ipa untuk smk profill.doc

134

Upload: ian-syahruji

Post on 18-Jan-2016

182 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

A. DESKRIPSI

IPA merupakan mata diklat yang mengamati gejala-gejala di alam.

Gejala-gejala di alam sangat berkaitan dengan prilaku manusia dalam

memanfaatkan dan mengelola alam. Dalam pemanfaatan dan pengelolaan

alam diperlukan pengetahuan, pemahaman dan kebijaksanaan manusia

agar alam tidak terganggu keseimbangannya. Oleh karena itu penting untuk

menanamkan pemahaman kepada manusia agar sejak dini dapat

memperlakukan alam dengan bijaksana sehingga tidak merugikan di

kemudian hari.

IPA di SMK adalah suatu mata diklat adaptif yang berfungsi

menunjang mata diklat produktif. Buku IPA untuk SMK ini meliputi 3

kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa SMK yaitu (1) memahami

gejala-gejala alam melalui pengamatan, (2) memahami polusi dan

dampaknya pada manusia dan lingkungannya serta (3) memahami

komponen ekosistem serta peranan manusia dalam menjaga keseimbangan

lingkungan dan AMDAL.

Gejala-gejala alam yang harus dipahami oleh siswa SMK adalah

meliputi gejala alam biotik dan abiotik. Untuk dapat memahami polusi dan

dampaknya diawali dengan identifikasi limbah, jenis polusi, dampak polusi

dan penanganan limbah. Sedangkan pemahaman ekosistem dan peranan

manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan diperoleh dengan

memahami komponen penyusun ekosistem, interaksi komponen penyusun

ekosistem, rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Sebagai kepedulian

terhadap lingkungan maka siswa SMK harus memahami saling

ketergantungan yang ada dalam lingkungan dan dampak over eksploitasi

ekosistem. Untuk pelengkap dan tambahan pengetahuan maka diberikan

materi pengantar AMDAL yang terdiri dari pengertian AMDAL, kebijakan

lingkungan di Indonesia, dampak kegiatan dan pengelolaan pembangunan

serta metode identifikasi prakiraan dan evaluasi dampak.

2

B. TUJUAN UMUM

Setelah mempelajari buku ini diharapkan Anda dapat:

1. Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan

2. Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungannya

3. Memahami komponen ekosistem serta peranan manusia dalam menjaga

keseimbangan lingkungan dan AMDAL

3

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:

Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda

mampu:

1. Mengidentifikasi obyek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik

2. Mengidentifikasi obyek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam abiotik

4

B. URAIAN MATERI:

Di alam terdapat 2 komponen penyusun yaitu:

1. Biotik yaitu benda-benda alam yang hidup dan biasa dikenal dengan

sebutan organisme hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia.

2. Abiotik yaitu benda-benda alam yang tak hidup seperti tanah, air dan

udara. Benda-benda tak hidup (abiotik) tersusun oleh senyawa anorganik

dan tidak memiliki senyawa organik. Contoh senyawa organik adalah

karbohidrat, protein dan lemak. Pada benda tak hidup jelas tidak memiliki

sifat–sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup.

Karena adanya 2 komponen penyusun alam maka akan dilakukan pengamatan

gejala-gejala alam berdasarkan 2 hal tersebut. Gejala alam biotik akan

mengamati konsep tentang hidup dan ciri-ciri hidup. Sedangkan gejala alam

abiotik akan mengamati gejala alam dari benda-benda tak hidup yang terlihat

dalam kehidupan sehari-hari.

GEJALA ALAM BIOTIK

Yang dimaksud dengan gejala alam biotik adalah gejala alam yang terkait

dengan benda-benda hidup yang biasa disebut sebagai makhluk hidup. Suatu

benda dapat dikatakan hidup apabila ia memiliki ciri-ciri sebagai makhluk hidup.

Ciri-ciri inilah yang akan membedakan makhluk hidup dan benda tak hidup. Pada

umumnya yang dapat diamati dari ciri-ciri hidup adalah adanya pertumbuhan,

gerak aktif, proses metabolisme dan perkembangbiakan (reproduksi). Secara

lebih rinci ciri-ciri hidup akan dipaparkan dalam bab ini. Namun sebelumnya akan

dibahas teori-teori dalam konsep hidup yang menjadi dasar asal mula kejadian

hidup.

KONSEP HIDUP

Teori-teori tentang asal dan kejadian hidup dapat dikemukakan sebagai berikut:

5

1. TEORI ABIOGENESIS (TEORI GENERATIO SPONTANEA)

Teori dikemukakan oleh ARISTOTELES (384-322

SM) seorang bangsa Yunani. Aristoteles

mengemukakan bahwa :

”Makhluk hidup berasal dari benda tak hidup yang timbul secara spontan karena adanya gaya hidup”.

Aristoteles http://luskiewnik.strefa.pl/abiogeneza.html

Teori ini didukung oleh:

a. Antonie van Leuwenhook seorang bangsa Belanda.

Percobaan yang dilakukan oleh Leuwenhook adalah:

Pada air hujan dan rendaman air jerami di lihat di bawah mikroskop

terdapat jentik-jentik (makhluk hidup). Kemudian Leuwenhook berpendapat

bahwa jentik-jentik tersebut berasal dari air.

b. John Needham seorang bangsa Inggris.

Percobaan yang dilakukan oleh Needham adalah:

Sepotong daging dipanaskan selama beberapa menit, kemudian air

rebusannya disimpan pada ruang terbuka. Setelah beberapa hari pada air

rebusan tersebut tumbuh makhluk hidup ditandai dengan air kaldu yang

menjadi keruh. Kemudian Needham berkesimpulan bahwa makhlik hidup

tersebut berasal dari air kaldu.

2. TEORI BIOGENESIS (Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo)

Teori ini berpendapat bahwa makhluk hidup berasal

dari makhluk hidup juga.

Pendukung teori biogenesis adalah:

a. Lazzaro Spallanzani (1729-1799) seorang

filsuf Itali

6

Spallanzani menentang pendapat John Needham. Kehidupan yang ada di

air kaldu http://luskiewnik.strefa.pl/abiogeneza.html

disebabkan karena pemanasan yang tidak sempurna sehingga makhluk

hidup tidak terbunuh secara sempurna.

Percobaan yang dilakukan Spallanzani adalah:

Menggunakan media air kaldu yang diisikan pada 17 buah tabung. Tabung

tersebut ada yang ditutup rapat namun ada yang dibiarkan terbuka.

Semua tabung tersebut dipanaskan dalam air mendidih selama 1 jam.

Setelah beberapa hari, pada tabung yang terbuka terlihat makhluk hidup

(mikroorganisme), tetapi pada tabung yang tertutup tidak terdapat

mikroorganisme.

Disimpulkan bahwa kehidupan pada tabung terbuka berasal mikroorganisme

di udara. Tidak adanya mikroorganisme pada tabung tertutup menunjukan

bahwa kehidupan bukan berasal dari air kaldu

Percobaan Spallanzanihttp://luskiewnik.strefa.pl/abiogeneza.html

Namun penganut faham abiogenesis menyanggah dengan berpendapat bahwa

tidak adanya mikroorganisme pada tabung yang tertutup rapat karena daya hidup

tak dapat masuk karena tabung tertutup rapat.

b. Francesco Redi (1668) seorang bangsa Itali

Percobaannya adalah:

7

Disediakan beberapa tabung kaca yang diisi dengan

beberapa kerat daging. Pada tabung kaca sebagian

Francesco Redi

http://luskiewnik.strefa.pl/abiogeneza.html

ditutup namun sebagian tidak.

Tabung didiamkan beberapa hari Setelah beberapa hari ditemukan bahwa pada

tabung yang tertutup tidak ditemukan larva, namun pada tabung yang terbuka

ditemukan banyak larva.

Disimpulkan bahwa larva bukan berasal dari daging yang membusuk tetapi

berasal dari lalat yang masuk ke dalam tabung dan bertelur pada keratan

daging.

Percobaan Francesco Redi

Sanggahan dari faham Abiogenesis adalah bahwa kehidupan tidak terjadi karena

pada tabung yang tertutup tidak kontak dengan udara sehingga tidak adanya

gaya hidup dan juga Redi tidak membuktikan bahwa ada makhluk hidup pada

keratan daging yang membusuk (bakteri pembusuk) dan adanya cacing-cacing.

c. Louis Pasteur (1822-1895)

Percobaan yang dilakukan oleh Pasteur adalah:

Disediakan tabung dan pipa yang berbentuk

leher angsa

8

Semua tabung diisi dengan cairan gula yang

bercampur ragi (cairan yang menyenangkan

untuk kehidupan bakteri)

Tabung A dihubungkan dengan pipa yang

berbentuk leher angsa kemudian dipanaskan.

Tabung B dihubungkan dengan pipa leher angsa kemudian dipanaskan.

Pipa leher angsa pada tabung A tidak dilepas dan pada tabung B dilepas

Kedua tabung (A dan B) dibiarkan beberapa lama.

Setelah beberapa lama terlihat pada tabung A tidak terdapat

mikroorganisme, sedangkan pada tabung B ada mikroorganisme yang

tumbuh.

Kesimpulan percobaan adalah bahwa mikroorganisme yang tumbuh bukan

berasal dari benda tak hidup (cairan) tetapi dari mikroorganisme yang

terdapat di udara. Hal ini juga membuktikan bahwa mikroorganisme terdapat

di udara bersama dengan debu.

Percobaan Louis Pasteurhttp://luskiewnik.strefa.pl/abiogeneza.html

Dengan percobaan Pasteur ini maka gugurlah teori Abiogenesis (generation

spontanea). Pasteur terkenal dengan semboyannya ”Omne vivum ex ovo

omne ovum ex vivo” yang mengandung pengertian sebagai berikut :

Kehidupan berasal dari telur dan telur dihasilkan makhluk hidup.

9

Makhluk yang hidup sekarang berasal dari kehidupan sebelumnya.Makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga.

CIRI-CIRI HIDUP

Ciri-ciri hidup adalah hal-hal yang menjadi perbedaan antara makhluk hidup

dengan benda tak hidup. Pada makhluk hidup memiliki ciri-ciri hidup seperti yang

dipaparkan di bawah ini, sedangkan benda tak hidup tidak memilikinya. Ciri-ciri

hidup tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nutrisi

Nutrisi adalah proses mendapatkan, memilih jenis makanan untuk

keperluan melaksanakan aktivitas hidup. Makhluk hidup memerlukan

makanan. Makanan yang diperlukan oleh makhluk hidup berbeda-beda

antara satu makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya, hal ini sesuai

dengan kondisi tubuhnya. Makanan tersebut akan diolah dalam tubuh

makhluk hidup dan digunakan untuk beberapa hal diantaranya:

Mendapatkan energi,

baik untuk melakukan gerak maupun untuk reaksi-reaksi kimia

dalam tubuh.

Menyusun tubuh dan mengganti bagian tubuh yang rusak.

10

2. Transportasi (Pengangkutan)

Transportasi pada kondisi normal digunakan untuk pembagian senyawa

secara teratur dan terkoordinir dalam tubuh makhluk hidup. Hal ini

mutlak diperlukan untuk memelihara keseimbangan senyawa dalam

seluruh bagian tubuh makhluk hidup.

3. Pernafasan

Pernafasan atau respirasi ialah proses pengambilan oksigen yang

digunakan untuk oksidasi dan menghasilkan energi. Pernafasan dapat

terjadi secara aerob dan anaerob. Energi yang dihasilkan secara aerob

jauh lebih besar daripada respirasi anaerob.

4. Ekskresi

Ekskresi yaitu pengeluaran zat-zat sisa metabolime yang tidak

diperlukan oleh tubuh makhluk hidup. Zat-zat sisa metabolisme tersebut

akan bersifat toksis (meracuni) jika tetap tertinggal di dalam tubuh.

5. Sintesis

Sintesis adalah proses penyusunan zat-zat baru (senyawa kimia) dalam

tubuh makhluk hidup. Zat-zat baru tersebut umumnya adalah

karbohidrat, lemak dan protein. Proses sintesis ini berguna untuk:

Menyusun tubuh makhluk hidup

Memelihara kelangsungan hidup.

Mempertahankan tubuh dalam berinteraksi dengan lingkungan.

6. Pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan adalah pertambahan yang bersifat ”irreversibel” (tidak

kembali ke asal) pada tubuh makhluk hidup dalam jangka waktu tertentu.

11

Pertambahan tersebut meliputi volume dan jumlah sel dalam tubuh

makhluk hidup.

Perkembangan adalah pertumbuhan yang diikuti dengan perubahan

sifat menuju kedewasaan. Sebagai contoh pada laki-laki yang berumur

tertentu dihasilkan hormon testosteron yang merangsang pertumbuhan

kumis dan perubahan suara. Pembentukan kumis merupakan

pertambahan jumlah sel dan menandakan keadaan menuju

kedewasaan.

7. Regulasi

Regulasi adalah proses pengaturan/pengontrolan untuk mengatur

keserasian semua kegiatan alat tubuh makhluk hidup. Untuk terjadinya

dan memelihara keserasian proses-proses dalam tubuh perlu adanya

pengaturan baik dalam kualitas maupun kuantitas pada setiap saat

terdapat struktur-struktur dari suatu sistem dalam makhluk hidup.

8. Iritabilitas

Iritabilitas adalah kemampuan dari makhluk hidup untuk menerima

rangsangan dan sanggup mengadakan respon (reaksi) terhadap

rangsangan tersebut.

9. Reproduksi

Reproduksi atau berkembang biak ialah bertambahnya jumlah makhluk

hidup yang berperan untuk memelihara kelestarian keturunannya dari

pengaruh faktor lingkungan atau makhluk hidup lainnya. Makhluk hidup

memiliki kapasitas reproduksi, artinya makhluk hidup memiliki batas

tertentu untuk dapat menghasilkan makhluk hidup baru.

10. Adaptasi

12

Makhluk hidup memiliki sifat irritabilitas, bila rangsangan berupa

perubahan lingkungan, maka organisme tersebut akan menyesuaikan

diri dengan keadaan lingkungan tersebut. Penyesuaian diri dengan

keadaan lingkungan pada waktu yang relatif pendek disebut toleransi,

sedang bertoleransi yang berlangsung dalam waktu yang relatif panjang

disebut adaptasi. Organisme yang tidak mampu mengadakan adaptasi

dalam kurun waktu tertentu biasanya melakukan migrasi.

11. Berinteraksi

Untuk menjaga stabilitas hidupnya atau mempertahankan hidupnya

makhluk hidup harus bersaing dengan makhluk hidup lain. Persaingan

terjadi dalam mendapatkan tempat hidup, makanan dan cahaya.

Makhluk hidup yang tidak mampu dalam persaingan akan mengalami

titik kritis untuk menuju kepada kepunuhan. Faktor alam yang

menimbulkan persaingan yang keadaannya terbatas, dan faktor alam ini

mampu menyeleksi makhluk hidup yang kuat akan terus berkembang

dan yang tidak kuat akan musnah dan peristiwa ini dikenal dengan

seleksi alam.

GEJALA ALAM ABIOTIK

Gejala alam abiotik yang akan dibahas adalah peristiwa alam yang sering terlihat

di lingkungan sekitar kita, seperti: (1) rotasi bumi yang mengakibatkan peristiwa

siang dan malam, (2) terjadinya pelangi, (3) gempa bumi, (4) tsunami, (5) banjir.

Sebagai pelengkap dari materi gejala alam abiotik ini maka ditambahkan materi

tentang antisipasi bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini seperti gempa

bumi, tsunami, dan banjir.

1. ROTASI BUMI

Bumi berbentuk bulat, dan agak pepat di kedua kutubnya. Bentuk

ini disebabkan rotasi bumi yaitu perputaran bumi pada porosnya. Akibat

rotasi bumi, bagian bumi yang berada di khatulistiwa berputar lebih

13

cepat, sedangkan bagian yang ada di sekitar kutub hampir tidak

bergerak.

Bumi berotasi pada porosnya dari arah barat ke timur. Poros bumi

adalah diameter yang menghubungkan kutub utara dan selatan. Poros

bumi tidak tegak lurus dengan bidang ekliptika, tetapi membentuk sudut

sebesar 66,5°.

Waktu rotasi bumi adalah 23 jam 56 menit. Selang waktu ini

dikenal sebagai satu hari. Waktu ini sama dengan terbitnya matahari hari

ini dan terbitnya matahari esok harinya. Selama waktu ini tempat di bumi

tersebut mengalami yang disebut siang dan malam. Rotasi bumi

mengakibatkan peristiwa yang dialami setiap hari yaitu (a) pergantian

siang dan malam, (b) perbedaan waktu di berbagai tempat di muka bumi

dan (c) gerak semu harian bintang.

a. Pergantian Siang dan Malam

Tempat di permukaan bumi

dikatakan mengalami siang apabila

menghadap matahari. Sebaliknya

dikatakan mengalami malam apabila

membelakangi matahari. Akibat

adanya rotasi bumi maka permukaan

bumi yang menghadap dan

membelakangi matahari bergantian

secara bergiliran. Inilah sebabnya

terjadi pergantian siang dan malam.

Tempat yang bersebrangan di

permukaan bumi selalu mengalami

waktu yang berlawanan, jika yang

satu mengalami siang maka yang

lainnya mengalami malam.

14

b. Perbedaan waktu berbagai tempat di muka bumi

Karena rotasi bumi maka

permukaan bumi di sebelah

timur akan melihat matahari

terbit dan terbenam lebih

cepat daripada daerah di

sebelah barat.

Oleh karena itu setiap tempat di berbagai belahan bumi akan memiliki

waktu yang berbeda. Untuk menyamakan waktu secara internasional

digunakan waktu GMT (Greenwich Mean Time). Waktu ini sesuai

dengan waktu di kota Greenwich.

c. Gerak semu harian bintang

Akibat rotasi bumi dari arah barat ke timur maka bintang-bintang

(termasuk matahari) tampak seperti bergerak dari timur ke barat.

Namun sebenarnya bintang-bintang tersebut tidak bergerak. Oleh

karena itu maka gerakan bintang ini disebut sebagai gerak semu.

Karena gerak semu ini dapat dilihat setiap hari maka disebut gerak

semu harian. Dengan gerak semu harian ini maka matahari tampak

terbit di timur dan terbenam di barat demikian juga dengan bintang-

bintang pada malam hari.

2. PELANGI

Pelangi adalah salah satu fenomena optik yang terjadi secara alamiah

dalam atmosfir bumi kita. Keindahan pelangi ada pada warnanya yang

15

beragam. Pelangi memiliki semua warna dasar yang kita kenal sehari-hari.

Bentuknya yang melingkar memberi cirikhas tersendiri. Kebanyakan wujud

pelangi tidak membentuk bulat sempurna, namun terpotong sehingga

membentuk busur.

Pelangi terdiri dari semua warna dasar dan berbentuk lingkaran

(http://www.kennys.ie/.)

Mekanisme terjadinya pelangi

Warna-warna lazim diidentifikasikan dari panjang gelombang dalam

ilmu fisika. Contohnya warna merah, memiliki panjang gelombang sekitar

625 - 740 nm dan biru sekitar 435 - 500 nm. Kumpulan warna-warna yang

dinyatakan dalam panjang gelombang (biasa disimbolkan dengan λ) ini

disebut spektrum warna. Gambar di bawah ini memperlihatkan rentang

spektrum warna dasar yang lazim kita lihat sehari-hari.

Spektrum cahaya berdasarkan panjang gelombang

Warna-warna di atas adalah komponen dari cahaya putih yang disebut

cahaya tampak (visible light) atau gelombang tampak. Komponen lainnya

16

adalah cahaya yang tak tampak (invisible light), seperti inframerah (di

sebelah kanan warna merah) dan ultraviolet (di sebelah kiri jingga).

Sinar putih yang biasa kita lihat (disebut juga cahaya tampak atau

visible light) terdiri dari semua komponen warna dalam spektrum di atas,

tentu saja ada komponen lain yang tidak terlihat, disebut invisible light. Alat

paling sederhana yang sering dipakai untuk menguraikan warna putih

adalah prisma kaca seperti dalam gambar di bawah ini.

Sebuah prisma kaca menguraikan cahaya putih.

(http://ifc.joensuu.fi)

Di alam tidak hanya prisma yang bisa menguraikan cahaya. Tetesan air

yang berasal dari air hujan adalah salah contoh benda yang tersedia di alam

yang bisa menguraikan cahaya putih. Ketika seberkas cahaya putih

mengenai setetes air, tetesan air ini berprilaku seperti prisma. Tetesan air

tersebut menguraikan sinar putih sehingga terciptalah warna-warna pelangi.

17

Setetes air seperti prisma ketika menerima seberkas cahaya putih.

(http://www.atmosphere.mpg.de)

Pelangi tidak terlihat warnanya dalam blok warna yang lebar tetapi

hanya terlihat satu warna untuk satu tetesan air.Cahaya matahari yang

diuraikan oleh tetesan air A hanya sampai ke mata kita pada panjang

gelombang warna merah. Sementara itu, tetesan air B memberikan panjang

gelombang warna ungu. Tetesan-tetesan air di antaranya memberikan

masing-masing satu panjang gelombang pada mata kita. Sehingga pada

akhirnya si pengamat melihat pelangi dengan warna lengkap.

Pelangi biasanya terjadi saat hujan gerimis atau setelah hujan lebat

berhenti. Setelah hujan lebat berhenti, udara dipenuhi oleh uap-uap air.

Selain itu, pelangi bisa tercipta pada genangan minyak. Terkadang pada

kondisi tertentu, seberkas cahaya putih diselimuti oleh pelangi. Pelangi bisa

terjadi kapan dan di mana saja asal melibatkan tiga sekaligus sifat cahaya,

yaitu refleksi (pemantulan), refraksi (pembiasan), dan difraksi.

18

Pelangi terlihat maksimal setengah lingkaran

(http://www.atmosphere.mpg.de/.)

Sebenarnya pelangi berbentuk lingkaran, bukan parabola seperti

yang sering terlihat. Di permukaan bumi pelangi terlihat maksimal hanya

setengah lingkaran. Jika letak pengamat di atas hujan (misalnya di pesawat

terbang), maka dapat melihat pelangi satu lingkaran utuh. Ini semua

disebabkan oleh geometri optik dalam proses penguraian warna. Pelangi

tercipta melibatkan jarak pengamat dengan tetesan air, maka pelangi selalu

bergerak mengikuti pergerakan pengamat. Ini membuat jarak pengamat

dengan pelangi konstan (sama), dengan kata lainpengamat tidak pernah

bisa mendekati pelangi.

3. GEMPA BUMI

PENGERTIAN GEMPA BUMI

Gempa bumi atau earthquakes

merupakan salah satu bencana alam

yang harus diwaspadai akhir-akhir ini di

Indonesia. Gempa bumi dapat terjadi

mendadak dan mengejutkan, sehingga

menimbulkan kepanikan yang luar

19

biasa. Hal ini karena gempa bumi sama sekali tidak dapat diduga sehingga

tidak ada yang sempat mempersiapkan diri.

Gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat tidak abadi dan kemudian menyebar ke segala arah (Howe1,1969).

Sesungguhnya kulit bumi bergetar secara kontinu walaupun relatif

sangat kecil. Getaran tersebut tidak dikatakan sebagai gempa bumi karena

sifat getarannya terus-menerus. Jadi suatu gempa bumi harus mempunyai

waktu awal dan waktu akhir yang jelas.

Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa bumi dinamakan

seismologi. Ilmu ini biasanya dipelajari bareng bersama vulkanologi (ilmu

gunung api), karena kegiatan gunung berapi di antaranya juga dapat

menyebabkan terjadinya gempa bumi.

Gempa bumi mengakibatkan hal-hal yang luar biasa dahsyat, karena

mencakup wilayah yang sangat luas, menembus batas teritorial negara,

bahkan antar-benua. Sifat getaran gempa bumi yang sangat kuat dan

merambat ke segala arah, mampu menghancurkan bangunan-bangunan

yang terkuat sekalipun, sehingga tak ayal lagi sangat banyak memakan

korban jiwa. Bahkan gempa bumi sering kali diikuti oleh bencana alam

lanjutan yang jauh lebih dahsyat berupa tanah longsor dan gelombang

tsunami.

Secara ilmiah gempa bumi adalah gejala alam biasa yang dapat

dijelaskan proses kejadiannya. Bahkan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan yang semakin maju, maka sekarang sudah dapat diketahui

jalur-jalur penyebaran pusat gempa bumi di seluruh dunia beserta sifat-

sifatnya. Oleh karena itu kini manusia dapat membuat rancangan bangunan-

bangunan yang sesuai dengan karakteristik gempa yang akan terjadi.

Walau demikian gempa bumi sering muncul secara mendadak tanpa

mengenal waktu dan suasana. Sekalipun bangunan dirancang dengan

standar keamanan yang berlipat ganda, tetap saja berantakan manakala

20

diguncang gempa bumi yang cukup kuat. Contoh nyata adalah gempa bumi

pada tahun 1995 yang memporak-porandakan Kota Kobe, Jepang dan juga

gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan Sumatera Barat belum lama ini.

SEBAB-SEBAB TERJADINYA GEMPA BUMI

Para ahli menganggap terdapat empat sebab yang menimbulkan

gempa bumi, yaitu (a) runtuhnya gua-gua dalam bumi, (b) tabrakan

(impack), (c) peledakan/meletusnya gunung api, dan (d) kegiatan tektonik.

a. Runtuhnya gua

Dahulu para ahli menduga bahwa

gempa bumi terjadi akibat runtuhnya gua-

gua raksasa yang terdapat dalam bumi.

Dugaan itu sama sekali tidak benar.

Keruntuhan seperti itu tidak pernah ada.

Kalau saja terjadi keruntuhan dalam bumi,

hal itu hanya mungkin pada daerah

pertambangan bawah tanah

(underground), penggalian batu kapur dan sejenisnya. Akan tetapi

keruntuhan yang terjadi hanya dapat menimbulkan getaran bumi yang

sangat kecil dan bersifat setempat (lokal).

b. Tabrakan

Awalnya banyak juga yang

percaya bahwa gempa bumi

disebabkan meteor atau shooting

star yang menabrak bumi. Pada

tahun 1908 di Rusia, suatu

meteor jatuh dan mengakibatkan

terjadinya lubang yang sangat

besar menyerupai sebuah kawah.

Walaupun gelombang tekanan akibat jatuhnya meteor tersebut tercatat

sampai London (Inggris) akan tetapi efeknya sama sekali tidak 21

terekam pada alat pencatat getaran gempa bumi (seismograf). Ini

berarti getaran yang ditimbulkan akibat tabrakan meteor dengan bumi

kekuatannya sangat kecil sekali. Selain itu tabrakan meteor dengan

bumi sangat jarang terjadi.

c. Peledakan/meletusnya gunung api

Aktivitas gunung api

dapat menimbulkan gempa

bumi yang dinamakan gempa

bumi vulkanik. Gempa ini terjadi

baik sebelum, selama, maupun

setelah peledakan suatu gunung

api. Penyebabnya karena terjadi

persentuhan magma dengan

dinding gunung api dan tekanan

gas pada peledakan yang

sangat kuat, atau perpindahan

magma secara tiba-tiba di

dalam dapur magma.

Gempa bumi vulkanik sebenarnya kekuatannya sangat lemah

dan hanya terasa di wilayah sekitar gunung api yang aktif saja. Dari

seluruh gempa bumi yang terjadi, hanya 7 % saja yang termasuk

gempa bumi vulkanik. Walaupun demikian kerusakan atau efek yang

ditimbulkan akibat gempa bumi vulkanik cukup luas, sebab gempa

bumi vulkanik biasanya disertai kemungkinan akan meletusnya suatu

gunung api.

d. Kegiatan tektonik

Gempa bumi

tektonik berhubungan

dengan kegiatan gaya-

gaya tektonik yang terus

22

berlangsung dalam proses pembentukan gunung-gunung, terjadinya

patahan-patahan batuan (faults) serta tarikan dan tekanan dari

pergerakan lempeng-lempeng batuan penyusun kerak bumi. Proses

kejadian serta jalur pusat-pusat gempa bumi tektonik di seluruh dunia

dapat dijelaskan menggunakan teori Ilmu Kajian Bumi (Geologi) yang

dinamakan Tektonik Lempeng (Plate Tectonics).

Kunci utama konsep ini adalah kulit Bumi (Litosfera) merupakan

suatu lempeng yang bersifat rigid (tegar) yang bergerak satu terhadap

lainnya di atas suatu massa dasar plastis yang dinamakan

Astenosfera. Litosfera terdiri atas dua macam lempeng atau kerak

(crust), yaitu Lempeng Benua (Continental Plate) dan Lempeng

Samudera (Oceanic Plate). Setidaknya dikenal enam lempeng besar

(major) yaitu Lempeng Eurasia, Amerika Utara, Amerika Selatan,

Afrika, Pasifik dan Hindia-Australia.

Sumber gerak pada bagian dalam Bumi berawal dari adanya

perbedaan temperatur antara bagian dalam Bumi yang bersuhu tinggi

dan atmosfer yang bersuhu rendah. Perbedaan ini menyebabkan

adanya gangguan keseimbangan sehingga menimbulkan terjadinya

arus konveksi panas yang selanjutnya menyeret lempeng-lempeng kulit

Bumi untuk bergerak mengalir mengapung di atas Astenosfera.

Bentuk Bumi yang bulat menyebabkan pecahan-pecahan

lempeng yang terus bergerak itu pada akhirnya ada yang saling

bertemu dan bertabrakan. Tabrakan dapat terjadi antara lempeng

benua dengan lempeng benua, lempeng samudera dengan lempeng

samudera atau lempeng benua dengan lempeng samudera.

Pada kasus tabrakan antara lempeng samudera dengan

lempeng benua, maka lempeng samudera akan tertekuk ke bawah

sehingga terjadi palung, yaitu bentuk laut yang sempit-memanjang dan

sangat dalam. Gesekan yang terjadi dari dua lempeng ini menimbulkan

panas yang sangat tinggi, sehingga pada permukaannya terbentuk

rangkaian gunung api.

Gerak tabrakan itu terus berlangsung sejak dulu, sekarang dan

yang akan datang. Sesekali lempeng mengalami retak-retak bahkan

23

patah. Oleh karena ketebalan lempeng lebih dari 50 km, maka setiap

kali terjadi retakan dan patahan maka terjadi getaran yang luar biasa

kerasnya. Getaran itulah yang kita rasakan sebagai gempa bumi

tektonik. Gempa bumi tektonik ini yang banyak terjadi mencapai 90%

dari seluruh kejadian gempa bumi dan mempunyai efek sangat serius.

PARAMETER GEMPA BUMI

Meskipun gempa bumi merupakan peristiwa geologi, namun

dampak yang diakibatkannya bersifat menyeluruh. Hal ini menyebabkan

bidang-bidang lain di luar geologi, terutama Teknik Sipil, Pertambangan,

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) serta lembaga-lembaga yang

berkaitan dengan masalah mitigasi bencana alam juga berkepentingan

untuk dapat memahaminya. Pemahaman tersebut setidaknya mengenai

peristilahan dan parameter-parameter gempa bumi yang sering digunakan.

Hiposentrum dan Episentrum

Hiposentrum (hypocentre) adalah pusat gempa bumi, yaitu

tempat terjadinya perubahan lapisan batuan atau dislokasi di dalam bumi

sehingga menimbulkan gempa bumi. Howell (1969) telah membagi jenis-

jenis gempa bumi berdasarkan kedalaman hiposentrumnya, yaitu gempa

bumi dangkal (normal), pusatnya < 70 km; gempa bumi sedang

(intermedier), pusatnya 70 - 300 km; gempa bumi dalam, pusatnya 300 -

700 km.

Kebanyakan gempa bumi yang terjadi pusatnya terletak dekat

permukaan bumi pada kedalaman rata-rata 25 km, dan berangsur ke

bawah tidak lebih dari 700 km. Gempa bumi dangkal cenderung lebih kuat

dari pada gempa bumi dalam, oleh sebab itu gempa bumi dangkal lebih

banyak menyebabkan kerusakan.

Bila hiposentrum terletak di dasar laut maka getaran gempa bumi

yang terjadi dapat menimbulkan gelombang air pasang yang sangat besar

dengan ketinggian mencapai puluhan meter. Gelombang air laut yang

besar seperti ini dinamakan tsunami, bersifat sangat merusak dan dapat

memporak-porandakan segala suatu yang diterjangnya di tepi pantai.

24

Epicentrum (epicentre) adalah tempat di permukaan bumi yang

letaknya terdekat terhadap hiposentrum. Letak epicentrum tegak lurus

terhadap hiposentrum dan di sekitar daerah itu pada umumnya

merupakan wilayah yang paling besar merasakan getaran gempa bumi.

Besarnya intensitas atau kekuatan gempa bumi diukur dengan

suatu alat yang dinamakan seismograf. Data hasil catatan seismograf

yang berupa grafik dinamakan seismogram.

Skala Richter atau Richter Magnitude adalah metode kira-kira

untuk menentukan besarnya energi yang dilepaskan di pusat gempa bumi.

Perkiraan tersebut diformulasikan sebagai berikut : 

Log E = 11,4 + 1,5 M 

di mana : E = energi (erg)M = Richter magnitude. 

Skala Modified Mercalli (MMI) digunakan untuk melukiskan

goncangan gempa bumi secara kualitatif. Terdiri dari 12 skala (1 hingga

12). Skala membesar berarti gempa bumi yang terjadi semakin besar.

4. TSUNAMI

Tsunami berasal dari

bahasa Jepang, ”tsu”

berarti pelabuhan dan

”nami” berarti

gelombang. Sehingga

25

tsunami sering diartikan sebagai gelombang besar atau pasang laut besar di

pelabuhan.

Penyebab terjadinya tsunami yaitu:

gempa bumi yang diikuti

perpindahan massa

tanah/batuan yang sangat

besar di bawah air (laut/danau)

tanah longsor di bawah

laut/perairan

letusan gunung api di bawah

laut dan gunung api pulau

Tsunami mempunyai kecepatan yang berbanding lurus dengan

kedalaman laut. Semakin dalam lautnya maka kecepatan tsunami semakin

besar. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami)

menuju pantai maka kecepatan berkurang karena gesekan dengan dasar

laut yang semakin dangkal. Hal ini mengakibatkan tinggi gelombang di

pantai menjadi semakin tinggi karena adanya penumpukan massa air akibat

penurunan dari kecepatan.

Kecepatan tsunami yang naik

mencapai daratan (run-up)

berkurang menjadi sekitar 25-

100 km/jam. Gelombang yang

tinggi ini dapat

menghancurkan kehidupan di

daerah pantai. Dan ketika

gelombang kembali ke laut

setelah mencapai puncak

gelombang (run-down) dapat

membawa/menyeret segala sesuatu ke laut.

26

Akibat tsunami, daratan yang lebih rendah akan tergenang menjadi

lautan baru. Selain itu tsunami dapat merobohkan bangunan-bangunan,

jembatan, jalan, memutuskan jaringan listrik dan infrastruktur lainnya.

Sarana air bersih , lahan pertanian dan kesuburan tanah terganggu karena

terkontaminasi air laut.

5. BANJIR

Pengertian banjir ada 2 macam yaitu:

a. aliran air sungai yang tingginya

melebihi muka air normal

sehingga melimpas dari

palung sungai menyebabkan

adanya genangan pada lahan

rendah di sisi sungai. Aliran air

limpasan tersebut yang

semakin tinggi, mengalir dan

melimpas permukaan tanah

yang biasanya tidak dilewati

air

b. gelombang banjir berjalan ke arah hilir sistem sungai yang berinteraksi

dengan kenaikan muka air di muara akibat badai.

Penyebab terjadinya banjir adalah:

(1) hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air

yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan

manusia

(2) meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun

meningginya gelombang laut akibat badai

(3) kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan dan

bangunan pengendalian banjir.

(4) Kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat

runtuhnya/longsornya tebing sungai.

Parameter atau tolok ukur bahaya banjir dapat ditentukan berdasarkan:

(1) luas genangan (km persegi ; hektar)

27

(2) kedalaman atau ketinggian air banjir (meter)

(3) kecepatan aliran (meter/detik, km/jam)

(4) material yang dihanyutkan akibat aliran banjir (batu, pohon, dan benda

keras lainnya)

(5) tingkat kepekatan air atau tebal endapan lumpur (meter, centimeter)

(6) lamanya waktu genangan (jam, hari, bulan)

IDENTIFIKASI OBYEK

Untuk dapat mengidentifikasi obyek secara terencana dan sistematis agar

diperoleh informasi gejala alam biotik dan abiotik dengan benar maka langkah-

langkahnya harus mengikuti kaidah metode ilmiah. Langkah-langkah dalam

metode ilmiah untuk tujuan pengumpulan informasi dapat ditempuh dengan dua

cara yaitu:

a. Melalui percobaan (eksperimen)

Untuk melaksanakan suatu percobaan (eksperimen) langkah-langkah yang

ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Menentukan masalah

Untuk supaya jalannya penelitian terarah dan dapat mencapai tujuan

penelitian dengan baik maka perlu menentukan permasalahannya dengan

tegas. Penentuan masalah dapat ditempuh dengan jalan:

Observasi yaitu peninjauan secara sepintas

Mengumpulkan informasi yang didapatkan dengan cara membaca

pustaka dan membaca hasil penelitian yang terdahulu (studi literatur)

2. Menentukan hipotesis

Hipotesis (dugaan sementara) yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis

berisikan pendugaan hasil penelitian yang akan dapat dicapai.

3. Melaksanakan eksperimen (percobaan)

28

Dalam melaksanakan percobaan perlu ditentukan rancangan percobaan

yang tepat dan parameter yang akan diukur.

4. Pengumpulan data hasil percobaan

Data yang didapat dari hasil percobaan kemudian dikumpulkan dan

disusun sesuai dengan kebutuhan analisis

5. Analisis Data

Data dianalisa sesuai dengan rancangan percobaan

6. Kesimpulan

Hasil analisis data dapat ditentukan baik berupa teori baru atau

melengkapi kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian terdahulu yang belum

sempurna. Berdasarkan kesimpulan tersebut, hipotesis dapat diterima bila

sesuai dengan kesimpulan dan ditolak bila berlawanan.

b. Pengamatan tanpa melakukan eksperimen

Pengamatan untuk mengumpulkan infomasi tanpa melakukan eksperimen

dimungkinkan apabila keadaan-keadaan yang ingin diketahui sudah jelas

dan tujuannya biasanya sekedar mengetahui atau membandingkan fakta.

Pengamatan tersebut dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut:

1. Menentukan hipotesis

Hipotesis ditentukan berdasarkan teori yang telah ada, kemudian hipotesis

tersebut diuji kebenarannya. Untuk pengujian kebenaran ini tanpa

melakukan eksperimen.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data langsung dilakukan ke lapangan dengan cara

mengambil sampel atau contoh sebagai obyek sesuai dengan yang

diperlukan. Kemudian dilakukan pengamatan dengan seksama untuk

mengumpulkan data.

3. Analisis data

29

Data yang telah terkumpul dari hasil pengamatan di atas, dianalisis

apakah sesuai dengan hipotesis yang ditentukan.

4. Kesimpulan

Dari analisis data di atas kemudian disimpulkan, apakah data yang

terkumpul mendukung hipotesis yang telah ditentukan. Jika data

mendukung hipotesis berarti hipotesis dapat diterima. Namun jika data

tidak mendukung hipotesis maka harus dicari data tambahan untuk

menjawab mengapa pengamatan tidak sesuai dengan hipotesis yang

ditentukan dan diteliti kembali apakah prosedur pengamatan sudah benar.

Perbedaan utama dalam mengumpulkan infomasi antara yang

melakukan eksperimen dan tanpa melakukan eksperimen adalah adanya

perlakukan yang dilakukan pada saat pengumpulan data yang biasa

disebut eksperimen atau percobaan. Jika melakukan eksperimen berarti

ada perlakuan yang diberikan pada obyek penelitian, sebaliknya jika tanpa

eksperimen berarti pengumpulan informasi hanya dengan pengamatan

atau bahkan dengan studi literatur saja.

Contoh pengamatan tanpa melakukan eksperimen adalah

sebagai berikut: Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi gejala

alam biotik. Gejala alam biotik yang diamati adalah warna daun tanaman

pada tempat yang terkena sinar matahari dan tempat yang tertutup (tidak

terkena sinar matahari). Berdasarkan teori dinyatakan bahwa warna daun

yang terkena sinar matahari berwarna hijau segar sedangkan yang tidak

terkena sinar matahari berwarna pucat.

1. Menentukan hipotesis:

Tanaman pada tempat terkena sinar matahari memiliki warna daun hijau

segar dan yang tidak terkena sinar matahari berwarna pucat.

2. Mengumpulkan data:

Diamati warna daun pada tanaman di tempat yang terkena sinar matahari,

dan juga warna daun tanaman di tempat yang tidak terkena sinar

matahari. Data hasil pengamatan dicatat.

3. Analisis

30

Dibandingkan warna daun pada tanaman yang terkena dan tidak terkena

sinar matahari. Apakah daun yang terkena sinar matahari lebih hijau

dibandingkan dengan yang tidak terkena sinar matahari.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dianalisis dapat ditentukan

hasilnya. Bila ternyata warna daun yang terkena sinar matahari lebih hijau

dibandingkan dengan yang tidak terkena sinar matahari maka

kesimpulannya adalah hipotesis dapat diterima. Namun jika sebaliknya

maka harus dicari penyebabnya mengapa dapat terjadi demikian.

ANTISIPASI BENCANA ALAM

Berbagai bencana alam akhir-akhir ini sering melanda wilayah Indonesia,

sebagai contoh tsunami di NAD, gempa bumi di Yogyakarta dan Sumatera

Barat, dan banjir di DKI Jakarta. Pada daerah rawan bencana sebagai akibat dari

kombinasi aktifitas tektonik juga menghasilkan aneka macam mineral tambang

yang sangat berharga seperti emas, tembaga, nikel dan sebagainya. Dengan

didukung kondisi curah hujan yang tinggi menyebabkan daerah sekitar gunung

api di Indonesia menjadi daerah yang subur. Hal ini menjadi salah satu alasan

banyaknya aktifitas perekonomian masyarakat disekitar daerah rawan bencana.

Dampak terjadinya bencana alam tersebut dapat mengakibatkan kerugian

harta benda, rusaknya fasilitas umum, komplek permukiman maupun jatuhnya

korban jiwa. Secara ekonomis dampak lanjutan dari terjadinya bencana alam

tersebut dapat mengakibatkan terhenti ataupun mundurnya roda perekonomian

masyarakat. Sebagai contoh bencana gempa bumi dan tsunami mengakibatkan

masyarakat dalam jangka waktu yang cukup lama masih merasakan trauma

gempa bumi dan tsunami, sehingga belum responsif terhadap hal-hal baru

terutama dengan pemulihan roda perekonomian masyarakat.

Upaya mengurangi dampak terjadinya bencana alam (mitigasi bencana

alam) di masyarakat dilandasi pola penanganan secara menyeluruh dan terpadu.

Secara umum upaya mitigasi bencana alam dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) tahap yang meliputi :

31

Tahap Persiapan

Bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi timbulnya bencana alam. Pada tahap ini mencakup

pengembangan peta rawan bencana, pengembangan sistem informasi

penanggulangan bencana alam, pengembangan teknologi peringatan dini,

penyempurnaan peraturan perundang-undangan, sosialisasi teknologi

mitigasi bencana, dan lain-lain.

Tahap Tanggap Darurat

Merupakan tindakan yang dilakukan segera setelah terjadinya bencana

alam. Tindakan tersebut dilakukan terutama untuk melakukan evakuasi

korban, memberikan bantuan, penyediaan sarana dan prasarana,

pengaktifan sistem-sistem penangkal bencana termasuk sistem komunikasi,

dan lain-lain.

Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Bertujuan membantu masyarakat dalam memperbaiki sarana dan prasarana

yang rusak serta upaya menggerakkan roda perekonomian masyarakat.

Pada tahap ini mencakup upaya implementasi teknologi tepat guna ke

masyarakat.

PENGEMBANGAN PUSAT INFORMASI MITIGASI BENCANA ALAM

Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi upaya mitigasi bencana

khususnya sosialisasi dan implementasi teknologi mitigasi bencana, maka

dibentuk tim yang bertugas untuk mendistribusikan informasi tentang bencana

alam dan upaya mitigasinya kepada publik, peneliti, perencana baik di daerah

maupun pusat dengan cara pembuatan webpage, bulletin atau majalah, brosur

atau saran secara formal ke instansi yang terkait. Tim tersebut mempunyai tugas

utama melakukan penelitian , pengumpulan hasil riset baik di Indonesia maupun

riset yang telah dilaksanakan di negara lain, melakukan tanggap darurat terhadap

bencana, menghasilkan scientific reports dan produk-produk lain yang dapat

32

dimanfaatkan oleh instansi pemerintah pusat maupun daerah serta masyarakat

luas lainnya dalam upaya mitigasi bencana alam.

C. RANGKUMAN:

Di alam terdapat 2 komponen penyusun yaitu biotik yaitu benda-benda

alam yang hidup dan biasa dikenal dengan sebutan organisme. Abiotik yaitu

benda-benda alam yang tak hidup seperti tanah, air dan udara. Karena adanya

33

2 komponen penyusun alam maka akan dilakukan pengamatan gejala-gejala

alam berdasarkan 2 hal tersebut. Gejala alam biotik akan mengamati konsep

tentang hidup dan ciri-ciri hidup. Sedangkan gejala alam abiotik akan mengamati

gejala alam dari benda-benda tak hidup yang terlihat dalam kehidupan sehari-

hari.

Teori-teori tentang asal dan kejadian hidup dapat dikemukakan ada 2

macam yaitu teori abiogenesis dan teori biogenesis. Teori abiogenesis pada

prinsipnya mengemukakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tak hidup

sedangkan teori biogenesi menyatakan bawha makhluk hidup bersal dari

makhluk hidup juga. Ciri-ciri makhluk hidup menjadi dasar yang membedakan

makhluk hidup dengan benda tak hidup. Ciri-ciri tersebut adalah nutrisi,

transportasi, pernafasan, ekskresi, sintesis, pertumbuhan dan perkembangan,

regulasi, iritabilitas, reproduksi, adaptasi, dan berinteraksi.

Gejala alam abiotik yang telah dibahas adalah peristiwa alam yang sering

terlihat di lingkungan sekitar kita, seperti: (1) rotasi bumi yang mengakibatkan

peristiwa siang dan malam, (2) terjadinya pelangi, (3) gempa bumi, (4) tsunami,

(5) banjir. Sebagai pelengkap dari materi gejala alam abiotik ini maka

ditambahkan materi tentang antisipasi bencana alam yang sering terjadi akhir-

akhir ini seperti gempa bumi, tsunami, dan banjir.

Untuk dapat mengidentifikasi obyek secara terencana dan sistematis agar

diperoleh informasi gejala alam biotik dan abiotik dengan benar maka langkah-

langkahnya harus mengikuti kaidah metode ilmiah. Langkah-langkah dalam

metode ilmiah untuk tujuan pengumpulan informasi dapat ditempuh dengan dua

cara yaitu melalui percobaan (eksperimen) dan tanpa melakukan eksperimen

(pengamatan).

D. TUGAS:

GEJALA ALAM BIOTIK

1. Peranan air dalam pertumbuhan

34

Bahan dan Alat:

Gelas yang panjang dan bening atau gelas ukur

Bunga yang berwarna putih dan segar

Minyak goreng

Pewarna makanan

Karet gelang

Air

Cara Kerja

Masukan air ke dalam gelas bening/gelas ukur

Tambahkan pewarna makanan ke dalam air

Masukan minyak goreng secara perlahan ke dalam gelas

bening/gelas ukur

Masukan bunga ke dalam gelas bening/gelas ukur

Beri tanda karet gelang, tanda batas permukaan minyak goreng

Diamkan dan letakan di tempat yang hangat

Amati yang terjadi

2. Peranan cahaya dalam pertumbuhan

Bahan dan Alat:

Kotak karton

Gunting

Pot kecil

Biji kacang

Air

Cara Kerja

Letakan biji ke dalam pot yang telah diberi tisu basah

Pot diletakan pada kotak yang tertutup dan dilubangi

pada arah yang berlawanan

Biarkan biji tumbuh 35

Selama pertumbuhan biji tidak boleh kekurangan air

Amati yang terjadi setelah pertumbuhan biji melebihi kotak karton

3. Peranan suhu/temperatur dalam pertumbuhan

Bahan dan Alat:

Beberapa Biji kacang

2 buah wadah

Tissue

Air

Cara Kerja

Letakan biji ke dalam 2 wadah berbeda

Wadah pertama diletakan di freezer, dan wadah

kedua di letakan di ruangan

Biarkan beberapa hari

Amati dan bandingkan yang terjadi di kedua

wadah tersebut

4. Peranan udara dalam pertumbuhan

Bahan dan Alat:

Beberapa Biji kacang

2 buah wadah

Tissue

Air

Cara Kerja

Letakan biji ke dalam 2 wadah berbeda

Wadah pertama berupa wadah yang kedap udara (tertutup rapat), dan

wadah kedua di letakan di ruangan terbuka.

Biarkan beberapa hari

Amati dan bandingkan yang terjadi di kedua wadah tersebut.

36

5. Arah akar dan tunas dalam pertumbuhan

Bahan dan Alat:

Beberapa Biji kacang

Wadah

Tissue

Air

Cara Kerja

Letakan biji ke dalam wadah secara vertikal

Biarkan beberapa hari

Amati arah pertumbuhan tunas dan akar.

6. Kekuatan akar dalam pertumbuhan

Bahan dan Alat

Beberapa kecambah kacang

Cangkang telur

Humus/tanah subur

Tissue

Air

Cara Kerja

Letakan humus/tanah subur ke dalam cangkang telur

Letakan kecambah di dalam cangkang telur

Biarkan tumbuh beberapa hari

Amati yang terjadi pada cangkang telur

GEJALA ALAM ABIOTIK

Datanglah ke BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) setempat.

Carilah informasi tentang:

a. sebab-sebab terjadinya gempa bumi dan tsunami

37

b. alat seismograf

c. alat pengukur curah hujan

d. curah hujan yang dapat menyebabkan banjir

38

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:

Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda

mampu:

1. Mengidentifikasi jenis limbah2. Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja3. Mendeskripsikan dampak polusi terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan hidup4. Mendeskripsikan cara-cara menangani Polusi

B. URAIAN MATERI:

39

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Limbah

Berdasarkan undang-undang nomor 23 tahun 1997, tentang

pengelolaan lingkungan hidup, pasal 1, nomor 16, Limbah didefinisikan

sebagai sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Belum tentu setiap limbah

ini akan mencemari lingkungan, karena lingkungan mempunyai daya

dukung lingkungan (yaitu kemampuan lingkungan hidup untuk

mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain), sehingga

untuk mengetahui apakah limbah tersebut telah mencemari maka

ditentukan sebuah baku mutu untuk suatu zat pencemar yang diperboleh

ada di lingkungan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, pencemaran lingkungan hidup dapat

didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai

dengan peruntukkannya (undang-undang nomor 23 tahun 1997, tentang

pengelolaan lingkungan hidup, pasal 1, nomor 12).

40

Gambar 2.1. Contoh pencemaran yang terjadi pada lingkungan

Sumber : www.terranet.or.idSumber : www.suaramerdeka.com

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:Lg2CL6Mj813_XM:http://www.distarkim-jabar.go.id/gbr/berita/Sampah.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : www.distarkim-jabar.go.id

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:0txIQmCrpXRcQM:http://www.mediaraharja.com/content/banjir%2520jaktim.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : www.mediaraharja.com

a.

b.

c.

Pencemaran ini seringkali disebut polusi, tetapi tetap mempunyai

maksud atau arti yang sama.

a. Berdasarkan komponennya

Limbah dapat dikelompokkan berdasarkan komponennya, yaitu :

Limbah organik, yaitu limbah yang komponen penyusunnya dapat

didegrasi oleh mikroorganisme. Contohnya adalah air seni, kotoran

manusia dan hewan, sisa bahan dan makanan patahan ranting,

dedaunan yang kering, , dan lain sebagainya.

Limbah anorganik, yaitu limbah yang komponen penyusunnya sulit

didegrasi oleh mikroorganisme. Contohnya adalah plastik, limbah

industri, deterjen, kaca dan lain sebagainya.

b. Berdasarkan wujudnya

Limbah dapat dibedakan pula berdasarkan wujudnya, yaitu :

Limbah gas, yaitu : semua gas hasil atau sisa dari suatu aktivitas

atau kegiatan makhluk hidup. Contoh dari limbah gas, diantaranya

adalah CO, SOx, NOx, HC, Parikulat dan lain sebagainya (Tabel 3.1.

Contoh Gas Pencemar).

Contoh limbah gas

41

No. Nama Gas Pencemar1. SO2 (Sulfur dioksida)2 CO (karbon monoksida)3 NO2 (Nitrogen dioksida)4 O3 (Oksidan)5 HC (Hidro karbon)6 PM 10 (partikel < 10 μm)7 PM 25 * (partikel > 10 μm)8 TSP (debu)9 Pb (Timah Hitam)10 Dustfall (debu jatuh)11 Total fluorides (as F)12 Fluor indeks13 Chlorine & chlorine dioksida14 Sulphat indeks

Limbah padat, yaitu : semua padatan hasil atau sisa dari suatu

aktivitas atau kegiatan makhluk hidup. Contoh dari limbah padat,

diantaranya adalah kertas, limbah bahan makanan, gelas/kaca,

logam/besi, plastik, kayu, karet dan kulit, kain dan lain sebagainya.

Limbah cair, yaitu : semua air hasil atau sisa dari suatu aktivitas atau

kegiatan makhluk hidup. Contoh dari limbah cair, diantaranya adalah

limbah cair domestik (perumahan, pusat perdagangan, perkantoran,

rumah sakit, hotel dan tempat-tempat umum, dan lain-lain), limbah

cair industri, limbah cair pertanian, limbah pertambangan.

2. Jenis-Jenis Polusi Pada Lingkungan Kerja

Polusi pada lingkungan kerja pada umumnya dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu : polusi udara, air dan daratan/tanah. Umumnya

ketiga polusi tersebut disebabkan oleh limbah padat, cair dan gas,

bahkan oleh radiasi, getaran dan kebisingan. Tetapi, perlu ditekankan

dalam membahas jenis-jenis polusi pada lingkungan kerja akan lebih

baik, apabila turut dibahas pula sumber pencemarnya. Karena polusi ini

42

tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada komponen-komponen

pencemar yang menyebabkan terjadinya polusi tersebut.

a. Polusi Udara

Polusi udara di lingkungan kerja adalah penurunan kualitas udara di

lingkungan kerja karena limbah-limbah yang berada di lokasi kerja.

Umumnya limbah gas lebih dominan dari limbah lainnya dalam

kontribusinya mencemari udara. Contoh dari sumber pencemarnya

antara lain adalah :

Transportasi, seperti : mobil bensin, mobil diesel, pesawat

terbang (dapat diabaikan), kereta api, kapal laut, sepeda motor

dan lain sebagainya.

Pembakaran stationer, seperti : batubara, minyak, gas alam dan

kayu;

Industri, seperti industri baja, semen, pengolahan batubara,

petrokimia, kertas dan pulp, pabrik tepung, tekstil dan asbes,

insektisida dan elektronika;

Kebakaran hutan, dan lain sebagainya.

Selain itu, sumber polusi udara dapat dibedakan berdasarkan

jenisnya, yaitu :

Sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak

tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor;

Sumber bergerak spesifik adalah sumber emisi yang bergerak

atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kereta api,

pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya;

Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada

suatu tempat;

Sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap

pada suatu tempat yang berasal dari kebakaran hutan dan

pembakaran sampah.

43

b. Polusi Air

Polusi air di lingkungan kerja adalah penurunan kualitas air/suatu

perairan di lingkungan kerja karena limbah-limbah yang berada di

lokasi kerja. Umumnya disebabkan oleh limbah gas, cair dan padat.

Contoh dari sumber pencemarnya antara lain adalah : limbah cair

domestik (perumahan, pusat perdagangan, perkantoran, rumah sakit,

hotel dan tempat-tempat umum, dan lain-lain), limbah cair industri,

limbah cair pertanian, limbah pertambangan.

Adapun, komponen pencemar air dapat dikelompokkan sebagai :

bahan buangan padat, bahan buangan organik, bahan buangan

anorganik, bahan buangan olahan bahan makanan, bahan buangan

cairan berminyak, bahan buangan zat kimia, dan bahan buangan

berupa panas.

44

Sumber : www.suaramerdeka.com

Gambar 2.3. Contoh pencemaran Air

Sumber : www.terranet.or.id

c. Polusi

Daratan/Tanah

Polusi

daratan/tanah di

lingkungan kerja adalah penurunan kualitas daratan/tanah di

lingkungan kerja karena limbah-limbah yang berada di lokasi kerja.

Umumnya disebabkan oleh limbah cair dan padat, tetapi tidak

menutup kemungkinan limbah gas. Contoh dari sumber pencemarnya

antara lain adalah : domestik (perumahan, perdagangan, perkantoran

dan rumah sakit), non domestik (pertanian dan perkebunan, sisa

bangunan dan konstruksi gedung dan industri).

Adapun, komponen pencemar daratan dapat dikelompokkan

sebagai: kertas, limbah bahan makanan, gelas/kaca, logam/besi,

plastik, kayu, karet dan kulit, kain dan lain sebagainya.

3. Dampak Polusi

Polusi yang terjadi mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan hidup,

sehingga dapat berdampak langsung atau tidak langsung terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Dampak polusi tersebut dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Dampak polusi terhadap kesehatan manusia

45

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:Lg2CL6Mj813_XM:http://www.distarkim-jabar.go.id/gbr/berita/Sampah.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : www.distarkim-jabar.go.id

Polusi dapat berdampak kematian, cacat permanen, penyakit yang

berkepanjangan, penyakit menular dan penyakit biasa terhadap

manusia.

Contoh-contoh dampak polusi terhadap kesehatan manusia,

diantaranya yaitu :

Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk

jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosi) dan

silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama

penyebab cacat atau kematian;

Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhpulmoner) yang

disebabkan oleh debu logam keras;

Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang

disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis);

Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi

dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses

pekerjaan;

Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai

akibat penghirupan debu organik;

Penyakit kuli (dermatosis) yang disebabkan oleh penyakit fisik,

kimiawi atau biologik;

Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic,

bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk

atau residu dari zat tersebut;

Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes;

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit

yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko

kontaminasi khusus;

Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2

adalah paru-paru. paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2

akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat

mengakibatkan kematiannya;

Gas NO pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan

pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila

46

keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan

kelumpuhan;

Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan

timbulnya Peroxy Acetyl Nitrates (PAN), yang dapat menyebabkan

iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan

berair.

b. Dampak polusi terhadap lingkungan hidup

47

Gambar 2.2. Contoh dampak Polusi terhadap Kesehatan Manusia

Sumber : ic.ucsc.edu

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:zkn_MLzzmm4U5M:http://rehydrate.org/dd/img3/su521.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : rehydrate.org

Sumber : teratology.org

Polusi dapat berdampak pada kerusakan tanaman atau kerusakan

permanen, sedang dan kecil terhadap lingkungan hidup pada suatu

ekosistem dan/atau habitat tertentu.

Contoh-contoh dampak polusi terhadap lingkungan hidup,

diantaranya yaitu :

Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-

bintik pada permukaan daun. pada konsentrasi yang lebih tinggi

gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada

jaringan daun. dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat

berfungsi sempurna sebagai tempat terbetnuknya karbohidrat

melalui proses fotosintesis. akibatnya tanaman tidak dapat

berproduksi seperti diharapkan. konsentrasi NO sebanyak 10

ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun

sampai sekitar 60 % hingga 70 %.

Campuran Peroxy Acetyl Nitrates (PAN) bersama senyawa

kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya

kabut fotokimia atau photo chemistry smog yang sangat

mengganggu lingkungan.

Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan 100 ppm

terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada tanaman

tingkat tinggi. bila konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000

ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam akan mempengaruhi

kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada

lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman.

asam sulfit maupun asam sulfat tersebut ikut terkondensasi di

udara dan kemudian jatuh bersama-sama air hujan sehingga

pencemaran berupa hujan asam tidak dapat dihindari lagi. hujan

asam ini dapat merusakkan tanaman, terkecuali tanaman hutan.

kerusakan hutan ini akan mengakibatkan terjadinya pengikisan

lapisan tanah yang subur. kejadian ini merupakan awal

terjadinya ketandusan lingkungan yang berarti pula

penurunannya daya dukung alam bagi kelangsungan hidup

manusia.

48

konsentrasi gas SOx yang terdispersi ke lingkungan itu berkadar

rendah, namun bila waktu kontak terhadap tanaman cukup lama

maka kerusakan tanaman dapat saja terjadi. konsentrasisekitar

0,5 ppm sudah dapat merusakkan tanaman, terlebih lagi apabila

konsentrasi SOx di udara lingkungan dapat dilihat dari timbulnya

bintik-bintik pada permukaan daun. kalau waktu paparan lama

maka daun itu akan gugur. hal ini akan mengakibatkan

produktivitas tanaman menurun.

kalau pencemaran udara oleh HC juga disertai dengan bahan

pencemar Nox maka dengan oksigen bebas yang ada di udara

akan membentuk Peroxy Acetyl Nitrates (PAN). selanjutnya

PAN ini bersama-sama dengan CO, ozon akan membentuk

kabut fotokimia. kabut fotokimia ini dapat dilihat pada warna

daun yang tampak pucat karena sel-sel pada permukaannya

mati. senyawa lain yang juga dapat membentuk kabut fotokimia

adalah peroxy propionyl nitrates (PPN) dan peroxi butyryl

nitrates (PBN). PPN dan PBN kalau membentuk kabut fotokimia

akan lebih berbahaya dibandingkan dengan kabut foto kimia

yang berasal dari PAN.

4. Cara-cara menangani Polusi

Penanganan polusi harus dilakukan secara terintegrasi, oleh karenanya

perlu komitmen dan kebijakan pihak manajemen didukung pengertian

dan kerjasama dari pihak-pihak terkait. Pada umumnya penanganan

polusi dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu non teknis dan teknis

yang diadopsi dari ilmu pengetahuan dan teknologi (rekayasa teknologi).

49

Gambar 2.3. Contoh dampak Polusi terhadap Lingkungan

Sumber : www.pikiran-rakyat.com

Tetapi, kedua pendekatan ini harus seiring sejalan, agar diperoleh hasil

yang maksimal. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua

pendekatan tersebut.

a. Non Teknis

Penanganan secara non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi

dan menanggulangi polusi dengan cara menciptakan kebijakan yang

dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam

bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga

tidak terjadi polusi di tempat kerja. Adapun, kegiatan penanganan

secara non teknis yang dapat dilakukan, meliputi :

Membuat kebijakan yang dapat mencegah terjadinya polusi dan

menerapkannya, serta sanksi yang keras bagi yang tidak mentaati

kebijakan tersebut.

Pengujian dan pemantauan lingkungan kerja, untuk mengetahui

sumber pencemarnya.

Pengaturan dan pengawasan terhadap semua kegiatan yang

berlangsung di tempat kerja.

Pengawasan dan pemantauan lingkungan kerja yang dilakukan

secara teratur dan terus-menerus

b. Teknis

Penanganan secara teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan

menanggulangi polusi dengan cara menciptakan dan/atau

memodifikasi bahan dan peralatan yang dipergunakan sedemikian

rupa sehingga tidak terjadi polusi di tempat kerja. Umumnya

penanganan secara teknis yang dapat dilakukan adalah meniadakan

bahan yang mencemari, mengganti bahan dan peralatan yang

berpotensi mencemari, mengelola limbahnya (termasuk memodifikasi

peralatan dan penambahan alat/komponen bantu).

50

Adapun contoh penanganan teknis terhadap polusi udara, air dan

daratan, antara lain adalah :

Penanganan teknis terhadap polusi udara

Penanganan teknis terhadap polusi udara dilakukan untuk

mengurangi atau menanggulangi polusi udara yang terjadi,

diantaranya :

Filter udara

Filter udara bertujuan untuk menyaring kotoran yang ikut

keluar pada cerobong atau stack, agar tidak terlepas ke

lingkungan sehingga udara yang keluar dari cerobong adalah

udara bersih. Filter udara yang terpasang harus tetap

diamati, bila sudah jenuh (penuh abu/debu) harus diganti

dengan yang baru.

Pengendap siklon

Pengendap siklon (cyclone saparators) adalah pengendap

debu/abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam

ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon

adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara/gas

buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding

tabung siklon sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh

ke bawah.

51

Gambar 2.4. Pengendap Siklon

Sumber : Dampak Pencemaran Lingkungan

Filter basah

Filter basah (scrubbers atau wet collector) adalah alat bantu

untuk membersihkan udara yang kotor. Prinsip kerja filter

basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara

menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara

yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang

berdebu kontak dengan air maka debu akan ikut semprotan

air turun ke bawah.

52

Gambar 2.5. Pengendap Siklon Filter Basah

Sumber : Dampak Pencemaran Lingkungan

Pengendap Sistem Gravitasi

Alat pengendap ini hanya dapat dipergunakan untuk

membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif

cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerjanya, sangat

sederhana sekali yaitu dengan mengalirkan udara kotor ke

dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada

waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed

drop) zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya

beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan

tergantung pada dimensi alatnya.

Pengendap Elektrostatik

53

Gambar 2.5. Pengendap Sistem Gravitasi

Sumber : Dampak Pencemaran Lingkungan

Alat pengendap elektrostatik dipergunakan untuk

membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang

relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap

air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan

udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.

Penanganan teknis terhadap polusi air

Penanganan teknis terhadap polusi air dilakukan untuk

mengurangi atau menanggulangi polusi air yang terjadi,

diantaranya :

IPAL (Instalasi Pengolahan air Limbah)

Pengolahan ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar

pencemar yang ada dalam limbah tersebut hingga mencapai

batas baku mutu yang diizinkan.

54

Gambar 2.5. Pengendap Elektrostatik

Sumber : Dampak Pencemaran Lingkungan

Tangki septik (Septic tank)

Tangki septik adalah teknologi pengolahan limbah sederhana

berupa bak kedap air yang dilengkapi dengan pipa ventilasi

dan lubang kontrol.

55

Gambar 2.7. Contoh-contoh Instalasi Pengolahan Air LImbah

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:DN0c1vrOpKpNbM:http://www.infolab-online.com/v1/image/Limbah%2520Cair%2520copy.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : www.infolab-online.com

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:j5unO6sCljYWlM:http://lc.bppt.go.id/iptek/images/stories/lingkungan/pengolahan-air-limbah-rs.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : lc.bppt.go.id

Gambar 2.6. Tangki Septik dengan Dua Ruang

Sumber : Buku Acuan Pendidikan Lingkungan Hidupuntuk Tingkat SD, SMP, SMA, SMK

Penanganan teknis terhadap polusi daratan/tanah

Penanganan teknis terhadap polusi daratan/tanah dilakukan untuk

mengurangi atau menanggulangi polusi tanah yang terjadi,

diantaranya :

Penimbunan Tanah (Land Fill)

Di daerah perkotaan usaha pemusnahan sampah dengan cara ini

sudah lama dilakukan. Sampah-sampah yang terkumpul bertruk-

truk dari rumah tangga dan pasar dimanfaatkan untuk menimbun

tanah rendah. Sampah ditimbun begitu saja sampai menggunung

lalu diratakan dan dipadatkan. Setelah ketinggian permukaan

mencapai yang diinginkan penimbunan sampah dihentikan.

Penimbunan Tanah Secara sehat

Sampah di buang dan dibiarkan menggunung seperti cara land fill

diatas tetapi, setelah sampah mencapai ketinggian yang diinginkan

permukaan atasnya segera ditimbun tanah. Lapisan tanah ini

sedikitnya harus setebal 60 cm. Pemusnahan dan sekaligus

pemanfaatan sampah dengan cara ini memang membutuhkan

56

biaya lebih besar dan curahan waktu serta tenaga lebih banyak,

tetapi lebih aman dan tidak merugikan kehidupan masyarakat

Gambar Penimbunan Tanah

Pembakaran sampah (Incineration)

Membakar sampah yang sudah terkumpul sudah menjadi

kebiasaan masyarakat kebanyakan pinggiran kota dan daerah

pedesaan. Barangkali karena cara ini yang paling praktis . Hanya

saja jika cara membakarnya asal-asalan maka maka asap

pembakaran akan berakibat mengotori udara dan mengganggu

pernapasan.

Gambar Pembakaran Sampah

Penghancuran (Pulverisation)

57

Beberapa kota besar di Indonesia saat ini telah memiliki mobil

pengumpul sampah yang sekaligus juga telah dilengkapi alat

pelumat sampah. Sampah yang berasal dari bak-bak penampung

langsun dihancur leburkan menjadi potongan-potongan kecil

sehingga lebih ringkas.

Gambar Mobil Penghancur Sampah

Pengomposan

Telah banyak lembaga usaha swasta yang memanfaatkan buangan

sampah untuk dibuat pupuk kompos dan kemudian di pasarkan

secara komersial. Pada prinsipnya langkah–langkah pengomposan

secara fabrikasi yang mereka tempuh adalah:

a. Sampah-sampah tak lapuk dan tak mudah lapuk disisihkan

dan dibuang

b. Sampah dihancurleburkan menggunakan mesin khusus

sampai lumat

c. Sampah kemudian ditimbun secara teratur dalam suatu

hamparan tertutup yang bisa diawasi suhu, tingkat

kelembapan dan aliran udaranya menggunakan alat khusus.

d. Setelah kompos itu jadi segera dikeringkan kemudian digiling.

Setelah dikemas dengan baik maka kompos pabrik ini siap di

pasarkan.

Gambar Pembuatan Kompos

58

Makanan Ternak (Hogfeeding)

Sampah jenis garbage , seperti sisa sayuran , ampas tapioka,

ampas tahu bisa dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Daripada

sampah-sampah itu dibuang percuma, kan jauh lebih baik kalau

menjadi makanan ternak saja.

59

Gambar Pemanfaatan Sampah Untuk Makanan Ternak

Pemanfaatan Ulang

Agar sampah tidak terlalu manumpuk dan membuat masalah

yang lebih kompleks salah satu usaha yang baik adalah dengan

pemanfaatan ulang. Sampah-sampah yang sekiranya masih bisa

diolah kembali , dipungut dan dikumpulkan . Pemanfaatan ulang

sampah dikenal dengan program 3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle.

Program Reduce artinya mengurangi atau mereduksi

sampah yang akan akan terbentuk. Hal ini dapat dilakukan bila ibu-

ibu rumah tangga kembali ke pola lama yaitu membawa keranjang

belanja ke pasar. Dengan demikian jumlah kantong plastik yang di

bawa ke rumah akan berkurang (tereduksi). Selain itu bila setiap

orang menggunakan kembali saputangan daripada tissue,

disamping akan mengurangi sampahnya dengan tidak

menggunakan tissue dapat terjadi penghematan terhadap bahan

baku untuk tissue, yang tidak lain adalah kayu dari hutan. Kalau

setiap orang melakukan hal tersebut berapa ton sampah yang akan

terreduksi perbulan dan berapa Ha hutan yang dapat

terselamatkan.

Re-use adalah program pemakaian kembali sampah yang

sudah terbentuk seperti penggunaan bahan-bahan plastik/kertas

bekas untuk benda-benda souvenir,bekas ban untuk tempat pot

60

atau kursi taman, botol-botol minuman yang telah kosong diisi

kembali dan sebagainya.

Gambar Hasil Re-use Sampah

Proses Recycle agak berbeda dengan kedua program

sebelumnya. Dalam hal ini sampah sebelum digunakan perlu diolah

terlebih dahulu. Bahan-bahan yang dapat direcycle atau didaur

ulang seperti kertas atau plastik bekas, pecahan gelas atau gelas,

besi atau logam bekas dan sampah organik yang berasal dari dapur

atau pasar dapat di daur ulang menjadi kompos (pupuk). Proses

daur ulang ini juga dapat mengubah sampah menjadi energi panas

yg dikenal dengan proses insenerasi. Insenerasi sederhana sudah

dilakukan oleh beberapa industri di Jakarta yaitu menggunakan

limbah padat dalam bentuk lumpur hasil akhir pengolahan air

limbahnya tidak dibuang ke tanah tapi digunakan sebagai bahan

bakar setelah mengalami pengeringan.

61

Untuk mendaur ulang bahan-bahan kertas, plastik atau

logam, dibutuhkan sampah dalam keadaan bersih artinya tidak

tercampur antara satu bahan dengan bahan lainnya. Ini berarti

setiap orang harus memilah sampah sebelum di buang ke tempat

sampah. Pemisahan sampah dapat dilakukan antara sampah

organik biodegradable seperti sampah dapur dengan

nonbiodegradable seperti plastik. Selain itu dipisahkan antara

kertas bekas, plastik bekas, karton dan sebagainya dari pecahan

kaca atau logam. Hal ini telah dilakukan oleh beberapa negara maju

seperti Australia, Canada (yang dikenal dengan blue box system),

dan negara-negara Eropa. Dengan sistem kota biru ini yaitu

pemilihan sampah untuk didaur ulang yang dilakukan ibu-ibu rumah

tangga di Ontario-Canada pada tahun 1990 telah menghasilkan

14% dari seluruh sampahnya dapat didaur ulang atau sekitar

260000 ton sampah.

Gambar Proses Recycle

62

Oleh karena itu sudah waktunya penghuni setiap rumah di

Indonesia khususnya di kota-kota besar untuk melakukan

pemilahan sampahnya sebelum di buang ke Tempat Pembuangan

Sementara (TPS)nya masing-masing. Selain itu juga diharapkan 63

dapat turut serta dalam program Re-duce dan Re-use sampah.

Dengan demikian bila seluruh warga melaksanakan ketiga program

tersebut (3R), maka masalah pencemaran tanah oleh sampah akan

berkurang.

Gambar Himbauan 3R: Reduce, Reuse dan Recycle

64

C. RANGKUMAN

1. Limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan/atau kegiatan

(Undang-Undang no. 23 tahun 1997, tentang pengelolaan lingkungan

hidup, pasal 1, nomor 16).

2. Jenis-jenis pencemaran yang umum adalah pencemaran air/perairan,

daratan dan udara (polusi).

3. Dampak polusi terhadap kesehatan manusia adalah kematian, cacat

permanen, penyakit yang berkepanjangan, penyakit menular dan

penyakit biasa.

4. Dampak polusi terhadap lingkungan hidup adalah kerusakan permanen,

sedang dan kecil pada suatu ekosistem dan/atau habitat tertentu.

5. Penanganan polusi dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu secara

non teknis dan teknis.

6. Penanganan polusi secara non teknis, yaitu suatu usaha untuk

mengurangi dan menanggulangi polusi dengan cara menciptakan

kebijakan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala

macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga

tidak terjadi polusi di tempat kerja.

7. Penanganan polusi secara teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi

dan menanggulangi polusi dengan cara menciptakan dan/atau

memodifikasi bahan dan peralatan yang dipergunakan sedemikian rupa

sehingga tidak terjadi polusi di tempat kerja.

65

TUGAS

1. Bentuklah kelompok yang terdiri dari 5 – 6 orang.

2. Pergilah/kunjungilah ke suatu tempat kerja, perhatikan dengan

seksama kondisi tempat kerja tersebut.

3. Setiap kelompok mendiskusikan kondisi tempat kerja tersebut dan

buatlah laporan tertulisnya.

4. Presentasikanlah hasil diskusi kelompok tersebut, untuk didiskusikan

dengan semua kelompok dan guru.

66

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:

Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda

mampu:

1. Mengidentifikasi komponen penyusun dan interaksi ekosistem

2. Memahami rantai makanan dan jaring-jaring makanan3. Memahami interaksi komponen biotik4. Menjelaskan peran komponen biotik dan abiotik dalam

kehidupan5. Memahami dan menerapkan konsep keseimbangan

lingkungan6. Menjelaskan pengertian AMDAL7. Memahami Kebijakan LIngkungan Hidup di Indonesia,

melalui beberapa Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri tentang AMDAL yang berlaku di Indonesia

8. Memahami dan menerapkan Dampak Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaannya

67

B. URAIAN MATERI:

I. EKOSISTEM

Ekosistem adalah suatu sistem hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya. Ekosistem dapat dikatakan juga sebagai sutu tatanan

kesatuan secara utuh dan menyeluruh anatara segenap unsur lingkungan hidup

yang saling mempengaruhi. Ekosistem juga dapat berarti sutu unit fungsional

antara komunitas dengan lingkungannya. Ekosistem dapat besar dan kecil.

Contoh ekosistem dalam kehidupan sehari-hari adalah ladang, hutan, kolam dan

laut. Kumpulan ekosistem yang ada di seluruh dunia disebut sebagai biosfer.

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem

perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem

air laut.

a. Ekosistem darat

Ekosistem darat adalah

ekosistem yang lingkungan

fisiknya berupa daratan.

Ekosistem darat dibedakan

menjadi beberapa bioma.

Bioma adalah kumpulan

species (terutama tumbuhan)

yang mendiami tempat tertentu

di bumi yang dicirikan oleh

vegetasi tertentu yang dominan

dan langsung terlihat jelas di

tempat tersebut. Oleh karena

itu biasanya Bioma diberi nama

berdasarkan tumbuhan yang

dominan di daerah tersebut.

Contoh bioma adalah gurun,

68

padang rumput, hutan basah,

hutan gugur, taiga dan tundra.

b. Ekosistem air tawar

Ekosistem air tawar digolongkan

manjadi air tenang dan air mengalir.

Termasuk ekosistem air tenang adalah

danau dan rawa, sedangkan

ekosistem air mengalir adalah sungai.

c. Ekosistem air laut

Ekosistem air laut dibedakan atas

lautan, pantai, estuari, dan terumbu

karang. Laut ditandai dengan

salinitas (kadar garam) yang tinggi

terutama di daerah laut tropik.

Pantai letaknya berbatasan dengan

darat, laut dan daerah pasang

surut.

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Terumbu

karang terdiri dari didominasi karang batu dan organisme-organisme lainnya,

daerah ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis

dapat berlangsung.

A. Komponen-Komponen Ekosistem

69

Sebelum membahas komponen-komponen yang menyusun suatu

ekosistem, ada beberapa istilah dalam lingkup ekosistem yang penting untuk

diketahui.

Populasi adalah

kelompok makhluk hidup

yang sama jenisnya

(spesiesnya) contohnya

populasi gajah berarti

kelompok gajah, populasi

banteng berarti kelompok

banteng.

Suatu makhluk hidup dapat dikatakan anggota populasi apabila:

hidup bersama dalam populasi

mempunyai fungsi sebagai anggota populasi

mempunyai persamaan anatomi dan fisiologi dengan anggota lainnya

dapat melakukan perkembangbiakan dengan anggota-anggota populasi

tersebut

Apabila terdapat beberapa populasi dalam suatu daerah dan saling

berinteraksi maka terbentuklah komunitas.

Dilihat secara umum komponen penyusun ekosistem dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu: Komponen Abiotik/pengada ragawi/tak

hidup/ nir-hidup dan Komponen Biotik/pengada insani/hidup. Komponen tak

hidup (abiotik) adalah bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang

terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan

medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan

tempat hidup.

Komponen biotik/hidup dalam ekosistem dapat digolongkan lagi menjadi:

a. Komponen autotrof

(Auto = sendiri dan trophikos = makanan) 70

Autotrof adalah organisme yang mapu menyediakan/mensistesa makanan

sendiri berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi

seperti matahari. Komponen autotrof ini berfungsi sebagai produsen,

contohnya tumbuh=tumbuhan hijau.

b. Komponen heterotrof

(Heteros = berbeda, trophikos = makanan)

Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik

sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain.

Yang tergolong heterotrof adalah manusia dan hewan.

c. Dekomposer (pengurai)

Dekomposer adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik

yang berasal dari organisme mati (bahan oraganik kompleks). Dekomposer

menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan

yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen, contohnya

adalah jamur dan bakteri pengurai. Keberadaan dekomposer sangat penting

dalam ekosistem. Oleh dekomposer, hewan atau tumbuhan yang mati akan

diuraikan dan dikembalikan ke tanah menjadi unsur hara (zat anorganik) yang

penting bagi pertumbuhan tumbuhan. Aktivitas pengurai juga menghasilkan

gas karbondioksida yang penting bagi fotosintesis.

B. Interaksi Komponen Ekosistem

Komponen-komponen dalam suatu ekosistem berinteraksi dan tercipta

hubungan saling ketergantungan antara satu komponen dengan komponen

lainnya. Tanpa ketergantungan tersebut maka tak mungkin ada kehidupan.

Sebagai contoh singa memakan kijang, kijang memakan rumput, rumput

memerlukan tanah, sinar matahari, air dan udara untuk tumbuh. Walau tidak

secara langsung maka singa juga membutuhkan rumput, karena jika tidak ada

rumput maka kijang akan berkurang. Jika kijang berkurang maka singa akan sulit

mendapatkan makanan.

Hubungan saling interaksi dalam suatu ekosistem ini menempatkan setiap

jenis makhluk hidup pada tingkat tertentu dari sumber makanan atau sumber

energi. Tingkatan-tingkatan makanan seperti tergambar di atas disebut tingkat

71

trofik. Tingkat trofik kemudian disusun mulai dari tumbuhan sampai hewan

pemakan daging (karnivora) maka terbentuklah suatu tingkatan yang disebut

sebagai piramida trofik atau piramida makanan.

Tumbuhan sebagai produsen yaitu makhluk hidup yang dapat membuat

makanan sendiri, menempati tingkat trofik pertama. Konsumen yaitu hewan yang

memakan tumbuhan, sebagai konsumen primer menempati tingkat trofik kedua,

sedangkan hewan yang memakan daging sebagai konsumen sekunder

menempati tingkat trofik ketiga. Tingkatan trofik tersebut kemudian disusun

membentuk suatu piramida dimana yang paling bawah adalah tingkat trofik

pertama, kemudian ke atas adalah tingkat trofik kedua dan seterusnya. Jika

dilihat maka akan berbentuk piramida.

C. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan

Materi dan energi di dalam suatu ekosistem akan selalu mengalami

perubahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain melalui jalan yang rumit.

Energi primer dari ekosistem berasal dari cahaya matahari. Selanjutnya oleh

tumbuhan hijau diubah menjadi energi kimia, dan bila dimakan oleh herbivora,

maka materi dan energi akan pindah kedalam tubuh hewan dan selanjutnya akan

pindah ke karnivora, ke pengurai dan seterusnya. Setiap perpindahan energi dari

bentuk yang satu ke bentuk yang lain akan di sertai pembebasan sebagian

energinya.

Perpindahan energi dari sinar matahari yang mula-mula dipakai oleh

tumbuhan melalui serangkaian organisme dalam peristiwa makan-memakan

dengan arah tertentu disebut rantai makanan (food chain). Contoh dari rantai

makan yaitu sinar matahari digunakan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya,

tumbuhan dimakan oleh ulat daun, kemudian ulat daun dimakan oleh ayam,

selanjutnya ayam dimakan oleh elang.

Dalam kenyataannya di alam rantai makanan tersebut akan saling

menjalin. Sebagai contoh rumput dan biji-bijian tidak selalu dimakan oleh tikus,

tetapi juga dimakan oleh kelinci, burung, dan tupai. Sedang tikus tidak selalu

dimakan ular, atau pun burung hantu, tetapi juga dimakan rubah. Gambaran

72

tersebut menunjukkan proses saling makan, semua berpangkal pada tumbuhan

hijau. Keadaan semacam itu disebut jaring-jaring makanan (food web).

Gambar Jaring-Jaring Makanan

D. Interaksi Komponen Biotik

Interaksi antara komponen biotik dalam suatu daerah dikenal sebagai

komunitas. Hubungan antar komponen biotik ini mempunyai pengaruh besar

terhadap berbagai spesies pembentuk komunitas. Hubungan interaksi populasi

ini dapat bermacam-macam sifatnya yaitu:

a. Netral

Interaksi yang terjadi jika bersifat netral adalah tidak saling mempengaruhi di

antara komponen biotik. Contohnya adalah antara kumpulan makhluk hidup

73

(populasi) walang sangit dengan burung gelatik dalam suatu persawahan.

Walaupun walang sangit dan burung gelatik sama-sama makan biji padi,

namun mereka tidak saling mempengaruhi atau bersaing. Walang sangit

menghisap buah padi muda sedangkan burung gelatik makan biji. Sehingga

antara populasi walang sangit dan burung gelatik tisak saling mengganggu.

b. Kompetisi

Interaksi yang terjadi jika bersifat kompetisi adalah terjadi persaingan di

antara komponen biotik. Contohnya adalah antara kumpulan makhluk hidup

chitah dan harimau di suatu daerah. Kedua hewan tersebut sama-sama

sebagai pemakan hewan lain seperti kijang, zebra, rusa dan lain

sebagainya. Di antara kedua populasi hewan tersebut saling berkompetisi

untuk mendapatkan makanan. Siapa yang kuat akan menguasai daerah dan

makanan, dan yang kalah akan menyingkir.

74

c. Mutualisme

Interaksi yang bersifat mutualisme adalah terjadi hubungan saling

menguntungkan antara komponen biotik di suatu daerah. Contohnya adalah

antara tumbuhan berbunga dengan kupu-kupu. Kupu-kupu mendapat

keuntungan dengan menghisap makanan (madu) dari tumbuhan berbunga.

Sebaliknya tumbuhan berbunga memperoleh keuntungan karena terbantu

proses penyerbukan (reproduksi)nya ketika kupu-kupu menghisap madu.

d. Predasi

Interaksi yang bersifat

predasi adalah hubungan

antara komponen biotik

pemangsa dengan

mangsanya. Pemangsa

sering disebut sebagai

predator. Contohnya 75

adalah harimau dengan

kijang, elang dengan anak

ayam, dan ular dengan

tikus. Harimau, elang dan

ular disebut sebagai

pemangsa atau predator.

Sedangkan kijang, anak

ayam dan tikus sebagai

yang dimangsa atau disebut mangsa. Dalam interaksi ini kenaikan populasi

pemangsa akan menurunkan populasi yang dimangsa, dan sebaliknya.

Sifat predator dalam memangsa dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

yang memangsa dengan mentah atau hidup seperti ular dan

harimau

yang memangsa setelah menjadi bangkai disebut saprovor.

e. Parasitisme

Interaksi ini terjadi jika komponen biotik

yang satu parasit terhadap komponen

biotik yang lain. Biasanya interaksi

parasitisme ini dilakukan oleh tumbuhan

atau hewan tingkat rendah dengan cara

menumpang dan menghisap sari

makanan dari hewan atau tumbuhan yang

ditumpanginya. Hewan atau tumbuhan

yang ditumpangi biasa disebut inang.

Contohnya adalah cacing pita yang hidup

pada usus halus manusia. Cacing ini

menghisap makanan di dalam tubuh

manusia yang ditumpanginya.

e. Komensalisme

Interaksi ini terjadi jika komponen biotik

yang satu mendapat keuntungan, namun 76

komponen biotik yang lain tidak merasa

dirugikan. Contohnya adalah interaksi

antara ikan hiu dengan ikan remora kecil

yang menempel di tubuhnya. Ikan kecil

tersebut mendapat keuntungan karena

dapat bergerak mengikuti hiu tanpa

mengeluarkan energi dan juga mendapatkan makanan dari arus air yang

dilewatinya. Ikan hiu tidak dirugikan dan diuntungkan.

E. Peran Komponen Biotik Dan Abiotik Dalam

Kehidupan

Komponen-komponen biotik dan abiotik yang merupakan komponen

penyusun ekosistem mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan.

Karena jika satu komponen tersebut rusak atau hilang maka akan menyebabkan

hancurnya keseimbangan kehidupan. Hilangnya komponen penyusun ekosistem

tersebut dapat terjadi dengan 2 cara yaitu:

Secara alamiah, misalnya bencana alam yaitu: kemarau panjang, banjir,

gempa bumi, angin ribut, dan lain sebagainya. Dengan adanya bencana

tersebut maka akan dapat mematikan komponen biotik (organisme yang

hidup) dan juga merusak komponen abiotik dalam ekosistem

Akibat campur tangan manusia, misalnya manangkap ikan dan

memberantas hama dengan zat racun, menebang dan membakar hutan,

pengeringan rawa, pembuatan jalan dan lain sebagainya.

Dengan hilangnya komponen biotik dan abiotik dalam kehidupan maka akan

terjadi perubahan lingkungan. Pengaruh perubahan lingkungan akan sangat

mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. Pengaruh perubahan

lingkungan sangat bervariasi. Ada komponen biotik dan abiotik yang dapat dan

tidak dapat beradaptasi. Jika tidak dapat beradaptasi maka akan menyebabkan

kematian dan kerusakan. Namun jika komponen biotik dan abiotik tersebut dapat

beradaptasi maka akan tetap hidup dan ada dalam kehidupan.

II. KONSEP KESEIMBANGAN LINGKUNGAN

77

A. Saling Ketergantungan

Dari peran komponen biotik dan abiotik dalam kehidupan dapat terlihat

jelas adanya saling ketergantungan antara satu komponen dan komponen

yang lain dalam membentuk suatu keseimbangan lingkungan. Ada dua hal

utama yang terus berlaku dalam kehidupan makhluk di alam ini yaitu :

Semua makhluk hidup saling bergantung satu dengan yang lain

Semua makhluk hidup akan mati dan jasadnya dimakan oleh makhluk

hidup yang lain.

Tanpa ketergantungan maka tak mungkin ada kehidupan di bumi ini. Sebagai

contoh manusia membutuhkan makanan yang berasal dari hewan dan

tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hewan membutuhkan tumbuhan

untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan membutuhkan tanah yang subur

agar dapat tumbuh maksimal. Tanah yang subur diperoleh jika kaya akan zat-

zat yang tidak lain berasal dari hewan yang mati. Hal ini membentuk suatu

rantai ketergantungan menuju suatu keseimbangan dalam kehidupan di

lingkungan.

B. Dampak Over Eksploitasi Lingkungan

Antara makhluk hidup dengan lingkungannya selalu terdapat saling

ketergantungan, sehingga perubahan pada salah satu komponen akan

menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Manusia mampu merubah

lingkungan sesuai dengan keinginannya, tetapi harus dengan

mempertimbangkan keserasian dan keseimbangan komponen dalam

lingkungan yang tetap mantap. Manusia harus mengusahakan sedapat

mungkin agar perubahan lingkungan tidak boleh keluar dari kisaran

kemampuan adaptasi organisme yang ada.

Semenjak terjadi pertambahan manusia yang pesat dan dengan

perkembangan teknologi yang mempermudah manusia mengeksploitasi

78

lingkungan maka terjadilah over eksploitasi yang menyebabkan lingkungan

tidak seimbang. Beberapa faktor yang menyebabkan over eksploitasi

lingkungan adalah sebagai berikut:

Jumlah manusia yang berlebihan.

Hal ini mendorong manusia mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan

pula demi keperluan hidupnya.

Pola konsumsi manusia yang boros

Pola konsumsi yang boros ini terkadang menyebabkan manusia

mengeksploitasi lingkungan untuk hal-hal yang kurang atau bahkan tidak

bermanfaat.

Kemajuan teknologi

Hal ini menyebabkan manusia menggunakan teknologi secara berlebihan

dan membabi buta tanpa memikirkan efek penggunaan teknologi tersebut

yang dapat merusak lingkungan.

Krisis pengelolaan lingkungan

Hal ini memungkinkan pengelolaan lingkungan menjadi tidak

berkesinambungan. Selain itu kurangnya pengelolaan lingkungan yang

baik menyebabkan keanekaragaman hayati di lingkungan berkurang.

Dari hal-hal tersebut di atas faktor jumlah manusia dan kemajuan teknologilah

yang menjadi sebab utama terjadinya over eksploitasi lingkungan. Karena

kemajuan perkembangan teknologi memungkinkan manusia mengeksploitasi

lingkungan alam dengan mudah. Sebagai contoh kemajuan perkembangan

teknologi tersebut dalam berbagai bidang adalah:

Bidang pertanian

Menciptakan alat pertanian yang maju seperti traktor, alat pemotong dan

penanam, alat penyemprot hama dan lain sebagainya. Dengan alat ini

manusia dapat mengolah pertanian dengan efektif dan efisien.

79

Bidang industri

Menciptakan alat-alat industri sehingga pekerjaan manusia dalam

mengolah hasil alam untuk keperluan manusia menjadi lebih mudah

Bidang pertambangan

Menciptakan alat-alat yang dapat mempercepat dan mempermudah

manusia menambang dan mengolah hasil tambang tersebut

Bidang kesehatan

Menciptakan alat-alat mutakhir yang dapat membantu penanganan

pengobatan dan juga menciptakan obat-obatan sehingga harapan hidup

manusia menjadi lebih panjang.

Bidang pertahanan dan keamanan

Menciptakan persenjataan yang canggih untuk mempertahankan

wilayahnya.

Bidang transportasi

Menciptakan alat-alat tranportasi yang dapat mempermudah perjalanan

dan komunikasi.

Dengan perkembangan kemajuan teknologi di berbagai bidang

memungkinkan manusia untuk mengeksploitasi lingkungan alam dengan

mudah dan cepat. Hal inilah yang mendorong terjadinya over eksploitasi. Jika

tidak dibuat peraturan yang mengikat dan juga tidak ada kesadaran manusia

tentang pentingnya keseimbangan lingkungan alam maka sedikit demi sedikit

lingkungan alam tersebut akan habis tereksploitasi oleh manusia dengan

berbagai macam keperluannya. Dampak dari over eksploitasi lingkungan

alam yang nyata terlihat adalah:

Terjadinya pencemaran

Dengan adanya over eksploitasi terhadap lingkungan alam yang

dilakukan manusia menyebabkan terjadinya pencemaran. Pencemaran

80

yang terjadi dapat berupa pencemaran air, udara, tanah, dan suara.

Sebagai contoh over eksploitasi terhadap hasil tambang, menyebabkan

lingkungan di sekitar pertambangan menjadi tercemar. Bahan

pencemarnya biasanya berupa logam-logam berat yang akhirnya

mencemari air dan tanah. Selain itu asap dari industri pertambangan

juga dapat mencemari udara. Suara bising dari alat-alat pertambangan

menyebabkan polusi suara.

Hilangnya populasi suatu makhluk

Karena adanya over eksploitasi terhadap lingkungan alam

memungkinkan suatu populasi makhluk hidup akan musnah. Sebagai

contoh over eksploitasi terhadap kayu-kayu di hutan menyebabkan

musnahnya komunitas di hutan tersebut. Komunitas yang hancur

tersebut menyebabkan populasi makhluk hidup di dalamnya terancam

musnah. Jika populasi makhluk tersebut tidak ada di daerah lain maka

kemungkinan hilangnya populasi tersebut semakin besar. Sebagai

contoh populasi harimau di Sumatera, orang utan di Kalimantan dan

sebagainya semakin sedikit dan bukan mustahil jika populasi tersebut

akan musnah karena over eksploitasi terhadap hutan.

Rusaknya keseimbangan lingkungan alam

Dengan adanya over eksploitasi lingkungan alam yang menyebabkan

pencemaran dan hilangnya populasi suatu makhluk secara langsung

akan merusak keseimbangan lingkungan alam. Adanya penecemaran

menyebabkan makhluk yang mampu beradaptasi akan tetap hidup

namun makhluk yang tidak dapat beradaptasi akan mati. Hal ini jelas

menyebabkan alam menjadi tidak seimbang. Kematian yang dialami

suatu populasi akan menimbulkan hilangnya salah satu komponen rantai

makanan di daerah tersebut. Dengan hilangnya salah satu komponen

rantai makanan bukan tidak mungkin mengakibatkan alur rantai dan

jaring-jaring makanan terputus. Keseimbangan lingkungan alam akan

rusak, dan efek-efek lain yang merugikan kehidupan akan bermunculan.

81

III. AMDAL

Pengertian AMDAL

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) adalah

kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan

yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

(Pasal 1 ayat 1 peraturan pemerintah republik Indonesia, nomor : 27 tahun

1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup).

AMDAL merupakan suatu kajian perencanaan kegiatan dan/atau

usaha yang memberikan uraian tentang prediksi dan analisa dampak

pembangunan terhadap lingkungan hidup, serta menyediakan informasi

yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses

pengambilan keputusan.

Tujuan dari AMDAL ialah untuk menjamin rencana, kegiatan dan

program pembangunan mendukung lingkungan hidup dan pembangunan

yang berkelanjutan.

AMDAL diperlukan untuk merawat dan melestarikan lingkungan hidup

di Indonesia yang semakin terpuruk, akibat pembangunan. Pembangunan

tetap harus berjalan, oleh karenanya perlu suatu ketentuan yang dijadikan

acuan dalam pelaksanaannya.

Kegunaan AMDAL menurut Prof. Dr. H. Imam Supardi, dr. Sp.Mk

(2003), khususnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan, adalah :

82

Gambar 1.1. Pembangunan Bandara membutuhkan AMDAL

mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak rusak,

terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui;

menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap

sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain, dan masyarakat agar

tidak timbul pertentangan-pertentangan;

mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran,

misalnya timbulnya pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran

tanah, kebisingan, dan sebagainya sehingga tidak mengganggu

kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat;

agar dapat diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna

bagi bangsa, negara atau masyarakat.

Kebijakan Lingkungan Hidup di Indonesia

Lingkungan hidup merupakan salah satu permasalahan dari begitu

banyaknya masalah yang dihadapi setiap negara. Pemerintah Republik

Indonesia memiliki perhatian terhadap lingkungan hidupnya, hal ini

dibuktikan dengan adanya kementerian negara lingkungan hidup.

Kementerian negara lingkungan hidup adalah sebuah lembaga pemerintah

yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai pengambil kebijakan dan

pengawas terhadap lingkunga hidup. Selain itu, ditunjukkan pula melalui

keikutsertaan pemerintah Indonesia dalam kegiatan/konvensi international

pada bidang lingkungan hidup, diantaranya Agenda 21, protokol Kyoto, KTT

Bumi dan sebagainya.

Kebijakan lingkungan hidup di Indonesia dapat dilihat dari beberapa

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri tentang

lingkungan hidup, khususnya AMDAL yang berlaku di Indonesia,

diantaranya :

Undang - Undang no. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup;

83

Undang-Undang no. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya

Alam Hayati dan Ekosistemnya

Undang-Undang no. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah no. 27 tahun 1999, tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 17 tahun 2001,

tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi

dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 056 tahun 1994, tentang

Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 86 tahun 2002,

tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan no. 09

tahun 2000, tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup

Dampak Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaannya

Setiap kegiatan dan/atau usaha pembangunan yang dilakukan pasti

menyebabkan sesuatu terhadap tatanan hidup yang sudah ada

sebelumnya. Semakin banyak kegiatan dan/atau usaha pembangunan,

maka sumberdaya yang dibutuhkan untuk menyokongnya akan meningkat

pula. Hal ini dapat dikatakan sebagai dampak dari suatu pembangunan.

Dampak dari suatu pembangunan dapat bersifat negatif dan positif.

Berdasarkan undang-undang republik Indonesia nomor 23, tahun 2997,

tentang pengelolaan lingkungan hidup, pasal 1 ayat 20 dampak lingkungan

hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan

oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Pada umumnya, dampak positif diartikan sebagai dampak yang

menguntungkan dari pembangunan yang ketika sedang direncanakan,

dibangun dan dioperasikan. Dampak positif tidak mengakibatkan terjadinya 84

penurunan kualitas lingkungan hidup yang sudah ada sebelumnya.

Contohnya : tersedianya lapangan pekerjaan, udara yang lebih segar, air

yang lebih bersih dan sebagainya.

Sedangkan, dampak negatif dapat diartikan sebagai dampak yang

merugikan dari pembangunan sejak direncanakan, dibangun dan

dioperasikan. Dampak negatif ini menyebabkan turunnya kualitas

lingkungan hidup yang sudah ada sebelumnya, sehingga diperlukan

pengelolaan untuk menanganinya. Contohnya : pencemaran udara,

pencemaran air, pencemaran tanah, kebisingan dan getaran.

Selain itu, dampak negatif yang perlu diperhatikan menurut Prof. Dr. H.

Imam Supardi, dr. Sp.Mk. (2003) adalah :

1. Apakah dampak negatif yang mungkin timbul itu melampaui atau tidak,

batas toleransi pencemaran terhadap kualitas lingkungan.

2. Apakah dengan banyak yang akan dibangun ini tidak/akan

menimbulkan gejolak terhadap banyak pembangunan lain atau

masyarakat.

3. Apakah dampak negatif ini dapat mempengaruhi kehidupan atau

keselamatan masyarakat atau tidak

4. Seberapa jauh perubahan ekosistem yang mungkin terjadi sebagai

akibat pembangunan proyek ini.

Dampak dari pembangunan sejak direncanakan, dibangun dan

dioperasikan, baik yang sifatnya positif maupun negatif harus dikelola agar

terjadi keseimbang dan keserasian. Disinilah peran dari AMDAL dalam

pembangunan, yaitu untuk mengetahui potensi yang akan timbul dari suatu

kegiatan dan/atau usaha pembangunan. Apabila potensi negatif yang

dominan maka kegiatan dan/atau usaha pembangunan tidak boleh

dilakukan atau tetap boleh dilakukan tetapi dengan persyaratan tertentu

agar dampak negatif tersebut dapat dikurangi sampai tidak membahayakan

lingkungan. Dengan kata lain, dampak negatif dari suatu kegiatan dan/atau

usaha pembangunan haruslah dikelola agar tidak mengakibatkan terjadinya

penurunan kualitas lingkungan hidup yang sudah ada sebelumnya.

Pengelolaan dampak ini dapat dilakukan melalui pendekatan ilmu

pengetahuan dan teknologi (rekayasa teknologi).

85

Berikut ini adalah sebuah contoh sederhana tentang dampak

pembangunan dan pengelolaannya. Suatu mall akan dibangun pada daerah

hijau di ibukota kabupaten atau kota. Sudah pasti pembangunan mall ini

akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari

pembangunan ini adalah tersedianya lowongan pekerjaan, tersedianya

sarana rekreasi dan tempat perbelanjaan. Tetapi, permasalahannya adalah

jalan utama kabupaten akan macet karena kehadiaran mall tersebut

(dampak negatif). Selain itu, merangsang terjadinya urbanisasi besar-

besaran, berkurangnya daerah hijau di kabupaten atau kota tersebut. Cara

mengelolanya adalah sebagai berikut :

Akibat dari kemacetan tersebut adalah terjadinya polusi udara di lokasi

tersebut. Tetapi hal tersebut dapat dikurangi dengan menanam

pepohonan yang dapat menyerap polutan yang berlebihan di udara.

Dapat pula memberikan saringan pada knalpot kepada pengendara

yang sering melintasi mall secara cuma-cuma oleh pengelolaan,

sehingga polusi dapat dikurangi.

Terjadinya urbanisasi dapat dicegah dengan memberikan insentif

kepada masyarakat di daerah pedesaan. Karena masyarakat

pedesaan identik dengan kegiatan di sawah dan berladang maka

insentif yang dapat diberikan adalah subsidi bibit, pupuk dan obat

hama, serta pembelian hasilnya.

Berkurangnya daerah hijau dapaat mengakibatkan banjir apabila hujan

turun, tetapi dapat dicegah dengan membuat saluran drainase yang

lebih besar penampangnya. Hal ini, dilakukan untuk mempercepat dan

mempermudah akses air hujan menuju tempat penampungannya,

seperti danau atau sungai. Selain itu, dapat pula dengan menanam

kembali pepohonan di lokasi lain untuk menggantikannya.

86

Metode Identifikasi, Prakiraan dan Evaluasi Dampak

87

Gambar 4. Contoh dampak pada lahan hijau

Sumber : udarakota.bappenas.go.id Sumber : www.pikiran-rakyat.com

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:0txIQmCrpXRcQM:http://www.mediaraharja.com/content/banjir%2520jaktim.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : www.mediaraharja.com

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:36UOKHHV9WxWFM:http://www.jaktim.beritajakarta.com/images/foto/taman%2520kota.JPG" \* MERGEFORMATINET

Sumber : www.jaktim.beritajakarta.com

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:5O8fshr8_aYfBM:http://2.srv.fotopages.com/2/8304902.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : 2.srv.fotopages.com

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.google.com/images?q=tbn:FffNi3SMvtERIM:http://www.tempo.co.id/galeri/thisweek/img/head-banjir.jpg" \* MERGEFORMATINET

Sumber : www.tempo.co.id

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak dilakukan untuk

melingkup dampak potensial (dampak besar dan penting) yang akan timbul

pada saat pembangunan akan, sedang dan telah dilaksanakan. Semua

kegiatan ini dilakukan pada saat perencanaan pembangunan, sehingga

akan diketahui pembangunan ini boleh dilanjutkan atau tidak. Adapun,

kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan

terhadap lingkungan hidup (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,

nomor : 27 tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup), yaitu :

Jumlah manusia yang terkena dampak

Luas wilayah persebaran dampak

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak

Sifat kumulatif dampak

Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

a. Metode Identifikasi Dampak

Metode identifikasi dampak adalah suatu cara untuk mengetahui

kondisi ketika suatu usaha dan/atau kegiatan akan, sedang dan telah

berlangsung berdasarkan kondisi saat ini, sehingga akan diketahui

segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder, dan

seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya

rencana usaha dan/atau kegiatan. Adapun contoh dari metode

identifikasi dampak, antara lain adalah metode daftar uji sederhana,

metode matriks dan metode bagan alir.

Daftar Uji Sederhana

Metode ini merupakan metode yang sangat

sederhana, karena hanya merupakan daftar

komponen dan besaran lingkungan yang mungkin

akan terkena dampak. Tabel 1.1. berikut ini adalah

contoh daftar uji sederhana : 88

Tabel 1.1. Contoh daftar uji sederhana identifikasi dampakFisik Sosial

1. Geologi 8. Pelayanan1.1. Sifat khas1.2. Sumberdaya mineral1.3. Stabilitas lereng, gugusan

batu1.4. Kedalaman sampai lapisan

tak tembus air1.5. Keamblasan (subsidence)1.6. Konsolidasi1.7. Pelapukan/pelepasan zat

kimia1.8. Aktivitas

tektonik/volkanisme

8.1.Fasilitas pendidikan 8.2.Lapangan pekerjaan8.3.Fasilitas komersial8.4.Pelayanan kesehatan/sosial8.5.Pembuangan limbah cair8.6.Pembuangan limbah padat8.7.Pemasokan air8.8.Drainasi air hujan deras8.9.Posisi8.10. Pemadam kebakaran8.11. Rekreasi8.12. Transportasi8.13. Fasilitas kultural

2. Tanah 9. Keamanan2.1.Stabilitas lereng2.2.Kekuatan mendukung2.3.Daya mengerut-

mengembang2.4.Kerentanan terhadap frost2.5.Liquefaction2.6.Erodibitas2.7.Permeabilitas

9.1.Struktur9.2.Material9.3.Lokasi bahaya9.4.Konflik sirkulasi9.5.Keamanan jalan dan rancang

bangun9.6.Radiasi ionisasi

3. dst 10. dst

Sumber : US Housing and urban development (1975) dalam buku Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (2005)

Metode Matriks

Metode matriks merupakan gabungan dari dua buah

daftar uji, yaitu daftar uji aktivitas pembangunan

sebagai penyebab dampak dan daftar uji faktor

lingkungan yang akan terkena dampak. Umumnya,

daftar uji aktivitas pembangunan ditulis pada sumbu horisontal dan

daftar uji faktor lingkungan pada sumbu vertikal kiri. Kemudian, pada

pertemuan kedua daftar uji ini diberi tanda apabila teridentifikasi

dampak potensialnya.

89

Metode Bagan Alir

Metode ini berusaha untuk mengidentifikasi interaksi

antara aktivitas penyebab dampak dan faktor

lingkungan yang terkena dampak dalam suatu jaring-

jaring sebab, kondisi dan efek.

90

Sumber : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (2005)Gambar 2. Contoh Bagan Alir Identifikasi Dampak

b.

c.

d.

e.

f.

b. Metode Prakiraan Dampak

Metode prakiraan dampak adalah suatu cara untuk memperkirakan

kondisi ketika suatu usaha dan/atau kegiatan akan, sedang dan telah

berlangsung berdasarkan kondisi saat ini, sehingga akan diketahui

sebesar apa dampak terhadap lingkungan hidup (primer, sekunder,

91

Sumber : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (2005)Gambar 2. Contoh Bagan Alir Identifikasi Dampak

dan seterusnya) disekitarnya. Umumnya metode yang dapat

dipergunakan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu informal (yaitu

prakiraan yang dilakukan berdasarkan intuisi atau pengalaman yang

sudah ada) dan formal (yaitu prakiraan yang dilakukan berdasarkan

penelitian atau perhitungan yang sudah baku dan dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya atau telah dipublikasikan). Adapun

contoh dari metode prakiraan dampak, antara lain adalah :

Metode Matematis (formal)

Metode matematis merupakan suatu cara untuk memperkirakan

dampak yang timbul dengan perhitungan atau pendekatan

matematis. Metode ini dapat pula dilanjutkan dengan

pemrograman komputer yang akhirnya dengan program tersebut

dapat dilakukan simulasi matematis. hasil simulasi dapat berupa

tabel, grafik atau gambar sebaran dampak. Contoh dari metode

matematis adalah memperkirakan kenaikan kepadatan penduduk,

dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Dtp : kepadatan pendudukan ”tanpa proyek” pada waktu t1

Po : Jumlah penduduk pada waktu acuan (t0)

r tp : laju tahunan pertumbuhan penduduk ”tanpa proyek”

t : periode waktu perhitungan t1 – t0 (tahun)

L tot : luas total daerah desa atau kecamatan (km2)

Metode Fisik (Formal)

Metode ini merupakan tiruan dari kondisi dilapangan dalam

lingkup yang lebih kecil. umumnya metode ini disebut pula dengan

simulasi.

Metode eksperimental

92

Po (1 + r tp)t

Dtp = ------------------ L tot

Metode ini merupakan prakiraan dampak berdasarkan data-data

yang diperoleh dari hasil eksperimen dilapangan atau/dan di

laboratorium. Contoh eksperimen lapangan ialah dampak

penggunaan kendaraan bermotor terhadap manusia, misalnya

penurunan IQ, mengakibatkan anak menjadi hiperaktif dan

sebagainya. Sedangkan, contoh dari eksperimen laboratorium

adalah eksperimen yang dilakukan dalam skala yang lebih kecil

daripada eksperimen lapangan. Pada umumnya hanya satu faktor

dampak saja yang dapat dipelajari, dengan menjaga faktor yang

lain tetap konstan, misalnya, suhu, pH dan sebagainya.

c. Metode Evaluasi Dampak

Metode evaluasi dampak adalah suatu cara untuk mengetahui

dampak yang relevan dan dikategorikan besar dan penting, apabila

suatu usaha dan/atau kegiatan dilaksanakan. Adapun contoh dari

metode evaluasi dampak, antara lain adalah :

metode informal

metode ini cukup sederhana karena dengan memberikan nilai verbal

pada dampak yang akan timbul, misalnya kecil,sedang dan besar.

Atau dapat pula memberikan skor, misalnya dari 1 sampai 10 tanpa

patokan yang jelas.

metode formal

sama seperti metode formal pada prakiraan dampak, metode formal

evaluasi dampak yaitu evaluasi yang dilakukan berdasarkan

penelitian atau perhitungan yang sudah baku dan dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya atau telah dipublikasikan, salah satu

contohnya adalah metode pembobotan. Pada metode ini, dampak

diberi bobot dengan menggunakan metode yang ditentukan secara

eksplisit. Metode pembobotan Battele untuk pengembangan

sumberdaya air (Dee et al., 1973 dalam Analisis Mengenai Dampak

93

Lingkungan, 2005) merupakan contoh dari evaluasi dampak dengan

metode pembobotan.

Tabel 1.2. Klasifikasi lingkungan menurut Battelle untuk proyek pengembangan sumberdaya air. angka dalam kurung adalah bobot relatif

EKOLOGI ESTETIKAJenis dan populasi terestrial Perumputan (14) Tanaman pertanian (14) Vegetasi alamiah (14) Jenis hama (14) Burung buruan

dipegunungan (14)Jenis dan populasi akuatis Perikanan komersial (14) Vegetasi alamiah (14) Jenis hama (14) Perikanan olah raga (14) Burung air (14)Habitat komunitas terestrial Indeks jaring-jaring

makanan (12) Tataguna lahan (12) Jenis langka dan

terancam (12) Karakteristik sungai (12) Keanekaan jenis (14)Ekosistem

Lahan Material permukaan geologi

(6) Sifat relief dan topografi (16) Lebar dan lesak (10)Udara Bau dan visual (3) Suara (2)Air Kenampakan air (10) Interfase daratan dan air (16) Bau dan zat yang

mengapung (16) Luas permukaan air (10)Biota Hewan domestik (5) Hewan liar (5) Keanekaan tipe vegetasi (9) Keanekaan di dalam tipe

vegetasi (5)Benda buatan manusia Benda buatan manusia (10)Komposisi Efek komposisi (15) Komposisi khas/unik (15)

Tabel 1.2. Klasifikasi lingkungan menurut Battelle untuk proyek pengembangan sumberdaya air. angka dalam kurung adalah bobot relatif (Lanjutan)

FISIK/KIMIA KEPENTINGAN 94

MANUSIA/SOSIAL Kualitas air Kehilangan hidrologi DAS

(20) BOD (25) DO (31) Koefisien fekal (18) Karbon anorganik (22) Karbon nitrogen (25) Karbon fosfat (28) Pestisida (16) pH (18) Variasi aliran sungai (28) Suhu (28) Zat padat terlarut total

(TDS) (25) Zat beracun (14) Turbiditas (20)Kualitas udara Karbon monoksida (5) Hidrokarbon (5) Nitrogen oksida (10) Zat padat (12) Oksigen fotokimia (5) Sulfur oksida (10)Pencemaran lahan Tata guna lahan (14) Erosi tanah (14)Pencemaran suara Kebisingan (4)

Pendidikan/Ilmiah Arkeologi (13) Ekologi (13) Geologi (11) Hidrologi (11)Sejarah Arsitektur dan pola (11) Kejadian (11) Orang (11) Religi dan kebudayaan (11) ”Western frontier” (11)Kebudayaan Indian (14) Kelompok etnik lain (7) Kelompok agama (7)Suasana Mengagumkan/memberi

inspirasi (11) Isolasi/ketersendirian (11) Misteri (4) Kebersatuan dengan alam

(11)Pola hidup Kesempatan kerja (13) Perumahan (13) Interaksi sosial (11)

Sumber : Dee, et al., (1975) dalam buku Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (2005)

95

C. RANGKUMAN

1. Ekosistem adalah suatu sistem hubungan timbal balik antara makhluk

hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dapat dikatakan juga sebagai

sutu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap

unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem juga

dapat berarti suatu unit fungsional antara komunitas dengan

lingkungannya. Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi

ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan

dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.

2. Dilihat secara umum komponen penyusun ekosistem dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu: Komponen Abiotik/pengada

ragawi/tak hidup/ nir-hidup dan Komponen Biotik/pengada insani/hidup.

Komponen tak hidup (abiotik) adalah bahan tak hidup yaitu komponen

fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan

tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya

kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.

3. Dengan perkembangan kemajuan teknologi di berbagai bidang

memungkinkan manusia untuk mengeksploitasi lingkungan alam

dengan mudah dan cepat. Hal inilah yang mendorong terjadinya over

eksploitasi. Jika tidak dibuat peraturan yang mengikat dan juga tidak

ada kesadaran manusia tentang pentingnya keseimbangan lingkungan

alam maka sedikit demi sedikit lingkungan alam tersebut akan habis

tereksploitasi oleh manusia dengan berbagai macam keperluannya.

Dampak dari over eksploitasi lingkungan alam yang nyata terlihat

96

adalah: terjadinya pencemaran, hilangnya populasi suatu makhluk dan

rusaknya keseimbangan lingkungan alam

4. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) adalah kajian

mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan

yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau

kegiatan (Pasal 1 ayat 1 peraturan pemerintah republik Indonesia,

nomor : 27 tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup).

5. Dampak positif dari pembangunan adalah keuntungan yang diperoleh

dari adanya pembangunan, seperti terciptanya lapangan pekerjaan

baru, adanya pendapatan tambahan dan sebagainya. Sedangkan,

dampak negatif dari pembangunan adalah kerugian yang diperoleh

akibat adanya pembangunan tersebut, seperti terjadinya pencemaran

udara, air dan tanah.

6. Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau

kegiatan terhadap lingkungan hidup (Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia, nomor : 27 tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup), yaitu : Jumlah manusia yang terkena dampak;

Luas wilayah persebaran dampak; Intensitas dan lamanya dampak

berlangsung; Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena

dampak; Sifat kumulatif dampak; Berbalik (reversible) atau tidak

berbaliknya (irreversible) dampak.

97

7. Metode identifikasi dampak yang umum dipergunakan, antara lain

adalah : metode daftar uji sederhana, matriks, dan bagan alir.

8. Metode prakiraan dampak yang umum dipergunakan, antara lain

adalah : metode informal (yaitu prakiraan yang dilakukan berdasarkan

intuisi atau pengalaman yang sudah ada) dan formal (yaitu prakiraan

yang dilakukan berdasarkan penelitian atau perhitungan yang sudah

baku dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya atau telah

dipublikasikan), contoh dari metode formal, diantaranya : metode

matematis, fisik dan eksperimental.

9. Metode evaluasi dampak yang umum dipergunakan, antara lain

adalah: metode informal (pemberian nilai verbal pada dampak yang

akan timbul, misalnya kecil, sedang dan besar atau pemberian skor 1

sampai 10, tanpa patokan yang jelas) dan formal (evaluasi yang

dilakukan berdasarkan penelitian atau perhitungan yang sudah baku

dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya atau telah dipublikasikan),

C. TUGAS

1. EKOSISTEM

a. Bentuklah kelompok yang terdiri dari 3 – 4 orangb. Carilah suatu daerah untuk diamati.c. Amati daerah tersebut.d. Tulislah komponen penyusun ekosistem di daerah tersebut.e. Buatlah hasil pengamatan tersebut dalam bentuk laporan.f. Presentasikan laporan hasil pengamatan itu di depan kelas.

2. KONSEP KESEIMBANGAN EKOSISTEM

a. Carilah artikel di media massa (koran/majalah/internet) tentang eksploitasi hasil alam di suatu daerah.

b. Analisislah artikel tersebut, carilah manfaat dan dampak dari eksploitasi tersebut.

c. Berikan saran-saranmu agar eksploitasi tersebut tidak merugikan lingkungan

c. Tuliskan hasil analisis dan saran-saranmu kemudian presentasikan di depan kelas.

3. AMDAL

a. Bentuklah kelompok yang terdiri dari 5 – 6 orang.

98

b. Carilah beberapa artikel di koran, majalah ataupun dari internet mengenai AMDAL (bila memungkinkan, carilah berita tentang AMDAL di kawasan lindung).

c. Berikanlah komentar dari artikel tersebut, berdasarkan diskusi kelompok. Komentar yang berikan berkisar tentang :

d. Sudah adakah kebijakan dari pemerintah mengenai hal ini.e. Apakah masih ada dampak yang dapat terjadi, tetapi belum tertulis.f. Apakah pengelolaannya sudah sesuai.g. Cobalah membuat identifikasi, prakiraan dan evaluasi terhadap

dampak yang mungkin terjadi.h. Kumpulkan tugas tersebut kepada guru untuk didiskusikan

bersama-sama.i. Presentasikanlah hasil diskusi kelompok dan diskusi dengan semua

kelompok dan guru.

99

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset Yogyakarta

Agung Mulyo, Ir., M.T., diakses dari http://www.pikiran-akyat.com /cetak/2005/ 0405/07/ cakrawala/ lainnya01.html

Begon, M, J.L. Harper dan C. L. Townsend (1990). Ecology: Individuals, Populations and Communities. 2nd Ed. Blackwell Sci. Publ. , Boston, Oxford etc.

Budiono, A. M. Sugeng. 2003. Penyakit akibat kerja dalam Bunga rampai HIPERKES dan KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Febdian, Pelangi. Diakses dari Febdian.net

http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=581

PPSML UI. - - - -. Himpunan Peraturan di Bidang Lingkungan. Jakarta : PPSML UI

Soemarwoto, Otto. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Penerbit Pt. Alumni

Tarumingkeng, PhD, Rudy C. (1994). Dinamika Populasi. Pustaka Sinar Harapan.

 Tim Konsultan WJEMP. 2004. Buku Acuan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk

Tingkat SD, SMP, SMA, SMK. Departemen Pendidikan Nasional

Wardhana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset Yogyakarta

100

101