instrumen

41
NAMA : ANINDA WIDYA KELA S : 2A NIM : 2012001081 AJARAN KI HAJAR DEWANTARA Pendahuluan Ki Hadjar Dewantara Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasKi Hadjar Dewantara Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959pada umur 69 tahun [1] ; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian

Upload: rismanbadar

Post on 12-Aug-2015

139 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: instrumen

NAMA : ANINDA WIDYA

KELAS : 2A

NIM : 2012001081

AJARAN KI HAJAR DEWANTARA

Pendahuluan

Ki Hadjar Dewantara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasKi Hadjar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922

menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan

bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2

Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959pada umur 69 tahun[1];

selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis

pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan

pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang

memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak

pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan

Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani,

menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya

diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar

Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah

tahun emisi 1998.[2]

Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno,

pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305

Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)[3].

Page 2: instrumen

http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara

Tiga puluh enam tahun yang lalu, tepatnya tahun 1976, saya memulai sekolah di

Taman Muda ( Sekolah SD di Tamansiswa), 5 tahun setelah itu masuk di Taman

Dewasa ( Sekolah SMP di Tamansiswa) . Tahun 1988 saya mulai menjadi guru di

Taman Dewasa ( SMP Tamansiswa ) Cibadak sampai dengan tahun 2005. Sejak

itu saya diangkat jadi PNS dan sekarang mengajar di SMP Negeri 3 Cibadak.

Sebuah perjalanan pendidikan yang tak bisa di lepaskan dari sosok seorang

Soewardi Suryaningrat ( lebih terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara), Bapak

Pendidikan kita semua, yang tanggal kelahirannya, 2 Mei di peringati sebagai Hari

Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara terkenal dengan ajarannya Sistem Among ( Tutwuri

handayani, Ing Madya mangun karsa, Ing ngarsa sung tulada) di Tamansiswa,

ialah suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan 1)

Kodrat Alam, sebagai syarat untuk mencapai kemajuan dengan secepatcepatnya

dan sebaik-baiknya; 2) Kemerdekaan, sebagai syarat untuk menghidupkan dan

menggerakkan kekuatan lahir batin anak, agar dapat memiliki pribadi yang kuat

dan dapat berpikir serta bertindak merdeka. Sistem tersebut menurut cara

berlakunya, juga disebut sistem Tutwuri Handayani.

Apa yang terjadi sekarang ini? Dunia pendidikan di hebohkan dengan tawuran

antar pelajar mulai dari anak-anak SMP, SMA/SMK sampai perguruan tinggi,

hampir setiap hari menghiasi surat kabar dan Televisi. Para guru rame mencari

metode dan model pengajaran yang relevan dengan era dan jaman yang serba di

gital. Mereka lupa, bahwa kita punya seorang pahlawan pendidikan yang harus

nya jadi tauladan dan panutan para siswa dan pendidik di negeri ini. Kita

kehilangan karakter dan kepribadian bangsa. Erosi sikap dan perilaku sudah

menjalar di setiap aktifitas para siswa dan guru.

Kilas balik Sang Pahlawan Pendidikan Nasional kita. Beliau di lahirkan pada

tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ajarannya yang terkenal ialah sistem Among yang terdiri dari tut wuri handayani

(di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah

menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan

memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan

dimakamkan di Yogyakarta.

Page 3: instrumen

” Album Kenangan Saya Bersama Peserta Didik SMP Tamansiswa Cibadak Saat

Zarah Ke Makam Ki Hajar “

Kiprah dan perjuangan beliau patut jadi panutan dan motivasi buat kita. Bangsa

ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan

bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya,

adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus

didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi .

Beliau mendirikan Perguruan Tamansiswa pada tahun 1922, dimana pendidikan

Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu 1) Kodrat Alam; 2) Kemerdekaan; 3)

Kebudayaan; 4) Kebangsaan; 5) Kemanusian, yang berdasarkan Pancasila.

Buah pikiran beliau tersimpan di Museum Dewantara Kirti Griya Yogyakarta (di

Pusat Perguruan Tamansiswa Yogyakarta). Museum ini di bangun untuk

melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam

museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri

Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang

berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-

menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan

sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas

bantuan Badan Arsip Nasional. Apakah kita pernah kesana? Tak sedikit diantara

kita yang belum pernah ataupun tak tahu sama sekali. Inilah kondisi kita sekarang

ini.

” Album Kenangan Saya saat berkunjung Ke Majelis Luhur Tamansiswa dan

Museum Dewantara “

“JAS MERAH” JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH . Ya…inilah seharusnya

selaku warga dari bangsa yang besar jangan sekali-kali melupan sejarah. Kita bisa

hidup nyaman, mencari ilmu setinggi-tingginya, berekspresi di manapun, salah

satunya di kompasiana ini, tentu salah satunya adalah berkat jasa Beliau, sang

Pahlawan Pendidikan Nusantara kita yang mulai di lupakan.

” Ki Hajar Dewantara” pantas rasanya kita kedepankan di era sekarang ini. Era

yang serba syarat konplik. penuh dengan demo-demo, kreatifitas yang kebablasan,

karakter bangsa yang mulai luntur, kepribadian yang semakin sirna dari

Page 4: instrumen

akhlaqurkarimah, dan ego yang tinggi untuk menyelesaikam masalah semau dan

seenaknya tanpa memikirkan orang lain.

Prihatin rasanya kita sebagai bangsa yang besar, yang pahlawan kebangsaannya

cukup disegani di seluruh dunia, tapi mulai melupakan para pahlawannya begitu

saja hanya karena memikirkan sesuatu yang tak jelas.

Pahlawan Nusantara ini lah yang menurut saya yang perlu di kedapankan dengan

alasan :

1) Saya di ajari, didik dan di latih di Tamansiswa, setidaknya paham dan

mengetahui bagaimana ajaran-ajaran Ki Hajar Dewantara yang masih relevan dan

tak usang di makan waktu, seperti sistem Among ( Tutwuri Handayani, Ing

Madya Mangun Karsa, Ing Ngarso Sung Tulodo) yang di gunakan untuk

mengajar, mendidik, dan melatih para siswa.

2) Ajaran beliau tentang budi pekerti setidaknya diperlukan sekali di jaman dan

era tawuran di kalangan pelajar sekarang ini.

3) Perguruan Tamansiswa menyebut gurunya dengan Pamong, yang berarti harus

ngemong dan mengawasi peserta didik setidaknya selama 24 jam, sehingga

peserta didik akan terawasi dan terjaga dari hal-hal yang negatif.

4) Beliau ( Ki Hajat Dewantara) adalah tokoh kebangsaan yang sepak terjangnya

dalam dunia pendidikan di akui secara nasional dan internasional.

5) Jiwa jurnalis, wartawan, aktif di organisasi sosial dan politik, serta jiwa

kebangsaannya tak perlu di ragukan lagi. Dengan tulisannya “Seandainya Aku

Seorang Belanda” (judul asli: “Als ik een Nederlander was”) yang isinya cukup

pedas sekali di kalangan Hindia Belanda pada waktu itu.

Berikut kutipannya :

(Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara )

“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta

kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar

dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk

menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk

menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita

Page 5: instrumen

keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau

aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-

kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi

suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”.

6) Jika kita mau menggali dan berjiwa kebangsaan, guru profesional itu

sebenarnya adalah guru yang menjalankan ajaran Ki Hajar Dewantara. Ki Hadjar

Dewantara merangkum konsep yang dikenal dengan istilah Among Methode atau

sistem among. AMONG mempunyai pengertian menjaga, membina dan mendidik

anak dengan kasih sayang. Pelaksana “among” (momong) disebut PAMONG,

yang mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong. Guru atau

dosen di Tamansiswa disebut pamong yang bertugas mendidik dan mengajar anak

sepanjang waktu. Tujuan sistem among membangun anak didik menjadi manusia

beriman dan bertakwa, merdeka lahir batin, budi pekerti luhur, cerdas dan

berketrampilan, serta sehat jasmani rohani agar menjadi anggota masyarakat yang

mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada

umumnya.

Sistem among mengharamkan hukuman disiplin dengan paksaan/kekerasan

karena itu akan menghilangkan jiwa merdeka anak. Kini orang banyak melihat

tayangan kekerasan, misalnya saja film anak “Tom & Jery” yang melaksanakan

hukuman kepada sesama dengan meledakkan dinamit. Hal ini tidak sesuai dengan

pendidikan anak bila kita ingat sifat kodrati anak “nonton, niteni, niroke”.

Sinetron tertentu ada yang dengan lugas melampiaskan kekerasan dan dendam.

Sebaiknya orang tua mencermati, mengarahkan dan memilih tayangan TV di

rumahnya. Sistem Among dilaksanakan secara “tut wuri handayani” dimana kita

dapat “menemukenali” anak, bila perlu perilaku anak boleh dikoreksi (handayani)

namun tetap dilaksanakan dengan kasih sayang.

(sumber:http://www.tamansiswa.org)

7) Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para Pahlawannya. Kenapa

kita tidak menghargai Ki Hajar Dewantara bapak pendidikan Nasional kita mulai

sekarang ini ?

http://lsmkomporsmi.wordpress.com/tag/ki-hadjar-dewantara/

Page 6: instrumen

Ajaran Ki Hajar Dewantara Tentang Kepemimpinan

 21.24   Suwandi Suwee   No comments

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh dan pelopor pendidikan di Indonesia, yang mendirikan Perguruan Taman Siswa di tahun 1922. Di dalam mengelola perguruan tersebut, Ki Hajar memiliki moto dalam bahasa jawa yang berbunyi: Ing ngarso sung tulodho, ing madaya mangun karsa, tut wuri handayani.Moto tersebut terjemahan langsungnya adalah “di depan memberikan teladan, di tengah menggerakkan, di belakang memberikan dorongan”. Moto tersebut pada mulanya ditujukan untuk menjadi pedoman untuk membangun kultur positif antara guru dan murid, namun dalam perkembangannya konsep tersebut digunakan menjadi konsep kepemimpinan, yang khas dan asli Indonesia.

Seorang pemimpin sejati memandang orang lain sebagai “manusia” yang harus dihargai karena sifat kemanusiaannya. Seorang pemimpin sejati “nguwongake”, memanusiakan manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tinggi-pendek, manajer-karyawan hanyalah variasi. Hakekatnya tetap manusia. Seorang pemimpin sejati menghormati orang yang ‘memimpin’ dan menghormati pula orang yang ‘dipimpin’. Memimpin-dipimpin adalah alami, bahkan tidak bisa dihindari. Sudah kodrat manusia untuk memimpin, dan kodrat pula untuk dipimpin. Untuk itulah dikotomi atasan-bawahan sebenarnya kurang tepat, karena yang sebenarnya ada hanyalah perbedaan peran. Dikotomi atasan bawahan menimbulkan efek berkuasa-tidak berkuasa, atau setidak-tidaknya mengutamakan tingkatan kekuasaan. Inilah yang kurang tepat.

Pendekatan yang lebih alami adalah menempatkan manusia pada perannya masing-masing, dimana semuanya sama pentingnya. Seorang pemimpinpun demikian, harus mampu berperan pada tempat dimana ia berada, pada saat di depan, di tengah, maupun di belakang.

Saat Pemimpin di Depan, Seorang pemimpin adalah panutan. Sebagai panutan, orang lain yang ada disekitarnya akan manut(bahasa jawa, yang artinya mengikuti, meniru). Disini bisa dilhat betapa besarnya tanggungjawab moral seorang pemimpin, karena tindak-tanduknya, tingkah lakunya, cara berfikirnya, bahkan kebiasaannya akan cenderung diikuti orang lain. Untuk itulah maka saat berada di depan, pemimpin harus memberikan teladan, memberikan contoh. Ini disebutkan oleh Ki Hajar dengan terminologi “ing ngarso sung tulodho”, saat di depan seorang pemimpin harus memberi teladan.

Saat Pemimpin di Tengah, Seorang pemimpin yang berada di tengah-tengah orang-orang yang dipimpinnya, harus mampu menggerakkan, memotivasi, dan

Page 7: instrumen

mengatur sumberdaya yang ada (empowering). Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (intrinsic motivation), sehingga ada ataupun tidak adanya stimuli tetap saja akan termotivasi. Hanya saja, kadar motivasi dari diri sendiri sering tidak stabil kehadirannya. Untuk itulah maka motivasi dari luar dirinya (extrinsic motivation) tetap sangat diperlukan. Disinilah seorang pemimpin dapat mengambil peran. Kehadirannya membuat orang tergerak untuk bertindak. Itulah pemimpin sejati.

Saat Pemimpin di Belakang, Siapa bilang seorang pemimpin tidak boleh berada di barisan belakang? Pemimpin sejati diperlukan kehadirannya dibarisan belakang. Dari belakang seorang pemimpin dapat memberikan dorongan untuk terus maju. Pemimpin yang berada di barisan belakang harus pandai-pandai mengikuti barisan di depannya, agar konsisten gerakan dan arahnya , agar terjadi apa yang disebut goal cogruency, suatu keadaan di mana tujuan individu yang berada dalam suatu organisasi konsisten dengan tujuan organisasi. Tanpa goal congruency arah gerakan organisasi menjadi berat karena banyaknya arah yang tidak sama dan mungkin justru saling berlawanan. Seorang pemimpin sejati harus bisa ngemong (bahasa jawa yang berarti melayani, mengasuh, take care of). Bagaimana seorang penggembala itik berjalan diposisi paling belakang setelah barisan itik-itik yang digembalanya sering digunakan sebagai ilustrasi untuk menggambarkan bagaimana seorang pemimpin dapat mengarahkan orang dari belakang. Setiap orang memiliki bakat sendiri-sendiri. Setiap orang juga memiliki kemampuan untuk bisa bergerak maju mendapatkan apa yang mereka mau, dan juga apa yang diinginkan oleh organisasi. Pemimpin sejati memberikan dorongan dari belakang, tetap mengarahkan agar sesuai tujuan, dan mampu memastikan bahwa orang-orang di dalam organisasi bekerja sesuai dengan

arah dan strategi yang telah ditetapkan. Jadi, seorang pemimpin sejati akan tut wuri handayani

http://suwandisuwee.blogspot.com/2012/07/ajaran-ki-hajar-dewantara-tentang.html

Ajaran Ki Hajar Dewantara

KI Hajar Dewantara sebagi bapak pendidikan nasional mempunyai banyak ajaran yang bisa digunakan sebagai landasan dalam proses pendidikan. Tiga

Page 8: instrumen

ajaran yang sangat terkenal dari beliau adalah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Ing ngarso sung tulodho secara ringkas dapat dipahami bahwa seorang pemimpin (dalam profesi dan jabatan apapun) harus mampu menjadi contoh dalam segala aspek oleh seluruh pihak yang dipimpinnya, ing madyo mangun karso memberikan ajaran bahwa pemimpin berada di tengah-tengah pihak yang dipimpinnya dengan maksud pemimpin memahami riil permasalah dan mencarikan solusi terhadap permasalahan tersebut serta tut wuri handayani yang dapat dimaknai bahwa seorang pemimpin dituntut sanggup memberikan motivasi dan menciptakan suasana sehingga pihak yang dipimpinnya senantiasa mempunyai produktifitas tinggi

Berdasar informasi dari media massa, dalam hal ini media televisi dan media cetak kita sering membaca dan melihat hitam –putih profil pemimpin kita, baik pemimpin di bidang eksekutif, yudikatif, maupun legislative. 

Dalam acara Indonesia lawyer club ditampilkan aneka permasalahan yang dialami pemimpin kita, permasalahan seputar korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang dan sebagainya menjadi topik yang selalu dibahas dalam acara diskusi tersebut. Korupsi dengan hitungan milyar dilakukan oleh pemimpin-pemimpin dalam segala bidang, seperti :

         Korupsi wisma atlet,         Suap pemilihan deputi Bank Indonesia,         Korupsi oleh pergawai ditjen pajak,         Pelanggaran HAM dalam kasus Mesuji,         Penyelewengan dana APBD,         Pembelanjaan bersumber  dari APBN dengan alokasi yang tidak rasional dan

lain-lain.Prestasi dan penghargaan yang diterima oleh para pemimpin seperti

rangkaian penghargaan yang diterima oleh gubernur jawa tengah, capaian –capaian dalam penanganan kejahatan terorisme oleh institusi POLRI, pemenjaraan terpidana kasus korupsi oleh Komisis Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lain-lain merupakan hal lain yang patut kita apresiasi. 

Karakteristik pemimpin dalam ajaran Ki Hajar Dewantara patut direnungkan, diapresiasi bahkan dijadikan sebagai ruh pendidikan dalam pengkaderan para calon pemimpin kita di segala bidang. Keserasian langkah semua komponen negara (eksekutif, legislative, yudikatif) dalam memberikan tauladan kepemimpinan yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotifme menjadi hal wajib yang harus dipenuhi dalam rangka memberi contoh kepada pihak yang dipimpinnya.

Pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan terjadi hanya di lembaga pendidikan formal selayaknya dirubah. Proses tumbuh kembang anak terjadi di lingkungan beragam, dimulai dari keluarga hingga teman sebaya lalu memasuki lingkungan pendidikan formal dan berakhir dalam masyarakat, oleh karena itu keterlibatan semua pihak diperlukan guna ketercapaian pembentukan karakter pemimpin yang bisa memberi tauladan dan memberi motifasi  

Page 9: instrumen

Apabila pendidikan menjadi kewajiban bersama tidak hanya kewajiban lembaga pendidikan formal maka perlu usaha dari semua pihak yang terlibat dalam proses sosialisasi peserta didik. Agen-agen perubahan social : Sekolah, keluarga, institusi agama, media massa, teman sepermainan harus mampu menyatukan visi dan semangat pendidikan yang sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara. Lembaga pendidikan sebagai salah satu agen perubahan social yang berpengaruh dalam merubah pola pikir, sikap dan sifat orang menjadi lembaga yang mutlak harus dibenahi guna mengatasi permasalahan di atas. Sistem pendidikan nasional disusun  sehingga mampu menciptakan output-output yang mempunyai karakter unggul sebagai pemimpin, kurikulum dirancang dengan semangat merubah peserta didik menjadi tahu dan memiliki karakter pemimpin dalam semua disiplian keilmuan.

Keluarga sebagai agen perubahan lain juga berperan penting dalam internalisasi karakter pemimpin sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara. Orang tua menjadi pihak pertama yang memberikan pemahaman mengenai kepemimpinan kepada anak, pola asuh yang ditandai dengan kekerasan fisik mapun psikis, anak terlalu dikekang, kurang menghargai persahabatan akan menciptakan pemimpin yang kurang menghargai sesame, otoriter, tidak punya empati dan lain-lain.

Read more at http://critoqu.blogspot.com/2012/07/ajaran-ki-hajar-dewantara.html#UerxcHx1S2dtFF0w.99 

http://critoqu.blogspot.com/2012/07/ajaran-ki-hajar-dewantara.html

Konsep Pendidikan Menurut Ajaran Ki Hadjar Dewantara

Dalam dunia pendidikan, sosok Ki Hadjar Dewatara sebagai Bapak pendidikan bangsaIndonesia ini banyak mengajarkan berbagai hal yang sangat terkenal di bidang pendidikan. Konsep pendidikan nasional yang dikemukakan sangat membumi danberakar pada budaya nusantara, antara lain tutwuri handayani, “tripusat” pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat), tringgo (ngerti, ngroso, nglakoni) (Tauchid, 2004).1. Sistem Among, Tutwuri HandayaniKata among itu sendiri berasal dari bahasa Jawa, mempunyai makna seseorang yang bertugas ngemong dan jiwanya penuh pengabdian. Sistem among sudah dikenal cukup lama di lingkungan Tamansiswa. Sistem among merupakan suatu cara mendidik yang diterapkan dengan maksud mewajibkan kodrat alam anak-anak didiknya. Cara mendidik yang harus diterapkan adalah menyokong atau memberi tuntunan dan menyokong anak-anak tumbuh dan berkembang atas kodratnya sendiri. Sistem among ini meletakkan pendidikan sebagai alat dan syarat untuk anak-anak hidup sendiri dan berguna bagi masyarakat. Pengajaran

Page 10: instrumen

bagi Tamansiswa berarti mendidik anak agar menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, merdeka tenaganya. Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang baik dan perlu saja, akan tetapi harus juga mendidik murid agar dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang bermanfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama. Tiap-tiap guru, dalam pola pikir Ki Hadjar Dewantara adalah abdi sang anak, abdi murid, bukan penguasa atasjiwa anak-anak (Sudarto, 2008).Di lingkungan Tamansiswa sebutan guru tidak digunakan dan diganti dengan sebutan pamong.  Hubungan antara pamong dan siswa, harus dilandasi cinta kasih, saling percaya, jauh dari sifat otoriter dan situasi yang memanjakan. Dalam konsep ini, siswa bukan hanya objek, tetapi juga dalam kurun waktu yang bersamaan sekaligus menjadi subjek. Ki Hadjar Dewantara menjadikan  tutwuri handayani  sebagai semboyan metode among. Sudarto (2008) mengutip pendapat Ki Soeratman yang menyatakan bahwa sikap tutwuri merupakan perilaku pamong yang sifatnya memberi kebebasan kepada siswa untuk berbuat sesuatu sesuai dengan hasrat dan kehendaknya, sepanjang hal itu masih sesuai dengan norma-norma yang wajar dan tidak merugikan siapa pun.Tetapi kalau pelaksanaan kebebasan siswa itu ternyata menyimpang dari ketentuan yang seharusnya, seperti melanggar peraturan atau hukum masyarakat hingga merugikan pihak lain atau diri sendiri,  pamong  harus bersikap  handayani , yakni mempengaruhi dengan daya kekuatannya, kalau perlu dengan paksaan dan kekerasan, apabila kebebasan yang diberikan itu dipergunakan untuk menyeleweng dan akan membahayakan diri.

Jadi, tutwuri memberi kebebasan pada siswa untuk berbuat sekehendak hatinya, namun jika kebebasan itu akan menimbulkan kerugian pamong harus memberi peringatan. Handayani merupakan sikap yang harus ditaat oleh siswa hingga menimbulkan ketertundukan. Dengan demikian, sebagai subjek siswa memiliki kebebasan, sebagai objek siswa memiliki ketertundukan sebagai kewajibannya.

Ki Hadjar memberi kias sistem among dengan gambaran bahwa guru terhadap murid harus berpikir, berperasaan dan bersikap sebagai Juru Tani terhadap tanaman peliharaannya, bukannya tanaman ditaklukan oleh kemauan dan keinginan Juru Tani. Juru Tani menyerahkan dan mengabdikan dirinya pada kepentingan kesuburan tanamannya itu. Kesuburan tanaman inilah yang menjadi kepentingan Juru Tani. Juru Tani tidak bisa mengubah sifat dan jenis tanaman menjadi tanaman jenis lain yang berbeda dasar sifatnya. Dia hanya bisa memperbaiki dan memperindah jenis dan usaha-usaha yang mendorong perbaikan perkembangan jenis itu. Juru Tani tidak bisa memaksa tanaman padi mempercepat buahnya supaya lekas masak menurut kemauannya karena kepentingan yang mendesak, tapi semua itu harus diikuti dengan kesabaran. Oleh sebab itu, Juru Tani harus tani harus tahu akan sifat dan watak serta jenis tanaman, perbedaan antara padi dan jagung, serta tanaman-tanaman lainnya dalam keperluan masing-masing agar tumbuh berkembang dengan subur dan hasil yang baik. Juru Tani

Page 11: instrumen

harus faham akan ilmu mengasuh tanaman, untuk dapat bercocok tanam dengan baik, agar dapat menghasilkan tanaman yang subur dan buah yang baik.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, Juru Tani tidak boleh membeda-bedakan dari mana asalnya pupuk, asal alat kelengkapan atau asalnya ilmu pengetahuan dan sebagainya. Namun, harus dimanfaatkan segala yang menyuburkan tanaman menurut kodrat alam. Pamong harus punya karakter seperti Juru Tani ini, tidak membeda-bedakan anak didik, tetapi berusaha menciptakan agar anak-anak didiknya itu tumbuh menjadi anak-anak yang pintar, berjiwa merdeka, tidak bergantung dan berharap bantuan orang lain. Metode atau sistem among ini tampaknya menjadi ciri khas Tamansiswa, kiranya masih relevan untuk masa sekarang ini. Sebab keseimbangan pelaksanaan hak kebebasandan kewajiban dalam metode tersebut merupakan jaminan adanya ketertiban dan kedamaian, serta jauh dari ketegangan dan anarki. Dalam dunia pendidikan anak didik akan tumbuh dan berkembang, seluruh potensi kodratinya sesuai dengan perkembangan alaminya dan wajar tanpa mengalami hambatan dan rintangan. Ajaran Ki Hadjar Dewantara ini memberi kebebasan anak didik, yang diharapkan anak didik akan tumbuh kemampuannya berinisiatif serta kreatif untuk mewujudkan eksistensi manusia.

Ajaran Ki Hadjar Dewantara selain sistem atau metode among, yakni sistem paguron . Sistem  paguron  ini dinilai mempunyai kecocokan dengan kepribadian di Indonesia. Dalam perkembangannya kita melihat implementasinya melalui system pendidikan pesantren atau pendidikan asrama.  endidiikan system paguron. Sistem paguron atau pawiyatan yang digagas beliau, mewujudkan rumah guru atau pamong sebagai tempat yang dikunjungi anak didik. Anak didik itulah yang dititipkan orang tuanya agar memperoleh pendidikan lanjutan yang terarah, terprogram, terkonsep, untuk jenjang kedewasaan yang lebih baik.Sistem paguron ini memiliki perbebedaan dengan sistem sekolah. Pada sistem paguron, guru dan anak didik berada pada lokasi yang sama dalam kehidupan sehari-hari, baik saat di sekolah maupun ketika melakukan interaksi setiap harinya, siang, pagi, malam dan berlangsung berbulan-bulan. Sedangkan pada sistem sekolah, guru dan anakdidik sama-sama datang ke tempat pendidikan dalam waktu kurun tertentu, kemudian kembali ke tempat mereka masing-masing. Sehingga sistem sekolah sifatnya hanya sesaat. Efek paguron lebih baik, karena antara guru dan anak didik terjadi transformasi kehidupan yang menyentuh, integral, dan sangat efektif. Di dalam paguron dibutuhkanpara pendidik yang selain memahami ilmu pengetahuan juga memiliki kepribadian, baik tingkah lakunya, tutur katanya, sehingga menjadi cermin dan panutan. Dengan demikian, anak didik akan mewarisi nilai-nilai kepribadian sang guru.

2. Tringa; Ngerti-Ngrasa-NgalokoniLickona (1991) dalam bukunya Educating for Character, menekankan pentingnya

Page 12: instrumen

diperhatikan tiga komponen karakter yang baik yakni pengetahuan tentang moral(moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral action). Unsur pengertian moral adalah kesadaran moral, pengertian akan nilai, kemampuan untuk mengambil gagasan orang lain, rasionalitas moral (alasan mengapa harus melakukan hal itu), pengambilan tentang keputusan berdasarkan nilai moral, dan pengertian mendalam tentang dirinya sendiri. Segi pengertian atau kognitif ini cukup jelas dapat dikembangkan dalam pendalaman bersama di kelas maupun masukan orang lain. Dari segi kognitif ini, siswa dibantu untuk mengerti apa isi nilai yang digeluti dan mengapa nilai itu harus dilakukan dalam hidup mereka.Dengan demikian siswa sungguh mengerti apa yang akan dilakukan dan sadar akan apa yang dilakukan. Unsur perasaan moral meliputi suara hati (kesadaran akan yang baik dan tidak baik), harga diri seseorang, sikap empati terhadap orang lain, perasaan mencintai kebaikan, kontrol diri, dan rendah hati.  Perasaan moral ini sangat mempengaruhi seseorang untuk mudah atau sulit bertindak baik atau jahat; maka perlu mendapat perhatian. Dalam pendidikan nilai, segi perasaan moral ini perlu mendapat tempatnya. Siswa dibantu untuk menjadi lebih tertarik dan merasakan bahwa nilai itu sungguh baik dan perlu dilakukan. Unsur tindakan moral adalah kompetensi (kemampuan untuk mengaplikasikankeputusan dan perasaan moral dalam tindakan konkret), kemauan, dan kebiasaan. Tanpa kemauan kuat, meski orang sudah tahu tentang tindakan baik yang harus dilakukan, ia tidak akan melakukaknnya. Dalam pendidikan karakter, kemampuan untuk melaksanakan dalam tindakan nyata, disertai kemauan dan kebiasaan melakukan moral harus dimunculkan dan ditingkatkan. Dengan demikian tampak jelas bahwa pendidikan karakter diperlukan ketiga unsur pengertian, perasaan, dan tindakan harus ada. Pendidikan karakter yang terlalu fokus pada pengembangan kognitif tingkat rendah, perlu dilengkapi dengan pengembangan kognitif tingkat tinggi sampai subjek didik memiliki keterampilan membuat keputusan moral yang tepat secara mandiri, memiliki komitmen yang tinggi untuk bertindak selaras dengan keputusan moral tersebut, dan memiliki kebiasaan (habit) untuk melakukan tindakan bermoral.

Ki Hadjar mengartikan pendidikan sebagai daya upaya memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Salah satu nilai luhur bangsa Indonesia yang merupakan falsafah peninggalan Ki Hadjar Dewantara yang dapat diterapkan yakni  tringa  yang meliputi  ngerti, ngrasa,  dan  nglakoni . Ki Hadjar mengingatkan, bahwa terhadap segala ajaran hidup, cita-cita hidup yang kita anut diperlukan pengertian, kesadaran dan kesungguhan pelaksanaannya. Tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan menyadari, dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan dan tidak memperjuangkannya.

Merasa saja dengan tidak pengertian dan tidak melaksanakan, menjalankan tanpa kesadaran dan tanpa pengertian tidak akan membawa hasil. Sebab itu prasyarat

Page 13: instrumen

bagi peserta tiap perjuangan cita-cita, ia harus tahu, mengerti apa maksudnya, apa tujuannya. Ia harus merasa dan sadar akan arti dan cita-cita itu dan merasa pula perlunya bagidirinya dan bagi masyarakat, dan harus mengamalkan perjuangan itu. “Ilmu tanpa amal seperti pohon kayu yang tidak berbuah”, “Ngelmu tanpa laku kothong”, laku tanpa ngelmu cupet”. Ilmu tanpa perbuatan adalah kosong, perbuatan tanpa ilmu pincang. Oleh sebab itu, agar tidak kosong ilmu harus dengan perbuatan, agar tidak pincang perbuatan harus dengan ilmu.

http://hafismuaddab.wordpress.com/2011/05/02/konsep-pendidikan-menurut-ajaran-ki-hadjar-dewantara/

Fatwa untuk Hidup Merdeka - KHDJum'at, 20 Agustus 2010

Salam dan bahagia.Untuk peneguh keyakinan perjuangan kita, Ki Hadjar Dewantara memberikan kita bundelan dan beberapa ajarannya yang disebut "10 Fatwa akan Sendi Hidup Merdeka", untuk diingat-ingat, direnungkan, dan diamalkan:

1. "Lawan Sastra Ngesti Mulya"Dengan pengetahuan kita menuju kemuliaan. lnilah yang dicita-citakan Ki Hadjar dengan Tamansiswanya, untuk kemuliaan nusa bangsa dan rakyat. Sastra herjendrayuningrat pangruwating dyu, ilmu yang luhur dan mulia menyelamatkan dunia serta melenyapkan kebiadaban. Fatwa ini adalah juga candrasengkala, mencatat lahirnya Tamansiswa (tahun 1922).

2. "Suci Tata Ngesti Tunggal"Dengan suci batinnya, tertib lahirnya menuju kesempurnaan, sebagai janji yang harus diamalkan oleh tiap-tiap peserta perjuangan Tamansiswa. Fatwa ini juga sebagai candrasengkala, mencatat lahirnya Persatuan Tamansiswa (Tahun 1923).

3. "Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia"Berdasarkan asas Tamansiswa, yang menjadi syarat hidup merdeka berdasarkan pada ajaran agama, bahwa bagi Tuhan semua manusia itu pada dasarnya sama; sama haknya dan sama kewajibannya. Sama haknya mengatur hidupnya serta sama haknya menjaIankan kewajiban kemanusiaan, untuk mengejar keselamatan hidup lahir dan bahagia daIam hidup batinnya. Jangan kita hanya mengejar keselamatan lahir, dan jangan pula hanya mengejar kebahagiaan hidup batin.

4. "Salam bahagia diri tak boleh menyalahi damainya masyarakat"Sebagai peringatan, bahwa kemerdekaan diri kita dibatasi oleh kepentingan keselamatan masyarakat. Batas kemerdekaan diri kita iaIah hak-hak orang lain yang seperti kita masing-masing sama-sama mengejar kebahagiaan hidup. Segala kepentingan bersama harus diletakkan di atas kepentingan diri masing-masing akan hidup selamat dan bahagia,

Page 14: instrumen

apabila masyarakat kita terganggu, tidak tertib dan damai. Janganlah mengucapkan "hak diri" kalau tidak bersama-sama dengan ucapan "tertib damainya masyarakat", agar jangan sampai hak diri itu merusak hak diri orang lain sesama kita, yang berarti merusak keselamatan hidup bersama, yang juga merusak kita masing-masing.

5. "Kodrat alam penunjuk untuk hidup sempurna"Sebagai pengakuan bahwa kodrat alam, yaitu segala kekuatan dan kekuasaan yang mengelilingi dan melingkungi hidup kita itu adalah sifat lahirnya kekuasaan Tuhan yang maha kuasa, yang berjalan tertib dan sempuma di atas segala kekuasaan manusia. Janganlah hidup kita bertentangan dengan ketertiban kodrat alam. Petunjuk dalam kodrat alam kita jadikan pedoman hidup kita, baik sebagai alam kita jadikan pedoman hidup kita, baik sebagai orang seorang atau individu, sebagai bangsa maupun sebagai anggota dari alarn kemanusiaan.

6. "Alam hidup manusia adalah alam hidup berbulatan"Berarti bahwa hidup kita masing-masing itu ada dalam lingkungan berbagai alam-alam khusus, yang saling berhubungan dan berpengaruh. Alam khusus ialah alarn diri, alam kebangsaan dan alam kemanusiaan. Rasa diri, rasa bangsa dan rasa kemanusiaan ketiga-tiganya hidup dalam tiap-tiap sanubari kita masing-masing manusia. Adanya perasaan ini tidak dapat diungkiri.

7. "Dengan bebas dari segala ikatan dan suci hati berhambalah kita kepada Sang Anak"Penghambaan kepada Sang Anak tidak lain daripada penghambaan kita sendiri. Sungguhpun pengorbanan kita itu kita tujukan kepada Sang Anak, tetapi yang memerintahkan kita dan memberi titah untuk berhamba dan berkorban itu bukan si anak, tetapi kita sendiri masing-masing. Di sarnping itu kita menghambakan diri kepada bangsa, negara, pada rakyat dan agama atau terhadap lainnya. Semua itu tak lain penghambaan pada diri sendiri, untuk mencapai rasa bahagia dan rasa damai dalam jiwa kita sendiri.

8. "Tetep – Mantep – Antep"Dalam melaksanakan tugas perjungan kita, kita harus tetap hati. Tekun bekerja, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri. Kita harus tetap tertib dan berjalan maju. Kita harus selalu "mantep", setia dan taat pada asas itu, teguh iman hingga tak ada yang akan dapat menahan gerak kita atau membelokkan aliran kita.Sesudah kita tetap dalam gerak lahir kita dan mantep dan tabah batin kita, segala perbuatan kita akan "antep", berat berisi dan berharga. Tak mudah dihambat, ditahan-tahan dan dilawan oleh orang lain.

9. "Ngandel – Kendel – Bandel"Kita harus "ngandel', percaya, jika kepada kekuasaan Tuhan dan percaya kepada diri sendiri. "Kendel", berani, tidak ketakutan dan was-was oleh karena kita percaya kepada Tuhan dan kepada diri sendiri. "Bandel", yang berarti tahan, dan tawakal. Dengan demikian maka kita menjadi "kendel", tebal, kuat lahir batin kita, berjuang untuk cita-cita kita.

10. "Neng – Ning – Nung – Nang"Dengan "meneng", tenteram lahir batin, tidak nervous, kita menjadi "ning", wening, bening, jernih pikiran kita, mudah membedakan mana hak dan mana batil, mana benar dan salah, kita menjadi "nung', hanung, kuat sentosa, kokoh lahir dan batin untuk mencapai cita-cita. Akhimya "nang", menang, dan dapat

Page 15: instrumen

wewenang, berhak dan kuasa atas usaha kita.

Salam.

http://www.lp3m.ustjogja.ac.id/list_detail.php?k=1&act=view&id=118

 "Menurut Ki Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan yaitu :

1. Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.2. Asas kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.3. Asas kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).

4. Asas kebangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.5. Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

Menurut Tilaar (2000 : 16) ada tiga hal yang perlu di kaji kembali dalam pendidikan. Pertama, pendidikan tidak dapat dibatasi hanya sebagai schooling belaka. Dengan membatasi pendidikan sebagai schooling maka pendidikan terasing dari kehidupan yang nyata dan masyarakat terlempar dari tanggung jawabnya dalam pendidikan. Oleh sebab itu, rumusan mengenai pendidikan dan kurikulumnya yang hanya membedakan antara pendidikan formal dan non formal perlu disempurnakan lagi dengan menempatkan pendidikan informal yang justru akan semakin memegang peranan penting didalam pembentukan tingkah laku manusia dalam kehidupan global yang terbuka. Kedua, pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan intelegensi akademik peserta didik. Pengembangan seluruh spektrum intelegensi manusia baik jasmaniah maupun rohaniyahnya perlu diberikan kesempatan didalam program kurikulum yang luas dan fleksibel, baik didalam pendidikan formal, non formal dan informal. Ketiga, pendidikan ternyata bukan hanya membuat manusia pintar tetapi yang lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat tujuan penciptaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindhunata (2000 : 14) bahwa tujuan pendidikan bukan hanya

Page 16: instrumen

manusia yang terpelajar tetapi manusia yang berbudaya (educated and Civized human being).

Dengan demikian proses pendidikan dapat kita rumuskan sebagai proses hominisasi dan humanisasi yang berakar pada nilai-nilai moral dan agama, yang berlangsung baik di dalam lingkungan hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, kini dan masa depan.

Untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yaitu masyarakat madani yang diridhoi Allah swt. tentunya memerlukan paradigma baru. Paradigma lama tidak memadai lagi bahkan mungkin sudah tidak layak lagi digunakan. Suatu masyarakat yang religius dan demokratis tentunya memerlukan berbagai praksis pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang religius dan demokratis pula. Masyarakat yang tertutup, yang sentralistik, yang mematikan inisiatif berfikir manusia dan jauh dari nilai-nilai moral dan agama Islam bukanlah merupakan pendidikan yang kita inginkan. Pada dasarnya paradigma pendidikan nasional yang baru harus dapat mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global dengan tetap memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah dan Syariatnya. Paradigma tersebut haruslah mengarah kepada lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu, demokratis dan religius yang sesuai dengan kehendaknya sebagai wujud nyata fungsi kekhalifahan manusia dimuka bumi.

Oleh sebab itu, penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik dan sekurelistik baik didalam manajemen maupun didalam penyusunan kurikulum yang kering dari nilai-nilai moral dan agama harus diubah dan disesuaikan kepada tuntutan pendidikan yang demokratis dan religius. Demikian pula di dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, maka proses pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan untuk berkompetensi didalam kerja sama, mengembangkan sikap inovatif dan ingin selalu meningkatkan kualitas. Demikian pula paradigma pendidikan baru bukanlah mematikan kebhinekaan malahan mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan mayarakat dan bangsa Indonesia.

http://feryaguswijaya.blogspot.com/2009/12/lima-asas-pendidikan-menurut-ki-hadjar.html

 Pada Perguruan Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara (Djumhur, Danasupatra : 1976 : 174-176), mengembangkan lima asas dalam pendidikan yang dikonsepkan sebagai Panca Darma, yaitu:

Page 17: instrumen

3.1. Asas Kodrat Alam

Sesuai dengan kodratnya, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainya, yaitu

dikaruniai akal-pikiran yang berkembang dan dapat dikembangkan. Oleh karena

itu, sesuai dengan kodratnya manusia dikategorikan sebagai makhluk budaya.

3.2. Asas Kemerdekaan

Proses kegiatan pendidikan yang berpegang pada asas kemerdekaan, berarti

memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya

menjadi kemampuan, dalam suasana yang penuh dengan tanggung jawab.

Pengembangan dan penerapan asas kemerdekaan pada proses kegiatan

pendidikan, berarti membimbing peserta didik dengan penuh tanggung jawab

tanpa tekanan, untuk menjadi SDM yang berkemampuan sesuai dengan

hakikatnya sebagai makhluk budaya dan juga makhluk sosial.

3.3. Asas Kebudayaan

Dengan menerapkan asas kebudayaan , peserta didik dibimbing untuk menerima

warisan generasi , namun juga didorong untuk memajukan kebudayaan tersebut

sesuai dengan konstelasi global yang terus berkembang.

Melalui penerapan asas kebudayaan ini, peserta didik tetap menerima warisan

budaya bangsa sendiri (local genius), namun juga dipacu untuk meningkatkan

kemampuan budaya tersebut sesuai dengan kemajuan jaman. Dengan demikian

SDM tersebut diberdayakan menjadi SDM yang selalu segar (evergreen), modern,

terhindar dari keusangan sikap mental.

3.4. Asas Kebangsaan

Pengembangan dan penerapan asas kebangsaan pada proses kegiatan pendidikan

di Indonesia, selain berdasarkan fakta, juga mendukung kebhinekaan atau

kemajemukan yang menjadi salah satu ciri utama bangsa Indonesia.

Proses kegiatan pendidikan yang berasaskan kebangsaan, harus mampu

menanamkan, meningkatkan rasa kebangsaan kepada peserta didik, untuk menjadi

SDM yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

3.5. Asas Kemanusiaan

Page 18: instrumen

Melalui penerapan asas kemanusiaan, peserta didik dibimbing menyadari harga

dan martabat diri, serta nilai kemanusiaan yang secara kodrati melekat pada

manusia dengan kehidupanya selaku umat yang sederajat atau sama di hadapan

Tuhan. Dengan menerapkan asas kemanusiaan tersebut, peserta didik tidak hanya

dikembangkan nalar emosionalnya, melainkan juga dibina nalar spiritualnya

selaku umat. Oleh karena itu asas kemanusiaan berkedudukan strategis dalam

proses kegiatan pendidikan untuk menciptakan SDM yang manusiawi dan

religius.

Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2242249-panca-darma-taman-siswa/#ixzz2QOd7Msqi

Tiga Ajaran Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara

alam perjalanan hidupnya Ki Hajar Dewantara tidak hanya dikenal sebagai bapak Pendidikan , namun juga sebagai pemimpin yang tangguh. Dimana ia memotivasi orang - orang untuk terus menerus belajar dan belajar tanpa henti . Kharismanya sebagai pemimpin dalam memajukan pendidikan menjadikan ajarannya terus menjadi motivasi hingga sekarang .

Adapun ketiga ajarannya , yakni Ing Ngarso Sun Tulodo , Ing Madyo Mbangun Karso , dan Tut Wuri Handayani akan kami bahas pada penjelasan berikut:

Ing Ngarso Sun Tulodo

Ing ngarso mempunyai arti di depan / di muka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.

Dalam ajaran Ki Hajar yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pemimpin bukan hanya sebagai orang yang berjalan di depan , namun juga harus menjadi teladan bagi orang - orang yang mengikutinya . Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri , jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya . 

Page 19: instrumen

Artinya seorang yang berada di depan jika belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar 'pemimpin' . Jika kita melihat kepemimpinan dari orang - orang dalam sejarah , maka dapat kita lihat betapa perbuatan sang pemimpin menjadi inspirasi bagi orang yang dipimpinnya .

Ing Madyo Mbangun Karso

Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.

Ajaran kedua ini sarat dengan makna kebersamaan , kekompakan , dan kerjasama . Seorang pemimpin tidak hanya melihat kepada orang yang dipimpinnya , melainkan ia juga harus berada di tengah - tengah orang yang dipimpinnya . Maka sangat tidak terpuji bila seorang pemimpin hanya diam dan tak berbuat apa - apa sedangkan orang yang dipimpinnya menderita.

Selain itu pemimpin harus kreatif dalam memimpin , sehingga orang yang dipimpinnya mempunyai wawasan baru dalam bertindak . Ditambahlagi seorang pemimpin harus melindungi segenap orang yang dipimpinnya.

Tut Wuri Handayani

Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang - orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.

Ajaran kepemimpinan yang ketiga ini merupakan semboyan dari dunia Pendidikan , yang tentunya mempunyai makna yang mendalam . Jika diartikan secara keseluruhan Tut Wuri Handayani bertujuan untuk menciptakan pribadi yang Mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain . Dan diharapkan akan muncul generasi baru yang akan berani memimpin tanpa menunggu orang lain untuk memimpin .

Adapun dorongan tersebut dapat berupa moral dan semangat kepada orang lain .

Page 20: instrumen

Maka dari itu pendidikan mengambil semboyan ini , agar pendidikan menjadi sebuah perantara membentuk generasi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain . Maka dimasa yang akan datang dengan pendidikan yang dimilikinya orang tersebut tidak akan mudah untuk diperalat.

http://www.gudangmateri.com/2011/04/tiga-ajaran-kepemimpinan-ki-hajar.html

(Arti dari Ajaran Ki Hajar Dewantara – Tutwuri Handayani) – Salah satu Ajaran dari Ki Hajar Dewantarayang sangat populer adalah “Seorang pemimpin harus memiliki tiga sifat yang terangkum pada: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, dimana ketiga kalimat tersebut memiliki arti sebagai berikut:

1. Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.

2. Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.

3. Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang – orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.

Jadi secara tersirat Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani berarti figur seseorang yang baik adalah disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang – orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat . Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat.

http://www.diwarta.com/arti-dari-ajaran-ki-hajar-dewantara-tutwuri-handayani/768/

Page 21: instrumen

Tiga puluh enam tahun yang lalu, tepatnya tahun 1976, saya memulai sekolah di Taman Muda ( Sekolah SD di Tamansiswa), 5 tahun setelah itu masuk di Taman Dewasa ( Sekolah SMP di Tamansiswa) . Tahun 1988 saya mulai menjadi guru di Taman Dewasa ( SMP Tamansiswa ) Cibadak sampai dengan tahun 2005. Sejak itu saya diangkat jadi PNS dan sekarang mengajar di SMP Negeri 3 Cibadak. Sebuah perjalanan pendidikan yang tak bisa di lepaskan dari sosok seorang Soewardi Suryaningrat ( lebih terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara), Bapak Pendidikan kita semua, yang tanggal kelahirannya, 2 Mei di peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara terkenal dengan ajarannya Sistem Among ( Tutwuri handayani, Ing Madya mangun karsa, Ing ngarsa sung tulada)  di Tamansiswa, ialah suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan 1) Kodrat Alam, sebagai syarat untuk mencapai kemajuan dengan secepatcepatnya dan sebaik-baiknya; 2) Kemerdekaan, sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir batin anak, agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak merdeka. Sistem tersebut menurut cara berlakunya, juga disebut sistem Tutwuri Handayani.

Apa yang terjadi sekarang ini? Dunia pendidikan di hebohkan dengan tawuran antar pelajar mulai dari anak-anak SMP, SMA/SMK sampai perguruan tinggi, hampir setiap hari menghiasi surat kabar dan Televisi. Para guru rame mencari metode dan model pengajaran yang relevan dengan era dan jaman yang serba di gital. Mereka lupa, bahwa kita punya seorang pahlawan pendidikan yang harus nya jadi tauladan dan panutan para siswa dan pendidik di negeri ini. Kita kehilangan karakter dan kepribadian bangsa. Erosi sikap dan perilaku sudah menjalar di setiap aktifitas para siswa dan guru.

Kilas balik Sang Pahlawan Pendidikan Nasional kita. Beliau di lahirkan pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah sistem Among yang terdiri dari  tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di  Yogyakarta.

Tiga puluh enam tahun yang lalu, tepatnya tahun 1976, saya memulai sekolah di Taman Muda ( Sekolah SD di Tamansiswa), 5 tahun setelah itu masuk di Taman Dewasa ( Sekolah SMP di Tamansiswa) . Tahun 1988 saya mulai menjadi guru di Taman Dewasa ( SMP Tamansiswa ) Cibadak sampai dengan tahun 2005. Sejak itu saya diangkat jadi PNS dan sekarang mengajar di SMP Negeri 3 Cibadak. Sebuah perjalanan pendidikan yang tak bisa di lepaskan dari sosok seorang Soewardi Suryaningrat ( lebih terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara), Bapak

Page 22: instrumen

Pendidikan kita semua, yang tanggal kelahirannya, 2 Mei di peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara terkenal dengan ajarannya Sistem Among ( Tutwuri handayani, Ing Madya mangun karsa, Ing ngarsa sung tulada)  di Tamansiswa, ialah suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan 1) Kodrat Alam, sebagai syarat untuk mencapai kemajuan dengan secepatcepatnya dan sebaik-baiknya; 2) Kemerdekaan, sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir batin anak, agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak merdeka. Sistem tersebut menurut cara berlakunya, juga disebut sistem Tutwuri Handayani.

Apa yang terjadi sekarang ini? Dunia pendidikan di hebohkan dengan tawuran antar pelajar mulai dari anak-anak SMP, SMA/SMK sampai perguruan tinggi, hampir setiap hari menghiasi surat kabar dan Televisi. Para guru rame mencari metode dan model pengajaran yang relevan dengan era dan jaman yang serba di gital. Mereka lupa, bahwa kita punya seorang pahlawan pendidikan yang harus nya jadi tauladan dan panutan para siswa dan pendidik di negeri ini. Kita kehilangan karakter dan kepribadian bangsa. Erosi sikap dan perilaku sudah menjalar di setiap aktifitas para siswa dan guru.

Kilas balik Sang Pahlawan Pendidikan Nasional kita. Beliau di lahirkan pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah sistem Among yang terdiri dari  tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di  Yogyakarta.

SISTEM AMONG

Desember 15, 2009 pada 9:13 am (Uncategorized) 

Sistem Among adalah cara pelaksanaan pendidikan dalam Gerakan Pramuka.

Sitem Among adalah hasil pemikiran Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau

dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan dan pendiri Perguruan

Taman Siswa.

Ki Hajar Dewantara, menjabat Menteri Pendidikan pada Kabinet RI pertama. KI

Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 28 April

1959.

Kata Among berarti mengasuh, memelihara atau menjaga. Dan orang yang

melakukannya disebut PAMONG. Sistem Among tampak jelas pada kalimat “

Page 23: instrumen

ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYA MANGUN KASRO, TUT

WURI HANDAYANI “ yang artinya “ DI DEPAN MEMBANGUN /

MELAKSANAKAN, DAN DI BELAKANG MEMBERI DORONGAN /

BANTUAN KE ARAH MANDIRI”.

(1) Pendidikan dalam Gerakan Pramuka ditinjau dari hubungan antara pembina

dengan anggota muda dan anggota dewasa muda menggunakan sistem among.

(2) Sistem Among berarti mendidik anggota Gerakan

Pramuka menjadi insan merdeka jasmani, rokhani, dan pikirannya, disertai rasa

tanggungjawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain.

(3) Sistem among mewajibkan anggota dewasa Gerakan Pramuka melaksanakan

prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut:

a. Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;

b. Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan;

c. Tut wuri handayani maksudnya dari belakang memberi dorongan dan pengaruh

yang baik ke arah kemandirian.

(4) Dalam melaksanakan tugasnya anggota dewasa wajib bersikap dan berperilaku

berdasarkan:

a. Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepatutan, kesederhanaan, kesanggupan

berkorban dan rasa kesetiakawanan sosial.

b. Disiplin disertai inisiatif dan tanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama

manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggung-jawab

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(5) Hubungan anggota dewasa dengan anggota muda dan anggota dewasa muda

merupakan hubungan khas, yaitu setiap anggota dewasa wajib memperhatikan

perkembangan anggota muda dan anggota dewasa muda secara pribadi agar

perhatian terhadap pembinaannya dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

kepramukaan.

(6) Anggota Dewasa berusaha secara bertahap menyerahkan pimpinan kegiatan

sebanyak mungkin kepada anggota dewasa muda, sedangkan anggota dewasa

secara kemitraan memberi semangat,dorongan dan pengaruh yang baik.

Page 24: instrumen

About these ads

http://materipramukasatryarovers.wordpress.com/2009/12/15/sistem-among/

3 Ajaran Ki Hadjar Dewantara untuk Pemimpin Ideal

 

AddthisAkhir-akhir ini kita menyaksikan betapa pendidikan belum bisa merubah karakter anak bangsa secara keseluruhan. Masih ada saja kasus tawuran antar pelajar dan tawuran antar mahasiswa. Sikap kaum terpelajar tidak tampak lagi di tunjukan para remaja dan pemuda yang masih mengenyam pendidikan di sekolah maupun bangku perkuliahan.

Tingkat kemandirian juga belum begitu tampak dalam diri generasi muda. Banyak dari mereka setelah lulus sekolah maupun kuliah berbondong-bondong memenuhi pameran Job Fair untuk mencari pekerjaan.

Muncul juga para pemimpin muda yang terjerat korupsi. Mereka tidak mampu memberi contoh tauladan yang baik bagi organisasi yang dipimpinnya.

Produk-produk buatan anak negeri belum begitu nampak menjadi kebanggaan di negeri sendiri. Anak-anak muda banyak yang lebih bangga menggunakan produk impor.

Melihat itu semua tetu kita sangan prihatin. Padahal kita memiliki banyak tokoh pendiri bangsa yang patut kita contoh baik kepribadian dan ajarannya.

Sesungguhnya kita punya tokoh pendidikan yang ajarannya tidak bisa lengkang oleh zaman. Ajaran beliau akan tetap relevan di terapkan sampai sekarang. Beliau adalah Ki Hajar Dewantara, Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.3 ajaran beliau yang harus menjadi landasan pendidikan di negeri adalah

1. Ing Ngarso Sun Tulodo.

2. Ing Madyo Mbangun Karso.

Page 25: instrumen

3. Tut Wuri Handayani.

Ing Ngarso Sun TulodoIng ngarso mempunyai arti di depan / di muka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.

Dalam ajaran Ki Hajar yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pemimpin bukan hanya sebagai orang yang berjalan di depan , namun juga harus menjadi teladan bagi orang - orang yang mengikutinya . Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri , jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya .Artinya seorang yang berada di depan jika belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar ‘pemimpin’ . Jika kita melihat kepemimpinan dari orang - orang dalam sejarah , maka dapat kita lihat betapa perbuatan sang pemimpin menjadi inspirasi bagi orang yang dipimpinnya .

Ing Madyo Mbangun KarsoIng Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.

Ajaran kedua ini sarat dengan makna kebersamaan , kekompakan , dan kerjasama . Seorang pemimpin tidak hanya melihat kepada orang yang dipimpinnya , melainkan ia juga harus berada di tengah - tengah orang yang dipimpinnya . Maka sangat tidak terpuji bila seorang pemimpin hanya diam dan tak berbuat apa - apa sedangkan orang yang dipimpinnya menderita.

Selain itu pemimpin harus kreatif dalam memimpin , sehingga orang yang dipimpinnya mempunyai wawasan baru dalam bertindak . Ditambahlagi seorang pemimpin harus melindungi segenap orang yang dipimpinnya.

Tut Wuri HandayaniTut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang - orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.

Page 26: instrumen

Ajaran kepemimpinan yang ketiga ini merupakan semboyan dari dunia Pendidikan , yang tentunya mempunyai makna yang mendalam . Jika diartikan secara keseluruhan Tut Wuri Handayani bertujuan untuk menciptakan pribadi yang Mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain . Dan diharapkan akan muncul generasi baru yang akan berani memimpin tanpa menunggu orang lain untuk memimpin .

Adapun dorongan tersebut dapat berupa moral dan semangat kepada orang lain . Maka dari itu pendidikan mengambil semboyan ini , agar pendidikan menjadi sebuah perantara membentuk generasi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain . Maka dimasa yang akan datang dengan pendidikan yang dimilikinya orang tersebut tidak akan mudah untuk diperalat.

Ketiga ajaran tersebut meiliki nilai luar biasa apabila mampu di terapkan di negeri ini. Ki Hadjar Dewantara pasti sudah melihat bagaimana membuat konsep pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

Saya yakin apabila ajaran tersebut di terapakan dengan benar dan konsisten tidak ada lagi pemimpin yang korupsi, tidak ada lagi tawuran antar pelajar dan tidak ada lagi generasi pengekor. Mari kita sama-sama mewujudkan ajaran Ki Hadjar Dewantara sehingga akan terlahir pemimpin yang berkarakter di negeri ini.

http://www.wiwinkatingan.com/artikel-2/75-3-ajaran-ki-hadjar-dewantara-untuk-pemimpin-ideal.html

AJARAN KI HAJAR DEWANTARA

Home > Renungan > Ajaran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara seorang tokoh yang tidak hanya dikenal sebagai bapak Pendidikan, namun juga sebagai pemimpin yang tangguh. Dimana ia memotivasi orang - orang untuk terus menerus belajar dan belajar tanpa henti . Kharismanya sebagai pemimpin dalam memajukan pendidikan menjadikan ajarannya terus menjadi motivasi hingga sekarang.

Adapun ajaran dari Ki Hajar Dewantara, Yaitu Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

Ing Ngarso Sun TulodoIng ngarso mempunyai arti di depan / di muka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah

Page 27: instrumen

menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.

Dalam ajaran Ki Hajar yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pemimpin bukan hanya sebagai orang yang berjalan di depan, namun juga harus menjadi teladan bagi orang - orang yang mengikutinya. Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri, jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya. 

Ing Madyo Mangun KarsoIng Madyo artinya di tengah-tengah, Mangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.

Ajaran kedua ini sarat dengan makna kebersamaan, kekompakan, dan kerjasama. Seorang pemimpin tidak hanya melihat kepada orang yang dipimpinnya, melainkan ia juga harus berada di tengah - tengah orang yang dipimpinnya. Maka sangat tidak terpuji bila seorang pemimpin hanya diam dan tak berbuat apa - apa sedangkan orang yang dipimpinnya menderita.

Tut Wuri HandayaniTut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang - orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.

Ajaran kepemimpinan yang ketiga ini merupakan semboyan dari dunia Pendidikan, yang tentunya mempunyai makna yang mendalam. Jika diartikan secara keseluruhan Tut Wuri Handayani bertujuan untuk menciptakan pribadi yang Mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Dan diharapkan akan muncul generasi baru yang akan berani memimpin tanpa menunggu orang lain untuk memimpin.

Adapun dorongan tersebut dapat berupa moral dan semangat kepada orang lain. Maka dari itu pendidikan mengambil semboyan ini, agar pendidikan menjadi sebuah perantara membentuk generasi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Maka dimasa yang akan datang dengan pendidikan yang dimilikinya orang tersebut tidak akan mudah untuk diperalat

Page 28: instrumen

http://edokumen.blogspot.com/2012/05/ajaran-ki-hajar-dewantara.html

KESIMPULAN

Bahwa Ki Hajar Dewantara Memiliki banyak ajaran yang berguna bagi kita baik dalam bidang pendidikan dan juga bidang kepemimpinan.

Dalam ajaran Ki hajar Dewantara adanya kemerdekaan atau kebebasan seorang manusia untuk melakukan sesuai keinginannya namun ada batasan – batasannya.

Ajaran yang paling terkenal adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani . Khususnya bidang pendidikan adalah Tut Wuri Handayani bertujuan untuk menciptakan pribadi yang Mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Dan diharapkan akan muncul generasi baru yang akan berani memimpin tanpa menunggu orang lain untuk memimpin.

Secara keseleruhuan makna Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani merupakan kriteria bagi pemimpin maupun calon pemimpin . Mulai dari ajaran Ing Ngarso Sun Tulodo yang mengharuskan pemimpin menjadi teladan , Ing Madyo Mbangun Karso seorang pemimpin harus berbaur , dan Tut Wuri Handayani yang mengajarkan sikap mandiri dan tidak tergantung pada orang lain .

Bilamana seseorang telah berhasil menerapkan dengan tepat ajaran kepemimpinan Ki Hajar Dewantara ini maka niscaya kemakmuran dan kesejahteraan akan meliputi oranh yang dipimpinnya .

Ada juga Sistem Among sistem atau cara pendidikan yang dilakukan di tamansiswa dengan cara Tut Wuri Handayani.

Jika kita seorang guru kita harus memberikan kebebasan pada murid – murid kita sesuai dengan keinginannya tapi kita juga harus tegas ketika kebebasan yang kita berikan disalah gunakan dan akan membahayakan keselamatannya dan orang lain.

Ada juga ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu Panca Darma yaitu

3.1. Asas Kodrat Alam3.2. Asas Kemerdekaan

3.3. Asas Kebudayaan

3.4. Asas Kebangsaan

Page 29: instrumen

3.5. Asas Kemanusiaan

Semua ajaran Ki Hajar Dewantara selalu memberikan nilai dan contoh positif bagi yang melaksanakannya.