inilah para siswa buddha, - ehipassiko.or.id · saṅgha adalah permata ketiga dari tiga permata...

34
book

Upload: lethuan

Post on 12-Mar-2019

469 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

1

book

Page 2: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

Inilah para siswa Buddha,Bertindak baik, lurus, benar, dan patut.

Layak terima pemberian, sambutan, persembahan, dan penghormatan.

Ladang jasa yang tiada tara bagi makhluk dunia.Laju, laju, lajulah menyeberang, kita semua.

hening dan bening tercerahkan.

teguh dan teduh terbebaskan.

Page 3: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

Penulis: Handaka Vijjananda | Penggambar: Atama Studio, Lufy Maknamedia, Cherie Bon, Lex LineArt, Amelia Hoo, Mario Diaz, Moon Eclipse Studio, Lyshe Windy, Archie the RedCat | Penyunting: Handaka Vijjananda | Penata: Intan Dhitadhivara

Hak cipta ©2013 Ehipassiko Foundation | Cetakan 1, Jun 2013Sadhu bisa didapatkan dengan donasi selayaknya ke BCA 4900333833 Yayasan Ehipassiko.

Proyek ini adalah lahan bagi yang ingin berderma Dharma. www.ehipassiko.or.id | [email protected] | 085888503388

15

Page 4: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

4

Sāvaka

Sāvaka adalah kata Pāḷi yang berarti “pendengar” atau secara umum ”siswa”. Dalam Buddhisme, istilah “sāvaka” meliputi 4 jenis siswa Buddha:• Siswa pria yang ditahbis (bhikkhu)• Siswa perempuan yang ditahbis (bhikkhuni)• Siswa pria perumah tangga (upasaka)• Siswa perempuan perumah tangga (upasika)

Sāvaka-Saṅgha

Saṅgha adalah kata bahasa Pāḷi yang berarti “komunitas”, “persamuhan”, ”kumpulan”. Dalam Buddhisme, ada 2 jenis penggunaan kata “Saṅgha”:• Bhikkhu-Saṅgha, Bhikkhunī-Saṅgha: komunitas bhikkhu dan bhikkhuni• Sāvaka-Saṅgha: komunitas bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, upasika secara luas

Dalam konteks lain, ada 2 jenis istilah Saṅgha:• Ariya Saṅgha: komunitas siswa Buddha, ditahbis maupun perumah tangga, yang telah mencapai kesucian tertentu• Sammuti Saṅgha: komunitas bhikkhu dan bhikkhuni pada umumnya

Dewasa ini, beberapa praktisi Buddhis di negara-negara Barat menggunakan kata ”Saṅgha” untuk menyebut semua siswa Buddha. Akan tetapi, Kitab Tipiṭaka, menggunakan istilah ”parisā” untuk menyebut komunitas bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, upasika, yang telah menyatakan bernaung pada Tiratana (Buddha, Dhamma, Saṅgha).

Ariya-Sāvaka

Siswa suci (ariya-sāvaka) adalah siswa Buddha, ditahbis maupun perumah tangga, yang telah mencapai kesucian tertentu. Orang-orang suci ini disebut juga ”ariya puggala”. Sedangkan orang-orang yang belum mencapai kesucian disebut ”puthujjana”.

Menurut Tipiṭaka, ada “4 pasang atau 8 jenis” siswa suci yang telah mencapai satu dari 4 tataran kesucian ini:• Sotāpatti, makhluknya disebut Sotāpanna, Pemasuk-Arus• Sakadāgāmī, makhluknya disebut Sakadāgāmī, Yang-Sekali-Kembali• Anāgāmī, makhluknya disebut Anāgāmī, Yang-Tak-Kembali• Arahatta, makhluknya disebut Arahā (jamak: Arahanta), Yang-Sempurna

Dalam tiap tataran bisa ada “pasang” makhluk yang masih berada dalam Jalan (Magga) dan yang telah mencapai Buah (Phala) tataran kesucian tersebut. Dengan demikian, dikatakan ada 4 pasang atau 8 jenis makhluk suci (cattāri purisayugāni aṭṭha purisapuggalā).

Page 5: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

5

Mahā-Sāvaka dan Agga-Sāvaka

Dalam Etadagga Vagga, Aṅguttara Nikāya 1.14, Buddha memerincikan 80 gelar khusus sesuai dengan keunggulan kepiawaian ataupun jasa untuk 74 Siswa Agung (Mahā-Sāvaka): 47 gelar untuk bhikkhu, 13 untuk bhikkhuni, 10 untuk upasaka, 10 untuk upasika. Semua Mahā-Sāvaka ini pernah mengikrarkan tekad untuk menjadi siswa Buddha ”Yang Unggul” (Etadagga) dalam bidang masing-masing. Mereka semua adalah ariya puggala yang setidaknya Sotāpanna. Ada 3 Mahā-Sāvaka yang mendapat gelar lebih dari satu, yaitu: Bhikkhu Cūḷa Panthaka (2 gelar), Bhikkhu Subhūti (2 gelar), dan Bhikkhu Ānanda (5 gelar).

Di antara 74 Siswa Agung ini, dalam Saṁyutta Nikāya 17.23-24 dan Aṅguttara Nikāya 4.18.6, Buddha menetapkan 4 pasang Siswa Utama (Agga-Sāvaka) yang tiada tara dan semestinya diteladani, yaitu:Bhikkhu: Sāriputta dan Mahā MoggallānaBhikkhuni: Khemā dan UppalavaṇṇāUpasaka: Citta Gahapati Macchikāsaṇḍika dan Hatthaka ĀḷavakaUpasika: Khujjuttarā dan Uttarā Nandamātā

Saṅghānussati

Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas ini sering direnungi oleh siswa Buddha sembari mendaras parittā atau bersemadi.

Ada 9 kualitas luhur Saṅgha Suci, yang terdiri dari 4 pasang atau 8 jenis makhluk suci. Sifat-sifat luhur yang ada dalam Perenungan Saṅgha (Saṅghānussati) ini adalah:1. Bertindak baik (Supaṭipanno)2. Bertindak lurus (Ujupaṭipanno)3. Bertindak benar (Ñāyapaṭipanno)4. Bertindak patut (Sāmīcipaṭipanno)5. Layak menerima pemberian (Āhuneyyo)6. Layak menerima sambutan (Pāhuneyyo)7. Layak menerima persembahan (Dakkhiṇeyyo)8. Layak menerima penghormatan (Añjalikaraṇīyo)9. Ladang jasa yang tiada tara bagi dunia (Anuttaraṃ puññakkhettaṃ lokassā)

Kalyāṇamitta

Sebagai siswa Buddha, kita seharusnya menjalin persahabatan spiritual dengan sesama siswa Buddha yang bajik. Orang yang terlibat dalam hubungan semacam itu disebut ”sahabat bajik” (kalyāṇamitta).

Sejak awal sejarah Buddhis, pertalian mulia ini telah terjalin di antara guru dan siswa maupun sesama siswa untuk belajar dan berlatih bersama berdasarkan nilai-nilai Dhamma dan saling membantu untuk maju dalam Dhamma.

Dalam Upaddha Sutta (Saṁyutta Nikāya 45.2), Bhikkhu Ānanda mengatakan, “Kalyāṇamitta adalah setengah dari kehidupan suci.” Namun Buddha menjawab, ”Jangan berkata begitu, Ānanda. Kalyāṇamitta adalah seluruh kehidupan suci. Ketika seorang bhikkhu memiliki sahabat yang bajik, bisa diharapkan ia akan mengembangkan Jalan Mulia Berfaktor Delapan.”

Page 6: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

6

Lebih lanjut, dalam Itivuttaka 1.17, Buddha menegaskan: “Berkenaan dengan hal-hal di luar diri, Saya tidak melihat hal selain persahabatan bajik yang dapat membantu latihan seorang bhikkhu yang belum mencapai tujuan utama namun tetap berniat terbebas penuh dari ikatan. Seorang bhikkhu yang bersahabat dengan orang-orang yang bajik akan meninggalkan hal yang buruk dan mengembangkan hal yang baik.”

Dalam Maṅgala Sutta (Khuddakapāṭha 5), Buddha menasihatkan pentingnya hubungan antar-manusia yang baik sebagai 3 berkah paling awal dari 38 berkah yang utama: ”Tidak bergaul dengan orang dungu; bergaul dengan orang bijak; memuja yang layak dipuja; inilah berkah yang utama.”

Buddha juga menyatakan dalam Dīghajānu Sutta (Aṅguttara Nikāya 8.54) bahwa persahabatan yang bajik (kalyāṇamittatā) adalah salah satu hal yang menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi perumah tangga dalam kehidupan ini: “Apakah persahabatan yang bajik itu? Di sini, di desa atau kota mana pun seorang perumah tangga berdiam, ia bergaul dengan para perumah tangga atau para putra mereka, baik muda maupun tua, yang memiliki kebajikan tinggi, teguh dalam keyakinan, kebajikan, kedermawanan, dan kebijaksanaan; ia bercakap-cakap dan mengadakan pembicaraan dengan mereka. Ia meniru mereka sehubungan dengan kesempurnaan dalam keyakinan, kebajikan, kedermawanan, dan kebijaksanaan. Inilah yang disebut persahabatan yang bajik.”

MahāSāvakaBhikkhu Yang UnggulRahulaUruwela KassapaSubhuti

Bhikkhuni Yang UnggulBhaddakaccanaDhammadinnaSona

Upasaka Yang UnggulCitta Gahapati MacchikasandikaSura AmbatthaNakulapita Gahapati

Upasika Yang UnggulSujata SeniyadhitaKhujjuttaraKatiyani

Page 7: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

7

Para Bhikkhu, Siswa Bhikkhu-Ku Yang Unggul Dalam:Mula Penahbisan Yaitu Anna Kondanna,Kebijaksanaan Agung Yaitu Sariputta,Kesaktian Yaitu Maha Moggallana,Praktik Tapa Yaitu Maha Kassapa,Mata Sakti Yaitu Anuruddha,Tinggi Status Keluarga Yaitu Bhaddiya Kaligodhayaputta,Keindahan Suara Yaitu Lakundaka Bhaddiya,Menyerukan Auman Singa Yaitu Pindola Bharadwaja,Mengajar Dhamma Yaitu Punna Mantaniputta,Menguraikan Pernyataan Singkat Yaitu Maha Kaccana,Mencipta Wujud Dengan Kekuatan Batin Yaitu Cula Panthaka, Pengembangan Batin Yaitu Cula Panthaka, Pengembangan Pencerapan Yaitu Maha Panthaka, Tinggal Tenteram di Tempat Terpencil Yaitu Subhuti,Layak Menerima Persembahan Yaitu Subhuti, Tinggal di Hutan Yaitu Rewata Khadirawaniya, Pencapaian Jhana Yaitu Kangkha Rewata, Kegigihan Berjuang Yaitu Sona Koliwisa,Kejernihan Ucapan Yaitu Sona Kotikanna, Memeroleh Yaitu Siwali, Keyakinan Teguh Yaitu Wakkali,Semangat Belajar Yaitu Rahula, Ditahbis Karena Keyakinan Yaitu Ratthapala, Pertama Menerima Bagian Makanan Yaitu Kundadhana,Mengajar Dengan Ceria Yaitu Wanggisa, Pesona Yaitu Upasena Wanggantaputta, Menata Tempat Tinggal Yaitu Dabba Mallaputta, Disayangi dan Disenangi Para Dewa Yaitu Pilinda Waccha, Kepesatan Penembusan Yaitu Bahiya Daruciriya, Kepiawaian Bicara Yaitu Kumara Kassapa, Telaah Yaitu Maha Kotthita,Keluasan Pengetahuan Yaitu Ananda,Daya Ingat Yaitu Ananda, Perilaku Baik Yaitu Ananda, Keteguhan Yaitu Ananda, Pelayanan Pribadi Yaitu Ananda, Banyak Pengikut Yaitu Uruwela Kassapa, Menenteramkan Keluarga Yaitu Kaludayi, Kesehatan Yaitu Bakula, Mengingat Kehidupan Lampau Yaitu Sobhita, Menjaga Winaya Yaitu Upali, Menasihati Bhikkhuni Yaitu Nandaka, Menjaga Pintu Indra Yaitu Nanda, Menasihati Bhikkhu Yaitu Maha Kappina, Penguasaan Unsur Api Yaitu Sagata, Menginspirasi Orang Untuk Bicara Yaitu Radha, Mengenakan Jubah Kasar Yaitu Mogharaja.

Page 8: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

8

Bhikkhu Yang Unggul Dalam Semangat BelajarJ.i.60, AA.i.82, 145, SnA.i.340, DhA.i.98, SA.iii.26, A.i.24.

Setelah bertekad menjadi petapa, tiba-tiba datang pengawal istana yang berseru kepada Pangeran Gotama, “Pangeran! Istri pangeran telah melahirkan putra yang tampan!” Bukannya girang, pangeran malah prihatin mendengar berita tersebut. Ia berujar, “Sebuah belenggu (rahu) telah lahir bagiku.”

Setelah kelahirannya dirayakan dengan pesta yang sangat meriah, ayah Rahula meninggalkan Rahula dan ibunya. Sang ayah bertekad kembali kepada keluarganya setelah menemukan cara hidup bahagia sejati.

Tujuh tahun kemudian, ayah Pangeran Rahula yang telah menjadi Buddha kembali ke Kapilawatthu. Ibunda Rahula memberitahu Rahula bahwa Buddha Gotama adalah ayahnya, lalu menyuruhnya untuk meminta warisan yang menjadi hak Rahula.

Pergilah Rahula menemui ayahnya dan menanyakan warisannya. Namun, sampai makan siang berakhir, Buddha sama sekali tidak menjawab pertanyaan putra-Nya itu. Saat Buddha meninggalkan istana, Rahula mengikuti Buddha menuju wihara. Sepanjang perjalanan, Rahula berkata berulang-ulang, “Berikanlah warisanku, Ayah! Berikanlah warisanku, Ayah!”

Semua warisan duniawi hanya akan menambah derita, Buddha pun memberi warisan yang paling berharga, yaitu Dhamma. Buddha kemudian meminta Bhikkhu Sariputta menahbiskan Rahula menjadi samanera.

Page 9: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

9

Buddha secara rutin memberi bimbingan Dhamma kepada Samanera Rahula. Rahula sangat bersemangat untuk menerima pelajaran. Namun, karena usianya masih belia, Samanera Rahula kadang suka berbohong untuk bersenang-senang. Suatu ketika, Buddha menasihati Rahula agar tidak berbohong, meski hanya untuk senda gurau.

Samanera Rahula sangat taat peraturan. Suatu hari, ia tidur di kamar mandi Buddha karena ada peraturan baru bahwa seorang samanera tidak boleh tidur satu atap dengan bhikkhu. Saat Buddha mengetahui hal ini, Buddha menghapus peraturan ini supaya tidak menyulitkan para samanera pada kemudian hari.

Saat mengetahui bahwa batin Samanera Rahula telah matang, Buddha menemuinya dan mengajaknya masuk ke Hutan Bhuta. Di sana, Buddha mengajukan berbagai pertanyaan kepada Rahula. Samanera Rahula menembus kesucian tertinggi bersama dewa-dewa yang tak terhitung banyaknya. Dewa-dewa ini adalah yang dahulu mendengar tekad Rahula untuk terlahir sebagai seorang putra Buddha ketika masa Buddha Padumuttara. Setelah pencapaian kesucian-Nya, Samanera Rahula ditahbiskan menjadi bhikkhu.

Demikianlah Bhikkhu Rahula dinyatakan Buddha sebagai “Bhikkhu Yang Unggul Dalam Semangat Belajar”. Usia 50 tahun, Bhikkhu Rahula wafat dan tak terlahir lagi di alam mana pun, mendahului gurunya, Bhikkhu Sariputta, dan Buddha Gotama, ayahnya.

Page 10: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

10

Uruwela lahir dalam keluarga brahmana suku Kassapa. Ia memiliki dua adik laki-laki bernama: Nadi dan Gaya. Ketiga bersaudara ini menguasai tiga kitab Weda dan memiliki banyak pengikut.

Uruwela, Nadi dan Gaya tak puas dengan kitab Weda dan memutuskan menjadi petapa bersama pengikutnya. Selanjutnya mereka dikenal sebagai Uruwela Kassapa, Nadi Kassapa, dan Gayasisa Kassapa.

Ketika Buddha menumpang inap di bilik pemujaan api Uruwela, Buddha diserang oleh naga garang. Buddha menundukkan naga itu dengan kesaktian-Nya, lalu memasukkan naga itu ke mangkuk-Nya. Esoknya, Uruwela dan pengikutnya menengok bilik api, dan mereka kaget melihat Buddha baik-baik saja. Buddha membuka mangkuk-Nya, “Inilah raja nagamu, Kassapa. Apinya telah Kutundukkan dengan api-Ku.” Melihat naga itu, Uruwela lari ketakutan.

Uruwela tidak yakin dengan ajaran dan pencapaian Buddha meski Buddha telah memperlihatkan ribuan kesaktian-Nya. ”Ia petapa dengan kesaktian hebat, namun ia bukan Araha

Bhikkhu Yang Unggul Dalam Banyak PengikutVin.i.24, AA.i.165-166, A.i.25, DhA.i.83.

Page 11: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

11

sepertiku,” pikir Uruwela yang terbaca oleh Buddha. Buddha berkata kepada Uruwela bahwa Uruwela bukanlah Araha dan praktik puja api tidak membawanya pada kesucian.

Saat itu Uruwela menyadari bahwa ia bukanlah Araha. Ia lalu menyatakan berlindung kepada Buddha. Para pengikut Uruwela juga jadi bhikkhu. Nadi dan Gaya juga ikut jejak kakak mereka dan menjadi bhikkhu bersama seluruh pengikut mereka.

Pada masa Buddha Padumuttara, Bhikkhu Uruwela Kassapa lahir dalam keluarga kaya di Kota Hangsawati. Ketika itu, ia mempersembahkan tiga perangkat jubah kepada Buddha dan Sanggha sambil menyatakan cita-citanya untuk menjadi bhikkhu yang unggul dalam banyak pengikut.

Setelah meninggal sebagai seorang hartawan, ia mengalami kelahiran berulang di alam dewa dan manusia. Pada masa Buddha Gotama, ia mewujudkan cita-citanya, Buddha memberinya gelar ”Bhikkhu Yang Unggul Dalam Banyak Pengikut”.

Page 12: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

12

Bhikkhu Yang Unggul Dalam Tinggal Tenteram di Tempat Terpencil dan Yang Unggul Dalam Layak Menerima Persembahan

A.i.24, AA.i.124, ThagA.i.17, UdA.348.

Subhuti adalah putra Sumanasetthi dan adik Anathapindika. Pada saat peresmian Wihara Jetawana, ia pergi bersama kakaknya untuk mendengar ceramah Buddha. Keyakinannya tumbuh kuat, sehingga Subhuti menjalani kehidupan sebagai bhikkhu. Ia tinggal di hutan, menjalani kehidupan sebagai petapa. Di sana ia mengembangkan kemampuannya dalam meditasi cinta kasih, dan mencapai kesucian Arahatta.

Page 13: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

13

Bhikkhu Subhuti dinyatakan sebagai “Bhikkhu Yang Unggul Dalam Tinggal Tenteram di Tempat Terpencil dan Layak Menerima Persembahan”. Ia hidup bahagia, bebas, dan tenteram karena ia mengajar Dhamma tanpa pembedaan. Ketika berceramah, Bhikkhu Subhuti berkonsentrasi hanya pada tema Dhamma, seperti cara yang dilakukan oleh Buddha.

Saat menerima derma makanan, ia akan meditasi cinta kasih dulu sehingga pemberian yang diberi untuknya akan menghasilkan jasa kebajikan tertinggi.

Suatu ketika Raja Bimbisara berjanji akan membangun kediaman untuknya, tapi Raja lupa. Akibatnya, Bhikkhu Subhuti bersemadi di tempat terbuka dan selama masa itu hujan tak turun. Ketika ingat janjinya, Raja Bimbisara segera mendirikan sebuah pondok daun untuknya. Begitu Bhikkhu Subhuti masuk ke pondoknya dan bersila, hujan langsung turun!

Pada masa Buddha Padumuttara, ia lahir dalam keluarga kaya, namanya Nanda. Nanda menjadi petapa dan mengepalai ribuan orang. Setelah Petapa Nanda memberi Buddha persembahan buah dan bunga. Buddha meminta salah satu bhikkhu-Nya yang unggul dalam tinggal tenteram di tempat terpencil dan yang unggul dalam layak menerima persembahan, untuk berceramah.

Petapa Nanda terpukau pada keagungan bhikkhu yang berceramah itu, Nanda bertekad untuk mencapai keunggulan yang sama dalam kehidupan berikutnya. Pada masa kehidupannya yang terakhir, Bhikkhu Subhuti akhirnya bisa meraih keunggulan itu dan mencapai pembebasan akhir. Buddha Gotama memuji Bhikkhu Subhuti dan menganugerahinya dua gelar: “Para bhikkhu, di antara siswa-Ku Yang Unggul Dalam Tinggal Tenteram di Tempat Terpencil, ia juga adalah Yang Unggul Dalam Layak Menerima Persembahan.”

Page 14: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

14

Para Bhikkhu, Siswa Bhikkhuni-Ku Yang Unggul Dalam:Mula Penahbisan Yaitu Maha Pajapati Gotami, Kebijaksanaan Agung Yaitu Khema, Kesaktian Yaitu Uppalawanna, Menjaga Winaya Yaitu Patacara, Mengajar Dhamma Yaitu Dhammadinna, Pencapaian Jhana Yaitu Nanda, Semangat Juang Yaitu Sona, Mata Sakti Yaitu Sakula, Kepesatan Meraih Kesaktian Yaitu Bhadda Kundalakesa, Mengingat Kehidupan Lampau Yaitu Bhadda Kapilani,Pencapaian Kesaktian Hebat Yaitu Bhaddakaccana, Mengenakan Jubah Kasar Yaitu Kisa Gotami, Keyakinan Teguh Yaitu Sigalakamata.

Page 15: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

15

Bhikkhuni Yang Unggul Dalam Pencapaian Kesaktian HebatJ.i.54, AA.i.198, A.i.25, AA.i.205, DhA.iii.44.

Ketika Pangeran Gotama dilahirkan, lahir juga seorang putri dari Raja Suppabuddha dan Ratu Amita yang diberi nama Bimbadewi dan sering dikenal sebagai Yasodhara. Karena kulitnya bersinar keemasan, ia juga dikenal sebagai Bhaddakaccana.

Pada usia 16 tahun, ia menikah dengan Pangeran Gotama. Ia sungguh bahagia ketika mengandung. Namun, belum satu hari putranya lahir, suaminya meninggalkan istana.

Bhaddakaccana sangat sedih atas kepergian suaminya. Saat mengetahui Pangeran Gotama menjadi petapa yang memakai jubah sederhana, makan satu kali sehari, dan tidur di bawah pohon, Bhaddakaccana ikut memakai jubah sederhana, makan sekali sehari, dan tidur di pembaringan rendah.

Tahun-tahun berlalu, sang pangeran sudah menjadi Buddha dan kembali ke istana. Segera ia melihat keluar jendela bersama putranya, Rahula. Dalam takjub, ia mengenalkan ayah Rahula kepada Rahula dengan melantunkan “Syair Manusia Singa” yang anggun.

Begitu melihat Buddha, Bhaddakaccana langsung bersujud, memegang kedua kaki

Buddha, dan meletakkan kepalanya di atas kaki Buddha. Saat itu juga

Raja Suddhodana menceritakan

Page 16: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

16

kesetiaan Bhaddakaccana kepada Buddha. Buddha menjawab bahwa dari kehidupan-kehidupan lampau pun, Bhaddakaccana sangat setia kepada-Nya.

Suatu ketika, Bhaddakaccana terlahir sebagai kinnari, makhluk setengah burung, yang hidup bersama suaminya. Suatu hari, seorang raja jatuh cinta kepadanya. Demi mendapatkannya, raja itu memanah suaminya hingga mati, lalu mengajak kinnari itu tinggal bersamanya. Kinnari itu menolak. Melihat kesetiaan sang kinnari, Dewa Sakka menghidupkan kembali sang kinnara. Kinnara itu adalah bakal Buddha Gotama.

Demikianlah selama miliaran tahun, dalam banyak kehidupan lampau, Bhaddakaccana selalu menjadi pendamping bakal Buddha, dimulai semenjak ia memberikan delapan tangkai bunga kepada Bodhisatta Sumedha yang dinyatakan akan menjadi Buddha oleh Buddha Dipangkara.

Setelah Buddha mendirikan Sanggha bhikkhuni, Bhaddakaccana menjadi bhikkhuni di bawah bimbingan Bhikkhuni Maha Pajapati Gotami. Setelah mempelajari dan menjalani Dhamma dengan tekun, Bhikkhuni Bhaddakaccana akhirnya mencapai kesucian Arahatta. Ia juga memiliki kesaktian yang sangat hebat, sehingga Buddha menyatakannya sebagai “Bhikkhuni Yang Unggul Dalam Pencapaian Kesaktian Hebat”.

Page 17: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

17

Bhikkhuni Yang Unggul Dalam Mengajar DhammaA.i.25, MA.i.515, M.i.299, ThigA.58.

Dhammadinna adalah istri Wisakha dari Rajagaha. Suatu hari, suaminya mengunjungi Buddha Gotama. Setelah mendengar Dhamma, Wisakha tercerahkan. Dengan gembira, Wisakha pulang dan menceritakannya kepada istrinya. Dhammadinna ikut bahagia.

Dengan pemahaman Dhamma yang makin mendalam, Wisakha mencapai kesucian ketiga, Anagami. Setelah itu, Wisakha memberi kebebasan pada Dhammadinna dalam menjalani hidup. Karena hormat pada Buddha, Dhammadinna memilih untuk menjadi bhikkhuni. Wisakha pun mendukung niat Dhammadinna ini.

Wisakha melaporkan kabar baik ini kepada Raja Bimbisara. Raja Bimbisara memerintahkan prajuritnya menyiapkan tandu emas untuk mengantar Dhammadinna ke wihara.

Dhammadinna melepas dandanan dan perhiasan, mengenakan jubah, kemudian duduk di tandu emas, diiringi Raja Bimbisara dan Wisakha. Penduduk kota

memberi hormat sambil menebar bunga ke arah Dhammadinna.

Setiba di wihara, Dhammadinna bersujud kepada Buddha. Upacara penahbisan pun dimulai. Setelah itu, Bhikkhuni Dhammadinna

berlatih dengan tekun di tempat sunyi, hingga mencapai kesucian tertinggi, Arahatta.

Page 18: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

18

Kemampuan Bhikkhuni Dhammadinna dalam membabarkan Dhamma sangat hebat. Banyak orang jadi bahagia setelah mendengarkan penjelasannya.

Kemahiran Bhikkhuni Dhammadinna merupakan tekad pada kehidupan lampaunya. Pada Masa Buddha Padumuttara, ia terlahir sebagai pelayan. Suatu hari, ia bertemu dengan Bhikkhu Sujata yang sedang menerima derma makanan. Melihat Bhikkhu Sujata, ia mendermakan semangkuk kari. Majikannya diam-diam kagum pada ketulusan sang pelayan, sang majikan menjadikan pelayan itu menantunya.

Suatu hari, ketika sang pelayan mengunjungi wihara, ia melihat Buddha Padumuttara sedang menyatakan seorang bhikkhuni sebagai yang unggul dalam mengajar Dhamma. Melihat hal ini, sang pelayan bertekad untuk meraih gelar yang sama suatu hari nanti.

Pada masa Buddha Gotama, tekadnya terwujud ketika ia terlahir sebagai Dhammadinna, dan Buddha memberinya gelar “Bhikkhuni Yang Unggul Dalam Mengajar Dhamma”.

Page 19: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

19

Bhikkhuni Yang Unggul Dalam Semangat JuangA.i.25, Thig.vss.102-106, ThigA.96, Ap.ii.576, AA.i.199.

Di Sawatthi, hiduplah seorang perempuan bernama Sona yang memiliki sepuluh anak. Sona merawat, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Saat anak-anaknya sudah waktunya menikah, Sona mencarikan pasangan yang tepat bagi anaknya. Ia mencurahkan seluruh hidupnya demi mereka.

Setelah semua anaknya menikah, suaminya memutuskan untuk menjadi bhikkhu. Sona membagi semua hartanya kepada anak-anaknya. Anak-anaknya secara bergantian menyokongnya, namun selang beberapa lama mereka mulai merasa Sona menjadi beban dan menolak merawatnya. mereka mulai bertengkar soal tanggung jawab merawat ibu mereka. Mereka lupa akan jasa dan kasih ibu mereka.

Sona menjadi sangat sedih menerima perlakuan itu. Sakit sekali rasanya mengingat sewaktu muda ia telah mengorbankan hidupnya demi anak-

anaknya itu. Akhirnya dengan perasaan kecewa dan sedih, Sona pergi menghadap Buddha. Setelah mendengarkan khotbah dari Buddha,

Sona memutuskan untuk tidak sedih dan kecewa lagi pada anak-anaknya, serta menjadi bhikkhuni.

Bhikkhuni Sona menyadari usianya sudah tua, karena itu ia tidak menyia-nyiakan waktu. Ia mengurangi waktu tidurnya,

Page 20: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

20

sepanjang malam belajar Dhamma dengan tekun dan bersemadi sesuai petunjuk Buddha. Sambil berlatih ia juga dengan senang hati melayani para bhikkhuni sepanjang malam, seperti memasak air, membersihkan wihara.

Buddha melihat semangat juang Bhikkhuni Sona yang begitu gigih dengan mata batin-Nya dari Wihara Jetawana. Dengan kesaktian-Nya, Buddha muncul di hadapan Bhikkhuni Sona dan membangkitkan semangatnya. Setelah mendengar nasihat Buddha, Bhikkhuni Sona tekun berlatih dan menjadi Araha.

Bhikkhuni Sona lalu menunjukkan pencapaian spiritualnya agar beberapa bhikkhuni yang senang mencelanya tidak melakukan karma buruk terus-menerus. Ia mengisi sebuah guci dengan air, lalu memanaskan air itu dengan kesaktian. Saat rekan-rekannya menemukan guci berisi air panas tanpa api, mereka pun mengerti bahwa Bhikkhuni Sona sudah mencapai tataran spiritual yang tinggi. Mereka pun minta maaf kepadanya.

Bhikhuni Sona digelari oleh Buddha sebagai “Bhikkhuni Yang Unggul Dalam Semangat Juang”.

Page 21: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

21

Para Bhikkhu, Siswa Upasaka-Ku Yang Unggul Dalam:Pertama Mengambil Pernaungan Yaitu Pedagang Tapussa dan Bhallika,Menyantun Yaitu Sudatta Gahapati Anathapindika,Mengajar Dhamma Yaitu Citta Gahapati Macchikasandika,Menghimpun Pengikut Dengan Empat Dasar Simpati Yaitu Hatthaka Alawaka, Berderma Makanan Pilihan Yaitu Mahanama Sakka, Berderma Persembahan Bermutu Yaitu Ugga Gahapati Wesalika, Pengabdian Terhadap Sanggha Yaitu Hatthigamaka Uggata Gahapati, Kesetiaan Tak Tergoyahkan Yaitu Sura Ambattha, Melayani Orang Yaitu Jiwaka Komarabhacca, Bercakap Akrab Yaitu Nakulapita Gahapati.

Page 22: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

22

Upasaka Yang Unggul Dalam Mengajar DhammaA.i.26, S.iv.282, 302, Vin.ii.15, DhA.ii.74.

Citta Gahapati adalah anak keluarga kaya di Macchikasanda. Pada saat kelahirannya, hujan bunga lima warna turun di semua kota hingga setinggi lutut.

Suatu pagi, Bhikkhu Manahama datang ke Macchikasanda. Citta merasa kagum dengan keagungan Bhikkhu Manahama dan mengajaknya ke tamannya, Ambatakarama. Di sana, Citta membangun sebuah wihara besar. Ia memohon agar Bhikkhu Manahama bersedia menetap di sana dan menerima derma makanan setiap hari. Bhikkhu Manahama menyanggupinya dan mengajar Dhamma kepada Citta. Setelah itu, Citta tercerahkan menjadi Sotapanna. Sejak saat itu, banyak bhikkhu yang datang mengunjungi wihara itu. Para bhikkhu yang datang selalu dilayani Citta.

Sudhamma adalah salah satu bhikkhu yang dirawat Citta. Suatu ketika, Bhikkhu Sariputta, serta para bhikkhu lainnya mengunjungi Ambatakarama. Setelah mendengar Dhamma dari Bhikkhu Sariputta, Citta mencapai kesucian Anagami. Kemudian, Citta mengundang mereka untuk menerima derma makanan di rumahnya.

Page 23: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

23

Bhikkhu Sudhamma marah karena menjadi bhikkhu terakhir yang diundang, lalu ia mencela makanan yang disiapkan Citta. Citta menegur

balik perlakuan Bhikkhu Sudhamma. Bhikkhu Sudhamma yang tidak terima lalu mengadu kepada Buddha, namun Buddha malah menyuruh Bhikkhu Sudhamma minta maaf kepada Citta.

Suatu ketika, Citta dan pengikutnya mengunjungi Buddha. Ketika Citta bersujud di kaki Buddha, hujan bunga lima warna turun dari langit. Kemudian, Buddha melihat kehidupan lampau Citta.

Pada masa Buddha Kassapa, Citta terlahir sebagi pemburu yang mendermakan makanan kepada seorang bhikkhu. Setelah itu, Citta berkata, “Semoga aku akan berjaya dan bertaburkan bunga.” Pada masa Buddha Padumuttara, Citta bertekad untuk menjadi upasaka yang unggul dalam mengajar Dhamma setelah melihat salah seorang upasaka yang dinyatakan demikian oleh Buddha.

Ketika Citta mendekati ajalnya, para dewa datang dan memintanya untuk menjadi raja semesta. Citta menolak karena hal itu tidak kekal. Citta meminta para dewa dan kerabatnya untuk berkumpul di sekelilingnya, kemudian ia mengajarkan mengenai Buddha dan Dhamma kepada mereka.

Citta dinyatakan oleh Buddha Gotama sebagai “Upasaka Yang Unggul Dalam Mengajar Dhamma”.

Page 24: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

24

Sura Ambattha lahir sebagai putra seorang bankir di Sawatthi. Seperti teman-temannya, Sura adalah pengikut setia petapa aliran lain. Suatu ketika, Buddha melihat bahwa Sura sudah waktunya untuk menembusi Dhamma. Oleh karena itu, Buddha sengaja datang ke rumah Sura untuk menerima derma makanan.

Sura mengizinkan Buddha masuk ke rumahnya walau Sura tahu bahwa ajaran Buddha sangat berbeda dengan ajaran yang dianutnya. Sura memberikan Buddha tempat duduk yang nyaman dan makanan yang lezat. Setelah menerima derma makanan, Buddha membabarkan Dhamma kepada Sura, “Ketahuilah Sura, bahwa semua bentukan pikiran bersifat tidak tetap.”

Sura mendengarkan dengan baik dan pada akhir pembabaran Dhamma oleh Buddha itu, ia mencapai kesucian pertama, menjadi Sotapanna.

Beberapa saat setelah Buddha pergi, Mara, sang dewa penggoda, berniat menyesatkan Sura. Ia mengunjungi Sura dengan menyamar sebagai Buddha. “Mengapa Bhante kembali berkunjung?” tanya Sura kepada Mara yang menyamar sebagai Buddha.

Upasaka Yang Unggul Dalam Kesetiaan Tak TergoyahkanA.i.26, AA.i.215, DA.iii.864.

Page 25: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

25

“Tadi ada kata-kataku yang kurang tepat. Saat kukatakan bahwa semua bentukan pikiran bersifat tidak tetap, aku salah. Setelah kupikir lagi, hanya sebagian bentukan pikiran yang bersifat tidak tetap,” ujar Mara.

Sura langsung sadar bahwa orang di depannya bukanlah Buddha, melainkan Mara. Ia langsung mengusir “Buddha palsu” itu dari rumahnya.

Mendengar kejadian ini, Buddha menyatakan Sura Ambattha sebagai “Upasaka Yang Unggul Dalam Kesetiaan Tak Tergoyahkan”.

Page 26: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

26

Upasaka Yang Unggul Dalam Bercakap AkrabA.i.26, A.ii.61, SA.ii.182, A.iii.295.

Nakulapita adalah suami Nakulamata. Mereka adalah sepasang suami-istri yang tinggal di Sumsumaragiri di Negeri Bhagga. Saat Buddha Gotama mengunjungi Bhesakalawana, Nakulapita dan Nakulamata langsung bersimpuh di kaki Buddha, kemudian mereka memanggil Buddha dengan sebutan “anak”.

Nakulapita dan Nakulamata memanggil Buddha demikian karena mereka telah menjadi orangtua bakal Buddha selama banyak kelahiran. Selain itu mereka juga memiliki hubungan dekat dengan bakal Buddha dalam lebih banyak kelahiran lagi. Buddha lalu membabarkan Dhamma kepada Nakulapita dan Nakulamata sehingga mereka tercerahkan, menjadi Sotapanna.

Page 27: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

27

Suatu ketika, Nakulapita sakit parah. Ia sangat gelisah dan cemas. Istrinya, Nakulamata berusaha meyakinkan suaminya agar Nakulapita tidak perlu mencemasi apa pun. Nakulamata melantunkan syair yang indah hingga Nakulapita menjadi tenang dan sembuh. Setelah sembuh, Nakulapita pergi menghadap Buddha dan menceritakan hal ini. Buddha berkata bahwa Nakulapita sangat beruntung memiliki istri yang bisa menjadi pembimbing saat Nakulapita cemas.

Ketika Nakulapita dan Nakulamata tua, Buddha mengunjungi desa mereka sekali lagi. Ketika Buddha tiba di rumah Nakulapita, Nakulapita menceritakan betapa besarnya pengabdian, kesetiaan, dan kasih sayang antara dirinya dan Nakulamata selama ini. Nakulapita meminta Buddha mengajarkan bagaimana caranya agar ia dan Nakulamata tidak hanya hidup bersama di kehidupan sekarang, tapi juga bisa hidup bersama lagi pada kehidupan yang akan datang. Buddha berkata bahwa agar hal tersebut dapat tercapai, mereka berdua harus sepadan dalam keyakinan, kebajikan, kedermawanan, dan kebijaksanaan.

Pada masa Buddha Padumuttara, Nakulapita mendengar Buddha menyatakan seseorang sebagai yang unggul dalam bercakap akrab. Melihat ini, Nakulapita pun bertekad mendapatkan gelar ini. Pada masa Buddha Gotama impian Nakulapita terwujud. Karena keharmonisan Nakulapita dan Nakulamata, Buddha memberi Nakulapita gelar “Upasaka Yang Unggul Dalam Bercakap Akrab”.

Page 28: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

28

Para Bhikkhu, Siswa Upasika-Ku Yang Unggul Dalam:Pertama Mengambil Pernaungan Yaitu Sujata Seniyadhita, Menyantun Yaitu Wisakha Migaramata, Keluasan Pengetahuan Yaitu Khujjuttara, Kediaman Cinta Kasih Yaitu Samawati, Jhana Yaitu Uttara Nandamata, Berderma Makanan Bermutu Yaitu Suppawasa Koliyadhita,Merawat Orang Sakit Yaitu Suppiya Upasika, Kesetiaan Tak Tergoyahkan Yaitu Katiyani, Bercakap Akrab Yaitu Nakulamata Gahapatani, Keyakinan Meski Cuma Mendengar Yaitu Kali Kuraragharika.

Page 29: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

29

Upasika Yang Unggul Dalam Pertama Mengambil PernaunganDhA.i.71, SnA.i.154, D.ii.135, A.i.26, AA.i.217.

Ketika muda, Sujata pernah memohon kepada dewa pohon agar dia mendapat pasangan hidup yang sepadan dan melahirkan seorang putra. Jika permohonannya terkabul, ia berjanji bahwa akan mempersembahkan nasi susu setiap tahun. Ketika doanya menjadi nyata, tiap tahun ia membuat nasi susu terbaik sebagai persembahan bagi dewa pohon.

Suatu ketika, saat membuat nasi susu, Sujata memerah susu sapi. Tapi hari itu tak biasanya, susu keluar tanpa diperas. Setelah susunya cukup, ia lalu menyuruh pelayannya, Punna membersihkan kaki pohon tempat ia biasanya mempersembahkan nasi susu.

Ketika Punna tiba di kaki pohon, terlihat seseorang tengah duduk tenang. Punna sungguh terpukau, ia berpikir, “Dewa penjaga pohon telah turun dan akan menerima persembahan dengan tangannya sendiri!”

Punna tak tahu bahwa yang dilihatnya adalah Petapa Gotama. Punna tergopoh pulang dan melapor ke majikannya, “Beruntungnya Nyonya! Saya melihat

dewa pohon di bawah pohon kita. Dewa telah turun untuk

terima persembahan dengan tangannya sendiri!”

Page 30: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

30

Sujata sangat bahagia mendengar berita yang disampaikan Punna Ia

segera mempersiapkan persembahan, meletakkannya di dalam mangkuk emas,

berpakaian rapi, lalu pergi bersama Punna. Tampak olehnya seorang petapa bermeditasi.

Sama seperti Punna, Sujata juga menyangka Petapa Gotama adalah dewa pohon.

Sujata mendekati Petapa Gotama dengan penuh hormat dan mempersembahkan nasi susu dalam mangkuk emas. Nasi

susu persembahan Sujata adalah makanan terakhir Petapa Gotama sebelum pada malam itu Petapa Gotama mencapai Pencerahan Sempurna

di bawah pohon assattha.

Sujata punya putra bernama Yasa. Suatu ketika, tak lama setelah Buddha membabarkan khotbah pertama-Nya, Yasa bertemu Buddha dan sangat takjub pada ajaran Buddha. Yasa memohon Buddha untuk menahbisnya menjadi bhikkhu. Bhikkhu Yasa adalah bhikkhu keenam yang menjadi Araha.

Ayah Yasa menemukan anaknya telah bahagia sebagai bhikkhu, ia pun mengundang Buddha beserta para bhikkhu untuk menerima dana makanan di rumahnya. Setelah makan, Buddha membabarkan Dhamma. Sujata merasa begitu beruntung bisa mendengar khotbah Buddha, ia bahagia sekali dan mencapai kesucian Sotapatti.

Tanpa ragu, Sujata menyatakan pergi berlindung pada Tiga Permata (Buddha, Dhamma, Sanggha). Sejak saat itu Sujata terkenal sebagai upasika pertama dan dinyatakan oleh Buddha sebagai “Upasika Yang Unggul Dalam Pertama Mengambil Pernaungan”.

Page 31: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

31

Upasika Yang Unggul Dalam Keluasan PengetahuanAA.i.226, 232, A.i.26, DhA.i.208, ItvA.23, 32, UdA.384.

Khujjuttara adalah putri pelayan Ghosaka, menteri keuangan Kosambi. Setelah dewasa, Khujjuttara menjadi pelayan Ratu Samawati. Setiap hari, Ratu Samawati memberinya delapan keping uang untuk membeli bunga.

Khujjuttara selalu membeli bunga dari seorang pedagang bernama Sumana. Namun Khujjuttara hanya menggunakan empat keping uang saja untuk membeli bunga dan menyimpan empat keping uang lainnya. Suatu hari, saat Khujjuttara mengunjungi Sumana, Sumana mengajaknya untuk mendengarkan ceramah Buddha. Setelah mendengarkan ceramah Buddha, Khujjuttara pun mencapai kesucian Sotapanna.

Setelah tercerahkan, Khujjuttara tak lagi berniat mencuri uang yang dipercayakan kepadanya. Khujjuttara

mengakui kesalahannya pada Ratu Samawati. Keberanian Khujjuttara menyatakan kebenaran merupakan salah satu ciri

seorang Sotapanna.

Sejak saat itu, Khujjuttara ditugasi untuk mendengarkan dan membagikan ajaran Buddha kepada Ratu Samawati dan para pelayannya. Khujjuttara

memiliki ingatan yang luar biasa. Ia mampu mengulang persis apa yang didengarnya. Pada akhir pengulangan sabda Buddha, Ratu Samawati dan para pelayannya juga mencapai kesucian Sotapanna.

Page 32: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

32

Dalam kehidupan lampaunya, Khujjuttara adalah pelayan Raja Baranasi. Suatu ketika Khujjuttara melihat seorang Pacceka Buddha bungkuk. Khujjuttara mengolok-olok Pacceka Buddha itu dengan mengikatkan selimut ke punggungnya sehingga tubuhnya terlihat bungkuk.

Dalam kehidupan lampaunya yang lain, Khujjuttara bertemu dengan delapan Pacceka Buddha yang membawa mangkuk berisi bubur panas. Ia menawarkan delapan gelangnya untuk menjadi alas mangkok para Pacceka Buddha. Karena perbuatan bajiknya ini, Khujjuttara terberkahi kebijaksanaan dan mampu belajar dengan cepat.

Pada masa Buddha Kassapa, Khujjuttara adalah putri orang kaya yang bersahabat dengan seorang bhikkhuni. Suatu hari, saat bhikkhuni ini mengunjunginya, Khujjuttara memerintah bhikkhuni ini untuk melakukan banyak hal. Ia tak tahu bahwa bhikkhuni ini sudah mencapai kesucian tertinggi. Karena menyuruh seorang Araha dengan kurang hormat, maka ia berkali-kali terlahir sebagai pelayan.

Tekadnya untuk menjadi upasika yang unggul dalam keluasan pengetahuan diucapkannya pada masa Buddha Padumuttara. Pada masa Buddha Gotama, Buddha memberinya gelar “Upasika Yang Unggul Dalam Keluasan Pengetahuan”.

Pada kemudian hari, 112 khotbah Buddha yang didengar Khujjuttara dihimpun dalam kitab yang dinamakan Itiwuttaka, yang selalu dimulai dengan kalimat: “Inilah yang dikatakan (oleh Bhagawa)….”

Page 33: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

33

Upasika Yang Unggul Dalam Kesetiaan Tak Tergoyahkan

A.i.26, AA.i.245.

Katiyani adalah seorang perumah tangga yang hidup di Kuraraghara di Awanti. Ia memiliki seorang sahabat akrab dan setia bernama Kali. Kali adalah ibunda Bhikkhu Sona Kotikanna. Sejak dulu, Kali memiliki keyakinan luar biasa terhadap Buddha, sehingga Katiyani pun ikut menjadi pengikut Buddha.

Katiyani memiliki sebuah rumah besar dengan tujuh lapis tembok dan gerbang yang kokoh, dan dijaga anjing-anjing galak. Pada malam hari, sekeliling temboknya dialiri air hingga sukar dilalui.

Suatu hari saat putra Kali yang bernama Bhikkhu Sona Kotikanna kembali ke Awanti dan memberikan ceramah Dhamma, Katiyani pergi ke wihara untuk mendengar pembabaran itu. Saat itu juga 900 orang pencuri berencana merampok rumah Katiyani, sedangkan pemimpin para pencuri pergi ke wihara untuk mengawasi tindakan Katiyani. Ia berniat mencegat Katiyani dalam perjalanan pulang.

Page 34: Inilah para siswa Buddha, - ehipassiko.or.id · Saṅgha adalah Permata ketiga dari Tiga Permata (Tiratana). Buddha, Dhamma, dan Saṅgha masing-masing memiliki kualitas luhur. Kualitas-kualitas

34

Seorang pelayan yang baru pulang kebetulan melihat para pencuri itu. Pelayan itu langsung melaporkannya ke Katiyani yang sedang mendengar ceramah. Meski tiga kali diperingatkan oleh pelayannya, Katiyani berkeras tidak mau pulang sampai selesai mendengar ceramah Bhikkhu Sona. Ia begitu setia kepada Dhamma. Pada akhir pembabaran, Katiyani mencapai kesucian Sotapatti.

Mendengar keteguhan dan kesetiaan tak tergoyahkan Katiyani terhadap Buddha, pemimpin perampok yang hadir di wihara begitu terkesan sampai-sampai dia meminta anak buahnya mengembalikan semua harta Katiyani, lalu mereka bertobat dan memutuskan untuk menjadi bhikkhu di bawah bimbingan Bhikkhu Sona. Seluruh mantan perampok itu akhirnya mencapai kesucian Arahatta.

Buddha menyatakan Katiyani sebagai “Upasika Yang Unggul Dalam Kesetiaan Tak Tergoyahkan”.