infeksi kulit

Upload: komang-shary

Post on 12-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kajian pustaka mengenai bermacam-macam infeksi pada kulit. Dikerjakan sebagai tugas pada modul Dermatomuskuloskeletal 2013 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

TRANSCRIPT

  • 1

    Komang Shary K., NPM 1206238633

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    LTM Pemicu 3 Modul Dermatomuskuloskeletal

    Inflamasi Akibat Infeksi

    Pendahuluan

    Inflamasi merupakan respons lini kedua tubuh yang biasanya turut mengikuti kerusakan

    sel dan jaringan. Penyebab dari kerusakan tersebut bermacam-macam, mulai dari infeksi,

    kerusakan mekanik, iskemia, kekurangan nutrisi, dan lain-lain.1 LTM ini akan membahas

    beberapa jenis manifestasi inflamasi yang diakibatkan oleh agen-agen infeksius seperti

    bakteri, jamur, parasit, dan virus. Pada beberapa bagian akan ditampilkan gambaran

    histopatologi dari infeksi. 1. INFLAMASI AKIBAT INFEKSI BAKTERI PADA KULIT Kebanyakan infeksi kulit terjadi akibat terdapatnya disrupsi barrier kulit, misalnya

    dengan gigitan serangga, cukuran, kerusakan akibat suatu patogen, dan lain-lain. Faktor-

    faktor ini menyebabkan bakteri bisa masuk ke dalam kulit. Umumnya, reaksi inflamasi lokal

    dan supurasi (pembentukan pus) langsung mengikuti infeksi bakteri pada kulit. Bakteri

    kemudian akan menghadapi restriksi alami kulit, misalnya lipid pada permukaan kulit, AMP

    (Anti-microbial protein, protein antimikroba), dan inflamasi.2

    Inflamasi terinisasi dengan munculnya kerusakan jaringan, atau ketika PRR (Pattern

    Recognition Receptors) yang berada pada sel sistem imun bawaan mengenali PAMP

    (Patogen-Associated Mollecular Pattern).1 PRR setidaknya melibatkan AMP, TLR (Toll-like

    Receptor), dan sistem komplemen. Ikatan ini mengakibatkan opsonisasi dan aktivasi sistem

    komplemen sehingga jalur persinyalan inflamasi pun teraktivasi. Sinyal yang diberikan

    kepada neutrofil dan sel-sel imun lain mengajak sel-sel tersebut masuk ke lokasi infeksi.2

    Mari kita bahas dua komponen yang turut berperan dalam proses inflamasi terhadap

    bakteri. TLR adalah serangkaian reseptor untuk mengenali pola-pola khusus pada

    mikroorganisme yang menginfeksi. TLR memiliki peranan yang penting sebagai sensor

    primer. Jenis-jenisnya dapat mengenali elemen-elemen tertentu dari bakteri, misalnya TLR 2

    mengenali peptidoglikan bakteri gram positif; TLR 4 mengenali lipopolisakarida bakteir

    gram negatif; dan TLR 5 mengenali flagellin pada bakteri berflagel. Selain menghadapi

  • 2

    bakteri, TLR juga mengatur respons imun yang dihasilkan untuk patogen tertentu dengan

    cara menginstruksikan APC yang sudah bertemu dengan organisme patogen untuk

    mensekresikan sitokin tertentu. Sitokin ini akan menghasilkan lingkungan imunologik yang

    diinginkan sehingga menunjang respons imun adaptif.2

    TLR yang identik dapat menghasilkan respons imun yang berbeda apabila jalur

    (pathway) yang dilalui berbeda. Salah satu hal yang bisa mempengaruhi hal ini adalah

    komponen komplemen yang dapat mengubah stimulasi TLR. Repertoar outcome yang luas

    ini memungkinkan respons spesifik organisme terhadap agen infeksius yang belum pernah

    ditemui. Respons yang begitu spesifik juga menghasilkan variasi respons klinik pada infeksi

    bakteri. Lesi dibentuk oleh agen infeksius, situs anatomi infeksi, dan respons inflamasi.2

    1.1. Folliculitis

    Infeksi bakteri pada folikel rambut adalah penyebab umum dari folikulitis. Bakteri

    yang biasanya menyebabkan penyakit ini adalah S. aureus. Manifestasi lesi berupa pustule

    yang dikelilingi area eritema, kebanyakan pada kulit kepala (scalp) dan ekstremitas. Penyakit

    ini jarang mengakibatkan gejala yang sistemik. Faktor-faktor yang mendukung

    perkembangan folikulitis di antaranya adalah kelembapan kulit yang berkepanjangan, trauma

    kulit, dan kurangnya kebersihan.1

    1.2. Furuncles dan Carbuncles

    Furuncle adalah inflamasi folikel rambut yang dapat terjadi akibat folikulitis. Furuncle

    dapat menyebar melewati dinding folikel menuju dermis. S. aureus adalah agen infeksius

    yang biasa mengakibatkan kejadian ini. Daerah apapun yang memiliki rambut dapat

    terinfeksi. Furuncle tidak mengakibatkan gejala sistemik.1 Furuncle adalah sebutan untuk

    satu unit folikular.3

    Carbuncle adalah sekumpulan folikel rambut yang sudah terinfeksi. Biasanya carbuncle

    terdapat pada pada bagian belakang leher, bagian lateral paha, dan bagian atas punggung.

    Lesi bermula sebagai massa keras pada jaringan subkutan dan dermis bawah yang kemudian

    berubah menjadi massa bengkak yang menyakitkan dan berwarna merah. Pada awal

    perkembangan lesi dapat terjadi demam sebagai gejala sistemik.1

    1.3.Cellulitis

    Cellulitis, biasa diakibatkan oleh Staphylococcus atau streptococcus grup B, adalah

    infeksi dermis dan jaringan subkutan. Cellulitis dapat berupa lanjutan dari luka, ulcus, atau

  • 3

    berasal dari furuncle atau carbuncle. Area yang terinfeksi akan menjadi hangat, bengkak,

    memerah, terasa nyeri, dan area tersebut dapat berekspansi sampai ke nodus limfa dan darah.1

    1.4. Erysipelas

    Pada erysipelas, infeksi akut terjadi pada bagian atas dermis. Erysipelas adalah bentuk

    superfisial dari cellulitis yang biasa diakibatkan oleh streptococcus grup A. Daerah yang

    biasa terlibat adalah wajah, telinga, dan bagian bawah kaki. Lesi didahului dengan demam

    dan kedinginan.1

    1.5. Impetigo

    Impetigo adalah infeksi pyogenik superfisial akut pada lapisan epidermis atas, biasanya

    akibat infeksi Staphylococcus aureus (terkadang streptococcus hemolitik-beta grup A juga

    terisolasi). Impetigo biasa terlihat pada anak-anak. Manifestasinya berupa erupsi pustule pada

    wajah atau ekstremitas dengan eksudat berwarna emas.3 2. INFLAMASI AKIBAT INFEKSI JAMUR PADA KULIT

    Dermatophyte adalah sebutan untuk

    jamur yang mengakibatkan infeksi superfisial

    pada kulit sedangkan penyakit yang

    disebabkan oleh jamur dinamakan mycoses.

    Dermatophyte bertahan hidup dengan keratin.1

    Degradasi keratin kemudian mengakaibatkan

    inflamasi yang derajatnya bermacam-macam,

    tergantung status imun inang dan habitat asal

    dermatophyte. Jamur yang tersebar dari hewan

    (zoophilic) menghasilkan respons inflamasi

    yang lebih intens ketimbang jamur yang hanya

    menyebar lewat manusia (anthropophilic).2

    Gambar 1. Infeksi superfisial dermatophyte yang menunjukkan hifa-hifa jamur pada stratum korneum.3

  • 4

    2.1. Infeksi Tinea

    Tinea adalah sebutan untuk mycoses yang diakibatkan oleh dermatophyte. Tinea disebut juga

    dermatophytosis atau ringworm. Klasifikasi infeksi tinea dilakukan berdasarkan lokasinya

    dalam tubuh.1

    Lokasi Manifestasi klinis

    Tinea capitis (kulit kepala) Kulit kepala yang bersisik dan gatal serta

    rambut yang mudah patah

    Tinea cruris (selangkangan) Daerah kecil vesikular yang bersisik dan

    kemerahan (eritema) dengan batas yang jelas,

    menyebar pada bagian dalam dan bagian atas

    paha, didukung oleh kelembapan tinggi dan

    panas

    Tinea pedis (kaki) Sedikit muncul sisik, kulit nyeri, terkadang

    terdapat fissura dan vesikulasi, terjadi di

    antara jari-jari kaki dan bisa menyebar ke

    telapak kaki, kulit jari kaki, dan kuku.

    Tinea manus (tangan) Lesi-lesi bersisik, kering, atau lesi vesikular

    lembab yang bermula dengan kelompok

    vesikel yang jernih dan sangat gatal

    Tinea unguium / onychomycosis Inflamasi kuku yang dalam atau superfisial,

    menghasilkan akumulasi keratin berwarna

    kuning-coklat pada kuku

    Tinea corporis (kulit kecuali kulit kepala,

    wajah, tangan, kaki, selangkangan)

    Daerah-daerah (patch) kecil dengan pola

    sirkuler dan sedikit kemerahan, batasan jelas

    dan agak naik (elevated), ada yang berbentuk

    makula dan kering tetapi ada juga yang

    vesikular dan lembab

    Tabel 1. Lokasi-lokasi umum infeksi tinea.1

    2.2. Candidiasis

    Penyebab candidiasis adalah jamur mirip ragi Candida albicans. Jamur ini biasa

    ditemukan pada membran mukosa, kulit, saluran gastrointestinal, dan vagina. C. albicans

  • 5

    yang mulanya bersimbiosis secara komensalisme dapat berubah menjadi patogen pada orang-

    orang yang sakit keras dan dalam kondisi immunosuppressed. Lesi mula-mula berbentuk

    pustula dengan dinding tipis di bawah stratum korneum. Inflamasi terjadi di dasarnya

    sehingga bisa mengakibatkan rasa terbakar atau gatal. Akumulasi sisik dan sel inflamasi

    menghasilkan substansi putih kekuningan yang kental pada daerah yang terinfeksi. Ketika

    sampai pada daerah kulit yang kering, lesi akan berhenti menyebar.1

    3. INFLAMASI AKIBAT INFEKSI VIRUS PADA KULIT Dalam melawan infeksi virus, sel-sel inflamasi dapat menghasilkan efek antivirual

    melalui produksi interferon yang kemudian dikeluarkan ke cairan ekstraseluler. Sel-sel tubuh

    yang bereaksi dengan interferon akan menghasilkan resistensi terhadap infeksi virus. Akan

    tetapi, meskipun semua virus bisa merangsang pembentukan interferon, derajat perangsangan

    dan sensitivitas terhadap efek-efek rangsangan tersebut bervariasi.2

    Selain melalui interferon, sistem komplemen juga turut membantu antibodi menghalangi

    persebaran virus, misalnya melalui penghancuran sel yang sudah terinfeksi virus dan

    pencegahan perlekatan virus dengan sel target.2

    3.1. Herpes Simplex (HSV)

    HSV terbagi menjadi 8 tipe: HSV-1, HSV-2, CMV, virus varicella-zoster (tipe 3),

    virus Epstein-Barr, dan herpesvirus 6,7, dan 8. Manifestasi HSV yang paling umum adalah

    infeksi HSV-1 dalam bentuk cold sore. HSV-1 juga mengakibatkan infeksi mulut, kornea,

    dan labia. Bentuk lesi adalah vesikel inflamasi yang terasa nyeri pada mulut, di atas lidah, di

    sekitar hidung, atau pada bibir dan berlangsung selama 2-6 minggu. Vesikel yang mengalami

    ruptur membentuk krusta. Terkadang terdapat infeksi pada saluran respirasi bagian atas.

    Infeksi genital biasa disebabkan HSV-2 yang disebarkan melallui kontak antarkulit. Infeksi

    primernya bersifat asimtomatik.1

    Gejala klinis berlangsung dari 1-3 minggu sedangkan masa inkubasi berlangsung

    mulai 2-14 hari. Virus bertahan dalam ganglia saraf otonom atau sensorik dan dapat

    teraktivasi kembali melalui faktor-faktor tertentu seperti demam, stres, dan lain-lain.1

  • 6

    3.2. Herpes Zoster dan Varicella

    Herpes zoster dan varicella (chickenpox) merupakan penyakit infeksi herpesvirus

    VZV. Pada penderita yang immunosuppressed, varicella merupakan infeksi primer yang

    diikuti herpes zoster beberapa tahun kemudian. Herpes zoster memiliki simtom awal

    paresthesia dan nyeri pada dermatom yang terinfeksi.1

    3.3. Human Papillomavirus (HPV)

    HPV terdiri dari 60 subtipe virus yang mengakibatkan

    berbagai lesi wart (kutil), misalnya kutil pada telapak

    kaki. Secara umum, replikasi HPV terjadi pada prickle

    superfisial dan lapisan sel granular. Di lapisan ini, sel

    yang terinfeksi terlindungi dari suplai darah dan sistem

    imun sehingga lesi dapat bertahan selama berbulan-bulan

    bahkan bertahun-tahun. Kutil yang umum (common wart)

    akibat infeksi HPV 2 (dan lebih jarang oleh HPV 1,4, dan

    7) memiliki ciri-ciri hiperkeratosis, parakeratosis,

    akantosis, papillomatosis, koilosit, penumpukan granula

    keratohyalin, dan infiltrasi limfositik (ketika kutil

    beregresi secara spontan). Common wart bermanifestasi

    pada bagian dorsal tangan dan jari-jari serta pada wajah.3

    Gambar 2. Karakteristik efek sitopatik herpesvirus: kromatin inti yang terpinggirkan, membuat nukleus menjadi terlihat kosong serta keratinosit multinuklear3

    Gambar 3. Gambaran jaringan kulit yang terinfeksi HPV3.

  • 7

    4. INFLAMASI AKIBAT INFEKSI PARASIT DAN ARTHROPODA PADA KULIT 4.1. Scabies

    Scabies merupakan infeksi kutu Sarcoptes scabiei yang ditransmisikan melalui kontak

    fisik. Kutu betina menggali lorong pada lapisan korneal setelah kawin, meninggalkan lubang

    berisi feses dan telur. Infestasi menghasilkan gatal-gatal pada kulit antarjari, telapak tangan,

    pergelangan tangan, inframammary fold, serta area genitalia.3

    4.2. Infeksi Helminthes

    Patogenesis lesi kulit akibat infeksi cacing bervariasi. Contohnya, migrasi helminthes

    dapat mengakibatkan urtikaria dan erupsi makulopapular. Patogenesis juga dapat berlangsung

    melalui inflamasi terhadap telur atau cacing dewasa.2

    4.3. Pediculosis

    Pediculosis diakibatkan oleh kutu pengisap darah (lice) yang salivanya memicu reaksi

    alergi yang sangat gatal. Pola infestasi dapat terjadi pada kulit kepala, rambut dada, rambut

    ketiak, rambut pubis, dan yang lebih jarang pada seluruh tubuh.3

    Penutup

    Inflamasi dapat terjadi akibat infeksi virus, bakteri, jamur, maupun parasit.

    Manifestasi yang dihasilkan bersifat khas, karena sistem imun kita bekerja secara sangat detil

    dan spesifik dalam menghadapi patogen-patogen yang memiliki karakteristik yang berbeda-

    beda. Kemungkinan Tn. Toni pada pemicu yang mengalami gatal pada lipat paha mengalami

    infeksi jamur tinea cruris.

    Gambar 4. Kutu skabies pada stratum korneum.3

  • 8

    DAFTAR PUSTAKA

    1. McCance KL, Huether SE, Brashers VL, Rote NS. Pathophysiology: The Biologic

    Basis for Disease in Adults and Children, ed 6. Philadelphia: Mosby, Inc.; 2010.

    2. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LEffell DJ, Wolff K. Fitzpatricks

    Dermatology in General Medicine, Eight Edition. USA: McGraw-Hill Companies,

    Inc.; 2012.

    3. Levison DA, Reid R, Burt AD, Harrison DJ, Fleming S. Muirs Textbook of

    Pathology, Fourteenth Edition. London: Edward Arnold (Publishers) Ltd; 2008.