inspeksi pnanganan thd hsil fera
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat
kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan
cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan
bahan baku. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek
yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk
yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan
pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani.
Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem
jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun,
dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan
dapat dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk
obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di
pasar dalam negeri maupun internasional.
Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah secara terus menerus
memfasilitasi industri obat tradisional baik skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan
CPOTB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang terprogram. Dengan adanya
perkembangan jenis produk obat bahan alam tidak hanya dalam bentuk Obat Tradisional
(Jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, maka Pedoman
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang
memproduksi Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.
PERMASALAHAN
Bagaimana Obat Tradisional yang diproduksi oleh Industri Obat Tradisional dapat
memenuhi syarat sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat.
1
TUJUAN
Dapat mengetahui tentang ketentuan-ketentuan umum yang tercantum dalam
lampiran peraturan kepala BPOM mengenai “Inspeksi Diri dan Penanganan Terhadap Hasil
Pengamatan Produk di Peredaran” sehingga Obat Tradisional yang beredar dalam pasaran
memenuhi syarat.
2
BAB II
INSPEKSI DIRI
Berdasarkan Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Nomor :HK.00.05.4.1380 tentang
PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK
Inspeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua aspek, mulai dari
pengadaan bahan sampai dengan pengemasan dan penetapan tindakan perbaikan yang
dilakukan oleh semua personal industri obat tradisional sehingga seluruh aspek pembuatan
obat tradisional dalam industri obat tradisional tersebut selalu memenuhi CPOTB.
INSPEKSI DIRI
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek pengolahan,
pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOTB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindak
lanjut. Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara teratur. Tindakan perbaikan yang
disarankan hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri hendaklah ditunjuk tim
inspeksi yang mampu menilai secara obyektif pelaksanaan CPOTB. Hendaklah dibuat
prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri.
Hal-Hal yang Diinspeksi.
Untuk mendapatkan standar inspeksi diri yang minimal dan seragam, maka perlu disusun
daftar pemeriksaan selengkap mungkin. Daftar pemeriksaan hendaklah meliputi pertanyaan
mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Personalia.
2. Bangunan termasuk fasilitas untuk personalia.
3. Penyimpanan bahan baku dan produk jadi.
4. Peralatan.
5. Pengolahan dan pengemasan.
6. Pengawasan mutu.
7. Dokumentasi.
8. Pemeliharaan gedung dan peralatan.
3
Tim Inspeksi Diri.
1. Tim inspeksi diri ini ditunjuk oleh pimpinan perusahaan terdiri dari sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang yang ahli di bidang yang berlainan dan paham mengenai CPOTB.
2. Anggota tim dapat berasal dari lingkungan perusahaan atau dari luar perusahaan. Tiap
anggota tim hendaklah bebas dalam memberikan penilaian atas hasil inspeksi diri.
Pelaksanaan dan Jeda Waktu Inspeksi Diri
1. Inspeksi diri dapat dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan kebutuhan industri yang
bersangkutan.
2. Inspeksi diri yang menyeluruh dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Laporan Inspeksi Diri.
Setelah menyelesaikan inspeksi diri hendaklah dibuat laporan mencakup:
1. Hasil inspeksi diri.
2. Penilaian dan kesimpulan.
3. Rekomendasi tindak lanjut.
Pelaksanaan Tindak Lanjut Inspeksi Diri.
Berdasarkan laporan inspeksi diri, pimpinan perusahaan melaksanakan tindakan perbaikan
yang diperlukan.
4
BAB III
PENANGANAN TERHADAP HASIL PENGAMATAN PRODUK JADI DI
PEREDARAN
Berdasarkan Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Nomor :HK.00.05.4.1380 tentang
PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK
Penarikan kembali (recall) adalah kegiatan menarik kembali produk dari semua mata rantai
distribusi apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan penandaan atau adanya efek yang merugikan kesehatan.
Keluhan adalah suatu pengaduan dari pelanggan atau konsumen mengenai kualitas,
kuantitas, khasiat dan keamanan.
Keluhan dan Laporan.
Keluhan dan laporan menyangkut kualitas, efek yang merugikan atau masalah medis lainnya
hendaklah diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai.
Jenis keluhan dan laporan dapat berupa :
a) Keluhan mengenai kualitas menyangkut keadaan fisik, kimia dan biologi dari produk
jadi atau kemasannya dan lain sebagainya;
b) Keluhan atau laporan tentang efek yang merugikan seperti reaksi alergi, reaksi toksis,
reaksi fatal dan lain sebagainya.
Penanganan keluhan dan laporan.
Hendaklah dibuat catatan tertulis mengenai semua keluhan dan laporan yang diterima.
Keluhan dan laporan hendaklah ditangani oleh bagian yang bersangkutan sesuai
dengan jenis keluhan atau laporan yang diterima.
Terhadap tiap keluhan dan laporan hendaklah dilakukan penelitian dan evaluasi secara
seksama termasuk :
a) Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang keluhan atau laporan
tersebut;
b) Melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima dan
bila perlu memeriksa juga contoh pertinggal bets yang bersangkutan;
5
c) Meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan, termasuk
catatan bets, catatan distribusi, cacatan hasil pengujian dan sebagainya.
Tindak lanjut.
Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian dilakukan tindak lanjut berupa
a) Tindakan perbaikan yang diperlukan;
b) Penarikan kembali bets dari produk atau seluruh produk yang bersangkutan;
c) Tindak lanjut lainnya yang sesuai.
Hasil pelaksanaan penanganan keluhan dan laporan termasuk hasil evaluasi penelitian
dan tindak lanjut yang diambil hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada bagian yang
bersangkutan dan kepada pejabat pemerintah yang berwenang.
Penarikan Kembali Produk
Penarikan kembali produk yang berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau
seluruh produk tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan
apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan atau atas dasar
pertimbangan adanya efek yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan
kembali seluruh produk tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu
jenis produk yang bersangkutan.
Keputusan penarikan kembali produk.
a) Penarikan kembali dapat dilakukan atas prakarsa produsen sendiri atau instruksi
instansi pemerintah yang berwenang.
b) Keputusan untuk melakukan penarikan kembali suatu produk adalah tanggung jawab
apoteker penanggung jawab teknis dan pimpinan perusahaan.
c) Keputusan penarikan kembali produk dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa bets atau seluruh produk yang bersangkutan.
d) Keputusan penarikan kembali produk dapat pula sekaligus merupakan penghentian
pembuatan produk yang bersangkutan.
Pelaksanaan penarikan kembali
1) Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah adanya produk yang
tidak memenuhi persyaratan atau yang mempunyai efek yang tidak diperhitungkan
sebelumnya yang membahayakan kesehatan.
6
2) Bagi produk yang mengandung risiko besar terhadap kesehatan selain penarikan
kembali hendaklah segera diambil tindakan khusus agar produk yang bersangkutan
tidak dipergunakan masyarakat. Dan di informasi secara luas.
Pelaksanaan penarikan kembali dan tindakan pengamanan secara efektif, cepat dan tuntas
hendaklah didukung oleh sistem dokumentasi yang baik.
Hendaklah dibuat pedoman dan prosedur penarikan kembali produk yang tepat sehingga
penarikan kembali dan tindakan pengamanan dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dari
seluruh mata rantai distribusi.
Hendaklah dibuat catatan dan laporan pelaksanaan, hasil penarikan kembali dan embargo
produk.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
INSPEKSI DIRI
Tujuan dari inspeksi diri adalah :
Mengetahui apakah seluruh aspek pembuatan produk dan pengawasan mutu telah
memenuhi ketentuan yang ditetapkan (CPOTB)
Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang bersifat kritis, baik yang memberikan
dampak kecil atau besar (minor or major impacts)
Meninjau adanya kebutuhan bagi tindakan koreksi dan pencegahan terhadap hal-hal
yang belum memenuhi ketentuan.
Memberikan usulan tindakan koreksi ( perbaikan ) atau pencegahan (bila perlu) secara
berkesinambungan.
Pada pelaksanaan program inspeksi diri maka hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Tim Inspeksi diri harus independen, tidak bertanggung jawab langsung terhadap area
atau kegiatan yang sedang diinspeksi.
2. Mampu mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOTB dan mengevaluasi
tindakan perbaikan atau pencegahan yang diusulkan atau akan dilaksanakan oleh
audit.
3. Memberikan saran perbaikan dan mengevaluasi pelaksanaan perbaikan .
4. Penilaian dilakukan secara objectif
5. Hasil inspeksi diri harus didokumentasikan dengan baik
Cakupan Inspeksi Diri
1. Area kerja, proses atau prosedur kerja, kemampuan dan pengetahuan personil, serta
mutu keluaran hasil kerja yang diperoleh ( out put)
2. Ketepatan pelaksanaan dari prosedur yang telah ditetapkan ( protap)
3. Dokumentasi dan catatan kerja
4. Penampilan pemasok dan sub kontraktor.
Langkah Operasional Tim Inspeksi Diri
8
1. Koordinator dan Tim Inspeksi diri menerima SK. Pimpinan Perusahaan.
2. Buat jadwal Pemeriksaan dan Sosialisasi sehingga jadwal tersebut disetujui oleh setiap
bagian.
3. Buat “Daftar Periksa” (check list) inspeksi diri yang berisi hal-hal yang akan diperiksa di
setiap bagian masing-masing.
4. Lakukan inspeksi
5. Diskusi dan putuskan hal inspeksi . Hasil inspeksi harus disetujui oleh bagian yang
diinspeksi.
6. Laporkan hasil inspeksi kepada TIM CPOTB dan pimpinan peruhaan.
7. Tim inspeksi diri menerima tindakan perbaikan atau pencegahan dari bagian terekait,
sesuai keputusan hasil inspeksi
8. Monitor tindak lanjut terhadap bagian terkait yang harus melakukan tindakan perbaikan
atau pencegahan
Alur Proses Mekanisme Inspeksi Diri
PENANGANAN TERHADAP HASIL PENGAMATAN PRODUK JADI DI PEREDARAN
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) berperan dalam regulasi peredaran
obat yaitu semacam polisi yang mengawasi masyarakat dalam melaksanakan aturan hukum
yang berlaku. BPOM mengawasi secara ketat peredaran obat tradisional produksi dalam dan
luar negeri yang dilakukan sebelum dan sesudah produk beredar di pasaran untuk
memastikan keamanan produk tersebut bagi konsumen
9
Penanganan ini termasuk :
- Penanganan terhadap keluhan dan laporan
- Tindakan penarikan kembali produk dari pasaran
Beberapa waktu yang lalu BPOM telah menanggapi keluhan dan laporan konsumen
terkait dampak obat tradisional yang dikonsumsi yang juga diberitakan bahwa ditemukan 21
jenis obat tradisional yang saat ini beredar di masyarakat tidak layak untuk dikonsumsi
karena mengandung bahan kimia.
Dua puluh satu(21) jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia tersebut,
yaitu Poten-Zhi Kapsul, Asam Urat Nyeri Tulang Cap Gunung Krakatau, Buah Naga, Dewa
Dewi, Jamu Cap Putri Sakti Penyehat Badan (Penggemuk Badan), Jamu Tradisional Jawa
Asli Cap Putri Sakti, Kapsul Telat Bulan (Tiauw Keng Poo Sae), Kuat Tahan Lama Surabaya
Madura, Lebah Mutiara Asam Urat, Lebah Mutiara Gatal-Gatal, Linu Rat, MD dan SM Obat
Asam Urat Nyeri Tulang/Sendi Cicunguya, Obat Kuat dan Tahan Lama Powerman, Obat
Kuat dan Tahan Lama Super X, Pil Anti sakit Gigi Plus Pak Tani, Prima Setia, Scorpion,
Spider, Tangkur Cobra Laut, Tiger Fit Asam Urat Flu Tulang dan Power Up.
Tindakan penarikan kembali juga dilakukan BPOM terhadap obat tradisional yang
tidak memenuhi syarat. Seperti halnya yang baru-baru ini terjadi, sebanyak 22 macam obat
tradisional dan suplemen berkhasiat menambah stamina pria ditarik dari peredaran. Obat-obat
itu mengandung bahan kimia obat Sildenafil sitrat dan Tadalafil sitrat. Bahan kimia obat
keras itu dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat mematikan jika digunakan tanpa
resep dokter. Efek Sildenafil yang bisa terjadi yaitu sakit kepala, dispepsia, mual, nyeri perut,
gangguan penglihatan, radang hidung, nyeri dada hingga kematian. Sedangkan pada Tadalafil
dapat menyebabkan nyeri otot, nyeri punggung, kehilangan potensi seks permanen,
menurunkan tekanan darah, hingga stroke. Daftar obat-obatan yang ditarik dari peredaran
tersebut antara lain: Blue Moon, Caligula kapsul, Cobra X kapsul, Hwang-Ni-Shen-Dan, kuat
tahan lama serbuk, Lak-Gao-69, Alvaret, Macagold, Manovel, Okura, Otot Madu,
Ramstamin, Sanomale, Sari Madu kapsul, Samson, Sunny-Sang-Rang-Wang-Ing-Ying-Din,
dan pil Sunny kapsul, Teraza, Top One kapsul, Tripoten, Urat Perkasa kapsul dan Dumex.
Saat ini BPOM telah mengumpulkan 157.749 kotak obat tradisional dan suplemen makanan.
Secara nasional jmlahnya telah mencapai 208.091 kotal atau 1.095 bungkus.
10
BAB V
KESIMPULAN
Program inspeksi diri dan tindakan penanganan terhadap hasil pengamatan produk
jadi di peredaran oleh BPOM yang tercantum dalam lampiran CPOTB dimaksudkan untuk
menjamin produk jadi obat tradisional yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang
berlaku. Tindakan inspeksi diri merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua
aspek, mulai dari pengadaan bahan sampai dengan pengemasan dan penetapan tindakan
perbaikan yang dilakukan oleh semua personal industri obat tradisional sehingga seluruh
aspek pembuatan obat tradisional dalam industri obat tradisional tersebut selalu memenuhi
CPOTB.
Penanganan terhadap hasi pengamatan produk jadi di peredaran dimaksudkan untuk
mngamati obat tradisional yang beredar di pasaran. Jika produk tersebut tidak memenuhi
CPOTB maka produk tersebut harus ditarik dari peredaran (Drug recall). Beberapa waktu
yang lalu BPOM telah menanggapi keluhan dan laporan konsumen terkait dampak obat
tradisional yang dikonsumsi yang juga diberitakan bahwa ditemukan 21 jenis obat tradisional
yang saat ini beredar di masyarakat tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung bahan
kimia.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No:
HK.00.05.4.1380 (Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik).
2. Peringatan BPOM RI, Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat No:
HM.03.03.1.43.08.10.8013, Tanggal : 13 Agustus 2010.
3. http://farmasibahanalam.com Program Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen. BPOM.
12