ipsas 2 - nitta sestra afdya - 7b khusus - revisi

11
RESUME INTE ACCOUNTING STA DAN PE KELAS 7B Disusun untuk Mem PROGRAM DIPLOM ERNATIONAL PUBLIC SECTO ANDARD 2 - CASHFLOW STATE ENERAPAN DI INDONESIA NITTA SESTRA AFDYA NPM: 144060006240 B AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS menuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pemerintahan MA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSU OR EMENT US

Upload: nitta

Post on 20-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

RESUME INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR

ACCOUNTING STANDARD 2 - CASHFLOW STATEMENT

DAN PENERAPAN DI INDONESIA

NITTA SESTRA AFDYA

NPM: 144060006240

KELAS 7B AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pemerintahan

PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

RESUME INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR

ACCOUNTING STANDARD 2 - CASHFLOW STATEMENT

DAN PENERAPAN DI INDONESIA

NITTA SESTRA AFDYA

NPM: 144060006240

KELAS 7B AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pemerintahan

PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

RESUME INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR

ACCOUNTING STANDARD 2 - CASHFLOW STATEMENT

DAN PENERAPAN DI INDONESIA

NITTA SESTRA AFDYA

NPM: 144060006240

KELAS 7B AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pemerintahan

PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

Page 2: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

1 | P a g e

IPSAS 2 - CASHFLOW STATEMENT

RESUME DAN PENERAPAN PADA PSAPNitta Sestra Afdya

Mahasiswa Program Diploma IV Spesialisasi Akuntansi Kurikulum Khusus, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Abstrak – Pelaporan kinerja pemerintah dalam bentuk laporan keuangan selalu menjadi perhatian. Hal ini

dikarenakan pelaporan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi yang sesungguhnya terhadap

penggunaan anggaran. Sebagai bagian dari dunia, penerapan standar pelaporan keuangan di Indonesia

diharapkan mampu menghadirkan laporan yang tidak hanya dapat dipahami masyarakat Indonesia, tapi juga

penduduk dunia terutama bagi negara yang berpeluang mengembangkan perekonomiannya di tanah air.

Pembahasan makalah berikut adalah resume dari IPSAS 2 mengenai Laporan Arus Kas dan perbandingannya

dengan Standar yang berlaku di negara kita, sebagai bagian dari perekonomian dunia.

Kata Kunci: IPSAS 2, Laporan Arus Kas, PSAP 3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPSAS, International Public Sector Accounting Standards, adalah standar yang disusun untuk memenuhi

kebutuhan entitas sektor publik. Standar yang disusun oleh International Public Sector Accounting Standards

Board atau IPSASB diadopsi oleh banyak negara di dunia.

Sebagai bagian dari perekonomian dunia, Indonesia memiliki kebutuhan akan standar yang dapat diterima oleh

seluruh negara. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah salah satu negara yang banyak dilirik investor dan menjadi

negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Diawali dengan terbitnya Standar

Akuntansi Keuangan pada tahun 1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia, perkembangan standar untuk memenuhi

kebutuhan semakin pesat. Selain standar untuk pencatatan di sektor swasta tersebut, berkembang pula standar

untuk mencatat transaksi perekonomian pada entitas sektor publik, yang dalam hal ini Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang

bertugas menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam KMK-

308/KMK.012/2002. Diawali dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang

mengamanatkan agar laporan pertanggungjawaban penggunaan APBN/APBD disesuaikan dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan yang disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

Sebagai penindaklanjutan peraturan tersebut, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan

Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah harus

sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sehingga, pada akhirnya Pemerintah berlaku Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai

Page 3: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

2 | P a g e

penyempurna dari peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 untuk menjadi

pedoman pembuatan laporan keuangan sektor publik di Indonesia.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian Laporan Arus Kas sebagaimana IPSAS II;

2. Mengetahui tujuan dan definisi Laporan Keuangan sebagaimana IPSAS I;

3. Mengetahui komponen Laporan Keuangan Basis Akrual berdasarkan IPSAS I;

4. Membandingkan Laporan Keuangan sebagaimana dalam IPSAS 1 dengan penerapannya di dalam Laporan

Keuangan Pemerintah Indonesia;

5. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap makalah ini.

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, Lampiran II PSAP Nomor 3: Laporan Arus Kas;

4. International Public Sector Accounting Standards 2 – Cashflow Statement.

II. PEMBAHASAN

A. INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARDS (IPSAS) 2 - CASHFLOW

STATEMENT

1) Tujuan dari Penyusunan Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas adalah bagian dari laporan keuangan yang mengidentifikasi:

a) sumber arus kas masuk,

b) pos-pos yang mengakibatkan pengeluaran (kas keluar) pada periode pelaporan, dan

c) saldo akhir kas pada tanggal pelaporan.

Informasi arus kas suatu entitas dibutuhkan demi tujuan akuntabilitas dan kebutuhan akan pengambilan

keputusan yang tepat. Informasi aliran kas memungkinkan pengguna untuk memastikan bagaimana entitas

sektor publik berusaha meningkatkan jumlah kas yang dibutuhkannya dalam mendanai kegiatannya dan cara

menggunakannya.

Dalam menyusun dan mengevaluasi keputusan pengalokasian sumber daya, seperti kebersinambungannya

kegiatan entitas, pengguna membutuhkan pemahaman tentang waktu dan tingkat kepastian aliran kas. Tujuan

dari penyusunan Standar ini adalah meminta penyediaan informasi mengenai perubahan historis pada kas dan

setara kas dari suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas selama periode tersebut

dari kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.

Page 4: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

3 | P a g e

2) Ruang Lingkup

Pelaporan arus kas berdasarkan Standar ini adalah pelaporan berbasis akrual dan wajib disajikan sebagai bagian

tak terpisah dari pelaporan keuangan setiap periodenya.

Informasi tentang arus kas berguna bagi pengguna Laporan Keuangan suatu entitas dalam:

a) menilai arus kas entitas,

b) menilai kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan, dan

c) membuat keputusan tentang apakah akan menyediakan sumber daya atau berinvestasi pada suatu

entitas.

Para pengguna laporan keuangan, secara umum, akan memberikan perhatian terhadap pelaporan arus kas. Hal

ini untuk melihat kemampuan entitas dalam menghasilkan dan menggunakan sumber daya berupa kas dan setara

kas, terlepas dari apakah kas tersebut dipandang sebagai hasil akhir sebagaimana yang terjadi pada lembaga

keuangan publik. Karena bagaimanapun kas dan setara kas akan digunakan dalam pembiayaan konsumsi

ataupun kewajiban suatu entitas. Oleh karena itu, Standar ini mengharuskan seluruh entitas (keuangan publik)

untuk menyusun laporan arus kas, kecuali Badan Usaha Milik Pemerintah yang perlakuannya sesuai

International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan IASB.

3) Manfaat dari Informasi Arus Kas

Informasi tentang arus kas suatu entitas berguna dalam membantu pengguna untuk memprediksi:

a) kebutuhan kas pada masa yang akan datang,

b) kemampuan suatu entitas untuk menghasilkan arus kas di masa depan, dan

c) kemampuannya untuk membiayai perubahan lingkup dan sifat kegiatannya.

Sebuah laporan arus kas juga menjadi alat bagi entitas untuk mengukur akuntabilitas terhadap arus kas masuk

dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Historis laporan arus kas juga sering digunakan sebagai indikator

dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas pada masa yang akan datang.

4) Konsep Pencatatan pada Laporan Arus Kas

a) KAS DAN SETARA KAS

Setara kas yang dimaksudkan di sini adalah Setara Kas yang diperuntukkan dalam pemenuhan kebutuhan

kas jangka pendek. Lebih dari itu, maka dianggap sebagai bagian dari aktivitas investasi. Perputaran uang

tunai (Kas menjadi Setara Kas) tidak dianggap bagian dari aktivitas perusahaan (operasi, intestasi, atau

pembiayaan), melainkan bagian dari pengelolaan kas entitas ekonomi (sekelompok entitas pengendali

dan entitas yang dikendalikan dalam pelaporan keuangan).

Jika terdapat perubahan nilai tukar pada investasi berupa Setara Kas, maka perubahan tersebut harus

dinyatakan dalam laporan arus kas dan dipisahkan dari aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan.

Arus kas yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing harus dicatat dalam mata uang fungsional

(yang dijadikan acuan) entitas dengan mengkonversi nilai kurs tersebut terhadap mata uang fungsional

pada tanggal terjadinya arus kas. Jika terdapat selisih dari perubahan nilai tukar mata uang asing sebagai

hasil dari entitas yang dikendalikan pihak asing dan belum terealiasasi, maka keuntungan atau kerugian

tersebut tidak termasuk dalam arus kas (Penjelasan lebih lanjut ada pada IPSAS 4).

Page 5: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

4 | P a g e

b) TRANSAKSI NON-KAS

Transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak membutuhkan penggunaan kas atau setara kas harus

dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi tersebut harus diungkapkan pada satu bagian dari laporan

keuangan yang menyediakan seluruh informasi yang relevan tentang aktivitas invetasi dan pembiayaan.

Contoh transaksi non-kas adalah:

a. Akuisisi aset melalui pertukaran aset, dengan asumsi berhubungan langsung dengan kewajiban atau

dengan cara sewa; dan

b. konversi utang menjadi ekuitas.

c) BADAN USAHA MILIK PEMERINTAH

Badan Usaha Milik Pemerintah yang dimaksud dalam Standar ini adalah usaha perdagangan barang dan

usaha di bidang jasa seperti, pelayanan di bidang keuangan. Pada dasarnya, badan usaha ini tidak berbeda

dari sektor swasta. Hal ini dikarenakan tujuannya yang berorientasi pada keuntungan meskipun terkadang

dibatasi kewajiban kepada Pemerintah. Kewajiban tersebut dapat berupa penyediaan barang dan jasa

dengan biaya yang diminimalkan atau tanpa biaya sama sekali kepada masyarakat.

d) PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS

Dalam penyajiannya, bagian dalam pelaporan arus kas dikelompokkan dalam penggunaan arus kas untuk

aktivitas operasi, invetasi, dan pembiayaan. Klasifikasi berdasarkan aktivitas memberikan informasi yang

memungkinkan pengguna untuk menilai dampak aktivitas-aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan

entitas, dan pada jumlah kas dan Setara Kas yang ada.

AKTIVITAS OPERASI

Jumlah arus kas bersih yang timbul dari aktivitas operasi adalah indikator kunci sejauh mana

operasi suatu entitas yang didanai dari penerimaan pajak (secara langsung dan tidak langsung) atau

dari penerima barang dan jasa yang disediakan oleh entitas.

Arus kas dari aktivitas operasi terutama berasal dari utama kegiatan penghasil kas entitas. Contoh

arus kas dari aktivitas operasi adalah:

a. penerimaankas dari pajak, retribusi, dandenda;

b. penerimaan kas dari biaya penyediaan barang dan jasa;

c. Penerimaan kas dari hibah atau transfer dan alokasi dana dari pemerintah pusat dan entitas

publik lainnya;

d. Penerimaan kas dari royalti, biaya-biaya, komisi, dan pendapatan lainnya;

e. Pengeluaran kas kepada entitas sektor publik lainnya untuk membiayai aktivitas operasi

mereka (tidak termasuk pinjaman);

f. Pengeluaran kas kepada penyedia barang dan jasa;

g. Pengeluaran kas kepada dan atas nama karyawan;

h. Penerimaan dan pengeluaran kas oleh entitas asuransi atas premi dan klaim, anuitas, dan

manfaat polis lainnya;

Page 6: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

5 | P a g e

i. Pengeluaran kas lokal atas pajak properti atau pajak penghasilan dalam kaitannya denga

kegiatan operasi;

j. Penerimaan dan pengeluaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk diselesaikan atau

diperdagangkan;

k. Penerimaan atau pengeluaran kas dari penghentian operasi; dan

l. Penerimaan atau pengeluaran kas dalam kaitannya dengan penyelesaian suatu perkara.

Beberapa transaksi, seperti penjualan bagian pabrik, dapat menghasilkan keuntungan atau kerugian

yang dapat dimasukkan dalam surplus atau defisit. Arus kas yang berkaitan dengan transaksi

tersebut adalah arus kas dari aktivitas investasi.

Suatu entitas dapat mengelola surat berharga dan pinjaman dengan tujuan transaksi atau

perdagangan, yang dalam hal ini surat berharga dan pinjaman tersebut termasuk barang persediaan

yang secara spesifik akan diperjualbelikan. Oleh karena itu, kenaikan arus kas yang berasal dari

pembelian dan penjualan surat berharga diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Demikian pula,

uang muka dan pinjaman yang disediakan oleh lembaga keuangan publik diklasifikasikan sebagai

aktivitas operasi, karena erat kaitannya dengan aktivitas peningkatan kas entitas tersebut.

Suatu Entitas harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari

metode berikut:

a. Metode Langsung, dimana klasifikasi utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto

diungkapkan; atau

b. Metode Tidak Langsung, dimana surplus atau defisit disesuaikan sebagai efek dari transaksi

yang bersifat non-kas, setiap penangguhan atau akrual dari penerimaan dan pengeluaran kas

operasi masa lalu atau masa depan,dan item pendapatan atau beban dihubungkan dengan arus

kas investasi atau pendanaan.

Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode

langsung. Metode Langsung memberikan informasi bahwa (a) kemungkinan arus kas masa depan,

dan (b) yang tidak tersedia dalam penerapan metode tidak langsung. Berdasarkan metode langsung,

informasi tentang kelas-kelas utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat

diperoleh baik dari:

a. Dari pencatatan akuntansi entitas; atau

b. Dengan menyesuaikan pendapatan operasi, biaya operasional (bunga dan pendapatan sejenis,

beban bunga dan biaya yang sama untuk suatu lembaga keuangan publik), dan item lainnya

dalam laporan kinerja keuangan untuk:

Perubahan selama periode dalam hal persediaan dan piutang usaha dan utang-utang;

item non-kas lainnya; dan

Item lainnya yang efek kas ada pada arus kas investasi atau pembiayaan.

Berdasarkan Metode Tidak Langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan

menyesuaikan surplus atau defisit dari aktivitas normal sebagai efek dari:

a. Perubahan selama periode dalam hal persediaan dan piutang usaha dan utang-utang;

Page 7: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

6 | P a g e

b. item non-kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak yang ditangguhkan, keuntungan dan

kerugian yang belum terealisasi dari mata uang asing, surplus yang tidak dibagikan, dan hak

minoritas; dan

c. Semua barang-barang lainnya yang efek kas ada pada arus kas investasi atau pembiayaan.

AKTIVITAS INVESTASI

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah penting karena arus kas

ini menunjukkan sejauh mana arus kas keluar telah diupayakan untuk berkontribusi pada potensi

entitas. Hanya arus kas keluar yang menghasilkan aset yang bisa diakui dalam neraca yang layak

diklasifikasikan sebagai aktivitas investasi. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas

investasi adalah:

a. Pengeluaran kas untuk membeli properti, pabrik, dan peralatan, aset tak berwujud dan jangka

panjang lainnya. Pengeluaran ini termasuk yang berkaitan dengan biaya pengembangan yang

dikapitalisasi serta properti, pabrik, dan peralatan yang dibangun sendiri;

b. Penerimaan kas dari penjualan aset, dan peralatan, aset tak berwujud, dan aset jangka panjang

lainnya.

c. Pengeluaran kas untuk memperoleh ekuitas atau instrumen utang entitas lainnya dan

pembayaran bunga untuk usaha bersama;

d. Penerimaan kas dari penjualan ekuitas atau instrumen utang entitas lainnya dan penerimaan

dari bunga usaha bersama;

e. Uang muka dan pinjaman kepada pihak lain (selain uang muka dan pinjaman yang dibuat oleh

lembaga keuangan publik);

f. Penerimaan kas dari pembayaran uang muka dan pinjaman dibuat untuk pihak lain (selain uang

muka dan pinjaman dari lembaga keuangan publik);

g. Pembayaran kas untuk kontrak berjangka, kontrak penerusan, kontrak pilihan, dan kontrak

pengalihan kecuali jika kontrak diadakan untuk transaksi atau tujuan perdagangan, atau

pengeluaran yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pembiayaan; dan

h. Penerimaan kas dari kontrak berjangka, kontrak penerusan, kontrak pilihan, dan kontrak

pengalihan.

AKTIVITAS PENDANAAN

Pengungkapan terpisah kenaikan arus kas yang berasal dari aktivitas pembiayaan adalah penting,

karena berguna dalam memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh penyedia modal

entitas. Beberapa contoh kegiatan arus kas yang berasal dari aktivitas pembiayaan adalah:

a. kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, obligasi, hipotik, dan pinjaman jangka panjang

dan jangka pendek lainnya;

b. pengeluaran kas untuk pinjaman; dan

c. pengeluaran kas oleh penyewa untuk mengurangi kewajiban yang berkaitan dengan

kontrak/perjanjian pembiayaan.

Page 8: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

7 | P a g e

e) BUNGA DAN DIVIDEN ATAU DISTRIBUSI SEJENIS

Arus kas dari bunga dan dividen atau distribusi sejenis yang diterima dan dibayarkan diungkapkan secara

terpisah. Masing-masing harus diklasifikasikan secara konsisten dari satu periode ke periode lainnya,

baik sebagai aktivitas operasi (karena terkait penetuan surplus atau defisit), aktivitas investasi, maupun

aktivitas pembiayaan (sebagai sumber daya keuangan).

f) PAJAK ATAS SURPLUS BERSIH

Arus kas yang timbul dari pajak atas surplus harus diungkapkan secara terpisah dan harus

diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi, kecuali mereka dapat diidentifikasikan secara

khusus sebagai aktivitas pembiayaan dan investasi. Entitas sektor publik umumnya dibebaskan dari pajak

atas surplus bersih. Namun, beberapa entitas sektor publik dapat beroperasi dengan kesetaraan terhadap

pajak, di mana pajak dikenakan dengan cara yang sama seperti pada entitas sektor swasta.

g) INVESTASI DALAM ENTITAS YANG DIKENDALIKAN, ASOSIASI, DAN USAHA BERSAMA

Ketika akuntansi untuk investasi dalam asosiasi atau entitas terkendali dicatat dengan menggunakan

metode ekuitas atau biaya, investor membedakan pelaporan arus kas untuk arus kas antara dirinya dan

investee, misalnya, untuk dividen atau distribusi sejenis dan uang muka.

h) AKUISISI DAN PELEPASAN ENTITAS YANG DIKENDALIKAN BERSAMA DAN UNIT

OPERASI LAINNYA

Arus kas agregat yang timbul dari akuisisi dan pelepasan dari entitas yang dikendalikan atau unit operasi

lainnya harus dinyatakan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai aktivitas investasi.

i) PENGUNGKAPAN LAINNYA

Sebuah entitas harus mengungkapkan, dalam Catatan atas Laporan Keuangan, jumlah kas signifikan dan

saldo setara kas yang dimiliki oleh entitas tapi yang tidak boleh digunakan oleh entitas keuangan.

Ada berbagai situasi di mana kas dan saldo setara yang tersedia tidak dapat digunakan oleh entitas

ekonomi. Sebagai contoh adalah kas dan setara kas yang dimiliki oleh entitas yang dikendalikan pada

suatu Negara dimana kendali pertukarannya atau pembatasan hukum berlaku, ketika saldo tidak dapat

digunakan pada kondisi umum oleh entitas pengendali maupun entitas yang dikendalikan.

Informasi tambahan mungkin relevan bagi pengguna dalam memahami posisi keuangan dan likuiditas

dari suatu entitas. Keterbukaan informasi ini, berikut catatan atas laporan keuangan, dikemukakan dan

dapat termasuk:

a. Jumlah fasilitas pinjaman yang belum ditarik yang tersedia untuk aktivitas operasi pada masa yang

akan datang dan untuk mengatur modal, yang mengindikasikan pembatasan pada penggunaan

fasilitas ini;

b. jumlah agregat penggunaan arus kas dari tiap aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan yang

berkaitan dengan hak dalam usaha bersama dilaporkan dengan konsolidasi proporsional; dan

Page 9: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

8 | P a g e

c. Jumlah dan sifat saldo kas yang dibatasi penggunaannya.

Dimana alokasi atau otorisasi anggaran disusun dengan kas basis, di sanalah laporan arus kas dapat

membantu pengguna dalam memahami hubungan antara aktivitas atau program entitas dan informasi

penganggaran pemerintah.

j) TANGGAL EFEKTIF

Pada awalnya, penerapan Standar ini harus dilakukan oleh Entitas yang periode pelaporan keuangan

tahunannnya dimulai pada atau setelah 1 Juli 2001. Penggunaan lebih dini dianjurkan dengan

mengungkapkan fakta tersebut pada laporan keuangan tahunan.

Perihal ini kemudian diubah lagi dengan Paragraf 22 pada Improvement of IPSAS pada Januari 2010 dan

Paragraf 25 pada Improvement of IPSAS November 2010 sehingga perubahan terakhir (IPSAS

November 2010), mengharuskan penerapan yang tercantum pada Improvement of IPSAS pada laporan

keuangan tahunan yang periodenya dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Penerapan lebih

dini dianjurkan dengan mengungkapkan fakta tersebut pada laporan keuangan tahunan.

B. PENERAPAN IPSAS 2 DI INDONESIA

Salah satu dari tindak lanjut dari adanya kewajiban penyusunan laporan pertanggungjawaban yang sesuai

Standar yang ditetapkan Pemerintah yang pada awal tulisan ini, penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan

sendiri akhirnya dilakukan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri

Keuangan. KSAP melakukan penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan atas dasar konsep-konsep yang

berlaku umum dan berlaku secara internasional disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di Indonesia.

Standar Akuntansi Pemerintahan sendiri akhirnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun

2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yang terdiri dari 11 Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan (PSAP), yaitu:

1) PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan;

2) PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran;

3) PSAP 03 : Laporan Arus Kas;

4) PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan;

5) PSAP 05 : Akuntansi Persediaan;

6) PSAP 06 : Akuntansi Investasi;

7) PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap;

8) PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;

9) PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban;

10) PSAP 10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan

Operasi Yang Tidak Dilanjutkan;

11) PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian.

Page 10: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

9 | P a g e

PSAP NOMOR 3 SEBAGAI PENERAPAN IPSAS 2

PSAP 3 tentang Laporan Arus Kas adalah bentuk penerapan IPSAS 2 tentang Cash Flow Statement yang

disesuaikan dengan kondisi Pemerintahan di Indonesia. Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus kas

pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat dan daerah, atau organisasi

lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan atau menurut standar, satuan organisasi dimaksud wajib

menyusun laporan arus kas, kecuali perusahaan negara/daerah yang diatur tersendiri dalam Standar Akuntansi

Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Entitas pelaporannya adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Satuan organisasi di lingkungan

pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya yang memiliki fungsi perbendaharaan.

PSAP Nomor 3 mengadopsi hampir seluruh substansi IPSAS 2. Yang berbeda pada PSAP Nomor 3 adalah

PSAP mengklasifikasikan aktivitas menjadi 4 jenis, yaitu:

a) Aktivitas Operasi

Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah

dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang

tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.

b) Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto

dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan

mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.

c) Aktivitas Pembiayaan

Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto sehubungan

dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim

pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan

datang.

d) Aktivitas Nonanggaran

Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak

mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas

nonanggaran antara lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang

berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk

pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar

rekening kas umum negara/daerah.

Selain hal tersebut, konsep lain seperti pencatatan dividen, bunga, dan investasi sama dengan yang distandarkan

oleh IPSASB. Hal ini dikarenakan IPSAS 2 dianggap sudah mewakili kebutuhan standar pencatatan arus kas

pada pelaporan keuangan Pemerintah tiap periodenya.

Page 11: Ipsas 2 - Nitta Sestra Afdya - 7b Khusus - Revisi

10 | P a g e

III. KESIMPULAN

Seiring berkembangnya sistem pencatatan sektor swasta di dunia, kebutuhan standar pencatatan di sektor publik

juga meningkat. Hal ini dikarenakan tuntutan penyediaan laporan keuangan yang akuntabel dan mudah

dimengerti oleh banyak orang, tidak hanya di negara tersebut tapi juga di seluruh dunia. IPSASB, sebagai

organisasi yang telah dipercaya, menerbitkan IPSAS yang dapat dijadikan panduan bagi Pemerintah negara

manaupun dalam penyusunan standar akuntansi sektor publik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan negara

pengguna.

Sebagai negara berkembang dengan penduduk yang sangat banyak dan menjadi incaran banyak investor,

Indonesia ikut menggunakan IPSAS sebagai panduan penyusunan sistem akuntansi publik. Bahkan dalam PSAP

Nomor 3 tentang Laporan Arus Kas, Indonesia menerapkan hampir seluruh substansi IPSAS 2 dengan

perbedaan hanya pada klasifikasi aktivitas.

IV. SARAN

Agar sistem akuntansi sektor publik kita dapat dengan mudah dipahami seluruh penduduk dunia, khususnya

Indonesia, tidak mengapa kita mengadopsi Standar yang ditetapkan oleh IPSASB. Karena bagaimanapun,

dengan adanya adopsi Standar yang berlaku umum, konsep dari pencatatan akan lebih mudah dimengerti oleh

siapapun yang menggunakannnya.

Meskipun demikian, memperhatikan kesesuaian pencatatan dengan sistem perekonomian tetap dibutuhkan

mengingat sistem perekonomian negara para pendiri IPSASB adalah berbeda dengan Indonesia. Kesesuaian

tersebut sudah cukup tepat dengan melakukan reklasifikasi aktivitas agar sesuai kebutuhan kita. Diharapkan,

konsistensi tersebut tetap terjaga walaupun telah direvisi sampai kapanpun.

V. REFERENSI

[1] http://www.warsidi.com/2010/07/international-public-sector-accounting.html, diakses 21 November 2014.

[2] International Public Sector Accounting Standards 2 - CashflowStatement. International Public Sector

Accounting Standards Board.