instrumen peneletian
DESCRIPTION
Instrumeln Penelitian Metode Pengumpulan DataTRANSCRIPT
I.2 Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui observasi, survey, kuesioner, angket, wawancara, dokumentasi
dan sebagainya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Untuk menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan kita dapat
menyesuaikan dengan beberapa keadaan. Misalnya kita tidak memiliki biaya yang
banyak kita dapat menggukan metode pengumpulan data dengan kuesioner, karena
metode ini terbilang sangat murah dari metode lainnya Seperti yang ditunjukan pada
tabel dibawah :
KEADAAN METODE PENGUMPULAN DATA
Tujuan Observasi Dokumentasi Wawancara Kuesener
Eksplorasi V V V
Analisis V V
-Skala variabel
Nominal&ordinal V V V
Interval & ratio V V
-Sampel
Besar V
Kecil V V V V
-Lokasi
Luas V
Terbatas V V V V
-Biaya
Besar V V V V
Terbatas V
-Waktu
Cukup V V V V
Terbatas V
-Pelaksana
Banyak V V V V
Terbatas V
Metode pengumpulan data juga tergantung pada karekteristik data variabel.
Suatu variabel memiliki dua metode yang dipergunakan tidak selalu sama untuk setiap
variabel. Suatu variabel juga dapat mempergunakan dua metode atau lebih, yang
pertama adalah metode utama, dan yang lainuntuk kontrol silang. Berikut ini adalah
contoh metode pengumpulan data pada suatu penelitian.
Variabel Wawancara Kuesioner Pengamatan Dokumenter
X1 V - - X
X2 - V X -
X3 - V X -
X4 X V - -
Contohnya pada variabel X2, misalnya pada suatu penelitian mengenai bagaimana
kualitas air di sekitar TPA Antang kita dapat menggunakan dua metode pengumpulan
data yaitu wawancara dan dokumenter. Begitu juga dengan X4, misalnya pada
penelitian kenyamaan dan keaamanan disekitar jalan Veteran Makassar dengan
menggunakan metode
Adapaun beberapa penjelasan secara lengkap mengenai metode-metode pengumpulan
data yang terdiri dari observasi, survey, kuesioner dan wawancara sebagai berikut :
a. PENGAMATAN(OBSERVASI)
- Definisi Observasi
Observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi dapat berlangsung
dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah. Dalam
arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan
yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Tujuan Observasi
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat
dalam kejadian yang diamati tersebut Observasi perlu dilakukan karena
beberapa alasan, yaitu:
1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur
dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini
banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak
sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode
pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain.
Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat
daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku
yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
- Tahapan Pengamatan
Secara umum ada beberapa thapan dalam observasi itu sendiri yaitu :
1. Persiapan termasuk latihan (trening)
2. Memasuki lingkungan penelitian
3. Memulai interaksi
4. Pengamatan dan pencatatan
5. Menyelesaikan tugas lapangan
- Teknik Observasi
Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing
umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1. Observasi Partisipan
Peranan pengamatan dapat dibedakan berdasarkan hubungan
pertisipatifnya dengan kelompok yang diamati.yaitu :
a. Partisipan penuh
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang
rnengadakan dengan observasi (observer) turut ambil bagian dalam
perikehidupan observer. Teknik ini biasa juga disebut partisipan penuh.
Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk
penelitian yang bersifat eksploratif.
b. partisipan sebagai pengamat.
masing-masing pihak, baik pengamat mauun yang diaamti, menyadari
peranannya. Peneliti membatasi diri daldam berpartisipasi sebagai
pengamat dan responden menyadari bahwa dirinya adalah objek
pengamatan. Oleh karena itu, pengamat membatasi aktivitasnya dalam
kelompok.
c. Pengamat sebagai parisipan
hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan daldam penelitian
d. pengamat sempurna.
Peneliti menjadi pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamatinya. Ia
mempunya jarak dengan responden yang diamati.
Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup
dan seorang participan observer adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah
diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak
terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah
yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa
pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi
interaksi merupakan hal yang terbaik.
d. Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian
dengan observasi partisipan ini. Dalam observasi partisipan, observer
berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan
yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya
memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada
bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat
tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat
bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti,
ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.
2. Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun
dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati
kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam
lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya
usaha untuk menguntrol.
Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
- Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam
mungkin untuk semua observee.
- Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya
tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
- Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang
sebenannya dan observasi.
- Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti
mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah
aksi reaksi semata.
- Kelebihan Observasi
1. Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal,
perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih
berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak
menggantungkan data-datadari ingatan seseorang.
2. Pengamatan dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi
verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek
tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak
punya waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya
pengamatan (observasi) langsung.
- Kelemahan Observasi
1. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan
langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja
dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu
adanya upacara adat tersebut.
2. Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang
berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan
suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, akan sulit atau
tidak mungkin dilakukan.
3. Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita
ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak
mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga
tersebut karena kurang jelas yang tidak mungkin diamati bahkan mungkin
dapat membahayakan si pengamat jika diamati
b. Survey
- Definisi Survey
Survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya
digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak. Metode survei
adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen
utama untuk mengumpulkan data. Metode ini adalah yang paling sering dipakai
di kalangan mahasiswa.
Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi
deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala)
dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan
standar yang sudah ditentukan.
Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei
dilakukan secara sistematis dan berencana. survei bukanlah hanya bermaksud
mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status
dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau
ditentukan. Disamping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu
hipotesis.
- Tujuan Survey
Tujuan dari survey adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan
menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran
informasi itu tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei.
Kegunaan dari survei antara lain:
1. Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
2. Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;
3. Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan
orang lain dalam menangani hal yang serupa;
4. Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun
secara sampel; dan
5. Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
- Tahapan Survei
Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni:
1. Menentukan masalah penelitian ;
2. Membuat desain survei ;
3. Mengembangkan instrumen survei;
4. Menentukan sampel;
5. Melakukan pre-test;
6. Mengumpulkan data;
7. Memeriksa data(editing);
8. Mengkode data;
9. Data entry;
10. Pengolahan dan analisis data;
11. Interpretasi data; dan
12. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.
- Jenis Survei
Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses
pelaksanaannya dan perlakuan terhadap sampel.
1. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). Data hanya dikumpulkan
untuk waktu tertentu saja dengan tujuan menggambarkan kondisi populasi.
2. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). Survei dilakukan berulang
untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
3. Survei Tracking/Trend. Survei dilakukan pada populasi yang sama namun
dengan sampel berbeda untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena
dari waktu ke waktu.
4. Survei Panel. Survei dilakukan terhadap sampel yang sama untuk
memahami suatu fenomena dari waktu ke waktu.
5. Survei Cohort. Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang spesifik
untuk mengetahui perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
- Kelebihan Survey
Kelebihan menggbihaunakan metode survei :
1. Dapat dilakukan untuk menginvestigasi masalah yang terkait dengan
kehidupan manusia tanpa harus melalui riset laboratorium atau melalui
perancangan suatu kondisi tertentu.
2. Tidak membutuhkan biaya yang besar
3. Pengumpulan data yang luas dapat dilakukan dengan relatif mudah.
4. Tidak dibatasi oleh faktor geografi
5. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei
- Kelemahan Survey
Kelemahan menggunakan metode survey.
1. Tidak bisa menjangkau semua persoala
2. Memiliki potensi biasa.
3. Responden dapat memahami pertanyaan secara berbeda dari yang diinginkan.
ANGKET DAN KUESIONER
Angket dan kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket dan kuesioner cukup
sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket dan kuesioner menurut
Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket dan
kuesioner, prinsip pengukuran dan penampilan fisik adalah :
Isi dan tujuan pertanyaan yaitu jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur
maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak
mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada
responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka
responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
Pertanyaan tidak mendua
Tidak menanyakan yang sudah lupa
Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring
pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket/ kuesioner sebaiknya tidak terlalu
panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket/ kuesioner, dimulai dari
yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang
sulit.
Secara garis besar ada dua cara pengguanaan angket/kuesioner sebagai teknik
pengumpulan data,yaitu (1) disebarkan yang kemudian diisi oleh responden dan (2)
digunakan sebagai pedoman wawancara dengan responden. Penyebaran
angket/kuesioner dapat dilakukan dengan cara dikirim lewat pos atau diantar sendiri
oleh peneliti.
Jenis –jenis angket /kuesioner
a) Angket/kuesioner terbuka dan tertutup
Angket/kuesioner terbuka atau open ended questionnaire memberi kesempatan
kepada responden untuk memberi jawaban secara bebas dengan menggunakan
kalimatnya sendiri. Misalnya :
Bagaimana pendapat anda kalau :
1). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?
………………………………………………………………………
2). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?
………………………………………………………………………
Untuk menjawab pertanyaan ini responden bebas menggunakan kalimatnya sendiri.
Angket/kuesioner tertutup atau closed questionare, adalah angket/angket/kuesioner
yang jawabanya telah disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai.
Misalnya:
Bagaimana pendapat anda kalau :
1). Pelajaran bahasa Inggris diberikan di SD?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
2). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
3). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
Untuk menjawab pertanyaan ini responden tinggal memilih jawaban mana yang
dianggap sesuai atau benar.
Angket/kuesioner semi terbuka, merupakan angket/ kuesioner yang pertanyaan atau
pernyataanya memberikan kebebasan pada respondenya untuk memberikan jawaban
dan pendapat menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan.
b) Angket/ kuesioner langsung dan tidak langsung
Angket/kuesioner langsung kalau responden ditanya mengenai dirinya, pengalamanya,
keyakinanya atau diminta untuk menceritakan tentang dirinya sendiri. Misalnya :
1). Apakah Anda suka belajar Matematika?
2). Apakah Anda pernah mengikuti PKG?
3). Metode apa yang Anda gunakan untuk mengajar membaca?
Angket/kuesioner tak langsung jika responden diminta untuk memberikan jawaban
tentang orang lain. Misalnya angket/ kuesioner yang diberikan kepada kepala sekolah
yang menanyakan tentang keadaan guru disekolah yang dipimpimnya.
Menurut pendapat Anda apakah
1). Guru matematika di sekolah ini disukai siswanya?
2). Guru matematika di sekolah ini dapat mengajar dengan baik?
o Bentuk Angket/ kuesioner:
Dilihat dari bentuknya, maka ada angket/kuesioner pilihan ganda, bentuk isian, bentuk
check list, dan bentuk skala. Bentuk-bentuk angket/kuesioner tersebut pada dasarnya
sama dengan bentuk tes. Mungkin yang perlu diberi contoh adalah bentuk skala.
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket/kuesioner sebagai metode
yang dipilih untuk mengumpulkan data. Angket/kuesioner memang mempunyai banyak
kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang angket/kuesioner baik asal cara
dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian.
Sebelum angket/kuesioner disusun, maka harus melalui prosedur:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai
2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal.
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan
teknik analisisnya.
Kelebihan teknik angket/ kuesioner:
a. Angket/kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.
b. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi angket/kuesioner
dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.
c. Angket/kuesioner secara relatif lebih efisien untuk sumber data yang banyak.
d. Karena angket/kuesioner biasanya tidak mencantumkan identitas responden,
maka hasilnya dapat lebih objektif.
Kekurangan teknik angket/kuesioner:
1. Angket/kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan
dengan sepenuh hati.
2. Angket/kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus
dijawab terbatas yang dicantumkan di angket/kuesioner saja, tidak dapat
dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya.
3. Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan daftar
pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat sekaligus mengumpulkan
sampel
4. Angket/kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat.
WAWANCARA
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber
atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan
sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000
responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai
teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah
dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape
recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran
wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali
dari responden.
Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan
baru
Bisa membaca isyarat non verbal
Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangan wawancara tatp muka adalah :
Membutuhkan waktu yang lama
Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah
terpisah
Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
Pewawancara perlu dilatih
Bisa menimbulkan bias pewawancara
Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
Wawancara via phone
Kelebihan wawancara via phone
Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan wawancara via phone
Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
Wawancara harus diusahakan singkat
Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak
terdaftar pun dihilangkan dari sampel
Keberhasilan suatu wawancara sangat ditentukan oleh bagaimana hubungan antara
subjek dan pewawancara (Lerbin,2007). Suasana hubungan yang kondusif (disebut juga
sebagai rapport) untuk keberhasilan suatu wawancara mencakup adanya sikap saling
mempercayai dan kerja sama di antara mereka. Suasana yang demikian dapat
diusahakan melalui beberapa cara, diantaranya pewawancara sebaiknya lebih dulu
memperkenalkan diri dan mengemukakan secara jelas dan lugas tujuan wawancara yang
akan dilakukannya. Hal itu dilakukan dengan sikap rendah hati dan bahwa yang
berkepentinagan adalah pewawancara. Pada awal pertemuan, pewawancara juga harus
menciptakan suasana yang santai dan bebas serta tidak formal agar proses wawancara
dapat berlangsung secara lebih alamiah. Pewawancara sebaiknya mengawali
pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ‘pemanasan’ sebagai
pendahuluan, sekalipun pertanyaan itu mungkin tidak berkaitan langsung dengan tujuan
penelitian. Kemudian, secara perlahan-lahan, pewawancara mengarahkan pembicaraan
pada tujuan penelitian. Hal itu dilakukan untuk memperlancar proses wawancara. Hal-
hal yang ditanyakan pada pendahuluan itu sebaiknya adalah hal-hal yang menarik minat
subjek. Dalam keadaan yang demikian, penggunaan ‘bahasa ibu’ dari subjek mungkin
akan sangat membantu.
Pada pelaksanaan wawancara, pewawancra jangan menunjukkan sikap tidak percaya
terhadap dan kurang menghargai jawaban yang diberikan subjek dan ajngan
menunjukkan siakp yang tergesa-gesa. Adakalanya subjek mengalami blocking,
pikirannya ‘tersumbat’ sehingga proses wawancara tidak berjalan dengan lancar. Dalam
keadaan yang demikian, pewawancara harus dapat membantu subjek untuk keluar dari
keadaan itu. Itu dapat dilakukan, misalnya denagn mengalihkan topik pembicaraan ke
topik lain untuk sementara waktu.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pewawancara adalah bahwa ia harus dapat
memahami keadaan subjek, ia harus memiliki empati. Dengan cara yang demikain,
pewawancara akan lebih dapat mengarahkan wawancara sesuai dengan kondisi subjek.
Suatu hal yang penting dalam wawancara adalah si pewawancara dapat mengganti
subjeknya (Nazir, 1988). Jika seorang responden misalnya tidak ingin memberikan
keterangan tentang suatu hal, maka peneliti dapat pindah mencari responden lain. Tidak
demikian halnya dalam pengamatan langsung. Karena itu, si peneliti harus dapat
mencari jalan supaya pengamatan terhadap kejadian yang ingin diamati tidak boleh
gagal.
Sebelum pewawancara turun untuk melaksanakan wawancara, maka dia harus lebih
dahulu memeutuskan apakah ia akan memperkenalkan dirinya sebagai peneliti, ataukah
ia akan bekerja sebagai incognito. Tetapi, pengalaman memprlihatkan bahwa sebaiknya
si peneliti atau pewawancara memperkenalkan dirinya sebagai peneliti kelompok objek.
METODE DOKUMENTER
Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik
berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang
semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian.
Macam-Macam Bahan dan Jenis Dokumen
a. Menurut Bungin (2008); dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Dokumen pribadi adalah catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya. Berupa buku harian, surat pribadi, &
otobiografi.
Dokumen Resmi terbagi dua: pertamaintern; memo, pengumuman,
instruksi, aturan lembaga untuk kalangan sendiri, laporan rapat, keputusan
pimpinan, konvensi; keduaekstern; majalah, buletin, berita yang disiarkan
ke mass media, pemberitahuan. (termasuk dalam klasifikasi di atas,
pendapat lexy Moleong dan Nasution)
b. Menurut Sugiyono (2005), berbentuk tulisan, gambar, dan karya
Bentuk tulisan, seperti; catatan harian, life histories, ceritera, biografi,
peraturan, kebijakan, dan lainnya.
Bentuk gambar, seperti; foto, gambar hidup, sketsa, dan lainnya.
Bentuk karya, seperti; karya seni berupa gambar, patung, film, dan lainnya.
c. Menurut E. Kosim (1988) jika diasumsikan dokumen itu merupakan
sumber data tertulis, maka terbagi dalam dua kategori yaitu sumber resmi
dan tak resmi.
Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh
lembaga/perorangan atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber
resmi formal dan sumber resmi informal.
Sumber tidak resmi, merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh
individu tidak atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber tak resmi
formal dan sumber tak resmi informal.
Metode dokumenter merupakan salah satu jenis metode yang sering digunakan dalam
metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik pengumpulan datanya.
Terutama sekali metode ini banyak digunakan dalam lingkup kajian sejarah. Namun
sekarang ini studi dokumen banyak digunakan oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam
metodologi penelitiannya, karena sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan
dalam bahan-bahan yang berbentuk dokumenter. Oleh karenanya ilmu-ilmu sosial saat
ini serius menjadikan studi dokumen dalam teknik pengumpulan datanya.
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human
resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan
manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi
dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang
sebagai ”nara-sumber” yang dapat menjawab pertanyaan; ”Apa tujuan dokumen itu
ditulis?; Apa latarbelakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada
peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?” dan sebagainya.
(Nasution, 2003)
Menurut Sugiyono (2005) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil
penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi
dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya hal senada diungkapkan Bogdan
(seperti dikutip Sugiyono) “in most tradition of qualitative research, the phrase
personal document is used broadly to refer to any first person narrative produce by an
individual which describes his or her own actions, experience, and beliefs”.
Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip
wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya.
Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang
memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional.
Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif. Selain itu, di dalam
penelitian kualitatif juga dikenal tata cara pengumpulan data yang lazim, yaitu melalui
studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka (berbeda dengan Tinjauan Pustaka)
dilakukan dengan cara mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan tahunan,
peraturan perundangan, dan diploma/sertifikat. Sumber tertulis ini dapat merupakan
sumber primer maupun sekunder, sehingga data yang diperoleh juga dapat bersifat
primer atau sekunder. Pengumpulan data melalui studi lapangan terkait dengan situasi
alamiah. Peneliti mengumpulkan data dengan cara bersentuhan langsung dengan situasi
lapangan, misalnya mengamati (observasi), wawancara mendalam, diskusi kelompok
(Focused group discussion), atau terlibat langsung dalam penilaian.( Djoko Dwiyanto,
Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau
informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan
tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini
sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau
suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari dokumen-dokumen tersebut dapat
mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti. Pengumpulan data
perlu didukung pula dengan pendokumentasian, dengan foto, video, dan VCD.
Dokumentasi ini akan berguna untuk mengecek data yang telah terkumpul.
Pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sebanyak mungkin peneliti
berusaha mengumpulkan. Maksudnya, jika nanti ada yang terbuang atau kurang relevan,
peneliti masih bisa memanfaatkan data lain. Dalam fenomena budaya, biasanya ada data
yang berupa tatacara dan perilaku budaya serta sastra lisan.
Penggunaan Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa studi dokumen menjadi metode pelengkap
bagi penelitian kualitatif, yang pada awalnya menempati posisi yang kurang
dimanfaatkan dalam teknik pengumpulan datanya, sekarang ini menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari teknik pengumpulan data dalam metodologi penelitian kualitatif. Hal
senada diungkapkan Nasution (2003) bahwa meski metode observasi dan wawancara
menempati posisi dominan dalam penelitian kualitatif, metode dokumenter sekarang ini
perlu mendapatkan perhatian selayaknya, dimana dahulu bahan dari jenis ini kurang
dimanfaatkan secara maksimal. Ada catatan penting dari Sugiyono (2005) mengenai
pemanfaatan bahan dokumenter ini, bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas
yang tinggi, sehingga harus selektif dan hati-hati dalam pemanfaatannya.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif,
seperti yang dikemukakan Nasution (2003);
1. Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai.
2. Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk
mempelajarinya.
3. Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan
cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan.
4. Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.
5. Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data.
6. Merupakan bahan utama dalam penelitian historis.
Kajian Isi Dokumen (Content Analysis Document)
Penggunaan dokumen ini berkaitan dengan apa yang disebut analisa isi. Cara
menganalisa isi dokumen ialah dengan memeriksa dokumen secara sistematik bentuk-
bentuk komunikasi yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen secara
obyektif. Kajian isi atau content analysis document ini didefinisikan oleh Berelson yang
dikutip Guba dan Lincoln, sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan
secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Sedangkan
Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan
seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau
dokumen. Definisi lain dikemukakan Holsti, bahwa kajian isi adalah teknik apapun
yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik
pesan, dan dilakukan secara objektif, dan sistematis (Moleong, 2007).
Dalam metode sejarah, pembahasan mengenai analisis konten dokumen ini merupakan
bagian yang penting yang akan mempertaruhkan kredibilitas hasil penelitian sejarah.
Oleh karenanya pembahasan kajian isi ini memiliki segmen khusus dalam pembahasan
dan penggunaannya. Adapun yang terpenting dari kajian isi ini berkaitan dengan kritik
intern (kredibilitas) dan kritik ekstern (otentisitas) sumber data.
Selanjutnya Kosim (1988) menjabarkan secara detail mengenai kajian isi dokumen
dengan kritik ekstern dan intern. Masalah otentisitas dokumen (kritik ekstern) berupaya
menjawab tiga pertanyaan penting, yaitu
1. Apakah sumber tersebut memang sumber yang kita kehendaki? Singkatnya
apakah sumber tersebut palsu atau tidak?. Bisa dikaji dengan meneliti; tanggal,
materi yang dipakai seperti tinta, pengarang, tulisan tangan, tanda tangan,
materai, jenis huruf.
2. Apakah sumber itu asli atau turunan?. Disini digunakan analisis sumber. Jaman
dulu cara menggandakan sebuah dokumen dengan menyalin lewat tulisan
tangan, berbeda dengan sekarang menggunakan mesin fotocopy dan teknologi
komputer dan scanner.
3. Apakah sumber itu utuh atau sudah berubah?. Disini digunakan kritik teks,
seperti yang banyak digunakan para ahli filologi.
Langkah selanjutnya menurut Kosim, melakukan kritik intern yang bertugas menjawab
pertanyaan Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu kredibel / dapat
dipercaya?. Langkah-langkah untuk menjawabnya sebagai berikut;
1. Mengadakan penilaian intrinsik (yang hakiki) terhadap sumber. Dimulai dengan
menentukan sifat dari sumber, lalu menyoroti pengarang sumber tersebut.
2. Komparasi dengan kesaksian dari berbagai sumber.
Pengertian
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara
objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata adalah alat yang
digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan
bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk
atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-
masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat
yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis
serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
informasi tentang variabel yang sedang diteliti.
Kegunaan Instrumen Penelitian
Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel
(peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam suatu
penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan indikator penelitian diukur dengan baik,
maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan.. Secara
sederhana fungsi dari instrumen penelitian:
1) sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden
2) sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara dan
3) sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti.
Jenis – Jenis Instrumen Penelitian
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-
hal yang ia ketahui.
3. Interviu (interview).
Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,
perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara
langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan
rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati.
5. Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat
berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup
memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat
dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam
orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di
dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan
variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6. Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan
sebagainya.
Jenis instrumen pengumpulan data pada bagian ini perlu dijelaskan. Namun
perlu diingat penentuan instrument penelitian atau pengumpulan data ini sangat
bergantung pada model penelitian yang dipilih. Selain itu, perlu disajikan pula alasan
penggunaan instrumen tersebut yang terkait dengan jenis penelitian dan metode
pendekatan yang termuat dalam ruang lingkup penelitian. Pemilihan instrumen
penelitian tergantung pada beberapa pertimbangan berikut ini.
1. Jumlah responden.
Apabila jumlahnya sedikit, maka instrumen pengumpulan data melalui
wawancara lebih tepat daripada kuesioner.
2. Lokasi
Apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang relatif luas, maka penggunaan
kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data akan lebih efektif.
3. Data.
Jika ingin memperoleh data yang lebih mendalam, maka instrumen
pengumpulan data yang lebih tepat adalah dengan menggunakan pedoman
wawancara.
4. Pelaksana.
Jika pelaksana penelitian cukup banyak, sedangkan responden terbatas, maka
instrument pengumpulan data yang tepat adalah dengan melakukan wawancara.
Dalam keadaan sebaliknya, penggunaan kuesioner lebih tepat.
Metode dan instrumen Pengumpulan Data
Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode
pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen
pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang
dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat
digunakan untuk berbagai macam metode.
Jika daftar metode dan daftar instrumen tersebut dipasangkan, akan terlihat
kaitan dalam tabel berikut ini.
Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa:
1. Inventors dapat digunakan sebagai angket (tidak digunakan untuk mengetahui
sesuatu yang sifatnya "ketat" seperti tes, (misalnya angket minat) tetapi ada yang
berkedudukan seperti tes.
2. Daftar cocok (checklist) dapat digunakan dalam berbagai metode, karena nama
"daftar cocok" lebih menunjuk pada cara mengerjakan dan wujud tampiIan
instrumen dibandingkan dengan jenis instrumen sendiri.
Langkah – Langkah Menyusun Instrumen
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian, yaitu:
a. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian
b. Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub-variabel
c. Menderetkan diskriptor dari setiap indikator
d. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
Pengujian Instrumen Penelitian
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :
1. Valid
Jenis Metode Jenis Instrumen
Angket (questionnaire) Angket (questionnaire)Daftar cocok (checklist)
Skala (scala), inventori (inventory)
Wawancara (interview) Pedoman wawancara (interview guide)Daftar cocok (checklist)
Pengamatan/Observasi (Observation)
Lembar Pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi (observation sheet, observation
schedule), (checklist).
Ujian/Tes (test) Soal ujian, soal tes atau tes (test), inventori (inventory).
Dokumentasi Daftar cocok (checklist)Tabel
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat
digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk
mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk
mengukur berat. Jadi hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti.
. (Sugiyono: 2010)
a. Pengujian Validitas konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan.
Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih
dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan
untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli.
Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para
ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah
tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah
bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan
dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
b. Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas
pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar
yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi
pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk
mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program
yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah
ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel
yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau
pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan
dengan mudah dan sistematis.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut
dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang
baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta
di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas
eksternal yang tinggi.
2. Reliable
Reliable adalah keajekan (konsistensi) alat pengumpul data/ instrumen dalam
mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang
jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Meteran dari karet yang digunakan untuk mengukur panjang
merupakan contoh alat ukur yang tidak reliabel. Sebagian besar langkah - langkah
yang dilakukan dalam suatu proses penelitian adalah dengan mengumpulkan
informasi. Informasi tersebut bisa didapat baik secara langsung (data primer) maupun
tidak langsung (data sekunder, tersier, dsb).
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan
secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test –
retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian
dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen
dengan teknik-teknik tertentu.
a. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama
dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang
berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda
bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa
Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya
dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara
mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang
dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
dapat dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan
gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen
dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan
pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika
dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat
dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu
semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu
reliabel.
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas instrumen.
Jadi hasil penelitian dikatakan reliable jika terdapat kesamaan data pada
waktu yang berbeda. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable.
Jadi instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
hasil penelitian yang valid dan reliable.
Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan
reliable. Karena hal tersebut masih dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh
karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan dan menggunakan instrumen untuk
mengukur variabel yang diteliti.
Instrumen yang reliable belum tentu valid. Misalnya meteran yang putus
dibagian ujungnya, bila digunakan berkali – kali akan menghasilkan data yang sama
(reliable) tetapi selalu tidak valid, karena instrument tersebut sudah rusak.
Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument. Oleh
karena itu, walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliable, tepi pengujian
reliabilitas instrumen perlu dilakukan, untuk menambah keakuratan data. Selain itu
Kriteria lain Instrumen yang baik adalah Kekuatan penelitian bisa diketahui dari
validitas baik internal maupun eksternalnya.
Validitas internal adalah keyakinan terhadap hubungan sebab akibat atau
pengaruh dalam desain penelitian yang dilakukan.
Validitas Eksternal adalah berkenaan dengan kemampuan digeneralisasinya hasil
penelitian pada lingkungan, orang, atau peristiwa lain.
Skala pengukuran Variabel
Pengukuran variabel adalah proses pemberian nilai atau atribut pada suatu objek.
Terdapat empat jenis skala pengukuran variabel yaitu nominal, ordinal, interval, ratio.
Skala yang paling rendah adalah nominal dan yang tertinggi adalah skala rasio.
DataSkala Pengumpulan
Nominal Ordinal Interval Rasio
Jenis Data
1.Kuantitatif √ √
2. Kualitatif √ √
Metode
1. Observasi √ √ √
2. Dokumentasi √
3. Wawancara √
4. Kuesioner √ √
Setelah melakukan pengumpulan data melalui proses observasi, wawancara, angket
kemudian kita akan menafsirkan jawaban dari beberapa pertanyaan yang
diajukan.dengan menggunakan skala pengukuran variable.
1. Jawaban untuk variable nominal
Data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang
diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan
tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama,
atau diskrit. Data nominal merupakan data diskrit dan tidak memiliki urutan.
Jawaban yang akan diberikan oleh responden mengandung pengukuran.
Untuk variable nominal, pengukurannya dinyatakan dalam bentuk kategori yang
setara. Jumlah kategori pada umumnya tertutup jika mengetahui jumlahnya.
Misalnya variable genre. Variabel ini hanya terdiri atas dua ketegori, yaitu pria dan
wanita. Tetapi, jika jumlah ketegorinya tidak diketahui dengan jelas, atau tidak
tertentu, kurang mengetahui jumlahnya, atau banyak sekali, maka pilihan jawaban
dibuat terbuka. Misalnya Anda termasuk suku (1) Jawa (2) Sunda (3) Bugis.
Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set
diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya
tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing
anggota set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3).
Jelas kelihatan bahwa angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah
raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis.
Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka yang
diberikan hanya berfungsi sebagai label saja.
Seseorang yang pergi ke Jakarta, tidak akan pernah mengatakan dua
setengah kali, atau tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali, lima kali,
atau tujuh kali. Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga.
Numerik yang dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya.
Tidak akan pernah ada bilangan pecahan. Data nominal ini diperoleh dari hasil
pengukuran dengan skala nominal.
2. Jawaban untuk variable Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan –
tingkatan. Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking,
urutan, pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan
atau diberi peringkat. Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu
variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan
hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Bagian lain dari data kontinum adalah data ordinal. Data ini, selain memiliki
nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan
mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan
nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita
memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2,
3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu
dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi
sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk.
Misalnya dalam skala Likert, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu,
tidak setuju sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang
kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah,
mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja
menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah
menghadiri, dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode
1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data
ordinal.
Perhatikan contoh pertanyaan dibawah ini dengan menggunakan jawaban
untuk variable ordinal.
3. Data Interval
Skala Interval Adalah skala data
kontinum yang batas variasi nilai satu dengan
yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya
dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval
bila jarak atau perbedaan antara nilai
pengamatan satu dengan nilai pengamatan
lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai
variasi pada Skala Interval juga dapat
dibandingkan seperti halnyapada
skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil..dsb); tetapi Nilai Mutlaknya
tidak dapat dibandingkan secara Matematis, Data interval Pemberian angka kepada
set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain,
yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini
Contoh data interval tinggi badan
memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi
ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data
interval.
Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F
diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6,
maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 =
2. Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 – 3 = 3. Akan tetapi tidak bisa
dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A ataupun
prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B.
4. Data Rasio
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi
nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak. Ukuran yang meliputi semua
ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang memberikan
keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran rasio (data
rasio). Data rasio, yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala rasio memiliki
titik nol. Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu
kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data
rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian.
Angka pada data rasio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang
diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-
masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat
dengan ukuran rasio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan
pengemudi A. Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A.
Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B.
Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara
pengemudi D dan A adalah 5 : 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah
4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan
pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio lainnya
adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3 Kg.
Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan
skala rasio, maka bayi A memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C.
Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C
memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh data di bawah ini.