informasi mengenai sifat fisik dan kimia secara aktual dan potensial

80
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk pengembangan usaha pertanian, terutama untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di seluruh dunia, baik di negara sedang berkembang, terutama akan menjadi menonjol bersama dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan proses industrialisasi. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas. Disamping itu perlu juga melakukan tindakan konservasi untuk penggunaan yang berkelanjutan (Rahman, 1995). Lahan kering di Indonesia pada umumnya adalah Aluvial yang tersebar luas di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Aluvial sering dijumpai dari dataran rendah 1

Upload: valentino-vavayosa

Post on 08-Jun-2015

7.831 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk pengembangan

usaha pertanian, terutama untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Permasalahan

dalam penggunaan lahan sifatnya umum di seluruh dunia, baik di negara sedang

berkembang, terutama akan menjadi menonjol bersama dengan terjadinya peningkatan

jumlah penduduk dan proses industrialisasi. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan

dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan

lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan yang paling

menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas. Disamping itu perlu juga melakukan

tindakan konservasi untuk penggunaan yang berkelanjutan (Rahman, 1995).

Lahan kering di Indonesia pada umumnya adalah Aluvial yang tersebar luas di

daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Aluvial sering dijumpai dari

dataran rendah disepanjang aliran sungai, rawa air tawar, pasang surut teras sungai, sampai

daerah dengan ketinggian mencapai 1000 meter diatas permukaan laut, sepanjang lembah-

lembah aliran sungai di pegunungan. Bila draenase air sempurna maka tanah ini sangat

produktif (Hakim et al., 1986).

Evaluasi sumber daya lahan merupakan proses untuk menduga potensi suatu lahan

untuk berbagai penggunaan. Kerangka dasar evaluasi sumber daya lahan adalah

membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk penggunaan tertentu dengan sifat

sumber daya yang ada pada lahan tersebut (Sitorus, 1998).

1

Page 2: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Menurut Hardjowigeno et al,. (1999), bahwa hasil evaluasi lahan tersebut

digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan tata guna lahan yang

rasional sehingga tanah dapat digunakan secara optimal.

Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh, salah satu masukan yang

diperlukan adalah tersedianya informasi aktual mengenai faktor fisik lingkungan yang

meliputi sifat-sifat dan potensial lahan. Keterangan tersebut dapat diperoleh antara lain

melalui kegiatan survai tanah yang diikuti analisa laboratorium dan evaluasi sumberdaya

lahan.

Salah satu penggunaan lahan adalah untuk tanaman karet (Hevea brasilliensis

Muell. Arg.). Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki

peranan penting dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Indonesia merupakan negara

dengan perkebunan karet terluas dunia. Luas areal karet di Indonesia telah mencapai

3.262.291 hektar. Dari total areal perkebunan karet di Indonesia tersebut 84,5%

diantaranya merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% yang

merupakan milik negara ( Setiawan et al, 2007).

Menurut Setiawan (2007), rendahnya produktivitas karet alam Indonesia

disebabkan sebagian besar atau lebih 84% perkebunan karet yang ada merupakan

perkebunan karet rakyat yang tidak dikelola secara propesional.

Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada maka perlu dilakukan suatu

kegiatan untuk mengetahui kualitas sifat fisik dan kimia tanah serta menduga potensi lahan

tersebut agar dapat dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan tanaman karet di sekitar

areal Desa Tanjung Serang Kecamatan Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir.

2

Page 3: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai sifat fisik

dan kimia secara aktual dan potensial dalam rangka penilaian kelas kesesuaian untuk

tanaman karet di Desa Tanjung Serang Kecamatan Kayu Agung Kabupaten Ogan

Komering Ilir.

3

Page 4: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan Kering

Menurut Biro Pusat Statistik (2000), sekitar 58,5% dari luas daratan Indonesia

(111,4 juta hektar) merupakan lahan kering. Lahan kering adalah lahan yang dapat

digunakan untuk usaha pertanian dan membutuhkan air dalam jumlah yang terbatas.

Sebagian besar lahan kering bergantung pada hujan untuk memenuhi kebutuhan air bagi

tanaman.

Sifat fisik tanah pada lahan kering kurang baik, yaitu berstruktur padat, kelembapan

lapisan tanah atas (top soil) maupun lapisan tanah bawah (sub soil) rendah, sirkulasi udara

agak terhambat, dan kemampuan tanah untuk menyimpan air relatif rendah

(Mahadelswara, 2004).

Menurut Semaoen et al. (1991) dalam Guritno et al. (1997), ciri utama yang

menonjol di lahan kering adalah terbatasnya air, makin menurunnya produktifitas lahan,

tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam serta

aspek sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan Dudung (1991) dalam Guritno et al. (1997)

berpendapat bahwa keadaan lahan kering umumnya adalah lahan tadah hujan yang lebih

peka terhadap erosi, terutama jika keadaan tanah miring dan tidak tertutup vegetasi.

(www.google.com).

Lahan kering sebagian besar terdiri dari tanah-tanah ultisol, inceptisol/aluvial,

alfisol, dan oksisol, namun tetap berpotensi untuk dikembangakan sebagai lahan yang

produktif dengan pemilihan teknologi dan jenis komoditi yang sesuai

(Mahadelswara, 2004).

4

Page 5: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Alluvial merupakan tanah yang berkembang dari bahan alluvium muda (recen),

mempunyai susunan berlapis atau kadar C-organik tidak teratur dengan kadar fraksi pasir

kurang dari 60% pada kedalaman antara 25 – 100cm dari permukaan tanah mineral (Pusat

Penelitian Tanah, 1993). Tanah aluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja

mengalami banjir, atau merupakan hasil endapan bahan-bahan koluvial akibat angkutan

dari daerah di atasnya. (www.google.com)

Tanah Aluvial dengan warna kelabu kekuningan (disebut Aluvial Kelabu

Kekuningan) berkembang di daerah dengan tingkat drainasi yang baik. Tanah Aluvial

Kelabu Kekuningan pada umumnya mempunyai masalah dengan kekurangan air.

(www.google.com).

B. Survei dan Evaluasi Lahan

Survai adalah uraian keseluruhan dari aktifitas dan proses, termasuk didalamnya

adalah perumusan tujuan prosedur perencanaan, komplikasi data dan ekstraksi informasi

dalam bentuk peta, laporan dan sebagainya (Abdullah, 1993).

Menurut Siswomartono (1989), survai tanah merupakan istilah umum untuk

penyelidikan tanah sistematik dilapangan, di laboratorium, deskripsi klasifikasi, pemetaan

jenis tanah, penafsiran (interpretasi) tanah menurut kesesuaian tanah bagi tanaman rumput,

pohon serta perilaku tanah dibawah pemakaian atau perlakuan untuk produktivitasnya

dalam pengelolaan yang berbeda-beda.

Survai tanah dilakukan untuk menentukan tingkat kemampuan lahan secara

keseluruhan, sebagai bahan pemetaan tanah dalam hubungan dengan penentuan klasifikasi

5

Page 6: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

tanah. Lahan-lahan yang telah disurvai digolongkan dala kelas-kelas yang sesuai dengan

kemampuannya, berdasarkan dengan faktor-faktor yang bersifat menghambat dalam

pemanfaatannya lahan tersebut terutama untuk bidang pertanian.

Faktor-faktor yang menunjang adalah data-data mengenai sifat fisik, kimia dan

biologi tanah termasuk bentuk wilayah, iklim dan lain-lain secara keseluruhan baik sampai

sangat baik. Faktor-faktor penghambat seperti sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah

yang jelek, keadaan iklim yang tidak sesuai, bentuk wilayah berlereng, dan berbukit-bukit,

sering terjadi genangan air serta salinitas yang tinggi.

Setelah melakukan kegiatan survai dan pemetaan sumber daya lahan di lapangan,

kegiatan selanjutnya adalah mengevaluiasi lahan. Evaluasi lahan pada dasarnya

merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan.

Adapun kerangka yang mendasar dari evaluasi sumber daya lahan adalah membandingkan

persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber

daya yang ada pada lahan tersebut (Sitorus, 1983).

Menurut CSR/FAO (1983), bahwa dalam evaluasi lahan sifat-sifat lingkungan fisik

dan kimia suatu wilayah dirincikan dalam kualitas lahan dan setiap kualitas lahan dapat

terdiri dari satu karakteristik lahan, yang umumnya memiliki hubungan satu sama lainnya.

Karakteristik lahan adalah sifat-sifat tanah yang dapat diukur atau diduga. Kualitas lahan

adalah sifat tanah yang kompleks dan berperan pada penggunaan lahan yang spesifik.

C. Klasifikasi dan Penilaian Kesesuaian Lahan

Menurut Seta (1991), klasifikasi kesesuaian lahan merupakan kegiatan

pengelompokan lahan kedalam satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk

6

Page 7: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

digunakan sebagai penunjang produksi pertanian secara lestari. Menurut Sitorus (1985),

klasifikasi lahan adalah sebagai pengaturan satuan-satuan kedalam berbagai kategori

berdasarkan sifat-sifat lahan atau keadaannya dalam berbagai penggunaan.

Klasifikasi lahan yang bersifat kualitatif umumnya didasarkan atas sifat fisik lahan

yang hanya didukung oleh keterangan tentang ekonomi. Klasifikasi lahan yang bersifat

kualitatif mencakup masukan yang banyak tentang informasi-informasi sosial, ekonomi

dan lingkungan (FAO, 1976).

Menurut Rahim (1991), untuk memperoleh informasi apakah lahan yang akan atau

sedang dimanfaatkan mempunyai kemampuan tertentu, yang berarti bahwa lahan tersebut

memiliki potensi dan kendala tertentu sehingga diperlukan evaluasi kemampuan lahan

(land capability classification) atau evaluasi kesesuaian lahan.

Sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut CSR/FAO (1983), terdiri dari empat

kategori yang merupakan tingkat generalisasi yang bersifat menurun yaitu :

1. Ordo kesesuaian lahan (order) : Menunjukkan jenis atau macam kesesuaian

lahan secara umum.

2. Kelas kesesuaian lahan (kelas) : Menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dalam

ordo.

3. Sub-Kelas kesesuaian lahan : Menunjukkan jenis pembatas atau macam

perbaikan yang diperlukan dalam kelas.

4. Satuan kesesuaian lahan : Menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang

diperlukan untuk pengelolaan dalam sub-kelas.

Kesesuaian lahan dalam tingkat ordo menunjukkan apakan lahan sesuai atau tidak

sesuai untuk penggunaan tertentu. Ordo kesesuaian lahan dibagi dua :

7

Page 8: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

1. Ordo S : Sesuai (Suitable), yakni lahan yang dapat digunakan untuk penggunaan

tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan

terhadap sumber daya alam.

2. Ordo N : Tidak sesuai (Not Suitable), yakni lahan yang mempunyai pembatas

sehingga mencagah suatu penggunaan secara lestari.

Kesesuaian lahan pada tingkat kelas menunjukkan bagian lebih lanjut dari ordo dan

menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari ordo. Kelas kesesuaian lahan dibagi lima :

1. Kelas S1 : Sangat sesuai (Highly Suitable), yaitu lahan tanpa atau mempunyai

faktor pembatas, tetapi tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman.

2. Kelas S2 : Cukup sesuai (Moderatly Suitable), yaitu lahan yang mempunyai faktor

pembatas yang agak serius untuk suatu penggunaan lestari. Faktor

pembatas tersebut akan mengurangi produksi tanaman.

3. Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable), yaitu lahan yang mempunyai

faktor pembatas sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari.

4. Kelas N1 : Tidak sesuai sekarang (Currently Not Suitable), yaitu lahan mempunyai

faktor pembatas sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi,

hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang.

5. Kelas N2 : Tidak sesuai permanen (Permanetly Not Suitabel), yaitu lahan yang

mempunyai faktor pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin

untuk digunakan bagi suatu penggunaan lestari.

Menurut Sitorus (1985), pengelompokkan kedalam sub kelas kesesuaian lahan

untuk tanaman pangan pada tanah mineral ada 13 faktor, sedangkan untuk tanah

bergambut dan gambut ada 15 faktor, yaitu : 1) kedalaman efektif, 2) kelas butir tanah

8

Page 9: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

pada daerah perakaran, 3) air yang tersedia, 4) singkapan batuan permukaan, 5) kesuburan

tanah, 6) reaksi tanah (pH), 7) toksisitas, 8) topografi, 9) erodibilitas, 10) iklim, 11) kelas

drainase, 12) banjir dan genangan, 13) salinitas, 14) tingkat dekomposisi bahan organik,

15) kedalaman gambut.

Menurut Rahman (1995), sifat lahan ditentukan dengan memetakan satuan-satuan

lahan dengan kesamaan sifat fisik. Penilaian kesesuaian lahan merupakan suatu pendekatan

yang penting dalam mengarahkan penelitian atau evaluasi lebih lanjut bagi usaha-usaha

pengembangan selanjutnya.

D. Faktor Pembatas Kesesuaian Lahan

Menurut CSR/FAO (1983) dan Pusat Pnelitian Tanah dan Agroklimat (2000), ada

beberapa faktor yang menjadi pembatas dengan simbolnya dalam menentukan kelas

kesesuaian lahan, antara lain : rezim temperatur (t), ketersediaan air (w), kondisi perakaran

(r), faktor unsur hara (f), ketersediaan unsur hara (n), topografi (s), salinitas (x) dan bahaya

banjir (F).

1. Rezim Temperatur (t)

Faktor iklim terutama suhu adalah faktor alam yang tidak dapat diubah dan juga

diperbaiki dalam peningkatan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian

disuatu daerah (Rahman, 1995)

Menurut Bunting (1981), temperatur adalah faktor utama yang mempengaruhi

tahap perkembangan tanaman dan panjang periode tanaman mulai dari penanaman sampai

9

Page 10: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

dengan panen. Untuk daratan rendah di Indonesia rata-rata temperatur harian dari 20oC

dan bukan merupakan faktor yang nyata dalam batas pertumbuhan yang tersedia.

2. Ketersediaan Air (w)

Ketersediaan air tanah bagi pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor iklim

(khususnya curah hujan), tanaman dan tanah. Air diperlukan oleh tumbuhan untuk

memenuhi kebutuhan proses metabolisme (Hakim et al., 1986).

Curah hujan merupakan unsur yang sangat besar pengaruhnya terhadap

ketersediaan air dalam tanah. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh pula terhadap pola

tanam bila tidak ada sumber air yang tersedia. Tetapi tidak semua hujan yang jatuh pada

permukaan tanah adalah efektif. Hal ini ditentukan oleh intensitas curah hujan, sifat tanah,

jenis tanaman yang ditanam dan topografi.

3. Kondisi Perakaran (r)

a. Drainase

Menurut CSR/FAO (1983), drainase tanah merupakan kecepatan perpindahan air

tanah baik berupa aliran permjukaan maupun perembesan air kedalam tanah. Keadaan

drainase adalah tanda dari kondisi basah dan kering tanah tersebut, drainase tanah juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu topografi, tekstur, permeabilitas dan ketersediaan

air yang berasal dari curah hujan.

Tingkat drainase tanah alami dipengaruhi oleh kecepatan perkolasi air melalui

tanah, aerasi dan bagian tanaman-tanaman yang khusus. Komposisi udara dalam tanah

10

Page 11: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

tergantung pada aerasi. Pada drainase tanah yang baik, tanah memiliki kelembaban dan

kandungan karbon dioksida lebih tinggi dari atmosfir.

Kondisi drainase yang terbatas didalam tanah dan drainase yang sangat jelek atau

pada kondisi yang tergenang maka kandungan oksigen akan menurun dan kecepatan difusi

ke akar tanaman terbatas. Pada tanah yang drainasenya sangat tinggi maka kehilangan

unsur hara melalui pencucian juga akan meningkat (Bunting, 1981), sedangkan menurut

Hakim at al (1986), tujuan drainase tanah adalah untuk menurunkan muka air tanah

sehingga dapat meningkatkan kedalaman ekfetif perakaran.

b. Tekstur Tanah

Menurut Hakim et al (1986), tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara

fraksi debu, liat, dan pasir yang dinyatakan dalam persen. Tekstur tanah mempunyai

pengaruh yang penting terhadap kemampuan tanah dalam menahan air, laju infiltrasi,

perkolasi, dan peredaran udara didalam tanah. Dengan demikian maka secara tidak

langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan

pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan.

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, maka dari itu berdasarkan atas

perbandingan banyaknya butir-butir, debu dan liat, maka tanah dikelompokkan kedalam

beberapa macam kelas tekstur (Hardjowigeno, 1995).

c. Kedalaman Efektif

Kedalaman efektif adalah dalamnya akar tanaman yang dapat menembus lapisan

tanah dimana perakaran dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya

11

Page 12: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

hambatan atau pembatas. Kedalaman efektif merupakan kedalaman sampai kerikil, padas

dan kropos (Hardjowigeno, 1993).

Kedalaman efektif merupakan faktor pembatas yang tidak dapat diberikan input.

Dan kedalaman efektif suatu tanah tidak sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan,

maka lahan tersebut tidak dapat digunakan untuk tanaman yang dibudidayakan.

d. Ketebalan Gambut

Tanah gambut merupakan tanah yang tersusun dari bahan tanah organik dengan

ketebalan minimal 40 cm atau 60 cm, tergantung bobot jenis (BD) dan tingkat dekomposisi

bahan organiknya (Soil Survey Staff, 1994).

Tanah-tanah gambut terbentuk dari endapan bahan organik yang terutama berasal

dari sisa jaringan tumbuhan pada masa lampau. Menurut Soil Taxonomy (Soil Survey

Staff, 1994) tingkat dekomposisi bahan organik dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan,

yaitu fibrik, hemik, dan saprik.

- Fibrik : merupakan gambut yang mempunyai tingkat dekomposisi awal, dengan

lebih dari tiga perempat bagian volumenya (75%) masih berupa serat.

- Hemik : merupakan gambut yang mempunyai tingkat dekomposisi tengahan,

sebagian bahan organiknya sudah benar-benar lapuk, dan sebagian lagi

masih berupa serat. Kandungan serat pada tingkat dekomposisi hemik

adalah antara 17-75% volumenya.

- Saprik : merupakan gambut tingkat dekomposisinya sudah lanjut dan bahan- bahan

kasar/seratnya tinggal sedikit yaitu kurang dari 17% volumenya.

12

Page 13: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Dalam pemanfaatan lahan gambut, perlu diperhatikan faktor ketebalan gambut.

Identifikasi dan pengelompokan ketebalan gambut dibagi menjadi 4 kelas yaitu : 1) gambut

dangkal (50 - < 100 cm), 2) gambut sedang (100 - < 200 cm), 3) gambut dalam (200 - <

300 cm), dan gambut sangat dalam (> 300 cm). Tanah dengan ketebalan lapisan gambut 0

– 50 cm dikelompokkan sebagai tanah mineral bergambut (Soil Survey Staff, 1994).

4. Daya Menahan Unsur Hara (f)

a. Reaksi Tanah (pH)

Reaksi tanah (pH) adalah gambaran diagnostik dari nilai yang khusus atau

konsentrasi ion H. Tanah dikatakan masam, jika pH nya kecil dari 7, netral jika sama

dengan 7 dan basa jika pHnya diatas 7. Jika konsentrasi ion H dalam tanah naik maka pH

tanah turun dan jika ion H dalam tanah turun maka pH tanah akan naik (Soegiman, 1982).

Faktor kemasaman tanah digunakan sebagai salah satu faktor pembatas kesesuaian

lahan, karena kemasaman tanah merupakan satu faktor yang berpengaruh terhadap

ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Kemasaan tanah merupakan perwujudan dari proses

hancuran iklim dan faktor kimiawi yang berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah

(Hakim at al., 1986).

Menurut Hardjowigeno (1985), pH tanah penting untuk menentukan mudah

tidaknya unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur

beracun dan dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Pada umumnya unsur

hara mudah diserap akar tanaman pada pH netral.

13

Page 14: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK).

Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kemampuan koloid tanah untuk menyerap dan

mempertukarkan kation. Kapasitas tukar kation dari berbagai tanah sangat beragam,

bahkan tanah yang sejenis dapat berada dalam kapasitas tukar kation (Hakim at al., 1986).

Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang erat hubungannya dengan

kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan

unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK rendah. Hal ini disebabkan karena

unsur-unsur hara yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tersebut tidak hilang

tercuci oleh air (Hardjowigeno, 1987).

5. Ketersediaan Unsur Hara (n)

Menurut CRS/FAO (1983), ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan

unsur hara bagi tanaman, yaitu 1) jumlah hara yang terdapat di dalam tanah, 2) bentuk hara

tersedia, dan ukuran kemampuan tanah menyediakan hara bagi tanaman 3) kemampuan

sistem vegetasi tanah untuk mensuplai hara selama periode akhir dari tanaman penutup.

Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara didalam

tanah. Unsur hara makro dan mikro harus berada dalam keadaan seimbang. Sisa tanaman

juga akan menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Keberadaan bahan organik di

dalam tanah akan menunjang aktivitas mikroorganisme tanah, sehingga tanah akan

menjadi subur dan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman akan menjadi tersedia.

Dengan demikian, maka tanaman akan dapat tumbuh dengan baik (Hardjowigeno, 1987).

14

Page 15: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

6. Salinitas (x)

Salinitas adalah tingkat keracunan tanah yang disebabkan karena tingginya kadar

garam terlarut dalam tanah yang dipengaruhi oleh pasang surut dan intrusi air laut.

Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman dapat berpengaruh secara langsung atau

tidak langsung. Pengaruh langsung terhadap petumbuhan tanaman diakibatkan oleh

tingginya konsentrasi garam yang terdapat pada tanah terutama garam NaCl dan karena

tingginya potensial osmotik larut tanah. Sedangkan pengaruh tidak langsung adalah karena

pengaruh buruknya terhadap sifat fisika dan kimia tanah (Departemen Pertanian, 1997).

Menurut Sitorus (1985), salinitas ditunjukkan oleh daya hantar listrik (DHL)

ekstrak tanah dalam mili-mhos/cm pada 25 oC. Salinitas diukur pada lapisan tanah 30 cm

teratas, atau air tanah yang ada pada kedalaman 30 cm. Pengaruh salinitas terhadap

tanaman dapat diabaikan jika DHL kurang dari 4 mmhos/cm, sedangkan DHL 16

mmhos/cm adalah bersifat merusak.

7. Topografi (s)

Menurut Hakim at al., (1986), bahwa topografi sangat mempengaruhi kondisi

drainase dan permukaan air. Akumulasi bahan organik biasanya terjadi jika keadaan

drainase tanah jelek, sehingga tanah yang kekurangan oksigen pada kondisi ini akan

mengawetkan bahan organik, terutama jika air tergenang. Pada daerah yang

kemiringannya besar sering terjadi erosi tanah secara terus menerus sehingga subsoil akan

muncul kepermukaan tanah. Akibatnya tanah-tanah pada kemiringan yang besar akan

memiliki solum yang tipis, kandungan bahan organik yang rendah bila dibandingkan

dengan tanah-tanah bergelombang dan datar.

15

Page 16: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Topografi mempengaruhi perkembangan pembentukan propil tanah yaitu jumlah

curah hujan terabsorpsi dan penyimpanan dalam tanah, tingkat perpindahan tanah bagian

atas oleh erosi dan juga gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari suatu tempat

ketempat lain. Faktor topografi yang di nilai adalah tingkat kecuraman lereng, karena

terdapatnya perbedaan penting dalam syarat-syarat pengelolaan tanah untuk tanaman

tertentu pada tingkat kecuraman yang berbeda (Darmawijaya, 1990).

E. Botani Tanaman Karet

Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (1992), sistematika botani tanaman karet

adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg

Tanaman karet merupakan tanaman tahunan daerah tropika dan mempunyai daya

adaptasi yang baik dari segi tanah maupun iklim. Tanaman ini dapat tumbuh pada

berbagai jenis tanah didaerah tropika dan mempunyai adaptasi yang tinggi pada

lingkungan yang bervariasi (Lasminingsih dan Effendi, 1985).

Daerah pertanaman utama tanaman karet di Indonesia adalah Sumatera, Jawa dan

Kalimantan yang terletak pada zona 6 0 LU dan 90 LS. Tanaman karet dapat tumbuh pada

16

Page 17: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda atau vulkanis tua, aluvial dan

bahkan tanah gambut (Setyamidjaja, 1993).

Ketinggian tempat yang cocok bagi tanaman karet adalah 0 – 600 meter diatas

permukaan laut, dan yang paling baik berkisar antara 0 – 200 mdpl (Syarif, 1986). Mulai

ketinggian 200 mdpl, matang sadap akan tertunda selama  6 bulan setiap kenaikan 100

mdpl, karena ketinggian tempat berpengaruh terhadap temperatur (Departemen Pertanian,

1997).

Tanaman karet tumbuh baik bila syarat-syarat hidupnya mendukung terhadap

pertumbuhan, baik faktor luar maupun faktor dalam. (Syarief, 1983) menyatakan bahwa

curah hujan yang cukup tinggi antara 2.000 - 2.500 mm setahun disukai tanaman karet.

Tanaman karet sangat toleran terhadap kemasaman tanah, tanaman ini akan tumbuh baik

pada kisaran pH 4,0 – 7,0. Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (1992), suhu harian

yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25 – 30o C. Apabila dalam jangka waktu panjang

suhu harian rata-rata kurang dari 20o C, maka tanaman karet tidak cocok ditanam didaerah

tersebut.

Tanaman karet adalah tanaman yang paling toleran terhadap tanah pada tingkat

kesuburan tanah sangat rendah. Tanah-tanah yang kurang subur seperti Podsolik Merah

Kuning dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan

menjadi perkebunan karet. Selain jenis tanah Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Aluvial

juga bisa dikembangkan untuk penanaman karet (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).

Menurut Setyamidjaja (1993), tanah-tanah aluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat

fisiknya terutama drainasenya kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan

menolong memperbaiki keadaan tanah ini.

17

Page 18: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Tanaman karet mempunyai sistem perakaran yang luas dengan kedalaman akar

dapat mencapai 0 – 0,3 meter. Tanah yang ideal untuk tanaman karet adalah dengan

kedalaman lebih dari 1 meter, aerasi dan srtuktur yang baik dan tekstur tanah harus terdiri

50 persen liat (Sys et al., 1993).

Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang

optimal, maka harus dipertimbangkan syarat-syarat lingkungan yang diinginkan tanaman

ini. Hal ini disebabkan karena lingkungan yang cocok akan menunjang pertumbuhan

disamping perawatan. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai

dengan habitat yang diinginkannya, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.

18

Page 19: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

III. PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Serang Kecamatan Kayu Agung

Kabupaten Ogan Komering Ilir. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia, Biologi,

dan Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Penelitian

ini akan dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2007.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1). Peta wilayah Kayu

Agung 2). Sampel tanah, 3). Peta kerja (foto citra) skala 1 : 100.000. Sedangkan alat-alat

yang akan digunakan antara lain: 1). GPS, 2). Meteran, 3). Bor belgie 4). Munsel Soil

Color Charts, 5). Pisau Lapangan, 6). Kantong Plastik, 7). Kompas, 8). Kamera Digital, 9).

Ring Sampel,10). Alat Tulis, 11). Alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survai tingkat detail

yang mengacu pada peta kerja (foto udara) skala 1:100.000. Pengambilan contoh tanah

menggunakan sistem jalur atau grid. Luas lahan penelitian adalah 12 hektar dimana jarak

antara titik pengeboran 100 meter dengan 12 contoh tanah.

19

Page 20: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Pengeboran tanah dilakukan dengan bor belgie hingga kedalaman 120 cm. contoh

tanah komposit diambil pada kedalaman 0–30 cm sebanyak 5 titik pewakil berdasarkan

variasi Morfologi yang digunakan untuk analisis tanah di laboratorium.

Faktor pembatas yang menjadi kriteria penilaian adalah temperatur (suhu rata-rata

tahunan), ketersediaan air (bulan kering dan curah hujan), media perakaran (draenase,

tekstur, kedalaman efektif ), retensi hara (KTK, pH), hara tersedia (N-total, P 2O5,

K2O). Data karakteristik lahan, kemudian dilakukan hasil penelitian dengan pedoman

penetapan tingkat kesesuaian lahan berdasarkan kriteria CSR/FAO (1983) dan Pusat

Penelitian Tanah dan Agroklimat (2000).

D. Cara Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar

dikelompokkan menjadi beberapa tahap, yaitu : 1) sebelum pekerjaan lapangan; 2)

Pekerjaan lapangan; 3) Pengumpulan data; 4) Penyajian data dan penyusunan laporan

dalam bentuk skripsi.

1. Sebelum Pekerjaan Lapangan

a. Studi pustakaan dan pengumpulan data awal tentang lahan sekaligus membaca

literatur-literatur yang berkaitan dan mendukung dengan penelitian yang akan

dilaksanakan.

b. Persiapan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan di lapangan.

c. Pengadaan Peta lokasi.

20

Page 21: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

2. Pekerjaan Lapangan

a. Survai pendahuluan

Sebelum melakukan survai utama, dilakukan survai pendahuluan yang bertujuan

untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian, yang meliputi kegiatan :

1. Mempelajari batas-batas areal yang akan dijadikan lokasi penelitian

2. Penentuan titik-titik pengambilan contoh tanah

3. Melakukan pengamatan penggunaan lahan disekitar lokasi penelitian.

b. Survai utama

Setelah dilakukan survai pendahuluan tahapan selanjutnya adalah survai utama

yang meliputi kegiatan :

1. Melakukan pengeboran tanah pada daerah yang telah ditentukan

2. Pengamatan karakteristik lahan disekitar areal penelitian

3. Menetapkan koordinat lintasan pada GPS

4. Pengambilan contoh tanah untuk di analisis di laboratorium. Penentuan struktur dan

konsistensi di lapangan dengan metode perasa. Pengamatan kedalaman efektif dan

warna tanah

3. Setelah Pekerjaan Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

a. Pengolahan data Primer berupa draenase dan kedalaman efektif, serta data dari

laboratorium berupa tekstur tanah, pH tanah, KTK, N-total, P2O5 tersedia, K2O

tersedia, salinitas dan bahaya banjir.

21

Page 22: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

b. Pengolahan iklim yang berupa curah hujan dan suhu.

c. Analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan pencocokan (matching) antara

karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman berdasarkan kerangka acuan

dari CSR/FAO (1983) dan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (2000).

d. Penentuan kelas kesesuaian lahan pada tipe lahan yang di survai.

e. Penulisan laporan.

4. Penyajian Data dan Penyusunan Laporan

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar, kemudian dijelaskan

secara diskriptif karakteristik lahan dikawasan hutan produksi kayu Agung dalam bentuk

skripsi.

22

Page 23: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Serang yang memiliki bentangan alam

yang cukup luas sekitar 4.182,5 ha, dengan jumlah penduduk 2875 jiwa. Hamparan lahan

yang luas tersebut sebagian besar terdiri dari lahan kering, rawa lebak dan rawa gambut.

Masyarakat Desa Tanjumg Serang menggunakan lahan kering sebagai lahan perkebunan,

lahan rawa lebak sebagai lahan pertanian sedangkan lahan gambut belum dimanfaatkan

oleh masyarakat setempat.

Sumber daya alam utama masyarakat Desa Tanjung Serang adalah di sektor

pertanian, sedangkan sumber daya alam yang lain adalah perikanan, peternakan dan

kehutanan. Perkebunan yang di usahakan oleh penduduk setempat antara lain adalah karet

dan kelapa. Tanaman penting yang diusahakan selain tanaman perkebunan adalah padi

dengan luas lahan sawah 849 ha yang diusahakan di lahan rawa lebak, jagung, palawija

sayuran dan buah-buahan.

Usaha perikanan di daerah ini sangat potensial karena melimpahnya sumber daya

air. Sungai yang mengalir di manfaatkan oleh penduduk yang tinggal di sekitar daerah

aliran sungai untuk memelihara ikan dengan sistem keramba. Sedangkan usaha peternakan

meliputi pemeliharaan itik, ayam, sapi dan kambing yang diusahakan secara konvensional.

23

Page 24: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

B. Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual Di Lokasi Penelitian

1. Faktor-faktor Lingkungan

a. Iklim

Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kenten, selama

10 periode. Data yang dikumpulkan untuk data iklim ini adalah rerata curah hujan bulanan

dan rerata suhu udara tahunan selama sepuluh tahun terakhir (periode 1996–2005). Data

iklim ini berfungsi sebagai salah satu faktor untuk menentukan klasifikasi kesesuaian lahan

bagi pertanian, dalam hal ini kesesuaian lahan untuk tanaman karet. Untuk melihat

kesesuain lahan dari faktor iklim pada daerah penelitian dapat di lihat pada uraian berikut :

1. Curah Hujan (w)

Berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun (1996 – 2005), lokasi penelitian

memiliki rerata curah hujan pertahun 2363 mm. Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO

(1983) (Lampiran 1) untuk tanaman karet, menunjukkan bahwa curah hujan pada lokasi

penelitian tergolong kelas S2 (cukup sesuai). Besarnya curah hujan tahunan pada lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 3. Rerata Curah Hujan Tahunan (mm)

24

Rerata Curah Hujan Tahunan (mm)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

Rerata CurahHujanTahunan(mm)

Page 25: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

2. Bulan Kering dan Bulan Basah

Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983), bulan kering tidak didapat dalam

kurun waktu 10 tahun terakhir, sehingga dari data curah hujan dapat diketahui bahwa bulan

basah terjadi sepanjang tahun dan tidak terjadi bulan kering. Data tersebut dapat dilihat

pada Gambar 2.

Gambar 2. Curah Hujan Bulanan (mm)

3. Suhu Udara

Berdasarkan data temperatur selama 10 tahun (1996 – 2005), lokasi penelitian

memiliki rerata suhu udara 26,8 oC. Suhu dapat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari

permukaan laut dan dapat juga dipengaruhi oleh distribusi hujan yang terdapat pada suatu

daerah (Gambar 3). Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983) untuk tanaman karet

lokasi penelitian tergolong dalam kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai).

25

Rerata Curah Hujan Bulanan (mm)

0

50

100

150

200

250

300

350

Bulan

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

Curah HujanBulanan (mm)

Page 26: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Gambar 3. Rerata Suhu Udara Tahunan (oC)

b. Topografi

Lokasi penelitian secara umum memiliki kemiringan lereng antara 0 – 8 % yang

tergolong datar sampai landai/berombak. Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983),

lokasi penelitian tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai) untuk tanaman karet

(Lampiran 1).

2. Kondisi Perakaran (r)

a. Drainase Tanah

Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, pada lokasi penelitian diperoleh

kelas drainase tanah yang sama yaitu memiliki kelas drainase baik (Lampiran 5).

Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983) (Lampiran 1), kondisi ini tergolong

kedalam kelas kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) untuk tanaman karet.

26

Suhu

26

26,2

26,4

26,6

26,8

27

27,2

27,4

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Su

hu

Suhu

Page 27: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

b. Tekstur Tanah

Hasil analisis di laboratorium terhadap lima contoh tanah menunjukkan bahwa

tekstur tanah pada lokasi penelitian adalah lempung liat berpasir. Berdasarkan kerangka

acuan CSR/FAO (1983) (Lampiran 1), tekstur tanah lempung liat berpasir (Lampiran 5)

termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) untuk tanaman karet.

Tekstur tanah merupakan faktor pembatas bagi tanaman karet oleh karena itu

tekstur tanah perlu dipertimbangkan dala kelas kesesuaian lahan karena tekstur tanah

tergolong dalam kriteria lahan yang tidak dapat diperbaiki.

c. Kedalaman Perakaran

Kedalaman efektif merupakan dalamnya lapisan tanah dimana akar tanaman dapat

tumbuh dengan baik dan bebas berkembang. Kedalaman efektif merupakan faktor

pembatas yang tidak dapat diperbaiki. Kedalaman efektif pada lokasi penelitian

mempunyai nilai rata-rata 170 cm (Lampiran 5). Berdasarkan kreteria kelas kesesuaian

lahan menurut CSR/FAO (1983) (Lampiran 1), kedalaman perakaran tergolong kelas

kesesuaian S2 (cukup sesuai) untuk tanaman karet.

3. Bahaya Banjir (F)

Bahaya banjir merupakan sifat tanah atau lahan dengan cara memprediksi lahan

secara praktis atau kreteria pengelompikannya. Berdasarkan pengamatan langsung, secara

umum lokasi penelitian memiliki tingkat bahaya banjir tanpa adanya bahaya banjir.

Berdasarkan kreteria kesesuaian lahan menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat

27

Page 28: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

(2000) tingkat bahaya banjir tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai) untuk tanaman

karet.

4. Retensi Unsur Hara (f)

a. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Hasil analisis tanah di laboratorium menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian

mempunyai nilai kapasitas tukar kation yang berkisar antara 8,70 – 14,14 Cmol (+)kg-1 yang

tergolong rendah.

Tabel 1. Hasil Analisis C- Organik, NPK, dan KTK di lokasi Penelitian.

Kode C- Organik( % )

N – Total( % )

P2O5- Bray( µg g-1 )

K2O( Cmol(+)

Kg-1 )

KTK( Cmol(+) Kg-1 )

T3 L1

T6 L1

T8 L1

T9 L1

T10 L1

3,27 t

2,95 s

2,65 s

2,13 s

2,42 s

0,28 s

0,22 s

0,19 r

0,16 r

0,19 r

20,26 s

13,39 r

11,33 r

13,74 r

9,96 sr

0,16 r

0,16 r

0,07 sr

0,07 sr

0,16 r

8,70 r

9,79 r

2,62 r

14,14 r

8,70 r

Sumber : Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah FP UNSRI ( 2008)Keterangan : sr : sangat rendah, r : rendah, s : sedang, t : tinggi.

Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983) (Lampiran 1), lokasi penelitian

yang diwakili titik T3L1, T6L1, T8L1, T9L1 dan T10L1 memiliki KTK tanah rendah yang

tergolong kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) untuk tanaman karet.

Nilai kapasitas tukar kation (KTK) sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, yaitu 1)

semakin tinggi kadar liat tanah maka KTK semakin tinggi, 2) kadar bahan organik, nilai

KTK tanah dipengaruhi oleh tingginya kadar bahan organik, semakin tinggi kadar bahan

organik maka KTK tanah akan semakin tinggi, pemupukan dan pengapuran. Agar dapat

meningkatkan KTK menjadi S1 (sangat sesuai) maka perlu dilakukan penambahan bahan

organik dan penambahan kapur (Hakim et al, 1986).

28

Page 29: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

b. Reaksi Tanah (pH)

Berdasarkan hasil analisis kesuburan tanah yang diperoleh di laboratorium, lokasi

penelitian memiliki pH tanah berkisar antara 4,71 – 4,96 yang tergolong masam (Tabel 2).

Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983) (Lampiran 1), lokasi penelitian yang

diwakili titik T3L1, T6L1, T8L1, T9L1 dan T10L1 tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai)

untuk tanaman karet.

Tabel 2. Hasil analisis pH dan Al-dd Tanah pada Lokasi Penelitian.

Kode pH Al-dd ( Cmol (+) Kg-1 )T3 L1

T6 L1

T8 L1

T9 L1

T10 L1

4,71 m

4,96 m

4,88 m

4,87 m

4,76 m

2,091,972,321,861,93

Sumber : Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah FP UNSRI ( 2008)

Keterangan : m : masam.

5. Ketersediaan Unsur Hara (n)

a. N-Total

Berdasarkan hasil analisis di laboratorium, didapat nilai N-Total yang tergolong

rendah sampai sedang, dengan kisaran 0,16 sampai 0,28 % (Tabel 1). Berdasarkan

kerangka acuan CSR/FAO (1983) (Lampiran1), lokasi penelitian yang diwakili titik T3L1

dan T6L1 memiliki N-total sedang yang tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai), untuk

titik T8L1, T9L1 dan T10L1 memiliki N-total rendah yang tergolong kelas kesesuaian S2

(cukup sesuai) untuk tanaman karet.

29

Page 30: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Rendahnya nilai Nitrogen atau N pada lokasi penelitian dapat disebabkan

pengambilan sampel tanah yang dilakukan pada musim hujan, sehingga kemungkinan

unsur hara banyak yang tercuci. Penyebab lain dari rendahnya nilai unsur hara N yaitu

unsur hara N telah habis dipakai oleh mikroorganisme dan tanaman. Agar dapat

meningkatkan kelas kesesuian lahan S2 (cukup sesuai) menjadi S1 (sangat sesuai) pada

lokasi penelitian perlu dilakukan penambahan N pada tanaman.

b. P-Tersedia

kandungan posfor di lokasi penelitian tergolong sangat rendah sampai sedang

dengan kisaran 9,96 – 20,26 µg g-1(Tabel 1). Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO

(1983) (lampiran 1) untuk tanaman karet, lokasi penelitian yang diwakili titik T3L1, T6L1,

T8L1, T9L1 dan T10L1 memiliki P- tersedia sangat rendah hingga sedang, untuk T3L1

memiliki P-tersedia sedang yang tergolong kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai), sedangkan

titik T6L1, T8L1 dan T9L1 memiliki P-tersedia rendah yang tergolong kelas kesesuaian S3

(kurang sesuai) dan untuk titik T10L1 memiliki P-tersedia sangat rendah yang tergolong

kelas kesesuaian N (tidak sesuai) untuk tanaman karet.

Rendahnya kandungan fosfot pada lokasi penelitian dapat disebabkan oleh reaksi

tanah yang tergolong masam pada lokasi penelitian, sehingga meningkatkan aktifitas

logam-logam Al dan Fe yang dapat mengikat P sehingga hanya sebagian P yang tersedia

dalam tanah. Untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan pada lokasi penelitian menjadi

kelas kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) perlu dilakukan penambahan pupuk P.

30

Page 31: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

c. K- Tersedia

Berdasarkan hasil analisis tanah di laboratorium, dapat dilihat nilai kandungan K2O

tersedia pada lokasi penelitian tergolong sangat rendah sampai rendah, dengan kisaran 0,07

– 0,16 Cmol(+)Kg-1 (Tabel 1). Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983)

(Lampiran 1), lokasi penelitian yang diwakili titik T3L1, T6L1 dan T10L1 memiliki

K2O tersedia rendah yang tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai), sedangkan titik

T8L1 dan T9L1 memiliki K2O tersedia sangat rendah yang tergolong kelas kesesuaian S2

(cukup sesuai) untuk tanaman karet.

Rendahnya nilai K2O dilokasi penelitian dapat disebabkan oleh sifat K yang selalu

mobile , sehingga unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang sedikit bagi tananaman dan

dapat pula akibat dari pencucian oleh air hujan (hakim, et al. 1986).

Tabel 3. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Karet

No KodeKelas kesesuaianLahan Aktual Karet

Faktor Pembatas

1

2345

T3L1

T6L1

T8L1

T9L1

T10L1

S2-w2r3f1n2

S3-n2

S3-n2

S3-n2

N-n2

Kedalaman efektif, KTK, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara PKetersediaan unsur hara PKetersediaan unsur hara PKetersediaan unsur hara PKetersediaan unsur hara P

Tabel 4. Luas Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Karet.

No Kelas Kesesuaian LahanLuas

Ha %123

S2-w2r3f1n2S3-n2

N-n2

282

16,6766,6716,67

Total 12 100

31

Page 32: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

C. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Karet

Untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman karet dilakukan

pencocokan (matching) antara sifat fisik dan kimia aktual dengan syarat tumbuh tanaman

karet, berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983) maka diperoleh kelas kesesuaian

lahan S2-w2r3f1n2 (cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air, kedalaman

efektif, KTK dan ketersediaan P2O5) pada titik pengamatan T3L1. Kelas Kesesuaian lahan

S3-n2 (kurang sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan P2O5) pada titik pengamatan

T6L1, T8L1 dan T9L10. Kelas kesesuaian lahan N-n2 (tidak sesuai dengan faktor pembatas

ketersediaan P2O5) pada titik pengamatan T10L1.

Kesesuaian lahan potensial secara umum yaitu S2 (cukup sesuai) pada semua titik

pengamatan T3L1, T6L1, T8L1, T9L1 dan T10L1. Kesesuain lahan S2 (cukup sesuai) hanya

dengan faktor pembatas kedalaman efektif pada keseluruhan titik pengamatan sedangkan

kedalaman efektif merupakan faktor pembatas yang tidak dapat diubah atau diperbaiki.

Untuk mencapai kesesuaian lahan potensial diperlukan input atau pemasukan,

usaha yang dilakukan adalah dengan meningkatkan KTK melalui penambahan bahan

organik dan penambahan kapur, sedangkan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara

N-total, P-tersedia dilakukan pemupukan.

Tabel 5. Luas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Karet

No Kelas Kesesuaian LahanLuas

Ha %1 S2-w2r3 (cukup sesuai dengan faktor pembatas

ketersediaan air dan kedalaman efektif)12 100

Luas 12 100

32

Page 33: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum, daerah penelitian memiliki keadaan fisik dan kimia tanah sebagai

berikut : tekstur tanah adalah lempung liat berpasir, kelas drainase tanah baik,

kedalaman efektif 170 cm, kecuraman lereng datar (0 – 8 %), pH tanah masam (4,71

– 4,96), N-total rendah sampai sedang (0,16 – 0,28%), P-tersedia sangat remdah

sampai rendah (9,96 – 20,26 µg g-1), K-tersedia sangat rendah sampai rendah (0,07 –

0,16 Cmol(+)Kg-1 ), serta KTK tanah rendah (8,70 – 14,14 Cmol(+)kg-1).

2. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet yaitu S2 (cukup sesuai dengan

faktor pembatas kedalaman efektif, KTK, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara

P2O5) dengan luas 2 hektar. Kelas kesesuaian lahan aktual S3 (kurang sesuai dengan

faktor pembatas ketersediaan unsur hara P2O5) dengan luas 8 hektar. Sedangkan kelas

kesesuaian lahan aktual N (tidak sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan unsur

hara P2O5) dengan luas 2 hektar.

3. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet secara umum S2 (cukup sesuai

dengan faktor pembatas ketersediaan air dan kedalaman efektif) dengan luas 12 hektar.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :

1. Lokasi penelitian sesuai untuk pengembangan tanaman karet.

33

Page 34: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

2. Pemberian pupuk serta bahan organik sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman karet pada lokasi penelitian.

34

Page 35: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S. 1993. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya.Jakarta.

Bunting. 1981. Assessment of The Effect on Yield of Variation in Climate and Soil Characteristic for Twenty Crops Species. Center for Soil Research, Bogor. Indonesia.

CSR/FAO. 1983. Reconnaissance Land Resource Surveys 1:250.000 Scale Atlas Format Procedures. Centra for Soil Research. Bogor.

Darmawijaya, I.M. 1980. Reconnaissance Land Resource Surveys 1:250.000. Scale Atlas Format Procedurs. Ministry of Agriculture Government of Indonesia. UNDP and FAO. Bogor. Indonesia. Skripsi S1. Universitas Sriwijaya. (tidak dipublikasikan).

Hakim, N.M.Y,. Nyakpa, A.M. Lubis, Nugroho.S.E. Saul.M.R, Diha, M.A, Hong, G.B. dan H. H. Barley, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hardjowigeno., Sarwono., Widiatmaka., Anang S. dan Yogaswara. 1999. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lasminingsih, M., dan L. Effendi. 1985. Adaptasi Tanaman Karet Pada Tanah Gambut. Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. Palembang.

Mahadelswara, D. 2004. Pemanfaatan Lahan Kering di Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Edisi Revisi. 2000. Kriteria Keadaan Lahan dan Komoditas Pertanian Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Rahman, D.J. 1995. Pemetaan Kesesuain Lahan Untuk Arahan Pengembangan Pertanian di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Pusat Penelitian Tata Ruang Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya. Palembang.

Seta, A.K. 1991. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta.

Setiawan, H.D dan Handoko,A. 2007. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. PT Agromedia Pustaka. Yogyakarta.

35

Page 36: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Setyamidjaja, J. 1993. Karet. Budidaya dan Pengelolaan. Kanisius. Yogyakarta.

Sitorus, S.R.P, 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito Bandung. Bandung.

Siswomartono, D. 1989. Ensiklopedi Konservasi Sumber Daya Lahan. Erlangga. Jakarta.

Soegiman. 1981. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Skripsi S1 Universitas Sriwijaya. (tidak dipublikasikan).

Soil Survey Staff. 1994. Keys to Soil Taxonomy. USDA. Sixth Edition. Soil Concervation Service, USDA, Washington D.C.

Syarif, H.I. 1983. Budidaya Karet. Politeknik Pertanian IPB. Bogor.

Syarief, K.S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sys, C., E.V. Ranst., J. Debaveye., F. Beenart. 1993. Land Evaluation Part III. Crop Requirements Agricultural Publication, General Administration For Development Cooperation Place du Champs de Mars, Belgium.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. Karet. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Penebar Swadaya. 1998. Karet ”Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan Pengelolaan”. Penebar Swadaya, Jakarta.

http//www.geogle.co.id. (diakses tanggal 16-1- 2008).

36

Page 37: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Lampiran 1. Tingkat Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet Berdasarkan Kualitas/Karakteristik Lahan.

Sumber : CSR/FAO (1983), Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (2000).

37

Page 38: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Curah Hujan Tahunan Selama 10 Tahun (1996 - 2005)

Tahun Jumlah Curah Hujan Tahunan (mm)1996199719981999200020012002200320042005

2613165226142873254732612150178120402099

Rerata 2363

Rerata Curah Hujan Bulanan Selama 10 Tahun (1996 – 2005)

Bulan Rerata curah hujan bulanan (mm)JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOkroberNovemberDesember

245,4213,0265,2270,3171,4110,098,383,6101,8233,7278,4291,8

Rerata 196,9Bulan basah 12Bulan kering 0

38

Page 39: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Rerata Suhu Udara Tahunan Selama 10 Tahun (1996 – 2005)

Tahun Rerata Suhu Tahunan (oC)1996199719981999200020012002200320042005

26,427,026,826,626,526,927,126,927,227,2

Rerata 26,8

Lampiran….. Data Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah Lokasi Penelitian

Kode Kelas TeksturKelas

DraenaseKedalamanEfektif (cm)

T3L1

T6L1

T8L1

T9L1

T10L1

Lempung Liat BerpasirLempung Liat BerpasirLempung Liat BerpasirLempung Liat BerpasirLempung Liat Berpasir

BaikBaikBaikBaikBaik

> 170> 170> 170> 170> 170

39

Page 40: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Kriteria penilaian sifat kimia tanah

Sifat tanah Sangat Rendah Sedang Tinggi SangatRendah Tinggi

N-Total (%) < 0,10 0,10 - 0,20 0,21 - 0,50 0,51 - 0,75 > 0,75P-Bray (µ g-2) < 10,0 10,0 - 15,0 >15,0 - 25,0 >25,0 - 35,0 > 35,0K-dd > 0,10 0,10 - 0,30 >0,3 - 0,5 >0,5 - 1,0 > 1,00(Cmol(+)Kg-1)KTK < 5,0 5,0 - 16,0 16,0 - 24,0 24,0 - 40,0 > 40,0(Cmol(+)Kg-1)C- Organik (%) <1,0 1,0-2,0 2,01-3,0 3,01 - 5,0 > 5,0

pH H2O

Sangat Masam MasamAgak

Masam Netral Agak Basa Basa

< 4,5 4,5 – 5,5 5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 > 8,5

Sumber: Pusat Penelitian Tanah 2000.

Lampiran …. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman karet pada titit T3L1

Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian

AktualInput Kesesuaian

Potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah

3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3. K2O (Cmol(+)/kg)s- (lereng)1. kecuraman lereng (%)2. bahaya banjir

26,8

02363

BaikLempung liat

berpasir170

8,704,71

0,2820,260,16

0 - 8Tanpa

S1

S1S2

S1S1S2S2S1S1S2S1S1S1

Kapur, BO

Pupuk

S1

S1S2

S1S1

S2

S1S1

S1S1S1

S1S1

Penilaian Akhir S2-w2r3f1n2 Kapur, BO,

dan PupukS2-w2r3

40

Page 41: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Lampiran …. Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet Pada Titit T6L1

Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian

AktualInput Kesesuaian

Potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah

3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3.K2O (Cmol(+)/kg)s- (lereng)1. kecuraman lereng2. bahaya banjir

26,8

02363

BaikLempung liat

berpasir170

9,794,96

0,2213,390,07

0 - 8Tanpa

S1

S1S2

S1S1

S2

S2S1

S1S3S1

S1S1

Kapur, BO

Pupuk

S1

S1S2

S1S1

S2

S1S1

S1S1S1

S1S1

Penilaian Akhir S3-n2 S2-w2r3Lampiran 9. Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet Pada Titit T8L1

Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian

AktualInput Kesesuaian

Potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah

3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3.K2O (Cmol(+)/kg)s- (lereng)1. kecuraman lereng2. bahaya banjir

26,8

02363

BaikLempung liat

berpasir170

16,624,88

0,1911,330,07

0 - 8Tanpa

S1

S1S1

S1S1

S2

S2S1

S2S3S2

S1S1

Kapur, BO

PupukPupukPupuk

S1

S1S2

S1S1

S2

S1S1

S1S1S1

S1S1

Penilaian Akhir S3-n2 Kapur, BO

dan PupukS2-w2r3

41

Page 42: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Lampiran …. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman karet pada titit T9L1

Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian

AktualInput Kesesuaian

Potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah

3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3.K2O (Cmol(+)/kg)s- (lereng)1. kecuraman lereng2. bahaya banjir

26,8

02363

BaikLempung liat

berpasir170

14,144,87

0,1613,740,07

0 - 8Tanpa

S1

S1S2

S1S1

S2

S2S1

S2S3S2

S1S1

Kapur, BO

PupukPupukPupuk

S1

S1S2

S1S1

S2

S1S1

S1S1S1

S1S1

Penilaian AkhirS3-n2 Kapur, BO,

dan PupukS2-w2r3

42

Page 43: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Lampiran …. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman karet pada titit T10L1

Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian

AktualInput Kesesuaian

potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah

3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3. K2O (Cmol(+)/kg) s- (lereng)1. kecuraman lereng2. bahaya banjir

BaikLempung liat

berpasir170

8,704,76

0,289,960,16

0 - 8Tanpa

S1S1

S2

S2S1

S2NS1

S1 S1

Kapur, BO

PupukPupuk

S1S1

S2

S1S1

S1S1S1

S1S1

Penilaian Akhir N-n2 Kapur, BO

dan PupukS2-r3

43

Page 44: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Lamp

44

Page 45: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Satuan Peta Tanah

45

Page 46: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Kesuburan Tanah (N-Total)

46

Page 47: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Kesuburan Tanah (P Tersedia)

47

Page 48: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Kesuburan Tanah (K Tersedia)

48

Page 49: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Reaksi Tanah (pH)

49

Page 50: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Kapasitas Tukar Kation

50

Page 51: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Drainase Tanah

51

Page 52: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Kedalaman Efektif Tanah

52

Page 53: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Tekstur Tanah

53

Page 54: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Kemiringan Lereng

54

Page 55: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Karet

55

Page 56: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

Peta Kesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Karet

56

Page 57: Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial

57