isi manual jamur pangan

45
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jamur telah dikenal sebagai mikroorganisme yang dapat merugikan atau menguntungkan makhluk hidup lain. Jamur dapat bersifat parasit, dimana cara hidupnya menumpang pada makhluk hidup lain, sehingga dapat merugikan makhluk yang ditumpangi karena kehadirannya menjadi penyakit. Selain itu, terdapat juga beberapa jamur yang bersifat saprofit, di mana cara hidupnya menumpang pada sisa-sisa makhluk hidup lain sehingga tidak merugikan makhluk hidup yang ditumpanginya. Di antara berbagai jenis jamur yang bersifat saprofit, terdapat jamur yang dapat dimakan karena memiliki kelezatan rasa dan gizi yang tinggi. Kelompok jamur tersebut disebut sebagai jamur pangan, seperti jamur kuping, jamur kancing, jamur shitake, jamur merang, dan jamur tiram putih. Jamur merang dan tiram putih merupakan contoh jamur pangan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Kedua jamur ini hidup dari hasil dekomposisi limbah tumbuhan, di mana jamur merang memerlukan media tumbuh jerami padi sedangkan jamur tiram putih memerlukan serbuk gergaji kayu. Jerami padi merupakan salah satu limbah yang banyak tersedia di desa-desa. Limbah jerami hasil panen padi di banyak tempat umumnya belum banyak dimanfaatkan. Setiap selesai panen padi, limbah tersebut lebih banyak dibakar karena cara ini dianggap lebih praktis tanpa menyadari bahwa cara tersebut dapat menyumbangkan polusi dan meningkatkan kadar CO 2 penyebab meningkatnya suhu bumi. Di samping jerami, beberapa tempat di Indonesia khususnya di tempat-tempat penggergajian kayu juga banyak tersedia limbah serbuk gergaji kayu yang selama ini belum banyak dimanfaatkan pula. Jerami padi dan serbuk gergaji kayu masing-masing merupakan media tumbuh yang sangat bagus bagi jamur pangan jenis jamur merang dan tiram putih. Potensi limbah sangat melimpah di beberapa tempat, terlebih lagi jerami padi yang potensi limbahnya hampir merata di desa-desa. Namun minimnya pengetahuan dan pengusaan teknik budidaya jamur pangan oleh masyarakat menyebabkan masih jarangnya pemanfaatan kedua macam limbah tersebut sebagai media tumbuh jamur pangan yang sesungguhnya dapat menjadi mata pencaharian alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemanfaatannya oleh masyarakat selama ini masih terbatas sebagai bahan pembuatan kompos. Budidaya jamur merang dan tiram putih sebenarnya sudah dikembangkan di beberapa daerah, namun informasi teknik budidayanya masih jarang yang sampai ke masyarakat sehingga budidaya kedua jenis jamur ini belum banyak dilakukan masyarakat di daerah lain. Kalau pun ada yang sudah memulainya, umumnya belum memberikan hasil optimal akibat belum dikuasainya teknik budidaya jamur dengan baik. Ketika teknik budidaya sudah dikuasai dengan baik pun, terkadang masih terbentur kendala kebutuhan bibit jamur, karena selama ini hanya bergantung pada pusat pembibitan jamur yang letaknya jauh dari pembudidaya jamur. Untuk itu perlu dibuatkan sebuah manual yang menginformasikan secara lengkap tentang teknik budidaya jamur merang dan tiram putih mulai dari cara pembuatan bibit hingga produksi jamur. 1.2 Tujuan Pembuatan manual ini bertujuan untuk memberikan informasi lengkap tentang budidaya jamur merang dan tiram putih.

Upload: haris-apriyanto

Post on 02-Jan-2016

131 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Manual Jamur Pangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jamur telah dikenal sebagai mikroorganisme yang dapat merugikan atau menguntungkan

makhluk hidup lain. Jamur dapat bersifat parasit, dimana cara hidupnya menumpang pada

makhluk hidup lain, sehingga dapat merugikan makhluk yang ditumpangi karena

kehadirannya menjadi penyakit. Selain itu, terdapat juga beberapa jamur yang bersifat

saprofit, di mana cara hidupnya menumpang pada sisa-sisa makhluk hidup lain sehingga

tidak merugikan makhluk hidup yang ditumpanginya.

Di antara berbagai jenis jamur yang bersifat saprofit, terdapat jamur yang dapat dimakan

karena memiliki kelezatan rasa dan gizi yang tinggi. Kelompok jamur tersebut disebut

sebagai jamur pangan, seperti jamur kuping, jamur kancing, jamur shitake, jamur merang,

dan jamur tiram putih. Jamur merang dan tiram putih merupakan contoh jamur pangan yang

sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Kedua jamur ini hidup dari hasil dekomposisi

limbah tumbuhan, di mana jamur merang memerlukan media tumbuh jerami padi sedangkan

jamur tiram putih memerlukan serbuk gergaji kayu.

Jerami padi merupakan salah satu limbah yang banyak tersedia di desa-desa. Limbah jerami

hasil panen padi di banyak tempat umumnya belum banyak dimanfaatkan. Setiap selesai

panen padi, limbah tersebut lebih banyak dibakar karena cara ini dianggap lebih praktis tanpa

menyadari bahwa cara tersebut dapat menyumbangkan polusi dan meningkatkan kadar CO2

penyebab meningkatnya suhu bumi. Di samping jerami, beberapa tempat di Indonesia

khususnya di tempat-tempat penggergajian kayu juga banyak tersedia limbah serbuk gergaji

kayu yang selama ini belum banyak dimanfaatkan pula.

Jerami padi dan serbuk gergaji kayu masing-masing merupakan media tumbuh yang sangat

bagus bagi jamur pangan jenis jamur merang dan tiram putih. Potensi limbah sangat

melimpah di beberapa tempat, terlebih lagi jerami padi yang potensi limbahnya hampir

merata di desa-desa. Namun minimnya pengetahuan dan pengusaan teknik budidaya jamur

pangan oleh masyarakat menyebabkan masih jarangnya pemanfaatan kedua macam limbah

tersebut sebagai media tumbuh jamur pangan yang sesungguhnya dapat menjadi mata

pencaharian alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemanfaatannya oleh

masyarakat selama ini masih terbatas sebagai bahan pembuatan kompos.

Budidaya jamur merang dan tiram putih sebenarnya sudah dikembangkan di beberapa daerah,

namun informasi teknik budidayanya masih jarang yang sampai ke masyarakat sehingga

budidaya kedua jenis jamur ini belum banyak dilakukan masyarakat di daerah lain. Kalau pun

ada yang sudah memulainya, umumnya belum memberikan hasil optimal akibat belum

dikuasainya teknik budidaya jamur dengan baik. Ketika teknik budidaya sudah dikuasai

dengan baik pun, terkadang masih terbentur kendala kebutuhan bibit jamur, karena selama ini

hanya bergantung pada pusat pembibitan jamur yang letaknya jauh dari pembudidaya jamur.

Untuk itu perlu dibuatkan sebuah manual yang menginformasikan secara lengkap tentang

teknik budidaya jamur merang dan tiram putih mulai dari cara pembuatan bibit hingga

produksi jamur.

1.2 Tujuan

Pembuatan manual ini bertujuan untuk memberikan informasi lengkap tentang budidaya

jamur merang dan tiram putih.

Page 2: Isi Manual Jamur Pangan

2

BAB II

MENGENAL JAMUR PANGAN

Jamur telah dikenal luas oleh masyarakat baik sebagai jenis-jenis yang merugikan maupun

yang bermanfaat bagi makhluk hidup lain. Terkait dengan sifatnya yang dapat merugikan

atau bermanfaat bagi makhluk hidup lain, maka secara sederhana dampak kehadiran jamur

terhadap tumbuhan dan manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut :

(1) Jamur merugikan tumbuhan sehingga merugikan manusia

Jamur ini bersifat sebagai penyakit (patogen) yang menyebabkan gangguan fisiologi tanaman

sehingga pertumbuhan tanaman terganggu hingga mematikan tanaman. Jika hal ini terjadi

pada tanaman budidaya, maka menyebabkan penurunan hingga kegagalan produksi sehingga

merugikan manusia.

(2) Jamur merugikan tumbuhan namun menguntungkan manusia

Jamur yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan, tetapi menghasilkan nilai ekonomi tinggi

bagi manusia, hal ini misalnya terjadi pada pohon gaharu. Infeksi jamur pada pohon gaharu

merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya gubal gaharu yang wangi jika dibakar.

Gubal gaharu dengan berbagai kualitas telah dikenal luas memiliki nilai jual yang sangat

tinggi sehingga menguntungkan manusia, namun di lain pihak infeksi yang disebabkan oleh

jamur tersebut telah menyebabkan gangguan pertumbuhan hingga kematian pohon yang

terinfeksi jamur sehingga kehadirannya merugikan tumbuhan.

(3) Jamur menguntungkan tumbuhan sehingga menguntungkan manusia

Jamur ini merupakan jamur yang hidup di tanah dan mengkolonisasi perakaran tanaman.

Infeksi jamur ke dalam sistem perakaran tidak merugikan tanaman karena jamur kelompok

ini hanya menggunakan sisa-sisa karbohidrat sederhana di perakaran tanaman dan tidak

merusak jaringan tanaman. Di lain pihak kehadiran jamur ini justru memberikan manfaat

bagi tanaman, antara lain : (a) meningkatkan serapan hara penting bagi tanaman khususnya

fosfor sehingga tanaman tumbuh lebih subur, (b) miselia jamur yang menyelimuti perakaran

tanaman justru melindung tanaman dari serangan patogen akar, (c) jamur menghasilkan

hormon perangsang akar sehingga merangsang pertumbuhan akar tanaman, (d) membantu

penyerapan air melalui hifa-hifa jamur. Beberapa manfaat tersebut menyebabkan peningkatan

pertumbuhan dan kemampuan daya adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan yang

ekstrim sehingga pada gilirannya memberi manfaat bagi manusia.

Beberapa jamur lain bersifat saprofit dimana dalam memenuhi kebutuhan makanannya

diperoleh dari sisa-sisa pelapukan tanaman. Proses pelapukan itu sendiri (dekomposisi) dapat

dilakukan oleh jamur maupun bakteri. Hasil pelapukan dari bahan organik yang telah mati

pada gilirannya akan menghasilkan pupuk organik. Ketersediaan pupuk organik sangat

bermanfaat bagi tumbuhan yang pada gilirannya juga memberi manfaat bagi manusia.

(4) Jamur tidak merugikan tumbuhan namun menguntungkan manusia

Jamur yang bersifat saprofit kehadirannya tidak merugikan tumbuhan karena hidup dari

proses pelapukan sisa-sisa bahan organik. Beberapa jamur saprofit bahkan dapat dimakan

oleh manusia karena selain rasanya yang lezat, kandungan gizinya cukup tinggi sehingga

memberi berbagai manfaat bagi kesehatan manusia. Jamur ini termasuk dalam kelompok

jamur pangan, antara lain : jamur merang, jamur tiram, jamur kancing, dan jamur kuping.

Page 3: Isi Manual Jamur Pangan

3

2.1 Jenis Jamur Pangan

Di dunia ada sekitar 2000 jenis jamur dan lebih kurang 25%-nya adalah jenis jamur pangan

atau jamur konsumsi yang bisa dimakan. Jamur pangan atau jamur konsumsi merupakan

sebutan untuk berbagai jenis jamur yang biasa dijadikan bahan makanan, enak dimakan, bisa

berupa produk hasil budidaya atau panen dari alam bebas karena teknik budidaya belum

diketahui. Beberapa jenis jamur pangan yang sudah dikenal antara lain :

Tabel 1. Beberapa Jenis Jamur Pangan

No. Jenis jamur Keterangan

1 Jamur kancing atau

champignon (Agaricus

bisporus)

Jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di

dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia.

Jamur kancing sering juga disebut dengan

champignon. Bentuknya memang menyerupai

kancing sehingga disebut dengan jamur kancing.

Warnanya kecokelatan dengan permukaan licin.

Tekstur dagingnya kenyal, lezat diolah menjadi isi

sup, ditumis, dipepes maupun dimasak dengan

campuran sayuran, daging, ayam maupun seafood.

2. Jamur tiram atau hiratake

(Pleurotus sp)

Sekitar 25% dari total produksi jamur dunia berupa

jamur tiram. Tiongkok merupakan produsen jamur

tiram yang utama. Bentuknya mirip dengan

cangkang tiram, teksturnya lunak dengan warna

putih bersih. Jamur jenis ini sangat cocok diolah

menjadi tumisan, dimasak ala oriental maupun

campuran sapo dan sup bening. Dipasaran jamur

tiram dikenal juga dengan sebutan jamur hiratake.

3 Jamur merang (Volvariella

volvaceae)

Sekitar 16% dari total produksi jamur dunia berupa

jamur merang. Jamur merang berwarna abu-abu dan

ada semburat kehitaman. Biasanya jamur merang

dipanen sebelum mekar sehingga bentuknya

menyerupai kuncup terbungkus oleh selongsong

berwarna kecoklatan. Tekstur jamur merang lunak

dan kenyal. Lezat dimasak menjadi masakan Cina,

tumisan, isi sup dan pepes jamur.

4 Jamur shiitake (Lentinus

edodes)

Paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di Jepang,

Tiongkok, dan Korea Selatan. Sekitar 10% dari total

produksi jamur dunia berupa jamur shiitake.

Biasanya diolah menjadi bahan sapo jamur, diolah

sebagai bahan tumisan dengan saus tiram, isi sup

maupun menjadi hidangan panggang. Tekstur jamur

shiitake kenyal dan memiliki daging yang tebal.

Jamur shiitake memiliki aroma yang khas seperti bau

jengkol dan warna hitam pekat pada bagian bawah

jamur

Page 4: Isi Manual Jamur Pangan

4

5 Jamur kuping putih (Tremella

fuciformis), jamur kuping

hitam (Auricularia

polytricha) dan jamur kuping

merah (Auricularia auricula-

judae)

Jamur yang banyak dipakai untuk masakan

Tionghoa. Bentuknya berkerut menyerupai telinga,

karenanya orang menyebut dengan sebutan jamur

kuping. Teksturnya kenyal dan agak liat. Di pasaran

dijual dalam keadaan kering maupun segar. Jamur

kuping kering harus direndam terlebih dahulu

dengan air hingga teksturnya lunak baru diolah

menjadi masakan. Warna jamur kuping kehitaman.

Lezat diolah menjadi campuran sup bening seperti

sup kimlo, tumisa. Masakan Cina paling banyak

menggunakan jenis jamur kuping.

6 Jamur maitake (Grifola

frondosa)

Mengeluarkan aroma harum kalau dimasak, dikenal

dalam bahasa Inggris sebagai hen of the woods.

Page 5: Isi Manual Jamur Pangan

5

BAB III

BUDIDAYA JAMUR MERANG

3.1 Mengenal Jamur Merang

Jamur merang atau dikenal dengan nama ilmiah Volvariella volvacea merupakan salah satu

jenis jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang

beriklim tropis atau sub-tropis, termasuk di Indonesia. Saat masih muda tubuh buahnya

berbentuk bulat telur berwarna cokelat gelap hingga abu-abu dan dilindungi selubung. Pada

tubuh buah jamur merang dewasa, tudung berkembang seperti cawan berwarna coklat tua

keabu-abuan dengan bagian batang berwarna coklat muda. Untuk keperluan konsumsi atau

pasar maka dipilih tubuh buah yang masih muda yang tudungnya belum berkembang.

Jamur merang termasuk jamur kompos artinya tumbuh pada media hasil pengomposan.

Sesuai namanya maka jamur ini tumbuh baik pada media jerami padi yang telah

dikomposkan. Jamur ini dikenal sebagai “Jamur Hangat” karena mampu bertahan hidup pada

suhu relatif tinggi, yaitu 30-38oC, suhu terbaik bagi pertumbuhannya adalah 35

oC.

Jamur merang memiliki beberapa kandungan nutrisi bermanfaat, yaitu : (a) mandungan

protein sangat tinggi, (b) mengandung mineral penting bagi tubuh, seperti : fosfor, kalium,

zat besi, kalsium, dan magnesium, (c) mengandung zat antibiotik yang berguna bagi tubuh,

(d) mengandung serat, (e) mengandung vitamin B komplek dan C. Karena kandungan nutrisi

tersebut maka jamur merang memiliki beberapa manfaat, antara lain : (a) Menurunkan

tekanan darah tinggi dan penyakit stroke, (b) mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker,

(c) kandungan protein yang tinggi sangat baik untuk membantu metabolisme dalam tubuh,

(d) kandungan vitamin menyebabkan meningkatknya daya tahan tubuh terhadap penyakit, (e)

kandungan zat eritadenin mampu menawarkan racun dalam tubuh, (f) kandungan zat

antibiotik mampu mengurangi resiko terkena berbagai penyakit, (g) kandungan seratnya baik

untuk sistem pencernaan, (h) berguna untuk diet, dan (i) kandungan enzim tripsin bermanfaat

untuk proses pencernaan.

Gambar 1. Bentuk tubuh buah jamur merang

Page 6: Isi Manual Jamur Pangan

6

3.2 Cara Budidaya Jamur Merang

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa media tumbuh utama jamur merang adalah

jerami padi. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, secara alami jamur merang

sebenarnya dapat tumbuh pada tumpukan jerami hasil limbah pemanenan padi, namun tubuh

buah jamur yang dihasilkan tidak melimpah, beberapa tumpukan limbah jerami malah

terkadang tidak menghasilkan tubuh buah jamur merang. Agar diperoleh hasil jamur yang

optimal maka perlu dilakukan budidayanya dengan tetap memperhatikan pemenuhan

kebutuhan persyaratan kondisi lingkungan tumbuh jamur.

3.2.1 Penyiapan Sarana dan Prasarana

A. Rumah Jamur (Kumbung)

(a) Ruang pertumbuhan jamur : dapat dibuat dengan ukuran 4 m x 7 m dan tinggi 4 m,

seluruh bagian baik dinding maupun atapnya dilapisi plastik PE (polyethylene) ketebalan 0,12

mm, rangka dibuat dari jenis bambu tali, sebaiknya bambu yang digunakan sudah kering

agar kuat dan tahan lama. Ruang pertumbuhan memiliki pintu dan jendela yang dapat dibuat

di bagian depan dan belakang, lantai ruang pertumbuhan jamur cukup dari tanah, namun bisa

juga lantai dapat dibuat dari semen (periksa Gambar 2).

(b) Penaung : dapat dibuat dari bahan yang teduh dan tidak tembus air, misalnya

bonet/karpet/rumbia. Digunakan untuk menaungi rumah pertumbuhan jamur baik dari bagian

atas, namun beberapa kumbung juga ada yang menjadikannya sebagai penaung dari samping;

(c) Dinding : digunakan untuk melapisi bagian luar dari ruang pertumbuhan jamur, dapat

dibuat dari steroform, geribik, ada juga yang menggunakan terpal (periksa Gambar 3)

Gambar 2. Pembuatan rumah kumbung (A), seluruh ruang pertumbuhan dilapisi plastik PE

(B), model atap dari bonet (C), dan model pintu dan jendela kumbung (D)

A B

C D

Page 7: Isi Manual Jamur Pangan

7

Gambar 3. Model dinding rumah jamur : dilapisi terpal (A), dilapisi steroform (B),

penaung samping dari bonet (C), dan dilapisi geribik (D)

B. Rak Pertumbuhan Jamur

Sebenarnya rak pertumbuhan jamur dibuat menyatu dengan ruang pertumbuhan jamur,

maksudnya ketika dalam pembuatan rumah pertumbuhan juga sekaligus dengan pembuatan

rak pertumbuhan jamur. Rak dibuat dari jenis bambu tali yang sudah kering sehingga lebih

kuat dan awet. Diamater bambu sebaiknya berkisar 6-7 cm dengan ukuran lebar 1 m x

panjang 6 m. Satu rumah kumbung terdiri dari dua rak yang dibuat bertingkat sebanyak : (a)

5 tingkat, dimana tinggi dari atas tanah 70 cm, tinggi tingkat I : 65 cm, tingkat II : 60 cm,

tingkat III : 55 cm, tingkat IV : 50 cm, dan jarak tingkat V ke atap atas : 90 cm, atau (b) 6

tingkat, maka tinggi dari atas tanah 70 cm, tinggi tingkat I : 60 cm, tingkat II : 55 cm, tingkat

III : 50 cm, tingkat IV : 45, tingkat V : 40 cm, dan jarak tingkat VI ke atap atas : 90 cm.

Tiang rak didirikan di atas tembok semen, selain dipaku setiap bagian sudut bambu juga

diikat dengan tali plastik agar lebih kokoh (Lihat Gambar 4).

Gambar 4. Model rak pertumbuhan jamur (A), sudut bambu dipaku dan diikat (B)

A

A B

B

C D

Page 8: Isi Manual Jamur Pangan

8

Gambar 5. Tata letak rumah jamur

C. Alat Sterilisasi/Penyetiman

Alat sterilisasi dibuat dari drum bekas, untuk satu kumbung diperlukan 3-4 drum bekas.

Untuk sekali sterilisasi memerlukan 2 m3

kayu bakar atau dapat menggunakan semawar

dengan gas elpiji ukuran 3 kg. Dalam hal ini yang disterilkan adalah bagian dalam

kumbung/rumah pertumbuhan jamur dan kompos media tumbuh jamur yang sudah diletakkan

pada rak pertumbuhan. Proses sterilisasi menggunakan uap panas dari air mendidih dalam

drum yang dialirkan ke kumbung dengan menggunakan bambu atau selang besi (Gambar 6).

Gambar 6. Alat sterilisasi drum (A) dan bambu untuk mengalirkan uap panas (B)

A B

Page 9: Isi Manual Jamur Pangan

9

D. Rumah Penyimpanan Jerami

Selama ini para pembudidaya jamur merang lebih menggantungkan jerami padi sebagai

bahan utama dalam pembuatan jamur merang. Oleh sebab itu agar jerami padi tetap tersedia

meskipun di luar musim panen, maka perlu disediakan rumah penyimpanan jerami. Rumah

penyimpanan jerami dibuat secara sederhana, prinsipnya rumah diberi atap agar jerami tetap

kering saat musim hujan, untuk menghindari aliran air ke jerami yang disimpan, maka perlu

dibuat aliran air di sekitar rumah penyimpanan tersebut. Dengan demikian keberlanjutan

proses pembuatan jamur merang tidak terhambat oleh musim panen padi, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Potensi jerami (A) dan tempat pengumpulan jerami (B)

E. Bak Perendam

Semua bahan media tumbuh jamur merang harus dikomposkan terlebih dahulu sebelum

digunakan untuk pertumbuhan jamur merang. Agar proses pengomposan dapat berjalan,

maka salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah meningkatkan kondisi kadar air media

(sekitar 30%), karena umumnya jerami atau media tambahan lain (limbah kapas, ampas aren,

kardus) dalam kondisi kering. Untuk itu jerami maupun bahan media lain seperti limbah

kapas sebelum pengomposan perlu direndam air terlebih dahulu pada tempat perendaman

sebagaimana disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Tempat perendaman jerami (A) dan limbah kapas (B)

A B

A B

Page 10: Isi Manual Jamur Pangan

10

3.2.2 Penyiapan Alat dan Bahan

Untuk membuat jamur merang menggunakan kumbung ukuran 4 m x 7 m, maka bahan-bahan

yang diperlukan adalah : (a) Jerami kering (300 ikat @ 5 kg/ikat =1500 kg), (b) Limbah

kapas (300 kg), (c) Dedak halus (150 kg), (d) Kapur pertanian/bangunan (3 karung @ 25 kg =

75 kg), (e) Kayu bakar (2 m3), dan (f) Bibit jamur merang (75 baglog). Adapun alat-alat yang

dibutuhkan antara lain : handsprayer, terpal, tali plastik, sekop, ember, cangkul, garpu/garuk,

dan termometer ruangan.

Gambar 9. Bahan media tumbuh : kapas bekas (A) dan jerami (B)

3.2.3 Tahap Pembuatan Jamur Merang

A. Pengomposan Media Tumbuh

Media tumbuh jamur merang harus dikomposkan dahulu dengan cara sebagai berikut :

Pengomposan Tahap I : Jerami kering dikumpulkan dalam bak penampung air, proses

perendaman dilakukan dengan cara menginjak-injak atau membiarkan dalam air rendaman

hingga basah merata. Hal yang sama dilakukan terhadap limbah kapas. Setelah seluruh

bagian jerami basah, maka ditumpuk pada suatu tempat hingga membentuk gundukan. Untuk

kumbung 4 m x 7 m, maka jerami

basah akan membentuk gundukan

dengan ukuran sekitar 3 m x 4 m

dan tinggi 1,5 m. Jerami yang telah

direndam tersebut sebelum

ditumpuk dibuat bulatan-bulatan

bola agar memadat, baru ditumpuk.

Agar tetap padat, maka jerami ditata

membentuk gundukan sambil

diinjak-injak. (Periksa Gambar 10).

Untuk limbah kapas/kardus/ampas

aren dibuat gundukan secara

terpisah dari jerami. Setelah seluruh

jerami membentuk gundukan, maka

tutup seluruh gundukan secara rapat

menggunakan terpal dan diikat

A B

Gambar 10. Pembuatan gundukan jerami

Page 11: Isi Manual Jamur Pangan

11

dengan tali plastik. Hal yang sama juga dilakukan pada media tumbuh lain seperti limbah

kapas. Biarkan gundukan tertutup terpal selama 5 hari. Pada tahap ini gundukan jerami

maupun limbah kapas tidak perlu ditambahkan dedak maupun kapur, di samping itu sejak

dimulainya pengoposan Tahap I, pemesanan bibit jamur merang juga sudah bisa mulai

dilakukan.

Gambar 11. Proses pengomposan Tahap I untuk jerami (A) dan limbah kapas (B)

Pengomposan Tahap II : Setelah lima hari pengomposan tahap I berakhir, maka buka terpal

yang telah menutup jerami. Buatkan tempat gundukan baru, bisa berdampingan dengan

tempat gundukan pertama. Sebelum jerami hasil pengomposan tahap I dibuatkan gundukan

baru, maka lantai tanah ditaburi secara tipis kapur dan dedak terlebih dahulu. Selanjutnya

letakkan jerami setinggi 10 cm-an, kemudian taburi dedak dan kapur kembali, lalu tumpuk

jerami kembali di atasnya, dan taburi kapur dan dedak kembali, demikian seterusnya dengan

cara yang sama hingga seluruh jerami tertumpuk. Hal yang sama dilakukan pada kompos

limbah kapas atau media jamur lainnya.

Gambar 12. Penaburan dedak pada jerami (A) dan kapur pada limbah kapas (B)

Total kebutuhan dedak dan kapur untuk pengomposan Tahap II pada jerami masing-masing

adalah 100 kg dedak dan 50 kg kapur, adapun untuk limbah kapas masing-masing adalah 50

kg dedak dan 25 kg kapur. Setelah dedak dan kapur tersebar merata pada setiap lapisan

B A

A B

Page 12: Isi Manual Jamur Pangan

12

jerami maupun kapas, maka tutup kembali masing-masing kompos jerami dan kapas dengan

terpal, kemudian diikat tali plastik. Biarkan proses pengomposan berjalan selama 5 hari.

Seperti halnya pada pengomoposan Tahap I, maka pengomposan jerami dan kapas Tahap II

juga dilakukan secara terpisah. Dengan demikian seluruh proses pengomposan memerlukan

waktu selama 10 hari.

B. Meletakkan Media Tumbuh pada Rak

Setelah proses pengomposan Tahap II selesai (10 hari), maka kompos jerami dan limbah

kapas siap diletakkan dan ditata di rak pertumbuhan. Kegiatan penataan media tumbuh

dilakukan pada hari ke-11. Pada kondisi ini, media tumbuh hasil pengomposan Tahap II

masih menunjukkan suhu yang cukup tinggi (± 50 oC). Proses penataan dilakukan sebagai

berikut :

- Buka terpal pengomposan jerami dan kapas, kemudian angkut ke dalam rumah jamur,

gunakan garpu/garuk untuk membantu proses pemindahannya.

- Letakkan terlebih dahulu kompos jerami pada rak pertumbuhan hingga setebal 30 cm/satu

jengkal.

- Letakkan kompos limbah kapas atau media lainnya di atas kompos jerami hingga setebal 5

cm

Gambar 13. Memasukkan kompos jerami ke kumbung (A), menata media jerami rak bawah

(B) dan rak atas (C), kompos limbah kapas di atas kompos jerami (D)

A

D C

B

Page 13: Isi Manual Jamur Pangan

13

C. Sterilisasi/Penyetiman

Penyetiman dilakukan pada hari ke-12 setelah seluruh media diletakkan di rak dan dapat

dilakukan mulai pukul 07.00-14.00. Penyetiman dimaksudkan untuk mematikan semua jenis

mikroba yang tidak diinginkan agar tidak menjadi pesaing bagi pertumbuhan jamur merang.

Tumbuhnya mikroba pesaing tersebut dapat menghambat pertumbuhan jamur merang

sehingga berakibat pada penurunan produksi tubuh buah.

Pada tahap awal proses penyetiman, maka drum diisi air hingga penuh lalu rebus drum

menggunakan kayu bakar (sebanyak 2 m3) hingga menghasilkan uap panas. Penyetiman cara

ini menggunakan uap panas dari air mendidih yang direbus dalam drum. Uap panas tersebut

dialirkan melalui pipa besi atau bambu sehingga memanasi seluruh ruangan kumbung

termasuk media kompos jerami dan kapas yang telah ditata pada rak. Pada saat penyetiman

maka jendela dan pintu ditutup rapat. Pasang termometer dengan cara memasukkan dari luar

kumbung agar mudah dalam mengecek suhu ruang yang disterilkan.

Proses penyetiman memerlukan total waktu sekitar 7 jam yang dimulai sejak pembakaran

kayu. Suhu dalam kumbung akan terus meningkat sejalan dengan berjalannya proses

perebusan air dalam drum. Ketika suhu kumbung sudah mencapai 70o

C, maka pertahankan

suhu tersebut selama 3 jam, kemudian api baru dimatikan. Jika suhu mencapai 75oC atau

lebih tinggi, maka perlu diturunkan kembali hingga mendekati suhu 70o C dengan cara

mengurangi api.

Gambar 14. Pengisian air pada drum (A), Pemanasan air dalam drum (B), sterilisasi rumah

kumbung (C), pengontrolan suhu dari luar kumbung (D)

Penyetiman dengan uap panas secara terus-menerus akan menyebabkan plastik kumbung

mengembang dan jika dibiarkan dapat pecah, oleh sebab itu kurangi api pemanas drum jika

suhu mencapai 75o

C atau lebih. Pada suhu yang sangat tinggi (> 80o C), panas hasil proses

A B

C D

Page 14: Isi Manual Jamur Pangan

14

penyetiman dapat menyebabkan keringnya media tumbuh jamur yang pada gilirannya bisa

menyebabkan terbakarnya media jamur.

Uap yang dialirkan ke kumbung pada proses penyetiman ini sangat panas, oleh sebab itu

jangan sekali-kali membuka pintu kumbung saat proses sterilisasi karena uap panas akan

menyembur keluar dan dapat melukai tubuh. Setelah sterilisasi selesai, maka biarkan

kumbung selama 24 jam. Pada pukul 14.00 keesokan harinya, buka jendela hingga membuka

½ bagian selama 1 jam, lalu lakukan penaburan bibit pada pukul 15.00.

D. Pengadaan Bibit Jamur

Pengadaan bibit jamur merang sudah dapat mulai dilakukan saat proses pengomposan jerami

Tahap I dimulai. Bibit yang dipesan jangan sampai termasuk bibit kadaluarsa, artinya umur

miselia yang terlalu tua atau sebaliknya masih terlalu muda karena hal ini menyebabkan

pertumbuhan miselia jamur pada media dalam rak tidak berjalan optimal, bahkan bisa tidak

tumbuh sama sekali. Oleh sebab itu pemesanan bibit harus hati-hati, berdasarkan

pengalaman bibit yang dibeli sebaiknya berumur antara 10 – 17 hari ketika akan dilakukan

penaburan bibit. Jika pada hari pertama pengomposan Tahap I kita sudah memesan bibit

jamur, maka bibit jamur saat ditabur akan berumur sekitar 13 hari sehingga umur bibit

tersebut masih masuk pada interval umur bibit jamur yang disarankan.

Gambar 15. Bibit jamur merang dalam kemasan baglog (A) dan tanggal pembuatan bibit (B)

Gambar 15B memperlihatkan bahwa bibit jamur merang pada baglog tertulis 27 artinya bibit

tersebut dibuat pada tanggal 27 (misalkan 27 Januari 2012), hal ini berarti bibit tersebut

masih baik untuk dilakukan penaburan pada media tumbuh jamur di dalam rak pertumbuhan

pada tanggal 6 – 13 Februari 2012 (yaitu 10-17 hari setelah pembuatan bibit). Sebaliknya,

bibit sebaiknya tidak ditabur sebelum tanggal 6 Februari atau setelah tanggal 13 Februari.

Demikian seterusnya bahwa penandaan tanggal akan selalu dituliskan pada baglog oleh

pembuat bibit jamur sebagai dasar informasi penggunaan bibit jamur.

E. Penanaman Bibit Jamur

Penanaman bibit dilakukan di hari ke-13 yaitu sekitar 24 jam setelah proses penyetiman

selesai, tepatnya kira-kira pada pukul 15.00-an pada keesokan harinya. Bibit yang diperlukan

adalah 1 baglog/m2 media. Untuk kumbung ukuran 4 m x 7 m diperlukan bibit jamur merang

A B

Page 15: Isi Manual Jamur Pangan

15

sekitar 70-75 baglog. Sebelum penanaman bibit, baglog-baglog bibit jamur merang dapat

dikumpulkan dan dibuka/disobek lalu dikumpulkan dalam satu wadah ember bersih. Hal ini

untuk memudahkan saat proses penaburan bibit di rak (Gambar 16).

Gambar 16. Pengumpulan bibit jamur merang dalam wadah ember

Penanaman bibit dilakukan dengan cara menabur bibit jamur secara merata di atas media

tumbuh. Diperkirakan setiap 1m2 media memerlukan 1 baglog bibit jamur. Bibit jamur juga

dapat ditanam pada media tumbuh

di bagian bawah rak, yaitu dengan

cara menyelip-nyelipkan bibit

jamur pada media tersebut.

Penanaman bibit jamur pada model

rak bambu seperti ini

memungkinkan tubuh buah tidak

hanya tumbuh pada bagian atas

media tetapi dapat juga tumbuh

pada bagian bawah maupun

samping media pada rak.

Lakukan penaburan bibit secara

cepat. Diperlukan 3-4

orang/kumbung agar penaburan

dapat selesai dalam waktu 1 jam.

Lakukan penaburan bibit jamur

secara merata. Bibit jamur yang

bagus jika masih putih dan

sebaiknya sudah dipesan pada saat

dimulai pengomposan Tahap I.

Segera tutup kembali seluruh ventilasi (jendela dan pintu) setelah penaburan bibit selesai.

Selanjutnya biarkan proses pertumbuhan miselia jamur berlangsung.

Gambar 17. Penanaman bibit jamur

Page 16: Isi Manual Jamur Pangan

16

F. Pemeliharaan

Empat hari setelah penaburan bibit (hari ke-17), perlu lakukan pengkabutan, hal ini

disebabkan biasanya media kompos jerami dan limbah kapas menunjukkan tanda-tanda

kekeringan. Penyiraman dilakukan secara pengkabutan, yaitu penyiraman air secara halus,

hal ini dapat dilakukan menggunakan alat pengkabutan atau handsprayer halus dengan cara

menyemprotkan kabutnya saja. Prinsipnya pengkabutan adalah untuk menjaga media agar

tetap lembab. Setelah pengkabutan selesai tutup kembali kumbung dan biarkan selama 2

hari. Dua hari kemudian (hari ke-19) jendela kumbung dibuka ½ bagian. Pada periode ini

miselia jamur akan terus tumbuh dan menghasilkan tubuh buah jamur yang belum siap

dipanen. Pertumbuhan misalia jamur merang ditandai oleh munculnya warna putih seperti

kapas secara menyeluruh pada media tumbuh. Beberapa waktu kemudian miselia putih akan

terlihat menggumpal dan membentuk tubuh buah jamur merang dengan ukuran yang makin

membesar.

Gambar 18. Proses pengkabutan kumbung dan media tumbuh jamur

G. Pemanenan

Jamur mulai dipanen kira-kira pada 10 hari setelah penaburan (sekitar hari ke-23). Panen

dapat dilakukan setiap hari hingga persediaan makanan dalam media habis, hal ini

ditunjukkan oleh makin menurunnya produksi jamur. Setiap hari dalam satu kumbung dapat

dipanen 20-40 kg jamur dan untuk satu periode dapat diproduksi sekitar 200-250 kg jamur.

Pemanenan harus dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan cara cukup memotong bagian

kepala tubuh buah jamur saja, bagian batang apalagi miselia di bawahnya jangan sampai

tercabut, karena akan mengganggu proses pertumbuhan miselia tersebut yang seharusnya

akan menjadi bakal tubuh buah.

Page 17: Isi Manual Jamur Pangan

17

Gambar 19. Kondisi tubuh buah jamur tepat waktu panen (A) dan telat waktu panen (B)

Jika kegiatan pemanenan terlambat, maka tubuh buah yang terus tumbuh tersebut akan mekar

membentuk seperti payung, namun kondisi tubuh buah semacam ini telah dinilai sebagai

tubuh buah berkualitas afkir/BS. Jamur merang yang telah dipanen, sebaiknya dapat segera

dipasarkan karena jamur yang dibiarkan terlalu lama maka tubuh buahnya akan terbelah dan

membentuk payung. Pada kondisi seperti ini, jamur merang akan masuk kriteria afkir atau

dikenal dengan istilah BS. Umumnya jamur-jamur BS memiliki harga lebih rendah bahkan

kadang turun hingga 50% dari harga jamur kualitas utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 20.

Gambar 20. Jamur kualitas utama/belum mekar (A), jamur afkir/BS, tubuh buah mekar (B)

Namun terkadang beberapa usaha budidaya jamur ini juga mengalami kegagalan, kegagalan

produksi dapat disebabkan oleh : (a) Proses sterilisasi yang kurang optimal, (b) Kualitas bibit

yang tidak bagus/bibit kadaluarsa, (c) Penempatan jerami di rak kurang padat, (e)

Penggunaan kembali media tumbuh jamur.

A B

A B

Page 18: Isi Manual Jamur Pangan

18

3.3 Analisis Usaha Jamur Merang

Tabel 2. Analisis Usaha Jamur Merang

No Uraian Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

A Modal Tetap

1 Bambu 300 batang 5.000 1.500.000

2 Plastik PE 0,12 mm 1 gulung 400.000 400.000

3 Tambang plastik ukuran

3 mm

3 gulung 50.000 150.000

4 Paku (ukuran 12, 10, 7,

5)

12 kg 20.000 240.000

5 Drum 3 buah 150.000 450.000

6 Pipa besi 3 inch 5 m 40.000 200.000

7 Semen 3 sak 75.000 225.000

8 Batu bata 500 buah 500 250.000

9 Pasir 1 colt 150000 150.000

10 Garpu besi 2 buah 50.000 100.000

11 Termometer ruang 1 buah 30.000 30.000

12 Handsprayer 1 buah 400.000 400.000

13 Ember plastik (5 liter) 2 buah 30.000 60.000

14 Timbangan duduk (15

kg)

1 buah 100.000 100.000

15 Pompa air kecil 1 buah 500.000 500.000

16 Selang plastik 50 m 3.000 150.000

17 Bonet/karpet 100 m 10.000 1.000.000

18 Tukang pembuatan

kumbung

14 HOK 50.000 700.000

Sub-total A (Modal Tetap) 6.605.000

B Biaya Variabel

B.1 Bahan

1 Jerami kering 1,5 ton 300.000 450.000

2 Dedak halus 150 kg 1.500 225.000

3 Limbah kapas 300 kg 1.000 300.000

4 Kapur kaptan 75 kg 1.000 75.000

5 Bibit jamur merang dan

paket

75 log 3.000 225.000

6 Kayu bakar 2 m3 125.000 250.000

Sub-total B1 1.525.000

Page 19: Isi Manual Jamur Pangan

19

B.2 Tenaga Kerja

1 Proses pengomposan 7 HOK 50.000 350.000

2 Penataan media dalam

rak

3 HOK 50.000 150.000

3 Proses sterilisasi

kumbung

2 HOK 50.000 100.000

4 Penaburan bibit jamur 2 HOK 50.000 100.000

5 Pemeliharaan 2 HOK 50.000 100.000

6 Pembongkaran media 2 HOK 50.000 100.000

7 Pembersihan kumbung 1 HOK 50.000 50.000

Sub-total B2 950.000

Sub-Total B (Biaya Variabel) 2.475.000

C Hasil Produksi

1 Hasil produksi Super 175 kg 18.000 3.150.000

2 Hasil produksi BS 35 kg 12.000 420.000

Sub-Total C (Penerimaan) 3.570.000

Pendapatan (C-B) 1.095.000

Keterangan : Satu periode produksi memerlukan waktu 40 hari, sehingga dalam 1 tahun

dapat melakukan 9 kali produksi.

Page 20: Isi Manual Jamur Pangan

20

Gambar 21. Jamu Tiram Putih

BAB IV

BUDIDAYA JAMUR TIRAM

4.1 Mengenal Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang sering dikenal dengan sebutan King Oyster

Mushroom adalah jamur pangan dari kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum

tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip

cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur ini memiliki miselia berwarna

putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Miselia dan tubuh buah tersebut berkembang baik

pada suhu 26 – 30o

C, namun pada suhu lebih dingin sekitar 22o C, miselia dan tubuh buah

masih dapat tumbuh.

Jamur tiram termasuk salah satu jamur

kayu sehingga di alam bebas jamur jenis

ini banyak kita jumpai pada batang-batang

kayu yang telah lapuk baik di pekarangan

maupun hutan. Berdasarkan cara

pertumbuhan alami inilah, maka untuk

membudidayakan jamur tiram

memerlukan media tumbuh yang mirip

dengan media tumbuh alaminya yaitu

kayu lapuk.

Beberapa media utama untuk

pertumbuhan jamur tiram pada dasarnya

banyak dijumpai di sekitar kita, antara lain

: serbuk gergaji kayu, sekam padi, jerami, hingga ampas tebu. Berbagai media utama tersebut

tentu akan menghasilkan produksi jamur yang bervariasi. Dewasa ini penggunaan serbuk

gergaji sebagai media utama pertumbuhan lebih banyak digunakan oleh para pembudidaya

jamur tiram.

Di samping media utama, untuk merangsang dan menghasilkan pertumbuhan optimal, maka

masih ditambahkan bahan-bahan lain seperti : dedak, kapur, dan gips. Penambahan bahan-

bahan ini memiliki manfaat sebagai berikut :

Dedak/bekatul : kaya karbohidrat, karbon, nitrogen dan vitamin B kompleks yang bisa

mempercepat pertumbuhan miselium dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur.

Kapur : selain sebagai sumber kalsium, kapur berfungsi meningkatkan pH media tanam

jamur agar sesuai untuk pertumbuhan jamur.

Gips (CaSO4) : untuk memperkokoh campuran media jamur sehingga tidak mudah

pecah

Saat ini jamur tiram telah dikenal luas sebagai makanan, namun di samping itu jamur tiram

memiliki beberapa manfaat lain, seperti : anti tumor, anti bakterial, antioksidan, anti kanker,

anti virus, membunuh nematoda, menurunkan kolesterol, mengurangi lemah jantung, obat

penyakit lever, diabetes, dan anemia.

Budidaya jenis jamur tiram memiliki beberapa keunggulan, antara lain : budidayanya cukup

mudah, dapat dilaksanakan mulai dari skala rumah tangga hingga industri, bersifat mandiri,

Page 21: Isi Manual Jamur Pangan

21

maksudnya bahan baku yang disediakan tidak tergantung pada pelaku produsen lain tetapi

cukup dengan memanfaatkan limbah di sekitar kita (serbuk gergaji, sekam padi, ampas tebu,

dll.), cepat memberikan hasil (dalam 6 minggu jamur sudah bisa dijual), menciptakan

lapangan kerja, sedikit limbah (limbah bag log dapat dimanfaatkan untuk kompos), dan

budidayanya tidak mengenal musim. Oleh sebab itu, budidaya jamur tiram merupakan salah

satu usaha ramah lingkungan dan dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat.

4.2 Pembuatan Bibit Jamur

Untuk memproduksi jamur tiram putih tentu harus tersedia bibit jamur. Bibit jamur tersebut

diharapkan dapat menghasilkan tubuh buah, karena kesalahan menggunakan sumber bibit

dapat menyebabkan jamur yang berkembang hanyalah miselia saja (kumpulan benang-

benang hifa jamur) tanpa menghasilkan tubuh buah. Hal ini tentu tidak kita inginkan, karena

budidaya jamur tentu bertujuan untuk menghasilkan tubuh buah jamur.

Untuk itu perlu diketahui tingkatan pembibitan jamur mulai dengan sumber dari tubuh buah

langsung yang kemudian dilanjutkan melakukan perbanyakan menggunakan miselia-miselia

jamur yang telah tumbuh dari hasil pembiakan dari tubuh buah (isolasi) tersebut. Tingkatan

pembibitan jamur tiram dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tubuh buah jamur tiram dipilih, kemudian diiris bagian tudungnya yang banyak

mengandung spora, selanjutnya irisan diletakkan pada media PDA (Potato Dextros

Agar) dalam cawan petri dan dibiarkan dalam beberapa hari. Dari irisan tubuh buah

tersebut akan berkembang membentuk miselia jamur warna putih mirip kapas yang

semakin banyak memenuhi seluruh media dalam cawan petri. Semua proses ini

dilakukan secara steril. Miselia yang telah tumbuh tersebut selanjutnya kita sebut

sebagai bibit F0 (Tingkat I atau keturunan I)

Dari bibit F0, selanjutnya miselia jamur tiram dapat diperbanyak atau ditumbuhkan

kembali dengan cara mengambil miselia F0 untuk ditumbuhkan pada media shorgum

atau jagung pipilan. Setelah beberapa hari, miselia akan tumbuh dan berkembang

pada media baru tersebut hingga memenuhi seluruh media. Miselia yang tumbuh

selanjutnya kita sebut sebagai bibit F1 (Tingkat II atau keturunan II).

Dari bibit F1, selanjutnya miselia jamur tiram dapat diperbanyak atau ditumbuhkan

kembali dengan cara mengambil miselia F1 untuk ditumbuhkan pada media campuran

serbuk gergaji 79%, dedak 15%, jagung 5%, dan kapur 1%. Setelah beberapa hari,

miselia akan tumbuh dan berkembang pada media baru tersebut hingga memenuhi

seluruh media. Miselia yang tumbuh selanjutnya kita sebut sebagai bibit F2 (Tingkat

III atau keturunan III).

Jika miselia pada F2 kita perbanyakan atau tumbuhkan kembali pada media baru

menjadi F3, maka jika F3 ditumbuhkan pada media produksi tidak bisa menghasilkan

tubuh buah jamur atau yang tumbuh hanyalah sebatas miselia saja. Tubuh buah masih

dapat diproduksi jika bibit jamur diambil dari F0, F1, dan F2. Meskipun F0 dan F1

juga dapat menghasilkan tubuh buah, namun sayang jika penggunaan bibit tersebut

untuk langsung ditumbuhkan pada media produksi, karena bibit tersebut masih dapat

diperbanyak menjadi tingkatan bibit berikutnya.

Dengan demikian secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut :

F0 adalah bibit jamur yang dibuat langsung dari tubuh buah jamur

Page 22: Isi Manual Jamur Pangan

22

F1 adalah bibit jamur yang diperbanyak dari F0

F2 adalah bibit jamur yang diperbanyak dari F1

F3 adalah miselia jamur yang dalam pertumbuhannya dapat menghasilkan tubuh buah

jamur baru yang ditularkan dari F2 atau langsung dari F0 dan F1.

Secara sederhana tingkat pembibitan jamur tiram putih disajikan pada gambar berikut :

Gambar 22. Alur perbanyakan bibit jamur tiram putih

Pembuatan Bibit F0

Untuk membuat media tumbuh F0 diperlukan peralatan sterilisasi yang cukup lengkap

(misalnya : autoclave, laminar air flow, ruang isolasi, perlatan isolasi, dll.) dan keterampilan

tersendiri. Proses pembuatan F0 biasanya dilakukan oleh laboratorium-laboratorium

mikrobiologi yang melakukan perbanyakan bibit jamur tiram putih, antara lain yang

dikembangkan oleh Laboratorium Jamur SEAMEO-BIOTROP, Bogor. Sedangkan pada

F0

F1

F2 Tubuh Buah F2

Page 23: Isi Manual Jamur Pangan

23

tingkat masyarakat, perbanyakan jamur minimal dapat dilakukan untuk membuat bibit F1 dan

F2, serta jamur pada media produksi (F3). Cara pembuatan bibit jamur F0 adalah sebagai

berikut :

Siapkan air aquadestilata 1 liter

Kupas 200 gram kentang, diiris-iris kecil, kemudian direbus dalam satu liter air hingga

mendidih menjadi ½ liter.

Biarkan hasil rebusan dingin, kemudian saring agar sisa air rebusan terpisah dari kentang

Sisa air rebusan tersebut merupakan ekstrak kentang yang akan digunakan sebagai

campuran media

Campurkan air ekstrak kentang dengan 1 bungkus agar swallow, ditambah gula pasir

sedikit (1 sendok teh) lalu tambahkan air aqua hingga volumenya menjadi 1 liter,

kemudian aduk secara merata. Larutan ini disebut larutan PDA.

Masukkan campuran tersebut ke dalam botol gelas lalu ditutup alumunium foil dan

dilapisi plastik wrap.

Botol yang berisi larutan PDA selanjutnya disterilkan untuk membunuh semua

mikroorganisme dengan alat autoclave. Proses sterilisasi dengan autoclave dilakukan

selama 20 menit pada suhu 121oC tekanan 1 atm.

Setelah proses sterilisasi selesai, keluarkan media PDA dalam botol dan bisa disimpan jika

tidak langsung digunakan, tetapi jika langsung

digunakan, maka saat botol sudah tidak terlalu panas,

namun larutan belum mengental, segera tuangkan

larutan PDA yang telah steril tersebut ke cawan petri

dengan volume setebal ½ dari ketebalan cawan petri.

Proses ini dilakukan dalam Laminar Air Flow.

Biarakan media PDA yang telah diisikan ke dalam

cawan-cawan petri tetap berada pada Laminar Air

Flow hingga media telah memadat (media PDA yang

telah diautoclave setelah dingin akan memadat)

Siapkan peralatan dan bahan seperti lampu bunsen,

pisau scalpel, kapas, alkahol 70%, dan media PDA

yang telah steril dalam cawan petri

Setelah alat Laminar Air Flow dinyalakan pekerjaan

membuat bibit F0 dapat dimulai

Siapkan tubuh buah jamur tiram putih, oles bagian

bawah tubuh buah (bagian dalam payung) dengan

kapas yang telah disemprot dengan alkohol 70%, lalu

siapkan pisau scalpel yang juga telah disemprot

alkohol dan telah dibakar api dengan lampu bunsen

(Gambar A)

Potong bagian tubuh buah jamur yang akan dibibitkan lalu secara hati-hati masukkan ke

media cawan petri. Dalam cawan petri selanjutnya tubuh buah dipotong-potong lebih

kecil lagi, sekitar ½ cm (Gambar B).

Siapkan media PDA yang telah memadat dalam cawan petri, lalu sebelum dibuka lalukan

pemanasan bagian bibir cawan dengan cara membakar pada api lampu bunsen (Gambar

C).

Dengan tetap mendekatkan di sekitar api lampu bunsen, lalu pindahkan potongan-

potongan tubuh buah sebelumnya telah dipotong di cawan petri steril (Gambar D)

Gambar 23. Stok Media PDA

Page 24: Isi Manual Jamur Pangan

24

Setelah potongan tubuh buah dimasukkan ke media PDA, cawan petri dibungkus dengan

plastik wrap (Gambar E)

Dalam beberapa hari dari potongan tubuh buah akan muncul miselia putih yang terus

berkembang memenuhi seluruh media PDA. Miselia jamur yang tumbuh tersebut

selanjutnya disebut sebagai bibit F0 (Gambar F)

Alur pembuatan bibit F0 disajikan pada gambar berikut :

Gambar 24. Alur pembuatan bibit F0

A B

C

F E

D

Page 25: Isi Manual Jamur Pangan

25

Pembuatan Bibit F1

Bibit F1 diperbanyak/dibuat dari miselia yang tumbuh di F0. Secara sederhana tahap

pembuatan bibit F1 adalah sebagai berikut :

Siapkan botol gelas

Siapkan biji shorgum atau jagung pipilan dan tambahkan kapur sekitar 1 % (jika 1 kg

biji, maka tambahkan kapur 10 gram)

Masukkan biji yang telah dicampur kapur ke dalam botol gelas

Botol yang telah diisi biji selanjutnya disterilkan menggunakan autoclave atau alat

sterilisasi drum. Jika menggunakan alat steril drum, maka proses sterilisasi dilakukan

selama 3 jam dengan sumber bahan bakar gas elpiji ukuran tabung 3 kg

Setelah proses sterilisasi selesai, dinginkan media dalam botol, biasanya biarkan

selama 24 jam

Siapkan bibit F0 dan borer untuk mengambil miselia dalam bibit F0 (Gambar A)

Siapkan media F1 yang telah disterilkan (Gambar B)

Semprot borer dengan alkohol 70% lalu dipanaskan dengan api pada lampu bunsen.

Setelah agak dingin borer dapat digunakan untuk memotong dan mengambil miselia

dalam media F0 (Gambar C)

Pindahkan potongan mislia dari F0 ke dalam media F1 (Gambar D)

Tutup kembali botol dengan menggunakan kapas, jangan lupa sebelum menutup

bagian ujung kapas dipanaskan terlebih dahulu dengan api pada lampu bunsen untuk

tetap menjaga kapas steril

Biarkan bibit F0 tumbuh dalam media F1, miselia jamur yang tumbuh selanjutnya

disebut sebagai bibit F1

A

D C

B

Gambar 25. Alur pembuatan bibit F1

Page 26: Isi Manual Jamur Pangan

26

Pembuatan Bibit F2

Bibit jamur F2 inilah yang banyak digunakan untuk produksi jamur tiram putih. Bibit F2

diperbanyak dari bibit jamur F1. Secara sederhana tahap pembuatan bibit jamur F2 adalah

sebagai berikut :

Siapkan botol gelas, botol sale, atau plastik PP (polipropelin)

Siapkan dedak 15%, jagung 5%, kapur 1%, dan serbuk gergaji 79% (dalam 1 kg,

maka terdiri : dari 150 gram dedak, 50 gram jagung, 10 gram kapur, dan 790 gram

serbuk gergaji)

Masukkan campuran media tersebut ke dalam botol gelas atau plastik polipropelin

(PP), kemudian sterilkan. Sterilisasi bisa menggunakan autoclave atau drum.

Dinginkan media yang telah disterilkan tersebut, atau kira-kira dibiarkan selama 1

hari

Secara steril selanjutnya pindahkan F1 sebanyak 3 sendok spatula ke dalam botol

yang telah berisi media steril tersebut/media F2 (Gambar A).

Tutup kembali botol atau plastik PP yang telah ditulari bibit F1 dengan kapas yang

ujungnya telah dipanaskan dulu dengan api pada lampu bunsen (Gambar B).

Dalam beberapa hari miselia pada media F2 akan tumbuh (Gambar C).

Miselia akan terus tumbuh dan memenuhi media F2, jamur yang tumbuh selanjutnya

disebut bibit jamur F2 (Gambar D).

Gambar 26. Alur pembuatan bibit F2

A

D C

B

Page 27: Isi Manual Jamur Pangan

27

4.3 Sarana dan Prasarana Budidaya Jamur Tiram

1. Ruang Isolasi

Ruang isolasi digunakan untuk melakukan pembuatan bibit jamur secara steril. Ruang ini

dibuat jika kapasitas sumberdaya manusia dan peralatan maupun bahan yang dibutuhkan

untuk membuat bibit jamur mulai dari F0 hingga F2 dapat disediakan. Sehingga pada

dasarnya pengadaan ruangan isolasi dilakukan jika bibit jamur F0, F1, dan F2 akan dibuat

sendiri. Namun jika bibit tersebut tidak dibuat sendiri, maka ruangan isolasi tidak diperlukan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ruangan isolasi antara lain :

Ruangan sebaiknya dibangun dari tembok, berlantai keramik, tidak banyak ventilasi, dan

harus selalu steril. Akan lebih baik jika ruangan menggunakan AC sehingga tidak

memerlukan banyak ventilasi untuk menghindari banyaknya kontaminan.

Sterilisasi ruangan dilakukan dengan menggunakan desinfektan atau jika memungkinkan

menggunakan formalin.

Peralatan dan bahan yang perlu disiapkan dalam ruangan ini antara lain : Laminar Air

Flow, autoclave, cawan petri, sendok spatula, pisau scalpel, lampu bunsen, alkohol 70%,

kapas, plastik wrap, alumunium foil, agar swalow atau agar batang, ekstrak kentang,

aquadestilata.

Gambar 27. Contoh ruang isolasi (A) dan alat Laminar Air Flow (B)

2. Ruang Penyiapan Media F3

Ruang penyiapan media F3 dugunakan untuk menyiapkan media yang akan dugunakan

sebagai tempat pertumbuhan jamur hingga menghasilkan tubuh buah, oleh sebab itu dalam

ruangan ini disiapkan bahan-bahan media F3 yang terdiri dari : serbuk gergaji, dedak, jagung,

kapur, dan jika perlu gipsum. Kegiatan yang dapat dilakukan pada ruang penyiapan media

adalah : penyaringan serbuk gergaji, pencampuran komponen-komponen media F3, dan

pengomposan. Ruang ini dapat dibuat secara sederhana menggunakan tiang bambu beratap

terpal, atau jika permanen tiang dapat dibuat dari balok kayu dan beratap seng. Ruang

penyiapan media F3 disajikan pada Gambar berikut :

A B

Page 28: Isi Manual Jamur Pangan

28

Gambar 28. Ruang penyiapan media model semi permaanen (A) dan permanen (B)

3. Ruang Pengantongan Media F3

Ruang pengantongan media F3 modelnya dapat dibuat seperti ruang penyiapan media yaitu

berupa semi permanen atau permanen. Di samping itu ruang pengantongan dapat dilakukan

di dalam gedung. Ruang ini digunakan untuk memasukkan adonan media F3 yang telah

dikomposkan sebelumnya (3-5 hari) ke dalam plastik Polipropilena (plastik PP) ukuran 18 x

35 cm. Jika ruang penyiapan media dibuat ukuran lebih besar, maka kegiatan penyiapan

media dan pengantongan dapat dilakukan pada satu ruangan.

4. Alat Sterilisasi Media

Alat sterilisasi media yang dimaksud merupakan alat yang digunakan untuk membunuh

mikroorganisme (jamur, bakteri, dasn mikroba lainnya) yang terdapat di dalam media

sehingga media tersebut benar-benar steril dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Dengan demikian hanya mikroorganisme yang nanti diinginkan saja yang diharapkan tumbuh

dalam media tersebut. Dalam hal ini mikroorganisme yang diinginkan tumbuh adalah jamur

tiram putih, sehingga mikroorganisme selain jamur tiram putih diharapkan tidak tumbuh

dalam media yang telah disterilkan tersebut. Jika masih tumbuh mikroorganisme lain, maka

itu disebut kontaminan. Kehadiran kontaminan tentu akan mengganggu pertumbuhan jamur

tiram putih mulai dari menghambat pertumbuhan hingga menghentikan pertumbuhannya.

Alat sterilisasi yang akan digunakan harus memeperhatikan tingkat sterilisasi yang akan

diterapkan, khusus untuk media F0, maka proses sterilisasi harus menggunakan autoclave.

A B

Page 29: Isi Manual Jamur Pangan

29

Gambar 29. Salah satu model Autoclave kapasitas 20 liter

Berbeda dengan alat sterilisasi untuk pembuatan media F0, untuk pembuatan media F1, F2,

dan F3 dapat menggunakan alat sterilisasi rakitan menggunakan drum. Cara membuat alat

sterilisasi drum adalah sebagai berikut :

Siapkan drum bekas

Pastikan drum tidak bocor

Buka bagian tutupnya, sedangkan

bagian bawah drum dibiarkan tertutup

rapat

Satu drum memiliki kapasitas 80

buah bag log untuk disterilisasikan

Page 30: Isi Manual Jamur Pangan

30

Pada bagian dalam drum, buat balok

penyangga setinggi 20 cm.

Air akan diisikan setinggi 10 cm dari

dasar drum untuk setiap proses

steriliasi sehingga dengan tinggi

balok 20 cm, air tidak merendam

seluruh balok.

Proses sterilisasi yang diterapkan

menggunakan uap panas seperti

pengukusan, sehingga tinggi air 10

cm tidak merendam bagian bag log

yang akan disterilkan

Balok penyangga berguna sebagai

tempat kedudukan alas bambu yang

nantinya digunakan untuk meletakkan

bag log-bag log.

Buat tutup bagian atas menggunakan

plastik tempat sampah warna hitam

ukuran besar sedemikian rupa

sehingga bisa membungkus bagian

atas drum

Jika drum sudah diisi bag log yang

akan disterilkan, maka plastik hitam

penutup drum diikat dengan tali

plastik

Uap panas yang dihasilkan dari

porses pengukusan dalam drum akan

terus menekan tutup plastik sehingga

akan menggelembung, agar plastik

tidak pecah maka perlu dibuat saluran

pembuang uap panas dengan

menggunakan paralon ukuran ½ inc

atau bambu kecil diameter 1 cm.

Untuk mendidihkan air dalam drum

maka perlu pemanas. Pemanas dapat

menggunakan kompor semawar

(kompor yang biasa dipakai oleh

pedagang nasi goreng) dengan bahan

bakar gas elpiji ukuran 3 kg.

Ruang pembakaran dibuat dengan cara

meletakkan batu bata di bagian bawah

drum dengan tinggi sekitar 2 buah batu

bata

Media F1 dan F2 dapat disterilkan

dengan alat sterilisasi drum selama 3

Page 31: Isi Manual Jamur Pangan

31

jam

Media F3 disterilisasi dengan alat

sterilisasi drum selama 6 jam (sekitar 1

tabung gas elpiji ukuran 3 kg)

Model alat semawar yang digunakan

sebagai alat pembakaran untuk

sterlisasi model drum

5. Ruang Inokulasi

Ruang inokulasi adalah ruangan yang digunakan untuk proses memindahkan miselia jamur

dari bibit jamur (dalam hal ini bibit F2) ke dalam media produksi (F3). Seperti halnya ruang

isolasi, maka ruang inokulasi juga harus steril, tidak banyak lalu-lalang orang, tidak banyak

ventilasi. Ruangan dapat dibuat dengan ukuran 4 m x 6 m, menggunakan lantai keramik agar

mudah dibersihkan dan dipel, bagian atap dilapisi terpal agar tidak banyak debu atau kotoran

berjatuhan ke lantai, bisa dipasang kipas angin agar suhu tidak panas. Ruang inokulasi

disajikan pada gambar berikut :

Page 32: Isi Manual Jamur Pangan

32

Gambar 30. Kondisi ruang inokulasi (A) dan bagian atap ruang inokulasi (B)

6. Ruang Inkubasi/Ruang Pertumbuhan

Setelah proses inokulasi selesai, maka jamur dalam F3 dipindahkan ke ruang inkubasi.

Ruang ini digunakan untuk berjalannya proses pertumbuhan miselia jamur tiram putih pada

media produksi (F3). Adakalanya ruang inkubasi dibuat terpisah dari ruang pertumbuhan, hal

ini dilakukan jika ruang inkubasi digunakan untuk menyeleksi jamur dalam bag log yang

benar-benar tumbuh bagus atau tanda tanda pertumbuhan bagus nampak dalam bag log.

Selanjutnya jamur yang tumbuh bagus dipindahkan kedalam ruang pertumbuhan, sedangkan

jamur yang terkontaminasi dibuang. Sehingga dalam ruang pertumbuhan hanya akan terdapat

bag log yang ditumbuhi miselia jamur yang bagus. Proses pemindahan bag log dari ruang

inkubasi ke ruang pertumbuhan dilakukan sebelum jamur mengisi seluruh bag log atau

sebelum tubuh buah muncul. Namun pada umumnya ruang inkubasi sekaligus dijadikan

sebagai ruang pertumbuhan sehingga setelah jamur diinokulasi akan diletakkan dalam

ruangan inkubasi hingga menghasilkan produksi tubuh buah.

Ruang inkubasi atau pertumbuhan dapat dibuat menggunakan ukuran tertentu sesuai target

jumlah bag log yang akan dibuat. Sebagai gambaran dalam ruang ukuran 7 m x 8 m akan

menampung sekitar 5000 bag log sehingga untuk target 10.000 bag log diperlukan ruangan

seluas 14 m x 16 m. Ruang inkubasi /pertumbuhan dibuat dengan atap menggunakan asbes

dengan tinggi runagan sekitar 5 m dan dinding bangunan dari anyaman bambu (geribik),

cahaya yang masuk ke ruangan diatur tidak terlalu banyak dan suhu ruangan tidak terlalu

panas (< 30oC). Untuk lebih jelasnya gambar ruangan disajikan sebagai berikut :

A B

Page 33: Isi Manual Jamur Pangan

33

Gambar 31. Ruang pertumbuhan beratap asbes (A) dan berdinding geribik (B)

7. Rak Pertumbuhan

Rak dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 3 m x lebar 0,5 m. Rak dibuat empat tingkat

dengan tinggi rak 2 m, jarak antar tingkat dalam rak 40 cm, dan tinggi rak dari tanah sekitar

40 cm. Setiap tingkat akan diisi bag log sebanyak 68 buah, sehingga dalam 4 tingkat terdapat

272 bag log, ini adalah jumlah dalam satu sisi rak saja. Dalam satu rak bag log tersusun dua

sisi yang saling sebelah menyebelah, sehingga total jumlah dalam satu rak sekitar 544 bag

log. Jika dalam ruang ukuran 13 m x 16 m dapat dibuat 20 rak, maka total bag log yang

tertampung adalah 20 x 544 = 10.880 buah. Namun demikian penataan rak sedemikian rupa

dengan jarak antar rak yang lebih sempit akan memerlukan luasan ruangan yang lebih sempit

untuk menampung 10.000 bag log. Model rak dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 32. Rak tampak depan (A) dan posisi bag log dalam satu tingkat (B)

A B

A B

Page 34: Isi Manual Jamur Pangan

34

Gambar 33. Model rak pertumbuhan jamur

4.4 Tahap Pembuatan Jamur Tiram Putih

1. Penyiapan Media Tumbuh Jamur

Sebagaimana telah disebutkan pada uraian sebelumnya, bahwa media yang akan digunakan

merupakan media produksi atau media F3, secara ringkas langkah-langkah penyiapan media

produksi disajikan sebagai berikut :

Pemilihan bahan serbuk gergaji

Salah satu media utama dalam budidaya jamur tiram putih adalah serbuk gergaji. Serbuk

gergaji yang digunakan sebaiknya dari bukan jenis pohon bergetah seperti pinus, serbuk

yang bagus adalah dari kayu lunak seperti sengon. Sebaiknya dari serbuk gergaji dari

jenis kayu yang homogen. Serbuk gergaji dari kayu keras, seperti jati, pada dasarnya

dapat digunakan untuk media jamur tiram namun perlu dilakukan pengurangan kadar

tektokinonnya dengan cara direndam dalam air mengalir selama 1-3 hari.

Penyaringan serbuk gergaji

Pada umumnya serbuk gergaji masih bercampur dengan serpihan kayu atau bagian kayu

lainnya, oleh sebab itu perlu dilakukan penyaringan. Alat penyaringan dapat dibuat

sendiri dengan menggunakan saringan kawat ukuran 5 mm.

Page 35: Isi Manual Jamur Pangan

35

Gambar 34. Model alat penyaring serbuk gergaji

Pencampuran adonan media F3

Seluruh komponen media yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur (media F3)

dicampur secara merata dengan komposisi : serbuk gergaji (79%), dedak (15%), jagung

(2%), kapur (2%), dan gips (2%) sehingga dalam 100 kg media dibutuhkan serbuk

gergaji 79 kg, dedak 15 kg, jagung 2 kg, kapur 2 kg, dan gips 2 kg. Untuk mencampur

diperlukan alat : cangkul, sekop, ember wadah air, dan terpal

Gambar 35. Bahan untuk pembuatan media F3/media baglog

Pengomposan media F3

Seluruh campuran media F3 selanjutnya diberi air hingga kadar air cukup, hal ini

ditunjukkan jika media dikepal tidak meneteskan air tetapi jika kepalan dibuka media

tetap menggumpal/tidak pecah. Jika kondisi ini sudah terpenuhi, maka campuran tersebut

siap untuk dikomposkan dengan cara ditutup terpal selama 5 hari. Lima hari setelah

pengomposan media siap untuk dikemas/dimasukkan ke plastik PP.

Page 36: Isi Manual Jamur Pangan

36

Gambar 36. Proses penyaringan serbuk gergaji (A) dan media hasil dikomposkan (B)

2. Pengemasan Media Tumbuh Jamur

Media yang telah dikomposkan selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik PP. Tahap

pengemasan media tumbuh jamur tiram disajikan sebagai berikut :

Siapkan campuran media tumbuh jamur yang telah dikomposkan

Siapkan kantong plastik (PP ukuran 18 cm x 35 cm dan tebal 0,5 mm), botol gelas,

dan tali rafia (±10 cm).

Media dimasukkan ke dalam plastik sambil dipadatkan, hal ini bertujuan agar

kandungan media yang dikemas cukup banyak. Cara memadatkan media dapat

dilakukan dengan cara media dalam plastik dibentur-benturkan ke lantai atau ditekan-

tekan dengan botol.

Setelah media cukup padat, bungkus media dalam plastik tersebut lalu diikat dengan

tali rafia

Gambar 37. Media dalam plastik PP (A), media diikat rafia (B), media siap disterilkan (C)

3. Sterilisasi Media

Media sebelum digunakan untuk inokulasi atau menularkan bibit jamur, harus disterilkan

terlebih dahulu. Proses sterilisasi dimaksudkan agar seluruh mikroorganisme yang ada di

A B

A B C

Page 37: Isi Manual Jamur Pangan

37

dalam media dapat dimatikan sebelum media digunakan. Pada prinsipnya sterilisasi

dilakukan menggunakan uap panas. Cara sterilisasi dilakukan sebagai berikut :

Siapkan alat sterilisasi drum atau autoclave, tergantung peralatan yang tersedia.

Sterilisasi dengan drum untuk media F1 dan F2 memerlukan waktu 3 jam (1/2 tabung

gas ukuran 3 kg) sedangkan media F3 memerlukan waktu 6 jam atau sekitar 1 tabung

gas ukuran 3 kg.

Isi air ke dalam drum hingga tingginya ½ dari balok penyangga atau sekitar 10 cm

dari tinggi total balok penyangga (20 cm).

Media F3 yang telah dikemas dalam plastik PP dan telah diikat tali rafia (bag log),

dimasukkan dan ditata di dalam drum dengan posisi berdiri.

Penataan bag log tidak terlalu padat tetapi masih menyisakan rongga agar uap panas

untuk sterilisasi media dapat menyebar secara rata keseluruh bag log sehingga proses

sterilisasi dapat berjalan sempurna, sebagai gambaran dalam satu drum idealnya diisi

sekitar 80 bag log.

Setelah bag log tertata rapi, tutup drum dengan plastik hitam, lalu diikat dengan tali ke

drum secara rapat. Pada bagian ujung plastik telah disiapkan cerobong kecil dari

bambu kecil (diameter 1 cm) atau paralon. Lubang bambu/paralon sebelumnya

disumbat dengan kain, pada saat proses pemanasan berjalan plastik akan

menggelembung, agar plastik tidak pecah maka sumbat dapat dibuka sehingga uap

panas akan keluar dan gelembung plastik tidak menyebabkan plastik pecah.

Biarkan proses sterilisasi media F3 ini selama 6 jam atau hingga gas dalam tabung

ukuran 3 kg habis

Sebagai tambahan beberapa peralatan/bahan lain seperti : kapas bekas, sendok

spatula, pisau, dapat ikut disterilkan bersama media F3 dalam alat drum tersebut.

Sterilisasi dengan menggunakan alat steamer, waktu untuk sterilisasi dihitung setelah

suhu ruangan mencapai 100oC selama 3 jam, namun jika suhu di bawah 80

oC ke atas,

memerlukan waktu sterilisasi selama 5 jam.

Setelah proses sterilisasi selesai, biarkan bag log dalam alat sterilisasi drum hingga

dingin (sekitar 12-24 jam). Jangan membuka plastik penutup segera setelah sterilisasi

mencapai waktu yang ditentukan, karena uap panas akan berhembus keluar

Gambar 38. Bag log tertata rapi dalam drum (A) dan drum ditutup plastik (B)

A B

Page 38: Isi Manual Jamur Pangan

38

4. Proses Inokulasi

Inokulasi adalah menanam inokulan (bahan yang mengandung mikroba, dalam hal ini jamur

tiram) secara aseptik (bebas dari mikroba lain) kedalam media steril. Cara kerja secara

aseptik dilakukan dengan bekerja di antara nyala dua api lampu bunsen dengan jarak ± 20

cm, hal ini dilakukan untuk meminimalkan kontaminasi. Secara ringkas dapat dikatakan

bahwa proses inokulasi yang dimaksud di sini adalah proses menumbuhkan bibit jamur F2

dengan cara memindahkan sebagian kecil bibit F2 ke dalam media produksi jamur tiram (F3)

dalam ruangan inokulasi yang dilakukan secara steril sehingga diharapakan miselia jamur

akan tumbuh dan berkembang hingga menghasilkan tubuh buah. Langkah proses inokulasi

dilakukan sebagai berikut :

Ruang inokulasi sudah dalam keadaan

steril.

Masukkan bag log-bag log yang telah

disetrilkan dengan alat drum ke dalam

ruangan inokulasi, tata posisinya

sedemikian rupa secara rapi dengan

posisi terbaring, ditumpuk tiga tumpuk,

dan diberi celah antar tumpukan agar

cepat dingin.

Siapkan bahan dan alat yang telah steril

: sendok spatula, kapas bekas, pisau,

pinset cincin paralon. Siapkan pula 2

buah lampu bunsen, alkohol 70%,

korek api, karet gelang, dan bibit jamur

tiram F2.

Ambil bag log yang telah dingin, lalu

bag log padatkan kembali sebelum

dibuka dengan cara dibentur-benturkan

ke lantai

Nyalakan dua buah api dalam lampu

bunsen. Letakkan lampu bunsen di

antara ruang kerja bag log yang akan

diinokulasi dengan jarak ± 20 cm dari

bag log

Jangan lupa alat dan tubuh kita,

terutama tangan juga harus selalu steril.

Oleh sebab itu setiap sebelum proses

inokulasi, semprot tangan dengan

alkohol 70%. Demikian juga peralatan

Page 39: Isi Manual Jamur Pangan

39

yang akan digunakan perlu disemprot

alkohol, lalu dibakarkan ke api pada

lampu bunsen. Hati-hati saat

membakar alat pastikan alkohol yang

disemprotkan ke tangan telah kering

sebelum mendekat ke api, karena dapat

membakar tangan.

Buka tali bag log, kemudian buka juga

bibit F2.

Masukkan bibit F2 ke dalam media

produksi (F3). Bibit F2 yang

dipindahkan cukup permukaannya saja

sekitar 4-5 sendok spatula.

Bibit F2 yang telah dipindahkan ke

media produksi siap ditutup

kembali

Ambil kapas bekas yang telah

disterilkan,

Sebelum digunakan untuk

menyumbat/menutup media F3,

bagian ujung kapas sebaiknya

dibakarkan ke api lampu bunsen,

namun tidak sampai membakar

kapas

Page 40: Isi Manual Jamur Pangan

40

Setelah bagian ujung media F3

disumbat kapas steril, lalu ikat

dengan karet gelang.

Namun tutup media produksi (F3)

juga dapat diberikan cincin paralon

sehingga tidak perlu diikat karet.

Cincin paralon berkuran diameter

¾ inch dan tinggi 2-3 cm.

Pemberian sumbat kapas bekas

pada media F3 bertujuan : (1)

sebagai filter sirkulasi udara ke

media produksi, (2) memberi

kebutuhan oksigen bagi

pertumbuhan jamur

Media yang telah diinokulasi

selanjutnya siap dipindahkan ke

ruang inkubasi

Page 41: Isi Manual Jamur Pangan

41

5. Proses Inkubasi

Media produksi yang telah ditulari bibit jamur F2 selanjutnya diletakkan ke ruang inkubasi

selama 40 hari, suhu ruang inkubasi 25 – 30 oC. Pada prinsipnya ruang inkubasi adalah ruang

pertumbuhan jamur tiram, jika bagus, maka miselia akan tumbuh dan merambat ke bawah

dan media bag log akan menjadi putih karena berisi miselia jamur tiram. Pada ruang inkubasi

kapas belum dilepas dari bag log.

Gambar 39. Ruang inkubasi (A) dan bag log siap dipindah ke ruang pertumbuhan (B)

Bag log yang gagal diinokulasi akan menunjukkan tanda-tanda kegagalan antara lain : (1)

tumbuh jamur kontaminan berwarna hitam, (2) tumbuh jamur kontaminan berwarna hijau, (3)

tidak ada perubahan warna (warna media tidak berubah). Bag log-bag log jamur yang gagal

tumbuh harus dikeluarkan dari ruang inkubasi lalu diganti oleh bag log lain yang baru

diinokulasi. Kegagalan atau kontaminasi disebabkan oleh proses sterilisasi tidak sempurna

atau saat inokulasi peralatan kurang steril atau ruangan tidak steril.

Gambar 40. Pertumbuhan jamur tiram berwarna putih (A) dan pertumbuhan jamur

kontaminan berwarna hitam (B)

Oleh sebab itu akan lebih baik jika ruang inkubasi dan ruang pertumbuhan merupakan ruang

yang terpisah, namun jika tidak terpisah maka ruang inkubasi sekaligus akan berfungsi

sebagai ruang pertumbuhan. Jika ruangan terpisah, maka bag log yang telah memutih dan

tidak terdapat kontaminan dapat dipindah ke ruang pertumbuhan. Jika miselia dalam bag log

A B

A B

Page 42: Isi Manual Jamur Pangan

42

telah memutih, tunggu hingga miselia menerobos kapas. Enam minggu setelah inokulasi

biasanya akan muncul tubuh buah jamur. Setelah jamur muncul menembus kapas, jamur

akan tumbuh terus hingga dapat dipanen. Jamur dipanen ketika tudung telah tumbuh

sempurna. Setelah panen pertama, maka sebaiknya plastik bagian ujung disobek agar jamur

menjadi lebih leluasa dan cepat tumbuh.

Gambar 41. Petumbuhan jamur sebelum plastik disobek (A) dan setelah disobek (B)

6. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan jamur bertujuan untuk menghasilkan produksi tubuh buah jamur yang

optimal dan mengurangi/mencegah tingkat kegagalan produksi. Beberapa kegiatan

pemeliharaan yang dapat dilakukan antara lain :

Ruang inkubasi/pertumbuhan harus selalau bersih, jangan ada air tergenang karena akan

banyak nyamuk

Kondisi media harus selalu lembab, hal ini dapat dilakukan dengan cara menyiram air

memggunakan sprayer pada pagi hari. Media kering menyebabkan jamur sulit

membentuk tubuh buah

Kurangi banyaknya penyiraman pada bag log yang telah tumbuh tubuh buah, penyiraman

pada kondisi tubuh buah telah muncul diusahakan mengenai media, bukan tubuh

buahnya karena genangan air pada tubuh buah bisa menyebabkan busuk.

Bag log diletakkan berbaring, sehingga penyiraman air tidak menyebabkan genangan

karena air akan menetes sehingga tidak menyebabkan media busuk atau tubuh buah

busuk

Jika terdapat serangan lalat buah atau ulat, lakukan penyemprotan dengan menggunakan

pestisida organik, antara lain : larutan bawang putih atau nikorak (campuran biji mahoni,

tembakau, dan daun jarak)

Media jamur akan menyusut dan bobotnya berkurang seiring dengan berkurangnya

nutrisi dalam media jamur

A B

Page 43: Isi Manual Jamur Pangan

43

Gambar 42. Kondisi ruangan selalu bersih (A), penyiraman media untuk menjaga

kelembaban (B)

7. Panen

Panen dilakukan ketika tubuh buah telah muncul. Tubuh buah rata-rata muncul setelah 40

hari. Selanjutnya panen dilakukan sebanyak 4 – 6 kali, dengan masa panen 2-3 bulan. Tubuh

buah tidak akan muncul ketika nutrisi dalam bag log berkurang yang ditandai oleh

menyusutnya bag log dan berkurangnya berat bag log. Beberapa kegiatan yang perlu

diperhatikan terkait dengan pemanenan tubuh buah jamur adalah sebagai berikut :

Jika bakal tubuh buah telah muncul,

maka setelah 3 hari jamur sudah dapat

dipanen

Setiap bag log dalam plastik PP ukuran

18 x 35 cm rata-rata akan menghasilkan

3 – 4 ons jamur.

Lalukan penyiraman setiap setelah

panen agar media tumbuh tetap lembab,

karena media yang kering tidak akan

menumbuhkan jamur.

Jika dalam satu bag log terdapat

beberapa rumpun jamur, pada saat

panen rumpun-rumpun yang ada harus

dihilangkan/dipanen semua.

Jika rumpun-rumpun lain tetap

dipertahankan, maka rumpun tersebut

tidak akan besar, sehingga akan

menghabiskan waktu

Pemanenan semua rumpun yang ada

akan memberikan kesempatan tumbuh

rumpun tubuh buah berikutnya

A B

Page 44: Isi Manual Jamur Pangan

44

Setiap kali panen, media bekas tempat

tumbuh dan seluruh bagian permukaan

yang lain sebaiknya dikerik dengan

sendok atau pisau karena biasanya

media tersebut telah kering dan keras.

Dengan dikerik maka akan

memudahkan kesempatan miselia di

bagian dalam untuk membentuk tubuh

buah berikutnya

Tubuh buah yang telah dipanen

dibersihkan dari media bekas

tumbuhnya dengan cara dipotong

menggunakan pisau. Umumnya media

tumbuh terbawa akar tubuh buah saat

panen jamur.

Lakukan pengepakan jamur dengan

cara menata dalam kantong plastik

bening secara menarik

Jamur harus segera dipasarkan karena

daya tahannya tidak lama (24 jam) akan

cepat membusuk, kecuali diletakkan

dalam lemari es.

Jamur siap dipasarkan

Page 45: Isi Manual Jamur Pangan

45

4.5 Analisis Usaha Jamur Tiram

Secara sederhana analisis usaha jamur tiram dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sarana dan prasarana termasuk kumbung (ruang pertumbuhan) dianggap merupakan

investasi

Biaya produksi per bag log : Rp 1.100

Kegagalan sekitar 10%, jadi biaya produksi : Rp 1.100 + 110 = Rp 1.210 atau 1.250

Produksi tubuh buah/bag log : 0,3 kg

Harga jamur segar/kg : Rp 8.000

Hasil penjualan jamur/bag log : 0,3 kg x Rp 8.000 = Rp 2.400

Keuntungan per bag log : Rp 2.400 – Rp 1.250 = Rp 1.150

Kapasitas rumah pertumbuhan 13 m x 16 m : 10.000 bag log

Keuntungan 1 rumah pertumbuhan : 10.000 x Rp 1.150 = Rp 11.500.000

Gambar 43. Sate jamur (A) dan keripik jamur (B)

A B