interpretasi struktural pada penyelidikan geofisika metode

45
Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode Resistivitas 1D Untuk Keperluan Penyelidikan Bawah Tanah Pada Rencana Proyek Pembangunan PLTU Sumatera Di Kecamatan Niru Kota Muaraenim Sumatera Selatan OLEH Ni Komang Tri Suandayani, SSi, MSi Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Universitas Udayana 2019

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode Resistivitas 1D

Untuk Keperluan Penyelidikan Bawah Tanah Pada Rencana Proyek

Pembangunan PLTU Sumatera Di Kecamatan Niru Kota Muaraenim Sumatera

Selatan

OLEH

Ni Komang Tri Suandayani, SSi, MSi

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Udayana

2019

Page 2: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

2

Page 3: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

3

Page 4: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

4

Page 5: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

5

Page 6: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

i

Page 7: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

ii

Abstrak

Metode geofisika resistivitas (tahanan jenis) atau yang lebih dikenal dengan geolistrik 1D

dilakukan untuk melihat kondisi strukturan di daerah yang direncanakan akan dibangun

PLTU Sumatera 1, tepatnya di Kecamatan Niru, Kota Muara Enim, Sumatera Selatan.

Dengan menggunakaan konfigurasi Schlumberger terlihat bahwa pada daerah penelitian,

lapisan bawah pemukaan terdidri atas tiga lapisan yang diklasifikasikan memiliki nila

resistivitas rendah, menegah, dan tinggi. Dengan resistivitas rendah benilai < 50 m yang

diinterpretasikan sebagai lempung, kemudian nilai resistivitas menengah berada di kisaran 51

m hingga 120 m yang diinterprtasikan sebagai batu pasir tufaan, dan terakhir yang

bernilai resistivitas tingg memiliki nilai > 120 m yang diinterpretasikan sebagai lapisan

tanah kering yang berada dipermukaan pada kedalaman sekitar 1- 5 m.

Page 8: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

iii

KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kaena telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

yang berjudul Interpretasi structural Pada penyelidikan Geofisika Metode Resistivitas

1D Untuk Keperluan Penyelidikan Bawah Tanah Pada Rencana Proyek Pembangunan

PLTU Sumatera 1 Di Kecamatan Niru Kota Muaraenim Sumatera Selatan ini dengan

baik.

Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang

telah memberikan dukungan, bantuan serta kritik dan saran sehinga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini,

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari berbagai kesalahan dan

kekurangan, untuk itu penulis berharap kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat

membantu dalam menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap supaya karya ini

dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca

Denpasar, April 2019

Penulis

Page 9: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

iv

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ....................................................................................................... ii

Abstrak ........................................................................................................................ ... iii

Kata Pengantar............................................................................................................. .. iv

Daftar Isi ........................................................................................................................ v

Tabel ............................................................................................................................. vii

Gambar

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 TujuaanMasalah………………………………………………………………….1

BAB II TEORI DASAR ................................................................................2

II.1 Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivitas) …………………………….2

II.2 Prinsip kerja Metode Tahanan Jenis………………………………………….3

II.3 Resistivitas Semu …………………………………………………………………..7

II.4 Konfigurasi Metode Geolistrik Resistivitas……………………………………8

BAB III METODE AKUSISI DATA ………………… ..............................................……..11

III .1 Tempat dan Waktu ……………………………………………………………..11

III.2 Peralatan Penelitian ……………………………………………………………11

Page 10: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

v

III.3Metode Penelitian ……………………………………………………………….12

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA ……………………………………………14

IV.1 Pengolahan Data ………………………………………………………………14

IV.2 Interpretasi Data Geolistrik 1D ……………………………………………..15

IV.3 Hasil Dan Analisa ……………………………………………………………..21

BAB V KESIMPULAN ………………………………………………………………………….23

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………..25

LAMPIRAN

Page 11: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

vi

DAFTAR TABEL

Tabel III.1. Daftar Peralatan Geolistrik yang Digunakan ………………………………… 11

Tabel IV.1. Titik Koordinat Lokasi Pengukuran ……………………………………………14

Page 12: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ilustrasi kawat yang dialiri arus …………………………………………… 3

Gambar 2.2. Arah arus listrik didalam bumi …………………..…….4

Gambar 2.3. Arah arus listrik di permukaan bumi …………………………….5

Gambar 2.4. Arah arus listrik untuk dua sumber arus di permukaan bumi……………….5

Gambar 2.5. Ilustraasi penempatan elektroda …………………………………………….6

Gambar 2.6. Konsep resistivitas semu pada medium berlapis ……………………………7

Gambar 2.7. Eletrode arus dan potensial Konfigurasi wiener …………………………,,,.9

Gambar 3.1. Lokasi daerah Pengukuran ……………………………………………….

Gambar 3,1. Alur pengolahan data 1D ……………………………................................14

Gambar 4.2. Hasil pengolahan data geolistrik 1D ………………………………………15

Gambar 4.3. Oeta Geologi daerah Pengukuran ………………………………………...16

Gambar 4.4. Interpretasi Geolistrik pertitik pengukuran ……………………………….17

Gambar 4.5. Arah Penampang resistivitas pada daerah pengukuran …………………..19

Gambar 4.6. Penampang berarah Barat-Timur ……………… ……………………… . 19

Gambar 4.7. Penampang berarah Utara-Selatan Bagian Timur ……………………… 20

Gamabr 4.8. Penampang berarah Utara-Selatan Bagian Barat ……………………… 20

Gambar 4.9. Log Resistivitas yang telah diinterpretasigeologi ……………………… 21

Gambar 4.10. Interpretasi titik H ……………………………………………………… 21

Gambar 4.11. Model Struktur Bawah Permukaan menggunakan Geolistrik ………… .22

Page 13: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

1

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Metode geolistrik yang digunakan untuk memetakan kondisi bawah permukaan

adalah metode geofisika. Untuk mendapatkan anomali secara kuantitatif dan kualitatif

kondisimaterial bawah permukaan . Berbagai sifat fisika yang dimiliki oleh material bawah

permukaan dimanfaatkan untuk mendapatkan anomali bawah permukaan sebagai target

pemetaan yang dilakukan.

Metode geofisika banyak digunakan terutama untuk eksplorasi bawah permukaan

baik dalam bidang geoteknik, eksplorasi mineral, pemetaan sumberdaya air, dan lain

sebagainya. Diantara metode geofisika yang banyak dimanfaatkan adalah, metode resistivitas

(resistivity) atau geolistrik, seismik, gaya berat (gravity), magnetik, radar dan lain sebagainya.

Metode resistivitas (resistivity) atau geolistrik ini memanfaatkan sifat kelistrikan

material bawah permukaan untuk mendapatkan anomali dan sebaran sifat kelistrikan bawah

permukaan. Metode ini efektif digunakan untuk pemetaan dangkal dan menengah.

Metode geolistrik yang digunakan adalah metoda resistivitas adalah teknik 1D

(sounding). Teknik sounding digunakan untuk mendapatkan sebaran nilai resistivitas yang

sensitif secara vertikal.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada penelitian ini dilakukan pemetaan kondisi

bawah permukaan di PLTU Sumsel 1, Kecamatan Niru, Kota Muara Enim menggunakan

metoda geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger untuk 1D. Pemetaan terdiri dari 8 titik

pengukuran 1 -D (sounding).

Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan informasi pendugaan kondisi bawah

permukaan dengan menggunakan metode geolistrik 1D

I.2. Tujuan Masalah

Memperoleh gambaran sebaran resistivitas batuan di bawah bumi yang dikorelasikan

dengan data geologi

Memberikan dukungan data secara kuantitatif dan kualitatif untuk menggambarkan

perlapisan dan struktur bawah permukaan pada PLTU Sumsel 1, Kecamatan Niru, Kota

Muara Enim.

Page 14: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

2

BAB II

DASAR TEORI

II.1. Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivitas)

Metode tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik yang

digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat

aliran listrik di dalam batuan bawah permukaan bumi. Dalam kajian ini meliputi besaran

medan potensial, medan elektromagnetik yang diakibatkan oleh aliran arus listrik secara

alamiah ataupun secara batuan.

Metode ini pada prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi

melalui dua elektroda arus sehinggamenimbulkan beda potensial. Model pendugaan geolistrik

ini menggunakan prinsip bahwa lapisan batuan atau material mempunyai tahanan yang

bervariasi, yang disebut dengan tahanan jenis (resistivity).Besarnya resistivitas diukur dengan

mengalirkan arus listrik ke dalam bumi dan memperlakukan lapisan batuan sebagai media

pengantar arus.Setiap material atau batuan mempunyai kisaran resistivitas yang berbeda

dengan material lain.

Aliran konduksi arus listrikndidalam batuan atau mineral digolongkan atas tiga

macam yaitu konduksi dielektrik, konduksi elektrolitik, dan konduksi elektronik. Konduksi

dielektrik terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik.

Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan atau mineral bersifat porus dan pori-pori tersebut

terisi cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit.

Konduksi elektronik terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak electron bebas

sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh electron bebas.

II.2. Prinsip Kerja Metoda Tahanan Jenis

Metode geolistrik secara sederhana dianalogikan dengan rangkaian listrik. Jika arus

listrik dialirkan pada sebuah beban listrik t seperti pada gambar dibawah).

Page 15: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

3

Gambar I.1. Ilustrasi kawat yang dialiri arus

Besar resistansi R dapat berdasarkan besarnya potensial sumber dan arus yang

mengalir. Nilai resistivitas tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jenis material ,

Untuk itu digunakan besaran resistansi yang telah dinormalisasi terhadap geometri.

Bil sebuah konduktor dengan panjang L, dengan luas penampang A dan

resistansinya adalah R, maka dapat dirumuskan sbb:

Keterangan:

R = Resistensi (Ω)

𝜌 = Resistivitas (Ωm)

L = panjang kawat konduktor (m)

A = Luas Penampang kawat konduktor (m2)

Menurut hukum ohm dirumuskan :

Dimana

V adalah beda potensial (volt)

I adalah kuat arus (Ampere).

Aliran listrik dalam bumi diasumsikan bahwa bumi merupakan medium homogen

isotropis sehingga potential listrik yang berada dalam bumi dan dipermukaan bumi adalah

sebagai berikut :

Page 16: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

4

Gambar I.2. Arah arus listrik di dalam bumi

Jumlah arus yang keluar melalui permukaan bola yaitu :

Apabila titik di atas permukaan bumi, arah arus listrik dapat dilihat pada Gambar

berikut.

Gambar I.3 Arah arus listrik di permukaan bumi

Pada gambar tersebut area sebaran arah arus adalah setengah bola, sehingga

permukaan luas , dengan demikian persamaan menjadi :

Dengan memakai dua sumber arus ,arah arus listrik adalah seperti gambar di bawah

ini:

Page 17: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

5

Gambar I.4. Arah arus listrik untuk dua sumber di permukaan bumi

Pengukuran resistivitas bertujuan untuk membandingkan potensial di suatu titik ,

pada dua buah elektroda di permukaan. Beda potensial dipengaruhi oleh kedua elektroda

seperti gambar diatas. Arus yang diinjeksikan ke dalam bumi melalui elektroda arus pada

titik C1 dan C2 seperti gambar :

Gambar I.5. Ilustrasi penempatan elektroda

Faktor geometri (K) dari spasi elektroda adalah :

ditulis :

Page 18: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

6

Dinyatakan :

II.3. Resistivitas Semu

Jika bumi diasumsikan bersifat homogeny isotropic, resistivitas yang terukur

merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung pada spasi elektroda. Bumi terdiri

dari lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-beda sehingga potensial yang terukur merupakan

pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Resistivitas semu dirumuskan dengan :

Dimana :

K = faktor geometri

Ρα = resistivitas semu

∆V = beda potensial MN

I = kuat arus

Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen

dengan medium berlapis yang ditinjau. Perhatikan gambar !.6

Page 19: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

7

Gambar I.6. Konsep resistivitas semu pada medium berlapis

Anggap medium berlapis yang ditinjau misalnya terdiri dua lapis dan mempunyai

resistivitas berbeda ( ρ1 dan ρ2 ). Dalam pengukuran, mediujm ini dianggap sebagai medium

satu lapis homogeny yang memiliki satu harga resistivitas yaitu resistivitas semu (ρα).

Konduktansi lapisan fiktif ini sama dengan jumlah konduktansi masing-masing lapisan yaitu :

σα = σ1 + σ2.

II.4. Konfigurasi metode geolistrik resistivitas

Konfigurasi Schlumberger merupakan metoda yang banyak digunakan untuk

mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan . M,N digunakan sebagai

elektroda potensial dan A,B sebagai electrode arus. Pada konfigurasi ini nilai MN < nilai AB.

Bila jarak electrode AB dibuat 10 kali electrode MN untuk tiap jarak pengukuran. Umumnya

metode Schlumberger dilakukan dengan jaral electrode AB dibuat 10 kali atau lebih terhadap

jarak electrode MN. Meskipun begitu metode ini dapat dilakukan dengan jarak electrode

AB< 10 MN asalkan L > 4l.

Berdasarkan elektode potensial dan arusnya, ada beberapa jenis konfigurasi

diantaranya : konfigurasi Sclumberger, Wenner, Pole-Pole, dan lain-lain.

Page 20: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

8

Gambar I.7. Elektroda arus dan Potensial Konfigurasi Wenner

Konfigurasi Wenner terdiri dari empat collinear, elektroda sama spasi. Luar dua

elektroda biasanya arus (source) elektroda dan batin dua elektroda yang potensial (receiver)

elektroda. Konfigurasi jarak memperluas tentang titik tengah konfigurasi yang tetap menjaga

jarak setara antara setiap elektroda. Keuntungan dari konfigurasi Wenner adalah bahwa

tahanan jenis semu mudah dihitung di lapangan dan sensitivitas instrumen ini tidak penting

seperti geometri konfigurasi lain. Besaran arus yang relatif kecil diperlukan untuk

menghasilkan perbedaan potensial terukur. Kerugiannya adalah bahwa untuk setiap titik,

semua elektroda harus dipindahkan ke posisi baru. Dalam rangka untuk memperoleh

gambaran bumi yang lebih dalam, maka perlu menggunakan bentangan kabel yang lebih

panjang lagi; penanganan kabel dan elektroda antara setiap pengukuran bisa jadi merepotkan,

terutama di medan yang sulit. Konfigurasi Wenner juga sangat sensitif terhadap

inhomogeneities permukaan.

Page 21: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

9

BAB III

Metodologi Penelitian

III.1.Waktu dan tempat pengukuran

Pekerjaan akuisisi data geolistrik 1D (sounding) dilaksanakan pada tanggal 31 m aret-1April

2019 yang kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan pembuatan laporan kegiatan,

akuisisi data Geolistrik 1D (VES : Vertical Electrical Sounding), dan interpretasi &

pembuatan laporan.

Daerah pengukuran berada di PLTU Sumsel 1, kecamatan Niru, kota Muara Enim,

Provinsi Sumatera selatan yang posisinya berada di selatan jalan lintas Muara Enim

Prabumulih (Gambar 1). Perjalanan menuju lokasi sekitar 4 jam dari kota Palembang atau

satu jam dari kota Prabumulih ke arah Muara Enim. Akses masuk menuju lokasi penelitian

berjarak 6 km dari simpang TEL (PT. Tanjung Enim Lestari) dan ditempuh sekitar satu jam

dengan menggunakan kendaraan 4WD atau motor.

GambarIII.1 Lokasi Daerah Pengukuran

III.2. Peralatan Penelitian

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan lapangan disajikan pada

tabel berikut :

Tabel III.1 Daftar peralatan Geolistrik yang digunakan

No Peralatan Jumlah Justifikasi pemakaian

A Peralatan Utama

1 Resistivity Meter 1 unit Perekam Data Geolistrik

Page 22: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

10

2 Kabel + Elektoda (Potensial dan

arus)

2 set (1D 1 set

dan 2D 1 set)

Transmitter Arus

3 Pita Ukur 2 unit Stasiun Lintasan Survei

4 Accu 2 set Sumber Arus

B Peralatan Penunjang

1 Kompas + GPS Mobile 2 buah Orientasi Lap. Geolistrik

2 Handy Talky 3 buah Komunikasi Lap. Geolistrik

3 4WD Vehicle 1 unit Survei + Transport

Geolistrik.

III.3. Metode Penelitian

Penyelidikan di daerah PLTU Sumsel 1, kecamatan Niru, kota Muara Enim, Provinsi

Sumatera selatan menggunakan metode geolistrik (resistivity) 1-D (sounding) dengan

konfigurasi Schlumberger. Metode geolistrik resistivity memerlukan beberapa tahapan yaitu

1. Persiapan

Pada persiapan dilakukan desk study meliputi studi data sekunder yang ada, kemudian

penentuan titik pengukuran, konfigurasi elektroda yang diterapkan, target kedalaman

yang diinginkan. Persiapan alat dan perlengkapan survey, serta kalibrasi alat yang akan

digunakan.

2. Akuisisi Data Lapangan

Tahap akuisisi data adalah tahap pengambilan data lapangan secara langsung sesuai

dengan rencana lapangan yang telah ditentukan sebelumnya. Data yang didapatkan ialah

data nilai resistivitas semu dan topografi dari masing-masing titik dan lintasan

pengukuran.

3. Pengolahan Data

Data lapangan diolah dengan software pengolahan resistivitas kemudian dianalisis

sehingga didapatkan interpretasi sebaran resistivitas. Nilai resistivitas semu yang

dihasilkan dari semua datum point pengukuran nilai resistivitas. Hasil akhir dari proses

ini adalah model resistivitas bawah permukaaan yang diharapkan mampu memberikan

gambaran kondisi yang mendekati keadaan sebenarnya. Model inilah selanjutnya

dianalisis dan diinterpretasi dengan sebaik-baiknya guna memberikan makna geologi

sehingga penentuan target dapat dibatasi untuk meminimalisisr kegagalan pengeboran.

Page 23: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

11

4. Tahap Pelaporan

Hasil akhir survey dan analisis resistivitas/geolistrik (resisitivity) 1-D (sounding) dan 2D

(mapping) dituangkan dalam laporan dengan sistematis .

Page 24: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

12

BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

IV.1.Pengolahan Data

Akuisisi data resistivitas di PLTU Sumsel 1, Kecamatan Rambang Dangku,

Kabupaten Prabumulih dilakukan pada 8 titik pengukuran. Tabel 3 berikut menunjukkan

koordinat lokasi pengukuran resistivitas (dalam skala UTM).

Tabel IV.1. Titik Koordinat Lokasi Pengukuran

POINT X Y Z

A 388751 9615910 52

B 388623 9615750 49

C 388638 9615634 47

D 388852 9615658 55

E 388844 9615540 54

F 388807 9615446 39

G 388331 9615849 65

H 386932 9620553 33

Berdasarkan data elevasi dari GPS handheld titik pengukuran lintasan geolistrik

(Lampiran A), pada perbukitan landai dengan ketinggian 30 – 60 mdpl.

Pengolahan data menggunakan perangkat lunak PROGRESS yang ditampilkan

dalam bentuk log resistivitas.

Alur proses pengolahan data geolistrik adalah :

Gambar IV.1. Alur pengolahan data geolistrik 1-dimensi (sounding)

Perhitungan Nilai Resistivitas semu berdasarkan data

pengukuran Lapangan

Nilai resistivitas semu terhadap panjang

bentangan sebagai masukan proses

inversi

Proses Smoothing data untuk memperbaiki

pencilan data

Proses inversi untuk mendapatkan nilai

resistivitas sebenarnya terhadap kedalaman

Page 25: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

13

Nilai resistivitas sebenarnya didapat dengan proses inversi sebelumnya. Hasil inversi

berupa data log resistivitas ( Gambar IV.7). Sedangkan proses pengolahan data diperoleh

informasi nilai resistivitas sebenarnya serta kedalaman penetrasi berdasarkan kurva matching

antara data observasi dan kalkulasi (Gambar IV.7).

Gambar IV.2. Hasil pengolahan data geolistrik 1-dimensi (sounding) titik A

Setelah proses pengolahan data dilakukan, proses interpretasi dilakukan dengan

membuat rentang nilai tahanan jenis berdasarkan data sekunder yang telah ditentukan terlebih

dahulu.

IV,2. Interpretasi Data Geolistrik 1-D

Hasil penafsiran data lapangan serta penampang tegak tahanan jenis dikorelasikan

dengan keadaan geologi setempat. Hasil pengolahan data setiap titik menunjukkan variasi

nilai tahanan jenis mencapai kedalaman 75 – 100 meter. Secara umum daerah pengukuran

menunjukkan nilai tahanan jenis antara 1- 6000 Ωm. Lokasi penelitian secara regional

digambarkan oleh 2 buat formasi yang berumur tersier.

Gambar IV.2. menunjukkan dua formasi yang berada pada daerah pengukuran yaitu

formasi benakat dan formasi muara enim. Secara litologi daerah pengukuran akan terdiri dari

beberapa jenis yaitu batulempung, batupasir tufan dan gampingan. Apabila dilihat dari peta

geologi, daerah pengukuran sangat terpengaruh oleh keberadaan struktur terutama perlipatan,

Page 26: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

14

sehingga pada pemodelan data resistivitas akan menghasilkan gambaran perlipatan dan

perlapisan pada daerah ini.

Gambar IV.3. Peta geologi daerah pengukuran

Untuk mempermudah penggambaran bawah permukaan, titik pengukuran geolistrik

ini dilakukan interpretasi per titik pengukuran yang nantinya akan dikorelasikan dengan

keadaan geologi. Selain itu juga dibuat peta sebaran nilai resistivitas untuk menggambarkan

sebaran nilai secara 2-D.

Peta kedalaman dibuat mulai dari kedalaman 2 hingga 100 meter. Analisis peta

isoresistivtas ini akan menggambarkan sebaran pada pengurangan kedalaman yang sama

untuk tiap titik yang dikorelasi menggunakan grid tertentu.

Page 27: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

15

Gambar IV.4. Interpretasi Geolistrik per titik pengukuran

Dari ke tujuh lintasan yang diukur dapat dilihat bahwa semua titik tersebut memiliki

pola sebaran nilai resistivitas yang sama mulai dari permukaan hingga kedalaman 100 meter.

Di permukaan didominasi oleh nilai resistivitas sangat tinggi. Nilai resistivitas ini ditemukan

mulai permukaan hingga lebih kurang 1 meter. Kemudian ditemukan nilai resistivitas

menengah yang berada pada kedalaman 1 meteran hingga paling dalam 20 meter. Kemudian

dilanjutkan oleh nilai resistivitas sangat rendah yang ditemukan mulai kedalaman bervariatif

tiap titik mulai dari kedalaman 40 hingga paling dalam hingga 100 meter. Untuk beberapa

titik yang nilai resisitivitas rendah tidak sampai 100 meter dilanjutkan oleh nilai resistivitas

menengah.

Pada kedalaman 25 meter dominasi nilai resistivitas rendah hampir berada di semua

daerah, sedangkan nilai resisitivitas menengah hanya berada pada bagian tengah daerah

pengukuran. Berbeda dengan kedalaman 50 meter nilai resistivitas rendah hanya ditemukan

pada bagian barat saja sedangkan pada bagian lain sudah didominasi oleh nilai resistivitas

menengah.

Sedangkan untuk titik H tidak diikutsertakan pada pembuatan peta karena lokasi titik

yang terlalu jauh sehingga untuk titik H dilakukan interpretasi hanya pada titik itu saja.

A 0 2337.18 B 0 6719.93 C 0 1993.61 D 0 2212.43

A 0.29 127.8 B 0.29 144.02 C 0.2 134.48 D 0.25 100.05

A 0.53 2190.19 B 0.48 6714.31 C 0.42 2059.12 D 0.55 1431.71

A 1.07 45.53 B 1.15 77.72 C 0.92 37.1 D 0.91 47.04

A 8.7 9.95 B 29.7 6.86 C 9.58 10.13 D 11.26 12.45

A 46.45 81.02 B 112.9 70.59 C 55.23 77.74 D 48.09 79.26

A 95.65 308.15 B 168.17 262.26 C 106.61 289.81 D 99.28 285.57

E 0 2230 F 0 2370.94 G 0 1931.28

E 0.27 119.1 F 0.3 137.51 G 0.25 114.24

E 0.51 1972 F 0.52 1594.23 G 0.52 3633.76

E 1 41.22 F 0.91 43.22 G 1.43 113.08

E 9.44 10.7 F 10.1 8.85 G 17.87 6.2

E 48.99 78.87 F 49.6 79.51 G 65.95 75.54

E 100 289.3 F 99.4 303.56 G 117 300.17

Page 28: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

16

Gambar IV.1. Hasil pengolahan data pada titik H

Pada titik H memiliki pola yang sama dengan titik yang lain, namun rentang nilai

yang berbeda. Nilai resistivitas yang sangat tinggi pada titik yang lainnya tidak ditemukan

pada titik H, namun pola resistivitas yang lebih tinggi dibandingkan datum yang lain

Page 29: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

17

ditemukan pada permukaan. Hal ini disebabkan karena pengukuran yang berada lebih dekat

dengan sungai dan menunjukkan pengaruh fluida pada sebaran nilai resistivitas pada titik ini.

Selain peta juga dihasilkan penampang dibuat juga penampang resistivitas pada arah

tertentu untuk melihat sebaran nilai resistivitas secara vertikal dan lateral pada arah tertentu.

Gambar IV.10. menunjukkan arah penampang resistivitas yang dibuat, satu penampang yang

berarah barat – timur dan dua penampang yang berarah utara – selatan.

Gambar IV.5. Arah penampang resistivitas pada daerah pengukuran

Gambar IV.6. Penampang berarah Barat – timur

Page 30: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

18

Gambar IV.7. Penampang berarah Utara – Selatan bagian Timur

Gambar IV.8. Penampang berarah Utara – Selatan bagian Barat

Pada penampang sebaran nilai resistivitas dapat dilihat bahwa nilai resistivitas

sangat tinggi mendominasi bagian dangkal yang kemudia terdapat lagi nilai resistivitas

menengah, pola nilai resistivitas kemudian diteruskan oleh nilai resistvitas rendah pada

bagian yang lebih dalam dan setelah itu muncul nilai resistivitas menengah lagi. Dapat

disimpulkan bahwa nilai resisitivitas rendah diapit oleh nilai resistivitas menegah pada daerah

pengukuran.

Tiap titik geolistrik dikorelasikan pada tiap lintasan menggunakan kontur tegak.

Apabila diamati, pola nilai resistivitas rendah memiliki variasi kedalaman yang berbeda

sehingga dapat disimpulkan bahwa itu menunjukkan pola paleo-morfologi bawah permukaan

yang berbentuk seperti perlipatan karena adanya pengaruh struktur.

Page 31: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

19

IV.3. Hasil dan Analisis

Untuk memepermudah melihat semua titik yang telah diinterpretasi sebelumnya,

dibuat model 3D sebaran nilai resistivitas yang telah diikat dengan geologi. Pengelompokan

nilai resistivitas dibagi menjadi 3 jenis litologi yang akan dijabarkan kemudian.

Gambar IV.9. Log resistivitas yang telah diinterpretasi geologi

Gambar IV.10. Interpretasi titik H

Pada gambar diatas dapat ditarik asumsi bahwa :

1. Lapisan batuan tahanan jenis dibawah <50 m yang merupakan batuan dengan

resistivitas rendah pada kedalaman dan ketebalan yang bervariasi. Batuan dengan nilai

resistivitas rendah tersebar hampir di seluruh daerah penelitian. Kelompok perlapisan

pertama berada mulai kedalaman 4 m dan paling dalam pada 29 meter. Lapisan ini

diduga berupa batu lempung yang terdapat pada formasi muara enim. Variasi ketebalan

H 0 167.98

H 0.33 38.79

H 0.84 210.69

H 1.59 50.37

H 12.73 13.49

H 43.28 1.75

H 112.92 54.27

Soil Sungai

Lempung

Page 32: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

20

mayoritas adalah 30 meter sedangkan pada titik B ketebalan mencapai 80 meter. Warna

hijau pada gambar IV.9.

2. Nilai tahanan jenis antara 51- 120 m adalah batuan dengan resistivitas menengah,

dijumpai mengapit nilai resistivitas rendah dan merata hampir disemua area

penelitian. Terdapat dua perlapisan nilai resistivitas menengah ini, lapisan pertama

berada pada kedalaman mulai dari 1 meter hingga 20 meter dan lapisan kedua berada

lebih dalam mulai dari kedalaman 40 – 100 meter. Berdasarkan pengamatan kondisi

di permukaan dan hasil analisis data resistivitas, nilai resistivitas ini diinterpretasi

sebagai batupasir tufan pada formasi muara enim. Warna kuning pada gambar IV.9..

3. Lapisan dengan nilai resistivitas yang tinggi (> 120 m). Kelompok ini hanya

ditemukan pada bagian permukaan saja dan diinterpretasi sebagai lapisan soil yang

ketebalannya berkisar di 1 meter dan ditemukan hanya di permukaan saja. Sedangkan untuk

titik H nilai soil berbeda dengan titik yang lain karena sudah terpengaruh oleh air Karena

pengukuran yang berada di dekat sungai. Gambar IV.10.

3. Untuk interpretasi struktur bawah permukaan, dari sebaran nilai resistivitas hanya dapat

ditarik kesimpulan bahwa hanya ditemukan pola perlipatan dan tidak ditemukan indikasi

struktur yang memisahkan nilai resistivitas secara drastis. Nilai resistivitas hanya

memiliki perbedaan kedalaman pada paleo-morfologi dan semua titik menunjukkan pola

sebaran yang sama, hal tersebut dapat dilihat pada gambar IV.11.

Gambar IV.11. Model Struktur Bawah Permukaan Menggunakan Geolistrik

Page 33: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

21

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil olah data data survei geofisika metoda geolistrik tahanan jenis diperoleh

beberapa informasi diantaranya adalah sbb :

1. Nilai resistivitas batuan dibagai dalam tiga kelompok yaitu : batuan dengan nilai resistivitas

rendah, menengah dan tinggi.

2. Indikasi struktur yang diperoleh adalah perlipatan dimana perlapisan bagian tengah pada titik

B merupakan bagian sinklin dari perlipatan tersebut.

3. Nilai tahanan jenis dibawah < 50 m berarti nilai resistivitas rendah pada kedalaman yang

bervariasi hampir di sekuruh daerah pengukuran. Kelompok perlapisan pertama berada

mulai kedalaman 4 m dan paling dalam pada 29 meter. Lapisan ini diduga berupa

batulempung yang terdapat pada formasi muara enim. Variasi ketebalan mayoritas

adalah 30 meter sedangkan pada titik B ketebalan mencapai 80 meter.

4. Nilai tahanan jenis antara 51 - 120 m adalah batuan dengan resistivitas menengah,

dijumpai hampir disemua area penelitian. Terdapat dua perlapisan nilai resistivitas

menengah ini, lapisan pertama berada pada kedalaman mulai dari 1 meter hingga 20

meter dan lapisan kedua berada lebih dalam mulai dari kedalaman 40 – 100 meter. Nilai

resistivitas ini diinterpretasi sebagai batupasir tufan pada formasi muara enim.

5. Lapisan dengan nilai resistivitas yang tinggi (> 120 m). Kelompok ini hanya ditemukan

pada bagian permukaan saja dan diinterpretasi sebagai lapisan soil yang ketebalannya

berkisar di 1-5 meter dan ditemukan hanya di permukaan saja. Sedangkan untuk titik H

nilai soil berbeda dengan titik yang lain karena sudah terpengaruh oleh air Karena

pengukuran yang berada di dekat sungai.

6. Untuk interpretasi struktur bawah permukaan, dari sebaran nilai resistivitas hanya dapat

ditarik kesimpulan bahwa hanya ditemukan pola perlipatan dan tidak ditemukan indikasi

struktur yang memisahkan nilai resistivitas secara drastis. Nilai resistivitas hanya

memiliki perbedaan kedalaman pada paleo-morfologi dan semua titik menunjukkan pola

sebaran yang sama.

Page 34: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

22

Page 35: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

23

DAFTAR PUSTAKA

Dahlin, T., 1996 ,2D Resistivity Surveying for Environmental and Engineering Applications. First

Break, 14, 275-284.

Fetter, 1988, Applied Hidrogeology, Merrill Pubs.co. Columbus Ohio United States of America.

Gafur S, dkk, 1995, Peta Geologi Lembar Palembang, Skala 1 : 250.000, Puslitbang Geologi, 1

lembar.

Herman, Rhett., 2001. An Introduction to Electrical Resistivity in Geophysics : Am. J.Phys, Vol 69,

943-952.

Keller G.V and Frichknecht F.C., 1996. Electrical Method in Geophysical Prospecting. Pergamon

Press. I nc., Oxford.

Telford W.M., Goldart and Sheriff, 1990 ,Applied Geophysics, second edition, Cambrige University

Press, 522-576.

Page 36: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

24

LAMPIRAN

Hasil Pengolahan Data Resistivitas 1-D

Page 37: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

25

Page 38: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

26

Page 39: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

27

Page 40: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

28

Page 41: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

29

Page 42: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

30

Page 43: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

31

Page 44: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

32

Page 45: Interpretasi Struktural Pada penyelidikan Geofisika Metode

33