interferensi michelson_nurul 1104459.docx
TRANSCRIPT
Sumber sinar
Layar
C1
C2 C2’C3
PERCOBAAN III
Interferometer Michelson
A. Tujuan
Menetukan panjang gelombang sinar laser
B. DasarTeori
Interferensi merupakan perpaduan dua atau lebih gelombang sebagai akibat
berlakunya prinsip superposisi. Interferensi terjadi bila gelombang-gelombang tersebut
koheren, yakni mempunyai perbedaan fase yang tetap.
Fenomena interferensi selalu berkaitan dengan teori gelombang cahaya. Pada
hakekatnya cahaya mempunyai gelombang dan besaran amplitudo, panjang gelombang,
sudut fase serta kecepatan. Apabila cahaya melewati suatu medium maka kecepatannya
akan mengalami perubahan. Jika perubahan tersebut diukur maka dapat diperoleh tentang
keadaan objek /medium yang bersangkutan misalnya indeks bias, tebal medium dari
bahan yang dilewatinya dan panjang gelombang sumbernya. Pengukuran panjang
gelombang dapat diukur melalui interferensi. Pola interferensi ini dapat ditangkap pada
layar, yaitu berupa garis-garis terang dan merupakan hasil interferensi maksimum (saling
memperkuat atau konstruktif), sedangkan garis gelap yang tertangkap merupakan hasil
interferensi minimum(saling melemahkan atau destruktif). Untuk mendapatkan pola
interferensi ada berbagai metode, antara lain dengan metode Interferometer Michelson.
Interferometer michelson adalah alat yang dapat mengukur panjang gelombang yang
menggunakan prinsip membagi amplitudo menjadi dua bagian dengan intensitas yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
M1A
M2
B
L2
L1
sumber sinar laser
pembagiberkas
Plat kompresor
pengamat
cermindapatdigerakan
cermin tetap
%1009583
67,193x
A
Ao
o
Berkas sinar monokromatis yang datang dari sumber sinar sebagian diteruskan oleh C3 ke
C2, dan sebagian lagi dipantulkan ke C1. Sinar-sinar pantul dari cermin C1 dan C2
kemudian diteruskan oleh cermin C3 dan ditangkap oleh layar. Kedua sinar yang datang
pada layar ini dapat diatur supaya berinterferensi, sehingga membentuk pola interferensi
lingkaran. Dengan menggeser C2 ke C2’ sejauh d akan dihasilkan perubahan pola
interferensi tersebut.
Dari kajian tentang gerak gelombang, diketahui bahwa semua gelombang mekanis
membutuhkan medium untuk perambatannya, dan bahwa kecepatan gelombang demikian
bergantung hanya pada sifat sifat mediumnya, dengan demikian sejenis medium
mendukung pe-rambatan cahaya dan gelombang elektromagnetik lainnya. Medium yang
dimaksud adalah eter yang mempelopori pada optic dalam gelombang cahaya yang
diperhatikan seperti gerak menggelombang dalam suatu medium elastis yang seluruhnya
diserap, dan kesuksesan eksplanasi difraksi dan gejala interferensi pada gelombang saat
lain menjadikan notasi eter sekelilingnya yang keberadaannya disetujui tanpa ada
komentar lain. Pengembangan Maxwell dari teori electromagnet cahaya dalam tahun
1864 dan konfirmasi percobaannya pada tahun 1887 mencabut keausan eter dari sifat-
sifatnya.
Suatu Interferometer ialah piranti yang
menggunakan rumbai interferensi untuk
membuat pengukuran jarak secara tepat.
Gambar 2.1 merupakan diagram skematik
Interferometer Michelson. Cahaya dari
sumber sinar laser mengenai plat A,
sebagian sisi pembagi ber-kas dilapisi
perak sehingga sebagian cahaya
dipantulkan dan sebagian lagi dilewatkan.
Berkas pantulan merambat kecermin M2
dan dipantulkan kembali kemata di O.
Berkas yang dilewatkan merambat keplat
pengom-pensasi B, yang sama tebalnya
dengan plat A, terus kecermin M1 dan
dipantulkan kem-bali ke plat A dan
kemudian kemata di O.
Tujuan penggunaan plat B adalah untuk membuat kedua berkas lewat melalui kaca
dengan tebal yang sama ( beda lintasan yang sama ). Cermin M1 dipasang tetap, tetapi
cermin M2 dapat digerakan maju mundur dengan penyetelan sekrup dikalibrasi tepat dan
cermat. Kedua berkas bergabung di O dan membentuk pola interferensi. Pola ini paling
mudah dipahami dengan memperhatikan cermin M2 dan bayangan cermin M1 yg dihasilkan
oleh cermin dalam pembagi berkas A. Bayangan ini dilabeli dengan M1’ pada diagram.
Jika cermin M1 dan M2 benar-benar saling tegak lurus dan berjarak sama dari pembagi
berkas, bayangan M1’ akan berimpit dengan M2, jika tidak maka, M1’ akan sedikit berubah
dan akan membentuk sudut yang kecil terhadap M2, seperti yang ditunjukan pada gambar
tersebut. Pola interferensi di O dengan demikian akan berupa pola film udara berbentuk
seperti kampak antara M1’ dan M2. Jika M2 sekarang digeser, pola rumbai akan bergeser.
Jika, misalnya, cermin M2 digeser kearah pembagi sejarak 1/8 λ, tebal kampaknya akan ber-
tambah 1/8 λ pada setiap titik. Ini akan memunculkan perbedaan lintasan ¼ λ dimana saja
dalam kampaknya ( karena cahaya melintasi baji tersebut dua kali ). Pola rumbai itu akan
berpindah sejauh ½ rumbai, dengan kata lain, rumbai akan sebelumnya gelap sekarang men-
jadi rumbai terang, dan seterusnya. Jika jarak M2 diketahui, panjang gelombang cahaya
( sinar laser ) dapat diketahui.
C. Alat dan Bahan
1. Cermin
2. Sinar laser
3. Layar
4. Milimeterskrup
5. Alat hitung
D. Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tembakkan sinar laser agar tepat kena C1, C2 dan C3 sehingga terbentuk pola
interferensi.
3. Geser C2 dengan memutar mikrometer sekrup sehingga pada layar terlihat perubahan
pola inteferensi
4. Lakukan langkah 3 sehingga perubahan pola inteferensi terjadi sebanyak dua puluh
dan dua ratus kali.
5. Catat perubahan panjang lintasan optis (d) dengan pengukur perubahan jarah
milimeter skrup.
6. Ulangi langkah-langkah percobaan diatas untuk 5 data untuk masing-masing n nya.
E. Data Hasil Pengamatan
F. Pengolahan Data
N = 20
Percobaan d (m) λ = 2d/n (m)(λ-λrata-rata)²
(m)
1 2 x 10-5 2 x 10-6 0
2 2 x 10-5 2 x 10-6 0
N= 200
Percobaan d (mm)∆d
(mm)
1 7,41 - 7,18 0,23
2 9,0 - 9,34 0,34
3 7,3 - 7,04 0,26
4 7,03 - 7,14 0,11
5 7,14 - 7,41 0,27
N = 20
Percobaan d (mm) ∆d (mm)
1 7,44 - 7,42 0,02
2 8,00 - 8,02 0,02
3 7,39 -7,37 0,02
4 7,3 - 7,28 0,02
5 8,00 - 8,03 0,02
3 2 x 10-5 2 x 10-6 0
4 2 x 10-5 2 x 10-6 0
5 2 x 10-5 2 x 10-6 0
∑ 10-5 0
∑rata-rata 0,2 x 10-5 0
λrata-rata = 0,2 x 10-5
∆λ = 0
Presentase kesalahan = ∆ λ
λ rata−ratax 100 %= 0
0,2 x 10−5x 100 %=0
Nilai panjang gelombang λ = ( λ ± ∆λ ) = (0,2 x 10-5 ± 0 ) m
Atau λ= ( 20000 ± 0 ) A0
N = 200
Percobaan d (m) λ = 2d/n (m) (λ-λrata-rata)² (m)
1 23 x 10-5 0,23 x 10-5 1,44 x 10-14
2 34 x 10-5 0,34 x 10-5 0,9604 x 10-14
3 26 x 10-5 0,26 x 10-5 3,24 x 10-14
4 11 x 10-5 0,11 x 10-5 0,017424 x 10-14
5 27 x 10-5 0,27 x 10-5 7,84 x 10-14
∑ 1,21 x 10-5 13,497824 x 10-14
∑rata-rata 0,242 x 10-5 0
λrata-rata = 0,242 x 10-5
∆λ = √ ∑(λ−λ rata−rata) ²n(n−1)
= √ 13,497824 x10−145(4)
=0,82 x 10-7 m
Presentase kesalahan = ∆ λ
λ rata−ratax 100 %= 0,82 x10−7
0,242 x 10−5x100 %=3,4 %
Nilai panjang gelombang (λ) = ( λ ± ∆λ ) = ( 0,242 x 10-5 ± 0,82 x 10-7) m
Atau λ= ( 24200 ± 820 ) A0
G. Analisis
Dari hasil yang di dapat dari pengolahan data diatas besar panjang gelombang
sinar laser untuk N = 20 sebesar 20000 A0 dengan standar deviasi 0 A0 dan untuk N = 200
didapat 24200 A0 dan standar deviasinya 820A0 . Dari harga panjang gelombang sinar laser
literatur yaitu 6000 A0-12000 A0 didapat nilai panjang gelombang yang sangat jauh berbeda
tapi dengan persentase kesalahan untuk percobaan kami yaitu untuk n = 20 sebesar 0 %
dan presentase kesalahan untuk n = 200 sebesar 3,4% . Kesalahan ini dapat diakibatkan
oleh terlalu sensitifnya alat praktikum sehingga kadang-kadang praktikan dan kesulitan
dalam melihat perubahan pola interferensi yang terjadi sehingga pada saat menghitung
kami sering terjadi kesalahan dan mengulang terus - menerus. Hal ini dimungkinkan juga
oleh faktor kesalahan manusia dalam membaca alat ukur ataupun karena kelelahan mata
kami dalam melihat perubahan pola interferensi.
H. Kesimpulan dan Saran
Dari seluruh rangkaian pelaksanaan praktikum dan dari data hasil praktikum yang
sudah praktikan laksanakan praktikan dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran-
saran sebagai berikut :
Dari Data hasil praktikum dapat disimpulkan :
Panjang gelombang sinar laser
N = 20 adalah 0,2 x 10 –5 m atau sekitar 20000 A0
Dengan persentase kesalahan relatif adalah : 0 %
N = 200 adalah 0,242 x 10 –5 m atau sekitar 24200 A0
Dengan presentase kesalahan relatif adalah ; 3,4 %
Selama proses pengambilan data :
Agar lebih hati-hati dalam melihat perubahan pola interferensi yang terjadi pada
layar sehingga tidah terjadi kesalahan perhitungan.
Karena alatnya sangat sensitive jadi disarankan dalam memutar milimeter skrup
lebih konsentrasi dan teliti.