ipi97018.pdf

8
AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN KEJUTAN DINGIN PADA PEMBENTUKAN INDIVIDU TRIPLOID IKAN PATIN (Pangasius sp) Dwi Puji Hartono 1 · Dian Febriani 1 Ringkasan Tujuan kegiatan penelitian ada- lah mengetahui pengaruh lama waktu ke- jutan suhu terhadap pembentukan indivi- du triploid pada ikan patin, tingkat derajat penetasan dan kelangsungan hidup larva ikan patin Perlakuan lama waktu kejutan suhu dingin yang diberikan masing-masing 120 detik, 180 detik dan 240 detik pada su- hu 4 o C pada fase meiosis 1. Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Pe- netasan dan pemeliharaan larva dilakukan pada akuarium serta hapa untuk kegiatan pendederan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu kejutan suhu dingin memberikan hasil yang nyata ter- hadap pembentukan individu triploid pa- da ikan patin (P<0,05). Persentase indi- vidu triploid tertinggi diperoleh pada la- ma waktu kejutan 78,33%. Selain itu ting- kat pertumbuhan benih ikan patin hingga hari ke-28 menunjukkan peningkatan sejal- an dengan peningkatan persentase indivi- du triploid dari masing-masing perlakuan. Laju pertumbuhan tertinggi diperoleh da- ri perlakuan lama waktu kejutan suhu 4 o C sebesar 10,40 %. 1 ) Staf Pengajar Program Studi Budidaya Peri- kanan Politeknik Negeri Lampung, Jl. Soekarno- Hatta Rajabasa, Bandar Lampung 35144, Telp (0721)703995 Fax (0721)787309, E-mail: [email protected] Keywords ikan patin, triploid, lama waktu kejutan suhu dingin, rekayasa kromosom PENDAHULUAN Dewasa ini, pengembangan rekayasa kro- mosom pada ikan patin telah mulai banyak dilakukan. Hal ini dilakukan selain untuk mencegah terjadinya perkawinan secara acak sehingga menyebabkan penurunan secara genetik yang ditandai dengan tingkat per- tumbuhan yang semakin menurun, dera- jat penetasan yang rendah serta ketahan- an tubuh yang rendah, juga dilakukan un- tuk mendapatkan individu yang mempu- nyai pertumbuhan yang cepat. Salah satu aplikasi yang telah dilakukan adalah pem- bentukan individu triploid atau yang mem- punyai struktur kromosom 3n. Pembentuk- an individu triploid yang telah dilakukan adalah dengan cara menahan terlepasnya polar body II, atau dengan cara menga- winkan ikan tetraploid dengan ikan diplo- id normal [1]. Proses ini dilakukan melalui pemberian kejutan suhu pada saat pem- belahan meiosis 1 sehingga polar body II tidak keluar dari sel telur. Beberapa apli- kasi pembentukan individu triploid dengan menggunakan kejutan suhu antara lain de- ngan menggunakan kejutan suhu panas dan suhu dingin. Permasalahan yang ditemuk- an adalah masih rendahnya persentase in-

Upload: hasansahimin

Post on 24-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ipi97018.pdf

AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN KEJUTAN DINGIN PADA

PEMBENTUKAN INDIVIDU TRIPLOID IKAN PATIN (Pangasius sp)

Dwi Puji Hartono1 · Dian Febriani1

Ringkasan Tujuan kegiatan penelitian ada-lah mengetahui pengaruh lama waktu ke-jutan suhu terhadap pembentukan indivi-du triploid pada ikan patin, tingkat derajatpenetasan dan kelangsungan hidup larvaikan patin Perlakuan lama waktu kejutansuhu dingin yang diberikan masing-masing120 detik, 180 detik dan 240 detik pada su-hu 4oC pada fase meiosis 1. Masing-masingperlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Pe-netasan dan pemeliharaan larva dilakukanpada akuarium serta hapa untuk kegiatanpendederan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa perlakuan lama waktu kejutan suhudingin memberikan hasil yang nyata ter-hadap pembentukan individu triploid pa-da ikan patin (P<0,05). Persentase indi-vidu triploid tertinggi diperoleh pada la-ma waktu kejutan 78,33%. Selain itu ting-kat pertumbuhan benih ikan patin hinggahari ke-28 menunjukkan peningkatan sejal-an dengan peningkatan persentase indivi-du triploid dari masing-masing perlakuan.Laju pertumbuhan tertinggi diperoleh da-ri perlakuan lama waktu kejutan suhu 4oCsebesar 10,40 %.

1) Staf Pengajar Program Studi Budidaya Peri-kanan Politeknik Negeri Lampung, Jl. Soekarno-Hatta Rajabasa, Bandar Lampung 35144,Telp (0721)703995Fax (0721)787309,E-mail: [email protected]

Keywords ikan patin, triploid, lamawaktu kejutan suhu dingin, rekayasakromosom

PENDAHULUAN

Dewasa ini, pengembangan rekayasa kro-mosom pada ikan patin telah mulai banyakdilakukan. Hal ini dilakukan selain untukmencegah terjadinya perkawinan secara acaksehingga menyebabkan penurunan secaragenetik yang ditandai dengan tingkat per-tumbuhan yang semakin menurun, dera-jat penetasan yang rendah serta ketahan-an tubuh yang rendah, juga dilakukan un-tuk mendapatkan individu yang mempu-nyai pertumbuhan yang cepat. Salah satuaplikasi yang telah dilakukan adalah pem-bentukan individu triploid atau yang mem-punyai struktur kromosom 3n. Pembentuk-an individu triploid yang telah dilakukanadalah dengan cara menahan terlepasnyapolar body II, atau dengan cara menga-winkan ikan tetraploid dengan ikan diplo-id normal [1]. Proses ini dilakukan melaluipemberian kejutan suhu pada saat pem-belahan meiosis 1 sehingga polar body IItidak keluar dari sel telur. Beberapa apli-kasi pembentukan individu triploid denganmenggunakan kejutan suhu antara lain de-ngan menggunakan kejutan suhu panas dansuhu dingin. Permasalahan yang ditemuk-an adalah masih rendahnya persentase in-

Page 2: ipi97018.pdf

62 Dwi Puji Hartono1, Dian Febriani1

dividu triploid yang terbentuk. Kondisi inidisebabkan lama waktu kejutan yang dila-kukan masih belum sepenuhnya dapat me-nahan polar body II di dalam telur sehing-ga mengakibatkan individu yang terbentukadalah individu diploid normal. Oleh kare-na itu dilakukan kajian dalam menentukanlama waktu kejutan suhu yang diberikanuntuk meningkatkan persentase pemben-tukan individu triploid.

Tujuan kegiatan penelitian ini adalah un-tuk 1. mengetahui pengaruh lama waktukejutan suhu terhadap pembentukan indi-vidu triploid pada ikan patin 2. mengetahuipengaruh lama waktu kejutan suhu terha-dap tingkat derajat penetasan dan kelang-sungan hidup larva ikan patin 3. menge-tahui pengaruh individu triploid terhadaptingkat pertumbuhan ikan patin.

MATERI DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian iniadalah induk ikan patin, larutan asetocar-min, asam asetat glacial, etanol absolut, al-kohol, AgNO3, metylene blue, gelatin, gli-serin, asam formiat, artemia, garam dapur,ovaprim, pelet, cacing serta ragi roti se-bagai bahan kultur pakan alami. Sedangk-an alat yang digunakan dalam pelaksanaanpenelitian ini antara lain akuarium besertasistem aerasinya sebagai media pemeliha-raan dengan ukuran 40 x 60 x 50 cm se-banyak 12 buah, hapa berukuran 1,3 x 1 x0,5 m sebanyak 12 buah, pompa air, aera-tor, mikroskop, syringe, timbangan anali-tik, box staining, gelas preparat, mangkokserta perlengkapan pemijahan lainnya.

Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam pene-litian ini adalah rancangan acak lengkap(RAL) dengan tiga ulangan. Sebagai per-lakuan adalah perbedaan lama waktu ke-jutan dingin serta satu buah kontrol tanpaperlakuan. Perlakukan lama waktu kejut-an yang digunakan adalah 120 detik, 180detik dan 240 detik pada suhu 4oC. Seti-ap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak3 kali. Data dianalisis dengan sidik ragamuntuk mendapatkan penduga ragam galat

dan uji signifikasi untuk mengetahui per-bedaan antar perlakuan.

Pemijahan Ikan Patin

Penelitian diawali dengan persiapan mediapemijahan serta seleksi terhadap ikan pa-tin yang akan digunakan sebagai induk. In-duk ikan patin yang digunakan mempunyaiberat 2-3 kg per ekor untuk betina dan 1,5-2,5 kg untuk jantan. Proses pemijahan di-lakukan dengan menggunakan metode ka-win suntik (induce breeding) dengan ban-tuan rangsangan hormon ovaprim. Dosisyang digunakan dalam penyuntikan ada-lah 0,9 ml/kg. Penyuntikan hanya dilakuk-an pada induk betina dan dilakukan seba-nyak 2 kali dengan perbandingan 1/3 do-sis digunakan untuk penyuntikan pertamadan 2/3 dosis digunakan untuk penyuntik-an kedua. Jarak antar penyuntikan adalah10 jam. Pengeluaran telur dilakukan sete-lah 6-8 jam dari penyuntikan kedua dengancara distriping. Induk betina yang telahmengalami ovulasi, distriping untuk men-dapatkan telur. Telur hasil striping dile-takkan di dalam mangkok yang telah di-bersihkan. Pengambilan sperma dari jant-an dilakukan dengan mengurut bagian uro-genital untuk mengeluarkan sperma. Sper-ma dari induk jantan di tampung di da-lam beaker glass yang telah diberi larutanNaCl 0,9 %. Pembuahan dilakukan seca-ra buatan dengan cara mencampur telurdan sperma serta diberikan larutan pembu-ahan berupa larutan fisiologis. Telur yangtelah dicampur dengan sperma kemudianditebar pada media penetasan telur beru-pa akuarium yang telah diberi aerasi danheater sebagai pengatur suhu pada mediapenetasan.

Perlakuan Kejutan Suhu

Aplikasi kejutan suhu dilakukan dengan meng-gunakan kejutan dingin untuk memperolehikan triploid (3n). Tiga menit setelah ter-jadi pembuahan diikuti dengan perlakuankejutan dingin pada suhu 4oC selama 120

Page 3: ipi97018.pdf

Pengaruh Lama Waktu Pemberian Kejutan Dingin 63

detik, 180 detik dan 240 detik Setelah dila-kukan kejutan suhu dari setiap perlakuan,telur dimasukkan ke dalam akuarium un-tuk proses inkubasi. Proses inkubasi telurdilakukan di dalam akuarium yang telahdiberi air setinggi 25 cm hingga terjadi pe-netasan telur.

Penetasan Telur

Telur yang telah ditebar pada media pe-netasan dibiarkan dan diamati perkemba-ngannya untuk menentukan derajat pem-buahan. Telur ikan patin akan menetas se-telah 20-26 jam dari proses pembuahan.Setelah proses penetasan dilakukan penyi-ponan pada media penetasan untuk mem-buang telur yang tidak menetas.

Pemeliharaan Larva

Larva ikan patin hasil penetasan dipeliha-ra pada media akuarium. Pemberian pak-an dilakukan saat larva berumur 3 hari.Pakan yang diberikan adalah naupli arte-mia dengan frekuensi pemberian sebanyak6 kali yaitu pada pukul 06.00, 10.00, 14.00,18.00, 22.00, dan 02.00 WIB. Pemberianartemia dilakukan hingga larva berumur 7hari. Pakan yang diberikan pada larva yangberumur 7 hari adalah cacing sutera de-ngan frekuensi pemberian sebanyak 3 kaliyaitu pagi, siang dan sore hari secara addli-bitum. Pada media pemeliharaan larva di-lakukan penyiponan dan pergantian air se-tiap 2 hari sekali untuk menjaga kondisimedia tetap bersih. Pemeliharan larva di-akuarium dilakukan hingga larva berumur28 hari.

Pengamatan Derajat Penetasan dan Ke-langsungan Hidup

Perhitungan derajat penetasan dari masing-masing perlakuan dilakukan setelah telurmenetas dengan mengitung jumlah teluryang menetas dan jumlah telur yang tidak

menetas pada tiap lempengan kaca di ti-ap persilangan. Perhitungan derajat pene-tasan telur dilakukan dengan menggunak-an persamaan berikut :

HR =Tm

Tm + Ttm(1)

dimana HR adalah derajat penetasan (%),Tm adalah jumlah telur yang menetas, Ttm

adalah jumlah telur yang tidak menetas

Untuk melihat kelangsungan hidup selamapemeliharaan, dilakukan sampling tiap 7hari sekali. Sampling dilakukan secara acakpada tiap media pemeliharaan. Perhitung-an kelangsungan hidup larva dilakukan de-ngan menggunakan persamaan berikut:

SR =Fst

FsoX 100% (2)

dimana SR adalah derajat kelangsunganhidup (%), Fst adalah jumlah ikan yang hi-dup pada T1 dan Fso adalah jumlah ikanyang hidup pada awal pemeliharaan

Pengamatan Persentase Individu Triploid(3n)

Keberhasilan triploidisasi merupakan per-sentase jumlah ikan uji yang triploid da-ri jumlah total ikan uji yang diamati un-tuk tiap perlakuan. Keberhasilan triploi-disasi ini didasarkan pada hasil penguji-an yang dilakukan dengan metode peng-hitungan jumlah nukleolus.

Pertumbuhan

Laju Pertumbuhan harian dihitung denganmenggunakan persamaan berikut :

α = ( t

√wt

wo)− 1X 100% (3)

dimana α adalah pertumbuhan harian (%),wt adalah bobot akhir pengamatan (gr),wo adalah bobot awal pengamatan (gr) dant adalah waktu pengamatan (hari)

Page 4: ipi97018.pdf

64 Dwi Puji Hartono1, Dian Febriani1

Tabel 1 Derajat penetasan telur ikan patin hasilperlakuan kejutan suhu dengan lama waktu kejut-an yang berbeda

UlanganDerajat Penetasan Telur (%)

Kontrol 120 Detik 180 detik 240 detik

1 72.28 66.58 63.58 40.46

2 76.12 60.55 50.92 63.25

3 86.93 67.85 64.05 61.72

Rerata 78.44 64.99 59.52 55.14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Derajat Penetasan Telur

Hasil pengamatan terhadap derajat pene-tasan telur ikan patin hasil perlakuan ke-jutan suhu seperti terlihat pada Tabel 1.Berdasarkan uji statistik dengan menggu-nakan sidik ragam ANOVA menunjukkanadanya perbedaan yang nyata antar per-lakuan dengan kontrol (P<0,05). Derajatpenetasan tertinggi diperoleh pada perla-kuan kontrol sebesar 78,44 % sedangkanterendah pada perlakuan lama waktu ke-jutan suhu 240 detik sebesar 55,14 %.

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwaderajat penetasan cenderung mengalami pe-nurunan sejalan dengan makin lamanya wak-tu kejutan suhu yang diberikan. Hal ini da-pat disebabkan oleh rusaknya membran te-lur dan sensivitas embrio dari perlakuanyang diberikan serta kerusakan fisik teluryang mengakibatkan proses meiosis II ma-upun pada saat mitosis terjadi mengalamigangguan [2]. Derajat penetasan telur hasilperlakuan kejutan dingin dapat digolongk-an masih lebih baik dari perlakuan denganmenggunakan kejutan panas. Menurut [3],derajad penetasan hasil perlakuan kejutanpanas untuk menghasilkan individu triplo-id pada ikan lele dumbo berkisar antara 40– 70 %. Persentase Individu Triploid.

Persentase Individu Triploid

Hasil pengamatan ikan perlakuan terhadappembentukan individu triploid (3n) disa-jikan pada Tabel 2. Berdasarkan uji sta-tistik yang dilakukan menunjukkan adanya

Tabel 2 Persentase individu ikan patin triploidhasil perlakuan kejutan suhu dengan lama waktukejutan yang berbeda

UlanganIndividu Triploid (%)

Kontrol 120 Detik 180 detik 240 detik

1 - 75.00 75.00 75.00

2 - 80.00 80.00 75.00

3 - 80.00 75.00 75.00

Rerata - 78.33 76.67 75.00

perbedaan yang nyata antara perlakuan de-ngan kontrol (P<0,05). Selanjutnya hasiluji lanjut yang dilakukan menunjukkan bah-wa tidak adanya perbedaan yang nyata an-tar perlakuan yang diberikan.

Nilai persentase individu triploid terting-gi diperoleh pada perlakuan lama waktukejutan 120 detik yaitu sebesar 78,33 %dan terkecil pada perlakuan lama waktukejutan 240 detik sebesar 68,33%, sedangk-an perlakuan tanpa diberi kejutan dingindiperoleh hasil 100 % diploid. Hasil yangdiperoleh menunjukkan bahwa perlakuankejutan yang diberikan pada telur mampumencegah terjadinya pelepasan polar bo-dy II dan tidak mengakibatkan kematiantotal pada zigot. Tingkat keberhasilan tri-ploidisasi pada penelitian ini semakin me-nurun dengan semakin lamanya waktu ke-jutan. Menurut [4], setelah batas tertentu,hasil triploid menurun, karena polar bodyII telah lepas sehingga tidak dapat menya-tu kembali ke dalam pronukleus embrio.Suhu kejutan dingin merupakan salah sa-tu faktor utama dalam mengubah jumlahkromosom dari diploid (2n) menjadi triplo-id (3n) pada waktu awal setelah fertilisasidiketahui dan lama pemberian kejutan di-tentukan. Terdapatnya penambahan satuset kromosom diduga sebagai akibat daripenahanan kutup II (polar bodi II) padasaat diberi kejutan suhu. [5] menyatakanbahwa terbentuknya ikan-ikan triploid dia-kibatkan oleh adanya penambahan satu setkromosom pada saat sel diploid sedangk-an, sumber dari satu set kromosom dalamikan trilpoid adalah badan kutup II yangterdapat dalam sel telur. Perlakuan kon-trol yang dilakukan tanpa adanya kejutandingin menunjukkan hasil 100 % individu

Page 5: ipi97018.pdf

Pengaruh Lama Waktu Pemberian Kejutan Dingin 65

diploid. Selain itu, adanya perbedaan vari-asi pada individu triploid dapat disebabk-an karena adanya variasi atau ketidak se-ragaman waktu fertilisasi pada saat pem-berian kejutan suhu panas yang dilakukan.Tidak tercapainya prosentase maksimal ke-turunan trilpoid pada ikan Channel catfi-sh disebabkan oleh adanya variasi dalamfertilisasi, dan pelepasan badan kutup IIpada telur ikan salmon sangat ditentukanoleh mobilitas sperma, kecepatan spermamelewati saluran mokrofil dan kemampu-an sperma untuk penetrasi ke dalam intisel telur. Bagian tubuh ikan yang digunak-an untuk pemeriksaan triploid adalah siripekor, dengan tujuan agar ikan hasil uji atauyang diambil bagian tubuhnya tidak meng-alami kematian. Jaringan yang dibutuhk-an dalam pembuatan preparat amat sedi-kit sehingga sampel dapat diperoleh tanpamembunuh ikan. Pemeriksaan triploid de-ngan perhitungan jumlah nukleolus padasetiap sel dapat dilakukan karena disam-ping murah biayanya juga peralatan yangdigunakan relatif sederhana dan perhitung-an nukleolus dapat diterapkan pada seti-ap spesies ikan. Dari pengamatan prepa-rat nukleolus diperoleh 100 % ikan tan-pa kejutan memiliki maksimal 3 nukleolusper sel, individu triploid memiliki maksi-mal 4 nukleolus per sel. Dengan pewar-naan perak nitrat, sel berwarna kuning-kecoklatan dan nukleolus nampak berwar-na coklat-kehitaman. Menurut [2], pewar-na perak hanya mampu mewarnai nukle-olus pada NOR yang aktif, tidak semuaNOR aktif pada saat pembuatan preparatdilakukan. Terjadinya peningkatan jumlahmaksimal nukleolus sebagai indikasi pening-katan jumlah kromosom pada ikan triploid.

Kelangsungan Hidup

Hasil pengamatan kelangsungan hidup la-rva hingga hari ke-28 disajikan pada Tabel3. Berdasarkan uji statistik yanng dilakuk-an menunjukkan tidak adanya perbedaanyang nyata antar perlakuan (P<0,05). Halini menunjukkan bahwa lama waktu kejut-an dingin pada fase embrio tidak membe-

Tabel 3 Tingkat kelangsungan hidup larva ikanpatin hasil perlakuan kejutan suhu dengan lamawaktu kejutan yang berbeda

UlanganDerajat Kelangsungan Hidup (%)

Kontrol 120 Detik 180 detik 240 detik

1 72.94 76.25 73.95 67.30

2 83.33 74.84 75.06 62.21

3 60.59 52.61 61.73 70.28

Rerata 72.27 67.90 70.25 66.60

Tabel 4 Tingkat laju pertumbuhan ikan patin(%) hingga hari ke-28 hasil hasil perlakuan kejutandingin pada lama waktu kejutan yang berbeda

UlanganDerajat Kelangsungan Hidup (%)

Kontrol 120 Detik 180 detik 240 detik

1 7.31 11.41 9.52 9.71

2 9.19 10.07 9.71 9.52

3 8.69 9.71 9.52 9.52

Rerata 8.40 10.40 9.58 9.58

rikan pengaruh terhadap kelangsungan hi-dup larva.

Hasil perlakuan kejutan dingin menunjukk-an tidak adanya pengaruh yang nyata ter-hadap kelangsungan hidup larva. Hal iniberbeda pada beberapa kegiatan pemben-tukan individu triploid dengan menggunak-an kejutan panas. Menurut [3] pemberiankejutan panas akan dapat menurunkan de-rajat kelangsungan hidup larva pada ik-an lele dumbo. Selanjutnya [2] menyatakanbahwa kejutan panas yang diberikan padafase meiosis II dapat menyebabkan keru-sakan membran embrio sehingga akan da-pat menghasilkan individu abnormal. Halini dapat menyebabkan penurunan kelang-sungan hidup pada fase awal pemelihara-an.

Berdasarkan Gambar 1 terlihat larva ha-sil perlakuan menunjukkan pertambahanpanjang yang semakin besar. Pertambah-an panjang mulai dari hari ke-7 hingga ha-ri ke 28 terbesar diperoleh pada perlakuandengan lama waktu kejutan 120 detik yai-tu sebesar 2,53 cm sedangkan pertambah-an terkecil pada kontrol dengan pertam-bahan sebesar 1,87 cm. Pada perlakuan la-ma waktu kejutan 180 detik dan 240 de-tik masing-masing diperoleh pertambahanpanjang sebesar 2,33 cm. Hasil ini menun-

Page 6: ipi97018.pdf

66 Dwi Puji Hartono1, Dian Febriani1

Gambar 1 Pertumbuhan panjang harian larvaikan patin (Pangasius hypopthalmus) hasil per-lakuan kejutan dingin pada lama waktu kejutanyang berbeda

jukkan bahwa dengan semakin tingginyajumlah individu triploid pada populasi ik-an patin akan meningkatkan pertumbuhanpanjang rata-rata secara keseluruhan.

Tabel 4 menunjukkan tingkat laju pertum-buhan larva ikan patin hingga hari ke-28.Uji statistik yang dilakukan menunjukkanbahwa perlakuan tidak memberikan perbe-daan yang nyata terhadap laju pertumbuh-an ikan patin. [6] menemukan bahwa ikantinca betina triploid tumbuh nyata lebihcepat dari pada betina diploid dan jant-an diploid serta lebih cepat dari triploidjantan. Menurut [7], ikan lele betina triplo-id lebih kecil ovarinya, berlemak, dan Go-nado Somatik Indeksnya rendah. Ratio le-mak/protein lebih tinggi pada ikan triplo-id, sedangkan pada diploid lemaknya ren-dah tetapi proteinnya tinggi. Pada umur109 hari gonad ikan lele secara normal mu-lai berkembang, sedang ikan lele dewasa di-capai pada umur 178 hari. Dengan masapemeliharaan yang singkat, tahap perkem-bangan gonad ikan lele masih belum bisadiketahui. Berdasarkan hasil penelitian di-ketahui bahwa ikan lele triploid pertum-buhannya lebih tinggi dari ikan lele diplo-id sampai umur 60 hari. Perbedaan anta-ra jantan dan betina ikan lele juga belumjelas sehingga tidak diketahui juga perbe-daan pertumbuhannya. Sebaiknya kecepat-an pertumbuhan ikan triploid steril dibuk-tikan setelah ikan diploid normal berkem-bang gonadnya dan mendekati musim pe-mijahan. Menurut [8], pengamatan yangdilakukan terhadap pertumbuhan ikan li-dah dan Channel Catfish triploid dalam 1tahun menunjukkan jika pada ikan diploid

belum berkembang gonadnya, maka ikantriploid lebih cepat tumbuhnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dipe-roleh menunjukkan bahwa pemberian per-lakuan lama waktu kejutan pada suhu di-ngin 4oC pada fase meiosis I dapat meng-hasilkan pembentukan individu triploid pa-da ikan patin. persentase terbesar individutriploid diperoleh pada lama waktu kejut-an 120 detik dan semakin lama waktu ke-jutan menunjukkan adanya kecenderung-an penurunan persentase individu triploidyang terbentuk. Semakin lama waktu ke-jutan pada suhu dingin 4oC pada fase mei-osis I menghasilkan derajat penetasan yangsemakin rendah sedangkan tingkat kelang-sungan hidup menunjukkan hasil yang re-latif sama antar perlakuan yang diberik-an. Tingkat laju pertumbuhan harian in-dividu hingga hari ke 28 hasil perlakuanlama waktu kejutan dingin tertinggi dipe-roleh pada lama waktu kejutan 120 detiksebesar 10,40 %, 180 detik dan 240 detiksebesar 9,58.

Pustaka

1. Ihssen, P.E., L.R. McKay, I. Mc Milan and R.B.Philips. 1990. Ploidy manipulations and gyno-genesis in fishes: Cytogenetic and fisheries ap-plications. Transaction of the American Fishe-ries society, 199;689-717.

2. Carman, O. 1992. Chromosome Set Manipula-tion in Some Warm-Water Fish. Doctoral The-sis. Tokyo University of Fisheries. Tokyo. 131p.

3. Febriani, D. dan J. Nursandi, 2007. RekayasaSet Kromosom Pada Ikan Lele Dumbo (Clari-as Gariepinus) Dalam Menghasilkan IndividuUnggulan. Laporan Penelitian. Politeknik Ne-geri Lampung. Lampung

4. Johnstone, R.. 1985. Induction of Triploidy inAtlantic Salmon by Heat Shock. Aquaculture,49 : 133 – 139.

5. Thorgaard, G.H. 1983. Chromosome Set Ma-nipulation and Sex Control in Fish. In “FishPhysiology” (Editor : W.S.Hoar, D.J.Randall,and E.M.Donaldson). Volume IXB. AcademicPress, Inc. London. p. 405 – 434.

Page 7: ipi97018.pdf

Pengaruh Lama Waktu Pemberian Kejutan Dingin 67

6. Flajshans, M., O. Linhart, and P. Kvasnicka.1993. Genetic Studies of Tench (Tinca inca L.): Induced Triploidy and Tetraploidy and FirstPerformance Data. Aquaculture, 13 : 301 – 312.

7. Rustidja. 1989. Artificial Induced Breeding andTriploidy in the Asian Catfish (Clarias ba-trachus Linn.). Fakultas Pascasarjana. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 80 hal

8. Zohar, Y. 1989. Fish Reproduction : Its Physio-logy and Artificial Manipulation. In “Fish Cul-ture in Warm Water Systems : Problems andTrends” (Editor : M. Shilo and S. Sarig). CRCPress, Inc. Boca Raton. Florida. p. 65 – 120.

Page 8: ipi97018.pdf

68 Dwi Puji Hartono1, Dian Febriani1