isi

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80 % masyarakat di negara berkembang menggunakan obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan dan 85% obat tradisional melibatkan penggunaan ekstrak tanaman. Hal ini berarti kurang lebih 3,5 – 4 miliar penduduk di dunia memakai tanaman sebagai sumber obat (Farnsworth et al,1985). Di sisi lain, kira-kira 119 senyawa kimia murni yang diekstraksi dari tanaman yang digunakan dalam pengobatan di seluruh dunia berasal dari hampir 90 spesies tanaman. 74% dari 119 senyawa kimia tersebut memiliki hubungan pemakaiannya sebagai obat pada daerah dimana bahan tersebut diperoleh. Farnsworth (1988) berpendapat bahwa program pengembangan obat dari tanaman di masa depan seharusnya mencakup evaluasi secara hati-hati riwayat penggunaan tanaman tersebut sebagai obat. Dr. E. Z. Greenleaf mengajukan usul kepada perusahaan farmasi ABC di USA untuk melakukan studi tanaman sebagai sumber obat baru dengan menggunakan pendekatan pemeriksaan cerita Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 1

Upload: lintank-arya

Post on 05-Dec-2014

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan, pkl, etnofarmasi, etnis kaili, palu, palolo, desa banpres, tanaman obat,

TRANSCRIPT

Page 1: ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80 %

masyarakat di negara berkembang menggunakan obat tradisional untuk

memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan dan 85% obat tradisional

melibatkan penggunaan ekstrak tanaman. Hal ini berarti kurang lebih 3,5 –

4 miliar penduduk di dunia memakai tanaman sebagai sumber obat

(Farnsworth et al,1985). Di sisi lain, kira-kira 119 senyawa kimia murni

yang diekstraksi dari tanaman yang digunakan dalam pengobatan di

seluruh dunia berasal dari hampir 90 spesies tanaman. 74% dari 119

senyawa kimia tersebut memiliki hubungan pemakaiannya sebagai obat

pada daerah dimana bahan tersebut diperoleh.

Farnsworth (1988) berpendapat bahwa program pengembangan

obat dari tanaman di masa depan seharusnya mencakup evaluasi secara

hati-hati riwayat penggunaan tanaman tersebut sebagai obat. Dr. E. Z.

Greenleaf mengajukan usul kepada perusahaan farmasi ABC di USA

untuk melakukan studi tanaman sebagai sumber obat baru dengan

menggunakan pendekatan pemeriksaan cerita masyarakat untuk

memperoleh informasi mengenai tanaman yang diduga kuat digunakan

oleh suatu masyarakat dalam pengobatan penyakit tertentu. Perusahaan

akan mempekerjakan 1 sampai 2 ahli medis untuk berkunjung ke afrika,

kalimantan, kaledonia baru atau area eksotis yang lainnya, serta bermukim

di masyarakat sekitar selama hampir 1 tahun atau lebih.

Selama periode tersebut ahli medis akan melakukan observasi tabib

dalam mengobati pasien dan kemudian melakukan diagnosa sendiri pada

tiap pasien serta melakukan pengamatan lanjutan terhadap dampak

pengobatan. Apabila terdapat peningkatan kesehatan (kesembuhan) maka

selanjutnya dicatat tanaman manakah yang digunakan dalam mengobati

pasien. Tanaman tersebut kemudian dikoleksi dan dikirim ke laboratorium

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 1

Page 2: ISI

riset perusahaan farmasi ABC yang bertempat di Hearth Break, Colorado

untuk dilakukan etnofarmasisan lebih lanjut.

Hutan tropis memiliki jumlah spesies tanaman yang luar biasa

besar. Kebanyakan masih belum dieksplorasi dan potensial untuk sumber

obat. Jumlah tanaman yang telah dideskripsikan kira-kira 150.000-250.000

spesies. Ilmuan menyadari bahwa studi mengenai budaya asli pada suatu

wilayah dapat memberikan kunci yang bernilai dalam pencarian obat

untuk peningkatan kesehatan. Untuk membuka rahasia hutan tropis maka

dibutuhkan seorang spesialis yang terlatih dengan baik dan berpengalaman

di alam. Oleh karena itu dibutuhkan seorang etnofarmasis.

Untuk menemukan tanaman yang potensial seorang etnofarmasis

harus berpengetahuan tidak hanya tentang tanaman tetapi juga memahami

dinamika budaya. Di sisi lain, etnofarmasis juga dapat membantu

memahami dampak musnahnya hutan tropis yang akan menyebabkan

hilangnya pengetahuan tentang tanaman tropis serta budaya asli

(konservasi).

Persiapan untuk ekspedisi dimulai dengan mengoleksi pengetahuan

secara rinci mengenai masyarakat lokal. Etnofarmasis mempersiapkan

studi wilayah mengenai epidemologi, pengobatan tradisional, budaya

masyarakat dan ekologi lingkungan. Untuk memprioritaskan tanaman yang

dikoleksi maka sejumlah data base dicari untuk menentukan semua

informasi etnomedisinal, biologi dan kimia dari tanaman yang diketahui

digunakan di wilayah tersebut. Data juga dikumpulkan dari rumah sakit

lokal dan program masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Informasi

tersebut disatukan dalam program kerja lapangan untuk tahap selanjutnya.

Di lapangan, etnofarmasis mempelajari tentang tanaman yang

digunakan oleh masyarakat asli. Etnofarmasis mendokumentasikan

pengetahuan tentang tanaman yang bermanfaat dan yang beracun,

menyeleksi dan mengoleksi tanaman untuk budidaya dan perlindungan.

Proses koleksi tanaman menggunakan metode standar meliputi preparasi

spesimen tanaman (herbaria). Tim etnofarmasis mendeskripsikan penyakit

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 2

Page 3: ISI

kemudian dikomunikasikan dengan tabib tradisional dengan melakukan

proses wawancara. Hal ini difokuskan pada tanda-tanda dan gejala umum

dan yang mudah dikenali. Apabila penyakit telah dikenali dan

digambarkan secara sama maka pengobatan dengan tanaman untuk

penyakit tersebut dicatat secara rinci oleh etnofarmasis. Jika beberapa

tabib menyatakan hal yang sama maka tanaman tersebut kemudian

dikoleksi.

Tanaman yang dikoleksi kemudian diuji laboratorium

menggunakan berbagai peralatan seperti HPLC. Tujuannya untuk

melakukan skrining metabolit tanaman dan mendapatkan senyawa murni.

Senyawa tersebut kemudian diuji menggunakan metode in vitro. Apabila

uji biologis berhasil maka senyawa tersebut strukturnya ditentukan.

Selanjutnya dilakukan uji pada hewan untuk menilai keamanan dan

keampuhannya sehingga dapat dilakukan uji klinis pada manusia.

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengindentifikasi (etnotaksonomi), mengetahui

cara pembuatan obat (etnofarmasetika) tanaman obat dan tingkat

kesembuhan pasien dari key informan setelah pengobatan di Desa Uenuni

Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi ?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data taksonomi dan

cara pembuatan obat dan penggunaan dari tanaman obat serta tingkat

kesembuhan pasien di Desa Uenuni Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui taksonomi, cara

penggunaan, dan khasiat tanaman obat di Desa Uenuni Kecamatan Palolo

Kabupaten Sigi.

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 3

Page 4: ISI

BAB II

TINJAUAN LOKASI DAN PROFIL KEY INFORMAN

2.1 Tinjauan tentang Desa Uenuni Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.

2.2.1 Letak Geografis (lengkap dengan peta lokasi)

Kecamatan Palolo terletak di Kabupaten Sigi adalah kabupaten

termuda di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibukota

kabupatennya terletak di Bora, Sigi Biromaru. Kabupaten ini

merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Donggala yang

dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008.

Luas  wilayah Sigi mencapai ±5.196 km² atau 519,600 ha, dengan

jumlah penduduk 217.874 Jiwa. Secara  administratif kabupaten

Sigi terbagi atas 15 kecamatan yaitu kecamatan Sigi Biromaru,

Palolo, Gumbasa, Kulawi, Kulawi Selatan, Pipikoro, Dolo, Dolo

Selatan, Tanambulava, Marawola, Lindu, Dolo Barat, Marawola

Barat, Kinovaro dan Nokilalaki. Dengan jumlah desa 152 Desa.

           

2.2.2 Demografi Penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh BPS,

jumlah Penduduk Kabupaten Sigi mencapai 214.700 jiwa, terdiri

laki-laki 110.530 jiwa dan perempuan 104.170 jiwa, dengan sex

rasio 106 dan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 36 jiwa/km2

serta tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,14 persen.

Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dalam

mencerdaskan kehidupan masyarakat. Untuk mendukung hal

tersebut sarana dan prasarana sangat menunjang. Hingga tahun

2009, sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten

Sigi adalah:

a. Jumlah TK sebanyak 103 unit, guru sebanyak 350 orang dan

siswa sebanyak 2.884 orang. 

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 4

Page 5: ISI

b. Jumlah SD sebanyak 245 unit, guru sebanyak 2.478 orang dan

siswa sebanyak 24.701 orang.

c.  Jumlah SLTP sebanyak 46 unit, guru sebanyak 908 orang dan

siswa sebanyak 6.343 orang.

d.  Jumlah SMK sebanyak 3 unit, guru sebanyak 74 orang dan

siswa sebanyak 463 orang.

2.2.4 Kultur Budaya Dan Etnofarmasi

Struktur masyarakat tergolong seragam, termasuk agama,

adat istiadat serta budaya mayarakat. Hal ini tergambar pada

berbagai kegiatan ritual keagamaan maupun budaya. Serta

keseragaman dalam pemanfaatan tanaman (Bahan alam) sebagai

obat tradisional yang secara seragam, penggunaan secara merata

sesuai dengan fungsinnya masing-masing, tanaman obat yang

digunakan oleh para battra (Pengobatan Tradisional) di daerah

tersebut masih sangat sedikit yang terinventarisir, disebabkan

beberapa faktor yang memiliki pengaruh yang amat besar, seperti

adannya battra (Pengobatan Tradisional) yang merahasiakan

tanaman yang digunakan sebagai obat, keanekaragaman spesies

tanaman obat, adannya kemiripan pada tanaman yang satu dengan

yang lainnya sehingga membingungkan pengguna atau peneliti

obat tradisional, dimana tumbuh tanaman, beberapa tanaman obat

sulit didapatkan karena tumbuh ditempat yang sulit dijangkau,

seperti didaerah pegunungan atau adannya kepunahan akibat

penebangan hutan.

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 5

Page 6: ISI

2.2 Profil key informan

1. Nama lengkap : Berta Muleh

Suku bangsa : Toraja

Umur : 59 tahun

Alamat : Desa Uenuni (Banpres), Kecamatan Palolo,

Kabupaten Sigi

2. Nama lengkap : Nelce

Suku bangsa : Kaili Ledo

Umur : 36 tahun

Alamat : Desa Uenuni (Banpres), Kecamatan Palolo,

Kabupaten Sigi

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 6

Page 7: ISI

BAB III

METODE PENELITIAN DAN HASIL PENGAMATAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara.

3.2 Hasil Pengamatan

Hasil Wawancara dengan ibu Berta Muleh

1. Apakah ada Tanaman yang sering digunakan sebagai obat di daerah anda

atau yang anda ketahui?

(boleh lebih dari 1)

Jawab: Ya

Jika ya, sebutkan tanaman tersebut (boleh lebih dari 1):

a. Penggaga

b. Patik-patik

c. Gendong anak

d. Keji beling

e. Kumis kucing

f. Turi ballang

2. Untuk penyakit apa tanaman tersebut digunakan sebagai obat?

Jawab:

1. Penggaga untuk panas dalam,

2. Patik-patik + gendong anak untuk sakit pinggang,

3. Keji beling + kumis kucing untuk sakit pinggang,

4. Turi ballang untuk pedis di ulu hati.

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 7

Page 8: ISI

3. Apakah tanaman tersebut dapat memberikan efek , cukup dengan 1 kali

pemakaian?

Jawab: Y a

Jika Tidak berapa kali pemakaian ?

Jawab:

1. Efek langsung terasa pada sekali pemakaian

2. Diulangi konsumsi hingga sakit hilang (3xsehari selama 3 hari)

3. Sama dengan resep ke 2

4. Biasanya rasa pedis langsung hilang pada pemakaian pertama

4. Apakah tanaman tersebut hanya terdapat di daerah anda saja atau tersebar

di seluruh daerah di Sulawesi Tengah ?

Jawab: Tidak tau

5. Tanaman tersebut tumbuh secara apa?

Jawab: ada yang liar dan ada yang di budidaya

Jika lebih dari 1 sebutkan tanaman apa yang tumbuh liar dan tumbuhan

apa yang budidaya

Jawab: yang tumbuh liar seperti patik-patik, gendong anak, dan

turiballang sedangkan kumis kucing, keji beling dan penggaga di

budidayakan di sekitar halaman rumah.

6. Bagaimanakah ciri tempat tumbuh tanaman tersebut?

Jawab: Penggaga di tempat berair seperti selokan, patik-patik tumbuh di

tanah kering, gendong anak di tanah basah, keji beling di sembarang

tempat (dijadikan pagar), kumis kucing di dekat tanah berair, turibullung

di tempat teduh.

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 8

Page 9: ISI

7. Bagian tanaman mana yang digunakan sebagai obat? (bunga, buah, daun,

batang, kulit batang, rimpang, dan akar)

Jawab: Pengaga semua bagian tanaman, patik-patik semua bagian

tanaman, gendong anak semua bagian tanaman, keji beling bagian daun,

kumis kucing bagian daun turibullung bagian daun.

8. Apakah tanaman tersebut di gunakan setelah pemetikan (bahan segar)?

Jawab: Ya untuk semua tanaman

9. Bagaimana cara anda menggunakan tanaman tersebut sebagai obat?

( direbus, ditumbuk, dan lain-lain)

Jawab:

1. Tiga pohon tanaman direbus tiga gelas air hingga tersisa kurang lebih

satu setengah gelas

2. Sama dengan resep 1

3. Sama dengan resep 1 dan 2

4. Diperas lalu airnya diminum dapat direbus.

10. Berapa banyak bagian tanaman yang harus di ambil agar dapat digunakan

sebagai obat?

Jawab: Penggaga tiga batang pohon, patik-patik 3-5 rumpun, gendong

anak 5-10 pohon, keji beling 3-10 helai daun, kumis kucing secukupnya,

turibullung 3-5 pohon.

11. Apakah anda setuju, jika tanaman yang berada di daerah anda/anda

ketahui di data sebagai tanaman obat?

Jawab: Ya

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 9

Page 10: ISI

Hasil Wawancara dengan ibu Nelce

1. Apakah ada Tanaman yang sering digunakan sebagai obat di daerah anda

atau yang anda ketahui?

(boleh lebih dari 1)

Jawab: Ya

Jika ya, sebutkan tanaman tersebut (boleh lebih dari 1):

a. Bandotan

b. Binahong

2. Untuk penyakit apa tanaman tersebut digunakan sebagai obat?

Jawab:

a. Sakit ulu hati

b. Sakit pinggang

3. Apakah tanaman tersebut dapat memberikan efek , cukup dengan 1 kali

pemakaian?

Jawab: Y a

Jika Tidak berapa kali pemakaian ?

Jawab:

a. Cukup sekali langsung terasa

b. Di ulangi 3 x sehari selama minimal seminggu

4. Apakah tanaman tersebut hanya terdapat di daerah anda saja atau tersebar

di seluruh daerah di Sulawesi Tengah ?

Jawab: Tidak tahu

5. Tanaman tersebut tumbuh secara apa?

Jawab: liar

Jika lebih dari 1 sebutkan tanaman apa yang tumbuh liar dan tumbuhan

apa yang budidaya

Jawab: bandotan dan binahong tumbuh liar

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 10

Page 11: ISI

6. Bagaimanakah ciri tempat tumbuh tanaman tersebut?

Jawab: bandotan tumbuh di tempat basah dan teduh binahong merayap

pada tanaman yang lebih besar seperti coklat dak kelapa.

7. Bagian tanaman mana yang digunakan sebagai obat? (bunga, buah, daun,

batang, kulit batang, rimpang, dan akar)

Jawab: bandotan dan binahong bagian daun.

8. Apakah tanaman tersebut di gunakan setelah pemetikan (bahan segar)?

Jawab: Ya untuk semua tanaman

9. Bagaimana cara anda menggunakan tanaman tersebut sebagai obat?

( direbus, ditumbuk, dan lain-lain)

Jawab: bandotan diperas lalu airnya diminum, binahong di rebus lalu

airnya diminum.

10. Berapa banyak bagian tanaman yang harus di ambil agar dapat digunakan

sebagai obat?

Jawab: secukupnya saja

11. Apakah anda setuju, jika tanaman yang berada di daerah anda/anda

ketahui di data sebagai tanaman obat?

Jawab: Ya

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 11

Page 12: ISI

BAB IV

PEMBAHASAN

Etnofarmasi adalah studi tentang bagaimana masyarakat suatu etnis atau

wilayah dalam menggunakan suatu tanaman obat atau ilmu multidisiplin yang

mempelajari penggunaan obat-obatan terutama obat tradisional oleh suatu

masyarakat lokal (etnik).

Penggunaan obat tradisonal dalam kehidupan kita sudah berkembang biak

dalam kemasan yang telah disempurnakan atau modern. Obat tradisional ini

banyak digunakan oleh karena selain murah, obat ini juga mudah untuk

didapatkan.

Dari hasil wawancara diperoleh beberapa tanaman yang biasa digunakan

oleh masyarakat Desa Uenuni (Banpres), Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi

sebagai berikut:

1. Penggaga (Centella asiatica L.)

2. Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)

3. Turi Ballang/Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

4. Gendong Anak/Meniran (Phyllanthus niruri L.)

5. Keji Beling (Sericocalyx crispus L.)

6. Patik-patik/Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

7. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

Adapun resep yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Dari ibu Berta Muleh:

1. Penggaga untuk panas dalam,

2. Patik-patik + gendong anak untuk sakit pinggang,

3. Keji beling + kumis kucing untuk sakit pinggang,

4. Turi ballang untuk pedis di ulu hati.

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 12

Page 13: ISI

Dari ibu Nelce:

1. Bandotan untuk Sakit ulu hati

2. Binahong untuk Sakit pinggang

Cara pembuatan obatnya adalah sebagai berikut.

Resep dari ibu Berta Muleh:

1. Tiga pohon tanaman direbus tiga gelas air hingga tersisa kurang lebih satu

setengah gelas

2. Sama dengan resep 1

3. Sama dengan resep 1 dan 2

4. Diperas lalu airnya diminum dapat direbus.

Resep dari ibu nelce:

Bandotan diperas lalu airnya diminum, Binahong di rebus lalu airnya diminum.

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 13

Page 14: ISI

BAB V

PENUTUP

VII.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan

melakukan wawancara terhadap 2 key informan yaitu ibu Berta muleh dan

Ibu Nelce di Desa Banpres Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi Biromaru

Sulawesi Tengah, dapat disimpulkan bahwa beberapa tanaman yang biasa

digunakan oleh key informan untuk mengobati masyarakat yaitu Penggaga

(Centella asiatica L.), Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), Turi

Ballang/Bandotan (Ageratum conyzoides L.), Gendong Anak/Meniran

(Phyllanthus niruri L.), Keji Beling (Sericocalyx crispus L.),

Patik-patik/Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.), dan Binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis).

          

VII.2 Saran

Disarankan agar pemilihan key informan dipertimbangkan dengan

baik, sehingga informasi yang diperoleh dapat bermanfaat bagi peneliti

untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam.

          

           

Laporan Praktek Kerja Lapangan Etnofarmasi 14