makalah jamur

23
MAKALAH Candida Albicans suatu jenis jamur penyebab penyakit Candidiasis pada Rongga Mulut Disusun Oleh: Satriana Mustika Wijaya 081610101023 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember 2009

Upload: shufi-musdallifah

Post on 16-Feb-2015

479 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: makalah jamur

MAKALAH

Candida Albicans suatu jenis jamur penyebab penyakit Candidiasis pada

Rongga Mulut

Disusun Oleh:

Satriana Mustika Wijaya

081610101023

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

2009

Page 2: makalah jamur

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat, taufik serta hidayahnya

sehingga penyusunan makalah dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan tugas

yang diberikan pada Blok Kedokteran Gigi Pencegahan sebagai syarat untuk memenuhi tugas

dari dosen yang bersangkutan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. drg. Ristya Widi Endah Yani, M.Kes selaku tutor atas masukan dan bimbingan yang telah diberikan pada penulis selama ini.

2. Para dosen pemateri blok Kedokteran Gigi Pencegahan yang telah memberikan ilmu.3. Teman-teman angkatan 2008 dan semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan dalam penyusunan yang akan datang. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jember, September 2009

Penulis

Page 3: makalah jamur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Candida Albicans merupakan bagian dari bentuk candida yakni salah satu jenis

mikroorganisme atau mikroflora oral yang berupa jamur yang terdapat di dalam rongga

mulut. Adapun macam dari Candida tersebut antara lain candida albicans, candida tropikalis,

candida glabrata, candida krusei, candida parapilosis. Dari kelima spesies candida tersebut

candida albicans merupakan spesies yang paling umum menyebabkan infeksi di rongga

mulut. Sebab rongga mulut merupakan salah satu tempat yang mengandung mikroorganisme

atau mikroflora oral dengan populasi dan keanekaragaman paling tinggi dibanding ditempat

lain. Rongga mulut tersebut mengandung banyak populasi mikroorganisme yang begitu

beragam dan terdapat di antara tubuh manusia. Mikroorganisme atau mikroflora oral yang

berasal dari udara, air, makanan dan dari lingkungan secara teratur akan masuk ke rongga

mulut. Keberadaan Candida Albicans memang sudah ada sebelumnya pada permukaan

rongga mulut.

Candida Albicans tersebut merupakan jenis jamur yang sering menimbulkan

penyakit di dalam rongga mulut yang disebut dengan Candidiasis. Jenis penyakit ini secara

klinis berupa lesi putih atau lesi eritematus pada daerah rongga mulut.(Silverman S,2001).

Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran

kandidiasis (thrush), kronik hiperplastik candidiasis, kronis atrofik kandidiasis (denture

stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. (Nolte,1982)

1.2 Rumusan masalah

1. Benarkah bahwa Candida Albicans salah satu jenis jamur yang paling banyak

menyebabkan penyakit di dalam rongga mulut?

2. Bagaimana perkembangan Candida Albicans di dalam rongga mulut?

3. Bagaimana upaya penanggulangannya?

1.3 Tujuan

Page 4: makalah jamur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Candida adalah salah satu spesies yang paling umum ditemukan didalam rongga

mulut dan merupakan flora normal. Telah dilaporkan spesies candida mencapai 40-60% dari

seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut (Silverman,2001).

Terdapat lima spesies candida yaitu candida albicans, candida tropikalis, candida

glabrata, candida krusei, candida parapilosis. Dari kelima spesies candida tersebut candida

albicans merupakan spesies yang paling umum menyebabkan infeksi di rongga mulut.

(Nolte,1982).

Struktur Candida Albicans terdiri dari dinding sel,sitoplasma nukleus,membran

golgi, dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk oleh

mannoprotein, gulkan, gulkan chitin.(Farlane M,2002). Tes aglutinasi dengan serum yang

tereabsorbsi menunjukkan bahwa semua strain Candida albicans terbagi dalam dua kelompok

besar serologik A dan B. Kelompok A termasuk C.tropicalis. Ekstrak Candida untuk tes

serologik dan kulit tampak terdiri atas campuran antigen. Antibodi ini dapat diketahui melalui

presipitasi, imunodifusi, imunoelektroforesis balik, aglutinasi lateks, dan tes-tes lain. Tetapi

pengenalan antibodi ini tidak selalu membantu dalam mendiagnosis penyakit akibat Candida.

Pada Candidiasis yang tersebar, sering terdapat antigen mannan dari Candida yang

beredar,dan kadang-kadang dapat ditemukan antibodi presipitasi terhadap antigen

nonmannan.Sebenarnya semua serum manusia normal akan mengandung antibodi Ig G

terhadap C.mannan.(Jawetz et al,1996)

Candida Albicans dapat tumbuh pada media yang mengandung sumber karbon

misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan ammonium atau nitrat dan kadang-kadang

memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk

oval atau sebagai elemen filamen hyfa/pseudohypha (sel ragi yang memanjang) dan suatu

masa filamen hyfa yang disebut mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperatur 20-40 derajat

celcius(Farlane M,2002) Faktor virulensi Candida yang menentukan adalah dinding sel.

Dinding sel merupakan bagian yang berinteraksi langsung dengan sel penjamu. Dinding sel

Candida mengandung zat yang penting untuk virulensinya, antara lain turunan , mannoprotein

yang mempunyai sifat imunosupresif sehingga mempertinggi pertahanan jamur terhadap

imunitas penjamu. Candida tidak hanya menempel, namun juga penetrasi ke dalam mukosa.

Enzim proteinase aspartil membantu Candida pada tahap awal invasi jaringan untuk

Page 5: makalah jamur

menembus lapisanmukokutan yang berkeratin (Chaffin et al dalam Anne, 2000). Faktor

virulensi lain adalah sifat dimorfik Candida. Sifat morfologis yang dinamis merupakan cara

untuk beradaptasi dengan keadaan sekitar. Dua bentuk utama Candida adalah bentuk ragi dan

bentuk pseudohifa yang juga disebut sebagai miselium. Perubahan dari komensal menjadi

patogen merupakan adaptasi terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Dalam keadaan

patogen, Candida albicans lebih banyak ditemukan dalam bentuk miselium atau pseudohifa

atau filamen dibandingkan bentuk spora (Winarto dan Wibowo.,dalam Anne,2000).

Kemampuan Candida berubah bentuk menjadi pseudohifa merupakan salah satu faktor

virulensi. Bentuk hifa mempunyai virulensi yang lebih tinggi dibanding bentuk spora,

karena : (Vazque dan Balish dalam Anne, 2000)

1. Ukurannya lebih besar dan lebih sulit difagositosis oleh sel makrofak,

sehingga mekanisme diluar sel untuk mengeliminasi hifa dari jaringan

terinfeksi sangatlah penting.

2. Terdapatnya titik-titik blastokonidia multipel pada satu filamen sehingga

jumlah elamen infeksius yang ada lebih besar.

Candida albicans biasanya disebut sebagai agen infeksiusoportunistik yang jika ada

kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakkan

jaringan (Jawetz, 1996). Candidiasis adalah suatu infeksi pada kulit dan mukosa yang

disebabkan oleh jamur Candida. Terjadinya candidiasis dipengaruhi oleh beberapa faktor

terutama pengguna protesa, serostomia, penggunaan radio therapy, obat-obatan sitotoksis,

konsentrasi gula dalam darah (diabetes),penggunaan antibiotik atau kortikosteroid, penyakit

keganasan (neoplasma), kehamilan,defisiensi nutrisi, penyakit kelainan darah dan penderita

Immunosupresi (AIDS) sehingga pada penggunaan protesa menyebabkan kurangnya

pembersihan oleh saliva dan pengelupasan epitel. Hal ini menyebabkan perubahan pada

mukosa.(Silverman S,2001) Pertumbuhan Candida lebih subur bila disertai kortikosteroid,

antibiotik, kadar glikosa tinggi, dan imunodefisiensi (Jawetz et al,1996).

Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe candidiasis yaitu

akut pseudomembran candidiasis (thrush), kronik hiperplastik candidiasis, kronis atrofik

kandidiasis (denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. (Nolte,1982)

Pada umumnya penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan obat

anti jamur baik secara topikal maupun sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau

penyakit-penyakit yang menyertainya.(Boedihardjo,1985)

Page 6: makalah jamur

Antiseptik merupakan suatu zat kimia yang mempunyai kemampuan untuk

membunuh bentuk vegetatif dari mikroorganisme atau menghambat pertumbuhannya yang

diaplikasikan pada jaringan hidup. Mekanisme kerja antiseptik ada beberapa macam yaitu

merusak dinding sel mikroorganisme dengan mengganggu atau megubah struktur dinding sel

hilang sehingga sifat-sifat khasnya hilang, mengubah permeabilitas membran sel,

mengganggu mekanisme pembentukan protein dalam sel, dan merintangi kerja enzim yang

berada dalam sel mikroorganisme. (Jackson &Craword,1992).

Obat-obat anti jamur diklasifikasikan menjadi menjadi beberapa golongan yaitu:

(Tripathi M.D,2001)

1. Antibiotik

a) Polyenes: Amfotericin B, Nystatin, Hamycin, Nalamycin.

b) Hetericyclinbenzofuan: Griseofulvin

2. Anti metabolite:Flucytosine(5-Fe)

3. Azoles

a) Imidazole (topical): Clotrimazol, Econazol, Miconazole (sistemik):

Ketokonazol

b) Triazoles (sistemik): Flukonazole, Itrakonazole.

4. Allylamine Terbinafine

5. Anti jamur lainnya: Tolnaftate, Benzoid Acid, Sodiumtiosulfat.

Dari golongan anti jamur diatas yang efektif untuk kasus-kasus rongga mulut yang

sering digunakan antara lain: Amfotericin B, Nystatin, Miconazole, Clotrimazol,

Ketokonazol, Flukonazole, Itrakonazole.(Mccullough,2005)

Amfotericin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini

yaitu dengan cara merusak membran sel jamur namun mempunyai efek pada ginjal yaitu

menimbulkan nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10ml) dapat diginakan sebanyak 4

kali/hari. Amfoterisin B yang dsuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan

efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk candidiasis yang mengenai organ

dalam. Amfoterisin B yang disuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan

efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk candidiasis yang mengenai organ

dalam. Nistatin sering dipakai untuk merawat candidiasis mukokutan seperti thrush dan

vaginitis. Lesi pada candidiasis dirawat dengan suspensi nistatin tetes oral yang mengandung

100.000 unit/ml atau tablet nistatin vaginal peroral yang mengandung 100.000 unit 3 atau 4

kali sehari. Obat tidak langsung ditelan tetapi ditahan dulu dalam mulut ( Wood dan

goaz.,dalam Anne,2000)

Page 7: makalah jamur

Nistatin sering dipakai untuk merawat candidiasis mukokutan seperti thrush dan

vaginitis. Lesi pada candidiasis dirawat dengan suspensi nistatin tetes oral yang mengandung

100.000 unit/ml atau tablet nistatin vaginal peroral yang mengandung 100.000 unit 3 atau 4

kali sehari. Obat tidak langsung ditelan tetapi ditahan dulu dalam mulut ( Wood dan

goaz.,dalam Anne,2000).

Nistatin merupakan antibiotik polien yang dihasilkan oleh Streptomyces noursei.

Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak aktif terhadap

bakteri, protozoa, dan virus. Mekanisme kerja obat ini dengan cara merusak membran sel

yaitu terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan berupa suspensi oral 100.000 U/

5ml dalam bentuk cream 100.000 U/g yang digunakan untuk kasus denture stomatitis.Nistatin

hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitif. Cara kerjanya melibatkan ikatan nistatin

dengan sterol membran jamur, terutama ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol

dengan nistatin akan mengganggu permeabilitas membran sel dan mengganggu proses

transport, mungkin dengan membentuk pori. Hal ini menyebabkan hilangnya kation dan

makromolekul dari dalam sel (Siswandono dan Soekardjo; Katzung, Ganiswarna,G

Sulistia,dalam Anne,2000).

Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450

sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintes ergosterol dan

selanjutnya terjadi ketidaknormalan membran sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20mg/ml)

digunakan 4 kali/hari setengah sendok makan yang ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan

dahulu sebelum ditelan.

Clotrimazole mekanisme kerjanya sama dengan miconazole sediaannya berupa

troche 10mg sehari 3-4 kali.

Ketokonazol adalah anti jamur broad spectrum. Mekanisme kerjanya dengan cara

menghambat Cytochrome P450 sel jamur sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel. Obat

ini dimetabolisme di hepar. Efek sampinnya berupa mual atau muntah, sakit kepala,

parestesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200mg dosis satu kali sehari dan

dikonsumsi pada saat makan.

Itrakonazole,efektif ntuk mengobati Candidiasis penderita immunocompromised

sediaan dalam bentuk tablet 200mg/hari selama 3 hari sedangkan yang berbentuk susupensi

(100-200mg) per hari selama 2 minggu(Greenberg,2003). Efek samping obat berupa rasa

gatal-gatal, sakit kepala, sakit di bagian perut (abdomen) dan hypokalemi.

Flukonazole efektif untuk pengobatan seluruh penderita Candidiasis termasuk pada

penderita immunosupresiv. Efek sampinya mual, sakit di bagian perut, sakit kepala dan

Page 8: makalah jamur

eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi cytochrome P 450 sel

jamur sehingga terjadi perubahan pada membran sel. Absorbsi tidak dipengaruhi oleh

makanan. Sediaan dalam bentuk kapsul 50mg, 100mg,150mg, 200mg single dose dan intra

vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui.

Page 9: makalah jamur

BAB III

PEMBAHASAN

1. Terjadinya penyakit Candidiasis

Terjadinya Candidiasis di dalam rongga mulut diawali dengan adanya kemapuan

Candida untuk melekat pada mukosa mulut. Hal ini yang menyebabkan awal terjadinya

infeksi. Sel ragi atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh

saliva,pengunyahan dan penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur

pada mukosa mulut menyebabkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi.

Penderita Candidiasis akan merasakan gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap.

Pada pemeriksaan klinis dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran

kandidiasis (thrush), kronik hiperplastik candidiasis, kronis atrofik kandidiasis (denture

stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular sheilitis. (Nolte,1982)

Thrush merupakan bentuk candidiasis yang paling sering timbul pada bayi dan orang

yang sangat lemah. Pada bayi, keadaan tersebut timbul pada hari ke 2-5 kehidupan dan

tampak berupa bercak putih pada pipi,bibir,palatum dan lidah. Mukosa disekitarnya tidak

meradang dan pseudomembran sulit dikelupas sehingga terlihat daerah mukosa yang tererosi.

Penyebaran dapat terjadi ke pharynx dan oesophagus yang mempersulit pemberian

makanan,muntah,dan menurunnya berat badan. Sedangkan pada orang dewasa, thrush timbul

pada orang yang lemah dengan kelainan seperti penyebaran tumor ganas,operasi atau

perawatan dengan antimiotik,steroid atau antibiotik dan kombinasi keadaan-keadaan tersebut.

Kronis hiperplastik candidiasis disebut juga candidiasis leuplakia. Pada jenis ini

akan terlihat bercak putih yang berhubungan dengan infeksi candida pada lapisan epitelnya.

Tetapi setelah jamur dihilangkan, bercak hiperplastik epitelium (leuplakia) akan tetap ada..

Candidiasis jenis ini sering ditemukan pada daerah bukal, bibir dan lidah.

Kronis atropik candidiasis atau sering disebut dengan denture stomatitis dan denture

sore mouth merupakan manifestasi candidiasis yang paling sering terjadi yang disebabkan

oleh infeksi candida pada mukosa mulut yang dipengaruhi oleh protesa yang menutupi daerah

tersebut. Daerah yang sering terserang adalah palatum di bawah gigi tiruan sebagian atau

penuh atas tetapi lebih jarang terjadi pada daerah jaringan di bawah gigi tiruan sebagian

bawah dan sangat jarang timbul pada gigi tiruan penuh bawah. Dengan adanya gigi tiruan

yang longgar, hubungan oklusi yang tidak tepat dan permukaan jaringan gigi tiruan yang

kasar (mungkin dipengaruhi oleh bahan cetak alginat) maka penyebaran infeksi oleh Candida

Page 10: makalah jamur

Albicans akan menyebar pada daerah lipatan pada sudut mulut yang terendam air ludah yang

mengandung koloni ragi.

Akut Atropik Candidiasis disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis

permukaan mukosa akan terlihat kasar dan merah, biasanya disertai gejala sakit atau terbakar,

dan rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama

pengobatan.

Agular cheilitis disebut juga perleche yang berhubungan dengan denture

stomatitis.Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamasi pada

sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau berfissure. Faktor

nutrisi akan memegang peranan penting dalam ketahanan jaringan inang seperti defisiensi

vitamin B12,asam folat dan zat besi. Candida albicans merupakan mikroorganisme yang

normal dijumpai di rongga mulut.

Dalam rongga mulut 50% populasi orang sehat dijumpai Candida albicans. Biasanya

Candida albicans sering ditemukan di permukaan lidah bagian belakang. Candida albicans

lebih sering ditemukan pada:

a) Wanita

b) Golongan darah O

c) Pengkonsumsi diet tinggi karbohidrat

d) Serostomia (mulut kering)

e) Penggunaan obat antibiotika spektrum luas

f) Pemakai gigi palsu

g) Perokok

h) Pasien dengan gangguan pertahanan tubuh

i) Pasien yang sedang dirawat inap

2.Perkembangan Candida Albicans di dalam Rongga Mulut

Adanya jamur di lidah adalah karena infeksi dari jamur jenis Candida. Sebetulnya

setiap orang mempunyai jamur Candida di mulut. Jamur ini langsung menjadi penghuni

rongga mulut begitu bayi dilahirkan karena penyebaran dari genitalia ibu atau kontak dengan

kulit dan benda lainnya yang terkontaminasi jamur. Namun infeksi terjadi apabila

keseimbangan kuman-kuman di mulut terganggu, sehingga jumlah jamur Candida menjadi

berlebihan.

Ketidakseimbangan mikroflora di dalam rongga mulut sebagai pemicu keadaan

oportunistik bagi jamur Candida albicans. Hal ini dapat terjadi karena faktor lokal maupun

Page 11: makalah jamur

faktor sistemik. Dalam bidang kedokteran gigi Candida albicans dapat menyebabkan

kelainan pada jaringan mukosa mulut salah satunya yaitu pada lidah. Kelainan pada lidah ini

dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada pasien dengan kelainan sistemik yang harus

mengkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama, infeksi, terapi radiasi, perokok berat,

kebersihan mulut yang buruk, dan genetik . Beberapa faktor seperti kurangnya kemampuan

pergerakan lidah, berkurangnya produksi saliva, dan gangguan pernafasan dapat menambah

parahnya kelainan ini. Apabila seseorang menkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu yang

lama disatu sisi kuman akan mati namun justru perkembangan Candida Albicans semakin

meningkat.

Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan

infeksi baru terjadi bila terdapat faktorpredisposisi pada tubuh pejamu. Faktor-faktor yang

dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidosis antara lain disebabkan oleh :

a) Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya: bayi

baru lahir, orang tua renta, penderita penyakit menahun, orang-orang dengan

gizi rendah.

b) Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus.

c) Kehamilan.

d) Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi terus menerus,

misalnya oleh air, keringat, urin atau air liur.

3.Upaya penanggulangan

Untuk mencegah adanya pertumbuhan Candida Albicans di dalam rongga mulut

usaha yang dilakukan adalah dengan pengembalian keseimbangan lingkungan rongga mulut.

Hal yang paling penting adalah menjaga kesehatan tubuh kita agar sistem pertahanan tubuh

agar tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit. Salah satunya menghindari

penggunaan antibiotik secara berlebihan dan jangka waktu yang lama. Karena dengan

penggunaan antibiotik tersebut tanpa disadari akan memicu keberadaan Candida Albicans.

Antibiotika merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi yang dapat

menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotika juga dapat dibuat

secara sintesis. Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang

mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,

khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik dan kortikosteroid akan

menghambat pertumbuhan bakteri komensal sehingga mengakibatkan pertumbuhan candida

Page 12: makalah jamur

lebih banyak dan menurunkan daya tahan tubuh karena kortikosteroid mengakibatkan

penekanan sel mediated immune.

Selain hal itu kita juga melakukan pemeliharaan kebersihan mulut dengan

menggosok gigi Dengan menggosok gigi, kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga selain

menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi, penyakit gigi dan gusi.

Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga supaya Candida tetap seimbang.

Bakteri yang biasa ada di tubuh juga dapat membantu mengendalikan kandida. Beberapa

antibiotik membunuh bakteri ini dan dapat menyebabkan kandidiasis. Pada umumnya

penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara

topikal maupun sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang

menyertainya.(Boedihardjo,1985). Mengobati kandidiasis tidak dapat memberantas jamur itu.

Pengobatan akan mengendalikan jamur agar tidak berlebihan. Pengobatannya dapat berupa

lokal atau sistemik.

Pengobatan lokal diberikan pada tempat infeksi. Pengobatan sistemik mempengaruhi

seluruh tubuh. Obat lokal menimbulkan lebih sedikit efek samping dibanding pengobatan

sistemik. Juga risiko Candida menjadi resistan terhadap obat lebih rendah. Obat yang dipakai

untuk memerangi kandida adalah obat antijamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan ‘-

azol’. Obat tersebut termasuk klotrimazol, nistatin, flukonazol, dan itrakonazol. Yang

termasuk dalam pengobatan lokal seperti olesan; supositoria yang dipakai untuk mengobati

vaginitis; cairan; dan lozenge yang dilarutkan dalam mulut. Namun pengobatan lokal dapat

menyebabkan rasa pedas atau gangguan setempat. Sedangkan pengobatan yang paling murah

untuk Candidiasis mulut adalah gentian violet. Obat ini dioleskan di tempat ada lesi (jamur)

tiga kali sehari selama 14 hari.

Pengobatan sistemik diperlukan jika pengobatan lokal tidak berhasil atau jika infeksi

menyebar pada tenggorokan (esofagitis) atau bagian tubuh yang lain. Beberapa obat sistemik

tersedia dalam bentuk pil. Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah dan sakit

perut.

Hal tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan.

Heksetidin adalah salah satu antiseptik yang dipakai sebagai obat kumur dengan konsentrasi

sebesar 0,1%. Heksetidin adalah derivat pirimidin yang bersifat antibakteri, antiprotozoa dan

mempunyai efek terhadap jamur Candida albicans. Cara kerja heksetidin untuk

menghancurkan bakteri adalah dengan mengganggu metabolisme bakteri, yaitu dengan

mengambil vitamin B1 yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme bakteri tersebut.

Page 13: makalah jamur

Beberapa terapi non-obat tampaknya membantu adalah dengan terapi alam. Terapi

tersebut belum diteliti dengan hati-hati untuk membuktikan hasilnya. Namun beberapa terapi

alam tampaknya memberi manfaat untuk mengendalikan infeksi kandida, misalnya dengan

cara:

a) Mengurangi penggunaan gula.

b) Minum teh Pau d’Arco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan.

c) Memakai bawang putih mentah atau suplemen bawang putih. Bawang putih

diketahui mempunyai efek anti jamur dan antibakteri. Namun bawang putih

dapat mengganggu obat protease inhibitor.

d) Kumur dengan minyak pohon teh (tea tree oil) dapat dilarutkan dengan air.

e) Memakai kapsul laktobasilus (asidofilus), atau makan yoghurt dengan bakteri

ini. Pastikan produk mengandung biakan yang hidup dan aktif. Mungkin ada

manfaat memakai ini setelah memakai antibiotik.

f) Memakai suplemen gamma-linoleic acid (GLA) dan biotin. Dua suplemen

ini tampaknya membantu memperlambatkan penyebaran kandida. GLA

ditemukan pada beberapa oli yang dipres dingin. Biotin adalah jenis vitamin

B.

.

Page 14: makalah jamur

BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

1. Candidiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur candida albicans.

Candidiasis muncul karena adanya faktor predisposisi atau pada kondisi tertentu.

Ditandai dengan lesi putih kekuningan dan bercak-bercak di mukosa mulut dan

bisa meluas disekeliling mulut. Bercak ini biasanya tidak sakit dan sukar

diangkat. Apabila diangkat akan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan

berdarah.

2. Diagnosa dapat ditegakkan dari gambaran klinis dan dapat dipastikan dengan

pemeriksaan langsung dengan mikroskop serta dapat dengan biakan yang

menggunakan media agar dekstrosa saboraud.

3. Perawatan pada penyakit ini dengan cara menghindari obat antibiotik dan

kortikosteroid, pemeriksaan adanya diabetes mellitus. Pemberian aplikasi

nystatin atau mikostatin, ampothericyn B, clotrimazole, dan miconazole.

4.2Saran

1. Sebagai dokter gigi hendaknya mengetahui infeksi yang berasal dari jamur khususnya

Candidiasis karena infeksi ini paling sering terjadi di rongga mulut.

2. Dalam penatalaksanaan atau pengobatan sebaiknya harus mengetahui faktor

predisposisi untuk keberhasilan pengobatan tersebut

Page 15: makalah jamur

DAFTAR PUSTAKA

Burt BH, Eklund, S A, Lewis W. Dentristry, Dental Practise, and The Community, 4th Ed; Philadelphia, WB. Saunders Co, 1992

Boedihardjo. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga.Surabaya:Airlangga University Press, 1985

Scully C, Oral and Maxillofacial Medicine The Basis of Diagnosis and Treatment, Edinburgh: Wright, 2004

Jainkittvong,el al 2007, Candidiasis in OLP Patient Under going Topical Steroid Therapy, Triple O,104:61-66

MC Cullough, Savage, N.W,2005,Australia Oent.J.Medication Suplement,50,4

MC Farlane et al,2002, Essential of Microbiology for dental Student,Oxfort,New York,h.287

Nolte.A.W 1982,Oral Microbiology,4 ed, The C.V Mosby Co,St Louis, Toronto, London,h. 523-32

Silverman, S Jr at al,2001, Essential of Oral Med, BC.Decker Inc Hamilton,London,h.170-177

Tripathi.K.D,2001, Essential of Medical Pharmacology, Jaypee Brothers h 771-2,778-8

www.google.com..Keanekaragaman mikroflora dalam rongga mulut. 2009

http://www. self-healthy.com/healthy/karakteristik-candida-albicans.html

Page 16: makalah jamur

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………

1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………

3.1 Terjadinya penyakit Candidiasis

3.2 Perkembangan Candida Albicans di dalam Rongga Mulut

3.3 Upaya penanggulangan

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….4.1 Kesimpulan4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………