isi laporan resmi

Upload: muhammad-lukman-baihaqi

Post on 30-Oct-2015

197 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laprak sedimen

TRANSCRIPT

I

Laporan Resmi Praktikum Sedimentologi 2013

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian umum mengenai batuan endapan atau sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme. Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dab tersebar sangat luas dengan ketebalan dari beberapa centimeter sampai bebrapa kilometer. Demikian juga ukuran butirnya, dari sangat halus hingga sangat kasar. Dimuka bumi ini dibandingkan dengan batuan beku, batuan endapan atau sedimen sangatlah sedikit, 5% volume. Sungguhpun demikian penyebarannya di muka bumi menempati lebih dari 65% luasan. Oleh karena itu batuan endapan merupakan lapisan tipis di kulit bumi.

Kenampakan yang paling menonjol dari jenis batuan sedimen adalah hadirnya perlapisan, struktur internal dan eksternal lapisan terdiri dari rombakan-rombakan yang tentunya lebih banyak tidak kristalin, mengandung fosil dan masih banyak lagi. Ada kalanya batuan sedimen memperlihatkan kristalin, karena sebenarnya adalah sedimen nonklastik yang disusun oleh monomineral seperti rijang, kalsit, gipsum. Dengan menggunakan diagram alir sebagaimana dicantumkan pada bab I akan mudah dikenali batuan sedimen baik yang klastik maupun non klastiknya.

Penggolongan dan Penamaan

Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yakni batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik.

a. Batuan sedimen klastik

Batuan sedimen klastik terbentuk dari pengendapan kembali rombakan atau pecahan batuan asal, baik yang berasal dari batuan beku, batuan ubahan/metamorfik ataupun batuan sedimen sendiri yang lebih tua.

Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis (disintegrasi) maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.

Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah didalam suatu sedimen selama dan sesudah litifikasi ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.

Proses diagenesa antara lain :

i. Kompaksi sedimen

Yaitu termampatnya butiran sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

ii. Sementasi

Yaitu turunnya meterial-material diruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan (permeabilitas relatif) pada ruang antar butir makin besar.

iii. Rekristalisasi

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dalam suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

iv. Autigenesis

Yaitu terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silika, klorite, illite, gipsum, dan lain-lain

v. Metasomatisme

Yaitu penggantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik tanpa pengurangan volume asal. Contohnya dolomitisasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil.

b. Batuan sedimen non klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement).

Penggolongan lain oleh R.P Koesumadinata 1980, mengemukakan ada 6 golongan uatam batuan sediment, yaitu:

a. Golongan Detritus Kasar

Batuan sediment ini diendapakan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain breksi, konglomerat, dan batu pasir, lingkungan tempat diendapkannya batuan ini dapat dilingkungan sungau, danau atau laut.

b. Golongan Detritus Halus

Batuan yang termasuk dalam golongan ini pada umumnya diendapkan dilingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan ini batulanau, serpih, batulempung, dan napal.

c. Golongan Karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, alga, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali jenisnya tergantung dari material penyusunnya, missal : batugamping terumbu.

d. Golongan Silika

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organic dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert ), radiolaria, dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sdikit dan terbatas sekali.

e. Golongan Evaporate

Pada umumnya batuan ini terbentuknya dilingkungan danau atau laut yang tertutup, dan untuk terjadinya batuan sediment ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat, yang termasuk golongan ini adlah gypsum, anhydrite, batugaram dll.

f. Golongan Batubara

Batuan ini tebentuk dari unsure-unsur organic yaitu : dari tumbuh-tumbuhan, dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tembal diatasnya sehingga tidak memungkinkan untuk terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali.Macam-macam Perlapisan

Bila tidak menunjukkan struktur dalam (pettijohn & potter, 1964) atau ketebalan lebih dari 120cm (McKee & Wair, 1953 ).

a. Perlapisan Sejajar

Bila bidang perlapisan saling sejajar.

b. Laminasi

Perapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari 1 cm. terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.

c. Perlapisan Pilihan

Bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur dari halus kekasar pada arah vertical, terbentuk dari arus pekat.

d. Perlapisan Silang Siur

Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berda diatasnya atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah.

e. Perlapisan pada Bidang Perlapisan

Terbentuknya dapat diakibatkan oleh penggerusan, pembebenan atau penguapan. Macam-macam yang penting, yaitu :

Gelembur Gelombang

Terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin

rekah Kerut

rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses penguapan.

Cetak Suling

Cetakan sebagai akibat pengerusan media terhadap batuan dasar. Cetak Beban

Cetakan akibat pembebanan pada sediment yang masih plastis.

Bekas Jejak Organisme

Bekas rayapan, rangka ataupun tempat berhenti binatang.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Analisa Core

Dasar Teori

Pengertian core adalah sampel atau contoh batuan yanag diambil dari bawah permukaan dengan suatu metode tertentu. Core umumnya diambil pada kedalaman tertentu yang prospektif oleh perusahaan minyak atu tambang untuk keperluan lebih lanjut. Data core merupakan data yang paling baik untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, tapi karena panjangnya yang terbatas maka dituntut untuk mengambil data-data yang ada secara maksimal.

Datra yang diambil meliputi jenis batuan, tekstur ( ukuran butir, pemilahan, bentuk butir, kemas, matriks dan semen), struktur sedumen dan sifat fisik batuan itu sendiri. Selain itu kita dapat mengetahui harga porositas, permeabilitas dan saturasi fluida yang terkandung dalam batuan tersebut. Tekstur dan struktur sediment dapat mengambarkan sejarah transportasi pengendapan,energi pembentuk batuan tersebut, genesa, arah arus, mekanisme transportasi dan kecepatan sediment tersebut diendapkan. Sehingga dari factor-faktor tersebut dapat ditentukan fasies sediment dan lingkungan pengendapannya.

Core dibagi 2 menurut cara pengambilannya yaitu

a. Convetional core, yaitu core yang diambil bersamaan dengan proses pengeboran.

b. Sidewall Core, yaitu core yang diambil pada saat melakukan wireline logging

ALASAN TUJUAN DAN KEGUNAAN PENGAMBILAN CORE PERUSAHAAN MINYAK

Alasan utama dilakukan pengambilan core di lapangan adalah

i. Keperluan stratigrafi, dimana perusahaan minyak akan mengambil data formasi core pada daerah development well

ii. Keperluan analisis ada tidaknya kandungan hidrokarbon pada formasi tersebut, dimana perusahaan minyak akan mengambil data core pada daerah yang belum terbukti ada kenampakan hidrokarbonya (wild cat atau exploratory)Kegunaan core dalam perusahaan minyak, yaitu :i. Sebagai pengukuran tekanan kapiler dengan metode sntrifugal, metode injeksi mercury, dan metode porous plate yang dari pengukuran ini juga dapat dihitung distribusi ukuran pori.

ii. Sebagai pengukuran sifat kebasahan ( wetability ) batuan.

iii. Sebagai pengukuran permeabilitas Liquid , Return Permeability, dan Critical velocity

iv. Sebagai pengukuran relative permeabilitas untuk air, minyak

v. Sebagai pebgukuran sifat kelistrikan batuan dan perhitungan formation factor, resistivity indeks

vi. Sebagai analisa Water flood untuk mengetahui perkiraan perolehan minyak jika dilakukan injeksi air

vii. Sebagi sensitifitas terhadap fluida pemboran serta komplesi

Adapun tujuan pengambilan data core secara primer adalah untuk mendapatkan data antara lain:

i. Data detailo tentang reservoir (fasies, struktur sediment, lingkungan pengendapan, umur, tipe porositas, mineralogy dsb)

ii. Data petrofisika dan kualitas batuan, seperti porositas, permeabilitas, saturasi, tekanan kapiler dll)

iii. Kalibrasi log

iv. Studi fracture dan suture

Sedangkan secara sekunder adalah untuk :i. Mengetahui Formation Boundary (batas formasi)

ii. Skala besar struktur sediment

iii. Data paleontology

iv. Mendapatkan data sampel analisis geokimia yang tidak terkontaminasiv. Pemetaan bawah permukaan zona prospekII. 2. Laporan Analisa Core

II. 3. Tugas Mingguan

III. 1. Analisa Granulometri Dasar Teori

Batuan sedimen terbentuk dalam permukaan bumi oleh system hidrologik . Batuan tersebut berasal dari pelapukan batuan yang sudah tertransport jauh dari sumbernya, kemudian terendapkan di Laut.

Struktur merupakan cerminan dari adanya suatu perubahan erosi, transportasi dan pengendapan pada saat batuan terbentuk. Struktur yang lain adalah cross bedding, graded bedding, ripple marks dan mud cracks.

Gerakan air dan udara biasanya akan memisahkan partikel-partikel menurut ukuran butirnya. Ukuran butir dalam sediment atau batuan akan mencerminkan :

a. Resistensi batuan terhadap proses pelapukan, erosi dan abrasi

b. Proses-proses sedimentasi yang meliputi pengangkatan dan pengangkutan

(antara lain dengan roling, saltasi, traksi, sliding, suspensi).

Proses-proses itulah yang akan membentuk kenampakan tekstur dan struktur batuan sediment atau sediment yang bersangkutan.

tekstur yang dapat dianalisa dengan metode Granulometri antara lain mean,median,modus,koefisien kepancengan,standart deviasi, dan kurtosis.

Adapun batasan masing-masing pengertian tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Mean adalah harga rata-rata dari suatu kurva.

Median adalah nilai tengah dari suatu kurva.

Modus merupakan puncak maksimal penyebaran klas ukuran butir tertentu.

Sortasi adalah tingkat keseragaman ukuran butir. Sortasi dapat tercermin dari tinggi pendeknya atau lebar sempitnya suatu kurva yang tinggi dan sempit mencerminkan sortasi baik ( Gbr 1 dan 2 )

Standar deviasi merupakan nilai statistic yang mencerminkan sejauh mana klas besar butir menyimpang dari harga rata-rata. Semakin kecil harga standar deviasi semakin baik harga sortasinya dan sebaliknya.

Skweness adalah ukuran tingkat kecondongan penyebaran besar butir.

Kurtosis adalah derajat kemancungan suatu kurva yang menunjukkan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan bagian dari suatu kurva.

Material-material yang diangkut oleh media pengangkut akan terdistribusi menjadi berbagai macam ukuran. Distribusi ukuran butir akan mencerminkan :

i. Variasi lithologi/diameter butir yang terdapat pada source (sumber) dimana

Tidak mesti berupa batuan tetapi juga endapan.

ii. Proses-proses yang berlangsung selama sedimentasi terutama yang menyangkut arah arus, kekuatan arus, perubahan-perubahan /variasi yang terdapat pada arus itu.

Skala ukuran butir yang sering dipakai dalam sedimentologi antara lain :

a. Skala Wentworth

b. Skala Phi (tabel).

DISTRIBUSI NORMAL

Kurva distribusi normal merupakan kurva hasil pengeplotan kurva hasil frekwensi dengan berbagai variasi dari suatu populasi yang terdiri dari klas-klas.

Kurva distribusi normal juga mengandung penyebaran fraksi kasar dan halus kearah kanan dan kiri seimbang.

Semakin runcing kurva distribusi normal semakin sempit standart deviasinya sehingga semakin baik sortasinya.

KURVA FREKWENSI KUMULATIF

Merupakan kurva yang digambarkan dari hasil pengeplotan penjumlahan frekwensi-frekwensi terhadap penyebaran ukuran butir pada klas-klas tertentu.

Kurva ini dapat dibuat dengan cara :

a. Memakai kertas probabilitas, kurvanya disebut Kurva probabilitas.

b. Memakai kertas yang disebut shape, jurvanya disebut Ogive.

LANGKAH KERJA

Percobaan dilakukan dengan 2 cara dilapangan dan di laboratorium ;

A. Cara kerja di lapangan.

Sebelum dilakukan kerja di laboratorium, maka terlebih dahulu dilakukan pengerjaan dilapangan untuk pengambilan sampel, adapun cara kerjanya sebagai berikut :

1. Setelah sampai dilapangan, dilakukan penentuan lintasan yang dapat dipakai mewakili semua fasies yang dianalisa co lapangan gumuk pasir dengan pengambilan sample dari kai sampai lembah, pada lintasan inilah dilakukan pengambilan sampel di beberapa tempat yang dapat mewakili ukuran butir pasir yang berbeda-beda. Berat sampel yang diambil untuk analisa sekitar 2 kg.

2. Sampel dimasukkan ke kantong sampel dan selanjutnya diberi nomer sesusai dengan nomor lintasan.

3. Selain itu dilakukan pengukuran azimuth arah dari titik patok satu ke yang lainnya selain juga jaraknya antar lokasi itu tersebut

B. Cara kerja dilaboratorium

Cara kerja di labioratorium terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

1. Sampel Spliting, adalah untuk mendapatkan contoh pasir yang respresentatif dan

Mewakili seluruh fraksi butiran untuk dianalisa dilakukan splitting, contoh yang diperoleh dilpangan yang telah dikeringkan dituang kedalam corong dan dibawah corong tersebut diberi karton atau tripleks yang sudah disilangkan membentuk empat kuadran, sempel yang diambil adalah sempel yang jatuhnya pada sudut tumpul, splitting ini dilakukan minimal hingga tiga kali kemudian sempel yang diambil ditimbang hingga mencapai berat 100 gr.

2. Pengayakan, sebelum pengayakan mesh pengayakan harus benar- benar bersih kemudian sempel dimasukkan kedalam mesh yang paling atas dan dilakukan penganyakan kurang lebih 10 menit.

3. Penimbangan, sampel yang sudah diayak kemudian dimasukkan kekantong sempel dengan diberi nomer masing-masing sesuai dengan nomer mesh kemudian ditimbang.

4. Pencatatan dan pembuatan grafik, hasil penimbangan tadi kemudian diolah dengan perhitungan dan dari hasil perhitungan itu kemudian dibuat grafik histogram dengan kertas milimeter dan grafik kumulatif dengan kertas semilog.

PERHITUNGANA. Menurut Friedman (1978)

harga-harga: SO, Sk dan K dapat ditentukan dengan:

Cara Grafis

Cara matematis / perhitungan

a. Cara Grafis

Harga harga Q1 ; Q2 ; Q3 ditentukan secara grafis yaitu dari grafik kumulatif.

Q1 = P25 dengan menarik harga prosentase 25% dari grafik kumulatif.

Q2 = P50 dengan menarik harga prosenatse 50% dari grafik kumulatif.

Q3 = P75 dengan menarik harga prosentase 75% dari grafik kumulatif.

Dengan mengetahui harga-harga Q1 ; Q2 ; Q3 maka dapat kita tentukan harga-harga:

Koefisien pilah (SO)

Koefisien pilah yaitu hrga yang menunjukan pemilihan dari butiran. So dapat dihitung menggunakan rumus :

Menurut TRASK

Bila harga So 2,5 mempunyai pemilihan yang baik

So 2,5 mempunyai pemilihan yang normal

So 4,5 mempunyai pemilihan yang jelek

Kepencengan ( Skewnes )

Skewne merupakan ukuran tetang tingkatan ketidaksimetrisan suatu kurva.

Skewnes dapat ditentukan dengan persamaan :

Sk = Q1 . Q3_

M.d2Bila log berharga positif , sediment yang bersangkutan mempunyai jumlah butiran halus yang lebih bnayak daripada jumlah butir kasar, sebaliknya jika harganya negative maka sediman yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak daripada jumlah butir halus.

Kurtosis

Harga perbandingan pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan bagian tepi dari suatu kurva.

Kurtosis ditentukan dari persamaan :

K = __Q1 Q2__

2 ( P10 P90 )2. Cara Matematis / Perhitungan

Cara ini akan memberikan gambaran yang lebih baik daripada cara grafis, karena dalam cara matematis semua harga harga ukuran butir dalam interval diikutsertakan dalam perhitungan. Kelemahan dari cara perhitungan : kadang kadang ruwetnya perhitungan dalam pengolahan data. Dalam cara matematis ini dikenal rumus rumus statistic moment yang dipakai untuk mengolah hasil analisa besar butir.

Moment 1 = __( f . Md )__

100

Mean ( X ) = __f . Md__

100

Moment 2 = __f ( Md . X )2_

100

Standart deviasi ( shorting koefisien ) :

D = So = ___f ( Md X )2__

100

Moment 3 = ___f ( Md X )3__

100

Sk = ___f ( Md X )3__

100

Moment 4 =___f ( Md X )4__

100

K =___f ( Md X )4__

100

Keterangan : f = frekwensi ( % ) dari tiap tiap interval

Md = harga tengah tiap interval

A. Metode Inman

Mean = P16 + P84___

2

Standart Deviasi = ___P84 + P16___

2

Skewness = ___P16 + P84 2P50___

P84 P16

Kurtosis = ___( P95 P5 ) ( P84 P16 )___

( P84 P16 )

B. Metode Inman ( modified )

Skewness = ___( P5 + P95 ) 2P50___

( P95 P5 )

C. Metode Folk dan Ward

Mean = ___P16 + 2P50 + P84___

3

Standart deviasi = ___P84 + P16___ + ___P95 + P5___4 6,6

Skewness = ___P16 + P84 2P50 + ___P5 + P95 2P50___

2 ( P84 P16 )

2 ( P95 P5 )

Kurtosis = ___P95 P5___

2,44 ( P75 P25 )

D. Pergitungan Moment

Moment about M :

M1 = C.V1 + Xo

M2 = C2 ( V2 V12 )

M3 = C3 ( V3 3 V1.V2 + V13 )

M4 = C4 ( V4 4V1.V3 + 6V12.V2 3V14 )

Mean = M1

Standart Deviasi ( ) = ( M2 )1/2 Skewness ( 3 ) = M3 / 3 Kurtosis ( 2 ) = M4/ 4 Mean cube deviation = 33III. 2. Laporan Analisa GranulometriIII. 3. Tugas MingguanIV. 1.Analisa karbonat Dasar Teori

Pengertian Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan lebih dari 50 % terdiri dari garam garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi batugamping dan dolomit.

Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut mikroorganisme turut berperan, dan dapat pula terjadi pada butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesis dari batuan karbonat yang lain.

Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan air laut sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.Nilai Ekonomis Batuan Karbonat

Batuan karbonat memiliki nilai ekonomis yang penting karena mempunyai porositasyang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam. Terutama pada batuan karbonat yang telah mengalami dolomitasi, sehingga hal ini menjadi perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Sebagai contoh 80 % dari reservoar yang terdapat di Amerika Utara dan 50 % reservoar karbonat yang terdapat di seluruh dunia adalah dolomit, sehingga akhir akhir ini banyak perusahaan minyak yang melakukan penelitian secara khusus mengenai sedimentologi karbonat.

Disamping sebagai reservoar minyak dan gas bumi, batuan karbonat juga bias sebagai reservoar air tanah. Adanya porositas dan permeabilitas yang di milikinya serta mineral mineral batuan karbonat yang mudah bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapan endapan bijih , sebagai contoh adalah endapan timah dan seng yang di temukan di Missisipi Valley dan di Pine Point.Kandungan Biota

a. Koral

Merupakan salah satu penyusun utama pada batuan karbonat. Hidup secra koloni maupun soliter. Koral yang hidup secara koloni di cirikan dengan bentuk bentuk yang bercabang, massif, menyerupai rantai seperti jamur. Sedangkan pada koral yang hidup secara soliter dicirikan oleh adanya bentuk bentuk yang menyerupai tanduk.

b. Ganggang

Ganggang merupakan suatu kelompok tumbuhan yang primtif yang mana tidak dikenal system organiknya, Jenis ganggang yang umumnya dan banyak ditemui pada batuan karbonat adalah ganggang merah dan ganggang hijau.

c. Moluska

Moluska merupakan satu binatang invertebrata yang mempunyai populasi yang cukup besar dan terdapat di berbagai lingkungan pengendapan laut. Jenis molusca yang paling penting bagi batuan karbonat adalah gastropoda dan pelecypoda.

d. Foraminifera

Merupakan organisme yang terdiri dari sebuah sel dan mempunyai sejumlah kamar, dapat terbentuk serial, datar, pipih, ataupun terputar. Secara garis besar foraminifera dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu dengan berdasarkan ukurannya, yaitu dikenal dengan foraminifera besar dan foraminifera kecil.

e. Echinodermata

Merupakan binatang invertebrata dengan mempunyai populasi yang cukup banyak. Bentuk atau morfologi dari echinodermata adalah dapat berbentuk seperti bola, silindris, lempeng, duri, binatang dan bertangkai. Echinodermata yang oenting bagi penyusun batuan karbonat adalah echinodermata yang dapat memfosil sebagai suatu bahan rombakan dan dapat berbentuk seperti lempeng ataupun duri. Adanya fosil ini menunjukkan lingkungan laut terbuka.

f. Bryozoa

Merupakan organisme yang hidup secara berkoloni dengan populasi yang cukup banyak. Umumnya Bryozoa ini mempunyai ukuran yang relatif kecil dan tipis yang mempunyai bentuk bercabang, mengerak ataupun menyerupai jaringan. Organisme ini dapat mengalami pertumbuhan dengan cepat dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Bryozoa sering di jumpai sebagai fosil rombakan pada sedimen sedimen laut.

Butiran, Semen dan Lumpur Karbonat Jenis jenis butiran rombakan :

a. Butiran Kerangka (Skeletal grains)

Adalah butiran yang merupakan bagian keras dari organisme dalam batugamping, baik yang masuh utuh maupun yang sudah pecah. Yang termasuk buturan kerangka yaitu fragmen koral, molluska, sisa ganggang dan lain lain.b. Butiran Rombakan (Detrital grains)

Adalah butiran yang merupakan hasil rombakan dari batuan yang telah ada sebelumya. Yang termasuk dalam butiran rombakan yaitu Interklas dan Lithoklas.

c. Pellets

Merupakan butiran yang massif, yang berbentuk ellips / oval dan tidak menunjukkan adanya struktur dalam. Yang termasuk pellets : fecal pellets dan favreina.

d. Lumps

Merupakan butiran karbonat yang komposit (mengelompok) dan mempunyai kenampakan bentuk permukaan yang tidak teratur. Terbentuk sesaat setelah proses sedimentasi berlangsung. Yang termasuk lumps yaitu grapstone, incrusted lumps.

e. Butiran yang berlapis konsentrik

Merupakan butiran karbonat yang mempunyai sebuah inti yang di kelilingi oleh beberapa selaput tipis CaCO3 secara konsentrik. Yang termasuk butiran ini : Oolit, Pisolit, Onkolit.Semen

Adalah komponen karbonat yang berupa kristal kalsit yang jelas, secara mikroskopis mempunyai kenampakan yang jernih, berukuran 0,02 1 mm, berperan sebagai material pengisi ruang antar butir ataupun suatu rekahan dan terbentuk saat diagenesa.Lumpur karbonat

Merupakan partikel karbonat berukuran halus kurang dari 4 mikron, secara mikroskopis mempunyai kenampakan keruh kecoklatan, dapat terbentuk secara mekanis maupun kimiawi pada saat pengendapan berlangsung. Lumpur karbonat ini umumnya dikenal dengan istilah mikrit.

Klasifikasi Batuan Karbonat

Menurut Pettijohn, 1957 1962

Pettijohn mengklasifikasikan batuan karbonat menjadi tiga komponen utama yang berdasarkan genesanya, yaitu Batugamping Autocthonous (intrabasinal), Batugamping Allocthonous dan Batugamping Metasomatik.

a. Batugamping Autocthonous

Yaitu batugamping yang terdiri dari unsur kalsium karbonat, terbentuk langsung dari presitipasi air laut akibat proses biokimia, batugamping ini merupakan batuan karbonat yang primer, yaitu batuan karbonat yang terbentuk pada tempat asalnya (insitu).b. Batugamping Allocthonous / Batugamping Detritus

Yaitu batugamping yang telah mengalami proses transportasi dari tempat lain. Mempunyai komposisi lebih dari 50 % batuan karbonat. Contoh batugamping Allocthonous yaitu Kalsirudit, Kalkarenit, dan Kalsilutit.c. Batugamping Metasomatik

Merupakan batugamping yang terbetuk karena adanya proses diagenesa yang terjadi pada batugamping, sehingga sifat dan karakteristiknya dapat berbeda dengan batuan asalnya. Contoh batugamping metasomatik adalah Dolomit dan Batugamping dolomit.

Menurut Folk, 1959

Klasifikasi ini didasarkan pada tiga komponen utama penyusun batuan karbonat, yaitu butiran (allochems), sparit dan mikrit.

i. Allochems,

Merupakan butiran karbonat yang berukuran pasir kerikil, yang berasal dari sedimen klastik. Termasuk didalamnya Oolit, Pisolit, Onkolit, Pellets, Fosil, dll.

ii. Mikrite,

Merupakan agregat halus yang berukuran micron sebagai pembentuk mineral kalsit, terjadi secara biokimia ataupun kimiawi dari presipitasi air laut, terbentuk dalam lingkungan pengendapan dan menunjukkan sedikit atau tidak adanya trnasportasi yang berarti. Hal ini dinyatakan bahwa mikrit (sensu Folk) adalah tidak sama dengan Lumpur karbonat (sensu Dunham). Folk memberikan penamaan secara deskriptif untuk penyusun batuan, sedangkan dunham lebih menjurus pada untuk menafsirkan penyusun batuan itu.

iii. Sparite, Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran butir halus (0,02 1 mm). Dapat terbentuk secara langsung dari sediman secara insitu ataupun dari rekristalisasi mikrit.

Menurut Dunham, 1962.

Klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham (1962) adalah dengan berdasarkan pada tektur pengendapannya. Faktor factor penting yang menjadi dasar pembagian batuan karbonat menurut Dunham (1962) adalah

Butiran didukung oleh Lumpur ( mud supported)

Butiran saling menyangga (grain supported)

Sebagian butiran didukung oleh Lumpur dan sebagian butirannya saling menyangga (partikel).

Dengan berdasarkan factor factor tersebut, Dunham mengklasifikasikan batuan karbonat sebagai berikut.

a. Butiran didukung oleh Lumpur :

Jika jumlah butiran kurang dari 10 % : Mudstone

Jika jumlah butiran lebih banyak dari 10 % : Wackstone

b. Butiran saling menyangga

Dengan matrik : Packstone

Sedikit atau tanpa matrik : Grainstone

c. Komponen yang saling terikat pada waktu pengendapan, dicirikan dengan adanya struktur tumbuh : Boundstone.

d. Tekstur pengendapan yang tidak teramati dengan jelas : Batugamping Kristalin.Menurut Embry dan Klovan, 1971.

Klasifikasi ini merupakan modifikasi dari klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham (1962) dengan pembagiannya sebagai berikut :

a. Batugamping Allocthonous, denga leboh dari 10 % komponen yang berukuran butir lebih besar dari 2 mm.

Didukung matrik : Floatstone.

Komponen yang salng menyangga : Rudstone.

b. Batugamping Autocthonous, dengan komponen organic yang saling terikat pada waktu pengendapan.

Menurut Pumpley Et Al, 1962.

Klasifikasi ini berdasarkan indeks energi, yang mana indeks energi ini merupakan salah satu parameter penting didalam menetukan lingkungan pengendapan batuan karbonat.

a. Klasifikasi Tipe gamping utama (Koesoemadinata, 1981).

Klasifikasi ini berdasarkan pada modifikasi dari beberapa klasifikasi batuan karbonat. Berdasarkan hal ini akan diperoleh tipe gamping utama, dimana pemakaianya ditekankan pada pengenalan di lapangan, pengenalan tekstur dan pengenalan jenis butirannya.

Klasifikasi ini adalah sebagai berikut :

i. Tipe Gamping kerangka.ii. Tipe Gamping klastik.

a. Gamping bioklastik.

b. Gamping kalstik fragmenter.

c. Gamping kalstik non fragmenter.

d. Tipe Gamping kristalin. Diagenesa

Komposis dan tektur batuan karbonat dipengaruhi oelh derajat perubahan yang terjadi sesudah proses pengendapan berlangsung. Sering terjadi bahwa perubahan perubahan tersebut berlangsung pada tempat asal sedimen (insitu) dalam waktu yang hampir bersamaan dengan pengendapan batuan itu sendiri, sehingga dengan demikian tidak mudah untuk mengetahui tekstur dan komposisi batuan karbonat tersebut berasal dari endapan atau setelah diagenesa berlangsung.

Proses proses yang terjadi selama diagenesa berlangsung antara lain :

a. Pelarutan

Proses pelarutan dalam batuan karbonat memerlukan air kelewat jenuh dalam jumlah banyak serta selektivitas terhadap matrik, bentuk butir, ukuran butir, dan sifat kerangka. Hasil dari pelarutan akan berupa rongga kosong dari material yang terlarut.

b. Penyemenan

Merupakan pengisian ruang antar butir rekahan yang sering terjadi akibat pelarutan. Berdasarkan bentuknya, jenis semen karbonat dibagi menjadi type Drusy, Blocky atau Granular, jarum (fibrous dan rim cement).

c. Rekristalisasi

Proses ini terjadi bila ada zat zat yang terlarut diendapkan kembali ditempat semula, tanpa merubah komposisinya. Contoh perubahan aragonit menjadi kalsit dan sebagainya.

d. Penggantian (Replacement)

Proses ini merupakan penggantian mineral dari mineral satu menjadi mineral lainya dan akan merubah komposisi semula. Contoh dari penggantian antara lain kalsit menjadi dolomit atau kalsit menjadi anhidritMETODOLOGI

Metode Analisis di Lapangan

Analisis batuan karbonat dilakukan dilapangan dengan cara mengamati kenampakan kenampakan geologi dari batuan karbonat yang ada dilapangan, kemudian melakukan penampang terukur (measure section) dan melakukan pendeskripsian batuan karbonat dilapangan. Hendaknya pengamatan yang dilakukan dilapangan, dilakukan untuk mengumpulkan informasi lapangan sebanyak banyaknya dan seteliti mungkin mengenai batuan karbonat, dimana data data lapangan ini nantinya akan sangat mendukung dalam melakukan penganbilan kesimpulan pada analisis yang dilakukan dilaboratorium.

Metode Analisis Laboratorium

Analisis batuan karbonat yang dilakukan dilaboratorium :

1. Metode Test Asam

Metode ini digunakan untuk menganalisis kekuatan reaksi batuan karbonat terhadap larutan Hcln dengan tujuan menentukan kontaminasi relatif dari gamping terhadap dolomit dan lempung.

2. Metode Noda Kimia

Digunakan untuk mengetahui presentase dari kalsit dan dolomit, sehingga nama batuan dapat ditentukan berdasarkan warna noda yang dihasilkan. Dalam pelaksanaanya dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan Alizarin reds dan Larutan tembaga nitrat.

3. Metode Kalsimetri

Dimaksudkan untuk mengetahui kadar CaCO3 bila batuan karbonat direaksikan denan larutan Hcl. Dilihat dari volume gas CO2 yang dihasilkan. Tujuannya antara lain untuk menentukan seri batuan karbonat yang terdiri dari lempung, napal, dan gamping secara teliti dan tepat.

4. Metode Etsa (Etching Mothod)

Maksud dari metode etsa adalah untuk mempelajari tekstur pada batuan karbonat serta kandungan fosil dengan cepat dan cukup teliti. Tujuan metode ini untuk mengetahui keadaan lingkungan pengendapan dan penamaan batuan menurut beberapa klasifikasi.5. Metode Analisis sayatan tipis (Thin Section).

Bertujuan untuk mengetahui nama batuan dan diagenesa dari prosentase fosil yang terkandung dalam batuan karbonat maupun jenis butiranya di dalam massa dasar.IV. 2. Laporan Analisa Karbonat

IV. 3. Tugas MingguanV. 1.Analisa Profil Dasar TeoriDasar Falsafah Analisis Profil Konsep daur Cyclus) dan irama (Ritme)

Konsep ini menyatakan bahwa sedimentasi sering merupakan daur atau perulangan dari urutan yang sama

Hukum Walter

Menyatakan bahwa dalam sedimentasi, urutan fasies vertical mencerminkan urutan lateral

Prinsip Hyulstrom

Prinsip ini memungkinkan lapisan-lapisan halus yang telah terendapkan tidak dapat dierosi lagi oleh makin cepatnya arus (increasing current condition), sehingga memungkinkan urutan yang menghalus atau mengkasar keatas.

Konstruksi Fasies

Batasan fasies dan fasies sediment

Fasies adalah tubuh batuan dengan sifat yang khas. Dalam batuan sediment ditentukan berdasarkan warna, perlapisan, tekstur, fosil dan struktur sediment.

Fasies sediment merupakan bagian dari suatu satuan stratigrafi tertentu dan secara areal terbatas, menunjukkan cirri-ciri penting yang berbeda dari bagian-bagian lainnya pada satuan sratigrafi tersebut. Hubungan Antara Fasies

Menurut hokum walter (Walter Laws of Fasies, 1884), yang menyatakan bahwa dalam sedimentasi urutan fasies vertical mencerminkan urutan lateral.

Kontak

Kontak utama antara fasies meliputi :

Gradasi

Tegas

Erosi

Pada beberapa kontak ditunjukkan dengan jelas adanya boring, burrow, deformasi ataupun diagenesasedimen dibawahnya. Asosiasi dan Sikuen

Asosiasi fasies yaitu kumpulan fasies yang terbentuk bersama-sama dan mempunyai hubungan, baik genesa maupun lingkungannya. Contohnya : lapisan tebal dari turbidite selang seling dengan grain flow, slump, san lempung.

Fasies sikuen yaitu suatu seri fasies yang berubah secara berangsur kearah vertical dari suatu fasies kefasies lainnya. Sikuen Sedimentasi

Definisi-Definisi Pada Analisa Sikuen

a. Sikuen Batuan

Adalah urutan evolusi batuan yang saling berkaitan, vertical maupun horizontal yang memperlihatkan batasan-batasan ilmiah. Sikuen tersebut saling berhubungan atau berantai yang umumnya asimetri.b. Rythem

Adalah urutan ilmiah dari fasies yang saling terkait yang didalamnya terlihat perulangan secara regular.

c. Siklus Sedimentasi

Adalah fasies yang terbentuk kembali atau terjadi perulangan

d. Sikuen Positif Dan Sikuen Negatif

Sikuen positif yaitu dicirikan oleh ukuran butir yang kasar pada bagian bawah, halus bagian atas, kemas tertutup pada bagian bawah. Sedangkan bagian atas kemas terbuka atau mengambang

Sikuen negative yaitu dicirikan dengan ukuran butir halus pada bagian bawah dan bagian atas kasar, kemas mengambang pada bagian bawah sedangkan kemas tertutup pada bagian atas.

Pemisah antara sikuen positif dan negative didasarkan pada variasi dari nivo energi. Sehingga pembagian ini tidak dapat dipakai pada bagian sediment kimiawi (evaporit) ataupun batuan sediment biokimia.

e. Sikuen Transgresi Dan Sikuen Regresi

Yaitu urutan evolusi dari batuan yang saling berhubungan atau berkaitan secara vertical memperlihatkan transgresi dan regresi.

f. Mega Sikuen

Merupakan sikuen yang terbesar atau tertinggi tingkatannya yang dapat terdiri dari perulangan beberapa sikuen tertentu, siklus, rythem dari bawah keatas, yang ditandai oleh penipisan beberapa sikuen, pemunculan atau hilangnya secara progresif dari sebagian urutan sedimentasi.

g. Sikuen Ritmik

Yaitu perulangan secara menonton dari siklus atau sikuen tanpa variasi yang saling berhubungan dari urutan batuan atau ketebalannya.

h. Sikuen Digrafik

Adalah sikuen oleh data yang berasal dari log listrik. Kriteria-Kriteria Dasar Pada Analisis Sikuen

i. Terminologi Batuan

a. Nature Batuan

b. Warna Batuan

c. Aspek Kekerasan

d. Penyusun Utama

e. Tekstur

f. Elemen Morfologi

g. Struktur Sedimen

ii. Batas-Batas

a. Kontak antara feuillets (lapisan tipis) dalam perlapisan miring (kontak bersifat miring).

b. Joint (kontak/ hubungan, sambungan) : berhubungan dengan endapan interbank.

c. Diastem : ditunjukkan oleh suatu permukaan perlapisan interbanch.d. Ketidakselarasan kartografi, menyudut (uncorfomity, disconformity), erosi

e. Perubahan resistensi batuan (hard ground)

iii. Kriteria-Kriteria Arah

Merupakan criteria dari atas kebawah (tp and bottom) dan dari tepi (tidak boleh dilupakan arah horizontal : arah arus)

Interpretasi Dari Sikuen Dna Siklus Sedimentasi

i. Fluktuasi sedimentasi dalam cekungan yang dipengaruhi oleh iklim-varva

ii. Fluktuasi relative dari batas lingkungan pengendapan dalam cekungan sedimentasi oleh eustatisme atau subsiden (epirogenesa) : sikuen transgresi atau regresi.

iii. Fluktuasi relative dari lingkungan pengendapan dalam cekungan sedimentasi akibat pengisian sediment.

iv. Fluktuasi sedimentasi dalam cekungan yang dipengaruhi oleh arus turbidit

Faktor Pengontrol Fasies

a. Proses Sedimentasi

b. Suplai Material

c. iklim

d. Tektonik

e. Perubahan Permukaaan Air Laut

f. Aktivitas Biologi

g. Komposisi Kimia Air

h. Vulkanisme Fasies Model

Suatu fasies model dapat dipergunakan apabila memenuhi persyaratan tertentu. Adapun syarat-syarat fasies model adalah :

Merupakan suatu aturan (tatanan), untuk digunakan sebagai perbandingan.

Merupakan suatu kerangka kerja dan petunjuk dalam observasi yang akan dilakukan.

Dapat digunakan sebagai penduga (predictor) dalam keadaan geologi yang baru.

Dapat digunakan sebagai dasar interpretasi lingkungan pengendapan atau system yang diwakilinya.

SISTEM TRANSPORT DAN SEDIMENTASI Macam Sistem Transport Dan Sedimen

Ada tiga macam system transport :

a. Sistem arus traksi dan suspensi

b. Sistem arus turbidit dan arus pekat

c. Sistem suspensi dan kimiawi

Sistem Arus Traksi Dan Suspensi

Berdasarkan gerakan partikelnya, konsentrasi sediment tertransport, kecepatan aliran dekat dasar, koefisien kekasaran, struktur sediment yang dibangun, sifat permukaan air dan turbulensi, maka rezim aliran dapat dibagi menjadi

a. Lower flow rezime

b. Upper Flow Rezime

Sistem Arus Turbidite Dan Arus Pekat Sediment yang teronggok pada suatu lereng dapat tiba-tiba meluncur dengan kecepatan tinggi bercampur dengan air berupa suatu aliran padat (density current).

Macam-Macam Arus Densitas

Berdasarkan atas gerakan relative antar partikel selama masa sediment bergerak dan jarak dari sumber, maka arus densitas dibagi menjadi empat, yaitu : Debris Flow

Merupakan aliran butiran kasar (bisa mencapai bongkah) yang didukung oleh masa dasar berupa campuran sediment halus dan media air yang masih mempunyai tenaga yang terbatas.

Grain Flow

Terjadi interaksi antara secara langsung, karena dalam mengalir butir-butir tersebut belum sepenuhnya terlepaskan.

Fluidized Sediment Flow

Butir-butir pasir yang mengalir sudah tidak rigid, tetapi butiran yang sudah saling lepas dan didukung oleh media air.

Turbidity Current

Butiran yang mengalir secara aktif merupakan butiran yang didukung fluida. sebagian butir mengalir secara turbulent, sehingga pengendapan secara suspensi cukup berkembang, dan seluruhnya terjadi autosuspension yaitu keseimbangan antar turbulensi dan suspensi.Sistem Suspensi Dan Kimiawi a. Sifat Arus Pekat

Tidak dapat dibedakan antara sediment dan media (air), sediment dan media merupakan satu fasa.

Suatu massa bergerak sebagai cairan pekat, biasanya disebabkan oleh gravitasi.

Pengendapan terjadi kalau massa tersebut terhenti, dan tidak ada proses sedimentasi dalam arti pemisahan sediment dan air.

Cara aliran tidak selalu laminar tetapi juga turbulen dan cepat sekali.

Dalam massa cairan, pekat, bongkah-bongkah dapat ditransport dan didukung oleh massa sediment sehingga bongkah seolah-olah mengambang (floating).

MODEL-MODEL FASIES BERBAGAI LINGKUNGAN PENGENDAPAN a. Lingkungan Pengendapan Darat

i. Fasies Fluviatil

Sungai Bermeander

Sungai ini mempunyai aliran yang berkelok-kelok dan pada tepinya yang berlawanan menunjukkan proses yang berbeda

Secara morfologis sungai bermeander terdiri dari bagian-bagian :

Point bar

Channel

Leeve

Sungai Teranjam

Sungai teranjam lebih banyak dijumpai pada daerah-daerah arid dan semi arid, dimana fluktuasi aliran merupakan factor yang sangat penting.

Fasies-fasies sungai teranjam :

Channel Floor

Sikuen Bar Channel

Sikuen Bar top

Kipas Lembab (Humid Fan)

Merupakan kipas alluvial yang berkembang dengan iklim lembab. Terjadi pada lingkungan pengendapan yang disebabkan oleh perbedaan relief yang tinggi dan mempunyai kesamaan dengan kipas didaerah iklim kering (arid fan), hanya saja suplai air menerus.

Fasiesnya dapat dibagi menjadi 3 macam :

Fasies Kipas Proximal

Fasies Mid Fan

Fasies Distal

ii. Fasies Lacustrine

Pada umumnya danau-danau mempunyai tubuh-tubuh yang kecil jika dibandingkan dengan tubuh air laut. walau begitu tidak menutup adanya danau yang lebih besar dari tubuh laut. (contoh laut kaspia lebih besar dari pada teluk Persia).

Dalam kenyataannyabanyak danau berukuran besar dan mempunyai kedalaman ratusan meter. Danau yang besar banyak menyerupai lautan dipandang dari proses fisik maupun sedimentasi. Adanya sedimentasi pelagis umumnya dipengaruhi oleh gelombang dan khasnya dengan proses sediment berbutir halus seperti batu lempung dan lanau.

iii. Fasies Gumuk Pasir

Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lapas berupa gundukan yang dihasilkan oleh arah angin yang bekerja pada suatu daerah dan mempunyai bentuk teratur. Gumuk pasir ini dapat terbentuk didaerah yang endapannya lepas seperti pasir pada daerah gurun dan daerah pantai.

b. Lingkungan Pengendapan Transisi i. Fasies Delta

Delta merupakan proses akumulasi sediment (dari darat), terutama akumulasi pada muara sungai yang dapat terjadi dipantai maupun didanau. Secara umum akan mempunyai asosiasi antara endapan darat seperti perlapisan pada fasies fluvial dan perlapisan pada laut terbuka.

Syarat terbentuknya delta antara lain :

Jumlah material yang dibawa sungai sebagai hasil erosi cukup banyak.

Bahan sedimentasi tidak terganggu oleh air laut

Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan minimum.

Laut pada muara cukup tenang

Tidak ada gangguan tektonik

ii. Fasies Estuarium

Yaitu muara sungai yang berbentuk corong, dimana proses pembentukannya dipengaruhi oleh erosi lateral dan aktivitas pasang surut air laut.

Tipe morfologi Estuarium ada 4 macam :

Lembah sungai tenggelam

Fiord

Estuarium yang dibangun oleh bar

Estuarium dari tektonik

iii. Fasies Lagoon

Lagon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut dan pada saat air surut ada air yang tertinggal disitu yang bisa bercampur dengan ari hujan/ air sungai. Dengan demikian kadar garam lagoon adalah payau (Brachish lagoon). Biasanya pada air payau yang stagment (berhenti sirkulasi) adalah anaerob (tanpa O2 ). Akibat pada tempat ini terjadi pembusukan material yang disebabkan bakteri anaerob. Ciri-ciri lagoon adalah sebagai berikut :

Struktur bioturbasi dan burrow dominant horizontal.

Batuan dengan ukuran lanau sampai lempung atau batu pasir halus.

Adanya endapan batu bara.

Kaya akan sisa-sisa tumbuhan

Shale (lanau) memperlihatkan struktur flaser

Batu lempung atau lanau berwarna gelap, kemungkinan karena banyak mengandung material organic.

iv. Fasies Barrier

Barrier merupakan penghalang yang letaknya didepan pantai dan berhubungan langsung dengan laut. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

Batu pasir ukuran butir halus sampai sangat halus.

Struktur parallel laminasi. Sering dijumpai cross bedding. Bioturbasi dominant vertkal

c. Lingkungan Laut Dangkal

Dalam hal ini lebih ditekankan pada lingkungan pantai non deltaic, yaitu hingga kedalaman 200m.

Berdasarkan kisaran pasang surut (tidal range) pantai terdiri dari 3 macam :

Pantai Microtidal, kisaran pasang surut kurang dari 2 m.

Pantai Mesotidal, kisaran pasang surut 2 4 m.

Pantai Macrotidal, kisaran pasang surut lebih dari 4 m.

Suplai material pasir yang tetap dan stabilitas daerah yang cukup serta gradient yang rendah merupakan factor yang dapat menyebabkan majunya system ini.

i. Fasies-fasies Permukaan Pantai

Daerah permukaan pantai secara umum dapat dipisahkan menjadi sub-sub lingkungan yang sejajar dengan garis pantai sebagai berikut :

Aeolian Sand Dunes

Back Shore

Fore Shore

Shore Face

ii. Profil Endapan-Endapan Pantai

Permukaan pantai energi gelombang tinggi dapat dibagi lagi menjadi beberapa zona :

Asimetrical Ripple Zone

Outer Planar Zone

Inner Rough Zone

Inner Plannar Zone

Profil endapan pantai energi gelombang sedang - rendah pada umumnya memperlihatkan sikuen pengkasaran keatas. Tetapi secara detail sikuen ini dapat berbeda-beda, yang masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. Untuk profil endapan pantai energi gelombang sedang hingga rendah ini dengan beberapa tipe, yaitu :

a. Tipe daerah pantai Konchibouguac

Seaward Slope

Barcrest

Landward Slope

Trough

b. Tipe profil endapan pantai sapelo island

Lower offshore

Upper offshore

Lower shoreface

Upper shoreface

Foreshore

Backshore

d. Kipas Bawah Laut

Bagian-Bagian Kipas Bawah Laut a. Lower Fan Dicirikan adanya penebalan keatas (thickening upward), terdiri dari asosiasi fasies-fasies classical turbidites.

b. Smooth portion of suprafan lobes

Penebalan keatas, asosiasi classical turbidites, dalam sikuen progradasi bagian atas sudah terdapat massive sandstone

c. Channelad portion of suprafan lobes

Penipisan keatas (thinning upward), asosiasinya adalah konglomerat atau pebbly sandstone pada bagian bawah dan massive sandstone. Konglomerat umumnya berlapis bersusun (graded bedding).

d. Upper fan

Merupakan sikuen-sikuen dari fasies konglomerat, debris flow dan slump. Sikuen menipis keatas (thinning upward) umumnya tidak berlapis baik.Sikuen Turbidite Bouma

Terbagi menjadi lima interval :

a. Graded interval (kadang berupa batu pasir massif )

b. Lower interval of parallel lamination

c. Interval of current lamination

d. Upper interval of parallel lamination

e. Pellitic interval

Hemipelagic mud

Turbulent mud Pembagian Turbidite Oleh Kuenen

Berdasarkan pada jarak transportasi dan keadaan massa sedimennya, maka endapan turbidit dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar :

a. Fluxo Turbidit

b. Proximal turbidit

c. Distal turbidit

Klasifikasi Fasies Turbidit Oleh Walker

a. Classical turbidit

b. Massive sandstone

c. Pebbly sandstoned. Conglomerates

e. Slumps, Slides, Debris Flow & Exotic Fasies

PENGUKURAN PENAMPANG STRATIGRAFI

Tujuan pengukuran penampang stratigrafi secara umum adalah :

Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.

Untuk mendapatkan data lithologi terperinci dari urutan-urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi (formasi, kelompok, anggota dan sebagianya)

Untk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan urut-urutan sedimentasi dalam arah vertical secara detail untuk menafsirkan lingkungan pengendapan.

Perencanaan Lintasan pengukuran

Satuan urut-urutan singkapan batuan yang merupakan singkapan stratigrafi setebal dipilih untuk diukur, perlu dilakukan tindakan-tindakan pendahuluan.

Yang perlu diperiksa adalah seluruh urut-urutan singkapan secara keseluruhan, yaitu :

Kedudukan lapisan (strike & dip), apakah curam, landai, vertical atau horizontal.

Perlu diketahui apakah jurus dan kemiringan lapisan itu terus-menerus tetap atau berubah.

Penentuan superposisi dari lapisan

Meneliti kemungkinan adanya lapisan penunjuk yang dapat diikuti oleh seluruh daerah.Cara Pengukuran

Metode yang dipakai untuk mengukur penampang stratigrafi banyak ragamnya. Namun salah satu cara yang sering digunakan dilapangan adalah pengukuran dengan memakai pita ukur dan kompas. Sedapat mungkin diusahakan agar arah pengukuran tegak lurus pada jurus perlapisan, untuk menghindari koreksi-koreksi yang rumit.

Menghitung Tebal Lapisan

Jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atap (top) merupakan tebal lapisan. Oleh karena itu perhitungan tebalnya yang tepat harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila tidak tegak lurus maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut :

d = (jarak terukur) x Cos y

Dimana :

d = jarak terkoreksi

Cos y = sudut yang dibentuk antara arah kemiringan dan arah pengukuran (azimuth).Tanda-tanda yang biasa dipakai untuk pengukuran ketebalan lapisan adalah :

T : tebal

d : jarak terukur

( : besar dip

( : besar slope

( : perbedaan arah dip Pengukuran Pada Daerah Datar

Jika jarak terukur adalah tegak lurus jurus, ketebalan langsung didapat dengan perhitungan :

T = d . Sin (Dan apabila jarak terukur adalah tidak tegak lurus, maka perhitungan adalah :

T = d . Cos ( . Sin ( Pengukuran pada daerah tidak datar (lereng tidak sama dengan 00)

Posisi lapisan terhadap lereng banyak terdapat kemungkinannya.

a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng

Bila dip searah slope dan dip < slope (T = d Cos ( Sin ((-())

Bila dip searah slope dan dip > slope (T = d Cos ( Sin ((-())

b. Perhitungan jika dip berlawanan dengan slope

(T = d Cos ( Sin ((-())

Pemerian Pada Penampang Stratigrafi

Dianjurkan supaya cara pemerian dilakukan secara beraturan dan sistematik. Dibawah ini diberikan urutan susunan pemerian yang harus dimengerti, yaitu :

a. nama satuan batuan

b. batuan utama penyusun satuan dan sisipan

c. pemerian lithologi setiap lapisan

d. kandungan fosil

e. struktur batuan dan unsur-unsur lainnya

f. hubungan dengan satuan diatasnya.

METODE ANALISIS ATAU CARA KERJA

Dalam melakukan analisis lingkungan pengendapan dengan menggunakan analisis profil sebaiknya melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Pemerian

Menyiapkan alat-alat yang diperlukan antara lain :

a. Palu geologi

b. Kompas

c. Tali ukur

d. Pita meteran

e. Komparator besar butir

f. Larutan HCl

g. Lembar pengukuran stratigrafi

h. Alat tulis menulis

i. Kamera

j. Merencanakan lintasan pengamatan

Lintasan pengamatan yang akan dilalui sebaiknya dipilih :

a. Dianggap mewakili dengan lintasan yang cukup panjang

b. Sepanjang lintasan batuannya tersingkap dengan baik

c. Medan yang tidak terlalu sulit, sehingga memudahkan dalam pengamatan

Pendataan lapangan

a. Buatlah sketsa lapangan yang diambil

b. Ukur kedudukan lapisan dan tentukan posisi stratigrafinya

c. Tentukan arah lintasannya (dari muda ketuan dan sebaliknya)

d. Tentukan masing-masing unit genetiknya

e. Diamati atau jenis alas perlapisan apakah tegas, berangsur atau erosional.

f. Deskripsi lithologi tiap lapisan dan diukur ketebalannya

g. Struktur sediment yang berkembang.

h. Membuat foto, dalam pengambilan gambar sedapat mungkin menggambarkan close up : lithologi, struktur sediment, batas lapisan.

i. Sikuen vertikalnya.Dalam hal ini strutur sediment meliputi :

Struktur eksternal (pada bidang perlapisan) atau sering disebut struktur bidang perlapisan

Pada alas lapisan (sole mark) misalnya : cetak suling, cetak beban, grove marks, dsb.

Pada bagian atas lapisan (surface mark) : rain imprint, mud crack, biotubasi, dsb.

Struktur internal atau struktur perlapisan misalnya : perlapisan sejajar, lapisan bergelombang, lapisan bersusun, dsb

2. Analisis data

a. Gambarkan kolom stratigrafinya dengan detail, serta tafsirkan mekanisme arus yang mengendapkannya, untuk pendekatan lingkungan pengendapan.

b. Dari kolom stratigrafi, kemudian dibuat suatu rangkuman urutan secara vertikal

c. Pilih mode yang sesuai dengan model profil yang dibuat

d. Dengan menggunakan model, dianalisis perkembangan cekungannya, apakan mengalami regresi (progradasi) atau trangresi (retrogradasi).

V. 2. Laporan Analisa ProfilV. 3. Tugas MingguanBAB IIIKESIMPULAN

BAB IV

PENUTUP

VI. 1. Kritik

VI. 2. Saran

Nama: Rika Wandansari HidayahNIM: 111.110.026

48Plug: 8

_1272779690.unknown