isbn : 978-602-7536-14-2...
TRANSCRIPT
PERENCANAAN TENAGA KERJA
PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Dengan
Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pemerintah Provinsi Papua Barat
ISBN : 978-602-7536-14-2
PERENCANAAN TENAGA KERJA
PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017
ISBN : 978-602-7536-14-2
RYA MA U K KI TT ITRA AK MA AM
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Dengan
Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pemerintah Provinsi Papua Barat
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017
Diterbitkan oleh :
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Sekretariat Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950
Telepon : 021-5270944
Fax : 021-5270944
Website : http://www.pusatptk.depnakertrans.go.id
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA
Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang – Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh
Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan
Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa perencanaan tenaga kerja baik
dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota)
maupun lingkup sektoral/sub sektoral (sektoral/sub sektoral nasional,
sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral kabupaten/kota),
dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan ketenagakerjaan
ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub Sektoral
Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota. Sebagai
pelaksanaan ke dua peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :PER.
16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro.
Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah besarnya
pengangguran terbuka, jumlah setengah penganggur yang sangat
besar, serta masalah lain seperti rendahnya kualitas angkatan kerja,
rendahnya produktivitas kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja,
sehingga bersifat multi dimensional antara berbagai faktor ekonomi,
faktor sosial, dan faktor lainnya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan
yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu, maka diperlukan
suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan oleh
seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Papua Barat.
Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
Papua Barat Tahun 2013-2017, maka dasar pembangunan yang
berpihak pada penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job)
sudah semakin jelas dan terarah, khususnya dalam menghadapi
masalah pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
iv
produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Namun demikian, mengingat
permasalahan ketenagakerjaan merupakan permasalahan bersama,
maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh pemangku kepentingan
(stakeholder) yang ada di Provinsi Papua Barat Untuk itu dalam
penyusunan kebijakan, strategi dan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan maka pemerintah daerah
harus berpedoman pada Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi
permasalahan ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Papua Barat.
Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan
penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Pemerintah Provinsi
Papua Barat atas tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini.
Jakarta, Juni 2012
Kepala Pusat
Perencanaan Tenaga Kerja,
SYARIFUDDIN SINAGA, SH NIP 19561118 197703 1 001
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
v
Kata Pengantar Kepala Dinas
Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Papua Barat
Tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
Tahun 2013-2017 merupakan hasil kerjasama antara Pusat
Perencanaan Tenaga Kerja, Sekretariat Jenderal Kementerina
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dengan Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Papua Barat Proses
penyusunannya dimulai dari pembinaan Tim Penyusun, kemudian
dilaksanakan penyusunan dan asisteni dari Pusat Perencanaan
Tenaga Kerja, Setjen Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI.
Perencanaan Tenaga Kerja (PTK) Provinsi Papua Barat Tahun
2013-2017 ini memuat perkiraan penduduk usia kerja, angkatan kerja,
kesempatan kerja sektoral serta kebijakan dalam penciptaan
kesempatan kerja. Angka-angka perkiraan dalam buku ini telah
disesuaikan berdasarkan data dan informasi mutakhir, dengan
menggunakan berbagai asumsi perkembangan ekonomi Provinsi
Papua Barat dan perkiraan ketenagakerjaan, khususnya perkiraan
penganggur terbuka.
Perencanaan yang dimuat dalam PTK Provinsi Papua Barat ini
merupakan rencana indikatif yang digunakan untuk pengembangan
ketenagakerjaan secara umum. Oleh karena itu, angka-angka yang
dimuat dalam buku perencanaan tenaga kerja ini dapat dievaluasi dan
disesuaikan dengan perkembangan nyata yang terjadi.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
vi
Kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan
dalam buku ini, yang diakibatkan berbagai keterbatasan yang ada.
Untuk itu kami mengharapkan saran konstruktif dari penggunan dan
pembaca serta seluruh pihak yang terkait guna penyempurnaan di
masa yang akan datang. Selain itu kami menyampaikan terima kasih
banyak kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan
PTK Provinsi Papua Barat Tahun 2013- 2017 ini.
Akhirnya kami mengharapkan kiranya Buku PTK Provinsi
Papua Barat Tahun 2013-2017 ini dapat kita gunakan sebaik-baiknya
sebagai acuan dalam pembangunan ketenagakerjaan.
Manokwari, Juni 2012
Kepala Dinas,
Drs. Pascalina Yamlean
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
vii
RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)
Masalah ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat Tahun 2013-
2017 diperkirakan masih akan diwarnai oleh berbagai isu
ketenagakerjaan yang menyangkut penganggur terbuka, setengah
penganggur, pekerja tidak dibayar, pekerja anak, kualitas
keterampilan angkatan kerja, perluasan kesempatan kerja,
penegakan hukum ketenagakerjaan, pemogokan kerja, perselisihan
hubungan industrial, produktivitas tenaga kerja, serta kesejahteraan
pekerja. Kondisi lingkungan strategis, baik dari dalam maupun luar
negeri, diperkirakan akan ikut mempengaruhi secara signifikan
berbagai isu ketenagakerjaan tersebut di atas.
Agar isu dan tantangan ketenagakerjaan tersebut di atas tidak
berkembang menjadi permasalahan ketenagakerjaan yang kompleks,
maka diperlukan konsep pembangunan ketenagakerjaan yang holistik
dan komprehensif. Adapun pedoman yang dibutuhkan adalah
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Tahun 2012-2013. Hal
ini telah diamanatkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Jo Peraturan Pemerintah No
15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi
Ketenagakerjaan Dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan
Tenaga Kerja, Jo Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI Nomor PER.16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja
Makro.
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat menunjukkan
bahwa jumlah tenaga kerja pada tahun 2010 berjumlah 494.862
orang, dan menjadi 522.211 orang pada tahun 2011. Dari jumlah
tersebut angkatan kerja berjumlah 342.888 orang dan menjadi
369.619 orang pada tahun 2011. Kemudian jumlah penduduk yang
bekerja pada tahun yang sama adalah 316.547 orang dan 336.588
orang, sedangkan jumlah penganggur terbuka pada tahun yang sama
sebanyak 26.341 orang dan 33.031 orang, dengan tingkat
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
viii
penganggur terbuka 7,68 persen, dan naik menjadi 9,81 persen.
Berarti kondisi penganggur terbuka mengalami peningkatan.
Untuk menekan jumlah pengangguran terbuka diperlukan
berbagai upaya yaitu dengan berbagai kebijakan dan program baik di
bidang perekonomian maupun ketenagakerjaan perlu dilaksanakan
secara konsisten, dengan upaya dimaksud diharapkan jumlah
penganggur terbuka dapat mengalami penurunan setiap tahunnya.
Oleh sebab itu, penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
Papua Barat akan menggerakkan keterkaitan antara pembangunan
perekonomian dengan pembangunan ketenagakerjaan. Dari hasil
penyusunan Perencanaan tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
menunjukkan bahwa perekonomian Papua Barat pada tahun 2013-
2017 diperkirakan mampu tumbuh sebesar 6,77 persen pada tahun
2013 menjadi sebesar 7,79 persen pada tahun 2017. Pertumbuhan
ekonomi yang positif tersebut juga diperkirakan akan mendorong
penciptaan kesempatan kerja, sehingga jumlah kesempatan kerja
pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 357.980 orang menjadi
sebesar 393.971 orang pada tahun 2017, sehingga pada tahun 2013-
2017 akan ada pertambahan kesempatan kerja sebanyak 35.991
orang. Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini akan berdampak
positif terhadap tingkat pengangguran terbuka yang diperkirakan pada
tahun 2017 menurun menjadi sebesar 3,08 persen.
Untuk mencapai usaha tersebut, kebijakan dan program
pembangunan ketenagakerjaan akan dilaksanakan secara konsisten
menyangkut pendayagunaan tenaga kerja, pemerataan kesempatan
kerja, perlindungan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan
tenaga kerja dan keluarganya. Kebijakan dan program pembangunan
ketenagakerjaan tersebut akan mengarah pada Kebijakan dan
Program Umum, Daerah dan Sektoral. Selain itu, dilaksanakan pula
kebijakan dan program Pelatihan Kerja, Penempatan Tenaga Kerja,
Hubungan Industrial yang harmonis dan Pengawasan
Ketenagakerjaan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA
KERJA
iii
KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN, TENAGA
KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI PAPUA BARAT
v
EXECUTIVE SUMMARY vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….…… 1
1.1. Latar Belakang…………………………………..……. 1
1.2. Maksud dan Tujuan………………………….………. 2
1.3. Hasil yang Diharapkan……………………………….. 3
1.4. Metodologi dan Sumber Data…………….…………. 3
1.5. Pengertian Dasar, Konsep, dan Definisi…..………... 5
1.6 Kerangka Isi…………………………………………... 8
BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA
BARAT …………………………………………….……..
9
2.1 Kondisi Ekonomi…………………………………..…. 9
2.2 Penduduk Usia Kerja…………………………….….. 11
2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)….……. 15
2.4 Angkatan Kerja………………………………….……. 18
2.5 Penduduk yang Bekerja………………………….…. 22
2.6 Penganggur Terbuka…………………………….….. 30
2.7 Produktivitas Tenaga Kerja…..……………………… 33
BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN
TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017 ……………………..
35
3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja……………………... 35
3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja…….. 39
3.3 Perkiraan Angkatan Kerja………………………….. 42
BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN
AKAN TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017….……..
45
4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2013……….. 45
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
x
4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja………………………… 49
4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja………………. 55
BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN
ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN
TENAGA KERJA……………………………………………..
57
5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
GolonganUmur………………………………………….
58
5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan………………………………………………
58
5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis
Kelamin………………………………………………….
59
BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN…………………
61
6.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian …………… 62
6.2 Rekomendasi Kebijakan Umum……………………... 67
6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan
Kerja ……………………………………….………….
69
6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja …. 76
6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja
…………………………………………………………..
82
6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga
Kerja ……………………………………………………
86
BAB VII PENUTUP…………………………………………………….. 95
DAFTAR PUSTAKA
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 (Dalam
Miliar Rupiah). .................................................................. 10
Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2009-2011 ............................................................ 13
Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 ............................................................. 14
Tabel 2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun
2009-2011 ........................................................................ 15
Tabel 2.5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan
Umur Tahun 2009-2011 (Dalam Persen) ........................ 16
Tabel 2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2009-2011 (Dalam Persen) ................ 17
Tabel 2.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2009-2011 (Dalam Persen) .................... 18
Tabel 2.8. Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun
2009-2011 ...................................................................... 19
Tabel 2.9. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
2009-2011 ...................................................................... 21
Tabel 2.10. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-
2011 ............................................................................... 22
Tabel 2.11. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009-2011 ........................................................... 23
Tabel 2.12.Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2009-2011 ........................................................... 24
Tabel 2.13.Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 ............................................................. 26
Tabel 2.14. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun
2009-2011 ...................................................................... 27
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
xii
Tabel 2.15.Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Utama Tahun 2009-2011 ............................................... 28
Tabel 2.16. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun
2009-2011 ...................................................................... 29
Tabel 2.17. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun
2009-2011 ..................................................................... 30
Tabel 2.18. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun
2009-2011 ..................................................................... 31
Tabel 2.19. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009-2011 ........................................................... 32
Tabel 2.20 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2009-2011 ........................................................... 33
Tabel 2.21. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009-2011 (Juta Rp./Tenaga Kerja) .................... 34
Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan
Umur Tahun 2013-2017 ................................................... 36
Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2013-2017 .......................................... 37
Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2017 ............................................................ 38
Tabel 3.4 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur Tahun 2013-2017 (Dalam Persen) ......... 40
Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan Tahun 2013-2017 (Dalam Persen) .... 41
Tabel 3.6 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2013-2017 (Dalam Persen) ............ 42
Tabel 3.7 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2013-2017 ............................................................ 43
Tabel 3.8 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2013-2017 ............................................................ 44
Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2017 ............................................................ 44
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
xiii
Tabel 4.1 Perkiraan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 (%) ... 46
Tabel 4.2 Perkiraan Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan
Usaha , Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2017 (Miliar
Rupiah) ............................................................................ 46
Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2013-2017 ............................................................. 50
Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2013-2017 ............................................................. 51
Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2013-2017 .......................................... 52
Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2017 ............................................................. 52
Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Tahun 2013-2017 ............................................................. 53
Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun
2013-2017 ........................................................................ 54
Tabel 4.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun
2013-2017 ........................................................................ 55
Tabel 4.10 Perkiraan produktivitas Tahun 2013-2017 (Juta
Rp./Tenaga Kerja) ............................................................ 56
Tabel 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan
Umur Tahun 2013-2017 ................................................... 58
Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2013-2017 .......................................... 59
Tabel 5.3. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2013-2017 ............................................................. 60
Tabel 6.1 Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status
Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013-
2017 ................................................................................ 77
Tabel 6.2 Kapasitas Lembaga Latihan dan Instruktur Menurut
Provinsi Tahun 2011 ....................................................... 78
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
xiv
Tabel 6.3 Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status
Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013-
2017 ................................................................................. 84
Tabel 6.4 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengawas ...... 88
Tabel 6.5 Peragkat Hubungan Industrial ......................................... 90
Tabel 6.6 Target Penambahan Perangkat Hubungan Industrial ....... 90
Tabel 6.7 Perkiraan Tambahan Tenaga Fungsional Mediator .......... 91
Tabel 6.8 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak
Tahun 2011 ..................................................................... 93
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Papua Barat adalah salah satu provinsi yang memperoleh otonomi
khusus setelah melepas wilayahnya dari Provinsi Papua pada tahun 1999.
Oleh karenanya Provinsi Papua Barat saat ini sedang menata
pembangunan perekenomiannya yang salah satunta adalah mengatasi
permasalahan ketenagakerjaan.
Menurut data BPS Agustus 2011 jumlah angkatan kerja di Provinsi
Papua Barat sebanyak 369.619 orang, naik sebanyak 2.307 orang
dibandingkan Februari 2011 dan naik sebanyak 26.731 orang dibandingkan
satu tahun yang lalu (Agustus 2010). Dari total penduduk usia kerja Provinsi
Papua Barat tahun 2011 sebanyak 522.211 orang, penduduk yang bekerja
berkurang sebanyak 302 dari Februari 2011 dan bertambah 20.041 orang
dibanding keadaan Agustus 2010.
Berdasarkan data yang sama pada Agustus 2011 tercatat jumlah
penganggur di Provinsi Papua Barat sebanyak 33.031 orang meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2010 mencapai sebanyak 26.341 orang. Jumlah
ini menurun sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 26.626
orang, sedangkan untuk Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun
2011 sendiri mencapai sebesar 8,94 persen. Besarnya tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Papua Barat merupakan hal serius yang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
2
harus diatasi. Hal ini dapat membuat dampak tidak langsung terhadap
kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang semakin
meningkat.
Dengan meningkatnya jumlah pengangguran pada tahun 2011,
membuat kondisi ini tetap menjadi masalah yang harus segera diantisipasi
oleh pemerintah agar dapat meminimalisir dampak yang akan terjadi dalam
masyarakat. Salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut
adalah dengan penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya, merumuskan
strategi dan arah kebijakan ketenagakerjaan yang tepat dan menyusun
perangkat peraturan ketenagakerjaan. Tetapi hal ini terkendala oleh masih
rendahnya kualitas SDM yang ada di Provinsi Papua Barat, salah satunya
terindikasi angkatan kerja yang terserap paling banyak ada ditingkat
pendidikan SD. Untuk itu Provinsi Papua Barat perlu melakukan
perencanaan tenaga kerja, baik jangka panjang maupun jangka pendek
sebagai upaya terwujudnya pembangunan di Provinsi Papua Barat
sekaligus mengurangi pengangguran.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua
Barat Tahun 2013–2017 adalah tersedianya perkiraan ketenagakerjaan
yang dapat digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan, strategi dan
program pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat.
Tujuan dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua
Barat Tahun 2013–2017 adalah sebagai berikut:
1. Memperkirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat serta
agregatnya tahun 2013–2017.
2. Memotret situasi ketenagakerjaan saat ini serta memperkirakan secara
cermat perkiraan persediaan tenaga kerja di masa mendatang.
3. Memperkirakan kesempatan kerja yang akan datang tahun 2013–2017,
baik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan ekonomi maupun faktor
lainnya.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
3
4. Memperkirakan angkatan kerja yang belum terserap (penganggur
terbuka) tahun 2013–2017.
5. Menyusun rekomendasi kebijakan dalam menangani masalah
ketenagakerjaan khususnya kebijakan daerah dan sektoral.
1.3. Hasil Yang Diharapkan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat tahun 2013–2017
ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pijakan dasar (yang perlu ditindak
lanjuti) bagi perumusan perencanaan pembangunan ketenagakerjaan yang
berbasis empiris yang dapat mendukung pelaksanaan program
pembangunan daerah.
1.4. Metodologi dan Sumber Data
1.4.1. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam menyusun PTKP 2013-
2017 ini adalah sebagai berikut :
a. Tabulasi silang data ketenagakerjaan tahun 2009-2011 sebagai
gambaran situasi ketenagakerjaan dan merupakan data dasar
dalam penyusunan perkiraan.
b. Menyusun perkiraan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja
provinsi Papua Barat. “Manpower Utilization Approach” dimana
pada pendekatan ini sangat diperhitungkan waktu yang
digunakan untuk bekerja yang dinyatakan dalam partisipasinya
di pasar kerja.
Untuk memperkirakan Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
dengan menggunakan formula regresi linier :
Y = a + bx
c. Perkiraan kebutuhan penduduk yang bekerja mengunakan
“Manpower Requirement Approach” yaitu metode yang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
4
memperkirakan kebutuhan tenaga kerja untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi tertentu.
Untuk memperkirakan kebutuhan penduduk yang bekerja atau
kesempatan kerja dengan menggunakan pendekatan elastisitas
dan regresi linier :
Elastisitas :
Rli Rli = {(Lin/Lio)i/n -1} x 100
Ei = -------
Ryi Ryi = {(Yin/Yio)i/n -1} x 100
dimana :
Ei = Elastisitas tenaga kerja sektor-i
Rli = Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor-i per
tahun (%)
Ryi = Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor-i
tahunan (%)
Li = Jumlah kesempatan kerja sektor-i
Y = PDRB sektor-i
n dan o = Masing-masing menunjukkan tahun n dan o
Linear :
Y = a + bx
d. Dalam penyusunan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja
tersebut data dasar yang dipergunakan adalah data
ketenagakerjaan tahun 2009-2011 dan data ekonomi tahun
2009-2011.
e. Perkiraan persediaan tenaga kerja selanjutnya ditabulasikan
menurut golongan umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
5
f. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja ditabulasikan berdasarkan
jenis kelamin, golongan umur, lapangan usaha, status pekerja,
pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
g. Berdasarkan perkiraan persediaan dan kebutuhan akan tenaga
kerja di masa yang akan datang, maka jumlah penganggur di
masa yang akan datang dapat diperkirakan.
h. Untuk memperkirakan besarnya persediaan dan kebutuhan
tenaga kerja di masa mendatang, dibuat proyeksi persediaan
dan kebutuhan tenaga kerja yang mengacu pada target
pertumbuhan ekonomi masa mendatang.
1.4.2. Sumber Data
Data yang digunakan untuk penyusunan perencanaan tenaga
kerja ini bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Instansi
sektoral dan instansi penyedia data dan informasi lain yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan.
1.5 Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi
a. Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) adalah jumlah
lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh
seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti
yang lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya menyangkut
jumlahnya, tetapi juga kualitasnya (pendidikan atau
keahliannya).
b. Persediaan Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang sudah
siap untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labour force) yang
dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
6
c. Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah
geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan
atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan menetap.
d. Penduduk Usia Kerja
Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun
ke atas.
e. Angkatan Kerja
Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun
ke atas) yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja
atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja; dan
mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.
f. Bekerja
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam
(tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
g. Penganggur Terbuka
Penganggur Terbuka terdiri dari :
Mereka yang mencari pekerjaan
Mereka yang mempersiapkan usaha
Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak
mungkin dapat pekerjaan
Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai
bekerja.
h. Setengah Penganggur
Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu).
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
7
i. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah perbandingan antara
jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia
kerja.
j. Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha
Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang
bekerja seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia (KLUI)/Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLUI).
k. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang/atau ditugaskan kepada seseorang
yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Jenis
pekerjaan pada publikasi ini, mengikuti KJI (Klasifikasi Jabatan
Indonesia) 1982.
0/1 Tenaga Profesional, teknisi dan yang sejenis
2 Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3 Tenaga tata usaha dan yang sejenis
4 Tenaga usaha Penjualan
5 Tenaga Usaha Jasa
6 Tenaga Usaha Pertanian, kehutanan, perburuan dan
perikanan
7/8/9 Tenaga produksi operator alat-alat angkutan dan pekerja
kasar
x/00 Lainnya
l. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam
melakukan pekerjaan di suatu unit usaha kegiatan. Sejak tahun
2011 dibedakan menjadi 7 kategori yaitu :
a. Berusaha sendiri;
b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar;
c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar;
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
8
d. Buruh/karyawan/pegawai;
e. Pekerja bebas di pertanian;
f. Pekerja bebas di non pertanian;
g. Pekerja tak di bayar.
m. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya 1 tahun).
Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB merupakan jumlah
balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang ikut serta
dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka tertentu.
1.6 Kerangka Isi
Penulisan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
2013-2017 ini dibagi dalam 7 (tujuh) bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI KETENAGAKERJAAN PAPUA BARAT TAHUN
2009-2011
BAB III : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN
TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017
BAB IV : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN AKAN
TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017
BAB V : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN
ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN
TENAGA KERJA TAHUN 2013-2017
BAB VI : ARAH, KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
BAB VII : PENUTUP
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
9
BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN
PROVINSI PAPUA BARAT
2.1 Kondisi Ekonomi
Dalam hal ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Papua tahun
2010 menunjukkan tren yang berfluktuatif. Pertumbuhan ekonomi yang
stabil dan memiliki kecenderungan positif setiap tahunnya berada di provinsi
Papua Barat. Tahun 2008 menunjukkan bahwa Provinsi Papua Barat
memiliki indeks iklim investasi terbawah secara nasional. Kondisi tersebut
terutama dikarenakan kurangnya dukungan dari sisi kondisi tenaga kerja,
keamanan usaha, kinerja ekonomi daerah, dan peranan dunia usaha dalam
perekonomian daerah, juga kurangnya sisi promosi investasi. Sementara itu,
PDRB per kapita Papua Barat terus meningkat dengan perbandingan
antarprovinsi menunjukkan adanya tren penurunan ketimpangan yang cukup
signifikan.
Perekonomian Papua Barat pada tahun 2011 mengalami
pertumbuhan sebesar 27,22 persen dibanding tahun 2010. Nilai PDRB atas
dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai Rp 11.916,13 miliar,
sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp 9.366,41 miliar. Selama tahun
2011, hampir semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB mengalami
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
10
pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor industri
pengolahan yang tumbuh mencapai 64,66 persen, diikuti oleh sektor jasa-
jasa sebesar 23,60 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
12,97 persen, sektor konstruksi 12,24 persen, sektor perdagangan, hotel
dan restoran 12,11 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan 11,23 persen, sektor lisrtrik dan air bersih 8,85 persen, sektor
pertambangan dan penggalian 6,05 persen dan sektor pertanian 1,56
persen. Pertumbuhan PDRB tanpa migas pada tahun 2011 mencapai 9,74
persen yang berarti lebih rendah dari pertumbuhan PDRB dengan migas
yang besarnya 27,22 persen .
Tabel 2.1
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
ATAS DASAR HARGA KONSTAN
(MILYAR RUPIAH)
LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011
Pertanian 1.879 2.014 2.046
Pertambangan & Penggalian 1.094 1.090 1.156
Industri Pengolahan 971 3.011 4.958
Listrik, Gas dan Air 32 34 37
Konstruksi 648 718 806
Perdagangan, Hotel &S Restoran 713 744 834
Pengangkutan & Komunikasi 549 612 692
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 152 198 221
Jasa-jasa 731 944 1.167
Jumlah 6.769 9.366 11.916
Sumber : BPS
Sisi lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan
sektor industri pengolahan dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi
selama tahun 2011. Adanya LNG Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni
meningkatkan nilai tambah sektor industri pengolahan melalui subsektor gas
alam cair. Produksi LNG mempengaruhi pergeseran struktur ekonomi Papua
Barat sejak tahun 2010. Untuk sektor industri pengolahan sendiri kontribusi
kenaikan yang terjadi adalah sebesar 14,34 persen pada tahun 2009
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
11
menjadi 41,61 persen pada tahun 2011. Keadaan tersebut menggeser
kontribusi sektor pertanian yang selama ini menjadi sektor dominan di
Papua Barat. Selama tahun 2009-2011 sektor pertanian mengalami
penurunan kontribusi dalam pembentukan PDRB yakni 27,76 persen,
menurun menjadi 21,51 persen dan menurun kembali dibawah 20 persen
menjadi 17,17 persen. Yang patut dicermati adalah hampir semua sektor
kecuali sektor industri pengolahan menunjukkan penurunan kontribusi. Hal
ini mengindikasikan sektor industri pengolahan semakin dominan dalam
menggeser peranan sektor-sektor lainnya. Tiga sektor utama di Papua Barat
yang memiliki sumbangan terbesar adalah sektor industri pengolahan
sebesar 41,61 persen, sektor pertanian sebesar 17,17 persen, dan sektor
jasa 9,79 persen. Dengan demikian ketiga sektor tersebut menguasai 68,57
persen perekonomian di Papua Barat.
2.2 Penduduk Usia Kerja
Penduduk usia kerja (PUK) tahun 2009-2011 mengalami
pertumbuhan sebesar 0,77 persen. PUK pada tahun 2009 yakni sebanyak
514.293 orang, menurun pada tahun 2010 menjadi sebanyak 494.862 orang
dan pada tahun 2011 bertambah sebanyak 27.349 orang menjadi 522.211
orang. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh lima proses: fertilitas,
mortalitas, perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial (Bogue 1969: 1-2). Dari
kelima proses tersebut, migrasi dan mobilitas sosial merupakan dua faktor
dominan yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Provinsi Papua
Barat. Adanya pemekaran beberapa Kabupaten/Kota menjadi faktor penarik
yang sangat kuat bagi kaum migran. Pertambahan penduduk usia kerja
dengan berbagai karakteristik seperti pada jenis kelamin, golongan umur,
tingkat pendidikan diuraikan sebagai berikut :
2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Penduduk usia kerja pada tahun 2009-2011 di Provinsi Papua
Barat secara keseluruhan mengalami penurunan di hampir semua
golongan umur. Untuk laju pertumbuhan PUK selama tahun 2009-
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
12
2011 sebesar 0,77 persen dan hampir sebagian besar mengalami
pertumbuhan minus, diantaranya adalah golongan umur 20-24 tahun
dan golongan umur 35-59 tahun. Sedangkan golongan umur dengan
laju pertumbuhan positif terbesar berada pada golongan umur 25-29
tahun yaitu sebesar 12,68 persen. Kenaikan ini dapat terjadi
dikarenakan adanya proses migrasi penduduk yang meningkat
seiring dengan berkembangnya Provinsi Papua Barat. Laju
pertumbuhan terkecil berada pada golongan umur 15-19 tahun yaitu
sebesar 4,37 persen, program keluarga berencana yang
dicanangkan dapat menekan angka kelahiran.
Pada tahun 2009 proporsi terbesar Penduduk Usia Kerja
(PUK) berada pada golongan umur 15-19 tahun yaitu sebesar 14,87
persen, demikian juga pada tahun 2010 mencapai 15,44 persen,
akan tetapi pada tahun 2011 terjadi pergeseran yaitu menjadi 15,95
persen dan tidak lagi menjadi proporsi terbesar untuk karakteristik
golongan umur. Untuk kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada
PUK golongan umur 25-29 tahun dimana pada tahun 2009 sebesar
12,90 persen dan pada tahun 2011 mencapai 16,13 persen, dimana
terjadi kenaikan sebesar 3,23 persen.
Hal yang cukup menarik terjadi pada PUK golongan umur
60+, selama tahun 2009-2011 proporsinya mengalami kenaikan,
yakni dari 4,36 persen pada tahun 2009 meningkat menjadi 4,78
persen pada tahun 2011. Peningkatan proporsi pada PUK golongan
umur itu, menunjukkan adanya perbaikan atau peningkatan harapan
hidup bangsa Indonesia, khususnya di Provinsi Papua Barat.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
13
Tabel 2.2
Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Golongan Umur Tahun
2009 2010 2011
15-19 76.489 76.420 83.313
20-24 74.116 65.837 69.450
25-29 66.334 75.823 84.219
30-34 61.436 70.749 71.443
35-39 66.175 56.017 57.025
40-44 53.164 45.671 49.575
45-49 41.686 34.573 34.506
50-54 32.640 27.985 29.676
55-59 19.852 16.348 18.050
60+ 22.401 25.439 24.954
Jumlah 514.293 494.862 522.211
Sumber : BPS
2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan pada tahun
2009-2011 sebagian besar masih didominasi yang berpendidikan
sekolah dasar. Proporsi penduduk yang berpendidikan maksimum
SD sebesar 47,12 persen pada tahun 2009, menurun menjadi
sebesar 44,65 persen pada tahun 2010, dan menurun lagi menjadi
43,01 persen pada tahun 2011. Penurunan proporsi PUK yang
berpendidikan maksimum SD ini mendorong peningkatan proporsi
PUK yang berpendidikan di atasnya (SMTP s/d Universitas). Dengan
masih besarnya proporsi PUK yang berpendidikan maksimum SD ini
menunjukkan tingkat kualitas penduduk usia kerja di Papua Barat
masih sangat rendah.
PUK yang berpendidikan SMTP ke atas, semuanya
mengalami pertumbuhan positif, terutama PUK berpendidikan
Universitas pada tahun 2009-2011 pertumbuhannya mencapai 25,67
persen disusul PUK yang berpendidikan Diploma tumbuh sebesar
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
14
13,18 persen. Dengan pertumbuhan sebesar itu maka tambahannya
mencapai 12.869 orang untuk Universitas. Peningkatan PUK
menurut tingkat pendidikan mengindikasikan bahwa kesadaran
masyarakat Provinsi Papua Barat dalam hal pendidikan. Bahwa
dengan semakin tinggi pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup
atau kesejahteraan pekerja.
Tabel 2.3
Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Pendidikan Tahun
2009 2010 2011
≤ SD 242.345 220.961 224.616
SMTP 105.304 111.408 104.831
SMTA Umum 90.266 86.835 99.908
SMTA Kejuruan 42.507 36.766 42.841
Diploma 11.654 13.695 14.929
Universitas 22.217 25.197 35.086
Jumlah 514.293 494.862 522.211
Sumber : BPS
2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk usia kerja menurut jenis kelamin pada
tahun 2009-2011 menunjukkan terjadinya fluktuasi dikeduanya,
namun jenis kelamin laki-laki lebih besar dari pada perempuan.
Pada tahun 2009 penduduk usia kerja laki-laki dan perempuan
masing-masing sebanyak 272.171 orang dan 242.122 orang, pada
tahun 2010 penduduk usia kerja laki-laki menurun menjadi sebanyak
261.046 orang atau menurun sebanyak 11.125 orang dan penduduk
usia kerja perempuan menurun menjadi sebanyak 233.816 orang
atau menurun sebanyak 8.306 orang. Tahun 2011 penduduk usia
kerja yang berjenis kelamin laki-laki mengalami kenaikan menjadi
sebanyak 279.322 orang atau bertambah sebanyak 18.276 orang,
begitu pula yang berjenis kelamin perempuan juga mengalami
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
15
kenaikan menjadi sebanyak 242.889 orang atau meningkat sebanyak
9.073 orang.
Tabel 2.4
Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Jenis Kelamin Tahun
2009 2010 2011
Laki-laki 272.171 261.046 279.322
Perempuan 242.122 233.816 242.889
Jumlah 514.293 494.862 522.211
Sumber : BPS
2.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja selama tahun 2009-2011 sebesar
68,52 persen, pada tahun 2010 meningkat menjadi 69,29 persen dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 70,78 persen. Besarnya TPAK secara umum
menunjukkan adanya kenaikan setiap tahun. TPAK sendiri merupakan
gambaran jumlah penduduk yang bersedia secara aktif melakukan kegiatan
ekonomi terhadap total penduduk usia kerja.
2.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
TPAK menurut golongan umur di Papua Barat mengalami
kenaikan seiring dengan bertambahnya umur penduduk usia kerja.
Kondisi tersebut terlihat pada table 2.5, TPAK pada golongan umur
15-19 tahun pada tahun 2009 sebesar 29,77 persen, menurun
menjadi 26,83 persen tahun 2010 dan meningkat menjadi 33,14
persen tahun 2011. Selama periode 2009-2011, secara umum TPAK
mengalami kenaikan, akan tetapi beberapa TPAK golongan umur
mengalami fluktuasi seperti TPAK golongan umur 20-24 tahun pada
tahun 2009 sebesar 69,87 persen, mengalami penurunan menjadi
sebesar 67,59 persen pada tahun 2010 kemudian meningkat menjadi
68,01 persen pada tahun 2011. Dilihat dari tabel dibawah ini, dapat
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
16
kita simpulkan bahwa TPAK untuk usia produktif menujukkan
kenaikan.
Kenaikan terbesar TPAK terjadi pada golongan umur 35-39
tahun dimana kenaikan selama tahun 2009-2011 sebesar 10,89
persen, dimana pada tahun 2009 sebesar 75,54 persen, pada tahun
2010 mengalami kenaikan sebesar 5,84 persen, dan pada tahun
2011 menjadi sebesar 86,43 persen atau naik sebesar 5,02 persen.
Kenaikan TPAK pada golongan umur ini terjadi karena usia ini
merupakan usia produktif dalam bekerja.
Tabel 2.5
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 29,77 26,83 33,14
20-24 69,87 67,59 68,01
25-29 76,02 76,31 79,55
30-34 77,55 82,39 78,91
35-39 75,54 81,41 86,43
40-44 79,64 84,51 87,21
45-49 80,38 82,33 83,18
50-54 82,90 83,07 83,09
55-59 78,21 73,77 66,96
60+ 50,60 54,11 53,86
Jumlah 68,52 69,29 70,78
Sumber : BPS
2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan
Tinggi rendah tingkat pendidikan merupakan indikator yang
menunjukkan kualitas seorang tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat
pendidikan diharapkan juga adanya peningkatan kualitas dari para
tenaga kerja tersebut. Berdasarkan data tabel 2.6 di bawah ini, untuk
TPAK lulusan maksimum SD dari tahun ke tahun mengalami
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
17
fluktuasi, yaitu sebesar 70,39 persen tahun 2009, menjadi 72,43
persen pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 sebesar 72,20
persen. Untuk TPAK maksimum SD diharapkan mengalami
penurunan yang berarti bahwa lulusan SD dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa harus masuk ke pasar
kerja karena alasan ekonomi. Untuk TPAK lulusan SMTP keatas juga
mengalami peningkatan kecuali TPAK berpendidikan Diploma terus
mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 94,03 persen, turun
menjadi 93,47 persen tahun 2010 dan menjadi sebesar 86,96 persen
tahun 2011. Untuk TPAK berpendidikan Universitas merupakan
TPAK tertinggi walaupun mengalami fluktuasi yaitu sebesar 94,09
persen tahun 2009, menurun menjadi 93,49 persen tahun 2010 dan
menjadi sebesar 93,95 persen tahun 2011. Adanya kenaikan TPAK
untuk tiap lulusan menjadi suatu bukti bahwa semakin besarnya
animo penduduk untuk memasuki pasar kerja.
Tabel 2.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Pendidikan 2009 2010 2011
≤ SD 70,39 72,43 72,20
SMTP 55,52 54,70 55,21
SMTA Umum 66,78 65,73 69,77
SMTA Kejuruan 73,42 77,42 79,17
Diploma 94,03 93,47 86,96
Universitas 94,09 93,49 93,95
Jumlah 68,52 69,29 70,78
Sumber : BPS
2.3.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin
TPAK menurut jenis kelamin dari tahun 2009-2011 menunjukkan
bahwa TPAK laki-laki lebih besar dibandingkan TPAK perempuan, hal ini
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
18
terlihat pada tahun 2009 TPAK laki-laki sebesar 84,14 persen, tahun
2010 sebesar 82,40 persen dan tahun 2011 sebesar 83,80 persen.
Untuk jenis kelamin perempuan TPAK nya tidak sebesar TPAK laki-laki,
namun perkembangannya menunjukkan kenaikan setiap tahunnya.
Tahun 2009 sebesar 50,96 persen, tahun 2010 naik sebesar 3,70 persen
menjadi 54,65 persen dan tahun 2011 naik lagi menjadi 55,80 persen.
Hal demikian ini dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan di Papua
Barat mulai menunjukkan partisipasinya dalam dunia kerja walapun
belum sebanding dengan pertambahan PUK perempuan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7 dibawah ini.
Tabel 2.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-laki 84,14 82,40 83,80
Perempuan 50,96 54,65 55,80
Jumlah 68,52 69,29 70,78
2.4 Angkatan Kerja
Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja berumur
15 tahun keatas yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja atau
punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja; dan mereka yang tidak
bekerja tetapi mencari pekerjaan. Apabila dilihat dari kondisi angkatan kerja
dari tahun 2009-2011 menunjukkan angka yang fluktuatif, baik menurut
golongan umur, tingkat pendidikan maupun dari jenis kelamin. Hal ini dapat
dilihat kondisi angkatan kerja mulai tahun 2009 sebesar 352.385 orang dan
pada tahun 2010 menurun menjadi 342.888 orang serta tahun 2011
mengalami penurunan menjadi sebesar 369.619 orang. Berikut akan
dijelaskan secara rinci kondisi angkatan kerja menurut karakteristiknya.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
19
2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Bila dilihat dari sisi kelompok umur, angkatan kerja di provisi
Papua Barat masih didominasi golongan umur 20-44 tahun.
Golongan umur 25-29 tahun yang mengalami kenaikan tiap tahunnya
yakni pada tahun 2010 naik sebanyak 7.430 orang dari tahun 2009
menjadi 57.860 dan mengalami penambahan sebanyak 9.136 orang
menjadi 66.996 orang. Secara prosentase pada tahun 2009 sebesar
14,31 persen, meningkat menjadi sebesar 16,87 persen dan pada
tahun 2011 mejadi sebesar 18,13 persen. Hal ini diduga karena
golongan umur ini telah menyelesaikan pendidikannya baik pada
tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi, sehingga
mendorong kelompok umur ini memasuki pasar kerja untuk mencari
pekerjaan serta adanya dorongan kebutuhan hidup sehari-hari.
Tabel 2.8
Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 22.767 20.501 27.608
20-24 51.788 44.497 47.231
25-29 50.430 57.860 66.996
30-34 47.642 58.292 56.374
35-39 49.990 45.605 49.287
40-44 42.340 38.596 43.236
45-49 33.508 28.465 28.701
50-54 27.058 23.247 24.658
55-59 15.526 12.060 12.087
60+ 11.336 13.765 13.441
Jumlah 352.385 342.888 369.619
Sumber : BPS
Pada golongan umur 60 tahun ke atas telah terjadi
fenomena yang cukup menarik yaitu proporsinya pada tahun 2009
proporsinya merupakan yang terkecil akan tetapi pada tahun 2010
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
20
dan 2011 prosporsinya berada diatas golongan umur 55-59 tahun,
yakni 3,22 persen pada tahun 2009, tahun 2010 sebesar 4,01 persen
dan pada tahun 2011 sebesar 3,64 persen. Keadaan tersebut
menggambarkan walau sudah memasuki usia pensiun namun
semangat keinginan untuk tetap bekerja masih cukup tinggi untuk
mempertahankan penghasilan rumah tangga.
2.4.2. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 2.9 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berpendidikan SD ke bawah masih lebih dominan dibandingkan
dengan angkatan kerja yang berpendidikan di atasnya. Bila ditelusuri
kondisi angkatan kerja per pendidikan, maka terlihat telah terjadi
sedikit perubahan proporsi angkatan kerja untuk setiap jenjang
pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya proporsi
angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah dan meningkatnya
proporsi angkatan kerja pada tingkat pendidikan SMTA Umum,
SMTA Kejuruan dan Universitas. Angkatan kerja dengan tingkat
pendidikan maksimum SD proporsinya pada tahun 2009 sebesar
48,41 persen, pada tahun 2010 sebesar 46,68 persen dan pada
tahun 2011 sebesar 43,87 persen. Keadaan ini diduga karena
kurangnya kesadaran akan pendidikan dan dorongan bagi angkatan
kerja muda untuk menambah tingkat pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi.
Untuk tingkat pendidikan Universitas kenaikan yang terjadi
selama tahun 2009-2011 merupakan yang terbesar yakni sebesar
12.060 orang, dari tahun 2009 sebesar 20.905 orang menjadi
sebesar 23.556 orang pada tahun 2010 dan bertambah sebanyak
9.409 orang menjadi 32.965 orang pada tahun 2011. Dengan
banyaknya angkatan kerja dengan tingkat pendidikan universitas,
diharapkan akan memacu angkatan kerja ini untuk meningkatkan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
21
kualitas diri mereka dengan keahlian-keahlian lain. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel.2.9 di bawah ini.
Tabel 2.9
Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Pendidikan 2009 2010 2011
≤ SD 170.575 160.048 162.164
SMTP 58.460 60.943 57.879
SMTA Umum 60.278 57.077 69.710
SMTA Kejuruan 31.209 28.463 33.919
Diploma 10.958 12.801 12.982
Universitas 20.905 23.556 32.965
Jumlah 352.385 342.888 369.619
Sumber : BPS
2.4.3. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Selama periode tahun 2009-2011 angkatan kerja menurut
jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Walaupun
secara proporsi masih dominan secara absolut jumlah berfluktuatif
yaitu sebanyak 229.006 orang pada tahun 2009 menurun sebanyak
13.910 orang menjadi 215.096 orang pada tahun 2010, dan pada
tahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak 18.983 orang menjadi
234.079 orang. Secara prosentase untuk angkatan kerja jenis
kelamin laki-laki sebesar 64,99 persen pada tahun 2009, mengalami
penurunan menjadi sebesar 62,73 persen dan pada tahun 2011
meningkat kembali menjadi 63,33 persen. Masih besarnya angkatan
kerja laki-laki menunjukkan bahwa laki-laki sebagai kepala keluarga
merupakan tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah dan
menghidupi keluarga.
Sedangkan untuk angkatan kerja perempuan baik secara
absolut dan proporsi masih dibawah angkatan kerja laki-laki. Secara
absolut angkatan kerja perempuan sebanyak 123.379 orang pada
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
22
tahun 2009, meningkat sebanyak 4.413 orang menjadi 127.792
orang pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 meningkat kembali
sebanyak 7.748 orang menjadi sebanyak 135.540 orang. Jika dilihat
secara proporsi sedikit berfluktuasi yakni 35,01 persen, meningkat
menjadi sebesar 37,27 persen dan mengalami penurunan menjadi
36,67 persen. Peningkatan jumlah angkatan kerja dengan jenis
kelamin perempuan semakin menekankan adanya era emansipasi
perempuan yang semakin terlihat. Jika dahulu perempuan hanya
sebagai ibu rumah tangga saja, akan tetapi saat ini mereka ikut andil
didalam penghidupan rumah tangga dengan memasuki pasar kerja.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10 dibawah ini.
Tabel 2.10 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-laki 229.006 215.096 234.079
Perempuan 123.379 127.792 135.540
Jumlah 352.385 342.888 369.619
2.5. Penduduk yang Bekerja
Penduduk yang bekerja merupakan orang yang melakukan suatu
pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam
seminggu yang lalu. Bekerja satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut
dan tidak terputus.
Selama tahun 2009-2011 total Penduduk Yang Bekerja (PYB)
mengalami fluktuasi, pada tahun 2010 penduduk yang bekerja mengalami
pertumbuhan minus sebesar 2,83 persen, yakni dari sebanyak 325.759
orang pada tahun 2009 menurun menjadi sebanyak 316.547 orang. Pada
tahun 2011 penduduk yang bekerja mengalami pertumbuhan sebesar 6,33
persen atau mengalami pertambahan sebanyak 20.041 orang sehingga
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
23
menjadi 336.588 orang. Untuk mengetahui perkembangan penduduk yang
bekerja menurut selama tahun 2009-2011 dari berbagai karakteristiknya
akan dijelaskan lebih rinci dibawah ini.
2.5.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Sektor pertanian masih mendominasi dalam penyerapan
tenaga kerja dibandingkan dengan sektor lainnya walaupun terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari
komposisinya pada tahun 2009 sebesar 56,60 persen menurun
menjadi 54,04 persen pada tahun 2010, menurun kembali pada
tahun 2011 menjadi 48,48 persen. Penurunan ini disebabkan
adanya pergeseran untuk bekerja pada sektor lainnya. Pada tabel
2.11 dapat dilihat peningkatan sektor perdagangan dan jasa. Sektor
perdagangan proporsinya meningkat dari tahun 2009 hingga 2011
yaitu 11,96 persen pada tahun 2010 meningkat menjadi 16,73
persen pada tahun 2011. Demikian pula pada sektor jasa bila pada
tahun 2009 proporsi menunjukkan 15,89 persen maka pada tahun
2011 mencapai 17,45 persen. Berfluktuasinya komposisi penyerapan
tenaga kerja pada sektor ini diduga karena masih tingginya mobilitas
tenaga kerja yang keluar masuk disektor perdagangan maupun jasa.
Tabel 2.11
Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Lapangan Usaha 2009 2010 2011
Pertanian 184.368 171.060 163.164
Pertambangan 9.854 6.757 8.932
Industri 12.173 12.300 11.580
Listrik, Gas dan Air 802 587 221
Bangunan 15.536 16.032 16.233
Perdagangan 33.843 37.852 56.325
Angkutan 15.711 15.046 17.010
Keuangan 1.718 2.843 4.392
Jasa 51.754 54.070 58.731
Jumlah 325.759 316.547 336.588
Sumber : BPS
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
24
2.5.2. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Bila dilihat dari sisi kelompok umur, penduduk yang bekerja di
Provinsi Papua Barat masih didominasi golongan umur 25-29 hingga
30-34 tahun. Hal ini diduga karena golongan umur ini telah
menyelesaikan pendidikannya baik pada tingkat pendidikan
menengah maupun pendidikan tinggi, sehingga mendorong
kelompok umur ini memasuki pasar kerja untuk mencari pekerjaan,
dan usia tersebut merupakan usia produktif dalam bekerja.
Penduduk yang bekerja dengan golongan umur 55-59 tahun
terlihat proporsi yang semakin menurun, namun justru pada usia 60
tahun keatas mengalami peningkatan dibandingkan usia 55-59 tahun
walaupun mengalami fluktuasi. Hal ini cukup menarik yaitu bahwa
proporsi kelompok umur ini, dari 3,48 persen pada tahun 2009,
meningkat menjadi 4,31 persen pada tahun 2010, pada tahun 2011
menurun menjadi 3,99 persen. Hal ini dimungkinkan karena harapan
hidup semakin meningkat dan masih produktif untuk bekerja.
Tabel 2.12 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 18.239 16.441 22.072
20-24 41.881 36.511 39.332
25-29 44.782 50.363 56.296
30-34 44.511 55.288 51.881
35-39 48.828 44.539 46.971
40-44 41.173 37.360 42.499
45-49 33.075 27.944 27.998
50-54 26.681 22.624 24.434
55-59 15.253 11.833 11.664
60+ 11.336 13.644 13.441
Jumlah 325.759 316.547 336.588
Sumber : BPS
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
25
2.5.3. Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
Perbaikan ekonomi membawa pengaruh pada penduduk
yang bekerja menurut pendidikan. Tingkat pendidikan sering
dijadikan sebagai salah satu tolok ukur kemampuan sumberdaya
manusia. Dalam periode tahun 2009-2011 proporsi penduduk yang
bekerja dengan pendidikan SD ke bawah mengalami penurunan
yang cukup signifikan dari 51,11 persen menjadi 46,63 persen. Hal
ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran akan pendidikan dan
adanya kebijakan pemerintah dengan adanya program wajib belajar
9 tahun dan BOS. Untuk penduduk yang bekerja dengan pendidikan
SMTA Kejuruan mengalami penurunan pada tahun 2009 hingga
tahun 2010 dari 7,89 persen menjadi 7,82 persen, namun pada tahun
2011 terjadi peningkatan yaitu menjadi 8,98 persen.
Kondisi yang cukup baik terjadi untuk PYB dengan tingkat
pendidikan Diploma dan Universitas dimana keduanya mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Untuk Diploma secara proporsi
mengalami kenaikan 0,34 persen dari 3,01 persen di tahun 2009
menjadi 3,35 persen pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011
mengalami kenaikan menjadi 3,46 persen. Tingkat pendidikan
Universitas juga mengalami peningkatan yaitu 5,60 persen pada
tahun 2009 menjadi 6,15 persen pada tahun 2010 dan meningkat
7,53 persen pada tahun 2011. Walaupun peningkatan tersebut
terbilang tidak terlalu besar, namun menunjukkan kearah perubahan
yang lebih baik dengan munculnya kesadaran masyakarat Papua
Barat terhadap dunia pendidikan.
Seiring berjalannya program wajib belajar 9 tahun maka
jumlah penduduk yang bekerja berpendidikan SD mengalami
perubahan fluktuasi, semula 166.499 orang (51,11%) pada tahun
2009 menurun menjadi 156.966 (46,63%) pada tahun 2011.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
26
Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Pendidikan 2009 2010 2011
≤ SD 166.499 155.626 156.966
SMTP 54.145 57.979 53.539
SMTA Umum 51.368 48.115 58.899
SMTA Kejuruan 25.710 24.758 30.209
Diploma I/II/III/Akademi 9.808 10.590 11.634
Universitas 18.229 19.479 25.341
Jumlah 325.759 316.547 336.588
Sumber : BPS
2.5.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
Dilihat dari perkembangan penduduk yang bekerja menurut
jenis kelamin, terlihat bahwa penduduk yang bekerja lebih banyak
yang berjenis kelamin laki-laki. Proporsi menunjukkan baik jenis
kelamin laki-laki dan perempuan mengalami fluktuasi baik secara
jumlah dan proporsi. Untuk jenis kelamin laki-laki pada tahun 2009
secara absolut dan proporsi adalah 213.097 orang (65,42%),
mengalami penurunan yang cukup banyak yaitu 11.700 orang
sehingga proporsinya mencapai 63,62 persen, pada tahun 2011
kembali meningkat secara drastis yaitu sebanyak 13.231 orang
menjadi 214.628 orang (63,77 %).
Penduduk yang bekerja menurut jenis kelamin perempuan
memiliki kondisi yang sedikit berbeda dengan PYB jenis kelamin laki-
laki, kenaikan secara absolut dari tahun 2009 ke tahun 2010
sebanyak 2.488 orang menjadi 115.150 orang dimana sebelumnya
hanya sebanyak 112.662 orang, pada tahun 2011 mengalami
peningkatan sebanyak 6.810 orang menjadi 121.960 orang.
Kecenderungan naiknya Penduduk yang bekerja perempuan
disebabkan memenuhi kebutuhan hidup dan perempuan sebagai
pekerja terkenal memiliki sifat lebih teliti dibandingkan kaum laki-laki.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
27
Tabel 2.14 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-laki 213.097 201.397 214.628
Perempuan 112.662 115.150 121.960
Jumlah 325.759 316.547 336.588
Sumber : BPS
2.5.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Untuk tahun 2006 kategori status pekerjaan utama oleh BPS
diperluas menjadi 7 kategori, yaitu berusaha sendiri, berusaha
dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, berusaha dibantu buruh
tetap/buruh dibayar, buruh/ karyawan/pegawai, pekerja bebas di
pertanian, pekerja bebas di non pertanian dan pekerjaan tak dibayar.
Bila dilihat status pekerjaan penduduk Papua Barat mayoritas
bekerja di sektor informal dan bekerja dengan status berusaha
dibantu buruh tidak tetap. Namun bila dilihat dari proporsinya terjadi
penurunan semula 26,31 persen pada tahun 2009 menurun pada
tahun 2010 yaitu sebesar 25,90 persen, dan 2011 menurun drastis
menjadi 18,18 persen.
Untuk sektor formal (bekerja dengan buruh
pekerja/buruh/karyawan) jumlah maupun proporsinya terus
meningkat yaitu pada tahun 2009 sebesar 27,03 persen meningkat
pada tahun 2011 menjadi 36,25 persen. Peningkatan sektor formal
dipengaruhi maraknya dunia usaha dan tumbuhnya perusahaan-
perusahaan sehingga menarik minat masyarakat untuk bergabung
dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Dengan adanya pergeseran sektor informal ke sektor formal
dan terutama berkurangnya jumlah pekerja tidak dibayar maka
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
28
diharapkan kesejahteraan masyarakat di Papua Barat semakin
meningkat.
Tabel 2.15
Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Status Pekerjaan 2009 2010 2011
Berusaha Sendiri 60.968 48.917 65.828
Berusaha Dibantu Buruh tidak tetap 85.694 81.975 61.194
Berusaha dibantu buruh tetap 5.679 5.166 6.612
Buruh/Karyawan/Pegawai 88.068 98.067 122.001
Pekerja bebas di pertanian 4.870 694 1.576
Pekerja bebas di non pertanian 5.555 3.139 5.600
Pekerja tidak dibayar 74.925 78.589 73.777
Jumlah 325.759 316.547 336.588
Sumber : BPS
2.5.6. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan
Penduduk yang bekerja dapat diklasifikasikan berdasarkan
jabatannya. Jabatan tersebut menunjukkan posisi pekerja yang
bersangkutan, jabatan tersebut biasanya erat terkait dengan
pendidikan yang ditamatkannya, keahlian yang dimiliki dan jenjang
karier seseorang.
Penduduk yang bekerja menurut jabatan tahun 2009-2011
masih didominasi pada jabatan, tenaga pertanian, kehutanan,
perburuan dan perikanan, pada tahun 2009 proporsinya mencapai
54,17 persen, menurun menjadi 52,99 persen pada tahun 2010 dan
pada tahun 2011 menjadi 49,96 persen. Pada tahun 2009 jabatan
tenaga produksi dan lainnya menduduki urutan kedua sebanyak
70.492 orang setalah jabatan tenaga usaha pertanian, disusul
jabatan tenaga Usaha penjualan sebanyak 26.688 orang, jabatan
tenaga profesional, teknisi dan sejenis sebanyak 24.280 orang.
Perkembangan pada tahun 2010 menunjukkan adanya peningkatan
jabatan tenaga professional, tenaga kepemimpinan, tenaga tata
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
29
usaha, sedangkan jabatan lainnya mengalami penurunan. Pada
tahun 2011 untuk jabatan tenaga pertanian mengalami penurunan
sehingga menjadi sebanyak 158.065 orang atau turun sebesar 5,76
persen, untuk tenaga produksi/operator juga mengalami penurunan
sehingga menjadi 57.518 orang atau turun sebesar 12,16 persen,
pada jabatan tenaga usaha penjualan mengalami kenaikan menjadi
sebanyak 49.917 orang, untuk jabatan tenaga professional dalam
tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi dilihat dari proporsi pada
tahun 2009 mencapai 7,45 persen, di tahun 2010 mencapai 8,83
persen dan pada tahun 2011 menurun menjadi sebesar 8,07 persen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.16 di bawah ini.
Tabel 2.16 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan/Jabatan
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Jenis Pekerjaan/Jabatan 2009 2010 2011
0/1 Tenaga Profesional 24.280 27.961 27.179
2 Tenaga Kepemimpinan 6.448 7.856 6.050
3 Tenaga Tata Usaha 14.748 14.871 22.205
4 Tenaga Usaha Penjualan 26.688 26.289 49.917
5 Tenaga Usaha Jasa 6.634 6.367 15.654
6 Tenaga Usaha Pertanian 176.469 167.724 158.065
7/8/9 Tenaga Produksi&Lainnya 70.492 65.479 57.518
Jumlah 325.759 316.547 336.588
Sumber : BPS
2.5.7. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja
Perkembangan ekonomi suatu daerah dapat ditentukan oleh
sejauh mana penduduk yang bekerja memenuhi jam kerja normal.
Semakin banyak penduduk minimal sama dengan jam kerja normal,
maka akan memberikan nilai tambah tidak saja kepada pekerja,
namun juga kontribusinya bagi perekonomian secara keseluruhan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
30
Penduduk yang bekerja berdasarkan jam kerja di Provinsi
Papua Barat, terlihat bahwa penduduk yang bekerja dengan jam
kerja normal (diatas 35 jam per minggu) mencapai 60 persen lebih.
Selama tahun 2009-2011 persentase untuk jam kerja 45-59 jam
mengalami kenaikan yaitu 20,30 persen pada tahun 2009, meningkat
menjadi 24,21 persen di tahun 2010, dan pada tahun 2011
meningkat kembali menjadi sebanyak 23,97 persen.
Tabel 2.17 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Jam Kerja 2009 2010 2011
0** 7.547 8.489 7.327
1-9 2.821 2.730 4.533
10-14 6.301 7.722 8.699
15-24 26.766 34.224 38.445
25-34 59.167 59.474 58.294
35-44 114.803 91.401 95.686
45-59 66.142 76.638 80.696
≥ 60 42.212 35.869 42.908
Jumlah 325.759 316.547 336.588
Sumber : BPS
2.6. Penganggur Terbuka
Penganggur terbuka adalah mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari
pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang
sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Dilihat dari tahun 2009-
2011 jumlah pengangguran terbuka di Provinsi Papua Barat mengalami
fluktuasi. Dimana pada tahun 2009 jumlah pengangguran sebanyak 26.626
orang dengan Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) sebesar 7,56 persen dan
pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi sebanyak 26.341 orang atau
dengan TPT sebesar 7,68 persen serta jumlah pengangguran ditahun 2011
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
31
meningkat menjadi sebesar 33.031 orang atau dengan TPT sebesar 8,94
persen.
2.6.1. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Proporsi penganggur menurut kelompok umur menunjukkan
bahwa penganggur pada kelompok umur 15-19 tahun mengalami
fluktuasi yaitu dari 17,01 persen pada tahun 2009 menjadi 16,76
persen pada tahun 2011. Peningkatan proporsi penganggur pada
kelompok umur ini diduga karena banyaknya persaingan untuk
masuk ke dunia kerja. Untuk kelompok umur diatasnya yang
termasuk pada kelompok umur produktif memperlihatkan proporsi
penganggur yang memprihatinkan karena terjadi peningkatan seiring
dengan tingginya persaingan di kelompok ini dalam memperoleh
kesempatan kerja.
Tabel 2.18
Penganggur Menurut Golongan Umur Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Golongan Umur 2009 2010 2011
15-19 4.528 4.060 5.536
20-24 9.907 7.986 7.899
25-29 5.648 7.497 10.700
30-34 3.131 3.004 4.493
35-39 1.162 1.066 2.316
40-44 1.167 1.236 737
45-49 433 521 703
50-54 377 623 224
55-59 273 227 423
60+ 0 121 -
Jumlah 26.626 26.341 33.031
Sumber : BPS
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
32
2.6.2. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan menjadi salah satu modal bagi pencari kerja untuk
memasuki pasar kerja. Seiring dengan peningkatan kesempatan
kerja untuk yang berpendidikan menengah dan tinggi, maka proporsi
penganggur untuk pendidikan Universitas mengalami peningkatan
yang sangat tinggi, yaitu dari 10,05 persen pada tahun 2009 menjadi
15,48 persen pada tahun 2010, pada tahun 2011 kembali meningkat
menjadi 23,08 persen. Diperkirakan jenjang pendidikan ini sedang
mencari pekerjaan ataupun mempersiapkan diri untuk peningkatan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tabel 2.19 Penganggur Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Pendidikan 2009 2010 2011
≤ SD 4.076 4.422 5.198
SMTP 4.315 2.964 4.340
SMTA Umum 8.910 8.962 10.811
SMTA Kejuruan 5.499 3.705 3.710
Diploma 1.150 2.211 1.348
Universitas 2.676 4.077 7.624
Jumlah 26.626 26.341 33.031
Sumber : BPS
2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Pada tabel 2.20 menunjukkan karakteristik penganggur
menurut jenis kelamin. Bila dilihat menurut jenis kelamin, maka dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi penganggur terbuka
tahun 2010 untuk laki-laki mengalami penurunan yang cukup berarti.
Namun pada tahun 2011 proporsinya meningkat tajam yaitu 19,45
persen, sedangkan proporsi penganggur terbuka perempuan
mengalami peningkatan, meskipun demikian dengan lebih kecilnya
proporsi penganggur perempuan dari pada laki-laki mengindikasikan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
33
bahwa laki-laki lebih aktif berusaha untuk mendapatkan pekerjaan
dibandingkan perempuan karena didorong oleh tuntutan ekonomi,
tanggung jawab kepada keluarga dan bisa juga karena prestise.
Tabel 2.20 Penganggur Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011
Jenis Kelamin 2009 2010 2011
Laki-laki 15.909 13.699 19.451
Perempuan 10.717 12.642 13.580
Jumlah 26.626 26.341 33.031
Sumber : BPS
2.7. Produktivitas Tenaga Kerja
Berdasarkan data produktivitas selama tahun 2009-2011
menunjukkan bahwa terjadi kenaikan untuk jumlah produktivitas dimana
pada tahun 2009 sebesar 20,78 juta Rp/ tenaga kerja, pada tahun 2010
sebesar 29,59 juta Rp/tenaga kerja, dan pada tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi 35,40 juta Rp./tenaga kerja
Untuk sektor lapangan usaha, sektor pertambangan memberikan
kontribusi terbesar yaitu 111,02 juta Rp./tenaga kerja pada tahun 2009,
pada tahun 2010 sebesar 161,32 juta Rp./tenaga kerja, dan mengalami
penurunan pada tahun 2011 menjadi 129,42 juta Rp./ tenaga kerja.
Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan nasional maupun
pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara meningkatkan
keefektivitasan dan mutu tenaga kerja. Sampai dengan tahun 2011 nilai
tambah setiap tenaga kerja di Provinsi Papua Barat cukup tinggi
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
34
Tabel 2.21 Produktivitas Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2011 (juta Rp. / tenaga kerja)
LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011
Pertanian 10,19 11,78 12,54
Pertambangan & Penggalian 111,02 161,32 129,42
Industri Pengolahan 79,77 244,79 428,14
Listrik, Gas dan Air 39,90 58,07 167,87
Konstruksi 41,71 44,81 49,68
Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,07 19,65 14,81
Pengangkutan dan Komunikasi 34,94 40,69 40,66
Keuangan 88,47 69,73 50,20
Jasa-jasa 14,12 17,46 19,87
Jumlah 20,78 29,59 35,40
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
35
BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
PERSEDIAAN TENAGA KERJA 2013-2017
Dalam perencanaan tenaga kerja, perkiraan persediaan tenaga kerja
merupakan salah satu aspek penting. Perkiraan persediaan tenaga kerja
meliputi perkiraan penduduk usia kerja, perkiraan tingkat partisipasi
angkatan kerja, dan perkiraan angkatan kerja. Informasi lain yang
dibutuhkan dalam perkiraan persediaan tenaga kerja adalah pertumbuhan
penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kematian, migrasi masuk, migrasi keluar
dan lainnya.
3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja
Penduduk usia kerja (PUK) pada tahun 2013-2017 diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan sebesar 5,62 persen atau sebanyak 30.141 orang.
Pada tahun 2013 jumlah PUK diperkirakan sebanyak 536.476 orang dan
pada tahun 2014 diperkirakan meningkat menjadi sebanyak 543.794.
Demikian juga, pada tahun 2015 diperkirakan meningkat menjadi sebanyak
551.253 orang, pada tahun 2016 jumlah PUK sebanyak 558.857 orang dan
pada tahun 2017 jumlahnya meningkat kembali menjadi sebanyak 566.617.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
36
3.1.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Perkiraan Penduduk usia kerja pada tahun 2013-2017
diperkirakan mengalami peningkatan diseluruh golongan umur,
walaupun proporsinya mengalami penurunan pada golongan umur
tertentu. Pada golongan umur 15-19 tahun diperkirakan jumlahnya
masih akan terus meningkat sampai dengan tahun 2017, walaupun
proporsinya selalu mengalami penurunan semula 15,66 persen pada
tahun 2013 menjadi 15,10 persen pada tahun 2017. Demikian juga
untuk golongan umur 20-24, dan golongan umur 25-29 tahun, dilihat
absolutnya bertambah masing-masing sebanyak 3.139 orang, dan
4.048 orang, sementara dari proporsinya mengalami penurunan.
Pola ini juga terjadi untuk golongan umur 30-34 tahun, sedangkan
Golongan umur 35 tahun keatas jumlah maupun proporsinya
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Tabel 3.1
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Golongan Umur
2013 2014 2015 2016 2017
15 - 19 84.022 84.392 84.772 85.162 85.570
20 - 24 70.969 71.741 72.522 73.310 74.108
25 - 29 86.258 87.252 88.259 89.276 90.306
30 - 34 72.901 73.674 74.462 75.267 76.087
35 - 39 58.980 59.982 61.001 62.038 63.092
40 - 44 51.122 51.913 52.717 53.533 54.362
45 - 49 35.825 36.504 37.195 37.899 38.617
50 - 54 31.083 31.811 32.556 33.319 34.099
55 - 59 19.452 20.193 20.963 21.762 22.591
60 + 25.864 26.331 26.807 27.291 27.784
Jumlah 536.476 543.794 551.253 558.857 566.617
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
37
3.1.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan kualitas
intelegensi dan intelektual manusia. Semakin tinggi kualitas sumber
daya manusia diharapkan mampu membangun moral dan kualitas
bangsa menuju ke arah yang lebih baik. Pelaksanaan pembangunan
pendidikan di Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013-2017, jumlah
maupun proporsi untuk PUK tingkat pendidikan maksimum SD dan
SMTP diperkirakan akan mengalami penurunan, yaitu masing-
masing sebesar minus 2,87 persen dan minus 1,65 persen.
Tabel 3.2
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017
Maksimum SD 223.545 222.840 221.968 220.975 219.835
SLTP 103.412 102.628 101.774 100.849 99.865
SMTA Umum 104.746 107.168 109.667 112.192 114.751
SMTA Kejuruan 47.885 50.561 53.347 56.243 59.256
Diploma 17.147 18.354 19.630 20.980 22.406
Universitas 39.741 42.242 44.867 47.618 50.503
Jumlah 536.476 543.794 551.253 558.857 566.617
Untuk pendidikan SMTA Umum, SMTA Kejuruan, Diploma
dan Universitas jumlah maupun proporsi setiap tahunnya
diperkirakan akan terus meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada
jumlah PUK yang berpendidikan SMTA Kejuruan yakni mencapai
11.372 orang, diikuti PUK yang berpendidikan universitas sebanyak
10.762 orang, dan peningkatan PUK berpendidikan SMTA Umum
berada pada urutan ketiga yakni mencapai 10.005. Untuk PUK yang
berpendidikan diploma peningkatannya diperkirakan terendah yakni
sebanyak 5.259 orang. Perkiraan tersebut dipengaruhi oleh
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, namun adanya
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
38
keterbatasan ekonomi menjadi salah satu faktor untuk tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi terutama jenjang
perguruan tinggi.
3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Pada periode tahun 2013-2017 diperkirakan jumlah PUK laki-
laki lebih besar dari PUK perempuan. Apabila dilihat proprosinya
PUK laki-laki selalu mengalami peningkatan, sementara PUK
perempuan berbanding terbalik dengan PUK laki-laki yakni
mengalami penurunan.
Tabel 3.3
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017
Laki-laki 288.542 293.282 298.121 303.060 308.105
Perempuan 247.934 250.511 253.132 255.797 258.511
Jumlah 536.476 543.794 551.253 558.857 566.617
Pada tahun 2013 penduduk usia kerja laki-laki jumlahnya
diperkirakan mencapai sebanyak 288.542 orang, dan sampai tahun
2017 diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 19.564 orang
(6,78%) sehingga menjadi sebanyak 308.105 orang. Sedangkan
untuk PUK perempuan diperkirakan tahun 2013 jumlahnya 247.934
orang selama lima tahun meningkat 4,27 persen sehingga menjadi
sebanyak 258.511 orang. Peningkatan PUK laki-laki diperkirakan
karena tanggung jawab mereka sebagai kepala rumah tangga
sehingga mereka akan berusaha dengan cara apapun untuk
mendapatkan pekerjaan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
39
3.2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Provinsi Papua Barat
diperkirakan pada tahun 2013-2017 secara umum cenderung meningkat,
meskipun peningkatannya relatif kecil. Secara kuantitas, tingkat partisipasi
angkatan kerja selama periode tersebut masing-masing 71,10 persen, 71,26
persen, 71,42 persen, 71,58 persen dan 71,74 persen. Peningkatan TPAK
dipengaruhi oleh semakin meningkatnya tingkat pendidikan angkatan kerja
serta tingkat kebutuhan hidup masyarakat di Papua Barat.
3.2.1. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur
Ditinjau dari sisi golongan umur, tingkat partisipasi angkatan
kerja semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya tuntutan
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pada tahun 2013-2017
diperkirakan terjadi penurunan pada TPAK golongan umur 15 – 19
tahun dan 20 – 24 tahun. Sementara itu, TPAK golongan umur rata-
rata mengalami peningkatan kecuali pada golongan umur 55-59
tahun. Peningkatan terbesar diperkirakan pada golongan umur 35-39
tahun, dengan laju pertumbuhan terbesar, yakni mencapai sebesar
1,46 persen. Sedangkan yang mengalami peningkatan terkecil ada
pada golongan umur 50-54 tahun, yaitu sebesar 0,10 persen.TPAK
golongan umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun, ke depan diperkirakan
akan selalu mengalami penurunan. Penurunan TPAK golongan umur
ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan
yang lebih tinggi sudah semakin baik, selain itu juga
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat juga sudah
semakin meningkat sehingga semakin banyak orang tua yang
mampu membiayai pendidikan yang lebih tinggi.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
40
Tabel 3.4
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Menurut Golongan Umur
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Persen)
Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 2017
15 - 19 33,06 33,01 32,97 32,93 32,89
20 - 24 67,83 67,74 67,65 67,56 67,47
25 - 29 80,00 80,24 80,49 80,74 80,98
30 - 34 79,27 79,45 79,64 79,82 80,00
35 - 39 87,06 87,38 87,69 88,01 88,33
40 - 44 87,56 87,74 87,91 88,09 88,27
45 - 49 83,72 83,99 84,26 84,54 84,81
50 - 54 83,13 83,15 83,18 83,20 83,22
55 - 59 65,86 65,32 64,78 64,24 63,71
60 + 54,03 54,12 54,20 54,28 54,37
Jumlah 71,10 71,26 71,42 71,58 71,74
3.2.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
ingkat Pendidikan
Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan di Papua Barat tingkat
partisipasi angkatan kerja secara umum diperkirakan akan
mengalami kenaikan kecuali yang berpendidikan Maksimum SD dan
SMTP diperkirakan mengalami penurunan. Pada tahun 2013-2017
pertumbuhan paling tinggi adalah TPAK berpendidikan SMTA
Kejuruan, yaitu mencapai sebesar 2,20 persen, disusul oleh TPAK
berpendidikan SMTA Umum, yaitu mencapai sebesar 0,91 persen.
Hal ini berarti lulusan kejuruan akan lebih banyak yang masuk dunia
kerja dibandingkan Sekolah Menengah Atas Umum.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
41
Tabel 3.5
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Persen)
Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017
Maksimum SD 71,65 71,35 71,04 70,70 70,35
SLTP 55,02 54,90 54,75 54,59 54,42
SMTA Umum 70,18 70,36 70,53 70,68 70,81
SMTA Kejuruan 80,13 80,60 81,05 81,48 81,89
D1 - D3 87,32 87,48 87,62 87,74 87,83
Universitas 94,40 94,60 94,78 94,94 95,07
Jumlah 71,10 71,26 71,42 71,58 71,74
3.2.3. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Papua Barat menurut
jenis kelamin pada tahun 2013-2017 diperkirakan masih didominasi
oleh jenis kelamin laki-laki. Meskipun masih didominasi oleh TPAK
laki-laki, pertumbuhan TPAK paling tinggi selama periode 5 tahun
terjadi pada TPAK perempuan, yakni sebesar 0,99 persen yaitu dari
56,89 persen pada tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 57,45
persen pada tahun 2017.
Bila dilihat, perkembangan TPAK jenis kelamin perempuan
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, semakin terbukanya
kesempatan kerja bagi perempuan dan dipengaruhi oleh adanya
pengakuan peranan perempuan yang berkiprah diluar rumah tangga,
disamping ada nya jaminan kerja, perlindungan, pelayanan dan hak
perempuan makin luas serta sangat diperhatikan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
42
Tabel 3.6
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Persen)
Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017
Laki-laki 83,31 83,42 83,52 83,63 83,73
Perempuan 56,89 57,03 57,17 57,31 57,45
Jumlah 71,10 71,26 71,42 71,58 71,74
3.3 Perkiraan Angkatan Kerja
Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja. Pada
tahun 2013 jumlah angkatan kerja diperkirakan sebanyak 381.434 orang
dan pada tahun 2017 diperkirakan meningkat menjadi sebanyak 406.489
orang atau mengalami kenaikan sebesar 6,57 persen. Dalam berbagai
karakteristik, perkembangan angkatan kerja disajikan sebagai berikut.
3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Komposisi angkatan kerja menurut golongan umur selama
tahun 2013-2017 diperkirakan didominasi oleh golongan umur 20-44
tahun, masing-masing golongan umur proporsinya diatas 10 persen
terutama golongan umur 25-29 tahun. Diperkirakan terjadinya
tambahan jumlah angkatan kerja pada golongan umur ini, karena
meningkatnya jumlah lulusan pendidikan tinggi yang memasuki pasar
kerja baik bekerja maupun mencari pekerjaan.
Dalam periode 5 tahun tersebut, jumlah angkatan kerja
terendah diperkirakan pada golongan umur 55-59 tahun masing-
masing sebanyak 12.881 (3,36 %), 13.190 (3,40 %), 13.579 (3,45
%), 13.980 (3,49 %) dan pada tahun 2017 sebanyak 14.393 (3,54
%). Pada golongan umur ini, walaupun jumlahnya terendah tetapi
proporsinya terus meningkat. Sementara untuk golongan umur 15-19
jumlahnya selalu meningkat namun proporsinya selalu menurun.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
43
Demikian juga halnya golongan umur 20-24 tahun, diperkirakan
jumlahnya selalu meningkat sedangkan proporsinya menurun.
Tabel 3.7
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 2017
15 - 19 27.774 27.861 27.951 28.045 28.144
20 - 24 48.137 48.596 49.059 49.527 50.000
25 - 29 69.005 70.014 71.039 72.078 73.133
30 - 34 57.789 58.536 59.298 60.077 60.871
35 - 39 51.348 52.410 53.494 54.601 55.731
40 - 44 44.764 45.548 46.346 47.157 47.983
45 - 49 29.992 30.660 31.342 32.039 32.752
50 - 54 25.840 26.452 27.079 27.720 28.377
55 - 59 12.811 13.190 13.579 13.980 14.393
60 + 13.975 14.249 14.529 14.815 15.106
Jumlah 381.434 387.515 393.716 400.039 406.489
3.3.2. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Angkatan kerja pada tahun 2013-2017 menurut tingkat
pendidikan diperkirakan akan mengalami kenaikan kecuali pada
tingkat Sekolah Dasar (SD) dan tingkat SMTP. Angkatan kerja yang
berpendidikan maksimum SD diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan minus sebesar -3,44 persen, begitu juga untuk
angkatan kerja yang berpendidikan SMTP akan mengalami
pertumbuhan minus sebesar -4,48. Penurunan angkatan kerja yang
berpendidikan maksimum SD ini diperkirakan karena meningkatnya
kesadaran akan pendidikan yang lebih tinggi serta pengurangan
alamiah yaitu meninggalnya angkatan kerja yang berpendidikan
maksimum SD yang sudah berusia lanjut. Kenaikan tertinggi terdapat
pada tingkat pendidikan Universitas, kemudian pada tingkat SMTA
dan Diploma. Ini menandakan bahwa kualitas angkatan kerja
menurut pendidikan cenderung meningkat terbukti dari
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
44
perkembangan pergeseran SMTP dan SMTA Umum yang lebih
rendah dibanding Universitas dan Diploma.
Tabel 3.8
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017
Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017
Maksimum SD 160.172 159.005 157.682 156.240 154.662
SLTP 56.895 56.342 55.725 55.059 54.348
SMTA Umum 73.506 75.401 77.346 79.298 81.259
SMTA Kejuruan 38.372 40.751 43.237 45.828 48.527
Diploma 14.972 16.055 17.199 18.407 19.680
Universitas 37.516 39.961 42.526 45.208 48.014
Jumlah 381.434 387.515 393.716 400.039 406.489
3.3.3. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Angkatan kerja pada tahun 2013-2017 yang berjenis kelamin
laki-laki diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih besar
dibanding dengan perempuan. Persentase angkatan kerja laki-laki
diperkirakan sebesar 7,32 persen sedangkan angkatan kerja
perempuan diperkirakan sebesar 5,29 persen. Hal ini dikarenakan
laki-laki merupakan kepala rumah tangga dan mempunyai kewajiban
untuk menafkahi keluarganya sehingga tambahan angkatan kerja
laki-laki lebih banyak. Berikut disajikan perkiraan angkatan kerja
menurut jenis kelamin.
Tabel 3.9
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017
Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017
Laki-laki 240.389 244.652 249.002 253.444 257.979
Perempuan 141.045 142.864 144.714 146.596 148.510
Jumlah 381.434 387.515 393.716 400.039 406.489
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
57
BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA 2013-2017
Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah sosial besar
yang dihadapi. Pengangguran terjadi sebagai akibat dari tidak seimbangnya
antara jumlah angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja dengan jumlah
kesempatan kerja yang tersedia.
Jumlah penganggur terbuka di Provinsi Papua Barat pada tahun
2013 – 2017 diperkirakan akan terus menurun. Pada tahun 2013 jumlah
penggangur di Provinsi Papua Barat sebanyak 23.454 orang dengan tingkat
penggangur terbuka sebesar 6,15 persen. Jumlah ini diperkirakan akan
mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2017, yakni
menjadi 12.518 dengan tingkat penggangur terbukanya mencapai 3,08
persen. merupakan salah satu prestasi yang luar biasa jika pemerintah
Provinsi Papua Barat dapat mewujudkan target ini, karena dengan
menurunnya tingkat penggangur terbuka akan berdampak terhadap
peningkatan kesejahteraan rakyat Provinsi Papua Barat.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
58
5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Penganggur terbuka menurut golongan umur diperkirakan
mengalami penurunan di semua golongan umur. Penurunan terbesar terjadi
pada golongan umur 25-29 tahun. Pada tahun 2013, jumlah penganggur
terbuka golongan umur 25-29 tahun diperkirakan sebanyak 8.001 orang
dengan TPT 11,60 persen menurun menjadi 4.767 orang dengan TPT 6,52
persen pada tahun 2017. Penganggur terbuka golongan umur 60 tahun
keatas merupakan golongan umur yang mengalami penurunan penganggur
terkecil yaitu sebanyak 108 orang selama periode tahun 2013-2017 dengan
TPT 1,28 persen pada tahun 2013 dan menurun menjadi 0,47 persen pada
tahun 2017.
Tabel 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Provinsi Papua Barat, Tahun 2012-2016 (Orang)
Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 2017
15 - 19 4.317 3.963 3.596 3.192 2.716
20 - 24 5.380 4.936 4.465 3.919 3.231
25 - 29 8.001 7.344 6.637 5.812 4.767
30 - 34 2.942 2.494 2.019 1.458 963
35 - 39 1.369 1.178 962 721 321
40 - 44 457 409 346 220 155
45 - 49 327 240 184 118 76
50 - 54 184 143 118 98 72
55 - 59 297 276 249 203 145
60 + 179 161 138 110 71
Jumlah 23.454 21.146 18.713 15.852 12.518
5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Penurunan terbesar jumlah penganggur terbuka menurut tingkat
pendidikan pada tahun 2013-2017 terdapat pada tingkat pendidikan SMTA
Umum. Pada tahun 2013 jumlah penganggur berpendidikan SMTA Umum
mencapai sebanyak 7.895 orang mengalami penurunan sebanyak 2.931
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
59
sehingga menjadi sebanyak 4.965 orang pada tahun 2017. Penurunan
jumlah penganggur yang berpendidikan universitas merupakan tertinggi
kedua yaitu mencapai 2.901 orang dengan penurunan tingkat penganggur
terbuka mencapai sebesar 9,26 persen selama periode tahun 2013-2017.
Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Papua Barat, Tahun 2012-2016 (Orang)
Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017
Maksimum SD 4.347 3.832 3.616 3.238 2.526
SLTP 2.010 1.741 1.401 943 648
SMTA Umum 7.895 7.362 6.781 6.022 4.965
SMTA Kejuruan 2.143 1.713 1.169 863 795
D1 - D3 928 794 615 445 356
Universitas 6.130 5.705 5.133 4.341 3.229
Jumlah 23.454 21.146 18.713 15.852 12.518
5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Pada tahun 2013 penganggur laki-laki diperkirakan masih cukup
besar yaitu sebanyak 13.739 orang namun pada akhir tahun 2017
diharapkan menurun sehingga menjadi sebanyak 7.167 orang. Sedangkan
untuk angka penganggur perempuan diperkirakan mencapai 9.715 orang
pada tahun 2013 dan diperkirakan menurun menjadi 5.351 orang pada
tahun 2017. Jika dibandingkan antara kedua jenis kelamin ini untuk angka
penganggur laki-laki hingga saat ini memang masih cukup besar, hal ini
karena secara tradisi laki-laki dipandang sebagai tulang punggung keluarga
sehingga masuk pasar kerja dan termasuk angkatan kerja jauh lebih banyak
daripada perempuan. Di sisi lain justru banyak perusahaan yang lebih
memilih perempuan sebagai tenaga kerjanya dikarenakan tenaga kerja
perempuan dianggap lebih menguntungkan pihak manajemen perusahaan
karena lebih telaten dan lebih mudah diatur.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
60
Tabel 5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat, Tahun 2012-2016 (Orang)
Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017
Laki-laki 13.739 12.702 10.835 9.109 7.167
Perempuan 9.715 8.445 7.879 6.743 5.351
Jumlah 23.454 21.146 18.713 15.852 12.518
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
45
BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA 2013-2017
4.1 Kondisi Ekonomi
Kinerja perekonomian Provinsi Papua Barat yang digambarkan
oleh perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga konstan 2000, memiliki pengaruh terhadap penciptaan
kesempatan kerja.
Pada tahun 2013-2017 pertumbuhan ekonomi diperkirakan
meningkat sebesar 0,98 persen, yaitu dari 8,20 persen pada tahun 2013
meningkat menjadi 9,18 persen pada tahun 2017. Peningkatan ini
terjadi disemua sektor perekonomian, dengan adanya peningkatan ini
diharapkan akan memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat, yang
tercermin pada peningkatan pendapatan per kapita dan menurunkan
tingkat kemiskinan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
46
Tabel 4.1 Perkiraan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat
Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013-2017 (%)
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
1. Pertanian 7.00 7.10 7.13 7.15 7.20
2. Pertambangan 9.00 9.40 9.45 9.50 9.60
3. Industri Pengolahan 10.00 11.00 11.05 11.10 11.20
4. Listrik, Gas dan Air 25.96 26.50 22.50 23.50 24.20
5. Bangunan 7.00 7.15 7.25 7.35 7.40
6. Perdagangan 4.96 5.02 5.32 5.62 5.92
7. Angkutan 5.06 5.16 5.20 5.26 5.35
8. Keuangan 6.69 9.20 9.25 9.28 9.10
9. Jasa Kemasyarakatan 6.50 6.55 6.65 6.70 6.85
Jumlah 8.20 8.79 8.90 9.02 9.18
Dengan kondisi ekonomi daerah yang sedemikian rupa, diharapkan
akan dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk dapat
meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Hal ini dimungkinkan dengan
kondisi perekonomian daerah tersebut, diharapkan dapat membuka
lapangan kerja baru yang akan menyerap tenaga kerja baru (penganggur)
sehingga akan menurunkan angka pengangguran hingga mencapai 3,08
persen pada tahun 2017.
Tabel 4.2 Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan Usaha, Provinsi Papua Barat
Tahun 2013-2017 (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
1. Pertanian 2,341 2,507 2,686 2,878 3,086
2. Pertambangan 1,300 1,423 1,557 1,705 1,869
3. Industri Pengolahan 5,858 6,503 7,221 8,023 8,921
4. Listrik, Gas dan Air 50 63 77 95 119
5. Bangunan 922 988 1,060 1,138 1,222
6. Perdagangan 917 963 1,014 1,071 1,135
7. Angkutan 768 808 850 895 943
8.. Keuangan 251 274 299 327 357
9. Jasa Kemasyarakatan 1,335 1,422 1,517 1,619 1,729
Jumlah 13,744 14,952 16,283 17,751 19,380
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
47
Produk domestik regional bruto diperkirakan tahun 2013 bersumber
dari Sektor Industri Pengolahan (42,63%), Sektor Pertanian (17,04%),
Sektor Jasa Kemasyarakatan (9,71%), Sektor Pertambangan dan
Penggalian (9,46%), Sektor Bangunan (6,71 %), Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran (6,67%), Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (5,59%),
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,83 %) dan Sektor
Listrik, Gas dan Air (0,36 %).
Sektor pertanian diperkirakan tetap menjadi terbesar dalam
penyediaan kesempatan kerja, hal ini disebabkan sektor ini dijadikan
sumber pendapatan utama bagi mayoritas penduduk Papua Barat. Ini
terbukti dengan adanya program pemerintah untuk menjadikan tanah Papua
khususnya provinsi Papua Barat sebagai wilayah lumbung padi. Pemerintah
terus mencetak lahan persawahan baru di beberapa daerah yang dinilai
berpotensi menjadi lumbung padi.
Sumbangan sektor pertambangan pada tahun 2013-2017
diperkirakan menduduki urutan keempat yakni sebesar 9,46 persen pada
tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,64 persen pada
tahun 2017. Sektor ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar
9,00 persen pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi sebesar
9,60 persen pada tahun 2017. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi
diperkirakan karena meningkatnya investasi dengan pembukaan kegiatan
eksplorasi pertambangan baru di provinsi Papua Barat.
Sektor industri diperkirakan sebagai penyumbang terbesar dalam
pembentukan PDRB Papua Barat, pada tahun 2013 menyumbang 42,63
persen, meningkat menjadi 46,03 persen pada tahun 2017. Sektor industri
tergolong besar pengaruhnya terhadap pembentukan PDRB, namun
penyerapan tenaga kerjanya urutan keempat setelah Sektor pertanian,
perdagangan dan jasa kemasyarakatan.
Pertumbuhan di sektor listrik, gas dan air pada tahun 2013 – 2017
diperkirakan terbesar yakni mencapai 25,96 persen dan 24,20 persen.
Namun demikian, bila dilihat menurut proporsinya sektor ini terkecil dalam
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
48
pembentukan PDRB yakni 0,36 persen pada tahun 2013 dan meningkat
menjadi 0,61 persen pada tahun 2017. Sektor listrik, gas dan air, merupakan
sektor pendukung sektor lainnya, terutama untuk kegiatan konsumsi,
industri, dan rumah tangga.
Pertumbuhan sektor bangunan dalam mendukung perekonomian
Papua Barat mampu tumbuh 7,00 persen pada tahun 2013 dan 7,15 persen
pada tahun 2014, pertumbuhan ini masih terus meningkat pada akhir tahun
2017 menjadi sebesar 7,40 persen. Perkembangan sektor bangunan
diperkirakan karena meningkatnya proyek-proyek infrastruktur baik yang
dibiayai pemerintah maupun swasta di antaranya jalan raya, pelabuhan,
jembatan, perumahan dan real estate, hotel, restoran dan ruko.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh
sebesar 4,96 persen pada tahun 2013 dan terus meningkat menjadi 5,92
persen pada tahun 2017. Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan
restoran dipengaruhi oleh aktivitas dan perkembangan daya beli
masyarakat. Salah satu faktor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan
sektor ini adalah sub sektor perhotelan, yakni dengan membaiknya tingkat
hunian, baik dilihat dari jumlah maupun lamanya menginap dari wisatawan
domestik dan wisatawan asing.
Sektor angkutan merupakan salah satu penggerak bagi
perekonomian di Papua Barat, meskipun kontribusinya selama lima tahun ke
depan diperkirakan akan menurun. Kontribusi sektor ini pada tahun 2013
diperkirakan sebesar 5,59 persen dan pada tahun 2017 diperkirakan akan
sedikit menurun menjadi sebesar 4,86 persen.
Pola pertumbuhan sektor keuangan diperkirakan meningkat dalam
periode 5 tahun kedepan, sehingga mempengaruhi kontribusinya terhadap
PDRB. Meningkatnya sektor ini dikarenakan semakin banyaknya lembaga
keuangan (Bank pemerintah, swasta dan BPR), lembaga pembiayaan
(leasing) dan pegadaian.
Sektor jasa kemasyarakatan pada tahun 2013 diperkirakan
menyumbang 9,71 persen dari total PDRB atau senilai 1.253 milyar rupiah.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
49
Sampai dengan tahun 2017 diperkirakan akan meningkat menjadi sebesar
1.729 milyar rupiah atau 8,92 persen.
4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja
Penciptaan kesempatan kerja merupakan salah satu langkah untuk
penanggulangan pengangguran. Semakin banyak kesempatan kerja yang
tercipta menyebabkan rendahnya atau berkurangnya pengangguran.
Penciptaan kesempatan kerja di berbagai sektor atau lapangan usaha
sangat diharapkan sehingga memberikan peluang kepada penduduk untuk
bekerja. Perkiraan kesempatan kerja tahun 2013-2017 merupakan perkiraan
besarnya peluang kesempatan kerja pada tahun dimaksud. Kesempatan
kerja pada tahun 2013–2017 diperkirakan akan mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013 sebanyak 357.980 orang meningkat menjadi 393.971
orang pada tahun 2017, atau mengalami peningkatan sebanyak 35.991
orang.
4.2.1. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Untuk tahun 2013-2017, perkiraan kesempatan kerja menurut
lapangan usaha masih didominasi oleh 3 lapangan usaha yaitu
sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa
kemasyarakatan. Untuk sektor pertanian diperkirakan memiliki
kesempatan kerja sebanyak 165.466 orang pada tahun 2013
meningkat sebanyak 3.080 orang menjadi 168.545 orang pada tahun
2017. Sektor jasa kemasyarakatan berada pada urutan kedua
dengan 17,93 persen atau 64.201 orang pada tahun 2013 dan
71.490 orang atau 18,15 persen di tahun 2017, sektor ini memiliki
pertambahan terbesar kedua juga yaitu sebanyak 7.290 orang.
Meningkatnya sektor jasa menyebabkan sektor ini semakin terbuka
kesempatan kerjanya. Sektor yang berada pada urutan terbesar
ketiga adalah sektor perdagangan, yaitu sebanyak 58.676 orang
pada 2013 mengalami peningkatan sebanyak 4.571 orang sehingga
menjadi sebanyak 63.247 orang pada tahun 2017. Sektor ini
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
50
diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan semakin besarnya
sektor informal.
Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
1. Pertanian 165.466 166.197 166.949 167.735 168.545
2. Pertambangan 11.392 12.451 13.519 14.632 15.890
3. Industri Pengolahan 16.298 18.073 19.888 21.795 23.943
4. Listrik, Gas dan Air 368 464 568 699 868
5. Bangunan 18.435 19.535 20.663 21.905 23.193
6. Perdagangan 58.676 59.726 60.827 62.011 63.247
7. Angkutan 17.748 18.072 18.419 18.789 19.183
8.. Keuangan 5.399 5.893 6.412 7.001 7.613
9. Jasa Kemasyarakatan 64.201 65.958 67.758 69.620 71.490
Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971
4.2.2. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Untuk kesempatan menurut golongan umur 2013 - 2017
jumlahnya diperkirakan akan mengalami kenaikan untuk setiap
golongan umur. Untuk golongan umur 15-24 tahun, 30-34 tahun, 40-
44 tahun, dan 60 tahun ke atas jumlahnya diperkirakan mengalami
peningkatan namun untuk proporsinya diperkirakan justru mengalami
penurunan. Seperti pada golongan umur 15-19 tahun jumlah
kesempatan kerja pada tahun 2013-2017 diperkirakan meningkat
sebanyak 1.972 orang sedangkan untuk proporsinya akan
mengalami penurunan sebanyak 0,10 persen yakni dari 6,55 persen
pada tahun 2013 menurun menjadi 6,45 persen pada tahun 2017.
Pada golongan umur 25-29 merupakan golongan umur yang
mengalami pertambahan kesempatan kerja terbesar dibandingan
dengan golongan umur lainnya yaitu sebanyak 7.363 orang dengan
kenaikan proporsi sebesar 0,31 persen.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
51
Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 2017
15 - 19 23.456 23.898 24.355 24.853 25.428
20 - 24 42.757 43.659 44.595 45.608 46.769
25 - 29 61.003 62.670 64.402 66.266 68.366
30 - 34 54.848 56.042 57.279 58.618 59.908
35 - 39 49.978 51.231 52.532 53.880 55.410
40 - 44 44.307 45.139 46.000 46.937 47.828
45 - 49 29.665 30.419 31.158 31.921 32.676
50 - 54 25.655 26.309 26.961 27.622 28.304
55 - 59 12.515 12.914 13.330 13.777 14.248
60 + 13.796 14.088 14.391 14.705 15.035
Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971
4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi pada
saat ini kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas menjadi
sebuah kebutuhan. Oleh karena itu kesempatan kerja untuk tingkat
pendidikan Maksimum SD diperkirakan mengalami penurunan
sebanyak 3.689 orang selama tahun 2013-2017, pada tahun 2013
diperkirakan jumlah kesempatan kerja yang tercipta sebanyak
155.825 orang dan pada tahun 2017 sebanyak 152.137 orang. Untuk
tingkat pendidikan SMTP diperkirakan juga akan mengalami
penurunan, yaitu sebanyak 1.185 orang selama periode 5 tahun
tersebut.
Untuk perkiraan kesempatan kerja dengan jenjang pendidikan
Universitas diperkirakan akan mengalami kenaikan walaupun secara
keseluruhan jumlah kesempatan kerja yang tersedia masih sedikit
yakni sebanyak 31.386 orang pada tahun 2013 dan 44.785 orang
pada tahun 2017. Sedangkan perkiraan jumlah kesempatan kerja
yang dapat dikatakan relatif masih kecil terdapat pada jenjang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
52
pendidikan Diploma, yakni sebanyak 14.044 orang pada tahun 2013
dan 19.323 orang pada tahun 2017.
Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017
Maksimum SD 155.825 155.173 154.067 153.002 152.137
SLTP 54.885 54.602 54.325 54.116 53.700
SMTA Umum 65.610 68.040 70.565 73.276 76.295
SMTA Kejuruan 36.229 39.038 42.069 44.965 47.732
D1 - D3 14.044 15.261 16.585 17.962 19.323
Universitas 31.386 34.256 37.393 40.867 44.785
Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971
4.2.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Jumlah perkiraan kesempatan kerja menurut jenis kelamin
masih di dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi
kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 226.651
orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 24.161 orang
menjadi 250.812 orang di tahun 2017. Sedangkan perkiraan
kesempatan kerja untuk jenis kelamin perempuan juga mengalami
kenaikan sebanyak 11.830 orang, sebanyak 131.330 orang pada
tahun 2013 menjadi 143.160 orang pada tahun 2017. Perkiraan
kesempatan kerja laki-laki lebih banyak daripada perempuan
dikarenakan laki-laki sebagai tulang punggung keluarga sehingga
harus mencari nafkah.
Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 2017
Laki-laki 226.651 231.950 238.168 244.335 250.812
Perempuan 131.330 134.419 136.835 139.853 143.160
Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
53
4.2.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Utama
Status pekerjaan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua)
kategori yaitu informal dan formal. Kategori informal memiliki
presentase yang cukup besar dibandingkan dengan kategori formal.
Kesempatan kerja yang masuk dalam kategori informal adalah
mereka yang berusaha sendiri tanpa bantuan, pekerja bebas
disektor pertanian maupun pertanian serta pekerja tanpa dibayar.
Kesempatan kerja di Provinsi Papua Barat pada tahun 2013 –
2017 diperkirakan masih akan didominasi oleh sektor informal.
Proporsi sektor informal, yakni mencapai lebih dari 58 persen.
Meskipun proporsinya diperkirakan terus menurun, yakni 58,36
persen pada tahun 2013 menjadi 53,65 persen pada tahun 2017,
namun kondisi ini menunjukan bahwa pembangunan yang
dilaksanakan di Provinsi Papua Barat belum cukup mampu
menyediakan banyak kesempatan kerja di sektor formal.
Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Status Pekerjaan 2013 2014 2015 2016 2017
1. Brsh Sendiri tanpa bantuan
66.440
66.801
67.121
67.464
67.832
2. Brsh Dengan Dibantu
62.149
62.712
63.239
63.791
64.368
3. Brsh. Dengan Buruh
7.742
8.396
9.101
9.868
10.703
4. Pekerja/Buruh/karyawan
141.307
148.440
155.836
163.651
171.915
5. Pkj. Bebas di Pertanian
2.070
2.369
2.709
3.100
3.548
6. Pkj. Bebas di Non Pertanian
5.982
6.170
6.359
6.557
6.763
7. Pekerja tak dibayar
72.291
71.482
70.637
69.757
68.843
Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
54
4.2.6. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan
Perkiraan kesempatan kerja menurut jabatan utama pada
tahun 2013-2017 masih di dominasi oleh mereka yang jenis
pekerjaannya sebagai tenaga usaha pertanian. Proporsi tenaga
usaha pertanian mencapai sebesar 44,44 persen pada tahun 2013
dan pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 3,67 persen
sehingga menjadi 40,77 persen. Untuk kesempatan kerja yang
menyerap tenaga kerja terbesar kedua yaitu tenaga produksi dan
lainnya, proporsinya mengalami penurunan sebesar 0,39 persen,
yaitu dari sebesar 16,67 persen pada tahun 2013 dan menurun
menjadi 16,28 persen pada tahun 2017.
Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Jenis Pekerjaan Utama 2013 2014 2015 2016 2017
0/1. Tenaga Profesional
28.425
28.700
28.971
29.251
29.541
2. Tenaga Kepemimpinan
7.178
7.684
8.224
8.803
9.426
3. Tenaga Tata Usaha
24.607
25.455
26.325
27.231
28.176
4. Tenaga Usaha Penjualan
59.093
62.614
66.206
70.021
74.073
5. Tenaga Usaha Jasa
19.900
21.669
23.590
25.686
27.976
6. Tenaga Usaha Pertanian
159.086
159.473
159.824
160.211
160.638
7/8/9. Tenaga Produksi & lainnya
59.692
60.775
61.863
62.984
64.142
Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971
4.2.7. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja
Jam kerja menunjukkan pemakaian waktu yang digunakan
oleh tenaga kerja selama mereka bekerja. Jam kerja dibagi 2
kategori yaitu bekerja penuh (penduduk yang bekerja lebih dari 35
jam seminggu) dan setengah penganggur (penduduk yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu).
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
55
Kesempatan kerja menurut jam kerja diatas 35 jam pada
tahun 2013-2017 diperkirakan mengalami peningkatan sebanyak
30.835 orang. Peningkatan ini untuk semua jam kerja, peningkatan
terbesar terjadi pada jam kerja 35-44 jam yaitu mencapai sebanyak
12.569 orang. Proporsi kesempatan kerja untuk jam kerja 35-44 jam
sebesar 28,50 persen pada tahun 2013 dan pada tahun 2017
meningkat menjadi 29,08 persen. Peningkatan jam kerja ini
diperkirakan semakin meningkatnya produksi perusahaan yang
mengakibatkan para kerja membutuhkan waktu kerja lebih lama
dibandingkan dengan waktu kerja normal.
Tabel 4.9
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Orang)
Jam Kerja 2013 2014 2015 2016 2017
0
7.517
7.587
7.659
7.737
7.822
1-9
4.819
4.881
4.943
5.011
5.084
10-14
9.005
9.086
9.168
9.259
9.357
15-24
39.553
39.787
40.023
40.293
40.598
25-34
60.732
61.476
62.230
63.044
63.921
35-44
102.007
104.949
107.978
111.182
114.576
45-59
86.285
88.528
90.830
93.266
95.847
≥ 60
48.062
50.074
52.170
54.397
56.767
Jumlah 357.980 366.369 375.003 384.187 393.971
4.3. Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan nasional maupun
pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara meningkatkan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
56
keefektivitasan dan mutu tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja terbesar
selama tahun 2013-2017 diperkirakan terdapat disektor industri pengolahan.
Selama periode tersebut produktivitas di sektor tersebut cenderung menurun
yakni dari 359,46 juta rupiah/tenaga kerja pada tahun 2013 meningkat pada
tahun 2017 menjadi 372,61 juta rupiah/tenaga kerja. Sektor lain yang cukup
tinggi dalam produktivitasnya adalah sektor listrik, gas dan air yakni 135,64
juta rupiah/tenaga kerja pada tahun 2013, mengalami peningkatan menjadi
136,64 juta rupiah/tenaga kerja pada tahun 2017.
Tabel 4.10 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013-2017 (Juta Rp./Tenaga Kerja)
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
1. Pertanian 14.15 15.09 16.09 17.16 18.31
2. Pertambangan 114.15 114.25 115.17 116.52 117.59
3. Industri Pengolahan 359.46 359.80 363.09 368.09 372.61
4. Listrik, Gas dan Air 135.64 135.89 136.15 136.51 136.64
5. Bangunan 50.04 50.60 51.30 51.95 52.70
6. Perdagangan 15.63 16.12 16.67 17.28 17.94
7. Angkutan 43.30 44.71 46.15 47.63 49.14
8.. Keuangan 46.49 46.51 46.70 46.74 46.89
9. Jasa Kemasyarakatan 20.79 21.56 22.39 23.25 24.19
Jumlah 38.39 40.81 43.42 46.20 49.19
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
61
BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
PROVINSI PAPUA BARAT
Sejak ditetapkannya otonomi khusus, Provinsi Papua Barat dan
rakyat Papua Barat memiliki kewenangan yang lebih luas untuk mengatur
dan mengurus sendiri serta tanggung jawab yang lebih besar untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur kekayaan alam untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Papua Barat. Papua Barat sebagai
salah satu provinsi yang baru terbentuk serta berkembang memiliki 8
kabupaten dan 1 kota, tentunya memiliki masalah terutama yang berkaitan
dengan ketertinggalan dan keterisolasian. Pengembangan wilayah Papua
Barat juga memiliki tantangan yang lebih sulit jika dibandingkan dengan
wilayah lain. Tantangan terbesar adalah memberikan perhatian yang sama
terhadap seluruh wilayah pesisir, wilayah pegunungan, dan wilayah dataran,
serta sekaligus membangun keterkaitan antarwilayah dalam satu kesatuan
ruang wilayah.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dan
tantangan tersebut tidak hanya berupa wilayah akan tetapi juga dengan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
62
masyarakat didalamnya. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh
pemerintah provinsi adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang
layak. Tantangan tersebut mencakup dua hal sekaligus, yaitu penciptaan
lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja yang belum bekerja dan
peningkatan produktivitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja.
Kompleksnya permasalahan ketenagakerjaan perlu mendapatkan
perhatian dari pemerintah untuk mengatasinya. Pengambilan suatu
kebijakan yang tepat akan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi,
untuk itu peran pemerintah sangatlah besar terhadap terwujudnya
masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, tidak tepat jika ada anggapan
bahwa pembinaan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan dapat
dilakukan dengan mengandalkan suatu kebijakan tunggal. Demikian juga
halnya dengan aspek kelembagaan fungsional yang terlibat dalam bidang
ketenagakerjaan, adalah suatu hal yang tidak mungkin apabila tanggung
jawabnya hanya diletakkan pada satu atau beberapa instansi saja.
Pembinaan ketenagakerjaan juga harus dilakukan mulai dari hulu hingga
hilir.
Sehubungan dengan itu, maka kebijakan komprehensif yang
dibutuhkan adalah kebijakan berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja,
pembinaan angkatan kerja dan peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja. Secara lebih rinci, uraian kebijakan tersebut adalah
sebagai berikut :
6.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian
Pembangunan ekonomi diarahkan untuk membawa rakyat pada
peningkatan kesejahteraan yang lebih baik, dan hal ini bukanlah merupakan
suatu pekerjaan yang mudah. Pembangunan ekonomi adalah salah satu
pilar penting untuk mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat (Harmadi,
2007). Ekonomi sendiri bicara mengenai 3 konsep penting yang saling
terkait, yaitu keterbatasan sumber daya, pilihan, dan pengambilan
keputusan ekonomi, yang dapat menghantarkan kita pada tercapainya
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
63
kesejahteraan rakyat yang optimal. Seperti kita ketahui pembangunan
menjadikan rakyat sebagai subjek sekaligus juga sebagai objek dari
pembangunan itu sendiri. Pembangunan tidak akan ada artinya tanpa rakyat
karena tidak mungkin dilaksanakan tanpa rakyat. Di samping itu
pembangunan memang ditujukan untuk rakyat.
Hasil perkiraan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (RTKP) Tahun
2013-2017 memberikan nuansa yang optimis. Hal ini disebabkan
perekonomian Papua Barat pada lima tahun mendatang diperkirakan
mampu tumbuh sebesar 6,35 – 8,51 persen. Pertumbuhan ekonomi yang
positif tersebut juga diperkirakan akan mendorong penciptaan kesempatan
kerja, sehingga jumlah kesempatan kerja pada rentang tahun 2013-2017
diperkirakan akan bertambah sebanyak 35,99 ribu orang menjadi 393.971
orang. Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini juga berdampak positif
terhadap tingkat dan jumlah penganggur terbuka. Pada tahun 2013, Tingkat
Penganggur Terbuka (TPT) diperkirakan menurun menjadi 6,15 persen atau
sebanyak 23.454 orang. Pada tahun 2017, Tingkat Penganggur Terbuka
(TPT) diperkirakan menurun menjadi 3,08 persen atau sebanyak 12.518
orang.
Kondisi perekonomian Papua Barat pada 2013-2017 diperkirakan
masih tumbuh cukup tinggi dan berada pada kisaran 6% - 8%. Komponen
pembentuknya antara lain, optimisme akan kenaikan penghasilan pada lima
tahun yang akan datang, optimisme akan tersedianya lapangan kerja
tambahan pada lima tahun yang akan datang serta optimisme akan kondisi
ekonomi yang membaik.
Secara sektoral, kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan
masih akan tumbuh cukup tinggi. Kinerja sektor industri pengolahan pada
lima tahun mendatang antara lain dipengaruhi oleh pengembangan gugus
(cluster) industri pengolahan berbasis sumber daya alam yang akan
dilakukan dengan strategi mengembangkan Sorong sebagai pusat industri
pengolahan berbasis sumber daya alam yang melayani sentra-sentra
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
64
produksi di sekitarnya, serta mengembangkan produk/industri unggulan
wilayah dan kerja sama antardaerah.
Lebih lanjut, sektor keuangan dan jasa kemasyarakatan juga
diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi seiring dengan semakin
meningkatnya pembangunan di Papua Barat. Pada sisi penggunaan
pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada 2013-2017 diperkirakan akan
didorong oleh permintaan dalam negeri/domestik terutama konsumsi baik
konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Peningkatan Konsumsi rumah
tangga didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat yang diperkirakan
akan terus meningkat dan konsumsi pemerintah meningkat seiring dengan
makin bertambahnya anggaran setiap tahunnya. Sementara itu, investasi
pada 2013-2017 juga diperkirakan akan tumbuh baik yang bersumber dari
sektor swasta untuk konstruksi dan pertambangan dengan semakin
kondusifnya iklim investasi di Papua Barat.
Kedepan, stabilitas makroekonomi harus diikuti secara linear dengan
peningkatan investasi sektor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak lagi
mengandalkan kekuatan konsumsi, melainkan investasi. Sektor ekonomi
potensial padat pekerja harus didorong maju. Untuk itu, perbaikan iklim
usaha harus diperbaiki agar dapat menarik investasi domestik dan asing.
Selain itu, kebijakan ekonomi juga harus diarahkan kepada ekonomi pasar
yang berporos kepada pengembangan usaha berskala kecil dan menengah
yang produktif. Jadi, selain melalui pengembangan sumberdaya manusia
terus-menerus, perluasan lapangan kerja dengan kebijakan daerah harus
dilakukan melalui jembatan investasi.
Berikut adalah langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh
Pemerintah dalam upayanya untuk menciptakan dan memperluas
kesempatan kerja melalui kebijakan makro ekonomi:
1. Pemerintah secara aktif menyusun kebijakan makroekonomi
yang ditujukan untuk mencari sumber-sumber pertumbuhan
ekonomi baru menggunakan jalur investasi, teknologi serta
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
65
perdagangan (ekspor-impor) dengan mendorong
berkembangnya sektor swasta.
2. Membangun dan memperluas jaringan infrastruktur wilayah
Papua Barat guna membuka isolasi wilayah serta pelayanan
sampai ke kampung serta menghubungkannya dengan pusat
kegiatan ekonomi.
3. Membangun dan memperkuat ekonomi kerakyatan serta
mengembangkan usaha kecil dan menengah di Papua Barat 4. Membangun dan menyebarkan Pusat Pertumbuhan di Papua
Barat guna menciptakan keseimbangan antar wilayah 5. Mengembangkan perekonomian wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
6. Mengembangkan kegiatan ekonomi yang bersifat moderen yang
terkait dengan ekonomi rakyat, usaha kecil dan menengah
dengan memperhatikan aspek lingkungan dan daya dukung
sumberdaya alam.
7. Meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara
kawasan andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan
kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan;
8. Membangun kemitraan antar wilayah (kabupaten/kota) guna
mendukung terlaksananya pemerataan dan penyebaran
pertumbuhan.
9. Menghapus hambatan investasi, khususnya dalam hal perijinan,
keamanan dan kepastian hukum (legal certainty). Berbagai
upaya yang bisa dilakukan diantaranya :
a. Pengurangan biaya dalam kaitan pendirian badan usaha.
b. Pengurangan biaya yang terkait dengan pengenaan pajak
dan masalah administrasi perpajakan.
c. Akselerasi reformasi dalam bidang legal guna
mempengaruhi persepsi investor secara positif.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
66
d. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
property rights karena ketidakpastian dalam hal property
rights (misalnya, ketidakpastian kepemilikan dan
peruntukan tanah) akan sangat menghambat penciptaan
iklim investasi.
e. Pemeliharaan dan penambahan sarana dan prasarana
(infrastruktur) serta meningkatknya kondisi keamanan dan
pengawasan kawasan perbatasan antara Papua Barat dan
Papua Nugini.
f. Memperbaiki berbagai Peraturan Daerah (Perda).
10. Memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Papua Barat melalui
pengembangan sektor-sektor unggulan yang berbasis sumber
daya setempat dan meningkatkan keterkaitan antar pusat
pertumbuhan wilayah;
11. Meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara
kawasan andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan
kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan;
12. Membuka akses terhadap sumber dinamika pertumbuhan
internal UKM itu sendiri, seperti pembiayaan dan kredit, akses
pasar, teknologi dan perbaikan manajemen.
13. Menampung berbagai kegiatan ekonomi, memperluas lapangan
kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan
usaha melalui pengembangan kawasan dan pusat pertumbuhan;
Harapan serta target pembangunan ekonomi dan pembangunan
ketenagakerjaan yang optimistis dalam RTKP Tahun 2013-2017 ini dapat
tercapai jika didukung oleh kuatnya serta kondusifnya kondisi perekonomian
domestik dan eksternal, termasuk juga didalamnya keberhasilan
implementasi kebijakan Pemerintah dalam jangka pendek, khususnya dalam
penanganan dampak krisis. Jika implementasi kebijakan pemerintah
dimaksud berhasil, maka hal ini akan menjadi pijakan yang kuat sebagai
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
67
penopang dan penentu implementasi kebijakan pemerintah lainnya yang
berspektrum jangka panjang guna mendorong pertumbuhan ekonomi ke
arah yang lebih baik. Konsistensi antara kebijakan fiskal dan moneter juga
harus terus dijaga agar menumbuhkan ekspektasi pelaku ekonomi yang
positif, yang pada akhirnya dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
6.2 Rekomendasi Kebijakan Umum
Perencanaan Tenaga Kerja pada kenyataannya terkait dengan
berbagai segi kehidupan penduduk suatu negara dan hanya dapat
diimplementasikan melalui berbagai jenis kebijakan. Segala upaya yang
dilakukan secara sadar dan terintegrasi untuk menyusun perencanaan
tenaga kerja itulah yang pada akhirnya menentukan hasil akhir yang menjadi
tujuan pembangunan nasional.
Sebagaimana diungkapkan di depan permasalahan ketenagakerjaan
sangat banyak dan kompleks. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
diantaranya melalui kebijakan umum sebagaimana tercantum dalam
Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat
Tahun 2011-2014 melalui kebijakan di bidang pendidikan, yaitu (1)
pendidikan dasar dan menengah gratis. (2) peningkatan pendidikan dasar
dan menengah berpola asrama. (3) mendirikan sekolah unggulan. (4)
pendirian sekolah menengah kejuruan. (5) pengadaan tenaga guru kontrak.
(6) meningkatkan kualitas kepala sekolah melalui pendidikan dan pelatihan,
studi lanjut dalam negeri dan luar negeri serta pemagangan di luar Papua.
(7) pendirian Sekolah Pendidikan Keguruan. (8) meningkatkan kualitas PTN
melalui kerjasama dengan PTN unggul di luar Papua. (9) meningkatkan
kualitas perguruan tinggi swasta di Papua Barat. Sedangkan untuk
kebijakan di bidang kesehatan dengan peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan, dan strategi yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita
2. Memperbaiki status gizi masyarakat
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
68
3. Meningkatkan pengendalian penyakit menular dan tidak menular
serta penyehatan lingkungan
4. Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia kesehatan
5. Sosialisasi Keluarga Berencana (KB) yang saat ini gencar
dilakukan ditujukan untuk menyadarkan kaum perempuan agar
menunda memiliki anak.
Kebijakan pendidikan dan kesehatan bertujuan bagi peningkatan
kualitas tenaga kerja tersedia. Hal ini terutama dari segi pendidikannya.
Tersedianya penduduk usia kerja yang terdidik dan terampil merupakan
dasar dari perencanaan tenaga kerja karena dengan demikian pada
umumnya akan terbuka ketersediaan peluasan dan peluang pasar kerja
yang lebih besar dan berkualitas pula. Tenaga kerja seperti itu otomatis
akan dicari oleh berbagai pelaku usaha. Tergantung pada individu yang
bersangkutan apakah akan mengembangkan diri sebagai pribadi mandiri
dengan usaha sendiri (sebagai usahawan) atau melibatkan diri pada usaha
yang telah terorganisasi sebagai tenaga kerja yang sangat diperlukan bagi
terlaksananya suatu proses produksi.
Proses pendidikan harus dipandang sebagai investasi karena jika
berhasil diwujudkan akan menghasilkan nilai tambah yang berbentuk
keuntungan pribadi (private benefit) dan keuntungan sosial (social benefit).
Dengan keuntungan pribadi memungkinkan seseorang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya secara bermartabat, antara lain dengan memiliki
pekerjaan yang layak dan hidup sehat lahir maupun batin. Sedangkan
keuntungan sosial berwujud nilai tambah yang ditujukan dengan dimilikinya
produktivitas berkarya untuk mewujudkan kesejahteraan lingkungan
sosialnya.
Kebijakan dibidang kesehatan merupakan faktor pendukung
peningkatan sumber daya manusia tersebut. Kesehatan merupakan modal
awal dan sekaligus merupakan indikator tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat. Dari sisi pembangunan regional, generasi yang sehat dan
sejahtera merupakan tujuan pembangunan daerah sementara dari sisi
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
69
perencanaan tenaga kerja tingkat kesehatan digunakan sebagai batasan
perlindungan tenaga kerja dan tingkat kesehatan. Dengan demikian segala
upaya perlu dilakukan dalam penciptaan tenaga kerja yang berkualitas
dalam hal kesehatan, pendidikan dan peningkatan keterampilan tenaga
kerja.
6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan Kerja
Pada hakekatnya, semua kegiatan ekonomi baik berskala besar,
menengah maupun kecil, formal dan informal mempunyai identitas sektoral.
Setiap sektor atau sub sektor mempunyai instansi pembina, baik ditingkat
Pusat maupun tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota. Dengan demikian
maka kebijakan sektoral menjadi ujung tombak dalam penciptaan
kesempatan kerja. Oleh karena itu, kebijakan sektoral diarahkan pada
pengembangan aktivitas produksi dilingkupnya sedapat mungkin
berorientasi pada perluasan lapangan kerja.
Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektoral sangat
ditentukan oleh kebijakan-kebijakan moneter, fiskal, investasi, sektoral,
pendidikan dan penggunaan teknologi. Instansi teknis dan lembaga
pendukung kegiatan teknis perlu melakukan koordinasi dan aktivitas
pengembangan masing-masing lapangan usaha. Dengan demikian
tanggung jawab setiap instansi melalui kegiatan teknisnya dapat berperan
serta dalam menciptakan kesempatan kerja yang berkelanjutan.
6.6.1 Sektor Pertanian
Lapangan usaha pertanian masih merupakan sektor
primadona dalam penyerapan lapangan pekerjaan, walaupun
kalangan muda kurang berminat. Berbagai kebijakan perlu dilakukan
guna meningkatkan sektor pertanian agar dapat menciptakan
kesempatan kerja dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang
bekerja di dalamnya. Kebijakan yang dilakukan antara lain :
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
70
1. Pembangunan infrastruktur dalam pengertian luas meliputi enam
bidang : pendidikan, teknologi, finansial, infrastruktur komunikasi
dan transportasi, perlindungan sumber daya alam dan
lingkungan, dan infrastruktur sosial (social safety net). Dengan
demikian petani memperoleh kesempatan yang sama dalam hal
meningkatkan keterampilan, memperoleh kredit, akses terhadap
sarana produksi dan informasi.
2. Peningkatan kualitas petani dan produktivitas pertanian,
perikanan dan kehutanan.
3. Peningkatan kualitas dan produktivitas peternakan
4. Peningkatan kualitas dan produktivitas pertambangan dan energi
5. meningkatkan produksi perkebunan dan hasil hutan untuk
membuka peluang ekspor melalui program pola kemitraan
6. memperbaiki sistem penyuluhan, infrastruktur pertanian dan
kebijakan ekspor-impor
7. Melakukan konservasi penggunaan lahan dan hutan produksi
8. Mengundang investasi dan pengembangan transmigrasi untuk
secara bertahap mengatasi kekurangan sumber daya manusia
yang berkualitas
6.6.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan di Papua Barat diperkirakan akan
menyerap tenaga kerja cukup besar. Lapangan usaha ini untuk ke
depan memiliki proporsi yang makin meningkat karena mengingat
Provinsi Papua Barat masih banyak memiliki potensi pertambangan
dan penggalian yang belum dieksplorasi. Tetapi perlu diperhatikan,
sektor ini merupakan sektor yang membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk memperbaharui sumber atau bahannya (unrenewable
resources).
Beberapa strategi dalam meningkatkan penyerapan tenaga
kerja antara lain:
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
71
1. Substitusi tenaga kerja asing dengan tenaga kerja lokal.
2. Meningkatkan SDM tenaga kerja lokal di sektor pertambangan
dan kehutanan
6.6.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan memperlihatkan gejala yang
menggembirakan. Di tahun-tahun mendatang, sektor ini
memperlihatkan peningkatan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal
ini bisa terjadi dikarenakan salah satunya dengan berdirinya LNG
Tangguh di Provinsi Papua Barat sehingga dalam lima tahun
mendatang diperkirakan sektor ini akan tumbuh pesat. Selain itu
terdapatnya pengembangan gugus (cluster) industri pengolahan
berbasis sumber daya alam yang akan dilakukan dengan strategi
mengembangkan beberapa daerah seperti Sorong. Sedangkan
menurut road map pengembangan industri unggulan Provinsi Papua
Barat ada dua industri yang merupakan industry unggulan yaitu
industri pengolahan laut dan industri pengolahan kayu. Faktor utama
yang menentukan daya saing industri, yaitu : (1) standar dan sistem
mutu; (2) sistem inovasi nasional; (3) manajemen ilmu pengetahuan.
Hal ini bisa diadaptasi secara lokal untuk sebuah provinsi, seperti
Papua Barat, sehingga dapat diberikan rekomendasi berikut untuk
peningkatan Sektor Industri ini :
1. Pemberian fasilitasi kepada industri yang melakukan
pengembangan teknologi.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana industri pengolahan hasil
laut termasuk memfungsikan cold storage
3. Memperluas jaringan pasar dan meningkatkan promosi
4. Meningkatkan kualitas dan keterampilan SDM
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
72
6.6.4 Sektor Listrik, Gas & Air Bersih
Sektor ini merupakan yang paling rendah dalam menyerap
kesempatan kerja. Walaupun penyerapan dalam sektor ini tidaklah
besar, akan tetapi peranan maupun keberadaannya sangatlah
penting dan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya seperti
sektor industri, bangunan, perdagangan dan kesejahteraan
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan yang
perlu ditempuh sektor ini harus disesuaikan dengan sektor dan
bidang yang terkait seperti pembangunan pembangkit berbasis
batubara, gas dan air dengan memanfaatkan alam yang terdapat di
Papua Barat antara lain :
1. Pengembangan jaringan listrik untuk desa-desa yang belum
mendapatkan penerangan dengan pengembangan teknologi
sederhana dan tepat guna.
2. Pembangunan infrastruktur gas bumi (jaringan pipa dan
penyimpanan) untuk memanfaatkan lapangan gas Tangguh.
3. Penyediaan air bersih akan menjadi sektor yang berkembang
seiring dengan menurunnya kualitas dan volume air tanah,
pengembangan teknologi dalam penciptaan air bersih akan
membuat penyerapan tenaga kerja menjadi lebih besar.
4. Mengupayakan pemanfaatan sumberdaya hidro yang tersedia di
daerah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
5. Pemanfaatan energi pasang surut sebagai alternatif penyediaan
energi listrik di daerah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil.
6. Mengupayakan adanya pembangkit energi listrik alternatif
(tenaga surya) pada daerah potensial untuk pengembangan
investasi.
7. Mengembangkan pola kemitraan antara dunia usaha dan
pemerintah daerah untuk membangun instalasi air bersih
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
73
8. Mencari sumberdaya air baru yang memiliki potensi untuk
diinvestasikan sebagai sumber air minum dan air bersih untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
9. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air yang sudah ada
6.6.5 Sektor Bangunan
Berkembangnya suatu wilayah dapat ditandai dengan
majunya pembangunan infrastruktur. Secara umum program yang
tercakup dalam sektor ini meliputi pengembangan infrastruktur
publik, pembangunan perkantoran, perumahan termasuk juga real
estate. Tumbuhnya sektor ini diharapkan akan membuat dampak
terhadap penciptaan dan perluasan kesempatan kerja karena sektor
konstruksi umumnya merupakan program padat karya. Sehubungan
dengan itu, maka kebijakan yang dapat diterapkan adalah tetap
meningkatkan aktivitasnya dengan mempertahankan prinsip efisiensi
dan produktivitas usaha. Sehubungan dengan itu maka kebijakan
yang dapat diambil untuk sektor ini adalah :
a. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perumahan dan
pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
b. Meningkatkan daya dukung struktur dan kapasitas jalan akses
menuju pusat-pusat produksi dan pemasaran.
c. Menerbitkan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) dan penyediaan
sistem informasi jasa konstruksi yang terkoneksi secara nasional.
6.6.6 Sektor Perdangan, Hotel dan Restoran
Pembangunan perdagangan merupakan salah satu kegiatan
bidang ekonomi yang mempunyai peran strategis dalam upaya
mempercepat pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan,
penciptaan lapangan usaha. Dengan kata lain aktivitas perdagangan
sangat berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
74
mempunyai multiplier effect yang ditimbulkan sangat besar.
Beberapa kebijakan yang dapat diberlakukan antara lain :
a. Penciptaan iklim usaha dan penyediaan tempat usaha serta
bantuan kredit lunak.
b. Merevitalisasi pasar-pasar tradisional agar mampu bersaing
dengan pasar modern.
6.6.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan
positif,yang mana hal ini tidak terlepas dari fungsinya mengantar kan
barang dan orang. Semakin besar barang yang dihasilkan oleh
sektor pertanian, pertambangan dan industri pengolahan serta
bangunan, maka semakin besar pula mobilitas distribusi barang.
Yang lebih mangesankan adalah pertumbuhan subsektor komunikasi
(meliputi telepon seluler, bisnis internet, Media cetak dan elektronik,
dan kantor pos). Berkembangnya sektor pariwisata dapat
menyebabkan berkembangnya sektor ini dikarenakan perlunya
sarana dan prasana pendukung guna memajukan sektor tersebut.
Kebijakan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada
sektor ini diantaranya berkaitan dengan :
a. Perluasan jangkauan pelayanan pos dan telekomunikasi hingga
ke daerah terpencil.
b. Meningkatkan peran swasta/masyarakat sebagai mitra usaha di
bidang pos dan telekomunikasi dalam iklim persaingan investasi
yang kondusif.
c. Memberikan kemudahan kepada pihak investor untuk
berinvestasi dibidang telekomunikasi
d. Memperbanyak stasiun-stasiun pembantu pada daerah sektor
ekonomi dasar.
e. Memberikan kemudahan kepada pihak pengguna telekomunikasi
(masyarakat) dalam mendapatkan pelayanan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
75
6.6.8 Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangungan, Jasa
Persewaan dan Jasa Perusahaan
Peran sektor ini dalam perekonomian memiliki fungsi yang
strategis. Walaupun konstribusinya masih sangat kecil dalam
memberikan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Apabila
terganggunya fungsi lembaga keuangan (Bank, Asuransi, Koperasi,
Pasar Modal, Dana Pensiun, Leasing) akan memberikan dampak
buruk terhadap sektor lain. Untuk itu kebijakan yang diterapkan
dalam sektor ini akan sangat membantu terhadap pertumbuhan
sektor-sektor lainnya seperti sektor barang. Berikut adalah beberapa
kebijakan yang dapat ditempuh :
a. Mendorong lembaga untuk mendanai usaha-usaha yang
dijalankan dengan prinsip padat karya.
b. Pembinaan dan penyediaan sumber daya manusia, guna
memenuhi kebutuhan bidang keuangan secara berkelanjutan.
6.6.9 Sektor Pemerintah, Pertahanan & Jasa &
Kemasyarakatan
Berkembangnya sektor-sektor yang ada menuntut munculnya
tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus. Dan hal ini yang
menjadikan nilai tambah bagi seorang tenaga kerja. Demikian pula
dengan sektor ini, dimana cakupan yang sangat luas sehingga
memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak. Cakupan
dari lapangan usaha atau sektor ini adalah jasa pemerintahan umum
dan pertahanan, jasa kemasyarakatan pemerintahan dan swasta
serta jasa perseorangan. Kesempatan kerja yang ada untuk tahun-
tahun mendatang cukup besar, dan hal ini diharapkan akan terus
bertambah besar. Mempersiapkan para tenaga kerja yang kompeten
diharapkan akan membuat tenaga kerja yang berada pada sektor ini
bertambah. Untuk pengembangan sektor jasa diperlukan kebijakan
antara lain :
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
76
a. Optimalisasi peran subsektor swasta dalam pengembangan
ekonomi Papua Barat.
b. Memperbanyak lembaga pedampingan berbasis pada lembaga
kemasyarakatan (NGO) sebagai upaya memperkuat kapasitas
masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan
maupun pada aspek social politik. Tumbuhnya lembaga
pendamping ini akan menjadi salah satu penyerap calon tenaga
kerja
c. Membangun link and match dengan perguruan tinggi dalam
upaya meningkatkan kesesuaian skill yang diperlukan dengan
skill yang didesain oleh perguruan tinggi yang berdampak pada
serapan tenaga kerja dari tamatan perguruan tinggi.
6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja
Kebijakan pelatihan tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan, keahlian, dan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas.
Peningkatan kualitas tenaga kerja dilakukan melalui pendidikan formal,
pelatihan kerja, dan pengembangan di tempat kerja sebagai satu kesatuan
sistem pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu. Pelatihan
kerja akan semakin penting peranannya dalam peningkatan kualitas tenaga
kerja dalam mengantisipasi perubahan teknologi dan persyaratan kerja.
Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja menurut status pekerjaan
utama, bahwa sebagai prioritas yang perlu kita lakukan pelatihan adalah
mereka-mereka yang akan berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu dan
pekerja atau buruh dan berpendidikan maksimum SMTA Umum. Sementara
berusaha dengan buruh (pengusaha) tidak perlu diberikan pelatihan, karena
untuk menjadi seorang pengusaha sebagian melalui usaha sendiri atau
usaha dibantu dan apabila langsung menjadi pengusaha kemungkinan
besar sudah belajar dari keluarganya. Sedangkan mereka yang akan
bekerja dengan status pekerja bebas dan pekerja keluarga tidak perlu kita
lakukan pelatihan. Selain itu mereka-mereka yang berpendidikan SMTA
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
77
Kejuruan diperkirakan sewaktu sekolah sudah mendapat pengetahuan
praktek sesuai dengan bidangnya dinilai sudah cukup, sedangkan yang
berpendidikan diploma dan universitas rata-rata memiliki kemampuan yang
cukup apabila ingin bekerja sebagai karyawan maupun berusaha.
Tabel. 6.1
Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2013 – 2017
Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan
Jumlah Maks SD SLTP
SMTA Umum
SMTA Kejuruan
D1 - D3 Universitas
1. Brsh Sendiri tanpa bantuan (143) (46) 413 445 204 518 1.392
2. Brsh Dengan Dibantu (227) (73) 659 709 325 826 2.219
3. Brsh. Dengan Buruh (303) (98) 879 946 434 1.102 2.961
4. Pekerja/Buruh/karyawan (3.904) (1.008) 9.086 9.783 4.706 11.945 30.608
5. Pkj. Bebas di Pertanian 616 (49) 439 472 - - 1.478
6. Pkj. Bebas di Non Pertanian (80) (26) 232 250 115 291 781
7. Pekerja tak dibayar 353 114 (1.024) (1.102) (506) (1.284) (3.448)
Jumlah (3.689) (1.185) 10.684 11.503 5.279 13.399 35.991
Sumber : Data diolah
Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tahun 2013-2017, bahwa
yang perlu dilakukan pelatihan tentang :
a. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 953 orang
b. Karyawan sebanyak 8.078 ribu orang
Jumlah sasaran yang perlu dilatih selama tahun 2013-2017 adalah
sebanyak 9.031 ribu orang.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
78
Tabel 6.2
Kapasitas Lembaga Latihan dan Instruktur
Provinsi Papua Barat Tahun 2011
NO PROVINSI, KABUPATEN/KOTA KAPASITAS PELATIHAN
KONDISI INSTRUKTUR
PELATIHAN SAAT INI
1 Pusat 2.208 24
2 Kabupaten Fak-Fak - -
3 Kabupaten Kaimana - -
4 Kabupaten Teluk Wondama - -
5 Kabupaten Teluk Bintuni - -
6 Kabupaten Manokwari 576 2
7 Kabupaten Sorong Selatan - -
8 Kabupaten Sorong - -
9 Kabupaten Raja Ampat - -
10 Kabupaten Tambrauw - -
11 Kabupaten Maybrat - -
12 Kota Sorong - -
Jumlah 2.784 26
Dengan melihat kebutuhan latihan pada tahun 2013-2017 seperti
yang tertera pada tabel. 4.1 yang jumlahnya cukup besar, serta melihat
kapasitas lembaga latihan yang masih sedikit dibandingkan dengan jumlah
tenaga kerja yang harus dilatih, maka target kebutuhan latihan tersebut
semestinya terus ditingkatkan selama lima tahun mendatang. Peningkatan
jumlah peserta dan kapasitas lembaga latihan mengandung konsekuensi
terhadap peningkatan anggaran maupun instruktur.
Untuk mengurangi jumlah tenaga kerja yang harus dilatih maka
diperlukan penambahan jumlah SMK di masing-masing kabupaten/kota di
provinsi Papua Barat. Hal ini dimaksudkan agar siswa lulusan SMTP
diarahkan untuk melanjutkan ke SMK sehingga semakin banyak lulusan
terampil yang siap masuk ke pasar kerja.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
79
Berikut akan diuraikan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan
pelatihan yang difokuskan kepada kewirausahaan dan untuk menjadi
pekerja/buruh/karyawan.
6.4.1 Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
6.4.1.1 Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan dan Berusaha
dengan Dibantu.
Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja berdasar
Tabel. 4.1 terdapat 953 orang pada tahun 2013-2017 yang perlu
mendapatkan pelatihan dengan fokus kewirausahaan. Dengan
banyaknya tenaga kerja yang perlu dilatih maka dibutuhkan pula
biaya besar yang harus dikeluarkan. Selain itu, jumlah lembaga
pelatihan, instruktur, serta daya tampung lembaga pelatihan itu
sendiri perlu ditambah mengingat besarnya tenaga kerja yang
perlu dilatih.
Program pelatihan yang potensial dikembangkan untuk
kelompok berusaha sendiri tanpa bantuan dan dibantu
diantaranya :
1. Pelatihan cara bercocok tanam yang lebih efisien
2. Pelatihan budidaya perikanan dan peternakan
3. Pelatihan penggunaan alat-alat mesin pertanian
4. Pelatihan tata boga
5. Pelatihan kerajinan tangan
6. Pelatihan pertukangan
7. Pelatihan meubel
8. Pelatihan elektronika
9. Pelatihan otomotif
6.4.1.2 Pekerja/buruh/karyawan
Berdasarkan pada perkiraan tambahan kesempatan
kerja seperti pada tabel 4.1 diperkirakan akan terdapat
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
80
tambahan sebanyak 8.078 orang pada tahun 2013-2017 yang
perlu dilatih untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan. Jumlah
tersebut adalah mereka yang berpendidikan SMTA kebawah.
Prioritas pelatihan yang bisa dikembangkan bagi mereka
yang akan menjadi pekerja/buruh/karyawan diantaranya :
1. Pelatihan otomotif
2. Pelatihan teknologi mekanik
3. Pelatihan elektronika
4. Pelatihan komputer, sekretaris
5. Pelatihan operator mesin
6. Pelatihan pembukuan/akuntansi
7. Pelatihan perhotelan, dan lain-lain.
6.4.2 Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Selain prioritas pelatihan tersebut diatas, pelatihan yang perlu
dilakukan juga bisa didasarkan pada jenis pekerjaan yang akan
dimasuki pencari kerja. Dari beberapa jenis jabatan yang ada, dapat
kita bedakan jenis pelatihan prioritasnya agar pelatihannya lebih
terarah dan keluarannya dapat diserap pasar kerja.
a. Pertanian
Di sektor pertanian, ada beberapa jenis pelatihan yang bisa
dikembangkan, misalnya :
a) Pelatihan peternak unggas
b) Pelatihan operator mesin pertanian dan kehutanan
c) Pelatihan pekerja pertanian, perkebunan, dan pembibitan
d) Pelatihan petani dan nelayan
e) Pelatihan pekerja pertanian dan peternakan
b. Industri Manufaktur
Untuk sektor industri manufaktur sebisa mungkin disesuaikan
dengan potensi daerah dan jenis industri yang ada di daerah
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
81
masing-masing. Hal ini diperlukan agar jenis pelatihan yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Beberapa jenis
pelatihan yang bisa dikembangkan, diantaranya :
a) Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang gula
b) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi
c) Pelatihan penyulam
d) Pelatihan tukang kayu dan meubel
e) Pelatihan operator mesin jahit
c. Konstruksi
Di bidang konstruksi, jenis pelatihan yang masih bisa
dikembangkan diantaranya :
a) Pelatihan tukang kayu dan meubel
b) Pelatihan pembuat kerangka bangunan
c) Pelatihan teknisi teknik sipil
d. Jasa-jasa
Untuk sektor jasa, sebenarnya banyak pelatihan yang bisa
dikembangkan. Karena sektor ini memang mengharuskan memiliki
tingkat keterampilan yang tinggi. Beberapa jenis pelatihan yang bisa
dikembangkan diantaranya :
a) Pelatihan montir kendaraan
b) Pelatihan pemangkas rambut, perias, dan perawat
kecantikan
c) Pelatihan pembantu dan pembersih rumah tangga
d) Pelatihan pengemudi mobil taksi
e) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat
topi, dan lain-lain.
e. Sektor lainnya
Untuk sektor lainnya yang masih bisa dikembangkan, untuk
menambah keterampilan tenaga kerja yang akan memasuki pasar
kerja diantaranya :
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
82
a) Pelatihan operator mesin forklift
b) Pelatihan teknisi teknik mesin
c) Pelatihan teknisi teknik listrik
d) Pelatihan juru masak
e) Pelatihan operator komputer dan mesin pengolah data
f) Pelatihan pelayan restoran dan bar
g) Pelatihan perakit peralatan listrik, dan lain-lain.
Dari uraian diatas, diperlukan strategi yang dapat mendukung
terlaksananya pelatihan yang terencana dan terarah. Strategi
dimaksud antara lain :
1. Adanya perencanaan pelatihan berdasarkan pada pada
kebutuhan sektor, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan status
pekerjaan.
2. Mendayagunakan seluruh potensi lembaga pelatihan baik yang
dikelola oleh pemerintah, swasta, dan perusahaan serta
membangun BLK baru.
3. Memberikan pelatihan kepada angkatan kerja baru untuk
meningkatkan kualitasnya agar mampu mengisi kesempatan
kerja yang ada di dalam negeri maupun luar negeri.
4. Membangun link and match antara program pendidikan dan
program pelatihan dengan dunia kerja.
5. Meningkat kapasitas lembaga pelatihan dengan menambah balai
latihan kerja
6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja
Kebijakan penempatan tenaga kerja diarahkan untuk pengembangan
pasar kerja, penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri,
pengembangan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga
kerja asing. Keempat kebijakan tersebut dilaksanakan dalam rangka untuk
mengatasi permasalahan di bidang ketenagakerjaan yaitu masalah
pengangguran dan setengah pengangguran.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
83
Pendekatan yang digunakan untuk memformulasikan kebijakan
penempatan tenaga kerja dalam Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
(RTKP) Tahun 2013-2017 ini adalah dengan cara menentukan target utama
penempatan tenaga kerja berdasarkan jenis status pekerjaan dan lapangan
usaha (sektor).
Adapun ketiga jenis status pekerjaan yang menjadi target utama
penempatan tenaga kerja pada tahun 2013-2017 adalah kesempatan kerja
dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan, Berusaha Dengan Dibantu,
dan Pekerja/Buruh/Karyawan. Dasar pertimbangan penetapan kesempatan
kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan serta Berusaha
Dengan Dibantu sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun
2013-2017 adalah karena kedua jenis status pekerjaan tersebut merupakan
bentuk dari Kewirausahaan. Dengan menciptakan banyak Kewirausahaan,
maka akan mendorong terciptanya banyak kesempatan kerja baru.
Sedangkan, dasar pertimbangan penetapan kesempatan kerja dengan
status Pekerja/Buruh/Karyawan sebagai salah satu target utama
penempatan tenaga kerja pada tahun 2013-2017 adalah karena pekerjaan
ini merupakan jenis pekerjaan yang bersifat formal. Seperti kita ketahui
bersama bahwa penciptaan kesempatan kerja formal dalam jumlah yang
banyak merupakan salah satu sasaran pembangunan ketenagakerjaan
nasional. Hal ini disebabkan pekerja sektor formal merupakan pekerja yang
bekerja pada segala jenis pekerjaan yang mendapatkan perlindungan
negara, menghasilkan pendapatan yang tetap, dengan tempat kerja yang
memiliki keamanan kerja (job security), serta dengan status permanen pada
unit usaha atau lembaga yang berbadan hukum.
Kelima lapangan usaha yang menjadi sektor prioritas dan ditetapkan
sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2013-2017
adalah Sektor Industri, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor
Pertambangan dan Sektor Jasa. Sektor Industri Pengolahan dan Jasa
termasuk sektor prioritas di Papua Barat dikarenakan merupakan salah satu
fokus koridor ekonomi sehingga diharapkan kesempatan kerjanya
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
84
meningkat dalam lima tahun kedepan. Kesempatan kerja kemudian
diperkirakan menurut jenis jabatan dengan menggunakan basis 5 (lima) digit
berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Kesempatan
kerja menurut jenis jabatan ini difokuskan hanya pada kelima lapangan
usaha yang menjadi sektor prioritas, yaitu Sektor Industri, Sektor Bangunan,
Sektor Perdagangan, Sektor Pertambangan dan Sektor Jasa. Dengan
demikian, dapat diketahui jenis jabatan yang dibutuhkan pada tahun 2013-
2017, sehingga dapat diidentifikasi spesifikasi dan kualifikasi yang
dibutuhkan oleh angkatan kerja guna mengisi jabatan-jabatan tersebut.
Selanjutnya, dapat dirancang program-program pelatihan yang mengacu
kepada kebutuhan jabatan tersebut.
Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan akan terdapat tambahan
kesempatan kerja sebesar 36 ribu orang pada tahun 2013-2017 (lihat Tabel
4.1). Berdasarkan Status Pekerjaan Utama, tambahan kesempatan kerja
terbesar selama lima tahun tersebut adalah untuk Pekerja/Buruh/Karyawan.
Sedangkan, berdasarkan Lapangan Usaha Utama, tambahan kesempatan
kerja terbesar selama lima tahun tersebut adalah terdapat pada Sektor Jasa.
Tabel 6.3
Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha
Tahun 2012 - 2016 (dalam ribu)
Status Pekerjaan Lapangan Usaha
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Brsh Sendiri tanpa bantuan 66 181 308 20 192 184 58 89 294 1.392
2. Brsh Dengan Dibantu 105 289 491 32 306 294 92 142 468 2.219
3. Brsh. Dengan Buruh 141 385 655 43 408 392 123 190 625 2.961
4. Pekerja/Buruh/karyawan 1.453 3.985 6.772 443 4.215 4.049 1.271 1.962 6.458 30.608
5. Pkj. Bebas di Pertanian 1.478
1.478
6. Pkj. Bebas di Non Pertanian
107 181 12 113 109 34 53 173 781
7. Pekerja tak dibayar (164) (449) (763) (50) (475) (456) (143) (221) (727) (3.448)
Jumlah 3.080 4.498 7.645 500 4.758 4.571 1.435 2.214 7.290 35.991
Sumber : Data diolah
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
85
Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa
Bantuan pada tahun 2013-2017 ditargetkan bertambah sebanyak 1.392
orang. Di lapangan usaha Industri, untuk status ini diperkirakan akan terjadi
kenaikan kesempatan kerja sebanyak 308 orang pada tahun 2013-2017. Di
lapangan usaha Bangunan, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 192 orang pada tahun 2013-2017. Di lapangan usaha
Pertambangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 181 orang
pada tahun 2013-2017. Di lapangan usaha Perdagangan, untuk status ini
ditargetkan bertambah sebanyak 89 orang. Sedangkan, di lapangan usaha
Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak sebanyak 294 orang
pada tahun 2013-2017.
Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Dengan Dibantu
pada tahun 2013-2017 diperkirakan akan bertambah sebanyak 2.219 orang.
Di lapangan usaha Industri diperkirakan akan terdapat penambahan
kesempatan kerja selama 2013-2017 yakni sebesar 491 ribu orang.
Sedangkan sektor usaha lainnya diperkirakan akan terjadi penambahan
seluruhnya selama periode 2013-2017.
Untuk kesempatan kerja dengan status Pekerja/Buruh/Karyawan
pada tahun 2013-2017 ditargetkan bertambah sebanyak 31 ribu orang. Di
semua lapangan usaha mengalami kenaikan, untuk lapangan usaha Industri
Pengolahan, untuk status ini diperkirakan akan terjadi penambahan
kesempatan kerja sebanyak 6.772 orang pada tahun 2013-2017. Di
lapangan usaha Bangunan, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 4.215 orang pada tahun 2013-2017. Di lapangan usaha
Perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 4.049 orang
pada tahun 2013-2017. Di lapangan usaha Pertambangan, untuk status ini
ditargetkan bertambah sebanyak 3.985 orang pada tahun 2013-2017.
Sedangkan, di lapangan usaha Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak sebanyak 6.458 orang pada tahun 2013-2017.
Kebijakan, strategi, dan program penempatan tenaga kerja yang
perlu dilakukan adalah:
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
86
1. Kebijakan penciptaan pasar kerja yang luwes melalui penyempurnaan
peraturan perundang-undangan
2. Konsolidasi program perluasan kesempatan kerja
3. Peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga
kerja indonesia di luar negeri
4. Peningkatan kualitas pusat-pusat pelayanan informasi ketenagakerjaan
5. Peningkatan konsolidasi program-program perluasan kesempatan kerja
6. Kebijakan pendukung lainnya
a. Pengembangan pusat-pusat informasi ketenagakerjaan;
b. Pengembangan kualitas dan sistem informasi pasar kerja, bursa
kerja dan sistem perluasan kesempatan kerja;
c. Penyusunan perencanaan tenaga kerja sebagai acuan dalam
penyusunan kebijakan, strategi, dan program yang ramah
ketenagakerjaan.
6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja
Dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan, tenaga kerja
merupakan pelaku utama sekaligus tujuan pembangunan ketenagakerjaan.
Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional ini semakin
meningkat begitu pula dengan berbagai tantangan dan risiko yang
dihadapinya. Untuk itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan,
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada gilirannya
akan dapat meningkatkan produktivitas.
Selain itu kebijakan perlindungan tenaga kerja ditujukan untuk
menciptakan suasana hubungan kerja yang harmonis melalui peningkatan
pelaksanaan fungsi dan peranan sarana hubungan industrial bagi pelaku
proses produksi barang dan jasa. Dengan demikian kebijakan perlindungan
tenaga kerja ini berguna baik pada tenaga kerja itu sendiri maupun bagi
para pelaku usaha dan lainnya sehingga mampu menciptakan iklim usaha
yang kondusif, menimbulkan ketenangan bekerja dan berusaha,
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja, pengusaha, dan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
87
berbagai pihak terkait. Dengan upaya ini pada akhirnya juga berpotensi
membuka berbagai peluang berusaha dan berinvestasi untuk menciptakan
perluasan kesempatan kerja baru.
6.6.1 Pengawasan Ketenagakerjaan
Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan
kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk pengawasan
ketenagakerjaan, penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan
program jaminan sosial tenaga kerja. Bentuk perlindungan ini berlaku
umum untuk seluruh kegiatan yang menyangkut upaya produksi
yang melibatkan bidang ketenagakerjaan baik formal maupun
informal, untuk kelas industri berskala besar, menengah, kecil
bahkan mikro dan perorangan atau tidak dapat diklasifikasikan
sekalipun. Hanya saja untuk proses pengukuran dan perencanaan
perlindungan yang terstruktur dan sistematis perlu adanya landasan
berupa data tempat usaha/perusahaan.
Dalam bidang ketenagakerjaan, perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Untuk itu,
berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor
ketenagakerjaan di perusahaan, sampai dengan tahun 2011 terdapat
2.798 perusahaan yang telah melapor, dimana jumlah perusahaan
terbanyak berada di Kota Sorong sebanyak 667 perusahaan disusul
oleh Kabupaten Kaimana sebanyak 548 perusahaan dan Kabupaten
Manokwari sebanyak 470 perusahaan. Sedangkan untuk pegawai
pengawas yang ada saat ini berjumlah 12 orang dengan jumlah
terbanyak berada di dinas provinsi sebanyak 4 orang dan selebihnya
tersebar di kabupaten/kota yang ada. Jika dilihat perbandingan
antara jumlah perusahaan dengan jumlah pegawai pengawas
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
88
terdapat perbandingan yang besar, apabila dirata-ratakan maka satu
orang pegawai pengawas mengawasi 19 perusahaan dalam satu
bulan dimana seharusnya jumlah perusahaan ideal yang diawasi
adalah 5 perusahaan tiap bulannya.
Tabel 6.4
Perkiraan Kebutuhan Tenaga fungsional Pengawas
NO PROVINSI,
KABUPATEN/KOTA JUMLAH
PERUSAHAAN
KONDISI PENGAWAS SAAT INI PERKIRAAN KEBUTUHAN PENGAWAS
JUMLAH PERUSAHAAN YG
DIAWASI PER BULAN PER PENGAWAS
JUMLAH KEKURANGAN
PENGAWAS JUMLAH
PERUSAHAAN YG DIAWASI
PER BULAN PER PENGAWAS
1 Provinsi - 4 - - - -
2 Kabupaten Fak-Fak 275 1 23 4 5 5
3 Kabupaten Kaimana 548 - - 9 9 5
4 Kabupaten Teluk Wondama 50 1 4 - 1 5
5 Kabupaten Teluk Bintuni 193 1 16 2 3 5
6 Kabupaten Manokwari 470 2 20 6 8 5
7 Kabupaten Sorong Selatan 224 - - 4 4 5
8 Kabupaten Sorong 293 2 12 3 5 5
9 Kabupaten Raja Ampat 31 - - 1 1 5
10 Kabupaten Tambrauw 8 - - 1 1 5
11 Kabupaten Maybrat 39 - - 1 1 5
12 Kota Sorong 667 1 56 10 11 5
Jumlah 2,798 8 29 40 48 5
Untuk kedepannya diharapkan jumlah pegawai pengawas
dapat ditambah, begitu pula untuk kabupaten/kota yang belum
memiliki pengawas untuk memilikinya agar pengawasan terhadap
perusahaan-perusahaan yang ada di kabupaten/kota tersebut dapat
berjalan maksimal.
Dalam mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas
pelaporan serta upaya sosialisasi tersebut sangat dibutuhkan
pengawas ketenagakerjaan yang memadai, sementara jumlahnya
masih sangat minim dibandingkan jumlah perusahaan maupun
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
89
jumlah tenaga kerja yang ada. Untuk itu jumlah pengawas
ketenagakerjaan harus bertambah dari yang ada sekarang 12 orang
tenaga pengawas menjadi 48 tenaga pengawas, dengan demikian
setiap pengawas ketenagakerjaan mampu mengawasi 5 perusahaan
tiap bulan.
Untuk mempercepat penambahan pengawas
ketenagakerjaan perlu dilakukan :
a. Pembiayaan bersama (sharing) antara pemerintah pusat dan
daerah. Hal ini karena bidang ketenagakerjaan merupakan
bagian dari kewenangan/urusan wajib setiap tingkat
pemerintahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan dasar pada masyarakat sebagaimana diatur dalam
PP Nomor 38 tahun 2007.
b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi dan teori,
praktek di kelas maupun di lapangan.
c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
6.6.2 Perselisihan Hubungan Industrial dan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja
Perlindungan tenaga kerja tidak hanya berkaitan dengan
pengawasan norma ketenagakerjaan sebagaimana tersebut di atas
tetapi juga menyangkut penyelesaian perselisihan hubungan
industrial. Untuk penyelesaian yang bersifat antisipatif telah
diundangkan berbagai peraturan yang mengatur adanya perangkat
hubungan industrial ini yaitu minimal adanya Peraturan Perusahaan
(PP) atau lebih baik lagi jika ada Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
yang dapat menjadi acuan bersama bagi pekerja dan pemberi kerja/
pengusaha. Selain itu sebagaimana aturan yang berlaku secara
internasional perlu dibentuk Serikat Pekerja (SP) yang menjamin
kebebasan berpendapat bagi pekerja. Perangkat hubungan industrial
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
90
yang terutama adalah adanya Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit
karena diharapkan menjadi jembatan utama dalam pencarian solusi
yang menguntungkan kedua belah pihak.
Tabel. 6.5
Perangkat Hubungan Industrial
No Keterangan Tahun
2009 2010 2011
1 PP 115 146 370
2 PKB 21 32 55
3 SP/SB - - -
4 LKS 60 97 152
Sumber : Disnakertrans Provinsi Papua Barat
Jumlah perusahaan yang memiliki PP dan PKB diharapkan
terus meningkat, sehingga pada rentang tahun 2013-2017 jumlah
perusahaan yang memiliki PP diharapkan bertambah sesuai dengan
target pertahun sebanyak 1.520 perusahaan. Sedangkan jumlah
perusahaan yang memiliki PKB ditargetkan sebanyak 20
perusahaan pada tahun 2013-2017. Kebijakan yang dapat dilakukan
adalah melalui sosialisasi di perusahaan yang dihimbau segera
menyusun PP dan PKB.
Tabel. 6.6
Target Penambahan Perangkat Hubungan Industrial
No Keterangan Tahun
2013* 2014* 2015* 2016* 2017*
1 PP 100 250 150 150 150
2 PKB 4 4 4 4 4
3 SP/SB - - - - -
4 LKS 150 150 150 150 150
Dalam hal penyelesaian perselisihan hubungan industrial
langkah terbaik adalah adanya dialog antara pekerja dan pengusaha
dalam penyelesaian yang menguntungkan kedua belah pihak (win-
win solution). Untuk itu seharusnya pekerja memiliki kebebasan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
91
berpendapat yang disalurkan secara terarah dan pada jalurnya
melalui Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Dengan demikian upaya
perlindungan tetap menitikberatkan pada upaya preventif sebelum
terjadinya kasus-kasus yang harus diselesaikan secara hukum.
Untuk jumlah mediator yang dimiliki sampai saat ini adalah sebanyak
8 orang mediator. Penambahan mediator diharapkan akan
bertambah menjadi 29 orang dikarenakan kemampuan mediator
dalam menangani kasus agar semakin maksimal serta adanya
kemungkinan pegawai mediator yang memasuki usia pension. Untuk
Provinsi Papua Barat diharapkan adanya penambahan mediator
yang saat ini berjumlah 8 orang menjadi 29 orang dengan
penambahan ini diharapkan kerja mediator dalam menangani kasus
yang ada menjadi maksimal.
Tabel 6.7
Perkiraan Tambahan Kebutuhan Tenaga Mediator
NO PROVINSI,
KABUPATEN/KOTA JUMLAH
PERUSAHAAN
KONDISI MEDIATOR SAAT INI PERKIRAAN KEBUTUHAN MEDIATOR
JUMLAH
PERUSAHAAN YG DIBINA PER BULAN PER MEDIATOR
KEKURANGAN JUMLAH
MEDIATOR JUMLAH
PERUSAHAAN YG DIBINA PER BULAN PER MEDIATOR
1 Provinsi - 1 -
- -
2 Kabupaten Fak-Fak 275 1 23 2 3 8
3 Kabupaten Kaimana 548 - - 6 6 8
4 Kabupaten Teluk Wondama 50 - - 1 1 8
5 Kabupaten Teluk Bintuni 193 - - 2 2 8
6 Kabupaten Manokwari 470 2 20 3 5 8
7 Kabupaten Sorong Selatan 224 - - 2 2 8
8 Kabupaten Sorong 293 - - 3 3 8
9 Kabupaten Raja Ampat 31 - - 0 0 8
10 Kabupaten Tambrauw 8 - - 0 0 8
11 Kabupaten Maybrat 39 - - 0 0 8
12 Kota Sorong 667 4 14 3 7 8
Jumlah 2,798 7 33 22 29 8
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
92
Kerjasama yang baik antara pekerja dan pengusaha akan
menimbulkan ketenangan bekerja bagi pekerja karena yakin hak-
haknya akan dijamin sesuai dengan kontribusinya. Pengusaha pun
akan memetik keuntungan dengan peningkatan produktivitas dan
terciptanya budaya kerja yang baik. Untuk itu dari keseluruhan
perangkat hubungan industrial berupa adanya PP, PKB maupun SP
dan tenaga mediator maka yang terbaik adalah keberadaan
perangkat hubungan industrial berupa Lembaga Kerjasama (LKS)
Bipartit yang berfungsi sesuai seharusnya. LKS Bipartit yang
berfungsi baik akan meminimalisir peran pemerintah melalui LKS
Tripartit. Dengan sosialisasi dan penekanan pelaksanaan peraturan
perundangan yang berlaku maka pembentukan LKS Bipartit ini
diharapkan semakin meningkat sehingga ditargetkan pada tahun
2013-2017 menjadi 293 perusahaan yang memiliki LKS Bipartit.
Tidak dapat dipungkiri bahwa walau telah diupayakan adanya
perangkat hubungan industrial yang memadai tetapi sangat
dimungkinkan terjadi perselisihan hubungan industrial apalagi
berbagai perangkat tersebut diatas dari segi jumlah masih jauh dari
kebutuhan. Hal ini terutama agar perselisihan tersebut tidak perlu
masuk dalam ranah hukum yang pada akhirnya cenderung
merugikan kedua belah pihak baik dari segi biaya, waktu, tingkat
kerepotan yang ditimbulkan, citra buruk, rusaknya hubungan baik
hingga berbagai kerugian non materil lainnya. Untuk itu diperlukan
banyak tenaga mediator yang kompeten dalam rangka memediasi
perselisihan yang timbul.
Perlindungan tenaga kerja erat pula kaitannya dengan
pemenuhan jaminan sosial terhadap tenaga kerja dan juga bagi
keluarganya. Pekerja dan keluarganya yang hidup sejahtera inilah
yang hakekatnya menjadi tujuan dari konstitusi. Negara diwajibkan
menyediakan pekerjaan yang (berpenghasilan) layak bagi tiap-tiap
warga negaranya. Dengan demikian, masyarakat yang sejahtera
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
93
dapat terwujud. Perwujudan ini melalui jalur yang memang
seharusnya, yaitu bukan dari serangkaian program subsidi dan
bantuan namun di sisi lain mengesampingkan hak-hak pekerja yang
telah bekerja keras bagi peningkatan kesejahteraan diri dan
keluarganya. Pada kenyataannya, tenaga kerja memang relatif
mempunyai kedudukan yang lebih lemah sehingga tanggung jawab
utama dalam perlindungan dan kesejahteraan pekerja ini berada di
tangan pengusaha, selain tenaga kerja yang juga turut berperan aktif
dalam pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja ini.
Adanya program jaminan sosial ini berkenaan dengan
pemeliharaan kesejahteraan pada saat tenaga kerja kehilangan
sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya
risiko-risiko sosial seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia,
dan hari tua. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa
aspek, antara lain :
1. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;
2. memberikan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan
tempat mereka bekerja.
Tabel. 6.8
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak
Tahun 2011
Tahun UMP KHL UMP/KHL
2011 1.410.000 1.800.000 78,33%
2012 1.450.000 1.800.000 80,56%
Sumber : Kemnakertrans
Untuk meningkatkan daya beli buruh/karyawan, UMP setiap
tahun harus ditinjau dan ditingkatkan. Peningkatan ini harus lebih
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
94
tinggi dari peningkatan inflasi yang ada sehingga UMP yang
ditetapkan akan meningkat persentasenya bila dibandingkan dengan
KHL. Besarnya UMP Papua Barat tahun 2012 sebesar Rp.
1.450.000,- meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan tahun
2010 yang sebesar Rp. 1.410.000,-. Besaran UMP ini jika
dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi
Papua Barat baru mencapai 80,56 persen. Diharapkan proporsi
UMP terhadap KHL ini terus meningkat setiap tahunnya sehingga
kesejahteraan buruh/karyawan juga ikut meningkat.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat 2013-2017
95
BAB VII PENUTUP
Buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
disusun sebagai acuan dalam menyusun perencanaan
pembangunan ekonomi secara makro, khususnya apabila dikaitkan
dengan Perencanaan Kesempatan Kerja Daerah Papua Barat
selama periode tahun 2013-2017.
Melalui penyusunan buku ini diharapkan dapat diperoleh
bahan masukan yang berharga bagi para perencana dan pengambil
keputusan, serta pengguna lainnya dibidang ketenagakerjaan di
Daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bengkulu.
2010. Rencana Pembanguanan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Bengkulu Tahun 2010-2015. Bappeda Bengkulu.
Badan Pusat Statistik. 2010. Pendapatan Nasional Indonesia 2006 - 2010.
BPS Bengkulu
Bappenas dan UNSFIR. 2002. Indonesia 2020: long-term Issues and priorites.
Jakarta.
Internasional Labor Organization. 1999. Indonesia Imploment strategi
Mission. ILO : Jakarta.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I 2010. Perencanaan Tenaga
Kerja Nasional Tahun 2011 – 2012. Kemenakertrans : Jakarta.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I 2010. Rencana Tenaga Kerja
Kabupaten Sragen Tahun 2011 – 2014. Kemenakertrans : Jakarta.
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2009 Rencana Tenaga Kerja
2010-2014. Kemenakertrans : Jakarta.
Universitas Indonesia dan Bappenas. 1992 Studi Pegembangan sistem dan
Kebijaksanaan dan Sumber Daya Manusia. UI dan Bappenas. Jakarta.
Universitas Indonesia dan Beppenas. 1992. Model terpadu perncanaan
Sumber Daya Manusia Nasional. UI dan Bappenas : Jakarta.