penyelidikan geofisika di daerah gunung …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/20....

10
PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yudi Aziz. M., A.Md., Reza Marza. D., ST. Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara administratif lokasi kegiatan di Gunung Rawan termasuk dalam wilayah Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis daerah penyelidikan Geofisika ini terletak antara: 439.000me - 440.100me dan 100.250mn - 99.250mn. Maksud dilakukannya eksplorasi geofisika dengan metode IP dan Geomagnetik di daerah kaki Gunung Rawan adalah untuk memperoleh data sebaran, dimensi, dan kedalaman dari anomali IP dan Geomagnetik di daerah survei. Tujuan dilaksanakannya eksplorasi ini adalah untuk memperoleh data dan informasi zona mineralisasi logam dibawah permukaan di daerah penyelidikan berdasarkan sebaran anomali IP dan magnetik baik secara lateral maupun vertikal. Berdasarkan hasil penyelidikan Tim Geologi Mineral Logam Pusat Sumber Daya Geologi pada tahun 2014, daerah Gunung Rawan sebagian mengalami ubahan akibat pengaruh intrusi batuan diorit. Jenis ubahan yang dijumpai adalah silisifikasi dan propilitisasi dengan mineral klorit. Pengukuran geomagnet seperti metode gaya berat dilakukan di titik yang telah ditentukan posisi geografisnya. Pengukuran menggunakan dua alat magnetometer, satu alat digunakan untuk pengukuran di titik ukur (lintasan/acak) dan lainnya untuk pengukuran variasi harian intensitas magnet. Metoda geofisika yang digunakan di daerah ini berupa metoda IP (Induced polarization/polarisasi terimbas) time domain dengan susunan elektroda dipole-dipole. Pengukuran survei Geomagnet dilakukan pada 10 lintasan dengan masing-masing panjang lintasan 500 m, dimana 10 lintasan berarah Timurlaut - Baratdaya dan pengukuran survei IP dilakukan pada 10 lintasan dengan masing- masing panjang lintasan tetap 500 m, dimana 10 lintasan berarah Timurlaut - Baratdaya. Pada daerah penyelidikan sebagian besar tersusun oleh batuan diorit, andesit dan batuan gunung api. Keberadaan mineralisasi terdapat pada batuan andesit yang terubahkan pada sekitar lintasan B, C dan D. Hasil pengukuran Geomagnet menunjukkan adanya anomali di sekitar ujung lintasan B-50. Hasil pengukuran IP menunjukkan adanya anomali hanya di sekitar ujung lintasan B-0 sampai dengan B-200, pada kedalaman sekitar ± 63.32m - 85m. Selebihnya tidak menunjukkan adanya anomali yang berarti. Bila memungkinkan untuk di lakukan Bor uji di daerah prospek, pengeboran sebaiknya dilakukan pada perkiraan zona anomali, yaitu di titik ukur I.P : B-150 dan titik ukur geomagnet di B-50. Dimana masing-masing kedalaman titik bor antara ± 63.32m - 85m. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium PSDG 2015, zona mineralisasi mengandung beberapa logam dasar, yaitu: Cu, Pb, Zn, Ag, Au, As dan Sb. Dari hasil pengolahan data dengan pendekatan model matematis di daerah penyelidikan Gunung Rawan, di dapat potensi nilai logam Au rata-rata sebesar 8.75 ppb. Dengan asumsi cadangan hipotetik mineralisasi di daeah penyelidikan adalah 507 ton. Maka ditafsirkan sumber daya hipotetik logam Au di daerah penyelidikan adalah 4.437 kg.

Upload: nguyendiep

Post on 29-May-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM,

KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Yudi Aziz. M., A.Md., Reza Marza. D., ST.

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Secara administratif lokasi kegiatan di Gunung Rawan termasuk dalam wilayah

Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan

Barat. Secara geografis daerah penyelidikan Geofisika ini terletak antara: 439.000me -

440.100me dan 100.250mn - 99.250mn. Maksud dilakukannya eksplorasi geofisika dengan

metode IP dan Geomagnetik di daerah kaki Gunung Rawan adalah untuk memperoleh data

sebaran, dimensi, dan kedalaman dari anomali IP dan Geomagnetik di daerah survei. Tujuan

dilaksanakannya eksplorasi ini adalah untuk memperoleh data dan informasi zona mineralisasi

logam dibawah permukaan di daerah penyelidikan berdasarkan sebaran anomali IP dan

magnetik baik secara lateral maupun vertikal.

Berdasarkan hasil penyelidikan Tim Geologi Mineral Logam Pusat Sumber Daya

Geologi pada tahun 2014, daerah Gunung Rawan sebagian mengalami ubahan akibat

pengaruh intrusi batuan diorit. Jenis ubahan yang dijumpai adalah silisifikasi dan propilitisasi

dengan mineral klorit. Pengukuran geomagnet seperti metode gaya berat dilakukan di titik

yang telah ditentukan posisi geografisnya. Pengukuran menggunakan dua alat magnetometer,

satu alat digunakan untuk pengukuran di titik ukur (lintasan/acak) dan lainnya untuk

pengukuran variasi harian intensitas magnet. Metoda geofisika yang digunakan di daerah ini

berupa metoda IP (Induced polarization/polarisasi terimbas) time domain dengan susunan

elektroda dipole-dipole.

Pengukuran survei Geomagnet dilakukan pada 10 lintasan dengan masing-masing

panjang lintasan 500 m, dimana 10 lintasan berarah Timurlaut - Baratdaya dan pengukuran

survei IP dilakukan pada 10 lintasan dengan masing- masing panjang lintasan tetap 500 m,

dimana 10 lintasan berarah Timurlaut - Baratdaya. Pada daerah penyelidikan sebagian besar

tersusun oleh batuan diorit, andesit dan batuan gunung api. Keberadaan mineralisasi terdapat

pada batuan andesit yang terubahkan pada sekitar lintasan B, C dan D. Hasil pengukuran

Geomagnet menunjukkan adanya anomali di sekitar ujung lintasan B-50. Hasil pengukuran IP

menunjukkan adanya anomali hanya di sekitar ujung lintasan B-0 sampai dengan B-200, pada

kedalaman sekitar ± 63.32m - 85m. Selebihnya tidak menunjukkan adanya anomali yang

berarti. Bila memungkinkan untuk di lakukan Bor uji di daerah prospek, pengeboran sebaiknya

dilakukan pada perkiraan zona anomali, yaitu di titik ukur I.P : B-150 dan titik ukur geomagnet

di B-50. Dimana masing-masing kedalaman titik bor antara ± 63.32m - 85m.

Berdasarkan hasil analisis Laboratorium PSDG 2015, zona mineralisasi mengandung

beberapa logam dasar, yaitu: Cu, Pb, Zn, Ag, Au, As dan Sb. Dari hasil pengolahan data

dengan pendekatan model matematis di daerah penyelidikan Gunung Rawan, di dapat potensi

nilai logam Au rata-rata sebesar 8.75 ppb. Dengan asumsi cadangan hipotetik mineralisasi di

daeah penyelidikan adalah 507 ton. Maka ditafsirkan sumber daya hipotetik logam Au di

daerah penyelidikan adalah 4.437 kg.

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil kegiatan tim

geologi eksplorasi mineral Pusat Sumber

Daya Geologi tahun 2014 di daerah

Gunung Rawan, menyarankan untuk

mengadakan penyelidikan tahap lanjut,

berupa kegiatan penyelidikan geofisika.

Data dan informasi hasil kegiatan tersebut

menunjukan adanya anomali geokimia

unsur Au, As, Sb pada conto tanah di

daerah kaki Gunung Rawan pada koordinat

x=439.787, y=99.905.

Maksud dilakukannya eksplorasi

geofisika dengan metode IP dan

Geomagnetik di daerah kaki Gunung

Rawan adalah untuk memperoleh data

sebaran, dimensi, dan kedalaman dari

anomali IP dan Geomagnetik di daerah

survei.

Tujuan dilaksanakannya eksplorasi

ini adalah untuk memperoleh data dan

informasi zona mineralisasi logam dibawah

permukaan di daerah penyelidikan

berdasarkan sebaran anomali IP dan

magnetik baik secara lateral maupun

vertikal.

Secara administratif lokasi kegiatan

di Gunung Rawan termasuk dalam wilayah

Kecamatan Entikong dan Kecamatan

Sekayam Kabupaten Sanggau Provinsi

Kalimantan Barat. Secara geografis daerah

penyelidikan Geofisika ini terletak antara:

439.000mE - 440.100mE dan 100.250mN -

99.250mN. (Gambar 1)

Geologi dan Mineralisasi

Daerah penyelidikan dapat dibagi

dalam tiga satuan morfologi yaitu

pedataran, bukit rendah bergelombang dan

morfologi perbukitan tinggi dan terjal.

Umumnya daerah perbukitan rendah

bergelombang hingga perbukitan tinggi

menempati bagian utara daerah

penyelidikan yang memanjang dari timur ke

barat. Puncak tertinggi Gunung Rawan

terletak di bagian barat daerah

penyelidikan.

Berdasarkan hasil penyelidikan

pada tahun 2014, stratigrafi daerah

penyelidikan tersusun oleh satuan batuan

dari umur tua ke muda dengan susunan

sebagai berikut. Satuan batuan malihan

berupa batutanduk (hornfels) berwarna

abu-abu tua. Penyebaran satuan batuan ini

dijumpai di bagian timur daerah kerja yang

secara administratif dalam wilayah Dusun

Bungkang, Desa Bungkang Kecamatan

Sekayam. Satuan batuan ini menempati

daerah perbukitan tinggi dan terjal dengan

puncak tertingginya adalah Bukit Sumut

Satuan batuan malihan ini dinisbikan

sebagai anggota dari Kelompok Balai

Sebut. Satuan batuan gunungapi terdiri

dari batuan andesit dan breksi tufa yang

telah mengalami propilitisasi dengan

mineral sulfida pirit halus tersebar.

Singkapan batuan andesit dijumpai di Bukit

Sumut di daerah Bungkang dan batuan

breksi tufa di Sungai Etama. Batuan

andesit dan tufa breksi andesitik yang

dijumpai di daerah penyelidikan diduga

sebagai bagian dari Formasi Gunungapi

Serian. Penyebaran satuan batuan ini yang

tersingkap di bagian timur daerah kerja

terutama disekitar Bukit Sumut wilayah

Dusun Bungkang dan Bantan, Kecamatan

Sekayam. Satuan batuan diorit

penyebarannya lebih terkonsentrasi di

sekitar daerah Gunung Rawan yang

merupakan batuan intrusi seperti yang

dijumpai di S. Pedunun. (Gambar 2)

Struktur yang terdapat di daerah ini

merupakan sesar normal dan sesar geser

dengan arah umum baratlaut-tenggara dan

utara-selatan. Diperkirakan akibat sesar ini

maka terjadi ubahan terhadap batuan

berupa silisifikasi dan propilitisasi dengan

mineralisasi sulfida logam seperti pirit dan

lainnya.

Berdasarkan hasil penyelidikan Tim

Geologi Mineral Logam Pusat Sumber

Daya Geologi pada tahun 2014, daerah

Gunung Rawan sebagian mengalami

ubahan akibat pengaruh intrusi batuan

diorit. Jenis ubahan yang dijumpai adalah

silisifikasi dan propilitisasi dengan mineral

klorit. Mineralisasi yang teramati

diantaranya adalah berupa sulfida logam

seperti pirit dan lainnya.

METODA PENYELIDIKAN

Geomagnet

Pada metode geomagnet diukur

medan magnet yang dihasilkan oleh

sumber penyebab yang mungkin menjadi

sasaran mineral atau struktur setelah

koreksi medan magnet bumi. Eksplorasi

magnet ini melibatkan pemetaan variasi

medan magnet untuk menentukan lokasi,

ukuran, dan bentuk tubuh mineral tersebut

Pengaruh medan magnet bumi akan dapat

mengidentifikasi lapisan batuan yang

mengandung mineral. Dalam prospeksi

magnetik diidentifikasi variasi nilai magnet

di lapangan yang timbul akibat magnetisasi

dari batuan yang berada di bawah

permukaan.

Dalam pengambilan data

penyelidikan geomagnet dilakukan

pengukuran berupa data variasi harian dan

data pengukuran di masing-masing titik

ukur. Harga intensitas total magnetik titik

amat tetap untuk daerah penyelidikan

diperoleh dari nilai intesitas magnetik

International Geomagnetic Reference Field

(IGRF), sedangkan harga intensitas

magnet tetap lokal didapat dari rata-rata

pengamatan yang dilakukan di titik

ikat(BS). Pelaksanaan pengukuran magnet

di lapangan dilakukan dengan sistem kisi-

kisi/grid yang pengukurannya dilakukan

pada setiap titik ukur berturut-turut dengan

interval 10 hingga 5 meter.

Induced Polarization / Polarisasi

Terimbas (I.P)

Metoda geofisika yang digunakan di

daerah ini berupa metoda IP (Induced

polarization / polarisasi terimbas) time

domain dengan susunan elektroda dipole-

dipole. Metoda IP merupakan salah satu

metode geofisika yang mendeteksi

terjadinya polarisasi listrik pada batuan di

bawah permukaan bumi. Pada metode

polarisasi terimbas arus listrik diinjeksikan

ke dalam bumi melalui dua elektroda arus,

kemudian beda potensial yang terjadi

diukur melalui dua elektroda potensial

sehingga didapat nilai tahanan jenis dan

nilai chargeability pada tiap titik amat/ukur.

Untuk penyelidikan I.P ditekankan

pada pengukuran/pengambilan data

dilapangan, dilakukan dengan konfigurasi

Dipole-Dipole dimana pada masing-masing

lintasan dengan jarak elektroda a = 50

meter.

HASIL PENYELIDIKAN

Distribusi Lintasan IP

Distribusi penyelidikan Geofisika di

Gunung Rawan, Kabupaten Sanggau,

Kalimantan Barat ini tidak jauh berbeda

dengan rencana awal penyelidikan yang

sudah di sarankan oleh Tim Geologi

Mineral Logam, Pusat Sumber Daya

Geologi 2014, yaitu di zona 2 (dua). Akan

tetapi realisasi/distribusi di lapangan di

sesuaikan dengan kondisi di lapangan,

dimana setelah di plot koordinatnya masuk

ke Wilayah perbatasn Negara Malaysia,

maka dari itu Tim Penyelidikan Geofisika

melakukan pergeseran lintasan ke arah

Baratdaya sekitar ± 20 meter, dan tetap

memperhitungkan wilayah zona alterasi /

mineralisasi di daerah penyelidikan.

(Gambar 3)

Hasil pengukuran survei IP

dilakukan pada 10 lintasan dengan masing-

masing panjang lintasan tetap 500 m,

dimana 10 lintasan berarah TimurLaut -

BaratDaya (Gambar 4). Jarak spasi

elektroda pengukuran adalah 50 m. Jarak

antar masing-masing Lintasan adalah 100

m (untuk lintasan A-H) dan jarak antar

lintasan H-I dan I-J adalah ± 150 m. Karena

menurut hasil pemetaan Tim Geologi

Mineral-Logam PSDG menunjukkan

adanya kerapatan mineralisasi antara

lintasan B-E. Dengan arah kemiringan

Base Line: A0-J0 adalah N 290°E dan arah

kemiringan Lintasan: N 201°E.

Distribusi Lintasan Geomagnet

Hasil pengukuran survei

Geomagnet dilakukan pada 10 lintasan

dengan masing-masing panjang lintasan

500 m, dimana 10 lintasan berarah

TimurLaut - BaratDaya (Gambar 5).

Jarak spasi pengukuran pada

Lintasan Geomagnet pada 12,5m dan 25m.

Dan pada pengukuran random/acak spasi

pengukuran pada ± 200m, karena dalam

survey di daerah Gunung Rawan ini untuk

mengetahui sebaran nilai magnetiknya

lebih detail.

PEMBAHASAN

Selama penyelidikan di lapangan,

umumnya sangat sulit sekali menemukan

mineralisasi berupa silisifikasi pada

singkapan maupun batuan hanyutan (float)

dikarenakan lapisan tanah yang cukup

tebal dan rumput ilalang yang menutupi

permukaan yang cukup tebal. Pada

penyelidkan geosika ini sendiri, memiliki

tim geologi, dimana pada saat yang

bersamaan tim geologi juga mengadakan

kegiatan penyelidikan, dengan

sampling/pemer-contohan batuan.

Stratigrafi daerah penyelidikan dibagi ke

dalam 3 (tiga) satuan batuan, yaitu Satuan

batuan andesit muda, satuan batuan

gunung api, satuan batuan tuff kaolin.

Untuk hasil pengukuran I.P Batuan

yang mengandung mineral sulfida di

daerah penyelidikan umumnya memiliki

nilai chargeability/kemampuan menyimpan

arus listrik batuan cenderung bernilai tinggi

berwarna biru dengan asumsi ≥ 90 m.sec.

Nilai resistivity/tahanan jenis atau

kemampuan batuan untuk menyimpan

tahanan pada batuan daerah penyelidikan

cenderung berwarna kuning-hijau, dengan

asumsi ± 150 ohm.m - 450 ohm.m, sebagai

batuan beku. Sedangkan nilai tahanan

jenis rendah di asumsikan dengan warna

merah, diasumsikan dengan nilai ≤ 100

ohm.m menunjukkan sebagai lapisan

batuan lapuk dan atau lapisan aluvial.

(Gambar 6)

Di daerah timurlaut pada peta kerja

zona tersebut juga terlihat adanya

pasangan anomali magnetik rendah dan

anomali magnetik tinggi. Anomali ini

mencerminkan keberadaan batuan dengan

sifat kemagnetan yang lebih tinggi dari

batuan di sekitarnya. Batuan tersebut

diduga merupakan bagian dari intrusi

andesit yang terubahkan yang menjadi

indikasi terbentuknya sistem sulfida di

daerah penyelidikan Gunung Rawan

(Gambar 7).

Interpretasi komprehensif dilakukan

terhadap data tahananan jenis dan

chargeability hanya pada kedalaman 63.32

m sampai dengan 85 m, model tahanan

jenis dan chargeability hanya pada lintasan

B dan penampang anomali magnet total.

Data-data tersebut memperlihatkan

adanya anomali hasil pengukuran I.P dan

geomagnet, namun hanya pada 2 (dua)

kedalaman dan pada 1 lintasan saja, yaitu

di ujung lintasan atau sekitar titik B-0 di

sebelah timur laut. Untuk hasil pengukuran

geomagnet terlihat anomali cenderung ke

arah imurlaut, selatan dan baratdaya peta

kerja (Gambar 8).

Di zona tersebut terlihat adanya

nilai tahanan jenis sedang dan

chargeability tinggi yang pada penampang

2D lintasan B, nilai tersebut menerus dari

kedalaman mulai sekitar 63.32 meter

hingga ke dalaman sampai 85 meter. Zona

ini ditafsirkan sebagai indikasi keberadaan

intrusi andesit yang terubahkan merupakan

batuan pembawa dari sulfida serta adanya

sebaran batuan teralterasi pada arah

sekitar Timurlaut pada sekitar ujung

Lintasan A0-B0 pada batuan andesit dan

adanya sesar pada peta kerja, sehingga

dibawah permukaan diduga banyak

ditemukan mineral sulfida.

Perkiraan Daerah Prospek

Berdasarkan hasil interpretasi data

geofisika yang meliputi data IP dan data

Geomagnet, keberadaan batuan

mineralisasi/sulfida yang patut dijadikan

zona prospek, namun sedikit/tidak begitu

luas dengan nilai chargeability lebih dari

sama dengan ≥ 90 m.sec dan nilai

resistivitas antara 150-450 Ohm.m. Serta

zona prospek anomali magnet total dengan

nilai anomali magnetik memperlihatkan

nilai yang cukup bervariasi dari sekitar -250

nT hingga sekitar 300 nT. Di bagian

timurlaut anomali (1) daerah survei

didominasi oleh nilai magnetik sekitar -150

nT - 100 nT dengan penyebaran yang tidak

begitu luas.

Zona anomali I.P tersebut hanya

satu zona, yaitu di sekitar timurlaut di titik

B-150 pada kedalaman sekitar ± 63m -

85m. Sedangkan untuk geomagnet

terdapat 3 (tiga) zona anomali: pada titik

ukur di lintasan: B-50 (zona1). Sedangkan

untuk geomagnet pada titik random L-35

(zona2) dan J-145 (zona3) bukan termasuk

anomali mineralisasi, karena tidak ada data

dukung dari anomali I.P. Untuk pendugaan

luas prospek mineralisasi sekitar 14397 m2

= 0,014 km2.

KESIMPULAN

Pada daerah penyelidikan sebagian

besar tersusun oleh batuan diorit, andesit

dan batuan gunung api. Keberadaan

mineralisasi terdapat pada batuan andesit

yang terubahkan pada sekitar lintasan B, C

dan D.

Hasil pengukuran IP menunjukkan

adanya anomali hanya di sekitar ujung

lintasan B-0 sampai dengan B-200, pada

kedalaman sekitar ± 63.32m - 85m.

Selebihnya tidak menunjukkan adanya

anomali yang berarti.

Hasil pengukuran Geomagnet

menunjukkan adanya anomali di sekitar

ujung lintasan B-50.

Anomali rendah juga terdapat pada

lintasan J, akan tetapi bila dilihat dari

kondisi lapangan di daerah tersebut

tersebut terdapat banyak boulder batuan

yang akan memengaruhi anomali medan

magnet. Boulder memiliki medan magnet

yang acak, sehingga akan menghasilkan

anomali medan magnet yang rendah pula.

Hasil penyelidikan geofisika

menunjukkan zona anomali geofisika relatif

kecil dibandingkan dengan luasan daerah

penyelidikan.

SARAN

Untuk menguji hasil penyelidikan

geofisika ini perlu dilakukan pengeboran uji

di daerah prospek, di titik ukur IP : B-150

dan titik ukur geomagnet di B-50.

kedalaman titik bor antara ± 63.32m - 85m.

Untuk kegiatan penyelidikan

geofisika selanjutnya disarankan untuk

melakukan penyelidikan lebih lanjut di

sebelah barat - baratlaut di luar lintasan

geofisika saat ini. Karena diindikasikan

menurut peta geologi untuk sebaran unsur

Au, As dan Sb cenderung mengarah ke

sebelah barat - baratlaut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Kajian Sumber Daya Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya

Geologi, Bandung.

Anonim, 2012, Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Perbatasan Malaysia – Kabupaten

Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Anonim, 2013, Kabupaten Sanggau Dalam Angka, BPS, Sanggau

Telford, W.M., L.P. Geldert, R.E. Sheriff, and D.A. Keys.1990. Applied Geophysics.

Cambridge University Pres: Cambridge, UK.

Keller G.V. and Frischknecht F.C.,1966. Electrical methods in geophysical prospecting.

Supriatna, S., Margono U., Sutrisno, de Keyser F., Langford R.P., 1993, Geologi Lembar

Sanggau, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol. IA, 1st Edition. Govt.Printing

office, The Hague

Gambar 1. Peta Indeks Lokasi Kerja Daerah Gunung Rawan

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Gunung Rawan (Tim Eksplorasi, 2014)

Gambar 3. Peta Rencana Lintasan IP dan Geomagnet Daerah Gunung Rawan,

Provinsi Kalimantan Barat.

Gambar 4. Peta Distribusi Lintasan IP Daerah Gunung Rawan, Kecamatan Sekayam,

Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 5. Peta Distribusi Pengukuran Pada Lintasan dan Acak/Random Geomagnet

Daerah Gunung Rawan, Kecamatan Sekayam, Provinsi Kalimantan Barat.

Gambar 6. Penampang Tahanan Jenis dan Chargeability Semua Lintasan Geofisika

Gambar 7. Peta Anomali Medan Magnet Total

Gambar 8. Interpretasi Geofisika Terpadu, Penampang I.P 2D, Penampang Lintasan B dan

Penampang Geomagnet di Daerah Penyelidikan