isi makalah bladder training

22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ketika memempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang dalam waktu lama, latihan kandung kemih atau bladder training harus di mulai dahulu untuk mengembangkan tonus kandung kemih dan dengan demikian mencegah retensi. Ketika kateter terpasang, kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi. Karena itu, pada akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonusnya (atonia). Apabila hal ini terjadi dan kateter di lepas, otot detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengeliminasi urinnya. Salah satu usaha untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan memberikan terapi bladder training. Bladder-retention training dilakukan dengan tujuan meningkatkan ukuran fungsional kandung kemih dengan cara menyuruh pasien dalam jumlah yang cukup banyak, kemudian pasien diminta menahan diri untuk berkemih selama mungkin (Pillitteri, 1999). Namun, sampai saat ini pengaruh bladder-retention training terhadap perubahan kemampuan belum dapat dijelaskan. Tujuan penyajian referat ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bladder training dan cara penanganannya. Pemahaman yang lebih baik akan membantu perawat dalam usaha menerapkan terapi bladder training ini. Perawat pada awalnya mengkaji pola berkemih klien, informasi ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk di 1

Upload: rina

Post on 06-Dec-2015

641 views

Category:

Documents


70 download

DESCRIPTION

111

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Makalah Bladder Training

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketika memempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang dalam waktu lama,

latihan kandung kemih atau bladder training harus di mulai dahulu untuk mengembangkan

tonus kandung kemih dan dengan demikian mencegah retensi.

Ketika kateter terpasang, kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi. Karena

itu, pada akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonusnya (atonia). Apabila hal ini terjadi

dan kateter di lepas, otot detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat

mengeliminasi urinnya.

Salah satu usaha untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan memberikan terapi

bladder training. Bladder-retention training dilakukan dengan tujuan meningkatkan ukuran

fungsional kandung kemih dengan cara menyuruh pasien dalam jumlah yang cukup banyak,

kemudian pasien diminta menahan diri untuk berkemih selama mungkin (Pillitteri, 1999).

Namun, sampai saat ini pengaruh bladder-retention training terhadap perubahan kemampuan

belum dapat dijelaskan.

Tujuan penyajian referat ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bladder

training dan cara penanganannya. Pemahaman yang lebih baik akan membantu perawat dalam

usaha menerapkan terapi bladder training ini.

Perawat pada awalnya mengkaji pola berkemih klien, informasi ini memungkinkan

perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu 2 minggu atau lebih

untuk di pelajari. Walaupun program dapat mulai di laksanakan di rumah sakit atau unit

rhabilitasi. Program tersebut mungkin perlu di lanjutkan di suatu fasilitas perawatan yang luas

atau di rumah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari Bladder Training?

2. Bagaimanankah fisiologi eliminasi urine ?

3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi urinasi?

4. Apakah hal-hal yang perlu di perhatikan pada bladder training?

5. Apa saja fungsi/tujuan dari Bladder Training?

6. Apa sajakah hal-hal yang perlu di perhatikan sebelum tindakan bladder training ?

1

Page 2: Isi Makalah Bladder Training

7. Apakah indikasi bladder training?

8. Apa sajakah persiapan alat yang di gunakan dalam bladder training?

9. Bagaimana prosedur kerja dari Bladder Training?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang berkaitan dengan Bladder Training, Baik itu

pengertian, fungsi/tujuan, dan langkah-langkah kerja dari masing-masing hal tersebut.

2

Page 3: Isi Makalah Bladder Training

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BLADDER TRAINING

Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan pola normal

perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran urin. Agar bladder training

ini berhasil, klien harus menyadari dan secara fisik mampu mengikuti program pelatihan.

Program tersebut meliputi penyuluhan, upaya berkemih yang terjadwal, dan memberikan

umpan balik positif. Fungsi kandung kemih sementara mungkin terganggu setelah suatu

periode kateterisasi. (Potter & perry. 2005)

Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi

nonfarmakologis. (Potter & perry. 2005)

B. FISIOLOGI ELIMINASI URINE

Eliminasi urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urine. Ureter mentranspor

urine dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine keluar dari tubuh

melalui uretra. Semua organ sistem perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine

berhasil di keluarkan dengan baik. (Potter & perry. 2005)

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI URINASI

Banyak faktor yang mempengaruhi volume dan kualitas urine serta kemampuan

klienuntuk berkemih. Beberapa perubahan dapat bersifat akut dan kembali puli/reversible

(mis, infeksi saluran kemih) sementara perubahan yang lain dapat bersifat kronis dan tidak

dapat kembali pulih/irreversible ( mis, terbentuknya gangguan fungsi ginjal secara progresif

dan lambat). Proses penyakit yang utama mempengaruhi fungsi ginjal ( meyebabkan

perubahan volume atau kualitas urine). Pada awalnya secara umum di kategorikan sebagai

parenalis, renalis, atau pascarenalis.

Perubahan prarenalis dalam eliminasi urine akan menurunkan aliran darah yang

bersirkulasi dan melalui ginjal yang selanjutnya akan menyebabkan penurunan perfusi

jaringan ginjal. Dengan kata lain, perubahan-perubahan tersebut terjadi du luar sistem

perkemihan. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan oliguria (berkurangnya kemampuan

untuk membentuk urine) atau yang lebnih jarang terjadi, anuria ( ketidakmampuan untuk

3

Page 4: Isi Makalah Bladder Training

memproduksi urine). Perubahan renalis diakibatkan faktor-faktor yang menyebabkan cedera

langsung pada glomerulus atau tubulus renalis sehingga menggangu fungsi normal filtrasi,

reabsorpsi, dan sekresi pada glomerulus atau tubulus renalis tersebut.

Perubahan pasca renalis terjadi adanya obstruksi pada sistem pengumpul urine di

seyiap tempat kaliks ginjal (struktur drainase yang berada dalam ginjal) ke meatus uretra.

Urine di bentuk oleh sistem perkemihan tetapi tidak dapat di eliminasi oleh cara-cara yang

normal.

Selain perubahan karena penyakit, faktor-faktor lain juga harus di pertimbangkan jika

klien mengalami gejala-gejala yang terkait dengan eliminasi urine. Masalah yang

berhubungan dengan kerja perkemihan dapat merupakan akibat dari adanya masalah pada

fisik, fungsu, dan kognitif sehingga menyebabkan inkontinensia urine, retensi dan infeksi.

(Potter & perry. 2005)

D. TUJUAN BLADER TRAINING

Tujuan dari bladder training antara lain :

1. untuk melatih kandung kemihyang adekuat tanpa terjadinya refluks vesioko uretral.

2. mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi

pengeluaran air kemih

3. dengan latihan kandung kemih ini juga untuk mencegah distensi yang berlebihan, untuk

mengembangkan refleks urinasi yang spontan dan efektif.

4. dapat mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas, mempertahankan urin

tanpa terbentuknya batu

E. HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIAKN DALAM BLADDER TRAINING

Perawat pada awalnya mengkaji pola berkemih klien. Apabila klien menderita ISK

yang mendasari gangguan pola berkemih, ISK tersebut harus diobati pada waktu yang sama.

Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu

2 minggu atau lebih untuk dipelajari.

Tindakan berikut dapat membantu pasien yang menderita inkontinensia untuk

memperoleh kembali kontrol berkemihnya dan merupakan bagian dari perawatan rehabilitatif

serta restorasi.

1. Mempelajari latihan untuk menguatkan dasar panggul

4

Page 5: Isi Makalah Bladder Training

2. Memulai jadwal berkemih pada setiap 2 jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum

tidur, dan setiap 4 jam pada malam hari

3. Menggunakan metode untuk mengawali berkemih. ( misalnya, air mengalir dan

menepuk paha bagian dalam).

4. Menggunakan metode untuk relaks guna membantu pengososngan kndung kemih

secara total ( misalnya, membaca dan menarik nafas dalam )

5. Jangan pernah mengabaikan keinginan untuk berkemih ( hanya jika masalah klien

melibatkan pengeluaran urine yang jarang sehingga dapat mengakibatkan retensi )

6. Mengonsumsi cairan sekitar 30 menit sebelum jadwal waktu berkemih.

7. Hindari teh, kopi, alkohol, dan minuman berkafein lainnya.

8. Minum obat-obatan diuretik yang sudah di programkan atau cairan untuk

meningkatkan diuresis (seperti teh dan kopi( dini pada pagi hari.

9. Semakin memanjangkan atau memendekkan periode antar berkemih.

10. Menawarkan pakaian dalam pelindung untuk menampung urine dan mengurangi rasa

malu klien (bukan popok).

(Potter & perry. 2005)

F. INDIKASI

Latihan ini diperuntukkan bagi :

1. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan

2. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.

3. Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama.

Ketika kateter terpasang, kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi.

Karena itu, pada akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonusnya (atonia). Apabila hal

ini terjadi dan kateter di lepas, otot detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien

tidak dapat mengeliminasi urinnya.

4. Klien dengan inkontinensia urin

Inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang tidak

terkendali atau terjadi di luar keonginan. Jika inkontinensia urin terjadi akibat kelainan

inflamasi, mungkin sifatnya hanya sementara . namun, jika kejadian ini timbul karena

kelainan neurologi yang serius, kemungkinan besar sifatnya akan permanen.

Inkontinensia ini memiliki beberapa tipe inkontinensia, anatara lain urge

inkontinensia yang merupakan terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan

5

Page 6: Isi Makalah Bladder Training

untuk urinasi tetapi tidak mampu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet,

overlow inkontinence merupakan hal yang di tandai oleh eliminasi urin yang sering dan

kadang-kadang terjadi hampir terus menerus dari kandung kemih. dan inkontinensia

fungsional yang merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah

yang utuh tetapi ada faktor lain seperti gangguan kognitif berat yang membuat pasien

sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi.

5. Klien dengan perubahan pola urinasi : kandung kemih neurogenik.

Merupakan gangguan kandung kemih yang terjadi akibat lesi pada sistem saraf.

Keadaan ini disebabkan oleh cedera atau tumor medula spinalis. Ada dua tipe kandung

kemih neurogenik, yaitu kandung kemih spastik atau hipertonik akibat statis urin dan

kateterisasi yang di lakukan kemudian. Keadaan ini di tandai oleh pengeluaran urin

bersifat otomatik, reflektoris atau tidak terkontrol dari kandung kemih dengan

pengosongan yang tidak tuntas tipe yang kedua yaitu kandung kemih flasid di sertai

gangguan daya sensibilitas untuk merasakan kandung kemih yang penuh sehingga terjadi

pengisian yang berlebihan serta distensi kandung kemih.

(Brunner & suddarth, dkk. 2001)

G. HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN SEBELUM DI LAKUKAN TINDAKAN

BLADDER TRAINING.

1. Periksa kandung kemih. bagaimana keadaannya, keras atau tidak Kandungan urinnya

bagaimana

2. Sudah ada atau belum rasa ingin mengeluarkan urin yang di alami pasien

H. PERSIAPAN ALAT

1. Jam

2. Air minum dalam tempatnya

3. Obat deuritik jika diperlukan, dan gunting klem.

I. PROSEDUR PELAKSANAAN

Untuk pasien yang terpasang kateter

1. Pasien minum cairan dengan jumlah yang sudah di ukur dari pukul 8.00 hingga 20.00

untuk menghindari distensi yang berlebihan, tidak boleh ada cairan yang di minum

(kecuali untuk membasahi bibir) sesudah pukul 22.00.

6

Page 7: Isi Makalah Bladder Training

2. Sebelum kateterisasi di hentikan, kateter urin secara bergantian di jepit dengan klem dan

di lepas jepitannya ketika melakukan latihan kandung kemih.

3. Setiap 2 jam sekali, kateter di klem selama 20 menit. Tindakan ini memungkinkan

kandung kemih terisi urin dan otot detrusor berkontraksi.

4. Kemudian Pada suatu waktu yang di tentukan di lepaskan dan pasien mencoba buang air

kecil dengan cara menekan kandung kemih, melakukan perkusi abdomen atau

meregangkan sfingter ani dengan jari tangan untuk memicu kandung kemih.

5. Segera sesudah mencoba urinasi, kateterisasi (di lepas klem) di lakukan untuk

menentukan jumlah urin sisa.

6. Volume urin yang di eliminasi dan di peroleh melalui kateterisasi di ukur.

7. Kandung kemih di palpasi beberapa kali untuk menentukan apakah terjadi distensi

kanding kemih.

8. Pasien tanpa sensasi yang lazim di anjurkan untuk mewaspadai setiap tanda yang

menunjukkan penuhnya kandung kemih, seperti perspirasi, kaki atau tangan yang dingin

dan perasaan cemas.

9. Interval antar kateterisasi di perpanjang dan program latihan di laksanakan lebih lanjut

dengan berkurangnya volume urin sisa. Kateterisasi biasanya di hentikan setelah volume

urin sisa mencapai tingkatan yang aksep-tabel.

Untuk pasien yang tidak terpasang kateter

1. Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam

sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari.

2. Berikan klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk

berkemih

3. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan

berkemihnya tidak dapat ditahan.

4. Klien disuruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah

ditentukan 2-3 jam sekali

5. 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien

untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.

a. Latihan 1

1) intruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul

7

Page 8: Isi Makalah Bladder Training

2) Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian

memulainya kembali

3) Praktikkan setiap kali berkemih

b. Latihan 2

1) minta klien untuk mengambil posisi duduk atau berdiri.

2) Instruksikan klien mengencangkan otot - otot disekitar anus.

c. Latihan 3

1) Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan

otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat.

2) Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan.

3) Ulangi latihan empat jam sekali, saat bangun tidur selama tiga bulan.

d. Latihan 4

1) Apabila memungkinkan anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut ditekuk)

kepada klien.

e. Evaluasi

1). Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali per hari atau 3-4

jam sekali.

2. Klien merasa senang dengan prosedur.

6. Bila tindakan point 5 seperti tersebut dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan :

a. Maka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan dari eksternal

misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam

b. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung

kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.

c. Mengindari minuman yang mengandung cafein

d. Minum obat deuritik yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan

deuritik

7. Sikap

a. Jaga privasi klien

b. Lakukan prosedur dengan teliti.

c. Pemberian umpan balik positif

Memberikan penghargaan atas apa yang telah dilakukannya, memberikan

penghargaan atas keberhasilannya dalam melaksanakan program bladder training.

8

Page 9: Isi Makalah Bladder Training

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung

kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik.

Teknik ini dapat dilakukan oleh klien atau pasien yang susah buang air kecil (BAK)

sehingga pasien mudah untuk eliminasi sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien. Teknik ini

dapat juga dijadikan sebagai solusi penumpukan penyakit yang ada di kandung kemih.

B. SARAN

Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar penulis serta pembaca dapat lebih

memahami dan mengerti mengenai Bladder training tersebut guna lebih mematangkan

pengetahuan dalam terjun langsung ke dalam dunia medis.

9

Page 10: Isi Makalah Bladder Training

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume

2.Jakarta:EGC

Potter & perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatankonsep, proses dan praktik

volume 2.Jakarta : EGC

10

Page 11: Isi Makalah Bladder Training

CHECKLIST BLADDER TRAINING

Nama : …………………………………… NIM : …………………………………

ASPEK YANG DINILAINILAI

0 1 2

DEFINISI :

Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan

pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran

urin. Agar bladder training ini berhasil, klien harus menyadari dan secara

fisik mampu mengikuti program pelatihan. Program tersebut meliputi

penyuluhan, upaya berkemih yang terjadwal, dan memberikan umpan balik

positif. Fungsi kandung kemih sementara mungkin terganggu setelah suatu

periode kateterisasi.

TUJUAN :

1. Untuk melatih kandung kemihyang adekuat tanpa terjadinya refluks

vesioko uretral.

2. Mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau

menstimulasi pengeluaran air kemih

3. Dengan latihan kandung kemih ini juga untuk mencegah distensi yang

berlebihan, untuk mengembangkan refleks urinasi yang spontan dan

efektif.

4. Dapat mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas,

mempertahankan urin tanpa terbentuknya batu.

INDIKASI :

Latihan ini diperuntukkan bagi :

1. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan.

2. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.

3. Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama.

4. Klien dengan inkontinentia urin

5. Klien dengan perubahan pola urinasi : kandung kemih neurgenik

11

Page 12: Isi Makalah Bladder Training

PELAKSANAAN

Tahap pre interaksi

a. Persiapan pasien

1. Mengucapkan salam terapeutik

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan pada klien dan keliarga klien tentang prosedur dan

tujuan tindakan yang akan di lakukan.

4. Penjelasan yang di sampaikan di mengerti klien/keluarga.

5. Selama komunikasi di gunakan bahasa yang jelas, sistematis.

6. Klien/keluarga di beri kesempatan bertanya untuk klarifikasi

7. Privasi klien selama tindakan di hargai

8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan dan perhatian

serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

9. Membuat kontrak waktu

b. Persiapan alat dan bahan

1. Jam

2. Air minum dalam tempatnya

3. Obat deuritik jika diperlukan

c. Persiapan lingkungan

Sampiran

Tahap orientasi

1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi

2. Memperkenalkan nama perawat

3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga

4. Menjelaskan tentang kerahasiaan

Tahap Kerja

Untuk pasien yang terpasang kateter

1. Pasien minum cairan dengan jumlah yang sudah di ukur dari pukul

8.00 hingga 20.00;untuk menghindari distensi yang berlebihan, tidak

boleh ada cairan yang di munum (kecuali untuk membasahi bibir)

sesudah pukul 22.00.

12

Page 13: Isi Makalah Bladder Training

2. Sebelum kateterisasi di hentikan, kateter urin secara bergantian di

jepit dengan klem dan di lepas jepitannya ketika melakukan latihan

kandung kemih.

3. Setiap 2 jam sekali, kateter di klem selama 20 menit. Tindakan ini

memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot detrusor

berkontraksi.

4. Kemudian Pada suatu waktu yang di tentukan di lepaskan dan pasien

mencoba buang air kecil dengan cara menekan kandung kemih,

melakukan perkusi abdomen atau meregangkan sfingter ani dengan

jari tangan untuk memicu kandung kemih.

5. Segera sesudah mencoba urinasi, kateterisasi (di lepas klem) di

lakukan untuk menentukan jumlah urin sisa.

6. Volume urin yang di eliminasi dan di peroleh melalui kateterisasi di

ukur.

7. Kandung kemih di palpasi beberapa kali untuk menentukan apakah

terjadi distensi kanding kemih.

8. Pasien tanpa sensasi yang lazim di anjurkan untuk mewaspadai setiap

tanda yang menunjukkan penuhnya kandung kemih, seperti perspirasi,

kaki atau tangan yang dingin dan perasaan cemas.

9. Interval antar kateterisasi di perpanjang dan program latihan di

laksanakan lebih lanjut dengan berkurangnya volume urin sisa.

Kateterisasi biasanya di hentikan setelah volume urin sisa mencapai

tingkatan yang aksep-tabel.

Untuk pasien yang tidak terpasang kateter

1. Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur,

setiap 2-3 jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam

sekali pada malam hari.

2. Berikan klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu

jadwal untuk berkemih

3. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat

jika rangsangan berkemihnya tidak dapat ditahan.

4. Klien disuruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang

13

Page 14: Isi Makalah Bladder Training

waktu yang telah ditentukan 2-3 jam sekali

5. 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah

ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik

latihan dasar

panggul.

a. Latihan 1

1) intruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul

2) Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama

berkemih kemudian memulainya kembali

3) Praktikkan setiap kali berkemih

b. Latihan 2

1) minta klien untuk mengambil posisi duduk atau berdiri.

2) Instruksikan klien mengencangkan otot - otot disekitar

anus.

c. Latihan 3

1) Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan

kemudian kontraksikan otot anterior secara perlahan sampai

hitungan ke empat.

2) Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara

keseluruhan.

3) Ulangi latihan empat jam sekali, saat bangun tidur selama

tiga bulan.

d. Latihan 4

1) Apabila memungkinkan anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi

(lutut ditekuk) kepada klien.

e. Evaluasi

1) Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali per hari atau 3-

4 jam sekali.

2) Klien merasa senang dengan prosedur.

6. Bila tindakan point 5 seperti tersebut dirasakan belum optimal atau

terdapat gangguan :

a. Maka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan

dari eksternal misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha

14

Page 15: Isi Makalah Bladder Training

bagian dalam

b. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu

pengosongan kandung kemih secara total, misalnya dengan

membaca dan menarik napas dalam.

c. Mengindari minuman yang mengandung cafein

d. Minum obat deuritik yang telah diprogramkan atau cairan untuk

meningkatkan deuritik

7. Sikap

a. Jaga privasi klien

b. Lakukan prosedur dengan teliti.

c. Pemberian umpan balik positif

Memberikan penghargaan atas apa yang telah dilakukannya,

memberikan penghargaan atas keberhasilannya dalam melaksanakan

program bladder training.

Tahap terminasi

1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan

2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

Tahap Evaluasi

Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan .

Tahap dokumentasi

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

15

Page 16: Isi Makalah Bladder Training

16