infertilitas laki-laki
TRANSCRIPT
Assalamualaikum, Penghuni 5B..
Asuhan Kepereawatan Infertilitas Laki-laki
Keelompok 11
Definisi infertil
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa perlindungan. (Brunner & Suddarth, 2000).
Infertilitas adalah sepasang suami istri telah bersenggama secara teratur 2-3 kali per-minggu, tanpa memakai metode pencegahan, belum mengalami kehamilan selama satu tahun. (Arief mansjoer, 2000).
Infertilitas berarti telah menikah dan melakukan hubungan seksual swlam stu tahun namun belum berhasil hamil. (Sri Kusuma Dewi Suryasaputra Manuaba, dkk, 2010).
Klasifikasi
Infertilitas terdapat 2 macam, yaitu infertilitas primer mengacu pada pasangan yang tidak pernah mempunyai anak, dan infertilitas sekunder berarti bahwa setidaknya satu konsepsi telah terjadi tetapi akhir-akhir ini pasangan tidak dapat mencapai kehamilan. (Brunner & Suddarth, 2000).
Infertilitas dibagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder. (Sri Kusuma Dewi Suryasaputra Manuaba, dkk. 2010).
Etiologi
Menurut Sri Kusuma Dewi Suryasaputra Manuaba, dkk, (2010) infertilitas laki-laki disebakan oleh:1. Penyebab pretestikular atau pregerminal1) Defisiensi gonadotropin sentral : hipotalamus
(defisiensi GnRH congenital, tumor, infeksi, trauma kepala), hipofisis (defisiensi FSH, LH congenital, tumor, infeksi, dan trauma), lain-lain (sarkoldosis, hemakromatosis).
2) Sindrom kelebihan endokrin : estrogen (tumor adrenal fungsional, sirosis), androgen (hyperplasia adrenal congenital, tumor penghasil androgen), glukokortikoid (syndrome chusing, terapi steroid, colitis ulseratif, dan asma)
2. Penyebab testis• Kelainan kromosom (sindrom
klinefelter, 47 XXY)• Kriptokidisme unilateral atau b
ilateral• Radiasi, kemoterapi• Gondongan, orkitis virus• Trauma• Syndrome sel sertoli saja• Henti maturasi idiopatik• Kelainan resptor androgen
3. Penyebab post-testikular• Obstruksi duktus congenital (vas
deferens, dan epididmis)• Sumbatan duktus didapat infeksi,
gonoroe, TB, dan ligasi vas deferens)• Motilitas terganggu (syndrome
kartagener, syndrome silia imotil, defisiensi enzim [protein karboksimetilase])
4. Penyebab gangguan produksi sperma (oligosperma atau azoosperma) :• Kelainan congenital :• Gangguan genetic seperti syndrome klineferter• Tidak ada testis• Tidak ada vas deferens• Kelainan didapat• Perkembangan (maldesensus testis, dan kriptokisinus)• Fisik (trauma kecelakaan atau pembedahan, penyinaran sinar X atau radioaktif,
panas (hidrokel, varikokel, calana dalam yang ketat, mandi panas, dan torsio testis)• Infeksi (orkitis, perotitis, influenza, sifilis, epididimis, epididimoorkitis non spesifik
atau gonokok)• Neoplasia (tumor testis, dan teratoma)• Endokrin (gangguan poros hipotalamus-hipofisis-testis)• Kimiawi (obat antimitosis, yaitu metoteksat, busulfan, dan siklofosfamid)
Manifestasi Klinik• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, dan infeksi)• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu• Riwayat infeksi genitorurinaria• Hipertiroidisme dan hipotiroid• Tumor hipofisis atau prolactinoma• Disfungsi ereksi berat• Ejakulasi retrograt• Hypo/epispadia• Mikropenis• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)• Abnormalitas cairan semen
Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), terapi mungkin memerlukan pembedahan untuk memperbaiki malfungsi atau anomaly, suplemen hormonal, perhatian terhadap waktu yang lebih tepat, dan pengenalan serta perbaikan factor-faktor psikologis atau emosional.
Penatalaksanaan
Menurut Willian F. Rayburn, dkk, (2001), pasien infertile harus dilakukan uji diagnostic, yaitu analisa semen adalah bagian dari suatu evaluasi rutin. Analisa semen yang normal harus memperlihatakan hitung spermal <20juta/ml, yang bergerak lebih dari 60%, dan morfologi normal lebih dari 60%. Volume sperma normal 3-5 ml. pria tersebut harus abstinentia selama 48-72 jam sebelu pengambilan specimen sperma dilakukan.
Penatalaksanaan
Analisa semen dalam buku Diane M frase dan Margaret A cooper, (2000) Buku Ajar Bidan Edisi 14, nilai normal semen menurut WHO (1992) :
• Volume semen : 2-5 ml• Konsentrasi sperma : 20 juta/ml• Pergerakan sperma : > 50% • Bentuk normal : > 60% • Sel darah putih : < 10 per lapang
pandang besar atau 1 x 106/ml
Penanganan
Pengobatan infertile pria biasanya dilakukan dengan inseminasi buatan dengan sperma donor (AID = artificial insemination by donor). Inseminasi buatan dengan sperma suami (AIH = artificial insemination by husband) diberikan untuk yang mengalami kelainan pada serviks atau lendirnya, sebagaimana juga jika ada kelainan sperma (Willian F. Rayburn, dkk. 2001)
Asuhan keperawatan
Pengkajian • Identitas Pasien• Riwayat Penyakit Sekarang
Dilihat dari manifestasi klinisnya, bahwa biasanya keadaan pasien meliputi disfungsi ereksi berat, ejakulasi retrograt, hypo/epispadia, mikropenis, andesensus testis, gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma), hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis), varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) dan abnormalitas cairan semen.
Asuhan Keperawatan
• Riwayat Kesehatan DahuluTanyakan pada pasien apakah pasien pernah
mempunyai riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (misalnya panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi), status gizi dan nutrisi, riwayat infeksi genitorurinaria, hipertiroidisme dan hipotiroid, tumor hipofisis atau prolactinoma, trauma, kecelakan sehinga testis rusak, konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis, pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih, dan riwayat vasektomi.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Asuhan Keperawatan• Pemeriksaan Fisik
Kurangnya rambut kemaluan tau bentuk tubuh yang kurang maskulin dapat menunjukkan tidak cukupnya produksi testosterone. Lokasi yang normal dari liang meatus uretra harus dipastikan. Ukuran testis diperkirakan melalui perbandingan dengan satu set ovoid standar. Adanya suatu varikokel diketahui dengan meninta pasien untuk melakukan maneuver valsava dalam posisi berdiri. Masase rectum pada vesikula prostat dan seminalis akan menyebabkan sekresi yang cukup keluar pada liang meatus uretra untuk memungkinkan pemeriksaan mikroskopik sel darah putih. (Hacker dan Moor, 2001).
• Pemeriksaan Head to Toe
• Pemeriksaan Penunjang• Biopsi testis• Analisa semen
Diagnosa
• Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
• Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
• Berduka berhubungan dengan prognosis yang buruk
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 diharapkan klien dapat mengurangi ansietas atau rasa takutnya, dengan kriteria hasil :
1. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan
bagaimana treatmentnya.
2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri
terhadap diagnosa infertile.
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile.
Rencana KeperawatanIntervensi :
1. Jelaskan tujuan test dan prosedur.
2. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah.
3. Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya.
4. Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi.
Rasional :
5. Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosis dan prognosis.
6. Biarkan pasien atau orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal.
Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan
efek gambaran diri.
7. Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
8. Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat startegi koping adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien menunjukkan integritas diri konsep pribadi
dan perubahan gambaran diri, dengan kriteria hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
2. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3. Mengidentifikasi aspek positif diri
Intervensi :
1. Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil.
2. Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus
memberitahukan jika terjadi keadaan bahaya.
3. Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien.
4. Dorong mengungkapkan perasaan,menerima apa yang dikatakannya.
5. Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit atau
kondisi
Rasional :
6. Menunjukan kesopan santunan dan penghargaan dan pengakuan personal.
7. Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap
dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien.
8. Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan
masalah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif.
9. Membantu pasien atau orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi
ansietas mengenai perubahan fungsi atau gaya hidup
10. Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau
kemudian