intangible assets terhadap keputusan transfer pricing · pada perusahaan manufaktur yang terdaftar...
TRANSCRIPT
PENGARUH DEBT COVENANT, TUNNELING INCENTIVE, DAN
INTANGIBLE ASSETS TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-
2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Tika Nurlita
11140820000074
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
INTANGIBLE ASSETS TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun
2014 – 2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Tika Nurlita
11140820000074
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Yusro Rahma, SE.,M.Si
NIP. 19800506 200801 2 016
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 3 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Tika Nurlita
2. NIM : 11140820000074
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Debt Covenant, Tunneling Incentive dan
Intangible Assets Terhadap Keputusan Transfer Pricing
Pricing Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
tahun 2014 – 2016)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 April 2018
1. Dr. Rini, M.Si., Ak.,CA.
NIP.19760315 200501 2 002
(___________________)
Penguji I
2. Wilda Farah, SE.,M.Si.,Ak.,CPA.,CA.
NIP.19830326 200912 2 005
(___________________)
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 21 Mei 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
1. Nama : Tika Nurlita
2. NIM : 11140820000074
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Debt Covenant, Tunneling Incentive dan
Intangible Assets Terhadap Keputusan Transfer Pricing
Pricing Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
tahun 2014 – 2016)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Mei 2018
1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA
NIP. 19720516 200901 1 006
(___________________)
Ketua Penguji
2. Drs.Abdul Hamid Cebba, MBA.,Ak.,CPA
NIP.19620502 199303 1 003
(___________________)
Penguji Ahli
3. Yusro Rahma, SE., M.Si
NIP.19800506 200801 2 016
(___________________)
Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tika Nurlita
No. Induk Mahasiswa : 11140820000074
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, Mei 2018
(Tika Nurlita)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Tika Nurlita
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Desember 1996
3. Alamat : Jalan Kemiri V no.8 RT.001/03
Pondok Cabe Udik, Pamulang,
Kota Tangerang Selatan
4. Telepon : 082112107140
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2003-2009) : SDN Pondok Cabe Udik II
2. SMP (2009-2012) : SMPN 2 Kota Tangerang Selatan
3. SMA (2012-2014) : SMAN 3 Kota Tangerang Selatan
4. S1 (2014-2018) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Nama Ayah : Tholib Naini
2. Nama Ibu : Asni
3. Anak Ke : 2
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2015
2. Anggota Departemen Media Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis 2015-2016
3. Anggota Bidang Disaster Management Unit Kegiatan Mahasiswa
KMPLHK RANITA UIN Jakarta 2016-2017
4. Bendahara Umum Unit Kegiatan Mahasiswa KMPLHK RANITA UIN
Jakarta 2017-2018
vii
5. Forum Relawan Penanggulangan Bencana Indonesia
V. SEMINAR DAN WOKSHOP
1. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, “Right Way, Bright Future with Accounting”, 2014.
2. Dialog Konsentrasi dan Pengenalan Organisasi Akuntansi oleh HMJ
Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016
3. Workshop Aplikasi Akuntansi Zahir oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2016
4. Workhop “The Strategic Role of Private Sector in Effort to Create
Community Resilience to Disaster”, oleh Indonesian National Platform
for Disaster Risk Reduction, 2017
5. Pelatihan Manajemen Keuangan dan Pengelolaan Dana Kegiatan
Mahasiswa oleh Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018
viii
ABSTRACT
THE EFFECT OF DEBT COVENANT, TUNNELING INCENTIVE, AND
INTANGIBLE ASSETS ON THE MANUFACTURING COMPANIES
DECISION TO TRANSFER PRICING
(Empirical Study on Manufacturing Companies Listed on Indonesian Stock
Exchange year 2014-2016)
This research to examine the effects of debt covenant, tunneling incentive and
intangible assets on the manufacturing companies decision to transfer pricing. This
study used the sample of manufacturing companies listed in Indonesian Stock
Exchanged during 2014-2016. The number of manufacturing companies sampled
in this study were 39 companies for 3 years, total sample research is 117 financial
statements. The method used is purposive sampling method. Hypothesis testing in
this research using logistic regression with the support of SPSS 24 version software.
The results of analysis in this research showed that tunneling incentive effected
toward the manufacturing companies decision for transfer pricing. While debt
covenant and intangible assets did not effected on the manufacturing companies
decision for transfer pricing.
Keywords: Debt Covenant, Tunneling Incentive, Intangible Assets, Transfer
Pricing
ix
ABSTRAK
PENGARUH DEBT COVENANT, TUNNELING INCENTIVE DAN
INTANGIBLE ASSETS TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2014-
2016)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Debt Covenant, Tunneling
Incentive, dan Intangible Assets terhadap keputusan Transfer Pricing perusahaan
manufaktur. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI selama tahun 2014-2016. Jumlah perusahaan manufaktur yang
menjadi sampel penelitian ini yaitu 39 perusahaan selama 3 tahun, total sampel
penelitian adalah 117 laporan keuangan. Metode yang digunakan adalah metode
purposive sampling. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi logistik dengan bantuan software SPSS versi 24.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tunneling incentive memiliki rpengaruh
terhadap keputusan transfer pricing perusahaan manufaktur, namun debt covenant
dan intangible assets menunjukan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh
terhadap keputusan transfer pricing perusahaan manufaktur.
Kata Kunci: Debt Covenant, Tunneling Incentive, Intangible Assets, Transfer
Pricing
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Debt Covenant, Tunneling Incentive dan Intangible Assets
terhadap Keputusan Transfer Pricing Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-2016). Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam keberhasilan penulisan dan peyusunan skripsi
ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Tholib dan Ibu Asni yang tidak pernah
lelah memberikan doa, semangat, perhatian, cinta, bimbingan dan dukungan
moril maupun materil kepada penulis.
2. Kakak Penulis, Arief Effendi dan seluruh keluarga besar yang selalu
memberikan doa dan dukungan kepada penulis
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
xi
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., M.M., Ak sekaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
6. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, pikiran, perhatian, bimbingan, dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Terimakasih untuk semua arahan dan saran yang
telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya siding
skripsi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan tidak
ternilai harganya kepada penulis
8. Seluruh Staff Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabat seperjuangan dari semester awal hingga sekarang, Riana, Shofa, Pri
dan Risda yang saling membantu dan mendukung tiada henti dalam
menyelesaikan tugas-tugas selama masa perkuliahan. Terimakasih telah
mewarnai kehidupan masa perkuliahan.
10. Sahabat seperjuangan antar jurusan Anis, Pratiwi, Ayu Rochima, Deby, dan
Najah, terimakasih untuk support dan kerjasamanya dalam menghilangkan
kepenatan penulisan skripsi.
11. Mity, Yipyip, Cendai, Cawet, Buken, Lakosa, Cebin, Lukindo, Japro, Nabe,
Suheng, Lombeh, Mase, Ore-Ore, Lampos, Uwawe, Degeng, dan Mipo yang
telah memberikan semangat, dan dukungannya kepada penulis. Terimakasih
xii
atas persaudaraan dan selalu mengajak penulis liburan untuk rehat sejenak dari
segala kegiatan kampus.
12. Keluarga Besar KMPLHK RANITA UIN Jakarta, yang telah memberikan
banyak pelajaran, semangat, motivasi, tempat mengadu, persaudaraan, jaringan
dan rumah dalam berorganisasi di kampus. Terimakasih atas kekeluargaannya.
13. Sahabat penulis, Ricky, Bang Amid, Vian, Qwen, Bang Ghalu, terimakasih
atas dukungan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan
skripsi.
14. Sahabat penulis, Mashiva, Rifa, Nabila, Monika, Devi, Anita, Hany, dan
Oktaviani. Terimakasih untuk semangat dan doa yang selalu diberikan kepada
penulis.
15. Teman-teman Akuntansi 2014, terimakasih atas dukungan dan do’a kepada
penulis. Terimakasih atas cerita selama masa perkuliahan.
16. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) GROVE 119 yang telah memberikan
banyak kenangan dan pembelajaran selama masa pengabdian. Terimakasih
untuk setiap doa dan dukungannya.
17. Kak Ema Herviana dan Kak Nur Wachidah yang sudah mengajari dan
membantu cara mengolah data skripsi.
18. Senior dan adik-adik akuntansi UIN Jakarta
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas
kerjasasama dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
xiii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Demikianlah, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membacanya.
Jakarta, Mei 2018
Tika Nurlita
xiv
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ................................................................................. 10
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14
A. Tinjauan Literatur...................................................................................... 14
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 30
C. Pengembangan Hipotesis ......................................................................... 36
xv
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................41
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................41
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................41
C. Metode Pengumpulan Data .....................................................................42
D. Metode Analisis Data ..............................................................................43
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian.......................................................48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................52
A. Gambaran Umum Penelitian ...................................................................52
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian...........................................................53
C. Pembahasan .............................................................................................64
BAB V PENUTUP ..............................................................................................70
A. Kesimpulan .............................................................................................70
B. Implikasi Penelitian .................................................................................70
C. Keterbatasan ...........................................................................................71
D. Saran ........................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................74
LAMPIRAN ........................................................................................................78
xvi
DAFTAR TABEL
2.1 Hasil-hasil penelitian terdahulu ....................................................................31
3.1 Operasionalisasi variabel penelitian ..............................................................51
4.1 Tahap penyeleksian sampel dengan kriteria .................................................53
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif .........................................................................54
4.3 Hasil Uji Frekuensi Transfer Pricing ............................................................56
4.4 Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model ....................................................58
4.5 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ........................................................59
4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi .............................................................60
4.7 Hasil Uji Matriks Klasifikasi ........................................................................61
4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logisitik ...........................................................63
xvii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ..........................................................................40
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Sampel Perusahaan ..............................................................................79
2. Pengukuran Gabungan ....................................................................................81
3. Pengukuran Transfer Pricing ..........................................................................85
4. Pengukuran Debt Covenant.............................................................................87
5. Pengukuran Tunneling Incentive .....................................................................92
6. Pengukuran Intangible Assets .........................................................................97
7. Output Hasil Penelitian Data ...........................................................................99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi menyebabkan perkembangan perekonomian cukup pesat
sehingga perekonominan saat ini tidak mengenal batasan negara. Fenomena
globalisasi secara tidak langsung mendorong merebaknya konglomerasi dan
divisionalisasi/departementasi perusahaan. Dalam lingkungan perusahaan
multinasional dan konglomerasi serta divisionalisasi terjadi berbagai transaksi
antar anggota (divisi) yang meliputi penjualan barang dan jasa, lisensi hak dan
harta tak berwujud lainnya, penyediaan pinjaman dan lain sebagainya.
Transaksi-transaksi yang terjadi dalam lingkungan perusahaan seperti ini
nantinya akan menyulitkan dalam penentuan harga yang harus ditransfer.
Penentuan harga atas berbgai transaksi antar anggota atau divisi tersebut lazim
disebut dengan transfer pricing (Mangoting, 2000).
Transfer pricing dalam transaksi penjualan barang atau jasa dilakukan
dengan cara memperkecil harga jual antara perusahaan dalam satu grup dan
mentransfer laba yang diperoleh kepada perusahaan yang berkedudukan di
negara yang menerapkan tarif pajak yang rendah (Lubab, 2015). Dengan biaya
ekspor di bawah harga yang di kirim dari negara pajak tinggi ke negara pajak
yang rendah, perusahaan multinasional mampu mengurangi tarif pajak global
yang efektif (Cristea & Nguyen, 2014 dalam Laskmita, 2017). Hal tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan, dasar pengenaan
pajak, atau biaya dari suatu wajib pajak lainnya yang dapat direkayasa untuk
1
2
menekan keseluruhan pajak terutang atas wajib pajak yang mempunyai
hubungan istimewa tersebut (Rosa, 2017). Selain itu, sebagai perusahaan yang
berorientasi pada laba, maka perusahaan juga akan berusaha untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal melalui berbagai macam cara
termasuk efisiensi biaya yang dapat dilakukan dengan tindakan transfer pricing
(Hartati, 2014).
Transfer pricing menimbulkan sejumlah masalah, dan sulit
menyelesaikan masalah tersebut, antara lain menyangkut bea cukai, ketentuan
anti dumping, dan persaingan usaha tidak sehat. Meskipun beberapa
perusahaan berkeinginan untuk menyesuaikan harga secara wajar dalam satu
kebijakan namun hal itu langsung menimbulkan 2 pertentangan dari
perusahaan-perusahaan lainnya (Folsom dan Gordon, 1999: 1039 dalam Lo et
al., 2010). Para ahli mengakui bahwa transfer pricing memungkinkan
perusahaan untuk menghindari pajak berganda, tetapi juga terbuka untuk
penyalahgunaan. Hal ini dapat digunakan untuk mengalihkan keuntungan ke
negara yang tarif pajaknya rendah, dengan memaksimalkan beban, dan pada
akhirnya pendapatan (Pricewaterhouse Coopers, 2009: 15 dalam Yuniasih et
al., 2013).
Transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan multinasional didorong
oleh alasan pajak maupun non pajak (Lubab, 2015). Selain alasan pajak, alasan
non pajak seperti debt covenant juga memiliki pengaruh terhadap keputusan
transfer pricing (Rosa, 2017). Kontrak hutang jangka panjang (Debt Covenant)
merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-
3
tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti pembagian dividen
yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada dibawah tingkat yang telah
ditentukan. Perjanjian ini membatasi segala aktivitas perusahaan yang dapat
merusak nilai pinjaman. Dengan adanya batasan-batasan ini dapat memicu
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan karena tidak mampu bergerak
bebas. Untuk menghindari pelanggaran tersebut maka kecenderungan salah
satu praktek yang dilakukan perusahaan laba adalah dengan melakukan
transfer pricing. Sesuai dengan The Debt Covenant Hypotesis dalam teori
akuntansi positif, semakin cenderung suatu perusahaan untuk melanggar
perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi
yang dapat mentransfer laba periode mendatang ke periode berjalan..
Berdasarkan teori akuntansi positif, debt covenant akan mendorong para
pemegang saham mayoritas untuk melakukan transfer pricing. Penelitian
terkait tentang debt covenant telah dilakukan oleh Rosa et al., (2017) yang
menunjukan bahwa debt covenant berpengaruh positif terhadap transfer
pricing.
Selain itu, keputusan untuk melakukan transfer pricing juga dipengaruhi
oleh kepemilikan saham. Struktur kepemilikan di Indonesia terkonsentrasi
pada sedikit pemilik (Claessens et al., 2000 dan Zuang et al., 2000 dalam
Yuniasih et al., 2013), sehingga terjadi konflik keagenan antara pemegang
saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Prowsen, 1998 dalam
Yuniasih et al., 2013). Kepemilikan saham di Indonesia cenderung
terkonsentrasi menyebabkan munculnya pemegang saham pengendali dan
4
minoritas (La Porta et al., 2000 dalam Yuniasih et al., 2013). Pemegang saham
pengendali berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
no.15 adalah entitas yang memiliki kepemilikan saham 20% atau lebih yang
secara langsung atau tidak langsung berpengaruh signifikan terdahap kendali
perusahaan (Sundari dan Yugi, 2016).
Undang-Undang no.36 tahun 2008 pasal 18 ayat (4) menyebutkan bahwa
hubungan istimewa antara wajib pajak badan dapat terjadi karena kepemilikan
atau penguasaan modal saham suatu badan oleh badan lainnya sebanyak 25%
(dua puluh lima persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh suatu badan. Dengan
adanya hubungan istimewa yang dimiliki oleh perusahaan, diindikasikan
terjadi transaksi yang penentuan harganya tidak wajar. Hubungan istimewa
dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga, biaya, dana atau imbalan lain yang
diealisasikan dalam suatu transaksi persahaan. Transaksi antar wajib pajak
yang mempunyai hubungan istimewa tersebut dikenal dengan istilah transfer
pricing (Rosa et al,2017).
Dengan adanya pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas
tidak dapat dipungkiri ada beberapa perbedaan kepentingan yang dapat
menimulkan masalah keagenan. Munculnya masalah keagenan antara
pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas ini disebabkan
oleh beberapa hal berikut. Pertama, pemegang saham mayoritas terlibat dalam
manajemen sebagai direksi atau komisaris yang kemungkinan besar melakukan
ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas (Mitton, 2002 dalam
Yuniasih et al., 2013). Kedua, hak suara yang dimiliki pemegang saham
5
mayoritas melebihi hak atas aliran kasnya, karena adanya kepemilikan saham
dalam bentuk bersilang, piramida dan berkelas (Claessens et al.,2000 dalam
Yuniasih et al., 2013). Bentuk kepemilikan seperti ini akan mendorong
pemegang saham mayoritas untuk mengutamakan kepentingan mereka sendiri
yang sangat berbeda dengan kepentingan investor dan stakeholder lain. Ketiga,
pemegang saham mayoritas mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang hanya
memaksimumkan kepentingannya dan merugikan kepentingan pemegang
saham minoritas. Keempat, lemahnya perlindungan hak-hak pemegang saham
minoritas, mendorong pemegang saham mayoritas untuk melakukan tunneling
yang merugikan pemegang saham minoritas (Claessens et al., 2002 dalam
Yuniasih et al., 2013).
Gilson dan Gordon (2003) dalam Marfuah dan Andri (2014)
mengidentifikasi dua kemungkinan cara yang dapat dilakukan pemegang
saham pengendali untuk mendapatkan manfaat privat atas kontrol dari
kebijakan perusahaan yaitu melalui kebijakan operasi perusahaan dan
kebijakan kontraktual dengan pihak lain. Bentuk-bentuk manfaat privat yang
dapat diperoleh melalui kebijakan operasi perusahaan antara lain gaji dan
tunjangan tinggi, bonus dan kompensasi besar, serta dividen. Sedangkan cara
untuk memperoleh manfaat privat melalui kebijakan
kontraktual antara lain dilakukan melalui tunneling. Tunneling merupakan
transfer sumber daya keluar dari perusahaan untuk kepentingan pemegang
saham pengendali (Johnson et al. 2000 dalam Marfuah dan Andri 2014).
6
Contoh tunneling adalah tidak membagikan dividen, menjual asset atau
sekuritas dari perusahaan yang mereka kontrol ke perusahaan lain yang mereka
milikidengan harga di bawah harga pasar, dan memilih anggota keluarganya
yang tidak memenuhi kualifikasi untuk menduduki posisi penting di
perusahaan (La Porta et al., 2000 dalam Yuniasih et al., 2013).
Beberapa penelitian tentang tunneling incentive telah dilakukan.
Mutamimah (2008) yang menemukan bahwa terjadi tunneling oleh pemilik
mayoritas terhadap pemilik minoritas melalui strategi merger dan akuisisi. Lo
et al., (2010) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan oleh pemerintah di
Cina berpengaruh pada keputusan transfer pricing, dimana perusahaan
bersedia mengorbankan penghematan pajak untuk tunneling keuntungan
keperusahaan induk. Aharony et al., (2010) dalam Yuniasih et al., 2013
menemukan bahwa tunneling incentive setelah initial public offering (IPO)
berhubungan dengan penjualan hubungan istimewa sebelum IPO.
Faktor lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam melakukan transfer pricing adalah intangible asset. Aktivitas transfer
pricing perusahaan multinasional berhubungan dengan transfer pricing dari
kedua barang berwujud maupun tidak berwujud, hal tersebut harus berdasarkan
pada prinsip ketentuan harga pasar wajar (Deanti, 2017). Penelitian yang
dilakukan oleh Richardson, Grant et al., (2013) terhadap perusahaan di
Australia menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, aset
tidak bewujud, dan multinationality secara signifikan berhubungan positif
terhadap agresivitas harga transfer setelah mengendalikan sektor industri. Hasil
7
regresi tambahan menunjukkan bahwa transfer pricing meningkat melalui aset
tidak berwujud dan multinationality. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Grant, et al (2015) diduga bahwa intangible asset berpengaruh terhadap
keputusan melakukan transfer pricing.
Kasus yang berkaitan dengan transfer pricing terjadi pada Google di
Inggris, Starbucks Inggris, Amazon Inggris dan lain-lain. Starbucks Inggris
misalnya, yang tidak membayar pajak korporasi sama sekali pada tahun 2011
padahal berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta. Mereka juga mengaku
rugi sejak tahun 2008 dengan jumlah kerugiannya mencapai £112 juta atau
sekitar Rp.1,7 triliun. Dengan kerugian ini Starbucks tidak pernah membayar
pajak korporasi. Bahkan selama 14 tahun beroperasi di Inggris, Starbucks
hanya membayar pajak sebesar £8,6 juta. Kemudian Google Inggris pada tahun
2011 juga berhasil mencatat pendapatan sebesar £398 juta tetapi hanya
membayar pajak sebesar £6 juta. Hal yang sama juga terjadi di Amazon Inggris
dimana mereka berhasil melakukan penjualan di Inggris sebesar £3,35 miliar
selama tahun 2011 tetapi hanya membayar pajak sebesar £1,5 juta. Hal tersebut
bisa terjadi karena perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan praktik
transfer pricing untuk meminimalkan pembayaran pajak mereka. Caranya
dengan memanfaatkan celah-celah peraturan yang ada, mereka dapat
memindahkan keuntungan di Inggris ke luar negeri dengan tarif pajak yang
jauh lebih rendah (Setiawan, 2014).
Kasus mengenai transfer pricing di Indonesia terjadi pada PT. Adaro
Indonesia dengan anak perusahaanya yaitu Coaltrade services International Pte
8
Ltd, yang telah menunjukan bahwa adanya indikasi penyalahgunaan sistem
harga transfer yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Timpangnya harga
transfer yang dilakukan antara PT. Adaro dengan anak perusahaanya apabila
dibandingkan dengan harga pasar batubara secara internasional sebenarnya
juga telah melanggar UU perpajakan yang berlaku di indonesia. Dalam Pasal 2
ayat (1) Undang-Undang Perpajakan No. 11 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
mengatur tentang transaksi yang berhubungan dengan transfer pricing.
Adapun kasus lain yang terjadi pada PT. Toyota Motor Manufacturing
Indonesia (TMMIN) dengan Direktorat Jenderal Pajak. PT Toyota Motor
Manufacturing Indonesia (TMMIN) merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang perakitan produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku
cadang Toyota. Kasus yang terjadi pada perusahaan otomotif asal Jepang itu
melibatkan nilai pajak yang besar dan proses yang cukup alot. Sengketa dengan
TMMIN ini terjadi karena adanya koreksi yang dilakukan oleh Ditjen Pajak
terhadap nilai penjualan dan pembayaran royalti TMMIN terkait laporan pajak
tahun 2008 dimana saat itu pemegang saham TMMIN adalah Toyota Motor
Corporation sebesar 955 dan sisanya 5% dimiliki PT. Astra International Tbk.
Dalam SPT Pajaknya, TMMIN menyatakan nilai penjualan mencapai Rp.32,9
Triliun, namun Ditjen Pajak mengoreksi nilainya menjadi Rp.34,5 Triliun
sehingga ada koreksi sebesar Rp.1,5 Triliun. Dengan adanya koreksi tersebut,
PT. TMMIN harus menambah pembayaran pajak sebesar Rp. 500 Miliar.
Ditjen pajak mencurigai laporan pajak dari TMMIN dengan mengoreksi
bisnis TMMIN dan membandingkannya sebelum tahun 2003 dan sesudah
9
2003. Sebelum tahun 2003, perakitan mobil (manufacturing) Toyota Astra
digabung dengan bagian distribusi di bawah Toyota Astra Motor (TAM).
Namun sesudah 2003, bagian perakitan dipisah dengan TMMI sedangkan
bagian distribusi dan pemasaran berada dibawah TAM. Mobil-mobil yang
diproduksi oleh TMMIN dijual terlebih dahulu ke TAM kemudian dari TAM
dijual ke Auto 200. Dan dari Auto 200, mobil-mobil itu dijual ke konsumen.
Dari sinilah mulai tercium jejak-jejak transfer pricing. Sebelum dipisah,
margin laba sebelum pajak (gross margin) TAM mengalami peningkatan 11%
hingga 14% pertahun, namun setelah dipisah gross margin TMMIN hanya
sekitar 1,8% hingga 3% pertahun. Sedangkan, di TAM, gross margin mencapai
3,8% hingga 5% pertahun. Dan jika digabung dengan TMMIN maka
persentasenya masih sebesar 7%. Artinya lebih rendah 7% dibandingkan saat
masih bergabung yang mencapai 7%. Aparat pajak menduga adanya permainan
harga dimana laba sebelum pajak TMMIN berkurang setelah tahun 2003
karena pembayaran royalty dan pembelian bahan baku yang tidak wajar.
Penyebab lainnya yaitu penjualan mobil kepada pihak terafiliasi seperti TAM
(Indonesia) dan TMAP (Singapura) dibawah harga pokok produksi sehingga
mengurangi peredaran usaha. Benar saja, Ditjen pajak menemukan bahwa
terjadi penjualan beberapa mobil ke TAM dengan harga jual 4% dibawah harga
produksi. Sedangkan dari TAM ke Auto 200 penjualan dilakukan dengan
mengambil margin 50% yang mana harga ini belum merupakan harga yang
berlaku kepada konsumen. Sampai saat ini kasus belum juga diputus, walaupun
sidangnya telah lama berakhir yaitu pada tahun 2013 (Kontan, 2013).
10
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini
karena, sebagian besar penelitian sebelumnya mengenai pengaruh pajak,
ukuran perusahaan, mekanisme bonus, kepemilikan asing, leverage dan
tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing. Pada penelitian ini,
hendak di uji apakah ada faktor lain yang mendorong perusahaan terhadap
keputusan transfer pricing diperusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Yuniasih et al (2013).
Peneliti menggunakan variable independen yang sama yaitu Tunneling
Incentive,dan Keputusan Transfer Pricing sebagai variabel dependennya.
Persamaan lain juga pada objek yang akan diteliti yaitu perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yaitu pada penelitian ini menambahkan Debt Covenant dan Intangible Assets
sebagai variable dependennya. Selain itu, perbedaan juga terletak pada periode
penelitian yang hendak diteliti adalah tahun 2014-2016. Dengan demikian
peneliti memberi judul penelitian ini sebagai “Pengaruh Debt Covenant,
Tunneling Incentive, dan Intangible Assets terhadap Keputusan Transfer
Pricing di Perusahaan Manufaktur”.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah yang
hendak diteliti adalah:
1. Menguji Debt Covenant, Tunneling Incentive, Intangible Assets dan
pengaruh terhadap Keputusan Transfer Pricing.
11
Dari sekian banyak factor yang mempengaruhi transfer pricing,
penelitian ini hanya fokus untuk menguji Debt Covenant, Tunneling
Incentive, Intangible Assetd dan pengaruhnya terhadap Keputusan
Transfer Pricing. Adapun Debt Covenant yang dimaksud adalah
perjanjian hutang yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada kreditur..
Tunneling Incentive yang dimaksud adalah sikap yang dilakukan oleh
pemegang saham pengendali terhadap pemegang saham minoritas.
Intangible Assets yang dimaksud adalah penelitian dan pengembangan
yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Dan Transfer Pricing yang
dimaksud adalah harga yang ditetapkan dalam transaksi yang terjadi antara
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa.
2. Hanya pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia
Dari sekian banyak perusahaan manufaktur di Indonesia, penelitian
ini hanya berfokus pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa
Efek Indonesia dengan periode pengujian tahun 2014-2016.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, rumusan masalah yang hendak
diteliti adalah:
1. Apakah Debt Covenant berpengaruh terhadap Keputusan Transfer Pricing
?
12
2. Apakah Tunneling Incentive berpengaruh terhadap Keputusan Transfer
Pricing ?
3. Apakah Intangible Assets berpengaruh terhadap Keputusan Transfer
Pricing ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh Debt Covenant terhadap Keputusan Transfer Pricing
2. Pengaruh Tunneling Incentive terhadap Keputusan Transfer Pricing
3. Pengaruh Intangible Assets terhadap Keputusan Transfer Pricing
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk
menambah ilmu pengetahuan terkait dengan Debt Covenant,
Tunneling Incentive, Intangible Assets dan Transfer Pricing.
b. Masyarakat, sebagai sarana informasi dan menambah
pengetahuan akuntansi, khususnya mengenai Debt Covenant,
tunneling incentive, intangible asset terhadap keputusan transfer
pricing perusahaan manufaktur di Indonesia
13
c. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini
d. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai pengaruh Debt Covenant, Tunneling Incentive, Intangible
Assets terhadap keputusan Transfer Pricing perusahaan manufaktur di
Indonesia.
2. Kontribusi Praktis
a. Regulator, dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana Debt Covenant, Tunneling Incentive
dan Intangible Asset mempengaruhi atau tidak mempengaruhi
perusahaan untuk mengambil keputusan melakukan transfer pricing.
b. Eksekutif Perusahaan, sebagai tinjauan yang diharapkan dapat
dijadikan informasi untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong
kebijakan manajemen dalam mengambil keputusan Transfer Pricing.
Sehingga dapat membantu suatu pengambilan keputusan dan
menambah kesadaran akan pentingnya etika bisnis.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan
Teori Keagenan adalah teori yang terjadi pada saat adanya hubungan
antara dua pihak yang saling terikat, dimana kedua belah pihak sepakat
untuk memakai jasa. Teori keagenan menunjukkan bahwa perusahaan
dapat dilihat sebagai suatu hubungan kontrak (loosely defined) antara
pemegang sumber daya (Nurjanah et al., 2014)
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa dalam hubungan
antara manajemen perusahaan (agen) dan pemegang saham (principal)
terdapat suatu kontrak satu orang atau lebih pemegang saham yang
memerintahkan agen untuk melakukan suatu jasa atas nama pemegang
saham dan memberikan wewenang kepada agen untuk membuat
keputusan yang terbaik bagi pemegang saham. Jika kedua belah pihak
memiliki hubungan untuk memaksimalkan utilitas merupakan alasan yang
baik untuk percaya bahwa agen tidak selalu bertindak untuk kepentingan
principal. Principal juga dapat membatasi tindakan agen dengan
memberikan insentif sesuai prilaku agen dan menimbulkan biaya untuk
memantau dalam membatasi kegiatan agen yang menyimpang.
Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya masalah keagenan
(Colgan, 2001) yaitu:
14
15
a. Moral Hazard
Biasanya terjadi pada perusahaan besar yang memiliki kompleksitas
pekerjaan yang tinggi, dimana seorang manajer dapat melakukan
pekerjaan yang tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham
maupun pihak kreditur. Hal ini dapat memungkinkan manajer
melakukan kegiatan diluar kontrak yang disepakati antara manajer
dan pemegang saham.
b. Penahanan Laba (Earning Retention)
Masalah ini berkisar pada kecenderungan untuk melakukan investasi
yang berlebihan oleh pihak manajemen (agen) melalui peningkatan
dan pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar kekuasaan,
prestise, atau penghargaan bagi dirinya, namun dapat
menghancurkan kesejahteraan pemegang saham.
c. Horison Waktu
Konflik ini muncul dari akibat kondisi arus kas, dimana pemegang
saham lebih menekankan pada arus kas untuk masa mendatang yang
kondisinya belum pasti, sedangkan manajemen cenderung lebih
menekankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
Perbedaan horizon waktu inilah yang menyebabkan konflik antara
manajemen dan pemegang saham.
d. Penghindaran Risiko Manajerial
Masalah ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio yang
berhubungan dengan pendapatan manajerial atas kinerja yang
16
dicapainya, sehingga manajer akan berusaha meminimalkan risiko
saham perusahaan dari keputusan investasi yang meningkatkan
risikonya. Misalnya manajemen lebih senang dengan pendanaan
ekuitas dan berusaha menghindari peminjaman utang, karena
mengalami kebangkrutan atau kegagalan.
Dari pemaparan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
masalah-masalah keagenan dapat muncul karena terdapat pihak-pihak
yang berbeda kepentingan tetapi saling bekerja sama dalam pembagian
tugas yang berbeda. Masalah-masalah ini dapat merugikan para pemegang
saham karena tidak terlibat langsung dalam operasional perusahaan
sehingga sulit untuk mengakses informasi yang memadai.
Namun, masalah-masalah antara pemegang saham dan agen dapat
dikurangi dengan upaya pensejajaran kepentingan kedua belah pihak.
Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat
digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena
dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan
langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya (Nurjanah et
al.,2014). Jensen & Meckling (1976) membagi biaya keagenan ini
kedalam monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost
merupakan biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk
memonitor prilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang ditanggung
oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme bahwa agent akan
bertindak untuk kependingan principal. Sedangkan residual loss adalah
17
sebuah pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal
sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan principal
(Godfrey: 1994).
2. Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif adalah penjelasan atau penalaran untuk
menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena
akuntansi, seperti apa adanya sesuai fakta (Nurjanah et al., 2014). Ia juga
menyebutkan bahwa teori ini berupaya menjelaskan sebuah proses yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi, serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi
kondisi tertentu di masa mendatang. Pada prinsipnya teori ini beranggapan
bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Nurjanah et al., 2014,
menyebutkan bahwa Teori Akuntansi Positif dapat menjelaskan tentang
sebab kebijakan akuntansi menjadi suatu masalah bagi perusahaan dan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan, dan untuk
memprediksi kebijakan akuntansi yang hendak dipilih oleh perusahaan
dalam kondisi tertentu. Teori ini mengusulkan tiga hipotesis manajemen
laba, yaitu:
18
a. Hipotesis Rencana Bonus (The Bonus Plan Hypotesis)
Para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih
memungkinkan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat
menggantikan pelaporan laba untuk periode mendatang ke periode
sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis
tersebut apabila manajer dalam sistem penggajiannya sangat
tergantung pada bonus akan cenderung untuk memilih metode
akuntansi yang dapat memaksimalkan gajinya, misalnya dengan
metode akrual (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Januarti, 2004).
b. Hipotesis Perjanjian Hutang (The Debt Covenant Hypotesis)
Manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage
(debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi
yang dapat menggantikan pelaporan laba untuk periode mendatang ke
periode sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat
memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode
sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil
(Watts dan Zimmerman, 1986:216). Alasannya adalah laba yang
dilaporkan yang makin meningkat akan menurunkan kelalaian teknis.
Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi kesepakatan bahwa
pemberi pinjaman harus bertemu selama masa perjanjian. Sebagai
contoh, perusahaan yang mendapat pinjaman boleh sepakat
memelihara level tertentu dari hutang terhadap harta, laporan bunga,
modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu
19
dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa memberikan/mengeluarkan
penalti, seperti pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.
Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan
membatasi kegiatan perusahaan dalam operasional perusahaan itu
sendiri. Untuk mencegah, atau paling tidak menunda, pelanggaran
semacam itu, perusahaan bisa memilih kebijakan akuntansi tertentu
yang bisa meningkatkan laba masa kini. Berdasarkan hipotesis
kesepakatan hutang, ketika perusahaan mendekati kelalaian, atau
memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih cenderung untuk
melakukan hal ini.
c. Hipotesis Biaya Politik (The Political Cost Hypotesis).
Semakin besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin
manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang
menangguhkan pelaporan laba periode sekarang ke periode
mendatang. Hipotesis ini berdasarkan 3 asumsi bahwa perusahaan
dengan biaya politik yang besar lebih sensitif dalam hubungannya
untuk mentransfer kemakmuran yang mungkin lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang biaya politiknya kecil. Dengan
kata lain perusahaan besar cenderung lebih suka menurunkan atau
mengurangi laba yang
Tiga hipotesis diatas menunjukkan bahwa teori akuntansi positif
mengakui adanya 3 hubungan keagenan, yaitu (1) antara manajemen
dengan pemilik, (2) antara manajemen dengan kreditur, (3) antara
20
manajemen dengan pemerintah (Chariri dan Ghozali, 2003 dalam Januarti,
2004). Masalah keagenan juga muncul disebabkan karena adanya asimetri
informasi antara agen dan pemilik saham, dimana agen lebih banyak
mempunyai informasi dibandingkan pemilik saham sehingga
memungkinkan adanya moral hazard (Riahi et al., 2000 dalam Januarti,
2004) dilaporkan dibandingkan perusahaan kecil.
3. Debt Covenant
Debt Covenant adalah kontrak yang ditujukan pada peminjam oleh
kreditur untuk membatasi aktivitas yang mungkin merusak nilai pinjaman
dan recovery pinjaman (Cochran, 2001 dalam Verawaty, 2011). Perjanjian
ini membatasi kemampuan manajer untuk berinvestasi, membayar
dividen, menambah pinjaman dan kemudian membatasi aktivitas yang
berpotensi merugikan manajer. Perjanjian juga membatasi pembagian
dividen kepada pemegang saham, misalnya, dapat secara efektif memaksa
perusahaan-perusahaan yang berpengaruh untuk menginvestasikan
kembali arus kas mereka, dan demikian mengurangi masalah overhang
hutang terkait dengan ketidakinginan manajer untuk melakukan proyek-
proyek NPV positif sebagai rasio hutang terhadap pertumbuhan ekuitas.
Perjanjian juga membatasi penjualan asset atau merger dan akuisisi yang
kemungkinan mengurangi penggantian asset, sementara pembatasan sewa
dan transaksi jual dan sewa kembali serta perjanjian negatif dalam
pencairan tuntutan (Nikolaev, 2010).
21
Namun perjanjian juga dapat menjadi mengikat bahkan untuk
kesehatan finansial perusahaan, dengan demikian menahan kemampuan
manajer untuk membuat keputusan yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Pembatasan perjanjian dapat mengakibatkan kegagalan baik
untuk meninggalkan asset tidak produktif atau ketidakmampuan untuk
investasi dalam proyek-proyek yang baik (Beneish dan Tekan,
[1993,1995])
4. Tunneling Incentives
Berdasarkan struktur kepemilikan perusahaan, struktur kepemilikan
mencerminkan jenis konflik keagenan yang dapat terjadi. Ada 2 macam
struktur kepemilikan, yaitu struktur kemilikan tersebar dan struktur
kepemilikan terkonsentrasi (Mutamimah, 2008). Struktur kepemilikan
tersebar mempunyai ciri bahwa manajemen perusahaan dikontrol oleh
manajer (La Porta et al., 2000 dalam Yuniasih et al.,2013). Manajer lebih
mengutamakan kepentingannya dibanding kepentingan pemegang saham.
Dalam struktur kepemilikan ini, pemegang saham secara umum tidak
bersedia melakukan monitoring, karena mereka harus menanggung
seluruh biaya monitoring dan hanya menikmati keuntungan sesuai dengan
proporsi kepemilikan saham mereka. Jika semua pemegang saham
berperilaku sama, maka tidak akan terjadi pengawasan terhadap
manajemen (Zhuang et al., 2000 dalam Yuniasih et al.,2013). Dengan
demikian konflik yang mungkin terjadi dalam struktur kepemilikan
22
tersebar yaitu konflik antara manajer dan pemegang saham (Jensen dan
Meckling, 1976).
Perbedaan kondisi kepemilikan terkonsentrasi antara negara maju dan
negara berkembang seperti Indonesia yaitu pada negara maju, kepemilikan
terkonsentrasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Namun jika di negara berkembang seperti Indonesia, kepemilikan
terkonsentrasi lebih di dominasi oleh keluarga sendiri dan lemahnya
perlindungan terhadap pemilik saham minoritas yang dapat menimbulkan
konflik antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham
minoritas (Liu dan Lu, 2007 dalam Yuniasih et al., 2013).
Mutamimah (2008) dalam Yuniasih et al., (2013) menyebutkan bahwa
Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham
mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan
mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham
minoritas. Sansing (1999) dalam Yuniasih et al.,(2013) juga menunjukkan
bahwa pemegang saham mayoritas dapat mentransfer kekayaan untuk
dirinya sendiri dengan mengorbankan hak para pemilik minoritas, dan
terjadi penurunan pengalihan kekayaan ketika persentase kepemilikan
pemegang saham mayoritas menurun.
Tunneling Incentive muncul dalam dua bentuk yaitu yang pertama
adalah pemegang saham pengendali dapat memindahkan sumber daya dari
perusahaan ke dirinya sendiri melalui transaksi antara perusahaan dengan
pemilik. Transaksi tersebut dapat dilakukan dengan penjualan asset,
23
kontrak harga transfer, kompensasi eksekutif yang berlebihan, pemberian
pinjaman dan lainnya. Bentuk kedua adalah pemegang saham pengendali
dapat meningkatkan bagiannya atas perusahaan tanpa memindahkan asset
melalui penerbitan saham dilutif atau transaksi keuangan lainnya yang
mengakibatkan kerugian bagi pemegang saham non pengendali (Johnson,
2000:22 dalam Noviastika, 2016)
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tunneling incentive
merupakan pemindahan sumber daya berupa asset, pembagian
keuntungan, pemberian hak istimewa yang diberikan kepada pemegang
saham mayoritas (principal) dan merugikan pemegang saham minoritas
(agent).
5. Intangible Assets
Asset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi asset tidak berwujud
yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset) dan asset tidak
berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiable asset). Asset tidak
berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak
tertentu dan keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas.
Sedangkan asset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi merupakan
asset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak
mampu diidentifikasi dan sering memiliki masa manfaat yang tidak
terhingga seperti penelitian dan pengembangan, iklan, goodwill¸ inovasi
produk dan lain-lain (Wild, Subramanyam dan Halsey 2004).
24
Menurut PSAK no.19 (Penyesuaian 2015), pengakuan asset berwujud
dapat dilakukan jika kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh
manfaat ekonomi masa depan dari asset tersebut dan biaya perolehan asset
dapat diukur dengan jelas. Asset tidak berwujud dapat diperoleh dengan
cara sebagai berikut:
a. Pembelian tunai biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri atas
harga beli, termasuk bea masuk (impor), pajak yang sifatnya tidak
dapat direstitusi (non-refundable) dan semua pengeluaran yang
dapat dikaitkan langsung dalam mempersiapkan aset tersebut
sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuan.
b. Pembelian angsuran aset tidak berwujud yang dibeli secara kredit,
biaya perolehannya sebesar nilai tunainya. Selisih antara jumlah
pembayaran dengan nilai tunai dicatat sebagai beban bunga
ditangguhkan.
c. Pertukaran aset tak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran aset
sejenis atau pertukaran aset tidak sejenis. Biaya perolehan aset tidak
berwujud diukur sebesar nilai wajar aset yang diterima, yang sama
dengan nilai wajar aset yang diserahkan setelah diperhitungkan
jumlah uang tunai atau kas yang diserahkan.
d. Ditukar dengan instrumen ekuitas perusahaan aset tidak berwujud
yang diperoleh dengan menukarnya dengan instrumen perusahaan
pelapor, biaya perolehannya adalah nilai wajar instrumen yang
diterbitkan yaitu sama dengan nilai wajar aset.
25
e. Aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal digunakan
dalam menentukan apakah suatu aset tidak berwujud yang dihasilkan
secara internal memenuhi syarat untuk diakui, entitas
menggolongkan proses dihasilkannya aset tidak berwujud menjadi
dua tahap yaitu tahap penelitian (riset) dan tahap pengembangan.
Jika entitas tidak dapat membedakan antara 17 tahap riset dan tahap
pengembangan pada suatu proyek internal untuk menghasilkan aset
tidak berwujud, maka entitas memperlakukan pengeluaran untuk
proyek itu seolah-olah sebagai pengeluaran yang terjadinya hanya
pada tahap riset saja.
Aset tidak berwujud merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat
kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik umum aset tidak
berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak
adanya wujud fisik (Subramanyam dan Wild, 2008).
Salah satu bentuk asset tidak berwujud adalah Research and
Development. Borg dan Gall dalam Sugiyono (2011:9), menyatakan
bahwa Penelitian dan Pengembangan (Research and Develompment),
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau
memvalidasi produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Sedangkan menurut Sugiyono (2011:407) mengatakan bahwa metode
penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut
26
Menurut PSAK no.20 yang telah direvisi, Riset adalah penelitian
yang orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan
memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah yang baru
sedangkan pengembangan adalah penerapan hasil riset atau pengetahuan
lain ke dalam suatu rencana atau desain untuk menghasilkan bahan, alat,
produk, proses, system atau jasa, sebelum dimulainya produksi komersial
atau pemakaian. Salah satu contoh dari kegiatan riset dan pengembangan
adalah kegiatan yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru,
formulasi dan desain keumngkinan alternative-alternatif produk dan
proses baru atau disempurnakan, serta rancangan peralatan dan cetakan
yang melibatkan teknologi baru.
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Reseacrch and
Development tentunya akan memerlukan biaya yang harus dikeluarkan.
PSAK nomor 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan menjelaskan
bahwa biaya riset dan pengembangan harus mencakup semua biaya yang
secara langsung dapat di distribusikan ke kegiatan riset dan pengembangan
atau yang dapat dialokasikan menurut dasar yang wajar pada kegiatan
tersebut. Biaya riset harus di akui sebagai beban dalam periode terjadinya
dan tidak boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya.
Sedangkan biaya pengembangan suatu proyek diakui sebagai beban dalam
periode terjadinya kecuali apabila telah dipenuhi kriteria untuk pengakuan
sebagaimana yang dijelaskan pada paragraf 24. Biaya pengembangan yang
27
telah diakui sebagai beban tidak boleh diakui sebagai aktiva dalam periode
berikutnya.
6. Transfer Pricing
a. Definisi Transfer Pricing
Dalam sebuah organisasi yang terdesentralisir, keluaran dari
sebuah divisi digunakan sebagai pemasukan bagi divisi lain. Transaksi
yang terjadi diantara divisi terkait menimbulkan mekanisme transfer
pricing yaitu harga yang digunakan untuk membeli barang antara satu
divisi dengan divisi lain. Henry Simamora, 1999:272 dalam
Mangoting (2000) mendefinisikan transfer pricing sebagai suatu
harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional
untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya
divisi pembeli (buying divison). Yuniasih et al., 2013 menyebutkan
bahwa Transfer pricing adalah harga yang terkandung pada setiap
produk atau jasa dari satu divisi yang di transfer ke divisi yang lain
dalam perusahaan yang sama atau antar perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa. Transfer pricing sering juga disebut dengan
intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau
internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk
keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa
antar anggota (grup perusahaan).
28
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7
Tahun 2010, pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah
bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak
lain, atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam
mengambil keputusan. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya, atau
kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan.
Henry Simamora (1999:273) dalam Mangoting (2000)
menyebutkan bahwa tujuan penetapan harga transfer adalah untuk
mentransmisikan data keuangan diantara departemen-departemen
atau divisi-diisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan
barang dan jasa satu sama lain. Selain itu, transfer pricing digunakan
untuk mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi
penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan yang serasi
dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
transfer pricing adalaha keputusan yang diambil oleh perusahaan
untuk menentukan harga atas transaksi barang dan jasa yang terjadi
dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan
prinsip kewajaran.
29
b. Metode Transfer Pricing
Penetapan transfer pricing dapat digunakan dengan beberapa metode.
Metode transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan-
perusahaan konglomerasi dan divisionalisasi/ departementasi
(Mangoting, 2000), yaitu :
1. Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)
Dalam metode ini perusahaan menggunakan metode transfer atas
dasar biaya variabel dan biaya tetap yang terdapat dalam 3 bentuk
biaya yaitu : biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-
up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan
tetap (variable cost plus fixed fee).
2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer
Pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing
atas dasar harga pasar inilah merupakan ukuran yang paling
memadai karena sifatnya yang independen. Namun keterbatasan
informasi pasar yang terkadang menjadi kendala dalam
mengunakan transfer pricing yang berdasarkan harga pasar.
3. Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam
perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk
menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer
negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang
30
inheren dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap
divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan
bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam
table berikut:
31
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Thesa Refgia (2017) Pengaruh Pajak,
Mekanisme bonus,
Ukuran
Perusahaan,
Kepemilikan
Asing, dan
Tunneling
Incentive terhadap
Transfer Pricing
Variabel Tunneling
Incentive dan
Transfer Pricing,
sumber
pengambilan data
Variabel Pengaruh
Pajak,
Mekanisme
bonus, Ukuran
Perusahaan,
Kepemilikan
Asing, Tahun
penelitian, sampel
sektor industri
Pajak, kepemilikan asing, dan
Tunneling Incentive
berpengaruh signifikan
terhadap Transfer Pricing.
Mekanisme bonus dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh
terhadap Transfer Pricing.
2 Ria Rosa, Rita Andini,
Kharis Raharjo (2017)
Pengaruh Pajak,
Tunneling
Incentive,
Mekanisme Bonus,
Debt Covenant dan
Good Corporate
Governance
terhadap Transaksti
Transfer Pricing
Variabel Tunneling
Incentive dan Debt
Covenant, sumber
pengambilan data,
sampel yang
digunakan
Variabel Pengaruh
pajak, Mekanisme
Bonus, Good
Corporate
Governance, Tahun
pengambilan
sampel, dan tahun
penelitian
debt covenant dan good
corporate governance
berpengaruh terhadap transfer
pricing. Sedangkan variabel
pajak, tunneling incentive
dan mekanisme bonus tidak
berpengaruh terhadap transfer
pricing
Bersambung pada halaman selanjutnya
31
32
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Dwi Noviastika F,
Yuniadi Mawoyan,
Suhartini Karjo (2016)
Pengaruh Pajak,
Tunneling
Incentive dan Good
Corporate
Governance
(GCG) terhadap
indikasi melakukan
Transfer Pricing
pada perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel Tunneling
Incentive dan
Transfer Pricing,
sampel yang
digunakan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
Variabel Good
Corporate
Governance
(GCG). Periode
pengambilan
sampel.
Pajak dan tunneling incentive
berpengaruh signifikan
terhadap indikasi melakukan
transfer pricing
4 Batsyeba Sundari dan
Yugi Susanti (2016) Transfer Pricing
Practices:
Empirical
Evidence From
Manufaccturing
Companies in
Indonesia
Variabel Debt
Covenant, Transfer
Pricing. sampel
yang digunakan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
Variabel Pengaruh
Pajak, Kepemilikan
Asing, Rencana
Bonus. Tahun
sampel penelitian,
tahun penelitian
Pajak dan kepemilikan asing
berpengaruh signifikan positif
terhadap keputusan transfer
pricing. Rencana bonus dan
debt covenant tidak
berpengaruh signifikan
terhadap keputusan transfer
pricing
Bersambung pada halaman selanjutnya
32
33
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5 Marfuah dan Andri
(2014)
Pengaruh Pajak,
Tunneling
Incentive dan
Exchange Rate
pada Keputusan
Transfer Pricing
Perusahaan
Variabel Tunneling
Incentive dan
Keputusan Transfer
Pricing, Objek
Penelitian
Variabel pengaruh
pajak dan exchange
rate, tahun data
penelitian
Tunneling Incentive
berpengaruh Positif terhadap
Transfer Pricing, Pajak
berpengaruh
negatif signifikan terhadap
keputusan transfer pricing,
exchange rate berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap transfer pricing
6 Ika Nurjanah et al.,
(2014)
Faktor Determinan
Keputusan
Perusahaan
melakukan
Transfer Pricing
Variabel Transfer
Pricing, Objek
Penelitian
Variabel Faktor
Determinan,
tahun data
penelitian
Pajak,skema bonus,
kepemilikan asing, dan
ukuran perusahaan memiliki
pengaruh signifikan
terhadap transfer pricing.
Bersambung pada halaman selanjutnya
33
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7 Gran Richardson,
Grantly Taylor dan
Roman Lanis (2013)
Determinants of
Transfer Pricing
Aggresiveness:
Emperical
Evidence from
Austrialian Firms
Variabel
Intangible Assets
dan transfer
pricing
Variabel ukuran
perusahaan,
profitability,
leverage,
multinationality
dan sektor
industri sebagai
variabel kontrol.
Tahun data
penelitian dan
sampel penelitian
Firm size, profitability,
leverage, intangible assets
dan multinationality
berpengaruh positif terhadap
transfer pricing
aggressiveness dengan
variabel kontrol sektor
industri.
8 Ni Wayan Yuniasih et
al., (2013)
Pengaruh Pajak dan
Tunneling
Incentive Pada
Keputusan
Transfer Pricing
Perusahaan
Manufaktur yang
Listing di Bursa
Efek Indonesia
Variabel
Tunneling
Incentive dan dan
keputusan
Transfer Pricing,
Objek Penelitian
Variabel
Pengaruh Pajak,
tahun penelitian
dan tahun data
penelitian
Pajak dan Tunneling
Incentive memiliki pengaruh
dalam keputusan Transfer
Pricing
Bersambung pada halaman selanjutnya
34
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Agnes W. Y Lo,
Raymond M.K. W,
and Michael F (2010)
Tax, Financial
Reporting, and
Tunneling
Incentive for
Income Shifting:
An Empirical
Analysis of the
Transfer Pricing
Behavior of
Chinese-Listed
Companies
Variabel
Tunneling
Incentive, Lokasi
Penelitian,
Variabel Tax,
Financial
Reporting, dan
Income Shifting
Pajak, dan tunneling
berpengaruh terhadap
perilaku transfer pricing
perusahan di China
9 Yenni Mangoting
(2000)
Aspek Perpajakan
dalam Praktek
Transfer Pricing
Variable Transfer
Pricing
Variabel aspek
perpajakan
Keberhasilan transfer
pricing dari sisi pajak
adalah adanya
transaksi karena adanya
hubungan istimewa
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
35
36
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Debt Covenant terhadap Keputusan Transfer Pricing
Manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity)
yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang dapat
menggantikan pelaporan laba untuk periode mendatang ke periode
sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan
pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka
perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil (Watts dan
Zimmerman, 1986). Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin
meningkat akan menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar dari
perjanjian hutang berisi kesepakatan bahwa pemberi pinjaman harus
bertemu selama masa perjanjian.
Dalam debt covenant hypothesis, makin dekat suatu perusahaan
terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada kesepakatan
utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan
manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba
yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.
Sundari dan Yugi (2016) menemukan bahwa debt covenant tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan
transfer pricing. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Ria et al.,
(2017) menunjukan bahwa debt covenant berpengaruh terhadap transfer
pricing.
37
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis alternatif sebagai berikut:
H1: Debt Covenant berpengaruh terhadap Keputusan Transfer Pricing
2. Pengaruh Tunneling Incentives terhadap Keputusan Transfer
Pricing
Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham
mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk
kepentingan mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada
pemegang saham minoritas (Zhang, 2004 dalam Mutamimah, 2008
dalam Yuniasih et al.,2013).
Sansing (1999) dalam Yuniasih et al.,(2013) menunjukkan bahwa
pemegang saham mayoritas dapat mentransfer kekayaan untuk dirinya
sendiri dengan mengorbankan hak para pemilik minoritas, dan terjadi
penurunan pengalihan kekayaan ketika persentase kepemilikan
pemegang saham mayoritas menurun. Mutamimah (2008) dalam
Yuniasih et al.,(2013) menemukan bahwa terjadi tunneling oleh
pemilik mayoritas terhadap pemilik minoritas melalui strategi merger
dan akuisisi.
Lo et al., (2010) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan oleh
pemerintah berpengaruh pada keputusan transfer pricing. Aharony et
al., (2010) menemukan bahwa tunneling incentive setelah initial public
offering (IPO) berhubungan dengan penjualan hubungan istimewa
sebelum IPO.
38
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marfuah dan Andri
(2014) menunjukan bahwa Tunneling Incentive berpengaruh Positif
terhadap Transfer Pricing. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian
dari Yuniasih et al., (2013) yang menunjukan bahwa Tunneling
Incentive memiliki pengaruh dalam keputusan Transfer Pricing. Agnes
W. Y Lo, Raymond M.K. W, and Michael F (2010) juga
mendeskripsikan bahwa tunneling berpengaruh terhadap perilaku
transfer pricing perusahan di China.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif sebagai
berikut:
H2: Tunneling Incentives berpengaruh terhadap Keputusan Transfer
Pricing
3. Pengaruh Intangible Assets terhadap Keputusan Transfer Pricing
Research & Development yang merupakan bagian intangible assets
juga dikenal sebagai salah satu faktor strategis bagi perusahaan dalam
memahami hubungan antara intensitas R&D terhadap kinerja perusahaan
karena akan berdampak pada kebijakan strategis yang diambil oleh
perusahaan termasuk keputusan perusahaan dalam melakukan transfer
pricing.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grubert (2008) dalam
Grant, et al. (2013) menemukan bahwa resiko agresivitas transfer pricing
meningkat karena terdapat perbedaan dalam interpretasi penilaian harga
39
transfer, dan kesulitan bagi perusahaan adalah untuk mendefinisikan
dengan tepat transaksi mengenai harta tidak berwujud. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Grant, et al. (2013), diduga bahwa
intangible asset berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah
sebagai berikut
H3: Intangible Assets berpengaruh terhadap Keputusan Transfer Pricing
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1 sebagai berikut:
40
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Pengaruh Debt Covenant, Tunneling Incentive dan Intangible Assets
terhadap keputusan transfer pricing perusahaan
Basis Teori:
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori Akuntansi Positif
Variabel Independen Variabel Dependen
Debt Covenant (X1)
(Ria, et al.,2017)
Tunneling Incentive (X2)
(Yuniasih, et al.,2013)
Intangible Assets (X3)
(Richardson, et al.,2013)
Transfer Pricing (Y)
(Yuniasih, et al.,2013)
Model Analisis: Regresi Logisitik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Adanya kemungkinan tindakan penyelewengan dalam penggunaan
kebijakan transfer pricing pada perusahaan di Indonesia berhubungan
dengan transaksi yang memiliki hubungan istimewa
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metode ini menggunakan metode data kuantitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk
menjelaskan pengaruh variable independen, yaitu Debt Covenant, Tunneling
Incentive dan Intangible Assets terhadap variable dependen, yaitu Keputusan
Transfer Pricing. Untuk memfokuskan penelitian, maka ruang lingkup
penelitian difokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014-2016.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, peneliti selanjutnya
menentukan populasi yang akan di uji. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sebagian
besar penanaman modal asing dilakukan pada perusahaan yang bergerak di
bidang manufaktur dan mempunyai kaitan intern perusahaan yang cukup
substansial dengan induk perusahaan di luar negeri (Gunadi, 1994 dalam
Yuniasih, 2013). Sedangkan sampel yang akan diuji dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2016.
41
42
2. Metode Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan metoda purposive sampling
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2014-2016.
b. Perusahaan yang laporan keuangannya tersedia di website BEI periode
2014-2016
c. Perusahaan sampel dikendalikan oleh perusahaan asing dengan
persentase kepemilikan 20% atau lebih. Hal ini sesuai dengan PSAK No.
15 yang menyatakan bahwa pemegang saham pengendali adalah pihak
yang memiliki saham atau efek yang bersifat ekuitas sebesar 20% atau
lebih.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode dokumenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara
mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa
Efek Indonesia. Serta dari berbagai buku pendukung dan sumber lainnya
yang berhubungan dengan transfer pricing. Data sekunder dalam penelitian
ini berupa laporan keuangan yang diperoleh dari www.idx.co.id yang berupa
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit (audited financial statement).
43
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitatif. Dimana alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis
model logit atau regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan
program IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 24.
Penelitian ini menggunakan regresi logistik karena variabel dependen dalam
penelitian ini bersifat dikotomi atau dummy yang mana diproksikan dengan
penjualan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa. Dalam hal ini
maka dapat dianalisis dengan menggunakan regresi logistik (logistic
regression) karena tidak memerlukan asumsi normalitas data dalam variabel
bebasnya (Ghozali,
2016:321). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah dengan
menggunakan analisis berbagai uji statistik sebagai berikut:
1. Uji Statistik Deskriptif
a. Uji Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2016). Uji deskriptif yang
digunakan, antara lain rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum
dan minimum. Statistik deskriptif mampu menyajikan ukuran-
ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel, sehingga
44
secara konstektual dapat lebih mudah dimengerti oleh
pembaca.
b. Uji Frekuensi
Frekuensi deskriptif adalah susunan data menurut kelas-kelas
tertentu atau pengelompokkan data ke dalam kategori yang
menunjukan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data
tidak dapat dimasukkan ke dalam dua atau lebih kategori.
2. Analisis Regresi Logistik
Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
adalah analisis regresi logistik (Logistic Regression). Teknik ini
digunakan karena variabel dependen dalam penelitian ini yaitu transfer
pricing bersifat dikotomus atau merupakan variabel dummy. Analisis
regresi logistik merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur
seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Dalam analisis regresi logistik tidak memerlukan uji asumsi
klasik karena didalam analisis regresi logistik dihasilkan suatu
analisis model fit yang menggambarkan apakah data dari penelitian
ini baik untuk digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2016:328). Uji yang
dilakukan dalam uji regresi logistik adalah sebagai berikut:
a. Menilai Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
45
Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.
Beberapa tes uji statistik diberikan untuk melakukan penilaian
terhadap hal ini. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit
ini adalah:
H0: Model yang dihipotesakan fit dengan data
HA: Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa
nol agar supaya model fit dengan data. Statistik yang digunakan
berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data
input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL)
menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model
yang dihipotesikan fit dengan data.
b. Uji Koefisien Determinasi
Cox dan Snell’s R square merupakan ukuran yang mencoba
meniru ukuran R² pada multiple regression yang didasarkan pada
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1
(satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square
merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) samapai 1 (satu).
Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R²
dengan nilai maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R² dapat
46
diintrepretasikan seperti nilai R² pada multiple regression. Nilai
nagelkerke’s R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
bebas dalam menjelaskan variabel-variabel terikat sangat terbatas.
Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
c. Uji Kelayakan Model Regresi
Uji Hosmer dan Lemeshow digunakan untuk menguji hipotesis
nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit test
statistics sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol
ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan42
nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena
model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik
Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya.
d. Uji Matriks Klasifikasi
Uji matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksidari
model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam
47
membuat keputusan transfer pricing. Kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat
dinyatakan dalan persen.
e. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood
Estimation (MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = … = bi = 0
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ … ≠ bi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (X) tidak
memiliki pengaruh terhadap variabel dependen yang diperhatikan
dalam populasi. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan
menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif
di dukung.
2) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif
tidak di dukung
f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
logistik
dengan melihat pengaruh Debt Covenant, Tunneling Incentive dan
Intangible Assets terhadap keputusan perusahaan melakukan
transfer pricing. Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah:
48
TP = α + β1DEBT + β2 TUN + β3 INTANG + ε
Keterangan:
TP = Transfer Pricing, 1 untuk perusahaan yang
melakukan transaksi ke pihak yang memiliki
hubungan istimewa, 0 untuk perusahaan yang
melakukan transaksi ke pihak yang tidak memiliki
hubungan istimewa.
α = Konstanta
DEBT = Debt Covenant
TUN = Tunneling Incentive
INTANG = Intangible Assets
ε = Koefisien Error
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti dalam
penelitian ini diklasifikasian menjadi variabel dependen dan variabel
independen yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Transfer Pricing (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Dalam penelitian
Yuniasih et al., (2013) Transfer pricing dihitung dengan pendekatan
dikotomi yaitu dengan melihat keberadaan penjualan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Perusahaan yang melakukan penjualan
49
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa diberi nilai 1 dan
yang tidak diberi nilai 0.
2. Debt Covenant (X1)
Kontrak hutang jangka panjang (Debt Covenant) merupakan
perjanjian
untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer
terhadap kepentingan kreditur, seperti pembagian dividen yang
berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada dibawah tingkat yang telah
ditentukan. Debt covenant diproksikan dengan rasio hutang atau rasio
leverage (Rosa et al., 2017). Dalam penelitian ini jenis rasio leverage
yang digunakan adalah menggunakan rasio DER yaitu perbandingan
antara total hutang dengan total ekuitas. Debt to Equity Ratio adalah
rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini
menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya.
3. Tunneling Incentive (X2)
Secara konseptual Tunneling incentive diproksikan dengan
persentase kepemilikan saham di atas 20% sebagai pemegang saham
Debt to Equity Ratio = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬
50
pengendali oleh perusahaan asing (Yuniasih et al.,2013). Mutamimah
(2008) menjelaskan bahwa kriteria struktur kepemilikan terkonsentrasi
didasarkan pada UU Pasar Modal No. IX.H.1, yang menjelaskan
pemegang saham pengendali adalah pihak yang memiliki saham atau
efek yang bersifat ekuitas sebesar 20% atau lebih. PSAK No. 15 juga
menyatakan tentang pengaruh signifikan yang dimiliki oleh pemegang
saham dengan persentase 20% atau lebih.
4. Intangible Assets (X3)
Asset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi asset tidak
berwujud yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset) dan
asset tidak berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiabke intangible
asset). Research and Development (R&D) merupakan bagian dari asset
tidak berwujud yang berupa kegiatan penelitian dan pengembangan
yang memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset
ilmiah murni dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi. (Lu
et al., 2010 dalam Kurniawan & Mertha 2016).
Pengukuran variabel asset tidak berwujud dilakukan dengan
Variabel penelitian dan pengembangan dilambangkan dengan R&D
(research and development) menggunakan pengukuran dengan
variabel dummy, dimana jika perusahaan menyajikan biaya
TUN = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
51
penelitian dan pengembangan dalam laporan keuangannya, maka
skornya adalah 1. Jika tidak, maka skornya adalah 0 (Trisnajuna dan
Sisdyani 2015)
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
pengukuran
Debt Covenant
(X1)
(Rosa, 2017)
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio = Total Hutang
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Rasio
Tunneling
Incentive (X2)
(Yuniasih et al.,
2013)
TUN = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
Rasio
Intangible
Assets (X3)
(Trisnajuna
dam sisdyani,
2015)
1= Adanya pengeluaran riset dan
pengembangan pada Laporan
Keuangan
0= Tidak terdapat pengeluaran
riset dan pengembangan pada
Laporan Keuangan
Nominal
Keputusan
melakukan
Transfer
Pricing (Y)
(Yuniasih et al.,
2013)
1= Adanya transaksi kepada
pihak yang memiliki
hubungan istmewa
0= tidak adanya transaksi
kepada pihak yang memiliki
hubungan istmewa
Nominal
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2014 – 2016 sebagai populasi. Fokus penelitian
ini adalah ingin mengetahui pengaruh antara debt dovenant, tunneling incentive
dan intangible assets terhadap keputusan transfer pricing pada perusahaan.
Perusahaan sektor manufaktur adalah salah satu dari tiga sektor yang
terdapat di Bursa Efek Indonesia yakni (1) sektor pertama yang terdiri dari sub
sektor agrikultur dan pertambangan, (2) sektor kedua yang terdiri dari
subsektor basic industry kimia, sektor industri aneka macam serta sektor
barang konsumsi, dan (3) sektor ketiga terdiri dari sub sektor property dan real
estate, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan serta
sektor perdagangan, jasa dan investasi. Perusahan manufaktur merupakan jenis
perusahaan yang memproduksi barang dari bahan baku menjadi barang jadi
yang siap didistribusikan kepada konsumen.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menentukan sampel
adalah metode purposive sampling dimana penelitian ini mengindikasikan
bahwa sampel yang digunakan merupakan representasi dari populasi yang ada,
serta sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian mengambil sampel selama tiga
tahun yakni tahun 2014 hingga 2016. Data yang digunakan yakni diambil dari
laporan keuangan tahunan perusahaan pada tahun 2014, 2015 dan 2016 yang
di akses dalam situs www.idx.co.id.
52
53
Adapun tahapan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria
No Kriteria Jumlah
1 Jumlah perusahaan terdaftar di BEI tahun 2014-2016 146
2 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak tersedia
di website BEI (21)
3
Perusahaan sampel yang tidak dikendalikan oleh
perusahaan asing dengan presentase kepemilikan
20% atau lebih (73)
4 Data Outlier (13)
Jumlah Sampel dalam Setahun 39
Jumlah Sampel selama 3 tahun (39 x 3 tahun) 117
Sumber: Data Sekunder yang diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi logistik (logistic regression). Tujuannya untuk memperoleh
gambaran menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen yaitu debt
covenant, tunneling incentive dan intangible assets terhadap variabel
dependen yaitu keputusan transfer pricing pada perusahaan.
54
a. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Min. Max. Mean Std.
Deviation
DEBT 117 ,153 2,560 ,85416 ,549210
TUN 117 ,205 ,952 ,52934 ,225270
INTANG 117 0 1 ,26 ,439
Valid N
(listwise)
117
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.2 menggambarkan hasil statistik deskriptif seluruh
variabel independen dalam penelitian. Tujuan dari hasil uji statistik
deskriptif adalah untuk melihat kualitas data penelitian yang
ditunukan dengan angka atau nilai yang terdapat pada mean dan
standar deviasi. Apabila mean menunjukan angka yang lebih besar
dibandingkan standar deviasi, maka dapat dikatakan kualitas data
menjadi lebih baik.
Berdasarkan table 4.2 nilai statistik deskriptif untuk variabel
debt covenant (DEBT) menunjukan bahwa nilai rata-rata (mean)
sebesar 0,85416 atau 85,4%. Hal tersebut menunjukan Debt
Covenant yang diproksikan dengan rasio Debt to Equity Ratio
(DER) bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki DER sebesar
85,4%. Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum, dan standar
deviasi pada variabel ini adalah 0,153, 2,560 dan 0,549210.
55
Variabel tunneling incentive (TUN) menunjukan bahwa nilai
rata-rata (mean) adalah sebesar 0,52934 atau 52,9%. Hal ini
menunjukan bahwa tunneling incentive yang diproksikan dengan
kepemilikan saham oleh pihak asing pada perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun 2014-206 adalah rata-rata sebesar 52,9%.
Sedangkan untuk nilai minimum, maksimum dan standar deviasi
pada variabel ini adalah 0,205, 0,952 dan 0,225270
Variabel intangible assets (INTANG) menunjukan bahwa nilai
rata-rata (mean) adalah sebesar 0,26 atau 26%. Hal tersebut
menunjukan bahwa 26% perusahaan mencantumkan pengeluaran
research & development pada laporan keuangannya. Sedangkan
untuk nilai minimum, maksimum dan standar deviasi pada variabel
ini adalah 0, 1 dan 0,439.
56
b. Hasil Uji Frekuensi
Tabel 4.3
Hasil Uji Frekuensi Transfer Pricing
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan hasil tabel 4.3 menunjukan bahwa distribusi
frekuensi untuk variabel transfer pricing ditunjukan dengan
adanya transaksi penjualan pada pihak yang memiliki relasi atau
hubungan istimewa. Dari 117 sampel perusahaan, ada 9
perusahaan yang tidak melakukan praktik transfer pricing atau
sekitar 7,7% dan sisanya sebesar 108 perusahaan melakukan
praktik transfer pricing yang dibuktikan dengan adanya penjualan
kepada pihak yang memiliki relasi dengan persentase 92,3%.
Perbandingan tersebut menunjukan bahwa perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI lebih banyak yang melakukan praktik
TP
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
V
a
l
i
d
TIDAK ADA
TRANSAKSI
PIHAK
BERELASI
9 7,7 7,7 7,7
ADA
TRANSAKSI
PIHAK
BERELASI
108 92,3 92,3 100,0
Total 117 100,0 100,0
57
transfer pricing dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
melakukan praktik transfer pricing.
2. Hasil Analisis Regresi Logistik
Regresi Logistik digunakan untuk mengukur seberapa jauh
pengaruh variabel debt covenant, tunneling incentive dan intangible
assets terhadap variabel transfer pricing yang bersifat dikotomus atau
merupakan variabel dummy (adanya transaksi kepada pihak berelasi).
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan tingkat
signifikansi (α) sebesar 5% atau 0,05. Hosmer and Lemeshow’s
Godness Fit Test digunakan untuk menilai kelayakan model regresi
yang digunakan. Uji yang dilakukan dalam uji regresi logistik adalah
sebagai berikut (Ghozali, 2016):
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian ini dilakukan unyuk mengetahui apakah model fit
dengan data baik sebelum maupun setelah variabel independen
dimasukan ke dalam model. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal
(Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada
akhir (Block Number =1). Adanya penurunan nilai -2LL
menunjukan bahwa model regresi yang baik atau model yang
dihipotesiskan fit dengan data. Berikut ini disajikan data hasil uji
kesesuaian keseluruhan model:
58
Tabel 4.4
Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan table 4.4 menunjukan bahwa nilai Block Number
=0 (nilai awal) model yang hanya memasukan konstanta
mempunyai nilai -2LL sebesar 63.458. Sedangkan pada Block
Number =1 (nilai akhir) mengalami penurunan setelah masuknya
beberapa variabel independen dalam penelitian, nilai -2LL menjadi
47.654. Penurunan ini menunjukan bahwa model regresi yang baik
dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data, artinya
penambahan variabel independen yaitu debt covenant, tunneling
incentive dan intangible assets akan memperbaiki model fit
penelitian ini.
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar variabilitas variabel-variabel independen mampu
memperjelas variabel-variabel dependen. Koefisien determinasi
pada regresi logistic dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square.
Berikut hasil pengujian koefisien determinasi:
Keterangan -2 Log Likelihood
Block Number = 0 63.458
Block Number = 1 47.654
59
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 47,654a 0,126 0,302
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan table 4.5 menunjukan bahwa nilai Nagelkerke R
Square adalah 0,302 yang berarti variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen seperti debt covenant,
tunneling incentive, dan intangible assets adalah sebesar 30,2%
dan sisanya sebesar 69,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
seperti pajak (Refgia, 2017), kepemilikan asing (Refgia, 2017),
skema bonus (Nurjanah et al., 2014), ukuran perusahaan (Nurjanah
et al., 2014), profitabilitas (Grant et al., 2013) serta variabel-
variabel lain yang berada di luar model penelitian.
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test digunakan
untuk menilai kelayakan model regresi yang digunakan. Model ini
untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris sesuai dengan
model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga
model dapat dikatakan fit (Ghozali, 2016: 329). Berikut ini
disajikan data hasil pengujian kelayakan model regresi.
60
Tabel 4.6
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai Chi-Square sebesar 6,493
dengan signifikansi (p) sebesar 0,592. Berdasarkan hasil tersebut,
karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka
model dapat disimpulkan mampu memprediksi model
observasinya atau model dapat dikatakan fit dengan data dan
model dapat diterima sehingga model ini dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya.
d. Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan membuat
keputusan transfer pricing. Tabel klasifikasinya menghitung
estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Hasil uji
matriks klasifikasi ditunjukan pada table 4.7 berikut ini:
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6,493 8 ,592
61
Tabel 4.7
Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
TP
Percentage
Correct
TIDAK ADA
TRANSAKSI
PIHAK
BERELASI
ADA
TRANSAKSI
PIHAK
BERELASI
Step 1 TP TIDAK
ADA
TRANS
AKSI
PIHAK
BEREL
ASI
0 9 ,0
ADA
TRANS
AKSI
PIHAK
BEREL
ASI
1 107 99,1
Overall
Percentage
91,5
a. The cut value is ,500
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan table 4.7 diatas menunjukan bahwa kekuatan
model regresi dalam memprediksi tingkat prediksi model adalah
sebesar 91,5% dimana 0,0% tidak ada transfer pricing dan 99,1%
ada transaksi transfer pricing telah mampu diprediksi oleh model.
Artinya kemampuan prediksi dari model dengan variabel debt
covenant, tunneling incentive, dan intangible assets secara statistik
memprediksi sebesar 99,1%.
62
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya transaksi pada pihak berelasi adalah
sebesar 99,1%. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan
model regresi yang digunakan terdapat 116 perusahaan (99,1%)
diprediksi melakukan transfer pricing dari 117 perusahaan yang
melakukan transfer pricing. Kekuatan prediksi model perusahaan
yang dinyatakan tidak melakukan transaksi transfer pricing adalah
sebesar 0,0% yang berarti bahwa dengan model regresi yang
digunakan terdapat hampir tidak ada perusahaan yang tidak
melakukan transaksi transfer pricing. Sehingga secara keseluruhan
ketepatan klasifikasi sebesar 91,5%.
e. Hasil Uji Hipotesis dan Model Regresi Logistik yang
Terbentuk
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan
antara nilai probabilitas (sig). Apabila angka signifikansi
menunjukan angka yang lebih kecil terlihat 0,05 maka koefisien
regresi adalah signifikan pada tingkat 5%. Hal tersebut berarti H0
ditolak dan H1 diterima, yang menunjukan bahwa variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya
variabel dependen.
Hasil pengujian memberikan model regresi logistik yang
terbentuk yang disajikan pada tabel dibawah ini:
63
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variabel B Sig.
Step 1a Debt Covenant -,686 ,319
Tunneling Incentive 11,361 ,009
Intangible Assets -,392 ,640
Constant -1,208 ,444
Sumber: Output SPSS
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik
menghasilkan model berikut ini:
TP= -1,208 – 0,686 DEBT + 11,361 TUN – 0,392 INTANG + ɛ
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa variabel debt
covenant sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi
negative sebesar -0,686 dengan tingkat signifikansi 0,319 yang
berada diatas 0,05 (5%). Karena tingkat signifikansi lebih besar
dari α=5% maka hipotesis kesatu (H1) ditolak yang berarti debt
covenant tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.
Variabel tunneling incentive sebagai variabel independen
memiliki koefisiensi regresi positif sebesar 11,361 dengan tingkat
signifikansi 0,009 yang berada dibawah 0,05 (5%). Karena tingkat
signifikansi lebih kecil dari α= 5% maka hipotesis kedua (H2)
diterima, artinya tunneling incentive berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing.
64
Variabel intangible assets memiliki koefisiensi regresi
negative sebesar -0,392 dengan tingkat signifikansi 0,640 yang
berada diatas 0,05 (5%). Karena tingkat signifikansi lebih besar
dari α= 5% maka hipotesis ketiga (H3) tidak diterima yang berarti
intangible assets tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer
pricing.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Debt Covenant terhadap Keputusan Transfer Pricing pada
Perusahaan Manufaktur
Berdasarkan hasil uji regresi logistik diatas, dapat diketahui besarnya
koefisien regresi negatif dengan tingkat signifikansi yang berada diatas
0,05. Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan bahwa debt
covenant berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing pada
perusahaan manufaktur ditolak. Adapun nilai beta yang dihasilkan
menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif antara debt covenant
dengan keputusan transfer pricing pada perusahaan manufaktur, yaitu
dimana semakin meningkatnya debt to equity ratio maka semakin
menurunnya keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Sundari dan Yugi
(2016) dimana dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi debt to equity
ratio pada perusahaan tidak mempengaruhi keputusan transfer pricing
pada perusahaan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Lubab
(2015) yang menyatakan bahwa debt covenant tidak berpengaruh terhadap
65
keputusan transfer pricing, dimana pada perusahaan besar system
pengontrolan dan pengawasannya lebih ketat, dikarenakan laporan
keuangannya akan di publikasikan.
Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Rosa et., al
(2017) yang menyatakan bahwa debt covenant berpengaruh terhadap
transfer pricing. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung teori akuntansi
positif yang mengusulkan hipotesis perjanjian hutang bahwa makin dekat
suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan
pada kesepakatan hutang, maka kecenderungannya adalah semakin besar
kemungkinan manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa
kini.
2. Pengaruh Tunneling Incentive terhadap Keputusan Transfer Pricing
pada Perusahaan Manufaktur
Hasil uji regresi logistik menunjukan bahwa tunneling incentive
(TUN) sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi positif
dengan tingkat signifikansi yang berada dibawah 0,05 (5%). Dengan
demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa tunneling incentive
berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing pada perusahaan
diterima. Semakin besar tunneling maka semakin tinggi keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
66
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Yuniasih et al., (2012) yang menyatakan bahwa tunneling incentive
berpengaruh positif terhadap keputusan transfer pricing. Hasil
penenelitian ini juga konsisten dengan penelitian Noviastika et al., (2016)
yang mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilkan saham
terkonsentrasi pada satu pihak atau satu kepentingan cenderung akan
melakukan tunneling di dalamnya dengan cara melalui transfer pricing.
Transaksi transfer pricing itu dilakukan dengan melalui penjualan antar
perusahaan terafiliasi.
Sejalan dengan penelitian oleh Marfuah dan Andri (2014) yang
mengatakan bahwa Tunneling pada struktur kepemilikan yang
terkonsentrasi disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pemegang
saham mayoritas mempunyai insentif dan kemampuan untuk melakukan
transaksi-transaki dengan harga tertentu. Kedua, lemahnya perlindungan
hak-hak pemegang saham minoritas. Dan yang ketiga yaitu pemegang
saham mayoritas memiliki kekuatan (power) untuk mempengaruhi
manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang hanya
memaksimumkan kepentingkan pemegang saham minoritas.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rosa et al., (2017) yang
menyatakan bahwa tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap
transfer pricing. Ia juga menyatakan bahwa transaksi pihak terkait lebih
umum digunakan untuk tujuan transfer kekayaan daripada pembayaran
dividen karena perusahaan yang terdaftar harus mendistribusikan dividen
67
kepada perusahaan induk dan pemegang saham minoritas lainnya. Kondisi
yang unik dimana kepemilikan saham di Indonesia cenderung
terkonsentrasi sehingga ada kecenderungan pemegang saham mayoritas
untuk melakukan tunneling (Rosa et al., 2017).
Semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki maka semakin besar
kemungkinan untuk melakukan transfer pricing. Hal ini dikarenakan jika
perusahaan anak membeli persediaan kepada perusahaan induk dengan
harga diatas rata-rata maka memberikan keuntungan yang lebih bagi si
perusahaan induk sebagai pemegang saham mayoritas. Namun atas
transaksi tersebut, pemegang saham minoritas akan merasa dirugikan
karena berkurangnya dividen yang diterima atas besarnya pembebanan
biaya transaksi tersebut.
3. Pengaruh Intangible Assets terhadap Keputusan Transfer Pricing
pada Perusahaan Manufaktur
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat diketahui bahwa besarnya
koefisien regresi variabel intangible assets menunjukan angka koefisien
regresi negatif dengan tingkat signifikansi diatas 0,05 (5%). Oleh karena
itu hipotesis ketiga yang menyataan bahwa intangible assets berpengaruh
terhadap keputusan transfer pricing pada perusahaan manufaktur ditolak
yang berarti intangible assets tidak berpengaruh terhdap keputusan
transfer pricing pada perusahaan manufaktur.
68
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Kurniawan dan
Mertha (2016) dan Santoso (2016) dimana dapat disimpulkan bahwa
investor menilai perusahaan dengan murni mempertimbangkan atau
melihat tingginya intensitas research and development dan nilai asset tidak
berwujud yang tinggi tanpa memperhatikan peningkatan kinerja keuangan
perusahaan yang diperoleh dari pemanfaatan asset tidak berwujud yang
dimiliki perusahaan.
Hasil penelitian oleh Santoso (2016) mengatakan bahwa rendahnya
pelaporan biaya penelitian dan pengembangan di Indonesia disebabkan
karena ketidak konsistenan standar akuntansi mengenai perlakuan dan
pelaporan R&D di dalam laporan keuangan tahunan perusahaan, sehingga
informasi yang di peroleh dianggap kurang relevan dalam strategi
pengambilan keputusan bagi investor.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Deanti (2017) yang menyatakan bahwa intangible assets tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan
transfer pricing.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Grant et
al., (2013) yang menyatakan bahwa intangible assets berpengaruh positif
terhadap transfer pricing aggressiveness dengan variabel kontrol sektor
industri.
Dari sampel yang digunakan dalam penelitian ini, jumlah perusahaan
yang melaporkan biaya penelitian dan pengembangan di Indonesia masih
69
sangat rendah. Hal tersebut ditunjukan dari timpangnya perbandingan
jumlah perusahaan yang melaporkan dan yang tidak melaporkan biaya
penelitian dan pengembangan di dalam laporan keuangannya.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014 – 2016 dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Debt covenant tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Sundari dan Yugi (2016) dan
Lubab (2015). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Rosa et al., (2017).
2. Tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing. .
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Yuniasih et al., (2012),
Noviastika et al., (2016), Marfuah dan Andri (2014). Namun hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Rosa et al., (2017).
3. Intangible assets tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian dari Deanti (2017), Kurniawan
dan Mertha (2016), dan Santoso (2016). Namun hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian Grant et al., (2013).
B. Implikasi Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan
tambahan kontribusi berupa informasi terkait faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan transfer pricing pada perusahaan manufaktur.
70
71
Adapun faktor yang mempengaruhi keputusan transfer pricing perusahaan
manufaktur pada penelitian ini adalah tunneling incentive.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi para
eksekutif perusahaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong
kebijakan manajemen dalam mengambil keputusan transfer pricing. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai pengembangan
penelitian baru terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
transfer pricing perusahaan manufaktur.
C. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
memicu kebiasan informasi atau ketidak akuratan hasil penelitian, diantaranya:
1. Penelitian ini hanya menguji variabel debt covenant, tunneling incentive
dan intangible assets . Variabel lain yang berpengaruh terhadap keputusan
transfer pricing perusahaan manufaktur seperti pajak (Thesa, 2017),
kepemilikan asing (Thesa, 2017), skema bonus (Nurjanah et al., 2014),
ukuran perusahaan (Nurjanah et al., 2014), profitabilitas (Grant et al.,
2013) dan lainnya tidak diuji dalam penelitian ini.
2. Periode penelitian yang digunakan hanya tiga tahun yaitu dari tahun 2014
sampai 2016.
3. Penelitian ini hanya berfokus pada sektor perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI sehingga sampel yang digunakan relatif sedikit yaitu
hanya 39 perusahaan.
72
4. Dalam pengukuran intangible assets, peneliti menggunakan biaya riset dan
pengembangan sebagai variabel dummy.
5. Dalam mengukur transfer pricing, peneliti menggunakan proksi adanya
transaksi kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa yang dijadikan
sebagai variabel dummy.
6. Dari data yang diolah, banyak perusahaan yang tidak mencantumkan biaya
penelitian dan pengembangan dalam laporan keuangannya sehingga
memungkinkan adanya ketimpangan sebaran data yang dihasilkan.
D. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi pada ilmu terkait akuntansi dan manajemen mengenai transfer
pricing. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah keilmuan
tambahan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan
transfer pricing pada perusahaan manufaktur.
Penelitian mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang
lebih berkualitas dengan memperhatikan beberapa masukan sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel pengujian
lain faktor yang mempengaruhi keputusan transfer pricing seperti Tax
Planning dan Good Corporate Governance (GCG) serta menambah
variabel lain yang berkaitan dengan transfer pricing.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rentang waktu yang lebih
lama dengan harapan memberikan hasil yang lebih baik. Karena untuk
73
menganalisis intangible assets sebaiknya dibutuhkan rentang waktu
penelitian yang lebih lama.
3. Penelitian selanjutnya menggunakan sampel selain perusahaan
manufaktur seperti seluruh sektor misalnya, untuk mengetahui seberapa
besar transaksi transfer pricing yang terdapat di perusahaan selain sektor
manufaktur.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan proksi lain untuk
menggambarkan intangible assets sehingga memungkinkan adanya hasil
yang berbeda jika menggunakan proksi lain.
5. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan alternatif proksi
lain untuk variabel transfer pricing, seperti menggunakan nilai related
pasty transaction (RPT) yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan
(Nurjanah, 2014).
6. Penelitian selanjutnya diharapkan memperoleh data yang lebih banyak
terkait perusahaan yang mencantumkan biaya penelitian dan
pengembangan di laporan keuangannya agar tidak terjadi ketimpangan
data.
74
DAFTAR PUSTAKA
Aharony, Joseph, Jiwei Wang, dan Hongqi Yuan, “Tunneling as An Incentive for
Earnings Management During The IPO Process in China”, Journal of
Accounting and Public Policy, Vol. 29: 1-26, 2010.
Budiman, Judi dan Setiyono, “Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)”, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,
2014.
Cariri, Anis, dan Imam Ghozali, “Teori Akuntansi”, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2003.
Claesens, S, D. Simeon, H.P.L Larry, “The Separation of Ownership and Control
in East Asia”, Journal of Financial Economics 81-112, 2000.
Colgan, P. Mc, “Agency Theory and Corporate Governance: A Review of the
Literature From a UK Perspective”, Working paper, 2001.
Deanti, Laskmita Rachmah, “Pengaruh Pajak, Intangible Assets, Leverage,
Profitabilitas, dan Tunneling Incentive Terhadap Keputusan Transfer Pricing
Perusahaan Multinasional Indonesia”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN
Jakarta, 2017.
F, Dwi Noviastika, Yuniadi Mayowan Mayowan, and Suhartini Karjo. "Pengaruh
Pajak, Tunneling Incentive, dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Indikasi Melakukan Transfer Pricing pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia", Jurnal Perpajakan, 2016
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, BP
Undip, Semarang, 2016.
Gilson, R. J., dan J. N. Gordon, “Controlling Shareholders”,
Columbia Law School The Center for Law and Economic Studies 435,West
116th St. New York, NY 10027-7201 Working Paper No. 228, 2003.
Godfrey, J., Hodgson, Allan, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes, "Accounting Theory 7 Edition", John Willey and Sons, Sydney, 1994
Hartati, Winda, Desmiyawati, dan Julita, “Tax Minimization, Tunneling Incentive
dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing Seluruh
Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia”, Universitas Riau, 2014.
Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK No.7, Jakarta, 2014.
Januarti, Indira, “Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif”, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2007.
Jensen, Michael dan William H. Meckling, “Theory of The Firm: Managerial
Behavior Agency Cost and Ownerhsip Structure”, University of Rochester,
Rochester NY U.S.A, 1976.
75
Johnson, S., R. La Porta, F. Lopez-de-Silanes, dan A. Shleifer, “Tunneling.
American Economic Review 90”, (2): 22-27, 2000.
Kontan. News. Maret 26, 2013. artikel diakses pada tanggal 15 Desember 2017, dari http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menantipalu-
hakim
Kurniawan, A Prawira, and I Made Mertha. "Kinerja Keuangan Sebagai
Pemediasi Pengaruh Intensitas Research and Development dan Aset Tidak
Berwujud pada Nilai Perusahaan", E-Journal Akuntansi Universitas
Udayana, 2016.
La Porta, R., F. Lopez-de-Silanes, A. Shleifer, dan R.W. Vishny, “Investor
Production and Corporate Governance”. Journal of Financial Economics.
Hlm. 3-27, 2000.
Lewellen, Katharina, “Financing Decisions When Managers Are Risk Averse”,
Mit Sloan School of Management, Working Paper, 2003.
Lo, W. Y. A., Raymond. M.K. W., and Micheal F. “Tax, Financial Reporting, and
Tunneling Incentive for Income Shifting: An Empirical Analysis of the Transfer
Pricing Behavior of Chinese-Listed Companies”, Journal of the American
Taxation Association Vol. 32 No. 2: hlm.1-26, 2010.
Low, Angie, “Managerial Risk-Taking Behavior and Equity-Based
Compensation”, Fisher College of Business Working Paper, 03-003, 2006.
Liu, Q., and Z. Lu, “Corporate Governance and Earnings Management in The
ChineseListed Companies: A Tunneling Perspective”, Journal of Corporate
Finance 13: hlm. 881–906, 2007
Lubab, Fikrul, “Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2015), Journal Jurusan
Akuntansi, Universitas Trunojoyo, 2016.
Mangoting, Yenni. “Aspek Perpajakan dalam Praktek Transfer Pricing”,
Universitas Kristen Petra, 2000.
Marfuah, dan Andri Puren Noor Azizah, “Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive
dan Exchange Rate pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan”, JAAI
Volume 18 No.2, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2014.
Mitton, “A Cross Firm Analysis of the Impact of Corporate Governance on The
East Asian Financial Crisis”, Journal of Financial Economics hlm.1-31, 2002.
Mutaminah, “Tunneling atau Value Added dalam Strategi Merger dan Akuisisi di
Indonesia”, Manajemen & Bisnis Vol. 7 No. 1, 2008.
Nikolaev, Valeri V, “Debt Covenant and Accounting Conservatism”, Journal of
Accounting Research Vol. 48. No.1 March, U.S.A, 2010.
76
Nurjanah, Ika. Isnawati dan Sondakh, Antonius G. “Faktor Determinan Keputusan
Perusahaan Melakukan Transfer Pricing”. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin, 2014.
Riahi, Ahmed, Belkaoui, “Accounting Theory,Ed. Fourth”, Thomson Learning,
2000.
Paligorova, Teodora, “Corporate Risk Taking and Ownership Structure”, Bank of
Canada Working Paper 2010-3, 2010.
Refgia, Thesa, “Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Asing, dan Tunneling Incentive terhadap Transfer Pricing
(Perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang listing di BEI tahun 2011-
2014)”, JOM Fekon Vol. 4 No.1, Universitas Riau, 2017
Richardson, Grant, Grantly Taylor, dan Roman Lanis, “Determinants of Transfer
Pricing Aggresiveness: Empirical Evidence from Australian Firms”, Journal
of Contemporary Accounting & Economics, Vol.9, hlm.136-150, 2013.
Rosa, Ria, Andini, Rita, dan Kharis Raharjo, “Pengaruh Pajak, Tunneling
Insentive, Mekanisme Bonus, Debt Covenant dan Good Corporate Governance
(GCG) terhadap Transaksi Transfer Pricing (Studi pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015)”, Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Pandanaran Semarang, 2017.
Sansing, R. C, “Economic Foundations of Valuation Discounts”. The Journal of
the American Taxation Association 21: hlm.28–38, 1999.
Santoso, Adi. "Analisis Investasi Corporate Social Responsibility dan Intensitas
Research and Development pada Perusahaan Go-Public." Publikasi
Ilmiah. 2016. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7334
Setiawan, Hadi, artikel diakses pada tanggal 15 Desember 2017, dari
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_Transfe r%20Pricing%20dan%20Risikonya%20Terhadap%20Penerimaan%20Ne
gara.pdf.
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D”, Alfabeta, 2011.
Sundari, Bastyeba, dan Yugi Susanti, “Transfer Pricing Practices: Empirical
Evidence From Manufacturing Companies in Indonesia”, Faculty of
Economics Gunadarma University, Indonesia, 2016.
Trisnajuna, Made dan Eka Ardhani Sisdyani, “Pengaruh Aset Tidak Berwujud dan
Biaya Penelitian dan Pengembangan terhadap Nilai Pasar dan Kinerja
Keuangan Perusahaan” E-Jurnal Akuntansi, Universitas Udayana, Bali, 2015.
Verawaty. 2011. “Earnings Management Ditinjau dari Sudut Ethnics”. Jurnal
MbiA Universitas Bina Darma
77
Watts, Ross L dan Zimmerman J.L, “Positive Accounting Theory”, Prentice-Hall,
London, 1986.
Yuniasih, Ni Wayan. Rasmini, Ni Ketut dan Wirakusuma, Made Gede, “Pengaruh
Pajak dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan
Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Udayana, Bali,
2013.
Zhuang, J., E. David, W. David, M.A.C. Virginita, “Corporate Governace and
Finance in East Asia- A Study of Indonesia, Republic of Korea, Malaysia,
Philippines and Thailand”, Asia Development Bank, Manila, 2000.
78
LAMPIRAN
79
LAMPIRAN 1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI periode 2014-2016
No Kode Nama Perusahaan
1 ADMG Polychem Indonesia Tbk
2 AFMG Asahimas Flat Glass Tbk
3 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
4 ASII Astra International Tbk
5 BRAM Indo Kordsa Tbk
6 BRPT Barito Pasific Tbk
7 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
8 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
9 CTBN Citra Turbindo Tbk
10 DLTA Delta Djakarta Tbk
11 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
12 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk
13 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
14 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
15 GJTL Gajah Tunggal Tbk
16 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
17 INRU Toba Pulp Lestari Tbk
18 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
19 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
20 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
21 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
22 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indoesia Tbk
23 KICI Kedaung Indag Can Tbk
24 LION Lion Metal Works Tbk
25 LMSH Lionmesh Prima Tbk
26 MERK Merck Tbk
27 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
28 POLY Asia Pasific Fibers Tbk
29 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
30 SKLT Sekar Laut Tbk
31 SMCB Holcim Indonesia Tbk
32 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
33 SRSN Indo Acitama Tbk
34 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
Bersambung ke halaman selanjutnya
80
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur di BEI periode 2014-2016 (lanjutan)
No Kode Nama Perusahaan
35 TPIA Chandra Asri Petrochemical
36 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
37 UNVR Unilever Indonesia Tbk
38 VOKS Voksel Electric Tbk
39 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
81
LAMPIRAN 2
PENGUKURAN GABUNGAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2014 – 2016
NO. KODE TAHUN TP DEBT TUN INTANG
1 ADMG 2014 1 0,580 0,323 0
2 AFMG 2014 1 0,230 0,439 0
3 ARNA 2014 1 0,385 0,245 0
4 ASII 2014 1 0,964 0,501 0
5 BRAM 2014 1 0,735 0,602 0
6 BRPT 2014 1 1,212 0,521 0
7 BTON 2014 1 0,185 0,456 0
8 CEKA 2014 1 1,389 0,870 0
9 CTBN 2014 1 0,969 0,420 1
10 DLTA 2014 1 0,312 0,583 0
11 DVLA 2014 1 0,285 0,927 0
12 FPNI 2014 1 1,759 0,952 0
13 GDST 2014 1 0,556 0,514 0
14 GDYR 2014 1 1,168 0,850 0
15 GJTL 2014 1 1,681 0,495 0
16 INDF 2014 1 1,084 0,501 1
17 INRU 2014 1 1,576 0,896 1
18 INTP 2014 1 0,165 0,510 1
19 IPOL 2014 1 0,844 0,410 0
20 JPFA 2014 1 1,974 0,306 0
21 KBLI 2014 1 0,422 0,269 0
22 KBRI 2014 0 0,919 0,340 0
23 KICI 2014 1 0,230 0,436 0
24 LION 2014 1 0,352 0,288 1
25 LMSH 2014 1 0,207 0,255 0
26 MERK 2014 1 0,294 0,740 1
27 PICO 2014 1 0,631 0,762 0
28 POLY 2014 1 1,303 0,517 0
29 ROTI 2014 1 1,232 0,315 1
30 SKLT 2014 1 1,162 0,268 0
31 SMCB 2014 1 0,963 0,806 0
32 SQBI 2014 1 0,245 0,905 0
33 SRSN 2014 1 0,409 0,352 1
34 TOTO 2014 1 0,647 0,395 0
Bersambung ke halaman selanjutnya
82
PENGUKURAN GABUNGAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2014 – 2016 (Lanjutan)
NO. KODE TAHUN TP DEBT TUN INTANG
35 TPIA 2014 1 1,168 0,554 0
36 UNIT 2014 0 0,824 0,359 0
37 UNVR 2014 1 0,668 0,850 1
38 VOKS 2014 1 2,012 0,325 0
39 WIIM 2014 0 0,560 0,225 1
40 ADMG 2015 1 0,569 0,495 0
41 AFMG 2015 1 0,260 0,439 0
42 ARNA 2015 1 0,599 0,245 0
43 ASII 2015 1 0,940 0,501 0
44 BRAM 2015 1 0,595 0,602 0
45 BRPT 2015 1 0,884 0,521 0
46 BTON 2015 1 0,228 0,456 0
47 CEKA 2015 1 1,322 0,870 0
48 CTBN 2015 1 0,763 0,482 1
49 DLTA 2015 1 0,182 0,583 0
50 DVLA 2015 1 0,414 0,927 0
51 FPNI 2015 1 1,426 0,952 0
52 GDST 2015 1 0,472 0,514 0
53 GDYR 2015 1 1,151 0,938 0
54 GJTL 2015 1 2,246 0,495 0
55 INDF 2015 1 1,130 0,501 1
56 INRU 2015 1 1,668 0,924 1
57 INTP 2015 1 0,158 0,510 1
58 IPOL 2015 1 0,833 0,410 0
59 JPFA 2015 1 1,809 0,578 0
60 KBLI 2015 1 0,510 0,294 0
61 KBRI 2015 0 1,793 0,340 0
62 KICI 2015 1 0,433 0,436 0
63 LION 2015 1 0,406 0,288 1
64 LMSH 2015 1 0,190 0,255 0
65 MERK 2015 1 0,355 0,740 1
66 PICO 2015 1 0,592 0,762 0
67 POLY 2015 1 1,251 0,517 0
68 ROTI 2015 1 1,277 0,315 1
69 SKLT 2015 1 1,480 0,268 0
Bersambung ke halaman selanjutnya
83
PENGUKURAN GABUNGAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2014 – 2016 (Lanjutan)
NO. KODE TAHUN TP DEBT TUN INTANG
70 SMCB 2015 1 1,037 0,806 0
71 SQBI 2015 1 0,311 0,905 0
72 SRSN 2015 1 0,688 0,352 1
73 TOTO 2015 1 0,636 0,379 0
74 TPIA 2015 1 1,098 0,450 0
75 UNIT 2015 0 0,895 0,359 0
76 UNVR 2015 1 2,258 0,850 1
77 VOKS 2015 1 2,014 0,205 0
78 WIIM 2015 0 0,423 0,225 1
79 ADMG 2016 1 0,552 0,495 0
80 AFMG 2016 1 0,529 0,439 0
81 ARNA 2016 1 0,628 0,237 0
82 ASII 2016 1 0,872 0,501 0
83 BRAM 2016 1 0,497 0,602 0
84 BRPT 2016 1 0,775 0,521 0
85 BTON 2016 1 0,235 0,456 0
86 CEKA 2016 1 0,606 0,870 0
87 CTBN 2016 1 0,355 0,482 1
88 DLTA 2016 1 0,155 0,583 0
89 DVLA 2016 1 0,418 0,921 0
90 FPNI 2016 1 1,090 0,904 0
91 GDST 2016 1 0,511 0,873 0
92 GDYR 2016 1 1,005 0,938 0
93 GJTL 2016 1 2,197 0,495 0
94 INDF 2016 1 0,870 0,501 1
95 INRU 2016 1 1,089 0,924 1
96 INTP 2016 1 0,153 0,510 1
97 IPOL 2016 1 0,814 0,295 0
98 JPFA 2016 1 1,054 0,510 0
99 KBLI 2016 1 0,416 0,294 0
100 KBRI 2016 0 2,015 0,340 0
101 KICI 2016 1 0,571 0,436 0
102 LION 2016 1 0,457 0,288 1
103 LMSH 2016 1 0,388 0,255 0
Bersambung ke halaman selanjutnya
84
PENGUKURAN GABUNGAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2014 – 2016 (lanjutan)
NO. KODE TAHUN TP DEBT TUN INTANG
104 MERK 2016 1 0,277 0,741 1
105 PICO 2016 1 1,304 0,762 0
106 POLY 2016 1 1,225 0,579 0
107 ROTI 2016 1 1,024 0,315 1
108 SKLT 2016 1 0,919 0,268 0
109 SMCB 2016 1 1,452 0,806 0
110 SQBI 2016 1 0,351 0,905 0
111 SRSN 2016 1 0,784 0,352 1
112 TOTO 2016 1 0,694 0,379 0
113 TPIA 2016 1 0,865 0,450 0
114 UNIT 2016 0 0,774 0,359 0
115 UNVR 2016 1 2,560 0,850 1
116 VOKS 2016 1 1,493 0,301 0
117 WIIM 2016 0 0,366 0,225 1
Keterangan:
TP : Transfer Pricing
DEBT : Debt Covenant
TUN : Tunneling Incentive
INTANG : Intangible Assets
85
LAMPIRAN 3
Pengukuran Transfer Pricing
No Nama Perusahaan 2014 2015 2016
1 ADMG 1 1 1
2 AFMG 1 1 1
3 ARNA 1 1 1
4 ASII 1 1 1
5 BRAM 1 1 1
6 BRPT 1 1 1
7 BTON 1 1 1
8 CEKA 1 1 1
9 CTBN 1 1 1
10 DLTA 1 1 1
11 DVLA 1 1 1
12 FPNI 1 1 1
13 GDST 1 1 1
14 GDYR 1 1 1
15 GJTL 1 1 1
16 INDF 1 1 1
17 INRU 1 1 1
18 INTP 1 1 1
19 IPOL 1 1 1
20 JPFA 1 1 1
21 KBLI 1 1 1
22 KBRI 0 0 0
23 KICI 1 1 1
24 LION 1 1 1
25 LMSH 1 1 1
26 MERK 1 1 1
27 PICO 1 1 1
28 POLY 1 1 1
29 ROTI 1 1 1
30 SKLT 1 1 1
31 SMCB 1 1 1
32 SQBI 1 1 1
33 SRSN 1 1 1
34 TOTO 1 1 1
Bersambung ke halaman selanjutnya
86
Pengukuran Transfer Pricing (lanjutan)
NO KODE 2014 2015 2016
35 TPIA 1 1 1
36 UNIT 0 0 0
37 UNVR 1 1 1
38 VOKS 1 1 1
39 WIIM 0 0 0
87
LAMPIRAN 4
Pengukuran Debt Covenant (2014)
NO. KODE TOTAL HUTANG TOTAL EKUITAS DEBT
1 ADMG 2.128.788.495.025 3.668.059.203.980 0,58035827
2 AMFG 733.749.000.000 3.184.642.000.000 0,23040235
3 ARNA 349.995.874.987 909.942.258.556 0,384635258
4 ASII 115.840.000.000.000 120.187.000.000.000 0,963831363
5 BRAM 1.632.845.687.500 2.221.132.775.000 0,735140963
6 BRPT 15.926.062.500.000 13.141.387.500.000 1,211901141
7 BTON 27.206.679.934 146.882.061.921 0,185228064
8 CEKA 746.598.865.219 537.551.172.122 1,388888917
9 CTBN 1.435.376.875.000 1.480.970.237.500 0,969213856
10 DLTA 237.047.063.000 760.396.104.000 0,311741554
11 DVLA 273.816.042.000 962.431.483.000 0,284504452
12 FPNI 2.042.012.500.000 1.160.575.000.000 1,759483446
13 GDST 484.175.000.000 870.448.000.000 0,556236559
14 GDYR 845.008.587.500 723.719.525.000 1,167591254
15 GJTL 10.059.605.000.000 5.983.731.000.000 1,681159297
16 INDF 44.710.509.000.000 41.228.376.000.000 1,084459621
17 INRU 2.658.197.368.421 1.686.986.842.105 1,575707233
18 INTP 4.100.172.000.000 24.784.801.000.000 0,165430903
19 IPOL 1.624.597.047.920 1.925.847.285.000 0,84357522
20 JPFA 10.440.441.000.000 5.289.994.000.000 1,973620575
21 KBLI 396.594.755.312 940.756.718.451 0,421569942
22 KBRI 622.270.000.000 677.045.000.000 0,919096958
23 KICI 18.065.657.377 78.680.086.844 0,229609017
24 LION 156.124.000.000 443.979.000.000 0,351647263
25 LMSH 23.964.000.000 115.951.000.000 0,206673509
26 MERK 162.908.670.000 553.690.856.000 0,294223154
27 PICO 395.526.000.000 626.627.000.000 0,631198464
28 POLY 14.714.196.842.440 11.293.492.255.120 1,302891657
29 ROTI 1.182.771.921.472 960.122.354.744 1,231897076
30 SKLT 178.206.785.017 153.368.106.620 1,161954652
31 SMCB 8.436.760.000.000 8.758.592.000.000 0,963255281
32 SQBI 90.473.777.000 368.878.493.000 0,245267151
33 SRSN 134.510.685.000 328.836.439.000 0,409050425
34 TOTO 796.096.371.054 1.231.192.322.674 0,646606023
35 TPIA 12.696.225.000.000 10.865.600.000.000 1,168478961
36 UNIT 199.073.815.553 241.653.558.598 0,823798403
Bersambung ke halaman selanjutnya
88
Pengukuran Debt Covenant 2014 (lanjutan)
NO. KODE TOTAL HUTANG TOTAL EKUITAS DEBT
37 UNVR 9.534.156.000.000 14.280.670.000.000 0,667626659
38 VOKS 1.038.049.413.765 515.855.185.377 2,012288416
39 WIIM 478.482.577.195 854.425.098.590 0,560005292
Bersambung ke halaman selanjutnya
89
Pengukuran Debt Covenant 2015 (lanjutan)
NO. KODE TOTAL HUTANG TOTAL EKUITAS DEBT
1 ADMG 2.099.897.062.069 3.693.347.517.241 0,568562003
2 AMFG 880.052.000.000 3.390.223.000.000 0,259585284
3 ARNA 536.050.998.398 894.782.477.056 0,599085266
4 ASII 118.902.000.000.000 126.533.000.000.000 0,939691622
5 BRAM 1.555.726.300.000 2.613.339.728.571 0,595301974
6 BRPT 14.682.986.111.111 16.609.847.222.222 0,883992846
7 BTON 34.011.648.533 149.104.596.755 0,228105969
8 CEKA 845.932.695.663 639.893.514.352 1,321989795
9 CTBN 1.338.146.930.556 1.752.938.819.444 0,763373436
10 DLTA 188.700.435.000 1.038.321.916.000 0,181735965
11 DVLA 402.760.903.000 973.517.334.000 0,413717238
12 FPNI 1.957.757.142.857 1.372.685.714.286 1,426223878
13 GDST 379.524.000.000 804.410.000.000 0,471804179
14 GDYR 886.580.361.111 770.584.402.778 1,150529855
15 GJTL 12.115.363.000.000 5.394.643.000.000 2,245813671
16 INDF 48.709.933.000.000 43.121.593.000.000 1,129594934
17 INRU 2.746.881.578.947 1.646.592.105.263 1,668222245
18 INTP 3.772.410.000.000 23.865.950.000.000 0,158066618
19 IPOL 1.759.954.829.485 2.113.406.249.960 0,832757464
20 JPFA 11.049.774.000.000 6.109.692.000.000 1,808564818
21 KBLI 524.437.909.934 1.027.361.931.042 0,510470453
22 KBRI 934.667.601.389 521.253.607.073 1,793114884
23 KICI 40.460.281.468 93.371.607.348 0,433325318
24 LION 184.730.654.202 454.804.831.746 0,406175663
25 LMSH 21.341.373.897 112.441.377.144 0,189800005
26 MERK 168.103.536.000 473.543.282.000 0,354990858
27 PICO 358.697.000.000 605.788.000.000 0,592116384
28 POLY 15.973.257.551.995 12.765.985.771.375 1,251235732
29 ROTI 1.517.788.685.162 1.188.534.951.872 1,277024864
30 SKLT 225.066.080.248 152.044.668.111 1,480262893
31 SMCB 8.758.592.000.000 8.449.857.000.000 1,036537305
32 SQBI 109.974.035.000 354.053.487.000 0,310614184
33 SRSN 233.993.478.000 340.079.836.000 0,688054548
34 TOTO 947.997.940.999 1.491.542.919.106 0,635582073
35 TPIA 13.549.166.666.667 12.345.083.333.333 1,097535456
36 UNIT 217.565.067.467 242.974.314.739 0,895424143
37 UNVR 10.902.585.000.000 4.827.360.000.000 2,258498434
38 VOKS 1.026.591.706.684 509.652.927.872 2,014295711
39 WIIM 398.991.064.485 943.708.980.906 0,422790365
90
Pengukuran Debt Covenant 2016 (lanjutan)
NO. KODE TOTAL HUTANG TOTAL EKUITAS DEBT
1 ADMG 1.819.744.852.151 3.299.173.454.301 0,551575986
2 AMFG 1.905.626.000.000 3.599.264.000.000 0,529448798
3 ARNA 595.128.097.887 948.088.201.259 0,627713853
4 ASII 121.949.000.000.000 139.906.000.000.000 0,871649536
5 BRAM 1.404.512.071.429 2.824.923.571.429 0,497185866
6 BRPT 15.165.162.162.162 19.572.540.540.541 0,774818278
7 BTON 33.757.198.849 143.533.430.069 0,235187014
8 CEKA 538.044.038.690 887.920.113.728 0,605959962
9 CTBN 567.608.445.946 1.601.048.905.405 0,354522866
10 DLTA 185.422.642.000 1.197.796.650.000 0,154803106
11 DVLA 451.785.946.000 1.079.579.612.000 0,418483214
12 FPNI 1.525.214.285.714 1.399.200.000.000 1,090061668
13 GDST 425.487.000.000 832.123.000.000 0,511327051
14 GDYR 764.370.162.162 760.506.067.568 1,005080952
15 GJTL 12.849.602.000.000 5.848.678.000.000 2,197009649
16 INDF 38.233.092.000.000 43.941.423.000.000 0,870092259
17 INRU 2.359.053.333.333 2.166.653.333.333 1,088800546
18 INTP 4.011.877.000.000 26.138.703.000.000 0,153484165
19 IPOL 1.705.547.405.808 2.095.421.806.336 0,813939895
20 JPFA 9.878.062.000.000 9.372.964.000.000 1,053888823
21 KBLI 550.076.575.595 1.321.345.840.449 0,416300229
22 KBRI 844.568.778.363 419.158.054.955 2,014917209
23 KICI 50.799.380.910 89.009.754.475 0,57071701
24 LION 215.209.902.816 470.603.093.171 0,457306605
25 LMSH 45.512.000.000 117.316.000.000 0,387943673
26 MERK 161.262.425.000 582.672.469.000 0,27676342
27 PICO 372.723.897.214 285.842.884.248 1,303946741
28 POLY 15.434.143.836.172 12.597.004.579.196 1,225223325
29 ROTI 1.476.889.086.692 1.442.751.772.026 1,023661253
30 SKLT 272.088.644.079 296.151.295.872 0,918748788
31 SMCB 11.702.538.000.000 8.060.595.000.000 1,451820616
32 SQBI 124.404.091.000 354.829.699.000 0,35060225
33 SRSN 315.096.071.000 402.053.683.000 0,783716415
34 TOTO 1.057.566.418.720 1.523.874.519.542 0,693998361
35 TPIA 13.345.959.459.460 15.427.945.945.946 0,865050961
36 UNIT 188.891.359.540 244.021.820.832 0,774075691
37 UNVR 12.041.437.000.000 4.704.258.000.000 2,559688903
Bersambung ke halaman selanjutnya
91
Pengukuran Debt Covenant 2016 (lanjutan)
NO. KODE TOTAL HUTANG TOTAL EKUITAS DEBT
38 VOKS 999.166.542.590 669.043.551.888 1,493425263
39 WIIM 362.540.740.471 991.093.391.804 0,365798767
92
LAMPIRAN 5
Pengukuran Tunneling Incentive 2014
NO KODE SAHAM TERBESAR MODAL SAHAM TUN
1 ADMG 1.255.996.417 3.889.179.559 0,322946369
2 AMFG 190.359.000.000.000 434.000.000.000.000 0,438615207
3 ARNA 1.800.000.000 7.341.430.976 0,245183808
4 ASII 20.288.255.040 40.483.553.140 0,501148083
5 BRAM 270.923.182 450.000.000 0,602051516
6 BRPT 3.638.494.330 6.979.892.834 0,521282263
7 BTON 82.000.000 180.000.000 0,455555556
8 CEKA 517.771.000 595.000.000 0,870203361
9 CTBN 336.029.420 800.371.500 0,419841811
10 DLTA 9.341.223.000 16.013.181.000 0,58334587
11 DVLA 1.037.800.912 1.120.000.000 0,926607957
12 FPNI 5.296.579.215 5.566.414.000 0,951524485
13 GDST 4.212.730.000 8.200.000.000 0,513747561
14 GDYR 34.850.000 41.000.000 0,85
15 GJTL 1.724.972.443 3.484.546.000 0,495035061
16 INDF 4.396.103.450 8.780.426.500 0,500670833
17 INRU 1.244.369.130 1.388.576.166 0,896147551
18 INTP 1.877.480.863 3.681.231.699 0,510014315
19 IPOL 2.642.460.920 6.443.379.509 0,410104809
20 JPFA 3.260.566.615 10.660.522.910 0,305854285
21 KBLI 1.078.662.200 4.007.235.107 0,269178666
22 KBRI 2.953.918.550 8.687.995.734 0,34
23 KICI 60.195.140 138.000.000 0,436196667
24 LION 15.006.000 52.016.000 0,288488157
25 LMSH 2.452.700 9.600.000 0,255489583
26 MERK 16.574.150 22.400.000 0,739917411
27 PICO 432.875.000 568.375.000 0,761601056
28 POLY 1.289.079.472 2.495.753.347 0,516509163
29 ROTI 1.594.467.000 5.061.100.000 0,315043568
30 SKLT 184.980.375 690.740.500 0,2678001
31 SMCB 6.179.612.820 7.662.900.000 0,806432659
32 SQBI 9.268.000 10.240.000 0,905078125
33 SRSN 2.119.652.045 6.020.000.000 0,352101669
34 TOTO 391.154.680 990.720.000 0,394818597
35 TPIA 1.819.769.755 3.286.962.558 0,553632639
36 UNIT 27.073.425 75.422.200 0,358958304
Bersambung ke halaman selanjutnya
93
Pengukuran Tunneling Incentive 2014 (Lanjutan)
NO. KODE SAHAM TERBESAR MODAL SAHAM TUN
37 UNVR 6.484.877.500 7.630.000.000 0,849918414
38 VOKS 270.141.312 831.120.519 0,325032659
39 WIIM 472.018.070 2.099.873.760 0,224784022
Bersambung ke halaman selanjutnya
94
Pengukuran Tunneling Incentive 2015 (Lanjutan)
NO. KODE SAHAM TERBESAR MODAL SAHAM TUN
1 ADMG 1.925.414.417 3.889.179.559 0,495069561
2 AMFG 190.359.000.000.000 434.000.000.000.000 0,438615207
3 ARNA 1.800.000.000 7.341.430.976 0,245183808
4 ASII 20.288.255.040 40.483.553.140 0,501148083
5 BRAM 270.923.182 450.000.000 0,602051516
6 BRPT 3.638.494.330 6.979.892.784 0,521282266
7 BTON 82.000.000 180.000.000 0,455555556
8 CEKA 258.885.000 297.500.000 0,870201681
9 CTBN 386.029.420 800.371.500 0,482312801
10 DLTA 467.061.150 800.659.050 0,58334587
11 DVLA 1.037.800.912 1.120.000.000 0,926607957
12 FPNI 5.296.579.215 5.566.414.000 0,951524485
13 GDST 4.212.730.000 8.200.000.000 0,513747561
14 GDYR 384.500.000 410.000.000 0,937804878
15 GJTL 1.724.972.443 3.484.408.600 0,495054582
16 INDF 4.396.103.450 8.780.426.500 0,500670833
17 INRU 1.283.649.894 1.388.883.283 0,924231654
18 INTP 1.877.480.863 3.681.231.699 0,510014315
19 IPOL 2.642.460.920 6.443.379.509 0,410104809
20 JPFA 6.165.985.835 10.660.522.910 0,578394314
21 KBLI 1.177.826.408 4.007.235.107 0,293924957
22 KBRI 2.953.918.550 8.687.995.734 0,34
23 KICI 60.195.140 138.000.000 0,436196667
24 LION 150.060.000 520.160.000 0,288488157
25 LMSH
2.452.700 9.600.000 0,255489583
26 MERK 16.574.150 22.400.000 0,739917411
27 PICO 432.875.000 568.375.000 0,761601056
Bersambung ke halaman selanjutnya
95
Pengukuran Tunneling Incentive 2015 (Lanjutan)
NO. KODE SAHAM TERBESAR MODAL SAHAM TUN
28 POLY 1.289.079.472 2.495.753.347 0,516509163
29 ROTI 1.594.467.000 5.061.100.000 0,315043568
30 SKLT 184.980.375 690.740.500 0,2678001
31 SMCB 6.179.612.820 7.662.900.000 0,806432659
32 SQBI 9.268.000 10.240.000 0,905078125
33 SRSN 2.119.652.045 6.020.000.000 0,352101669
34 TOTO 391.154.680 1.032.000.000 0,379025853
35 TPIA 1.480.383.520 3.286.962.558 0,450380403
36 UNIT 27.073.425 75.422.200 0,358958304
37 UNVR 6.484.877.500 7.630.000.000 0,849918414
38 VOKS 170.000.000 831.120.519 0,204543139
39 WIIM 472.018.070 2.099.873.760 0,224784022
Bersambung ke halaman selanjutnya
96
Pengukuran Tunneling Incentive 2016 (Lanjutan)
NO. KODE SAHAM TERBESAR MODAL SAHAM TUN
1 ADMG 1.925.414.417 3.889.179.559 0,495069561
2 AMFG 190.359.000.000.000 434.000.000.000.000 0,438615207
3 ARNA 1.740.000.000 7.341.430.976 0,237011014
4 ASII 20.288.255.040 40.483.553.140 0,501148083
5 BRAM 270.923.182 450.000.000 0,602051516
6 BRPT 3.638.494.330 6.979.892.784 0,521282266
7 BTON 82.000.000 180.000.000 0,455555556
8 CEKA 517.771.000 595.000.000 0,870203361
9 CTBN 386.029.420 800.371.500 0,482312801
10 DLTA 467.061.150 800.659.050 0,58334587
11 DVLA 1.031.800.912 1.120.000.000 0,921250814
12 FPNI 5.032.280.695 5.566.414.000 0,904043554
13 GDST 7.159.870.000 8.200.000.000 0,873154878
14 GDYR 384.500.000 410.000.000 0,937804878
15 GJTL 1.724.972.443 3.484.408.600 0,495054582
16 INDF 4.396.103.450 8.780.426.500 0,500670833
17 INRU 1.283.649.894 1.388.883.283 0,924231654
18 INTP 1.877.480.863 3.681.231.699 0,510014315
19 IPOL 1.903.153.710 6.443.379.509 0,295365764
20 JPFA 5.819.366.685 11.410.522.910 0,51
21 KBLI 1.177.826.408 4.007.235.107 0,293924957
22 KBRI 2.953.918.550 8.687.995.734 0,34
23 KICI 60.195.140 138.000.000 0,436196667
24 LION 150.060.000 520.160.000 0,288488157
25 LMSH 24.527.000 96.000.000 0,255489583
26 MERK 331.843.000 448.000.000 0,740720982
27 PICO 432.875.000 568.375.000 0,761601056
28 POLY 1.443.805.382 2.495.753.347 0,578504837
29 ROTI 1.594.467.000 5.061.100.000 0,315043568
30 SKLT 184.980.375 690.740.500 0,2678001
31 SMCB 6.179.612.820 7.662.900.000 0,806432659
32 SQBI 9.268.000 10.240.000 0,905078125
33 SRSN 2.119.652.045 6.020.000.000 0,352101669
34 TOTO 391.154.680 1.032.000.000 0,379025853
35 TPIA 1.480.383.520 3.286.962.558 0,450380403
36 UNIT 27.073.425 75.422.200 0,358958304
37 UNVR 6.484.877.500 7.630.000.000 0,849918414
38 VOKS 250.000.000 831.120.519 0,300798734
39 WIIM 472.018.070 2.099.873.760 0,224784022
97
LAMPIRAN 6
Pengukuran Intangible Assets
No KODE 2014 2015 2016
1 ADMG 0 0 0
2 AFMG 0 0 0
3 ARNA 0 0 0
4 ASII 0 0 0
5 BRAM 0 0 0
6 BRPT 0 0 0
7 BTON 0 0 0
8 CEKA 0 0 0
9 CTBN 1 1 1
10 DLTA 0 0 0
11 DVLA 0 0 0
12 FPNI 0 0 0
13 GDST 0 0 0
14 GDYR 0 0 0
15 GJTL 0 0 0
16 INDF 1 1 1
17 INRU 1 1 1
18 INTP 1 1 1
19 IPOL 0 0 0
20 JPFA 0 0 0
21 KBLI 0 0 0
22 KBRI 0 0 0
23 KICI 0 0 0
24 LION 1 1 1
25 LMSH 0 0 0
26 MERK 1 1 1
27 PICO 0 0 0
28 POLY 0 0 0
29 ROTI 1 1 1
30 SKLT 0 0 0
31 SMCB 0 0 0
32 SQBI 0 0 0
33 SRSN 1 1 1
34 TOTO 0 0 0
Bersambung pada halaman selanjutnya
98
Pengukuran Intangible Assets (lanjutan)
NO. KODE 2014 2015 2016
35 TPIA 0 0 0
36 UNIT 0 0 0
37 UNVR 1 1 1
38 VOKS 0 0 0
39 WIIM 1 1 1
99
LAMPIRAN 7
Output Hasil Penelitian Data
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DEBT 117 ,153 2,560 ,85416 ,549210
TUN 117 ,205 ,952 ,52934 ,225270
INTANG 117 0 1 ,26 ,439
Valid N
(listwise)
117
Sumber: Data Sekunder yang di olah
2. Hasil Uji Frekuensi
TP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
V
a
l
i
d
TIDAK ADA
TRANSAKSI PIHAK
BERELASI
9 7,7 7,7 7,7
ADA TRANSAKSI
PIHAK BERELASI
108 92,3 92,3 100,0
Total 117 100,0 100,0
Sumber: Output SPSS
Bersambung pada halaman selanjutnya
100
3. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 70,002 1,692
2 63,790 2,291
3 63,460 2,470
4 63,458 2,485
5 63,458 2,485
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 63,458
c. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant DEBT TUN IA
Step 1 1 65,498 1,130 -,178 1,401 -,108
2 53,739 ,945 -,411 3,581 -,265
3 49,386 ,192 -,601 6,563 -,398
4 47,896 -,649 -,665 9,423 -,409
5 47,660 -1,117 -,681 11,027 -,394
6 47,654 -1,206 -,686 11,351 -,392
7 47,654 -1,208 -,686 11,361 -,392
8 47,654 -1,208 -,686 11,361 -,392
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 63,458
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by
less than ,001.
Sumber: Output SPSS
Bersambung pada halaman selanjutnya
101
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Model Summary
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke
R Square
1 47,654a ,126 ,302
a. Estimation terminated at iteration number 8 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Output SPSS
5. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6,493 8 ,592
Sumber: Output SPSS
6. Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
TP Percentage
Correct TIDAK ADA
TRANSAKSI
PIHAK BERELASI
ADA
TRANSAKSI
PIHAK
BERELASI
S
t
e
p
1
TP TIDAK ADA
TRANSAKSI
PIHAK
BERELASI
0 9 ,0
ADA
TRANSAKSI
PIHAK
BERELASI
1 107 99,1
Overall Percentage 91,5
a. The cut value is ,500
Sumber: Output SPSS
Bersambung ke halaman selanjutnya
102
7. Hasil Uji Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
S
t
e
p
1a
DEBT -,686 ,688 ,994 1 ,319 ,504
TUN 11,361 4,349 6,824 1 ,009 85939,9
06
INTANG -,392 ,839 ,218 1 ,640 ,676
Constant -1,208 1,579 ,586 1 ,444 ,299
a. Variable(s) entered on step 1: DEBT, TUN, INTANG.
Sumber: Output SPSS
Correlation Matrix
Constant DEBT TUN INTANG
S
t
e
p
1
Constant 1,000 -,359 -,846 -,324
DEBT -,359 1,000 -,100 ,277
TUN -,846 -,100 1,000 ,045
IA -,324 ,277 ,045 1,000
Sumber: Output SPSS