengenal batasan tempat dan waktu. Semua manusia

didunia dalam pandangan dakwah adalah mad’u yang berkuajiban mendengan seruang

kebenaranya. Dakwah menyuru semua manusai kejalanya, karna pada prinsipnya semua

manusia adalah makhluknya. Jadi, karnea islam itu berwatak universal, maka dakwah

sebagai undangan kepadanya juga haeus berwatak universal.

Merujuk kepada dua penjelasn makna universalisme islam, maka seruan dakwah,

tidak dimaksudkan semata-mata agar semua manusia menjadi satu agama. Seperti

diketahu, semua agama, kendatipun beragama, tetap memiliki titik kesamaan pandangan.

Melalui kesamaan pandangan itu, semua umat beragama diseur dan diharapkan dapat

hidup berdampingan dan bekerja sama mengetaskan semua persoalan-persoalan manusia.

Makana berikinya dari universallisme dakwah adalah mejadikan islam sebagai agama

Page 5: Islam Sebagai Agama Dakwah

universal-kosmopolitan. Artinya , tujuan dakwah adalah menajdikan agar seruannya

diterima oleh semua manusia, terlepas dari ikatan-ikatan territorial dan waktu.

C. Konsekuensi Universalisme Dakwah terhadap Peradaban Umat Manusia.

Peradaban, paling tidak pada implikasinya, dapat dimaknai sebagai kemakmuran

dan kesejateraan. Hal ini demikian, karena sebuah peradaban mengharuskan adanya

aspek kemajuan dan perbaikan taraf hidup kemanusian, baik dari segi material maupun

pengetahuan. Tradisi masyarakat dalam sebuah komunikasi berperadaban, juga berbeda

secara kontras dengan masyarakat primitive (badui). Dalam masyarakat beradab, dikenal

adanya norma-norma hidup bersama, keteraturan hidup, dan kesetiaan kepada pemimpin.

Berbeda dengan masyarakat badai, masyarakat berperadaban menillai bahwa hidup

bersosial adalah suatu kebutuhan yang tidak dapat ditolak (al-insan madaniyyun bi al

tab’i).

Dakwah menyeru umat manusia agar hidup dalam sebuah masyarakat yang

berkeadaban. Agar dapat mencapai cita-cita tersebut, dakwah harus dimaknai sebagai

rekayasa melahirkan peradaban Islam dengan beberapa langkah :

1. Dakwah mengajak umat manusia agar membangun kehidupan yang damai,

menghindari konflik dan pertentangan-pertentangan yang tidak perlu diantara

kelompok-kelompok dan etnik masyarakat.

2. Untuk menuju hidup yang damai, diperlukan suatu norma atau hukum, agar

yang kuat tidak menindas yang lemah.

3. Terkait dengan tingkah laku manusia yang tidak mungkin diawasi oleh

hukum, dakwah menyeru kepada kesadaran moral manusia.

4. Dakwah menyeru kepada egalitarianism, emansipasi, dan kesetaran gender 7.

Untuk mencapai harapan tersebut, dakwah Islam dengan sendirinya, seperti

doktrin Islam itu sendiri, haruslah bersifat terbuka tidak tertutup. Dakwah harus

membuka ruang yang lebar untuk adanya kritik konstruktif dari pihak manapun distu sisi,

7 A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, M.A, Filsafat Dakwah,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011), hal 21-26

Page 6: Islam Sebagai Agama Dakwah

dan perlunya inovasi dan penyempurnaan yang terus menerus dan berkelanjutan di sisi

yang lain.

Umat Islam harus dapat membuka diri, berkomunikasi, dan berdialog dengan atau

bersama masyarakat dunia, membangun peradaban baru yang universal dan kosmopolit,

namun tanpa kehilangan identitas dan jati dirinya. Langkah awal menuju arah tersebut,

umat Muslim dan juga umat agama lainnya, harus melepaskan diri dari klaim-klaim

kebenaran eksklusif dalam doktrin masing-masing.

Adanya teologi baru yang inklusif yang mengakui adanay unsure kebenaran

dalam setiap agama. Jadi, kebutuhan dakwah yang universal saat ini adalah membangun

dan mengembangkan tidak saja fikih wacana dan fikih gerakan tetapi juga yang lebih

mendesak yaitu fikih perubahan, menuju fikih peradaban.

Page 7: Islam Sebagai Agama Dakwah

Kesimpulan

Menurut Thomas W. Arnold, agama dakwah ialah agama yang memiliki

kepentingan suci untuk menyebarkan kebenaran dan menyadarkan orang kafir

sebagaimana dicontohkan sendiri oleh penggagas agama itu dan diteruskan oleh para

penggantinya. Agama Islam, Kristen, dan Budha termasuk dalam agama dakwah,

sedangkan Agama Yahudi, Majusi, dan Hindu termasuk agama nondakwah.

Pada hakikatnya, tujuan dakwah adalah mencapai kebenaran tertinggi, yakni

beriman dan berserah diri secara total kepada kehendak Allah (Islam). Kebenaran yang

dituju dakwah adalah kebenaran yang teranam sebagai bawaan sejak manusia terlahir ,

yang inheren dan intrinsic dalam diri setip orang. Dakwah lebih berorientasi pada lahir

dan terbentuknya sikap manusia yang fitri dan azali. Agama sejatinya merupakan

kelanjutan dari sikap hidup yang fitri dan untuk memperkuat dan mengukuhkannya.

Inilah substansi yang diserukan dan didakwahkan Islam sejak awal kelahirannya.

Kala itu, konteks dunia Islam diliputi oleh fenomena dekadensi moral ( sikap jahiliah),

karenanya Rasulullah diutus untuk berdakwah , membangun dan memperbaiki akhlak

manusia, . kejahiliahan dan kemerosotan moral sangat tidak sesuai dengan sikap hidup

yang fitri. Jadi, Islam tidak lain adalah sikap hidup yang mengacu pada kebenaran dan

kemanusiaan.

Inilah yang pada akhirnya dapat dipahami makna Islam sebagai agama dakwah,

yang sejalan dan merupakan implementasi dari klaim Islam sendiri yang sejak awal

mendeklarasikan diri sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.

Page 8: Islam Sebagai Agama Dakwah

DAFTAR PUSTAKA

A. Ilyas Ismail, M.A dan Prio Hotman, M.A, Filsafat Dakwah ,Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011.

Abdul basit. Filsafat Dakwah, Depok:PT Raja Grafindo Persada.