isi pbl 3.pdf
DESCRIPTION
KIMIA ANALITIKTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi
yang menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas
biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada
campuran gas.
Kromatografi gas biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga mempunyai peranan
penting dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas. Data-
data yang dihasilkan oleh detektor GC berupa kromatogram yang
pembacaannya memiliki fungsi tertentu tiap spesifikasinya.
Kromatografi gas dapat digunakan untuk menganalisis alkohol dan
obat-obatan terlarang dalam darah. Ketika minuman beralkohol dikonsumsi,
maka minuman tersebut turun melewati esofagus (kerongkongan) melalui
lambung dan menuju ke usus halus. Sejumlah kecil alkohol diserap melalui
aliran darah dalam membran mukus, dan sebagian besar memasuki aliran
darah melalui dinding usus halus. Alkohol larut dalam air dan aliran darah
dengan cepat menyalurkan etanol ke seluruh bagian tubuh dimana etanol
tersebut diserap ke dalam jaringan tubuh sesuai dengan proporsi kandungan
airnya.
B. PROBLEM STATEMENT
Dalam percobaan ini, sampel darah akan dianalisis dengan metoda
analisis GC/MS, yang akan menetapkan apakah terdapat alkohol dalam darah.
2
C. INFORMASI YANG DIBUTUHKAN
- GC/MS :
a. Dampak alkohol dan obat-obatan terlarang bagi kesehatan
b. Prinsip kerja GC/MS
c. Fungsi instrumen dari GC/MS
d. Bentuk metode analisis GC/MS
e. Syarat penggunaan analisis dengan metode GC/MS
f. Tahap-tahap rancangan penelitian dengan metode GC/MS
g. Parameter bebas alkohol dengan metode GC/MS
h. Parameter bebas obat-obatan terlarang
i. Metode lain yang dapat digunakan
j. Tingkat keakuratan metode GC/MS
k. Parameter dalam menggunakan GC/MS
l. Alasan penggunaan GC/MS dalam penentuan alkohol/obat terlarang
dalam darah
- HPLC :
a. Gambaran umum
b. Prinsip kerja
c. Penjelasan instrumen
d. Syarat penggunaan
e. Metode analisis
f. Kelebihan dan kekurangan
g. Penjelasan instrumen
- GC dengan Thermal Conductivity:
a. Gambaran umum
b. Prinsip kerja
c. Penjelasan instrumen
d. Syarat penggunaan
e. Metode analisis
f. Rumus-rumus dalam metode ini
3
BAB II
ISI
TUGAS 1:
Susunlah pertanyaan penting atau variable penelitian untuk merancang suatu
penelitian analisis alkohol dan obat-obatan terlarang dalam darah, paling
sedikit terdapat tujuh pertanyaan (metode penelitian menggunakan GC/MS).
1. Dampak alkohol dan obat-obatan terlarang bagi kesehatan?
Alkohol yang terkandung dalam minuman keras memang awalnya jika
hanya dikonsumsi sedikit tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Namun,
jika dikonsumsi berlebihan bahkan jika sudah kecanduan, tentu akan
menimbulkan efek negatif bagi tubuh manusia yang mengonsumsinya.
Berikut adalah gambar yang menunjukkan bahaya alkohol bagi tubuh
manusia.
Gambar 1. Bahaya Alkohol bagi Kesehatan Manusia
(Sumber: www.dampak-miras.com)
4
Selanjutnya, dampak obat-obatan terlarang terhadap kesehatan manusia adalah:
a. Gangguan pada jantung
b. Gangguan pada hemoprosik
c. Gangguan pada traktururinarius
d. Gangguan pada otak
e. Gangguan pada tulang
f. Gangguan pada pembuluh darah
g. Gangguan pada endorin
h. Gangguan pada kulit
i. Gangguan pada system syaraf
j. Gangguan pada paru-paru
k. Gangguan pada sistem pencernaan
l. Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis,
Herpes, TBC, dan lain-lain.
2. Bagaimana prinsip kerja GC/MS?
GC-MS sesuai namanya terdiri dari kromatografi gas dan spectrometer
massa. Prinsip kerja GC-MS didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa
molekul (sifat kimia) sampel yang dapat diuapkan. Sampel yang berupa cairan
atau gas langsung diinjeksikan ke dalam injektor, jika sampel berbentuk
padatan maka harus dilarutkan pada pelarut yang dapat diuapkan. Aliran gas
yang mengalir (gas pembawa) akan membawa sampel yang sudah teruapkan
untuk masuk ke dalam kolom. Komponen-komponen yang ada pada sampel
akan dipisahkan berdasarkan partisi diantara fase gerak (gas pembawa) dan
fase diam (kolom). Molekul-molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda
(disebut waktu retensi) untuk keluar dari kromatografi gas. Kemudian,
molekul gas tersebut selanjutnya akan diionisasikan pada spectrometer massa
dan molekul gas itu akan mengalami fragmentasi yang berupa ion-ion positif.
Ion akan memiliki rasio yang spesifik antara massa dan muatannya sehingga
kemudian dapat diketahui dan diidentifikasi jenis dan berat molekul senyawa
tersebut.
5
3. Apa saja fungsi instrumen dari GC/MS?
Kromatografi Gas (GC)
o Injection port (tempat injeksi)
Dalam pemisahan dengan GC sampel harus dalam bentuk fase
uap. Sampel yang dapat diinjeksikan harus dalam bentuk gas atau cairan,
jika dalam bentuk padatan maka harus dilarutkan dahulu dalam larutan yang
bersifat volatile dan organik. Senyawa yang berbentuk cairan dan padatan
harus diuapkan terlebih dahulu. Penguapan ini terjadi di tempat injeksi.
Namun, suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi, sebab ada
kemungkinan akan terjadi penguraian sampel.
o Oven
Digunakan untuk memanaskan column pada temperatur tertentu
sehingga mempermudah proses pemisahan komponen sample. Biasanya oven
memiliki jangkauan suhu 30oC – 320
oC.
o Column (kolom)
Kolom merupakan komponen paling penting pada kromatografi
gas. Kolomberisi fasa diam, sedangkan fasa bergerak akan lewat didalamnya
sambil membawa sampel. Secara umum terdapat 2 jenis kolom, yaitu:
1) Packed column, umumnya terbuat dari kaca atau stainless steel coil dengan
panjang 1 – 5 m dan diameter kira-kira 5 mm.
2) Capillary column, umumnya terbuat dari purified silicate glass dengan
panjang 10-100 m dan diameter kira-kira 250 mm.
Beberapa jenis stationary phase(fasadiam) yang sering digunakan:
Polysiloxanes untuk sampelnonpolar.
Polyethylene glycol untuk sampelpolar.
Inorganic atau polymer packing untuk sampel bersifat small gaseous
species.
6
Gambar 2. Instrumen Kromatografi Gas
(Sumber: ashadisasongko.staff.ipb.ac.id)
Spektroskopi Massa (MS)
a. Sumber Ion
Setelah melewati rangkaian gas kromatografi, sampel gas yang akan
diuji dilanjutkan melalui rangkaian spektroskopi massa. Molekul-molekul
yang melewati sumber ion ini diserang oleh elektron, dan dipecah menjadi
ion-ion positifnya. Tahap ini sangatlah penting karena untuk melewati filter,
partikel-partikel sampel haruslah bermuatan. Ionisasi pada spektroskopi
massa yang terintegrasi dengan GC ada dua, yakni Electron Impact
ionization (EI) dan Chemical Ionization (CI). Pada EI molekul yang melalui
sumber ion diserang oleh elektron bebas yang akan menyebabkan molekul
terionisasi. Sedangkan pada CI digunakan reagen berupa metana atau
ammonia yang akan berinteraksi dengan molekul dan menyebabkannya
terionisasi.
b. Filter
Selama ion melalui rangkaian spekstroskopi massa, ion-ion ini
melalui rangkaian elektromagnetik yang menyaring ion berdasarkan
perbedaan massa. Para ilmuwan memisahkan komponen-komponen massa
untuk kemudian dipilih yang mana yang boleh melanjutkan yang mana yang
tidak (prinsip penyaringan). Filter ini terus menyaring ion-ion yang berasal
dari sumber ion untuk kemudian diteruskan ke detektor.
c. Detektor
7
Detektor terdiri atas High Energy Dynodes (HED) dan Electron
Multiplier (EM) detector. Ion positif menuju HED, menyebabkan elektron
terlepas. Elektron kemudian menuju kutub yang lebih positif, yakni ujung
tanduk EM. Ketika elektron menyinggung sisi EM, maka akan lebih banyak
lagi elektron yang terlepas, dan menyebabkan sebuah arus/aliran. Arus
tersebut yang kemudian akan dideteksi oleh detektor.
Gambar 3. Instrumen Spektroskopi Massa
(Sumber: www.gusnil45mind.wordpress.com)
Gambar 4. Instrumen GC/MS
(Sumber: en.wikipedia.org)
8
4. Bagaimana bentuk metode analisis GC/MS?
Pada metode analisis GC/MS adalah dengan membaca spektra yang
terdapat pada kedua metode yang digabung tersebut. Pada spektra GC jika
terdapat banyak puncak (peak) maka sampel tersebut mengandung banyak
senyawa. Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari literatur,
bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel.
Selanjutnya, setelah senyawa dianalisis dengan GC maka masuk ke
dalam instrument MS. Sampel yang masuk ke dalam MS sudah dalam bentuk
komponen tunggal masing-masing hasil pemisahan yang dilakukan GC.
Setelah itu, didapat hasil dari spektra MS yang berbeda dengan spektra GC.
Informasi yang diperoleh dari masing-masing spektra pada kedua
teknik ini akan mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam sampel.
Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi
untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa
diperoleh informasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel
tersebut.
5. Syarat penggunaan analisis dengan metode GC/MS?
Senyawa yang dianalisis harus bertekanan uap berkisar 10-10
torr.
Jika tekanan < 10-10
torr maka hanya senyawa turunan saja yang bisa
dianalisis.
Sampel harus dalam bentuk larutan agar bisa diinjeksikan ke dalam
kromatografi.
Jumlah sampel harus 1-100 pg per komponen.
Sampel harus mudah menguap.
Pelarut harus bersifat volatile dan organik (contoh: heksana atau
diklorometana)
6. Bagaimana tahap-tahap rancangan penelitian dengan metode GC/MS?
Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC/MS:
1. Preparasi sampel
2. Derivatisation
9
3. Injeksi
Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection
port. GC/MS kurang cocok untuk analisa senyawa labil pada suhu tinggi
karena akan terdekomposisi pada awal pemisahan.
4. GC separation
Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju alir
tertentu melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC
memiliki cairan pelapis (fasa diam) yang inert.
5. MS detector
Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang
tidak diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari senyawa
yang diketahui dapat diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak
diketahui.
6. Scanning
Spektra massa dicatat secara regular dalam interval 0,5-1 detik selama
pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk
digunakan dalam analisis.
7. Parameter bebas alkohol dengan metode GC/MS?
Pada analisis alkohol dengan GC/MS pada darah, seseorang dikatakan
bebas alkohol bila dengan menggunakan analisis ini didapat hasil lebih kecil
dari 0,01 gram alkohol per 100 ml darah. Dan untuk sampel darah yang
diambil post-mortem dikatakan negatif (bebas alkohol) bila hasilnya lebih
kecil dari 0,02 gram alkohol per 100 ml darah.
8. Parameter bebas obat-obatan terlarang?
Berbeda dengan alkohol yang masih memiliki parameter, untuk obat-
obatan terlarang jika terdeteksi dalam darah maka tentunya orang tersebut
mengkonsumsi narkotika. Obat-obatan terlarang banyak jenisnya namun yang
paling umum atau sering digunakan adalah ganja, cocaine, heroin, morphine,
amphetamine, phencyclidine. Masing-masing obat tersebut memiliki
10
parameter aman sebagai berikut: cocaine (< 1 mg/L), heroin (< 0,1 mg/L),
morphine (< 0,2 mg/L), amphetamine (< 0.5 mg/L), dan phencyclidine (< 0.3
mg/L).
9. Apakah ada metode lain yang dapat digunakan?
Ya, ada untuk alkohol dapat dianalisis dengan analisis napas dan analisis
urine. Sedangkan, untuk obat-obatan terlarang dapat dianalisis dengan analisis
urine. Untuk analisis urine biasanya alat yang digunakan sama yaitu, GC/MS.
Dan untuk analisis napas ada alat tersendiri bernama Digital Alcohol Tester
(Alcohol Meter), hanya dengan menghembuskan nafas maka langsung muncul
di layar berapa kandungan alkoholnya.
10. Tingkat keakuratan metode GC/MS?
Analisis kandungan alkohol dan obat-obatan terlarang yang paling akurat
memang dengan metode GC/MS karena memiliki sifat sensitivitas yang tinggi
walaupun dalam sampel hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah. Dan
darah memang merupakan cairan tubuh yang lebih bagus dijadikan sampel
dibandingkan urine karena dalam urine alkohol dan obat-obatan terlarang
dapat hilang paling lama dalam dua hari. Selain itu, jika dengan analisis napas
juga kurang akurat karena sensitivitasnya lebih rendah daripada GC/MS.
TUGAS 2:
Bila anda hendak menggunakan GC/MS dalam analisis darah
1. Parameter apa saja yang harus diketahui?
Rasio partisi
Pada saat fasa bergerak mengalir sepanjang kolom terjadi kesetimbangan
dinamis antara komponen yang terlarut. Untuk zat terlarut spesies A,
kesetimbangan dinamis yang terlibat dapat dilihat pada persamaan dibawah
ini.
𝐴𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 ⇌ 𝐴𝑑𝑖𝑎𝑚
Konstanta kesetimbangan untuk reaksi diatas adalah rasio partisi / koefisien
partisi, yang nilainya
11
𝐾 =𝑐𝑠
𝑐𝑚 …(1)
Dimana K = rasio partisi / koefisien partisi, cs= konsentrasi molar analitik
dari zat terlatur saat berada dalam fasa diam, dan cm= konsentrasi molar
analitik dari zat terlarut saat berada dalam fasa bergerak.
Idealnya rasio partisi konstan dalam jangkauan konsentrasi zat terlatur yang
bervariasi dan cs berbanding lurus dengan cm.
Waktu Retensi
Pada lampiran gambar 1 dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana
yang memiliki 2 puncak. Puncak kecil yang berada di kiri merepresentasikan
spesies yang tidak ditahan oleh fasa diam. Waktu (tM) setelah injeksi sampel
sampai dengan munulnya puncak ini seringkali dinamakan waktu mati (dead
time). Waktu mati memberikan pengukuran dari laju migrasi rata-rata dari
fasa bergerak dan merupakan suatu parameter yang penting dalam
mengidentifiasi puncak analit. Seringkali suatu sampel akan mengandung
spesies yang tidak ditahan, jika mereka tidak memiliki spesies yang tidak
ditahan maka penambahan spesies dengan sifat seperti ini dapat dilakukan
untuk membantu identifikasi puncak.
Puncak lebih besar yang terdapat di bagian kanan lampiran gambar 1
merupakan puncak dari spesies analit. Waktu yang diperlukan puncak ini
untuk mencapai detektor atau waktu yang diperlukan spesies analit untuk
keluar dari kolom dan mencapai detektor dinamakan waktu retensi (tR). Laju
linear rata-rata dari migrasi zat terlarut (v) dan kecepatan linear rata-rata dari
spesies dalam fasa bergerak (u) diberikan pada persamaan dibawah ini:
𝑣 =𝐿
𝑡𝑅 …(2)
𝑢 =𝐿
𝑡𝑀 …(3)
Dimana L = panjang dari kolom
Nilai dari v juga dapat dinyatakan dalam u dan rasio partisi (K) dengan cara
mengekspresikan nilai laju v sebagai fraksi dari kecepatan pada fasa bergerak.
Penurunannya adalah sebagai berikut:
12
𝑣 = 𝑢 × 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑣 = 𝑢 ×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑣 = 𝑢 ×𝑐𝑀𝑉𝑀
𝑐𝑀𝑉𝑀 + 𝑐𝑠𝑉𝑠= 𝑢 ×
1
1 + 𝑐𝑠𝑉𝑠 𝑐𝑀𝑉𝑀
𝑣 = 𝑢 ×1
1+𝐾𝑉𝑠 𝑉𝑀 …(4)
Dimana Vs = volume dari fasa diam dan VM = volume dari fasa bergerak.
Faktor kapasitas
Faktor kapasitas merupakan parameter eksperimental yang
menyatakan perbandingan mol komponen analit dalam fasa diam terhadap
mol komponen dalam fasa gerak, yang nilainya tergantung pada temperatur.
Faktor ini banyak digunakan untuk mendeskrispsikan laju migrasi zat terlarut
dalam kolom. Untuk spesies A nilai faktor kapasitasnya adalah sebagai
berikut. (dengan KA adalah nilai rasio partisi untuk spesies A)
𝑘′𝐴 =𝐾𝐴𝑉𝑠
𝑉𝑀 …(5)
Persamaan 5 dapat disubstitusi ke persamaan (4).
𝑣 = 𝑢 ×1
1+𝑘′𝐴 …(6)
Agar nilai k’A dapat dicari dalam kromatogram maka persamaan (2) dan (3)
dapat disubstitusi ke persamaan (6)
𝐿
𝑡𝑅=
𝐿
𝑡𝑀×
1
1+𝑘′𝐴 …(7)
𝑘′𝐴 =𝑡𝑅−𝑡𝑀
𝑡𝑀 …(8)
Besarnya faktor kapasitas menentukan laju elusi komponen. Jika k’ > 1 maka
elusi akan berlangsung dengan cepat dan jika k’ > 20-30 maka waktu elusi
akan berlangsung sangat panjang.
Faktor Selektivitas atau Pemisahan
Faktor Selektivitas adalah faktor yang menyatakan ukuran untuk
distribusi relatif komponen diantara fasa diam dan fasa gerak yang nilainya
tergantung pada temperatur. Faktor selektivitas disebut juga faktor pemisahan.
13
Faktor seletivitas untuk dua spesies A dan B dinyatakan dengan rumusan:
𝛼 =𝐾𝐵
𝐾𝐴=
𝑡𝑅2
𝑡𝑅1 …(9)
Untuk ilustrasi akan nilai tR2 dan tR1 yang lebih jelas dapat dilihat pada
lampiran gambar 2.
Jumlah dan Tinggi Plat Rata-Rata
Plat teoritik adalah istilah yang berasal dari teori destilasi yang
kemudian diadaptasi ke dalam kromatografi. Plat ini menandakan suatu titik
dalam kolom dimana terdapat kesetimbangan antara fasa cair dan gas (platnya
hanya imaginer). Jumlah plat teoritik (n) dapat diukur dengan menggunakan
rumus di bawah ini.
𝑛 = 16 𝑡𝑅
𝑊𝑏
2
…(10)
Dimana tR = waktu retensi dan Wb = lebar puncak pada pita elusi hasil
kromatografi. Ilustrasi yang dapat memperjelas nilai Wb dapat dilihat pada
lampiran gambar 3. Walaupun tR didefinisikan sebagai waktu, tetapi
sebenarnya kita dapat mengukur jarak pada kertas daftar perekam dalam cm
atau mm, perlu diingat bahwa tR dan Wb harus diukur dalam satuan yang
sama.
Tinggi plat teoritik disebut juga HETP (Height Equivalent Theoritical
Plate). HETP berfungsi untuk merepresentasikan efisiensi dari kolom. Nilai
HETP secara sederhana dapat dicari dengan menggunakan rumus dibawah ini.
𝐻𝐸𝑇𝑃 = 𝐻 = 𝐿
𝑛 …(11)
Dimana L = panjang kolom, dan n = jumlah plat teoritik. Semakin besar nilai
N maka semakin kecil nilai HETP dan semakin besar efisiensi kolom.
Resolusi Kolom
Resolusi kolom (Rs) dapat mengukur kemampuan kolom untuk memisahkan
dua analit secara kuantiitatif. Untuk lebih jelasnya dapat dituliskan dalam
persamaan berikut:
BA
ARBR
BA
SWW
tt
WW
ZR
22 …(12)
14
Dimana Z merupakan jarak puncak analit A dan B yang terbaca pada
kromatogram.
Resolusi kolom dapat dipengaruhi oleh faktor selektivitas, kapasitas sepasang
zat terlarut pada kolom yang dapat dilihat pada persamaan berikut:
B
BS
k
kNR
'1
'1
4
…(13)
Dimana adalah faktor selektivitas. Dari persamaan di atas dapat digunakan
juga untuk mencara jumlah piringan yang dibutuhkan untuk mencapai resolusi
kolom dengan nilai tertentu.
22
2
'
'1
116
B
BS
k
kRN
…(14)
Selain itu resolusi kolom dapat mempengaruhi retention time (tR), dan kita
dapat melihat hubungan keduanya sebagai berikut:
2
322
'
'1
1
16
B
BS
BRk
k
u
HRt
…(15)
2. Mengapa metoda GC/MS sering digunakan untuk penentuan kandungan
alkohol dan obat-obatan terlarang dalam darah?
Metode GC/MS memiliki beberapa keuntungan dibanding metode analisis
alkohol lainnya, yaitu :
Sangat akurat, spesifik dan sensitif dan merupakan prosedur standar untuk
analisis alkohol dan senyawa-senyawa volatil dalam bidang toksikologi
forensik. Akurat dan spesifik karena teknik ini menghasilkan molekular
fingerpint atau spektrum massa yang unik. Spektrum ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi ada/tidaknya alkohol dalam sampel. Sensitif karena
alkohol dalam darah dapat diketahui jumlahnya, walaupun dalam kuantitas
kecil.
Dengan menggunakan analisis darah GC/MS, sampel yang sama dapat diuji
beberapa kali, jika sampel dijaga dengan baik.
15
Waktu yang diperlukan cepat (penentuan alkohol dapat dilakukan dalam 6-8
menit) bila alat-alatnya dihangatkan secara teratur.
3. Dalam analisis komponen, dikenal juga metode HPLC. Apa yang anda
ketahui tentang alat tersebut?
a. Gambaran umum
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga
disebut dengan Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dikembangkan pada
akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, HPLC merupakan
teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat, baik
dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik. Seperti teknik kromatografi pada
umumnya, HPLC berupaya untuk memisahkan molekul berdasarkan
perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan
dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam
(stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa
sekaligus karena setiap senyawa mempunyai afinitas selektif antara fasa diam
tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan bantuan detektor serta integrator kita
akan mendapatkan kromatogram. Kromatorgram memuat waktu tambat serta
tinggi puncak suatu senyawa.
b. Prinsip kerja
Prinsip dasar dari HPLC adalah memisahkan setiap komponen dalam
sampel untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa
konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif). Sebetulnya
hanya ada dua hal utama yang menjadi krusial point dalam metode HPLC.
Yang pertama adalah proses separasi atau pemisahan dan yang kedua adalah
proses identifikasi. Dua hal ini mejadi faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan proses analisa.
Menurut JULIA K., 1996 dalam ISMAIL HENDRA, 2007, prinsip
kerja dari HPLC adalah pemisahan absoprsi dan desorpsi yang berulang kali
dari komponen yang dipisahkan pada saat komponen tersebut dibawa oleh
fase gerak mengalir sepanjang kolom. Pemisahan ini terjadi karena adanya
16
perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing komponen yang didasarkan
oleh adanya perbedaan koofisien distribusi dari komponen tersebut antara
kedua fasa.
c. Penjelasan instrumen
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak,
pompa, alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor,
wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu komputer atau integrator
atau perekam. Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :
Gambar 5. Instrumen HPLC
(Sumber: pubs.rsc.org)
1. Wadah Fase gerak dan Fase gerak
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut
kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak.
Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter
pelarut. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang
dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan
resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan
pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk
fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi
meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase
17
terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi
menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk
menghindari partikel-partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase
gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan
komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan
analisis. Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak
tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak
berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada
kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi
campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas
yang luas.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase
terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air
dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang
paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan
pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol.
Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase
terbalik.
2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus
inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah
gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan
sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu
mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan
preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah
untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat,
18
reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa
dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran
fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan
sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan
konstan.
3. Tempat penyuntikan sampel
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam
fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang
dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.
Gambar 6.
(a) Posisi pada saat memuat sampel, (b) Posisi pada saat menyuntik sampel
(Sumber: lansida.blogspot.com)
4. Kolom dan Fase diam
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit. Kolom mikrobor
mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional,
yakni:
Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor
kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10 -100 μl/menit).
19
Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor
lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas
misal sampel klinis.
Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan
kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin. Kebanyakan
fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika
yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen.
Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus
silanol (Si-OH). Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan
menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan
bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus
fungsional yang lain.
Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling
banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang
lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika
aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang
tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu
retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang
digunakan.
5. Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu:
detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat
spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor
spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan
mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis,
detektor fluoresensi, dan elektrokimia. Idealnya, suatu detektor harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
20
1. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.
2. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada
kadar yang sangat kecil.
3. Stabil dalam pengopersiannya.
4. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan
pelebaran pita.
5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada
kisaran yang luas (kisaran dinamis linier).
6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.
d. Syarat penggunaan
HPLC biasanya digunakan untuk senyawa untuk yang berberat
molekul tinggi dan tidak menguap, dimana penyerapan semakin baik jika
molekul berada pada bentuk terkecil sehingga pemisahan pun juga akan
semakin baik. Setelah pemisahan ini, selanjutnya diidentifikasikan secara
kualitatif dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen
tersebut secara kuantitatif.
e. Metode analisis
Penentuan Kualitatif
HPLC digunakan untuk analisa kualitatif didasarkan pada waktu
retensi untuk identifikasi. Identifikasi dapat diandalkan apabila waktu retensi
sampel dibandingkan dengan larutan standar.
Penentuan Kuantitatif
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar HPLC dapat dipergunakan
untuk penentuan secara kuantitatif adalah:
1. Parameter percobaan sama antara standar dan sampel
2. Penentuan berdasarkan waktu retensi sampel dan standar yang sama
3. Penentuan kadar dilakukan berdasarkan hubungan (korelasi) dengan
menggunakan larutan standar seri pada waktu retensi tertentu.
4. Berdasarkan area kromatogram
5. Berdasarkan tinggi puncak kromatogram
21
Umumnya hasil analisis HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram.
Dalam kromatogram akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis
komponen dalam sampel. Sampel yang mengandung banyak komponen didalamnya
akan mempunyai kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak
saling bertumpuk (overlap). Hal ini akan menyulitkan dalam identifikasi dan
perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu biasanya untuk sample jenis ini dilakukan
tahapan preparasi sample yang lebih rumit agar sample yang siap diinjeksikan ke
HPLC sudah cukup bersih dari impuritis.
f. Kelebihan & kekurangan
HPLC termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan
fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika
dibandingkan dengan metode lainnya. Kelebihan itu antara lain:
Mampu memisahkan molekul- molekul dari suatu campuran.
Mudah melaksanakannya.
Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi.
Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis.
Dapat digunakan bermacam- macam detektor.
Kolom dapat digunakan kembali.
Mudah melakukan "sample recovery". Mudah untuk mendapatkan kembali
cuplikan, karena detector pada HPLC tidak merusak komponen zat yang
dianalisis.
Dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap ataupun tak tahan panas.
Banyak pilihan fasa geraknya cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1
jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk
analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi kurang dari 5 menit
bisa dicapai.
Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana
interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi
dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
22
Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa
gerak pada HPLC memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan
yang diinginkan.
Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam
HPLC dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari
bermacam-macam zat.
Detektor- detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah
sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer
Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dan lain-lain, dapat juga digunakan dalam
HPLC.
Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom kromatografi
klasik, kolom HPLC dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang
bisa dilakukan dengan kolom yang sama sebelum dari jenis sampel yang
diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan.
Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak bisa
dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk
menganalisis psesies ionik. HPLC dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal
sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.
Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam HPLC
tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang
diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah
dikumpulkan setelah melewati detektor.
Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi
penukar ion memerlukan prosedur khusus.
Sedangkan kekurangannya adalah:
Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dahulu.
Hanya bisa digunakan untuk asam organik.
Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient
elusi.
23
Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang
terbatas.
TUGAS 3:
Bagaimana anda menentukan:
a. Konsentrasi senyawa etanol dalam sampel darah
Dalam pemicu kita mendapatkan data sebagai berikut:
Tabel Hasil Pengamatan
Volume Ethanol Volume n-
Propanol
Konsentrasi (ml/ml) Ethanol
dalam n-Propanol
0.1 1.9 5.26%
0.2 1.8 11.11%
0.3 1.7 17.65%
0.4 1.6 25%
0.5 1.5 33.33%
Dari data yang dimiliki kita dapat membuat kurva kalibrasi standar dengan tinggi
puncak etanol sebagai sumbu y dan konsentrasi etanol dalam n-propanol sebagai
sumbu x.
y = 3.75xR² = 1
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
5.26 11.11 17.65 25 33.33
Kurva Kalibrasi Standar
24
Dari grafik di atas, diperoleh persamaan garis y = 3.75x. Untuk mengetahui
kandungan etanol dalam sampel darah yang mempunyai tinggi 12.5, digunakan
persamaan:
𝒚 = 𝟑.𝟕𝟓𝒙
Dimana y adalah tinggi puncak gelombang (mm) dan x adalah konsentrasi (%).
Maka: 𝑦 = 3.75𝑥
12.5 = 3.75𝑥
𝑥 = 3.33%
Sehingga diperoleh kandungan etanol dalam 2 ml sampel sebesar 3.33% atau sama
dengan 0.0666 ml. Maka kandungan senyawa etanol dalam 5𝜇𝑙 sampel darahadalah:
5𝑥10−3𝑚𝑙 𝑥 3.33% = 𝟏.𝟔𝟔𝟓 𝒙 𝟏𝟎−𝟒𝒎𝒍
b. Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]
Data-data yang diketahui adalah sebagai berikut:
(tR)A = waktu retensi A = 2.4 menit
(tR)B = waktu retensi B = 7.2 menit
WA = lebar dasar puncak ke etanol = 1.45 menit
WB = lebar dasar puncak n-propanol = 3.65 menit
Persamaan yang digunakan untuk mencari Rs adalah sebagai berikut:
𝑅𝑆 = 2 ∆𝑧
𝑊𝐴 + 𝑊𝐵=
2 (𝑡𝑅 𝐴 − 𝑡𝑅 𝐵]
𝑊𝐴 + 𝑊𝐵……… (16)
𝑅𝑠 = 2[7.2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 − 2,4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡]
1.45 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 + 3.65 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑠 = 9.6 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5.1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡= 1.88
Jadi, resolusi kolom (Rs) adalah 1.88.
25
c. Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)
Data-data yang diketahui adalah sebagai berikut:
(tR)A = waktu retensi A = 2.4 menit
(tR)B = waktu retensi B = 7.2 menit
WA = lebar dasar puncak ke etanol = 1.45 menit
WB = lebar dasar puncak n-propanol = 3.65 menit
Persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai jumlah piringan (N) adalah
sebagai berikut:
𝑵 = 𝟏𝟔 𝒕𝑹
𝑾 2……… 17
Perhitungan jumlah piringan untuk etanol:
𝑁 = 16 𝑡𝑅
𝑊 2
𝑁 = 16 2.4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1.45 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 2
N = 43.833
Perhitungan jumlah piringan untuk n-propanol:
𝑁 = 16 𝑡𝑅
𝑊 2
𝑁 = 16 7.2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3.65 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 2
𝑁 = 65.258
Perhitungan jumlah piringan rata-rata:
𝑁𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑁𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑁𝑛−𝑝𝑟𝑜𝑝𝑎𝑛𝑜𝑙
2……… (18)
𝑁𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 =
43.833 +65.258
2
𝑁𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 = 53.045
Maka, jumlah piringan rata-rata (N rata-rata) adalah 53.045.
26
d. Tinggi piringan (H) dalam meter
Misalkan panjang kolom (L) adalah 100 cm. Maka tinggi piringan (H) adalah:
𝐻 =𝐿
𝑁=
100
53.045= 1.885 𝑐𝑚
Maka, tinggi piringan (H) adalah 1.885 cm
e. Panjang kolom jika resolusi kolom menjadi 1.5
Dari persamaan:
𝑁 = 16𝑅𝑠2
𝛼
𝛼−1 2
1+𝑘′𝐵
𝑘′𝐵 2
……… (19)
Diketahui bahwa dan k’B konstan dengan berubahnya N dan L, sehingga kita dapat
menuliskan persamaan menjadi:
(𝑅𝑠)1
(𝑅𝑠)2= 𝑁1
𝑁2
……… (20)
Memasukkan nilai (Rs)1 dan (Rs)2 masing-masing 1.885 cm dan 1.5 cm, sehingga
didapatkan N2 yaitu:
1.885 𝑐𝑚
1.5 𝑐𝑚= 53.045
𝑁2
𝑁2 = 33.59
Panjang kolom adalah:
𝐿 = 𝑁 𝑥 𝐻
𝐿 = 33.59 𝑥 1.885
𝐿 = 63.32 𝑐𝑚
Maka, panjang kolom jika resolusi diganti menjadi 1.5 adalah 63.32 cm.
f. Waktu elusi senyawa etanol dalam kolom yang telah diperpanjang
27
Dengan menggunakan persamaan (4) :
𝑁 = 16𝑅𝑠2
𝛼
𝛼−1 2
1+𝑘′𝐵
𝑘′𝐵 2
diketahui bahwa tR berbanding lurus dengan Rs2, maka dapat dituliskan persamaannya
menjadi:
𝑡𝑅𝐴 1
𝑡𝑅𝐴 2=
𝑅𝑆12
𝑅𝑆22 ……… (21)
Waktu elusi untuk kolom yang sudah diperpanjang adalah:
2.4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡𝑅𝐴 2=
1.8852
1.52
𝑡𝑅𝐴 2 = 1.528 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 91.67 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Maka, waktu elusi untuk kolom yang sudah diperpanjang adalah 91.67 detik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi
komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas biasa digunakan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas. Kromatografi gas
dapat digunakan untuk menganalisis alkohol dan obat-obatan terlarang dalam darah
Pada kromatograf, jumlah peak (puncak) menunjukkan jumlah komponen
yang terdapat dalam cuplikan, sedang luas peak menunjukkan konsentrasi komponen.
Terdapat beberapa parameter yang digunakan dalam menganalisis suatu campuran
melalui metode kromatografi, diantaranya yaitu waktu retensi. Waktu retensi yaitu
28
lamanya cuplikan berada pada kolom kromatografi hingga cuplikan tersebut terelusi
dan terdeteksi oleh detektor dan dicatat oleh kromatograf dalam bentuk suatu puncak.
Berikutnya yaitu resolusi kolom, yaitug ukuran kuantitatif dari kolom yang
menunjukkan kemampuan kolom tersebut untuk memisahkan dua zat terlarut.
Analisis dalam kromatografi gas dapat bersifat analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Analisis kualitatif berupa pengidentifikasian senyawa yang terkandung
dalam suatu campuran dengan menggunakan perbandingan waktu retensi antara analit
standar dengan sampel. Sedangkan analisis kuantitatif dapat diaplikasikan untuk
mengetahui nilai-nilai yang berhubungan dengan kromatogram. Nilai-nilai yang dapat
diketahui adalah resolusi kolom, konsentrasi sampel (dengan metode kurva kalibrasi),
efisiensi, dan lain-lain. Penggunaan Gas kromatografi dapat dipadukan dengan
spektroskopi massa guna memperoleh data yang lebih akurat dalam mengidentifikasi
senyawa gas.
DAFTAR PUSTAKA
Fowlis, Ian A.,1998. Gas Chromatography Analytical Chemistry by Open Learning.
John Wiley & Sons Ltd: Chichester.
Khopkar, S.H. 1985. KonsepDasar Kimia Analitik. PenerbitUniversitas Indonesia
(UI-Press) : Indonesia
Pavia, Donald L., Gary M. Lampman, George S. Kritz, Randall G. Engel
(2006). Introduction to Organic Laboratory Techniques (4th Ed.). Thomson
Brooks/Cole. pp. 797–817.
Skoog, Douglas A., Donald M. West, F. James Holler. 1991. Fundamental of
Analytical Chemistry. Seventh Edition. New York: Saunders College
Publishing.
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/20/957/dampak-langsung-
dan-tidak-langsung-penyalahgunaan-narkoba (diakses pada Minggu, 30
November 2014 pukul 15.28)