isi revisi

Upload: lies-tazkiyah

Post on 06-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangSurgical site infection (SSI) atau infeksi pada tempat operasi merupakan salah satu komplikasi utama operasi yang dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan penderita di rumah sakit. (Bruce, dkk, 2001)Angka kejadian SSI pada suatu institusi penyedia pelayanan kesehatan mencerminkan kualitas pelayanan pada institusi tersebut. Survei WHO menunjukkan bahwa angka kejadian SSI di dunia berkisar antara 5% sampai 34%. SSI di United Kingdom sekitar 10% dengan biaya untuk menanganinya mencapai 1 juta pound per tahun dan lama rawat inap meningkat 710 hari. Sekitar 77% dari kematian pasien pascaoperasi di rumah sakit di seluruh dunia diperkirakan berhubungan dengan SSI. (Singhal, dkk, 2008)Di Amerika Serikat, 38% dari seluruh infeksi nosokomial adalah SSI. Data menunjukkan 27 juta penderita menjalani operasi setiap tahun, hampir 500.000 mengalami infeksi di sekitar luka operasi. Di Inggris tahun 2006 dilaporkan angka kejadian SSI sebesar 8,213,8%, sementara di Australia tahun 2003 didapatkan angka kejadian SSI sekitar 2% sampai 13%. (Hunt TK, 1997)Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi (faktor resiko) terjadinya SSI antara lain sifat operasi (derajat kontaminasi operasi), nilai ASA (American Society of Anesthesiologists), komorbiditas DM (diabetes melitus), suhu praoperasi, jumlah lekosit dan lama operasi. Tahun 1964 National Research Council memperkenalkan empat kategori derajat kontaminasi tempat operasi yang kemudian dipopulerkan oleh American College of Surgeon, salah satunya menyebutkan bahwa makin tinggi derajat kontaminasi maka angka kejadian Surgical site infection makin tinggi. (Hsiao WC, et al, 1996)Infeksi luka sebagai salah satu komplikasi tindakan operasi dapat timbul pada hari pertama hingga 1 tahun pascaoperasi, tetapi berdasarkan definisi yang dinamakan infeksi luka operasi yaitu infeksi yang timbul di daerah operasi hingga hari ke-30 atau dalam 1 tahun jika terpasang implan. (Rhee H, 2008)Mekanisme utama yang mendasari terjadinya SSI adalah kandungan oksigen yang rendah pada jaringan yang mati pada luka pasca bedah. (Mohann, et al, 1999)Proses penyembuhan luka operasi memerlukan penghantaran oksigen yang adekuat. Luka yang mengalami iskemia sering kali sulit sembuh dan memiliki risiko yang sangat tinggi untuk terjadi infeksi. Iskemia sendiri biasanya terjadi karena beberapa faktor, antara lain penyakit penyumbatan pembuluh darah, vasokonstriksi, dan hipovolemia. (Wildan Djaya, 2012)Di samping itu, penjahitan luka yang terlalu tegang akan menyebabkan iskemia pada bagian luka dan terjadi gangguan penyembuhan luka. Sebaliknya, bila hantaran oksigen ke daerah luka meningkat akan merangsang proses penyembuhan luka yang lebih baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan perfusi jaringan memegang peranan penting pada penyembuhan luka, sehingga untuk mendapatkan penyembuhan luka yang baik harus dihindari faktor-faktor yang mengganggu perfusi jaringan. (Wildan Djaya, 2012)Suatu hipotesis menyatakan bahwa jikalau oksigenasi jaringan perioperatif baik maka dapat menurunkan angka infeksi luka operasi secara bermakna (angka kejadian infeksi luka operasi setelah oksigenasi dengan kadar lebih rendah 11,2%, sedangkan kadar yang lebih tinggi 5,2%. (Greif R, dkk, 2006)Dengan diketahuinya peranan oksigenasi pascaoperasi pada penderita peritonitis lokal dan umum yang menjalani laparotomi eksplorasi dapat dijadikan salah cara untuk menurunkan angka infeksi luka operasi. Hal ini dapat menambah efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya perawatan penderita pascaoperasi.

1.2 Tujuan1. Mempelajari pengaruh pemberian oksigen tingkat tinggi pasien pascaoperasi laparotomi pada peritonitis yang mengalami infeksi luka operasi.2. Membandingkan efektifitas oksigen tingkat tinggi dan tingkat rendah pasien pascaoperasi laparotomi pada peritonitis yang mengalami infeksi luka operasi.

1.3 Manfaat1. Dapat menambah wawasan mahasiswa dengan mempelajari pengaruh pemberian oksigen tingkat tinggi pasien pascaoperasi laparotomi pada peritonitis yang mengalami infeksi luka operasi.2. Dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai efektifitas oksigen tingkat tinggi dan tingkat rendah pasien pascaoperasi laparotomi pada peritonitis yang mengalami infeksi luka operasi.

BAB IIIDENTIFIKASI TOPIK JURNAL

2.1 Ringkasan PICO P (problem)Masalah pada jurnal ini yaitu tingkat infeksi luka operasi laparotomi pada peritonitis. Luka operasi akan mengalami kerusakan dari suplai darah lokal sebagai hasil perlukaan dan trombosis pembuluh darah yang menyebabkan luka menjadi hipoksia bila dibandingkan dengan jaringan normal. Pada penelitian ini pasien atau sampel sebanyak 102 penderita, terdiri atas peritonitis lokal karena apendisitis perforasi 77 penderita, peritonitis difus karena apendisitis perforasi 15 penderita, dan peritonitis difus karena perforasi organ berongga 15 penderita.Comment by Acer: CUKUP CANTUMKAN APA YANG MENJADI PROBLEMTIDAK USAH MENYINGGUNG MASALAH SAMPEL DSB I (intervention):Intervensi yang diberikan pada pasien pascaoperasi laparotomi sesuai dengan topik jurnal yaitu pemberian oksigen tingkat tinggi (80%). Pada penelitian ini diberikan oksigen selama 2 jam karena apabila terlalu lama diperkirakan akan timbul tanda-tanda intoksikasi oksigen, terutama oksigen 80%. Oksigen 30% didapat dari nasal kanul dengan oksigen 3 liter, sedangkan oksigen 80% diperoleh dari nonrebreathing mask (NRM) dengan oksigen 10 liter. Penanganan anestesi dilakukan standar dan semua penderita mendapat antibiotik profilaksis. Dengan menggunakan protokol single blind, luka dievaluasi saat penderita pulang atau hari ke-7 jika masih dirawat dan 2 minggu pascaoperasi.Comment by Acer: INTERVENSINYA APA???APA YANG DI LAKUKAN / DIBERIKAN???????????????Dalam literatur dinyatakan bahwa gejala intoksikasi oksigen mulai timbul pada pemberian 8 jam, sehingga penulis mengambil batas yang relatif aman yaitu 2 jam. Penderita dirawat di ruang pemulihan biasanya tidak terlalu lama sampai dijemput untuk kembali ke ruangan, sehingga jika lebih dari 2 jam akan menyulitkan pelaksanaannya. C (comparison)Pada penderita yang mengalami laparotomi eksplorasi, angka kejadian infeksi luka operasi lebih sedikit pada pemberian oksigen 80% bila dibandingkan dengan 30%. Luka operasi akan mengalami kerusakan dari suplai darah lokal sebagai hasil perlukaan dan trombosis pembuluh darah yang menyebabkan luka menjadi hipoksia bila dibandingkan dengan jaringan normal. Tekanan oksigen pada luka sering