integrasi iptek dan seni dalam islam

14

Click here to load reader

Upload: wrk

Post on 21-Jul-2015

265 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

BAB 13

INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

Potret Ilmu Pengetahuan Modern

Di dalam filsafat ilmu pengetahuan terdapat cabang ontologi (cabang

kajian yang

berkaitan dengan obyek), epistemologi (cabang kajian yang berkaitan dengan

metodologi)

dan aksiologi (cabang kajian yang berkaitan dengan tujuan). Di sini, gambaran

ilmu

pengetahuan modern (baca: barat) akan dipotret dari tiga titik sudut ini disertai

dengan

dampak yang ditimbulkannya.

1. Ontologi

Kajian ontologi ini membahas tentang obyek dari ilmu pengetahuan.

Ketika

penulis belajar di sebuah perguruan tinggi di Jepang, suatu saat penulis

menghadiri

kuliah pertama pelajaran fisika yang diberikan oleh seorang guru besar ternama.

Pada

awal kuliahnya dia menyatakan sebagai berikut. "Butsurigaku wa goritekina

mono o atsukau. Fugoritekina mono, tatoeba kamisama no sonzai, wa

butsurigaku no manaita ni nosetewa ikenai."

Ungkapan dalam bahasa negeri sakura tersebut berarti, " Obyek ilmu

Fisika adalah hal hal yang logis. Hal-hal yang tidak logis, misalnya

keberadaan Tuhan, tidak boleh

dimasukkan ke dalam ilmu Fisika." Ungkapan tersebut jelas membuktikan

bahwa obyek

ilmu pengetahuan telah dibatasi oleh para ilmuwan itu dengan cara pandang yang

mereka miliki. Khun menyebut cara pandang tersebut sebagai paradigma

sedangkan

Sardar menamakannya world view.Pada ilmu pengetahuan barat, obyek atau

realitas dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi. Hal ini tidak dapat dipisahkan

dengan cara pandang mereka yang bersifat materialistik-sekularistik. Ilmuwan

barat bersikukuh bahwa wilayah ilmu

pengetahuan dibatasi pada sesuatu yang riil, pasti dan kuantitatif. Dengan cara

pandang

ini, ilmuwan barat merasa tidak perlu dan menganggap tidak ada artinya

mengembara

Page 2: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

lebih jauh dengan melihat fenomena alam sebagai kumpulan hikmah.

2. Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang metodologi.

Di

dalam ilmu pengetahuan barat, satu-satunya cara mendapatkan ilmu pengetahuan

adalah

melalui metoda ilmiah yang ditopang oleh dua tiang utamanya: rasionalisme dan

empirisme. Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang

mengatakan

bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah rasio. Hanya pengetahuan yang didapat

dari

akallah, dengan metoda deduktif, yang memenuhi syarat ilmiah.4 Tiang kedua

dipelopori

oleh Francis Bacon (1561-1626) yang menegaskan bahwa pengalaman empirislah

yang

menjadi sumber ilmu pengetahuan. Apa-apa yang didapat dari eksperimen

empiris,

melalui metoda induktif, yang dapat dikatakan ilmiah.5 Menganggap bahwa ilmu

pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui penalaran rasional dan pengalaman

empiris

berarti tidak membuka ruang bagi peran wahyu ilahi dalam wilayah ilmu

pengetahuan.

3. Aksiologi

Aksiologi adalah kajian yang menyangkut tujuan. Di dalam wilayah kajian

ini

dibahas tentang manfaat dan mudhorot yang dapat ditimbulkan oleh ilmu

pengetahuan.

Ilmu pengetahuan barat dimanfaatkan untuk sekadar keuntungan yang bersifat

materi

dan duniawi. Francis Bacon, misalnya, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan

digunakan untuk memperkuat kemampuan manusia. Dia menegaskan bahwa ilmu

pengetahuan

hanya bermanfaat jika nampak pada kekuasaan manusia. Dengan lantang dia

melontarkan ungkapan yang bersifat eksploitatif bahwa akhir dari pondasi kita

adalah

ilmu pengetahuan mengenai sebab pergerakan benda-benda dan memperluas

batasan

manusia untuk menaklukkan semua hal yang mungkin.5

Page 3: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

Ilmu pengetahuan barat tidak memiliki bingkai nilai yang jelas tentang

ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan telah menjadi nilai itu sendiri. Oleh karenanya,

pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk penindasan sesama manusia serta

eksploitasi

besar-besaran terhadap alam dapat kita lihat sebagai akibat kekosongan ilmu

pengetahuan terhadap nilai-nilai.

Prinsip Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Proses Islamisasi iptek, menurut Mulyanto, tidak lain adalah proses

pengembalian

atau pemurnian ilmu pengetahuan yang ada kepada prinsip yang hakiki, yakni

tauhid,

kesatuan makna kebenaran dan kesatuan sumber. Dari ketiga proses ini lah

kemudian

diturunkan aksiologi (tujuan), epistemologi (metodologi) dan ontologi (obyek)

ilmu

pengetahuan.

Melalui prinsip pertama (tauhid), ilmu pengetahuan tidaklah dimanfaatkan

melulu

pada praksis, tetapi juga dimanfaatkan untuk memahami eksistensi yang hakiki

alam dan

manusia. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan ke arah mana dicapai terus

menerus

pengertian yang lebih baik bahwa Allah SWT adalah sumber dari segala sumber

ilmu

pengetahuan. Dengan itu, ilmu pengetahuan selalu mengantarkan umat pada

peningkatan

keimanan.

Prinsip kedua (kesatuan makna kebenaran) akan membebaskan ilmu

pengetahuan

dari sekularisme. Dengan prinsip ini tidak akan ada lagi istilah kebenaran ilmiah

dan

kebenaran relijius. Ysang ada adalah kebenaran tunggal, baik kebenaran ilmiah

maupun

kebenaran relijius. Prinsip ini akan melahirkan kompromi dan interaksi yang

terusmenerus

antara hasil-hasil ilmu pengetahuan dengan interpretasi kajian syari'ah.

Page 4: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

Interpretasi syari'ah tentang realitas diuji oleh hasil-hasil ilmu pengetahuan.

Demikian pula

sebaliknya, hasil ilmu pengetahuan akan diuji oleh hasil kajian syari’ah. Hal ini

dikarenakan

kebenaran tunggal datang dari Allah SWT.

Prinsip ketiga menjadikan alam dan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu

pengetahuan.

Dengan demikian, kedua sumber ilmu pengetahuan, baik ayat kauniyah maupun

ayat

qouliyah memiliki posisi yang penting dalam mencapai kebenaran. Prinsip ini

menopang

prinsip kedua, karena ayat-ayat Allah selalu benar sehingga tidak ada kontradiksi

antara

keduanya. Jika belum terjadi ketidaksesuaian, maka kesalahan terletak pada

manusia dalam

memformulasikan ayat kauniyah atau dalam melakukan interpretasi ayat qouliyah.

Bukan

pada ayat-ayat itu sendiri.

Beberapa Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Islam

Ziauddin Sardar membagi pendapat ilmuwan Muslim tentang hubungan

ilmu

pengetahuan dan Islam ke dalam 3 kelompok.7 Pertama, kelompok yang menilai

bahwa

ilmu pengetahuan adalah netral dan universal. Mereka mencari rumusan-rumusan

dalam

Al-Qur'an yang cocok dengan hasil penemuan ilmu pengetahuan modern. Mereka

menyimpulkan bahwa rumusan-rumusan dalam Al-Qur'an sangat cocok dengan

temuan

ilmu pengetahuan modern. Pendekatan ini terlihat kental dari karya Maurice

Bucaille; The

Bible, The Qur'an and Science yang tersebar luas. Kelompok ini kadang ada yang

menyebut

dengan Buchaillisme. Pesan yang disampaikan adalah dengan kecocokan ini

membuktikan

bahwa Al-Qur'an merupakan kitab yang memiliki kebenaran hakiki yang datang

dari

Page 5: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

pencipta alam semesta. Pendekatan ini terlihat memberikan manfaat yang besar

dengan

pesan yang disampaikan tersebut.

Namun, menurut Sardar, ada yang perlu diwaspadai dengan pendekatan

ini, yakni Al-Qur’an dapat dilihat sebagai kitab ilmu pengetahuan dan bukan kitab

hikmah. Umat Islam membaca Al-Qur’an lebih berusaha untuk menafsirkan ilmu

pengetahuannya saja dengan menipiskan perannya sebagai petunjuk hidup.

Bahaya lain yang perlu diwaspadai, masih menurut Sardar, adalah tujuan

pengembangan iptekdibatasi pada pembuktian rumusan-rumusan ilmu

pengetahuan yang ada di dalam Al-Qur’an sehingga tidak menuntun umat Islam

untuk bersifat kreatif dan inovatif di rimba ilmu pengetahuan yang sangat luas.

Al-Qur’an harus dijadikan titik tolak pengembanganilmu pengetahuan, bukan

sebagai muara akhir pengembangan ilmu pengetahuan.

Kedua, kelompok yang masih mempertahankan netralitas dan universalitas

ilmu

pengetahuan, namun fungsinya harus diubah diarahkan menuju cita-cita Islam dan

masyarakatnya. Kelompok ini, menurut Sardar, dipelopori oleh Z.A. Hasyimi dari

Pakistan. Hasyimi menganjurkan agar para ilmuwan Muslim mampu

menghilangkan

unsur-unsur yang tidak diinginkan dalam ilmu pengetahuan barat. Mereka harus

memahami sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan serta memiliki kesadaran akan

masa

depan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak ilmuwan Muslim yang dapat

dikatagorikan dalam kelompok ini, termasuk peraih hadiah Nobel Abdus Salam.

Dia

pernah menegaskan "Saya tidak dapat melihat perbedaan ruh dalam aljabar

modern

dengan yang dilakukan para ilmuwan Muslim, atau tradisi modern optika dengan

Alhazen

atau antara pengamatan Razi dengan perluasan modernnya." Sardar mengkritisi

kelompok

ini dengan menyatakan bahwa kelompok ini terlalu mengecilkan peran ilmu

pengetahuan

dalam perubahan masyarakat. Dia mengkhawatirkan, dengan pendekatan ini ilmu

pengetahuan modern yang berakar dari sistem nilai barat dapat menghancurkan

sistem

nilai yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk terjadinya konflik tujuan antara

tujuan

ilmu pengetahuan barat dengan tujuan masyarakat Islam.

Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak yakin dengan netralitas dan

Page 6: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

universalitas ilmu pengetahuan. Mereka berpendapat bahwa ilmu pengetahuan

barat

dibangun dengan cara pandang dan filosofi barat termasuk dalam memandang

realitas.

Kelompok ini berpendapat konstruksi ilmu pengetahuan perlu dibangun kembali

dengan

cara pandang yang Islami. Sardar termasuk yang cenderung dengan kelompok ini.

Deliar

Noer kurang setuju dengan pendapat kelompok ini. Dia menyatakan bahwa

langkah ini

terlalu rumit, memakan waktu panjang dan memiliki tantangan yang sangat

besar.8

Demikianlah 3 bentuk usaha yang telah dilakukan para ilmuwan Muslim dalam

mensikapi ilmu pengetahuan dikaitkan dengan nilai-nilai Islam yang diyakininya.

Tiga

bentuk ini, tentu saja, masih mungkin terus berkembang dengan semakin

tingginya

kesadaran umat Islam akan keislamanya.

Konsep IPTEK dalam Islam

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui

tangkapan pancaindra, ilustrasi dan firasat. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan

yang telah diklasifikasikan, diorganisasi, disistematisasi dan di interpretasikan.

Teknologi merupakan salah satu unsur sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu

pengetahuan meskipun pada dasarnya teknologi merupakan karakteristik objek

dan netral sedangkan seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan

segala prosesnya dan merupakan ekspresi jiwa seorang dikembangkan menjadi

bagian dari budaya manusia karena seni itu diidentik dengan keindahan. Dalam

kajian filsafat setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Karena

seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan

orang yang banyak tahu tapi tidak memperdalam disebut generalis. Dengan

keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang

menguasai beberapa ilmu secara mendalam.

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan dalam sudut

pandang budaya dan teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil

penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga

memiliki karakteristik obyektif dan netral, akan tetapi dalam situasi seperti ini

teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi yang merusak dan potensi

kekuasaan disitulah letak perbedaan antara ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 7: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan

kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif,

berupa ketimpang-timpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungan.

Netralisasi teknologi dapat digunakan untuk yang memanfaatkan yang sebesar-

besarnya bagi kehidupan manusia atau digunakan untuk menghancurkan manusia

itu sendiri.

Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya

adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu

bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu cikal dan wahyu.

Keduanya tidak booleh ditentangkan, karena manusia diberi kebebasan dalam

mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntutan al-Qur’an dan sunnah rasul.

Atas dasar tiu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial

knowledge) dan tingkat kebenarannya bersifat mutlak (absolute) karena

bersumber dari wahyu Allah dan ilmu yang bersifat perolehan (aquired

knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative)karena bersumber dari

akal pikiran manusia. Prestasi yang gemilang dalam pengembangan IPTEK pada

hakikatnya lebih dari sekedar menemukan proses sunnatullah itu terjadi di alam

ini, bukan merencanakan dan menciptakan suatu hukum baru diluar sunnahtullah

(hukum Allah/hukum alam). Pengetahuan di dunia Barat berarti informasi tentang

sesuatu, ilahi atau ragawi, sementara 'ilm adalah istilah yang mencakup mencakup

semua teori, aksi dan pendidikan. Rosenthal, menyoroti pentingnya istilah ini

dalam peradaban Muslim dan Islam, mengatakan bahwa mereka memberikan

bentuk yang khas. Bahkan tidak ada konsep yang telah operasi sebagai penentu

peradaban Islam dalam segala aspeknya pada tingkat yang sama sebagai 'ilm. Hal

ini berlaku bahkan untuk yang paling kuat di antara hal kehidupan religius muslim

seperti, misalnya, tauhid "pengakuan terhadap keesaan Tuhan," ad-din, "agama

yang benar," dan banyak lainnya yang digunakan terus-menerus dan tegas .

Tidak satupun dari mereka sama dengan ilm secara mendalam makna dan

kejadian luas digunakan. Tidak ada cabang dari kehidupan intelektual Islam,

kehidupan agama dan politik Islam, dan dari kehidupan sehari-hari muslim rata-

rata yang tetap tidak tersentuh oleh sikap semua meresap menuju "pengetahuan"

sebagai sesuatu nilai yang tinggi untuk menjadi muslim 'ilm. Ini dapat dikatakan

bahwa Islam adalah jalan "pengetahuan." Tidak ada agama lain atau ideologi

memiliki begitu banyak menekankan pentingnya 'ilm. Dalam Al Quran kata 'alim

telah terjadi di 140 tempat, sementara al-' ilm di 27. Secara keseluruhan, jumlah

ayat yang 'ilm atau derivatif dan kata-kata terkait yang digunakan adalah 704. Alat

bantu pengetahuan seperti buku, pena, jumlah tinta dll untuk hampir nomor yang

Page 8: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

sama Qalam terjadi di dua tempat, al-kitab dalam ayat 230, di antaranya al-kitab

al-Qur'an terjadi pada 81 ayat. Kata-kata lain yang terkait dengan menulis terjadi

dalam 319 ayat. Penting untuk dicatat bahwa pena dan buku sangat penting untuk

akuisisi pengetahuan. Wahyu Islam dimulai dengan kata iqra '(' membaca 'atau'!

Membaca! ').

Allah adalah guru pertama dan panduan mutlak kemanusiaan. Pengetahuan ini

tidak diberikan kepada bahkan Malaikat. Dalam Usul al-Kafi ada tradisi

diriwayatkan oleh Imam Musa al Kazhim-('a) bahwa' ilm adalah tiga jenis: ayatun

muhkamah (tanda-tanda tak terbantahkan dari Allah), faridatun 'adilah (hanya

kewajiban) dan sunnah al-qa' imah (didirikan hadis Nabi [s]). Ini berarti bahwa

'ilm, pencapaian yang diwajibkan atas semua muslim meliputi ilmu teologi,

filsafat, hukum, etika, politik dan kebijaksanaan yang diberikan kepada umat oleh

Nabi (S). Al-Ghazali telah dibenarkan dibedakan antara jenis yang berguna dan

tak berguna dari pengetahuan. Islam sebenarnya tidak mempertimbangkan semua

jenis pengetahuan sebagai berbahaya bagi manusia. Namun, apa yang disebut

dalam Al Qur'an sebagai pengetahuan berguna atau lebih berbahaya, terdiri dari

ilmu-ilmu semu atau Lores lazim di jahiliyah tersebut.

Interaksi iman, ilmu dan amal

Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi kedalam suatu

sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu

akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.

Islam merupakan ajaran agama sempurna, karena kesempurnaannya dapat

tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang

artinya “tidaklah kamu memperlihatkan bagaimana Allah telah membuat

perumpamaan kalimat yang baik (Dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik,

akarnya kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang kelangit, pohon

itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah

membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”.

Dari penjelasan tersebut diatas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu

dan amal / syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan

sebatang pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan

amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama

lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya

ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan

cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu

ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEK yang dikembangkan diatas nilai-nilai

iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.

Page 9: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

“Apakah ilmu-ilmu duniawi fisik, teknis, industri, dan lain benar-benar

diperlukan dalam Islam? Apakah studi tentang hal-hal seperti menarik kita

lebih dekat kepada Allah?”

Ini budaya meremehkan ilmu dan menganggap mereka sebagai

bertentangan dengan semangat Islam adalah alasan mengapa Muslim peradaban

tertinggal begitu jauh di belakang seluruh dunia saat ini dalam ilmu pengetahuan,

teknologi dan manufaktur.

Allah berfirman: "Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah

menurunkan air dari awan, maka Kami mendatangkan beserta buah dari berbagai

warna, dan di pegunungan coretan, putih dan merah, dari berbagai warna (orang

lain) sangat hitam? Dan manusia dan hewan dan ternak, dengan cara seperti,

warna yang beragam? Hamba-Nya, hanya mereka yang memiliki pengetahuan

takut kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun

"[QS Faathir: 27-28].

Ayat-ayat ini mengacu pada mata pelajaran seperti pola hujan, buah

dengan berbagai warna mereka, jenis gunung, berbagai spesies hewan, dan variasi

yang ada di antara manusia. Ayat-ayat ini memberitahu kita dalam bahasa yang

paling jelas mungkin orang dapat memiliki, berdasarkan pengetahuan tersebut,

sarana untuk mencapai iman yang lebih besar pada Allah dan kesadaran yang

disempurnakan kebesaran-Nya dan mungkin. Dari mana, kemudian, orang-orang

datang dengan gagasan bahwa pengetahuan tentang dunia fisik tidak memiliki

kemungkinan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah? Jika kita melihat

dengan cermat ayat-ayat ini, kita dapat melihat bahwa mereka mengacu pada

topik hampir setiap ilmu masa lalu dan kini - dari astronomi dan geologi untuk

zoologi, botani dan antropologi. Ilmu seperti ini adalah "bahan baku" dari mana

kemajuan teknologi dibuat.

Ketika kita mempertimbangkan pentingnya bahwa Al Qur'an memberikan

ilmu-ilmu ini, adalah membingungkan untuk menemukan bahwa masyarakat

Muslim kontemporer yang terjauh dihapus dari semua peradaban dunia dari

suasana saing teknologi. Meskipun kita memiliki warisan yang kaya yang

memberi kita alasan setiap dan setiap sarana untuk mengembangkan peradaban

kita, kita sayangnya yang disiapkan setidaknya dari semua masyarakat dunia

untuk menaiki kereta api kemajuan yang bergerak maju dengan kecepatan yang

terus meningkat dan yang menunggu untuk tidak ada satu.

Islam memiliki sikap yang sangat menguntungkan untuk pengetahuan dan

untuk semua bentuk penyelidikan ilmiah. Alquran sangat jelas dalam dorongan

untuk belajar. Pada saat yang sama, mendorong kita membaca dan kontemplasi

kita harus didukung oleh mengingat Allah, sehingga kita akan mampu

menghindari penyimpangan moral dan material, yang dapat hasil dari kelemahan

Page 10: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

manusia dan kecenderungan untuk mengejar kepentingan pribadi dan sia-sia

pribadi keinginan.

Pertanyaan yang kita harus bertanya dengan urgensi adalah ini: Mengapa

Muslim saat ini begitu jauh dari pengejaran ilmiah dan teknologi? Mengapa

mereka tidak menerima dorongan yang ditemukan dalam Alquran dan Sunnah

untuk kreativitas, produktivitas, dan pengembangan masyarakat?

Kita harus membaca Al Qur'an dan Sunnah dalam semua aspek kehidupan kita,

dalam semua upaya kita, baik sebagai ahli ilmu, produsen, dokter, atau ilmuwan.

Tidak diragukan lagi, kita menderita dari kekurangan yang serius dengan

menjauhkan diri dari bimbingan agama kita mengenai nilai pengetahuan. Allah

menciptakan manusia dan menyediakan bagi kita semua di Bumi. Allah

berfirman: "Dialah yang menciptakan untuk kalian semua yang ada di Bumi."

[QS. al-Baqarah: 29] Demikian juga, Allah telah membuat kita untuk hidup di

atas bumi ini. Dia mengatakan: "Allah: Anda tidak memiliki tuhan selain Dia. Dan

Dialah yang menciptakan kamu dari bumi dan menetap Anda di dalamnya "[QS

Hud: 61].

Allah memberikan kedaulatan kemanusiaan atas Bumi berdasarkan

pengetahuan dan alasan bahwa Dia memberkati kita dengan. Kami terlibat dalam

pertanian dan pengerjaan dengan apa Bumi hasil sebagainya kepada kami. Kami

juga diberi tanggung jawab mengurus bumi. Kita didorong untuk melihat ke

dalam fenomena Penciptaan untuk membedakan hukum dan pola bahwa Allah

telah menempatkan di dalamnya, termasuk pola dan penyebab yang mengatur naik

turunnya peradaban. Allah telah membuat semua ini sarana untuk memperkaya

kehidupan kita baik secara spiritual dan material.

Allah mengirim kami Al Qur'an menjadi kriteria bagi kita untuk

menerapkan di duniawi kita serta kehidupan rohani kita. Ajaran-ajarannya adalah

untuk kemakmuran duniawi kita serta untuk kesejahteraan kita di akhirat. Ini

adalah mengapa ada ayat-ayat dalam Alquran tentang pemikiran, perenungan dan

penyelidikan, seperti ada orang-orang yang berkaitan dengan hukum Islam dan

doktrin agama. Sesungguhnya Allah menunjukkan bahwa ia "... turunkan besi,

dimana kekuatan perkasa dan (banyak) menggunakan untuk manusia" [QS. al-

Hadid: 25] Dalam ayat ini, Allah menunjukkan manfaat kemanusiaan bagaimana

sangat dari besi, karena kami memproduksi dari itu begitu banyak alat dan

perangkat. Padahal, zat besi sangat penting untuk mesin-mesin kami yang paling

modern dan teknologi.

Mengejar setiap pengetahuan yang tepat dan menguntungkan dapat

membawa kita lebih dekat kepada Allah dan mendapatkan berkat-Nya bagi kita,

asalkan memfasilitasi bagi kemanusiaan tempat tinggal dan pengelolaan bumi,

dan pembentukan iman di dalamnya. Sebagai ahli hukum al-Mawardi

mengatakan: ini mencakup pengetahuan Islam serta pengejaran berbagai

Page 11: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

pengetahuan di bidang kedokteran, keahlian, perdagangan, teknologi, dan "... apa

pun yang membantu kita menyadari tugas kami dan mengembangkan kehidupan

yang beradab di bumi." budaya. Semua jenis manusia pengetahuan manfaat dan

membantu kami dalam memenuhi kewajiban kami sebagai vicegerents Allah di

Bumi.

Menyadari untuk diri kita sendiri bagaimana Islam mendorong mengejar

pengetahuan dan kemajuan kemampuan teknis kami hanya awal. Kami kemudian

harus pergi lebih lanjut dan menanamkan dalam masyarakat kita kesadaran Islam

tentang pentingnya kemajuan teknologi dan kebutuhan untuk mendukung

perkembangan teknologi dan kreativitas. Hal ini perlu didorong pada bidang sosial

melalui pujian dan pengakuan publik dari mereka yang inventif. Hal ini juga perlu

didukung secara finansial melalui pemberian beasiswa, beasiswa, beasiswa, dan

hadiah. Demikian juga, itu harus ditindaklanjuti dengan menyediakan prasyarat

praktis material dan infrastruktur untuk kemajuan teknologi. Semua ini

memerlukan koordinasi dan manajemen pada tingkat institusional, sehingga

kontribusi teknologi dari dunia Muslim dapat dikembangkan secara efektif dan

energi-energi kreatif dari Muslim dimanfaatkan semaksimal.

Prioritas Ilmu Pengetahuan

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan

Allah dalam ayat-ayat berikut: “Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang

berilmu dengan orang yang tidak berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang

yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” Pengetahuan yang dimiliki

manusia ada dua jenis, yaitu:

1. Dari luar manusia, ialah wahyu, yang hanya diyakini bagi mereka yang

beriman kepada Allah. Ilmu dari wahyu diterima dengan yakin,

sifatnya mutlak.

2. Dari dalam diri manusia, dibagi dalam tiga kategori: pengetahuan, ilmu

pengetahuan dan filsafat. Ilmu dari manusia diterima dengan kritis,

sifatnya nisbi.

3. Ilmu pengetahuan dalam sudut pandang filsafat: segala sesuatu

diketahui melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat yang sudah

diklasifikasi, dioragisasi, disistematis dan diinterpetasi sehingga

menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat

diuji ulang secara ilmiah.

4. Ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an: proses pencapaian segala sesuatu

yang diketahui manusia melalui tangkapan pencaindra, intuisi dan

firasat dan obyeknya sehingga memperoleh kejelasan.

5. Teknologi: salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis

dari ilmu pengetahuan yang berkarakteristik netral dan obyektif.

Page 12: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

Seni dalam Perspektif Islam

Seni adalah cermin dari budaya dan pandangan dunia nya. Tidak ada kasus

yang lebih langsung pernyataan ini berlaku daripada seni dunia Islam. Tidak

hanya mencerminkan nilai-nilai seni budaya, tetapi bahkan lebih penting, cara di

mana para penganutnya, orang Islam, melihat alam roh, alam semesta, kehidupan,

dan hubungan bagian-bagian untuk keseluruhan.

Untuk realitas, Islam dimulai dengan dan pusat sekitar Allah ("Allah"

dalam bahasa Arab), yang Satu, Unik, Penguasa, Suci, Maha Kuasa, Maha

Mengetahui, yang Mencintai, Maha Penyayang. Semua keberadaan tunduk pada

kehendak-Nya dan hukum-Nya. Dia adalah pusat ibadah umat Islam sadar 'dan

aspirasi, fokus hidup mereka.

Karena perintah dan otoritas adalah satu, segala sesuatu terikat bersama di

bawah ketuhanan Allah sebagai bagian dari skema yang mencakup segala ilahi,

yang mencakup semua aspek yang dan kehidupan - apa pun yang baik di dalam

dan di luar waktu dan ruang, dan memeluk kedua makrokosmos dalam

manifestasi yang paling mengagumkan dan mikrokosmos dalam bentuk yang

paling menit. Allah menciptakan dan memelihara ciptaan-Nya bagaimana dan

seperti yang Dia kehendaki, dan segala urusan kembali kepada-Nya untuk

keputusan akhir dan penilaian.

Dengan sistem keyakinan, Muslim yakin keseimbangan dan harmoni dari

semua hal yang ada, bahkan ketika tampaknya ada kontradiksi membingungkan

dan ketidakseimbangan, mengenai ini sebagai refleksi dari pemahaman manusia

yang terbatas dan pengetahuan. Tidak ada yang dipandang sebagai terjadi secara

acak atau secara kebetulan, untuk semua merupakan bagian dari Rencana

Perencana Maha Bijaksana, Maha Penyayang. Salah satu kepercayaan vital dari

Islam adalah bahwa totalitas hal, semua baik dan jahat, melanjutkan dari Tuhan

menjadi semua.

Karena perintah-perintah yang ketat terhadap penggambaran seperti

manusia atau hewan yang mungkin mengakibatkan penyembahan berhala, seni

Islam mengembangkan karakter yang unik, menggunakan sejumlah bentuk

primer: geometris, arabesque, bunga, dan kaligrafi, yang sering terjalin. Dari awal

kali, seni Muslim telah mencerminkan ini, pandangan dunia yang seimbang

harmonis.

Sepanjang sejarah Islam, seni telah mengambil berbagai macam bentuk di

berbagai belahan dunia Muslim, yang membentang dari Afrika Utara ke Asia

Tenggara, menurut kebiasaan setempat dan kondisi, mulai dari seni rakyat tidak

canggih dengan yang paling terampil artis atau pengrajin. Dalam karya-karya

yang kedua, apakah itu menjadi kaligrafer master, keramik terkenal atau tembikar,

sebuah embroiderer terampil atau pembuat miniatur, warisan keahlian halus,

Page 13: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

melibatkan penguasaan seni atau kerajinan sepanjang garis tradisional lengkap

dengan perhatian cermat untuk detail halus, yang khas.

Tradisi-tradisi bertahan hari ini, dan arsitektur Islam dan seni dekoratif

masih sangat banyak hidup dan dihargai di banyak bagian dunia Muslim.

Sementara bentuk-bentuk seni Barat-gaya dan pekerjaan mesin harus ke mana

mengikis bentuk-bentuk tradisional, namun, pekerjaan tangan dihormati dan

dicintai, merupakan aspek penting dari dekorasi masjid dan rumah-rumah Muslim.

Secara khusus, dekorasi kaligrafi Al-Quran yang menampilkan merupakan aspek

penting dari seni Islam.

Masalah musik telah dibagi cendekiawan Muslim baik di masa lalu dan di

modern

kali. Konsensus umum di antara dunia Muslim adalah bahwa musik

dilarang. Ada pengecualian untuk aturan umum yang akan dibahas kemudian

dalam

risalah ini. Sudut pandang lain juga ada yang mendukung diperbolehkannya

musik

dalam Islam dan ini juga disentuh.

Salah satu bukti terkuat musik melarang dikutip oleh Muslim Sunni adalah

diriwayatkan berdasarkan otoritas Abu Amir atau Abu Malik Al-Ash'aree yang

mengatakan: ia mendengar Nabi (saw) mengatakan:

"Akan ada orang-orang dari saya umat (bangsa Muslim), yang akan

berusaha untuk

membuat sah; percabulan, memakai sutra (untuk pria), minum anggur

dan penggunaan alat musik. "

Kekuatan bukti yang diajukan dalam narasi ini adalah bahwa Nabi

larangan musik ditempatkan dalam konteks yang sama seperti larangan Islam

perzinahan, mengenakan sutra bagi laki-laki dan konsumsi alkohol yang

semuanya diterima sebagai fakta dan tidak diragukan lagi. Ini menyoroti

pentingnya dan relevansi musik yang ditempatkan dalam daftar perbuatan yang

dilarang. Narasi ini didokumentasikan dalam koleksi Hadis Imam Bukhari, yang

diakui secara luas dalam masyarakat Muslim Sunni sebagai yang paling otentik

koleksi ucapan Nabi direkam.

Rasulullah (saw) berkata,

"Dan orang dengan [dosa] bernyanyi (al-Ghina ') akan dibangkitkan [pada

hari

kebangkitan] buta, tuli dan bisu. Orang dengan [dosa] perzinahan,

kayu-angin, dan drum juga akan dibesarkan dalam cara yang sama. "

Ia juga mengatakan,

"Barangsiapa mendengarkan hiburan (lagu dan musik), memimpin

Page 14: INTEGRASI IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

akan meleleh di dalam telinganya pada hari penghakiman. "Dia juga

mengatakan,

"Menyanyi dan musik pesona untuk perzinahan." Artinya, itu adalah suatu

loncatan

batu atau cara yang mengarah pada perzinahan.

Nabi Suci (saw) juga mengatakan,

"Para Allah SWT telah mengutus saya sebagai rahmat bagi dunia, untuk

memandu

orang. Dan Dia memerintahkan saya untuk membasmi bermain seruling dan

lainnya

instrumen musik, semua game dari wakil, berhala (menyembah) dan semua

praktek

hari-hari ketidaktahuan.

Islam membuat perbedaan yang jelas antara nyanyian dan musik.

Menyanyi diklasifikasikan dalam kategori yang sama dengan kata yang diucapkan

dan puisi. Ada perbedaan antara kedua Sunni dan Syiah putusan bernyanyi. Para

Syiah yang berkuasa menyanyi mirip dengan sudut pandang pada musik,

menyanyi untuk tujuan hiburan dan hiburan dilarang dalam semua keadaan.

Sekolah Islam Sunni memungkinkan menyanyi asalkan tidak disertai

dengan

musik instrumen dengan pengecualian dari duff. Selain bernyanyi tidak harus

mengalihkan pelaku dari memenuhi kewajiban agama nya dan tidak boleh

dilakukan secara berlebihan dengan mengorbankan tanggung jawab lain. Islam

juga

melarang bernyanyi di depan lawan jenis.

Baik Sunni dan Syiah perspektif baik mendukung pandangan bahwa

semua lagu

seharusnya tidak berisi pesan yang tidak konsisten dengan ajaran

agama. Semakin di Inggris dan Barat ada tren Muslim

melakukan Nasheeds lagu yang terinspirasi oleh iman artis. Nasheeds dapat

disertai oleh duff dan banyak yang dinyanyikan tanpa alat musik di

latar belakang.

Puisi dan kata yang diucapkan memiliki warisan yang kuat dalam Islam.

Salah satu yang terkemuka. Ahli hukum Islam Imam Shaafee juga seorang

penyair terkenal. Seperti dengan hukumnya bernyanyi puisi diperbolehkan asalkan

subyek konsisten dengan

agama dan bahwa hal itu tidak mengalihkan perhatian pemain atau penonton nya

dari

memenuhi kewajiban agama mereka.