isi dalam pdf

Upload: randianbiya

Post on 19-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    1/24

    1

    BAB I

    STATUS PASIEN

    A.

    IDENTITAS Nama : Ny. IM

    Usia : 45 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Barulega, Cirumpit, Cugenang

    Status : Menikah

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Tanggal MRS : 24 Oktober 2015 ( 18.00) IGD dan masuk bangsal 25

    Oktober (12.00)

    No. RM : 287269

    B. ANAMNESIS (autoanamnesis) 26 Oktober 2015 pkl. 06.15

    Keluhan utama : Pusing berputar

    R. Penyakit sekarang : Pusing berputar dirasakan pasien sejak 4 hari lalu 22-

    10-2015 pkl 12.00 , pusing berputar dirasakan mendadak disertai rasa mual

    tapi tidak sampai muntah, dan bertambah jika pasien merubah posisi kepala

    (menghadap kanan atau kiri) dan juga dirasakan jika merubah posisi dari

    duduk atau tidur ke posisi berdiri sampai pasien tidak mampu merubah posisi

    dari tidur ke duduk, dirasakan berkurang jika tidur diam pada salahsatu sisi

    atau memejamkan mata. Pasien dibawa ke IGD RSUD Cianjur 24-10-2015

    pkl. 18.00.

    mual (+), muntah (-), telinga berdenging (-), penglihatan ganda (-),

    pendengaran berkurang (-), nyeri telinga (-), kejang (-), lemah anggota gerak

    (-), baal kesemutan (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan, riwayat trauma

    kepala (-).

    R. Penyakit dahulu : gastritis sejak 5 tahun lalu, hipertensi (-), diabetes

    mellitus (-), penyakit jantung (-), riwayat otitis (-).

    R. Penyakit keluarga : Tidak yang mengalami keluhan seperti pasien.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    2/24

    2

    R. Pengobatan : Pasien hanya mengobati dengan obat warung untuk

    nyeri kepala.

    R. Alergi : makanan (-), obat (-), debu (-), udara (-)

    R. Psikososial : Merokok (-), mengkonsumsi obat (-), cukup sering

    membersihkan kotoran telinga dengan cotton bud.

    C. PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    GCS : 15 (E4V5M6)

    Tanda Vital :

    TD : 140/90 mmHg

    Nadi : 73x/menit, reguler kuat angkat

    Napas : 20x/menit, eupnea reguler

    Suhu : 36,5C

    Status Generalis

    - kepala : normocephal

    -

    mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

    - telinga : normotia, kotoran (-), membrane timpani sulit di nilai

    -

    leher : KGB membesar (-), peningkatan JVP (-)

    -

    thorax : normo chest, simetris

    - cor : BJ I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

    -pulmo : Fremitus simetris, sonor di selurung lapang paru,

    Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

    -

    abdomen : supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

    -

    ekstremitas: oedem (-/-), sianosis (-/-)

    Status Neurologis

    Rangsang Meningeal :

    - Kaku kuduk : (-)

    - Lasegue sign : tidak terbatas

    - Kernig sign : tidak terbatas

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    3/24

    3

    Saraf kranial

    N.I (Olfaktorius) :

    Hidung Kanan Hidung Kiri

    Daya Pembauan Sulit dinilai Sulit dinilai

    N.II (Optikus)

    N.III (Okulomotoris)

    Mata kanan Mata kiri

    Visus Baik Baik

    Lapang Pandang Normal Normal

    Funduskopi Sulit dinilai Sulit dinilai

    Mata kanan Mata kiri

    Ptosis (-) (-)

    Pupil

    a. Bentuk

    b. Diameter

    c. Reflex Cahaya

    Direk

    Indirek

    Bulat

    3 mm

    (+)

    (+)

    Bulat

    3 mm

    (+)

    (+)

    Gerak bola mata

    a. Atas

    b.

    Bawah

    c.

    Medial

    d. Medial atas

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    4/24

    4

    N. IV (Throklearis)

    N. VI (Abdusens)

    N.V (Trigeminus)

    Mata kanan Mata kiri

    Posisi bola mata

    Stabismusdivergen

    (-) (-)

    Gerakan bola mata

    Medial bawah Baik Baik

    Mata kanan Mata kiri

    Posisi bola mataStrabismus

    konvergen

    (-) (-)

    Gerakan bola mata

    Lateral Baik Baik

    Nistagmus Sulit dinilai Sulit dinilai

    Kanan Kiri

    Motorik

    Mengunyah Baik Baik

    Sensibilitas

    a.

    Cabang

    oftalmikus

    b. Cabang maksila

    c. Cabang

    mandibula

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Reflex

    a. Kornea

    b.

    Bersin

    c. Jaw refleks

    (+)

    Sulit dinilai

    Normal

    (+)

    Sulit dinilai

    Normal

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    5/24

    5

    N.VII (Facial)

    N.VIII (Vestibulokoklearis)

    N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)

    Kanan Kiri

    Motorik

    a.

    Mengangkat alisb. Menyeringai

    (+)(+)

    (+)(+)

    Sensorik

    a.

    Daya kecap lidah

    2/3 depan

    b. Sekresi air mata

    Sulit dinilai

    Tidak dilakukan

    Sulit dinilai

    Tidak dilakukan

    Kanan Kiri

    Pendengaran

    a. Test bisik

    b. Test Rinne

    c. Test Weber

    d. Test Swabach

    (+)

    AC>BC

    Tidak ada lateralisasi

    Normal

    (+)

    AC>BC

    Tidak ada lateralisasi

    Normal

    Keseimbangan

    a. Test Romberg

    b. Test telunjuk-

    hidung

    Sulit dinilai

    Baik

    Sulit dinilai

    Baik

    Arkus faring

    a.

    Pasif

    b. Gerakan aktif

    simetris

    simetris

    Uvula di tengah

    a. Pasif

    b. Gerakan aktif

    ditengah

    ditengah

    Reflex muntah Tidak dilakukan

    Daya kecap lidah 1/3

    belakang

    Tidak dilakukan

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    6/24

    6

    N.XI (Assesorius)

    N.XII (Hypoglosus)

    Motorik : 5 5 Tonus otot : baik

    5 5 Atrofi : (+) tungkai kanan

    Sensorik : normostesi dengan rasa raba

    Vegetatif/Fungsi luhur: BAB dan BAK tidak ada keluhan/mmse tidak dilakukan

    Reflex : R. Fisiologis : BTR (++/++), KPR (++/++), APR (++/++)

    R. Patologis : Babinski (-/-), chaddock (-/-)

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium

    Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal

    Hemoglobin 16,7 g/dl 12.016.0

    Leukosit 5.2 Ribu/uL 4.810.8

    Hematokrit 47,4 % 37.047.0

    Trombosit 256 103/ul 150000450000

    GDP 101 Mg/dL 70110

    Ureum 33.6 Mg% 1050

    Kreatinin 0.8 Mg% 0.51.1

    Kolesterol total 174 Mg% < 200

    Kolesterol HDL 51.4 Mg% > 40

    Kolesterol LDL 100.5 Mg% < 130

    Kanan Kiri

    Memalingkan kepala Sulit dinilai Sulit dinilai

    Mengangkat bahu Sulit dinilai Sulit dinilai

    Posisi lidah Di tengah

    Atrofi otot lidah Tidak ada

    Fasikulasi lidah Tidak ada

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    7/24

    7

    Trigliserid 111 Mg% < 150

    Asam urat 3.9 Mg% 3.47.0

    SGOT 17 uL < 40

    SGPT 25 uL < 42

    Elektrolit

    Natrium 142.7 mEq/L 135148

    Kalium 3.84 mEq/L 3.505.30

    Kalsium 1.23 mEq/L 1.151.29

    EKG

    interpretasi :

    normosinus

    E. DIAGNOSIS

    - diagnosa kerja :

    Benign Paroxysmal Positional Vertigo

    - diagnosa banding :

    Neuritis vestibuler

    Meniere disease

    Labyrinitis

    F. USULAN PEMERIKSAAN

    - Tes maneuver dix-hallpike

    - Elektronistagmografi dan audiogram

    G. PENATALAKSANAAN

    Terapi umum

    - edukasi mengenai penyakit pasien

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    8/24

    8

    - IVFD RL

    - Latihan posisi atau maneuver yang membantu dalam penyembuhan vertigo

    Particle Repositioning Maneuver

    Terapi khusus

    - Mertigo 3 x 1

    - Goron 3 x 1

    - Domperidone 3 x 1

    H. PROGNOSIS

    - Quo ad vitam : ad bonam

    - Quo ad functionam : ad bonam

    I. FOLLOW UP

    26102015 27102015 28102015

    TD : 140/90 mmHg

    Nadi : 73x/menit,

    Napas : 20x/menit

    Suhu : 36,5

    pusing berputar (+)

    mual (+)

    BAB (-) sudah 2 hari

    belum

    TD : 120/80 mmHg

    Nadi : 76x/menit,

    Napas : 19x/menit

    Suhu : 36,7

    pusing berputar (+) tapi

    dirasa berkurang, sudah

    mulai dapat merubah

    posisi dalam keadaan tidur

    mual (+)

    BAB (-) sudah 3 haribelum

    TD : 130/90 mmHg

    Nadi : 63x/menit,

    Napas : 22x/menit

    Suhu : 36,3

    pusing berputar hanya

    sedikit dirasakan, sudah

    dapat duduk

    mual (+)

    BAB (-) sudah 4 hari

    belum

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    9/24

    9

    J. RESUME

    Seorang perempuan usia 45 tahun datang diantar keluarga ke IGD RSUD Cianjur,

    dengan keluhan :

    Pusing berputar. Pusing berputar dirasakan pasien sejak 4 hari lalu 22-10-2015 pkl

    12.00 , pusing berputar dirasakan mendadak disertai rasa mual tapi tidak sampai

    muntah, dan bertambah jika pasien merubah posisi kepala (menghadap kanan atau

    kiri) dan juga dirasakan jika merubah posisi dari duduk atau tidur ke posisi berdiri

    sampai pasien tidak mampu merubah posisi dari tidur ke duduk, dirasakan berkurang

    jika tidur diam pada salahsatu sisi atau memejamkan mata. Pasien dibawa ke IGD

    RSUD Cianjur 24-10-2015 pkl. 18.00.

    mual (+), muntah (-), telinga berdenging (-), penglihatan ganda (-), pendengaran

    berkurang (-), nyeri telinga (-), riwayat trauma kepala (-).

    Pemeriksaan fisik :

    - Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    - Kesadaran : Compos mentis

    - GCS : 15 (E4V5M6)

    - Tanda Vital :

    TD : 140/90 mmHg

    Nadi : 73x/menit, reguler kuat angkat

    Napas : 20x/menit, eupnea reguler

    Suhu : 36,5C

    Status Neurologi

    - Rangsang meningeal (-)

    - Pupil bulat isokor ods 3 mm

    - Refleks cahaya (+/+), GBM normal ke segala arah

    - motorik : 5 5 Tonus otot : baik

    5 5 Atrofi : (+) tungkai kanan

    - sensorik : normostesi dengan rasa raba

    - Vegetatif/Fungsi luhur: BAB dan BAK tidak ada keluhan/mmse tidak dilakukan

    - Reflex : R. Fisiologis : BTR (++/++), KPR (++/++), APR (++/++)

    R. Patologis : Babinski (-/-), chaddock (-/-)

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    10/24

    10

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap, elektrolit, fungsi hati

    dan ginjal dalam batas normal

    EKG : normo sinus

    DIAGNOSA

    diagnosa kerja :

    - Benign Paroxysmal Positional Vertigo

    diagnosa banding :

    - Neuritis vestibuler

    - Meniere disease- Labyrinitis

    PENATALAKSANAAN

    - IVFD RL 20 tpm

    - Mertigo 3 x 1

    - Goron 3 x 1

    - Domperidone 3 x 1

    PROGNOSIS

    - Quo ad vitam : ad bonam

    - Quo ad functionam : ad bonam

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    11/24

    11

    BAB II

    ANALISA MASALAH

    1.

    Kenapa pasien ini di diagnosis BPPV ?

    2. Apakah ada hubungan riwayat psikososial pasien yang sering membersihkan

    kotoran telinga nya dengan kelainan yang pasien alami sekarang ?

    3. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk diagnosis BPPV ?

    4.

    Bagaimana tatalaksana non medikamentosa yang dapat menunjang proses

    perbaikan dari BPPV?

    Pembahasan :

    1. Kenapa pasien ini di diagnosis BPPV ?

    DEFINISI

    Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo

    vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, ditandai

    dengan serangan-serangan yang menghilang spontan. Benign Paroxysmal Positional

    Vetigo didefinisikan sebagai kelainan pada telinga bagian dalam yang mana adapengulangan episodic dari vertigo posisional. BPPV juga sering dikenal dengan

    kelainan pada bagian vestibular.

    BPPV bukan suatu penyakit, melainkan suatu sindroma sebagai gejala sisa

    dari penyakit pada telinga dalam. Gejala khas pada BPPV adalah rasa pusing berputar

    baik yang dirasakan pada penderita ataupun lingkungan sekitar yang berputar diikuti

    rasa mual dengan atau tanpa muntah dan berkeringat, yang dipicu oleh perubahan

    posisi kepala utamanya dan posisi postural kadang ditemukan.

    Penelitian Baloh mendapatkan usia rata-rata penderita BPPV adalah 54

    tahun, dengan rentang usia 11-84 tahun. Wanita : pria 1.6 : 1.0, sedangkan pada yang

    idiopatik 2:1. Insidensi dari BPPV berkisar 10.7-64 per 100.000 orang dan meningkat

    38% setiap dekadenya.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    12/24

    12

    ETIOLOGI

    a.

    Idiopatik

    Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.

    b. Simptomatik

    Pasca trauma, pasca-labirinitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, Meniere, pasca-

    operasi, ototoksisitas, mastoiditis kronik.

    Pada orang tua, penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem vestibular dari

    telinga bagian dalam.

    Pada pasien ini ditemukan : rasa pusing berputar diikuti rasa mual tanpa

    muntah, yang dipicu oleh perubahan posisi kepala utamanya dan perubahan postural

    pada pasien. Dari gejala klinis tersebut maka pasien di diagnosis BPPV.

    1. Lesi Sentral, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala:

    - Onset bertahap dan berlangsung

    dalam hari sampai minggu

    (permanen)- Pusing tidak tergantung

    perubahan posisi dan gerakan

    kepala.

    - Serangan ringan

    - Nystagmus bisa (-) dan bila (+)

    arah vertical atau multidireksi

    - Terdapat gejala gangguan

    batang otak: diplopia,

    disartria, disfagia, disfonia

    serebelum: gangguan

    koordinasi, kesulitan

    melakukan pergerakan yang

    butuh ketrampilan.

    - Onsetnya mendadak dan

    berlangsung beberapa detik

    sampai beberapa menit.- Pusing tergantung perubahan

    posisi dan gerakan kepala.

    - Serangan berat.

    - Nystagmus (+) arah horizontal

    - Tidak ada gejala gangguan batang

    otak, serebelum dan korteks

    serebral.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    13/24

    13

    korteks serebral: gejala

    iritatif, gejala fokal, deficit

    sensori dan motorik.

    Jadi kemungkinan lesi sentral dapat disingkirkan.

    2.

    Lesi Perifer, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala:

    - Organ yang terkena bisa:

    - gejalanya berlangsung dalam

    beberapa detik sampai beberapa

    menit dan intermiten serta

    tergantung posisi dan gerakan

    kepala.

    - Serangan berat

    - Selalu disertai nystagmus (+) arah

    horisontal.

    - Terdapat gejala otonom, seperti

    mual, muntah, keringatan.

    - Biasanya ada disfungsi

    pendengaran.

    - Gejalanya berlangsung dalam

    beberapa beberapa detik serta

    diperberat oleh perubahan posisi

    dan gerakan kepala.

    - Serangan berat.

    - Nystagmus (+) horizontal.

    - Terdapat mual dan muntah.

    - Tidak ada gangguan pendengaran.

    Jadi kemungkinan lesi perifer belum dapat disingkirkan.

    Etiologi

    Etiologi dan gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala:

    1. Trauma Kepala

    - Terdapat riwayat trauma

    kepala sebelumnya

    - Tidak terdapat riwayat trauma kepala.

    2.

    Infeksi Telinga Tengah

    - Terdapat riwayat keluar cairan

    berbau dari telinga

    - Terdapat riwayat rasa penuh

    dalam telinga.

    - Tidak terdapat riwayat keluar cairan

    berbau dari telinga.

    - Tidak terdapat riwayat rasa penuh

    dalam telinga.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    14/24

    14

    3. Idiopatik

    - Tidak terdapat riwayat trauma

    kepala

    - Tidak terdapat riwayat keluar

    cairan berbau dari telinga dan

    rasa penuh dalam telinga.

    - Terjadi tanpa diketahui

    penyebabnya.

    - Tidak terdapat riwayat trauma kepala.

    - Tidak terdapat riwayat keluar cairan

    berbau dari telinga dan rasa penuh

    dalam telinga.

    - Terjadi tanpa diketahui penyebabnya.

    Jadi kemungkinan etiologi trauma kepala dan infeksi telinga tengah dapat

    disingkirkan,

    2. Apakah ada hubungan riwayat psikososial pasien yang sering membersihkan

    kotoran telinga nya dengan kelainan yang pasien alami sekarang ?

    Menggunakan korek kuping untuk membersihkan telinga, tentunya

    kebersihan kuping tetap terjaga. Bahkan ada saja orang untuk membersihkan telinga

    dalam sehari bisa mencapai dua kali. Banyak pula yang kurang paham, ternyata

    kotoran yang coba dikeluarkan dengan korek kuping, ada yang malah masuk ke

    daerah gendang telinga.

    Iritasi dan Vertigo. Walaupun mudah membersihkan telinga, korek kuping bisa

    menyebabkan radang telinga. Kotoran-kotoran telinga terdorong masuk ke area

    gendang telinga, karena tidak semua ikut terangkat oleh korek kuping. Kotoran-

    kotoran itu beraneka ragam bentuk, mulai dari yang lunak, semi padat, hingga padat.

    Selain kotoran-kotoran yang bisa menyebabkan radang telinga, membersihkan

    telinga dengan korek kuping secara berlebihan dapat mengakibatkan iritasi pada

    telinga. Penggunaan cotton bud yang terlalu sering pada liang telinga dapat

    mengakibatkan tertusuknya gendang telinga hingga menyebabkan kebocoran pada

    gendang telinga tersebut, adanya gesekan-gesekan korek kuping ketika

    membersihkan telinga, bisa saja membuat ujung kapas pada korek kuping terkelupas

    dan menyangkut di dalam liang telinga. Tekstur yang keras mengakibatkan telinga

    menjadi luka pada lubang telinga hingga robeknya gendang telinga. Hal-hal teknis

    seperti ini yang kurang dipedulikan banyak orang. Jika terjadi, dalam telinga yang

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    15/24

    15

    rusak akan timbul sel bernama kolesteatoma. Sel berbahaya yang mengandung zat

    khusus yang fungsinya menggerogoti tulang yang ada pada bagian telinga dalam

    hingga penderitanya mengalami penyakit lain seperti vertigo hingga gangguan saraf

    pada wajah. Bakteri dan jamur juga akan mudah berkembang. Bila telinga infeksi,

    maka sel kolesteatoma akan tumbuh cepat pula. Sel ini akan mendesak dan menekan

    organ di sekitarnya dan menimbulkan nekrosis pada tulang. Yang disebut proses

    nekrosis muncul karena adanya reaksi asam dari bakteri yang membusuk.

    Sehingga kita harus memberika edukasi pada pasien dalam melakukan

    pembersihan telinga, yaitu membersihkan telinga secara teratur. Bisa juga

    menggunakan obat tetes telinga dengan campuran alkohol dalam kurun seminggu

    tiga kali. Pada dasarnya liang telinga terdiri dari lapisan kulit yang mengandung

    kelenjar. Lapisan terluar kulit akan selalu mengalami pengelupasan. Serumen atau

    kotoran telinga merupakan campuran sekresi kelenjar di liang telinga yang berfungsi

    untuk membersihkan dan melindungi serta melumasi telinga. Serumen yang menipis

    atau terdesak terlalu dalam bisa menyebabkan kondisi liang telinga luar menjadi

    basah. Hal ini nantinya menyebabkan jamur dapat tumbuh subur Oleh karena itu,

    hindari penggunaan sabun untuk membersihkan telinga dan cegah membersihkan

    liang telinga sendiri dengan korek kuping karena dapat menyebabkan kotoran telinga

    makin terdesak ke dalam dan ada risiko iritasi pada telinga akibat mengorek terlalu

    keras dan dalam.

    Terdapat suatu mekanisme self cleansing dari serumen, di mana serumen

    bergerak ke luar dari liang telinga dibantu dengan gerakan rahang saat mengunyah

    atau berbicara. Dengan adanya mekanisme tersebut kita sebenarnya tidak perlu

    terlalu sering membersihkah telinga bagian dalam karena bisa berbahaya. Maka

    untuk menjaga kebersihan telinga cukup melakukan pembersihan di liang telinga

    bagian luar saja. Apabila memiliki kelainan pada kulit telinga dan sempitnya ukuran

    lubang liang telinga akan menyulitkan kita untuk membersihkannya sendiri. Bila

    ingin aman dalam membersihkan telinga sebaiknya memerlukan bantuan dokter.

    Hendaknya 3-6 bulan sekali rutin melakukan pemeriksaan ke dokter. Pemakaian

    cotton bud, tisu dan kapas cukup dilakukan pada liang telinga bagian luar saja, atau

    lubang bagian liang telinga dan tidak untuk dimasukkan ke dalam liang telinga,

    pilihlah cotton bud dengan kualitas baik sehingga terhindar dari risiko lepasnya kapas

    dari tangkai.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    16/24

    16

    3. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk diagnosis BPPV ?

    Diagnosis BPPV ditegakkan secara klinis berdasarkan:

    a. Anamnesis

    Adanya vertigo yang terasa berputar, timbul mendadak pada perubahan

    posisi kepala atau badan, lamanya kurang dari 30 detik, bisa disertai oleh rasa

    mual, kadang-kadang muntah.

    b. Pemeriksaan fisik

    Pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan. Pada yang sistomatik bisa

    ditemukan kelainan neurologic fokal, atau kelainan sistemik.

    1. Tes Dix Hallpike

    Tes ini dilakukan sebagai berikut:

    a. Sebelumnya pasien diberi penjelasan dulu mengenai prosedur pemeriksaan

    supaya tidak tegang.

    b.

    Pasien duduk dekat bagian ujung pemeriksa.

    c.

    Dengan mata terbuka dan berkedip sedikit mungkin selama pemeriksaan,

    pada posisi duduk kepala menengok ke kiri atau ke kanan, lalu dengan cepat

    badan pasien dibaringkan sehingga kepala tergantung pada ujung meja

    pemeriksa, lalu dilihat adanya nistagmus dan keluhan vertigo, pertahankan

    posisi tersebut selama 10 sampai 15 detik, setelah itu pasien dengan cepat

    didudukkan kembali. Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala

    menunjuk kesisi lain. Untuk melihat adanya fatigue maneuver ini diulang 2-

    3 kali.

    Interpretasi Tes Dix Hallpike

    a.

    Normal : tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka.

    Kadang-kadang dengan mata tertutup bisa terekam denganelektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus.

    b.

    Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV

    mempunyai 4 ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detk,

    disertai vertigo yang lamanya sama dengan nistagmus, dan adanya

    fatigue, yaitu nistagmus dan vertigo yang makin berkurang setiap kali

    manuver diulang

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    17/24

    17

    Gambar 1. Tes Dix Hallpike bagian I.

    Gambar 2. Tes Dix Hallpike bagian II.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    18/24

    18

    Gambar 3. Tes Dix Hallpike bagian III.

    2. Electronystagmography (ENG) pengujian mungkin diperlukan untuk

    mencari karakteristik nistagmus yang disebabkan oleh Dix-Hallpike tes.

    Telah diklaim bahwa BPPV disertai dengan kelumpuhan unilateral kanal

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    19/24

    19

    lateral adalah sugestif dari etiologi vaskuler. Untuk diagnosis BPPV dengan

    tes laboratorium, adalah penting untuk memiliki tes ENG dilakukan oleh

    laboratorium yang dapat mengukur gerakan mata vertikal. Sebuah Magnetic

    Resonance Imaging (MRI)scan akan dilakukan jika tumor otak stroke atau

    dicurigai. Sebuah tes kursi berputar dapat digunakan untuk masalah

    diagnostik sulit.. Hal ini mungkin tetapi jarang (5%) untuk memiliki BPPV

    di kedua telinga (bilateral BPPV).

    4. Bagaimana tatalaksana non medikamentosa yang dapat menunjang proses

    perbaikan dari BPPV?

    a. Metoda Brandt Daroff

    Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung. Lalu

    dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,

    pertahankan selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali. Setelah 30 detik

    baringkan dengan cepat ke sisi lain, perahankan selama 30 detik, lalu duduk

    tegak kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi hari sebelum bangun tidur,

    dan 3 kali pada malam hari sebelum tidur, sampai 2 hari berturut-turut tidak

    timbul vertigo.

    Gambar 4. Metoda Brandt Daroff

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    20/24

    20

    Gambar 4. Metoda Brandt Daroff

    b. Vibrasi

    Metoda ini diperkenalkan oleh Epley dan disebut Canalith Repositioning

    Procedure.

    Caranya L vibrator diletakkan pada daerah mastoid telinga yang diduga

    ada kelainan. Pasien berbaring terlentang dengan kepala agak hiperektensi, lalu

    kepala diputar ke arah telinga tersebut sampai muka menghadap ke lantai

    dengan sudut 45o, pertahankan posisi tersebut selama 15 detik atau sampai

    nistagmus menghilang. Kemudian kepala dan badan diputar kea rah

    berlawanan sampai muka menghadap ke lantai dengan sudut 45o, pertahankan

    selama 15 detik. Selanjutnya pasien duduk dengan kepala menunduk selama

    15-30 detik, sementara itu vibrasi dilakukan terus pada mastoid.

    Prosedur ini menyebabkan debris terlepas dari kupula dan masuk ke

    dalam endolimfe. Setelah 1 minggu bila vertigo timbul lagi bisa dilakukan

    vibrasi ulang.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    21/24

    21

    Komplikasi dari prosedur ini termasuk konversi dari canalith menjadi

    canal yang berbeda pada alterasi dari tipe nistagmus dan atau arah nistagmus.

    Komplikasi ini dapat dicegah dengan manuver tambahan selama duduk,

    Komplikasi lain termasuk yang dilaporkan yaitu rasa nyeri, berkeringat,

    demam, dan hipotensi selama manuver tadi.1,2,4,13

    Gambar 5. Epley Manuver.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    22/24

    22

    Gambar 6. Canalith Repositioning Procedure (Epley Manuver).

    Instruksi untuk pasien setelah perawatan (Manuver Epley):13

    1. Tunggu selama 10 menit setelah manuver dilakukan sebelum pulang ke

    rumah. Ini mencegah terjadinya putaran cepat atau serangan vertigo tiba-tiba

    seperti reposisi debris setelah manuver. Jangan berkendara sendirian ke

    rumah; lebih baik seseorang yang mengantar.

    2. Tidur dengan kepala ditinggikan dengan 45o. Ini biasanya lebih mudah

    dilakukan dengan kursi sandaran atau menggunakan bantal yang disusun di

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    23/24

    23

    atas kursi. Selama hari itu, tetap jaga kepala posisi vertical. TIdak boleh

    bepergian ke tempat tukang cukur atau dokter gigi. Jangan beraktifitas yang

    berhubungan dengan kepala.

    3.

    Untuk sekurangnya 1 minggu, mencegah perubahan posisi kepala yang

    memicu BPPV lagi. Gunakan 2 bantal saat tidur, cegah tidur dalam posisi sisi

    afektif, dan jangan biarkan kepala terlalu ke atas atau ke bawah.

    4. Selama 1 minggu setelah perawatan, posisikan diri biasanya yang membuat

    pusing. Posisikan dengan tanpa mencederai diri. Biarkan dokter tahu

    bagaimana dirimu melakukannya.

    Manuver ini efektif dalam 80% pasien dengan BPPV. Jika manuver ini

    bekerja dengan baik tetapi gejala muncul atau berespon parsial, manuver lain

    disarankan dilakukan.2,13

    Gambar 7. Posisi tidur setelah Manuver Epley.

  • 7/23/2019 Isi dalam pdf

    24/24

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Weber Peter. Vertigo and disequilibrium: a practical guide to diagnose and

    management. United Kingdom: Thieme Medical Publishers, 2008.

    2.

    Solomon David. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Current Science Inc. 2000:

    2:417427.

    3. Von Brevern M, Radtke A, Lezius F, et al. Epidemiology of benign baroxysmal

    positional vertigo: a population based study. J Neurol Neurosurg Psychiatry.

    2007;78:710-715.

    4. Fife D, Fitzgerald JE. Do patients with benign paroxysmal positional vertigo receive

    prompt treatment? Analysis of waiting times and human and financial costsassociated with current practice. Int J Audiol. 2005;44: 50-57.

    5. Amar A, Kurnia K. Neuro-otologi klinis vertigo. Surabaya: Airlangga University

    Press, 2002

    6.

    Oghalai JS, Manolidis S, Barth JL, et al. Unrecognized benign paroxysmal positional

    vertigo in elderly patients. Otolaryngol Head Neck Surg. 2000;122:630-4.

    7. Aw ST, Todd MJ, Aw GE, McGarvie LA, Halmagyi GM. Benign positional

    nystagmus: A study of its three-dimensional spatio-temporal characteristics.

    Neurology. 2005;64:1897-1905.

    8. Tomaz A, Gananca MM, Gananca CF, et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo:

    Concomitant Involvement of Different Semicurcular Canals. Ann Oto

    Rhinol Laryn. 2009;118: 113-117.

    9. Herdman SJ. Advances in the treatment of vestibular disorders. Phys Ther.

    1997;77:602-618.

    10.Battacharyya N, et al. Clinical practice guideline: benign positional vertigo.

    Otolaryn Head Neck Surg. 2008;139:S47-S81.

    11.

    Imbaud Genieys S. Vertigo, dizziness and falls in the elderly. Annales d Oto-

    Laryngologie et de Chirurgie Cervico-Faciale 2007;124:18996.

    12.Sakaida M, Takeuchi K, Ishinaga H, et al. Long-term outcome of benign paroxysmal

    positional vertigo. Neurology 2003;60:15324.

    13.

    Simhadri S, Panda N, Raghunathan M. Efficacy of particle repositioning maneuver

    in BPPV: a prospective study. Am J Otolaryngol. 2003;24:35560.