isi kesimpulan laporan

6
20 V. PEMBAHASAN Pada acara kedua praktikum Hidrologi Lingkungan mempelajari tentang metode perhitungan curah hujan wilayah dan penentuan jaringan stasiun hujan. Pada acara ini menggunakan peta jaringan stasiun hujan dengan 1 : 258620,6897. Selain itu, digunakan juga data curah hujan tahun 1988 sampai tahun 2007 dari stasiun Lumbir, Kalibagor, Wangon, Ajibarang, Kranji, Cilongok dan Bojongsari. Presipitasi (hujan) adalah proses turunnya bulir – bulir air dari atmosfer ke permukaan bumi.Hujan memiliki peran penting dalam siklus hidrologi, hujan berperan dalam mendistribusikan air ke seluruh permukaan bumi karena tidak semua wilayah di permukaan bumi memiliki intensitas curah hujan yang sama. Intensitas curah hujan di setiap wilayah di bumi berbeda – beda, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor garis lintang menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan, daerah dengan garis lintang yang lebih rendah (daerah tropis) memiliki kuantitas curah hujan yang lebih besar. Faktor ketinggian tempat, semakin rendah ketinggian tempat potensi curah hujan yang diterima akan lebih banyak. Jarak dari sumber air, jika sumber air yang tersedia dalam jumlah banyak maka kuantitas air yang terevaporasi akan semakin banyak. Arah angin, angin merupakan media transportasi uap air di atmosfer ke suatu wilayah.Faktor perbedaan suhu tanah (daratan) dan lautan, semakin tinggi perbedaan suhu antara

Upload: hadi-wahyu

Post on 16-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

laporan hidrologi lingkungan 2014 2015 teknik lingkungan belum jadi

TRANSCRIPT

23V. PEMBAHASANPada acara kedua praktikum Hidrologi Lingkungan mempelajari tentang metode perhitungan curah hujan wilayah dan penentuan jaringan stasiun hujan. Pada acara ini menggunakan peta jaringan stasiun hujan dengan 1 : 258620,6897. Selain itu, digunakan juga data curah hujan tahun 1988 sampai tahun 2007 dari stasiun Lumbir, Kalibagor, Wangon, Ajibarang, Kranji, Cilongok dan Bojongsari. Presipitasi (hujan) adalah proses turunnya bulir bulir air dari atmosfer ke permukaan bumi.Hujan memiliki peran penting dalam siklus hidrologi, hujan berperan dalam mendistribusikan air ke seluruh permukaan bumi karena tidak semua wilayah di permukaan bumi memiliki intensitas curah hujan yang sama. Intensitas curah hujan di setiap wilayah di bumi berbeda beda, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor garis lintang menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan, daerah dengan garis lintang yang lebih rendah (daerah tropis) memiliki kuantitas curah hujan yang lebih besar. Faktor ketinggian tempat, semakin rendah ketinggian tempat potensi curah hujan yang diterima akan lebih banyak. Jarak dari sumber air, jika sumber air yang tersedia dalam jumlah banyak maka kuantitas air yang terevaporasi akan semakin banyak. Arah angin, angin merupakan media transportasi uap air di atmosfer ke suatu wilayah.Faktor perbedaan suhu tanah (daratan) dan lautan, semakin tinggi perbedaan suhu antara keduanya potensi penguapanya juga akan semakin tinggi. Faktor perbandingan luas daratan dan luas perairan, semakin luas wilayah perairan maka uap air yang dihasilkan akan lebih banyak dan faktor yang terakhir adalah faktor topografi dari daerah tersebut. Pengukuran curah hujan wilayah sangat penting untuk dilakukan. Data yang didapat dari pengukuran langsung dilapangan dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti untuk memperkirakan potensi air di suatu daerah untuk bidang pertanian dan untuk mengklasifikasikan iklim suatu daerah. Pengukuran hujan wilayah dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode rerata aljabar, metode poligon Thiessen, dan metode isohyet. Perhitungan dilakukan dengan data curah hujan dari 8 stasiun yang telah disediakan, yaitu stasiun Lumbir, Kalibagor, Ajibarang, Wangon Jatibarang, Cilongok, Kranji dan Bojongsari. Pada metode rerata aljabar, setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil pada stasiun Lumbir 2791,6 mm/tahun, stasiun Ajibarang 2889,9 mm/tahun, stasiun Kranji 3171,55 mm/tahun, cilongok 3604,35 mm/tahun, stasiun Kalibagor 2897,215 mm/tahun, stasiun Jatilawang 2893,5 mm/tahun, stasiun Cilongok 3604,3 mm/tahun, dan stasiun Bojongsari 2791,4 mm/tahun. Kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari curah hujan rata rata dari kedelapan stasiun tersebut, dan diperoleh hasil 3003,24 mm/tahun. Pada metode poligon Thiessen dilakukan pembuatan poligon pada peta yang telah ditentukan. Setelah dilakukan perhitungan, didapat luas daerah pada peta tersebut sebesar 201,16 cm2. Setelah diketahui curah hujan rata rata per tahun di setiap stasiun kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus poligon Thiessen, dan didapat hasil hujan wilayah tersebut adalah 3027,809207 mm/tahun. Pada metode isohyet, dilakukan perhitungan interpolasi terlebih dahulu pada peta yang telah disediakan untuk mencari nilai curah hujan di setiap titik yang akan dihubungkan. Setelah dilakukan interpolasi diperoleh 16 garis isohyet dengan interval 50, dan luas total 214,99 cm2. Dengan menggunakan metode isohyet diperoleh hasil hujan wilayah 2952,602447 mm/tahun. Dengan ketiga metode tersebut diperoleh hasil yang hampir sama, kurang lebih 2994,550551 mm/tahun.Pada acara ini juga dilakukan penentuan jaringan stasiun hujan. Penentuan jaringan stasiun hujan dilakukan dengan tujuan mendapatkan contoh yang benar-benar mewakili curah hujan diseluruh kawasan tempat pengukuran dilakukan WMO (World Meteorological Office). Pada penentuan jaringan stasiun hujan menggunakan metode Wilson, metode Varshney dan metode Sofyan. Pada penentuan jaringan stasiun hujan dengan metode Wilson dibutuhkan data skala, luas daerah, yang kemudian disesuaikan dengan tabel kerapatan stasiun berdasarkan luasan dari DAS. Setelah dilakukan perhitungan luas wilayah didapatkan hasil 1345,451843 km Sehingga didapatkan luas wilayah 12,10488887 unit. Metode kedua yaitu Varshney, pada metode ini terdiri dari beberapa tahap yaitu menghitung keseluruhan hujan total stasiun (Pt) 23654,72 mm, menghitung hujan rata rata DAS (Pm) = 2956,84 mm menghitung jumlah kuadrat curah hujan semua stasiun (Ss) = 63661885,21, menghitung varians (S2) = 58,87799577, menghitung koefisien variasi (Cv) 14,11115612, menghitung jumlah stasiun hujan optimum (N) dengan presentase kesalahan yang diterapkan (p) 6, dehingga didapatkan hasil 5,531242418, dan stasiun yang harus dipasang lagi 2. Metode terakhir adalah metode Sofyan. Setelah dilakukan perhitungan dengan metode Sofyan pada Stasiun Lumbir 5,5883984 (Jangka Pengamatan 5 tahun), Stasiun Ajibarang 2,263903356 (Jangka Pengamatan 10 tahun), Stasiun Cilongok 21,8987162 (Jangka Pengamatan 5 tahun), Stasiun Kranji 7,261468324 (Jangka Pengamatan 10 tahun), Stasiun Bojongsari 5,595162403 (Jangka Pengamatan 5 tahun), Stasiun Kalibagor 14,70285846 (Jangka Pengamatan 10 tahun), Stasiun Wangon 0,01132289877 (Jangka Pengamatan 30 tahun, dan Stasiun Jatilawang 2,142151757 (Jangka Pengamatan 10 tahun).

VI. KESIMPULANSetelah melakukan perhitungan hujan wilayah dan penentuan jaringan stasiun hujan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan ketiga cara perhitungan hujan wilayah, didapatlah hujan wilayah daerah yang tertera pada peta yaitu sekitar 2994,550551 mm/tahun. Metode rerata aljabar lebih mudah penggunaannya daripada metode Thiessen dan metode isohyet. Pada penentuan jaringan stasiun hujan, dengan metode Wilson E. M (1974) didapat hasil 12 stasiun. Pada penentuan jaringan stasiun hujan, dengan metode Varshney (1974) didapat hasil - 2 Pada penentuan jaringan stasiun hujan, dengan metode Sofyan Dt. Majo Kayo (1988) didapat hasil bahwa rata-rata jangka pengamatan yaitu selama 10,6 tahun.