islam politik dan politik islam

4
ISLAM POLITIK DAN POLITIK ISLAM Maksis Sakhabi, DJ (kader muda NU, wakil Sekjen Karang Taruna Banten) Sebuah realitas semu yang belakangan dipertontonkan kepada khalayak media tentang potret Islam yang bermuara pada perilaku berpolitiknya dengan menggunakan cara dan perspektif Islam yang dibuatnya merupakan gambaran perilaku Islam politik abad 21 yang dimanfaatkan oleh partai-partai Islam yang hendak meraup dukungan mayoritas muslim. Sejak bergulirnya reformasi, Islam politik menjadi bagian dari sendi aktivitas politik di Indonesia yang menghubung- hubungkan realitas agama dengan realitas personal partai. Selama dua kali pasca reformasi pemilihan umum digelar dengan dimeriahkan atribut Islam sebagai platform partai. Indikasinya adalah adanya harapan besar partai meraup mayoritas muslim. Sebelum era reformasi, atribut Islam sudah terlebih dahulu tampil dengan spirit keagamaan. Ia tampil di tengah keragaman bangsa Indonesia, ia juga kerap menegaskan diri sebagai representasi pilihan umat Islam di Indonesia. Tentu saja ini bukan teori tapi sebatas realitas semu karena sejak atribut Islam dipasang di jagat perpolitikan Indonesia, mayoritas muslim tidak seluruhnya berada dalam satu gerbong. Mereka bertebaran dengan prinsip dan platform personalnya masing-masing tidak dengan mudah diprovokasi oleh arti lambang serta atribut Islam. Atribut Islam dimunculkan sebagai platform sekaligus ajaran oleh para punggawa partai. Tidak segan-segan, partai menyebutnya sebagai pilihan umat Islam yang tentu saja tidak didasarkan pada ajaran normatif Islam itu sendiri. Hakikatnya, Islam politik adalah sebuah rangkaian jurus

Upload: oranguntung

Post on 11-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

politik

TRANSCRIPT

Page 1: Islam Politik Dan Politik Islam

ISLAM POLITIK DAN POLITIK ISLAM

Maksis Sakhabi, DJ(kader muda NU, wakil Sekjen Karang Taruna Banten)

Sebuah realitas semu yang belakangan dipertontonkan kepada khalayak media tentang potret Islam yang bermuara pada perilaku berpolitiknya dengan menggunakan cara dan perspektif Islam yang dibuatnya merupakan gambaran perilaku Islam politik abad 21 yang dimanfaatkan oleh partai-partai Islam yang hendak meraup dukungan mayoritas muslim. Sejak bergulirnya reformasi, Islam politik menjadi bagian dari sendi aktivitas politik di Indonesia yang menghubung-hubungkan realitas agama dengan realitas personal partai. Selama dua kali pasca reformasi pemilihan umum digelar dengan dimeriahkan atribut Islam sebagai platform partai. Indikasinya adalah adanya harapan besar partai meraup mayoritas muslim. Sebelum era reformasi, atribut Islam sudah terlebih dahulu tampil dengan spirit keagamaan. Ia tampil di tengah keragaman bangsa Indonesia, ia juga kerap menegaskan diri sebagai representasi pilihan umat Islam di Indonesia. Tentu saja ini bukan teori tapi sebatas realitas semu karena sejak atribut Islam dipasang di jagat perpolitikan Indonesia, mayoritas muslim tidak seluruhnya berada dalam satu gerbong. Mereka bertebaran dengan prinsip dan platform personalnya masing-masing tidak dengan mudah diprovokasi oleh arti lambang serta atribut Islam.

Atribut Islam dimunculkan sebagai platform sekaligus ajaran oleh para punggawa partai. Tidak segan-segan, partai menyebutnya sebagai pilihan umat Islam yang tentu saja tidak didasarkan pada ajaran normatif Islam itu sendiri. Hakikatnya, Islam politik adalah sebuah rangkaian jurus partai yang hendak mencari keuntungan dukungan dari mayoritas dan sama sekali tidak didasarkan dari ajaran normatif Islam yang sebenarnya. Tentu kita selalu ingat, ketika Cak Nur (alm) merasa risih dengan kehadiran kaum fundamentalis yang berupaya merebut simpati masyarakat dengan menerapkan atribut Islam sebagai platform partainya, ia mengatakan “Islam Yes, Partai Islam No”. Artinya, rangkaian strategi yang dibuat para punggawa partai itu tidak lain hanya untuk meraup dukungan suara dari masyarakat muslim. Alam pikiran Cak Nur kala itu bukan tidak didasari sesuatu, ia

Page 2: Islam Politik Dan Politik Islam

melihat fenomena partai berlabel Islam menggunakan atribut syar’I tanpa dilandasi nilai-nilai moral dan etika. Sesungguhnya, Islam tidak bisa dijadikan sebagai platform partai politik karena tujuannya hanya untuk meraup dukungan massa.

Di sisi lain, Islam politik kerap digunakan untuk berlindung dari jeratan isu yang menerpa partai. Dalam kondisi tertentu, partai berplat Islam tidak segan menggunakan platform Islam sebagai senjata untuk melawan isu miring yang menerpa partainya, sehingga nilai luhur Islam menjadi tidak dinomor satukan karena berfokus kepada pemulihan citra. Sebut saja, ketika beredar isu di masyarakat tentang partai berplat ras, golongan, agama, nasionalis, maka atribut Islam menjadi tujuan partai dalam menguasai isu di tengah khalayak.

Di era kenabian, prinsip-prinsip politik Islam sudah diletakan berdasarkan praktiknya. Politik Islam berbeda dengan Islam politik yang cenderung menargetkan citra dan penguasaan massa semata. Politik Islam meletakkan nilai akhlak (etika) atas para pelaku politiknya. Kendati berada di partai bukan Islam sekalipun jika prinsip itu diemban dengan amanah, maka Islam senantiasa hadir. Seperti halnya dalam merumuskan Pancasila, betapa kerasnya tarik-ulur persoalan Islam dan non-Islam. Pada akhirnya, Islam berada di semua golongan, dan menempatkan keumuman (al’ammah) sebagai tujuan dalam politiknya.

Fenomena sekarang, partai platform Islam bahkan menyeru kepada Islam (dakwah) seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak menjamin akan lahirnya prinsip politik Islam. Politik Islam bertujuan untuk ummat bukan golongan, jika yang diletakkan prinsip-prinsip eksklusifisme partai, apa layak dikatakan sebagai pejuang politik Islam? Saya berharap, masyarakat tidak terlalu berharap besar terhadap partai berplat Islam karena tidak ada jaminan partainya membawa prinsip politik Islam.

Landasan kemudian adalah politik Islam dapat ditemukan pada partai yang bertujuan untuk kemaslahatan ummat dan bangsa. dari segi politik, kelahiran Islam memang untuk merubah keadaan dari tidak baik menjadi baik (mina dzulumati ilaa nuur). Dalam risalah kenabian, Islam lahir mendatangkan kepiawaian politik. Ketika itu keadaan

Page 3: Islam Politik Dan Politik Islam

bangsa-bangsa tidak terurus dan didominasi raja-raja dzholim. Konteks kekinian pun memandang Islam sebagai langkah politik kemaslahatan atau par excellence. Jadi, sangat penting untuk diingat siapapun politik Islam terletak pada tujuan maslahat bukan tujuan meraup dukungan massa. PKB, PPP, PKS atau partai lainnya tidak pernah menjamin akan tumbuhnya prinsip politik Islam yang bertujuan kemaslahatan ummat.

Dalam pandangan Fitzgerald, Islam bukan sebatas agama namun terdapat sendi-sendi politik yang dapat membangun bangsa. Pendapat ini dikuatkan oleh sir T. Arnold yang memandang bahwa Nabi, pada waktu yang sama sebagai seorang pemimpin agama dan pemimin negara. Sangat berbeda dengan realitas partai Islam hari ini, mereka tidak menjadi milik ummat dan bahkan menciptakan faksi-faksi di tengah ummat, ada golongan Islam A, Islam B dan seterusnya. Ini sudah jelas bahwa Islam politik akan melahirkan kerusakan bangunan sebuah bangsa yang dicita-citakan Islam, yaitu bangsa yang thoyyibatun warobbun ghofurun.