inovasi evaluasi

Download Inovasi Evaluasi

If you can't read please download the document

Upload: jangnoer-putra-galuh

Post on 30-Nov-2015

415 views

Category:

Documents


81 download

DESCRIPTION

evaluasi dalam pembelajaran

TRANSCRIPT

TEKNIK EVALUASI MODEL PEMBELAJARAN YANG KREATIF DAN PRODUKTIF A. PendahuluanPada dasarnya upaya-upaya perbaikan dan penerapan program-program pembelajaran inovatif yang di antaranya merupakan penerapan konsep-konsep: Pembelajaran Siswa Aktif, Multiple Intellegence, Holistic Education, Experiencial Learning, Problem Based Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Mastery Learning, Contextual Learning, dan Constructivism dilakukan mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centred, learning-oriented), untuk memberikan pengalaman belajar yang menantang dan sekaligus menyenangkan. Lebih jauh, siswa diharapkan terbiasa menggunakan pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan strategis (strategic approach) dalam belajar, bukan sekedar belajar mengingat informasi atau belajar untuk lulus saja. Yang terakhir itu sering disebut dengan pendekatan permukaan (surface approach), atau belajar hafalan (rote learning) yang masih dominan di kalangan para siswa dewasa ini. Makalah ini akan membahas tentang suatu inovasi model pembelajaran yang kreatif dan produktif. Model Pembelajaran kreatif dan produktif merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antara lain: belajar aktif, kreatif, konstruktif, serta kolaboratif dan kooperatif. Karakteristik penting dari setiap pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji. Beberapa karakteristik tersebut adalah sebagai berikut. 1. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil ekplorasi tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai sumber yang relevan dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan memungkinkan siswa melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan. 2. Siswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru kepada siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan eksplorasi serta interpretasi. Dengan perkataan lain, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahamannya terhadap fenomena yang sedang dikaji menjadi meningkat. Di samping itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap topik/konsep/masalah yang sama, dan untuk mempertahankan sudut pandangnya dengan menggunakan argumentasi yang relevan. Hal-hal ini merupakan salah satu realisasi hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran. 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama. Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi. Di samping itu, siswa juga mendapat kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan satu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi, serta re-kreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman. 4. Pada dasarnya, untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri (Erwin Segal, dalam Black, 2003). Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir keras, kemudian mengejar pendapat siswa tentang idea-idea besar dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk menunjukkan/ mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik-topik penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri (Black, 2003). Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut, model pembelajaran kreatif dan produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif. Dengan karakteristik seperti itu, model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran berbagai bidang studi, baik untuk topik-topik yang bersifat abstraks maupun yang bersifat konkret. Jika model pembelajaran kreatif dan produktif ini dilakukan apa sebenarnya tujuan model pembelajaran ini? Materi apa saja yang dapat disampaikan mengunakan model pembelajaran ini? bagaimana kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan? Bagaimana seharusnya evaluasi dilakukan? Pertanyaan tersebut akan diungkapkan dalam makalah ini dalam rangka menentukan teknik evaluasi dalam model pembelajaran yang inovatif, yang pada tulisan ini model pembelajaran yang dipakai adalah model pembelajaran kreatif dan produktif.B. Tujuan (Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring) Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini antara lain: 1. pemahaman terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu, 2. kemampuan menerapan konsep / memecahkan masalah, serta 3. kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut. Dari segi dampak pengiring (nurturant effects), melalui model pembelajaran kreatif dan produktif diharapkan dapat dibentuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, serta bekerja sama; yang semuanya merupakan tujuan pembelajaran jangka panjang. Tentu saja dampak pengiring hanya mungkin terbentuk, jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai. Hal itu akan tercapai, jika model pembelajaran ini diterapkan secara benar dan memadai. C. Materi Materi yang sesuai disajikan dengan model kreatif dan produktif merupakan materi yang menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai, konsep, atau masalah aktual di masyarakat serta keterampilan menerapkan pemahaman tersebut dalam bentuk karya nyata. Berbagai bidang baik konkrit atau abstrak seperti Sastra, IPA, IPS, Bahasa, Matematika, dll dapat menggunakan model pembelajaran ini.D. Kegiatan Pembelajaran Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi empat langkah, yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru, dengan berpegang pada hakikat setiap langkah, sebagai berikut. 1. Orientasi Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi untuk mengkomunikasikan dan menyepakati tugas dan langkah pembelajaran. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang akan diterapkan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang langkah/cara kerja serta hasil penilaian. Negosiasi tentang aspek-aspek tersebut dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan antara guru dan siswa. 2. Eksplorasi Pada tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang akan dikaji. Eskplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara, menonton satu pertunjukan, melakukan percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya bidang yang harus dieksplorasi. Eksplorasi yang memerlukan waktu lama dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan eksplorasi yang singkat dapat dilakukan pada jam pelajaran. Agar eksplorasi menjadi terarah, panduan singkat sebaiknya disiapkan oleh guru.3. Interpretasi Dalam tahap interpretasi, hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika hal itu memang diperlukan. Interpretasi sebaiknya dilakukan pada jam tatap muka, meskipun persiapannya sudah dilakukan oleh siswa di luar jam tatap muka. Jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok, setiap kelompok menyajikan hasil pemahamannya tersebut di depan kelas dengan caranya masing-masing, diikuti oleh tanggapan dari siswa lain. Pada akhir tahap interpretasi, diharapkan semua siswa sudah memahami konsep/ topik/masalah yang dikaji. 4. Re- Kreasi Dalam tahap re-kreasi, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/ topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Re-kreasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai dengan pilihan siswa. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif dapat dipresentasikan, dipajang, atau ditindaklanjuti. E. EvaluasiEvaluasi belajar dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan kemampuan berpikir siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan/ argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek yang dapat dinilai selama proses pembelajaran. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa. Kiteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi. Dengan demikian evaluasi yang dapat menunjukkan prestasi siswa merupakan proses terus menerus mencari fakta sehingga dapat diambil kesimpulan bagaimana prestasi yang menggambarkan kekuatan, kemampuan dan pencapaian siswa termasuk didalamnya pemahaman konsep, penalaran dan berkomunikasi, serta penyelesaian masalah. Penilaian dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan mengidentifikasi konflik kognitif yang dimiliki siswa sehingga perlu remidi, dihilangkan atau bahkan diganti. Selain itu penilaian juga untuk mengidentifikasi strategi belajar siswa yang paling bisa berhasil, menginformasikan kekuatan atau kelemahan siswa tentang pengetahuan dan strateginya, menginformasikan kepada guru untuk digunakan didalam pembelajaran sehingga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.Hasil penilaian tentang prestasi siswa seharusnya dapat memberikan informasi tentang kompetensi siswa antara lain kemampuan:Membaca, mendengar, menyimpan sesuatu informasi yang memberikan informasi tentang pemahaman konsepMenganalisis, mensintesis, merefleksi, dan mengembangkan ide sebagai informasi tentang penalaran (pengetahuan strategi)Mengaplikasikan proses berpikir logik seperti: mendefinisikan suatu bentuk, mengidentifikasi asumsi-asumsi, menghipotesakan penyelesaian masalah yang akhirnya mampu menyelesaikan atau membuktikanMenyampikan informasi atau pemahamannya secara tulisan atau lisanBekerja mandiri, namun juga berkolaborasi dengan sesama temannya untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompokDari kelima komponen tersebut, nampaklah bahwa penilaian itu memang seharusnya terintegrasi dalam pembelajaran. Penilaian yang menyatu dalam pembelajaran memerlukan 6 standar penilaian, yaitu:Merefleksikan pemahaman konsep yang diketahui dan dapat dikerjakan siswa.Dapat meningkatkan proses pembelajaranDapat mendorong ekuilibrasi dalam proses adaptasi suatu informasiMerupakan proses terbukaDapat memberikan kesimpulan yang valid tentang hasil belajarMerupakan proses yang koheren (NCTM,2000).Dari keenam standar tersebut diperlukan kriteria penilaian agar bisa dijabarkan lebih lanjut. Untuk menilai apa yang telah dipelajari siswa diperlukan karakteristik penilaian (Sawada, 1997: Kilpatrick, dkk, 2001) yang diantaranya adalah:1. Kelancaran. Siswa lancar dalam menyelesaikan masalah. Indikasinya adalah berapa banyak solusi atau berapa cara menyelesaikan masalah yang yang dapat dihasilkan oleh siswa. 2. Fleksibilitas. Siswa dapat menemukan ide-ide yang fleksibel, indikasinya adalah berapa banyak ide yang berbeda yang ditemukan siswa. 3. Keaslian. Siswa dalam berpikir menunjukkan seberapa tinggi derajat keaslian ide-ide yang dikemukakan siswa . Jika seseorang atau kelompok siswa sampai ke suatu ide yang unik atau pemahaman yang dalam atau tingkat kesignifikanannya tinggi harus dinilai tinggi.4. Elegansi. Proses berpikir siswa menunjukkan derajat keunggulan dalam ide yang dikemukakan. Indikasinya adalah ada siswa yang menyatakan ide dengan ambigu, sedang yang lain menyatakan ide yang sederhana, jelas dan tepat.5. Pemahaman konseptual. Siswa mampu menjelaskan keterkaitan konsep-konsep/prinsip sehingga diindikasikan adanya jaringan konsep dalam benak siswa yang kaya akan hubungan-hubungan, sehingga suatu unit pengetahuan konseptual tidak terisolasi dari informasi lain atau adanya keterpaduan konsep. 6. Pemahaman prosedural. Siswa mampu menunjukkan dua vagian yang berbeda, yang pertama tersusun sebagai bahasa formal atau sistem representasi simbol, dan kedua terdiri dari algoritma atau aturan untuk menyelesaikan tugas. Dalam pemahaman prosedural tersebut, indikasi kriteria memuat bagaimana hasilnya, menjelaskan hasil tersebut, dan menunjukkan proses mendapat hasil tersebut.7. Kompeten dalam strategi. Siswa kompeten dalam strategi diindikasikan dengan kemampuan memformulasikan, menyatakan, dan menyelesaikan tugas.8. Penalaran yang adaptif. Siswa yang penalarannya adaptif diindikasikan dengan siswa dalam bekerjanya mampu berpikir logik, merefleksi, menjelaskan, dan menjustifikasi.9. Disposisi produktif. Siswa diindikasi cenderung atau terbiasa dalam melihat ilmu sebagai kegunaan, kebermaknaan, pasangan keyakinan yang mantap dan efektifitas dalam dirinya.Dengan 9 kriteria penilaian tersebut tentu saja diperlukan instrumen yang sekiranya dapat mengungkapkan antara lain kemampuan memahami konsep, penalaran dan komunikasi, menyelesaikan masalah. Dalam komunikasi atau penyelesaian masalah tentu tidak terlepas dari penalaran yang pelaksanaannya: merepresentasikan, mendengarkan, membaca, mendiskusikan, atau menulis (Baroody, 1993). Dalam penalaran akan nampak kemampuan mengaitkan konsep dan aplikasinya dalam pemahaman lanjutan atau penyelesaian masalah atau menganalogikan dan ini terkait di dalam komunikasi.Penilaian komprehensif memerlukan instrumen penilaian yang mengacu pada 9 kriteria penilaian (tidak harus memuat semuanya), sehingga penilaian terhadap hasil dan proses belajar diharapkan optimal, akurat, dan adil. Dari instrumen penilaian yang tersusun seperti uraian diatas, diharapkan guru dapat menetapkan keputusan terhadap kemampuan atau kompetensi siswa. Instrumen yang digunakan untuk penjaringan/monitoring proses belajar siswa dapat berbentuk tes/ujian tulis/lisan, tes penampilan, proyek, dan portofolio. F. Penutup Model pembelajaran kreatif dan produktif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut, antara lain, terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu model pembelajaran yang memang sangat berbeda dari pembelajaran tradisional. Guru yang terbiasa membelajarkan semua materi, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Ketidaksiapan guru untuk mengelola pembelajaran seperti ini dapat diatasi dengan pelatihan yang kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk mencobakannya. Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan menyediakan panduan yang, antara lain, memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan. Kendala lain adalah waktu. Model inif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu, waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan terstruktur dan mandiri. Terlepas dari kelemahannya, model pembelajaran kreatif dan produktif mempunyai kekuatan seperti yang sudah dideskripsikan dalam dampak instruksional dan dampak pengiring. Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang dapat memacu kreativitas, sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran. Teknik evaluasi yang dilakukan dalam model ini adalah penilaian komprehensif yang dilakukan secara kontinu dan terpadu dalam pembelajaran. Sebagai operasionalisasinya penilaian dapat diaplikasikan kedalam cara bagaimana siswa menyelesaikan suatu masalah, sehingga dapat ditetapkan prestasi belajar siswa. G. Sumber BacaanBaroody, Aj. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Comunication. New York: MacmilanDepdiknas. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Direktorat KetenagaanGrouws, DA(ed). 1992. Handbook of Reasearch on Mathematic Teaching and Learning. New York: MacmillanHudoyo, H, 2005. Kapita Selekta Pembelajarn Matematilka. Malang: FMIPA UM..................., 2005. Pengembangan Penilaian Kognitif dalam Meningkatkan Prestasi Siswa. Yogyakarta: Jurusan P Matematika UNY.Sawada T. 1997. Developing Lesson Plans. Reston: NCTM http://imamsjd.blogspot.com/2011/08/teknik-evaluasi-model-pembelajaran-yang.html" http://imamsjd.blogspot.com/2011/08/teknik-evaluasi-model-pembelajaran-yang.htmlINOVASI MODEL DAN EVALUASIPEMBELAJARANOleh : Lussy Dwiutami WahyuniPengajar, desain pembelajaran, dan peserta didik adalah 3 (tiga) hal yang selalu disebut saat kita ingin berbicara tentang proses pembelajaran. Mengapa demikian ? karena sesungguhnya 3 (tiga) hal tersebutlah yang menjadi motor dalam pergerakan sebuah roda pembelajaran.Pengajar disini dapat diartikan secara luas, apalagi dalam era internetisasi saat ini. Salah satu dampak yang ditimbulkannya pada dunia pendidikan adalah munculnya metode-metode pembelajaran secara elektronik (elearning atau online learning). Hal tersebut akhirnya berimbas pada cara guru dalam menyampaikan atau membahasakan materi di kelas, dari yang sebelumnya bertutur atau lisan menjadi tulisan. Namun demikian, peran guru atau pengajar di kelas tidak dapat tergantikan karena tidak semua peserta didik mampu belajar dan memahami materi secara mandiri. Untuk mengatasinya adalah dengan cara memblend antara metode klasikal dan elektronik (adanya hybrid instruction).Menurut Gagne, Briggs, & Wager (dalam Prawiradilaga, 2007) desain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Mereka percaya proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar, internal maupun eksternal. Tapi menurut Kemp, Morrison, & Ross (dalam Prawiradilaga, 2007) esensi disain pembelajaran mengacu pada keempat komponen inti, yaitu siswa, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian.Peserta didik adalah semua individu yang menjadi audiens dalam suatu lingkup pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta didik ini mengikuti skup/ruang lingkup dimana pembelajaran dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa untuk jenjang pendidikan tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat.Peserta didik adalah masukan mentah (raw input) dalam sebuah proses pembelajaran yang harus dithreat agar output dan outcomesnya sesuai dengan yang dicanangkan institusi (khususnya) dan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya. Agar keluarannya dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman, maka sudah sepatutnya materi dan cara pembelajarannyapun disesuaikan dengan dunia nyata juga. Hal tersebut biasa dikenal dengan model pembelajaran inovatif.Penilaianpun juga sudah melakukan terobosan atau inovasi. Terbukti, saat ini paper and pen bukanlah satu-satunya cara untuk menilai keberhasilan belajar peserta didik. Asesmen portofolio, autentik, dan lain-lain adalah sedikit dari banyak inovasi cara menilai keberhasilan peserta didik yang lebih menitikberatkan pada proses.A. Model Pembelajaran InovatifModel pembelajaran inovatif lahir dari adanya keresahan terhadap cara belajar klasikal. Dimana peserta didik tidak dapat terlibat aktif dalam hal intelektual maupun fisik. Karena itu, dirancanglah sebuah model pembelajaran yang bisa mengaktifkan seluruh indera dan intelektualitas peserta didiknya.Yang termasuk ke dalam model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran berbasis quantum teaching, pembelajaran berbasis multiple intelegencies, elearning, active learning, integrated learning, cooperative learning, pembelajaran berbasis sumber, konteksual learning, dan masih banyak lagi yang lainnya.Selanjutnya yang akan dibahas disini adalah hanya model pembelajaran inovatif berbasis elektronik (elearning) dan contextual learning.1. Model Pembelajaran Berbasis Elektronik (Elearning) a. Pengertian E-LearningE-learning tersusun dari dua bagian, yaitu e yang merupakan singkatan dari electronica dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.(Tafiardi, 2005). Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa istilah e dalam e-learning adalah segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, satelit, tape audio/video, tv interaktif, dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh disampaikan pada waktu yang sama (synchronously) ataupun pada waktu yang berbeda (asynchronously).Secara lebih singkat William Horton mengemukakan bahwa (dalam Sembel, 2004) e-learning merupakan kegiatan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari internet). Tidak jauh berbeda dengan itu Brown, 2000 dan Feasey, 2001 (dalam Siahaan, 2002) secara sederhana mengatakan bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitas yang didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.Selain itu, ada yang menjabarkan pengertian e-learning lebih luas lagi. Sebenarnya materi e-learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet. Interaksi dengan menggunakan internetpun bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun secara off-line atau archieved. Distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada (Lukmana, 2006).b. Karakteristik E-LearningKarakteristik e-learning ini antara lain adalah:1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.2) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)3) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.c. Syarat-Syarat Penggunaan E-LearningMenurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-syarat kegiatan pembelajaran elektronik (e-learning) adalah :1) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.2) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM atau bahan cetak3) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan4) adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning5) adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet6) adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar7) adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar8) adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggaraBerbeda dengan yang telah diungkapkan di atas, dalam Sembel, 2004, lebih menyoroti dari tenaga-tenaga ahli yang perlu ada untuk menghidupkan sebuah e-learning adalah :1) Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang disampaikan.2) Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.3) Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk dipelajari.4) Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan peringkat ketercapaian belajar siswa.Ahli-ahli pendidikan dan ahli internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo dalam Tafiardi, 2002) antara lain:1) Analisis Kebutuhan (Need Analysis). Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas saran orang lain. Setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan atau need analysis yang mencakup studi kelayakan baik secara teknis, ekonomis, maupun sosial.2) Rancangan Instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuan kredit, bahan ajar/kurikulum.3) Evaluasi yaitu sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.d. Fungsi E-LearningSetidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu (dalam Siahaan, 2002) :1) suplemen (tambahan)Dikatakan berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.2) komplemen (pelengkap)Dikatakan berfungsi sebagai komplemen, apabila materi e-learning diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti materi e-learning diprogramkan untuk menjadi materi enrichment (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.Sebagai enrichment, apabila peserta didik dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka diberikan kesempatan untuk mengakses materi e-learning yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.Sebagai remedial, apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka di kelas. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.3) substitusi (pengganti)Tujuan dari e-learning sebagai pengganti kelas konvensional adalah agar peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahan sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari. Ada 3 (tiga) alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat diikuti peserta didik : (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.e. Manfaat E-LearningE-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran atau kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Selain itu, guru dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk di akses oleh peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula (Website Kudos, 2002, dalam Siahaan).Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 (dua) sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru :1) sudut peserta didikDengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Menurut Brown, 2000 (dalam Siahaan) ini dapat mengatasi siswa yang (1) belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya, (2) mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari materi yang tidak dapat diajarkan oleh orang tuanya, seperti bahasa asing dan ketrampilan di bidang komputer, (3) merasa phobia dengan sekolah atau peserta didik yang di rawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tapi berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan (4) tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.2) guruMenurut Soekartawi (dalam Siahaan) beberapa manfaat yang diperoleh guru adalah bahwa guru dapat : (1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, (2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki realtif lebih banyak, (3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang, (4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan (5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Soekartawi dalam Tafiardi, 2002: 94-95), antara lain dapat disebutkan sbb:a) Tersedianya fasilitas e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.b) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.c) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.d) Bila siswamemerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.e) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.f) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktifg) Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.f. Kelebihan E-LearningE-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena memiliki kelebihan/keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005)1) Pengurangan biaya2) Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.3) Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka.4) Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti : cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih konsisten.5) Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang menggunakan cara tradisional6) Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.g. Keterbatasan E-LearningTerakhir yang harus diperhatikan masalah yang sering dihadapi yaitu:1) Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.2) Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang tidak mahal.3) Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.4) Masalah skill and knowledgeWalaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.4) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan internet.5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).7) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.h. Kendala-KendalaKendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi, 2005) :1) Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.2) Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.3) Teknologi dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal, dan teknologi yang tepat.4) Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.2. Model Pembelajaran Berbasis Konteks (Contextual and Teaching Learning (CTL))Fenomena pembelajaran yang berkembang di lapangan adalah masih banyak pengajar yang mengajar hanya sekedar menyelesaikan materi tanpa memikirkan apakah yang diberikannya itu bermakna ataupun ada keterkaitan dengan dunia nyata. Yang mengakibatkan fenomena ini terjadi, salah satunya adalah karena banyaknya materi yang harus diselesaikan tetapi waktu yang tersedia kurang. Akibatnya, materi yang tersampaikan tidak ada yang terinternalisasi dalam diri peserta didik, kalau boleh dikatakan secara ekstrim adalah lewat begitu saja tanpa meninggalkan bekas apapun di kepala.Beranjak dari fenomena itulah pembelajaran berbasis konteks atau CTL muncul. Intinya CTL adalah pembelajaran yang menggabungkan isi/materi dengan pengalaman harian individu, kehidupan di dalam masyarakat dan alam pekerjaan. Diharapkan dengan pembelajaran secara konteks, peserta didik dapat memahami materi secara konkrit. Dikatakan konkrit karena tangan dan kepala mereka ikut terlibat secara aktif dalam mempelajari dan memahami materi yang disampaikan. Hal ini biasa disebut dengan hands on and minds on activity.Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Suatu pembelajaran dikatakan CTL, jika didalamnya terdapat komponen-komponen sebagai berikut (dikdasmen) :Konstruktivisme, dalam hal ini peserta didik dikondisikan agar mampu membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal yang telah mereka miliki. Jadi pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.Inquiry, disini peserta didik belajar mencari (melalui pengamatan) dan menemukan sendiri hal-hal yang harus diketahui dari sebuah topik yang disodorkan kehadapan mereka. Disini peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritisQuestioning (Bertanya), dengan bertanya pengajar mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa terhadap topik/materi. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.Learning community (masyarakat belajar), disini peserta didik berkumpul dengan peergroupnya untuk saling berbagi ide, curah pendapat, dan tukar pengalaman. Masyarakat belajar sangat membantu sekali untuk mengokohkan pemahaman mereka terhadap pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya.Modeling (pemodelan), tujuan adanya pemodelan adalah agar peserta didik mempunyai gambaran nyata tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Yang memberikan pemodelan ini biasanya adalah pengajarnya.Reflection (refleksi), pada tahap ini peserta didik diminta untuk mencatat setiap kejadian yang telah mereka lalui, memikirkannya, dan merefleksikannya. Semua hal itu digunakan peserta didik untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah mereka laksanakan.Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya), yaitu penilaian yang dilakukan tidak terbatas secara kognitif (melalui paper and pen test) saja, tapi lebih holistic, yaitu penilaian proses dan produknya. Apakah sudah relevan dan kontekstual ?Segala hal yang telah dijabarkan di atas bila disintesiskan akan menghasilkan karakteristik CTL, sebagai berikut :kerjasamasaling menunjangmenyenangkan, tidak membosankanbelajar dengan bergairahpembelajaran terintegrasimenggunakan berbagai sumbersiswa aktifsharing dengan temansiswa kritis guru kreatifdinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lainlaporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lainDari 2 (dua) model pembelajaran yang telah dijabarkan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa untuk membelajarkan peserta didik dengan sesungguhnya belajar sangatlah sulit. Dibutuhkan pemikiran kritis, kreatif, dan mendalam untuk mewujudkannya.B. Evaluasi PembelajaranTidak lazim dan sayang rasanya bila model pembelajaran yang diberikan sangat inovatif, tapi cara penilaiannya masih biasa-biasa saja. Karena tes tradisional cenderung hanya mengukur kemampuan kogitif peserta didik saja dan terkadang hasil tes tersebut tidak murni (bila peserta didik menyontek). Padahal, dalam pembelajaran inovatif peserta didik dituntut untuk lebih berproses secara aktif dalam pembelajaran.Evaluasi pembelajaran merupakan usaha-usaha terarah, terencana, dan sistematis untuk meneliti proses pembelajaran. Objek evaluasinya antara lain tujuan pembelajaran, perencanaan dan pengelolaan pembelajaran, serta penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.Evaluasi dikatakan penting karena mempunyai tujuan utama sebagai berikut (Gronlund, 2003) :Feedback untuk peserta didik, dengan adanya evaluasi yang dilakukan secara berkala peserta didik menjadi tahu kelebihan dan keterbatasannya dalam memahami materi. Sebisa mungkin, feedback yang diberikan kepada peserta didik harus serinci mungkin, agar mereka dapat menilai apakah hasil yang mereka dapat memang karena kemampuan/pemahamannya atau hanya sekedar suatu kebetulan.Feedback untuk guru, fungsi evaluasi terpenting bagi pengajar adalah untuk menilai seberapa efektifkah pembelajaran yang telah ia laksanakan ? Apakah peserta didik mampu menyerapnya ?Informasi untuk orang tua, hasil dari tes yang telah dilaksanakan peserta didik menghasilkan skor yang dapat menggambarkan kemampuan mereka terhadap materi. Kumpulan-kumpulan angka tersebut dapat menginformasikan orang tua bagaimanakah kemampuan anaknya di sekolah.Informasi untuk seleksi, biasanya skor yang didapat dari setiap evaluasi adalah untuk membuat keputusan/seleksi apakah peserta didik tersebut perlu remedial materi sampai dengan keputusan apakah peserta didik perlu tinggal kelas atau tidak ?Informasi untuk akuntabilitas. Biasanya nilai/skor yang didapat siswa dapat digunakan pula untuk mengevaluasi guru, performansi sekolah oleh pihak-pihak terkait.Evaluasi sebagai insentif, maksudnya evaluasi dapat berfungsi sebagai hadiah atas segala usaha yang telah dilakukan oleh peserta didik.Telah disampaikan sebelumnya bahwa model pembelajaran yang inovatif harus dinilai secara inovatif pula. Penilaian tersebut biasa dikenal dengan asesmen. Alasan mengapa pengajar menggunakan asesmen, karena asesmen dapat :Mendiagnosis kelebihan dan kelemahan peserta didikMemonitor kemajuan belajar peserta didikMemberikan grade pada peserta didikMemberikan batasan bagi efektivitas pengajaranMengevaluasi guruMeningkatkan kualitas pengajaranBerhubung penilaian/asesmen banyak ragamnya, maka penjabarannya dibatasi hanya pada asesmen autentik dan asesmen portofolio.1. Asesmen AutentikAdalah asesmen hasil belajar yang menuntut peserta didiknya dapat menunjukkan hasil belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang hanya diperoleh di kelas, tetapi tidak dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam hal ini peserta didik bukan memilih atau menjawab jawaban dari sederet kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Asesmen autentik sering disamakan dengan asesmen kinerja dan sebaliknya.Asesmen kinerja setidak-tidaknya harus memiliki 3 (tiga) cirri utama, yaitu (Zainul, 2005) :Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata.Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas), masing-masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik.Adanya judgement penilaian, asesmen kinerja membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real).Berikut contoh-contoh tugas yang termasuk dalam asesmen autentik :Computer adaptive testing (sepanjang tidak berbentuk objektif), yang menuntut peserta didik untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyataTes pilihan ganda yang diperluasExtended response atau open ended question (asal tidak hanya menuntut adanya satu jawaban benar yang terpola.Group performance assessment, yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompokIndividual performance assessment, yaitu tugas yang harus diselesaikan secara mandiriInterview, yaitu siswa harus merespon pertanyaan lisan dari pengajarNontraditional test items, yaitu butir soal yang tidak bersifat objektif tetapi merupakan suatu perangkat respon yang mengharuskan peserta didik memilih berdasarkan kriteria yang ditetapkanObservasi, meminta peserta didik melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan peserta didik tersebut peserta didik diobservasi baik secara terbuka maupun tertutup.Portofolio, suatu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan.Project, exhibition, or demonstration, yaitu penyelesaian tugas-tugas yang kompleks dalam suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkatan tertentu pulaShort answer, open ended menuntut jawaban singkat dari siswa, tetapi bukan memilih jawaban dari sederet kemungkinan jawaban yang disediakan.Asesmen autentik/kinerja memiliki dua bentuk utama yaitu tugas (task) dan skala penilaian (rubric). Tugas-tugas kinerja harus memperlihatkan kemampuan siswa menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk yang paling nyata. Sedangkan, rubric merupakan panduan untuk member skor yang jelas dan disepakati oleh peserta didik dan pengajar. Dengan bentuk asesmen autentik/kinerja ini diharapkan peserta didik dan pengajar ada upaya memperbaiki proses pembelajaran.2. Asesmen PortofolioAsesmen portofolio adalah asesmen yang terdiri dari kumpulan hasil karya peserta didik (bisa berasal dari asesmen autentik) yang disusun secara sistematik, sehingga menunjukkan dan membuktikan upaya, hasil, proses, dan kemajuan (progress) belajar yang dilakukan peserta didik dalam jangka waktu tertentu.Portofolio bisa bertindak hanya sebagai koleksi/kumpulan hasil karya peserta didik, tetapi bisa juga bertindak sebagai asesmen. Hal yang harus diperhatikan, jika kita ingin menggunakan portofolio sebagai instrument asesmen adalah :Hendaknya memiliki kriteria penilaian yang jelasInformasi atau hasil karya yang didokumentasikan dapat berasal dari semua orang yang mengetahui peserta didik secara baik, seperti : guru, rekan sesama siswa, guru mata pelajaran lain, dan sebagainyaDapat terdiri dari berbagai bentuk informasi, seperti : karangan, hasil lukisan, skor tes, foto hasil karya, dllKualitas portofolio harus senantiasa ditingkatkan dari waktu ke waktu berdasarkan hasil karya yang memenuhi kriteriaSetiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang sangat berbeda dengan mata pelajaran lainnyaHarus terbuka bagi orang-orang yang secar langsung berkepentingan dengan hasil karya, seperti : guru, sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.Setiap portofolio yang digunakan sebagai instrumen asesmen hasil belajar, secara langsung dapat dijadikan landasan pengembangan kegiatan pembelajaran berikutnya. Dengan demikian, portofolio dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan bagi pengajar maupun peserta didik.Pada dasarnya asesmen portofolio memiliki 3 (tiga) prinsip, yaitu koleksi, seleksi, dan refleksi. Dalam implementasinya ketiga prinsip tersebut memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.Langkah-langkah yang harus dilalui dalam mengimplementasikan asesmen portofolio, yaitu :Tahap persiapan1) Mengidentifikasi atau menetapkan tujuan pembelajaran yang akan diases dengan asesmen portofolio2) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa akan dilaksanakan asesmen portofolio untuk mengases tujuan tertentu atau keseluruhan tujuan pembelajaran3) Menjelaskan bagian mana dan seberapa banyak kinerja dan hasil karya yang secara minimal harus tercantum atau disertakan dalam portofolio, dalam bentuk apa, dan bagaimana kinerja atau hasil kerja itu akan diases4) Menjelaskan bagaimana hasil karya tersebut harus disajikanTahap pelaksanaan1) Guru mendorong dan memotivasi peserta didik2) Guru melakukan pertemuan secara rutin dengan peserta didik guna mendiskusikan proses pembelajaran yang akan menghasilkan karya peserta didik, sehingga setiap langkah peserta didik dapat memperbaiki kelemahan yang mungkin terjadi3) Memberikan umpan balik secara berkesinambungan kepada peserta didik4) Memamerkan keseluruhan hasil karya yang disimpan dalam portofolio bersama-sama dengan karya keseluruhan peserta didik yang menjadi peserta mata pelajaran tersebutTahap penilaian1) Menegakkan kriteria penilaian yang akan dilakukan bersama-sama atau partisipasi peserta didik2) Kriteria yang disepakati diterapkan secara konsisten, baik oleh pengajar atau peserta didik3) Arti terpenting dari tahap penilaian ini adalah self-assessment yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga peserta didik menghayati dengan baik kekuatan dan kelemahannya4) Hasil penilaian dijadikan tujuan baru bagi proses pembelajaran berikutnya.C. KesimpulanModel pembelajaran dan evaluasi saling terkait satu sama lain. Model pembelajaran yang dilaksanakan akan semakin baik, bila dalam pengimplementasiannya selalu memperhatikan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Jadi bisa dikatakan, evaluasi hadir salah satunya untuk menilai keberhasilan model pembelajaran yang telah dilaksanakan.Model pembelajaran yang baik adalah yang dapat mengakomodir dan mengaktifkan peserta didik (yang heterogen), baik dari segi fisik maupun intelektualitasnya. Begitu juga dengan cara penilaiannya, diharapkan menggunakan instrumen yang tidak hanya mengukur potensi kognitifnya saja.D. Daftar PustakaAnonymous. Pengenalan pembelajaran secara kontekstual. http://myschoolnet.ppk.kpm.my/bhn_pnp/modul_psv/09kontekstual.pdf. Diakses pada 23 Februari 2008 pada 12.57.__________. Pembelajaran secara kontekstual. http://219.94.96.174/sainsmath2002/pedagogi%20ubahsuai/Kontekstual.pdf . Diakses 23 Februari 2008 pada 1.18 pm.__________. Kaidah pembelajaran kontekstual. http://www.tutor.com.my/lada/tourism/edu-kontekstual.htm. Diakses 23 Februari 2008 pada 1.03 pm.Dikdasmen. Pengembangan model pembelajaran yang efektif. http:// www.dikdasmen.org/files/KTSP/SMP/PENGEMMODEL%20PEMBEL%20YG%20EFEKTIF-SMP.doc. Diakses 23 Februari 2008 pada 1.00 pm.Effendi, Empy, E-Learning : Pelatihan di era informasi, http://www.freshmindsgroup.com/resources/index.php?option=com_content&task=view/&iLukmana, Lukas, Dukungan industri software dalam implementasi e-Learning di dunia pendidikan,http://www.wahanakom.com/infotek/elearning.htm, dikunjungi 10 Juli 2006.Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Disain Pembelajaran : Instructional Design Principles. Jakarta : Kencana, 2007.Siahaan, Sudirman, E-Learning (pembelajaran elektronik) sebagai salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran, http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/sudirman.htm, dikunjungi 16 Februari 2006.______, Penelitian penjajagan tentang kemungkinan pemanfaatan internet untuk pembelajaran di SLTA di wilayah jakarta dan sekitarnya, http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/39/Penelitian%20Penjajagan%20tentang.htm, dikunjungi 16 Februari 2006.Tafiardi, Meningkatkan mutu pendidikan melalui e-learning, Jurnal Pendidikan Penabur No.04/ Th.IV/ Juli 2005,http://www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/04/085-097.pdf, dikunjungi 10 Juli 2006Zainul, Asmawi & Agus Mulyana. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta : Universitas Terbuka, 2005.http://zaifbio.wordpress.com/2011/07/23/inovasi-model-dan-evaluasi-pembelajaran/" http://zaifbio.wordpress.com/2011/07/23/inovasi-model-dan-evaluasi-pembelajaran/