isi saja

70
1 I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Budi daya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Untuk itu perlu diterapkan berbagai teknologi untuk mempermudah dan mendapatkan hasil yang optimal namun tetap memperhatikan dan menjaga aspek lingkungan untuk mencapai tujuan budi daya. Kebutuhan manusia terhadap ikan semakin meningkat sehingga perlu dilakukan peningkatan jumlah ikan yang ada sekarang. Untuk memenuhi kebutuhan ikan yang semakin meningkat maka perlu dilakukan pembudidayaan selain hasil tangkapan dari alam, hal ini dimaksudkan akan dapat meningkatakan jumlah ikan yang ada sehingga kebutuhan akan ikan akan terpenuhi. Kegiatan budi daya secara intensif berarti melakukan pemeliharaan ikan dengan padat penebaran yang tinggi dan pemberian pakan buatan yang intensif, sehingga menghasilkan buangan limbah organik dan

Upload: dafa051

Post on 03-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Punya kawan juga

TRANSCRIPT

Page 1: Isi saja

1

I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Budi daya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Untuk itu perlu diterapkan berbagai

teknologi untuk mempermudah dan mendapatkan hasil yang optimal namun tetap

memperhatikan dan menjaga aspek lingkungan untuk mencapai tujuan budi daya.

Kebutuhan manusia terhadap ikan semakin meningkat sehingga perlu

dilakukan peningkatan jumlah ikan yang ada sekarang. Untuk memenuhi

kebutuhan ikan yang semakin meningkat maka perlu dilakukan pembudidayaan

selain hasil tangkapan dari alam, hal ini dimaksudkan akan dapat meningkatakan

jumlah ikan yang ada sehingga kebutuhan akan ikan akan terpenuhi.

Kegiatan budi daya secara intensif berarti melakukan pemeliharaan ikan

dengan padat penebaran yang tinggi dan pemberian pakan buatan yang intensif,

sehingga menghasilkan buangan limbah organik dan anorganik yang cukup besar.

Hal ini akan berdampak terhadap kualitas air yang buruk, terbatasnya oksigen

terlarut, penurunan pH dan peningkatan bahan-bahan organik yang akan

berdampak negatif pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.

Ikan Baung (Mystus nemurus) adalah salah satu ikan air tawar yang telah

lama dikenal oleh masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis tinggi, dimana ikan

ini bisa dijual dalam bentuk segar dan olahan. Karena nilai ekonomisnya tersebut,

maka tidak heran apabila ikan tersebut diburu oleh nelayan, tidak peduli apakah

ikan tersebut sedang mengalami musim memijah. Akibat hal tersebut, populasi

ikan baung menjadi terancam.

Page 2: Isi saja

2

Ikan baung (Mystus nemurus) adalah sejenis ikan catfish yang hidup di

perairan umum seperti danau dan sungai. Menurut Sukendi (2007) ikan baung

memiliki habitat di perairan rawa,sungai dan danau. Ikan baung memiliki sifat

tidak menyukai suatu perairan yang terlalu berlumpur. Oleh karena itu, dalam

pemeliharaan ikan baung disesuaikan dengan sifat ikan baung itu sendiri seperti

pemeliharaan dalam keramba. Pemeliharaan ikan baung dalam keramba

dimaksudkan agar mendapatkan pertumbuhan ikan baung yang sangat baik

sehingga didapatkan hasil produksi yang tinggi.

Dalam mengembangkan usaha perikanan terutama budi daya ikan baung

harus tersedia pakan yang cukup dan berkualitas baik. Pakan yang baik adalah

pakan yang mengandung nilai gizi dan nutrien yang tinggi,dengan adanya

kandungan tersebut dalam pakan akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang

cepat dan waktu pemeliharaan yang lebih singkat.

Kegiatan budi daya secara intensif, biasanya menghabiskan 40-60% dari

total biaya produksi. Pembudidaya perlu memilih kandungan nutrien pakan yang

sesuai dengan ikan yang dibudidayakan,sehingga nantinya tidak mengalami

kerugian karena biaya produksi yang tinggi tetapi pertumbuhan ikan rendah.

Banyaknya pelet komersil yang diproduksi oleh berbagai merek

membuat pembudi daya sulit untuk menggunakan pelet yang akan digunakan

dalam kegiatan budi daya itu sendiri,karena setiap produk memiliki komposisi dan

peruntukan yang berbeda tergantung jenis ikan yang dibudidayakan. Dengan

pemilihan kandungan nutrien yang sesuai bagi ikan maka dapat diketahui pakan

mana yang cocok dan tepat diberikan,sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

ikan lebih cepat.

Page 3: Isi saja

3

1. 2. Perumusan Masalah

Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

yang memiliki cita rasa yang tinggi, sehingga keberadaan ikan tersebut di alam

bebas semakin berkurang. Melihat hal tersebut perlu dilakukan budi daya ikan

tersebut agar keberadaanya tidak punah.

Ikan baung (Mystus nemurus) memiliki sifat hidup pada perairan yang

mengalir,oleh karena itu ikan baung biasanya dipelihara pada perairan yang

memiliki aliran air seperti sungai (keramba) atau pada kolam yang meiliki aliran

air secara kontinyu.

Pada umunya petani kurang begitu mengerti dalam menentukan

kandungan gizi yang tepat untuk ikan budi dayanya, mereka takut nantinya pakan

ikan yang dibeli dengan harga mahal tidak memberikan pertumbuhan yang bagus,

atau sebaliknya menggunakan pakan buatan non pabrik yang kandungan gizinya

tidak begitu diperhatikan hanya sebagai syarat agar ikan makan saja. Untuk itu

perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan gizi yang tepat untuk ikan baung

dalam kolam air mengalir yang akan menghasilkan pertumbuhan ikan lebih cepat.

1. 3. Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi yang

memberikan pertumbuhan dan kelulushidupan terbaik pada ikan ikan baung

(Mystus nemurus) yang dipelihara pada kolam air mengalir.

Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi tentang

kandungan gizi yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan lebih cepat pada

ikan baung (Mystus nemurus).

Page 4: Isi saja

4

1. 4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan penelitian adalah “Ada pengaruh kandungan

nutrien yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan baung

(Mystus nemurus).

Page 5: Isi saja

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Biologi dan Ekologi Ikan Baung (Mystus nemurus)

Kottelat et al (1993) menyatakan bahwa Ikan Baung termasuk ke dalam

Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub kelas Teleostei, Ordo Siluriformes, Sub ordo

Siluridae, Famili Bagridae, Genus Mystus dan Spesies Mystus nemurus.

Gambar 1. Morfologi Ikan Baung (Mystus nemurus)

Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, tidak bersisik,

kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan

sepasang di lubang pernafasan, sedangkan panjang sungut rahang atas hampir

mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing

terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang

sirip punggung yang kira-kira sama dengan sirip dubur. Sirip ekor berpinggiran

tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian

atas kepala dan badan berwarna coklat kehitaman sampai pertengahan sisi badan

dan memutih ke arah bagian bawah (Tang, 2003).

Page 6: Isi saja

6

Tang (2003) mengatakan bahwa distribusi ekologis ikan baung, selain di

perairan tawar, sungai, dan danau juga terdapat di perairan payau muara sungai

dan pada umumnya ditemukan di daerah banjir. Ikan baung berhasil hidup dalam

kolam yang dasarnya berupa pasir dan batuan. Ikan ini lebih senang

bergerombolan daripada sendiri-sendiri dalam perairan.

2.2. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung (Mystus nemurus)

Ikan baung tergolong pada ikan pemakan segala (omnivora), tetapi lebih

cenderung suka pada jenis insekta air dan ikan atau mengarah ke pemakan daging

(karnivora). Hal ini juga dapat terlihat dari besarnya mulut ikan yang merupakan

ciri – ciri dari predator atau pemangsa. Insekta air yang sering dimakan oleh ikan

baung adalah famili gyrinidae, yaitu sejenis kumbang yang hidup di perairan

tenang atau ikan motan (Thynnichtys sp) dan selais (Ompok hypopthalmus) (Alawi

et al, 1990).

Menurut Tang (2003) mengatakan, pemberian pakan yang sering dengan

jumlah yang sedikit untuk setiap kali pemberian lebih menguntungkan bagi ikan

dibandingkan dengan pemberikan pakan dalam jumlah banyak tetapi jarang.

Pemberian pakan sebaiknya juga mempertimbangkan laju pengosongan lambung,

ikan baung memilki laju pengosongan lambung 5-6 jam. Ikan baung akan makan

apabila jumlah pakan dalam lambungnya kira-kira tinggal ¼ bagian. Berdasarkan

hal tersebut,sebaiknya ikan baung diberi pakan sebanyak 4-5 kali sehari. Namun,

pada budi daya yang sederhana pemberian pakan malam hari sulit untuk

diterapkan. Oleh karena itu,pemberian pakan pada ikan baung dianjurkan 3 kali

sehari, yakni pagi hari, siang hari dan sore hari.

Page 7: Isi saja

7

2.3. Kebutuhan Gizi Ikan

Pemberian pakan buatan terhadap ikan dengan kadar protein 35-40 % akan

dapat menunjang pertumbuhan maksimum(Hetrampand dan Pascual, 2000).

Tang (2003) mengatakan, pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa

factor, salah satunya adalah kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Untuk

dapat tumbuh dengan baik, ikan pada umumnya membutuhkan nutrien/gizi yang

lengkap. Aspek kebutuhan nutrient pada ikan sama dengan makhluk hidup

lainnya, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral agar dapat

melakukan proses fisiologi dan biokimia dalam hidupnya.

Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan oleh ikan untuk

memelihara sel-sel tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh

yang rusak, dan penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan.

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, kandungan karbohidrat dalam

pakan menjadi sangat penting karena kelebihan energi dan kekurangan energi

dapat berakibat negatif pada pertumbuhan ikan. Jika kelebihan energi dalam

pakan, ikan akan berhenti makan, sebaliknya jika kekurangan energi dalam pakan

ikan akan menggunakan energi protein sebagai sumber energi. Seperti halnya

karbohidrat, lemak merupakan sumber energi, di samping berfungsi memelihara

bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tertentu,

membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak, mempertahankan

daya apung tubuh, dan sebagai antioksidan. Ikan membutuhkan vitamin untuk

dapat hidup normal, perawatan tubuh, dan reproduksi. Sedangkan mineral itu

sendiri di butuhkan ikan untuk,pertumbuhan struktur rangka,memelihara sistem

Page 8: Isi saja

8

koloid (tekanan osmosis, vikositas, difusi),regulasi keseimbangan asam basa

(Boer et al 2005).

2.4. Pertumbuhan dan Kelulushidupan

Laju pertumbuhan akan meningkat apabila jumlah makanan lebih besar

dari maintenance ratio. Efisiensi makanan juga akan meningkat sampai titik

optimum kemudian akan menurun pada jumlah makanan maksimum (Boer et al

2009).

Efendi (1992) dalam Widodo (2011) pertumbuhan merupakan perubahan

bentuk ikan, baik panjang maupun berat sesuai dengan perubahan waktu.

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Factor internal

meliputi keturunan (genetik), umur, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan

mencerna makanan. Sedangkan factor eksternal meliputi sifat fisika dan kimia

lingkungan, nilai gizi makanan yang tersedia dalam pakan

Kelulushidupan atau survival rate adalah perbandingan antara jumlah

individu yang hidup pada akhir suatu periode dalam suatu populasi. Adapun yang

mempengaruhi tinggi rendahnya kelangsungan hidup adalah faktor biotik antara

lain kompetitor, kepadatan populasi, umur dan kemampuan organisme beradaptasi

terhadap lingkungan (Effendi, 1979).

2. 5. Kualitas Air

Air sebagai media hidup ikan harus memiliki kondisi optimal, baik

kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas air pada budidaya intensif ditentukan oleh

oksigen terlarut, suhu, karbondioksida, pH, dan alkalinitas (Boyd, 1988).

Kualitas air merupakan syarat yang penting bagi kondisi hidup dan

kualitas yang ideal untuk organisme budidaya khususnya ikan dan udang. Secara

umum, parameter kualitas air dapat digolongkan kedalam tiga faktor yaitu a)

Page 9: Isi saja

9

faktor fisika seperti suhu, kecepatan arus dan kecerahan b) faktor kimia seperti

pH, oksigen terlarut, karbondioksida bebas dan alkalintas dan c) faktor biologi

seperti keberadaan plankton, benthos, dan makrofita (Syafriadiman et al, 2005).

Daelami (2001) menyatakan bahwa parameter kualitas air yang sangat

mempengaruhi kelulushidupan ikan antara lain suhu air, oksigen terlarut atau

DO, pH, dan kesadahan.

Suhu mempunyai peranan yang sangat penting, selain mempengaruhi

langsung aktifitas fisiologis biota perairan juga mempengaruhi sifat fisika dan

kimia air. Semakin tinggi suhu perairan semakin sedikit biota yang hidup di

perairan tersebut.

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk makluk hidup di dalam

air, oksigen terlarut berasal dari proses fotosintesis tumbuhan dan dari udara yang

masuk ke dalam air (Jones, 2005). Oksigen terlarut merupakan parameter yang

sangat penting dalam kehidupan organisme yang hidup. Kandungan oksigen

dalam suatu perairan menentukan penyebaran hewan-hewan yang hidup di

perairan. Berdasarkan kandungan oksigen terlarut, kualitas air dapat digolongkan

menjadi empat, yaitu kandungan lebih atau sama dengan 8 mg/l digolongkan

sangat baik, kurang dari 6 mg/l digolongkan baik, kurang dari 4 mg/l digolongkan

kritis serta 2 mg/l digolongkan sangat buruk (Sedana et al, 2001). Ikan

memerlukan kadar oksigen terlarut minimal 1,0 mg/l bila dalam keadaan sehat,

tetapi bila keadaan aktif memerlukan oksigen terlarut 3 mg/l (Swingle dan Loyd

dalam Iskandar, 1980).

Salah satu yang mempengaruhi perubahan kualitas air adalah sisa-sisa

pakan yang terurai dalam bentuk NH3 terlarut. Boyd (1988) menyatakan bahwa

kadar NH3 0,2-2,0 mg/l dalam waktu yang singkat sudah bersifat racun bagi ikan

dan NH3 sudah berbahaya pada konsentrasi 0,04 mg/l, karena dapat menurunkan

Page 10: Isi saja

10

kapasitas darah untuk membawa oksigen sehingga jaringan akan kekurangan

oksigen. Ketika konsentrasi ammonia pada lingkungan meningkat, ekskresi

ammonia pada ikan menurun sehingga kadar ammonia dalam darah dan jaringan

ikan akan meningkat.

Debit air merupakan sumber utama untuk mensuplai oksigen agar

kandungan oksigen dalam wadah pemeliharaan tetap tinggi. Dengan oksigen yang

tinggi, maka ikan-ikan dapat bernafas dengan bebas sehingga ikan dapat hidup

dengan baik dan mempunyai nafsu makan yang tinggi. Menurut Ricky (2009),

debit air merupakan suatu daya untuk mengumpulkan fluida tiap satuan waktu.

Debit itu menyatakan volume suatu fluida yang mengalir melalui penampang

tertentu dalam selang waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN

Page 11: Isi saja

11

3. 1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 22 Juli – 20 Oktober 2012 di

Desa Sei Paku Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

3. 2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan baung

berukuran 5-6 cm yang diperoleh dari Desa Sei Paku. Pakan yang diberikan pada

pemeliharaan ikan baung selama pemeliharaan atau penelitian berlangsung adalah

pelet ikan terapung buatan PT.Matahari Sakti (Kadar protein 28%,33%,38% dan

40 %).

Sedangkan alat yang digunakan adalah keramba (1 x 1 x 1) m3 dengan

kedalaman air 75 cm berjumlah 12 unit serta peralatan penunjang lainya, utnuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan selama penelitian.

No Nama Alat Jumlah/Unit Kegunaan

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.

KerambaPipa 5 inciToplesSerokan DOUniversal indikator pHThermometerTimbangan Penggaris Baskom plastik Alat tulis dan Kalkulator

123411111141

Wadah pemeliharaan ikanSaluran Inlet dan OutletPenyimpanan pakanMenangkap ikanMengukur oksigen terlarutMengukur pH airMengukur SuhuMenimbang ikan dan pakanMengukur panjang ikanWadah saat penyamplinganMencatat hasil sampling dan menghitung

Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan benih ikan baung berupa

keramba jaring tancap dengan ukuran 1 m3 berjumlah 12 unit yang ditempatkan

Page 12: Isi saja

12

dilokasi penelitian yaitu Desa Sei Paku Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten

Kampar Provinsi Riau.

Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan benih ikan baung selama

penelitian yaitu pellet pabrik produksi PT.Matahari Sakti dengan kode produksi

GP-2, PL-2, PF-118 dan PF-1000. Adapun kandungan nutrient pellet yang tertera

pada kemasan (tabel 2) dan kandungan nutrient pellet setelah di uji proksimat

(tabel 3).

Tabel 2. Kandungan Nutrien Pakan pada Kemasan Pabrik

No Kode Produksi

Kandungan Nutrien(%)

Protein Lemak Serat Abu Kadar Air

1 GP-2 26-28 5 6 13 10

2 PL-2 31-33 5 6 12 10

3 PF-118 38 5 6 16 11

4 PF-1000 39-41 5 6 16 10

Sumber : Kemasan Pelet Produksi PT. Matahari Sakti

Tabel 3. Kandungan Nutrien Pakan Setelah di Uji Proksimat

No Kode Produksi

Kandungan Nutrien(%)

Protein Lemak Serat Abu Kadar Air

1 GP-2 28,10 4,53 5,79 10,55 7,87

2 PL-2 32,99 4,47 6,01 10,21 7,85

3 PF-118 37,90 4,51 5,68 8,92 8,70

4 PF-1000 40,56 4,55 5,57 7,62 9,11

Sumber :Laboratorium Kimia Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

3. 3. Metode Penelitian

Page 13: Isi saja

13

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode eksperimen

dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat

taraf perlakuan. Untuk memperkecil kekeliruan masing-masing perlakuan diulang

sebanyak tiga kali sehingga diperlukan 12 unit percobaan.

Jumlah benih ikan yang ditebarkan sebanyak 30 ekor/m3 sehingga benih

yang di gunakan 30 ekor/m3 x 12 Unit percobaan = 360 ekor. Di samping itu

terdapat juga ikan stok sebanyak 40 ekor sehingga jumlah total benih yang di

gunakan dalam penelitian ini sebanyak 400 ekor. Menurut Handoyo et al (2010)

mengatakan bahwa untuk pembesaran ikan baung di kolam, kepadatannya

berkisar antara 25-50 ekor/m2.

Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

P1 : Kadar Protein Pakan 28 %

P2 : Kadar Protein Pakan 33 %

P3 : Kadar Protein Pakan 38 %

P4 : Kadar Protein Pakan 40 %

Model rancangan percobaan yang digunakan sebagai berikut :

Yij = μ + αi + €ij……………………………………(Sudjana,1992)

Dimana : Yij = Pengaruh pengamatan perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

€ijk = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i ulangan ke-j

i = Perlakuan

j = Ulangan

Asumsi yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 14: Isi saja

14

1. Genetik Ikan uji dianggap sama

2. Setiap ikan uji mempunyai kemampuan dan peluang yang sama dalam

memperoleh makanan

3. Tingkat ketelitian pembantu peneliti dianggap sama

3.4. Prosedur Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di desa Sungai Paku Kecamatan Kampar Kiri

Kabupaten Kampar Provinsi Riau dengan menggunakan keramba berukuran (1x

1x1) m3 yang dipasang dalam kolam air mengalir.

Benih Ikan baung (Mystus nemurus) yang di gunakan berukuran 5-6 cm

dan diperoleh dari Pembenihan di desa Sungai Paku. Benih ikan baung diseleksi

dengan kriteria berbadan sehat, tidak cacat dan pergerakannya lincah. Padat tebar

ikan sebanyak 30 ekor/m 3 yang terlebih dahulu ikan ditimbang dan diukur

panjangnya baru kemudian ikan ditebarkan.

Pakan ikan yang digunakan berupa pakan pellet buatan PT.Matahari Sakti

(Kadar protein 28%, 33%, 38% dan 40%) yang diberikan secara at satiation.

Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu hari yaitu pukul 08.00

WIB, 12.00 WIB dan 17.00 WIB selama 3 bulan. Semua ikan ditimbang pada

awal penelitian selanjutnya setiap 15 hari sekali selama penelitian, dengan jumlah

sampling sebanyak 3 ekor untuk setiap ulangan sehingga total sampling berjumlah

9 ekor.

Kualitas air yang diukur antara lain pH, suhu yang fluktuasinya harian

diukur setiap hari yaitu pagi dan sore, sedangkan oksigen terlarut (DO) dan

Amoniak (NH3) sebanyak tiga kali pada awal, pertengahan dan akhir penelitian.

Page 15: Isi saja

15

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH universal

indicator yang dicelupkan kedalam air kemudian dilihat perubahan warna yang

terjadi dan dicocokan dengan warna papan standarnya untuk mendapatkan nilai

pH air tersebut (Anonimus,SNI 01-6483.4-2000).

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan Thermometer yaitu

dengan mencelupkan bagian ujung thermometer kedalam perairan. Thermometer

diikat pada bagian pangkal (bukan ujung air raksa) kemudian thermometer

digantung pada permukaan air beberapa menit dan suhu dibaca saat thermometer

pada permukaan air dan menunjukan angka konstan (Adriman et al, 2006).

DO atau oksigen terlarut diukur dengan menggunakan alat pengukur DO

yaitu DO meter. Cara penggunaannya yaitu dengan memasukkan elektroda

kedalam wadah pemeliharaan (Perairan) lebih kurang sedalam 4 cm di bawah

permukaan air hingga sensor suhu juga terendam, gerakkan elektroda di dalam

media ke bawah dan ke atas atau aduk dengan pengaduk megnetis kemudian

bacalah hasil pengamatan sebagai mg/l (Adriman et al, 2006).

Penentuan Ammonia (NH3) dilakukan dengan metode Nessler, dengan

cara : Ambil air sampel sebanyak 15 ml kemudian disaring dan dimasukkan

kedalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 1 ml larutan nessler, kocok dan

biarkan proses reaksi berlangsung selama ± 10 menit. Warna kuning yang terjadi

diukur intensitasnya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm.

Buat kurva kalibrasi antara absorban dan konsentrasi (ppm). Penghitungan

konsentrasi NH3 menggunakan rumus :

Konsentrasi NH3 (ppm) = A x S

Dimana : A : Absorban Sampel

S : Kemiringan Kurva Kalibrasi (mg / l NH3 / unit absorbsi).

Page 16: Isi saja

16

Penentuan debit air dilakukan dengan cara menampung air yang keluar

pada saluran air masuk dengan ember bervolume 5 L, kemudian dihitung waktu

yang dicapai air untuk dapat memenuhi ember. Pengambilan data dilakukan

sebanyak 3 kali untuk mengetahui rata-rata dan tingkat kesalahan. Setelah data di

peroleh, kemudian dimasukan kedalam rumus D=V/t dimana D = debit air, V =

volume air dan t = waktu.

Peubah atau parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Kualitas Air (Fisika dan Kimia)

Parameter kualitas air yang diukur adalah pH, suhu, Oksigen terlarut (DO)

dan Amonia (NH3). Pengukuran pH dan suhu dilakukan setiap hari yaitu pagi dan

sore sedangkan oksigen terlarut dan amonia dilakukan tiga kali selama penelitian

yaitu diawal, pertengahan dan pada akhir penelitian.

2. Laju Pertumbuhan Bobot mutlak

Pengukuran pertumbuhan bobot mutlak individu ikan diukur dengan

menggunakan rumus Effendie 1979 yaitu :

Wm = Wt-Wo

Dimana : Wm = Pertumbuhan berat mutlak ikan uji (g)

Wt = Bobot ikan uji pada akhir penelitian (g)

Wo = Bobot ikan uji pada awal penelitian (g)

3. Laju Pertumbuhan Spesifik

Page 17: Isi saja

17

Laju pertumbuhan harian (%) ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-

rata akhir dengan bobot rata-rata awal kemudian dibandingkan dengan waktu

pemeliharaan dengan rumus Zooneveld et al (1991) yaitu :

LPS = x 100%

Keterangan : LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%/hari)

Wt = Bobot rata - rata ikan pada akhir penelitian (g)

Wo = Bobot rata – rata ikan pada awal penelitian (g)

t = Lama Penelitian (hari)

4. Pertambahan Panjang Mutlak Ikan

Pengukuran pertumbuhan bobot mutlak dilakukan dengan menggunakan

rumus menurut Effendi (1979) sebagai berikut:

Lm = Lt-Lo

Dimana : Lm = Pertambahan panjang mutlak (cm)

Lt = Panjang rata-rata akhir penelitian (cm)

Lo = Panjang rata-rata awal penelitian (cm)

5. Tingkat Kelulushidupan

Untuk mengukur kelangsungan hidup digunakan rumus dari Zonneveld et

al 1991 sebagai berikut:

SR = x 100%

Dimana : SR = Tingkat kelulushidupan (%)

Nt = Populasi ikan pada akhir masa pemeliharaan (ekor)

No = Populasi ikan pada awal pemeliharan (ekor)

6. Efisiensi Pakan(EP), dan Konversi Pakan (FCR)

Page 18: Isi saja

18

Untuk mengukur efisiensi pakan dan konversi pakan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)

FCR = Konversi Pakan

F = Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian(g)

Wt = Bobot rata-rata ikan uji diakhir penelitian(g)

D = Bobot rata-rata ikan yang mati selama penelitian(g)

Wo = Bobot rata-rata ikan uji di awal penelitian(g)

t = Lamanya Pemeliharaan (hari)

3.5. Analisis Data

Data yang diperoleh berupa peubah atau parameter kemudian dimasukkan

kedalam tabel selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Apabila data homogen

maka selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji keragaman (ANAVA).

Apabila uji statistik menunjukkan perbedaan nyata dimana F hitung > F tabel

maka dilanjutkan dengan uji rentang Neuman-keuls untuk menentukan perlakuan

mana yang lebih baik (Sudjana, 1991).

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 19: Isi saja

19

4.1.Hasil

Setelah dilakukan penelitian selama 90 hari di Desa Sei Paku Kecamatan

Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau, maka diperoleh hasil pengukuran

yaitu pertumbuhan bobot mutlak, panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik,

tingkat kelulushidupan, efisiensi pakan, konversi pakan dan kualitas air.

4.1.1. Pertumbuhan Bobot Mutlak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 90 hari maka diperoleh

pertumbuhan bobot rata-rata ikan baung (g) masing-masing perlakuan disetiap

pengamatan selama penelitian. Hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Baung (Mystus nemurus) Selama Penelitian. Keterangan : P1 = protein 28%, P2 = protein 33%, P3 =

protein 38%, P4 = protein 40%

Berdasarkan Gambar 2, menunjukan bahwa pertumbuhan bobot pada tiap-

tiap perlakuan selama penelitian berbeda-beda. Bobot rata-rata ikan baung selama

penelitian dapat dilihat perlakuan P3 = 56 g, diikuti dengan P2 = 49,33 g, P4 =

Pengamatan Minggu ke-

Page 20: Isi saja

20

44,22, P1 = 39,55 g. pertumbuhan pada setiap perlakuan mengalami peningkatan

selama penelitian berlangsung.

Pengukuran rata-rata bobot ikan baung di atas maka dapat diketahui

pertambahan bobot mutlak ikan baung selama penelitian. Untuk lebih jelasnya

dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Baung (Mystus nemurus) Selama Penelitian

UlanganPerlakuan

P1 P2 P3 P41 29 47,33 55,08 35,662 46,66 46,67 56,34 36,253 37 48,33 60,13 47,8

Jumlah 112,66 142,33 171,55 119,71Rata-rata (Std. Dev) 37,55±8,84a 47,44±0,84ab 57,18±2,63b 39,90±6,85ab

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot mutlak ikan

baung tertinggi terdapat pada perlakuan P3 = 57,18 g, diikuti dengan P2 = 47,44 g,

P4 = 39,90, P1 = 37,55 g.

Berdasarkan uji statistic bahwa bobot mutlak hingga akhir penelitian

mendapatkan hasil data yang homogen. Sementara dilakukan Analisis Variansi

(ANAVA) terhadap bobot mutlak (P<0,05) yang berarti kadar nutrien yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak ikan baung.

Selanjutnya untuk menentuan perbedaan antar perlakuan dilakukan uji

lanjut dengan Student Neuman Keuls (SNK), bahwa P1 berbeda nyata terhadap

P3 , kemudian P1,P4,P2 tidak berbeda nyata, dan P2,P3 tidak berbeda nyata.

4.1.2. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Page 21: Isi saja

21

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 90 hari maka diperoleh

pertumbuhan panjang rata-rata ikan baung (cm) masing-masing perlakuan disetiap

pengamatan selama penelitian. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 3. Pertambahan Panjang Mutlak Ikan Baung (Mystus nemurus) Selama Penelitian

Berdasarkan Gambar 3, menunjukan bahwa pertumbuhan panjang pada

tiap-tiap perlakuan selama penelitian berbeda-beda. Panjang rata-rata ikan baung

selama penelitian dapat dilihat perlakuan P3 = 14,56 cm, diikuti dengan P2 =

13.61 cm, P4 = 13,16 cm, P1 = 39,55 g. Pertumbuhan panjang terus mengalami

peningkatan dari awal hingga akhir penelitian.

Pengukuran rata-rata panjang ikan baung di atas maka dapat diketahui

pertambahan panjang mutlak ikan baung selama penelitian. Untuk lebih jelasnya

dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pertambahan Panjang Mutlak Ikan Baung (Mystus nemurus) Selama Penelitian

Page 22: Isi saja

22

UlanganPerlakuan

P1 P2 P3 P41 9,84 13,67 14,16 11,172 12,67 13,66 14,17 12,673 12,17 13,5 15,33 12,1

Jumlah 34,68 40,83 43,66 35,94Rata-rata

(Std. Dev) 11,56±1,51a 13,61±0,09ab 14,55±0,67b 11,98±0,76a

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pertambahan panjang mutlak

ikan baung tertinggi terdapat pada perlakuan P3 = 14,55 cm, diikuti dengan P2 =

13,61 cm, P4 = 11,98 cm, P1 = 11,56 cm.

Berdasarkan uji statistik bahwa panjang mutlak hingga akhir penelitian

mendapatkan hasil data yang homogen. Sementara dilakukan Analisis Variansi

(ANAVA) terhadap panjang mutlak (P<0,05) yang berarti kadar nutrien yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang mutlak ikan baung.

Selanjutnya untuk menentuan perbedaan antar perlakuan dilakukan uji

lanjut dengan Student Neuman Keuls (SNK), bahwa P1 berbeda nyata terhadap

P3 , kemudian P1,P4,P2 tidak berbeda nyata, dan P2,P3 tidak berbeda nyata.

Berdasarkan hasi penelitian dapat diketahui bahwa pertumbuhan setiap

perlakuan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda-beda dari awal hingga akhir

penelitian. Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran ikan baik berat atau

panjang selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh perubahan jaringan

akibat pembelahan sel otot dan tulang yang merupakan bagian terbesar dari tubuh

ikan (Weatherley dalam Hartono 1996). Hal serupa juga dikemukakan oleh

Watanabe (1988), pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein

Page 23: Isi saja

23

dalam pakan. Ha ini dapat dimengerti mengingat hampir 65-75 % daging bobot

kering terdiri dari protein.

Berdasarkan Tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa kedua parameter ini

akan terus mengalami pertambahan. Pertambahan nilai bobot dan panjang pada

setiap perlakuan berbeda-beda, hal ini membuktikan bahwa kadar nutrient yang

berbeda-beda khususnya protein berpengaruh terhadap rata-rata bobot ikan

dimana bobot ikan awal berkisar 1,67-2,33 g dan akhir penelitian bobot ikan

menjadi 31,33 – 61,80 g. sedangkan untuk pertambahan panjang, panjang ikan

awal berkisar 5- 5,83 cm dan di akhir penelitian menjadi 15,67 – 20,33 cm.

Pertumbuhan bobot mutlak dan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan

yang sama yaitu P3 61,80 g dan 20,33 cm.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kadar protein 38% menghasilkan

pertumbuhan yang optimum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hetrampand dan

Pascual (2000), bahwa pemberian pakan buatan terhadap ikan dengan kadar

protein 35 – 40 % akan menunjang pertumbuhan yang maksimum. Hal serupa

juga dikemukan oleh Hasan (2012), bahwa kadar protein 37,91 % merupakan

level optimum yang menghasilkan pertumbuhan berat dan konversi pakan terbaik.

Di bandingkan dengan kadar protein pada penelitian sebelumnya (Eguia, 1998;

protein 55 % untuk larva) dan (Hasan et al, 2012; protein 42 % untuk fingerling),

kadar protein pada penelitian ini lebih rendah, hal tersebut ditengarai perbedaan

media pemeliharaan ikan, pada penelitian terdahulu pemeliharaan dilakukan pada

bak-bak dari tangki air sedangkan penelitian ini langsung pada kolam. Sehingga

dikan tidak hanya mendapatkan asupan dari pellet saja melainkan juga

fitoplankton yang terdapat pada kolam tanah tersebut.

Page 24: Isi saja

24

Protein merupakan nutrient yang sangat dibutuhkan ikan untuk

pertumbuhan. Jumlah dan kualitas protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan

(Halver 1988). Sesuai dengan pernyataan Djangkaru (2000), makanan yang

dimakan oleh ikan dipergunakan untuk kelangsungan hidup ikan dan selebihnya

untuk pertumbuhan, untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal diperlukan

keseimbangan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin dalam makanan.

Hal sama juga dikemukakan oleh Lovell (1988), kebutuhan energi untuk

maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu, dan apabila berlebih maka

kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan. Hal ini membuktikan bahwa

pemanfaatan jumlah protein pakan oleh ikan diantara perlakuan tidak sama,

karena adanya perbedaan kandungan protein dalam pakan dan kandungan energi

non protein pakan pada setiap perlakuan.

Menurut NRC (1983) jumlah pakan yang terlalu sedikit akan

menghasilkan pertumbuhan ikan yang kurang dan terjadinya kompetisi sedangkan

kelebihan pakan akan mengakibatkan metabolism tidak efisien karena pakan tidak

dikonsumsi seluruhnya dan akan mengakibatkan menurunnya kualitas air

sekitarnya. Kekurangan makanan dan energi dapat mengakibatkan penurunan

pertumbuhan karena energi digunakan untuk memelihara fungsi tubuh dan

pergerakan. Sisa dari energi tersebut baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Boer

dan Adelina, 2006).

4.1.3.Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik ikan baung berbeda-beda pada setiap

perlakuan, nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 25: Isi saja

25

Tabel 6. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Baung (Mystus nemurus) Selama Penelitian

UlanganPerlakuan

P1 P2 P3 P41 2,89 3,69 3,92 3,462 3,74 3,56 3,87 3,043 3,3 3,78 4,01 3,77

Jumlah 9,93 11,03 11,8 10,27Rata-rata (Std.

Dev) 3,31±0,43 3,68±0,11 3,93±0,07 3,42±0,37

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan spesifik ikan

baung tertinggi terdapat pada perlakuan P3 = 3,93 %, diikuti dengan P2 = 3,68 %,

P4 = 3,42 %, P1 = 3,31 %.

Berdasarkan uji statistik bahwa laju pertumbuhan spesifik hingga akhir

penelitian mendapatkan hasil data yang homogen. Sementara dilakukan Analisis

Variansi (ANAVA) terhadap laju pertumbuhan spesifik (P>0,05) yang berarti

kadar nutrient yang berbeda tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan

spesifik ikan baung.

Seiring pertambahan bobot berat dan panjang, maka dapat diketahui juga

laju pertumbuhan spesifik selama penelitian. Dari hasil pengamatan selama

penelitian diketahui bahwa kadar nutrien yang berbeda tidak memberikan

pengaruh yang berbeda terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan uji, akan tetapi

secara visual dapat dilihat perbedaan angka pada setiap perlakuan.

Ada banyak factor yang mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik ikan,

menurut Huet (1986) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh

beberapa factor, yaitu internal (keturunan,umur,ketahanan terhadap penyakit) dan

eksternal (suhu perairan, besarnya ruang gerak, kualitas air, jumlah dan mutu

Page 26: Isi saja

26

makanan). Menurut NRC (1993), keberadaan tingkat energi yang optimum dalam

pakan sangat penting sebab kelebihan atau kekurangan energi mengakibatkan

penurunan laju pertumbuhan.

4.1.4.Tingkat Kelulushidupan

Kelulushidupan ikan selama penelitian menunjukan presentasi yang

berbeda pada setiap perlakuan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Kelulushidupan Ikan Baung (Mystus nemurus) Selama Penelitian

UlanganPerlakuan

P1 P2 P3 P41 80 80 83,33 76,672 80 83,33 83,33 803 80 83,33 83,33 80

Jumlah 240 246,66 249,99 236,67Rata-rata (Std. Dev) 80,00±0,00a 82,22±1,92ab 83,33±0,00b 78,89±1,92ab

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kelulushidupan ikan baung

tertinggi terdapat pada perlakuan P3 = 83,33 % , diikuti dengan P2 = 82,22 %, P4

= 80 %, P1 = 78,89 %.

Berdasarkan uji statistik bahwa kelulushidupan hingga akhir penelitian

mendapatkan hasil data yang homogen. Sementara dilakukan Analisis Variansi

(ANAVA) terhadap kelulushidupan (P<0,05) yang berarti kadar nutrien yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan ikan baung.

Selanjutnya untuk menentuan perbedaan antar perlakuan dilakukan uji

lanjut dengan Student Neuman Keuls (SNK), bahwa P1 berbeda nyata terhadap P3,

P1,P2,P4 tidak berbeda nyata, kemudian P2,P3,P3 tidak berbeda nyata.

Page 27: Isi saja

27

Pada Tabel 7, diketahui bahwa tingkat kelulushidupan tertinggi terdapat

pada P3 yaitu 83,33 % dan terendah pada P4 78,89 %, perolehan angka ini

termasuk kedalam kategori baik karena kisaran nilainya di atas 50 %. Kematian

yang dijumpai pada ikan diakibatkan karena sifat kanibalisme ikan itu sendiri,

dalam hal ini kanibalisme akan timbul ketika makanan yang dibutuhkan tidak

tersedia sehingga ikan akan memangsa temannya sendiri. Kematian ikan kerapa

kali terjadi pada pagi hari, hal ini mungkin terjadi karena selang waktu pemberian

pakan antara sore dan pagi terdapat selisih waktu yang cukup lama dibandingkan

pagi ke siang atau siang ke sore.

Dalam penelitian ini pemberian pakan secara add satiation sehingga

ketika ikan tidak memberikan respon lagi terhadap makanan yang diberikan maka

pemberian pakan dihentikan, sebagaimana kita ketahui bahwa laju pengosongan

lambung ikan yaitu 5-6 jam. Sedangkan selisih waktu antara pemberian pakan

sore dengan pagi yaitu 15 jam, sehingga terjadi kekurangan makanan pada malan

harinya.

Kelulushidupan atau survival rate adalah perbandingan antara jumlah

individu yang hidup pada akhir atau suatu periode dalam suatu populasi. Adapun

yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelulushidupan adalah faktor biotic antara

lain competitor, kepadatan populasi, umur dan kemampuan organism beradaptasi

terhadap lingkungan (Effendi,1979).

Page 28: Isi saja

28

4.1.5. Efisiensi Pakan

Jumlah pakan yang diberikan terhadap ikan baung selama penelitian

berbeda-beda pada tiap perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

8.

Tabel 8. Efisiensi Pakan Ikan Baung (Mystus nemurus) Selama Penelitian

UlanganPerlakuan

P1 P2 P3 P41 38,12 59,46 74,5 56,462 58,65 63,24 76,33 56,463 47,28 70,86 81,06 71,7

Jumlah 144,05 193,56 231,89 184,62Rata-rata

(Std. Dev) 48,02±10,28a 64,52±5,81ab 77,30±3,39b 61,54±8,80ab

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa efisiensi pakan ikan baung

tertinggi terdapat pada perlakuan P3 = 77,30 % , diikuti dengan P2 = 64,52 %, P4

= 61,54 %, P1 = 48,02 %.

Berdasarkan uji statistik bahwa efisiensi pakan hingga akhir penelitian

mendapatkan hasil data yang homogen. Sementara dilakukan Analisis Variansi

(ANAVA) terhadap efisiensi pakan (P<0,05) yang berarti kadar nutrien yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan ikan baung.

Selanjutnya untuk menentuan perbedaan antar perlakuan dilakukan uji

lanjut dengan Student Neuman Keuls (SNK), bahwa P1 berbeda nyata terhadap P3,

P1,P2,P4 tidak berbeda nyata, kemudian P2,P3,P3 tidak berbeda nyata.

Efisiensi pakan merupakan kemampuan ikan untuk dapat memanfaatkan

pakan yang diberikan sehingga ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa ada perbedaan efisiensi pakan ikan baung pada

Page 29: Isi saja

29

tiap-tiap perlakuan. Pada perlakuan P3 menghasilkan nilai efisensi tertinggi yaitu

77,30 % dan terendah pada perlakuan P1 48,02 %. Hal ini menunjukan bahwa

pada perlakuan P3 ikan memanfaatkan makanan lebih banyak sehingga

pertumbuhan pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan perlakuan P1 yang

hanya sedikit memanfaatkan makanan.

Efisiensi pakan erat kaitannya dengan kesukaan dan kebiasaan ikan

terhadap pakan yang diberikan serta kesesuaian kandungan nutrient yang terdapat

dalam pakan. Menurut NRC (1993) menyatakan bahwa nilai efisiensi penggunaan

pakan yang sering dijumpai pada ikan budidaya yaitu sebesar 30-40 % dan nilai

terbaik mencapai 60 %. Dalam hal ini P3 termasuk kedalam efisiensi pakan yang

sangat baik dan secara keseluruhan nilai efisiensi pakan pada penelitian ini

terfolong baik.

4.1.6. Konversi Pakan (FCR)

Konversi pakan pada setiap perlakuan memiliki kisaran nilai yang

berbeda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Konversi Pakan Ikan Baung (Mystus nemurus) Selama Penelitian.

UlanganPerlakuan

P1 P2 P3 P41 2,62 1,68 1,34 1,772 1,7 1,58 1.31 1,773 2,11 1,41 1,23 1,4

Jumlah 6,43 4,67 2,57 4,94Rata-rata (Std.

Dev) 2,14±0,46b 1,56±0,14ab 1,29±0,06a 1,65±0,21ab

Page 30: Isi saja

30

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa konversi pakan ikan baung

terbaik terdapat pada perlakuan P3 = 1,29 , diikuti dengan P2 = 1,56, P4 =1,65, P1

= 2,14 %.

Berdasarkan uji statistik bahwa konversi pakan hingga akhir penelitian

mendapatkan hasil data yang homogen. Sementara dilakukan Analisis Variansi

(ANAVA) terhadap konversi pakan (P<0,05) yang berarti kadar nutrien yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap konversi pakan ikan baung.

Selanjutnya untuk menentuan perbedaan antar perlakuan dilakukan uji

lanjut dengan Student Neuman Keuls (SNK), bahwa P3 berbeda nyata terhadap P1,

P2,P3,P4 tidak berbeda nyata, kemudian P1,P2,P4 tidak berbeda nyata.

Konversi pakan dalam budi daya sangat berkaitan erat dengan biaya yang

harus dikeluarkan untuk kegiatan budi daya itu sendiri, semakin kecil angka

konversi pakan maka akan menguntungkan bagi petani ikan, namun sebaliknya

besarnya angka konversi pakan akan menjadi pertimbangan para petani untuk

melakukan budi daya. Pada penelitian ini diperoleh nilai konversi pakan terbaik

pada P3 = 1,29, diikuti P2,P4,dan P1. Dari perolehan angka konversi pakan tersebut

dapat diketahui bahwa dengan tempo waktu yang sama P3 lebih sedikit

membutuhkan pakan dibandingkan P2,P4,dan P1.

4.1.7. Kualitas Air

Page 31: Isi saja

31

Dalam penelitian ini kualitas air merupakan faktor pendukung. Adapun

data kualitas air yang diukur selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10.Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter Hasil Pengukuran dan satuan

Suhu 27 – 32oC

pH 5 – 6

Oksigen Terlarut (DO) 2,02 – 2,50 ppm

Ammoniak (NH3) 0,09 – 0,12 ppm

Debit Air 2500 mL/detik

Dari Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa kualitas air pada saat penelitian

sudah berada pada batas toleransi yang diperlukan oleh organism perairan. Hasil

pengukuran suhu selama penelitian berkisar antara 27 – 32 oC dan pH 5 – 6. Suhu

yang baik untuk ikan budi daya adalah antara 25 – 32 o C (Daelami, 2001).

Afriyanto dan Liviawaty (1992) menyatakan umumnya ikan dpat

beradaptasi pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH)

berkisar antara 5 – 9, sebagian besar spesies ikan air tawar pH yang cocok adalah

kisaran 6,5 – 7,5.

Sedangkan pada pengukuran oksigen terlarut (DO) yaitu 2,02 – 2,50 ppm.

Nilai ini masih tergolong ambang yang baik bagi organism akuatik. Ikan

memerlukan kadar oksigen terlarut minimal 1,0 mg/l bila dalam keadaan sehat,

tetapi bila keadaan aktif memerlukan oksigen terlarut 3 mg/l (Swingel dan Loyd

dalam Iskandar 1980).

Page 32: Isi saja

32

Menurut Syafriadiman et al (2005) DO yang paling ideal untuk

pertumbuhan dan perkembangan organism akuati yang dipelihara adalah lebih

dari 5 ppm. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk makhluk hidup di

dalam air, oksigen terlarut berasal dari proses fotosintesis tumbuhan dan dari

udara yang masuk kedalam air (Jones,2005).

Ammoniak pada penelitian ini yaitu 0,09 – 0,12 ppm. Hal ini belum

berbahaya bagi kehidupan ikan sebagaimana juga dikemukakan oleh Boyd (1982),

kadar ammonia yang aman bagi ikan dan organism perairan adalah kurang dari 1

ppm. Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang

khas (berbau tajam dan merangsang) dengan rumus kimia NH3. Di air ammonia

nitrogen mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk ammonia (NH3) bukan ion-ion

ammonium (NH4+) (Sweta,1975).

V.KESIMPULAN DAN SARAN

Page 33: Isi saja

33

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar nutrient yang berbeda

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan baung.

Kadar protein yang terbaik yaitu pada P3 (protein 38 %), dengan pertumbuhan

bobot mutlak 57,88 g, panjang mutlak 14,55 cm, laju pertumbuhan spesifik 3,93

%, kelulushidupan 83,33 %, efisiensi pakan 77,30 % dan konversi pakan 1,29.

5.2.Saran

Untuk mengatasi kanibalisme dari sifat ikan baung, sebaiknya waktu

pemberian pakan diintensifkan dan perlu dilakukan penelitian pembanding pada

media kolam air tergenang.

DAFTAR PUSTAKA

Page 34: Isi saja

34

Afriyanto, E dan E. Liviawaty, 1998. Beberapa Metode Budi daya Ikan. Kanisius, Yogyakarta. 62 halaman.

Adriman., E. Sumiarsih., N. E. Fajri. 2006. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. FAPERIKA. UR. Pekanbaru

Alawi, H, Muchtar, C. Pulungan dan Rusliadi. 1990. ‘Beberapa Aspek Biologi Ikan Baung (Mystus nemurus) Yang Tertangkap Di Sekitar Perairan Teratak Buluh Sungai Kampar. Pusat Penelitian Universitas Riau’. Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan).

Anonimus. SNI 01-6483.4-2000. Produksi Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Kelas Benih Sebar. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2000.

Boer, I dan Adelina.2005. Ilmu Nutrisi dan Pakan Ikan.Bagian I. Surabaya 2006. Bahan Ajar Ilmu Nutrisi dan Pakan Ikan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru.79 hal(tidak diterbitkan).

Boyd CE. 1988. Water quality in Warm Water Fish Pond. Fourting Printing. Autburn University Departemental. Autburn University.

Cho, C. Y and Watanabe T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition p. 79-92. In. Wanatabe T, editor. Fish nutrition and mariculture JICA textbook the, General Aquaculture Course. Tokyo : Kanagawa International Fisheries Training Center

Daelami, D. A. S., 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hal.

Djangkaru, Z. 2000. Pembenihan Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Effendie, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor. 112 hal.

Effendie, M. I., 1992. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia. Bogor.

Eguia, PL V. 1998. Development Of Artificial Diet And Optimum Feeding Strategy For Malaysian Catfish (Mystus nemurus) Larvae. Master Thesis, University Putra Malaysia, Serdang Malaysia.

Handoyo,B. Catur,S.Yudi,Y.2010. Cara Mudah Budi Daya dan Peluang Bisnis Ikan Baung dan Jelawat.IPB Press.Bogor 161 Halaman.

Halver JE. 1988. Fish Nutrition. Academis Press, INC. London, 798 pp

Hasan, B., C.R.Saad, A.R. Alimon, M.S. Kmarudin and Z Hasan. 2000. The Effect Of Various Dietary Energy Levels And Protection Concentration On Growth Performance Of Rivers Catfish (Mystus nemurus) (Malaysian

Page 35: Isi saja

35

Jurnal Of Animal Science Volume 1&2)

Hasan, B. 2012. Pertumbuhan dan Komposisi Tubuh Ikan Baung (Mystus nemurus) yang Diberi Pakan Dengan Kandunga Protein Berbeda Pada Kolam Mengalir. Universitas Riau. Pekanbaru.

Hetrampal.J.W.dan Pascual.P.F.2000. Hand Book on Ingredients for Aquatik feeds. Kluwer Academic Publisher.221 pp.

Iskandar, A. 1980. Teknologi dan Perkembangan. Yayasan Idayu. Jakarta.

Jones B. 2005. Hydroponic, a Parctical Guide for the Soilless Grower. CRC Press. New York.

Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N., Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo., 1993. Ikan – ikan air tawar indonesia barat dan sulawesi. Periplius. Edition Limited. Jakarta. 293 hal.

National Research Council (NRC). 1983. Nutrient Requirement Of Warm Water Fishes and Shellfish. National Academic Press. Wasington DC. 102 p

. 1993. Nutrient Requirement of fish .Washington DC. National Academy Of science, 114 pp.

Peres H. and Teles AO. 1999. Effect of Dietary Lipid Level On Growth Performance and Feed Utilization By European Sea Bass Juveniles (Dicentrachus labrax). Aquaculture, 179 : 325-334.

Sedana. I. P., Syafriadiman., S. Hasibuan dan N. A. Pamukas. 2001. Penuntun Praktikum Pengelolaan Kualitas Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 52 hal (tidak diterbitkan).

Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi II. Tarsito. Bandung. 412 hal.

Sukendi.2007.Biologi, Reproduksi,Pembenihan dan Budi Daya Baung. MM Press CV. Mina Mandiri.Pekanbaru.

Syafriadiman, N. A. Pamukas., S. Hasibuan., 2005. Prinsip Dasar Pengelolaan Kualitas Air. Mina Mandiri Press. Pekanbaru. 131 hal.

Sweta, L.I. 1975. Sifat-sifat Air Pada Umumnya dan Untuk Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Jawa Barat. 49 hal.

Tang, U.M. 2003. ‘Teknik Budidaya Ikan Baung (Mystus nemurus C.V)’. Kanisius. Yogykarta. 84 hal

Page 36: Isi saja

36

Watanabe, T. 1977. Sparing action of lipids on dietary protein in fish-low protein diet with high calorie content Tecnocrat 10 : 34-39.

. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition p. 79-92. General Aquaculture Course. Tokyo : Kanagawa International Fisheries Training Center

Weatherley dalam Hartanto. T.T. 1996. Peranan Vitamin C Terhadap Pertumbuhan dan Kenormalan Bentuk Tubuh Ikan Jambal Siam (Pangasius hypoptalmus) dalam akuarium. Thesis Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 50 hal. (Tidak diterbitkan)

Widodo, T.2011. Pertumbuhan Ikan Baung (Mystus nemurus) yang Dipelihara Dalam Keramba di Kolam Dengan Padat Tebar dan Pakan Berbeda.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.

Zonnelveled. N.E.A. Huisman.J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budi daya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.318 halaman.

Page 37: Isi saja

37

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Baung (Mystus nemurus) dengan pemberian kadar nutrient yang berbeda

Page 38: Isi saja

38

Perlakuan UlanganBobot (g) Pertambahan

BobotAwal 15 30 45 60 75 90

P1

1 2.33 3.00 4.00 12.00 23.33 30.66 31.33 29.002 1.67 3.33 5.33 11.33 22.67 31.33 48.33 46.663 2.00 4.00 6.33 13.00 24.67 29.33 39.00 37.00

Jumlah 6.00 10.33 15.66 36.33 70.67 91.32 118.66 112.66Rata-rata

2.00 3.44 5.22 12.10 23.56 30.44 39.55 37,55±8,84a

P2

1 1.67 3.67 5.67 15.00 25.67 35.00 49.00 47,332 2.00 3.67 5.33 11.67 22.00 36.00 48.67 46,673 1.67 3.00 4.33 12.33 21.00 40.00 50.00 48,33

Jumlah 5.34 10.34 15.33 39.00 68.67 111.00 147.67 142,33Rata-rata

1.78 3.45 5.11 13.00 22.89 37.00 49.23 47,44±0,84ab

P3

1 1.67 4.33 7.00 15.33 30.67 51.00 56.75 55,082 2.33 4.33 6.33 19.00 31.33 44.67 58.67 56,343 1.67 4.00 6.33 15.67 29.33 44.00 61.80 60,13

Jumlah 5.67 12.66 19.66 50.00 91.33 139.67 168.01 171,55Rata-rata

1.89 4.22 6.55 16.67 30.44 46.56 56.00 57,18±2,63b

P4

1 1.67 3.67 5.67 13.00 23.67 45.00 37.33 35,662 2.00 3.67 5.33 11.66 24.00 35.67 38.25 36,253 1.67 3.00 4.00 12.33 21.00 32.00 49.47 47,80

Jumlah 5.34 10.34 15.00 36.99 68.67 112.67 133.66 119,71Rata-rata

1.78 3.45 5.00 12.33 22.89 37.56 44.22 39,90±6,85ab

Normalitas

Page 39: Isi saja

39

Deskripsi statistic

N Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Skewness

Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik StatistikStandar

Kesalahan

Bobot Mutlak 12 29.00 60.13 45.5208 9.38841 -.209 .637

Valid N (listwise) 12

Deskriptif

DeskripsiBobot Mutlak

N Rata-rataStandar Deviasi

Standar Kesalahan

Rata-rata untuk tingkat kepercayaan 95%Minimal Maksimum

Batas Bawah Batas Atas

P1 3 37.5533 8.84299 5.10550 15.5861 59.5205 29.00 46.66

P2 3 47.4433 .83578 .48254 45.3671 49.5195 46.67 48.33

P3 3 57.1833 2.62850 1.51757 50.6538 63.7129 55.08 60.13

P4 3 39.9033 6.84507 3.95201 22.8992 56.9074 35.66 47.80

Total 12 45.5208 9.38841 2.71020 39.5557 51.4859 29.00 60.13

Uji Homogenitas

Bobot Mutlak

Levene Statistic Derajat Bebas 1 Derajat Bebas 2 Probabilitas

2.786 3 8 .110

Probabilitas (0,110) > 0,05 maka data homogenANAVA

Bobot Mutlak

Total KuadratDerajat Bebas

Rata-rata kuadrat F Hitung Probabilitas

Antar Kelompok 704.242 3 234.747 7.078 .012

Dalam Kelompok 265.322 8 33.165

Total 969.564 11

Probabilitas (0,025) < 0,05, hal ini menunjukkan perbedaan nyata antara kandungan nutrient yang berbeda terhadap bobot mutlak ikan baung (Mystus nemurus)

Uji LanjutBobot Mutlak

Student-Newman-Keulsa

Perlakuan NSubset for alpha = 0.05

1 2

P1 3 37.5533

P4 3 39.9033

P2 3 47.4433 47.4433

P3 3 57.1833

Sig. .150 .072

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Page 40: Isi saja

40

Lampiran 2. Pertambahan panjang mutlak Ikan Baung (Mystus nemurus) dengan pemberian kadar nutrient pakan yang berbeda

Perlakuan UlanganPanjang (cm) Pertambahan

BobotAwal 15 30 45 60 75 90

P1

1 5.83 6.83 8.00 12.00 14.10 15.50 15.67 9,842 5.00 6.67 8.17 11.17 14.50 15.50 17.67 12,673 5.50 7.00 8.33 11.83 14.50 15.50 17.67 12,17

Jumlah 16.33 20.50 24.50 35.00 43.10 46.50 51.01 34,68Rata-rata

5.44 6.83 8.17 11.67 14.37 15.50 17.00 11,56±1,51a

P2

1 5.00 6.33 8.00 11.67 14.10 18.33 18.67 13,672 5.67 7.17 8.33 11.00 14.20 17.67 19.33 13,663 5.50 6.67 7.83 11.17 13.30 17.67 19.00 13,5

Jumlah 16.17 20.17 24.16 33.84 41.60 53.67 57.00 40,83Rata-rata

5.39 6.72 8.05 12.16 13.87 17.89 19.00 13,61±0,09ab

P3

1 5.17 7.67 8.50 11.83 13.70 18.67 19.33 14,16

2 5.50 7.67 9.17 12.83 13.70 17.67 19.67 14,173 5.00 7.50 9.33 11.83 13.30 17.67 20.33 15,33

Jumlah 15.67 22.84 27.00 36.49 40.70 54.01 59.33 43,66Rata-rata

5.22 7.61 9.00 12.16 13.57 18.00 19.78 14,55±0,67b

P4

1 5.33 7.17 8.83 12.33 14.20 15.34 16.50 11,172 5.33 7.33 9.33 12.33 13.80 17.33 18.00 12,673 5.17 7.50 9.17 12.00 13.30 15.67 17.87 12,10

Jumlah 15.83 22.00 27.33 36.66 41.30 48.34 52.37 35,94Rata-rata

5.28 7.33 9.11 12.22 13.77 16.11 17.46 11,98±0,76a

Page 41: Isi saja

41

NormalitasDeskripsi Statistik

N Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Skewness

Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik StatistikStandar

Kesalahan

Panjang Mutlak 12 9.84 15.33 12.9258 1.48517 -.570 .637

Valid N (listwise) 12

DeskriptifDeskripsi

Panjang Mutlak

N Rata-rataStandar Deviasi

Standar Kesalahan

Rata-rata untuk tingkat kepercayaan 95% Minimum Maximum

Batas Bawah Batas Atas

P1 3 11.5600 1.51040 .87203 7.8080 15.3120 9.84 12.67

P2 3 13.6100 .09539 .05508 13.3730 13.8470 13.50 13.67

P3 3 14.5533 .67263 .38834 12.8824 16.2242 14.16 15.33

P4 3 11.9800 .75717 .43715 10.0991 13.8609 11.17 12.67

Total 12 12.9258 1.48517 .42873 11.9822 13.8695 9.84 15.33

Uji Homogenitas

Panjang Mutlak

Levene Statistic Derajat Bebas 1 Derajat Bebas 2 Probabilitas

4.698 3 8 .136

Probabilitas (0,136) > 0,05 maka data homogen

ANAVA

Panjang Mutlak

Total KuadratDerajat Bebas

Rata-rata kuadrat F Hitung Probabilitas

Antar Kelompok 17.631 3 5.877 7.089 .012

Dalam Kelompok 6.632 8 .829

Total 24.263 11

Probabilitas (0,012) < 0,05, hal ini menunjukkan perbedaan nyata antara kandungan nutrient yang berbeda terhadap panjang mutlak ikan baung (Mystus nemurus)

Uji Lanjut

Page 42: Isi saja

42

Panjang Mutlak

Student-Newman-Keulsa

Perlakuan NSubset for alpha = 0.05

1 2

P1 3 11.5600

P4 3 11.9800

P2 3 13.6100 13.6100

P3 3 14.5533

Sig. .058 .240

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

3. Laju Pertumbuhan Spesifik

Normalitas

Deskripsi Statistik

N Minimal Maksimal Rata-rataStandar Deviasi

Skewness

Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik StatistikStandar

Kesalahan

Laju Pertumbuhan Spesifik

12 2.89 4.01 3.5858 .35148 -.930 .637

Valid N (listwise) 12

DeskriptifDeskripsi

Laju Pertumbuhan Spesifik

N Rata-rataStandar Deviasi

Standar Kesalahan

Rata-rata untuk tingkat kepercayaan 95% Minimal Maksimal

Batas Bawah Batas Atas

P1 3 3.3100 .42509 .24542 2.2540 4.3660 2.89 3.74

P2 3 3.6767 .11060 .06386 3.4019 3.9514 3.56 3.78

P3 3 3.9333 .07095 .04096 3.7571 4.1096 3.87 4.01

P4 3 3.4233 .36638 .21153 2.5132 4.3335 3.04 3.77

Total

12 3.5858 .35148 .10146 3.3625 3.8092 2.89 4.01

Uji Homogenitas

Laju Pertumbuhan Spesifik

Levene Statistik Derajat Bebas 1 Derajat Bebas 2 Probabilitas

1.778 3 8 .229

Probabilitas (0,229) > maka data homogen

Page 43: Isi saja

43

ANAVA

Laju Pertumbuhan Spesifik

Total KuadratDerajat Bebas

Rata-rata kuadrat

F Hitung Probabilitas

Antar Kelompok .694 3 .231 2.787 .110

Dalam Kelompok .664 8 .083

Total 1.359 11

Probabilitas (0,110) > 0,05, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara kandungan nutrient yang berbeda terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan baung (Mystus nemurus)

4.Efisiensi Pakan

NormalitasDeskripsi Statistik

N Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Skewness

Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik StatistikStandar

Kesalahan

Efisiensi Pakan 12 38.12 81.06 62.8433 12.63640 -.445 .637

Valid N (listwise) 12

DeskriptifDeskripsi

Efisiensi Pakan

N Rata-rataStandar Deviasi

Standar Kesalahan

Rata-rata untuk tingkat kepercayaan 95% Minimal Maksimal

Batas Bawah Batas Atas

P1 3 48.0167 10.28481 5.93794 22.4678 73.5655 38.12 58.65

P2 3 64.5200 5.80679 3.35255 50.0951 78.9449 59.46 70.86

P3 3 77.2967 3.38515 1.95442 68.8875 85.7058 74.50 81.06

P4 3 61.5400 8.79882 5.08000 39.6825 83.3975 56.46 71.70

Total 12 62.8433 12.63640 3.64782 54.8145 70.8721 38.12 81.06

Uji Homogenitas

Efisiensi Pakan

Levene Statistik Derajat Bebas 1 Derajat Bebas 2 Probabilitas

1.187 3 8 .374

Page 44: Isi saja

44

Deskripsi

Efisiensi Pakan

N Rata-rataStandar Deviasi

Standar Kesalahan

Rata-rata untuk tingkat kepercayaan 95% Minimal Maksimal

Batas Bawah Batas Atas

P1 3 48.0167 10.28481 5.93794 22.4678 73.5655 38.12 58.65

P2 3 64.5200 5.80679 3.35255 50.0951 78.9449 59.46 70.86

P3 3 77.2967 3.38515 1.95442 68.8875 85.7058 74.50 81.06

P4 3 61.5400 8.79882 5.08000 39.6825 83.3975 56.46 71.70

Probabilitas (0,374) > 0,05 maka data homogenANAVA

Efisiensi Pakan

Total KuadratDerajat Bebas

Rata-rata kuadrat

F Hitung Probabilitas

Antar Kelompok 1299.716 3 433.239 7.588 .010

Dalam Kelompok 456.749 8 57.094

Total 1756.465 11

Probabilitas (0,010) > 0,05, ini menunjukkan perbedaaan nyata antara kandungan nutrient yang berbeda terhadap efisiensi pakan ikan baung (Mystus nemurus)

Uji Lanjut

Efisiensi Pakan

Student-Newman-Keulsa

Perlakuan NSubset for alpha = 0.05

1 2

P1 3 48.0167

P4 3 61.5400 61.5400

P2 3 64.5200 64.5200

P3 3 77.2967

Sig. .065 .078

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

5. Konversi Pakan

NormalitasDeskripsi Statistik

N Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Skewness

Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik StatistikStandar

Kesalahan

FCR 12 1.23 2.62 1.6600 .39273 1.022 .637

Valid N (listwise) 12

Deskriptif

Page 45: Isi saja

45

Deskripsi

FCR

NRata-rata

Standar Deviasi

Standar Kesalahan

Rata-rata untuk tingkat kepercayaan 95% Minimal Maksimal

Batas Bawah Batas Atas

P1 3 2.1433 .46090 .26610 .9984 3.2883 1.70 2.62

P2 3 1.5567 .13650 .07881 1.2176 1.8958 1.41 1.68

P3 3 1.2933 .05686 .03283 1.1521 1.4346 1.23 1.34

P4 3 1.6467 .21362 .12333 1.1160 2.1773 1.40 1.77

Total 12 1.6600 .39273 .11337 1.4105 1.9095 1.23 2.62

Uji Homogenitas

FCR

Levene Statistik Derajat Bebas 1 Derajat Bebas 2 Probabilitas

2.403 3 8 .143

Probabilitas (0,143) > 0,05, hal ini menunjukkan perbedaan nyata antara kandungan nutrient yang berbeda terhadap konversi pakan ikan baung (Mystus nemurus)ANAVA

FCR

Total KuadratDerajat Bebas

Rata-rata kuadrat

F Hitung Probabilitas

Antar Kelompok 1.137 3 .379 5.414 .025

Dalam Kelompok .560 8 .070

Total 1.697 11

Uji LanjutFCR

Student-Newman-Keulsa

Perlakuan NSubset for alpha = 0.05

1 2

P3 3 1.2933

P2 3 1.5567 1.5567

P4 3 1.6467 1.6467

P1 3 2.1433

Sig. .286 .062

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Lampiran 3. Bahan dan alat

Page 46: Isi saja

46

Pelet Perlakuan P1 Pelet Perlakuan P2

Pelet Perlakuan P3 Pelet Perlakuan P4

Timbangan Buku dan Alat Tulis

Thermometer Kertas pH Universal

Kertas Grafik

Page 47: Isi saja

47

Dokumentasi Penelitian

Persiapan Kerangka Keramba Keramba Pemeliharaan Ikan

Inlet Air Penimbangan

Pengukuran Ikan Pengambilan Ikan Sampel

Dokumentasi Mortalitas Ikan

Page 48: Isi saja

48