isi-fuadi

16
UNLAM Universitas Lambung Mangkurat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini, di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin Muhammad Fuady H1C111057

Upload: muhammad-azmi-rahman

Post on 27-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Saat ini, di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun

2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat

yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar

negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa

Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan

masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu

gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam

lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu

secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara

umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi

yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.

Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia

internasional masih sangat rendah. Indonesia sulit menghadapi pasar global karena

mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang

rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga

kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu

memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak

lama.  Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja

karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas

keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Pada Pelaksanaannya pun Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja.

Muhammad FuadyH1C111057

Page 2: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi

pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara

menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada masyarakat

luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas

kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.

Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara

maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan

prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran

pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak

pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat

pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23

tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja

harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan

pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam

bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat

penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan

dalam bekerja berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu

komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga

kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban

dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat

untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya yaitu pertambangan.

Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional.

Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian

nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan

terlihat jelas dimana pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan negara;

berkontribusi dalam pembangaunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil

maupun program community development atau coorporate social responsibility;

memberikan nilai surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi;

memberikan efek berantai yang positif terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu

faktor dominan dalam menentukan Indeks Harga Saham Gabungan; dan menjadi

salah satu sumber energy dan bahan baku domestik.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi

dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran

Muhammad FuadyH1C111057

Page 3: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit

akibat kerja maka diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

pada kegiatan pertambangan.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi

kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian

materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak

sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang

sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat

digantikan oleh teknologi apapun.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Secara keilmuan K3, didefinisikan

sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja.

Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat

ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-

konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti

ILO, WHO, maupun tingkat regional.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan

menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya

tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif dapat

meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini

pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun

tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan

disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial.

Dengan melaksanakan K3 terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan

pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan

akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang

produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas

perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya

Muhammad FuadyH1C111057

Page 4: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.

Oleh karena itu, kami membahas tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di salah

satu industri yaitu industri pertambangan batubara yang merupakan industri besar

diwilayah Indonesia.

B.     Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui Kecelakaan kerja pada jalan tambang.

2. Untuk mengetahui peran K3 dalam mencegah kecelakaan pada jalan tambang

Guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 Pertambangan dalam perencanaan

jalan dan lalu lintas tambang.

Muhammad FuadyH1C111057

Page 5: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

BAB II

PEMBAHASAN

 A.    Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses

produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia

merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang

mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga

kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya

menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan

adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam

mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis

kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan

tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai

tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003

tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan

kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka

dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan

kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids

Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi

kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan

kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di  darat, didalam

tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah

kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur

syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan,

Muhammad FuadyH1C111057

Page 6: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,

pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi

yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya

masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil

pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu,

masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di

masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna

membantu pelaksanaan pengawasan K3 agar terjalan dengan baik.

B.     Sebab-sebab Kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah

atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai

tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang

lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas

sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan yang lebih baik selamat untuk

menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan

setiap karyawan pabrik.

Penyebab dasar kecelakaan kerja:

1. Faktor Personil

A. Kelemahan Pengetahuan dan Skill

B. Kurang Motivasi

C. Problem Fisik

D. Faktor Pekerjaan

i. Standar kerja tidak cukup Memadai

ii. Pemeliharaan tidak memadai

iii. Pemakaian alat tidak benariv. Kontrol pembelian tidak ketat

Penyebab Langsung kecelakaan kerja

1. Tindakan Tidak Aman

A. Mengoperasikan alat bukan wewenangnya

B. Mengoperasikan sarana dengan kecepatan tinggi

C. Posisi kerja yang salah

D. Perbaikan alat pada saat alat beroperasi

E. Kondisi Tidak Aman

i. Tidak cukup pengaman alat

ii. Tidak cukup tanda peringatan bahaya

iii. Kebisingan/debu/gas pada jalan tambang

Muhammad FuadyH1C111057

Page 7: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

iv. Housekeeping tidak baikPenyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian Berdasarkan Prosentasenya:

1. Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)2. Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)3. Diluar kemampuan manusia (2%)

C.    Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Kinerja (performance) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan

resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan

lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga

komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang

optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian

dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan

akibat kerja yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja

Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum

memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%

masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%

kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan

bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat

lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi

oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan,

sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala

terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8

– 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium

menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-

ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan

pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara

lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang

berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban

psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

Lingkungan Kerja

Muhammad FuadyH1C111057

Page 8: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan

kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat

Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related

Diseases).

D.    Kecelakaan Kerja Tambang

1) Pengertian Batubara

Batubara adalah batuan yang berasal dari tumbuhan yang mati dan tertimbun

endapan lumpur, pasir, dan lempung sselama berjuta-juta tahun lamanya. Adanya

tekanan lapisan tanah bersuhu tinggi serta terjadinya gerak tektonik mengakibatkan

terjadinya kebakaran atau oksidasi yang mengubah zat kayu pada bangkai tumbuh-

tumbuhan menjadi tumbuhan yang mudah terbakar yang bernama batubara.

Batubara merupakan salah satu sumberdaya energi yang banyak terdapat di dunia,

selain minyak bumi dan gas alam. Batubara sudah sejak lama digunakan, terutama

untuk kegiatan produksi pada industri semen dan pembangkit listrik. Batubara

sebagai energi alternatif mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga dapat

menggantikan peran bahan bakar minyak (BBM) dalam kegiatan produksi untuk

industri tersebut. Apalagi beberapa tahun terakhir ini harga BBM terus mengalami

kenaikan dan hal ini sangat dirasakan dampaknya terutama dalam hal kebutuhanya

sebagai sumber nergi bagi berbagai aktivitas perekonomian dunia.

Batubara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang

awalnya berakumulasi dirawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen

lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran

tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang

sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena

suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan

tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah

tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batubara.

Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan

Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batubara pertama – yang

berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap

endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan,

yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi

lignite (batubara muda) atau ‘brown coal (batubara coklat)’ – Ini adalah batubara

dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batubara jenis lainnya,

batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai

kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama

Muhammad FuadyH1C111057

Page 9: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

jutaan tahun, batubara muda mengalami perubahan yang secara bertahap

menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara

‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara

menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau

‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi

terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

2) Pengertian Kerja tambang

Pengertian adalah Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau berhubungan

langsung dengan pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan,

konstruksi, operasi produksi, pengolahan/ pemurnian dan pengangkutan bahan galian

golongan a, b, c, termasuk sarana dan fasilitas penunjang yang ada di atas atau di

bawah tanah/air, baik berada dalam satu wilayah atau tempat yang terpisah atau

wilayah proyek.

a) Yang dimaksud kecelakaan tambang yaitu :

(1) Kecelakaan Benar Terjadi

(2) Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di

tambang oleh KTT

(3) Akibat Kegiatan Pertambangan

(4) Pada Jam Kerja Tambang

(5) Pada Wilayah Pertambangan

b) Penggolongan Kecelakaan tambang

(1) Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)

Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3

minggu.

(2)Cidera Berat (Kecelakaan Berat)

Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu.

c) Berdasarkan cedera korban, yaitu :

(1)Retak Tengkorak kepala, tulang     punggung pinggul, lengan

bawah/atas,   paha/kaki

(2)Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen

(3)Luka berat, terkoyak

(4)Persendian lepas

E.     Tindakan Setelah Kecelakaan Kerja

Manajemen K3

1. Pengorganisasian dan Kebijakan K3

2. Membangun Target dan Sasaran

3. Administrasi, Dokumentasi, Pelaporan

4. SOP

Muhammad FuadyH1C111057

Page 10: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

Prosedur kerja standar adalah cara melaksanakan pekerjaan yang ditentukan, untuk

memperoleh hasil yang sama secara paling aman, rasional dan efisien, walaupun

dilakukan siapapun, kapanpun, di manapun. Setiap pekerjaan Harus memiliki SOP

agar pekerjaan dapat dilakukan secara benar, efisien dan aman seperti :

1. Rekrut Karyawan & Kontrol Pembelian

2. Inspeksi dan Pengujian K3

3. Komunikasi K3

4. Pembinaan

5. Investigasi Kecelakaan

6. Pengelolaan Kesehatan Kerja

7. Prosedur Gawat Darurat

8. Pelaksanaan Gernas K3

Manajemen K3 memiliki target dan sasaran berupa tercapainya suatu kinerja K3 yang

optimal dan terwujudnya  “ZERO ACCIDENT” dalam kegiatan Proses Produksi .

Pedoman Peraturan K3 Tambang

1. Ruang Lingkup K3 Pertambangan : Wilayah KP/KK/PKP2B/SIPD Tahap

Eksplorasi/Eksploitasi/Kontruksi & Produksi/Pengolahan/Pemurnian/Sarana

Penunjang

2. UU No. 11 Tahun 1967

3. UU No. 01 Tahun 1970

4. UU No. 23 Tahun 1992

5. PP No. 19 Tahun 1970

6. Kepmen Naker No. 245/MEN/1990

7. Kepmen Naker No. 463/MEN/1993

8. Kepmen Naker No. 05/MEN/1996

9. Kepmen  PE. No.2555 K/26/MPE/1994

10. Kepmen  PE  No. 555 K/26/MPE/1995

11. Kepmen  Kesehatan No. 260/MEN/KES/1998

12. Kepmen ESDM  No. 1453 K/29/MEM/2000

F.     Sistem manajemen k3 di pertambangan

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan

oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan

menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti

kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem,dll.

Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar

akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman bahaya di

tempat kerja.

Muhammad FuadyH1C111057

Page 11: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan adalah

sebagai berikut :

Ledakan

Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala

api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan

merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat

menimbulkan kerusakan yang fatal

Longsor

Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di

dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga

disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.

Kebakaran

Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah

mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan

roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu

terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi

batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan

yang diiringi oleh kebakaran.

Pengelolaan Risiko menempati peran penting dalam organisasi kami karena fungsi ini

mendorong budaya risiko yang disiplin dan menciptakan transparansi dengan

menyediakan dasar manajemen yang baik untuk menetapkan profil risiko yang

sesuai. Manajemen Risiko bersifat instrumental dalam memastikan pendekatan yang

bijaksana dan cerdas terhadap pengambilan risiko yang dengan demikian akan

menyeimbangkan risiko dan hasil serta mengoptimalkan alokasi modal di seluruh

korporat. Selain itu, melalui budaya manajemen risiko proaktif dan penggunaan

sarana kuantitatif dan kualitatif yang modern, kami berupaya meminimalkan potensi

terhadap kemungkinan risiko yang tidak diharapkan dalam operasional.

Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya yang ada di

tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja Peran penilaian risiko dalam kegiatan

pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan ini ditandai dengan

empat tahap proses pengelolaan risiko manajemen risiko adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi

menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut ‘kejadian yang tidak

diinginkan’).

Muhammad FuadyH1C111057

Page 12: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari

peristiwa yang tidak diinginkan.

3. Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau

mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.

4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan

memastikan mereka efektif.

Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi bahaya

untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai

bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat

Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa

dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya yang

perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya

yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian resiko. Kegiatan

pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan APD,

pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung jawab

sebagai pengawas. Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan

pengawasan adalah dengan melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya

atau resiko.

Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan adalah

sebagai berikut :

1. Menimalkan kerugian yang lebih besar

2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan

3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

Muhammad FuadyH1C111057

Page 13: Isi-fuadi

UNLAM Universitas Lambung Mangkurat

BAB  III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak

dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja tambang atau

orang yang diizinkan di tambang oleh KTT sebagai akibat kegiatan pertambangan

pada jam kerja tambang dan pada wilayah pertambangan.

Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun

pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi

upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan

kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal

yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja,

dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan

oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan

menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti

kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem, dll.

Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar

akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di

tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang

sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan

yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk

mengelola K3 dengan menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3).

B.    Saran

K3 sangat penting dalam peranannya didunia industri dan sektor manapun. Karena

dengan kita mematuhi dan menjalankan tentang keselamatan dan kesehatan kerja

nantinya ini akan menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi individu dan kelompok

yang ada disekeliling lingkungan kita.

Muhammad FuadyH1C111057