inform konsen

14
TUGAS KETRAMPILAN MEDIK “Pada kasus seperti apa Informed consent tidak harus dilakukan ?” A. Definisi Informed Consent Informed Consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih sering disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu : Informed dan Consent. Informed berarti telah mendapat informasi/penjelasan/keterangan. Consent berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian Informed Consent itu merupakan suatu persetujuan yang diberikan pasien/keluarga setelah mendapatkan informasi Informed Consent dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 ditafsirkan sebagai Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut (pasal 1). Dalam pengertian demikian, Persetujuan Tindakan Medik dapat dilihat dari dua sudut, yaitu pertama membicarakan Persetujuan Tindakan Medik dari pengertian umum, adalah persetujan yang diperoleh dokter sebelum melakukan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medik apapun yang akan 1 | P a g e

Upload: mufidah-fida

Post on 08-Apr-2016

197 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

medikolegal inform konsen

TRANSCRIPT

Page 1: Inform Konsen

TUGAS KETRAMPILAN MEDIK

“Pada kasus seperti apa Informed consent tidak harus dilakukan ?”

A. Definisi Informed Consent

Informed Consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih

sering disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah,

Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu : Informed dan Consent.

Informed berarti telah mendapat informasi/penjelasan/keterangan. Consent

berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian

Informed Consent itu merupakan suatu persetujuan yang diberikan

pasien/keluarga setelah mendapatkan informasi

Informed Consent dalam Permenkes No. 585 tahun 1989

ditafsirkan sebagai Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang

diberikan pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan

mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut (pasal

1).

Dalam pengertian demikian, Persetujuan Tindakan Medik dapat

dilihat dari dua sudut, yaitu pertama membicarakan Persetujuan Tindakan

Medik dari pengertian umum, adalah persetujan yang diperoleh dokter

sebelum melakukan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medik apapun

yang akan dilakukan. Dan kedua membicarakan Persetujuan Tindakan

Medik dari pengertian khusus, adalah Persetujuan Tindakan Medik yang

dikaitkan dengan persetujuan atau izin tertulis dari pasien/keluarga pada

tindakan operatif, lebih dikenal sebagai Surat Izin Operasi (SIO), surat

perjanjian dan lain–lain, istilah yang dirasa sesuai oleh rumah sakit

tersebut.

B. Informasi

Bagian yang terpenting dalam Informed Consent adalah mengenai

informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau

keluarga. Yaitu informasi mengenai apa (what) yang harus disampaikan,

1 | P a g e

Page 2: Inform Konsen

tentulah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan

apa yang akan dilakukan tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani

baik diagnostik maupun terapi dan lain – lain sehingga pasien/keluarga

dapat memahaminya. Ini mencakup bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari

terapi yang akan dilaksanakan dan alternatif terapi.

Mengenai kapan (when) disampaikan, tergantung pada waktu yang

tersedia setelah dokter akan memutuskan akan melakukan tindakan invasif

dimaksudkan. Pasien/keluarganya harus diberi waktu yang cukup untuk

menentukan keputusannya.

Siapa (who) yang menyampaikan, tergantung dari jenis tindakan

yang akan dilakukan. Dalam Permenkes dijelaskan dalam tindakan bedah

dan tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter yang akan

melakukan tindakan. Dalam keadaan tertentu dapat pula oleh dokter lain

atas sepengetahuan dan petunjuk dokter yang bertanggung jawab. Bila

bukan tindakan bedah atau invasif sifatnya, dapat disampaikan oleh dokter

atau perawat.

Mengenai informasi yang mana (which) yang harus disampaikan,

dalam Permenkes dijelaskan haruslah yang selengkap–lengkapnya, kecuali

dokter menilai informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan

pasien atau pasien menolak memberikan informasi. Bila perlu informasi

dapat diberikan kepada keluarga pasien (Amri, 1999).

Dalam Permenkes No.585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan

bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada

pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus

disampaikan. Informasi harus diberikan sebelum dilakukannya suatu

tindakan operasi atau yang bersifat invasif, baik yang berupa diagnostik

maupun terapeutik.

Fungsi informasi dokter kepada pasien sebelum pasien

memberikan consent-nya, dapat dibedakan atas :

a. Fungsi Informasi bagi pasien

2 | P a g e

Page 3: Inform Konsen

Berfungsi sebagai perlindungan atas hak pasien untuk menentukan

diri sendiri. Dalam arti bahwa pasien berhak penuh untuk diterapkannya

suatu tindakan medis atau tidak.

b. Fungsi Informasi bagi dokter

Dilihat dari pihak dokter maka informasi dalam proses Informed

consent pun mempunyai fungsi yang tidak kecil. Ada 5 hal pentingnya

fungsi informasi bagi dokter :

1. Dapat membantu lancarnya tindakan kedokteran

Dengan penyampaian informasi kepada pasien mengenai penyakit,

terapi, keuntungan, risiko, dan lain-lain. Dari tindakan medis yang akan

dilakukan maka terjalin hubungan yang baik antara dokter dan pasien.

Sementara pasien pun akan menentukan hal yang terbaik dengan landasan

informasi dokter tadi, sehingga tindakan-tindakan medis pun akan lancar

dijalani oleh kedua pihak karena keduanya telah memahami kegunaan

semua tindakan medis itu.

2. Dapat mengurangi timbulnya akibat sampingan dan komplikasi

Dengan penyampaian informasi yang baik akan memberi dampak

yang baik dalam komunikasi dokter pasien terutama dalam menerapkan

terapi. Misal dokter sebelum menyuntik pasien dengan penisilin bertanya,

apakah pasien alergi terhadap penisilin? Bila pasien memang alergi maka

akibat/risiko yang besar jika terjadi anafilaktik shock dapat dihindari.

Betapa risiko besar itu akan menimpa pasien bila dokter tidak bertanya

kepada pasien.

3. Dapat mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit

Sama halnya dengan kelancaran tindakan, maka sebagai akibat

adanya pengetahuan dan pemahaman yang cukup dari pasien terhadap

tindakan kedokteran yang akan dilakukan, maka proses pemulihan dan

penyembuhan penyakit akan lebih cepat. Keadaan yang demikian juga

jelas akan menguntungkan dokter, karena dapat mengurangi beban kerja.

4. Dapat meningkatkan mutu pelayanan

3 | P a g e

Page 4: Inform Konsen

Keberhasilan meningkatkan mutu pelayanan disini adalah sebagai akibat

dari lancarnya tindakan kedokteran, berkurangnya akibat sampingan dan

komplikasi serta cepatnya proses pemulihan dan penyembuhan penyakit.

5. Dapat melindungi dokter dari kemungkinan tuntutan hukum

Perlindungan yang dimaksudkan disini adalah apabila disuatu

pihak, tindakan dokter yang dilakukan memang tidak menimbulkan

masalah apapun, dan dilain pihak, kalaupun kebetulan sampai

menimbulkan masalah, misalnya akibat sampingan dan atau komplikasi,

sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelalaian dan ataupun

kesalahan tindakan (malpractice). Timbulnya masalah tersebut semata–

mata hanya karena berlakunya prinsip ketidakpastian hasil dari setiap

tindakan kedokteran/medis. Dengan perkataan lain, semua tindakan

kedokteran yang dilakukan memang telah sesuai dengan standar pelayanan

profesi (standar profesi medis) yang telah ditetapkan.

Informasi yang harus diberikan sebelum dilakukan tindakan

operasi oleh dokter kepada pasien atau keluarga adalah yang berkenaan

dengan :

a. Tindakan operasi apa yang hendak dilakukan.

b. Manfaat dilakukan operasi tersebut.

c. Resiko yang terjadi pada operasi tersebut.

d. Alternatif lain apa yang ada (ini kalau memang ada dan juga

kalau mungkin dilakukan).

e. Apa akibatnya jika operasi tidak dilakukan.

C. Persetujuan

Inti dari persetujuan adalah persetujuan harus didapat sesudah

pasien mendapat informasi yang adekuat. Berpedoman pada

PERMENKES no. 585 tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medik

maka yang menandatangani perjanjian adalah pasien sendiri yang sudah

dewasa (diatas 21 tahun atau sudah menikah) dan dalam keadaan sehat

mental. Dalam banyak perjanjian tindakan medik yang ada selama ini,

4 | P a g e

Page 5: Inform Konsen

penandatanganan persetujuan ini sering tidak dilakukan oleh pasien

sendiri, tetapi lebih sering dilakukan oleh keluarga pasien. Hal ini

mungkin berkaitan dengan kesangsian terhadap kesiapan mental pasien

untuk menerima penjelasan tindakan operasi dan tindakan medis yang

invasif tadi serta keberanian untuk menandatangani surat tersebut,

sehingga beban demikian diambil alih oleh keluarga pasien.

Tindakan medis yang diambil oleh dokter tanpa persetujuan pasien

terlebih dahulu, meski untuk kepentingan pasien tetap tidak dapat

dibenarkan secara etika kedokteran dan hukum, sebagaimana telah

ditegaskan oleh fatwa IDI tentang Informed Consent (dokter tidak berhak

melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien,

walaupun untuk kepentingan pasien itu sendiri).

Namun terhadap ketentuan tersebut terdapat pengecualian, yaitu

dalam keadaan gawat darurat dan terjadinya perluasan operasi yang tidak

dapat diduga sebelumnya serta dilakukan dalam rangka life saving. Dalam

keadaan-keadaan seperti ini dokter dapat melakukan tindakan medis tanpa

mendapat persetujuan terlebih dahulu.

D. Bentuk Informed Consent

Ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) yaitu :

1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent), yaitu bisa

dalam keadaan normal (biasa) atau darurat, umumnya tindakan yang biasa

dilakukan atau sudah diketahui umum misal menyuntik pasien. Bila pasien

dalam keadaan gawat darurat ”Emergency” memerlukan tindakan

segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan

persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat, maka dokter dapat

melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter (Permenkes No. 585

tahun 1989, pasal 11).

2. Dinyatakan (Expressed Consent), yaitu persetujuan dinyatakan secara

lisan atau tertulis. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis

yang tidak mengandung resiko tinggi seperti pencabutan kuku, sedangkan

persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medis yang

5 | P a g e

Page 6: Inform Konsen

mengandung resiko tinggi seperti tindakan pembedahan perlu surat

pernyataan dari pasien/keluarga.

E. Tata Laksana Persetujuan Tindakan Medik Pada umumnya, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis

yang ditandatangani oleh pasien sebelum dilakukannya tindakan medik

tertentu itu, dilakukan di sarana kesehatan yaitu di Rumah Sakit atau

Klinik, karena erat kaitannya dengan pendokumentasiannya ke dalam

catatan medik (Medical Record). Hal ini disebabkan, Rumah Sakit atau

Klinik tempat dilakukannya tindakan medik tersebut, selain harus

memenuhi standar pelayanan rumah sakit juga harus memenuhi standar

pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam keputusan Menteri

Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang Berlakunya Standar

Pelayanan di Rumah Sakit. Dengan demikian, Rumah Sakit turut

bertanggung jawab apabila tidak dipenuhinya persyaratan Informed

Consent. Apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa adanya Informed

Consent, maka dokter yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi

administratif berupa pencabutan surat izin praktik, sebagaimana ditentukan

dalam pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan

No.585/MENKES/PER/IX/1989. Berarti, keharusan adanya Informed

Consent secara tertulis dimaksudkan guna kelengkapan administrasi

Rumah Sakit yang bersangkutan.

Dengan demikian, penandatanganan Informed Consent secara

tertulis yang dilakukan oleh pasien sebenarnya dimaksudkan sebagai

penegasan atau pengukuhan dari persetujuan yang sudah diberikan setelah

dokter memberikan penjelasan mengenai tindakan medik yang akan

dilakukannya. PERMENKES No.585/MENKES/PER/IX/1989 Pasal 3 dan

4 menyatakan bahwa penandatangan Informed Consent secara tertulis

dilakukan oleh yang berhak memberikan persetujuan yaitu baik pasien

maupun keluarganya, setelah pasien atau keluarganya mendapat informasi

yang lengkap.

Oleh karena itu, dengan ditandatanganinya Informed Consent

secara tertulis tersebut, maka dapat diartikan bahwa pemberi tanda tangan

6 | P a g e

Page 7: Inform Konsen

bertanggung jawab dalam menyerahkan sebagian tanggung jawab pasien

atas dirinya sendiri kepada dokter yang bersangkutan, beserta resiko yang

mungkin akan dihadapinya. Untuk itu, tindakan medik yang ditentukan

oleh dokter harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar

profesinya.

F. Pengecualian Informed Consent

Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuandari pasien

(informed consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU

No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2 dan Peraturan Menteri

Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis. Dalam

keadaan gawat darurat di mana harus segera dilakukan tindakan

medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi, pasien tidak

perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan

No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh dalam

bentuk tertulis, maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam

berkas rekam medis.

“Kapan ABC Atau CAB digunakan ?”

G. A-B-C atau C-A-B

AHA (American Hearth Association) mengumumkan perubahan

prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation) atau dalam bahasa

Indonesia disebut RJP (Resusitasi Jantung Paru) yang berbeda dari

prosedur sebelumnya yang sudah dipakai dalam 40 tahun terakhir.

Perubahan tersebut ada dalam sistematikanya, yaitu sebelumnya

menggunakan A-B-C (Airway-Breathing-Circulation) sekarang menjadi

C-A-B (Circulation – Airway – Breathing). Namun perubahan yang

ditetapkan AHA tersebut hanya berlaku pada orang dewasa, anak, dan

bayi. Perubahan tersebut tidak berlaku pada neonatus.

7 | P a g e

Page 8: Inform Konsen

Penggunaan Sistem ABC yakni

  Pada korban tenggelam atau henti nafas maka petugas sebaiknya

melakukan RJP konvensional (A-B-C) sebanyak 5 siklus (sekitar 2 menit)

sebelum mengaktivasi sistem respon darurat.

Pada bayi baru lahir, penyebab arrest kebanyakan adalah pada

sistem pernafasan maka RJP sebaiknya dilakukan dengan siklus A-B-C

kecuali terdapat penyebab jantung yang diketahui.

8 | P a g e

Page 9: Inform Konsen

Daftar Pustaka

Herkuanto. (2007). Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia Volum 57 Nomor 2.

Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis

Peraturan Menteri Kesehatan No.749a/1989 tentang Rekam Medis

Undang-Undang No.23/1992 tentang kesehatan

9 | P a g e

Page 10: Inform Konsen

10 | P a g e