interpretasi sebagai strategi perencanaan pengelolaan ......fasilitas untuk menunjangnya sebagai...
TRANSCRIPT
1
Interpretasi sebagai Strategi Perencanaan Pengelolaan Pengunjung
di Sebuah Destinasi Wisata
Studi Kasus : Desa Wisata Bejalen
Disusun Oleh :
Nama : Dewi Triyani
NIM : 732014018
Disusun sebagai Laporan Tugas Akhir Program Studi Destinasi Pariwisata
PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
2
3
4
5
6
Pendahuluan
Pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan, dan
menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di
dunia. Meskipun krisis global terjadi beberapa kali, jumlah perjalanan wisawatan
internasional tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Banyak konsep
pariwisata yang diterapkan khususnya konsep community based tourism dimana
masyarakat ikut andil dalam proses dalam menjalankan kegiatan
kepariwisataannya.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan hal yang penting
ketika diletakkan atas dasar keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling tahu apa
yang dibutuhkan. Partisipasi yang hakiki akan melibatkan masyarakat dalam
keseluruhan tahapan pengembangan, mulai dari proses perencanaan, pengambilan
keputusan, dan pengawasan program pengembangan kawasan wisata.
Keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan sebuah wisata dapat mendorong
mereka berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan dan pengawasan.
Di Kabupaten Semarang terdapat daya tarik wisata yang memiliki potensi
dengan ciri khas masing – masing yang diminati wisatawan. Mulai dari destinasi
wisata maupun desa wisata. Tercatat sebanyak lebih dari 200 destinasi wisata dan
23 Desa Wisata yang sudah mendapatkan SK di Kabupaten Semarang. Saat ini Desa
Wisata menjadi salah satu daya tarik wisata yang diminati wisatawan. Seperti Desa
Wisata Bejalen yang berada di Desa Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Semarang. Pentingnya sebuah pengelolaan pengunjung khususnya di Desa Wisata
Bejalen adalah salah satu cara untuk memberikan pengarahan kepada wisatawan
ketika datang ke desa wisata ini. Hal ini dimaksudkan supaya wisatawan tidak
kebingungan ketika akan berkeliling di area desa wisata ini. Sehingga walaupun
belum ada guide yang aktif menemani, wisatawan dapat berkeliling dan menikmati
fasilitas yang ada. Mengelilingi Desa Wisata Bejalen cukup mudah, namun apabila
tidak ada arahan yang jelas akan menyulitkan wisatawan untuk melakukan kegiatan
wisata. Dengan adanya pengelolaan pengunjung menggunakan interpretasi ini
bertujuan untuk menambah kualitas pengalaman wisatawan serta diharapkan dapat
7
memberikan pengalaman yang baik, mengesankan dan membuat wisatawan ingin
datang kembali mengunjungi Desa Wisata Bejalen.
Kajian Pustaka
Desa Wisata
Desa Wisata merupakan “Suatu kawasan pedesaan yang menawarkan
keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan
sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur
bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang
unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai
komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi, akomodasi, makanan – minuman,
cindera – mata, dan kebutuhan wisata lainnya. Desa Wisata merupakan suatu
bentuk integrasi antara atraksi , akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan
dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku. (Nuryanti : 1993)
Desa Wisata biasanya berupa kawasan pedesaan yang memiliki beberapa
karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan
ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain
itu, beberapa faktor pandukung sepeti makanan khas, sistem pertanian dan sistem
sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor – faktor tersebut,
sumberdaya alam dan lingkungan alam yang masih asli dan terjaga merupakan
salah satu faktor penting dari sebuah kawasan desa wisata. Selain berbagai
keunikan tersebut, kawasan desa wisata juga dipersyaratkan memiliki berbagai
fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai fasilitas ini
akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan wisata.
Fasilitas – fasilitas yang seyogyanya ada di suatu kawasan desa wisata antara lain :
sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan akomodasi. Khusus untuk
sarana akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana penginapan berupa
8
pondok – pondok wisata (home stay) sehingga para pengunjung dapat merasakan
suasana pedesaan yang masih asli.
Pengelolaan Pengunjung
Pengelolaan pengunjung adalah sebuah alat yang penting di tempat rekreasi
atau tempat yang dilindungi, sebagai peningkatan penggunaan tingkat dapat
mengurangi dampak negatif dari kualitas sebuah pengalaman berkreasi. (Candrea,
Ispas : 2009). Sebuah destinasi wisata adalah suatu tempat yang tujuannya
mendatangkan banyak wisatawan. Dengan datangnya wisatawan dapat
mempengaruhi destinasi tersebut , kuantitas dan kualitas wisatawan / pengunjung
dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. Pentingnya pengelolaan
pengunjung di destinasi adalah guna meningkatkan kualitas, ekspektasi,
pengalaman, kegembiraan, dan kepuasan pengunjung dan menjaga keselamatan
pengunjung. Terdapat berbagai macam instrument pengelolaan pengunjung yaitu
interpretasi yang berkaitan dengan menambah nilai pengalaman pengunjung,
himbauan terhadap pengunjung dan adanya sanksi atau denda.
Interpretasi dalam Pengelolaan Pengunjung
Suatu seni dalam menjelaskan keadaan lingkungan (flora, fauna, proses
geologis,proses biotik dan abiotik yang terjadi) oleh pengelola kawasan kepada
pegunjung yang datang ke lingkungan tersebut sehingga dapat memberikan inovasi
dan menggugah pemikiran untuk mengetahui, menyadari, mendidik dan bila
memungkinkan menarik minat pengunjung untuk ikut menjaga lingkungan tersebut
ataupun mempelajarinya lebih lanjut. Kegiatan interpretasi diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pengunjung dan dengan cara
mempertemukan pengunjung dengan obyek-obyek interpretasi, sehingga
pengunjung dapat memperoleh pengalaman langsung melalui panca indranya
seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman ataupun perabaan.
(Rachmawati : 2011)
9
Tujuan Interpretasi adalah :
1. Membimbing pengunjung dalam mengembangkan kesadaran, apresiasi
dan pemahaman yang lebih tajam mengenai area yang dikunjunginya.
2. Mencapai tujuan manajemen.
3. Interpretasi dapat mendorong penggunaan sumberdaya rekreasi secara
bijaksana oleh pengunjung, membantu memperkuat gagasan bahwa
kawasan rekreasi tersebut merupakan tempat khusus yang menuntut
perilaku khusus
4. Interpretasi dapat digunakan untuk meminimalkan dampak manusia
terhadap sumberdaya dengan beragam cara.
5. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai tujuan dan sasaran
suatu lembaga.
Setelah mendapatkan pengalaman interpretasi yang baik diharapkan
pengunjung menjadi lebih mengenal kawasan wisata tersebut sehingga lebih
memahami dan menikmati kunjungannya, merasakan kebanggaan akan
kawasan tersebut dan akan membantu melindungi sumberdaya kawasan
tersebut. Pengunjung juga akan lebih memperhatikan tindakannya dan
tindakan orang lain serta akan memiliki penghargaan yang lebih tinggi
terhadap lingkungan hidup dan kerja mereka sehari-hari, dan akan lebih
bersedia melakukan sesuatu bagi lingkungannya
Terdapat 6 Prinsip Interpretasi yaitu sebagai berikut:
Suatu interpretasi yang tidak ada kaitannya antara yang diperagakan
dengan apa yang diuraikan akan merupakan suatu hal yang sia – sia.
Informasi atau penerangan bukanlah interpretasi. Interpretasi adalah suatu
ungkapan berdasarkan informasi – informasi. Dalam interpretasi
dimasukkan unsur – unsur informasi.
Intepretasi adalah suatu seni yang menggabungkan bermacam – macam
seni, baik bersifat ilmiah, sejarah atau arsitektur, suatu seni yang pada
suatu tingkatan tertentu dapat dianjurkan kepada orang lain.
Cara menyampaikan interpretasi bukan dengan perintah tetapipancingan
atau persuasi (dorongan)
10
Interpretasi bermaksud menunjukkan sesuatu secara keseluruhan dan tidak
hanya untuk golongan tertentu
Interpretasi bagi anak – anak bukan penyederhanaan bagi orang dewasa.
(Tilden : 1977)
Berdasarkan hasil penelitian Madin & Fenton (2004) , menyatakan bahwa
data kuisioner yang didapatkan tentang penggunaan system interpretasi
yang efektif untuk berwisata alam (lingkungan), dan dari hasil yang ada
banyak responden yang memberikan tanggapan yang positif
terhadap program interpretasi tersebut. Sehingga melakukan sebuah
interpretasi sebagai pengelolaan dapat meningkatkan kualitas
yang terdapat dalam sebuah destinasi wisata.
E. Penelitian Terdahulu
1. Jurnal Perencanaan Program Interpretasi Lingkungan sebagai Strategi
Pengembangan Ekowisata di TWA Kawah Ijen yang ditulis oleh Restian
Alif Junianti, Rinekso Soekmadi , dan Nyoto Santoso mengenai
perencanaan program interpretasi agar membantu pengunjung untuk
mengetahui dan memahami potensi kawasan dan meningkatkan
kepuasan pengunjung. Dalam mendukung pengembangan ekowisata
maka pelibatan masyarakat sekitar kawasan dalam perencanaan
program interpretasi lingkungan adalah sebagai jasa pemandu
(interpreter) yang berkualitas dan berkompeten.
2. Jurnal tentang teknik pengelolaan pengunjung dengan mengadakan
penutupan kawasan secara berkala untuk aktivitas pendakian ,
memperketat perizinan masuk ke Taman Nasional Gede Pangrango oleh
Bhima Wanodya. Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan mampu
memberikan masukan kepada pengelola taman mengenai penerapan
teknik pengelolaan pengunjung yang baik sehingga dapat mengatasi
kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat kegiatan pendakian.
11
Dari penelitian terdahulu yang dipaparkan menjadi sebuah acuan bahwa
pengelolaan pengunjung perlu dilakukan dalam sebuah pengelolaan di
sebuah destinasi wisata khusunya menggunakan teknik interpretasi
sehingga dalam penelitian ini dirancang sebagai sebuah strategi
perencanaan menggunakan interpretasi sebagai pengelolaan
pengunjung untuk menambah kualitas pengalaman bagi wisatawan di
Desa Wisata Bejalen.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis
mendalam (in depth analysis). Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan
observasi, wawancara, dan dokumentasi dari berbagai publikasi, laporan buku
literature, jurnal dan makalah yang mendukung penelitian ini. Fokus penelitian
tentang strategi pengelolaan pengunjung menggunakan interpretasi wisatawan.
Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten
Semarang.
Hasil dan Pembahasan
Perencanaan Pengelolaan Pengunjung dan Permasalahan Desa Wisata Bejalen
Desa Wisata Bejalen adalah sebuah desa wisata yang terletak di Desa
Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang berjarak
3 Km dari pusat kota. Desa wisata Bejalen terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Bejalen
Barat dan Dusun Bejalen Timur serta terdapat 4 RW dan 10 RT sebanyak 620 KK.
Luas wilayah dari Desa Bejalen adalah 470,72 ha. Sejarah terbentuknya Desa
Wisata Bejalen atau disebut juga Kampung Pelangi bermula dari tahun 2005 namun
belum ada aktivitas pariwisata yang dilakukan , kemudian dibentuk Pokdarwis
untuk mengelola potensi yang ada pada tahun 2013. Setelah pembentukan
pokdarwis tersebut ternyata tidak dilakukan kegiatan promosi dan pariwisata secara
maksimal, kemudian di tahun 2017 pada tanggal 16 Februari dibentuk Pokdarwis
yang baru serta langsung melakukan pemetaan tempat yang berpotensi untuk
12
menjadi destinasi wisata dan melakukan sosialisasi ke warga tentang Kampung
Pelangi oleh Pemerintah desa dan Pokdarwis.
Desa Wisata Bejalen menyajikan wisata alam khas pedesaan yang
dipadukan dengan seni dan budaya setempat, tanpa meninggalkan kearifan lokal
yang dimiliki. Memiliki letak yang strategis, berada di ujung tenggara Kota
Ambarawa, menjadikan Bejalen sebagai salah satu pintu masuk menuju ke Rawa
Pening. Salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Semarang. Selain panorama
alam, Bejalen mulai berbenah mempersiapkan infrastruktur yang mendukung
terwujudnya sebuah Desa Wisata yang layak untuk di kunjungi. Terdapat potensi
yang tersebar di beberapa titik yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Sisi Barat dan Utara Desa (RT 02, RT 01 dan RT 05)
1. Wisata Kuliner Lokal dan Ruang Publik Hijau
2. Agrowisata (Salak) (RT 03 dan RT 04)
3. Pusat Seni (Kesenian Kuda Blarak) dan Budaya (RT 04)
2. Sisi Timur Desa (RT 08, RT 09 dan RT 10)
1. Pangkalah Perahu Nelayan dan Dermaga Wisata
2. Bengkel Kerja (Workshop) dan Galeri Perahu Tradisional
3. Silat Baruklinting
3. Sisi Tengah Desa (Colourfull Bejalen) (RT 06, RT 07, RT 08, RT 09,
dan RT 10)
1. Wisata Sungai dan Wahana Air
2. Arena / Spot hunting foto
3. Homestay, Outbond dan Kuliner Aneka Olahan Rawa
4. Sisi Selatan Desa (RT 10 dan RT 07)
1. Perikanan dan Pemancingan Alami
2. Wisata Rawa Pening
5. Kearifan Lokal dan Cerita “ Dibalik Rumah Panggung” Desa Nelayan
Terlihat dari profil desa wisata yang masih baru dibentuk
pengelolaannya melalui pokdarwis, belum terlalu banyak pengelolaan
yang sudah dilakukan.
Permasalahan Desa Wisata Bejalen
13
Hasil observasi yang ditemukan untuk pengelolaan yang sudah dilakukan
adanya beberapa penunjuk arah menuju ke tempat spot hunting foto, loket, toilet ,
dan pintu keluar. Secara umum, apabila terdapat wisatawan yang datang
mengunjungi Desa Wisata Bejalen , wisatawan bebas kemana saja sesuai keinginan
hati. Kadang juga bertanya kepada pengelola atau masyarakat lokal. Seperti yang
diakui oleh pihak pengelola bahwa, pengelola kesusahan apabila terdapat
wisatawan yang datang khususnya wisatawan mancanegara karena kurangnya
guide bahkan tidak ada karena tenaga yang ada mayoritas bekerja sebagai tenaga
pabrik. Sehingga apabila kekurangan tenaga seperti tour guide harus ada fasilitas
lain untuk wisatawan.
Sebagai Desa Wisata yang masih baru, belum semua infrastruktur
pengelolaan desa wisata terkelola dengan baik sehingga terdapat permasalahan
yang muncul khususnya yaitu tentang pengelolaan pengunjung. Kendala atau
masalah yang terjadi adalah terdapat wisatawan yang bebas masuk tanpa membayar
biaya retribusi sehingga dapat mempengaruhi pendapatan dan data kunjungan
wisatawan yang datang menjadi tidak sinkron. Pihak pengelola melakukan
penjagaan yang lebih ketat dengan cara mengarahkan wisatawan untuk parkir di
dekat kantor sekretariat yang sekaligus menjadi tempat penjualan tiket retribusi.
Masalah yang lainnya, kurangnya tenaga dalam pemberian informasi
terhadap wisatawan sehingga wisatawan harus mencari pengelola untuk
mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Oleh sebab itu diperlukan papan
informasi yang berujuan untuk memudahkan wisatawan.
Perencanaan Pengelolaan Pengunjung yang Dibutuhkan Desa Wisata Bejalen
Pengelolaan yang dibutuhkan oleh pokdarwis untuk mengelola Desa Wisata
Bejalen agar semakin teratur, mulai dari pengelolaan potensi wisata, pengelolaan
jasa penyedia kebutuhan wisatawan (warung , toilet, homestay), pengelolaan
pengunjung, dan pengelolaan yang lainnya. Peneliti melihat bahwa pengelolaan
yang saat ini dibutuhkan adalah pengelolaan pengunjung. Terlihat ketika peneliti
melakukan survey belum ada pengarahan yang jelas untuk wisatawan melakukan
14
wisata mengelilingi desa untuk melakukan aktivitas hunting foto, sehingga sangat
diperlukan guide atau warga lokal untuk dapat ditanya oleh wisatawan.
Permasalahan yang di hadapi pengelola adalah kurangnya tenaga pemandu dalam
melayani wisatawan sehingga hal tersebut akan menyababkan menurunnya kualitas
pengalaman pengunjung. Diperlukan sebuah panel / display informasi yang
berguna untuk memberikan informasi bagi wisatawan yang akan berwisata, yang
didalamnya dicantumkan beberapa nomor penting yang dapat dihubungi sehingga
apabila wisatawan membutuhkan informasi yang lebih dapat menghubungi nomor
yang tertera di panel tersebut. Dengan adanya pengelolaan pengunjung akan
membuat pengunjung merasa nyaman dan nantinya pengelolaan yang lain akan
lebih ditingkatkan juga.
Penggunaan Interpretasi wisatawan dalam Pengelolaan Pengunjung di Desa Wisata
Bejalen
Desa Wisata Bejalen memerlukan sebuah interpretasi sebagai sistem
pengelolaan pengunjung. Gambaran interpretasi yang akan diterapkan adalah
sebuah interpretasi menggunakan papan display atau panel yang berisi informasi
wisata untuk memudahkan wisatawan untuk melakukan aktivitas wisatanya di Desa
Wisata Bejalen.
Sebuah interpretasi dapat digunakan sebagai pengelolaan pengunjung
karena dalam produk display yang dibuat akan sesuai dengan kebutuhan dan
memudahkan pengelola pokdarwis untuk menyampaikan sesuatu atau himbauan
serta pengarahan kepada pengguna / pembaca. Interpretasi ini menjadikan sebuah
sarana informasi yang cukup efektif, sehingga nantinya dapat diperbarui ataupun
diperbanyak. Adanya interpretasi dalam pengelolaan pengunjung di Desa Wisata
Bejalen juga bermanfaat untuk menambah kualitas pengalaman pengunjung /
wisatawan yang datang.
Kesimpulan dan Saran
Dalam mengelola sebuah desa wisata diperlukan adanya perencanaan yang
baik sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan jelas dan apabila
belum terealisasi dapat menjadi bahan evaluasi untuk ke masa mendatang. Tidak
15
dipungkiri banyak masalah dan kekurangan dari internal maupun eksternal yang
terjadi dalam proses tersebut sehingga diperlukan perencanaan yang matang sejak
dini serta sesuai dengan kebutuhan keadaan pariwisata desa wisata tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk membantu adanya perencanaan dengan cara
melakukan pengelolaan khususnya pengelolaan pengunjung, karena adanya sebuah
destinasi wisata bertujuan untuk mendatangkan banyak wisatawan (pengunjung).
Sebuah perencanaan termasuk pengelolaan tidak dapat sekaligus terealisasi, perlu
adanya observasi atau survey mendalam sehingga tidak bentrok antara kebutuhan
satu dan kebutuhan lainnya.
Perencanaan pengelolaan pengunjung dimaksudkan supaya adanya
pengaturan pengunjung yang baik tanpa menyinggung semua aspek yang
berhubungan dengan pelaku wisata. Apabila tidak ada pengelolaan yang jelas,
sudah dipastikan destinasi wisata tidak akan berlangsung dalam jangka waktu yang
lama (tidak sustainable) bahkan cenderung akan rusak. Seperti diketahui wisatawan
berasal dari berbagai kalangan dari sisi demografi yang berbeda dan memiliki
tujuan masing – masing ketika melakukan kegiatan wisata.
Pengelolaan pengunjung yang dilakukan menggunakan interpretasi yaitu
sebuah proses komunikasi untuk membangun hubungan emosional yang bertujuan
menyampaikan sesuatu. Sehingga apabila keinginan pengelola dapat tersampaikan
terhadap wisatawan dengan baik serta memiliki tujuan yang positif, upaya
pengelolaan pengunjung dapat berjalan dengan baik dan pengunjung / wisatawan
akan mendapatkan kualitas pengalaman yang baik. Produk yang dibuat
dimaksudkan untuk memudahkan pengelola untuk menyampaikan informasi,
himbauan serta arahan untuk wisatawan. Wisatawan juga dapat menikmati sebagai
sarana informasi untuk melakukan kegiatan wisata di sekitarnya. Sehingga apabila
tidak ada pemandu yang mendampingi , wisawatan dapat membaca display tersebut
dan dalam produk tersebut tertera nomor telepon penting yang dapat dihubungi
apabila wisatawan memerlukan informasi yang lebih.
16
Daftar Pustaka
Candrea, A. N and Ispas, A. Visitor Management, A Tool For Sustainable
Tourism Development In Protected Areas. Bulletin of the Transilvania
University of Braşov • Vol. 2 (51) - 2009 Series V: Economic Sciences
Madin, Elizabeth M.P. and Fenton, Mark D. 2004. Environmental
Interpretation in the Great Barrier Reef Marine Park : An
Assessment of Programme Effectiveness.Australia : Journal of
Sustainable Tourism. Vol 12,No 2.
Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah
bagian dari laporan Konferensi Internasional mengenai
Pariwisata Budaya. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Rachmawati, Eva. 2011. Interpretasi. Dokumen dalam personal web dosen
IPB. Dapat diakses
dihttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=we
&cd=l&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fvea.staff.ipb.ac.
id%2Ffiles%2F2011%2F02%2FInterpretasi-
JICA.doc&ei=CNpjU6fsK82TuASd4oLgBW&usg=AFQjCNHkG
dSjw6ESSx0axTEc2e5-fCMVNQ&sig2=kBeukJl5wgvTq5r-
gd2-3A&bvm=bv.65788261,d.c2E&cad=rja. Diakses pada 21
November 2017
Tilden, Freeman. 1977. Interpreting Our Heritage . United States of
America : The University of North Carolina Press. Library of
Congress catalog number 67- 27763.