instrumen peneletian

44
I.2 Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui observasi, survey, kuesioner, angket, wawancara, dokumentasi dan sebagainya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Untuk menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan kita dapat menyesuaikan dengan beberapa keadaan. Misalnya kita tidak memiliki biaya yang banyak kita dapat menggukan metode pengumpulan data dengan kuesioner, karena metode ini terbilang sangat murah dari metode lainnya Seperti yang ditunjukan pada tabel dibawah : KEADAAN METODE PENGUMPULAN DATA Tujuan Observas i Dokumentasi Wawancara Kuesener Eksplorasi V V V Analisis V V - Skala variabel Nominal&ordina l V V V Interval & ratio V V

Upload: andi-fahdina-f-aslam

Post on 26-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Instrumeln Penelitian Metode Pengumpulan Data

TRANSCRIPT

Page 1: Instrumen Peneletian

I.2 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan

penggunaannya melalui observasi, survey, kuesioner, angket, wawancara, dokumentasi

dan sebagainya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

Untuk menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan kita dapat

menyesuaikan dengan beberapa keadaan. Misalnya kita tidak memiliki biaya yang

banyak kita dapat menggukan metode pengumpulan data dengan kuesioner, karena

metode ini terbilang sangat murah dari metode lainnya Seperti yang ditunjukan pada

tabel dibawah :

KEADAAN METODE PENGUMPULAN DATA

Tujuan Observasi Dokumentasi Wawancara Kuesener

Eksplorasi V V V

Analisis V V

-Skala variabel

Nominal&ordinal V V V

Interval & ratio V V

-Sampel

Besar V

Kecil V V V V

-Lokasi

Luas V

Terbatas V V V V

-Biaya

Besar V V V V

Terbatas V

-Waktu

Cukup V V V V

Terbatas V

Page 2: Instrumen Peneletian

-Pelaksana

Banyak V V V V

Terbatas V

Metode pengumpulan data juga tergantung pada karekteristik data variabel.

Suatu variabel memiliki dua metode yang dipergunakan tidak selalu sama untuk setiap

variabel. Suatu variabel juga dapat mempergunakan dua metode atau lebih, yang

pertama adalah metode utama, dan yang lainuntuk kontrol silang. Berikut ini adalah

contoh metode pengumpulan data pada suatu penelitian.

Variabel Wawancara Kuesioner Pengamatan Dokumenter

X1 V - - X

X2 - V X -

X3 - V X -

X4 X V - -

Contohnya pada variabel X2, misalnya pada suatu penelitian mengenai bagaimana

kualitas air di sekitar TPA Antang kita dapat menggunakan dua metode pengumpulan

data yaitu wawancara dan dokumenter. Begitu juga dengan X4, misalnya pada

penelitian kenyamaan dan keaamanan disekitar jalan Veteran Makassar dengan

menggunakan metode

Adapaun beberapa penjelasan secara lengkap mengenai metode-metode pengumpulan

data yang terdiri dari observasi, survey, kuesioner dan wawancara sebagai berikut :

a. PENGAMATAN(OBSERVASI)

- Definisi Observasi

Observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan

“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi dapat berlangsung

dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah. Dalam

Page 3: Instrumen Peneletian

arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan

yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

- Tujuan Observasi

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang

dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat

dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat

dalam kejadian yang diamati tersebut Observasi perlu dilakukan karena

beberapa alasan, yaitu:

1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini

banyak terjadi pada anak-anak.

2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak

sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode

pengukur utama.

3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain.

Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat

daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku

yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

- Tahapan Pengamatan

Secara umum ada beberapa thapan dalam observasi itu sendiri yaitu :

1. Persiapan termasuk latihan (trening)

2. Memasuki lingkungan penelitian

3. Memulai interaksi

4. Pengamatan dan pencatatan

5. Menyelesaikan tugas lapangan

- Teknik Observasi

Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing

umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:

Page 4: Instrumen Peneletian

1. Observasi Partisipan

Peranan pengamatan dapat dibedakan berdasarkan hubungan

pertisipatifnya dengan kelompok yang diamati.yaitu :

a. Partisipan penuh

Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang

rnengadakan dengan observasi (observer) turut ambil bagian dalam

perikehidupan observer. Teknik ini biasa juga disebut partisipan penuh.

Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk

penelitian yang bersifat eksploratif.

b. partisipan sebagai pengamat.

masing-masing pihak, baik pengamat mauun yang diaamti, menyadari

peranannya. Peneliti membatasi diri daldam berpartisipasi sebagai

pengamat dan responden menyadari bahwa dirinya adalah objek

pengamatan. Oleh karena itu, pengamat membatasi aktivitasnya dalam

kelompok.

c. Pengamat sebagai parisipan

hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan daldam penelitian

d. pengamat sempurna.

Peneliti menjadi pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamatinya. Ia

mempunya jarak dengan responden yang diamati.

Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup

dan seorang participan observer adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah

diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak

terlalu insidental dalam observasi-observasinya.

b. Waktu dan Bentuk Pencatatan

Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah

yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa

Page 5: Instrumen Peneletian

pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi

interaksi merupakan hal yang terbaik.

d. Intensi dan Ekstensi Partisipasi

Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian

dengan observasi partisipan ini. Dalam observasi partisipan, observer

berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan

yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya

memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada

bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat

tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat

bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti,

ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.

2. Observasi Eksperimental

Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun

dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati

kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam

lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya

usaha untuk menguntrol.

Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :

- Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam

mungkin untuk semua observee.

- Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya

tingkah laku yang akan diamati oleh observee.

- Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang

sebenannya dan observasi.

- Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti

mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah

aksi reaksi semata.

Page 6: Instrumen Peneletian

- Kelebihan Observasi

1. Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal,

perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih

berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak

menggantungkan data-datadari ingatan seseorang.

2. Pengamatan dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi

verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek

tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak

punya waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya

pengamatan (observasi) langsung.

- Kelemahan Observasi

1. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan

langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja

dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu

adanya upacara adat tersebut.

2. Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang

berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan

suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, akan sulit atau

tidak mungkin dilakukan.

3. Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita

ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak

mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga

tersebut karena kurang jelas yang tidak mungkin diamati bahkan mungkin

dapat membahayakan si pengamat jika diamati

b. Survey

- Definisi Survey

Survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya

digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak. Metode survei

adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen

utama untuk mengumpulkan data. Metode ini adalah yang paling sering dipakai

di kalangan mahasiswa.

Page 7: Instrumen Peneletian

Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi

deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala)

dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan

standar yang sudah ditentukan.

Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei

dilakukan secara sistematis dan berencana. survei bukanlah hanya bermaksud

mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status

dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau

ditentukan. Disamping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu

hipotesis.

- Tujuan Survey

Tujuan dari survey adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan

menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran

informasi itu tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei.

Kegunaan dari survei antara lain:

1. Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;

2. Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;

3. Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan

orang lain dalam menangani hal yang serupa;

4. Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun

secara sampel; dan

5. Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;

- Tahapan Survei

Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni: 

1. Menentukan masalah penelitian ;

2. Membuat desain survei ;

3. Mengembangkan instrumen survei;

4. Menentukan sampel;

Page 8: Instrumen Peneletian

5. Melakukan pre-test;

6. Mengumpulkan data;

7. Memeriksa data(editing); 

8. Mengkode data;

9. Data entry;

10. Pengolahan dan analisis data;

11. Interpretasi data; dan

12. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.

- Jenis Survei

Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses

pelaksanaannya dan perlakuan terhadap sampel.

1. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). Data hanya dikumpulkan

untuk waktu tertentu saja dengan tujuan menggambarkan kondisi populasi.

2. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). Survei dilakukan berulang

untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu.

3. Survei Tracking/Trend. Survei dilakukan pada populasi yang sama namun

dengan sampel berbeda untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena

dari waktu ke waktu.

4. Survei Panel. Survei dilakukan terhadap sampel yang sama untuk

memahami suatu fenomena dari waktu ke waktu.

5. Survei Cohort. Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang spesifik

untuk mengetahui perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu.

- Kelebihan Survey

Kelebihan menggbihaunakan metode survei :

1. Dapat dilakukan untuk menginvestigasi masalah yang terkait dengan

kehidupan manusia tanpa harus melalui riset laboratorium atau melalui

perancangan suatu kondisi tertentu.

2. Tidak membutuhkan biaya yang besar

3. Pengumpulan data yang luas dapat dilakukan dengan relatif mudah.

4. Tidak dibatasi oleh faktor geografi

5. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei

- Kelemahan Survey

Kelemahan menggunakan metode survey.

1. Tidak bisa menjangkau semua persoala

2. Memiliki potensi biasa.

Page 9: Instrumen Peneletian

3. Responden dapat memahami pertanyaan secara berbeda dari yang diinginkan.

ANGKET DAN KUESIONER

Angket dan kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan

responden untuk dijawabnya.

Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket dan kuesioner cukup

sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket dan kuesioner menurut

Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket dan

kuesioner, prinsip pengukuran dan penampilan fisik adalah :

Isi dan tujuan pertanyaan yaitu jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur

maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak

mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada

responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.

Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya

jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka

responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

Pertanyaan tidak mendua

Tidak menanyakan yang sudah lupa

Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring

pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.

Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket/ kuesioner sebaiknya tidak terlalu

panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.

Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket/ kuesioner, dimulai dari

yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang

sulit.

Secara garis besar ada dua cara pengguanaan angket/kuesioner sebagai teknik

pengumpulan data,yaitu (1) disebarkan yang kemudian diisi oleh responden dan (2)

digunakan sebagai pedoman wawancara dengan responden. Penyebaran

angket/kuesioner dapat dilakukan dengan cara dikirim lewat pos atau diantar sendiri

oleh peneliti.

Jenis –jenis angket /kuesioner

a) Angket/kuesioner terbuka dan tertutup

Page 10: Instrumen Peneletian

Angket/kuesioner terbuka atau open ended questionnaire memberi kesempatan

kepada responden untuk memberi jawaban secara bebas dengan menggunakan

kalimatnya sendiri. Misalnya :

Bagaimana pendapat anda kalau :

1). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?

………………………………………………………………………

2). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?

………………………………………………………………………

Untuk menjawab pertanyaan ini responden bebas menggunakan kalimatnya sendiri.

Angket/kuesioner tertutup atau closed questionare, adalah angket/angket/kuesioner

yang jawabanya telah disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai.

Misalnya:

Bagaimana pendapat anda kalau :

1). Pelajaran bahasa Inggris diberikan di SD?

A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju

2). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?

A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju

3). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?

A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju

Untuk menjawab pertanyaan ini responden tinggal memilih jawaban mana yang

dianggap sesuai atau benar. 

Angket/kuesioner semi terbuka, merupakan angket/ kuesioner yang pertanyaan atau

pernyataanya memberikan kebebasan pada respondenya untuk memberikan jawaban

dan pendapat menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan.

b) Angket/ kuesioner langsung dan tidak langsung

Angket/kuesioner langsung kalau responden ditanya mengenai dirinya, pengalamanya,

keyakinanya atau diminta untuk menceritakan tentang dirinya sendiri. Misalnya :

1). Apakah Anda suka belajar Matematika?

2). Apakah Anda pernah mengikuti PKG?

3). Metode apa yang Anda gunakan untuk mengajar membaca?

Angket/kuesioner tak langsung jika responden diminta untuk memberikan jawaban

tentang orang lain. Misalnya angket/ kuesioner yang diberikan kepada kepala sekolah

yang menanyakan tentang keadaan guru disekolah yang dipimpimnya.

Menurut pendapat Anda apakah

1). Guru matematika di sekolah ini disukai siswanya?

2). Guru matematika di sekolah ini dapat mengajar dengan baik?

Page 11: Instrumen Peneletian

o Bentuk Angket/ kuesioner:

Dilihat dari bentuknya, maka ada angket/kuesioner pilihan ganda, bentuk isian, bentuk

check list, dan bentuk skala. Bentuk-bentuk angket/kuesioner tersebut pada dasarnya

sama dengan bentuk tes. Mungkin yang perlu diberi contoh adalah bentuk skala.

Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket/kuesioner sebagai metode

yang dipilih untuk mengumpulkan data. Angket/kuesioner memang mempunyai banyak

kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang angket/kuesioner baik asal cara

dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian.

Sebelum angket/kuesioner disusun, maka harus melalui prosedur:

1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai

2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran

3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan

tunggal.

4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan

teknik analisisnya.

  

Kelebihan teknik angket/ kuesioner:

a. Angket/kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.

b. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi angket/kuesioner

dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.

c. Angket/kuesioner secara relatif lebih efisien untuk sumber data yang banyak.

d. Karena angket/kuesioner biasanya tidak mencantumkan identitas responden,

maka hasilnya dapat lebih objektif.

Kekurangan teknik angket/kuesioner:

1. Angket/kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan

dengan sepenuh hati.

2. Angket/kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus

dijawab terbatas yang dicantumkan di angket/kuesioner saja, tidak dapat

dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya.

3. Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan daftar

pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat sekaligus mengumpulkan

sampel

4. Angket/kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat.

WAWANCARA

Page 12: Instrumen Peneletian

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka

dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber

atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan

sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000

responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai

teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)

Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa

informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah

dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape

recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran

wawancara.

2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan

secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali

dari responden.

Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.

Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :

Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden

Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan

baru

Bisa membaca isyarat non verbal

Bisa memperoleh data yang banyak

Sementara kekurangan wawancara tatp muka adalah :

Membutuhkan waktu yang lama

Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah

terpisah

Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan

Pewawancara perlu dilatih

Bisa menimbulkan bias pewawancara

Responden bias menghentikan wawancara kapanpun

Wawancara via phone

Kelebihan wawancara via phone

Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka

Bisa menjangkau daerah geografis yang luas

Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)

Kelemahan wawancara via phone

Page 13: Instrumen Peneletian

Isyarat non verbal tidak bisa dibaca

Wawancara harus diusahakan singkat

Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak

terdaftar pun dihilangkan dari sampel

Keberhasilan suatu wawancara sangat ditentukan oleh bagaimana hubungan antara

subjek dan pewawancara (Lerbin,2007). Suasana hubungan yang kondusif (disebut juga

sebagai rapport) untuk keberhasilan suatu wawancara mencakup adanya sikap saling

mempercayai dan kerja sama di antara mereka. Suasana yang demikian dapat

diusahakan melalui beberapa cara, diantaranya pewawancara sebaiknya lebih dulu

memperkenalkan diri dan mengemukakan secara jelas dan lugas tujuan wawancara yang

akan dilakukannya. Hal itu dilakukan dengan sikap rendah hati dan bahwa yang

berkepentinagan adalah pewawancara. Pada awal pertemuan, pewawancara juga harus

menciptakan suasana yang santai dan bebas serta tidak formal agar proses wawancara

dapat berlangsung secara lebih alamiah. Pewawancara sebaiknya mengawali

pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ‘pemanasan’ sebagai

pendahuluan, sekalipun pertanyaan itu mungkin tidak berkaitan langsung dengan tujuan

penelitian. Kemudian, secara perlahan-lahan, pewawancara mengarahkan pembicaraan

pada tujuan penelitian. Hal itu dilakukan untuk memperlancar proses wawancara. Hal-

hal yang ditanyakan pada pendahuluan itu sebaiknya adalah hal-hal yang menarik minat

subjek. Dalam keadaan yang demikian, penggunaan ‘bahasa ibu’ dari subjek mungkin

akan sangat membantu.

Pada pelaksanaan wawancara, pewawancra jangan menunjukkan sikap tidak percaya

terhadap dan kurang menghargai jawaban yang diberikan subjek dan ajngan

menunjukkan siakp yang tergesa-gesa. Adakalanya subjek mengalami blocking,

pikirannya ‘tersumbat’ sehingga proses wawancara tidak berjalan dengan lancar. Dalam

keadaan yang demikian, pewawancara harus dapat membantu subjek untuk keluar dari

keadaan itu. Itu dapat dilakukan, misalnya denagn mengalihkan topik pembicaraan ke

topik lain untuk sementara waktu.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pewawancara adalah bahwa ia harus dapat

memahami keadaan subjek, ia harus memiliki empati. Dengan cara yang demikain,

pewawancara akan lebih dapat mengarahkan wawancara sesuai dengan kondisi subjek.

Suatu hal yang penting dalam wawancara adalah si pewawancara dapat mengganti

subjeknya (Nazir, 1988). Jika seorang responden misalnya tidak ingin memberikan

keterangan tentang suatu hal, maka peneliti dapat pindah mencari responden lain. Tidak

demikian halnya dalam pengamatan langsung. Karena itu, si peneliti harus dapat

mencari jalan supaya pengamatan terhadap kejadian yang ingin diamati tidak boleh

gagal.

Page 14: Instrumen Peneletian

Sebelum pewawancara turun untuk melaksanakan wawancara, maka dia harus lebih

dahulu memeutuskan apakah ia akan memperkenalkan dirinya sebagai peneliti, ataukah

ia akan bekerja sebagai incognito. Tetapi, pengalaman memprlihatkan bahwa sebaiknya

si peneliti atau pewawancara memperkenalkan dirinya sebagai peneliti kelompok objek.

METODE DOKUMENTER

Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik

berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang

semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

Macam-Macam Bahan dan Jenis Dokumen

a. Menurut Bungin (2008); dokumen pribadi dan dokumen resmi.

Dokumen pribadi adalah catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan,

pengalaman, dan kepercayaannya. Berupa buku harian, surat pribadi, &

otobiografi.

Dokumen Resmi terbagi dua: pertamaintern; memo, pengumuman,

instruksi, aturan lembaga untuk kalangan sendiri, laporan rapat, keputusan

pimpinan, konvensi; keduaekstern; majalah, buletin, berita yang disiarkan

ke mass media, pemberitahuan. (termasuk dalam klasifikasi di atas,

pendapat lexy Moleong dan Nasution)

b. Menurut Sugiyono (2005), berbentuk tulisan, gambar, dan karya

Bentuk tulisan, seperti; catatan harian, life histories, ceritera, biografi,

peraturan, kebijakan, dan lainnya.

Bentuk gambar, seperti; foto, gambar hidup, sketsa, dan lainnya.

Bentuk karya, seperti; karya seni berupa gambar, patung, film, dan lainnya.

c. Menurut E. Kosim (1988) jika diasumsikan dokumen itu merupakan

sumber data tertulis, maka terbagi dalam dua kategori yaitu sumber resmi

dan tak resmi.

Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh

lembaga/perorangan atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber

resmi formal dan sumber resmi informal.

Sumber tidak resmi, merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh

individu tidak atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber tak resmi

formal dan sumber tak resmi informal.

Metode dokumenter merupakan salah satu jenis metode yang sering digunakan dalam

metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik pengumpulan datanya.

Terutama sekali metode ini banyak digunakan dalam lingkup kajian sejarah. Namun

Page 15: Instrumen Peneletian

sekarang ini studi dokumen banyak digunakan oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam

metodologi penelitiannya, karena sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan

dalam bahan-bahan yang berbentuk dokumenter. Oleh karenanya ilmu-ilmu sosial saat

ini serius menjadikan studi dokumen dalam teknik pengumpulan datanya.

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human

resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan

manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi

dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang

sebagai ”nara-sumber” yang dapat menjawab pertanyaan; ”Apa tujuan dokumen itu

ditulis?; Apa latarbelakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada

peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?” dan sebagainya.

(Nasution, 2003)

Menurut Sugiyono (2005) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil

penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi

dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya hal senada diungkapkan Bogdan

(seperti dikutip Sugiyono) “in most tradition of qualitative research, the phrase

personal document is used broadly to refer to any first person narrative produce by an

individual which describes his or her own actions, experience, and beliefs”.  

Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip

wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya.

Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang

memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk

memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional.

Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif. Selain itu, di dalam

penelitian kualitatif juga dikenal tata cara pengumpulan data yang lazim, yaitu melalui

studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka (berbeda dengan Tinjauan Pustaka)

dilakukan dengan cara mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan tahunan,

peraturan perundangan, dan diploma/sertifikat. Sumber tertulis ini dapat merupakan

sumber primer maupun sekunder, sehingga data yang diperoleh juga dapat bersifat

primer atau sekunder. Pengumpulan data melalui studi lapangan terkait dengan situasi

alamiah. Peneliti mengumpulkan data dengan cara bersentuhan langsung dengan situasi

lapangan, misalnya mengamati (observasi), wawancara mendalam, diskusi kelompok

(Focused group discussion), atau terlibat langsung dalam penilaian.( Djoko Dwiyanto,

[email protected])

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau

informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan

Page 16: Instrumen Peneletian

tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini

sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau

suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari dokumen-dokumen tersebut dapat

mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti. Pengumpulan data

perlu didukung pula dengan pendokumentasian, dengan foto, video, dan VCD.

Dokumentasi ini akan berguna untuk mengecek data yang telah terkumpul.

Pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sebanyak mungkin peneliti

berusaha mengumpulkan. Maksudnya, jika nanti ada yang terbuang atau kurang relevan,

peneliti masih bisa memanfaatkan data lain. Dalam fenomena budaya, biasanya ada data

yang berupa tatacara dan perilaku budaya serta sastra lisan.

Penggunaan Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa studi dokumen menjadi metode pelengkap

bagi penelitian kualitatif, yang pada awalnya menempati posisi yang kurang

dimanfaatkan dalam teknik pengumpulan datanya, sekarang ini menjadi bagian yang tak

terpisahkan dari teknik pengumpulan data dalam metodologi penelitian kualitatif. Hal

senada diungkapkan Nasution (2003) bahwa meski metode observasi dan wawancara

menempati posisi dominan dalam penelitian kualitatif, metode dokumenter sekarang ini

perlu mendapatkan perhatian selayaknya, dimana dahulu bahan dari jenis ini kurang

dimanfaatkan secara maksimal. Ada catatan penting dari Sugiyono (2005) mengenai

pemanfaatan bahan dokumenter ini, bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas

yang tinggi, sehingga harus selektif dan hati-hati dalam pemanfaatannya.

Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif,

seperti yang dikemukakan Nasution (2003);

1. Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai.

2. Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk

mempelajarinya.

3. Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan

cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan.

4. Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.

5. Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data.

6. Merupakan bahan utama dalam penelitian historis.

Kajian Isi Dokumen (Content Analysis Document)

Page 17: Instrumen Peneletian

Penggunaan dokumen ini berkaitan dengan apa yang disebut analisa isi. Cara

menganalisa isi dokumen ialah dengan memeriksa dokumen secara sistematik bentuk-

bentuk komunikasi yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen secara

obyektif. Kajian isi atau content analysis document ini didefinisikan oleh Berelson yang

dikutip Guba dan Lincoln, sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan

secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Sedangkan

Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan

seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau

dokumen. Definisi lain dikemukakan Holsti, bahwa kajian isi adalah teknik apapun

yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik

pesan, dan dilakukan secara objektif, dan sistematis (Moleong, 2007).

Dalam metode sejarah, pembahasan mengenai analisis konten dokumen ini merupakan

bagian yang penting yang akan mempertaruhkan kredibilitas hasil penelitian sejarah.

Oleh karenanya pembahasan kajian isi ini memiliki segmen khusus dalam pembahasan

dan penggunaannya. Adapun yang terpenting dari kajian isi ini berkaitan dengan kritik

intern (kredibilitas) dan kritik ekstern (otentisitas) sumber data.

Selanjutnya Kosim (1988) menjabarkan secara detail mengenai kajian isi dokumen

dengan kritik ekstern dan intern. Masalah otentisitas dokumen (kritik ekstern) berupaya

menjawab tiga pertanyaan penting, yaitu

1. Apakah sumber tersebut memang sumber yang kita kehendaki? Singkatnya

apakah sumber tersebut palsu atau tidak?. Bisa dikaji dengan meneliti; tanggal,

materi yang dipakai seperti tinta, pengarang, tulisan tangan, tanda tangan,

materai, jenis huruf.

2. Apakah sumber itu asli atau turunan?. Disini digunakan analisis sumber. Jaman

dulu cara menggandakan sebuah dokumen dengan menyalin lewat tulisan

tangan, berbeda dengan sekarang menggunakan mesin fotocopy dan teknologi

komputer dan scanner.

3. Apakah sumber itu utuh atau sudah berubah?. Disini digunakan kritik teks,

seperti yang banyak digunakan para ahli filologi.

Langkah selanjutnya menurut Kosim, melakukan kritik intern yang bertugas menjawab

pertanyaan Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu kredibel / dapat

dipercaya?. Langkah-langkah untuk menjawabnya sebagai berikut;

1. Mengadakan penilaian intrinsik (yang hakiki) terhadap sumber. Dimulai dengan

menentukan sifat dari sumber, lalu menyoroti pengarang sumber tersebut.

2. Komparasi dengan kesaksian dari berbagai sumber.

Page 18: Instrumen Peneletian

Pengertian

Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Ibnu Hadjar berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan

untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara

objektif.

Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata adalah alat yang

digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas

atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya

digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan

bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk

atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.

Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan,

pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-

masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat

yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau

mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis

serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen

penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

informasi tentang variabel yang sedang diteliti.

Kegunaan Instrumen Penelitian

Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel

(peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam suatu

penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan indikator penelitian diukur dengan baik,

maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan.. Secara

sederhana fungsi dari instrumen penelitian:

1) sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden

2) sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara dan

Page 19: Instrumen Peneletian

3) sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti.

Jenis – Jenis Instrumen Penelitian

Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Tes

Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok.

2. Angket atau kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-

hal yang ia ketahui.

3. Interviu (interview).

Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya

untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,

perhatian, sikap terhadap sesuatu.

4. Observasi.

Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara

langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan

rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin

timbul dan akan diamati.

5. Skala bertingkat (ratings).

Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat

berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup

memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat

dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam

orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di

dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan

variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.

6. Dokumentasi.

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.

Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda

Page 20: Instrumen Peneletian

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan

sebagainya.

Jenis instrumen pengumpulan data pada bagian ini perlu dijelaskan. Namun

perlu diingat penentuan instrument penelitian atau pengumpulan data ini sangat

bergantung pada model penelitian yang dipilih. Selain itu, perlu disajikan pula alasan

penggunaan instrumen tersebut yang terkait dengan jenis penelitian dan metode

pendekatan yang termuat dalam ruang lingkup penelitian. Pemilihan instrumen

penelitian tergantung pada beberapa pertimbangan berikut ini.

1. Jumlah responden.

Apabila jumlahnya sedikit, maka instrumen pengumpulan data melalui

wawancara lebih tepat daripada kuesioner.

2. Lokasi

Apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang relatif luas, maka penggunaan

kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data akan lebih efektif.

3. Data.

Jika ingin memperoleh data yang lebih mendalam, maka instrumen

pengumpulan data yang lebih tepat adalah dengan menggunakan pedoman

wawancara.

4. Pelaksana.

Jika pelaksana penelitian cukup banyak, sedangkan responden terbatas, maka

instrument pengumpulan data yang tepat adalah dengan melakukan wawancara.

Dalam keadaan sebaliknya, penggunaan kuesioner lebih tepat.

Metode dan instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode

pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen

pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang

dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat

digunakan untuk berbagai macam metode.

Jika daftar metode dan daftar instrumen tersebut dipasangkan, akan terlihat

kaitan dalam tabel berikut ini.

Page 21: Instrumen Peneletian

Dari tabel

tersebut dapat diketahui bahwa:

1. Inventors dapat digunakan sebagai angket (tidak digunakan untuk mengetahui

sesuatu yang sifatnya "ketat" seperti tes, (misalnya angket minat) tetapi ada yang

berkedudukan seperti tes.

2. Daftar cocok (checklist) dapat digunakan dalam berbagai metode, karena nama

"daftar cocok" lebih menunjuk pada cara mengerjakan dan wujud tampiIan

instrumen dibandingkan dengan jenis instrumen sendiri.

Langkah – Langkah Menyusun Instrumen

Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen

penelitian, yaitu:

a. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian

b. Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub-variabel

c. Menderetkan diskriptor dari setiap indikator

d. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

Pengujian Instrumen Penelitian

Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :

1. Valid

Jenis Metode Jenis Instrumen

Angket (questionnaire) Angket (questionnaire)Daftar cocok (checklist)

Skala (scala), inventori (inventory)

Wawancara (interview) Pedoman wawancara (interview guide)Daftar cocok (checklist)

Pengamatan/Observasi (Observation)

Lembar Pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi (observation sheet, observation

schedule), (checklist).

Ujian/Tes (test) Soal ujian, soal tes atau tes (test), inventori (inventory).

Dokumentasi Daftar cocok (checklist)Tabel

Page 22: Instrumen Peneletian

Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan

suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur

apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat

digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk

mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk

mengukur berat. Jadi hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara

data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang

diteliti.

. (Sugiyono: 2010)

a. Pengujian Validitas konstruk

Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan.

Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih

dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan

untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.

Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli.

Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para

ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah

tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah

bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba

instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan

dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.

b. Pengujian Validitas Isi

Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang

digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas

pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar

yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi

pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk

mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program

yang telah direncanakan.

Page 23: Instrumen Peneletian

Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat

dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran

yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah

ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.

Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu

dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel

yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau

pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.

Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan

dengan mudah dan sistematis.

c. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk

mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta

empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja

sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut

dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang

baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta

di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas

eksternal yang tinggi.

2. Reliable

Reliable adalah keajekan (konsistensi) alat pengumpul data/ instrumen dalam

mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang

jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Meteran dari karet yang digunakan untuk mengukur panjang

merupakan contoh alat ukur yang tidak reliabel. Sebagian besar langkah - langkah

yang dilakukan dalam suatu proses penelitian adalah dengan mengumpulkan

informasi. Informasi tersebut bisa didapat baik secara langsung (data primer) maupun

tidak langsung (data sekunder, tersier, dsb).

Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan

secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test –

retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian

Page 24: Instrumen Peneletian

dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen

dengan teknik-teknik tertentu.

a. Test retest

Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama

dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas

diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang

berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen

tersebut sudah dinyatakan reliabel.

b. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa

berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda

bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa

Anda mulai bekerja di lembaga ini?

Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya

dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara

mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang

dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen

dapat dinyatakan reliabel.

c. Gabungan

Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang

ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan

gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen

dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan

pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika

dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat

dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu

semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu

reliabel.

d. Internal Consistency

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara

mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis

Page 25: Instrumen Peneletian

dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk

memprediksi reliabilitas instrumen.

Jadi hasil penelitian dikatakan reliable jika terdapat kesamaan data pada

waktu yang berbeda. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable.

Jadi instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan

hasil penelitian yang valid dan reliable.

Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji

validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan

reliable. Karena hal tersebut masih dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan

kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh

karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan dan menggunakan instrumen untuk

mengukur variabel yang diteliti.

Instrumen yang reliable belum tentu valid. Misalnya meteran yang putus

dibagian ujungnya, bila digunakan berkali – kali akan menghasilkan data yang sama

(reliable) tetapi selalu tidak valid, karena instrument tersebut sudah rusak.

Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument. Oleh

karena itu, walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliable, tepi pengujian

reliabilitas instrumen perlu dilakukan, untuk menambah keakuratan data. Selain itu

Kriteria lain Instrumen yang baik adalah Kekuatan penelitian bisa diketahui dari

validitas baik internal maupun eksternalnya.

Validitas internal adalah keyakinan terhadap hubungan sebab akibat atau

pengaruh dalam desain penelitian yang dilakukan.

Validitas Eksternal adalah berkenaan dengan kemampuan digeneralisasinya hasil

penelitian pada lingkungan, orang, atau peristiwa lain.

Skala pengukuran Variabel

Pengukuran variabel adalah proses pemberian nilai atau atribut pada suatu objek.

Terdapat empat jenis skala pengukuran variabel yaitu nominal, ordinal, interval, ratio.

Skala yang paling rendah adalah nominal dan yang tertinggi adalah skala rasio.

Page 26: Instrumen Peneletian

DataSkala Pengumpulan

Nominal Ordinal Interval Rasio

Jenis Data

1.Kuantitatif √ √

2. Kualitatif √ √

Metode

1. Observasi √ √ √

2. Dokumentasi √

3. Wawancara √

4. Kuesioner √ √

Setelah melakukan pengumpulan data melalui proses observasi, wawancara, angket

kemudian kita akan menafsirkan jawaban dari beberapa pertanyaan yang

diajukan.dengan menggunakan skala pengukuran variable.

1. Jawaban untuk variable nominal

Data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang

diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan

tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama,

atau diskrit. Data nominal merupakan data diskrit dan tidak memiliki urutan.

Jawaban yang akan diberikan oleh responden mengandung pengukuran.

Untuk variable nominal, pengukurannya dinyatakan dalam bentuk kategori yang

setara. Jumlah kategori pada umumnya tertutup jika mengetahui jumlahnya.

Misalnya variable genre. Variabel ini hanya terdiri atas dua ketegori, yaitu pria dan

wanita. Tetapi, jika jumlah ketegorinya tidak diketahui dengan jelas, atau tidak

tertentu, kurang mengetahui jumlahnya, atau banyak sekali, maka pilihan jawaban

dibuat terbuka. Misalnya Anda termasuk suku (1) Jawa (2) Sunda (3) Bugis.

Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set

diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya

Page 27: Instrumen Peneletian

tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing

anggota set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3).

Jelas kelihatan bahwa angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah

raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis.

Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka yang

diberikan hanya berfungsi sebagai label saja.

Seseorang yang pergi ke Jakarta, tidak akan pernah mengatakan dua

setengah kali, atau tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali, lima kali,

atau tujuh kali. Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga.

Numerik yang dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya.

Tidak akan pernah ada bilangan pecahan. Data nominal ini diperoleh dari hasil

pengukuran dengan skala nominal. 

2. Jawaban untuk variable Ordinal

Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan –

tingkatan. Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking,

urutan, pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan

atau diberi peringkat. Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu

variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan

hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.

Bagian lain dari data kontinum adalah data ordinal. Data ini, selain memiliki

nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan

mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling

rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan

nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita

memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2,

3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu

dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi

sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk.

Misalnya dalam skala Likert, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu,

tidak setuju sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang

Page 28: Instrumen Peneletian

kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah,

mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja

menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah

menghadiri, dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode

1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data

ordinal.

Perhatikan contoh pertanyaan dibawah ini dengan menggunakan jawaban

untuk variable ordinal.

3. Data Interval

Skala Interval Adalah skala data

kontinum yang batas variasi nilai satu dengan

yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya

dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval

bila jarak atau perbedaan antara nilai

pengamatan satu dengan nilai pengamatan

lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai

variasi pada Skala Interval juga dapat

dibandingkan seperti halnyapada

skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil..dsb); tetapi Nilai Mutlaknya

tidak dapat dibandingkan secara Matematis, Data interval Pemberian angka kepada

set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain,

yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini

Contoh data interval tinggi badan

Page 29: Instrumen Peneletian

memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi

ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang

diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data

interval.

Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F

diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6,

maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 =

2. Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 – 3 = 3. Akan tetapi tidak bisa

dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A ataupun

prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B.

4. Data Rasio

Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi

nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak. Ukuran yang meliputi semua

ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang memberikan

keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran rasio (data

rasio). Data rasio, yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala rasio memiliki

titik nol. Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu

kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data

rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian.

Angka pada data rasio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang

diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-

masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat

dengan ukuran rasio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan

pengemudi A. Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A.

Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B.

Page 30: Instrumen Peneletian

Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara

pengemudi D dan A adalah 5 : 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah

4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan

pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio lainnya

adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3 Kg.

Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan

skala rasio, maka bayi A memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C.

Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C

memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh data di bawah ini.