irma

215
IV-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu bidang industri yang saat ini semakin maju perkembangannya adalah industri tinplate. Pertumbuhan industri nasional yang berkembang dan menyebar di berbagai daerah, semuanya sangat membutuhkan produk tinplate, terutama sebagai bahan baku kemasan produk makanan maupun produk lainnya. Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan tinplate tersebut maka penyusun merasa tertarik untuk mengambil tema pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3) di industri tinplate, mengingat semakin meningkatnya pertumbuhan industri maka akan semakin bertambah pula limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Salah satu limbah yang menjadi permasalahan dalam industri tinplate adalah limbah B3. Apabila limbah B3 tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran itu sendiri adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan dan sebagian besar disebabkan

Upload: dicky-feynman

Post on 31-Oct-2014

278 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Irma

IV-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu bidang industri yang saat ini semakin maju perkembangannya adalah

industri tinplate. Pertumbuhan industri nasional yang berkembang dan menyebar di

berbagai daerah, semuanya sangat membutuhkan produk tinplate, terutama sebagai

bahan baku kemasan produk makanan maupun produk lainnya. Seiring dengan

semakin meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan tinplate tersebut maka

penyusun merasa tertarik untuk mengambil tema pengelolaan limbah bahan

berbahaya beracun (B3) di industri tinplate, mengingat semakin meningkatnya

pertumbuhan industri maka akan semakin bertambah pula limbah yang dihasilkan

oleh industri tersebut. Salah satu limbah yang menjadi permasalahan dalam industri

tinplate adalah limbah B3. Apabila limbah B3 tersebut tidak dikelola dengan baik,

maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

Pencemaran itu sendiri adalah perubahan lingkungan yang tidak

menguntungkan dan sebagian besar disebabkan karena tindakan manusia, dengan

mengubah pola penggunaan energi dan materi, tingkat radiasi, bahan kimia maupun

fisika, serta jumlah organisme (Sastrawijaya,2000). Masuknya zat-zat asing ke dalam

lingkungan dengan konsentrasi yang besar akan menurunkan kualitasnya, oleh karena

itu diperlukan penanganan serius sehingga permasalahan ini tidak berlarut-larut dan

mengancam kehidupan manusia.

PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, disingkat PT. Latinusa Tbk, merupakan

perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi tinplate berkualitas tinggi

dengan standar internasional. PT Latinusa didirikan pada 19 Agustus 1982

berdasarkan Akta Perseroan No.45. PT. Pelat Timah Nusantara Tbk memiliki

Page 2: Irma

IV-2

komitmen yang kuat terhadap masalah lingkungan, salah satunya dengan mengelola

limbah B3 dari hasil proses produksinya. Selain itu perusahaan ini juga menetapkan

kebijakan dalam bidang keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Upaya ini

dilakukan untuk menjaga komitmennya agar proses produksi tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan yang dapat merugikan masyarakat dan keseimbangan ekosistem.

1.2. Dasar Kegiatan Pelaksanaan Praktek

Dasar kegiatan kerja praktek ini adalah :

1. Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai bagian dari pendidikan

2. Kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro Semarang

3. Mata kuliah kerja praktek yang harus diambil oleh mahasiswa.

1.3. Ruang Lingkup Kerja Praktek

Adapun ruang lingkup kerja praktek ini meliputi analisis dan evaluasi teknis

pengelolaan limbah B3, dari mulai peraturan yang dipakai, identifikasi sumber, dan

pengelolaan yang dilakukan yang meliputi inventarisasi, reduksi, penyimpanan

sementara, pelabelan dan simbol, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan

pemanfaatan yang dilakukan oleh PT. Pelat Timah Nusantara Tbk.

1.4. Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari kerja praktek ini yaitu :

1. Mengidentifikasi limbah B3 yang dihasilkan PT. Pelat Timah Nusantara Tbk.

2. Mempelajari dasar-dasar sistem pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah

Nusantara Tbk.

Page 3: Irma

IV-3

3. Mengetahui besarnya tingkat pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah

Nusantara Tbk.

4. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap sistem pengelolaan limbah B3 PT.

Pelat Timah Nusantara Tbk berdasarkan peraturan pemerintah terkait

pengelolaan limbah B3.

1.5. Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaan dari kerja praktek ini yaitu :

1. Sebagai wahana aplikasi ilmu pengetahuan tentang sistem pengelolaan limbah

B3.

2. Memperkenalkan dunia kerja yang menjadi salah satu bidang keahliannya

khususnya bagi mahasiswa peserta kerja praktek.

3. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengelolaan limbah B3,

khususnya pengelolaan limbah B3 yang ada di PT. Pelat Timah Nusantara

Tbk.

4. Menjalin hubuangan baik antara Universitas Diponegoro dan PT. Pelat Timah

Nusantara Tbk.

Page 4: Irma

IV-4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 )

2.1.1 Pengertian Limbah B3

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 ) adalah limbah atau kombinasi

limbah yang karena kuantitas, konsentrasi, atau sifat fisika dan kimia atau yang

memiliki karakteristik cepat menyebar, mungkin yang merupakan penyebab

meningkatnya angka penyakit dan kematian, juga memiliki potensi yang berbahaya

bagi kesehatan manusia dan lingkungan ketika tidak sesuai pada saat diperlakukan,

dalam penyimpanan, transportasi, atau dalam penempatan dan pengolahan

( Damanhuri, 1994 ).

Menurut PP No. 74 Tahun 2001, bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah

bahan yang karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dapat merusak lingkungan hidup dan membahayakan

lingkungan hidup serta kesehatan manusia. Limbah B3 maupun bahan berbahaya dan

beracun tidak saja dihasilkan atau digunakan oleh kegiatan industri tetapi juga dari

berbagai aktifitas manusia lainnya, misalnya dari kegiatan pertanian, rumah tangga

dan rumah sakit. Untuk itulah perlu dikelola secara benar sehingga tidak mencemari

dan mengganggu kesehatan manusia.

Sedangkan yang dimaksud dengan limbah B3 menurut PP No. 18 Tahun 1999

jo PP No. 85 Tahun 1999 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang

mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau

konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,

dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau dapat

Page 5: Irma

IV-5

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta

makhluk hidup lain (KLH, 2002).

Environmental Protection Agency (EPA) lebih lanjut mendefinisikan limbah

B3 sebagai berikut:

1. Menyandang karakteristik sebagai limbah B3 sesuai dengan definisi yang

diberikan oleh uji protokol dan prosedur analisis standar.

2. Termasuk dalam daftar yang tercantum dalam subtitle- C RCRA

3. Campuran dari limbah dalam daftar tersebut dengan limbah lain

4. Belum dikeluarkan dari aturan RCRA sebagai limbah B3

5. Produk samping dari pengolahan setiap limbah B3 ( Damanhuri, 1994 ).

Secara konvensional, terdapat 7 kelas bahan berbahaya, yaitu:

1. Materi mudah terbakar ( flammable material )

Yaitu zat padat, gas, uap atau cair yang menyala dengan mudah dan terbakar

secara cepat apabila dipaparkan pada sumber nyala; misalnya jenis pelarut

(solvent) benzene, ethanol, debu alumunium, gas hidrogen dan methane

2. Materi yang spontan terbakar ( spontaneously ignitable material )

Yaitu zat padat atau cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala,

misalnya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi atau kegiatan

lain ( misalnya: aktivitas mikrobiologis ). Contoh materi yang bersifat spontan

terbakar ini adalah fosfor putih

3. Peledak ( explosive )

Materi kimia yang dapat meledak karena kejutan ( shock ), panas, atau

mekanisme lainnya. Contoh materi ini adalah dinamit dan Trinitrotoluene ( TNT

4. Pengoksidasi ( oxidizer )

Page 6: Irma

IV-6

Yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi biasa atau bila

terpapar dengan panas. Contoh materi ini adalah Amonium nitrat dan Benzoyl

Peroksida

5. Materi korosif

Yaitu materi padat atau cair seperti asam kuat atau basa kuat yang dapat

membakar dan merusak jaringan kulit bila berkontak dengannya.

6. Materi toxic

Yaitu racun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu

kesehatan, seperti karbon monokside dan hidrogen sianida.

7. Materi radioaktif

Dicirikan dengan transformasi yang berlangsung dalam inti atom. Misalnya

uranium heksafluorida ( Damanhuri, 1994 ).

2.1.2 Limbah Industri Elektroplating dan Galvanis

Industri tinplate merupakan salah satu jenis industri elektroplating dan

galvanis dimana juga menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 tabel 2 tentang limbah B3 dari

sumber yang spesifik maka limbah industri electroplating dan galvanis termasuk

kedalam kode D215 dimana limbah B3 yang dihasilkan berupa sludge pengolahan

dan pencucian, larutan pengolah bekas, larutan asam (pickling), dross, slag, pelarut

bekas, sludge dari IPAL. Berikut ini diberikan table daftar limbah untuk industri

electroplating dan galvanis berdasarkan PP No 18 Tahun 1999.

Page 7: Irma

IV-7

Tabel 2.1 Daftar Limbah Sumber Spesifik Industri Elektroplating dan Galvanis

Kode

Limbah

Jenis

industri/kegiatan

Kode

kegiatan

Sumber

pencemaran

Asal/uraian

limbah

Pencemaran

utama

D215 Elektroplating

dan Galvanis

Mencakup

kegiatan

pelapisan logam

pada permukaan

logam atau plastik

dengan proses

elektris

2892

2710/2720

2811/2812

2891/2893

2899/2911

2912/2915

2919/2922

2924/2925

2926/2927

2930/3110

3120/3190

3210/3220

3230/3410

3420/3430

3530/3591

3592/3610

3699/4520

- Semua proses

yang berkaitan

dengan kegiatan

pelapisan logam

termasuk proses

perlakuan :

phospating,

etching,polishing,

chemical

conversion coating,

anodising.

– Pretreatment :

pickling,degreasing

,stripping,cleaning,

grinding,sand

blasting,weld

cleaning,depainting

– IPAL mengolah

effluen proses

elektroplating dan

galvanis

- Sludge

pengolahan

dan pencucian

- larutan

pengolah bekas

- larutan asam

(pickling) -

Dross,slag –

Pelarut bekas

(terklorinasi) –

larutan bekas

proses

degreasing –

Sludge dari

IPAL – Residu

dari larutan

batch

- Logam dan

logam berat

(terutama

Cd,Cr,Cu,Pb,A

s,Ba,Hg,Se,Ni,

Zn,Sn) -

Sianida

- Senyawa

amonia -

Florida

- Fenol

- Nitrat

Sumber : PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999

Page 8: Irma

IV-8

2.1.3 Peraturan Tentang Limbah B3

2.1.3.1 Peraturan Internasional Tentang Limbah B3

Sejarah peraturan internasional terkait dengan pengelolaan limbah B3

menurut US EPA adalah:

1. National Environmental Policy Act (NEPA) disusun pada tahun 1969, berisi

tentang analisis dampak lingkungan.

2. Solid Waste Disposal Act (1965) dan Resource Recovery Act (1970) mengatur

pengolahan dan pendaur-ulangan buangan padat.

3. Occupational Safety and Health Act (OSHA) disusun pada tahun 1970, berisi

tentang keselamatan kerja.

4. Marine Protection Research and Sanctuary Act (1972), peraturan untuk

pencegahan atau mengurangi pembuangan limbah ke laut.

5. Resource Conservation and Recovery Act (RCRA) disusun pada tahun 1976

oleh EPA, mengatur pengelolaan limbah B3, konsep cradle to grave.

6. Toxic Substances Control Act (TSCA) disusun pada tahun 1976, mengenai

penggunaan bahan kimia berbahaya yang baru dihasilkan.

7. Clean Water Act (CWA) disusun pada tahun 1977, mengatur pencemaran air.

8. Hazardous and Solid Waste Amendments (HSWA) disusun pada tahun 1984,

mengatur pembuangan limbah B3 ke tanah.

9. Comprehensive Environmental Response, Compensation and Liability Act

(CERCLA) disusun pada tahun 1980 dan Superfund Amendments and

Reauthorization Act (SARA) disusun pada tahun 1986, berisi tentang pengaturan

dan pendanaan pembersihan lokasi pembuangan B3 yang sudah tidak beroperasi.

10. Emergency Planning and Community Right-To-Know Act (EPCRA) disusun

tahun 1986, berisi tentang perlindungan keselamatan, kesehatan masyarakat dan

lingkungan dari zat kimia berbahaya.

Page 9: Irma

IV-9

11. Pollution Prevention Act (PPA) disusun pada tahun 1990, berisi tentang

strategi penanganan pencemaran limbah B3 dengan prioritas pada minimasi

limbah.

Dari sekian banyak peraturan perundang-undangan tersebut di atas, maka yang

berkaitan erat dengan masalah limbah B3 adalah TSCA (1976), RCRA (1976),

HSWA (1984), CERCLA (1980), dan SARA (1986).

2.1.3.2 Peraturan Nasional Tentang Limbah B3

Peraturan Nasional yang terkait pengelolaan limbah B3 yang berlaku di

Indonesia antara lain:

1. Undang-undang RI No. 32 tahun 2009 tentang “Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup “.

2. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang

“Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”

Peraturan ini juga sebagai revisi PP. No.19 tahun 1994 Jo. PP No. 12 tahun 1995

tentang “Pengelolaan Limbah B3”.

3. Keputusan Bapedal No. 09 tahun 1995

i. Keputusan kepala Bapedal 01/Bapedal/09/1995 mengenai tata cara teknis

penyimpanan dan pengumpulan limbah B3.

ii. Keputusan kepala Bapedal 02/Bapedal/09/1995 mengenai dokumen limbah

B3, mengatur pula tentang tata cara pengisian form dokumen limbah B3

iii. Keputusan kepala Bapedal 03/Bapedal/09/1995 mengenai persyaratan teknis

pengolahan limbah B3.

iv. Keputusan kepala Bapedal 04/Bapedal/09/1995 mengenai Tata Cara

Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas

Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3

v. Keputusan kepala Bapedal 05/Bapedal/09/1995 mengenai Simbol dan Label

Limbah B3.

Page 10: Irma

IV-10

4. Kepdal 68/BAPEDAL/05/1994 tentang “Tata Cara Memperoleh Ijin

Pengelolaan limbah B3”.

5. Kepdal 02/BAPEDAL/01/1998 tentang “Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan

Limbah B3”.

6. Kepdal 03/BAPEDAL/01/1998 tentang “Program kendali B3”.

7. Kep. Memperindag. No.. 254/MPP/KEP/7/2000 tentang “Tata niaga impor dan

peredaran bahan berbahaya tertentu”.

8. PP No. 74 Tahun 2001 tentang “Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun”.

9. Keputusan Kepala Bapedal No 2 Tahun 1998 tentang: “Tata Laksana

Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah”.

10. Keputusan Kepala Bapedal No 3 Tahun 1998 tentang “Program Kemitraan

dalam Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun”.

11. Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1998 tentang “Penetapan Prioritas

Propinsi Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun”.

12. Peraturan Daerah Kota Cilegon No 2 Tahun 2004 Tentang Pengendalian

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan.

13. Peraturan Walikota Cilegon No 45 Tahun 2009 Tentang Izin Penyimpanan

Sementara dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kota

Cilegon.

2.1.4 Identifikasi Limbah B3

Berdasarkan No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999, langkah pertama

yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3 adalah mengklasifikasikan limbah dari

penghasil tersebut apakah termasuk limbah B3 atau tidak. Pengklasifikasian ini akan

memudahkan pihak penghasil, pengangkut, atau pengolah dalam mengenali limbah

B3 tersebut sedini mungkin. Mengindentifikasi limbah sebagai limbah B3 dilakukan

melalui tahapan sebagai berikut :

Page 11: Irma

IV-11

1. Identifikasi jenis limbah yang dihasilkan;

2. Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3, dan apabila cocok

dengan daftar jenis limbah B3, maka limbah tersebut termasuk limbah B3;

3. Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka periksa apakah limbah

tersebut memiliki karakteristik : mudah meledak atau mudah terbakar atau

beracun atau bersifat reaktif atau menyebabkan infeksi atau bersifat korosif.

Apabila tidak memiliki karakteristik sebagaimana tersebut huruf c, maka

dilakukan uji toksikologi.

Dalam Identifikasi limbah B3 berdasarkan No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85

Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang bukan berasal dari

proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian,

inhibitor korosi, pelarut perak, pengemasan, dan lain-lain.

2. Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses industri atau

kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan

produk yang sudah tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat dimanfaatkan

kembali dan demikian juga untuk bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.

Dalam menganalisa suatu limbah termasuk B3 atau tidak, dapat dilihat dari

bahan yang digunakan dalam proses produksinya. Bahan dalam proses produksi ini

dianalisa termasuk bahan B3, berdasarkan lampiran PP No. 74 tahun 2001 tentang

pengelolaan bahan B3. Selain itu, metode analisa lainnya adalan dengan

mencocokkan limbah yang diidentifikasi dengan melihat lampiran I No. 18 tahun

1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tabel 1 untuk limbah B3 dari sumber yang tidak

spesifik dan tabel 2 untuk limbah B3 dari sumber yang spesifik.

Page 12: Irma

IV-12

Jika suatu limbah tidak terdapat pada lampiran I tabel 1 dan 2, tidak berarti

bahwa limbah tersebut tidak termasuk limbah B3 tetapi harus dilakukan uji

karakteristik limbah B3 yaitu:

a. Mudah meledak

b. Mudah terbakar

c. Bersifat beaktif

d. Menyebabkan infeksi

e. Bersifat korosif

f. Pengujian toksikologi untuk menetukan sifat akut dan atau kronis

Gambar 2.1 Diagram Identifikasi Limbah B3

Sumber: PP No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999

Keterangan : Ya = sesuai dengan isi kotak

PP No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 (tabel 1 dan 2)

Uji karakteristik limbah B3 (mudah meledak, mudah terbakar, infeksius, reakti, korosif,

beracun)

Uji Toksikologi

Limbah B3

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Ya

Limbah B3

Limbah B3

LIMBAH

Limbah Non B3

Page 13: Irma

IV-13

Tidak = tidak sesuai dengan isi kotak

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa limbah yang terdapat dalam daftar

limbah B3 pada lampiran PP No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tergolong

limbah B3, tetapi limbah yang tergolong limbah yang terdapat dalam daftar lampiran

limbah B3 PP No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 dapat dinyatakan bukan

limbah B3 jika telah melalui serangkaian uji karakteristik dan atau uji toksikologi,

yang menyatakan bahwa limbah tersebut bukan limbah B3 berdasarkan prosedur

yang telah ditetapkan oleh instansi berwenang setelah melakukan koordinasi dengan

instansi teknis, lembaga peneliti terkait (laboratorium) dan penghasil limbah tersebut

(KLH, 1999).

Uji toksisitas biasa dikenal dengan uji TCLP (Toxicity Characteristis Leaching

Procedur) yang diadopsi dari uji yang dilakukan di USA. Menurut EPA uji TCLP

adalah salah satu evaluasi toksisitas limbah untuk bahan-bahan yang dianggap

berbahaya dan beracun dengan penekanan pada nilai leachate . Setelah uji toksisitas

biasa, dilakukan juga uji toksisistas akut yang biasa disebut uji LD50 (Lethal Dose

50). Uji LD50 merupakan perhitungan dosis berat pencemar (gram pencemar per

kilogram) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi makhluk hidup yang

dijadikan percobaan (KLH,1999). Jika nilai LD50 dari pengujian limbah lebih besar

dari 15 gram per kilogram berat badan, maka limbah yang diuji tidak termasuk

limbah B3 (KLH, 1999).

2.1.5 Karakteristik Limbah B3

Menurut KLH (2002), pengujian karakteristik limbah B3 dilakukan sebelum

limbah tersebut diolah. Secara umum karakteristik limbah B3 adalah sebagai berikut:

Page 14: Irma

IV-14

Gambar 2.2. Diagram Identifikasi Limbah B-3

Sumber: Tchobanoglous, et al, 1977

Page 15: Irma

IV-15

Keterangan : Ya = sesuai dengan isi kotak

Tidak = tidak sesuai dengan isi kotak

1. Mudah meledak

Limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25oC, 760 mmHg) dapat meledak

atau melalui reaksi kimia maupun fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan

tekanan tinggi yang merusak lingkungan sekitarnya dengan cepat.

2. Mudah terbakar

Limbah dikatakan mudah terbakar apabila memiliki salah satu sifat sbb:

a. Limbah yang berupa cairan, mengandung alkohol kurang dari 24%

volume atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC (140oF) akan menyala jika

kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara

760 mmHg.

b. Limbah yang bukan berupa cairan, jika pada temperatur dan tekanan

standar dapat menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air

atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan

kebakaran yang terus menerus.

c. Limbah yang bertekanan dan mudah terbakar.

d. Limbah pengoksidasi.

3. Bersifat reaktif

Limbah bersifat reaktif jika memiliki salah satu sifat sebagai berikut:

a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat

menyebabkan perubahan tanpa peledakan.

b. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.

c. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan

ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang

membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Page 16: Irma

IV-16

d. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amonia yang pada kondisi

pH antara 2 – 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam

jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

e. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan

tekanan standar.

f. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau

menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu

tinggi.

4. Beracun

Merupakan limbah yang mengandung pencemar bersifat racun bagi manusia atau

lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit serius apabila masuk ke

dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.

5. Menyebabkan infeksi

Merupakan limbah yang berasal dari organ tubuh manusia yang diamputasi,

cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, laboratorium atau limbah lainnya

yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya

karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan

pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan

limbah.

6. Bersifat korosif

Limbah bersifat korosif apabila mempunyai salah satu sifat sebagai berikut:

a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)

dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur

pengujian 55oC.

c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam

dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

Page 17: Irma

IV-17

2.1.6 Pengelolaan Limbah B3

Menurut PP No. 18 Tahun 1999, pengelolaan limbah B3 merupakan

rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan,

pengangkutan, pengolahan dan penimbunan hasil pengolahan limbah B3. Pengelolaan

ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan hidup

serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai

fungsinya kembali (KLH, 2002).

Penghasil limbah B3 adalah orang yang kegiatannya menghasilkan limbah

B3. Setiap penghasil limbah B3 wajib mengolahnya sesuai dengan teknologi yang

ada, tetapi jika tidak mampu diolah di dalam negeri dapat diekspor ke negara lain.

Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 paling lama 90 hari atau lebih dari

90 hari, jika limbah B3 yang dihasilkan <50 kg per hari, sebelum diserahkan kepada

pihak pengumpul, pemanfaat, pengolah, penimbun limbah B3 (KLH, 2002).

Menurut RCRA ada 3 kategori penghasil limbah B3 yaitu:

a. Penghasil skala besar atau large quantity generators (LQG), yang

menghasilkan limbah B3 >1000 kg per bulan, atau >1 kg limbah B3 akut per

bulan.

b. Penghasil skala kecil atau small quantity generators (SQG), yang

menghasilkan limbah B3 antara 100 – 1000 kg per bulan dan <1 kg limbah B3

akut per bulan, akumulasi <6000 kg limbah B3 setiap waktu.

c. Penghasil skala kecil dengan pengecualian atau conditionally exempt

small quantity generators (CESQG), yang menghasilkan limbah B3 <100 kg per

bulan dan <1 kg limbah B3 akut per bulan, akumulasi <1000 kg limbah B3 setiap

waktu.

Page 18: Irma

IV-18

2.1.7 Teknik Minimasi Limbah B3

Pada awalnya, limbah B3 dikelola secara end-of-pipe treatment. Tetapi untuk

saat ini lebih menekankan pada minimasi limbah atau pencegahan pencemaran, yang

diimplementasikan dengan berbagai cara termasuk perubahan proses untuk mencegah

timbulan limbah (Watts, 1997). Untuk lebih memahami konsep minimasi limbah B3

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3. Teknik Minimasi Limbah B3

Sumber: La Grega et al., 1994

Dari gambar tersebut, teknik minimasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Substitusi material

Salah satu langkah efektif dalam minimasi limbah adalah dengan substitusi

(menukar) bahan baku dengan yang tidak atau kurang beracun, seperti yang

terdapat pada peraturan yang berlaku (La Grega et al., 1994).

Page 19: Irma

IV-19

b. Daur Ulang

Merupakan alternatif yang paling efektif dari segi pembiayaan. Teknik ini dapat

menghilangkan biaya pembuangan limbah, mengurangi biaya pembelian bahan

baku dan memberikan pendapatan untuk limbah yang laku dijual (Freeman,

1989). Akan tetapi tidak semua limbah dari proses produksi dapat diminimasi

dengan cara daur ulang, sehingga diperlukan alternatif lain untuk destruksi limbah

B3 (Watts, 1997).

c. Pemisahan limbah

Limbah yang terdiri dari berbagai senyawa kimia berbeda menyulitkan dalam

pengelolaannya. Sehingga diperlukan pemisahan sejak terbentuknya limbah untuk

menghindari pencampuran (La Grega et al., 1994).

d. Modifikasi proses

Bertujuan untuk mengurangi timbulan limbah, reaksi yang berhubungan dengan

proses kimia menjadi lebih efisien sehingga dapat mengurangi produk samping

yang berpotensi bahaya (Watts, 1997).

2.1.8 Persyaratan Pengolah Limbah B3 Dengan Metode Pembakaran

(Insinerasi)

Instrument insinerator yang digunakan hendaknya memiliki spesifikasi yang

sesuai dengan karakteristik dan besarnya jumlah limbah yang akan diolah. Outlet

buangan udara hasil pembakaran harus dilengkapi dengan pengendalian pencemaran

udara yang hasilnya harus memenuhi standar emisi cerobang serta peraturan baku

mutu udara yang berlaku. Adapun effisiensi proses pembakaran harus memenuhi

tingkat efisiensi 99,99% dan efisiensi penghancuran dan penghilangan sebagai

berikut :

1. Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polyorganic hydrocarbons

(POHCs) sebesar 99,99%

Page 20: Irma

IV-20

2. Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated biphenyl

(PCBs) sebesar 99,9999%

3. Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated

dibenzofurans sebesar 99,9999%

4. Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated dibenzo-p-

dioxins sebesar 99,9999%

Akhir dari proses pembakaran, residu pada abu insinerator harus ditimbun

dengan mengikuti ketentuan prosedur stabilisasi dan solidifikasi atau penimbunan

(landfill). Pengoperasian insinerator dilakukan dengan berbagai tahapan agar

diperoleh hasil yang memadai dan tidak mencemari lingkungan. Adapun tahapan

tersebut adalah :

1. Sebelum mulai membangun atau memasang incinerator fasilitas pengolahan

limbah B3, pemilik harus memberikan data-data spesifikasi teknis seperti

dibawah ini :

a. Spesifikasi insinerator

b. Memperkirakan tingkat maksimum ambient konsentrasi pada permukaan

tanah akibat emisi udara dari incinerator dengan memakai persamaan

distribusi GAUSS dan/atau pengembangannya dengan mempertimbangkan

kondisi klimatologi dan meteorologi setempat.

c. Memberikan uraian tentang jadwal konstruksi, mulai dari tahap prakonstruksi,

pelaksanaan, penyelesaian konstruksi, dan tahap persiapan operasi.

d. Menyerahkan laporan administrasi yang berisi tentang poin diatas kepada

instansi yang berwenang.

2. Sebelum insinerator dioperasikan secara terus menerus atau continue,

pengelola insinerator (pemilik) harus melakukan uji coba pembakaran (trial burn

test) minimal selama 14 hari secara teru menerus dan tidak boleh putus serta

menyusun laporan. Metode uji coba pembakaran ini bertujuan untuk

memperoleh :

Page 21: Irma

IV-21

a. Deskripsi kualitatif dan kuantitatif sifat fisika, kimia, dan

biologi.

b. Menentukan kondisi operasi :

Suhu di ruang pembakaran sesuai dengan jenis limbah B3.

Waktu tinggal (residence time) gas di zona/ruang bakar minimum selama

2 detik.

Konsentrasi dari excess oxsigen di exhaust pengeluaran.

c. Menentukan kondisi meteorologi yang spesifik seperti arah

angin, kecepatan angin, curah hujan, kelembaban, temperatur, dll.

d. Langkah terakhir adalah menentukan efisiensi penghancuran

dan penghilangan.

3. Dalam kondisi darurat terutama apabila terjadi kondisi pengoperasian

tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan maka perlu digunakan sistem

pemutus otomatis pengumpan limbah B3.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalan pengoperasian incinerator untuk

mendegradasi limbah B3 adalah sebagai berikut :

a. Pada saat pengoperasian :

Memeriksa/mengecek insinerator dan peralatan pendukungnya (pompa,

conceyor, pipa dan lainnya) secara berkala.

Menjaga agar tidak terjadi kebocoran, tumpahan atau emisi sesaat pada

saat proses insinerasi berlangsung agar diperoleh kualitas pembakaran

yang sempurna.

Mempersiapkan penggunaan pemutus otomatis pengumpan limbah B3

jika kondisi pengoperasian tidak mencapai spesifikasi yang telah

ditetapkan.

Memastikan DRE yang harus dicapai oleh insinerasi sama dengan/lebih

besar dari standar baku yang berlaku.

Page 22: Irma

IV-22

Mengendalikan peralatan yang berhubungan dengan proses pembakaran

maksimum selama kurun waktu tertentu pada saat start up sebelum

melakukan operasi pengolahan secara kontinue.

Mengantisipasi limbah yang hanya boleh dilakukan dengan proses

pembakaran sesuai ijin yang dimiliki.

Mengelola abu dari proses pembakaran dengan metode penimbunan sesuai

dengan persyaratan landfilling B3 yang berlaku.

b. Pada saat pemantauan :

Secara terus menerus mengukur dan mencatat beberapa faktor

pembakaran seperti suhu di ruang bakar, laju umpan limbah, kecepatan

gas saat keluar dari daerah pembakaran, dan partikel debu di cerobong.

Memantau kualitas udara sekeliling dan kondisi meteorologi sekurang-

kurangnya 2 kali dalam sebulan yang meliputi arah dan kecepatan angina,

kelembaban, temperature dan curah hujan.

c. Pada saat pelaporan :

Melaporkan hasil pengukuran emisi cerobong yang telah dilakukan selama

3 bulan terakhir sejak digunakan pengujian kembali setiap 3 bulan untuk

menjaga nilai minimum DRE.

Konsentrasi maksimum untuk emisi dan nilai minimum DRE harus sesuai

dengan peraturan yang ada dan dilaporkan secara periodik 3 bulan ke

instansi yang berwenang untuk mengedalikan B3.

2.2 Limbah Padat B3

Secara umum limbah padat diartikan sebagai semua limbah yang timbul

akibat kegiatan manusia dan hewan yang berbentuk padat dan dibuang sebagai

sesuatu yang tidak berguna dan tidak diinginkan (Tchobanoglous,1993). Menurut

Resource Conservation and Recovery Act (RCRA), limbah dikatakan berbahaya

Page 23: Irma

IV-23

(hazardous) bila sesuai dengan 40 CFR (Code of Federal Regulation) 261, yaitu

limbah padat (solid waste) atau kombinasi limbah padat, karena kuantitas,

karakterisitik fisik, kimiawi dan keinfeksiannya dapat:

1. Menyebabkan atau secara signifikan memberikan kontribusi

pada peningkatan mortalitas atau penyakit yang serius.

2. Menimbulkan bahaya yang potensial pada kesehatan manusia

atau lingkungan bila tidak diolah, disimpan, diangkut, disingkirkan atau cara

pengelolaan lainnya secara tepat (La Grega et al., 1994).

Sedangkan yang dimaksud dengan limbah padat adalah setiap sampah, lumpur

dari sarana pengolahan air, pencegahan pencemaran udara serta bahan lainnya dalam

bentuk padat, cair, semi solid atau mengandung gas dari kegiatan industri, komersil,

tambang, pertanian dan dari aktivitas komunal (Watts, 1997). Pengelolaan limbah

padat adalah suatu upaya yang dilakukan dalam sistem manajemen persampahan

dengan tujuan untuk:

1. Meningkatkan efisiensi operasional.

2. Mendaur ulang bahan –bahan yang kurang bermanfaat untuk ditingkatkan

kembali manfaatnya.

3. Mendaur ulang material untuk diubah menjadi produk lain seperti kompos,

energi / biogas.

Menurut Tchobanoglous et al (1993), aspek-aspek yang tercakup dalam

elemen pengelolaan limbah padat terdiri dari:

1. Bahan terbuang (timbulan)

2. Pemisahan, penyimpanan dan pengolahan pada sumber

3. Pemindahan dan pengangkutan

4. Pemisahan, penyimpanan dan pengolahan limbah yang terkumpul

5. Pembuangan akhir

Page 24: Irma

IV-24

Gambar 2.4. Hubungan Antar Elemen Pengelolaan Limbah Padat

Sumber: Tchobanoglous et al., 1993

Berdasarkan Pollution Prevention Act (1990) , seharusnya penimbunan

adalah merupakan jalan paling akhir yang ditempuh bila ada timbulan limbah B3,

substitusi bahan atau minimasi limbah pada bahan yang akan masuk proses produksi

dapat mengurangi jumlah timbulan limbah pada akhir produksi dan meminimalka n

dampak lingkungan yang akan muncul serta meminimalkan biaya operasional untuk

pengolahan limbah. Dalam manajemen pengelolaan limbah B3, prinsip dasar dari

pengelolaan yang baik seharusnya sesuai dengan hirarki limbah yang ditunjukkan

pada gambar 2.5 berikut :

Gambar 2.5 Hirarki Pengelolaan Limbah B3

Sumber: Pollution Prevention Act, 1990

Page 25: Irma

IV-25

Prinsip-prinsip dasar pengelolaan limbah B3 adalah:

1. Minimasi limbah

Minimasi limbah merupakan usaha yang sekarang digalakkan di seluruh bagian

dunia, karena cara ini disinyalir akan mengurangi tingkat pencemaran baik tanah,

air maupun udara. Dalam usaha pengurangan jumlah limbah dikenal beberapa

cara yaitu End of pipe, teknologi bersih dan zero waste.

2. Polluters pay principle

Prinsip polluter pays principle adalah mengenai orang/usaha yang bertanggung

jawab terhadap biaya – biaya akibat dari dampaknya.

3. Pengolahan dan penimbunan limbah B3 di dekat sumber

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah B3, sebaiknya dilakukan di lokasi dekat

dengan sumber untuk menghindari ceceran, pencemaran dan gangguan terhadap

kesehatan serta menghindari adanya dampak negatif pada lingkungan sekitar.

4. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan

Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan menyatakan bahwa dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan tidak lepas dari aspek kelestarian lingkungan

dan pemberdayaan alam.

5. Konsep Cradle to Grave dan Cradle to Cradle

Konsep cradle to grave adalah upaya pengelolaan limbah B3 secara sistematis

yang mengatur, mengontrol dan memonitor perjalanan limbah dari mulai

terbentuknya limbah sampai terkubur pada penanganan akhir. Dalam penerapan

konsep ini di Indonesia, perjalanan limbah B3 yang dihasilkan sampai ke

penanganan akhir disertai 7 lembar dokumen perjalanan limbah yang diberikan

kepada pihak – pihak yang berhubungan dengan pengelolaan limbah tersebut

sehingga keberadaan limbah tersebut selalu terkontrol. Sedangkan konsep cradle

to cradle adalah suatu model dari sistem industri dimana material/bahan mengalir

sesuai dengan konsep limbah yang digunakan sesuai dengan yang dikonsumsi

sehingga menimbulkan efek yang positif terhadap lingkungan alam.

Page 26: Irma

IV-26

Gambar 2.6 Aspek-Aspek Terkait dengan Pengelolaan Limbah B3

Sumber : Pollution Prevention Act, 1990

Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Pengaturan (legal)

Peraturan yang mengatur tentang prosedur pengelolaan limbah B3 secara

benar sehingga tidak menimbulkan perusakan lingkungan hidup yang dapat

membahayakan kehidupan manusia dan makhluk lainnya.

2. Institusi, Perijinan dan Pengawasan

Pihak-pihak yang terkait dengan proses pengelolaan limbah B3 tersebut

(Badan Institusi kontrol, penghasil, pengumpul, pengangkut, pendaur, pengolah,

pemusnah, dan pemerintah).

3. Teknis operasional

Cara pengelolaan limbah B3 secara benar di lapangan agar tidak

membahayakan bagi lingkungan sekitar. Aspek yang terkait dengan teknik

operasional ialah:

a) Identifikasi (Identification) limbah B3

b) Penyimpanan (Storage) limbah B3

c) Pengumpulan (Collect) limbah B3

d) Pengangkutan (Transport) limbah B3

Page 27: Irma

IV-27

e) Pengolahan (Treatment) limbah B3

f) Pelabelan ( labelling ) limbah B3

g) Pemusnahan (Dispose) limbah B3

4. Pembiayaan

Faktor yang sangat berpengaruh pada proses pengelolaan limbah B3 di

Indonesia karena biaya untuk melaksanakan prosedur pengelolaan secara benar masih

cukup mahal sehingga mengakibatkan masih banyak industri yang tidak mampu

melaksanakan prosedur tersebut.

2.3 Pengelolaan Limbah B3

2.3.1 Sub Sistem Pengemasan/Pewadahan

Menurut Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1995, pengumpul limbah B3

adalah badan usaha yang melakukan pengumpulan limbah B3 dari penghasil dan

pemanfaat limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara untuk diserahkan

kepada pengolah limbah B3. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum

dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.

Gambar 2.7 Kemasan Penyimpanan Limbah B3, (A) Cair; (B) Padat atau sludge

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995

Page 28: Irma

IV-28

Berdasarkan lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 (KLH, 2002), persyaratan

pengemasan limbah B3 adalah sebagai berikut:

1. Kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan harus:

a. Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak.

b. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang

akan disimpan.

c. Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya.

d. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat

dilakukan pemindahan atau pengangkutan.

2. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa

drum atau tong dengan volume 50, 100 atau 200 liter, dapat pula berupa bak

kontainer berpenutup dengan kapasitas 2, 4 atau 8 m3.

3. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah

yang sama, atau memiliki karakteristik sama atau saling cocok dengan limbah

lain. Kemasan yang telah diisi penuh harus ditandai dengan label yang sesuai,

tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan melakukan penambahan atau

pengambilan limbah di dalamnya, serta disimpan di tempat yang tepat.

2.3.2 Sub Sistem Pengumpulan

Menurut Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1995, pengumpul limbah B3

adalah badan usaha yang melakukan pengumpulan limbah B3 dari penghasil dan

pemanfaat limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara untuk diserahkan

kepada pengolah limbah B3. Pengumpulan limbah B3 bertujuan untuk dikirim ke

tempat pengolahan atau pembuangan, yang biasanya dikelola oleh pihak penghasil

limbah B3 itu sendiri atau pihak ketiga (Tchobanoglous et al., 1977). Adapun

persyaratan lokasi pengumpulan limbah B3 menurut lampiran

Kep-01/Bapedal/09/1995 (KLH, 2002) adalah:

Page 29: Irma

IV-29

1. Luas tanah termasuk bangunan penyimpanan dan fasilitas

lainnya sekurang-kurangnya 1 hektar.

2. Secara geologis area pengumpulan merupakan daerah

bebas banjir.

3. Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu. Jarak

terdekat yang diperkenankan adalah:

a. 150 m dari jalan utama atau jalan tol, 50 m dari jalan lainnya.

b. 300 m dari fasilitas umum seperti: daerah pemukiman, perdagangan, rumah

sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas

keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.

c. 300 m dari perairan seperti: garis pasang tertinggi laut, badan sungai, daerah

pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air, sumur penduduk, dll.

d. 300 m dari daerah yang dilindungi seperti: cagar alam, hutan lindung,

kawasan suaka, dll.

Sedangkan persyaratan bangunan pengumpulan limbah B3 sesuai peraturan

tersebut adalah:

1. Hanya untuk menyimpan satu karakteristik limbah,

dilengkapi dengan bak penampung tumpahan.

2. Fasilitas pengumpulan harus dilengkapi dengan

peralatan dan sistem pemadam kebakaran, pembangkit listrik cadangan, fasilitas

pertolongan pertama, peralatan komunikasi, gudang tempat penyimpanan

peralatan dan perlengkapan, serta pintu darurat dan alarm.

Page 30: Irma

IV-30

Gambar 2.8 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Sementara Limbah B3

Sumber : Keputusan Kepala Bapedal 01/Bapedal/09/1995

3. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3

mudah terbakar:

a. Berjarak minimal 20 m dari bangunan

penyimpan limbah karakteristik lain atau dengan bangunan-bangunan lain

dalam fasilitas pengumpulan.

b. Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan

api, berupa beton bertulang (tebal ≥ 15 cm), bata merah (tebal ≥ 25 cm) dan

blok-blok tak bertulang (tebal ≥ 30 cm).

c. Rangka pendukung atap dari bahan yang

tidak mudah terbakar.

Page 31: Irma

IV-31

d. Sistem penerangan dan ventilasi udara yang

cukup.

e. Lantai bangunan tidak bergelombang, tidak

pecah, kedap air.

f. Pada bagian luar diberi simbol limbah B3

mudah terbakar.

4. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3

mudah meledak:

a. Lantai, dinding dan atap yang kuat terhadap ledakan.

b. Ruang pengumpulan dilengkapi dengan pencatat suhu dan pengatur

suhu.

c. Sistem penerangan dan ventilasi udara yang cukup.

d. Lantai bangunan tidak bergelombang, tidak pecah dan kedap air.

e. Pada bagian luar diberi simbol limbah B3 mudah meledak.

5. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3

korosif, reaktif, beracun:

a. Konstruksi dinding harus mudah dilepas. Untuk limbah korosif dan reaktif,

konstruksi bangunan harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan panas.

b. Sistem penerangan dan ventilasi udara yang cukup.

c. Lantai bangunan tidak bergelombang, tidak pecah dan kedap air.

d. Pada bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai karakteristiknya.

Page 32: Irma

IV-32

Gambar 2.9 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Limbah B3

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995

2.3.3 Sub Sistem Penyimpanan

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat

diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk

mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap

manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Penghasil limbah B3 dapat menyimpan

limbah B3 yang dihasilkannya paling lama sembilan puluh ( 90 ) hari sebelum

menyerahkannya kepada pengumpul atau pengolah limbah B3. Limbah ini disimpan

dalam suatu kontainer, tangki dengan sistem blok atau tumpukan (Anonim, 2006).

Berdasarkan lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 (KLH, 2002), persyaratan

penyimpanan kemasan limbah padat B3 atau sludge adalah sebagai berikut:

1. Dibuat dengan sistem blok, dengan 2 x 2 kemasan tiap blok.

2. Lebar gang blok untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan untuk lalu

lintas pengangkutan disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.

Page 33: Irma

IV-33

Gambar 2.10 Pola Penyimpanan Drum dengan Palet

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995

3. Tumpukan maksimum 3 lapis untuk kemasan dari drum logam (isi 200 liter)

dengan dilapisi palet. Untuk kemasan dari plastik, tumpukan dapat lebih dari 3

lapis, tetapi harus digunakan rak.

4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap

dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.

Gambar 2.11 Pola Penyimpanan Kemasan Dengan Rak

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995

5. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan

secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang

Page 34: Irma

IV-34

sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan

bagi limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk ke

dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain.

Sedangkan persyaratan untuk bangunan penyimpanan kemasan limbah B3

adalah:

1. Terlindung dari hujan, dibuat tanpa plafon dengan ventilasi udara dan

penerangan memadai.

Gambar 2.12 Sirkulasi Udara Dalam Bangunan Penyimpan Limbah B3

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995

2. Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan

jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan.

3. Pada bagian luar diberi simbol (penandaan).

4. Lantai bangunan kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.

5. Dilengkapi dengan sarana pemadam kebakaran, pagar pengaman, pembangkit

listrik cadangan, fasilitas pertolongan pertama, peralatan komunikasi, gudang

penyimpan peralatan, perlengkapan dan pintu darurat, dan penangkal petir.

6. Lokasi bangunan penyimpanan harus merupakan daerah bebas banjir, atau

daerah yang diupayakan melalui pengurugan sehingga aman dari banjir, serta

jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 20 m.

Page 35: Irma

IV-35

Gambar 2.13 Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3

Sumber : Keputusan Kepala Bapedal 01/Bapedal/09/1995

2.3.4 Sub Sistem Pengolahan

Berdasarkan lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan No. Keputusan 03 /Bapedal/09 tahun 1995, Pengolahan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan

karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau

immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3

dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan

secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insenerasi.

Wentz (1995) dan Freeman (1998) menyebutkan bahwa pengolahan limbah

B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk

menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun. Proses

pengubahan karakteristik dan komposisi limbah B3 dilakukan agar limbah tersebut

tidak berbahaya dan beracun. Menurut Kep-03/Bapedal/09/1995 pengolahan limbah

Page 36: Irma

IV-36

B3 dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Perlakuan terhadap limbah B3 dapat

dilakukan dengan proses pengolahan sebagai berikut:

1. Pengolahan secara kimiawi

Pada dasarnya pengolahan secara kimiawi adalah dengan melakukan

penambahan senyawa-senyawa sehingga terjadi proses yang merubah limbah B3

tersebut menjadi tidak berbahaya, antara lain:

a. Netralisasi

Pengolahan secara netralisasi didasarkan pada pengaturan pH sehingga

menjadi netral yang bertujuan untuk mempermudah pengolahan berikutnya. Contoh :

pengolahan dengan menetralisir limbah B3 yang bersifat asam dengan alkali. Limbah

yang asam dapat dinetralisir misalnya dengan kapur Ca(OH)2, NaOH, atau soda abu

Na2CO3 sedangkan limbah alkalin dapat dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti

H2SO4, CO2 atau HCl. Kontrol terhadap pH dan pengaduk dibutuhkan dalam proses

ini.

b. Pengendapan

Proses ini biasa dilakukan untuk limbah cair B3 yang mengandung logam

berat cukup tinggi. Penyingkiran logam berat dari cairannya dilakukan dengan

pengendapan. Logam-logam tersebut akan mengendap pada pH tertentu yang

tergantung dari ion-ionnya untuk menghasilkan garam tak larut. Netralisasi limbah

asam akan menyebabkan pengendapan dari logam berat ini disingkirkan sebagai

lumpur melaui klarifikasi atau filtrasi.

c. Koagulasi dan Flokulasi

Prinsip pengolahan ini adalah proses pengendapan logam berat dapat

dipercepat dengan penambahan bahan kimia yang larut dalam air dan atau

Page 37: Irma

IV-37

penambahan polimer sehinga terjadi koagulasi dan flokulasi. Koagulan yang

digunakan Al2(SO4)3, FeCl3, Fe2(SO4)3, PAC, Al(OH)3.

d. Desinfeksi

Desinfeksi adalah mereduksi mikroorganisme pathogen yang dapat

menyebabkan penyakit.Desinfektan yang sering digunakan adalah khlor dengan

proses khlorinasi, desinfektan lain adalah ozon.

2. Pengolahan Secara Fisis

a. Screening

Tahap awal pengolahan limbah untuk menyingkirkan padatan yang besar.

Misalnya dengan penggunaan batang – batang logam ( bar ), strainer, dan

sebagainya.

b. Sedimentasi dan klarifikasi

Penyingkiran padatan tersuspensi dari cairannya secara gravitasi. Kecepatan

aliran dipertahankan sampai waktu retensi dalam bak sedimentasi cukup untuk

mengendapkan padatan secara gravitasi. Laju pengendapan dipengaruhi oleh

karakteristik padatan seperti : ukuran, bentuk, densitas dan lain-lain. Klarifikasi

bertujuan menghasilkan cairan yang jernih. Proses ini digunakan untuk menghasilkan

sedimentasi secara gravitasi yang lebih cepat.

c. Flotasi

Flotasi merupakan proses penghembusan udara ke dalam limbah cair sehingga

membentuk gelembung-gelembung udara yang akan mengangkat partikel-partikel ke

permukaan yang kemudian akan dipisahkan dengan skimming.

d. Filtrasi

Page 38: Irma

IV-38

Filtrasi merupakan proses melewatkan limbah cair melalui media berpori

dengan diameter antar pori sedemikian rupa sehingga materi tersuspensi dapat

tertahan dalam media tersebut. Media berpori yang biasa digunakan misalnya pasir.

3. Pengolahan Secara Biologis

Pengolahan biologis digunakan untuk mengolah limbah B3 yang

biodegradable dengan bantuan mikroorganisme. Proses ini dapat bekerja secara

aerobik atau anaerobik. Mikroorganisme yang digunakan dapat tumbuh dengan baik

jika kondisi lingkungan memenuhi syarat. Pertumbuhan mikroorganisme tersebut

sangat dipengaruhi oleh temperatur, pH, nutrisi, kelembapan, dan senyawa toksik.

a. Sistem anaerobik

Pada sistem ini mikroorganisme membutuhkan oksigen terikat seperti NO3

untuk menguraikan senyawa organik, bukan oksigen bebas yang terdapat di udara.

Energi panas yang terbentuk relatif kecil dibandingkan dengan sistem aerobik, karena

konversi energi menjadi bentuk lain yaitu gas methan (CH4). Keuntungan sistem

aerobik dibandingkan dengan sistem aerobik ialah beban penguraian lebih besar,

lumpurnya sedikit, dan menghasilkan gas methan yang dalam jumlah banyak dapat

dipergunakan sebagai bahan bakar alternatif. Sedangkan kerugiannya ialah

menghasilkan bau.

2.3.5 Sub Sistem Pengangkutan

Berdasarkan PP no.19 tahun 1994 Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha

yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3. Sedangkan Pengangkutan limbah

B3 adalah proses pemindahan limbah B3 dari penghasil ke pengumpul dan/atau ke

pengolah termasuk ke tempat penimbunan akhir dengan menggunakan alat - alat

Page 39: Irma

IV-39

angkut. Pengangkutan limbah B3 dapat dilakukan badan usaha yang melakukan

kegiatan pengangkutan limbah B3. Penghasil limbah B3 dapat juga bertindak sebagai

pengangkut limbah B3. Namun apabila penghasil limbah B3 bertindak sebagai

pengangkut limbah B3, maka wajib memenuhi ketentuan yang berlaku bagi

pengangkut limbah B3.

Menurut lampiran Kep-02/Bapedal/09/1995, setiap pengangkutan limbah B3

harus disertai dengan dokumen resmi. Dokumen ini merupakan legalitas dari kegiatan

pengelolaan limbah B3 dan sarana pengawasan rantai perpindahan dan penyebaran

limbah B3 (KLH, 2002). Sarana pengangkutan yang biasanya digunakan adalah truk

silindris. Pengangkut bertanggung jawab terhadap kecelakaan dan persebaran limbah

B3 yang terjadi selama proses pengangkutan (Watts, 1997).

Berdasarkan PP no.19 tahun 1994 pasal 17, Pengangkutan limbah B3

dilakukan dengan alat angkut khusus yang memenuhi persyaratan dan tata cara

pengangkutan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang

berlaku. Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dalam ketentuan ini antara

lain Pasal 33 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1993 tentang Perkeretapian, Pasal 87

Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Pasal 14 dan Pasal 15

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan dan peraturan

perundang-undangan pelaksanaannya.

Bahan-bahan berbahaya apabila akan diangkut ke tempat lain, harus

dilengkapi surat keterangan atau shipping papers yang terdapat dalam berbagai

format. Contoh form dokumen pengangkutan limbah B3 dapat dilihat dalam

lampiran.

Surat keterangan/dokumen pengangkutan pada intinya berisi informasi

tentang:

Nama yang tepat untuk bahan yang dikirin ( Shiping name )

Kelas bahaya ( Hazard class )

Page 40: Irma

IV-40

Nomor identifikasi ( Identification number )

Kelompok kemasan ( Packing group )

Kuantitas ( Berat, volume, dan sebagainya )

Surat dokumentasi pengangkutan tersebut ditempatkan di kendaraan angkut

sedemikian rupa sehingga cepat didapat apabila diperlukan dan tidak tercampur

dengan surat lain.

2.3.6 Sub Sistem Pembuangan Akhir

Metode pembuangan yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik limbah B3

agar efektif dan efisien. Metode pembuangan limbah yang umum diterapkan adalah

penimbunan (landfilling). Landfill didesain untuk menampung limbah, serta

mengurangi penyebaran kontaminan ke lingkungan (Watts, 1997). Menurut lampiran

Kep-04/Bapedal/09/1995, limbah B3 yang dapat ditimbun di landfill harus memenuhi

baku mutu uji TCLP, telah diproses sebelumnya, tidak mengandung zat organik

melebihi 10%, PCB, dioxin, radioaktif, tidak berbentuk cair atau lumpur, tidak

bersifat mudah meledak, mudah terbakar, reaktif dan tidak menyebabkan infeksi.

2.4 Label dan Simbol Limbah B3

Menurut Kep-05/Bapedal/09/1995, setiap kegiatan pengelolaan limbah B3

harus dilakukan secara aman bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan. Untuk itulah,

penandaan limbah B3 sangat diperlukan untuk memberikan keterangan tentang

karakteristik limbah (KLH, 2002). Ada 2 jenis penandaan, yaitu simbol dan label.

2.4.1 Simbol

Terdapat 8 jenis simbol, yaitu limbah B3 mudah meledak, cairan dan padatan

mudah terbakar, reaktif, beracun, korosif, infeksius dan campuran. Simbol terbuat

dari bahan tahan goresan dan bahan kimia, serta berwarna terang (berpendar) jika

Page 41: Irma

IV-41

dipasang pada kendaraan pengangkut. Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45o,

sehingga membentuk belah ketupat. Pada keempat sisi belah ketupat tersebut dibuat

garis sejajar yang menyambung sehingga membentuk bidang belah ketupat dalam

dengan ukuran 95% dari ukuran belah ketupat bahan. Simbol yang dipasang pada

kemasan minimal berukuran 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol pada kendaraan

pengangkut limbah B3 dan tempat penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x 25 cm.

Kedelapan jenis simbol tersebut adalah sebagai berikut:

a. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak

Gambar 2.14 Simbol Untuk Limbah B3 Mudah Meledak

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

b. Simbol klasifikasi limbah B3 beracun

Gambar 2.15 Simbol Limbah B3 Beracun

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

c. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah terbakar

Terdapat 2 macam simbol untuk klasifikasi limbah yang mudah terbakar,

yaitu cairan mudah terbakar dan padatan mudah terbakar.

Page 42: Irma

IV-42

Gambar 2.16 Simbol Limbah B3 Mudah Terbakar

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

d. Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif

Gambar 2.17 Simbol Limbah B3 Reaktif

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

e. Simbol klasifikasi limbah B3 korosif

Gambar 2.18 Simbol Limbah B3 Korosif

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

f. Simbol klasifikasi limbah B3 infeksius

Page 43: Irma

IV-43

Gambar 2.19 Simbol Limbah B3 Infeksius

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

g. Simbol limbah B3 klasifikasi campuran

Gambar 2.20 Simbol Limbah B3 Karakteristik Campuran

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

2.4.2 Label

Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi

dasar tentang kondisi kuantitatif dan kualitatif suatu limbah B3 yang dikemas. Ada 3

jenis label terkait dengan pengemasan limbah B3, yaitu:

a. Label identitas limbah, yang berfungsi memberikan identitas tentang asal-usul

limbah dan jenis beserta sifat limbah itu sendiri.

Page 44: Irma

IV-44

Gambar 2.21 Label Identitas Limbah

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

b. Label untuk kemasan kosong, dipasang pada kemasan bekas limbah B3 yang

telah dikosongkan dan atau akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3.

Gambar 2.22 Label Untuk Kemasan Kosong Limbah B3

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

c. Label untuk tutup kemasan, dipasang dekat

tutup kemasan dengan arah panah menunjukkan posisi penutup kemasan.

Page 45: Irma

IV-45

Gambar 2.23 Label Untuk Tutup Kemasan Limbah B3

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995

2.5 Perijinan dan Pengawasan

2.5.1 Perijinan

Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib

memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab, dalam hal ini

Menteri Negara Lingkungan Hidup. Ketentuan dan tata cara memperoleh izin

tersebut harus sesuai dengan Kep-68/Bapedal/05/1994. Perizinan pengelolaan limbah

B3 dimaksudkan untuk mengetahui jumlah timbulan, jenis, karakteristik, limbah B3

di Indonesia sejak dihasilkan sampai dengan pengolahan akhir (

Kep-68/Bapedal/05/1994).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 setiap badan usaha

yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan

atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang

bertanggung jawab. Kegiatan pengangkutan limbah B3 wajib memiliki izin

pengangkutan dari Menteri Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari kepala

instansi yang bertanggung jawab. Selain itu, pemanfaatan limbah B3 sebagai kegiatan

utama wajib memiliki izin pemanfaatan setelah mendapat rekomendasi dari kepala

instansi yang bertanggung jawab. Persyaratan untuk memperoleh izin yaitu ( PP No

18 Tahun 1999 ) yaitu :

Page 46: Irma

IV-46

1. Memiliki akte pendirian sebagai badan usaha yang telah disyahkan oleh

instansi yang berwenang.

2. Nama dan alamat badan usaha yang memohon izin.

3. Kegiatan yang dilakukan.

4. Lokasi tempat kegiatan.

5. Nama dan alamat penanggung jawab kegiatan.

6. Bahan baku dan proses kegiatan yang digunakan.

7. Spesifikasi alat pengelolaan limbah.

8. Jumlah dan karateristik limbah B3 yabg disimpan, dikumpulkan,

dimanfaatkan, diangkut, diolah atau ditimbun.

9. Tata letak saluran limbah, pengelolaan limbah dan tempat penampungan

sementara limbah B3 sebelum diolah dan tempat penimbunan setelah diolah.

10. Alat pencegah pencemaran untuk limbah cair, emisi dan pengolahan limbah

B3.

2.5.2 Pengawasan

Dijelaskan dalam PP No 18 Tahun 1999 bahwa pengawasan meliputi kegiatan

pemantauan terhadap penataan persyaratan serta ketentuan teknis dan administratif

oleh penghasil, pemanfaat, pengumpul, pengangkut, pengolah dan penimbun limbah

B3. Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh Menteri dan pelaksanaannya

diserahkan kepada instansi yang bertanggung jawab. Pengawas pengelolaan limbah

B3 berwenang :

1. Memasuki area lokasi penghasil, pemanfaatan, pengumpulan, pengolahan dan

penimbunan limbah B3.

2. Mengambil contoh limbah B3 untuk diperiksa di laboratorium.

3. Meminta keterangan yang berhubungan dengan pelaksanaan pengelolaan

limbah B3.

4. Melakukan pemotretan sebagai kelengkapan laporan pengawasan.

Page 47: Irma

IV-47

BAB III

METODOLOGI KERJA PRAKTEK

Metodologi pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan selama kerja praktek di

PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon adalah sebagai berikut :

3.1. Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek

Tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan kerja praktek pada PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek

Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2011

Mulai

Pelaksanaan kerja praktek

Pengumpulan data

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Penyusunan Laporan

Data Primer

Profil perusahaanProses produksiSumber limbah B3Metode

pengelolaan

Data Sekunder

Data yang berkaitan dengan limbah B3

Page 48: Irma

IV-48

Dalam keseluruhan pelaksanaan kerja praktek, terdapat 3 tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan kerja praktek dilakukan proses administrasi yang meliputi

pendaftaran kerja praktek, permohonan pembimbing kerja praktek dan pembuatan surat-

surat lainnya. Selain itu juga dilakukan studi literatur sebagai dasar pembuatan laporan dan

agar lebih mengetahui secara mendalam tentang pengelolaan limbah B3.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan ini, hal yang dilakukan adalah mengamati dan mengevaluasi Sistem Pengelolaan Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon guna menyesuaikan dengan regulasi yang ada serta mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon. Dalam tahap ini, perlu melakukan kajian pustaka untuk melihat hubungan antara pengamatan di lapangan dan teori.

3. Tahap Penyusunan Laporan

Dalam penyusunan laporan kerja praktek, dilakukan analisis dan pembahasan

mengenai kondisi sistem pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon

serta melakukan evaluasi hasil pengamatan lapangan. Salah satu analisis yaitu dengan

melakukan suatu perbandingan antara teori dan regulasi yang ada dengan kenyataan yang

ada di lapangan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan selama kerja praktek di PT. Pelat Timah

Nusantara Tbk, Cilegon adalah :

1. Metode Pengumpulan Data Primer

Metode ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara

Page 49: Irma

IV-49

a. Metode Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan atau tinjauan lapangan terhadap

pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang meliputi inventarisasi dan identifikasi,

reduksi, pewadahan, penyimpanan sementara, pelabelan, pengolahan,

pemanfaatan limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon dan melakukan

pencatatan.

Tabel 3.1 Daftar Observasi Kerja Praktek

No Observasi Tempat

1 Proses Produksi Divisi Produksi

2 Pengolahan Limbah Cair Seksi Fluids Operasi

3 Identifikasi Limbah B3 Seksi K3LH

4 Pewadahan Limbah B3 Seksi K3LH

5 Penyimpanan Sementara Limbah B3 Seksi K3LH

6 Pelabelan Limbah B3 Seksi K3LH

7 Pengangkutan Limbah B3 Seksi K3LH

8 Perijinan & Pengawasan Pengelolaan

Limbah B3

Seksi K3LH

Sumber : Analisa penulis, 2011

b. Metode Wawancara

Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada staf

berwenang berkaitan dengan kinerja perusahaan atau hal-hal teknis yang kurang

dimengerti saat pelaksanaan kerja praktek dan berbagai permasalahan dalam

pengoperasian proses. Wawancara saat kerja praktek ditujukan kepada karyawan

PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon.

Page 50: Irma

IV-50

Tabel 3.2 Daftar Wawancara Kerja Praktek

No Wawancara Tempat

1 Proses produksi Divisi Produksi

2 Pengolahan limbah cair Seksi Fluids Operasi

3 Pengelolaan gas, debu dan kebisingan Seksi K3LH

4 Identifikasi & inventarisasi Limbah B3 Seksi K3LH

5 Pengolahan limbah B3 oleh pihak ketiga Seksi K3LH

Lanjutan Tabel 3.2

No Wawancara Divisi

6 Perijinan & pengawasan pengelolaan Limbah

B3

Seksi K3LH

7 Kepedulian terhadap lingkungan PT. Latinusa Seksi K3LH

8 Produksi bersih PT. Latinusa Divisi Produksi,seksi

fluids operasi,seksi K3

9 Pemanfaatan kembali limbah B3 Seksi K3LH

Sumber :Analisa Penulis, 2011

2. Pengumpulan Data Sekunder

Metode pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan data

sekunder data literatur, jurnal, makalah, laporan penelitian terdahulu, data keterangan

berupa bagan alir proses produksi dan dampak yang mungkin timbul dan data

pendukung lainnya seperti metode pengumpulan data informasi dengan cara membaca

dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan obyek studi. Pengumpulan dokumen

dan referensi pengelolaan limbah B3 di Seksi Keselamatan Kesehatan Kerja dan

Lingkungan Hidup ( K3LH). Kemudian bahan-bahan tersebut dipergunakan sebagai

acuan atau pedoman sebagai pengetahuan awal sebelum studi lapangan, selama

Page 51: Irma

IV-51

pengamatan di lapangan, dan data pada waktu pembahasan dalam tahap penyusunan

laporan.

3.3 Pelaksanaan Kerja Praktek

Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro, kegiatan Kerja Praktek mempunyai bobot 2 SKS dan merupakan

syarat untuk menempuh ujian akhir/ tugas akhir. Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 1

Agustus – 9 September 2011 di Seksi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup

( K3LH) dan Seksi Fluids Operasi, Divisi Produksi PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon

sesuai dengan persetujuan dan kebijakan dari pihak PT. Pelat Timah Nusantara Tbk. Berikut

ini adalah rincian kegiatan selama kerja praktek :

1. Minggu I

Orientasi pengenalan PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon (Observasi awal) secara

umum untuk mengetahui semua unit yang ada dalam PT. Pelat Timah Nusantara Tbk,

Cilegon serta adaptasi dengan lingkungan kerja perusahaan.

2. Minggu II

Mendapatkan data-data sekunder seputar perusahaan seperti company profile dan

proses produksi.

3. Minggu III

Mempelajari proses produksi secara umum, dan pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat

Timah Nusantara Tbk, Cilegon. Konsultasi dengan pembimbing kerja praktek dan

melakukan tinjauan lapangan.

4. Minggu IV

Menganalisis penerapan pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk,

Cilegon. Pengambilan gambar dan melengkapi data-data yang kurang.

Page 52: Irma

IV-52

5. Minggu V

Menyusun laporan kerja praktek dan konsultasi dengan pembimbing lapangan.

Tabel 3.3 Pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Tahapan Kegiatan

Kerja Praktek

Februari

Juli

Agustus September Oktober November

2011 2011 2011 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pe Persiapan

Pelaksanaan KP

Penyusunan

Laporan

Seminar

Sumber :Analisa Penulis, 2011

Page 53: Irma

IV-53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

PT. PELAT TIMAH NUSANTARA Tbk, CILEGON – BANTEN

4.1 Penjelasan Umum PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

PT Pelat Timah Nusantara Tbk, disingkat PT Latinusa Tbk, merupakan

perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi tinplate berkualitas tinggi

dengan standar internasional. PT Latinusa didirikan pada 19 Agustus 1982

berdasarkan Akta Perseroan No.45 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, dan

pemegang saham mayoritas saat ini adalah Konsorsium Jepang yang terdiri dari

Nippon Steel Corporation, Mitsui Co. Ltd., Nippon Steel Trading Co., dan Metal

One. Nippon Steel Corporation juga merupakan penyedia bahan baku utama PT.

Latinusa Tbk, Tin Mill Black Plate (TMBP), sehingga ketersediaan bahan baku

senantiasa terjamin.

PT Latinusa Tbk, memiliki tenaga kerja dengan keahlian tinggi yang selalu

siap membantu para pelanggan perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan

tinplate. Dengan pengalaman lebih dari 23 tahun dan pengembangan yang

berkelanjutan, PT Latinusa Tbk bertekad untuk memberikan kepuasan menyeluruh

bagi para pelanggan melalui tinplate berkualitas tinggi, pelayanan yang baik serta

berbagai keunggulan perusahaan.

Dalam proses produksinya PT. Latinusa Tbk menerapkan sistem Electrolytic

Tinning Line (ETL) dengan bahan baku lembaran tipis yang dihasilkan dari pabrik

Page 54: Irma

IV-54

baja yang di giling tanpa pemanasan. PT. Latinusa Tbk memproduksi jenis-jenis Tin

Plate sesuai dengan Standard Internasional, yaitu Standard Nasional Indonesia (SNI),

ASTM, Japan International Standard (JIS), International Standard Organization

(ISO) dari Euronorm. Hasil akhir PT. Latinusa Tbk adalah Tin Plate (Pelat Timah)

dalam bentuk gulungan (Coil) dan lembaran (Sheet). Selain itu PT. Latinusa Tbk juga

turut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui produk bahan

baku yang aman dan praktis, karena bahan baku pelat timah dibuat dari baja tipis

yang di proses secara higienis, dan prosesnya pun dilakukan secara bertahap melalui

control kualitas yang cermat dan teliti.

Gambar 4.1 Logo PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

4.2 Visi dan Misi PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

PT Latinusa Tbk merupakan perusahaan yang menjalankan fungsi produksi,

penjualan dan pelayanan untuk kepuasan pelanggan yang memiliki visi dan misi

sebagai berikut :

4.2.1 Visi

Visi 2009 : Menjadi perusahaan penyedia tinplate dengan harga yang kompetitif di

kawasan AFTA

Visi 2013 : Menjadi perusahaan tinplate terpadu dan terbaik di kawasan AFTA

Visi 2020 : Menjadi perusahaan kemasan baja terdepan di kawasan AFTA

4.2.2 Misi

Page 55: Irma

IV-55

Menghasilkan tinplate berkualitas tinggi dengan harga kompetitif, dan

pengiriman tepat waktu bagi kepuasan pelanggan.

4.3 Sejarah dan Perkembangan PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Pada awalnya PT. Latinusa adalah perusahaan patungan antara PT. Tambang

Timah (Persero) dan PT. Nusantara Ampera Bakti (PT. NUSAMBA) serta PT.

Krakatau Steel (PT. KS) yang didirikan atas dasar akte notaris Imas Fatimah, SH.

tanggal 19 Agustus 1982 dan telah diumumkan dalam berita Negara RI No. 73

tanggal 13 September 1983 sebagai usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),

dengan tujuan:

1. Membangun dan mengusahakan pabrik pelat timah di Cilegon, Banten untuk

menghasilkan pelat timah, Tin plate Steel dan produk lain yang berhubungan

dengan itu.

2. Memasarkan, menjual seluruh hasil produksi baik didalam maupun diluar

negeri.

3. Menjalankan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan hal diatas.

4. Menjaga lingkungan disekitar pabrik agar lingkungan tersebut tidak tercemar.

5. Mengupayakan supaya PT. Latinusa dapat memproduksi pelat timah (Tin

Plate) lebih banyak lagi dan bermanfaat.

Kontrak pembangunan pabrik Tin Plate di tanda tangani pada tanggal 04

Oktober 1982 dengan pihak kontraktor (Consortium Manesmann Demag Sack

GMBH, Jerman Barat dan Hitachi Zosen Coorporation, Jepang) dan biaya

keseluruhan untuk kapasitas 130.000 ton tin plate pertahun sebesar US$ 96.200.000.

Dibidang pemasaran, maka sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Perdagangan

No.480/KP/IV/84 Tanggal 23 April 1984 oleh PT. Krakatau Steel/PPBB dan PT

Tambang Timah telah dikuasakan kepada PT. Kemas Inti Nusa Bakti yaitu suatu

perusahaan patungan antara PT. Tambang Timah dan PT. Nusamba. Dalam pelaksana

keputusan Menteri Perdagangan tersebut PT. Kemas Inti bekerja sama dengan PT.

Page 56: Irma

IV-56

Latinusa. Dengan industri tersebut kebutuhan pelat timah yang dulunya mengimpor

dari luar negeri, sekarang sudah mampu memproduksi sendiri, walaupun masih dalam

skala nasional, tetapi ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap tenaga asing.

4.3.1 Tahap Studi Kelayakan

Tahapan studi kelayakan PT. Latinusa Tbk disajikan dalam table 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Studi Kelayakan PT. Latinusa Tbk

Tahun Studi Kelayakan

1973 – 1974 Studi kelayakan pertama untuk pendirian pabrik tinplate dilakukan

oleh PT Tambang Timah bersama dengan BHP Steel Australia. Dari

studi tersebut disimpulkan bahwa pembangunan pabrik pada tahun

tersebut belum layak.

1980 PT Tambang Timah dan PT Krakatau Steel bekerja sama dengan

Kaiser Engineer International Corp. USA. Dari studi tersebut

disimpulkan bahwa pabrik tinplate layak didirikan.

Maret 1981 – Mei

1982

Kesimpulan dari studi kelayakan ditindak lanjuti dengan

pelaksanaan proyek dan perancangan spesifikasi proyek, tender

internasional, penilaian penawaran dan seleksi.

1983 Pada Maret 1983 pelaksanaan rancangan proyek dimulai, dan pada

Oktober 1983 dilakukan upacara peletakan batu pertama diikuti

dengan pekerjaan konstruksi.

15 Juli 1985 Jadwal percobaan produksi pertama

19 September 1985 Jadwal produksi komersil

2 November 1985 Disahkannya pendirian PT. Latinusa oleh Presiden Republik

Indonesia Bapak Soeharto.

2009 PT. Latinusa makin banyak mengalami suatu kemajuan dari Tahun-

Tahun sebelumnya

Page 57: Irma

IV-57

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

Seiring dengan kemajuan jaman dan didukung dengan SDM yang lebih

kompeten untuk menyesuaikan diri dalam pasar bebas, maka PT.Latinusa Tbk telah

melakukan go public dimana perusahaan Jepang menjadi pemegang saham terbesar

di PT.Latinusa Tbk.

4.3.2 Pembangunan Pabrik

Berdasarkan hasil studi kelayakan, maka pembangunan pabrik tinplate dengan

kapasitas produksi 130,000 ton per tahun dilaksanakan. Pekerjaan konstruksi

dilakukan oleh konsorsium yang terdiri dari Mannesmann Demag Sack GmbH dan

Hitachi Zosen Corp. Peresmian pabrik yang telah selesai dibangun dilakukan oleh

Presiden Republik Indonesia saat itu pada tanggal 2 November 1985.

4.3.3 Pendirian Perusahaan

PT Pelat Timah Nusantara Tbk didirikan pada 19 Agustus 1982. PT Latinusa

merupakan perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dengan PT

Tambang Timah, PT Krakatau Steel dan PT Nusamba sebagai pemegang saham

perdana. Saat ini pemegang saham perusahaan terdiri atas Nippon Steel Corporation

(35%), Krakatau Steel (20.1%), Mitsui Co. (10%), Nippon Steel Trading (5%), Metal

One (5%), PT Baruna Inti Lestari dan Publik (20%).

4.3.4 Target Ekspansi

Ekspansi PT Latinusa Tbk bertujuan untuk menjadikannya perusahaan yang

kokoh dengan keunggulan dalam berkompetisi menghadapi berbagai tantangan.

Sebagai fondasi untuk bertumbuh menuju arah tersebut, seluruh sumber daya yang

tersedia akan dimanfaatkan sebaik mungkin dan hubungan baik dengan seluruh

pemangku kepentingan akan dipelihara untuk mendukung perwujudan perusahaan

yang tahan uji dan memiliki daya saing kuat.

Page 58: Irma

IV-58

4.3.5 Nilai Perusahaan

Nilai- nilai yang diterapkan di PT. Latinusa Tbk yaitu:

1. Kerja Tim

Mengutamakan kerja tim dalam mencapai kemajuan perusahaan telah

menjadikan tujuan perusahaan sebagai tujuan bersama dari setiap pegawai.

Perusahaan tidak memberikan perlakuan khusus kepada individu maupun

kelompok tertentu, serta melibatkan baik manajemen maupun staf dalam

pencapaian objektif perusahaan.

2. Integritas

Konsistensi antara setiap pernyataan dan tindakan, baik dalam hal etika

maupun peraturan.

3. Keterbukaan

PT. Latinusa Tbk senantiasa terbuka terhadap ide baru, saran dan

perubahan dari pihak eksternal demi kemajuan perusahaan. PT. Latinusa Tbk

telah mengembangkan sistem kerja dan pelaporan yang baik, sehingga

memudahkan para pemangku kepentingan untuk mengevaluasi hasil kerja kami.

4. Kredibilitas

Kredibilitas PT. Latinusa Tbk sebagai perusahaan yang terpercaya

tercermin melalui tindakan yang senantiasa jujur, profesional dan inovatif. PT.

Latinusa Tbk bertekad untuk selalu bergerak maju, mengandalkan diri sendiri,

mengembangkan diri dan bersedia melakukan perubahan demi perbaikan dan

kemajuan yang sejalan dengan tujuan, visi, misi, nilai dan pandangan kami.

5. Kepedulian

PT. Latinusa Tbk menjaga toleransi dan kepedulian di antara sesama

kami, para pegawai dan seluruh bagian dari perusahaan. PT. Latinusa Tbk tidak

Page 59: Irma

IV-59

segan mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran, mendorong kinerja dan

kerja sama yang lebih baik demi kemajuan perusahaan.

4.4 Lokasi PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Adapun data teknik mengenai PT. Latinusa Tbk adalah sebagai berikut :

1. Luas area total : 8.5 Ha

2. Luas area yang dipakai : 2.45 Ha

3. Penggunaan listrik : 20 KVA,dari PT Krakatau Daya Listrik

4. Nama : PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

5. Kantor Pusat : Gedung Krakatau Steel, Lantai 3

Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 54

Jakarta 12950 - Indonesia

Telp : (021) 5209883 (Hunting)

Fax : (021) 5210079. 5210081

E-mail : [email protected]

6. Kantor/Pabrik : Jl. Australia I-Kav E1

Kawasan Indusrti KIEC Cilegon

Banten 42443 -Indonesia

Telp (0254) 392353,39357

Fax (0254) 393569,393247

Luas area yang dipergunakan oleh PT. Latinusa Tbk adalah 2.45

Ha.Penentuan lokasi pabrik berdasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain :

1. Tersedianya tanah dengan harga yang relatif murah.

2. Tersedianya air dan listrik untuk industri.

3. Letaknya yang strategis dengan pelabuhan Cigading, sehingga memudahkan

untuk transportasi bahan baku.

Page 60: Irma

IV-60

4. Letaknya dekat dengan PT. Krakatau Steel yang diharapkan pada masa

mendatang akan memenuhi bahan baku utama Pelat Timah yaitu TMBP (Tin

Mill Black Plate) yang digunakan oleh PT. Latinusa Tbk

U

AG

S

T T

R

Q

P

O

O

W

U

V

M N

E F GH

L

L

I J

K

k

D

CB A

AH

AK

AE AF

AC

AD

AA

AJ

AB

AL

Page 61: Irma

IV-61

Gambar 4.2 Denah PT. Latinusa Tbk

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

Keterangan :

A. POS satpam

B. Musholah

C. Gedung serba guna

D. Koperasi

E. Shiping

F. Workshop

G. Balai karya/PU

H. K3LH

I. Emergency

J. Kantin

K. Recepsionis

L. Perkantoran

M. Quality control

N. SDM

O. Shirring line

P. Exit

Q. ETL

R. Entry

S. CPL

T. Kantor mekanik

U. Kantor produksi

V. Ruang sortir

W. Control room listrik & instrument

X. Lahan penghijauan

Y. Gudang hasil produk

Z. Gudang TMBP

AA. Anode casting

AB. Logistik

AC. Fluid utility

AD. WWTP

AE. Boiler 1

AF. Boiler 2

AG. Palet shop

AH. Kantor coil storage

AI. Lahan parkir

Page 62: Irma

IV-62

AJ. Ruang compressor

AK. Area 5R

Gambar 4.3 Tampak Luar PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Sekunder, 2011

4.5 Struktur Organisasi dan Kepegawaian PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

4.5.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi di PT. Latinusa Tbk merupakan struktur organisasi garis

yang digabungkan dengan fungsi staf. Dalam struktur organisasi ini Direktur utama

bertanggung jawab langsung pada Rapat Umum Pemegang Saham melalui Dewan

Komisaris. Sitem pertanggungjawaban direksi dan pimpinan lainnya dari semua

tingkatan tertuang dalam struktur organisasi PT. Latinusa Tbk yang menurut Surat

Keputusan Direksi PT. Latinusa Tbk No HK 00.01/28/0000/2004. Setelah adanya SK

Direksi PT. Latinusa Tbk tentang struktur ini maka perlengkapan kepengurusan

Page 63: Irma

IV-63

dipimpin oleh direksi yang terdiri dari seorang direktur utama dan dibantu oleh tiga

orang direktur yang masing- masing membawahi direktorat.

Direktur Utama

Direktur Keuangan

Direktur Komersial

Direktur Operasional

Manko Akutansi dan Keuangan

Manko GA & PKBL

Unit PKBL

Divisi General Affair

Sekretaris Perusahaan

Divisi Hukum

Kepala SPI Divisi SPI

Divisi Akutansi

Divisi Keuangan

Divisi SDM

Divisi SI

Manko Pemasaran

Divisi Penjualan

Divisi Pemasaran

Divisi Logistik

Manko Penunjang Produksi

Divisi QA

Divisi Teknologi

Manko Produksi

Divisi Perawatan

Divisi Produksi

Divisi PPPP

Page 64: Irma

IV-64

Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Latinusa Tbk

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

4.5.1.1 Divisi Produksi

Tanggung jawab divisi produksi adalah mengatur dan mengurus semua

kegiatan produksi berdasarkan rencana produksi yang ditentukan agar dihasilkan

sesuai dengan jumlah dan kualitas yang ditentukan dengan biaya yang seefisien

mungkin. Menjaga seluruh kegiatan proses produksi agar kegiatan produksi

berjalan sesuai dengan metode pedoman yang telah ditetapkan. Bekerja sama

dengan divisi lainnya yang terkait dalam pengaturan produksi dan penyediaan

bahan dan menerapkan prinsip- prinsip K3 di lingkungan kerja.

Shift Leader

Bag Penunjang Produksi

Bag Pengemasan Barang jadi

Seksi ETL

Seksi SI

Seksi Fluids Operasi

Seksi Persiapan & Analisa Proses

Seksi Penatalaksanaan Roll

Seksi Penyiapan Bahan Kimia Anoda

Seksi Pengawas Kemasan

Divisi Produksi

Page 65: Irma

IV-65

Gambar 4.5 Struktur Organisasi Divisi Produksi

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

4.5.1.2 Divisi Sumber Daya Manusia ( SDM )

Tanggung jawab divisi SDM adalah menyusun dan merumuskan rencana

dan program kegiatan manajemen SDM yang mencakup penerimaan dan

penempatan karyawan, system penggajian dan promosi atau rotasi karyawan,

peningkatan pengetahuan, pengembangan SDM ( training ), kemampuan dan

keterampilan karyawan, keperluan rumah tangga guna mendukung kegiatan

operasional perusahaan. Divisi SDM juga membantu menyelesaikan konflik yang

terjadi baik konflik pekerjaan maupun konflik atasan dan bawahan. Metodologi

evaluasi jabatan dilakukan dengan pendekatan Hay.

Divisi SDM

Bag Administrasi SDM

Bag K3 dan Kesra

Bag Pengembangan SDM

Seksi Penggajian

Seksi Administrasi Personalia

Seksi Pengembangan SDM

Seksi Pengembangan Organisasi

Seksi Kesra

Seksi K3

Page 66: Irma

IV-66

Gambar 4.6 Struktur Organisasi Divisi SDM

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

4.5.2 Kepegawaian

Jumlah pegawai di PT. Latinusa Tbk adalah 434 orang yang terdiri dari

pegawai tetap dan karyawan harian (karyawan kontrak) . Sistem kerja pegawai di

PT. Latinusa Tbk berdasarkan 2 bagian yakni Shift dan Non-Shift. Pegawai yang

bekerja shift terbagi menjadi 3 waktu yaitu:

1. Shift

Shift 1 : 14.00 - 22.00 WIB

Shift 2 : 22.00 - 06.00 WIB

Shift 3 : 06.00 - 14.00 WIB

2. Non Shift

07.30 – 16.000 Senin s/d Kamis

07.30 – 17.00 Jum’at

Pola kerja shift terbagi atas 4 grup dengan pembagian waktu kerja 5 hari

kerja dua hari libur dan 3 hari kerja sehari libur. Sedangkan pegawai yang non-shift

waktu kerja yang dilaksanakan adalah 5 hari kerja yakni dari senin hingga Jumat.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawan, PT. Latinusa Tbk memberikan

kompensasi dalam bentuk gaji pokok yang telah sesuai dengan Upah Minimum

Regional (UMR), tunjangan serta santunan sosial. Selain itu perusahaan juga

memberikan tunjangan sosial dan jaminan kesehatan sebagai berikut :

1. Jaminan hari tua yang terencana melalui Dana Pensiun Mitra Krakatau.

2. Transportasi

3. Program perumahan dan sarana ibadah

4. Program haji karyawan dan istri

5. Olahraga dan pembinaan rohani

Page 67: Irma

IV-67

6. Kebutuhan rumah tangga melalui koperasi karyawan

7. Pakaian kerja dan bonus produksi

Page 68: Irma

V-68

4.6 Sarana dan Prasarana PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Kelancaran suatu proses dalam menjalankan suatu sistem proses dan

memproduksi suatu produksi sangat tergantung pada beberapa aspek dan faktor.

Diantara beberapa faktor yang turut menunjang jalannya operasi pabrik yang terdapat

di PT. Latinusa Tbk salah satunya adalah unit utilitas. Adapun unit utilitas yang

terdapat di PT.Latinusa meliputi sarana-sarana sebagai berikut :

1. Penyediaan Air

2. Penyediaan Steam

3. Penyediaan Listrik

4. Penyediaan Udara Tekan

4.6.1 Penyediaan Air

Pada umumnya air dipakai untuk umpan ketel uap dan penggunaan lainnya

seperti air pendingin, air proses dan air untuk kegiatan proses lainnya. Penggunaan

air tersebut sebagai umpan ketel uap karena air merupakan material yang mudah

didapat, panas laten yang dihasilkan tinggi dan harganya relatif murah. Penyediaan

air dalam hal ini terbagi menjadi air untuk proses produksi dan air untuk proses non

produksi. Bahan baku air yang dipakai PT. Latinusa Tbk untuk semua kebutuhan

pabrik maupun rumah tangga diperoleh dari PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI).

Setelah air tersebut diolah pada unit pengolahan air dibagian fluid, maka akan

dihasilkan air yang dibutuhkan pabrik untuk melakukan berbagai proses. Pengolahan

air yang dilakukan dibagian fluid pada dasarnya berguna untuk menyajikan dan

menyediakan air jernih yang tidak mengandung kadar garam dan mineral sehingga

air tersebut dapat digunakan untuk proses dan kegiatan lainnya.

Page 69: Irma

V-69

4.6.1.1 Cooling Water System

Cooling Water adalah air yang digunakan untuk mendinginkan peralatan-

peralatan yang ada diproses produksi. Cooling Water System yaitu unit yang

menangani atau menyediakan air pendingin. Sistem pendingin di cooling tower

dilakukan secara resirkulasi terbuka, dimana mekanismenya air make up dari PT.

Krakatau Tirta Industri (KTI) di alirkan menuju cooling storage basin dengan

ketentuan bila air dalam basin kosong yang di sebabkan udara atau uap panas yang

diserap akibat sirkulasi air sistem pendingin yang digunakan pada pembangkit daya ,

akan secara otomatis valve terbuka dan mengisi , air dari cooling water basin di

pompakan ke produksi dengan mengunakan 5 unit pompa dengan kapasitas per unit

200 m3/jam, air dari produksi di kembalikan lagi ke cooling tower untuk didinginkan

kembali. Adapun kegunaan air cooling di PT. Latinusa Tbk yaitu:

1. Untuk pendingin AC Sentral.

2. Untuk pendingin roll-rool yang ada pada proses produksi.

3. Untuk pendingin Compressor.

4. Sebagai pendingin oli pada sistem hydroulic.

5. Sebagai Fire Fighting water.

4.6.1.2 Filter Water System

Filter water system adalah suatu sistem penyaringan air dengan

menggunakan media penyaring berupa pasir kuarsa atau biasa disebut Sand Filter.

Bagian-bagian utama dari filter water system antara lain :

1. Sand Filter

2. Multi Stage High Pressure Centrifugal Pump

3. Filter Water Storage Basin

Page 70: Irma

V-70

Mekanisme filter water system di PT. Latinusa Tbk yaitu air yang berasal dari

Make –up water di filtrasi menggunakan sand filter untuk menghilangkan padatan –

padatan tersuspensi dalam air. Filter water ditampung dalam Filter water storage

basin. Selama Sand Filter No.I beroperasi dan indikator telah menunjukan kejenuhan

(kotor) Sand Filter No.I akan berpindah secara otomatis ke sand filter no.2 dan sand

filter no.l dilakukan Backwash secara manual adapun lama backwash di sesuaikan

dengan kondisi air yang dilihat dengan kasat mata, hal ini dilakukan untuk

menghilangkan padatan – padatan tersuspensi yang telah mengendap di bagian atas

media penyaring. Backwash dilakukan dengan mengalirkan air bersih dari bagian

bawah (Up-flow) sehingga padatan tersuspensi terangkat dan keluar dari sand filter

sehingga sand filter efektif kembali untuk melakukan penyaringan air (filtrasi). Di

PT. Latinusa Tbk kegunaan dari filter water tersebut antara lain :

1. Untuk proses Elektrolisysic Tinning Line ( ETL ) yaitu rinsing proses cleaner,

pickling dan plating.

2. Untuk supply ke Demin Water System

Untuk menguji kualitas air hasil proses ini dilakukan juga analisa di laboratorium

setiap hari dan disesuaikan dengan standar baku mutu air.

4.6.1.3 Potable Water System

Potable water system adalah system penyaringan air dengan menggunakan

media penyaring berupa Active Carbon Filter. Di PT. Latinusa Tbk potable water

digunakan untuk air minum, dan air kamar mandi namun untuk saat ini hanya

digunakan untuk kebutuhan kamar mandi, karena kebutuhan air minum telah

mengunakan air mineral kemasan. Bagian-bagian Potable water system antara lain :

1. Potable Water Storage Tank :20 m3

2. Actived Carbon Filter :10 m3

3. Hydropor Tank :1 m3

Page 71: Irma

V-71

4. Pompa. :5m3/h…5,5 kw

Prinsip yang digunakan pada alat potable water adalah sama dengan filter

water, perbedaannya yaitu umpan potable water adalah air hasil demineralisasi. Make

–up water yang telah diinjeksikan NaOCl (Sodium hypoclorite) dalam sistem

distribusinya, ditampung dalam Potable water storage tank. Dari Potable water

storage tank air dipompakan ke Carbon Filter sehingga dihasilkan air bersih untuk

didistribusikan melalui Hydropor Tank. Pada hydropor tank berisi air dengan 20 %

dari voleme tanki adalah angin yang berasal dari Compressor.

4.6.1.4 Demin Water System

Demin water system adalah sistem penghilangan mineral-mineral yang

terkandung dalam air dengan metode pertukaran ion (Ion Exchange). Sedangkan alat

yang digunakan adalah Ion Exchanger . Ion Exchanger terdiri dari dua bagian yaitu

kation exchanger dan anion exchanger. Sedangkan bahan isian (packing) yang

terdapat dalam kation dan anion exchanger disebut Resin. Di PT. Latinusa Tbk

terdapat 3 train unit demin, dimana setiap train terdiri dari kation exchanger dan

anion exchanger. Di dalam operasi normal biasanya ketiga train tersebut dikondisikan

dengan kondisi yang berbeda pada masing-masing train. Apabila train 1 dalam

kondisi Service, maka train II dalam kondisi Ready, sedangkan train III dalam kondisi

Regeneration tergantung dari conductivitynya atau sebaliknya. Bagian-bagian utama

unit demin water system di PT. Latinusa Tbk antara lain :

1. Kation Exchanger Coloumn.

2. Anion Exchanger Coloumn.

3. NaOH Tank. cap. 500 ltr

4. H2SO4 Tank.cap. 500 ltr

5. Circulation pump (In-Line multistage pump).

6. Deminwater storage tank.cap. 25 m3 x 2

Page 72: Irma

V-72

4.6.2 Penyediaan Listrik

Listrik merupakan salah satu sarana yang penting pada setiap proses dalam

suatu industri. Di PT. Latinusa Tbk penyediaan tenaga listrik didapat dan dipasok

dari PLTU 400MW yang dimiliki oleh PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL) dengan

tegangan 20 KV dan mempunyai daya sebesar 9000 KVA. Di PT. Latinusa Tbk

listrik digunakan dalam proses Electrolysic Tinning Line (ETL), penghasil panas

pada pemanas listrik secara elektrik pada proses pencetakan anoda timah serta

kebutuhan sehari- hari perusahaan.

4.6.3 Penyediaan Steam

Di PT. Latinusa Tbk Steam (uap) dihasilkan oleh 2 buah ketel yang bekerja

secara bergantian dengan kapasitas maksimum 10 ton/jam dengan tekanan

maksimum 8.5 Kg/cm2. untuk menghasilkan steam, digunakan air hasil proses

demineralisasi sebagai umpan. Steam yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan

larutan proses cleaning, pickling, dan chemical treatment.

4.6.4 Penyediaan Udara Teken

Udara tekan dihasilkan dari 3 buah compressor dengan tekanan 7 bar. Udara

hasil kompresi di tampung pada air receiver untuk kemudian disalurkan ke unit-unit

yang membutuhkan udara tekan. Udara tekan yang dihasilkan digunakan untuk

berbagai macam keperluan, diantaranya :

1. Untuk penggerak selonoid valve

2. Untuk penggerak piston pada roll diproses produksi.

3. Untuk Hydropor tank pada Potable Water System,dan lain sebagainya

Page 73: Irma

V-73

4.7 Kegiatan Pokok PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

4.7.1 Bahan Baku Produksi

4.7.1.1 Bahan Baku Utama

1. Tin Mill Black Plate (TMBP)

Bahan baku yang digunakan dalam proses pelapisan timah pada strip baja

dengan metode elektrolisa adalah tin mill black plate ( TMBP ) yaitu baja tipis

berbentuk lembaran yang pada proses elektrolisis berperan sebagai katoda. PT.

Latinusa Tbk memperoleh bahan baku TMBP dari dalam maupun luar negeri.

Suplai dalam negeri berasal dari PT. Krakatau Steel sedangkan suplai luar negeri

berasal dari beberapa negara, diantaranya jepang yaitu dari perusahaan Nippon

Steel Coorporation ( NSC ), Nippon kohan ( NKK ) dan Kawasaki Steel ( KS )

selain itu juga berasal dari korea dan Australia.

Karateristik dan sifat dari tin mill black plate antara lain sebagai berikut :

1. TMBP adalah baja yang mengandung unsur karbon maksimum kurang

dari 2 %.

2. Warna struktur dari material bila dilihat dengan mikroskop electron

berupa hitam serabut.

3. TMBP merupakan salah satu jenis stainless steel yang termasuk jenis

logam baja yang tahan terhadap bentuk serangan korosi.

4. Tidak diperbolehkan adanya karat yang timbul dalam TMBP.

5. Lapisan oil film yang melapisi TMBP mengandung kadar minyak

sebanyak 30 – 50 mg/m2.

Proses produksi akan berjalan dengan baik dan sempurna jika ditunjang

dengan bahan baku yang bermutu. Proses pelapisan timah yang dilakukan di PT.

Latinusa Tbk merupakan proses lisensi dari USA Corporation yakni United State

Steel ( USS ) dengan prinsip elektrolisa.

Page 74: Irma

V-74

Gambar 4.7 Tin Mill Black Plate ( TMBP )

Sumber : Data Primer, 2011

Tabel 4.2 Spesifikasi dan Karateristik TMBP Untuk Proses Produksi

No Spesifikasi Keterangan

1 Ukuran Potong Lebar potong 457 – 865 mm

Tebal potong 0,11m - 0,39

2 Ukuran Gulungan Coil Diameter dalam 420 mm

Diameter luar 1829 mm

Berat maksimal 100.000 N

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

Page 75: Irma

V-75

Tabel 4.3 Tipe Bahan Baku Baja dan Penggunaanya Dalam Proses Produksi

Aimed Rockwell Hardness 30 T Application

Single Reduce

46 – 52

Nozzle, spout, pangkal kaleng minyak berukuran 5 galon dan aplikasi lain yang enggunakan extra deep drawing

T2 50 – 56

Kaleng kotak kecil, kaleng ikan drawn, kaleng kornet beef, ring,caps dan aplikasi lain yang membutuhkan moderate deep drawing dan tingkat kekerasan tertentu

T2.5 52 – 58

Crowns, top plugs untuk kaleng cat dan aplikasi lain yang membutuhkan moderate deep drawing dan tingkat kekerasan tertentu

T3 54 – 60

 Badan kaleng cat minyak ukuran 5 gallon, kaleng sundry, kaleng besar dan aplikasi lain yang membutuhkan tingkat kekerasan yang sesuai

T4 58 – 64

Pangkal dan badan kaleng yang membutuhkan kekuatan komperatif yang tinggi.

T5 62 – 68

Pangkal dan badan kaleng yang membutuhkan kombinasi kekerasan, kekuatan dan fleksibilitas yang tinggi.

Double Reduce DR 8 70 – 76

Badan dan pangkal untuk kaleng berdiameter kecil namun dengan kekuatan tinggi.

DR 9 73 – 79

Badan dan pangkal untuk kaleng berdiameter besar namun dengan kekuatan tinggi

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

Page 76: Irma

V-76

Tabel 4.4 Tipe Konvensional Baja Untuk Proses Produksi

Jenis Ciri Khusus

BBright Finish

Permukaan mengkilap yang dihasilakan dari lapisan flow brightened tin di atas grindstone finished steel base yang halus

SStone Finish

Permukaan mengkilap yang dihasilakn dari lapisan flow brightened tin di atas steel base yang memiliki pola directional grindstone

MMatte Finish

Permukaan redup dari hasil lapisan unmelted yang umumnya diatas dull finished steel base

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

2. Timah Putih

Timah putih atau Stannum merupakan bahan baku utama kedua pada proses

palapisan timah pada strip baja dengan menggunakan metode elektrolisa yang

berperan sebagai anoda. Timah yang diperlukan pada proses elektrolisa adalah timah

murni dengan kemurnian 99,99 %. Untuk pengadaan timah putih itu sendiri PT.

Latinusa Tbk mendatangkan dari PT. Tambang Timah Tbk, Bangka Belitung. Timah

putih tersebut dilebur untuk membentuk timah batangan yang siap pakai pada prose

plating. Peleburan ini dilakukan di bagian anode casting. Untuk pencetakan timah

tersebut bagian anode casting dengan bentuk dan ukuran yang sudah ditentukan

menggunakan “Tin Melting Furnace”. Alat tersebut bekerja dengan menggunakan

sistem burner dengan bahan bakar gas dari PGN.

4.7.1.2 Bahan Baku Penunjang

Bahan baku penunjang dalam proses pembuatan tin plate ada beberapa jenis yaitu :

1. Asam Sulfat (H2SO4)

Page 77: Irma

V-77

Fungsi dari larutan asam sulfat adalah untuk menghilangkan oksida logam yang

menempel pada permukaan strip baja. Selain itu juga berfungsi untuk

mengkasarkan permukaan strip agar pori-pori pada permukaannya terbuka,

sehingga daya lekat dari timah lebih baik. Asam sulfat digunakan pada proses

pickling dengan konsentsasi 5-10%.

2. Natrium Hidroksida (NaOH)

Larutan ini berfungsi untuk menghilangkan kotoran berupa minyak, grease dan

debu dengan tujuan agar tidak timbul defect (cacat) pada saat dilakukan proses

pelapisan. Larutan ini digunakan di bagian pre-cleaning dan cleaning pada proses

section.

3. Phenol Sulfonic Acid (PSA)

Larutan ini berfungsi untuk meningkatkan konduktifitas larutan serta mencegah

terjadinya oksidasi Sn2+ menjadi Sn4+. Konsentrasi larutan PSA yang digunakan

12-15 gr/ liter. Bila konsentrasi larutan terlalu rendah, maka akan menyebabkan

turunnya konduktifitas larutan sehingga membutuhkan daya listrik yang besar.

Bila larutan PSA terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan defect berupa bercak

noda pada permukaan tin plate (tin pick-up).

4. Ethoxylated Napohtol Sulfonic Acid (ENSA)

Manfaat dari larutan ENSA adalah untuk mengkilapkan plate setelah mengalami

proses melting dan berfungsi sebagai penetralisir larutan plating dan juga

meminimalisasi timbulnya defect, seperti: wood grain, high current. Standard

pemakaian ENSA adalah sebesar 3-6 gr/liter.

5. Stannous Sulfat (SnSO4)

Fungsi dari larutan ini adalah sebagai sumber awal adanya ion-ion timah dalam

larutan. Konsentrsi dari ion Sn2+ dalam larutan SnSO4 adalah 24-30 gr/liter.

6. Natrium Dikromat (Na2Cr2O7)

Page 78: Irma

V-78

Larutan ini digunakan pada bagian chemical treatment. Fungsi larutan ini

membuat lapisan oksida chrome pada permukaan tin plate agar tahan terhadap

oksidasi dari lingkungan.

7. Sulfonik N 150/N 120

Sulfonik N 150/N 120 merupakan senyawa yang berbentuk busa (foam). Tujuan

pemberian senyawa ini adalah mencegah bau pada waktu proses dan mencegah

terjadinya oksidasi oleh udara luar (karat).

8. Dioctyle Sebacate (DOS)

DOS merupakan lapisan oil yang berfungsi untuk melapisi timah supaya tahan

terhadap goresan.

4.7.2 Proses Produksi

Prose produksi di PT. Latinusa Tbk terbagi menjadi dua tahap yaitu ETL

( Electrolysic Tinning Line ) dan Shearing Line.

4.7.2.1 ETL ( Electrolysic Tinning Line )

Proses elektrolisis tinning line terbagi menjadi tiga tahap yaitu entry section,

plating section dan exit section. Adapun spesifikasi alat untuk proses ETL adalah

Tabel 4.5 Spesifikasi Alat Proses ETL

No Spesifikasi Keterangan

1 Type Ferrostan

2 Capacity 130000 metric tons/ year

3 Line Speed 275 meter/ minute max

4 Reflow Conduction resistance melting

5 Passivation CDC type 311

6 Oiling DOS with electrostatic system

7 Licensed US Steel Corporation

Page 79: Irma

V-79

Sumber : Divisi Produksi PT. Latinusa Tbk

1. Entry section

Pada proses ini TMBP ( Tin Mill Black Plate ) yang berbentuk lembaran

baja sebagai bahan baku untuk coil diletakan pada madril pay of reel di posisi

tengah dan digerakan dengan system hidraulik. Lembaran baja akan dilepaskan

dari gulungan kemudian menuju double cut shear yang digunakan untuk

memotong strip sebelum proses pelapisan berlangsung sehingga antara kedua

ujung strip memungkinkan untuk disambung. Kemudian penyambungan di

lapangan spot welder selama 25-30 detik sedangkan proses section tetap berjalan

tanpa mengurangi kecepatan line.

Hal ini disebabkan oleh adanya fasilitas entry looping tower. Setelah

melalui proses tersebut strip akan masuk ke dalam stering roll untuk menjaga

supaya lembaran baja tetap berada di center roll dan jika nanti bergeser akan

segera ditarik kembali menuju center oleh sensor optic secara otomatis. Dari sini

strip akan menuju side timer yang digunakan untuk mendorong sisi strip sesuai

dengan permintaan customer dan selanjutnya oleh burr masher roll, pinggir

potongan itu diratakan kembali. Kecepatan entry section dari jogging 100 – 335

m/menit.

2. Plating Section

a. Cleaning

Proses ini diawali oleh proses pre cleaning yaitu dilakukan untuk

membersihkan kotoran- kotoran yang menempel pada permukaan strip.

Dilanjutkan dengan proses cleaning yang akan berlangsung secara elektrolisis

dalam NaOH dan welting agent yang disertai oleh adanya arus listrik DC. Arus

ini akan mengalir melalui konduktor rol sementara sepasang gride akan

memberikan muatan yang berlawanan terhadap larutan elektrolit. Untuk

pembilasan dilakukan proses cleaning rinsing yang berfungsi mencegah

Page 80: Irma

V-80

terjadinya kontaminasi dan merupakan proses netralisasi antara larutan cleaning

dengan cara menyemprotkan air pada strip.

b. Pickling

Proses pickling yaitu proses untuk menghilangkan oksida logam dan karat

yang terdapat pada strip serta mengkasarkan permukaan strip sehingga daya lekat

terhadap pelapisan timah menjadi lebih baik, dalam proses ini digunakan larutan

H2SO4 dengan konsentrasi 5 – 10 %. Proses pickling rinsing merupakan proses

akhir yang dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan sisa- sisa dari larutan

H2SO4 yang masih menempel pada strip. Apabila masih terdapat larutan H2SO4

yang masih menempel maka akan menyebabkan proses pelapisan timah tidak

dapat berjalan dengan sempurna.

c. Plating, Drag Out, Hot Air Dryer dan Marking Section

Proses plating merupakan bagian dari proses kimia dimana larutan yang

digunakan akan dialiri arus listrik sehingga terjadi proses pelapisan timah yang

nantinya akan disesuaikan dengan keinginan customer. Setelah plating dilakukan

proses drag out dan pengeringan ( hot air dryer ) yang dilakukan untuk

membersihkan sisa- sisa larutan plating yang menempel pada permukaan strip.

Hasilnya berupa endapan Kristal timah abu- abu yang masih belum mengkilap.

Proses Marking section adalah proses pemberian tanda yang dilakukan pada salah

satu bagian sisi permukaan plat timah sehingga mudah untuk diketahui perbedaan

yang muncul antara bagian top coating dan bottom coating pada lapisan yang

berbeda. Dilanjutkan dengan proses reflow melting section yaitu proses yang

dilakukan untuk mengkilapkan permukaan strip dan membentuk alloy atau

paduan paduan logam berupa Fe- Sn.

Page 81: Irma

V-81

d. Chemical Treatment dan Oiling

Setelah strip dilapisi dengan timah kondisi strip untuk permukaanya telah

mengkilap. Proses Chemical treatment yaitu proses yang bertujuan untuk

melindungi permukaan plat timah dari korosi yang terjadi sebagai akibat dari

oksidasi udara luar serta untuk mendapatkan hasil pelapisan timah yang pasif atau

yang tahan terhadap goresan. Proses Chemical treatment rinsing merupakan

proses untuk menghilangkan sisa- sisa larutan chemical treatment yang masih

melekat pada plat timah. Proses terakhir dalam tahap ini yaitu proses oiling yang

dilakukan dengan cara memberikan lapisan oil tipis pada permukaan plat timah.

3. Exit Section

Tahap ini terbagi kedalam delapan proses dimana proses- proses ini

merupakan tahapan penyempurnaan tinplate. Exit looping tower yaitu penampung

yang ada saat pemotongan coil pada bagian exit section. Visual mirror inspection

merupakan proses inspeksi untuk memeriksa cacat yang mungkin terjadi pada tin

plate dan dapat dilihat secara visual. Tin Coating gauge adalah proses untuk

mengukur ketebalan lapisan timah. Automatic pinholes detector merupkan proses

yang memeriksa cacat yang mungkin terjadi pada permukaan tin plate secara

otomatis dengan menggunakan sinar γ.

Weight dan length monitoring merupakan proses untuk mengukur berat

dan panjang tin plate. Cut shear auto dan manual adalah proses untuk memotong

tin plate pada bagian ujung dari coil setelah gulungan strip pada coil mencapai

jumlah tertentu dan apabila suatu waktu system auto mengalami gangguan maka

penggunaan secara otomatis akan digantikan oleh penggunaan secara normal.

Recoiler 1 dan recoiler 2 merupakan proses penggulungan tin plate yang telah

selesai diproses dalam bentuk coil.

Page 82: Irma

V-82

Cleaning

Pre Cleaning

Cleaning

Cleaning Rising

Cutting

Pickling

Pickling

Pickling Rising

TMBP

Plating

Hot Air Dryer

Reflow Melting

Marking Section

Chemical Treatment

A

Page 83: Irma

V-83

Gambar 4.8 Skema Proses Electrolysic Tinning Line (ETL) PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

Gambar 4.9 Unit Electrolysic Tinning Line PT. Latinusa Tbk

Sumber : Divisi Produksi PT. Latinusa Tbk

4.7.2.2 Shearing Line

Produk pelat timah yang dihasilkan PT. Latinusa Tbk selain dalam bentuk

gulungan (coil) juga terdapat dalam bentuk lembaran (sheet). Pada bagian ini

dilakukan pemotongan strip yang sudah melalui proses electrolytic tinning line

menjadi lembaran-lembaran dengan ukuran panjang sesuai dengan permintaan

konsumen. Adapun rangkaian proses yang dilakukan, yaitu:

1. Pay off reel

Berfungsi sebagai uncoiler, yaitu melepaskan gulungan strip dari coilnya.

Pada bagian ini recoiler dilengkapi dengan threding belt yang mengandung magnet

permanen yang berfungsi sebagai alat bantu untuk memasukkan strip dari pay off reel

ke pinch roll.

2. Visual inspection

Page 84: Irma

V-84

Pada bagian shearing line ini juga dilakukan pemeriksaan cacat (defect) yang

terdapat pada permukaan strip yang berasal dari proses electrolytic tinning line.

Pemeriksaan ini berfungsi untuk menentukan klasifikasi dari lembaran yang

dihasilkan.

3. Automatic inspection (Pin hle detector)

Adanya cacat kecil pada pada strip yang biasanya tidak terdeteksi atau tidak

dapat di deteksi oleh bagian visual inspection, maka pada bagian ini dapat dapat di

deteksi pada bagian ini pula mendeteksi ketebalan strip.

4. Drum shear

Berfungsi untuk memotong lembaran-lembaran dalam ukuran panjang sesuai

pesanan. Pemotong terdiri atas dua buah roll atas bawah, untuk mendapatkan

potongan yang panjang maka kecepatan putaran roll diperlambat dengan mengatur

sesuai setting dan programnya.

5. Sheet classifier

Berfungsi untuk mengatur masuknya lembaran-lembaran hasil potongan

kedalam piler-piler.

6. Piller (Box)

Berfungsi untuk menempatkan lembaran-lembaran strip sesuai dengan

mutunya. Piller nomor 1 untuk lembaran-lembaran yang berlubang; piller nomor 2

untuk lembaran-lembaran yang akan di sortir kembali; dan piller nomor 3 serta piller

nomor 4 khusus untuk lembaran-lembaran yang bermutu paling baik

7. Shipping and ware house

Pada proses ini merupakan proses pengepakkan (packaging) gulungan-

gulungan dan lembaran-lembaran yang sudah di lapis dengan timah (tin plate),

kemudian disimpan di gudang (ware house) sebelum diambil oleh pemesan.

gulungan-gulungan dan lembaran-lembaran tin plate, pertama-tama dibungkus

Page 85: Irma

V-85

dengan karton yang dilapis lilin agar tahan terhadap pengaruh larutan atau yang

lainnya. Kemudian dibungkus dengan plastic dan diisolasi serta diikat dengan pita

baja. Penempatan gulungan-gulungan dan lembaran-lembaran tersebut diatur dan

diletakkan sesuai dengan line sign customer dengan tujuan untuk memudahkan pada

saat pengangkutan dan pengiriman.

Gambar 4.10 Skema Proses Shearing Line PT. Latinusa Tbk

Sumber: Data Primer, 2011

B

Coil 2

Recoiler

Oiling

Inspection

Sheet

Cut Shear

Packing

Packing

Coil 1

Page 86: Irma

V-86

4.7.3 Hasil Produksi

Produksi yang diharapkan dari proses yang etrjadi di PT. Latinusa Tbk

distandarkan dengan ASTM, JIS, ISO dan EURONORM, serta disesuaikan dengan

karateristik dan spesifikasi sesuai permintaan pelanggan.

Tabel 4.6 Spesifikasi Produk PT. Latinusa Tbk

No Spesifikasi Keterangan1 Gulungan Pelat

TimahDiameter dalam 419 mm, diameter luar 850 – 1829 mm, berat maksimal 10000 kg

2 Kapasitas produksi 130.000 ton/ tahun dalam bentuk gulungan maupun lembaran.

3 Ketebalan pelat timah Minimal 0,11 mm, lebar minimal 457 mmMaksimal 0,39 mm, lebar maksimal 965 mm

4 Lapisan Timah Minimal 1,12/1,12 g/m2

Maksimal 11,2/ 11,2 g/m2

5 Lembaran Pelat Timah

Panjang 500 – 1150 mm

6 Perbedaan Lapisan 5,6/ 2,8 mg/m2, 8,4/2,8 g/m2, 11,2/ 11,2 g/m2, 15,1/2,8 g/m2, 11,2/1,12 g/m2

7 Proses Produksi Ferrostan, lisensi US Steel CorporationSumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

Tinplate memilki lapisan low carbon mill steel di bagian atas dan bawah

permukaannya setelah melalui proses elektrolisis. Timah yang terdeposit akan

menjadi alloyed tin atau free tin yang memiliki permukaan passivated maupun

permukaan berminyak.

Tabel 4.7 Ukuran Produk Tin Plate PT. Latinusa Tbk

Dimensi Coil SheetKetebalan ( mm ) 0.16 – 0.39 0.16 – 0.39Lebar ( mm ) 650 – 964 650 – 964Panjang ( mm ) - 550 – 1000

Page 87: Irma

V-87

Berat ( kg ) 10000 max 2000 maxDiameter dalam ( mm ) 420/ 508 -Diameter luar ( mm ) 850/ 1829 -

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

Gambar 4.11 Produk Tin Plate PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

4.8 Kegiatan Penunjang PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

4.8.1. Kegiatan Uji Kualitas

Melalui akreditasi ISO 9001, PT. Latinusa Tbk telah tergabung dalam

kelompok internasional dalam pengadaan tin plate berkualitas tinggi, dalam hal

peralatan mekanik, keakuratan dimensi, parameter bentuk, tingkat ketahanan

terhadap korosi serta pengemasan yang kokoh. Tim pengawas kualitas di PT.

Latinusa Tbk terdiri dari para teknisi dan ahli kimia yang terlatih dan terampil di

semua bidang dalam teknologi manufaktur tinplate. Pengawasan terhadap proses dan

penerapan standar inspeksi produk selama proses produksi tinplate sangatlah penting.

Hal ini untuk memastikan bahwa setiap lembar pelat yang dihasilkan telah melalui

pemeriksaan yang sangat detail sehingga mampu memberikan kepuasan kepada

konsumen. Pemeriksaan tersebut terdiri dari :

1. Properti mekanis, meliputi tingkat kekerasan ( temper grade )

Page 88: Irma

V-88

2. Keakuratan dimensi, meliputi ketebalan, lebar dan panjang potongan.

3. Parameter bentuk, meliputi lengkung, camber, kemiringan dan tidak persegi.

4. Ketahanan korosi, meliputi pelapisan timah.

5. Properti, meliputi berat passivation film, uji ketahanan korosi.

Inspeksi secara online pada tahap tinning maupun shearing dilakukan melalui

tin-coating indicator, off- gauge detector dan pinhole detector. Sedangkan perangkat

offline utama di laboratorium QA PT. Latinusa Tbk meliputi :

1. Mesin uji kekerasan

2. Penganalisa pelapisan timah stanomatic

3. Penganalisa kromatik

4. pH meter

5. IR Spectrophotometer

6. Hydrophilic balance untuk mengukur berat oil film

7. Electronic weighing balance

8. Mesin uji kehalusan permukaan

4.8.2. Kebijakan Lingkungan

PT. Latinusa Tbk senantiasa menjaga komitmennya agar proses produksi

tidak berdampak buruk terhadap lingkungan yang dapat merugikan masyarakat dan

keseimbangan ekosistem. Penerapan Kebijakan Lingkungan PT. Latinusa Tbk

dijamin dengan sistem pengelolaan lingkungan yang menyeluruh, disusun

berdasarkan standar lingkungan internasional EN ISO 14001. Saat ini PT. Latinusa

Tbk tengah membangun fondasi pengelolaan lingkungan untuk meraih sertifikasi

tersebut. Perhatian lebih juga difokuskan kepada peningkatan sifat kompatibilitas

terhadap lingkungan dari materi-materi yang digunakan dalam produksi dan dalam

mengadaptasi produk terhadap kebutuhan lingkungan dari masyarakat. Salah satu

pedoman penting bagi PT. Latinusa Tbk adalah bekerja sama dengan komunitas,

Page 89: Irma

V-89

lembaga riset, universitas dan organisasi lainnya dalam menangani berbagai isu

lingkungan hidup.

1. Pernyataan Kebijakan

Pernyataan kebijakan lingkungan PT. Latinusa Tbk yaitu :

a. Perlindungan terhadap lingkungan merupakan tujuan utama dari kebijakan

perusahaan. Seluruh keputusan bisnis telah terlebih dahulu ditelaah untuk

memperkirakan potensi dampak terhadap lingkungan dan kami terus

melindungi basis kehidupan alami.

b. Kami menggunakan peralatan dan metode produksi yang ramah lingkungan.

Dalam seluruh kegiatan operasinya Latinusa menjamin bahwa energi dan

bahan baku digunakan secara bijak dan dampak terhadap lingkungan

diminimalkan. Limbah produksi sebisa mungkin dihindari dan didaur ulang

atau dibuang secara aman.

c. Kami bertanggung jawab penuh atas produk kami. Ketahanan dan

kemampuan untuk didaur ulang menjadikan produk Latinusa bersifat ramah

lingkungan. Objektif utama dalam tahap engineering dan kontrol adalah

meminimalkan penggunaan energi.

d. Kami senantiasa mengeksplorasi jalur baru dan mengambil bagian dalam

inisiatif bersama dalam rangka pelestarian lingkungan. Para insinyur kami

senantiasa menghadirkan ide dan teknologi baru untuk mengurangi

kontaminasi udara, air dan tanah, menghemat bahan baku dan menggunakan

sumber daya yang dapat diperbaharui. Latinusa bekerja sama dengan

penyelenggara sektor industri dan lembaga perlindungan lingkungan dalam

meraih tujuan-tujuannya yang bersifat peduli lingkungan.

e. Perlindungan terhadap lingkungan merupakan tugas semua pihak dan

bergantung secara mutlak terhadap usaha setiap individu. Hal ini memerlukan

dukungan kepedulian lingkungan dari seluruh pegawai pada setiap tingkatan.

Page 90: Irma

V-90

2. Kegiatan Penghijauan Lingkungan Perusahaan

Untuk merealisasikan bentuk kebijakan lingkungan, maka PT. Latinusa Tbk

menjalankan program penghijauan yang juga merupakan kewajiban bagi setiap

perusahaan di Kawasan industry Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC). Luas

lahan yang dilakukan penghijauan di PT. Latinusa Tbk tersebut sebesar 42586 m2

atau 49,87 % dari luas keseluruhan lahan perusahaan yang dimiliki oleh PT. Latinusa

Tbk. Adapun rekapitulasi pohon pada lahan penghijauan tersebut yaitu :

Tabel 4.8 Rekapitulasi Pohon Pada Lahan Penghijauan PT. Latinusa Tbk

No Jenis Pohon Jumlah ( Batang )

1 Mangga 51

2 Jambu Air 21

3 Huhi 6

4 Sukun 4

5 Albasia 72

6 Mahoni 21

7 Nangka 12

8 Biola Cantik 26

9 Cemara 10

10 Salam 23

11 Pinang 10

12 Kelapa 13

13 Petai Cina 4

14 Belimbing 1

15 Flamboyan 13

16 Glodokan 8

17 Beringin 4

Page 91: Irma

V-91

18 Melinjo 3

19 Tanaman Pot 100

TOTAL 402

Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk

4.8.3. Pengelolaan Limbah

Dalam proses produksinya PT.Latinusa Tbk menghasilkan limbah. Untuk

meminimalkan dampak akibat limbah/cemaran yang dihasilkan tersebut, PT. Latinusa

Tbk melakukan upaya-upaya pengelolaan terhadap limbah/cemaran maupun

pengelolaan lingkungan pabrik dan karyawan.

4.8.3.1 Pengelolaan Limbah Padat Non B3

Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan produksi PT. Latinusa Tbk dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu limbah padat non-B3 dan limbah padat B3.

Limbah padat non b3 yang dihasilkan antara lain berupa bekas kemasan bahan baku

dan penolong dan limbah padat domestik. Pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Bekas kemasan bahan baku dan penolong berupa kardus, kertas, pallet kayu

dikumpulkan di tempat penampungan sementara yang sudah disediakan dan

secara berkala dijual kepada pihak ketiga untuk dikelola kembali.

Page 92: Irma

V-92

Gambar 4.12 Bekas Kemasan Bahan Baku PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

2. Limbah padat domestik dari kegiatan kantor, kantin dan pemeliharaan taman

dikumpulkan di tempat penampungan sementara yang akan diserahkan

kepada pengumpul untuk selanjutnya dikelolala di TPA kawasan KIEC

Cilegon.

4.8.3.2 Pengelolaan Limbah B3

Limbah padat B3 yang dihasilkan berupa sludge WWTP, bekas kemasan

bahan kimia PSA, sludge yang mengandung timah, butiran halus yang mengandung

timah, aki bekas, kain majun, lampu TL dan toner/catridge. Pengelolaan terhadap

limbah-limbah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sludge WWTP dikumpulkan didalam karung dan secara berkala sludge

tersebut akan diambil dan dikelola oleh pihak pengelola limbah B3 yang telah

berizin yaitu PT. Pasadena Metric Indonesia, Bekasi.

2. Bekas kemasan bahan kimia PSA dikumpulkan di TPS limbah B3 yang

selanjutnya akan diambil dan dikelola pihak pengelola limbah B3 yang telah

memiliki izin yaitu PT. Lingga Putra Perdana, Merak.

Page 93: Irma

V-93

3. Sludge dan butiran (dross) yang mengandung timah dikumpulkan di TPS

limbah B3 yang selanjutnya akan diambil dan dikelola pihak pengelola

limbah B3 yang telah memiliki izin yaitu CV. Lut Putra Solder, Tegal.

4. Limbah padat B3 yang berupa aki bekas, kain majun, lampu TL dan

toner/catridge akan dikumpulkan dan disimpan di TPS Limbah B3 PT.

Latinusa Tbk.

4.8.3.3 Pengelolaan Limbah Cair

1. Limbah Cair Yang Dihasilkan

Pengelolaan limbah cair di PT. Latinusa Tbk ditangani oleh unit Waste

Water Treatment Plant dimana unit ini mengolah limbah cair dari sisa-sisa proses

produksi menjadi limbah yang aman bagi lingkungan yang sesuai dengan nilai

ambang batas yang telah ditentukan. Secara umum proses produksi yang

menghasilkan limbah yaitu:

1. Cleaning

Pada proses ini menghasilkan air limbah yaitu :

a. Secara batch dari larutan pembersih (cleaner solution ) yang bersifat basa

(NaOH ) sebanyak 30 m3/ 2 minggu.

b. Secara kontinu dari air hasil pembilasan setelah proses cleaning yang

bersifat basa ( NaOH ) sebanyak 12 m3/hari.

2. Pickling

Pada proses ini menghasilkan air limbah yaitu :

a. Secara batch dari penggantian larutan pickling yang bersifat asam (H2SO4)

sebanyak 20 m3/ 3 bulan.

b. Secara kontinu dari air hasil pembilasan setelah proses pickling yang

bersifat asam ( H2SO4 ) sebanyak 27 m3/hari.

Page 94: Irma

V-94

Pada proses pickling ini terjadi pengkasaran permukaan plat baja oleh

asam (H2SO4 ), sehingga pada air limbahnya yang bersifat asam juga terdapat

kandungan besi (Fe ).

3. Chemical Treatment

Pada proses ini menghasilkan air limbah yaitu :

a. Secara batch dari penggantian larutan krom sebanyak 10 m3/ 6 bulan.

b. Secara kontinu dari air hasil pembilasan setelah proses pelapisan krom

sebanyak 12 m3/hari.

4. Plating

Pada proses ini seharusnya tidak dihasilkan air limbah, namun pada kondisi

lapangan seringkali dihasilkan air limbah.

Pickling

Batch : 20 m3/3 bulan

Kontinu : 27 m3/hari

Chemical Treatment

Batch : 10 m3/6 bulan

Kontinu : 12 m3/hari

Plating V

Cleaning

Batch : 30 m3/2minggu

Kontinu : 12 m3/hari

Page 95: Irma

V-95

Gambar 4.13 Skema Proses Produksi Yang Menghasilkan Limbah

Sumber : Seksi Fluids Operasi PT. Latinusa Tbk

2. Pengolahan Limbah Cair

Adapun pengolahan-pengolahan yang terjadi pada Waste Water Treatment

System adalah air limbah yang mengandung oli / grease / kotoran lainnya serta air

limbah yang mengandung chrome diolah terlebih dahulu secara terpisah,

kemudian bersama Limbah Acid (Acid Concentrate) dan limbah-limbah lainnya

dinetralkan pada tempat yang sama. Khusus untuk larutan limbah alkaline

(Alkaline Concentrate) diolah secara terpisah pada bak / basin yang bebeda.

Limbah yang berasal dari air pembilasan dibuang secara kontinyu,

sedangkan larutan prosesnya dibuang secara periodic setiap 3-6 bulan sekali atau

tergantung dari kondisi disaat itu. Air limbah dengan konsentrasi encer (Rinsing

Waste Water) akan langsung diolah di WWTP, sedangkan limbah dengan

konsentrasi pekat dimasukkan ke Storage atau Holding Tank terlebih dahulu dan

sedikit- sedikit dipompakan ke WWTP sehingga tidak mengganggu kualitas

pengolahan dan kualitas air buangan (Final Effluent) dari WWTP.Proses

pengolahan larutan limbah dan air limbah dikontrol secara otomatis dengan

menggunakan pH Measurement Device untuk mengendalikan pH, dan Redox

Measurement Device untuk mengendalikan reaksi-reaksi pada proses reduksi

chrome (Chrome Reduction).

Page 96: Irma

V-96

Gambar 4.14 Waste Water Treatment Plant PT. Latinusa Tbk

Sumber : Seksi Fluids Operasi PT Latinusa Tbk

a. Oil Separation

Emulsion Breaker yang digunakan untuk resolution adalah Asam Sulfat

Pekat (H2SO4) murni atau dapat juga menggunakan larutan limbah acid untuk

merubah Ion Karbonil menjadi Asam Karboksilat, secara bersamaan ditambahkan

FeCl3 / PAC yang berfungsi sebagai Coagulant Acid pada pH 6-8. Proses

pencampuran emulsion breaker dan coagulant dengan larutan limbah konsentrat

dilakukan dengan udara yang berasal dari Rotary Air Blower, sedangkan untuk

air limbah rinsing dilakukan dengan Mechanical Stirrer.

Oli, grease dan kotoran lain yang terapung disalurkan ke Oil Collection

Tank. Larutan limbah secara gravitasi mengalir ke Oil Separation Basin untuk

proses pemisahan oli dengan air dan ke Neutralization Basin bersama dengan

limbah lainnya (Acid rinse, Chrome rinse, limbah lain-lain) untuk dinetralkan

Page 97: Irma

V-97

dengan NaOH. Saat ini pemisahan oil tidak dilakukan karena jumlahnya sedikit

sehingga dapat dipisahkan melalui sedimentasi.

b. Chrome Reduction

Larutan limbah konsentrat yang mengandung chrome ditampung di dalam

holding tank, secara bertahap dipompakan ke Chrome Reduction Basin,

sedangkan air limbah rinse-nya dipompakan ke chrome reduction basin secara

kontinyu. Proses reduksi berlangsung pada pH 2.5 – 3 dengan waktu reaksi

sernpurna 15-20 menit.Reduction agent yang digunakan untuk mereduksi Cr6+

menjadi Cr3+ adalah NaHS03 dan H2SO4 sampai pH 2.5-3. Saat ini chrome

reduction menggunakan limbah acid rinse sebagai pengganti H2SO4 murni dan zat

yang digunakan untuk mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+ adalah Greenon (Ferro Sulfat

sebagai pengganti Sodium Meta Bisulfite / NaHS03 ). Greenon dibuat dengan

mencampurkan limbah asam pekat (Acidic Concentrate) dengan potongan-

potongan besi dari bahan baku yang tidak terpakai.

Proses pencampuran untuk mendapatkan reaksi yang sempurna ditandai

dengan perubahan warna dari kuning kemerah-merahan menjadi biru kehijau--

hijauan dilakukan dengan mechanical stirrer. Air limbah yang bersifat asam ini

kemudian dinetralkan sampai pH 7 — 8 dengan NaOH sehingga ion-ion metal

berubah menjadi metal hidroksida yang dengan penambahan flocculant akan

cepat mengendap.

c. Neutralization

Larutan limbah acid concentrate ditampung di dalarn holding tank dan

secara bertahap dipompakan ke neutralization basin. Selain itu, saat itu juga

dialirkan ke tangki pembentukan greenon dan tangki reduksi crhome, sedangkan

air limbah rinsenya secara kontinyu dipompakan ke neutralization basin.Air

limbah alkaline setelah proses emulsion breaking dan oil separation (jika ada oil),

Page 98: Irma

V-98

larutan limbah chrome setelah proses produksi, larutan limbah acid, serta air

limbah lain-lainnya dinetralkan secara bersamaan dengan menambahkan NaOH

sampai pH 7 – 8 dalam bak netralisasi.

Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mechanical stirrer

dan dibantu dengan pencampuran udara yang berasal dari rotary air blower untuk

Aerasi atau sebagai Aerator. Secara gravitasi air limbah ini mengalir ke dalam

aeration basin dan di basin inilah terjadi proses oksidasi dari ion Fe2+ ke ion Fe3+.

Udara yang berasal dari rotary air blower ini disalurkan ke basin melalui Spray

Aerators untuk proses oksidasi, yang mengakibatkan turunnya pH sekitar 1-2.

Dalam hal ini dilakukan proses Neutralization II dengan menambahkan NaOH.

d. Flokulasi

Setelah melalui proses neutralisasi tahap II, proses pemisahan Metal

Hidroksida dan Suspended Solids lainnya yang terkandung dalam air limbah

dilakukan dengan penambahan Flocculant jenis Anionic Polymer (Drew Floc),

dosis yang diberikan antara 1,0-5,0 ppm dengan konsentrasi larutan di bawah

0.1% tergantung pada kondisi air limbah. Mechanical stirrer dengan kecepatan

rendah digunakan untuk mendapatkan reaksi yang baik.

e. Sedimentasi / Solids And Liquid Separation

Aliran limbah setelah melalui proses flokulasi mengalir secara gravitasi ke

dalam Counter Flow Sedimentation Tank (Gravity settler), Lumpur yang

mengendap di dasar Settler dialirkan oleh Worm Screw Sludge Conveyor ke

suction pompa dan dipompakan oleh Pompa Diaphragm ke Sludge Concentrator

(Thickener) sehingga mencapai kandungan solid sebesar 2-3. Dari Thickener,

Lumpur dipompakan oleh Pompa Screw ke Filter Press yang berkapasitas 500 kg.

Filter Press memanfaatkan gaya tekan dari Sistem Hydrolic yang

bertekanan 300 – 350 Bar untuk merapatkan frame-frame pada filter press. Proses

Page 99: Irma

V-99

pemadatan (Cake) jugs dibantu dengan penambahan udara dari kompressor agar

proses pembentukan cake lebih cepat. Cake yang di hasilkan mengandung solids

90-95% dan air 5-110%. Air yang berada di permukaan settler yang telah jernih

dialirkan ke Clarified Basin.

f. Filtrasi Dengan Karbon Aktif

Effluent dari Clarified Basin dialirkan ke Sewer (Saluran Air Umum)

setelah proses penyaringan pada Pressure Filter yang berisi Gravel dan Karbon

Aktif untuk menyerap Solid Content / Organic Matter dalam effluent hingga

mencapai dibawah 25 ppm. Jenis karbon yang digunakan adalah karbon aktif

berbentuk Granule yang terbuat dari tempurung kelapa.

Gambar 4.15 Unit Pengolahan Limbah Cair PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

4.8.3.4 Pengelolaan Kebisingan

Pengoperasian peralatan produksi serta fasilitas penunjangnya akan

menimbulkan intensitas kebisingan. Untuk meminimalkan dampak akibat

Page 100: Irma

V-100

peningkatan intensitas kebisingan tersebut maka PT. Latinusa Tbk melakukan upaya-

upaya sebagai berikut:

1. Memasang peredam bising berupa bantalan pada mesin-mesin yang potensial

menimbulkan kebisingan.

2. Identifikasi sumber bising dan kewajiban pemakaian earplug pada lokasi-

lokasi dengan intensitas bising relatif tinggi.

3. Pemeliharaan peralatan produksi secara rutin.

4. Isolasi sumber bising, yaitu dengan menempatkan sumber bising di ruangan

tertutup untuk mengurangi bising yang keluar pabrik.

5. Melakukan penanaman pohon peneduh di batas pabrik dan ruang terbuka.

4.8.3.5 Pemantauan Kualitas Udara

Pemantauan kualitas udara di PT. Latinusa Tbk dilakukan oleh PT. Unilab

Perdana ( Laboratorium Lingkungan Hidup ) dalam jangka waktu sebulan sekali.

Kegiatan pemantauan kualitas udara tersebut dilakukan untuk udara ambient dan

emisi yang berasal dari satu unit dust collector pada dapur anode casting, dua unit

boiler dan tiga unit cerobong pada proses produksi ( degreasing, pickling dan

chemical treatment ) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas udara di lingkungan

pabrik apakah sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk

udara ambient metode pengambilan contoh ujinya didasarkan pada SNI 19-7119.6-

2005 sedangkan untuk emisi metode pengambilan contoh ujinya didasarkan pada

Kep.205/Bapedal/07/1996. Secara rutin setiap enam bulan sekali PT. Latinusa Tbk

akan melaporkan hasil pemantauannya kepada Badan Lingkungan Hidup ( BLH )

Kota Cilegon dengan tembusan kepada Walikota Cilegon, BLHD Provinsi Banten

dan KNLH Pusat.

Page 101: Irma

V-101

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Landasan Hukum Pengelolaan Limbah B3

PT. Latinusa Tbk merupakan industri tin plate yang menghasilkan berbagai

limbah dari kegiatan industrinya. Untuk limbah yang bersifat B3 dari kegiatan

produksi maupun non produksi dikelola oleh PT. Latinusa Tbk melalui berbagai

kerjasama dengan pihak ketiga yang telah memiliki izin dalam pengelolaan limbah

B3. Dalam penanganan limbah B3 yang dihasilkannya PT. Latinusa Tbk mengacu

pada peraturan nasional yang berlaku di Indonesia sebagai mana telah ditetapkan oleh

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 di PT.

Latinusa Tbk selalu didasarkan kepada kebijakan KLH yang tertuang dalam

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Jo. PP. nomor 85 tahun 1999 dan Peraturan

Page 102: Irma

V-102

Walikota Cilegon No 45 tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Sementara Dan

Pengumpulan Limbah B3 Di Kota Cilegon. Peraturan tersebut mengatur tentang tata

cara pengelolaan limbah B3 yang diperlukan bagi penghasil limbah B3 atau para

pelaku pengelola limbah B3 seperti pengumpul, penimbun, pengolah, pemanfaat,

pengangkut, penimbun dan atau pemusnah limbah B3.

Selain peraturan tersebut, landasan peraturan lain yang digunakan oleh PT.

Latinusa Tbk untuk operasional pengelolaan dan penanganan limbah-limbah B3

adalah sebagai berikut :

1. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2. Peraturan Pemerintah (PP) No.18 th 1999 Jo PP No.85 th 1999 tentang

Pengelolaan Limbah B-3

3. Peraturan Pemerintah (PP) No.74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3

4. Peraturan Pemerintah (PP) No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Lingkungan Hidup.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 18 Tahun 2009 Tentang Tata

Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 30 Tahun 2009 Tentang Tata

Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah.

7. Peraturan Pemerintah (PP) No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian dan Pengendalian Pencemaran Air.

8. SNI 14-14001-2005/ISO 14001 butir 4.4.6 tentang Prosedur Sistem Manajeman

Lingkungan.

Page 103: Irma

V-103

9. Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis

Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

10. Kep. 02/BAPEDAL.09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3

himpunan Peraturan di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.

11. Kep. 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3.

12. Kep. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3.

13. Kep. MENAKER No. KEP.187/MEN/99 tentang Pengendalian Bahan Kimia

Berbahaya di Tempat kerja.

14. Keputusan Menteri Perindustrian No.250/M/SK/10/1994 tanggal 20 Oktober

1994 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap

Lingkungan Hidup Sektor Industri.

15. Kep. KA. BAPEDAL No. 68/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Izin

Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengolahan dan

penimbunan akhir Limbah B3.

16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-51/MENLH/11/1996

tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

17. PERMEN. LH. No. 02 Tahun 2003 tentang Pemanfaatan limbah B3.

18. PERMEN. LH. No. 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan

Label Bahan Berbahaya dan Beracun.

19. Peraturan Daerah Kota Cilegon No 2 Tahun 2004 Tentang Pengendalian

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan.

Page 104: Irma

V-104

20. Peraturan Walikota Cilegon No 45 Tahun 2009 Tentang Izin Penyimpanan

Sementara dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kota

Cilegon.

5.2 Institusi Pengelola Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Bagian yang bertanggung jawab atas pengelolaan limbah B3 dalam

pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk ini adalah Seksi K3LH ( Kesehatan,

Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup ). Seksi ini bertugas membuat daftar

identifikasi jenis, jumlah, dan sumber limbah B3 yang mungkin dihasilkan serta

melakukan pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk. Semua bagian yang

menghasilkan limbah B3 akan melaporkan limbah B3 tersebut kepada Tim Limbah

dari seksi K3LH, selanjutnya tim ini akan melakukan pendataan dan pengelolaan

terhadap limbah B3 yang dihasilkan tersebut.

5.3 Teknik Operasional Pengelolaan Limbah B3

Kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. Latinusa Tbk

dalam pelaksanaanya dilakukan dari tiap unit penghasil yang berasal dari seluruh

kegiatan produksi di PT. Latinusa Tbk. Adapun teknik operasional yang dilakukan

dapat dinyatakan dalam diagram alir, sebagai berikut :

Seluruh kegiatan Operasional PT. Latinusa Tbk

Limbah B3

Identifkasi dan inventarisasi

Pengangkutan dari sumber ke TPS

Pencatatan jenis dan jumlah limbah

Pelabelan dan Simbol

Pewadahan

Penyimpanan di TPS

Pengangkutan oleh pihak ketiga

Perijinan dan pengawasan oleh BLH Kota Cilegon, BLHD Provinsi

Banten dan KNLH Pusat

Pencatatan jenis dan jumlah limbah yang

keluar TPS

Page 105: Irma

V-105

Gambar 5.1 Diagram Alir Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

Tabel 5.1 Neraca Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk April 2009 - Juni 2010

Jenis Limbah Satuan

Limbah

Dihasilkan

Limbah

Dikelola

Limbah

Belum

Dikelola Perlakuan

A. Sumber dari Proses Industri

Sludge IPAL Ton

343,66 341,66 0 PT.Pasadena Metric Indonesia

0 2 Disimpan di TPS Limbah B3

Dross Tin (berupa

butiran padat) Ton 8,23 8,23 0

PT.Maya Sari Raya,

CV.Lut Putra Solder

CV.Tiga Tahta Selaras

Sludge Tin Ton

8,22 7,52 0

PT.Pasadena Metric Indonesia

CV.Lut Putra Solder

- 0 0,7 Disimpan di TPS Limbah B3

B.Sumber dari Luar Proses Produksi

Oli bekas Ton 7,8 7,8 0 PT.Raja Goedang Mas (RGM)

Drum plastik bekas Ton 4,09 3,93 0 CV.Tiga Tahta Selaras

Page 106: Irma

V-106

bahan kimia

PT.Raja Goedang Mas

  0 0,16 Disimpan di TPS Limbah B3

Kain majun bekas Ton

0,18 0,16 0 PT.Wastec Int'l

 - 0 0,02 Disimpan di TPS Limbah B3

Lampu TL bekas Ton

0,03 0,029 0 PT.Wastec Int'l

 - 0 0,003 Disimpan di TPS Limbah B3

Toner/catridge Ton

0,12 0,10 0 PT.Wastec Int'l

 - 0 0,02 Disimpan di TPS Limbah B3

Aki bekas Ton 0 0 0 Ditukar tambah

Limbah lab (botol

bekas acid) Ton No data No data No data Dikembalikan ke Suplier

Total Ton 372,33 369,429 2,903  

Persentase %  - 99,22 0,79  

Sumber : Evaluasi PROPER PT. Latinusa, 2010

Tabel 5.2 Neraca Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk April 2010 – Maret 2011

Jenis Limbah Satuan

Limbah

Dihasilkan

Limbah

Dikelola

Limbah

Belum

Dikelola Perlakuan

A. Sumber Dari Proses Industri

Sludge IPAL Ton 160,62

147,62 0

Dikirim ke PT.Pasadena

Metric Indonesia

0 13 Disimpan di TPS Limbah B3

Dross Timah Ton 4,075

3,675 0

Dikirim ke CV.Lut Putra

Solder

0 0,4 Disimpan di TPS Limbah B3

Sludge Timah Ton 7,56 7,56 0

Dikirim ke CV.Lut Putra

Solder

B. Sumber Dari Luar Proses Produksi

Oli Bekas Drum 39 39 0Dikirim Ke PT.Raja Goedang

Mas

Page 107: Irma

V-107

Drum Plastik Bekas

Bahan Kima Buah 800 800 0

Dikirim Ke CV.Tahta Selaras

PT.Raja Goedang Mas

Kain Majun Bekas Ton 0,231 0,231 Disimpan di TPS Limbah B3

Lampu TL Bekas Ton 0,0132 0 0,0132 Disimpan di TPS Limbah B3

Toner/Catridge Buah 49 0 49 Disimpan di TPS Limbah B3

Aki Bekas Buah 0 0 0 Disimpan di TPS Limbah B3

Limbah Laboratorium Buah No Data 0 0 Dikembalikan ke Suplier

Limbah Medis Buah No Data 0 0

Total Ton 172,5 158,86 13,24  

Persentase % - 92,09 8,33  

Sumber : Berita Acara Pengambilan Sampel PT.Latinusa Tbk, 2011

Dalam hasil evaluasi Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam

Pengelolaan Lingkungan Hidup ( PROPER ) periode 2010 maka kinerja pengelolaan

limbah B3 di lingkungan PT. Latinusa Tbk seperti tertuang dalam dalam tabel 5.1

tentang neraca massa pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk maka dapat

disimpulkan bahwa perusahaan telah melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Dalam periode tersebut dihasilkan limbah B3

sebanyak 372, 33 ton, limbah yang telah dikelola dengan cara dikirim kepada pihak

ketiga sejumlah 369,429 ton (99,22 %) dan limbah yang masih tersimpan di TPS

limbah B3 sebanyak 2,903 ton (0,79 %). Pengiriman ke pihak ketiga ini telah

mendapatkan izin dari KLH dan untuk limbah B3 yang disimpan juga telah

mendapatkan izin Menteri Lingkungan Hidup SK MENLH No 245 tahun 2005

Tanggal 15 Agustus 2005 dengan masa berlaku lima tahun.

Untuk periode april 2010 – maret 2011 seperti tertuang dalam tabel 5.2, limbah

B3 yang dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk yang dihitung dalam satuan ton sejumlah

172,5 ton. Limbah B3 yang telah dikelola sebanyak 158, 86 ton ( 92,09 %) dan

limbah B3 yang masih tersimpan di TPS sebanyak 13,24 ton (8,33 %). Dapat dilihat

bahwa terjadi penurunan produksi limbah B3 PT. Latinusa Tbk dari tahun 2010

Page 108: Irma

V-108

hingga tahun 2011, hanya saja limbah B3 yang tersimpan di TPS pada tahun 2011

lebih banyak dibandingkan pada tahun 2010, sehingga diperlukan pengelolaan lebih

lanjut.

5.3.1 Identifikasi dan Inventarisasi Sumber Limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan di PT. Latinusa Tbk berupa sludge WWTP, bekas

kemasan bahan kimia PSA, sludge yang mengandung timah, butiran halus yang

mengandung timah, oli bekas residu, aki bekas, kain majun, lampu TL dan

toner/catridge. Secara umum limbah B3 yang dihasilkan berasal dari :

proses produksi

waste water treatment plant

dapur anode casting

perawatan alat

Alur karakterisasi limbah B3 yang dilakukan PT. Latinusa Tbk dalam

mengidentifikasi limbah B3 adalah melalui tahapan sebagai berikut :

1. Identifikasi limbah berdasar Peraturan Pemerintah

Di dalam Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Pasal 7 dijelaskan bahwa

berdasarkan sumbernya limbah B3 dibedakan menjadi tiga jenis yaitu limbah B3 dari

sumber spesifik, limbah B3 dari sumber tidak spesifik dan limbah B3 dari bahan

kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi

spesifikasi. Identifikasi berdasarkan peraturan pemerintah ini dilakukan dengan

mencocokan apakah limbah yang dihasilkan tersebut termasuk kedalam jenis limbah

yang dimaksud dalam pasal tujuh. Apabila masuk salah satu daftar maka merupakan

limbah B3, jika tidak dilakukan evaluasi karakteristik limbah seperti korosif, mudah

meledak, mudah terbakar, infeksius, beracun, dan reaktif. Apabila masih lolos dari

evaluasi ini maka dilakukan uji selanjutnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No

85 Tahun 1999 Tabel 2 tentang daftar limbah dari sumber yang spesifik maka limbah

PT. Latinusa Tbk termasuk kedalam limbah dengan kode D215 yaitu limbah industri

Page 109: Irma

V-109

electroplating dan galvanis yang mana dihasilkan dari kegiatan pelapisan logam pada

permukaan logam atau plastik dengan proses elektris.

2. Identifikasi limbah berdasar MSDS (Material Safety Data Sheet)

Identifikasi berdasarkan Lembar Data Keselamatan Bahan atau MSDS adalah

cara mengidentifikasi limbah B3 dari bahan yang digunakan untuk kegiatan proses

produksi dalam suatu perusahaan. Bahan baku B3 produksi yang telah mempunyai

MSDS (Material Safety Data Sheet) akan lebih mudah dalam penanganannya. Hal ini

karena dalam MSDS telah diketahui nama bahan, karakteristik bahan, sifat fisika –

kimianya, komposisi bahan, stabilitas bahan, metode penyimpanan, dan bahaya –

bahaya yang mungkin ditimbulkan sehingga dapat dilakukan antisipasi terhadap

bahaya tersebut. Hal ini telah sesuai dengan Kep.Menaker No.187/MEN/1999

tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

Limbah

Limbah B3

PP No. 18 Tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999

Sludge WWTP

Oli bekas

Drum Plastik Bekas

Toner Catridge

Sludge Yang Mengandung Timah

Kain Majun

Lampu TL

Butiran Halus ( Dross )

WWTP

Hydraulic dan Compressor

Proses Produksi

Dapur Anode Casting

Kantor

Perawatan

Maintenence

Proses Produksi

Aki Bekas Ex Forklift

Page 110: Irma

V-110

Gambar 5.2 Diagram Alir Identifikasi Limbah B3 PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data primer, 2011

Page 111: Irma

V-111

Tabel 5.3 Inventarisasi dan Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Setiap Bulan

No

Jenis

Limbah

Industri

Bentuk

Fisik

Bahan/

Material Sumber

Kategori

Limbah

Kapasitas

Perbulan

Pengelolaan

Perlakuan Kap/Bulan Pelaksana

1 Padat Sludge

Sludge/ cake

WWTP

(mengandung

timah Sn) WWTP B3

15

ton/bulan

Dikumpulkan di TPS

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin

15

ton/bulan

Tim Sisa Produksi

dan Barang Bekas

2 Padat

Drum

plastik

Bekas

kemasan

bahan kimia

PSA

Proses

produksi B3

30

drum/bulan

Dikumpulkan di TPS

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin

30

drum/bulan

Tim Sisa Produksi

dan Barang Bekas

3 Cair Cairan Oli bekas

Maintenance

mesin B3

2

drum/bulan

Dikumpulkan di TPS

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin

2

drum/bulan

Tim Sisa Produksi

dan Barang Bekas

4 Padat Sludge

Sludge

mengandung

timah (Sn)

Tangki

blowdown

plating B3

2 ton/6

bulan

Dikumpulkan di TPS

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin

2 ton/6

bulan

Tim Sisa Produksi

dan Barang Bekas

5 Padat Butiran Butiran halus Dapur anode B3 3 ton/5-6 Dikumpulkan di TPS 3 ton/5-6 Tim Sisa Produksi

Page 112: Irma

V-112

halus

(dross)

mengandung

timah

casting dan

filter

cerobong

casting bulan

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin bulan dan Barang Bekas

6 Padat Plastik Aki bekas Ex forklift B3

1

buah/bulan

Dikumpulkan di TPS

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin

1

buah/bulan

Tim Sisa Produksi

dan Barang Bekas

7 Padat Padat Kain majun Perawatan B3

10

Kg/bulan

Dikumpulkan di TPS

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin

10

Kg/bulan

Tim Sisa Produksi

dan Barang Bekas

8 Padat Padat Lampu TL

Kantor/

lapangan B3

10

buah/bulan

Dikumpulkan di TPS

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin

10

buah/bulan

Tim Sisa Produksi

dan Barang Bekas

9 Padat Padat

Toner/

catridge Kantor B3

5

buah/bulan

Dikumpulkan di TPS

dan diserahkan kepada

pengelola limbah B3

berizin

5

buah/bulan

Tim Sisa Produksi

dan Barang Bekas

Page 113: Irma

V-113

Gambar 5.3 Limbah B3 Dari Proses Plating Section Pada Unit ETL

Sumber : Data Primer, 2011

Limbah Cake

Pre cleaning

Plating

Cleaning

Drag Out

Cleaning Rinse

Pickling

Pickling Rinse

Quenching Tank

Welting Tray

Oiler

Reflow Melting

Marking

Chemical Treat

Drying & Fag Coating

Drum Bekas PSA

Sludge Timah

Dross Timah

Oli Bekas

WWTP

Larutan Pembersih yang Mengandung NaOH

Larutan Pembersih yang Mengandung H2SO4

Drum Bekas PSA

Larutan Pembersih dari Proses Plating

Chemical Rinse

Larutan Pembersih yang Mengandung Krom

Majun

Page 114: Irma

Dari digram alir tersebut diketahui bahwa proses plating section pada unit

ETL ( electrolysis tinning line ) menghasilkan limbah berupa drum bekas kemasan

PSA, sludge yang mengandung timah, dross yang mengandung timah, oli, kain majun

dan limbah cake. Untuk limbah cake dihasilkan dari keseluruhan proses plating

section pada unit ETL.

1. Limbah Cake

Limbah cake merupakan sludge yang dihasilkan dari unit waste water

treatment plant ( WWTP ). Limbah ini merupakan sisa- sisa proses produksi yang

mengandung bekas oli, serta air limbah yang mengandung krom yang telah melalui

tahap pengolahan di unit WWTP. Aliran limbah setelah melalui proses flokulasi

mengalir secara gravitasi ke dalam unit sedimentasi. Sludge yang mengendap di dasar

unit dialirkan untuk selanjutnya dipompakan ke unit thickener. Dari thickener, sludge

dipompakan ke filter Press yang berkapasitas 500 kg. Proses pemadatan (cake) oleh

filter press dibantu dengan penambahan udara dari kompressor agar proses

pembentukan cake lebih cepat.

Limbah cake yang dihasilkan mengandung solids 90-95% dan air 5-10% dan

dalam setiap harinya dihasilkan limbah cake sebanyak 600 kg. Limbah cake ini

selanjutnya langsung di tampung di TPS limbah B3 cake. Secara berkala pihak ketiga

yaitu PT. Pasadena Metric Indonesia, Bekasi akan mengangkut limbah B3 cake

tersebut untuk selanjutnya diolah menjadi material lain. Limbah cake tersebut

dikategorikan sebagai limbah B3 karena di dalamnya mengandung krom dimana

menurut PP No 85 Tahun 1999 tentang Baku Mutu TCLP Zat Pencemar Dalam

Limbah, krom memiliki karateristik sifat racun dengan baku mutu konsentrasi

ekstraksi dalam limbah yaitu 5,0 mg/l.

I-1

Page 115: Irma

I-115

Gambar 5.4 Limbah B3 Cake PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

2. Limbah Bekas Kemasan Bahan Kimia

PSA

PSA ( Phenol Sulfonic Acid ) merupakan bahan kimia yang digunakan

sebagai media atau penghantar dalam proses pelapisan dengan timah putih pada unit

electrolysis tinning line ( ETL ). Limbah B3 dari bahan baku ini berupa drum bekas

kemasan yang masih mengandung PSA ( Phenol Sulfonic Acid ) sehingga diperlukan

pengolahan lanjutan. Drum sisa kemasan ini dikategorikan sebagai limbah B3 karena

didalam PP No 85 Tahun 1999 Lampiran III limbah PSA termasuk limbah yang

bersifat kronis. Pengangkutan dan pengolahan limbah ini akan dilakukan oleh pihak

ketiga yaitu PT.Lingga Putra Perdana.

Gambar 5.5 Limbah Bekas kemasan Bahan Kimia PSA PT. Latinusa Tbk

Page 116: Irma

I-116

Sumber : Data Primer, 201

3. Limbah Oli Bekas

Oli merupakan salah satu bahan yang digunakan pada mesin dalam proses

produksi di masing-masing unit. Limbah oli yang paling banyak dihasilkan yaitu dari

proses oiler di unit electrolysis tinning line ( ETL ) dimana oli tersebut digunakan

untuk melapisi strip menggunakan electrolysa dengan metode ionisasi (pengkabutan

oil) agar strip tidak mudah teroksidasi atau karatan serta membuat strip tahan

terhadap goresan selain itu oli juga digunakan untuk perawatan mesin- mesin

produksi. Limbah oli ini dikategorikan sebagai limbah B3 karena limbah ini termasuk

ke dalam cairan yang mudah terbakar dan mudah meledak. Pengolahan limbah B3 oli

di PT. Latinusa Tbk dilakukan oleh PT. Lingga Putra Perdana. Limbah oli yang

dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk yaitu sebanyak dua drum per bulan dan setiap

drumnya mampu menampung 200 liter oli.

Gambar 5.6 Limbah Oli Bekas PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

4. Sludge Yang Mengandung Timah

Sludge yang mengandung timah dihasilkan dari proses drag out di unit

electrolysis tinning line ( ETL). Pada proses ini dilakukan pembersihan sisa- sisa

larutan plating yang menempel pada permukaan strip. Hasilnya berupa endapan

kristal timah abu- abu yang masih belum mengkilap, endapan inilah yang dikenal

dengan sludge yang mengandung timah. Menurut PP No 85 Tahun 1999 Tabel 3

tentang Daftar Limbah Dari Bahan Kimia Kadaluarsa, Tumpahan, Sisa Kemasan,

Page 117: Irma

I-117

Atau Buangan Produk Yang Tidak Memenuhi Spesifikasi, sludge yang mengandung

timah ini termasuk ke dalam limbah B3 karena bersifat beracun. Setiap bulan PT.

Latinusa Tbk menghasilkan 350 kg sludge timah. Pihak ketiga yang melakukan

pengolahan terhadap limbah ini yaitu CV. Lut Putra Solder, Tegal.

Gambar 5.7 Limbah Sludge Yang Mengandung Timah PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

5. Butiran Halus Yang Mengandung Timah

Butiran halus atau dross yang mengandung timah dihasilkan dari proses

melting pada unit electrolysis tinning line ( ETL ). Pada proses ini lapisan timah

dilebur untuk mengkilapkan permukaan strip dan membentuk alloy, pada proses ini

juga terdapat bagian timah yang mengapung yang disebut sebagai butiran halus atau

dross yang mengandung timah. Dross timah dikategorikan sebagai limbah B3 karena

menurut PP No 85 Tahun 1999 Tabel 3 tentang Daftar Limbah Dari Bahan Kimia

Kadaluarsa, Tumpahan, Sisa Kemasan, Atau Buangan Produk Yang Tidak Memenuhi

Spesifikasi timbal merupakan bahan pencemar yang bersifat beracun. Pengolahan

butiran halus atau dross yang mengandung timah yang dihasilkan oleh PT. Latinusa

Tbk dilakukan oleh CV. Lut Putra Solder, Tegal.

6. Aki Bekas

Penggunaan aki di PT. Latinusa Tbk yaitu sebagai alat stater pada kendaran

forklift yang digunakan sebagai alat penunjang dalam transportasi barang di wilayah

Page 118: Irma

I-118

PT. Latinusa Tbk. Aki bekas digolongkan sebagai limbah B3 karena dari

kandungannya yang terdapat didalam aki tersebut yang mudah terbakar maka dari itu

perlu penempatan khusus. Untuk saat ini limbah aki yang dihasilkan PT. Latinusa

Tbk disimpan di TPS Limbah B3. Aki bekas yang dihasilkan oleh PT. Latinusa setiap

tahun yaitu sebanyak satu buah. Pada periode bulan juni 2011 tidak dihasilkan limbah

aki bekas di PT. Latinusa Tbk.

7. Kain Majun

Di PT. Latinusa Tbk kain majun dihasilkan dari tiap- tiap unit, kain ini

dipakai untuk membersihkan sisa oli, mengelap oli yang tercecer pada saat pengisian

ataupun penggantian oli. Setiap bulan kain majun yang dihasilkan yaitu sebanyak 10

kg. Kain Majun dikategorikan limbah B3 karena kain tersebut digunakan untuk

mengelap oli yang dikategorikan sebagai limbah mudah terbakar karena dari

sumbernya yang berupa oli merupakan cairan mudah terbakar juga dapat

mengkontaminasi lingkungan apabila tidak dibuang di tempat khusus B3 karena kain

sudah terkontaminasi oleh limbah B3 yaitu oli. Kain majun tersebut kemudian

dikumpulkan dan dikemas dengan karung agar tidak terkontaminasi dengan

lingkungan sekitar. Saat ini limbah kain majun di PT. Latinusa Tbk di simpan di TPS.

8. Lampu TL

Lampu TL digunakan di masing- masing unit di PT. Latinusa Tbk.

Berdasarkan inventarisasi limbah B3 hingga periode juni 2011 limbah lampu TL yang

dikirim ke TPS limbah B3 yaitu sebanyak 90 buah. Lampu TL dikategorikan sebagai

limbah B3 karena sifatnya yang mudah meledak apabila suhu didekatnya cenderung

panas. Oleh sebab itu lampu TL tidak diperbolehkan dekat dengan sember api karena

sifanya yang mudah meledak. Timbulan lampu TL yang dihasilkan oleh PT. Latinusa

Tbk untuk saat ini disimpan di TPS limbah B, apabila timbulan lampu TL di TPS

tersebut telah melebihi kapasitas maka akan dilakukan pengolahan oleh pihak ketiga

Page 119: Irma

I-119

yang memiliki ijin. Lampu TL bekas yang dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk yaitu 10

lampu per bulan.

Gambar 5.8 Limbah Lampu TL PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

9. Toner/ Catridge

Toner catridge dihasilkan dari kegiatan perkantoran PT. Latinusa Tbk. Toner

catridge dikategorikan sebagai limbah B3 karena limbah ini termasuk limbah yang

mudah terbakar. Setiap bulan PT. Latinusa Tbk menghasilkan lima buah toner. Sama

halnya dengan limbah aki bekas, kain majun dan lampu TL, limbah toner catridge ini

juga disimpan di TPS limbah B3. Sesuai dengan PP No 18 Tahun 1999 Bab III Pasal

10 Ayat 1 dan 2 , bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 Kg per hari maka

penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah yang dihasilkannya lebih dari 90 hari.

Untuk itu, PT. Latinusa telah memiliki ijin BLH Kota Cilegon untuk penyimpanan

limbah B3 lebih dari 90 hari.

Tabel 5.4 Limbah B3 Dengan Penyimpanan Lebih Dari 90 Hari

No Jenis limbah Kapasitas

1 Lampu TL 10 buah/ bulan

2 Aki Bekas 1 buah/ bulan

3 Limbah Laboratorium/ Residu 22 gram/ 4 bulan

4 Majun Terkontaminasi 10 kg/ bulan

5 Toner Catridge 5 buah/ bulan

Page 120: Irma

I-120

Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk

Proses Produksi

Dihasilkan Drum Bekas 115 Drum

Diserahkan kepada pengelola 115 Drum ( PT. Lingga Putra

Perdana )

Dihasilkan Dross Timah 1220 Kg

Diserahkan kepada pengelola 1220 Kg ( CV.Lut Putra Solder

)

Dihasilkan Sludge Timah 2100 Kg

Diserahkan kepada pengelola 2100 Kg ( CV.Lut Putra Solder

)

Dihasilkan Oli Bekas 9 Drum

Diserahkan kepada pengelola 9 Drum ( PT.Lingga Putra

Perdana )

Proses WWTP Dihasilkan Limbah Cake 15620 Kg

Diserahkan kepada pengelola 15620 Kg ( PT. Pasadena

Metric Indonesia )

Kegiatan Kantor

Dihasilkan Toner/ catridge 66 Buah

Disimpan di TPS Limbah B3 PT. Latinusa Tbk 66 Buah

Maintenence

Dihasilkan Kain Majun 112 Kg

Disimpan di TPS Limbah B3 PT. Latinusa Tbk 112 Kg

Dihasilkan Lampu TL Bekas 90 Buah

Disimpan di TPS Limbah B3 PT. Latinusa Tbk 90 Buah

Page 121: Irma

I-121

Gambar 5.9 Neraca Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Juni 2011

Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk, 2011

5.3.2 Reduksi Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Untuk meminimisasi kuantitas limbah B3 yang dihasilkannya maka PT.

Latinusa Tbk melakukan upaya reduksi. Upaya reduksi ini selain bertujuan untuk

melakukan pengelolaan lingkungan juga dapat memberikan keuntungan finansial bagi

PT. Latinusa Tbk. Adapun upaya reduksi limbah B3 yang dilakukan yaitu :

1. Pemilahan Limbah B3 dan Limbah Non B3

Pemilahan limbah B3 dan limbah non B3 bertujuan untuk memudahkan

pengelolaan kedua jenis limbah tersebut. Untuk limbah non B3 berupa sisa kemasan

bahan baku akan dikirim ke pihak ketiga untuk dikelola kembali. Limbah domestik

dari kegiatan kantor, kantin dan pemeliharaan taman dikumpulkan di tempat

penampungan sementara yang akan diserahkan kepada pengumpul untuk selanjutnya

dikelolala di TPA kawasan KIEC Cilegon. Untuk limbah B3 dikelola oleh seksi

K3LH PT. Latinusa Tbk untuk selanjutnya pengolahannya diserahkan kepada pihak

ketiga yang memiliki ijin.

2. Pembentukan Sludge Menjadi Limbah Cake Dengan Filter Press

Melalui pengolahan di unit WWTP akan dihasilkan sludge. Sludge ini

kemudian akan dimasukan ke filter press untuk membentuk limbah padat B3

berbentuk cake yang mengandung solids 90-95% dan air 5-10%. Proses ini bertujuan

untuk memudahkan pengumpulan limbah B3 di TPS yang selanjutnya akan diangkut

secara berkala oleh pihak ketiga untuk diolah kembali.

Page 122: Irma

I-122

Gambar 5.10 Limbah Cake di TPS

Sumber : Data Primer, 2011

3. Penggunaan Kembali Drum Bekas Sebagai Tempat Sampah

Drum bekas kemasan bahan kimia PSA oleh PT. Latinusa Tbk digunakan

kembali sebagai tempat penampungan limbah B3 seperti lampu TL dan kain majun.

Dengan melakukan hal ini maka PT. Latinusa Tbk dapat mengurangi jumlah timbulan

drum bekas kemasan bahan kimia PSA.

Gambar 5.11 Penggunaan Kembali Drum Bekas

Sumber: Data Primer, 2011

4. Penggunaan Kembali Air Pendingin Dari Proses Produksi Dengan Cooling Tower

Cooling tower digunakan untuk mendinginkan air atau media kerja lainnya.

Dalam sistem ini air pendingin yang telah digunakan dalam proses produksi yang

telah mengalami kenaikan temperature didinginkan kembali. Cooling tower dapat

membuang panas ke atmosfir sehingga tidak ada pembuangan sejumlah air hangat

yang dapat meningkatkan temperatur sungai atau danau sehingga dapat merusak

ekosistem lokal.

5. Penggunaan Greenon Sebagai Pengganti H2SO4 Pada Proses Chrome Reduction

Saat ini proses chrome reduction di PT. Latinusa Tbk yaitu menggunakan

greenon (Ferro Sulfat sebagai pengganti Sodium Meta Bisulfite / NaHS03 ) sebagai

pengganti H2SO4 murni yang digunakan untuk mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+. Greenon

Page 123: Irma

I-123

dibuat dengan mencampurkan limbah asam pekat (Acidic Concentrate) dengan

potongan-potongan besi dari bahan baku yang tidak terpakai. Selain itu dalam proses

ini juga digunakan NaOH untuk menetralisir air limbah dan saat ini NaOH tersebut

dapat dikurangi dengan penggunaan limbah alkaline. Dengan proses ini maka secara

otomatis penggunaan bahan kimia di unit WWTP dapat diminimisasi.

6. Pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Ozonisasi

Untuk meminimisasi kuantitas air buangan yang dihasilkan, maka saat ini PT.

Latinusa Tbk sedang berada dalam tahap pembangunan sistem ozonisasi untuk

pengolahan air limbah. Diharapkan selalu melalui proses ini air limbah dapat

digunakan kembali untuk mensuplai kebutuhan air bersih di lingkungan pabrik PT.

Latinusa Tbk. Selain menguntungkan secara finansial, pembangunan ini juga

diharapkan dapat menaikan PROPER PT. Latinusa Tbk dari proper biru menuju

proper hijau.

Gambar 5.12 Sistem Ozonisasi Untuk Pengolahan Air Limbah

Sumber : Data Primer, 2011

5.3.3 Pewadahan dan Pengumpulan Limbah B3 di Unit Penghasil

Dalam teknik operasional pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk untuk

tahap pawadahan dan pengumpulan dilakukan oleh masing- masing unit penghasil

limbah. Semua unit yang menghasilkan limbah seperti yang tertera dalam daftar

limbah B3 PT. Latinusa Tbk akan melakukan pewadahan dan pengumpulan

Page 124: Irma

I-124

sementara yang bersifat intern sehingga tidak diperbolehkan untuk dijual sebelum

dikumpulkan terlebih dahulu di TPS B3. Sebelum dilakukan pemindahan dan

pengumpulan di TPS, terlebih dahulu limbah tersebut diidentifikasi berdasarkan jenis

lalu kemudian dilakukan pewadahan yang disesuaikan dengan jenis dan karakteristik

dari limbah tersebut lalu ditempatkan di tempat yang aman dan mudah dijangkau

sebelum dilakukan pemindahan ke TPS yang dilaksanakan oleh Tim Limbah Seksi

K3LH.

Setelah proses pewadahan selesai maka unit penghasil akan melaporkan

kepada Tim Limbah untuk dilakukan pendataan dan pemindahan ke TPS. Untuk

limbah cake, proses pewadahan langsung dilakukan di TPS. Limbah cake yang

dihasilkan dari unit penghasil filter press akan langsung ditampung dan disalurkan ke

dalam karung di TPS. Sedangkan untuk limbah B3 lainnya tetap melalui tahap

pewadahan yang sesuai dengan standar operasional prosedur penanganan limbah B3

PT. Latinusa Tbk.

Gambar 5.13 Diagram Alir Pewadahan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk

Limbah B3 dari unit penghasil

Limbah B3 Cake

Limbah B3 Selain Cake

Penampungan di TPS Limbah Cake

Pewadahan di unit penghasil limbah B3

Pelaporan Kepada Tim

Limbah K3LH

Pelaporan Kepada Tim Limbah K3LH

Pemindahan ke TPS

Berita Acara dan Surat Jalan

TPS

Page 125: Irma

I-125

Sumber : Data Primer, 2011

5.3.4 Penyimpanan Sementara Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Berdasarkan Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 maka penyimpanan limbah B3

harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan

penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke

lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat

dihindarkan. Dalam sistem pengelolaan limbah B3, kegiatan penyimpanan sementara

limbah B3 dilakukan oleh seksi K3LH PT. Latinusa Tbk. Tata cara penyimpanan

sementara limbah B3 ini telah disesuaikan dengan Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 dan

Keputusan Walikota Cilegon No 658.31/Kep.253-BLH 2010 tentang Izin

Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kepada PT. Latinusa Tbk.

Adapun penerapan yang telah dilakukan oleh PT. Latinusa Tbk yaitu :

5.3.4.1 Pengemasan Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Untuk menjaga keamanan limbah B3 selama penyimpanan maka diperlukan

kegiatan pengemasan yang memperhatikan karateristik limbah, bentuk kemasan dan

bahan kemasan yang dipilih. Teknik operasional pengemasan limbah B3 yang

dilakukan oleh PT. Latinusa Tbk secara keseluruhan telah sesuai dengan peraturan

pemerintah seperti yang tertuang dalam Kep. 01/BAPEDAL/09/1995.

Limbah cake WWTP dikemas dengan menggunakan karung yang langsung

disediakan oleh pihak ketiga yang mengolah limbah tersebut yaitu PT. Pasadena

Metric Indonesia. Karung kemasan limbah cake yang disebut jumbo bag langsung

menampung limbah cake yang diproses dari filter press dengan kapasitas 1 ton/

jumbo bag. Dengan menggunakan sistem pengemasan semacam ini diharapkan

tidak ada limbah cake yang yang keluar dari karung kemasan, sehingga mampu

mengurangi kemungkinan timbulnya ceceran limbah cake ke lingkungan.

Page 126: Irma

I-126

Gambar 5.14 Pengemasan Limbah Cake PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

Sludge yang mengandung timah dikemas dengan menggunakan drum dan

diletakan diatas palet. Untuk dross yang mengandung timah dikemas dengan

menggunakan drum dengan kapasitas 200 kg/ drum.

Oli bekas, kain majun, lampu TL bekas, toner/ catridge bekas dan aki bekas

masing- masing sistem pengemasannya menggunakan drum bekas kemasan PSA.

Untuk oli bekas pengemasannya menggunakan drum dengan kapasitas 200 liter.

Sedangkan untuk pengemasan kain majun dan toner/ catridge bekas

pengemasannya menggunakan drum dengan kapasitas 70 kg/ drum.

Gambar 5.15 Pengemasan Oli Bekas dan Lampu TL Bekas PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

Page 127: Irma

I-127

Perbandingan pelaksanaan pengemasan limbah B3 PT. Latinusa Tbk dengan

peraturan pemerintah dapat dilihat di tabel matriks perbandingan pengemasan limbah

B3 dengan regulasi berikut.

Tabel 5.5 Matriks Perbandingan Pengemasan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk

dengan Regulasi ( Kep. 01/BAPEDAL/09/1995)

No.Parameter

yang dianalisis

Kep 01/Bapedal/09/

1995

Realisasi di PT. Latinusa Tbk

Keterangan

1. Kemasan Baik, tidak bocor, tidak berkarat, tidak rusak

Kemasan dalam keadaan baik dan tidak rusak

Sesuai

2. Ukuran dan macam kemasan

a) Bahan plastik (HDPE, PVC, PP) atau logam (teflon, baja, karbon)

b) Drum/tong dengan volume 50, 100, 200 liter

a) Plastik dan logam baja

b) Drum dengan volume 200 liter

Sesuai

Sesuai

Page 128: Irma

I-128

Lanjutan tabel 5.5

No Parameter yang

dianalisis

Kep 01/Bapedal/09/

1995

Realisasi di PT. Latinusa Tbk

Keterangan

3. Karakteristik Limbah dalam satu kemasan harus berkarakteristik sama

Dalam satu kemasan hanya terdapat satu karakteristik limbah

Sesuai

4. Pemeriksaan kondisi kemasan

Minimal seminggu sekali

Ada kegiatan pemeriksaan secara reguler setiap sebulan sekali

Tidak Sesuai

Rekomendasi: Diperlukan

pemeriksaan kemasan

limbah B3 seminggu

sekali

5. Operator Tenaga ahli dan harus memenuhi K3

Tenaga ahli yang memiliki sertifikat K3

Sesuai

6. Pemberian Simbol dan Label

Pemberian simbol dan label harus jelas

Tidak semua kemasan limbah B3 dilengkapi dengan simbol dan label.

Tidak Sesuai

Rekomendasi: Diusulkan

agar kemasan limbah B3 dilengkapi simbol dan

label

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 129: Irma

I-129

Berdasarkan matriks perbandingan pengemasan limbah B3 tersebut diketahui

bahwa terdapat beberapa ketidaksesuaian dalam proses pengemasan limbah B3 yaitu

masih terdapat kemasan limbah B3 yang tidak dilengkapi dengan simbol dan label

serta informasi tentang limbah B3 di dalam label untuk setiap kemasan masih belum

lengkap. Selain itu pemeriksaan terhadap kemasan hanya dilakukan sebulan sekali.

Oleh sebab itu, diharapkan PT. Latinusa Tbk mampu menyesuaikan proses

pengemasan sesuai dengan regulasi yang ada yaitu Kep. 01/BAPEDAL/09/1995.

5.3.4.2 Penyimpanan Kemasan Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Tata cara penyimpanan kemasan limbah B3 harus diperhatikan untuk menjaga

keamanan limbah B3 tersebut selama proses penyimpanan. Pelaksanaan penyimpanan

kemasan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk disesuaikan dengan Kep.

01/BAPEDAL/09/1995. Berikut ini diberikan matriks perbandingan penyimpanan

kemasan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk dengan regulasi yang ada.

Tabel 5.6 Matriks Perbandingan Penyimpanan Kemasan Limbah B3

PT. Latinusa Tbk dengan Regulasi ( Kep. 01/BAPEDAL/09/1995)

NoParameter

yang dianalisis

Kep 01/Bapedal/09/

1995

Realisasi di PT. Argo Pantes

Keterangan

1. Sistem Sistem blok dan setiap blok terdiri atas 2 x 2 kemasan

Kemasan disusun dengan sistem blok yang terdiri dari 2 x 2 kemasan

Sesuai

Page 130: Irma

I-130

Lanjutan tabel 5.6

No Parameter yang

dianalisis

Kep 01/Bapedal/09/

1995

Realisasi di PT. Latinusa Tbk

Keterangan

2. Lebar Gang Lebar gang untuk lalu-lintas manusia minimal 60 cm.

Ada jarak untuk gang lalu lintas manusia dengan lebar 60 cm

Sesuai

3. Penumpukan Drum 200 liter maksimal 3 lapis dan dialasi palet untuk masing-masing blok

Drum 200 liter ada yang tidak dialasi palet

Tidak Sesuai Rekomendasi: Diusulkan agar drum 200 liter

dialasi palet pada masing – masing

blok.

4. Jarak dengan dinding dan atap

Tidak boleh kurang dari 1 meter

Jarak ke dinding kurang dari 1 meter, jarak dengan atap ± 1,5 meter

Tidak sesuai

Rekomendasi:

Diusulkan untuk menyusun kembali susunan blok dan memberikan jarak

dengan dinding minimal 1 m.

5. Karakteristik Kemasan yang mempunyai karakteristik berbeda harus dipisah

Setiap kemasan terdiri dari satu jenis limbah B3

Sesuai

Page 131: Irma

I-131

Lanjutan tabel 5.6

No Parameter Dianalisis

Kep 01/Bapedal/09/

1995

Realisasi di PT. Latinusa Tbk

Keterangan

6. Simbol dan Label

Sesuai dengan karakteristiknya

Sesuai Sesuai

7. Perizinan Penyimpanan maksimal 90 hari, untuk limbah B3 kurang dari 50 kg dapat disimpan lebih dari 90 hari dan dilaporkan kepada pihak terkait

Penyimpanan untuk limbah cake, sludge timah,dross timah, drum bekas dan oli bekas kurang dari 90 hari. Sedangkan penyimpanan kain majun,lampu TL,toner dan aki bekas lebih dari 90 hari. Setiap 3 bulan sekali akan dilaporkan ke BLH Kota Cilegon

Sesuai

Sumber : Analisa Penulis

5.3.4.3 Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3

Setelah dilakukan pengemasan dan pelabelan selanjutnya limbah B3 akan

disimpan di tempat penyimpanan sementara ( TPS ) PT. Latinusa Tbk telah

disesuaikan dengan peraturan pemerintah yaitu Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 dan

telah memiliki izin dari Walikota Cilegon Nomor 658.31/Kep.253-BLH/2010

Tanggal 14 Juli 2010. Perancangan dan luas bangunan TPS disesuaikan dengan jenis,

jumlah dan karateristik limbah B3. PT. Latinusa Tbk memiliki dua TPS limbah B3

yaitu :

Page 132: Irma

I-132

TPS limbah B3 untuk menyimpan drum kosong, sludge plating, dross tin, oli

bekas, kain majun bekas, toner/catridge bekas, lampu TL. Ukuran TPS ini

yaitu18, 8 m x 4,5 m dengan koordinat S : 06˚00’24,8’’ dan E : 106˚00’49,0’’.

TPS limbah B3 untuk menyimpan cake/ sludge IPAL. Ukuran TPS ini yaitu 5,7 m

x 7 m dengan koordinat S : 06˚00’21,9’’ dan E : 106˚00’48,6’’.

Pemberian titik koordinat bertujuan agar TPS tidak dipindah ataupun diubah.

Pemindahan dan perubahan kondisi TPS harus mendapatkan izin dari Badan

Lingkungan Hidup Kota Cilegon serta tidak diperbolehkan untuk menyimpan limbah

B3 diluar TPS, hal ini bertujuan untuk mendukung keselamatan dan kesehatan kerja

di lingkungan perusahaan. Berikut ini diberikan tabel 5.8 tentang perbandingan tata

cara penyimpanan sementara libah B3 PT. Latinusa Tbk dengan regulasi yang

berlaku.

Tabel 5.7 Matrik Perbandingan Bangunan Penyimpanan Sementara Limbah B3

PT. Latinusa Tbk dengan Regulasi ( Kep. 01/BAPEDAL/09/1995)

No.Parameter

yang dianalisis

Kep-01/Bapedal/09/

1995

Realisasi di

PT. Latinusa TbkKeterangan

1. Luas Luas dan bisa menampung sesuai dengan karakteristik

Memiliki luas bangunan 18,8 mx4,5 m&5,7m x 7m

Sesuai

2. Terlindung dari hujan

Terlindung dari air hujan langsung dan tak langsung

Terlindung dari air hujan Sesuai

3. Bagian Atap

Tanpa plafon

Ventilasi dan penerangan memadai

Kasa untuk mencegah burung/hewan masuk

Penangkal petir

Tanpa plafon

Ventilasi dan penerangan memadai

Terdapat kasa untuk mencegah burung/hewan masuk

Ada penangkal petir

Sesuai

Page 133: Irma

I-133

Lanjutan tabel 5.7

No Parameter yang

dianalisis

Kep-01/Bapedal/09/

1995

Realisasi di PT. Latinusa Tbk

Keterangan

4. Simbol bagian luar

Pada bagian luar penyimpanan diberi simbol

Diluar bangunan diberi simbol sebagai penanda TPS limbah B3

Sesuai

5. Lantai Bangunan

Kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak

Kuat, kedap air dan tidak bergelombang

Sesuai

6. Saluaran Drainase

Harus ada sehingga air tidak masuk dalam gudang

Tidak terdapat saluran drainase di sekitar TPS

Tidak sesuai

Rekomendasi : Diusulkan untuk

membangun saluran drainase

7. Kebersihan Tidak terdapat ceceran limbah

Masih terdapat ceceran limbah B3 di TPS limbah B3 cake/ sludge IPAL

Tidak sesuai Rekomendasi:

Diusulkan untuk memaksimalkan

proses pengemasan untuk mengurangi timbulnya ceceran

8. Peralatan Penunjang

Dilengkapi sistem pemadam kebakaran, pagar pengaman, fasilitas P3K,

Dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas keamanan lainnya.

Sesuai

9. Lokasi Berada minimal ± 50 m

dari fasilitas umum

± 50 m dari fasilitas yang

lain (jalan utama)

Sesuai

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Page 134: Irma

I-134

Berdasarkan matriks perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa tempat

penyimpanan sementara limbah B3 di PT. Latinusa Tbk belum sepenuhnya sesuai

dengan peraturan pemerintah yaitu Kep. 01/BAPEDAL/09/1995. Ketidaksesuaian

tersebut diantaranya yaitu TPS limbah B3 cake/ sludge IPAL di PT. Latinusa Tbk

belum memiliki saluran drainase dan bak penampung ceceran limbah B3, sehingga

diharapkan PT. Latinusa Tbk bisa membangun saluran drainase dan bak penampung

ceceran tersebut agar ceceran limbah B3 dapat dikelola dan tidak tercampur dengan

limpasan air hujan. Selain itu masih ada limbah B3 yang tercecer di TPS limbah B3

cake yang disebabkan karena kurang maksimal dalam proses pengemasan. Untuk

ceceran oli di TPS limbah B3 telah ditutup dengan pasir, tetapi penutupannya belum

sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan PT. Latinusa mampu melakukan perbaikan

terhadap kekurangan- kekurangan tersebut.

( A ) ( B )

Gambar 5.16 ( A ) TPS Limbah Cake/ Sludge IPAL ( Baaa ) TPS Limbah B3 Selain Cake PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

Gambar berikut ini menunjukan denah dan ukuran TPS limbah B3 PT.

Latinusa Tbk. Kedua TPS limbah B3 yaitu TPS limbah B3 cake dan limbah B3 selain

cake dibangun di tempat yang terpisah. TPS limbah B3 cake dibangun berdekatan

dengan unit waste wáter treatment plant ( WWTP ) sedangkan TPS limbah B3 selain

cake dibangun berdekatan dengan gudang. Pembangunan kedua TPS ini di lokasi

Page 135: Irma

I-135

yang berbeda bertujuan untuk memudahkan proses pengelolaan limbah B3 seperti

proses pewadahan dan pemindahan limbah B3.

( A ) ( B )

Gambar 5.17 Denah dan Ukuran TPS Limbah Cake ( A) Pandang Samping ( B ) Pandang Depan

Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk

( A ) ( B )

Gambar 5.18 Denah dan Ukuran TPS Limbah Selain Cake PT. Latinusa Tbk

( A ) Pandang Samping ( B ) Pandang Atas

Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk

Page 136: Irma

I-136

5.3.4.4 Pemasangan Label dan Simbol Limbah B3

Pemasangan atau pemberian label dan simbol limbah B3 bertujuan untuk

memberikan identitas limbah tersebut sesuai dengan karateristiknya. Dengan ini

setiap penandaan harus dibuat dengan jelas, baik dari segi bentuk, warna dan

penempatannya sehingga keberadaan limbah B3 di suatu tempat dapat dengan mudah

dikenali. Sebelum limbah B3 disimpan di dalam TPS terlebih dahulu kemasan limbah

tersebut diberi label dan simbol sesuai dengan jenis dan karateristik masing- masing

limbah. Selain pada kemasan, pemberian simbol limbah B3 juga diberikan pada

setiap ruangan penyimpanan per kelompok limbah B3 di TPS. Pemberian symbol

limbah B3 telah disesuaikan dengan regulasi yang ada yaitu Kep.

05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan berbahaya dan

beracun. Berikut ini diberikan tabel perbandingan pemberian label dan simbol limbah

B3 di PT. Latinusa Tbk dengan regulasi yang ada.

Tabel 5.8 Matrik Perbandingan Kegiatan Pelabelan dan Pemberian Simbol

Limbah B3 di PT. Latinusa Tbk dengan Regulasi

No Parameter

yang dianalisa

Kep 05/Bapedal/09/1995 Realisasi di PT. Latinusa

Tbk

Keterangan

1 SIMBOL

a. Bentuk

Belah ketupat dengan sisi dalam 95% ukuran

Belah ketupat dengan sisi dalam 95% ukuran

Sesuai

b. Ukuran a. Kemasan: 10 cm × 10 cm

b. Kendaraan pengangkut: 25 cm × 25 cm

c. Tempat penyimpanan: 25 cm × 25 cm

a. Kemasan 10 cm × 10 cm

b. Simbol pada kendaraan

pengangkut 25cm x

25cm

c. Ukuran simbol pada

TPS yaitu 25cm x 25cm

Sesuai

Page 137: Irma

I-137

Lanjutan tabel 5.8

No Parameter yang dianalisis Kep 05/Bapedal/09/1995

Realita di PT. Latinusa Tbk

Keterangan

c. Bahan Tahan goresan dan bahan kimia, pada alat pengangkut harus dari cat berpendar (fluorescence)Sesuai dengan karakteristik

Pada alat pengangkut

simbol terbuat dari

bahan yang tidak

tahan goresan dan

tidak tahan bahan

kimia.

Sesuai

d. Pemasangan a. Kemasan: melekat kuat, tidak boleh terlepas atau dilepas sebelum dikosongkan

b. Kendaraan pengangkut: Hanya satu macam simbol, pada setiap sisi boks pengangkut dan muka kendaraan, tidak boleh terlepas atau dilepas sebelum dikosongkan.

c. Tempat penyimpanan: Pada setiap pintu dan bagian luar dinding, sesuai karakteristik limbahnya, tidak

a. Kemasan melekat

kuat dan tidak

dilepas selama berisi

limbah B3.

b. Hanya satu macam

simbol

c. Terdapat simbol

limbah B3 pada

bagian luar TPS

Sesuai

Page 138: Irma

I-138

boleh terlepas atau dilepas selama tempat penyimpanan masih difungsikan

2 LABEL

a. BentukPersegi panjang, belah ketupat

Persegi panjang dan

belah ketupat

Sesuai

Lanjutan tabel 5.8

No Parameter yang dianalisis Kep 05/Bapedal/09/1995

Realita di PT. Latinusa

Tbk

Keterangan

b. Ukuran a. Identitas limbah: 15 cm × 20 cm

b.Kemasan kosong: 10 cm × 10 cm

c.Tutup kemasan: 7 cm × 15

Ukuran untuk identitas

limbah yaitu 15cm x 20cm,

kemasan kosong 10 cm x

10 cm, tutup kemasan 7

cm x 15 cm

Sesuai

c. Warna a. Identitas limbah: kuning, dengan tulisan peringatan

b.Kemasan kosong: sama dengan simbol, dengan tulisan kosong

c.Tutup kemasan: putih, hitam

a. Identitas limbah

berwarna kuning dengan

pinggiran berwarna putih

b. Kemasan kosong tidak

diberi simbol.

c. Pada tutup kemasan

tidak ada simbol

d. Identitas limbah

Sesuai

Tidak

sesuai,

Diusulkan

untuk

memberi

simbol pada

Page 139: Irma

I-139

d.Identitas limbah: pada kemasan di sebelah simbol.

dipasang disebelah

simbol

kemasan

kosong

d. Pemasangan a.Kemasan kosong:

pada permukaan

kemasan

b. Tutup

kemasan: dekat

tutup kemasan

Pemasangan kemasan

belum disesuaikan dengan

regulasi yang ada.

Tidak

sesuai,

Diusulkan

pemasangan

disesuaikan

regulasi

Sumber : Analisa Penulis, 2011

Berdasarkan matriks perbandingan pelaksanaan pemasangan label dan simbol

di PT. Latinusa Tbk dengan regulasi yang ada yaitu Kep 05/Bapedal/09/1995 maka

dapat disimpulkan bahwa pamasangan simbol dan label di PT. Latinusa Tbk belum

sepenuhnya sesuai dengan regulasi. Selain itu, meskipun sudah dilengkapi dengan

simbol namun informasi dalam label untuk setiap kemasan limbah B3 di PT. Latinusa

Tbk masih belum lengkap misalnya tanggal masuk TPS. Oleh sebab itu, diharapkan

PT. Latinusa Tbk bisa menyesuaikan dengan regulasi yang ada.

Gambar 5.19 Pelabelan di TPS Limbah B3 PT. Latinusa Tbk

Sumber : Data Primer, 2011

Page 140: Irma

I-140

5.3.5 Pengangkutan Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Pengangkutan merupakan proses pengumpulan limbah dari sumber menuju

lokasi pemindahan atau pengelolaan. Pengangkutan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk

terbagi menjadi dua yaitu pengangkutan secara internal dan pengangkutan secara

eksternal oleh pihak ketiga.

1. Pengangkutan Limbah B3 Dari Unit Penghasil ke TPS Limbah B3

Pengangkutan internal merupakan proses pengangkutan yang terjadi di

dalam lingkungan perusahaan. Pengangkutan internal di PT. Latinusa Tbk

dilakukan dari sumber penghasil limbah B3 ke TPS limbah B3 dengan

menggunakan forklift. Selanjutnya Tim Limbah dari Seksi K3LH akan mencatat

jenis dan jumlah limbah B3 di log book yang tersedia di TPS. Tim limbah

kemudian menghubungi pihak ketiga yang telah memiliki izin Kementrian

Lingkungan Hidup RI untuk melakukan pengangkutan dan pengelolaan limbah

B3. Proses pengangkutan limbah B3 ini harus dilengkapi dengan berita acara

penyerahan limbah B3 dari penghasil ke TPS. Selain itu fasilitas pengangkutan

dan pengemudi angkutan harus memiliki ijin beroperasi di dalam perusahaan. Hal

ini bertujuan untuk menjaga keamanan distribusi limbah B3 di dalam perusahaan.

Page 141: Irma

I-141

Gambar 5.20 Jalur Pengangkutan Internal Limbah B3 di PT. Latinusa Tbk

Sumber: Analisa Penulis, 2011

2. Pengangkutan Limbah B3 Dari PT. Latinusa Tbk ke Pihak Pengelola

Pengangkutan terjadi dari TPS Limbah B3 ke tempat pengolahan akhir.

Pengangkutan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk dilakukan oleh pihak ketiga dengan

menggunakan truk pengangkut limbah. Proses pengangkutan ini harus dilengkapi

dengan form manifest yang terdiri dari surat pengantar barang, dokumen limbah

B3 serta izin sesuai limbah B3 yang mau diangkut atau dikeluarkan. Setelah form

manifest dan izin terlengkapi maka baru dapat dilakukan proses pengangkutan.

Untuk surat pengantar barang dalam hal ini limbah B3, maka harus mendapat

persetujuan dari Ketua Tim Penjualan Sisa Produk dan Barang Bekas PT.

Latinusa Tbk dan pembeli yaitu pihak ketiga yang melakukan pengangkutan dan

pengelolaan. Sedangkan untuk dokumen limbah B3 harus mendapat persetujuan

dari Kabag K3LH PT. Latinusa Tbk dan pihak ketiga.

Page 142: Irma

I-142

Selain itu form manifest ini juga harus dilengkapi dengan Izin

Penyelenggaraan Angkutan Barang Khusus Untuk Mengangkut Barang

Berbahaya yang telah mendapatkan persetujuan dari Direktur Jendral

Perhubungan, Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan dari Kementrian Perhubungan RI,

karena kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan limbah B3 ini merupakan

kendaraan khusus antara lain truck dan tangki tronton. Semua prosedur ini

dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keamanan distribusi limbah B3.

Dokumen limbah B3 di PT. Latinusa Tbk telah disesuaikan dengan Kep Bapedal

No 2 Tahun 1995 dimana dokumen ini dibawa dari tempat asal pengangkutan

limbah B3 ke tempat tujuan dan dokumen ini diberikan pada waktu penyerahan

limbah B3. Rincian dokumen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Lembar asli ( pertama ) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah

ditandatangani oleh penghasil, pengumpul dan pengolah limbah B3

( warna putih ).

2. Lembar kedua yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3,

oleh, oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul dikirim ke Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan ( warna kuning ).

3. Lembar ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3

disimpan oleh penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan

limbah B3 untuk diangkut oleh pengangkut limbah B3 ( warna hijau ).

4. Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengumpul atau pengolah

limbah B3 oleh pengangkut diserahkan kepada pengumpul limbah B3 atau

pengolah limbah B3 yang menerima limbah B3 dari pengangkut limbah

B3 ( warna merah muda ).

5. Lembar kelima dikirimkan kepada Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau

pengolah limbah B3 ( warna biru ).

Page 143: Irma

I-143

6. Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I yang bersangkutan, setelah ditandatangani oleh pengumpul

limbah B3 atau pengolah limbah B3 ( warna krem ).

7. Lembar ketujuk dikirim oleh pengangkut kepada penghasil limbah B3

oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3, setelah

ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atu pengolah limbah B3

( warna ungu ).

5.4 Pengolahan Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Dalam melakukan pengolahan PT. Latinusa tidak melakukan pengolahan

sendiri melainkan dengan bantuan pihak ketiga yang telah memiliki izin dalam

pengangkutan dan pengelolaan limbah B3. Adapun pihak ketiga yang memfasilitasi

pengangkutan dan pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk yaitu PT. Pasadena

Metric Indonesia di Bekasi yang mengelola limbah cake/ sludge IPAL, PT. Lingga

Putra Perdana di Merak yang mengelola limbah drum bekas bahan kimia PSA dan oli

bekas serta CV. Lut Putra Solder di Tegal yang mengelola sludge dan dross yang

mengandung timah.

Tabel 5.9 Pihak Pengolah Limbah B3 PT. Latinusa Tbk

No Pengelola

Limbah B3

Limbah Yang

Diolah

Pengolahan SK MENLH

1 PT. Pasadena Metric Indonesia

Limbah Cake WWTP

Pemanfaatan limbah B3 dengan cara recovery sludge yang tidak mengandung dioksin furan untuk diambil kandungan logam- logam non besi

KEPMEN LH Nomor 63 Tahun 2011 Tanggal 13 april 2011

2 PT. Lingga Putra Perdana

- Oli Bekas- Drum Bekas

- Oli bekas didaur ulang untuk

SK Nomor 259 Tahun 2009,

Page 144: Irma

I-144

Kemasan PSA

digunakan kembali untuk membantu kegiatan operasional angkutan sungai danau dan perairan

- Drum bekas didaur ulang untuk dijadikan kemasan bahan baku

Masa berlaku 10 April 2009 s/d 10 April 2014

3 CV. Lut Putra Solder

- Sludge Yang Mengandung Timah

- Dross Yang Mengandung Timah

Peleburan ulang sludge dan dross yang mengandung timah hingga menjadi batangan timah putih dan timah hitam.

-

Sumber : Data Sekunder, 2011

5.5 Pemanfaatan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk

Untuk mengurangi kuantitas limbah B3 yang dihasilkannya, maka PT.

Latinusa Tbk berusaha semaksimal mungkin melakukan pemanfaatan terhadap

limbah B3. Hal ini selain dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

pencemaran ke lingkungan juga mampu menekan biaya yang dikeluarkan perusahaan

untuk pengelolaan limbah B3. Kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh PT.

Latinusa Tbk ini selain dilakukan sendiri juga dilakukan melalui kerjasama dengan

pihak ketiga yang telah memiliki pemanfaatan limbah B3 dari KLH. Salah satu

contoh pemanfaatan limbah B3 yang dilakukan PT. Latinusa Tbk yaitu penggunaan

kembali drum bekas kemasan bahan kimia PSA sebagai tempat pewadahan limbah

B3 seperti kain majun, lampu TL bekas dan aki bekas di TPS limbah B3.

5.6 SOP Tanggap Darurat Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Untuk menjaga keamanan selama proses pengelolaan limbah B3, maka PT.

Latinusa telah menerapkan suatu standar operasional (SOP) tanggap darurat limbah

B3 di lingkungan perusahaan. SOP ini dilaksanakan oleh oleh Petugas K3 Seksi

K3LH apabila terjadi kecelakan atau keadaan darurat yang selanjutnya akan

Page 145: Irma

I-145

dilakukan tindakan penyelamatan dan pertolongan terhadap korban kecelakaan. SOP

ini telah mendapatkan persetujuan dari Direksi PT. Latinusa Tbk, BLH Kota Cilegon,

BLHD Provinsi Banten dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten.

Mekanisme penggunaan SOP ini yaitu apabila terjadi keadaan darurat maka

akan dilakukan tindakan penyelamatan dimana karyawan yang bertugas akan

memberitahukan ke Shift leader dan berusaha menanggulangi kecelakaan.

Selanjutnya shift leader akan menghubungi GM produksi dan tim tanggap darurat

agar dilakukan evaluasi kondisi dan keadaan. Tindakan evakuasi dilakukan setelah

GM Produksi mengambil keputusan untuk mengaktifkan kondisi darurat. Kemudian

dilakukan pertolongan pertama dimana tim medis akan menolong korban di tempat

evakuasi dan karyawan lain akan dikumpulkan di tempat tersebut.

Evaluasi ulang kondisi kecelakaan dilakukan oleh Building Commander dan

bila diperlukan akan menghubungi Damkar Krakatau Steel dan UGD RS Krakatau

Medika. Bila ada korban evakuasi maka akan dilakukan rujuk ke RS Krakatau

Medika dengan menggunakan mobil ambulance untuk melakukan pengobatan.

Evaluasi ulang selanjutnya dilakukan building commander terkait dengan keamanan

kondisi kecelakaan yang akan dilanjutkan dengan investigasi kejadian. Setelah

kondisi dipastikan aman maka akan dibuat laporan hasil investigasi yang disetujui

oleh Kadiv Produksi dan GM Produksi. Laporan ini selanjutnya akan didistribusikan

kepada Direksi PT. Latinusa Tbk, BLH Kota Cilegon, BLHD Provinsi Banten dan

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten.

Tidak

Ya

Darurat

Tindakan

Bantuan Pertolongan

Darurat

Evakuasi

Tanggulangi

Pertolongan

Korban

Investigasi

Pengobatan

Investigasi

Laporan

Distribusi

File

Selesai

Page 146: Irma

I-146

Ya

Tidak

Gambar 5.21 SOP Tanggap Darurat Limbah B3 PT. Latinusa Tbk

Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk

5.7 Perizinan dan Pengawasan

5.7.1 Perizinan

Berdasarkan PP No 18 Tahun 1999 dijelaskan bahwa setiap badan usaha yang

melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan

penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang

bertanggung jawab. Begitu pula dengan PT. Latinusa Tbk, kegiatan penyimpanan

limbah B3 dari perusahaan tersebut telah memiliki izin sesuai Keputusan Walikota

Cilegon Nomor 658.31/ Kep.253-BLH/2010 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3

dan Keputusan Walikota Cilegon Nomor 658.31/ Kep.239-BLH/2009 tentang Izin

Pengeluaran Limbah Industri yang telah disesuaikan dengan PP No 18 Tahun 1999.

Page 147: Irma

I-147

Perizinan ini merupakan alat kontrol bagi perusahaan guna menekan

kemungkinan timbulnya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup sehingga

diperlukan pengelolaan yang baik terhadap limbah B3 yang dihasilkan. Selain itu

pihak ketiga yang melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan PT. Latinusa

Tbk juga wajib memiliki izin dan mendapatkan rekomendasi dari Badan Lingkungan

Hidup Kota Cilegon. Secara keseluruhan aspek perizinan pengelolaan limbah B3 PT.

Latinusa Tbk telah dipenuhi secara hukum.

5.7.2 Pengawasan

Pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa dilakukan

oleh dua pihak yaitu pihak internal perusaan oleh seksi K3LH dan pihak eksternal

oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Pengawasan eksternal yang dilakukan

oleh BLH Kota Cilegon terhadap pengelolaan limbah industri yang dihasilkan oleh

PT. Latinusa Tbk dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan sekali. Pihak perusahaan

akan menyampaikan laporan perkembangan pengeluaran limbah industri yang berisi

jenis material, bentuk fisik limbah, kategori limbah, volume atau jumlah limbah yang

dihasilkan serta identitas pihak pengelola limbah tersebut. Selain pengawasan oleh

BLH Kota Cilegon setiap tiga bulan sekali, pelaksanaan pengawasan juga

dilaksanakan oleh Tim Pengawas PROPER ( Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ) Provinsi Banten setiap setahun sekali.

Kegiatan pengawasan ini akan menghasilkan penilaian tingkatan ketaatan perusahaan

terhadap perundangan lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia.

5.8 Aspek Pembiayaan Pengelolaan Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Kegiatan pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk memerlukan

pembiayaan dari perusahaan. Pembiayaan yang dibebankan kepada perusahaan

disusun melalui rencana kerja yang terstruktur dan program kerja yang jelas oleh

bagian yang bersangkutan. Mekanisme pembiayaan dalam pengelolaan limbah B3 di

PT. Latinusa Tbk telah memenuhi alur regulasi yang ada (Peraturan Pemerintah No.

Page 148: Irma

I-148

18 Tahun 1999 Jo. PP No. 85 tahun 1999). Untuk pembiayaan limbah B3 di PT.

Latinusa Tbk sendiri bersifat rahasia serta tidak dipublukasikan kepada pihak luar.

Hanya pihak intern perusahaan dan pihak ketiga yang mengetahuinya.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Proses electrolisyc tinning line ( ETL) dan proses perawatan peralatan produksi di PT.

Latinusa Tbk menghasilkan limbah B3 berupa limbah cake/ sludge WWTP, drum

Page 149: Irma

I-149

plastik bekas kemasan bahan kimia PSA, oli bekas, sludge yang mengandung timah,

butiran halus ( dross ) yang mengandung timah, aki bekas, kain majun, lampu TL

bekas dan toner/ catridge.

2. Pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk menganut pada peraturan nasional di

Indonesia yang telah diatur oleh KLH melalui PP. nomor 18 tahun 1999 j.o PP No. 85

tahun 1999 dan Peraturan Walikota Cilegon No 45 Tahun 2009 serta ditunjang

peraturan - peraturan yang lain.

3. Berdasarkan neraca massa pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk pada tahun 2010

diketahui bahwa limbah B3 yang dikelola sebanyak 99,22 % dan yang tersimpan di

TPS sebanyak 0,79 %. Sedangkan pada tahun 2011 limbah B3 yang dikelola sebanyak

92,09 % dan yang tersimpan di TPS 8,33 %. Terjadi penurunan tingkat pengelolaan

pada tahun 2011, hanya saja kuantitas limbah B3 yang dihasilkan pada tahun 2011

jauh lebih sedikit dibandingkan tahun 2010.

4. Dalam penerapan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan PT. Latinusa Tbk, masih

ada beberapa aspek yang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku, misalnya

masih terdapat ceceran/ tetesan air yang mengalir di TPS limbah cake serta

informasi dalam label limbah B3 yang masih belum lengkap.

6.2 Saran

1. Hendaknya dibangun saluran drainase dan bak penampung ceceran di sekitar TPS

limbah cake/ sludge IPAL agar ceceran limbah B3 dapat dikelola dan tidak tercampur

dengan limpasan air hujan serta tidak mengalir ke lingkungan.

2. Setiap kemasan limbah B3 harus dilengkapi dengan simbol dan label selain itu juga

melengkapi informasi dalam label untuk setiap kemasan limbah B3.

3. Pengelolaan limbah B3 yang belum sesuai dengan peraturan hendaknya segara

disesuaikan dengan peraturan yang berlaku guna menghindari kemungkinan

terjadinya pencemaran limbah B3 ke lingkungan.

Page 150: Irma

I-150