isbn : 978-602-7536-14-2...

113
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017 Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Papua Barat ISBN : 978-602-7536-14-2

Upload: nguyentram

Post on 11-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERENCANAAN TENAGA KERJA

PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017

Pusat Perencanaan Tenaga Kerja

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Dengan

Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Pemerintah Provinsi Papua Barat

ISBN : 978-602-7536-14-2

PERENCANAAN TENAGA KERJA

PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017

ISBN : 978-602-7536-14-2

RYA MA U K KI TT ITRA AK MA AM

Pusat Perencanaan Tenaga Kerja

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Dengan

Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Pemerintah Provinsi Papua Barat

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017

Diterbitkan oleh :

Pusat Perencanaan Tenaga Kerja

Sekretariat Jenderal

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.

Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950

Telepon : 021-5270944

Fax : 021-5270944

Website : http://www.pusatptk.depnakertrans.go.id

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

iii

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA

Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang – Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan

Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh

Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan

Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa perencanaan tenaga kerja baik

dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota)

maupun lingkup sektoral/sub sektoral (sektoral/sub sektoral nasional,

sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral kabupaten/kota),

dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan ketenagakerjaan

ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub Sektoral

Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota. Sebagai

pelaksanaan ke dua peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :PER.

16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro.

Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah besarnya

pengangguran terbuka, jumlah setengah penganggur yang sangat

besar, serta masalah lain seperti rendahnya kualitas angkatan kerja,

rendahnya produktivitas kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja,

sehingga bersifat multi dimensional antara berbagai faktor ekonomi,

faktor sosial, dan faktor lainnya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan

yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu, maka diperlukan

suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan oleh

seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Papua Barat.

Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

Papua Barat Tahun 2013-2017, maka dasar pembangunan yang

berpihak pada penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job)

sudah semakin jelas dan terarah, khususnya dalam menghadapi

masalah pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

iv

produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Namun demikian, mengingat

permasalahan ketenagakerjaan merupakan permasalahan bersama,

maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh pemangku kepentingan

(stakeholder) yang ada di Provinsi Papua Barat Untuk itu dalam

penyusunan kebijakan, strategi dan program pembangunan

ketenagakerjaan yang berkesinambungan maka pemerintah daerah

harus berpedoman pada Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi

permasalahan ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Papua Barat.

Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan

penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Pemerintah Provinsi

Papua Barat atas tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini.

Jakarta, Juni 2012

Kepala Pusat

Perencanaan Tenaga Kerja,

SYARIFUDDIN SINAGA, SH NIP 19561118 197703 1 001

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

v

Kata Pengantar Kepala Dinas

Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Papua Barat

Tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat

Tahun 2013-2017 merupakan hasil kerjasama antara Pusat

Perencanaan Tenaga Kerja, Sekretariat Jenderal Kementerina

Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dengan Dinas Kependudukan,

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Papua Barat Proses

penyusunannya dimulai dari pembinaan Tim Penyusun, kemudian

dilaksanakan penyusunan dan asisteni dari Pusat Perencanaan

Tenaga Kerja, Setjen Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI.

Perencanaan Tenaga Kerja (PTK) Provinsi Papua Barat Tahun

2013-2017 ini memuat perkiraan penduduk usia kerja, angkatan kerja,

kesempatan kerja sektoral serta kebijakan dalam penciptaan

kesempatan kerja. Angka-angka perkiraan dalam buku ini telah

disesuaikan berdasarkan data dan informasi mutakhir, dengan

menggunakan berbagai asumsi perkembangan ekonomi Provinsi

Papua Barat dan perkiraan ketenagakerjaan, khususnya perkiraan

penganggur terbuka.

Perencanaan yang dimuat dalam PTK Provinsi Papua Barat ini

merupakan rencana indikatif yang digunakan untuk pengembangan

ketenagakerjaan secara umum. Oleh karena itu, angka-angka yang

dimuat dalam buku perencanaan tenaga kerja ini dapat dievaluasi dan

disesuaikan dengan perkembangan nyata yang terjadi.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

vi

Kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan

dalam buku ini, yang diakibatkan berbagai keterbatasan yang ada.

Untuk itu kami mengharapkan saran konstruktif dari penggunan dan

pembaca serta seluruh pihak yang terkait guna penyempurnaan di

masa yang akan datang. Selain itu kami menyampaikan terima kasih

banyak kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan

PTK Provinsi Papua Barat Tahun 2013- 2017 ini.

Akhirnya kami mengharapkan kiranya Buku PTK Provinsi

Papua Barat Tahun 2013-2017 ini dapat kita gunakan sebaik-baiknya

sebagai acuan dalam pembangunan ketenagakerjaan.

Manokwari, Juni 2012

Kepala Dinas,

Drs. Pascalina Yamlean

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

vii

RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)

Masalah ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat Tahun 2013-

2017 diperkirakan masih akan diwarnai oleh berbagai isu

ketenagakerjaan yang menyangkut penganggur terbuka, setengah

penganggur, pekerja tidak dibayar, pekerja anak, kualitas

keterampilan angkatan kerja, perluasan kesempatan kerja,

penegakan hukum ketenagakerjaan, pemogokan kerja, perselisihan

hubungan industrial, produktivitas tenaga kerja, serta kesejahteraan

pekerja. Kondisi lingkungan strategis, baik dari dalam maupun luar

negeri, diperkirakan akan ikut mempengaruhi secara signifikan

berbagai isu ketenagakerjaan tersebut di atas.

Agar isu dan tantangan ketenagakerjaan tersebut di atas tidak

berkembang menjadi permasalahan ketenagakerjaan yang kompleks,

maka diperlukan konsep pembangunan ketenagakerjaan yang holistik

dan komprehensif. Adapun pedoman yang dibutuhkan adalah

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Tahun 2012-2013. Hal

ini telah diamanatkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Jo Peraturan Pemerintah No

15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi

Ketenagakerjaan Dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan

Tenaga Kerja, Jo Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI Nomor PER.16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja

Makro.

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat menunjukkan

bahwa jumlah tenaga kerja pada tahun 2010 berjumlah 494.862

orang, dan menjadi 522.211 orang pada tahun 2011. Dari jumlah

tersebut angkatan kerja berjumlah 342.888 orang dan menjadi

369.619 orang pada tahun 2011. Kemudian jumlah penduduk yang

bekerja pada tahun yang sama adalah 316.547 orang dan 336.588

orang, sedangkan jumlah penganggur terbuka pada tahun yang sama

sebanyak 26.341 orang dan 33.031 orang, dengan tingkat

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

viii

penganggur terbuka 7,68 persen, dan naik menjadi 9,81 persen.

Berarti kondisi penganggur terbuka mengalami peningkatan.

Untuk menekan jumlah pengangguran terbuka diperlukan

berbagai upaya yaitu dengan berbagai kebijakan dan program baik di

bidang perekonomian maupun ketenagakerjaan perlu dilaksanakan

secara konsisten, dengan upaya dimaksud diharapkan jumlah

penganggur terbuka dapat mengalami penurunan setiap tahunnya.

Oleh sebab itu, penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

Papua Barat akan menggerakkan keterkaitan antara pembangunan

perekonomian dengan pembangunan ketenagakerjaan. Dari hasil

penyusunan Perencanaan tenaga Kerja Provinsi Papua Barat

menunjukkan bahwa perekonomian Papua Barat pada tahun 2013-

2017 diperkirakan mampu tumbuh sebesar 6,77 persen pada tahun

2013 menjadi sebesar 7,79 persen pada tahun 2017. Pertumbuhan

ekonomi yang positif tersebut juga diperkirakan akan mendorong

penciptaan kesempatan kerja, sehingga jumlah kesempatan kerja

pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 357.980 orang menjadi

sebesar 393.971 orang pada tahun 2017, sehingga pada tahun 2013-

2017 akan ada pertambahan kesempatan kerja sebanyak 35.991

orang. Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini akan berdampak

positif terhadap tingkat pengangguran terbuka yang diperkirakan pada

tahun 2017 menurun menjadi sebesar 3,08 persen.

Untuk mencapai usaha tersebut, kebijakan dan program

pembangunan ketenagakerjaan akan dilaksanakan secara konsisten

menyangkut pendayagunaan tenaga kerja, pemerataan kesempatan

kerja, perlindungan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan

tenaga kerja dan keluarganya. Kebijakan dan program pembangunan

ketenagakerjaan tersebut akan mengarah pada Kebijakan dan

Program Umum, Daerah dan Sektoral. Selain itu, dilaksanakan pula

kebijakan dan program Pelatihan Kerja, Penempatan Tenaga Kerja,

Hubungan Industrial yang harmonis dan Pengawasan

Ketenagakerjaan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA

KERJA

iii

KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN, TENAGA

KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI PAPUA BARAT

v

EXECUTIVE SUMMARY vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xi

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….…… 1

1.1. Latar Belakang…………………………………..……. 1

1.2. Maksud dan Tujuan………………………….………. 2

1.3. Hasil yang Diharapkan……………………………….. 3

1.4. Metodologi dan Sumber Data…………….…………. 3

1.5. Pengertian Dasar, Konsep, dan Definisi…..………... 5

1.6 Kerangka Isi…………………………………………... 8

BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA

BARAT …………………………………………….……..

9

2.1 Kondisi Ekonomi…………………………………..…. 9

2.2 Penduduk Usia Kerja…………………………….….. 11

2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)….……. 15

2.4 Angkatan Kerja………………………………….……. 18

2.5 Penduduk yang Bekerja………………………….…. 22

2.6 Penganggur Terbuka…………………………….….. 30

2.7 Produktivitas Tenaga Kerja…..……………………… 33

BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN

TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017 ……………………..

35

3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja……………………... 35

3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja…….. 39

3.3 Perkiraan Angkatan Kerja………………………….. 42

BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN

AKAN TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017….……..

45

4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2013……….. 45

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

x

4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja………………………… 49

4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja………………. 55

BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN

ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN

TENAGA KERJA……………………………………………..

57

5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut

GolonganUmur………………………………………….

58

5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat

Pendidikan………………………………………………

58

5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis

Kelamin………………………………………………….

59

BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN…………………

61

6.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian …………… 62

6.2 Rekomendasi Kebijakan Umum……………………... 67

6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan

Kerja ……………………………………….………….

69

6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja …. 76

6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja

…………………………………………………………..

82

6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga

Kerja ……………………………………………………

86

BAB VII PENUTUP…………………………………………………….. 95

DAFTAR PUSTAKA

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 (Dalam

Miliar Rupiah). .................................................................. 10

Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2009-2011 ............................................................ 13

Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2009-2011 ............................................................. 14

Tabel 2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun

2009-2011 ........................................................................ 15

Tabel 2.5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan

Umur Tahun 2009-2011 (Dalam Persen) ........................ 16

Tabel 2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2009-2011 (Dalam Persen) ................ 17

Tabel 2.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2009-2011 (Dalam Persen) .................... 18

Tabel 2.8. Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun

2009-2011 ...................................................................... 19

Tabel 2.9. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

2009-2011 ...................................................................... 21

Tabel 2.10. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-

2011 ............................................................................... 22

Tabel 2.11. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2009-2011 ........................................................... 23

Tabel 2.12.Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2009-2011 ........................................................... 24

Tabel 2.13.Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2009-2011 ............................................................. 26

Tabel 2.14. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun

2009-2011 ...................................................................... 27

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

xii

Tabel 2.15.Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Utama Tahun 2009-2011 ............................................... 28

Tabel 2.16. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun

2009-2011 ...................................................................... 29

Tabel 2.17. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun

2009-2011 ..................................................................... 30

Tabel 2.18. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun

2009-2011 ..................................................................... 31

Tabel 2.19. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2009-2011 ........................................................... 32

Tabel 2.20 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2009-2011 ........................................................... 33

Tabel 2.21. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2009-2011 (Juta Rp./Tenaga Kerja) .................... 34

Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan

Umur Tahun 2013-2017 ................................................... 36

Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2013-2017 .......................................... 37

Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2013-2017 ............................................................ 38

Tabel 3.4 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Golongan Umur Tahun 2013-2017 (Dalam Persen) ......... 40

Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2013-2017 (Dalam Persen) .... 41

Tabel 3.6 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Jenis Kelamin Tahun 2013-2017 (Dalam Persen) ............ 42

Tabel 3.7 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2013-2017 ............................................................ 43

Tabel 3.8 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2013-2017 ............................................................ 44

Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2013-2017 ............................................................ 44

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

xiii

Tabel 4.1 Perkiraan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 (%) ... 46

Tabel 4.2 Perkiraan Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan

Usaha , Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2017 (Miliar

Rupiah) ............................................................................ 46

Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2013-2017 ............................................................. 50

Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2013-2017 ............................................................. 51

Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2013-2017 .......................................... 52

Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2013-2017 ............................................................. 52

Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan

Tahun 2013-2017 ............................................................. 53

Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun

2013-2017 ........................................................................ 54

Tabel 4.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun

2013-2017 ........................................................................ 55

Tabel 4.10 Perkiraan produktivitas Tahun 2013-2017 (Juta

Rp./Tenaga Kerja) ............................................................ 56

Tabel 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan

Umur Tahun 2013-2017 ................................................... 58

Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2013-2017 .......................................... 59

Tabel 5.3. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2013-2017 ............................................................. 60

Tabel 6.1 Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status

Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013-

2017 ................................................................................ 77

Tabel 6.2 Kapasitas Lembaga Latihan dan Instruktur Menurut

Provinsi Tahun 2011 ....................................................... 78

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

xiv

Tabel 6.3 Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status

Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013-

2017 ................................................................................. 84

Tabel 6.4 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengawas ...... 88

Tabel 6.5 Peragkat Hubungan Industrial ......................................... 90

Tabel 6.6 Target Penambahan Perangkat Hubungan Industrial ....... 90

Tabel 6.7 Perkiraan Tambahan Tenaga Fungsional Mediator .......... 91

Tabel 6.8 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak

Tahun 2011 ..................................................................... 93

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Papua Barat adalah salah satu provinsi yang memperoleh otonomi

khusus setelah melepas wilayahnya dari Provinsi Papua pada tahun 1999.

Oleh karenanya Provinsi Papua Barat saat ini sedang menata

pembangunan perekenomiannya yang salah satunta adalah mengatasi

permasalahan ketenagakerjaan.

Menurut data BPS Agustus 2011 jumlah angkatan kerja di Provinsi

Papua Barat sebanyak 369.619 orang, naik sebanyak 2.307 orang

dibandingkan Februari 2011 dan naik sebanyak 26.731 orang dibandingkan

satu tahun yang lalu (Agustus 2010). Dari total penduduk usia kerja Provinsi

Papua Barat tahun 2011 sebanyak 522.211 orang, penduduk yang bekerja

berkurang sebanyak 302 dari Februari 2011 dan bertambah 20.041 orang

dibanding keadaan Agustus 2010.

Berdasarkan data yang sama pada Agustus 2011 tercatat jumlah

penganggur di Provinsi Papua Barat sebanyak 33.031 orang meningkat bila

dibandingkan dengan tahun 2010 mencapai sebanyak 26.341 orang. Jumlah

ini menurun sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 26.626

orang, sedangkan untuk Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun

2011 sendiri mencapai sebesar 8,94 persen. Besarnya tingkat

pengangguran terbuka di Provinsi Papua Barat merupakan hal serius yang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

2

harus diatasi. Hal ini dapat membuat dampak tidak langsung terhadap

kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang semakin

meningkat.

Dengan meningkatnya jumlah pengangguran pada tahun 2011,

membuat kondisi ini tetap menjadi masalah yang harus segera diantisipasi

oleh pemerintah agar dapat meminimalisir dampak yang akan terjadi dalam

masyarakat. Salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut

adalah dengan penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya, merumuskan

strategi dan arah kebijakan ketenagakerjaan yang tepat dan menyusun

perangkat peraturan ketenagakerjaan. Tetapi hal ini terkendala oleh masih

rendahnya kualitas SDM yang ada di Provinsi Papua Barat, salah satunya

terindikasi angkatan kerja yang terserap paling banyak ada ditingkat

pendidikan SD. Untuk itu Provinsi Papua Barat perlu melakukan

perencanaan tenaga kerja, baik jangka panjang maupun jangka pendek

sebagai upaya terwujudnya pembangunan di Provinsi Papua Barat

sekaligus mengurangi pengangguran.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua

Barat Tahun 2013–2017 adalah tersedianya perkiraan ketenagakerjaan

yang dapat digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan, strategi dan

program pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat.

Tujuan dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua

Barat Tahun 2013–2017 adalah sebagai berikut:

1. Memperkirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat serta

agregatnya tahun 2013–2017.

2. Memotret situasi ketenagakerjaan saat ini serta memperkirakan secara

cermat perkiraan persediaan tenaga kerja di masa mendatang.

3. Memperkirakan kesempatan kerja yang akan datang tahun 2013–2017,

baik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan ekonomi maupun faktor

lainnya.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

3

4. Memperkirakan angkatan kerja yang belum terserap (penganggur

terbuka) tahun 2013–2017.

5. Menyusun rekomendasi kebijakan dalam menangani masalah

ketenagakerjaan khususnya kebijakan daerah dan sektoral.

1.3. Hasil Yang Diharapkan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat tahun 2013–2017

ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pijakan dasar (yang perlu ditindak

lanjuti) bagi perumusan perencanaan pembangunan ketenagakerjaan yang

berbasis empiris yang dapat mendukung pelaksanaan program

pembangunan daerah.

1.4. Metodologi dan Sumber Data

1.4.1. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam menyusun PTKP 2013-

2017 ini adalah sebagai berikut :

a. Tabulasi silang data ketenagakerjaan tahun 2009-2011 sebagai

gambaran situasi ketenagakerjaan dan merupakan data dasar

dalam penyusunan perkiraan.

b. Menyusun perkiraan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja

provinsi Papua Barat. “Manpower Utilization Approach” dimana

pada pendekatan ini sangat diperhitungkan waktu yang

digunakan untuk bekerja yang dinyatakan dalam partisipasinya

di pasar kerja.

Untuk memperkirakan Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

dengan menggunakan formula regresi linier :

Y = a + bx

c. Perkiraan kebutuhan penduduk yang bekerja mengunakan

“Manpower Requirement Approach” yaitu metode yang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

4

memperkirakan kebutuhan tenaga kerja untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi tertentu.

Untuk memperkirakan kebutuhan penduduk yang bekerja atau

kesempatan kerja dengan menggunakan pendekatan elastisitas

dan regresi linier :

Elastisitas :

Rli Rli = {(Lin/Lio)i/n -1} x 100

Ei = -------

Ryi Ryi = {(Yin/Yio)i/n -1} x 100

dimana :

Ei = Elastisitas tenaga kerja sektor-i

Rli = Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor-i per

tahun (%)

Ryi = Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor-i

tahunan (%)

Li = Jumlah kesempatan kerja sektor-i

Y = PDRB sektor-i

n dan o = Masing-masing menunjukkan tahun n dan o

Linear :

Y = a + bx

d. Dalam penyusunan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja

tersebut data dasar yang dipergunakan adalah data

ketenagakerjaan tahun 2009-2011 dan data ekonomi tahun

2009-2011.

e. Perkiraan persediaan tenaga kerja selanjutnya ditabulasikan

menurut golongan umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

5

f. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja ditabulasikan berdasarkan

jenis kelamin, golongan umur, lapangan usaha, status pekerja,

pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

g. Berdasarkan perkiraan persediaan dan kebutuhan akan tenaga

kerja di masa yang akan datang, maka jumlah penganggur di

masa yang akan datang dapat diperkirakan.

h. Untuk memperkirakan besarnya persediaan dan kebutuhan

tenaga kerja di masa mendatang, dibuat proyeksi persediaan

dan kebutuhan tenaga kerja yang mengacu pada target

pertumbuhan ekonomi masa mendatang.

1.4.2. Sumber Data

Data yang digunakan untuk penyusunan perencanaan tenaga

kerja ini bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS),

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Instansi

sektoral dan instansi penyedia data dan informasi lain yang berkaitan

dengan ketenagakerjaan.

1.5 Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi

a. Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) adalah jumlah

lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh

seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti

yang lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya menyangkut

jumlahnya, tetapi juga kualitasnya (pendidikan atau

keahliannya).

b. Persediaan Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang sudah

siap untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labour force) yang

dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

6

c. Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah

geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan

atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi

bertujuan menetap.

d. Penduduk Usia Kerja

Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun

ke atas.

e. Angkatan Kerja

Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun

ke atas) yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja

atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja; dan

mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.

f. Bekerja

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh

seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu

memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam

(tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.

g. Penganggur Terbuka

Penganggur Terbuka terdiri dari :

Mereka yang mencari pekerjaan

Mereka yang mempersiapkan usaha

Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak

mungkin dapat pekerjaan

Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai

bekerja.

h. Setengah Penganggur

Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah

jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu).

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

7

i. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah perbandingan antara

jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia

kerja.

j. Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha

Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari

pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang

bekerja seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha

Indonesia (KLUI)/Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

(KBLUI).

k. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang/atau ditugaskan kepada seseorang

yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Jenis

pekerjaan pada publikasi ini, mengikuti KJI (Klasifikasi Jabatan

Indonesia) 1982.

0/1 Tenaga Profesional, teknisi dan yang sejenis

2 Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

3 Tenaga tata usaha dan yang sejenis

4 Tenaga usaha Penjualan

5 Tenaga Usaha Jasa

6 Tenaga Usaha Pertanian, kehutanan, perburuan dan

perikanan

7/8/9 Tenaga produksi operator alat-alat angkutan dan pekerja

kasar

x/00 Lainnya

l. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam

melakukan pekerjaan di suatu unit usaha kegiatan. Sejak tahun

2011 dibedakan menjadi 7 kategori yaitu :

a. Berusaha sendiri;

b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar;

c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar;

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

8

d. Buruh/karyawan/pegawai;

e. Pekerja bebas di pertanian;

f. Pekerja bebas di non pertanian;

g. Pekerja tak di bayar.

m. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai

barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi

di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu

(biasanya 1 tahun).

Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB merupakan jumlah

balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang ikut serta

dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka tertentu.

1.6 Kerangka Isi

Penulisan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat

2013-2017 ini dibagi dalam 7 (tujuh) bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : KONDISI KETENAGAKERJAAN PAPUA BARAT TAHUN

2009-2011

BAB III : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN

TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017

BAB IV : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN AKAN

TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017

BAB V : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN

ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN

TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017

BAB VI : ARAH, KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

BAB VII : PENUTUP

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

9

BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

2.1 Kondisi Ekonomi

Dalam hal ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Papua tahun

2010 menunjukkan tren yang berfluktuatif. Pertumbuhan ekonomi yang

stabil dan memiliki kecenderungan positif setiap tahunnya berada di provinsi

Papua Barat. Tahun 2008 menunjukkan bahwa Provinsi Papua Barat

memiliki indeks iklim investasi terbawah secara nasional. Kondisi tersebut

terutama dikarenakan kurangnya dukungan dari sisi kondisi tenaga kerja,

keamanan usaha, kinerja ekonomi daerah, dan peranan dunia usaha dalam

perekonomian daerah, juga kurangnya sisi promosi investasi. Sementara itu,

PDRB per kapita Papua Barat terus meningkat dengan perbandingan

antarprovinsi menunjukkan adanya tren penurunan ketimpangan yang cukup

signifikan.

Perekonomian Papua Barat pada tahun 2011 mengalami

pertumbuhan sebesar 27,22 persen dibanding tahun 2010. Nilai PDRB atas

dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai Rp 11.916,13 miliar,

sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp 9.366,41 miliar. Selama tahun

2011, hampir semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB mengalami

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

10

pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor industri

pengolahan yang tumbuh mencapai 64,66 persen, diikuti oleh sektor jasa-

jasa sebesar 23,60 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar

12,97 persen, sektor konstruksi 12,24 persen, sektor perdagangan, hotel

dan restoran 12,11 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan 11,23 persen, sektor lisrtrik dan air bersih 8,85 persen, sektor

pertambangan dan penggalian 6,05 persen dan sektor pertanian 1,56

persen. Pertumbuhan PDRB tanpa migas pada tahun 2011 mencapai 9,74

persen yang berarti lebih rendah dari pertumbuhan PDRB dengan migas

yang besarnya 27,22 persen .

Tabel 2.1

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ATAS DASAR HARGA KONSTAN

(MILYAR RUPIAH)

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011

Pertanian 1.879 2.014 2.046

Pertambangan & Penggalian 1.094 1.090 1.156

Industri Pengolahan 971 3.011 4.958

Listrik, Gas dan Air 32 34 37

Konstruksi 648 718 806

Perdagangan, Hotel &S Restoran 713 744 834

Pengangkutan & Komunikasi 549 612 692

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 152 198 221

Jasa-jasa 731 944 1.167

Jumlah 6.769 9.366 11.916

Sumber : BPS

Sisi lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan

sektor industri pengolahan dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi

selama tahun 2011. Adanya LNG Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni

meningkatkan nilai tambah sektor industri pengolahan melalui subsektor gas

alam cair. Produksi LNG mempengaruhi pergeseran struktur ekonomi Papua

Barat sejak tahun 2010. Untuk sektor industri pengolahan sendiri kontribusi

kenaikan yang terjadi adalah sebesar 14,34 persen pada tahun 2009

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

11

menjadi 41,61 persen pada tahun 2011. Keadaan tersebut menggeser

kontribusi sektor pertanian yang selama ini menjadi sektor dominan di

Papua Barat. Selama tahun 2009-2011 sektor pertanian mengalami

penurunan kontribusi dalam pembentukan PDRB yakni 27,76 persen,

menurun menjadi 21,51 persen dan menurun kembali dibawah 20 persen

menjadi 17,17 persen. Yang patut dicermati adalah hampir semua sektor

kecuali sektor industri pengolahan menunjukkan penurunan kontribusi. Hal

ini mengindikasikan sektor industri pengolahan semakin dominan dalam

menggeser peranan sektor-sektor lainnya. Tiga sektor utama di Papua Barat

yang memiliki sumbangan terbesar adalah sektor industri pengolahan

sebesar 41,61 persen, sektor pertanian sebesar 17,17 persen, dan sektor

jasa 9,79 persen. Dengan demikian ketiga sektor tersebut menguasai 68,57

persen perekonomian di Papua Barat.

2.2 Penduduk Usia Kerja

Penduduk usia kerja (PUK) tahun 2009-2011 mengalami

pertumbuhan sebesar 0,77 persen. PUK pada tahun 2009 yakni sebanyak

514.293 orang, menurun pada tahun 2010 menjadi sebanyak 494.862 orang

dan pada tahun 2011 bertambah sebanyak 27.349 orang menjadi 522.211

orang. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh lima proses: fertilitas,

mortalitas, perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial (Bogue 1969: 1-2). Dari

kelima proses tersebut, migrasi dan mobilitas sosial merupakan dua faktor

dominan yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Provinsi Papua

Barat. Adanya pemekaran beberapa Kabupaten/Kota menjadi faktor penarik

yang sangat kuat bagi kaum migran. Pertambahan penduduk usia kerja

dengan berbagai karakteristik seperti pada jenis kelamin, golongan umur,

tingkat pendidikan diuraikan sebagai berikut :

2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Penduduk usia kerja pada tahun 2009-2011 di Provinsi Papua

Barat secara keseluruhan mengalami penurunan di hampir semua

golongan umur. Untuk laju pertumbuhan PUK selama tahun 2009-

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

12

2011 sebesar 0,77 persen dan hampir sebagian besar mengalami

pertumbuhan minus, diantaranya adalah golongan umur 20-24 tahun

dan golongan umur 35-59 tahun. Sedangkan golongan umur dengan

laju pertumbuhan positif terbesar berada pada golongan umur 25-29

tahun yaitu sebesar 12,68 persen. Kenaikan ini dapat terjadi

dikarenakan adanya proses migrasi penduduk yang meningkat

seiring dengan berkembangnya Provinsi Papua Barat. Laju

pertumbuhan terkecil berada pada golongan umur 15-19 tahun yaitu

sebesar 4,37 persen, program keluarga berencana yang

dicanangkan dapat menekan angka kelahiran.

Pada tahun 2009 proporsi terbesar Penduduk Usia Kerja

(PUK) berada pada golongan umur 15-19 tahun yaitu sebesar 14,87

persen, demikian juga pada tahun 2010 mencapai 15,44 persen,

akan tetapi pada tahun 2011 terjadi pergeseran yaitu menjadi 15,95

persen dan tidak lagi menjadi proporsi terbesar untuk karakteristik

golongan umur. Untuk kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada

PUK golongan umur 25-29 tahun dimana pada tahun 2009 sebesar

12,90 persen dan pada tahun 2011 mencapai 16,13 persen, dimana

terjadi kenaikan sebesar 3,23 persen.

Hal yang cukup menarik terjadi pada PUK golongan umur

60+, selama tahun 2009-2011 proporsinya mengalami kenaikan,

yakni dari 4,36 persen pada tahun 2009 meningkat menjadi 4,78

persen pada tahun 2011. Peningkatan proporsi pada PUK golongan

umur itu, menunjukkan adanya perbaikan atau peningkatan harapan

hidup bangsa Indonesia, khususnya di Provinsi Papua Barat.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

13

Tabel 2.2

Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Golongan Umur Tahun

2009 2010 2011

15-19 76.489 76.420 83.313

20-24 74.116 65.837 69.450

25-29 66.334 75.823 84.219

30-34 61.436 70.749 71.443

35-39 66.175 56.017 57.025

40-44 53.164 45.671 49.575

45-49 41.686 34.573 34.506

50-54 32.640 27.985 29.676

55-59 19.852 16.348 18.050

60+ 22.401 25.439 24.954

Jumlah 514.293 494.862 522.211

Sumber : BPS

2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan pada tahun

2009-2011 sebagian besar masih didominasi yang berpendidikan

sekolah dasar. Proporsi penduduk yang berpendidikan maksimum

SD sebesar 47,12 persen pada tahun 2009, menurun menjadi

sebesar 44,65 persen pada tahun 2010, dan menurun lagi menjadi

43,01 persen pada tahun 2011. Penurunan proporsi PUK yang

berpendidikan maksimum SD ini mendorong peningkatan proporsi

PUK yang berpendidikan di atasnya (SMTP s/d Universitas). Dengan

masih besarnya proporsi PUK yang berpendidikan maksimum SD ini

menunjukkan tingkat kualitas penduduk usia kerja di Papua Barat

masih sangat rendah.

PUK yang berpendidikan SMTP ke atas, semuanya

mengalami pertumbuhan positif, terutama PUK berpendidikan

Universitas pada tahun 2009-2011 pertumbuhannya mencapai 25,67

persen disusul PUK yang berpendidikan Diploma tumbuh sebesar

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

14

13,18 persen. Dengan pertumbuhan sebesar itu maka tambahannya

mencapai 12.869 orang untuk Universitas. Peningkatan PUK

menurut tingkat pendidikan mengindikasikan bahwa kesadaran

masyarakat Provinsi Papua Barat dalam hal pendidikan. Bahwa

dengan semakin tinggi pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup

atau kesejahteraan pekerja.

Tabel 2.3

Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Pendidikan Tahun

2009 2010 2011

≤ SD 242.345 220.961 224.616

SMTP 105.304 111.408 104.831

SMTA Umum 90.266 86.835 99.908

SMTA Kejuruan 42.507 36.766 42.841

Diploma 11.654 13.695 14.929

Universitas 22.217 25.197 35.086

Jumlah 514.293 494.862 522.211

Sumber : BPS

2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk usia kerja menurut jenis kelamin pada

tahun 2009-2011 menunjukkan terjadinya fluktuasi dikeduanya,

namun jenis kelamin laki-laki lebih besar dari pada perempuan.

Pada tahun 2009 penduduk usia kerja laki-laki dan perempuan

masing-masing sebanyak 272.171 orang dan 242.122 orang, pada

tahun 2010 penduduk usia kerja laki-laki menurun menjadi sebanyak

261.046 orang atau menurun sebanyak 11.125 orang dan penduduk

usia kerja perempuan menurun menjadi sebanyak 233.816 orang

atau menurun sebanyak 8.306 orang. Tahun 2011 penduduk usia

kerja yang berjenis kelamin laki-laki mengalami kenaikan menjadi

sebanyak 279.322 orang atau bertambah sebanyak 18.276 orang,

begitu pula yang berjenis kelamin perempuan juga mengalami

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

15

kenaikan menjadi sebanyak 242.889 orang atau meningkat sebanyak

9.073 orang.

Tabel 2.4

Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Jenis Kelamin Tahun

2009 2010 2011

Laki-laki 272.171 261.046 279.322

Perempuan 242.122 233.816 242.889

Jumlah 514.293 494.862 522.211

Sumber : BPS

2.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja selama tahun 2009-2011 sebesar

68,52 persen, pada tahun 2010 meningkat menjadi 69,29 persen dan pada

tahun 2011 meningkat menjadi 70,78 persen. Besarnya TPAK secara umum

menunjukkan adanya kenaikan setiap tahun. TPAK sendiri merupakan

gambaran jumlah penduduk yang bersedia secara aktif melakukan kegiatan

ekonomi terhadap total penduduk usia kerja.

2.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

TPAK menurut golongan umur di Papua Barat mengalami

kenaikan seiring dengan bertambahnya umur penduduk usia kerja.

Kondisi tersebut terlihat pada table 2.5, TPAK pada golongan umur

15-19 tahun pada tahun 2009 sebesar 29,77 persen, menurun

menjadi 26,83 persen tahun 2010 dan meningkat menjadi 33,14

persen tahun 2011. Selama periode 2009-2011, secara umum TPAK

mengalami kenaikan, akan tetapi beberapa TPAK golongan umur

mengalami fluktuasi seperti TPAK golongan umur 20-24 tahun pada

tahun 2009 sebesar 69,87 persen, mengalami penurunan menjadi

sebesar 67,59 persen pada tahun 2010 kemudian meningkat menjadi

68,01 persen pada tahun 2011. Dilihat dari tabel dibawah ini, dapat

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

16

kita simpulkan bahwa TPAK untuk usia produktif menujukkan

kenaikan.

Kenaikan terbesar TPAK terjadi pada golongan umur 35-39

tahun dimana kenaikan selama tahun 2009-2011 sebesar 10,89

persen, dimana pada tahun 2009 sebesar 75,54 persen, pada tahun

2010 mengalami kenaikan sebesar 5,84 persen, dan pada tahun

2011 menjadi sebesar 86,43 persen atau naik sebesar 5,02 persen.

Kenaikan TPAK pada golongan umur ini terjadi karena usia ini

merupakan usia produktif dalam bekerja.

Tabel 2.5

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Golongan Umur 2009 2010 2011

15-19 29,77 26,83 33,14

20-24 69,87 67,59 68,01

25-29 76,02 76,31 79,55

30-34 77,55 82,39 78,91

35-39 75,54 81,41 86,43

40-44 79,64 84,51 87,21

45-49 80,38 82,33 83,18

50-54 82,90 83,07 83,09

55-59 78,21 73,77 66,96

60+ 50,60 54,11 53,86

Jumlah 68,52 69,29 70,78

Sumber : BPS

2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan

Tinggi rendah tingkat pendidikan merupakan indikator yang

menunjukkan kualitas seorang tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat

pendidikan diharapkan juga adanya peningkatan kualitas dari para

tenaga kerja tersebut. Berdasarkan data tabel 2.6 di bawah ini, untuk

TPAK lulusan maksimum SD dari tahun ke tahun mengalami

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

17

fluktuasi, yaitu sebesar 70,39 persen tahun 2009, menjadi 72,43

persen pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 sebesar 72,20

persen. Untuk TPAK maksimum SD diharapkan mengalami

penurunan yang berarti bahwa lulusan SD dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa harus masuk ke pasar

kerja karena alasan ekonomi. Untuk TPAK lulusan SMTP keatas juga

mengalami peningkatan kecuali TPAK berpendidikan Diploma terus

mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 94,03 persen, turun

menjadi 93,47 persen tahun 2010 dan menjadi sebesar 86,96 persen

tahun 2011. Untuk TPAK berpendidikan Universitas merupakan

TPAK tertinggi walaupun mengalami fluktuasi yaitu sebesar 94,09

persen tahun 2009, menurun menjadi 93,49 persen tahun 2010 dan

menjadi sebesar 93,95 persen tahun 2011. Adanya kenaikan TPAK

untuk tiap lulusan menjadi suatu bukti bahwa semakin besarnya

animo penduduk untuk memasuki pasar kerja.

Tabel 2.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Pendidikan 2009 2010 2011

≤ SD 70,39 72,43 72,20

SMTP 55,52 54,70 55,21

SMTA Umum 66,78 65,73 69,77

SMTA Kejuruan 73,42 77,42 79,17

Diploma 94,03 93,47 86,96

Universitas 94,09 93,49 93,95

Jumlah 68,52 69,29 70,78

Sumber : BPS

2.3.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis

Kelamin

TPAK menurut jenis kelamin dari tahun 2009-2011 menunjukkan

bahwa TPAK laki-laki lebih besar dibandingkan TPAK perempuan, hal ini

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

18

terlihat pada tahun 2009 TPAK laki-laki sebesar 84,14 persen, tahun

2010 sebesar 82,40 persen dan tahun 2011 sebesar 83,80 persen.

Untuk jenis kelamin perempuan TPAK nya tidak sebesar TPAK laki-laki,

namun perkembangannya menunjukkan kenaikan setiap tahunnya.

Tahun 2009 sebesar 50,96 persen, tahun 2010 naik sebesar 3,70 persen

menjadi 54,65 persen dan tahun 2011 naik lagi menjadi 55,80 persen.

Hal demikian ini dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan di Papua

Barat mulai menunjukkan partisipasinya dalam dunia kerja walapun

belum sebanding dengan pertambahan PUK perempuan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7 dibawah ini.

Tabel 2.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Jenis Kelamin 2009 2010 2011

Laki-laki 84,14 82,40 83,80

Perempuan 50,96 54,65 55,80

Jumlah 68,52 69,29 70,78

2.4 Angkatan Kerja

Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja berumur

15 tahun keatas yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja atau

punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja; dan mereka yang tidak

bekerja tetapi mencari pekerjaan. Apabila dilihat dari kondisi angkatan kerja

dari tahun 2009-2011 menunjukkan angka yang fluktuatif, baik menurut

golongan umur, tingkat pendidikan maupun dari jenis kelamin. Hal ini dapat

dilihat kondisi angkatan kerja mulai tahun 2009 sebesar 352.385 orang dan

pada tahun 2010 menurun menjadi 342.888 orang serta tahun 2011

mengalami penurunan menjadi sebesar 369.619 orang. Berikut akan

dijelaskan secara rinci kondisi angkatan kerja menurut karakteristiknya.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

19

2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Bila dilihat dari sisi kelompok umur, angkatan kerja di provisi

Papua Barat masih didominasi golongan umur 20-44 tahun.

Golongan umur 25-29 tahun yang mengalami kenaikan tiap tahunnya

yakni pada tahun 2010 naik sebanyak 7.430 orang dari tahun 2009

menjadi 57.860 dan mengalami penambahan sebanyak 9.136 orang

menjadi 66.996 orang. Secara prosentase pada tahun 2009 sebesar

14,31 persen, meningkat menjadi sebesar 16,87 persen dan pada

tahun 2011 mejadi sebesar 18,13 persen. Hal ini diduga karena

golongan umur ini telah menyelesaikan pendidikannya baik pada

tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi, sehingga

mendorong kelompok umur ini memasuki pasar kerja untuk mencari

pekerjaan serta adanya dorongan kebutuhan hidup sehari-hari.

Tabel 2.8

Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Golongan Umur 2009 2010 2011

15-19 22.767 20.501 27.608

20-24 51.788 44.497 47.231

25-29 50.430 57.860 66.996

30-34 47.642 58.292 56.374

35-39 49.990 45.605 49.287

40-44 42.340 38.596 43.236

45-49 33.508 28.465 28.701

50-54 27.058 23.247 24.658

55-59 15.526 12.060 12.087

60+ 11.336 13.765 13.441

Jumlah 352.385 342.888 369.619

Sumber : BPS

Pada golongan umur 60 tahun ke atas telah terjadi

fenomena yang cukup menarik yaitu proporsinya pada tahun 2009

proporsinya merupakan yang terkecil akan tetapi pada tahun 2010

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

20

dan 2011 prosporsinya berada diatas golongan umur 55-59 tahun,

yakni 3,22 persen pada tahun 2009, tahun 2010 sebesar 4,01 persen

dan pada tahun 2011 sebesar 3,64 persen. Keadaan tersebut

menggambarkan walau sudah memasuki usia pensiun namun

semangat keinginan untuk tetap bekerja masih cukup tinggi untuk

mempertahankan penghasilan rumah tangga.

2.4.2. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 2.9 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berpendidikan SD ke bawah masih lebih dominan dibandingkan

dengan angkatan kerja yang berpendidikan di atasnya. Bila ditelusuri

kondisi angkatan kerja per pendidikan, maka terlihat telah terjadi

sedikit perubahan proporsi angkatan kerja untuk setiap jenjang

pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya proporsi

angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah dan meningkatnya

proporsi angkatan kerja pada tingkat pendidikan SMTA Umum,

SMTA Kejuruan dan Universitas. Angkatan kerja dengan tingkat

pendidikan maksimum SD proporsinya pada tahun 2009 sebesar

48,41 persen, pada tahun 2010 sebesar 46,68 persen dan pada

tahun 2011 sebesar 43,87 persen. Keadaan ini diduga karena

kurangnya kesadaran akan pendidikan dan dorongan bagi angkatan

kerja muda untuk menambah tingkat pendidikannya ke jenjang yang

lebih tinggi.

Untuk tingkat pendidikan Universitas kenaikan yang terjadi

selama tahun 2009-2011 merupakan yang terbesar yakni sebesar

12.060 orang, dari tahun 2009 sebesar 20.905 orang menjadi

sebesar 23.556 orang pada tahun 2010 dan bertambah sebanyak

9.409 orang menjadi 32.965 orang pada tahun 2011. Dengan

banyaknya angkatan kerja dengan tingkat pendidikan universitas,

diharapkan akan memacu angkatan kerja ini untuk meningkatkan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

21

kualitas diri mereka dengan keahlian-keahlian lain. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel.2.9 di bawah ini.

Tabel 2.9

Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Pendidikan 2009 2010 2011

≤ SD 170.575 160.048 162.164

SMTP 58.460 60.943 57.879

SMTA Umum 60.278 57.077 69.710

SMTA Kejuruan 31.209 28.463 33.919

Diploma 10.958 12.801 12.982

Universitas 20.905 23.556 32.965

Jumlah 352.385 342.888 369.619

Sumber : BPS

2.4.3. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Selama periode tahun 2009-2011 angkatan kerja menurut

jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Walaupun

secara proporsi masih dominan secara absolut jumlah berfluktuatif

yaitu sebanyak 229.006 orang pada tahun 2009 menurun sebanyak

13.910 orang menjadi 215.096 orang pada tahun 2010, dan pada

tahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak 18.983 orang menjadi

234.079 orang. Secara prosentase untuk angkatan kerja jenis

kelamin laki-laki sebesar 64,99 persen pada tahun 2009, mengalami

penurunan menjadi sebesar 62,73 persen dan pada tahun 2011

meningkat kembali menjadi 63,33 persen. Masih besarnya angkatan

kerja laki-laki menunjukkan bahwa laki-laki sebagai kepala keluarga

merupakan tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah dan

menghidupi keluarga.

Sedangkan untuk angkatan kerja perempuan baik secara

absolut dan proporsi masih dibawah angkatan kerja laki-laki. Secara

absolut angkatan kerja perempuan sebanyak 123.379 orang pada

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

22

tahun 2009, meningkat sebanyak 4.413 orang menjadi 127.792

orang pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 meningkat kembali

sebanyak 7.748 orang menjadi sebanyak 135.540 orang. Jika dilihat

secara proporsi sedikit berfluktuasi yakni 35,01 persen, meningkat

menjadi sebesar 37,27 persen dan mengalami penurunan menjadi

36,67 persen. Peningkatan jumlah angkatan kerja dengan jenis

kelamin perempuan semakin menekankan adanya era emansipasi

perempuan yang semakin terlihat. Jika dahulu perempuan hanya

sebagai ibu rumah tangga saja, akan tetapi saat ini mereka ikut andil

didalam penghidupan rumah tangga dengan memasuki pasar kerja.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10 dibawah ini.

Tabel 2.10 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Jenis Kelamin 2009 2010 2011

Laki-laki 229.006 215.096 234.079

Perempuan 123.379 127.792 135.540

Jumlah 352.385 342.888 369.619

2.5. Penduduk yang Bekerja

Penduduk yang bekerja merupakan orang yang melakukan suatu

pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh

penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam

seminggu yang lalu. Bekerja satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut

dan tidak terputus.

Selama tahun 2009-2011 total Penduduk Yang Bekerja (PYB)

mengalami fluktuasi, pada tahun 2010 penduduk yang bekerja mengalami

pertumbuhan minus sebesar 2,83 persen, yakni dari sebanyak 325.759

orang pada tahun 2009 menurun menjadi sebanyak 316.547 orang. Pada

tahun 2011 penduduk yang bekerja mengalami pertumbuhan sebesar 6,33

persen atau mengalami pertambahan sebanyak 20.041 orang sehingga

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

23

menjadi 336.588 orang. Untuk mengetahui perkembangan penduduk yang

bekerja menurut selama tahun 2009-2011 dari berbagai karakteristiknya

akan dijelaskan lebih rinci dibawah ini.

2.5.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Sektor pertanian masih mendominasi dalam penyerapan

tenaga kerja dibandingkan dengan sektor lainnya walaupun terus

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari

komposisinya pada tahun 2009 sebesar 56,60 persen menurun

menjadi 54,04 persen pada tahun 2010, menurun kembali pada

tahun 2011 menjadi 48,48 persen. Penurunan ini disebabkan

adanya pergeseran untuk bekerja pada sektor lainnya. Pada tabel

2.11 dapat dilihat peningkatan sektor perdagangan dan jasa. Sektor

perdagangan proporsinya meningkat dari tahun 2009 hingga 2011

yaitu 11,96 persen pada tahun 2010 meningkat menjadi 16,73

persen pada tahun 2011. Demikian pula pada sektor jasa bila pada

tahun 2009 proporsi menunjukkan 15,89 persen maka pada tahun

2011 mencapai 17,45 persen. Berfluktuasinya komposisi penyerapan

tenaga kerja pada sektor ini diduga karena masih tingginya mobilitas

tenaga kerja yang keluar masuk disektor perdagangan maupun jasa.

Tabel 2.11

Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Lapangan Usaha 2009 2010 2011

Pertanian 184.368 171.060 163.164

Pertambangan 9.854 6.757 8.932

Industri 12.173 12.300 11.580

Listrik, Gas dan Air 802 587 221

Bangunan 15.536 16.032 16.233

Perdagangan 33.843 37.852 56.325

Angkutan 15.711 15.046 17.010

Keuangan 1.718 2.843 4.392

Jasa 51.754 54.070 58.731

Jumlah 325.759 316.547 336.588

Sumber : BPS

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

24

2.5.2. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Bila dilihat dari sisi kelompok umur, penduduk yang bekerja di

Provinsi Papua Barat masih didominasi golongan umur 25-29 hingga

30-34 tahun. Hal ini diduga karena golongan umur ini telah

menyelesaikan pendidikannya baik pada tingkat pendidikan

menengah maupun pendidikan tinggi, sehingga mendorong

kelompok umur ini memasuki pasar kerja untuk mencari pekerjaan,

dan usia tersebut merupakan usia produktif dalam bekerja.

Penduduk yang bekerja dengan golongan umur 55-59 tahun

terlihat proporsi yang semakin menurun, namun justru pada usia 60

tahun keatas mengalami peningkatan dibandingkan usia 55-59 tahun

walaupun mengalami fluktuasi. Hal ini cukup menarik yaitu bahwa

proporsi kelompok umur ini, dari 3,48 persen pada tahun 2009,

meningkat menjadi 4,31 persen pada tahun 2010, pada tahun 2011

menurun menjadi 3,99 persen. Hal ini dimungkinkan karena harapan

hidup semakin meningkat dan masih produktif untuk bekerja.

Tabel 2.12 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Golongan Umur 2009 2010 2011

15-19 18.239 16.441 22.072

20-24 41.881 36.511 39.332

25-29 44.782 50.363 56.296

30-34 44.511 55.288 51.881

35-39 48.828 44.539 46.971

40-44 41.173 37.360 42.499

45-49 33.075 27.944 27.998

50-54 26.681 22.624 24.434

55-59 15.253 11.833 11.664

60+ 11.336 13.644 13.441

Jumlah 325.759 316.547 336.588

Sumber : BPS

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

25

2.5.3. Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan

Perbaikan ekonomi membawa pengaruh pada penduduk

yang bekerja menurut pendidikan. Tingkat pendidikan sering

dijadikan sebagai salah satu tolok ukur kemampuan sumberdaya

manusia. Dalam periode tahun 2009-2011 proporsi penduduk yang

bekerja dengan pendidikan SD ke bawah mengalami penurunan

yang cukup signifikan dari 51,11 persen menjadi 46,63 persen. Hal

ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran akan pendidikan dan

adanya kebijakan pemerintah dengan adanya program wajib belajar

9 tahun dan BOS. Untuk penduduk yang bekerja dengan pendidikan

SMTA Kejuruan mengalami penurunan pada tahun 2009 hingga

tahun 2010 dari 7,89 persen menjadi 7,82 persen, namun pada tahun

2011 terjadi peningkatan yaitu menjadi 8,98 persen.

Kondisi yang cukup baik terjadi untuk PYB dengan tingkat

pendidikan Diploma dan Universitas dimana keduanya mengalami

kenaikan setiap tahunnya. Untuk Diploma secara proporsi

mengalami kenaikan 0,34 persen dari 3,01 persen di tahun 2009

menjadi 3,35 persen pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011

mengalami kenaikan menjadi 3,46 persen. Tingkat pendidikan

Universitas juga mengalami peningkatan yaitu 5,60 persen pada

tahun 2009 menjadi 6,15 persen pada tahun 2010 dan meningkat

7,53 persen pada tahun 2011. Walaupun peningkatan tersebut

terbilang tidak terlalu besar, namun menunjukkan kearah perubahan

yang lebih baik dengan munculnya kesadaran masyakarat Papua

Barat terhadap dunia pendidikan.

Seiring berjalannya program wajib belajar 9 tahun maka

jumlah penduduk yang bekerja berpendidikan SD mengalami

perubahan fluktuasi, semula 166.499 orang (51,11%) pada tahun

2009 menurun menjadi 156.966 (46,63%) pada tahun 2011.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

26

Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Pendidikan 2009 2010 2011

≤ SD 166.499 155.626 156.966

SMTP 54.145 57.979 53.539

SMTA Umum 51.368 48.115 58.899

SMTA Kejuruan 25.710 24.758 30.209

Diploma I/II/III/Akademi 9.808 10.590 11.634

Universitas 18.229 19.479 25.341

Jumlah 325.759 316.547 336.588

Sumber : BPS

2.5.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin

Dilihat dari perkembangan penduduk yang bekerja menurut

jenis kelamin, terlihat bahwa penduduk yang bekerja lebih banyak

yang berjenis kelamin laki-laki. Proporsi menunjukkan baik jenis

kelamin laki-laki dan perempuan mengalami fluktuasi baik secara

jumlah dan proporsi. Untuk jenis kelamin laki-laki pada tahun 2009

secara absolut dan proporsi adalah 213.097 orang (65,42%),

mengalami penurunan yang cukup banyak yaitu 11.700 orang

sehingga proporsinya mencapai 63,62 persen, pada tahun 2011

kembali meningkat secara drastis yaitu sebanyak 13.231 orang

menjadi 214.628 orang (63,77 %).

Penduduk yang bekerja menurut jenis kelamin perempuan

memiliki kondisi yang sedikit berbeda dengan PYB jenis kelamin laki-

laki, kenaikan secara absolut dari tahun 2009 ke tahun 2010

sebanyak 2.488 orang menjadi 115.150 orang dimana sebelumnya

hanya sebanyak 112.662 orang, pada tahun 2011 mengalami

peningkatan sebanyak 6.810 orang menjadi 121.960 orang.

Kecenderungan naiknya Penduduk yang bekerja perempuan

disebabkan memenuhi kebutuhan hidup dan perempuan sebagai

pekerja terkenal memiliki sifat lebih teliti dibandingkan kaum laki-laki.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

27

Tabel 2.14 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Jenis Kelamin 2009 2010 2011

Laki-laki 213.097 201.397 214.628

Perempuan 112.662 115.150 121.960

Jumlah 325.759 316.547 336.588

Sumber : BPS

2.5.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Untuk tahun 2006 kategori status pekerjaan utama oleh BPS

diperluas menjadi 7 kategori, yaitu berusaha sendiri, berusaha

dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, berusaha dibantu buruh

tetap/buruh dibayar, buruh/ karyawan/pegawai, pekerja bebas di

pertanian, pekerja bebas di non pertanian dan pekerjaan tak dibayar.

Bila dilihat status pekerjaan penduduk Papua Barat mayoritas

bekerja di sektor informal dan bekerja dengan status berusaha

dibantu buruh tidak tetap. Namun bila dilihat dari proporsinya terjadi

penurunan semula 26,31 persen pada tahun 2009 menurun pada

tahun 2010 yaitu sebesar 25,90 persen, dan 2011 menurun drastis

menjadi 18,18 persen.

Untuk sektor formal (bekerja dengan buruh

pekerja/buruh/karyawan) jumlah maupun proporsinya terus

meningkat yaitu pada tahun 2009 sebesar 27,03 persen meningkat

pada tahun 2011 menjadi 36,25 persen. Peningkatan sektor formal

dipengaruhi maraknya dunia usaha dan tumbuhnya perusahaan-

perusahaan sehingga menarik minat masyarakat untuk bergabung

dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Dengan adanya pergeseran sektor informal ke sektor formal

dan terutama berkurangnya jumlah pekerja tidak dibayar maka

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

28

diharapkan kesejahteraan masyarakat di Papua Barat semakin

meningkat.

Tabel 2.15

Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Status Pekerjaan 2009 2010 2011

Berusaha Sendiri 60.968 48.917 65.828

Berusaha Dibantu Buruh tidak tetap 85.694 81.975 61.194

Berusaha dibantu buruh tetap 5.679 5.166 6.612

Buruh/Karyawan/Pegawai 88.068 98.067 122.001

Pekerja bebas di pertanian 4.870 694 1.576

Pekerja bebas di non pertanian 5.555 3.139 5.600

Pekerja tidak dibayar 74.925 78.589 73.777

Jumlah 325.759 316.547 336.588

Sumber : BPS

2.5.6. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan

Penduduk yang bekerja dapat diklasifikasikan berdasarkan

jabatannya. Jabatan tersebut menunjukkan posisi pekerja yang

bersangkutan, jabatan tersebut biasanya erat terkait dengan

pendidikan yang ditamatkannya, keahlian yang dimiliki dan jenjang

karier seseorang.

Penduduk yang bekerja menurut jabatan tahun 2009-2011

masih didominasi pada jabatan, tenaga pertanian, kehutanan,

perburuan dan perikanan, pada tahun 2009 proporsinya mencapai

54,17 persen, menurun menjadi 52,99 persen pada tahun 2010 dan

pada tahun 2011 menjadi 49,96 persen. Pada tahun 2009 jabatan

tenaga produksi dan lainnya menduduki urutan kedua sebanyak

70.492 orang setalah jabatan tenaga usaha pertanian, disusul

jabatan tenaga Usaha penjualan sebanyak 26.688 orang, jabatan

tenaga profesional, teknisi dan sejenis sebanyak 24.280 orang.

Perkembangan pada tahun 2010 menunjukkan adanya peningkatan

jabatan tenaga professional, tenaga kepemimpinan, tenaga tata

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

29

usaha, sedangkan jabatan lainnya mengalami penurunan. Pada

tahun 2011 untuk jabatan tenaga pertanian mengalami penurunan

sehingga menjadi sebanyak 158.065 orang atau turun sebesar 5,76

persen, untuk tenaga produksi/operator juga mengalami penurunan

sehingga menjadi 57.518 orang atau turun sebesar 12,16 persen,

pada jabatan tenaga usaha penjualan mengalami kenaikan menjadi

sebanyak 49.917 orang, untuk jabatan tenaga professional dalam

tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi dilihat dari proporsi pada

tahun 2009 mencapai 7,45 persen, di tahun 2010 mencapai 8,83

persen dan pada tahun 2011 menurun menjadi sebesar 8,07 persen.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.16 di bawah ini.

Tabel 2.16 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan/Jabatan

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Jenis Pekerjaan/Jabatan 2009 2010 2011

0/1 Tenaga Profesional 24.280 27.961 27.179

2 Tenaga Kepemimpinan 6.448 7.856 6.050

3 Tenaga Tata Usaha 14.748 14.871 22.205

4 Tenaga Usaha Penjualan 26.688 26.289 49.917

5 Tenaga Usaha Jasa 6.634 6.367 15.654

6 Tenaga Usaha Pertanian 176.469 167.724 158.065

7/8/9 Tenaga Produksi&Lainnya 70.492 65.479 57.518

Jumlah 325.759 316.547 336.588

Sumber : BPS

2.5.7. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja

Perkembangan ekonomi suatu daerah dapat ditentukan oleh

sejauh mana penduduk yang bekerja memenuhi jam kerja normal.

Semakin banyak penduduk minimal sama dengan jam kerja normal,

maka akan memberikan nilai tambah tidak saja kepada pekerja,

namun juga kontribusinya bagi perekonomian secara keseluruhan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

30

Penduduk yang bekerja berdasarkan jam kerja di Provinsi

Papua Barat, terlihat bahwa penduduk yang bekerja dengan jam

kerja normal (diatas 35 jam per minggu) mencapai 60 persen lebih.

Selama tahun 2009-2011 persentase untuk jam kerja 45-59 jam

mengalami kenaikan yaitu 20,30 persen pada tahun 2009, meningkat

menjadi 24,21 persen di tahun 2010, dan pada tahun 2011

meningkat kembali menjadi sebanyak 23,97 persen.

Tabel 2.17 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Jam Kerja 2009 2010 2011

0** 7.547 8.489 7.327

1-9 2.821 2.730 4.533

10-14 6.301 7.722 8.699

15-24 26.766 34.224 38.445

25-34 59.167 59.474 58.294

35-44 114.803 91.401 95.686

45-59 66.142 76.638 80.696

≥ 60 42.212 35.869 42.908

Jumlah 325.759 316.547 336.588

Sumber : BPS

2.6. Penganggur Terbuka

Penganggur terbuka adalah mereka yang sedang mencari

pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari

pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang

sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Dilihat dari tahun 2009-

2011 jumlah pengangguran terbuka di Provinsi Papua Barat mengalami

fluktuasi. Dimana pada tahun 2009 jumlah pengangguran sebanyak 26.626

orang dengan Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) sebesar 7,56 persen dan

pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi sebanyak 26.341 orang atau

dengan TPT sebesar 7,68 persen serta jumlah pengangguran ditahun 2011

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

31

meningkat menjadi sebesar 33.031 orang atau dengan TPT sebesar 8,94

persen.

2.6.1. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Proporsi penganggur menurut kelompok umur menunjukkan

bahwa penganggur pada kelompok umur 15-19 tahun mengalami

fluktuasi yaitu dari 17,01 persen pada tahun 2009 menjadi 16,76

persen pada tahun 2011. Peningkatan proporsi penganggur pada

kelompok umur ini diduga karena banyaknya persaingan untuk

masuk ke dunia kerja. Untuk kelompok umur diatasnya yang

termasuk pada kelompok umur produktif memperlihatkan proporsi

penganggur yang memprihatinkan karena terjadi peningkatan seiring

dengan tingginya persaingan di kelompok ini dalam memperoleh

kesempatan kerja.

Tabel 2.18

Penganggur Menurut Golongan Umur Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Golongan Umur 2009 2010 2011

15-19 4.528 4.060 5.536

20-24 9.907 7.986 7.899

25-29 5.648 7.497 10.700

30-34 3.131 3.004 4.493

35-39 1.162 1.066 2.316

40-44 1.167 1.236 737

45-49 433 521 703

50-54 377 623 224

55-59 273 227 423

60+ 0 121 -

Jumlah 26.626 26.341 33.031

Sumber : BPS

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

32

2.6.2. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan menjadi salah satu modal bagi pencari kerja untuk

memasuki pasar kerja. Seiring dengan peningkatan kesempatan

kerja untuk yang berpendidikan menengah dan tinggi, maka proporsi

penganggur untuk pendidikan Universitas mengalami peningkatan

yang sangat tinggi, yaitu dari 10,05 persen pada tahun 2009 menjadi

15,48 persen pada tahun 2010, pada tahun 2011 kembali meningkat

menjadi 23,08 persen. Diperkirakan jenjang pendidikan ini sedang

mencari pekerjaan ataupun mempersiapkan diri untuk peningkatan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tabel 2.19 Penganggur Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Pendidikan 2009 2010 2011

≤ SD 4.076 4.422 5.198

SMTP 4.315 2.964 4.340

SMTA Umum 8.910 8.962 10.811

SMTA Kejuruan 5.499 3.705 3.710

Diploma 1.150 2.211 1.348

Universitas 2.676 4.077 7.624

Jumlah 26.626 26.341 33.031

Sumber : BPS

2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Pada tabel 2.20 menunjukkan karakteristik penganggur

menurut jenis kelamin. Bila dilihat menurut jenis kelamin, maka dari

tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi penganggur terbuka

tahun 2010 untuk laki-laki mengalami penurunan yang cukup berarti.

Namun pada tahun 2011 proporsinya meningkat tajam yaitu 19,45

persen, sedangkan proporsi penganggur terbuka perempuan

mengalami peningkatan, meskipun demikian dengan lebih kecilnya

proporsi penganggur perempuan dari pada laki-laki mengindikasikan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

33

bahwa laki-laki lebih aktif berusaha untuk mendapatkan pekerjaan

dibandingkan perempuan karena didorong oleh tuntutan ekonomi,

tanggung jawab kepada keluarga dan bisa juga karena prestise.

Tabel 2.20 Penganggur Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011

Jenis Kelamin 2009 2010 2011

Laki-laki 15.909 13.699 19.451

Perempuan 10.717 12.642 13.580

Jumlah 26.626 26.341 33.031

Sumber : BPS

2.7. Produktivitas Tenaga Kerja

Berdasarkan data produktivitas selama tahun 2009-2011

menunjukkan bahwa terjadi kenaikan untuk jumlah produktivitas dimana

pada tahun 2009 sebesar 20,78 juta Rp/ tenaga kerja, pada tahun 2010

sebesar 29,59 juta Rp/tenaga kerja, dan pada tahun 2011 mengalami

peningkatan menjadi 35,40 juta Rp./tenaga kerja

Untuk sektor lapangan usaha, sektor pertambangan memberikan

kontribusi terbesar yaitu 111,02 juta Rp./tenaga kerja pada tahun 2009,

pada tahun 2010 sebesar 161,32 juta Rp./tenaga kerja, dan mengalami

penurunan pada tahun 2011 menjadi 129,42 juta Rp./ tenaga kerja.

Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses

pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan nasional maupun

pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara meningkatkan

keefektivitasan dan mutu tenaga kerja. Sampai dengan tahun 2011 nilai

tambah setiap tenaga kerja di Provinsi Papua Barat cukup tinggi

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

34

Tabel 2.21 Produktivitas Menurut Lapangan Usaha

Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011 (juta Rp. / tenaga kerja)

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011

Pertanian 10,19 11,78 12,54

Pertambangan & Penggalian 111,02 161,32 129,42

Industri Pengolahan 79,77 244,79 428,14

Listrik, Gas dan Air 39,90 58,07 167,87

Konstruksi 41,71 44,81 49,68

Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,07 19,65 14,81

Pengangkutan dan Komunikasi 34,94 40,69 40,66

Keuangan 88,47 69,73 50,20

Jasa-jasa 14,12 17,46 19,87

Jumlah 20,78 29,59 35,40

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

35

BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN

PERSEDIAAN TENAGA KERJA 2013-2017

Dalam perencanaan tenaga kerja, perkiraan persediaan tenaga kerja

merupakan salah satu aspek penting. Perkiraan persediaan tenaga kerja

meliputi perkiraan penduduk usia kerja, perkiraan tingkat partisipasi

angkatan kerja, dan perkiraan angkatan kerja. Informasi lain yang

dibutuhkan dalam perkiraan persediaan tenaga kerja adalah pertumbuhan

penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kematian, migrasi masuk, migrasi keluar

dan lainnya.

3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja

Penduduk usia kerja (PUK) pada tahun 2013-2017 diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan sebesar 5,62 persen atau sebanyak 30.141 orang.

Pada tahun 2013 jumlah PUK diperkirakan sebanyak 536.476 orang dan

pada tahun 2014 diperkirakan meningkat menjadi sebanyak 543.794.

Demikian juga, pada tahun 2015 diperkirakan meningkat menjadi sebanyak

551.253 orang, pada tahun 2016 jumlah PUK sebanyak 558.857 orang dan

pada tahun 2017 jumlahnya meningkat kembali menjadi sebanyak 566.617.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

36

3.1.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Perkiraan Penduduk usia kerja pada tahun 2013-2017

diperkirakan mengalami peningkatan diseluruh golongan umur,

walaupun proporsinya mengalami penurunan pada golongan umur

tertentu. Pada golongan umur 15-19 tahun diperkirakan jumlahnya

masih akan terus meningkat sampai dengan tahun 2017, walaupun

proporsinya selalu mengalami penurunan semula 15,66 persen pada

tahun 2013 menjadi 15,10 persen pada tahun 2017. Demikian juga

untuk golongan umur 20-24, dan golongan umur 25-29 tahun, dilihat

absolutnya bertambah masing-masing sebanyak 3.139 orang, dan

4.048 orang, sementara dari proporsinya mengalami penurunan.

Pola ini juga terjadi untuk golongan umur 30-34 tahun, sedangkan

Golongan umur 35 tahun keatas jumlah maupun proporsinya

mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 3.1

Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Golongan Umur

2013 2014 2015 2016 2017

15 - 19 84.022 84.392 84.772 85.162 85.570

20 - 24 70.969 71.741 72.522 73.310 74.108

25 - 29 86.258 87.252 88.259 89.276 90.306

30 - 34 72.901 73.674 74.462 75.267 76.087

35 - 39 58.980 59.982 61.001 62.038 63.092

40 - 44 51.122 51.913 52.717 53.533 54.362

45 - 49 35.825 36.504 37.195 37.899 38.617

50 - 54 31.083 31.811 32.556 33.319 34.099

55 - 59 19.452 20.193 20.963 21.762 22.591

60 + 25.864 26.331 26.807 27.291 27.784

Jumlah 536.476 543.794 551.253 558.857 566.617

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

37

3.1.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan kualitas

intelegensi dan intelektual manusia. Semakin tinggi kualitas sumber

daya manusia diharapkan mampu membangun moral dan kualitas

bangsa menuju ke arah yang lebih baik. Pelaksanaan pembangunan

pendidikan di Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013-2017, jumlah

maupun proporsi untuk PUK tingkat pendidikan maksimum SD dan

SMTP diperkirakan akan mengalami penurunan, yaitu masing-

masing sebesar minus 2,87 persen dan minus 1,65 persen.

Tabel 3.2

Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017

Maksimum SD 223.545 222.840 221.968 220.975 219.835

SLTP 103.412 102.628 101.774 100.849 99.865

SMTA Umum 104.746 107.168 109.667 112.192 114.751

SMTA Kejuruan 47.885 50.561 53.347 56.243 59.256

Diploma 17.147 18.354 19.630 20.980 22.406

Universitas 39.741 42.242 44.867 47.618 50.503

Jumlah 536.476 543.794 551.253 558.857 566.617

Untuk pendidikan SMTA Umum, SMTA Kejuruan, Diploma

dan Universitas jumlah maupun proporsi setiap tahunnya

diperkirakan akan terus meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada

jumlah PUK yang berpendidikan SMTA Kejuruan yakni mencapai

11.372 orang, diikuti PUK yang berpendidikan universitas sebanyak

10.762 orang, dan peningkatan PUK berpendidikan SMTA Umum

berada pada urutan ketiga yakni mencapai 10.005. Untuk PUK yang

berpendidikan diploma peningkatannya diperkirakan terendah yakni

sebanyak 5.259 orang. Perkiraan tersebut dipengaruhi oleh

kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, namun adanya

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

38

keterbatasan ekonomi menjadi salah satu faktor untuk tidak

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi terutama jenjang

perguruan tinggi.

3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Pada periode tahun 2013-2017 diperkirakan jumlah PUK laki-

laki lebih besar dari PUK perempuan. Apabila dilihat proprosinya

PUK laki-laki selalu mengalami peningkatan, sementara PUK

perempuan berbanding terbalik dengan PUK laki-laki yakni

mengalami penurunan.

Tabel 3.3

Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017

Laki-laki 288.542 293.282 298.121 303.060 308.105

Perempuan 247.934 250.511 253.132 255.797 258.511

Jumlah 536.476 543.794 551.253 558.857 566.617

Pada tahun 2013 penduduk usia kerja laki-laki jumlahnya

diperkirakan mencapai sebanyak 288.542 orang, dan sampai tahun

2017 diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 19.564 orang

(6,78%) sehingga menjadi sebanyak 308.105 orang. Sedangkan

untuk PUK perempuan diperkirakan tahun 2013 jumlahnya 247.934

orang selama lima tahun meningkat 4,27 persen sehingga menjadi

sebanyak 258.511 orang. Peningkatan PUK laki-laki diperkirakan

karena tanggung jawab mereka sebagai kepala rumah tangga

sehingga mereka akan berusaha dengan cara apapun untuk

mendapatkan pekerjaan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

39

3.2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Provinsi Papua Barat

diperkirakan pada tahun 2013-2017 secara umum cenderung meningkat,

meskipun peningkatannya relatif kecil. Secara kuantitas, tingkat partisipasi

angkatan kerja selama periode tersebut masing-masing 71,10 persen, 71,26

persen, 71,42 persen, 71,58 persen dan 71,74 persen. Peningkatan TPAK

dipengaruhi oleh semakin meningkatnya tingkat pendidikan angkatan kerja

serta tingkat kebutuhan hidup masyarakat di Papua Barat.

3.2.1. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Golongan Umur

Ditinjau dari sisi golongan umur, tingkat partisipasi angkatan

kerja semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya tuntutan

dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pada tahun 2013-2017

diperkirakan terjadi penurunan pada TPAK golongan umur 15 – 19

tahun dan 20 – 24 tahun. Sementara itu, TPAK golongan umur rata-

rata mengalami peningkatan kecuali pada golongan umur 55-59

tahun. Peningkatan terbesar diperkirakan pada golongan umur 35-39

tahun, dengan laju pertumbuhan terbesar, yakni mencapai sebesar

1,46 persen. Sedangkan yang mengalami peningkatan terkecil ada

pada golongan umur 50-54 tahun, yaitu sebesar 0,10 persen.TPAK

golongan umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun, ke depan diperkirakan

akan selalu mengalami penurunan. Penurunan TPAK golongan umur

ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan

yang lebih tinggi sudah semakin baik, selain itu juga

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat juga sudah

semakin meningkat sehingga semakin banyak orang tua yang

mampu membiayai pendidikan yang lebih tinggi.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

40

Tabel 3.4

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Menurut Golongan Umur

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Persen)

Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 2017

15 - 19 33,06 33,01 32,97 32,93 32,89

20 - 24 67,83 67,74 67,65 67,56 67,47

25 - 29 80,00 80,24 80,49 80,74 80,98

30 - 34 79,27 79,45 79,64 79,82 80,00

35 - 39 87,06 87,38 87,69 88,01 88,33

40 - 44 87,56 87,74 87,91 88,09 88,27

45 - 49 83,72 83,99 84,26 84,54 84,81

50 - 54 83,13 83,15 83,18 83,20 83,22

55 - 59 65,86 65,32 64,78 64,24 63,71

60 + 54,03 54,12 54,20 54,28 54,37

Jumlah 71,10 71,26 71,42 71,58 71,74

3.2.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

ingkat Pendidikan

Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan di Papua Barat tingkat

partisipasi angkatan kerja secara umum diperkirakan akan

mengalami kenaikan kecuali yang berpendidikan Maksimum SD dan

SMTP diperkirakan mengalami penurunan. Pada tahun 2013-2017

pertumbuhan paling tinggi adalah TPAK berpendidikan SMTA

Kejuruan, yaitu mencapai sebesar 2,20 persen, disusul oleh TPAK

berpendidikan SMTA Umum, yaitu mencapai sebesar 0,91 persen.

Hal ini berarti lulusan kejuruan akan lebih banyak yang masuk dunia

kerja dibandingkan Sekolah Menengah Atas Umum.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

41

Tabel 3.5

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Persen)

Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017

Maksimum SD 71,65 71,35 71,04 70,70 70,35

SLTP 55,02 54,90 54,75 54,59 54,42

SMTA Umum 70,18 70,36 70,53 70,68 70,81

SMTA Kejuruan 80,13 80,60 81,05 81,48 81,89

D1 - D3 87,32 87,48 87,62 87,74 87,83

Universitas 94,40 94,60 94,78 94,94 95,07

Jumlah 71,10 71,26 71,42 71,58 71,74

3.2.3. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Jenis Kelamin

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Papua Barat menurut

jenis kelamin pada tahun 2013-2017 diperkirakan masih didominasi

oleh jenis kelamin laki-laki. Meskipun masih didominasi oleh TPAK

laki-laki, pertumbuhan TPAK paling tinggi selama periode 5 tahun

terjadi pada TPAK perempuan, yakni sebesar 0,99 persen yaitu dari

56,89 persen pada tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 57,45

persen pada tahun 2017.

Bila dilihat, perkembangan TPAK jenis kelamin perempuan

lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, semakin terbukanya

kesempatan kerja bagi perempuan dan dipengaruhi oleh adanya

pengakuan peranan perempuan yang berkiprah diluar rumah tangga,

disamping ada nya jaminan kerja, perlindungan, pelayanan dan hak

perempuan makin luas serta sangat diperhatikan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

42

Tabel 3.6

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Persen)

Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017

Laki-laki 83,31 83,42 83,52 83,63 83,73

Perempuan 56,89 57,03 57,17 57,31 57,45

Jumlah 71,10 71,26 71,42 71,58 71,74

3.3 Perkiraan Angkatan Kerja

Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja. Pada

tahun 2013 jumlah angkatan kerja diperkirakan sebanyak 381.434 orang

dan pada tahun 2017 diperkirakan meningkat menjadi sebanyak 406.489

orang atau mengalami kenaikan sebesar 6,57 persen. Dalam berbagai

karakteristik, perkembangan angkatan kerja disajikan sebagai berikut.

3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Komposisi angkatan kerja menurut golongan umur selama

tahun 2013-2017 diperkirakan didominasi oleh golongan umur 20-44

tahun, masing-masing golongan umur proporsinya diatas 10 persen

terutama golongan umur 25-29 tahun. Diperkirakan terjadinya

tambahan jumlah angkatan kerja pada golongan umur ini, karena

meningkatnya jumlah lulusan pendidikan tinggi yang memasuki pasar

kerja baik bekerja maupun mencari pekerjaan.

Dalam periode 5 tahun tersebut, jumlah angkatan kerja

terendah diperkirakan pada golongan umur 55-59 tahun masing-

masing sebanyak 12.881 (3,36 %), 13.190 (3,40 %), 13.579 (3,45

%), 13.980 (3,49 %) dan pada tahun 2017 sebanyak 14.393 (3,54

%). Pada golongan umur ini, walaupun jumlahnya terendah tetapi

proporsinya terus meningkat. Sementara untuk golongan umur 15-19

jumlahnya selalu meningkat namun proporsinya selalu menurun.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

43

Demikian juga halnya golongan umur 20-24 tahun, diperkirakan

jumlahnya selalu meningkat sedangkan proporsinya menurun.

Tabel 3.7

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 2017

15 - 19 27.774 27.861 27.951 28.045 28.144

20 - 24 48.137 48.596 49.059 49.527 50.000

25 - 29 69.005 70.014 71.039 72.078 73.133

30 - 34 57.789 58.536 59.298 60.077 60.871

35 - 39 51.348 52.410 53.494 54.601 55.731

40 - 44 44.764 45.548 46.346 47.157 47.983

45 - 49 29.992 30.660 31.342 32.039 32.752

50 - 54 25.840 26.452 27.079 27.720 28.377

55 - 59 12.811 13.190 13.579 13.980 14.393

60 + 13.975 14.249 14.529 14.815 15.106

Jumlah 381.434 387.515 393.716 400.039 406.489

3.3.2. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Angkatan kerja pada tahun 2013-2017 menurut tingkat

pendidikan diperkirakan akan mengalami kenaikan kecuali pada

tingkat Sekolah Dasar (SD) dan tingkat SMTP. Angkatan kerja yang

berpendidikan maksimum SD diperkirakan akan mengalami

pertumbuhan minus sebesar -3,44 persen, begitu juga untuk

angkatan kerja yang berpendidikan SMTP akan mengalami

pertumbuhan minus sebesar -4,48. Penurunan angkatan kerja yang

berpendidikan maksimum SD ini diperkirakan karena meningkatnya

kesadaran akan pendidikan yang lebih tinggi serta pengurangan

alamiah yaitu meninggalnya angkatan kerja yang berpendidikan

maksimum SD yang sudah berusia lanjut. Kenaikan tertinggi terdapat

pada tingkat pendidikan Universitas, kemudian pada tingkat SMTA

dan Diploma. Ini menandakan bahwa kualitas angkatan kerja

menurut pendidikan cenderung meningkat terbukti dari

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

44

perkembangan pergeseran SMTP dan SMTA Umum yang lebih

rendah dibanding Universitas dan Diploma.

Tabel 3.8

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017

Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017

Maksimum SD 160.172 159.005 157.682 156.240 154.662

SLTP 56.895 56.342 55.725 55.059 54.348

SMTA Umum 73.506 75.401 77.346 79.298 81.259

SMTA Kejuruan 38.372 40.751 43.237 45.828 48.527

Diploma 14.972 16.055 17.199 18.407 19.680

Universitas 37.516 39.961 42.526 45.208 48.014

Jumlah 381.434 387.515 393.716 400.039 406.489

3.3.3. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Angkatan kerja pada tahun 2013-2017 yang berjenis kelamin

laki-laki diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih besar

dibanding dengan perempuan. Persentase angkatan kerja laki-laki

diperkirakan sebesar 7,32 persen sedangkan angkatan kerja

perempuan diperkirakan sebesar 5,29 persen. Hal ini dikarenakan

laki-laki merupakan kepala rumah tangga dan mempunyai kewajiban

untuk menafkahi keluarganya sehingga tambahan angkatan kerja

laki-laki lebih banyak. Berikut disajikan perkiraan angkatan kerja

menurut jenis kelamin.

Tabel 3.9

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017

Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017

Laki-laki 240.389 244.652 249.002 253.444 257.979

Perempuan 141.045 142.864 144.714 146.596 148.510

Jumlah 381.434 387.515 393.716 400.039 406.489

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

57

BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN

KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA 2013-2017

Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah sosial besar

yang dihadapi. Pengangguran terjadi sebagai akibat dari tidak seimbangnya

antara jumlah angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja dengan jumlah

kesempatan kerja yang tersedia.

Jumlah penganggur terbuka di Provinsi Papua Barat pada tahun

2013 – 2017 diperkirakan akan terus menurun. Pada tahun 2013 jumlah

penggangur di Provinsi Papua Barat sebanyak 23.454 orang dengan tingkat

penggangur terbuka sebesar 6,15 persen. Jumlah ini diperkirakan akan

mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2017, yakni

menjadi 12.518 dengan tingkat penggangur terbukanya mencapai 3,08

persen. merupakan salah satu prestasi yang luar biasa jika pemerintah

Provinsi Papua Barat dapat mewujudkan target ini, karena dengan

menurunnya tingkat penggangur terbuka akan berdampak terhadap

peningkatan kesejahteraan rakyat Provinsi Papua Barat.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

58

5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Penganggur terbuka menurut golongan umur diperkirakan

mengalami penurunan di semua golongan umur. Penurunan terbesar terjadi

pada golongan umur 25-29 tahun. Pada tahun 2013, jumlah penganggur

terbuka golongan umur 25-29 tahun diperkirakan sebanyak 8.001 orang

dengan TPT 11,60 persen menurun menjadi 4.767 orang dengan TPT 6,52

persen pada tahun 2017. Penganggur terbuka golongan umur 60 tahun

keatas merupakan golongan umur yang mengalami penurunan penganggur

terkecil yaitu sebanyak 108 orang selama periode tahun 2013-2017 dengan

TPT 1,28 persen pada tahun 2013 dan menurun menjadi 0,47 persen pada

tahun 2017.

Tabel 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Provinsi Papua Barat, Tahun 2012-2016 (Orang)

Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 2017

15 - 19 4.317 3.963 3.596 3.192 2.716

20 - 24 5.380 4.936 4.465 3.919 3.231

25 - 29 8.001 7.344 6.637 5.812 4.767

30 - 34 2.942 2.494 2.019 1.458 963

35 - 39 1.369 1.178 962 721 321

40 - 44 457 409 346 220 155

45 - 49 327 240 184 118 76

50 - 54 184 143 118 98 72

55 - 59 297 276 249 203 145

60 + 179 161 138 110 71

Jumlah 23.454 21.146 18.713 15.852 12.518

5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Penurunan terbesar jumlah penganggur terbuka menurut tingkat

pendidikan pada tahun 2013-2017 terdapat pada tingkat pendidikan SMTA

Umum. Pada tahun 2013 jumlah penganggur berpendidikan SMTA Umum

mencapai sebanyak 7.895 orang mengalami penurunan sebanyak 2.931

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

59

sehingga menjadi sebanyak 4.965 orang pada tahun 2017. Penurunan

jumlah penganggur yang berpendidikan universitas merupakan tertinggi

kedua yaitu mencapai 2.901 orang dengan penurunan tingkat penganggur

terbuka mencapai sebesar 9,26 persen selama periode tahun 2013-2017.

Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Papua Barat, Tahun 2012-2016 (Orang)

Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017

Maksimum SD 4.347 3.832 3.616 3.238 2.526

SLTP 2.010 1.741 1.401 943 648

SMTA Umum 7.895 7.362 6.781 6.022 4.965

SMTA Kejuruan 2.143 1.713 1.169 863 795

D1 - D3 928 794 615 445 356

Universitas 6.130 5.705 5.133 4.341 3.229

Jumlah 23.454 21.146 18.713 15.852 12.518

5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Pada tahun 2013 penganggur laki-laki diperkirakan masih cukup

besar yaitu sebanyak 13.739 orang namun pada akhir tahun 2017

diharapkan menurun sehingga menjadi sebanyak 7.167 orang. Sedangkan

untuk angka penganggur perempuan diperkirakan mencapai 9.715 orang

pada tahun 2013 dan diperkirakan menurun menjadi 5.351 orang pada

tahun 2017. Jika dibandingkan antara kedua jenis kelamin ini untuk angka

penganggur laki-laki hingga saat ini memang masih cukup besar, hal ini

karena secara tradisi laki-laki dipandang sebagai tulang punggung keluarga

sehingga masuk pasar kerja dan termasuk angkatan kerja jauh lebih banyak

daripada perempuan. Di sisi lain justru banyak perusahaan yang lebih

memilih perempuan sebagai tenaga kerjanya dikarenakan tenaga kerja

perempuan dianggap lebih menguntungkan pihak manajemen perusahaan

karena lebih telaten dan lebih mudah diatur.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

60

Tabel 5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat, Tahun 2012-2016 (Orang)

Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017

Laki-laki 13.739 12.702 10.835 9.109 7.167

Perempuan 9.715 8.445 7.879 6.743 5.351

Jumlah 23.454 21.146 18.713 15.852 12.518

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

45

BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN

KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA 2013-2017

4.1 Kondisi Ekonomi

Kinerja perekonomian Provinsi Papua Barat yang digambarkan

oleh perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

dasar harga konstan 2000, memiliki pengaruh terhadap penciptaan

kesempatan kerja.

Pada tahun 2013-2017 pertumbuhan ekonomi diperkirakan

meningkat sebesar 0,98 persen, yaitu dari 8,20 persen pada tahun 2013

meningkat menjadi 9,18 persen pada tahun 2017. Peningkatan ini

terjadi disemua sektor perekonomian, dengan adanya peningkatan ini

diharapkan akan memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat, yang

tercermin pada peningkatan pendapatan per kapita dan menurunkan

tingkat kemiskinan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

46

Tabel 4.1 Perkiraan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat

Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013-2017 (%)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pertanian 7.00 7.10 7.13 7.15 7.20

2. Pertambangan 9.00 9.40 9.45 9.50 9.60

3. Industri Pengolahan 10.00 11.00 11.05 11.10 11.20

4. Listrik, Gas dan Air 25.96 26.50 22.50 23.50 24.20

5. Bangunan 7.00 7.15 7.25 7.35 7.40

6. Perdagangan 4.96 5.02 5.32 5.62 5.92

7. Angkutan 5.06 5.16 5.20 5.26 5.35

8. Keuangan 6.69 9.20 9.25 9.28 9.10

9. Jasa Kemasyarakatan 6.50 6.55 6.65 6.70 6.85

Jumlah 8.20 8.79 8.90 9.02 9.18

Dengan kondisi ekonomi daerah yang sedemikian rupa, diharapkan

akan dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk dapat

meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Hal ini dimungkinkan dengan

kondisi perekonomian daerah tersebut, diharapkan dapat membuka

lapangan kerja baru yang akan menyerap tenaga kerja baru (penganggur)

sehingga akan menurunkan angka pengangguran hingga mencapai 3,08

persen pada tahun 2017.

Tabel 4.2 Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Lapangan Usaha, Provinsi Papua Barat

Tahun 2013-2017 (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pertanian 2,341 2,507 2,686 2,878 3,086

2. Pertambangan 1,300 1,423 1,557 1,705 1,869

3. Industri Pengolahan 5,858 6,503 7,221 8,023 8,921

4. Listrik, Gas dan Air 50 63 77 95 119

5. Bangunan 922 988 1,060 1,138 1,222

6. Perdagangan 917 963 1,014 1,071 1,135

7. Angkutan 768 808 850 895 943

8.. Keuangan 251 274 299 327 357

9. Jasa Kemasyarakatan 1,335 1,422 1,517 1,619 1,729

Jumlah 13,744 14,952 16,283 17,751 19,380

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

47

Produk domestik regional bruto diperkirakan tahun 2013 bersumber

dari Sektor Industri Pengolahan (42,63%), Sektor Pertanian (17,04%),

Sektor Jasa Kemasyarakatan (9,71%), Sektor Pertambangan dan

Penggalian (9,46%), Sektor Bangunan (6,71 %), Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran (6,67%), Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (5,59%),

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,83 %) dan Sektor

Listrik, Gas dan Air (0,36 %).

Sektor pertanian diperkirakan tetap menjadi terbesar dalam

penyediaan kesempatan kerja, hal ini disebabkan sektor ini dijadikan

sumber pendapatan utama bagi mayoritas penduduk Papua Barat. Ini

terbukti dengan adanya program pemerintah untuk menjadikan tanah Papua

khususnya provinsi Papua Barat sebagai wilayah lumbung padi. Pemerintah

terus mencetak lahan persawahan baru di beberapa daerah yang dinilai

berpotensi menjadi lumbung padi.

Sumbangan sektor pertambangan pada tahun 2013-2017

diperkirakan menduduki urutan keempat yakni sebesar 9,46 persen pada

tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,64 persen pada

tahun 2017. Sektor ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar

9,00 persen pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi sebesar

9,60 persen pada tahun 2017. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi

diperkirakan karena meningkatnya investasi dengan pembukaan kegiatan

eksplorasi pertambangan baru di provinsi Papua Barat.

Sektor industri diperkirakan sebagai penyumbang terbesar dalam

pembentukan PDRB Papua Barat, pada tahun 2013 menyumbang 42,63

persen, meningkat menjadi 46,03 persen pada tahun 2017. Sektor industri

tergolong besar pengaruhnya terhadap pembentukan PDRB, namun

penyerapan tenaga kerjanya urutan keempat setelah Sektor pertanian,

perdagangan dan jasa kemasyarakatan.

Pertumbuhan di sektor listrik, gas dan air pada tahun 2013 – 2017

diperkirakan terbesar yakni mencapai 25,96 persen dan 24,20 persen.

Namun demikian, bila dilihat menurut proporsinya sektor ini terkecil dalam

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

48

pembentukan PDRB yakni 0,36 persen pada tahun 2013 dan meningkat

menjadi 0,61 persen pada tahun 2017. Sektor listrik, gas dan air, merupakan

sektor pendukung sektor lainnya, terutama untuk kegiatan konsumsi,

industri, dan rumah tangga.

Pertumbuhan sektor bangunan dalam mendukung perekonomian

Papua Barat mampu tumbuh 7,00 persen pada tahun 2013 dan 7,15 persen

pada tahun 2014, pertumbuhan ini masih terus meningkat pada akhir tahun

2017 menjadi sebesar 7,40 persen. Perkembangan sektor bangunan

diperkirakan karena meningkatnya proyek-proyek infrastruktur baik yang

dibiayai pemerintah maupun swasta di antaranya jalan raya, pelabuhan,

jembatan, perumahan dan real estate, hotel, restoran dan ruko.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh

sebesar 4,96 persen pada tahun 2013 dan terus meningkat menjadi 5,92

persen pada tahun 2017. Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan

restoran dipengaruhi oleh aktivitas dan perkembangan daya beli

masyarakat. Salah satu faktor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan

sektor ini adalah sub sektor perhotelan, yakni dengan membaiknya tingkat

hunian, baik dilihat dari jumlah maupun lamanya menginap dari wisatawan

domestik dan wisatawan asing.

Sektor angkutan merupakan salah satu penggerak bagi

perekonomian di Papua Barat, meskipun kontribusinya selama lima tahun ke

depan diperkirakan akan menurun. Kontribusi sektor ini pada tahun 2013

diperkirakan sebesar 5,59 persen dan pada tahun 2017 diperkirakan akan

sedikit menurun menjadi sebesar 4,86 persen.

Pola pertumbuhan sektor keuangan diperkirakan meningkat dalam

periode 5 tahun kedepan, sehingga mempengaruhi kontribusinya terhadap

PDRB. Meningkatnya sektor ini dikarenakan semakin banyaknya lembaga

keuangan (Bank pemerintah, swasta dan BPR), lembaga pembiayaan

(leasing) dan pegadaian.

Sektor jasa kemasyarakatan pada tahun 2013 diperkirakan

menyumbang 9,71 persen dari total PDRB atau senilai 1.253 milyar rupiah.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

49

Sampai dengan tahun 2017 diperkirakan akan meningkat menjadi sebesar

1.729 milyar rupiah atau 8,92 persen.

4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja

Penciptaan kesempatan kerja merupakan salah satu langkah untuk

penanggulangan pengangguran. Semakin banyak kesempatan kerja yang

tercipta menyebabkan rendahnya atau berkurangnya pengangguran.

Penciptaan kesempatan kerja di berbagai sektor atau lapangan usaha

sangat diharapkan sehingga memberikan peluang kepada penduduk untuk

bekerja. Perkiraan kesempatan kerja tahun 2013-2017 merupakan perkiraan

besarnya peluang kesempatan kerja pada tahun dimaksud. Kesempatan

kerja pada tahun 2013–2017 diperkirakan akan mengalami peningkatan.

Pada tahun 2013 sebanyak 357.980 orang meningkat menjadi 393.971

orang pada tahun 2017, atau mengalami peningkatan sebanyak 35.991

orang.

4.2.1. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha

Untuk tahun 2013-2017, perkiraan kesempatan kerja menurut

lapangan usaha masih didominasi oleh 3 lapangan usaha yaitu

sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa

kemasyarakatan. Untuk sektor pertanian diperkirakan memiliki

kesempatan kerja sebanyak 165.466 orang pada tahun 2013

meningkat sebanyak 3.080 orang menjadi 168.545 orang pada tahun

2017. Sektor jasa kemasyarakatan berada pada urutan kedua

dengan 17,93 persen atau 64.201 orang pada tahun 2013 dan

71.490 orang atau 18,15 persen di tahun 2017, sektor ini memiliki

pertambahan terbesar kedua juga yaitu sebanyak 7.290 orang.

Meningkatnya sektor jasa menyebabkan sektor ini semakin terbuka

kesempatan kerjanya. Sektor yang berada pada urutan terbesar

ketiga adalah sektor perdagangan, yaitu sebanyak 58.676 orang

pada 2013 mengalami peningkatan sebanyak 4.571 orang sehingga

menjadi sebanyak 63.247 orang pada tahun 2017. Sektor ini

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

50

diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan semakin besarnya

sektor informal.

Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pertanian 165.466 166.197 166.949 167.735 168.545

2. Pertambangan 11.392 12.451 13.519 14.632 15.890

3. Industri Pengolahan 16.298 18.073 19.888 21.795 23.943

4. Listrik, Gas dan Air 368 464 568 699 868

5. Bangunan 18.435 19.535 20.663 21.905 23.193

6. Perdagangan 58.676 59.726 60.827 62.011 63.247

7. Angkutan 17.748 18.072 18.419 18.789 19.183

8.. Keuangan 5.399 5.893 6.412 7.001 7.613

9. Jasa Kemasyarakatan 64.201 65.958 67.758 69.620 71.490

Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971

4.2.2. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur

Untuk kesempatan menurut golongan umur 2013 - 2017

jumlahnya diperkirakan akan mengalami kenaikan untuk setiap

golongan umur. Untuk golongan umur 15-24 tahun, 30-34 tahun, 40-

44 tahun, dan 60 tahun ke atas jumlahnya diperkirakan mengalami

peningkatan namun untuk proporsinya diperkirakan justru mengalami

penurunan. Seperti pada golongan umur 15-19 tahun jumlah

kesempatan kerja pada tahun 2013-2017 diperkirakan meningkat

sebanyak 1.972 orang sedangkan untuk proporsinya akan

mengalami penurunan sebanyak 0,10 persen yakni dari 6,55 persen

pada tahun 2013 menurun menjadi 6,45 persen pada tahun 2017.

Pada golongan umur 25-29 merupakan golongan umur yang

mengalami pertambahan kesempatan kerja terbesar dibandingan

dengan golongan umur lainnya yaitu sebanyak 7.363 orang dengan

kenaikan proporsi sebesar 0,31 persen.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

51

Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 2017

15 - 19 23.456 23.898 24.355 24.853 25.428

20 - 24 42.757 43.659 44.595 45.608 46.769

25 - 29 61.003 62.670 64.402 66.266 68.366

30 - 34 54.848 56.042 57.279 58.618 59.908

35 - 39 49.978 51.231 52.532 53.880 55.410

40 - 44 44.307 45.139 46.000 46.937 47.828

45 - 49 29.665 30.419 31.158 31.921 32.676

50 - 54 25.655 26.309 26.961 27.622 28.304

55 - 59 12.515 12.914 13.330 13.777 14.248

60 + 13.796 14.088 14.391 14.705 15.035

Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971

4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi pada

saat ini kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas menjadi

sebuah kebutuhan. Oleh karena itu kesempatan kerja untuk tingkat

pendidikan Maksimum SD diperkirakan mengalami penurunan

sebanyak 3.689 orang selama tahun 2013-2017, pada tahun 2013

diperkirakan jumlah kesempatan kerja yang tercipta sebanyak

155.825 orang dan pada tahun 2017 sebanyak 152.137 orang. Untuk

tingkat pendidikan SMTP diperkirakan juga akan mengalami

penurunan, yaitu sebanyak 1.185 orang selama periode 5 tahun

tersebut.

Untuk perkiraan kesempatan kerja dengan jenjang pendidikan

Universitas diperkirakan akan mengalami kenaikan walaupun secara

keseluruhan jumlah kesempatan kerja yang tersedia masih sedikit

yakni sebanyak 31.386 orang pada tahun 2013 dan 44.785 orang

pada tahun 2017. Sedangkan perkiraan jumlah kesempatan kerja

yang dapat dikatakan relatif masih kecil terdapat pada jenjang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

52

pendidikan Diploma, yakni sebanyak 14.044 orang pada tahun 2013

dan 19.323 orang pada tahun 2017.

Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017

Maksimum SD 155.825 155.173 154.067 153.002 152.137

SLTP 54.885 54.602 54.325 54.116 53.700

SMTA Umum 65.610 68.040 70.565 73.276 76.295

SMTA Kejuruan 36.229 39.038 42.069 44.965 47.732

D1 - D3 14.044 15.261 16.585 17.962 19.323

Universitas 31.386 34.256 37.393 40.867 44.785

Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971

4.2.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Jumlah perkiraan kesempatan kerja menurut jenis kelamin

masih di dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi

kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 226.651

orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 24.161 orang

menjadi 250.812 orang di tahun 2017. Sedangkan perkiraan

kesempatan kerja untuk jenis kelamin perempuan juga mengalami

kenaikan sebanyak 11.830 orang, sebanyak 131.330 orang pada

tahun 2013 menjadi 143.160 orang pada tahun 2017. Perkiraan

kesempatan kerja laki-laki lebih banyak daripada perempuan

dikarenakan laki-laki sebagai tulang punggung keluarga sehingga

harus mencari nafkah.

Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017

Laki-laki 226.651 231.950 238.168 244.335 250.812

Perempuan 131.330 134.419 136.835 139.853 143.160

Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

53

4.2.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan

Utama

Status pekerjaan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua)

kategori yaitu informal dan formal. Kategori informal memiliki

presentase yang cukup besar dibandingkan dengan kategori formal.

Kesempatan kerja yang masuk dalam kategori informal adalah

mereka yang berusaha sendiri tanpa bantuan, pekerja bebas

disektor pertanian maupun pertanian serta pekerja tanpa dibayar.

Kesempatan kerja di Provinsi Papua Barat pada tahun 2013 –

2017 diperkirakan masih akan didominasi oleh sektor informal.

Proporsi sektor informal, yakni mencapai lebih dari 58 persen.

Meskipun proporsinya diperkirakan terus menurun, yakni 58,36

persen pada tahun 2013 menjadi 53,65 persen pada tahun 2017,

namun kondisi ini menunjukan bahwa pembangunan yang

dilaksanakan di Provinsi Papua Barat belum cukup mampu

menyediakan banyak kesempatan kerja di sektor formal.

Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Status Pekerjaan 2013 2014 2015 2016 2017

1. Brsh Sendiri tanpa bantuan

66.440

66.801

67.121

67.464

67.832

2. Brsh Dengan Dibantu

62.149

62.712

63.239

63.791

64.368

3. Brsh. Dengan Buruh

7.742

8.396

9.101

9.868

10.703

4. Pekerja/Buruh/karyawan

141.307

148.440

155.836

163.651

171.915

5. Pkj. Bebas di Pertanian

2.070

2.369

2.709

3.100

3.548

6. Pkj. Bebas di Non Pertanian

5.982

6.170

6.359

6.557

6.763

7. Pekerja tak dibayar

72.291

71.482

70.637

69.757

68.843

Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

54

4.2.6. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan

Perkiraan kesempatan kerja menurut jabatan utama pada

tahun 2013-2017 masih di dominasi oleh mereka yang jenis

pekerjaannya sebagai tenaga usaha pertanian. Proporsi tenaga

usaha pertanian mencapai sebesar 44,44 persen pada tahun 2013

dan pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 3,67 persen

sehingga menjadi 40,77 persen. Untuk kesempatan kerja yang

menyerap tenaga kerja terbesar kedua yaitu tenaga produksi dan

lainnya, proporsinya mengalami penurunan sebesar 0,39 persen,

yaitu dari sebesar 16,67 persen pada tahun 2013 dan menurun

menjadi 16,28 persen pada tahun 2017.

Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Jenis Pekerjaan Utama 2013 2014 2015 2016 2017

0/1. Tenaga Profesional

28.425

28.700

28.971

29.251

29.541

2. Tenaga Kepemimpinan

7.178

7.684

8.224

8.803

9.426

3. Tenaga Tata Usaha

24.607

25.455

26.325

27.231

28.176

4. Tenaga Usaha Penjualan

59.093

62.614

66.206

70.021

74.073

5. Tenaga Usaha Jasa

19.900

21.669

23.590

25.686

27.976

6. Tenaga Usaha Pertanian

159.086

159.473

159.824

160.211

160.638

7/8/9. Tenaga Produksi & lainnya

59.692

60.775

61.863

62.984

64.142

Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971

4.2.7. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja

Jam kerja menunjukkan pemakaian waktu yang digunakan

oleh tenaga kerja selama mereka bekerja. Jam kerja dibagi 2

kategori yaitu bekerja penuh (penduduk yang bekerja lebih dari 35

jam seminggu) dan setengah penganggur (penduduk yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu).

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

55

Kesempatan kerja menurut jam kerja diatas 35 jam pada

tahun 2013-2017 diperkirakan mengalami peningkatan sebanyak

30.835 orang. Peningkatan ini untuk semua jam kerja, peningkatan

terbesar terjadi pada jam kerja 35-44 jam yaitu mencapai sebanyak

12.569 orang. Proporsi kesempatan kerja untuk jam kerja 35-44 jam

sebesar 28,50 persen pada tahun 2013 dan pada tahun 2017

meningkat menjadi 29,08 persen. Peningkatan jam kerja ini

diperkirakan semakin meningkatnya produksi perusahaan yang

mengakibatkan para kerja membutuhkan waktu kerja lebih lama

dibandingkan dengan waktu kerja normal.

Tabel 4.9

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)

Jam Kerja 2013 2014 2015 2016 2017

0

7.517

7.587

7.659

7.737

7.822

1-9

4.819

4.881

4.943

5.011

5.084

10-14

9.005

9.086

9.168

9.259

9.357

15-24

39.553

39.787

40.023

40.293

40.598

25-34

60.732

61.476

62.230

63.044

63.921

35-44

102.007

104.949

107.978

111.182

114.576

45-59

86.285

88.528

90.830

93.266

95.847

≥ 60

48.062

50.074

52.170

54.397

56.767

Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971

4.3. Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses

pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan nasional maupun

pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara meningkatkan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

56

keefektivitasan dan mutu tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja terbesar

selama tahun 2013-2017 diperkirakan terdapat disektor industri pengolahan.

Selama periode tersebut produktivitas di sektor tersebut cenderung menurun

yakni dari 359,46 juta rupiah/tenaga kerja pada tahun 2013 meningkat pada

tahun 2017 menjadi 372,61 juta rupiah/tenaga kerja. Sektor lain yang cukup

tinggi dalam produktivitasnya adalah sektor listrik, gas dan air yakni 135,64

juta rupiah/tenaga kerja pada tahun 2013, mengalami peningkatan menjadi

136,64 juta rupiah/tenaga kerja pada tahun 2017.

Tabel 4.10 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Juta Rp./Tenaga Kerja)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pertanian 14.15 15.09 16.09 17.16 18.31

2. Pertambangan 114.15 114.25 115.17 116.52 117.59

3. Industri Pengolahan 359.46 359.80 363.09 368.09 372.61

4. Listrik, Gas dan Air 135.64 135.89 136.15 136.51 136.64

5. Bangunan 50.04 50.60 51.30 51.95 52.70

6. Perdagangan 15.63 16.12 16.67 17.28 17.94

7. Angkutan 43.30 44.71 46.15 47.63 49.14

8.. Keuangan 46.49 46.51 46.70 46.74 46.89

9. Jasa Kemasyarakatan 20.79 21.56 22.39 23.25 24.19

Jumlah 38.39 40.81 43.42 46.20 49.19

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

61

BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI

DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

Sejak ditetapkannya otonomi khusus, Provinsi Papua Barat dan

rakyat Papua Barat memiliki kewenangan yang lebih luas untuk mengatur

dan mengurus sendiri serta tanggung jawab yang lebih besar untuk

menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur kekayaan alam untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Papua Barat. Papua Barat sebagai

salah satu provinsi yang baru terbentuk serta berkembang memiliki 8

kabupaten dan 1 kota, tentunya memiliki masalah terutama yang berkaitan

dengan ketertinggalan dan keterisolasian. Pengembangan wilayah Papua

Barat juga memiliki tantangan yang lebih sulit jika dibandingkan dengan

wilayah lain. Tantangan terbesar adalah memberikan perhatian yang sama

terhadap seluruh wilayah pesisir, wilayah pegunungan, dan wilayah dataran,

serta sekaligus membangun keterkaitan antarwilayah dalam satu kesatuan

ruang wilayah.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dan

tantangan tersebut tidak hanya berupa wilayah akan tetapi juga dengan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

62

masyarakat didalamnya. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh

pemerintah provinsi adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang

layak. Tantangan tersebut mencakup dua hal sekaligus, yaitu penciptaan

lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja yang belum bekerja dan

peningkatan produktivitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja.

Kompleksnya permasalahan ketenagakerjaan perlu mendapatkan

perhatian dari pemerintah untuk mengatasinya. Pengambilan suatu

kebijakan yang tepat akan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi,

untuk itu peran pemerintah sangatlah besar terhadap terwujudnya

masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, tidak tepat jika ada anggapan

bahwa pembinaan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan dapat

dilakukan dengan mengandalkan suatu kebijakan tunggal. Demikian juga

halnya dengan aspek kelembagaan fungsional yang terlibat dalam bidang

ketenagakerjaan, adalah suatu hal yang tidak mungkin apabila tanggung

jawabnya hanya diletakkan pada satu atau beberapa instansi saja.

Pembinaan ketenagakerjaan juga harus dilakukan mulai dari hulu hingga

hilir.

Sehubungan dengan itu, maka kebijakan komprehensif yang

dibutuhkan adalah kebijakan berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja,

pembinaan angkatan kerja dan peningkatan perlindungan dan

kesejahteraan pekerja. Secara lebih rinci, uraian kebijakan tersebut adalah

sebagai berikut :

6.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian

Pembangunan ekonomi diarahkan untuk membawa rakyat pada

peningkatan kesejahteraan yang lebih baik, dan hal ini bukanlah merupakan

suatu pekerjaan yang mudah. Pembangunan ekonomi adalah salah satu

pilar penting untuk mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat (Harmadi,

2007). Ekonomi sendiri bicara mengenai 3 konsep penting yang saling

terkait, yaitu keterbatasan sumber daya, pilihan, dan pengambilan

keputusan ekonomi, yang dapat menghantarkan kita pada tercapainya

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

63

kesejahteraan rakyat yang optimal. Seperti kita ketahui pembangunan

menjadikan rakyat sebagai subjek sekaligus juga sebagai objek dari

pembangunan itu sendiri. Pembangunan tidak akan ada artinya tanpa rakyat

karena tidak mungkin dilaksanakan tanpa rakyat. Di samping itu

pembangunan memang ditujukan untuk rakyat.

Hasil perkiraan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (RTKP) Tahun

2013-2017 memberikan nuansa yang optimis. Hal ini disebabkan

perekonomian Papua Barat pada lima tahun mendatang diperkirakan

mampu tumbuh sebesar 6,35 – 8,51 persen. Pertumbuhan ekonomi yang

positif tersebut juga diperkirakan akan mendorong penciptaan kesempatan

kerja, sehingga jumlah kesempatan kerja pada rentang tahun 2013-2017

diperkirakan akan bertambah sebanyak 35,99 ribu orang menjadi 393.971

orang. Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini juga berdampak positif

terhadap tingkat dan jumlah penganggur terbuka. Pada tahun 2013, Tingkat

Penganggur Terbuka (TPT) diperkirakan menurun menjadi 6,15 persen atau

sebanyak 23.454 orang. Pada tahun 2017, Tingkat Penganggur Terbuka

(TPT) diperkirakan menurun menjadi 3,08 persen atau sebanyak 12.518

orang.

Kondisi perekonomian Papua Barat pada 2013-2017 diperkirakan

masih tumbuh cukup tinggi dan berada pada kisaran 6% - 8%. Komponen

pembentuknya antara lain, optimisme akan kenaikan penghasilan pada lima

tahun yang akan datang, optimisme akan tersedianya lapangan kerja

tambahan pada lima tahun yang akan datang serta optimisme akan kondisi

ekonomi yang membaik.

Secara sektoral, kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan

masih akan tumbuh cukup tinggi. Kinerja sektor industri pengolahan pada

lima tahun mendatang antara lain dipengaruhi oleh pengembangan gugus

(cluster) industri pengolahan berbasis sumber daya alam yang akan

dilakukan dengan strategi mengembangkan Sorong sebagai pusat industri

pengolahan berbasis sumber daya alam yang melayani sentra-sentra

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

64

produksi di sekitarnya, serta mengembangkan produk/industri unggulan

wilayah dan kerja sama antardaerah.

Lebih lanjut, sektor keuangan dan jasa kemasyarakatan juga

diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi seiring dengan semakin

meningkatnya pembangunan di Papua Barat. Pada sisi penggunaan

pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada 2013-2017 diperkirakan akan

didorong oleh permintaan dalam negeri/domestik terutama konsumsi baik

konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Peningkatan Konsumsi rumah

tangga didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat yang diperkirakan

akan terus meningkat dan konsumsi pemerintah meningkat seiring dengan

makin bertambahnya anggaran setiap tahunnya. Sementara itu, investasi

pada 2013-2017 juga diperkirakan akan tumbuh baik yang bersumber dari

sektor swasta untuk konstruksi dan pertambangan dengan semakin

kondusifnya iklim investasi di Papua Barat.

Kedepan, stabilitas makroekonomi harus diikuti secara linear dengan

peningkatan investasi sektor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak lagi

mengandalkan kekuatan konsumsi, melainkan investasi. Sektor ekonomi

potensial padat pekerja harus didorong maju. Untuk itu, perbaikan iklim

usaha harus diperbaiki agar dapat menarik investasi domestik dan asing.

Selain itu, kebijakan ekonomi juga harus diarahkan kepada ekonomi pasar

yang berporos kepada pengembangan usaha berskala kecil dan menengah

yang produktif. Jadi, selain melalui pengembangan sumberdaya manusia

terus-menerus, perluasan lapangan kerja dengan kebijakan daerah harus

dilakukan melalui jembatan investasi.

Berikut adalah langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh

Pemerintah dalam upayanya untuk menciptakan dan memperluas

kesempatan kerja melalui kebijakan makro ekonomi:

1. Pemerintah secara aktif menyusun kebijakan makroekonomi

yang ditujukan untuk mencari sumber-sumber pertumbuhan

ekonomi baru menggunakan jalur investasi, teknologi serta

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

65

perdagangan (ekspor-impor) dengan mendorong

berkembangnya sektor swasta.

2. Membangun dan memperluas jaringan infrastruktur wilayah

Papua Barat guna membuka isolasi wilayah serta pelayanan

sampai ke kampung serta menghubungkannya dengan pusat

kegiatan ekonomi.

3. Membangun dan memperkuat ekonomi kerakyatan serta

mengembangkan usaha kecil dan menengah di Papua Barat 4. Membangun dan menyebarkan Pusat Pertumbuhan di Papua

Barat guna menciptakan keseimbangan antar wilayah 5. Mengembangkan perekonomian wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil.

6. Mengembangkan kegiatan ekonomi yang bersifat moderen yang

terkait dengan ekonomi rakyat, usaha kecil dan menengah

dengan memperhatikan aspek lingkungan dan daya dukung

sumberdaya alam.

7. Meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara

kawasan andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan

kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan;

8. Membangun kemitraan antar wilayah (kabupaten/kota) guna

mendukung terlaksananya pemerataan dan penyebaran

pertumbuhan.

9. Menghapus hambatan investasi, khususnya dalam hal perijinan,

keamanan dan kepastian hukum (legal certainty). Berbagai

upaya yang bisa dilakukan diantaranya :

a. Pengurangan biaya dalam kaitan pendirian badan usaha.

b. Pengurangan biaya yang terkait dengan pengenaan pajak

dan masalah administrasi perpajakan.

c. Akselerasi reformasi dalam bidang legal guna

mempengaruhi persepsi investor secara positif.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

66

d. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan

property rights karena ketidakpastian dalam hal property

rights (misalnya, ketidakpastian kepemilikan dan

peruntukan tanah) akan sangat menghambat penciptaan

iklim investasi.

e. Pemeliharaan dan penambahan sarana dan prasarana

(infrastruktur) serta meningkatknya kondisi keamanan dan

pengawasan kawasan perbatasan antara Papua Barat dan

Papua Nugini.

f. Memperbaiki berbagai Peraturan Daerah (Perda).

10. Memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Papua Barat melalui

pengembangan sektor-sektor unggulan yang berbasis sumber

daya setempat dan meningkatkan keterkaitan antar pusat

pertumbuhan wilayah;

11. Meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara

kawasan andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan

kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan;

12. Membuka akses terhadap sumber dinamika pertumbuhan

internal UKM itu sendiri, seperti pembiayaan dan kredit, akses

pasar, teknologi dan perbaikan manajemen.

13. Menampung berbagai kegiatan ekonomi, memperluas lapangan

kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan

usaha melalui pengembangan kawasan dan pusat pertumbuhan;

Harapan serta target pembangunan ekonomi dan pembangunan

ketenagakerjaan yang optimistis dalam RTKP Tahun 2013-2017 ini dapat

tercapai jika didukung oleh kuatnya serta kondusifnya kondisi perekonomian

domestik dan eksternal, termasuk juga didalamnya keberhasilan

implementasi kebijakan Pemerintah dalam jangka pendek, khususnya dalam

penanganan dampak krisis. Jika implementasi kebijakan pemerintah

dimaksud berhasil, maka hal ini akan menjadi pijakan yang kuat sebagai

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

67

penopang dan penentu implementasi kebijakan pemerintah lainnya yang

berspektrum jangka panjang guna mendorong pertumbuhan ekonomi ke

arah yang lebih baik. Konsistensi antara kebijakan fiskal dan moneter juga

harus terus dijaga agar menumbuhkan ekspektasi pelaku ekonomi yang

positif, yang pada akhirnya dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

6.2 Rekomendasi Kebijakan Umum

Perencanaan Tenaga Kerja pada kenyataannya terkait dengan

berbagai segi kehidupan penduduk suatu negara dan hanya dapat

diimplementasikan melalui berbagai jenis kebijakan. Segala upaya yang

dilakukan secara sadar dan terintegrasi untuk menyusun perencanaan

tenaga kerja itulah yang pada akhirnya menentukan hasil akhir yang menjadi

tujuan pembangunan nasional.

Sebagaimana diungkapkan di depan permasalahan ketenagakerjaan

sangat banyak dan kompleks. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

diantaranya melalui kebijakan umum sebagaimana tercantum dalam

Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat

Tahun 2011-2014 melalui kebijakan di bidang pendidikan, yaitu (1)

pendidikan dasar dan menengah gratis. (2) peningkatan pendidikan dasar

dan menengah berpola asrama. (3) mendirikan sekolah unggulan. (4)

pendirian sekolah menengah kejuruan. (5) pengadaan tenaga guru kontrak.

(6) meningkatkan kualitas kepala sekolah melalui pendidikan dan pelatihan,

studi lanjut dalam negeri dan luar negeri serta pemagangan di luar Papua.

(7) pendirian Sekolah Pendidikan Keguruan. (8) meningkatkan kualitas PTN

melalui kerjasama dengan PTN unggul di luar Papua. (9) meningkatkan

kualitas perguruan tinggi swasta di Papua Barat. Sedangkan untuk

kebijakan di bidang kesehatan dengan peningkatan akses dan kualitas

pelayanan kesehatan, dan strategi yang dapat dilakukan diantaranya :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita

2. Memperbaiki status gizi masyarakat

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

68

3. Meningkatkan pengendalian penyakit menular dan tidak menular

serta penyehatan lingkungan

4. Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia kesehatan

5. Sosialisasi Keluarga Berencana (KB) yang saat ini gencar

dilakukan ditujukan untuk menyadarkan kaum perempuan agar

menunda memiliki anak.

Kebijakan pendidikan dan kesehatan bertujuan bagi peningkatan

kualitas tenaga kerja tersedia. Hal ini terutama dari segi pendidikannya.

Tersedianya penduduk usia kerja yang terdidik dan terampil merupakan

dasar dari perencanaan tenaga kerja karena dengan demikian pada

umumnya akan terbuka ketersediaan peluasan dan peluang pasar kerja

yang lebih besar dan berkualitas pula. Tenaga kerja seperti itu otomatis

akan dicari oleh berbagai pelaku usaha. Tergantung pada individu yang

bersangkutan apakah akan mengembangkan diri sebagai pribadi mandiri

dengan usaha sendiri (sebagai usahawan) atau melibatkan diri pada usaha

yang telah terorganisasi sebagai tenaga kerja yang sangat diperlukan bagi

terlaksananya suatu proses produksi.

Proses pendidikan harus dipandang sebagai investasi karena jika

berhasil diwujudkan akan menghasilkan nilai tambah yang berbentuk

keuntungan pribadi (private benefit) dan keuntungan sosial (social benefit).

Dengan keuntungan pribadi memungkinkan seseorang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya secara bermartabat, antara lain dengan memiliki

pekerjaan yang layak dan hidup sehat lahir maupun batin. Sedangkan

keuntungan sosial berwujud nilai tambah yang ditujukan dengan dimilikinya

produktivitas berkarya untuk mewujudkan kesejahteraan lingkungan

sosialnya.

Kebijakan dibidang kesehatan merupakan faktor pendukung

peningkatan sumber daya manusia tersebut. Kesehatan merupakan modal

awal dan sekaligus merupakan indikator tingkat kesejahteraan suatu

masyarakat. Dari sisi pembangunan regional, generasi yang sehat dan

sejahtera merupakan tujuan pembangunan daerah sementara dari sisi

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

69

perencanaan tenaga kerja tingkat kesehatan digunakan sebagai batasan

perlindungan tenaga kerja dan tingkat kesehatan. Dengan demikian segala

upaya perlu dilakukan dalam penciptaan tenaga kerja yang berkualitas

dalam hal kesehatan, pendidikan dan peningkatan keterampilan tenaga

kerja.

6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan Kerja

Pada hakekatnya, semua kegiatan ekonomi baik berskala besar,

menengah maupun kecil, formal dan informal mempunyai identitas sektoral.

Setiap sektor atau sub sektor mempunyai instansi pembina, baik ditingkat

Pusat maupun tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota. Dengan demikian

maka kebijakan sektoral menjadi ujung tombak dalam penciptaan

kesempatan kerja. Oleh karena itu, kebijakan sektoral diarahkan pada

pengembangan aktivitas produksi dilingkupnya sedapat mungkin

berorientasi pada perluasan lapangan kerja.

Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektoral sangat

ditentukan oleh kebijakan-kebijakan moneter, fiskal, investasi, sektoral,

pendidikan dan penggunaan teknologi. Instansi teknis dan lembaga

pendukung kegiatan teknis perlu melakukan koordinasi dan aktivitas

pengembangan masing-masing lapangan usaha. Dengan demikian

tanggung jawab setiap instansi melalui kegiatan teknisnya dapat berperan

serta dalam menciptakan kesempatan kerja yang berkelanjutan.

6.6.1 Sektor Pertanian

Lapangan usaha pertanian masih merupakan sektor

primadona dalam penyerapan lapangan pekerjaan, walaupun

kalangan muda kurang berminat. Berbagai kebijakan perlu dilakukan

guna meningkatkan sektor pertanian agar dapat menciptakan

kesempatan kerja dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang

bekerja di dalamnya. Kebijakan yang dilakukan antara lain :

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

70

1. Pembangunan infrastruktur dalam pengertian luas meliputi enam

bidang : pendidikan, teknologi, finansial, infrastruktur komunikasi

dan transportasi, perlindungan sumber daya alam dan

lingkungan, dan infrastruktur sosial (social safety net). Dengan

demikian petani memperoleh kesempatan yang sama dalam hal

meningkatkan keterampilan, memperoleh kredit, akses terhadap

sarana produksi dan informasi.

2. Peningkatan kualitas petani dan produktivitas pertanian,

perikanan dan kehutanan.

3. Peningkatan kualitas dan produktivitas peternakan

4. Peningkatan kualitas dan produktivitas pertambangan dan energi

5. meningkatkan produksi perkebunan dan hasil hutan untuk

membuka peluang ekspor melalui program pola kemitraan

6. memperbaiki sistem penyuluhan, infrastruktur pertanian dan

kebijakan ekspor-impor

7. Melakukan konservasi penggunaan lahan dan hutan produksi

8. Mengundang investasi dan pengembangan transmigrasi untuk

secara bertahap mengatasi kekurangan sumber daya manusia

yang berkualitas

6.6.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan di Papua Barat diperkirakan akan

menyerap tenaga kerja cukup besar. Lapangan usaha ini untuk ke

depan memiliki proporsi yang makin meningkat karena mengingat

Provinsi Papua Barat masih banyak memiliki potensi pertambangan

dan penggalian yang belum dieksplorasi. Tetapi perlu diperhatikan,

sektor ini merupakan sektor yang membutuhkan waktu yang cukup

lama untuk memperbaharui sumber atau bahannya (unrenewable

resources).

Beberapa strategi dalam meningkatkan penyerapan tenaga

kerja antara lain:

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

71

1. Substitusi tenaga kerja asing dengan tenaga kerja lokal.

2. Meningkatkan SDM tenaga kerja lokal di sektor pertambangan

dan kehutanan

6.6.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan memperlihatkan gejala yang

menggembirakan. Di tahun-tahun mendatang, sektor ini

memperlihatkan peningkatan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal

ini bisa terjadi dikarenakan salah satunya dengan berdirinya LNG

Tangguh di Provinsi Papua Barat sehingga dalam lima tahun

mendatang diperkirakan sektor ini akan tumbuh pesat. Selain itu

terdapatnya pengembangan gugus (cluster) industri pengolahan

berbasis sumber daya alam yang akan dilakukan dengan strategi

mengembangkan beberapa daerah seperti Sorong. Sedangkan

menurut road map pengembangan industri unggulan Provinsi Papua

Barat ada dua industri yang merupakan industry unggulan yaitu

industri pengolahan laut dan industri pengolahan kayu. Faktor utama

yang menentukan daya saing industri, yaitu : (1) standar dan sistem

mutu; (2) sistem inovasi nasional; (3) manajemen ilmu pengetahuan.

Hal ini bisa diadaptasi secara lokal untuk sebuah provinsi, seperti

Papua Barat, sehingga dapat diberikan rekomendasi berikut untuk

peningkatan Sektor Industri ini :

1. Pemberian fasilitasi kepada industri yang melakukan

pengembangan teknologi.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana industri pengolahan hasil

laut termasuk memfungsikan cold storage

3. Memperluas jaringan pasar dan meningkatkan promosi

4. Meningkatkan kualitas dan keterampilan SDM

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

72

6.6.4 Sektor Listrik, Gas & Air Bersih

Sektor ini merupakan yang paling rendah dalam menyerap

kesempatan kerja. Walaupun penyerapan dalam sektor ini tidaklah

besar, akan tetapi peranan maupun keberadaannya sangatlah

penting dan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya seperti

sektor industri, bangunan, perdagangan dan kesejahteraan

masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan yang

perlu ditempuh sektor ini harus disesuaikan dengan sektor dan

bidang yang terkait seperti pembangunan pembangkit berbasis

batubara, gas dan air dengan memanfaatkan alam yang terdapat di

Papua Barat antara lain :

1. Pengembangan jaringan listrik untuk desa-desa yang belum

mendapatkan penerangan dengan pengembangan teknologi

sederhana dan tepat guna.

2. Pembangunan infrastruktur gas bumi (jaringan pipa dan

penyimpanan) untuk memanfaatkan lapangan gas Tangguh.

3. Penyediaan air bersih akan menjadi sektor yang berkembang

seiring dengan menurunnya kualitas dan volume air tanah,

pengembangan teknologi dalam penciptaan air bersih akan

membuat penyerapan tenaga kerja menjadi lebih besar.

4. Mengupayakan pemanfaatan sumberdaya hidro yang tersedia di

daerah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

5. Pemanfaatan energi pasang surut sebagai alternatif penyediaan

energi listrik di daerah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil.

6. Mengupayakan adanya pembangkit energi listrik alternatif

(tenaga surya) pada daerah potensial untuk pengembangan

investasi.

7. Mengembangkan pola kemitraan antara dunia usaha dan

pemerintah daerah untuk membangun instalasi air bersih

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

73

8. Mencari sumberdaya air baru yang memiliki potensi untuk

diinvestasikan sebagai sumber air minum dan air bersih untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

9. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air yang sudah ada

6.6.5 Sektor Bangunan

Berkembangnya suatu wilayah dapat ditandai dengan

majunya pembangunan infrastruktur. Secara umum program yang

tercakup dalam sektor ini meliputi pengembangan infrastruktur

publik, pembangunan perkantoran, perumahan termasuk juga real

estate. Tumbuhnya sektor ini diharapkan akan membuat dampak

terhadap penciptaan dan perluasan kesempatan kerja karena sektor

konstruksi umumnya merupakan program padat karya. Sehubungan

dengan itu, maka kebijakan yang dapat diterapkan adalah tetap

meningkatkan aktivitasnya dengan mempertahankan prinsip efisiensi

dan produktivitas usaha. Sehubungan dengan itu maka kebijakan

yang dapat diambil untuk sektor ini adalah :

a. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perumahan dan

pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

b. Meningkatkan daya dukung struktur dan kapasitas jalan akses

menuju pusat-pusat produksi dan pemasaran.

c. Menerbitkan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) dan penyediaan

sistem informasi jasa konstruksi yang terkoneksi secara nasional.

6.6.6 Sektor Perdangan, Hotel dan Restoran

Pembangunan perdagangan merupakan salah satu kegiatan

bidang ekonomi yang mempunyai peran strategis dalam upaya

mempercepat pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan,

penciptaan lapangan usaha. Dengan kata lain aktivitas perdagangan

sangat berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

74

mempunyai multiplier effect yang ditimbulkan sangat besar.

Beberapa kebijakan yang dapat diberlakukan antara lain :

a. Penciptaan iklim usaha dan penyediaan tempat usaha serta

bantuan kredit lunak.

b. Merevitalisasi pasar-pasar tradisional agar mampu bersaing

dengan pasar modern.

6.6.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan

positif,yang mana hal ini tidak terlepas dari fungsinya mengantar kan

barang dan orang. Semakin besar barang yang dihasilkan oleh

sektor pertanian, pertambangan dan industri pengolahan serta

bangunan, maka semakin besar pula mobilitas distribusi barang.

Yang lebih mangesankan adalah pertumbuhan subsektor komunikasi

(meliputi telepon seluler, bisnis internet, Media cetak dan elektronik,

dan kantor pos). Berkembangnya sektor pariwisata dapat

menyebabkan berkembangnya sektor ini dikarenakan perlunya

sarana dan prasana pendukung guna memajukan sektor tersebut.

Kebijakan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada

sektor ini diantaranya berkaitan dengan :

a. Perluasan jangkauan pelayanan pos dan telekomunikasi hingga

ke daerah terpencil.

b. Meningkatkan peran swasta/masyarakat sebagai mitra usaha di

bidang pos dan telekomunikasi dalam iklim persaingan investasi

yang kondusif.

c. Memberikan kemudahan kepada pihak investor untuk

berinvestasi dibidang telekomunikasi

d. Memperbanyak stasiun-stasiun pembantu pada daerah sektor

ekonomi dasar.

e. Memberikan kemudahan kepada pihak pengguna telekomunikasi

(masyarakat) dalam mendapatkan pelayanan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

75

6.6.8 Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangungan, Jasa

Persewaan dan Jasa Perusahaan

Peran sektor ini dalam perekonomian memiliki fungsi yang

strategis. Walaupun konstribusinya masih sangat kecil dalam

memberikan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Apabila

terganggunya fungsi lembaga keuangan (Bank, Asuransi, Koperasi,

Pasar Modal, Dana Pensiun, Leasing) akan memberikan dampak

buruk terhadap sektor lain. Untuk itu kebijakan yang diterapkan

dalam sektor ini akan sangat membantu terhadap pertumbuhan

sektor-sektor lainnya seperti sektor barang. Berikut adalah beberapa

kebijakan yang dapat ditempuh :

a. Mendorong lembaga untuk mendanai usaha-usaha yang

dijalankan dengan prinsip padat karya.

b. Pembinaan dan penyediaan sumber daya manusia, guna

memenuhi kebutuhan bidang keuangan secara berkelanjutan.

6.6.9 Sektor Pemerintah, Pertahanan & Jasa &

Kemasyarakatan

Berkembangnya sektor-sektor yang ada menuntut munculnya

tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus. Dan hal ini yang

menjadikan nilai tambah bagi seorang tenaga kerja. Demikian pula

dengan sektor ini, dimana cakupan yang sangat luas sehingga

memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak. Cakupan

dari lapangan usaha atau sektor ini adalah jasa pemerintahan umum

dan pertahanan, jasa kemasyarakatan pemerintahan dan swasta

serta jasa perseorangan. Kesempatan kerja yang ada untuk tahun-

tahun mendatang cukup besar, dan hal ini diharapkan akan terus

bertambah besar. Mempersiapkan para tenaga kerja yang kompeten

diharapkan akan membuat tenaga kerja yang berada pada sektor ini

bertambah. Untuk pengembangan sektor jasa diperlukan kebijakan

antara lain :

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

76

a. Optimalisasi peran subsektor swasta dalam pengembangan

ekonomi Papua Barat.

b. Memperbanyak lembaga pedampingan berbasis pada lembaga

kemasyarakatan (NGO) sebagai upaya memperkuat kapasitas

masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan

maupun pada aspek social politik. Tumbuhnya lembaga

pendamping ini akan menjadi salah satu penyerap calon tenaga

kerja

c. Membangun link and match dengan perguruan tinggi dalam

upaya meningkatkan kesesuaian skill yang diperlukan dengan

skill yang didesain oleh perguruan tinggi yang berdampak pada

serapan tenaga kerja dari tamatan perguruan tinggi.

6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja

Kebijakan pelatihan tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan, keahlian, dan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas.

Peningkatan kualitas tenaga kerja dilakukan melalui pendidikan formal,

pelatihan kerja, dan pengembangan di tempat kerja sebagai satu kesatuan

sistem pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu. Pelatihan

kerja akan semakin penting peranannya dalam peningkatan kualitas tenaga

kerja dalam mengantisipasi perubahan teknologi dan persyaratan kerja.

Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja menurut status pekerjaan

utama, bahwa sebagai prioritas yang perlu kita lakukan pelatihan adalah

mereka-mereka yang akan berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu dan

pekerja atau buruh dan berpendidikan maksimum SMTA Umum. Sementara

berusaha dengan buruh (pengusaha) tidak perlu diberikan pelatihan, karena

untuk menjadi seorang pengusaha sebagian melalui usaha sendiri atau

usaha dibantu dan apabila langsung menjadi pengusaha kemungkinan

besar sudah belajar dari keluarganya. Sedangkan mereka yang akan

bekerja dengan status pekerja bebas dan pekerja keluarga tidak perlu kita

lakukan pelatihan. Selain itu mereka-mereka yang berpendidikan SMTA

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

77

Kejuruan diperkirakan sewaktu sekolah sudah mendapat pengetahuan

praktek sesuai dengan bidangnya dinilai sudah cukup, sedangkan yang

berpendidikan diploma dan universitas rata-rata memiliki kemampuan yang

cukup apabila ingin bekerja sebagai karyawan maupun berusaha.

Tabel. 6.1

Tambahan Kesempatan Kerja

Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan

Tahun 2013 – 2017

Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan

Jumlah Maks SD SLTP

SMTA Umum

SMTA Kejuruan

D1 - D3 Universitas

1. Brsh Sendiri tanpa bantuan (143) (46) 413 445 204 518 1.392

2. Brsh Dengan Dibantu (227) (73) 659 709 325 826 2.219

3. Brsh. Dengan Buruh (303) (98) 879 946 434 1.102 2.961

4. Pekerja/Buruh/karyawan (3.904) (1.008) 9.086 9.783 4.706 11.945 30.608

5. Pkj. Bebas di Pertanian 616 (49) 439 472 - - 1.478

6. Pkj. Bebas di Non Pertanian (80) (26) 232 250 115 291 781

7. Pekerja tak dibayar 353 114 (1.024) (1.102) (506) (1.284) (3.448)

Jumlah (3.689) (1.185) 10.684 11.503 5.279 13.399 35.991

Sumber : Data diolah

Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tahun 2013-2017, bahwa

yang perlu dilakukan pelatihan tentang :

a. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 953 orang

b. Karyawan sebanyak 8.078 ribu orang

Jumlah sasaran yang perlu dilatih selama tahun 2013-2017 adalah

sebanyak 9.031 ribu orang.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

78

Tabel 6.2

Kapasitas Lembaga Latihan dan Instruktur

Provinsi Papua Barat Tahun 2011

NO PROVINSI, KABUPATEN/KOTA KAPASITAS PELATIHAN

KONDISI INSTRUKTUR

PELATIHAN SAAT INI

1 Pusat 2.208 24

2 Kabupaten Fak-Fak - -

3 Kabupaten Kaimana - -

4 Kabupaten Teluk Wondama - -

5 Kabupaten Teluk Bintuni - -

6 Kabupaten Manokwari 576 2

7 Kabupaten Sorong Selatan - -

8 Kabupaten Sorong - -

9 Kabupaten Raja Ampat - -

10 Kabupaten Tambrauw - -

11 Kabupaten Maybrat - -

12 Kota Sorong - -

Jumlah 2.784 26

Dengan melihat kebutuhan latihan pada tahun 2013-2017 seperti

yang tertera pada tabel. 4.1 yang jumlahnya cukup besar, serta melihat

kapasitas lembaga latihan yang masih sedikit dibandingkan dengan jumlah

tenaga kerja yang harus dilatih, maka target kebutuhan latihan tersebut

semestinya terus ditingkatkan selama lima tahun mendatang. Peningkatan

jumlah peserta dan kapasitas lembaga latihan mengandung konsekuensi

terhadap peningkatan anggaran maupun instruktur.

Untuk mengurangi jumlah tenaga kerja yang harus dilatih maka

diperlukan penambahan jumlah SMK di masing-masing kabupaten/kota di

provinsi Papua Barat. Hal ini dimaksudkan agar siswa lulusan SMTP

diarahkan untuk melanjutkan ke SMK sehingga semakin banyak lulusan

terampil yang siap masuk ke pasar kerja.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

79

Berikut akan diuraikan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan

pelatihan yang difokuskan kepada kewirausahaan dan untuk menjadi

pekerja/buruh/karyawan.

6.4.1 Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan Utama

6.4.1.1 Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan dan Berusaha

dengan Dibantu.

Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja berdasar

Tabel. 4.1 terdapat 953 orang pada tahun 2013-2017 yang perlu

mendapatkan pelatihan dengan fokus kewirausahaan. Dengan

banyaknya tenaga kerja yang perlu dilatih maka dibutuhkan pula

biaya besar yang harus dikeluarkan. Selain itu, jumlah lembaga

pelatihan, instruktur, serta daya tampung lembaga pelatihan itu

sendiri perlu ditambah mengingat besarnya tenaga kerja yang

perlu dilatih.

Program pelatihan yang potensial dikembangkan untuk

kelompok berusaha sendiri tanpa bantuan dan dibantu

diantaranya :

1. Pelatihan cara bercocok tanam yang lebih efisien

2. Pelatihan budidaya perikanan dan peternakan

3. Pelatihan penggunaan alat-alat mesin pertanian

4. Pelatihan tata boga

5. Pelatihan kerajinan tangan

6. Pelatihan pertukangan

7. Pelatihan meubel

8. Pelatihan elektronika

9. Pelatihan otomotif

6.4.1.2 Pekerja/buruh/karyawan

Berdasarkan pada perkiraan tambahan kesempatan

kerja seperti pada tabel 4.1 diperkirakan akan terdapat

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

80

tambahan sebanyak 8.078 orang pada tahun 2013-2017 yang

perlu dilatih untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan. Jumlah

tersebut adalah mereka yang berpendidikan SMTA kebawah.

Prioritas pelatihan yang bisa dikembangkan bagi mereka

yang akan menjadi pekerja/buruh/karyawan diantaranya :

1. Pelatihan otomotif

2. Pelatihan teknologi mekanik

3. Pelatihan elektronika

4. Pelatihan komputer, sekretaris

5. Pelatihan operator mesin

6. Pelatihan pembukuan/akuntansi

7. Pelatihan perhotelan, dan lain-lain.

6.4.2 Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Selain prioritas pelatihan tersebut diatas, pelatihan yang perlu

dilakukan juga bisa didasarkan pada jenis pekerjaan yang akan

dimasuki pencari kerja. Dari beberapa jenis jabatan yang ada, dapat

kita bedakan jenis pelatihan prioritasnya agar pelatihannya lebih

terarah dan keluarannya dapat diserap pasar kerja.

a. Pertanian

Di sektor pertanian, ada beberapa jenis pelatihan yang bisa

dikembangkan, misalnya :

a) Pelatihan peternak unggas

b) Pelatihan operator mesin pertanian dan kehutanan

c) Pelatihan pekerja pertanian, perkebunan, dan pembibitan

d) Pelatihan petani dan nelayan

e) Pelatihan pekerja pertanian dan peternakan

b. Industri Manufaktur

Untuk sektor industri manufaktur sebisa mungkin disesuaikan

dengan potensi daerah dan jenis industri yang ada di daerah

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

81

masing-masing. Hal ini diperlukan agar jenis pelatihan yang

dilakukan sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Beberapa jenis

pelatihan yang bisa dikembangkan, diantaranya :

a) Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang gula

b) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi

c) Pelatihan penyulam

d) Pelatihan tukang kayu dan meubel

e) Pelatihan operator mesin jahit

c. Konstruksi

Di bidang konstruksi, jenis pelatihan yang masih bisa

dikembangkan diantaranya :

a) Pelatihan tukang kayu dan meubel

b) Pelatihan pembuat kerangka bangunan

c) Pelatihan teknisi teknik sipil

d. Jasa-jasa

Untuk sektor jasa, sebenarnya banyak pelatihan yang bisa

dikembangkan. Karena sektor ini memang mengharuskan memiliki

tingkat keterampilan yang tinggi. Beberapa jenis pelatihan yang bisa

dikembangkan diantaranya :

a) Pelatihan montir kendaraan

b) Pelatihan pemangkas rambut, perias, dan perawat

kecantikan

c) Pelatihan pembantu dan pembersih rumah tangga

d) Pelatihan pengemudi mobil taksi

e) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat

topi, dan lain-lain.

e. Sektor lainnya

Untuk sektor lainnya yang masih bisa dikembangkan, untuk

menambah keterampilan tenaga kerja yang akan memasuki pasar

kerja diantaranya :

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

82

a) Pelatihan operator mesin forklift

b) Pelatihan teknisi teknik mesin

c) Pelatihan teknisi teknik listrik

d) Pelatihan juru masak

e) Pelatihan operator komputer dan mesin pengolah data

f) Pelatihan pelayan restoran dan bar

g) Pelatihan perakit peralatan listrik, dan lain-lain.

Dari uraian diatas, diperlukan strategi yang dapat mendukung

terlaksananya pelatihan yang terencana dan terarah. Strategi

dimaksud antara lain :

1. Adanya perencanaan pelatihan berdasarkan pada pada

kebutuhan sektor, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan status

pekerjaan.

2. Mendayagunakan seluruh potensi lembaga pelatihan baik yang

dikelola oleh pemerintah, swasta, dan perusahaan serta

membangun BLK baru.

3. Memberikan pelatihan kepada angkatan kerja baru untuk

meningkatkan kualitasnya agar mampu mengisi kesempatan

kerja yang ada di dalam negeri maupun luar negeri.

4. Membangun link and match antara program pendidikan dan

program pelatihan dengan dunia kerja.

5. Meningkat kapasitas lembaga pelatihan dengan menambah balai

latihan kerja

6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja

Kebijakan penempatan tenaga kerja diarahkan untuk pengembangan

pasar kerja, penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri,

pengembangan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga

kerja asing. Keempat kebijakan tersebut dilaksanakan dalam rangka untuk

mengatasi permasalahan di bidang ketenagakerjaan yaitu masalah

pengangguran dan setengah pengangguran.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

83

Pendekatan yang digunakan untuk memformulasikan kebijakan

penempatan tenaga kerja dalam Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

(RTKP) Tahun 2013-2017 ini adalah dengan cara menentukan target utama

penempatan tenaga kerja berdasarkan jenis status pekerjaan dan lapangan

usaha (sektor).

Adapun ketiga jenis status pekerjaan yang menjadi target utama

penempatan tenaga kerja pada tahun 2013-2017 adalah kesempatan kerja

dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan, Berusaha Dengan Dibantu,

dan Pekerja/Buruh/Karyawan. Dasar pertimbangan penetapan kesempatan

kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan serta Berusaha

Dengan Dibantu sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun

2013-2017 adalah karena kedua jenis status pekerjaan tersebut merupakan

bentuk dari Kewirausahaan. Dengan menciptakan banyak Kewirausahaan,

maka akan mendorong terciptanya banyak kesempatan kerja baru.

Sedangkan, dasar pertimbangan penetapan kesempatan kerja dengan

status Pekerja/Buruh/Karyawan sebagai salah satu target utama

penempatan tenaga kerja pada tahun 2013-2017 adalah karena pekerjaan

ini merupakan jenis pekerjaan yang bersifat formal. Seperti kita ketahui

bersama bahwa penciptaan kesempatan kerja formal dalam jumlah yang

banyak merupakan salah satu sasaran pembangunan ketenagakerjaan

nasional. Hal ini disebabkan pekerja sektor formal merupakan pekerja yang

bekerja pada segala jenis pekerjaan yang mendapatkan perlindungan

negara, menghasilkan pendapatan yang tetap, dengan tempat kerja yang

memiliki keamanan kerja (job security), serta dengan status permanen pada

unit usaha atau lembaga yang berbadan hukum.

Kelima lapangan usaha yang menjadi sektor prioritas dan ditetapkan

sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2013-2017

adalah Sektor Industri, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor

Pertambangan dan Sektor Jasa. Sektor Industri Pengolahan dan Jasa

termasuk sektor prioritas di Papua Barat dikarenakan merupakan salah satu

fokus koridor ekonomi sehingga diharapkan kesempatan kerjanya

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

84

meningkat dalam lima tahun kedepan. Kesempatan kerja kemudian

diperkirakan menurut jenis jabatan dengan menggunakan basis 5 (lima) digit

berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Kesempatan

kerja menurut jenis jabatan ini difokuskan hanya pada kelima lapangan

usaha yang menjadi sektor prioritas, yaitu Sektor Industri, Sektor Bangunan,

Sektor Perdagangan, Sektor Pertambangan dan Sektor Jasa. Dengan

demikian, dapat diketahui jenis jabatan yang dibutuhkan pada tahun 2013-

2017, sehingga dapat diidentifikasi spesifikasi dan kualifikasi yang

dibutuhkan oleh angkatan kerja guna mengisi jabatan-jabatan tersebut.

Selanjutnya, dapat dirancang program-program pelatihan yang mengacu

kepada kebutuhan jabatan tersebut.

Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan akan terdapat tambahan

kesempatan kerja sebesar 36 ribu orang pada tahun 2013-2017 (lihat Tabel

4.1). Berdasarkan Status Pekerjaan Utama, tambahan kesempatan kerja

terbesar selama lima tahun tersebut adalah untuk Pekerja/Buruh/Karyawan.

Sedangkan, berdasarkan Lapangan Usaha Utama, tambahan kesempatan

kerja terbesar selama lima tahun tersebut adalah terdapat pada Sektor Jasa.

Tabel 6.3

Tambahan Kesempatan Kerja

Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha

Tahun 2012 - 2016 (dalam ribu)

Status Pekerjaan Lapangan Usaha

Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Brsh Sendiri tanpa bantuan 66 181 308 20 192 184 58 89 294 1.392

2. Brsh Dengan Dibantu 105 289 491 32 306 294 92 142 468 2.219

3. Brsh. Dengan Buruh 141 385 655 43 408 392 123 190 625 2.961

4. Pekerja/Buruh/karyawan 1.453 3.985 6.772 443 4.215 4.049 1.271 1.962 6.458 30.608

5. Pkj. Bebas di Pertanian 1.478

1.478

6. Pkj. Bebas di Non Pertanian

107 181 12 113 109 34 53 173 781

7. Pekerja tak dibayar (164) (449) (763) (50) (475) (456) (143) (221) (727) (3.448)

Jumlah 3.080 4.498 7.645 500 4.758 4.571 1.435 2.214 7.290 35.991

Sumber : Data diolah

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

85

Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa

Bantuan pada tahun 2013-2017 ditargetkan bertambah sebanyak 1.392

orang. Di lapangan usaha Industri, untuk status ini diperkirakan akan terjadi

kenaikan kesempatan kerja sebanyak 308 orang pada tahun 2013-2017. Di

lapangan usaha Bangunan, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak 192 orang pada tahun 2013-2017. Di lapangan usaha

Pertambangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 181 orang

pada tahun 2013-2017. Di lapangan usaha Perdagangan, untuk status ini

ditargetkan bertambah sebanyak 89 orang. Sedangkan, di lapangan usaha

Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak sebanyak 294 orang

pada tahun 2013-2017.

Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Dengan Dibantu

pada tahun 2013-2017 diperkirakan akan bertambah sebanyak 2.219 orang.

Di lapangan usaha Industri diperkirakan akan terdapat penambahan

kesempatan kerja selama 2013-2017 yakni sebesar 491 ribu orang.

Sedangkan sektor usaha lainnya diperkirakan akan terjadi penambahan

seluruhnya selama periode 2013-2017.

Untuk kesempatan kerja dengan status Pekerja/Buruh/Karyawan

pada tahun 2013-2017 ditargetkan bertambah sebanyak 31 ribu orang. Di

semua lapangan usaha mengalami kenaikan, untuk lapangan usaha Industri

Pengolahan, untuk status ini diperkirakan akan terjadi penambahan

kesempatan kerja sebanyak 6.772 orang pada tahun 2013-2017. Di

lapangan usaha Bangunan, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak 4.215 orang pada tahun 2013-2017. Di lapangan usaha

Perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 4.049 orang

pada tahun 2013-2017. Di lapangan usaha Pertambangan, untuk status ini

ditargetkan bertambah sebanyak 3.985 orang pada tahun 2013-2017.

Sedangkan, di lapangan usaha Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak sebanyak 6.458 orang pada tahun 2013-2017.

Kebijakan, strategi, dan program penempatan tenaga kerja yang

perlu dilakukan adalah:

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

86

1. Kebijakan penciptaan pasar kerja yang luwes melalui penyempurnaan

peraturan perundang-undangan

2. Konsolidasi program perluasan kesempatan kerja

3. Peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga

kerja indonesia di luar negeri

4. Peningkatan kualitas pusat-pusat pelayanan informasi ketenagakerjaan

5. Peningkatan konsolidasi program-program perluasan kesempatan kerja

6. Kebijakan pendukung lainnya

a. Pengembangan pusat-pusat informasi ketenagakerjaan;

b. Pengembangan kualitas dan sistem informasi pasar kerja, bursa

kerja dan sistem perluasan kesempatan kerja;

c. Penyusunan perencanaan tenaga kerja sebagai acuan dalam

penyusunan kebijakan, strategi, dan program yang ramah

ketenagakerjaan.

6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja

Dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan, tenaga kerja

merupakan pelaku utama sekaligus tujuan pembangunan ketenagakerjaan.

Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional ini semakin

meningkat begitu pula dengan berbagai tantangan dan risiko yang

dihadapinya. Untuk itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan,

pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada gilirannya

akan dapat meningkatkan produktivitas.

Selain itu kebijakan perlindungan tenaga kerja ditujukan untuk

menciptakan suasana hubungan kerja yang harmonis melalui peningkatan

pelaksanaan fungsi dan peranan sarana hubungan industrial bagi pelaku

proses produksi barang dan jasa. Dengan demikian kebijakan perlindungan

tenaga kerja ini berguna baik pada tenaga kerja itu sendiri maupun bagi

para pelaku usaha dan lainnya sehingga mampu menciptakan iklim usaha

yang kondusif, menimbulkan ketenangan bekerja dan berusaha,

meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja, pengusaha, dan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

87

berbagai pihak terkait. Dengan upaya ini pada akhirnya juga berpotensi

membuka berbagai peluang berusaha dan berinvestasi untuk menciptakan

perluasan kesempatan kerja baru.

6.6.1 Pengawasan Ketenagakerjaan

Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan

kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk pengawasan

ketenagakerjaan, penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan

program jaminan sosial tenaga kerja. Bentuk perlindungan ini berlaku

umum untuk seluruh kegiatan yang menyangkut upaya produksi

yang melibatkan bidang ketenagakerjaan baik formal maupun

informal, untuk kelas industri berskala besar, menengah, kecil

bahkan mikro dan perorangan atau tidak dapat diklasifikasikan

sekalipun. Hanya saja untuk proses pengukuran dan perencanaan

perlindungan yang terstruktur dan sistematis perlu adanya landasan

berupa data tempat usaha/perusahaan.

Dalam bidang ketenagakerjaan, perusahaan adalah setiap

bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik

swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh

dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Untuk itu,

berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor

ketenagakerjaan di perusahaan, sampai dengan tahun 2011 terdapat

2.798 perusahaan yang telah melapor, dimana jumlah perusahaan

terbanyak berada di Kota Sorong sebanyak 667 perusahaan disusul

oleh Kabupaten Kaimana sebanyak 548 perusahaan dan Kabupaten

Manokwari sebanyak 470 perusahaan. Sedangkan untuk pegawai

pengawas yang ada saat ini berjumlah 12 orang dengan jumlah

terbanyak berada di dinas provinsi sebanyak 4 orang dan selebihnya

tersebar di kabupaten/kota yang ada. Jika dilihat perbandingan

antara jumlah perusahaan dengan jumlah pegawai pengawas

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

88

terdapat perbandingan yang besar, apabila dirata-ratakan maka satu

orang pegawai pengawas mengawasi 19 perusahaan dalam satu

bulan dimana seharusnya jumlah perusahaan ideal yang diawasi

adalah 5 perusahaan tiap bulannya.

Tabel 6.4

Perkiraan Kebutuhan Tenaga fungsional Pengawas

NO PROVINSI,

KABUPATEN/KOTA JUMLAH

PERUSAHAAN

KONDISI PENGAWAS SAAT INI PERKIRAAN KEBUTUHAN PENGAWAS

JUMLAH PERUSAHAAN YG

DIAWASI PER BULAN PER PENGAWAS

JUMLAH KEKURANGAN

PENGAWAS JUMLAH

PERUSAHAAN YG DIAWASI

PER BULAN PER PENGAWAS

1 Provinsi - 4 - - - -

2 Kabupaten Fak-Fak 275 1 23 4 5 5

3 Kabupaten Kaimana 548 - - 9 9 5

4 Kabupaten Teluk Wondama 50 1 4 - 1 5

5 Kabupaten Teluk Bintuni 193 1 16 2 3 5

6 Kabupaten Manokwari 470 2 20 6 8 5

7 Kabupaten Sorong Selatan 224 - - 4 4 5

8 Kabupaten Sorong 293 2 12 3 5 5

9 Kabupaten Raja Ampat 31 - - 1 1 5

10 Kabupaten Tambrauw 8 - - 1 1 5

11 Kabupaten Maybrat 39 - - 1 1 5

12 Kota Sorong 667 1 56 10 11 5

Jumlah 2,798 8 29 40 48 5

Untuk kedepannya diharapkan jumlah pegawai pengawas

dapat ditambah, begitu pula untuk kabupaten/kota yang belum

memiliki pengawas untuk memilikinya agar pengawasan terhadap

perusahaan-perusahaan yang ada di kabupaten/kota tersebut dapat

berjalan maksimal.

Dalam mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas

pelaporan serta upaya sosialisasi tersebut sangat dibutuhkan

pengawas ketenagakerjaan yang memadai, sementara jumlahnya

masih sangat minim dibandingkan jumlah perusahaan maupun

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

89

jumlah tenaga kerja yang ada. Untuk itu jumlah pengawas

ketenagakerjaan harus bertambah dari yang ada sekarang 12 orang

tenaga pengawas menjadi 48 tenaga pengawas, dengan demikian

setiap pengawas ketenagakerjaan mampu mengawasi 5 perusahaan

tiap bulan.

Untuk mempercepat penambahan pengawas

ketenagakerjaan perlu dilakukan :

a. Pembiayaan bersama (sharing) antara pemerintah pusat dan

daerah. Hal ini karena bidang ketenagakerjaan merupakan

bagian dari kewenangan/urusan wajib setiap tingkat

pemerintahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan

pelayanan dasar pada masyarakat sebagaimana diatur dalam

PP Nomor 38 tahun 2007.

b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi dan teori,

praktek di kelas maupun di lapangan.

c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi.

6.6.2 Perselisihan Hubungan Industrial dan Program Jaminan

Sosial Tenaga Kerja

Perlindungan tenaga kerja tidak hanya berkaitan dengan

pengawasan norma ketenagakerjaan sebagaimana tersebut di atas

tetapi juga menyangkut penyelesaian perselisihan hubungan

industrial. Untuk penyelesaian yang bersifat antisipatif telah

diundangkan berbagai peraturan yang mengatur adanya perangkat

hubungan industrial ini yaitu minimal adanya Peraturan Perusahaan

(PP) atau lebih baik lagi jika ada Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

yang dapat menjadi acuan bersama bagi pekerja dan pemberi kerja/

pengusaha. Selain itu sebagaimana aturan yang berlaku secara

internasional perlu dibentuk Serikat Pekerja (SP) yang menjamin

kebebasan berpendapat bagi pekerja. Perangkat hubungan industrial

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

90

yang terutama adalah adanya Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit

karena diharapkan menjadi jembatan utama dalam pencarian solusi

yang menguntungkan kedua belah pihak.

Tabel. 6.5

Perangkat Hubungan Industrial

No Keterangan Tahun

2009 2010 2011

1 PP 115 146 370

2 PKB 21 32 55

3 SP/SB - - -

4 LKS 60 97 152

Sumber : Disnakertrans Provinsi Papua Barat

Jumlah perusahaan yang memiliki PP dan PKB diharapkan

terus meningkat, sehingga pada rentang tahun 2013-2017 jumlah

perusahaan yang memiliki PP diharapkan bertambah sesuai dengan

target pertahun sebanyak 1.520 perusahaan. Sedangkan jumlah

perusahaan yang memiliki PKB ditargetkan sebanyak 20

perusahaan pada tahun 2013-2017. Kebijakan yang dapat dilakukan

adalah melalui sosialisasi di perusahaan yang dihimbau segera

menyusun PP dan PKB.

Tabel. 6.6

Target Penambahan Perangkat Hubungan Industrial

No Keterangan Tahun

2013* 2014* 2015* 2016* 2017*

1 PP 100 250 150 150 150

2 PKB 4 4 4 4 4

3 SP/SB - - - - -

4 LKS 150 150 150 150 150

Dalam hal penyelesaian perselisihan hubungan industrial

langkah terbaik adalah adanya dialog antara pekerja dan pengusaha

dalam penyelesaian yang menguntungkan kedua belah pihak (win-

win solution). Untuk itu seharusnya pekerja memiliki kebebasan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

91

berpendapat yang disalurkan secara terarah dan pada jalurnya

melalui Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Dengan demikian upaya

perlindungan tetap menitikberatkan pada upaya preventif sebelum

terjadinya kasus-kasus yang harus diselesaikan secara hukum.

Untuk jumlah mediator yang dimiliki sampai saat ini adalah sebanyak

8 orang mediator. Penambahan mediator diharapkan akan

bertambah menjadi 29 orang dikarenakan kemampuan mediator

dalam menangani kasus agar semakin maksimal serta adanya

kemungkinan pegawai mediator yang memasuki usia pension. Untuk

Provinsi Papua Barat diharapkan adanya penambahan mediator

yang saat ini berjumlah 8 orang menjadi 29 orang dengan

penambahan ini diharapkan kerja mediator dalam menangani kasus

yang ada menjadi maksimal.

Tabel 6.7

Perkiraan Tambahan Kebutuhan Tenaga Mediator

NO PROVINSI,

KABUPATEN/KOTA JUMLAH

PERUSAHAAN

KONDISI MEDIATOR SAAT INI PERKIRAAN KEBUTUHAN MEDIATOR

JUMLAH

PERUSAHAAN YG DIBINA PER BULAN PER MEDIATOR

KEKURANGAN JUMLAH

MEDIATOR JUMLAH

PERUSAHAAN YG DIBINA PER BULAN PER MEDIATOR

1 Provinsi - 1 -

- -

2 Kabupaten Fak-Fak 275 1 23 2 3 8

3 Kabupaten Kaimana 548 - - 6 6 8

4 Kabupaten Teluk Wondama 50 - - 1 1 8

5 Kabupaten Teluk Bintuni 193 - - 2 2 8

6 Kabupaten Manokwari 470 2 20 3 5 8

7 Kabupaten Sorong Selatan 224 - - 2 2 8

8 Kabupaten Sorong 293 - - 3 3 8

9 Kabupaten Raja Ampat 31 - - 0 0 8

10 Kabupaten Tambrauw 8 - - 0 0 8

11 Kabupaten Maybrat 39 - - 0 0 8

12 Kota Sorong 667 4 14 3 7 8

Jumlah 2,798 7 33 22 29 8

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

92

Kerjasama yang baik antara pekerja dan pengusaha akan

menimbulkan ketenangan bekerja bagi pekerja karena yakin hak-

haknya akan dijamin sesuai dengan kontribusinya. Pengusaha pun

akan memetik keuntungan dengan peningkatan produktivitas dan

terciptanya budaya kerja yang baik. Untuk itu dari keseluruhan

perangkat hubungan industrial berupa adanya PP, PKB maupun SP

dan tenaga mediator maka yang terbaik adalah keberadaan

perangkat hubungan industrial berupa Lembaga Kerjasama (LKS)

Bipartit yang berfungsi sesuai seharusnya. LKS Bipartit yang

berfungsi baik akan meminimalisir peran pemerintah melalui LKS

Tripartit. Dengan sosialisasi dan penekanan pelaksanaan peraturan

perundangan yang berlaku maka pembentukan LKS Bipartit ini

diharapkan semakin meningkat sehingga ditargetkan pada tahun

2013-2017 menjadi 293 perusahaan yang memiliki LKS Bipartit.

Tidak dapat dipungkiri bahwa walau telah diupayakan adanya

perangkat hubungan industrial yang memadai tetapi sangat

dimungkinkan terjadi perselisihan hubungan industrial apalagi

berbagai perangkat tersebut diatas dari segi jumlah masih jauh dari

kebutuhan. Hal ini terutama agar perselisihan tersebut tidak perlu

masuk dalam ranah hukum yang pada akhirnya cenderung

merugikan kedua belah pihak baik dari segi biaya, waktu, tingkat

kerepotan yang ditimbulkan, citra buruk, rusaknya hubungan baik

hingga berbagai kerugian non materil lainnya. Untuk itu diperlukan

banyak tenaga mediator yang kompeten dalam rangka memediasi

perselisihan yang timbul.

Perlindungan tenaga kerja erat pula kaitannya dengan

pemenuhan jaminan sosial terhadap tenaga kerja dan juga bagi

keluarganya. Pekerja dan keluarganya yang hidup sejahtera inilah

yang hakekatnya menjadi tujuan dari konstitusi. Negara diwajibkan

menyediakan pekerjaan yang (berpenghasilan) layak bagi tiap-tiap

warga negaranya. Dengan demikian, masyarakat yang sejahtera

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

93

dapat terwujud. Perwujudan ini melalui jalur yang memang

seharusnya, yaitu bukan dari serangkaian program subsidi dan

bantuan namun di sisi lain mengesampingkan hak-hak pekerja yang

telah bekerja keras bagi peningkatan kesejahteraan diri dan

keluarganya. Pada kenyataannya, tenaga kerja memang relatif

mempunyai kedudukan yang lebih lemah sehingga tanggung jawab

utama dalam perlindungan dan kesejahteraan pekerja ini berada di

tangan pengusaha, selain tenaga kerja yang juga turut berperan aktif

dalam pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja ini.

Adanya program jaminan sosial ini berkenaan dengan

pemeliharaan kesejahteraan pada saat tenaga kerja kehilangan

sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya

risiko-risiko sosial seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia,

dan hari tua. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa

aspek, antara lain :

1. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan

hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;

2. memberikan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah

menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan

tempat mereka bekerja.

Tabel. 6.8

Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak

Tahun 2011

Tahun UMP KHL UMP/KHL

2011 1.410.000 1.800.000 78,33%

2012 1.450.000 1.800.000 80,56%

Sumber : Kemnakertrans

Untuk meningkatkan daya beli buruh/karyawan, UMP setiap

tahun harus ditinjau dan ditingkatkan. Peningkatan ini harus lebih

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

94

tinggi dari peningkatan inflasi yang ada sehingga UMP yang

ditetapkan akan meningkat persentasenya bila dibandingkan dengan

KHL. Besarnya UMP Papua Barat tahun 2012 sebesar Rp.

1.450.000,- meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan tahun

2010 yang sebesar Rp. 1.410.000,-. Besaran UMP ini jika

dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi

Papua Barat baru mencapai 80,56 persen. Diharapkan proporsi

UMP terhadap KHL ini terus meningkat setiap tahunnya sehingga

kesejahteraan buruh/karyawan juga ikut meningkat.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017

95

BAB VII PENUTUP

Buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat

disusun sebagai acuan dalam menyusun perencanaan

pembangunan ekonomi secara makro, khususnya apabila dikaitkan

dengan Perencanaan Kesempatan Kerja Daerah Papua Barat

selama periode tahun 2013-2017.

Melalui penyusunan buku ini diharapkan dapat diperoleh

bahan masukan yang berharga bagi para perencana dan pengambil

keputusan, serta pengguna lainnya dibidang ketenagakerjaan di

Daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bengkulu.

2010. Rencana Pembanguanan Jangka Menengah Daerah Provinsi

Bengkulu Tahun 2010-2015. Bappeda Bengkulu.

Badan Pusat Statistik. 2010. Pendapatan Nasional Indonesia 2006 - 2010.

BPS Bengkulu

Bappenas dan UNSFIR. 2002. Indonesia 2020: long-term Issues and priorites.

Jakarta.

Internasional Labor Organization. 1999. Indonesia Imploment strategi

Mission. ILO : Jakarta.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I 2010. Perencanaan Tenaga

Kerja Nasional Tahun 2011 – 2012. Kemenakertrans : Jakarta.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I 2010. Rencana Tenaga Kerja

Kabupaten Sragen Tahun 2011 – 2014. Kemenakertrans : Jakarta.

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2009 Rencana Tenaga Kerja

2010-2014. Kemenakertrans : Jakarta.

Universitas Indonesia dan Bappenas. 1992 Studi Pegembangan sistem dan

Kebijaksanaan dan Sumber Daya Manusia. UI dan Bappenas. Jakarta.

Universitas Indonesia dan Beppenas. 1992. Model terpadu perncanaan

Sumber Daya Manusia Nasional. UI dan Bappenas : Jakarta.