irak dan kebijakan luar negeri amerika serikat...

72
IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 OLEH : SYAIFUL RIJAL ALFIKRI NIM. 101045222281 PROGRAM STUDI SIYASAH SYAR’IYYAH JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1427 H / 2006 M

Upload: phamliem

Post on 04-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT PASCA

PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

OLEH :

SYAIFUL RIJAL ALFIKRI

NIM. 101045222281

PROGRAM STUDI SIYASAH SYAR’IYYAH

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1427 H / 2006 M

Page 2: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT PASCA

PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh :

SYAIFUL RIJAL ALFIKRI NIM. 101045222281

Di Bawah Bimbingan

Prof. DR. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA NIP. 150 270 614

PROGRAM STUDI SIYASAH SYAR’IYYAH

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1427 H / 2006 M

Page 3: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001” telah diujikan dalam sidang Munaqosyah

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

pada tanggal 20 Juli 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Program Strata Satu (S1) pada Program

Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah.

Jakarta, 20 Juli 2006 Disahkan oleh, Dekan,

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A ( ) NIP 150 210 421 Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, SH. M.Hum ( ) NIP 150 274 761 Pembimbing : Prof. DR. Amany B. U. Lubis, Lc., MA ( )

NIP. 150 270 614 Penguji I : Drs. Husni Thoyyar, M.Ag ( ) NIP. 150 050 919 Penguji II : Al Fitrah, S.H., M.Hum. ( )

Page 4: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

بسم اهللا الّر حمن الّر حيم

KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang pantas, selain mengucap syukur, segala puja dan puji, penulis

panjatkan kehadirat Allah swt. Berkat taufiq, hidayah, inayah dan rahmat-Nya,

penulisan skripsi ini dapat terlaksana. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada

panutan pemimpin besar revolusi Islam, Nabi Muhammad saw. beserta keluarganya,

para Sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Dengan selesainya skripsi ini tentunya tidak terlepas atas bantuan, motivasi, serta

bimbingan dari berbagai pihak, yang telah membantu penulis dan berpartisipasi dalam

menyelesaikan skripsi. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Bapak. Prof. Dr, Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA., selaku Dosen pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengoreksi, serta

memberi motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Afifi Fauzi Abbas, M.A. selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah, serta

Bapak Drs. Abu Tamrin, M.Hum, Sekjur Jinayah Siyasah.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Syariah dan Hukum, yang dengan sabar

dan penuh keikhlasan mendidik dan memperluas wawasan penulis hingga akhir

masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 5: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

5. Segenap staf dan karyawan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah,

Perpustakaan Kedubes AS dan Perpustakaan CSIS.

6. Ananda

haturkan terima kasih untuk kedua orang tua tercinta (Alm.) Bapak Hasan Anshori

dan Ibunda Siti Maryam, berkat do’a, motivasi, kasih sayang, perhatian, dan

bantuan (material maupun spiritual) yang beliau berdua berikan dengan tulus,

hingga bisa menyelesaikan studi ini. Adik-adikku, Ita, Nia, Ari dan Fauzan yang

selalu memotivasi penulis serta keluarga besar di Cianjur, Bambu Apus (Om Duduh

dan Tante Ani) dan Pondok Bambu terima kasih atas bantuan dan do’anya selama

ini.

7. Tidak lupa penulis haturkan terima kasih kepada istri tercinta Hani Khaerunnisa,

yang telah dengan sabar selalu memotivasi penulis.

8. Rekan-rekan seperjuangan di HMI Cabang Ciputat, Periode 2005-2006, Udin

‘Mourinho’, Sule, Arul, Basith, Iis, Ilman Hasjim, Hasan Jali, Jawa, Ablenk, dll.

Serta para senior, Bang Ara, Kang Zezen, Bang Juned, Kang Akmal, dan Kang

Asep. Semoga Allah Swt, mengekalkan himpunan ini dalam ridho-Nya, demi

mengemban misi izzul Islam wal Muslimin.

9. Teman-teman Siyasah Syariyyah 2001, Ade, Agus, Nita, Bule, Iebe, Aiez, Mphenk,

Jamal, Taqwim, Al-firdaus, terima kasih membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dengan ikhlas dalam penyelesaian

skripsi ini.

Page 6: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Demikianlah ucapan terima kasih dari penulis. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan. Akhir kata, Billaahittaufiq wal

Hidaayah.

Ciputat, 7 Jumadil Akhir 1427 H 3 J u l i 2006 M

Penulis

Page 7: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12

D. Metodologi Penelitian ......................................................................... 13

E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 15

BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL POLITIK IRAK PADA

MASA PEMERINTAHAN SADDAM HUSEIN ................................. 17

A. Biografi Politik Saddam Husein ........................................................ 17

B. Sekilas Tentang Irak ........................................................................... 19

1. Umum ........................................................................................... 19

2. Cuaca ............................................................................................ 19

3. Medan ........................................................................................... 19

4. Sejarah Singkat Irak ...................................................................... 20

a. Dihancurkan Mongol ................................................................ 22

b. Masuknya Inggris ..................................................................... 25

c. Peralihan Kepemimpinan Negara ............................................. 26

C. Rangkaian Sengketa Irak Dengan Negara Tetangga .......................... 27

1. Perang Irak Iran ............................................................................ 27

2. Serangan Senjata Kimia Terhadap Suku Kurdi ............................ 26

3. Invasi Irak ke Kuwait ................................................................... 28

D. Awal Ketegangan Irak dengan PBB .................................................. 29

1. Oil for Food Programme .............................................................. 29

2. Inspeksi Senjata Nuklir oleh Tim Pemeriksa PBB ....................... 30

Page 8: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

3. Kembalinya Tim Pemeriksa PBB ................................................. 31

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

TERHADAP IRAK ................................................................................ 33

A. Biografi Politik George W. Bush ....................................................... 33

1. Pendidikan dan Keluarga .............................................................. 34

2. Karir Bisnis ................................................................................... 34

3. Presiden AS .................................................................................. 35

a. Masa Jabatan Pertama ............................................................ 35

b. Masa Jabatan Kedua ............................................................... 36

B. Gambaran Umum Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat .............. 36

1. Nilai Dasar Kebijakan Luar Negeri AS ........................................ 36

a. Kebijakan Luar Negeri AS ..................................................... 37

b. Tujuan Kebijakan Luar Negeri AS ........................................ 40

2. Mekanisme Kebijakan Luar Negeri AS ........................................ 41

a. Kerangka Konstitusional ........................................................ 41

b. Kekuasaan Politik dan Birokrasi ............................................ 45

c. Peran dan Opini Publik AS dalam Masyarakat AS ................ 47

3. Prioritas Kebijakan Luar Negeri AS di bawah Presiden Bush ..... 49

C. Strategi Kebijakan Keamanan Presiden George W. Bush ................. 52

BAB IV INVASI MILITER AS KE IRAK ......................................................... 57

A. Invasi Militer AS ................................................................................ 57

B. Alasan-alasan AS Menginvasi Irak..................................................... 58

C. Legalitas Invasi Amerika terhadap Irak ............................................. 65

1. Dukungan Kongres ....................................................................... 65

2. Artikel 2 (4) Piagam PBB ............................................................. 66

D. Reaksi Irak atas Invasi Amerika ........................................................ 68

E. Respon Dalam Negeri AS dan Respon Internasional terhadap

Invasi AS ke Irak ................................................................................ 72

Page 9: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

1. Respon Dalam Negeri AS ............................................................ 72

2. Respon Internasional Dibalik Rencana AS Menginvasi Irak ....... 74

BAB V PENUTUP................................................................................................ 78

B. Kesimpulan ....................................................................................... 78

C. Saran-saran.......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 83

Page 10: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

PROPOSAL SKRIPSI

KEBIJAKAN LUAR NEGERI GEORGE W. BUSH TERHADAP IRAK (2001-2003)

A. Latar Belakang Masalah

“… Kami melaksanakan strategi yang akan membawa kemenangan di Irak. Dan itu akan membuat negara Irak lebih aman dan akan membantu fondasi perdamaian buat generasi mendatang”.

Demikian petikan pernyataan Presiden Amerika Serikat George W. Bush kepada

para wartawan di Gedung Putih pada tanggal 20 Maret 2006 kemarin. Pernyataan

tersebut merupakan penekanan kembali atas kebijakannya terhadap Irak sekaligus

menandai tiga tahun Invasi Sekutu yang dipimpin Amerika 1.

Dalam pada itu, Wakil Presiden Dick Cheney dan Jenderal George Casey yang

mengomandani militer Amerika di Irak dalam wawancara televisi mengulang

optimisme bahwa sebuah masyarakat demokratik dapat diwujudkan. Setali tiga uang,

Menteri pertahanan Donald Rumsfeld kemarin memperingatkan, meninggalkan Irak

saat ini sama artinya dengan mengembalikan Jerman kepada para pengikut Adolf Hitler

setelah Perang Dunia II 2. Demikianlah kiranya gambaran umum kebijakan luar negeri

George W. Bush hingga saat ini terhadap Irak.

Tidak diragukan lagi insiden 11 September 2001 lalu telah membawa dampak yang

sangat fantastis dalam perputaran kebijakan dasar global politik strategis Amerika

Serikat. Terutama perubahan esensi dalam pola politik negeri ‘polisi dunia’ itu terhadap

Negara-negara Timur Tengah secara khususnya, dan terhadap seluruh Negara dunia

secara umum.

Keruntuhan gedung World Trade Center (WTC) yang dramatis, hancur luluh seolah

tersapu angin topan membuat trauma mendalam dalam mayoritas rakyat AS. Kondisi

ini mengakibatkan perubahan pola pikir mereka, yang mengakibatkan mengentalnya

perdebatan antar faksi di dalam negeri itu sendiri. Khususnya antara faksi yang

1 ‘Bush Tertantang di Irak’, Koran Tempo, Selasa, 21 Maret 2006. 2 Ibid.

Page 11: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

menginginkan agar AS lebih konsentrasi dalam mengurusi masalah dalam negerinya

dengan kelompok yang menginginkan agar AS lebih intensif dalam mempengaruhi

dunia global untuk memperkuat cakar-cakarnya di negara lain.

Insiden historis dengan segala aspeknya telah menimbulkan sikap optimistis

rasional bagi politisi garis kanan AS. Karena insiden gedung WTC yang sangat

fenomenal, seolah telah meruntuhkan hegemoni AS dalam bidang politik, militer dan

juga ekonomi secara global. Maka mereka berharap akan terjadi perubahan total dalam

strategi politik luar negeri AS. Tegasnya, politisi garis kanan AS menginginkan agar

negaranya menggunakan kekuatan militer dan senjata untuk mendapatkan seluruh

agenda dan tujuan politiknya di seluruh dunia 3.

Para politisi garis kanan juga menginginkan agar AS merubah sikap lunaknya

terhadap beberapa negara tertentu, serta segera menggunakan kekuatan militer untuk

menghantam semua negara yang dianggap membangkang terhadap kepentingan

kebijakan politik AS. Hal itu demi kepentingan politik dan pengaruh AS di dunia. Maka

menurut mereka, AS harus melakukan semua kepentingannya tanpa memperdulikan

kode etik dan undang-undang internasional sekalipun, seperti masalah HAM dan

kebebasan 4.

Dengan berbagai alasan, termasuk alasan idiologis, yang terkait langsung dengan

insiden 11 September dengan beberapa unsur preseden buruknya, maka gerakan politisi

AS garis kanan mempunyai beberapa prediksi radikal yang esensial, di antaranya 5 :

- Dalam prediksi politisi garis kanan, bahwa insiden 11 September terjadi karena

sikap dan kebijakan AS yang sangat lemah terhadap musuh-musuhnya yang

mengancam eksistensi Amerika.

- Insiden 11 September memberikan peluang lebar kepada AS untuk melancarkan

perang kepada beberapa negara dengan kedok terorisme internasional, yang

menurutnya menjadi ancaman global. Insiden itu juga membuat semua Negara

3 Prof. Abdurrahman Farhana “Imperialisme Amerika Berjubah Demokrasi”

http://www.infopalestina.com/ viewall.asp?id=394 4 Lihat Elba Damhuri, Di Balik Invasi AS ke Irak, Jakarta: Senayan Publishing, 2003. hal. 36 5 Ibid.

Page 12: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

takluk bertekuk lutut di bawah pengaruh politik AS. Dalam kondisi seperti itu,

membuat AS merasa percaya diri akan mendapatkan semua dan agenda politiknya

tanpa hambatan berarti. Dengan hegemoni politik yang di laur batas kewajaran yang

dikuasai AS, rasanya tidak mungkin mereka gagal dalam menggalang kekuatan dari

para sekutunya untuk memuluskan semua rencana. Melihat hal ini salah seorang

politisi AS garis kanan mengatakan, "Dengan kekuatan militer yang tanpa pesaing

membuat AS ingin mencobanya. Ini berlawanan dengan kebijakan Eropa yang lebih

menahan diri dalam mengembangkan persenjataan militernya. Tetapi kebijakan

Eropa yang lebih lunak dalam persenjataan membuat mereka lemah di sisi ini.

Namun ini sejalan dengan pemikiran intelektual mereka yang berpandangan bahwa

kekuatan –pada zaman global sekarang– bukan hal yang strategis untuk berkuasa.

Tetapi kalau kita perhatikan perjalan sejarah kekaisaran, sikap arogan yang

berlebihan merupakan "penyakit" berbahaya yang menimpa sebuah rezim yang

biasanya membawa ke tangga kejatuhannya."

- Dalam logika politik AS, kepentingan stabilitas keamanan dan politik ekonomi

strategis negerinya merupakan prioritas utama yang tidak mungkin ditukar dengan

kepentingan lainnya.

- Dalam pendangan politisi garis kanan AS, menggunakan senjata dan kekuatan

militer merupakan langkah strategis untuk memperkokoh hegemoni politik luar

negeri AS. Karena itu, sistem imperialisme dan langkah diktatoris – yang digunakan

oleh beberapa negara eropa dua abad yang lalu – merupakan langkah tepat.

Akan tetapi ada apa di balik pemikiran radikal politisi AS itu? Dan mengapa mereka

menyerang Irak dan ingin mengganti rezim Saddam Husein?

Alibi-alibi yang dikemukakan oleh AS terhadap dunia internasional untuk

menyerang Irak sangat lemah, justru sikap kerasnya di tengah protes internasional

ataupun regional dari negeri sendiri, mengindikasikan ada tujuan tertentu dibalik sikap

keras itu. Sebuah tujuan yang menurut prediksi mayoritas pengamat, akan sangat

menentukan bagi masa depan politik dan ekonomi AS sendiri 6. Dari segi politik

6 Hery Punto, et.al., Irak pasca Invasi: AS, Minyak dan Pan-Arab, Jakarta: Global Mahardika Netama,

2003. hal. 57

Page 13: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

seperti Rusia, Jerman, Prancis dan China. Sementara dari sisi ekonomi, nampaknya AS

tidak ingin "ketinggalan" untuk ikut "menjarah" berinvestasi dalam eksplorasi minyak

Irak yang selama ini lebih didominasi oleh Rusia dan negara-negara lain. Selain itu,

memang, hanya minyak Irak saja yang belum berada di bawah kekuasaan Amerika

Serikat, karena negara-negara penghasil minyak lainnya seperti Arab Saudi dan Kuwait

sudah berada dalam kekuasaannya 7.

Berikut ini beberapa indikator kuat kepentingan AS di balik serangannya ke Irak 8 :

- AS berusaha menggunakan momen ini untuk menekan berbagai pihak yang kurang

mendukung kepentingannya dengan membentuk geo politik internasional yang

sesuai dengan kebijakan AS yang mengarah kepada kepentingan politik, ekonomi

dan militer negaranya.

- Mengisi kekosongan kekuasaan pasca keruntuhan Uni Sovyet di beberapa wilayah

yang sebelumnya merupakan sekutu Uni Sovyet, yang memanjang dari Asia

Selatan, Asia Timur sampai wilayah Balkan dan negara-negara Timur Tengah.

Terutama kekosongan idiologi negara-negara tersebut, terlebih karena adanya

kekhawatiran pengisian kekosongan idiologi itu dengan munculnya idiologi Islam

sebagai alternatif, yang menurut prediksi beberapa pengamat bahwa Islam telah

mengalami peningkatan secara signifikan di beberapa negara yang ditinggal Uni

Sovyet.

- Menguasai kekosongan geo politik negara-negara yang kaya minyak, yang

terbentang dari Asia Tengah sampai negara gurun pasir jazirah Arab. Penguasaan

negara-negara itu memiliki dua target utama. Pertama, optimalisasi bahan-bahan

produksinya, terutama minyak sebagai cadangan dan antisipasi melemahnya

produksi minyak negara paman syam tersebut. Kedua, optimalisasi penguasaan

pengaruh politik strategis internasional AS dengan menggunakan isu minyak di

negara-negara bekas kekuasaan Uni Sovyet.

7 Ibid. 8 http://www.infopalestina.com/ viewall.asp?id=394

Page 14: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

- Serangan terhadap Irak akan memberikan peluang besar bagi AS untuk menata

ulang wilayah Timur Tengah, yang akan memberi peluang luas bagi berjalannya

agenda zionisme Israel dalam menghadapi konflik dengan Palestina. Hal ini sejalan

dengan kebijakan politik para politisi radikal garis kanan AS yang sangat

mendukung Israel.

Menyikapi situasi itu salah seorang mantan kepala intelijen Israel berpendapat:

“Sudah merupakan kepastian bahwa rezim siapapun yang akan berkuasa di Irak pasca serangan AS ke sana, merupakan rezim yang berbentuk "tang" yang akan mencabuti semua ancaman di Timur Tengah terhadap semua agenda Amerika-Israel. Dengan demikian maka serangan AS ke Irak akan menyelematkan muka Israel dari krisis negara tersebut pasca aksi intifadhoh dalam dua tahun terakhir ini.” 9

- Menekan dan menahan kemajuan negara-negara tersebut, serta menekan pergerakan

Islam yang sedang berkembang di negara-negara tadi terutama setelah meletusnya

aksi intifadhoh di Palestina.

Khusus untuk masalah stategi baru pemerintahan AS tentang sikapnya terhadap

masalah Timur Tengah, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Amerika

mengeluarkan hasil kajiannya dengan tema "Amerika dan Dunia Islam: Krisis

Hubungan Dua Kebijakan" yang diajukan oleh DR Bay Deploy Singer. Menurutnya,

sebaiknya AS harus melakukan demokratisasi di negara-negara Timur Tengah untuk

meminimalisir sikap kontra masyarakat di wilayah tersebut terhadap kebijakan negara

paman Sam itu. Pada waktu bersamaan, AS harus pandai menjaga berbagai kepentingan

di negara-negara Timur Tengah untuk mengantisipasi kemungkinan naiknya kekuatan

politik baru negara-negara Arab terutama kekuatan Islam yang kontra AS 10.

Hal senada diungkapkan oleh Richard Hass, Direktur Perencanaan Politik di

Departemen Luar Negeri AS, yang menekankan bahwa AS harus melakukan

demokratisasi di wilayah Timur Tengah 11.

9 Ibid. 10 http://www.swaranet.com/ viewall.politik 11 Ibid.

Page 15: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa AS mendengungkan demokrasi di Timur

Tengah akhir-akhir ini? Padahal hubungan antara negara itu dengan negara-negara Arab

sudah berlangsung puluhan tahun? Mengapa AS tidak mempersoalkannya dari dahulu?

Apakah pada waktu yang lalu sistem pemerintahan di Timur Tengah

menguntungkannya dan sekarang sebaliknya?

Yang jelas nampaknya perubahan kebijakan dengan alibi demokratisasi adalah

karena adanya sikap anti politik AS dan kebijakannya yang muncul dari umat Islam

secara umum. Juga sebagai tindakan antisipasi AS akan berubahnya sikap anti dan

kontra tersebut menjadi aksi lebih besar, berupa aksi politik yang akan mengancam

kepentingan AS di negara-negara berpenduduk muslim.

Sikap khawatir AS itu memang rasional, karena menurut hasil survey dan polling

yang dilakukan oleh www.aljazeera.net pada tanggal 5/12/2002, terbukti bahwa citra

AS memburuk di hampir seluruh dunia terutama di negara yang berpenduduk muslim.

Dalam polling itu diperoleh kesimpulan sekitar 55% dari rakyat Turki misalnya

mempunyai penilaian negatif terhadap AS. Bahkan di beberapa negara lain

prosentasinya lebih tinggi lagi. Di Jordania 75%, di Nigeria 77% dan di Uzbekistan

sekitar 85% yang mempunyai penilaian negatif terhadap kebijakan politik AS 12.

Pada akhirnya, kebijakan demokratisasi merupakan kebijakan yang tidak populis

yang diterapkan oleh AS. Meskipun demikian demokratisasi di Timur Tengah akan

membawa dampak positif bagi kepentingan AS sendiri. Minimal hal itu bisa kita lihat

dari beberapa point berikut ini 13:

- Memaksimalkan peranan politik AS untuk melancarkan intervensi langsung

terhadap wilayah Timur Tengah, yang mereka mulai dengan menyerang Irak.

Setelah itu mereka akan berusaha untuk merubah citranya di hadapan rakyat muslim

Timur Tengah. Karena akhir-akhir ini umat Islam berpandangan bahwa AS sedang

melakukan bentuk imperialisme dan kolonialisme baru yang akan mengancam

perdamaian dunia.

12 http://www.aljazeera.net 13 http://www.embassyofjakarta.com

Page 16: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

- Melancarkan intervensi langsung dalam negeri di negara-negara Timur Tengah

untuk mempengaruhi pola fikir generasi muda umat Islam, agar bisa bertoleransi

dengan kepentingan AS. Terutama dengan isu terorisme internasional, yang dalam

hal ini banyak difahami oleh kalangan Islam sebagai "terorisme Islam".

- Meng-counter pandangan dari kalangan Islam yang berpendapat bahwa serangan 11

September hanyalah rekayasa busuk AS untuk menghancurkan perkembangan

Islam, serta menekan umat Islam dan negara-negara Timur Tengah.

- Memberikan kesempatan luar kepada politisi Timur Tengah yang beraliran liberal

untuk meng-counter gerakan Islam terutama gema intifadhoh yang mampu

menggerakan umat Islam dunia, tanpa kecuali umat Islam AS

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Pada umumnya studi politik internasional, sebenarnya merupakan studi kebijakan

politik luar negeri, di mana kebijakan ini didefenisikan sebagai keputusan-keputusan

yang merumuskan tujuan, menentukan preseden, atau melakukan tindakan-tindakan

tertentu, dan tindakan yang diambil untuk mengimplementasikan keputusan-keputusan

itu 14. Atau kebijakan luar negeri dapat diartikan sebagai suatu strategi atau tindakan

terencana yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan dalam menghadapi negara-

negara lain atau kelompok-kelompok internasional dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditentukan dalam bentuk Kepentingan Nasional 15.

Sedangkan Kepentingan Nasional menurut Donald Nuetherlein 16 terdiri dari empat

kategori yaitu, Pertama: kepentingan pertahanan (defense homeland), kepentingan ini

antara lain mencakup kepentingan untuk melindungi negara, warga negara serta sistem

nasional dari ancaman kekerasan fisik negara lain. Kedua : kepentingan ekonomi

(economic well-being), kepentingan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi negara dalam hubungan dengan negara lain. Ketiga, kepentingan tata dunia

14 K.J Holsti, Politik Internasional : Kerangka untuk analisis, terj., Jilid I. Jakarta: Erlangga, 1988. hal. 28 15 Zulkarnain, Analisis Kebijakan Luar Negeri, UNAS Jakarta, 2001, hal. 20 16 Jack C. Plano and Roy Olton, The International Relations Dictionary, California: Oxford Press,

1982, hal 7.

Page 17: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

dan keamanan internasional (favorable world order), tujuan dari kepentingan ini adalah

memelihara dan mengembangkan sistem ekonomi dan politik internasional agar warga

dunia dapat bekerja dengan penuh kedamaian melampaui batas-batas negaranya.

Sedangkan yang keempat adalah kepentingan ideologi (promotion values), kepentingan

ini menyangkut upaya mensosialisasikan nilai-nilai yang diyakini mampu menciptakan

menciptakan kedamaian universal 17.

Maka dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi pada kebijakan luar negeri

Amerika Serikat pada masa pemerintahan Geoge W. Bush terhadap Irak pada rentang

waktu tahun 2001 sampai dengan 2003.

Adapun penulis rumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pandangan George W. Bush terhadap Irak?

2. Apakah landasan kebijakan Politik Luar negeri Amerika pada masa

pemerintahan George W. Bush?

3. Bagaimanakah Kebijakan Politik Luar negeri George W. Bush terhadap Irak

pada tahun 2001 sampai dengan 2003?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pandangan George W. Bush terhadap Irak.

2. Mengetahui apakah yang menjadi landasan kebijakan Politik Luar negeri

Amerika pada masa pemerintahan George W. Bush.

3. Mengetahui Kebijakan Politik Luar negeri George W. Bush terhadap Irak.

D. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan ini terdiri dari :

1. Jenis Penelitian

17 Donald E. Nuehterlein, The Concept of National Interest : A Time for A New Approach, ORBIS,

Vol. XXIII, no. 1, 1976, hal 176

Page 18: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Jenis penelitian yang diterapkan dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Menurut Koentjaraningrat, metode deskriptif adalah penelitian yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.

2. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan gambaran yang cermat tentang kebijakan luar negeri George W. Bush terhadap Irak maka penulis lakukan riset pustaka (Library research) yaitu mencari berbagai informasi dan data melalui analisis dan konsep-konsep pemikiran ahli yang di muat dalam buku, karya ilmiah, jurnal, artikel baik dari dalam maupun luar negeri.

3. Metode Analisis Data

Yang dimaksud dengan teknik analisa data adalah proses penyederhanaan

data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan 18. Setelah

terkumpul data-data yang diperlukan maka peneliti mencoba untuk menganalisa

data dengan menggunakan proses induktif yang kemudian dapat menghantarkan

pada sebuah kesimpulan.

4. Teknik penulisan Untuk mempermudah teknik penulisan skripsi ini, maka penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi yang diterbitkan UIN Jakarta Press tahun 2002.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disusun dan dibagi menjadi lima bab

yang masing-masing memiliki sub bab, terdiri dari:

18 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1995. Cet. I, hal.

263

Page 19: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Bab I : Merupakan penjabaran dari pendahuluan, latar belakang, rumusan dan

pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Gambaran Kebijakan Luar Negeri Amerika di bawah pemerintahan Geroge

W. Bush, yang terdiri dari Nilai Dasar Kebijakan Luar Negeri AS, Mekanisme

Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS, dan Prioritas Kebijakan Luar Negeri.

Bab III : Berisikan Kebijakan luar negeri George W. Bush terhadap Irak, yakni

Persepsi George W. Bush Terhadap Irak, Strategi Kebijakan Keamanan Nasional

Presiden George W. Bush dan Kebijakan Luar Negeri George W. Bush Terhadap Irak.

Bab IV : Invasi Militer AS ke Irak, Alasan-alasan AS Menginvasi Irak, Legalitas

Invasi Amerika terhadap Irak, Reaksi Irak atas Invasi Amerika, Respon Dalam Negeri

AS terhadap Invasi AS ke Irak dan Respon Internasional terhadap Invasi AS ke Irak

Bab V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari penulis.

Page 20: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

BAB II

GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS DI BAWAH

PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH

Nilai Dasar Kebijakan Luar Negeri AS

Pada umumnya kebijakan luar negeri yang dilaksanakan oleh suatu

negara dalam menjalin hubungannya dengan negara lain tidak terlepas dari

adanya maksud dan tujuan yang ingin dicapainya. Beberapa negara mencoba

untuk menjamin keamanannya sendiri dengan kemampuannya untuk

mencegah atau menolak serangan dan ancaman dari negara lain dan

melindungi keberadaan dan kelangsungan hidup negaranya. Adanya hal

diatas tampak bahwa keamanan menjadi pusat perhatian setiap negara.

Dengan keadaan yang demikian untuk menghadapi bahaya atau ancaman

baik dari dalam maupun dari luar, beberapa negara telah membentuk aliansi-

aliansi atau berusaha membangun militer baik darat, laut, maupun udaranya.

Demikian halnya dengan AS. Meskipun untuk saat ini AS dianggap sebagai

negara adidaya, AS menganggap perlu bahwa masalah pertahanan akan

selalu menjadi prioritas dalam kebijakan luar negerinya.

Sehubungan masalah pertahanan menjadi prioritas utama, maka tidak

heran kalau anggaran pertahanan AS adalah paling besar di dunia. Selain itu

pangkalan-pangkalan militer AS tersebar di beberapa daerah seperti di Asia,

Afrika, dan Eropa.

Untuk tetap menjadi satu-satunya negara adidaya, AS mengembangkan

kemampuan militernya, baik yang konvensional maupun yang non-

konvensional. Teknologi militer yang begitu tinggi, mengantarkan AS menjadi

sebuah negara yang paling di segani dan di takuti oleh kawan maupun lawan-

lawannya.

1. Kebijakan Luar Negeri AS

Page 21: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Kebijakan luar negeri AS sering dibicarakan dalam lingkup

ketegangan dialektik antara dua pola yang berlawanan : pragmatisme-

realisme dan legalisme-moralisme. Atau dengan kata lain, kebijakan luar

negeri AS mondar-mandir antara politik riil dan moralisme 19. Bagi para

pendukung dan praktisnya, realisme adalah sebuah pemahaman yangtertib,

jernih, dan tegas, tentang perumusan kebijakan yang didasari pada

kepentingan negara yang didefenisikan dengan baik. Esensi realisme ini

adalah kepentingan nasional yang terkait erat dengan keamanan nasional 20.

Sebaliknya, legalisme – moralisme menunjukan sebuah etos budaya

yang lebih dalam beserta nilai-nilainya. Nilai-nilai ini tertanam dalam

gagasan inti dari kebesaran bangsa, berdampingan dengan perjuangan

kebebasan individu dan kapitalisme demokratis di dalam dan di luar negeri.

Sebagian besar orang Amerika menganggap dirinya masyarakat yang

superior dalam moral dan politik. Bagai sebuah kota gemerlap di atas bukit,

membawa misi universal dengan didorong anggapan diri yang merasa

istimewa. Mereka yang tidak sepaham mengatakan, suatu kebijakan luar

negeri aktif yang ditujukan untuk kebesaran bangsa-bangsa akan

membahayakan kebebasan yang merupakan warisan kaum republik 21.

Tapi seringkali pandangan dominan diantara para penentu kebijakan

yang berpengaruh bergerak sepanjang ruang lebar diantara dua titik

ekstrim, tujuan politik riil dan moral. Perdebatan yang terjadi antara para

realis dan moralis ini berakar dari gaya bangsa Amerika yang didasari letak

geografis, perjalanan sejarah, sistem ekonomi, dan nilai-nilai serta budaya

19 Lihat Fawaz A. Gerges, Amerika dan Islam Politik Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan

?, penerjemah : Kili Pringgodigdo, Hamid Basyaib. Jakarta:Alvabet, 2002. Cet. I 20 Glenn H. Hastedt, America Foreign Policy: Past, Present, Future, Englewood Cliffs,NJ: Prentice

Hall, 1997. hal. 28-34 21 Dexter Perkins, The American Approach to Foreign Policy, Cambridge, MA: Harvard University,

1962.

Page 22: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

politiknya. Gaya Amerika ini menjadikan AS bergerak bagai pendulum dari

kondisi isolasionalisme di masa damai ke aktifitas moral di masa perang 22.

Bagaimanapun, sepanjang abad yang lalu satu hal yang selalu ada

dalam kebijakan luar negeri AS adalah semangat untuk “menerapkan

demokrasi di luar ngeri sebagai cara untuk menjaga keamanan nasional” 23.

Walaupun bangsa Amerika mengkaitkan demokrasi dengan perdamaiandan

otoritarianisme dengan agresi, dikotomi sederhana ini tidak dijadikan dasar

bagi kebijakan luar negeri Washington. Sejahrawan John Gaddis

mengamati, secara tradisional AS mengkaitkan keamanan negaranya

dengan keseimbangan pembagian kekuasaan di dunia. Sesekali, elit

pembuat kebijakan luar negeri mereka membungkus perimbangan

kekuasaan ini dibalik topeng idealis dan menggunakan pandangan

demokratis hanya sebagai pemanis. Idealisme demokrasi dikorbankan di

altar perhitungan politik riil untuk kepentingan diri sendiri. Kebijakan para

intervensionis juga dibenarkan dengan alasan membuat dunia ini “aman

untuk demokrasi” 24. Jadi, kebijakan luar negeri AS adalah produk sebuah

spektrum menyeluruh dari realitas-realitas politik dalam negeri.25

2. Tujuan Kebijakan Luar Negeri AS

Kebijakan luar negeri suatu negara memiliki maksud dan tujuan

utama. Seperti halnya AS dalam kebijakan luar negerinya memiliki tujuan-

tujuan. Tujuan-tujuan dari kebijakan luar negeri AS adalah 26 :

1. Untuk menjamin kemerdekaan negaranya dengan adanya batas-batas yang memadai dalam menjaga keamanan nasional.

22 Seyom Brown, The Faces of Power: United States Foreign Policy from Truman to Clinton, New

York: Columbia University Press, 1994, hal. 7 23 Seperti dikutip oleh Tony Smith, America’s Mission: The United States and the Worldwide struggle

for democracy in the 20th Century, Princeton, NJ: Princeton University Press, 1994, hal. 348 24 John Lewis Gaddis, The United States and the End of the Cold War Implications, Reconsiderations,

Provocations. New York: Oxford University Press, 1992, hal. 9-11 25 William B. Quandt,amp David: Peace Making and Politics, Washington DC: The Brookings

Institution, 1986, hal. 15-16 26 Julius W. Pratt, A History of United States Foreign Policy, Englewood Cliffs: Prentice Hall, New York, 1965, hal. 3-4

Page 23: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

2. Memperluas batas-batas demi kepentingan keamanan pelayaran, perdagangan, bagi pertumbuhan populasi dan penyebaran demokrasi.

3. Memajukan dan melindungi hak dan kepentingan warga negara Amerika dalam perdagangan dan penanaman modal di luar negeri, menjaga perdamaian dan perdagangan Timur Jauh.

4. Memelihara netralitas dan perdamaian untuk mencegah terjadinya perang Eropa – Asia sesuai dengan pemeliharaan keamanan yang dilakukan AS dan kepentingan-kepentingannya yang vital dan juga sebagai alat bagi penyelesaian perdamaian terhadap semua persekongkolan internasional.

5. Untuk mencegah kekuatan Eropa yang selanjutnya akan melakukan koloni aliansi di belahan bumi barat dan mencegah adanya gangguan-gangguan yang lain. Hal ini melibatkan pemeliharaan atau perbaikan perimbangan kekuatan di Eropa.

6. Secara terbuka tujuan yang spesifik dari kebijkan luar negeri AS dapat ditambahkan satu lagi dengan tujuan umum yaitu suatu keinginan kemanusiaan menyebarkan agama Kristen dan demokrasi, mengakhiri perdagangan budak, menghentikan pembunuhan masal, menghilangkan perang saudara, menanggulangi bencana kelaparan, gempa bumi, serta menaikan standar kehidupan negara-negara terbelakang. Dalam melaksanakan diplomasi untuk keberhasilan kebijakan luar

negerinya, AS menggunakan instrumen diplomatik dan prosedurnya.

Kebijakan luar negeri suatu negara seperti halnya AS dalam

penggunaannya tetap di desain dengan berdasarkan pada kepentingan

asional negara itu. Alasan ekonomi pun juga menentukan maksud atau

tujuan dari kebijakan luar negerinya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya

usaha-usaha dari AS untuk menguasai sistem perekonomian dunia.

Kapitelisme ekonomi global adalah salah satu kebijakan ekonomi AS.

Karena kepentingan ekonomi AS ada di hampir seluruh penjur dunia, maka

sangat wajar apabila AS terus meningkatkan kekuatan militernya untuk

menjaga kepentingan-kepentingan ekonominya.

Mekanisme Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS Sedikitnya ada tiga hal yang memerlukan penjelasan tentang bagaimana

pengambilan kebijakan luar negeri AS. Yang pertama adalah kerangka

konstitusional dan institusional pemerintah AS. Kedua, birokrasi kebijakan luar

Page 24: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

negeri dan keamanan nasional yang berkembang sebagai akibat yang wajar

dan meluasnya peran Amerika pasca Perang Dunia II. Ketiga, peran opini

publik dan kelompok-kelompok dalam masyarakt Amerika Serikat. Ketiga hal

ini merupakan hal yang sangat mendasar dalam pengoperasian proses

pembuatan kebijakan luar negeri dan kemanan nasional Amerika.

Kerangka Konstitusional

Pembatasan dan hambatan yang dikenakan oleh kerangka

konstitusional dan institusional adalah hal yang seringkali dikeluhkan dalam

proses pembuatan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS. Dalam

usaha untuk membentuk kerangka pemerintah yanglebih kuat dari Article of

Confederation, yaitu menyediakan kapasitas yang lebih besar bagi

pemerintah nasional tetapi tidak terlalu kuat untuk mengancam kebebasan

para perancang konstitusi untuk merancang struktur kelembagaan

pemerintah nasional yang terpecah seperti yang dikenal saat ini mengikuti

pola trias politic. Wewenang dan tanggung jawab pembuatan kebijakan

ditanggung bersama oleh ketiga cabang pemerintahan, dimana kongres dan

lembaga eksekutif (presiden) mengambil peran yang penting dalam

perumusan dan pelaksanaan urusan luar negeri negara.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Presiden

memiliki hak untuk menerima dan mengirim duta besar, namun senat

memiliki wewenang untuk mensahkan perjanjian-perjanjian yang dibuat da

sisepakati melalui dua pertiga suara, dan juga menegaskan target utama

dari hubungan luar negeri, militer dan kesepakatan-kesepakatan politik.

Presiden adalah panglima tertinggi Angkatan Bersenjata, namun hanya

kongres yang memiliki wewenang untuk menyatakan perang, menyediakan

dana untuk persenjataan militer, dan mengatur perniagaan dengan negara-

negara lainnnya 27.

27 Eric M. Spanier, John and Uslaner, How American Foreign Policy is Made?, New York: Norton, 1972 hal.53

Page 25: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Oleh karena terbaginya kekuasaan atau hubungan luar negeri antara

Presiden dan Kongres inilah maka terjadi suatu persaingan antar lembaga

tersebut, dimana masing-masing lembaga dari waktu ke waktu dan kasus

per kasus, saling mendominasi peran, pengaruh dan wewenangnya dalam

menentukan kebijakan luar negeri.

Walaupun demikian, hingga saat ini setiap warga Amerika masih

beranggapan bahwa Presiden adalah orang yang paling bertanggung jawab

dalam hubungan luar negeri, dimana presiden dapat menyatakan

kebenaran alasannya untuk mengirimkan pasukan ke luar negeri melalui

kewenangannya terhadap lebih dari 125 instansi negara 28.

Meskipun lembaga eksekutif diberikan wewenang dan tanggung

jawab untuk melaksanakan proses diplomasi dan perang, tetapi wewenang

untuk menyatakan perang dan mengikat bangsa dalam suatu kegiatan luar

negeri yang penting adalah hak kongres. Presiden merupakan panglima

Tertinggi dan bertanggung jawab atas perundingan dan perjanjian-

perjanjian dan pelaksanaan diplomasi sehari-hari. Tetapi kongres

menguasai Angkatan Darat dan Angkatan Laut, menyatakan perang,

menyetujui pelaksanaan perang terbatas dan harus menyetujui dan

mengesahkan perjanjian-perjanjian sebelum menjadi undang-undang yang

berlaku di negara itu.

Pada saat seorang Presiden meminta persetujuan dari Kongres

terhadap persoalan-persoalan kebijakan luar negeri, Presiden memiliki

kecenderungan lebih sering menang jika dibandingkan ketika meminta

dukungan pada persoalan-persoalan domestik. Pada periode antara tahun

1948-1964, kongres menyetujui sekitar 73 % konsep ukuran pertahanan

presiden, 71 % proposal perjanjian dan bantuan luar negeri, 59 %

persoalan-persoalan kebijakan luar negeri lainnya. Akan tetapi hanya 40%

yang disetujui oleh kongres terhadap program-program domestik.

28 Louis Henkin, Foreign Affair and The Constitution, New York: Norton, 1972. hal. 53

Page 26: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

3.

BAB III

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP IRAK

F. Biografi Politik George W. Bush

George Walker Bush (lahir 6 Juli 1946 di New Haven, Connecticut) adalah

pengusaha dan politikus Amerika Serikat yang merupakan Presiden Amerika Serikat

yang ke-43 saat ini. Ia mulai menjabat sejak 20 Januari 2001. Sebelumnya, Bush

menjabat sebagai Gubernur ke-46 negara bagian Texas pada tahun 1995 sampai 2000

29.

Jabatan kepresiden keduanya berakhir pada 20 Januari 2009. Ia adalah anak mantan

Presiden George H. W. Bush dan adiknya bernama Jeb Bush, gubernur negara bagian

Florida. Kakeknya bernama Prescott Bush, yang pernah menjadi senator Amerika

Serikat.

Bush, anggota Partai Republik (Republican Party), terpilih menjadi Gubenur Texas

yang ke-46 pada tahun 1994 dan terpilih kembali pada 1998. Ia menerima nominasi dari

Partai Republik untuk turut serta dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat Tahun 2000

untuk menyaingi kandidat Partai Demokrat (Al Gore) yang sebelumnya menjabat

sebagai Wakil Presiden. Pemilu 2000 diwarnai oleh ketidakpastian di negara bagian

Florida ketika Al Gore mempertikaikan hasil pemilihan di beberapa wilayah pemilihan.

Akhirnya Mahkamah Agung menetapkan Bush sebagai pemenang di Florida, dan

29 "Biography of President George W. Bush" http://www.whitehouse.gov/president/ gwbbio. html., h.

2

Page 27: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

sekaligus pemenang dalam pemilu 2000 atas Gore. Pada 2004, Bush terpilih kembali

untuk masa jabatan keduanya ketika memenangi pemilu atas John Kerry, Senator

Demokrat dari Massachusetts.

1. Pendidikan dan Keluarga

Bush lulus dari Universitas Yale dengan gelar Bachelor of Arts dalam

bidang sejarah pada tahun 1968. Kemudian pada tahun 1975, ia memperoleh gelar

Master of Business Administration (MBA) dari Sekolah Bisnis Harvard. Dua tahun

kemudian ia menikahi Laura Welch dan memperoleh dua orang anak kembar,

Barbara dan Jenna pada tahun 1981.30

2. Karier Bisnis

Ia mengawali karir dalam dunia usaha pada tahun 1979 dengan mendirikan

Arbusto Energy, sebuah perusahaan pengeboran minyak dan gas. Arbusto dijualnya

pada tahun 1984 kepada Spectrum 7, perusahaan minyak lainnya dan diubah

namanya menjadi Bush Exploration Co. Bush sendiri menjadi CEO perusahaan baru

tersebut. Kemudian pada tahun 1986, Spectrum 7 melakukan merger dengan Harken

Energy, dan Bush menjadi direktur Harken.

Pada April 1989, Bush dan beberapa rekan investor lain membeli 86% saham

klub bisbol AS, Texas Rangers dengan pinjaman sebesar US$500.000 dari bank.

Pinjaman tersebut dibayarnya dengan menjual sahamnya sebesar US$848.000 di

30 Info USA Information USA Bureau of International Information Programs 2004-2005 Edition,

(Washington: US. Departement of State, 2004).

Page 28: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Harken. Hal ini memicu kerugian yang besar di Harken, dalam peristiwa yang

dikenal dengan nama "Skandal Harken".31

3. Presiden AS

Bush merupakan orang kedua menjadi presiden yang mengikuti jejak ayahnya

George H. W. Bush, Presiden Amerika Serikat yang ke-41, setelah John Adams,

Presiden kedua, dan John Quincy Adams, yang keenam, merupakan bapak dan

anak. Terdapat juga pasangan kakek dan cucu, William Henry Harrison dan

Benjamin Harrison.32

a. Masa Jabatan Pertama

Masa jabatannya sebagai presiden didominasi "perang melawan terorisme",

yang mencuat setelah terjadinya Peristiwa 9/11 (serangan terhadap WTC).

Menggunakan serangan tersebut sebagai alasan, ia memerintahkan invasi

terhadap Afganistan pada tahun 2001 untuk membebaskan Afganistan dari

rezim Taliban dan Irak pada tahun 2003 untuk menjatuhkan pemerintah Saddam

Husein. Bush menyatakan kemenangan AS dalam invasi Irak pada 1 Mei 2003,

namun hingga kini (2005) konflik di Irak masih belum berakhir akibat serangan-

serangan dari para pemberontak.33

b. Masa Jabatan Kedua

31 Ibid. 32 http://id.wikipedia.org/wiki/George W. Bush 33 Ibid.

Page 29: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Meskipun banyak pihak yang menentang kedua peristiwa tersebut

(khususnya dari luar AS), ia memenangkan Pemilu Presiden Amerika 2004

dengan selisih 3% dengan saingan utamanya John Kerry. Masa jabatan

keduanya masih dipenuhi masalah di Irak, karena korban dari pasukan AS terus

berjatuhan, mencapai lebih dari 2.000 orang hingga November 2005.

Selain itu, peristiwa penting lain pada masa jabatan kedua ini adalah Badai

Katrina pada Agustus 2005. Tanggapan Bush dianggap lambat dalam

menangani peristiwa ini, yang memakan korban lebih dari ribuan jiwa. Selain

itu, peristiwa ini juga memperlihatkan jurang ekonomi yang jelas antara kaum

kulit putih dan kulit hitam di Amerika.34

G. Gambaran Umum Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat

F. Nilai Dasar Kebijakan Luar Negeri AS

Pada umumnya kebijakan luar negeri yang dilaksanakan oleh suatu

negara dalam menjalin hubungannya dengan negara lain tidak terlepas dari

adanya maksud dan tujuan yang ingin dicapainya. Beberapa negara

mencoba untuk menjamin keamanannya sendiri dengan kemampuannya

untuk mencegah atau menolak serangan dan ancaman dari negara lain dan

melindungi keberadaan dan kelangsungan hidup negaranya. Adanya hal

diatas tampak bahwa keamanan menjadi pusat perhatian setiap negara.

Dengan keadaan yang demikian untuk menghadapi bahaya atau

ancaman baik dari dalam maupun dari luar, beberapa negara telah

34 Ibid.

Page 30: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

membentuk aliansi-aliansi atau berusaha membangun militer baik darat,

laut, maupun udaranya. Demikian halnya dengan AS. Meskipun untuk saat

ini AS dianggap sebagai negara adidaya, AS menganggap perlu bahwa

masalah pertahanan akan selalu menjadi prioritas dalam kebijakan luar

negerinya.

Sehubungan masalah pertahanan menjadi prioritas utama, maka tidak

heran kalau anggaran pertahanan AS adalah paling besar di dunia. Selain

itu pangkalan-pangkalan militer AS tersebar di beberapa daerah seperti di

Asia, Afrika, dan Eropa.

Untuk tetap menjadi satu-satunya negara adidaya, AS mengembangkan

kemampuan militernya, baik yang konvensional maupun yang non-

konvensional. Teknologi militer yang begitu tinggi, mengantarkan AS

menjadi sebuah negara yang paling di segani dan di takuti oleh kawan

maupun lawan-lawannya.

4. Kebijakan Luar Negeri AS

Kebijakan luar negeri AS sering dibicarakan dalam lingkup

ketegangan dialektik antara dua pola yang berlawanan : pragmatisme-

realisme dan legalisme-moralisme. Atau dengan kata lain, kebijakan luar

negeri AS mondar-mandir antara politik riil dan moralisme 35. Bagi para

pendukung dan praktisnya, realisme adalah sebuah pemahaman yang

tertib, jernih, dan tegas, tentang perumusan kebijakan yang didasari

35 Lihat Fawaz A. Gerges, Amerika dan Islam Politik Benturan Peradaban atau Benturan

Kepentingan ?, penerjemah : Kili Pringgodigdo, Hamid Basyaib. (Jakarta: Alvabet, 2002), Cet. I

Page 31: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

pada kepentingan negara yang didefenisikan dengan baik. Esensi

realisme ini adalah kepentingan nasional yang terkait erat dengan

keamanan nasional 36.

Sebaliknya, legalisme – moralisme menunjukan sebuah etos budaya

yang lebih dalam beserta nilai-nilainya. Nilai-nilai ini tertanam dalam

gagasan inti dari kebesaran bangsa, berdampingan dengan perjuangan

kebebasan individu dan kapitalisme demokratis di dalam dan di luar

negeri. Sebagian besar orang Amerika menganggap dirinya masyarakat

yang superior dalam moral dan politik. Bagai sebuah kota gemerlap di

atas bukit, membawa misi universal dengan didorong anggapan diri

yang merasa istimewa. Mereka yang tidak sepaham mengatakan, suatu

kebijakan luar negeri aktif yang ditujukan untuk kebesaran bangsa-

bangsa akan membahayakan kebebasan yang merupakan warisan

kaum republik 37.

Tapi seringkali pandangan dominan diantara para penentu kebijakan

yang berpengaruh bergerak sepanjang ruang lebar diantara dua titik

ekstrim, tujuan politik riil dan moral. Perdebatan yang terjadi antara para

realis dan moralis ini berakar dari gaya bangsa Amerika yang didasari

letak geografis, perjalanan sejarah, sistem ekonomi, dan nilai-nilai serta

budaya politiknya. Gaya Amerika ini menjadikan AS bergerak bagai

36 Glenn H. Hastedt, America Foreign Policy: Past, Present, Future, (New York: Prentice Hall,

1997), h. 28-34 37 Dexter Perkins, The American Approach to Foreign Policy, (Cambridge: Harvard University,

1962).

Page 32: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

pendulum dari kondisi isolasionalisme di masa damai ke aktifitas moral

di masa perang 38.

Bagaimanapun, sepanjang abad yang lalu satu hal yang selalu ada

dalam kebijakan luar negeri AS adalah semangat untuk “menerapkan

demokrasi di luar negeri sebagai cara untuk menjaga keamanan

nasional”39. Walaupun bangsa Amerika mengkaitkan demokrasi dengan

perdamaian dan otoritarianisme dengan agresi, dikotomi sederhana ini

tidak dijadikan dasar bagi kebijakan luar negeri Washington. Sejahrawan

John Gaddis mengamati, secara tradisional AS mengkaitkan keamanan

negaranya dengan keseimbangan pembagian kekuasaan di dunia.

Sesekali, elit pembuat kebijakan luar negeri mereka membungkus

perimbangan kekuasaan ini dibalik topeng idealis dan menggunakan

pandangan demokratis hanya sebagai pemanis. Idealisme demokrasi

dikorbankan di altar perhitungan politik riil untuk kepentingan diri sendiri.

Kebijakan para intervensionis juga dibenarkan dengan alasan membuat

dunia ini “aman untuk demokrasi” 40. Jadi, kebijakan luar negeri AS

adalah produk sebuah spektrum menyeluruh dari realitas-realitas politik

dalam negeri.41

38 Seyom Brown, The Faces of Power: United States Foreign Policy from Truman to Clinton, (New

York: Columbia University Press, 1994), h. 7 39 Seperti dikutip oleh Tony Smith, America’s Mission: The United States and the Worldwide

struggle for democracy in the 20th Century, (Princeton, NJ: Princeton University Press), 1994, h. 348 40 John Lewis Gaddis, The United States and the End of the Cold War Implications,

Reconsiderations, Provocations. (New York: Oxford University Press, 1992), h. 9-11 41 William B. Quandt, Camp David: Peace Making and Politics, (Washington DC: The Brookings

Institution, 1986), h. 15-16

Page 33: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

5. Tujuan Kebijakan Luar Negeri AS

Kebijakan luar negeri suatu negara memiliki maksud dan tujuan

utama. Seperti halnya AS dalam kebijakan luar negerinya memiliki

tujuan-tujuan. Tujuan-tujuan dari kebijakan luar negeri AS adalah 42 :

1. Untuk menjamin kemerdekaan negaranya dengan adanya batas-batas yang memadai dalam menjaga keamanan nasional.

2. Memperluas batas-batas demi kepentingan keamanan pelayaran, perdagangan, bagi pertumbuhan populasi dan penyebaran demokrasi.

3. Memajukan dan melindungi hak dan kepentingan warga negara Amerika dalam perdagangan dan penanaman modal di luar negeri, menjaga perdamaian dan perdagangan Timur Jauh.

4. Memelihara netralitas dan perdamaian untuk mencegah terjadinya perang Eropa – Asia sesuai dengan pemeliharaan keamanan yang dilakukan AS dan kepentingan-kepentingannya yang vital dan juga sebagai alat bagi penyelesaian perdamaian terhadap semua persekongkolan internasional.

5. Untuk mencegah kekuatan Eropa yang selanjutnya akan melakukan koloni aliansi di belahan bumi barat dan mencegah adanya gangguan-gangguan yang lain. Hal ini melibatkan pemeliharaan atau perbaikan perimbangan kekuatan di Eropa.

6. Secara terbuka tujuan yang spesifik dari kebijkan luar negeri AS dapat ditambahkan satu lagi dengan tujuan umum yaitu suatu keinginan kemanusiaan menyebarkan agama Kristen dan demokrasi, mengakhiri perdagangan budak, menghentikan pembunuhan masal, menghilangkan perang saudara, menanggulangi bencana kelaparan, gempa bumi, serta menaikan standar kehidupan negara-negara terbelakang.

Dalam melaksanakan diplomasi untuk keberhasilan kebijakan luar

negerinya, AS menggunakan instrumen diplomatik dan prosedurnya.

Kebijakan luar negeri suatu negara seperti halnya AS dalam

penggunaannya tetap di desain dengan berdasarkan pada kepentingan

42 Julius W. Pratt, A History of United States Foreign Policy, (Prentice Hall, New York: Englewood

Cliffs, 1965), h. 3-4

Page 34: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

nasional negara itu. Alasan ekonomi pun juga menentukan maksud atau

tujuan dari kebijakan luar negerinya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya

usaha-usaha dari AS untuk menguasai sistem perekonomian dunia.

Kapitalisme ekonomi global adalah salah satu kebijakan ekonomi AS.

Karena kepentingan ekonomi AS ada di hampir seluruh penjuru dunia,

maka sangat wajar apabila AS terus meningkatkan kekuatan militernya

untuk menjaga kepentingan-kepentingan ekonominya.

G. Mekanisme Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS

Sedikitnya ada tiga hal yang memerlukan penjelasan tentang bagaimana

pengambilan kebijakan luar negeri AS. Yang pertama adalah kerangka

konstitusional dan institusional pemerintah AS. Kedua, birokrasi kebijakan

luar negeri dan keamanan nasional yang berkembang sebagai akibat yang

wajar dan meluasnya peran Amerika pasca Perang Dunia II. Ketiga, peran

opini publik dan kelompok-kelompok dalam masyarakat Amerika Serikat.

Ketiga hal ini merupakan hal yang sangat mendasar dalam pengoperasian

proses pembuatan kebijakan luar negeri dan kemanan nasional Amerika.

1. Kerangka Konstitusional

Pembatasan dan hambatan yang dikenakan oleh kerangka

konstitusional dan institusional adalah hal yang seringkali dikeluhkan

dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional

AS. Dalam usaha untuk membentuk kerangka pemerintah yang lebih

kuat dari Article of Confederation, yaitu menyediakan kapasitas yang

Page 35: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

lebih besar bagi pemerintah nasional tetapi tidak terlalu kuat untuk

mengancam kebebasan para perancang konstitusi untuk merancang

struktur kelembagaan pemerintah nasional yang terpecah seperti yang

dikenal saat ini mengikuti pola trias politica. Wewenang dan tanggung

jawab pembuatan kebijakan ditanggung bersama oleh ketiga cabang

pemerintahan, dimana kongres dan lembaga eksekutif (Presiden)

mengambil peran yang penting dalam perumusan dan pelaksanaan

urusan luar negeri negara.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Presiden

memiliki hak untuk menerima dan mengirim duta besar, namun senat

memiliki wewenang untuk mensahkan perjanjian-perjanjian yang dibuat

dan disepakati melalui dua pertiga suara, dan juga menegaskan target

utama dari hubungan luar negeri, militer dan kesepakatan-kesepakatan

politik. Presiden adalah panglima tertinggi Angkatan Bersenjata, namun

hanya kongres yang memiliki wewenang untuk menyatakan perang,

menyediakan dana untuk persenjataan militer, dan mengatur perniagaan

dengan negara-negara lainnnya43.

Oleh karena terbaginya kekuasaan atau hubungan luar negeri antara

Presiden dan Kongres inilah maka terjadi suatu persaingan antar

lembaga tersebut, dimana masing-masing lembaga dari waktu ke waktu

43 Eric M. Spanier, John and Uslaner, How American Foreign Policy is Made?, (New York: Norton,

1972), h.53

Page 36: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

dan kasus per kasus, saling mendominasi peran, pengaruh dan

wewenangnya dalam menentukan kebijakan luar negeri AS.

Walaupun demikian, hingga saat ini setiap warga Amerika masih

beranggapan bahwa Presiden adalah orang yang paling bertanggung

jawab dalam hubungan luar negeri, dimana Presiden dapat menyatakan

kebenaran alasannya untuk mengirimkan pasukan ke luar negeri melalui

kewenangannya terhadap lebih dari 125 instansi negara 44.

Meskipun lembaga eksekutif diberikan wewenang dan tanggung

jawab untuk melaksanakan proses diplomasi dan perang, tetapi

wewenang untuk menyatakan perang dan mengikat bangsa dalam suatu

kegiatan luar negeri yang penting adalah hak kongres. Presiden

merupakan panglima Tertinggi dan bertanggung jawab atas perundingan

dan perjanjian-perjanjian dan pelaksanaan diplomasi sehari-hari. Tetapi

kongres menguasai Angkatan Darat dan Angkatan Laut, menyatakan

perang, menyetujui pelaksanaan perang terbatas dan harus menyetujui

dan mengesahkan perjanjian-perjanjian sebelum menjadi undang-

undang yang berlaku di negara itu.

Pada saat seorang Presiden meminta persetujuan dari Kongres

terhadap persoalan-persoalan kebijakan luar negeri, Presiden memiliki

kecenderungan lebih sering menang jika dibandingkan ketika meminta

dukungan pada persoalan-persoalan domestik. Pada periode antara

44 Louis Henkin, Foreign Affair and The Constitution, (New York: Norton, 1972), h. 53

Page 37: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

tahun 1948-1964, kongres menyetujui sekitar 73 % konsep ukuran

pertahanan Presiden, 71 % proposal perjanjian dan bantuan luar negeri,

59 % persoalan-persoalan kebijakan luar negeri lainnya. Akan tetapi

hanya 40% yang disetujui oleh kongres terhadap program-program

domestik. Seorang pengamat kepresidenan, Aaron Wildavsky 45,

menyimpulkan bahwa sistem politik Amerika memiliki “Two

Presidencies” (dua kepresidenan). Pertama, dalam urusan domestik

yang secara relatif lemah dan dikontrol secara cermat oleh Kongres, dan

yang kedua adalah urusan luar negeri yang lebih memiliki kekuatan

kepada Presiden.

Para pembuat keputusan atau konstitusi di Amerika, dalam upayanya

untuk memenuhi aspek keseimbangan antara tuntutan dan sistem

kenegaraan dan kebutuhan demokrai nasional, yang menurut Paul

Seabury disebut dengan “the intrinsic authoritarian necessities of foreign

affairs”46, memberikan tanggung jawab kekuasaan secara eksklusif

antara seorang Presiden dan Kongres untuk menyusun atau

merumuskan dan menyepakati kebijakan luar negeri pemerintahan

federal dengan merumuskan dan menyepakati kebijakan luar negeri

pemerintahan federal dengan pemisahan wewenang sesuai dengan

fungsi atau peranannya masing-masing dalam pemerintahan. Dalam

konstitusi Amerika tersebut dijelaskan bahwa wewenang atau otoritas

45 Aaron Widavsky, The Presidency, (Boston: Little Brown, 1969), h. 231 46 Paul Seabury, Power, Freedom and Diplomacy, (New York: Vintage Book, 1967), h. 196

Page 38: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

dari seorang Presiden dan Kongres dalam hubungan luar negeri,

sebagaimana yang disebutkan oleh Edward Carvin adalah “an invation

of struggle”.47

Bagaimanapun kuatnya Presiden dalam bertindak untuk menentukan

kebijakan luar negeri AS, tetap saja bahwa kongres melalui House of

Representatives dan Senat-nya memiliki peran, pengaruh dan

kewenangan tersendiri untuk menentukan benar atau salahnya tindakan

Presiden dalam menentukan dan melaksanakan kebijakan luar negeri

sesuai dengan aspirasi publik.

2. Kekuasaan dan Politik Birokrasi

Peran global AS pasca Perang Dunia II membawa dampak lain

dalam proses pembuatan keputusan diluar hubungan eksekutif dan

legislatif. Dalam lembaga eksekutif itu sendiri, pembentukan dan

pelaksanaan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional yang bersifat

internasional menyebabkan suatu perubahan institusional secara besar-

besaran. Pada tahun 1947, Presiden Truman melalui Undang-Undang

Keamanan Nasional meminta Kongres untuk mereorganisasi cabang

eksekutif dengan membentuk Departemen Pertahanan yang baru,

membentuk badan intelejen yang lebih tersentralisir di bawah badan

pusat intelejen (CIA) dan pembentukan Dewan Keamanan Nasional

(NSC) untuk memfasilitasi integrasi kebijakan luar negeri dan

47 Edward S Carvin, The President : Office and Power, (New York: NY University Press, 1940), h.

200

Page 39: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

pertahanan AS. Selama tiga dasawarsa berikutnya lembaga pembuatan

kebijakan luar negeri dan keamanan nasional tumbuh dan berkembang

sejalan dengan meluasnya peran Amerika di dunia Internasional, di satu

pihak tentu saja lembaga birokratis itu memperkuat kemampuan presien

dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan luar negeri, dimana

mereka mewakili keahlian yang terorganisir dengan baik.

Pada saat yang sama, puluhan ribu orang yang terorganisir dalam

sejumlah departemen, badan-badan, biro-biro dan struktur birokratis

lainnya menjadi kendala dalam proses pembuatan kebijakan yang

seharusnya mereka layani. Kehadiran sejumlah birokrasi yang

bertanggung jawab untuk membawa keahlian dan pengalaman khas

masing-masing dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan luar

negeri tidak dapat dihindari. Berarti dalam tubuh pemerintahan AS

terdapat banyak sudut pandang yang berbeda dengan realitas

internasional, kepentingan Amerika dan kebijakan yang tepat untuk

mencapai semua kepentingan Amerika.48

Seiring berjalannya waktu, ambisi pribadi seringkali mendominasi

dalam prose pembuatan kebijaka, seperti yang timbul pada setiap

pemerintahan, di kalangan para pembantu Presiden, tidak dapat

dihindari bahwa hal ini akan menyebabkan perpecahan dan

kerenggangan hubungan antar lembaga dalam pemerintaha. Dalam hal

48 Warner F. Schilling, “The American Foreign Policy Making Process”, dalam Douglas M. Fox, The Politic of United States Foreign Policy, (Pasific Palides, California: Good Year Publising Company, Inc., 1971), h. 39

Page 40: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

ini, sengketa substansi kebijakan adakalanya tidak dapat dibedakan dari

keinginan pribadi untuk mengendalikan arus informasi kepada Presiden

atau pelaksana keputusan yang diambil oleh Presiden. Pada akhirnya

adalah bagaimana anggota suatu birokrasi memandang realitas dan

kepentingan Amerika yang diwarnai oleh keinginan untuk melindungi

organisasinya. Hal ini dapat menjadi ancaman atau peluang bagi

kepentingan AS yang dirumuskan dalam cara yang secara efektif dapat

ditangani oleh kedinasan seseorang sehingga mampu meningkatkan

sumber daya organisasinya berupa anggarana, personil dan misi.

Kebijkan luar negeri Amerika merupakan bagian dari sistem politik AS.

Baik atau buruknya suatu kebijakan baik dalam maupun luar negeri,

ditentukan oleh kadar atau kualitas sistem politik negara tersebut.

3. Peran dan Opini Publik Dalam Masyarakat AS

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brooking Institution,

didapatkan hasil yang menunjukan bahwa rakyat AS seringkali

memperlihatkan keengganan untuk mendukung sepenuhnya kebijakan

luar negeri tertentu yang dikemukakan oleh pemerintah mereka apabila

hal itu memerlukan modifikasi yang substansial pada kebijakan domestik

yang ada kalanya merugikan kepentingan lokal atau pribadi. Hasilnya

adalah pemerintah sering mengambil kebijakan domestik yang tidak

cocok dengan kebijakan luar negeri.

Page 41: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Selain kebijakan luar negeri yang kadang tidak cocok dengan

kebijakan domestik, tidak sedikit masyarakat AS menolak kebijakan luar

negerinya kalau kebijakan tersebut memang dipandang sangat

merugikan negara lain dan juga tidak sesuai dengan nilai-nilai

kemanusian, ditambah lagi apabila kebijakan tersebut tidak

mengindahkan norma-norma internasional yang ada.

Diantara tekanan-tekanan internal yang efeknya tidak selalu kondusif

dalam perumusan kebijakan luar negeri Amerika yang rasional adalah

tekanan dari kelompok minoritas yang terorganisir. Kelompok-kelompok

in membentuk suatu blok suara yang kuat seperti yang disadari oleh

banyak anggota Kongres. Sebagai contoh, kuatnya pengaruh Yahudi-

Amerika di negara itu hampir seluruh kebijakan Amerika di Timur

Tengah dirumuskan untuk memenuhi tuntutan kelompok minoritas ini.

Dan juga kelompok ini pulalah yang paling gencar melakukan lobi-

lobinya agar pemerintah AS segera mengirimkan pasukannya ke Teluk

dan melancarkan serangan militer ke Irak. Seperti kita ketahui bahwa

lobi Yahudi di AS sangat kuat sekali dan hasilnya AS akhirnya

menggempur Irak.

H. Prioritas Kebijakan Luar Negeri AS di Bawah Presiden Bush

Sistem keamanan dan pertahanan AS dikembangkan untuk menjaga

stabilitas keamanan negara dari berbagai hal yang tidak diinginkan, agresi

atau serangan militer terhadap AS adalah hampir tidak akan mungkin terjadi

jika melihat baiknya sistem dan teknologi keamanan yang dimiliki Amerika.

Page 42: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Tetapi kenyataannya, serangan teroris pada 11 September 2001

membukakan mata Amerika bahwa kecanggihan teknologinya masih bisa

diterobos oleh sekelompok orang.

Pasca 11 September 2001, kebijakan luar negeri AS mengalami

perubahan terutama dengan adanya kegiatan counter-terrorism. Dalam

usahanya untuk memerangi terorisme, Amerika dengan gencar

mengkampanyekan kebijakan luar negerinya tersebut keberbagai negara di

dunia.49

Pemberlakuan kebijakan Anti – terorisme AS pasca tragedi 11

September 2001, kemudian diikuti oleh invasi AS ke Afganistan dan Irak

dengan alasan operasi pemberantasan teroris. Alasan AS menginvasi

Afganistan adalah bahwa negara tersebut tidak menyerahkan tersangka

serangan teroris 11 September 2001 yaitu Osama bin Laden. Lalu

kemudian alasan invasi ke Irak adalah bahwa negara yang dipimpin oleh

Saddam Husein tersebut memproduksi senjata pemusnah masal yang

dapat membahayakan kepentingan internasional. Dan juga AS menuduh

bahwa Irak mempunyai kaitan dengan jaringan teroris Al-Qaeda pimpinan

Osama bin Laden.

Dalam kampanye anti terorisnya, Amerika dan negara sekutunya

mengaku bahwa mereka menjunjung tinggi nilai toleransi keberagaman,

kebebasan agama, dan berperang melawan fanatisme dan kebencian dari

49 Gunawan Muhammad, “Pandangan Amerika Ke Dunia Luar”, dalam

http://www.islamlib.com/wawancara/goenawan_kalau.html, 3 Februari 2002

Page 43: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

berbagai organisasi-organisasi yang ingin menghancurkan nilai-nilai

tersebut. AS tidak akan membiarkan bayangan terorisme menghalang-

halangi usaha Amerika dalam menangani tantangan kebijakan luar negeri

lainnya di abad 21. Pasca 11 September 2001, Amerika akan kembali

menata peradaban dan akan terus menawarkan kepemimpinan, visi,

harapan, stabilitas dan kesempatan di bidang ekonomi bagi semua pihak. 50

Dalam kebijakan anti-terorisme yang dikampanyekan Amerika, Presiden

Bush sering menggunakan kata “freedom” sebagai kata kunci dalam

kebijakan luar negerinya. “Freedom it self is under attack” dia (Bush)

menyatakan setelah serangan 11 September. Penggunaan konsep

kebebasan itu merupakan suatu sarana politik dan juga sumber

kewenangan moral bagi Presiden Bush. Baginya itu merupakan ringkasan

dari nilai-nilai Amerika dan memperlakukannya sebagai penghenti

perdebatan.

Perubahan kebijakan ini terjadi ketika pemerintah George W. Bush

mencari suatu tema pemersatu untuk merumuskan penggunaan dan

kegunaan kekuatan Amerika di dunia pasca 11 September 2001.

Pemerintah Bush mencoba menyusun agenda yang lebih dari sekedar

pengejaran terhadap jaringan teroris internasional Al-Qaeda, tetapi akan

berlanjut pada penggulingan Saddam Husein yang dianggap AS

50 Dokumen Tahunan Kedutaan Luar Negeri Amerika Serikat, “Jaringan Teroris”, Jakarta: 11

Oktober 2001

Page 44: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

mempunyai hubungan dengan Al-Qaeda, mengembangkan senjata

pemusnah masal dan pemimpin yang otoriter dan pertahanan yang represif.

Terorisme telah menjadi prioritas kebijakan pemerintah AS sejak

peristiwa 11 September 2001. Aksi teroris pada peristiwa tersebut telah

menjadi suatu hal yang menakutkan khususnya bagi warga negara AS,

terutama yang berada di luar negeri. Jadi pemerintah AS telah menetapkan

bahwa kebijakan anti-terorisme adalah suatu kebijakan yang sangat

diprioritaskan untuk diimplementasikan di dalam maupun di luar negeri AS.

Salah satu bentuk implementasi doktrin tersebut adalah adanya doktrin Pre

emptive Strike (menyerang sebelum diserang). Diktrin ini telah dilaksanakan

dengan melancarkan serangan militer ke Irak.

H. Strategi Kebijakan Keamanan Presiden George W. Bush

Tidak lama setelah menggempur Afganistan, pemerintah Amerika Serikat

(AS) mengeluarkan secara resmi National Security Strategy – 2002 (NSS-

2002). Konsep ini juga disebut sebagai ‘doktrin kebijakan keamanan terbaru

AS’. Dapat dikatakan bahwa doktrin baru yang menjadi kebijakan resmi AS itu

seakan-akan menyatakan bahwa pemerintah Presiden Bush akan memerangi

terorisme menurut caranya sendiri dengan mengabaikan hukum internasional.

Isi pidato Presiden Bush juga menunjukan bahwa Amerika tidak ingin cita-

citanya menciptakan “Tata Dunia Baru” atau “The New World Order” yang

Page 45: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

seluruhnya sebagai langkah AS mengekalkan gelar ‘The Sole Super Power’ di

muka bumi. 51

Memang sejak lama, AS telah berpretensi bahwa dunia tanpa AS akan

dilanda kekacauan dan ketidakstabilan. Hal itu dapat dicermati dari pernyataan

Samuel P. Huntington, pakar politik terkemuka di AS seperti dikutip oleh

Zbigniew Brzezinski, mantan Penasehat Keamanan AS dalam bukunya “The

Grand Chessboard” (1997)

Dunia tanpa dominasi AS akan menjadi sebuah dunia yang banyak diisi

dengan kekacauan dan kesemrawutan serta akan lebih tidak demokratis

dan akan tidak memiliki pertumbuhan ekonomi yang tidak memuaskan

dibandingkan dengan sebuah dunia dimana Amerika Serikat memiliki

pengaruh yang kuat dari Negara manapun dalam menyelesaikan masalah-

masalah global. 52

Tregedi 9/11 itu telah melempangkan jalan bagi AS untuk menerapkan

kebijakan yang agresif, bahkan tidak memperdulikan lagi asas multilateralisme

yang dianut oleh Dunia Internasional. Doktrin keamanan terbaru AS yang

dijelaskan pada NSS-2002 menggaris bawahi perubahan kebijakan keamanan

AS secara menyeluruh. Akibat perubahan itu, Amerika telah menerapkan

kebijakan strategis global yang lebih radikal.

51 Abdul Halim Mahaly, Membongkar Ambisi Global Amerika Serikat, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2003), h. 200 52 Zbidniew Brzezinski, The Grand Chessboard, (New York: Basis Book, 1997), h. 3

Page 46: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Untuk itulah kita perlu mengemukakan sebagian isi NSS-2002 tersebut

untuk mencermati gerak langkah pemerintahan Presiden Bush, sehingga

nantinya akan dapat menyingkap apa sebenarnya yang dicita-citakan oleh AS.

Adapun beberapa cuplikan dari konsep Strategi Keamanan Nasional AS yang

disampaikan Presiden Bush kepada Kongres Amerika itu adalah sebagai

berikut :53

Pertama, Presiden Bush menegaskan bahwa “hanya ada satu model

untuk kesuksesan nasional yang sifatnya berkesinambungan : kebebasan,

demokrasi dan kebebasan dalam mendirikan suatu usaha. … Amerika

Serikat akan berupaya membawa harapan berupa demokrasi,

pengembangan, pasar bebas dan perdagangan bebas ke seluruh penjuru

dunia. … Hal ini menjelaskan sebuah internasionalisme Amerika yang

merefleksikan kesatuan nilai-nilai dan kepentingan nasional kita. …

Menciptakan suatu era baru bagi pertumbuhan Ekonomi Global (Global

Economic Growth) melalui pasar bebas (Free Markets) dan Perdagangan

Bebas (Free Trade)

Kedua, Presiden Bush menegaskan bahwa “Amerika Serikat memiliki

Opsi untuk melakukan aksi pendahuluan (Pre-emptive Strike) untuk

melawan adanya ancaman bagi keamanan nasional kita. … Untuk

mencegah aksi-aksi yang berisi permusuhan dari lawan-lawan kita, maka

53 Untuk menyimak secara detail tentang isi keseluruhan dokumen NSS-2002 yang terdiri dari 31

halaman itu, lihat di www.whitehouse.org

Page 47: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Amerika Serikat bilamana perlu akan menempuh aksi ‘Pre-emptive’

(mendahului Menyerang)”.

Ketiga, Presiden Bush lebih lanjut mengatakan bahwa, “… Respon kita

haruslah dengan cara melakukan … Inovasi dalam mendayagunakan

kekuatan militer, teknologi modern, termasuk melakukan pengembangan

terhadap system pertahanan rudal secara efektif. … Kita tidak akan

membiarkan musuh-musuh menyerang lebih dahulu.

Melalui NSS-2002, pemerintah Presiden Bush hendak mendeklarasikan

bahwa AS tidak perlu mematuhi hukum internasional yang tertuang dalam

piagam PBB. Dunia internasional pun, menurut pemerintah Bush, hanya perlu

‘mengaminkan’ segala apa yang dilakukan oleh AS. Dalam pandangan AS,

masyarakat dunia dipersilahkan untuk memberikan dukungan dan bantuan.

Namun, jika sebaliknya, maka hendaknya memilih diam atau tidak bersikap.

Pemerintah Bush juga hendak menyatakan kepada dunia bahwa bila suatu

saat AS harus menyerang suatu Negara, maka hal itu sepenuhnya menjadi hak

Amerika, walaupun dunia akan bersatu meminta bukti untuk menjelaskan

mengapa langkah militer harus dilakukan ataupun dunia bersatu menentang

keinginan AS.

Apa yang dinyatakan dalam isi pidato Bush dan NSS-2002 diatas

memaparkan secara gamblang tentang keinginan AS untuk menjadi satu-

satunya Negara super power di dunia secara penuh dengan memaksakan

dominasi politik, ekonomi dan militernya. Untuk menguatkan hal ini, kita dapat

Page 48: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

menyimak dengan jelas bagaimana pemerintahan Bush telah mengeluarkan

kebijakan baru Amerika yang mendeklarasikan kewenangannya untuk

melakukan serangan militer dengan mengatasnamakan kepentingan dunia

secara umum dan kepentingan nasionalnya secara khusus. Atas nama

penanggulangan masalah terorisme pula, pemerintah AS telah berikrar untuk

semakin mengembangkan kemampuan teknologi senjata militernya.54

Apapun alasan pemerintah Bush mengeluarkan NSS-2002 yang

mengundang kecurigaan besar itu, ada tiga hal penting yang perlu digaris

bawahi 55. Pertama, adalah ambisi global AS untuk menjadi ‘pemimpin dunia’

yang aktif dan didengar serta dipatuhi segala kehendaknya. Kedua, Amerika

akan melakukan perubahan rezim di negara-negara yang dianggapnya tidak

sehaluan atau bahkan membahayakan kepentingannya. Dan ketiga, adalah

untuk mempromosikan (baca: memaksakan) prinsip-prinsip demokrasi liberal

yang dianutnya ke seluruh penjuru dunia, kendati tidak ada satu pasal pun di

dalam piagam PBB yang memberikan hak kepada AS untuk melaksanakan hal

tersebut.

Dari uraian diatas, maka jelaslah bahwa AS secara sepihak dapat

melakukan tindakan apapun termasuk pengerahan kekuatan militer secara

besar-besaran kepada Negara manapun juga yang mereka anggap dapat

mengganggu kepentingan mereka (AS). Kebijakan keamanan AS yang baru

(NSS-2002), secara langsung diterapkan oleh pemerintahan Bush terhadap

54 Abdul Halim Mahaly, Membongkar Ambisi Global Amerika Serikat, … Op.Cit., h. 207 55 Ibid., h. 206

Page 49: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Negara Irak, yaitu dengan mengirimkan kekuatan militernya ke Teluk untuk

menghantam Irak.

Penerapan kebijakan keamanan AS (NSS-2002) dengan menyerang Irak

adalah salah satu bentuk langkah konkrit dari Presiden Bush untuk

menggulingkan rezim Saddam Husein yang dianggap pemerintahan yang

otoriter, tidak demokratis, mempunyai hubungan dengan jaringan Al-Qaeda,

memiliki senjata pemusnah masal, dan yang paling penting adalah bahwa

Saddam merupakan salah satu orang yang berani menentang Amerika secara

frontal. Alasan yang terakhirlah sebetulnya yang menurut penulis merupakan

suatu hal yang tidak dapat diterima oleh pemerintah AS. Dengan begitu AS

merasa terganggu kepentingannya terutama yang berada di Timur Tengah.

Apabila kita hubungkan rezim Saddam dengan konsep NSS-2002, maka

jelaslah Negara Irak di bawah rezim Saddam memang memiliki kriteria untuk di

tindak secara militer oleh AS. Mungkin juga setelah Irak, negara-negara seperti

Iran, Korea Utara, Libya – yang memiliki kriteria seperti Irak – akan diserang

dengan kekuatan militer AS seperti halnya Irak.

Page 50: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

BAB IV

INVASI MILITER AMERIKA SERIKAT KE IRAK

A. Invasi Militer Amerika Serikat

Penyerangan militer pasukan koalisi pimpinan AS ke Irak, tidak terlepas dari

pengaruh kuat perancang perang di Pentagon. Hal ini menjadi bukti tak terbantahkan

betapa AS ingin mengobrak-abrik tatanan dunia sekehendak hatinya. Peristiwa

penyerangan AS ke Irak ini tidak hanya bertujuan mencegah kemunculan kekuatan

yang akan menandinginya, AS juga berambisi untuk meneguhkan kekuasaannya atas

seluruh jagad ini. Serangan AS ke Bagdad secara resmi juga akan menguntungkan

Israel. Selama ini Tel Aviv belum mampu menjadi kekuatan nomor satu di kawasan

Timur Tengah karena masih ada Irak, satu-satunya negara Arab yang ditakuti Israel

karena diperkirakan memiliki kemampuan senjata pemusnah masal. Atas alasan ini

pula, Irak dibombardir pasukan koalisi Pimpinan AS, kendati Kepala Tim Inspeksi

senjata PBB Hans Blix dan Kepala Badan Energi Atom Internasional, Dr. Mohammad

al-Baradei telah menyatakan bahwa tidak ada bukti kepemilikan Irak terhadap senjata

mematikan itu. 56

Dalam kasus Irak, ada tiga kebohongan AS yang perlu diungkapkan 57.

Pertama, AS berdalih bahwa Irak memiliki senjata nuklir dan itu sangat membahayakan

perdamaian dunia. Jika memang demikian halnya, mengapa AS dulu berdiam diri

ketika rezim Saddam menggunakan senjata kimia untuk menghancurkan pertahanan

56 http://www.tempointeraktif.com/hg/luarnegeri/2003/04/26/brk,20030426-03,id.html 57 Ibid., h. 2

Page 51: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

militer Iran dalam perang Irak-Iran (1980-1988) ? mengapa AS tidak melucuti sistem

persenjataan nuklir milik Israel, negeri yang melakukan pelanggaran HAM paling berat

di kawasan Timur Tengah. Kedua, alasan AS bahwa pemerintah Saddam tidak

demokratis juga mentah. Dalam kenyataannya, pemerintah AS juga mendukung rezim-

rezim otoriter. Dalam hal ini, Arab Saudi adalah contohnya. Ketiga, Presiden Saddam

Husein dituding memiliki keterkaitan khusus dengan jaringan Al-Qaeda. Jika ditelusuri

lebih lanjut, maka tuduhan AS itu akan tidak berdasar sama sekali. Bagaimana mungkin

Al-Qaeda yang berideologi keras alias kaku dapat melakukan kerja sama dengan rezim

Saddam yang sekuler?

Sejarah Perang Teluk (1991) juga membeberkan bahwa ketika Arab Saudi

dikabarkan berada dalam ancaman invasi Irak setelah Kuwait, Osama bin Laden justru

bergegas menemui sejumlah petinggi kerajaan Arab Saudi untuk menawarkan bantuan

guna mempertahankan wilayah negara itu dan kemungkinan serangan militer Saddam.58

B. Alasan-alasan Amerika Serikat (AS) Menginvasi Irak

Dalam invasi pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) terhadap Irak ini, ada

3 (tiga) tujuan yang menurut Presiden Bush mengapa Irak harus diserang dengan

kekuatan militer. Yang pertama adalah memusnahkan senjata pemusnah masal. Lalu

yang kedua, menyingkirkan ancaman terorisme internasional dan yang ketiga adalah

membebaskan warga Irak dan penindasan rezim Saddam dengan cara memulihkan

demokrasi di Irak. Kendati DK PBB tidak memberikan izin, AS dan sekutunya tetap

melancarkan serangan militer. Presiden George W. Bush sendiri sejak jauh hari

58 Ibid.

Page 52: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

menyatakan bahwa jalan yang ditempuh oleh bangsa Amerika tidak harus bergantung

pada keputusan atau sikap dan negara-negara lain 59. Ucapan Bush ini jelas

menampilkan sikap arogansi kebijakan AS yang sangat berlebihan. Lebih dan itu, Bush

seakan-akan sedang memberikan peringatan kepada PBB bahwa AS ‘mampu’

melancarkan aksi militer tanpa harus menunggu apakah keputusan dan PBB atau negara

lain. Tapi benarkah 3 (tiga) alasan tersebut memang menjadi tujuan dibalik invasi

militer AS ke Irak apa kaitan serangan militer ke Irak itu dengan ambisi “The Hawkish”

(Kelompok Rajawali) AS untuk mempertahankan sistem dunia yang unipolar ?

Mencermati ketiga alasan tersebut secara lebih dalam akan membeberkan dengan jelas

bahwa tujuan AS menginvasi Irak ternyata tidak sesuai dengan apa yang dipaparkan

sebelumnya. Hal itu dapat kita lihat sebagai berikut:

Pertama, invasi militer AS ke Irak dengan tujuan memusnahkan “Weapons of Mass

Destruction — WMD (Senjata Penghancur Masal) adalah merupakan upaya AS untuk

membohongi masyarakat internasional. Bila AS memang menghindari adanya senjata

penghancur massal tersebut, mengapa presiden Bush tidak mengerahkan semua

kemampuan AS, misalnya pasukan dan upaya diplomasi ? Dalam Perang teluk kali ini,

Pentagon dan Inggris masing-masing hanya mengirimkan 230.000 dan 45.000

personilnya ke Teluk. Dari jumlah tersebut, hanya 90.000 prajurit AS dan 20.000

prajurit Inggris yang merupakan pasukan tempur.60

Kenekatan Pentagon mengirimkan pasukan dalam jumlah kecil pada akhirnya telah

sempat menimbulkan perselisihan tajam antara kubu Donald Rusmfeld (Menteri

59 “Perspective’, dalam Newsweek, 10 Februari 2003, h. 6 60 Jensen Michael, “Why War Gone Awry”, dalam The News, 4 April 2003

Page 53: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Pertahanan) dengan Collin Powell (Menteri Luar Negeri). Para petinggi militer AS rata-

rata mendukung Powell karena ia adalah mantan jenderal yang termasuk sangat

memahami situasi di Timur Tengah. Sedangkan Rumsfeld ingin menunjukkan kepada

dunia bahwa AS mampu menaklukan suatu negara hanya dengan kekuatan kecil. Tetapi

langkah Rumsfeld memang menemui kecaman dikalangan petinggi militer AS. Menurut

Rumsfeld Irak akan jatuh dalam tempo beberapa hari ternyata tidak terbukti. Baghdad

jatuh setelah 3 (tiga) minggu pasukan koalisi pimpinan AS memborbardir Irak.61

Pertanyaannya sekarang adalah mengapa dulu Irak dibiarkan menggunakan senjata

kimia untuk menghancurkan pertahanan militer Iran pada tahun 1982 ? Jika Irak

digempur dengan alasan mempunyai senjata pemusnah masal, mengapa Korea Utara

didiamkan ? Padahal, Pyongyang jelas-jelas memiliki senjata pemusnah massal. Sangat

boleh jadi, AS masih ‘takut’ untuk mengerahkan militernya ke Korea Utara karena

Rusia dan Cina pasti tidak akan tinggal diam. Pemerintah Hu Jintao (Presiden Cina

yang sekarang) sudah menyatakan akan menentang aksi militer AS ke Korea Utara 62.

Sikap keras Beijing itu tentu diperhatikan dengan teliti oleh para pembuat keputusan di

Washington dan Pentagon.

Kebohongan AS pun semakin nyata ketika ketika muncul keragu-raguan di

kalangan anggota Kongres AS. Setelah Baghdad jatuh dan beberapa minggu kemudian

pasukan koalisi pimpinan AS belum berhasil menemukan senjata kimia Irak, Komisi

Intelejen Kongres Amerika menuduh Dinas Intelejen AS melakukan kebohongan besar

61 “Amerika Penjajah”, Sabili, … Op.Cit., h. 44 62 George Wehrfritz, & Richard Wolfe, “The Chinese Puzzle”, dalam Newsweek, 5 Mei 2003, h. 30-

31

Page 54: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

dalam masalah kepemilikan senjata kimia Irak. Pada tanggal 20 Mei 2003, anggota

Partai Demokrat dan Los Angeles, Jane Harman beserta ketua Komisi Intelejen

Kongres AS dan Partai Republik (Florida) Porter Gross mengirimkan sebuah surat

kepada Direktur Central Intelligence Agency (CIA) George Ternet, memintanya

melakukan penjelasan tentang dasar-dasar yang digunakan oleh CIA untuk menuduh

Irak menyimpan senjata kimia ataupun Al-Qaeda berada di Irak.63

Pemerintah Bush juga semakin dipermalukan dengan adanya pernyataan susulan

dan Komandan Pasukan Gerak Cepat ke-1 Marinir AS di Irak, Letjen James Conway

kepada wartawan di Washington melalui telekonferensi bahwa Dinas Intelejen AS telah

melakukan kesalahan dengan menyatakan rezim Saddam akan menggunakan senjata

kimia atau biologi terhadap pasukan AS. Namun menanggapi kritikan-kritikan tersebut,

George Ternet segera mengeluarkan pernyataan yang isinya adalah informasi dan

pihaknya telah dipolitisasi. Akan tetapi pemerintah memang tidak dapat memberikan

penjelasan yang memuaskan, tidak saja kepada dunia internasional melainkan juga

kepada wakil

rakyat yang ada di Kongres Amerika. Seandainya pasukan AS telah menemukan senjata

kimia Irak, tentulah Direktur Badan Intelejen Pentagon, Mayjen Keith Dayton tidak

perlu dikirim ke Baghdad untuk memimpin 1.400 pakar persenjataan guna mencari

keberadaan senjata kimia Irak.

Para kalangan intelejen AS juga ada yang merasa ‘gerah’ dengan tudingan yang

diarahkan oleh anggota Kongres AS. Seorang analisis CIA yang khusus membidangi

63 Mohammad Irshad, “After Iraq: Who Is Next?” dalam Defense Journal, (Islamabad: DHA Hockey

Stadium), V81. 6, No.10, edisi Mei 2003, h 40

Page 55: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

masalah Irak, Patrik Lang, menyatakan bahwa informasi-informasi yang dipasok dinas

intelejen telah disalahgunakan oleh Gedung Putih. Mantan anggota Inspeksi Senjata

Badan Energi Atom, David Albright menuduh Gedung Putih sengaja memilih

informasi-informasi yang hanya mengarah pada fakta bahwa Irak adalah merupakan

sebuah ancaman yang serius. Bahkan Vincent Canistraro, mantan Direktur Operasi

Counter-terrorism CIA, dengan tegas manyatakan bahwa sebagian besar kalangan

intelejen meyakini adanya ‘skandal’ yang dilakukan pemerintah Bush dalam kasus

kepemilikan senjata kimia Irak.64

Kedua, menggempur Irak atas nama memerangi terorisme yang didengungkan

Gedung Putih juga tidak dapat diterima begitu saja. Tuduhan Washington bahwa

Baghdad memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, organisasi yang sangat ditakuti oleh

AS, sangat tak masuk akal. Disatu sisi Al-Qaeda adalah organisasi yang ingin

menggulingkan pemerintahan berpaham liberal ataupun sekuler. Sementara partai Baath

pimpinan Saddam Husein tidak memiliki paham fundamentalisme seperti halnya A1-

Qaeda. Bahkan rezim Saddam sendiri termasuk yang harus dihancurkan oleh A1Qaeda,

karena berseberangan paham dengan A1-Qaeda. Oleh karenanya, selain pemerintah AS

tidak punya bukti kuat tentang hubungan A1-Qaeda dengan Irak, baik Osama bin Laden

maupun Presiden Irak Saddam Husein jelas tidak mungkin melakukan kerjasama.

Apalagi, ketika Irak menduduki Kuwait 2 Agustus 1990, Osama justru menawarkan diri

kepada Raja Fahad (Arab Saudi) untuk mengirim veteran Arab-Afgan untuk membantu

Kuwait mengusir pasukan Saddam.

64 Derrick Z Jackson, “Bush Deception on Iraq”, dalam The News, 7 Juni 2003

Page 56: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Akan tetapi pemerintah Bush sengaja membohongi rakyatnya, juga dunia

internasional, melalui propaganda-propagandanya. Walaupun Irak sudah tidak lagi

menyimpan senjata kimia serta tidak memiliki hubungan dengan jaringan Al-Qaeda,

kelompok ‘neo conservative’ AS terus mendengungkan isu tersebut. Karena terus

menerus dipropagandakan, maka tidak heran bila dalam sebuah polling di AS pada

bulan Februari 2003, hampir 77 persen warga AS mulai mempercayai bahwa secara

pribadi Saddam Husein memiliki link dengan Al-Qaeda.

Ketiga, AS menyembunyikan kebohongannya dibalik invasi militernya ke Irak.

Klaim Washington bahwa penggulingan Saddam dimaksudkan agar rakyat Irak dapat

mendirikan sebuah pemerintahan yang benar-benar demokratis juga cacat dari sisi

hukum. Dari mana AS dapat memperoleh legitimasi untuk mencampuri urusan dalam

negeri negara lain ? dalam kasus Irak, apapun sistem yang telah dan akan diterapkan

oleh di negeri itu, demokrasi atau monarki, maka hal itu seluruhnya menjadi hak rakyat

Irak untuk menentukannya.

Menyimak hubungan masa lalu Irak-AS, kita akan menemukan betapa sejumlah

petinggi pemerintahan Bush sekarang, sebut saja Dick Cheney dan Donald Rumsfeld,

ternyata ‘merestui’ kediktatoran Presiden Saddam di tahun 1980-an. Dalam kebijakan

AS dikenal istilah ‘the enemy of our enemy‘ adalah friend (sahabat). Karena itulah, Irak

dirangkul. Sebab Iran, yang juga musuh Irak, adalah musuh bebuyutan AS. Ketika

pemerintah Saddam melakukan pelanggaran HAM terhadap rakyat Irak dan Baghdad

kemudian menggunakan senjata kimia untuk menyerang markas-markas militer Iran,

Washington justru tidak bersuara. Apakah sikap AS yang ‘membisu’ pada waktu itu

Page 57: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

karena ketidaktahuan atau karena sejumlah perusahaan besar AS memiliki kepentingan

minyak dengan Irak?

C. Legalitas Invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak

1. Dukungan Kongres AS

Seperti telah dikemukakan, bahwa invasi militer AS ke Irak mendapat

dukungan dari Kongres, walaupun pada awalnya sempat terjadi perbedaan pendapat

antara yang setuju dengan yang tidak setuju. Namun setelah melalui lobi-lobi secara

terus menerus, akhirnya anggota Kongres AS secara mayoritas memberikan otoritas

kepada Presiden Bush untuk melakukan tindakan apapun yang diperlukan dalam

rangka menjaga dan mempertahankan kepentingan nasional Amerika.

Setelah Kongres AS memberikan otoritas kepada Presiden Bush, maka Senat

memberikan kewenangan kepada Bush untuk menggunakan kekuatan senjata

apabila memang diperlukan demi mempertahankan keamanan nasional AS terhadap

ancaman yang terus menerus dilakukan oleh Irak, serta menegakan Resolusi yang

relevan dalam konteks permasalahan Irak. Maka atas dasar inilah upaya selanjutnya

kemudian mendesak PBB agar mengeluarkan satu Resolusi yang bisa memaksa Irak

untuk patuh (tanpa syarat) agar Tim Inspeksi Senjata dan PBB bisa masuk, maka

keluarlah Resolusi 1441 (Resolusi yang dinilai oleh Irak sarat dengan kepentingan

AS).

Itulah Iangkah formalitas yang diambil AS melalui mekanisme PBB dengan

tujuan sebenarnya adalah untuk menyerang Irak dengan kekuatan militer secara

unilateral. Jelaslah di sini bahwa walaupun Resolusi 1441 dijalankan dan Irak

Page 58: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

sebetulnya sudah kooperatif dengan PBB, dengan hasilnya bahwa tidak

diketemukannya senjata kimia yang selama ini selalu didengungkan oleh pihak AS,

Bush tetap mengerahkan kekuatan militernya untuk menyerang Irak tanpa adanya

‘restu’ dari PBB.

2. Artikel 2 (4) Piagam PBB

Penggunaan kekuatan militer oleh suatu negara terhadap negara lain

diperbolehkan dalam kerangka ‘self defense’ (mempertahankan diri). Namun hal itu

ada batasan-batasannya. Diantara batasan-batasan itu adalah bahwa self defense

hanya diijinkan untuk menangkis dan mengusir adanya serangan dari luar. Apabila

suatu serangan yang bersifat nyata belum benar-benar terjadi, maka penggunaan

kekuatan militer atas dasar self defense tidak dibenarkan.

Namun mengapa AS tetap menyerang Irak dengan mendasarkan pada hak ‘self

defense’, padahal Artikel 2 (4) dengan jelas melarang penggunaan kekerasan

senjata, yang berbunyi:

“Seluruh anggota (PBB) harus membatasi diri mereka dalam hubungan

internasional dan ancaman atau penggunaan kekuatan menentang keutuhan

kedaulatan wilayah atau kemerdekaan politik dari negara manapun, atau dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan tujuan (dan misi PBB) “.65

Adalah penting untuk dikemukakan bahwa ada 2 penafsiran menyangkut

Artikel 2 (4). Pertama, “Permissive School “ dan kedua adalah “Restrictive School

65 Artikel (4) ini dibahas berulang kali di Sidang-sidang Majelis Urnurn PBB. Pelbagai ResoIui PBB

menyangkut Artikel tersebut juga telah dihasilkan. Diantaranya adalah a) Resolusi PBB No. 2131 (XX), 1965 Tentang “The Declaration on the Indivisibility of Intervention in Domestic Affairs of States “, b) Resolusi PBB No. 2625 (XXV), 1970 Tentang “The Declaration of the Principle of International Law “, c) Resolusi PBB No. 3314 (XXIX), 1974 Tentang “The Declaration of Aggression”.

Page 59: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

“. Yang pertama menegaskan bahwa penggunaan kekuatan bersenjata

diperbolehkan dalam situasi apapun, lebih-lebih apabila berada dalam posisi self-

defence dimana ada 2 sumber utama yang menjadi rujukannya, yakni Custom dan

Artikel 51 Piagam PBB.66

Menurut Mazhab Permissive, hak menggunakan kekuatan senjata (militer)

untuk mempertahankan diri seperti yang dijamin oleh ‘Custom‘ boleh dipakai

meskipun harus keluar dan batasan-batasan yang diberikan oleh Artikel 51 Piagam

PBB. Menurut aliran ini, pelanggaran penggunaan kekuatan senjata secara total

justru merupakan praktik emaskulasi terhadap kemampuan sebuah negara dalam

mempertahankan diri dan aksi ilegal negara lain. Karenanya, salah satu situasi

dimana ‘Custom’ dapat ditempuh adalah untuk mengantisipasi adanya serangan

bersenjata ataupun ancaman terhadap keamanan negara. Namun, hak ini pernah

disalahgunakan Israel ketika Tel Aviv menyerang reaktor nuklir Irak pada tahun

1981. Berdasarkan pada pemahaman ini pula, AS melakukan intervensi terbatas di

Panama pada tahun 1989 untuk menculik (baca: meringkus) Jenderal Noreiga.67

Sementara Restrictive School dengan keras menyatakan bahwa penggunaan

‘Custom’ sebagai dalih untuk mempertahankan diri sudah tidak lagi relevan dan

hanya ada pada Artikel 51 PBB. Kekerasan bersenjata dalam rangka ‘antisipasi’

hanya berlaku sebelum Piagam PBB 1945 disepakati oleh masyarakat internasional.

Kata ‘hak asasi’ dalam Artikel 51 PBB tidak boleh ditafsirkan secara luas. Sehingga

66 Abdul Halim Mahally, The Use of Force in the case of Self-Defense: comparative Study under

public & Islamic International Law, Voice of Shari’a (Islamabad: Islamic Research Institute-IRI, 2000), h. 14

67 Martin Dixon, International Law, (London: Great Britain, 1996), h. 280-281

Page 60: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

ketika bahaya atau ancaman dan negara lain belum jelas ataupun serangan nyata

belum terjadi, maka tidak boleh mendahului menggunakan kekerasan senjata.68

D. Reaksi Irak Atas Invasi Militer Amerika Serikat

Rencana invasi militer AS ke Irak mendapat reaksi keras dan pihak Irak. Presiden

Irak Saddam Husein tetap bersikeras untuk tidak meninggalkan Irak (sebagaimana

ultimatum AS -agar Saddam meninggalkan Irak- dengan batas waktu yang telah

ditentukan), walaupun dengan konsekuensi yang serius yaitu pasukan koalisi pimpinan

AS akan menyerang Irak. Pemerintah Irak dibawah Presiden Saddam Husein

menunjukkan kepada AS dan sekutunya bahwasannya Irak sama sekali tidak takut

dengan rencana AS tersebut untuk menyerang Irak. Mereka (Saddam Cs) telah sangat

siap untuk menghadapi serangan pasukan koalisi pimpinan AS.

Secara kualitas Saddam menyadari bahwa pasukannya tidak mungkin dapat

menandingi teknologi persenjataan yang dipakai pasukan AS yang serba canggih.

Saddam hanya mengandalkan loyalitas dan keberanian pasukannya untuk dapat

melawan pasukan AS dengan persenjataan yang sangat terbatas bila dibandingkan

dengan pasukan AS.

Bahkan untuk menghadapi serangan tersebut, Saddam bersumpah akan membunuh

sejuta tentara musuh jika pasukan pimpinan AS mencoba mengambil alih Baghdad.

“Musuh tak akan sampai memasuki Baghdad karena mereka akan mati. Bahkan, jika

68 Jurist, Public International Law, (Lahore: Mansoor Book House, 1988), h. 168-169

Page 61: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

mereka mengirim sejuta tentara, anak-anak kami akan membunuh mereka”, kata

Saddam di depan para pembantu militer seniornya.69

Saddam dan Taha Yassin juga mengingatkan semua pihak, kemungkinan adanya

serangan bunuh diri dan pihak Irak. Menurut Wapres Taha Yassin, serangan ‘bunuh

diri’ merupakan senjata baru Irak dan seluruh wilayah akan penuh dengan kobaran api.

Saddam juga sedang menggalang kekuatan di semua pintu gerbang memasuki kota serta

memobilisasi milisi dan aktivis muda Partai Ba’ath.

Presiden Saddam Husein memang memiliki pasukan berjumlah sekitar 500 ribu.

Rinciannya adalah Pasukan Berani Mati (40.000) orang, Garda Republik (80.000)

orang, Angkatan Darat (295.000) orang, dan Polisi Rahasia (125.000)

orang 70. Namun, menandingi kekuatan militer AS dan sekutunya yang demikian

canggih (seperti yang telah dijelaskan tadi), jelas bukan perkara yang mudah. Ketika

kapal-kapal induk AS menembakkan rudal-rudal jelajah Tomahawk ke berbagai tempat

di Baghdad, tentara Garda Republik dan pasukan komando Saddam hanya bisa menatap

memandangi kehebatan sekaligus kehancuran yang ditimbulkannya. Kendati semangat

rakyat Irak untuk mempertahankan negara mereka dari invasi pasukan asing sangatlah

tinggi, namun ditilik secara militer, mereka memang tidak pernah mampu melawannya

secara terbuka. Diatas kertas, kita tentu sudah sejak awal dapat memprediksi siapa

‘pemenang’ dari adu senjata di Irak. Paling tidak, jumlah anggaran pertahanan kedua

negara (AS dan Irak) dapat dijadikan salah satu ukurannya. Irak hanya menghabiskan

69 http:/www. kompas . com/kornpas-cetak, 2 Februari 2003 70 Newsweek, 7 April 2003, h. 22

Page 62: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

sekitar US $ 1,4 miliar untuk membiayai kekuatan militernya, sedangkan AS jauh

diatas Irak, yaitu sebesar US $ 400 miliar.71

Oleh karena itu, ketakberdayaan militer Irak menghadapi kekuatan militer AS pada

akhirnya juga teruji. Pasukan Khusus Garda Republik dan sejumlah pasukan dan

organisasi keamanan di Baghdad yang semuanya berjumlah sekitar 15.000 orang

dengan mudah disapu oleh 100 serangan helikopter, 325 Tank Ml Abram dan 200

kendaraan tempur M2 Bradley dari Divisi Infantri AS yang masuk ke Baghdad) 72. Hal

serupa juga dialami oleh 4 Divisi Irak: The Baghdad, Medina, Nebuchadnezzar dan

Hammurabi. Keempat Divisi yang ditugasi Komando Pusat Pertahanan Irak untuk

menghadang laju tentara AS dan sekutunya di sebelah selatan Baghdad ini kocar-kacir

dihajar rudal-rudal udara AS dan sekutunya. Sekitar 14.000 bom dari berbagai jenis

telah digunakan oleh militer AS untuk menghancurkan pertahanan Pasukan Garda

Republik. 73

Namun, kejatuhan Baghdad yang begitu mudah dan yang semula diperkirakan

banyak pengamat memang sempat mengundang teka-teki. Pertempuran merebut

Ibukota Irak itu, dapat dikatakan berlangsung amat singkat. Kemungkinan besar hal ini

selain disebabkan oleh kesadaran sebagian besar anggota pasukan Garda Republik

bahwa mereka tidak akan mampu melawan persenjataan musuh yang begitu canggih,

juga oleh pasukan AS dan sekutunya agar tentara Saddam tidak melakukan perlawanan.

71 Omar Kureishi, “History Repeating Itself’, dalam Dawn, 8 Mei 2003 72 Romesh Ratnesar, “Sticking to His Guns”, dalam TIME, 7 April 2003, h. 34 73 Terry Maccarthy, “What ever happened to The Republican Guard?”, dalam TIME, 12 Mei 2003, h.

21. Reporter majalah TIME memperoleh informasi ini dan hasil investigasi lapangan mereka di 7 medan pertempuran. Yakni, di Hindiyah, Hillah, Kut, Yusufiah, Mahmudiyah, Suwayrah dan Dawrah.

Page 63: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Seperti dinyatakan oleh Kepala Pusat Penerangan Komando Pusat AS di Doha Qatar,

Brigjen Vincent Brook “bahwa siapa saja yang memilih tidak melawan akan

mempunyai kesempatan untuk hidup. Sebaliknya, yang tetap nekad melawan jelas tidak

akan selamat” 74. Tetapi Vincent mengakui bahwa beberapa dari anggota pasukan

Garda Republik yang tidak melawan (baca: melarikan diri) bukan mustahil juga suatu

saat melakukan aksi gerilya yang dapat memalukan Amerika. 75

E. Respon Dalam Negeri AS Dan Luar Negeri Sehubungan Dengan Invasi Ke Irak

1. Respon Dalam Negeri AS

Secara khusus, serangan AS ke Irak menimbulkan kontroversi dari kalangan

politisi AS sendiri. Misalnya dari keraguan yang diajukan mantan Menteri Luar

Negeri AS Medeleine Albright yang mempertanyakan apakah perang melawan

Irak tidak akan melemahkan prioritas utama AS untuk memenangkan perang

melawan teroris 76. Apalagi tujuan politik dibalik rencana perang ini menjadi tidak

jelas dan semakin lebar. Hal ini terbukti dengan keinginan AS yang terbagi-bagi

sehubungan dengan rencana penyerangan ini, apakah untuk menjatuhkan rezim

Saddam, atau dilakukannya kembali proses perlucutan senjata pemusnah massal

Irak, atau merupakan bagian dan kampanye untuk melawan terorisme global.

Kontroversi dari anggota Kongres Dennis J. Kucinich yang berasal dan Ohio

mengungkapkan bahwa kekhawatirannya lebih mengarah pada dampak ekonomi

74 Ibid., h. 23 75 Ibid. 76 Andi Widjayanto, “Kompleksitas Strategi Perang AS”, dalam Kompas, 2 Oktober 2002

Page 64: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

yang akan dihadapi AS jika AS tetap melanjutkan perang terhadap Irak. Anggaran

AS akan mengalami defisit karena biaya perang sangatlah tinggi. Pemerintah tidak

mungkin akan mengeluarkan kebijakan kenaikan pajak, sehingga jalan satu-satunya

adalah dengan mencetak dolar AS lebih banyak lagi. Hal ini berarti AS akan

mengalaini inflasi hingga mencapai dua persen. Apabila ini terjadi, maka bukan

tidak mungkin pemerintah AS akan sangat kesulitan untuk membiayai program

Social Security and Medicare. Apalagi pemenintah juga harus bekerja keras untuk

mengembalikan kembali surplus anggaran belanja seperti yang pernah dilakukan

oleh era pemerintahan Bill Clinton.77

Mantan Jaksa Agung AS Ramsey Clark dan sekelompok orang yang

tergabung dalam International Action Center juga memberikan surat kepada DK

PBB pada tanggal 20 September 2002. Dalam suratnya tersebut, Clark menyatakan

bahwa apabi1a penyerangan AS terhadap Irak tetap dilakukan, maka ancaman

terbesar terhadap kemandirian tujuan-tujuan PBB bukanlah Irak namun justru AS

sendiri. Karena itulah ia menghimbau agar PBB bersikap tegas untuk menghentikan

rencana AS untuk menyerang Irak.78

Anggota Kongres AS lainnya seperti Nick Rahall –atas inisiatif pribadi

bersama-sama anggota Partai Demokrat Iainnya seperti Jim Mc Dermot, David

Bonior dan Mike Thompson mengatakan bahwa Presiden AS telah menggiring

rakyat AS secara keliru untuk menghujani Irak dengan aksi militer. Padahal, yang

diperlukan justru membiarkan tim inspeksi persenjataan PBB yang diketuai oleh

77 Ibid. 78 P. Priatna “Bush Yang Tak Mau Mendengar”, dalam Kompas, 18 Oktober 2002

Page 65: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Hans Blix bekerja dengan baik, tanpa harus dibayangi intimidasi dan ancaman

militer.79

2. Respon Internasional Dibalik Rencana AS Menginvasi Irak

Rencana AS menyerang Irak menimbulkan pro dan kontra di berbagai negara di

dunia. Bahkan perpecahan terjadi di tubuh Dewan Keamanan PBB. Amerika

Serikat, Inggris, Spanyol dan Bulgaria setuju pada klausul serangan militer. Posisi

itu ditentang Perancis, Rusia, Cina, Jerman dan Suriah. Sedang Angola, Kamerun,

Cile, Guinea, Meksiko dan Pakistan pada posisi abstain. Menlu Perancis

Dominique de Villepin menyatakan bahwa mayoritas anggota DK PBB lebih ingin

memberi kesempatan kepada tim inspeksi senjata PBB (UNMOVIC) untuk

menuntaskan tugasnya, termasuk melakukan verifikasi berbagai bukti yang

dipaparkan Collin Powell.

Hal ini diperkuat oleh Sekjen PBB Kofi Annan yang menyatakan bahwa

“komunitas internasional telah mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada Irak,

dan (Irak) harus mendengarkannya dengan seksama” 80. Rusia bersikap skeptis pada

bukti-bukti yang diajukan Collin Powell. Menlu Rusia Igor Ivanov menyatakan

bahwa beban pembuktian itu terletak pada rezim di Baghdad itu sendiri. Ivanov

menegaskan bahwa Rusia tetap memilih berada dalam satu posisi dengan Perancis

dan Cina.81

79 Ibid. 80 Kompas, 31 Januari 2003 81 Ibid.

Page 66: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Perpecahan juga terjadi di tubuh Eropa. Delapan negara Eropa mendukung

rencana AS menyerang Irak. Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair dan PM

Spanyol Jose Maria Aznar, berinisiatif mengeluarkan surat bersama yang didukung

negara-negara Eropa lainnya untuk memperkuat posisi AS. Kedelapan negara itu

meliputi Inggris, Spanyol, Italia, Portugal, Denmark, Hongaria, Polandia dan Ceko.

PM Italia Silvio Berlusconi juga menyatakan bahwa negaranya siap menjadi

pangkalan udara AS, jika AS melaksanakan rencananya menyerang Irak. Posisi ini

berseberangan dengan Perancis, Jerman dan Belgia yang menentang rencana AS.

Sementara itu Swiss dan Finlandia mendesak semua pihak memberi kesempatan

kepada tim inspeksi senjata PBB (UNMOVIC) untuk menuntaskan tugasnya.82

Sementara itu PM Inggris Tony Blair gagal memperoleh dukungan Perancis

setelah bertemu dengan Presiden Jacques Chirac. Dalam pertemuan itu, Chirac

bersikeras bahwa kekuatan militer belum boleh dilakukan. Chirac menyatakan

bahwa perang selalu menjadi penyelesaian terburuk dan yang terpenting adalah

mengizinkan tim inspeksi PBB menuntaskan pekerjaan mereka di Irak.83

Gelombang protes menentang aksi serangan AS ke Irak menggema di seluruh

penjuru dunia. Unjuk rasa massal berlangsung di seluruh Eropa. Di Duesseldorf,

Jerman bagian barat, sebanyak 7.000 orang membentuk rantai manusia sambil

membawa lilin. Lalu sekitar 3.000 orang ikut dalam unjuk rasa damai di kota Ulm,

Jerman Selatan. Di kota Strausbourg, Perancis, sebanyak 80 orang ikut dalam unjuk

82 Ibid. 83 http://www.ic-jakarta.com, 5 Februari 2003

Page 67: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

rasa yang diserukan oleh Partai Muslim Prancis guna menentang perang terhadap

Irak.

Namun yang paling Fenomenal adalah demonstrasi anti perang yang

berlangsung pada 15 Februari 2003. “Dunia menolak perang! Jangan serang Irak”

adalah tema demonstrasi yang bersejarah tersebut 84. Demonstrasi itu berlangsung

dimulai dan Sydney di Australia, kemudian bersambung seperti estafet ke berbagai

belahan dunia di lebih dari 650 kota. Sifatnya memang sangat global, dimulai dari

Montreal (Kanada) hingga Cape Town (Afrika Selatan), dari Melbourne ke Paris.

Penduduk dari berbagai kota di sudut-sudut dunia yang tidak terkenal sekalipun

turut melakukan demonstrasi.

Berbagai unjuk rasa massa yang dilontarkan di berbagai belahan bumi,

menunjukkan fakta bahwa masyarakat internasional tidak menginginkan terjadinya

perang untuk kesekian kalinya di kawasan Timur Tengah. Tentunya, penyelesaian

damai yang diharapkan bakal terjadi, berpulang kepada kearifan Saddam untuk

bersungguh-sungguh bekerja sama dengan tim inspeksi persenjataan PBB dan tidak

menutup-nutupi kepemilikan senjata pemusnah massalnya. Tetapi, arif seorang

Saddam harus pula dibarengi oleh sikap bijak seorang Bush, agar mengendurkan

nafsunya untuk menyerang Irak dan memberi kesempatan kepada Irak untuk

84 Kompas, 17 Februari 2003. Demonstrasi ini mencatatkan rekor-rekor baru. Di Sidney demonstrasi tersebut dikatakan yang terbesar di Australia setelah Perang Vietnam. Demonstrasi di Berlin juga dinilai sebagai terbesar di Jerman sejak Perang Dunia II. Menurut Scotland Yard, demonstrasi serupa di London disebut sebagai protes terakbar yang pernah ada. Setidaknya 750.000 orang hadir di sana. Kantor berita AFP menyebutnya sebagai one of the biggest global peaces protests in history. Penyelenggara demonstrasi anti perang itu -United For Peace & Justice (UJP)- mengatakan, sekitar 11,5 juta umat manusia telah memadati jalanan di berbagai kota besar. Menurut UJP, demonstrasi ini adalah yang terbesar yang pernah teradi di dunia. UPJ adalah koalisi dari sekitar 200 kelompok pecinta damai di dunia, yang menggalang berbagai organisasi di AS dan dunia untuk mengorganisir jaringan penentangan perang atas Irak.

Page 68: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

membuktikan bahwa negaranya tidak memiliki senjata pemusnah massal. Tetapi

yang terjadi lain, walaupun Saddam telah menunjukkan sikap kooperatifnya kepada

tim inspeksi senjata PBB, dan Irak tidak terbukti menyimpan atau memproduksi

senjata pemusnah massal, dan juga tidak ada bukti keterkaitan dengan jaringan Al-

Qaeda, namun Presiden Bush tetap bersikeras untuk menyerang Irak dengan

kekuatan militer.

Page 69: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Seyom, The Faces of Power: United States Foreign Policy from Truman to Clinton, New York, Columbia University Press, 1994

Brownlie, Ian, ed., Basic Documents on Human Rights, Oxford, Clarendon Press, 1971

Brzezinski, Zbidniew, The Grand Chessboard, New York, Basis Book, 1997

Carvin, Edward S, The President : Office and Power, New York, NY University Press, 1940

Dixon, Martin, International Law, London, Great Britain, 1996

Dokumen Tahunan Kedutaan Luar Negeri Amerika Serikat, “Jaringan Teroris”, Jakarta, 11 Oktober 2001

Foster, Henry A., The Making of Modern Iraq, New York, Russel & Russel, 1972

Fox, Douglas M., The Politic of United States Foreign Policy, Pasific Palides, California, Good Year Publising Company, Inc., 1971

Gaddis, John Lewis, The United States and the End of the Cold War Implications, Reconsiderations, Provocations. New York, Oxford University Press, 1992

Gerges, Fawaz A., Amerika dan Islam Politik Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan ?, penerjemah : Kili Pringgodigdo, Hamid Basyaib., Jakarta, Alvabet, 2002, Cet. I

Hastedt, Glenn H., America Foreign Policy: Past, Present, Future, New York, Prentice Hall, 1997

Henkin, Louis, Foreign Affair and The Constitution, New York, Norton, 1972

Jurist, Public International Law, Lahore: Mansoor Book House, 1988

Lurton, Douglas, Roosevelt's Foreign Policy, 1933-1941: Franklin D. Roosevelt's Unedited Speeches, Toronto, Longmans, Green, 1942

Mahally, Abdul Halim, The Use of Force in the case of Self-Defense: comparative Study under public & Islamic International Law, Voice of Shari’a, Islamabad, Islamic Research Institute-IRI, 2000

---------------------, Membongkar Ambisi Global Amerika Serikat, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2003

Page 70: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Muhammad Irshad, “After Iraq: Who Is Next?” dalam Defense Journal (Islamabad, DHA Hockey Stadium), V81. 6, No.10, edisi Mei 2003

Nickel, James W., Hak Asasi Manusia : Refleksi Filosofis atas Deklarasi Universal HAM, terj. Titis Eddy Arini, Jakarta , PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996, Cet. I

Panhuys, H.F. van dkk., ed., International Organization and Integration, The Hague, Martinus Nijhoff, 1981, vol. 1 A.

Perkins, Dexter, The American Approach to Foreign Policy, Cambridge, Harvard University, 1962

Pratt, Julius W., A History of United States Foreign Policy, Prentice Hall, New York, Englewood Cliffs, 1965

Quandt, William B., Camp David: Peace Making and Politics, Washington DC, The Brookings Institution, 1986

Seabury, Paul, Power, Freedom and Diplomacy, New York, Vintage Book, 1967

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES, 1995, Cet. I

Smith, Tony, America’s Mission: The United States and the Worldwide struggle for democracy in the 20th Century, Princeton, NJ, Princeton University Press, 1994

Spanier, Eric M., John and Uslaner, How American Foreign Policy is Made?, New York, Norton, 1972

Staf Operasi MABES TNI, Perang Teluk 2003: Invasi AS Beserta Koalisi ke Irak, Jakarta, MABES TNI, 2003

Tripp, Charles, A History of Iraq, Cambridge, Cambridge University Press, 2000

Widavsky, Aaron, The Presidency, Boston, Little Brown, 1969

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1982

Zulkarnain, Analisis Kebijakan Luar Negeri, Jakarta , UNAS, 2001

“Invasi ke Irak: Laporan Lengkap Perang Teluk II”, Buletin Angkasa, Edisi Koleksi, Jakarta, Angkasa, 2003

CD-ROM

Info USA Information USA Bureau of International Information Programs 2004-2005 Edition, Washington, US. Departement of State, 2004

Page 71: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya

Majalah Dawn, 8 Mei 2003

Kompas, 17 Februari 2003

Kompas, 18 Oktober 2002

Kompas, 2 Oktober 2002

Kompas, 31 Januari 2003

Newsweek 10 Februari 2003

Newsweek 7 April 2003

Newsweek, 5 Mei 2003

Sabili, No. 19 Th. X 10 April 2003 2003/8 Shafar 1424 H

The News 4 April 2003

The News 7 Juni 2003

TIME, 12 Mei 2003

TIME, 7 April 2003

Internet

http://www.infopalestina.com/ viewall.asp?id=394

http://www.kompas. com/kompas-cetak/0302/06/opini/105079.htm

http://islamlib.com/id/index.php? page=article&id=13

http://www.unhchr.ch/udhr/lang/inz.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Saddam_Hussein

http://www.whitehouse.gov/president/ gwbbio. html

http://id.wikipedia.org/wiki/George W. Bush

www.whitehouse.org

http://www.islamlib.com/wawancara/goenawan_kalau.html, 3 Februari 2002

http://www.ic-jakarta.com, 5 Februari 2003

http://www. kompas . com/kornpas-cetak 2 Februari 2003

Page 72: IRAK DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · nampaknya AS ingin menambah jangkar hegemoni politiknya dari para pesaingnya